studi kelayakan perencanaan dan perizinan rumah sakit

60
STUDI KELAYAKAN DALAM PERIJINAN dan PERENCANAAN RUMAH SAKIT UMUM MALANG JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2012

Upload: joshua-evan

Post on 21-Nov-2015

55 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

FHFF

TRANSCRIPT

STUDI KELAYAKAN DALAM PERIJINAN dan PERENCANAAN RUMAH SAKIT UMUM MALANG

JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS BRAWIJAYA2012

Contoh Formulir Permohonan Izin Mendirikan Bangunan

No. Formulir :

FORMU LIR PERMOHONAN

Malang,20 Juni 2012

Perihal : Permohonan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) KepadaYth. Bapak Bupati MalangCq. Kepala Kantor PelayananPerizinan Terpadu

Sepa IndrawanFak-fak, Papua31121992WirausahawanJL. Sumber Sari GG 4 272MalangTelepon / HpYang bertanda tangan di bawah ini : Nama Lengkap : Tempat/Tanggal Lahir : Pekerjaan :Alamat :

Di

Malang

Dengan ini mengajukan permohonan untuk memperoleh Surat Izin Mendirikan Bangunan (IMB) untuk bangunan baru / bangunan tambahan / mengubah atau membongkar sebagian atau seluruh bangunan *) yang terletak pada :

:JL.Veteran 10, MalangZambaLowokwaruLowokwaruBangunan SosialBangunan Perdagangan & JasaBangunan PerumahanBangunan IndustriBangunan Fasilitas UmumBangunan KhususBangunan PendidikanBangunan CampuranBangunan Kelembagaan/kantorBeri tanda () pada bangunan yang sesuaiSewaAlamat Bangunan : Dusun/Lingkungan *) : Desa /Kelurahan *) : Kecamatan : Guna Bangunan :

*

Status Tanah :

Dengan batas-batas :

Sebelah Utara : Sebelah Selatan :

Sebelah Timur : Sebelah Barat :

Sebagai bahan pertimbangan, kami lampirkan berkas sebagai berikut :1. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) ;2. Surat Persetujuan Tetangga.3. Surat Pernyataan Pemohon dengan bermaterai secukupnya.4.Surat Keterangan tanah dari Kepala Desa/Lurah yang menyatakan tidak terdapat suatu masalah atau tidak dalam status sengketa tanah/bangunan diketahui oleh Camat.5. Fotocopy Surat Bukti Kepemilikan Tanah yang disahkan oleh pejabat yang berwenang6. Fotocopy Bukti Pelunasan SPPT PBB Tahun berkenaan7. Bagi pemohon yang mewakilkan untuk membuat surat kuasa dengan materai secukupnya.8. Dokumen analisis mengenai dampak dan gangguan terhadap lingkungan, atau upaya pemantauan lingkungan (UPL)/ upayapengelolaan lingkungan (UKL) bagi yang terkena kewajiban.9.Pembangunan yang dilakukan oleh developer/pengembang/industri melampirkan izin prinsip, izin peruntukan lahan dan dokumen lingkungan.10. Keterangan situasi bangunan (KSB) mengenai batas-batas dan garis sempadan bangunan ;11. Gambar rencana/arsitektur bangunan dalam rangkap dua yang telah disahkan oleh Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pinrang;12. Pas Foto Warna 3 x 4 cm 3 (tiga) Lembar.

Demikian surat permohonan ini saya buat dan atas persetujuannya diucapkan terima kasih.

P E M O H O N

*) Coret yang tidak perlu

MateraiSecukupnya

(Sepa Indrawan)

Perumahan19034KampusLahan kosongKonvensionalStandar Operasional Prosedur Pelayanan Perizinan 6Catatan : Permohonan memakai Map Biasa lubang berwarna kuning

Contoh Surat Persetujuan

SURAT PERSETUJUAN TETANGGA

Kami yang bertanda tangan dibawah ini, masing-masing tetangga menerangkan bahwa tanah/bangunan milik saudara Firman Akbar yang terletak pada :Jalan : JL. Veteran 10 , MalangDusun/Lingkungan *) : ZambaDesa/Kelurahan : Lowokwaru Kecamatan : LowokwaruDengan ini menyetujui untuk melakukan pembangunan bangunan baru / bangunan tambahan / mengubah atau membongkar sebagian atau seluruh bangunan *) dan kami tidak keberatan atau menuntut apapun terhadap pemilik dalam pelaksanaan pembangunan seperti gambar rencana/arsitektur bangunan yang telah kami ketahui.Demikian surat persetujuan ini kami buat dengan keadaan sadar dan rasa tanggungjawab serta tanpa adanya tekanan dari pihak manapun untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Standar Operasional Prosedur Pelayanan Perizinan9

Kami Yang Membuat PersetujuanMalang, 24-06-2012.

Sebelah Utara Sebelah Timur

( Ulung Satria ) (_Christopher ) Sebelah Selatan Sebelah Barat

(_ Dyah Ayu ) ( Ikbal muhammad )

Diketahui :

Reg : Tgl :24 juni 2012Kepala Dusun/Lingkungan Kepala Desa / Lurah

Darsono SutiknoMengetahui :

Reg : Tgl : Camat

Arda AryoNIP :

*) Coret yang tidak perlu

Contoh Surat Pernyataan

SURAT PERNYATAAN PEMOHON

Pada hari ini Minggu Tanggal 24, Bulan Juni Tahun 2012 maka saya bertanda tangan di bawah ini :Nama Lengkap : Sepa IndrawanTempat/Tanggal : Fak_fak, Papua 31 Desember 1992 Pekerjaan : WirausahawanAlamat : JL. Sumber Sari GG 4 272Berkenaan dengan surat permohonan untuk mendapatkan Izin Mendirikan Bangunan atas bangunan kami yang terletak pada Alamat : JL Veteran ,Malang. Dusun/Lingkungan Zamba, Desa/Kelurahan Lowokwaru Kecamatan Lowokwaru Guna Bangunan : Fasilitas UmumMenyatakan dengan sesungguhnya bahwa :1. Tanah dan atau bangunan di lokasi tersebut tidak dalam sengketa/perkara, oleh karena itu bilamana permohonan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) ini disetujui dan apabila dikemudian hari ternyata timbul sengketa atas tanah dan atau bangunan, maka kami setuju dan tidak keberatan terhadap Surat Izin Mendirikan Bangunan yang diberikan untuk dibatalkan.2. Bersedia mengatur /menyimpan dengan baik dan rapi material/bahan bangunan lainnya baik p[ada saat pembangunan berjalan maupun setelah selesai pembangunan, sehingga tidak menganggu kelancaran lalulintas, aliran air hujan/selokan/drainase dan tetangga.3. Bersedia menempatkan bangunan di lokasi sesuai dengan garis sempadan bangunan (GSB), garis sempadan pagar (GSP) sesuai aturan yang berlaku dan apabila tidak sesuai dengan GSB/GSP, maka kami bersediamembongkar/mengubah tanpa meminta ganti rugi.4. Bersedia untuk tidak menutupi seluruh bagian drainase/selokan yang berada disekitar lokasi bangunan guna kelancaran pembersihan drainase/selokan.5. Apabila sewaktu-waktu Pemerintah Kabupaten Pinrang menerapkan peraturan dan ketentuan berkenaan dengan tata ruang yang berlaku, antara lain berupa pelaksanaan rencana jalan / pelebaran jalan, penertiban garis sempadan, saluran, jalur hijau/ruang terbuka hijau berdasarkan ketentuan rencana tata kota yang berlaku, maka kami sanggup dan bersedia :a. Membongkar sendiri bangunan/bagian bangunan yang terkena pelaksanaan rencana jalan/ pelebaran jalan, penertiban garis sempadan, saluran, jalur hijau/ruang terbuka hijau dengan mengikuti ketentuan yang berlaku.b. Menyesuaikan penggunaan bangunan terhadap ketentuan peruntukan tanah lokasi dimaksud berdasarkan ketentuan yang berlaku.6. Apabila dikemudian hari bangunan yang saya bangun tidak sesuai dengan perencanaan dan pemanfaatantata ruang yang berlaku, maka Izin Mendirikan Bangunan (IMB) yang telah terbit ditarik dan dinyatakan tidak berlaku lagi.7. Kebutuhan areal parker kendaraan maupun ruang terbuka di dalam lokasi persil, sanggup kami penuhisesuai dengan ratio yang ditetapkan bagi kepentingan penggunaan bangunan tersebut.8. Apabila dikemudian hari terjadi kegagalan bangunan atau konstruksi bangunan yang mengakibatkan kerusakan pada bangunan/bagian bangunan disekitarnya, maka kami bertanggungjawab atas kegagalanbangunan dimaksud.Demikian pernyataan ini kami buat dengan penuh kesadaran, tanpa ada paksaan atau tekanan dalam bentuk apapun dan dari siapapun , untuk digunakan sebagaimana mestinya.

Diketahui :

MateraiSecukupnya

P E M O H O N

(Nama Terang)

Reg : Tgl : Kepala Dusun/Lingkungan Kepala Desa / Lurah .

Darsono SutiknoMengetahui :

Reg : Tgl : Camat

Arda Aryo

NIP :

Contoh Surat Keterangan Pemerintah

PEMERINTAH KABUPATEN MALANGKECAMATANDESA/KELURAHANAlamat :

SURAT KETERANGANNomor :

Yang bertanda tangan di bawah ini :Kepala Desa/Lurah : SutiknoKecamatan : Lowokwaru

Menerangkan bahwa :Nama Lengkap : Sepa IndrawanTempat/Tgl Lahir : Fak-Fak, Papua 31 Desember 1992Pekerjaan : WirausahaAlamat : JL. Sumber Sari GG 4 272

Yang bersangkutan mengajukan permohonan izin untuk Mendirikan bangunan baru / bangunan tambahan/ mengubah sebagian atau seluruh bangunan / membongkar sebagian atau seluruh bangunan *) di atas sebidang tanah pekarangan/perumahan yang terletak di Dusun/Lingkungan Zamba Desa/Kelurahan Lowokwaru Kecamatan lowokwaru dengan No.Persil. No.Blok. .. No.Kohir. .... No.SPPT : . No. Hak Milik. . Gambar Situasi (GS) No. . Tanggal .. Luas () M tertulis atas nama ..Adapun Tanah Pekarangan/Perumahan tersebut berbatasan sebagai berikut : Sebelah Utara : PerumahanSebelah Timur : Lahan kosongSebelah Selatan : KampusSebelah Barat : KonvensionalBahwa tanah tersebut diatas sepanjang pengetahuan kami adalah tanah milik pemohon dan tidak adagugatan/tuntutan dari pihak lain dan tidak ada sengketa batas tanah/bangunan sampai surat keterangan ini dibuat.Demikian surat keterangan ini dibuat untuk dipergunakan sebagai syarat pengurusan Izin MendirikanBangunan (IMB).

Mengetahui :Malang 24 juni 2012.

Camat Kepala Desa / Lurah

Arda AryoSutiknoNIP .

*) Coret yang tidak perlu

Contoh Surat Kuasa

SURAT KUASA

Yang bertanda tangan di bawah ini :1. Nama : Sepa Indrawan Umur : 19 Tahun Tahun : 1992Pekerjaan : WirausahanAlamat : JL. Sumber Sari GG 4 272 Selanjutnya disebut sebagai PIHAK PERTAMA (Pemberi Kuasa)

2.Nama: Firman Akbar

Umur: 19 Tahun 1992

PekerjaanAlamat: Wiraswasta: Sumber Sari GG 3 200, Malang

Selanjutnya disebut sebagai PIHAK KEDUA (Penerima Kuasa)

Dengan ini menyatakan bahwa :1. PIHAK PERTAMA benar telah memberikan kuasa kepada PIHAK KEDUA untuk mengurusIzin Mendirikan Bangunan (IMB) diatas sebidang tanah pekarangan/perumahan atas namaSepa Indrawan dengan Nomor Persil/Blok . yang terletak pada Jalan/Lingkungan/Dusun Zamba, Desa/Kelurahan Lowokwaru Kecamatan Lowokwaru Kota Malang2. PIHAK KEDUA akan melakukan pengawasan Garis Sempadan terhadap pelaksanaan pembangunan Rumah Sakit yang dilaksanakan oleh PIHAK PERTAMA.3. Kedua belah PIHAK bersedia mematuhi segala peraturan perundang-undangan yang berlaku.4. PIHAK PERTAMA memiliki tanggungjawab atas segala sesuatu yang terjadi akibat terbitnya surat kuasa ini.

Demikian surat kuasa ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

, .. 20. PIHAK KEDUA (Penerima Kuasa) PIHAK PERTAMA (Pemberi Kuasa)

Materai secukupn yaFirman Akbar Sepa Indrawan

DAFTAR ISIKATA PENGANTARiDAFTAR ISI..iiBAB IPENDAHULUAN..11.1. LATAR BELAKANG..11.2. TUJUAN....11.2.1. Tujuandidirikannya Perusahaan....11.2.2. TujuanPenyusunanDokumen....11.3. MANFAAT..2

BAB IIDASAR HUKUM DAN POKOK PERENCANAAN RUMAH SAKIT.3BAB IIIMETODE PENYUSUNAN RENCANA KEBUTUHAN RUMAH SAKIT.....253.1. Program RuangDalamPerencanaanRumahSakit......253.2. PerencanaanKebutuhanMakanan....273.3. ProsedurPenghitunganKebutuhanSdmKesehatanKebutuhanRumahSakit.......283.4. AnalisaOrganisasi...31BAB IVTINDAK LANJUT.32BAB VPENUTUP.33LAMPIRAN

BAB IPENDAHULUAN1.1. LATAR BELAKANGAkhir-akhir ini Indonesia dirundung keprihatinan mengenai bidang kesehatan. Banyak sekali warga Indonesia yang terserah wabah penyakit mulai dari penyakit biasa hingga penyakit yang tidak biasa kita ketahui. Hal tersebut didkung dengan adanya kehidupan lingkungan masyarakat yang makin terpuruk. Sampah dimana-mana, polusi udara makin meningkat dan semakin panasnya kulit bumi (global warming). Faktor ekonomipun juga sangat mempengaruhi keadaan tersebut. Banyak warga yang sengaja tidak memeriksakan kesehatannya karena keterbatasan biaya. Adapun juga warga yang tinggal jauh dari perkotaan sangat sulit menjangkau puskesmas ataupun rumah sakit terdekat dan pada akhirnya mereka terpaksa untuk tidak memeriksakan kesehatannya. Dari banyak uraian diatas maka perlu adanya sebuah pembangunan yang berfungsi untuk meningkatkan kesehatan masyarakat contohnya adalah puskesmas atau rumah sakit. Pembangunan rumah sakitpun memiliki syarat-syarat tertentu. Mengingat banyak arsitek-arsitekng yang kurang memperhatikan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan pembangunan sebuah rumah sakit.Aspek pranata dalam hal ini penting dalam penyusunan banyak hal yang berhubungan dengan perencanaan pembangunan rumah sakit. Dengan mengetahui aspek-aspek didalam pranata, kita dapat melaksanakan perencanaan tersebut sesuai dengan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang berlaku. Dengan begitu, disini kami akan membahas tentang aspek-aspek pranata yang berhubungan dengan pembangunan rumah sakit.

1.2. TUJUAN1.2.1. TUJUAN DIDIRIKANNYA PERUSAHAAN1. Untuk memenuhi kebutuhan kesahatan masyarakat dengan pembangunan rumah sakit mengingat kesehatan masyarakat makin menurun.2. Memajukan industri dan meningkatkan persaingan usaha dalam bidang kesehatan.3. Meningkatkan pendapatan Daerah dan Negara, serta membuka lapangan pekerjaan di bidang kesehatan.3.1.1. TUJUAN PENYUSUSNAN DOKUMEN1. Melaksanakan pembangunan Rumah Sakit secara bijaksana dalam pembangunan berkelanjutan untuk meningkatkan kesejahteraan dan mutu hidup.2. Untuk menanggulangi, meminimisasi atau mengendalikan dampak negatif baik yang timbul di saat usaha atau kegiatan beroperasi maupun hingga saat usaha atau kegiatan berakhir (misalnya rehabilitasi lokasi proyek).3. Meningkatkan dampak positif sehingga dampak tersebut dapat memberikan manfaat yang lebih besar baik kepada pemrakarsa maupun pihak lain terutama masyarakat yang turut menikmati dampak positif tesebut.4. Sebagai pedoman untuk Pengelolaan dan Pemantauan pembangunan Rumah Sakit.5. Agar kualitas Rumah Sakit terjaga dalam pembangunan.6. Membantu mengambil keputusan dalam pemilihan alternatif yang layak dari segi kesehatan.

1.3. MANFAAT1.3.1. Manfaat Berdirinya Perusahaana. Bagi Perusahaan Menambah penghasilan pemilik perusahaan Adanya usaha yang kontinuitas Membuka peluang investasi Menjalin mitra dan kerjasama dengan perusahaan lainb. Bagi Pemerintah Meningkatnya pendapatan negara dari sektor pajak usaha Memajukan pertumbuhan ekonomi daerah bersangkutan Mengurangi angka pengangguranc. Bagi Masyarakat Meningkatkan kesejahteraan masyarakat Membuka lapangan pekerjaan baru Banyaknya kegiatan sosial Menambah penghasilan masyarakat sekitar (contoh: pemilik warung, tukang ojek) Untuk meningkatkan pelayanan umum masyarakat di lingkungan sekitar pabrik dan kabupaten bekasi umumnya sebagai antisipasi terhadap peningkatan jumlah penduduk akibat berdirinya perusahaan. Meningkatkan kemudahan akses tempat tinggal, dan beberapa sarana umum seperti, sarana pendidikan, sarana rekreasi, sarana ibadah, sarana kesehatan, dan sarana umum lainnya.1.3.2. Manfaat Penyusunan Dokumena. Bagi Pemerintah Mempermudah Kontrol Kesehatan di Rumah Sakit Mengendalikan wabah pencemaran penyebab penurunan kesehatan Penataan Ruang yang sesuai Monitoring bagi suatu kegiatan yang berdampak pada kesehatanb. Bagi Perusahaan Memonitoring Kesehatan Masyarakat Tersertifikasi Memudahkan pelaporan ke bidang kesehatan setempatc. Bagi Masyarakat Adanya fasilitas di bidang kesehatan Kesehatan masyarakat meningkat Memudahkan kontrol kesehatan masyarakat

BAB IIDASAR HUKUM DAN POKOK-POKOK PERENCANAAN RUMAH SAKITPERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIKINDONESIA NOMOR147/MENKES/PER/I/2010

TENTANG PERIZINANRUMAHSAKITDENGANRAHMATTUHANYANGMAHA ESA MENTERIKESEHATANREPUBLIKINDONESIA,

Menimbang : bahwauntukmelaksanakanketentuanpasal28Undang-UndangNomor44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit perlu menetapkan PeraturanMenteri Kesehatan tentangPerizinanRumahSakit;

Mengingat :1.Undang-UndangNomor29Tahun2004 tentang PraktikKedokteran (LembaranNegaraRepublikIndonesiaTahun2004 Nomor116, TambahanLembaranNegaraRepublikIndonesiaNomor 4431);

2.Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang PemerintahanDaerah(LembaranNegaraRepublikIndonesiaTahun2004Nomor125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor4437), sebagaimanatelahdiubahterakhirdenganUndang-Undang Nomor 12Tahun2008 tentangperubahankeduaatasUndang- UndangNomor32Tahun2004 tentang PemerintahanDaerah (LembaranNegaraRepublikIndonesiaTahun2008 Nomor59, TambahanLembaranNegaraRepublikIndonesiaNomor 4844);

3.Undang-UndangNomor33Tahun2004 tentang Perimbangan KeuanganAntaraPemerintah PusatdanPemerintahanDaerah (LembaranNegaraRepublikIndonesiaTahun2004 Nomor126, TambahanLembaranNegaraRepublikIndonesiaNomor 4438);

4.Undang-UndangNomor25Tahun2007 tentangPenanamanModal (LembaranNegaraRepublikIndonesiaTahun2007 Nomor67, TambahanLembaranNegaraRepublikIndonesiaNomor 4724);

5.Undang-UndangNomor 36Tahun2009 tentangKesehatan (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun2009Nomor 144, TambahanLembaranNegara RepublikIndonesia Nomor5063);

6.Undang-UndangNomor 44Tahun2009 tentangRumahSakit (LembaranNegaraRepublikIndonesiaTahun2009 Nomor153, TambahanLembaranNegaraRepublikIndonesiaNomor 5072);

7.Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang TenagaKesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996Nomor49,TambahanLembaranNegaraRepublikIndonesiaNomor3637);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2001 tentang PenyelenggaraanDekonsentrasi (Lembaran NegaraRepublik IndonesiaTahun2001Nomor62,TambahanLembaran Negara RepublikIndonesiaNomor 4095);

37

9. Peraturan PemerintahNomor79 Tahun2005tentangPedoman Pembinaan dan PengawasanPenyelenggaraan Pemerintahan Daerah(LembaranNegaraRepublikIndonesiaTahun2005Nomor165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor4593);

10.Peraturan PemerintahNomor38Tahun2007tentangPembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,Pemerintah Daerah Provinsi,Pemerintah DaerahKabupaten/Kota (Lembaran Negara RepublikIndonesiaTahun2007Nomor 82,TambahanLembaran Negara RepublikIndonesia Nomor4737);

11.Peraturan PresidenNomor77Tahun2007TentangDaftarBidang Usaha YangTertutup Dan BidangUsahaYang Terbuka Dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal sebagaimana telah diubahterakhirdenganPeraturan PresidenNomor111 Tahun2007 tentang Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup Dan Bidang Usaha YangTerbukaDenganPersyaratandi BidangPenanamanModal;

12.Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2009 tentang PelayananTerpaduSatuPintuDiBidangPenanaman Modal;

13. PeraturanMenteriKesehatanNomor 1045/Menkes/Per/XI/2006 tentang OrganisasiRumahSakitDi LingkunganDepartemen Kesehatan;

14.Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1575/Menkes/Per/XI/2005 tentangOrganisasidanTata KerjaDepartemenKesehatan sebagaimanatelahdiubahterakhirdenganPeraturan Menteri Kesehatan Nomor439/Menkes/Per/VI/2009 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor1575/Menkes/Per/XI/2005 tentang Organisasi dan Tata KerjaDepartemenKesehatan;

15. PeraturanMenteriKesehatanNomor 1244/Menkes/Per/I/2009 tentangPendelegasianWewenangPemberianIzindi Bidang Kesehatan DalamRangka PelaksanaanPelayananTerpadu Satu Pintu di Bidang Penanaman Modal Kepada Kepala Badan KoordinasiPenanamanModal;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURANMENTERIKESEHATANTENTANGPERIZINANRUMAH SA

BABI KETENTUANUMUM Pasal1

Dalamperaturanini yangdimaksuddengan:

1.RumahSakitadalahinstitusipelayanankesehatanyangmenyelenggarakanpelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,dangawatdarurat.

2.RumahSakitUmumadalahRumahSakityangmemberikanpelayanankesehatanpada semuabidangdanjenispenyakit.

3.RumahSakitKhususadalahRumahSakityangmemberikanpelayananutamapada satu bidangatau satu jenispenyakit tertentu berdasarkandisiplinilmu,golonganumur, organ, jenispenyakitataukekhususanlainnya.

4. RumahSakitPublikadalahRumahSakityangdikelolaolehPemerintah,PemerintahDaerahdanBadanHukumyangbersifatnirlaba.5.RumahSakitPrivatadalahRumahSakityangdikelola oleh badanhukumdengan tujuanprofit yangberbentukperseroan terbatasataupersero.

6.IzinmendirikanRumahSakitadalahizinyangdiberikanuntukmendirikanRumahSakit setelah memenuhi persyaratanuntukmendirikan.

7.Izin operasional Rumah Sakit adalah izin yang diberikan untuk menyelenggarakan pelayanankesehatansetelah memenuhipersyaratandanstandar.

8. Registrasi Rumah Sakit adalah pencatatan resmi tentang status Rumah Sakit diIndonesia.

9.AkreditasiRumahSakitadalahpengakuanyangdiberikanolehpemerintahkepada manajemenRumahSakityang telahmemenuhistandaryang telahditetapkan.

10.UpayaPengelolaanLingkunganyangselanjutnyadisingkatUKLadalahupayayang dilakukanolehpenanggungjawabusaha dan/kegiatan dalampenanganankomponen lngkunganhidupyangterkenadampakbesardanpentingakibatdari rencanausaha dan/ataukegiatan.

11.UpayaPemantauanLingkunganyangselanjutnyadisingkatUPLadalahupayayang dilakukanolehpenanggungjawabusaha dan/kegiatan dalampemantauan komponen lngkunganhidupyangterkenadampakbesardanpentingakibatdari rencanausaha dan/ataukegiatan.

12.Analisis Dampak Lingkungan yang selanjutnya disingkat AMDAL adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakanpada lingkunganhidup yang diperlukanbagiproses pengambilan keputusan tentangpenyelenggaraanusahadan/ataukegiatan.

13. ProgramKementerianKesehatanadalahprogrampemerintahyangdilaksanakandiRumahSakit

14. Menteri adalahmenteri yangbertanggungjawabdalambidangkesehatan.

BABII PERIZINANRUMAHSAKIT BagianKesatuUmum

Pasal2

(1) SetiapRumahSakitharus memilikiizin.

(2)Izinsebagaimanadimaksudpadaayat(1)terdiriatas izin mendirikanRumahSakit danizinoperasionalRumahSakit.

(3) Izinoperasionalsebagaimanadimaksudpadaayat(2)terdiri atasizinoperasionalsementaradanizinoperasionaltetap.

Pasal3

(1)PermohonanizinmendirikandanizinoperasionalRumahSakitdiajukanmenurutjenis danklasifikasiRumahSakit.

(2)Izin mendirikan dan izin operasional Rumah Sakit kelas A dan Rumah Sakit penanamanmodalasingataupenanamanmodaldalamnegeri diberikanolehMenteri setelahmendapatkanrekomendasidari pejabatyangberwenangdibidangkesehatan padaPemerintahDaerahProvinsi.

(3)IzinmendirikandanizinoperasionalRumahSakitkelasBdiberikanolehPemerintah DaerahProvinsisetelahmendapatkanrekomendasidari pejabatyangberwenangdi bidangkesehatanpadaPemerintahDaerahKabupaten/Kota.

(4)IzinmendirikandanizinoperasionalRumahSakitkelasCdankelasDdiberikanoleh PemerintahDaerahKabupaten/Kotasetelah mendapatrekomendasidari pejabatyang berwenangdi bidangkesehatanpadaPemerintahDaerahKabupaten/Kota.

(5) Tata cara pemberian izinmendirikandan izinoperasionalRumahSakitsebagaimana dimaksudpadaayat (2),ayat (3)dan ayat (4)dilaksanakansesuaidenganketentuan peraturanperundang-undangan.

BagianKedua Izin Mendirikan Pasal4

(1)Untukmemperolehizinmendirikan,RumahSakitharusmemenuhipersyaratanyang meliputi :a. studikelayakan;b. masterplan;c. statuskepemilikan;d. rekomendasiizinmendirikan;

e. izinundang-undanggangguan(HO);f. persyaratanpengolahanlimbah;g. luas tanahdansertifikatnya;h. penamaan;i. Izin MendirikanBangunan(IMB);j. IzinPenggunaanBangunan(IPB);dank. Surat IzinTempatUsaha (SITU).

(2)Ketentuan teknis lebih lanjut mengenai persyaratan izin mendirikan sebagaimana dimaksudpadaayat(1)tercantumdalamlampiranPeraturanini.

Pasal5

(1) RumahSakitharus mulaidibangunsetelahmendapatkanizin mendirikan.

(2)Izinmendirikandiberikanuntukjangkawaktu2(dua)tahundandapatdiperpanjang untuk1(satu) tahun.

(3)PemohonyangtelahmemperolehizinmendirikanRumahSakit,apabiladalamjangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) belum atau tidak melakukan pembangunanRumah Sakit, maka pemohon harus mengajukanizinbaru sesuai ketentuanizinmendirikansebagaimanadimaksuddalamPasal3danPasal4.

BagianKetiga Izin Operasional Pasal6

(1)Untukmendapatkanizinoperasional,RumahSakitharus memenuhipersyaratanyang meliputi:a. saranadan prasarana;b. peralatan;c. sumberdaya manusia;dand. Administrasidan manajemen.

(2)Ketentuan teknis lebih lanjut mengenai persyaratan izin operasional sebagaimana dimaksudpadaayat(1)tercantumdalamlampiranPeraturanini.

Pasal7

(1)Izin operasional sementara diberikan kepada Rumah Sakit yang belum dapat memenuhiseluruhpersyaratan sebagaimanadimaksud dalamPasal6ayat(1)dan lampiranPeraturanini.

(2)Izin operasional sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan untuk jangkawaktu 1 (satu)tahun.

Pasal 8(1)RumahSakityangtelahmemilikiizinoperasionalsementaraharusmengajukansurat permohonanpenetapankelasRumahSakitkepada Menteri.

(2) Permohonansebagaimanadimaksudpadaayat(1) diajukandengan melampirkan:a. RekomendasidariDinasKesehatanKabupaten/KotadanDinasKesehatanProvinsi;b. Profil dandata RumahSakit;danc. IsianInstrumentSelfAssessmentpenetapankelas.

(3)Dalam rangka penetapan kelas Rumah Sakit, Menteri membentuk Tim penilai klasifikasiRumahSakit.

(4)Berdasarkan hasil penilaian Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Menteri menetapkanklasifikasiRumahSakit.

Pasal9

(1)Rumah sakit yang telah memiliki izin operasional sementara dan mendapatkan penetapankelasRumahSakitsebagaimanadimaksuddalamPasal 7danPasal8, diberikanizinoperasionaltetap.

(2)Izin operasional tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku untuk jangka waktu 5 (lima)tahundandapat diperpanjangkembaliselamamemenuhipersyaratan.

Pasal10

(1)SetiapRumahSakityangtelahmendapakanizinoperasionalharusdiregistrasidan diakreditasi.

(2)Ketentuan lebih lanjut mengenai registrasi dan akreditasi dilaksanakan sesuai ketentuanyang ditetapkanolehMenteri.

BagianKeempat

IzinRumahSakitDalamRangkaPenanamanModal

Pasal11

(1) IzinRumahSakitPenanamanModalDalamNegeri(PMDN)atauPenanamanModalAsing(PMA)diberikanoleh Menteri.

(2) Untukmendapatkanizinsebagaimanadimaksudpadaayat(1)rumahsakitPenanamanModalAsing(PMA)harusmemenuhipersyaratansebagaiberikut:a. harusberbentukbadanhukumPerseroanTerbatas(PT);b. mengadakankerjasamadenganbadanhukumIndonesiayangbergerakdi bidangperumahsakitan;c. hanyauntuk menyelenggarakanRumahSakit;d. pelayananyangdiberikanadalahpelayananspesialistikdan/atausubspesialistik;

e. jumlahtempat tidurminimal200buahuntuk PMAyangberasaldarinegara- negaraASEANdan minimal300buahuntukPMA yangberasal dari negara-negara NonASEAN.f. lokasidiseluruhwilayahIndonesiag. besaran modal asingmaksimal67%h. direktur RumahSakitharusWargaNegara Indonesia

(3)Lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf f ditetapkan oleh Menteri berdasarkanhasilevaluasilokasi yangdilaksanakanolehKementerianKesehatan.

Pasal12

Rumah Sakit Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) atau Penanaman Modal Asing (PMA)selainmemenuhipersyaratan Pasal3,Pasal5,danPasal11jugaharusmemenuhi ketentuanPerundang-undangantentangPenanamanModal.

Pasal13

Rumah Sakit Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) atau Penanaman Modal Asing (PMA) wajibmengikuti program-program Pemerintahsesuai kebijakanyangdikeluarkanoleh KementerianKesehatan.

Pasal14

(1) PermohonandiajukankepadaDepartemenKesehatanc.q.DirektoratJenderalBinaPelayananMedikdenganmelampirkandata-data:a. Studi kelayakan(feasibilitystudy);danb. Formulirisian mendirikanRumahSakityang telahdilengkapi

(2) DirektoratJenderalBinaPelayananMedikmengeluarkansuratrekomendasiapabila permohonanmemenuhi persyaratan.

(3) Berdasarkanrekomendasisebagaimanadimaksud padaayat(2)diatas,pemohon mengajukanpersetujuanpenanamanmodalke Badan KoordinasiPenanamanModal (BKPM)/BadanKoordinasiPenanamanModalDaerah (BKPMD).

(4)Setelahditerbitkannyapersetujuan,makapemohonwajibmengajukanizinmendirikan danoperasionalRumahSakitsesuai ketentuan.

BABIII

PENINGKATANKELASRUMAHSAKIT BagianKesatuUmum

Pasal15

(1) Setiap RumahSakitdapatmengajukanpermohonanpeningkatankelas secaratertulis.

(2)Peningkatan kelas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan dengan melampirkan:

a.Rekomendasi dari Dinas KesehatanKabupaten/Kota dan Dinas Kesehatan

Provinsi;

b.Profil dandataRumahSakit;

c. IsianInstrumentSelfAssessmentpeningkatankelas;dand. sertifikatlulusakreditasikelassebelumnya.(3)Dalam rangka peningkatan kelas Rumah Sakit, Menteri membentuk Tim penilai klasifikasiRumahSakit.

(4)Berdasarkan hasil penilaian Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Menteri menetapkan kelasRumahSakit.

BABIV

PEMBINAANDANPENGAWASAN Pasal16

(1) Pemerintahdaerahkabupaten/kotamelakukanpembinaandanpengawasanterhadap pelaksanaanPeraturanini terhadap RumahSakitdiwilayahnya.

(2) Pemerintah daerah provinsi melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaanPeraturanini padapemerintahdaerahkabupaten/kotadiwilayahnya.

(3) PemerintahmelakukanpembinaandanpengawasanterhadappelaksanaanPeraturanini padapemerintahdaerahprovinsi.

(4) Pembinaan dan pengawasan yang dimaksud pada ayat (1) berupa pemberian bimbingan,supervisi,konsultasi, pendidikandanlatihandankegiatanpemberdayaan lain.

Pasal17

(1)Dalam rangka pembinaan dan pengawasan, Menteri, Pemerintah Daerah Propinsi, PemerintahDaerahKabupaten/Kota sesuaidengankewenanganmasing-masing dapat mengambil tindakanadministratif.

(2) Tindakanadministratif sebagaimanadimaksudpadaayat (1)dapat berupa:a. teguranlisan,b. tegurantertulis,atau c. pencabutanizin.

(3) Tindakanadministratif sebagaimanadimaksudpadaayat (2)dilaksanakansesuai ketentuanperaturanperundang-undangan.

BABV KETENTUANPERALIHAN Pasal18

(1) PadasaatPeraturanMenteriinimulaiberlaku,IzinRumahSakityangtelah adatetap berlakusampaihabis masaberlakunya.

(2)Padasaatperaturaninimulaiberlaku,izinRumahSakityangsedangdalamproses, dilaksanakan sesuai ketentuan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor159b/Menkes/Per/II/1988 tentangRumahSakit.

BABVI KETENTUANPENUTUP Pasal 19

Pada saat Peraturan ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor159b/Menkes/Per/II/1988 tentang Rumah Sakit beserta perubahannya, dicabut dan dinyatakan tidakberlaku.

Pasal 20

Peraturan inimulai berlakupada tanggal ditetapkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan peraturan ini dengan penempatannyadalamBeritaNegaraRepublikIndonesia.

Ditetapkandi Jakartapada tanggal27Januari2010

Menteri,

dr. EndangRahayuSedyaningsih, MPH,DR.PH

MENTERI KESEHATANREPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIANOMOR 340/MENKES/PER/III/2010TENTANGKLASIFIKASI RUMAH SAKIT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESAMENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 24 Undang- undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit, perlu mengatur Klasifikasi Rumah Sakit dengan Peraturan Menteri Kesehatan;Mengingat :1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 116 Tahun 2004, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431);2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);4. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072);5. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Kewenangan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);6. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741);7. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1333/Menkes/SK1XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit;8. Peraturan Meriteri Kesehatan Nomor 1 575/Mer,kes/Per/Xl/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 439/Menkes/PerNl/2009 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1575/MenkeslPerlXl/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan;9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 355/Menkes/PerN/2006 tentang Pedoman Pelembagaan Organisasi Unit Pelaksana Teknis;10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1045/Menkes/PeriXII2006 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit di Lingkungan Departemen Kesehatan;Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG KLASIFIKASI RUMAH SAKIT.

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasal IDalam Peraturan mi yang dimaksud dengan:1. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripuma yang menyediakan pelayanan rawat map, rawat jalan, dan gawat darurat.2. Rumah Sakit Umum adalah Rumah Sakit yang memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit.3. Rumah Sakit Khusus adalah Rumah Sakit yang memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu, berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ atau jenis penyakit.4. Klasifikasi Rumah Sakit adalah pengelompokan kelas Rumah Sakit berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan.5. Fasilitas adalah segala sesuatu hal yang menyangkut sarana, prasarana maupun alat (baik alat medik maupun alat non medik) yang dibutuhkan oleh rumah sakit dalam memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya bagi pasien.6. Sarana adalah segala sesuatu benda fisik yang dapat tervisualisasi oleh mata maupun teraba oleh panca-indera dan dengan mudah dapat dikenali oleh pasien dan (umumnya) merupakan bagian dan suatu bangunan gedung ataupun bangunan gedung itu sendiri.7. Prasarana adalah benda maupun jaringan I instansi yang membuat suatu sarana yang ada bisa berfungsi sesuai dengan tujuan yang diharapkan.8. Tenaga tetap adalah tenaga yang bekerja di rumah sakit secara puma waktu dan berstatus pegawai tetap.

BAB IIPENETAPAN KELAS

Pasal 2(1) Setiap rumah sakit wajib mendapatkan penetapan kelas dan Menteri.(2) Rumah sakit dapat ditingkatkan kelasnya setelah lulus tahapan pelayanan akreditasi kelas dibawahnya.Pasal 3Rumah Sakit harus mempunyai kemampuan pelayanan sekurang-kurangnya pelayanan medik umum, gawat darurat, pelayanan keperawatan, rawat jalan, rawat map, operasilbedah, pelayanan medik spesialis dasar, penunjang medik, farmasi, gizi, sterilisasi, rekam medik, pelayanan administrasi dan manajemen, penyuluhan kesehatan masyarakat, pemulasaran jenazah, laundty, dan ambulance, pemeliharaan sarana rumah sakit, serta pengolahan Iimbah.

BAB IIIKLASIFIKASI RUMAH SAKIT UMUM

Pasal 4Berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan, Rumah Sakit Umum dikiasifikasikanmenjadi:a. Rumah Sakit Umum Kelas A;b. Rumah Sakit Umum Kelas B;c. Rumah Sakit Umum Kelas C;d. Rumah Sakit Umum Kelas 0.Pasal 5Kiasifikasi Rumah Sakit Umum ditetapkan berdasarkan:a. Pelayanan;b. Sumber Daya Manusia;c. Peralatan;d. Sarana dan Prasarana; dane. Admmnistrasi dan Manajemen.

BABIVRUMAH SAKIT UMUM

Bagian KesatuRumah Sakit Umum Kelas A

Pasal 6(1) Rumah Sakit Umum Kelas A harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) Pelayanan Medik Spesialis Dasar, 5 (lima) Pelayanan Spesialis penunjang Medik, 12 (dua belas) Pelayanan Medik Spesialis Lain dan 13 (tiga belas) pelayanan Medik Sub Spesialis.(2) Kriteria, fasilitas dan kemampuan Rumah Sakit Umum Kelas A sebagaimana dimaksud pada ayat (I) meliputi Pelayanan Medik Umum, Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan Medik Spesialis Dasar, Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, Pelayanan Medik Spesialis Lain, Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut, Pelayanan Medik Subspesialis, Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan, Pelayanan Penunjang Klinik, dan Pelayanan Penunjang Non Klinik.(3) Pelayanan Medik Umum terdiri dan Pelayanan Medik Dasar, Pelayanan Medik Gigi Mulut dan Pelayanan Kesehatan lbu Anak IKeluanga Berencana.(4) Pelayanan Gawat Darurat harus dapat membenikan pelayanan gawat darurat 24 (dua puluh empat) jam dan 7 (tujuh) han seminggu dengan kemampuan melakukan pemeriksaan awal kasus-kasus gawat darurat, melakukan resusitasi dan stabilisasi sesuai dengan standar.(5) Pelayanan Medik Spesialis Dasar terdiri dan Pelayanan Penyakit Dalam, Kesehatan Anak, Bedah, Obstetri dan Ginekologi.(6) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik terdiri dan Pelayanan Anestesiologi, Radiologi, Rehabilitasi Medik, Patologi Klinik dan Patologi Anatomi.(7) Pelayanan Medik Spesialis Lain sekurang-kurangnya terdini dan Pelayanan Mata, Telinga Hidung Tenggorokan, Syaraf, Jantung dan Pembuluh Darah, Kulit dan Kelamin, Kedokteran Jiwa, Paru, Orthopedi, Urologi, Bedah Syaraf, Bedah Plastik dan Kedokteran Forensik.(8) Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut terdiri dan Pelayanan Bedah Mulut, Konsenvasi/Endodonsi, Periodonti, Orthodonti, Prosthodonti, Pedodonsi dan Penyakit Mulut.(9) Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan terdiri dan pelayanan asuhan keperawatan dan asuhan kebidanan.(10) Pelayanan Medik Subspesialis terdiri dan Subspesialis Bedah, Penyakit Dalam, Kesehatan Anak, Obstetni dan Ginekologi, Mata, Telinga Hidung Tenggorokan, Syanaf, Jantung dan Pembuluh Darah, Kulit dan Kelamin, Jiwa, Panti, Onthopedi dan Gigi Mulut.(11) Pelayanan Penunjang Klinik terdini dan Penawatan lntensif, Pelayanan Darah, Gizi, Farmasi, Stenilisasi lnstrumen dan Rekam Medik.(12) Pelayanan Penunjang Non Klinik terdini dan pelayanan LaundiylLinen, Jasa Bogal Dapur, Teknik dan Pemeliharaan Fasilitas, Pengelolaan Limbah, Gudang, Ambulance, Komunikasi, Pemulasaraan Jenazah, Pemadam Kebakaran, Pengelolaan Gas Medikdan Penampungan Air Bersih.

Pasal 7(1) Ketersediaan tenaga kesehatan disesuaikan dengan jenis dan tingkat pelayanan.(2) Pada Pelayanan Medik Dasar minimal harus ada 18 (delapan belas) orang dokter umum dan 4 (empat) orang dokter gigi sebagai tenaga tetap.(3) Pada Pelayanan Medik Spesialis Dasar harus ada masing-masing minimal 6 (enam) orang dokter spesialis dengan masing-masing 2 (dua) orang dokter spesialis sebagai tenaga tetap.(4) Pada Pelayanan Spesialis Penunjang Medik hams ada masing-masing minimal 3 (tiga) orang dokter spesialis dengan masing-masing 1 (satu) orang dokter spesialis sebagai tenaga tetap.(5) Pada Pelayanan Medik Spesialis Lain harus ada masing-masing minimal 3 (tiga) orang dokter spesialis dengan masing-masing 1 (satu) orang dokter spesialis sebagai tenaga tetap.(6) Untuk Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut hams ada masing-masing minimal 1 (satu) orang dokter gigi spesialis sebagai tenaga tetap.(7) Pada Pelayanan Medik Subspesialis harus ada masing-masing minimal 2 (dua) orang dokter subspesialis dengan masing-masing 1 (satu) orang dokter subspesialis sebagai tenaga tetap.(8) Perbandingan tenaga keperawatan dan tempat tidur adalah 1:1 dengan kualifikasi tenaga keperawatan sesuai dengan pelayanan di Rumah Sakit.(9) Tenaga penunjang berdasarkan kebutuhan Rumah Sakit.

Pasal 8(1) Sarana prasarana Rumah Sakit harus memenuhi standar yang ditetapkan oleh Menteri.(2) Peralatan yang dimiliki Rumah Sakit harus memenuhi standar yang ditetapkan oleh Menteri.(3) Peralatan radiologi dan kedokteran nuklir harus memenuhi standar sesuai dengan ketentuan peraturan pemndang-undangan.(4) Jumlah tempat tidur minimal 400 (empat ratus) buah.Pasal 9(1) Administrasi dan manajemen terdiri dan struktur organisasi dan tata laksana.(2) Struktur organisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit terdiri atas Kepala Rumah Sakit atau Direktur Rumah Sakit, unsur pelayanari medis, unsur keperawatan, unsur penunjang medis, komite medis, satuan pemeriksaan internal, serta administrasi umum dan keuangan.(3) Tata laksana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi tatalaksana organisasi, standar pelayanan, standar operasional prosedur (SPO), Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS), hospital by laws dan Medical Staff by laws.Bagian KeduaRumah Sakit Umum Kelas B

Pasal 10(1) Rumah Sakit Umum Kelas B harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) Pelayanan Medik Spesialis Dasar, 4 (empat) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, 8 (delapan) Pelayanan Medik Spesialis Lainnya dan 2 (dua) Pelayanan Medik Subspesialis Dasar.(2) Kritenia, fasilitas dan kemampuan Rumah Sakit Umum Kelas B sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi Pelayanan Medik Umum, Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan Medik Spesialis Dasar, Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, Pelayanan Medik Spesialis Lain, Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut, Pelayanan Medik Subspesialis, Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan, Pelayanan Penunjang Klinik dan Pelayanan Penunjang Non Klinik.(3) Pelayanan Medik Umum terdiri dan Pelayanan Medik Dasar, Pelayanan Medik Gigi Mulut dan Pelayanan Kesehatan Ibu Anak /Keluarga Berencana.(4) Pelayanan Gawat Darurat harus dapat memberikan pelayanan gawat darurat 24 (dua puluh empat) jam dan 7 (tujuh) han seminggu dengan kemampuan melakukan pemeriksaan awal kasus-kasus gawat darurat, melakukan resusitasi dan stabilisasi sesuai dengan standar.(5) Pelayanan Medik Spesialis Dasar terdini dan Pelayanan Penyakit Dalam, Kesehatan Anak, Bedah, Obstetni dan Ginekologi.(6) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik terdiri dan Pelayanan Anestesiologi, Radiologi, Rehabilitasi Medik dan Patologi Klinik.(7) Pelayanian Medik Spesialis Lain sekurang-kurangnya 8 (delapan) dan 13 (tiga belas) pelayanan meliputi Mata, Telinga Hidung Tenggonokan, Syanaf, Jantung dan Pembuluh Darah, Kulit dan Kelamin, Kedokteran Jiwa, Paw, Orthopedi, Urologi, Bedah Syaraf, Bedah Plastik dan Kedokteran Forensik.(8) Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut terdini dan Pelayanan Bedah Mulut, Konservasi/Endodonsi, dan Peniodonti.(9) Pelayanan Kepenawatan dan Kebidanan terdiri dan pelayanan asuhan kepenawatan dan asuhan kebidanan.(10) Pelayanan Medik Subspesialis 2 (dua) dan 4 (empat) subspesialis dasar yang meliputi:Bedah, Penyakit Dalam, Kesehatan Anak, Obstetri dan Ginekologi.(11) Pelayanan Penunjang Klinik terdiri dan Perawatan intensif, Pelayanan Darah, Gizi, Farmasi, Sterilisasi Instrumen dan Rekam Medik.(12) Pelayanan Penunjang Non Klinik terdiri ciari pelayanan LaundiylLinen, Jasa Boga I Dapur, Teknik dan Pemehharaan Fasilitas, Pengelolaan Limbah, Gudang, Ambulance, Komunikasi, Pemulasaraan Jenazah, Pemadam Kebakaran, Pengelolaan Gas Medik danPenampungan Air Bersih.Pasal 11(1) Ketersediaan tenaga kesehatan disesuaikan dengan jenis dan tingkat pelayanan.(2) Pada Pelayanan Medik Dasar minimal harus ada 12 (dua belas) orang dokter umum dan 3 (tiga) orang dokter gigi sebagai tenaga tetap.(3) Pada Pelayanan Medik Spesialis Dasar masing-masing minimal 3 (tiga) orang dokter spesialis dengari masing-masing 1 (satu) orang sebagai tenaga tetap.(4) Pada Pelayanan Spesialis Penunijang Medik harus ada masing-masing minimal 2 (dua) orang dokter spesialis dengan masing-masing 1 (satu ) orang dokter spesialis sebagal tenaga tetap.(5) Pada Pelayanan Medik Spesialis Lain harus ada masing-masing minimal I (satu) orang dokter spesialis setiap pelayanan dengan 4 orang dokter spesialis sebagal tenaga tetap pada pelayanan yang berbeda.(6) Pada Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut harus ada masing-masing minimal I (satu) orang dokter gigi spesialis sebagai tenaga tetap.(7) Pada Pelayanan Medik Subspesialis harus ada masing-masing minimal 1 (satu) orang dokter subspesialis dengan 1 (satu) orang doktei subspesialis sebagai tenaga tetap.(8) Perbandingan tenaga keperawatan dan tempat tidur adalah 1:1 dengan kualifikasi tenaga keperawatan sesuai dengan pelayanan di Rumah Sakit.(9) Tenaga penunjang berdasarkan kebutuhan Rumah Sakit.

Pasal 12(1) Sarana prasarana Rumah Sakit hams memenuhi standar yang ditetapkan oleh Menteni.(2) Peralatan yang dimiliki Rumah Sakit harus memenuhi standar yang ditetapkan oleh Menteri.(3) Peralatan radiologi dan kedokteran nuklir harus memenuhi standar sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.(4) Jumlah tempat tidur minimal 200 (dua ratus) buah.Pasal 13(1) Administrasi dan manajemen terdiri dan struktur organisasi dan tata Iaksana.(2) Struktur organisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit terdiri atas Kepala Rumah Sakit atau Direktur Rumah Sakit, unsur pelayanan medis, unsur keperawatan, unsur penunjang meclis, komite medis, satuan pemeriksaan internal, serta administrasi umum dan keuangan.(3) Tata ?aksana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi tatalaksana organisasi, standar pelayanan, standar operasional prosedur (SPO), Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS), hospital bylaws dan Medical Staff by laws.Bagian KetigaRumah Sakit Umum Kelas C

Pasal 14(1) Rumah Sakit Umum Kelas C harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) Pelayanan Medik Spesialis Dasar dan 4 (empat) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik.(2) Kritenia, fasilitas dan kemampuan Rumah Sakit Umum Kelas C sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi Pelayanan Medik Umum, Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan Medik Spesialis Dasar, Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut, Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan, Pelayanan Penunjang Klinik dan Pelayanan Penunjang Non Klinik.(3) Pelayanan Medik Umum terdini dan Pelayanan Medik Dasar, Pelayanan Medik Gigi Mulut dan Pelayanan Kesehatan Ibu Anak /Keluarga Berencana.(4) Pelayanan Gawat Dawnat haws dapat membenikan pelayanan gawat darurat 24 (dua puluh) jam dan 7 (tujuh) han seminggu dengan kemampuan melakukan pemeniksaan awal kasus-(5) Pelayanan Medik Spesialis Dasar terdiri dan Pelayanan Penyakit Dalam, Kesehatan Anak, Bedah, Obstetni dan Ginekologi.(6) Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut minimal 1 (satu) pelayanan.(7) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik terdiri dan Pelayanan Anestesiologi, Radiologi, Rehabilitasi Medik dan Patologi Klinik.(8) Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan terdiri dan pelayanan asuhan keperawatan dan asuhan kebidanan.(9) Pelayanan Penunijang KIlnik terdiri dan Perawatan intensif, Pelayanan Darah, Gizi, Farmasi, Sterilisasi Instrumen dan Rekam Medik(10) Pelayanan Penunjang Non Klinik terdiri dan pelayanan Laundry/Linen, Jasa Boga / Dapur, Teknik dan Pemeliharaan Fasilitas, Pengelolaan Limbah, Gudang, Ambulance, Komunikasi, Kamar Jenazah, Pemadam Kebakaran, Pengelolaan Gas Medik dan Penampungan Air Bersih.

Pasal l5(1) Ketersediaan tenaga kesehatan disesuaikan dengan jenis dan tingkat pelayanan.(2) Pada Pelayanan Medik Dasar minimal harus ada 9 (sembilan) orang dokter umum dan 2 (dua) orang dokter gigi sebagai tenaga tetap.(3) Pada Pelayanan Medik Spesialis Dasar harus ada masing-masing minimal 2 (dua) orang dokter spesialis setiap pelayanan dengan 2 (dua) orang dokter spesialis sebagai tenaga tetap pada pelayanan yang berbeda.(4) Pada setiap Pefayanan Spesialis Penunjarig Medik masing-masing minimal 1 (satu) orang dokter spesialis setiap pelayanan dengan 2 (dua) orang dokter spesialis sebagai tenaga tetap pada pelayanan yang berbeda.(5) Perbandingan tenaga keperawatan dan tempat tidur adalah 2:3 dengan kualifikasi tenaga keperawatan sesuai dengan pelayanan di Rumah Sakit.(6) Tenaga penunjang berdasarkan kebutuhan Rumah Sakit.Pasal 16(1) Sarana prasarana Rumah Sakit harus memenuhi standar yang ditetapkan oleh Menteri.(2) Peralatan yang dimiliki Rumah Sakit harus memenuhi standar yang ditetapkan oleh Menteri.(3) Peralatan radiologi harus memenuhi stanciar sesuai dengari ketentuan peraturan perundang-undangan.(4) Jumlah tempat tidur minimal 100 (seratus) buah.Pasal 17(1) Administrasi dan manajemen terdiri dan struktur organisasi dan tata laksana.(2) Struktur organisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit terdiri atas Kepala Rumah Sakit atau Direktur Rumah Sakit, unsur pelayanan medis, unsur keperawatan, unsur penunjang medis, komite medis, satuan pemeriksaan internal, serta administrasi umum dan keuangan.(3) Tata laksana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi tatalaksana organisasi, standar pelayanan, standar operasional prosedur (SPO), Sistem Informasi Manaemen Rumah Sakit (SIMS) dan hospital by laws dan Medical Staff by laws.

Bagian KeempatRumah Sakit Umum Kelas DPasal 18(1) Rumah Sakit Umum Kelas D harus mempunyal fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 2 (dua) Pelayanan Medik Spesialis Dasar.(2) Kriteria, fasilitas dan kemampuan Rumah Sakit Umum Kelas D sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi Pelayanan Medik Umum, Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan Medik Spesialis Dasar, Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan, Pelayanan Penunjang KIlnik dan Pelayanan Penunjang Non Kliriik.(3) Pelayanan Medik Umum terdiri dan Pelayanan Medik Dasar, Pelayanan Medik Gigi Mulut dan Pelayanan Kesehatan Ibu Anak /Keluarga Berencana.(4) Pelayanan Gawat Dawrat harus dapat membenikan pelayanan gawat darurat 24 (duan puluh empat) jam dan 7 (tujuh) hail seminggu dengan kemampuan melakukan pemeriksaan awal kasus-kasus gawat dawrat, melakukan resusitasi dan stabilisasi sesuai dengan standar.(5) Pelayanan Medik Spesialis Dasar sekurang-kurangnya 2 (dua) dan 4 (empat) jenis pelayanan spesialis dasar meliputi Pelayanan Penyakit Dalam, Kesehatan Anak, Bedah, Obstetri dan Ginekologi.(6) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik yaitu laboratorium dan Radiologi.(7) Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan terdini dan pelayanan asuhan keperawatandan asuhan kebidanan.(8) Pelayanan Penunjang Klinik terdiri dan Perawatan High Care Unit, Pelayanan Darah, Gizi, Farmasi, Stenilisasi Instrumen dan Rekam Medik(9) Pelayanan Penunjang Non Klinik terdini dan pelayanan Laundry/Linen, Jasa Boga I Dapur, Teknik dan Pemeliharaan Fasilitas, Pengelolaan Limbah, Gudang, Ambulance, Komunikasi, Kamar Jenazah, Pemadam Kebakaran, Pengelolaan Gas Medik dan Penampungan Air Bersih.PasaI 19(1) Ketersediaan tenaga kesehatan disesualkan dengan jenis dan tingkat pelayanan.(2) Pada Pelayanan Medik Dasar minimal harus ada 4 (empat) orang dokter umum dan I (satu) orang dokter gigi sebagal tenaga tetap.(3) Pada Pelayanan Medik Spesialis Dasar harus ada masing-masing minimal 1 (satu) orang dokter spesialis dan 2 (dua) jenis pelayanan spesialis dasar dengan I (satu) orang dokten spesialis sebagai tenaga tetap.(4) Perbandingan tenaga keperawatan dan tempat tidur adalah 2:3 dengan kualifikasi tenaga keperawatan sesuai dengan pelayanan di Rumah Sakit.(5) Tenaga penunjang berdasarkan kebutuhan Rumah Sakit.Pasal 20(1) Sarana prasarana Rumah Sakit harus memenuhi standar yang ditetapkan oleh Menteri.(2) Peralatan yang dimiliki Rumah Sakit harus memenuhi standar yang ditetapkan oleh Menteri.(3) Peralatan radiologi harus memenuhi standar sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.(4) Jumlah tempat tidur minimal 50 (lima puluh) buah.Pasal 21(1) Administrasi dan manajemen terdiri dan struktur organisasi dan tata Iaksana.(2) Struktur organisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit terdiri atas Kepala Rumah Sakit atau Direktur Rumah Sakit, unsur pelayanan medis, unsur keperawatan unsur penunjang medis, komite medis, satuan pemeriksaan internal, serta administrasi umum dan keuangan.(3) Tatakelola sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi tatalaksana organisasi, standar pelayanan, standar operasional prosedur (SPO), Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMS), hospital by laws dan Medical Staff by laws.Pasal 22Kriteria klasifikasi Rumah Sakit Umum sebagaimana tercantum dalam lampiran I Peraturan mi.BAB VRUMAH SAKIT KHUSUS

Pasal 23Jenis Rumah Sakit khusus antara lain Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak, Jantung, Kanker,Orthopedi, Paw, Jiwa, Kusta, Mata, Ketergantungan Obat, Stroke, Penyakit lnfeksi, Bersalin,Gigi dan Mulut, Rehabilitasi Medik, Telinga Hidung Tenggorokan, Bedah, Ginjal, Kulit danKelamin.

Pasal 24Berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan, Rumah Sakit Khusus dikiasifikasikanmenjadi:a. Rumah Sakit Khusus Kelas A;b. Rumah Sakit Khusus Kelas B;c. Rumah Sakit Khusus Kelas C.Pasal 25(1) Klasifikasi Rumah Sakit Khusus ditetapkan berdasarkan:a. Pelayanan;b. Sumber Daya Manusia;c. Peralatan;d. Sarana dan Prasarana; dane. Administrasi dan Manajemen.(2) Kriteria kiasifikasi Rumah Sakit Khusus sebagaimaria dimaksud pada ayat (1) sebagaimana tercantum dalam lampiran II Peraturan mi.Pasal 26Klasifikasi dan unsur pelayanari sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 meliputi Pelayanari Medik Umum, Pelayanan Gawat Darurat sesuai kekhususannya, Pelayanan Medik Spesialis Dasar sesuai kekhususan, Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, Pelayanan Medik Spesialis Lain, Pelayanan Keperawatan, Pelayanan Penunjang Klinik, Pelayanan Penunjang Non Klinik.Pasal 27Kriteria klasifikasi dan unsur sumber daya manusia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24meliputi ketersediaan sumber daya manusia pada Pelayanan Medik Dasar, Pelayanan MedikSpesialis sesuai kekhususannya, Pelayanan Medik Subspesialis, Pelayanan SpesialisPenunjang Medik, Pelayanan Keperawatan dan Penunjang Klinik.Pasal 28(1) Kriteria kiasifikasi dan unsur administrasi dan manajemen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 meliputi struktur organisasi dan tata laksana.(2) Struktur organisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit terdiri atas Kepala Rumah Sakit atau Direktur Rumah Sakit, unsur pelayanan medis, unsure keperawatan, unsur penunjang medis, komite medis, satuan pemeriksaan internal, serta administrasi umum dan keuangan.(3) Tata laksana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi tugas dan fungsi, susunan dan uraian jabatan, tata hubungari kerja, standar operasional prosedur, hospital bylaws & medical staff bylaws.Pasal 29Rumah Sakit Khusus harus memenuhi jumlah tempat tidur sesuai dengan klasifikasinya berdasarkan kebutuhan sebagaimana tercantum dalam lampiran Peraturan mi.Pasal 30Penamaan Rumah Sakit Khusus harus mencantumkan kekhususannya.

BAB VIPEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 31(1) Menteri melakukan pembmnaan dan pengawasan dalam peraturan menteri mi kepada pemerintah daerah provinsi.(2) Gubernur melakukan pembinaan dan pengawasan dalam klasifikasi Rumah Sakit kepada pemerintah daerah Kabupaten I Kota.(3) Apabila Gubernur belum mampu melakukan pembinaan dan pengawasan dalam kebijakan klasifikasi setelah dilakukan pembinaan sebagaimana dimaksud ayat (1) maka untuk sementara pembinaan dan pengawasan dilakukan oleh Menteri.(4) Pembinaan dan pengawasan yang dimaksud pada ayat (1) berupa pemberian bimbingan, supervisi, konsultasi, pendidikan dan latihan dan kegiatan pemberdayaan lain.BAB IXKETENTUAN PERALIHAN

Pasal 32(1) Rumah sakit yang tidak memenuhi kriteria klasifikasi sebagaimana diatur dalam ketentuan mi akan disesuaikan kelasnya dengan Keputusan Menteri Kesehatan.(2) Pelaksanaan ketentuan mengenai Kriteria Klasifikasi Rumah Sakit Umum mi dikecualikan bagi Daerah Perbatasan dan Daerah terpencil yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri Kesehatan.(3) Pelaksanaan ketentuan mengenai Kriteria Klasifikasi Rumah Sakit Umum mi dilaksanakan paling lambat dalam jangka waktu 2 (dua) tahun sejak peraturan miditetapkan.

BAB IIIMETODE PENYUSUNAN RENCANA KEBUTUHAN RUMAH SAKIT

3.1. Program Ruang dalam Perencanaan Rumah SakitTerdapat bukti yang cukup positif saatCABE(Commission for Architecture and Built Environment) mengumumkan hasil riset melalui telpon terhadap 500 perawat di London yang dilakukan sejak 12-27 Agustus 2003, yang menyatakan bahwa para perawat tersebut sangat menyadari bahwa desain Rumah Sakit dan lingkungannya berdampak langsung terhadap kecepatan kesembuhan pasien (patients recovery rate) dan terutama pada tingkat stress mereka. Hal lain yang juga diungkap dalam riset tersebut adalah sebagai berikut:::91% Perawatdan100% Dokteryang disurvey percaya bahwa : lingkungan rumah sakit yang sudah didesain dengan baik sangat berhubungan erat dengan tingkat kesembuhan pasien.::90% Perawatdan91% Doktersetuju bahwa: bekerja di rumah sakit yang tidak didesain dengan baik, juga memberikan kontribusi yang tinggi terhadap peningkatan tingkat stress pasien.::90% Doktermenyatakan bahwa: sikap pasien lebih baik terhadap staf medik jika berada pada ruangan yang didesain dengan baik.::79% Perawatpercaya bahwa: desain suatu rumah sakit berperanan penting pada perkembangan etos kerja karyawan.::87% Perawatmenyatakan bahwa: rumah sakit yang didesain dengan baik akan sangat membantu mereka dalam menyelesaikan pekerjaan.::99% Perawatdan100% Doktersetuju bahwa: mereka harus mengkonsultasikan kepada tenaga ahli yang tepat dalam menyelesaikan pokok permasalahan desain.:: Tetapi hanya44%yang menyatakan bahwa: mereka tidak merasakan dampak apapun dari desain fisik bangunan rumah sakit.

Hasil riset tersebut hanya menegaskan saja penyataanDr. Beverly Malone, Sekjen NRC (Royal College of Nursing),Para perawat pasti merasakan dampak desain lingkungan kerja mereka terhadap kinerja maupun terhadap kesembuhan pasien. Berjalan menyusuri koridor panjang dan dan merawat pasien setiap hari, dalam penghawaan bangunan yang buruk dan ruang rawat yang tidak didesain dengan baik, sangat berakibat negatif terhadap upaya pelayanan kesehatan yang profesional dan tidak kondusif bagi kesembuhan pasien.Pemrograman, sebagaimana kita ketahui, merupakan tahapan kedua dari keseluruhan proses perencanaan sebuah rumah sakittahapan pertama adalah studi kelayakan/feasibility study(Rosenfeld, 1981). Dan program ruang, merupakan salah satu proses yang cukup signifikan dari keseluruhan proses atau tahapan pemrograman. Sebagai seorang perencana rumah sakit baik seorang arsitek, maupun manajer rumah sakit (hospital administrator) penguasaan operasional program ruang merupakan nilai mutlak yang tidak dapat ditawar lagi. Hal ini untuk menghindarkan ketidaksesuaian fungsi maupun besaran ruang yang kurang memenuhi kebutuhan standar sebuah rumah sakit.

Tabel berikut ini menunjukkan daftar bagian dari sebuah rumah sakit yang dapat membantu kita untuk memvisualisasikan ukuran/besaran ruang tiap-tiap bagian rumah sakit (Porter, 1982). Tabel ini hanya dapat digunakan untuk Fasilitas Kesehatan atau Rumah Sakit yang bukan merupakan Rumah Sakit Pendidikan.Contoh penggunaan tabel diatas adalah sebagai berikut:Anda merencanakan sebuah Rumah Sakit dengan kapasitas tempat tidur 50 buah. Maka, Luas Ruang untuk Radiologi adalah:50 (TT) x 3.6 (m2) = 180m2 atau ruangan berukuran (contoh) 8x10m.Beberapa catatan tambahan mengenai tabel diatas, adalah:Luas/Besaran Ruang(gross) yang dibutuhkan adalah berdasarkan garis as dinding, serta merupakan penjumlahan dariLuas Ruang(net) ditambah ruang-ruang sisa (nonassignable areas). Ruang-ruang sisa termasuk ketebalan dinding partisi, sirkulasi vertikal dan horisontal, danshaft. Untuk mengkonversi luas/besaran ruang kotor (gross) menjadi luas/besaran ruang bersih (net), biasanya digunakan koefisien 1.5-1.8.Contoh:Luas kotor RuangLaundryadalah 1.08m2 (tiap bed yang disediakan RS)Maka, Luas bersihnya adalah = 1.08 / 1.5= 0.72m2

Dalam pemrograman dan perencanaan sebuah rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan, kebanyakan arsitek dan manajer rumah sakit menggunakan standar ini ditambah dengan sirkulasi untuk menentukan luas riil rumah sakit dan menentukan biaya untuk pengajuan sebuah proyek rumah sakit. Sehingga diharapkan produk perencanaan rumah sakit nantinya baik masih berupaMaster ProgrammaupunMaster Plan, atau bahkan ketika sudah memasuki tahapDesign Development Plan dapat dipertanggungjawabkan secara akademik maupun profesional dengan kualitas yang optimal.3.2. Perencanaan Kebutuhan MakananSebelum kita membuat perencanaan kebutuhan bahan makanan, harus memperhitungkan beberapa hal, yaitu:a. AlokasiDanaYang Tersedia( Karyawan Dan Pasien ).Besarnya alokasidanayang tersedia akan menentukanmenu yang disusun. Selain itu berapa jumlah karyawan danpasien yang akan disediakan makanan, sangatmempengaruhi kebutuhan bahan makanan yang harusdisediakan.b. Perbedaan kelas perawatan pasien sangat berpengaruhpada menu yang dibuat. Semakin tinggi kelas perawatan,maka semakin beragam jenis menu yang disajikan. Hal inisangat mempengaruhidanayang harus dikeluarkan untukprosesproduksi menu tersebut.c. Standar PemberianBahan MakananYang Berlaku DiInstansi.d. Siklus menu yang telah ditetapkan termasuk menu khusus bila ada hari libur misalnya menu 5, 10 dan 15 hari.e. Jumlah dan jenis konsumen menurut klasifikasi pelayanan dari institusi . Data ini bisa berdasarkan pada 1 2 tahunterakhir dan jumlah porsi yang disajikan selama 3 6 bulanterakhir. Dirumah sakit bisa saja berdasarkan bor ( badocupansi rate )f. Perkiraan sisa bahan makanan dalam periode yang terdekatdengan awal pembelian yang akan datang.g. Perkiraan refuse/ waste (sisa) selama penyimpanan,pengolahan dan pendistribusian.h. Spesifikasi bahan makanan yang digunakan dalam standarresep. Hal ini juga sebaiknya mengacu kepada alokasidanadan kelas perawatan.i.Berbagai Standarisasi.Dalam perencanaan kebutuhan bahan makanan harusmempedomani menu baku, resep baku, porsi baku danbumbu baku yang dipakai.3.3 Prosedur penghitungan kebutuhan SDM kesehatan Kebutuhan Rumah Sakit Berdasarkan Indikator Beban KerjaMetode perhitungan kebutuhan SDM berdasarkan beban kerja (WISN) adalah suatu metode perhitungan kebutuhan SDM kesehatan berdasarkan pada beban pekerjaan nyata yang dilaksanakan oleh tiap kategori Rumah Sakit pada tiap unit kerja di fasilitas pelayanan kesehatan. Kelebihan metode ini mudah dioperasikan, mudah digunakan, secara teknis mudah diterapkan, komprehensif dan realistis.Adapun langkah perhitungan kebutuhan SDM berdasarkan WISN ini meliputi 5 langkah, yaitu :1. Menetapkan waktu kerja tersedia;2. Menetapkan unit kerja dan kategori SDM;3. Menyusun standar beban kerja;4. Menyusun standar kelonggaran;5. Perhitungan kebutuhan tenaga per unit kerja.Pada dasarnya metode WISN ini dapat di gunakan di rumah sakit, puskesmas dan sarana kesehatan lainnya, atau bahan dapat digunakan untuk kebutuhan tenaga di Kantor Dinas Kesehatan. Sebagai contoh dibawah ini disajikan penggunaan metode WISN di sarana pelayanan kesehatan di Rumah Sakit.LANGKAH PERTAMA MENETAPKAN WAKTU KERJA TERSEDIAMenetapkan waktu kerja tersedia tujuannya adalah diperolehnya waktu kerja tersedia masing-masing kategori SDM yang bekerja di Rumah Sakit selama kurun waktu satu tahun.Data yang dibutuhkan untuk menetapkan waktu kerja tersedia adalah sebagai berikut :1.Hari kerja, sesuai ketentuan yang berlaku di RS atau Peraturan Daerah setempat, pada umumnya dalam 1 minggu 5 hari kerja. Dalam 1 tahun 250 hari kerja (5 hari x50 minggu). (A)2.Cuti tahunan, sesuai ketentuan setiap SDM memiliki hak cuti 12 hari kerja setiap tahun. (B)3.Pendidikan dan pelatihan, sesuai ketentuan yang berlaku di RS untuk mempertahankan dan meningkatkan kompetensi/profesionalisme setiap kategori SDM memiliki hak untuk mengikuti pelatihan/kursus/seminar/ lokakarya dalam 6 hari kerja. (C)

4. Hari Libur Nasional, berdasarkan Keputusan Bersama Menteri Terkait tentang Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama, tahun 2002-2003 ditetapkan 15 Hari Kerja dan 4 hari kerja untuk cuti bersama. (D)5.Ketidak hadiran kerja, sesuai data rata-rata ketidak hadiran kerja (selama kurun waktu1 tahun) karena alasan sakit, tidak masuk dengan atau tanpa pemberitahuan/ijin. (E)6.Waktu kerja, sesuai ketentuan yang berlaku di RS atau Peraturan Daerah, pada umumnya waktu kerja dalam 1 hari adalah 8 jam (5 hari kerja/minggu). (F)Berdasarkan data tersebut selanjutnya dilakukan perhitungan untuk menetapkan waktu tersedia dengan rumus sebagai berikut :

Waktu Kerja Tersedia = {A - (B+C+D+E)} X FKeterangan :A= Hari KerjaD= Hari Libur Nasional

B= Cuti TahunanE= Ketidak Hadiran Kerja

C= Pendidikan dan PelatihanF= Waktu Kerja

Apabila ditemukan adanya perbedaaan rata-rata ketidak hadiran kerja atau RS menetapkan kebijakan untuk kategori SDM tertentu dapat mengikuti pendidikan dan pelatihan lebih lama di banding kategori SDM lainnya, maka perhitungan waktu kerja tersedia dapat dilakukan perhitungan menurut kategori

TABEL VI.8KodeFAKTORKATEGORI SDMKETERANGAN

PerawatDokter

Sp. X

AHari Kerja260260Hari/tahun

BCuti Tahunan1212Hari/tahun

CPendidikan dan Pelatihan510Hari/tahun

DHari Libur Nasional1919Hari/tahun

EKetidak Hadiran Kerja1012Hari/tahun

FWaktu Kerja88Jam/hari

Waktu Kerja Tersedia1,7121,656Jam/tahun

Hari Kerja Tersedia214207Harikerja/thn

WAKTU KERJA TERSEDIA

MENETAPKAN UNIT KERJA DAN KATAGORI SDM

Menetapkan unit kerja dan kategori SDM tujuannya adalah diperolehnya unit kerja dan kategori SDM yang bertanggung jawab dalam menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan perorangan pada pasien, keluarga dan masayarakat di dalam dan di luar RS.

Data dan informasi yang dibutuhkan untuk penetapan unit kerja dan kategoriSDM adalah sebagai berikut :

1. Bagan Struktur Organisasi RS dan uraian tugas pokok dan fungsi masing-masing unit dan sub-unit kerja.2. Keputusan Direktur RS tentang pembentukan unit kerja struktural dan fungsional, misalnya: Komite Medik, Komite Pangendalian Mutu RS. Bidang/Bagian Informasi.3. Data Pegawai Berdasarkan Pendidikan yang bekerja pada tiap unit kerja di RS.4. PP 32 tahun 1996 tentang Rumah Sakit.5. Peraturan perundang undangan berkaitan dengan jabatan fungsional SDM kesehatan.6. Standar profesi, standar pelayanan dan standar operasional prosedur (SOP) pada tiap unit kerja RS.

3.4 Analisa OrganisasiFungsi utama rumah sakit adalah menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan pelayanan kesehatan perorangan meliputi pelayanan kesehatan kuratif, rehabilitatif secara serasi dan terpadu dengan pelayanan preventif dan promotif. Berdasarkan fungsi utama tersebut, unit kerja RS dapat dikelompokkan sebagai berikut:1. Unit Kerja Fungsional Langsung, adalah unit dan sub-unit kerja yang langsung terkait dengan penyelenggaraan pelayanan kesehatan perorangan di dalam dan di luar RS, misalnya : Intalasi Rawat Inap, Intalasi Rawat Jalan, Instalasi Gawat Darurat, Instalasi Laboratorium, Instalasi Radiologi, Instalasi Farmasi/Apotik, Unit Pelayanan Home Care dll.2. Unit Kerja Fungsional Penunjang, adalah unit dan sub-unit kerja yang tidak langsung berkaitan dengan penyelenggaraan :- Pelayanan kesehatan perorangan di RS, misalnya: Instalasi Tata Usaha Rawat Inap/Rawat Jalan, Intalasi Pemeliharaan Sarana RS.- Pelayanan kesehatan Promotif di dalam dan diluar RS, misalnya: Unit Penyuluhan Kesehatan Masyarakat (PKM-RS).Apabila ditemukan unit atau sub-unit kerja fungsional yang belum diatur atau ditetapkan oleh Direktur, Depkes, Pemda (Pemilik RS) perlu ditelaah terlebih dahulu sebelum disepakati ditetapkan keberadaanya. Selanjutnya apakah fungsi, kegiatan- kegiatannya dapat digabung atau menjadi bagian unit kerja yang telah ada.Setelah unit kerja dan sub unit kerja di RS telah ditetapkan, langkah selanjutnya adalah menetapkan kategori SDM sesuai kompetensi atau pendidikan untuk menjamin mutu, efisensi dan akuntabilitas pelaksanaan kegiatan/pelayanan di tiap unit kerja RS.

Data kepegawaian, standar profesi, standar pelayanan, fakta dan pengalaman yang dimiliki oleh penanggung jawab unit kerja adalah sangat membantu proses penetapan kategori SDM di tiap unit kerja di RS.

Untuk menghindari hambatan atau kesulitan perhitungan kebutuhan SDM berdasarkan beban kerja, sebaiknya tidak menggunakan metode analisis jabatan untuk menetapkan kategori SDM sesuai kompetensi yang dipersyaratkan dalam melaksanakan suatu pekerjaan / kegiatan di tiap unit kerja

BAB IVTINDAK LANJUTTindakLanjutSetelahPenyusunanRencana

Setelah dokumen perencanaan tersusun tahap selanjutnya yang perlu dilakukan adalah:

zPimpinan di daerah memberi arah dan petunjuk dalam melakukan:y Pembangunan Rumah Sakitypendayagunaan SDM(merencanakan distribusinya,kelanjutankariernya,serta kesejahteraannya)y Pembinaan dan pengawasan Pembangunan Rumah Sakit

Pengawasan dilakukan bersama-sama / melibatkan sektor lain termasukOrganisasi Profesi dan swasta

zUntuk memperbaiki kualitas kesehatandi daerah, pimpinan di daerah perlu meningkatkanpembangunan pelayanankesehatandidaerah, seperti:dalam menetapkan sasaran harus jelas dan terukur sehingga dapat dilaksanakanmelakukan upaya pembinaan perencanaan dengan pelatihan maupun bantuan teknis melakukan pengembangan perencanaan termasuk metodenyamengalokasikan sumberdaya pendukung seperti alokasi dana dan sarana yang memadai.

BAB VPENUTUPSesuai dengan amanat Undang-UndangNomor29Tahun2004 tentang PraktikKedokteran (LembaranNegaraRepublikIndonesiaTahun2004 Nomor116, TambahanLembaranNegaraRepublikIndonesiaNomor 4431);

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah(LembaranNegaraRepublikIndonesiaTahun2004Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimanatelahdiubahterakhirdenganUndang-Undang Nomor 12Tahun2008 tentangperubahankeduaatasUndang- UndangNomor32Tahun2004 tentang PemerintahanDaerah (LembaranNegaraRepublikIndonesiaTahun2008 Nomor59, TambahanLembaranNegaraRepublikIndonesiaNomor 4844);

Undang-UndangNomor33Tahun2004 tentang Perimbangan KeuanganAntaraPemerintah PusatdanPemerintahanDaerah (LembaranNegaraRepublikIndonesiaTahun2004 Nomor126, TambahanLembaranNegaraRepublikIndonesiaNomor 4438);

Undang-UndangNomor25Tahun2007 tentangPenanamanModal (LembaranNegaraRepublikIndonesiaTahun2007 Nomor67, TambahanLembaranNegaraRepublikIndonesiaNomor 4724);

Undang-UndangNomor 36Tahun2009 tentangKesehatan (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun2009Nomor 144, TambahanLembaranNegara RepublikIndonesia Nomor5063);

Sejalan dengan prinsip penyelenggaraan pembangunan Rumah Sakityangsaatinisedangdirancang,makaperencanaan pembangunandisesuaikandengankebutuhanmasyarakat,baikkebutuhan lokal,Nasionalmaupunglobal.AtasdasarinimakaPembangunan JangkaPanjang Rumah Sakit adalahacuanutamadalammenyusunkebutuhansebuah pelayanan kesehatan dalam sebuah daerah.