hubungan stres dengan kejadian dispepsia pada karyawan

107
i HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA PADA KARYAWAN PERUM PERURI DI KARAWANG BARAT 2013 TESIS Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Program Strata Dua (S-2) Magister Keperawatan Oleh ARMI NPM: 2011980004 PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA 2013

Upload: others

Post on 15-Oct-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA PADA KARYAWAN

i

HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA

PADA KARYAWAN PERUM PERURI DI KARAWANG BARAT 2013

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Program Strata Dua (S-2) Magister Keperawatan

Oleh

ARMI

NPM: 2011980004

PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

2013

Page 2: HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA PADA KARYAWAN

ii

Page 3: HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA PADA KARYAWAN

iii

Page 4: HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA PADA KARYAWAN

iv

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini: NAMA : Armi NPM : 2011980004 Dengan ini menyatakan bahwa tesis ini adalah hasil karya sendiri yang merupakan hasil penelitian, pengolahan dan analisis saya sendiri, serta bukan merupakan replikasi maupun saduran dari hasil penelitian orang lain Apabila terbukti tesis ini merupakan plagiat atau replikasi maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Muhammadiyah Jakarta. Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala akibat yang ditimbulkan menjadi tanggung jawab saya.

Jakarta, Oktober 2013 Armi

Page 5: HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA PADA KARYAWAN

v

PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA Tesis, September 2013 Armi Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia pada Karyawan Perum Peruri di Karawang Barat 2013

xii + 75 halaman + 18 tabel + 1 gambar + 4 skema + 5 lampiran

ABSTRAK

Stres terdiri dari 4 macam yaitu stres kepribadian, stres psikososial, stres bioekologi, dan stres pekerjaan merupakan faktor penyebab terjadinya dispepsia. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi hubungan stres dengan kejadian dispepsia. Jenis penelitian ini observasional dengan pendekatan case control. Jumlah sampel 90 orang, terdiri dari 45 orang kelompok kontrol yang diambil di perumahan Peruri dan 45 orang kelompok kasus diambil di klinik Peruri. Sampel yang dipilih dengan tehnik random sampling. Analisis hasil penelitian menggunakan regresi logistik ganda. Hasil analisis didapatkan Odds Ratio (OR) dari stres adalah 31.570 artinya karyawan yang mengalami stres akan mengalami sakit dispepsia sebesar 32 kali lebih tinggi dibandingkan karyawan yang tidak mengalami stres, setelah dikontrol oleh variabel jenis kelamin dan umur. Stres mempunyai hubungan yang sangat besar terhadap kejadian dispepsia. Diharapkan perawat dapat menurunkan kejadian dispepsia dengan penanganan stres melalui pengobatan nonfarmakologi dengan mengajarkan tehnik relaksasi kepada karyawan. Pengobatan ini dilakukan dengan terapi psikologis agar karyawan dapat beradaptasi dan tidak terjadi stres. Serta perlu diketahui dengan tepat faktor penyebab stres agar penanganan dispepsia dapat diatasi dengan baik dan tidak terjadi kekambuhan. Kata kunci: Stres, Kejadian Dispepsia

Refrensi: 51 (1993-2012)

Page 6: HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA PADA KARYAWAN

vi

NURSING PROGRAM MASTER GRADUATE SCHOOL UNIVERSITY OF MUHAMMADIYAH JAKARTA Thesis, September 2013 Armi

Stress Relationships with Dyspepsia Genesis Employee Peruri in West Karawang

in 2013

xii + 75 pages + 18 tabeles + 1 drawing + 4 schemes + 5 appendixes ABSTRACT

Stress consisted of 4 kinds of stress personality , psychosocial stress , bioecology stress , and stress is a factor contributing to the work of dyspepsia . This study aims to identify the relationship of stress to the occurrence of dyspepsia . This type of observational study with case-control approach . Number of samples 90 people , made up of 45 people who were taken in the control group Peruri housing and 45 people were taken in the clinic group Peruri case . Samples were selected by random sampling technique . Analysis of the results of studies using multiple logistic regression . Analysis results obtained Odds Ratio ( OR ) of stress is 31.570 artinya employees who experience stress dyspepsia will experience pain at 32 times higher than employees who do not experience stress , once controlled by the variables of sex and age . Stress has a huge relation to the incidence of dyspepsia . Nurses are expected to decrease the incidence of dyspepsia with handling stress through non-pharmacological treatment . The treatment is done with psychological therapy for the employee to adapt and avoid stress . As well as to know the exact causes of stress that treatment of dyspepsia can be addressed properly and avoid recurrence

Keywords: stress, dyspepsia

Bibliography: 52 (1993 - 2011)

Page 7: HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA PADA KARYAWAN

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allahu Robbi atas segala rahmat dan hidayah-Nya peneliti

dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul “Hubungan Stres dengan Kejadian

Dispepsia pada Karyawan Perum Peruri di Karawang Barat 2013”. Tesis ini disusun

dalam rangka menyelesaikan tugas akhir untuk memperoleh gelar Magister

Keperawatan Kekhususan Keperawatan Medikal Bedah pada Program Magister

Keperawatan Sekolah Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Jakarta.

Selama proses penusunan tesis ini, peneliti banyak sekali mendapat bantuan,

bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Bersama ini penulis menyampaikan

terima kasih kepada :

1. Hj. Tri Kurniati, S.Kp., M.Kes., selaku Ketua Program Magister Keperawatan

Sekolah Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Jakarta.

2. Muhammad Hadi, SKM., M.Kes., selaku pembimbing I yang telah banyak

memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan tesis ini.

3. DR. Dr. Toha Muhaimin, M.Sc., selaku pembimbing II yang telah

memberikan masukan dan arahan tentang konsep-konsep dalam penyusunan

tesis ini.

4. Kepala bagian SDM Perum Peruri yang telah memberikan kesempatan

kepada peneliti untuk melakukan studi pendahuluan dan penelitian diklinik

dan Perum Peruri.

Page 8: HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA PADA KARYAWAN

viii

5. Seluruh dosen dan staf akademik Program Magister Keperawatan Sekolah

Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Jakarta.

6. Ketua STIKes Widya Dharma Husada Tangerang beserta staf, yang telah

memberikan dukungan moril dan materil serta kesempatan bagi peneliti untuk

melanjutkan pendidikan Program Magister Keperawatan Sekolah Pasca

Sarjana Universitas Muhammadiyah Jakarta.

7. Orang tua, suami, adik dan anakku tercinta yang selalu ikhlas memberikan

do’a dan dukungan moral kepada peneliti.

8. Rekan-rekan seperjuangan, mahasiswa Program Magister Keperawatan

Sekolah Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Jakarta Angkatan I Tahun

2011 atas dukungan dan motivasinya.

Menyadari akan keterbatasan yang dimiliki, peneliti meyakini bahwa tesis ini jauh

dari sempurna, sehingga kritik dan saran sangatlah diharapkan demi perbaikan bagi

peneliti. Akhir kata peneliti berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi kita

semua. Amin.

Jakarta, Oktober 2013

Wassalam

Peneliti

Page 9: HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA PADA KARYAWAN

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...........................................................................................

HALAMAN PERSETUJUAN ...........................................................................

HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................

ABSTRAK ...........................................................................................................

ABSTRACT .........................................................................................................

KATA PENGANTAR .........................................................................................

DAFTAR ISI ........................................................................................................

DAFTAR TABEL ...............................................................................................

DAFTAR GAMBAR ...........................................................................................

DAFTAR SKEMA ..............................................................................................

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................

B. Perumusan Masalah ........................................................................

C. Tujuan Penelitian ............................................................................

D. Manfaat Penelitian ..........................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Gangguan Lambung .......................................................................

B. Dispepsia ........................................................................................

i

ii

iii

iv

v

vi

vii

ix

xii

xiv

xv

xvi

1

6

7

8

10

12

Page 10: HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA PADA KARYAWAN

x

C. Stres ................................................................................................

D. Faktor Lain yang Mempengaruhi Dispepsia ..................................

E. Aplikasi Teori “Adaptasi” pada Karyawan yang Mengalami

Dispepsia ........................................................................................

F. Kerangka Teori ...............................................................................

BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI

OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep ...........................................................................

B. Hipotesis .........................................................................................

C. Definisi Operasional .......................................................................

BAB IV METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian .....................................................................

B. Populasi dan Sampel ......................................................................

C. Tempat Penelitian ...........................................................................

D. Waktu Penelitian ............................................................................

E. Etika Penelitian ...............................................................................

F. Alat Pengumpulan Data ..................................................................

G. Uji Instrumen ..................................................................................

H. Pengolahan Data .............................................................................

I. Analisis Data ..................................................................................

15

19

21

24

26

27

28

31

32

34

34

35

36

37

38

39

Page 11: HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA PADA KARYAWAN

xi

BAB V HASIL PENELITIAN

A. Hasil Analisa Univariat ..................................................................

B. Hasil Analisa Bivariat .....................................................................

C. Hasil Analisa Multivariat ...............................................................

BAB VI PEMBAHASAN

A. Interpretasi dan Diskusi Hasil ........................................................

B. Keterbatasan Penelitian ..................................................................

C. Implikasi dalam Keperawatan ........................................................

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan .....................................................................................

B. Saran ...............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................

43

45

48

55

62

63

65

66

68

Page 12: HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA PADA KARYAWAN

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional .................................................................

Tabel 4.1 Uji Statistik Analisis Bivariat ...................................................

Tabel 4.2 Uji Statistik Analisis Multivariat ..............................................

Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur, di Karawang Barat

Tahun 2013 ..............................................................................

Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Sosial

Ekonomi, Lingkungan, Stres, dan Kejadian Dispepsia, dan

di Karawang Barat 2013 ...........................................................

Tabel 5.3 Distribusi Responden menurut Stres dan Kejadian Dispepsia,

di Karawang Barat Tahun 2013 ...............................................

Tabel 5.4 Distribusi Responden menurut Umur dan Kejadian Dispepsia,

di Karawang Barat Tahun 2013 ...............................................

Tabel 5.5 Distribusi Responden menurut Jenis Kelamin dan Kejadian

Dispepsia, di Karawang Barat Tahun 2013 ..............................

Tabel 5.6 Distribusi Responden menurut Sosial Ekonomi dan Kejadian

Dispepsia, di Karawang Barat Tahun 2013 .............................

Tabel 5.7 Distribusi Responden menurut Lingkungan dan Kejadian

Dispepsia, di Karawang Barat Tahun 2013 .............................

Tabel 5.8 Hasil Pemilihan Variabel Kandidat Multivariat .......................

28

40

42

43

44

45

46

46

47

48

49

Page 13: HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA PADA KARYAWAN

xiii

Tabel 5.9 Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik antara Variabel

Stres, Jenis Kelamin, Umur, Sosial Ekonomi, dan Lingkungan

dengan Kejadian Dispepsia, di Karawang Barat Tahun 2013 ..

Tabel 5.10 Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik antara Variabel

Stres, Jenis Kelamin, Sosial Ekonomi, dan Lingkungan

dengan Kejadian Dispepsia, di Karawang Barat Tahun

2013 .......................................................................................

Tabel 5.11 Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik antara Variabel

Stres, Jenis Kelamin, dan Lingkungan dengan Kejadian

Dispepsia, di Karawang Barat Tahun 201..............................

Tabel 5.12 Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik antara Variabel

Stres dan Jenis Kelamin dengan Kejadian Dispepsia, di

Karawang Barat Tahun 2013 .................................................

Tabel 5.13 Uji Interaksi antara Stres dengan Umur, Sosial Ekonomi,dan

Lingkungan, di Karawang Barat Tahun 2013 .......................

Tabel 5.14 Model Akhir Multivariat ........................................................

50

51

52

52

53

54

Page 14: HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA PADA KARYAWAN

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Lambung ...................................................................................... 9

Page 15: HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA PADA KARYAWAN

xv

DAFTAR SKEMA

Skema 2.1 Teori “Adaptasi” Sister Callista Roy (1984), dikutip dari

Alligood dan Tomey (2006) .......................................................

Skema 2.2 Kerangka Teori .........................................................................

Skema 3.1 Kerangka Konsep Penelitian .....................................................

Skema 4.1 Desain Penelitian .......................................................................

22

25

26

31

Page 16: HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA PADA KARYAWAN

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 :Surat Permohonan Responden

Lampiran 2 :Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 3 : Instrumen Penelitian

Lampiran 4 :Pemodelan Multivariat

Lampiran 5 :Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 6 :Lembar Konsultasi Bimbingan Tesis

Lampiran 7 :Surat Ijin Pengambilan Data Awal Penelitian di RW 04 Puri Teluk

Jambe Sinarbaya teluk Jambe Timur

Lampiran 8 : Surat Ijin Pengambilan Data Awal Penelitian di Klinik Perum Peruri

Karawang Barat

Page 17: HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA PADA KARYAWAN

1

Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

World Health Organization (WHO), menyatakan bahwa masalah gangguan

kesehatan jiwa di seluruh dunia sudah menjadi masalah yang sangat serius. WHO

(2007), memperkirakan ada sekitar 450 juta orang di dunia yang mengalami

gangguan kesehatan jiwa. Stres merupakan suatu gangguan jiwa yang sering

ditemui oleh seseorang dalam kehidupan sehari-hari dan dapat dialami dalam

berbagai situasi yang berbeda. Sekitar 35% kasus depresi pada karyawan setiap

harinya berhubungan dengan masalah kesehatan mental (WHO, 2003).

Pervalensi nasional gangguan mental emosional pada penduduk yang berumur ≥

15 tahun adalah 11,6% (SKRT, 2001). Jumlah gangguan kesehatan jiwa di

masyarakat sangat tinggi yakni satu dari lima penduduk Indonesia menderita

kelainan jiwa dari rasa cemas, depresi, dan stres (Depkes, 2011). Kepala Dinas

Kesehatan Kota Bandung, Ahyani (2013), mengatakan bahwa berdasarkan

survei riset kesehatan daerah tahun 2007 sebanyak 19,2% penduduk Kota

Bandung menderita gangguan jiwa. Hal ini disebabkan oleh permasalahan sosial

dan faktor ekonomi diduga menjadi penyebab utama timbulnya permasalahan

gangguan jiwa.

Stres dapat terjadi karena adanya tuntutan kehidupan. Kebanyakan pekerjaan

dengan waktu sangat sempit ditambah lagi dengan tuntutan harus serba cepat dan

tepat membuat orang hidup dalam ketegangan/stres (Yosep, 2010). Stres dapat

Page 18: HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA PADA KARYAWAN

2

Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013

terjadi pada karyawan dikarenakan banyaknya tuntutan pekerjaan. Berdasarkan

laporan dari American Insititute disebutkan bahwa stres kerja masih menjadi

perhatian, dimana 80% dari karyawan dilaporkan terjadi stres (Seaward , 2009).

Stres dalam kehidupan dapat menimbulkan reaksi pada tubuh. Menurut Hawari

(2001), setiap permasalahan kehidupan yang menimpa pada diri seseorang

(stressor psikososial) dapat mengakibatkan gangguan fungsi/faal organ tubuh.

Stres dapat berpengaruh terhadap sistem yang ada dalam tubuh salah satunya

pada sistem pencernaan. Stres akut dapat mempengaruhi gastrointestinal dan

mencetuskan keluhan pada orang sehat (Djojoningrat, 2010).

Survey yang telah dilakukan dari sebuah perusahaan obat terdapat lima dari

sepuluh orang atau satu dari dua orang berpotensi menderita gangguan saluran

pencernaan (Muchsin, 2009). Gangguan pencernaan yang sering dikeluhkan

karyawan yaitu dispepsia. Ditjen Bina Upaya Kesehatan Kepmenkes RI (2012),

menyatakan bahwa dispepsia termasuk ke dalam 10 besar penyakit rawat jalan

pada rumah sakit di Indonesia tahun 2010 dengan jumlah kunjungan sebanyak

163.428 orang menempati urutan ke-6 dari 10 besar penyakit. Pervalensi

dispepsia berkisar antara 12-45% dengan estimasi rerata adalah 25%. Insidens

dispepsia per tahun diperkirakan antara 1-11,5% (Rani, 2011). Prevalensi

dispepsia sendiri secara global bervariasi antara 7-45% tergantung pada lokasi

geografis (Muchsin, 2009).

Page 19: HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA PADA KARYAWAN

3

Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013

Dispepsia dapat terjadi akibat kelainan organik maupun fungsional. Dispepsia

fungsional merupakan gangguan lambung pada sistem pencernaan yang

dipengaruhi oleh stres (Rani, 2011).

Penelitian yang telah dilakukan oleh Cheng (2004) di Hong Kong telah

melakukan penelitian pada 590 responden yang memenuhi kriteria diagnostik

dispepsia fungsional. Dari 590 responden yang berpartisipasi dalam penelitian

sebanyak 396 responden, hasil dari analisis menunjukkan hubungan yang

signifikan antara dukungan emosional dengan dispepsia fungsional. Pada

penelitian ini menunjukkan bahwa model interaksi psikososial yaitu pemantauan

faktor resiko, peran, dan dukungan emosional sangat penting pada pasien

dispepsia fungsional.

Penelitian lain juga dilakukan oleh Coppeta (2008) yang telah meneliti pekerja

yang terpapar dengan polusi debu semen. Pada penelitian ini dibagi menjadi 2

kelompok yaitu kelompok yang terpapar dengan polusi debu semen dan

kelompok yang tidak terpapar dengan debu semen. Angka kejadian dispepsia

meningkat pada kelompok yang terpapar dengan polusi debu semen

dibandingkan dengan kelompok yang tidak terpapar dengan polusi debu semen.

Hasil penelitian menunjukkan hubungan yang signifikan antara stres lingkungan

karena debu semen dengan dispepsia. Penelitian yang dilakukan Jonnson,

Theorell, dan Gotthard (1995) melakukan penelitian pada 25 pasien dispepsia

fungsional yang terdiri dari 12 laki-laki dan 13 perempuan, berusia 24-50 tahun.

Dari hasil penelitian ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara gejala,

Page 20: HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA PADA KARYAWAN

4

Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013

stres pekerjaan, dukungan sosial, dan kepribadian dengan dispepsia fungsional

kronik .

Penelitian yang sama dilakukan oleh Gucht, Fischler, Heiser (2003) dari hasil

penelitian ditemukan konstribusi dari stres kerja, kepribadian, dan psikologis

terhadap dispepsia fungsional pada perawat. Tujuan dari penelitian ini adalah

untuk menguji kontribusi masing-masing dimensi stres kerja (tuntutan pekerjaan,

kontrol pekerjaan, dan dukungan sosial di tempat kerja), kepribadian, dan

tekanan psikologis (kecemasan dan depresi) ke somatisasi dalam populasi

perawat. Kepribadian memiliki hubungan yang signifikan dari kedua somatisasi

dan sindrom somatik fungsional (dispepsia fungsional). Studi selanjutnya harus

memeriksa sejauh mana pola yang ditemukan antara dimensi stres kerja dan

sindrom somatik fungsional, serta interaksi antara stres kerja dan dimensi

kepribadian dalam menentukan somatisasi.

Penelitian yang dilakukan oleh Uleng (2011) menunjukkan bahwa ada hubungan

antara dispepsia organik dan dispepsia fungsional dengan kecemasan, dimana

31,2% pasien dispepsia fungsional ditemukan gangguan jiwa dalam bentuk

kecemasan dan depresi. Demikian juga penelitian menurut Haug (1995),

membandingkan peristiwa-peristiwa dalam kehidupan dan stres pada pasien

dispepsia fungsional dan pasien dispepsia organik yang diteliti. Sebelumnya

pasien mengalami peristiwa ketegangan (stres) dalam kehidupan selama 6 bulan

sebelumnya. Ditemukan pasien dengan dispepsia fungsional mempunyai lebih

Page 21: HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA PADA KARYAWAN

5

Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013

tinggi derajat kecemasan, depresi dan keluhan somatisasi daripada pasien dengan

dispepsia organik.

Pada penelitian Tarigan (2003), dapat dilihat baik pada penderita dispepsia

fungsional maupun dispepsia organik ada yang mengalami depresi dengan

tingkatan yang bervariasi ringan, sedang dan berat. Penderita dispepsia

fungsional yang mengalami depresi lebih banyak dari pada dispepsia organik.

Hal ini menjadi perhatian yang khusus bagi gastroenterohepatologis untuk lebih

memperhatikan adanya hubungan gangguan somatik, psikis dan lingkungan bio-

sosio-kulturil dan agama.

Hasil yang kurang memuaskan dari penelitian sebelumnya dikarenakan belum

adanya bukti kuat untuk menyatakan hubungan sebab akibat antara stres dengan

dispepsia. Data yang diperoleh di klinik Perum Peruri pada bulan Oktober 2012

– Juli 2013 didapatkan pasien dengan dispepsia sebanyak 108 orang, dengan

umur 25 - 45 tahun. Walaupun dari hasil penelitian sudah banyak mengemukakan

tentang hubungan kecemasan dengan dispepsia fungsional tetapi masih adanya

kontroversial terhadap dispepsia fungsional. Adanya kontroversi dikarenakan

tidak didapatkan karakteristik dispepsia fungsional pada gangguan psikologis

(Djojoningrat, 2010). Data yang didapatkan pada saat aplikasi di Rumah sakit

Sukapura pada bulan Desember 2012 – Januari 2013 didapatkan pasien dengan

dispepsia sebanyak 64 orang yang sebagian besar pasien adalah karyawan

Perusahaan.

Page 22: HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA PADA KARYAWAN

6

Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013

Indonesia adalah negara berkembang yang banyak sekali terdapat perusahaan

yang mempekerjakan ratusan hingga ribuan karyawan. Pusdatinaker menyatakan

bahwa jumlah perusahaan di Indonesia pada tahun 2011 sebanyak 221.875

perusahaan, untuk di daerah Jawa Barat sendiri terdapat 27.676 perusahaan.

Daerah Jawa Barat salah satunya adalah Kabupaten Karawang. Kabupaten

Karawang mempunyai letak geografis yang sangat strategis karena lokasinya

berdekatan dengan Ibukota Negara, yaitu DKI Jakarta. Posisi geografis serta

sumber daya yang ada menjadikan Kabupaten Karawang mempunyai daya tarik

bagi tumbuhnya kegiatan pembangunan, terutama menyangkut pengembangan

yang seimbang pada kawasan industri.

Karawang merupakan lokasi kawasan industri di Asia Tenggara dan

perkembangan industri di daerah Karawang meningkat hingga mencapai 181 unit

sepanjang tahun 2011. Salah satunya merupakan Perum Peruri yang berada di

daerah Karawang yang bergerak pada percetakan uang yang memiliki ribuan

karyawan. Berdasarkan uraian tersebut diatas peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai hubungan stres dengan kejadian dispepsia fungsional pada

karyawan Perum Peruri di Karawang Barat dan belum peneliti temukan pada

penelitian sebelumnya, sehingga peneliti menganggap pentingnya dilakukan

penelitian ini.

B. Perumusan Masalah

Karyawan dalam bekerja dituntut ketelitian, ketepatan, dan kecepatan dalam

bekerja. Stres kerja masih menjadi perhatian, dimana 80% dari karyawan

Page 23: HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA PADA KARYAWAN

7

Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013

dilaporkan terjadi stres. Kebanyakan pekerjaan dengan waktu sangat sempit

ditambah lagi dengan tuntutan harus serba cepat dan tepat membuat orang hidup

dalam ketegangan/stres. Stres akut dapat mempengaruhi gastrointestinal dan

mencetuskan keluhan pada orang sehat berupa gangguan lambung. Gangguan

lambung yang dipengaruhi oleh stres adalah dispepsia.

Pada beberapa hasil penelitian belum dapat memberikan gambaran yang jelas

tentang hubungan stres dengan kejadian dispepsia pada karyawan. Karena belum

adanya bukti kuat yang menyatakan hubungan sebab akibat antara stres dengan

kejadian dispepsia, serta masih adanya kontroversi antara dispepsia dengan stres,

maka peneliti tertarik untuk mengetahui “Hubungan Stres dengan Kejadian

Dispepsia pada karyawan Perum Peruri di Karawang Barat.”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengidentifikasi hubungan stres dengan kejadian dispepsia pada

karyawan Perum Peruri.

2. Tujuan Khusus

a. Teridentifikasi gambaran karakteristik (umur, jenis kelamin, sosial

ekonomi, lingkungan, stres dan kejadian dispepsia) pada karyawan Perum

Peruri.

b. Mengetahui hubungan stres dengan kejadian dispepsia pada karyawan

Perum Peruri.

Page 24: HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA PADA KARYAWAN

8

Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013

c. Mengetahui hubungan umur dengan kejadian dispepsia karyawan Perum

Peruri.

d. Mengetahui hubungan jenis kelamin dengan kejadian dispepsia karyawan

Perum Peruri.

e. Mengetahui hubungan sosial ekonomi dengan kejadian dispepsia

karyawan Perum Peruri.

f. Mengetahui hubungan lingkungan dengan kejadian dispepsia karyawan

Perum Peruri.

g. Mengetahui faktor yang paling dominan pada kejadian dispepsia

karyawan Perum Peruri.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Aplikasi

a) Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam mengatasi stres

pada karyawan di perusahaan, sehingga dapat mengurangi timbulnya

kejadian dispepsia pada karyawan di perusahaan.

b) Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan pengalaman bagi

karyawan perusahaan untuk mengetahui hubungan stres dengan kejadian

dispepsia.

2. Manfaat Keilmuan

a) Memberikan gambaran dan informasi tentang hubungan stres dengan

kejadian dispepsia pada karyawan di perusahaan.

b) Menambah pengetahuan dan wawasan dalam praktek asuhan keperawatan

medikal bedah pada karyawan di perusahaan.

Page 25: HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA PADA KARYAWAN

9

Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013

3. Manfaat Metodologi

Penelitian ini dapat menambah jumlah penelitian tentang hubungan stres

dengan kejadian dispepsia pada karyawan di perusahaan dan dapat menjadi

landasan untuk penelitian selanjutnya dengan pendekatan yang berbeda.

Page 26: HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA PADA KARYAWAN

10

Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Gangguan Lambung

Lambung merupakan bagian dari saluran pencernaan yang berbentuk seperti

kantung, dapat berdilatasi, dan berfungsi mencerna makanan dibantu oleh

asam klorida (HCl) dan enzim-enzim seperti pepsin, renin, dan lipase. Secara

anatomis lambung terdiri atas empat bagian, yaitu: cardia, fundus, body atau

corpus, dan pylorus. Adapun secara histologis, lambung terdiri atas beberapa

lapisan, yaitu: mukosa, submukosa, muskularis mukosa, dan serosa (Ganong,

2003).

Gambar 2.1 Lambung

Lambung akan mensekresikan asam klorida (HCl) atau asam lambung dan

enzim untuk mencerna makanan. Lambung memiliki motilitas khusus untuk

gerakan pencampuran makanan yang dicerna dan cairan lambung, untuk

membentuk cairan padat yang dinamakan kimus kemudian dikosongkan ke

duodenum. Sel-sel lambung setiap hari mensekresikan sekitar 2500 ml cairan

Page 27: HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA PADA KARYAWAN

11

Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013

lambung yang mengandung berbagai zat, diantaranya adalah HCl dan

pepsinogen. HCl membunuh sebagan besar bakteri yang masuk, membantu

pencernaan protein, menghasilkan pH yang diperlukan pepsin untuk

mencerna protein, serta merangsang empedu dan cairan pankreas. Asam

lambung cukup pekat untuk menyebabkan kerusakan jaringan, tetapi pada

orang normal mukosa lambung tidak mengalami iritasi atau tercerna karena

sebagian cairan lambung mengandung mukus, yang merupakan faktor

perlindungan lambung (Ganong, 2003).

Sekresi asam lambung dipengaruhi oleh kerja saraf dan hormon. Sistem saraf

yang bekerja yatu saraf pusat dan saraf otonom, yakni saraf simpatis dan

parasimpatis. Adapun hormon yang bekerja antara lain adalah hormon

gastrin, asetilkolin, dan histamine. Terdapat tiga fase yang menyebabkan

sekresi asam lambung. Pertama, fase sefalik, sekresi asam lambung terjadi

meskipun makanan belum masuk lambung, akibat memikirkan atau

merasakan makanan. Kedua, fase gastrik, ketika makanan masuk lambung

akan merangsang mekanisme sekresi asam lambung yang berlangsung selama

beberapa jam, selama makanan masih berada di dalam lambung. Ketiga, fase

intestinal, proses sekresi asam lambung terjadi ketika makanan mengenai

mukosa usus. Produksi asam lambung akan tetap berlangsung meskipun

dalam kondisi tidur. Kebiasaan makan yang teratur sangat penting bagi

sekresi asam lambung karena kondisi tersebut memudahkan lambung

mengenali waktu makan sehingga produksi lambung terkontrol (Ganong,

2003).

Page 28: HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA PADA KARYAWAN

12

Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013

Dispepsia merupakan suatu kumpulan gejala rasa nyeri atau tidak nyaman

pada perut bagian atas yang berlangsung selama 3 bulan dalam waktu 6 bulan

terakhir sebelum diagnosis ditegakkan (Roma II, 2000). Ketidaknyamanan

tersebut dapat berkaitan dengan masalah organik pada saluran cerna bagian

atas, seperti gastroesophageal reflux disease (GERD), gastritis, tukak peptik,

gangguan kandung empedu (kolesistitis), atau patologi teridentifikasi lainnya.

B. Dispepsia

Dispepsia merupakan kumpulan gejala atau sindrom nyeri ulu hati, mual,

kembung, muntah, rasa penuh atau cepat kenyang, dan sendawa, merupakan

masalah yang sering ditemukan dalam praktek sehari-hari (Rani & Albert,

2011). Dispepsia dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok penyakit

organik (seperti tukak peptik, gastritis, batu kandung empedu, dll) dan

kelompok fungsional merupakan kelompok dimana sarana penunjang

diagnostik yang konvensional atau baku (radiologi, endoskopi, laboratorium)

tidak dapat memperlihatkan adanya gangguan patologis struktural.

Dalam konsesus Roma III (2006), dispepsia fungsional didefinisikan sebagai

berikut :

1. Adanya satu atau lebih keluhan rasa penuh setelah makan, cepat kenyang,

nyeri ulu hati/epigastrik, rasa terbakar di epigastrium.

2. Tidak adanya bukti kelainan struktural yang dapat menerangkan

penyebab keluhan.

Page 29: HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA PADA KARYAWAN

13

Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013

3. Keluhan terjadi selama 3 bulan dalam waktu 6 bulan terakhir sebelum

diagnosis ditegakkan (Djojoningrat, 2010).

Dispepsia fungsional dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu:

1. Dispepsia tipe seperti ulkus, dimana yang lebih dominan adalah nyeri

epigastrik.

2. Dispepsia tipe seperti dismotilitas, dimana yang lebih dominan adalah

keluhan kembung, mual, muntah, rasa penuh, cepat kenyang.

3. Dispepsia tipe non-spesifik, dimana tidak ada keluhan yang dominan.

(Djojoningrat, 2010).

Dispepsia fungsional diberikan terapi sesuai subtipe yang didapatkan secara

klinik. Sesuai dengan beberapa konsensus terapi empirik dilakukan selama 4

minggu. Patofisiologi yang berhubungan dengan dispepsia fungsional

(Djojoningrat, 2010) adalah :

1. Sekresi Asam Lambung

Tingkat sekresi asam lambung, baik sekresi basal maupun dengan

stimulasi pentagastrin yang rata-rata normal. Diduga adanya peningkatan

sensitivitas mukosa lambung terhadap asam yang menimbulkan rasa tidak

enak diperut.

2. Helicobacter pylori (Hp)

Dari berbagai laporan Helicobacter pylori pada dispepsia fungsional

sekitar 50% dan tidak berbeda bermakna dengan angka Helicobacter

pylori pada kelompok orang sehat. Memang mulai ada kencenderungan

Page 30: HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA PADA KARYAWAN

14

Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013

untuk melakukan eradikasi Helicobacter pylori pada dispepsia fungsional

dengan Helicobacter pylori positif yang gagal dengan pengobatan

konservatif baku.

3. Dismotilitas Gastrointestinal

Pada dispepsia fungsional terjadi perlambatan pengosongan lambung,

adanya hipomotilitas antrum (sampai 50% kasus), gangguan akomodasi

lambung waktu makan, disritmia gaster dan hipersensitivitas viseral.

Salah satu dari keadaan ini dapat ditemukan pada setengah sampai

duapertiga kasus dispepsia fungsional.

4. Ambang Rangsang Persepsi

Dinding usus mempunyai berbagai reseptor, termasuk reseptor kimiawi,

reseptor mekanik dan nociceptor. Dalam studi tampaknya kasus dispepsia

mempunyai hipersensitivitas viseral terhadap distensi balon di gaster atau

duodenum.

5. Disfungsi Autonom

Disfungsi persyarafan vagal diduga berperan dalam hipersensitivitas

gastrointestinal pada kasus dispepsia fungsional. Adanya neuropati vagal

juga diduga berperan dalam kegagalan relaksasi bagian proksimal

lambung waktu menerima makanan, sehingga menimbulkan gangguan

akomodasi lambung dan rasa cepat kenyang.

Page 31: HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA PADA KARYAWAN

15

Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013

6. Aktivitas Mioelektrik Lambung

Adanya disritmia mioelektrik lambung pada pemeriksaan

elektrogastrografi berupa tahcygastria, bradygastria pada lebih kurang

40% kasus dispepsia fungsional.

7. Hormonal

Dilaporkan adanya penurunan kadar hormon motilin yang menyebabkan

gangguan motilitas antroduodenal. Dalam beberapa percobaan

progesteron, astradiol dan prolaktin mempengaruhi kontraktilitas otot

polos dan memperlambat waktu transit gastrointestinal.

8. Diet dan Faktor Lingkungan

Adanya intoleransi makanan lebih sering terjadi pada kasus dispepsia

fungsional. Berbagai jenis makanan yang mencetuskan serangan antara

lain buah-buahan, asinan, kopi, alkohol, makanan berlemak. Tetapi pada

penelitian sulit untuk dibuktikan bahwa faktor ini berlaku untuk setiap

orang.

9. Psikologis

Adanya stres akut dapat mempengaruhi fungsi gastrointestinal dan

mencetuskan keluhan pada orang sehat. Adanya penurunan kontraktilitas

pada lambung yang mendahului keluhan mual setelah stimulus stres

sentral. Adanya kecenderungan pada kasus dispepsia fungsional terdapat

Page 32: HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA PADA KARYAWAN

16

Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013

masa kecil yang tidak bahagia, adanya seksual abuse, atau adanya

gangguan psikiatrik.

C. Stres

1. Definisi Stres

Definisi stres yang diberikan oleh Selye (1982) adalah “stress is the

nonspecific result of any demand upon the body be the mental or

somatic,” tubuh akan memberikan reaksi terhadap ketegangan dalam

kehidupan yang dialami seseorang dan dapat terjadi perubahan biologi

serta kimia dalam tubuh.

Stres diakibatkan adanya perubahan-perubahan dari nilai budaya, sistem

kemasyarakatan, pekerjaan serta akibat ketegangan antara idealisme dan

realita. Stres hidup akan menyebabkan terganggunya keseimbangan

mental emosional tidak menyebabkan kematian langsung, akan tetapi

mengganggu produktivitas hidup menjadi tidak efisien. Tidak semua

orang dapat menghadapi suatu perubahan yang terjadi, akibatnya akan

menimbulkan ketegangan yang merupakan faktor pencetus,penyebab dan

akibat dari suatu penyakit (Suliswati, 2005).

2. Stres Sebagai Respon Biologis

Selye merumuskan stres sebagai General Adaptation syndrome (GAS)

atau sindrom penyesuaian umum. GAS pada dasarnya merupakan reaksi

fisiologis akibat rangsangan fisik dan psikososial. Bila individu terancam

oleh stres, isyaratnya akan dikirim ke otak mengirim informasi ke

Page 33: HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA PADA KARYAWAN

17

Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013

hipotalamus sehingga sistem saraf otonom dan endokrin terstimulasi.

Akibatnya terjadi suatu perubahan berupa gejala dari sistem saraf otonom

dan sistem endokrin. Sindrom khusus yang terdiri dari perubahan yang

menyebabkan tidak spesifik dalam sistem biologi. Sindrom ini dikenal

sebagai”fight or flight syndrome”. Reaksi umum tubuh terhadap stres

dibagi 3 tahap yaitu reaksi waspada, reaksi melawan, dan reaksi kelelahan

(Townsend, 1996).

a. Tahap reaksi waspada

Pada tahap ini individu mengadakan reaksi pertahanan pada stresor.

Tanda fisik yang akan muncul adalah curah jantung meningkat,

peredaran darah cepat, darah di perifer dan gastrointestinal mengalir

ke kepala dan ekstremitas. Karena banyaknya organ tubuh yang

terpengaruh, maka gejala stres akan mempengaruhi denyut nadi dan

ketegangan otot.

b. Tahap melawan

Tubuh berusaha menyeimbangkan proses fisiologis yang dipengaruhi

selama reaksi waspada untuk sedapat mungkin kembali ke keadaan

normal dan tubuh akan coba mengatasi faktor-faktor penyebab stres.

Apabila proses fisiologis teratasi maka gejala-gejala stres akan

menurun, tubuh akan secepat mungkin berusaha normal kembali

karena tubuh ada batasannya dalam beradaptasi.

Page 34: HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA PADA KARYAWAN

18

Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013

c. Tahap kelelahan

Pada tahap ini energi berkurang dan individu tidak dapat mengambil

dari berbagai sumber untuk penyesuaian. Akan timbul gejala

penyesuaian diri terhadap lingkungan.

3. Jenis Pemicu Stres (Wijoyo, 2011)

Orang stres itu ada banyak dengan berbagai macam/jenis penyebab mulai

dari masalah ekonomi, masalah cinta, masalah keluarga, masalah

pekerjaan, masalah tetangga, masalah selebritis, dan lain sebagainya.

Orang stres biasanya mudah tersinggung, sensitif, gugup, agresif, emosi

labil, sedih, emosional, dan lain sebagainya. Berikut ini adalah kategori

pemicu stres yang umum :

a. Stres Kepribadian (Personality Stress)

Stres kepribadian adalah stress yang dipicu oleh masalah dari dalam

diri seseorang. Berhubungan dengan cara pandang pada masalah dan

kepercayaan atas dirinya. Orang yang selalu menyikapi positif segala

tekanan hidup akan kecil resiko terkenal stres jenis yang satu ini.

b. Stres Psikososial (Psychosocial Stress).

Stres psikososial adalah stress yang dipicu oleh hubungan relasi

dengan orang lain di sekitarnya atau akibat situasi sosial lainnya.

Jenis stres psikososial yang sering ditemukan pada umumnya yaitu :

perkawinan, problem orang tua, hubungan interpersonal, pekerjaan,

Page 35: HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA PADA KARYAWAN

19

Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013

lingkungan hidup, keuangan, hukum, perkembangan, penyakit fisik

atau cedera, dan faktor keluarga.

c. Stres Bioekologi (Bio-Ecological Stress).

Stres bio-ekologi adalah stress yang dipicu oleh dua hal. Yang

pertama yaitu ekologi / lingkungan seperti polusi serta cuaca dan yang

kedua akibat kondisi biologis seperti akibat datang bulan, demam,

asma, jerawatan, tambah tua, dan banyak lagi akibat penyakit dan

kondisi tubuh lainnya.

d. Stres Pekerjaan (Job Stress).

Stres pekerjaan adalah stress yang dipicu oleh pekerjaan seseorang.

Persaingan jabatan, tekanan pekerjaan, deadline, terlalu banyak

kerjaan, ancaman phk, target tinggi, usaha gagal, persaingan bisnis,

adalah beberapa hal umum yang dapat memicu munculnya stress

akibat karir pekerjaan.

D. Faktor Lain yang Mempengaruhi Dispepsia (Rani, 2011).

1. Umur

Berdasarkan penelitian bahwa semakin tua umur, prevalensi dispepsia

semakin meningkat. Dikarenakan semakin bertambahnya umur semakin

kompleks masalah kehidupan yang dialami, sehingga cenderung

mengalami gangguan pada sistem gastrointestinal dengan umur terbanyak

45-60 tahun. Untuk usia < 45 tahun dilakukan penatalaksanaan sebagai

Page 36: HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA PADA KARYAWAN

20

Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013

dispepsia fungsional, sedangkan usia ≥ 45 tahun dengan dilakukan

rujukan ke rumah sakit dengan fasilitas endoskopi (Rani, 2011).

2. Jenis kelamin

Rani (2011), mengemukakan dispepsia dipengaruhi oleh faktor jenis

kelamin. Menurut Ditjen Bina Upaya Kesehatan Kepmenkes RI, penyakit

dispepsia lebih banyak dialami pada perempuan sebanyak 15.122 orang

sedangkan pada laki-laki sebanyak 9.594 orang (Kepmenkes RI, 2012).

Perempuan dalam menghadapi segala permasalahan kehidupan lebih

menggunakan perasaan sehingga sering menimbulkan stres yang dapat

meningkatkan produksi asam lambung sehingga timbul masalah

gangguan pada lambung.

3. Sosiol ekonomi

Rani (2010), mengatakan bahwa faktor sosial ekonomi secara langsung

maupun tidak langsung berdampak pada keluhan dispepsia. Penyebaran

dispepsia umumnya lebih banyak terjadi pada negara berkembang yang

padat penduduknya dibandingkan di negara maju hal ini disebabkan oleh

faktor sosial ekonomi yang rendah.

4. Lingkungan

Indikator kesehatan lingkungan menurut RISKESDAS (2010), yaitu akses

terhadap air minum terlindung, akses terhadap sanitasi layak (sarana

BAB), penanganan sampah, dan penggunaan bahan untuk memasak.

Menurut Riccardi dan Rotter (2004), banyak penyakit terjadi karena

Page 37: HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA PADA KARYAWAN

21

Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013

adanya hubungan saling mempengaruhi antara faktor genetik dan

lingkungan. Unsur lingkungan akan berkontribusi untuk menajamkan

proses terjadinya penyakit. Lingkungan yang meliputi pengaruh secara

fisik yaitu sinar matahari dan iklim serta biologis seperti parasit dan

infeksi.

Faktor lingkungan yang berkaitan erat dengan infeksi bakteri H. pylori

berperan sebagai faktor penyebab terjadinya dispepsia fungsional. Hal ini

mungkin terkait faktor kebersihan, karena faktor kebersihan yang buruk

membuat infeksi H. pylori menjadi lebih sering terjadi dan umumnya

terjadi pada lingkungan yang padat penduduknya.

E. Aplikasi Teori “Adaptasi” pada Karyawan yang Mengalami Dispepsia.

Adaptasi sebagai suatu bentuk respon yang sehat terhadap stres sebagai suatu

perbaikan homeostasis pada sistem lingkungan internal. Adaptasi dipandang

sebagai suatu yang positif dan ada korelasi dengan respon yang sehat. Ketika

tingkah laku mengganggu integritas individu, hal ini dianggap maladaptif.

Respon yang maladaptif oleh individu dianggap sebagai hal yang negatif atau

respon yang tidak sehat.

Konsep adaptasi roy diaplikasikan pada karyawan yang mengalami dispepsia.

Input pada manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah dengan menerima

masukan dari lingkungan luar dan lingkungan dalam diri individu itu sendiri.

Input atau stimulus termasuk variabel standar yang berlawanan yang umpan

baliknya dapat dibandingkan. Variabel standar ini adalah stimulus internal

Page 38: HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA PADA KARYAWAN

22

Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013

yang mempunyai tingkat adaptasi dan mewakili dari rentang stimulus

manusia yang dapat ditoleransi dengan usaha-usaha yang biasa dilakukan.

Proses kontrol manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah mekanisme

koping. Dua mekanisme koping yang telah diidentifikasi yaitu: subsistem

regulator dan subsistem kognator. Regulator dan kognator adalah

digambarkan sebagai aksi dalam hubungannya terhadap empat efektor atau

cara-cara adaptasi yaitu: fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan

interdependensi.

Output dari manusia sebagai suatu sistem adaptif adalah respon adaptif dan

respon inefektif. Respon-respon yang adaptif itu mempertahankan atau

meningkatkan integritas, sedangkan respon yang tidak efektif atau maladaptif

itu mengganggu integritas. Melalui proses feedback, respon-respon

memberikan lebih lanjut masukan (input) pada manusia sebagai suatu sistem.

Subsistem regulator dan kognator adalah mekanisme adaptasi atau koping

dengan perubahan lingkungan, dan diperlihatkan melalui perubahan biologis,

psikologis dan sosial. Subsistem regulator adalah gambaran respon yang

kaitannya dengan perubahan pada sistem saraf, kimia tubuh dan organ

endokrin dan subsistem kognator adalah gambaran respon yang kaitannya

dengan perubahan kognitif dan emosi, termasuk di dalamnya persepsi, proses

informasi, pembelajaran, membuat alasan dan emosional, yang termasuk

didalamnya mempertahankan untuk mencari bantuan.

Page 39: HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA PADA KARYAWAN

23

Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013

Skema 2.1. Teori “Adaptasi” Sister Callista Roy (1984), dikutip dari

Alligood dan Tomey (2006)

Input Control Processes Effector Output

Aplikasi teori “Adaptasi” pada kasus dispepsia yang dialami karyawan di

perusahaan dapat diuraikan bahwa karyawan dalam menghadapi stres

membutuhkan adaptasi.

Proses adaptasi diawali oleh adanya stimulus ada 3 yaitu stimulus fokal,

stimulus kontekstual, dan stimulus residual. Pada stimulus fokal merupakan

faktor pencetus yang utama yaitu stres, stimulus kontekstual meningkatkan

motilitas lambung sehingga produksi asam lambung meningkat, dan stimulus

residual yang timbul pada umur, jenis kelamin, sosial ekonomi, dan

lingkungan yang merupakan faktor dari perancu atau confounding yang dapat

memperberat respon perilaku maladaptif seperti nyeri epigastrik, keluhan

kembung, mual, muntah, rasa penuh, dan cepat kenyang gejala yang

dikeluhkan pada karyawan, sehingga karyawan melakukan mekanisme

koping baik berupa regulator dan kognator.

Pada regulator yang mempengaruhi stres secara fisiologis berupa gambaran

susunan saraf pusat pada hipotalamus yang kemudian merangsang sistem

Stimuli Adaptation Level

Coping Mechanism: Regulator Cognator

Physiological Function

Self Concept

Role Fungtion

Adaptive and Ineffective Responses

Page 40: HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA PADA KARYAWAN

24

Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013

saraf simpatik yang salah satunya mempersarafi sistem gastrointestinal yaitu

lambung. Kemudian di lambung terjadi penurunan motilitas lambung dan

penurunan sekresi kontraksi spingter. Selanjutnya kognator dimana karyawan

memperoleh informasi dan pembelajaran untuk mencari bantuan dalam

masalah yang dialaminya. Apabila masalah itu dapat diatasi sehingga timbul

respon adaptif dimana tubuh dapat mempertahankan atau meningkatkan

integritas, tetapi apabila masalah itu tidak dapat diatasi sehingga timbul

respon maladaptif atau tidak efektif sehingga mengganggu integritas berupa

keluhan pada lambung seperti nyeri pada epigastrik, kembung, mual, muntah,

rasa penuh, dan cepat kenyang. Perilaku maladaptif ini berlangsung minimal

4 minggu tanpa adanya kelainan organik.

F. Kerangka Teori

Stimulus fokal atau faktor pencetus terjadinya dispepsia yaitu stres. Jenis-

jenis pemicu stres pada karyawan (stressor) adalah stres kepribadian, stres

psikososial, stres bioekologi, dan stres pekerjaan. Setelah karyawan

mengalami salah satu jenis stres merangsang hipotalamus yang kemudian

merangsang sistem saraf simpatik yang salah satunya mempersarafi sistem

gastrointestinal yaitu lambung. Kemudian di lambung terjadi peningkatan

sekresi asam lambung, gangguan motilitas dan akomodasi lambung, serta

adanya infeksi H. pylori sehingga menimbulkan dispepsia.

Stimulus fokal mempengaruhi adanya produksi asam lambung dan sekresi

asam lambung yang berlebih, motilitas dan akomodasi lambung, serta infeksi

Page 41: HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA PADA KARYAWAN

25

Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013

H. pylori yang disebut dengan stimulus kontekstual sehingga muncul suatu

respon yang terjadi karena adanya perubahan perilaku yang adaptif menjadi

maladaptif. Perilaku maladaptif antara lain nyeri epigastrik, kembung, mual,

muntah, rasa penuh, dan cepat kenyang. Perilaku maladaptif ini berlangsung

minimal 4 minggu tanpa adanya kelainan organik. Dari perilaku maladaptif

yang dikeluhkan karyawan mengalami dispepsia. Dispepsia juga dipengaruhi

oleh faktor luar antara lain umur, jenis kelamin, sosio-ekonomi, dan

lingkungan yang dapat memperberat respon perilaku maladaptif pada

karyawan, sehingga karyawan melakukan mekanisme koping baik berupa

regulator dan kognator.

Page 42: HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA PADA KARYAWAN

26

Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013

Berdasarkan konsep diatas, maka peneliti menggambarkan sebagai berikut :

Skema 2.2 Kerangka Teori

Sumber : Teori “Adaptasi” Sister Callista Roy (1984) dikutip dari Alligood

dan Tomey (2006), Townsed (1996), dan Aziz Rani (2011)

Kepribadian Psikososial Bioekologi Pekerjaan

Dispepsia

Faktor confounding : umur, jenis kelamin, sosial ekonomi, lingkungan (stimulus residual)

Peningkatan sekresi asam lambung, menurunkan motilitas lambung dan usus, abnormalitas akomodasi lambung, infeksi H.Pylori

Sistem gastrointestinal

Perilaku maladaptif : nyeri epigastrik, kembung, mual, muntah, rasa penuh, dan cepat kenyang.

Stimulus fokal : Stres

Stresor

Hipotalamus

Sistem saraf simpatis

Page 43: HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA PADA KARYAWAN

27

Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013

BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS,

DAN DEFINISI OPERASIONAL

Pada bab ini akan diuraikan tentang kerangka konsep penelitian, hipotesis penelitian,

dan definisi operasional.

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep pada penelitian ini dapat digambarkan dalam skema sebagai

berikut :

Skema 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Independen Variabel Dependen

Variabel Confounding

Stres merupakan variabel yang mempengaruhi dan dianggap menentukan

variabel kejadian dispepsia. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel pengaruh

atau independen adalah stres. Variabel tergantung atau dependen pada penelitian

ini adalah kejadian dispepsia. Variabel perancu (confounding) pada penelitian ini

adalah umur, jenis kelamin, sosial ekonomi, dan lingkungan yang mempengaruhi

stres dan kejadian dispepsia.

STRES

1. Umur 2. Jenis Kelamin 3. Sosial Ekonomi 4. Lingkungan

KEJADIAN DISPEPSIA

Page 44: HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA PADA KARYAWAN

28

Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013

B. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. Hipotesis Mayor

Ada hubungan antara stres dengan kejadian dispepsia pada karyawan di Perum

Peruri.

2. Hipotesis Minor

a. Ada hubungan antara umur dengan kejadian dispepsia pada karyawan di

Perum Peruri.

b. Ada hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian dispepsia pada

karyawan di Perum Peruri.

c. Ada hubungan antara sosial ekonomi dengan kejadian dispepsia pada

karyawan di Perum Peruri.

d. Ada hubungan antara lingkungan dengan kejadian dispepsia pada karyawan

di Perum Peruri.

e. Ada faktor yang paling dominan pada kejadian dispepsia karyawan Perum

Peruri.

Page 45: HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA PADA KARYAWAN

29

Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013

C. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi

Operasional Alat Ukur Hasil Ukur

Skala Ukur

Variabel independen

Stres

Ketegangan dalam kehidupan yang dapat menimbulkan reaksi terhadap tubuh yang dirasakan 1 minggu yang lalu disebabkan oleh masalah kepribadian, psikososial, bioekologi, dan pekerjaan

Kuistioner B terdiri dari 42 item penilaian:

Setiap item diukur dengan skala DASS untuk penilaian :

0= tidak ada atau tidak pernah

1=sesuai dengan yang dialami sampai tingkat tertentu, atau kadang-kadang

2=Sering

3=Sangat sesuai dengan yang dialami, atau hampir setiap saat

Skor tertinggi 126 dan terendah 0

Total skor antara 0-126 dengan penilaian

Skor 0-14 : normal

Skor 15-18 : ringan

Skor 19-25 : sedang

Skor 26-33 : berat

Skor ≥ 34 : sangat berat

Interval

0 = Berat (skor 26-126)

1 = Ringan (skor 15-25)

Ordinal

Variabel dependen Kejadian dispepsia

Ada tidaknya satu atau lebih dari 4 keluhan berupa rasa penuh setelah makan, cepat kenyang, nyeri ulu hati/epigastrik, rasa terbakar di epigastrium

Kuistioner C dengan wawancara terdiri dari 6 item pertanyaan : 0 = Tidak 1 = Ya

0 = Sakit (skor 0) 1= Tidak Sakit (skor ≥ 1)

Nominal

Page 46: HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA PADA KARYAWAN

30

Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013

Variabel confounding

Umur

Usia dalam tahun sejak lahir sampai diadakan penelitian berdasarkan ulang tahun terakhir

Kuistioner A

Ratio

0 = ≤ 35 tahun (Dewasa awal)

1 = > 35 tahun (Dewasa akhir)

Ordinal

Jenis kelamin Jenis seks berdasarkan kartu identitas

Kuistioner A 0 = perempuan

1 = laki-laki

Nominal

Sosial ekonomi Selisih penghasilan dan pengeluaran rumah tangga setiap bulan

Kuistioner D 0 = rendah (jika selisih penghasilan dan pengeluaran ≥ 75%

1 = tinggi (jika selisih penghasilan dan pengeluaran < 75%)

Ordinal

Lingkungan Keadaan yang berada disekitar yang mempunyai indikator terhadap akses air minum, sanitasi yang layak, penanganan sampah, dan penggunaan bahan bakar untuk memasak

Kuistioner E 0 = buruk (jika jawaban memiliki nilai ≥ 75%)

1 = baik (jika jawaban memiliki nilai < 75%)

Ordinal

Page 47: HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA PADA KARYAWAN

31

Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013

BAB IV

METODE PENELITIAN

Bab IV menguraikan tentang metode penelitian, termasuk desain penelitian yang

digunakan, populasi dan sampel penelitian, tempat dan waktu penelitian, etika

penelitian, alat pengumpul data, prosedur pengumpulan data dan rencana analisis

data.

A. Rancangan Penelitian

Rancangan pada penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan

pendekatan case control. Skema desain penelitian sebagai berikut :

Skema 4.1 Desain Penelitian

Jenis penelitian kasus kontrol (case control), yaitu peneliti melakukan

pengukuran pada variabel dependen (kejadian dispepsia) yang dilakukan diklinik

peruri dengan cara mengambil data karyawan yang terdiagnosa dispepsia

sejumlah 114 orang karyawan. Data dari 114 orang karyawan diambil sampel 45

orang karyawan dengan cara: pertama data disusun sesuai dengan nomor induk

Populasi /sampel

stres (-)

stres (+)

stres (-)

stres (+)

Page 48: HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA PADA KARYAWAN

32

Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013

karyawan dan diambil sampel dengan cara melempar koin jatuhnya koin pada

nomor yang sudah diurutkan, kemudian diambil berdasarkan pada kolom dan

baris pada nomor yang pertama kali didapatkan dari pelemparan koin. Variabel

independen ditelusuri secara retrospektif untuk menentukan ada tidaknya faktor

variabel independen (stres) yang dirasakan karyawan 1 (satu) minggu yang lalu.

Cara pengambilan sampel pada karyawan yang mengalami keluhan stres 1 (satu)

minggu yang lalu yang tinggal diperumahan Peruri, pengambilan sampel

sebanyak 45 orang karyawan dilakukan dengan tehnik random sampling.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah 1000 orang karyawan bagian produksi

cetak umum.

2. Sampel

Ke-1000 subyek diberi nomor urut, dari 1 sampai dengan 1000. Karena ada

1000 subyek, maka diambil angka yang terdiri atas 4 digit; jadi dipilih

deretan angka yang terdiri atas 4 digit. Peneliti menjatuhkan koin pada

deretan nomor, koin jatuh tepat pada kolom ketiga, baris pertama, dapat

dibaca nomor 1451, selanjutnya kekanan berturut-turut 1852, 8536, 0099,

5892, 3696, 2678, 3563, 3145, 0162, 0748, 3514, 5311, 6498, 6348, 7643,

1815, 9495, 8483, 6738, 2501, 4154, 6096, 2830, 1898, 6141, 4835, 2504,

2311 3604, 7533, 9117, 3085, 4236, 0698, 4917, 4120, 7498, 5513, 7895,

9354, 7247, 6909, 4047, 6548, 0539, 3967, 7097 dan seterusnya. Oleh karena

Page 49: HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA PADA KARYAWAN

33

Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013

angka tertinggi yang akan diambil adalah 1000, maka setiap angka yang lebih

dari 1000 diabaikan, jadi hanya diambil angka ≤ 1000 adalah angka 0099,

0162, 0748, 0698, 0539, dan seterusnya sampai mencapai jumlah sampel

yaitu sebanyak 90 orang.

Pertimbangan yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan menentukan

kriteria sampel, yang meliputi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi, dimana

kriteria tersebut menentukan dapat dan tidaknya sampel tersebut digunakan.

Kriteria inklusi pada sampel penelitian ini adalah :

1. Karyawan di Perum Peruri yang berusia ≤ 45 tahun

2. Karyawan yang tidak mengalami pengobatan dispepsia selama 4 minggu.

3. Karyawan yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan

4. Karyawan yang mampu membaca, menulis, dan berkomunikasi

Pada kasus kontrol untuk perhitungan sampel digunakan rumus (Sudigdo,

2011):

2

21

2

P

PQzzn

R

RP

1

Keterangan :

P : proporsi efek pada kelompok kasus kontrol

α : tingkat kemaknaan, α [ditetapkan]

Zβ : power [ditetapkan]

Page 50: HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA PADA KARYAWAN

34

Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013

Berdasarkan rumus di atas, besar sampel minimal pada kasus kontrol

bergantung pada OR, zα, dan zβ, tetapi tidak bergantung pada proporsi

kontrol. Bila diketahui α = 0,05 (1,96); β = 0,01 (1,282); OR = 2; P = 2/3; dan

Q = 1/3, maka :

2

21

32

31

32282,12

96,1

n = 90

Jadi, jumlah sampel yang diperlukan untuk kelompok kasus dan kelompok

kontrol adalah 90 orang.

C. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Perumahan Perum Peruri terdiri dari data kelompok

kontrol dan data kelompok kasus, untuk data kelompok kasus akan diambil dari

Klinik Perum Peruri. Perum Peruri merupakan Percetakan Uang Republik

Indonesia yang mempunyai karyawan yang banyak memungkinkan sampel yang

diinginkan lebih mudah ditemukan. Disamping itu karena belum pernah

dilakukan penelitian tentang Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia pada

Karyawan di Perum Peruri.

D. Waktu Penelitian

Waktu penelitian di bagi menjadi 3 tahap, yaitu penyusunan proposal,

pengumpulan data dan pelaporan hasil penelitian. Penyusunan proposal

Page 51: HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA PADA KARYAWAN

35

Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013

dilakukan pada minggu ke-1 bulan Maret sampai dengan minggu ke-4 bulan Mei

2013. Pengumpulan data dilakukan pada minggu ke-2 bulan Juni sampai dengan

minggu ke-2 bulan Agustus 2013. Pelaporan hasil penelitian pada minggu ke-4

pada bulan Agustus 2013.

E. Etika Penelitian

Etika penelitian adalah suatu sistem nilai yang normal, yang harus dipatuhi oleh

peneliti saat melakukan aktivitas penelitian yang melibatkan responden, meliputi

kebebasan dari adanya ancaman, kebebasan dari eksploitasi, keuntungan dari

penelitian tersebut, dan resiko yang didapatkan (Nursalam, 2000). Dalam

melakukan penelitian ini peneliti mendapat rekomendasi dari Fakultas Ilmu

Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta dan permintaan izin ini ke

Bagian Departemen PSDM Perum Peruri. Setelah mendapatkan persetujuan

barulah melakukan penelitian dengan memenuhi prinsip etik sebagai berikut :

1. Right to self Determination

Sebelum melakukan penelitian peneliti memperkenalkan diri terlebih dahulu

kepada responden, kemudian menjelaskan maksud dan tujuan, serta meminta

persetujuan responden pada penelitian yang akan dilakukan. Peneliti

kemudian menjelaskan tentang tehnik pelaksanaan penelitian dan manfaat

dari penelitian. Kemudian responden diberikan lembar persetujuan atau

menolak berpartisipasi dalam penelitian. Setelah responden menyetujui

penelitian yang akan dilakukan kemudian responden menandatangani lembar

persetujuan yang telah disiapkan oleh peneliti. Kemudian responden

Page 52: HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA PADA KARYAWAN

36

Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013

diberikan lembar kuistioner untuk diisi, sebelum diisi peneliti menjelaskan

tata cara menjawab kuistioner yang telah diberikan kepada responden.

2. Right to privacy and dignity

Dalam penelitian ini peneliti menjaga privacy dan martabat responden.

Peneliti menjaga informasi yang diperoleh dari responden dan hanya

memakainya untuk keperluan penelitian. Data-data yang telah dikumpulkan

oleh peneliti, disimpan dengan baik dan apabila sudah tidak diperlukan lagi

data tersebut akan dimusnahkan.

3. Right to anonymity and confidentiality

Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan nama

responden pada lembar pengumpulan data, cukup memberi inisial nama pada

lembar kuistioner. Untuk menjaga kerahasiaan peneliti hanya menggunakan

kelompok data tersebut saja yang akan disajikan atau dilaporkan sebagai hasil

penelitian. Data-data yang telah dikumpulkan oleh peneliti, disimpan dengan

baik dan apabila sudah tidak diperlukan lagi data tersebut akan dimusnahkan.

F. Alat Pengumpulan Data

Alat yang digunakan untuk pengumpulan data pada penelitian ini berupa

kuistioner. Kuistioner A yang berisi tentang karakteritik responden yang meliputi

: umur dan jenis kelamin. Kemudian responden diminta untuk memberi tanda

ceklist pada lembar kuistioner yang berisi tentang penilaian stres yang terdiri dari

42 penilaian. Kuistioner C berisi pertanyaan untuk kejadian dispepsia fungsional

Page 53: HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA PADA KARYAWAN

37

Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013

yang terdiri dari 6 pertanyaan. Kuistioner D berisi pertanyaan tentang sosial

ekonomi yang terdiri dari 7 pertanyaan dan kuistioner E berisi pertanyaan tentang

lingkungan yang terdiri dari 16 pertanyaan.

G. Uji Instrumen

Sebelum melakukan pengumpulan data terlebih dahulu dilakukan uji validitas

dan reliabilitas dari kuistioner yang akan digunakan. Uji validitas dan reliabilitas

akan dilakukan pada 20 responden. Untuk menguji validitas instrumen dilakukan

uji kuistioner dengan metode Person Product Moment (r) antara skor masing-

masing pernyataan dengan totalnya. Pernyataan dikatakan valid bila skor

pernyataan tersebut berkorelasi secara signifikan dengan skor totalnya. Apabila r

hitung > r tabel, maka pernyatan dikatakan valid. Nilai r tabel dilihat pada tabel r

dengan menggunakan df = n-2 = 20-2=18. Pada tingkat kemaknaan 5%, didapat

angka r tabel = 0.444. Pada penelitian ini untuk penilaian stres terdiri dari 42 item

setelah dilakukan uji validitas pada 42 item mempunyai nilai r hitung (0.444) > r

tabel (dapat dilihat pada lampiran 4) sehingga semua penilaian stres valid.

Selanjutnya dilakukan uji reliabilitas dengan membandingkan nilai r alpha

(0.972) > r tabel (0.444). maka penilaian 42 item stres reliabel.

Untuk pertanyaan dispepsia terdiri 6 item pertanyaan semua valid, karena

mempunyai nilai r hitung (0.444) > r tabel (dapat dilihat pada lampiran 4).

Selanjutnya dilakukan uji reliabilitas dengan membandingkan nilai r alpha

(0.782) > r tabel (0.444). maka 6 item pertanyaan dispepsia reliabel. Pertanyaan

Page 54: HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA PADA KARYAWAN

38

Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013

sosial ekonomi terdiri dari 7 item, ada 1 item pertanyaan tentang pendapatan

yang tidak valid, kemudian pertanyaan dirubah. Setelah pertanyaan dirubah

semua pertanyaan valid, karena mempunyai nilai r hitung (0.444) > r tabel (dapat

dilihat pada lampiran 4). Selanjutnya dilakukan uji reliabilitas dengan

membandingkan nilai r alpha (0.925) > r tabel (0.444). maka 7 item pertanyaan

sosial ekonomi reliabel.

Pertanyaan lingkungan terdiri dari 16 item semua pertanyaan valid, karena

mempunyai nilai r hitung (0.444) > r tabel (dapat dilihat pada lampiran 4).

Selanjutnya dilakukan uji reliabilitas dengan membandingkan nilai r alpha

(0.872) > r tabel (0.444). maka 16 item pertanyaan lingkungan reliabel.

H. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan setelah proses pengumpulan data selesai dilakukan.

Tahapan pengolahan data penelitian terbagi atas 4 tahap (Hastono, 2007).

Tahapan pengelolaan data yang harus dilalui adalah :

1. Editing

Peneliti melakukan pengecekan kelangkapan isian data dan kejelasan

penulisan data. Data yang tidak lengkap atau tidak jelas, dilakukan

pengecekan ulang dengan melihat lembar kuestioner apakah pertanyaan-

pertanyaan telah terisi semua. Proses ini dilakukan untuk memastikan bahwa

data yang diperoleh sudah lengkap, jelas, relevan dan konsisten.

Page 55: HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA PADA KARYAWAN

39

Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013

2. Coding

Coding merupakan pemberian kode pada setiap variabel untuk

mempermudah peneliti dalam melakukan analisis data dan mempercepat pada

saat entry data. Pada tahap ini peneliti melakukan pengkodean terhadap

variabel.

3. Entry Data

Peneliti memproses data dengan cara melakukan entry data dari masing-

masing responden ke dalam program komputer. Pada tahapan ini yang

dilakukan peneliti adalah memasukkan data dengan lengkap dan sesuai

dengan coding dan tabulating ke dalam paket program komputer dengan

tujuan untuk melakukan analisis sesuai dengan tujuan penelitian.

4. Cleaning

Setelah data dimasukkan ke dalam komputer, peneliti melakukan pengecekan

kembali untuk memastikan apakah data yang sudah di entry ada kesalahan

atau tidak dan pengecekan terhadap kemungkinan data yang hilang dengan

cara melakukan list dari variabel yang ada serta pengecekan kemungkinan

adanya kesalahan pada saat melakukan coding.

Page 56: HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA PADA KARYAWAN

40

Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013

I. Analisis Data

1. Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan

karakteristik masing-masing variabel yang diteliti, yaitu umur, jenis kelamin,

sosio-ekonomi, lingkungan, stres, serta kejadian dispepsia. Pada analisis

univariat, hasil analisis data disajikan dalam distribusi frekuensi dan

presentase atau proporsi.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui perbedaan antara kedua

variabel. Pada penelitian ini uji bivariat untuk mengetahui hubungan stres

dengan kejadian dispepsia dan hubungan faktor pemicu (umur, jenis kelamin,

sosial ekonomi, dan lingkungan) dengan kejadian dispepsia. Uji yang

dipergunakan uji chi-kuadrat adalah untuk menguji hipotesis tentang

distribusi dari ukuran atau variabel-variabel penelitian tersebut.

Tabel 4.1 Uji Statistik Analisis Bivariat

Variabel Independen Variabel Dependen Uji Statistik

Stres Kejadian dispepsia Uji chi-kuadrat (X2)

Variabel Perancu Variabel Dependen Uji Statistik

Umur

Kejadian dispepsia

Uji chi-kuadrat (X2) Jenis kelamin

Sosial ekonomi

Lingkungan

Page 57: HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA PADA KARYAWAN

41

Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013

3. Analisis Multivariat

Analisis Multivariat di gunakan untuk melihat hubungan beberapa variabel

independen dengan satu atau beberapa variabel dependen. Analisis

multivariat yang di gunakan adalah regresi logistik. Regresi logistik dipakai

apabila variabel bebas berskala numerik, ordinal, dan nominal, sedangkan

variabel tergantung berskala nominal dikotom. Uji regresi logistik ganda

dengan tahapannya meliputi seleksi kandidat, pemodelan multivariat, dan uji

interaksi.

a. Seleksi kandidat

Variabel kandidat dimasukkan ke dalam pemodelan multivariat jika hasil

uji bivariat mempunyai nilai pvalue < 0.25 atau secara substansi dianggap

penting.

b. Pemodelan multivariat

Pada seleksi kandidat bila didapat pvalue < 0.25 maka variabel dapat

masuk dalam pemodelan multivariat. Selanjutnya untuk mendapatkan

pemodelan multivariat dilakukan dengan cara mempertahankan variabel

yang memiliki nilai pvalue ≤ 0.05 dan mengeluarkan variabel yang

memiliki nilai pvalue > 0.05 secara bertahap mulai dari pvalue terbesar.

Variabel yang dikeluarkan dimasukkan kembali ke dalam model jika

terjadi perubahan Odds Ratio (OR) satu atau lebih variabel yang melebihi

10%.

c. Uji interaksi

Sebelum pemodelan akhir ditetapkan, perlu dilakukan uji interaksi dari

variabel-variabel bebas yang diduga ada interaksi. Pada penelitian ini

Page 58: HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA PADA KARYAWAN

42

Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013

yang diduga ada interaksi yaitu stres psikososial dan stres pekerjaan.

Setelah dilakukan uji interaksi jika menunjukkan pvalue < 0.05 artinya

ada interaksi variabel tersebut. Sebaliknya jika pvalue > 0.05 artinya tidak

ada interaksi.

Tabel 4.2 Uji Statistik Analisis Multivariat

Variabel Kategori Variabel Uji Statistik

Stres Kategorik Regresi logistik

Kejadian dispepsia Kategorik Regresi logistik

Umur Kategorik Regresi logistik

Jenis kelamin Kategorik Regresi logistik

Sosial ekonomi Kategorik Regresi logistik

Lingkungan Kategorik Regresi logistik

Page 59: HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA PADA KARYAWAN

43

Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013

BAB V

HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian mengenai Hubungan Stres dengan Kejadian Kejadian Dispepsia

pada Karyawan Perum Peruri Di Karawang Barat Tahun 2013. Penelitian ini

dilakukan pada Bulan Juni – Agustus 2013, dengan jumlah responden sebanyak 90

orang karyawan Perum Peruri yang teridiri dari 45 orang karyawan sebagai kontrol

dan 45 orang karyawan sebagai kelompok kasus, untuk data kelompok kasus akan

diambil dari Klinik Perum Peruri yang menderita Dispepsia. Hasil penelitian ini

berupa hasil analisa univariat, bivariat dan multivariat.

A. Hasil Analisa Univariat

Hasil analisis univariat menggambarkan distribusi responden berdasarkan

karakteristik responden terdiri dari umur, jenis kelamin, sosial ekonomi,

lingkungan, stres dan kejadian dispepsia.

Berikut pada tabel 5.1 ditampilkan hasil penelitian karakteristik responden

berdasarkan umur.

Tabel 5.1

Distribusi Responden Berdasarkan Umur di Karawang Barat Tahun 2013 (n=90)

Variabel Mean Median SD Min – Maks 95% CI

Umur (tahun) 38.22 38.50 4.924 27 – 45 37.19 – 39.25

Page 60: HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA PADA KARYAWAN

44

Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013

Hasil analisis didapatkan rata-rata umur karyawan adalah 38.22 tahun (95% CI:

37.19 – 39.25), dengan standar deviasi 4.924 tahun. Umur termuda 27 tahun dan

umur tertua 45 tahun. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95%

diyakini bahwa rata-rata umur karyawan adalah diantara 37.19 sampai dengan 39.25

tahun.

Tabel 5.2

Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Sosial Ekonomi, Lingkungan, Stres dan Dispepsia , di Karawang Barat Tahun 2013 (n=90)

Variabel Kategori Jumlah Persentase (%) Jenis Kelamin Perempuan

Laki-laki 42 48

46.7 53.3

Sosial Ekonomi Rendah Tinggi

36 54

40.0 60.0

Lingkungan Buruk 29 32.2 Baik 61 67.8 Stres Normal

Ringan Sedang Berat Sangat Berat

15 4 8 6 57

16.7 4.4 8.9 6.7 63.3

Dispepsia Sakit Tidak sakit

45 45

50.0 50.0

Pada tabel 5.2 terlihat persentase lebih dari separuh responden berjenis kelamin

laki-laki sebanyak 48 responden (53.3%), persentase sebagian besar sosial

ekonomi responden tinggi sebanyak 54 responden (60.0%), dan persentase

sebagian besar lingkungan responden baik sebanyak 61 responden

(67.8%).persentase lebih dari separuh responden mengalami stres sangat berat

sebanyak 57 responden (63.3%), persentase karyawan yang sakit dengan yang

tidak sakit dispepsia sebanding yaitu 45 responden (50.0%).

B. Hasil Analisa Bivariat

Page 61: HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA PADA KARYAWAN

45

Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan variabel independen dan

variabel confounding dengan kejadian dispepsia sebagai variabel dependen. Pada

analisa bivariat dilakukan dengan uji pada α: 0.05, yaitu uji Chi-Square. Uji chi-

square untuk mengetahui hubungan antara variabel stres, umur, jenis kelamin,

sosial ekonomi, dan lingkungan dengan kejadian dispepsia.

1. Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia

Hubungan antara stres dengan kejadian dispepsia pada karyawan Perum

Peruri Karawang Barat Tahun 2013 dapat dilihat pada tabel 5.3 berikut ini :

Tabel 5.3 Distribusi Responden menurut Stres dan Kejadian Dispepsia

di Karawang Barat Tahun 2013 (n=90)

Tabel 5.3 menggambarkan bahwa persentase karyawan yang sakit dispepsia jauh

lebih besar 69.8% terjadi stres berat dibandingkan dengan persentase dari stres

ringan. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0.000 (p < 0.05) yang artinya ada

hubungan yang bermakna antara stres dengan kejadian dispepsia. Analisis

keeratan hubungan antara dua variabel didapatkan nilai OR = 25.47 (95% CI: 3.07

– 211.51) artinya karyawan yang sakit dispepsia berpeluang 26 kali untuk

mengalami stres berat dibandingkan dengan karyawan yang tidak sakit dispepsia.

2. Hubungan Umur dengan Kejadian Dispepsia

Stres Dispepsia

Total

OR 95% CI p value Sakit Tidak Sakit

N % N % N % Berat 44 69.8 19 30.2 63 100 25.47 3.07 – 211.51

0.000 Ringan 1 8.3 11 91.7 12 100 Jumlah 45 60.0 30 40.0 75 100

Page 62: HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA PADA KARYAWAN

46

Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013

Hubungan antara umur dengan kejadian dispepsia pada karyawan Perum Peruri

Karawang Barat Tahun 2013 dapat dilihat pada tabel 5.4 berikut ini:

Tabel 5.4 Distribusi Responden menurut Umur dan Kejadian Dispepsia

di Karawang Barat Tahun 2013 (n=90)

Tabel 5.4 menggambarkan bahwa persentase yang sakit dispepsia jauh lebih besar

55.2% terjadi pada umur dewasa awal dibandingkan dengan persentase dari umur

dewasa akhir. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0.652 (p > 0.05) yang artinya

tidak ada hubungan yang bermakna antara umur dengan kejadian dispepsia.

3. Hubungan Jenis Kelamin dengan Kejadian Dispepsia

Hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian dispepsia pada karyawan Perum

Peruri Karawang Barat Tahun 2013 dapat dilihat pada tabel 5.5 berikut ini:

Tabel 5.5 Distribusi Responden menurut Jenis Kelamin dan Kejadian Dispepsia

di Karawang Barat Tahun 2013 (n=90)

Umur Dispepsia

Total

OR 95% CI p value Sakit Tidak Sakit

N % N % N % Dewasa awal 16 55.2 13 44.8 29 100 1.36 0.56 – 3.30

0.652 Dewasa akhir 29 47.5 32 52.5 61 100 Jumlah 45 50.0 45 50.0 90 100

Jenis Kelamin Dispepsia

Total

OR 95% CI p value Sakit Tidak Sakit

N % N % N % Perempuan 35 83.3 7 16.7 42 100 19.00 6.52 – 55.36

0.000 Laki-laki 10 20.8 38 79,2 48 100 Jumlah 45 50.0 45 50.0 90 100

Page 63: HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA PADA KARYAWAN

47

Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013

Tabel 5.5 menggambarkan bahwa persentase responden yang sakit dispepsia jauh

lebih besar 83.3% berjenis kelamin perempuan dibandingkan dengan persentase

yang berjenis kelamin laki-laki.

Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0.000 (p < 0.05) yang artinya ada hubungan

yang bermakna antara jenis kelamin dengan kejadian dispepsia. Analisis keeratan

hubungan antara dua variabel didapatkan nilai OR = 19.00 (95% CI: 6.52 – 55.36)

artinya karyawan yang sakit dispepsia berpeluang 19 kali lebih besar berjenis

kelamin perempuan dibandingkan dengan karyawan yang tidak sakit dispepsia.

4. Hubungan Sosial Ekonomi dengan Kejadian Dispepsia

Hubungan antara Sosial Ekonomi dengan kejadian dispepsia pada karyawan

Perum Peruri Karawang Barat Tahun 2013 dapat dilihat pada tabel 5.6 berikut ini:

Tabel 5.6 Distribusi Responden menurut Sosial Ekonomi dan Kejadian Dispepsia

di Karawang Barat Tahun 2013 (n=90)

Tabel 5.6 menggambarkan bahwa persentase responden yang sakit dispepsia lebih

dari separuh 51.9% memiliki sosial ekonomi tinggi dibandingkan dengan

persentase dari sosial ekonomi rendah. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0.830

Sosial Ekonomi

Dispepsia Total

OR 95% CI p value Sakit

Tidak Sakit

N % N % N % Rendah 17 47.2 19 52.8 36 100 0.831 0.36 – 1.93

0.830 Tinggi 28 51.9 26 48.1 54 100 Jumlah 45 50.0 45 50.0 90 100

Page 64: HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA PADA KARYAWAN

48

Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013

(p > 0.05) yang artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara sosial ekonomi

dengan kejadian dispepsia.

5. Hubungan Lingkungan dengan Kejadian Dispepsia

Hubungan antara Lingkungan dengan kejadian dispepsia pada karyawan Perum

Peruri Karawang Barat Tahun 2013 dapat dilihat pada tabel 5.7 berikut ini:

Tabel 5.7 Distribusi Responden menurut Lingkungan dan Kejadian Dispepsia

di Karawang Barat Tahun 2013 (n=90)

Tabel 5.7 menggambarkan bahwa persentase responden yang sakit dispepsia

sebagian besar 52.5% memiliki lingkungan yang baik, dibandingkan dengan

persentase dari lingkungan yang buruk. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0.652

(p > 0.05) yang artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara lingkungan

dengan kejadian dispepsia.

C. Hasil Analisa Multivariat

Uji statistik ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara beberapa variabel

independen utama, variabel confounding secara bersama-sama dengan variabel

Lingkungan Dispepsia

Total

OR 95% CI p value Sakit Tidak Sakit

N % N % N % Buruk 13 44.8 16 55.2 29 100 0.74 0.30 – 1.79

0.652 Baik 32 52.5 29 47.5 61 100 Jumlah 45 50.0 45 50.0 90 100

Page 65: HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA PADA KARYAWAN

49

Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013

dependen. Uji statistik yang digunakan adalah uji regresi logistic ganda, karena

variabel dependen bersifat dikotom/binary (kategorik). Tahapan analisis

multivariat yaitu seleksi bivariat, pemodelan multivariat dengan pemilihan

variabel kandidat dengan cara memasukkan seluruh variabel. Menurut Hastono

(2007), untuk mendapatkan model akhir pada uji multivariat dilakukan dengan

tahap pemodelan sebagai berikut :

1. Pemilihan variabel kandidat multivariat

Pemilihan kandidat variabel yang masuk dalam model multivariat dilakukan

melalui analisis terhadap masing-masing variabel kovariat. Variabel yang

masuk dalam model multivariat adalah variabel yang mempunyai nilai

kovariat hasil uji contuinity correction < 0.25, tetapi jika nilai kovariat hasil

uji contuinity correction > 0.25 namun secara substansi penting maka variabel

tersebut dapat dimasukkan dalam model multivarait. Hasil dapat dilihat pada

tabel 5.8 berikut ini :

Tabel 5.8 Hasil Pemilihan Variabel Kandidat Multivariat

No Variabel p Value 1. 2. 3. 4. 5.

Stres Jenis kelamin Umur Sosial ekonomi Lingkungan

0.000 0.000 0.498 0.667 0.498

*variabel dengan α:< 0.25 (kandidat multivariat, masuk ke tahap selanjutnya)

Berdasarkan hasil seleksi bivariat tabel 5.8 ada dua variabel yang

menghasilkan p value < 0.25 yaitu variabel stres dan jenis kelamin, namun

variabel umur, sosial ekonomi, dan lingkungan tetap dimasukkan dalam

model multivariat dikarenakan semakin bertambahnya umur semakin

Page 66: HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA PADA KARYAWAN

50

Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013

kompleks masalah kehidupan yang dialami, sehingga cenderung mengalami

gangguan pada sistem gastrointestinal, semakin tua umur dispepsia semakin

meningkat (Rani, 2011). Faktor sosial ekonomi yang rendah secara langsung

maupun tidak langsung berdampak pada keluhan dispepsia (Rani, 2010).

Menurut Riccardi dan Rotter (2004) bahwa, unsur lingkungan akan

berkontribusi untuk menajamkan peroses terjadinya penyakit. Faktor

lingkungan yang berkaitan erat dengan infeksi bakteri H.pylori berperan

sebagai penyebab terjadinya dispepsia.

2. Pemodelan Multivariat

Selanjutnya dilakukan analisis multivariat kelima variabel yaitu stres, jenis

kelamin, umur, sosial ekonomi dan lingkungan dengan kejadian dispepsia.

Dalam pemodelan ini semua variabel kandidat diujicobakan secara bersama-

sama dengan menggunakan uji regresi logistik ganda. Penyusunan model

semua variabel dapat dilihat pada tabel 5.9 berikut ini :

Tabel 5.9 Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik antara Variabel Stres, Jenis Kelamin,

Umur, Sosial Ekonomi, dan lingkungan dengan Kejadian Dispepsia di Karawang Barat Tahun 2013 (n=90)

No Variabel B p Wald Sig. OR 95% CI 1. 2. 3. 4. 5.

Stres Jenis kelamin Umur Sosial ekonomi Lingkungan Constanta

3.437 3.048 -0.008 -0.302 -0.374 -2.075

7.443 17.407 0.000 0.208 0.249 4.666

0.006 0.000 0.991 0.649 0.618 0.031

31.089 21.077 0.992 0.739 0.688 0.126

2.63 – 367.22 5.03 – 88.25 0.24 – 4.08 0.20 – 2.71 0.16 – 2.99

Page 67: HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA PADA KARYAWAN

51

Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013

Tabel 5.9 terlihat bahwa tiga variabel p valuenya > 0.05 yaitu umur, sosial

ekonomi, dan lingkungan. Kemudian variabel yang p valuenya > 0,05

dikeluarkan dari pemodelan satu persatu sampai p valuenya < 0.05.

1) Variabel Umur

Variabel umur yang mempunyai p value terbesar yaitu p value = 0.991,

maka variabel umur dikeluarkan dari pemodelan, Hasil analisis setelah

variabel umur dikeluarkan dari pemodelan dapat dilihat pada tabel 5.10

berikut ini :

Tabel 5.10 Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik antara Variabel Stres, Jenis Kelamin, Sosial Ekonomi, dan Lingkungan dengan Kejadian Dispepsia

di Karawang Barat Tahun 2013 (n = 90)

No Variabel B p Wald Sig. OR 95% CI 1. 2. 3. 4.

Stres Jenis kelamin Sosial ekonomi Lingkungan Constanta

3.434 3.048 -0.301 -0.374 -2.081

7.667 17.446 0.208 0.249 6.144

0.006 0.000 0.649 0.618 0.013

31.011 21.068 0.740 0.688 0.125

2.73 – 352.61 5.04 – 88.05 0.20 – 2.71 0.16 – 2.99

Setelah variabel umur dikeluarkan dari pemodelan terjadi perubahan OR

pada semua variabel, dengan perubahan OR nya < 10% (dapat dilihat

pada lampiran 4), maka variabel umur dikeluarkan dari pemodelan.

2) Variabel Sosial Ekonomi

Variabel sosial ekonomi mempunyai p value = 0.649 (p > 0.005), maka

variabel sosial ekonomi dikeluarkan dari pemodelan, Hasil analisis

setelah variabel sosial ekonomi dikeluarkan dari pemodelan dapat dilihat

pada tabel 5.11 berikut ini :

Page 68: HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA PADA KARYAWAN

52

Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013

Tabel 5.11 Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik antara Variabel Stres, Jenis

Kelamin, dan lingkungan dengan Kejadian Dispepsia di Karawang Barat Tahun 2013 (n = 90)

No Variabel B p Wald Sig. OR 95% CI 1. 2. 3.

Stres Jenis kelamin Lingkungan Constanta

3.467 3.039 -0.368 -2.255

7.764 17.444 0.242 8.895

0.005 0.000 0.623 0.003

32.043 20.883 0.692 0.105

2.79 – 367.16 5.02 – 86.92 0.16 – 2.99

Setelah variabel sosial ekonomi dikeluarkan dari pemodelan terjadi

perubahan OR pada semua variabel, dengan perubahan OR nya < 10%

(dapat dilihat pada lampiran 4), maka variabel sosial ekonomi dikeluarkan

dari pemodelan.

3) Variabel Lingkungan

Variabel lingkungan mempunyai p value = 0.618 (p > 0.005), maka

variabel lingkungan dikeluarkan dari pemodelan, Hasil analisis setelah

variabel lingkungan dikeluarkan dari pemodelan dapat dilihat pada tabel

5.12 berikut ini :

Tabel 5.12 Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik antara Variabel Stres

dan Jenis Kelamin dengan Kejadian Dispepsia di Karawang Barat Tahun 2013 (n = 90)

No Variabel B p Wald Sig. OR 95% CI 1. 2.

Stres Jenis kelamin Constanta

3.452 2.989 -2.491

7.754 17.521 17.011

0.005 0.000 0.000

31.570 19.862 0.083

2.78 – 358.57 4.90 – 80.50

Setelah variabel lingkungan dikeluarkan dari pemodelan terjadi

perubahan OR pada semua variabel, dengan perubahan OR nya < 10%

(dapat dilihat pada lampiran 4), maka variabel lingkungan dikeluarkan

dari pemodelan.

Page 69: HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA PADA KARYAWAN

53

Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013

3. Uji Interaksi

Uji interaksi untuk mengetahui apakah ada interaksi antara variabel

independen utama dengan variabel kontrol. Pada penelitian ini, peneliti

menginteraksikan antara variabel stres dengan variabel umur, lingkungan,

sosial ekonomi. Uji interaksi dilakukan karena diduga secara substansi antara

stres dengan umur, lingkungan dan sosial ekonomi mempunyai interaksi.

Dikatakan terdapat interaksi jika p value < 0.05 dan dikatakan tidak ada

interaksi jika p value > 0.05.

Tabel 5.13 Uji Interaksi antara Stres dengan Umur, Sosial Ekonomi, dan Lingkungan

di Karawang Barat Tahun 2013 (n = 90)

No Variabel p Value 1. 2. 3. 4.

Stres by Jenis kelamin Stres by Umur Stres by Sosial ekonomi Stres by Lingkungan

0.524 0.624 0.091 0.416

Hasil uji interaksi pada tabel 5.13 diatas memperlihatkan variabel stres

dengan variabel jenis kelamin nilai p value = 0.524, yang berarti lebih besar

dari 0.05 sehingga dapat disimpulkan tidak ada interaksi antara stres dengan

jenis kelamin. Uji interkasi antara stres dengan umur nilai p value = 0.624,

berarti lebih besar dari 0.05 sehingga disimpulkan tidak ada interaksi antara

stres dengan umur. Variabel sosial ekonomi setelah dilakukan uji interaksi

dengan stres dengan nilai p value = 0.091 berarti lebih besar dari 0.05

sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada interaksi antara stres dengan

sosial ekonomi. Hal yang serupa dilakukan pada variabel lingkungan setelah

dilakukan uji interaksi hasil p value = 0.416, sehingga dapat disimpulkan

bahwa tidak ada interaksi antara stres dengan lingkungan. Hasil pemodelan

Page 70: HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA PADA KARYAWAN

54

Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013

terakhir adalah pemodelan tanpa adanya interaksi terlihat pada tabel 5.14

berikut ini :

Tabel 5.14 Model Akhir Multivariat

No Variabel B p Wald Sig. OR 95% CI 1. 2.

Stres Jenis kelamin Constanta

3.452 2.989 -2.491

7.754 17.521 17.011

0.005 0.000 0.000

31.570 19.862 0.083

2.78 – 358.57 4.90 – 80.50

Tabel 5.14 merupakan model terakhir dari analisis multivariat, dimana

variabel yang berhubungan dengan kejadian dispepsia adalah variabel stres

dan jenis kelamin. Hasil analisis didapatkan Odds Ratio (OR) dari variabel

stres adalah 31.570, artinya karyawan yang mengalami stres akan mengalami

sakit dispepsia sebesar 32 kali lebih tinggi dibandingkan karyawan yang tidak

mengalami stres setelah dikontrol oleh variabel jenis kelamin. Hasil uji

statistik sebagaimana tercantum pada tabel 5.14 menjelaskan faktor yang

berhubungan dengan kejadian dispepsia adalah stres.

Page 71: HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA PADA KARYAWAN

55

Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013

BAB VI

PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan tentang pembahasan hasil penelitian yang telah dilakukan,

terdiri dari interpretasi dan diskusi hasil serta keterkaitan antara hasil penelitian

dengan tinjauan teori dan hasil penelitian sebelumnya. Bab ini juga berisi tentang

keterbatasan penelitian dan implikasi penelitian dalam keperawatan.

1. Interpretasi dan Diskusi Hasil

Interpretasi hasil penelitian dijelaskan sesuai dengan tujuan penelitian dan

hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu diketahuinya hubungan stres

dengan kejadian dispepsia pada karyawan Perum Peruri Karawang Barat. Tehnik

pengambilan sampel pada penelitian ini adalah radom sampling yang telah sesuai

dengan kriteria inklusi yang telah ditetapkan oleh peneliti.

a. Gambaran Karyawan yang mengalami dispepsia di Perum Peruri

Karawang Barat

Responden dalam penelitian ini berjumlah 90 orang karyawan yang terbagi

atas 2 kelompok yaitu kelompok kasus pada karyawan bagian cetak umum

yang mengalami dispepsia yang pernah dirawat di klinik Peruri, sedangkan

untuk kasus kontrolnya pada karyawan yang tinggal di perumahan Peruri dan

tidak menderita dispepsia.

Page 72: HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA PADA KARYAWAN

56

Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013

a. Umur

Rerata karyawan yang menderita dispepsia fungsional berumur 38 tahun,

dengan rentang umur karyawan adalah diantara 37.19 sampai dengan

39.25 tahun.

Hasil penelitian ini didukung oleh pendapat Rani (2011), yang

menyatakan bahwa semakin tua umur, pervalensi dispepsia semakin

meningkat. Dikarenakan semakin bertambahnya umur semakin kompleks

masalah kehidupan yang dialami sehingga cenderung mengalami

gangguan dispepsia organik untuk umur > 45 tahun. Sedangkan untuk

umur < 45 tahun cenderung mengalami gangguan dispepsia fungsional.

Pervalensi dispepsia di Indonesia pada beberapa penelitian ditemukan

pada umur 20-50 tahun (Suyono, 2001).

b. Jenis kelamin

Jenis kelamin karyawan dalam penelitian ini sebagian besar adalah

berjenis kelamin laki-laki sebanyak 48 (53.3%) responden yang sakit

dispepsia pada kelompok kasus dan kontrol. Hal ini terkait dengan

responden yang dijumpai di Perum Peruri lebih banyak karyawan laki-

laki dibanding dengan dengan yang berjenis kelamin perempuan. Hal ini

sejalan dengan pendapat Rani (2011) bahwa dispepsia dipengaruhi oleh

jenis kelamin.

Page 73: HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA PADA KARYAWAN

57

Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013

c. Sosial ekonomi

Dilihat dari sosial ekonomi, sebagian besar karyawan memiliki sosial

ekonomi tinggi (60.0%). Hal ini tidak sesuai dengan pendapatnya Bytzer

et.al (2000) yang menyebutkan bahwa sosial ekonomi yang rendah

merupakan salah satu faktor resiko terjadinya gangguan saluran cerna.

Hal ini terkait dengan rendahnya pendapatan keluarga. Ketidaknyamanan

dengan pendapatan finansial berhubungan dengan stres yang dapat

menimbulkan dispepsia.

d. Lingkungan

Dilihat dari faktor lingkungan sebagian besar karyawan memiliki

lingkungan yang baik (67.8%). Sehingga tidak terjadinya infeksi H.Pylori

karena penyebaran dispepsia umumnya terjadi pada lingkungan yang

buruk. Hal ini terkait dengan faktor kebersihan, dengan kebersihan yang

buruk membuat infeksi H.Pylori lebih sering terjadi (Riccardi dan Rotter,

2004).

e. Kejadian dispepsia

Dilihat dari kejadian dispepsia karyawan yang menderita dispepsia

sebanyak 50.0%. Hal ini sesuai pendapat Rani & Albert (2011) bahwa

dispepsia merupakan suatu kumpulan gejala atau sindrom nyeri ulu hati,

mual, kembung, muntah, dan rasa penuh atau cepat kenyang, dan

sendawa, merupakan masalah yang sering ditemukan dalam peraktek

sehari-hari. Dari penelitian yang dilakukan oleh Cheng (2000) bahwa

Page 74: HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA PADA KARYAWAN

58

Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013

gaya persepsi dan sikap koping yang konfrontatif dapat memperberat

gejala-gejala dispepsia dan psikologis pada individu dengan dispepsia.

f. Stres

Dilihat dari hasil penelitian presentase karyawan yang tidak stres

sebanyak 116.7% dan sebagian besar karyawan mengalami stres sangat

berat sebanyak 52.2%. Hal ini sesuai pendapat Rani (2011) bahwa

dispepsia fungsional merupakan gangguan lambung pada sistem

pencernaan yang dipengaruhi oleh stres. Stres dipicu oleh berbagai

macam penyebab yaitu stres kepribadian, stres psikososial, stres

bioekologi dan stres pekerjaan (Wijoyo, 2011). Menurut pendapat Arina

(2006) bahwa stresor psikososial yang paling banyak dialami penderita

dispepsia adalah faktor lingkungan (22.5%), permasalahan suami/istri

(20%), dan lain-lain. Stres pekerjaan juga menjadi penyebab terjadinya

stres. Hal ini sesuai dengan pendapat Kahn, dkk (1964) bahwa stres kerja

timbul karena individu mengalami ketidakjelasan dalam peran. Hal yang

serupa dari penelitian Lee & Kleiner (2005) menyatakan bahwa stres

sebagian akibat dari pekerjaan, di tahun 2001 sebanyak 40% pekerja

Amerika Serikat merasakan stres dalam pekerjaannya.

2. Hubungan stres dengan kejadian dispepsia

Pada penelitian ini persentase karyawan yang sakit dispepsia jauh lebih besar

(69.8%) terjadi stres berat dibandingkan dengan persentase dari stres ringan.

Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Mudjaddid (2006) bahwa

Page 75: HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA PADA KARYAWAN

59

Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013

gangguan atau penyakit yang ditandai oleh keluhan-keluhan psikis dan

somatik yang dapat merupakan kelainan fungsional suatu organ dengan atau

tanpa gejala objektif yang berkaitan erat dengan stresor atau peristiwa

psikososial tertentu.

Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0.000 (p < 0.05) yang artinya ada

hubungan yang bermakna antara stres dengan kejadian dispepsia fungsional.

Hal ini sesjalan dengan penelitian Ambarwati (2005) bahwa mayoritas

penderita dispepsia fungsional memiliki riwayat stres dan dengan fluktuasi

emosi yang tajam dikarenakan kecemasan atau depresi, dimana kepribadian

berperan dibalik keadaan ini.

Hasil analisis multivariat terlihat bahwa stres memiliki nilai OR yang besar

yaitu 30.063 ini membuktikan bahwa stres sangat mempengaruhi kejadian

dispepsia setelah dikontrol oleh jenis kelamin dan umur. Hal ini sesuai

dengan pendapat Tarigan (2003) bahwa penderita dengan dispepsia

fungsional menjadi perhatian untuk adanya gangguan somatik, psikis,

lingkungan bio, sosio-kultural dan agama. Menurut peneliti secara fisiologis

stres dapat merangsang hipotalamus yang kemudian akan merangsang sistem

saraf simpatis selanjutnya merangsang sistem organ yaitu lambung.

Kemudian lambung akan meningkatkan sekresi asam lambung, menurunkan

motilitas lambung dan usus sehingga menimbulkan gangguan dispepsia.

3. Hubungan jenis kelamin dengan kejadian dispepsia

Pada hasil penelitian ini menggambarkan persentase responden yang sakit

dispepsia jauh lebih besar 83.3% berjenis kelamin perempuan dibandingkan

Page 76: HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA PADA KARYAWAN

60

Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013

dengan persentase yang berjenis kelamin laki-laki. Hal ini sesuai dengan

pendapat Rani (2011) mengemukakan bahwa dispepsia dipengaruhi oleh jenis

kelamin.

Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0.000 (p < 0.05) yang artinya ada

hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan kejadian dispepsia.

Hasil penelitian ini didukung oleh pendapat Ditjen Bina Upaya Kesehatan

Kepmenkes RI, bahwa penyakit dispepsia lebih banyak dialami pada

perempuan dibandingkan pada laki-laki (Kepmenkes RI, 2012). Hal yang

sama sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Uleng (2011) bahwa

dispepsia organik lebih banyak pada laki-laki sedangkan dsipepsia fungsional

lebih banyak pada wanita. Menurut peneliti, pervalensi dispepsia lebih

banyak terjadi pada perempuan dikarenakan perempuan dalam menghadapi

segala permasalahan kehidupan lebih menggunakan perasaan sehingga sering

menimbulkan stres yang dapat meningkatkan asam lambung sampai muncul

masalah gangguan pada lambung.

4. Hubungan umur dengan kejadian dispepsia

Pada hasil penelitian ini menggambarkan persentase yang sakit dispepsia jauh

lebih besar 55.2% terjadi pada umur dewasa awal dibandingkan dengan

persentase dari umur dewasa akhir. Hal ini sesuai dengan pendapat Sulaiman,

dkk (1997) bahwa penyebaran penderita dispepsia fungsional meningkat

dengan bertambahnya umur dan mencapai puncaknya pada kelompok umur

30-39 tahun.

Page 77: HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA PADA KARYAWAN

61

Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013

Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0.652 (p > 0.05) yang artinya tidak ada

hubungan yang bermakna antara umur dengan kejadian dispepsia fungsional.

Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Rani (2011) menyatakan bahwa

dispepsia fungsional dipengaruhi oleh faktor umur kurang dari 45 tahun.

Menurut peneliti, ketidakbermaknaan ini disebabkan responden berada pada

rentang dewasa akhir dimana pada usia tersebut terjadi penurunan fungsi

organ. Sehingga dispepsia yang dialami dimungkinkan karena dispepsia

organik.

5. Hubungan sosial ekonomi dengan kejadian dispepsia

Pada hasil penelitian ini menggambarkan persentase responden yang sakit

dispepsia lebih dari separuh 51.9% memiliki sosial ekonomi tinggi

dibandingkan dengan persentase dari sosial ekonomi rendah. Hal ini sejalan

dengan pendapat Rani (2010) bahwa faktor sosial ekonomi secara langsung

maupun tidak langsung berdampak pada keluhan dispepsia. Dispepsia

umumnya lebih banyak terjadi pada negara berkembang yang padat

penduduknya dibandingkan dinegara maju disebabkan oleh faktor sosial

ekonomi yang rendah.

Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0.830 (p > 0.05) yang artinya tidak ada

hubungan yang bermakna antara sosial ekonomi dengan kejadian dispepsia

fungsional. Menurut peneliti, ketidakbermaknaan ini dimungkinkan karena

pendapatan yang didapatkan karyawan sudah baik sehingga tingkat sosial

ekonomi karyawan akan tinggi.

Page 78: HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA PADA KARYAWAN

62

Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013

6. Hubungan lingkungan dengan kejadian dispepsia

Hasil penelitian ini menggambarkan persentase responden yang sakit

dispepsia lebih dari separuh 52.5% memiliki lingkungan yang baik,

dibandingkan dengan persentase dari lingkungan yang buruk. Faktor

lingkungan yang berkaitan dengan infeksi bakteri H. pylori berperan sebagai

penyebab terjadinya dispepsia (Riccardi & Rotter, 2004).

Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0.652 (p > 0.05) yang artinya tidak ada

hubungan yang bermakna antara lingkungan dengan kejadian dispepsia

fungsional. Hal ini sejalan dengan pendapat Rani (2011) bahwa infeksi H.

pylori korelasinya sebagai faktor penyebab masih diperdebatkan.

Menurut peneliti ketidakbermaknaan hasil penelitian ini dikarenakan

lingkungan karyawan dengan kondisi yang lingkungan yang baik, sedangkan

faktor lingkungan yang mempengaruhi dispepsia pada lingkungan yang

buruk. Hal ini terkait dengan faktor kebersihan, karena faktor kebersihan

yang buruk dapat membuat infeksi H.pylori lebih sering terjadi. Indikator

kesehatan lingkungan menurut RISKESDAS (2010) meliputi air minum,

sanitasi, penanganan sampah, dan penggunaan bahan untuk memasak.

B. Keterbatasan Penelitian

1. Membutuhkan waktu yang lama pada saat pengumpulan data dikarenakan

waktu pengambilan data berdekatan dengan hari raya dan peneliti harus

mencari alamat untuk responden pada kelompok kasus.

Page 79: HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA PADA KARYAWAN

63

Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013

2. Mengumpulkan kelompok kasus peneliti mengalami kesulitan dikarenakan

data yang harus diambil dari klinik Perum Peruri harus melalui izin yang

terlalu lama.

C. Implikasi dalam Keperawatan

Gambaran hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel stres dan jenis

kelamin merupakan variabel yang berhubungan dengan kejadian dispepsia

fungsional, karena dispepsia fungsional lebih banyak ditemukan pada perempuan

dibandingkan laki-laki dan perempuan dalam menghadapi segala permasalahan

kehidupan lebih menggunakan perasaan sehingga sering menimbulkan stres yang

dapat meningkatkan produksi asam lambung sehingga timbul masalah gangguan

lambung yaitu dispepsia fungsional (Uleng, 2011).

Karyawan pada bagian cetak umum merupakan pekerjaan membutuhkan

ketelitian dan kecermatan agar tidak terjadi kesalahan dalam pencetakan.

Deatline pekerjaan juga dapat membuat karyawan berada dalam ketegangan

sehingga dapat menimbulkan stres yang akan berdampak pada gangguan

pencernaan yaitu dispepsia. Keluhan dispepsia akan bedampak pada kualitas

hidup penderita dan beban ekonomi secara langsung maupun tidak langsung baik

bagi karyawan maupun pada perusahaan. Stres dipicu oleh berbagai macam

penyebab yaitu stres kepribadian, stres bioekologi, stres psikososial, dan stres

pekerjaan (Wijoyo, 2010).

Pervalensi dispepsia fungsional dipengaruhi oleh faktor jenis kelamin, umur,

indeks massa tubuh, perokok, konsumsi alkohol dan psikis. Dimana faktor psikis

Page 80: HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA PADA KARYAWAN

64

Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013

mempunyai korelasi yang kuat dengan keluhan dispepsia fungsional, sedangkan

faktor demografi dan lingkungan korelasinya lemah (Rani, 2011). Tetapi pada

penelitian ini dihasilkan tidak ada hubungan yang bermakna antara umur dengan

kejadian dispepsia fungsional, hal ini disebabkan umur < 45 tahun belum

menjamin menderita dispepsia fungsional dikarenakan semakin bertambahnya

umur semakin besar masalah kehidupan yang dihadapi yang dapat menimbulkan

terjadinya stres dalam kehidupan.

Tidak semua orang dapat menghadapi suatu perubahan yang terjadi, akibatnya

akan menimbulkan ketegangan yang merupakan faktor pencetus, penyebab dan

akibat dari suatu penyakit (Suliswati, 2005). Untuk penanganan dispepsia

fungsional perlu dilakukan penatalaksanaan nonfarmakologis. Tehnik relaksasi

merupakan tidakan yang efektif untuk penatalaksanaan pada karyawan dengan

mengalami ketegangan dalam kehidupan. Pengobatan dilakukan dengan terapi

psikologis agar karyawan dapat beradaptasi dan tidak terjadi stres. Tehnik

relaksasi merupakan tidakan yang efektif untuk penatalaksanaan pada karyawan

dengan mengalami ketegangan dalam kehidupan sehingga stres pada karyawan

dapat diminimalkan dan angka kejadian dispepsia akan mengalami penurunan.

Page 81: HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA PADA KARYAWAN

65

Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Penelitian yang dilakukan memberikan gambaran bahwa karyawan yang

mengalami dispepsia sebagian besar berumur antara 37 – 39 tahun,

dengan jenis kelamin terbanyak adalah laki-laki, sebagian besar sosial

ekonomi responden tinggi, lingkungan sebagian besar baik, terdapat

16.7% karyawan tidak mengalami stres dan lebih dari separuh responden

mengalami stres sangat berat, dan sama besar antara yang sakit dan tidak

sakit dispepsia fungsional.

2. Ada hubungan yang bermakna antara stres dengan kejadian dispepsia (p

value = 0,000).

3. Tidak ada hubungan yang bermakna antara umur dengan kejadian

dispepsia (p value = 0.652).

4. Ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan kejadian

dispepsia (p value = 0,000).

5. Tidak ada hubungan yang bermakna antara sosial ekonomi dengan

kejadian dispepsia (p value = 0.830).

6. Tidak ada hubungan yang bermakna antara lingkungan dengan kejadian

dispepsia (p value = 0.652).

Page 82: HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA PADA KARYAWAN

66

Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013

7. Stres mempunyai hubungan yang paling besar terhadap kejadian dispepsia

(OR = 30.063).

B. SARAN

1. Bagi pelayanan dan institusi

Untuk mencegah meningkatnya angka kejadian dispepsia diharapkan

perawat diklinik Peruri melakukan latihan tehnik relaksasi pada semua

karyawan selain bagian cetak umum untuk mengurangi ketegangan yang

dialami karyawan sehingga angka kejadian stres pada karyawan dapat

diminimalkan yang akan menurunkan kejadian dispepsia pada karyawan

Perum Peruri.

2. Bagi keilmuan

Perlu adanya instrumen pengukuran dari setiap jenis stres dengan bahasa

yang mudah dimengerti, sehingga dapat digunakan pada semua orang.

Dispepsia fungsional mempunyai hubungan yang kuat dengan psikis,

sehingga dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dispepsia

perlu pendekatan teori adaptasi sehingga terjadi perubahan perilaku dari

yang maladaptif menjadi adaptif.

Page 83: HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA PADA KARYAWAN

67

Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013

3. Bagi penelitian

Untuk penelitian lebih lanjut, pada penelitian ini faktor yang

mempengaruhi dispepsia fungsional tidak dilihat dari indeks massa tubuh,

perokok, dan konsumsi alkohol. Hal ini dapat dijadikan bahan untuk

penelitian lebih lanjut untuk mengetahui faktor lain yang berhubungan

dengan kejadian dispepsia fungsional.

Pada penelitian ini tidak ada pembatasan lama bekerja karena lama

bekerja juga menjadi indikator terjadinya stres. Karena berbeda antara

yang sudah lama bekerja dengan yang baru bekerja. Karyawan yang

sudah lama bekerja kemungkinan sudah dapat beradaptasi dibandingkan

dengan karyawan yang baru.

Page 84: HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA PADA KARYAWAN

68

Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, A.S,.(2005). Gambaran Trait Kepribadian, Kecemasan dan Stres Serta Strategi Koping Pada Penderita Dispepsia Fungsional. Fakultas Psikologi UI. Tesis Tidak Dipublikasikan Arief, M. Et. All. (2002). Dispepsia- Gastroenterologi, Kapita Selekta FKUI, Media Aeculapius Arikunto, S., (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT Asdi Mahasatya Arina. (2006). Nilai Kortisol Serum Pada Penderita Dispepsia dengan Gangguan Psikosomatik. Tesis Program Pendidikan Spesialis I Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Bazaldua, O.V. et al. (2006). Dyspepsia: What It Is and What to Do About It. http://familydoctor.org/online/famdocen/home/common/digestive/dyspepsia.html, Desember 2006. Citra, J.T. (2003). Perbedaan Depresi pada Pasien Dispepsia Fungsional dan Dispepsia Organik. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6316/3/psikiatri-citra.pdf.txt Cheng, C. & Shiu-kum, L. Psychosocial Factors and Perceived Severity of Functional Dyspeptic Symptoms: A Psychosocial Interactionist Model. Psychosomatic Medicine. 66:85-91. (2004). Proquest database Cheng, C. (2000). Seeking Medical Consultations: Perceptual and Behavioral Characteristic Distinguising Consulters and Nonconsulters With Dyspepsia Functional. Psychosomatic Med, 63, 844-52 Coppeta, L. Et.All. (2008). Prevalence and Characteristics of Fungtional Dyspepsia Among Worker Exposed to Cement Dust. Scandinavian Journal of Work, Environment & Healt. 34(5): 396-402 Djojoningrat, D. (2010). Dispepsia Fungsional Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi V. Interna Publishing Drossman (1999). The Fungtional Gastrointestinal Disorder ang The Rome II. Suplement II. USA Ganong, W.F. (2003). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC

Page 85: HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA PADA KARYAWAN

69

Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013

Gucht, D.V., Fischler, B., & Heiser, W. Job stress, personality, and psychological distress as determinants of somatization and functional somatic syndromes in a population of nurses. Article first published online: 25 SEP 2003 DOI: 10.1002/smi.975. John Wiley & Sons, Ltd. Stress and Health.Volume 19. Issue 4. pages 195–204, October 2003

Guyton, A.C. (1997). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC Hastono, S.P. (2007). Analisis Data Kesehatan. Jakarta: Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia _______________. (2011). Statistik Kesehatan. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada Haug, T.T. (1995). Live events and stress in patient with Functional Dispepsia compare with patients with Duodenal Ulcer and Healthy Control. Scand. Journal Gastroenterology no.30 (6). 524-430 Hawari, D. (2001). Pendekatan Holistik pada Gangguan Jiwa Skizofrenia. Jakarta: UI Press Ibrahim, S.A., (2007). Panik Neurosis dan Gangguan Cemas, Jakarta: Jelajah Nusa Jonsson, H.B., Theorell, T., & Gotthard, R. Symptoms and personality in patients with chronic functional dyspepsia. Volume 39. Issue 1. January 1995. Journal of Psychosomatic Research. Pages 93–10 Kaplan, H.I & Sadock, B.J., (2007). Anxiety Disorders in Synopsis of Psychiatry. Behavioral Scinces/ Clinical Psychiatry, Wolters Kluwer Lippincott Williams Lovibond. Manual for the Depression Anxiety Stress Scale.The Psychology Foundation of Australia. 33(33). (1995). 335-43 Maramis, W.F. (2002). Gangguan Psikosomatik Saluran Pencernaan. Cetakan III. Airlangga University Press Mudjadid, E. (2006). Gangguan Psikosomatik: Gambaran Umum dan Pathofisiologinya. Buku Ajar Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI Murti B., (2010). Desain dan Ukuran sampel untuk Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif di Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Nursalam (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Pagano, M., & Gauvreu, K. (1993). Principles of Biostatistics. Belmont. California. Wadsworth Publishing Company

Page 86: HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA PADA KARYAWAN

70

Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013

Pieree, J. Frederic, L.Levenstein S. Le Stait Y. (2010). Association Between Peptic Ulcer and Personality Disorder, in Nasionally Representative US sample, by American Psychomatic Society Rani, A. (2011). Buku Ajar Gastroenterologi. Jakarta: Interna Publising Riccardi, V.M., & Rotter J.L. (2004). Familial Helicobacter Pylori Infection: Societal Factors, Human Genetics and Bacterial Genetics. Ann Intern Med.120(12): 1043-104 Shatri, H. (2004). Gangguan Psikosomatis di Departemen Ilmu Penyakit Dalam RS Dr. Ciptomangunkusumo Jakarta Indonesia. The Indonesian Juornal of Internal Medicine Jakarta: Acta Medika Indonesiana Seaward, L.B. (2009). Managing Stress Principles and strategies for health and well being, 6thed, paramount wellness institute. Canada: jones and bartlett publishers Stanley Lameshow, David N. Hosmer Js. Janelle. K, Stephen KL. Wanga. (1997). Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press Sastroasmoro S., & Ismael S., (2011). Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Sagung Seto Sugiono (2011). Statistik untuk Penelitian. Bandung. Alfabeta

Sulaiman, A. (1997). Gastroenterologi Hepatologi. Cetakan kedua. Jakarta: Sagung Seto

Suliswati & Monica. E., dkk. (2005). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC

Susilo, H.W., & Aima, H.(2013). Skala Pengukuran dan Instrumen Penelitian, Aplikasi SPSS pada Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: In Media

Tarigan, J.C. (2003). Perbedaan Depresi pada Pasien Dispepsia Fungsional dan Dispepsia Organik. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6316/3/psikiatri-citra.pdf.txt Tomey, A.M., & Alligood, M.R. (2006). Nursing Theorists and their work. (4th ed). St. Louis: Mosby-Year book inc

Tomey, A.M., & Alligood, M.R. (2006). Nursing Theorists: Utilization & Application. (3rd ed). St. Louis: Mosby. Co

Uleng, T.S., Jayalangkara, A., Hawaidah, &Petollongi I. (2011). Hubungan Derajat Ansietas dengan Dispepsia Organik. (diambil tanggal 10 April 2012)

Page 87: HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA PADA KARYAWAN

71

Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013

Wijoyo, M.P. (2009). Cara Mudah Mencegah dan Mengatasi Stres. Jakarta : Bee Media Pustaka

Yosep, I. (2010). Keperawatan Jiwa. Cetakan ketiga. Bandung : PT Refika Aditama

(WHO) World Health Organization (2007). Mental Health http://www.who.int/mental_health/management/depression/flyer_depression_2012

(WHO) World Health Organization (2003). Mental Health http://www.who.int/occupational_health/topics/brunpres0307.pdf

http://www.bisnis-jabar.com/index.php/berita/populasi-industri-di-karawang-bertambah-181-perusahaan/taggal 20 Desember 2011. 22:22 WIB (diambil tanggal 21 Maret 2013) http://www.depkes.go.id/downloads/profil data kesehatan Indonesia tahun 2011 (diambil pada tanggal 24 April 2013) http://www.kompas.com (diambil pada tanggal 24 April 2013) http://www.fokusjabar.com (diambil tanggal 30 April 2013) http://www.pusdatinaker.balitfo.depnakertrans.go.id/katalog/xdownload.php (diambil tanggal 30 April 2013) http://hilmanmuchsin.com/2009/05/jangan-sepelekan-dispepsia.html.(diambil tanggal 30 April 2013)

Page 88: HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA PADA KARYAWAN

Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013

Lampiran 1

SURAT PERMOHONAN RESPONDEN

Kepada

Yth ...........................................

di ..............................................

Dengan hormat,

Saya Armi dengan NPM 2011980004, adalah mahasiswa Program Magister

Keperawatan Medikal Bedah Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas

Muhammadiyah Jakarta. Saya mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk berpartisipasi

dalam penelitian saya dengan judul “Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia

Fungsional pada Karyawan Perum Peruri di Karawang Barat”. Partisipasi ini

sepenuhnya sukarela, Bapak/Ibu boleh memutuskan untuk berpartisipasi atau

menolak tanpa ada konsekuensi atau dampak apapun.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk meningkatkan pelayanan

keperawatan pada karyawan dengan dispepsia fungsional oelh karena angka kejadian

dispepsia fungsional sering ditemukan di masyarakat. Oleh karena itu diharapkan

informasi yang mendalam dari pengalaman Bapak/Ibu. Jika Bapak/Ibu merasa tidak

nyaman selama wawancara, Bapak/Ibu dapat memilih untuk tidak menjawab

pertanyaan yang diajukan peneliti atau mengundurkan diri menjadi responden.

Page 89: HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA PADA KARYAWAN

Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013

Peneliti berjanji akan menjunjung tinggi dan menghargai hak Bapak/Ibu dengan cara

menjamin kerahasiaan identitas dan data yang diperoleh baik dalam pengumpulan

data, maupun dalam penyajian laporan penelitian. Semua hasil catatan data akan

dimusnahkan setelah penelitian selesai dilaksanakan.

Saya sangat menghargai kesediaan Bapak/Ibu menjadi responden dalam penelitian

ini. Untuk ini saya mohon kesediaannya untuk menandatangani lembar persetujuan

menjadi responden. Atas perhatian, kerjasama dan kesediaannya menjadi responden,

saya mengucapkan terima kasih.

Jakarta, Mei 2013

Peneliti

Page 90: HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA PADA KARYAWAN

Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013

Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Setelah membaca dan memahami surat saudara Armi, NPM : 2011980004,

mahasiswa Program Magister Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas

Muhammadiyah Jakarta, serta mendapat penjelasan tentang maksud penelitiannya,

maka saya bersedia menjadi responden penelitian dengan judul “Hubungan Stres

dengan Kejadian Dispepsia Fungsional pada Karyawan Perum Peruri di Karawang

Barat”.

Demikian pernyataan persetujuan ini saya tanda tangani dengan sukarela tanpa ada

paksaan dari siapapun,

Jakarta, Mei 2013

Responden Peneliti

(..................................................) ( Armi )

Page 91: HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA PADA KARYAWAN

Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013

Page 92: HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA PADA KARYAWAN

Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013

Page 93: HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA PADA KARYAWAN

Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013

Lampiran 3

INSTRUMEN PENELITIAN

HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA FUNGSIONAL PADA KARYAWAN PERUM PERURI DI KARAWANG BARAT

Nomor Kuisioner :

Diisi Peneliti)

Petunjuk pengisian:

1. Isilah jawaban yang sesuai dengan keadaan yang ada pada Anda

2. Lingkarilah jawaban yang Anda pilih atau check list (√) pada kotak jawaban yang dipilih

3. Jika Anda ingin mengganti jawaban, cukup dengan memberi garis (-) pada jawaban yang salah, kemudian pilihlah jawaban yang tepat

4. Apabila Anda merasa kesulitan dalam menjawab pertanyaan dalam kuisioner ini, Anda dapat bertanya langsung kepada peneliti.

A. Identitas Responden

Nama ...........................................................

Umur ........................... tahun

Jenis kelamin

laki-laki

perempuan

Page 94: HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA PADA KARYAWAN

Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013

B. Stres

Baca dan berilah tanda check list (√) pada nomor 0, 1, 2, atau 3 pada kolom pernyataan, dengan indikasi pernyataan yang dirasakan selama 1 minggu yang lalu. Tidak ada jawaban yang benar atau salah, tidak menghabiskan waktu yang banyak untuk menjawab pernyataan

Keterangan:

0 : Tidak ada atau tidak pernah

1 : Sesuai dengan yang dialami sampai tingkat tertentu, atau kadang-kadang

2 : Sering

3 : Sangat sesuai dengan yang dialami, atau hampir setiap saat

Beri Tanda Check List (√) Pada Kotak Jawaban Yang Dipilih!

No Aspek Penilaian 0 1 2 3

1. Menjadi marah karena hal-hal kecil/sepele

2. Mulut terasa kering

3. Tidak bisa melihat hal yang positif pada diri sendiri dari suatu kejadian

4. Merasakan gangguan dalam bernafas (napas cepat, sulit bernapas)

5. Merasa tidak semangat untuk melakukan suatu pekerjaan

6. Cenderung bereaksi berlebihan pada situasi

7. Kelemahan pada anggota tubuh

8. Kesulitan untuk relaksasi/bersantai

9. Cemas yang berlebihan, namun bisa lega jika hal/situasi itu berakhir

10. Pesimis

11. Mudah merasa kesal

12. Merasa banyak menghabiskan energi karena cemas

Page 95: HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA PADA KARYAWAN

Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013

13. Merasa sedih bila depresi

14. Tidak sabaran

15. Kelelahan

16. Kehilangan minat pada banyak hal (misal : makan, ambulasi, sosialisasi)

17. Merasa diri tidak layak

18. Mudah tersinggung

19. Berkeringat (misal: tangan berkeringat) tanpa stimulasi oleh cuaca maupun latihan fisik

20. Ketakutan tanpa alasan yang jelas

21. Merasa hidup tidak berharga

22. Sulit untuk beristirahat

23. Kesulitan dalam menelan

24. Tidak dapat menikmati hal-hal yang saya lakukan

25. Perubahan denyut nadi dan jantung tanpa stimulasi oleh latihan fisik

26. Merasa hilang harapan dan putus asa

27. Mudah marah

28. Mudah panik

29. Kesulitan untuk tenang setelah ada yang mengganggu

30. Takut diri terhambat oleh tugas-tugas yang biasa dilakukan

31. Sulit untuk antusias pada banyak hal

32. Sulit mentoleransi gangguan-gangguan terhadap pekerjaan yang sedang dilakukan

33. Berada pada keadaan tegang

34. Merasa tidak berharga

35. Melakukan pekerjaan tidak mempertimbangkan

Page 96: HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA PADA KARYAWAN

Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013

kendala yang dihadapi

36. Ketakutan

37. Tidak ada harapan untuk masa depan

38. Merasa hidup tidak berarti

39. Mudah gelisah

40. Khawatir dengan situasi diri sendiri sampai keadaan panik

41. Gemetar

42. Sulit untuk meningkatkan inisiatif dalam melakukan sesuatu

C. Lembar Wawancara Kejadian Dispepsia

Beri Tanda Check List (√) Pada Kotak Jawaban Yang Dipilih!

No Pertanyaan Ya Tidak

1. Apakah Anda pernah mengalami keluhan nyeri diulu hati selama 4 minggu?

Jika ya, apakah keluhan yang dirasakan berlangsung berapa lama

2. Apakah Anda pernah mengalami keluhan rasa penuh diperut selama 4 minggu?

3. Apakah Anda pernah mengalami keluhan cepat kenyang setelah makan selama 4 minggu?

4. Apakah Anda pernah mengalami keluhan rasa terbakar diuluhati/epigastrium selama 4 minggu?

Jika, salah satu jawaban diatas ya, lanjutkan ke pertanyaan no.5 dan 6

5. Apakah keluhan yang dirasakan berlangsung selama 3-6 bulan?

6. Apakah pernah dilakukan pemeriksaan laboratorium dan endoskopi selama keluhan dirasakan?

Page 97: HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA PADA KARYAWAN

Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013

D. Sosial Ekonomi

Beri Tanda Check List (√) Pada Kotak Jawaban Yang Dipilih!

1. Sebutkan berapa rata-rata penghasilan rumah tangga selama 1 bulan?

≤ Rp 2.500.000,-

>Rp 2.500.000,-

2. Berapa rata-rata pengeluaran rumah tangga Anda untuk makan selama 1 bulan?

≤ Rp 1.000.000,-

>Rp 1.000.000,-

3. Berapa rata-rata pengeluaran rumah tangga Anda untuk selain makan (misal untuk keperluan sewa rumah, listrik, telpon, sekolah, transportasi, pembantu, dll) dalam satu bulan?

≤ Rp 500.000,-

>Rp 500.000,-

4. Berapa rata-rata pengeluaran rumah tangga Anda untuk rekreasi (nonton, pergi ke tempat pariwisata, belanja untuk hobi/kesenangan) selama 1 bulan?

≤ Rp 200.000,-

>Rp 200.000,-

5. Berapa rata-rata pengeluaran rumah tangga Anda untuk sumbangan (pernikahan, orang sakit, orang meninggal, kelahiran bayi, dll) selama 1 bulan?

≤ Rp 100.000,-

>Rp 100.000,-

6. Berapa rata-rata pengeluaran rumah tangga Anda untuk membeli rokok/tembakau selama 1 bulan?

≤ Rp 100.000,-

> Rp 100.000,-

Page 98: HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA PADA KARYAWAN

Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013

7. Berapa rata-rata pengeluaran rumah tangga Anda untuk biaya kesehatan selama 1 bulan (membeli produk kesehatan jamu, vitamin, obat, upaya menjaga kesehatan lain) selama 1 bulan?

≤ Rp 100.000,-

> Rp 100.000,-

E. Lingkungan

Beri Tanda Check List (√) Pada Kotak Jawaban Yang Dipilih!

1. Perumahan :

a. Jenis Bangunan

Non permanen

Semi permanen

Permanen

b. Cahaya :

Kurang, > 25 cm dari jarak baca

Baik, < 25 cm dari jarak baca

c. Lantai :

Tanah

Plester

Ubin / Keramik

2. Sumber air minum

a. Apakah keluarga mempunyai sumber air sendiri ? Tidak

Ya

b. Jika Ya, apa jenisnya ?

Sumur

PAM

Lainnya, sebutkan: ...

Page 99: HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA PADA KARYAWAN

Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013

c. Pengurasan tempat penampungan air :

Tidak pernah dilakukan

> 3 hari

< 3 hari

d. Sumber air untuk air minum :

Air ledeng/PAM

Depot minuman

e. Penggunaan air minum :

Tidak dimasak

Dimasak

f. Kualitas sumber air minum :

Berbau

Berasa

Berwarna

Tak berbau, tak berasa, tak berwarna

Lain-lain, sebutkan ....................

3. Pembuangan air limbah

a. Jarak sumber air dengan penampungan limbah

< 10 m

> 10 m

b. Apakah rumah mempunyai tempat pembuangan limbah?

Tidak

Ya

c. Jika ya, jenisnya ?

Selokan

Dibuang sembarangan

Bak penampungan

Page 100: HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA PADA KARYAWAN

Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013

d. Bagaiman kondisi pembuangan air limbah?

Terbuka

Tertutup

Tergenang

4. Penanganan sampah dan penggunaan bahan untuk memasak

a. Cara pembuangan sampah keluarga:

Selokan

Sembarangan

Diangkut petugas

b. Tempat penampungan sampah:

Terbuka

Tertutup

c. Sumber energi yang digunakan untuk memasak:

Kayu bakar

Kompor

Page 101: HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA PADA KARYAWAN

Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013

Lampiran 4

A. PEMODELAN MULTIVARIAT

Pemodelan multivariat dilakukan analisis ke lima variabel yaitu stres, umur,

jenis kelamin, sosial ekonomi, dan lingkungan. Dari hasil analisis terlihat ada 3

variabel yang p valuenya > 0.05 yaitu umur, sosial ekonomi, dan lingkungan.

Pemodelan selanjutnya variabel umur dikeluarkan dari model. Setelah variabel

umur dikeluarkan dari pemodelan perubahan OR nya sebagai berikut :

Variabel OR umur ada OR umur tidak ada Perubahan OR

Stres Jenis kelamin Sosial ekonomi Lingkungan

31.089 21.077 0.739 0.688

31.011 21.068 0.740 0.688

0.3% 0.04% 0.1% 0%

Setelah variabel umur dikeluarkan dari pemodelan, perubahan OR nya < 10%

pada seluruh variabel, maka variabel umur dikeluarkan dari pemodelan. Langkah

selanjutnya mengeluarkan variabel yang p valuenya > 0.05, variabel sosial

ekonomi dikeluarkan dari model. Setelah variabel sosial ekonomi dikeluarkan

dari pemodelan perubahan OR nya sebagai berikut :

Variabel OR sosial ekonomi ada

OR sosial ekonomi tidak ada

Perubahan OR

Stres Jenis kelamin Lingkungan

31.089 21.077 0.688

32.043 20.883 0.692

3% 0.9% 0.6%

Setelah variabel sosial ekonomi dikeluarkan dari pemodelan, perubahan OR nya <

10% pada semua variabel, maka variabel sosial ekonomi dikeluarkan dari

pemodelan.

Page 102: HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA PADA KARYAWAN

Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013

Langkah selanjutnya mengeluarkan variabel yang p valuenya > 0.05, yaitu

variabel lingkungan dikeluarkan dari model. Setelah variabel lingkungan

dikeluarkan dari pemodelan perubahan OR nya sebagai berikut :

Variabel OR lingkungan ada OR lingkungan tidak ada

Perubahan OR

Stres Jenis kelamin

31.089 21.077

31.570 19.862

1.6% 5.8%

Setelah variabel lingkungan dikeluarkan dari pemodelan, terjadi perubahan OR <

10% pada semua variabel, maka variabel lingkungan dikeluarkan dari pemodelan.

Pemodelan multivariat dihasilkan sebagai berikut :

No Variabel B p Wald Sig. OR 95% CI 1. 2.

Stres Jenis kelamin Constanta

3.452 2.989 -2.491

7.754 17.521 17.011

0.005 0.000 0.000

31.570 19.862 0.083

2.78 – 358.57 4.90 – 80.50

Page 103: HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA PADA KARYAWAN

Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013

Lampiran 5

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Armi

Tempat Tanggal Lahir : Bekasi, 20 September 1980

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Dosen Tetap di STIKes Widya Dharma Husada

Tangerang

Alamat Rumah : Puri Cendana Blok A9 No.16 RT005 RW 015 Desa

Sumber Jaya Kec. Tambun Kab. Bekasi Jawa Barat

Alamat Institusi : Jl. Surya Kencana No. 11 Pamulang Tangerang

Selatan

Riwayat Pendidikan : 1. Program Studi S1 Keperawatan Universitas

Muhammadiyah Jakarta, lulus tahun 2005

2. Akademi Keperawatan Pelni Petamburan, lulus

tahun 2002

3. SMUN 1 Tambun, lulus tahun 1999

4. SMPN 1 Tambun, lulus tahun 1996

5. SDN Tambun II, lulus tahun 1993

Riwayat Pekerjaan : 1. Perawat pelaksana di RS Kemayoran tahun 2005

2. Dosen Akademi Keperawatan harum tahun 2006

3. Dosen STIKes Widya Dharma Husada Tangerang

tahun 2006 - sekarang

Page 104: HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA PADA KARYAWAN

Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013

LEMBAR KONSULTASI BIMBINGAN TESIS

NAMA : Armi

NPM : 2011980004

NAMA PEMBIMBING I : Muhammad Hadi, SKM., M.Kep.

NO TANGGAL BAHAN

KONSULTASI BIMBINGAN

SARAN

1. 13 Maret 2013 Pengajuan fenomena dan judul tesis

Pilih Judul Dispepsia

2. 20 Maret 2013 BaB I Perbaikan Latar Belakang, Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian

3. 26 Maret 2013 BAB II Tinjauan pustaka yang sesuai, tidak perlu banyak dan disesuaikan dengan judul

4. 01 April 2013 BAB III Definisi operasional dan skala ukur dicari yang sesuai

5. 17 Mei 2013 BAB IV Uji statistik dengan menggunakan regresi logistik ganda

6. 09 September 2013

BAB V Perbaikan analisis multivariat

7. 16 September 2013

BAB V Perbaikan model terakhir dan buat uji interaksinya

8. 19 September 2013

BAB VI dan VII Perbaikan pembahasan, kesimpulan, dan saran

9. 24 September 2013

BAB I, II, III, IV, V , VI dan VII

ACC dan persiapan ujian sidang hasil

Lampiran 6

Page 105: HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA PADA KARYAWAN

Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013

LEMBAR KONSULTASI BIMBINGAN TESIS

NAMA : Armi

NPM : 2011980004

NAMA PEMBIMBING II : DR. Dr. Toha Muhaimin, M.Sc.

NO TANGGAL BAHAN

KONSULTASI BIMBINGAN

SARAN

1. 25 April 2013

BAB I Latar Belakang Perbaiki cara menulis latar belakang, perumusan masalah, sumber-sumber bacaan

2. 16 Mei 2013 BAB I Perbaiki tujuan

3. 18 Mei 2013 BAB II dan III

BAB II ACC

Definisi operasional, Cara pengukuran dan istrumen

4. 21 Mei 2013 BAB III Perbaiki instrumen dan pikirkan rencana analisis

5. 23 Mei 2013 BAB III dan IV

Perbaiki instrumen variabel lingkungan dan sosial ekonomi

Perbaiki analisis data

6. 27 Agustus 2013

BAB V Perbaiki tabel bivariat

7. 11 September 2013

BAB V Perbaiki interpretasi data

8. 17 September 2013

BAB V, VI dan VII Perbaiki pemodelan multivariat dengan disertai perubahan ORnya

9. 20 September 2013

BAB I, II, III, IV, V, VI dan VII

ACC dan persiapan ujian siang hasil

Page 106: HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA PADA KARYAWAN

Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013

Page 107: HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA PADA KARYAWAN

Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013