studi kritis tentang pengaruh pendidikan teologi uksw...
TRANSCRIPT
1
Studi Kritis Tentang Pengaruh Pendidikan Teologi UKSW Terhadap
Perubahan Pemahaman Mahasiswa Asal TTS Angkatan 2010-2012
Tentang Yesus
Oleh,
Estron Erison Banoet
712010061
TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Program Studi Teologi, Fakultas Teologi Guna Memenuhi Sebagian
Dari Prasyarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains Teologi
Program Studi Teologi
FAKULTAS TEOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
Salatiga
2015
2
3
4
5
6
7
8
Studi Kritis Tentang Pengaruh Pendidikan Teologi UKSW Terhadap Perubahan
Pemahaman Mahasiswa Asal TTS Angkatan 2010-2012
Tentang Yesus
Abstrak
Pendidikan adalah suatu proses yang memampukan setiap invidu untuk mengalami
suatu perubahan dalam diri. Perubahan tersebut terjadi agar individu tersebut memiliki suatu
pengetahuan baru akan sesuatu.Pengetahuan yang didapatkan akan semakin memperkaya
pemahaman yang ada. Hal ini tentu saja sangat berkaitan dengan pendidikan teologi. Salah
satu tujuan dari pendidikan teologi adalah memampukan setiap individu untuk berkarya
dalam masyarakat melalui pengabdian, pengajaran atau pun penelitian yang dilakukan.
Proses pendidikan teologi yang dilakukan ini membawa dampak yang cukup besar
bagi para mahasiswa khususnya yang berasal dari Timor Tengah Selatan. Mahasiswa-
mahasiswa tersebut, sebelum mengikuti pendidikan teologi, memiliki pemahaman tradisional.
Pemahaman tradisional ini, adalah dalam kaitannya dengan Yesus. Yesus yang dipahami oleh
mahasiswa-mahasiswa yang berasal dari TTS sebelum mengikuti pendidikan teologi adalah
Yesus yang Ilahi. Namun setelah mengikuti pendidikan teologi, mahasiswa-mahasiswa
tersebut diperkaya dengan adanya pemahaman baru akan Yesus. Pemahaman atau gambaran
baru mengenai Yesus setelah mengikuti pendidikan teologi adalah Yesus juga adalah
manusia.
Kata kunci: Pendidikan, Teologi, Kristologi, Yesus.
9
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ................................................................................ iii
LEMBAR PERNYATAAN ...................................................................................................... iv
PERSETUJUAN AKSES .......................................................................................................... v
LEMBAR PERNYATAAN ...................................................................................................... vi
PERSETUJUAN PUBLIKASI ................................................................................................ vii
MOTO ....................................................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ............................................................................................................. vii
DAFTAR ISI .............................................................................................................................. x
ABSTAK................................................................................................................................... xi
1. Pendahuluan....................................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang........................................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah dan Tujuan serta Metode Penelitian..........................................................3
1.3. Signifikansi Penelitian ............................................................................................................4
1.4. Sistematika Penulisan ............................................................................................................4
2. Pendidikan Teologi dan Kristologi dalam Pendidikan Teologi......................................................4
2.1. Pendahuluan............................................................................................................................4
2.2. Pendidikan Teologi..................................................................................................................5
2.3. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Teologi ..................................................................................7
2.4. Kristologi dalam Pendidikan Teologi......................................................................................7
2.5. Kesimpulan...........................................................................................................................10
3. Deskripsi Hasil Penelitian Mengenai Perubahan Pemahaman Mahasiswa Teologi Uksw
Angkatan 2010-2012 Asal TTS Tentang Yesus....................................................................................10
3.1. Gambaran Umum Fakultas Teologi UKSW Salatiga............................................................10
3.2. Gambaran Mahasiswa Teologi TTS Angkatan 2010-2012...................................................11
3.3. Kurikulum Teologi tentang Kristologi..................................................................................11
3.4. Kesimpulan...........................................................................................................................13
3.5. Hasil Penelitian.....................................................................................................................13
3.6. Perubahan Pemahaman Mahasiswa Teologi Asal TTS Tentang Yesus................................15
3.7. Kesimpulan...........................................................................................................................20
4. Tinjauan Kristologi.......................................................................................................................21
4.1. Pemahaman Mahasiswa Tentang Yesus Sebelum Mengikuti Pendidikan Teologi...............21
10
4.2. Pemahaman akan Yesus setelah mengikuti pendidikan Teologi . .........................................23
5. Kesimpulan dan Saran..................................................................................................................24
5.1. Kesimpulan...........................................................................................................................24
5.2. Saran.....................................................................................................................................25
Daftar Pustaka.......................................................................................................................................26
11
1. Pendahuluan
Salah satu tujuan dari pendidikan adalah memberi pengaruh pada individu dalam
mengembangkan pemikira.1
Tujuan ini sangat penting dalam pendidikan karena pada
dasarnya hal ini memampukan setiap individu untuk dapat berkarya dalam kehidupan
bermasyarakat, dalam hal ini gereja dan pendidikan teologi.Tujuan seperti ini selalu melekat
dalam pendidikan. Oleh karena pendidikan mempunyai obyek yang sangat luas dan memiliki
pengaruh dalam pemikiran serta menentukan perkembangan dari setiap individu. Maka
pendidikan perlu dipahami sebagai usaha yang sedang berlangsung dalam paradigma
perubahan.2 Paradigma perubahan dimaksud adalah individu dapat membuka wawasan atau
pemikirannya untuk menerima hal-hal baru dalam pendidikan termasuk di dalamnya
perubahan itu sendiri.
Sesuai dengan perkembangan dan meluasnya pemahaman yang ada dalam masyarakat
maupun gereja, maka tujuan pendidikan tidak hanya terbatas pada pengaruh yang diberikan
dalam menentukan perkembangan individu tetapi juga memampukan setiap individu untuk
dapatmengembangkan kemampuan-kemampuan yang telah dan akan diterima dari
pendidikan dimaksud.
Pendidikan adalah usaha sengaja yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok
orang untuk mempengaruhi peserta didik agar kelak menjadi dewasa atau mencapai tingkat
kehidupan yang lebih baik.3 Menurut Daniel Nuhamara pendidikan sebagai: “Usaha yang
sadar, sistematis dan berkesinambungan untuk mewariskan, membangkitkan atau
memperoleh baik pengetahuan, sikap-sikap, nilai-nilai, keterampilan atau kepekaan-
kepekaan, maupun hasil apapun dari usaha tersebut”.4 Semua ini dilakukan dengan tujuan
agar manusia dapat mengembangkan, menjaga, dan merawat serta menggunakan
pengetahuan yang didapat dalam mengembangkan kehidupannya.
Oleh karena itu, pendidikan secara umum merupakan dasar yang dapat digunakan
dalam memahami pendidikan teologi.
1.1. Latar Belakang
Pendidikan teologi adalah suatu proses untuk mengembangkan wawasan serta
membentuk setiap individu agar menjadi individu-individu yang mampu mengabdi, serta
menggunakan pengetahuannya dalam kehidupan bermasyarakat5. Artinya pendidikan teologi
memberikan ruang lingkup yang luas bagi sertiap individu untuk mengunakan pengetahuan
yang di dapatkan dalam proses belajar mengajar guna mengembangkan pelayanan kepada
masyarakat luas. Dalam pendidikan teologi pemahaman maupun penghayatan akan pelayanan
kepada masyarakat harus dilakukan secara terus-menerus karena pada dasarnya pendidikan
teologi selalu dihubungkan dengan konteks kehidupan manusia. Setiap pribadi pada
hakikatnya memiliki reaksi terhadap karya Allah yang diterima dalam iman yang mewujud
dalam bentuk penghayatan yang tidak konsisten dan tidak terstruktur secara ilmiah ataupun
1 Yusak B. Setyawan, Kurikulum Berbasis Kompetensi Program Studi Ilmu Teologi, (Salatiga: 2013),
1. 2 Agus Suyigno, Pendidikan Tinggi dan Goncangan Perubahan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008),
15. 3 Suparlan, Mencerdaskan Kehidupan Bangsa, (Yogyakarta: Hikayat Publishing, 2004), 37.
4 Daniel Nuhamara, Pembimbing Pendidikan Agama Kristen, (Salatiga: Jurnal Info Media, 2007), 16.
5 Yusak B. Setyawan, Kurikulum Berbasis Kompetensi Program Studi Ilmu Teologi, (Salatiga: 2013), 1
12
kritis. Inilah yang perlu dipahami sebagai pemahaman awal sebelum mendapatkan
pengajaran dalam pendidikan teologi.
Dalam banyak hal, orang beranggapan bahwa pendidikan teologi hanya dapat
ditemukan dalam lembaga-lembaga keagamaan dalam hal ini Gereja. Tetapi pada
kenyataannya, pendidikan teologi tidak hanya ditemukan dalam gereja-gereja melainkan di
luar dari gereja pun pendidikan teologi dapat dilakukan. Misalnya di dalam sekolah-sekolah
dan perguruan tinggi. Salah satu perguruan tinggi yang juga mengajarkan tentang pendidikan
teologi adalah Universitas Kristen Satya Wacana.
Pendidikan teologi memiliki tiga fungsi penting. Ketiga fungsi tersebut adalah sebagai
berikut.6 Pertama, pendidikan teologi berfungsi sebagai suatu pendidikan yang memberikan
atau melaksanakan pengajaran. Kedua, pendidikan teologi berfungsi sebagai yang
melaksanakan penelitian dalam berbagai bidang pelayanan yang ada dalam masyarakat,
dalam hal ini gereja. Ketiga, pendidikan teologi berfungsi sebagai yang melaksanakan
pengabdian kepada masyarakat pada umumnya dan pada gereja khususnya. Ketiga fungsi dari
pendidikan teologi ini dapat menjadi patokan dalam mengembangkan kemampuan dari
masing-masing individu. Karena pada dasarnya pendidikan teologi harus memperhatikan
kebutuhan dan perubahan-perubahan yang terjadi dalam gereja. Memberikan dasar-dasar
pengembangan diri dalam bidang teologia dengan menguasai bidang ilmu pengetahuan dan
ilmu-ilmu yang relevan dalam menunjang kemampuan. Dengan adanya fungsi dan tujuan
pendidikan teologi seperti yang dikemukakan inilah, maka mahasiswa-mahasiswa dibawa
untuk memahami sesuatu yang baru sesuai dengan visi pendidikan teologi di mana
pendidikan tersebut diemban atau diikuti. Pendidikan teologi UKSW khususnya melalui
kurikulumnya menuntun mahasiswa untuk memperhatikan setiap kebutuhan dan setiap
perubahan yang terjadi dalam gereja maupun masyaraka.7 Hal ini dilakukan agar setiap
mahasiswa dibekali dengan kemampuan akademik yang memadai sesuai dengan semua
bidang ilmu pengetahuan yang ada dalam masyarakat. Di sinilah menurut penulis awal
mulanya pemahaman baru mengenai Yesus dalam pendidikan teologi.
Pemahaman baru mengenai Yesus setelah mengikuti pendidikan teologi di UKSW
dilihat khususnya pada mahasiswa-mahasiswa yang berasal dari Kabupaten Timor Tengah
Selatan (TTS). Mahasiswa-mahasiswa tersebut sebenarnya sudah memiliki pemahaman awal
tentang siapa Yesus karena mereka dididik dan dibesarkan dalam keluarga Kristen sejak
dahulu kala dan bahkan pemahaman mereka tentang Yesus dijadikan sebagai iman atau
identitas pribadi mereka.8 Ini menunjukan bahwa pemahaman mengenai Yesus yang dialami
sangat mempengaruhi bagaimana pemahaman mereka mengenai Yesus dalam kehidupan
sehari-hari mereka. Pemahaman tentang Yesus tidak dapat dipahami sebagai suatu yang
netral dan berlaku sama di mana-mana, kapan saja, dan kepada siapa saja karena pemahaman
tentang Yesus yang dialami sangat berbeda-beda.9 Pemahaman yang berbeda-beda ini tentu
6Yusak B. Setyawan, Kurikulum Berbasis Kompetensi Program Studi Ilmu Teologi, (Salatiga: 2013), 1.
7Setyawan, Kurikulum Berbasis Kompetensi Program Studi Ilmu Teologi, 2.
8 Alvian, Presepsi Tentang Kebudayaan, (Jakarta: PT Gramedia, 1985), XIV
9 John A. Titaley, Religiositas di Alinea Tiga: Pluralisme, Nasionalisme dan Transformasi Agama-
agama, (Salatiga: Satya Wacana University Press, 2013), 114.
13
saja dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, salah satu faktor yang begitu mempengaruhi
pemahaman mahasiswa-mahasiswa adalah gerakan Roh yang terjadi pada tahun 196510
dan
juga budaya yang begitu kuat dan berpengaruh terhadap pemahaman mereka tentang Yesus.
Namun, dengan adanya pendidikan teologi yang didapatkan dalam proses pendidikan
atau proses belajar-mengajar, pemahaman awal akan Yesus mulai mengalami perubahan dan
semakin diperkaya dengan adanya pengetahuan-pengetahuan baru tersebut. Perubahan
pemahaman akan Yesus ini disebabkan oleh beberapa hal diantaranya: pendidikan teologi
yang didapat dalam proses belajar mengajar, pertemuan atau perjumpaan dengan teman baru
dari budaya yang berbeda, hidup dalam budaya Jawa dan mengikuti ibadah-ibadah di setiap
gereja yang ada dengan nuansa ibadah yang dikemas dalam budaya Jawa dan lain sebagainya.
Berdasarkan hasil wawancara awal maupun dengan melihat secara langsung, penulis
menemukan bahwa ada perubahan pemahaman sebelum mengikuti pendidikan teologi di
UKSW dan setelah mengikuti pendidikan teologi. Perubahan pemahaman dirasakan begitu
nyata karena pada awalnya banyak mahasiswa asal TTS memiliki pemahaman akan Yesus
yang lebih popular yang tampak dalam agama rakyat yang mereka miliki dan jadikan sebagai
identitas pribadi tersebut. Salah satu ciri agama rakyat yang dianggap lebih popular adalah
Allah. Agama rakyat mulai dengan citra Allah sebagai pemberi, yang segera memberikan
ganjaran dan hukuman untuk perbuatan-perbuatan baik dan jahat di dunia ini, Allah sekaligus
murah hati dan langsung terlibat dalam urusan-urusan dunia ini.11
Namun, setelah mengikuti
pendidikan teologi di UKSW, pemahaman tersebut menjadi berubah. Misalnya saja dalam
wawancara awal yang dilakukan, ketika pertanyaan apa pemahamanmu tentang Yesus?
Ditanyakan kepada seorang mahasiswa asal TTS, ia menjawab bahwa Yesus adalah manusia
tetapi karena didoktrin untuk menyembah Yesus maka ia harus ikut ambil bagian dalam
tradisi orang-orang Kristen untuk menyembah Yesu.12
Pendapat seperti ini tentu saja
menunjukan bahwa pemahaman mahasiswa asal TTS tentang Yesus sudah mulai mengalami
perubahan. Salah satu penyebab perubahan pemahaman tersebut adalah pendidikan teologi
yang sementara ini dipelajari.
Dari latar belakang di atas, penulis tertarik untuk meneliti:
Studi Kritis Tentang Pengaruh Pendidikan Teologi UKSW Terhadap Perubahan
Pemahaman Mahasiswa Asal TTS Angkatan 2010-2012 Tentang Yesus
1.2. Rumusan Masalah dan Tujuan serta Metode Penelitian
Bertolak dari latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka masalah akan
dirumuskan: Apa pengaruh pendidikan teologi UKSW terhadap perubahan pemahaman
mahasiswa asal TTS angkatan 2010-2012 tentang Yesus dan bagaimana kajian kritis tentang
pengaruh pendidikan teologi UKSW terhadap perubahan pemahaman mahasiswa asal TTS
angkatan 2010-2012 tentang Yesus.Dari Rumusan masalah tersebut, maka tujuan penilitian
yang ingin dicapai penulis adalah sebagai berikut:Melakukan analisa dan kajian kritis tentang
10
Van den End & Weitjens S.J, Ragi Carita 2, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008), 115. 11
Robert J. Schreiter, Rancang Bangun Teologi Lokal (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006), 212. 12
Saudari A. S. S. Wawancara pada hari Selasa 21 Agustus 2014. Pkl 11:00 di kost-kostan saudari
dimaksud.
14
pengaruh pendidikan teologi UKSW terhadap perubahan pemahaman mahasiswa asal TTS
angkatan 2010-2012 tentang Yesus.Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah jenis penelitian kualitatif. Yang akan diteliti adalah mahasiswa Teologi UKSW
angkatan 2010-2013 asal Timor Tengah Selatan yang berjumlah tujuh (7) orang.Metode yang
digunakan ialah deskriptif. Deskriptif adalah suatu usaha dalam meneliti suatu kelompok
manusia, suatu objek, kondisi suatu pemikiran atau peristiwa-peristiwa pada masa sekarang.
Tujuannya adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistimatis, faktual
dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki 13
.Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan ialah wawacara. Teknik wawancara ini
bertujuan mengumpulkan keterangan tentang kehidupan manusia dalam suatu masyarakat
serta pendirian-pendirian mereka.14
Adapun teknik wawancara yang digunakan ialah
wawancara mendalam. Responden adalah mahasiswa-mahasiswa Teologi Universitas Kristen
Satya Wacana asal Timor Tengah Selatan berjumlah tujuh (7) orang angkatan 2010-2012.
1.3. Signifikansi Penelitian
Dari latar belakang, rumusan masalah dan tujuan masalah yang telah dijelaskan di
atas, manfaat penelitian diharapkan dapat memberi masukan bagi gereja dan masyarakat,
hasil penelitian ini sebagai sumbangsih pemikiran untuk mengetahui dengan jelas bagaimana
pengaruh pendidikan teologi UKSW terhadap perubahan pemahaman mahasiswa TTS
angkatan 2010-2012 Tentang Yesus.
1.4. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan yang akan disampaikan dalam penulisan ini adalah
bagian I berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, metode
penelitian, signifikansi penelitian, dan sistematika penulisan. Bagian II landasan teori yakni
pendidikan teologi dan kristologi dalam pendidikan teologi. Bagian III deskripsi hasil
penelitian mengenai perubahan pemahaman mahasiswa Teologi UKSW angkatan 2010-2012
asal TTS tentang Yesus. Bagian IV berisi tinjauan kristologi. Bagian V. Kesimpulan dan
Saran.
2. Pendidikan Teologi dan Kristologi dalam Pendidikan Teologi
2.1. Pendahuluan
Pendidikan memiliki pengaruh dan memampukan setiap individu dalam
mengembangkan pikiran. Pengaruh ini dapat dirasakan ketika individu mampu
untukmembuka wawasan serta pemikirannya dalam menerima sesuatu baru.15
Sesuatu yang
baru ini dibutuhkan agar terjadi perubahan pemahaman karena pada hakekatnya setiap
individu akan mengalami perubahan baik itu disebabkan oleh karena pendidikan maupun
lingkungan sekitar. Setiap individu harus mampu menerapkan semua yang didapatkan dalam
pendidikan pada kehidupan nyata yakni dalam masyarakat. Karena masyarakat membutuhkan
13
Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985), 63. 14
Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: Gramedia, 1979), 162. 15
Jan S. Aritonang (ed), Ziarah Beragam Rasa, (Jakarta: Unit Publikasi dan Informasi (UPI) STT
Jakarta, 2014), 170.
15
individu-individu yang mampu memberikan perubahan ke arah yang lebih baik.Dan dalam
hal ini pendidikan teologi memainkan peranan yang sangat penting.
Pendidikan dari sudut etimologi educerediartikan sebagai suatu tindakan untuk
membimbing keluar.16
Artinya pendidikan harus dilihat sebagai suatu tindakan yang benar-
benar mememampukan serta membimbing individu pada suatu pemahanan baru. Di sebut
sebagai proses membimbing keluar karena pendidikan ini bertujuan agar setiap individu
mampu untuk mengambil sesuatu bagi diri-sendiri secara sadar serta menemukan sesuatu
yang lebih dari apa yang sebelumnya di dapatkan dan menentukan ke arah mana usaha
tersebut akan dibawa oleh individu, sehingga dapat berkembang menjadi sesuatu yang
berguna.
Pendidikan juga dapat diartikan adalah sebagai: “Usaha yang sadar, sistematis dan
berkesinambungan untuk mewariskan, membangkitkan atau memperoleh baik pengetahuan,
sikap-sikap, nilai-nilai, keterampilan atau kepekaan-kepekaan, maupun hasil apa pun dari
usaha tersebut”.17
Semua ini dilakukan dengan tujuan agar manusia dapat mengembangkan,
menjaga, dan merawat serta menggunakan pengetahuan yang didapat dalam mengembangkan
kehidupannya. Bukan hanya pendidikan secara umum yang memberi pemahaman baru
kepada seseorang tentang sesuatu dan menekankan agar peserta didik memperoleh ilmu
sebanyak-banyaknya. Namun pendidikan teologi juga memberi pemahaman bagi seseorang.
Maksudnya salah satu tujuan dari pendidikan teologi adalahmemberikan perhatian pada
kebutuhan-kebutuhan serta perubahan-perubahan yang ada dalam masyarakat pada semua
bidang ilmu pengetahuan, sosial-budaya, dan keagamaan.18
Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai apa itu pendidikan teologi, fungsi dan
tujuan pendidikan teologi serta kristologi dalam pendidikan teologi untuk melihat bagaimana
pengaruh pendidikan teologi terhadap pemahaman mahasiswa.
2.2. Pendidikan Teologi
Pendidikan teologi adalah suatu proses yang memampukan individu untuk
mewujudkan pelayanan serta memiliki berbagai kemampuan dalam melaksanakan tugas-
tugas yang ada dalam gereja dan masyarakat. Pendidikan teologi semacam ini memberikan
ruang pada individu agar semakin berkembang. Perkembangan individu ini sangat didukung
dalam pendidikan teologi sehingga tidak heran apabila gambaran-gambaran mengenai Yesus
dalam pendidikan teologi tidak hanya ditunjukan melalui buku-buku yang ada tetapi dalam
berbagai macam ilmu pengetahuan yang diajarkan. Teologi sendiri dapat diartikan sebagai
pengetahuan adikodrati yang metodis, sistematis dan koheren tentang apa yang diimani
sebagai wahyu itu.19
Sehingga dalam proses pendidikan teologi, setiap individu
16
Educere berasal dari bahasa latin ducere yang berarti membimbing yang ditambahkan awalan “e”
yang berarti keluar. Daniel Nuhamara, Pembimbing PAK: Pendidikan Agama Kristen, (Jakarta Barat: Jurnal
Info Media, 2009), 8. 17
Nuhamara, Pembimbing Pendidikan Agama Kristen. (Salatiga: Jurnal Info Media, 2007), 16. 18
Setyawan, Kurikulum Berbasis Kompetensi Program Studi Ilmu Teologi, 2. 19
Ebenhaizer Nuban Timo, Berteologi: Apa dan Bagaimana Melakukannya, sebuah buku orasi ilmiah
yang disampaikan dengan wibawa kepada Ketua STAK Negeri Kupang Pada Rapat Senat Terbuka Luar Biasa
Upacara Dies Natalis ke-4 STAK Negeri Kupang Wisuda Sarjana III periode Desember 2011. 3.
16
diperhadapkan dengan pendidikan yang mengedepankan pengajaran, pengabdian serta
pelayanan-pelayanan yang dapat dilakukan dalam masyarakat terkhususnya dalam gereja.
pendidikan teologi juga mengedepankan pengetahuan yang relevan dan sesuai dengan
perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat.
Namun hal ini tidak berarti bahwa dalam pendidikan teologi, tidak ada pembahasan
mengenai Yesus. Pembahasan mengenai Yesus dalam pendidikan teologi juga diajarkan.
Misalnya saja dalam dogmatika, dalam hal ini ajaran tentang ajaran Tritunggal yang
membedakan ajaran Kristen dengan ajaran agama lain, atau ajaran tentang Tritunggal yang
mengatakan bahwa tanpa ajaran mengenai Allah Tritunggal, pemahaman Kristen tentang
semua hal dalam iman Kristen tidak memiliki keunikan apa-apa.20
Atau misalnya saja dalam
Kristologi, apabila selama ini yang dipahami bahwa Yesus adalah Allah maka, melalui
Kristologi, individu diajak untuk belajar, bahwa ternyata Yesus dapat didekati dengan
berbagai metode (kristologi dari atas dan kristologi dari bawah21
) bahkan Yesus sendiri dapat
dipahami secara berbeda dari apa yang sebelumnya dipahami. Atau misalnya saja dalam
Hermeneutik, diajarkan untuk menafsirkan ayat Alkitab yang ada dengan melihat konteks dan
masa di mana kitab tersebut di tulis. Dan bahkan dalam Hermeneutik sendiri, mahasiswa
diajak mempertanyakan apakah Allah yang disembah benar-benar Allah yang hidup atau
hanyalah sebuah mitos.
Pendidikan teologi seperti ini tergambar dalam proses belajar-mengajar yang
dilakukan. Misalnya sebagai berikut:22
Teologi kontekstual, diajarkan mengenai berbagai
tema-tema baru yang sesuai dengan konteks yang selalu berubah-ubah. Studi gender dan
teologi feminis yang menekankan bahwa perempuan juga adalah subjek yang dominan dalam
masyarakat dan harus mendapat hak untuk mengungkapkan pemikirannya. Berteologi dalam
Agama-agama yang menawarkan agar mahasiswa-mahasiswa dapat belajar berbagai macam
agama-agama suku maupun agama resmi yang ada di Indonesia. Dan juga bagaimana
mahasiswa belajar untuk melihat berbagai pergumulan yang ada dalam masyarakat melalui
pendidikan kristiani, etika, dan misiologi serta agama dan masyarakat. Mahasiswa-mahasiswa
dibawa ke dalam Pendidikan Agama Kristen (PAK), untuk melihat bagaimana teologi bagi
pembangunan tubuh Kristus. Tujuan pendidikan seperti di atas tentu membawa pengaruh
yang sangat besar bagi pendidikan Teologi, sehingga tidak heran apabila terjadi perubahan
pemahaman ketika mahasiswa-mahasiswa mengikuti pendidikan Teologi di UKSW. Tujuan
pendidikan semacam ini memiliki makna bahwa pendidikan Teologi pertama-tama tidak
20
Ebenhaizer Nuban Timo, Aku Memahami yang Aku Imani: Memahami Allah Tritunggal, Roh Kudus,
dan Karunia-karunia Roh Secara Bertanggung Jawab, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), 1. 21
Kristologi dari bawah berarti bahwa refleksi eksistensial umat beriman sekitar Yesus Kristus
berpangkal pada pengalaman dengan Yesus selagi hidup di dunia atau dengan kata lain metode atau
pendekatan/kristologi dari bawah adalah mendekati Yesus sebagai yang sungguh-sungguh manusia serta
mencoba untuk memahami Yesus yang dimulai dengan manusia Yesus dari Nazaret. Kristologi dari atas
merupakan kebalikan dari Metode atau pendekatan/kristologi dari bawah yang mana pemikirannya ditempuh
dari Allah kepada manusia, Allahlah yang menjadi manusia dan bukan manusia yang menjadi Allah. Yesus
sebagai yang Ilahi langsung ditampilkan, di mana kemanusiaan Yesus seolah berada dibawah ke-ilahian Yesus.
Yesus sebagai Allahlah yang memainkan peranan yang sangat penting dalam kristologi ini karena pemikiran ini
bermula dari Allah barulah kemudian sampai kepada Yesus yang dari Nazaret. Editor oleh Banawiratma,
Kristologi dan Allah Tri Tunggal, (Yogyakarta: Kanisius, 1986), 31. 22
Jan S. Aritonang (ed), Ziarah Beragam Rasa, 170.
17
dipahami sebagai suatu upaya untuk memahami keyakinan Kristen yang bersifat deskriptif,
normatif, saja tetapi juga bersifat kritis dan bukan hanya sebatas ilmu pengetahuan saja tetapi
juga belajar bagaimana mengenal Allah dan berusaha untuk memahami kehendak-Nya.
2.3. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Teologi
Pendidikan teologi memiliki tiga fungsi penting. Ketiga fungsi tersebut adalah sebagai
berikut.23
Pertama, pendidikan teologi berfungsi sebagai suatu pendidikan yang memberikan
atau melaksanakan pengajaran. Kedua, pendidikan teologi berfungsi sebagai yang
melaksanakan penelitian dalam berbagai bidang pelayanan yang ada dalam masyarakat,
dalam hal ini gereja. Ketiga, pendidikan teologi berfungsi sebagai yang melaksanakan
pengabdian kepada masyarakat pada umumnya dan pada gereja khususnya. Ketiga fungsi dari
pendidikan teologi ini dapat menjadi patokan dalam mengembangkan kemampuan dari
masing-masing individu. Karena pada dasarnya pendidikan teologi harus memperhatikan
kebutuhan dan perubahan-perubahan yang terjadi dalam gereja. Memberikan dasar-dasar
pengembangan diri dalam bidang teologia dengan menguasai bidang ilmu pengetahuan dan
ilmu-ilmu yang relevan dalam menunjang kemampuan. Dengan adanya fungsi dan tujuan
pendidikan teologi seperti yang dikemukakan inilah, maka mahasiswa-mahasiswa dibawa
untuk memahami sesuatu yang baru sesuai dengan visi pendidikan teologi di mana
pendidikan tersebut diemban atau diikuti. Pendidikan teologi UKSW khususnya melalui
kurikulumnya menuntun mahasiswa untuk memperhatikan setiap kebutuhan dan setiap
perubahan yang terjadi dalam gereja maupun masyarakat.24
Hal ini dilakukan agar setiap
mahasiswa dibekali dengan kemampuan akademik yang memadai seseuai dengan semua
bidang ilmu pengetahuan yang ada dalam masyarakat. Di sinilah menurut penulis awal
mulanya pemahaman baru mengenai Yesus dalam pendidikan teologi.
2.4. Kristologi dalam Pendidikan Teologi
Pengenalan dan pemahaman akan Yesus sebagai pribadi yang menderita, mati dan
bangkit merupakan kesaksian iman yang sudah sejak dulu diwariskan dan diturunkan secara
turun-temurun oleh jemaat purba. Yesus yang dipahami hanyalah sebatas sosok Ilahi yang
bangkit dari orang mati setelah kematian-Nya. Ia berasal dari Nazaret dan mati tersalib, yang
bangkit dari alam maut dan hidup sebagai Anak Allah yang berkuasa.25
Pengenalan dan
pemahaman seperti ini menyebabkan Yesus bukan lagi diberitakan sebagai pengajar,
penyembuh, dan bahkan pemberita Kerajaan Allah sesuai dengan kenyataan sejarah yang
kemudian disesuaikan dengan latar budaya tempat di mana Yesus diberitakan. Oleh karena
pemberitaan akan Yesus hanya terbatas pada apa yang telah diwahyukan dan bukan berdasar
pada situasi di mana Yesus diberitakan. Maka pengenalan dan pemahaman Yesus yang
seperti ini membuat banyak orang tidak dapat memahami Yesus dengan baik. Padahal bila
dicermati, maka akan ditemukan bahwa Yesus adalah pribadi yang bukan saja menderita,
mati dan bangkit tetapi lebih dari pada itu, Yesus adalah sosok manusia sejati26
yang hidup di
23
Setyawan, Kurikulum Berbasis Kompetensi Program Studi Ilmu Teologi, 1. 24
Setyawan, Kurikulum Berbasis Kompetensi Program Studi Ilmu Teologi,2. 25
C. Groenen, Sejarah Dogma Kristologi: Perkembangan Pemikiran Tentang Yesus Kristus Pada
Umat Kristen, (Yogyakarta: Kanisius, 1988), 178. 26
Yusak B. Setyawan, Basic Christology: A Draft, (Salatiga: Fakultas Teologi, Universitas Kristen
Satya Wacana, 2012), 4.
18
dunia ini yang juga hadir dalam berbagai budaya dan agama serta memberikan pengalaman-
pengalam aktual yang dapat membuat setiap orang untuk mengenal-Nya secara pribadi sesuai
dengan apa yang dirasakan.
Dalam pendidikan teologi, pemahaman akan Yesus seperti di atas perlu mengalami
suatu perubahan. Hal ini dimaksudkan karena usaha untuk memahami Yesus, tidak hanya
dapat dilihat pada situasi di mana Yesus pertama kali diperkenalkan. Melainkan harus
disesuaikan dengan konteks saat ini agar sesuai dengan latar belakang berbagai budaya,
agama yang relevan serta pengalaman konkret yang di alami setiap orang pada saat ini.
Perubahan pemahaman tentang Yesus dapat membantu seseorang agar tidak terisolasi dalam
suatu pemahaman yang telah diwariskan secara turun-temurun. Sebaliknya akan semakin
memperkaya pemahaman dan cara pandang tentang siapa Yesus sebenarnya.
Apa yang telah diwariskan secara turun-temurun mengenai Yesus bukanlah hal yang
harus diterima dengan begitu saja. Tanpa ada yang mengkritisi untuk menemukan apa dan
bagaimana seharusnya memahami Yesus. Untuk itu, usaha memahami Yesus perlu dilihat
dari peranan kristologi dalam pendidikan teologi. Pertama; Melihat Yesus harus dari sudut
pandang yang berbeda27
sesuai dengan kenyataan yang lebih relevan dan aktual. Kedua;
Mengkritisi apa yang telah diwariskan agar dapat menemukan suatu kebenaran28
yang utuh
dan sesuai dengan konteks di mana Yesus diperkenalkan. Ketiga; Memperkaya pemahaman
dengan adanya pemahaman baru mengenai siapa Yesus. Agar orang Kristen maupun orang
bukan Kristen dapat dengan mudah memahami siapa Yesus. Karena dengan adanya kekayaan
pemahaman baru ini akan membuat banyak orang memahami Yesus sesuai dengan zaman di
mana manusia hidup saat ini.29
Tidak dapat disangkali bahwa dalam usaha untuk memahami Yesus, akan ditemukan
berbagai macam perbedaan pemahaman tentang siapa Yesus. Namun hal ini justru akan
semakin memperkaya dan bahkan menjadikan perbedaan pemahaman tersebut sebagai
sebuah kekayaan iman bagi setiap orang. Kekayaan pengalaman iman yang berbeda ini,
bukanlah penghalang untuk mengenal siapa Yesus sesungguhnya. Karena pada kenyataannya
perbedaan pemahaman ini akan membawa sebuah gambaran baru mengenai pemahaman akan
Yesus yang didasarkan atau disesuaikan pada makna aktualnya. Maksudnya adalah
memahami Yesus sesuai dengan situasi nyata saat ini.30
Dengan melihat hal yang telah dikemukakan, seharusnya tugas dari pendidikan
teologi yang berkaitan dengan kristologi adalah melihat Yesus bukan hanya sebagai sosok
Ilahi seperti yang diwahyukan dalam Alkitab orang Kristen. Melainkan melihat Yesus
sebagai sosok manusia sejati yang berhubungan langsung dengan budaya dan agama dalam
berbagai konteks kehidupan saat ini. Selain dari tugas di atas, tugas lain dari kristologi dalam
pendidikan teologi adalah berkaitan dengan bagaimana membuat kemampuan yang dimiliki
27
A. Roy Eckardt, Menggali Ulang Yesus Sejarah: Kristologi Masa Kini, (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 1996), 40. 28
Darwin L. Tobing, Kristologi Non-Apologetis: Kristologi Hermeneutis di Dalam Konteks
Postmedern, Penyunting, A.A. Yewangoe, A.M.L. Batlajery, Martin L. Sinaga, Nardiana S. Wijaya, Beril
Huliselan. Dalam Kontekstualisasi Pemikiran Dogmatika di Indonesia: Buku Penghormatan 70 Tahun Prof. Dr.
Sularso Sopater, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004), 58. 29
Tissa Balasuriya, Teologi Siarah, (Jakarta: BPK gunung Mulia,2004), 16. 30
Zaman Teknologi menantang pewartaan Iman, (Yogyakarta: Kanisius, 1989), 117.
19
oleh manusia menjadi nyata. Kemampuan itu adalah citra Tuhan31
untuk menjadi nyata dalam
kehidupan atau pun diri manusia.
Akhirnya kristologi semacam ini akan menjadi semakin aktual apabila
direkomendasikan bagi generasi yang ada pada saat ini. Karena usaha untuk memahami
Yesus yang semacam ini jarang dilakukan dalam pendidikan teologi. Oleh karena itu apabila
pendidikan teologi ini dapat menggunakan ini maka akan semakin mendorong setiap orang
untuk memahami Yesus sesuai dengan konteks dan dengan begitu pemahanan akan Yesus
menjadi sangat relevan untuk kehidupan sehari-hari.
Setelah melihat bahwa sebenarnya konteks kristologi adalah postmodern32
dan
bagaimana seharusnya kristologi dalam pendidikan teologi dilakukan maka perlu juga adanya
pemahaman tentang beberapa contoh tipe kristologi yang dipakai untuk menggali dan
memahami siapa sebenarnya Yesus itu. Tipe kristologi semacam ini, sedikit banyak muncul
dalam pendidikan teologi. Empat tipe kristologi tersebut adalah sebagai berikut (tiga tipe
pertama 33
dan satu tipe terakhir)34
.
Pertama; Kristologi Eksklusif. Usaha untuk memahami Yesus sebagai satu-satunya
pribadi yang ada dalam gereja Kristen dan di luar dari pada itu tidak ada pemilihan yang
pasti. Ada anggapan bahwa di luar komunitas ini, tidak ada yang tertarik untuk memahami
dan bahkan mengenal siapa Yesus.. Maksudnya adalah bahwa Yesus hanya memilih
kelompok yang menamakan diri sebagai gereja Kristen untuk diselamatkan. Kedua;
Kristologi Inklusif. Pada usaha ini Yesus dipandang hadir dalam agama-agama. Artinya
bahwa Yesus dapat merangkul semua orang dengan kasih. Kasih itu ada bagi setiap orang.
Ada dua paham dalam usaha untuk memahami Yesus yakni konstitutif dan representatif yang
meyakini bahwa pada agama lain terdapat kebaikan untuk menemukan identitas Yesus.
Maksudnya adalah bahwa kehadiran agama lain menjadi titik tolak untuk memahami dan
mengalami Yesus. Ketiga; Kristologi Plural. Usaha untuk memahami Yesus hadir bersama
dengan agama-agama. Artinya bahwa Yesus bukan hanya ada dalam agama Kristen
melainkan di luar dari agama Kristen pun Yesus ada dan bersama-sama mereka. Dari
pemahaman ini dapat dikatakan bahwa keselamatan yang diberikan oleh Yesus tidak hanya
untuk orang Kristen saja. Tetapi untuk semua orang.
Untuk melengkapi pemahaman kristologi ini maka ada salah satu kristologi yang
dapat membantu untuk memahami siapa Yesus. Kristologi dimaksud adalah Kristologi Non-
Apologetis.
Kristologi Non-Apologetis adalah suatu rumusan yang lahir dari refleksi teologi, yang
mana pemahaman akan Yesus dihubungkan atau saling berinteraksi dengan apa yang terjadi
dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini berarti bahwa pemahaman akan Yesus tidak terlepas
31
David Ray Griffin, Tuhan dan Agama dalam Dunia Postmodern, (Yogyakarta: Kanisius, 2009), 47. 32
Postmodern adalah sebuah fenomena kultural, pola pikir dan sikap hidup yang lahir sebagai
alternatif bahkan solusi atas ketimpangan-ketimpangan kehidupan yang diakibatkan pola berpikir modern.
Kontekstualisasi Pemikiran Dogmatika di Indonesia: Buku Penghormatan 70 Tahun Prof. Dr. Sularso Sopater,
(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004), 58. 33
Paul F. Knitter, Satu Bumi Banyak Agama: Dialog Multi-Agama dan Tanggung Jawab Global,
(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010), 36-40. 34
Darwin L. Tobing, Kristologi Non-Apologetis: Kristologi Hermeneutis di Dalam Konteks
Postmedern, Penyunting, A.A. Yewangoe, A.M.L. Batlajery, Martin L. Sinaga, Nardiana S. Wijaya, Beril
Huliselan. Dalam Kontekstualisasi Pemikiran Dogmatika di Indonesia: Buku Penghormatan 70 Tahun Prof. Dr.
Sularso Sopater, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004), 61-68.
20
dari apa yang dialami oleh setiap orang. Apabila pemahaman seseorang akan Yesus sebagai
Tuhan yang memberikan apa pun yang dibutuhkan, maka pemahaman tersebut dialami
berdasarkan apa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Dan hal ini tidak dapat disalahkan.
Pengalaman yang terjadi akan menolong seseorang untuk memahami seperti apa dan
bagaimana Yesus itu. Pemahaman akan Yesus semacam ini begitu berpengaruh bagi setiap
orang sehingga setiap orang akan mulai untuk mengimani Yesus bukan sebagai apa yang
telah diwariskan melainkan sesuai dengan refleksi dari pengalaman hidup serta konteks
dimana orang tersebut berada.
Di sinilah dapat dilihat bagaimana munculnya kristologi. Kristologi lahir bukan dari
pengalaman hidup orang lain. Melainkan dari pengalaman hidup setiap orang sesuai dengan
konteks kehidupannya masing-masing. Usaha untuk memahami Yesus harus benar-benar
lahir dari apa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan konteks. Adanya
kristologi ini, membuka cara pandang masing-masing pribadi agar melihat Yesus dari kaca
mata pribadi sesuai dengan konteks kehidupan saat ini dan bukan dari apa yang telah
diwariskan secara turun-temurun.
Dengan demikian, pemahaman seperti ini mendorong setiap orang untuk memahami
Yesus bukan dari apa yang telah diwariskan. Melainkan setiap pribadi dapat memahami
Yesus dengan bebas sesuai dengan kenyataan hidup dan pengalaman yang terjadi sehari-hari.
Pengalaman tersebut dapat berasal dari berbagai pengetahuan yang didapatkan dan juga dapat
berasal dari pendidikan teologi.
2.5. Kesimpulan
Pendidikan teologi adalah proses yang memampukan seseorang untuk dapat
melaksanakan pendidikan dan pengajaran, melaksanakan pengabdian, serta melaksanakan
penelitian dalam berbagai bidang pelayanan yang ada dalam masyarakat khususnya gereja.
hal ini mendorong mahasiswa untuk melihat berbagai hal dalam kehidupan sesuai dengan
kenyataan yang terjadi. Mahasiswa dibawa untuk memiliki pemahaman akademik maupun
pemahaman non-akademik dalam berbagai bidang ilmu. Sehingga pada akhirnya mahasiswa
tidak terjebak dalam suatu pandangan yang salah mengenai sesuatu. Pendidikan teologi
dalam hal ini benar-benar memberikan suatu pemahaman baru yang relevan dan sesuai
dengan konteks. Dan dengan adanya kristologi dalam pendidikan teologi juga ikut
mendorong adanya pemahaman baru mengenai Yesus. Dan pemahaman itu akan menjadikan
setiap pribadi mengenal Yesus bukan dari apa yang telah diwariskan melainkan dari setiap
pengalaman nyata yang terjadi dalam konteks kehidupan di saat dan zaman yang semakin
berkembang ini.
3. Deskripsi Hasil Penelitian Mengenai Perubahan Pemahaman Mahasiswa Teologi
Uksw Angkatan 2010-2012 Asal TTS Tentang Yesus
3.1. Gambaran Umum Fakultas Teologi UKSW Salatiga
Fakultas teologi adalah salah satu fakultas yang ada di Universitas Kristen Satya
Wacana yang merupakan kelanjutan dari jurusan Pendidikan Agama Kristen. Pada tahun
1969 ditetapkan atau diresmikan menjadi fakultas eologi yang juga dapat menyelenggarakan
21
program studi teologi. Tujuan dari fakultas teologi adalah melaksanakan pendidikan dan
pengajaran, yang sesuai dengan kenyataan yang ada disekitar, melaksanakan penelitian baik
itu dalam gereja maupun masyarakat luas serta melaksanakan pengabdian kepada
masyarakat.35
Fakultas teologi Universitas Kristen Satya Wacana merupakan salah satu
fakultas yang juga diminati oleh setiap orang/mahasiswa yang ingin melanjutkan pendidikan
ke taraf yang lebih tinggi.
3.2. Gambaran Mahasiswa Teologi TTS Angkatan 2010-2012
Mahasiswa Fakultas ini datang dari berbagai budaya dan suku yang berbeda.
Kebanyakan dari mahasiswa fakultas teologi UKSW berasal dari luar pulau Jawa. Kehadiran
mahasiswa-mahasiswa tersebut membawa dampak bagi fakultas teologi dan juga bagi
mahasiswa lain yang berasal dari budaya dan suku yang berbeda. Mahasiswa-mahasiswa
yang berasal dari luar pulau Jawa khususnya yang berasal dari daerah Timor (dalam hal ini
mahasiswa yang berasal dari TTS) datang dengan membawa suatu pemahaman yang sudah
dibawa sejak lahir. Pemahaman yang dibawa adalah bahwa Yesus adalah Tuhan, Anak Allah,
tokoh mitologi, juruselamat dunia, penebus. Singkatnya Yesus adalah pribadi yang unggul
dan pembawa keselamatan serta yang yang Ilahi. Dengan kata lain, mahasiswa-mahasiswa
yang berasal dari TTS membawa kristologi tradisional. Untuk memperoleh gelar Strata Satu
(S1), mahasiswa-mahasiswa harus melalui beberapa rumpun mata kuliah yang terdiri dari
seratus empat puluh empat SKS (Sistem Kredit Semester). Mata-mata kuliah ini adalah;
Pengantar Hermeneutik Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, Kristologi, Dogmatika,
Eklesiologi, Bahasa Ibrani dan Bahasa Yunani, dan lain sebagainya.Tentu saja dalam rumpun
mata kuliah yang diajarkan ini, mahasiswa-mahasiswa dibimbing untuk menerapkan metode-
metode ilmiah dan pendekatan-pendekatan keilmuan dalam memahami dan mendalami
dogma-dogma, pengakuan iman, dan gagasan-gagasan kristen. Pendekatan dan metode
tersebut merupakan hal yang relatif baru, yang tidak dikenal ketika belum berstatus sebagai
mahasiswa.
3.3. Kurikulum Teologi tentang Kristologi
Untuk sampai kepada pemahaman yang baru dan kritis, maka perlu adanya kurikulum
yang mendukung. Yang dimaksudkan dengan kurikulum yang mendukung adalah matakuliah
kurikulum inti (nasional) dan kurikulum institusional (lokal) yang terdiri dari seratus empat
puluh empat (144) sks (kredit). Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh pendidikan teologi
melalui kurikulum yang dibuat, yakni mempersiapkan dan menghasilkan calon-calon
pengerja gereja dalam arti luas yang mempunyai wawasan teologis yang memadai, sikap dan
komitmen melayani, serta mempunyai keterampilan melayani dalam berbagai bidang
pelayanan gerejawi dan kemasyarakatan.36
Ini jelas bahwa mahasiswa dipersiapkan untuk
memiliki pemahaman-pemahaman baru dan semakin diperkaya dengan adanya pendidikan
teologi. Mahasiswa diajak untuk memiliki kemampuan akademik lebih dan pemahaman baru
yang memadai sebagai seorang sarjana dan memiliki kemampuan untuk melayani dalam
kegiatan-kegiatan gerejawi.
35
Setyawan, Kurikulum Berbasis Kompetensi Program Studi Ilmu Teologi, 1. 36
Setyawan, Kurikulum Berbasis Kompetensi Program Studi Ilmu Teologi. 1.
22
Kurikulum ini bukan hanya dibuat dengan maksud untuk memberikan pengetahuan
secara akademik saja tetapi juga memberikan perhatian bagi mahasiswa-mahaiswa untuk
mengembangkan spiritualitasnya. Melalui matakuliah PPL (Praktek Pendidikan Lapangan),
mahasiswa-mahasiswa dibawa untuk lebih memahami bagaimana perkembangan jemaat dan
kehidupan bergereja dan bermasyarakat. Adanya mata kuliah Spiritualitas Kristen juga
menjadi bekal dalam pelayanan mahasiswa ke depannya serta kegiatan-kegiatan yang
mendukung pertumbuhan spiritual mahasiswa. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
pendidikan Teologi adalah wadah yang memperlengkapi mahasiswa-mahasiswa untuk
mengembangkan pengetahuan baik secara akademik maupun dalam mengembangkan
pertumbuhan spiritual para mahasiswa.
Disamping hal di atas, pendidikan teologi juga memperkaya mahasiswa dengan
pemahaman-pemahaman baru sesuai dengan tujuan kurikulernya. Pemahaman baru ini
didapatkan melalui proses belajar-mengajar, dan juga melalui kurikulum yang disajikan.
Dalam proses pendidikan teologi, mahasiswa dibawa untuk memahami pola pandang
yang baru tentang Yesus. Pemahaman baru akan Yesus ini tampak dalam kurikulum
pendidikan teologi yang mana mahasiswa diajak untuk memiliki kompentensi: mewujudkan
spiritualitas pelayanan dalam konteks Indonesia.37
Bukan hanya itu saja, dalam kuliah
Kristologi, juga dipelajari pemikiran teolog-teolog yang menggambarkan Yesus secara
berbeda-beda. Schleiermacher misalnya; menggambarkan Yesus sebagai Dia yang di
dalamnya kesadaran sempurna tentang Allah dianggap menjadi keberadaan sempurna dari
Allah. Dan juga Albert Schweitzer yang menggambarkan Yesus sebagai martir eskatologis
yang dibasmi ketika menghantarkan kerajaan Allah. Serta Jurgen Moltman yang
menggambarkan Yesus sebagai Allah yang tersalib.38
Penggambaran-penggambaran yang
didapatkan ini tentu saja menyodorkan alternatif-alternatif baru bagi pemahaman mahasiswa-
mahasiswa tersebut mengenai Yesus.
Selain dari pola pandang baru di atas, dalam pendidikan teologi, mahasiswa diajak
untuk membahas atau pun melihat bagaimana pemikiran-pemikiran teologis tentang Yesus,
berdasarkan pemahaman umat Kristen perdana, komunitas-komunitas yang berbeda-beda dan
bahkan pandangan dari berbagai teolog modern. Penekanan pendidikan teologi yang seperti
ini memampukan mahasiswa untuk dapat menawarkan suatu pandangan kristologi baru yang
sesuai dengan konteks Indonesia.39
Dalam kaitannya dengan pembahasan yang telah dikemukakan. Salah satu gambaran
tentang Yesus, tampak dalam buku-buku yang dipakai. Misalnya; Marcus Borg.40
Menurutnya Yesus seharusnya dipahami dalam tiga kualitas yang berbeda. Pertama, Yesus
37
Katalog Fakultas Teologi. 20. 38
Setyawan, Basic Christology: A Draft, (Salatiga: Fakultas Teologi, Universitas Kristen Satya
Wacana, 2012), 5. 39
Yusak B. Setyawan, Silabi (Salatiga: 2013), 1. 40
Marcus Borg, Kali Pertama Jumpa Yesus Kembali: Yesus Sejarah dan Hakikat Iman Kristen Masa
Kini, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2003), Diambil dari resensi buku oleh Estron E. Banoet
23
adalah manusia roh (spirit person), salah seorang tokoh dalam sejarah insani yang memiliki
suatu kesadaran dan pengalaman akan realitas Allah. Ciri dari manusia Roh adalah mereka
yang memiliki pengalaman subyektif yang jelas, mereka menjadi perantara dari Sang Kudus,
dan juga tampak dalam pememanggilan-Nya akan Allah (Abba). Yesus sebagai manusia Roh
dan seorang yang berbela rasa diperlihatkan oleh Imitatio Dei yang sama dimana Roh itu
berbela rasa. Kedua, Yesus adalah pengajar hikmat yang dengan teratur memakai bentuk-
bentuk klasik wacana hikmat (perumpamaan dan ucapan-ucapan yang pendek dan mudah
diingat, yang dikenal sebagai aforisme-aforisme untuk mengajarkan suatu hikmat alternatifd)
subversif. Yesus adalah pengajar hikmat dan Yesus adalah penjelmaan atau inkarnasi dari
hikmat ilahi. Hikmat alternatif Yesus adalah hikmat yang melihat kehidupan keagamaan
sebagai kehidupan memperdalam hubungan dengan Roh Allah, bukan sebagai suatu
kehidupan persyaratan-persyaratan dan ganjaran. Ketiga,Yesus adalah seorang nabi sosial,
serupa dengan nabi-nabi klasik zaman Israel kuno. Yang memperhatikan orang-orang miskin
dan tertindas. Yesus hadir dengan bela rasa agar batas-batas (batas-batas sosial yang tajam;
antara tahir dan najis, benar dan berdosa, utuh dan cacat, pria dan wanita, kaya dan miskin,
Yahudi dan kafir.) yang dibuat ini ditinggalkan dan agar semua orang merasakan hal yang
sama.Yesus adalah pendiri suatu gerakan yang melahirkan suatu gerakan pembaruan atau
revitalisasi Yahudi yang menantang dan menggncangkan batas-batas sosial zaman-Nya, suatu
gerakan yang akhirnya menjadi gereja kristen perdana.
Dari buku-buku seperti ini, mahasiswa diperkenalkan dengan Yesus yang bukan lagi
dalam arti tradisional seperti tokoh-tokoh mitologi, tokoh spiritual yang unggul tetapi Yesus
dalam pemahaman yang baru.
3.4. Kesimpulan
Dengan adanya pendidikan teologi khususnya memampukan serta mendorong
mahasiswa untuk dapat berkarya dalam berbagai disiplin ilmu, khususnya teologi.
Pendidikan teologi juga menekankan agar setiap mahasiswa dapat memahami berbagai ilmu
serta dapat menerapkan dalam kehidupan nyata yakni kehidupan bermasyarakat. Oleh karena
itu, pendidikan teologi dalam hal ini tidak hanya mendorong mahasiswa agar dapat berkarya
melainkan memampukan setiap individu untuk memperoleh gambaran baru atas apa yang
selama ini dipahami, dan dalam hal ini pendidikan teologi memampukan serta mendorong
mahasiswa untuk memperoleh gambaran baru mengenai Yesus yang selama ini dipahami.
3.5. Hasil Penelitian
Untuk melihat bagaimana pandangan mahasiswa TTS tentang Yesus maka penulis
memusatkan perhatian pada mahasiswa UKSW asal TTS angkatan 2010-2012 sebagai
responden.
Mahasiswa Teologi UKSW angkatan 2010-2012 asal Timor Tengah Selatan adalah
berjumlah tujuh (7) orang. Dengan komposisi sebagai berikut.
No. Jenis Kelamin Angkatan Keterangan
1. Laki-laki 2012& 2010 2
2. Perempuan 2012 3
3. Perempuan 2010 2
24
Dalam pendidikan teologi, mahasiswa-mahasiswa ini banyak mendapatkan
gambaran-gambaran baru mengenai Yesus. Gambaran-gambaran tersebut didapatkan dari
berbagai mata kuliah yang diajarkan. Misalnya dalam hermeneutik, disana dijelaskan bahwa
dalam kekristenan awal ternyata ada berbagai macam pemahaman mengenai Yesus oleh
berbagai komunitas. Komunitas-komunitas ini memahami Yesus juga secara berbeda
misalnya saja komunitas Adopsionis Kristen-Yahudi yang mengatakan bahwa Yesus
bukanlah Allah karena Allah adalah Esa.41
Atau kekristenan Gnostik yang sangat bervaritif
dalam mereka memahami Yesus: Misalnya Yesus adalah Allah, Yesus adalah manusia dan
Allah. Ada juga yang meyakini bahwa Yesus adalah satu Allah.42
Sedangkan dalam
Kristologi, juga dipelajari tentang Yesus yang digambarkan seperti berikut. Jon Sobrino
misalnya; menegaskan mengenai pribadi dan misi Yesus secara langsung berhubungan
dengan situasi historis ketidakadilan dan penindasan yang disebabkan olehkristen konservatif
yang mengatakan Yesus adalah korban persembahan untuk penebusan dosa. Serta image dari
liberalisme yang menggambarkan Yesus sebagai nabi, guru, pembela orang-orang miskin.43
Penggambaran-penggambaran yang didapatkan ini tentu saja menyodorkan alternatif-
alternatif baru bagi pemahaman mahasiswa-mahasiswa tersebut mengenai Yesus.
Bukan saja dalam pendidikan teologi mahasiswa-mahasiswa mendapatkan
gambaranbaru mengenai Yesus tetapi dalam pergaulan dengan mahasiswa-mahasiswa non-
teologi pun mereka mendapatkan gambaran mengenai Yesus yang berbeda-beda. Misalnya
ketika mahasiswa bergaul dengan mahasiswa yang berasal dari Sumba, mereka mendapati
Yesus digambarkan sebagai Marapu yang dikenal sebagai tokoh ilahi penduduk Sumba.
Marapu disebut juga sebagai segala sesuatu yang termasuk alam gaib, baik dalam arti dewa,
maupun dalam arti roh, jiwa, barang-barang duniawi yang menjadi tanda atau simbol
kehadiran Marapu dari Alam gaib tadi. Dan juga yang berasal dari Kalimantan yang
memahami Yesus sebagai Mahatala yang bersamayam di alam atas, yaitu alam yang ada di
atas alam tempat kediaman manusia.44
Selain pergaulan dengan mahasiswa non-teologi,
mahasiswa-mahasiswa juga melakukan praktek di jemaat-jemaat yang ada di Jawa, yang
bukan merupakan gereja asal mereka sehingga hal ini juga turut mempengaruhi bagaimana
pemahaman mereka mengenai Yesus. Misalnya Yesus dipahami sebagai seorang yang
berdarah biru yang mau tinggal dan berbagai dalam lingkungan dan masyarakat biasa, ikut
dalam arus kehidupan sehari-hari di desa-desa, di daerah-daerah untuk mencangkul sawah,
menabur benih padi, menanam bibit padi, ke pasar, dan mandi di sungai. Atau juga Yesus
yang dipahami sebagai tokoh spiritual yang menjadi panutan bagi orang-orang Jawa, yang
terlibat dalam persoalan-persoalan masyarakat kecil, serta yang dihormati oleh orang-orang
yang berkedudukan tinggi maupun rendah dalam masyarakat. Hal ini, nampak dalam
41
Yusak B. Setyawan, Hand-outs Introduction To The New Testament: A Draft, (Salatiga: Fakultas
Teologi, Universitas Kristen Satya Wacana), 2. 42
Setyawan, Hand-outs Introduction To The New Testament. 2. 43
Setyawan, Basic Christology: A Draft. 5. 44
Harun Hadiwijono, Religi Suku Murba di Indonesia, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1977), 29.
25
beberapa bentuk kebiasaan atau tradisi yang masih saja mewarnai kehidupan masyarakat
Jawa, termasuk di dalamnya masyarakat Kristen Jawa.45
3.6. Perubahan Pemahaman Mahasiswa Teologi Asal TTS Tentang Yesus
Berikut ini penulis akan memaparkan hasil wawancara yang telah dilakukan kepada
responden dari mahasiswa angkatan 2010-2012 asal Timor Tengah Selatan yang hampir
semuanya memiliki latar belakang keluarga yang aktif dalam pelayanan di gereja.Misalnya;
ayah dan ibu yang bekerja sebagai majelis, aktif dalam pelayanan di bidang persekutuan,
pelayanan, dan pengajaran. Dan juga mahasiswa-mahasiswa yang tidak kalah aktifnya dalam
pelayanan di gereja, misalnya sebagai pengajar/guru sekolah minggu, dan terlibat kepanitiaan
dalam kegiatan-kegiatan gerejawi.
Dari ketujuah responden mahasiswa yang diwawancarai, secara keseluruh mengakui
bahwa mereka mengalami perubahan pemahaman tentang Yesus. Perubahan pemahaman ini
disebabkan karena adanya pendidikan teologi yang mengarahkan, mendorong, serta
memampukan para mahasiswa tersebut untuk memiliki pemahaman baru tentang sesuatu,
dalam hal ini tentang Yesus. Perubahan pemahaman ini, dapat dilihat dari hasil wawancara
yang telah dilakukan. Mereka mengakui bahwa sebelum mereka mengikuti pendidikan
teologi, Yesus yang dipahami hanyalah sebatas sosok Ilahi saja, yang memberikan apapun
yang mereka minta. Yesus adalah yang diwariskan secara turun-temurun. Misalnya saja;
ketika mereka sakit mereka berdoa dan memohon kepada Yesus untuk menyembuhkan
mereka, maka Yesus yang ilahi ini akan menyembuhkan mereka. Hal ini tentu saja membuat
mahasiswa-mahasiswa ini memandang Yesus hanya sebagai sosok Ilahi atau yang memiliki
tabiat hanya sebagai Allah saja.
Namun setelah mengikuti pendidikan teologi, pemahaman akan Yesus yang hanya
memiliki tabiat sebagai yang Ilahi atau Allah saja menjadi semakin meluas. Yesus yang
dipahami setelah mengikuti pendidikan teologi adalah Yesus yang memiliki tabiat sebagai
Allah dan juga manusia. Ini tampak dalam wawancara yang dilakukan kepada mahasiswa-
mahasiswa yang berasal dari TTS.Perubahan pemahaman yang terjadi pada mahasiswa-
mahasiswa, dalam pemahamannya tentang Yesus adalah sebagai berikut.
Responden yang pertama adalah mahasiswa perempuan angkatan 2010. Sebelum
mengikuti pendidikan teologi mengatakan bahwa Yesus adalah Allah yang kekal, penuh
kuasa dan unggul, Dia datang dari atas sebagai penolong untuk menyelamatkan manusia dari
dosadan harus disembah, Dia adalah Tuhan yang rela mati demi manusia, Dia adalah Allah
yang ilahi yang mampu untuk melakukan mujizat-mujizat, serta membangkitkan orang mati
sekalipun. Pemahaman tentang Yesus yang seperti ini tidak terlepas dari apa yang diajarkan
oleh orang tua, gereja, dan Alkitab yang menjadi pedoman dalam memahami siapa Yesus.
Namun setelah menjalani pendidikan teologi, responden tadi mengaku bahwa ia
memperoleh gambaran baru tentang Yesus yang tidak bersifat menggantikan gambaran
45
Tim benih yang tumbuh Sinode XIV, XV, XVI, XVII, GEREJA-GEREJA KRISTEN JAWA: Benih
Yang Tumbuh dan Berkembang di Tanah Jawa, (Yogyakarta: Taman Pustaka Kristen (TPK) Gunung Mulia,
1988), 135.
26
tradisional tadi tetapi memperkaya gambaran tersebut. Gambaran baru itu seperti: Yesus tidak
hanya dipahami sebagai pribadi yang ilahi tetapi Dia manusia biasa seperti kita, yang
dilahirkan dari manusia dan berlaku adil kepada siapapun. Kemanusiaan Yesus tampak saat
Ia dilahirkan di Betlehem. Disini aspek kemanusiaan Yesus ditekankan. Karena Yesus adalah
manusia maka Ia mengalami seperti apa yang dialami oleh manusia pada umumnya; misalnya
Yesus menderita dan mati.Hal lain yang mengejutkan,mahasiswa tadi mengaku bahwa ia
diperkenalkan dengan pendapat baru dalam proses belajar-mengajar bahwa Yesus tidak mati
dan bangkit tetapi mayatnya dicuri oleh para murid-Nya dan kemudian mereka menceritakan
bahwa Yesus bangkit dari antara orang mati. Sebagai manusia jika dipikirkan memang hal ini
benar, karena bagaimana mungkin seseorang yang telah mati dapat bangkit kembali?. Ketika
Yesus menjadi manusia, Ia menjadi manusia seutuhnya untuk menolong dan menyelamatkan
manusia dari dosa mereka. Karena tidak mungkin Allah yang Kudus menolong manusia yang
berdosa. Yesus yang mengambil rupa seperti manusia inilah yang turut menderita bersama
manusia untuk menyelamatkan manusia dari dosa.
Gagasan baru ini menurut mahasiswa tadi, bukanlah menjadi sebuah penghalang
dalam mengimani Yesus. Karena meskipun banyak orang mengatakan bahwa Yesus tidak
bangkit atau hidup tetapi iman sebagai orang kristen haruslah tetap teguh. Dari hal ini dapat
dilihat bahwa perubahan pemahaman yang dialami oleh mahasiswa yang berasal dari TTS
ini, menjadikan dirinya lebih memahami siapa Yesus. Bahkan semakin memperteguh
imannya kepada Yesus. Setelah mengikuti pendidikan teologi mahasiswa lebih diyakinkan
bahwa Yesus adalah pribadi yang benar-benar luar biasa. Keunikan Yesus ini juga bersangkut
paut dengan digambarkannya Yesus yang bukan hanya sebagai seorang laki-laki seperti yang
selama ini tetapi Yesus digambarkan sebagai seorang tokoh yang memiliki karakter seperti
seorang perempuan atau ibu bagi semua orang.46
Jadi pendapat-pendapat ilmiah inilah yang diterapkan dalam proses dalam pendidikan
teologi untuk memperluas wawasan tentang Yesus.
Responden lain, juga seorang perempuan dari angkatan 2010 mengatakan bahwa
Yesus adalah segala-galanya, Dia besar, Dia Kudus, sehingga apapun yang dilakukan pasti
akan mengandalkan Tuhan, pemahaman yang seperti inilah yang mempengaruhi bagaimana
pandangan tentang Yesus. Sebelum belajar teologi Yesus dianggap segala-galanya maka hal
apapun yang diminta dalam doa pasti akan dikabulkan oleh-Nya. Inilah juga yang
mempengaruhi bagaimana berdoa kepada Yesus dan semua doa harus diakhiri dengan kata
dalam nama Tuhan Yesus. Yesus yang dipahami seperti ini adalah diperkenalkan dari kedua
orang tua, keluarga dalam lingkup yang luas, dan gereja. Gereja hanya mengajarkan tentang
Yesus yang Ilahi dan kemanusiaan Yesus diabaikan. Pemahaman seperti ini sudah
ditanamkan sejak dulu sehingga dalam keadaan apapun Yesus adalah jawaban atas semua
yang dialami.
Setelah mengikuti perkuliahan atau pendidikan teologi, Yesus masih tetap sama
seperti yang dipahami sebelumnya, tetapi ada sisi lain dari Yesus yang dikenal yakni Yesus
46
Saudari M.M. S. Wawancara pada hari rabu 3 Desember 2014. Pkl 16:15 di kontrakan saudari M.M.
S.
27
juga menderita, Ia mengosongkan diri sebagai Allah dan menjadi manusia, Ia meninggalkan
kemahakuasaan dan kemuliaan diri-Nya. Yesus menjadi manusia ketika Ia diutus oleh Allah
ke dunia untuk menyelamatkan manusia dari keberdosaan. Yesus yang Ilahi tidak mungkin
menyelamatkan manusia sehingga, Yesus mengambil rupa sebagai manusia agar manusia
dapat diselamatkan. Gambaran baru dari Yesus mengenai diri-Nya adalah bahwa Yesus
berlaku adil untuk semua manusia, baik sebagai laki-laki maupun perempuan karena Yesus
tidak dapat dibatasi hanya sebagai seorang laki-laki saja seperti yang selama ini dikenal.
Yesus adalah Allah yang berjuang bersama perempuan dalam upaya untuk memperoleh
kehidupan yang layak dan tidak diperlakukan seperti seorang budak.47
Mahasiswa berikut adalah seorang laki-laki yang berasal dari TTS, angkatan 2012.
Mengatakan bahwa Yesus adalah segala-galanya dalam hidup, baik hidup di dunia ini
maupun hidup yang akan datang yakni di sorga. Setiap apapun yang dialami di dunia ini,
semuanya itu tidak pernah terlepas dari campur tangan Yesus. Yesus yang dipahami seperti
ini tidak lepas dari peran orang tua maupun gereja dimana Yesus pertama kali diperkenalkan.
Setelah mengikuti pendidikan teologi, pemahaman akan Yesus masih tetap sama,
namun ada juga gambaran baru mengenai Yesus, yang tidak sama seperti yang selama ini
dipahami. Gambaran baru itu adalah Yesus adalah manusia, namun aspek kemanusiaan yang
Yesus miliki hampir tidak dimiliki oleh manusia pada umumnya, hal inilah yang
menyebabkan Yesus begitu berbeda dengan orang lain. Yesus tidak dapat dibatasi hanya
sebagai seorang laki-laki saja seperti gambaran yang selama ini dipahami. Tetapi Yesus yang
manusia adalah Yesus peduli pada perjuangan para perempuan dan juga peduli pada orang-
orang yang mengalami ketertindasan.48
Dengan demikian, adanya pendidikan teologi
menjadikan dirinya semakin memahami, dan semakin meyakiniserta mengimani Yesus
sebagai Allah yang hadir untuk semua orang. Hal inilah juga yang mempengaruhi bagaimana
Yesus memperkenalkan diri-Nya.
Selanjutnya adalah mahasiswa angkatan 2012, ia adalah seorang perempuan. Ia
mengatakan bahwa Yesus adalah penyelamat, Dia yang memperkenankan untuk hidup di
dunia ini. Yesus adalah Allah yang selalu menyediakan apapun yang dibutuhkan, sehingga
semua hal yang dialami pasti akan diserahkan kepada Yesus. Yesus yang dipahami seperti
ini, diperkenalkan oleh orang tua, persekutuan, sekolah minggu, gereja, dan juga orang-orang
terdekat yang mengajarkan tentang pribadi Yesus. Yesus yang dipahami adalah begitu Kudus
sehingga, Alkitab yang menjadi pedoman untuk memahami Yesus tidak boleh disalah
gunakan. Misalnya saja ketika Alkitab dengan tidak sengaja dijatuhkan maka orang yang
menjatuhkan Alkitab tersebut harus mencium benda tersebut karena Alkitab dipercaya berisi
tentang ajaran Yesus sehingga perlu dihargai. Disisi lain juga, Alkitab diangggap sebagai
yang diwahyukan oleh Allah sehingga alkitab perlu diperlakukan dengan baik. Hal inilah
yang diajarkan oleh gereja sejak turun-temurun
Pendidikan teologi yang dijalani selama dua (2) tahun memberikan gambaran baru
bahwa Alkitab yang selama ini dipahami atau diajarkan turun-temurun sebelum belajar dalam
47
Saudari S.R. T. Wawancara pada hari rabu 3 Desenber 2014. Pkl 16:45 di kontrakan saudari S.R. T. 48
Saudara A. S. Wawancara pada hari Senin 1 Desember 2014. Pkl 20:30 di kontrakan saudara A. S.
28
pendidikan teologi, bahwa Alkitab adalah buku yang berisi tentang ajaran Tuhan yang
diwahyukan, sebenarnya tidak secara langsung diturunkan dari sorga seperti yang dipahami
mahasiswa ini sebelum mengikuti pendidikan teologi, tetapi ditulis oleh manusia dan
dianggap sebagai buku biasa yang memberikan nasihat dan petunjuk bagaimana manusia
harus bersikap dan menghargai sesama. Begitupun dengan Yesus, yang selama ini dipahami
sebagai yang Kudus kini dipahami juga sebagai manusia biasa, Dia tidak lebih dari manusia
pada umumnya karena yang membedakan adalah Dia begitu dekat dengan Allah. Dan dalam
kedekatan-Nya dengan Allah, Yesus dilihat sebagai pribadi yang bukan saja berpihak kepada
laki-laki tetapi Ia juga berpihak kepada perempuan. Pendidikan teologi juga memberi
gambaran baru bahwa perempuan pun mendapatkan tempat yang istimewa dihadapan Allah.
Hal ini tentu saja sangat berbeda dengan apa yang dirasakan selama ini, karena selama ini
perempuan hanya dianggap memiliki di tempat dan hanya bekerja dalam sektor domestik dan
bukan sektor publik seperti laki-laki. Dengan demikian inilah yang ditemui dalam pendidikan
teologi, Yesus memperkenalkan diri-Nya sebagai manusia yang berpihak, baik pada laki-laki
maupun perempuan.49
Yesus juga manusia yang dilahirkan dari manusia untuk
menyelamatkan manusia, Yesus juga menderita seperti manusia ketika Ia diutus ke dunia
untuk menyelamatkan manusia.
Responden perempuan berikut ini adalah mahasiswa angkatan 2012. Ia
mengatakanYesus adalah penebus bagi manusia, penopang dan penolong, Yesus lahir dari
Roh Kudus yang bekerja dalam diri seorang perempuan, Yesus datang dari Allah dan Yesus
adalah Allah. Pemahaman akan Yesus yang seperti ini merupakan pemahaman yang selama
ini dipakai dalam kehidupan selama berada di TTS karena Yesus yang seperti ini
diperkenalkan oleh orang tua sebagai komunitas pertama, gereja, dan melalui persekutuan-
persekutan rohani. Yesus dianggap sebagai penolong karena Yesuslah yang menciptakan
manusia sehingga Ia bertanggung jawab untuk melawat dan memelihara manusia dalam
kehidupan ini. Yesus yang dipahami seperti ini menunjukan bahwa Ia adalah yang Ilahi yang
berasal dari Sorga dan Ia datang untuk menyelamatkan manusia dari kebinasaan.
Tetapi setelah mengikuti pendidikan teologi, Yesus yang selama ini dipahamisebagai
yang Ilahi, tidaklah berubah. Namun pendidikan teologi memberikan suatu gambaran baru
yang menyeluruh dan lebih mendalam mengenai pribadi Yesus. Yesus tidak lagi hanya
dilihat sebagai yang Ilahi namun Yesus juga adalah manusia “super” karena Ia memiliki
kedudukan yang lebih tinggi dari pada manusia pada umumnya. Sebagai seorang perempuan,
setelah mengikuti pendidikan teologi, Yesus kini dilihat dalam suatu bingkai yang baru
bahwa Ia adalah pribadi dengan wajah perempuan, yang memiliki kelembutan seperti seorang
ibuYesus adalah manusia yang dilahirkan dari manusia, Yesus dapat merasakan apa yang
dirasakan oleh manusia karena Dia bukanlah Allah seperti sebelum Ia diutus ke dunia .50
Seorang mahasiswa perempuan angkatan 2012 memahami Yesus sebagai penolong,
sebagai Bapak dalam kehidupan ini, penuntun dan Juruselamat yang membebaskan manusia
dari berbagai dosa dan rela mati. Yesus datang dari Sorga untuk memberikan keselamatan
49
Saudari S. N. Wawancara pada hari selasa 3 Desember 2014. Pkl 17:00 di kontrakan saudari S. N. 50
Saudari D S. Wawancara pada hari Senin 1 Desemer 2014. Pkl 16:00 di kost-kostan Saudari D. S. B.
29
bagi yang berharap kepada-Nya. Yesus hadir disaat berbagai masalah yang dihadapi, Yesus
hadir untuk memberikan jalan keluar dari setiap masalah yang dialami karena Ia memiliki
kuasa untuk memberikan jalan keluar bagi setiap persoalan yang dihadapi. Yesus yang seperti
ini diperkenalkan oleh orang tua, sekolah minggu atau gereja karena mahasiswa ini
bertumbuh dan berkembang dalam lingkungan kristen yang turur memberikan pemahaman
mengenai siapa Yesus.
Pemahaman akan Yesus setelah mengikuti pendidikan teologi adalah, masih tetap
sama yakni Yesus dipahami sebagai yang Ilahi saja. Namun secara sadar, Yesus yang
dipahami sebagai yang Ilahi, kini dilihat memiliki kepribadian ganda artinya bahwa ada saat-
saat tertentu dimana Ia dapat menjadi Allah dan ada saat-saat tertentu dimana Ia menjadi
manusia. Yesus seperti berubah wujud untuk menunjukan kuasa-Nya bahwa Ia adalah Allah
yang dapat memberikan hukuman bagi manusia yang berbuat dosa dan Yesus juga adalah
manusia yang hidup dan mau berbagi kasih dengan orang lain serta memiliki belas kasih
dalam diri-Nya.Disisi lain Yesus dikenal sebagai dukun (orang pintar) yang mampu untuk
melakukan berbagai hal: misalnya Yesus mengetahui apa yang ada dalam pikiran manusia,
baik itu yang jahat maupun yang baik. Pemahaman akan Yesus yang seperti ini memberikan
suatu gambaran baru bagi mahasiswa perempuan ini bahwa Yesus adalah juga seorang
perempuan yang memiliki hati yang lembut dan juga, Yesus dapat merangkul setiap manusia
seperti seorang ibu merangkul dan menjaga serta memelihara anaknya mulai dari kanak-
kanak, remaja hingga menjadi seorang dewasa.51
Di akhir dari semua mahasiwa yang telah memberikan gambaran mengenai siapa
Yesus, masih ada seorang mahasiswa laki-laki dari angkatan 2010. Yesus pertama kali
dikenal sebagai Allah, Tuhan, Penolong, Juruselamat dan Yesus yang dikenal seperti ini tidak
boleh sembarangan disebut dan disamakan dengan apapun karena Yesus ini akan
memberikan hukuman bagi yang menyebut namanya secara sembarangan dan yang
menyamakan dengan apapun. Pemahaman akan Yesus yang seperti ini memberikan suatu
gambaran bahwa Yesus adalah sosok Ilahi dan Kudus yang hanya boleh dipahami dengan
satu wajah seperti yang diperkenalkan atau diturunkan secara turun-temurun oleh orang tua
dan gereja sebagai komunitas kristen. Yesus tidak dapat disamakan dengan siapapun karena
apabila terjadi hal demikian maka akan dikecam bahkan dapat dianggap sesat oleh orang-
orang kristen dan komunitas tempat dimana mahasiswa ini tinggal.
Pemahaman akan Yesus yang seperti inilah yang dibawa sejak dari dulu sebelum
memasuki pendidikan teologi di UKSW. Gambaran akan Yesus yang seperti ini sungguh
sangat membatasi, sehingga untuk mengenal Yesus secara mendalam, sepertinya akan sangat
sulit dan sudah tentu tidak mungkin bahwa Yesus itu dapat dipahami sebagai pribadi yang
lain. Namun hal inilah yang membuat mahasiswa laki-laki ini untuk mengenal Yesus lebih
dalam dan sungguh-sungguh. Hingga pada akhirnya dalam pendidikan teologi yang di
emban, mahasiswa ini mendapat suatu gambaran baru bahwa Yesus yang selama ini hanya
dipahami sebagai Allah, Tuhan, Juruselamat ternyata tidak hanya bisa dibatasi seperti itu,
51
Saudari A. S. S. Wawancara pada hari Selasa 16 Desember 2014. Pkl 19:00 di kost-kostan saudari
A. S. S.
30
karena Yesus lebih dari pada itu. Maksudnya adalah bahwa setelah mengikuti pendidikan
teologi, pribadi Yesus ternyata dapat dipahami dalam rupa manusia/orang-orang disekitar
tempat kita tinggal dan hidup dan bukan lagi sosok Kudus seperti pemahaman awal tadi.
Yesus kini adalah pribadi yang dapat diungkapkan dalam berbagai wajah karena Yesus
adalah manusia “unik” yang hidup dengan atau dapat disamakan dengan tokoh apa pun yang
memberikan kesetaraan bagi setiap orang baik laki-laki maupun perempuan, baik yang kaya
atau yang miskin, dan yang lemah atau yang kuat karena Yesus tidak memandang orang
sebab Ia adalah manusia sama seperti orang Ambon, Bali, Kalimantan, Papua, Minahasa dan
lain sebagainya.52
3.7. Kesimpulan
Yesus yang dipahami sebelum mengikuti pendidikan teologi adalah Yesus yang Ilahi,
Dia adalah Tuhan, Juruselamat, dan Allah yang berkuasa. Hal ini dikarenakan Yesus yang
Ilahi ini diturunkan secara turun-temurun dari generasi ke generasi oleh orang tua, gereja dan
bahkan komunitas-komunitas kristen sehingga pemahaman akan Yesus yang Ilahi ini tetap
dibawa oleh mahasiswa-mahasiswa dalam mengikuti pendidikan teologi. Tetapi pemahaman
yang seperti ini, kini diperkaya dengan adanya proses belajar mengajar dalam pendidikan
teologi bahwa Yesus yang dipahami sebagai Yang Ilahi dapat dipahami dengan pemahaman
baru yakni pemahaman yang sesuai dengan kehidupan bermasyarakat. Yesus dipahami kini
sebagai sosok manusia yang memiliki solidaritas yang tinggi, yang peduli dengan setiap
orang, yang ikut ambil bagian dalam kehidupan bermasyarakat serta ikut menderita seperti
manusia pada umumnya. Dengan adanya gambaran baru mengenai Yesus yang seperti ini,
akan menolong setiap individu untuk melihat atau memandang berbagai pihak, baik itu laki-
laki maupun perempuan, yang miskin ataupun yang kaya, yang berkedudukan tinggi maupun
rendah sebagai manusia yang sama dalam kehidupan bermasyakat dan bernegara.
Pemahaman akan Yesus sebelum dan sesudah mengikuti pendidikan teologi dapat
digambarkan melalui pokok-pokok pemikiran yang dikemukakan oleh responden. Pokok-
pokok pemikiran tersebut adalah sebagai berikut.
Pertama, gambaran awal sebelum studi teologi.Mahasiswa memahamiYesus
adalahsosok Ilahi. Artinya Yesus yang selama ini dipahami oleh mahasiswa-mahasiswa yang
berasal dari TTS adalah Yesus yang keberadaan-Nya adalah sebagai Allah. Karena Yesus
adalah sosok Ilahi maka percakapan antara manusia dan Yesus dibatasi. Yesus adalah Allah
yang kodrati. Kedudukan-Nya adalah hanya sebagai Allah. Yesus adalah Ilahi sehingga tidak
mungkin untuk mengikuti atau pun meneladani semua yang Yesus lakukan. Karena Yesus
adalah sosok Ilahi maka sangat sulit untuk setiap orang memahami, dan bahkan menghayati
karya Allah, karena bagaimana mungkin Yesus yang Ilahi dapat menderita. Penekanannya
sebelum mengikuti pendidikan teologi, adalah Yesus dipahami sebagai sosok Ilahi.
Kedua, setelah mengikuti pendidikan teologi, pemahaman akan Yesus yang
sebelumnya hanya sebagai sosok Ilahi semakin diperkaya dengan adanya pemahaman baru.
Pemahaman barutersebut adalah Yesus kini dipahami sebagai manusia. Artinya Yesus tidak
hanya dapat dilihat sebagai Allah saja, namun Yesus juga manusia yang menderita, turut
52 Saudara E. E. B. Sebagai penulis.
31
merasakan apa yang dirasakan manusia pada umumnya. Kehadiran Yesus sebagai manusia
mengindikasikan bahwa Yesus adalah yang manusia adil yang berlaku adil kepada semua
orang, baik yang miskin atau pun kaya, yang lemah atau pun yang kuat. Penekanannya adalah
pada sosok manusia. Yesus terbuka bagi siapa saja, dan bukan hanya bagi komunitas Kristen
sehingga percakapan dengan Yesus tidak dibatasi. Kedudukan Yesus sebagai manusia yang
berelasi atau yang membangun hubungan dengan siapapun. Yesus adalah manusia sehingga
sangat mungkin setiap individu dapat mengikuti dan bahkan meneladani semua yang Yesus
lakukan. Penderitaan yang dialami oleh Yesus adalah sangat mungkin karena Dia adalah
manusia yang diperlakukan tidak adil.
4. Tinjauan Kristologi
Pada bagian ini penulis akan melakukan tinjauan kristologi. Tinjauan kristologi ini
dilakukan untuk mempertemukan antara pendidikan teologi dan kristologi dalam pendidikan
teologiserta pemahaman mahasiswa teologi angkatan 2010-2012 asal Timor Tengah Selatan
tentang Yesus.
4.1. Pemahaman Mahasiswa Tentang Yesus Sebelum Mengikuti Pendidikan Teologi
Pemahaman mahasiswa tentang Yesus secara keseluruhan dari hasil wawancara yang
telah dilakukan, mahasiswa-mahasiswa berpendapat bahwa Yesus adalah Tuhan, Juruselamat,
Yang Ilahi, Dia Kudus, Raja yang berkuasa serta Penolong yang menyelamatkan manusia
dari keberdosaan. Pemahaman akanYesus seperti inidibawa oleh mahasiswa-mahasiswa
sebelum mengikuti perkuliahan di UKSW. Pemahaman akan Yesus sebagai pribadi Ilahi
yang turun dari atas untuk menyelamatkan manusia dari dosa adalah sejajar dengan paham
kristologi dalam pendidikan teologi yang tradisional yang mengatakan bahwa Yesus adalah
Ilahi.
Dari pemahaman diatas, jelas bahwa mahasiswa-mahasiswa memahami Yesus sebagai
sosok Ilahi dan berkedudukan paling tinggi. Pemahaman ini menunjukan juga bahwa Yesus
yang selama ini mereka pahami bukanlah manusia melainkan sosok Ilahi yang penuh dengan
kuasa. Pemahaman akan Yesus yang dikemukakan ini sangat sesuai dengan apa yang
dikatakan dalam kristologi dalam pendidikan teologi bahwa Yesus diterima dengan begitu
saja yakni sebagai Mesias, Anak Allah, Hamba Tuhan dan untuk menunjukan bahwa Yesus
adalah seorang Raja yang diutus dari sorga. Pemahaman tentang Yesus pra-pendidikan
teologi cenderung pada kristologi yang ekslusif, yang mengatakan bahwa Yesus adalah Allah
yang memainkan peranan penting dalam kehidupan manusia dan Yesus adalah satu-satunya
pribadi dalam gereja Kristen. Yesus memilih komunitas ini untuk diselamatkan.
Pemahaman seperti diatas ini adalah pemahaman yang dimiliki dan dihayati oleh
mahasiswa-mahasiswa yang berasal dari TTS. Hal tersebut disebabkan karena beberapa
faktor: Pertama. Terjadinya Gerakan Roh53
di TTS yang menyebabkan setiap orang Kristen
53
Gerakan Roh di TTS adalah suatu gerakan yang berlangsung antara bulan September tahun 1965 dan
berakhir pada tahun 1969. Gerakan tersebut mengambil bentuk kelompok-kelompok kecil orang Kristen yang
berkumpul dan tinggal bersama yang mengalami dan bersaksi tentang apa yang mereka anggap sebagai
“perbuatan-perbuatan besar dari Roh Tuhan”. Mereka memberitakan Firman Tuhan untuk menimbulkan
pengakuan dosa-dosa agar orang dapat menerima pembebasan yang datang dari kepercayaan yang dibaharui dan
32
yang percaya kepada Yesus harus selalu meminta pertolongan dan permohonan kepada Yesus
serta mengakui bahwa Yesus adalah sosok Ilahi, Tuhan yang mampu memberikan apapun
yang diminta. Kedua,Warga GMIT dan termasuk mahasiswa-mahasiswa ini menganut paham
Pietisme54
yang di bawa dari Eropa dan berpengaruh dalam kehidupan masyarakat Indonesia.
Pengaruh pietisme sungguh dirasakan oleh gereja-gereja di Indonesia dalam hal ibadah dan
tata ibadah jemaat, nyanyian gerejani, pemberitaan firman, pelayanan perjamuan kudus,
pekabaran Injil, pelayanan kasih, penggembalaan dan hubungan antar manusia.55
Paham ini
menuntun setiap orang agar hidup saleh, mengakui dan meyakini Yesus sebagai sosok Ilahi
yang menyelamatkanserta paham ini memiliki kecenderungan untuk menspiritualisasikan
Yesus, gereja dan iman.
Hal di atas tentu menekankan agar setiap masyarakat khususnya mahasiswa memiliki
kehidupan yang mengandalkan Yesus. Yesus yang dipahami sebagai Ilahi ini bertanggung
jawab atas kehidupan mereka karena anggapan bahwa Yesuslah yang menciptakan mereka
sehingga Yesus juga harus bertanggung jawab untuk memelihara serta memberi apa yang
mereka butuhkan dalam kehidupan di dunia ini. Dapat disimpulkan bahwa pemahaman
mahasiswa akan Yesus sebelum mengikuti pendidikan Teologi adalah mereka meyakini
Yesus sebagai sosok Ilahi sehingga diluar dari pada itu, bukanlah Yesus.
Adapun kelemahan dari pemahaman diatas adalah apabila Yesus dipahami sebagai
Sosok Ilahi saja maka ketika Yesus dianggap sebagai sosok manusia, orang-orang atau
komunitas akan beranggapan bahwa Yesus diciderai. Inilah yang kemudian harus diwaspadai
apabila Yesus akan dipahami sebagai pribadi yang lain. Hal lain adalah karena Yesus sudah
dipahami sebagai pribadi yang baru maka ada kecenderungan untuk tidak siap menerima
gambaran baru mengenai Yesus ini.
Padahal ketika Yesus dipahami sebagai pribadi atau sosok yang lain, tentu saja ini
akan membuka peluang bagi setiap orang untuk memahami Yesus sesuai dengan apa yang
dialami dalam kehidupannya. Sebab tidak ada seseorang pun yang dapat mengklaim bahwa
Yesus hanyalah sosok Ilahi sehingga tidak dapat disamakan dengan siapa atau apapun.
Dengan begitu, apabila seseorang bersikap terbuka untuk memahami pribadi Yesus
sebagai yang manusia, seharusnya hal ini dipahami sebagai suatu terobosan baru bahwa
Yesus juga adalah manusia sama seperti kita yang hidup dan menderita seperti manusia pada
umumnya.
ketaatan terhadap tuntunan Roh Kudus. Salah satu ciri dari gerakan ini adalah adanya pembentukan kelompok-
kelompok orang Kristen dalam „team-team‟ yang berkunjung ke desa-desa dan jemaat di dalam wilayah
pelayanan GMIT. Staf proyek survey Menyeluruh DGI, Dr. Frank L. Cooley, Benih Yang Tumbuh XI:
Memperkenalkan Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT), (Jakarta: Lembaga Penelitian dan Studi-DGI, 1976),
195. 54
Pietisme adalah istilah dari bahasa latin pius atau pietas yang berarti saleh. Paham ini dipahami
sebaga secara umum sebagai suatu corak keagamaan yang menekankan kesalehan hidup. Chris Hartono,
Pietisme di Eropa dan Pengaruhnya di Indonesia, (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 1974), 9-10. 55
Chris Hartono, Pietisme di Eropa dan Pengaruhnya di Indonesia, (Jakarta: BPK-Gunung Mulia,
1974), 49-60.
33
4.2. Pemahaman akan Yesus setelah mengikuti pendidikan Teologi
Pemahaman mahasiswa setelah mengikuti pendidikan teologi, menurut survey yang
telah dilakukan, tidak jauh berbeda dengan apa yang dipahami sebelum mengikuti pendidikan
teologi. Hal ini disebabkan karena pemahaman akan Yesus setelah mengikuti pendidikan
teologi semakin memperkaya mahasiswa-mahasiswa tersebut mengenai siapa Yesus.
Dikatakan tidak jauh berbeda karena Yesus sebelum mengikuti pendidikan teologi adalah
sosok Ilahi. Namun setelah mengikuti pendidikan teologi, Yesus dipahami bukan saja sebagai
sosok Ilahi tetapi manusia biasa yang dilahirkan dari manusia, Yesus mengosongkan diri-Nya
dari Allah dan menjadi manusia serta meninggalkan kemahakuasaan-Nya, dan juga yang
adalah manusia adil yang berpihak kepada laki-laki maupun perempuan dan hidup sebagai
sesama manusia. Hal ini dikatakan oleh keseluruhan dari mahasiswa-mahasiswa yang berasal
dari TTS. Pemahaman akan Yesus yang seperti ini sangat sesuai dengan apa yang diajarkan
dalam pendidikan teologi melalui kuliah-kuliah. Misalnya dalam kuliah kristologi diajarkan
bahwa Yesus adalah pengajar hikmat, nabi sosial, manusia Roh, dan juga Yesus dipahami
sebagai pendiri suatu gerakan pembaharuan serta kemampuan untuk berkarya atau memberi
gambaran baru atas apa yang selama ini dipahami. Hal ini tentu saja menunjukan bahwa
pendidikan teologi membawa suatu dampak perubahan pemahaman bagi mahasiswa-
mahasiswa yang berasal dari TTS. Pendidikan teologi membuat perhatian tertuju pada
dimensi sosial dari iman kepada Yesus.
Bukan hanya itu saja, dalam pergaulan dengan mahasiswa-mahasiswa lain yang
berasal dari Sumatera, Minahasa, Maluku, Papua, Bali serta dari berbagai daerah yang lain.
Mahasiswa-mahasiswa yang berasal dari TTS mendapatkan suatu gambaran baru mengenai
siapa Yesus. Penggambaran mengenai Yesus yang baru yang didapatkan dari budaya lain,
tentu saja memberikan suatu pemahaman yang lain akan sosok Yesus yang selama ini
dikenal. Dari hal inilah, seharusnya disadari akan pentingnya pemahaman baru mengenai
siapa Yesus sehinga ketika Yesus diperkenalkan dengan gambaran baru. Gereja tidak kaget
dan kemudian mengatakan bahwa hal tersebut adalah sesat dan menciderai apa yang sudah
ada dan dipahami selama ini.
Setelah mengikuti pendidikan teologi, mahasiswa mendapatkan pengetahuan
tambahan yakni kristologi non-apologetis yang juga menekankan bahwa Yesus berinteraksi
dengan manusia dalam kehidupan sehari-hari. Pengetahuan tambahan ini memperkaya
wawasan mahasiswa karena mahasiswa menyadari bahwa Yesus ada disekitar mereka. Yesus
hidup dan mengalami seperti apa yang mereka alami. Sehingga mahasiswa tidak lagi
memahami Yesus seperti apa yang dikatakan orang melainkan Yesus adalah seperti yang
mereka alami dan pahami. Karena Yesus berinteraksi dengan mereka sepanjang kehidupan
yang mereka jalani setiap saat.
Pemahaman seperti diatas juga sesuai dengan salah satu tujuan serta visi dan misi
fakultas teologi yakni mahasiswa-mahasiswa diharapkan untuk memiliki wawasan teologi
yang luas dan dapat mengembangkan pemikiran-pemikiran teologis yang kontekstual dan
relevan dengan bidang pelayanan Kristen dalam berbagai bentuk. Artinya bahwa mahasiswa-
mahasiswa yang dihasilkan dari pendidikan teologi UKSW harus memiliki pamahan yang
34
baru mengenai siapa Yesus. Karena Yesus tidak dapat dibatasi hanya dalam konteks tertentu.
Yesus melampaui budaya, suku, dan lain sebagainya sehingga apabila Yesus dipahami bukan
hanya sebagai sosok Ilahi, maka hal ini harus dibenarkan dan bukan dianggap sebagai sesuatu
yang menciderai.
Selain dari pemahaman diatas, pemahaman bahwa Yesus adalah manusia juga sesuai
apa yang dikatakan dalam kristologi plural mengenai Yesus bahwa Ia adalah Yesusyang ada
dalam berbagai agama hal ini menunjukan bahwa Yesus bukanlah pribadi yang terbatas atau
yang hanya dimiliki oleh komunitas Kristen. Tetapi di luar dari pada komunitas itu, Yesus
pun ada dan menderita. Yesus adalah sosok manusia utuh, saat Yesus hidup dan berkarya
didunia. Pemahaman seperti ini membawa suatu gambaran baru bahwa apa yang dipahami
selama ini oleh mahasiswa-mahasiswa adalah merupakan apa yang diturunkan secara turun-
temurun baik oleh keluarga, gereja dan bahkan komunitas-komunitas kristen dimana mereka
hidup dan tinggal.
Pemahaman seperti diatas tidak dapat disalahkan karena disatu sisi memang Yesus
harus dipahami sebagai yang Ilahi agar manusia dapat berharap kepada-Nya dan disisi lain
Yesus juga harus dipahami sebagai manusia agar Yesus tidak hanya dibatasi sebagai pribadi
maupun sosok yang berwajah seperti apa yang dikatakan orang yakni Yesus adalah yang
berwajah Eropa dan bukan berwajar Indonesia.
5. Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan hasil penelitian mengenai pemahaman mahasiswa teologi angkatan
2010-2012 tentang Yesus, dapat disimpulkan sebagai berikut:
5.1. Kesimpulan
Pengaruh pendidikan teologi dirasakan begitu kuat dan begitu tampak. Namun,
bukanlah hal yang mudah untuk merubah pemahaman yang sudah ditanamkan oleh gereja,
keluarga dan bahkan komunitas-komunitas Kristen mengenai Yesus. Untuk itu dibutuhkan
suatu proses dan kesabaran dalam mencapai pemahaman baru mengenai Yesus yang sesuai
dengan budaya dimana seseorang tinggal. Pemahaman yang baru tersebut hanya bisa
didapatkan apabila orang ingin belajar. Dan dalam hal inilah pendidikan teologi memainkan
peranan yang sangat penting, agar orang dapat memahami Yesus dalam rupa atau gambaran
baru. Pengaruh pendidikan teologi yang dirasakan begitu kuat ini tidak hadir untuk
meniadakan apa yang sudah ada, seperti yang selama ini dipahami oleh mahasiswa-
mahasiswa tetapi justru memperkaya dengan memberikan gambaran baru mengenai siapa
Yesus sesungguhnya.
Yesus yang selama ini dipahami oleh mahasiswa-mahasiswa yang berasal dari TTS
bahwa Yesus adalah sosok Ilahi, Tuhan dan Allah, kini menjadi diperkaya dengan adanya
gambaran baru mengenai siapa Yesus yang didapatkan dari pendidikan teologi. Perubahan
pemahaman yang terjadi setelah mengikuti pendidikan teologi dapat dilihat dari pergeseran
pemahaman dari ekslusif ke inklusif dan plural, dan dari apologetis ke non-apologetis.
35
Dengan melihat apa itu pendidikan teologi, fungsi dan tujuan dari pendidikan teologi
serta kristologi dalam pendidikan teologi maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan teologi
serta kristologi dalam pendidikan teologi memang berdampak dan membawa pengaruh
terhadap pemahaman pemahaman mahasiswa tentang Yesus.
Pendidikan teologi memberikan suatu sumbangan yang berarti bagi mahasiswa,pada
umumnya dan secara konkret pada mahasiswa yang berasal dari TTS bahwa Yesus bukan
saja Ilahi, Tuhan, dan Allah tetapi lebih dari pada itu, Yesus adalah sosok yang penuh dengan
solidaritas, Yesus adalah manusia yang mau menderita seperti manusia pada umumnya, dan
Yesus juga adalah manusia yang memiliki belas kasih kepada semua orang.
5.2. Saran
Bagi pendidikan teologi, agar lebih dikembangkan dan ditingkatkan kualitas
pendidikannya. Serta tidak menolak setiap individu yang ingin memperluas wawasan dan
pemahaman mengenai siapa Yesus, karena dengan begitu setiap individu dapat memahami
Yesus secara pribadi dan bukan dari apa yang diwariskan atau dikatakan orang. Setiap
individu tidak hanya akan menerima begitu saja apa yang dikatakan mengenai Yesus,
melainkan setiap individu dapat mengkritisi
Bagi gereja, jangan segan-segan untuk mengirimkan sebanyak mungkin orang untuk
belajar dalam pendidikan teologi, karena hal ini akan sangat membantu untuk perluasan
pemahaman tentang Yesus yang selama ini dipahami.
Bagi negara, dukunglah pendidikan teologi di Indonesia, karena hal ini akan sangat
membantu untuk meningkatkan kualitas dari setiap individu yang berada di tanah air tercinta
ini.
36
Daftar Pustaka
Agus Suyigno.Pendidikan Tinggi dan Goncangan Perubahan, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar. 2008.
Alvian. Presepsi Tentang Kebudayaan,Jakarta: PT Gramedia.1985.
A. Roy Eckardt.Menggali Ulang Yesus Sejarah: Kristologi Masa Kini, Jakarta: BPK
Gunung Mulia. 1996.
C. Groenen.Sejarah Dogma Kristologi: Perkembangan Pemikiran Tentang Yesus
Kristus Pada Umat Kristen, Yogyakarta: Kanisius. 1988.
Chris Hartono.Pietisme di Eropa dan Pengaruhnya di Indonesia, (Jakarta: BPK-
Gunung Mulia. 1974.
Daniel Nuhamara. Pembimbing Pendidikan Agama Kristen, Salatiga: Jurnal Info
Media.2007.
Daniel Nuhamara.Pembimbing PAK: Pendidikan Agama Kristen,Jakarta Barat: Jurnal
Info Media.2009.
Darwin L. Tobing. Kristologi Non-Apologetis: Kristologi Hermeneutis di Dalam
Konteks Postmedern, Penyunting, A.A. Yewangoe, A.M.L. Batlajery, Martin L. Sinaga,
Nardiana S. Wijaya, Beril Huliselan. Dalam Kontekstualisasi Pemikiran Dogmatika di
Indonesia: Buku Penghormatan 70 Tahun Prof. Dr. Sularso Sopater, Jakarta: BPK Gunung
Mulia.2004.
David Ray Griffin.Tuhan dan Agama dalam Dunia Postmodern,Yogyakarta:
Kanisius.2009.
Ebenhaizer Nuban Timo, Berteologi: Apa dan Bagaimana Melakukannya, sebuah
buku orasi ilmiah yang disampaikan dengan wibawa kepada Ketua STAK Negeri Kupang
Pada Rapat Senat Terbuka Luar Biasa Upacara Dies Natalis ke-4 STAK Negeri Kupang
Wisuda Sarjana III periode Desember 2011.
Ebenhaizer Nuban Timo.Aku Memahami yang Aku Imani: Memahami Allah
Tritunggal, Roh Kudus, dan Karunia-karunia Roh Secara Bertanggung Jawab,Jakarta: BPK
Gunung Mulia.2009.
Editor oleh Banawiratma.Kristologi dan Allah Tri Tunggal, Yogyakarta:
Kanisius.1986.
Harun Hadiwijono.Religi Suku Murba di Indonesia, Jakarta: BPK Gunung
Mulia.1977.
Jan S. Aritonang (ed).Ziarah Beragam Rasa, Jakarta: Unit Publikasi dan Informasi
(UPI) STT Jakarta. 2014.
John A. Titaley. Religiositas di Alinea Tiga: Pluralisme, Nasionalisme dan
Transformasi Agama-agama,Salatiga: Satya Wacana University Press.2013.
Suparlan. (2004).Mencerdaskan Kehidupan Bangsa, Yogyakarta: Hikayat Publishing.
Koentjaraningrat.Metode-metode Penelitian Masyarakat, Jakarta: Gramedia.
Katalog Fakultas Teologi.1979.
Marcus Borg.Kali Pertama Jumpa Yesus Kembali: Yesus Sejarah dan Hakikat Iman
Kristen Masa Kini,Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 2003.
Moh. Nazir. Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia. 1985.
Robert J. Schreiter. Rancang Bangun Teologi LokalJakarta: BPK Gunung Mulia.
2006.
Staf proyek survey Menyeluruh DGI, Dr. Frank L. Cooley.Benih Yang Tumbuh XI:
Memperkenalkan Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT), Jakarta: Lembaga Penelitian dan
Studi-DGI.1976.
Tissa Balasuriya.Teologi Siarah,Jakarta: BPK gunung Mulia.2004.
37
Tim benih yang tumbuh Sinode XIV, XV, XVI, XVII.GEREJA-GEREJA KRISTEN
JAWA: Benih Yang Tumbuh dan Berkembang di Tanah Jawa, Yogyakarta: Taman Pustaka
Kristen (TPK) Gunung Mulia.1988.
Van den End & Weitjens S.J.Ragi Carita 2, Jakarta: BPK Gunung Mulia.2008.
Yusak B. Setyawan. Kurikulum Berbasis Kompetensi Program Studi Ilmu Teologi,
Salatiga.2013.
Yusak B. Setyawan. Basic Christology: A Draft, Salatiga: Fakultas Teologi,
Universitas Kristen Satya Wacana. 2012.
......... Zaman Teknologi menantang pewartaan Iman,Yogyakarta: Kanisius.1989.
Yusak B. Setyawan.. Silabi, Salatiga. 2013.
Yusak B. Setyawan, Hand-outs Introduction To The New Testament: A Draft,
(Salatiga: Fakultas Teologi, Universitas Kristen Satya Wacana.