studi perilaku pencarian pengobatan oleh · pdf fileyang diderita oleh masyarakat terutama...
TRANSCRIPT
Studi Perilaku Pencarian Pengobatan oleh Ibu dalam MenanganiPenyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut
1) Alumni Jurusan PKIP FKM Undana2) Staf pengajar Jurusan PKIP FKM Undana3) Staf pengajar Jurusan PKIP FKM Undana
PENDAHULUANMasalah Kesehatan di Indonesia sangatlahkompleks, dimana masih banyaknya penyakityang diderita oleh masyarakat terutama padakelompok yang paling rawan yaitu ibu hamil,ibu menyusui serta anak di bawah lima tahun(balita). Anak-anak merupakan kelompokmasyarakat yang rentan terhadap berbagaipenyakit, hal ini dikarenakan pada usiatersebut anak mulai berinteraksi denganlingkungan dan sistem imun anak juga masihrendah sehingga dapat meningkatkan resikountuk terserang berbagai penyakitkhususnya penyakit infeksi baik itu dari virus,bakteri ataupun jamur. Sebagian besarinfeksi ini terjadi pada saluran nafas. Selamabertahun-tahun ISPA merupakan masalahkesehatan anak dan penyumbang terbesarpenyebab kematian balita (Said, 2006).
Infeksi Saluran Pernapasan Akut merupakanpenyakit infeksi pada saluran pernapasanyang menyerang saluran pernapasan bagian
atas dan saluran pernapasan bagian bawah.Penyakit ini datang secara mendadak sertamenimbulkan kegawatan atau kematian.Menurut hasil temuan organisasi kesehatandunia (WHO) diperkirakan 10 juta anak didunia meninggal tiap tahun akibat diare,HIV/AIDS, Malaria dan ISPA. Kematian yangdisebabkan oleh ISPA mencakup 20-30%,dimana sebagian besarnya adalah karenapneumonia (Depkes RI, 2007).
Kasus ISPA pada balita disebabkan olehberbagai faktor resiko, diantaranya faktorperilaku ibu dalam penanggulangan penyakitISPA yang mencakup perilaku pencarianpengobatan yang dilakukan ibu ketikabalitanya menderita ISPA (Prabu, 2009).Perilaku pencarian pengobatan yangdilakukan oleh penduduk Indonesia yangmengeluh sakit yakni sebanyak 33,11%memilih berobat jalan ke puskesmas,sedangkan sisanya melakukan pengobatansendiri, berobat ke pengobatan tradisional,
STUDI PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN OLEH IBU DALAM MENANGANIPENYAKIT INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAKUNASE KOTA KUPANG TAHUN 2010Faizah Assegaf 1, Petrus Romeo2, Marni 3
Abstract: Acute Respiratory Infections (ARI) is one of the serious health problemsbecause ARI can continue to pneumonia which can make a death if not immediatelyovercome. Mother’s behaviour has an important role in overcoming the ARI problem tochild under five-years old, especially of care seeking behaviour by mother to her childunder five-years old when they suffering of ARI. The purpose of this research is to knowthe care seeking behaviour by mother in handling disease of ARI to child under five-yearsold at working area of Puskesmas Bakunase in Kupang city in 2010. The type of thisresearch is descriptive with using survey method. The way of intake sample of thisresearch is doing with two stages approach, there is first stage choose the location ofsample and second stage is choose the respondent of research, with using purposivesampling method. The location which used as sample is Bakunase and Airnonasubdistrict. Respondent of research is mothers who their children under five-years oldsuffering of ARI. Ammount of sample is 78 respondents. Analysis of data is doing withdescriptive than presented in frequency table and percent and narated. The result ofresearch shows that: (1) Chosing of seeking of treatment by mother for her child underfive-years old who suffering of ARI successively there is 69,23% choose medicaltreatment, self treatment is 23,08%, and 7,69% choose traditional treatment. (2) The typeof use place of medical health service by mother for her child who suffering of ARIsuccessively there is Puskesmas/Pustu is 50,85%, hospital is 13,56%, and practicedoctor/nurse is 35,59%. (3) Chosing of self treatment by mother to treat her child whosuffering of ARI there is 47,62% using modern medicine, the way of traditional is 28,57%,and traditional medicine is 23,81%.
Keywords : Acute Respiratory Infections (ARI) to child under five-years old, seeking oftreatment
MKM Vol. 05 No. 01 Des 2010
8
dan tidak berobat (Badan Pusat Statistik,2003).
Penyakit ISPA sering dialami oleh anakbalita. Sebagian besar dari infeksi saluranpernapasan ini hanya bersifat ringan sepertibatuk pilek. Episode penyakit batuk-pilekpada balita di Indonesia diperkirakan 3-6 kaliper tahun, ini berarti seorang balita rata-ratamendapat serangan batuk pilek sebanyak 3sampai 6 kali setahun (Depkes RI, 2007). DiNTT, ISPA termasuk 10 penyakit terbanyakdi Puskesmas pada pasien rawat jalan tahun2007 dan berada pada urutan pertamadengan jumlah kunjungan sebanyak 996.946jiwa atau 24,47% (Dinkes Provinsi NTT,2008).
ISPA atau infeksi saluran pernapasan akutmenduduki posisi pertama sebagai penyakitpaling banyak penderitanya dari 10 penyakitterbesar pada Puskesmas se-kota Kupangtahun 2008 dengan jumlah kasus sebanyak109.220 orang (Dinkes Kota Kupang, 2009).Berdasarkan laporan penyakit ISPA di kotaKupang hingga Desember 2008menunjukkan bahwa penderita ISPA tertinggiterdapat pada wilayah kerja PuskesmasBakunase yakni sebanyak 711 orang. Urutankedua terdapat di wilayah kerja PuskesmasAlak dengan jumlah penderita sebanyak 607orang. Sedangkan urutan ketiga terdapat diwilayah kerja Puskesmas Sikumana denganjumlah penderita sebanyak 543 orang.Wilayah kerja Puskesmas Bakunasemencakup 6 (enam) kelurahan yaituBakunase, Airnona, Kuanino, Nunleu,Fontein dan Oetete (Dinkes Kota Kupang,2009).
Tujuan umum penelitian ini adalah untukmengetahui perilaku pencarian pengobatanoleh ibu dalam menangani penyakit InfeksiSaluran Pernapasan Akut (ISPA) pada balitadi wilayah kerja Puskesmas Bakunase KotaKupang Tahun 2010. Tujuan khusus yaitumengetahui jenis pilihan pencarianpengobatan ISPA pada balita, mengetahuijenis sarana pelayanan kesehatan yangdigunakan ibu untuk mengobati penyakitISPA pada balita, dan mengetahui jenispilihan pengobatan sendiri yang digunakan
ibu untuk mengobati penyakit ISPA padabalita.
METODE PENELITIANJenis penelitian yang digunakan adalahdeskriptif dengan menggunakan metodesurvei (Notoatmodjo, 2005), untukmemperoleh gambaran mengenai perilakupencarian pengobatan oleh ibu dalammenangani penyakit ISPA pada balita diwilayah kerja Puskesmas Bakunase KotaKupang.
Penelitian dilakukan di wilayah kerjaPuskesmas Bakunase, Kecamatan Oebobo,Kota Kupang. Penelitian ini direncanakanpada bulan Maret sampai Juli 2010.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruhibu yang mempunyai anak balita yangberada di wilayah kerja PuskesmasBakunase yakni sebanyak 556 orang.
Sampel merupakan sebuah subset yangdicuplik dari populasi yang akan diamati ataudiukur oleh peneliti (Murti,2006). Carapengambilan sampel dalam penelitian inidilakukan dengan pendekatan dua tahap,yaitu tahap pertama menentukan lokasisampel dan tahap kedua adalah menentukanresponden penelitian, dengan menggunakanmetode purposive sampling. Lokasi yangdijadikan sampel adalah kelurahanBakunase dan Airnona. Respondenpenelitian adalah ibu-ibu yang balitanyamenderita ISPA. Besar sampel berjumlah 78responden.
CARA, BAHAN DAN ALATPENGUMPULAN DATAData primer dalam penelitian ini dikumpulkanmelalui teknik wawancara terstruktur denganmenggunakan pedoman wawancara yangberisi daftar pertanyaan yang telah disiapkansebelumnya. Data primer tersebut berupadata yang berkaitan dengan perilakupencarian pengobatan yang dilakukan ibudalam menangani penyakit ISPA pada balita,yakni: jenis pilihan pencarian pengobatan,jenis penggunaan sarana pelayanan
Studi Perilaku Pencarian Pengobatan oleh Ibu dalam MenanganiPenyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut
9
kesehatan, dan jenis pengobatan sendiriyang digunakan ibu untuk mengobatipenyakit ISPA pada balita.
Data sekunder dikumpulkan dengan caramengutip data yang berasal dari pihak luar.Data sekunder tersebut berupa data-datapendukung yang diperoleh dari instansikesehatan terkait seperti Dinas KesehatanKota Kupang dan Puskesmas Bakunase.
Instrumen pengumpulan data yangdigunakan dalam penelitian ini adalahpedoman wawancara.
Data yang telah dikumpulkan dari hasilwawancara kemudian diolah melalui prosesediting. Selanjutnya, data dikoding denganmemberi kode (angka) pada setiap jawabanyang dipilih responden untuk memudahkanpengolahan data. Tahap berikutnya, dataditabulasi dengan mengelompokkan databerdasarkan aspek-aspek dalam variabelpenelitian melalui alat bantu komputer. Data-data ini kemudian dianalisis secara deskriptifdan disajikan dalam bentuk tabel frekuensidan persentase serta dinarasikan.
HASILJenis Pilihan Pencarian Pengobatan ISPApada BalitaJenis Pengobatan yang Sering DigunakanUntuk Mengobati Penyakit ISPA pada Balita
Tabel 1. Distribusi Ibu Balita Berdasarkan JenisPengobatan yang Sering Digunakan Untuk
Mengobati Penyakit ISPA Pada Balita di WilayahKerja Puskesmas Bakunase Bulan Juni 2010
JenisPengobatan ygSeringDiguna
kan
Jumlah RespondenTotal
Persentase(%)
Bakunase Airnona
n % n %
Pengobatan
Medis
36 69,23 18 69,23 54 69,23
Pengobatan
Sendiri
12 23,08 6 23,08 18 23,08
Pengobatan
Tradisional
4 7,69 2 7,69 6 7,69
Jumlah 52 100 26 100 78 100
Berdasarkan Tabel 1 diperoleh bahwa jenispengobatan yang sering digunakan oleh ibuuntuk mengobati ISPA pada balita adalahpengobatan medis yaitu 54 orang (69,23%),dan pengobatan yang paling sedikitdigunakan adalah pengobatan tradisionalyaitu 6 orang (7,69%).
Tindakan Pengobatan Bila Balita ISPARinganTabel 2. Distribusi Ibu Balita Berdasarkan TindakanPengobatan yang Dilakukan Bila Balita Menderita
ISPA Ringan di Wilayah Kerja PuskesmasBakunase Bulan Juni 2010
TindakanPengobatan ISPARingan
Jumlah RespondenTotal
Persentase(%)
Bakunase Airnonan % n %
Dibawake
YankesTerdekat
23 44,23 7 26,92 30 8,46
CukupDirawat
di Rumah
25 8,08 17 65,39 2 53,85
Dibawake Dukun
4 7,69 2 7,69 6 7,69
Jumlah 52 100 26 100 8 100
Tabel 2 menunjukkan bahwa tindakanpengobatan yang terbanyak dilakukan olehibu untuk mengobati balita bila menderitaISPA ringan (bukan pneumonia) adalahcukup dirawat di rumah yaitu 42 orang(53,85%) dan tindakan pengobatan yangpaling sedikit dilakukan adalah dibawa kedukun terkenal yaitu 6 orang (7,69%).
Tindakan Pengobatan Bila Balita ISPASedang (Pneumonia)Tabel 3. Distribusi Ibu Balita Berdasarkan TindakanPengobatan yang Dilakukan Bila Balita Menderita
ISPA Sedang di Wilayah Kerja PuskesmasBakunase Bulan Juni 2010
TindakanPengobatan ISPASedang
Jumlah RespondenTotal
Persentase(%)
Bakunase Airnona
n % n %
Dibawake
Yankes
40 76,92 19 73,08 59 75,64
Dirawatdi Rumah
5 9,62 2 7,69 7 8,97
Dibawake Dukun
7 13,46 5 19,23 12 15,39
Jumlah 52 100 26 100 78 100
MKM Vol. 05 No. 01 Des 2010
10
Dari Tabel 3 terlihat bahwa tindakanpengobatan yang terbanyak dilakukan olehibu untuk mengobati balita bila menderitaISPA sedang (pneumonia) adalah segeradibawa ke sarana pelayanan kesehatan yaitu59 orang (75,64%) sedangkan tindakan yangpaling sedikit dilakukan adalah dirawat dirumah yaitu 7 orang (8,97%).
Jenis Penggunaan Sarana PelayananKesehatanPengobatan ke Sarana Yankes Bila BalitaISPA
Tabel 4. Distribusi Ibu Balita BerdasarkanPengobatan ke Sarana Pelayanan Kesehatan Bila
Balita Menderita ISPA di Wilayah Kerja PuskesmasBakunase Bulan Juni 2010
Berobatke
SaranaYankes
Jumlah Responden Total
Persen tase
(%)Bakunase Airnonan % n %
Ya 40 6,92 19 73,08 59 75,64Tidak 12 3,08 7 26,92 19 24,36
Jumlah 52 100 26 100 78 100
Tabel 4 menunjukkan bahwa total ibu balitayang membawa balitanya berobat ke saranapelayanan kesehatan bila balita menderitaISPA menempati urutan tertinggi yaitusebesar 59 orang (75,64%). Total respondenini terkait dengan tabel sebelumnya (Lihattabel 2) mengenai distribusi respondenberdasarkan tindakan pengobatan yangdilakukan bila balita menderita ISPA sedang,dimana total responden terbanyak memilihsegera dibawa ke sarana pelayanankesehatan bila balita menderita ISPA sedangdengan total 59 orang.
Sarana Pelayanan Kesehatan yang SeringDikunjungi Untuk Mengobati ISPA padaBalita
Pada Tabel 5 disajikan bahwa saranapelayanan kesehatan yang sering dikunjungiibu untuk mengobati ISPA pada balitanyaadalah Puskesmas/Pustu yaitu 30 orang(50,85%), dan sarana kesehatan yang palingsedikit dikunjungi adalah Rumah Sakit yaitu 8orang (13,56%).
Tabel 5. Distribusi Ibu Balita Berdasarkan SaranaPelayanan Kesehatan yang Sering DikunjungiUntuk Mengobati Penyakit ISPA pada Balita di
Wilayah Kerja Puskesmas Bakunase Bulan Juni2010
SaranaYankes
ygDikunju
ngi
Jumlah RespondenTotal
Persentase(%)
Bakunase Airnona
n % n %
Puskesmas/Pustu
19 7,50 11 57,89 30 50,85
RmhSakit
5 12,50 3 15,79 8 13,56
Doktr/BidanPraktek
16 40,00 5 26,32 21 35,59
Jumlah 40 100 19 100 59 100
Rujukan ke Rumah Sakit bila ISPA padaBalita Belum SembuhTabel 6. Distribusi Ibu Balita Berdasarkan Rujukan
ke Rumah Sakit Bila ISPA pada Balita BelumSembuh di Wilayah Kerja Puskesmas Bakunase
Bulan Juni 2010
Rujukanke
RumahSakit
Jumlah Responden Total Persentase(%)
Bakunase Airnonan % n %
Ya 23 4,23 11 2,31 34 3,59Tidak 29 5,77 15 7,69 44 6,41
Jumlah 52 100 26 100 78 100
Tabel 6 menunjukkan total ibu balita yangtidak rujuk ke Rumah Sakit bila ISPAbalitanya belum sembuh lebih banyak yaitusebesar 44 orang (56,41%) dibandingkantotal ibu balita yang rujuk ke rumah sakit bilaISPA pada balitanya belum sembuh.
Pengobatan ke Dokter/Bidan Praktek BilaBalita Menderita ISPA
Tabel 7. Distribusi Ibu Balita BerdasarkanPengobatan ke Dokter/Bidan Praktek Bila Balita
Menderita ISPA di Wilayah Kerja PuskesmasBakunase Bulan Juni 2010
Berobatke
Dokter/Bidan
Praktek
Jumlah Responden Total Persentase(%)
Bakunase Airnonan % n %
Ya 18 34,62 7 26,92 25 32,05Tidak 34 65,38 19 73,08 53 67,95
Jumlah 52 100 26 100 78 100
Studi Perilaku Pencarian Pengobatan oleh Ibu dalam MenanganiPenyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut
11
Dari tabel 7 diketahui bahwa total ibu balitayang tidak membawa balitanya berobat kedokter/bidan praktek bila balita menderitaISPA menempati urutan tertinggi yaitusebesar 53 orang (67,95%).
Jenis Pilihan Pengobatan SendiriPersediaan Obat-obatan di Rumah UntukMengobati ISPA pada Balita
Tabel 8. Distribusi Ibu Balita BerdasarkanPersediaan Obat-obatan di Rumah Untuk
Mengobati ISPA pada Balita di Wilayah KerjaPuskesmas Bakunase Bulan Juni 2010
Persediaan Obat-obatan diRumah
Jumlah Responden Total
Persentase(%)
Bakunase Airnonan % n %
Ya 8 32,00 5 29,41 13 30,95Tidak 17 68,00 12 70,59 29 69,05
Jumlah 25 100 17 100 78 100
Tabel 8 menunjukkan bahwa total ibu balitadi wilayah kerja Puskesmas Bakunase yangtidak memiliki persediaan obat-obatan dirumah lebih banyak yaitu sebesar 29 orang(69,05%) dibandingkan total ibu balita yangmemiliki persediaan obat-obatan di rumahuntuk mengobati ISPA pada balitanya. Totalresponden pada tabel diatas terkait dengantabel sebelumnya (Lihat tabel IV.10)mengenai distribusi responden berdasarkantindakan pengobatan yang dilakukan bilabalita menderita ISPA ringan, dimana totalresponden terbanyak memilih cukup dirawatdi rumah saja bila balita menderita ISPAringan dengan total 42 orang.
Pengobatan Sendiri yang Biasa DigunakanIbu Untuk Mengobati ISPA pada Balita
Tabel 9. Distribusi Ibu Balita BerdasarkanPengobatan Sendiri yang Biasa Digunakan Untuk
Mengobati ISPA pada Balita di Wilayah KerjaPuskesmas Bakunase Bulan Juni 2010
Pengobatan Sendiriyg Biasa
Digunakan
Jumlah Responden Total
Persentase
%)Bakunase Airnonan % n %
ObatModern
12 48,00 8 47,06 20 47,62
ObatTradisional
6 24,00 4 23,53 10 23,81
CaraTradisional
7 28,00 5 29,41 12 28,57
Jumlah 25 100 17 100 42 100
Berdasarkan Tabel 9 dapat diperoleh bahwapengobatan sendiri yang biasa digunakanoleh ibu untuk mengobati sendiri balitanyayang menderita ISPA adalah obat modernyaitu 20 orang (47,62%), dan obat tradisionalpaling sedikit digunakan dengan total 10orang (23,81%). Total responden pada tabeldiatas terkait dengan tabel sebelumnya(Lihat tabel IV.10) mengenai distribusiresponden berdasarkan tindakanpengobatan yang dilakukan bila balitamenderita ISPA ringan, dimana totalresponden terbanyak memilih cukup dirawatdi rumah saja bila balita menderita ISPAringan dengan total 42 orang.
Cara Memperoleh Obat Modern UntukMengobati ISPA pada Balita
Tabel 10. Distribusi Ibu Balita Berdasarkan CaraMemperoleh Obat Modern Untuk Mengobati ISPApada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Bakunase
Bulan Juni 2010
CaraMemperoleh ObatModern
Jumlah Responden Total
Persentase(%)
Bakunase Airnona
n % n %
Beli diApotik
6 50,00 4 50,00 10 50,00
Beli diTokoObat
4 33,33 2 25,00 6 30,00
Beli diKios/Wrung Obat
2 16,67 22
25,00 4 20,00
Jumlah 12 100 8 100 20 100
Tabel 10 menunjukkan bahwa cara ibumemperoleh obat modern untuk mengobatiISPA pada balitanya, paling banyak dengancara membeli di apotik yaitu sebesar 10orang (50,00%), dan paling sedikit diperolehdengan cara membeli di kios/warung obatsebanyak 4 orang (20,00%).
Obat Modern yang Biasa Diberikan UntukMengobati ISPA pada Balita
Dari tabel 11 dapat dilihat bahwa obatmodern yang biasa diberikan oleh ibu untukmengobati ISPA pada balitanya adalah sirupyaitu sebanyak 9 orang (45,00%).
MKM Vol. 05 No. 01 Des 2010
12
Tabel 11. Distribusi Ibu Balita Berdasarkan ObatModern yang Biasa Diberikan Untuk MengobatiISPA pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Bakunase Bulan Juni 2010
ObatModernyg BiasaDiberikan
Jumlah Responden Total
Persentase(%)
Bakunase Airnonan % n %
Tablet 2 16,67 1 12,50 3 15,00Sirup 5 41,66 4 50,00 9 45,00Puyer 2 16,67 1 12,50 3 15,00
Campuran
3 25,00 2 25,00 5 25,00
Jumlah 12 100 8 100 20 100
Obat Tradisional yang Biasa Diberikan UntukMengobati ISPA pada Balita
Tabel 12. Distribusi Ibu Balita Berdasarkan ObatTradisional yang Biasa Diberikan Untuk Mengobati
ISPA pada Balita di Wilayah Kerja PuskesmasBakunase Bulan Juni 2010
ObatTradision
al ygBiasa
Diberikan
Jumlah Responden Total
Persentase(%)
Bakunase Airnonan % n %
Jamu 2 33,33 1 25,00 3 30,00RamuanTradision
al
3 50,00 3 75,00 6 60,00
ObatHerbal
1 16,67 0 0,00 1 10,00
Jumlah 6 100 4 100 10 100
Dari tabel 12 terlihat bahwa obat tradisionalyang biasa diberikan oleh ibu untukmengobati ISPA pada balitanya adalahramuan tradisional yaitu sebanyak 6 orang(60,00%).
Cara Tradisional/Tindakan Lain yangDilakukan Untuk Mengobati ISPA pada Balita
Tabel 13. Distribusi Ibu Balita Berdasarkan CaraTradisional/Tindakan Lain yang Dilakukan Untuk
Mengobati ISPA pada Balita di Wilayah KerjaPuskesmas Bakunase Bulan Juni 2010
CaraTradisional/Tindakan
Lain ygDilakukan
Jumlah Responden Total
Persentase(%)
Bakunase
Airnona
n % n %
Digosok 1 14,29 1 20,00 2 16,67Dipijat/Diurut
4 57,14 3 60,00 7 58,33
Dikompres 2 28,57 1 20,00 3 25,00Jumlah 7 100 5 100 2 100
Tabel 13 menunjukkan bahwa caratradisional/tindakan lain yang seringdilakukan oleh ibu untuk mengobati ISPApada balitanya adalah dengan caradipijat/diurut yaitu sebanyak 7 orang(58,33%).
BAHASANJenis Pilihan Pencarian Pengobatan ISPApada BalitaHasil penelitian yang dilakukan di wilayahkerja Puskesmas Bakunase menunjukkanbahwa 69,23% ibu balita lebih memilihpengobatan medis untuk mengobati anaknyayang menderita ISPA. Berdasarkan hasilwawancara diperoleh alasan bahwa ibubalita lebih percaya terhadap pengobatanyang dilakukan oleh tenaga medisdikarenakan pengobatan yang diberikanlebih terjamin sebab ditangani langsung olehorang yang ahli di bidangnya (profesional)dan obat-obatan yang diberikan dapatmenyembuhkan penyakit secara efektif.Sedangkan hanya 6 orang (7,69%) yangmemilih pengobatan tradisional. Hal inidikarenakan mereka sudah terbiasa/pengalaman membawa anaknya ke dukunatau sejenisnya (seperti tukangurut/pengobatan alternatif) apabila sakit ataupenyakitnya parah, selain itu adanyahubungan kekerabatan dan adapula yangmengatakan lebih cocok bila dibawa kedukun selain penyakitnya langsunghilang/cepat sembuh, biayanya pun lebihmurah. Di samping itu, 18 ibu balita lainnya(23,08%) memilih pengobatan sendiridikarenakan mereka lebih suka mengobatisendiri di rumah bila anaknya sakit atausakitnya masih ringan sebab lebih mudahuntuk ditangani serta tidak mengeluarkanbanyak biaya dan dapat mendatangkankesembuhan sedangkan pengobatan medisbiayanya mahal (khususnya dokter praktek).Hal ini sesuai penelitian Afifah (2004) yangmenunjukkan bahwa secara umum balitayang menderita ISPA 47,1% pernah diobatisendiri dan sisanya berobat jalan. Dari yangpernah berobat jalan, 66,2% berobat jalan kesarana pelayanan kesehatan, dan 33,7%berobat ke dukun.
Studi Perilaku Pencarian Pengobatan oleh Ibu dalam MenanganiPenyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut
13
Dalam upaya penanggulangan penyakit anakbalita, umumnya terdapat kriteria yangdigunakan untuk memilih sumberpengobatan, yakni: pengetahuan tentangsakit dan cara pengobatannya, keyakinanterhadap obat/pengobatan, keparahan sakit,dan keterjangkauan biaya dan jarak. Dariempat kriteria tersebut, tingkat keparahansakit menduduki tempat yang dominan(Supardi, 2008). Untuk pilihan tindakanpengobatan yang dilakukan ibu bila balitamenderita ISPA ringan (Bukan Pneumonia)di wilayah kerja Puskesmas Bakunaseadalah cukup dirawat di rumah saja yaitusebanyak 42 orang (53,85%). Alasan merekaadalah karena sakitnya masih bersifat ringanjadi masih dapat ditangani langsung sebagaipertolongan pertama agar anaknya bisasembuh. Sedangkan ibu balita lainnya adayang memilih dibawa ke sarana pelayanankesehatan terdekat yaitu sebanyak 30 orang(38,46%), dimana 18 ibu diantaranyamemiliki alasan agar sakit anaknya dapatlangsung diperiksa oleh tenaga medis yangbersangkutan sehingga bisa diketahui jenispenyakitnya dan diberikan obat yang sesuaipetunjuk medis. Untuk pilihan tindakanpengobatan yang dilakukan ibu bila balitamenderita ISPA sedang (Pneumonia) dapatdilihat dimana 59 ibu (75,64%) memilihsegera membawa anaknya ke saranapelayanan kesehatan bila ISPA anaknyabelum sembuh/semakin parah denganalasan agar penyakit anaknya dapat diobatilebih lanjut oleh tenaga medis dan bisasembuh secepatnya. Namun, adapula ibuyang membawa anaknya ke dukun terkenal(pengobatan alternatif atau sejenisnya) bilabalita menderita ISPA sedang (pneumonia)yaitu sebanyak 12 orang (15,39%),alasannya karena penyakit anaknya dapatdisembuhkan dengan pengobatan yangdiberikan.
Jenis Penggunaan Sarana PelayananKesehatanHasil penelitian yang dilakukan di wilayahkerja Puskesmas Bakunase menunjukkanbahwa sarana pelayanan kesehatan yangsering dikunjungi/digunakan oleh ibu untukmengobati balitanya yang menderita ISPAadalah Puskesmas/Pustu sebanyak 50,85%.
Alasan yang paling umum adalah karenajarak dari tempat tinggal responden kePuskesmas/Pustu cukup dekat jadi lebihmudah untuk menjangkaunya dan adapulayang mengatakan bahwa sakit/penyakitanaknya langsung sembuh dengan minumobat yang diberikan dari Puskesmas/Pustu.Hasil penelitian ini sama dengan penelitianyang dilakukan oleh Djaja (2002) pada ibubalita penderita diare di pulau Jawa dan Balimenunjukkan bahwa dari ibu yang membawaanak sakit diare berobat ke saranapelayanan kesehatan, terbanyak kePuskesmas dan Pustu.
Hal tersebut tidak berbeda jauh denganpengobatan modern yang diselenggarakanoleh dokter praktek, dimana 21 ibu (35,59%)lebih senang membawa balitanya kedokter/bidan praktek untuk mengobatibalitanya yang menderita ISPA. Dari hasilwawancara diperoleh bahwa alasan ibu lebihmemilih ke dokter praktek khususnya dokteranak atau bidan praktek dikarenakan lebihefektif walaupun biayanya mahal tapi lebihcepat menyembuhkan penyakit danpenanganannya lebih cepat/langsungditangani secara khusus dibandingkan kePuskesmas/Pustu pelayanannya lama sebabharus antri tunggu giliran. Selain itu obatyang diberikan dokter/bidan praktek lebihcocok dengan anak dan diminum langsungcepat sembuh penyakitnya, sedangkan obatdari Puskesmas lama sembuhnya danadapula yang mengeluh obat yang diberikandari Puskesmas kurang efektif ataukhasiatnya hanya bersifat sementara,walaupun sudah dibawa ke Puskesmas tapisama saja tidak ada perubahan. Sedangkanibu yang membawa balitanya ke rumah sakithanya sedikit yaitu sebanyak 8 orang(13,56%), hal ini berkaitan dengan alasanekonomi dan sebagian besar karenasakit/penyakit anaknya sudah sembuhsetelah minum obat dari dokter/bidan praktekjadi mereka tidak perlu lagi membawaanaknya ke Rumah Sakit. Namun apabilasakit/penyakit anaknya belum sembuh,beberapa ibu akan rujuk ke rumah sakit agaranaknya bisa mendapatkan perawatansecara optimal/lebih intensif dan memperolehpenanganan yang cepat dan tepat sehingga
MKM Vol. 05 No. 01 Des 2010
14
penyakitnya bisa segera disembuhkan/tidakberlanjut ke pneumonia.
Jenis Pilihan Pengobatan SendiriHasil penelitian di wilayah kerja PuskesmasBakunase menunjukkan bahwa dari ibu yangmengobati sendiri balitanya diperoleh69,05% ibu tidak memiliki persediaan obat-obatan di rumah. Alasannya mereka takutmenyimpan obat-obatan dalam jangka waktuyang lama jadi apabila anak sakit barumereka obati atau membeli obat, sedangkanibu balita lainnya memiliki persediaan obat-obatan di rumah dengan alasan untukmengantisipasi bila anak tiba-tiba sakit dimalam hari dapat langsung diberikan obat.Adapun pengobatan sendiri yang biasadigunakan oleh ibu untuk mengobatibalitanya yang menderita ISPA adalah obatmodern yaitu sebanyak 47,62%. Hal inisesuai dengan penelitian Djaja (2002)dimana balita diare yang pernah diobatisendiri, sebagian besar menggunakan obatmodern dengan persentase 81%. Hasilpenelitian juga menunjukkan bahwa obatmodern yang biasa diberikan oleh ibu untukmengobati balitanya yang menderita ISPAadalah sirup yaitu sebanyak 45% sebab lebihdisukai anak karena rasanya yang manis danenak serta bila diminum sakitnya langsunghilang. Obat modern lebih banyak digunakankarena lebih cocok dengan anak sebabsudah ada dosis dan lebih terjaminkhasiatnya.
Untuk cara memperoleh obat modern dapatdilihat pada tabel IV.19., dimana ibu balitalebih banyak membeli obat modern di apotiksebesar 50% untuk mengobati balitanyayang menderita ISPA karena lebih aman danterjamin daripada di toko obat dankios/warung obat. Hal ini sangat berbedadengan penelitian yang dilakukan Djaja(2002) dimana obat modern untuk mengobatidiare pada balita dibeli terbanyak di warung(53%) sedangkan yang paling sedikit diapotik (19%). Dalam hasil penelitian, adapulaibu balita yang memilih obat tradisionalsebanyak 23,81% dengan alasan bahwaobat tradisional lebih cepat menyembuhkandan lebih alami sehingga tidak menimbulkanefek samping. Selain itu mereka sudah
terbiasa menggunakan obat-obatantradisional karena merupakan tradisi dariturun-temurun berdasarkan pengalamanyang ada sebelumnya. Adapun obattradisional yang biasa diberikan ibu bilabalitanya menderita ISPA adalah ramuantradisional sebab langsung terlihatkesembuhannya dan lebih cepatmenghilangkan gejala penyakit yangdirasakan, seperti diberi ramuan madudicampur getah damar atau madu dan jeruknipis dapat langsung mengeluarkandahak/lender dan menghilangkan batuk pilek.
Di samping itu, ada juga ibu yangmenggunakan cara tradisional/tindakan lainuntuk mengobati balitanya yang menderitaISPA yaitu sebanyak 28,57% denganmaksud untuk membantu meringankan sakityang dirasakan. Adapun caratradisional/tindakan lain yang seringdilakukan adalah dengan cara dipijat/diurutseperti dipijat/diurut dengan minyak kelapadicampur bawang putih di bagian dada agarrasa sakitnya dapat berkurang. Adapula yangdikompres dengan daun damar/daun cocorbebek dicampur minyak kelapa dan bawangmerah untuk menurunkan panas/demam,atau ada yang sekedar digosok denganminyak tawon/minyak telon di leher dan dibadan.
SIMPULANBerdasarkan hasil penelitian, maka dapatdisimpulkan bahwa: (1) Pilihan pencarianpengobatan oleh ibu untuk anaknya yangmenderita Infeksi Saluran Pernapasan Akut(ISPA) di wilayah kerja PuskesmasBakunase berturut-turut adalah terbanyakmemilih pengobatan medis (berobat kesarana pelayanan kesehatan) sebesar69,23%, selanjutnya pengobatan sendirisebesar 23,08% dan masih ada ibu yangmemilih pengobatan tradisional (berobat kedukun) sebesar 7,69%; (2) Jenispenggunaan sarana pelayanan kesehatanoleh ibu untuk anaknya yang menderitaInfeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) diwilayah kerja Puskesmas Bakunase berturut-turut adalah Puskesmas/Pustu sebesar50,85%, Rumah Sakit sebesar 13,56%, dan
Studi Perilaku Pencarian Pengobatan oleh Ibu dalam MenanganiPenyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut
15
dokter/bidan praktek sebesar 35,59%; (3)Pilihan pengobatan sendiri oleh ibu untukmengobati sendiri anaknya yang menderitaInfeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) diwilayah kerja Puskesmas Bakunase lebihbanyak menggunakan obat modern denganpersentase sebesar 47,62%, kemudian caratradisional sebesar 28,57%, dan yangterakhir adalah obat tradisional sebesar23,81%.
SARANBagi masyarakat khususnya ibu-ibu yangmempunyai balita hendaknya berperan aktifdengan membawa balitanya yang menderitaISPA ke sarana pelayanan kesehatanterdekat agar dapat segera diobati sehinggapenyakit anaknya tidak menjadi lebih berat.Sedangkan bagi Dinas Kesehatan KotaKupang diharapkan agar lebih meningkatkanupaya promosi kesehatan kepadamasyarakat untuk memanfaatkan fasilitaspelayanan kesehatan dalam pengobatanpenyakit ISPA pada balita. Kemudian bagiPuskesmas Bakunase hendaknya lebihmeningkatkan upaya penanggulangan ISPAterutama pada balita sehingga tidak berlanjutke pneumonia, dan lebih mengintensifkanupaya promosi melalui penyuluhan tentangmasalah ISPA secara berkesinambungankepada masyarakat khususnya pada ibuyang mempunyai balita agar dianjurkanuntuk segera melakukan pengobatan kesarana pelayanan kesehatan terdekat jikabalitanya menderita ISPA.
DAFTAR PUSTAKAAfifah. 2004. Determinan Perilaku Pencarian
Pengobatan Infeksi Saluran PernapasanAkut Pada Balita. (Bulletin KesehatanIndonesia, Vol.29, No. 03). Jakarta.
Azwar, Saifuddin. 2003. Reliabilitas danValiditas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Badan Pusat Statistik. 2003. StatistikKesejahteraan Rakyat (Welfare Statistics)2002. Jakarta.
Depkes RI. 2002. Pedoman PemberantasanPenyakit Infeksi Saluran Pernafasan AkutUntuk Penanggulangan Pneumonia PadaBalita. Jakarta: Ditjen Yankes.
Depkes RI. 2007. Pedoman PemberantasanPenyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut(ISPA). Jakarta: Ditjen Yankes.
Depkes RI. 2007. Buku Saku PneumoniaBalita. Jakarta: Sub Direktorat ISPA.
Dinkes Provinsi NTT. 2008. Profil KesehatanKabupaten/Kota. Kupang.
Dinkes Kota Kupang. 2009. LaporanPenyakit ISPA di Kota Kupang Tahun2008. Kupang: Subdin P2M.
Dinkes Kota Kupang. 2009. Profil KesehatanKota Kupang Tahun 2008. Kupang.
Djaja, dkk. 2002. Perilaku PencarianPengobatan Diare pada Balita. (BuletinPenelitian Kesehatan, Vol.30, No.1 hal.22-30). Jakarta: Badan Penelitian &Pengembangan Kesehatan Depkes RI.
Fuad, Ahmad. 2008. Infeksi SaluranPernapasan Akut (ISPA).http://fuadbahsin.wordpress.com. (Akses2 Maret 2010, pukul 07.31 WITA).
Magdalena. 2008. Pneumonia.http://www.posbelitung.com. (Akses 24September 2009, pukul 12.47 WITA).
Misnadiar. 2008. Pneumonia Rentan TerjadiPada Bayi dan Balita. Jakarta: YayasanObor Indonesia.
Murti, Bhisma. 2006. Desain dan UkuranSampel Untuk Penelitian Kuantitatif danKualitatif di Bidang Kesehatan. Jogjakarta:Gadjah Mada University Press.
Nasir. 2007. Ukuran-ukuran Demografi.http://blog.unila.ac.id. (Akses 31 Agustus2010, pukul 13.09 WITA).
Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. MetodePenelitian Kesehatan (Edisi Revisi).Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. PromosiKesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta:Rineka Cipta.
Nurhasanah, Masayu. 2003. Faktor-FaktorYang Berhubungan Dengan Perilaku Ibudalam Upaya Pencarian PengobatanISPA bagi Balita di Kelurahan Sumur BotoKecamatan Banyumanik Semarang.http://www.fkm.undip.ac.id. (Akses 8desember 2009, pukul 14.24 WITA).
Prabu, Putra. 2009. Faktor Resiko ISPApada Balita.http://putraprabu.wordpress.com. (Akses18 September 2009, pukul 10.51 WITA).
Rafani. 2009. Asuhan Keperawatan ISPAPada Anak. http://www.rafani.co.id.
MKM Vol. 05 No. 01 Des 2010
16
(Akses 19 Februari 2010, pukul 13.18WITA).
Rasmaliah. 2007. Infeksi Saluran PernafasanAkut (ISPA) dan Penanggulangannya.http://library.usu.ac.id. (Akses 2 desember2009, pukul 08.55 WITA).
Rizky, Faizal. 2009. Hubungan Antara PolaAsuh Orang Tua Dengan Tingkat KejadianInfeksi Saluran Pernafasan Akut(Pneumonia) pada Balita di KecamatanLabu Api Kabupaten Lombok Barat.http://rizkyfai.blogspot.com. (Akses 24September 2009, pukul 12.47 WITA).
Said, M. 2006. Pneumonia Penyebab UtamaMortalitas Anak Balita. Jakarta: FakultasKedokteran, Universitas Indonesia.
Sukadji, Soetarlinah. 2004. Menyusun danMengevaluasi Laporan Penelitian.Jakarta: Universitas Indonesia.
Sumantri, Bambang. 2003. PengantarStatistika Edisi Ke-3. Jakarta: GramediaPustaka Utama.
Sundayana, Rostina. 2009. Teknik Samplingdalam Penelitian.http://www.sundayana.web.id. (Akses 7Januari 2010, pukul 14.07 WITA).
Supardi, dkk. 2005. Pola Penggunaan Obat,Obat Tradisional, dan Cara Tradisionaldalam Pengobatan Sendiri di Indonesia.(Buletin Penelitian Kesehatan, Vol.33No.4 hal. 192-198). Jakarta: BadanPenelitian & Pengembangan KesehatanDepkes RI.
Supardi, dkk. 2008. Faktor Faktor YangBerhubungan Dengan Perilaku PasienBerobat Ke Puskesmas. (BuletinPenelitian Sistem Kesehatan Volume 11No.1 halaman 11-18). Jakarta: BadanPenelitian & Pengembangan KesehatanDepkes RI.
Suwarno, Sudiryo. 2008. AntropologiKesehatan.http://www.ipin4u.esmartstudent.com.(Akses 30 Januari 2010, pukul 07.27WITA).
Suyudi. 2002. Penyakit ISPA pada Balita.http://borupudan.blog.com. (Akses 25September 2009, pukul 10.23 WITA).
Taufik, 2007. Prinsip-prinsip PromosiKesehatan dalam Bidang KeperawatamUntuk Perawat dan MahasiswaKeperawatan. Jakarta: Info Medika.