studi kasus penyimpangan hukum

4
Tema: Penyimpangan nilai Pancasila yang terkandung dalam sila ‘Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia’ pada kasus narkotika Raffi Ahmad Pelaku: ? Kronologi: Presenter ternama, Raffi Ahmad, ditangkap Badan Narkotika Nasional (BNN) bersama 17 artis lainnya pada hari Minggu 27 Januari 2013. Rumah Raffi di Lebak Bulus, Jakarta Selatan, digerebek setelah BNN mendapat informasi tentang adanya desas- desus pesta narkoba di tempat itu. Saat digerebek, petugas BNN mendapati narkotika jenis Metilon dan beberapa linting ganja. Raffi Ahmad pun menjadi tahanan sementara BNN selama lebih dari 3 bulan, sementara 17 artis yang lain dibebaskan. Proses hukum Raffi Ahmad terlihat berbelit-belit, persidangan pun masih mendapat penundaan. Bahkan beredar rumor kalau kasus Raffi Ahmad akan dihentikan karena kurangnya bukti, padahal BNN sebelumnya telah menyatakan menemukan bukti berupa dua linting ganja, 14 butir metilon, transkrip di BB, keterangan saksi maupun ahli. Golongan yang pro dengan Raffi malahan bersikeras menyatakan bahwa Metilon tidak tergolong dalam narkotika. Bahkan puluhan orang yang tergabung dalam komunitas Lingkar Ganja Nusantara (LGN) melakukan unjukrasa di depan kantor BNN, meminta agar Raffi dibebaskan karena dia hanya pemakai. Mereka juga menolak bila Raffi dimasukkan panti rehabilitasi. Mereka ingin Raffi bebas. Tampak bahwa BNN mendapat desakan-desakan dari berbagai pihak untuk membebaskan tersangka seperti Raffi. Faktanya sekarang, kini Raffi Ahmad “bebas” dengan status wajib lapor dua kali dalam seminggu kepada BNN. Yang menjadi masalah adalah, mengapa proses peradilan Raffi Ahmad terkesan diulur-ulur, bahkan kini Raffi bisa “bebas” hanya dengan status wajib lapor? Apakah hal yang sama akan terjadi pada tersangka penyalahgunaan narkotika yang lain? Jika tidak,

Upload: daniel-benny-santoso

Post on 01-Jan-2016

91 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Contoh kasus

TRANSCRIPT

Page 1: Studi Kasus Penyimpangan Hukum

Tema: Penyimpangan nilai Pancasila yang terkandung dalam sila ‘Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia’ pada kasus narkotika Raffi Ahmad

Pelaku: ?

Kronologi:

Presenter ternama, Raffi Ahmad, ditangkap Badan Narkotika Nasional (BNN) bersama 17 artis lainnya pada hari Minggu 27 Januari 2013. Rumah Raffi di Lebak Bulus, Jakarta Selatan, digerebek setelah BNN mendapat informasi tentang adanya desas-desus pesta narkoba di tempat itu. Saat digerebek, petugas BNN mendapati narkotika jenis Metilon dan beberapa linting ganja. Raffi Ahmad pun menjadi tahanan sementara BNN selama lebih dari 3 bulan, sementara 17 artis yang lain dibebaskan. Proses hukum Raffi Ahmad terlihat berbelit-belit, persidangan pun masih mendapat penundaan. Bahkan beredar rumor kalau kasus Raffi Ahmad akan dihentikan karena kurangnya bukti, padahal BNN sebelumnya telah menyatakan menemukan bukti berupa dua linting ganja, 14 butir metilon, transkrip di BB, keterangan saksi maupun ahli. Golongan yang pro dengan Raffi malahan bersikeras menyatakan bahwa Metilon tidak tergolong dalam narkotika. Bahkan puluhan orang yang tergabung dalam komunitas Lingkar Ganja Nusantara (LGN) melakukan unjukrasa di depan kantor BNN, meminta agar Raffi dibebaskan karena dia hanya pemakai. Mereka juga menolak bila Raffi dimasukkan panti rehabilitasi. Mereka ingin Raffi bebas. Tampak bahwa BNN mendapat desakan-desakan dari berbagai pihak untuk membebaskan tersangka seperti Raffi. Faktanya sekarang, kini Raffi Ahmad “bebas” dengan status wajib lapor dua kali dalam seminggu kepada BNN.

Yang menjadi masalah adalah, mengapa proses peradilan Raffi Ahmad terkesan diulur-ulur, bahkan kini Raffi bisa “bebas” hanya dengan status wajib lapor? Apakah hal yang sama akan terjadi pada tersangka penyalahgunaan narkotika yang lain? Jika tidak, bukankah kasus ini tergolong penyimpangan nilai keadilan dalam Pancasila sila kelima?

Untuk dapat menjawabnya, kita perlu melihat kasus penyalahgunaan narkotika yang lain. Saya mengambil contoh kasus di Riau. Pada tanggal 15 Februari 2013 lalu, dua pelajar berinisial Ah (17) dan Hr (16) ditangkap tim Opsnal Polsek Pangkalan Kerinci karena kedapatan mengantongi satu paket ganja kering seharga Rp 50 ribu. Kedua pelajar dijebloskan ke dalam sel tahanan Polsek Pangkalan Kerinci tak lama sesudah penangkapan. Kapolsek menyatakan keduanya ditangkap dan diamankan untuk menjalani pemeriksaan lebih lanjut dan kasus akan dikembangkan untuk mencari bandar besarnya. Dua pelajar tersebut selain harus meringkuk dalam jeruji besi juga terancam putus sekolah.

Kasus lainnya, seorang petani berinisial Ap, juga di Riau, ditangkap karena ketahuan menggunakan narkoba jenis sabu-sabu. Saat digerebek, petani tersebut sedang mengkonsumsi narkoba di dalam kamar temannya di desa Kiyap Jaya Bandar Sekijang, Riau. Saat penangkapan didapatkan bukti berupa satu paket kecil sabu dan alat hisap rakitan dari botol bekas minuman.

Page 2: Studi Kasus Penyimpangan Hukum

Petani tersebut diancam pasal 112 ayat 1 Undang-undang Narkotika dengan hukuman minimal 5 tahun penjara.

Berikut adalah kutipan isi undang-undang narkotika pasal 112 ayat 1:

“Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum, memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika Golongan I bukan tanaman, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp8.000.000.000,00 (delapan miliar rupiah).”

Adapun yang termasuk narkotika golongan I antara lain: tanaman ganja termasuk bagian-bagiannya, opium mentah, opium masak, tanaman koka, kokain mentah, kokaina, tetrahydrocannabinol, heroina, ketobemidona, brolamfetamina, dan lain sebagainya.

Dari dua contoh kasus tersebut dapat dilihat adanya kemiripan dengan kasus Raffi Ahmad. Namun baik kedua pelajar dan seorang petani tersebut diproses dan mendapat hukuman yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Lalu bagaimana dengan Raffi Ahmad? Jika memang Metilon tidak tergolong dalam narkotika golongan I, bukankah ganja yang juga ditemukan saat penggerebekan rumah Raffi adalah termasuk narkotika golongan I, mengapa harus berfokus hanya kepada Metilon tersebut. Dan menyangkut apakah Raffi hanya pengguna ataupun pengedar, undang-undang di atas telah menetapkan dengan jelas bahwa pemilik dan penyimpan narkotika pun akan mendapat hukuman.

Lalu apa yang membedakan Raffi dengan kedua pelajar dan petani dalam contoh di atas? Apakah karena statusnya sebagai public figure yang sangat digemari masyarakat, sehingga memperoleh banyak dukungan, entah dia benar atau salah, sehingga BNN terdesak dan memutuskan untuk melepaskannya. Di sini jelas tampak ketidakadilan, mulai dari pemrosesan kasus yang terkesan diulur-ulur sampai pembebasan bersyarat Raffi yang belum tersentuh pengadilan. Menurut saya kasus ini termasuk ke dalam penyimpangan nilai Pancasila sila kelima di mana seharusnya keadilan itu diperuntukkan bagi seluruh rakyat Indonesia, tanpa terkecuali.

Page 3: Studi Kasus Penyimpangan Hukum

Solusi:

Solusi untuk masalah penyimpangan nilai keadilan ini adalah perlunya sikap yang tegas dari BNN. Walaupun banyak golongan terkesan mendesak BNN untuk membebaskan Raffi, BNN harus tetap berpegang kepada pendiriannya, untuk menegakkan hukum seadil-adilnya. Sebaiknya kasus ini segera dilanjutkan ke meja pengadilan dan Raffi mendapat hukuman yang sesuai dengan perbuatannya.