studium general - stityamaltangerang.files.wordpress.com fileaktualisasi, sebagai suatu proses...

12
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN ISLAM DI ERA MODERN Ahad, 25 Oktober 2015/12 Muharam 1437 H. Narasumber: Prof. Dr. H. E. Syibli Syarjaya, LML., MM (Guru Besar IAIN Sultan Maulana Hasanuddin Serang Banten) Moderator: Maddais, S.Pd.I., MA (Dosen STIT Ya’mal Tangerang) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH STIT YA’MAL TANGERANG 1437 H/2015 M STUDIUM GENERAL

Upload: lynhu

Post on 16-Mar-2019

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: STUDIUM GENERAL - stityamaltangerang.files.wordpress.com fileAktualisasi, sebagai suatu proses menjadikan konsep-konsep ideal terealisir menjadi tindakan nyata, akan lebih jelas sosok

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN ISLAM DI ERA MODERN

Ahad, 25 Oktober 2015/12 Muharam 1437 H.

Narasumber:

Prof. Dr. H. E. Syibli Syarjaya, LML., MM (Guru Besar IAIN Sultan Maulana Hasanuddin Serang Banten)

Moderator:

Maddais, S.Pd.I., MA (Dosen STIT Ya’mal Tangerang)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH STIT YA’MAL TANGERANG

1437 H/2015 M

STUDIUM GENERAL

Page 2: STUDIUM GENERAL - stityamaltangerang.files.wordpress.com fileAktualisasi, sebagai suatu proses menjadikan konsep-konsep ideal terealisir menjadi tindakan nyata, akan lebih jelas sosok

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN ISLAM DI ERA MODERN

A. PENDAHULUAN

Konsep pendidikan Islam, pada umumnya mengacu pada dua pengertian,

yaitu:

1). Pendidikan tentang Islam, artinya, lebih memandang Islam sebagai subject

matter dalam pendidikan, dan

2). Pendidikan menurut Islam, artinya, lebih menempatkan Islam sebagai

sebuah perspektif dalam pendidikan.1

Jika diamati, konsep pendidikan Islam sekarang ternyata sering dipahami

menurut pengertiannya yang pertama, sehingga konsep pendidikan Islam lebih

berorientasi pada masalah materi dan metode pengajarannya saja, yaitu masalah

apa yang harus diberikan, berapa jam alokasi waktu yang disediakan, dan

bagaimana cara memberi/menyajikannya. Namun demikian konsep itupun belum

jelas sehingga dalam penerapannya bervariasi sekali. Sekurang-kurangnya

terdapat 3 (tiga) sebab yang menyebabkan terjadinya kekaburan dalam

penjabaran konsep ini. Pertama, adanya perbedaan pemahaman tentang konsep

pendidikan. Kedua, adanya perbedaan pemahaman tentang konsep Islam, dan

ketiga, adanya keragaman dalam sistem pendidikan yang dilaksanakan.

Seharusnya, konsep pendidikan Islam dipahami sebagai pengertiannya

yang kedua, yaitu suatu sistem pendidikan dengan perspektif Islam. Konsep

pendidikan Islam semacam ini tidak memandang Islam sebagai seperangkat nilai

atau pengetahuan yang semua itu merupakan bagian dari sistem pendidikan,

melainkan memandang pendidikan sebagai suatu proses yang menjadi bagian

dari sistem kehidupan Islam. Hal ini berarti bahwa Islam bukan sekedar mata

pelajaran Agama Islam, melainkan jiwa dari pada semua mata pelajaran. Konsep

pendidikan semacam ini didasarkan atas pemahaman bahwa menurut Islam

pengetahuan itu bersifat integrated dan synthesized, sehingga pemilihan

pengetahuan kepada berbagai disiplin hanyalah merupakan perbedaan aksentuasi

karena semua disiplin tersebut pada hakikatnya membentuk satu kesatuan

integral.

Dan aksentuasi tulisan ini adalah pada konsep pendidikan Islam menurut

pengertiannya yang kedua (yakni memandang pendidikan sebagai suatu proses

yang menjadi bagian dari sistem kehidupan Islam dan tidak menghendaki adanya

dikhotomisasi ilmu), tentu saja, bahwa pemahaman yang pertama tidak dapat

diabaikan begitu saja. Sebab, tatkala berbicara persoalan pendidikan dalam

1Abd. Halim Soebahar, Wawasan Baru Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia,

2002), cet. I.

Page 3: STUDIUM GENERAL - stityamaltangerang.files.wordpress.com fileAktualisasi, sebagai suatu proses menjadikan konsep-konsep ideal terealisir menjadi tindakan nyata, akan lebih jelas sosok

perspektif Islam maka persoalan materi bagaimanapun harus dipikirkan juga.

Filosofis pemahaman ini sedikit terkesan idealistik, tetapi bukanlah suatu yang

mustahil karena secara sosiologis terkandung muatan yang pragmatis, oleh

karena itu gejala yang berkembang nampak akan mengarah pada filosofi

pemahaman yang demikian.

Aktualisasi, sebagai suatu proses menjadikan konsep-konsep ideal

terealisir menjadi tindakan nyata, akan lebih jelas sosok (konstruksi)-nya bila

terpolakan sesuai dengan konsep dasar yang menjadi pijakannya. Dasar-dasar itu

telah diletakkan oleh Nabi Muhammad saw yang kokoh dalam konsep dan teori

serta bersahaja dalam praktek. Dengan demikian, jelas bahwa penggerak utama

pendidikan Islam adalah Nabi saw sendiri. Kegiatan mula-mula berlangsung

secara diam-diam dan sederhana dirumah Al-Arqam ibn Abil Arqam untuk

menghindar dari ancaman Kafir Quraisy. Materi yang diberikan secara intensif

mendorong kaumnya untuk belajar membaca dan menulis. Atau dengan kata lain,

dalam menjalankan misi ajarannya, Nabi Muhammad saw memberikan

penjelasan-penjelasan atas wahyu seperti seperangkat teladan bagi tindakan

masyarakatnya.

Dengan demikian, misi ajaran Nabi saw disertai dalam dua tolak ukur

yang praktis mengenai kepentingan pendidikan; pemeluk-pemeluk Islam yang

pandai baca tulis diperlukan guna mengajarkan golongan buta huruf, sementara

juru dakwah yang pandai baca tulis dikirim ke masyarakat yang baru memeluk

agama Islam. Orang-orang itulah yang menjadi guru pertama, sebagaimana

Masjid juga sebagai sekolah pertama sebelum adanya madrasah2 dan al-Qur’an

dapat pula disebut sebagai materi didik pertama dalam sistem pendidikan Islam.

Karena pesan-pesan al-Qur’an adalah merupakan sesuatu yang revolusioner, dan

pesan al-Qur’an juga menekankan ketinggian dan kemuliaan nilai belajar.

Tatkala Nabi hijrah ke Madinah, kegiatan pendidikan tidak lagi

berlangsung secara diam-diam dan perorangan, melainkan telah mengambil

tempat strategis di serambi Masjid dan di Masjid sekaligus. Gambaran Hamid

Hasan Bilgrami dan Syeh Ali Ashraf sebagai berikut:

Segera, setelah hijrah, Nabi saw memberikan prioritas tertinggi pada

pendidikan umat Islam, kendatipun perhatian beliau terhadap masalah-masalah

dan kegiatan memaksa beliau untuk lebih dahulu mencintai perdamaian dan

keamanan di Madinah. Pusat pendidikan Islam as-Suffah, didirikan sebagai

tempat pemukiman di salah satu ruangan yang berdekatan dan bahkan

bergandengan dengan Masjid bagi pendatang baru dan orang mukmin setempat

yang karena sangat miskin tidak memiliki tempat tinggal sedang Masjid-masjid

2Affandi Mochtar, Membedah Diskursus Pendidikan Islam (Jakarta: Kalimah,

2001), cet. I, 87.

Page 4: STUDIUM GENERAL - stityamaltangerang.files.wordpress.com fileAktualisasi, sebagai suatu proses menjadikan konsep-konsep ideal terealisir menjadi tindakan nyata, akan lebih jelas sosok

(jami’) merupakan pusat atau lembaga Islam semenjak masa pertama sejarah

Islam. Suatu pola yang dicetuskan oleh Nabi saw di ikuti selama berabad-abad.3

Anas r.a. menceritakan bahwa bila mereka telah selesai shalat shubuh

mereka duduk melingkar, mereka membaca al-Qur’an, dan belajar segala hukum.

Selain itu, kemampuan baca tulis yang sebelumnya dianggap aib,

kemudian berkembang pesat berkat dorongan Rasulullah saw yang bersumber

pada al-Qur’an terutama sejak perang, karena yang pandai baca tulis dapat

menebus dirinya dengan mengajar anak-anak muslim menulis dan membaca.4

Pendidikan Islam sejak semula perkembangannya senantiasa meletakkan

pandangan filosofisnya kepada sasaran sentralnya yaitu manusia didik, sebagai

makhluk Tuhan yang memiliki potensi dasar fitriyah dimana religiositas Islami

menjadi intinya, dikembangkan secara tegak lurus (vertical) dan mendatar

(horizontal) menuju kehidupan lahir dan batin yang bahagia dalam arti luas.

Para ahli pikir, ahli filsafat (filosof)-pendidik muslim seperti Ibnu Sina

(985 M), Al-Ghazzaly (1058 M) dan Ibnu Khaldun (1332 M) yang hidup pada

periode keemasan perkembangan ilmu pengetahuan Islam di benua Arabia,

Afrika Utara dan Spanyol Islam, secara prinsipal telah meletakkan konsepsi

pendidikan Islam yang berorientasi kepada kebutuhan perkembangan anak

didik.5

Pertanyaan yang muncul sekarang adalah bagaimana Implementasi

Pendidikan Islam di Era Modern?

B. PEMBAHASAN

1. Pengertian Implementasi

Implementasi (Implementation) secara bahasa (etimologi) berarti

pelaksanaan; penerapan. Mengimplementasikan berarti melaksanakan;

menerapkan.6

3Hamid Hasan Bilgrami and Syed Ali Ashraf, The Concept of an Islamic University

(Cambridge: The Islamic Academi, 1985), 18-20. 4Ahmad Syalabi, Sejarah Pendidikan Islam, terj. Mukhtar Yahya dan M. Sanusi

Latief (Jakarta: Bulan Bintang, 1973), cet. I, 35. 5M. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum) (Jakarta: Bumi Aksara,

2000), cet. IV, 28. 6Lihat, John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia (Jakarta:

Gramedia, 2000), cet. XXIV, 313. Tim Pandom Media, Kamus Bahasa Indonesia Edisi Baru

(Jakarta: Pandom Media Nusantara, 2014), cet. I, 343.

Page 5: STUDIUM GENERAL - stityamaltangerang.files.wordpress.com fileAktualisasi, sebagai suatu proses menjadikan konsep-konsep ideal terealisir menjadi tindakan nyata, akan lebih jelas sosok

2. Pengertian Pendidikan Islam

Belakangan ini ada beberapa penulis mengatakan bahwa yang disebut

pendidikan Islam adalah pengajaran agama yang dilaksanakan dari tingkat

SD/MI sampai ke Perguruan Tinggi, itu ada benarnya tetapi tidak sempurna,

sebab belum mencakup keseluruhan aspek pendidikan Islam. Begitu juga dengan

istilah-istilah lain yang kita dengar selama ini seperti pendidikan agama,

pengajaran agama Islam dan lain-lainnya, itu hanyalah menyentuh sebagian kecil

dari substansi pendidikan Islam sendiri.

Kajian tentang pendidikan Islam, telah dilakukan oleh Yusuf al-

Qardhawi, ia memberikan pengertian bahwa pendidikan Islam adalah

“pendidikan manusia seutuhnya; akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya; akhlak

dan keterampilan nya. Karena pendidikan Islam menyiapkan manusia untuk

hidup baik dalam damai dan perang, dan menyiapkan untuk menghadapi

masyarakat dengan segala kebaikan dan kejahatannya, manis dan pahitnya”.7

Dari pengertian yang dibuat oleh Yusuf al-Qardhawi tersebut, Hasan

Langgulung merumuskan bahwa pendidikan Islam adalah “proses penyiapan

generasi muda untuk mengisi peranan, memindahkan pengetahuan dan nilai-nilai

Islam yang diselaraskan dengan fungsi manusia untuk beramal di dunia dan

memetik hasilnya di akhirat”.8

Sementara itu, Abuddin Nata, mengatakan bahwa secara epistimologis

Islam memiliki konsep yang khas tentang pendidikan, yakni pendidikan Islam.

Tugas kita selanjutnya adalah melanjutkan penggalian secara intensif terhadap

apa yang telah dilakukan para ahli, karena apa yang dirumuskan para ahli itu

tidak lebih sebagai bahan perbandingan. Mereka telah menunjukkan perhatian

dan kepedulian terhadap pendidikan sesuai dengan zaman dan tantangan yang

dihadapi. Zaman dan tantangan yang dihadapi masa sekarang jauh berbeda

dengan yang dihadapi mereka itu, karena itu, upaya penggalian masalah

kependidikan ini tidak boleh berhenti, jika kita sepakat bahwa pendidikan Islam

ingin eksis ditengah-tengah percaturan global.9

3. Pengertian Modern

Secara etimologi, kata “modern” berasal dari bahasa Latin “modo” yang

berarti “masakini” atau “mutakhir.”10

Dalam banyak literatur disebutkan

setidaknya ada tiga istilah yang berkorelasi dengan kata “modern,” yakni

7Yusuf al-Qardhawi, Pendidikan Islam dan Madrasah Hasan al-Bana terj. Bustani

A. Gani dan Zainal Abidin Ahmad (Jakarta: Bulan Bintang, 1980), cet. I. 8Hasan Langgulung, Beberapa Pemikiran Tentang Pendidikan Islam (Bandung: al-

Ma’arif, 1980), cet. I. 9Abduddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Logos, 2001), cet. IV.

10Lihat, David B. Guralnik (ed.), Webster’s New World Dictionary of the American

Language (New York: Warner Books, 1987), 387.

Page 6: STUDIUM GENERAL - stityamaltangerang.files.wordpress.com fileAktualisasi, sebagai suatu proses menjadikan konsep-konsep ideal terealisir menjadi tindakan nyata, akan lebih jelas sosok

modernitas (modernity), modernisme (modernism), dan modernisasi

(modernization).11

Modernitas (modernity) menggambarkan kondisi dan kualitas sesuatu

yang lama berubah menjadi sesuatu yang baru. Modernisme (modernism)

merupakan gerakan untuk menjadikan paham modern, seperti pemikiran dan

budaya, sebagai karakter yang dapat dipraktikkan oleh masyarakat dunia secara

luas. Modernisme lebih merujuk pada objek yang sifatnya abstrak dan mewakili

satu suasana intelektual. Subtansi modernisme berada pada sikap menghargai

waktu dan mandirisasi akal manusia untuk menghadapi kehidupannya dari

berbagai ketergantungan terhadap alam, budaya dan dogma. Sementara,

modernisasi (modernization) adalah proses adaptasi dari masyarakat tradisional

menuju masyarakat modern. Modernisasi merujuk pada pengertian kerja atau

proses merasionalkan, mensistematiskan dan mengendalikan realitas sosial dan

alam agar sesuai dengan kebutuhan manusia.12

Sehingga komunitas atau

masyarakat yang memfungsikan tiga makna istilah di atas disebut juga

masyarakat modern.

Pengertian yang mudah tentang modernisasi ialah pengertian yang

identik, atau hampir identik, dengan pengertian rasionalisasi. Dan hal itu berarti

proses perombakan pola berpikir dan tata kerja lama yang tidak akliah (rasional),

dan menggantikannya dengan pola berpikir dan tata kerja baru yang akliah.

Kegunaannya ialah untuk memperoleh daya-guna dan efisiensi yang maksimal.

Jadi sesuatu dapat disebut modern, kalau ia bersifat rasional, ilmiah dan

bersesuaian dengan hukum-hukum yang berlaku dalam alam.13

Menurut

Nurcholish Madjid (Cak Nur), modernisasi ialah rasionalisasi bukan

westernisasi.14

11

Yusno Abdullah Otta, Krisis Manusia Modern Perspektif Nasr (Tangerang

Selatan: Young Progressive Muslim, 2012), 1. 12

Penelitian ini memaknainya sebagai berikut; pembaruan merujuk pada berbagai

perkembangan terbaru, baik yang bersifat material maupun abstrak sebagai hasil pikiran

manusia untuk mengendalikan tantangan lingkungannya. Penggunaan Hand Phone (HP),

Agunan Tunai Mandiri (ATM), sampai kehadiran sekolah internasional adalah bentuk formal

dari modernitas. Lihat, H.A.R. Tilaar, Manifesto Pendidikan Nasional Tinjauan dari

Perspektif Posmodernisme dan Studi Kultural (Jakarta: Kompas, 2005), 7-15. 13

Nurcholis Madjid, Islam Kemodernan dan KeIndonesiaan (Bandung: Mizan,

1998), 172. 14

Rasionalitas, menurut Cak Nur, adalah suatu nilai yang sangat baik, bahkan

diperintahkan oleh Allah SwT, sebab rasionalitas berarti penggunaan rasio atau akal-budi.

Tapi rasionalisme adalah suatu paham yang memutlakan rasio dan menganggap bahwa rasio

merupakan hakim terakhir dari masalah benar dan salah. Menurut Cak Nur, paham

rasionalisme ini tidak bisa diterima Islam. Lihat, Budhy Munawar Rachman, Membaca

Nurcholish Madjid: Islam dan Pluralisme (Jakarta: Democracy Project Yayasan Abad

Demokrasi, 2011), edisi digital, 5 & 283. Atau lihat www.abad-democracy.com.

Page 7: STUDIUM GENERAL - stityamaltangerang.files.wordpress.com fileAktualisasi, sebagai suatu proses menjadikan konsep-konsep ideal terealisir menjadi tindakan nyata, akan lebih jelas sosok

4. Implementasi Pendidikan Islam di Era Modern

۞ Baju Toga

Dalam Kitab Ta’līmul Muta’allim disebutkan:

ح ب ا ال ق ر ة ف ي ن و الل ه ح ع ه اب ح ص ل ا ع ظ : و ا نم ام و ا م ام ك م ، ا ك و و س ع و ا م ائ م ك م ل ه و ا ه ب ال ع ل م ت خ فم ي س ل ئ الم ذل ك ق ال

Kepada sahabat-sahabatnya, Abu Hanifah berkata: Besarkanlah putaran

sorban kalian dan perlebarlah lobang lengan baju kalian. Ucapan ini

dikemukakan agar supaya ilmu dan ahli ilmu tidak dipandang remeh.15

Ternyata kata-kata Imam Abu Hanifah,16

yang sudah lebih dari 1000

tahun yang lalu itu, dipraktikkan oleh dunia Universitas/Sekolah Tinggi sekarang

ini, misalnya para guru besar/dosen memakai toga (baju resmi berwarna hitam

ketika upacara ilmiah), demikian pula para mahasiswa yang tamat ketika upacara

wisuda. Maksudnya? Agar kelihatan wibawa ilmiahnya. Walaupun tidak jarang,

yang sorbannya besar, memakai toga segala macam, namun ilmunya biasa-biasa

saja (under qualified).

۞ Hari Rabu

Masih dalam Kitab Ta’līmul Muta’allim, disebutkan:

ش ن اذ ت س ا ان ك ا ل ر ب ع اء ،اي د ب ف ف ق و ي ن ي الد ان ه ر ب م ال س ل ا خ ي ا ع ل ى السمب ق ة الل ر س و ل ق ال : و ي ق و ل ب ه ت د ل ف ي س ح د ي ثا ذل ك ف ي ر و ى الل لمص و ك ان ه ي ل ع ى

ت م.م لمس و و ق د ا ل ر ب ع اء ا لم ي و م ش ي ئب د ئ ف :م ام ن Guru kita Syaikhul Islam Burhanuddin memulai belajar tepat pada hari

Rabu. Dalam hal ini beliau telah meriwayatkan sebuah hadis sebagai

15

Lihat, Burhanuddin al-Islam az-Zarnuji, Ta’līmul Muta’allim, Fasal II Niat di

waktu belajar. 16

Imam Abu Hanifah lahir di Kufah, Irak, tahun 80 H. dan wafat di Baghdad, tahun

150 H. Lihat, Suwito dan Fauzan, (ed.), Sejarah Pemikiran Para Tokoh Pendidikan

(Bandung: Angkasa, 2003), cet. I, 27-37.

Page 8: STUDIUM GENERAL - stityamaltangerang.files.wordpress.com fileAktualisasi, sebagai suatu proses menjadikan konsep-konsep ideal terealisir menjadi tindakan nyata, akan lebih jelas sosok

dasarnya, dan ujarnya: Rasulullah saw bersabda: Tiada lain segala

sesuatu yang dimulai pada hari Rabu, kecuali akan menjadi sempurna.17

Hemat penulis, inilah yang menjadi rujukan mengapa STIT Ya’mal

Tangerang mengadakan Wisuda Sarjana ke-1 pada hari Rabu, 12 – 12 – 2012,

dan mengadakan Wisuda Sarjana ke-2 pada hari Rabu, 24 – 12 – 2014. Apakah

STIT Ya’mal Tangerang akan mengadakan Wisuda Sarjana ke-3 pada hari Rabu

juga? Wallahu A’lam.

Untuk mengetahui lebih lanjut, bagaimana Implementasi Pendidikan

Islam di Era Modern, marilah kita dengarkan Studium General (Kuliah

Umum) dari Prof. Dr. H. E. Syibli Syarjaya, LML., MM.

17

Lihat, Burhanuddin al-Islam az-Zarnuji, Ta’līmul Muta’allim, Fasal VI Permulaan

Belajar, Ukuran Belajar dan Tata Tertibnya.

Page 9: STUDIUM GENERAL - stityamaltangerang.files.wordpress.com fileAktualisasi, sebagai suatu proses menjadikan konsep-konsep ideal terealisir menjadi tindakan nyata, akan lebih jelas sosok

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Prof. Dr. H. E. SYIBLI SYARJAYA, LML, MM.

Guru Besar Jurusan Al-Akhwal Al-Syakhsiyah/Hukum Keluarga

Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam

IAIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

NIP : 195007051983031001

Umur : 65 Tahun

Tempat/Tanggal Lahir : Serang, 05 Juli 1950

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Agama : Islam

Pangkat, Gol./Ruang : Pembina Utama (IV/e)

Masa Kerja : 30 Tahun - 7 Bulan

Pendidikan Terakhir : S3, Hukum Islam, UIN Sunan Gunung Djati Bandung,

2009

Tanggal Pensiun : 01 Agustus 2020

HP : 0812 9274 090

Page 10: STUDIUM GENERAL - stityamaltangerang.files.wordpress.com fileAktualisasi, sebagai suatu proses menjadikan konsep-konsep ideal terealisir menjadi tindakan nyata, akan lebih jelas sosok

PENDIDIKAN

1 Tamatan : SRN Sikulan, tahun 1963

2 Tamatan : MTs Menes, tahun 1966

3 Tamatan : PGA Perguruan Mathla’ul Anwar Pusat Menes 6 Tahun,

Jurusan Pendidikan, tahun 1969

4 Tamatan : S1 Al-Azhar Cairo, Fakultas Syari’ah, Jurusan Syari’ah tahun 1977

5 Tamatan : S1 IAIN Sunan Gunung Djati Serang, Fakultas Syari’ah,

Jurusan Agama, tahun 1984

6 Tamatan : S2 STIE IPWI Jakarta, Jurusan Manajemen Sumber Daya

Manusia, tahun 2000

7 Tamatan : S3 UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Fakultas Syari’ah,

Jurusan Hukum Islam, tahun 2009.

PENGALAMAN ORGANISASI DAN KERJA

1 Ketua STAI Mathla’ul Anwar (1991-2006)

2 Ketua Departemen Pendidikan dan Kebudayaan PB Mathla’ul Anwar (2001-

2005)

3 Ketua Pengurus Perguruan Mathla’ul Anwar Pusat Menes (2001-2006)

4 Sekretaris Umum MUI Provinsi Banten (2001-2006)

5 Sekretaris Umum LPTQ Provinsi Banten (2002-2006)

6 Sekretaris Umum BAZ Provinsi Banten (2002 - )

7 Anggota Dewan Lajnah Tashnil Tafsir al-Qur’an Depag RI

8 Puket III STAIN Sultan Maulana Hasanuddin (SMH) Serang Banten (2000 - )

9 Purek I Bidang Akademik IAIN SMH Serang Banten (2005 - ).

10 Rektor IAIN SMH Serang Banten (6 Januari 2011 - 6 Januari 2015)

11

Guru Besar Jurusan Al-Akhwal Al-Syakhsiyah/ Hukum Keluarga Fakultas

Syariah dan Ekonomi Islam IAIN SMH Serang Banten (2015).

Page 11: STUDIUM GENERAL - stityamaltangerang.files.wordpress.com fileAktualisasi, sebagai suatu proses menjadikan konsep-konsep ideal terealisir menjadi tindakan nyata, akan lebih jelas sosok

PENGALAMAN KEPANGKATAN

No Jenis SK Pangkat Gol/

Rua

No. SK TMT SK Gaji

Pokok

1 SK CPNS Pengatur

Muda Tk. I

II/b B.II/3-

E/PB.I/9207

01/03/1980 0

2 SK PNS Pengatur

Muda Tk. I

II/b 091/B.3/0/1984 01/04/1984 0

3 SK KP Penata Muda III/a B.II/3-E/16.083 01/04/1985 0

4 SK KP Penata Muda

Tingkat I

III/b B.II/3-E/9520 01/04/1987 0

5 SK KP Penata III/c B.II/3-E/11539 01/04/1989 0

6 SK KP Penata

Tingkat I

III/d B.II/3-E/13440 01/04/1991 0

7 SK KP Pembina IV/a B.II/3-E/20526 01/04/1993 0

8 SK KP Pembina

Tingkat I

IV/b 15/K Tahun

1997

01/10/1997 0

9 SK KP Pembina

Utama Muda

IV/c 24/K Tahun

2000

01/04/2000 0

10 SK KP Pembina

Utama Madya

IV/d 01/04/2011 0

11 SK KP Pembina

Utama

IV/e 33/K Tahun

2014

01/04/2014 4,701,200

KARYA TULIS

1 Periode Tafsir Fiqh (1991)

2 Tafsir Ayat Ahkam Jilid I, II, III, dan IV (1994)

3 Methodologi Ibnu Katsir dalam Menafsirkan al-Qur’an (1996)

Page 12: STUDIUM GENERAL - stityamaltangerang.files.wordpress.com fileAktualisasi, sebagai suatu proses menjadikan konsep-konsep ideal terealisir menjadi tindakan nyata, akan lebih jelas sosok

4 Corak Pemikiran Fiqh as-Syaukani dalam Tafsir Fathul Qodir (1997)

5 Dirasah Islamiyah I: Sejarah dan Khithah Mathla’ul Anwar (2003)

Serang, 25 Oktober 2015

Saya yang bersangkutan

Prof. Dr. H. E. Syibli Syarjaya, LML., MM

NIP. 195007051983031001