literature review contoh.doc

30
USAHA PENCEGAHAN OBESITAS ANAK DAN REMAJA INDONESIA DI TINGKAT KOMUNITAS UNTUK MENCEGAH PENYAKIT JANTUNG DI MASA MENDATANG PUTRI NABILAH CANDRA NOVIANA 030.09.188 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI JAKARTA 1

Upload: rifki-maulana

Post on 20-Nov-2015

28 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

USAHA PENCEGAHAN OBESITAS ANAK DAN REMAJA INDONESIA DI TINGKAT KOMUNITAS UNTUK MENCEGAH PENYAKIT JANTUNG DI MASA MENDATANG

PUTRI NABILAH CANDRA NOVIANA

030.09.188

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

JAKARTA

AGUSTUS 2011

ABSTRAK

Patogenesis penyakit jantung dapat berlangsung sejak usia muda. Salah satu faktor resiko yang berperan adalah obesitas. Obesitas yang dialami sejak anak-anak besar kemungkinannya untuk menetap sampai dewasa. Oleh karena itu perlu dilakukan usaha-usaha untuk mengurangi angka obesitas pada anak di Indonesia.

Metode penulisan yang digunakan adalah pengumpulan data tersier dari berbagai jurnal ilmiah dan buku teks.

Faktor resiko di antaranya adalah gizi lebih, minimnya aktivitas fisik, sedentary behavior, penyapihan terlalu dini, rendahnya pendidikan orangtua.

Untuk mencegah dapat dilakukan usaha seperti screening dan edukasi di tingkat pelayanan kesehatan primer, dan penyuluhan di sekolah.

Selain itu perlu ditingkatkan pengetahuan tenaga medis dan calon tenaga medis mengenai obesitas, penyakit jantung dan resikonya.

Keywords: pencegahan, penyakit jantung, obesitas, anak.DAFTAR ISI

BAB I1.1 Latar Belakang.................................51.2 Identifikasi Masalah.51.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian6BAB II2.1 Obesitas............................72.2 Penyebab Obesitas Pada Anak.82.3 Dampak Obesitas Terhadap Kesehatan Anak..92.4 Dampak Obesitas terhadap Kesehatan Kardiovaskular.10BAB III

3.1 Metode Penulisan...12BAB IV

4.1 Analisis..134.2 Sintesis...17BAB V

5.1 Kesimpulan195.2 Saran..19DAFTAR TABEL DAN GAMBAR

Tabel 1. Efek Ateroprotektif Pada Endotel Normal10Tabel 2. Hubungan Status Gizi Dengan AKG13Tabel 3. Distribusi Pola Makan Berdasarkan Status Gizi...13

Tabel 3. Pola Aktivitas Dengan Obesitas (1)..14

Tabel 4. Pola Aktivitas Dengan Obesitas (2)..14

Grafik 1. Durasi Pemberian ASI dan Resiko Obesitas...15BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangAngka kematian di Indonesia akibat penyakit jantung cukup tinggi. Berdasarkan WHO Infobase tahun 2004, 50,7% kematian pada pria di Indonesia diakibatkan oleh non-communicable/non-infectious disease, dimana yang diakibatkan oleh penyakit kardiovaskular sebesar 23,9%, sementara pada wanita kematian akibat non-communicable disease sebesar 51,8% dan penyakit kardiovaskular mengambil bagian sebesar 25,5%.

Penyakit jantung koroner merupakan penyakit jantung yang menyerang orang usia dewasa, namun patogenesis penyakit dan proses terbentuknya faktor resiko sebenarnya telah berlangsung sejak usia muda. Salah satu faktor resiko yang berperan adalah obesitas.

Obesitas telah menjadi masalah, baik di negara maju atau di negara berkembang seperti Indonesia, dengan lebih dari satu miliar orang di dunia terkena dampaknya. Lebih dari dua pertiga anak yang mengalami obesitas akan menjadi dewasa yang obesitas.1)Obesitas pada anak dan remaja yang menetap sampai dewasa, akan meningkatkan resiko morbiditas dan mortalitas ketika dewasa.2) Obesitas merupakan hulu dari faktor resiko penyakit jantung yang lain, yang kemudian akan berakibat hipertensi, diabetes mellitus dan dislipidemia, oleh karenanya fokus pencegahan pada hilir tidak terlalu menyelesaikan masalah.3)Obesitas pada anak dan remaja disebabkan oleh banyak hal, di antaranya adalah pemilihan yang tidak tepat atas makanan yang dikonsumsi.4) Selain jenis makanan yang dikonsumsi, kurangnya aktivitas fisik akibat kebiasaan menonton TV, lebih memilih memainkan permainan elektronik daripada olahraga juga merupakan penyebab obesitas.1.2 Identifikasi Masalah

Dengan mempertimbangkan latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

Bagaimana peranan kedokteran komunitas dalam mencegah terjadinya obesitas pada anak dan remaja untuk mencegah penyakit jantung ketika dewasa?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan

Tujuan dari penulisan karya tulis ini adalah mendeskripsikan penyebab obesitas pada anak, mendeskripsikan dampak obesitas pada anak terhadap kesehatan anak, mendeskripsikan hubungan antara obesitas pada anak dengan resiko terkena penyakit jantung di masa dewasa. Manfaat yang ingin dicapai dari penulisan ini adalah meningkatkan peranan kedokteran komunitas untuk mencegah obesitas pada anak.BAB II

TINJAUAN PUSTAKA2.1 ObesitasObesitas adalah penumpukan adipose yang berlebihan pada jaringan.5) Ada berbagai macam cara untuk menentukan obesitas, salah satu cara yang lazim digunakan sejak lama adalah dengan pengukuran indeks masa tubuh (Body mass index/BMI) dengan cara membagi berat badan dalam satuan kilogram dengan tinggi tubuh dalam satuan meter yang dikuadratkan. Tetapi cara pengukuran ini dirasa memiliki kelemahan karena akan menghasilkan skor yang lebih tinggi pada orang dengan massa otot yang lebih besar, misalnya pada atlet. Sementara, definisi obesitas adalah penumpukan adipose. Oleh karena itu Bergman, et al (2011) mengusulkan cara perhitungan baru yaitu Body Adiposity Index (BAI) dengan rumus sebagai berikut:

Cara ini dianggap lebih akurat dalam menentukan obesitas karena melibatkan lingkar pinggang dan tidak memasukkan berat badan dalam perhitungannya, sehingga lebih mampu untuk merefleksikan jumlah adipose tubuh seseorang dalam persen.6) Namun karena cara perhitungan yang lebih rumit, BAI belum digunakan secara luas dan sebagian besar data-data yang ada masih menggunakan BMI. Di Asia Pasifik, Selain BMI, membandingkan BB/TB juga dilakukan untuk menentukan obesitas.

2.2 Penyebab Obesitas Pada Anak

2.2.1 Faktor NutrisiPemilihan tipe makanan yang dikonsumsi sehari-hari turut berperan dalam menentukan apakah seorang anak besar kemungkinan memiliki faktor resiko menjadi obesitas atau tidak. Makanan berbahan dasar sayuran diketahui memiliki efek protektif terhadap tubuh untuk mencegah obesitas sementara konsumsi dairy dan olahannya, serta minuman bersoda yang manis, sereal instan meningkatkan resiko obesitas.4) 2.2.2 Minim Aktivitas Fisik dan Sedentary BehaviorAktivitas fisik terdiri atas empat dimensi yaitu: frekuensi, intensitas, waktu dan tipe aktivitas. Aktivitas fisik tidak sama dengan energy expenditure (jumlah energi yang dikeluarkan), melainkan energy expenditure adalah hasil dari dilakukannya aktivitas fisik.7) Rendahnya aktivitas fisik dapat meningkatkan resiko obesitas, contohnya pada aktivitas fisik yang kurang dari 35 jam perminggu.2) Penelitian di Swiss menunjukkan bahwa setiap tambahan satu jam dalam bermain video games, terjadi penambahan resiko obesitas sebanyak dua kali. 7) 2.2.3 Pendapatan dan Tingkat Pendidikan OrangtuaPendapatan yang memadai akan menyanggupi banyak kebutuhan dan tingkat pendidikan yang baik akan menjadikan seseorang lebih selektif dalam memilih menu makanan sehari-hari.2) Studi dari Baungchum, et al juga menemukan bahwa obesitas anak umumnya ditemukan pada ibu dengan tingkat pendidikan yang rendah karena mereka beranggapan bahwa semakin gemuk tubuh anak, anak akan terlihat lebih lucu dan semakin sehat, serta menunjukkan kompetensi keluarga yang tinggi dalam membiayai kebutuhan anak.2) 2.2.4 Pemberian Susu Formula Secara DiniPenyapihan lebih awal umumnya terjadi di masyarakat kota besar. Durasi pemberian ASI berpengaruh pada kemungkinan menjadi obesitas di kemudian hari. Bayi yang lebih cepat menyapih akan memiliki resiko lebih besar untuk menjadi obesitas. Mengganti ASI dengan susu formula akan menimbulkan peningkatan berat badan bayi secara pesat pada usia 2 tahun pertama, dan berdasarkan penelitian yang dilakukan Koletzko, et al8) di Bavaria, Jerman, bayi yang mengalami peningkatan berat badan secara pesat dan memiliki berat badan berlebihan pada usia 2 tahun pertama memiliki resiko yang besar untuk menjadi obesitas pada usia sekolah.

2.3 Dampak Obesitas Terhadap Kesehatan Anak

2.3.1 Resistensi InsulinResistensi insulin adalah berkurangnya kemampuan jaringan tubuh untuk mengambil glukosa sebagai energi. Obesitas merupakan faktor resiko utama dari resistensi insulin, dimana 55% orang obesitas mengalami resistensi insulin.9) Lebih lanjut lagi, anak dengan resistensi insulin besar kemungkinan mengalami komplikasi lain yaitu dislipidemia, disfungsi endotel, dan aterosklerosis dini yang akan mengarah pada faktor resiko penyakit kardiovaskular.9)2.3.2 Non Alcoholic Fatty Liver Disease (NAFLD)

Spektrum NAFLD dimulai dari steatosis (non inflamasi) sampai inflamasi (steatohepatitis/NASH) yang akhirnya dapat berlanjut menjadi fibrosis dan sirosis.10) Umumnya pada pemeriksaan fisik akan ditemukan hepatomegali. Kemungkinan menderita NAFLD akan semakin besar jika obesitas pada anak berpusat di perut.10)2.4 Dampak Obesitas Pada Anak Terhadap Kesehatan Sistem KardiovaskulerAnak yang menderita obesitas memiliki beberapa faktor resiko yang dapat memengaruhi kesehatan sistem kardiovaskularnya. Walaupun mungkin gejala klinis dari faktor resiko kardiovaskuler yang dialaminya tidak tampak saat usia anak-anak, namun faktor resiko itu akan menetap sampai dewasa dan diperlukan perhatian khusus dalam hal ini.11)

Faktor resiko yang umum didapatkan adalah dislipidemia, dan disfungsi endotel. Disfungsi endotel bergantung pada derajat keparahan obesitas anak tersebut.1) Pada studi yang dilakukan oleh Himah, et al12) terdapat abnormalitas profil lemak pada anak dengan obesitas. Mereka memiliki nilai trigliserida dan kolestrol LDL yang lebih tinggi.

Sumber: Bonetti, et al.Disfungsi endotel merupakan kelainan sistemik yang merupakan kunci awal terjadinya aterosklerosis, ditandai dengan berkurangnya zat-zat vasodilator (contoh: NO) sementara faktor vasokonstriksi (di antaranya endothelin) meningkat.13) Disfungsi endotel mengakibatkan naiknya jumlah sitokin dan molekul adhesi seluler yang merupakan mediator dari makrofag dan leukosit, yang kemudian akan berakumulasi dalam tunika intima pembuluh darah dan membentuk plak aterosklerotik.1) Hal ini yang menjelaskan status dari fungsi endotel penting untuk merefleksikan resiko terjadinya atherosklerosis.13)Pada studi yang dilakukan oleh Nova, et al14). anak dengan obesitas juga didapatkan hipertrofi ventrikel kiri, septum yang lebih tebal, dan dinding posterior yang lebih tebal dibandingkan dengan anak tanpa obesitas.

BAB III

METODE PENULISAN

3.1 Prosedur Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam penulisan literature review ini adalah pengumpulan data tersier yang didapat dari berbagai jurnal ilmiah penelitian (yang dilakukan di luar negeri dan dalam negeri) literature review, dan buku teks.BAB IV

ANALISIS DAN SINTESIS

4.1 AnalisisObesitas disebabkan oleh banyak faktor, seperti yang telah diuraikan dalam tinjauan pustaka, yaitu faktor nutrisi, minim aktivitas fisik dan sedentary behavior, tingkat pendidikan orangtua dan pemberian susu formula secara dini.

4.1.1 Pola Makan dan Pengetahuan Orangtua Tentang Nutrisi Sebagai Masalah

Faktor nutrisi diketahui berperan banyak dalam obesitas. Pada penelitian yang dilakukan Yussac, et al terhadap 71 anak TK di Jakarta Timur didapatkan bahwa pada anak yang obesitas, angka kecukupan protein dan lemak melebihi nilai Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang seharusnya, dan angka kecukupan karbohidrat dan kalori dibawah dari AKG yang seharusnya.15) Pada anak-anak yang menderita obesitas didapatkan bahwa mereka mengkonsumsi lemak melebihi 20% dan protein melebihi 8%.

Dalam hal pemilihan makanan, tingkat pendidikan orangtua turut berperan. Orangtua dengan pendidikan tinggi mengetahui tentang nutrisi yang baik pada anak lebih banyak dibandingkan orangtua dengan pendidikan rendah. Selain itu yang juga menjadi masalah adalah adanya anggapan bahwa anak yang gemuk identik dengan sehat dan lucu, sehingga orangtua cenderung membuat anaknya menjadi gemuk. Jika anggapan ini tidak dikoreksi, tentu sulit untuk mencegah obesitas pada anak.

4.1

Tabel 2 dan 3. Sumber: Yusac, et al4.1.2 Aktivitas Fisik yang Minim dan Maraknya Permainan Elektronik

Minimnya aktivitas fisik pada anak diakibatkan oleh padatnya jam pelajaran di sekolah, tidak banyaknya porsi pelajaran olahraga dalam kurikulum sekolah dan kemajuan teknologi. Sepanjang jam pelajaran di sekolah, tentunya anak hanya akan duduk, mendengarkan guru dan mencatat pelajaran, dan kondisi ini didukung dengan sepulang sekolah anak akan langsung mengerjakan pekerjaan rumah, dan ketika tersedia waktu luang anak lebih memilih menghabiskan waktunya di depan komputer, dan memilih permainan elektronik seperti PlayStation yang tidak membutuhkan gerakan yang berarti dibandingkan dengan olahraga.

Tabel 3 dan 4. Pola aktivitas dengan resiko obesitas Sumber: Yulian, et al Pada studi yang dilakukan oleh Yulian, et al. pada anak-anak SD usia 10-12 tahun di Yogyakarta, durasi memainkan PlayStation berpengaruh terhadap peningkatan resiko obesitas.16)Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa anak dengan aktivitas rendah memiliki resiko obesitas lebih besar dibandingkan dengan anak dengan aktivitas tinggi (dalam hal ini adalah anak yang aktif berolahraga seperti basket, sepakbola, bersepeda dan lari). Demikian pula anak yang bermain PlayStation lebih dari dua jam setiap harinya akan meningkatkan resiko obesitas dibandingkan dengan bermain PlayStation kurang dari dua jam perhari. Hal ini berlaku sama dengan resiko memainkan permainan elektronik lainnya, kecuali Nintendo Wii yang membutuhkan gerakan-gerakan aktif dari pemainnya untuk bisa memainkannya.

4.1.3 Pemberian Susu Formula Terlalu Dini

Chart 1. Hubungan durasi ASI dengan obesitas anak (Koletzko, et al)Penghentian ASI sebelum bayi berusia 6 bulan dan menggantinya dengan susu formula kemungkinan disebabkan oleh beberapa hal: ibu bekerja, bayi enggan menyusu, dan sebagainya. Sementara durasi pemberian ASI memengaruhi terhadap resiko anak menjadi obesitas di kemudian hari. Dari grafik di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa semakin cepat ibu menyapih bayinya, akan semakin besar kemungkinan seorang anak menjadi overweight atau obesitas.

Maka perlu dilakukan upaya berupa edukasi mengenai menyusui. Bayi yang enggan menyusu kemungkinan karena cara menyusui yang salah oleh karena itu petugas kesehatan di rumah sakit sebaiknya mengedukasi cara menyusui yang benar.

4.2 Sintesis

4.2.1 Screening Melalui Pengukuran BAI, BMI, BB/TB dan Edukasi di Tingkat Primary Health CareSetiap pasien yang datang di tingkat primary health care hendaknya dilakukan pengukuran BAI, BMI atau BB/TB untuk dapat mengetahui secara dini jika pasien mengalami overweight atau mungkin sudah obesitas.

Pada anak yang berusia di bawah 3 tahun, Kartu Menuju Sehat (KMS) dapat digunakan, dan anak selalu dikontrol agar berat badan tetap berada pada garis hijau. Terutama pada usia 2 tahun pertama jangan terjadi peningkatan berat badan secara pesat dan berlebihan karena akan meningkatkan kemungkinan terjadi obesitas.

Sebaiknya juga dilakukan edukasi pada orangtua mengenai pentingnya memiliki berat badan ideal sejak anak-anak dan pengaruh jika anak obesitas terhadap kesehatannya di masa depan agar tidak berlebihan dalam memberi asupan gizi. Mengenai asupan gizi, orangtua sebaiknya membiasakan anak untuk mengkonsumsi buah dan sayur, tapi dalam bentuk penyajian yang tidak konvensional karena kemungkinan anak tidak suka dan tidak mau makan. Dokter sebaiknya menyarankan orangtua untuk melakukan modifikasi terhadap menu makanan yang berkaitan dengan buah dan sayur di rumah agar anak lebih tertarik untuk mengkonsumsinya.

Orangtua juga perlu diberi tahu bahwa diabetes mellitus, hipertensi, profil lemak abnormal dan resiko menderita penyakit jantung tidak hanya dialami oleh orang dewasa saja. Anak-anak bisa mengalaminya jika ia menderita obesitas dan tidak ditangani.

Pengubahan citra bahwa anak gemuk adalah anak yang sehat juga perlu dilakukan. Di Posyandu, Puskesmas, Rumah Sakit sebaiknya tidak memasang gambar anak-anak bertubuh gemuk sebagai model dalam poster-poster penyuluhan dan sebagainya.

4.2.2 Penyuluhan Mengenai Aktivitas FisikPerlu diberikan penyuluhan mengenai pentingnya aktivitas fisik. Dalam hal ini di sekolah, karena di rumah anak akan cenderung lebih memilih komputer dan permainan elektronik untuk mengisi waktu. Dalam mata pelajaran olahraga di sekolah, perlu dioptimalisasi, agar anak benar-benar melakukan olahraga, tidak hanya mengambil nilai lalu selebihnya diberikan jam bebas untuk bermain oleh guru. Akan lebih baik jika di sekolah diadakan lomba dalam bidang olahraga secara berkala yang akan menarik minat para siswa untuk turut serta berpartisipasi dan berolahraga.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN5.1 Kesimpulan

Obesitas merupakan suatu masalah di Indonesia. Obesitas pada anak berhubungan dengan resiko seseorang menderita penyakit jantung di kemudian hari, karena umumnya obesitas pada anak berlangsung menetap.

Ketidaktahuan orangtua mengenai gambaran anak yang sehat, pemberian nutrisi, minimnya aktivitas fisik dan penyapihan terlalu dini menjadi faktor resiko obesitas. Oleh karena itu perlu dilakukan screening dan edukasi terutama di tingkat primary health care, serta penyuluhan di sekolah-sekolah.

5.2 SaranPengetahuan mengenai obesitas, penyakit jantung serta resikonya dan cara mencegah perlu diketahui sejak awal oleh tenaga medis di tingkat pelayanan primer sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan, dan perlu ditanamkan sejak masih dalam tahap pendidikan (mahasiswa). REFERENSI

1. Miller J, Rosenbloom A, Silverstein J. Childhood Obesity. J Clin Endocrinol Metab. 2004;89;4211-4218

2. Adhianto G, Soetjiningsih. Prevalence and Risk Factor of Overweight and Obesity in Adolescents. Paediatr Indones. 2002;42:206-2113. Mozaffarian D, Wilson PWF, Kannel WB. Beyond Established and Novel Risk Factors: Lifestyle Risk Factors for Cardiovascular Disease. Circulation. 2008, 117:3031-30384. Matthews VL, Wien M, Sabate J. The Risk of Child and Adolescent Overweight is Related to Types of Food Consumed. Nutrition Journal. 2011;10;715. Flier JS, Maratos-Flier E. Biology of Obesity. Harrisons Principles of Internal Medicine. In: Fauci, Braunwald, Kasper, Hauser, Longo, Jameson, editors. 17th ed. Philadephia: McGraw-Hill Companies. 2008; p 462.

6. Bergman NR, Stefanovski D, Buchanan TA, Sumner AE, Reynolds JC. A Better Index of Obesity. Obesity.2011;195;10831089.7. Must A, Tybor DJ. Physical Activity and Sedentary Behavior: A Review of Longitudinal Studies of Weight and Adiposity in Youth. Int J Obes (Lond) 2005;29,S84S96.

8. Koletzko B, von Kries R, Monasterolo RC, Subias JE, Scaglioni S, Giovannini M, et al. Can Infant Feeding Choices Modulate Later Obesity Risk? Am J Clin Nutr 2009;89(suppl):1502S8S.

9. Marcovecchio ML, Mohn A, Chiarelli F. Obesity and Insulin Resistance in Children. J Pediatr Gastroenterol Nutr. 2011;51;149-150

10. Weiss Rm Kaufman FR. Metabolic Complications of Childhood Obesity. American Diabetes Association. 2008;S310-31611. Raghuveer G. Lifetime cardiovascular risk of childhood obesity. Am J Clin Nutr 2010;91(suppl):1514S9S.12. Himah R, Prawirohartono EP, Julia M. Association between obesity and lipid profile in children 10-12 years of age. Paediatr Indones 2008;48:257-6013. Bonetti PO, Lerman LO, Lerman A. Endothelial Dysfunction: A Marker of Atherosclerotic Risk. Arterioscler Thromb Vasc Biol. 2003;23:168-175.14. Nova R, Madiyono B, Sastroasmoro S, Sjarif DR. The impact of obesity on left ventricular systolic function in children. Paediatr Indones 2005;45:171-17615. Yussac MAA, Cahyadi A, Putri AC, Dewi AS, Khomaini A, Bardasono S, et al. Prevalensi Obesitas Pada Anak Usia 4-6 Tahun dan Hubungannya Dengan Asupan Pola Makan. Maj Kedokt Indon. 2007;57;2

16. Yulian E, Paryanto E, Hapsara S. The Duration of Playing PlayStation as a risk factor of Obesity in School Age Children in Yogyakarta. Paediatr Indones 2008;48:15-17

9