studi kasus penelitian hubungan karyawan
DESCRIPTION
hubungan karyawan, karyawan, studi kasus, freetaskatcampuss, education, penelitianTRANSCRIPT
Contoh kasus
PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK)
Seperti telah diperkirakan oleh banyak kalangan, krisis keuangan dunia yang
menimpa Amerika akan diikuti gelombang PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) besar-besaran
di berbagai belahan dunia. Setelah AS, Jepang terhempas ke jurang krisis ekonomi, disusul
Jerman dan negara-negara pengguna mata uang Euro. Krisis ini berpeluang melahirkan krisis
multidimensi, di antaranya gejolak sosial di tengah-tengah masyarakat.
Gelombang PHK semakin meluas; mulai dari sektor perbankan dan keuangan hingga
sektor perindustrian, manufaktur, insfrastruktur, jasa, dsb. Di Amerika gelombang
pengangguran telah mencapai titik tertinggi sejak 5 tahun terakhir, yaitu 6.7%. Menurut Ian
Shepherdson di High Frequency Economics, hanya dalam waktu 6 bulan AS telah kehilangan
1.55 juta lapangan kerja, hampir sama besarnya dengan resesi pada 2001 lalu. Angka ini
diperkirakan akan terus meningkat mengingat masih belum adanya tanda-tanda perbaikan
ekonomi yang telah dicanangkan pemerintah Amerika.
Juru bicara raksasa perbankan Citigroup, Richard Tesvich, mengatakan
kepada AFP (18/11), pihaknya akan mem-PHK 52,000 karyawannya di seluruh dunia, hal ini
dilakukan demi menekan kerugian besar akibat krisis subprime mortgage. Lembaga
keuangan lainnya juga ikut ambil bagian untuk melakukan PHK. Juni lalu, Bank of America
Corp memperkirakan akan mengurangi pegawai sebanyak 7,500 orang dalam dua tahun ke
depan. Barclays Plc, yang bermarkas di Inggris, akan mem-PHK 3,000. Commerzbank
AG, bank terbesar Jerman, pada 1 September lalu mengumumkan akan memberhentikan
9,000 tenaga kerja. Sejumlah perusahaan lain seperti Credit Suisse Group, Fidelity National
Financial Inc, First American Group, Goldman Sach Group Inc dan HSBC Holding juga telah
atau berencana mem-PHK sebagian karyawannya.
Selain itu, Industri otomotif di AS juga akan merumahkan karyawan karena terancam
bangkrut. Para eksekutif General Motors, Ford, dan Chrysler dijadwalkan memberikan
keterangan di depan Kongres untuk menyelamatkan nasib mereka dan industri otomotif
umumnya. Jika PHK massal di sektor otomotif terjadi maka angka pengangguran di AS akan
semakin melonjak. Industri manufaktur kehilangan 61,000 pekerja. Bidang konstruksi
kehilangan 8,000 pekerja dan kemungkinan akan bertambah. Retail kehilangan 20,000
pekerja. Akuntan, konsultan dan jasa hukum kehilangan 53,000 pekerja (CNN, 5/12/2008).
Di sisi lain, banyak warga AS yang menggantungkan hidupnya dari pembiayaan kartu
kredit. Seiring dengan PHK besar-besaran itu, akhirnya banyak warga AS yang kesulitan
membayar tagihan kartu kreditnya. Kini, utang kartu kredit mencapai US$ 1 triliun,
sementara kredit macet di sektor perumahan mencapai US$ 14 triliun.
PHK masal tidak hanya terjadi di Amerika, tetapi juga di seluruh dunia. Jumlah
pengangguran di Inggris diramalkan menembus 2,9 juta orang pada pertengahan 2010. Saat
ini rasio pengangguran di Inggris mencapai 5,8 persen. Di Rusia, beberapa perusahaan yang
beroperasi di wilayah Rusia sepakat untuk melakukan PHK dan merumahkan sedikitnya
200.000 pegawai tahu depan. Di Cina, pabrik pembuat mainan di Cina yang mengekspor
produknya ke Amerika Serikat, seperti Mattel dan Disney, harus menutup pabriknya akibat
krisis keuangan global. Akibatnya, 6000 orang karyawan di PHK. Di Hongkong
pengangguran melonjak menjadi 3,5 persen. Adapun rasio pengangguran di negara yang
meggunakan Euro mencapai 7.5%, Jerman 7.5%, Jepang 4% dan Tiongkok 4% dan negara-
negara lainnya di barat ataupun di timur tengah ramai melakukan PHK masal.
International Labour Organization (ILO) memperkirakan, jumlah pengangguran di
seluruh dunia akan mencapai 210 juta pada akhir 2009. Jumlah itu meningkat sekitar 20 juta
orang jika dibandingkan dengan pengangguran pada 2007, yang mencapai 190 juta orang.
Peningkatan itu disebabkan maraknya gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) yang
melanda banyak industri besar di seluruh dunia.
Di dalam negeri, ekspor barang-barang dari Indonesia menurun karena permintaan
dari negara-negara maju yang juga menurun. Bahkan ada yang menghentikan kontrak
pembelian produk-produk industri garmen-tekstil, kayu dan produk perkebunan dari
Indonesia. Akibatnya, pabrik harus menurunkan kapasitas produksinya, ada yang sampai
40%. Pukulan lain adalah kemungkinan suku bunga pinjaman dalam negeri juga bergerak
naik. Akibatnya, cicilan pokok dan bunga kredit perusahaan akan semakin membebani dan
perusahaan pun tak mampu untuk bertahan. Buntutnya adalah rasionalisasi dalam bentuk
PHK ratusan ribu karyawan industri padat karya di berbagai wilayah pertekstilan Pulau Jawa
serta perkayuan Riau dan Kalimantan.
Pemerintah Indonesia, melalui Menkeu/Pejabat Menko Perekonomian Sri Mulyani,
menyatakan bahwa dampak krisis ekonomi dunia terhadap perekonomian Indonesia akan
berlanjut hingga satu tahun mendatang. Saat ini krisis ekonomi global sudah mulai
berdampak pada sektor riil. Data dari Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi
menunjukkan saat ini 1.396 pekerja sudah di-PHK dan rencananya sekitar 20.930 pekerja
juga akan di-PHK. Selain itu, sekitar 1.025 pekerja sudah dirumahkan dan 18.891 pekerja
lagi akan mengalami nasib yang sama. Konsekuensinya, tentu jumlah penganggur di
Indonesia akan terus bertambah.
Menurut Sofyan Wanadi, ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), puncak PHK
massal diperkirakan akan terjadi pada pertengahan 2009. Setidaknya, 500 ribu hingga 1 juta
orang akan kehilangan pekerjaannya hingga pertengahan tahun depan.Menurutnya, saat ini
beberapa perusahaan sudah mulai merumahkan beberapa pekerjanya. Namun, PHK massal
akan mulai terasa mulai Januari atau Februari 2009. Sektor industri yang paling terkena
dampaknya adalah industri yang padat karya seperti industri tekstil, sepatu, UKM, dan
industri makanan-minuman. Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) bersama industri sepatu,
misalnya, sudah mengalkulasi pengurangan tenaga kerja sekitar 10% dari total sekitar 2,5 juta
pekerja saat ini. Industri lain, seperti industri makanan dan minuman, industri elektronik, juga
industri otomotif kurang lebih sudah punya hitungan serupa.
Ringkasan
Gelombang PHK yang terjadi saat ini tidak lain merupakan dampak dari penerapan
sistem ekonomi kapitalis karena lemahnya struktur ekonomi pasar yang dianut. Akibatnya, ia
tidak mampu menahan gejolak negatif di berbagai sektor hanya gara-gara krisis kredit
perumahan. Akhirnya, perekonomian dunia melemah, perusahaan mengalami kerugian
triliunan dolar dan kas negara pun habis terkuras. Dalam sistem ekonomi pasar Kapitalisme,
lembaga perbankan dan keuangan merupakan pintu utama arus permodalan ke berbagai
sektor perekonomian.Namun, dana tersebut lenyap begitu saja di sektor non-riil. Lembaga
perbankan dan keuangan pun akhirnya lumpuh. Kelumpuhan tersebut mengakibatkan
terhentinya proses produksi dan sekaligus mematikan daya beli perusahaan-perusahaan,
khususnya di negara maju, termasuk terhadap barang-barang impor. Pertumbuhan ekonomi
pun terus merosot sampai ke titik nol. Perusahaan-perusahaan di negara-negara pengekspor,
termasuk Indonesia, yang men-supply berbagai kebutuhan ke negara-negara maju—seperti
tekstil dan produk tekstil—akhirnya menurunkan kapasitas produksinya sekaligus
mengurangi/merumahkan tenaga kerjanya.
Yang lebih mengerikan lagi adalah efek samping dari gelombang PHK massal ini
seperti yang dikatakan oleh Harvey Brenner. Menurutnya, setiap 10 persen kenaikan
penganggur, kematian naik 1,2 persen, serangan jantung 1,7 persen, bunuh diri 1,7 persen,
dan harapan hidup berkurang 7 tahun.
Solusi Islam
Dalam sistem ekonomi Islam yang diterapkan oleh negara (Khilafah), PHK sangat
kecil sekali kemungkinannya bakal terjadi. Sebab, prinsip ekonomi Islam yang dianut adalah
penyerapan pasar domestik yang sangat didukung oleh negara dalam rangka memenuhi
kebutuhan individu masyarakatnya. Ekspor bukan lagi tujuan utama hasil produksi. Sebab,
sistem mata uangnya juga sudah sangat stabil, yaitu dengan menggunakan standar emas
(dinar dan dirham). Dengan demikian, negara tidak membutuhkan cadangan devisa mata
uang negara lain karena semua transaksi akan menggunakan dinar/dirham atau dikaitkan
dengan emas.
Negara juga akan menerapkan sistem transaksi hanya di sektor riil dan menghentikan
segala bentuk transaksi ribawi dan non riil lainnya. Dengan begitu, perputaran barang dari
sektor riil akan sangat cepat dan tidak akan mengalami penumpukkan stok. Penawaran dan
permintaan bukanlah indikator untuk menaikkan/menurunkan harga ataupun inflasi, karena
jumlah uang yang beredar stabil sehingga harga akan stabil. Negara pun tidak perlu repot-
repot mengatur jumlah uang beredar dengan menaikkan/menurunkan suku bunga acuan
seperti yang dilakukan negara yang menganut sistem ekonomi kapitalis. Negara hanya akan
memantau dan memastikan kelancaran proses distribusi barang dan jasa agar segala
kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi.
Selain itu, dalam sistem ekonomi Islam, negaralah yang mengelola sumber kekayaan
yang menjadi milik rakyat. Hasilnya dikembalikan lagi kepada rakyat. Dengan demikian,
jaminan sosial bagi masyarakat, seperti pendidikan dan kesehatan, akan terpenuhi. Dalam
kondisi seperti ini, daya beli masyarakat akan sangat kuat dan stabil. Harga tinggi bukan
merupakan persoalan dalam sistem ekonomi Islam. Dengan terpenuhinya kebutuhan individu,
pola hidup masyarakat pun menjadi lebih terarah. Mereka tidak lagi terperangkap dalam pola
hidup individualis, dengan bersaing dan harus menang, dengan menghalakan segala cara.
Pemerintah saat ini sepertinya telah kehabisan akal sehingga tidak bisa berbuat apa-
apa untuk menanggulangi masalah PHK massal tersebut, kecuali hanya wait and see saja.
Padahal banyak hal yang bisa dilakukan oleh Pemerintah untuk menghadapi krisis global ini.
Sudah waktunya bagi Pemerintah dan masyarakat untuk memilih jalan keluar terbaik
dari permasalahan ini. Caranya adalah dengan mengambil jalan yang ditawarkan Islam, yakni
dengan menerapkan sistem ekonomi Islam sekaligus menerapkan sistem pemerintahan Islam.
Tanpa itu, kita akan terus menderita akibat berbagai persoalan hidup yang tidak pernah
berakhir.
Apakah sistem Jahiliah yang mereka kehendaki? Siapakah yang lebih baik hukumnya
daripada Allah bagi orang-orang yang yakin? (QS al-Maidah [5]: 50).
Studi kasus penelitian
PENGARUH KESEJAHTERAAN DAN PENGHARGAAN
TERHADAP MOTIVASI KERJA KARYAWAN DI PT. ASKES DI
REGIONAL VI JAWA TENGAH
Motivasi kerja karyawan dipengaruhi oleh berbagai faktor baik faktor internal maupun
eksternal. Salah satu faktor eksternal yang mempengarui motivasi kerja karyawan adalah
kesejahteraan karyawan dan penghargaan berdasarkan dari tujuan penelitian ini mengacu
pada permasalahan untuk mengetahui faktor-faktor motivasi berpengaruh terhadap motivasi
kerja karyawan. Faktor-faktor yang menjadi objek kajian pada hal ini antara lain adalah
tingkat kesejahteraan karyawan yaitu meliputi gaji atau kompensasi, jaminan social, promosi
atau kenaikan pangkat dan penghargaan
LATAR BELAKANG MASALAH
Manusia dalam suatu organisasi atau perusahaan mempunyai kedudukan yang sangat
strategis karena manusia bisa mengetahui input-input yang perlu diambil dari lingkungan,
cara mendapatkan dan menangkap input-input tersebut menggunakan teknologi, mampu
mengolah atau mentransformasikan input-input tersebut menjadi output-output yang
memenuhi publik. Manusia menjadi penggerak dan penentu jalannya organisasi, maka
perhatian dari pimpinan sangat diperlukan. Betapa pentingnya perencanaan dan pengawasan
dari pimpinan sangat diperlukan tanpa didukung oleh semangat kerja dari karyawan, maka
tujuan dari organisasi sulit dicapai pada tingkat yang optimal.
Pada dasarnya setiap instansi pemerintah maupun swasta, bukan saja mengharpkan
karyawan yang mampu, cakap dan terampil tetapi yang terpenting mereka mau bekerja giat
dan berkeinginan mencapai hasil kerja yang optimal. Untuk itu pimpinan hendaknya berusaha
agar karyawan mempunyai motivasi tinggi untuk melaksanakan tugas atau pekerjaannya.
Disinilah pentingnya peranan motivasi untuk mendorong semangat kerja karyawan dalam
menyelesaikan pekerjaannya.
Motivasi pada suatu organisasi atau perusahaan bertujuan untuk mendorong semangat
kerja para karyawan agar mau bekerja keras dengan memberikan semua kemampuan dan
ketrampilan demi terwujudnya suatu organisasi. Pimpinan yang mengarahkan melalui
motivasi akan menciptakan kondisi dimana karyawan merasa mendapat inspirasi untuk
bekerja keras. Karyawan yang mempunyai motivasi tinggi sangat penting jika hasil-hasil
kinerja yang tinggi ingin dicapai secara konsisten.
Pimpinan akan melakukan pendekatan kepemimpinan yang mencerminkan suatu
kesadaran bahwa produktivitas melalui karyawan merupakan bagian utama dan tidak dapat
digantikan untuk mencapai tujuan organisasi. Pemberian motivasi dari para pekerja akan
saling berbeda sesuai dengan tingkat pendidikan dan kondisi ekonominya. Orang yang
semakin terdidik dan semakin independen secara ekonomi, maka sumber motivasinya akan
berbeda, tidak lagi semata-mata ditentukan oleh sarana motivasi tetapi juga dipengaruhi oleh
faktor kebutuhan. Memotivasi bawahan dilakukan dengan memberikan tanggung jawab dan
kesempatan yang luas bagi karyawan untuk mengambil keputusan dalam menyelesaikan
pekerjaannya. Motivasi menjadi sangat penting karena dengan motivasi diharapkan setiap
karyawan mau bekerja keras dan antusias untuk mencapai produktivitas kerja yang tinggi
(Hasibuan, 1996: 92). Motivasi akan memberikan inspirasi, dorongan, semangat kerja bagi
karyawan sehingga terjalin hubungan kerja yang baik antara karyawan dan pimpinan
sehingga tujuan organisasi dapat tercapai secara maksimal.
Begitu juga motivasi berkaitan erat dengan usaha, kepuasan pekerja dan performance
pekerjaan (Gomes, 1995: 178). Motivasi sangat penting dalam meningkatkan semangat kerja
dan produktivitas karyawan. Tugas pimpinan adalah memberikan motivasi atau dorongan
kepada karyawan agar bisa bekerja sesuai dengan yang diharapkan oleh organisasi.
Motivasi kerja adalah proses mempengaruhi atau mendorong seseorang berbuat untuk
menyelesaikan tujuan yang diinginkan (Kamalludin, 1989: 214), motivasi diartikan juga
sebagai keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk
melakukan kegiatan-kegiatan tertentu untuk mencapai suatu tujuan (Handoko, 1999: 252).
Motivasi yang ada pada seseorang merupakan kekuatan pendorong yang akan mewujudkan
suatu perilaku guna mencapai kepuasan dirinya.
Seseorang yang sangat termotivasi yaitu orang yang melaksanakan upaya substansial,
guna menunjang tujuan-tujuan produksi kesatuan kerjanya dan organisasi dimana ia bekerja.
Seseorang yang termotivasi hanya memberikan upaya minimum dalam hal bekerja motivasi
merupakan sebuah konsep penting dalam studi kerja individu (Winardi, 2001: 2).
Demikian juga yang terjadi pada PT. Askes Regional VI Jawa Tengah yang bergerak
dalam melayani masyarakat, maka motivasi menjadi sangat penting dan menjadi masalah
pokok dalam mencapai tujuan. Melihat kondisi tersebut, penulis tertarik untuk mengadakan
penelitin dengan judul “ Faktor Pengaruh Kesejahteraan dan Penghargaan Terhadap Motivasi
Kerja Karyawan di PT. Askes Regional VI Jawa Tengah ”
RINGKASAN
Deskripsi pengaruh faktor-faktor motivasi kerja karyawan pada PT. Askes Regional VI
Jawa Tengah
1. Pengaruh kesejahteraan karyawan terhadap motivasi kerja karyawan Seseorang akan
mencapai kesejahteraan minimal apabila kebutuhan pangan, perumahan dan sandang
terpenuhi seiring dengan meningkatnya tingkat kesejahteraan, maka kebutuhan pokok lainnya
seperti pelayanan kesehatan, pendidikan, olah raga, dan rekreasi akan dapat terpenuhi.
Kesejahteraan masyarakat mempunyai arti kemampuan, keselamatan, ketentraman,
kesenangan hidup. Kesejahteraan karyawan adalah terpenuhinya kabutuhan yang bersifat
fisik maupun non-fisik yang diberikan kepada karyawan dengan menganggap karyawan
sebagai pribadi yang utuh lahir dan batin.
Berdasarkan rangkuman hasil analisis deskriptif kualitatif mengenai pengaruh
kesejahteraan karyawan terhadap motivasi kerja karyawan pada PT.Askes Regional VI Jawa
tengah dapat diketahui bahwa motivasi kerja karyawan bagian sumber daya manusia dan
umum pada PT. Askes Regional VI Jawa Tengah dan dari factor kesejahteran karyawan
termasuk kriteria baik. Hubungan motivasi kerja karyawan dengan kesejahteraan karyawan
cukup signifikan, karyawan akan merasa terlindungi dengan adanya kesejahteraan yang
diberikan oleh perusahaan, yaitu berupa jaminan asuransi (jaminan sosial tenaga kerja).
Secara umum keadaan bagian sumber daya manusia dan umum pada PT. Askes
Regional VI Jawa Tengah tergolong baik, artinya hampir sebagian besar karyawan yang ada
dibagian tersebut sudah bisa dikategorikan sebagai keluarga sejahtera, sekalipun visi kerja
yang dimiliki oleh tiap karyawan tidak sama. Ada yang memang benar-benar berniat ingin
mengabdikan diri untuk negaranya sebagai karyawan Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
tersebut, ada yang mengejar ambisi untuk mencapai suatu tujuan tertentu, dan ada pula yang
asal-asalan bekerja. Selain itu perusahaan juga memberikan kesejahteraan kepada karyawan
yang tidak hanya berupa materi, tetapi juga asuransi hari tua dan kesehatan
2. Penghargaan
PT. Askes Regional VI Jawa Tengah memberikan penghargaan kepada setiap
karyawannya yang memiliki prestasi kerja yang baik, hal ini sebagai wujud apresiasi terhadap
karyawan yang telah memberikan pengabdian dan dedikasi selama bekerja pada perusahaan.
Persyaratan yang menjadi acuan pemberian penghargaan kepada karyawan antara lain ialah
telah bekerja selama 10, 15, 20, 25, 30 tahun berturut-urut tanpa terputus. Artinya setiap
karyawan yang memiliki predikat kinerja yang baik berhak mendapatkan penghargaan dari
perusahaan setelah memiliki masa kerja yang lama dengan selisih lima tahun dimulai dari
sepuluh tahun pertama bekerja di PT. Askes Regional VI Jawa Tengah tidak boleh vacum
atau ada waktu jeda. Penghargaan diberikan setiap tanggal 15 juli sekaligus peringatan hari
ulang tahun PT. Askes Regional VI Jawa Tengah. Dengan adanya penghargaan, maka
karyawan akan semakin termotivasi untuk bekerja secara optimal sesui dengan tugas dan
tanggung jawabnya.
Berdasarkan analisis deskriptif kualitatatif, antara motivasi kerja karyawan dan
penghargaan memiliki kausalitas (hubungan sebab akibat) yang positif. Adanya penghargaan
terhadap karyawan dari perusahaan akan menyebabkan motivasi kerja karyawan menjadi
semakin meningkat, karyawan yang mendapat penghargaan akan memiliki motivasi yang
tinggi, begitu pula yang lainnya akan berusaha untuk meraih penghargaan dan akibatnya
motivasi kerja karyawan akan meningkat seiring dengan usaha karyawan untuk meraih
penghargaan tersebut.
Penghargaan menjadi faktor yang cukup besar pengaruhnya dalam hubungannya
dengan motivasi kerja karyawan. Dapat disimpulkan bahwa penghargaan berbanding lurus
dengan motivasi kerja karyawan, keadaan semacam itulah yang tercermin dari perilaku dan
pengakuan para karyawan bagian sumber daya manusia dan umum pada PT. Askes Regional
VI Jawa Tengah dan D.I.Yogyakarta sekalipun ada beberapa yang mengaku tidak begitu
antusias dengan penghargaan tapi pada dasarnya mereka juga menginginkan hal semacam itu.
KESIMPULAN
Ada macam-macam alasan mengapa manusia bekerja. Apabila kita menerima
pandangan yang menyatakan bahwa orang-orang bekerja untuk mendapatkan “ imbalan-
imbalan” yang dirumuskan secara luas maka imbalan-imbalan tersebut dapat kita urai
menjadi dua macam kelas, yang bersifat umum. Imbalan-imbalan ekstrinsik (misalnya
upah/gaji, promosi-promosi, pujian-pujian ataupun penghargaan dan lain sebagainya) tidak
tergantung pada tugas yang dilaksanakan dan mereka dikendalikan oleh pihak lain. Imbalan-
imbalan intrinsik (misalnya suatu perasaan keberhasilan dalam hal melaksanakan tugas
tertentu, yang sangat menarik dan menantang) merupakan bagian integral dari tugas yag
dihadapi, dan mereka ditentukan oleh individu yang melaksanakan tugas tersebut. Jadi, dapat
dikatakan bahwa motivasi ekstrinsik timbul, karena antisipasi akan dicapainya imbalan-
imbalan ekstrinsik.
Apabila kita menerima pandangan bahwa motivasi sangat kuat, maka secara ideal, perlu
diterapkan struktur-struktur kebutuhan khusus semua karyawan, dan kemudian menyuruh
mereka bekerja dengan cara demikian rupa, hingga motivasi intrinsik dapat dimaksimasi.
Karena berbagai macam alasan, hal tersebut tidak mungkin dilakukan, hingga demikian para
manajer mengandalkan diri pada motivator-motivator ekstrinsik. Baik motivator intrinsik
maupun motivator ekstrinsik terdapat ditempat pekerjaan. Walaupun mereka-mereka menarik
(dua macam tipe motivasi lebih baik dibandingkan dengan satu macam tipe), ada
kemungkinan munculnya masalah-masalah penting. Ada pendapat yang menyatakan bahwa
motivasi intrinsik dapat dikurangi, apabila imbalan-imbalan ekstrinsik diberikan
Seseorang yang secara intrinsik termotivasi untuk melakukan pekerjaan sukarela,
mungkin akan mengalami peristiwa, dimana apabila ia mendapatkan imbalan akan pekerjaan
tersebut, maka hal tersebut akan mengurangi motivasi intrinsiknya. Secara ekstrim, hal
tersebut menunjukan bahwa gaji/upah para pekerja sebaiknya jangan dikaitkan dengan
kinerja Tetapi kesimpulan tersebut membantah sejumlah pendapat yang menyatakan bahwa
gaji/upah harus dikaitkan dengan kinerja. Andaikata imbalan yang diberikan merupakan
bagian integral dari tugas yang dihadapi (komisi untuk tugas penjualan), maka imbalan-
imbalan ekstrinsik tidak akan mengurangi motivasi intrinsik. Akan tetapi, apabila imbalan
tersebut tidak dianggap sebagai bagian integral dari suatau tugas, maka imbalan-imbalan
intrinsik, dapat mengurangi motivasi intrinsik.
Pada PT. Askes Regional VI Jawa terdapat kecenderungan bahwa para manajer lebih
mengandalkan motivatormotivator ekstrinsik untuk meningkatkan kinerja karyawan. Secara
khusus hal-hal yang menjadi faktor, seperti sudah disebutkan sebelumnya antara lain tingkat
kesejahteraan karyawan, penghargaan, pendidikan dan latihan, masa kerja dan lingkungan
kerja yang ada di PT. Askes Regional VI Jawa Tengah. Perusahaan melakukan berbagai
upaya untuk keperluan motivator-motivator ekstrinsik.
1. Mengenai kesejahteraan karyawan, perusahaan tidak hanya memberikan
kesejahteraan yang bersifat material saja, melainkan juga memberikan kesejahteraan
kesejahteraan immaterial seperti asuransi hari tua, dan kesehatan. Kesejahteraan karyawan
memiliki hubungan yang cukup signifikan dengan motivasi kerja karyawan, secara kongkret
karyawan PT. Askes Regional VI Jawa Tengah merasa terlindungi dengan adanya jaminan
asuransi.
2. PT. Askes Regional VI Jawa Tengah setiap tahun, tepatnya tanggal 15 juli selalu
memberikan penghargaan kepada karyawannya yang memiliki prestasi kerja yang baik
(dengan beberapa persyaratan), hal yang semacam ini juga cukup signifikan berpengaruh
terhadap pola motivasi kerja karyawan, tidak begitu halnya dengan masa kerja.
Beberapa faktor itulah yang mempengaruhi motivasi kerja karyawan bagian sumber
daya manusia dan umum PT. Askes Regional VI Jawa Tengah dan D.I.Yogyakarta. Secara
umum, faktor-faktor tersebut diatas perlu untuk dikelola dengan baik sehingga optimalisasi
kerja karyawan bisa tercapai.
Motivasi kerja karyawan sebagai salah satu unsur yang menentukan produktivitas kerja
merupakan pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang, agar
mereka mau bekerja sama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala daya upayanya
untuk mencapai suatu kepuasan. Dengan faktor-faktor semacam kesejahteraan pegawai yang
memadai, penghargaan atas prestasi yang dicapai, lingkungan kerja yang nyaman dan
kondusif, masa kerja yang relative panjang atau lama, serta pendidikan dan latihan yang telah
memenuhi standar kualitas untuk menjamin profesionalisme kerja, maka karyawan akan
semakin termotivasi untuk bekerja lebih baik.
SARAN
Dalam hal ini, penulis ingin memberikan beberapa saran-saran yang diantaranya :
1) Perusahaan harus bisa memberikan jaminan kesejahteraan kepada para karyawan
berdasarkan standar kehidupan yang layak, secara kongkret bisa dengan menetapkan standar
insentif minimum perusahaan
2) Perusahaan harus memberikan perhatian lebih terhadap segala aspek yang
berpengaruh terhadap pola motivasi kerja karyawan, agar kestabilan kerjaterus berlanjut.
3) Sarana dan prasarana yang diperlukan dalam operasional usaha harus dapat terpenuhi
dan terpelihara dengan baik.
4) Perlu ada peningkatan pengetahuan dan pelatihan kerja bagi karyawan untuk
memacu motivasi guna mengantisipasi perkembangan.
5) Training motivasi sekiranya menjadi suatu agenda yang sangat layak untuk terus
diadakan secara berkala demi pencapaian kerja yang diharapkan.
Contoh kasus
PERANAN JAMSOSTEK DALAM PENYELAMATAN PEKERJA YANG TERKENA PHK
Krisis ekonomi yang melanda dunia, utamanya negara berkembang seperti Indonesia,
akan berdampak berat, khususnya bagi perusahaan yang selama ini mengandalkan
produknya di pasar ekspor.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tahun ini terjadi penurunan ekspor yang tajam
selama Januari-Februari 2009. Ekspor nonmigas selama dua bulan pertama 2009 menurun
28,34 persen sedangkan impor nonmigasnya juga turun 30,7 persen.
Total ekspor nonmigas selama Januari-Februari 2009 sebesar 12,262 miliar dolar AS
atau turun 28,34 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Sedangkan impor
nonmigasnya mencapai 10,364 miliar dolar atau turun 30,70 persen, kata sumber itu.
Situasi perekonomian dunia yang kurang menentu itulah yang memaksa banyak
perusahaan saat ini melakukan pemutusan hubungan kerja/PHK, merumahkan unuk
sementara waktu dan mengatur jam kerja secara bergiliran. Tujuannya agar perusahaan tidak
jatuh bangkrut.
Data terbaru yang disampaikan Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi
(Depnakertrans) di Jakarta, Selasa, terkait perusahaan di seluruh Indonesia yang
melakukan PHK dan merumahkan pekerjanya akibat krisis perekonomian global terus
mengalami peingkatan dari waktu ke waktu.
Disebutkan, jumlah pekerja yang terkena dampak krisis perekonomian global hingga
tanggal 12 Desember 2008 sebanyak 41.415 orang yang mendapat pemutusan hubungan
kerja (PHK) dan rencana PHK, serta 25.688 orang pekerja yang dirumahkan dan rencana
dirumahkan. Angka itu diperkirakan akan terus meningkat jika pemerintah gagal dalam
melakukan pemulihan ekonomi.
Para pekerja yang telah di- PHK dan rencana PHK terjadi di Provinsi Sumatera
Utara, Riau, Jawa Barat, Jawa Tengah, DKI Jakarta, Banten, Kalimantan Barat, Kalimantan
Tengah, Sumatera Selatan, Kalimantan Timur, Maluku Utara, Kalimantan Barat, D.I.
Yogyakarta, dan Papua.
Dalam kaitan itu, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Menakertrans) Erman
Suparno, kala itu, perah mengatakan, guna mengatasi dan memonitor keadaan akibat krisis
perekenomian global di seluruh Indonesia, maka Depnakertrans telah mebentuk Tim Mediasi
Krisis Center.
Tim tersebut, katanya, untuk mengevaluasi, memediasi serta memonitor keadaan
agar tidak terjadi PHK massal dan rencana PHK akan dapat dibatalkan sesuai dengan hasil
pertemuan bipartit antara pengusaha dan pekerja untuk mencari solusi terbaik
Pembentukan Tim Media Krisis Center Depnakertrans berlandaskan SKB 4 Menteri
sebagai ruang mediasi antara pengusaha dan pekerja/ buruh agar berembug secara bipartit
dengan bantuan dari pemerintah sebagai mediator. “Ini merupakan bagian dari kontribusi
Depnakertrans dalam menghadapi krisis, agar sampai krisis global ini akan berakhir
diharapkan tidak akan terjadi lagi PHK maupun rencana PHK,”katanya.
Jika perusahaan terpaksa melakukan PHK, maka harus memperhatikan hak-hak
pekerja termasuk pesangonnya, dan membantu mempermudah pengurusan Jamsostek kepada
pekerjnaya. “Tolong upahnya dibayarkan penuh termasuk membantu proses pengurusan ke
Jamsostek-nya,” katanya. Ia menegaskan hal itu karena banyak pekerja tidak banyak
mengerti jika punya uang yang ditempatkan di Jamsostek oleh perusahaan dimana dia
bekerja. Oleh karena itu, Jamsostek sesunguhnya dapat disebut sebagai katup penyelamat
sementara bagi orang yang terkena PHK.
Peranan Jamsostek Bagi pekerja Peran Jamsostek saat krisis relatif cukup penting
sejalan dengan banyaknya perusahaan melakukan PHK. Menurut Direktur Operasi dan
Pelayanan Jamsostek, Ahmad Ansyori, saat ini jumlah pekerja yang mengklaim Jaminan
Hari Tua-nya (JHT) tahun ini akan meningkat dibanding tahun lalu. Untuk itu, Jamsostek
telah menyediakan lebih dari Rp 4 triliun sebagai antisipasi banyaknya klaim akibat PHK
Jumlah iu disediakan untuk membayar klaim dari pekerja yang karena pensiun dan terkena
PHK. Jika jumlah itu kurang, manajemen akan segera menambah, karena yang penting hak
perkerja dapat dipenuhi dengan cepat tanpa ada pengurangan hak pekerja itu.
Dengan demikian, peran Jamsostek saat krisis, cukup besar, bahkan tidak hanya
bermanfaat bagi pekerjanya, tetapi juga bagi pengusaha, karena dalam program Jaminan
Pelayanan Kesehatan/JPK untuk satu keluarga, maksimal yang ditanggung lima orang Bisa
diperkirakan, berapa dana yang harus dikeluarkan pekerja kalau anggota keluarganya ada
yang sakit. Padahal, gaji pekerja juga tidak terlau besar. Untuk ke rumah sakit, minimal
biaya yang dikeluarkan mencapai Rp200.000-Rp300.000. kalau ini harus dibiayai pengusaha,
berapa dana yang harus dikeluarkan, kata Anshory.
Anshory juga menyingung program Jamsostek pada tahun ini yang akan lebih proaktif
pada peningkatkan pelayanan. Untuk tahun 2009, jenis pelayanan Jamsostek meliputi
program pelayanan inti (JKK, JHT, JKM, JPK), sedangkan pengembangan akan dilakukan
pada program pelayanan tambahan lainnya.
Misalnya dana peningkatan kesejahteraan peserta (DPKP) dan program kemitraan
bina lingkungan (PKBL). Dana PKB ini juga cukup besar yang dapat dimanfaatkan bagi
angota peserta Jamsostek dan lingkungan perusahaan, katanya.
Sementara itu, Dirut Jamsostek Hotbnar Sinaga menguraikan pentingnya keberadaan
Jamsostek, sejarah perlindungan pekerja dan perbandingan dengan negara maju.
Dikatakan, oang-orang yang bekerja di sektor informal, umumnya, sangat rentan terhadap
krisis ekonomi. Tanpa krisis pun, mereka sudah hidup susah.
Pendapatan mereka tidak menentu, kadang hanya cukup untuk menyambung hidup,
namun tidak jarang penghasilan yang diperoleh nyaris pas-pasan untuk makan sehari-hari.
Maka, jaminan hidup mereka sangat tidak memadai. Di negara-negara industri maju, jumlah
pekerja di sektor informal umumnya sangat rendah. Rakyat, sebagian besar, bekerja di sektor
formal, dijamin oleh berbagai jenis asuransi. Social security mereka,, dengan demikian,
bagus. Bahkan, di banyak negara maju, warga yang terkena PHK memperoleh santunan juga
sampai ia kembali mendapatkan pekerjaan. Di Inggris ada santunan untuk orang yang
kehilangan pekerjaan yang diberikan nama “Jobseeker’s Allowance Rates”.
Besarnya bervariasi, seperti, 59,15 Pound Sterling per minggu untuk mereka yang
berusia di atas 25 tahun; dan 46,85 Pound Sterling per minggu untuk mereka yang berusia
18-24 tahun. Kecuali santunan tunai atau cash, penganggur juga mendapatkan apa yang
disebut” housing benefit”. Banyak faktor yang menentukan besaran santunan perumahan.
Tapi, pada dasarnya, orang yang tidak memiliki pekerjaan mendapat keringanan substansial
dalam kewajiban angsuran sewa rumahnya. Sejarah santunan bagi penganggur di Inggris
cukup panjang. Kebijakan pemerntah ini pertama kali dilaksanakan pada 1911. Sampai 1921
lebih dari dua juta rakyat mengandalkan “unemployment benefit “karena perekonomian
Inggris.
Di Amerika Serikat , santunan untuk penganggur disebut “unemployment
compensation (UC)”. Implementasinya dilakukan melalui Unemployment Insurance (asuransi
pengangguran) Besarannya berbeda antara satu negara bagian dengan negara bagian lain.
Menurut Social Security Act 1935 (Undang-Undang tentang Jaminan Sosial tahun
1935), seluruh negara bagian dianjurkan memiliki program asuransi pengangguran.
Bagaimana untuk di Indonesia ? Kata Hotbonar dengan nada tanya. di Indonesia ada
Jamsostek. Lembaga merupakan BUMN yang anggotanya adalah semua pekerja swasta, baik
pekerja harian, bulanan maupun pekerja yang sudah permanen (diangkat).
Di saat krisis ekonomi global yang berdampak langsung kepada pekerja ini,
keberadaan Jamsostek sangat dirasakan manfaatnya bagi pekerja yang kena PHK, karena
pihaknya telah membuat instruksi untuk mempercepat proses pengeluaran dana bagi mereka
yang terkena musibah PHK itu. Menurut dia , dari segi aset dan revenue, maka Jamsostek
merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) terbesar di Indonesia.
Per Juni 2008, asetnya mencapai Rp70,3 triliun. Total penerimaan iuran dari peserta
Jamsostek untuk periode Januari-Juni 2008 Rp4,11 triliun dari target tahun 2008 sebesar
Rp9,959 triliun. Di luar pendapatan premi, perusahaan juga memperoleh pendapatan atau
reveue dari hasil usaha investasinya. Dari total aset Rp 70,3 triliun tahun lalu, pada 2008
lebih dari Rp69 triliun dialokasikan untuk investasi saham Rp13,775 triliun, Rp16,555
triliun investasi deposito.
Kemudian, Rp3,484 triliun investasi reksadana; Rp31,355 triliun investasi obligasi;
Rp2,251 triliun investasi penyertaan dan Rp997,5 ,milyar investasi properti. Dari jumlah
investasi itulah , pada periode Januari-Juni 2008 Jamsostek membukukan total pendapatan
bersih dari investasi yang dilakukannya sebesar Rp3,291 triliun. Sementara itu, Jamsostek
pada semester peratama tahun 2008 sudah membayar kewajibannya sekitar Rp2,335 triliun;
terdiri atas: Pembayaran Jaminan Hari Tua (JHT) Rp1,77 triliun, Jaminan Kecelakaan
Kerja (JKK) Rp147,22 miliar, Jaminan Kematian (JK) Rp125 miliar, dan Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan (JPK) Rp279,79 miliar. Singkat kata, tambah Hotbonar Sinaga.
meskipun lembaga ini milik pemerintah, tetapi hasilnya diutamakan untuk kesejateraan para
pekerja anggota Jamsostek.
Oleh karena itu, jika aset dan keuntungan Jamsostek tiap tahun terus meningkat,
maka jaminan kepada para pekerja juga dapat meningkat. Itulah pentingnya semua
perusahaan dan karyawan bergabung dengan Jamsostek, agar kesejahteraannya dapat
meningkat sesuai harapan para penggagas UU Jasostek No 3/1992 dimana dalam satu
poinnya, tenaga kerja perlu diberikan perlindungan, pemeliharaan dan peningkatan
kesejahteraan.
Rekomendasi dan solusi
PHK adalah pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal tertentu yang
mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antara pekerja dan pengusaha.
Apapun alasannya, PHK mungkin membutuhkan penetapan Lembaga Penyelesaian
Perselisihan Hubungan Industrial (LPPHI) mungkin juga tidak. Meski begitu, dalam praktek
tidak semua PHK yang butuh penetapan dilaporkan kepada instansi ketenagakerjaan, baik
karena tidak perlu ada penetapan, PHK tidak berujung sengketa hukum, atau karena pekerja
tidak mengetahui hak mereka.
Sebelum Pengadilan Hubungan Industrial berdiri pada 2006, perselisihan hubungan
Industrial masih ditangani pemerintah lewat Panitia Penyelesaian Perselisihan Perburuhan
Pusat (P4P) dan Panitia Penyelesaian Perselisihan Perburuhan Daerah (P4D) serta Pengadilan
Tata Usaha Negara.
Terdapat bermacam-masam alasan PHK, dari mulai pekerja mengundurkan diri, tidak
lulus masa percobaan hingga perusahaan pailit. Selain itu:
Pekerja melakukan kesalahan berat
Pekerja melanggar perjanjian kerja, perjanjian kerja bersama, atau peraturan perusahaan
Pekerja menerima PHK meski bukan karena kesalahannya
Pernikahan antar pekerja (jika diatur oleh perusahaan)
PHK mMassal - karena perusahaan rugi, force majeure, atau melakukan efisiensi.
Peleburan, penggabungan, perubahan status
Perusahaan pailit
Pekerja meninggal dunia
dll
Pengusaha dapat memberikan surat peringatan kepada pekerja untuk berbagai
pelanggaran dan menentukan sanksi yang layak tergantung jenis pelanggaran. Pengusaha
dimungkinkan juga mengeluarkan misalnya SP 3 secara langsung, atau terhadap perbuatan
tertentu langsung memPHK. Hal ini dengan catatan hal tersebut diatur dalam perjanjian kerja
(PK), peraturan perusahaan (PP), atau perjanjian kerja bersama (PKB), dan dalam ketiga
aturan tersebut, disebutkan secara jelas jenis pelanggaran yang dapat mengakibatkan PHK.
Tak lupa penetapan lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial.
Selain karena kesalahan pekerja, pemecatan mungkin dilakukan karena alasan lain.
Misalnya bila perusahaan memutuskan melakukan efisiensi, penggabungan atau peleburan,
dalam keadaan merugi, pailit, maupun PHK terjadi karena keadaan diluar kuasa pengusaha
(force majeure).
Undang-Undang tegas melarang pengusaha melakukan PHK dengan alasan:
a. pekerja berhalangan masuk kerja karena sakit menurut keterangan dokter selama waktu
tidak melampaui 12 (dua belas) bulan secara terus-menerus;
b. pekerja berhalangan menjalankan pekerjaannya karena memenuhi kewajiban terhadap
negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
c. pekerja menjalankan ibadah yang diperintahkan agamanya;
d. pekerja menikah;
e. pekerja perempuan hamil, melahirkan, gugur kandungan, atau menyusui bayinya;
f. pekerja mempunyai pertalian darah dan/atau ikatan perkawinan dengan pekerja lainnya di
dalam satu perusahaan, kecuali telah diatur dalam PK, PP, atau PKB;
g. pekerja mendirikan, menjadi anggota dan/atau pengurus serikat pekerja, pekerja
melakukan kegiatan serikat pekerja di luar jam kerja, atau di dalam jam kerja atas
kesepakatan pengusaha, atau berdasarkan ketentuan yang diatur dalam PK, PP, atau PKB;
h. pekerja yang mengadukan pengusaha kepada yang berwajib mengenai perbuatan
pengusaha yang melakukan tindak pidana kejahatan;
i. karena perbedaan paham, agama, aliran politik, suku, warna kulit, golongan, jenis
kelamin, kondisi fisik, atau status perkawinan;
j. pekerja dalam keadaan cacat tetap, sakit akibat kecelakaan kerja, atau sakit karena
hubungan kerja yang menurut surat keterangan dokter yang jangka waktu
penyembuhannya belum dapat dipastikan.
Mekanisme PHK
Pekerja, pengusaha dan pemerintah wajib untuk melakukan segala upaya untuk menghindari
PHK. Apabila tidak ada kesepakatan antara pengusaha pekerja/serikatnya, PHK hanya dapat
dilakukan oleh pengusaha setelah memperoleh penetapan Lembaga Penyelesaian Perselisihan
Hubungan Industrial (LPPHI).
Selain karena pengunduran diri dan hal-hal tertentu dibawah ini, PHK harus dilakukan
melalui penetapan Lembaga Penyelesaian Hubungan Industrial (LPPHI). Hal-hal tersebut
adalah :
a. pekerja masih dalam masa percobaan kerja, bilamana telah dipersyaratkan secara tertulis
sebelumnya;
b. pekerja mengajukan permintaan pengunduran diri, secara tertulis atas kemauan sendiri
tanpa ada indikasi adanya tekanan/intimidasi dari pengusaha, berakhirnya hubungan kerja
sesuai dengan perjanjian kerja waktu tertentu untuk pertama kali;
c. pekerja mencapai usia pensiun sesuai dengan ketetapan dalam perjanjian kerja, peraturan
perusahaan, perjanjian kerja bersama, atau peraturan perundang-undangan; atau
d. pekerja meninggal dunia.
e. Pekerja ditahan
f. Pengusaha tidak terbukti melakukan pelanggaran yang dituduhkan pekerja melakukan
permohonan PHK
Selama belum ada penetapan dari LPPHI, pekerja dan pengusaha harus tetap melaksanakan
segala kewajibannya. Sambil menunggu penetapan, pengusaha dapat melakukan skorsing,
dengan tetap membayar hak-hak pekerja.
Kompensasi atas PHK merupakan solusi
Dalam hal terjadi pemutusan hubungan kerja, pengusaha diwajibkan membayar uang
pesangon (UP) dan atau uang penghargaan masa kerja (UPMK) dan uang penggantian hak
(UPH) yang seharusnya diterima. UP, UPMK, dan UPH dihitung berdasarkan upah karyawan
dan masa kerjanya.
Perhitungan uang pesangon (UP) dan uang penghargaan masa kerja (UPMK) paling
sedikit sebagai berikut :
Masa Kerja Uang Pesangon
masa kerja kurang dari 1 tahun, 1 (satu) bulan upah;
masa kerja 1 - 2 tahun, 2 (dua) bulan upah;
masa kerja 2 - 3 tahun, 3 (tiga) bulan upah;
masa kerja 3 - 4 tahun 4 (empat) bulan upah;
masa kerja 4 - 5 tahun 5 (lima) bulan upah;
masa kerja 5 - 6 tahun 6 (enam) bulan upah;
masa kerja 6 - 7 tahun 7 (tujuh) bulan upah.
masa kerja 7 – 8 tahun 8 (delapan) bulan upah;
masa kerja 8 tahun atau lebih, 9 (sembilan) bulan upah