i
HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA
PADA KARYAWAN PERUM PERURI DI KARAWANG BARAT 2013
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Program Strata Dua (S-2) Magister Keperawatan
Oleh
ARMI
NPM: 2011980004
PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2013
ii
iii
iv
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini: NAMA : Armi NPM : 2011980004 Dengan ini menyatakan bahwa tesis ini adalah hasil karya sendiri yang merupakan hasil penelitian, pengolahan dan analisis saya sendiri, serta bukan merupakan replikasi maupun saduran dari hasil penelitian orang lain Apabila terbukti tesis ini merupakan plagiat atau replikasi maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Muhammadiyah Jakarta. Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala akibat yang ditimbulkan menjadi tanggung jawab saya.
Jakarta, Oktober 2013 Armi
v
PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA Tesis, September 2013 Armi Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia pada Karyawan Perum Peruri di Karawang Barat 2013
xii + 75 halaman + 18 tabel + 1 gambar + 4 skema + 5 lampiran
ABSTRAK
Stres terdiri dari 4 macam yaitu stres kepribadian, stres psikososial, stres bioekologi, dan stres pekerjaan merupakan faktor penyebab terjadinya dispepsia. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi hubungan stres dengan kejadian dispepsia. Jenis penelitian ini observasional dengan pendekatan case control. Jumlah sampel 90 orang, terdiri dari 45 orang kelompok kontrol yang diambil di perumahan Peruri dan 45 orang kelompok kasus diambil di klinik Peruri. Sampel yang dipilih dengan tehnik random sampling. Analisis hasil penelitian menggunakan regresi logistik ganda. Hasil analisis didapatkan Odds Ratio (OR) dari stres adalah 31.570 artinya karyawan yang mengalami stres akan mengalami sakit dispepsia sebesar 32 kali lebih tinggi dibandingkan karyawan yang tidak mengalami stres, setelah dikontrol oleh variabel jenis kelamin dan umur. Stres mempunyai hubungan yang sangat besar terhadap kejadian dispepsia. Diharapkan perawat dapat menurunkan kejadian dispepsia dengan penanganan stres melalui pengobatan nonfarmakologi dengan mengajarkan tehnik relaksasi kepada karyawan. Pengobatan ini dilakukan dengan terapi psikologis agar karyawan dapat beradaptasi dan tidak terjadi stres. Serta perlu diketahui dengan tepat faktor penyebab stres agar penanganan dispepsia dapat diatasi dengan baik dan tidak terjadi kekambuhan. Kata kunci: Stres, Kejadian Dispepsia
Refrensi: 51 (1993-2012)
vi
NURSING PROGRAM MASTER GRADUATE SCHOOL UNIVERSITY OF MUHAMMADIYAH JAKARTA Thesis, September 2013 Armi
Stress Relationships with Dyspepsia Genesis Employee Peruri in West Karawang
in 2013
xii + 75 pages + 18 tabeles + 1 drawing + 4 schemes + 5 appendixes ABSTRACT
Stress consisted of 4 kinds of stress personality , psychosocial stress , bioecology stress , and stress is a factor contributing to the work of dyspepsia . This study aims to identify the relationship of stress to the occurrence of dyspepsia . This type of observational study with case-control approach . Number of samples 90 people , made up of 45 people who were taken in the control group Peruri housing and 45 people were taken in the clinic group Peruri case . Samples were selected by random sampling technique . Analysis of the results of studies using multiple logistic regression . Analysis results obtained Odds Ratio ( OR ) of stress is 31.570 artinya employees who experience stress dyspepsia will experience pain at 32 times higher than employees who do not experience stress , once controlled by the variables of sex and age . Stress has a huge relation to the incidence of dyspepsia . Nurses are expected to decrease the incidence of dyspepsia with handling stress through non-pharmacological treatment . The treatment is done with psychological therapy for the employee to adapt and avoid stress . As well as to know the exact causes of stress that treatment of dyspepsia can be addressed properly and avoid recurrence
Keywords: stress, dyspepsia
Bibliography: 52 (1993 - 2011)
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allahu Robbi atas segala rahmat dan hidayah-Nya peneliti
dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul “Hubungan Stres dengan Kejadian
Dispepsia pada Karyawan Perum Peruri di Karawang Barat 2013”. Tesis ini disusun
dalam rangka menyelesaikan tugas akhir untuk memperoleh gelar Magister
Keperawatan Kekhususan Keperawatan Medikal Bedah pada Program Magister
Keperawatan Sekolah Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Selama proses penusunan tesis ini, peneliti banyak sekali mendapat bantuan,
bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Bersama ini penulis menyampaikan
terima kasih kepada :
1. Hj. Tri Kurniati, S.Kp., M.Kes., selaku Ketua Program Magister Keperawatan
Sekolah Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Jakarta.
2. Muhammad Hadi, SKM., M.Kes., selaku pembimbing I yang telah banyak
memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan tesis ini.
3. DR. Dr. Toha Muhaimin, M.Sc., selaku pembimbing II yang telah
memberikan masukan dan arahan tentang konsep-konsep dalam penyusunan
tesis ini.
4. Kepala bagian SDM Perum Peruri yang telah memberikan kesempatan
kepada peneliti untuk melakukan studi pendahuluan dan penelitian diklinik
dan Perum Peruri.
viii
5. Seluruh dosen dan staf akademik Program Magister Keperawatan Sekolah
Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Jakarta.
6. Ketua STIKes Widya Dharma Husada Tangerang beserta staf, yang telah
memberikan dukungan moril dan materil serta kesempatan bagi peneliti untuk
melanjutkan pendidikan Program Magister Keperawatan Sekolah Pasca
Sarjana Universitas Muhammadiyah Jakarta.
7. Orang tua, suami, adik dan anakku tercinta yang selalu ikhlas memberikan
do’a dan dukungan moral kepada peneliti.
8. Rekan-rekan seperjuangan, mahasiswa Program Magister Keperawatan
Sekolah Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Jakarta Angkatan I Tahun
2011 atas dukungan dan motivasinya.
Menyadari akan keterbatasan yang dimiliki, peneliti meyakini bahwa tesis ini jauh
dari sempurna, sehingga kritik dan saran sangatlah diharapkan demi perbaikan bagi
peneliti. Akhir kata peneliti berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi kita
semua. Amin.
Jakarta, Oktober 2013
Wassalam
Peneliti
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...........................................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN ...........................................................................
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................
ABSTRAK ...........................................................................................................
ABSTRACT .........................................................................................................
KATA PENGANTAR .........................................................................................
DAFTAR ISI ........................................................................................................
DAFTAR TABEL ...............................................................................................
DAFTAR GAMBAR ...........................................................................................
DAFTAR SKEMA ..............................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................
B. Perumusan Masalah ........................................................................
C. Tujuan Penelitian ............................................................................
D. Manfaat Penelitian ..........................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Gangguan Lambung .......................................................................
B. Dispepsia ........................................................................................
i
ii
iii
iv
v
vi
vii
ix
xii
xiv
xv
xvi
1
6
7
8
10
12
x
C. Stres ................................................................................................
D. Faktor Lain yang Mempengaruhi Dispepsia ..................................
E. Aplikasi Teori “Adaptasi” pada Karyawan yang Mengalami
Dispepsia ........................................................................................
F. Kerangka Teori ...............................................................................
BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI
OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep ...........................................................................
B. Hipotesis .........................................................................................
C. Definisi Operasional .......................................................................
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian .....................................................................
B. Populasi dan Sampel ......................................................................
C. Tempat Penelitian ...........................................................................
D. Waktu Penelitian ............................................................................
E. Etika Penelitian ...............................................................................
F. Alat Pengumpulan Data ..................................................................
G. Uji Instrumen ..................................................................................
H. Pengolahan Data .............................................................................
I. Analisis Data ..................................................................................
15
19
21
24
26
27
28
31
32
34
34
35
36
37
38
39
xi
BAB V HASIL PENELITIAN
A. Hasil Analisa Univariat ..................................................................
B. Hasil Analisa Bivariat .....................................................................
C. Hasil Analisa Multivariat ...............................................................
BAB VI PEMBAHASAN
A. Interpretasi dan Diskusi Hasil ........................................................
B. Keterbatasan Penelitian ..................................................................
C. Implikasi dalam Keperawatan ........................................................
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .....................................................................................
B. Saran ...............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................
43
45
48
55
62
63
65
66
68
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Definisi Operasional .................................................................
Tabel 4.1 Uji Statistik Analisis Bivariat ...................................................
Tabel 4.2 Uji Statistik Analisis Multivariat ..............................................
Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur, di Karawang Barat
Tahun 2013 ..............................................................................
Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Sosial
Ekonomi, Lingkungan, Stres, dan Kejadian Dispepsia, dan
di Karawang Barat 2013 ...........................................................
Tabel 5.3 Distribusi Responden menurut Stres dan Kejadian Dispepsia,
di Karawang Barat Tahun 2013 ...............................................
Tabel 5.4 Distribusi Responden menurut Umur dan Kejadian Dispepsia,
di Karawang Barat Tahun 2013 ...............................................
Tabel 5.5 Distribusi Responden menurut Jenis Kelamin dan Kejadian
Dispepsia, di Karawang Barat Tahun 2013 ..............................
Tabel 5.6 Distribusi Responden menurut Sosial Ekonomi dan Kejadian
Dispepsia, di Karawang Barat Tahun 2013 .............................
Tabel 5.7 Distribusi Responden menurut Lingkungan dan Kejadian
Dispepsia, di Karawang Barat Tahun 2013 .............................
Tabel 5.8 Hasil Pemilihan Variabel Kandidat Multivariat .......................
28
40
42
43
44
45
46
46
47
48
49
xiii
Tabel 5.9 Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik antara Variabel
Stres, Jenis Kelamin, Umur, Sosial Ekonomi, dan Lingkungan
dengan Kejadian Dispepsia, di Karawang Barat Tahun 2013 ..
Tabel 5.10 Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik antara Variabel
Stres, Jenis Kelamin, Sosial Ekonomi, dan Lingkungan
dengan Kejadian Dispepsia, di Karawang Barat Tahun
2013 .......................................................................................
Tabel 5.11 Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik antara Variabel
Stres, Jenis Kelamin, dan Lingkungan dengan Kejadian
Dispepsia, di Karawang Barat Tahun 201..............................
Tabel 5.12 Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik antara Variabel
Stres dan Jenis Kelamin dengan Kejadian Dispepsia, di
Karawang Barat Tahun 2013 .................................................
Tabel 5.13 Uji Interaksi antara Stres dengan Umur, Sosial Ekonomi,dan
Lingkungan, di Karawang Barat Tahun 2013 .......................
Tabel 5.14 Model Akhir Multivariat ........................................................
50
51
52
52
53
54
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Lambung ...................................................................................... 9
xv
DAFTAR SKEMA
Skema 2.1 Teori “Adaptasi” Sister Callista Roy (1984), dikutip dari
Alligood dan Tomey (2006) .......................................................
Skema 2.2 Kerangka Teori .........................................................................
Skema 3.1 Kerangka Konsep Penelitian .....................................................
Skema 4.1 Desain Penelitian .......................................................................
22
25
26
31
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 :Surat Permohonan Responden
Lampiran 2 :Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 3 : Instrumen Penelitian
Lampiran 4 :Pemodelan Multivariat
Lampiran 5 :Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 6 :Lembar Konsultasi Bimbingan Tesis
Lampiran 7 :Surat Ijin Pengambilan Data Awal Penelitian di RW 04 Puri Teluk
Jambe Sinarbaya teluk Jambe Timur
Lampiran 8 : Surat Ijin Pengambilan Data Awal Penelitian di Klinik Perum Peruri
Karawang Barat
1
Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
World Health Organization (WHO), menyatakan bahwa masalah gangguan
kesehatan jiwa di seluruh dunia sudah menjadi masalah yang sangat serius. WHO
(2007), memperkirakan ada sekitar 450 juta orang di dunia yang mengalami
gangguan kesehatan jiwa. Stres merupakan suatu gangguan jiwa yang sering
ditemui oleh seseorang dalam kehidupan sehari-hari dan dapat dialami dalam
berbagai situasi yang berbeda. Sekitar 35% kasus depresi pada karyawan setiap
harinya berhubungan dengan masalah kesehatan mental (WHO, 2003).
Pervalensi nasional gangguan mental emosional pada penduduk yang berumur ≥
15 tahun adalah 11,6% (SKRT, 2001). Jumlah gangguan kesehatan jiwa di
masyarakat sangat tinggi yakni satu dari lima penduduk Indonesia menderita
kelainan jiwa dari rasa cemas, depresi, dan stres (Depkes, 2011). Kepala Dinas
Kesehatan Kota Bandung, Ahyani (2013), mengatakan bahwa berdasarkan
survei riset kesehatan daerah tahun 2007 sebanyak 19,2% penduduk Kota
Bandung menderita gangguan jiwa. Hal ini disebabkan oleh permasalahan sosial
dan faktor ekonomi diduga menjadi penyebab utama timbulnya permasalahan
gangguan jiwa.
Stres dapat terjadi karena adanya tuntutan kehidupan. Kebanyakan pekerjaan
dengan waktu sangat sempit ditambah lagi dengan tuntutan harus serba cepat dan
tepat membuat orang hidup dalam ketegangan/stres (Yosep, 2010). Stres dapat
2
Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013
terjadi pada karyawan dikarenakan banyaknya tuntutan pekerjaan. Berdasarkan
laporan dari American Insititute disebutkan bahwa stres kerja masih menjadi
perhatian, dimana 80% dari karyawan dilaporkan terjadi stres (Seaward , 2009).
Stres dalam kehidupan dapat menimbulkan reaksi pada tubuh. Menurut Hawari
(2001), setiap permasalahan kehidupan yang menimpa pada diri seseorang
(stressor psikososial) dapat mengakibatkan gangguan fungsi/faal organ tubuh.
Stres dapat berpengaruh terhadap sistem yang ada dalam tubuh salah satunya
pada sistem pencernaan. Stres akut dapat mempengaruhi gastrointestinal dan
mencetuskan keluhan pada orang sehat (Djojoningrat, 2010).
Survey yang telah dilakukan dari sebuah perusahaan obat terdapat lima dari
sepuluh orang atau satu dari dua orang berpotensi menderita gangguan saluran
pencernaan (Muchsin, 2009). Gangguan pencernaan yang sering dikeluhkan
karyawan yaitu dispepsia. Ditjen Bina Upaya Kesehatan Kepmenkes RI (2012),
menyatakan bahwa dispepsia termasuk ke dalam 10 besar penyakit rawat jalan
pada rumah sakit di Indonesia tahun 2010 dengan jumlah kunjungan sebanyak
163.428 orang menempati urutan ke-6 dari 10 besar penyakit. Pervalensi
dispepsia berkisar antara 12-45% dengan estimasi rerata adalah 25%. Insidens
dispepsia per tahun diperkirakan antara 1-11,5% (Rani, 2011). Prevalensi
dispepsia sendiri secara global bervariasi antara 7-45% tergantung pada lokasi
geografis (Muchsin, 2009).
3
Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013
Dispepsia dapat terjadi akibat kelainan organik maupun fungsional. Dispepsia
fungsional merupakan gangguan lambung pada sistem pencernaan yang
dipengaruhi oleh stres (Rani, 2011).
Penelitian yang telah dilakukan oleh Cheng (2004) di Hong Kong telah
melakukan penelitian pada 590 responden yang memenuhi kriteria diagnostik
dispepsia fungsional. Dari 590 responden yang berpartisipasi dalam penelitian
sebanyak 396 responden, hasil dari analisis menunjukkan hubungan yang
signifikan antara dukungan emosional dengan dispepsia fungsional. Pada
penelitian ini menunjukkan bahwa model interaksi psikososial yaitu pemantauan
faktor resiko, peran, dan dukungan emosional sangat penting pada pasien
dispepsia fungsional.
Penelitian lain juga dilakukan oleh Coppeta (2008) yang telah meneliti pekerja
yang terpapar dengan polusi debu semen. Pada penelitian ini dibagi menjadi 2
kelompok yaitu kelompok yang terpapar dengan polusi debu semen dan
kelompok yang tidak terpapar dengan debu semen. Angka kejadian dispepsia
meningkat pada kelompok yang terpapar dengan polusi debu semen
dibandingkan dengan kelompok yang tidak terpapar dengan polusi debu semen.
Hasil penelitian menunjukkan hubungan yang signifikan antara stres lingkungan
karena debu semen dengan dispepsia. Penelitian yang dilakukan Jonnson,
Theorell, dan Gotthard (1995) melakukan penelitian pada 25 pasien dispepsia
fungsional yang terdiri dari 12 laki-laki dan 13 perempuan, berusia 24-50 tahun.
Dari hasil penelitian ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara gejala,
4
Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013
stres pekerjaan, dukungan sosial, dan kepribadian dengan dispepsia fungsional
kronik .
Penelitian yang sama dilakukan oleh Gucht, Fischler, Heiser (2003) dari hasil
penelitian ditemukan konstribusi dari stres kerja, kepribadian, dan psikologis
terhadap dispepsia fungsional pada perawat. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk menguji kontribusi masing-masing dimensi stres kerja (tuntutan pekerjaan,
kontrol pekerjaan, dan dukungan sosial di tempat kerja), kepribadian, dan
tekanan psikologis (kecemasan dan depresi) ke somatisasi dalam populasi
perawat. Kepribadian memiliki hubungan yang signifikan dari kedua somatisasi
dan sindrom somatik fungsional (dispepsia fungsional). Studi selanjutnya harus
memeriksa sejauh mana pola yang ditemukan antara dimensi stres kerja dan
sindrom somatik fungsional, serta interaksi antara stres kerja dan dimensi
kepribadian dalam menentukan somatisasi.
Penelitian yang dilakukan oleh Uleng (2011) menunjukkan bahwa ada hubungan
antara dispepsia organik dan dispepsia fungsional dengan kecemasan, dimana
31,2% pasien dispepsia fungsional ditemukan gangguan jiwa dalam bentuk
kecemasan dan depresi. Demikian juga penelitian menurut Haug (1995),
membandingkan peristiwa-peristiwa dalam kehidupan dan stres pada pasien
dispepsia fungsional dan pasien dispepsia organik yang diteliti. Sebelumnya
pasien mengalami peristiwa ketegangan (stres) dalam kehidupan selama 6 bulan
sebelumnya. Ditemukan pasien dengan dispepsia fungsional mempunyai lebih
5
Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013
tinggi derajat kecemasan, depresi dan keluhan somatisasi daripada pasien dengan
dispepsia organik.
Pada penelitian Tarigan (2003), dapat dilihat baik pada penderita dispepsia
fungsional maupun dispepsia organik ada yang mengalami depresi dengan
tingkatan yang bervariasi ringan, sedang dan berat. Penderita dispepsia
fungsional yang mengalami depresi lebih banyak dari pada dispepsia organik.
Hal ini menjadi perhatian yang khusus bagi gastroenterohepatologis untuk lebih
memperhatikan adanya hubungan gangguan somatik, psikis dan lingkungan bio-
sosio-kulturil dan agama.
Hasil yang kurang memuaskan dari penelitian sebelumnya dikarenakan belum
adanya bukti kuat untuk menyatakan hubungan sebab akibat antara stres dengan
dispepsia. Data yang diperoleh di klinik Perum Peruri pada bulan Oktober 2012
– Juli 2013 didapatkan pasien dengan dispepsia sebanyak 108 orang, dengan
umur 25 - 45 tahun. Walaupun dari hasil penelitian sudah banyak mengemukakan
tentang hubungan kecemasan dengan dispepsia fungsional tetapi masih adanya
kontroversial terhadap dispepsia fungsional. Adanya kontroversi dikarenakan
tidak didapatkan karakteristik dispepsia fungsional pada gangguan psikologis
(Djojoningrat, 2010). Data yang didapatkan pada saat aplikasi di Rumah sakit
Sukapura pada bulan Desember 2012 – Januari 2013 didapatkan pasien dengan
dispepsia sebanyak 64 orang yang sebagian besar pasien adalah karyawan
Perusahaan.
6
Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013
Indonesia adalah negara berkembang yang banyak sekali terdapat perusahaan
yang mempekerjakan ratusan hingga ribuan karyawan. Pusdatinaker menyatakan
bahwa jumlah perusahaan di Indonesia pada tahun 2011 sebanyak 221.875
perusahaan, untuk di daerah Jawa Barat sendiri terdapat 27.676 perusahaan.
Daerah Jawa Barat salah satunya adalah Kabupaten Karawang. Kabupaten
Karawang mempunyai letak geografis yang sangat strategis karena lokasinya
berdekatan dengan Ibukota Negara, yaitu DKI Jakarta. Posisi geografis serta
sumber daya yang ada menjadikan Kabupaten Karawang mempunyai daya tarik
bagi tumbuhnya kegiatan pembangunan, terutama menyangkut pengembangan
yang seimbang pada kawasan industri.
Karawang merupakan lokasi kawasan industri di Asia Tenggara dan
perkembangan industri di daerah Karawang meningkat hingga mencapai 181 unit
sepanjang tahun 2011. Salah satunya merupakan Perum Peruri yang berada di
daerah Karawang yang bergerak pada percetakan uang yang memiliki ribuan
karyawan. Berdasarkan uraian tersebut diatas peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai hubungan stres dengan kejadian dispepsia fungsional pada
karyawan Perum Peruri di Karawang Barat dan belum peneliti temukan pada
penelitian sebelumnya, sehingga peneliti menganggap pentingnya dilakukan
penelitian ini.
B. Perumusan Masalah
Karyawan dalam bekerja dituntut ketelitian, ketepatan, dan kecepatan dalam
bekerja. Stres kerja masih menjadi perhatian, dimana 80% dari karyawan
7
Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013
dilaporkan terjadi stres. Kebanyakan pekerjaan dengan waktu sangat sempit
ditambah lagi dengan tuntutan harus serba cepat dan tepat membuat orang hidup
dalam ketegangan/stres. Stres akut dapat mempengaruhi gastrointestinal dan
mencetuskan keluhan pada orang sehat berupa gangguan lambung. Gangguan
lambung yang dipengaruhi oleh stres adalah dispepsia.
Pada beberapa hasil penelitian belum dapat memberikan gambaran yang jelas
tentang hubungan stres dengan kejadian dispepsia pada karyawan. Karena belum
adanya bukti kuat yang menyatakan hubungan sebab akibat antara stres dengan
kejadian dispepsia, serta masih adanya kontroversi antara dispepsia dengan stres,
maka peneliti tertarik untuk mengetahui “Hubungan Stres dengan Kejadian
Dispepsia pada karyawan Perum Peruri di Karawang Barat.”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengidentifikasi hubungan stres dengan kejadian dispepsia pada
karyawan Perum Peruri.
2. Tujuan Khusus
a. Teridentifikasi gambaran karakteristik (umur, jenis kelamin, sosial
ekonomi, lingkungan, stres dan kejadian dispepsia) pada karyawan Perum
Peruri.
b. Mengetahui hubungan stres dengan kejadian dispepsia pada karyawan
Perum Peruri.
8
Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013
c. Mengetahui hubungan umur dengan kejadian dispepsia karyawan Perum
Peruri.
d. Mengetahui hubungan jenis kelamin dengan kejadian dispepsia karyawan
Perum Peruri.
e. Mengetahui hubungan sosial ekonomi dengan kejadian dispepsia
karyawan Perum Peruri.
f. Mengetahui hubungan lingkungan dengan kejadian dispepsia karyawan
Perum Peruri.
g. Mengetahui faktor yang paling dominan pada kejadian dispepsia
karyawan Perum Peruri.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Aplikasi
a) Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam mengatasi stres
pada karyawan di perusahaan, sehingga dapat mengurangi timbulnya
kejadian dispepsia pada karyawan di perusahaan.
b) Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan pengalaman bagi
karyawan perusahaan untuk mengetahui hubungan stres dengan kejadian
dispepsia.
2. Manfaat Keilmuan
a) Memberikan gambaran dan informasi tentang hubungan stres dengan
kejadian dispepsia pada karyawan di perusahaan.
b) Menambah pengetahuan dan wawasan dalam praktek asuhan keperawatan
medikal bedah pada karyawan di perusahaan.
9
Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013
3. Manfaat Metodologi
Penelitian ini dapat menambah jumlah penelitian tentang hubungan stres
dengan kejadian dispepsia pada karyawan di perusahaan dan dapat menjadi
landasan untuk penelitian selanjutnya dengan pendekatan yang berbeda.
10
Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Gangguan Lambung
Lambung merupakan bagian dari saluran pencernaan yang berbentuk seperti
kantung, dapat berdilatasi, dan berfungsi mencerna makanan dibantu oleh
asam klorida (HCl) dan enzim-enzim seperti pepsin, renin, dan lipase. Secara
anatomis lambung terdiri atas empat bagian, yaitu: cardia, fundus, body atau
corpus, dan pylorus. Adapun secara histologis, lambung terdiri atas beberapa
lapisan, yaitu: mukosa, submukosa, muskularis mukosa, dan serosa (Ganong,
2003).
Gambar 2.1 Lambung
Lambung akan mensekresikan asam klorida (HCl) atau asam lambung dan
enzim untuk mencerna makanan. Lambung memiliki motilitas khusus untuk
gerakan pencampuran makanan yang dicerna dan cairan lambung, untuk
membentuk cairan padat yang dinamakan kimus kemudian dikosongkan ke
duodenum. Sel-sel lambung setiap hari mensekresikan sekitar 2500 ml cairan
11
Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013
lambung yang mengandung berbagai zat, diantaranya adalah HCl dan
pepsinogen. HCl membunuh sebagan besar bakteri yang masuk, membantu
pencernaan protein, menghasilkan pH yang diperlukan pepsin untuk
mencerna protein, serta merangsang empedu dan cairan pankreas. Asam
lambung cukup pekat untuk menyebabkan kerusakan jaringan, tetapi pada
orang normal mukosa lambung tidak mengalami iritasi atau tercerna karena
sebagian cairan lambung mengandung mukus, yang merupakan faktor
perlindungan lambung (Ganong, 2003).
Sekresi asam lambung dipengaruhi oleh kerja saraf dan hormon. Sistem saraf
yang bekerja yatu saraf pusat dan saraf otonom, yakni saraf simpatis dan
parasimpatis. Adapun hormon yang bekerja antara lain adalah hormon
gastrin, asetilkolin, dan histamine. Terdapat tiga fase yang menyebabkan
sekresi asam lambung. Pertama, fase sefalik, sekresi asam lambung terjadi
meskipun makanan belum masuk lambung, akibat memikirkan atau
merasakan makanan. Kedua, fase gastrik, ketika makanan masuk lambung
akan merangsang mekanisme sekresi asam lambung yang berlangsung selama
beberapa jam, selama makanan masih berada di dalam lambung. Ketiga, fase
intestinal, proses sekresi asam lambung terjadi ketika makanan mengenai
mukosa usus. Produksi asam lambung akan tetap berlangsung meskipun
dalam kondisi tidur. Kebiasaan makan yang teratur sangat penting bagi
sekresi asam lambung karena kondisi tersebut memudahkan lambung
mengenali waktu makan sehingga produksi lambung terkontrol (Ganong,
2003).
12
Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013
Dispepsia merupakan suatu kumpulan gejala rasa nyeri atau tidak nyaman
pada perut bagian atas yang berlangsung selama 3 bulan dalam waktu 6 bulan
terakhir sebelum diagnosis ditegakkan (Roma II, 2000). Ketidaknyamanan
tersebut dapat berkaitan dengan masalah organik pada saluran cerna bagian
atas, seperti gastroesophageal reflux disease (GERD), gastritis, tukak peptik,
gangguan kandung empedu (kolesistitis), atau patologi teridentifikasi lainnya.
B. Dispepsia
Dispepsia merupakan kumpulan gejala atau sindrom nyeri ulu hati, mual,
kembung, muntah, rasa penuh atau cepat kenyang, dan sendawa, merupakan
masalah yang sering ditemukan dalam praktek sehari-hari (Rani & Albert,
2011). Dispepsia dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok penyakit
organik (seperti tukak peptik, gastritis, batu kandung empedu, dll) dan
kelompok fungsional merupakan kelompok dimana sarana penunjang
diagnostik yang konvensional atau baku (radiologi, endoskopi, laboratorium)
tidak dapat memperlihatkan adanya gangguan patologis struktural.
Dalam konsesus Roma III (2006), dispepsia fungsional didefinisikan sebagai
berikut :
1. Adanya satu atau lebih keluhan rasa penuh setelah makan, cepat kenyang,
nyeri ulu hati/epigastrik, rasa terbakar di epigastrium.
2. Tidak adanya bukti kelainan struktural yang dapat menerangkan
penyebab keluhan.
13
Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013
3. Keluhan terjadi selama 3 bulan dalam waktu 6 bulan terakhir sebelum
diagnosis ditegakkan (Djojoningrat, 2010).
Dispepsia fungsional dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu:
1. Dispepsia tipe seperti ulkus, dimana yang lebih dominan adalah nyeri
epigastrik.
2. Dispepsia tipe seperti dismotilitas, dimana yang lebih dominan adalah
keluhan kembung, mual, muntah, rasa penuh, cepat kenyang.
3. Dispepsia tipe non-spesifik, dimana tidak ada keluhan yang dominan.
(Djojoningrat, 2010).
Dispepsia fungsional diberikan terapi sesuai subtipe yang didapatkan secara
klinik. Sesuai dengan beberapa konsensus terapi empirik dilakukan selama 4
minggu. Patofisiologi yang berhubungan dengan dispepsia fungsional
(Djojoningrat, 2010) adalah :
1. Sekresi Asam Lambung
Tingkat sekresi asam lambung, baik sekresi basal maupun dengan
stimulasi pentagastrin yang rata-rata normal. Diduga adanya peningkatan
sensitivitas mukosa lambung terhadap asam yang menimbulkan rasa tidak
enak diperut.
2. Helicobacter pylori (Hp)
Dari berbagai laporan Helicobacter pylori pada dispepsia fungsional
sekitar 50% dan tidak berbeda bermakna dengan angka Helicobacter
pylori pada kelompok orang sehat. Memang mulai ada kencenderungan
14
Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013
untuk melakukan eradikasi Helicobacter pylori pada dispepsia fungsional
dengan Helicobacter pylori positif yang gagal dengan pengobatan
konservatif baku.
3. Dismotilitas Gastrointestinal
Pada dispepsia fungsional terjadi perlambatan pengosongan lambung,
adanya hipomotilitas antrum (sampai 50% kasus), gangguan akomodasi
lambung waktu makan, disritmia gaster dan hipersensitivitas viseral.
Salah satu dari keadaan ini dapat ditemukan pada setengah sampai
duapertiga kasus dispepsia fungsional.
4. Ambang Rangsang Persepsi
Dinding usus mempunyai berbagai reseptor, termasuk reseptor kimiawi,
reseptor mekanik dan nociceptor. Dalam studi tampaknya kasus dispepsia
mempunyai hipersensitivitas viseral terhadap distensi balon di gaster atau
duodenum.
5. Disfungsi Autonom
Disfungsi persyarafan vagal diduga berperan dalam hipersensitivitas
gastrointestinal pada kasus dispepsia fungsional. Adanya neuropati vagal
juga diduga berperan dalam kegagalan relaksasi bagian proksimal
lambung waktu menerima makanan, sehingga menimbulkan gangguan
akomodasi lambung dan rasa cepat kenyang.
15
Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013
6. Aktivitas Mioelektrik Lambung
Adanya disritmia mioelektrik lambung pada pemeriksaan
elektrogastrografi berupa tahcygastria, bradygastria pada lebih kurang
40% kasus dispepsia fungsional.
7. Hormonal
Dilaporkan adanya penurunan kadar hormon motilin yang menyebabkan
gangguan motilitas antroduodenal. Dalam beberapa percobaan
progesteron, astradiol dan prolaktin mempengaruhi kontraktilitas otot
polos dan memperlambat waktu transit gastrointestinal.
8. Diet dan Faktor Lingkungan
Adanya intoleransi makanan lebih sering terjadi pada kasus dispepsia
fungsional. Berbagai jenis makanan yang mencetuskan serangan antara
lain buah-buahan, asinan, kopi, alkohol, makanan berlemak. Tetapi pada
penelitian sulit untuk dibuktikan bahwa faktor ini berlaku untuk setiap
orang.
9. Psikologis
Adanya stres akut dapat mempengaruhi fungsi gastrointestinal dan
mencetuskan keluhan pada orang sehat. Adanya penurunan kontraktilitas
pada lambung yang mendahului keluhan mual setelah stimulus stres
sentral. Adanya kecenderungan pada kasus dispepsia fungsional terdapat
16
Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013
masa kecil yang tidak bahagia, adanya seksual abuse, atau adanya
gangguan psikiatrik.
C. Stres
1. Definisi Stres
Definisi stres yang diberikan oleh Selye (1982) adalah “stress is the
nonspecific result of any demand upon the body be the mental or
somatic,” tubuh akan memberikan reaksi terhadap ketegangan dalam
kehidupan yang dialami seseorang dan dapat terjadi perubahan biologi
serta kimia dalam tubuh.
Stres diakibatkan adanya perubahan-perubahan dari nilai budaya, sistem
kemasyarakatan, pekerjaan serta akibat ketegangan antara idealisme dan
realita. Stres hidup akan menyebabkan terganggunya keseimbangan
mental emosional tidak menyebabkan kematian langsung, akan tetapi
mengganggu produktivitas hidup menjadi tidak efisien. Tidak semua
orang dapat menghadapi suatu perubahan yang terjadi, akibatnya akan
menimbulkan ketegangan yang merupakan faktor pencetus,penyebab dan
akibat dari suatu penyakit (Suliswati, 2005).
2. Stres Sebagai Respon Biologis
Selye merumuskan stres sebagai General Adaptation syndrome (GAS)
atau sindrom penyesuaian umum. GAS pada dasarnya merupakan reaksi
fisiologis akibat rangsangan fisik dan psikososial. Bila individu terancam
oleh stres, isyaratnya akan dikirim ke otak mengirim informasi ke
17
Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013
hipotalamus sehingga sistem saraf otonom dan endokrin terstimulasi.
Akibatnya terjadi suatu perubahan berupa gejala dari sistem saraf otonom
dan sistem endokrin. Sindrom khusus yang terdiri dari perubahan yang
menyebabkan tidak spesifik dalam sistem biologi. Sindrom ini dikenal
sebagai”fight or flight syndrome”. Reaksi umum tubuh terhadap stres
dibagi 3 tahap yaitu reaksi waspada, reaksi melawan, dan reaksi kelelahan
(Townsend, 1996).
a. Tahap reaksi waspada
Pada tahap ini individu mengadakan reaksi pertahanan pada stresor.
Tanda fisik yang akan muncul adalah curah jantung meningkat,
peredaran darah cepat, darah di perifer dan gastrointestinal mengalir
ke kepala dan ekstremitas. Karena banyaknya organ tubuh yang
terpengaruh, maka gejala stres akan mempengaruhi denyut nadi dan
ketegangan otot.
b. Tahap melawan
Tubuh berusaha menyeimbangkan proses fisiologis yang dipengaruhi
selama reaksi waspada untuk sedapat mungkin kembali ke keadaan
normal dan tubuh akan coba mengatasi faktor-faktor penyebab stres.
Apabila proses fisiologis teratasi maka gejala-gejala stres akan
menurun, tubuh akan secepat mungkin berusaha normal kembali
karena tubuh ada batasannya dalam beradaptasi.
18
Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013
c. Tahap kelelahan
Pada tahap ini energi berkurang dan individu tidak dapat mengambil
dari berbagai sumber untuk penyesuaian. Akan timbul gejala
penyesuaian diri terhadap lingkungan.
3. Jenis Pemicu Stres (Wijoyo, 2011)
Orang stres itu ada banyak dengan berbagai macam/jenis penyebab mulai
dari masalah ekonomi, masalah cinta, masalah keluarga, masalah
pekerjaan, masalah tetangga, masalah selebritis, dan lain sebagainya.
Orang stres biasanya mudah tersinggung, sensitif, gugup, agresif, emosi
labil, sedih, emosional, dan lain sebagainya. Berikut ini adalah kategori
pemicu stres yang umum :
a. Stres Kepribadian (Personality Stress)
Stres kepribadian adalah stress yang dipicu oleh masalah dari dalam
diri seseorang. Berhubungan dengan cara pandang pada masalah dan
kepercayaan atas dirinya. Orang yang selalu menyikapi positif segala
tekanan hidup akan kecil resiko terkenal stres jenis yang satu ini.
b. Stres Psikososial (Psychosocial Stress).
Stres psikososial adalah stress yang dipicu oleh hubungan relasi
dengan orang lain di sekitarnya atau akibat situasi sosial lainnya.
Jenis stres psikososial yang sering ditemukan pada umumnya yaitu :
perkawinan, problem orang tua, hubungan interpersonal, pekerjaan,
19
Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013
lingkungan hidup, keuangan, hukum, perkembangan, penyakit fisik
atau cedera, dan faktor keluarga.
c. Stres Bioekologi (Bio-Ecological Stress).
Stres bio-ekologi adalah stress yang dipicu oleh dua hal. Yang
pertama yaitu ekologi / lingkungan seperti polusi serta cuaca dan yang
kedua akibat kondisi biologis seperti akibat datang bulan, demam,
asma, jerawatan, tambah tua, dan banyak lagi akibat penyakit dan
kondisi tubuh lainnya.
d. Stres Pekerjaan (Job Stress).
Stres pekerjaan adalah stress yang dipicu oleh pekerjaan seseorang.
Persaingan jabatan, tekanan pekerjaan, deadline, terlalu banyak
kerjaan, ancaman phk, target tinggi, usaha gagal, persaingan bisnis,
adalah beberapa hal umum yang dapat memicu munculnya stress
akibat karir pekerjaan.
D. Faktor Lain yang Mempengaruhi Dispepsia (Rani, 2011).
1. Umur
Berdasarkan penelitian bahwa semakin tua umur, prevalensi dispepsia
semakin meningkat. Dikarenakan semakin bertambahnya umur semakin
kompleks masalah kehidupan yang dialami, sehingga cenderung
mengalami gangguan pada sistem gastrointestinal dengan umur terbanyak
45-60 tahun. Untuk usia < 45 tahun dilakukan penatalaksanaan sebagai
20
Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013
dispepsia fungsional, sedangkan usia ≥ 45 tahun dengan dilakukan
rujukan ke rumah sakit dengan fasilitas endoskopi (Rani, 2011).
2. Jenis kelamin
Rani (2011), mengemukakan dispepsia dipengaruhi oleh faktor jenis
kelamin. Menurut Ditjen Bina Upaya Kesehatan Kepmenkes RI, penyakit
dispepsia lebih banyak dialami pada perempuan sebanyak 15.122 orang
sedangkan pada laki-laki sebanyak 9.594 orang (Kepmenkes RI, 2012).
Perempuan dalam menghadapi segala permasalahan kehidupan lebih
menggunakan perasaan sehingga sering menimbulkan stres yang dapat
meningkatkan produksi asam lambung sehingga timbul masalah
gangguan pada lambung.
3. Sosiol ekonomi
Rani (2010), mengatakan bahwa faktor sosial ekonomi secara langsung
maupun tidak langsung berdampak pada keluhan dispepsia. Penyebaran
dispepsia umumnya lebih banyak terjadi pada negara berkembang yang
padat penduduknya dibandingkan di negara maju hal ini disebabkan oleh
faktor sosial ekonomi yang rendah.
4. Lingkungan
Indikator kesehatan lingkungan menurut RISKESDAS (2010), yaitu akses
terhadap air minum terlindung, akses terhadap sanitasi layak (sarana
BAB), penanganan sampah, dan penggunaan bahan untuk memasak.
Menurut Riccardi dan Rotter (2004), banyak penyakit terjadi karena
21
Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013
adanya hubungan saling mempengaruhi antara faktor genetik dan
lingkungan. Unsur lingkungan akan berkontribusi untuk menajamkan
proses terjadinya penyakit. Lingkungan yang meliputi pengaruh secara
fisik yaitu sinar matahari dan iklim serta biologis seperti parasit dan
infeksi.
Faktor lingkungan yang berkaitan erat dengan infeksi bakteri H. pylori
berperan sebagai faktor penyebab terjadinya dispepsia fungsional. Hal ini
mungkin terkait faktor kebersihan, karena faktor kebersihan yang buruk
membuat infeksi H. pylori menjadi lebih sering terjadi dan umumnya
terjadi pada lingkungan yang padat penduduknya.
E. Aplikasi Teori “Adaptasi” pada Karyawan yang Mengalami Dispepsia.
Adaptasi sebagai suatu bentuk respon yang sehat terhadap stres sebagai suatu
perbaikan homeostasis pada sistem lingkungan internal. Adaptasi dipandang
sebagai suatu yang positif dan ada korelasi dengan respon yang sehat. Ketika
tingkah laku mengganggu integritas individu, hal ini dianggap maladaptif.
Respon yang maladaptif oleh individu dianggap sebagai hal yang negatif atau
respon yang tidak sehat.
Konsep adaptasi roy diaplikasikan pada karyawan yang mengalami dispepsia.
Input pada manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah dengan menerima
masukan dari lingkungan luar dan lingkungan dalam diri individu itu sendiri.
Input atau stimulus termasuk variabel standar yang berlawanan yang umpan
baliknya dapat dibandingkan. Variabel standar ini adalah stimulus internal
22
Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013
yang mempunyai tingkat adaptasi dan mewakili dari rentang stimulus
manusia yang dapat ditoleransi dengan usaha-usaha yang biasa dilakukan.
Proses kontrol manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah mekanisme
koping. Dua mekanisme koping yang telah diidentifikasi yaitu: subsistem
regulator dan subsistem kognator. Regulator dan kognator adalah
digambarkan sebagai aksi dalam hubungannya terhadap empat efektor atau
cara-cara adaptasi yaitu: fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan
interdependensi.
Output dari manusia sebagai suatu sistem adaptif adalah respon adaptif dan
respon inefektif. Respon-respon yang adaptif itu mempertahankan atau
meningkatkan integritas, sedangkan respon yang tidak efektif atau maladaptif
itu mengganggu integritas. Melalui proses feedback, respon-respon
memberikan lebih lanjut masukan (input) pada manusia sebagai suatu sistem.
Subsistem regulator dan kognator adalah mekanisme adaptasi atau koping
dengan perubahan lingkungan, dan diperlihatkan melalui perubahan biologis,
psikologis dan sosial. Subsistem regulator adalah gambaran respon yang
kaitannya dengan perubahan pada sistem saraf, kimia tubuh dan organ
endokrin dan subsistem kognator adalah gambaran respon yang kaitannya
dengan perubahan kognitif dan emosi, termasuk di dalamnya persepsi, proses
informasi, pembelajaran, membuat alasan dan emosional, yang termasuk
didalamnya mempertahankan untuk mencari bantuan.
23
Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013
Skema 2.1. Teori “Adaptasi” Sister Callista Roy (1984), dikutip dari
Alligood dan Tomey (2006)
Input Control Processes Effector Output
Aplikasi teori “Adaptasi” pada kasus dispepsia yang dialami karyawan di
perusahaan dapat diuraikan bahwa karyawan dalam menghadapi stres
membutuhkan adaptasi.
Proses adaptasi diawali oleh adanya stimulus ada 3 yaitu stimulus fokal,
stimulus kontekstual, dan stimulus residual. Pada stimulus fokal merupakan
faktor pencetus yang utama yaitu stres, stimulus kontekstual meningkatkan
motilitas lambung sehingga produksi asam lambung meningkat, dan stimulus
residual yang timbul pada umur, jenis kelamin, sosial ekonomi, dan
lingkungan yang merupakan faktor dari perancu atau confounding yang dapat
memperberat respon perilaku maladaptif seperti nyeri epigastrik, keluhan
kembung, mual, muntah, rasa penuh, dan cepat kenyang gejala yang
dikeluhkan pada karyawan, sehingga karyawan melakukan mekanisme
koping baik berupa regulator dan kognator.
Pada regulator yang mempengaruhi stres secara fisiologis berupa gambaran
susunan saraf pusat pada hipotalamus yang kemudian merangsang sistem
Stimuli Adaptation Level
Coping Mechanism: Regulator Cognator
Physiological Function
Self Concept
Role Fungtion
Adaptive and Ineffective Responses
24
Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013
saraf simpatik yang salah satunya mempersarafi sistem gastrointestinal yaitu
lambung. Kemudian di lambung terjadi penurunan motilitas lambung dan
penurunan sekresi kontraksi spingter. Selanjutnya kognator dimana karyawan
memperoleh informasi dan pembelajaran untuk mencari bantuan dalam
masalah yang dialaminya. Apabila masalah itu dapat diatasi sehingga timbul
respon adaptif dimana tubuh dapat mempertahankan atau meningkatkan
integritas, tetapi apabila masalah itu tidak dapat diatasi sehingga timbul
respon maladaptif atau tidak efektif sehingga mengganggu integritas berupa
keluhan pada lambung seperti nyeri pada epigastrik, kembung, mual, muntah,
rasa penuh, dan cepat kenyang. Perilaku maladaptif ini berlangsung minimal
4 minggu tanpa adanya kelainan organik.
F. Kerangka Teori
Stimulus fokal atau faktor pencetus terjadinya dispepsia yaitu stres. Jenis-
jenis pemicu stres pada karyawan (stressor) adalah stres kepribadian, stres
psikososial, stres bioekologi, dan stres pekerjaan. Setelah karyawan
mengalami salah satu jenis stres merangsang hipotalamus yang kemudian
merangsang sistem saraf simpatik yang salah satunya mempersarafi sistem
gastrointestinal yaitu lambung. Kemudian di lambung terjadi peningkatan
sekresi asam lambung, gangguan motilitas dan akomodasi lambung, serta
adanya infeksi H. pylori sehingga menimbulkan dispepsia.
Stimulus fokal mempengaruhi adanya produksi asam lambung dan sekresi
asam lambung yang berlebih, motilitas dan akomodasi lambung, serta infeksi
25
Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013
H. pylori yang disebut dengan stimulus kontekstual sehingga muncul suatu
respon yang terjadi karena adanya perubahan perilaku yang adaptif menjadi
maladaptif. Perilaku maladaptif antara lain nyeri epigastrik, kembung, mual,
muntah, rasa penuh, dan cepat kenyang. Perilaku maladaptif ini berlangsung
minimal 4 minggu tanpa adanya kelainan organik. Dari perilaku maladaptif
yang dikeluhkan karyawan mengalami dispepsia. Dispepsia juga dipengaruhi
oleh faktor luar antara lain umur, jenis kelamin, sosio-ekonomi, dan
lingkungan yang dapat memperberat respon perilaku maladaptif pada
karyawan, sehingga karyawan melakukan mekanisme koping baik berupa
regulator dan kognator.
26
Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013
Berdasarkan konsep diatas, maka peneliti menggambarkan sebagai berikut :
Skema 2.2 Kerangka Teori
Sumber : Teori “Adaptasi” Sister Callista Roy (1984) dikutip dari Alligood
dan Tomey (2006), Townsed (1996), dan Aziz Rani (2011)
Kepribadian Psikososial Bioekologi Pekerjaan
Dispepsia
Faktor confounding : umur, jenis kelamin, sosial ekonomi, lingkungan (stimulus residual)
Peningkatan sekresi asam lambung, menurunkan motilitas lambung dan usus, abnormalitas akomodasi lambung, infeksi H.Pylori
Sistem gastrointestinal
Perilaku maladaptif : nyeri epigastrik, kembung, mual, muntah, rasa penuh, dan cepat kenyang.
Stimulus fokal : Stres
Stresor
Hipotalamus
Sistem saraf simpatis
27
Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013
BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS,
DAN DEFINISI OPERASIONAL
Pada bab ini akan diuraikan tentang kerangka konsep penelitian, hipotesis penelitian,
dan definisi operasional.
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep pada penelitian ini dapat digambarkan dalam skema sebagai
berikut :
Skema 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
Variabel Independen Variabel Dependen
Variabel Confounding
Stres merupakan variabel yang mempengaruhi dan dianggap menentukan
variabel kejadian dispepsia. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel pengaruh
atau independen adalah stres. Variabel tergantung atau dependen pada penelitian
ini adalah kejadian dispepsia. Variabel perancu (confounding) pada penelitian ini
adalah umur, jenis kelamin, sosial ekonomi, dan lingkungan yang mempengaruhi
stres dan kejadian dispepsia.
STRES
1. Umur 2. Jenis Kelamin 3. Sosial Ekonomi 4. Lingkungan
KEJADIAN DISPEPSIA
28
Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013
B. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
1. Hipotesis Mayor
Ada hubungan antara stres dengan kejadian dispepsia pada karyawan di Perum
Peruri.
2. Hipotesis Minor
a. Ada hubungan antara umur dengan kejadian dispepsia pada karyawan di
Perum Peruri.
b. Ada hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian dispepsia pada
karyawan di Perum Peruri.
c. Ada hubungan antara sosial ekonomi dengan kejadian dispepsia pada
karyawan di Perum Peruri.
d. Ada hubungan antara lingkungan dengan kejadian dispepsia pada karyawan
di Perum Peruri.
e. Ada faktor yang paling dominan pada kejadian dispepsia karyawan Perum
Peruri.
29
Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013
C. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Variabel Definisi
Operasional Alat Ukur Hasil Ukur
Skala Ukur
Variabel independen
Stres
Ketegangan dalam kehidupan yang dapat menimbulkan reaksi terhadap tubuh yang dirasakan 1 minggu yang lalu disebabkan oleh masalah kepribadian, psikososial, bioekologi, dan pekerjaan
Kuistioner B terdiri dari 42 item penilaian:
Setiap item diukur dengan skala DASS untuk penilaian :
0= tidak ada atau tidak pernah
1=sesuai dengan yang dialami sampai tingkat tertentu, atau kadang-kadang
2=Sering
3=Sangat sesuai dengan yang dialami, atau hampir setiap saat
Skor tertinggi 126 dan terendah 0
Total skor antara 0-126 dengan penilaian
Skor 0-14 : normal
Skor 15-18 : ringan
Skor 19-25 : sedang
Skor 26-33 : berat
Skor ≥ 34 : sangat berat
Interval
0 = Berat (skor 26-126)
1 = Ringan (skor 15-25)
Ordinal
Variabel dependen Kejadian dispepsia
Ada tidaknya satu atau lebih dari 4 keluhan berupa rasa penuh setelah makan, cepat kenyang, nyeri ulu hati/epigastrik, rasa terbakar di epigastrium
Kuistioner C dengan wawancara terdiri dari 6 item pertanyaan : 0 = Tidak 1 = Ya
0 = Sakit (skor 0) 1= Tidak Sakit (skor ≥ 1)
Nominal
30
Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013
Variabel confounding
Umur
Usia dalam tahun sejak lahir sampai diadakan penelitian berdasarkan ulang tahun terakhir
Kuistioner A
Ratio
0 = ≤ 35 tahun (Dewasa awal)
1 = > 35 tahun (Dewasa akhir)
Ordinal
Jenis kelamin Jenis seks berdasarkan kartu identitas
Kuistioner A 0 = perempuan
1 = laki-laki
Nominal
Sosial ekonomi Selisih penghasilan dan pengeluaran rumah tangga setiap bulan
Kuistioner D 0 = rendah (jika selisih penghasilan dan pengeluaran ≥ 75%
1 = tinggi (jika selisih penghasilan dan pengeluaran < 75%)
Ordinal
Lingkungan Keadaan yang berada disekitar yang mempunyai indikator terhadap akses air minum, sanitasi yang layak, penanganan sampah, dan penggunaan bahan bakar untuk memasak
Kuistioner E 0 = buruk (jika jawaban memiliki nilai ≥ 75%)
1 = baik (jika jawaban memiliki nilai < 75%)
Ordinal
31
Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013
BAB IV
METODE PENELITIAN
Bab IV menguraikan tentang metode penelitian, termasuk desain penelitian yang
digunakan, populasi dan sampel penelitian, tempat dan waktu penelitian, etika
penelitian, alat pengumpul data, prosedur pengumpulan data dan rencana analisis
data.
A. Rancangan Penelitian
Rancangan pada penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan
pendekatan case control. Skema desain penelitian sebagai berikut :
Skema 4.1 Desain Penelitian
Jenis penelitian kasus kontrol (case control), yaitu peneliti melakukan
pengukuran pada variabel dependen (kejadian dispepsia) yang dilakukan diklinik
peruri dengan cara mengambil data karyawan yang terdiagnosa dispepsia
sejumlah 114 orang karyawan. Data dari 114 orang karyawan diambil sampel 45
orang karyawan dengan cara: pertama data disusun sesuai dengan nomor induk
Populasi /sampel
stres (-)
stres (+)
stres (-)
stres (+)
32
Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013
karyawan dan diambil sampel dengan cara melempar koin jatuhnya koin pada
nomor yang sudah diurutkan, kemudian diambil berdasarkan pada kolom dan
baris pada nomor yang pertama kali didapatkan dari pelemparan koin. Variabel
independen ditelusuri secara retrospektif untuk menentukan ada tidaknya faktor
variabel independen (stres) yang dirasakan karyawan 1 (satu) minggu yang lalu.
Cara pengambilan sampel pada karyawan yang mengalami keluhan stres 1 (satu)
minggu yang lalu yang tinggal diperumahan Peruri, pengambilan sampel
sebanyak 45 orang karyawan dilakukan dengan tehnik random sampling.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah 1000 orang karyawan bagian produksi
cetak umum.
2. Sampel
Ke-1000 subyek diberi nomor urut, dari 1 sampai dengan 1000. Karena ada
1000 subyek, maka diambil angka yang terdiri atas 4 digit; jadi dipilih
deretan angka yang terdiri atas 4 digit. Peneliti menjatuhkan koin pada
deretan nomor, koin jatuh tepat pada kolom ketiga, baris pertama, dapat
dibaca nomor 1451, selanjutnya kekanan berturut-turut 1852, 8536, 0099,
5892, 3696, 2678, 3563, 3145, 0162, 0748, 3514, 5311, 6498, 6348, 7643,
1815, 9495, 8483, 6738, 2501, 4154, 6096, 2830, 1898, 6141, 4835, 2504,
2311 3604, 7533, 9117, 3085, 4236, 0698, 4917, 4120, 7498, 5513, 7895,
9354, 7247, 6909, 4047, 6548, 0539, 3967, 7097 dan seterusnya. Oleh karena
33
Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013
angka tertinggi yang akan diambil adalah 1000, maka setiap angka yang lebih
dari 1000 diabaikan, jadi hanya diambil angka ≤ 1000 adalah angka 0099,
0162, 0748, 0698, 0539, dan seterusnya sampai mencapai jumlah sampel
yaitu sebanyak 90 orang.
Pertimbangan yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan menentukan
kriteria sampel, yang meliputi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi, dimana
kriteria tersebut menentukan dapat dan tidaknya sampel tersebut digunakan.
Kriteria inklusi pada sampel penelitian ini adalah :
1. Karyawan di Perum Peruri yang berusia ≤ 45 tahun
2. Karyawan yang tidak mengalami pengobatan dispepsia selama 4 minggu.
3. Karyawan yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan
4. Karyawan yang mampu membaca, menulis, dan berkomunikasi
Pada kasus kontrol untuk perhitungan sampel digunakan rumus (Sudigdo,
2011):
2
21
2
P
PQzzn
R
RP
1
Keterangan :
P : proporsi efek pada kelompok kasus kontrol
α : tingkat kemaknaan, α [ditetapkan]
Zβ : power [ditetapkan]
34
Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013
Berdasarkan rumus di atas, besar sampel minimal pada kasus kontrol
bergantung pada OR, zα, dan zβ, tetapi tidak bergantung pada proporsi
kontrol. Bila diketahui α = 0,05 (1,96); β = 0,01 (1,282); OR = 2; P = 2/3; dan
Q = 1/3, maka :
2
21
32
31
32282,12
96,1
n = 90
Jadi, jumlah sampel yang diperlukan untuk kelompok kasus dan kelompok
kontrol adalah 90 orang.
C. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Perumahan Perum Peruri terdiri dari data kelompok
kontrol dan data kelompok kasus, untuk data kelompok kasus akan diambil dari
Klinik Perum Peruri. Perum Peruri merupakan Percetakan Uang Republik
Indonesia yang mempunyai karyawan yang banyak memungkinkan sampel yang
diinginkan lebih mudah ditemukan. Disamping itu karena belum pernah
dilakukan penelitian tentang Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia pada
Karyawan di Perum Peruri.
D. Waktu Penelitian
Waktu penelitian di bagi menjadi 3 tahap, yaitu penyusunan proposal,
pengumpulan data dan pelaporan hasil penelitian. Penyusunan proposal
35
Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013
dilakukan pada minggu ke-1 bulan Maret sampai dengan minggu ke-4 bulan Mei
2013. Pengumpulan data dilakukan pada minggu ke-2 bulan Juni sampai dengan
minggu ke-2 bulan Agustus 2013. Pelaporan hasil penelitian pada minggu ke-4
pada bulan Agustus 2013.
E. Etika Penelitian
Etika penelitian adalah suatu sistem nilai yang normal, yang harus dipatuhi oleh
peneliti saat melakukan aktivitas penelitian yang melibatkan responden, meliputi
kebebasan dari adanya ancaman, kebebasan dari eksploitasi, keuntungan dari
penelitian tersebut, dan resiko yang didapatkan (Nursalam, 2000). Dalam
melakukan penelitian ini peneliti mendapat rekomendasi dari Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta dan permintaan izin ini ke
Bagian Departemen PSDM Perum Peruri. Setelah mendapatkan persetujuan
barulah melakukan penelitian dengan memenuhi prinsip etik sebagai berikut :
1. Right to self Determination
Sebelum melakukan penelitian peneliti memperkenalkan diri terlebih dahulu
kepada responden, kemudian menjelaskan maksud dan tujuan, serta meminta
persetujuan responden pada penelitian yang akan dilakukan. Peneliti
kemudian menjelaskan tentang tehnik pelaksanaan penelitian dan manfaat
dari penelitian. Kemudian responden diberikan lembar persetujuan atau
menolak berpartisipasi dalam penelitian. Setelah responden menyetujui
penelitian yang akan dilakukan kemudian responden menandatangani lembar
persetujuan yang telah disiapkan oleh peneliti. Kemudian responden
36
Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013
diberikan lembar kuistioner untuk diisi, sebelum diisi peneliti menjelaskan
tata cara menjawab kuistioner yang telah diberikan kepada responden.
2. Right to privacy and dignity
Dalam penelitian ini peneliti menjaga privacy dan martabat responden.
Peneliti menjaga informasi yang diperoleh dari responden dan hanya
memakainya untuk keperluan penelitian. Data-data yang telah dikumpulkan
oleh peneliti, disimpan dengan baik dan apabila sudah tidak diperlukan lagi
data tersebut akan dimusnahkan.
3. Right to anonymity and confidentiality
Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan nama
responden pada lembar pengumpulan data, cukup memberi inisial nama pada
lembar kuistioner. Untuk menjaga kerahasiaan peneliti hanya menggunakan
kelompok data tersebut saja yang akan disajikan atau dilaporkan sebagai hasil
penelitian. Data-data yang telah dikumpulkan oleh peneliti, disimpan dengan
baik dan apabila sudah tidak diperlukan lagi data tersebut akan dimusnahkan.
F. Alat Pengumpulan Data
Alat yang digunakan untuk pengumpulan data pada penelitian ini berupa
kuistioner. Kuistioner A yang berisi tentang karakteritik responden yang meliputi
: umur dan jenis kelamin. Kemudian responden diminta untuk memberi tanda
ceklist pada lembar kuistioner yang berisi tentang penilaian stres yang terdiri dari
42 penilaian. Kuistioner C berisi pertanyaan untuk kejadian dispepsia fungsional
37
Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013
yang terdiri dari 6 pertanyaan. Kuistioner D berisi pertanyaan tentang sosial
ekonomi yang terdiri dari 7 pertanyaan dan kuistioner E berisi pertanyaan tentang
lingkungan yang terdiri dari 16 pertanyaan.
G. Uji Instrumen
Sebelum melakukan pengumpulan data terlebih dahulu dilakukan uji validitas
dan reliabilitas dari kuistioner yang akan digunakan. Uji validitas dan reliabilitas
akan dilakukan pada 20 responden. Untuk menguji validitas instrumen dilakukan
uji kuistioner dengan metode Person Product Moment (r) antara skor masing-
masing pernyataan dengan totalnya. Pernyataan dikatakan valid bila skor
pernyataan tersebut berkorelasi secara signifikan dengan skor totalnya. Apabila r
hitung > r tabel, maka pernyatan dikatakan valid. Nilai r tabel dilihat pada tabel r
dengan menggunakan df = n-2 = 20-2=18. Pada tingkat kemaknaan 5%, didapat
angka r tabel = 0.444. Pada penelitian ini untuk penilaian stres terdiri dari 42 item
setelah dilakukan uji validitas pada 42 item mempunyai nilai r hitung (0.444) > r
tabel (dapat dilihat pada lampiran 4) sehingga semua penilaian stres valid.
Selanjutnya dilakukan uji reliabilitas dengan membandingkan nilai r alpha
(0.972) > r tabel (0.444). maka penilaian 42 item stres reliabel.
Untuk pertanyaan dispepsia terdiri 6 item pertanyaan semua valid, karena
mempunyai nilai r hitung (0.444) > r tabel (dapat dilihat pada lampiran 4).
Selanjutnya dilakukan uji reliabilitas dengan membandingkan nilai r alpha
(0.782) > r tabel (0.444). maka 6 item pertanyaan dispepsia reliabel. Pertanyaan
38
Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013
sosial ekonomi terdiri dari 7 item, ada 1 item pertanyaan tentang pendapatan
yang tidak valid, kemudian pertanyaan dirubah. Setelah pertanyaan dirubah
semua pertanyaan valid, karena mempunyai nilai r hitung (0.444) > r tabel (dapat
dilihat pada lampiran 4). Selanjutnya dilakukan uji reliabilitas dengan
membandingkan nilai r alpha (0.925) > r tabel (0.444). maka 7 item pertanyaan
sosial ekonomi reliabel.
Pertanyaan lingkungan terdiri dari 16 item semua pertanyaan valid, karena
mempunyai nilai r hitung (0.444) > r tabel (dapat dilihat pada lampiran 4).
Selanjutnya dilakukan uji reliabilitas dengan membandingkan nilai r alpha
(0.872) > r tabel (0.444). maka 16 item pertanyaan lingkungan reliabel.
H. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan setelah proses pengumpulan data selesai dilakukan.
Tahapan pengolahan data penelitian terbagi atas 4 tahap (Hastono, 2007).
Tahapan pengelolaan data yang harus dilalui adalah :
1. Editing
Peneliti melakukan pengecekan kelangkapan isian data dan kejelasan
penulisan data. Data yang tidak lengkap atau tidak jelas, dilakukan
pengecekan ulang dengan melihat lembar kuestioner apakah pertanyaan-
pertanyaan telah terisi semua. Proses ini dilakukan untuk memastikan bahwa
data yang diperoleh sudah lengkap, jelas, relevan dan konsisten.
39
Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013
2. Coding
Coding merupakan pemberian kode pada setiap variabel untuk
mempermudah peneliti dalam melakukan analisis data dan mempercepat pada
saat entry data. Pada tahap ini peneliti melakukan pengkodean terhadap
variabel.
3. Entry Data
Peneliti memproses data dengan cara melakukan entry data dari masing-
masing responden ke dalam program komputer. Pada tahapan ini yang
dilakukan peneliti adalah memasukkan data dengan lengkap dan sesuai
dengan coding dan tabulating ke dalam paket program komputer dengan
tujuan untuk melakukan analisis sesuai dengan tujuan penelitian.
4. Cleaning
Setelah data dimasukkan ke dalam komputer, peneliti melakukan pengecekan
kembali untuk memastikan apakah data yang sudah di entry ada kesalahan
atau tidak dan pengecekan terhadap kemungkinan data yang hilang dengan
cara melakukan list dari variabel yang ada serta pengecekan kemungkinan
adanya kesalahan pada saat melakukan coding.
40
Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013
I. Analisis Data
1. Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan
karakteristik masing-masing variabel yang diteliti, yaitu umur, jenis kelamin,
sosio-ekonomi, lingkungan, stres, serta kejadian dispepsia. Pada analisis
univariat, hasil analisis data disajikan dalam distribusi frekuensi dan
presentase atau proporsi.
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui perbedaan antara kedua
variabel. Pada penelitian ini uji bivariat untuk mengetahui hubungan stres
dengan kejadian dispepsia dan hubungan faktor pemicu (umur, jenis kelamin,
sosial ekonomi, dan lingkungan) dengan kejadian dispepsia. Uji yang
dipergunakan uji chi-kuadrat adalah untuk menguji hipotesis tentang
distribusi dari ukuran atau variabel-variabel penelitian tersebut.
Tabel 4.1 Uji Statistik Analisis Bivariat
Variabel Independen Variabel Dependen Uji Statistik
Stres Kejadian dispepsia Uji chi-kuadrat (X2)
Variabel Perancu Variabel Dependen Uji Statistik
Umur
Kejadian dispepsia
Uji chi-kuadrat (X2) Jenis kelamin
Sosial ekonomi
Lingkungan
41
Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013
3. Analisis Multivariat
Analisis Multivariat di gunakan untuk melihat hubungan beberapa variabel
independen dengan satu atau beberapa variabel dependen. Analisis
multivariat yang di gunakan adalah regresi logistik. Regresi logistik dipakai
apabila variabel bebas berskala numerik, ordinal, dan nominal, sedangkan
variabel tergantung berskala nominal dikotom. Uji regresi logistik ganda
dengan tahapannya meliputi seleksi kandidat, pemodelan multivariat, dan uji
interaksi.
a. Seleksi kandidat
Variabel kandidat dimasukkan ke dalam pemodelan multivariat jika hasil
uji bivariat mempunyai nilai pvalue < 0.25 atau secara substansi dianggap
penting.
b. Pemodelan multivariat
Pada seleksi kandidat bila didapat pvalue < 0.25 maka variabel dapat
masuk dalam pemodelan multivariat. Selanjutnya untuk mendapatkan
pemodelan multivariat dilakukan dengan cara mempertahankan variabel
yang memiliki nilai pvalue ≤ 0.05 dan mengeluarkan variabel yang
memiliki nilai pvalue > 0.05 secara bertahap mulai dari pvalue terbesar.
Variabel yang dikeluarkan dimasukkan kembali ke dalam model jika
terjadi perubahan Odds Ratio (OR) satu atau lebih variabel yang melebihi
10%.
c. Uji interaksi
Sebelum pemodelan akhir ditetapkan, perlu dilakukan uji interaksi dari
variabel-variabel bebas yang diduga ada interaksi. Pada penelitian ini
42
Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013
yang diduga ada interaksi yaitu stres psikososial dan stres pekerjaan.
Setelah dilakukan uji interaksi jika menunjukkan pvalue < 0.05 artinya
ada interaksi variabel tersebut. Sebaliknya jika pvalue > 0.05 artinya tidak
ada interaksi.
Tabel 4.2 Uji Statistik Analisis Multivariat
Variabel Kategori Variabel Uji Statistik
Stres Kategorik Regresi logistik
Kejadian dispepsia Kategorik Regresi logistik
Umur Kategorik Regresi logistik
Jenis kelamin Kategorik Regresi logistik
Sosial ekonomi Kategorik Regresi logistik
Lingkungan Kategorik Regresi logistik
43
Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013
BAB V
HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian mengenai Hubungan Stres dengan Kejadian Kejadian Dispepsia
pada Karyawan Perum Peruri Di Karawang Barat Tahun 2013. Penelitian ini
dilakukan pada Bulan Juni – Agustus 2013, dengan jumlah responden sebanyak 90
orang karyawan Perum Peruri yang teridiri dari 45 orang karyawan sebagai kontrol
dan 45 orang karyawan sebagai kelompok kasus, untuk data kelompok kasus akan
diambil dari Klinik Perum Peruri yang menderita Dispepsia. Hasil penelitian ini
berupa hasil analisa univariat, bivariat dan multivariat.
A. Hasil Analisa Univariat
Hasil analisis univariat menggambarkan distribusi responden berdasarkan
karakteristik responden terdiri dari umur, jenis kelamin, sosial ekonomi,
lingkungan, stres dan kejadian dispepsia.
Berikut pada tabel 5.1 ditampilkan hasil penelitian karakteristik responden
berdasarkan umur.
Tabel 5.1
Distribusi Responden Berdasarkan Umur di Karawang Barat Tahun 2013 (n=90)
Variabel Mean Median SD Min – Maks 95% CI
Umur (tahun) 38.22 38.50 4.924 27 – 45 37.19 – 39.25
44
Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013
Hasil analisis didapatkan rata-rata umur karyawan adalah 38.22 tahun (95% CI:
37.19 – 39.25), dengan standar deviasi 4.924 tahun. Umur termuda 27 tahun dan
umur tertua 45 tahun. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95%
diyakini bahwa rata-rata umur karyawan adalah diantara 37.19 sampai dengan 39.25
tahun.
Tabel 5.2
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Sosial Ekonomi, Lingkungan, Stres dan Dispepsia , di Karawang Barat Tahun 2013 (n=90)
Variabel Kategori Jumlah Persentase (%) Jenis Kelamin Perempuan
Laki-laki 42 48
46.7 53.3
Sosial Ekonomi Rendah Tinggi
36 54
40.0 60.0
Lingkungan Buruk 29 32.2 Baik 61 67.8 Stres Normal
Ringan Sedang Berat Sangat Berat
15 4 8 6 57
16.7 4.4 8.9 6.7 63.3
Dispepsia Sakit Tidak sakit
45 45
50.0 50.0
Pada tabel 5.2 terlihat persentase lebih dari separuh responden berjenis kelamin
laki-laki sebanyak 48 responden (53.3%), persentase sebagian besar sosial
ekonomi responden tinggi sebanyak 54 responden (60.0%), dan persentase
sebagian besar lingkungan responden baik sebanyak 61 responden
(67.8%).persentase lebih dari separuh responden mengalami stres sangat berat
sebanyak 57 responden (63.3%), persentase karyawan yang sakit dengan yang
tidak sakit dispepsia sebanding yaitu 45 responden (50.0%).
B. Hasil Analisa Bivariat
45
Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan variabel independen dan
variabel confounding dengan kejadian dispepsia sebagai variabel dependen. Pada
analisa bivariat dilakukan dengan uji pada α: 0.05, yaitu uji Chi-Square. Uji chi-
square untuk mengetahui hubungan antara variabel stres, umur, jenis kelamin,
sosial ekonomi, dan lingkungan dengan kejadian dispepsia.
1. Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia
Hubungan antara stres dengan kejadian dispepsia pada karyawan Perum
Peruri Karawang Barat Tahun 2013 dapat dilihat pada tabel 5.3 berikut ini :
Tabel 5.3 Distribusi Responden menurut Stres dan Kejadian Dispepsia
di Karawang Barat Tahun 2013 (n=90)
Tabel 5.3 menggambarkan bahwa persentase karyawan yang sakit dispepsia jauh
lebih besar 69.8% terjadi stres berat dibandingkan dengan persentase dari stres
ringan. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0.000 (p < 0.05) yang artinya ada
hubungan yang bermakna antara stres dengan kejadian dispepsia. Analisis
keeratan hubungan antara dua variabel didapatkan nilai OR = 25.47 (95% CI: 3.07
– 211.51) artinya karyawan yang sakit dispepsia berpeluang 26 kali untuk
mengalami stres berat dibandingkan dengan karyawan yang tidak sakit dispepsia.
2. Hubungan Umur dengan Kejadian Dispepsia
Stres Dispepsia
Total
OR 95% CI p value Sakit Tidak Sakit
N % N % N % Berat 44 69.8 19 30.2 63 100 25.47 3.07 – 211.51
0.000 Ringan 1 8.3 11 91.7 12 100 Jumlah 45 60.0 30 40.0 75 100
46
Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013
Hubungan antara umur dengan kejadian dispepsia pada karyawan Perum Peruri
Karawang Barat Tahun 2013 dapat dilihat pada tabel 5.4 berikut ini:
Tabel 5.4 Distribusi Responden menurut Umur dan Kejadian Dispepsia
di Karawang Barat Tahun 2013 (n=90)
Tabel 5.4 menggambarkan bahwa persentase yang sakit dispepsia jauh lebih besar
55.2% terjadi pada umur dewasa awal dibandingkan dengan persentase dari umur
dewasa akhir. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0.652 (p > 0.05) yang artinya
tidak ada hubungan yang bermakna antara umur dengan kejadian dispepsia.
3. Hubungan Jenis Kelamin dengan Kejadian Dispepsia
Hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian dispepsia pada karyawan Perum
Peruri Karawang Barat Tahun 2013 dapat dilihat pada tabel 5.5 berikut ini:
Tabel 5.5 Distribusi Responden menurut Jenis Kelamin dan Kejadian Dispepsia
di Karawang Barat Tahun 2013 (n=90)
Umur Dispepsia
Total
OR 95% CI p value Sakit Tidak Sakit
N % N % N % Dewasa awal 16 55.2 13 44.8 29 100 1.36 0.56 – 3.30
0.652 Dewasa akhir 29 47.5 32 52.5 61 100 Jumlah 45 50.0 45 50.0 90 100
Jenis Kelamin Dispepsia
Total
OR 95% CI p value Sakit Tidak Sakit
N % N % N % Perempuan 35 83.3 7 16.7 42 100 19.00 6.52 – 55.36
0.000 Laki-laki 10 20.8 38 79,2 48 100 Jumlah 45 50.0 45 50.0 90 100
47
Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013
Tabel 5.5 menggambarkan bahwa persentase responden yang sakit dispepsia jauh
lebih besar 83.3% berjenis kelamin perempuan dibandingkan dengan persentase
yang berjenis kelamin laki-laki.
Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0.000 (p < 0.05) yang artinya ada hubungan
yang bermakna antara jenis kelamin dengan kejadian dispepsia. Analisis keeratan
hubungan antara dua variabel didapatkan nilai OR = 19.00 (95% CI: 6.52 – 55.36)
artinya karyawan yang sakit dispepsia berpeluang 19 kali lebih besar berjenis
kelamin perempuan dibandingkan dengan karyawan yang tidak sakit dispepsia.
4. Hubungan Sosial Ekonomi dengan Kejadian Dispepsia
Hubungan antara Sosial Ekonomi dengan kejadian dispepsia pada karyawan
Perum Peruri Karawang Barat Tahun 2013 dapat dilihat pada tabel 5.6 berikut ini:
Tabel 5.6 Distribusi Responden menurut Sosial Ekonomi dan Kejadian Dispepsia
di Karawang Barat Tahun 2013 (n=90)
Tabel 5.6 menggambarkan bahwa persentase responden yang sakit dispepsia lebih
dari separuh 51.9% memiliki sosial ekonomi tinggi dibandingkan dengan
persentase dari sosial ekonomi rendah. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0.830
Sosial Ekonomi
Dispepsia Total
OR 95% CI p value Sakit
Tidak Sakit
N % N % N % Rendah 17 47.2 19 52.8 36 100 0.831 0.36 – 1.93
0.830 Tinggi 28 51.9 26 48.1 54 100 Jumlah 45 50.0 45 50.0 90 100
48
Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013
(p > 0.05) yang artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara sosial ekonomi
dengan kejadian dispepsia.
5. Hubungan Lingkungan dengan Kejadian Dispepsia
Hubungan antara Lingkungan dengan kejadian dispepsia pada karyawan Perum
Peruri Karawang Barat Tahun 2013 dapat dilihat pada tabel 5.7 berikut ini:
Tabel 5.7 Distribusi Responden menurut Lingkungan dan Kejadian Dispepsia
di Karawang Barat Tahun 2013 (n=90)
Tabel 5.7 menggambarkan bahwa persentase responden yang sakit dispepsia
sebagian besar 52.5% memiliki lingkungan yang baik, dibandingkan dengan
persentase dari lingkungan yang buruk. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0.652
(p > 0.05) yang artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara lingkungan
dengan kejadian dispepsia.
C. Hasil Analisa Multivariat
Uji statistik ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara beberapa variabel
independen utama, variabel confounding secara bersama-sama dengan variabel
Lingkungan Dispepsia
Total
OR 95% CI p value Sakit Tidak Sakit
N % N % N % Buruk 13 44.8 16 55.2 29 100 0.74 0.30 – 1.79
0.652 Baik 32 52.5 29 47.5 61 100 Jumlah 45 50.0 45 50.0 90 100
49
Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013
dependen. Uji statistik yang digunakan adalah uji regresi logistic ganda, karena
variabel dependen bersifat dikotom/binary (kategorik). Tahapan analisis
multivariat yaitu seleksi bivariat, pemodelan multivariat dengan pemilihan
variabel kandidat dengan cara memasukkan seluruh variabel. Menurut Hastono
(2007), untuk mendapatkan model akhir pada uji multivariat dilakukan dengan
tahap pemodelan sebagai berikut :
1. Pemilihan variabel kandidat multivariat
Pemilihan kandidat variabel yang masuk dalam model multivariat dilakukan
melalui analisis terhadap masing-masing variabel kovariat. Variabel yang
masuk dalam model multivariat adalah variabel yang mempunyai nilai
kovariat hasil uji contuinity correction < 0.25, tetapi jika nilai kovariat hasil
uji contuinity correction > 0.25 namun secara substansi penting maka variabel
tersebut dapat dimasukkan dalam model multivarait. Hasil dapat dilihat pada
tabel 5.8 berikut ini :
Tabel 5.8 Hasil Pemilihan Variabel Kandidat Multivariat
No Variabel p Value 1. 2. 3. 4. 5.
Stres Jenis kelamin Umur Sosial ekonomi Lingkungan
0.000 0.000 0.498 0.667 0.498
*variabel dengan α:< 0.25 (kandidat multivariat, masuk ke tahap selanjutnya)
Berdasarkan hasil seleksi bivariat tabel 5.8 ada dua variabel yang
menghasilkan p value < 0.25 yaitu variabel stres dan jenis kelamin, namun
variabel umur, sosial ekonomi, dan lingkungan tetap dimasukkan dalam
model multivariat dikarenakan semakin bertambahnya umur semakin
50
Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013
kompleks masalah kehidupan yang dialami, sehingga cenderung mengalami
gangguan pada sistem gastrointestinal, semakin tua umur dispepsia semakin
meningkat (Rani, 2011). Faktor sosial ekonomi yang rendah secara langsung
maupun tidak langsung berdampak pada keluhan dispepsia (Rani, 2010).
Menurut Riccardi dan Rotter (2004) bahwa, unsur lingkungan akan
berkontribusi untuk menajamkan peroses terjadinya penyakit. Faktor
lingkungan yang berkaitan erat dengan infeksi bakteri H.pylori berperan
sebagai penyebab terjadinya dispepsia.
2. Pemodelan Multivariat
Selanjutnya dilakukan analisis multivariat kelima variabel yaitu stres, jenis
kelamin, umur, sosial ekonomi dan lingkungan dengan kejadian dispepsia.
Dalam pemodelan ini semua variabel kandidat diujicobakan secara bersama-
sama dengan menggunakan uji regresi logistik ganda. Penyusunan model
semua variabel dapat dilihat pada tabel 5.9 berikut ini :
Tabel 5.9 Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik antara Variabel Stres, Jenis Kelamin,
Umur, Sosial Ekonomi, dan lingkungan dengan Kejadian Dispepsia di Karawang Barat Tahun 2013 (n=90)
No Variabel B p Wald Sig. OR 95% CI 1. 2. 3. 4. 5.
Stres Jenis kelamin Umur Sosial ekonomi Lingkungan Constanta
3.437 3.048 -0.008 -0.302 -0.374 -2.075
7.443 17.407 0.000 0.208 0.249 4.666
0.006 0.000 0.991 0.649 0.618 0.031
31.089 21.077 0.992 0.739 0.688 0.126
2.63 – 367.22 5.03 – 88.25 0.24 – 4.08 0.20 – 2.71 0.16 – 2.99
51
Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013
Tabel 5.9 terlihat bahwa tiga variabel p valuenya > 0.05 yaitu umur, sosial
ekonomi, dan lingkungan. Kemudian variabel yang p valuenya > 0,05
dikeluarkan dari pemodelan satu persatu sampai p valuenya < 0.05.
1) Variabel Umur
Variabel umur yang mempunyai p value terbesar yaitu p value = 0.991,
maka variabel umur dikeluarkan dari pemodelan, Hasil analisis setelah
variabel umur dikeluarkan dari pemodelan dapat dilihat pada tabel 5.10
berikut ini :
Tabel 5.10 Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik antara Variabel Stres, Jenis Kelamin, Sosial Ekonomi, dan Lingkungan dengan Kejadian Dispepsia
di Karawang Barat Tahun 2013 (n = 90)
No Variabel B p Wald Sig. OR 95% CI 1. 2. 3. 4.
Stres Jenis kelamin Sosial ekonomi Lingkungan Constanta
3.434 3.048 -0.301 -0.374 -2.081
7.667 17.446 0.208 0.249 6.144
0.006 0.000 0.649 0.618 0.013
31.011 21.068 0.740 0.688 0.125
2.73 – 352.61 5.04 – 88.05 0.20 – 2.71 0.16 – 2.99
Setelah variabel umur dikeluarkan dari pemodelan terjadi perubahan OR
pada semua variabel, dengan perubahan OR nya < 10% (dapat dilihat
pada lampiran 4), maka variabel umur dikeluarkan dari pemodelan.
2) Variabel Sosial Ekonomi
Variabel sosial ekonomi mempunyai p value = 0.649 (p > 0.005), maka
variabel sosial ekonomi dikeluarkan dari pemodelan, Hasil analisis
setelah variabel sosial ekonomi dikeluarkan dari pemodelan dapat dilihat
pada tabel 5.11 berikut ini :
52
Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013
Tabel 5.11 Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik antara Variabel Stres, Jenis
Kelamin, dan lingkungan dengan Kejadian Dispepsia di Karawang Barat Tahun 2013 (n = 90)
No Variabel B p Wald Sig. OR 95% CI 1. 2. 3.
Stres Jenis kelamin Lingkungan Constanta
3.467 3.039 -0.368 -2.255
7.764 17.444 0.242 8.895
0.005 0.000 0.623 0.003
32.043 20.883 0.692 0.105
2.79 – 367.16 5.02 – 86.92 0.16 – 2.99
Setelah variabel sosial ekonomi dikeluarkan dari pemodelan terjadi
perubahan OR pada semua variabel, dengan perubahan OR nya < 10%
(dapat dilihat pada lampiran 4), maka variabel sosial ekonomi dikeluarkan
dari pemodelan.
3) Variabel Lingkungan
Variabel lingkungan mempunyai p value = 0.618 (p > 0.005), maka
variabel lingkungan dikeluarkan dari pemodelan, Hasil analisis setelah
variabel lingkungan dikeluarkan dari pemodelan dapat dilihat pada tabel
5.12 berikut ini :
Tabel 5.12 Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik antara Variabel Stres
dan Jenis Kelamin dengan Kejadian Dispepsia di Karawang Barat Tahun 2013 (n = 90)
No Variabel B p Wald Sig. OR 95% CI 1. 2.
Stres Jenis kelamin Constanta
3.452 2.989 -2.491
7.754 17.521 17.011
0.005 0.000 0.000
31.570 19.862 0.083
2.78 – 358.57 4.90 – 80.50
Setelah variabel lingkungan dikeluarkan dari pemodelan terjadi
perubahan OR pada semua variabel, dengan perubahan OR nya < 10%
(dapat dilihat pada lampiran 4), maka variabel lingkungan dikeluarkan
dari pemodelan.
53
Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013
3. Uji Interaksi
Uji interaksi untuk mengetahui apakah ada interaksi antara variabel
independen utama dengan variabel kontrol. Pada penelitian ini, peneliti
menginteraksikan antara variabel stres dengan variabel umur, lingkungan,
sosial ekonomi. Uji interaksi dilakukan karena diduga secara substansi antara
stres dengan umur, lingkungan dan sosial ekonomi mempunyai interaksi.
Dikatakan terdapat interaksi jika p value < 0.05 dan dikatakan tidak ada
interaksi jika p value > 0.05.
Tabel 5.13 Uji Interaksi antara Stres dengan Umur, Sosial Ekonomi, dan Lingkungan
di Karawang Barat Tahun 2013 (n = 90)
No Variabel p Value 1. 2. 3. 4.
Stres by Jenis kelamin Stres by Umur Stres by Sosial ekonomi Stres by Lingkungan
0.524 0.624 0.091 0.416
Hasil uji interaksi pada tabel 5.13 diatas memperlihatkan variabel stres
dengan variabel jenis kelamin nilai p value = 0.524, yang berarti lebih besar
dari 0.05 sehingga dapat disimpulkan tidak ada interaksi antara stres dengan
jenis kelamin. Uji interkasi antara stres dengan umur nilai p value = 0.624,
berarti lebih besar dari 0.05 sehingga disimpulkan tidak ada interaksi antara
stres dengan umur. Variabel sosial ekonomi setelah dilakukan uji interaksi
dengan stres dengan nilai p value = 0.091 berarti lebih besar dari 0.05
sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada interaksi antara stres dengan
sosial ekonomi. Hal yang serupa dilakukan pada variabel lingkungan setelah
dilakukan uji interaksi hasil p value = 0.416, sehingga dapat disimpulkan
bahwa tidak ada interaksi antara stres dengan lingkungan. Hasil pemodelan
54
Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013
terakhir adalah pemodelan tanpa adanya interaksi terlihat pada tabel 5.14
berikut ini :
Tabel 5.14 Model Akhir Multivariat
No Variabel B p Wald Sig. OR 95% CI 1. 2.
Stres Jenis kelamin Constanta
3.452 2.989 -2.491
7.754 17.521 17.011
0.005 0.000 0.000
31.570 19.862 0.083
2.78 – 358.57 4.90 – 80.50
Tabel 5.14 merupakan model terakhir dari analisis multivariat, dimana
variabel yang berhubungan dengan kejadian dispepsia adalah variabel stres
dan jenis kelamin. Hasil analisis didapatkan Odds Ratio (OR) dari variabel
stres adalah 31.570, artinya karyawan yang mengalami stres akan mengalami
sakit dispepsia sebesar 32 kali lebih tinggi dibandingkan karyawan yang tidak
mengalami stres setelah dikontrol oleh variabel jenis kelamin. Hasil uji
statistik sebagaimana tercantum pada tabel 5.14 menjelaskan faktor yang
berhubungan dengan kejadian dispepsia adalah stres.
55
Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013
BAB VI
PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan tentang pembahasan hasil penelitian yang telah dilakukan,
terdiri dari interpretasi dan diskusi hasil serta keterkaitan antara hasil penelitian
dengan tinjauan teori dan hasil penelitian sebelumnya. Bab ini juga berisi tentang
keterbatasan penelitian dan implikasi penelitian dalam keperawatan.
1. Interpretasi dan Diskusi Hasil
Interpretasi hasil penelitian dijelaskan sesuai dengan tujuan penelitian dan
hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu diketahuinya hubungan stres
dengan kejadian dispepsia pada karyawan Perum Peruri Karawang Barat. Tehnik
pengambilan sampel pada penelitian ini adalah radom sampling yang telah sesuai
dengan kriteria inklusi yang telah ditetapkan oleh peneliti.
a. Gambaran Karyawan yang mengalami dispepsia di Perum Peruri
Karawang Barat
Responden dalam penelitian ini berjumlah 90 orang karyawan yang terbagi
atas 2 kelompok yaitu kelompok kasus pada karyawan bagian cetak umum
yang mengalami dispepsia yang pernah dirawat di klinik Peruri, sedangkan
untuk kasus kontrolnya pada karyawan yang tinggal di perumahan Peruri dan
tidak menderita dispepsia.
56
Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013
a. Umur
Rerata karyawan yang menderita dispepsia fungsional berumur 38 tahun,
dengan rentang umur karyawan adalah diantara 37.19 sampai dengan
39.25 tahun.
Hasil penelitian ini didukung oleh pendapat Rani (2011), yang
menyatakan bahwa semakin tua umur, pervalensi dispepsia semakin
meningkat. Dikarenakan semakin bertambahnya umur semakin kompleks
masalah kehidupan yang dialami sehingga cenderung mengalami
gangguan dispepsia organik untuk umur > 45 tahun. Sedangkan untuk
umur < 45 tahun cenderung mengalami gangguan dispepsia fungsional.
Pervalensi dispepsia di Indonesia pada beberapa penelitian ditemukan
pada umur 20-50 tahun (Suyono, 2001).
b. Jenis kelamin
Jenis kelamin karyawan dalam penelitian ini sebagian besar adalah
berjenis kelamin laki-laki sebanyak 48 (53.3%) responden yang sakit
dispepsia pada kelompok kasus dan kontrol. Hal ini terkait dengan
responden yang dijumpai di Perum Peruri lebih banyak karyawan laki-
laki dibanding dengan dengan yang berjenis kelamin perempuan. Hal ini
sejalan dengan pendapat Rani (2011) bahwa dispepsia dipengaruhi oleh
jenis kelamin.
57
Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013
c. Sosial ekonomi
Dilihat dari sosial ekonomi, sebagian besar karyawan memiliki sosial
ekonomi tinggi (60.0%). Hal ini tidak sesuai dengan pendapatnya Bytzer
et.al (2000) yang menyebutkan bahwa sosial ekonomi yang rendah
merupakan salah satu faktor resiko terjadinya gangguan saluran cerna.
Hal ini terkait dengan rendahnya pendapatan keluarga. Ketidaknyamanan
dengan pendapatan finansial berhubungan dengan stres yang dapat
menimbulkan dispepsia.
d. Lingkungan
Dilihat dari faktor lingkungan sebagian besar karyawan memiliki
lingkungan yang baik (67.8%). Sehingga tidak terjadinya infeksi H.Pylori
karena penyebaran dispepsia umumnya terjadi pada lingkungan yang
buruk. Hal ini terkait dengan faktor kebersihan, dengan kebersihan yang
buruk membuat infeksi H.Pylori lebih sering terjadi (Riccardi dan Rotter,
2004).
e. Kejadian dispepsia
Dilihat dari kejadian dispepsia karyawan yang menderita dispepsia
sebanyak 50.0%. Hal ini sesuai pendapat Rani & Albert (2011) bahwa
dispepsia merupakan suatu kumpulan gejala atau sindrom nyeri ulu hati,
mual, kembung, muntah, dan rasa penuh atau cepat kenyang, dan
sendawa, merupakan masalah yang sering ditemukan dalam peraktek
sehari-hari. Dari penelitian yang dilakukan oleh Cheng (2000) bahwa
58
Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013
gaya persepsi dan sikap koping yang konfrontatif dapat memperberat
gejala-gejala dispepsia dan psikologis pada individu dengan dispepsia.
f. Stres
Dilihat dari hasil penelitian presentase karyawan yang tidak stres
sebanyak 116.7% dan sebagian besar karyawan mengalami stres sangat
berat sebanyak 52.2%. Hal ini sesuai pendapat Rani (2011) bahwa
dispepsia fungsional merupakan gangguan lambung pada sistem
pencernaan yang dipengaruhi oleh stres. Stres dipicu oleh berbagai
macam penyebab yaitu stres kepribadian, stres psikososial, stres
bioekologi dan stres pekerjaan (Wijoyo, 2011). Menurut pendapat Arina
(2006) bahwa stresor psikososial yang paling banyak dialami penderita
dispepsia adalah faktor lingkungan (22.5%), permasalahan suami/istri
(20%), dan lain-lain. Stres pekerjaan juga menjadi penyebab terjadinya
stres. Hal ini sesuai dengan pendapat Kahn, dkk (1964) bahwa stres kerja
timbul karena individu mengalami ketidakjelasan dalam peran. Hal yang
serupa dari penelitian Lee & Kleiner (2005) menyatakan bahwa stres
sebagian akibat dari pekerjaan, di tahun 2001 sebanyak 40% pekerja
Amerika Serikat merasakan stres dalam pekerjaannya.
2. Hubungan stres dengan kejadian dispepsia
Pada penelitian ini persentase karyawan yang sakit dispepsia jauh lebih besar
(69.8%) terjadi stres berat dibandingkan dengan persentase dari stres ringan.
Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Mudjaddid (2006) bahwa
59
Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013
gangguan atau penyakit yang ditandai oleh keluhan-keluhan psikis dan
somatik yang dapat merupakan kelainan fungsional suatu organ dengan atau
tanpa gejala objektif yang berkaitan erat dengan stresor atau peristiwa
psikososial tertentu.
Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0.000 (p < 0.05) yang artinya ada
hubungan yang bermakna antara stres dengan kejadian dispepsia fungsional.
Hal ini sesjalan dengan penelitian Ambarwati (2005) bahwa mayoritas
penderita dispepsia fungsional memiliki riwayat stres dan dengan fluktuasi
emosi yang tajam dikarenakan kecemasan atau depresi, dimana kepribadian
berperan dibalik keadaan ini.
Hasil analisis multivariat terlihat bahwa stres memiliki nilai OR yang besar
yaitu 30.063 ini membuktikan bahwa stres sangat mempengaruhi kejadian
dispepsia setelah dikontrol oleh jenis kelamin dan umur. Hal ini sesuai
dengan pendapat Tarigan (2003) bahwa penderita dengan dispepsia
fungsional menjadi perhatian untuk adanya gangguan somatik, psikis,
lingkungan bio, sosio-kultural dan agama. Menurut peneliti secara fisiologis
stres dapat merangsang hipotalamus yang kemudian akan merangsang sistem
saraf simpatis selanjutnya merangsang sistem organ yaitu lambung.
Kemudian lambung akan meningkatkan sekresi asam lambung, menurunkan
motilitas lambung dan usus sehingga menimbulkan gangguan dispepsia.
3. Hubungan jenis kelamin dengan kejadian dispepsia
Pada hasil penelitian ini menggambarkan persentase responden yang sakit
dispepsia jauh lebih besar 83.3% berjenis kelamin perempuan dibandingkan
60
Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013
dengan persentase yang berjenis kelamin laki-laki. Hal ini sesuai dengan
pendapat Rani (2011) mengemukakan bahwa dispepsia dipengaruhi oleh jenis
kelamin.
Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0.000 (p < 0.05) yang artinya ada
hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan kejadian dispepsia.
Hasil penelitian ini didukung oleh pendapat Ditjen Bina Upaya Kesehatan
Kepmenkes RI, bahwa penyakit dispepsia lebih banyak dialami pada
perempuan dibandingkan pada laki-laki (Kepmenkes RI, 2012). Hal yang
sama sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Uleng (2011) bahwa
dispepsia organik lebih banyak pada laki-laki sedangkan dsipepsia fungsional
lebih banyak pada wanita. Menurut peneliti, pervalensi dispepsia lebih
banyak terjadi pada perempuan dikarenakan perempuan dalam menghadapi
segala permasalahan kehidupan lebih menggunakan perasaan sehingga sering
menimbulkan stres yang dapat meningkatkan asam lambung sampai muncul
masalah gangguan pada lambung.
4. Hubungan umur dengan kejadian dispepsia
Pada hasil penelitian ini menggambarkan persentase yang sakit dispepsia jauh
lebih besar 55.2% terjadi pada umur dewasa awal dibandingkan dengan
persentase dari umur dewasa akhir. Hal ini sesuai dengan pendapat Sulaiman,
dkk (1997) bahwa penyebaran penderita dispepsia fungsional meningkat
dengan bertambahnya umur dan mencapai puncaknya pada kelompok umur
30-39 tahun.
61
Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013
Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0.652 (p > 0.05) yang artinya tidak ada
hubungan yang bermakna antara umur dengan kejadian dispepsia fungsional.
Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Rani (2011) menyatakan bahwa
dispepsia fungsional dipengaruhi oleh faktor umur kurang dari 45 tahun.
Menurut peneliti, ketidakbermaknaan ini disebabkan responden berada pada
rentang dewasa akhir dimana pada usia tersebut terjadi penurunan fungsi
organ. Sehingga dispepsia yang dialami dimungkinkan karena dispepsia
organik.
5. Hubungan sosial ekonomi dengan kejadian dispepsia
Pada hasil penelitian ini menggambarkan persentase responden yang sakit
dispepsia lebih dari separuh 51.9% memiliki sosial ekonomi tinggi
dibandingkan dengan persentase dari sosial ekonomi rendah. Hal ini sejalan
dengan pendapat Rani (2010) bahwa faktor sosial ekonomi secara langsung
maupun tidak langsung berdampak pada keluhan dispepsia. Dispepsia
umumnya lebih banyak terjadi pada negara berkembang yang padat
penduduknya dibandingkan dinegara maju disebabkan oleh faktor sosial
ekonomi yang rendah.
Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0.830 (p > 0.05) yang artinya tidak ada
hubungan yang bermakna antara sosial ekonomi dengan kejadian dispepsia
fungsional. Menurut peneliti, ketidakbermaknaan ini dimungkinkan karena
pendapatan yang didapatkan karyawan sudah baik sehingga tingkat sosial
ekonomi karyawan akan tinggi.
62
Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013
6. Hubungan lingkungan dengan kejadian dispepsia
Hasil penelitian ini menggambarkan persentase responden yang sakit
dispepsia lebih dari separuh 52.5% memiliki lingkungan yang baik,
dibandingkan dengan persentase dari lingkungan yang buruk. Faktor
lingkungan yang berkaitan dengan infeksi bakteri H. pylori berperan sebagai
penyebab terjadinya dispepsia (Riccardi & Rotter, 2004).
Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0.652 (p > 0.05) yang artinya tidak ada
hubungan yang bermakna antara lingkungan dengan kejadian dispepsia
fungsional. Hal ini sejalan dengan pendapat Rani (2011) bahwa infeksi H.
pylori korelasinya sebagai faktor penyebab masih diperdebatkan.
Menurut peneliti ketidakbermaknaan hasil penelitian ini dikarenakan
lingkungan karyawan dengan kondisi yang lingkungan yang baik, sedangkan
faktor lingkungan yang mempengaruhi dispepsia pada lingkungan yang
buruk. Hal ini terkait dengan faktor kebersihan, karena faktor kebersihan
yang buruk dapat membuat infeksi H.pylori lebih sering terjadi. Indikator
kesehatan lingkungan menurut RISKESDAS (2010) meliputi air minum,
sanitasi, penanganan sampah, dan penggunaan bahan untuk memasak.
B. Keterbatasan Penelitian
1. Membutuhkan waktu yang lama pada saat pengumpulan data dikarenakan
waktu pengambilan data berdekatan dengan hari raya dan peneliti harus
mencari alamat untuk responden pada kelompok kasus.
63
Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013
2. Mengumpulkan kelompok kasus peneliti mengalami kesulitan dikarenakan
data yang harus diambil dari klinik Perum Peruri harus melalui izin yang
terlalu lama.
C. Implikasi dalam Keperawatan
Gambaran hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel stres dan jenis
kelamin merupakan variabel yang berhubungan dengan kejadian dispepsia
fungsional, karena dispepsia fungsional lebih banyak ditemukan pada perempuan
dibandingkan laki-laki dan perempuan dalam menghadapi segala permasalahan
kehidupan lebih menggunakan perasaan sehingga sering menimbulkan stres yang
dapat meningkatkan produksi asam lambung sehingga timbul masalah gangguan
lambung yaitu dispepsia fungsional (Uleng, 2011).
Karyawan pada bagian cetak umum merupakan pekerjaan membutuhkan
ketelitian dan kecermatan agar tidak terjadi kesalahan dalam pencetakan.
Deatline pekerjaan juga dapat membuat karyawan berada dalam ketegangan
sehingga dapat menimbulkan stres yang akan berdampak pada gangguan
pencernaan yaitu dispepsia. Keluhan dispepsia akan bedampak pada kualitas
hidup penderita dan beban ekonomi secara langsung maupun tidak langsung baik
bagi karyawan maupun pada perusahaan. Stres dipicu oleh berbagai macam
penyebab yaitu stres kepribadian, stres bioekologi, stres psikososial, dan stres
pekerjaan (Wijoyo, 2010).
Pervalensi dispepsia fungsional dipengaruhi oleh faktor jenis kelamin, umur,
indeks massa tubuh, perokok, konsumsi alkohol dan psikis. Dimana faktor psikis
64
Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013
mempunyai korelasi yang kuat dengan keluhan dispepsia fungsional, sedangkan
faktor demografi dan lingkungan korelasinya lemah (Rani, 2011). Tetapi pada
penelitian ini dihasilkan tidak ada hubungan yang bermakna antara umur dengan
kejadian dispepsia fungsional, hal ini disebabkan umur < 45 tahun belum
menjamin menderita dispepsia fungsional dikarenakan semakin bertambahnya
umur semakin besar masalah kehidupan yang dihadapi yang dapat menimbulkan
terjadinya stres dalam kehidupan.
Tidak semua orang dapat menghadapi suatu perubahan yang terjadi, akibatnya
akan menimbulkan ketegangan yang merupakan faktor pencetus, penyebab dan
akibat dari suatu penyakit (Suliswati, 2005). Untuk penanganan dispepsia
fungsional perlu dilakukan penatalaksanaan nonfarmakologis. Tehnik relaksasi
merupakan tidakan yang efektif untuk penatalaksanaan pada karyawan dengan
mengalami ketegangan dalam kehidupan. Pengobatan dilakukan dengan terapi
psikologis agar karyawan dapat beradaptasi dan tidak terjadi stres. Tehnik
relaksasi merupakan tidakan yang efektif untuk penatalaksanaan pada karyawan
dengan mengalami ketegangan dalam kehidupan sehingga stres pada karyawan
dapat diminimalkan dan angka kejadian dispepsia akan mengalami penurunan.
65
Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Penelitian yang dilakukan memberikan gambaran bahwa karyawan yang
mengalami dispepsia sebagian besar berumur antara 37 – 39 tahun,
dengan jenis kelamin terbanyak adalah laki-laki, sebagian besar sosial
ekonomi responden tinggi, lingkungan sebagian besar baik, terdapat
16.7% karyawan tidak mengalami stres dan lebih dari separuh responden
mengalami stres sangat berat, dan sama besar antara yang sakit dan tidak
sakit dispepsia fungsional.
2. Ada hubungan yang bermakna antara stres dengan kejadian dispepsia (p
value = 0,000).
3. Tidak ada hubungan yang bermakna antara umur dengan kejadian
dispepsia (p value = 0.652).
4. Ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan kejadian
dispepsia (p value = 0,000).
5. Tidak ada hubungan yang bermakna antara sosial ekonomi dengan
kejadian dispepsia (p value = 0.830).
6. Tidak ada hubungan yang bermakna antara lingkungan dengan kejadian
dispepsia (p value = 0.652).
66
Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013
7. Stres mempunyai hubungan yang paling besar terhadap kejadian dispepsia
(OR = 30.063).
B. SARAN
1. Bagi pelayanan dan institusi
Untuk mencegah meningkatnya angka kejadian dispepsia diharapkan
perawat diklinik Peruri melakukan latihan tehnik relaksasi pada semua
karyawan selain bagian cetak umum untuk mengurangi ketegangan yang
dialami karyawan sehingga angka kejadian stres pada karyawan dapat
diminimalkan yang akan menurunkan kejadian dispepsia pada karyawan
Perum Peruri.
2. Bagi keilmuan
Perlu adanya instrumen pengukuran dari setiap jenis stres dengan bahasa
yang mudah dimengerti, sehingga dapat digunakan pada semua orang.
Dispepsia fungsional mempunyai hubungan yang kuat dengan psikis,
sehingga dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dispepsia
perlu pendekatan teori adaptasi sehingga terjadi perubahan perilaku dari
yang maladaptif menjadi adaptif.
67
Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013
3. Bagi penelitian
Untuk penelitian lebih lanjut, pada penelitian ini faktor yang
mempengaruhi dispepsia fungsional tidak dilihat dari indeks massa tubuh,
perokok, dan konsumsi alkohol. Hal ini dapat dijadikan bahan untuk
penelitian lebih lanjut untuk mengetahui faktor lain yang berhubungan
dengan kejadian dispepsia fungsional.
Pada penelitian ini tidak ada pembatasan lama bekerja karena lama
bekerja juga menjadi indikator terjadinya stres. Karena berbeda antara
yang sudah lama bekerja dengan yang baru bekerja. Karyawan yang
sudah lama bekerja kemungkinan sudah dapat beradaptasi dibandingkan
dengan karyawan yang baru.
68
Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, A.S,.(2005). Gambaran Trait Kepribadian, Kecemasan dan Stres Serta Strategi Koping Pada Penderita Dispepsia Fungsional. Fakultas Psikologi UI. Tesis Tidak Dipublikasikan Arief, M. Et. All. (2002). Dispepsia- Gastroenterologi, Kapita Selekta FKUI, Media Aeculapius Arikunto, S., (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT Asdi Mahasatya Arina. (2006). Nilai Kortisol Serum Pada Penderita Dispepsia dengan Gangguan Psikosomatik. Tesis Program Pendidikan Spesialis I Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Bazaldua, O.V. et al. (2006). Dyspepsia: What It Is and What to Do About It. http://familydoctor.org/online/famdocen/home/common/digestive/dyspepsia.html, Desember 2006. Citra, J.T. (2003). Perbedaan Depresi pada Pasien Dispepsia Fungsional dan Dispepsia Organik. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6316/3/psikiatri-citra.pdf.txt Cheng, C. & Shiu-kum, L. Psychosocial Factors and Perceived Severity of Functional Dyspeptic Symptoms: A Psychosocial Interactionist Model. Psychosomatic Medicine. 66:85-91. (2004). Proquest database Cheng, C. (2000). Seeking Medical Consultations: Perceptual and Behavioral Characteristic Distinguising Consulters and Nonconsulters With Dyspepsia Functional. Psychosomatic Med, 63, 844-52 Coppeta, L. Et.All. (2008). Prevalence and Characteristics of Fungtional Dyspepsia Among Worker Exposed to Cement Dust. Scandinavian Journal of Work, Environment & Healt. 34(5): 396-402 Djojoningrat, D. (2010). Dispepsia Fungsional Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi V. Interna Publishing Drossman (1999). The Fungtional Gastrointestinal Disorder ang The Rome II. Suplement II. USA Ganong, W.F. (2003). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC
69
Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013
Gucht, D.V., Fischler, B., & Heiser, W. Job stress, personality, and psychological distress as determinants of somatization and functional somatic syndromes in a population of nurses. Article first published online: 25 SEP 2003 DOI: 10.1002/smi.975. John Wiley & Sons, Ltd. Stress and Health.Volume 19. Issue 4. pages 195–204, October 2003
Guyton, A.C. (1997). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC Hastono, S.P. (2007). Analisis Data Kesehatan. Jakarta: Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia _______________. (2011). Statistik Kesehatan. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada Haug, T.T. (1995). Live events and stress in patient with Functional Dispepsia compare with patients with Duodenal Ulcer and Healthy Control. Scand. Journal Gastroenterology no.30 (6). 524-430 Hawari, D. (2001). Pendekatan Holistik pada Gangguan Jiwa Skizofrenia. Jakarta: UI Press Ibrahim, S.A., (2007). Panik Neurosis dan Gangguan Cemas, Jakarta: Jelajah Nusa Jonsson, H.B., Theorell, T., & Gotthard, R. Symptoms and personality in patients with chronic functional dyspepsia. Volume 39. Issue 1. January 1995. Journal of Psychosomatic Research. Pages 93–10 Kaplan, H.I & Sadock, B.J., (2007). Anxiety Disorders in Synopsis of Psychiatry. Behavioral Scinces/ Clinical Psychiatry, Wolters Kluwer Lippincott Williams Lovibond. Manual for the Depression Anxiety Stress Scale.The Psychology Foundation of Australia. 33(33). (1995). 335-43 Maramis, W.F. (2002). Gangguan Psikosomatik Saluran Pencernaan. Cetakan III. Airlangga University Press Mudjadid, E. (2006). Gangguan Psikosomatik: Gambaran Umum dan Pathofisiologinya. Buku Ajar Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI Murti B., (2010). Desain dan Ukuran sampel untuk Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif di Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Nursalam (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Pagano, M., & Gauvreu, K. (1993). Principles of Biostatistics. Belmont. California. Wadsworth Publishing Company
70
Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013
Pieree, J. Frederic, L.Levenstein S. Le Stait Y. (2010). Association Between Peptic Ulcer and Personality Disorder, in Nasionally Representative US sample, by American Psychomatic Society Rani, A. (2011). Buku Ajar Gastroenterologi. Jakarta: Interna Publising Riccardi, V.M., & Rotter J.L. (2004). Familial Helicobacter Pylori Infection: Societal Factors, Human Genetics and Bacterial Genetics. Ann Intern Med.120(12): 1043-104 Shatri, H. (2004). Gangguan Psikosomatis di Departemen Ilmu Penyakit Dalam RS Dr. Ciptomangunkusumo Jakarta Indonesia. The Indonesian Juornal of Internal Medicine Jakarta: Acta Medika Indonesiana Seaward, L.B. (2009). Managing Stress Principles and strategies for health and well being, 6thed, paramount wellness institute. Canada: jones and bartlett publishers Stanley Lameshow, David N. Hosmer Js. Janelle. K, Stephen KL. Wanga. (1997). Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press Sastroasmoro S., & Ismael S., (2011). Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Sagung Seto Sugiono (2011). Statistik untuk Penelitian. Bandung. Alfabeta
Sulaiman, A. (1997). Gastroenterologi Hepatologi. Cetakan kedua. Jakarta: Sagung Seto
Suliswati & Monica. E., dkk. (2005). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC
Susilo, H.W., & Aima, H.(2013). Skala Pengukuran dan Instrumen Penelitian, Aplikasi SPSS pada Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: In Media
Tarigan, J.C. (2003). Perbedaan Depresi pada Pasien Dispepsia Fungsional dan Dispepsia Organik. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6316/3/psikiatri-citra.pdf.txt Tomey, A.M., & Alligood, M.R. (2006). Nursing Theorists and their work. (4th ed). St. Louis: Mosby-Year book inc
Tomey, A.M., & Alligood, M.R. (2006). Nursing Theorists: Utilization & Application. (3rd ed). St. Louis: Mosby. Co
Uleng, T.S., Jayalangkara, A., Hawaidah, &Petollongi I. (2011). Hubungan Derajat Ansietas dengan Dispepsia Organik. (diambil tanggal 10 April 2012)
71
Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013
Wijoyo, M.P. (2009). Cara Mudah Mencegah dan Mengatasi Stres. Jakarta : Bee Media Pustaka
Yosep, I. (2010). Keperawatan Jiwa. Cetakan ketiga. Bandung : PT Refika Aditama
(WHO) World Health Organization (2007). Mental Health http://www.who.int/mental_health/management/depression/flyer_depression_2012
(WHO) World Health Organization (2003). Mental Health http://www.who.int/occupational_health/topics/brunpres0307.pdf
http://www.bisnis-jabar.com/index.php/berita/populasi-industri-di-karawang-bertambah-181-perusahaan/taggal 20 Desember 2011. 22:22 WIB (diambil tanggal 21 Maret 2013) http://www.depkes.go.id/downloads/profil data kesehatan Indonesia tahun 2011 (diambil pada tanggal 24 April 2013) http://www.kompas.com (diambil pada tanggal 24 April 2013) http://www.fokusjabar.com (diambil tanggal 30 April 2013) http://www.pusdatinaker.balitfo.depnakertrans.go.id/katalog/xdownload.php (diambil tanggal 30 April 2013) http://hilmanmuchsin.com/2009/05/jangan-sepelekan-dispepsia.html.(diambil tanggal 30 April 2013)
Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013
Lampiran 1
SURAT PERMOHONAN RESPONDEN
Kepada
Yth ...........................................
di ..............................................
Dengan hormat,
Saya Armi dengan NPM 2011980004, adalah mahasiswa Program Magister
Keperawatan Medikal Bedah Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Muhammadiyah Jakarta. Saya mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk berpartisipasi
dalam penelitian saya dengan judul “Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia
Fungsional pada Karyawan Perum Peruri di Karawang Barat”. Partisipasi ini
sepenuhnya sukarela, Bapak/Ibu boleh memutuskan untuk berpartisipasi atau
menolak tanpa ada konsekuensi atau dampak apapun.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk meningkatkan pelayanan
keperawatan pada karyawan dengan dispepsia fungsional oelh karena angka kejadian
dispepsia fungsional sering ditemukan di masyarakat. Oleh karena itu diharapkan
informasi yang mendalam dari pengalaman Bapak/Ibu. Jika Bapak/Ibu merasa tidak
nyaman selama wawancara, Bapak/Ibu dapat memilih untuk tidak menjawab
pertanyaan yang diajukan peneliti atau mengundurkan diri menjadi responden.
Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013
Peneliti berjanji akan menjunjung tinggi dan menghargai hak Bapak/Ibu dengan cara
menjamin kerahasiaan identitas dan data yang diperoleh baik dalam pengumpulan
data, maupun dalam penyajian laporan penelitian. Semua hasil catatan data akan
dimusnahkan setelah penelitian selesai dilaksanakan.
Saya sangat menghargai kesediaan Bapak/Ibu menjadi responden dalam penelitian
ini. Untuk ini saya mohon kesediaannya untuk menandatangani lembar persetujuan
menjadi responden. Atas perhatian, kerjasama dan kesediaannya menjadi responden,
saya mengucapkan terima kasih.
Jakarta, Mei 2013
Peneliti
Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013
Lampiran 2
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Setelah membaca dan memahami surat saudara Armi, NPM : 2011980004,
mahasiswa Program Magister Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Muhammadiyah Jakarta, serta mendapat penjelasan tentang maksud penelitiannya,
maka saya bersedia menjadi responden penelitian dengan judul “Hubungan Stres
dengan Kejadian Dispepsia Fungsional pada Karyawan Perum Peruri di Karawang
Barat”.
Demikian pernyataan persetujuan ini saya tanda tangani dengan sukarela tanpa ada
paksaan dari siapapun,
Jakarta, Mei 2013
Responden Peneliti
(..................................................) ( Armi )
Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013
Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013
Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013
Lampiran 3
INSTRUMEN PENELITIAN
HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA FUNGSIONAL PADA KARYAWAN PERUM PERURI DI KARAWANG BARAT
Nomor Kuisioner :
Diisi Peneliti)
Petunjuk pengisian:
1. Isilah jawaban yang sesuai dengan keadaan yang ada pada Anda
2. Lingkarilah jawaban yang Anda pilih atau check list (√) pada kotak jawaban yang dipilih
3. Jika Anda ingin mengganti jawaban, cukup dengan memberi garis (-) pada jawaban yang salah, kemudian pilihlah jawaban yang tepat
4. Apabila Anda merasa kesulitan dalam menjawab pertanyaan dalam kuisioner ini, Anda dapat bertanya langsung kepada peneliti.
A. Identitas Responden
Nama ...........................................................
Umur ........................... tahun
Jenis kelamin
laki-laki
perempuan
Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013
B. Stres
Baca dan berilah tanda check list (√) pada nomor 0, 1, 2, atau 3 pada kolom pernyataan, dengan indikasi pernyataan yang dirasakan selama 1 minggu yang lalu. Tidak ada jawaban yang benar atau salah, tidak menghabiskan waktu yang banyak untuk menjawab pernyataan
Keterangan:
0 : Tidak ada atau tidak pernah
1 : Sesuai dengan yang dialami sampai tingkat tertentu, atau kadang-kadang
2 : Sering
3 : Sangat sesuai dengan yang dialami, atau hampir setiap saat
Beri Tanda Check List (√) Pada Kotak Jawaban Yang Dipilih!
No Aspek Penilaian 0 1 2 3
1. Menjadi marah karena hal-hal kecil/sepele
2. Mulut terasa kering
3. Tidak bisa melihat hal yang positif pada diri sendiri dari suatu kejadian
4. Merasakan gangguan dalam bernafas (napas cepat, sulit bernapas)
5. Merasa tidak semangat untuk melakukan suatu pekerjaan
6. Cenderung bereaksi berlebihan pada situasi
7. Kelemahan pada anggota tubuh
8. Kesulitan untuk relaksasi/bersantai
9. Cemas yang berlebihan, namun bisa lega jika hal/situasi itu berakhir
10. Pesimis
11. Mudah merasa kesal
12. Merasa banyak menghabiskan energi karena cemas
Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013
13. Merasa sedih bila depresi
14. Tidak sabaran
15. Kelelahan
16. Kehilangan minat pada banyak hal (misal : makan, ambulasi, sosialisasi)
17. Merasa diri tidak layak
18. Mudah tersinggung
19. Berkeringat (misal: tangan berkeringat) tanpa stimulasi oleh cuaca maupun latihan fisik
20. Ketakutan tanpa alasan yang jelas
21. Merasa hidup tidak berharga
22. Sulit untuk beristirahat
23. Kesulitan dalam menelan
24. Tidak dapat menikmati hal-hal yang saya lakukan
25. Perubahan denyut nadi dan jantung tanpa stimulasi oleh latihan fisik
26. Merasa hilang harapan dan putus asa
27. Mudah marah
28. Mudah panik
29. Kesulitan untuk tenang setelah ada yang mengganggu
30. Takut diri terhambat oleh tugas-tugas yang biasa dilakukan
31. Sulit untuk antusias pada banyak hal
32. Sulit mentoleransi gangguan-gangguan terhadap pekerjaan yang sedang dilakukan
33. Berada pada keadaan tegang
34. Merasa tidak berharga
35. Melakukan pekerjaan tidak mempertimbangkan
Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013
kendala yang dihadapi
36. Ketakutan
37. Tidak ada harapan untuk masa depan
38. Merasa hidup tidak berarti
39. Mudah gelisah
40. Khawatir dengan situasi diri sendiri sampai keadaan panik
41. Gemetar
42. Sulit untuk meningkatkan inisiatif dalam melakukan sesuatu
C. Lembar Wawancara Kejadian Dispepsia
Beri Tanda Check List (√) Pada Kotak Jawaban Yang Dipilih!
No Pertanyaan Ya Tidak
1. Apakah Anda pernah mengalami keluhan nyeri diulu hati selama 4 minggu?
Jika ya, apakah keluhan yang dirasakan berlangsung berapa lama
2. Apakah Anda pernah mengalami keluhan rasa penuh diperut selama 4 minggu?
3. Apakah Anda pernah mengalami keluhan cepat kenyang setelah makan selama 4 minggu?
4. Apakah Anda pernah mengalami keluhan rasa terbakar diuluhati/epigastrium selama 4 minggu?
Jika, salah satu jawaban diatas ya, lanjutkan ke pertanyaan no.5 dan 6
5. Apakah keluhan yang dirasakan berlangsung selama 3-6 bulan?
6. Apakah pernah dilakukan pemeriksaan laboratorium dan endoskopi selama keluhan dirasakan?
Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013
D. Sosial Ekonomi
Beri Tanda Check List (√) Pada Kotak Jawaban Yang Dipilih!
1. Sebutkan berapa rata-rata penghasilan rumah tangga selama 1 bulan?
≤ Rp 2.500.000,-
>Rp 2.500.000,-
2. Berapa rata-rata pengeluaran rumah tangga Anda untuk makan selama 1 bulan?
≤ Rp 1.000.000,-
>Rp 1.000.000,-
3. Berapa rata-rata pengeluaran rumah tangga Anda untuk selain makan (misal untuk keperluan sewa rumah, listrik, telpon, sekolah, transportasi, pembantu, dll) dalam satu bulan?
≤ Rp 500.000,-
>Rp 500.000,-
4. Berapa rata-rata pengeluaran rumah tangga Anda untuk rekreasi (nonton, pergi ke tempat pariwisata, belanja untuk hobi/kesenangan) selama 1 bulan?
≤ Rp 200.000,-
>Rp 200.000,-
5. Berapa rata-rata pengeluaran rumah tangga Anda untuk sumbangan (pernikahan, orang sakit, orang meninggal, kelahiran bayi, dll) selama 1 bulan?
≤ Rp 100.000,-
>Rp 100.000,-
6. Berapa rata-rata pengeluaran rumah tangga Anda untuk membeli rokok/tembakau selama 1 bulan?
≤ Rp 100.000,-
> Rp 100.000,-
Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013
7. Berapa rata-rata pengeluaran rumah tangga Anda untuk biaya kesehatan selama 1 bulan (membeli produk kesehatan jamu, vitamin, obat, upaya menjaga kesehatan lain) selama 1 bulan?
≤ Rp 100.000,-
> Rp 100.000,-
E. Lingkungan
Beri Tanda Check List (√) Pada Kotak Jawaban Yang Dipilih!
1. Perumahan :
a. Jenis Bangunan
Non permanen
Semi permanen
Permanen
b. Cahaya :
Kurang, > 25 cm dari jarak baca
Baik, < 25 cm dari jarak baca
c. Lantai :
Tanah
Plester
Ubin / Keramik
2. Sumber air minum
a. Apakah keluarga mempunyai sumber air sendiri ? Tidak
Ya
b. Jika Ya, apa jenisnya ?
Sumur
PAM
Lainnya, sebutkan: ...
Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013
c. Pengurasan tempat penampungan air :
Tidak pernah dilakukan
> 3 hari
< 3 hari
d. Sumber air untuk air minum :
Air ledeng/PAM
Depot minuman
e. Penggunaan air minum :
Tidak dimasak
Dimasak
f. Kualitas sumber air minum :
Berbau
Berasa
Berwarna
Tak berbau, tak berasa, tak berwarna
Lain-lain, sebutkan ....................
3. Pembuangan air limbah
a. Jarak sumber air dengan penampungan limbah
< 10 m
> 10 m
b. Apakah rumah mempunyai tempat pembuangan limbah?
Tidak
Ya
c. Jika ya, jenisnya ?
Selokan
Dibuang sembarangan
Bak penampungan
Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013
d. Bagaiman kondisi pembuangan air limbah?
Terbuka
Tertutup
Tergenang
4. Penanganan sampah dan penggunaan bahan untuk memasak
a. Cara pembuangan sampah keluarga:
Selokan
Sembarangan
Diangkut petugas
b. Tempat penampungan sampah:
Terbuka
Tertutup
c. Sumber energi yang digunakan untuk memasak:
Kayu bakar
Kompor
Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013
Lampiran 4
A. PEMODELAN MULTIVARIAT
Pemodelan multivariat dilakukan analisis ke lima variabel yaitu stres, umur,
jenis kelamin, sosial ekonomi, dan lingkungan. Dari hasil analisis terlihat ada 3
variabel yang p valuenya > 0.05 yaitu umur, sosial ekonomi, dan lingkungan.
Pemodelan selanjutnya variabel umur dikeluarkan dari model. Setelah variabel
umur dikeluarkan dari pemodelan perubahan OR nya sebagai berikut :
Variabel OR umur ada OR umur tidak ada Perubahan OR
Stres Jenis kelamin Sosial ekonomi Lingkungan
31.089 21.077 0.739 0.688
31.011 21.068 0.740 0.688
0.3% 0.04% 0.1% 0%
Setelah variabel umur dikeluarkan dari pemodelan, perubahan OR nya < 10%
pada seluruh variabel, maka variabel umur dikeluarkan dari pemodelan. Langkah
selanjutnya mengeluarkan variabel yang p valuenya > 0.05, variabel sosial
ekonomi dikeluarkan dari model. Setelah variabel sosial ekonomi dikeluarkan
dari pemodelan perubahan OR nya sebagai berikut :
Variabel OR sosial ekonomi ada
OR sosial ekonomi tidak ada
Perubahan OR
Stres Jenis kelamin Lingkungan
31.089 21.077 0.688
32.043 20.883 0.692
3% 0.9% 0.6%
Setelah variabel sosial ekonomi dikeluarkan dari pemodelan, perubahan OR nya <
10% pada semua variabel, maka variabel sosial ekonomi dikeluarkan dari
pemodelan.
Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013
Langkah selanjutnya mengeluarkan variabel yang p valuenya > 0.05, yaitu
variabel lingkungan dikeluarkan dari model. Setelah variabel lingkungan
dikeluarkan dari pemodelan perubahan OR nya sebagai berikut :
Variabel OR lingkungan ada OR lingkungan tidak ada
Perubahan OR
Stres Jenis kelamin
31.089 21.077
31.570 19.862
1.6% 5.8%
Setelah variabel lingkungan dikeluarkan dari pemodelan, terjadi perubahan OR <
10% pada semua variabel, maka variabel lingkungan dikeluarkan dari pemodelan.
Pemodelan multivariat dihasilkan sebagai berikut :
No Variabel B p Wald Sig. OR 95% CI 1. 2.
Stres Jenis kelamin Constanta
3.452 2.989 -2.491
7.754 17.521 17.011
0.005 0.000 0.000
31.570 19.862 0.083
2.78 – 358.57 4.90 – 80.50
Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013
Lampiran 5
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Armi
Tempat Tanggal Lahir : Bekasi, 20 September 1980
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Dosen Tetap di STIKes Widya Dharma Husada
Tangerang
Alamat Rumah : Puri Cendana Blok A9 No.16 RT005 RW 015 Desa
Sumber Jaya Kec. Tambun Kab. Bekasi Jawa Barat
Alamat Institusi : Jl. Surya Kencana No. 11 Pamulang Tangerang
Selatan
Riwayat Pendidikan : 1. Program Studi S1 Keperawatan Universitas
Muhammadiyah Jakarta, lulus tahun 2005
2. Akademi Keperawatan Pelni Petamburan, lulus
tahun 2002
3. SMUN 1 Tambun, lulus tahun 1999
4. SMPN 1 Tambun, lulus tahun 1996
5. SDN Tambun II, lulus tahun 1993
Riwayat Pekerjaan : 1. Perawat pelaksana di RS Kemayoran tahun 2005
2. Dosen Akademi Keperawatan harum tahun 2006
3. Dosen STIKes Widya Dharma Husada Tangerang
tahun 2006 - sekarang
Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013
LEMBAR KONSULTASI BIMBINGAN TESIS
NAMA : Armi
NPM : 2011980004
NAMA PEMBIMBING I : Muhammad Hadi, SKM., M.Kep.
NO TANGGAL BAHAN
KONSULTASI BIMBINGAN
SARAN
1. 13 Maret 2013 Pengajuan fenomena dan judul tesis
Pilih Judul Dispepsia
2. 20 Maret 2013 BaB I Perbaikan Latar Belakang, Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian
3. 26 Maret 2013 BAB II Tinjauan pustaka yang sesuai, tidak perlu banyak dan disesuaikan dengan judul
4. 01 April 2013 BAB III Definisi operasional dan skala ukur dicari yang sesuai
5. 17 Mei 2013 BAB IV Uji statistik dengan menggunakan regresi logistik ganda
6. 09 September 2013
BAB V Perbaikan analisis multivariat
7. 16 September 2013
BAB V Perbaikan model terakhir dan buat uji interaksinya
8. 19 September 2013
BAB VI dan VII Perbaikan pembahasan, kesimpulan, dan saran
9. 24 September 2013
BAB I, II, III, IV, V , VI dan VII
ACC dan persiapan ujian sidang hasil
Lampiran 6
Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013
LEMBAR KONSULTASI BIMBINGAN TESIS
NAMA : Armi
NPM : 2011980004
NAMA PEMBIMBING II : DR. Dr. Toha Muhaimin, M.Sc.
NO TANGGAL BAHAN
KONSULTASI BIMBINGAN
SARAN
1. 25 April 2013
BAB I Latar Belakang Perbaiki cara menulis latar belakang, perumusan masalah, sumber-sumber bacaan
2. 16 Mei 2013 BAB I Perbaiki tujuan
3. 18 Mei 2013 BAB II dan III
BAB II ACC
Definisi operasional, Cara pengukuran dan istrumen
4. 21 Mei 2013 BAB III Perbaiki instrumen dan pikirkan rencana analisis
5. 23 Mei 2013 BAB III dan IV
Perbaiki instrumen variabel lingkungan dan sosial ekonomi
Perbaiki analisis data
6. 27 Agustus 2013
BAB V Perbaiki tabel bivariat
7. 11 September 2013
BAB V Perbaiki interpretasi data
8. 17 September 2013
BAB V, VI dan VII Perbaiki pemodelan multivariat dengan disertai perubahan ORnya
9. 20 September 2013
BAB I, II, III, IV, V, VI dan VII
ACC dan persiapan ujian siang hasil
Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013
Hubungan Stres dengan Kejadian Dispepsia .......Armi,UMJ,2013