studi korelasi antara tingkat hafalan nazam...

153
STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM ALFIYYAH DAN KEMAMPUAN MEMAHAMI KITAB FIQH SANTRI TINGKAT TSANAWIYAH DI PESANTREN AL-ITQON GUGEN KOTA SEMARANG SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam Oleh: MUHAMMAD AUFA NIM: 073111477 FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2011

Upload: truongdat

Post on 21-Feb-2018

276 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN

NAZAM ALFIYYAH DAN KEMAMPUAN

MEMAHAMI KITAB FIQH SANTRI TINGKAT

TSANAWIYAH DI PESANTREN AL-ITQON

GUGEN KOTA SEMARANG

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat

guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam

dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam

Oleh:

MUHAMMAD AUFA

NIM: 073111477

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2011

Page 2: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

ABSTRAK

Muhammad Aufa (NIM. 073111477). Studi Korelasi Antara Tingkat Hafalan

Nazam Alfiyyah dan Kemampuan Memahami Kitab Fiqh Santri Tingkat

Tsanawiyah di Pesantren Al-Itqon Gugen Kota Semarang. Skripsi. Semarang:

Program Strata 1 Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah IAIN

Walisongo, 2011.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) bagaimana tingkat hafalan

nazam Alfiyyah (X) santri tingkat tsanawiyah di Pesantren Al-Itqon Gugen Kota

Semarang; 2) bagaimana kemampuan memahami kitab fiqh (Y) santri tingkat

tsanawiyah di Pesantren Al-Itqon Gugen Kota Semarang; 3) apakah terdapat korelasi

antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah (X) dan kemampuan memahami kitab fiqh

(Y) santri tingkat tsanawiyah di Pesantren Al-Itqon Gugen Kota Semarang.

Prosedur atau tahapan-tahapan dalam penelitian ini menggunakan metode

deskriptif kuantitatif dengan teknik korelasional. Subjek penelitian sebanyak 44

responden, dan merupakan penelitian populasi. Dalam pengumpulan data

menggunakan metode tes, kemudian untuk menjaring data X digunakan instrumen

tes kecakapan (performance test) dengan lisan (oral), dan untuk menjaring data Y

digunakan tes tertulis (written test). Instrumen tes tertulis terlebih dahulu

diujicobakan untuk mengetahui validitas dan reliabilitasnya.

Data penelitian yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan teknik

analisis statistik deskriptif. Pengujian hipotesis penelitian menggunakan analisis

korelasi product-moment. Hasil penelitian dan pengujian hipotesis menunjukkan

bahwa: (1) tingkat hafalan nazam Alfiyyah santri tingkat tsanawiyah di Pesantren

Al-Itqon Gugen Kota Semarang termasuk dalam kategori “baik”. Hal ini terlihat

dari nilai rata-rata (mean) yang diperoleh, yaitu sebesar 73,7 yang berada pada

kelas interval 71,0 – 80,6; (2) kemampuan memahami kitab fiqh santri tingkat

tsanawiyah di Pesantren Al-Itqon Gugen Kota Semarang tergolong dalam kategori

“lebih dari cukup”. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata (mean) yang didapat,

yakni sebesar 66,0 yang berada pada kelas interval 60,1 – 71,0; (3) terdapat

korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan kemampuan

memahami kitab fiqh santri tingkat tsanawiyah di Pesantren Al-Itqon Gugen Kota

Semarang, karena pada kenyataannya nilai rhitung (koefisien korelasi) yang

diperoleh, yaitu 0,70038, lebih besar dari rtabel, baik pada taraf signifikansi (α) 5%

(rhitung > rtabel = 0,700 > 0,304) maupun (α) 1% ( rhitung > rtabel = 0,700 > 0,393),

kemudian tidak negatifnya koefisien korelasi yang diperoleh menunjukkan adanya

korelasi sejajar yang searah (positif) antara variabel X dan variabel Y. Jadi,

apabila tingkat hafalan nazam Alfiyyah santri itu naik, maka kemampuannya

memahami kitab fiqh cenderung naik. Koefisien determinasi (KD = rxy2 x 100)

sebesar 49,05; ini berarti bahwa 49,05% kemampuan memahami kitab fiqh

(variabel Y) turut ditentukan oleh tingkat hafalan nazam Alfiyyah (variabel X).

Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan informasi

dan masukan bagi mahasiswa, tenaga pengajar, tenaga pendidik, khususnya di

lingkungan pesantren, dan semua pihak yang membutuhkan di lingkungan

Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, terutama dalam mengoptimalkan

hafalan sebagai sebuah metode pembelajaran.

ii

Page 3: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

NOTA PEMBIMBING

NOTA DINAS Semarang, 21 Maret 2011

Kepada

Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah

IAIN Walisongo

di Semarang

Assalamu‟alaikum Wr. Wb.

Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan

koreksi naskah skripsi dengan:

Judul : Studi Korelasi Antara Tingkat Hafalan Nazam Alfiyyah

dan Kemampuan Memahami Kitab Fiqh Santri Tingkat

Tsanawiyah di Pesantren Al-Itqon Gugen Kota Semarang

Nama : Muhammad Aufa

NIM : 073111477

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada

Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang untuk diujikan dalam Sidang

Munaqasyah.

Wassalamu‟alaikum Wr. Wb.

Pembimbing,

Nasirudin, M.Ag.

NIP. 19691012 199603 1002

iii

Page 4: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

PERNYATAAN

Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan

bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang telah pernah ditulis oleh

orang lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi

satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat

dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.

Semarang, 21 Maret 2011

Deklarator,

Muhammad Aufa

NIM. 073111477

iv

Page 5: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

KEMENTERIAN AGAMA R.I.

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

FAKULTAS TARBIYAH

Jl. Prof. Dr. Hamka (Kampus II) Ngaliyan Semarang

Telp. 024-7601295 Fax. 7615387

PENGESAHAN

Naskah skripsi dengan:

Judul : Studi Korelasi Antara Tingkat Hafalan Nazam Alfiyyah dan

Kemampuan Memahami Kitab Fiqh Santri Tingkat

Tsanawiyah di Pesantren Al-Itqon Gugen Kota Semarang

Nama : Muhammad Aufa

NIM : 073111477

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

telah diujikan dalam sidang munaqasyah oleh Dewan Penguji Fakultas Tarbiyah

IAIN Walisongo dan dapat diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar

sarjana dalam Ilmu Pendidikan Islam.

Semarang, 26 Maret 2011

Ketua, Sekretaris,

Dr. Hj. Sukasih, M.Pd. Dr. H. Raharjo, M.Ed.St. NIP. 19570202 199203 1003 NIP. 19651123 199103 1003

Penguji I, Penguji II,

Dra. Muntholi’ah, M.Pd. Dr. Hamdani Mu’in, M.Ag. NIP. 19670319 199303 2001 NIP. 19720405 199903 1001

Pembimbing,

Nasirudin, M.Ag.

NIP. 19691012 199603 1002

v

Page 6: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

MOTTO

: قال اخلليل بن أمحد ". ا ي ا ال ـ ـو ـ ـو ال ـــو ا ــو ال ـ ت "

1

Al-Khalil bin Ahmad 2 berkata:

“Tidak aku dengar suatu (pelajaran) kecuali aku tulis ia,

dan ia tidak aku tulis kecuali aku menghafalnya,

dan tidaklah aku menghafalnya kecuali ber(buah) manfaat untukku”.

1 Muhammad „Athiyyah al-Abrasyi, Al-Tarbiyah al-Isla>miyyah wa Fala>sifatuha>, (Beirut:

Dar al-Fikr, t.t.), hlm. 213. 2 Al-Khali>l bin Ah}mad Abu> ‘Abd al-Rah}ma>n al-Fara>hi>diy al-Azdiy; seorang ulama ahli

nahwu, ialah orang pertama yang menguraikan ilmu ‘aru>d} (kaidah-kaidah wazn syair Arab) dan

menyusun kitab “al-„Ain” tentang bahasa; dia juga termasuk ahli zuhd. Imam al-Khalil ialah guru

dari Imam Sibawaih. Lihat: Abu Thahir al-Muqri‟, Akhba>r al-Nah}wiyyi>n, (Al-Maktabah al-

Syamilah, http://www.alwarraq.com), hlm. 5.

vi

Page 7: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan untuk:

1. Guru-guru penulis, khususnya di Pesantren Al-Itqon; KH. Ahmad Haris

Shodaqoh, KH. Ubaidullah, S.H., dan K. Sholahuddin Shodaqoh.

2. Ummah dan Abah tercinta, Inayah Shodaqoh dan Afwan AA, “Maafkan

Ananda, karena baru sekarang dapat menyusun skripsi sampai purna”. Juga

untuk kakak dan adik-adik penulis, kak Muhamad Adib, S.Ag., Muhammad

Akhlish, dan Afrihati Muzanni.

3. Ayah dan ibu mertua. Terkhusus untuk ibu dari dua „matahari‟ penulis, Dwi

Arisanti, A.Md. dengan dua puteranya, Muhammad Azka Fuady dan

Muhammad Arsyil Widad.

4. Dua sahabat penulis di kelas B yang telah „mendahului‟ penulis, Bu Kalimah

dan Yi Sulaiman, “terima kasih saat-saat diskusi dan canda tawanya”.

vii

Page 8: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

KATA PENGANTAR

Assalamu‟alaikum Wr. Wb.

Segala puji mutlak milik Allah Swt, Tuhan semesta alam, yang

menciptakan manusia dan menganugerahinya dengan hati dan akal. Shalawat dan

salam senantiasa terlimpah kepada Nabi Muhammad Saw, pembawa syari‟at

Islam yang mencakup seluruh sendi kehidupan manusia, sehingga berdirilah

lembaga-lembaga pendidikan yang mendalami syari‟at dengan semua ilmu yang

dicakupnya. Juga terlimpah kepada para sahabat dan pengikutnya yang setia.

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan dengan terselesaikannya skripsi

“Studi Korelasi Antara Tingkat Hafalan Nazam Alfiyyah dan Kemampuan

Memahami Kitab Fiqh Santri Tingkat Tsanawiyah di Pesantren Al-Itqon Gugen

Kota Semarang”, sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana

Pendidikan Islam dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam.

Dalam proses penyusunan skripsi, penulis banyak mendapatkan arahan,

bimbingan, motivasi, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karenanya, penulis

berkewajiban mengucapkan terima kasih serta penghargaan yang tinggi kepada

yang terhormat:

1. Dr. Suja‟i, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo

Semarang beserta staf-stafnya. Juga kepada the former dean, Prof. Dr. H.

Ibnu Hadjar, M.Ed. beserta staf-stafnya saat itu.

2. Ahmad Muthohar, M.Ag., Ketua Jurusan PAI dan Ketua Program Kualifikasi

S.1 Guru R.A. dan Madrasah Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.

3. Nasirudin, M.Ag. selaku dosen pembimbing, yang dengan ikhlas meluangkan

waktu dan pikiran untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam

menyusun skripsi.

4. Segenap Bapak dan Ibu dosen yang telah mendapat tugas untuk mengajar dan

membimbing para mahasiswa kualifikasi. Ilmu dan karakteristik mengajar

masing-masing telah menjadi masukan dan inspirasi bagi penulis dalam

menjalankan tugas sebagai guru, semoga bermanfaat.

viii

Page 9: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

5. Pengasuh Pondok Pesantren Al-Itqon, KH. A. Haris Shodaqoh, dan segenap

pengurus pondok yang telah berkenan memberikan izin kepada penulis untuk

melakukan riset penelitian di Pesantren Al-Itqon Gugen Kota Semarang.

6. Kepala Madrasah Aliyah Al-Wathoniyyah, Ustadz M. Sholeh, S.Pd.I., juga

Kepala Madrasah Tsanawiyyah Al-Wathoniyyah, almarhum Nuruddin, S.Ag.

(w. 2010) dan penggantinya Bapak Kasno. Terima kasih atas maklum,

dukungan, dan motivasinya kepada penulis untuk menyelesaikan studinya.

7. Semua pihak yang sedia membantu proses penulisan skripsi ini, khususnya

Lurah Pondok Pesantren Al-Itqon dan Ro‟is Madrasah Diniyyah Al-Itqon

Gugen Kota Semarang, para santri Al-Itqon, khususnya di tingkat tsanawiyah,

juga kepada semua yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu.

Atas segala bantuan yang telah diberikan, penulis hanya dapat memohon

kepada Allah Yang Maha Pemurah, semoga kebaikannya mendapat balasan yang

sebaik-baiknya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari

sempurna, meskipun dengan kemampuan maksimal penulis. Untuk itu kritik dan

saran yang bersifat membangun akan penulis terima dengan senang hati.

Kesalahan adalah hal lazim yang ada dalam diri manusia, dan kebenaran mutlak

milik Allah Swt semata.

Wassalamu‟alaikum Wr. Wb.

Semarang, 21 Maret 2011

Penulis,

Muhammad Aufa

NIM. 073111477

ix

Page 10: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………………………………………. i

ABSTRAK ……………..……………………………………………………………………. ii

NOTA PEMBIMBING …………………………………………………………………… iii

PERNYATAAN ……………………………………………………………………………. iv

HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………………………… v

MOTTO ……………………………………………………………………………………… vi

PERSEMBAHAN …….……………………………………………………………………. vii

KATA PENGANTAR …..………………………………………………………………… viii

DAFTAR ISI …..……………………………………………………………………………. x

DAFTAR TABEL ….………………………………………………………………………. xii

DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………………………… xii

DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………………………… xiii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ………………………………………………… 1

B. Identifikasi Masalah ……………………………………………………… 6

C. Pembatasan Masalah ……………………………………………………… 7

D. Perumusan Masalah ……………………………………………………… 10

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ………………………………………… 11

BAB II : HAFALAN NAZAM ALFIYYAH DAN KEMAMPUAN

MEMAHAMI KITAB FIQH

A. Hafalan Nazam Alfiyyah ………………………………………………… 12

1. Teori tentang Hafalan (Memori) ………………………………...… 12

2. Hafalan sebagai Metode Pembelajaran ………………………..… 14

3. Nazam Alfiyyah ……………………………….……………………… 16

4. Evaluasi Metode Pembelajaran Hafalan ………………………… 18

B. Memahami Kitab Fiqh ……………………………….…………...……… 19

1. Teori tentang Pemahaman ……………………………….…………. 19

2. Kitab Fiqh …..………………………….……………………………… 21

x

Page 11: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

3. Evaluasi Kemampuan Memahami Kitab Fiqh …..……………… 26

C. Kajian Pustaka …………………………….….……….…………………… 27

D. Pengajuan Hipotesis ……………………………….……………………… 31

BAB III : METODE PENELITIAN

A. Jenis Metode Penelitian ……………………………….……….…….…… 34

B. Tujuan Penelitian …………………………………………….…………… 35

C. Waktu dan Lokasi Penelitian ……………………………….…………… 35

1. Waktu penelitian ………….….………………….………………….… 35

2. Lokasi Penelitian …………….………………….……………………. 35

3. Sejarah Singkat Pesantren Al-Itqon ………………………………. 36

D. Variabel dan Indikator Penelitian ……………………………….…..… 38

1. Variabel X ……………………………….……….…….……….……… 38

2. Variabel Y ……………………………….……….…….……….……… 39

E. Populasi dan Sampel ……………………………….……….…….………. 40

F. Teknik Pengumpulan Data …..……………….……………………….…. 40

G. Teknik Analisis Data ……………………………….……….…….….…… 46

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data Hasil Penelitian …………………………………………. 49

1. Data Tingkat Hafalan Nazam Alfiyyah …………………………… 52

2. Data Kemampuan Memahami Kitab Fiqh ….……………….…… 61

B. Pengujian Hipotesis ………………………………….……………………. 67

C. Pembahasan Hasil Penelitian ………………………………….………… 72

D. Keterbatasan Penelitian ……………………..………….………………… 76

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ……………………………….………………………………… 78

B. Saran-saran ……………………………….………………………………… 79

C. Penutup ……………………………….……………………………………… 79

DAFTAR PUSTAKA ……………………………….……………………………………… 81

LAMPIRAN-LAMPIRAN ……………………………….……………………………….. 84

xi

Page 12: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

DAFTAR TABEL

TABEL 1 : Kitab Fiqh yang Banyak Beredar di Pesantren ….……………….…… 24

TABEL 2 : Indikator Variabel X ….……………….…………………………………… 42

TABEL 3 : Indikator Variabel Y ….……………….…………………………………… 44

TABEL 4 : Daftar Santri Tingkat Tsanawiyah Madrasah Diniyyah

Al-Itqon Tahun Dirasah 1431-1423 H ….……………….………….… 50

TABEL 5 : Data Kuantitatif Variabel X Tingkat Hafalan Nazam Alfiyyah …. 53

TABEL 6 : Tabel Kerja Standar Deviasi Data X …………………………………… 56

TABEL 7 : Tabel Kategori Nilai Interval Tingkat Hafalan Nazam Alfiyyah … 60

TABEL 8 : Tabel Distribusi Frekuensi Relatif Tingkat Hafalan Nazam

Alfiyyah ………..……………………………………………….…………… 60

TABEL 9 : Data Kuantitatif Variabel Y Kemampuan Memahami Kitab

Fiqh …………………………………………….……………………………… 61

TABEL 10 : Tabel Kerja Standar Deviasi Data Y …………………………………… 63

TABEL 11 : Tabel Kategori Nilai Interval Kemampuan Memahami Kitab

Fiqh …………………………………………….……………………………… 66

TABEL 12 : Tabel Distribusi Frekuensi Relatif Kemampuan Memahami

Kitab Fiqh ……………………………………….…………………………… 66

TABEL 13 : Tabel Kerja Analisis Korelasi Product-Moment Antara

Tingkat Hafalan Nazam Alfiyyah (X) dan Kemampuan

Memahami Kitab Fiqh (Y) ………………………………………….…… 68

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 1 : Histogram Tingkat Hafalan Nazam Alfiyyah ……………………… 61

GAMBAR 2 : Histogram Kemampuan Memahami Kitab Fiqh …………………… 67

xii

Page 13: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 : Surat penunjukan pembimbing skripsi.

LAMPIRAN 2 : Surat mohon izin riset.

LAMPIRAN 3 : Surat keterangan melaksanakan penelitian.

LAMPIRAN 4 : Struktur Kepengurusan Pondok Pesantren Al-Itqon

Periode 1431 – 1434 H.

LAMPIRAN 5 : Surat perizinan riset penelitian dan daftar santri tingkat

tsanawiyyah tahun dirasah 1431/1432 H (3 lembar).

LAMPIRAN 6 : Surat pemberitahuan aturan umum (3 lembar)

LAMPIRAN 7 : Penyusunan instrumen tes tingkat hafalan nazam

Alfiyyah (7 halaman).

LAMPIRAN 8 : Penyusunan instrumen tes memahami kitab fiqh

(14 halaman).

LAMPIRAN 9 : Instrumen penelitian tes performa dengan lisan

(6 halaman).

LAMPIRAN 10 : Instrumen tes penelitian Variabel Y (9 halaman).

LAMPIRAN 11 : Pedoman Wawancara dan Rekap Hasil Wawancara 1

s.d. 4. (11 halaman)

LAMPIRAN 12 : Piagam melaksanakan KKN Angkatan ke-55 (1 lembar)

LAMPIRAN 13 : Daftar riwayat pendidikan penulis.

xiii

Page 14: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sejak dirintis oleh Syaikh Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik (w.

1419 M),1 eksistensi pesantren terus berlanjut dari masa ke masa. Sebagai

lembaga pendidikan yang mempunyai karakteristik tersendiri, pesantren

merupakan aktualisasi dari tiga sistem budaya besar yaitu Arab (Islam), India

(Hindu) dan budaya asli Indonesia.2 Menurut Nurcholis Madjid, dilihat dari segi

historis, pesantren tidak hanya mengandung makna keislaman, tetapi juga

keaslian (indigenous) Indonesia. Lembaga yang serupa dengan pesantren sudah

terdapat pada masa kekuasaan Hindu-Budha, Islam kemudian meneruskan dan

mengislamkan.3 Dengan demikian dapat dipahami bahwa pesantren bukan

berasal dari tradisi Indonesia murni, atau tradisi Islam an sich, atau Hindu saja,

tetapi merupakan perpaduan dari ketiganya.

Di antara karakteristik pesantren – yang menjadikannya berbeda dengan

lembaga-lembaga pendidikan formal lainnya yang ada saat ini – adalah dalam

metode pembelajarannya yang konvensional. Pada umumnya, metodologi

pembelajaran yang dianut pesantren berkisar pada varian-varian seperti sorogan,

bandongan/wetonan, halaqah, dan hafalan.4

1 Sebagaimana ditegaskan oleh Alwi Shihab, Sunan Gresik merupakan orang pertama yang

membangun pesantren sebagai tempat mendidik dan menggembleng para santri. Tujuannya, agar para

santri menjadi juru dakwah yang mahir sebelum mereka diterjunkan langsung di masyarakat luas.

Alwi Shihab, Islam Inklusif, (Bandung: Mizan, 2002), Cet. I, hlm. 23. 2 Mahfud Junaedi, “Mewujudkan Pondok Pesantren Inovatif - Integratif - Futuristik”, Jurnal

Pondok Pesantren Mihrab, II, 4, Desember, 2008, hlm. 27. 3 Nurcholis Madjid, “Merumuskan Kembali Tujuan Pendidikan Pesantren”, dalam Bilik-

bilik Pesantren; Sebuah Potret Perjalanan, (Jakarta: Paramadina, 1997), e-book diunduh dari

http://www.4shared.com/get/MxFW-VC7/Bilik-bilik_Pesantren_-_Nur_Ch.html, tanggal 6-1-2011. 4 Sorogan merupakan metode pembelajaran individual. Dalam aplikasinya, metode ini

terbagi menjadi dua cara, yaitu: pertama, bagi santri pemula, mereka mendatangi seorang ustadz atau

kyai yang akan membacakan kitab tertentu; kedua, bagi santri senior, mereka mendatangi seorang

ustadz atau kyai supaya sang ustadz atau kyai tersebut mendengarkan sekaligus memberikan koreksi

terhadap bacaan kitab mereka. Adapun bandongan atau wetonan adalah metode pembelajaran

kolektif, di mana santri secara bersama-sama mendengarkan ustadz atau kyai yang membaca,

menerjemahkan, menerangkan, dan mengulas kitab berbahasa Arab tertentu. Istilah weton berasal dari

bahasa Jawa yang berarti waktu. Disebut demikian karena pembelajaran model ini dilakukan pada

waktu-waktu tertentu, biasanya sesudah mengerjakan sholat fardhu. Sedangkan halaqah berarti

1

Page 15: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

Hafalan sebagai sebuah metode belajar sudah lazim digunakan oleh umat

Islam sejak masa klasik hingga sekarang. Namun perlu ditegaskan bahwa

metode hafalan dalam pendidikan Islam dimaksudkan untuk menunjang dan

membantu pemahaman. Hal ini sebagaimana tanggapan Muhammad „Athiyyah

al-Abrasyi terhadap pandangan yang menuduh bahwa umat Islam hanya

mementingkan hafalan material dan menelantarkan pemahaman:

فهل ب د ىذا يسـطيع دع أن يدعي أن ادلسلمت ا وا ي نون حب ظ ادلادة يهملون فهمها؟ احلق أن طريقة الـ ليم يف التبية اإلسال ية عني ب هم ادلادة عنايـها باحل ظ

5 . مل هتمل ال هم الـأ ل الـ كت فيها طلقاMaka setelah (penjelasan) ini, apakah seseorang mampu untuk menuduh

bahwa orang-orang Islam itu hanya memperhatikan pada hafalan materi

dan mengabaikan pemahamannya? Yang sebenarnya adalah bahwasanya

metode pembelajaran dalam pendidikan Islam itu memperhatikan pada

pemahaman materi seperti perhatiannya pada hafalan, tidak mutlak

mengabaikan pemahaman, perenungan, dan pemikiran pada materi itu.

Dengan demikian penerapan metode hafalan tidak hanya menekankan

pada tekstual belaka, tetapi harus juga melibatkan atau menyentuh ranah yang

lebih tinggi dari kemampuan belajar. Artinya, hafalan tidak saja merupakan

kemampuan intelektual sebatas ingatan (retention; remembering) tetapi juga

sampai kepada pemahaman, analisis, dan evaluasi. 6

Hubungan antara hafalan dan pemahaman sebagaimana penjelasan di

atas mempunyai kemiripan dengan enam kategori proses kognitif dalam

taksonomi Benjamin S. Bloom. Mengenai taksonomi Bloom ini Mary Forehand

mengatakan:

The taxonomy is hierarchical; [in that] each level is subsumed by the

higher levels. In other words, a student functioning at the 'application'

lingkaran murid, atau sekelompok santri yang belajar di bawah bimbingan seorang ustadz dalam satu

tempat. Dalam prakteknya, halaqah dikategorikan sebagai diskusi untuk memahami isi kitab. Lihat:

HM. Amin Haedari dan Abdullah Hanif (eds.), Masa Depan Pesantren Dalam Tantangan Modernitas

dan Tantangan Kompleksitas Global, (Jakarta: IRD Press, 2004), hlm. 16 dan 95. 5 Muhammad „Athiyyah al-Abrasyi, Al-Tarbiyah al-Isla>miyyah wa Fala>sifatuha>, (Beirut:

Dar al-Fikr, t.t.), hlm. 214. 6 HM. Amin Haedari dan Abdullah Hanif (eds.), op. cit., hlm. 97 – 98.

2

Page 16: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

level has also mastered the material at the 'knowledge' and

'comprehension' levels.7

Taksonomi (klasifikasi) itu hirarkis, [dalam arti bahwa] setiap tingkat

dicakup oleh tingkat yang lebih tinggi. Dengan kata lain, kemampuan

siswa pada tingkat „aplikasi‟ berarti telah menguasai materi pada tingkat

„mengingat‟ dan „memahami‟.

Dari penjelasan Mary Forehand ini dapat dipahami bahwa hubungan

antar level dalam taksonomi Bloom adalah bersifat hirarkis. Ini berarti bahwa

setiap level dalam domain kognitif merupakan urutan tingkatan, misalnya siswa

yang berada pada level „pemahaman‟ berarti telah menguasai materi di level

„ingatan‟.

Dalam revisi taksonomi Bloom oleh Lorin W. Anderson dan David R.

Krathwohl, semakin terlihat jelas hubungan antara kategori-kategori yang

terdapat dalam dimensi proses kognitif. Apabila seorang guru mengajar dan

mengases siswa supaya mereka mempelajari suatu materi pelajaran dan

mengingatnya selama sekian lama, berarti fokus guru itu mengarah pada satu

kategori proses kognitif, yaitu remembering (mengingat). Namun apabila sang

guru ingin memperluas fokus, yakni mengembangkan pembelajaran untuk

menumbuhkan dan mengases pembelajaran yang bermakna (meaningful

learning), maka harus mengembangkan proses-proses kognitif yang melampaui

„mengingat‟. Kategori proses kognitif yang paling dekat dengan meretensi

adalah „mengingat‟, sedangkan lima kategori lainnya merupakan proses-proses

kognitif yang dipakai untuk mentransfer.8

Pengetahuan „mengingat‟ penting sebagai bekal untuk belajar yang

bermakna dan menyelesaikan masalah karena pengetahuan tersebut dipakai

7 Mary Forehand, “Bloom's Taxonomy: Original and Revised”, dalam Michael Orey (ed.),

Emerging Perspectives on Learning, Teaching and Technology, http://www.coe.uga.edu/epltt/bloom.

htm, 10 Februari 2006, hlm. 2. 8 Fokus pembelajaran yang bermakna sesuai dengan pandangan bahwa belajar adalah

mengkonstruksi pengetahuan, yang di dalamnya siswa berusaha memahami pengalaman-pengalaman

mereka. Dalam pembelajaran konstruktif ini, siswa melakukan proses kognitif secara aktif, yakni

memperhatikan informasi relevan yang datang, menata informasi ini di otak menjadi gambaran yang

koheren (berhubungan), dan memadukan informasi tersebut dengan pengetahuan yang telah tersimpan

di otak. Lihat: Lorin W. Anderson dan David R. Krathwohl (eds.), Kerangka Landasan untuk

Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen: Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom, terjemahan dari A

Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing: A Revision of Bloom‟s Taxonomy of Educational

Objectives oleh Agung Prihantoro, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 98 – 99.

3

Page 17: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

dalam tugas-tugas yang lebih kompleks.9 Dengan kata lain, hafalan atau

pengetahuan mengingat (remembering) belum cukup untuk mengantarkan siswa

mencapai tujuan pendidikan, tetapi harus dikembangkan sampai pada memahami

(understanding), mengaplikasikan (applying), menganalisis (analyzing),

mengevaluasi (evaluating), dan mencipta (creating).

Berangkat dari pendapat Athiyyah yang memadukan hafalan dengan

pemahaman, maka santri yang hafalannya baik seharusnya mempunyai

pemahaman yang baik, karena menghafal sebuah materi berarti juga harus

memahami materi itu. Dan berdasarkan pada sifat hirarkis Taksonomi Bloom,

maka orang yang kemampuan „memahami‟-nya itu baik semestinya mempunyai

kemampuan „mengingat‟ yang baik pula, karena untuk „memahami‟ harus

mempunyai bekal berupa pengetahuan „mengingat‟ terlebih dahulu.

Kemudian untuk mendorong kemampuan menghafal siswa atau dalam

hal ini adalah santri, maka beberapa pondok pesantren menjadikan muh}a>faz}ah

(setoran hafalan) sebagai salah satu metode pembelajaran di dalamnya.

Hafalan atau tah}fi>z}, sebagai sebuah metode pembelajaran yang ada di

pesantren pada umumnya diterapkan pada mata pelajaran yang bersifat naz}m

(syair), bukan nas\ar (prosa). Kebanyakan pesantren tradisional menetapkan kitab

kaidah bahasa Arab atau kitab Nahwu yang berbentuk nazam sebagai bahan

hafalannya,10

di samping ayat-ayat Al-Qur‟an, kitab Hadis, dan tas}ri>f.

Alfiyyah Ibnu Malik merupakan kitab yang sering digunakan sebagai

referensi dalam ilmu Nahwu. Kitab ini disebut nazam Alfiyyah, yang dalam arti

bahasanya “seribuan”, karena memuat kumpulan bait syair tentang kaidah tata

bahasa Arab yang jumlahnya kurang lebih seribu bait syair, yakni seribu dua

nazam. Pendekatan nazam atau syair dalam menjelaskan persoalan tata bahasa

Arab yang digunakan Alfiyyah, menjadikan pembelajaran kitab ini di banyak

pesantren di Indonesia menggunakan metode hafalan. Artinya, santri diharuskan

menghafalkan nazam-nazam Alfiyyah tersebut sebagai bagian dari kurikulum

pesantren, bahkan hafalan ini ada yang dijadikan sebagai salah satu kriteria

9 Ibid., hlm. 103.

10 HM. Amin Haedari dan Abdullah Hanif (eds.), op. cit., hlm. 17.

4

Page 18: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

kenaikan kelas atau kelulusan santri. Salah satu pesantren yang menerapkan

hafalan nazam Alfiyyah adalah Pesantren Al-Itqon yang terletak di Desa Gugen

Kelurahan Tlogosari Wetan Kecamatan Pedurungan Kota Semarang.

Fiqh merupakan salah satu disiplin ilmu yang populer di pesantren. Ilmu

terpenting dalam khazanah keilmuan tradisional ini,11

referensinya meng-

gunakan literatur khas pesantren, yakni Kitab Kuning.12

Di antara ciri kitab

kuning yang dipergunakan di pesantren ialah beraksara Arab gundul (huruf Arab

tanpa harakat atau syakal). Keadaannya yang gundul itu pada sisi lain ternyata

merupakan bagian dari pembelajaran itu sendiri. Pembelajaran kitab-kitab

gundul itu keberhasilannya antara lain ditentukan oleh kemampuan membuka

kegundulan itu dengan menemukan harakat-harakat yang benar, dan mengucap-

kannya secara fasih.13

Kemampuan santri dalam memahami kitab fiqh dengan literatur kitab

kuning sedikit banyak berhubungan dengan penguasaannya terhadap ilmu

Nahwu. Dan di antara kitab yang membahas persoalan kaidah tata bahasa Arab

adalah kitab Alfiyyah, yang mana metode pembelajaran kitab ini antara lain

menggunakan hafalan. Namun tidak semua yang dapat menghafal nazam

Alfiyyah dengan baik berarti telah memahami gramatika bahasa Arab, sehingga

ia mampu memahami kitab kuning fiqh. Walaupun juga santri yang mempunyai

kecerdasan lebih dan mampu memahami kitab fiqh, biasanya ia dapat

menghafalkan nazam Alfiyyah dengan tuntas dan baik.

11

Martin van Bruinessen, NU Tradisi Relasi-relasi Kuasa: Pencarian Wacana Baru,

(Yogyakarta: LKiS, 2009), Cet. VII, hlm. 20. 12

Sebagaimana pendapat Zamakhsyari Dhofier, bahwa terdapat lima elemen dasar dalam

tradisi pesantren, yaitu: pondok, masjid, santri, pengajaran kitab-kitab klasik (kitab kuning), dan kyai.

Sistem pendidikan tradisional pesantren, yang biasanya dianggap sangat “statis” dalam mengikuti

sistem sorogan dan bandongan dalam menerjemahkan kitab-kitab klasik ke dalam bahasa daerah

(bahasa Jawa), dalam kenyataannya tidak hanya sekedar membicarakan bentuk (form) dengan

melupakan isi (content) ajaran yang tertuang dalam kitab-kitab tersebut. Para kyai atau guru sebagai

pembaca dan penerjemah kitab tersebut, bukanlah sekedar membaca teks, tetapi juga memberikan

pandangan-pandangan (interpretasi) pribadi, baik mengenai isi maupun bahasa dari teks. Lihat:

Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi tentang Pandangan Hidup Kyai, (Jakarta: LP3ES,

1982), hlm. 44 dan 51. 13

Rohadi Abdul Fatah, dkk., Rekonstruksi Pesantren Masa Depan (dari Tradisional,

Modern, hingga Post Modern), (Jakarta: PT. Listafariska Putra, 2008), Cet. II, hlm. 22 – 23.

5

Page 19: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis menduga bahwa terdapat

hubungan korelatif antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan kemampuan santri

dalam memahami kitab fiqh, termasuk santri di pesantren Al-Itqon Gugen Kota

Semarang. Untuk membuktikan hal tersebut, penulis mengadakan penelitian

secara langsung dalam sebuah skripsi dengan judul “Studi Korelasi Antara

Tingkat Hafalan Nazam Alfiyyah dan Kemampuan Memahami Kitab Fiqh Santri

Tingkat Tsanawiyah di Pesantren Al-Itqon Gugen Kota Semarang”.

B. Identifikasi Masalah

Benjamin S. Bloom membagi tujuan pendidikan menjadi tiga domain

(ranah, kawasan), yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Istilah lain yang juga

menggambarkan hal yang sama dengan ketiga domain tersebut di antaranya

seperti yang diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantoro, yaitu: cipta, rasa, dan karsa.

Selain itu, juga dikenal istilah: penalaran, penghayatan, dan pengamalan.14

Dari setiap ranah tersebut dibagi kembali menjadi beberapa kategori dan

subkategori yang berurutan secara hirarkis (bertingkat), mulai dari tingkah laku

yang sederhana sampai tingkah laku yang paling kompleks.15

Hasil belajar

berupa hafalan (pengetahuan; knowledge; remembering) merupakan tingkat

paling sederhana di bawah pemahaman (comprehension; understanding).

Untuk mencapai tujuan pendidikan tidak cukup hanya dengan hasil

belajar berupa hafalan, tetapi harus dilanjutkan dan dikembangkan pada tingkat

hasil belajar di atasnya. Hal ini sebagaimana pendapat Athiyyah al-Abrasyi

bahwa hafalan dalam pendidikan Islam dimaksudkan untuk menunjang

pemahaman.16

Dengan demikian sudah seharusnya orang yang mempunyai

ingatan yang baik juga mampu memahami dengan baik, begitu juga sebaliknya.

Namun kenyataan yang ada terkadang tidak sebagaimana mestinya,

setidaknya hal ini dijumpai di lembaga pendidikan yang menjadikan hafalan

sebagai syarat untuk kenaikan kelas atau kelulusan. Sebagai contoh santri yang

tidak mampu menghafal sejumlah nazam Alfiyyah yang ditugaskan tidak dapat

14

“Taksonomi Bloom”, Wapedia, http://wapedia.mobi/id/Taksonomi_Bloom, diakses 17

Juni 2009. 15

Ibid. 16

Muhammad „Athiyyah al-Abrasyi, loc. cit.

6

Page 20: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

naik kelas walaupun dalam mata pelajaran lain yang tidak menekankan pada

hafalan, misalnya fiqh, ia mampu.

Terlepas dari apakah ketimpangan itu terletak pada penerapan metode

hafalan yang seharusnya tidak sebatas pada retensi tekstual belaka ataukah

karena faktor lain, merupakan hal yang menarik untuk diteliti lebih lanjut

tentang hubungan antara hafalan dan pemahaman.

Dari permasalahan di atas muncul pertanyaan dalam diri penulis, apakah

ada hubungan antara hafalan dan pemahaman? lebih spesifik terkait dengan apa

yang terjadi di beberapa pesantren di Indonesia. Dalam skripsi ini, penulis

mempertanyakan hubungan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

kemampuan memahami kitab fiqh.

C. Pembatasan Masalah

Oleh karena masalah hafalan dan pemahaman cukup luas dalam dunia

pendidikan, maka penulis perlu membatasi masalah tersebut dalam lembaga

pendidikan pesantren saja. Dalam hal ini, hafalan yang dimaksud adalah hafalan

nazam Alfiyyah, karena nazam kitab ini banyak digunakan oleh pesantren

sebagai materi pembelajaran dengan metode hafalan. Sedangkan untuk objek

penelitian tentang pemahaman dibatasi pada pemahaman kitab fiqh, karena

disiplin ilmu ini hampir dipastikan ada di setiap pesantren, di mana pesantren

sendiri merupakan tempat untuk mendidik dan mengajarkan ilmu-ilmu agama

Islam, sebagai upaya mewujudkan manusia yang tafaqquh fi al-dῑn. 17

Sehubungan dengan pembatasan masalah di atas, maka judul yang dipilih

oleh penulis dalam penelitian ini adalah “Studi Korelasi Antara Tingkat Hafalan

Nazam Alfiyyah dan Kemampuan Memahami Kitab Fiqh Santri Tingkat

Tsanawiyah di Pesantren Al-Itqon Gugen Kota Semarang”

Kemudian agar tidak terjadi salah pemahaman dan perbedaan penafsiran

dalam judul penelitian ini, maka beberapa istilah yang digunakan perlu diberikan

penegasan pengertiannya. Istilah-istilah yang perlu ditegaskan sebagai berikut:

17

Rohadi Abdul Fatah, dkk., op. cit., hlm. 24.

7

Page 21: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

1. Tingkat Hafalan Nazam Alfiyyah

Di antara arti „tingkat‟ adalah tinggi rendah martabat (kedudukan,

jabatan, kemajuan, peradaban, dsb); pangkat; derajat; taraf; kelas.18

Kata taraf

sendiri berarti tingkatan; derajat; mutu (dalam arti tinggi rendahnya, baik

buruknya, dsb).19

Tigkat di sini bukan semata-mata melihat kuantitas murni

dari keseluruhan nazam Alfiyyah, yakni 1002 nazam. Tetapi dalam penelitian

ini banyaknya nazam yang harus dihafalkan santri telah ditentukan oleh

penulis sebagai peneliti sebanyak 400 nazam, di samping juga melihat

kualitas performa hafalannya.

Hafalan adalah sesuatu yang dihafalkan; hasil menghafal.20

Hafalan di

sini terkait dengan metode hafalan yang ada di pesantren, di mana santri

membacakan hasil menghafalnya di depan guru atau seorang penguji.

Nazam berarti sajak (syair); karangan.21

Nazam berasal dari Bahasa

Arab al-naz}m yang menurut Al-Jurjany pengertiannya adalah:

تأليف الكلمات اجلمل تت ة ادل اين ـناس ة الد ت : يف ا صطالح (الن م) 22 . على سب ا يقـضيو ال قل

Nazam menurut istilah adalah rangkaian kata-kata atau kalimat-kalimat

yang runtut maknanya, bersesuaian penunjukan artinya, menurut

penangkapan akal.

Alfiyyah maksudnya adalah kitab Alfiyyah Ibnu Malik yang disusun

oleh Abu Abdillah Muhammad Jamaluddin bin Abdillah bin Malik Al-

Andalusy (w. 672 H).23

Alfiyyah merupakan kata yang dinisbatkan kepada

kata alf (seribu), yang berarti “mengenai atau bersifat seribu”.24

Kitab karya

Ibnu Malik itu dinamai Alfiyyah karena terdiri dari nazam-nazam yang

jumlahnya seribuan, tepatnya 1002 nazam.

18

Hasan Alwi, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), Ed. 3, Cet. 2,

hlm. 1197. 19

Ibid., hlm. 1143. 20

Ibid., hlm. 381. 21

Dendy Sugono, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), hlm. 999. 22

Aly bin Muhammad al-Jurjany, Kita>b al-Ta’rifa>t, (Surabaya: Al-Haramain, 1421), hlm. 239. 23

Baha`uddin Abdullah bin „Aqil, Syarh} Ibn ‘Aqi>l, Vol. I, (Beirut: Dar al-Fikr, 2003), hlm. 5. 24

Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab - Indonesia, (Surabaya: Pustaka

Progressif, 1997), Cet. 14, hlm. 34.

8

Page 22: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

Jadi yang dimaksud tingkat hafalan nazam Alfiyyah adalah mutu,

yaitu banyak sedikitnya nazam yang telah dihafal (yang diukur atau dinilai

perbandingannya dengan jumlah keseluruhan nazam yang harus dihafalkan

oleh santri, bukan keseluruhan 1002 nazam Alfiyyah); dan kualitas performa

dalam menghafalkan nazam-nazam kitab Alfiyyah Ibnu Malik itu.

2. Kemampuan Memahami Kitab Fiqh

Kemampuan adalah kesanggupan; kecakapan; kekuatan. Kemampuan

dari kata dasar “mampu” yang berarti kuasa (bisa, sanggup) melakukan

sesuatu atau berarti dapat.25

Memahami artinya mengerti benar; mengetahui benar akan sesuatu.26

Paham yang dalam bahasa Arab adalah al-fahm mempunyai arti:

27 . تصور ادل ت ن ل ظ ادلخاطب: ال هم

Faham berarti mendeskripsikan makna atau arti dari lafaz (baik lisan

maupun tulisan) orang yang berucap (orang pertama).

Seorang siswa atau santri dikatakan memahami bila ia dapat

mengkonstruksi makna dari pesan-pesan pembelajaran, baik yang bersifat

lisan, tulisan ataupun grafis, yang disampaikan melalui pengajaran, buku, atau

layar komputer.28

Fiqh sebagai sebuah disiplin ilmu ialah sekelompok hukum tentang

amal perbuatan manusia yang diambil dari dalil-dalil yang terperinci.29

Penambahan kata „kitab‟ (buku) yang berasal dari bahasa Arab di depannya

dimaksudkan oleh penulis bahwa buku fiqh yang dikehendaki adalah kitab

yang menggunakan huruf Arab. Lebih khusus lagi, kitab fiqh yang digunakan

di pesantren lokasi penelitian untuk tingkat tsanawiyah, yaitu kitab Fath} al-

Qari>b al-Muji>b. Dipilihnya kitab ini mengingat Fath} al-Qari>b menjadi standar

25

Hasan Alwi, op. cit., hlm. 707. 26

Ibid., hlm. 811. 27

Aly bin Muhammad al-Jurjany, op. cit., hlm. 165. 28

Lorin W. Anderson dan David R. Krathwohl (eds.), op. cit., hlm. 105. 29

Mukhtar Yahya dan Fatchur Rahman, Dasar-dasar Pembinaan Hukum Fiqh Islami,

(Bandung: Alma‟arif, 1997), Cet. 4, hlm. 15.

9

Page 23: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

kitab bagi pesantren di Indonesia, bahkan di beberapa pesantren, kitab

tersebut menjadi tolok ukur santri dalam penguasaan kitab kuning/klasik.30

Dengan demikian yang dimaksudkan dengan kemampuan memahami

kitab fiqh dalam judul penelitian ini adalah kecakapan santri untuk

mengkonstruksi dan menjelaskan makna lafaz-lafaz yang terdapat dalam

kitab fiqh Fath} al-Qari>b al-Muji>b.

3. Santri Tingkat Tsanawiyah di Pesantren Al-Itqon Gugen Kota Semarang

Dalam buku Sejarah Madrasah, santri ditafsirkan sebagai orang yang

menggali ilmu agama secara serius. Pesantren berarti tempat tinggal para

santri.31

Sebuah pesantren pada dasarnya adalah sebuah asrama pendidikan

Islam tradisional di mana para siswanya tinggal bersama dan belajar di bawah

bimbingan seorang (atau lebih) guru yang lebih dikenal dengan sebutan

“kyai”.32

Al-Itqon adalah nama sebuah lembaga pendidikan pondok pesantren

yang menjadi lokasi penelitian, terletak di Jl. KH. Abdurrosyid Desa Gugen

Kelurahan Tlogosari Wetan Kecamatan Pedurungan Kota Semarang. Dalam

judul hanya dituliskan Gugen Kota Semarang karena pesantren ini sering

hanya disebut “Pondok Mbugen” yang merujuk pada nama desa Gugen.

Tingkat tsanawiyah dimaksudkan untuk membatasi subjek penelitian

ini pada santri yang sedang mengkaji dan menghafalkan Alfiyyah Ibnu Malik,

di mana pembelajaran kitab ini dimulai pada jenjang tsanawiyah (menengah)

madrasah diniyyah Al-Itqon, yakni sebuah lembaga madrasah yang dikelola

oleh Pondok Pesantren Al-Itqon.

D. Perumusan Masalah

Berpijak dari latar belakang masalah di atas, maka permasalahan dalam

skripsi ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana tingkat hafalan nazam Alfiyyah santri tingkat tsanawiyah di

Pesantren Al-Itqon Gugen Kota Semarang?

30

“Resensi Fathul Qorib”, http://pesantren-qotrunnada.com/index.php?view=article&catid

=37:coretan-santri&id=52:resensi-qfathul-qoribq&format=pdf, diakses 19 Januari 2011. 31

Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, Sejarah Madrasah: Pertumbuhan,

Dinamika, dan Perkembangannya di Indonesia, (Jakarta: Depag RI, 2004), hlm. 72 – 73. 32

Zamakhsyari Dhofier, op.cit., hlm. 44.

10

Page 24: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

2. Bagaimana kemampuan memahami kitab fiqh santri tingkat tsanawiyah di

Pesantren Al-Itqon Gugen Kota Semarang?

3. Adakah korelasi antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan kemampuan

memahami kitab fiqh santri tingkat tsanawiyah di Pesantren Al-Itqon Gugen

Kota Semarang?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang dirumuskan, maka tujuan dari

penelitian ini sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana tingkat hafalan nazam Alfiyyah santri tingkat

tsanawiyah di Pesantren Al-Itqon Gugen Kota Semarang.

2. Untuk mengetahui bagaimana kemampuan memahami kitab fiqh santri

tingkat tsanawiyah di Pesantren Al-Itqon Gugen Kota Semarang.

3. Untuk menyelidiki korelasi antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

kemampuan memahami kitab fiqh santri tingkat tsanawiyah di Pesantren Al-

Itqon Gugen Kota Semarang.

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi tentang

hubungan antara tingkat hafalan dan kemampuan memahami, dalam hal ini

adalah tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan kemampuan memahami kitab fiqh.

Penulis berharap bahwa informasi dari penelitian ini dapat bermanfaat:

1. Bagi siswa atau santri yang hanya memfokuskan pada hafalan tekstual atau

retensi belaka dapat termotivasi untuk mengembangkannya sampai kepada

pemahaman dan tingkat kemampuan belajar di atasnya.

2. Bagi pemerhati dan praktisi pendidikan Islam, khususnya pesantren, dalam

mengembangkan penerapan metode hafalan agar sesuai dengan konsep

metode hafalan dalam pendidikan Islam.

3. Bagi pengurus lembaga pendidikan, khususnya pesantren, dalam memilih dan

menetapkan kurikulum agar disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang

ingin dicapai.

11

Page 25: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

BAB II

HAFALAN NAZAM ALFIYYAH

DAN KEMAMPUAN MEMAHAMI KITAB FIQH

A. Hafalan Nazam Alfiyyah

1. Teori tentang Hafalan (Memori)

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia hafalan diartikan sebagai

sesuatu yang dihafalkan atau hasil menghafal.1 Hafalan merupakan bentuk

derivasi dari „hafal‟. Hafal berasal dari kata Arab al-h}ifz} yang mempunyai

pengertian:

2. احل ظ ض ط الصور ادلدر ة أ ىو تأ د ادل قول اسـحكا و يف ال قلHafal adalah menguasai naskah-naskah

3 yang dipahami, atau kuat dan

menjadi kokohnya sesuatu yang dipikirkan (diingat) di dalam akal.

Hasil menghafal berarti kemampuan mengingat kembali apa yang

dihafalkan. Menghafal jika dikaitkan dengan proses mengingat kembali

dalam Taksonomi Bloom termasuk di dalam ranah kognitif level dasar, yakni

pengetahuan (knowledge). Pengetahuan dalam pengertian ini melibatkan

proses mengingat kembali hal-hal yang spesifik dan universal, mengingat

kembali metode dan proses, atau mengingat kembali pola, struktur, atau

seting. Mengingat kembali ini lebih daripada sekedar membawa materi secara

tepat ke dalam pikiran. Tujuan pengetahuan dalam hal ini menekankan pada

sebagian besar proses mengingat (proses psikologis).4 Dalam revisi

1 Hasan Alwi, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), Ed. 3, Cet. 2,

hlm. 381. 2 Muhammad „Abd al-Ra`uf al-Munawy, Al-Tawqi>f ‘ala> Muhimma>t al-Ta’a>ri>f, (Beirut: Dar

al-Fikr, 1410 H), hlm. 285. 3 Naskah-naskah digunakan untuk arti al-s}uwar, ada beberapa pilihan arti untuk kata ini, di

antaranya: gambar; bentuk; sifat; macam; cara; salinan sesuai dengan aslinya. Lihat: Ahmad Warson

Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab - Indonesia, (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), Cet. 14, hlm.

802. 4 Lorin W. Anderson dan David R. Krathwohl (eds.), Kerangka Landasan untuk

Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen: Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom, terjemahan dari A

Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing: A Revision of Bloom‟s Taxonomy of Educational

Objectives oleh Agung Prihantoro, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 406.

12

Page 26: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

taksonomi Bloom oleh Lorin W. Anderson dan David R. Krathwohl tujuan

pengetahuan ini semakin dipertegas dengan mengganti term knowledge

(pengetahuan) dengan term remembering (mengingat). Jika tujuan sebuah

pembelajaran adalah menumbuhkan kemampuan untuk meretensi materi

pelajaran sama seperti materi yang diajarkan, maka kategori proses kognitif

yang tepat adalah „mengingat‟ (remembering).5

Mengingat sesuatu yang telah dipelajari adalah aspek pembelajaran

yang amat penting, sementara melupakan apa yang telah dipelajari seringkali

menjadi masalah. Tetapi, para teoretisi pembelajaran cenderung beranggapan

bahwa mengingat dan lupa adalah hal yang lumrah. Meskipun demikian,

dalam penjelasan tentang memori (ingatan) ini terdapat dua pendekatan teori

pembelajaran, yaitu pendekatan koneksionis dan pendekatan kognitif. 6

Seorang psikolog koneksionis, Benton J. Underwood, dalam bidang

pembelajaran verbal mempertanyakan persoalan mengapa seseorang lupa.

Bila sesuatu dia ingat, mengapa hal itu tidak dia ingat selamanya? Dari

berbagai penjelasan yang ada, yang paling berpengaruh adalah interpretasi

penimpaan atau interferensi (interference), bahwa seseorang lupa karena

penjagaan atau retensi (retention) dia atas item tertentu ditimpa oleh item lain

yang dia pelajari yang serupa dengan item tertentu tersebut. Jika seseorang

melupakan sesuatu karena interferensi dari hal lain yang dia pelajari

sesudahnya, maka efek ini dikenal sebagai interferensi retroaktif (retroactive

interference). Akan tetapi, jika interferensi itu berasal dari materi lain yang

5 Ibid., hlm. 99.

6 Dalam teori belajar Koneksionisme Edward Lee Thorndike (1874-1949) mengemukakan 3

hukum pokok dalam belajar: a) law of readiness (hukum persiapan), kuat tidaknya koneksi antara

stimulus (S) yang diberikan dan Respon (R) yang diharapkan tergantung kesiapan individu; b) law of

exercise (hukum latihan), koneksi antara R-S akan semakin kuat jika sering dilatih; dan c) law of

effect (hukum akibat), koneksi antara R-S menjadi lebih kuat jika diikuti dengan akibat (keadaan)

yang memuaskan. Sedangkan yang termasuk teori belajar Kognitif di antaranya ialah teori Gestalt

Max Wertheimer (1880-1943). Gestalt artinya „pola‟; „bentuk‟; atau „konfigurasi‟. Pandangan kaum

Gestalt antara lain: a) Pengalaman itu berstruktur yang terbentuk dari satu keseluruhan. Orang yang

belajar perlu mengamati stimulus dalam „keseluruhan‟ yang terorganisir, bukan dalam bagian-bagian

yang terpisah. b) Belajar ialah suatu proses mendapatkan „insight‟, yaitu pengamatan atau pemahaman

terhadap hubungan antara bagian-bagian di dalam suatu situasi permasalahan (dalam situasi

problematik). Lihat: Mustaqim, Psikologi Pendidikan, (Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN

Walisongo, 2009), hlm. 67 dan 76.

13

Page 27: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

justru dipelajari sebelumnya, maka dikenal sebagai interferensi aktif (active

interference). 7

Adapun versi paling terkenal dari pendekatan kognitif mengenai

memori adalah yang dikemukakan oleh Richard C. Atkinson dan Richard M.

Shiffrin. Mereka berpendapat bahwa memori terdiri atas tiga tempat atau

wadah penyimpanan (stores). Yang pertama adalah „register sensori‟ (sensory

register), bahwa semua informasi yang tiba melalui indera diregistrasi atau

dicatat di register sensori itu. Register sensori menyimpan informasi dalam

waktu yang amat singkat. Kedua adalah tempat menyimpan informasi dalam

waktu yang lebih lama, dan tidak selalu dalam bentuk aslinya yang disebut

„penyimpanan jangka pendek‟ (short term store), atau memori jangka pendek

(short term memory) atau memori kerja (working memory). Pengulangan

(rehearsal) merupakan cara yang bagus untuk mempertahankan agar suatu

item tetap berada dalam memori kerja. Yang Ketiga adalah „penyimpanan

jangka panjang‟ (long term store). Penyimpanan ini memiliki kapasitas tidak

terbatas dan tidak ada hal yang hilang darinya, bila seseorang melupakan

sesuatu yang pernah ada di dalam wadah jangka panjang, hal itu karena dia

tidak bisa menemukannya di dalam sana, sesuatu itu tersedia untuk ditemukan

jika ia bisa memilih strategi pencarian yang tepat untuk memanggilnya

kembali. Ketika sebuah item dipanggil kembali dari penyimpanan jangka

panjang, item tersebut masuk ke dalam penyimpanan jangka pendek, itulah

mengapa yang tersebut terakhir ini dinamakan sebagai memori kerja.8

2. Hafalan sebagai Metode Pembelajaran

Hafalan sebagai metode belajar individual (al-t}ari>qah fi al-ta’allum

fardiyyah) sudah ada sejak masa klasik. Banyak ulama Islam yang begitu

memperhatikan dan menjaga hafalan al-Qur‟an dan hadis-hadis Nabi Saw.

Sebagaimana dikutip oleh Muhammad Athiyyah al-Abrasyi, bahwa Ibnu

Khalkan menyebutkan dalam kitabnya Wafiyya>t al-A’ya>n beberapa ulama

7 Winfred F. Hill, Theories of Learning: Teori-teori Pembelajaran, terjemahan dari

Learning: A Survey of Psychological Interpretations oleh M. Khozim, (Bandung: Nusa Media, 2010),

Cet. III, hlm. 278 – 281. 8 Ibid., hlm. 283 – 287.

14

Page 28: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

yang memiliki ingatan bagus, misalnya Imam Ahmad bin Hanbal telah

menghafal satu juta hadis, Imam al-Bukhari ketika masih kecil sudah

menghafal hampir lima belas ribu hadis,9 dan masih banyak ulama lainnya.

Jika diteliti secara seksama, perhatian dan penjagaan terhadap ingatan

ini mempunyai pengaruh dan peranan yang besar dalam masa permulaan

Islam. Pada saat munculnya Islam, waktu itu mayoritas orang Arab adalah

ummy (belum bisa membaca dan menulis), sehingga mereka berpegang dan

sangat bergantung kepada ingatan mereka dalam menjaga ayat-ayat al-

Qur‟an, hadis-hadis Nabi, ajaran-ajaran agama, kaidah-kaidah Islam, syair-

syair, dan kisah-kisah Arab.

Perlu digaris-bawahi, bahwa ulama Islam di samping memberikan

perhatian terhadap hafalan dan ingatan, mereka juga memperhatikan terhadap

pemikiran, penjelasan, analisis, dan pemahaman komprehensif atas materi

yang dihafalkan. Mereka menjadikan hafalan sebagai perantara (media;

wasi>lah) bukan sebagai tujuan akhir, hal ini dikarenakan pada awal masa

Islam belum banyak orang yang terampil membaca dan menulis.10

Para pendidik Islam banyak yang menganjurkan murid-muridnya

untuk menghafalkan materi yang telah diajarkan. Anjuran ini menunjukkan

bahwa hafalan tidak saja menjadi metode belajar individual, tetapi juga

menjadi metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru.

Metode hafalan dalam pendidikan pesantren pada umumnya

diterapkan untuk menghafal kitab-kitab tertentu, biasanya yang bersifat naz}m

(syair), bukan nas\r (prosa), misalnya nazam Alfiyyah Ibnu Malik. Metode

hafalan juga sering diterapkan untuk pembelajaran al-Qur‟an dan Hadis, yang

biasa disebut metode Tah}fi>z} al-Qur’a>n. Dalam pembelajaran Alfiyyah

menggunakan metode hafalan, santri diberi tugas untuk menghafal sejumlah

nazam (bait) dari kitab Alfiyyah, dan setelah beberapa hari baru setoran

(membacakannya) di depan gurunya. Dalam pengembangan metode hafalan

ini, pola penerapannya tidak hanya menekankan hafalan tekstual dengan

9 Muhammad „Athiyyah al-Abrasyi, Al-Tarbiyah al-Isla>miyyah wa Fala>sifatuha>, (Beirut:

Dar al-Fikr, t.t.), hlm. 212 – 213. 10

Ibid., hlm. 214.

15

Page 29: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

berbagai variasinya, tetapi harus juga melibatkan atau menyentuh ranah yang

lebih tinggi dari kemampuan belajar. Artinya, hafalan tidak saja merupakan

kemampuan intelektual sebatas ingatan (retensi) tetapi juga sampai kepada

pemahaman, analisis, dan evaluasi.11

3. Nazam Alfiyyah

Nazam berarti sajak (syair); karangan.12

Nazam berasal dari Bahasa

Arab al-naz}m yang oleh Al-Jurjany didefinisikan sebagai berikut:

تأليف الكلمات اجلمل تت ة ادل اين ـناس ة الد ت : يف ا صطالح (الن م) 13 . على سب ا يقـضيو ال قل

Nazam menurut istilah adalah rangkaian kata-kata atau kalimat-kalimat

yang runtut maknanya, bersesuaian penunjukan artinya, menurut

penangkapan akal.

Alfiyyah merupakan kata yang dinisbatkan kepada kata alf (seribu),

yang berarti “mengenai atau bersifat seribu”.14

Dalam penelitian ini, Alfiyyah

yang dimaksud adalah kitab Alfiyyah Ibnu Malik. Kitab karya Ibnu Malik ini

dinamai Alfiyyah karena terdiri dari nazam-nazam yang jumlahnya seribuan,

tepatnya 1002 nazam.

Imam Ibnu Malik al-Andalusy lahir pada tahun 597 H di Kota Al-

Jayyan yang merupakan bagian dari wilayah Andalusia Spanyol. Beliau

bernama Muhammad bin Abdillah bin Malik, dan mendapat julukan (laqab)

“Jamaluddin” dan kunyah “Abu Abdillah”. Nama beliau yang terkenal adalah

Ibnu Malik, dengan menisbatkan nasab pada kakeknya, hal ini dikarenakan

ta`addub (beretika) dengan Rasulullah Saw, karena nama beliau dengan

Rasulullah Saw sama, begitu pula nama ayahnya, selain itu karena nama

kakeknya lebih terkenal dibanding nama ayahnya.15

11

HM. Amin Haedari dan Abdullah Hanif (eds.), Masa Depan Pesantren Dalam Tantangan

Modernitas dan Tantangan Kompleksitas Global, (Jakarta: IRD Press, 2004), hlm. 97 – 98. 12

Dendy Sugono, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), hlm. 999. 13

Aly bin Muhammad al-Jurjany, Kita>b al-Ta’rifa>t, (Surabaya: Al-Haramain, 1421), hlm. 239. 14

Ahmad Warson Munawwir, op. cit., hlm. 34. 15

M. Sholihuddin Shofwan, Maqashid An-Nahwiyyah: Pengantar Memahami Alfiyyah, Juz

Awal, (Jombang: Darul Hikmah, 2005), Cet. II, hlm. 7.

16

Page 30: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

Alfiyyah Ibnu Malik merupakan kitab yang berisi kaidah-kaidah

nahwu (gramatika Arab) dan sharaf (morfologi Arab). Kitab ini memuat 1002

nazam yang menjelaskan persoalan tata bahasa Arab dengan pendekatan

nazam yang mudah dihafal. Kitab Alfiyyah berisi kaidah nahwu, dalam arti

kitab ini menjelaskan semua kaidah yang berkaitan dengan keadaan akhirnya

kalimah (kata) dari segi i’ra>b dan mabny-nya, juga menjelaskan keadaan

kalimah ketika tidak di-tarki>b, yang berupa i’la>l, idgha>m, pembuangan dan

pergantian huruf, dan lainnya dari kaidah-kaidah sharaf.16

Para ulama memberi julukan ilmu sharaf dengan “Umm al-‘Ulu>m ”

(ibunya ilmu), dan ilmu nahwu dengan “Abu al-‘Ulu>m ” (ayahnya ilmu),

karena keduanya digunakan untuk memahami semua ilmu berbahasa Arab

yang bersumber dari al-Qur‟an dan sunnah Nabi Muhammad Saw. Ada satu

maqa>lah yang mengatakan: “Barangsiapa yang tabah}h}ur (menguasai secara

mendetail dan mendalam layaknya lautan) terhadap ilmu sharaf dan ilmu

nahwu, maka orang itu akan (mampu) tabah}h}ur dengan semua ilmu”, andil

yang diberikan oleh kedua ilmu itu dalam memahami ilmu-ilmu yang lain

diibaratkan seorang ibu dan ayah dalam melahirkan anak-anaknya.17

Moch. Anwar, salah seorang penerjemah Matan Alfiyyah dalam kata

pengantarnya menjelaskan tentang hukum mempelajari ilmu nahwu dan

sharaf. Dia mengutip sebuah kaidah Ushul Fiqh yang berbunyi:

. ا يـــمم الوااب ال بو فـهو ااب Sesuatu hal di mana suatu kewajiban tidak sempurna kecuali dengannya,

maka sesuatu hal tersebut wajib pula.

Berdasarkan kaidah itu dapat ditarik kesimpulan, bahwa mempelajari

nahwu dan sharaf hukumnya wajib. Hal ini dikarenakan bahwa ajaran Islam

itu sumber pokoknya dari al-Qur‟an dan Hadis. Kedua sumber itu berbahasa

Arab, oleh karenanya setiap umat Islam yang bermaksud mempelajari ajaran

Islam dari kedua sumber tersebut, berkewajiban pula mempelajari sampai

mengerti dan menguasai bahasa Arab dengan segala tata bahasanya, seperti:

16

Ibid., hlm. 4 – 5. 17

Ibid., hlm. iii.

17

Page 31: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

ilmu nahwu dan sharaf, serta kesusasteraannya yaitu: ma’a>ny, baya>n, dan

badi>’. Dan sebelum mempelajari semua tata bahasa dan sastera Arab itu,

terlebih dahulu harus mempelajari ilmu nahwu dan sharaf, karena dengan

keduanya pemahaman dasar bahasa Arab mengenai bentuk kata dan

kedudukannya dalam kalimat dapat diketahui.18

4. Evaluasi Metode Pembelajaran Hafalan

Ada tiga istilah yang sering digunakan dalam melakukan evaluasi,

yaitu pengukuran, asesmen, dan evaluasi. Menurut Griffin dan Nix,

sebagaimana dijelaskan oleh Djemari Mardapi, bahwa pengukuran, asesmen,

dan evaluasi adalah hirarki. Pengukuran membandingkan hasil pengamatan

dengan kriteria, asesmen menjelaskan dan menafsirkan hasil pengukuran,

sedang evaluasi adalah penetapan nilai atau implikasi suatu perilaku, bisa

berupa perilaku individu atau lembaga. Sifat yang hirarkis ini menunjukkan

bahwa setiap kegiatan evaluasi melibatkan pengukuran dan asesmen.19

Dalam artikel “Bahan Presentasi Performance Tes” yang ditulis oleh

Iding Tarsidi, dijelaskan bahwa pengukuran adalah suatu proses atau kegiatan

mengkuantifikasikan atribut dari objek, orang atau kejadian menurut skala

tertentu sehingga dapat dibedakan antara yang satu dengan yang lain, atau

membandingkan sesuatu atas dasar ukuran tertentu. Hasil pengukuran itu

berupa angka yang diperoleh dari pengujian (tes). Pengukuran dalam

pendidikan merupakan pengukuran psikologis, yang bersifat tidak langsung

dengan obyek anak didik yang diukur.20

Iding Tarsidi juga mengutip pendapat Norman E. Gronlund, bahwa

evaluasi adalah suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau membuat

keputusan sampai sejauh mana tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai siswa.

Sedangkan menurut Sajekti Rusi, evaluasi merupakan proses menilai sesuatu,

18

Moch. Anwar, Tarjamah Matan Alfiyah, (Bandung: Alma‟arif, 1996), hlm. 5 – 6. 19

Djemari Mardapi, Teknik Penyusunan Instrumen Tes dan Nontes, (Jogjakarta: Mitra

Cendikia Offset, 2008), hlm. 1 – 2. 20

Iding Tarsidi, “Bahan Presentasi Performance Tes”, diunduh dari http://file.upi.edu/

Direktori/A%20-%20FIP/JUR.%20PEND.%20LUAR%20BIASA/196601041993011%20-%20IDING

%20TARSIDI/MAKALAH%20PERFORMANCE%20TEST.pdf, hlm. 1.

18

Page 32: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

yang mencakup deskripsi tingkah laku siswa baik secara kuantitatif

(pengukuran) maupun kualitatif (penilaian).21

Metode pembelajaran hafalan terkait dengan proses mengingat.

Mengingat (remembering) merupakan kategori pertama dari enam kategori

proses kognitif Benjamin S. Bloom. Tujuan pembelajaran kategori ini adalah

menumbuhkan kemampuan untuk meretensi materi pelajaran sama seperti

materi yang diajarkan. Dalam kategori ini menghafal merupakan proses

mengingat kembali (recalling), di mana dalam prosesnya siswa mencari

informasi di memori jangka panjang (long term memory) dan membawa

informasi tersebut ke memori kerja (working memory) untuk diproses.22

Dengan demikian tujuan dari metode pembelajaran hafalan adalah

menumbuhkan kemampuan untuk meretensi. Oleh karenanya, evaluasi yang

tepat untuk hafalan adalah dengan mengajukan sejumlah pertanyaan kepada

siswa, yang dijawab secara lisan dalam komunikasi langsung. Tes semacam

ini dikenal dengan tes lisan (oral test).23

Pengajaran kitab Alfiyyah di lembaga pendidikan pesantren pada

umumnya menggunakan metode hafalan. Para santri menghafalkan kaidah-

kaidah nahwu dan sharaf tersebut secara individual, lalu mu„allim atau ustadz

mengevaluasi hafalan mereka di depan kelas. Evaluasi sumatif 24

untuk

mengetahui keberhasilan santri dalam menghafal Alfiyyah umumnya

menggunakan tes lisan yang dilaksanakan pada waktu-waktu tertentu,

misalnya di akhir semester yang biasa dikenal dengan Muh}a>faz}ah Kubra>.

B. Memahami Kitab Fiqh

1. Teori tentang Pemahaman

Memahami artinya mengerti benar; mengetahui benar akan sesuatu. 25

Paham yang dalam bahasa Arab adalah al-fahm mempunyai arti:

21

Ibid., hlm. 2. 22

Lorin W. Anderson dan David R. Krathwohl (eds.), op. cit., hlm. 99 dan 104. 23

Iding Tarsidi, op. cit., hlm. 6. 24

Evaluasi sumatif bertujuan untuk menetapkan keberhasilan peserta didik. Nilai yang

dicapai peserta didik ditetapkan lulus atau belum. Lihat: Djemari Mardapi, op. cit., hlm. 11. 25

Hasan Alwi, op. cit., hlm. 811.

19

Page 33: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

26 . تصور ادل ت ن ل ظ ادلخاطب: ال هم

Paham berarti mendeskripsikan makna atau arti dari lafaz (baik lisan

maupun tulisan) orang yang berucap.

Pemahaman dalam taksonomi Bloom diistilahkan dengan komprehensi

(comprehension). Komprehensi merupakan tingkat memahami yang paling

rendah, seperti orang yang mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan dan

dapat menggunakan materi atau ide yang sedang dikomunikasikan tanpa

menghubungkannya dengan materi lain atau tanpa melihat implikasinya.27

Yang termasuk dalam kategori pemahaman adalah:

a. Penerjemahan: komprehensi yang teliti dan akurat untuk memparafrasa-

kan atau menciptakan komunikasi dari satu bahasa atau bentuk

komunikasi ke bahasa atau bentuk komunikasi lainnya. Penerjemahan

dinilai berdasarkan kesetiaan dan akurasinya, yakni sejauh mana materi

dalam bahasa asalnya tetap terpelihara walaupun bahasanya berubah.

b. Penafsiran: penjelasan atau rangkuman atas suatu komunikasi. Jika

penerjemahan melibatkan pengubahan bagian ke bagian komunikasi

secara objektif, penafsiran melibatkan penataan ulang, pengaturan ulang,

atau pandangan baru tentang sesuatu.

c. Ekstrapolasi: meluaskan kecenderungan atau tren melampaui datanya

untuk mengetahui implikasi, konsekuensi, akibat, pengaruh, dan

seterusnya yang sesuai dengan kondisi-kondisi yang dideskripsikan dalam

komunikasi awalnya.28

Term comprehension diubah menjadi understanding dalam revisi

taksonomi pendidikan Bloom oleh Anderson dan Krathwohl. Pengubahan ini

bertujuan untuk meminimalkan pengaburan makna suatu term (istilah). Term

baru ini juga merevisi proses-proses kognitif yang terdapat di dalam versi

sebelumnya, dalam hal istilah yang digunakan dan perubahan urutannya.

Secara sederhana understanding dijelaskan sebagai berikut:

26

Aly bin Muhammad al-Jurjany, op. cit., hlm. 165. 27

Lorin W. Anderson dan David R. Krathwohl (eds.), op. cit., hlm. 411. 28

Ibid., hlm. 411 – 412.

20

Page 34: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

Understanding: Constructing meaning from oral, written, and graphic

messages through interpreting, exemplifying, classifying, summarizing,

inferring, comparing, and explaining.29

Memahami: Mengkonstruksi makna dari pesan-pesan (yang berupa)

lisan, tulisan, atau grafis melalui menafsirkan, mencontohkan, meng-

klasifikasikan, merangkum, membandingkan, dan menjelaskan.

Siswa dikatakan „memahami‟ bila mereka dapat mengkonstruksi

makna dari pesan-pesan pembelajaran, baik yang bersifat lisan, tulisan,

ataupun grafis. Siswa memahami ketika mereka menghubungkan

pengetahuan „baru‟ dan pengetahuan „lama‟ mereka. Lebih tepatnya,

pengetahuan yang baru masuk dipadukan dengan skema-skema dan

kerangka-kerangka kognitif yang telah ada. Lantaran konsep-konsep di otak

seumpama blok-blok bangunan yang di dalamnya berisi skema-skema dan

kerangka-kerangka kognitif, maka Pengetahuan Konseptual (Conceptual

Knowledge) 30

menjadi dasar untuk „memahami‟. Proses-proses kognitif

dalam kategori understanding ini meliputi: interpreting (menafsirkan),

exemplifying (mencontohkan), classifying (mengklasifikasikan), summarizing

(merangkum), inferring (menyimpulkan), comparing (membandingkan), dan

explaining (menjelaskan). 31

2. Kitab Fiqh

Fiqh menurut bahasa berarti al-fahm (paham). Menurut istilah, oleh

Syaikh Abdullah bin Sulaiman al-Jurhuzy fiqh didefinisikan sebagai berikut:

29

Mary Forehand, “Bloom's Taxonomy: Original and Revised”, dalam Michael Orey (ed.),

Emerging Perspectives on Learning, Teaching and Technology, http://www.coe.uga.edu/epltt/bloom.

htm, 10 Februari 2006, hlm. 3. 30

Di dalam revisi taksonomi Bloom, Anderson dan Krathwohl menjadikan pengetahuan

(knowledge) sebagai sebuah dimensi tersendiri di samping dimensi proses kognitif. Pengetahuan

dalam revisi ini dikategorikan menjadi empat, yaitu: Pengetahuan Faktual, yakni pengetahuan tentang

elemen-elemen yang terpisah dan mempunyai ciri-ciri tersendiri; “potongan-potongan informasi”.

Pengetahuan Konseptual adalah pengetahuan tentang “bentuk-bentuk pengetahuan yang lebih

kompleks dan terorganisasi”, pengetahuan ini mencakup pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori,

prinsip dan generalisasi, juga tentang teori, model, dan struktur. Pengetahuan Prosedural adalah

“pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu”. Pengetahuan Metakognitif adalah

“pengetahuan mengenai kognisi secara umum, kesadaran akan dan pengetahuan mengenai kognisi diri

sendiri”. Lihat: Lorin W. Anderson dan David R. Krathwohl (eds.), op. cit., hlm. 39 – 42. 31

Ibid., hlm. 105 – 106.

21

Page 35: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

32 .اا كام اللرعية ال ملية المكـس ة ن أصل صالل

Fiqh adalah hukum-hukum syari‟at yang berhubungan dengan amal

perbuatan yang diambil dari dalil terperinci.

Fiqh termasuk salah satu ilmu yang besar manfaatnya, fiqh adalah

dasar dalam bertakwa (asa>s al-taqwa> ). Dengan fiqh dapat diketahui sahihnya

ibadah lahiriah, sehingga penting untuk dipelajari, baik oleh orang-orang

kha>s}s} yang mempunyai pengetahuan mendalam maupun oleh orang awam.

Demikian ini sebagaimana dijelaskan dalam nazam Al-Fara>’id al-Bahiyyah :

سيما ال قو أساس الــالقوى ○ بـ د فال ـلم ع ــيم الـجد ى 33 ذ ىــو للخصــوص ال مـــوم ○ فـهـو أىـــمم سـائـــر الـ ـلـــــــــــــــــــــــوم

Wa ba‟du, ilmu itu besar manfaatnya, terlebih ilmu Fiqh yang merupakan

dasar bertakwa. Fiqh adalah yang terpenting dari beberapa ilmu, karena

fiqh (dipelajari) oleh orang-orang khusus dan juga orang-orang umum.

Fiqh menjadi salah satu disiplin ilmu yang populer di pesantren. Oleh

Martin van Bruinessen, fiqh dianggap sebagai ilmu terpenting dalam

khazanah keilmuan tradisional.34

Hampir dapat dipastikan bahwa dalam

kurikulum pesantren tradisional terdapat kajian ilmu fiqh, dan ilmu ini

mendapat perhatian yang lebih dari pada yang lain. Namun, pengetahuan fiqh

di pesantren ini masih dianggap sebatas tekstual oleh para pembaharu. Kaum

modernis mempertanyakan relevansinya, kaum puritan menyatakan bahwa

fiqh banyak mengandung bid‟ah. Fiqh tradisional di Indonesia menuntut

sikap taqli>d pada ajaran-ajaran hukum salah seorang dari empat imam

madzhab fiqh ortodoks abad pertengahan, madzhab Syafi‟i. Ajaran-ajaran ini

dipelajari melalui berbagai karya yang bersifat ulasan (syarh}) dan ulasan atas

ulasan (h}a>syiyah) atas karya-karya abad pertengahan, yang –dalam

32

Abu al-Faidl Muhammad Yasin bin „Isa al-Fadany, Al-Fawa>’id al-Janiyyah, H}a>syiyah al-Mawa>hib al-Saniyyah Syarh} al-Fara>’id al-Bahiyyah, Juz 1, (Beirut: Dar al-Fikr, 1997), hlm. 38 – 39.

33 Ibid., hlm. 61 – 63.

34 Martin van Bruinessen, NU Tradisi Relasi-relasi Kuasa: Pencarian Wacana Baru,

(Yogyakarta: LKiS, 2009), Cet. VII, hlm. 20.

22

Page 36: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

pandangan kaum pembaharu– menjadi tabir penghalang antara masa sekarang

dan masa Nabi Saw.35

Kitab secara bahasa artinya buku.36

Dalam dunia pesantren, kata kitab

biasanya merujuk kepada literatur khas pesantren, yakni kitab kuning. Kitab

kuning disebut juga al-kutub al-qadi>mah, karena kitab-kitab tersebut dikarang

lebih dari seratus tahun yang lalu. Ada juga yang menyebutkannya dengan al-

kutub al-s}afra>’ atau “kitab kuning”, karena biasanya kitab-kitab itu dicetak di

atas kertas berwarna kuning, sesuai kertas yang tersedia waktu itu.37

Kitab

kuning juga disebut dengan kitab gundul, karena menggunakan huruf Arab

tanpa harakat atau syakal.38

Saat ini, meskipun kebanyakan pesantren telah memasukkan

pengajaran pengetahuan umum sebagai suatu bagian penting dalam

pendidikan pesantren, namun pengajaran kitab kuning atau kitab-kitab Islam

klasik tetap diberikan sebagai upaya untuk meneruskan tujuan utama

pesantren mendidik calon-calon ulama, yang setia kepada faham Islam

tradisional. Keseluruhan kitab-kitab klasik yang diajarkan di pesantren dapat

digolongkan ke dalam delapan kelompok, yaitu: 1) nahwu (syntax) dan sharaf

(morfologi); 2) fiqh; 3) ushul fiqh; 4) hadis; 5) tafsir; 6) tauhid; 7) tashawuf

dan etika; dan 8) cabang-cabang lain seperti tarikh dan balaghah.

Kesemuanya itu dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok, yaitu: kitab-

kitab dasar, kitab-kitab menengah, dan kitab-kitab besar.39

Marten van Bruinessen pernah melakukan pengamatan terhadap kitab-

kitab fiqh yang banyak beredar di pesantren. Ia melakukannya dengan cara

mengunjungi toko-toko kitab kuning yang bertebaran di Nusantara dan

dengan mengunjungi pesantren-pesantren. Berdasarkan pengamatan Marten,

kitab fiqh yang banyak beredar di pesantren dapat dilihat dalam tabel berikut:

35

Ibid. 36

Hasan Alwi, op. cit., hlm. 573. Al-Kita>b bentuk mufrod dari al-kutub. Ahmad Warson

Munawwir, op. cit., hlm. 1187. 37

Rohadi Abdul Fatah, dkk., Rekonstruksi Pesantren Masa Depan (dari Tradisional,

Modern, hingga Post Modern), (Jakarta: PT. Listafariska Putra, 2008), Cet. II, hlm. 22. 38

HM. Amin Haedari dan Abdullah Hanif (eds.), op. cit., hlm. 37. 39

Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi tentang Pandangan Hidup Kyai, (Jakarta:

LP3ES, 1982), hlm. 50 – 51.

23

Page 37: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

Tabel 1

Kitab Fiqh yang Banyak Beredar di Pesantren 40

No Daerah

Sum

ater

a

Kal

sel

Jabar

Jate

ng

Jati

m

Jumlah Tingkat

Jumlah Pesantren 4 3 9 12 18 46

1 Fath} al-Mu’i>n 2 1 7 6 16 32 Aliyah

2 I’a>nah al-T}a>libi>n 2 2 0 0 0 4 Ts

3 Taqri>b li Aby Syuja’ 2 1 4 7 9 23 Aliyah

4 Fath} al- Qari>b al-Muji>b 2 1 4 7 9 23 Ts/Aliyah

5 Kifa>yah al-Akhya>r 1 0 6 4 7 18 Ts/Aliyah

6 Al-Baiju>riy 1 0 1 0 1 3

7 Al-Iqna>’ 0 1 1 0 5 7

8 Minha>j al-T}a>libi>n 2 0 2 0 1 5 Aliyah

9 Minha>j al-T}ulla>b 0 0 0 0 1 1

10 Fath} al-Wahha>b 0 1 5 4 10 20 Aliyah

11 Al-Mah}alli 4 1 1 2 1 9 Aliyah

12 Minha>j al-Qawi>m 0 0 2 2 3 7

13 Safi>nah al-Naja>h 1 0 6 7 7 21 Ts

14 Kasyi>fah al-Saja> 0 0 1 0 3 4

15 Sullam al-Tawfi>q 0 1 5 2 13 21 Ts

16 Tah}ri>r 0 1 2 1 5 9 Aliyah

17 Riya>d} al-Badi>’ah 0 0 2 1 2 6

18 Sullam al-Muna>ja>t 0 0 2 1 2 5

19 ‘Uqu>d al-Lujain 0 0 1 1 2 4 Ts

20 Sitti>n 0 1 2 0 0 3

21 Al-Muhaz\z\ab 0 0 0 1 2 3

22 Bugyah al-Mustarsyidi>n 0 0 1 0 2 3

23 Al-Maba>di’ al-Fiqhiyyah 0 0 1 2 5 8 Ts

24 Fiqh al-Wa>dih} 0 0 0 1 3 4 Ts

25 Sabi>l al-Muhtadi>n 0 1 0 0 0 1 Ts

Sumber: Martin van Bruinessen, Kitab Kuning, Pesantren, dan Tarekat, hlm. 29.

Keterangan: “Ts” singkatan dari “Tsanawiyah”

40

Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning, Pesantren, dan Tarekat, (Bandung: Mizan, 1999),

Cet. III, hlm. 29.

24

Page 38: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

Menurut penjelasan Abdurrahman Wahid, dalam cabang ilmu fiqh, di

pesantren-pesantren tetap diajarkan kitab-kitab fiqh yang mendalam dengan

penguasaan alat-alat bantu yang mengagumkan, seperti terlihat dari pengajian

kitab fiqh Al-Muhaz\z\ab, Fath} al-Wahha>b, Qulyu>by wa ‘Umairah, bahkan

Bijurain yang merupakan komentar fiqh yang sangat dalam. Lebih jauh dari

itu, diajarkan pula penggunaan referensi fiqh yang berukuran raksasa seperti

Majmu‟, yang merupakan komentar atas kitab Al-Muhaz\z\ab. Penggunaan

kitab-kitab fiqh ini dilakukan dalam rangka untuk menjaga kualitas fiqh di

pesantren, sehingga tercapai standarisasi dalam penggunaan kitab dasar fiqh,

yaitu Taqri>b yang terkenal itu.41

Kitab Taqri>b atau Gha>yah al-Ikhtis}a>r adalah karya Imam Abu Thayib,

Ahmad bin Husain bin Ahmad al-Ashfahani, yang dikenal dengan julukan

Imam Abi Syuja‟. Kitab ini merupakan kitab mukhtas}ar, yaitu singkat namun

padat isi, dalam arti redaksi kalimatnya pendek, tapi kandungan arti dan

maknanya luas.42

Sebagaimana kitab-kitab mukhtas}ar lainnya, kitab Taqri>b

juga terdapat kitab syarahnya, di antara kitab syarah yang sudah biasa

digunakan di pesantren yaitu kitab Fath} al-Qari>b al-Muji>b.

Kitab Fath} al-Qari>b adalah salah satu karya monumental ulama

muta‟akhirin dari kalangan Syafi‟iyyah, yakni Syaikh Syamsuddin Abu

„Abdillah, Muhammad bin Qasim al-Ghuzziy, yang menjadi standar kitab

bagi pesantren di Indonesia. Bahkan di beberapa pesantren, kitab tersebut

menjadi tolok ukur santri dalam penguasaan kitab kuning/klasik. Sebuah

Kitab kecil yang banyak sekali memiliki keunggulan dibanding kitab-kitab

lain dan diajarkan hampir di semua madrasah/pesantren tradisional yang

bermadzhab Syafi‟i.

Di dalamnya mengupas permasalahan ‘ubu>diyyah sampai masalah

mu‟amalah dengan sangat lugas, berorientasi pada perbadingan pendapat

ulama mujtahid madzhab dari kalangan Syafi‟iyyah (Imam Al-Nawawi dan

41

Abdurrahman Wahid, Menggerakkan Tradisi; Esai-esai Pesantren, (Yogyakarta: LKiS,

2010), Cet. III, hlm. 227 – 228. 42

Muhammad bin Qasim al-Ghuzziy, Fath} al-Qari>b al-Muji>b, (tt.p.: Da>r Ih}ya>’ al-Kutub al-

‘Arabiyyah, t.t.), hlm. 3.

25

Page 39: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

Imam Al-Rofi‟i) dan ulama muta‟akhirin (Imam Ibnu Hajar al-Haitamy dan

Imam Ar-Ramly). Ada hal yang menarik dari kitab kecil ini, karena kitab ini

termasuk salah satu kitab fiqh yang banyak disyarahi/dikomentari oleh ulama-

ulama setelahnya, seperti al-Tawsyi>h} karya Imam Nawawi al-Bantany,

H}a>syiyah al-Ba>ju>ry, al-Iqna>’, Al-Bujairamy dan masih banyak lainnya.43

3. Evaluasi Kemampuan Memahami Kitab Fiqh

Kemampuan memahami kitab fiqh diartikan sebagai kecakapan santri

untuk mendeskripsikan atau menjelaskan makna lafaz-lafaz yang terdapat

dalam kitab Fiqh. Dalam penelitian ini kitab yang digunakan adalah kitab

Fath} al-Qari>b al-Muji>b.

Sebagaimana dijelaskan dalam teori pemahaman (understanding)

Taksonomi Bloom yang direvisi, terdapat tujuh proses kognitif dalam

kategori “memahami” ini, yaitu: menafsirkan, mencontohkan, mengklasifika-

sikan, merangkum, menyimpulkan, membandingkan, dan menjelaskan.

Anderson dan Krathwohl dalam buku revisinya itu menjelaskan format

asesmen yang tepat untuk mengukur kemampuan setiap proses kognitif.

Untuk empat proses kognitif yang pertama, format asesmennya menggunakan

bentuk tes yang dapat berupa jawaban singkat atau pilihan ganda. Sedangkan

untuk asesmen “menyimpulkan” terdapat tiga tes, yaitu: tes melengkapi, tes

analogi, dan tes pengecualian. Untuk mengases proses kognitif

“membandingkan” digunakan pemetaan. Sedangkan tugas-tugas penalaran,

penyelesaian masalah, desain ulang, dan prediksi dapat digunakan untuk

mengases kemampuan siswa dalam “menjelaskan”.44

Siswa dikatakan “memahami” bila mereka dapat mengkonstruksi

makna dari pesan-pesan pembelajaran, baik yang bersifat lisan, tulisan,

ataupun grafis. Konstruksi secara bahasa berarti susunan dan hubungan kata

dalam kalimat atau kelompok kata. Dalam hal mengkonstruksi makna ini,

pada pembelajaran kitab kuning yang dilaksanakan di pesantren sudah lazim

menggunakan makna gandul (ta’li>qa>t) sebelum menjelaskan isi atau maksud

43

“Resensi Fathul Qorib”, http://pesantren-qotrunnada.com/index.php?view=article&catid

=37:coretan-santri&id=52:resensi-qfathul-qoribq&format=pdf, diunduh 19 Januari 2011. 44

Lorin W. Anderson dan David R. Krathwohl (eds.), op. cit., hlm. 106 – 115.

26

Page 40: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

dari materi yang dikaji. Makna gandul ini, di samping untuk mengetahui arti

atau makna setiap kata dari materi yang sedang dikaji, juga untuk mengetahui

kedudukan kata dalam kalimat, misalnya di pesantren Jawa jika kata itu

menjadi mubtada‟ diberi makna utawi dan ditandai dengan simbol huruf mim

fā‟il dengan makna ,(خ) ‟menjadi khabar dengan iku simbolnya huruf kha ,(م)

sopo tandanya huruf fa‟ (ف), dan makna-makna lainnya dengan simbol-

simbol yang menunjukkan kedudukan kata itu dalam kalimat.

C. Kajian Pustaka

Di dalam buku Al-Tarbiyah al-Isla>miyyah wa Fala>sifatuha, bab Metode-

metode Umum dalam Belajar (al-T}uruq al-‘A<mmah fi> al-Tadri>s), Muhammad

Athiyyah al-Abrasyi menjelaskan bahwa belajar dengan hafalan (al-ta’allum bi al-

h}ifz} wa al-istiz}ha>r 45) merupakan sebuah metode pembelajaran yang biasa atau

lazim digunakan oleh orang-orang terdahulu (pada masa Klasik) maupun

sekarang. Al-Khalil bin Ahmad berkata:

46". ا ي ا ـ ـو ـ ـو ـو ا ـو ت"

“Aku tidaklah mendengar sesuatu kecuali aku menulisnya, dan aku tidak

menulisnya kecuali aku menghafalnya, dan tidaklah aku menghafal

sesuatu kecuali bermanfaat untukku”

Perkataan ini menunjukkan bahwa metode hafalan itu terkait dengan

pemahaman, karena tidak mungkin apa yang dihafalkan itu berbuah manfaat

kecuali dengan memahaminya dengan baik. Atau dengan kata lain, untuk

membantu mengingat apa yang telah dipahami, para pelajar berusaha untuk

menghafalkannya, baik proses menghafal itu dilakukan setelah mereka

memahami materinya atau pun sebelumnya, dalam arti menghafal terlebih

dahulu baru kemudian berusaha untuk memahami.

Metode hafalan yang diterapkan di pesantren-pesantren, umumnya

dipakai untuk menghafal kitab-kitab tertentu, kitab yang bersifat nazam (syair),

45

Istiz}ha>r dari kata kerja istaz}hara yang berarti “meletakkan sesuatu di belakang untuk

memeliharanya”, arti ini sama dengan hafalan. Mahmud Yunus, Kamus Arab – Indonesia, (Jakarta:

PT. Mahmud Yunus Wadzurriyyah, 1990), hlm. 250. 46

Muhammad „Athiyyah al-Abrasyi, op. cit., hlm. 213.

27

Page 41: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

bukan nas\r (prosa); dan itu pun pada umumnya terbatas pada ilmu kaidah

bahasa Arab, misalnya nazam Alfiyyah Ibnu Malik.47

Berlandaskan bahwa hafalan Alfiyyah merupakan salah satu metode

pembelajaran yang ada dan masih digunakan di pesantren-pesantren, maka

muncullah penelitian ini, yakni penelitian korelasi antara tingkat hafalan nazam

Alfiyyah dan kemampuan memahami kitab fiqh. Fiqh dipilih oleh penulis

mengingat fiqh merupakan salah satu disiplin ilmu yang paling diminati dan

sangat populer di berbagai pesantren Indonesia, khususnya Jawa. Fiqh

merupakan piranti pokok yang mengatur secara mendetail perilaku kehidupan

umat selama dua puluh empat jam setiap harinya.48

Penulis menyadari bahwa sudah ada beberapa penelitian yang dilakukan

di Pesantren Al-Itqon Gugen Kota Semarang, begitu juga penelitian ini bukanlah

satu-satunya penelitian yang membahas tentang hafalan nazam Alfiyyah,

ataupun pemahaman kitab fiqh. Oleh karenanya, untuk menghindari

pengulangan hasil temuan yang membahas permasalahan yang sama dari

peneliti-peneliti sebelumnya, maka penulis perlu memaparkan beberapa

penelitian relevan yang pernah dilakukan sebagai berikut:

Pertama, dari segi lokasi penelitian, memang pernah dilakukan beberapa

penelitian di lokasi yang sama, yakni di Pondok Pesantren Al-Itqon Desa Gugen

Kelurahan Tlogosari Wetan Kecamatan Pedurungan Kota Semarang. Namun

fokus penelitian-penelitian itu berbeda dengan penelitian ini. Salah satunya

adalah penelitian Muhsinin (3603031), dengan skripsi yang berjudul “Studi

Implementasi Pemberian Hadiah dan Hukuman Pendidikan Pesantren (Studi

Kasus Pondok Pesantren Al-Itqon Gugen Tlogosari Semarang)”, tahun 2006

Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang. Dia memilih pesantren Al-Itqon

sebagai lokasi penelitian, karena di lembaga ini diterapkan reward dan

punishment yang menjadi objek kajiannya.

Hasil penelitian Muhsinin menunjukkan bahwa; hadiah dalam pendidikan

Islam merupakan pendidikan represif yang diberikan kepada siswa atau peserta

47

HM. Amin Haedari dan Abdullah Hanif (eds.), op. cit., hlm. 17 dan 97. 48

Iksan, “Tradisi Pemakaian Kitab Kuning dalam Pembelajaran Fiqih pada MTs Berbasis

Pesantren di Jawa Timur”, Tesis, (Surabaya: Program Pascasarjana IAIN Sunan Ampel, 2009), hlm. 51-52.

28

Page 42: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

didik setelah mengerjakan kegiatan positif dan bertujuan agar dia lebih giat

untuk belajar mencapai prestasi yang lebih baik serta dengan harapan dapat

memotivasi teman-temannya yang belum berprestasi. Sedangkan hukuman

dalam pendidikan Islam merupakan tindakan yang dilakukan dengan sadar oleh

pendidik sebagai peringatan kepadanya atas pelanggaran yang dibuatnya sesuai

dengan prinsip dan nilai-nilai keislaman, yang bertujuan sebagai tuntunan.

Implementasi hadiah dan hukuman pada pendidikan Pondok Pesanten Al-Itqon

ternyata sesuai dengan prinsip dan nilai-nilai keislaman. Artinya,

diberlakukannya hadiah bertujuan memberikan penghargaan dan motivasi

kepada para santri agar senantiasa melakukan perilaku positif. Sedangkan

hukuman yang diberikan kepada para santri yang melanggar, orientasinya tetap

kepada tindakan edukatif yang bertujuan sebagai tuntunan dan perbaikan.

Namun ada beberapa kritik terhadap hukuman yang diberlakukan di Pondok

Pesantren Al-Itqon, yakni tentang hukuman bersifat fisik yang dijalankan tanpa

kesepakatan pengurus pesantren, hukuman ini dilakukan hanya untuk

menjatuhkan martabat oleh teman-teman sekamarnya saja.49

Kedua, tentang hafalan nazam Alfiyyah, Abdul Gafur Muhlis

(D02205019), mahasiswa IAIN Sunan Ampel Surabaya, Fakultas Tarbiyah

Jurusan Pendidikan Bahasa Arab, tahun 2009 dengan judul skripsi:

للطالب ال ربية قراءة الكـب اءة تنمية ىف تط يقها اال ية م حت يظ طريقة" 50". بنكالن غاليس الكرا ة فـتاصلان ور السل ى مب هد اإلسال ى

“Metode Menghafal Nazam Alfiyyah Ibnu Malik dan Penerapannya dalam

Mengembangkan Kemampuan Membaca Kitab-kitab Bahasa Arab bagi

Santri di Pondok Pesantren Nurul Karomah Paterongan Galis Bangkalan”.

Skripsi ini merupakan penelitian kualitatif yang bertujuan untuk

mengetahui penerapan menghafal nazam Alfiyyah di pesantren Nurul Karomah

49

Muhsinin, “Studi Implementasi Pemberian Hadiah dan Hukuman Pendidikan Pesantren

(Studi Kasus Pondok Pesantren Al-Itqon Gugen Tlogosari Semarang)”, Skripsi, (Semarang: Fakultas

Tarbiyah IAIN Walisongo, 2006). 50

Abdul Gafur Muhlis, “T}ari>qah Tah}fi>z} Naz}m al-Alfiyyah wa Tat}bi>quha> fi> Tanmiyah

Kafa>’ah Qira>’ah al-Kutub al-‘Arabiyyah li al-T}ulla>b bi Ma’had al-Isla>my al-Salafy Nu>r al-Kara>mah

Paterongan Galis Bankala>n”, Skripsi, (Surabaya: Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel, 2009).

29

Page 43: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

Paterongan Galis Bangkalan; dan efektivitas penerapannya terhadap kemampuan

membaca kitab-kitab berbahasa Arab. Walaupun objek penelitian skripsi ini

sama dengan penelitian yang dilakukan penulis, namun metodologinya berbeda,

yakni kualitatif dan kuantitatif. Pokok permasalahan dalam penelitian penulis

adalah menyelidiki korelasi antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

kemampuan memahami kitab fiqh, bukan deskripsi kualitatif tentang efektivitas

penerapan metode menghafal nazam Alfiyyah terhadap kemampuan membaca

kitab-kitab berbahasa Arab.

Dalam skripsinya ini, untuk mendapatkan data-data yang berhubungan

dengan pembahasan, Abdul Gafur menggunakan lima metode, yaitu: observasi,

interview, tes, angket, dan dokumentasi. Setelah mendapatkan data-datanya,

kemudian ia menganalisa sesuai dengan jenis datanya. Dari analisis tersebut,

Abdul Gafur menyimpulkan bahwa : (1) penerapan hafalan nazam Alfiyyah bagi

santri di Pondok Pesantren Nurul Karomah Paterongan Galis Bangkalan sangat

efektif dan baik, (2) kemampuan membaca bagi santri di Pondok tersebut juga

baik dilihat dari tes baca yang telah di lakukan olehnya, (3) kemampuan

membaca bagi santri dengan metode menghafal nazam Alfiyyah Ibnu Malik

sangat efektif dan baik.

Ketiga, mengenai kitab fiqh, sebuah tesis “Tradisi Pemakaian Kitab

Kuning dalam Pembelajaran Fiqih pada MTs Berbasis Pesantren di Jawa

Timur”, 2006, yang ditulis oleh Iksan (F0640711), program pascasarjana IAIN

Sunan Ampel Surabaya, membahas tentang kitab kuning, khususnya fiqh, akan

tetapi aspek yang diteliti bukan pada kemampuan memahaminya.

Beberapa kesimpulan dari tesis ini antara lain: 1) Kitab kuning fiqh yang

dipelajari di madrasah tsanawiyah berbasis pesantren di Jawa Timur adalah

Maba>di’ al-Fiqhiyyah III, Taqri>b, Fath} al-Qari>b, Fath} al-Mu’i>n, Tah}ri>r, dan

Minha>j al-T}ulla>b, kesemuanya adalah kitab kuning fiqh bermadzhab Sya>fi’iy.

Dari penelitian ini didapati dua karakter kitab kuning yang digunakan dalam

pembelajaran fiqh. Pertama, kitab kuning berkategori dasar; Maba>di’ al-

Fiqhiyyah, Taqri>b, dan Fath} al-Qari>b. Kedua, kitab kuning fiqh berkategori

lanjutan; Fath} al-Mu’i>n, Tah}ri>r, dan Minha>j al-T}ulla>b.

30

Page 44: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

2) Ada dua tipologi motif pemakaian kitab kuning fiqh, yaitu because-motive

dan in-order-to-motive. Pertama, dari because-motive yang terungkap didapati

bahwa penggunaan kitab kuning fiqh di madrasah berbasis pesantren didasarkan

atas keinginan untuk melestarikan tradisi keilmuan yang sudah establish di

pesantren dan dianggap sebagai tradisi yang baik dan layak untuk dipertahankan

berdasar kaidah “Al-Muh}a>faz}ah ‘ala al-qadi>m al-s}a>lih wa al-akhz\u bi al-jadi>d al-

as}lah”. Bahkan kitab kuning menurut mereka adalah ciri dari madrasah berbasis

pesantren itu sendiri dan tidak terpisahkan. Sedangkan dalam in-order-to-motive

yang ingin dicapai dengan pemakaian kitab kuning dalam pembelajaran fiqh

adalah untuk mengenalkan kitab kuning pada para santri, memberikan santri

kemampuan untuk menggali hukum Islam secara mandiri dan sebagai usaha

untuk menjadikan anak didik sebagai seorang muslim yang tafaqquh fi al-di>n.

3) Secara garis besar metode yang dipakai dalam pembelajaran fiqh dengan

menggunakan kitab kuning fiqh adalah penggabungan antar metode pembelaja-

ran kitab kuning yang ada di pesantren-pesantren, yaitu bandongan/wetonan,

sorogan, dan hafalan.51

Dari beberapa penelitian di atas, penulis menganggap bahwa penelitian

ini berbeda dari penelitian-penelitian sebelumnya, sehingga penulis tertarik

untuk melakukan penelitian dengan pokok pembahasan tentang korelasi antara

tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan kemampuan memahami kitab fiqh santri

tingkat tsanawiyah, yang dalam hal ini mengambil lokasi penelitian di Pesantren

Al-Itqon Gugen Kota Semarang.

D. Pengajuan Hipotesis

Penelitian berbentuk korelasi (correlations studies) termasuk penelitian

berhipotesis. Hipotesis diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara

terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang

terkumpul.52

51

Iksan, op. cit. 52

Hipotesis berasal dari kata “hypo” yang artinya “di bawah” dan “thesa” yang artinya

“kebenaran”. Jadi hipotesis merupakan teori sementara yang dibuat oleh peneliti, yang kebenarannya

masih perlu diuji (di bawah kebenaran). Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan

Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), Cet. XIII, hlm. 71.

31

Page 45: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

Taksonomi pendidikan Benjamin S. Bloom maupun revisinya bersifat

hirarkis, ini berarti bahwa kategori proses kognitif “mengingat” (remembering)

merupakan dasar bagi kategori-kategori selanjutnya, termasuk “memahami”

(understanding). Artinya belajar tidak hanya berhenti pada “mengingat” saja,

tetapi harus ditindak-lanjuti dengan “memahami” sampai “mencipta”, dan siswa

yang telah berada pada tingkat kemampuan belajar “memahami” berarti telah

menguasai tingkat kemampuan belajar sebelumnya, yakni “mengingat”. Hal ini

sebagaimana penjelasan Athiyyah al-Abrasyi tentang metode menghafal dalam

pendidikan Islam, bahwa menghafal itu tidak terbatas pada tekstual belaka,

tetapi menjadi penunjang dan media untuk mencapai pemahaman, dengan kata

lain, hafalan harus dipadukan dengan pemahaman. Penjelasan tersebut

menunjukkan adanya hubungan erat antara hafalan dan pemahaman, dalam arti

hafalan seharusnya diikuti dengan pemahaman, dan dalam proses memahami

harus didasari dengan kemampuan mengingat.

Di pesantren-pesantren Indonesia, metode menghafal biasanya diterapkan

untuk materi pelajaran yang bersifat nazam, misalnya nazam Alfiyyah Ibnu

Malik. Santri diberi tugas untuk menghafal sejumlah nazam Alfiyyah, kemudian

diadakan evaluasi untuk mengetahui tingkat hafalannya.

Fiqh merupakan cabang ilmu yang populer di pesantren, di mana

referensinya biasanya menggunakan kitab kuning yang merupakan ciri dari

pesantren. Kitab kuning disebut juga dengan kitab gundul, karena menggunakan

huruf Arab tanpa harakat atau syakal. Di antara kitab fiqh yang banyak dijadikan

sebagai referensi dalam pembelajaran fiqh di pesantren adalah kitab Fath} al-

Qari>b. Pemahaman santri terhadap kitab fiqh ini menjadi tolok ukur santri dalam

penguasaan kitab klasik.

Keberhasilan pembelajaran kitab fiqh antara lain ditentukan oleh

kemampuan membuka kegundulan itu dengan menemukan harakat-harakat yang

benar. Dengan mengetahui kedudukan (tarki>b) masing-masing kata dan

perubahan (tas}ri>f ) kata itu, seorang santri akan mampu memahami isi kitab fiqh,

dengan cara menerjemahkan secara benar sesuai konstruksi kata dalam kalimat,

serta menjelaskan maksud dari kitab fiqh itu. Sedangkan untuk mempunyai

32

Page 46: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

kemampuan membuka kegundulan kitab kuning, diperlukan penguasaan

terhadap ilmu nahwu dan sharaf, yang mana keduanya menjadi kajian dalam

nazam-nazam Alfiyyah Ibnu Malik.

Berdasarkan pendapat „Athiyyah al-Abrasyi bahwa menghafal dalam

konsep pendidikan Islam itu terpadu dengan pemahaman, maka diprediksikan

bahwa santri yang tingkat hafalan Alfiyyahnya baik akan mempunyai

pemahaman ilmu nahwu dan sharaf yang baik pula, sehingga dengan ilmu itu ia

mampu memahami kitab-kitab gundul termasuk kitab-kitab fiqh.

Demikian juga, berdasarkan penjelasan Mary Forehand bahwa taksonomi

Bloom itu bersifat hirarkis, apabila seorang santri mampu memahami kitab fiqh

dengan baik, berarti ia mempunyai kemampuan untuk mengingat istilah-istilah

atau elemen-elemen yang terkait dengan fiqh. Jika ia mampu mengingat istilah-

istilah yang terkait dengan fiqh, besar kemungkinannya ia juga mempunyai

kemampuan mengingat akan hal-hal yang lain dengan baik, seperti menghafal

nazam-nazam Alfiyyah.

Dengan demikian terdapat hubungan antara tingkat hafalan nazam

Alfiyyah dan kemampuan memahami kitab fiqh, walaupun hubungan yang ada

bukan hubungan secara langsung, sebagaimana hubungan sebab-akibat, maupun

pengaruh-dipengaruhi. Hubungan antara dua variabel inilah yang akan dicari

koefisien korelasinya, sehingga dapat dibuktikan ada tidaknya korelasi antar

keduanya, dan jika ada apakah hubungan itu signifikan atau tidak.

Dari penjelasan di atas, hipotesis penulis dalam penelitian ini adalah

terdapat korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

kemampuan memahami kitab fiqh santri, yang dalam hal ini santri tingkat

tsanawiyah di Pesantren Al-Itqon Gugen Kota Semarang. Artinya jika tingkat

hafalan nazam Alfiyyah santri baik maka kemampuannya memahami kitab fiqh

berkecenderungan baik, demikian juga sebaliknya, jika tingkat hafalannya buruk

maka kemampuan memahami kitab fiqh cenderung buruk. 53

53

Namun perlu diketahui dan diingat bahwa korelasi tidak selalu menunjuk pada hubungan

sebab-akibat. Aji Sofanudin, Metodologi Penelitian Ilmu Tarbiyah, (Semarang: Lakmus Indonesia,

2009), hlm. 61.

33

Page 47: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan prosedur atau tahapan-tahapan dalam

melakukan suatu penelitian, atau dengan kata lain, metode penelitian adalah

cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis data.1 Metode

penelitian merupakan hal yang sangat penting bagi seorang peneliti, karena

ketepatan dalam menggunakan suatu metode akan dapat menghasilkan data yang

tepat pula, sehingga penelitian tersebut dapat dipertanggungjawabkan secara

ilmiah dalam bentuk skripsi.2

Dari judul skripsi “Studi Korelasi Antara Tingkat Hafalan Nazam

Alfiyyah dan Kemampuan Memahami Kitab Fiqh Santri Tingkat Tsanawiyah di

Pesantren Al-Itqon Gugen Kota Semarang”, menunjukkan bahwa metode

penelitian yang digunakan adalah kuantitatif korelasional. Disebut penelitian

kuantitatif di antaranya dilihat dari jenis datanya yang berbentuk bilangan

(angka) atau yang disebut sebagai data kuantitatif. Termasuk korelasional karena

penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua

variabel. Hubungan variasi dalam sebuah variabel dengan variabel yang lain

diketahui dengan teknik korelasional.3

Dalam pengumpulan data yang dibutuhkan, penulis menggunakan

metode tes, berupa tes kecakapan lisan untuk menjaring data tingkat hafalan

nazam Alfiyyah, dan tes tertulis untuk menjaring data kemampuan memahami

kitab fiqh. Data-data yang terkumpul kemudian dianalisis dengan teknik analisis

korelasional menggunakan rumus korelasi product moment, di mana besarnya

atau tingginya hubungan antara dua variabel itu dinyatakan dalam bentuk

koefisien korelasi.

1 Aji Sofanudin, Metodologi Penelitian Ilmu Tarbiyah, (Semarang: Lakmus Indonesia,

2009), hlm. 35. 2 Noeng Muhajir, Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Rike Sarasing, 1989), hlm. 11.

3 Aji Sofanudin, op. cit., hlm. 30 dan 61.

34

Page 48: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

35

B. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah rumusan kalimat yang menunjukkan adanya

sesuatu hal yang diperoleh setelah penelitian selesai dilaksanakan.4 Dan tujuan

penelitian ini secara umum adalah untuk memperoleh gambaran tentang

hubungan antara variabel-variabel yang diteliti yaitu variabel X dan variabel Y.

Sehubungan dengan penelitian tentang korelasi antara tingkat hafalan

nazam Alfiyyah dan kemampuan memahami kitab fiqh santri tingkat tsanawiyah

di Pesantren Al-Itqon Gugen Kota Semarang, maka yang menjadi fokus atau

tujuan dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana tingkat hafalan nazam Alfiyyah santri tingkat

tsanawiyah di Pesantren Al-Itqon Gugen Kota Semarang.

2. Untuk mengetahui bagaimana kemampuan memahami kitab fiqh santri

tingkat tsanawiyah di Pesantren Al-Itqon Gugen Kota Semarang.

3. Untuk menyelidiki korelasi antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

kemampuan memahami kitab fiqh santri tingkat tsanawiyah di Pesantren Al-

Itqon Gugen Kota Semarang.

C. Waktu dan Lokasi Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian skripsi “Studi Korelasi Antara Tingkat Hafalan Nazam

Alfiyyah dan Kemampuan Memahami Kitab Fiqh Santri Tingkat Tsanawiyah

di Pesantren Al-Itqon Gugen Kota Semarang” dilaksanakan pada tanggal 1

Februari 2011 sampai dengan tanggal 7 Maret 2011.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini bertempat di Pondok Pesantren Al-Itqon yang beralamat

di Jalan KH. Abdurrosyid Gugen RT.09 RW.03 Kelurahan Tlogosari Wetan

Kecamatan Pedurungan Kota Semarang.

Berdasarkan Piagam Penyelenggara Pondok Pesantren yang

dikeluarkan oleh Departemen Agama Republik Indonesia Kota Semarang

4 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka

Cipta, 2006), Cet. XIII, hlm. 58.

Page 49: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

36

tanggal 28 Juni 2005 dengan nomor: Kd.11.33/5/PP.00.7/3843/2005, identitas

pesantren Al-Itqon adalah sebagai berikut:

Nama Pondok Pesantren : Al-Itqon

Tahun Berdiri : 1374 H / 1953 M

Alamat: Jalan / Kampung : Jl. KH. Abdul Rosyid Gugen

Desa / Kelurahan : Tlogosari Wetan

Kecamatan : Pedurungan

Kab. / Kota : Kota Semarang

Provinsi : Jawa Tengah

Nomor Statistik Pondok Pesantren (NSPP): 512337412066

Pesantren Al-Itqon sampai saat penulisan skripsi ini masih tetap eksis

dan tetap mendapat respon positif dari masyarakat. Respon positif ini dapat

terlihat dari banyaknya jumlah peserta pengajian tafsir Al-Qur‟an yang

diadakan setiap hari Ahad pagi, juga dari data jumlah santri tahun 1432 H

tercatat bahwa jumlah santri yang mukim ada 386 orang. Pesantren Al-Itqon

merupakan lembaga pendidikan yang menjadi cikal bakal berdirinya Yayasan

Al-Wathoniyyah. Yang pada perkembangan-nya yayasan ini tidak hanya

mengadakan pendidikan pesantren, tapi juga mengadakan langkah-langkah

konkret dalam bidang pendidikan Islam lainnya dengan mendirikan lembaga-

lembaga pendidikan klasikal atau madrasah, baik madrasah diniyyah maupun

madrasah umum, mulai dari tingkat dasar sampai tingkat menengah atas,

sebagai jawaban atas kebutuhan masyarakat. Berbagai hal itulah yang

menjadi alasan penulis memilih pesantren Al-Itqon sebagai lokasi penelitian.

3. Sejarah Singkat Pesantren Al-Itqon

Secara historis, pesantren Al-Itqon sudah berdiri sejak tahun 1926 M

di desa Gugen, di mana pada zaman Belanda desa ini mulanya merupakan

sebuah kepatihan bernama Singosari, yang didirikan oleh KH. Abdurrosyid

yang berasal dari desa Batursari Sayung Demak. Meskipun belum punya

nama, pondok pesantren ini sudah eksis dalam kegiatan pendidikan agama,

yaitu penyelenggaraan pengajian kitab-kitab kuning dan pengajian tasawuf

yang beraliran Naqsyabandiyah, namun yang paling menonjol pada waktu itu

Page 50: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

37

adalah yang kedua. Kebanyakan santri yang mukim di pondok pesantren ini

berasal dari kota Banjarmasin.

Pada periode selanjutnya sekitar tahun 1953, pondok pesantren diasuh

oleh KH. Shodaqoh Hasan. Beliau ini merupakan menantu dari KH.

Abdurrosyid yang berasal dari Poncol Salatiga. Pada tahun 1944 M beliau

resmi dinikahkan dengan Nyai Hikmah putri dari KH. Abdurrosyid dan Nyai

Khoiriyyah, selanjutnya beliau menetap di desa Gugen.

Pondok pesantren yang belum punya nama ini, dari istikharah KH.

Shodaqoh Hasan kemudian diberi nama “Al-Irsyad”, dengan harapan pondok

pesantren ini akan menjadi petunjuk dan kendaraan umat menjadi manusia

yang mampu menjadi wong sing rumongso dadi wong, lan wong sing ngerti

sejatine wong, lan bakal bali marang keuwongane, tur ngerti sejatine

pengerane wong (orang yang sadar akan kemanusiaannya, dan orang yang

memahami hakikat kemanusiaannya, dan akan kembali kepada kemanusiaan-

nya, juga yang mengetahui Tuhan manusia dengan sebenarnya).

KH. Shodaqoh Hasan pada tahun 1978 sampai 1980 M dipercaya

umat menjadi Ro‟is Syuriyah cabang Kodya Semarang Nahdhatul Ulama

(NU), sebuah organisasi kemasyarakatan yang bergerak di bidang politik dan

masyarakat pada saat itu. Beliau wafat pada tahun 1988 M.

Dengan kepergian KH. Shodaqoh Hasan, Pondok Pesantren Al-Irsyad

mengalami alih generasi kepemimpinan dari KH. Shodaqoh Hasan kepada

putra beliau KH. Ahmad Haris Shodaqoh. Dan pada era inilah pondok

pesantren Al-Irsyad diganti nama menjadi Pondok Pesantren Al-Itqon, dan

juga diadakan takhas}s}us} (spesifikasi) terhadap kurikulum di pondok, yaitu

mengacu pada pelestarian nilai-nilai pendidikan dan pengajaran ulama salaf

di mana dengan kitab kuning sebagai referensi utama dalam mengkaji nilai-

nilai yang ada dalam Al-Qur‟an dan Al-Hadis.5

Demikian sekilas tentang sejarah berdirinya Pondok Pesantren Al-

Itqon Kota Semarang, yang sampai sekarang ini banyak mengalami

5 Muhsinin, “Studi Implementasi Pemberian Hadiah dan Hukuman Pendidikan Pesantren

(Studi Kasus Pondok Pesantren Al-Itqon Gugen Tlogosari Semarang)”, Skripsi, (Semarang: Fakultas

Tarbiyah IAIN Walisongo, 2006), hlm. 36 – 37.

Page 51: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

38

perubahan dan perkembangan pada setiap kurun waktu, baik yang berkaitan

dengan pembangunan fisik maupun kebijakan sistem pendidikan yang

diterapkan.

D. Variabel dan Indikator Penelitian

Sesuatu dinamai variabel dikarenakan secara kuantitatif atau kualitatif ia

dapat bervariasi.6 Menurut Suharsimi Arikunto, variabel adalah objek penelitian

atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.7 Dalam sebuah penelitian,

paling tidak harus memuat dua variabel yaitu variabel pengaruh atau bebas

(independent variable) dan variabel terpengaruh atau terikat (dependent

variable). Namun dalam penelitian korelasional, sebagaimana penelitian yang

penulis lakukan, sebenarnya tidak dikenal istilah variabel bebas dan variabel

tergantung. Hal ini karena tujuan dalam riset korelasi adalah untuk menemukan

ada tidaknya hubungan antara variabel-variabel yang diteliti, dan apabila ada,

berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidaknya hubungan itu,8 bukan

mencari hubungan sebab-akibat seperti dalam penelitian kausal komparatif. Oleh

karenanya, dalam penghitungan penelitian korelasional biasanya menggunakan

simbol X untuk variabel pertama dan Y untuk variabel kedua.

Kemudian memahami dan menganalisis atau mengidentifikasikan sebuah

variabel menjadi variabel yang lebih kecil (sub-variabel) merupakan syarat

mutlak dalam penelitian. Memecah-mecah variabel menjadi sub-variabel ini juga

disebut kategorisasi, yakni memecah variabel menjadi kategori-kategori data

yang harus dikumpulkan. Kategori-kategori inilah yang diartikan sebagai

indikator variabel.9

1. Variabel X

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel X adalah tingkat hafalan

nazam Alfiyyah santri tingkat tsanawiyah di Pesantren Al-Itqon Gugen Kota

Semarang. Disebut variabel X karena yang akan diselediki hubungannya,

6 Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), Cet. VII, hlm. 59.

7 Suharsimi Arikunto, op. cit., hlm. 118.

8 Ibid., hlm. 270.

9 Ibid., hlm. 121.

Page 52: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

39

dalam arti variabel lainnya akan ditentukan tingkat korelasinya dengan

variabel ini.

Yang dimaksud tingkat hafalan nazam Alfiyyah dalam penelitian ini

adalah tingkat kuantitasnya, dalam arti banyak sedikitnya jumlah nazam yang

telah dihafal oleh santri diukur atau dinilai perbandingannya dengan jumlah

nazam yang telah ditentukan oleh penguji untuk dihafalkan, bukan jumlah

keseluruhan nazam Alfiyyah, yakni 1002 nazam. Kualitas dalam menghafal

nazam-nazam itu juga dipertimbangkan, mengingat tidak semua nazam itu

dapat diucapkan oleh subjek penelitian dengan ingatan yang sempurna.

Dengan demikian sub-variabel atau indikator dari variabel X dalam penelitian

ini dapat ditentukan sebagai berikut:

1) Jumlah nazam yang berhasil dihafalkan.

2) Kualitas setiap nazam yang berhasil dihafalkan.

2. Variabel Y

Sedangkan variabel Y dalam penelitian ini adalah kemampuan

memahami kitab fiqh santri tingkat tsanawiyah di Pesantren Al-Itqon Gugen

Kota Semarang. Disebut variabel Y karena merupakan variabel yang diukur

hubungannya dengan variabel lain, kemunculannya akan diselidiki apakah

mempunyai korelasi dengan variabel lain.

Kemampuan memahami kitab fiqh diartikan sebagai kecakapan santri

untuk mendeskripsikan atau menjelaskan makna lafaz-lafaz yang terdapat

dalam kitab Fiqh, yang dalam hal ini kitab yang digunakan adalah kitab Fath}

al-Qari>b al-Muji>b. Adapun yang menjadi indikator variabel (Y) ini adalah

sebagai berikut:

1) Dapat menentukan bacaan setiap kata (mufrada>t) dengan benar sesuai

kaidah bahasa Arab.

2) Dapat menyebutkan arti (makna) yang dikehendaki sesuai semantis.10

3) Dapat menjelaskan isi atau maksud dari teks dalam kitab fiqh.

10

Semantis berarti berhubungan dengan ilmu tentang makna dalam bahasa. Hasan Alwi,

Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), Ed. 3, Cet. 2, hlm. 1025.

Page 53: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

40

E. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.11

Subjek penelitian yang

disebut populasi itu merupakan kumpulan dari individu dengan kualitas serta

ciri-ciri yang ditetapkan.12

Sedangkan sampel adalah sebagian atau wakil

populasi yang diteliti.13

Berdasarkan pengertian di atas maka yang menjadi populasi dalam

penelitian adalah semua santri pesantren Al-Itqon yang menghafalkan nazam

Alfiyyah Ibnu Malik di lembaga madrasah tingkat tsanawiyah pesantren.

Adapun lembaga madrasah yang dimaksud adalah madrasah yang dikelola oleh

pesantren, yaitu Madrasah Diniyyah Al-Itqon.

Adapun santri yang memenuhi kriteria populasi dalam penelitian ini ada

44 santri, jumlah ini didapat dari keterangan pengurus madrasah diniyyah Al-

Itqon tentang nama-nama santri yang menghafalkan nazam Alfiyyah Ibnu Malik.

Oleh karena jumlah populasi yang ada kurang dari 100, maka semuanya diambil

sebagai subjek penelitian, sehingga penelitian ini merupakan penelitian

populasi.14

Dengan demikian tidak diperlukan lagi teknik sampling sebagaimana

dalam penelitian sampel.

F. Teknik Pengumpulan Data

Data adalah sejumlah informasi yang dapat memberikan gambaran

tentang suatu keadaan atau masalah, baik yang berupa angka-angka (golongan)

maupun yang berbentuk kategori.15

Yang dimaksud dengan teknik pengumpulan

data ialah cara yang digunakan untuk mengumpulkan data. Penelitian ini

merupakan penelitian korelasional yang dimaksudkan untuk mengetahui ada

tidaknya hubungan antara dua atau beberapa variabel.16

Pendekatan yang

digunakan adalah penelitian kuantitatif, yaitu penelitian yang menitik-beratkan

pada pengumpulan data yang dikuantifikasikan.

11

Suharsimi Arikunto, op. cit., hlm. 130. 12

Subana, dkk., Statistik Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2005), Cet. II, hlm. 24. 13

Suharsimi Arikunto, op. cit., hlm. 131. 14

Ibid., hlm. 134. 15

Subana, dkk., op. cit., hlm. 19. 16

Aji Sofanudin, op. cit., hlm. 61.

Page 54: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

41

Data yang akan diungkap dalam sebuah penelitian dapat dibedakan

menjadi tiga jenis, yaitu: fakta, pendapat, dan kemampuan.17

Oleh karenanya

dari segi jenisnya, data-data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini adalah

data kemampuan, yakni tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan kemampuan

memahami kitab fiqh. Tingkat hafalan nazam Alfiyyah diketahui dari

kemampuan menghafal santri.

Kemudian untuk memperoleh data-data yang diperlukan, penulis

menggunakan sebuah metode utama, yaitu metode tes. Tes digunakan untuk

mengukur ada atau tidaknya serta besarnya kemampuan objek yang diteliti. Jika

yang dikenai tes adalah manusia, maka instrumen yang berupa tes dapat

digunakan untuk mengukur kemampuan dasar dan pencapaian atau prestasi.18

Tes diartikan juga sebagai sejumlah pertanyaan yang membutuhkan

jawaban, atau sejumlah pernyataan yang harus diberikan tanggapan, dengan

tujuan mengukur tingkat kemampuan seseorang atau mengungkap aspek tertentu

dari orang yang dikenai tes. Tes juga merupakan salah satu cara untuk menaksir

besarnya tingkat kemampuan manusia secara tidak langsung, yaitu melalui

respons seseorang terhadap sejumlah stimulus atau pertanyaan.19

Adapun penjelasan mengenai metode-metode yang digunakan dalam

pengumpulan data-data penelitian yang diperlukan sebagai berikut:

1. Metode Tes sebagai Metode Utama

Disebut sebagai metode utama, karena metode tes dalam penelitian ini

digunakan untuk menjaring data-data utama yang menjadi objek penelitian,

yaitu data variabel X dan data variabel Y. Adapun bentuk tes yang digunakan

sebagai berikut:

a. Tes kecakapan (performance test)

Tes performa merupakan bentuk tes yang menuntut jawaban dalam

bentuk perilaku, tindakan/perbuatan, unjuk kerja atau keterampilan

17

Suharsimi Arikunto, op. cit., hlm. 223. 18

Ibid. 19

Djemari Mardapi, Teknik Penyusunan Instrumen Tes dan Nontes, (Jogjakarta: Mitra

Cendikia Offset, 2008), hlm. 67.

Page 55: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

42

melakukan tugas-tugas tertentu.20

Jika kecakapan yang diukur adalah

pengucapan, maka jawaban yang dituntut dilakukan dengan lisan. Tes

dengan jawaban secara lisan dalam komunikasi langsung untuk menjawab

pertanyaan yang diajukan juga disebut tes lisan (oral test). Santri bertindak

dan mendemonstrasikan sesuai dengan apa yang diperintahkan atau

ditanyakan, dalam hal ini mengucapkan nazam-nazam Alfiyyah dalam

jumlah yang telah ditentukan. Tes kecakapan dengan lisan ini digunakan

untuk mengetahui tingkat hafalan nazam Alfiyyah 21

yang menjadi variabel

X dalam penelitian ini.

Kemudian agar pengukuran dari variabel X ini dapat dilakukan

secara jelas dan objektif, maka indikator-indikator yang telah ditentukan

dipecah lagi menjadi sub-indikator sebagaimana tabel berikut:

Tabel 2

Indikator Variabel X

Variabel X Indikator Sub-indikator

1 2 3

Tingkat

hafalan nazam

Alfiyyah.

1. Jumlah nazam

yang berhasil

dihafalkan.

- Santri mampu mengucapkan

nazam Alfiyyah sejumlah 400

nazam.

2. Kualitas setiap

nazam yang

berhasil

dihafalkan.

- Santri mampu mengucapkan

nazam Alfiyyah dengan lancar,

dalam arti tanpa diingatkan.

- Santri mampu mengucapkan

nazam Alfiyyah dengan bunyi

yang benar.

- Santri mampu mengucapkan

nazam Alfiyyah dengan

pasangan sat}r (baris) yang

cocok dalam setiap nazamnya.

20

Iding Tarsidi, “Bahan Presentasi Performance Tes”, diunduh dari http://file.upi.edu/

Direktori/A%20-%20FIP/JUR.%20PEND.%20LUAR%20BIASA/196601041993011%20-%20IDING

%20TARSIDI/MAKALAH%20PERFORMANCE%20TEST.pdf, hlm. 6. 21

Dilihat dari tujuan tes kecakapan dalam penelitian ini, yakni untuk mengetahui tingkat

hafalan nazam Alfiyyah santri, maka tes kecakapan ini termasuk “Maximum Performance Test”, yaitu

mengukur seluruh kemampuan siswa dan seberapa baik dapat melakukannya. Pertanyaan (tugas) yang

diberikan harus jelas struktur dan tujuannya, serta arah jawaban yang dikehendakinya. Di sini ada

jawaban betul dan salah, misalnya: tes kemampuan/bakat, dan tes hasil belajar. Ibid., hlm. 5.

Page 56: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

43

Instrumen tes kecakapan dengan lisan yang disusun merupakan

penjabaran dari tabel indikator di atas.22

Penentuan jumlah nazam yang

berhasil dihafalkan oleh santri dikategorikan menjadi 4, dengan kriteria-

kriteria performa hafalan sebagai berikut:

1) Kategori Baik Sekali (A)

Kriterianya adalah jika pengucapan nazamnya: a) secara lancar,

dalam arti tidak dituntun atau diingatkan; b) benar bunyi huruf dan

harakatnya; dan c) cocok pasangan sat}r (baris) dalam setiap nazamnya.

2) Kategori Baik (B)

Kriteria performa hafalan yang termasuk kategori baik jika

pengucapan nazamnya: a) secara tidak lancar, dalam arti dituntun atau

diingatkan; b) benar bunyi huruf dan harakatnya; dan c) cocok pasangan

sat}r (baris) dalam setiap nazamnya.

3) Kategori Cukup (C)

Kriteria performa hafalan yang termasuk kategori cukup jika

pengucapan nazamnya: a) secara tidak lancar, dalam arti dituntun atau

diingatkan; b) tidak benar bunyi huruf dan harakatnya; dan c) cocok

pasangan sat}r (baris) dalam setiap nazamnya.

4) Kategori Kurang (D)

Kriteria performa hafalan yang termasuk kategori kurang jika

pengucapan nazamnya: a) secara tidak lancar, dalam arti dituntun atau

diingatkan; b) tidak benar bunyi huruf dan harakatnya; dan c) tidak

cocok pasangan sat}r (baris) dalam setiap nazamnya.

b. Tes tertulis (written test)

Tes tertulis dilaksanakan dengan jalan mengajukan lembaran

pertanyaan/soal tes kepada santri, dan jawabannya dilakukan secara

tertulis. Tes ini digunakan untuk mengetahui kemampuan memahami kitab

fiqh (variabel Y). Dalam hal ini penulis menggunakan bentuk tes pilihan

ganda, mengingat bentuk tes ini dapat dinilai secara obyektif.

22

Proses penyusunan, waktu pelaksanaan, dan instrumen tes kecakapan dengan lisan yang

digunakan, penjelasannya dapat dilihat dalam lampiran 7 dan 9 di bagian akhir skripsi ini.

Page 57: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

44

Penjabaran dari indikator-indikator variabel Y yang digunakan oleh

penulis untuk merakit butir-butir soal instrumen tes adalah sebagai berikut:

Tabel 3

Indikator Variabel Y

Variabel Y Indikator Sub-indikator

1 2 3

Kemampuan

memahami

kitab fiqh.

1. Dapat menen-

tukan bacaan

setiap kata

(mufrada>t) dengan benar

sesuai kaidah

bahasa Arab.

- Santri mampu menentukan

i‟rab (bacaan akhir kata) dari

teks kitab fiqh sesuai kaidah

nahwu.

- Santri mampu menentukan

kedudukan (tarkib) kata atau

frase sesuai kaidah nahwu.

- Santri mampu mengaitkan

bunyi makna gandul (ta’li>qa>t) dengan tarkib sesuai kaidah

nahwu.

2. Dapat menye-

butkan arti

(makna) yang

dikehendaki

sesuai semantis.

- Santri mampu menyebutkan

arti (makna) dari teks kitab

fiqh dengan tepat.

- Santri mampu menyebutkan

tas}ri>f (perubahan bentuk kata)

dari teks kitab fiqh sesuai

kaidah shorof.

- Santri mampu menentukan

perubahan arti disebabkan

perubahan kata dengan benar.

3. Dapat menjelas-

kan isi atau

maksud dari teks

dalam kitab fiqh.

- Santri mampu menerjemahkan

kalimat dari teks kitab fiqh

dengan benar.

- Santri mampu menyimpulkan

isi/ kandungan dari teks kitab

fiqh dengan benar.

- Santri mampu menjelaskan

penerapan hukum fiqh dalam

kehidupan sehari-hari.

- Santri mampu menentukan

hukum suatu masalah sesuai

kaidah fiqh.

Page 58: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

45

Butir-butir soal instrumen tes sebelum digunakan untuk menjaring

data variabel Y terlebih dahulu diujicobakan untuk mengetahui validitas

dan reliabilitasnya. Penjelasan proses penyusunan, pelaksanaan, serta

lembar soal instrumen tes variabel Y yang digunakan terlampir di lampiran

8 dan 10, di mana jumlah butir soalnya adalah 40 soal pilihan ganda.

2. Metode Bantu

Metode bantu digunakan untuk memperoleh data-data awal yang

diperlukan dan data-data yang sifatnya melengkapi dalam pelaporan

penelitian, di antaranya ialah:

a. Dokumentasi

Metode dokumentasi merupakan cara mengumpulkan data melalui

peninggalan tertulis, seperti arsip-arsip, termasuk juga buku-buku tentang

pendapat, teori, dalil atau hukum-hukum, dan lain-lain yang berhubungan

dengan masalah penelitian.23

Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data-data mengenai

landasan teori, informasi-informasi tentang lokasi penelitian, serta data

mengenai jumlah dan identitas santri yang menjadi subjek penelitian.

b. Wawancara

Wawancara (interview) atau kuesioner lisan adalah sebuah dialog

yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh

informasi dari terwawancara (interviewee). Oleh seorang peneliti interviu

digunakan untuk menilai keadaan seseorang, misalnya untuk mencari data

latar belakang seseorang, perhatian, atau sikapnya terhadap sesuatu.24

Metode ini digunakan untuk mencari data tentang hal-hal spesifik

yang menjadikan beberapa subjek penelitian berbeda dengan mayoritas

lainnya, sebagaimana ditunjukkan oleh hasil penelitian yang diperoleh.

Penulis juga menginterviu beberapa pengurus maupun ustadz untuk

mencari gambaran jelas mengenai penerapan metode hafalan di madrasah

diniyyah Al-Itqon, terkait dengan hasil penelitian.

23

S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), hlm. 181. 24

Suharsimi Arikunto, op. cit., hlm. 155.

Page 59: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

46

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk

yang lebih mudah dibaca dan diintegrasikan. Proses ini menggunakan statistik,

di mana salah satu fungsi statistik adalah menyederhanakan data yang kompleks

menjadi informasi yang lebih sederhana dan lebih mudah untuk dipahami.25

Setelah data terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah melakukan

analisis terhadap data tersebut melalui beberapa tahapan yaitu:

1. Analisis Statistik Deskriptif

Pada tahap ini data yang diperoleh dari hasil tes kecakapan berupa

jumlah nazam yang dihafal masing-masing santri dimasukkan dalam tabel

untuk dikuantifikasikan dalam skala skor 100. Penskoran untuk setiap nazam

menggunakan skala Likert yang menggunakan 4 pilihan, biasanya skor

tertingginya 4 dan terendah 1.26

Namun untuk tujuan memudahkan dalam

penghitungan dan penulisan angka, penentuan skor dalam tes hafalan ini

ditentukan sebagai berikut:

- Nazam dengan performa hafalan baik sekali : 1

- Nazam dengan performa hafalan baik : 0,75

- Nazam dengan performa hafalan cukup : 0,5

- Nazam dengan performa hafalan kurang : 0,25

Dengan demikian, jika jumlah nazam yang harus dihafalkan adalah

sebanyak 400 nazam, maka skor maksimumnya adalah 400. Sehingga

penghitungan nilai akhir skor tingkat hafalan nazam Alfiyyah dengan skala

skor 100 adalah sebagai berikut:

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑘𝑜𝑟

𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 × 100 = 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝐻𝑎𝑓𝑎𝑙𝑎𝑛

Adapun sistem penskoran untuk 40 soal tes pilihan ganda

menggunakan skala 100, sehingga setiap item soal yang dijawab dengan

benar diberi skor 2,5. Nilai akhir skor kemampuan memahami kitab fiqh

adalah jumlah skor seluruh butir soal yang dijawab dengan benar.

25

Subana, dkk., op. cit., hlm. 13. 26

Djemari Mardapi, op. cit., hlm. 121.

Page 60: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

47

Kemudian masing-masing dari data variabel X dan data variabel Y

dianalisis menggunakan teknik analisis statistik deskriptif, dengan melakukan

perhitungan terhadap harga rata-rata hitung (mean), standar deviasi, juga

mengetahui nilai tertinggi maupun terendah dari setiap variabel penelitian.

Hasil perhitungan tersebut kemudian dideskripsikan dalam tabel distribusi

frekuensi dan divisualisasikan dalam histogram.

2. Analisis Uji Hipotesis

Data-data yang sudah terkumpul dalam bentuk kuantitatif itu

kemudian dianalisis uji hipotesis dengan menggunakan rumus statistik

korelasi product moment untuk mencari harga koefisien korelasi. Teknik

korelasi ini diterapkan mengingat data-data dari dua variabel yang

dikorelasikan berjenis data kontinu dan berupa data interval.27

Rumus

korelasi product moment yang dimaksud adalah sebagai berikut: 28

𝑟𝑥𝑦 =𝑁 𝑋𝑌− 𝑋 𝑌

𝑁 𝑋2 − 𝑋 2 𝑁 𝑌2 − 𝑌 2

Keterangan:

𝑟𝑥𝑦 : Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y

𝑋 : Variabel bebas (tingkat hafalan nazam Alfiyyah)

𝑌 : Variabel terikat (kemampuan memahami kitab fiqh)

𝑋𝑌 : Perkalian antara variabel X dan variabel Y

𝑁 : Jumlah populasi

Σ : Sigma atau jumlah skor

3. Uji Signifikansi

Dari analisis uji hipotesis dengan menggunakan teknik korelasi

product moment dapat diketahui koefisien korelasi antara variabel X dan

variabel Y (nilai r hitung atau nilai rxy ). Setelah diketahui hasilnya, maka

koefisien korelasi antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan kemampuan

27

Subana, dkk., op. cit., hlm. 141. 28

Suharsimi Arikunto, op. cit., hlm. 275.

Page 61: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

48

memahami kitab fiqh tersebut diinterpretasikan dengan nilai rtabel (tabel harga

kritik dari r Pearson)

29 pada taraf signifikansi (α) 5% dan 1% sebagai berikut:

1) Jika r hitung > r tabel (nilai r antara variabel X dan variabel Y lebih besar

daripada nilai r dalam tabel Pearson), maka H0 ditolak dan H1 (hipotesis

yang diajukan) diterima, artinya terdapat korelasi signifikan antara tingkat

hafalan nazam Alfiyyah dan kemampuan memahami kitab fiqh.

2) Jika r hitung < r tabel (nilai r antara variabel X dan variabel Y lebih kecil

daripada nilai r dalam tabel Pearson), maka H0 diterima dan H1 (hipotesis

yang diajukan) ditolak, artinya tidak terdapat korelasi signifikan antara

tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan kemampuan memahami kitab fiqh.

29

Tabel harga kritik (table of critical values) dari koefisien korelasi product moment

(Pearson) dengan taraf signifikansi 5% dan 1% lihat: Subana, dkk., op. cit., hlm. 220; Suharsimi

Arikunto, op. cit., hlm. 359.

Page 62: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini dikemukakan hasil penelitian mengenai korelasi antara tingkat

hafalan nazam Alfiyyah dan kemampuan memahami kitab fiqh santri tingkat

tsanawiyah di Pesantren Al-Itqon Gugen Kota Semarang. Data-data hasil penelitian

akan dideskripsikan dengan menggunakan analisis statistik atau kuantitatif, yaitu

teknik analisis yang didasarkan pada deskripsi dan pembahasan data hasil penelitian

yang mencakup: a) Deskripsi data hasil penelitian; b) Pengujian hipotesis; c)

Pembahasan hasil penelitian; dan d) Keterbatasan penelitian.

A. Deskripsi Data Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pondok Pesantren Al-Itqon, dengan subjek

penelitiannya adalah seluruh santri Al-Itqon Gugen Kota Semarang yang hafal

nazam Alfiyyah. Di pesantren ini hafalan nazam Alfiyyah menjadi salah satu

kurikulum yang menyatu dengan pembelajaran ilmu Nahwu, bahkan termasuk

salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam kenaikan tingkatan.1 Mata pelajaran

Alfiyyah Ibnu Malik diajarkan mulai dari kelas 1 tingkat tsanawiyyah sampai di

kelas terakhir tingkat ini. Dengan demikian, santri yang menjadi subjek dalam

penelitian ini di samping hafal nazam Alfiyyah, juga tercatat sebagai siswa

madrasah diniyyah Al-Itqon, yang pada tahun pelajaran (dira>sah) 1431-1432

Hijriyah ini jumlahnya ada 44 santri. Oleh karena jumlah populasi kurang dari

100, maka semuanya diambil sebagai subjek penelitian, sehingga penelitian ini

merupakan penelitian populasi.2

Berdasarkan data daftar santri tingkat tsanawiyyah dari pengurus

Madrasah Diniyyah Al-Itqon, identitas empat puluh empat santri yang menjadi

subjek dalam penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 1. Nomor urut dalam tabel

ini digunakan sebagai ganti dari nama subjek dalam penyajian data selanjutnya.

1 Hal ini sebagaimana tercantum dalam surat pemberitahuan kepada wali murid yang di

antaranya berisi tentang “Aturan-aturan Umum Madin Al-Itqon Tahun Dirasah 1431-1432 H”. 2 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka

Cipta, 2006), Cet. XIII, hlm. 134.

49

Page 63: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

50

Tabel 4

Daftar Santri Tingkat Tsanawiyah Madrasah Diniyyah Al-Itqon

Tahun Dirasah 1431-1423 H

No Nama Tempat Tanggal

Lahir Alamat

Nama Orangtua

Ayah Ibu

1 ABDUL KHAMID Demak, 03

Maret 1992 Jati , 02/02, Jetaksari,

Sayung, Demak, 59563 Khumaidi Mas'udah

2 ABDUSSOMAD Demak, 03 Juli

1990

Jatidempel, 03/01,

Jetaksari, Sayung,

Demak, 59563 Matsiam Suminah

3 AFIF NUR

ROSYID

Kendal, 18 Mei

1991

Nglorok, 05/03,

Campurejo, Boja,

Kendal, 51381 Saroni Ngatiem

4 KISWANTO Batang, 17 Mei

1996

Kasinga, 03/01,

Botolambat, Kandeman,

Batang Sutardi (alm) Kaspiyah

5 ARSYADANAL

HAQ

Kendal, 02

September 1990 Padatan, 03/02, Lanji,

Patebon, Kendal, 51351 Nur Kholidin Nur Faizun

6 ERI NUR ERVIAN Semarang, 12

Agustus 1993

Kalikangkung, 05/04,

Samugarut, Ngaliyan,

Semarang, 50151 Rohimin Sutini

7 FATHUL MU‟IN Cirebon, 18

April 1994

Setu kulon, 07/03, Setu

kulon, Pleret, Cirebon,

45154

Burhanuddin

(alm) Kapsah

8 IMAMUDDIN Demak, 15 April

1993 Dempel, 02/02, Kalisari,

Sayung, Demak, 59563 Munawar Isturiyah

9 KHOIRUL

UMAM

Kendal, 20

Oktober 1993

Kauman, 03/09, Krajan

kulon, Kaliwungu,

Kendal, 51372

A. Munib

Abu Khoir

(alm)

Sa'idah

Khumai-

dullah

10 LUTFIL HUDA Demak, 06 Juni

1994

Sriwulan, 02/01,

Sriwulan, Sayung,

Demak, 59563 Subakir Qomariyah

11 M. FAISOL AMIN Kaliwungu, 14

Agustus 1992

Jl. Boja 39, 02/03,

Kranggan IV, Kaliwu-

ngu, Kendal, 51372

Muslim

Fauzan Siti Arafah

12 M. FARID

CHANIFUDDIN

Semarang, 02

Juli 1992

Kebonmanis, 01/03,

Mangunsari, Gunung-

pati, Semarang, 50229

Muchlis

Supardi

Siti

Sofiatun

13 M. IQBAL

ROSYID

Demak, 12

Februari 1993

Sriwulan, 05/01,

Sriwulan, Sayung,

Demak, 59563 Abdul Aziz Zulaikah

14 M. NASRUDDIN Demak, 03 April

1994

Waru, 07/03, Waru,

Mranggen, Demak,

59567 Asrori

Siti

Kumayah

15 M. NUR HUDA Semarang, 18

Maret 1993 Kudu, 02/03, Penggaron

Lor, Genuk, Semarang Santoso Sarmini

16 M. TAUFIQ Semarang, 30

Maret 1992

Bangkongsari, 06/03,

Tugurejo, Tugu,

Semarang, 56251 Junadi Amin

Page 64: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

51

No Nama Tempat Tanggal

Lahir Alamat

Nama Orangtua

Ayah Ibu

17 MUSTHOFA Kendal, 04

Oktober 1990

Sembung, 01/02,

Blorok, Brangsong ,

Kendal, 51371 Supiyono Umiatun

18 NURUL ULUM Demak, 22

Januari 1990 Patar , 02/06, Sidorejo,

Sayung , Demak, 59563 Muslimin Juminah

19 RIYAN ARI

HIDAYAT

Purwokerto, 22

Januari 1994

Jogoprono, Sadeng,

Gunungpati, Semarang,

50229 Badawi A.

Munawaro

h

20 SAMSUL ARIFIN Demak, 11

Nopember 1991

Perbalan, 02/06,

Ngepreh, Sayung ,

Demak, 59563

Abdul

Muchid

Siti

Aminah

(alm)

21 M. ABDUL LATIF Demak, 15

Agustus 1992

Wringinjajar, 02/01,

Delik, Mranggen,

Demak, 59567 M. Sokeh Musyarofah

22 ARDI NUGROHO Semarang, 15

Juni 1992

Argo Timur No. 13,

Argo Timur, Mranggen,

Demak, 59567 Junaidi Khorotun

23 ARIF WIDODO Semarang, 01

Oktober 1992

Sidodrajat, 03/03,

Tlogosari, Pedurungan,

Semarang, 50197 Nursalim Ngatinah

24 M. IN'AMUL

WAFI

Kendal, 26

September 1994

Kauman lor, 01/04,

Sekopek, Kaliwungu,

Kendal, 51372 Qamari Sri Kunyati

25 SOFHAL JAMIL Semarang, 18

Juli 1990

Tambak, 02/02,

Bandarharjo, Bandar-

harjo, Semarang Yaskun (alm) Musriatun

26 A. SHOLEKHAN Demak, 04 Juni

1992 Kalisari, 05/04, Kalisari,

Sayung, Demak, 59563 Khasan Asmah

27 ALAMUL HUDA Semarang, 01

Oktober 1991

Gedong, 04/03,

Mangunharjo,

Tembalang, Semarang Maksun Jumiatun

28 KHOIRUL ULUM Demak, 12 Juli

1991

Paulan, 04/05, Krajan

Bongo, Bonang, Demak,

59552 Muslih Masriah

29 M. ARI

SETIAWAN

Demak, 18

Maret 1993 Kalisari, 05/04, Kalisari,

Sayung, Demak, 59563 Khazen Endang

30 MOCHAMMAD

NUR KHOLIS

Kab. Semarang,

24 Juli 1988

Poncoruso, 05/02,

Poncoruso, Bawen,

Semarang, 50661 Dimyati Rif'atun

31 M. SHODIQ Demak, 05

Januari 1989

Jatidempel, 03/01,

Jetaksari, Sayung,

Demak, 59563 Khamrun Sumiyatun

32

MUHAMMAD

SARIFUDIN

GHOZALI

Demak, 01

Agustus 1992

Wringinjajar, 01/01,

Delik, Mranggen,

Demak, 59567 M. Romli Alfiyah

33 MUHAMMAD

TARIF AZIZ -

Waru, 07/02, Waru,

Mranggen, Demak Juned -

34 SUHARTONO Demak, 08

Januari 1990 Dombo, 04/03, Dombo,

Sayung , Demak, 59563

M.

Mudhakirin Zubaidah

Page 65: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

52

No Nama Tempat Tanggal

Lahir Alamat

Nama Orangtua

Ayah Ibu

35 TAJUDIN BAHAR Semarang, 09

April 1993

Banjardowo, 02/02,

Banjardowo, Genuk,

Semarang, 50117 Masud Fatmawati

36 A. JUNAIDI Demak, 05 Juli

1991

Menco, 05/08, Barahan

wetan, Wedung, Demak,

59554 Turmudzi Nafisah

37 A. MU'TASIM Demak, 19 Juni

1988

Tembilunan, 03/11,

Sumberjo, Bonang,

Demak, 59552 Ridwan Maesaroh

38 A. SIDIQ Semarang, 26

Nopember 1989

Polaman, 03/07,

Polaman, Mijen,

Semarang, 50217

M. Khozin

A. R. Siti Istiyah

39 AGUS ULIL

ABSHOR

Kab. Semarang,

17 Agustus 1990

Mejing, 01/07, Duren,

Bandungan, Semarang,

50651 M. Khadziq

Siti

Muhajaroh

40 MIFATHUZ-

ZAMAN

Grobogan, 31

Januari 1990

Putat, 03/06, Putat-

nganten, Karangrayung,

Grobogan

Abdul

Ghofur

Siti

Musyawa-

rah

41 NUR FAIZIN Demak, 29 Juni

1987

Manggian, 01/03,

Kalisari, Sayung ,

Demak, 59563 Muchibin Fatonah

42 NURUL IRFAN Demak, 08

Oktober 1989

Kauman, 01/03,

Gebang, Bonang,

Demak, 59552 Su'udi Mu'awanah

43 M. TAMAMI Rumbia, 27

Desember 1979

Umbul Batu, 05/01, Bu-

miharjo, Rumbia, Lam-

pung Tengah, 34157 Mubin Unasifah

44 WAFAUL FALAH Demak, 21 April

1992

Kauman, 01/03,

Gebang, Bonang,

Demak, 59552 Su'udi Mu'awanah

Sumber: Surat Keterangan dari Madrasah Diniyyah Al-Itqon

1. Data Tingkat Hafalan Nazam Alfiyyah

Data tingkat hafalan nazam Alfiyyah (variabel X) dalam penelitian ini

diperoleh dengan menggunakan metode tes, berupa tes kecakapan dengan

lisan. Dalam melakukan kegiatan pengumpulan data, penulis mewakilkan

kepada usta>z\ pengampu pelajaran Alfiyyah ibnu Malik di madrasah diniyyah

Al-Itqon untuk melaksanakan tes terhadap subjek penelitian.3

Data awal hasil tes berupa jumlah nazam yang dihafal oleh santri yang

mencakup jumlah nazam dengan kategori performa hafalan baik sekali,

kategori baik, kategori cukup, dan kategori kurang kemudian diolah dan

3 Dalam penelitian kuantitatif memungkinkan peneliti untuk mewakilkan kepada orang lain

dalam kegiatan pengumpulan datanya. Ibid., hlm. 13.

Page 66: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

53

dikuantifikasikan oleh penulis sehingga menjadi data berupa nilai dengan

skala skor 100. Penskoran untuk masing-masing nazam sesuai dengan

kategorinya ini bertujuan untuk mengukur tingkat hafalan nazam Alfiyyah

santri, baik dari segi kuantitas maupun kualitas performa hafalannya. Karena

tidak semua santri dapat menghafal seluruh nazam Alfiyyah yang berjumlah

1002 nazam, maka jumlah nazam yang menjadi materi tes ditentukan

sebanyak 400 nazam. Sehingga dalam perhitungan nilai akhir (Skor Hafalan)

dengan skala skor 100 adalah sebagai berikut:

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑘𝑜𝑟

𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 × 100 = 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝐻𝑎𝑓𝑎𝑙𝑎𝑛

Kuantifikasi data tingkat hafalan nazam Alfiyyah dapat dilihat dalam

tabel berikut ini:

Tabel 5

Data Kuantitatif Variabel X

Tingkat Hafalan Nazam Alfiyyah

Pesantren : AL-ITQON

Alamat : Jl. KH. Abdurrosyid Gugen Tlogosari Wetan

Pedurungan Kota Semarang

Jumlah Subjek Penelitian : 44 Santri

Jumlah nazam yang harus dihafalkan adalah 400 (empat ratus) nazam.

No Nomor

Subjek

Jumlah

Nazam

yang

Dihafal

Jumlah Nazam Menurut Kategori Performa

Jumlah

Skor

(A+B+C+D)

Nilai

Hafalan

(Skala 100)

Skor X

Kurang (Skor 0,25)

Cukup (Skor 0, 5)

Baik (Skor 0,75)

Baik Sekali

(Skor 1)

Jml Skor

D Jml

Skor C

Jml Skor

B Jml

Skor A

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

1 01 241 2 0,50 4 2,00 6 4,50 229 229 236,00 59,0

2 02 254 3 0,75 4 2,00 7 5,25 240 240 248,00 62,0

3 03 241 2 0,50 5 2,50 6 4,50 228 228 235,50 58,9

4 04 266 3 1,50 6 4,50 257 257 263,00 65,8

5 05 173 1 0,25 2 1,00 9 6,75 161 161 169,00 42,3

6 06 297 5 3,75 292 292 295,75 73,9

7 07 277 4 2,00 6 4,50 267 267 273,50 68,4

Page 67: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

54

No Nomor

Subjek

Jumlah

Nazam

yang

Dihafal

Jumlah Nazam Menurut Kategori Performa

Jumlah

Skor

(A+B+C+D)

Nilai

Hafalan

(Skala 100)

Skor X

Kurang (Skor 0,25)

Cukup (Skor 0, 5)

Baik (Skor 0,75)

Baik Sekali

(Skor 1)

Jml Skor

D Jml

Skor C

Jml Skor

B Jml

Skor A

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

8 08 277 5 3,75 272 272 275,75 68,9

9 09 315 315 315 315,00 78,8

10 10 266 3 0,75 8 4,00 11 8,25 244 244 257,00 64,3

11 11 285 3 2,25 282 282 284,25 71,1

12 12 297 4 2,00 5 3,75 288 288 293,75 73,4

13 13 266 2 0,50 5 2,50 8 6,00 251 251 260,00 65,0

14 14 277 3 1,50 6 4,50 268 268 274,00 68,5

15 15 315 315 315 315,00 78,8

16 16 321 321 321 321,00 80,3

17 17 266 4 2,00 7 5,25 255 255 262,25 65,6

18 18 315 4 2,00 6 4,50 305 305 311,50 77,9

19 19 315 5 2,50 7 5,25 303 303 310,75 77,7

20 20 297 4 2,00 6 4,50 287 287 293,50 73,4

21 21 302 302 302 302,00 75,5

22 22 302 2 0,50 6 3,00 15 11,25 279 279 293,75 73,4

23 23 254 3 2,25 251 251 253,25 63,3

24 24 355 355 355 355,00 88,8

25 25 400 3 1,50 3 2,25 394 394 397,75 99,4

26 26 355 2 0,50 7 3,50 13 9,75 333 333 346,75 86,7

27 27 302 9 4,50 9 6,75 284 284 295,25 73,8

28 28 302 2 0,50 7 3,50 15 11,25 278 278 293,25 73,3

29 29 355 6 3,00 7 5,25 342 342 350,25 87,6

30 30 302 3 0,75 6 3,00 15 11,25 278 278 293,00 73,3

31 31 302 8 4,00 12 9,00 282 282 295,00 73,8

32 32 302 3 0,75 7 3,50 14 10,50 278 278 292,75 73,2

33 33 355 3 1,50 4 3,00 348 348 352,50 88,1

34 34 355 4 2,00 8 6,00 343 343 351,00 87,8

35 35 302 3 0,75 7 3,50 9 6,75 283 283 294,00 73,5

36 36 355 5 2,50 8 6,00 342 342 350,50 87,6

37 37 302 5 2,50 6 4,50 291 291 298,00 74,5

38 38 224 2 0,50 8 4,00 13 9,75 201 201 215,25 53,8

39 39 400 3 1,50 6 4,50 391 391 397,00 99,3

40 40 400 3 1,50 4 3,00 393 393 397,50 99,4

Page 68: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

55

No Nomor

Subjek

Jumlah

Nazam

yang

Dihafal

Jumlah Nazam Menurut Kategori Performa

Jumlah

Skor

(A+B+C+D)

Nilai

Hafalan

(Skala 100)

Skor X

Kurang (Skor 0,25)

Cukup (Skor 0, 5)

Baik (Skor 0,75)

Baik Sekali

(Skor 1)

Jml Skor

D Jml

Skor C

Jml Skor

B Jml

Skor A

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

41 41 196 4 2,00 12 9,00 180 180 191,00 47,8

42 42 400 3 1,50 2 1,50 395 395 398,00 99,5

43 43 196 2 0,50 6 3,00 9 6,75 179 179 189,25 47,3

44 44 277 5 2,50 7 5,25 265 265 272,75 68,2

Jumlah ( 𝑋 ) 3242,9

Sumber: Hasil tes kecakapan dengan lisan untuk hafalan nazam Alfiyyah

Dari perolehan skor variabel X di atas dapat diketahui:

a. Skor tertinggi = 99,5

b. Skor terendah = 42,3

c. Nilai rata-rata (Mean)

Nilai rata-rata (mean) merupakan salah satu dari beberapa macam

ukuran pemusatan data. Ukuran pemusatan data adalah nilai tunggal dari

data yang dapat memberikan gambaran yang lebih jelas dan singkat

tentang pusat data, yang juga mewakili seluruh data.4

Rata-rata hitung atau nilai rata-rata dari data tunggal dapat

diperoleh dengan cara menjumlahkan seluruh nilai dan membaginya

dengan banyaknya data. Dari data variabel X di atas diketahui bahwa

jumlah seluruh nilainya adalah 3242,9 maka nilai rata-ratanya adalah:

𝑋 = 𝑋

𝑛

Keterangan:

𝑋 : Rata-rata skor X (baca: X bar)

𝑋 : Jumlah seluruh data X (3242,9)

𝑛 : Banyaknya data (44)

Perhitungannya adalah:

𝑋 =3242,9

44

4 Subana, dkk., Statistik Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2005), Cet. II, hlm. 63.

Page 69: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

56

𝑋 = 73,702

Jadi nilai rata-rata (mean) dari variabel X atau tingkat hafalan

nazam Alfiyyah adalah 73,7.

d. Standar deviasi

Untuk menginterpretasikan data secara keseluruhan, selain nilai

rata-rata, juga harus disertakan ukuran lainnya yang disebut ukuran

variabilitas (ukuran penyebaran). Ukuran variabilitas adalah suatu ukuran

yang menyatakan seberapa besar nilai-nilai data berbeda atau bervariasi

dengan nilai ukuran pusatnya, atau seberapa besar penyimpangan nilai-

nilai data dengan nilai pusatnya.

Untuk mengukur variabilitas data di antaranya menggunakan

standar deviasi (simpangan standar). Standar deviasi merupakan ukuran

penyebaran data yang dianggap paling baik, karena memiliki kebaikan

secara matematis untuk pengukuran penyebaran.5

Untuk mencari standar deviasi digunakan rumus:

𝑆𝑋 = 𝑆𝑋2

Keterangan:

𝑆𝑋 : Standar deviasi data X

𝑆𝑋2 : Variasi data X

Rumus Variasi untuk data X adalah sebagai berikut:

𝑆𝑋2 =

𝑋𝑖 − 𝑋 2

𝑛

Kemudian untuk menghitung standar deviasi diperlukan tabel:

Tabel 6

Tabel Kerja Standar Deviasi Data X

𝒏 𝑿𝒊 𝑿𝒊 − 𝑿 𝑿𝒊 −𝑿 𝟐

01 59,0 -14,7 216 ,156823

02 62,0 -11,7 136 ,943187

03 58,9 -14,8 219 ,107278

5 Ibid., hlm. 87.

Page 70: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

57

𝒏 𝑿𝒊 𝑿𝒊 − 𝑿 𝑿𝒊 −𝑿 𝟐

04 65,8 -7,9 62 ,445914

05 42,3 -31,4 986 ,102732

06 73,9 0,2 0 ,039096

07 68,4 -5,3 28 ,114096

08 68,9 -4,8 23 ,061823

09 78,8 5,1 25 ,986823

10 64,3 -9,4 88 ,402732

11 71,1 -2,6 6 ,771823

12 73,4 -0,3 0 ,091369

13 65,0 -8,7 75 ,729551

14 68,5 -5,2 27 ,063642

15 78,8 5,1 25 ,986823

16 80,3 6,6 43 ,530005

17 65,6 -8,1 65 ,646823

18 77,9 4,2 17 ,620914

19 77,7 4,0 15 ,981823

20 73,4 -0,3 0 ,091369

21 75,5 1,8 3 ,231823

22 73,4 -0,3 0 ,091369

23 63,3 -10,4 108 ,207278

24 88,8 15,1 227 ,941369

25 99,4 25,7 660 ,373187

26 86,7 13,0 168 ,940914

27 73,8 0,1 0 ,009551

28 73,3 -0,4 0 ,161823

29 87,6 13,9 193 ,146823

30 73,3 -0,4 0 ,161823

31 73,8 0,1 0 ,009551

32 73,2 -0,5 0 ,252278

33 88,1 14,4 207 ,294551

34 87,8 14,1 198 ,745914

35 73,5 -0,2 0 ,040914

36 87,6 13,9 193 ,146823

37 74,5 0,8 0 ,636369

38 53,8 -19,9 396 ,100460

39 99,3 25,6 655 ,243642

Page 71: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

58

𝒏 𝑿𝒊 𝑿𝒊 − 𝑿 𝑿𝒊 −𝑿 𝟐

40 99,4 25,7 660 ,373187

41 47,8 -25,9 670 ,927732

42 99,5 25,8 665 ,522732

43 47,3 -26,4 697 ,080005

44 68,2 -5,5 30 ,275005

𝑿 73,702

𝑿𝒊 −𝑿 𝟐 7802 ,789769

Perhitungan standar deviasi dari variabel X sebagai berikut:

𝑆𝑋2 =

𝑋𝑖 −𝑋 2

𝑛

𝑆𝑋2 =

7802,789769

44

𝑆𝑋2 = 177,3361311

𝑆𝑋 = 𝑆𝑋2

𝑆𝑋 = 177,3361311

𝑆𝑋 = 13,31676128

Jadi standar deviasi atau simpangan standar yang menunjukkan

variabilitas dari data tingkat hafalan nazam Alfiyyah adalah 13,32.

e. Tabel distribusi frekuensi

Agar data dari variabel X atau variabel tingkat hafalan nazam

Alfiyyah itu dapat tersusun secara sistematis sehingga mudah untuk

dibaca, maka data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

Membuat distribusi frekuensi berarti mendistribusikan semua data

dalam beberapa kelas atau interval, selanjutnya menentukan banyaknya

individu yang masuk ke dalam kelas tertentu yang disebut frekuensi kelas.

Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat tabel

distribusi frekuensi adalah sebagai berikut:

1) Jangkauan (range)

Page 72: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

59

Daerah jangkauan data (range) adalah selisih data terbesar dengan

data terkecil, yang dinotasikan dengan: 𝑅 = 𝑋𝑚𝑎𝑥 − 𝑋𝑚𝑖𝑛

Jika diketahui bahwa skor tertinggi dari data variabel X adalah 99,5

dan skor terendahnya 42,3 maka daerah jangkauannya adalah:

𝑅 = 99,5 − 42,3 𝑅 = 57,2

2) Banyaknya kelas

Dalam menentukan banyaknya kelas, ada suatu aturan yang diberikan

oleh H. A. Struges, yang selanjutnya disebut Aturan Struges yaitu:

𝐾 = 1 + 3,3 log 𝑛

Jika diketahui bahwa n (banyaknya data) adalah 44, maka banyaknya

kelas (K) yang ditentukan adalah:

𝐾 = 1 + 3,3 log 44

𝐾 = 1 + 3,3 (1,6435) 𝐾 = 1 + 5,42 𝐾 = 6,42

𝐾 = 6,42 (dibulatkan menjadi 6), Jadi banyaknya kelas adalah 6.

3) Interval kelas

Interval kelas atau panjang kelas (P) adalah selisih data terbesar

dengan data terkecil (R) dibagi dengan banyaknya kelas (K). Interval

kelas ditentukan dengan rumus:

𝑃 =𝑅

𝐾

Jika diketahui R = 57,2 dan K = 6, maka interval kelasnya adalah:

𝑃 =57,2

6 𝑃 = 9,53

Agar mencakup semua data, maka interval kelasnya diambil 9,6.

Dari hal-hal di atas dapat diketahui bahwa dalam tabel distribusi

frekuensi dari variabel X terdapat 6 kelas dengan panjang kelas 9,6

sehingga yang menjadi kelas interval terendah adalah 41,9 – 51,5 dan

kelas interval tertinggi adalah 90,4 – 100,0. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada tabel kategori nilai interval dan tabel distribusi frekuensi

relatif berikut ini:

Page 73: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

60

Tabel 7

Tabel Kategori Nilai Interval

Tingkat Hafalan Nazam Alfiyyah

No Nilai Interval Kategori

1 90,4 – 100 Istimewa

2 80,7 – 90,3 Baik Sekali

3 71,0 – 80,6 Baik

4 61,3 – 70,9 Lebih dari Cukup

5 51,6 – 61,2 Cukup

6 41,9 – 51,5 Hampir Cukup

Tabel 8

Tabel Distribusi Frekuensi Relatif

Tingkat Hafalan Nazam Alfiyyah

No Nilai Interval Frekuensi

( f )

Frekuensi Relatif

(%)

1 90,4 – 100 4 9,1%

2 80,7 – 90,3 6 13,6%

3 71,0 – 80,6 18 41,0%

4 61,3 – 70,9 10 22,7%

5 51,6 – 61,2 3 6,8%

6 41,9 – 51,5 3 6,8%

Jumlah 44 100%

Sumber: Data Kuantitatif Variabel X Tingkat Hafalan Nazam Alfiyyah

f. Histogram

Berdasarkan data distribusi frekuensi tingkat hafalan nazam

Alfiyyah santri tingkat tsanawiyyah di Pesantren Al-Itqon Kota Semarang

di atas, maka visualisasi data dalam bentuk histogram seperti berikut:

Page 74: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

61

Gambar 1

Sumber: Tabel Distribusi Frekuensi Relatif Tingkat Hafalan Nazam Alfiyyah

2. Data Kemampuan Memahami Kitab Fiqh

Data kemampuan memahami kitab fiqh yang merupakan variabel Y

juga diperoleh dengan menggunakan metode tes, berupa tes tertulis (written

test). Bentuk tes yang penulis gunakan adalah pilihan ganda dengan jumlah

butir soal sebanyak 40. Sistem penskorannya menggunakan skala 100,

sehingga setiap item soal yang dijawab dengan benar diberi skor 2,5. Nilai

akhir skor kemampuan memahami kitab fiqh adalah jumlah skor seluruh butir

soal yang dijawab dengan benar.

Adapun hasil tes dari 44 santri dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Tabel 9

Data Kuantitatif Variabel Y

Kemampuan Memahami Kitab Fiqh

Nomor

Subjek

Jumlah

Benar

Nilai

(Skor Y)

Nomor

Subjek

Jumlah

Benar

Nilai

(Skor Y)

01 24 60,0 24 30 75,0

02 23 57,5 25 32 80,0

03 21 52,5 26 25 62,5

04 26 65,0 27 25 62,5

05 19 47,5 28 25 62,5

06 29 72,5 29 27 67,5

3 3

10

18

6

4

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

20

41,9 - 51,5 51,6 - 61,2 61,3 - 70,9 71,0 - 80,6 80,7 - 90,3 90,4 - 100

Fre

ku

ensi

Nilai Interval

Tingkat Hafalan Nazam Alfiyyah

Page 75: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

62

Nomor

Subjek

Jumlah

Benar

Nilai

(Skor Y)

Nomor

Subjek

Jumlah

Benar

Nilai

(Skor Y)

07 22 55,0 30 26 65,0

08 24 60,0 31 26 65,0

09 34 85,0 32 25 62,5

10 18 45,0 33 26 65,0

11 30 75,0 34 26 65,0

12 27 67,5 35 23 57,5

13 29 72,5 36 32 80,0

14 28 70,0 37 28 70,0

15 35 87,5 38 11 27,5

16 37 92,5 39 30 75,0

17 25 62,5 40 32 80,0

18 27 67,5 41 20 50,0

19 26 65,0 42 36 90,0

20 26 65,0 43 20 50,0

21 30 75,0 44 25 62,5

22 23 57,5 Jumlah ( 𝑋 ) 2902,5

23 28 70,0

Sumber: Hasil tes tertulis kemampuan memahami kitab fiqh.

Dari perolehan skor variabel Y di atas dapat diketahui:

a. Skor tertinggi = 92,5

b. Skor terendah = 27,5

c. Nilai rata-rata (Mean)

Dari data variabel Y di atas diketahui bahwa jumlah seluruh

nilainya adalah 2902,5 maka nilai rata-ratanya adalah:

𝑌 = 𝑌

𝑛

Keterangan:

𝑌 : Rata-rata skor Y (baca: Y bar)

𝑌 : Jumlah seluruh data Y (2902,5)

𝑛 : Banyaknya data (44)

Perhitungannya adalah:

𝑌 =2902,5

44

𝑌 = 65,966

Page 76: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

63

Jadi nilai rata-rata (mean) sebagai ukuran pemusatan dari hasil tes

kemampuan memahami kitab fiqh (variabel Y) adalah 66,0.

d. Standar deviasi

Rumus untuk mencari standar deviasi yang merupakan ukuran

variabilitas (penyebaran) data dari variabel Y adalah:

𝑆𝑌 = 𝑆𝑌2

Keterangan:

𝑆𝑌 : Standar deviasi data Y

𝑆𝑌2 : Variasi data Y

Rumus Variasi untuk data Y adalah sebagai berikut:

𝑆𝑌2 =

𝑌𝑖 − 𝑌 2

𝑛

Kemudian untuk menghitung standar deviasi diperlukan tabel:

Tabel 10

Tabel Kerja Standar Deviasi Data Y

𝒏 𝒀𝒊 𝒀𝒊 − 𝒀 𝒀𝒊 −𝒀 𝟐

01 60,0 -5,97 35,592071

02 57,5 -8,47 71,671617

03 52,5 -13,47 181,330708

04 65,0 -0,97 0,932980

05 47,5 -18,47 340,989799

06 72,5 6,53 42,694344

07 55,0 -10,97 120,251162

08 60,0 -5,97 35,592071

09 85,0 19,03 362,296617

10 45,0 -20,97 439,569344

11 75,0 9,03 81,614799

12 67,5 1,53 2,353435

13 72,5 6,53 42,694344

14 70,0 4,03 16,273889

15 87,5 21,53 463,717071

16 92,5 26,53 704,057980

17 62,5 -3,47 12,012526

Page 77: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

64

𝒏 𝒀𝒊 𝒀𝒊 − 𝒀 𝒀𝒊 −𝒀 𝟐

18 67,5 1,53 2,353435

19 65,0 -0,97 0,932980

20 65,0 -0,97 0,932980

21 75,0 9,03 81,614799

22 57,5 -8,47 71,671617

23 70,0 4,03 16,273889

24 75,0 9,03 81,614799

25 80,0 14,03 196,955708

26 62,5 -3,47 12,012526

27 62,5 -3,47 12,012526

28 62,5 -3,47 12,012526

29 67,5 1,53 2,353435

30 65,0 -0,97 0,932980

31 65,0 -0,97 0,932980

32 62,5 -3,47 12,012526

33 65,0 -0,97 0,932980

34 65,0 -0,97 0,932980

35 57,5 -8,47 71,671617

36 80,0 14,03 196,955708

37 70,0 4,03 16,273889

38 27,5 -38,47 1479,626162

39 75,0 9,03 81,614799

40 80,0 14,03 196,955708

41 50,0 -15,97 254,910253

42 90,0 24,03 577,637526

43 50,0 -15,97 254,910253

44 62,5 -3,47 12,012526

𝒀 65,966

𝒀𝒊 −𝒀 𝟐 6602,698864

Perhitungan standar deviasi dari variabel Y sebagai berikut:

𝑆𝑌2 =

𝑌𝑖 − 𝑌 2

𝑛

𝑆𝑌2 =

6602,698864

44

Page 78: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

65

𝑆𝑌2 = 150,0613378

𝑆𝑌 = 𝑆𝑌2

𝑆𝑌 = 150,0613378

𝑆𝑌 = 12,24995256

Jadi standar deviasi atau simpangan standar yang menunjukkan

variabilitas dari data kemampuan memahami kitab fiqh adalah 12,25.

e. Tabel distribusi frekuensi

Untuk membuat tabel distribusi frekuensi dari data variabel Y

perlu menentukan terlebih dahulu hal-hal sebagai berikut:

1) Jangkauan (range)

Notasi untuk melihat daerah jangkauan (range) adalah:

𝑅 = 𝑌𝑚𝑎𝑥 − 𝑌𝑚𝑖𝑛

Diketahui bahwa skor tertinggi dari data variabel Y adalah 92,5 dan

skor terendahnya 27,5 maka daerah jangkauannya adalah:

𝑅 = 92,5 − 27,5 𝑅 = 65

2) Banyaknya kelas

Diketahui bahwa n (banyaknya data) adalah 44, maka banyaknya

kelas (K) yang ditentukan adalah:

𝐾 = 1 + 3,3 log 44

𝐾 = 1 + 3,3 (1,6435) 𝐾 = 1 + 5,42 𝐾 = 6,42

𝐾 = 6,42 (dibulatkan menjadi 6), Jadi banyaknya kelas adalah 6.

3) Interval kelas

Interval kelas ditentukan dengan rumus:

𝑃 =𝑅

𝐾

Jika diketahui R (Jangkauan) = 65 dan K (Banyak Kelas) = 6, maka P

(Interval Kelas) adalah:

𝑃 =65

6 𝑃 = 10,83

Agar mencakup semua data, maka interval kelasnya diambil 10,9.

Page 79: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

66

Dari hal-hal di atas dapat diketahui bahwa dalam tabel distribusi

frekuensi dari variabel Y terdapat 6 kelas dengan panjang kelas 10,9

sehingga yang menjadi kelas interval terendah adalah 27,1 – 38,0 dan

kelas interval tertinggi adalah 82,1 – 93,0. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada tabel kategori nilai interval dan tabel distribusi frekuensi

relatif berikut ini:

Tabel 11

Tabel Kategori Nilai Interval

Kemampuan Memahami Kitab Fiqh

No Nilai Interval Kategori

1 82,1 – 93,0 Baik Sekali

2 71,1 – 82,0 Baik

3 60,1 – 71,0 Lebih dari Cukup

4 49,1 – 60,0 Cukup

5 38,1 – 49,0 Hampir Cukup

6 27,1 – 38,0 Kurang

Tabel 12

Tabel Distribusi Frekuensi Relatif

Kemampuan Memahami Kitab Fiqh

No Nilai Interval Frekuensi

( f )

Frekuensi Relatif

(%)

1 82,1 – 93,0 4 9.0%

2 71,1 – 82,0 9 20.5%

3 60,1 – 71,0 19 43.2%

4 49,1 – 60,0 9 20.5%

5 38,1 – 49,0 2 4.5%

6 27,1 – 38,0 1 2.3%

Jumlah 44 100%

Sumber: Data Kuantitatif Variabel Y Kemampuan Memahami Kitab Fiqh

Page 80: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

67

f. Histogram

Berdasarkan data distribusi frekuensi kemampuan memahami

kitab fiqh santri tingkat tsanawiyyah di Pesantren Al-Itqon Kota

Semarang di atas, maka visualisasi data dalam bentuk histogram seperti

berikut:

Gambar 2

Sumber: Tabel Distribusi Frekuensi Relatif Kemampuan Memahami Kitab Fiqh

B. Pengujian Hipotesis

Uji hipotesis merupakan analisis yang dilakukan untuk membuktikan

diterima atau ditolaknya hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini. Dalam uji

hipotesis ini, suatu hipotesis akan diuji secara empirik untuk menentukan

korelasi antara variabel X (tingkat hafalan nazam Alfiyyah) dan variabel Y

(kemampuan memahami kitab fiqh).

Adapun guna mempermudah dalam perhitungan korelasi maka perlu

dibuat tabel kerja terlebih dahulu. Tabel kerja untuk analisis korelasi product

moment adalah sebagai berikut:

1 2

9

19

9

4

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

20

27,1 - 38,0 38,1 - 49,0 49,1 - 60,0 60,1 - 71,0 71,1 - 82,0 82,1 - 93,0

Fre

kuen

si

Nilai Interval

Kemampuan Memahami Kitab Fiqh

Page 81: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

68

Tabel 13

Tabel Kerja Analisis Korelasi Product Moment

Antara Tingkat Hafalan Nazam Alfiyyah (X) dan

Kemampuan Memahami Kitab Fiqh (Y)

Nomor

Subjek X Y X

2 Y

2 XY

01 59,0 60,0 3481,00 3600,00 3540,00

02 62,0 57,5 3844,00 3306,25 3565,00

03 58,9 52,5 3469,21 2756,25 3092,25

04 65,8 65,0 4329,64 4225,00 4277,00

05 42,3 47,5 1789,29 2256,25 2009,25

06 73,9 72,5 5461,21 5256,25 5357,75

07 68,4 55,0 4678,56 3025,00 3762,00

08 68,9 60,0 4747,21 3600,00 4134,00

09 78,8 85,0 6209,44 7225,00 6698,00

10 64,3 45,0 4134,49 2025,00 2893,50

11 71,1 75,0 5055,21 5625,00 5332,50

12 73,4 67,5 5387,56 4556,25 4954,50

13 65,0 72,5 4225,00 5256,25 4712,50

14 68,5 70,0 4692,25 4900,00 4795,00

15 78,8 87,5 6209,44 7656,25 6895,00

16 80,3 92,5 6448,09 8556,25 7427,75

17 65,6 62,5 4303,36 3906,25 4100,00

18 77,9 67,5 6068,41 4556,25 5258,25

19 77,7 65,0 6037,29 4225,00 5050,50

20 73,4 65,0 5387,56 4225,00 4771,00

21 75,5 75,0 5700,25 5625,00 5662,50

22 73,4 57,5 5387,56 3306,25 4220,50

23 63,3 70,0 4006,89 4900,00 4431,00

24 88,8 75,0 7885,44 5625,00 6660,00

25 99,4 80,0 9880,36 6400,00 7952,00

26 86,7 62,5 7516,89 3906,25 5418,75

27 73,8 62,5 5446,44 3906,25 4612,50

28 73,3 62,5 5372,89 3906,25 4581,25

29 87,6 67,5 7673,76 4556,25 5913,00

30 73,3 65,0 5372,89 4225,00 4764,50

31 73,8 65,0 5446,44 4225,00 4797,00

Page 82: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

69

Nomor

Subjek X Y X

2 Y

2 XY

32 73,2 62,5 5358,24 3906,25 4575,00

33 88,1 65,0 7761,61 4225,00 5726,50

34 87,8 65,0 7708,84 4225,00 5707,00

35 73,5 57,5 5402,25 3306,25 4226,25

36 87,6 80,0 7673,76 6400,00 7008,00

37 74,5 70,0 5550,25 4900,00 5215,00

38 53,8 27,5 2894,44 756,25 1479,50

39 99,3 75,0 9860,49 5625,00 7447,50

40 99,4 80,0 9880,36 6400,00 7952,00

41 47,8 50,0 2284,84 2500,00 2390,00

42 99,5 90,0 9900,25 8100,00 8955,00

43 47,3 50,0 2237,29 2500,00 2365,00

44 68,2 62,5 4651,24 3906,25 4262,50

∑ ∑X ∑Y ∑X

2 ∑Y

2 ∑XY

3242,9 2902,5 246811,89 198068,75 218948,00

Keterangan:

𝑋 : Skor variabel X (tingkat hafalan nazam Alfiyyah)

𝑌 : Skor variabel Y (kemampuan memahami kitab fiqh)

𝑋2 : Skor X kuadrat

𝑌2 : Skor Y kuadrat

𝑋𝑌 : Hasil kali skor X dengan skor Y

Untuk mengetahui bagaimana hubungan (korelasi) antara tingkat hafalan

nazam Alfiyyah dan kemampuan memahami kitab fiqh santri tingkat tsanawiyah

di Pesantren Al-Itqon Gugen Kota Semarang, maka dicari indeks koefisien

korelasi melalui perhitungan menggunakan rumus korelasi product moment

sebagai berikut:

𝑟𝑥𝑦 =𝑁 𝑋𝑌− 𝑋 𝑌

𝑁 𝑋2 − 𝑋 2 𝑁 𝑌2 − 𝑌 2

Keterangan:

𝑟𝑥𝑦 : Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y

Page 83: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

70

𝑋 : Variabel X (tingkat hafalan nazam Alfiyyah)

𝑌 : Variabel Y (kemampuan memahami kitab fiqh)

𝑋𝑌 : Perkalian variabel X dengan variabel Y

𝑁 : Jumlah populasi

Σ : Sigma atau jumlah seluruh skor

Berdasarkan tabel kerja di atas dapat diketahui:

𝑁 = 44 𝑋2 = 246811,89

𝑋 = 3242,9 𝑌2 = 198068,75

𝑌 = 2902,5 𝑋𝑌 = 218948

Kemudian data-data itu dimasukkan ke dalam rumus korelasi product

moment sebagai berikut:

𝑟𝑥𝑦 =𝑁 𝑋𝑌− 𝑋 𝑌

𝑁 𝑋2 − 𝑋 2 𝑁 𝑌2 − 𝑌 2

𝑟𝑥𝑦 =44 218948 − (3242,9)(2902,5)

44 246811,89 − (3242,9)2 44 198068,75 − (2902,5)2

𝑟𝑥𝑦 =9633712 − 9412517,25

10859723,16 − 10516400,41 8715025 − 8424506,25

𝑟𝑥𝑦 =221194,75

343322,75 290518,75

𝑟𝑥𝑦 =221194,75

99741696177

𝑟𝑥𝑦 =221194,75

315819,0877

𝑟𝑥𝑦 = 0,700384361

Jadi indeks koefisien korelasi antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

kemampuan memahami kitab fiqh santri tingkat tsanawiyyah di Pesantren Al-

Itqon Gugen Kota Semarang adalah 0,700.

Adapun hasil penghitungan koefisien korelasi antara variabel X dan

varibel Y dengan menggunakan program SPSS 16.0 for Windows® adalah

sebagai berikut:

Page 84: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

71

Correlations

Tingkat Hafalan Nazam Alfiyyah

Kemampuan Memahami Kitab Fiqh

Tingkat Hafalan Nazam Alfiyyah

Pearson Correlation 1 .700**

Sig. (2-tailed) .000

N 44 44

Kemampuan Memahami Kitab Fiqh

Pearson Correlation .700** 1

Sig. (2-tailed) .000

N 44 44

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Output di atas menunjukkan korelasi antara Tingkat Hafalan Nazam

Alfiyyah dan Kemampuan Memahami Kitab Fiqh adalah 0,700 dengan tingkat

signifikansi 0,01 (α = 1%). Karena Sig.=0,000 < 0,01 maka H0 ditolak. Jadi, ada

hubungan yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah santri dengan

kemampuannya memahami kitab fiqh.

Hipotesis yang diajukan (H1) dalam penelitian ini adalah terdapat

korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan kemampuan

memahami kitab fiqh santri, yang dalam hal ini santri tingkat tsanawiyah di

Pesantren Al-Itqon Gugen Kota Semarang.

Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa besarnya koefisien korelasi

(angka korelasi) antara variabel X dan variabel Y adalah rxy = 0,700. Kemudian

nilai rxy tersebut dikonsultasikan dengan nilai rtabel (tabel harga kritik dari r

Pearson), baik pada taraf signifikansi (α) 5% atau 1%. Apabila nilai rxy atau

rhitung sama dengan atau lebih besar dari nilai rtabel , maka hasilnya signifikan,

dalam arti H0 ditolak dan H1 (hipotesis yang diajukan) diterima. Tetapi apabila

hasilnya sebaliknya ( rhitung lebih kecil dari rtabel ) maka hipotesis yang diajukan

tidak diterima atau ditolak.

Nilai rtabel itu sama dengan r(α)(db) pada tabel baku r product-moment.

Derajat kebebasan (db) adalah N dikurangi nr (banyak variabel yang

dikorelasikan), jika N = 44, nr = 2, maka db = 44 – 2 = 42.

Sementara dari daftar tabel harga kritik dari r product-moment pada taraf

signifikansi 5% dan derajat kebebasan 42 diperoleh harga rtabel = r(5%)(42) = 0,304

Page 85: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

72

dan pada taraf signifikansi 1% diperoleh rtabel = r(1%)(42) = 0,393. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa hipotesis yang penulis ajukan, yaitu terdapat korelasi yang

signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan kemampuan memahami

kitab fiqh santri tingkat tsanawiyah di Pesantren Al-Itqon Gugen Kota Semarang

diterima, karena pada kenyataannya nilai rhitung lebih besar dari rtabel, baik pada

taraf signifikansi 5% (0,700 > 0,304) maupun 1% (0,700 > 0,393).

Tidak negatifnya koefisien korelasi yang diperoleh menunjukkan adanya

korelasi sejajar yang searah (positif) antara variabel X dan variabel Y. Jadi,

apabila tingkat hafalan nazam Alfiyyah santri itu mengalami pertambahan

(naik), hal ini akan diikuti pula oleh pertambahan kemampuan santri dalam

memahami kitab fiqh. Besarnya angka korelasi yang didapat (0,700) berada di

antara interval 0,600 sampai dengan 0,800, sehingga dapat diinterpretasikan

bahwa tingkat korelasi antar dua variabel itu tergolong cukup.6

Adapun berapa persen kontribusi variabel X terhadap variabel Y dapat

diketahui dengan menghitung Koefisien Determinasi. Koefisien determinasi

adalah kuadrat dari koefisien korelasi yang dikalikan dengan 100. Penghitungan

koefisien determinasi sebagai berikut:7

𝐾𝐷 = 𝑟𝑥𝑦2 × 100 𝐾𝐷 = 0,700382 × 100

𝐾𝐷 = 0,4905 × 100

𝐾𝐷 = 49,05

Ini berarti 49,05% variabel Y (kemampuan memahami kitab fiqh) turut

ditentukan oleh variabel X (tingkat hafalan nazam Alfiyyah), sedangkan sisanya,

yaitu 50,95% ditentukan oleh variabel lainnya yang tidak diteliti dalam laporan

penelitian ini.

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Hasil penelitian yang menunjukkan tingkat korelasi cukup tinggi antara

tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan kemampuan memahami kitab fiqh, dalam

penelitian ini didasarkan pada hasil perhitungan statistik. Dan perlu diketahui

6 Suharsimi Arikunto, op. cit., hlm. 276. Lihat tabel interpretasi nilai r yang dikutip oleh

Suharsimi Arikunto dari buku “Metodologi Research 3” tulisan Sutrisno Hadi. 7 Subana, dkk., op. cit., hlm. 145.

Page 86: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

73

dan diingat bahwa penelitian deskriptif kuantitatif dengan teknik korelasional

tidak selalu menunjuk pada hubungan sebab akibat sebagaimana dalam

penelitian kausal komparatif, juga tidak menunjuk pada besarnya pengaruh

seperti dalam penelitian regresi. Oleh karenanya, perlu dibahas lebih lanjut hal-

hal yang dapat memberikan penjelasan terkait dengan hasil penelitian ini.

Setidaknya ada beberapa hal yang perlu dijelaskan terkait dengan

signifikannya korelasi antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan kemampuan

memahami kitab fiqh santri di Pesantren Al-Itqon, yaitu: Pertama, apa hubungan

logis antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan kemampuan memahami kitab

fiqh. Kedua, bagaimana penerapan metode hafalan di Pesantren Al-Itqon. Dan

yang ketiga, hal-hal spesifik apa yang menjadikan beberapa subjek penelitian

berbeda dengan mayoritas lainnya, yakni tingkat hafalannya rendah tetapi

kemampuannya memahami fiqh baik, atau sebaliknya.

1. Hubungan logis antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan kemampuan

memahami kitab fiqh.

Kitab fiqh yang digunakan di pesantren menggunakan referensi kitab

kuning, yang disebut juga dengan kitab gundul, karena menggunakan huruf

Arab tanpa harakat atau syakal. Keberhasilan pembelajaran kitab fiqh antara

lain ditentukan oleh kemampuan membuka kegundulan itu dengan

menemukan harakat-harakat yang benar, dengan mengetahui kedudukan

(tarki>b) masing-masing kata dan perubahan (tas}ri>f ) kata itu, sehingga seorang

santri mampu memahami isi kitab fiqh dengan cara menerjemahkan secara

benar sesuai konteks kata dalam kalimat, serta menjelaskan maksud dari kitab

fiqh itu. Sedangkan untuk mempunyai kemampuan membuka kegundulan

kitab kuning, diperlukan penguasaan terhadap ilmu nahwu dan sharaf, yang

mana keduanya dipelajari dalam nazam Alfiyyah Ibnu Malik.

Berdasarkan pendapat „Athiyyah al-Abrasyi bahwa menghafal dalam

konsep pendidikan Islam itu terpadu dengan pemahaman, maka diprediksikan

bahwa santri yang tingkat hafalan Alfiyyahnya baik akan mempunyai

pemahaman ilmu nahwu dan sharaf yang baik pula, sehingga dengan ilmu itu

ia mampu memahami kitab-kitab gundul termasuk kitab-kitab fiqh.

Page 87: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

74

Demikian juga, berdasarkan penjelasan Mary Forehand bahwa

taksonomi Bloom itu bersifat hirarkis, yang mana hal ini menunjukkan bahwa

jika seseorang telah berada pada tingkat kemampuan belajar „memahami‟

(understanding) berarti ia telah menguasai tingkat kemampuan belajar

sebelumnya, yakni „mengingat‟ (remembering). Jadi apabila seorang santri

mampu memahami kitab fiqh, berarti ia mempunyai kemampuan untuk

mengingat istilah-istilah yang terkait dengan fiqh. Jika ia mampu mengingat

istilah yang terkait dengan fiqh, besar kemungkinannya ia juga mempunyai

kemampuan mengingat nazam-nazam Alfiyyah dengan baik.

Dengan demikian terdapat hubungan antara tingkat hafalan nazam

Alfiyyah dan kemampuan memahami kitab fiqh, dan hal ini telah teruji

dengan hasil penelitian korelasi antara dua variabel itu di Pesantren Al-Itqon.

Penelitian korelasi tidak selalu menunjuk pada hubungan sebab-akibat,

sebagaimana dalam penelitian kausal komparatif, maupun pada hubungan

pengaruh-dipengaruhi, sebagaimana penelitian dengan teknik regresi.

2. Penerapan metode hafalan di Pesantren Al-Itqon.

Hafalan di Pesantren Al-Itqon tidak hanya diterapkan pada nazam

Alfiyyah saja, tetapi juga ada hafalan surat-surat tertentu dalam Al-Qur‟an,

Matn al-A>jurru>miyyah, al-‘Imrit}y, dan Jawhar al-Maknu>n.

Penerapan metode hafalan dalam pembelajaran Alfiyyah di Pesantren

Al-Itqon pada dasarnya dimaksudkan agar santri dapat terus menjaga kaidah-

kaidah nahwu yang terdapat dalam Alfiyyah dengan menghafalkan nazam-

nazamnya, atau memotivasi santri untuk memahami kaidah-kaidah nahwu

setelah santri menghafalkan nazam-nazamnya. Dengan memahami kaidah-

kaidah nahwu, santri diharapkan mampu memahami kitab-kitab kuning,

termasuk juga kitab fiqh.8

Adapun pelaksanaan evaluasi hafalan nazam Alfiyyah di Pesantren

Al-Itqon berdasarkan informasi dari beberapa guru pengampu Alfiyyah di

Madrasah Diniyyah Al-Itqon adalah sebagai berikut:

8 Hasil wawancara dengan Kepala Madrasah Diniyyah Al-Itqon (M. Arif Fauzan Tamim)

pada tanggal 28 Maret 2011.

Page 88: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

75

a. Menurut waktu pelaksanaannya: 1) Evaluasi pada akhir bab, evaluasi ini

biasanya dilaksanakan di kelas oleh guru masing-masing setelah materi

dalam satu atau dua bab selesai. 2) Evaluasi pada akhir semester (Imtih}a>n),

evaluasi yang dilaksanakan di akhir setiap semester serentak di semua

kelas, di mana hari-hari pelaksanaannya disebut dengan Muh}a>faz}ah Kubra>,

dan nilai yang dihasilkan dicantumkan dalam rapor. 3) Ada juga setor

hafalan yang waktunya mingguan, artinya dalam seminggu santri

diharuskan menghafalkan nazam sejumlah yang ditentukan.

b. Menurut cara menghafalkannya: 1) Hafalan secara tekstual. Santri

mengucapkan nazam-nazam yang dihafal di depan guru, banyak sedikitnya

nazam yang berhasil dihafalkan menjadi acuan dalam penilaian. 2) Hafalan

tekstual dengan tes pemahaman. Di samping menghafalkan, santri juga

dituntut untuk mampu menjelaskan beberapa nazam yang ditanyakan oleh

guru, pemahaman atas nazam tertentu inilah yang menjadi pertimbangan

dalam penilaian di samping kuantitas nazam yang berhasil dihafalkan.9

3. Hal-hal spesifik yang menjadikan beberapa subjek penelitian berbeda dengan

mayoritas lainnya, yakni tingkat hafalannya rendah tetapi kemampuannya

memahami fiqh baik, atau sebaliknya.

Dari informasi yang didapat penulis, beberapa alasan santri kenapa

tingkat hafalan Alfiyyahnya baik tetapi kurang baik dalam memahami kitab

fiqh antara lain:

a. Hafalannya bersifat retensi tekstual saja, dalam arti hasil menghafalnya

hanya berorientasi pada pemenuhan kewajiban menghafalkan nazam-

nazam dalam jumlah tertentu.

b. Belum mampu mengaplikasikan kaidah-kaidah nahwu dalam simbol-

simbol yang digunakan dalam makna gandul. Ketika ustadz membacakan

makna gandul, santri hanya terfokus pada penulisan makna saja, tidak

melihat keterkaitan kata sebagaimana yang ditunjukkan oleh simbol makna

gandul dari sang ustadz.

9 Hasil wawancara dengan Ustadz pengampu Alfiyyah di Madrasah Diniyyah Al-Itqon pada

tanggal 29 Maret 2011.

Page 89: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

76

c. Memandang antara Alfiyyah dan fiqh sebagai dua disiplin ilmu yang

terpisah dan berdiri sendiri-sendiri. Pemahaman masing-masing tergantung

pada penjelasan ustadz yang mengajarkannya.10

Adapun beberapa alasan santri kenapa tingkat hafalan Alfiyyahnya

kurang baik tetapi kemampuannya memahami kitab fiqh baik, antara lain:

a. Tidak begitu menganggap penting hafalan.

b. Sudah mampu mengaplikasikan kaidah-kaidah nahwu dalam simbol-

simbol makna gandul, namun kemampuan itu tidak didapatkan dari

Alfiyyah, tetapi dari kitab-kitab nahwu yang dipelajari sebelumnya.

c. Banyak membaca buku-buku fiqh dalam bahasa Indonesia atau kitab fiqh

yang sudah dalam bentuk terjemahan.

d. Faktor guru, dalam arti penjelasan ustadz fiqh lebih mudah dipahami dari

pada ustadz pengampu Alfiyyah.11

D. Keterbatasan Penelitian

Setiap penelitian hampir dapat dipastikan memiliki keterbatasan, apalagi

penelitian dalam bentuk skripsi, yang biasanya dilakukan oleh peneliti pemula.

Demikian juga, penulis menyadari betul bahwa dalam penelitian ini masih

terdapat beberapa keterbatasan, antara lain:

1. Keterbatasan waktu pelaksanaan penelitian. Hal ini menyebabkan data yang

diperoleh penulis kurang begitu valid. Data variabel Y misalnya, yakni

kemampuan memahami kitab fiqh, sebenarnya akan lebih tinggi

validitasnya jika disertakan juga metode pengumpulan data berupa tes lisan

(oral test) di samping tes tertulis (written test). Namun karena terbatasnya

waktu, data itu hanya diperoleh dari tes tertulis saja. Walaupun begitu,

dalam menyusun instrumen tes tertulis yang digunakan, sudah semaksimal

kemampuan penulis.

2. Subjek dalam penelitian ini terbatas pada santri di Pesantren Al-Itqon

Gugen Kota Semarang. Waktunya pun terbatas pada Tahun Dirasah 1431-

10

Hasil wawancara dengan santri yang tingkat hafalan Alfiyyah tergolong baik, namun hasil

kemampuan memahami fiqh kurang baik pada tanggal 30 Maret 2011. 11

Hasil wawancara dengan santri yang tingkat hafalan Alfiyyah tergolong kurang baik,

namun hasil kemampuan memahami fiqh baik pada tanggal 31 Maret 2011.

Page 90: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

77

1432 H. Sehingga hasil penelitian, yakni adanya korelasi antara tingkat

hafalan nazam Alfiyyah dan kemampuan memahami kitab fiqh, hanya

berlaku untuk subjek, waktu, dan lokasi penelitian tertentu saja.

3. Kesiapan responden dalam menjawab tes yang diberikan bervariasi, dalam

arti ada yang mengerjakan tes itu dengan sungguh-sungguh, ada pula yang

sebaliknya. Sehingga hasil tes yang diperoleh tidak seratus persen

mencerminkan keadaan yang sebenarnya. Namun, penulis cenderung

meyakini bahwa sebagian besar responden telah menjawab tes sesuai

dengan kemampuan sebenarnya masing-masing.

Meskipun demikian hasil penelitian ini yang menyatakan terdapat

korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan kemampuan

memahami kitab fiqh dapat dijadikan sebagai acuan awal bagi penelitian

selanjutnya. Dan penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai rujukan bagi santri

atau siswa, ustadz/guru, dan para praktisi pendidikan, khususnya pendidikan di

lingkungan pesantren, bahwa salah satu faktor yang ikut berkontribusi dalam

kemampuan memahami kitab fiqh adalah tingkat hafalan nazam Alfiyyah.

Page 91: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah tahap demi tahap dalam penelitian skripsi “Studi Korelasi Antara

Tingkat Hafalan Nazam Alfiyyah dan Kemampuan Memahami Kitab Fiqh Santri

Tingkat Tsanawiyah di Pesantren Al-Itqon Gugen Kota Semarang” telah

dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Tingkat hafalan nazam Alfiyyah santri tingkat tsanawiyah di Pesantren Al-

Itqon Gugen Kota Semarang termasuk dalam kategori “baik”. Hal ini terlihat

dari nilai rata-rata (mean) yang diperoleh, yaitu sebesar 73,7 yang berada

pada kelas interval 71,0 – 80,6.

2. Kemampuan memahami kitab fiqh santri tingkat tsanawiyah di Pesantren Al-

Itqon Gugen Kota Semarang tergolong dalam kategori “lebih dari cukup”.

Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata (mean) yang didapat, yakni sebesar

66,0 yang berada pada kelas interval 60,1 – 71,0.

3. Terdapat korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

kemampuan memahami kitab fiqh santri tingkat tsanawiyah di Pesantren Al-

Itqon Gugen Kota Semarang. Karena pada kenyataannya nilai rhitung

(koefisien korelasi) yang diperoleh, yaitu 0,70038, lebih besar dari rtabel, baik

pada taraf signifikansi 5% (rhitung > rtabel = 0,700 > 0,304) maupun 1% ( rhitung

> rtabel = 0,700 > 0,393). Kemudian tidak negatifnya koefisien korelasi yang

diperoleh menunjukkan adanya korelasi sejajar yang searah (positif) antara

variabel X dan variabel Y. Jadi, apabila tingkat hafalan nazam Alfiyyah santri

itu naik, akan diikuti pula oleh naiknya kemampuan memahami kitab fiqh.

Koefisien determinasi (KD = rxy2 x 100) sebesar 49,05; ini berarti bahwa

49,05% kemampuan memahami kitab fiqh (variabel Y) turut ditentukan oleh

tingkat hafalan nazam Alfiyyah (variabel X).

78

Page 92: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

79

B. Saran-saran

Berdasarkan pada hasil penelitian, ada beberapa saran yang dapat

dikemukakan menyangkut korelasi antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

kemampuan memahami kitab fiqh.

1. Objek dalam penelitian ini sangat terbatas pada tingkat hafalan nazam

Alfiyyah saja, belum menyentuh kepada tingkat atau kemampuan hafalan

manusia secara mutlak. Begitu juga terbatasnya kemampuan memahami

hanya pada kitab fiqh saja, tidak menyentuh pemahaman secara umum.

Dalam hal ini, penulis menyarankan kepada para peneliti untuk mengadakan

penelitian lanjut tentang hubungan hafalan dan pemahaman yang lebih luas

objeknya, dalam arti apakah orang yang mempunyai kemampuan menghafal

tinggi juga memiliki kemampuan memahami dengan baik.

2. Kepada para santri atau siswa yang sedang menghafalkan sebuah materi

pelajaran hendaknya tidak melupakan pada aspek pemahamannya. Hal ini

agar hafalan itu tidak hanya menekankan pada hafalan tekstual belaka, tetapi

juga melibatkan atau menyentuh ranah yang lebih tinggi dari kemampuan

belajar. Hafalan harus dipandang sebagai basis untuk mencapai kemampuan

intelektual yang lebih tinggi.

3. Kepada para ustadz atau pendidik agar kreatif dalam menggunakan hafalan

sebagai metode pembelajaran, agar supaya tujuan hafalan dapat terarah

sebagaimana dalam konsep pendidikan Islam yang dikemukakan oleh

Athiyyah al-Abrasyi, yakni keterpaduan antara hafalan dan pemahaman. Oleh

karenanya perlu dipikirkan bagaimana cara mengevaluasi hafalan agar anak

didik menyadari bahwa menghafal sebuah materi berarti juga memahami

materi itu, bukan sekedar hafal tanpa paham.

C. Penutup

Puji syukur al-h}amd li-Alla>h penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt,

akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Karena berkat

rahmat, taufik, hidayah serta inayah-Nya sehingga penulis memiliki kemampuan

untuk menyelesaikan tahap demi tahap skripsi ini.

Page 93: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

80

Penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu proses pelaksanaan skripsi ini dari awal hingga akhir. Semoga

bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan yang membahagiakan dan

diterima sebagai amal saleh di hadapan Allah Swt.

Namun demikian, meskipun telah berusaha semaksimal mungkin, penulis

menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak terdapat kesalahan

dan kekurangan. Untuk itu kritik dan saran senantiasa penulis harapkan demi

kesempurnaan skripsi ini.

Akhirnya hanya kepada Allah Swt tempat memohon dan tempat

berlindung, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat, khususnya bagi

penulis, dan umumnya bagi para pembaca, Amin.

Page 94: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Fatah, Rohadi, dkk., Rekonstruksi Pesantren Masa Depan (dari Tradisional,

Modern, hingga Post Modern), Jakarta: PT. Listafariska Putra, 2008, Cet. II.

Abrasyi al-, Muhammad „Athiyyah, Al-Tarbiyah al-Isla>miyyah wa Fala>sifatuha>, Beirut: Dar al-Fikr, t.t.

Alwi, Hasan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005, Ed. 3,

Cet. 2.

Anderson, Lorin W. dan Krathwohl, David R. (eds.), Kerangka Landasan untuk

Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen: Revisi Taksonomi Pendidikan

Bloom, terjemahan dari A Taxonomy for Learning, Teaching, and

Assessing: A Revision of Bloom‟s Taxonomy of Educational Objectives

oleh Agung Prihantoro, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.

Anwar, Moch., Tarjamah Matan Alfiyah, Bandung: Alma‟arif, 1996.

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta:

Rineka Cipta, 2006, Cet. XIII.

Azwar, Saifuddin, Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007, Cet. VII.

Bruinessen, Martin van, NU Tradisi Relasi-relasi Kuasa: Pencarian Wacana Baru,

Yogyakarta: LKiS, 2009, Cet. VII.

_____________ , Kitab Kuning, Pesantren, dan Tarekat, Bandung: Mizan, 1999,

Cet. III.

Dhofier, Zamakhsyari, Tradisi Pesantren: Studi tentang Pandangan Hidup Kyai,

Jakarta: LP3ES, 1982.

Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, Sejarah Madrasah: Pertumbuhan,

Dinamika, dan Perkembangannya di Indonesia, Jakarta: Depag RI, 2004.

Fadany al-, Abu al-Faidl Muhammad Yasin bin „Isa, Al-Fawa>’id al-Janiyyah, H}a>syiyah al-Mawa>hib al-Saniyyah Syarh} al-Fara>’id al-Bahiyyah, Juz 1,

Beirut: Dar al-Fikr, 1997.

Forehand, Mary, “Bloom's Taxonomy: Original and Revised”, dalam Michael Orey

(ed.), Emerging Perspectives on Learning, Teaching and Technology,

http://www.coe.uga.edu/epltt/bloom.htm, 10 Februari 2006.

Ghuzziy al-, Muhammad bin Qasim, Fath} al-Qari>b al-Muji>b, tt.p.: Da>r Ih}ya>’ al-

Kutub al-‘Arabiyyah, t.t.

Haedari, HM. Amin dan Hanif, Abdullah (eds.), Masa Depan Pesantren Dalam

Tantangan Modernitas dan Tantangan Kompleksitas Global, Jakarta: IRD

Press, 2004.

81

Page 95: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

82

Hill, Winfred F., Theories of Learning: Teori-teori Pembelajaran, terjemahan dari

Learning: A Survey of Psychological Interpretations oleh M. Khozim,

Bandung: Nusa Media, 2010, Cet. III.

Ibn „Aqil, Baha`uddin Abdullah, Syarh} Ibn ‘Aqi>l, Vol. I, Beirut: Dar al-Fikr, 2003.

Iksan, “Tradisi Pemakaian Kitab Kuning dalam Pembelajaran Fiqih pada MTs

Berbasis Pesantren di Jawa Timur”, Tesis, Surabaya: Program

Pascasarjana IAIN Sunan Ampel, 2009.

Junaedi, Mahfud, “Mewujudkan Pondok Pesantren Inovatif - Integratif - Futuristik”,

Jurnal Pondok Pesantren Mihrab, II, 4, Desember, 2008.

Jurjany al-, Aly bin Muhammad, Kita>b al-Ta’rifa>t, Surabaya: Al-Haramain, 1421 H.

Madjid, Nurcholis, “Merumuskan Kembali Tujuan Pendidikan Pesantren”, dalam

Bilik-bilik Pesantren; Sebuah Potret Perjalanan, (Jakarta: Paramadina,

1997), e-book diunduh dari http://www.4shared.com/get/MxFW-VC7/

Bilik -bilik_Pesantren_-_Nur_Ch.html

Mardapi, Djemari, Teknik Penyusunan Instrumen Tes dan Nontes, Jogjakarta: Mitra

Cendikia Offset, 2008.

Margono, S., Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2005.

Muhajir, Noeng, Metodologi Penelitian, Yogyakarta: Rike Sarasing, 1989.

Muhlis, Abdul Gafur, “T}ari>qah Tah}fi>z} Naz}m al-Alfiyyah wa Tat}bi>quha> fi> Tanmiyah

Kafa>’ah Qira>’ah al-Kutub al-‘Arabiyyah li al-T}ulla>b bi Ma’had al-Isla>my

al-Salafy Nu>r al-Kara>mah Paterongan Galis Bankala>n”, Skripsi, Surabaya:

Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel, 2009.

Muhsinin, “Studi Implementasi Pemberian Hadiah dan Hukuman Pendidikan

Pesantren (Studi Kasus Pondok Pesantren Al-Itqon Gugen Tlogosari

Semarang)”, Skripsi, Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2006.

Munawwir, Ahmad Warson, Al-Munawwir Kamus Arab - Indonesia, Surabaya:

Pustaka Progressif, 1997, Cet. 14.

Munawy al-, Muhammad „Abd al-Ra`uf, Al-Tawqi>f ‘ala> Muhimma>t al-Ta’a>ri>f, Beirut: Dar al-Fikr, 1410 H.

Mustaqim, Psikologi Pendidikan, Semarang: Fak. Tarbiyah IAIN Walisongo, 2009.

Shihab, Alwi, Islam Inklusif, Bandung: Mizan, 2002, Cet. I.

Shofwan, M. Sholihuddin, Maqashid An-Nahwiyyah: Pengantar Memahami

Alfiyyah, Juz Awal, Jombang: Darul Hikmah, 2005, Cet. II.

Sofanudin, Aji, Metodologi Penelitian Ilmu Tarbiyah, Semarang: Lakmus Indonesia,

2009.

Subana, dkk., Statistik Pendidikan, Bandung: Pustaka Setia, 2005, Cet. II.

Sugono, Dendy, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Pusat Bahasa, 2008.

Page 96: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

83

Tarsidi, Iding, “Bahan Presentasi Performance Tes”, diunduh dari http://file.upi.edu/

Direktori/A%20-%20FIP/JUR.%20PEND.%20LUAR%20BIASA/19660

1041993011%20-%20IDING%20TARSIDI/MAKALAH%20

PERFORMANCE%20TEST.pdf

Wahid, Abdurrahman, Menggerakkan Tradisi; Esai-esai Pesantren, Yogyakarta:

LKiS, 2010, Cet. III.

Yahya, Mukhtar dan Rahman, Fatchur, Dasar-dasar Pembinaan Hukum Fiqh Islami,

Bandung: Alma‟arif, 1997, Cet. 4.

Yunus, Mahmud, Kamus Arab – Indonesia, Jakarta: PT. Mahmud Yunus

Wadzurriyyah, 1990.

“Resensi Fathul Qorib”, http://pesantren-qotrunnada.com/index.php?view=article

&catid=37:coretan-santri&id=52:resensi-qfathul-qoribq&format=pdf

“Taksonomi Bloom”, Wapedia, http://wapedia.mobi/id/Taksonomi_Bloom

Page 97: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 98: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

Lampiran 1 : Surat penunjukan pembimbing skripsi.

Page 99: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

Lampiran 2 : Surat mohon izin riset.

Page 100: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

Lampiran 3 : Surat keterangan melaksanakan penelitian.

Page 101: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

Lampiran 4 : Struktur Kepengurusan Pondok Pesantren Al-Itqon.

Page 102: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

Lampiran 5 : Surat perizinan riset penelitian dan daftar santri tingkat tsanawiyyah

tahun dirasah 1431/1432 H

Page 103: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

Lampiran 6 : Surat pemberitahuan aturan umum.

Page 104: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan
Page 105: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

PENYUSUNAN INSTRUMEN TES

TINGKAT HAFALAN NAZAM ALFIYYAH

A. Spesifikasi Tes

Spesifikasi tes berisi tentang uraian yang menunjukkan keseluruhan

karakteristik yang harus dimiliki suatu tes. Penyusunan spesifikasi tes mencakup

kegiatan: (a) menentukan tujuan tes, (b) menyusun kisi-kisi tes, (c) memilih

bentuk tes, dan (d) menentukan panjang tes.1

1. Tujuan Tes

Ditinjau dari tujuannya, maka macam tes tingkat hafalan nazam

Alfiyyah merupakan tes formatif. Tes formatif bertujuan untuk memperoleh

masukan tentang tingkat keberhasilan pelaksanaan proses pembelajaran.2

Dalam hal ini, proses menghafal nazam Alfiyyah sudah dilaksanakan dalam

pembelajaran santri di pesantren atau madrasah, kemudian peneliti ingin

mengetahui hasil menghafal atau tingkat hafalan yang dicapai oleh santri.

Dalam kaitannya dengan data yang diperlukan dalam penelitian

“Studi Korelasi Antara Tingkat Hafalan Nazam Alfiyyah dan Kemampuan

Memahami Kitab Fiqh Santri Tingkat Tsanawiyah di Pesantren Al-Itqon

Gugen Kota Semarang”, maka tujuan tes tingkat hafalan nazam Alfiyyah

adalah untuk mengetahui tingkat hafalan santri dalam menghafal nazam

Alfiyyah Ibnu Malik.

2. Kisi-kisi Tes

Kisi-kisi merupakan tabel matrik yang berisi spesifikasi soal-soal

yang kan dibuat. Kisi-kisi merupakan acuan bagi penyusun soal, sehingga

siapapun yang menulis soal akan menghasilkan soal yang isi dan tingkat

kesulitannya relatif sama.3

Adapun kisi-kisi tes tingkat hafalan nazam Alfiyyah untuk santri di

pesantren Al-Itqon Gugen Kota Semarang adalah sebagai berikut:

1 Djemari Mardapi, Teknik Penyusunan Instrumen Tes dan Nontes, (Jogjakarta: Mitra

Cendikia Offset, 2008), hlm. 88. 2 Ibid., hlm. 69.

3 Ibid., hlm. 90.

Lampiran 7 : Penyusunan instrumen tes tingkat hafalan nazam Alfiyyah.

Page 106: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

2

KISI-KISI TES TINGKAT HAFALAN NAZAM ALFIYYAH

Jenis Lembaga Pendidikan : PONDOK PESANTREN AL-ITQON

Mata Pelajaran : ALFIYYAH IBNU MALIK

Waktu Pelaksanaan Tes : Februari 2011

Tujuan tes:

Mengetahui tingkat hafalan santri dalam menghafal nazam Alfiyyah Ibnu Malik.

No Variabel Sub Variabel Materi Indikator Bentuk

Tes

1 2 3 4 5 6

1 Hafalan

nazam

Alfiyyah

Ibnu Malik

Menghafalkan

nazam Alfiyyah

sesuai jumlah

yang ditentukan

Nazam-

Alfiyyah

Ibnu

Malik

- Santri mampu

mengucapkan nazam

Alfiyyah sejumlah 400

nazam.

Tes

Keca-

kapan dengan Lisan

Mengucapkan /

melafalkan

nazam Alfiyyah

dengan

performa yang

baik

Nazam-

Alfiyyah

Ibnu

Malik

- Santri mampu

mengucapkan nazam

Alfiyyah dengan lancar,

dalam arti tanpa

diingatkan.

- Santri mampu

mengucapkan nazam

Alfiyyah dengan bunyi

yang benar.

- Santri mampu

mengucapkan nazam

Alfiyyah dengan pasangan

sat}r (baris) yang cocok

dalam setiap nazamnya.

3. Bentuk Tes

Bentuk tes yang digunakan di lembaga pendidikan dapat

dikategorikan menjadi dua, yaitu tes objektif dan tes non objektif. Objektif

dilihat dari sistem penskorannya, siapa saja yang memeriksa lembar jawaban

tes akan menghasilkan skor yang sama. Tes yang non objektif adalah yang

sistem penskorannya dipengaruhi oleh pemberi skor, atau dipengaruhi oleh

subjektivitas pemberi skor.4

4 Ibid., hlm. 69 – 70.

Page 107: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

3

Kemudian pemilihan bentuk tes yang tepat ditentukan oleh tujuan tes,

jumlah peserta tes, waktu yang tersedia untuk memeriksa hasil tes, cakupan

materi tes, dan karakteristik mata pelajaran yang diujikan.5

Dengan mempertimbangkan tujuan dari tes tingkat hafalan nazam

Alfiyyah dan penjabaran indikator pencapaian sebagaimana terdapat dalam

kisi-kisi tes, maka bentuk tesnya adalah Tes Performa (Performance Test)

dengan lisan (oral test).

4. Panjang Tes

Panjang tes ditentukan berdasarkan pada cakup materi ujian dan

kelelahan peserta tes. Untuk tes performa waktu yang digunakan tidak

dibatasi dalam rentang waktu yang ditentukan. Dalam tes hafalan nazam

Alfiyyah, dalam satu menit nazam yang dapat diucapkan oleh testee yang

berhasil menghafalnya berkisar antara 10 sampai 15 nazam.

B. Penulisan Soal Tes

Penulisan soal merupakan langkah menjabarkan indikator menjadi

pertanyaan-pertanyaan yang karakteristiknya sesuai dengan perincian pada kisi-

kisi yang telah dibuat.6 Dalam hal ini, soal diungkapkan melalui lisan oleh

penguji dengan mengacu pada rumusan soal yang dibuat.

Berdasarkan kisi-kisi tes tingkat hafalan nazam Alfiyyah, maka rumusan

butir-butir soalnya adalah sebagai berikut:

1. Hafalkan nazam Alfiyyah Ibnu Malik dengan jumlah nazam sebanyak 400!

2. Hafalkan nazam-nazam Alfiyyah Ibnu Malik dengan kriteria performa

pengucapan sebagai berikut!

a. Lancar, dalam arti tanpa diingatkan.

b. Tepat bunyi huruf dan harakatnya.

c. Cocok pasangan sat}r (baris) dalam setiap nazamnya.

C. Pelaksanaan Tes

Pelaksanaan tes lisan ini dilakukan oleh masing-masing Ustadz

pengampu mata pelajaran Alfiyyah Ibnu Malik. Waktu pelaksanaannya pada

5 Ibid., hlm. 91.

6 Ibid., hlm. 93.

Page 108: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

4

saat Imtih}a>n Awwal (Ulangan Semester I) yang dimulai pada hari Ahad, 3

Rabi‟ul Awwal 1432 H / 6 Februari 2011 M sampai dengan Kamis 7 Rabi‟ul

Awwal 1432 H / 10 Februari 2011 M.

D. Teknik Penskoran

Hasil pengukuran baik melalui tes maupun nontes menghasilkan data

kuantitatif yang berupa skor. Skor ini kemudian ditafsirkan sehingga menjadi

nilai, yaitu rendah, menengah, atau tinggi. Tinggi rendahnya nilai ini selalu

dikaitkan dengan acuan penilaian.7 Dalam hal ini, acuan penilaian yang

digunakan adalah acuan norma. Tes acuan norma berasumsi bahwa kemampuan

orang itu berbeda dan dapat digambarkan menurut distribusi normal, perbedaan

ini ditunjukkan oleh hasil pengukuran.

Kemudian untuk menentukan skor masing-masing testee diperlukan

teknik penskoran. Adapun teknik penskoran tes tingkat hafalan nazam Alfiyyah

dijabarkan sebagai berikut:

Jumlah skor nazam yang dihafal santri dari jumlah nazam yang harus

dihafalkan –di mana dalam penelitian ini jumlah hafalannya ditentukan sebanyak

400 nazam– dikuantifikasikan dalam skala skor 100. Penskoran untuk setiap

nazam menggunakan skala Likert yang menggunakan 4 pilihan, biasanya skor

tertinggi adalah 4 dan terendah 1. Namun untuk tujuan memudahkan dalam

penghitungan, perincian skor dalam tes hafalan ini ditentukan sebagai berikut:

- Nazam dengan performa hafalan baik sekali : 1

- Nazam dengan performa hafalan baik : 0,75

- Nazam dengan performa hafalan cukup : 0,5

- Nazam dengan performa hafalan kurang : 0,25

Dengan demikian, jika jumlah nazam yang harus dihafalkan adalah

sebanyak 400 nazam, maka skor maksimumnya adalah 400. Sehingga

penghitungan nilai akhir skor tingkat hafalan nazam Alfiyyah dengan skala skor

100 adalah sebagai berikut:

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑘𝑜𝑟

𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 × 100 = 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝐻𝑎𝑓𝑎𝑙𝑎𝑛

7 Ibid., hlm. 127.

Page 109: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

5

Adapun kriteria performa hafalan nazam Alfiyyah berdasarkan

kategorinya adalah sebagai berikut:

1. Kategori Baik Sekali (A)

Performa hafalan yang termasuk kategori baik sekali jika pengucapan

nazamnya: a) secara lancar, dalam arti tidak dituntun/diingatkan; b) benar

bunyi huruf dan harakatnya; dan c) cocok pasangan sat}r (baris) dalam setiap

nazamnya.

2. Kategori Baik (B)

Performa hafalan yang termasuk kategori baik jika pengucapan

nazamnya: a) secara tidak lancar, dalam arti dituntun/diingatkan; b) benar

bunyi huruf dan harakatnya; dan c) cocok pasangan sat}r (baris) dalam setiap

nazamnya.

3. Kategori Cukup (C)

Performa hafalan yang termasuk kategori cukup jika pengucapan

nazamnya: a) secara tidak lancar, dalam arti dituntun/diingatkan; b) tidak

benar bunyi huruf dan harakatnya; dan c) cocok pasangan sat}r (baris) dalam

setiap nazamnya.

4. Kategori Kurang (D)

Performa hafalan yang termasuk kategori kurang jika pengucapan

nazamnya: a) secara tidak lancar, dalam arti dituntun/diingatkan; b) tidak

benar bunyi huruf dan harakatnya; dan c) tidak cocok pasangan sat}r (baris)

dalam setiap nazamnya.

Kemudian untuk memudahkan penskoran dibuat Lembar Penilaian Tes

Tingkat Hafalan Nazam Alfiyyah yang dipegang oleh penguji, formatnya

sebagai berikut:

Page 110: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

6

LEMBAR PENILAIAN

TES TINGKAT HAFALAN NAZAM ALFIYYAH

Kelas : ………………………………

Hari/Tanggal Tes : ………………………………

Penguji : ………………………………

Jumlah nazam yang harus dihafalkan adalah 400 (empat ratus) nazam.

No Nama

Subjek

Jumlah

Nazam

yang

Dihafal

Jumlah Nazam Menurut Kategori Performanya

Turus Baik

Sekali (Skor 1)

Kurang (Skor 0,25)

Cukup (Skor 0, 5)

Baik (Skor 0,75)

1 2 3 4 5 6 7

1

2

3

4

5

dst.

Keterangan:

- Kolom 4 – 6, diisi dengan tanda turus dan jumlah akhirnya, misalnya:

= 13.

- Kolom 7 didapatkan dari jumlah nazam yang dihafal (kolom 3) dikurangi

jumlah nazam yang kurang, cukup, dan baik (jumlah kolom 4, 5, dan 6).

Semarang, ………………

Penguji,

Nama dan Tanda Tangan

Kemudian data itu diolah oleh peneliti sehingga menjadi data kuantitatif

untuk variabel tingkat hafalan nazam Alfiyyah ke dalam transkrip skor hafalan

nazam Alfiyyah. Formatnya sebagai berikut:

Page 111: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

7

DATA KUANTITATIF

TINGKAT HAFALAN NAZAM ALFIYYAH

Pesantren : AL-ITQON

Alamat : Jl. KH. Abdurrosyid Gugen Tlogosari Wetan Pedurungan

Semarang

Jumlah Subjek Penelitian : 44 Santri

Jumlah nazam yang harus dihafalkan adalah 400 (empat ratus) nazam.

No Nomor

Subjek

Jumlah

Nazam

yang

Dihafal

Jumlah Nazam Menurut Kategori

Performanya Jumlah

Skor (A+B+C+D)

Nilai

Hafalan

(Skala 100)

Kurang (Skor 0,25)

Cukup (Skor 0, 5)

Baik (Skor 0,75)

Baik Sekali

(Skor 1)

Jml Skor

D Jml Skor

C Jml Skor

B Jml Skor

A

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

1

2

3

4

5

dst.

Demikian penjelasan tentang teknik pengumpulan data untuk variabel X atau

tingkat hafalan nazam Alfiyyah.

Demak, 3 Februari 2011

Penyusun,

Muhammad Aufa

NIM: 073111477

Page 112: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

PENYUSUNAN INSTRUMEN TES

KEMAMPUAN MEMAHAMI KITAB FIQH

A. Spesifikasi Tes

Spesifikasi tes berisi tentang uraian yang menunjukkan keseluruhan

karakteristik yang harus dimiliki suatu tes. Penyusunan spesifikasi tes mencakup

kegiatan: (a) menentukan tujuan tes, (b) menyusun kisi-kisi tes, (c) memilih

bentuk tes, dan (d) menentukan panjang tes.1

1. Tujuan Tes

Ditinjau dari tujuannya, maka macam tes kemampuan memahami

kitab fiqh merupakan tes formatif. Tes formatif bertujuan untuk memperoleh

masukan tentang tingkat keberhasilan pelaksanaan proses pembelajaran.2

Dalam hal ini, pembelajaran kitab fiqh sudah dilaksanakan di pesantren atau

madrasah, kemudian peneliti ingin mengetahui hasil belajar santri dalam

memahami kitab fiqh.

Dalam kaitannya dengan data yang diperlukan dalam penelitian

“Studi Korelasi Antara Tingkat Hafalan Nazam Alfiyyah dan Kemampuan

Memahami Kitab Fiqh Santri Tingkat Tsanawiyah di Pesantren Al-Itqon

Gugen Kota Semarang”, maka tujuan tes kemampuan memahami kitab fiqh

adalah untuk mengetahui kemampuan santri dalam memahami kitab fiqh.

Materi tes dari kitab fiqh yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

kitab Fath} al-Qari>b al-Muji>b, karya Syaikh Syamsuddin Abu „Abdillah,

Muhammad bin Qasim al-Ghuzziy.

2. Kisi-kisi Tes

Kisi-kisi merupakan tabel matrik yang berisi spesifikasi soal-soal

yang kan dibuat. Kisi-kisi merupakan acuan bagi penyusun soal, sehingga

siapapun yang menulis soal akan menghasilkan soal yang isi dan tingkat

kesulitannya relatif sama.3

1 Djemari Mardapi, Teknik Penyusunan Instrumen Tes dan Nontes, (Jogjakarta: Mitra

Cendikia Offset, 2008), hlm. 88. 2 Ibid., hlm. 69.

3 Ibid., hlm. 90.

Lampiran 8 : Penyusunan instrumen tes memahami kitab fiqh.

Page 113: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

2

Adapun kisi-kisi tes memahami kitab fiqh untuk santri di pesantren

Al-Itqon Gugen Kota Semarang adalah sebagai berikut:

KISI-KISI TES KEMAMPUAN MEMAHAMI KITAB FIQH

Jenis Lembaga Pendidikan : Pondok Pesantren Al-Itqon

Mata Pelajaran : Kitab Fath} al-Qari>b al-Muji>b

Waktu Pelaksanaan Tes : Maret 2011

Tujuan tes:

Mengetahui kemampuan santri dalam memahami kitab fiqh.

No Variabel Sub Variabel Materi

Pokok Indikator

Jml

Soal

No

Soal

1 2 3 4 5 6 7

1 Memahami

kitab Fiqh

Menentukan

bacaan

setiap kata

(mufrada>t) dengan

benar sesuai

kaidah

bahasa

Arab.

Teks kitab

Fath} al-Qari>b al-Muji>b

(Lihat

Keterangan)

- Santri mampu

menentukan i‟rab

(bacaan akhir kata)

dari teks kitab fiqh

sesuai kaidah

nahwu.

- Santri mampu

menentukan

kedudukan (tarkib)

kata atau frase

sesuai kaidah

nahwu.

- Santri mampu

mengaitkan bunyi

makna gandul

(ta’li>qa>t) dengan

tarkib sesuai kaidah

nahwu.

3

3

4

1, 13,

25

2, 12,

37

3, 14,

30, 38

Menyebutka

n arti

(makna)

yang

dikehendaki

sesuai

semantis.

Teks kitab

Fath} al-Qari>b al-Muji>b

- Santri mampu

menyebutkan arti

(makna) dari teks

kitab fiqh dengan

tepat.

- Santri mampu

menyebutkan tas}ri>f (perubahan bentuk

kata) dari teks kitab

fiqh sesuai kaidah

shorof.

4

3

4, 15,

24, 31

5, 16,

26

Page 114: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

3

No Variabel Sub Variabel Materi

Pokok Indikator

Jml

Soal

No

Soal

1 2 3 4 5 6 7

- Santri mampu

menentukan

perubahan arti

disebabkan

perubahan kata

dengan benar.

3 6, 17,

39

Menjelaska

n isi atau

maksud dari

teks dalam

kitab fiqh

Teks kitab

Fath} al-Qari>b al-Muji>b

- Santri mampu

menerjemahkan

kalimat dari teks

kitab fiqh dengan

benar.

- Santri mampu

menyimpulkan isi/

kandungan dari teks

kitab fiqh dengan

benar.

- Santri mampu

menjelaskan

penerapan hukum

fiqh dalam

kehidupan sehari-

hari.

- Santri mampu

menentukan hukum

suatu masalah sesuai

kaidah fiqh.

5

5

5

5

7, 18,

19, 28,

32

8, 11,

22, 23,

40

9, 20,

27, 29,

35

10, 21,

33, 34,

36

Jumlah Soal 40

Keterangan Materi Pokok:

(a) Materi soal no. 1 s.d. 8. Pasal tentang Najis dan Cara Menghilangkannya, hlm. 24.4

رعا ل عت رم تنا ذلا على اإلطالق الة ا خـيار ع سهولة . النجاسة لغة الليء ادلسـقذرالـمييز حلر ـها سـقذارىا لضررىا يف بدن أ عقل دخل يف اإلطالق قليل النجاسة ثتىا خرج با خـيار الضر رة فإهنا ت يح تنا ل النجاسة بسهولة الـمييز أ ل الد د ادلي يف

.انب أ فا هة ضلو ذلك خرج بقولو حلر ـها يـة اآلد ي ب دم ا سـقذار ادلت ضلوه

4 Muhammad bin Qasim al-Ghuzzi, Fath} al-Qari>b al-Muji>b, (Jakarta: Dar al-Kutub al-

Islamiyah, 2003), hlm. 24.

Page 115: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

4

(b) Materi soal no. 9 s.d. 12. Pasal tentang Najis dan Cara Menghilangkannya, hlm. 24 – 25.

ي ية غسل النجاسة ن ا لاىدة بال ت ىي ادلسماة بال ينية تكون بز ال عينها زلا لة ط م النجاسة ضر أ لون أ ريح عسر ز الو مل بقي لون أ ريح فإن ط م أ ز ال أ صافها ن

هبا ادلـنجس على ادلاء اري يضر ن ا النجاسة غت لاىدة ىي ادلسماة باحلكمية فيك ي

. لو رة ا دة

(c) Materi soal no. 13 s.d. 20. Bab Hukum-hukum Sholat, hlm. 28.

رعا ما قال الراف ي أقوال أف ال ــحة بالـك ت ىي لغة الدعاء ﴾ ـاب أ كام الصالة ﴿ (مخس) يف ب ض النسخ الصلوات ادل ر ضات ( الصالة ادل ر ضة)سلــمة بالـسليم بلرائط سلصوصة

(ال هر) جيب ل نها بأ ل الوق اوبا وس ا ىل أن ي قى ن الوق ا يس ها فيضيق ين ذ (اللمس)أي يل ( أ ل قـها ز ال) ي بذلك اهنا ظاىرة سط النهار : قال النو ي. أي صالتو

عن سط السماء بالن ر لن س اا ر بل دلا ي هر لنا ي رف ذلك ادليل بـحول ال ل ىل اهة ذا صار ظل ل )أي ق ال هر ( آخره)ادللرق ب د تناىي قصره الذي ىو غاية ارت اع اللمس

. ال ل لغة الست تقول أ ا يف ظل فالن أي سته( ظل الز ال)أي غت ( يء ثلو ب د(d) Materi soal no. 21. Pasal Beberapa Hal yang Membatalkan Sholat, hlm. 37.

.عمدا فإن ل ها الريح فستىا يف احلال مل ت طل صالت ( ا كلاف ال ورة)(e) Materi soal no. 22 s.d. 26. Pasal Mustahiq Zakat, hlm. 56 – 57.

الذين ذ رىم ا ت اىل يف ـابو ال زيز يف قولو ت اىل تدفع الز اة ىل ااصناف الثما ية: (فصل)﴿

﴾ (60: اآلية: سورة الـوبة) اخل ىو ظاىر غت عن اللرح رفة ااصنافادلذ ورة فال قت يف الز اة ىو الذي ال لو سب يقع وق ا ن ااـو أ ا فقت ال رايا فهو ن قد بيده ادلسكت ن قدر على ال أ سب يقع ل نهما وق ا ن ايـو يك يو

. من حيـاج ىل علرة دراىم عنده س ة(f) Materi soal no. 27. Pasal Mustahiq Zakat, hlm. 57.

.فإن فقد ا لهم الز اة ىت يواد ا لهم أ ب ضهم(g) Materi soal no. 28 s.d. 30. Pasal Hukum-hukum Khiyar, hlm. 71.

بت ضاء ال يع فسخو أي يث ذلما خيار اجمللس ( ادلـ اي ان باخليار )يف أ كام اخليار: (فصل)أي دة عدم ت رقهما عرفا أي ينقطع خيار اجمللس ا بـ رق ( ا مل يـ رقا)يف أ واع ال يع السلم

ادلـ اي ت ب دهنما عن رللس ال قد أ بأن خيـار ادلـ اي ان لز م ال قد فلو اخـار أ دمها لز م ال قد

Page 116: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

5

أي ادلـ اي ت ذا ا دمها ذا ( ذلما) مل خيت اآلخر فورا سقط قو ن اخليار بقي احلق لآلخر حتسب ن ال قد ن الـ رق فلو ( ىل ثالثة أيام)يف أ واع ال يع (أن يلتطا اخليار) افقو اآلخر

زاد اخليار على الثالثة بطل ال قد لو ان ادل يع شلا ي سد يف ادلدة ادللتطة بطل ال قد(h) Materi soal no. 31 dan 32. Pasal Bagian-bagian yang Ditentukan, hlm. 98.

يزاد (يف ـاب ا ت اىل سـة) يف ب ض النسخ ال ر ض ادلذ ورة ( ال ر ض ادلقدرة): (فصل)النصف الربع الثمن الثلثان الثلث ) السـة ىي . عليها ينقص نها ل ارض ال ول

.( السدس(i) Materi soal no. 33 dan 34. Bab Hukum-hukum Nikah, hlm. 102.

يف ادلدا اة ( ىل ادلواضع اليت حيـاج ليها) ر الط يب ن ااان ية ( اخلا س الن ر للمدا اة فيجوز). ىت دا اة ال رج يكون ذلك حبضور زلرم أ ز ج أ سيد أن تكون ىناك ا رأة ت اجلها

عليها فين ر اللاىد فراها عند هادتو بز اىا أ دهتا فإن ت مد الن ر ( السادس الن ر لللهادة) .لغت اللهادة فسق ردت هادتو

(j) Materi soal no. 35. Pasal Wanita-wanita Muhrim, hlm. 104.

س ع ) يف ب ض النسخ أرب ة علر (بالنص أربع علرة)أي ارم كا هن ( ار ات: فصل)أ ا ادلخلوقة ن اء زىن خص فـحل لو على (بالنسب ىن اام ن عل ال ن ن س ل

ااصح لكن ع الكراىة سواء ا ادلزين هبا طا عة أ أ ا ادلرأة فال حيل ذلا لدىا ن الزىن ( ال مة) قيقة أ بواسطة خالة ااب أ اام ( اخلالة) قيقة ا أ اب أ ام ( ااخ )

بنات ( بن ااخ ) بنات أ ده ن ذ ر أ ثى ( بن ااخ) قيقة أ بواسطة مة ااب أ دىا ن ذ ر أ ثى

(k) Materi soal no. 36.

Buku Terjemah Fathul Qarib; Pengantar Fiqih Imam Syafi‟i, Bagian Kedua, (Surabaya:

Mutiara Ilmu, 1995), hlm. 14 - 15, tentang Hukum Nikah.

(l) Materi soal no. 37 s.d. 40. Bab Hukum-hukum Makanan yang Halal dan Selainnya, hlm.

146.

قد عرف .(الك د الطحال) مها (د ان ال ن)لنا (السمك اجلراد ) مها ( لنا يــان ال ن)أ دىا ا يؤ ل فذبيحـو يــو : ن الم ادلصنف ىنا فيما س ق أن احليوان على ثالثة أقسام

.سواء الثاين ا يؤ ل فال حيل بالـذ ية اللرعية الثالث ا حتل يــو السمك اجلراد

Page 117: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

6

3. Bentuk Tes

Bentuk tes yang digunakan di lembaga pendidikan dapat

dikategorikan menjadi dua, yaitu tes objektif dan tes non objektif. Objektif

dilihat dari sistem penskorannya, siapa saja yang memeriksa lembar jawaban

tes akan menghasilkan skor yang sama. Tes yang non objektif adalah yang

sistem penskorannya dipengaruhi oleh pemberi skor, atau dipengaruhi oleh

subjektivitas pemberi skor.5

Kemudian pemilihan bentuk tes yang tepat ditentukan oleh tujuan tes,

jumlah peserta tes, waktu yang tersedia untuk memeriksa hasil tes, cakupan

materi tes, dan karakteristik mata pelajaran yang diujikan.6

Dengan mempertimbangkan tujuan dari tes memahami kitab fiqh dan

penjabaran indikator pencapaian sebagaimana terdapat dalam kisi-kisi tes,

serta waktu yang tersedia untuk memeriksa hasil tes, peneliti menggunakan

bentuk tes pilihan ganda.

4. Panjang Tes

Panjang tes ditentukan berdasarkan pada cakupan materi ujian dan

kelelahan peserta tes. Tes tertulis ini berbentuk pilihan ganda dengan jumlah

soal 40 butir, dan waktu yang diperlukan untuk mengerjakan tes ini dibatasi

selama 90 menit.

B. Penulisan Soal Tes

Penulisan soal merupakan langkah menjabarkan indikator menjadi

pertanyaan-pertanyaan yang karakteristiknya sesuai dengan perincian pada kisi-

kisi yang telah dibuat.7

Berdasarkan kisi-kisi tes kemampuan memahami kitab fiqh, maka

rumusan butir-butir soalnya adalah sebagai berikut:

Perhatikan teks yang menjadi materi soal no. 1 s.d. 8 berikut ini!

رعا ل عت رم تنا ذلا على اإلطالق الة . النجاسة لغة الليء ادلسـقذرا خـيار ع سهولة الـمييز حلر ـها سـقذارىا لضررىا يف بدن أ عقل

5 Djemari Mardapi, op. cit., hlm. 69 – 70.

6 Ibid., hlm. 91.

7 Ibid., hlm. 93.

Page 118: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

7

دخل يف اإلطالق قليل النجاسة ثتىا خرج با خـيار الضر رة فإهنا ت يح تنا ل النجاسة بسهولة الـمييز أ ل الد د ادلي يف انب أ فا هة ضلو ذلك خرج بقولو

. حلر ـها يـة اآلد ي ب دم ا سـقذار ادلت ضلوه

3. Nunnya lafaz عت dari ل عت dibaca ….

a. d}ammah tanwi>n c. fath}ah tanwi>n

b. fath}ah d. kasrah tanwi>n

4. Dalam kalimat النجاسة لغة الليء ادلسـقذر , yang berkedudukan sebagai

predikat atau khabar adalah ….

a. النجاسة c. الليء b. لغة d. ادلسـقذر

5. Dalam memberikan makna gandul untuk فليل النجاسةق , ditulis tanda ف

sebagai simbol dari “opo” yang juga menunjukkan kedudukan (tarkib) kata

itu sebagai ….

a. Fa>’il dan harus dibaca Rafa’ c. Fi’il dan harus dibaca Rafa’

b. Fa>’il dan harus dibaca Nas}ab d. Maf’u>l dan harus dibaca Nas}ab

(Draft butir-butir soal seterusnya sampai dengan nomor 40 telah direvisi dan

dilampirkan di lampiran Instrumen Tes Penelitian Variabel Y)

C. Telaah Soal Tes

Setelah soal tes ditulis kemudian dilakukan telaah atas butir-butir soal tes

untuk perbaikan. Dalam hal ini, pembuat soal meminta kepada Dosen

Pembimbing dan Ustadz Bazro Jamhar Ni‟am (pengampu fan Fath} al-Qari>b di

madrasah diniyyah Al-Itqon) untuk menelaah soal ini, baik dari segi tata bahasa

maupun substansinya. Telaah soal ini bertujuan untuk memperoleh instrumen

yang memiliki validitas logis. Dikatakan validitas logis karena validitas ini

diperoleh dengan suatu usaha hati-hati melalui cara-cara yang benar sehingga

menurut logika akan dicapai suatu tingkat validitas yang dikehendaki.8

8 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka

Cipta, 2006), Cet. XIII, hlm. 169.

Page 119: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

8

D. Uji-coba Tes

Sebelum soal digunakan dalam tes yang sesungguhnya, dilaksanakan uji

coba tes dalam rangka memperbaiki kualitas soal tes, juga sebagai sarana untuk

memperoleh data empirik tentang tingkat kebaikan soal yang telah disusun

(validitas empiris). Uji coba dilaksanakan pada Sabtu, 26 Februari 2011, dengan

jumlah responden 20 orang. Dari uji coba ini di antaranya dapat diketahui

reliabilitas, validitas, tingkat kesukaran, pola jawaban, efektivitas pengecoh, dan

daya beda dari soal yang telah disusun. Dalam mengolah jawaban uji coba ini

pembuat soal menggunakan program ITEMAN 9 untuk menganalisis butir soal.

E. Analisis Butir Soal

Setelah uji coba dilaksanakan, kemudian dilakukan analisis butir soal.

Hasil analisis antara lain dapat diketahui tingkat kesukaran butir soal, daya

pembeda, dan efektivitas pengecoh.10

Langkah selanjutnya adalah perbaikan dan perakitan atas butir-butir soal

yang masih belum baik. Butir soal yang baik jika mempunyai daya beda 0,30;

tingkat kesulitan antara 0,30 s.d. 0,80; dan distribusi jawaban minimum 5% pada

pengecoh (distractor). Item soal yang belum memenuhi kriteria tersebut

kemudian dilakukan perbaikan. Soal yang sudah diperbaiki kemudian ditulis

dalam instrumen tes penelitian.

F. Pelaksanaan Tes

Tes dilaksanakan pada Senin, 28 Februari 2011. Seluruh subjek

penelitian dikumpulkan oleh pengurus madrasah untuk mengerjakan tes ini di

kelas masing-masing, yakni dari pukul 20.00 – 21.30 WIB hari Senin malam

Selasa, dengan pengawasan langsung oleh peneliti dan ustadz yang mengajar

pada saat itu.

9 ITEMAN (MicroCAT) dikembangkan oleh Assessment Systems Corporation mulai 1982,

1984, 1986, 1988, 1993; mulai dari versi 2.00 – 3.50. Alamatnya Assessment Systems Corporation,

2233 University Avenue, Suite 400, St Paul, Minesota 55114, United States of America. Program ini

dipergunakan untuk: 1) menganalisis data file (format ASCII) (Notepad) melalui manual entri data

atau dari mesin scanner, 2) menskor dan menganalisis data soal bentuk PG dan skala likert untuk

30.000 siswa dan 250 butir soal, 3) menganalisis tes yang teridiri dari 10 skala (subtes) dan

memberikan informasi tentang validitas butir dan reliabilitas tes. 10

Hasil analisis butir menggunakan ITEMAN terlampir.

Page 120: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

9

G. Penskoran

Hasil pengukuran baik melalui tes maupun nontes menghasilkan data

kuantitatif yang berupa skor. Skor ini kemudian ditafsirkan sehingga menjadi

nilai, yaitu rendah, menengah, atau tinggi. Tinggi rendahnya nilai ini selalu

dikaitkan dengan acuan penilaian.11

Dalam hal ini, acuan penilaian yang

digunakan adalah acuan norma. Tes acuan norma berasumsi bahwa kemampuan

orang itu berbeda dan dapat digambarkan menurut distribusi normal, perbedaan

ini ditunjukkan oleh hasil pengukuran.

Instrumen tes ini terdiri dari 40 butir soal pilihan ganda, penilaian yamg

digunakan adalah skala 100, oleh karenanya skor untuk masing-masing item soal

adalah 2,5. Nilai akhir testee didapat dari mengalikan jumlah jawaban betul

dengan skor item soal (2,5).

Demikian penjelasan tentang teknik pengumpulan data untuk variabel Y atau

kemampuan memahami kitab fiqh.

Demak, 20 Februari 2011

Penyusun,

Muhammad Aufa

NIM: 073111477

11

Djemari Mardapi, op. cit., hlm. 127.

Page 121: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

10

ITEM & TEST ANALYSIS PROGRAM

>>> ************************************************************** <<<

Item analysis for data from file Ujicoba.txt

Item Statistics Alternative Statistics

----------------------- -----------------------------------

Seq. Scale Prop. Point Prop. Point

No. -Item Correct Biser. Biser. Alt. Endorsing Biser. Biser. Key

---- ----- ------- ------ ------ ----- --------- ------ ------ ---

1 0-1 0.900 0.358 0.209 A 0.050 -0.033 -0.015

B 0.050 -0.576 -0.272

C 0.000 -9.000 -9.000

D 0.900 0.358 0.209 *

Other 0.000 -9.000 -9.000

2 0-2 0.750 0.723 0.531 A 0.000 -9.000 -9.000

B 0.150 -0.668 -0.436

C 0.750 0.723 0.531 *

D 0.100 -0.421 -0.247

Other 0.000 -9.000 -9.000

3 0-3 0.950 0.033 0.015 A 0.950 0.033 0.015 *

B 0.000 -9.000 -9.000

C 0.050 -0.033 -0.015

D 0.000 -9.000 -9.000

Other 0.000 -9.000 -9.000

4 0-4 0.900 0.677 0.396 A 0.900 0.677 0.396 *

B 0.000 -9.000 -9.000

C 0.050 -0.576 -0.272

D 0.050 -0.576 -0.272

Other 0.000 -9.000 -9.000

5 0-5 0.400 0.801 0.631 A 0.600 -0.801 -0.631

B 0.400 0.801 0.631 *

C 0.000 -9.000 -9.000

D 0.000 -9.000 -9.000

Other 0.000 -9.000 -9.000

6 0-6 0.350 -0.003 -0.002 A 0.300 0.200 0.152 ?

B 0.350 -0.003 -0.002 *

CHECK THE KEY C 0.000 -9.000 -9.000

B was specified, A works better D 0.350 -0.185 -0.143

Other 0.000 -9.000 -9.000

TK=Tingkat Kesulitan; Tingkat

Pencapaian (Proportion Correct)

DB=Daya Beda

Distribusi Jawaban

Kunci Jawaban

Lampiran : Hasil analisis butir soal dengan ITEMAN

Page 122: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

11

7 0-7 0.250 -0.441 -0.323 A 0.300 -0.155 -0.117

B 0.200 0.192 0.134

CHECK THE KEY C 0.250 -0.441 -0.323 *

C was specified, D works better D 0.250 0.441 0.323 ?

Other 0.000 -9.000 -9.000

8 0-8 0.800 0.408 0.286 A 0.000 -9.000 -9.000

B 0.200 -0.408 -0.286

C 0.800 0.408 0.286 *

D 0.000 -9.000 -9.000

Other 0.000 -9.000 -9.000

(Hasil analisis butir soal dengan ITEMAN nomor soal seterusnya, yaitu nomor soal 9 s/d

38 sengaja dihilangkan untuk efisiensi halaman, rangkuman telaah hasil analisis butir tes

ada di bagian akhir lampiran ini).

39 0-39 0.450 0.518 0.412 A 0.250 -0.194 -0.142

B 0.100 -0.421 -0.247

C 0.200 -0.248 -0.174

D 0.450 0.518 0.412 *

Other 0.000 -9.000 -9.000

40 0-40 0.650 0.487 0.378 A 0.100 -0.613 -0.359

B 0.050 0.293 0.139

C 0.650 0.487 0.378 *

D 0.150 -0.235 -0.154

Other 0.050 -0.467 -0.221

There were 20 examinees in the data file.

Scale Statistics

Scale: 0

N of Items 40

N of Examinees 20

Mean 27.300 Median 27.000

Variance 19.910 Alpha 0.688

Std. Dev. 4.462 SEM 2.491

Skew 0.146 Mean P 0.683

Kurtosis -0.845 Mean Item-Tot. 0.277

Minimum 19.000 Mean Biserial 0.412

Maximum 35.000

Dari tabel tersebut memberikan gambaran statistik sebagai berikut :

a. N of item = 40

Artinya bahwa jumlah butir soal dalam tes yang dianalisa ada 40 butir

Page 123: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

12

b. N of examinees = 20

Adalah jumlah peserta tes yang digunakan dalam analisis sebanyak 20 orang, artinya

seluruh peserta dapat dianalisa.

c. Mean = 27,300

Skor rata-rata dari peserta tes tersebut adalah 27,300

d. Variance = 19,910

Adalah variasi dari distribusi skor peserta tes yang memberikan gambaran tentang

sebaran skor peserta tes yakni sebesar 19,910

e. Std. Dev. = 4,462

Adalah deviasi standar dari distribusi skor peserta tes = 4,462 (merupakan akar dari

variance)

f. Skew = 0,146

Adalah kemiringan distribusi skor peserta tes yang memberikan gambaran tentang

bentuk distribusi skor peserta tes. Karena + (positif) maka menunjukkan bahwa

sebagian skor berada pada bagian bawah skor rata-rata dari distribusi skor

g. Kurtosis = - 0,845

Artinya bahwa puncak distribusi skor yang menggambarkan kelandaian distribusi

skor dibanding dengan distribusi normal. Karena negatif (-) menunjukkan bahwa

distribusi skor lebih landai (merata) dari distribusi normal.

h. Minimum = 19,000

Adalah skor terendah yang diperoleh peserta tes sebesar 19

i. Maximum = 35,00

Adalah skor tertinggi yang diperoleh peserta tes sebesar 35

j. Median = 27,00

Adalah skor tengah hasil tes, dimana 50% skor berada pada atau lebih rendah dari

skor tersebut

k. Alpha = 0,688

Adalah koefisien reliabilitas alpha yang merupakan homogenitas tes.

Harga koefisien alpha ini jika dikonsultasikan dengan tabel r Product-Moment

dengan jumlah N=20, yakni untuk rt(5%) = 0,444 dan rt(1%) = 0,561 12

ternyata lebih

besar (0,688 > 0,444 juga 0,688 > 0,561). Hal ini menunjukkan bahwa soal tes ini

reliabel.

l. SEM = 2,491

Adalah kesalahan pengukuran standar. SEM merupakan estimit dari deviasi standar

kesalahan dalam pengukuran skor tes.

m. Mean P = 0,683

Yakni rata-rata tingkat kesukaran semua butir soal. Dalam klasikal dihitung dengan

cara mencari rata-rata proporsi peserrta tes yang menjawab benar untuk semua butir

soal dalam tes.

n. Mean Item-Tot. = 0,277

Adalah nilai rata-rata indeks daya beda dari semua soal dalam tes, yang diperoleh

dengan menghitung nilai rata-rata point biserial dari semua soal dalam tes.

o. Mean-Biserial = 0,412

Adalah juga nilai rata-rata indeks daya beda yang diperoleh dengan mengitung nilai

rata-rata korelasi biserial dari semua butir soal dalam tes.

12

Lihat tabel harga kritik dari r Product-Moment di: Suharsimi Arikunto, op. cit., hlm. 359.

Page 124: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

13

TELAAH HASIL ANALISIS BUTIR TES

Variabel Y: Kemampuan Memahami Kitab Fiqh

Dari hasil analisis butir soal program ITEMAN terhadap hasil jawaban uji coba pada

20 responden tanggal 26 Februari 2011, kriteria per item butir soalnya dapat dilihat

dalam tabel berikut:

No

Item

Daya beda

0,30

Tingkat Kesulitan

0,30 s.d. 0,80

Distribusi Jawaban

Minimum 5% pada

Pengecoh

1 X

2

3 X X

4 X

5

6 X

7 X X

8

9

10 X

11 X

12

13 X

14 X

15

16 X

17 X

18 X

19

20

21 X

22 X

23 X

24

Page 125: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

14

No

Item

Daya beda

0,30

Tingkat Kesulitan

0,30 s.d. 0,80

Distribusi Jawaban

Minimum 5% pada

Pengecoh

25 X

26

27 X

28 X X

29

30 X

31

32 X

33 X X

34

35

36 X

37 X

38 X

39

40

Keterangan:

Perbaikan item soal berdasarkan tanda X pada kolom.

Page 126: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

INSTRUMEN PENELITIAN

TES PERFORMA DENGAN LISAN

A. Pengantar

1. Instrumen tes ini dibuat dalam rangka mengadakan penelitian untuk

mendapatkan data yang valid berkaitan dengan penulisan skripsi kami.

2. Instrumen ini berupa LEMBAR PENILAIAN tes tingkat hafalan nazam

Alfiyyah yang diberikan kepada penguji.

3. Materi hafalan dalam tes ini ditentukan sebanyak 400 nazam.

4. Pengisian tes tidak akan berpengaruh terhadap prestasi belajar santri dan

hasil hafalan santri akan terjaga kerahasiaannya.

5. Atas bantuannya kami mengucapkan banyak terima kasih.

B. Petunjuk Pengisian

1. Kolom “Jumlah Nazam yang Dihafal” (kolom 3) diisi dengan angka jumlah

capaian hafalan santri.

2. Isilah pada kolom-kolom “Turus” yaitu kolom “Kurang” (kolom 4), “Cukup”

(kolom 5), “Baik” (kolom 6) dengan batang-batang turus yang menunjukkan

jumlah nazam yang diucapkan sesuai kategori performanya! Contoh tanda turus:

= 23

3. Untuk kategori “Baik Sekali” diisi dengan angka, yang didapat dari angka

pada kolom 3 (Jumlah Nazam yang Dihafal) dikurangi jumlah keseluruhan

dari kolom 4, kolom 5, dan kolom 6 (Kategori “Kurang”, “Cukup”, dan

“Baik”).

4. Adapun kriteria performa hafalan nazam Alfiyyah berdasarkan kategorinya

adalah sebagai berikut:

a. Kategori Baik Sekali (A)

Jika pengucapan hafalan nazamnya: a) secara lancar, dalam arti tidak

dituntun/diingatkan; b) benar bunyi huruf dan harakatnya; dan c) cocok

pasangan sat}r (baris) dalam setiap nazamnya.

b. Kategori Baik (B)

Jika pengucapan hafalan nazamnya: a) secara tidak lancar, dalam arti

dituntun/diingatkan; b) benar bunyi huruf dan harakatnya; dan c) cocok

pasangan sat}r (baris) dalam setiap nazamnya.

c. Kategori Cukup (C)

Jika pengucapan hafalan nazamnya: a) secara tidak lancar, dalam arti

dituntun/diingatkan; b) tidak benar bunyi huruf dan harakatnya; dan c)

cocok pasangan sat}r (baris) dalam setiap nazamnya.

d. Kategori Kurang (D)

Jika pengucapan hafalan nazamnya: a) secara tidak lancar, dalam arti

dituntun/diingatkan; b) tidak benar bunyi huruf dan harakatnya; dan c)

tidak cocok pasangan sat}r (baris) dalam setiap nazamnya.

Lampiran 9 : Instrumen penelitian tes performa dengan lisan.

Page 127: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

2

LEMBAR PENILAIAN

TES TINGKAT HAFALAN NAZAM ALFIYYAH

Kelas : 1 Tsanawiyyah Madrasah Diniyyah Al-Itqon

Hari/Tanggal Tes : Senin, 4 Rabi‟ul Awwal 1432 H / 7 Februari 2011 M

Penguji : Ustadz Muhammad Muhsin

Jumlah nazam yang harus dihafalkan adalah 400 (empat ratus) nazam.

No Nama

Subjek

Jumlah

Nazam

yang

Dihafal

Jumlah Nazam Menurut Kategori Performanya

Turus Baik

Sekali (Skor 1)

Kurang (Skor 0,25)

Cukup (Skor 0, 5)

Baik (Skor 0,75)

1 2 3 4 5 6 7

1 ABDUL KHAMID

2 ABDUSSOMAD

3 AFIF NUR ROSYID

4 KISWANTO

5 ARSYADANAL HAQ

6 ERI NUR ERVIAN

7 FATHUL MU‟IN

8 IMAMUDDIN

9 KHOIRUL UMAM

10 LUTFIL HUDA

11 M. FAISOL AMIN

Page 128: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

3

No Nama

Subjek

Jumlah

Nazam

yang

Dihafal

Jumlah Nazam Menurut Kategori Performanya

Turus Baik

Sekali (Skor 1)

Kurang (Skor 0,25)

Cukup (Skor 0, 5)

Baik (Skor 0,75)

1 2 3 4 5 6 7

12 M. FARID

CHANIFUDDIN

13 M. IQBAL ROSYID

14 M. NASRUDDIN

15 M. NUR HUDA

16 M. TAUFIQ

17 MUSTHOFA

18 NURUL ULUM

19 RIYAN ARI HIDAYAT

20 SAMSUL ARIFIN

Keterangan:

- Kolom 4 – 6, diisi dengan tanda turus dan jumlah akhirnya, misalnya:

= 23.

- Kolom 7 didapatkan dari jumlah nazam yang dihafal (kolom 3) dikurangi

jumlah nazam yang “kurang”, “cukup”, dan “baik” (jumlah kolom 4, 5, dan 6).

Semarang, 7 Februari 2011

Penguji,

Muhammad Muhsin

Page 129: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

4

LEMBAR PENILAIAN

TES TINGKAT HAFALAN NAZAM ALFIYYAH

Kelas : 2 Tsanawiyyah Madrasah Diniyyah Al-Itqon

Hari/Tanggal Tes : Selasa, 5 Rabi‟ul Awwal 1432 H / 8 Februari 2011 M

Penguji : Ustadz Ahmad Tahrir Al-Hafiz

Jumlah nazam yang harus dihafalkan adalah 400 (empat ratus) nazam.

No Nama

Subjek

Jumlah

Nazam

yang

Dihafal

Jumlah Nazam Menurut Kategori Performanya

Turus Baik

Sekali (Skor 1)

Kurang (Skor 0,25)

Cukup (Skor 0, 5)

Baik (Skor 0,75)

1 2 3 4 5 6 7

1 M. ABDUL LATIF

2 ARDI NUGROHO

3 ARIF WIDODO

4 M. IN'AMUL WAFI

5 SOFHAL JAMIL

6 A. SHOLEKHAN

7 ALAMUL HUDA

8 KHOIRUL ULUM

9 M. ARI SETIAWAN

10 MOCHAMMAD NUR

KHOLIS

11 M. SHODIQ

Page 130: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

5

No Nama

Subjek

Jumlah

Nazam

yang

Dihafal

Jumlah Nazam Menurut Kategori Performanya

Turus Baik

Sekali (Skor 1)

Kurang (Skor 0,25)

Cukup (Skor 0, 5)

Baik (Skor 0,75)

1 2 3 4 5 6 7

12 MUHAMMAD

SARIFUDIN GHOZALI

13 MUHAMMAD TARIF

AZIZ

14 SUHARTONO

15 TAJUDIN BAHAR

Keterangan:

- Kolom 4 – 6, diisi dengan tanda turus dan jumlah akhirnya, misalnya:

= 23.

- Kolom 7 didapatkan dari jumlah nazam yang dihafal (kolom 3) dikurangi

jumlah nazam yang “kurang”, “cukup”, dan “baik” (jumlah kolom 4, 5, dan 6).

Semarang, 8 Februari 2011

Penguji,

Ahmad Tahrir Al-Hafiz

Page 131: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

6

LEMBAR PENILAIAN

TES TINGKAT HAFALAN NAZAM ALFIYYAH

Kelas : 3 Tsanawiyyah Madrasah Diniyyah Al-Itqon

Hari/Tanggal Tes : Rabu, 6 Rabi‟ul Awwal 1432 H / 9 Februari 2011 M

Penguji : Ustadz A. Basyaruddin Miftah

Jumlah nazam yang harus dihafalkan adalah 400 (empat ratus) nazam.

No Nama

Subjek

Jumlah

Nazam

yang

Dihafal

Jumlah Nazam Menurut Kategori Performanya

Turus Baik

Sekali (Skor 1)

Kurang (Skor 0,25)

Cukup (Skor 0, 5)

Baik (Skor 0,75)

1 2 3 4 5 6 7

1 A. JUNAIDI

2 A. MU'TASIM

3 A. SIDIQ

4 AGUS ULIL ABSHOR

5 MIFATHUZZAMAN

6 NUR FAIZIN

7 NURUL IRFAN

8 M. TAMAMI

9 WAFAUL FALAH

Semarang, 9 Februari 2011

Penguji,

A. Basyaruddin Miftah

Page 132: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

INSTRUMEN TES PENELITIAN

A. Pengantar

1. Instrumen tes ini dibuat dalam rangka mengadakan penelitian untuk

mendapatkan data yang valid berkaitan dengan penulisan skripsi kami.

2. Pengisian tes tidak akan berpengaruh terhadap prestasi belajar Anda dan

hasil jawaban Anda akan terjaga kerahasiaannya.

3. Atas bantuannya kami mengucapkan banyak terima kasih.

B. Petunjuk Pengisian

1. Pilihlah salah satu jawaban yang tersedia yang paling tepat menurut Anda

dengan cara memberi tanda silang (X) pada salah satu huruf a, b, c, atau d di

lembar jawaban yang disediakan!

2. Isilah identitas diri Anda!

Nama : ……………………………………………………

3. Waktu pengisian tes adalah 90 menit.

C. Daftar Pertanyaan

Perhatikan teks yang menjadi materi soal no. 1 s.d. 8 berikut ini!

رعا ل عت رم تنا ذلا على اإلطالق الة . النجاسة لغة الليء ادلسـقذرا خـيار ع سهولة الـمييز حلر ـها سـقذارىا لضررىا يف بدن أ عقل دخل يف اإلطالق قليل النجاسة ثتىا خرج با خـيار الضر رة فإهنا ت يح تنا ل

النجاسة بسهولة الـمييز أ ل الد د ادلي يف انب أ فا هة ضلو ذلك خرج بقولو . حلر ـها يـة اآلد ي ب دم ا سـقذار ادلت ضلوه

1. Nunnya lafaz عت dari ل عت dibaca ….

a. d}ammah tanwi>n c. kasrah

b. fath}ah d. kasrah tanwi>n

2. Dalam kalimat النجاسة لغة الليء ادلسـقذر , yang berkedudukan sebagai

predikat atau khabar adalah ….

a. لغة الليئ c. الليء b. لغة d. ادلسـقذر

Lampiran 10 : Instrumen tes penelitian Variabel Y.

Page 133: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

2

3. Dalam memberikan makna gandul untuk فليل النجاسةق , ditulis tanda ف

sebagai simbol dari “opo” yang juga menunjukkan kedudukan (tarkib) kata

itu sebagai ….

a. Fa>’il dan harus dibaca Rafa’

b. Na>’ib al-fa>’il dan harus dibaca Rafa’ c. Fi’l dan harus dibaca Rafa’ d. Fa>’il ‘A>qil dan harus dibaca Rafa’

4. Najis secara bahasa berarti ….

a. sesuatu yang menjijikkan c. sesuatu yang keluar dari qubul dan dubur

b. kotoran-kotoran d. kotoran yang membatalkan sholat

5. Kata ت يح dalam kalimat فإهنا ت يح تنا ل النجاسة , bentuk fi’l mad}i-nya adalah

….

a. باح c. بـيح أ

b. أباح d. بـيح 6. Arti yang tepat untuk kata المســقذر yang mengikuti wazan ســ ل adalah

….

a. yang kotor c. yang dianggap bahaya

b. yang dianggap kotor d. merasa jijik

.… terjemahannya yang benar adalah يـة اآلد ي" حلر ـها" خرج بقولو .7

a. disimpulkan dengan ucapannya “bukan karena segi haramnya” mencakup

mayat manusia

b. ucapannya “bukan karena segi haramnya” mengeluarkan mayat bayi Adam

c. dengan ucapannya “bukan karena segi haramnya” terkecualikan mayat

manusia

d. dengan ucapannya “bukan karena segi kemuliaannya” dikecualikanlah

bani Adam

8. Berdasarkan teks di atas, berikut ini pernyataan yang benar adalah ….

a. Menyantap buah yang di dalamnya terdapat bangkai ulat namun tidak

terlihat hukumnya makruh

b. Najis menurut pengertian syara‟ adalah sesuatu yang menjijikkan

c. Diperbolehkan memakan bangkai yang najis dalam keadaan terpaksa

d. Air mani dianggap benda suci, walaupun sebenarnya najis karena

menjijikkan

Perhatikan teks yang menjadi materi soal no. 9 s.d. 12 berikut ini!

ي ية غسل النجاسة ن ا لاىدة بال ت ىي ادلسماة بال ينية تكون بز ال ط م النجاسة ضر أ بقي لون أ ريح فإن ط م أ عينها زلا لة ز ال أ صافها ن

Page 134: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

3

لون أ ريح عسر ز الو مل يضر ن ا النجاسة غت لاىدة ىي ادلسماة . لو رة ا دة هبا ادلـنجس على ادلاء اري باحلكمية فيك ي

9. Lantai keramik Amir terkena air kencing adiknya yang baru berumur 3 tahun,

namun air kencing itu telah kering tanpa bekas dan bau setelah ditinggal pergi

oleh Amir beberapa jam. Cara paling sederhana untuk menyucikan lantai itu

adalah ….

a. lantai itu dipel kemudian dialiri dengan air mutlak sebanyak satu kali

b. cukup dipercikkan air mutlak pada lantai yang terkena air kencing itu

c. dihilangkan dahulu benda najisnya baru dialiri dengan air mutlak

d. cukup dialiri satu kali dengan air mutlak pada lantai yang terkena najis

10. Pakaian yang terkena darah, setelah dicuci beberapa kali ternyata warna

darahnya masih membekas. Maka hukum sholat dengan memakai pakaian itu

adalah ….

a. sah, karena warna darah yang masih melekat itu termasuk najis yang

bersifat baru

b. tidak sah, karena masih adanya bekas warna darah menunjukkan bahwa

pakaian itu masih mutanajjis

c. sah, karena bekas warna najis yang sulit dilenyapkan itu tidak mengapa

dan pakaian itu dinilai sudah suci

d. tidak sah, karena jika bekas najis itu sulit dilenyapkan harus disucikan

dulu sampai benar-benar hilang warna, rasa, dan baunya

11. Dari teks di atas dapat diketahui bahwa najis yang terlihat bentuk atau

bendanya disebut najis ….

a. mutawassit}ah c. ‘ainiyyah

b. mughallaz}ah d. h}ukmiyyah

12. Dalam kalimat ن ا النجاسة غت لاىدة , yang menjadi اسم ان adalah

kata … dan dii‟rabi ….

a. رفع ,النجاسة c. رفع ,غت لاىدة

b. صب ,النجاسة d. صب ,غت لاىدة

Perhatikan teks yang menjadi materi soal no. 13 s.d. 20 berikut ini!

رعا ما قال الراف ي أقوال أف ال ىي لغة الدعاء ﴾ كتاب أحكام الصالة ﴿ يف ب ض النسخ ( الصالة ادل ر ضة) ــحة بالـك ت سلــمة بالـسليم بلرائط سلصوصة

جيب ل نها بأ ل الوق اوبا وس ا ىل أن ي قى ن (مخس)الصلوات ادل ر ضات ي بذلك اهنا : قال النو ي. أي صالتو (ال هر) الوق ا يس ها فيضيق ين ذ

عن سط السماء بالن ر (اللمس)أي يل ( أ ل قـها ز ال)ظاىرة سط النهار

Page 135: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

4

لن س اا ر بل دلا ي هر لنا ي رف ذلك ادليل بـحول ال ل ىل اهة ادللرق ب د تناىي ذا صار ظل ل يء )أي ق ال هر ( آخره)قصره الذي ىو غاية ارت اع اللمس

. ال ل لغة الست تقول أ ا يف ظل فالن أي سته( ظل الز ال)أي غت ( ثلو ب د13. Lafaz الصالة dari مخس الصالة ادل ر ضة menjadi Subjek dan dibaca …

dengan ‘ala>mah (tanda) i’ra>b ….

a. Rafa’, d}ammah c. Ma’rifah, alif la>m

b. Nas}ab, fath}ah d. Jarr, kasrah

14. Dalam kalimat اوبا وس ا مط جيب ل نها بأ ل الوق , simbol makna ط menunjukkan kedudukan kata itu sebagai … dan bunyi makna gandulnya ….

a. Maf’u>l ma’ah, “sartane” c. Maf’u>l mut}laq, “kelawan”

b. Maf’u>l bih, “ing” d. Maf’u>l li ajlih, “kerana arahe”

15. Arti yang sama untuk kata ز ال adalah ….

a. condongnya c. terbenamnya

b. hilangnya d. terbitnya

16. Kata ــحة dalam kalimat أقوال أف ال ــحة بالـك ت , bentuknya adalah ….

a. اسم فاعل c. اسم كان b. صدر يمي d. اسم ول

artinya “yang diluaskan/dilapangkan”, sedangkan kata yang tepat untuk وسال ا .17

arti “yang luas” adalah ….

a. وسوعة c. تـوسيع b. اس ة d. سالع

terjemahan yang , أقوال أف ال ــحة بالـك ت سلــمة بالـسليم بلرائط سلصوصة .18

benar adalah ….

a. Ritual-ritual dan bacaan-bacaan yang diawali dengan takbir dan diakhiri

dengan salam dengan syarat-syarat tertentu

b. Ucapan-ucapan dan perbuatan-perbuatan yang diawali dengan takbir dan

diakhiri dengan salam dengan syarat-syarat tertentu

c. Ucapan-ucapan dan perbuatan-perbuatan yang membuka pahala besar

(takbi>r) dan menyebabkan keselamatan (tasli>m) dengan cara-cara tertentu

d. Kalimat-kalimat dzikir dan serangkaian ritual yang diawali dengan

Allahu Akbar dan diakhiri dengan salam dengan syarat-syarat tertentu

ظل الز ال ذا صار ظل ل يء ثلو ب د .19 , maksudnya adalah ….

a. Ketika bayang-bayang suatu benda sepadan bendanya (sama dengan

bendanya) bukan bayang-bayang ketika matahari tergelincir (ke barat)

b. Ketika bayang-bayang suatu benda lebih panjang daripada bendanya

bukan bayang-bayang ketika matahari tergelincir (ke barat)

Page 136: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

5

c. Ketika bayang-bayang suatu benda hampir sama dengan bendanya bukan

bayang-bayang ketika matahari tergelincir (ke barat)

d. Ketika bayang-bayang suatu benda sepadan bendanya (sama dengan

bendanya) bukan bayang-bayang ketika matahari terbit (dari timur)

20. Sesuai jadwal waktu sholat pada hari itu waktu Ashar dimulai jam 15.05

WIB, jam menunjukkan pukul 14.55 WIB padahal Ali Baba belum

melakukan sholat Dzuhur, maka kewajiban sholat Dzuhur bagi Ali Baba pada

waktu itu merupakan kewajiban yang bersifat ….

a. وسال ة c. راىة

b. ضيـالقة d. فـرض عت 21. Azka Fua‟dy sedang menjalankan ibadah sholat, ketika raka‟at kedua adiknya

yang masih kecil menarik sarung yang dipakainya sehingga auratnya terbuka,

namun buru-buru Azka menutupi auratnya kembali. Sholat Azka hukumnya

….

a. batal c. sah tetapi wajib mengulang sholatnya

b. sah d. sah tetapi disunnahkan sujud sahwi

Perhatikan teks yang menjadi materi soal no. 22 s.d. 26 berikut ini!

الذين ذ رىم ا ت اىل يف ـابو ال زيز يف تدفع الز اة ىل ااصناف الثما ية: (فصل) ﴿قولو ت اىل

﴾ (60: اآلية: سورة الـوبة) اخل ىوظاىر غت عن اللرح رفة ااصناف ادلذ ورة فال قت يف الز اة ىو الذي ال لو سب يقع وق ا ن ااـو أ ا فقت ال رايا فهو ن قد بيده ادلسكت ن

من حيـاج ىل قدر على ال أ سب يقع ل نهما وق ا ن ايـو يك يو .علرة دراىم عنده س ة

22. Perbedaan orang fakir dan orang miskin adalah ….

a. keduanya sama-sama mempunyai pekerjaan, namun pekerjaan orang

fakir tidak dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari, sedangkan si miskin

dapat mencukupinya

b. Orang miskin tidak mempunyai pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya, sedangkan orang fakir mempunyai pekerjaan namun tidak

mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

c. Orang miskin mempunyai beban keluarga yang cukup banyak, sedangkan

fakir walaupun tidak dapat memenuhi kebutuhannya namun tidak

terbebani keluarga

Page 137: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

6

d. Orang fakir tidak mempunyai pekerjaan untuk memenuhi kebutuhannya,

sedangkan orang miskin mempunyai pekerjaan namun tidak mencukupi

untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

23. Yang bukan termasuk mustah}iq al-zaka>h adalah ….

a. Orang yang diberi tugas untuk menarik dan menyalurkan zakat

b. Orang yang baru masuk Islam, yang imannya masih lemah

c. Orang yang berjuang di jalan Allah, yang tidak digaji setiap bulannya

d. Orang yang bepergian jauh untuk menghindari tanggung jawabnya

24. Arti dalam surat At-Taubah ayat 60 adalah ….

a. sedekah-sedekah c. zakat-zakat

b. infaq-infaq d. sumbangan wajib

25. Kata الز اة dalam kalimat تدفع الز اة ىل ااصناف الثما ية , dibaca ….

a. d}ammah menjadi fa>’il c. fath}ah menjadi maf’u>l bih

b. d}ammah menjadi na>’ib al-fa>’il d. kasrah menjadi mud}a>f ilaih

26. Kata أصناف adalah bentuk jamak dari kata tunggal ….

a. صنف c. صنف b. صنالف d. ف صن

Jika suatu saat . فإن فقد ا لهم الز اة ىت يواد ا لهم أ ب ضهم .27

ternyata tidak ditemukan satu pun dari mustah}iq al-zaka>h, maka zakat itu ….

a. digunakan untuk membangun fasilitas umum

b. diberikan semuanya kepada ‘a>mil zakat

c. dikembangkan dengan cara digunakan sebagai modal usaha untuk umat

d. dijaga/disimpan oleh yang berwenang sampai ditemukan mustah}iqnya

بت ضاء ال يع فسخو ( ادلـ اي ان باخليار) .28 Yang dimaksud dengan hak khiya>r

adalah ….

a. hak calon suami dan calon isteri untuk memilih di antara melangsungkan

akad nikah atau menggagalkannya

b. hak penjual dan pembeli untuk memilih harga yang cocok ketika tawar

menawar dalam akad jual beli

c. hak perempuan untuk tidak dipaksa menikah, atau hak perempuan untuk

memilih di antara menikah atau tidak

d. hak penjual dan pembeli untuk memilih di antara melangsungkan jual

beli atau menggagalkannya

ينقطع خيار اجمللس ا بـ رق ادلـ اي ت ب دهنما عن رللس ال قد أ بأن خيـار .29 ادلـ اي ان لز م ال قد فلو اخـار أ دمها لز م ال قد مل خيت اآلخر فورا سقط قو

ن اخليار بقي احلق لآلخر

Dari teks di atas dapat diketahui bahwa hak khiyar majlis menjadi gugur

karena sebab-sebab berikut, kecuali ….

Page 138: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

7

a. penjual memberi waktu khiyar selama tiga hari kepada pembeli

b. penjual dan pembeli telah berpisah dari tempat akad

c. penjual telah menetapkan untuk melangsungkan akad jual-beli

d. pembeli telah menetapkan untuk melangsungkan akad jual-beli

Pernyataan yang benar terkait dengan ; ىل ثالثة أيام اخليارمفأن يلتطا مذلماخ .30

simbol-simbol makna gandul dalam kalimat itu adalah ….

a. Lafaz ذلما menjadi khabar dari mubtada’ yang dibuang

b. Lafaz أن يلتطا menjadi mubtada' mu'akhkhar

c. Lafaz اخليار dibaca dlammah karena menjadi maf’ūl bih

d. Lafaz أن يلتطا dibaca nas}ab karena diawali أن lit-ta’ki>d

Perhatikan teks yang menjadi materi soal no. 31 dan 32 berikut ini!

يف ـاب ا ت اىل ) يف ب ض النسخ ال ر ض ادلذ ورة ( ال ر ض ادلقدرة): (فصل)النصف الربع ) السـة ىي . يزاد عليها ينقص نها ل ارض ال ول (سـة

.( الثمن الثلثان الثلث السدس31. Yang tidak termasuk furu>d} al-muqaddarah (bagian-bagian yang ditentukan)

dalam warisan adalah ….

a. 1/6 c.

2/3

b. 1/2 d.

3/4

32. Disebutkan dalam teks di atas bahwa furu>d} al-muqaddarah yang disebutkan

dalam Kitab Allah ada 6 (enam), tiada tambahan maupun pengurangan.

Kemudian setelahnya ditulis ل ارض ال ول , terjemahan untuk kalimat

tersebut adalah ….

a. kecuali karena ada masalah baru (yang menghalangi) seperti untuk

kebutuhan haul

b. kecuali karena ada orang yang baru muncul misalnya banyaknya jumlah

keluarga

c. kecuali karena ada masalah baru (yang menghalangi) misalnya

kekacauan keluarga

d. kecuali karena ada masalah baru (yang menghalangi) misalnya wasiat

Perhatikan teks yang menjadi materi soal no. 33 dan 34 berikut ini!

ىل ادلواضع اليت حيـاج ) ر الط يب ن ااان ية ( اخلا س الن ر للمدا اة فيجوز)يف ادلدا اة ىت دا اة ال رج يكون ذلك حبضور زلرم أ ز ج أ سيد أن ( ليها

Page 139: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

8

عليها فين ر اللاىد فراها عند ( السادس الن ر لللهادة)تكون ىناك ا رأة ت اجلها . هادتو بز اىا أ دهتا فإن ت مد الن ر لغت اللهادة فسق ردت هادتو

33. Dalam persidangan masalah zina, seorang saksi ahli menyatakan bahwa ia

dapat membedakan perempuan yang masih perawan atau tidak dengan cara

memeriksa farji perempuan itu. Jika saksi itu laki-laki, bagaimana hukumnya

melihat farji perempuan ini?

a. Sunnah c. Haram

b. Boleh d. Makruh

34. Mbok Darmi (50 tahun) terkena penyakit kanker rahim, putranya kemudian

mencari dokter spesialis wanita untuk mengobati penyakit ibunya, namun

tidak dijumpai. Dokter yang ada adalah laki-laki, padahal untuk

mengobatinya si dokter harus melihat kemaluan Mbok Darmi. Bagaimana

hukum dokter yang laki-laki itu melihat kemaluan wanita?

a. Boleh, karena Mbok Darmi sudah tua dan tidak dikhawatirkan

mengundang syahwat, sehingga dihukumi seperti anak kecil.

b. Boleh, dengan syarat waktu pemeriksaan dihadiri oleh muhrim atau

suami wanita itu.

c. Tidak boleh, karena melihat aurat ajanabiyyah hukumnya haram.

d. Tidak boleh, karena si dokter dapat memerintahkan asisten wanitanya

untuk memeriksa.

35. Berikut adalah wanita-wanita yang haram dinikahi karena faktor nasab,

kecuali ….

a. Ibu mertua c. Saudara perempuan seayah

b. Nenek dari jalur ibu d. Ibu

36. Syamson seorang laki-laki yang dorongan nafsu birahinya terlalu kuat, dan

dirinya sadar bahwa pertahanan dirinya untuk menghindari perbuatan keji

(berzina) begitu lemah, seandainya dia tidak segera menikah dikhawatirkan

akan terjerumus ke dalam jurang kemaksiatan, namun persiapan biaya dan

lain-lain dalam perkawinan jauh dari sempurna tetapi masih cukup.

Bagaimana hukum menikah bagi orang seperti Syamson ini?

a. Sunnah c. Wajib puasa

b. Wajib d. Sunnah puasa

Perhatikan teks yang menjadi materi soal no. 37 s.d. 40 berikut ini!

الك د ) مها (د ان ال ن)لنا (السمك اجلراد ) مها ( لنا يــان ال ن): قد عرف ن الم ادلصنف ىنا فيما س ق أن احليوان على ثالثة أقسام.( الطحال

أ دىا ا يؤ ل فذبيحـو يــو سواء الثاين ا يؤ ل فال حيل بالـذ ية اللرعية . الثالث ا حتل يــو السمك اجلراد

Page 140: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

9

Lafaz ; قد عرف ن الم ادلصنف ىنا فيما س ق أن احليوان على ثالثة أقسام .37

-Yang menjadi na>’ib al .(kata kerja pasif) ت رلهول dibentuk menjadi عرف

fa>’il dalam kalimat itu adalah ….

a. الم ادلصنف c. أن احليوان على ثالثة أقسام b. ن d. ثالثة أقسام

makna gandulnya berbunyi: “lan temen-temen dikaweruhi”, dari قد عرف .38

makna itu dapat diketahui bahwa fungsi kata قد adalah ….

a. للـكثت c. للـقليل b. للزيادة d. للـأ يد

39. Artian yang tepat dari kata الـذ ية adalah ….

a. menyembelih c. sembelihan

b. alat menyembelih d. penyembelihan

40. Yang bukan merupakan kandungan teks di atas adalah ….

a. Bangkai ikan dan belalang hukumnya halal dimakan

b. Ada darah yang halal dimakan yaitu hati dan limpa

c. Berkurban hukumnya sunnah mu‟akkadah

d. Hewan-hewan terbagi menjadi 3 bagian

Page 141: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

PEDOMAN WAWANCARA

A. Kepala Madrasah sebagai Interviewee.

Tujuan: Menggali informasi tentang penerapan metode hafalan dan kurikulum.

Pedoman wawancara:

1. Di madrasah ini metode hafalan diterapkan pada fan (mata pelajaran) apa

saja?

2. Sebagaimana termuat dalam aturan umum madrasah ini, hampir di semua

kelas, fan nahwu yang berbentuk nazam menjadi materi yang harus

dihafalkan. Sebenarnya tujuan pembelajaran apa yang hendak dicapai?

3. Tercapai tidaknya tujuan pembelajaran di antaranya dapat diketahui dengan

menggunakan evaluasi. Bagaimana evaluasi atau penilaian hafalan nazam

nahwu ini sehingga tujuan pembelajaran yang diinginkan tercapai?

4. Kurikulum yang ditetapkan terdiri dari beberapa mata pelajaran, apakah

antara mapel satu dengan yang lain mempunyai hubungan? Mohon

dijelaskan?

B. Ustaz Pengampu Alfiyyah sebagai Interviewee.

Tujuan: Menggali informasi tentang penerapan pembelajaran Alfiyyah.

Pedoman wawancara:

1. Bagaimana Ustadz melaksanakan pembelajaran Alfiyyah?

2. Seperti yang saya ketahui, santri diharuskan menghafalkan nazam-nazam

Alfiyyah. Tujuannya untuk apa, mengingat pemahaman sepertinya lebih

penting dari pada hafalan?

3. Untuk mengetahui tujuan itu tercapai, bagaimana evaluasi yang Ustadz

lakukan?

4. Adakah santri yang tidak dapat memenuhi atau melaksanakan evaluasi itu?

Jika ada, bagaimana tindak lanjutnya?

C. Santri sebagai Interviewee.

1. Santri yang tingkat hafalan Alfiyyah tergolong baik, namun hasil kemampuan

memahami fiqh kurang baik.

Lampiran 11 : Pedoman Wawancara dan Rekap Hasil Wawancara ke-1 sampai

dengan ke-4.

Page 142: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

2

Tujuan: Menggali informasi tentang hal-hal spesifik yang menjadi faktor

penyebab tingkat hafalan Alfiyyah tergolong baik, namun hasil

kemampuan memahami fiqh kurang baik.

Pedoman wawancara:

a. Fiqh di madrasah ini menggunakan referensi kitab kuning, yang dalam

tradisi pesantren biasanya diajarkan dengan makna gandul terlebih dahulu

baru dijelaskan isinya. Bagaimana sebenarnya pelaksanaan pembelajaran

fiqh di madrasah ini sesuai dengan yang Anda alami?

b. Apakah anda dalam memahami kitab fiqh terbantu dengan teknik makna

gandul ? Kenapa demikian?

c. Hasil hafalan nazam Alfiyyah Anda tergolong baik, apakah hasil ini

menunjukkan bahwa penguasaan Anda terhadap ilmu nahwu juga baik,

sehingga mudah memahami kitab fiqh? Kenapa demikian?

2. Santri yang tingkat hafalan Alfiyyah tergolong kurang baik, namun hasil

kemampuan memahami fiqh baik.

Tujuan: Menggali informasi tentang hal-hal spesifik yang menjadi faktor

penyebab tingkat hafalan Alfiyyah tergolong kurang baik, namun

hasil kemampuan memahami fiqh baik.

Pedoman wawancara:

a. Fiqh di madrasah ini menggunakan referensi kitab kuning, yang dalam

tradisi pesantren biasanya diajarkan dengan makna gandul terlebih dahulu

baru dijelaskan isinya. Bagaimana sebenarnya pelaksanaan pembelajaran

fiqh di madrasah ini sesuai dengan yang Anda alami?

b. Apakah anda dalam memahami kitab fiqh terbantu dengan teknik makna

gandul ? Kenapa demikian?

c. Kemampuan Anda memahami kitab fiqh tergolong baik, apakah hal ini

menunjukkan bahwa Anda juga memahami kaidah-kaidah nahwu dalam

Alfiyyah, dan Anda menghafal dengan baik nazam-nazamnya? Kenapa

demikian?

Page 143: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

3

REKAP HASIL WAWANCARA 1

Waktu wawancara : Senin, 28 Maret 2011

Terwawancara : Kepala Madrasah Diniyyah Al-Itqon (Ustadz M. Arif Fauzan

Tamim)

1. Di madrasah ini metode hafalan diterapkan pada fan (mata pelajaran) apa

saja?

Tanggapan:

Kalau secara umum, semua santri (pondok pesantren) Al-Itqon diharuskan

menghafal surat-surat tertentu, misalnya Al-Mulk, yang setoran hafalannya

langsung kepada Mbah Yai (KH. A. Haris Shodaqoh). Kalau (santri yang belajar)

di madrasah, fan yang dihafalkan adalah nahwu, untuk (tingkat) ibtida‟iyyah

(matan) Jurrumiyyah dan (nazam) „Imrithy, tsanawiyyah Alfiyyah, dan aliyahnya

sudah (fan) Balaghah (yaitu nazam) Jawharul Maknun.

2. Sebagaimana termuat dalam aturan umum madrasah ini, hampir di semua

kelas, fan nahwu yang berbentuk nazam menjadi materi yang harus

dihafalkan. Sebenarnya tujuan pembelajaran apa yang hendak dicapai?

Tanggapan:

Santri memang diharuskan hafal nazam-nazam „Imrithy atau Alfiyyah sebagai

syarat dalam kenaikan tingkatan, ya ndak sekaligus harus hafal semua, tapi

disesuaikan dengan kelas masing-masing.

Tujuannya ya agar santri dapat terus mengingat kaidah-kaidah nahwu (yang

dipelajarinya) dengan menghafal nazamnya. Atau setidaknya dengan hafalan

(nazam Imrithy atau Alfiyyah) itu sedikit banyak dapat memotivasi santri untuk

memahami kaidah-kaidah nahwu. Hal ini karena kitab-kitab yang menjadi rujukan

dalam kurikulum di madrasah menggunakan kitab berbahasa Arab, yang untuk

memahaminya pasti butuh penguasaan nahwu di samping sharaf. Sharaf atau

tashrifannya dihafalkan juga di Ibtida‟iyyah.

Page 144: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

4

3. Tercapai tidaknya tujuan pembelajaran di antaranya dapat diketahui

dengan menggunakan evaluasi. Bagaimana evaluasi atau penilaian hafalan

nazam nahwu ini sehingga tujuan pembelajaran yang diinginkan tercapai?

Tanggapan:

Memang idealnya dalam mengevaluasi hafalan tidak hanya setor (jumlah) nazam

(yang dihafal) saja, tapi santri dites juga untuk menjelaskan beberapa nazam yang

dihafalnya. Namun hal ini diserahkan kepada pengampu nahwu, dan aturan yang

ada hanya melihat pada jumlah nazam yang dihafal. Kan kelamaan waktunya

kalau ngetes hafalan 500 nazam misalnya, ditambah harus menjelaskan satu

persatu?! Jadi ya dalam hal ini, teknik evaluasi sepenuhnya diserahkan pada guru

pengampu.

4. Kurikulum yang ditetapkan terdiri dari beberapa mata pelajaran, apakah

antara mapel satu dengan yang lain mempunyai hubungan? Mohon

dijelaskan?

Tanggapan:

Ya, jelas ada hubungannya. Misalnya pelajaran hadis ditunjang dengan musthalah

hadis, fiqh dengan ushul fiqh, ada nahwu juga ada sharaf, tafsir juga ilmu tafsir.

Jadi, fiqh misalnya, santri tidak hanya diberikan informasi tentang hukum-hukum

yang sudah jadi saja, tapi juga dapat mengetahui proses penetapan hukum-hukum

itu, oleh karenanya diajarkan juga ushul fiqh.

Kalau hubungan lintas mapel, misalnya hubungan nahwu dengan yang lain?

Kalau nahwu ya tadi, kitab yang digunakan itu kan berbahasa Arab, dan untuk

memahami bahasa Arab perlu mengetahui kaidah-kaidahnya, maka diajarkan

nahwu dan sharaf, dan di Aliyyah sudah balaghah. Oleh karena itulah nahwu

disebut ilmu alat, ya karena merupakan alat untuk memahami ilmu-ilmu

(berbahasa Arab) lainnya.

Page 145: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

5

REKAP HASIL WAWANCARA 2

Waktu wawancara : Selasa, 29 Maret 2011

Terwawancara : Pengampu Alfiyyah (B: Ustadz Basyaruddin Miftah, dan T:

Ustadz Tahrir al-Hafiz) secara terpisah.

1. Bagaimana Ustadz melaksanakan pembelajaran Alfiyyah?

Tanggapan:

B: Kitab yang digunakan itu taqriran Alfiyyah. Dalam mengajar memberi

makna nazam dan taqriran-nya terlebih dahulu, kemudian menjelaskan

maksud setiap nazam berikut taqriran-nya, pendalaman diambilkan dari kitab

syarh}, kalau saya menggunakan Syarh Ibnu ‘Aqi>l dan santri saya anjurkan

mempunyai kitab itu, karena kalau pas materinya mudah, saya hanya maknani

(memberi makna gandul), anak-anak saya suruh musyawarah dengan merujuk

pada kitab syarh}-nya.

T: Nggih niku, kulo ma‟nani terus kulo terangke, terkadang nggih musyawarah.

(Ya itu, saya memberi makna kemudian saya menjelaskannya, terkadang juga

dengan musyawarah).

2. Seperti yang saya ketahui, santri diharuskan menghafalkan nazam-nazam

Alfiyyah. Tujuannya untuk apa, mengingat pemahaman sepertinya lebih

penting dari pada hafalan?

Tanggapan:

B: Hafalan itu dimaksudkan agar santri dapat menjaga apa yang dipelajari

dengan mengingat nazamnya. Jadi, bukannya yang penting hafal tanpa

memahami, tapi hafalan itu digunakan sebagai sarana untuk mengingat apa

yang telah dipahaminya.

T: Ndak nggih, pemahaman lebih penting?! Nek cara kulo kok, mboten wonten

sing luwih penting, karo-karone penting kabeh. Paham nahwu tenan mestine

apal kaidahe, utawa sak ora-orane tahu apal. Dene apal tanpa paham iku

kurang sampurna, tapi nggih tetep ana manfa‟ate, sapa ngerti sesuk-sesuk

dadi paham merga apalane. Apalan niku wajib, kangge sing paham napa sing

Page 146: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

6

mboten. Sing paham saged tambah paham, sing mboten nggih mugi-mugi

saged kebuka‟ kaleh apalane.

(Apa betul, pemahaman lebih penting?! Menurut saya, tidak ada yang lebih

penting, kedua-duanya itu penting semua. Yang memahami betul nahwu

semestinya hafal kaidahnya (nazam Alfiyyah yang dimaksud), atau

setidaknya pernah hafal. Adapun hafal tanpa memahami itu kurang sempurna,

tetapi masih ada manfaatnya, siapa tahu selanjutnya ia menjadi paham karena

hafalannya. Hafalan itu harus, baik yang mampu memahami atau yang tidak.

Yang paham dapat semakin paham, yang tidak semoga dengan hafalannya

dapat terbuka untuk memahami)

3. Untuk mengetahui tujuan itu tercapai, bagaimana evaluasi yang Ustadz

lakukan?

Tanggapan:

B: Kalau evaluasi yang saya terapkan, santri menghafalkan nazam kepada saya,

dan antara yang faham dengan yang tidak di antaranya dapat dilihat dari

lancar tidaknya hafalan. Katakanlah, waktu menghafal santri lupa, kemudian

saya tidak langsung memberi tahu bait selanjutnya, tapi saya suruh ia untuk

menerjemahkan nazam terakhir yang ia lupa lanjutannya, kalau santri itu

paham kemungkinan besar ia mengingat kembali nazam selanjutnya.

Jadi, evaluasinya tidak sekedar setor nazam saat Muhafazah Kubra saja, saya

juga mempertimbangkan pemahamannya. Santri yang lancar semua, masih

saya tes untuk menjelaskan barang tiga atau empat nazam. Untuk pemahaman

biasanya saya lakukan di akhir setiap satu atau dua bab, tergantung banyak

sedikitnya jumlah nazam pada bab itu.

T: Evaluasi pripun maksude? (Evaluasi apa maksudnya?)

Evaluasi yang saya maksud, bagaimana Ustadz menilai atau

menentukan nilai hafalan untuk santri?

Nggih niku tho, santri setoran Alfiyyah wektu Muhafazah Kubra, sing

diapalke pirang nazam, nek santri apal kabeh nilaine sanga, tergantung

pirang nazam sing iso diapalke. Kanggo mbantu santri ben do apal kabeh,

Page 147: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

7

kulo nerapke setor apalan mingguan, paling ora santri kudu apal 20 nazam

saben minggune.

(Ya itu, santri menghafal nazam Alfiyyah pada saat ujian waktu Muhafazah

Kubra, jumlah nazam yang dihafalkan berapa, jika santri dapat menghafalnya

semua nilainya sembilan, tergantung berapa nazam yang dapat dihafal. Untuk

membantu agar santri dapat hafal semua, saya menerapkan hafalan mingguan,

setidaknya santri harus hafal 20 nazam setiap minggunya).

4. Adakah santri yang tidak dapat memenuhi atau melaksanakan evaluasi itu?

Jika ada, bagaimana tindak lanjutnya?

Tanggapan:

B: Ada tetapi hanya beberapa, tindak lanjutnya dengan menyuruh santri

mengulang hafalannya sampai lancar dan memberi tugas untuk menjelaskan

maksud beberapa nazam yang saya tentukan, terutama nazam-nazam yang

berisi tentang kaidah-kaidah yang penting.

T: Nggih wonten, kemampuane wong kan beda-beda. Tindak lanjute nggih sing

durung apal tenan dikon mbaleni apalane.

(Ya ada, kemampuan manusia itu berbeda-beda. Tindak lanjutnya, yang

belum hafal betul disuruh untuk mengulang hafalannya.

Cekap semanten Ustadz, matur suwun wekdalipun.

He he, kulo niku remen ngagem basa Jawa, mergi ma‟na gandul niku nggih

ngagem basa Jawa, bocah-bocah santri ben luwih ngerti maksude ma‟na

gandul, kaya “utawi”, “iki”, “iku”, lan sak pinunggalane.

Page 148: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

8

REKAP HASIL WAWANCARA 3

Waktu wawancara : Rabu, 30 Maret 2011

Terwawancara : Santri yang tingkat hafalan Alfiyyah tergolong baik, namun

hasil kemampuan memahami fiqh kurang baik (Subjek

penelitian nomor 26, 29, 33, dan 35)

1. Fiqh di madrasah ini menggunakan referensi kitab kuning, yang dalam

tradisi pesantren biasanya diajarkan dengan makna gandul terlebih dahulu

baru dijelaskan isinya. Bagaimana sebenarnya pelaksanaan pembelajaran

fiqh di madrasah ini sesuai dengan yang Anda alami?

Tanggapan:

26: Temen-temen (siswa-siswa) masuk kelas, terus lalaran (membaca bersama-

sama dengan keras) Alfiyyah sambil „nunggu guru rawuh (datang). Setelah

datang, temen-temen diam, guru ma‟nani lalu menjelaskan. Sudah …

29: Pak guru mula-mula membacakan makna gandul kitab fiqh, kemudian beliau

menjelaskan sejelas-jelasnya, terkadang juga kita disuruh musyawarah sendiri

setelah ma‟nani.

33: Benar seperti itu, guru memberi makna gandul dulu, kemudian dijelaskan

maksudnya. Terkadang setelah ma‟nani guru menyuruh siswa untuk

membacanya (makna gandul yang dibacakannya) lagi.

35: Kitab Fath} al-Qari>b dibacakan maknanya, biasanya per fas}al, kemudian

ustadz memberi penjelasan dan membuka tanya jawab. Terkadang kami

diberi tugas musyawarah, ketua musyawarahnya ditunjuk oleh ustadz.

2. Apakah anda dalam memahami kitab fiqh terbantu dengan teknik makna

gandul ? Kenapa demikian?

Tanggapan:

26: Kalau terbantu mungkin ya, tapi sedikit sekali. Saya pahamnya (kitab fiqh)

setelah guru menjelaskan, sebelum itu fokusnya pada „nulis makna gandul.

29: Ya, paling aku tahu kalau utawi ma‟naninya pakai mim, iku pakai kha‟, ing

dengan mim fa‟, dan seterusnya. Utawi itu kan mim berarti jadi mubatada‟,

Page 149: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

9

kalau ngga‟ salah sebagai subjek dalam bahasa Indonesia, yang lainnya tahu

tanda maknanya, tapi banyak yang ngga‟ tahu singkatan dari apa, mikir nulis

maknanya saja aku masih banyak yang ketinggalan, apalagi mikir kata itu

tarkib-nya jadi apa.

33: Jelas terbantu, kenapa? ya karena makna gandul kan menunjukkan arti kata-

kata dari kitab fiqh, sehingga tidak perlu buka kamus.

35: Jika hanya dari makna gandul, pemahamannya kurang, karena bahasa Arab

harus diterjemahkan dulu ke bahasa Indonesia, dan paham tidaknya

tergantung yang menerjemahkan.

3. Hasil hafalan nazam Alfiyyah Anda tergolong baik, apakah hasil ini

menunjukkan bahwa penguasaan Anda terhadap ilmu nahwu juga baik,

sehingga mudah memahami kitab fiqh? Kenapa demikian?

Tanggapan:

26: Tidak juga, hafalan Alfiyyah itu untuk setoran hafalan, paham fiqhnya dari

penjelasan guru fiqh.

29: Kalau penguasaan ilmu nahwu, lumayan lah, nilai nahwuku dalam rapor kan

8. Tapi mudahnya memahami kitab fiqh, aku rasa itu tergantung penjelasan

guru. Antara Alfiyyah dan fiqh itu kan ilmunya sendiri-sendiri, kecuali fiqh

dengan ushul fiqh itu ada hubungannya.

33: Menguasai ilmu nahwu bukan dari hasil hafalan, tapi dari penjelasan Alfiyyah

yang diberikan guru. Saya kira, orang yang hafal tidak mesti faham.

35: Untuk hafal sampai ngelotok, perlu melalar terus nazam Alfiyyah yang telah

dihafal, minimal seminggu dua kali, nah… nanti lisan akan terbiasa sendiri,

hingga dengan ngantuk-ngantuk pun tetap hafal. Kalau paham fiqh ya dari

belajar fiqh secara serius, atau dengan banyak diskusi dalam bahtsul masa‟il.

Page 150: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

10

REKAP HASIL WAWANCARA 4

Waktu wawancara : Kamis, 31 Maret 2011

Terwawancara : Santri yang tingkat hafalan Alfiyyah tergolong kurang baik,

namun hasil kemampuan memahami fiqh baik (Subjek

penelitian nomor 09, 15, dan 23).

1. Fiqh di madrasah ini menggunakan referensi kitab kuning, yang dalam

tradisi pesantren biasanya diajarkan dengan makna gandul terlebih dahulu

baru dijelaskan isinya. Bagaimana sebenarnya pelaksanaan pembelajaran

fiqh di madrasah ini sesuai dengan yang Anda alami?

09: Ustadz membacakan makna kitab fiqh secara bandongan, siswa-siswa

ngabsahi (menulis makna gandul di kitabnya). Setelah selesai, ustadz

menjelaskan maksud pelajaran fiqh itu, terkadang kita-kita langsung disuruh

untuk menerjemahkan dan ustadz memberikan koreksi jika ada terjemahan

yang salah, atau kalau ustadz ada keperluan, kita disuruh untuk musyawarah.

15: Pak guru memberi makna secara jelas, hingga sering satu lafaz maknanya

dibaca berulang-ulang, biasanya pada lafaz yang memang perlu dimaknani.

Kemudian biasanya beliau memberi penjelasan, namun terkadang menyuruh

musyawarah, terkadang juga menyuruh siswanya sorogan makna yang telah

dibacakannya.

23: Guru maknani, lalu menjelaskan, membuka tanya jawab, terkadang habis itu

menanyai siswa tentang pelajaran yang baru saja diterangkan.

2. Apakah anda dalam memahami kitab fiqh terbantu dengan teknik makna

gandul ? Kenapa demikian?

09: Jelas sangat terbantu sekali, karena makna itu kan menunjukkan arti, juga

menunjukkan tarkib lafaz dalam kalimat, sehingga untuk memahami menjadi

lebih mudah.

15: Materi fiqh menurut buku-buku fiqh yang pernah aku baca, urutannya

biasanya sama atau mirip dengan kitab-kitab kuning, seperti Fath} al-Qari>b

yang sedang aku pelajari. Pengetahuan (yang saya peroleh) dari buku-buku

Page 151: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

11

fiqh yang ku baca itulah yang ikut andil dalam memahami fiqh, baru makna

gandul dari pak guru, tapi itu menurutku Pak, sesuai yang aku alami.

23: Kebetulan guru fiqh di kelas saya, penjelasannya mudah saya cerna, berbeda

dengan guru yang lain, dalam memberi makna pun beliau jelaskan maksud-

maksud-(simbol-simbol makna)-nya, sehingga otomatis makna gandul dalam

pelajaran (fiqh) ini membantu pemahaman saya. Tapi, mungkin karena saya

masih bodoh, makna dari guru yang lain biasa-biasa saja, ngga‟ begitu

berpengaruh dalam pemahaman, ya itu, mungkin karena cepet banget

maknaninya, sehingga saya sering ketinggalan nulis maknanya.

3. Kemampuan Anda memahami kitab fiqh tergolong baik, apakah hal ini

menunjukkan bahwa Anda juga memahami kaidah-kaidah nahwu dalam

Alfiyyah, dan Anda menghafal dengan baik nazam-nazamnya? Kenapa

demikian?

09: Kalau faham kaidah nahwu, dasar-dasarnya sudah saya peroleh dari ‘Imrit}y,

dan pendalamannya di Alfiyyah, tapi faham kan tidak harus hafal?! ‘Imrit}y

memang saya hafalkan, tapi Alfiyyah saya sudah awang-awangen, sudah

terlalu banyak mikir pelajaran di madrasah umum, tapi yang penting saya

sudah faham isinya walaupun nazamnya belum hafal.

15: Tidak, dari dulu aku memang agak lemah di ilmu nahwu, tapi kalau fiqh

kayaknya aku lebih mengerti, karena suka mungkin. Ya „gitu, intinya kalau

aku disuruh menghafalkan nazam Alfiyyah, ya sebisanya saja.

23: Seperti yang saya katakan tadi, saya mudah faham fiqh karena mudahnya

mencerna penjelasan guru fiqh. Kalau masalah hafal, saya kurang kuat untuk

ngiling-ngiling (mengingat) nazam yang jumlahnya banyak, Imrit}y saja saya

ngga‟ hafal semua, apalagi Alfiyyah yang jumlah nazamnya 4 x lipat.

Page 152: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

Lampiran 12 : Piagam melaksanakan KKN Angkatan ke-55.

Page 153: STUDI KORELASI ANTARA TINGKAT HAFALAN NAZAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/107/jtptiain-gdl... · korelasi yang signifikan antara tingkat hafalan nazam Alfiyyah dan

DAFTAR RIWAYAT PENDIDIKAN

IDENTITAS PENULIS:

Nama : MUHAMMAD AUFA

NIM : 073111477

Tempat/Tanggal Lahir : Demak, 14 Oktober 1977

Alamat : PR. Patah Blok A/20 RT.13 RW.03 Desa Sriwulan

Kecamatan Sayung Kabupaten Demak 59563

RIWAYAT PENDIDIKAN:

A. Pendidikan Formal:

1. MI Nahdlotus Subban Purwosari Sayung Lulus tahun 1990

2. MTs Nahdlatusy Syubban Sayung Lulus tahun 1993

3. MA Nahdlatusy Syubban Sayung Demak Lulus tahun 1996

4. IAIN Walisongo Semarang Jurusan Aqidah Filsafat Fakultas Ushuluddin

Angkatan 1996/1997 (tidak diselesaikan).

5. IAIN Walisongo Semarang Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah Angkatan

2007/2008.

B. Pendidikan Non-formal:

1. Madin Ula Nahdlatusy Syubban Sayung Demak Lulus tahun 1990

2. Madin Wustho Nahdlatusy Syubban Sayung Demak Lulus tahun 1993

3. Madin Tsanawiyyah Al-Wathoniyyah Gugen Semarang Lulus tahun 1995

4. Madin Aliyyah Al-Wathoniyyah Gugen Semarang Lulus tahun 1998

5. Pondok Pesantren Al-Itqon Gugen Semarang 1996 – 2005

Demikian daftar riwayat hidup penulis dibuat dengan sebenar-benarnya.

Semarang, 21 Maret 2011

Penulis,

Muhammad Aufa

NIM. 073111477