studi tentang kesiapanrepository.iainambon.ac.id/502/3/2017 buku ''studi... ·...

96

Upload: others

Post on 22-Jan-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: STUDI TENTANG KESIAPANrepository.iainambon.ac.id/502/3/2017 BUKU ''Studi... · 2019-10-10 · yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang membutuhkan dana, serta berfungsi untuk
Page 2: STUDI TENTANG KESIAPANrepository.iainambon.ac.id/502/3/2017 BUKU ''Studi... · 2019-10-10 · yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang membutuhkan dana, serta berfungsi untuk

ii

STUDI TENTANG KESIAPANPENGADILAN AGAMA AMBON KELAS IA TERHADAP PENYELESAIANSENGKETA PERBANKAN SYARIAH MENURUT UU NO. 3 TAHUN 2006

TENTANGPengadilan Agama Pasca Penetapan UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan

Syariah

Hasan, M. AgAkbar M. Shardi

ReviuwerDr. H. Sulaiman, M. Si,Dr. La Jamaa, MHIDr. Jufri Pattilouw, M. Si,

EditorSahir Tomia, S.Pd dan

Mursid Malawat,S.Sos.

Desain CoverSahir Tomia, S.PdMursid Malawat,S.Sos.

Ambon, 2016

Page 3: STUDI TENTANG KESIAPANrepository.iainambon.ac.id/502/3/2017 BUKU ''Studi... · 2019-10-10 · yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang membutuhkan dana, serta berfungsi untuk
Page 4: STUDI TENTANG KESIAPANrepository.iainambon.ac.id/502/3/2017 BUKU ''Studi... · 2019-10-10 · yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang membutuhkan dana, serta berfungsi untuk

iii

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Swt, Tuhan semesta Alam. Salawat dan salam

semoga senantiasa tercurahkan kepada nabi Muhammad Saw, keluarga, sahabat

serta para pengikutnya hingga akhir zaman. Atas perkenan-Nya jualah buku

Studi Tentang Kesiapan Pengadilan Agama Ambon Kelas IA Terhadap

Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Menurut UU No. 3 Tahun 2006 tentang

Kewenangan Pengadilan Agama Pasca Penetapan UU No. 21 Tahun 2008 Tentang

Perbankan Syariah

Pemikiran dan kesadaran mengenai perlunya diterapkan system perbankan

ah di Indonesia berjalan sejak lama. Lokakarya Ulama mengenai Bank dan

Bunga Bank di Cisarua pada tanggal 19 23 Agustus 1990 merekomendasikan

perlunya mendirikan Bank tanpa bunga. Harapan itu secara yurudis

mendapatkan respon melalui UU Nomor 7 Tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah

Nomor 72 tahun 1992. Dalam peraturan perundang-undangan belum disebut

Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) termasuk para pengusaha muslim pada

tahun 1992 didirikanlah Bank Muamalat Indonesia (BMI). Secara yuridis, baru di

era reformasi dengan UU Nomor 10 tahun 1998 sebagai revisi dari UU Nomor 7

Tahun 1992, istilah pembiayaan berdasarkan syariat dan prinsip syariat belum

disebut secara tegas.

Upaya untuk melengkapi aturan-aturan hukum mengenai bank syariah

yang dilakukan oleh Bank Indonesia (BI) dengan mengeluarkan beberapa Surat

Keputusan yang merupakan peraturan pelaksana dari Undang-Undang

Perbankan tersebut sebagai landasan operasional bagi bank syariah, misalnya SK

Direksi BI No. 32/34/KEP/DIR tanggal 12 Mei 1999 tentang Bank Umum

Berdasarkan Prinsip Syariah, dan SK Direksi BI N0. 32/36/KEP/DIR tanggal 12

Mei 1999 tentang Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah. Dalam

rangka legalisasi kedua SK tersebut kemudian diganti dengan PBI No.

6/17/PBI/2004 tanggal 1 Juli 2004 tentang Bank Perkreditan Rakyat berdasarkan

Page 5: STUDI TENTANG KESIAPANrepository.iainambon.ac.id/502/3/2017 BUKU ''Studi... · 2019-10-10 · yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang membutuhkan dana, serta berfungsi untuk

iv

prinsip syariah dan Peraturan Bank Indonesia No. 6/24/PBI/2004 tanggal 14

Oktober 2004 tentang Bank Umum yang melaksanakan kegiatan usahanya

berdasarkan prinsip syariah.

Selang waktu 10 tahun kemudian perbankan syariah dilegalkan secara

ingtegral dengan diaturnya berdasarkan UU No. 21 Tahun 2008 tentag perbankan

syariah, yang mana seluruh aktifitas operasional perbankan syariah sudah

merujuk pada UU No. 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah tersebut namun

tetap di bwah kontrol Bank Indonesia, sebagai induk semua bank di Indonesia.

Perkembangan tersebut sebagai langka maju di satu sisi, namun di sisi lain

merupakan tantangan bersar yakni dalam proses penyelesaian sengketa jika ada

sengketa yang terjadi di antara pengelolah bank dan nasabah. Masuknya

sengeketa bidang perbankan syariah ke dalam kewenangan absolute lingkungan

peradilan agama sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun

2006 perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 yang mana sengketa

dengan terbitnya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.

Hal ini antara lain dimaksudkan agar prinsip-prinsip syariah yang menjadi

landasan hukum bank syariah dalam menjalankan aktivitasnya dapat diterapkan

secara optimal, konkrit dan seutuhnya.

Kaitannya dengan pelaksanaan amanat Undang-Undang Nomor 3 Tahun

2006 perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Pengadilan

Agama di Indonesia telah dilaksanakan, namun sesuai realitas di Pengadilan

Agama Ambon Kelas IA belum dilaksanakan seutuhnya dengan bukti bahwa

belum ada kasus yang diselesaikan dengan alasan tidak ada masyarakat yang

mengajukan permohonan untuk penyelesesaian sengketa perbankan syariah.

Penulis menyadari bahwa buku ini, masih jauh dari kesempurnaan,

olehnya itu penulis mengucapkan banyak terimah kasih kepada semua pihak

yang membantu; Dr. H. Sulaiman, M. Si (Kepala LPPM IAIN Ambon) Dr. La

Jamaa, MHI dan Dr. Jufri Pattilouw, M. Si (Reviuwer Peneliti), saudara Sahir

Tomia, S.Pd (Editor) dan Mursid Malawat,S.Sos, (Editor), Akbar M. Shardi, Wa

Jena (Istri) dan Anak-Anak; Alia, Ina, Ikhsan dan Faris, serta masih banyak pihak

Page 6: STUDI TENTANG KESIAPANrepository.iainambon.ac.id/502/3/2017 BUKU ''Studi... · 2019-10-10 · yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang membutuhkan dana, serta berfungsi untuk

v

yang tidak sempat disebutkan yang telah memberikan kontibusinya sampai buku

ini terselesaikan.

Akhirnya buku ini penulis dedikasikan kepada jurusan Hukum Ekonomi

Syariah Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam IAIN Ambon, sekaligus sebagai

bahan rujukan dan pertimbangan bagi penulis-penulis selanjutnya terkait dengan

masalah tersebut.

Ambon, Nopember 2016

Penulis

Hasan, M. Ag

Page 7: STUDI TENTANG KESIAPANrepository.iainambon.ac.id/502/3/2017 BUKU ''Studi... · 2019-10-10 · yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang membutuhkan dana, serta berfungsi untuk

vi

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. iii

DAFTAR ISI.............................................................................................................. vii

BAB I. PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah............................................................................... 1B. Perumusan Masalah .................................................................................... 7

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ................................................. 8

BAB II. KAJIAN TEORI ........................................................................................... 9

A. Hasil Penelitian Terdahulu.......................................................................... 9B. Perbankan Syariah........................................................................................ 11C. Kewenangan Absolut Pengadilan Agama Dalam Penyelesaian Sengketa

Perbankan Syariah........................................................................................ 29

BAB III. METODE PENELITIAN ........................................................................... 47

A. Tipe Penelitian .............................................................................................. 47B. Lokasi Penelitian........................................................................................... 47C. Subjek Penelitian .......................................................................................... 47D. Penentuan Informan..................................................................................... 47E. Objek Penelitian............................................................................................ 48

F. Sumber Data Penelitian................................................................................ 48G. Cara Penetuan Sumber Data........................................................................ 48H. Teknik Pengumpulan Data.......................................................................... 48I. Teknik Analisis Data .................................................................................... 49J. Jadwal Penelitian.......................................................................................... 50

BAB. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................. 51

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian........................................................... 51B. Hasil dan Pembahasan................................................................................. 61

BAB. V PENUTUP ................................................................................................... 80

A. Kesimpulan ................................................................................................... 80B. Saran .............................................................................................................. 81

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 82

DAFTAR ISTILAH................................................................................................... 87

INDEKS..................................................................................................................... 88

Page 8: STUDI TENTANG KESIAPANrepository.iainambon.ac.id/502/3/2017 BUKU ''Studi... · 2019-10-10 · yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang membutuhkan dana, serta berfungsi untuk

1

Studi Tentang Kesiapan Pengadilan Agama Ambon Kelas IA terhadap Penyelesaian SengketaPerbankan Syariah menurut UU No. 3 Tahun 2006

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia memiliki kebutuhan dasar yang berupa kebutuhan

fisiologis, rasa aman, rasa memiliki dan dimiliki, rasa kasih sayang,

penghargaan dan aktualisasi diri serta kebutuhan akan pertumbuhan.

Setiap orang akan merasa senang apabila mendapat penghargaan atas

sesuatu yang dilakukannya. Sebalikanya dia akan merasa kecewa, marah

apabila harga dirinya tersinggung atau diremehkan. Apalagi jika ia merasa

mendapat perlakuan yang tidak wajar. Dengan demikian sudah menjadi

kodrat bahwa setiap orang ingin mendapat perlakuan dan penghargaan

dari pihak lain terutama perlakuan adil dan manusiawi. Terlebih jika

menghadapi masalah atau kesulitan sosial dalam bentuk sengketa. Oleh

karena itu ia membutuhkan bantuan dan pelayan dari suatu pihak yang

dapat menyelesaikan sengketanya yakni salah satunya pengadilan.1

Sejalan dengan itu, pembangunan ekonomi suatu Negara

memerlukan program yang terencana dan terarah serta membutuhkan

modal atau dana pembangunan yang tidak sedikit. Tidaklah

mengherankan apabila pemerintah dalam suatu negera terus menerus

melakukan upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi melalui perbaikan

dan peningkatan kinerja bank sebagai lembaga keuangan dan lokomotif

pembangunan ekonomi. Lembaga keuangan bank mempunyai peranan

yang strategis dalam membangun suatu perekonomian negara.2

Bank merupakan lembaga perantara keuangan antara pihak-pihak

yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang membutuhkan dana,

serta berfungsi untuk memperlancar lalu lintas keuangan yang berpijak

pada falsafah kepercayaan Bank terdiri dari bank berdasarkan prinsip

1 Frank G. Goble, Mazhab Ketiga Psikologis Humanistik Abraham Maslow (Yogyakarta :

Kanisius, 1994), h. 692 Muhammad, Bank Syariah Problem dan Prospekk Perkembangan di Indonesia (Yogyakarta:

Graha Ilmu, 2005), h. 1

Page 9: STUDI TENTANG KESIAPANrepository.iainambon.ac.id/502/3/2017 BUKU ''Studi... · 2019-10-10 · yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang membutuhkan dana, serta berfungsi untuk

2

Studi Tentang Kesiapan Pengadilan Agama Ambon Kelas IA terhadap Penyelesaian SengketaPerbankan Syariah menurut UU No. 3 Tahun 2006

adalah mempertemukan dua pihak atau lebih yaitu pihak yang

membutuhkan dana (borrower) dan pihak yang mempunyai kelebihan dana

(saver).3

Bank sebagai financial intermediary atau lembaga perantara keuangan

harus melakukan mekanisme pengumpulan dan penyaluran dana secara

seimbang, sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku. Untuk

mencapai itu semua, maka harus ada kejelasan sistem operasional

perbankan. Bank adalah lembaga intermediasi keuangan yang

menghubungkan pihak yang kelebihan dana (surplus) dengan pihak yang

kekurangan dana (minus) dan menyediakan jasa-jasa keuangan bagi kedua

unit tersebut. Pada prinsipnya, bank menghimpun dana dari masyarakat

dalam bentuk simpanan dan menyalurkannnya kepada masyarakat,

dengan misi meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.4

Pemikiran dan kesadaran mengenai perlunya diterapkan sistem

dan Bunga Bank di Cisarua pada tanggal 19 23 Agustus 1990

merekomendasikan perlunya mendirikan Bank tanpa bunga. Harapan itu

secara yuridis mendapatkan respon melalui UU Nomor 7 Tahun 1992 dan

Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 1992. Dalam peraturan perundang-

butan

Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Cendekiawan Muslim Indonesia

(ICMI) termasuk para pengusaha muslim pada tahun 1992 didirikan Bank

Muamalat Indonesia (BMI). Secara yuridis, baru di era reformasi dengan

UU Nomor 10 tahun 1998 sebagai revisi dari UU Nomor 7 Tahun 1992,

3 Krisna Wijaya, Reformasi Perbankan Nasional (Jakarta: Harian Kompas, 2000), h. 464 Afif Faisal,dkk, Strategi dan Opersional Bank (Bandung: Eresco, 1996), h. 12

Page 10: STUDI TENTANG KESIAPANrepository.iainambon.ac.id/502/3/2017 BUKU ''Studi... · 2019-10-10 · yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang membutuhkan dana, serta berfungsi untuk

3

Studi Tentang Kesiapan Pengadilan Agama Ambon Kelas IA terhadap Penyelesaian SengketaPerbankan Syariah menurut UU No. 3 Tahun 2006

istilah pembiayaan berdasarkan syariat dan prinsip syariat, disebut secara

tegas.5

Merujuk pada hal tersebut, kebutuhan masyarakat muslim Indonesia

akan adanya bank yang beroperasi sesuai dengan nilai-nilai dan prinsip

ekonomi Islam, secara yuridis diatur dalam Undang-Undang Nomor 7

Tahun 1992 tentang Perbankan. Dalam Undang-Undang tersebut eksistensi

bank Islam atau perbankan syariah belum dinyatakan secara eksplisit,

Undang-Undang tersebut menyatakan adanya bank berdasarkan prinsip

bagi hasil terkesan hanya berupa sisipan, belum begitu tampak adanya

kesungguhan untuk mengatur beroperasinya bank Islam di Indonesia. Apa

diri, apa pula

landasan hukum operasionalnya dan kegiatan usaha apa saja yang dapat

dioperasikan dan diimplementasikan oleh bank tersebut, sama sekali belum

ditegaskan dalam Undang-Undang tersebut.

Senada dengan hal tersebut. pada tahun 1998 disahkan Undang-

Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 7

Tahun 1992 tentang Perbankan, pengaturan mengenai perbankan Islam

sudah lebih jelas dibandingkan sebelumnya. Undang-Undang tersebut

telah mengakui dengan tegas keberadaan bank syariah dalam sistem

perbankan nasional di samping bank konvensional. Hal ini dinyatakan

dalam Pasal 1 Ayat (3) dan (4) Undang-Undang tersebut. Secara yuridis,

eksistensi dan legitimasi bank Syariah dalam tata hukum perbankan

nasional dapat dikatakan sudah lebih jelas dan pasti dibandingkan dengan

sebelumnya. Lebih-lebih setelah tertibnya UU No. 23 Tahun 1999 tentang

Bank Indonesia, yang sekarang telah diubah dengan Undang-Undang No. 3

Tahun 2004, yang memuat beberapa ketentuan secara spesifik berkaitan

5 Karnaen Perwataatmadja, Bank dan Suransi Islam di Indonesia (Jakarta: Prenada Media,

2005), h. 62

Page 11: STUDI TENTANG KESIAPANrepository.iainambon.ac.id/502/3/2017 BUKU ''Studi... · 2019-10-10 · yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang membutuhkan dana, serta berfungsi untuk

4

Studi Tentang Kesiapan Pengadilan Agama Ambon Kelas IA terhadap Penyelesaian SengketaPerbankan Syariah menurut UU No. 3 Tahun 2006

langsung dengan eksistensi dan pengembangan perbankan syariah di

Indonesia.6

Di dalam operasionalnya, para praktisi maupun para ahli perbankan

syariah tetap mengharapkan adanya Undang-Undang Perbankan secara

khusus yang mengatur tentang bank Syariah. Hal ini karena pengaturan

mengenai bank syariah dalam Undang-Undang Perbankan tersebut masih

belum cukup untuk menjadi landasan operasional bank syariah.7 Itulah

sebabnya bank syariah belum dapat beroperasi secara optimal sesuai

dengan prinsip syariah yang menjadi identitasnya.8

Upaya untuk melengkapi aturan-aturan hukum mengenai bank

syariah yang dilakukan oleh Bank Indonesia (BI) dengan mengeluarkan

beberapa Surat Keputusan (SK), yang merupakan peraturan pelaksana dari

Undang-Undang Perbankan tersebut sebagai landasan operasional bagi

bank syariah. Di antara beberapa Surat Keputusan tersebut adalah SK

Direksi BI No. 32/34/KEP/DIR tanggal 12 Mei 1999 tentang Bank Umum

Berdasarkan Prinsip Syariah, dan SK Direksi BI No. 32/36/KEP/DIR

tanggal 12 Mei 1999 tentang Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip

Syariah. Kedua SK tersebut kemudian diganti dengan Peraturan Bank

Indonesia (PBI) No. 6/24/PBI/2004 tanggal 14 Oktober 2004 tentang Bank

Umum yang melaksanakan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah

dan PBI No. 6/17/PBI/2004 tanggal 1 Juli 2004 tentang Bank Perkreditan

Rakyat berdasarkan prinsip syariah.9

Sejalan dengan itu, masuknya sengeketa bidang perbankan syariah

kedalam kewenangan absolut lingkungan peradilan agama sebagaimana

6 Pasal 1 Ayat (3) Undang-Undang No.10 Tahun 1998, antara lain menyatakan bahwa BankUmum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan / atauberdasarkan prinsip syariah. Sedangkan Ayat (4) menyatakan bahwa Bank PerkreditanRakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan secara konvensional atau berdasarkanprinsip syariah.

7 Ahmad Buchori, Prospek Bank Syariah di Indonesia; Peluangdan Tantangan (Jakarta: Suara Ul

dialag, 2006), h. 1358 Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Islam dan Kedudukannya Dalam Tata Hukum Perbankan

Indonesia (Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1999), h. .xiv9 Cik Basir, Penyelesaian Sengkat Bank Syariah (Jakarta: Kencana 2008), h. 4

Page 12: STUDI TENTANG KESIAPANrepository.iainambon.ac.id/502/3/2017 BUKU ''Studi... · 2019-10-10 · yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang membutuhkan dana, serta berfungsi untuk

5

Studi Tentang Kesiapan Pengadilan Agama Ambon Kelas IA terhadap Penyelesaian SengketaPerbankan Syariah menurut UU No. 3 Tahun 2006

diatur dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 perubahan atas

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 yang mana sengketa ekonomi

, yang kemudian disusul

dengan terbitnya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan

Syariah. Hal ini antara lain dimaksudkan agar prinsip-prinsip syariah yang

menjadi landasan hukum bank syariah dalam menjalankan aktivitasnya

dapat diterapkan secara optimal, konkrit dan seutuhnya.10

Namun secara realitasnya terdapat kontroversi tentang kewenangan

penyelesaian sengketa perbankan syariah di satu sisi sesuai dengan

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 perubahan atas Undang-Undang

Nomor 7 Tahun 1989 yang mana ah menjadi

wewenang peradilan agama. Namun di sisi lain dalam Undang-Undang

No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah dalam pasal 55 Ayat (2)

disebutkan bahwa pihak yang berwenang menyelesaikan sengketa sesuai

dengan isi akad adalah berupa upaya sebagai berikut; melalui

musyawarah, melalui mediasi perbankan, melalui Badan Arbitrase Syariah

Nasional (Basyarnas) atau lembaga arbitrase lain; dan atau melalui

pengadilan dalam di lingkungan peradilan umum.11

Dengan demikian, apabila perkara perbankan syariah tersebut tetap

menjadi kewenangan peradilan umum, penyelesaiannya jelas tidak akan

mengacu pada prinsip-prinsip syariah yang menjadi dasar hukum bank

syariah, melainkan akan mengacu pada ketentuan-ketentuan yang berlaku

secara umum yang belum tentu relevan dengan prinsip-prinsip syariah.

Sehingga prinsip-prinsip syariah yang menjadi dasar kegiatan usaha bank

syariah tersebut akan dapat ditegakkan secara kongkrit dan seutuhnya,

melainkan hanya bersifat konseptual dan parsial saja. Harapan kita agar

prinsip syariah tersebut dapat diterapkan dan ditegakkan secara kongkrit

dan seutuhnya dalam sistem operasional bank syariah, sejak terjadinya

10 Bank Syariah Antara Teori Ke Praktek (Jakarta: Gema Insani, 2005), h.

21411 Penejelasan Pasal 55 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan

Syariah

Page 13: STUDI TENTANG KESIAPANrepository.iainambon.ac.id/502/3/2017 BUKU ''Studi... · 2019-10-10 · yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang membutuhkan dana, serta berfungsi untuk

6

Studi Tentang Kesiapan Pengadilan Agama Ambon Kelas IA terhadap Penyelesaian SengketaPerbankan Syariah menurut UU No. 3 Tahun 2006

perjanjian antara bank tersebut dengan nasabahnya hingga berakhirnya

perjanjian tersebut, termasuk jika terjadi sengketa antara bank syariah

dengan pihak lain, maka dimasukkanlah sengketa bidang perbankan

syariah tesebut ke dalam kewenangan lingkungan Peradilan Agama.12

Dari apa yang digariskan dalam asas personalitas keislaman tersebut

dapat ditegaskan bahwa setiap orang Islam baik secara subjektif maupun

secara objektif berlaku (tunduk pada) hukum Islam. Secara subjek, artinya

menurut hukum setiap orang Islam sebagai subyek hukum tunduk kepada

hukum Islam, sehingga segala tindakannya harus dianggap dilakukan

menurut hukum Islam, dan jika tidak dilakukan menurut hukum Islam,

maka hal itu dianggap sebagai suatu pelanggaran. Sedangkan secara

objektif, artinya segala sesuatu yang menyangkut aspek hukum orang

Islam sebagai objek hukum harus diukur dan dinilai berdasarkan hukum

Islam, sehingga hukum Islam secara imperatif (otomatis) diberlakukan

terhadap dirinya, dan karena itu jika terjadi sengketa harus diselesaikan

menurut hukum Islam oleh hakim (pengadilan) Islam.13

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka pada dasarnya dengan

diberlakukannya Undang-Undang No. 3 Tahun 2006 tentang kewenagan

absolute pengadilan agama, maka secara otomatis sengketa ekonomi

syariah atau perbankan syariah harus diselesaiakan berdasarkan prinsip

jajaran peradilan

Kesadaran jajaran peradilan agama atas kekurangan itu mendorong mereka

untuk terus meningkatkan kemampuannya. Walau demikian Hakim

Pengadilan Agama yang berlatar belakang S

sudah mengambil mata kuliah Fiqih Muamalah sehingga basic keilmuan

12 Rachmadi Usman, Aspek-aspek Hukum Perbankan di Indonesia (Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama, 2003), h. 413 A. Mukti Arto, Garis Batas Kekuasaan Pengadilan Agama dan Pengadilan Negeri : Penerapan

Asas Personalitas Keislaman Sebagai Dasar Penentuaan Kekuasaan Pengadilan Agama (Jakarta

: Varia Peradilan, 2000), h. 21

Page 14: STUDI TENTANG KESIAPANrepository.iainambon.ac.id/502/3/2017 BUKU ''Studi... · 2019-10-10 · yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang membutuhkan dana, serta berfungsi untuk

7

Studi Tentang Kesiapan Pengadilan Agama Ambon Kelas IA terhadap Penyelesaian SengketaPerbankan Syariah menurut UU No. 3 Tahun 2006

mereka mengenai azas-

Alasan lain, adanya putusan Mahkamah Konstitusi Nomor :

93/PUU-X/2012, dapatlah disimpulkan bahwa secara otomatis kaitannya

dengan sengketa ekonomi syariah atau perbankan syarih dilaksanakan oleh

pengadilan agama, maka tidak ada alasan lain dari pelaku ekonomi syariah

untuk mengajukan sengketa ekonomi syariah atau perbankan syariah di

pengadilan agama.

Dengan demikian, maka penulis cenderung mengangkat

permasalahan umum dalam penelitian ini, yakni; bagaimana Studi Tentang

Kesiapan Pengadilan Agama klas IA Ambon Terhadap Penyelesaian

Sengketa Perbankan Syariah Menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 2006

Pasca Penetapan UU No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah.

B. Perumusan Masalah

Merujuk dari uraian latar belakang tersebut di atas, maka penulis

cenderung mengangkat permasalahan umum, yakni;

1. Bagaimana kewenagan Pengadilan Agama dalam penyelesaian sengketa

perbankan menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 2006 dan Undang-

Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah

2. Bagaimana kesiapan Pengadilan Agama Ambon Terhadap penyelesaian

sengketa perbankan syariah menurut UU No. 3 Tahun 2006 Pasca

Penetapan UU No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah

Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini, berkisar pada

kewenangan Pengadilan Agama dalam penyelesaian sengketa perbankan

menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 2006 dan Undang-Undang No. 21

Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah dan kesiapan Pengadilan Agama

Ambon Terhadap penyelesaian sengketa perbankan syariah menurut UU

No. 3 Tahun 2006 Pasca Penetapan UU No. 21 Tahun 2008 Tentang

Perbankan Syariah

Page 15: STUDI TENTANG KESIAPANrepository.iainambon.ac.id/502/3/2017 BUKU ''Studi... · 2019-10-10 · yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang membutuhkan dana, serta berfungsi untuk

8

Studi Tentang Kesiapan Pengadilan Agama Ambon Kelas IA terhadap Penyelesaian SengketaPerbankan Syariah menurut UU No. 3 Tahun 2006

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini dapat dikemukakan beberapa

tujuan, sebagai berikut;

a. Dapat mengeksplorasi secara mendalam tentang kewenangan

pengadilan Agama dalam menyelesaikan sengketa perbankan

syariah menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 2006 dan Undang-

Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah

b. Dapat mengeksplorasi kesiapan pengadilan agama Kelas IA Ambon

menyelesaikan sengketa perbankan syariah menurut UU No 3

Tahun 2006 dan UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan.

2. Manfaat Penelitian

2.1 Manfaat Secara Teoritis

Adapaun manfaat penelitian secara teoritis dalam penelitian

ini, adalah agar memberi gambaran atau pedoman awal bagi

lembaga Peradilan Agama tentang bagaimana cara-cara dan proses

penelitian tentang p

di pengadilan agama ini dapat dijadikan sebagai pemenuhan salah

satu pencapaian penelitian dalam bidang penyelesaian sengketa

2.2 Manfaat Secara Metodologis

Dari penelitian dapat menambah khazanah keilmuan dalam

bidang penyelesaian sengketa Perbankan Syariah.

2.3 Manfaat Secara Praktis

Memberi informasi kepada masyarakat Indonesia pada

-cara

menyelesaikan sengketa Perbankan

agama dan memberi pedoman praktis kepada para praktisi hukum

khususnya yang berkaitan dengan proses penyelesaian sengketa

Page 16: STUDI TENTANG KESIAPANrepository.iainambon.ac.id/502/3/2017 BUKU ''Studi... · 2019-10-10 · yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang membutuhkan dana, serta berfungsi untuk

9

Studi Tentang Kesiapan Pengadilan Agama Ambon Kelas IA terhadap Penyelesaian SengketaPerbankan Syariah menurut UU No. 3 Tahun 2006

BAB II

KAJIAN TEORI

A. HASIL PENELITIAN TERDAHULU

Penelitian yang dilaksanakan oleh Rika Lianita dengan judul

Tinjauan Yuridis Terhadap Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Di

Pengadilan Negeri Samarinda, menjelaskan bahwa Belum efektifnya

penanganan sengketa perbankan syariah dipengaruhi oleh beberapa faktor

yang kemudian menjadi alasan Pengadilan Negeri Samarinda dapat

menerima sengketa perbankan syariah, Faktor Budaya Hukum dan

Kesadaran, Hukum Faktor Sumber Daya Manusia Hakim, Kurangnya

Hakim yang menguasai ekonomi syariah menjadi salah satu faktor

penghambat Pengadilan Agama Samarinda dalam menyelesaikan sengketa

ekonomi syariah, khususnya perbankan syariah.

Siti Nurhayati dalam penelitiannya dengan judul Eksistensi

Peradilan Agama Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi No.93/puu-x/2012

Tentang Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah, menjelaskan bahwa

Perbankan Syariah sebagai salah satu sistem perbankan nasional

memerlukan berbagai sarana pendukung seperti peraturan perundang-

undangan. Undang-undang terkait yang telah ditetapkan untuk

mendukung Perbankan Syariah ini adalah Undang-Undang Nomor 21

Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Dalam undang-undang ini

dijelaskan bahwa lembaga peradilan agama dan peradilan umum diberikan

kewenangan untuk menyelesaikan sengketa perbankan syariah. Adanya 2

(dua) kewenangan dalam sengketa perbankan syariah ini ke dalam 2 (dua)

lembaga peradilan telah menimbulkan dualisme kewenangan. Berdasarkan

hal tersebut Mahkamah Konstitusi melalui Putusan Nomor 93/PUU-

X/2012 menegaskan bahwa penjelasan pasal 52 ayat (2) UU Nomor 21

Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah bertentangan dengan UUD 1945

dan tidak memiliki kekuatan hukum mengikat. Penjelasan pasal tersebutlah

yang selama ini menjadi alasan kemunculan pilihan penyelesaian sengketa

Page 17: STUDI TENTANG KESIAPANrepository.iainambon.ac.id/502/3/2017 BUKU ''Studi... · 2019-10-10 · yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang membutuhkan dana, serta berfungsi untuk

10

Studi Tentang Kesiapan Pengadilan Agama Ambon Kelas IA terhadap Penyelesaian SengketaPerbankan Syariah menurut UU No. 3 Tahun 2006

(choice of forum). Konsekuensi konstitusionalnya, sejak adanya putusan

tersebut, maka lembaga dilingkungan Peradilan Agama menjadi satu-

satunya lembaga peradilan yang berwenang mengadili perkara sengketa

perbankan syariah.

Hasil Penelitian tentang Kewenangan Peradilan Agama Terhadap

Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syari'ah, oleh Akhmad Nuzul Arifin

menjelaskan bahwa di era reformasi kesadaran dan semangat untuk

menerapkan lebih banyak lagi norma ajaran Islam melalui kekuasaan

(legislasi) semakin tumbuh. Pengadilan Agama sebagai salah satu aparat

penegak keadilan di Indonesia telah membuktikan hal itu, terutama setelah

penerapan sistem peradilan di Indonesia satu atap dalam wadah

Mahkamah Agung. Ternyata kewenangan Peradilan Agama pun ada

perubahan, dalam hal ini penanganan masalah ekonomi syariah menjadi

kewenangan Peradilan Agama. Tentunya para hakim pengadilan agama

diwajibkan mempelajari kaedah-kaedah tentang ekonomi syariah.

Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Menurut Undang-Undang

Nomor 21 Tahun 2008 Oleh Wery Gusmansyah, menjelaskan bahwa

penyelesaian sengketa perbankan diselesaikan dengan dua cara, yakni;

Pertama, diselesaikan melalui perdamaian, atau apabila upaya damai tidak

berhasil; Kedua, diselesaikan melalui proses persidangan (litigasi) seperti

biasa sesuai dengan ketentuan hukum acara perdata yang berlaku. Kedua

cara inilah yang harus ditempuh pengadilan agama dalam menyelesaikan

perkara di bidang ekonomi syariah umumnya dan bidang perbankan

syariah khususnya yang diajukan kepadanya. Penyelesaian sengketa

perbankan syariah diatur di dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008

tentang Perbankan Syariah, penjelasan Pasal 55 Ayat (2) menyatakan

bahwa terdapat ada beberapa pilihan hukum dalam penyelesaian sengketa

perbankan syariah, yaitu: melalui musyawarah, mediasi, arbitrase syariah

dan atau melalui peradilan umum. Namun disisi lain bahwa UU No. 3

Tahun 2006 tentang Peradilan Agama menyatakan bahwa kompetensi

Page 18: STUDI TENTANG KESIAPANrepository.iainambon.ac.id/502/3/2017 BUKU ''Studi... · 2019-10-10 · yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang membutuhkan dana, serta berfungsi untuk

11

Studi Tentang Kesiapan Pengadilan Agama Ambon Kelas IA terhadap Penyelesaian SengketaPerbankan Syariah menurut UU No. 3 Tahun 2006

peradilan agama adalah bertugas dan berwewenang untuk memeriksa,

memutus dan menyelesaian sengketa perbankan syariah.

B. PERBANKAN SYARIAH

1. Pengertian Bank Syariah

Sebelum menguraikan pengertian bank syariah, maka perlu

dijelaskan pengertian bank secara umum, Bank berasal dari bahasa Italia

banca / banque (Perancis), yang berarti peti/lemari atau bangku yang

fungsinya sebagai tempat menyimpan benda-benda berharga, seperti

emas, berlian dan uang, juga bank adalah sebuah tempat di mana uang

disimpan dan dipinjamkan.14

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, Bank adalah badan usaha

di bidang keuangan yang menarik dan mengeluarkan uang di

masyarakat, terutama memberikan kredit dan jasa lalu lintas

pembayaran dan peredaran uang.15 Bank adalah salah satu badan

usaha, lembaga keuangan yang bertujuan memberikan kredit dan jasa.16

Pengertian bank yang dikemukakan oleh Lukman Dendawijaya,

bank adalah suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga

perantara keuangan (financial intermediaries), yang menyalurkan dana

dari pihak yang berkelebihan dana (idle fund/surplus unit) kepada pihak

yang membutuhkan dana (deficit unit) dalam bentuk kredit dan bentuk-

bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat

banyak.17 Sementara dalam Booklet Perbankan Indonesia edisi Maret

2006 dijelaskan pengertian Bank syariah adalah Syariah Bank Syariah

adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit

14 M. Sholahuddin, Lembaga Ekonomi dan Keuangan Islam (Surakarta: MuhammadiyahUniversity Press, 2006), h. 13

15 Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Cet. II; Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 10316 O.P.Simorangkir, Kamus Perbankan Inggris-Indonesia (Jakarta, PT Bina Aksara, 2002),

hal.10317 Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan (Cet. I; Jakarta : Ghalia Indonesia, 2001), h.

25

Page 19: STUDI TENTANG KESIAPANrepository.iainambon.ac.id/502/3/2017 BUKU ''Studi... · 2019-10-10 · yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang membutuhkan dana, serta berfungsi untuk

12

Studi Tentang Kesiapan Pengadilan Agama Ambon Kelas IA terhadap Penyelesaian SengketaPerbankan Syariah menurut UU No. 3 Tahun 2006

dan jasa-jasa lain dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang

yang beroperasi disesuaikan prinsip-prinsip syariah.18

Sementara itu menurut Thomas Suyatno bank adalah bentuk dari

lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-

jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang, dengan tujuan

untuk memenuhi kebutuhan kredit dengan modal sendiri atau orang

lain, selain dari itu juga mengedarkan alat tukar baru dalam bentuk

uang bank atau giral.19

Pengertian bank menurut C.S.T. Kansil pada hakikatnya adalah

semua badan usaha yang bertujuan untuk menyediakan jasa-jasa dalam

lalulintas pembayaran dan peredaran uang.20

Howard D Croose dan George H. Hempel mengartikan bank

sebagai suatu organisasi yang menggabungkan usaha manusia dan

sumber-sumber keuangan untuk melaksanakan fungsi bank dalam

rangka melayani kebutuhan masyarakat dan untuk memperoleh

keuntungan bagi pemilik bank.21

Menurut Heri Sudarsono, bank syariah adalah bank yang

beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Dengan kata lain,

bank Islam (bank syariah) adalah lembaga keuangan yang usaha

pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu

lintas permbayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya

disesuaikan dengan prinsip syariat Islam.22

Menurut Y. Sri Susilo mengemukakan pengertian bank syariah

adalah bank yang dalam aktivitasnya, baik penghimpunan dana

maupun dalam rangka penyaluran dananya memberikan dan

18 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah; Deskripsi dan Ilustrasi (Yogyakarta:

Ekonesia, 2003), h. 1819 Thomas Suyatno, et.al, Kelembagaan Perbankan (Jakarta: PT. Gramesia Pustaka, 1992), h. 120 C.S.T. Kansil, Pokok-Pokok Hukum Perbankan Indonesia (Jakarta: Pradnya Paramitha, 1982),

h. 1021 Juli Irmayanto, et.al., Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya (Jakarta: Media Ekonomi

Publishing, 1998), h. 122 Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah (Yogyakarta: Ekonisia, 2004), h. 1

Page 20: STUDI TENTANG KESIAPANrepository.iainambon.ac.id/502/3/2017 BUKU ''Studi... · 2019-10-10 · yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang membutuhkan dana, serta berfungsi untuk

13

Studi Tentang Kesiapan Pengadilan Agama Ambon Kelas IA terhadap Penyelesaian SengketaPerbankan Syariah menurut UU No. 3 Tahun 2006

mengenakan imbalan atas dasar prinsip syariah yaitu jual beli dan bagi

hasil.23

Juga pengertian bank syariah yang dikemukakan oleh Ahmad

Rodoni dan Abdul Hamid mengemukakan bahwa bank syariah adalah

bank yang dalam aktivitasnya, baik dalam penghimpunan dana

maupun dalam rangka penyaluran dananya memberikan dan

mengenakan imbalan atas dasar prinsip syariah.24

Lain

beroperasi sesuai dengan prinsip-

yang dalam beroperasinya mengikuti ketentuan-

Islam khusunya yang menyangkut tata cara bermuamalat secara Islam.

Salah satu unsur yang harus dijauhi dalam muamalah Islam adalah

praktek-praktek yang mengandung unsur riba, kemudian diganti dan

pembiayaan perdagangan.25

Sementara hal yang sama pengertian bank syariah menurut M.

ah

adalah lembaga perbankan yang menggunakan sistem dan operasinya

26

Sejalan dengan itu, dalam proses regulasi perbankan syariah di

Indonesia berdasarkan presure berbagai pendapat para ulama dengan

pertimbangan pemenuhan kebutuhan umat Islam di Indonesia, maka

bank Syariah diundangkan dalam UU. No. 7 Tahun 1992 tentang

Perbankan sebagaiaman diungkap diberikan peluang untuk melakukan

operasional bank perkreditan rakyat yang berorientasi prinsip syariah.

Hal yang sama juga diungkap dalam UU No. 10 Tahun 1998 tentang

Perubahan UU. No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Penjelasan bank

23 Y. Sri Susilo. Dkk, Bank & Lembaga Keuangan Lain (Jakarta: Salemba Empat, 2000), h. 11024 Rodoni, Ahmad dan Abdul Hamid, Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta: Zikrul Hakimi,

2008), h. 1425 Teori ke Praktek (Jakarta: Gema Insani,

2001), h. 6126 M. Amin Aziz, Mengembangkan Bank Islam di Indonesia I dan II (Jakarta: Bangkit, 1992), h. 1

Page 21: STUDI TENTANG KESIAPANrepository.iainambon.ac.id/502/3/2017 BUKU ''Studi... · 2019-10-10 · yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang membutuhkan dana, serta berfungsi untuk

14

Studi Tentang Kesiapan Pengadilan Agama Ambon Kelas IA terhadap Penyelesaian SengketaPerbankan Syariah menurut UU No. 3 Tahun 2006

syariah dalam UU No. 7 Tahun 1992 dan UU No. 10 Tahun 1998 tentang

perbankan lebih cenderung memberikan pengertian sebagaiamana

dalam pasal 1 ayat 13, sebagai berikut;

Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam

antara bank dengan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau

pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan

sesuai dengan syariah, antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip

bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip

penyertaan modal (musyarakah), prinsip jual beli dengan

memperoleh keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang

modal berdasarkan sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan

adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa

dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina);27

Sedangkan dalam UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan

syariah, sudah dijelaskan secara rinci tentang pengertian perbankan

syariah, sebagaimana dijelaskan dalam pasal 1 ayat 1, sebagai berikut;

Perbankan Syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang

Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan,

kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan

usahanya.28

Berdasarkan dari uraian pengertian-pengertian tersebut di atas,

maka dapatlah disimpulkan bahwa bank syariah merupakan suatu

badan usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga perantara keuangan

(financial iintermediaries), yang menyalurkan dana dari pihak yang

berkelebihan dana (idle fund/surplus unit) kepada pihak yang

membutuhkan dana (deficit unit) dalam bentuk kredit dan bentuk-

bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak,

27 Lihat pasal 1 ayat 13 UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan UU. No. 7 Tahun 1992tentang Perbankan

28 Lihat pasal 1 ayat 1 Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan syariah

Page 22: STUDI TENTANG KESIAPANrepository.iainambon.ac.id/502/3/2017 BUKU ''Studi... · 2019-10-10 · yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang membutuhkan dana, serta berfungsi untuk

15

Studi Tentang Kesiapan Pengadilan Agama Ambon Kelas IA terhadap Penyelesaian SengketaPerbankan Syariah menurut UU No. 3 Tahun 2006

tentunya disesuaikan dengan prinsip Islam yakni; pembiayaan

berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan

prinsip penyertaan modal (musyarakah), prinsip jual beli dengan

memperoleh keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang modal

berdasarkan sewa murni tanpa pilihan (ijarah), dan atau dengan adanya

pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak

bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtisna)

2. Dasar Hukum Bank Syariah

Dalam perkembangannya bank syariah telah berdiri semenjak

tahun 1992, dengan didirikannya bank Muamalah Indonesia. Namun

dari sisi legalitasnya dalam bentuk undang-undang maupun peraturan

pemerintah yang memberikan payung hukum terhadap proses

pelaksanaannya sekaligus sebagai rujukan, antara lain sebagai berikut;

1. Pasal 20 dan Pasal 33 Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 31,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3472)

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10

Tahun 1998 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998

Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 3790);

3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 66,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3843)

sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 3 Tahun

2004 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 7,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4357);

4. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin

Simpanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004

Page 23: STUDI TENTANG KESIAPANrepository.iainambon.ac.id/502/3/2017 BUKU ''Studi... · 2019-10-10 · yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang membutuhkan dana, serta berfungsi untuk

16

Studi Tentang Kesiapan Pengadilan Agama Ambon Kelas IA terhadap Penyelesaian SengketaPerbankan Syariah menurut UU No. 3 Tahun 2006

Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4420);

5. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 106,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4756);

Merujuk pada uraian tentang dasar tersebut di atas, maka

dapatlah disimpulkan bahwa perbankan syariah dalam pelaksanaannya

tentunya didukung oleh undang-undang yang saling terkait, mulai dari

Undang-Undang Dasar 1945 ssebagai azaz pelaksanaa seluruh undang-

undang di Indonesia, sehingga lahirnya UU No. 21 Tahun 2008 tentang

Perbankan syariah, sekaligus sebagai legitimasi hukum dalam

mengoperasionalkan perbankan syariah.

Hal tersebut, sebagaiman proses regulasi undang-undang

tentang perbankan syariah di Indonesia diwali dari kontroversi

pemeikiran ulama Indonesia tentang bunga bank, sehingga

dimasukkanlah dalam UU. No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan,

kemudian diperbahuri dengan UU No. 10 Tahun 1998 tentang

perubahan atas UU. No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan yang mana

didalamnya telah dijelaskan proses pelaksanaan bank perkreditan

rakyat yang berorientasi syariah. Cikal bakal itulah kemudian untuk

mengakomudir kebutuhan umat Islam di Indonesia, maka

diterbitkannya UU. No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.

3. Produk-Produk dan Sistem Operasional Bank Syariah

Dalam upaya pengembangan operasional bank syariah, menurut

Gemala Dewi dalam melakukan penghimpunan dana masyarakat bank

konvensional dan bank syariah mempunyai perbedaan paradigma yang

sangat mendasar yaitu:

a. Tujuan masyarakat menyerahkan dananya pada bank konvensional

dimaksudkan untuk menabung dan mengamankan dananya dari

Page 24: STUDI TENTANG KESIAPANrepository.iainambon.ac.id/502/3/2017 BUKU ''Studi... · 2019-10-10 · yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang membutuhkan dana, serta berfungsi untuk

17

Studi Tentang Kesiapan Pengadilan Agama Ambon Kelas IA terhadap Penyelesaian SengketaPerbankan Syariah menurut UU No. 3 Tahun 2006

kemungkinan hal hal yang tidak diharapkan disamping

mengharapkan bunga dari dana yang disimpan tersebut.

b. Tujuan masyarakat menyalurkan dananya pada bank syariah adalah

untuk di investasikan dalam berbagai pembiayaan. Apabila

memperoleh laba akan dibagi sesuai nisbah bagi hasil, sedangkan

apabila menderita kerugian maka masyarakat ikut menanggung

kerugian tersebut. 29

Sejalan dengan itu, sistem perbankan Islam, seperti halnya aspek-

aspek lain dari pandangan hidup Islam, merupakan sarana pendukung

untuk mewujudkan tujuan dari sistem sosial dan ekonomi Islam.

Adapun beberapa tujuan dan fungsi penting yang diharapkan dari

sistem perbankan Islam sebagai berikut;

1. Kemakmuran ekonomi yang meluas dengan tingkat kerja yang

penuh dan tingkat pertumbuhan ekonomi yang optimum (economic

well-being with full employment and optimum rate of economic growth);

2. Keadilan sosial-ekonomi dan distribusi pendapatan dan kekayaan

yang merata (socio-economic justice and equitable distribution of income

and wealth);

3. Stabilitas nilai uang untuk memungkinkan alat tukar tersebut

menjadi suatu unit perhitungan yang terpercaya, standar

pembayaran yang adil dan nilai simpan yang stabil (stability in the

value of money);

4. Mobilisasi dan investasi tabungan bagi pembangunan ekonomi

dengan cara-cara tertentu yang menjamin bahwa pihak-pihak yang

berkepentingan mendapatkan bagian pengembalian yang adil

(mobilisation of savings);

5. Pelayanan efektif atas semua jasa-jasa yang biasanya diharapkan

dari sistem perbankan (effective other services).30

29 Gemala Dewi, Aspek Aspek Hukum Dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di Indonesia

(Jakarta: Kencana, 2006), h. 10830 M. Umer Capra, Sistem Moneter Islam (Jakarta: Gema Insani Press & Tazkia Cendekia,

2000), h. 2

Page 25: STUDI TENTANG KESIAPANrepository.iainambon.ac.id/502/3/2017 BUKU ''Studi... · 2019-10-10 · yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang membutuhkan dana, serta berfungsi untuk

18

Studi Tentang Kesiapan Pengadilan Agama Ambon Kelas IA terhadap Penyelesaian SengketaPerbankan Syariah menurut UU No. 3 Tahun 2006

Bank syariah juga dapat menjalankan kegiatan usaha untuk

memperoleh imbalan atas jasa perbankan lain yang tidak bertentangan

dengan prinsip syariah. Adapun fungsi dan peran bank syariah, antara

lain sebagai;

1. Manajer investasi yang mengelola investasi atas dana nasabah

dengan menggunakan akad mudharabah atau sebagai agen investasi

2. Investor yang menginvestasikan dana yang dimilikinya maupun

dana nasabah yang dipercayakan kepadanya dengan menggunakan

alat investasi yang sesuai dengan prinsip syariah dan membagi hasil

yang diperoleh sesuai dengan nisbah yang disepakati antara bank

dan pemilik dana

3. Penyedia jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran seperti bank non

syariah sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.

4. Pengemban fungsi sosial berupa pengelola dana zakat, infaq,

shadaqah serta pinjaman kebajikan (qardhul hasan) sesuai ketentuan

yang berlaku.31

Kaitannya dengan itu, dalam mengelola usahanya perbankan

syariah memiliki produk-produk dan sistem operasionalnya,

sebagaimana dituangkan dalam UU No. 21 Tahun 2008 Tentang

Perbankan Syariah pasal 19 ayat (1), sebagai berikut;

(1) Kegiatan usaha Bank Umum Syariah meliputi:

a. menghimpun dana dalam bentuk Simpanan berupa Giro,

Tabungan, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu

berdasarkan Akad atau Akad lain yang tidak

bertentangan dengan Prinsip Syariah;

b. menghimpun dana dalam bentuk nvestasi berupa Deposito,

Tabungan, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu

31 Suharto, dkk, Konsep, Produk Dan Implementasi Operasional Bank Syariah (Jakarta:

Djambatan, 2001), h. 24

Page 26: STUDI TENTANG KESIAPANrepository.iainambon.ac.id/502/3/2017 BUKU ''Studi... · 2019-10-10 · yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang membutuhkan dana, serta berfungsi untuk

19

Studi Tentang Kesiapan Pengadilan Agama Ambon Kelas IA terhadap Penyelesaian SengketaPerbankan Syariah menurut UU No. 3 Tahun 2006

berdasarkan Akad mudharabah atau Akad lain yang tidak

bertentangan dengan Prinsip Syariah;

c. menyalurkan Pembiayaan bagi hasil berdasarkan Akad

mudharabah, Akad musyarakah, atau Akad lain yang tidak

bertentangan dengan Prinsip Syariah;

d. menyalurkan Pembiayaan berdasarkan Akad murabahah, Akad

salam, Akad atau Akad lain yang tidak bertentangan

dengan Prinsip Syariah;

e. menyalurkan Pembiayaan berdasarkan Akad qardh atau Akad

lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;

f. menyalurkan Pembiayaan penyewaan barang bergerak atau

tidak bergerak kepada Nasabah berdasarkan Akad ijarah

dan/atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik atau

Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;

g. melakukan pengambilalihan utang berdasarkan Akad hawalah

atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;

h. melakukan usaha kartu debit dan/atau kartu pembiayaan

berdasarkan Prinsip Syariah;

i. membeli, menjual, atau menjamin atas risiko sendiri surat

berharga pihak ketiga yang diterbitkan atas dasar transaksi nyata

berdasarkan Prinsip Syariah, antara lain, seperti Akad ijarah,

musyarakah, mudharabah, murabahah, kafalah, atau hawalah;

j. membeli surat berharga berdasarkan Prinsip Syariah yang

diterbitkan oleh pemerintah dan/atau Bank Indonesia;

k. menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan

melakukan perhitungan dengan pihak ketiga atau antarpihak

ketiga berdasarkan Prinsip Syariah;

l. melakukan Penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan

suatu Akad yang berdasarkan Prinsip Syariah;

m. menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat

berharga berdasarkan Prinsip Syariah;

Page 27: STUDI TENTANG KESIAPANrepository.iainambon.ac.id/502/3/2017 BUKU ''Studi... · 2019-10-10 · yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang membutuhkan dana, serta berfungsi untuk

20

Studi Tentang Kesiapan Pengadilan Agama Ambon Kelas IA terhadap Penyelesaian SengketaPerbankan Syariah menurut UU No. 3 Tahun 2006

n. memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun

untuk kepentingan Nasabah berdasarkan Prinsip Syariah;

o. melakukan fungsi sebagai Wali Amanat berdasarkan Akad

wakalah;

p. memberikan fasilitas letter of credit atau bank garansi berdasarkan

Prinsip Syariah; dan

q. melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan di bidang

perbankan dan di bidang sosial sepanjang tidak bertentangan

dengan Prinsip Syariah dan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.32

Merujuk pada poin-poin ayat yang tercantum dalam pasal 19 UU

No. 21 Tahun 2008 tentang perbankan tersebut di atas, maka dapatlah

disimpulkan bahwa produk-produk bank Syariah, secara umum

beroperasi dalam penghimpunan, pembiayaan dan jasa, yang terdiri

dari; mudharaba stishna, ijarah, hawalah, salam,

istishna, dan kafalah.

Dari produk-produk perbankan syariah tersebut yang masih

bersifat umum maka perlu dijelaskan, sehingga dapat dipahami.

Adapun penjelasnnya antara lain sebagai berikut;

1. Mudharabah

Mudharabah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau

lebih di mana pemilik modal mempercayakan sejumlah modal

kepada pengelola dengan suatu perjanjian pembagian keuntungan.33

Sedangkan mudharabah yang dijelaskan dalam kodifikasi produk

perbankan syariah adalah transaksi penanaman dana dari pemilik

dana (shahibul maal) kepada pengelola dana (mudharib) untuk

melakukan kegiatan usaha tertentu yang sesuai syariah, dengan

32 Lihat pasal 19 ayat 1 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah33 Brief Case Book,

(Jakarta: Renaisan, 2005), h. 45

Page 28: STUDI TENTANG KESIAPANrepository.iainambon.ac.id/502/3/2017 BUKU ''Studi... · 2019-10-10 · yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang membutuhkan dana, serta berfungsi untuk

21

Studi Tentang Kesiapan Pengadilan Agama Ambon Kelas IA terhadap Penyelesaian SengketaPerbankan Syariah menurut UU No. 3 Tahun 2006

pembagian hasil usaha antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah

yang telah disepakati sebelumnya.34

Adapun mudharabah terbagi menjadi dua jenis yaitu :

a. Mudharabah Muthlaqah yaitu bentuk kerjasama antara shahibul

mal dan mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi

oleh spesifikasi jenis usaha, waktu dan daerah bisnis.

b. Mudharabah Muqayyadah yaitu bentuk kerjasama antara shahibul

mal dan mudharib yang cakupannya dibatasi dengan batasan jenis

usaha, waktu atau tempat usaha.35

Dari uraian tersebut di atas, dapatlah dipahami bahwa di satu

sisi mudharabah muthlaqah merupakan bentuk kerjasama antara

shahibul mal dan mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak

dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu dan daerah bisnis

sedangkan di sisi lain mudharabah muqayyadah yaitu bentuk

kerjasama antara shahibul mal dan mudharib yang cakupannya dibatasi

dengan batasan jenis usaha, waktu atau tempat usaha

2. Musyarakah

Musyarakah adalah akad atau perjanjian kerjasama usaha

patungan antara dua pihak atau lebih modal untuk membiayai suatu

jenis usaha yang halal dan produktif, di mana keuntungan dan resiko

akan ditanggung bersama atas dasar kesepakatan.36 Juga musyarakah

atau Syarikah adalah akad kerjasama usaha pitungan antara dua

pihak atau lebih atau lebih pemilik modal untuk membiayai suatu

jenis usaha yang halal dan produktif, di mana keuntungan dan resiko

akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.37

34 Direktorat Perbankan Syariah bank Indonesia, Kodifikasi produk perbankan syariah (Jakarta:Direktorat Perbankan Syariah bank Indonesia, 2008), h. 1

35 , ah dari Teori dan Praktek (Jakarta: Gema Insani,

2001), h. 9936 Ibid., h. 4237 Abdullah Saeed, (Kritik Atas Interpretasi Bunga Bank Kaum Neo

Revivalis, Alih Bahasa Arif Maftuhin, (Jakarta: Paramadina, 2004), h. 77

Page 29: STUDI TENTANG KESIAPANrepository.iainambon.ac.id/502/3/2017 BUKU ''Studi... · 2019-10-10 · yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang membutuhkan dana, serta berfungsi untuk

22

Studi Tentang Kesiapan Pengadilan Agama Ambon Kelas IA terhadap Penyelesaian SengketaPerbankan Syariah menurut UU No. 3 Tahun 2006

Secara garis besar Musyarakah dapat dibagi kepada Syarikah

Amlak dan Syarikah Uqud. Syarikah Amlak berarti eksistensinya

suatu perkongsian tidak perlu suatu kontrak membentuknya tetapi

terjadi dengan sendirinya. Sedangkan Syarikah Uqud berarti

perkongsian yang berbentuk karena suatu kontrak.38

Adapun pelaksanaan akad musyarakah dalam

pengoperasiannya pada bank syariah, sebagai berikut;

a. Bank dan nasabah masing-masing bertindak sebagai mitra usaha

dengan bersama-sama menyediakan dana dan/atau barang

untuk membiayai suatu kegiatan usaha tertentu;

b. Nasabah bertindak sebagai pengelola usaha dan Bank sebagai

mitra usaha dapat ikut serta dalam pengelolaan usaha sesuai

dengan tugas dan wewenang yang disepakati seperti melakukan

review, meminta bukti-bukti dari laporan hasil usaha yang dibuat

oleh nasabah berdasarkan bukti pendukung yang dapat

dipertanggungjawabkan;

c. Pembagian hasil usaha dari pengelolaan dana dinyatakan dalam

bentuk nisbah yang disepakati;

d. Nisbah bagi hasil yang disepakati tidak dapat diubah sepanjang

jangka waktu investasi, kecuali atas dasar kesepakatan para

pihak;

e. Pembiayaan atas dasar Akad Musyarakah diberikan dalam bentuk

uang dan/atau barang, serta bukan dalam bentuk piutang atau

tagihan;

f. Dalam hal Pembiayaan atas dasar Akad Musyarakah diberikan

dalam bentuk uang harus dinyatakan secara jelas jumlahnya;

g. Dalam hal Pembiayaan atas dasar Akad Musyarakah diberikan

dalam bentuk barang, maka barang tersebut harus dinilai atas

dasar harga pasar (net realizable value) dan dinyatakan secara jelas

jumlahnya;

38 Briefcase Book, Op. Cit., h. 43

Page 30: STUDI TENTANG KESIAPANrepository.iainambon.ac.id/502/3/2017 BUKU ''Studi... · 2019-10-10 · yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang membutuhkan dana, serta berfungsi untuk

23

Studi Tentang Kesiapan Pengadilan Agama Ambon Kelas IA terhadap Penyelesaian SengketaPerbankan Syariah menurut UU No. 3 Tahun 2006

h. Jangka waktu Pembiayaan atas dasar Akad Musyarakah,

pengembalian dana, dan pembagian hasil usaha ditentukan

berdasarkan kesepakatan antara Bank dan nasabah;

i. Pengembalian Pembiayaan atas dasar Akad Musyarakah

dilakukan dalam dua cara, yaitu secara angsuran ataupun

sekaligus pada akhir periode Pembiayaan, sesuai dengan jangka

waktu Pembiayaan atas dasar Akad Musyarakah;

j. Pembagian hasil usaha berdasarkan laporan hasil usaha nasabah

berdasarkan bukti pendukung yang dapat

dipertanggungjawabkan;

k. dan Bank dan nasabah menanggung kerugian secara

proporsional menurut porsi modal masing-masing.39

3.

Wadiah adalah titipan murni dari satu pihak ke pihak lain

yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip

menghendakinya. Wadiah ini ada dua macam yaitu pertama wadiah

yad amanah adalah akad penitipan barang/uang dimana penerima

titipan tidak diperkenakan menggunakan barang/uang yang

dititipkan dan tidak bertanggung jawab atas kerusakan atau

kehilangan barang/uang titipan yang bukan di akibatkan perbuatan

atau kelalaian penerima titipan. Kedua wadiah yad dhamanah adalah

akad penitipan barang/uang dimana pihak penerima titipan dengan

atau tanpa izin pemilik barang/uang dapat memanfaatkan

barang/uang dan harus bertanggung jawab atas kehilangan atau

kerusakan barang/uang titipan.40

4. Salam

Pembelian dengan pembayaran dimuka atas hasil pertanian

dengan kriteria tertentu dari petani (nasabah) dan dijual kembali ke

39 Lihat PBI No.9/19/PBI/2007 tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah Dalam KegiatanPenghimpunan Dana dan Penyaluran Dana serta Pelayanan Jasa Bank Syariah.

40 Gemala Dewi, Widyaningsih dan Yeni Salma Barlinti, Hukum Perikatan Islam di Indonesia

(Jakarta : Prenada Media, 2005), h. 47

Page 31: STUDI TENTANG KESIAPANrepository.iainambon.ac.id/502/3/2017 BUKU ''Studi... · 2019-10-10 · yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang membutuhkan dana, serta berfungsi untuk

24

Studi Tentang Kesiapan Pengadilan Agama Ambon Kelas IA terhadap Penyelesaian SengketaPerbankan Syariah menurut UU No. 3 Tahun 2006

pihak lain (nasabah ke 2) yang membutuhkan dengan jangka waktu

pengirirman yang ditetapkan bersama. Sebelum membeli hasil

pertanian dari nasabah pertama, bank terlebih dahulu telah

menawarkan kepada nasabah kedua untuk membeli hasil pertanian

dari nasabah pertama dalam ketetapan harga pembelian dan

penjualan yang disepakati bersama antara nasabah pertama dengan

nasabah kedua.41

Selanjutnya sistem operasional akad salam dalam perbankan

syariah, sebagai berikut;

a. Bank bertindak baik sebagai pihak penyedia dana dalam kegiatan

transaksi Salam dengan nasabah;

b. Bank dan nasabah wajib menuangkan kesepakatan dalam bentuk

perjanjian tertulis berupa Akad Pembiayaan atas dasar Salam;

c. Penyediaan dana oleh Bank kepada nasabah harus dilakukan di

muka secara penuh yaitu pembayaran segera setelah Pembiayaan

atas dasar Akad Salam disepakati atau paling lambat 7 (tujuh)

hari setelah Pembiayaan atas dasar Akad Salam disepakati; dan

d. Pembayaran oleh Bank kepada nasabah tidak boleh dalam

bentuk pembebasan utang nasabah kepada Bank atau dalam

bentuk piutang Bank.42

5. Ijarah

Ijarah adalah transaksi sewa menyewa atas suatu barang

dan/atau jasa antara pemilik objek sewa termasuk kepemilikan hak

pakai atas objek sewa dengan penyewa untuk mendapatkan imbalan

atas objek sewa yang disewakan.43

Operasional ijarah dalam perbankan syariah dapat

diaplikasikan, sebagai berikut;

a. Bank bertindak sebagai penyedia dana dalam kegiatan transaksi

Ijarah dengan nasabah;

41 Euis Amalia, M Taufiqi dan Dwi Nuraini, Konsep dan Mekanisme Bank Syariah (Jakarta:

FSH UIN Syahid, 2007), h. 2942 PBI No.7/6/PBI/2005 tentang Transparansi Informasi Produk Bank dan Penggunaan

Data Pribadi Nasabah beserta ketentuan perubahannya.43 Direktorat Perbankan Syariah bank Indonesia, Op. Cit., h. 12

Page 32: STUDI TENTANG KESIAPANrepository.iainambon.ac.id/502/3/2017 BUKU ''Studi... · 2019-10-10 · yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang membutuhkan dana, serta berfungsi untuk

25

Studi Tentang Kesiapan Pengadilan Agama Ambon Kelas IA terhadap Penyelesaian SengketaPerbankan Syariah menurut UU No. 3 Tahun 2006

b. Bank wajib menyediakan dana untuk merealisasikan penyediaan

obyek sewa yang dipesan nasabah;

c. Pengembalian atas penyediaan dana Bank dapat dilakukan baik

dengan angsuran maupun sekaligus;

d. Pengembalian atas penyediaan dana Bank tidak dapat dilakukan

dalam bentuk piutang maupun dalam bentuk pembebasan utang;

dan

e. Dalam hal pembiayaan atas dasar Ijarah Muntahiya Bittamlik,

selain Bank sebagai penyedia dana dalam kegiatan transaksi

Ijarah dengan nasabah, juga bertindak sebagai pemberi janji

opsi pengalihan hak

penguasaan obyek sewa kepada nasabah sesuai kesepakatan.44

6. Istishna

Istishna merupakan pembiayaan atas dasar pesanan,

pembiayaan kontruksi/ manufaktur merupakan salah satu skim

pembiayaan bank syariah yang digunakan untuk kasus dimana

obyek atau barang yang diperjualbelikan belum ada. Kasus ini sering

kali ditemui pada proses pembangunan rumah atau gedung, usaha

konfeksi dan lain-lain.45

Selanjutnya sistem operasional akad istishna dalam perbankan

syariah, sebagai berikut;

a. Bank bertindak baik sebagai pihak penyedia dana dalam kegiatan

b. Pembayaran oleh Bank kepada nasabah tidak boleh dalam

bentuk pembebasan utang nasabah kepada Bank atau dalam

bentuk piutang Bank.46

44 Lihat, PBI No.7/6/PBI/2005 tentang Transparansi Informasi Produk Bank danPenggunaan Data Pribadi Nasabah beserta ketentuan perubahannya.

45 Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah (Jakarta: Zikrul Hakim,

2003), h. 7346 Lihat Fatwa Dewa -MUI/IV/2000 tentang Jual Beli

Istishna

Page 33: STUDI TENTANG KESIAPANrepository.iainambon.ac.id/502/3/2017 BUKU ''Studi... · 2019-10-10 · yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang membutuhkan dana, serta berfungsi untuk

26

Studi Tentang Kesiapan Pengadilan Agama Ambon Kelas IA terhadap Penyelesaian SengketaPerbankan Syariah menurut UU No. 3 Tahun 2006

7. Kafalah

Kafalah merupakan transaksi penjaminan yang diberikan oleh

penanggung (kafil) kepada pihak ketiga atau yang tertanggung

(makful lahu) untuk memenuhi kewajiban pihak kedua (makful

).

Adapun sistem operasional kafalah dalam perbankan syariah,

sebagai berikut;

a. Bank bertindak sebagai pemberi jaminan atas pemenuhan

kewajiban nasabah terhadap pihak ketiga;

b. Obyek penjaminan harus:

c. Merupakan kewajiban pihak/orang yang meminta jaminan;

d. Jelas nilai, jumlah dan spesifikasinya; dan

e. Tidak bertentangan dengan syariah (tidak diharamkan).

f. Bank dapat memperoleh imbalan atau fee yang disepakati di awal

serta dinyatakan dalam jumlah nominal yang tetap;

g. Bank dapat meminta jaminan berupa Cash Collateral atau bentuk

jaminan lainnya atas nilai penjaminan; dan

h. Dalam hal nasabah tidak dapat memenuhi kewajiban kepada

pihak ketiga, maka bank melakukan pemenuhan kewajiban

nasabah kepada pihak ketiga dengan memberikan dana talangan

sebagai Pembiayaan atas dasar Akad Qardh yang harus

diselesaikan oleh nasabah.47

4. Pengembangan Perbankan Syariah

Program pengembangan perbankan syariah selalu

mempertimbangkan kondisi-kondisi serta lingkungan yang

menyertainya. Oleh karena itu dalam pengembangan bank syariah

diterapkan sejumlah prinsip-prinsip pokok kebijakan pengembangan

yang antara lain sebagai berikut:

47 -MUI/VII/2004 tentang PembiayaanMulti Jasa

Page 34: STUDI TENTANG KESIAPANrepository.iainambon.ac.id/502/3/2017 BUKU ''Studi... · 2019-10-10 · yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang membutuhkan dana, serta berfungsi untuk

27

Studi Tentang Kesiapan Pengadilan Agama Ambon Kelas IA terhadap Penyelesaian SengketaPerbankan Syariah menurut UU No. 3 Tahun 2006

1. Pengembangan jaringan kantor perbankan syariah diserahkan

sepenuhnya kepada mekanisme pasar (market driven) yaitu interaksi

antara masyarakat yang membutuhkan jasa perbankan syariah

dengan investor atau lembaga perbankan yang menyediakan

pelayanan jasa perbankan syariah.

2. Peraturan dan pengembangan perbankan syariah dilaksanakan

dengan tidak menerapkan infant industry argument yaitu memberikan

perlakuan-perlakuan khusus.perlakuan yang sama antara bank

konvesiaonal dan bank syariah. Perbedaan pengaturan dan

ketentuan yang diharapkan pada perbankan syariah dilaksanakan

dalam rangka memenuhi prinsip syariah.

3. Pengembangan perbankan syariah baik dari sisi kelembagaan

maupun pengaturan dilaksanakan secara bertahap dan

berkelanjutan . berkaitan dengan hal ini, kita tidak dapat mengharap

satu kesempurnaan baik dari aspek operasional maupun dari aspek

syariah dari suatu sistem perbankan syariah yang baru berkembang.

4. Peraturan dan pengembangan perbankan syariah menerapkan

prinsip universalitas sesuai dengan nilai dasar Islam yaitu rahmat

bagi sekalian alam.

5. Mengingat bahwa perbankan syariah adalah sistem perbankan yang

mengedepankan moralitas dan etika, maka nikai-nilai yang menjadi

dasar dalam pengaturan dan pengembangan serta nilai-nilai yang

harus diterapkan dalam operasi perbankan adalah sidiq, istiqomah,

tabliq, amanah, fatonah. 48

Merujuk pada uraian tesebut bertujuan agar memberikan

perhatian yang serius dan bersungguh-sungguh dalam mendorong

perkembangan perbankan syariah. Semangat ini dilandasi oleh

keyakinan bahwa perbankan syariah akan membawa maslahat bagi

peningkatan ekonomi dan pemerataan kesejahteraan masyarakat.

Untuk dapat mewujudkannya, maka paling tidak bank Syariah

harus mampu mempertimbangkan beberapa hal, sebagai berikut;

48 Sudarsono, Bank Dan Lembaga Keuangan Syariah (Yogyakarta: Ekonisia, 2003), h. 43

Page 35: STUDI TENTANG KESIAPANrepository.iainambon.ac.id/502/3/2017 BUKU ''Studi... · 2019-10-10 · yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang membutuhkan dana, serta berfungsi untuk

28

Studi Tentang Kesiapan Pengadilan Agama Ambon Kelas IA terhadap Penyelesaian SengketaPerbankan Syariah menurut UU No. 3 Tahun 2006

1. Bank syariah lebih dekat dengan sektor riil karena produk yang

ditawarkan, khususnya dalam pembiayaan, senantiasa

menggunakan underlying transaksi di sektor riil sehingga

dampaknya lebih nyata dalam mendorong pertumbuhan ekonomi.

2. Tidak terdapat produk-produk yang bersifat spekulatif (gharar)

sehingga mempunyai daya tahan yang kuat dan teruji

ketangguhannya dari direct hit krisis keuangan global. Secara makro,

perbankan syariah dapat memberikan daya dukung terhadap

terciptanya stabilitas sistem keuangan dan perekonomian nasional.

3. Sistem bagi hasil (profit-loss sharing) yang menjadi ruh perbankan

syariah akan membawa manfaat yang lebih adil bagi semua pihak,

baik bagi pemilik dana selaku deposan, pengusaha selaku debitur

maupun pihak bank selaku pengelola dana. 49

Sejalan dengan itu, di tengah perkembangan industri perbankan

syariah yang pesat tersebut, perlu disadari masih adanya beberapa

tantangan yang harus diselesaikan agar perbankan syariah dapat

meningkatkan kualitas pertumbuhannya dan mempertahankan

akselerasinya secara berkesinambungan, sehingga dapat

memperhituungkan tantangan yang harus diselesaikan dalam jangka

pendek (immediate) maupun jangka panjang.

Dengan demikian, bahwa perbankan syariah dalam

pengembangannya harus mampu memperhatikan beberapa faktor

penting, sekaligus tantangannya antara lain; perlunya kerangka hukum

yang mampu menyelesaikan permasalahan keuangan syariah secara

komprehensif, kodifikasi produk dan standar regulasi yang bersifat

nasional dan global untuk menjembatani perbedaan dalam

serta pemenuhan gap sumber daya insani (SDI), baik secara

kuantitas maupun kualitas, inovasi pengembangan produk berbasis

kekhususan kebutuhan masyarakat, kelangsungan program sosialisasi

dan edukasi kepada masyarakat.

49 A. M Saefuddin, Membumikan Ekonomi Islam (Cet. I; Jakarta: PT. PPA Consultans, 2011),

h. 232

Page 36: STUDI TENTANG KESIAPANrepository.iainambon.ac.id/502/3/2017 BUKU ''Studi... · 2019-10-10 · yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang membutuhkan dana, serta berfungsi untuk

29

Studi Tentang Kesiapan Pengadilan Agama Ambon Kelas IA terhadap Penyelesaian SengketaPerbankan Syariah menurut UU No. 3 Tahun 2006

C. Kewenangan Absolut Pengadilan Agama Dalam Penyelesaian

Sengketa Perbankan Syariah

1. Sekilas Sejarah Kewenangan Absolut Peradilan Agama

Hukum Islam merupakan bagian integral dari hukum positif

(tata hukum) diIndonesia. Pada masa raja-raja Islam, misalnya ketika

Sultan Agung berkuasa di Mataram, ia menjadikan hukum Islam

sebagai hukum resmi yang berlaku di seluruhKerajaan Mataram.50 Hal

ini telah berlaku sejak berdiri kerajaan-kerajaan Islam tersebutsampai

dengan terbentuknya VOC di Indonesia.51

Sejak Belanda berhasil membentuk VOC di Indonesia kemudian

berlanjut kepadabentuk penjajahan Indonesia, ada upaya-upaya

menjauhkan orang Islam dari ke-Islamanya. Cara yang dipandang

efektif untuk menjauhkan orang Islam dari ke-Islamannya adalah

menjauhkan orang Islam dari hukum Islam.52 Salah satu perwujudan

dari upaya itu adalah dicabutnya kekuasaan/kewenangan absolut

peradilan agama tentang penyelesaian sengketa berbagai bidang hukum

seperti hukum pidana, kewarisan, wakaf dan lain-lain, sehingga yang

tersisa hanyalah sekedar hukum keluarga/perkawinan.

Ketika Indonesia merdeka, kondisi marjinalisasi sebagian besar

hukum Islam darikekuasaan absolut peradilan agama tetap dilestarikan,

hal ini terjadi karena para ahlihukum Belanda telah berhasil meletakkan

dasar-dasar pemikiran kolonial Belanda dikalangan para ahli hukum

Indonesia sehingga telah terbentuk opini para ahli hukum Indonesia

tentang adanya dikhotomis hukum Islam dari tata hukum Indonesia,

dan badanperadilan agama diasumsikan sebagai subordinasi dari

peradilan umum, atau lebih ekstrimdisebutkan peradilan semu yang

bertempat di serambi-serambi mesjid.

50 ASA, , serial Media Dakwah, Jakarta, Agustus, 1989, h. 1551 VOC adalah sebuah badan serikat dagang para pedagang Belanda di Indonesia berdiri

tahun 1602 M, lihatTaufiq Hamimi, , dalam

Mimbar Hukum, No. 59 Thn. XIV, 2003, h. 1852 Sayuruddin Daulay, Positivisasi Hukum Islam di Indonesia Dalam Perspektif Politik Hukum

(AnalisaTerhadap Hukum Perkawinan), (Medan: UMSU Media, 2006), h. 5

Page 37: STUDI TENTANG KESIAPANrepository.iainambon.ac.id/502/3/2017 BUKU ''Studi... · 2019-10-10 · yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang membutuhkan dana, serta berfungsi untuk

30

Studi Tentang Kesiapan Pengadilan Agama Ambon Kelas IA terhadap Penyelesaian SengketaPerbankan Syariah menurut UU No. 3 Tahun 2006

Identitas badan peradilan agama sebagai peradilan semu, baru

berakhir secara konstitusional sejak lahirnya UU.No. 14 Tahun 1970

Tentang Pokok-Pokok Kekuasaan Kehakiman dan dipertegas lagi

dengan lahirnya UU. No. 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama yang

secara yuridis formal telah memposisikan peradilan agama sejajar

dengan badan-badan peradilan lainnya, seperti peradilan umum,

peradilan tata usaha Negara dan peradilan militer53, bahkan

kewenangan absolut peradilan agama tidak lagi terbatas menyelesaikan

sengketa perkawinan, tetapi telah merambah kepada penyelesaian

sengketa kewarisan, wasiat, hibah, dan shadaqah, dan lebih dari itu

kewenangan peradilan agama telah memasuki wilayah sengketa

-

Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan

Pertama dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 50 Tahun

2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun

1989 tentang Peradilan Agama.

Namun demikian ternyata ketentuan tersebut tidak bertahan

lama disebabkan oleh perkembangan dan kesadaran hukum masyarakat

(umat Islam), menjadikan ia kehilangan nilai aplikatifnya, maka sejak

lahir UU. No. 3 Tahun 2006 Tentang Perubahan Atas UU.No. 7 Tahun

1989 Tentang Peradilan Agama, kalimat yang mengindikasikan pilihan

hukum tersebut telah dihapus, dengan demikian sengketa Perbankan

Syariah kini mutlak diselesaikan berdasarkan hukum Islam di

Pengadilan Agama.54

53 Satjipto Rahardjo, Pengadilan Agama Sebagai Pengadilan Keluarga dalam Amrullah et.al.(ed), Prospek Hukum Islam Dalam Kerangka Pembangunan Hukum Nasioal diIndonesia (Jakarta: PP. IKAHA, 1994), h. 301

54 Syamsuhadi Irsyad, , makalah

dalam Acara Sosialisasi UU. No.3 Tahun 2006 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1989 Tentang PeradilanAgama, Medan, Tanggal 22-23 Desember2006, hlm. 20

Page 38: STUDI TENTANG KESIAPANrepository.iainambon.ac.id/502/3/2017 BUKU ''Studi... · 2019-10-10 · yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang membutuhkan dana, serta berfungsi untuk

31

Studi Tentang Kesiapan Pengadilan Agama Ambon Kelas IA terhadap Penyelesaian SengketaPerbankan Syariah menurut UU No. 3 Tahun 2006

2. Kompetensi Pengadilan Agama Menyelesaikan Sengketa

Perbankan Syariah.

Keberadaan lembaga Peradilan Agama di Indonesia tidak dapat

dilepaskan dari kebutuhan masyarakat Indonesia yang beragama Islam

dalam melaksanakan ajaran agamanya yang berupa hukum Islam.

Dalam konsepsi ilmu fikih, masalah peradilan atau -qadla

merupakan kewajiban kolektif atau fardlu kifayah, yang disamakan

dengan fardlu kifayah lainnya, seperti mendirikan jama ah dan shalat

fi majalisil ilmi), menyelenggarakan kesejahteraan umum dan mencegah

kemungkaran (amar ma ruf nahi mungkar untuk mashalihul ammah) serta

mendirikan kepemimpinan umat atau bernegara (al imamah).55

Bila diperhatikan penjelasan Pasal 49 Undang-Undang Nomor 3

Tahun 2006 ternyata mengalami pergeseran atau perluasan asas

personalitas ke-Islaman, dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989

tentang Peradilan Agama, karena dalam penjelasan Pasal 49 huruf i

tersebut perbuatan atau kegiatan usaha yang dilaksanakan diwajibkan

dengan prinsip syariah. Dengan kata lain yang menjadi subyek hukum

atau yang melaksanakan perbuatan atau kegiatan usaha tidak

diharuskan orang-orang yang beragama Islam semata, namun juga

diwajibkan dengan prinsip syariah. Sehingga dengan sendirinya orang-

orang yang menjadi subyek hukum, atau menjadi pihak-pihak yang

berperkara di pengadilan agama tidak saja orang-orang yang beragama

Islam, tetapi sudah termasuk non Islam, karena dalam melaksanakan

perbuatan atau kegiatan usaha menundukkan diri kepada hukum Islam,

yaitu perikatan atau akad syari'ah.

Kegalauan sempat muncul dimana Undang-Undang Nomor 21

Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, menimbulkan persoalan baru

55 H. Zaini Ahmad Noeh, Sejarah Peradilan Agama di Indonesia, (Laporan Hasil Simposium

Sejarah Peradilan Agama tanggal 8 s.d. 10 April 1982 di Hotel USSU Cisarua Bogor),Bagian Proyek Pembinaan Administrasi Hukum dan Peradilan Agama, DepartemenAgama RI, 1982/1983.

Page 39: STUDI TENTANG KESIAPANrepository.iainambon.ac.id/502/3/2017 BUKU ''Studi... · 2019-10-10 · yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang membutuhkan dana, serta berfungsi untuk

32

Studi Tentang Kesiapan Pengadilan Agama Ambon Kelas IA terhadap Penyelesaian SengketaPerbankan Syariah menurut UU No. 3 Tahun 2006

sebab dalam penjelasan Pasal 55 Ayat (2) mengatur apabila terjadi

persengketaan perbankan syariah, selain diselesaikan pengadilan

agama, juga dapat diselesaikan melalui pengadilan dalam lingkungan

pengadilan umum56. Adanya dualisme pengaturan penyelesaian

sengketa perkara ekonomi syariah sehingga telah mereduksi

kompetensi peradilan agama menjadi sekadar alternatif forum pilihan

(choice of forum). Pengaturan tersebut bukan hanya disparitas dan

ketidakpastian hukum, tetapi juga berpotensi menimbulkan kekacauan

hukum.

Sebuah undang-undangan yang tidak mempunyai sinkronisasi

dan koneksitas satu dengan yang lainnya, dan saling bertentangan

sudah dipastikan akan menimbulkan disparitas hukuman antara satu

hakim dengan yang lainnya, meskipun waktu itu ada yang berpendapat

kompetensi penyelesaian perkara ekonomi syariah tidak perlu

diperdebatkan lagi, sebab ekonomi menganut prinsip kebebasan

berkontrak (freedom of contract )57, sehingga dalam penegakan hukum

yang bersengketa dapat saja memilih di mana mengajukan perkara, baik

melalui badan arbitrase, peradilan umum, ataupun peradilan agama.

Kemudian penjelasan Pasal 55 Undang-Undang Nomor 21 Tahun

2008 tentang Perbankan Syariah tersebut telah dibatalkan oleh

Mahkamah Konstitusi melalui putusan Nomor : 93/PUU-X/2012,

sehingga seluruh bentuk akad atau perikatan syariah yang diatur dalam

Pasal 49 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 jika terjadi sengketa

sudah menjadi kewenangan absolut pengadilan agama. Oleh karenanya

pihak-pihak yang melakukan akad berdasarkan prinsip-prinsip syariah

telah tertutup untuk melakukan pilihan melalui pengadilan di luar

pengadilan agama58. Dengan kata lain bahwa pilihan hukum

56 Lihat Kitab Undang-Undang Ekonomi Syariah, UU Nomor 21 Tahun 2008 tentangPerbankan Syariah, Fokus Media, Bandung, 2011, hlm. 101

57 Lihat, Pasal 1338 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata58 Ahmad Mujtahidin, Op.,Cit., h. 20

Page 40: STUDI TENTANG KESIAPANrepository.iainambon.ac.id/502/3/2017 BUKU ''Studi... · 2019-10-10 · yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang membutuhkan dana, serta berfungsi untuk

33

Studi Tentang Kesiapan Pengadilan Agama Ambon Kelas IA terhadap Penyelesaian SengketaPerbankan Syariah menurut UU No. 3 Tahun 2006

dinyatakan dihapus dan menjadi kewenangan absolut pengadilan

agama.

Berdasarkan uarain tersebut di atas, maka dapat dikemukakan

batas ruang lingkup serta jangkauan kewenangan mengadili Pengadilan

Agama di bidang perbankan syariah antara lain :

1. Dalam hal penyelesaian sengketa perbankan syariah Pengadilan

Agama berwenang mengadili seluruh perkara perbankan syariah di

bidang perdata, kecuali yang secara tegas ditentukan lain oleh

undang - undang. Sementara dua bidang hukum lain yang mengatur

tentang aktivitas operasional perbankan syariah yakni hukum

pidana dan hukum tata negara merupakan kewenangan absolut

Peradilan Umum dan peradilan Tata Usaha Negara.Dengan adanya

asas personalitas ke-Islaman yang termuat dalam Undang - Undang

Nomor 3 Tahun 2006 Tentang Peradilan Agama maka setiap orang

Islam baik secara subjektif maupun secara objektif berlaku (tunduk

pada) hukum Islam. Secara subjektif, artinya menurut hukum setiap

orang Islam sebagai subjek hukum tunduk pada hukum Islam,

sehingga segala tindakannya harus dianggap menurut hukum Islam,

dan jika tidak dilakukan menurut hukum Islam, maka hal tersebut

dianggap sebagai suatu pelanggaran. Sedangkan secara objektif,

artinya segala sesuatu yang menyangkut aspek hukum orang Islam

sebagai objek hukum harus diukur dan dinilai berdasarkan hukum

Islam, sehingga hukum Islam secara imperatif (otomatis)

diberlakukan terhadap dirinya, dan karena itu jika terjadi sengketa

harus diselesaikan menurut hukum Islam oleh hakim (pengadilan)

Islam.

2. Termasuk dalam pengertian asas personalitas ke-Islaman maka,

semua badan hukum Islam yang ada dalam sistem hukum di

Indonesia termasuk dalam hal ini bank syariah. Terhadap semua

badan hukum Islam yang dimaksud baik mengenai status

hukumnya maupun mengenai perbuatan atau peristiwa hukum

yang menimpanya, juga mengenai hubungan hukum dengan orang

Page 41: STUDI TENTANG KESIAPANrepository.iainambon.ac.id/502/3/2017 BUKU ''Studi... · 2019-10-10 · yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang membutuhkan dana, serta berfungsi untuk

34

Studi Tentang Kesiapan Pengadilan Agama Ambon Kelas IA terhadap Penyelesaian SengketaPerbankan Syariah menurut UU No. 3 Tahun 2006

atau badan hukum lain serta hak milik badan hukum tersebut,

sepanjang berkaitan dengan prinsip-prinsip syariah, harus berlaku

(tunduk pada) hukum Islam dan manakala terjadi pelanggaran atau

sengketa, harus diselesaikan berdasarkan hukum Islam oleh hakim

(pengadilan) Islam.

3. Cakupan kewenangan absolut Pengadilan Agama juga mampu

menjangkau seluruh sengketa yang terjadi antara pihak bank dengan

nasabah yang non-Islam. Sebagaimana yang diketahui, pihak-pihak

yang bertransaksi atau yang menjadi mitra usaha di perbankan

syariah tidak hanya pihak yang beragama Islam saja, melainkan juga

yang non-Islam. Salah satu kelebihan dari Undang - Undang Nomor

3 Tahun 2006 Tentang Perubahan atas Undang - Undang No. 7

Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama adalah adanya satu asas

penting yang baru diberlakukan yakni asas penundukan diri

terhadap hukum Islam. Asas ini terdapat dalam Pasal 49 undang-

yang dimaksud dengan

antara orang - orang yang beragama Islam 59 adalah termasuk orang

atau badan hukum yang dengan sendirinya menundukkan diri

dengan sukarela kepada hukum Islam mengenai hal - hal yang

menjadi kewenangan Peradilan Agama sesuai dengan ketentuan

Pasal ini. Atas dasar ketentuan tersebut jelas dapat dipahami bahwa

pihak-pihak (person/badan hukum) yang dibenarkan berperkara di

Peradilan Agama tidak hanya terbatas pada mereka yang beragama

Islam saja, melainkan juga yang non-Islam baik terhadap sengketa

yang terjadi antara orang Islam dengan non-Islam bahkan antara

orang non-Islam dengan non-Islam sekalipun, sepanjang mereka

menundukkan diri terhadap hukum Islam. Dalam ekonomi syariah

yang menjadi ukuran seseorang menundukkan diri pada hukum

Islam atau tidak adalah akad yang dilakukannya, bilamana

59 Lihat pasal 49 Undang Nomor 3 Tahun 2006 Tentang Perubahan atas Undang - UndangNo. 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama

Page 42: STUDI TENTANG KESIAPANrepository.iainambon.ac.id/502/3/2017 BUKU ''Studi... · 2019-10-10 · yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang membutuhkan dana, serta berfungsi untuk

35

Studi Tentang Kesiapan Pengadilan Agama Ambon Kelas IA terhadap Penyelesaian SengketaPerbankan Syariah menurut UU No. 3 Tahun 2006

transaksinya dilakukan dengan menggunakan akad syariah sudah

dapat dianggap menundukkan diri secara sukarela.

4. Pengadilan Agama tidak menjangkau penyelesaian sengketa atas

klausula arbitrase. Di saat para pihak melakukan perjanjian disertai

dengan klausula arbitrase, maka Pengadilan Agama tidak

berwenang untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut apa lagi

hingga mengeluarkan putusan. Konsekuensi yuridis dari adanya

klausula arbitrase tersebut, apabila terjadi sengketa mengenai

perjanjian atau akad maka yang berwenang secara absolut untuk

menyelesaikan sengketa ialah badan arbitrase itu sendiri

sebagaimana yang telah dipilih dan diperjanjikan dalam akad,

sehingga para pihak tidak diperbolehkan mengajukan perselisihan

yang terjadi ke badan peradilan negara. Hal ini berdasarkan

ketentuan Pasal 11 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999

Tentang Arbitrase Dan Alternatif Penyelesaian Sengketa.60

Sebaliknya, badan peradilan negara termasuk Pengadilan Agama

tidak berwenang untuk mengadili perkara yang timbul dari suatu

perjanjian yang didalamnya terdapat klausula arbitrase dan wajib

menolaknnya dengan menyatakan tidak berwenang mengadilinya

(niet ontvankelijk verklaard).61

3. Alasan Pengadilan Agama Lebih Berwenang Menyelesaikan

Perkara Perbankan Syariah.

Perlu difahami dengan penambahan kewenangan pengadilan

agama, diharapkan praktik-praktik hukum Islam yang selama ini sudah

berjalan di masyarakat harus mempunyai alasan-asalan yang kuat. Jika

di kemudian hari terjadi sengketa antara para pihak bisa dilakukan

penyelesaiannya melalui pengadilan agama sebagai pengadilan satu-

satunya diberi kewenangan untuk menyelesaikan. Ada dua alasan

60 Lihat pasal 11 ayat Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase DanAlternatif Penyelesaian Sengketa

61 Abdul Mannan, Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah, Sebuah Kewenangan Baru PeradilanAgama, (Jakarta: Pusat Pengembangan Hukum Islam dan Masyarakat Madani, 2011), h.

20-35

Page 43: STUDI TENTANG KESIAPANrepository.iainambon.ac.id/502/3/2017 BUKU ''Studi... · 2019-10-10 · yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang membutuhkan dana, serta berfungsi untuk

36

Studi Tentang Kesiapan Pengadilan Agama Ambon Kelas IA terhadap Penyelesaian SengketaPerbankan Syariah menurut UU No. 3 Tahun 2006

hanya pengadilan agama satu-satunya lembaga peradilan yang

berwenang menyelesaikan sengketa ekonomi syariah, yaitu:

a. Alasan Historis.

Tanpa disadari kewenangan peradilan agama mengalami

dinamika dalam sejarah peradilan di negeri ini, kendati pun tidak

dihapuskan oleh penguasa (political will), paling tidak pada tataran

kompetensinya selalu dibatasi. Padahal kompetensi peradilan agama

pada dasarnya sangat erat dengan pelaksanaan hukum Islam sebagai

hukum yang hidup di masyarakat (living law). Kompetensi peradilan

agama di Indonesia, sesungguhnya sangat terkait erat dengan

persoalan kehidupan umat Islam, karena ia menjadi sui generis-nya.

Itu pun tidak menyangkut seluruh persoalan umat Islam, melainkan

hanya terkait dengan persoalan hukum keluarga semata plus

nomena ini tidak bisa dipisahkan

dari persoalan politik penguasa. Karena latar belakang historis itu,

peradilan agama kerap memiliki konotasi sebagai peradilan nikah,

talak, dan rujuk saja.

Meskipun akhirnya kebijakan regulasi dan politik hukum

dapat menempatkan posisi peradilan agama dalam sistem peradilan

nasional secara proporsional dan modern. Seiring waktu yang

berjalan pada akhirnya Undang-Undang Agama Nomor 7 Tahun

1989 tentang Peradilan Agama telah berjalan selama 25 tahun dan

UU itu telah diubah pula dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun

2006 yang membawa perubahan besar dalam kompetensi peradilan

agama, diperluas dengan memasukan ekonomi syariah, sebagai

salah satu bidang kompetensinya. Pada tataran yang lebih luas,

perluasan kompetensi sebagaimana diatur dalam undang-undang

tersebut merupakan responsif terhadap perkembangan dan

kebutuhan hukum bagi umat Islam yang mayoritas di republik ini.

Demikian halnya jika dilihat dari sudut perspektif sosiologi hukum,

peradilan agama juga mengalami ekstensifikasi kewenangan,

Page 44: STUDI TENTANG KESIAPANrepository.iainambon.ac.id/502/3/2017 BUKU ''Studi... · 2019-10-10 · yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang membutuhkan dana, serta berfungsi untuk

37

Studi Tentang Kesiapan Pengadilan Agama Ambon Kelas IA terhadap Penyelesaian SengketaPerbankan Syariah menurut UU No. 3 Tahun 2006

mengingat perlunya kesinambungan yang simetris antara

perkembangan62 masyarakat dengan hukum, agar tidak ada jarak

antara persoalan (problem) dengan cara dan tempat penyelesaiannya

(solving). Sejarah pasang surut peradilan agama tidak hanya terbatas

mengenai perkara hukum keluarga saja, dengan adanya sistem

ekonomi syariah yang merambah kemana-mana, merupakan

momentum yang sangat tepat yang harus dimamfaatkan dengan

sebaik-baiknya untuk mengembangkan keberadaannya di tengah-

tengah masyarakat, sehingga publik pun tidak ragu jika

menyelesaikan perkara sengketa ekonomi syariah melalui

pengadilan agama.

Masalah kewenangan absolut Pengadilan Agama yang justru

memungkinkan bagi pihak non muslim untuk berperkara di

Pengadilan Agama, dapat juga digunakan pengecualian

pemberlakuan asas personalitas ke-Islaman pada perkara perdata

tertentu yang menjadi kewenangan Pengadilan Agama. Hal ini

karena antara kewenangan absolut dan kewenangan absolute

peradilan agama sama-sama mempunyai dasar hukum yang

seimbang pada satu Undang-undang yang sama, yaitu UU Nomor 3

Tahun 2006 Perubahan atas UU Nomor 7 Tahun 1989 tentang

Peradilan Agama.

Mengacu pada penjelasan pasal 49 ini, dapat diambil

kesimpulan bahwa orang non muslim juga dapat berperkara di

Pengadilan Agama dalam perkara tertentu yang menjadi

kewenangan absolute Peradilan Agama dengan syarat yang

bersangkutan bersedia menundukkan diri dengan sukarela pada

hukum Islam. Kenyataan yang menyebutkan bahwa ekonomi

62 Ahmad Mujtahidin, Op. Cit., h. 20

Page 45: STUDI TENTANG KESIAPANrepository.iainambon.ac.id/502/3/2017 BUKU ''Studi... · 2019-10-10 · yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang membutuhkan dana, serta berfungsi untuk

38

Studi Tentang Kesiapan Pengadilan Agama Ambon Kelas IA terhadap Penyelesaian SengketaPerbankan Syariah menurut UU No. 3 Tahun 2006

mengembangkan nasabahnya pada orang-orang non muslim

akan paling banyak menarik orang non muslim berperkara di

Pengadilan Agama.

-undang No 3

Tahun 2006, maka yang menjadi kewenangan Pengadilan Agama

adalah transaksi yang menggunakan akad yang beradasarkan

menjelaskan bahwa ukuran personalitas ke Islaman dalam sengketa

h adalah akad yang mendasari sebuah transaksi,

menjadi hak peradilan agama. Dalam konteks ini pelaku non muslim

hukum Islam, sehingga oleh karenanya UU Nomor 3 Tahun 2006

menentukan bahwa sengketanya harus diselesaikan di Pangadilan

Agama.63

Atas dasar ketentuan tersebut jelas dapat dipahami bahwa

pihak-pihak (person/badan hukum) yang dibenarkan berperkara di

Pengadilan Agama tidak hanya terbatas pada mereka yang

beragama Islam saja, melainkan juga non muslim. Dengan demikian,

jangkauan kewenangan lingkungan Peradilan Agama di semua

bidang yang disebutkan dalam pasal 49 berikut penjelasannya

tersebut, tidak hanya terbatas pada sengketa yang terjadi antara

orang-orang yang beragama Islam saja, melainkan juga meliputi

sengketa yang terjadi antara orang Islam dengan yang non muslim,

bahkan termasuk juga sengketa yang terjadi antar sesama non

muslim sekalipun, sepanjang mereka itu menundukkan diri

terhadap hukum Islam dalam hal yang menjadi kewenangan

lingkungan Peradilan Agama tersebut.

63 Listyio Budi Santoso. Kewenangan Peradilan Agama Dalam Menyelesaikan Sengketa Ekonomi(Semarang: Pusataka Undip 2009), h. 61

Page 46: STUDI TENTANG KESIAPANrepository.iainambon.ac.id/502/3/2017 BUKU ''Studi... · 2019-10-10 · yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang membutuhkan dana, serta berfungsi untuk

39

Studi Tentang Kesiapan Pengadilan Agama Ambon Kelas IA terhadap Penyelesaian SengketaPerbankan Syariah menurut UU No. 3 Tahun 2006

Berdasarkan pembahasan di atas, penulis berpendapat bahwa

ada semacam asas penundukan diri di Pengadilan Agama. Asas ini

berlaku pada orang non muslim yang dengan sukarela

menundukkan diri pada hukum Islam dalam perkara perdata

tertentu yang diatur oleh undang-undang, seperti kasus waris dan

memungkinkan non muslim berperkara di Pengadilan Agama. Asas

penundukan diri sama sekali tidak berarti mengganti asas

personalitas ke-Islaman karena kedua asas ini justru akan saling

mendukung dan melengkapi.

Dengan demikian dapatlah dipahami bahwa asas personalitas

ke-Islaman memang harus ada di Pengadilan Agama, karena selain

sebagai ciri khas, asas personalitas ke-Islaman juga berfungsi untuk

mengetahui sampai di mana jangkauan kewenangan lingkungan

Peradilan Agama dalam mengadili sengketa di bidang perdata yang

diatur Undang-undang. Berdasarkan asas personalitas ke-Islaman

itu pula pembentuk Undang-Undang memandang perlu dan tepat

melimpahkan kekuasaan penyelesaian perkara ekonomi syariah

kepada Pengadilan Agama yang merupakan salah satu pelaku

kekuasaan kehakiman di Indonesia yang bertugas

menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan

keadilan berdasarkan hukum Islam.64

Namun demikian, agar tidak timbul kesan pertentangan

antara asas personalitas ke-Islaman dengan asas penundukan diri

terhadap hukum Islam di pengadilan agama, penulis juga

berpendapat bahwa harus ada sedikit penambahan pada hal-hal

yang timbul akibat adanya asas personalitas ke-Islaman. Rumusan

ini yang diamanatkan oleh pasal 49 Undang-Undang No 3 tahun

2006 berikut penjelasannya. Dari penjelasan Pasal 49 tersebut, maka

"seluruh" nasabah lembaga keuangan dan lembaga pembiayaan

syariah, bank konvensional yang membuka unit usaha syariah

64 Yahya Harahap. Kedudukan, Kewenangan, Dan Acara Peradilan Agama (Jakarta: Sinar

Grafika, 2005), h. 25

Page 47: STUDI TENTANG KESIAPANrepository.iainambon.ac.id/502/3/2017 BUKU ''Studi... · 2019-10-10 · yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang membutuhkan dana, serta berfungsi untuk

40

Studi Tentang Kesiapan Pengadilan Agama Ambon Kelas IA terhadap Penyelesaian SengketaPerbankan Syariah menurut UU No. 3 Tahun 2006

ataupun lembaga ekonomi syari'ah lainnya dengan sendirinya

terikat dengan ketentuan ekonomi syariah, baik dalam pelaksanaan

akad maupun dalam penyelesaian perselisihan.

b. Alasan Yuridis Formal.

Pasal 50 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 menegaskan

ketika perbuatan atau kegiatan usaha yang dilaksanakan

berdasarkan prinsip syariah menimbulkan sengketa, maka muara

penyelesaiannya melalui litigasi menjadi kompetensi peradilan

agama. Sedangkan penyelesaian melalui jalur non litigasi dapat

dilakukan melalui Basyarnas, dan alternatif penyelesaian sengketa

dengan memperhatikan ketentuan Undang-Undang Nomor 30

Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa,

dengan tetap berpegang pada prinsip-prinsip syariah.

Meskipun awalnya muncul masalah baru ketika diundangkan

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah

adanya pilihan hukum melalui pengadilan dalam lingkungan

peradilan umum untuk menyelesaikan perkara perbankan syariah,

hal itu terlihat dalam Pasal 55 Ayat (2) beserta penjelasannya itu

menunjukkan bahwa telah terjadi reduksi terhadap kompetensi

peradilan agama dalam bidang perbankan syariah.

Melalui putusan Mahkamah Konstitusi Nomor : 93/PUU-

X/2012 mengakhiri dualisme penyelesaian sengketa ekonomi

syariah antara peradilan agama dan peradilan umum, sehingga

pengadilan agama secara yuridis formal satu-satunya yang

berwenang menyelesaikan sengketa ekonomi syariah.

Berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi Nomor :

93/PUU-X/2012, dapatlah disimpulkan bahwa secara otomatis

kaitannya dengan sengketa ekonomi syariah atau perbankan syarih

dilaksanakan oleh pengadilan agama, maka tidak ada alasan lain

dari pelaku ekonomi syariah untuk mengajukan sengketa ekonomi

syariah atau perbankan syariah di pengadilan agama.

Page 48: STUDI TENTANG KESIAPANrepository.iainambon.ac.id/502/3/2017 BUKU ''Studi... · 2019-10-10 · yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang membutuhkan dana, serta berfungsi untuk

41

Studi Tentang Kesiapan Pengadilan Agama Ambon Kelas IA terhadap Penyelesaian SengketaPerbankan Syariah menurut UU No. 3 Tahun 2006

4. Kesiapan Hakim Pengadilan Agama Dalam Menyelesaikan

Perkara Perbankan Syariah.

Jika dilihat dari sisi perspektif hukum, ekonomi syariah yang

ang baru bagi

hakim pengadilan agama, karena pernah mempelajarinya di fakultas

syariah, akan tetapi ekonomi syariah dalam tataran aplikasinya dewasa

ini baik dalam skala domestik maupun global merupakan kegiatan

perekonomian yang relatif baru, dan dipandang bisa memberikan

harapan baru, karena sistem ekonomi sosialis, kapitalis, dan liberalis

gagal mensejahterakan manusia.

Di lingkungan peradilan agama ekonomi syariah tentunya juga

sesuatu yang baru, sebab selama ini kewenangannya berkutak hanya

bidang sengketa perkawinan, waris, wasiat, hibah, wakaf, zakat, infaq,

shadaqa. Sehingga ada yang meragukan dan mempertanyakan

kapabilitas hakim pengadilan agama dalam menangani dan

menyelesaikan kewenangan perkara ekonomi syariah, saat dimana

Undang-Undang No. 3 Tahun 2006 telah diundangkan, ada suara-suara

miris untuk meminta agar dikoreksi dan ditunda pelaksanaannya,

karena dalam pembahasan di parlemen tidak dilakukan konsultasi

dengan pihak yang mempunyai otoritas mengatur perbankan maupun

dengan stakeholder ekonomi syariah.

Undang-undang ini peradilan agama diberi kewenangan

menyelesaikan sengketa ekonomi syariah, tentu merupakah langkah

politik hukum yang luar biasa dalam melengkapi kelembagaan hukum

untuk mewujudkan gerakan ekonomi syariah di Indonesia, sehingga

kini gerakannya telah mendapatkan respon positif dan mendapatkan

dukungan politik dari berbagai kalangan.Sebagai lembaga peradilan

negara yang tercantum dalam UUD 1945, sekaligus upaya

menghidupkan hukum Islam bagi pemeluknya, maka pengadilan

agama saat ini mau tidak mau dan tidak diragukan lagi telah siap dalam

Page 49: STUDI TENTANG KESIAPANrepository.iainambon.ac.id/502/3/2017 BUKU ''Studi... · 2019-10-10 · yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang membutuhkan dana, serta berfungsi untuk

42

Studi Tentang Kesiapan Pengadilan Agama Ambon Kelas IA terhadap Penyelesaian SengketaPerbankan Syariah menurut UU No. 3 Tahun 2006

menyelesaikan sengketa ekonomi syariah yang diajukan ke pengadilan

agama.

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapatlah disimpulkan dalam

beberapa unsur, sebagai berikut;

1. Sumber daya manusia pengadilan agama telah memenuhi

standarisasi keilmuanya karena sudah banyak yang memahami

permasalahan ekonomi syariah dimana hakim telah mengenyam

pendidikan setingkat doktor, magister dan sarjana di bidang hukum

dan ekonomi syariah bahkan ada yang professor. Namun demikian

tentunya tinggal pemolesan dengan cara meningkatkan wawasan

dan pengetahuan melalui pendidikan dan pelatihan serta bimbingan

teknis secara berkala bidang sengketa ekonomi syariah65

2. Dalam kontekstualnya pengadilan agama telah mempunyai hukum

materiil yang cukup established berkaitan dengan ekonomi syariah, di

malah, fatwa Dewan Syariah

Nasional MUI, Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, dan saat ini

akan disahkannya Kitab Hukum Acara Ekonomi Syariah yang boleh

dikatakan sudah hampir final. Gedung kantor pengadilan agama

dan pengadilan tinggi agama di seluruh wilayah Indonesia sebagian

besar telak mengaplikasikan jaringan Teknologi Informasi dengan

basis internet atau website, sehingga memudahkan untuk

mengaksesnya dan mencari solusi-solusi yang mungkin muncul.

3. Di samping itu kehadiran sistem perbankan syariah di Indonesia

ternyata juga tidak hanya menuntut perubahan peraturan

perundang-undangan bidang perbankan syariah saja, tetapi

berimplikasi juga pada peraturan perundang-undangan yang

mengatur institusi lain misalnya lembaga peradilan.66

65 Ahmad Mujtahidin, Op. Cit., h. 2166 Ahmad Mujahidin, Prosedur Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah di Indonesia (Bogor:

Ghalia, Indonesia, 2010), h. 16-17

Page 50: STUDI TENTANG KESIAPANrepository.iainambon.ac.id/502/3/2017 BUKU ''Studi... · 2019-10-10 · yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang membutuhkan dana, serta berfungsi untuk

43

Studi Tentang Kesiapan Pengadilan Agama Ambon Kelas IA terhadap Penyelesaian SengketaPerbankan Syariah menurut UU No. 3 Tahun 2006

Selain tiga hal tersebut, ada beberapa unsur lain yang dapat

dijadikan pertimbangan pelaksanaan penyelesaian sengketa perbankan

syariah oleh pengadilan agama, sebagai berikut;

1. Secara sosiologis mendapat dukungan mayoritas penduduk

Indonesia, yaitu masyarakat muslim yang saat ini sedang

mempunyai semangat tinggi dalam menegakan nilai-nilai agama

yang mereka anut.67

2. Secara politis adanya dukungan kuat dari Pemerintah dan DPR telah

menyepakati perluasan kewenangan pengadilan agama yaitu

lahirnya Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 adalah suatu

keniscayaan untuk menyesuaikan terhadap tuntutan hukum yang

ada, yakni perubahan paradigma dari peradilan keluarga menuju

peradilan modern.68

3. Adanya dukungan dari otoritas perbankan (Bank Indonesia) dan

dukungan dari Lembaga Keuagan Islam di seluruh dunia.69

Di samping alasan tersebut di atas yang takala penting bahwa

gedung peradilan agama juga harus respentatif sehingga tampil asri,

apik, bersih, transparan, akuntabel, dan bisa memenuhi rasa keadilan

serta kebenaran. Memang butuh waktu untuk itu akan tetapi

bagaimanapun memang sudah menjadi tanggung jawab yang harus

dipikul di pundak aparatur peradilan agama. Tidak ada jalan lain

kecuali dengan cara inilah bahwa pengadilan agama akan mendapatkan

apresiasi positif dari berbagai elemen bangsa dan masyarakat sehingga

menaruh kepercayaannya kepada pengadilan agama sebagai pelaksana

hukum Islam di Indonesia.

Sejalan dengan itu, pasca amandemen Undang-Undang Nomor 7

Tahun 1989 tentang Peradilan Agama dengan Undang-Undang Nomor

67 Kernaen Perwataatmadja dkk, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia (Jakarta: Prenada

Media, 2005), h. 29668 Ariyanto dkk., Tak Sekadar Menangani Kawin Cerai (Kolom Hukum), Trust Majalah Berita

Ekonomi dan Bisnis Edisi 27 Tahun IV, 17-23 April 2006, h. 7069 Abdul Manan, Hukum Perbankan Syariah, Jurnal Mimbar Hukum dan Peradilan, Op.Cit.,

h. 3

Page 51: STUDI TENTANG KESIAPANrepository.iainambon.ac.id/502/3/2017 BUKU ''Studi... · 2019-10-10 · yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang membutuhkan dana, serta berfungsi untuk

44

Studi Tentang Kesiapan Pengadilan Agama Ambon Kelas IA terhadap Penyelesaian SengketaPerbankan Syariah menurut UU No. 3 Tahun 2006

3 Tahun 2006, hakim memiliki tugas baru yaitu perluasan kewenang

untuk menangani sengketa ekonomi syariah, tidak dibatasi hanya

bidang sengketa perbankan syariah namun termasuk bidang ekonomi

syariah lainnya, sebagaimana penjelasan Pasal 49 huruf i yaitu; lembaga

keuangan mikro syariah, asuransi syariah, reasuransi syariah, reksadana

syariah, obligasi dan surat berjangka menengah syariah, sekuritas

syariah, pembiayaan syariah, pegadaian syariah, dana pensiun lembaga

keuangan syariah dan bisnis syariah.70

Dampak perluasan kewenangan ini juga membawa konsekuensi

suatu tantangan tersendiri terutama bagi hakim. Pada akhirnya hakim

dituntut memahami dan menguasai hukum ekonomi syariah dan segala

perkara yang menjadi kompetensinya. Pengetahuan hakim tersebut

hakim dianggap

tahu seluruh hukum, dengan demikian hakim tidak dibenarkan

menolak untuk memeriksa perkara dengan dalih bahwa hukumnya

tidak atau kurang jelas sehingga hakim bisa mengisi kekosongan

hukum. Oleh karenanya hakim harus menggali hukum Islam yang

sesuai dengan budaya bangsa Indonesia.

Hal ini juga dapat diperhatikan bahwa pengembangan

(menafsirkan) hukum Islam tidak terlerpas dari pemikiran dan budaya

ahli hukum Islam dimana berada. Terlepas dari berbagai komentar

miring yang berkembang, kewenangan baru untuk menangani sengketa

di bidang ekonomi syariah merupakan tantangan yang harus dihadapi

oleh hakim. Oleh karenanya diperlukan kerja keras dan sungguh-

sungguh dengan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan teknis

bidang ekonomi syariah.

Suatu keniscayaan sosok hakim selalu memperkaya pengetahuan

dan wawasannya serta mengasah intelegensinya, karena bagaimanapun

hakim harus mempertanggung-jawabkan apa yang telah menjadi

ijtihadnya sehingga putusanya harus dianggap benar adanya (res

judikata pro veriate habetur). Hubungan dengan itu, hakim dituntut untuk

lebih mendalami dan menguasai hukum ekonomi syariah. Tidak bisa

70 Ibid., h. 13

Page 52: STUDI TENTANG KESIAPANrepository.iainambon.ac.id/502/3/2017 BUKU ''Studi... · 2019-10-10 · yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang membutuhkan dana, serta berfungsi untuk

45

Studi Tentang Kesiapan Pengadilan Agama Ambon Kelas IA terhadap Penyelesaian SengketaPerbankan Syariah menurut UU No. 3 Tahun 2006

dipungkiri hakim pengadilan agama telah memiliki latar belakang

pendidikan hukum umum dan pendidikan hukum Islam akan tetapi

oleh karena selama ini, tidak menangani sengketa yang berkaitan

dengan sengketa perbankan syariah, tentu wawasan dan pengetahuan

yang dimiliki boleh dikatakan agak terbatas. Oleh sebab itu hakim wajib

meningkatkan pengetahuan dan wawasan hukum perbankan syariah

yang menjadi tugas pokoknya melalui simposium, seminar, diskusi,

pendidikan dan latihan, bimbingan teknis, bahkan jenjang pendidikan

yang lebih tinggi atau lebih spesipik ke bidang perbankan syariah.

Disamping itu hakim juga harus memiliki wawasan yang

memadai tentang lembaga keuangan ekonomi syariah, bahkan seorang

hakim juga perlu meningkatkan kepekaan dan sensitifitasnya bahwa

akan terjadi sengketa perbankan syariah di luar ketentuan penjelasan

Pasal 49 huruf i Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tersebut karena

hukum dan ekonomi itu dinamis atau berkembang sesuai dengan

perkembangan zaman apalagi akan diberlakukan perdagangan bebas

sehingga tidak menutup kemungkinan akan timbul masalah-masalah

baru di kemudian hari yang harus dicarikan penyelesaiannya melalui

pengadilan agama.

Bertitik tolak dari asumsi tersebut perbankan syariah adalah ilmu

dan sistem yang bersumber dari imperative wahyu Allah swt.untuk

keselamatan dan kesejahteraan ummat manusia. Paradigma, asumsi dan

teori-teorinya sangat kondusif bagi kebutuhan kelangsungan hidup

pada masa yang akan datang. Oleh karena itu, secara potensial memiliki

peluang yang besar untuk menjadi alternatif sebagai solusi atas

kegagalan sistem ekonomi kapitalis dan sosialis di masa yang datang.

Pesatnya perkembangan bisnis berbasis pada perbankan syariah

yang sejalan dengan perluasan kewenangan pengadilan agama untuk

menangani sengketa perbankan syariah, tentu akan memberi

konsekuensi tersendiri bagi pengadilan agama, sehingga harus memiliki

hakim-hakim khusus yang kapabel dalam menangani sengketa

perbankan syariah, para hakim juga dituntut lebih responsif terhadap

perkembangan managemen peradilan yang lebih modern.

Page 53: STUDI TENTANG KESIAPANrepository.iainambon.ac.id/502/3/2017 BUKU ''Studi... · 2019-10-10 · yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang membutuhkan dana, serta berfungsi untuk

46

Studi Tentang Kesiapan Pengadilan Agama Ambon Kelas IA terhadap Penyelesaian SengketaPerbankan Syariah menurut UU No. 3 Tahun 2006

Bahkan seorang hakim pengadilan agama dalam hal kesiapan

mengadili sengketa perbankan syariah akan dihadapan dengan

tantangan terbesar dalam menghadapi era turbulensi era yang penuh

dengan gejolak, sehingga perlu dilakukan reformasi PIKR yaitu power,

information, knowledge, reward.71 Power artikan dimana seorang hakim

dalam menghadapi sengketa perbankan syariah mampu mengambil

keputusan sesuai ruang lingkup kewenangannya, dan information yang

diperoleh hakim harus mengalir secara transparan dan horizontal

sehingga putusanya membawa rasa keadilan tanpa harus dihambat

sekat-sekat vertikal birokratis yang tidak perlu, sementara adanya

knowledge seorang hakim dapat menafsirkan sendiri setiap perkara yang

diterimanya melalui ijtihadnya jika belum ada ketentuan yang mengatur

tentang perkara tersebut sehingga tidak boleh menolak dengan dalih

hukum tidak mengaturnya, sedangkan reward bagi seorang hakim yang

memutus perkaranya tentu akan mendapat nilai positif bagi pencari

keadilan tentang kemampuan seorang hakim dalam menangani kasus

sengketa perbankan syariah dan yang terpenting mendapat nilai pahala

dua jika benar dan nilai satu jika salah dalam mengambil sebuah

keputusan.

Dengan berbagai macam variasi istilah ilmu hukum Islam dan

beragamnya istilah-istilah dalam bentuk bahasa Arab dalam hukum

perbankan syariah tidaklah berlebihan hanya hakim pengadilan

agamalah yang pantas menangani dan menyelesaikan sengketa

perbankan syariah tanpa harus menskreditkan hakim di luar pengadilan

agama, dan mana mungkin seorang hakim non muslim karena memang

dalam lingkungan peradilan umum tentu tidak semua hakimnya

beragama Islam, akan memberi fatwa hukum dalam bentuk putusan

pengadilan terhadap orang-orang Islam dan orang-orang yang

menundukan diri ke dalam hukum Islam, dalam menyelesaikan

sengketa perbankan syariah.

71 Adiwarman A Karim, Ekonomi Islam Suatu Kajian Kontemporer (Cet. III; Jakarta: Gema

Insani, 2007), h. 149

Page 54: STUDI TENTANG KESIAPANrepository.iainambon.ac.id/502/3/2017 BUKU ''Studi... · 2019-10-10 · yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang membutuhkan dana, serta berfungsi untuk

47

Studi Tentang Kesiapan Pengadilan Agama Ambon Kelas IA terhadap Penyelesaian SengketaPerbankan Syariah menurut UU No. 3 Tahun 2006

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Adapun jenis dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan (field

Research). Penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian deskriptif

analitis.72 Secara deskriptif, penelitian ini menggambarkan secara sistematik

mengenai landasan hukum dan pelaksanaan kewenangan pengadilan

.73

B. Lokasi Penelitian

Adapun lokasi penelitian dilaksanakan di Pengadilan Agama

Ambon

C. Subjek Penelitian

Adapun subjek penlitian adalah peraturan perundang-undangan

dan putusan pengadilan terkait dengan penyelesaian sengketa perbankan

berdasarkan realitas pada pengadilan agama Ambon Kelas IA.74

D. Penentuan Informan

Adapun penentuan informan dalam penelitian ini ada menggunakan

secara keseluruhan hakim di pengadilan Agama Ambon dikarekan hakim

dalam jumlah minimal.

72 Lexy J. Moleong Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung : RemadjaRosdakarja, 1999), h.

19873 Punaji Setyosari, Metode Penelitian Pendidikan dan Perkembangannya (Cet. I; Jakarta:

Kencana, 2010), h. 3574 Ronny Hanitjo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, (Jakarta : Ghalia

Indonesia, 1990), h. 106

Page 55: STUDI TENTANG KESIAPANrepository.iainambon.ac.id/502/3/2017 BUKU ''Studi... · 2019-10-10 · yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang membutuhkan dana, serta berfungsi untuk

48

Studi Tentang Kesiapan Pengadilan Agama Ambon Kelas IA terhadap Penyelesaian SengketaPerbankan Syariah menurut UU No. 3 Tahun 2006

E. Objek Penelitian

Adapun objek dalam penelitian ini adalah semua hakim yang ada di

pengadilan Agama Ambon

F. Sumber Data Penelitian

Sumber data dalam penelitian terbagi menjadi 2 bagian antara lain,

sebagai berikut;

1. Data Primer dalam penelitian ini adalah berupa observasi/

pengamatan secara langsung kelapangan dan Interview /wawancara

yakni pengumpulan data wawancara dengan cara melakukan tanya

jawab secara langsung dengan informan yakni dengan hakim

Pengadilan agama Ambon.

2. Bahan hukum sekunder yang bersumber pada pendapat para ahli

hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum isinya

tidak mengikat, seperti literatur hukum, makalah, kertas kerja, hasil

seminar, dan lain sebagainya yang berkaitan dengan penelitian ini

dan peraturan perundang-undangan yang berlaku (hukum positif),

yuriprudensi Makhamah Agung RI yang telah dipublikasikan.

G. Cara Penetuan Sumber data

Adapun cara penentuan sumber data dalam penelitian dengan cara

penentuan secara keseluruhan yakni; informan; yang dimaksudkan

informan dalam penelitian adalah hakim pengadilan agama Ambon Kelas

IA.

H. Teknik Pengumpulan Data

Teknik ini dilaksanakan dengan cara mengidentifikasi dan

mempelajari secara cermat mengenai berbagaim literatur/buku-buku yang

berkaitan dengan materi yang akandi teliti dan disingkronkan dengan data

observasi, dokumentasi dan wawancara dengan hakim pada Pengadilan

Agama Ambon.75

75 Koencoro Ninggrat, Metode Penelitian Masyarakat (Cet. II; Jakarta: Gramedia, 1981), h. 329.

Page 56: STUDI TENTANG KESIAPANrepository.iainambon.ac.id/502/3/2017 BUKU ''Studi... · 2019-10-10 · yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang membutuhkan dana, serta berfungsi untuk

49

Studi Tentang Kesiapan Pengadilan Agama Ambon Kelas IA terhadap Penyelesaian SengketaPerbankan Syariah menurut UU No. 3 Tahun 2006

I. Teknik Analisis Data

Penelitian dilakukan dengan menggunakan penelitian kepustakaan

(library research) Penelitian kepustakaan adalah penelitian yang dilakukan

dengan mengutip beberapa sumber dan mempelajari teori-teori para ahli

serta buku yang berkaitan dengan obyek yang akan diteliti.76

Metode analisis data ini, dimaksudkan setelah data yang telah

dihimpun, akan dianalisis secara kualitatif deskriptif yaitu suatu bentuk

analisis data dalam upaya mendapatkan jawaban terhadap permasalahan.

Langkah-langkah analisis data yang dilakukan terdiri dari:

a. Mengelompokkan data atau display data, yaitu mengumpulkan

beberapa bahan dan pertanyaan yang saling berkaitan.

b. Reduksi data yaitu dengan menganalisis data secara keseluruhan

kemudian memberikan penilaian sesuai dengan tema, untuk

mencari bagian-bagian yang saling terkait agar lebih sederhana.

c. Interpretasi data, yaitu menafsirkan dan mengelompokkan semua

data agar tidak terjadi tumpang tindih dan kerancuan karena

perbedaan-perbedaan.

Selanjuntya data yang telah diperoleh tersebut diolah dengan

menggunakan analisis berpikir sebagai berikut;

a. Deduktif, yaitu suatu cara atau jalan yang dipakai untuk

mendapatkan ilmu pengetahuan ilmiah dengan bertitik tolak dari

pertanyaan atau masalah yang bersifat umum kemudian menarik

kesimpulan yang bersifat khusus.

b. Induktif, yaitu suatu cara atau jalan yang digunakan untuk

mendapatkan ilmu pengetahuan ilmiah dengan bertitik tolak dari

pernyataan atau masalah yang bersifat khusus kemudian ditarik

kesimpulan yang bersifat umum.

c. Komparatif, yaitu Penganalisaan data yang dilakukan berdasarkan

perbandingan antara data yang satu dengan data yang lain dari

76 M. Natsir, Metode Penelitian (Cet. IV; Jakarta: Galia Indonesia, 1988), h. 112

Page 57: STUDI TENTANG KESIAPANrepository.iainambon.ac.id/502/3/2017 BUKU ''Studi... · 2019-10-10 · yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang membutuhkan dana, serta berfungsi untuk

50

Studi Tentang Kesiapan Pengadilan Agama Ambon Kelas IA terhadap Penyelesaian SengketaPerbankan Syariah menurut UU No. 3 Tahun 2006

masalah yang serupa kemudian diambil suatu kesimpulan yang

akan digunakan sebagai pendapat yang baru. 77

J. Jadwal Penelitian

No

Uraian KegiatanTahun 2016

Mar April Mei Juni Juli Agust Sept OktA Pra Kegiatan

Observasi Awal

Seminar Proposal

Perbaikan Proposal

B. Pelaksanaan

Penyusunan Desain

Penelitian

Pengumpulan Data

Lapangan

Pengolahan Data

Penulisan Hasil

Penelitian

Seminar Hasil

Penelitian

Perbaikan Seminar

Hasil

C. PelaporanPenelitian

Deskripsi Peneliti

Hasil Penelitian

Dummy Buku

Executive Summary

Penggunaan Dana

77 Sudarto, Metode Penelitian Filsafat (Cet. II; Jakarta: Grafindo Persada, 1997), h. 57-58

dan 117

Page 58: STUDI TENTANG KESIAPANrepository.iainambon.ac.id/502/3/2017 BUKU ''Studi... · 2019-10-10 · yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang membutuhkan dana, serta berfungsi untuk

51

Studi Tentang Kesiapan Pengadilan Agama Ambon Kelas IA terhadap Penyelesaian SengketaPerbankan Syariah menurut UU No. 3 Tahun 2006

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Sekilas Sejarah Berdirinya Peradilan Agama di Provinsi Maluku

Pada abad ke 15 dan 16, budaya Islam dan budaya Eropa sudah

masuk ke wilayah Maluku dan Maluku Utara, dengan struktur dan

sistem pemerintahan kerajaan Islam yang teratur, setiap Desa dikepalai

oleh seorang raja.

Pada tahun 1596, Belanda datang ke Indonesia dan memasuki

wilayah Maluku. Pada zaman penjajahan belanda, di Maluku sudah ada

badan yang melaksanakan tugas peradilan agama dengan istilah Hakim

yang merupakan bagian dari Peradilan Swapraja dan Adat.

Pada tahun 1951, dengan Undang-Undang Darurat Nomor 1

Tahun 1951, maka dihapuslah sistem peradilan swapraja dan adat,

kecuali peradilan agama. Apabila ada sengketa yang berkaitan dengan

hakim-hakim yang telah ditunjuk di setiap kecamatan.

Pada tahun 1957, dikeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 45

tahun 1957 tentang pembentukan pengadilan agama / mahkamah

hakim yang berada pada kantor urusan agama yang berada di setiap

kecamatan dinyatakan bubar. Kemudian untuk menindaklanjuti

Peraturan Pemerintah nomor 45 tahun 1957, ditetapkan surat Keputusan

Menteri Agama tentang pembentukan Pengadilan Agama di setiap

kabupaten yang berada di provinsi Maluku yaitu:

1. Penetapan Menteri Agama Nomor 5 tahun 1958 tanggal 6 Maret

1958 tentang pembentukan Pengadilan Agama Ambon, Ternate,

Morotai dan Soasiu.

Page 59: STUDI TENTANG KESIAPANrepository.iainambon.ac.id/502/3/2017 BUKU ''Studi... · 2019-10-10 · yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang membutuhkan dana, serta berfungsi untuk

52

Studi Tentang Kesiapan Pengadilan Agama Ambon Kelas IA terhadap Penyelesaian SengketaPerbankan Syariah menurut UU No. 3 Tahun 2006

2. Keputusan Menteri Agama Nomor 23 tahun 1960 tanggal 14

Nopember 1960 tentang pembentukan Pengadilan Agama Tual

Maluku Tenggara Barat.

3. Keputusan Menteri Agama Nomor : 87 tahun 1966 tanggal 3

Desember 1966 berdirinya Pengadilan Agama Masohi Maluku

tengah

4. Keputusan Menteri Agama Nomor 87 tahun 1966 tentang

pembentukan Pengadilan Agama Labuha.

Pada tahun 1982, dibentuk Pengadilan Tinggi Agama Cabang

Ambon melalui surat Keputusan Menteri Agama RI Nomor 95 tahun

1982 tanggal 28 Oktober 1982 yang berkedudukan di Ambon yang

wilayah hukumnya meliputi 7 Pengadilan Agama di 7 Kabupaten/Kota,

yaitu:

1. Pengadilan Agama Ambon, berada di Ibu Kota Provinsi Maluku.

2. Pengadilan Agama Tual, berada di Ibu Kota Kabupaten Maluku

Tenggara.

3. Pengadilan Agama Masohi, berada di Ibu Kota Kabupaten

Maluku Tengah.

4. Pengadilan Agama Ternate, berada di Ibu Kota Kabupaten

Maluku Utara.

5. Pengadilan Agama Soasiu, berada di Ibu Kota Kabupaten Soasio

Halmahera Tengah.

6. Pengadilan Agama Morotai, berada di Ibu Kota Kabupaten

Tobelo Halmahera Utara.

7. Pengadilan Agama Labuha, berada di Ibu Kota Kabupaten

Bacan.

Dalam era reformasi pada tahun 1998 dan dengan dibentuknya

peraturan tentang otonomi daerah (Undang-undang No.22 Tahun 1999),

maka terjadilah beberapa pemekaran daerah, baik itu Daerah Tk.I

Provinsi, Kabupaten maupun Kecamatan. Pada tahun 1999 dibentuklah

Kabupaten Maluku Utara menjadi Ibu Kota Provinsi Maluku Utara

dengan Undang-Undang No.46 tahun 1999.

Page 60: STUDI TENTANG KESIAPANrepository.iainambon.ac.id/502/3/2017 BUKU ''Studi... · 2019-10-10 · yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang membutuhkan dana, serta berfungsi untuk

53

Studi Tentang Kesiapan Pengadilan Agama Ambon Kelas IA terhadap Penyelesaian SengketaPerbankan Syariah menurut UU No. 3 Tahun 2006

Pada tahun 2005, terbentuklah pengadilan Tinggi Agama Maluku

Utara yang mewilayahi 4 Pengadilan Agama, yaitu Pengadilan Agama

Ternate, Pengadilan Agama Soasiu, Pengadilan Agama Labuha dan

Pengadilan Agama Morotai.

Dengan dibentuknya Pengadilan Tinggi Agama Maluku Utara di

Ternate, maka secara otomatis wilayah hukum Pengadilan Tinggi

Agama Ambon yang berada di Provinsi sampai saat ini Provinsi

Maluku yang dahulunya terdiri dari 1 (satu) Kotamadya dan 2 (dua)

Kabupaten, sehingga secara keseluruhan Provinsi Maluku sudah

mempunyai 9 Kabupaten dan 2 Kotamadya (Ambon dan Tual), antara

lain;

1. Kotamadya Ambon

2. Kotamadya Tual

3. Kabupaten Buru Ibu Kota Namlea.

4. Kabupaten Buru Selatan.

5. Kabupaten Seram Bagian Barat dengan Ibu Kota Piru.

6. Kabupaten Seram Bagian Timur dengan Ibu Kota Bula.

7. Kabupaten Maluku Tenggara Barat dengan Ibu Kota Saumlaki.

8. Kabupaten Kepulauan Aru.

9. Kabupatan Maluku Barat Daya.

Berdasarkan sembilan wilayah kotamadya dan kabupaten yang

ada di Maluku, pengadilan agama hanya ada 3 Pengadilan Agama yang

mewilayahi, antara lain;

NO NAMAPENGADILAN

KLAS ALAMAT

1 PengadilanAgama Ambon

IA Jln. KH. Ahmad Dahlan Air Kuning BatuMerah. Telp. 0911-352469, Web : www.pa-Ambon.net. Email :[email protected]

2 PengadilanAgama Masohi

II Jln. Kuako No.4. Masohi, Telp. 0914-21149.Web : www.pa-masohi.go.id, Email :

[email protected]

3 PengadilanAgama Tual

II Jln. Baldu Wahadat Mangon Tual. Telp.0916-21243 Fax. 0916-23605.Web :www.pa-tual.net

Page 61: STUDI TENTANG KESIAPANrepository.iainambon.ac.id/502/3/2017 BUKU ''Studi... · 2019-10-10 · yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang membutuhkan dana, serta berfungsi untuk

54

Studi Tentang Kesiapan Pengadilan Agama Ambon Kelas IA terhadap Penyelesaian SengketaPerbankan Syariah menurut UU No. 3 Tahun 2006

2. Latar Belakang dan Proses Berdirinya Pengadilan Agama Ambon

Klas IA

Pengadilan Agama Ambon dibentuk berdasarkan penetapan

Menteri Agama RI Nomor : 5 Tahun 1958 tanggal 6 Maret 1958.

Berdasarkan pasal 12 Peraturan Pemerintah No. 45 Tahun 1957 tentang

pembentukan Pengadilan Agama / Mahkamah Syariah di luar Jawa dan

Madura, untuk merealisasikan peraturan pemerintah tersebut, Menteri

Agama RI mengeluarkan Keputusan No. 5 Tahun 1958 tanggal 6 Maret

1958 tentang pembentukan Pengadilan Agama / Mahkamah Syariah

daerah Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Irian Jaya, maka di kota

Ambon didirikan Pengadilan Agama Ambon / Makamah Syariah

Ambon dan wilayah yurisdiksinya termasuk Kabupaten Maluku

Tengah dan Kabupaten Maluku Tenggara karena di dua kabupaten

tersebut belum terbentuk Pengadilan Agama dan pada waktu itu

Pengadilan Agama Ambon berada dibawah wilayah Pengadilan Tinggi

Agama Ujung Pandang.

Pengadilan Agama Ambon ketika didirikan belum memliki

gedung kantor sendiri masih menumpang (ikut) berkantor di Kantor

Wilayah Departemen Agama Propinsi Maluku di Air Salobar, kemudian

mengontrak rumah di Soabali Kota Ambon.

Pada tahun 1987 Pengadilan Agama Ambon memiliki kantor

sendiri dengan luas tanah dan bangunan 240 m2 bertempat di Jalan dr.

Kayadoe Kudamati Ambon, kemudian pindah ke Jalan Leo Watimena

Negeri Lama Passo, Kecamatan Teluk Ambon Baguala (Teluk Dalam)

tahun 1997 menempati gedung yang dibangun berdasarkan DIP tahun

1997 dengan luas tanah 1500 m2, dan luas bangunan 230 m2.

Perkembangan berikutnya eksistensi Pengadilan Agama Ambon

menjadi Pengadilan Agama Ambon Kelas I/A berdasarkan keputusan

Menteri Agama RI No. 75 tahun 1993 tanggal 9 Maret 1993 tentang

Penetapan Kelas Pengadilan Agama Ambon.

Akibat terjadinya konflik sosial di Ambon dan Maluku tahun

1999 gedung kantor Pengadilan Agama Ambon dibakar kemudian

dibangun kembali oleh Pemerintah daerah Propinsi Maluku (Gubernur

Page 62: STUDI TENTANG KESIAPANrepository.iainambon.ac.id/502/3/2017 BUKU ''Studi... · 2019-10-10 · yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang membutuhkan dana, serta berfungsi untuk

55

Studi Tentang Kesiapan Pengadilan Agama Ambon Kelas IA terhadap Penyelesaian SengketaPerbankan Syariah menurut UU No. 3 Tahun 2006

Dr. IR. H.M. Shaleh Latuconsina) namun kondisi tidak memungkinkan

lagi untuk berkantor ditempat ini, maka kegiatan Pengadilan Agama

Ambon pindah menumpang disebahagian gedung kantor Pengadilan

Tinggi Agama Ambon sampai tahun 2003, kemudian mengontrak

rumah di Tanah Rata Desa Batu Merah, Kecamatan Sirimau, Kota

Ambon dari tahun 2003 sampai tahun 2005.

Berdasarkan DIP tahun 2003, diadakan pengadaan tanah seluas

2.000 m2 di Jalan KH. Achmad Dahlan Air Kuning, Kota Ambon untuk

pembangunan gedung kantor Pengadilan Agama Ambon, selanjutnya

berdasarkan DIPA tahun 2005 dibangun gedung kantor Pengadilan

Agama Ambon dengan luas bangunan 1200 m2, maka sejak tahun 2005,

seluruh kegiatan Pengadilan Agama Ambon menempati gedung kantor

Pengadilan Agama Ambon di Jalan KH. Achmad Dahlan Air Kuning,

Batu Merah Ambon - 97128 Tlp. (0911) 352469.

Berdasarkan uraian tersebut, mulai berdirinya pengadilan

Agama Ambon Kelas IA sampai saat ini telah berganti pemimpinnya

atau ketua, sesuai tabel, sebagai berikut;

DAFTAR NAMA KETUA PENGADILAN AGAMA AMBON

DARI TAHUN 1958 SAMPAI TAHUN 2016

No N a m aPangkatTerakhir

PendidikanTerakhir

TahunMendudukiJabatan

1. KH. Salem Hatapayo 1958

2. A. Hamid Tuasikal Pengatur Tk. I(II/d)

SarjanaMuda

1972-1981

3. KH. Asyiri Penata Muda

Tk. I (III/b)

S.1 Syariah 1981-1985

4. Drs. Alimin Patawari Penata (III/c) S.1 Syariah 1985-1990

5. Drs. Noer Khalil Penata MudaTk.I (III/b)

S.1 Syariah 1990-1994

6. Drs. Umar Laisow Pembina(IV/a)

S.1 Syariah 1994-1998

7. Drs. MaskurLatuconsina

Pembina Tk. I(IV/b)

S.1 Syariah 1998-2003

8. Drs. H. Moh FasiholHasanuddin,SH.MH. (Pjs)

Penata (III/c) S.2 Hukum 2003-2004

Page 63: STUDI TENTANG KESIAPANrepository.iainambon.ac.id/502/3/2017 BUKU ''Studi... · 2019-10-10 · yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang membutuhkan dana, serta berfungsi untuk

56

Studi Tentang Kesiapan Pengadilan Agama Ambon Kelas IA terhadap Penyelesaian SengketaPerbankan Syariah menurut UU No. 3 Tahun 2006

9. Drs. Abd. RazakPellu,SH.MH.

Pembina Tk.I(V/b)

S.2 Hukum 2004-2005

10 Drs. H. Moh FasiholHasanuddin,SH.MH. (Pjs)

Penata (III/d) S.2 Hukum 2005-2006

11 Drs. MuhammadAlwi, MH.

Pembina Tk.I(IV/b)

S.2 Hukum 2006 s.d2012

12 Drs. H IlhamMusaddaq.SH.MH

PembinaUtama MadyaTk I.(IV/D)

S.2 Hukum 2013 -2014

13 Drs. H.Ediwarman,SH.MHI

PembinaUtama Madya

Tk.I (IV/D)

S.2 Hukum 2013sekarang

Sumber Data: data Pengadilan Agama Ambon Klas IA

3. Visi, Misi, Tujuan dan Rencana Strategis Pengadilan Agama

Ambon Klas IA

Pengadilan Agama Ambon Klas IA sebagai lembaga peradilan

yang melaksanakan fungsi kekuasaan kehakiman di tingkat pertama

dalam wilayah Hukum Kota Ambon dan sekitarnya, sebagai berikut;

1. Visi

Terwujudnya Pengadilan Agama Ambon Klas IA yang mandiri,

berwibawa dan bermartabat dalam penegakan hukum dan

keadilan menuju supremasi hukum.

2. Misi

Berdasarkan visi Pengadilan Agama Ambon KLas IA maka

ditetapkan beberapa misi Pengadilan Agama Ambon Klas IA,

yaitu dengan mewujudkan peradilan yang sederhana, cepat dan

biaya ringan dengan melalui 3 (tiga) pilar utama :

a) Peningkatan pelayanan hukum dan keadilan kepada

masyarakat.

b) Peningkatan kualitas sumber daya aparatur peradilan.

c) Peningkatan kesadaran hukum masyarakat.

Pengadilan Agama Ambon Klas IA sebagai lembaga peradilan

yang melaksanakan fungsi kekuasaan kehakiman (Yudikatif) dalam

Page 64: STUDI TENTANG KESIAPANrepository.iainambon.ac.id/502/3/2017 BUKU ''Studi... · 2019-10-10 · yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang membutuhkan dana, serta berfungsi untuk

57

Studi Tentang Kesiapan Pengadilan Agama Ambon Kelas IA terhadap Penyelesaian SengketaPerbankan Syariah menurut UU No. 3 Tahun 2006

wilayah hukum kota Ambon dan sekitarnya, berwenang mengadili

perkara yang menjadi kewenangan Pengadilan Agama Ambon Klas IA,

serta melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap tingkat kinerja

aparatur Pengadilan Agama Ambon Klas IA.

Secara umum tugas dan wewenang pengadilan Agama

melaksanakan tugas pokok Sebagai kawal depan Mahkamah Agung

R.I., Pengadilan Tinggi Agama Ambon mempunyai tugas dan

kewenangan dibidang Teknis Yudisial dan Non Yudisial, sebagai

berikut;

1. Teknis Yudisial:

Tugas teknis yudisial tercantum dalam pasal 51 dan pasal 52

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989. Adapun uraiannya; Pasal 51

Undang-

Agama bertugas dan berwenang mengadili perkara yang menjadi

sebagai berikut;

a. Memberikan pelayanan teknis yudisial dan administrasi perkara

banding.

b. Memberikan keterangan, pertimbangan dan nasihat, tentang

Hukum Islam pada Instansi Pemerintah di daerah hukumnya,

apabila diminta.

c. Melakukan pengawasan atas pelaksanaan tugas dan tingkah laku

Hakim, Panitera, Sekretaris dan Jurusita di daerah hukumnya.

d. Melakukan pengawasan terhadap jalannya peradilan di tingkat

pertama dan tingkat banding.

e. Memberikan pelayanan administrasi umum di lingkungan

Pengadilan Tinggi Agama Ambon dan Pengadilan Agama

sewilayah Pengadilan Tinggi Agama Ambon.

Sedangkan pasal 51 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 ayat

Ayat (2) Pengadilan Tinggi Agama juga bertugas dan berwenang

Page 65: STUDI TENTANG KESIAPANrepository.iainambon.ac.id/502/3/2017 BUKU ''Studi... · 2019-10-10 · yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang membutuhkan dana, serta berfungsi untuk

58

Studi Tentang Kesiapan Pengadilan Agama Ambon Kelas IA terhadap Penyelesaian SengketaPerbankan Syariah menurut UU No. 3 Tahun 2006

mengadili di tingkat pertama dan terakhir sengketa kewenangan

mengadili antar-Pengadilan Agama di daerah hukumnya.

Pasal 52 ayat (1) :

Pengadilan dapat memberikan keterangan, pertimbangan, dan

nasihat tentang hukum Islam kepada instansi pemerintah di daerah

hukumnya, apabila diminta.

2. Non Teknis Yudisial :

Adapun tugas pengadilan agama secara non teknis yudisial

diatur dalam Pasal 53 ayat (1) Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009

perubahan kedua Undang-Undang No 7 Tahun 1989, sebagai berikut;

a. Memberikan pelayanan teknis yudisial dan administrasi perkara

banding.

b. Memberikan keterangan, pertimbangan dan nasihat, tentang

Hukum Islam pada Instansi Pemerintah di daerah hukumnya,

apabila diminta.

c. Melakukan pengawasan atas pelaksanaan tugas dan tingkah laku

Hakim, Panitera, Sekretaris dan Juru Sita di daerah hukumnya.

d. Melakukan pengawasan terhadap jalannya peradilan di tingkat

pertama dan tingkat banding.

e. Memberikan pelayanan administrasi umum di lingkungan

Pengadilan Tinggi Agama Ambon dan Pengadilan Agama

sewilayah Pengadilan Tinggi Agama Ambon.

Ayat (2) Pengadilan Tinggi Agama juga bertugas dan berwenang

mengadili di tingkat pertama dan terakhir sengketa kewenangan

mengadili antar-Pengadilan Agama di daerah hukumnya.

Penyelenggaraan tugas pokok tersebut berkaitan erat dengan

tuntutan masyarakat akan kemandirian hukum dan keadilan,

penegakan supremasi hukum, proses peradilan yang cepat, sederhana

dan biaya ringan untuk semua lembaga peradilan termasuk Pengadilan

Agama Ambon Klas IA sehingga mengambil satu langkah fundamental

yang dijabarkan melalui perencanaan program kerja, baik program kerja

Page 66: STUDI TENTANG KESIAPANrepository.iainambon.ac.id/502/3/2017 BUKU ''Studi... · 2019-10-10 · yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang membutuhkan dana, serta berfungsi untuk

59

Studi Tentang Kesiapan Pengadilan Agama Ambon Kelas IA terhadap Penyelesaian SengketaPerbankan Syariah menurut UU No. 3 Tahun 2006

tahunan (1 tahun) maupun program kerja 5 tahunan, guna peningkatan

kondisi dan kinerja Pengadilan Agama Ambon Klas IA melalui rencana

strategis.

Rencana strategis Pengadilan Agama Ambon Klas IA yang

didasarkan atas perumusan visi dan misi Pengadilan Agama Ambon

Klas IA, yang dituangkan dalam tujuan dan sasaran, yang dijabarkan

dalam kebijakan dan program, sebagai berikut :

a. Tujuan

1. Meningkatnya pelayanan hukum pada masyarakat.

2. Meningkatnya tingkat pendidikan aparatur peradilan.

3. Meningkatnya moralitas dan integritas aparatur peradilan.

4. Meningkatnya kualitas administrasi perkara.

5. Meningkatnya kualitas administrasi kepegawaian, keuangan dan

umum.

6. Meningkatnya pembinaan dan pengawasan aparatur peradilan.

7. Meningkatnya persediaan sarana dan prasarana hukum.

4. Kondisi dan Struktur Pengadilan Agama Klas IA Ambon

Sumber daya manusia pada Pengadilan Agama Ambon Klas IA

yang merupakan aparat pelaksana atau pelayanan hukum masyarakat,

bahwa terwujudnya penyelenggaraan peradilan yang optimal dan

bermartabat sangat ditentukan oleh unsur pelaksana hukum, baik dari

segi kualitas maupun kuantitasnya.

Secara Secara kuantitatif Pengadilan Agama Ambon mempunyai

tenaga sumber daya sejumlah 53 orang terdiri dari :

No Jabatan Jumlah

1 Hakim 5 orang

2 Panitera / Panitera Pengganti 12 orang

3 Jurusita / Jurusita Pengganti 9 orang

4 Tenaga Struktural 4 orang

5 Staf Pelaksana (termasuk Cakim dan CPNS 20 orang

Sedangkan struktur organisasi pengadilan Agama Ambon Klas IA dapat

dilihat pada struktur organisasi, sebagai berikut;

Page 67: STUDI TENTANG KESIAPANrepository.iainambon.ac.id/502/3/2017 BUKU ''Studi... · 2019-10-10 · yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang membutuhkan dana, serta berfungsi untuk

60

Studi Tentang Kesiapan Pengadilan Agama Ambon Kelas IA terhadap Penyelesaian SengketaPerbankan Syariah menurut UU No. 3 Tahun 2006

Page 68: STUDI TENTANG KESIAPANrepository.iainambon.ac.id/502/3/2017 BUKU ''Studi... · 2019-10-10 · yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang membutuhkan dana, serta berfungsi untuk

61

Studi Tentang Kesiapan Pengadilan Agama Ambon Kelas IA terhadap Penyelesaian SengketaPerbankan Syariah menurut UU No. 3 Tahun 2006

B. Hasil dan Pembahasan

1. Hasil

Berdasarkan observasi lapang dan hasil wawancara peneliti

lakukan di pengadilan Agama Klas I A Ambon, bahwa ada beberapa

faktor yang berhubungan dengan kesiapan pengadilan agama kelas IA

Ambon dalam proses penyelesaian sengketa perbankan syariah, sebagai

berikut;

Secara garis besar hal pokok yang mempengaruhi sehingga

sampai saat ini di pengadilan agama kelas IA Ambon belum

menyelesaiakan atau belum ada pengaduan permasalahan sengketa

perbankan syariah, yakni; persoalan sumber daya manusia (hakim),

infrastruktur terkait dengan persidangan sengketa perbankan syariah

dan pengeahuan masyarakat tentang penyelesaian sengketa perbankan

syariah yang telah menjadi kewenagan pengadilan Agama berdasarkan

UU No. 3 Tahun 2006 tentang kewenangan pengadilan agama dan UU

No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah.

Merujuk pada tiga faktor tersebut, selanjunya peneliti

mengelolanya dengan menggunakan wawancara dengan hakim yang

ada di pengadilan Agama Kelas IA Ambon, berdasarkan instrumen

wawancara, sebagai berikut;

1. Sumber Daya Manuasi (HAKIM) Pengadilan Agama Ambon

Kelas IA

a. Hakim pengadilan Agama Ambon Kelas IA memiliki

kompotemnsi menyelesaikan sengketa perbankan syariah

Sesuai hasil wawancara dengan instrument bagian

pertama no. 1 tentang Hakim pengadilan Agama Ambon

memiliki kompotensi menyelesaikan sengketa perbankan syariah

dengan 5 hakim di Pengadilan Agama Kelas IA Ambon, cukup

bervariasi, sebagai berikut;

Hasil wawancara dengan Drs Dasri Akil, SH sebagai

berikut;

Pada dasarnya hakim di Pengadilan Agama Kelas IA

Ambon ini, telah memiliki kompotensi dalam

Page 69: STUDI TENTANG KESIAPANrepository.iainambon.ac.id/502/3/2017 BUKU ''Studi... · 2019-10-10 · yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang membutuhkan dana, serta berfungsi untuk

62

Studi Tentang Kesiapan Pengadilan Agama Ambon Kelas IA terhadap Penyelesaian SengketaPerbankan Syariah menurut UU No. 3 Tahun 2006

menyelesaiakan sengketa perbankan syariah berdasarkan

kompotensi secara pengalaman pribadi dalam

menyelesaikan kasus-kasus di pengadilan agama dengan

mempelajari kitab-kitab fiqhi baik itu secara klasik atau

kontemporer. Namun secara akademik misalnya hakim

belum memiliki gelar akademik secara spesifikasi

sebagaimana sekarang ini telah ada spesifikasi sarjana

ekonomi Islam atau Master pengkajian Islam dalam

bidang ekonomi Islam atau ekonomi syariah.78

Sejalan dengan hasil wawacara tersebut, sebagaimana

dikemukakan oleh H. Alimin A. Sanggo, SH, dalam wawancara,

sebagai berikut;

Pada dasarnya para hakim di Pengadilan Agama Kelas IA

Ambon ini, telah memiliki kompotensi dalam

menyelesaiakan sengketa perbankan syariah berdasarkan

kompotensi secara pengalaman pribadi dalam

menyelesaikan kasus-kasus di pengadilan agama, dengan

dasar bahwa setiap hakim pernah di tugaskan di daerah-

daerah lain di lingkup pengadilan agama se-Indonsia,

sehingga memiliki pengalaman kaitan dengan kasus

sengketa ekonomi syariah secara umum dan khususnya

kasus sengketa perbankan syariah.79

Juga menurut Drs. Salahuddin, SH.MH, berdasarkan hasil

wawacara sebagaimana dikemukakan, sebagai berikut;

Hakim di Pengadilan Agama Kelas IA Ambon ini, telah

memiliki kompotensi pribadi dalam menyelesaikan

sengketa perbankan syariah berdasarkan pengalaman

yang dimiliki dalam menjalankan tugas sebagai hakim

yang mana dituntut untuk menguasai kaidah-kaidah fiqhi

dalam hal memutuskan suatu perkara. Oleh karenanya

maka ketika ada permasalahan yang diajukan ke

78 Drs Dasri Akil, SH, Hakim Pengadilan Agama Ambon Kelas IA,

Tanggal 1 Agustus 201679 H. Alimin A. Sanggo, SH, Hakim Pengadilan Agama Ambon Kelas IA,

Tanggal 3 Agustus 2016

Page 70: STUDI TENTANG KESIAPANrepository.iainambon.ac.id/502/3/2017 BUKU ''Studi... · 2019-10-10 · yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang membutuhkan dana, serta berfungsi untuk

63

Studi Tentang Kesiapan Pengadilan Agama Ambon Kelas IA terhadap Penyelesaian SengketaPerbankan Syariah menurut UU No. 3 Tahun 2006

pengadilan agama kelas IA Ambon, secara otomatis dapat

diproses dan diselesaiakan dengan dasar-dasar dan

ketentuan undang-undang yang berlaku, misalnya telah

ada Undang-Undang No 21 Tahun 2008 tentang

Perbankan Syariah, Kompilasi Hukum Islam dan

Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah sebagai rujukan.80

Selain pendapat tersebut berdasarkan hasil wawacara

sebagaimana dikemukakan oleh Drs. Abd. Razak Payapo dan

Dra. Nurhayati Latuconsina, sebagai berikut;

Hakim pengadilan agama pada dasarnya telah memiliki

dasar-dasar ilmu pengetahuan tentang Islam karena hakim

di pengadilan agama rata-rata alumni pergurun tinggi

Islam yang memiliki besik ilmu keperdataan Islam,

sehingga dalam melaksanakan tugasnya tidak terlalu sulit.

Satu yang perlu diingat bahwa sengketa perbankan

syariah merupakan hal baru setelah ada aturan dan

pelaksanaan perbankan syariah di Indonesia, namun

secara hakikatnya lembaga keuangan syariah atau

perbankan syariah telah ada mislanya dalam kontrak

dagang.81

Berdasarkan hasil wawancara tersebut di atas, maka

dapatlah disimpulkan bahwa Hakim pengadilan agama pada

dasarnya telah memiliki kompotensi dalam menyelesaikan

sengketa perbankan syariah karena hakim pengadilan agama

rata-rata memiliki besik pendidikan Islam di satu sisi, di sisi lain

bahwa hakim pengadilan agama dalam menjalankan tugasnya

sebagai hakim dalam memutuskan suatu perkara selalu

berdasarkan kaidah-kaidah fiqhi selain aturan dan yurispunsi

sebelumnya.

80 Drs. Salahuddin, SH.MH, Hakim Pengadilan Agama Ambon Kelas IA,

Tanggal 2 Agustus 201681 Drs. Abd. Razak Payapo dan Dra. Nurhayati Latuconsina, Hakim Pengadilan Agama

Ambon Kelas IA,

Page 71: STUDI TENTANG KESIAPANrepository.iainambon.ac.id/502/3/2017 BUKU ''Studi... · 2019-10-10 · yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang membutuhkan dana, serta berfungsi untuk

64

Studi Tentang Kesiapan Pengadilan Agama Ambon Kelas IA terhadap Penyelesaian SengketaPerbankan Syariah menurut UU No. 3 Tahun 2006

b. Hakim pengadilan agama Ambon telah memiliki kemampuan

akademik dalam proses penyelesaian sengketa perbankan

Adapun kompotensi akademik hakim pengadilan agama

Kelas IA Ambon, yang dimiliki belum ada terkait dengan

spesifikasi ekonomi syariah, sebagaimana hasil wawancara,

sebagai berikut;

Hasil wawacara dengan Drs Dasri Akil, SH dan Dra.

Nurhayati Latuconsina, mengemukakan sebagai berikut;

Hakim pengadilan agama Kelas IA Ambon, belum

memiliki hakim yang memiliki kompotensi akademik

ekonomi syariah, sehingga dalam menyikapi hal tersebut

kementerian Hukum dan HAM mengadakan kursus

sertifikasi ekonomi syariah selain melanjutkan pendidikan

pada jenjang magister.82

Hal senada diungkapkan oleh H. Alimin A. Sanggo, SH,

dalam wawacara, sebagai berikut;

Bahwa ketika berbicara tentang kompotensi akademik

hakim pengadilan agama Kelas IA Ambon terkait dengan

penyelesaian sengketa ekonomi syariah dan perbankan

syariah, belum ada dengan bukti bahwa belum ada hakim

yang memiliki gelar setingkat magister dalam bidang

ekonomi syariah. Namun dalam rangka menyikapi hal

tersebut maka kementerian Hukum dan HAM

mengadakan pendidikan khusus ekonomi syariah kepada

hakim pengadilan agama se Indonesia dan sampai saat ini

hakim pengadilan agama kelas IA Ambon belum ada yang

mengikuti pelatihan tersebut.83

Merujuk pada hasil wawancara tersebut, maka dapatlah

dipahami bahwa hakim pengadilan Agama Ambon Kelas IA, jika

ditinjau dari kemampuan akademiknya sesungghnya belum ada

82 Drs Dasri Akil, SH dan Dra. Nurhayati Latuconsina, Hakim Pengadilan Agama AmbonKelas IA,

83 H. Alimin A. Sanggo, SH, Hakim Pengadilan Agama Ambon Kelas IA,

Tanggal 3 Agustus 2016

Page 72: STUDI TENTANG KESIAPANrepository.iainambon.ac.id/502/3/2017 BUKU ''Studi... · 2019-10-10 · yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang membutuhkan dana, serta berfungsi untuk

65

Studi Tentang Kesiapan Pengadilan Agama Ambon Kelas IA terhadap Penyelesaian SengketaPerbankan Syariah menurut UU No. 3 Tahun 2006

dengan bukti bahwa rara-rata hakim masih strata satu dan jika

bergelar magister hanya sebagian saja dan belum ada hakim yang

memiliki sertifikat ekonomi syariah dari mahkamah agung.

c. Dalam rangka penyelesaian sengketa perbankan upaya apa

yang dilakukam oleh hakim pengadilan Agama Kelas IA

Ambon

Sesuai dengan instrument wawancara tentang upaya yang

dilakukam oleh hakim pengadilan Agama Kelas IA Ambon

dalam proses penyelesaian sengketa perbankan syariah, sebagai

berikut;

Hal tersebut, Sebagaimana dikemukakan oleh Drs.

H.Ediwarman.SH.MHI, dalam hasil wawancara, sebagai berikut;

Upaya hakim pengadilan Agama Kelas IA Ambon dalam

rangka menyelesaikan sengketa perbankan syariah dengan

meyiapkan diri, sering berdiskusi dengan sesama hakim,

mempelajari aturan-aturan terkait dengan ekonomi

syariah mislanya; Kompilasi Hukum Islam, Kompilasi

Hukum Ekonomi Syariah, Undang-Undang no 21 Tahun

2008 Tentang Perbankan Syariah. Selain hal tersebut

sesungguhnya yang menjadi dasar pertimbangan hakim

pengadilan agama adalah kitab-kitab fiqhi baik itu kitab

klasik maupun kitab fikhi kontemporer, sehingga jika ada

masyarakat yang bekepentingan mengajukan permohonan

penyelesaian sengketa perbankan syariah dapat

diselesaiakan di pengadilan agama kelas IA Ambon.84

Hal senada terkait upaya hakim pengadilan agama Kelas

IA Ambon, sebagaimana dikemukakan oleh Drs Dasri Akil, SH,

sebagai berikut;

Sesungguhnya kami hakim pengadilan agama sudah

menjadi kewajiban untuk mempelajari kitab-kitab fiqhi

baik itu kitab klasik maupun kitab fikhi kontemporer

84 Drs. H.Ediwarman.SH.MHI, Ketua Pengadilan Agama Ambon Kelas IA,

Tanggal 1 Agustus 2016

Page 73: STUDI TENTANG KESIAPANrepository.iainambon.ac.id/502/3/2017 BUKU ''Studi... · 2019-10-10 · yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang membutuhkan dana, serta berfungsi untuk

66

Studi Tentang Kesiapan Pengadilan Agama Ambon Kelas IA terhadap Penyelesaian SengketaPerbankan Syariah menurut UU No. 3 Tahun 2006

dalam rangka menyelesaikan atau memutuskan perkara

secara umum baik itu kasus perceraian, kasus kewarisan

yang telah dikakukan, sehingga jika ada persoalan yang

diajukan terkait dengan sengketa perbankan syariah dapat

di selesaiakn dengan dasar telah ada aturan-aturan

tentang hal tersebut.85

Merujuk pada uaraian hasil wawancara tersebut di atas,

maka dapatlah disimpulkan bahwa jika ada kasus yang diajikan

di pengadilan agama Ambon kelas IA, maka upaya para hakim

untuk menambah pengetahuannya dalam rangka memutuskan

perkara dengan mempelajari kitab-kitab fiqhi baik klasik maupun

kontemporer, kompilasi hukum Islam, Undang-Undang no 21

Tahun 2008 tentang perbankan syariah dan kompilasi hukum

ekonomi syariah serta putusan-putusan hakim pengadilan agama

wilayah lain di Indonesia.

d. Respon hakim pengadilan Agama kelas IA Ambon dalam

menyikapi kewenangan pengadilan agama dalam

penyelesaian sengketa pasca penetapan UU No 3 Tahun 2003

tentang kewenangan Absolut Pengadilan Agama dan UU No

21 Tahun 2008 tentang perbankan.

Sesuai dengan instrument wawancara tentang respon

hakim pengadilan Agama kelas IA Ambon dalam menyikapi

kewenagan pengadilan agama dalam penyelesaian sengketa

pernakan syariah di kota Ambon, sebagaimana dikemukakan

oleh Syariah Drs Dasri Akil, SH, sebagai berikut;

Perluasan kewenangan pengadilan Agama tentang

hakim pengadilan Agama kelas IA Ambon lebih belajar

lagi baik dari buku, web resmi mahkamah agung, maupun

kemungkinan untuk kita berdiskusi tentang ekonomi

85 Drs Dasri Akil, SH, Hakim Pengadilan Agama Ambon Kelas IA,

Tanggal 1 Agustus 2016

Page 74: STUDI TENTANG KESIAPANrepository.iainambon.ac.id/502/3/2017 BUKU ''Studi... · 2019-10-10 · yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang membutuhkan dana, serta berfungsi untuk

67

Studi Tentang Kesiapan Pengadilan Agama Ambon Kelas IA terhadap Penyelesaian SengketaPerbankan Syariah menurut UU No. 3 Tahun 2006

namun sampai saat ini belum ada yang berhasil untuk

mengikuti pelatihan tersebut.86

Kaitannya dengan, juga dikemukakan oleh H. Alimin A.

Sanggo, SH, dalam hasil wawancara, sebagai berikut;

Dengan ditetapkannya UU No 3 Tahun 2003 tentang

kewenagan Absolut Pengadilan Agama dan UU No 21

Tahun 2008 tentang perbakan Syariah, maka mau tidak

mau hakim pengadilan agama kelas IA Ambon harus

menyiapkan diri, baik itu secara akademik yakni berusaha

untuk melanjutkn pendidikan khusus tentang ekonomi

syariah maupun secara pribadi mempelajari kitab undang-

undang maupun kitab fikhi dan atau mengikuti

perkembangan penyelesaian perbankan syariah di

pengadilan agama di wilayah lain se Indonesia agar dapat

mengakses perkembangan tersebut sebagai bahan rujukan

dalam rangka proses penyelesaian hal tersebut.87

Berdasarkan hasil wawancara tersebut di atas, maka

dapatlah dipahami bahwa para hakim pengadilan Agama Kelas

IA Ambon dalam rangka menyelesaikan sengketa perbankan

syariah dengan meyiapkan diri dengan berbagai cara, sering

berdiskusi dengan sesama hakim, mempelajari aturan-aturan

terkait dengan ekonomi syariah mislanya; Kompilasi Hukum

Islam, Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, Undang-Undang No

21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah dan kitab-kitab fiqhi

baik itu kitab klasik maupun kitab fikhi kontemporer di satu sisi.

Di sisi lain hakim pengadilan agama Kelas IA Ambon berusaha

untuk mengikuti program yang dilaksanakan oleh Mahkamah

Agung terkait pendidikan dan pelatihan ekonomi syariah, namun

86 Drs Drs Dasri Akil, SH, Hakim Pengadilan Agama Ambon Kelas IA,

Tanggal 1 Agustus 201687 H. Alimin A. Sanggo, SH, Hakim Pengadilan Agama Ambon Kelas IA,

Tanggal 3 Agustus 2016

Page 75: STUDI TENTANG KESIAPANrepository.iainambon.ac.id/502/3/2017 BUKU ''Studi... · 2019-10-10 · yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang membutuhkan dana, serta berfungsi untuk

68

Studi Tentang Kesiapan Pengadilan Agama Ambon Kelas IA terhadap Penyelesaian SengketaPerbankan Syariah menurut UU No. 3 Tahun 2006

hakim pengadilan agama Kelas IA Ambon belum ada yang lulus

untuk mengikuti pendidikan tersebut.

2. Infrastruktur

a. Pasca penetapan UU No 3 Tahun 2003 dan UU No 21 Tahun

2008 tentang perbakan Syariah, apakah pengadilan agama

Ambon telah mempersiapkan infrastruktur dalam proses

penyelesaian sengketa perbankan syariah

Sesuai dengan instrument tentang infrastruktur

penyelesaian sengketa perbankan syariah pada pengadilan

agama kelas IA Ambon, sebagaimana dikemukakan oleh Drs.

Salahuddin, SH.MH, sebagai berikut;

Setiap Pengadilan Agama diwajibkan mempunyai Majelis

Khusus pemutus sengketa Ekonomi syariah atau

Ambon sampai saat ini belum ada, disebabkan sampai saat

ini belum ada satu kasus pun yang diajukan ke pengadilan

agama Kelas IA Ambon, sehingga walaupun itu telah

menjadi kewajiban akan tetapi tetap belum diadakan.88

Hal senada dikemukakan oleh Drs.

H.Ediwarman.SH.MHI dalam wawancara, sebagai berikut;

Dipengadilan agama Kelas IA Ambon smpai saat ini

belum ada infrastruktur yang disiapakan dalam rangka

meyelesaikan sengketa ekonomi syariah atau perbankan

syariah disebabkan belum ada yang mengajukan kasus

sengketa ekonomi syariah atau perbankan syariah di satu

sisi, di sisi lain faktor pengadilan agama sendiri yang

belum menyiapkan hal tersebut, walaupun sebenarnya

telah diamanatkan dalam Undang-Undang No 3 Tahun

2006 Tentang Kewenangan pengadilan Agama.89

Berdasarkan hasil wawancara tersebut di atas, maka

dapatlah dipahami bahwa sesuai amanat undang-undang no

88 Drs. Salahuddin, SH.MH, Hakim Pengadilan Agama Ambon Kelas IA,

Tanggal 2 Agustus 201689 Drs. H.Ediwarman.SH.MHI, Ketua Pengadilan Agama Ambon Kelas IA,

Tanggal 1 Agustus 2016

Page 76: STUDI TENTANG KESIAPANrepository.iainambon.ac.id/502/3/2017 BUKU ''Studi... · 2019-10-10 · yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang membutuhkan dana, serta berfungsi untuk

69

Studi Tentang Kesiapan Pengadilan Agama Ambon Kelas IA terhadap Penyelesaian SengketaPerbankan Syariah menurut UU No. 3 Tahun 2006

3 tahun 2006 tentang kewennagan absolute pengadilan

agama, maka seharusnya setiap pengadilan agama

menyediakan infrastruktur dan majelis dalam rangka

menyelesaikan sengketa ekonomi syariah atau sengketa

perbankan syariah, namun pada pengadilan agama Ambon

kelas IA belum ada.

b. Dalam proses penyelesaian sengketa perbankan syariah,

apakah ada perbedaan dengan proses persidangan perceraian

Sesuai dengan instrument tentang perbedaan proses

penyelesaian sengketa perbankan syariah dengan proses

persidangan perceraian, sebagaimana hasil wawancara yang

dikemukakan oleh Drs. Abd. Razak Payapo , sebagai berikut;

Tentunya proses penyelesaian sengketa perbankan syariah

memiki perbedaan dengan proses persidangan

penyelesaian perceraian, sehingga terkait dengan

penyelesaain sengketa ekonomi syariah atau sengketa

perbankan ayariah harus diadakan majelis khusus dan

diharuskan ada yang telah memiliki sertifikat pelatihan

oleh Mahkamah Agung. Pengadilan Agama Kelas IA

Ambon dalam hal ini belum memiliki hakim yang

memiliki setifikat pelatihan ekonomi syariah.90

Hal tersebut juga dikemukakan oleh Dra. Nurhayati

Latuconsina dalam wawancara, sebagai berikut;

Dalam persidangan penyelesaian sengketa ekonomi

syariah atau perbankan syariah dilakukan secara khusus

dan berbeda dengan persidangan kasus perceraian yang

mana dalam hal tersebut diharuskan memiliki majelis

khusus untuk menyelesaikannya dengan persyaratannya

hakim yang memahami dan mengerti sekaligus

diwajibkan memiliki sertifikat pelatihan ekonomi syariah,

90 Drs. Abd. Razak Payapo, Hakim Pengadilan Agama Ambon Kelas IA,

Tanggal 4 Agustus 2016

Page 77: STUDI TENTANG KESIAPANrepository.iainambon.ac.id/502/3/2017 BUKU ''Studi... · 2019-10-10 · yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang membutuhkan dana, serta berfungsi untuk

70

Studi Tentang Kesiapan Pengadilan Agama Ambon Kelas IA terhadap Penyelesaian SengketaPerbankan Syariah menurut UU No. 3 Tahun 2006

selain harus memiliki kompotensi khusus terkait dengan

ekonomi syariah atau perbankan syariah.91

Sejalan dengan hasil wawancara tersebut, maka

dapatlah dipahami bahwa dalam rangka penyelesaian

sengketa perbankan syariah memiliki perbedaan dengan

persidangan kasus perceraian yang mana dalam hal tersebut

diharuskan memiliki majelis khusus untuk menyelesaikannya

dengan persyaratannya hakim yang memahami dan mengerti

sekaligus diwajibkan memiliki sertifikat pelatihan ekonomi

syariah, selain harus memiliki kompotensi khusus terkait

dengan ekonomi syariah atau perbankan syariah

c. Penyebab pengadilan agama kelas IA Ambon belum

mempersiapkan majelis persidangan ekonomi syariah atau

perbankan syariah.

Merujuk pada instrumen wawancara penyebab

pengadilan agama kelas IA Ambon belum mempersiapkan

majelis persidangan ekonomi syariah atau perbankan syariah,

maka dapat dijelaskan berdasarkan hasil wawancara dengan

hakim, Drs Dasri Akil, SH, sebagai berikut;

Sebab pengadilan agama kelas IA Ambon, belum ada

maelis khusus yang menyelesaian sengketa ekonomi

syariah atau perbankan syariah, dikarenakan sampai saat

ini belum ada kasus yang diajukan untuk diselesaikan di

asatu sisi, disisi lain sebenarnya hakim yang ada di

pengadilan agama Kelas IA Ambon belum memiliki

kompotensi akademik dan sertifikat pelatihan ekonomi

syariah atau gelar akademik spesikasi ekonomi syariah.92

Senada dengan hasil wawancara tersebut di atas,

dibenarkan oleh ketua pengadilan agama kelas IA Ambon,

91 Dra. Nurhayati Latuconsina, Hakim Pengadilan Agama Ambon Kelas IA,

92 Drs Dasri Akil, SH, Hakim Pengadilan Agama Ambon Kelas IA,

Tanggal 1 Agustus 2016

Page 78: STUDI TENTANG KESIAPANrepository.iainambon.ac.id/502/3/2017 BUKU ''Studi... · 2019-10-10 · yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang membutuhkan dana, serta berfungsi untuk

71

Studi Tentang Kesiapan Pengadilan Agama Ambon Kelas IA terhadap Penyelesaian SengketaPerbankan Syariah menurut UU No. 3 Tahun 2006

Drs. H.Ediwarman.SH.MHI, sebagaimana hasil wawancara

sebagai berikut;

Sebenarnya pengadilan agama kelas IA Ambon, telah

merespon semua hal tersebut namun sampai saat ini

belum ada pengajuan dari masyararakat terkait dengan

sengketa ekonomi syariah atau perbankan syariah,

sehingga majelis hakim dan infrastrukturnya pun belum

disiapkan. Akan tetapi apapun alasannya pengadilan

agama kelas IA Ambon akan tetap mempersiapkan diri

dalam rangka menjalankan hal tersebut dengan bukti para

hakim dianjurkan untuk mengikuti tes seleksi peserta

pelatihan ekonomi syariah yang walaupun belum ada

yang lulus untuk mengkuti pelatihan tersebut.93

Berdasarkan hasil wawancara tersebut, maka dapatlah

disimpulkan bahwa sebab-sebab majelis khusus meyelesaikan

sengketa ekonomi syariah atau perbankan syariah belum

diadakan baik itu infra strukturnya maupun majelis

hakimnya di pengadilan agama kelas IA Ambon karena tidak

adanya pengajuan kasus dari masyarakat dan belum ada

hakim pengadilan agama kelas IA Ambon yang memiliki

sertifikat ekonomi syariah dan belum ada hakim yang

memiliki kompotensi atau gelas akademik khusus ekonomi

syariah.

3. Pengetahuan Masyarakat

Sesuai dengan instrument pengetahuan masyarakat

tentang penyelesaian ekonomi syariah atau perbankan syariah

pada pengadilan agama kelas IA Ambon, sebagai berikut;

a. Pengetahuan masyarakat tentang penyelesaian perbankan

syariah sesuai UU No 3 Tahun 2006 tentang kewenangan

pengadilan Agama.

93 Drs. H.Ediwarman.SH.MHI, Ketua Pengadilan Agama Ambon Kelas IA,

Tanggal 1 Agustus 2016

Page 79: STUDI TENTANG KESIAPANrepository.iainambon.ac.id/502/3/2017 BUKU ''Studi... · 2019-10-10 · yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang membutuhkan dana, serta berfungsi untuk

72

Studi Tentang Kesiapan Pengadilan Agama Ambon Kelas IA terhadap Penyelesaian SengketaPerbankan Syariah menurut UU No. 3 Tahun 2006

Berdasarkan instrument tersebut sebagaimana keterangan

yang dikemukakan oleh H. Alimin A. Sanggo, SH dalam

wawancara, sebagai berikut;

Sesungguhnya masyarakat belum mengetahui secara pasti

mengenai UU No 3 Tahun 2006 tentang kewenangan

absolute pengadilan Agama, yang mana dijelaskan

didalamnya bahwa sengketa ekonomi syariah atau

perbankan syariah sudah menjadi kewenagan dari

pengadilan agama. Hal tersebut sebagaimana dapat

dibuktikan dengan msyarakat tidak mengajukan

permasalahan sengketa perbankan walaupun di Ambon

telah banyak beropersi perbankan syariah.94

Hal senada dikemukakan juga oleh Dra. Nurhayati

Latuconsina Dalam hasil wawancara, sebagai berikut;

Masyarakat kota Ambon secara garis besar mereka tidak

mengetahui tentang sengketa ekonomi syariah atau

sengketa perbankan syariah sudah menjadi kewenangan

pengadilan agama sejak diterbitkannya UU No 3 Tahun

2006 tentang kewenangan absolute pengadilan Agama,

maka dalam prakteknya sesungguhnya harus

dilaksanakan di pengadilan agama. Karena keterbatasan

pengetahuan masyarakat tersebut, sehingga amat UU No

3 Tahun 2006 tentang kewenangan absolute pengadilan

Agama belum dijalan oleh pengadilan agama Ambon

kelas IA.95

Merujuk dari hasil wawancara tersebut di atas, maka

dapatlah disimpulkan bahwa masyarakat kota Ambon belum

mengetahui secara pasti mengenai UU No 3 Tahun 2006 tentang

kewenangan absolute pengadilan Agama, sehingga dalam

pelaksanaannya terkait dengan sengketa perbankan syariah

sampai saat belum ada yang diajukan dan diselesaiakn di

94 H. Alimin A. Sanggo, SH, Hakim Pengadilan Agama Ambon Kelas IA,

Tanggal 3 Agustus 201695 Dra. Nurhayati Latuconsina, Hakim Pengadilan Agama Ambon Kelas IA,

Page 80: STUDI TENTANG KESIAPANrepository.iainambon.ac.id/502/3/2017 BUKU ''Studi... · 2019-10-10 · yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang membutuhkan dana, serta berfungsi untuk

73

Studi Tentang Kesiapan Pengadilan Agama Ambon Kelas IA terhadap Penyelesaian SengketaPerbankan Syariah menurut UU No. 3 Tahun 2006

pengadilan agama Ambon kelas IA. Hal tersebut merupakan

suatu realitas dan menjadi tanggungjawa pengadilan agama dan

instansi terkait untuk mensoasialisaikannya sehingga dapat

dimengerti dan diaplikasikan.

b. Jika ada sosialisasi yang dilkukakan oleh hakim pengadilan

agama Ambon, bagaimana pandangan masyarakat tentang

hal tersebut

Berdasarkan instrument tersebut sebagaimana keterangan

yang dikemukakan oleh Drs Dasri Akil, SH dalam wawancara,

sebagai berikut;

Mengenai upaya pengadilan agama mensosialisasikan UU

No 3 Tahun 2006 tentang kewenangan absolute

pengadilan Agama, kepada masyarakat, seharusnya

pengadilan agama melaksanakannya namun karena

keterbatasan anggaran mengenaihal tersebut maka

pengadilan agama Ambon kelas IA tidak

melasksanakannya. Hal tersebut dengan alasan bahwa

kegiatan tersebut seharusnya dimasukkan dalam kegiatan

bimbingan teknis namun hal tersebut juga telah dihapus.96

Hal tersebut dibenarkan oleh Drs. Abd. Razak Payapo,

sebagaimana hasil wawancara, sebagai berikut;

Dalam hal mensosialisasikan perlusan kewenangan

pengadilan agama sesuai amant UU No 3 Tahun 2006

tentang kewenangan absolute pengadilan Agama di

pengadilan agama Ambon kelas IA, terasa tidak jalan

karena keterbatasan anggaran yang diberikan, apalagi

program-program penting yang seharusnya dilaksanakan

tidak lagi dilaksanakan, seperti program bimbingan teknis

dan kegiatan lain yang sekiranya dapat membantu

memberikan pemahaman dan pengertian kepada

masyakat kota Ambon telah ditiadakan.97

96 Drs Dasri Akil, SH, Hakim Pengadilan Agama Ambon Kelas IA,

Tanggal 1 Agustus 201697 Drs. Abd. Razak Payapo, Hakim Pengadilan Agama Ambon Kelas IA,

Tanggal 4 Agustus 2016

Page 81: STUDI TENTANG KESIAPANrepository.iainambon.ac.id/502/3/2017 BUKU ''Studi... · 2019-10-10 · yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang membutuhkan dana, serta berfungsi untuk

74

Studi Tentang Kesiapan Pengadilan Agama Ambon Kelas IA terhadap Penyelesaian SengketaPerbankan Syariah menurut UU No. 3 Tahun 2006

Dari hasil wawncara tersebut di atas, maka dapatlah

disimpulkan bahwa pengadilan agama Ambon kelas IA,

sebenarnya berupaya semaksimal mungkin dalam rangka

mensosialisasikan perlusan kewenangan pengadilan agama

sesuai amant UU No 3 Tahun 2006 tentang kewenangan absolute

pengadilan Agama, namun dengan peniadaan program, seperti

bimbingan kepada masyarakat sehingga para hakim terasa

pesismis untuk melaksanakan hal tersebut.

c. Jika tetap ada masyarakat yang menyampaikan persoalan

terkait dengan sengketa perbankan syariah, apa yang

diupayakan oleh pengadilan agama untuk dapat

melaksanakan tugasnya.

Berdasarkan instrument tersebut sebagaimana keterangan

yang dikemukakan oleh Drs. Salahuddin, SH.MH dalam

wawancara, sebagai berikut;

Pada dasarnya hakim pengadilan bersikap pasif, dalam

artian jika ada pengaduan dari masyarakat maka

diupayakan agar kasus tersebut untuk diselesaikan.

Namun jika tidak ada pengajuan kasus dari masyarakakat,

maka tidak ada jalan lain selain hakim hanya menunggu

di satu sisi, di sisi lain hakim tidak ada upaya lain untuk

memberikan pemahaman kepada masyarakat karena saat

ini tidak ada program untuk mensosialisasikan hal

tersebut kepada masyarakat.98

Selain hasil wawancara tersebut, juga sebagaimana

dijelaskan oleh ketua pengadilan agama Ambon kelas IA, Drs.

H.Ediwarman.SH.MHI mengemukakan dalam wawancara,

sebagai berikut;

Berkenaan dengan pengetahuan masyarakat terkait

dengan sengketa ekonomi syariah atau perbankan syariah

telah menjadi kewenangan pengadilan agama, namun

sampai saat ini masyarakat kota Ambon belum ada yang

98 Drs. Salahuddin, SH.MH, Hakim Pengadilan Agama Ambon Kelas IA,

Tanggal 2 Agustus 2016

Page 82: STUDI TENTANG KESIAPANrepository.iainambon.ac.id/502/3/2017 BUKU ''Studi... · 2019-10-10 · yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang membutuhkan dana, serta berfungsi untuk

75

Studi Tentang Kesiapan Pengadilan Agama Ambon Kelas IA terhadap Penyelesaian SengketaPerbankan Syariah menurut UU No. 3 Tahun 2006

mengajukan kasus terkait dengan sengketa perbankan

syariah mungkin disebabkan keterbatasan pengetahuan

tentang hal tersebut. Adapun upaya para hakim untuk

memberikan pengeahuan kepada masyarakat sangat

minimal, karena pada dasarnya tidak ada program untuk

untuk mensosialisasikan hal tersebut, karena hal tersebut

dapat dimasukkan dalam program bimbingan teknik

namun program tersebut pun telah dihapus.99

Merujuk pada uraian wawancara tersebut di atas, maka

dapatlah disimpulkan bahwa masih kurangnya pemahaman

masyarakat kota Ambon tentang sengketa perbankan syariah

telah menjadi kewenangan pengadilan agama. Hal tersebut

terjadi disebabkan kurangnya upaya pengadilan agama untuk

memberikan pemahaman terhadap masyarakat. Hal lain karena

pelaku usaha dalam bidang perbankan syariah kurang

mengalami kendala, atau boleh jadi bahwa penyelesaian sengketa

tersebut diselesaikan secara non litigasi berdasarkan isi perjanjian

yang telah disepakati sejak awal.

2. Pembahasan

Berdasarkan uraian hasil wawancara tersebut di atas, maka

berikut akan diuraikan pembahasan dalam bentuk analisis dalam tiga

komponen yakni; kompotensi Sumber daya hakim, infrastruktur

pengadilan agama Ambon kelas IA dan pemahaman masyarakat

terhadap kewenangan pengadilan agama dalam menyelesaiakan

sengketa perbankan syariah, sebagai berikut;

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian penulis di

Pengadilan Agama Ambon Kelas IA yang menjadikan faktor hambatan

h atau perbankan syariah di

Pengadilan Agama Ambon Kelas IA, antara lain:

99 Drs. H.Ediwarman.SH.MHI, Ketua Pengadilan Agama Ambon Kelas IA,

Tanggal 1 Agustus 2016

Page 83: STUDI TENTANG KESIAPANrepository.iainambon.ac.id/502/3/2017 BUKU ''Studi... · 2019-10-10 · yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang membutuhkan dana, serta berfungsi untuk

76

Studi Tentang Kesiapan Pengadilan Agama Ambon Kelas IA terhadap Penyelesaian SengketaPerbankan Syariah menurut UU No. 3 Tahun 2006

1. Faktor Sumber Daya Manusia di Pengadilan Agama Ambon

Kelas IA

Berdasarkan factor Sumber Daya hakim di Pengadilan

Agama Ambon Kelas IA, sesungguhnya para hakim telah

melakukan perbaikan-perbaikan baik secara pribadi sebagai

hakim maupun secara kelembagaan pengadilan agama itu

sendiri, sebagaimana hasil wawancara dengan hakim pengadilan

Pengadilan Agama Ambon Kelas IA, hasil kesimpulannya bahwa

mereka berusaha mempelajari buku-buku atau referensi fiqhi

baik itu kalasik maupun kontemporer, mempelajari regulasi-

regulasi pendukung misalnya kompilasi hukum Islam KHI),

Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (KHES), dan regulasi dalam

bentuk Undang-Undang no 21 Tahun 2008 tentang perbankan

syariah serta regulasi lain yang dapat menopang pelaksanaan

tugasnya.

Di sisi lain, bahwa mahkamah agung yang menaungi

semua lembaga peradilan di Indonesia memfasilitasi para hakim

pengadilan agama di Indonesia dalam rangka perbaikan

kemampuan hakim secara akademi dengan diadakannya

pelatihan ekonomi syariah, selain itu ada program pendidikan

jenjang lanjutan dalam gelar ekonomi syariah.

Hal tersebut, sejalan dengan pesatnya perkembangan

bisnis berbasis pada ekonomi syariah yang sejalan dengan

perluasan kewenangan pengadilan agama untuk menangani

sengketa ekonomi syariah, tentu akan memberi konsekuensi

tersendiri bagi pengadilan agama, sehingga harus memiliki

hakim-hakim khusus yang kapabel dalam menangani sengketa

ekonomi syariah, para hakim juga dituntut lebih responsif

terhadap perkembangan managemen peradilan yang lebih

modern. Bahkan seorang hakim pengadilan agama dalam hal

kesiapan mengadili sengketa ekonomi syariah akan dihadapan

dengan tantangan terbesar dalam menghadapi era turbulensi era

yang penuh dengan gejolak, sehingga perlu dilakukan reformasi

PIKR yaitu power, information, knowledge, reward. Power artikan

dimana seorang hakim dalam menghadapi sengketa ekonomi

Page 84: STUDI TENTANG KESIAPANrepository.iainambon.ac.id/502/3/2017 BUKU ''Studi... · 2019-10-10 · yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang membutuhkan dana, serta berfungsi untuk

77

Studi Tentang Kesiapan Pengadilan Agama Ambon Kelas IA terhadap Penyelesaian SengketaPerbankan Syariah menurut UU No. 3 Tahun 2006

syariah mampu mengambil keputusan sesuai ruang lingkup

kewenangannya, dan information yang diperoleh hakim harus

mengalir secara transparan dan horizontal sehingga putusanya

membawa rasa keadilan tanpa harus dihambat sekat-sekat

vertikal birokratis yang tidak perlu, sementara adanya knowledge

seorang hakim dapat menafsirkan sendiri setiap perkara yang

diterimanya melalui ijtihadnya jika belum ada ketentuan yang

mengatur tentang perkara tersebut sehingga tidak boleh menolak

dengan dalih hukum tidak mengaturnya, sedangkan reward bagi

seorang hakim yang memutus perkaranya tentu akan mendapat

nilai positif bagi pencari keadilan tentang kemampuan seorang

hakim dalam menangani kasus sengketa ekonomi syariah dan

yang terpenting mendapat nilai pahala dua jika benar dan nilai

satu jika salah dalam mengambil sebuah keputusan.100

Dengan demikian, berdasarkan uarain di atas, maka

dapatlah disimpulkan bahwa sesungguhnya untuk menangani

sengketa ekonomi syariah, tentu akan memberi konsekuensi

tersendiri bagi pengadilan agama, sehingga hakim di Pengadilan

Agama Ambon Kelas IA harus memiliki hakim-hakim khusus

yang kapabel dalam menangani sengketa ekonomi syariah, para

hakim juga dituntut lebih responsif terhadap perkembangan

managemen peradilan yang lebih modern. Bahkan seorang

hakim pengadilan agama dalam hal kesiapan mengadili sengketa

ekonomi syariah akan dihadapan dengan tantangan terbesar

dalam menghadapi era turbulensi era yang penuh dengan

gejolak, sehingga perlu dilakukan reformasi PIKR yaitu power,

information, knowledge, reward

2. Infrastruktur Di Pengadilan Agama Ambon Kelas IA Terkait

Dengan Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah

Sesuai amat UU No 3 Tahun 2006 tentang kewenangan

absolute pengadilan Agama, bahwa dalam rangka penyelesaian

sengketa ekonomi syariah atau perbankan syariah, maka

diwajibkan kepada pengadilan agama di seluruh wilayah

100 Adiwarman A Karim, Ekonomi Islam Suatu Kajian Kontemporer (Cet. III; Jakarta: Gema

Insani Press, 2007), h. 149

Page 85: STUDI TENTANG KESIAPANrepository.iainambon.ac.id/502/3/2017 BUKU ''Studi... · 2019-10-10 · yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang membutuhkan dana, serta berfungsi untuk

78

Studi Tentang Kesiapan Pengadilan Agama Ambon Kelas IA terhadap Penyelesaian SengketaPerbankan Syariah menurut UU No. 3 Tahun 2006

Indonesia agar menyiapkan suatu majelis khusus yang akan

menangani kasus sengketa sengketa ekonomi syariah atau

perbankan syariah. Adapun persyaratannya diharuskan

angotanya telah ada anggota Majelis khusus yang pernah

mendapatkan dan atau mempunyai sertifikat pelatihan

Berdasarkan uraian tersebut, maka sesuai realitas hasil

wawancara dengan hakim di pengadilan agama Ambon kelas IA

belum ada dengan alasan di satu sisi sampai saat ini belum ada

pengajuan dari masyarakat terkait dengan sengketa ekonomi

syariaah atau sengketa perbankian syariah. Di sisi lain kurangnya

infrastruktur yang di siapkan di pengadilan agama Ambon Kelas

IA dan belum ada hakim yang mengikuti pelatihan sengketa

ekonomi syariah.

Dengan demikian, maka dapatlah disimpulkan bahawa di

pengadilan agama Ambon kelas IA, telah berupaya untuk

merespon dan menjalankan amat UU No 3 Tahun 2006 tentang

kewenangan absolute pengadilan Agama dengan berusaha untuk

mengikuti pelatihan dan pendaaan infrastruktur naming

terkendala dengan tidak adaya pengaduan dari masyarakat

terhadap hal tersebut.

3. Pemahaman masyarakat terhadap penyelesaian sengketa

perbankan syariah di PengadilanAgama Ambon Kelas IA

Secara umum, masyarakat belum mengetahui mekanisme

Agama. Hal ini berkaitan dengan kesadaran hukum masyarakat

sehingga diperlukan sosialisasi ke masyarakat tentang adanya

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Pengadilan

Agama dan hukum materiil lainnya yang mengatur kegiatan di

bidang keuangan ekono

yang beredar di kalangan masyarakat secara luas, bahwa jika

perkara atau sengketa diselesaikan melalui jalur pengadilan

(litigasi) akan membutuhkan uang atau dana, waktu yang tidak

sedikit.

Page 86: STUDI TENTANG KESIAPANrepository.iainambon.ac.id/502/3/2017 BUKU ''Studi... · 2019-10-10 · yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang membutuhkan dana, serta berfungsi untuk

79

Studi Tentang Kesiapan Pengadilan Agama Ambon Kelas IA terhadap Penyelesaian SengketaPerbankan Syariah menurut UU No. 3 Tahun 2006

Kaitannya dengan itu, sesuai realitas berdasarkan hasil

wawancara denganhakim pengadilan agama Ambon kelas IA,

maka dikemuakkan secara umum yakni kurangnya pemahaman

masyarakat tentang UU No 3 Tahun 2006 tentang kewenangan

absolute pengadilan Agama, bahwa sengketa ekonomi syariah

atau perbankan syariah menjadi kewenangan pengadilan agama

belum di ketahui oleh masyakat, sehingga berpengaruh kepada

pengaduan masyarakat.

Adapun hambatan-hambatan yang dihadapi oleh

pengadilan agama Ambon kelas IA, dalam rangka menjalankan

amanat UU No 3 Tahun 2006 tentang kewenangan absolute

pengadilan Agama tersebut kepada masyarakat kota Ambon

bahwa, kurangnya sosialisasi dan bimbingan teknis terkait

dengan senketa perbankan syariah disebabkan oleh banyaknya

program bimbingan dan soaialisasi terhadap masyarakat.

Dengan demikian berdasarkan tiga factor utama yang

dikaji oleh peneliti terkait uraian-uraian hasil dan pembahasan

tersebut tersebut di atas, maka dapatlah disimpulkan bahwa

kendala atau hambatan yang dihadapi sekaligus menjadi

kelemahannya pengadilan agama Ambon kelas IA terkait dengan

perbankan syariah antara lain; keadaan kesiapan sumber daya

manusia para hakim masih kurang memadai, seringnya mutasi

hakim di lingkungan pengadilan agama, koleksi perpustakaan di

pengadilan agama secara kualitas maupun kwantitas belum

memadai, hukum materiil maupun formil yang mengatur

masyarakat berperkara di pengadilan khususnya pengadilan

agama karena membutukan biaya dan waktu yang banyak, serta

kurangnya sosialisasi berbagai ketentuan-ketentuan yang

masyarakat kota Ambon.

Page 87: STUDI TENTANG KESIAPANrepository.iainambon.ac.id/502/3/2017 BUKU ''Studi... · 2019-10-10 · yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang membutuhkan dana, serta berfungsi untuk

80

Studi Tentang Kesiapan Pengadilan Agama Ambon Kelas IA terhadap Penyelesaian SengketaPerbankan Syariah menurut UU No. 3 Tahun 2006

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian pada hasil dan pembahasan, maka peneliti dapatlah

menemukan beberapa kesimpulan yang signifikan terkait dengan penyelesaian

sengketa ekonomisyariah atau perbankan syariah, sebagai berikut;

1. Secara esensial pengadilan agama Ambon kelas IA, telah siap dalam

rangka menyelesaikan sengketa perbankan syariah terbukti hakim telah

meyiapkan diri dengan berbagai cara; sering berdiskusi dengan sesama

hakim, mempelajari aturan-aturan terkait dengan ekonomi syariah

misalnya; Kompilasi Hukum Islam, Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah,

Undang-Undang No 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah dan kitab-

kitab fiqhi baik itu kitab klasik maupun kitab fikhi kontemporer di satu

sisi. Di sisi lain hakim pengadilan agama Kelas IA Ambon berusaha untuk

mengikuti program yang dilaksanakan oleh Mahkamah Agung terkait

pendidikan dan pelatihan ekonomi syariah namun belum ada yang lulus.

2. Sedangkan pelaksanaan penyelesaian sengketa perbankan syariah belum

dijalankan pengadilan agama Ambon kelas IA disebabkan; keadaan

kesiapan sumber daya manusia hakim masih kurang memadai, seringnya

mutasi hakim di lingkungan pengadilan agama, keengganan masyarakat

beperkara di pengadilan agama karena membutukan biaya dan waktu

yang banyak, serta kurangnya sosialisasi berbagai ketentuan-ketentuan

masyarakat kota Ambon.

B. Saran

Dengan hasil pemlitian tentang kesiapan pengadilan agama Ambon kelas

IA dalam menyelesaikan sengketa ekonomi syariah atau perbankan syariah, maka

penulis merekomendasikan bebrapa hal, sebagai berikut;

1. Dengan penelitian ini semoga dapat menambah khazanah pengetahuan

bagi peneliti-peneliti selanjutnya yang mengangkat pokok permasalahan

tentang kesiapan pengadilan agama dalam menyelesaikan sengketa

ekonomi syariah atau perbankan syariah

Page 88: STUDI TENTANG KESIAPANrepository.iainambon.ac.id/502/3/2017 BUKU ''Studi... · 2019-10-10 · yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang membutuhkan dana, serta berfungsi untuk

81

Studi Tentang Kesiapan Pengadilan Agama Ambon Kelas IA terhadap Penyelesaian SengketaPerbankan Syariah menurut UU No. 3 Tahun 2006

2. Hasil penelitian ini, semoga menjadi bahan rujukan sekaligus masukan

terhadap pengadilan agama Ambon kelas IA dalam rangka menyelesaikan

sengketa ekonomi syariah atau perbankan syariah sekaligus mesespon

amat Undang-Undang No 3 Tahun 2006 tentang kewenangan absolute

pengadilan agama dan UU No 21 Tahun 2008 tentang perbankan Syariah

Page 89: STUDI TENTANG KESIAPANrepository.iainambon.ac.id/502/3/2017 BUKU ''Studi... · 2019-10-10 · yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang membutuhkan dana, serta berfungsi untuk

82

Studi Tentang Kesiapan Pengadilan Agama Ambon Kelas IA terhadap Penyelesaian SengketaPerbankan Syariah menurut UU No. 3 Tahun 2006

DAFTAR PUSTAKA

Amalia. Euis, M Taufiqi dan Dwi Nuraini, Konsep dan Mekanisme Bank Syariah,Jakarta: FSH UIN Syahid, 2007

, Jakarta: Gema

Insani, 2001

----------------------------------, Bank Syariah Antara Teori Ke Praktek, Jakarta:

Gema Insani, 2005

Ariyanto dkk., Tak Sekadar Menangani Kawin Cerai (Kolom Hukum), Trust

Majalah Berita Ekonomi dan Bisnis Edisi 27 Tahun IV, 17-23 April2006

Arto. A. Mukti, Garis Batas Kekuasaan Pengadilan Agama dan Pengadilan Negeri :Penerapan Asas Personalitas Keislaman Sebagai Dasar Penentuaan KekuasaanPengadilan Agama, Jakarta : Varia Peradilan, 2000

ASA, , serial Media Dakwah, Jakarta, Agustus, 1989

Aziz. M. Amin, Mengembangkan Bank Islam di Indonesia I dan II, Jakarta: Bangkit,1992

Basir. Cik, Penyelesaian Sengkat Bank Syariah, Jakarta: Kencana 2008

Brief Case Book, ,

Jakarta: Renaisan, 2005

Buchori. Ahmad, Prospek Bank Syariah di Indonesia; Peluangdan Tantangan,

Jakarta: Suara Ul dialag, 2006

Capra. M. Umer, Sistem Moneter Islam, Jakarta: Gema Insani Press & Tazkia

Cendekia, 2000

Daulay. Sayuruddin, Positivisasi Hukum Islam di Indonesia Dalam Perspektif PolitikHukum (AnalisaTerhadap Hukum Perkawinan), Medan: UMSU Media, 2006

Dendawijaya. Lukman, Manajemen Perbankan, Cet. I; Jakarta : Ghalia Indonesia,2001

Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet. II; Jakarta: Balai Pustaka, 2002

Dewi. Gemala, Widyaningsih dan Yeni Salma Barlinti, Hukum Perikatan Islam diIndonesia, Jakarta : Prenada Media, 2005

------------------, Aspek Aspek Hukum Dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah diIndonesia, Jakarta: Kencana, 2006

Direktorat Perbankan Syariah bank Indonesia, Kodifikasi produk perbankansyariah, Jakarta: Direktorat Perbankan Syariah bank Indonesia, 2008

Faisal. Afif,dkk, Strategi dan Opersional Bank, Bandung: Eresco, 1996

-MUI/IV/2000 tentang Jual BeliIstishna

140

Page 90: STUDI TENTANG KESIAPANrepository.iainambon.ac.id/502/3/2017 BUKU ''Studi... · 2019-10-10 · yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang membutuhkan dana, serta berfungsi untuk

83

Studi Tentang Kesiapan Pengadilan Agama Ambon Kelas IA terhadap Penyelesaian SengketaPerbankan Syariah menurut UU No. 3 Tahun 2006

-MUI/VII/2004 tentang PembiayaanMulti Jasa

Goble. Frank G, Mazhab Ketiga Psikologis Humanistik Abraham Maslow, Yogyakarta:

Kanisius, 1994

Hamimi. Taufiq, , dalam MimbarHukum, No. 59 Thn. XIV, 2003

Harahap. Yahya. Kedudukan, Kewenangan, Dan Acara Peradilan Agama, Jakarta: SinarGrafika, 2005

Irmayanto. Juli, et.al., Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta: Media

Ekonomi Publishing, 1998

Irsyad. Syamsuhadi, ,makalah dalam Acara Sosialisasi UU. No.3 Tahun 2006 TentangPerubahan Atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1989 TentangPeradilanAgama, Medan, Tanggal 22-23 Desember 2006

Kansil. C.S.T., Pokok-Pokok Hukum Perbankan Indonesia, Jakarta: Pradnya Paramitha,1982

Karim. Adiwarman A, Ekonomi Islam Suatu Kajian Kontemporer, Cet. III;

Jakarta: Gema Insani, 2007

Kitab Undang-Undang Ekonomi Syariah, UU Nomor 21 Tahun 2008 tentangPerbankan Syariah, Fokus Media, Bandung, 2011

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (BW)

Koencoro, Metode Penelitian Masyarakat, Cet. II; Jakarta: Gramedia, 1981

Mannan. Abdul, Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah, Sebuah Kewenangan

Baru Peradilan Agama, Jakarta: Pusat Pengembangan Hukum Islamdan Masyarakat Madani, 2011

Moleong. Lexy JMetode Penelitian Kualitatif, Bandung : RemadjaRosdakarja, 1999

Muhammad, Bank Syariah Problem dan Prospekk Perkembangan di Indonesia,

Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005

---------------, Manajemen Dana Bank Syariah. Yogyakarta: Ekonisia, 2004

Mujahidin. Ahmad, Prosedur Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah di

Indonesia, Bogor: Ghalia, Indonesia, 2010

Natsir. M, Metode Penelitian, Cet. IV; Jakarta: Galia Indonesia, 1988

Noeh. Zaini Ahmad, Sejarah Peradilan Agama di Indonesia, (Laporan Hasil

Simposium Sejarah Peradilan Agama tanggal 8 s.d. 10 April 1982di Hotel USSU Cisarua Bogor), Bagian Proyek PembinaanAdministrasi Hukum dan Peradilan Agama, Departemen AgamaRI, 1982/1983.

Page 91: STUDI TENTANG KESIAPANrepository.iainambon.ac.id/502/3/2017 BUKU ''Studi... · 2019-10-10 · yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang membutuhkan dana, serta berfungsi untuk

84

Studi Tentang Kesiapan Pengadilan Agama Ambon Kelas IA terhadap Penyelesaian SengketaPerbankan Syariah menurut UU No. 3 Tahun 2006

PBI No.7/6/PBI/2005 tentang Transparansi Informasi Produk Bank danPenggunaan Data Pribadi Nasabah beserta ketentuan perubahannya.

PBI No.9/19/PBI/2007 tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah Dalam KegiatanPenghimpunan Dana dan Penyaluran Dana serta Pelayanan Jasa BankSyariah.

Perwataatmadja. Kernaen dkk, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, Jakarta:Prenada Media, 2005

Rahardjo. Satjipto, Pengadilan Agama Sebagai Pengadilan Keluarga dalam Amrullah

et.al. (ed), Prospek Hukum Islam Dalam Kerangka PembangunanHukum Nasioal di Indonesia, Jakarta: PP. IKAHA, 1994

Rodoni, Ahmad dan Abdul Hamid, Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta: ZikrulHakimi, 20081

Praktek (Jakarta: Gema Insani, 2001), h. 61

Saeed. Abdullah, (Kritik Atas Interpretasi Bunga Bank KaumNeo Revivalis, Alih Bahasa Arif Maftuhin, Jakarta: Paramadina, 2004

Saefuddi. A. M, Membumikan Ekonomi Islam, Cet. I; Jakarta: PT. PPA

Consultans, 2011

Santoso. Listyio Budi. Kewenangan Peradilan Agama Dalam Menyelesaikan Sengketa, Semarang: Pusataka Undip 2009

Setyosari. Punaji, Metode Penelitian Pendidikan dan Perkembangannya, Cet. I;

Jakarta: Kencana, 2010

Sholahuddin. M, Lembaga Ekonomi dan Keuangan Islam, Surakarta:

Muhammadiyah University Press, 2006

Simorangki. O.P, Kamus Perbankan Inggris-Indonesia, Jakarta, PT Bina Aksara, 2002

Sjahdeini. Sutan Remy, Perbankan Islam dan Kedudukannya Dalam Tata

Hukum Perbankan Indonesia, Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1999

Soemitro. Ronny Hanitjo, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Jakarta :Ghalia Indonesia, 1990

Sri Susilo. Y, dkk, Bank & Lembaga Keuangan Lain, Jakarta: Salemba Empat,

2000

Sudarsono, Bank Dan Lembaga Keuangan Syariah, Yogyakarta: Ekonisia, 2003

-------------, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah; Deskripsi dan Ilustrasi,

Yogyakarta: Ekonesia, 2003

Sudarto, Metode Penelitian Filsafat, Cet. II; Jakarta: Grafindo Persada,1997

Suharto, dkk, Konsep, Produk Dan Implementasi Operasional Bank Syariah, Jakarta:

Djambatan, 2001

Page 92: STUDI TENTANG KESIAPANrepository.iainambon.ac.id/502/3/2017 BUKU ''Studi... · 2019-10-10 · yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang membutuhkan dana, serta berfungsi untuk

85

Studi Tentang Kesiapan Pengadilan Agama Ambon Kelas IA terhadap Penyelesaian SengketaPerbankan Syariah menurut UU No. 3 Tahun 2006

Suyatno. Thomas, et.al, Kelembagaan Perbankan , Jakarta: PT. Gramesia

Pustaka, 1992

Undang Nomor 3 Tahun 2006 Tentang Perubahan atas Undang - UndangNo. 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama

Undang-Undang No.10 Tahun 1998 Tentang Perbankan

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase Dan AlternatifPenyelesaian Sengketa

Usman. Rachmadi, Aspek-aspek Hukum Perbankan di Indonesia, Jakarta:Gramedia Pustaka Utama, 2003

Wijaya. Krisna, Reformasi Perbankan Nasional, Jakarta: Harian Kompas, 2000

Zulkifli. Sunarto, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah, Jakarta: ZikrulHakim, 2003

Page 93: STUDI TENTANG KESIAPANrepository.iainambon.ac.id/502/3/2017 BUKU ''Studi... · 2019-10-10 · yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang membutuhkan dana, serta berfungsi untuk

86

Studi Tentang Kesiapan Pengadilan Agama Ambon Kelas IA terhadap Penyelesaian SengketaPerbankan Syariah menurut UU No. 3 Tahun 2006

DAFTAR ISTILAH

Borrower :

Pihak yang membutuhkan dana

Saver :

Pihak yang mempunyai kelebihan dana

Financial Intermediary :

Lembaga perantara keuangan

Surplus :

Kelebihan dana

Minus:

Kekurangan dana

Eksplisit :

Secara lengkap atau komprehensif

Litigasi :

Penyelesaian sengketa melalui proses persidangan

Musyawarah :

Sepakat untuk mufakat

Mediasi :

Perantara

Arbitrase Syariah :

Lembaga yang menangani sengketa ekonomi syariah

Idle Fund/Surplus Unit :

Menyalurkan dana dari pihak yang berkelebihan dana

Deficit Unit :

Pihak yang membutuhkan dana

Mudharabah :

Bagi hasil

Musyarakah :

Pembiayaan dengan penyertaan modal

Murabahah :

Prinsip jual beli dengan memperoleh keuntungan

Ijarah :

Page 94: STUDI TENTANG KESIAPANrepository.iainambon.ac.id/502/3/2017 BUKU ''Studi... · 2019-10-10 · yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang membutuhkan dana, serta berfungsi untuk

87

Studi Tentang Kesiapan Pengadilan Agama Ambon Kelas IA terhadap Penyelesaian SengketaPerbankan Syariah menurut UU No. 3 Tahun 2006

Sewa menyewa

ijarah wa iqtina :

Pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa

Shahibul maal :

Pemilik dana

Mudharib :

Pengelola dana

Imperative :

Kewenangan

Sistem Peradilan Swapraja :

Sistem peradilan keliling

Page 95: STUDI TENTANG KESIAPANrepository.iainambon.ac.id/502/3/2017 BUKU ''Studi... · 2019-10-10 · yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang membutuhkan dana, serta berfungsi untuk

88

Studi Tentang Kesiapan Pengadilan Agama Ambon Kelas IA terhadap Penyelesaian SengketaPerbankan Syariah menurut UU No. 3 Tahun 2006

INDEKS

Borrower, 2

Saver, 2

Eksplisit, 3

Litigasi,14,51, 92,95

Mediasi, 6, 14

Arbitrase syariah, 6,14

Mudharabah, 18,19,23,24,25,26,27,28

Musyarakah,18,19,25,26,28,29,30,

Murabahah,18,20,25

Ijarah,19,20,25,26,32,33

Shahibul maal, 27

Mudharib,27,28

Imperative,58

Absolut, 6,8,38,39,42,43,44,45,48,85,86,87,90,91,94,95,98

Kredit, 15,16,18,19,

Investasi,22,23,24,29

148

Page 96: STUDI TENTANG KESIAPANrepository.iainambon.ac.id/502/3/2017 BUKU ''Studi... · 2019-10-10 · yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang membutuhkan dana, serta berfungsi untuk