studi kasus perencanaan jaringan perpipaan air …

10
Hal| 1 Jurnal Suara Teknik Fakultas Teknik , STUDI KASUS PERENCANAAN JARINGAN PERPIPAAN AIR BERSIH SISTEM GRAVITASI KABUPATEN KAPUAS HULU EKO SARWONO Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Pontianak e-mail : [email protected] Abstrak Sistem penyediaan air bersih perdesaan menghadapi banyak kendala dalam menjaga keberlanjutannya. Sarana air bersih yang telah dibangun oleh pemerintah, biasanya dikelola oleh masyarakat dengan membentuk lembaga pengelola air. Keterbatasan kemampuan pengelola, baik secara teknis maupun manajerial, akan mempengaruhi keberlanjutan sistem penyediaan air bersih di pedesaan. Karena keterbatasan kemampuan tersebut, maka dalam perencanaan sistem penyediaan air bersih perlu mempertimbangkan teknologi penyediaan air bersih yang diterapkan. Faktor penting yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan teknologi ini adalah kemudahan pengoperasian dan keterjangkauan biaya. Dalam kaitan dengan permasalahan di atas, telah dilakukan penelitian dengan menggunakan metoda studi kasus yang dilakukan di Kabupaten Kapuas Hulu. Studi kasus ini dilakukan dengan menggunakan teknik observasi lapangan, wawancara, dan pengisian kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemilihan teknologi yang sesuai dengan kondisi wilayah dan kondisi masyarakat setempat menjadi faktor penting bagi keberlanjutan sistem penyediaan air bersih. Studi kasus ini dilatarbelakangi oleh masih sulitnya masyarakat sekitar untuk mendapatkan pemenuhan jaringan air bersih PDAM karena instalasi jaringan air bersih PDAM di desa tersebut belum ada sama sekali, mengingat di desa tersebut memiliki jumlah penduduk yang semakin pesat sesuai dengan proyeksikebutuhan air bersih per 5 tahun sehingga pemenuhan kebutuhan air bersih cukup tinggi. Dari hasil studi kasus ini memunculkan hasil analisa yang mana diketahui bahwa jumlah kebutuhan air bersih di desa tersebut tersebut pada saat sekarang dan 5 (lima) tahun ke depan sekiranya pihak Unit Pengelola Sarana (UPS) desa Rantau Kalis Kecamatan Kalis dan desa Suka Maju Kecamatan Mentebah Kabupaten Kapuas Hulu sudah dapat pengetahui dan merealisasikan pembangunan instalasi jaringan air bersih sampai menjadi PDAM Desa. Kata Kunci : Air bersih, pedesaan, penentuan teknologi, jaringan perpipaan, keberlanjutan 1. PENDAHULUAN Pembangunan Sarana Air Bersih di wilayah pedesaan sering mengalami banyak kendala pasca konstruksi dan keberlanjutannya. Salah satu kendala yang penting adalah kerusakaan jaringan perpipaan yang tidak sesuai dengan pelaksanaan perencanaan / tidak sesuai standar perencaan air bersih dan juga kendala kemiskinan yang dialami oleh sebagian besar masyarakat pedesaan. Kelompok masyarakat ini mempunyai keterbatasan dalam mengakses terhadap kebutuhan air bersih yang aman dan layak. Telah diidentifikasi bahwa kemiskinan dan jenis proyek ataupun program yang partisipatif merupakan faktor signifikan yang mempengaruhi kondisi sistem penyediaan air bersih. Dalam menjaga keberlanjutan pelayanan air bersih di pedesaan, diperlukan Unit Pengelola Sarana (UPS) yang baik dan didukung oleh partisipasi masyarakat, baik dalam bentuk kelancaran pembayaran pemakaian air atau keterlibatan langsung dalam setiap tahapan kegiatan pelayanan air bersih. Pengelolaan yang baik dan keterlibatan masyarakat menjadi pendorong keandalan sistem penyediaan air bersih, yang pada akhirnya menaikkan tingkat kepuasan masyarakat. Pengelolaan yang baik harus didukung oleh kemampuan pengelola yang memadai dalam mengoperasikan sistem penyediaan air bersih. Keterbatasan kemampuan pengelola dapat diantisipasi dengan pemilihan teknologi penyediaan air bersih yang mudah pengoperasiannya dengan biaya yang terjangkau. Unit Pengelola Sarana (UPS) dalam mempermudah pengoperasian dan keterjangkauan biaya inilah yang

Upload: others

Post on 20-Oct-2021

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: STUDI KASUS PERENCANAAN JARINGAN PERPIPAAN AIR …

Hal| 1 Jurnal Suara Teknik Fakultas Teknik ,

STUDI KASUS PERENCANAAN JARINGAN PERPIPAAN

AIR BERSIH SISTEM GRAVITASI

KABUPATEN KAPUAS HULU

EKO SARWONO

Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Pontianak

e-mail : [email protected]

Abstrak

Sistem penyediaan air bersih perdesaan menghadapi banyak kendala dalam menjaga

keberlanjutannya. Sarana air bersih yang telah dibangun oleh pemerintah, biasanya dikelola oleh

masyarakat dengan membentuk lembaga pengelola air. Keterbatasan kemampuan pengelola, baik secara

teknis maupun manajerial, akan mempengaruhi keberlanjutan sistem penyediaan air bersih di pedesaan.

Karena keterbatasan kemampuan tersebut, maka dalam perencanaan sistem penyediaan air bersih perlu

mempertimbangkan teknologi penyediaan air bersih yang diterapkan. Faktor penting yang perlu

dipertimbangkan dalam pemilihan teknologi ini adalah kemudahan pengoperasian dan keterjangkauan

biaya. Dalam kaitan dengan permasalahan di atas, telah dilakukan penelitian dengan menggunakan metoda

studi kasus yang dilakukan di Kabupaten Kapuas Hulu. Studi kasus ini dilakukan dengan menggunakan

teknik observasi lapangan, wawancara, dan pengisian kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

pemilihan teknologi yang sesuai dengan kondisi wilayah dan kondisi masyarakat setempat menjadi faktor

penting bagi keberlanjutan sistem penyediaan air bersih.

Studi kasus ini dilatarbelakangi oleh masih sulitnya masyarakat sekitar untuk mendapatkan

pemenuhan jaringan air bersih PDAM karena instalasi jaringan air bersih PDAM di desa tersebut belum

ada sama sekali, mengingat di desa tersebut memiliki jumlah penduduk yang semakin pesat sesuai dengan

proyeksikebutuhan air bersih per 5 tahun sehingga pemenuhan kebutuhan air bersih cukup tinggi. Dari

hasil studi kasus ini memunculkan hasil analisa yang mana diketahui bahwa jumlah kebutuhan air bersih di

desa tersebut tersebut pada saat sekarang dan 5 (lima) tahun ke depan sekiranya pihak Unit Pengelola

Sarana (UPS) desa Rantau Kalis Kecamatan Kalis dan desa Suka Maju Kecamatan Mentebah Kabupaten

Kapuas Hulu sudah dapat pengetahui dan merealisasikan pembangunan instalasi jaringan air bersih sampai

menjadi PDAM Desa.

Kata Kunci : Air bersih, pedesaan, penentuan teknologi, jaringan perpipaan, keberlanjutan

1. PENDAHULUAN

Pembangunan Sarana Air Bersih di wilayah pedesaan sering mengalami banyak kendala pasca

konstruksi dan keberlanjutannya. Salah satu kendala yang penting adalah kerusakaan jaringan perpipaan

yang tidak sesuai dengan pelaksanaan perencanaan / tidak sesuai standar perencaan air bersih dan juga

kendala kemiskinan yang dialami oleh sebagian besar masyarakat pedesaan. Kelompok masyarakat ini

mempunyai keterbatasan dalam mengakses terhadap kebutuhan air bersih yang aman dan layak. Telah

diidentifikasi bahwa kemiskinan dan jenis proyek ataupun program yang partisipatif merupakan faktor

signifikan yang mempengaruhi kondisi sistem penyediaan air bersih.

Dalam menjaga keberlanjutan pelayanan air bersih di pedesaan, diperlukan Unit Pengelola Sarana

(UPS) yang baik dan didukung oleh partisipasi masyarakat, baik dalam bentuk kelancaran pembayaran

pemakaian air atau keterlibatan langsung dalam setiap tahapan kegiatan pelayanan air bersih. Pengelolaan

yang baik dan keterlibatan masyarakat menjadi pendorong keandalan sistem penyediaan air bersih, yang

pada akhirnya menaikkan tingkat kepuasan masyarakat.

Pengelolaan yang baik harus didukung oleh kemampuan pengelola yang memadai dalam

mengoperasikan sistem penyediaan air bersih. Keterbatasan kemampuan pengelola dapat diantisipasi dengan

pemilihan teknologi penyediaan air bersih yang mudah pengoperasiannya dengan biaya yang terjangkau.

Unit Pengelola Sarana (UPS) dalam mempermudah pengoperasian dan keterjangkauan biaya inilah yang

Page 2: STUDI KASUS PERENCANAAN JARINGAN PERPIPAAN AIR …

Hal| 2 Jurnal Suara Teknik Fakultas Teknik ,

akan dibahas pada makalah ini. Studi kasus perencaan jaringan perpipaan air bersih sistem gravitasi

dilakukan di Desa Rantau Kalis di wilayah Kecamatan Kalis dan di Desa Sukamaju Kecamatan Mentebah

Kabupaten Kapuas Hulu.

2. DASAR TEORI

2.1. Model Penyedian Sarana Air Bersih Sistem Perpipaan

Persyaratan yang harus dipenuhi dalam penyusunan perencanaan sistem perpipaan :

1. Tersedianya peta dasar, data air baku dan data pengukuran air baku.

2. Hasil dari perencanaan sistem air bersih perpipaan pedesaan harus memenuhi kaidah persyaratan teknis

air bersih yang berlaku.

3. Hasil perencanaan sistem harus merupakan hasil yang terbaik, termudah dan termurah dalam pelaksanaan

dan pengoperasian.

Pilihan sistem penyediaan air bersih untuk perpipaan terdiri dari :

Bangunan penangkap mata air dengan perpipaan sistem gravitasi.

Bangunan penangkap mata air dengan perpipaan dilengkapi pompa.

Pemompaan dari sungai dengan Saringan Pasir Lambat/SPL atau dengan pengolahan sederhana ( IPAS)

dan chlorinasi.

Sumur dalam/bor (kedalaman> 60m) yang dialirkan dengan/tanpa pompa dilengkapi tangki penyimpan

(tandon) dan didistribuskan melalui HU/KU.

Sumur bor kedalaman medium (>20-60) m dengan pompa dan tangki penyimpan.

Tahapan dalam perencanaan sistem perpipaan :

Tinjau kelayakan kualitas dan kuantitas setiap alternatif sumber air sesuai dengan diagram untuk

pemilihan teknologi penyediaan air bersih perpipaan pedesaan ( skema diatas).

Rencanakan sistem perpipaan transmisi dan perpipaan distribusi dengan tahapan :

a. Petakan jalur pipa transmisi dan jalur distribusi yang telah dilengkapi pula dengan sungai, jalan,

bangunan rumah, kantor, masjid, gereja, jembatan,dll sehingga merupakan peta desa.

b. Peta desa yang telah tergambarkan dibuat blok-blok perumahan dan dibuat tanda pada posisi

bangunan penting yaitu sekolah, masjid, gereja, kantor.

c. Buat peta letak jaringan pipa lengkap dengan bangunan pelengkap yang diperlukan sampai dengan

titik penempatan bangunan pelayanan yang berupa HU dan atau KU.

Tentukan jenis pipa sesuai kriteria design.

Tentukan diameter pipa.

Penentuan diameter pipa dan perhitungan hidrolis menggunakan program yang sudah baku.

Pendekatan pola lama dalam pembangunan membagi sektor ke dalam sub-sektor ‘pedesaan’ dan

‘perkotaan’ (Gambar 1). Ada garis pembatas yang jelas antara keduanya, yaitu batas wilayah administrasi.

Batasan ini sekaligus menjadi pembagian tanggung jawab dalam pendanaan dan pengelolaannya. Berdasar

pola tersebut, penyediaan air bersih di pedesaan pada masa lalu banyak yang menggunakan model satu desa

(single village), artinya suatu proyek air bersih dibangun untuk melayani penduduk dalam satu desa.

Cakupan pelayanan dibatasi oleh wilayah administrasi desa. Demikian pula pengelolaannya biasanya masuk

dalam struktur pemerintahan desa.

Model lain dari penyediaan air di perdesaan adalah multi-village system (lebih dari satu desa). Model

ini relatif lebih kompleks dibanding model satu desa, baik ditinjau dari aspek teknis maupun pengelolaannya.

Ada dua tipe sistem distribusi pada multivillage system, yaitu:

a. Sumber air di satu desa digunakan untuk melayani penduduk di beberapa desa lain.

Gambar 1 Klasifikasi Permukiman dalam Perkotaan dan Pedesaan

Page 3: STUDI KASUS PERENCANAAN JARINGAN PERPIPAAN AIR …

Hal| 3 Jurnal Suara Teknik Fakultas Teknik ,

b. Air dari kota (seperti dari PDAM) disalurkan ke beberapa desa di sekitar kota.

2.2. Matrik Pemilihan Teknologi Sarana Air Bersih

Matrik pilihan teknologi air bersih, merupakan alat bantu untuk memberikan penjelasan pilihan opsi

air bersih yang tepat guna, bagi masyarakat :

Dahulukan dengan pertanyaan, bagaimana dengan kebiasaan masyarakat (perempuan, laki-laki, miskin,

kaya) pada saat ini dalam mengakses kebutuhan air bersih untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari.

Mulailah memberikan penjelasan sumber mata air, kemudian lanjutkan penjelasan secara bertahap

kesamping (horizontal), sampai tahapan pilihan teknologi yang akan dipilih.

Namun jika secara kuantitas sumber airnya tidak cukup, maka teruskan secara vertical kebawah sesuai

urutan sumber air berikutnya, lanjutkan penjelasan kesamping (horizontal), hingga menemukan pilihan

teknologi yang layak dipilih.

Demikian dengan penjelasan untuk air tanah, selesaikanpenjelasan kesamping (horizontal) hingga

menemukan pilihan teknologi yang layak. Namun jika secara kuantitas tidak memenuhi, maka teruskan

ke sumber berikutnya yang berada pada urutan dibawahnya.

Jika kuantitas belum terpenuhi maka dapat dilanjutkan dengan kemungkinan menggunakan air tanah

dalam. Jelaskan kesamping untuk menemukan pilihan teknologi yang layak. Sumur bor dengan jet pump

merupakan juga alternatif yang dapat dipilih untuk pelayanan > 15 KK, dan alternatif lainnya adalah

menggunakan sumur bor dalam, yang memerlukan bantuan tenaga ahli dan peralatan memadai, sehingga

merupakan pilihan teknologi yang sangat mahal.

Menggunakan sumber air permukaan merupakan pilihan yang sulit, karena memerlukan biaya investasi

besar dan sustainabilitas setelah pasca proyek rendah. Maka upayakan pilihan teknologi yang tidak

memerlukan biaya operasional tinggi, dan pengelolaanya masih dapat dijangkau oleh masyarakat

setempat. Namun jika sumber air permukaan mempunyai kualitas air yang sangat berat untuk dilakukan

pengolahan sederhana, maka sebaiknya direkomendasikan kepada program lain, agar lebih optimal

pelaksanaannya.

Sumber air hujan merupakan pilihan terakhir, jika semua sumber-sumber diatas tidak dijumpai/layak

secara kualitas.

Proses pemilihan teknologi tergantung pada strategi dasar yang diambil oleh perencana dan

kecenderungan umum dalam sektor sarana air bersih. Ada tiga langkah dalam menentukan pilihan teknologi

yang sesuai dengan kondisi lingkungan di pedesaan, yaitu:

Page 4: STUDI KASUS PERENCANAAN JARINGAN PERPIPAAN AIR …

Hal| 4 Jurnal Suara Teknik Fakultas Teknik ,

Tahap 1: menentukan tujuan

Tahap 2: melakukan analisis

Tahap 3: menentukan output

3. METODOLOGI STUDI KASUS

Penelitian perencanaan jaringan perpipaan air bersih sistem gravitasi ini dilakukan dengan

pendekatan studi kasus. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi atas sarana air

bersih pedesaan, wawancara dengan pengelola dan pelanggan air bersih (tiap desa diambil 15 pelanggan

sebagai responden), dan dokumentasi atas pengelolaan air bersih. Data yang dikumpulkan bersifat

kualitatif dan kuantitatif, meliputi data fisik wilayah, data sosial-ekonomi, dan data kondisi pengelolaan

sarana air bersih, termasuk data kualitas air yang diperiksa di laboratorium. Analisis data dilakukan

secara deskriptif. Hasil analisis akan menggambarkan kondisi sarana air bersih, partisipasi masyarakat,

kepuasan pelanggan, kemauan membayar, dan kondisi institusi pengelola.

Gambar 2 Pilihan Teknologi Sarana Air Bersih

Gambar 3 Rapat Unit Pengelola Sarana Air Bersih dan Diskusi Kendala Pelaksanaan Pengoperasian

Desa Rantau Kalis

Page 5: STUDI KASUS PERENCANAAN JARINGAN PERPIPAAN AIR …

Hal| 5 Jurnal Suara Teknik Fakultas Teknik ,

Gambar 4 Kondisi Fisik Sarana Air Bersih Desa Rantau Kalis

Mulai

Survey

(Pengumpulan data)

Diskusi (wawancara) dengan Unit Pengelola Sarana

(UPS)

Kualitas pelayanan

Tidak

Kualitas Air

Tidak

Ya

Uji kualitas air

Apakah pelayanan sesuai

UPS

Apakah kualitas air

sesuai standar air bersih

Analisa pelaporan

Selesa

i

Gambar 5 Diagram Alir Metodologi Studi Kasus Jaringan Perpipaan

Page 6: STUDI KASUS PERENCANAAN JARINGAN PERPIPAAN AIR …

Hal| 6 Jurnal Suara Teknik Fakultas Teknik ,

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Studi Kasus

4.1.1. Desa Rantau Kalis

Rantau Kalis merupakan salah satu desa di wilayah Kecamatan Kalis Kabupaten Kapuas Hulu. Desa

Rantau Kalis memiliki tiga dusun, yaitu Kalis Jaya, Lunsa Pangan dan Tempurau. Jumlah penduduk desa

Rantau Kalis 149 KK dan sebanyak 590 jiwa. Mayoritas mata pencaharian masyarakat desa tersebut adalah

berladang dan berkebun., PNS dan wiraswasta. Kebutuhan air masyarakat Desa Ratau Kalis berasal dari air

permukaan (sungai bukit Bake) dengan menggunakan jaringan perpipaan sistem gravitasi. Air tersebut

digunakan untuk kebutuhan rumah tangga, MCK, tempat sekolah dan tempat ibadah. Jumlah sarana air

bersih di Desa Rantau Kalis hanya 1 sarana berupa jaringan perpipaan sistem gravitasi, yaitu sekitar 81%

cakupan dari seluruh desa sesuai dengan perencanaan yang dikelola oleh Unit Pengelola Sarana (UPS).

Biaya operasi, pemeliharaan dan tarif yang dibebankan kepada pengguna kelompoak air bersih sebesar Rp.

6.600’- per KK per m3 per bulan.

4.2. Desa Suka Maju

Desa Sukamaju merupakan salah satu desa di kecamatan Mentebah, yang terdiri dari empat dusun,

yaitu Sungai Tekuyung, Sungai Jambu, Hilir Gurung dan Jelemuk. Jumlah penduduk desa Rantau Kalis 468

KK dan sebanyak 1.848 jiwa. Mayoritas mata pencaharian masyarakat desa tersebut adalah berladang dan

berkebun termasuk ada yang PNS serta wirausaha. Umumnya masyarakat masih memiliki tingkat

pendapatan yang rendah. Kebutuhan air masyarakat Desa Suka Maju berasal dari air permukaan (sungai

bukit Lohot) dengan menggunakan jaringan perpipaan sistem gravitasi. Air tersebut digunakan untuk

kebutuhan rumah tangga, MCK, tempat sekolah dan tempat ibadah. Jumlah sarana air bersih di Desa Suka

Maju ada 3 sarana berupa jaringan perpipaan sistem gravitasi, yaitu sekitar 75,7% cakupan dari seluruh desa

sesuai dengan perencanaan yang dikelola oleh Unit Pengelola Sarana (UPS). Biaya operasi, pemeliharaan

dan tarif yang dibebankan kepada pengguna kelompoak air bersih sebesar Rp. 6.600’- per KK per m3 per

bulan.

Gambar 7 Jaringan Perpipaan dan Meteran Air Desa Rantau Kalis

Gambar 6 Sumber Air Buku (Bukit Bake) Desa Rantau Kalis

Page 7: STUDI KASUS PERENCANAAN JARINGAN PERPIPAAN AIR …

Hal| 7 Jurnal Suara Teknik Fakultas Teknik ,

4.3. Diskusi dan Pembahasan

Desa Rantau Kalis dan desa Suka Maju merupakan desa-desa yang berada di wilayah Kabupaten

Kapuas Hulu. Kedua desa tersebut mendapat pelayanan air bersih dengan sistem yang sama, yaitu

jaringan perpipaan sistem gravitasi. Desa Rantau Kalis dan Desa desa Suka Maju dilayani dengan

sistem perpipaan yang menyalurkan air bersih dari sumber air baku permukaan (sungai) yang letaknya

diperbukitan. Teknologi penyediaan air bersih di dua desa tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Teknologi Penyediaan Sarana Air Bersih yang Digunakan

Unit Desa Rantau Kalis Desa Suka Maju

Sumber air baku Air permukaan (sungai bukit Bake) Air permukaan (sungai bukit Lohot)

Kuantitas air Cukup Cukup

Reservoar Ada Ada

Sistem distribusi Sistem gravitasi, KU dan SR Sistem gravitasi, KU dan SR

Pipa Pipa distribusi untuk 2-3 rumah

(Saluran Rumah / SR)

Pipa distribusi untuk 2-3 rumah

(Saluran Rumah / SR)

Mata air Ada Tidak ada

Pengelolaan Intake dan Reservoar Intake dan Reservoar

Gambar 8 Jaringan Perpipaan Desa Suka Maju

Gambar 9 Kondisi Bangunan Reservoar dan Kran Umum (KU) Desa Suka Maju

Page 8: STUDI KASUS PERENCANAAN JARINGAN PERPIPAAN AIR …

Hal| 8 Jurnal Suara Teknik Fakultas Teknik ,

Perbedaan teknologi di desa Rantau Kalis denga desa Suka Maju di lihat dari kalitas air

menghasilkan kualitas air yang berbeda (Tabel 3). Desa Rantau Kalis dengan kualitas air yang lebih baik

menghasilkan kualitas air sejak di sumber air baku yang berasal dari Mata Air yang berada di bukit Lohot

hingga di pelanggan yang memenuhi baku mutu air minum. Kualitas air di desa Suka Maju memenuhi baku

mutu ketika di sumber dan terjadi penurunan kualitas pada air yang diterima pelanggan. Hal ini

mengindikasikan karena sumber air baku hanya air permukaan (sungai) tanpa Mata Air dari perbukitan.

Tabel 3 Kualitas Air Hasil Pemeriksaan di Laboratorium

Kualitas Air Desa Rantau Kalis Desa Suka Maju

Kualitas di sumber air baku Memenuhi baku mutu air minum Memenuhi baku mutu air bersih

Kualitas di rumah pelanggan Sama dengan di sumber air baku Terjadi perubahan kualitas

kandungan air (kekeruhan)

Walaupun hasil laboratorium menunjukkan ada perbedaan kualitas air, bahwa air kurang memenuhi

persyaratan air minum, khususnya untuk desa Suka Maju sistem penyediaan air bersih di dua desa tersebut

dianggap cukup andal oleh masyarakat. Persepsi keandalan tersebut dapat dinyatakan dengan kuantitas,

kualitas, dan kontinyuitas air yang diterima oleh masyarakat. Persepsi masyarakat terhadap keandalan sistem

penyediaan air bersih dapat dilihat pada Tabel 4. Pada persepsi tentang kuantitas air, seluruh responden

menyatakan bahwa air yang mereka terima telah mencukupi kebutuhan sehari-hari. Dari sisi kualitas, semua

responden menyatakan bahwa air yang diterima berkualitas baik, yaitu air tidak berasa, tidak berwarna, dan

tidak berbau. Kontinyuitas pengaliran juga dianggap baik oleh hampir seluruh responden.

Tabel 4 Keandalan Sistem Penyediaan Air Bersih menurut Persepsi Pelanggan

Parameter Desa Rantau Kalis Desa Suka Maju

Kuantitas

Kecukupan air 100% 100%

Cakupan pelayanan 81% 75,7%

Kualitas Air

Tidak berasa 100% 95%

Tidak berwarna (jernih) 100% 95%

Tidak berbau 100% 95%

Kontinyunitas

Terlayani 24 jam 100% 100%

Terlayani sepanjang tahun 100% 100%

Sejalan dengan pelayanan sistem penyediaan air bersih, maka perlu dilihat tingkat kepuasan

pelanggan atas pelayanan air bersih. Dari studi kasus perencanaan jaringan perpipaan sistem gravitasi

kepuasan pelanggan di dua desa tersebut diperoleh sebagian besar responden menyatakan sangat puas dan

cukup puas (Tabel 5). Nampak bahwa keandalan sebuah pelayanan sistem penyediaan air bersih merupakan

faktor yang sangat mempengaruhi kepuasan pelanggan.

Tabel 5 Tingkat Kepuasan Pelanggan terhadap Pelayanan Air Bersih

Tingkat Kepuasan Desa Rantau Kalis Desa Suka Maju

Sangat puas 85% 75%

Cukup puas 12% 15%

Kurang puas 2 3%

Tidak puas 1 7%

Kepuasan pelanggan tidak semata-mata dipengaruhi oleh keandalan sistem. Faktor lain yang

ditinjau adalah partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sistem penyediaan air bersih. Partisipasi

masyarakat dapat berupa keikutsertaan masyarakat pada semua tahapan kegiatan, yaitu pengambilan

keputusan, perencanaan, pemilihan teknologi, sosialisasi, dan pelaksanaan pembangunan. Partisipasi

Page 9: STUDI KASUS PERENCANAAN JARINGAN PERPIPAAN AIR …

Hal| 9 Jurnal Suara Teknik Fakultas Teknik ,

masyarakat yang tinggi terjadi pada masyarakat di Desa Rantau Kalis (Tabel 6). Proyek air bersih di

desa ini dilaksanakan dengan bantuan Community Water Services and Health Project (CWSHP), yang

merupakan proyek yang menitikberatkan pada partisipasi masyarakat / perberdayaan masyarakat.

Masyarakat disadarkan akan pentingnya air bersih dan sanitasi. Oleh karena itu sarana air bersih di desa

ini dilaksanakan secara individual di tempat tinggal masing-masing warga.

Sistem yang diterapkan adalah sistem ”perpipaan gravitasi” dengan selang yang menyalurkan air

mulai dari Intake bak penampung air (Reservoar) melalui pipa transmisi sampai pipa distribusi dan

Karan Umum (KU) baru menuju rumah penduduk. Ditinjau dari sisi teknologi penyediaan air bersih,

fasilitas air bersih di desa ini jauh dari memadai. Namun, dengan fasilitas seadanya ini, masyarakat

merasa puas. Hal ini karena latar belakang penduduk desa Rantau Kalis dan desa Suka Maju di masa

lalu yang sering mengalami kesulitan air bersih dan kegagalan proyek sebelum dalam membangun

sarana air bersih. Partisipasi masyarakat cukup besar, kecuali desa Suka Maju dalam pemilhan teknologi

dan perencanaan.

Berbeda dengan desa Rantau Kalis, warga Desa Rantau Kalis mempunyai tingkat partisipasi

yang sangat mengharapkan benar adanya air bersih masuk ke dalam rumah. Desa ini telah lama

memiliki fasilitas air bersih melalui proyek yang bersifat top-down. Karena itu masyarakat mempunyai

tuntutan yang lebih tinggi dalam mendapatkan pelayanan air bersih. Dari sisi teknologi, kondisi fasilitas

air bersih di desa ini lebih baik dari desa Suka Maju.

Tabel 6 Keterlibatan Masyarakat dalam Perencanaan Jaringan Perpipaan dan Pengelolaan Air Bersih

Bentuk Partisipasi Desa Rantau Kalis Desa Suka Maju

Pengambilan keputusan kesetaraan

gender

95% 75%

Perencanaan pembangunan 75% 65%

Pleno pemilihan opsi dan teknologi 85% 65%

Pleno Rencana Kerja Masyarakat (RKM) 85% 65%

Gambar 10 Diskusi Kepuasan Pelanggan Kelompok Pemakai Air Bersama UPS Desa Rantau Kalis

Gambar 11 Diskusi Kepuasan Pelanggan Kelompok Pemakai Air Bersama UPS Desa Suka Maju

Page 10: STUDI KASUS PERENCANAAN JARINGAN PERPIPAAN AIR …

Hal| 10 Jurnal Suara Teknik Fakultas Teknik ,

Keterlibatan sosialisasi 95% 60%

Pelaksanaan pembangunan 85% 65%

5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Keandalan pelayanan sistem penyediaan air bersih yang diindikasikan oleh kualitas air dipengaruhi

oleh pemilihan teknologi penyediaan air bersih. Teknologi yang tepat menghasilkan kualitas air yang

memenuhi persyaratan kualitas air minum. Keandalan sistem berdasarkan analisis dalam studi kasus secara

teknis berbeda dengan keandalan sistem menurut persepsi pelanggan. Keandalan sistem menurut persepsi

pelanggan sejalan dengan tingkat kepuasan pelanggan. Kepuasan pelanggan juga dipengaruhi oleh

keterlibatan masyarakat dalam setiap tahapan pembangunan fasilitas air bersih.

5.2. Saran

Peningkatan pelayanan sistem penyedian air bersih perlu ditingkatkan, terkait masalah manajemen

pengelolaan air bersih yang berhubungan dengan biaya operasional dan pemeliharaan serta tarif iuran per

bulan dalam hitungam kubik dan beban baik desa Rantau Kalis maupun desa Suka Maju. Disisi lain kedepan

bagi pelanggan kelompok pemakai air sudah di pasang meteran air di masing-masing rumah, tidak hanya

meteran air di Kran Umum (KU).

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ir. Hendro Prasetyo, MT untuk arahan dan bimbingan

sehingga artikel ini dapat ditulis. Terima kasih juga kepada pihak Unit Pengelolaan Sarana (UPS) yang telah

memberikan kesempatan untuk melakukan studi kasus tentang perencanaan jaringan perpipaan air bersih

sistem gravitasi..

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2008, Perencanaan Air Bersih Pedesaan, Community Water Services and Health Project,

Jakarta.

Joko, Tri. Unit Produksi Dalam Sistem Penyediaan Air Minum. Jakarta: Graha Ilmu, 2010.

Bappenas (2003) Kebijakan Nasional Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis

Masyarakat, Bappenas - Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah - Departemen Kesehatan -

Departemen Dalam Negeri - Departemen Keuangan.

Masduqi, A., N. Endah, E. S. Soedjono, dan W. Hadi (2007) Capaian Pelayanan Air Bersih Perdesaan

Sesuai Millennium Development Goals – Studi Kasus Di Wilayah DAS Brantas, Jurnal Purifikasi, Vol. 8,

No. 2, Desember 2007: 115 – 120.

Masduqi, A., N. Endah, dan E.S. Soedjono (2008) Sistem Penyediaan Air Bersih Perdesaan Berbasis

Masyarakat: Studi Kasus HIPPAM di DAS Branta