study kasus sistitis

Upload: mayke-prasastia

Post on 17-Jul-2015

179 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

KASUS

Riwayat Penyakit Sekarang : Ibu M.S berusia 50 tahun, mengeluhkan bahwa akhir-akhir ini jika buang air kecil tidak lancar (anyang-anyangan), sehingga kadang terasa sakit. Pernah saat BAK, urine disertai darah (hematuria). Data Pemeriksaan Laboratorium : Tensi Suhu tubuh WBC MCV Hb Bakteri pada urin Riwayat Pengobatan : Memiliki riwayat alergi terhadap antibiotika golongan penicillin dan resisten terhadap quinolon, karena tidak sembuh dengan terapi antibiotik golongan quinolon. Terapi yang Diberikan : Kotrimoksazole 2 dd 2 tablet @ 480 mg Phenazopyridin HCl 3 dd 2 tablet 100 mg (jika perlu) Ferrofumarat 2 dd 200 mg Penegakan Diagnosis Subjektif Nama Umur Jenis Kelamin Gejala : Ny. M.S : 50 tahun : Perempuan : Buang air kecil tidak tidak lancar (anyang-anyangan), sehingga kadang terasa sakit, urine disertai darah (hematuria). : 140/90 mmHg : 37oC : 12.109/L : 75 fl : 10 g/dL : 100.000/ml

Riwayat Pengobatan : Alergi terhadap antibiotika golongan penicillin dan resisten terhadap quinolon. Objektif Hasil pemeriksaan terhadap data-data klinik pasien tersaji pada tabel di bawah ini : Jenis Pemeriksaan Data Pasien Tekanan Darah Suhu Tubuh WBC MCV Hb Bakteri pada urin 140/90 mmHg 37oC 12 x 109/L 75 fl 10 g/dL 100.000/ml Data Normal 120/80 mmHg 37oC 3,8 - 9,8 x 109/L 80 - 97,6 fl 12,1 - 15,3 g/dL Keterangan Meningkat Normal Meningkat Menurun Menurun Bakteri (+)

PEMBAHASAN KASUS Penggunaan Obat tanpa Indikasi Adanya Indikasi dan Tidak Diterapi Pemilihan Obat Tidak Tepat Dosis kurang atau lebih Interval dan Lama Pemberian Tidak tepat Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Pada Kotrimoksazole dan ferrofumarat tidak terdapat keterangan mengenai lama pemberian obat. ADR dan ESO Kotrikomoksazole dapat berpotensi

menimbulkan anemia, mual dan muntah.

Phenazopyridine HCl dapat menyebabkan perubahan warna berbeda dalam urin, biasanya

untuk oranye gelap ke warna kemerahan, perubahan warna urine adalah merupakan efek yang umum dan tidak berbahaya, dan memang indikator kunci keberadaan obat dalam tubuh. Interaksi Obat Tidak ada

Terapi antibiotik dipilih kotrimoksazole karena merupakan antibiotik pilihan untuk ISK bagian bawah (sistitis) dan belum terjadi komplikasi lanjut dari ISK dan merupakan antibiotik empirik yang digunakan jika bakteri penyebab ISK bagian bawah belum diketahui secara pasti karena kotrimoksazole ini memiliki keefektifan yang tinggi terhadap banyak bakteri aerobik kecuali Pseudomonas. Phenazopyridine HCl digunakan dengan tujuan untuk memberikan efek analgesik lokal pada saluran kemih. Obat ini biasanya digunakan bersamaan dengan antibiotik ketika mengobati infeksi saluran kemih. Phenazopyridine digunakan hanya untuk waktu yang singkat (hanya simptomatis), biasanya dua hari. Terapi anemia mikrositik dapat ditatalaksana dengan Ferro fumarat karena anemia jenis ini disebabkan karena defisiensi besi untuk sintesa hemoglobin (anemia kekurangan zat besi).

ACTION PLAN Pemberian keterangan secara lengkap mengenai lama pemberian masing-masing obat: Kotrimoksazole, diberikan 2 kali sehari 2 tablet, salama 3 hari Phenazopyridin HCl, diberikan 3 kali sehari 2 tablet, jika perlu. Maksimal penggunaan selama 2 hari. Ferrofumarat 200 mg, diberikan dua kali sehari selama 2-4 minggu.

MONITORING PATIENT1.

monitoring terhadap penggunaan antibiotik,

jika setelah penggunaan antibiotik

kotrimoksazole selama 2 minggu (14 hari) kemudian dilakukan evaluasi terhadap terapi,

namun

masih terdapat bakteri,

maka pemberian antibiotik perlu diganti dengan

nitrofurantoin.2.

Monitoring terhadap data-data laboratorium seperti tekanan darah, MCV dan hemoglobin, jika dengan pemberian obat belum dapat meningkatkan kadar hemoglobin maka dapat dilakukan transfusi darah dan perlu di dukung dengan terapi non farmakologi.

3.

Monitoring efek samping obat yang mungkin timbul selama terapi dijalankan, jika efek samping dari obat yang digunakan tidak dapat ditoleransi maka obat dapat diganti dengan obat lain yang masih satu golongan terapi.

4.

Monitoring juga dilakukan terhadap penyakit infeksi saluran kemih (apakah pasien masih terinfeksi), dengan melakukan kultur bakteri di dalam urine, jika dari hasil kultur jumlah bakteri 10.000 CFU/ml maka pasien dinyatakan masih terinfeksi oleh bakteri dan terapi perlu dilanjutkan.

COUNSELING Konseling yang diberikan kepada pasien dapat berupa : 1. Secara non-farmakologis, yaitu berupa : Pasien diminta banyak beristirahat dan minum air putih, mengurangi kebiasaan menunda buang air jecil, menjaga kebersihan dirisendiri dan lingkungan. 2. Terapi farmakologis, yaitu berupa : penggawasan pemakaian obat, memastikan pasien meminum antibiotic secara teratur.