studi kelayakan usaha pengolahan sagu menjadi …

49
STUDI KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SAGU MENJADI DANGE DI DESA LANGKIDI KECAMATAN BAJO KABUPATEN LUWU (Studi Kasus IKM Dange Masani) MAYA SARI 1602405035 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO 2020

Upload: others

Post on 27-Oct-2021

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: STUDI KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SAGU MENJADI …

STUDI KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SAGU MENJADI

DANGE DI DESA LANGKIDI KECAMATAN BAJO

KABUPATEN LUWU

(Studi Kasus IKM Dange Masani)

MAYA SARI

1602405035

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO

2020

Page 2: STUDI KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SAGU MENJADI …

i

STUDI KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SAGU MENJADI DANGE DI

DESA LANGKIDI KECAMATAN BAJO

KABUPATEN LUWU

(Studi Kasus IKM Dange Masani)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pada

Pertanian Progran Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Cokroaminoto Palopo

MAYA SARI

1602405035

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO

2020

Page 3: STUDI KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SAGU MENJADI …

ii

PENGESAHAN SKRIPSI

Judul : Studi Kelayakan Usaha Pengolahan Sagu Menjadi Dange di

Desa Langkidi Kecamatan Bajo Kabupaten Luwu (Studi

Kasus IKM Dange Masani)

Nama : Maya Sari

NIM : 1602405035

Program Studi : Agribisnis

Tanggal Ujian : 29 September 2020

Menyetujui,

Pembimbing II, Pembimbing I,

Erni Firdamayanti, S.TP., M.Si. Dr. Suaedi, S.Pd., M.Si.

Mengesahkan,

Ketua Program Studi Agribisnis, Dekan Fakultas Pertanian,

Abdul Rais, S.Si., M.Ling. Rahman Hairuddin, S.P., M.Si.

Tanggal: Tanggal:

Page 4: STUDI KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SAGU MENJADI …

iii

Page 5: STUDI KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SAGU MENJADI …

iv

UNIVERSITAS COKROAMINOTOPALOPO

LEMBAGA PENJAMINAN MUTU Jalan Latmacelling No. 19 Kota Palopo91913 - Sulawesi Selatan

Telepon (0471) 222111, Fax. (0471) 32055.Website. http://www.uncp.ac.id

SURAT PERNYATAAN

KEASLIAN NASKAH SKRIPSI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Maya Sari

NIM : 1602405035

Program Studi : Agribisnis

Fakultas : Pertanian

Menyatakan bahwa naskah Skripsisaya dengan :

Judul : Studi Kelayakan Usaha Pengolahan Sagu

Menjadi Dange di Desa Langkidi Kecamatan

Bajo Kabupaten Luwu (Studi Kasus IKM

Dange Masani)

Adalah benar merupakan karya asli saya yang dibuat berdasarkan serangkaian

gagasan, rumusan, metode, dan penelitian yang telah saya laksanakan sendiri.

Sumber informasi dalam karya initelah dituliskan sesuai dengan kaidah

pengutipan yang berlaku dan telah dicantumkan dalam daftar pustaka dan belum

pernah dipublikasikan.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebaik-baiknya tanpa ada paksaan dari

pihak manapundan apabila dikemudian hari ditemukan keterangan yang tidak

benar maka saya bertanggung jawab atas segala akibat yang ditimbulkan.

Palopo, 08 Oktober 2020

Maya Sari

NIM. 1602405035

Page 6: STUDI KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SAGU MENJADI …

v

ABSTRAK

Maya Sari.2020. Studi Kelayakan Usaha Pengolahan Sagu Menjadi Dange di

Desa Langkidi Kecamatan Bajo Kabupaten Luwu (Studi Kasus IKM Dange

Masani). (dibimbing oleh. Suaedi dan Erni Firdamayanti).

Berdasarkan penelitian ini bertujuan mengetahui kelayakan usaha pengolahan

sagu menjadi dange di Desa Langkidi Kecamatan Bajo Kabupaten Luwu.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember-Januari 2020 di Desa Langkidi

Kecamatan Bajo Kabupaten Luwu. Penelitian ini menggunakan metode deskriftif

kuantitatif dan menggunakan sampel pemilik usaha dange. Penelitian ini

menggunakan pendekatan evaluasi proyek/usaha, sehingga bisa diketahui layak

atau tidak layak usaha dijalankan. Sedangkan analisis yang digunakan dalam

penelitian ini berdasarkan pada aspek finansial yang diukur menggunakan

kriterian investasi yang terdiri dari BEP dan B/C Ratio. Dari hasil penelitian

menunjukkan bahwa usaha dange di Desa Langkidi Kecamatan Bajo Kabupaten

Luwu layak untuk diusahakan. Hal ini berdasarkan jika nilai B/C Ratio semakin

tinggi maka tingkat keuntungan dalam suatu usaha bisa menjadi lebih tinggi.

Penggunaan B/C Ratio ini diketahui bertujuan untuk mengetahui sejauh mana

hasil yang diperoleh dari usaha yang menguntungkan pada periode tertentu.

Apabila B/C > 1 maka usaha tersebut layak dilanjutkan sedangkan apabila B/C <

1 maka usaha tersebut dinyatakan merugi (tidak layak).

Kata kunci: Aspek Finansial, Produksi, Pendapatan, Kelayakan Usaha.

Page 7: STUDI KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SAGU MENJADI …

vi

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Bismillahirrahmanirrahim, Alhamdulillahirabbilalamin puji syukur kita

panjatkan kehadirat TuhanYang Maha Esa atas limpahan rahmatnya penulis dapat

menyelesaikan skripsi inidenganjudul “Studi Kelayakan Usaha Pengolahan Sagu

Menjadi Dange di Desa Langkidi Kecamatan Bajo Kabupaten Luwu (Studi Kasus

IKM Dange Masani)”.

Dalam proses penulisan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa

skripsi ini tidak mungkin terwujud tanpa bantuan, dorongan, semangat, dan

bimbingan dari berbagai pihak dan penulis tidak lepas dari berbagai hambatan dan

rintangan, tetapi berkat usaha dan kerja keras yang senantiasa diiringi doa serta

dukungan dari orang tua dan saudara semua dapat terselesaikan dengan baik.

Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis patut dan wajar menyampaikan

ucapan terima kasih kepada orang tua tercinta Ayah Muh Yusuf dan Ibu

Nurhayana dan saudaratercinta (Adryan) yang tak henti-hentinya mendoakan,

memberi dukungan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Selain

itu penulis juga menyampaikan banyak terima kasih dan penghargaan yang

setinggi-tingginya kepada:

1. Prof. Drs. Hanafie Mahtika, M.S., Selaku Rektor Universitas Cokroaminoto

Palopo

2. Rahman Hairuddin, S.P., M.Si., Selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas

Cokroaminoto Palopo.

3. Abdul Rais, S.Si., M.Ling., Selaku Ketua Program Studi Agribisnis

Universitas Cokroaminoto Palopo.

4. Bapak Dr. Suaedi, S.Pd., M.Si., Selaku Dosen Pembimbing I, yang telah

memberikan kepercayaann, bimbingan dan masukan kepada penulis.

5. Ibu Erni Firdamayanti, S.TP., M.Si., Selaku Dosen Pembimbing II, yang telah

memberikan ilmu, perhatian, arahan, dan masukan yang sangat berarti kepada

penulis.

6. Segenap dosen Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas

Cokroaminoto Palopo yang telah memberikan ilmu, nasehat dan bantuan

lainnya yang bersifat membangun.

Page 8: STUDI KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SAGU MENJADI …

vii

7. Rekan-rekan sesama mahasiswa yang telah memberikan semangat dalam

menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Akhir kata semoga skripsi ini memberikan manfaat, khususnya bagi

penulis dan umumnya bagi semua pihak yang membutuhkan. Semoga budi baik

dan amal dari semua pihak yang telah memberikan bantuan moril maupun

material senantiasa mendaapatkan limpahan rahmat dari Allah SWT, Aamin.

Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Palopo, Oktober 2020

Maya Sari

Page 9: STUDI KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SAGU MENJADI …

viii

RIWAYAT HIDUP

MAYA SARI, lahir di Desa Sampano pada tanggal 19 Januari

1997, anak ke 1 dari dua bersaudara, buah hati dari pasangan

Ayah Muh Yusuf dan Ibu Nurhayana. Penulis mulai

memasuki jenjang pendidikan Sekolah Dasar di MI Salubua

pada tahun 2004 dan lulus pada tahun 2010. Penulis

melanjutkan pendidikan di MTs Salubua pada tahun 2010 dan

lulus pada tahun 2013, kemudian melanjutkan pendidikan di MA Salubua pada

tahun 2013 dan lulus pada tahun 2016. Pada tahun 2016 penulis melanjutkan

pendidikan perguruan tinggi di Universitas Cokroaminoto Palopo mengambil

jurusan Agribisnis di Fakultas Pertanian. Pada akhir perkuliahan dalam menuntut

ilmu untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian, penulis menyusun skripsi yang

berjudul “Studi Kelayakan Usaha Pengolahan Sagu Menjadi Dange Di Desa

Langkidi Kecamatan Bajo Kabupaten Luwu (Studi Kasus IKM Dange Masani)”.

Penulis menyelesaikan studi di Universitas Cokroaminoto Palopo pada tahun

2020.

Page 10: STUDI KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SAGU MENJADI …

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ii

SURAT KETERANGAN HASIL SIMILARITY ........................................... iii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ............................................ iv

ABSTRAK ....................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi

RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... viii

DAFTAR ISI .................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xi

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1

1.2 RumusanMasalah ........................................................................... 2

1.3 TujuanPenelitian ............................................................................ 2

1.4 ManfaatPenelitian .......................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KajianTeori .................................................................................... 3

2.2 Hasil Penelitian yang Relevan ....................................................... 11

2.3 Kerangka Pikir ............................................................................... 12

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Desain Penelitian ............................................................ 13

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................ 13

3.3 Sampel ............................................................................................ 13

3.4 Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 13

3.5 Teknik Analisis Data ...................................................................... 13

3.6 Jenis dan Sumber Data ................................................................... 14

3.7 Defenisi Operasional ...................................................................... 15

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian .............................................................................. 16

Page 11: STUDI KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SAGU MENJADI …

x

4.2 Pembahasan .................................................................................... 25

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan .................................................................................... 27

5.2 Saran ............................................................................................... 27

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 28

LAMPIRAN ..................................................................................................... 30

Page 12: STUDI KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SAGU MENJADI …

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ............................................ 16

2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ................................... 17

3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ..................................... 18

4. Siklus Produksi Usaha Dange ..................................................................... 21

5. Variabel Cost dan Fix Cost Usaha Dange ................................................... 21

6. Laporan Cash Flow (Arus Kas) Usaha Dange ............................................ 23

7. Rata-Rata Biaya Usaha Dange .................................................................... 24

8. Jumlah Pendapatan Usaha Dange ................................................................ 24

9. Analisis Kelayakan Usaha Dange ................................................................ 25

Page 13: STUDI KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SAGU MENJADI …

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Halamann

1. Kerangka Pikir ............................................................................................. 12

2. Kuesioner Wawancara Responden ............................................................... 32

3. Dokumentasi Penelitian ............................................................................... 34

Page 14: STUDI KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SAGU MENJADI …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sagu merupakan makanan yang digemari oleh penduduk di Desa Langkidi

bahkan sudah menjadi makanan pokok di daerah tersebut. Di Sulawesi selatan

terdapat cukup banyak sagu pada beberapa kabupaten. Kawasan Luwu Raya

(Luwu, Luwu Utara dan Luwu Timur) merupakan kabupaten yang memiliki

potensi yang besar untuk pengembangan sagu. Luwu memiliki wilayah potensi

lahan yang sangat luas, dimana sagu tidak hanya dibudidayakan tetapi tumbuh

dengan sendirinya. Dengan budidaya yang dilakukan dengan baik nantinya bisa

menjadikan sagu di Sulawesi Selatan berkembang dengan baik dan maksimal

(Jumadi, 2003).

Sagu biasanya di olah menjadi beberapa makanan tradisonal seperti dange

meskipun sagu merupakan pangan pokok yang terdahulu lebih dominan

dikonsumsi, namun saat ini beras yang lebih banyak dikonsumsi masyarakat di

daerah tersebut. Tetapi bukan berarti sagu ditinggalkan untuk dikonsumsi. Sagu

merupakan makanan yang sangat digemari oleh penduduk di daerah tersebut.

Ketersediaan pangan sagu yang melimpah di daerah tersebut bersumber dari

produksi usahatani sehingga muncul ide responden untuk membuat suatu usaha

pengolahan sagu menjadi makanan tradsional yaitu “dange”. Studi kelayakan

bisnis atau proyek adalahsalah satu kegiatan untuk mengevaluasi, menganalisis,

serta menilai kelayakan bisnis bisnis atau sebuah proyek yang dijalankan.

Jumingan (2009).

Dalam usaha pengolahan sagu “dange” ini masih terus-menerus dilakukan

pengembangan usaha, mengingat banyaknya persaingan usaha dangemaka

responden berusaha untuk membuat menarik hati para konsumen agar membeli

dange tersebut, sehingga mampu meningkatkan penghasilan responden dengan

laba yang lebih unggul. Usaha dange yang dijalankan diperperlukan adanya

analisis kelayakan usaha untuk mengetahui usaha yang dijalankan apakah layak

atau tidak untuk diusahakan.

Pada rumah tangga yang tidak memproduksi sagu, mereka memenuhinya dari

membeli di pasar dan juga bantuan atau pemberian dari keluarga mereka, karena sagu

Page 15: STUDI KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SAGU MENJADI …

2

tidak sulit didapatkan.Rumah tangga dengan ketersediaan pangan sagu yang didapatkan

kemudian mendirikan usaha ini hingga mengolah menjadi makanan (dange) sampai

kemudian dijual kepada masyarakat.Namun dalam usaha ini masih dalam bentuk

pemasaran skala kecil belum terlalu besar skala pemasarannya.Maka dari itu timbul rasa

ketertarikan peneliti untuk meneliti usaha pengolahan dange di Desa Langkidi Kecamatan

Bajo Kabupaten Luwu.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam

penelitian ini yaitubagaimana kelayakan usaha pengolahan sagu menjadi dange di

Desa Langkidi, Kecamatan Bajo, Kabupaten Luwu?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini yaitu

untuk mengetahui kelayakan usaha pengolahan sagu menjadi dange di Desa

Langkidi, Kecamatan Bajo, Kabupaten Luwu.

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan penelitian ini, semoga dapat memberikan manfaat antara lain:

1. Sebagai sumber pengetahuan mengenai pengolahan sagu menjadidange.

2. Sebagai pengetahuan dan bahan informasi bagi pemerintah maupun masyarakat

setempat mengenai manfaat sagu dalam kehidupan masyarakat untuk bahan

penelitian sehingga menghasilkan sesuatu yang baru.

Page 16: STUDI KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SAGU MENJADI …

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

1. Sagu

Sagu merupakan sumber energi serta memiliki kandungan protein paling

unggul diantara makanan pokok seperti beras, jagung, singkong dan kentang.

Dibandingkan dengan tepung jagung dan tepung beras, kandungan karbohidrat

tepung sagu relatif lebih tinggi yaitu sebesar 381 per 100 gram. Namun demikian,

sagu termasuk bahan pangan yang sangat miskin akan protein. Kandungan protein

tepung sagu, jauh lebih rendah dari tepung beras, jagung, dan beras.

Ditinjau dari kadar vitamin dan mineral, sagu juga memiliki kadar yang

lebih rendah dibandingkan dengan bahan makanan pokok lainnya. Menyadari

potensi gizi sagu yang tidak selengkap dan sebaik bahan makanan pokok lain,

sagu harus dikonsumsi bersama-sama dengan bahan lain yang lebih baik kadar

gizinya.Seperti halnya dengan jenis karbohidrat lainnya, tepung sagu juga dapat

dimanfaatkan dan digunakan sebagai bahan utama maupun sebagai bahan

tambahan dalam berbagai jenis industri, seperti industri pangan, industri makanan

ternak, industri kertas, industri perekat, industri kosmetika, industri kimia dan

industri energi.

Kabupaten Luwu dalam setiap tahunnya mengalami surplus beras

sehingga untuk ketersediaan pangannya mencukupi hampir di semua kecamatan.

Saat ini konsumsi sagu mulai ditingkatkan lagi, ditandai dengan kebiasaan

masyarakat di sana yang sering mengkonsumsi sagu walaupun sudah ada beras

sebagai makanan pokok. Olahan sagu seperti kapurung merupakan makanan yang

tidak bisa dipisahkan dengan menu masyarakat dalam berbagai acara dan menu

saat berbuka puasa (Rahmawati, 2013).

Menurut (Fahmid, 2004) Pengembangan sagu di Indonesia bertujuan

untuk mengoptimalkan sumberdaya dan pengolahan secara berkelanjutan dalam

rangka membangun ketahanan pangan serta terwujudnya agribisnis sagu.ini urgen

mengingat pemenuhan pangan melalui padi sawah tidak selalu stabil.

Page 17: STUDI KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SAGU MENJADI …

4

2. Studi Kelayakan Usaha

Pengertian studi kelayakan menurut Jumingan (2009) merupakan penilaian

yang menyeluruh untuk menilai keberhasilan suatu proyek, dan studi kelayakan

proyek mempunyai tujuan menghindari keterlanjuran penanaman modal yang

terlalu besar untuk kegiatan yang ternyata tidak menguntungkan. Studi kelayakan

proyek atau bisnis merupakan suatu kegiatan mengevaluasi, menganalisis, dan

menilai layak atau tidak proyek bisnis yang dijalankan. Secara umum, di adakan

khususnya kelayakan bagi investor yaitu menghindari keterlanjuran investasi atau

penanaman modal yang terlalu besar untuk suatu proyek atau kegiatan usaha yang

ternyata tidak menguntungkan.

Adapun yang termasuk aspek-aspek studi kelayakan usaha yaitu:

1. Aspek Pasar dan Pemasaran

Menurut Kasmir dan Jakfar (2004) aspek pasar dan pemasaran bertujuan

untuk mengetahui berapa besar pasar yang akan dimasuki, struktur dan peluang

pasar yang ada, prospek pasar dimasa yang akan dating, serta bagaimana strategi

pemasaran yang harus dilakukan. Aspek pasar dan pemasaran menyajikan

tentang peluang pasar, perkembangan permintaan produk di masa mendatang,

kendala-kendala yang dihadapi seperti keberadaan pesaing, serta beberapa

strategi yang dilakukan dalam pemasaran.

Manajemen pemasaran adalah seni dan ilmu memilih pasar sasaran dan

meraih, mempertahankan, serta menumbuhkan pelanggan dengan menciptakan,

menghantarkan, dan mengkomunikasikan nilai pelanggan yang unggul (Kotler,

2013). Sedangkan Suiyanto (2010) mengatakan suatu ide bisnis dinyatakan

layak berdasarkan aspek pasar dan pemasaran jika ide bisnis tersebut dapat

menghasilkan produk yang dapat diterima pasar (dibutuhkan dan diinginkan oleh

calon konsumen) dengan tingkat penjualan yang menguntungkan.

2. Aspek Teknis dan Produksi

Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkaitan dengan proses

pembangunan fisik usaha secara teknis dan pengoperasiannya setelah bangunan

fisik selesai dibangun (Kamaluddin, 2004). Pembahasan dalam aspek teknis

meliputi penentuan lokasi proyek, perolehan bahan baku produksi, serta pemilihan

mesin dan jenis teknologi yang digunakan untuk menunjang proses produksi.

Page 18: STUDI KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SAGU MENJADI …

5

Suliyanto (2010) beberapa hal yang perlu dipahami dalam kegiatannya

dalam sapek teknis dan teknologi ialah penentuan lokasi bisnis, tata letak (layut)

bisnis, pemilihan peralatan dan teknologi.

3. Aspek Organisasi dan Manajemen

Aspek ini mencakup manajemen dalam pembangunan proyek dan

manajemen dalam operasi. Manajemen dalam pembangunan proyek mengkaji

tentang pembangunan proyek secara fisik, sedangkan manajemen dalam operasi

mencakup pengadaan sumber daya manusia, jumlah tenaga kerja serta kualifikasi

yang diperlukan untuk mengelola dan mengoperasikan suatu proyek. “Aspek

manajemen dan organisasi digunakan untuk meneliti kesiapan sumber daya

manusia yang akan menjalankan usaha tersebut, kemudian mencari bentuk

struktur organisasi yang sesuai dengan usaha yang akan dijalankan” (Kasmir dan

Jakfar, 2004).

Manajemen merupakan proses yang khas, yang terdiri dari tindakan-

tindakan perencanaan, pengorganisasian, dan penggiatan dan pengawasan, yang

dilakukan untuk menentukan serta mencapai pasaran-pasaran yang telah

ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lain.

Stoner dan Freeman (Safroni, 2012). Sedangkan menurut Melayu S.P. Hasibuan

dalam Karyoto (2016) pengorganisasian adalah suatu kegiatan yang dilakukan

untuk mengelompokkan kegiatan-kegiatan, mendirikan peralatan-peralatan yang

dibutuhkan, serta menampakkan salah satu pekerja sebagai pemimpin kelompok

guna mencapai tujuan.

4. Aspek Finansial

Sofyan (2004) menjelaskan, analisis finansial adalah kegiatan melakukan

penilaian dan penentuan satuan rupiah terhadap aspek-aspek yang dianggap layak

dari keputusan yang dibuat dalam tahapan analisis usaha. Pembahasan dalam

aspek finansial ini yaitu sumber dan penggunaan dana, modal kerja, pendapatan,

biaya usaha, serta aliran kas atau arus kas (cash flow).

Page 19: STUDI KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SAGU MENJADI …

6

Adapun yang termasuk dalam aspek finansial yaitu:

a). BEP (Break Event Point)

Break Event Point (BEP) adalah titik pulang pokok dimana total revenue

sama dengan totalcost. Dilihat dari jangka waktu pelaksanaan sebuah

proyek/usaha, terjadinya titik pulang pokok tergantung pada lama harus

penerimaan sebuah proyek/usaha dapat menutupi segala biaya operasi dan

pemeliharaan beserta biaya modal lainnya, (Kasmir, 2003).

Menurut Muliyadi (2001), Break Event Point (BEP) adalah keadaan

perusahaan yang tidak memperoleh laba dan tidak juga menderita rugi. Dengan

kata lain suatu usaha dikatakan inpas jika jumlah pendapatan (revenue) sama

dengan jumlah biaya, atau apabila laba kontribusi hanya dapat digunakan

menutupi biaya saja.

Menurut Harahap (2001), Break Event Point (BEP) adalah suatu analisis

untuk menentukan dan mencari jumlah barang atau jasa yang harus dijual kepada

konsumen pada harga tertentu untuk menutupi biaya-biaya yang timbul serta

mendapatkan keuntungan atau profit. Analisis BEP bertujuan menemukan satu

titik baik dalam unit maupun rupiah yang menunjukkan biaya sama dengan

pendapatan.

Mengetahui titik tersebut, berarti belum diperoleh keuntungan atau dengan

kata lain tidak untung tidak rugi. Sehingga dikala penjualan melebihi BEP maka

mulailah keuntungan diperoleh. Sasaran analisis BEP tidak lain mengetahui pada

tingkat volume berapa tiitik impas berada. Dalam kondidsi lain, analisis BEP pun

digunakan untuk membantu pemilihan jenis produk atau proses dengan

mengidentifikasi produk atau proses yang mempunyai total biaya terendah untuk

suatu volume harapan. Sedangkan dalam pemilihan lokasi, analisis BEP dipakai

untuk menentukan lokasi berbiaya total terendah, yang berarti total pendapatan

tertinggi untuk kapasitas produksi yang ditentukan. Analisis BEP dibedakan

antara penggunaan untuk produk tunggal atau untuk beberapa produk sekaligus.

Mayoritas perusahaan memproduksi atau menjual lebih dari satu produk

menggunakan pasilitas yang sama, (Harahap, 2001).

Berusaha tani sebagai satu kegiatan untuk mendapatkan produksi di

lapangan pertanian, pada akhirnya akan dinilai dari biaya yang dikeluarkan dan

Page 20: STUDI KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SAGU MENJADI …

7

penerimaan yang diperoleh. Selisih pendapatan dari usaha taninya (Soeharjo,

2001).

Untuk ada tidaknya keuntungan yang diperoleh petani dalam hubungannya

dengan arus biaya digunakan kriteria investasi pada suatu proyek dapat dilakukan

dengan menghitung IRR (perhitungan tingkat investasi atau penghasilan lebih).

Tingkat investasi (IRR) adalah suatu tingkat bunga dalam hal ini sama

artinya dengan (discount rate) yang menentukan jumlah nilai sekarat nilai

sekarang netto (NPV) sama dengan seluruh ongkos investasi proyek (Zulkarnaen

Djamin, 2003).

Net Present Value (NPV) adalah selisih antara Present Value dari benefit

badan present value dari biaya, sedangkan Internal rate of Return adalah tingkat

bunga yang menunjukkan bahwa nilai sekarang sama dengan jumlah seluruh

investasi proyek. Oleh karena suatu nilai IRR yang lebih dari social discount rate

bemberikan tanda “NO GO” (Payanan, 2002).

Payback Priod merupakan jangka waktu yang diperlukan untuk membayar

kembali semua biaya yang telah dikeluarkan, dimana makin cepat

pengembaliannya makin baik dan kemungkinan akan dipilih (Muljadi 2008).

b). Metode Payback Priod (PP)

Metode Payback Priod dalam perhitungannya menitipberatkan pada

perhitungan periode waktu yang diperlukan untuk mendapatkan kembali

pengeluaran investasi dari hasil pendapatan bersih (Net Cash Flow). Metode ini

untuk mengukur berapa cepat suatu investasi bias kembali, dan dasar

yangdigunakan adalah aliran kas buku laba, satuan hasilnya bukan presentase

tetapi satuan waktu seperti tahun, bulan atau hari. Kalau periode payback priod ini

lebih pendek dari yang diisyaratkan, maka proyek dapat dikatakan mengutungkan,

sedangkan kalau lebih lama proyek ini ditolak.

Menurut Bambang Riyanto (2005), payback priod adalah suatu periode

yang diperlukan untuk dapat menutupi kembali pengeluaran investasi dengan

menggunakan proses atau aliran kas Netto (Net cash Flow).

Weston dan Brigman (2002), mendefinisikan Payback Priod (masa

peralihan) sebagai jumlah tahun yang diperlukan oleh perusahaan memperoleh

kembali investasi yang semula deari arus kas bersih.

Page 21: STUDI KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SAGU MENJADI …

8

c). Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C)

Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) adalah perbandingan antara jumlah PV

Net Benefit yang fositif dengan jumlah PV Net Benefit yang negative.Net B/C

Ratio merupakan manfaat bersih tambahan yang diterima proyek dari setiap 1

satuan biaya yang dikeluarkan.

Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) merupakan perbandingan antara benefit

kotor yag biaya secara keseluruhan yang telah mengalami compounding.Net

Benefit-Cost Ratio diperoleh dari perbandingan total present value positif dengan

total present value negative (Ibrahim, 2009).

Nilai Net B/C diperoleh sebesar Rp. 1, maka akan menghasilkan

pendapatan kotor sebesar Rp.3 yang berarti pengusaha agroindustri tahu masih

memperoleh pendapatan bersih sebesar Rp.2 dan usaha agroindustri tahu ini

berada pada kondisi yang layak untuk dilaksanakan.

Cara perhitungan Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) adalah sebagai berikut

(Ibrahim, 2003): Kontribusi pendapatan dari budidaya ikan lele dumbo terhadap

pendapatan rumah tangga petani ikan lele dumbo di Desa Mojomulyo Kecamatan

Puger digunakan analisis kontribusi pendapatan atau proporsi. (Handayani dan

Artini, 2009).

Kelebihan menggunakan Net B/C dalam menganalisa sebuah proyek

adalah lebih mencerminkan berapa rasio keuntungan yang akan didapat karena

manfaat yang didapat telah dikurangi dengan biaya. Selain itu, metode ini telah

memperhitungkan aliran khas selama umur proyek/usaha investasi. Sedangkan

kekurangannya adalah proses perhitungan akan lebih lama karena setelah

mengidentifikasi semua biaya, ketika akan mengurangkannya dengan manfaat

untuk setiap tahun selama umur proyek.

3. Pengolahan Sagu

Dange yang terbuat dari bahan sagu merupakan cemilan yang sangat khas

karena proses pembuatannya masih tergolong tradisional, hanya menggunakan

tungku dan tempat persegi panjang yang terbuat dari tanah liat. Dengan

mempertahankan ciri khas dari proses pembuatan serta alat-alat masak yang

digunakan, di percaya dapat menjaga kualitas rasa dari dange.

Page 22: STUDI KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SAGU MENJADI …

9

Pada dasarnya proses pengolahan sagu menjadi tepung sagu dibuat dari

empelur batang sagu. Tahapan proses pengolahan sagu secara umum meliputi:

penebangan pohon, pemotongan dan pembelahan, penokonan atau pemarutan,

pemasaran, penyaringan, pengendapan dang pengemasan (Johan, 2011). Ditinjau

dari cara dan alat yang digunakan, proses pengolahan sagu yang dilakukan di

daerah-daerah penghasil sagu di Indonesia saat ini dapat dikelompokkan atas cara

tradisional, semi-mekanis dan mekanis (Kindangen dan Malia, 2006).

1. Pengolahan Sagu Secara Tradisional

Pada umumnya cara ini banyak dijumpai di Maluku, papua, Sulawesi

Selatan, dan Kalimantan. Pengambilan tepung sagu secara tradisional umumnya

dilakukan oleh penduduk setempat, dan digunakan sebagai bahan makanan pokok

sehari-hari (Kindangen dan Malia, 2006).

Penebangan pohon sagu dilakukan secara gotong-royong dengan

menggunakan perlatan sederhana, seperti parang atau kampak. Selanjutnya,

batang sagu dibersihkan dan dipotong-potong sepanjang 1-2 meter, kemudian

potongan-potongan ini dibelah dua. Empulur batang yang mengandung tepung

dihancurkan dengan alat yang disebut nanni, dan pekerjaan menghancurkan

empulur sagu ini disebut menokok. Penokanan empulur dikerjakan sedemikian

rupa sehingga empulur cukup hancur dan pati mudah dipisahkan dari serat-serat

empulur. Empulur yang telah ditokok akan berwarna kecoklatan bila disimpan di

udara terbuka dalam waktu lebih dari sendiri. Oleh karena itu, empulur yang

ditokok dalam satu hari harus diatur sedemikian rupa agar pemisahan tepung

dapat diselesaikan pada hari yang sama. Penokonan dapat dilanjutkan pada hari

berikutnya sampai seluruh batang habis ditokok. Dengan cara tradisional ini,

penokonan satu pohon sagu dapat diselesaikan dalam waktu 1-3 minggu (Johan,

2011).

2. Pembuatan Tepung Sagu Secara Semi-mekanis

Pengolahan tepung sagu menjadi tepung sagu secara semi-mekanis pada

prinsipnya sama dengan cara tradisional. Cara semi-mekanis ini banyak

digunakan oleh penghasil sagu di daerah Luwu Sulawesi Selatan, secara umum,

cara semi-mekanis ini diawali dengan memotong-motong pohon sagu yang telah

ditebang, dengan ukuran 0,5-1 meter. Potongan-potongan ini kemudian dikupas

Page 23: STUDI KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SAGU MENJADI …

10

kulitnya, dibelah-belah, dan diparut. Selanjutnya, hasil parutan ditampung dalam

bak kayu yang dilengkapi dengan pengaduk yang berputar secara mekanis.

Pengadukan biasanya dilakukan dalam dua tahap, dengan tujuan agar seluruh

tepung terlepas dari serat-seratnya. Selanjutnya campuran yang terdiri dari serat-

serat, tepung dan air dialirkan ke saringan selinder berputar yang terdiri dari

beberapa tingkat. Hasil penyaringan berupa bubur ditampung dalam bak-bak kayu

untuk proses pengendapan tepung. Endapan tepung ini kemudian dicuci kembali

dalam bak atau tangki yang dilengkapi pengaduk, dan diendapkan lebih lanjut.

Tepung sagu basah yang diperoleh kemudian dijemur dan digiling dengan alat

penggiling (grinder) selanjutnya, tepung yang sudah digiling dimasukkan ke

dalam karung-karung goni, dan siap untuk dipasarkan (Pranamuda,et.al., 2006).

4. Hasil Produksi Dange

Dange adalah makanan khas Luwu yang terbuat dari sagu. Dange ini

menyerupai bentuk kuetetapi sebenarnya dapat pula digantikan sebagai pengganti

nasi. Dange ini menyerupai bentuk panjang dan persegi empat berwarna putih

tekstur keras dan rasa yang hambar. Pada umumnya masyarakat di Desa Langkidi

memiliki cara menyajikan makanan ini yaitu dengan menyediakan mangkuk atau

piring yang berisi sup ikan lalu dicelupkannya kebawah sup ikan tersebut setelah

itu dange yang sudah dicelupkan bisa dinikmati, selain dengan cara ini dange

dapat pula dinikmati dengan disajikannya lauk yang lain atau makanan khas

lainnya.

Seiring berjalannya waktu kini semakin bergeser menjadi makanan

selingan. Data di Desa Langkidi menunjukan bahwa seluruh rumah tangga

mengkonsumsi dange setiap harinya terutama bagi lansia dengan tujuan karena

penyakit gula. Terdapat rumah tangga yang tergolong rumah tangga baru, tetapi

rumah tangga tersebut mengkonsumsi sagu yang diolah menjadi dange. Rumah

tangga lainnya juga yang masih juga mengkonsumsi sagu dan sebagai makanan

pokok yang dikonsumsi sehari-hari dalam jumlah banyak disbanding pangan

lainnya. masyarakat selain kapurung adalah dange.

Produksi adalah kegiatan yang dilakukan manusia dalam menghasilkan

suatu produk baik barang, maupun jasa yang kemudian dimanfaatkan oleh

Page 24: STUDI KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SAGU MENJADI …

11

konsumen. Menurut definisi lain, produksi yaitu setiap usaha manusia untuk

menciptakan atau menambah guna suatu barang.

2.2 Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian relevan ini adalah penelitian yang digunakan sebagai acuan

serta pembanding dalam penelitian yang saya lakukan.penelitian ini bukanlah

penelitian pertama melainkan terbuktinya adanya penelitian yang lain atau sejenis

acuan yang telah gunakan dengan materi yang berbeda. Sehingga peneliti hanya

melanjutkan atau meneruskan penelitian ini sehingga dapat memberikan manfaat

kepada kita serta dunia pertanian. Diantaranya penelitian yang telah ada, yaitu :

1. Susana (2012) yang berjudul Peranan Home Industry Dalam Meningkatkan

Kesejahteraan Masyarakat (Studi Kasus Desa Mengkirau Kecamatan Merbau).

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui proses produksi dalam meningkatkan

kesejahteraan masyarakat desa mengkirau,dan tinjauan ekonomi islam terhadap

kegiatan usaha tersebut. Hasil (1) Proses produksi dilakukan oleh pengusaha

home industri di Desa Mengkirau dalam melakukan dalam pengolahan masih

sangat sederhana atau masih menggunakan sistem manual, (2) Home industry

merupakan kegiatan usaha yang mampu memperluas lapangan kerja dan

memberikan pelayanan ekonomi secara luas kepada masyarakat desa Mengkirau

dan berperan dalam meningkatkan perekonomian masyarakat, mengurangi

pengangguran dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, (3) Berdasarkan

tinjauan ekonomi islam, bahwa usaha yang dilakukan oleh pengusaha home

industri di desa Mengkirau dilakukan dengan baik dan sejalan dengan syariat

Islam, baik pada bahan baku, modal, proses produksi dan pemasaran.

2. Ananada (2016) yang berjudul Peran Home Industri dalam Meningkatkan

Ekonomi Keluarga ( Studi Kasus Home Industry Keripik Di Kelurahan Kubu

Gadang). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kegiatan

home industry keripik ini mampu bertahan dan apa saja cara yang dilakukan oleh

home industry ini untuk meningkatkan daya saing sehingga terus

meningkat.Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif. Subyek

adalah para pemilik home industry yang sudah menjalankan home industrinya

selama 5 sampai 20 tahun. Data yang diperoleh dijelaskan secara kualitatif.Hasil

penelitian menunjukkan bahwa dalam mempertahankan modal dan menambah

Page 25: STUDI KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SAGU MENJADI …

12

permodalan yang dilakukan pleh pemilik home industry sudah baik, dengan

melakukan pencatatan yang teliti dan selalu dihitung barang masuk barang

keluarnya.Dalam mempertahankan dan meningkatkan eksistensi tenaga kerja

sudah benar.Hanya saja dari segi pemasaran belum baik karena masih bergatung

kepada pengampas.

2.3 Kerangka Pikir

Dange yang merupakan makanan tradisional khas luwu maka dari itu

masyarakat setempat mengolah menjadi makanan tradisonal “dange”. Seperi yang

dibuat oleh kaum responden yang saya teliti di Desa Langkidi. Pada penelitian

kelayakan finansial ini adalah landasan untuk menentukan sumber daya finansial

yang diperlukan untuk tingkat kegiatan tertentu dan laba yang bisa diharapkan.

Adapun beberapa yang termasuk di dalam yaitu aspek pasar dan pemasaran, aspek

teknis dan produksi, aspek organisasi dan manajemen,dan aspek finansial.

Gambar 1. Kerangka Pikir

Pengolahan Sagu

(Dange) Kelayakan Usaha

Aspek Pasar

dan

Pemasaran

Aspek

Teknis dan

Produksi

Aspek

Organisasi dan

Manajemen

Aspek

Finansial

1. BEP

2. PP

3. NET B/C RATIO

Page 26: STUDI KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SAGU MENJADI …

13

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriftif kuantitatif yaitu dimana

data yang diperoleh dilokasi penelitian berupa data tertulis dan data yang

menggunakan angka sehingga diperoleh data yang lebih akurat.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian mengenai studi kelayakan usaha pengolahan sagu ini

dilaksanakan di Desa Langkidi Kecamatan Bajo Kabupaten Luwu. Penelitian ini

dilaksanakan pada bulan Desember-Januari 2020.

3.3 Sampel

Sampel ini adalah pemilik usaha dange di Desa Langkidi Kecamatan Bajo

Kabupaten Luwu yang sudah menjalankan usaha ini. Data yang diperoleh

dijelaskan secara kuantitatif.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara (Interview)

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan melalui tanya jawab

antara dua pihak yaitu wawancara dan narasumber untuk memperolehdata terkait

penelitian ini.

2. Dokumentasi

Teknik pengumpulan data dengan pengambilan gambar atau foto saat

melakukan wawancara kepada responden yaitu pengusaha yang ada di Desa

Langkidi Kecamatan Bajo Kabupaten Luwu.

3.5 Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis

data deskriftif kuantitatif dimana data yang diperoleh berupa angka pendapatan

untuk mengetahui bagaimana kelayakan usaha pengolahan sagu menjadi dange.

Adapun rumus yang digunakan yaitu:

Page 27: STUDI KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SAGU MENJADI …

14

a. BEP = FC/P-VC

Keterangan:

BEP :Titik Impas (Break Even Point)

FC :Biaya Tetap (Fixed Cost)

VC :Biaya Variabel Per Unit (Variable Cost)

P :Harga Jual Per Unit (Price)

S :Jumlah Penjualan (Sales)

b. Net B/C Ratio

Keterangan:

B :Jumlah Pendapatan

TC :Total Biaya (Total Cost)

3.6 Jenis dan Sumber Data

Adapun jenis dan sumber data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang dikumpulkan melalui observasi dan hasil

wawancara secara langsung dengan responden dengan berpedoman pada

kuesioner penelitian.

2. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh, dari instansi atau kantor desa di

Desa Langkidi Kecamatan Bajo Kabupaten Luwu yang berupa dokumen terkait

penelitian ini.

3.7 Definisi Operasional

1. Dange adalah makan khas tradisional masyarakat bugis yang merupakan

santapan sehari-hari masyarakat Palopo, Luwu dan sekitarnya.

2. Usaha dange adalah aktifitas usaha ekonomi untuk menghasilkan dange yang

diolah oleh masyarakat dari tepung sagu.

3. Tenaga kerja adalah yang secara langsung terlibat didalam kegiatan produksi,

mulai dari persediaan hingga pengolahan sagu menjadi dange.

4. Biaya adalah sajumlah uang tertentu yang telah dikeluarkan guna pembelian

atau pembayaran input yang diperlukan.

Page 28: STUDI KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SAGU MENJADI …

15

5. Investasi adalah sejumlah modal dikeluarkan pada tahun dasar (Rp) untuk

memperoleh manfaat pada tahun kemudian.

6. Pasar adalah tempat bertemunya pembeli dan penjual untuk menjual dan

membeli barang atau jasa. Atau dengan kata lain pasar adalah suatu tempat

pada waktu tertentu para penjual dan pembeli dapat bertemu guna melakukan

transaksi jual beli barang.

7. Pemasaran adalah suatu sistem total dari kegiatan bisnis yang dirancang untuk

merencanakan, menentukan harga, promosi dan mendistribusikan barang-

barang yang dapat memuaskan keinginan dan mencapai pasar sasaran serta

tujuan perusahaan.

8. Produksi adalah suatu kegiatan untuk menciptakan atau menambah nilai guna

suatu barang untuk memenuhi kebutuhan.

9. Organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang melalui mana orang-

orang di bawah pengarahan menejer tujuan bersama.

10. 10.Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan

pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi agar mencapai tujuan yang

ditetapkan.

11. Kelayakan Finansial adalah landasan untuk menentukan sumberdaya finansial

12. BEP (Break Event Point) ialah titik impas dimana posisi jumlah pendapatan

dan biaya sama atau seimbang sehingga tidak terdapat keuntungan ataupun

kerugian dalam suatu perusahaan

13. PP (Payback Period) adalah metode evaluasi kelayakan suatu investasi dengan

mencari periode yang diperlukan untuk mengembalikan jumlah investasi yang

telah dikeluarkan berdasarkan arus kas yang diharapkan dari investasi yang

didanai

14. Net B/C Ratio adalah perbandingan antara jumlah PV Net Benefit yang fositif

dengan jumlah PV Net Benefit yang negatif.

Page 29: STUDI KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SAGU MENJADI …

16

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Desa Langkidi

a. Keadaan Wilayah Penelitian

Desa Langkidi termasuk dalam wilayah Kecamatan Bajo, yang memiliki

luas wilayah 3409km, Desa Langkidi memiliki batas-batas wilayah sebagai

berikut:

1) Sebelah Utara : Desa Pangi

2) Sebelah Timur : Desa Tabaja

3) Sebelah Selatan : Desa Jambu

4) Sebelah Barat : Desa Saga

b. Keadaan Penduduk

Penduduk adalah orang-orang yang berada di suatu wilayah yang

menempati wilayah geografis dan ruang tertentu. Penduduk merupakan salah satu

potensi dan pengerak pembangunan disuatu daerah. Jumlah penduduk yang

bertempat tinggal pada suatu wilayah dan sudah memiliki mata pencahariaan di

wilayah tersebut. Secara keseluruhan jumlah penduduk di Desa Langkidi

berdasarkan jenis kelamin sekitar 1336 jiwa, yaitu laki-laki 626 jiwa dan

perempuan 684.

Tabel 1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Langkidi

Kecamatan Bajo

NO Jenis Kelamin Jumlah(Jiwa)

1 Laki-Laki 652

2 Perempuan 684

Total 1336

Sumber: Kantor Desa Langkidi (2019)

Berdasarkantabel diatas keadaan jumlah penduduk secara keseluruhan

yang bermukim atau tinggal menetap di Desa Langkidi sebanyak 1336 jiwa yang

terdiri dari laki-laki sebanyak 652 jiwa, sedangkan perempuan 684 sebanyak jiwa.

Ini menunjukkan bahwa jumlah penduduk yang ada di Desa Langkidi lebihbanyak

perempuan dari pada laki-laki dengan selisih 32 jiwa dengan jumlah penduduk

yang ada.

Page 30: STUDI KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SAGU MENJADI …

17

c. Tingkat Pendidikan

Faktor yang sangat penting dalam kehidupan manusia adalah faktor

pendidikan terutama untuk penyerapan teknologi baru dalam dunia pertanian. Ini

berkaitan dengan petani dan pedagang. Utamanya dalam manajemen usaha

taninya sehingga ada hasil yang mengarah kepada perbaikan tingkat pendidikan.

Kemajuan masyarakat dapat di ukur melalui tingkat pendidikan dan

pengetahuannya makin tinggi tingkat pendidikan semakin mudah menerima ide-

ide baru. Maka untuk mengetahui tingkat pendidikan masyarakat yang menjadi

objek penelitian ini dapat dilihat pada tebel berikut.

Tabel 2. Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Langkidi Kecamatan

Bajo.

NO Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa)

1 Tamat SD 70

2 Tamat SMP 200

3 Tamat SMA 200

4 Tamat D-3 20

5 Tamat S-1/Sarjana 40

Total 530

Sumber: Kantor Desa Langkidi Tahun (2019)

Tabel diatas merupakan tingkat pendidikan penduduk yang bermukim di

Desa Langkidi Kecamatan Bajo, dimana angka terbesar di tunjukan oleh tingkat

pendidikan SMP/SMAsebesar 400jiwa sedangkan jumlah tamatan perguruan

tinggi sebanyak 40 jiwa. Hal ini menandakan tingkat pendidikan di Desa Langkidi

Kecamatan Bajo Kabupaten Luwu sedang, sehingga untuk mengatasi hal ini

diupayakan untuk pembangunan perekonomian agar menunjang masyarakat untuk

melanjutkan pendidikan hingga kejenjang perguruan tinggi.

d. Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Penduduk Desa Langkidi memiliki beragam usaha sehingga menyebabkan

pula tingkat penghasilan dan pendapatan masyarakat berbeda-beda. Berikut mata

pencaharian penduduk di Desa Langkidi

Page 31: STUDI KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SAGU MENJADI …

18

Tabel 3. Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Langkidi Kecamatan Bajo

No Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa)

1 Petani 321

2 Buruh Harian Lepas 100

3 Buruh Tani 70

4 Karyawan Honorer 40

5 Wiraswasta 60

6 Guru Swasta 15

7 Sopir 10

8 PNS 8

10 Nelayan 5

11 Peternak 2

Total 631

Sumber: Kantor Desa Langkidi (2019)

Berdasarkan tabel diatas maka dapat diketahui bahwa mata pencaharian

penduduk di Desa Langkidi paling dominan adalah sebagai buruh tani dengan

jumlah sebesar 321 jiwa sedangkan yang paling sedikit yaitu peternak dan

wiraswasta. Hal ini disebabkan karena Desa Langkidi merupakan desa luas lahan

taninya.

2. Identifikasi Responden

a. Umur Responden

Umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keterampilan pengusaha

dalam dalam mengolah usaha dangenya. Pengusaha yang lebih tua akan

mempunyailebih banyak pengalaman dalam berusaha dange akan tetapi jika

ialangsung mengolah usaha dangenya maka akan dipengaruhi oleh tenaga fisik

yang sangat terbatas karena sudah tua sedangkan pengusaha yang memiliki umur

yang lebih muda akan mempermudah dalam mengolah usaha dangenya meskipun

dia belum memiliki pengalaman yang cukup dalam berusaha dange.

Pengusaha dange di Desa Langkidi memiliki umur yang terbilang

mempengaruhi kemampuan fisik bekerja dan cara berfikir pada umumnya,

pengusaha yang berumur muda dan sehat mempunyai tenaga yang lebih kuat dari

pengusaha yang lebih tua, hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian yang

menunjukkan bahwa jumlah usia sangat bergantung pada hasil produktif. Hal ini

dikemukakan oleh (Robbins (2008: 52) kemampuan kerja merupakan kemampuan

seseorang dalam menyelesaikan berbegai tugas yang diberikan dalam suatu

Page 32: STUDI KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SAGU MENJADI …

19

pekerjaan. Dimana kemampuan ini terdiri dari dua faktor yaitu kempuan fisik dan

intelektual.

b. Pendidikan Responden

Pendidikan pada umumnya akan dipengaruhi oleh cara berfikir pengusaha

kedepannya. pengusaha akan lebih mudah berkembang jika memiliki pendidikan

yang relatif tinggi dan berumur masi muda dibandingkan dengan pengusaha yang

pendidikannya rendah. Pendidikan pengusaha dapat diperoleh dengan dua cara

yaitu pendidikan formal dan non formal.

Pengusaha dange di Desa Langkidi ditunjang oleh pendidikan dimana

kemampuan berinovasi yang baru sangat kurang dan terbatas, sehingga sangat

minim untuk menciptakan hasil produksi yang baru. Hal ini berkaitan dengan

(Robbins 2008:52) kemampuan intelektual adalah kemampuan yang yang

diperlukan untuk menjalankan kegiatan mental, misalnya berfikir, menganalisis

dan memahami. Kemampuan intelektual yang bagus dimilikioleh pegawai

diharapkan dapat meningkatkan kinerja organisasi. Dengan demikian kemampuan

intelektual yang tinggi juga secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap

kemajuan organisasi. Kemampuan fisik adalah kemampuan yang diperlukan untuk

melakukan tugas-tugas yang menuntut stamina, kecekatan, kekuatan dan

keterampilan.

3. Kelayakan Usaha Dange

Berdasarkan hasil wawancara dengan responden di Desa Langkidi

Kecamatan Bajo Kabupaten Luwu dari aspek pasar dan pemasaran usaha dange

Masani dilakukan dengan carapenjualan langsung ke pasar atau bisa juga

mempromosikan melalui media online dan penjualan juga dilakukan ditempat

produksi dimana pembeli bisa langsung datang kerumah produksi sehingga

perkembangan permintaan dalam setiap waktu dapat berjalan dengan baik.

Dari aspek teknis dan produksi usaha dange Masani masih menggunakan

alat tradisonal atau dengan sistem manual untuk menunjang proses produksi usaha

dange. Adapun proses pengambilan bahan baku yaitu diperoleh langsung dari

petani sagu menggunakan transfortasi motor untuk menuju ke lokasi penjualan

sagu.

Page 33: STUDI KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SAGU MENJADI …

20

Dari aspek organisasi dan manajemen usaha dange Masani tenaga kerja

dalam usaha ini hanya menggunakan keluarga saja untuk mempertimbangkan

upah tenaga kerja.Usaha dange ini berjalan dengan baik karena para konsumen

sangat menyukai makanan dange yang dibuat oleh ibu Masani. Adapun hasil

produksi dange tidak dapat terjual habis dalam waktu sehari.

Dari aspek finansial usaha dange Masani yaitujumlah produksi yang

dihasilkan dalam satu kali pembuatan dange diperoleh 120 Pcs. Usaha dange

inilah yang kemudian menjadi penghasilan rutin setiap hari ibu Masani dalam

memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya.

Kelayakan usaha dange di Desa Langkidi merupakan penilaian yang

menyeluruh untuk menilai keberhasilan suatu usaha, dan studi kelayakan usaha

mempunyai tujuan menghindari keterlanjuran penanaman modal yang terlalu

besar untuk kegiatan yang ternyata tidak menguntungkan.

Studi kelayakan proyek atau bisnis merupakan suatu kegiatan mengevaluasi,

menganalisis, dan menilai layak atau tidak proyek bisnis yang dijalankan. Secara

umum, di adakan khususnya kelayakan bagi investor yaitu menghindari

keterlanjuran investasi atau penanaman modal yang terlalu besar untuk suatu

proyek atau kegiatan usaha yang ternyata tidak menguntungkan.

4. Aspek Finansial

Aspek finansial yaitu tujuan menganalisis aspek keuangan untuk

menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang

diharapkan, dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan, seperti

ketersediaan dana, biaya modal, kemampuan proyek untuk membayar kembali

dana tersebut dalam waktu yang telah ditetapkan menilai apakah proyek akan

dapat berkembang terus.

Sofyan (2004) menjelaskan, analisis finansial adalah kegiatan melakukan

penilaian dan penentuan satuan rupiah terhadap aspek-aspek yang dianggap layak

dari keputusan yang dibuat dalam tahapan analisis usaha. Pembahasan dalam

aspek finansial ini yaitu sumber dan penggunaan dana, modal kerja, pendapatan,

biaya usaha, serta aliran kas atau arus kas (cash flow).

Page 34: STUDI KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SAGU MENJADI …

21

Tabel 6. Siklus Produksi Usaha Dange Selama 1 Tahun

No Siklus Per bulan Produksi Penerimaan

1 Bulan 1 120 pcs Rp. 600.000

2 Bulan 2 120 pcs Rp. 600.000

3 Bulan 3 120 pcs Rp. 600.000

4 Bulan 4 120 pcs Rp. 600.000

5 Bulan 5 120 pcs Rp. 600.000

6 Bulan 6 120 pcs Rp. 600.000

7 Bulan 7 120 pcs Rp. 600.000

8 Bulan 8 120 pcs Rp. 600.000

9 Bulan 9 120 pcs Rp. 600.000

10 Bulan 10 120 pcs Rp. 600.000

11 Bulan 11 120 pcs Rp. 600.000

12 Bulan 12 120 pcs Rp. 600.000

Total 1.440 pcs Rp. 7.200.000

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2020

Berdasarkan tabel di atas dapat kita lihat bahwa siklus usaha dange

perbulan dapat menghasilkan setiap kali produksi dengan jumlah 120 pcs

sedangkan jumlah penerimaannya sebesar Rp. 7.200.000

Tabel 7. Variabel Cost dan Fix Cost Usaha DangeSelama 1 Tahun

No Uraian Tahun (Rp)

Variabel Cost

1. Bahan Baku 521.000

2. Bahan Kemasan 230.000

3. Biaya Pemasaran 780.000 5555555555555555

Total I 1.531.000

Fix Cost

1. Penyusutan 765.500

2. Biaya Peralatan 260.500

Total II 1.026.000

Total 2.557.000

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2020

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa total variabel cost usaha

dange dan fix cost usaha dange di Desa Langkidi adalah Rp. 2.557.000.

Page 35: STUDI KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SAGU MENJADI …

22

a. HPP dan Harga jual

Berdasarkan hasil penelitian pada IKM dange Masani adapun harga pokok

penjualan sebesar Rp.2.557.000 sedangkan harga jual Rp. 5.000 pcs. Tujuan

penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kegiatan usaha dange ini

mampu bertahan dan apa saja cara yang dilakukan oleh pengusaha dange ini untuk

meningkatkan daya saing sehingga terus meningkat. Metode penelitian yang

dilakukan adalah metode deskriftif kuantitatif.Subyek adalah pemilik usaha dange

yang sudah menjalankan usahanya.Data yang diperoleh dijelaskan secara

deskriftif kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam mempertahankan modal dan

menambah permodalan yang dilakukan oleh pemilik usaha dange sudah berjalan

baik, dengan melakukan pencatatan yang teliti dan selalu dihitung barang masuk

barang keluarnya.Dalam mempertahankan dan meningkatkan eksistensi usaha

sudah baik.

b. Cash Flow (Arus kas)

Arus kas atau cash flow adalah sebuah perincian yang menunjukkan jumlah

pemasukan dan pengeluaran dalam suatu periode tertentu. Arus kas dalam arti lain

adalah suatu laporan keuangan yang berisikan pengaruh kas dari kegiatan operasi,

kegiatan transaksi pembiayaan/pendanaan serta kenaikan atau penurunan bersih

dalam kas suatu perusahaan selama suatu periode.

Semua perusahaan yang memiliki namanya laporan arus kas, yaitu sebuah

bentuk laporan yang berisi catatan atau catatan dari setiap transaksi yang terjadi

dalam waktu tertentu, baik berupa pengeluaran maupun pemasukan. Laporan ini

disusun dengan sistematis serta berurusan sesuai waktu dari transaksi tersebut.

Rincian keuangan biasanya pengeluaran seperti utang, beban yang harus

dikeluarkan atau pengambilan prive.

Sedangkan untuk pemasukan, bisa berupa pendapatan tunai ataupun

pendapatan yang lainnya.Dengan adanya laporan arus kas, sebuah usaha bisa

mendapat manfaat yang besar mengetahui kemampuan perusahaan untuk melihat

sejauh mana perkembangan usaha mampu menghasilkan arus kas.Untuk

kelangsungan dari sebuah perusahaan, tentu saja hal ini merupakan hal yang

penting.

Page 36: STUDI KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SAGU MENJADI …

23

Tabel 8. Laporan Cash Flow (Arus Kas) Usaha Dange

Ikm Dange Masani Laporan Cash Flow Untuk Bulan Ke 12

1. Arus Kas Dari Aktivitas Operasi

Penerimaan Kas dari Pelanggan Rp. 7.200.000

Pembayaran Kas Dari Pemasok

Beban Listrik dan Air Rp. 360.000

Beban Telepon Rp. 300.000

Beban Transportasi Rp. 480.000+

Rp. 1.140.000 -

Total kas yang dihasilkan operasi (Rp.6.060.000)

Pembayaran Bunga Rp. -

Pembayaran Pajak Penghasilan Rp. -

Arus Kas bersih dari aktivitas bersih (Rp. 6.060.000)

2. Arus Kas Dari Aktivitas Investasi

Biaya Peralatan (Rp. 260.500)+

Total kas yang dihasilkan dari investasi Rp. 6.320.500

3. Arus Kas Dari Aktivitas Pendanaan

Investasi Awal Rp. 3.500.000

Prive Pemilik Rp. 1.000.000 -

Arus Kas bersih yang digunakan untuk aktivitas pendanaan Rp. 2.500.000 -

Kenaikan bersih kas dan setara kas Rp.3.820.500

Kas dan setara kas pada awal periode Rp. -

Kas dan setara kas akhir periode Rp. 3.820.500

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2020

Berdasarkan tabel diatas laporan cash flow IKM Dange Masani pada bulan

ke 12 dari aktivitas operasi penerimaan kas dari pelanggan berjumlah

Rp.7.200.000 dengan pembayaran kas dari pemasok berjumlah Rp.1.140.000

sehingga total kas bersih yang dihasilkan operasi berjumlah Rp.6.060.000.

Adapun arus kas dari aktivitas investasi total yang dihasilkan berjumlah

Rp.6.320.500 sedangkan arus kas bersih yang digunakan untuk

aktivitaspendanaan berjumlah Rp.2.500.000 sehingga kenaikan bersih kas dan

setara kas pada bulan ke 12 adalah Rp.3.820.500.

Page 37: STUDI KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SAGU MENJADI …

24

c. Kriteria kelayakan

1. BEP (Break Event Point)

BEP (Break Event Point) ialah titik impas dimana posisi jumlah

pendapatan dan biaya sama atau seimbang sehingga tidak terdapat keuntungan

ataupun kerugian dalam suatu perusahaan.

Tabel 9. Rata-Rata Biaya Usaha Dange

No Uraian Jumlah (Rp)

1 Total biaya tetap 260.500

2 Total Biaya Variabel 1.531.000

Total biaya(TC)=FC+VC 2.557.000

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2020

Berdasarkan tabel diatas menunjukka bahwa total biaya yang dikeluarkan

dalam produksi usaha dange di Desa Langkidi Kecamatan Bajo Kabupaten Luwu

sebesar Rp. 2.557.000

Tabel 10. Jumlah Pendapatan Usaha Dange

No Uraian Jumlah

1 Peneriman 7.200.000

2 Biaya

a. Biaya Tetap 260.500

b. Biaya Variabel 1.531.000

Total Biaya (TC)=FC+VC 2.557.000

3 Pendapatan

Total Pendapatan 2,81

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2020

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa penerimaan usaha dange

yang diperoleh sebesar Rp. 7.200.000 sedangkan total biaya usaha dange sebesar

Rp. 2.557.000 dengan total pendapatan yaitu 2,81.

2. B/C Ratio

Net B/C Ratio merupakan suatu ukuran perbandingan antara pendapatan

dengan total biaya produksi.

Page 38: STUDI KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SAGU MENJADI …

25

Tabel 11. Analisis Kelayakan Usaha Dange

No Penerimaan (TR) Total biaya (TC) Nilai B/C Ratio

1 7.200.000 2.557.000

Total Pendapatan 2,81

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2020

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa total penerimaan usaha

dange dan total biaya yang dikeluarkan di Desa Langkidi dapat menghasilkan nilai

yang menguntungkan. Karena berdasarkan perhitungan kelayakan B/C Ratio yaitu

perbandingan antara penerimaan dengan total biaya diperoleh nilai B/C Ratio 2,81

atau 2,81> 1 sehingga dapat dikatakan bahwa usaha dange di Desa Langkidi

dikatakan menguntungkan dan layak dijalankan.

4.2 Pembahasan

Dalam sebuah proyek akan dikatakan layak dijalankan apabila nilai B/C

ratio dinyatakan lebih besar dari 1. Hal tersebut dapat terjadi sebab, jika nilai B/C

semakin tinggi, maka tingkat keuntungan dalam suatu usaha bisa menjadi lebih

tinggi.Penggunaan B/C ratio ini diketahui bertujuan untuk mengetahui sejauh

mana hasil yang diperoleh dari usaha yang menguntungkan pada periode tertentu,

Apabila B/C > 1 maka usaha tersebut layak dijalankan sedangkan B/C ratio < 1

maka usaha tersebut tidak layak.

Hal ini sejalan dengan perkataan Kasmir dan Jakfar (2008:6) bawa

pengertian kelayakan adala penelitian yang dilakukan secara mendalam untuk

menentukan apakah usaha yang akan dijalankan akan memberikan manfaat yang

lebih besar dibandingkan dengan biaya yang akan di jalankan akan memberikan

manfaat yang lebhi besar dibandingkan dengan biaya yang akan dikeluarkan.

Berdasarkan analisis kelayakan usaha yang telah dilakukan bahwa usaha

dange di Desa Langkidi Kecamatan Bajo Kabupaten luwu layak untuk diusahakan

hal ini sesuai dengan pendapat Umar (2005:8) bahwa studi kelayakan bisnis

merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis

layak atau tidak layak bisnis yang dibangun, tetapi juga saat dioperasionalkan

secara rutin dalam rangka pencapaian keuntungan yang maksimalkan untuk waktu

yang tidak ditentukan misalnya rencana peluncuran produk baru.

Page 39: STUDI KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SAGU MENJADI …

26

Selain itu keuntungan dalam usaha dange di Desa Langkidi Kecamatan

Bajo Kabupaten Luwu bisa kita lihat bahwa usaha dange dapat menjanjikan

sebagai sumber pendapatan responden dalam memenuhi kebutuhan keluarga

seperti biaya pendidikan, terhadap anak-anak dan biaya kebutuhan ekonomi

lainnya.

Sebab keuntungan merupakan indikator untuk mengetahui apakah sebuah

bisnis dapat dikatakan sehat.Kita dapat memperhatikan, apakah omset bisnis anda

naik (pertumbuhan naik) tetapi keuntungan semakin mengecil atau justru

sebaliknya.Jika ternyata pertumbuhan bisnis tidak sejalan dengan keuntungan

yang didapatkan, maka anda harus segera melakukan evaluasi dan mengambil

langkah selanjutnya.

Adapun kendala kelemahan serta kelebihan dalam usaha memproduksi

dange di Desa Langkidi Kecamatan Bajo Kabupaten Luwu adalah responden

melakukan pengolahan masih sangat sederhana atau masih menggunakan sistem

manual (alat sederhana) sedangkan kelebihan yang dimiliki usaha ini adalah

mampu memperluas lapangan kerja dan memberikan pelayanan ekonomi secara

luas kepada masyarakat, mengurangi pengangguran dan meningkatkan

kesejahteraan masyarakat serta mampu memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga.

Page 40: STUDI KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SAGU MENJADI …

27

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan diatas disimpulkan bahwa usaha dange di

Desa Langkidi Kecamatan Bajo Kabupaten Luwu Provinsi Sulawesi Selatan layak

untuk di usahakan. Hal ini berdasarkan jika nilai B/C semakin tinggi, maka

tingkat keuntungan dalam suatu usaha bisa menjadi lebih tinggi. Penggunaan B/C

Ratio ini diketahui bertujuan untuk mengetahui sejauh mana hasil yang diperoleh

dari usaha yang menguntungkan pada periode tertentu, Apabila B/C > 1 maka

usaha tersebut layak dijalankan sedangkan B/C ratio < 1 maka usaha tersebut

dinyatakan merugi.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini adapun saran yang dapat peneliti

sampaikan adalah sebagai berikut:

Kepada Pengusaha Dange yang ada di Desa Langkidi Kecamatan Bajo

Kabupaten Luwu, harapan besar yang dapat peneliti sampaikan bahwa melihat

potensi peluang yang sangat besar dan menjamin kemajuan kegiatan usaha dange,

agar kedepannya dapat lebih mengembangkan usaha mereka, dengan demikian

maka dapat berpotensi terhadap pendapatan masyarakat yang ada di lokasi

penelitian, menciptakan peluang kerja bagi masyarakat setempat dan mampu

menjadi salah satu daerah yang memproduksi dange berkualitas sehingga dapat

diminati dari kalangan luar, dan terciptanya suatu pasar yang lebih terjangkau

secara luas dan lebih efektif.

Page 41: STUDI KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SAGU MENJADI …

28

DAFTAR PUSTAKA

Ananda, Riski. 2016. Peran home industry dalam meningkatkan ekonomi

Keluarga (studi kasus home industry keripik di kelurahan kubu Gadang).

Jurnal PM FISIP Vol. 3 No. 2. Diakses 29 Agustus 2018. Palopo

Semarang.

Fahmid, I.M., 2004. Gagalnya Politik Pangan di Bawah Rezim Orde Baru:

Kajian Ekonomi Politik Pangan di Indonesia. Jakarta: Yayasan Sandi

Kota.

Harahap, 2001. Analisa Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian, Universitas Indonesia

(UI Pres), Jakarta.

Jumadi, 2003. Sistem Pertanian Sagu Di Daerah Luwu Sulawesi Selatan (Tesis).

Bogor: Program Pascasarjana IPB.

Jumingan, 2009.Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta: Bumi Aksara

Johan, S. 2011. Studi Kelayakan pengembangan usaha sagu. Graha ilmu.

Yogyakarta.

Kindangen, J. G. dan I. E. Malia. 2006. Pengembangan potensi dan

Pemberdayaanpetani sagu di Sulawesi utara. Dalam prosiding

SeminarSagu nasional sagu untuk ketahanan pangan. Pusat penelitian

danPengembangan perkebunan. Bogor.

Kotler, P. dan G. Armstrong. 2007. Dasar-dasar pemasaran. Alexander Ltd.

England

Kasmir dan Jakfar. 2004. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta: Kencana

Kasmir dan Jakfar. Studi Kelayakan Bisnis (Edisi Revisi). (Jakarta:Kencana

Prenada Media Group, 2008)

Kasmir dan Jakfar. 2004. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta: Kencana

Kotler, P. dan G. Armstrong. 2007. Dasar-dasar pemasaran. Alexander Ltd.

England

Kamaluddin, 2004. Studi Kelayakan Bisnis. Malang: DIOMA

Pranamuda, M. Y. Tokiwa dan H. Tanaka. 2006. Pemanfaatan pati sagu sebagai Bahan baku biodegradable plastic. Cipta karya. Jakarta

Parker, R. 2003. Introduction to food science. Delmar, Thomson Learning Inc.

New York.

Page 42: STUDI KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SAGU MENJADI …

29

Rahmawati, A. dan F. Yuliana, 2013. Kandungan Gizi Bahan Makanan

Pokok,diunggah pada Tanggal 25 November 2015.

Robbins, S.P. (2008). Perilaku Organisasi Edisi ke-12. Jakarta:Salemba Empat.

Sholeh, Yusrianto. 2017. Peranan home industry mengelola emping

melinjoDalam meningkat pendapatan keluarga di kecamatan burneh

Kabupaten Bangkalan, jurnal agriekonomika volume 6 nomor 1. Diakses

29 agustus 2018. Palopo.

Susana, Siti. 2012. Peranan home industri dalam meningkatkan

kesejahteraanMasyarakat (Studi Kasus Desa Mengkirau Kecamartan

Merbau).Universitasislam negeri sultan syarif kasim. Riau.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif,

dan R&D. Alfabeta. Bandung.

Sofyan, Iban. 2004. Studi Kelayakan Bisnis. Yogyakarta: Graha Ilmu

Umar, husein.Studi Kelayakan Bisnis: Teknik Menganalisis Kelayakan Rencana

Bisnis Secara Komprehensif (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2005

Page 43: STUDI KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SAGU MENJADI …

30

LAMPIRAN

Page 44: STUDI KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SAGU MENJADI …

31

Page 45: STUDI KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SAGU MENJADI …

32

Lampiran 1. Contoh Kuesioner Wawancara Usaha Dange

No. Responden :

Tanggal Wawancara :

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO

Jalan Latmacelling No. 19 Kota Palopo, Sulawesi Selatan

Telp (0471) 22111,Fax,0471-523055,Website: www.uncp.ac.id

PANDUAN WAWANCARA

STUDI KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SAGU MENJADI DANGE DI

DESA LANGKIDIKECAMATAN BAJO

KABUPATEN LUWU

(Studi Kasus IKM Dange Masani)

I. Identitas Responden

1. Responden :

2. Nama :

3. Umur :

4. Jenis Kelamin :

5. Alamat :

6. Pendidikan Terakhir :

7. Jumlah Tanggungan Keluarga :

8. Pekerjaan :

II. Daftar Pertanyaan

A. Aspek Pasar dan Pemasaran

1. Bagaimana anda mempromosikan produk olahan sagu yang sedang digeluti?

Jawab:…………………………………………………………………………

2. Bagaimna proses pemasaran produk olahan sagu yang anda jalankan?

Jawab:…………………………………………………………………………

Page 46: STUDI KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SAGU MENJADI …

33

B. Aspek Teknis dan Produksi

1. Apakah bahan baku yang digunakan milik sendiri atau bekerja sama dengan

petani sagu?

Jawab:…………………………………………………………………………

2. Dari mana anda memperoleh bahan baku sagu?

Jawab:…………………………………………………………………………

C. Aspek Organisasi dan Manajemen

1. Apakah anda menggunakan karyawan dalam usaha dange?

Jawab:…………………………………………………………………………

2. Apakah hasil produksi dapat terjual dalam jangka waktu sehari?

Jawab:…………………………………………………………………………

D. Aspek Finansial

1. Berapa jumlah produk olahan sagu yang dibuat dalam satu kali produksi?

Jawab:…………………………………………………………………………

2. Apakah ada sumber penghasilan rutin anda selain dange?

Jawab:…………………………………………………………………………

Page 47: STUDI KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SAGU MENJADI …

34

Lampiran 2. Dokumentasi Penelitian

Gambar 1 . Proses Pengolahan Sagu Menjadi Dange

Gambar 2 . Proses Pengolahan Sagu Menjadi Dange

Page 48: STUDI KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SAGU MENJADI …

35

Gambar 3.Proses Pengolahan Sagu Menjadi Dange

Gambar 4 . Proses Pengolahan Sagu Menjadi Dange

Page 49: STUDI KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SAGU MENJADI …

36

Gambar 5. Wawancara Dengan Responden