hubungan antara semangat kerja dan - core.ac.uk filehubungan faktor-faktor semangat kerja dengan...
TRANSCRIPT
HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR SEMANGAT KERJA
DENGAN
PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN
Studi kasus pada karyawan bagian produksi Pertenunan Santa Maria,
Boro, Kulon Progo
SKRIPSI
Oleh :
Markus Kinarya Nugraha
961334072
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2004
DAFTAR ISI
Halaman Judul …..…………………………………………………………. i
Halaman Pesetujuan ………………………………………………………… ii
Halaman Pengesahan ………………………………………………………… iii
Halaman Pernyataan Keaslian karya ………………………………………… iv
Halaman Persembahan ………………………………………………………. v
Kata Pengantar ………………………………………………………………. vi
Daftar Isi ….…………………………………………………………………. x
Daftar Tabel ………………………………………………………………….
Daftar Gambar……...…………………………………………………………
Daftar Lampiran ……..……………………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………. 1
A. Latar Belakang Masalah……………………………………... 1
B. Batasan Masalah……………………………………………... 3
C. Rumusan Masalah…………………………………………… 3
D. Tujuan Penelitian…………………………………………….. 4
E. Manfaat Penelitian…………………………………………… 5
F. Sistematika Penulisan………………………………………... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………….. 7
A. Produktivitas………………………………………………… 7
1. Pengertian Produktivitas…………………………………. 7
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Produktivitas……….. 8
3. Usaha-usaha untuk meningkatkan Produktivitas Kerja….. 9
B. Semangat Kerja……………………………………………… 13
1. Pengertian Semangat Kerja……………………………… 13
2. Faktor-faktor yang mempunyai Semangat Kerja………… 14
3. Indikasi Turunnya Semangat Kerja…………………….. 17
4. Cara Memperbaiki Semangat Kerja……………………. 19
C. Manajemen Sumber Daya Manusia………………………… 21
D. Hipotesis…………………………………………………….. 22
BAB III METODE PENELITIAN……………………………………… 25
A. Jenis Penelitian……………………………………………….. 25
B. Subyek dan Obyek Penelitian………………………………… 25
C. Tempat dan Waktu Penelitian…………………………………. 26
D. Variabel Penelitian dan Pengukurannya……………………… 26
E. Populasi dan Sampel………………………………………….. 29
F. Data yang Dicari………………………………………………. 29
G. Teknik Pengumpulan Data……………………………………. 30
H. Pengujian Instrumen Penelitian……………………………….. 31
a. Uji Validitas………………………………………………... 31
b. Uji Reabilitas………………………………………………. 31
I. Teknik Analisis Data…………………………………………... 32
1. Uji Prasyarat Analisis……………………………………… 32
a. Uji Normalitas…………………………………………. 32
b. Uji Linearitas…………………………………………… 33
2. Pengujian Hipotesis…………………………………………. 34
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN…………………………. 38
A. Sejarah Singkat Perusahaan……………………………………. 38
B. Stuktur Organisasi……………………………………………….. 41
C. Personalia………………………………………………………… 45
D. Produksi………………………………………………………….. 48
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN……………………….. 58
A. Deskripsi Data…………………………………………………… 58
1. Kedisiplinan Kerja…………………………………………… 58
2. Ketelitian Kerja………………………………………………. 60
3. Kegairahan Kerja…………………………………………….. 62
4. Produktivitas Kerja Karyawan………………………………. 64
B. Anakisis Data……………………………………………………. 66
1. Uji Instrumen Penelitian…………………………………….. 66
a. Uji Validitas……………………………………………. 66
b. Uji Reliabilitas………………………………………….. 67
2. Uji Prasyarat Analisis……………………………………….. 68
a. Uji Normalitas………………………………………….. 68
b. Uji Linearitas………………………………………….... 68
3. Pengujian Hipotesis Penelitian………………………………. 69
a. Korelasi antara Kedisiplinan Kerja dengan Produktivitas
Kerja Karyawan…………………………………………. 69
b. Korelasi antara Ketelitian Kerja dengan Produktivitas
Kerja Karyawan………………………………………… 70
c. Korelasi antara Kegairahan Kerja dengan Produktivitas
Kerja Karyawan………………………………………… 71
d. Korelasi antara faktor-faktor Semangat Kerja dengan pro
duktivitas Kerja Karyawan……………………………. 72
C. Pembahasan……………………………………………………… 73
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………… 79
A. Kesimpulan……………………………………………………… 79
B. Saran…………………………………………………………….. 80
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………... 82
ABSTRACT
CORRELATION BETWEEN WORK SPIRIT
FACTORS AND THE PRODUCTIVITY OF THE EMPLOYEES A Case Study at Production Employees of “Santa Maria Boro”, Weaving-mill
Company
Kulon Progo
Markus Kinarya Nugraha
Sanata Dharma University
Yogyakarta
2004
The purposes of this research were to find out the correlation between 1)
work discipline and the productivity of the employees, 2) work accuracy and the
productivity of the employees, 3) work enthusiasm and the productivity of the
employees, 4) work spirit factors and the productivity of the employees,
This research was conducted at “Santa Maria, Boro” Weaving-mill
Company, Kulon Progo, in June 2003. The population and the samples in this
research were 33 employees from the production departement. The data collecting
techniques applied were interviews, questionnaire, and documentation.
The research data was analyzed by using the multiple correlation and
pearson’s product moment correlation, with significant level 5 %. Based on the
data analysis, it could be concluded that 1) there was a positive and significant
correlation between work discipline and the productivity of the employees ( r =
0,618 ), 2) there was a positive and significant correlation between the accuracy of
work and the productivity of the employees ( r = 0,614 ), 3) there was a positive
and significant correlation between the work enthusiasm and the productivity of
the employees ( r = 0,515 ), 4) there was a positive and significant correlation
between the work spirit factors and the productivity of the employees ( r = 0,746 ).
ABSTRAK
HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR SEMANGAT KERJA
DENGAN
PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN
Studi kasus : Karyawan bagian Produksi Pada Perusahaan Pertenunan
Santa Maria Boro,
Kulon Progo
Markus Kinarya Nugraha
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
2004
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara : 1)
kedisiplinan kerja dengan produktivitas kerja karyawan, 2) ketelitian kerja dengan
produktivitas kerja karyawan, 3) kegairahan kerja dengan produktivitas kerja
karyawan. 4) faktor-faktor semangat kerja dengan produktivitas kerja karyawan
Penelitian ini dilaksanakan di Pertenunan Santa Maria Boro, Kulon Progo
pada bulan Juni 2003. Populasi dan sampel dari penelitian ini adalah karyawan
bagian produksi sebanyak 33 orang. Teknik pengumpulan data yang digunakan
adalah wawancara, kuesioner, dan dokumentasi.
Data penelitian di analisis dengan teknik korelasi product moment
Pearson, dan teknik korelasi ganda dengan taraf signifikansi 5 %. Dari hasil
analisis dapat ditarik kesimpulan bahwa 1) Ada hubungan yang positif dan
signifikan antara kedisiplinan kerja dengan produktivitas kerja karyawan ( r =
0,618 ), 2) Ada hubungan yang positif dan signifikan antara ketelitian kerja
dengan produktivitas kerja karyawan ( r = 0,614 ), 3) Ada hubungan yang positif
dan signifikan antara kegairahan kerja dengan produktivitas kerja karyawan ( r =
0,515 ), 4) Ada hubungan yang positif dan signifikan antara faktor-faktor
semangat kerja dengan produktivitas kerja karyawan ( r = 0,746 ).
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada umumnya suatu perusahaan mempunyai tujuan mencari keuntungan
(profit oriented) dan mempertahankan hidup dalam jangka panjang. Untuk
mencapai tujuan tersebut suatu perusahaan melakukan kegiatan–kegiatan dengan
mengkombinasikan faktor-faktor produksi seperti tanah, gedung atau bangunan,
mesin, modal, dan manusia.
Faktor produksi tersebut adalah manusia sebagai karyawan merupakan
faktor produksi yang dominan, karena hampir seluruh kegiatan dalam organisasi
tersebut dilakukan oleh faktor produksi tersebut yaitu manusia. Pihak perusahaan
harus dapat menggerakkan, mengarahkan, dan mengkoordinasi karyawan. Jadi
dalam suatu perusahaan diperlukan adanya suatu pengelolaan karyawan, sehingga
karyawan dapat bekerja secara efektif dan efisien. Dengan adanya kerja yang
efektif dan efisien dari karyawan diharapkan ada kenaikan produktivitas, karena
kenaikan produktivitas akan menghasilkan produk yang berkualitas dengan
menggunakan sumber daya manusia yang sama.
Manajer harus mampu menciptakan kondisi yang menguntungkan bagi
karyawan, agar dapat bekerja secara efektif dan efisien. Kondisi tersebut dapat
tercipta bila manajer memperhatikan keinginan dan kebutuhan karyawan,
sehingga karyawan dapat bersemangat dalam bekerja. Apabila karyawan dalam
perusahaan memiliki semangat kerja yang tinggi, maka produktivitas yang tinggi
akan mudah dicapai. Sebaliknya jika semangat kerja rendah maka produktivitas
yang tinggi akan sulit dicapai oleh perusahaan.
Karyawan sebagai manusia biasa mempunyai sifat-sifat, kepribadian, latar-
belakang, dan tingkah-laku yang berbeda-beda. Perbedaan ini akan sangat
mungkin terbawa dalam lingkungan pekerjaan. Kita dapat menduga bahwa
karyawan yang bersangkutan mempunyai semangat kerja yang tinggi atau tidak,
dengan melihat sifat-sifat dan kepribadian karyawan. Adapun faktor-faktor yang
dapat digunakan sebagai tolok ukur semangat kerja karyawan menurut Moh As`
ad (1987: 27)yaitu :
1. Kedisiplinan kerja
2. Ketelitian kerja
3. Kerajinan kerja
4. Kegairahan kerja
Jika seorang karyawan memiliki kedisiplinan, ketelitian, kerajinan, dan
kegairahan kerja yang tinggi dalam bekerja, maka karyawan tersebut dapat
dikatakan memiliki semangat kerja yang tinggi. Agar karyawan memiliki
semangat kerja yang tinggi seorang manajer harus mampu melihat dan
menganalisa tingkah laku dan kepribadian karyawan sehingga dengan kebijakan
yang tepat dapat membimbing, mengawasi dan memberi perhatian pada
karyawan. Hal tersebut dapat memacu semangat kerja karyawan.
Adapun faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi produktivitas kerja
karyawan menurut Panji Anoraga (1995 : 71) yaitu :
1. Pendidikan 2. Motivasi
3. Ketrampilan 4. Sikap etika kerja 5. Gizi dan kesehatan 6. Lingkungan kerja dan iklim kerja 7. Teknologi 8. Sarana produksi 9. Jaminan sosial 10. Kesempatan berprestasi 11. Manajemen
Produktivitas yang dimiliki oleh suatu perusahaan merupakan suatu persyaratan
kerja yang harus dipenuhi oleh karyawan atau pegawai, sedangkan terbentuknya
persyaratan itu atau faktor-faktor itu harus harus diusahakan oleh manajer.
Dalam masalah ini penulis memilih faktor semangat kerja menurut Moh
As`ad yaitu kedisiplinan ,ketelitian,dan kegairahan kerja.
B. Batasan Masalah
Banyak faktor yang mempengaruhi semangat kerja karyawan yaitu
kedisiplinan, ketelitian, kerajinan, dan kegairahan kerja, akan tetapi dalam
penelitian ini penulis membatasi pada faktor kedisiplinan, ketelitian, dan
kegairahan kerja.
C. Rumusan Masalah
Penulis mempunyai rumusan masalah yang umum yaitu: “Apakah ada
hubungan yang positif dan signifikan antara semangat kerja dengan produktivitas
kerja karyawan?”
Penulis merumuskan permasalahan yang akan diteliti dalam bentuk
pertanyaan sebagai berikut:
1. Apakah ada hubungan yang positif dan signifikan antara kedisiplinan
kerja dengan produktivitas kerja karyawan?
2. Apakah ada hubungan yang positif dan signifikan antara ketelitian
kerja dengan produktivitas kerja karyawan?
3. Apakah ada hubungan yang positif dan signifikan antara kegairahan
kerja dengan produktivitas kerja karyawan?
4. Apakah ada hubungan antara kedisiplinan, ketelitian, kegairahan kerja
secara bersama-sama dengan produktivitas kerja karyawan?
D. Tujuan Penelitian
Dengan mengacu pada rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas,
penulis memiliki beberapa tujuan dalam penelitian ini. Adapun tujuan penelitian
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apakah ada hubungan yang positif dan signifikan
antara kedisiplinan kerja dengan produktivitas kerja karyawan.
2. Untuk mengetahui apakah ada hubungan yang positif dan signifikan
antara ketelitian kerja dengan produktivitas kerja karyawan.
3. Untuk mengetahui apakah ada hubungan yang positif dan signifikan
antara kegairahan kerja dengan produktivitas kerja karyawan.
4. Untuk mengetahui apakah ada hubungan yang positif dan signifikan
antara kedisiplinan, ketelitian, dan kegairahan kerja secara bersama-
sama dengan produktivitas kerja karyawan.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Perusahaan
Hasil penelitian ini dapat berguna bagi perusahaan dalam menentukan
kebijakan terutama dalam masalah karyawan.
2. Bagi Penulis
Dengan penelitian ini diharapkan penulis dapat memperoleh wawasan
yang luas untuk dapat mengembangkan ilmu yang diterima di bangku
kuliah yang berkaitan dengan Manajemen Sumber Daya Manusia
khususnya manajemen personalia.
3. Bagi Sanata Dharma
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah bacaan bagi
mahasiswa Universitas Sanata Dharma dan dapat digunakan sebagai
pertimbangan dan acuan dalam penulisan karya ilmiah.
F. SISTEMATIKA PENULISAN
Bab I Pendahuluan
Dalam bab ini akan diuraikan latar belakang masalah, batasan masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika
penulisan.
Bab II Landasan Teori
Dalam bab ini akan diuraikan tinjauan teoritis yang ada hubungannya
dengan faktor semangat kerja dengan produktivitas kerja karyawan.
Bab III Metode Penelitian
Dalam bab ini akan diuraikan jenis penelitian, subyek dan obyek
penelitian, variabel penelitian, populasi dan sampel, data yang dicari,
teknik pengumpulan data, pengujian instrumen penelitian dan teknik
analisa data.
Bab IV Gambaran Umum Perusahaan
Dalam bab ini akan diuraikan mengenai sejarah perusahaan,struktur
organisasi, personalia, proses produksi, pemasaran, dan diskripsi
responden.
Bab V Analisa Data
Dalam bab ini akan disajikan hasil penelitian lapangan, kemudian
dianalisis untuk mendapatkan hasil apakah ada hubungan yang positif dan
signifikan antara faktor-faktor produksi dengan produktivitas kerja
karyawan.
Bab VI Kesimpulan dan Saran
Dalam bab ini berisi kesimpulan yang dihasilkan dari analisa data dan
saran-saran yang diberikan untuk perusahaan sehubungan dengan
permasalahan yang dibahas pada penelitian ini.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Produktivitas
1. Pengertian produktivitas
Suatu perusahaan membutuhkan sumber daya manusia sebagai
karyawan, dan karyawan itu yang akan menentukan maju-mundurnya
perusahaan tersebut. Menurut Dewan Nasional Departemen Tenaga Kerja
Republik Indonesia memberi rumusan bahwa: produktivitas tenaga kerja
merupakan perbandingan antara hasil yang dicapai dengan peran serta
tenaga kerja per satuan waktu (J Ravianto, 1980: 2).
Sedang menurut J Ravianto (1980: 2) pengertian produktivitas
adalah suatu konsep yang menggambarkan atau menunjukkan hubungan
antara hasil dengan waktu yang dipergunakan oleh tenaga kerja dalam
menghasilkan hasil tersebut.
Menurut Stephen P. Robbin (1996: 24) adalah produktivitas adalah
suatu ukuran kinerja yang mencakup keefektifan dan efisiensi dalam
mencapai tujuan-tujuan perusahaan dan mencapainya dengan mentransfer
masukan-masukan ke keluaran-keluaran pada biaya yang paling rendah.
Menurut C. Jackson Grayson, Kepala Pusat Produktivitas Amerika:
produktivitas adalah proses yang menghasilkan lebih banyak dari yang
anda habiskan. Artinya membuat lebih baik dengan apa yang anda miliki
(Bittel, Lester.R ,1994 : 86).
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja
Menurut Panji Anoraga (1995: 71) produktivitas tenaga kerja di
pengaruhi berbagai faktor, baik yang berhubungan dengan tenaga kerja itu
sendiri maupun faktor lain, seperti :
a. Pendidikan b. Motivasi c. Disiplin kerja d. Ketrampilan e. Sikap etika kerja f. Gizi dan kesehatan g. Lingkungan kerja dan iklim kerja h. Teknologi i. Sarana produksi j. Jaminan sosial k. Kesempatan berprestasi l. Manajemen
Produktivitas yang dimiliki oleh suatu perusahaan merupakan
suatu persyaratan kerja yang harus dipenuhi oleh karyawan atau pegawai,
sedangkan terbentuknya persyaratan atau faktor-faktor itu harus di
usahakan oleh seorang manajer.
Selain itu menurut Drs. Pandji Anoraga (1992 : 56) juga
mengatakan bahwa produktivitas dapat dipengaruhi oleh :
1. Pekerjaan yang menarik 2. Upah yang menarik 3. Keamanan dan perlindungan dalam pekerjaan 4. Penghayatan atas maksud dan makna pekerjaan 5. Promosi dan perkembangan diri mereka sejalan dengan
perkembangan perusahaan 6. Merasa terlibat dalam kegiatan organisasi 7. Pengertian dan simpati atas persoalan-persoalan pribadi 8. Kesetiaan pemimpin pada diri si pekerja 9. Disiplin yang keras 10. Lingkungan atau suasana kerja yang baik
Menurut Payaman. J. Simanjuntak produktivitas tenaga kerja
dipengaruhi oleh faktor seperti:
a. Tingkat pendidikan dan latihan b. Fisik dan biologis tenaga kerja yang bersangkutan c. Sarana-sarana penyerta d. Pendayagunaan dan bimbingan serta pengarahan pimpinan e. Faktor-faktor kesempatan (Ravianto, 1985; 13)
3. Usaha-usaha untuk Meningkatkan Produktivitas Kerja
J Ravianto (!985 : 16) mengatakan guna mencapai efisiensi
perusahaan akan mengusahakan peningkatan produktivitas dengan cara :
a. Peningkatan pendidikan dan latihan b. Perbaikan penghasilan dan sistem pengupahan yang dapat
menjamin perbaikan gizi dan kesehatan c. Pemilihan teknologi, sarana-sarana pelengkap untuk
berproduksi d. Peningkatan kemampuan manajerial pimpinan e. Kesempatan untuk berkembang
a. Peningkatan pendidikan dan latihan
Perusahaan akan memperoleh hasil yang optimal apabila
seorang karyawan tersebut di tempatkan dalam pekerjaanyang
menuntut persyaratan lebih tinggi. Produktivitas yang rendah
sering diakibatkan oleh salah penempatan dimana seorang
karyawan tidak ditempatkan dalam pekerjaan yang sesuai dengan
ketrampilannya. Maka untuk meningkatkan produktivitas,
perusahaan harus menempatkan karyawan sesuai dengan
kemampuan karyawan tersebut.
b. Perbaikan penghasilan dan sistem pengupahan yang dapat
menjamin perbaikan gizi dan kesehatan
Salah satu cara untuk meningkatkan produktivitas melalui
pengupahan yang dapat menjamin kebutuhan karyawan dan
keluarganya.
c. Pemilihan teknologi, sarana-sarana pelengkap untuk berproduksi
Produktivitas kerja yang menggunakan peralatan yang
lengkap dan sempurna akan lebih tinggi dibandingkan dengan yang
menggunakan peralatan sederhana. Maka untuk meningkatkan
produktivitas menggunakan peralatan yang lebih lengkap.
Produktivitas kerja karyawan yang bekerja di lingkungan kerja
yang baik dan nyaman akan lebih tinggi daripada yang bekerja
dalam lingkungan kerja yang tidak menyenangkan.
d. Peningkatan kemampuan manajerial pimpinan
Perusahaan adalah tempat dimana seseorang mendapat
pengalaman kerja dan kesempatan untuk meningkatkan
ketrampilan. Dalam meningkatkan ketrampilan diperlukan manajer
yang partisipasif dan kreatif.
e. Kesempatan kerja
Suatu ketrampilan yang diterapkan terus-menerus dapat
lebih berkembang, begitu sebaliknya. Produktivitas kerja dalam
masyarakat erat hubungannya dengan usaha-usaha perluasan
kesempatan kerja yang menjamin bahwa setiap orang yang ingin
bekerja di sesuaikan dengan kemampuannya.
Faktor-faktor sukses dalam program peningkatan produktivitas adalah
(Ravianto J, Produktivitas dan Laba, 1985 :5):
a. Dimasukkannya aspek produktivitas dalam strategi pemasaran. b. Adanya praktek manajemen yang partisipatif. c. Keteladanan atasan, khususnya manajemen puncak. d. Sikap mental untuk bicara data dalam organisasi. e. Adanya komite atau tim dari orang-orang yang mau ngotot untuk
terus-menerus mendorong peningkatan produktivitas untuk jangka lama.
a. Dimasukkanya aspek produktivitas dalam strategi pemasaran.
Untuk menghadapi persaingan, perusahaan tidak cukup hanya
meletakkan strategi produk, keuangan, tenaga kerja, dan pemasaran ,
akan tetapi diperlukan strategi peningkatan produktivitas yang
mengintegrasikan keseluruhan usaha untuk meningkatkan nilai tambah
kepada jasa dan produk perusahaan. Manajer harus menentukan
sasaran serta strategi jangka panjang dalam bentuk peningkatan
kualitas berbagai bidang prioritas yang dipilihnya dengan seksama.
b. Adanya praktek manajemen yang partisipasif.
Dalam peningkatan produktivitas dibutuhkan dukungan dan
partisipasi dari karyawan. Kegagalan sistem manajemen untuk
menarik partisipasi karyawan akan menyebabkan tujuan program tidak
akan tercapai sehingga tidak akan tercapai, sehingga dapat
menurunkan produktivitas kerja karyawan.
c. Keteladanan atasan, khususnya manajemen puncak.
Salah satu cara yang paling baik untuk mencapai keberhasilan
program peningkatan produktivitas kerja karyawan adalah keterlibatan
serta keteladanan manajer khususnya manajer puncak, karena
masyarakat timur umumnya paternalistik.
d. Sikap mental untuk bicara data dalam organisasi.
Kebebasan berbicara mengenai data memungkinkan untuk lebih
banyak masalah tetapi juga dapat untuk melihat perbaikan-perbaikan
yang telah dicapai misalnya karyawan pada bulan kemarin datang
terlambat berapa kali? Kemudian dibandingkan dengan bulan ini.
e. Adanya komite atau tim dari orang-orang yang mau ngotot untuk
terus-menerus mendorong peningkatan produktivitas untuk jangka
lama.
Untuk dapat mendorong dan meningkatkan produktivitas
diperlukan adanya faktor organisasi yang biasanya dalam bentuk tim
atau komite yang terdiri dari orang-orang yang kreatif, komunikatif,
dan berjiwa pembaharu dan dipimpin oleh manajer puncak yang telah
yakin akan pentingnya produktivitas kerja karyawan
B. Semangat Kerja
1. Pengertian Semangat Kerja
Semangat kerja merupakan masalah penting dalam kegiatan
individu atau kelompok dalam suatu tujuan perusahaan. George.D.Hasley
(1965: 9) memberikan pengertian semangat kerja sebagai berikut:
semangat kerja dan kegairahan kerja adalah suatu kondisi rohaniah atau
perilaku individu tenaga kerja dan kelompok-kelompok yang
menimbulkan kesenangan yang mendalam pada diri tenaga kerja untuk
bekerja dengan giat dan konsekuen dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan oleh perusahaan.
Menurut Drs.Alex.S.Nitisemito (1982: 160) semangat kerja kerja
adalah melakukan pekerjaan secara lebih giat sehingga dengan demikian
pekerjaan akan dapat diharapkan lebih cepat dan lebih baik.
Menurut Stan Kossen (1986: 227) semangat kerja adalah suasana
yang ditimbulkan oleh sikap para anggota dalam suatu organisasi.
Definisi diatas dapat disimpulkan yaitu keadaan tenaga kerja yang
menunjukkan kesanggupan untuk bekerja dengan sungguh-sungguh guna
mencapai tujuan perusahaan. Karena pentingnya semangat kerja bagi
perusahaan, maka setiap perusahaan hendaknya selalu berusaha agar
semangat kerja karyawan meningkat, akan tetapi kadang usaha untuk
meningkatkan semangat kerja karyawan sering diabaikan, sehingga
semangat kerja menjadi mundur. Perusahaan seperti itu jalannya akan
terhambat karena kemalasan para karyawan.
Pada dasarnya semangat kerja seorang karyawan meliputi tiga
bidang yaitu:
a. Semangat kerja menyangkut kepuasan di luar pekerjaan
seperti pendapatan, rasa aman, dan kedudukan yang lelih
tinggi dalam masyarakat.
b. Semangat kerja menyangkut kepuasan terhadap pekerjaan
misalnya minat kerja, peluang untuk maju , dan prestasi
didalam organisasi .
c. Semangat kerja menyangkut kepuasan pribadi dan rasa
bangga atas profesinya (Gellerman,1984: 329).
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Semangat Kerja
Menurut Lateiner (1962: 54) semangat kerja yang tinggi pada
karyawan dalam suatu perusahaan dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor
sebagai berikut:
a. Kebanggan pekerja atas pekerjaannya dan kepuasannya dalam menjalankan pekerjaan yang baik.
b. Sikapnya terhadap pimpinan c. Hasrat untuk maju d. Perasaannya telah diperlakukan secara baik e. Kemampuan untuk bergaul dengan rekan sekerja f. Kesadarannya akan tanggung-jawab terhadap pekerjaannya
Menurut Drs.Moh.As’ad (1987: 27) faktor semangat kerja adalah:
a) Kedisiplinan kerja
Menurut Drs.Alex.S.Nitisemito (1982: 199) kedisiplinan
kerja merupakan sikap, tingkah laku dan perbuatan yang sesuai
dengan peraturan di perusahaan, baik secara tertulis maupun
tidak tertulis. Kedisiplinan merupakan kesadaran diri untuk
mengikuti norma, nilai-nilai dan peratuiran yang berlaku di
dalam lingkungannya. Karyawan yang disiplin akan nampak
dalam hal :
- bekerja tepat pada waktunya.
- berada di tempat kerja sebelum perusahaan memulai
pekerjaannya.
- menggunakan waktu istirahat sesuai dengan yang
ditetapkan.
- mentaati tata-tertib perusahaan.
- pulang tepat pada waktunya.
Agar karyawan dapat bekerja dengan disiplin, maka
seorang pemimpin harus memberi contoh disiplin dalam
bekerja. Seorang pemimpin yang dapat memberi teladan yang
baik, akan tercipta kedisiplinan kerja karyawan sehingga
pekerjaan dapat diselesaikan secara efektif dan efisien.
b) Ketelitian kerja
Ketelitian kerja adalah keseksamaan atau kecermatan
(Purwodarminto,1976: 1039). Karyawan yang teliti dalam
bekerja dapat dilihat didalam sikap dan tindakannya dalam
bekerja. Secara rinci karyawan yang teliti dalam bekerja akan
nampak dalam hal-hal sebagai berikut :
- berhati-hati dalam bekerja
- menunjukkan kepada atasan jika ada peralatan yang rusak
- berusaha memperbaiki peralatan yang rusak.
- memakai alat ukur yang pas untuk membuat barang.
- menunjukkan kepada atasan jika ada barang yang rusak
sewaktu di buat.
c) Kerajinan kerja
Kerajinan kerja adalah selalu berusaha dan giat bekerja
Purwodarminto, (1976: 792). Ini dapat diartikan sikap selalu
berusaha dan giat bekerja yang dilakukan oleh karyawan
didalam melaksanakan pekerjaan di lingkungan kerja. Seorang
pemimpin menginginkan agar semua karyawannya rajin
bekerja, karena dapat memperlancar proses produksi.
Karyawan yang rajin biasanya karyawan yang mempunyai
disiplin yang tinggi, sebab karyawan yang rajin akan nampak
sebagai berikut :
- tidak pernah terlambat masuk kerja.
- sungguh-sungguh dalam bekerja.
- menyelesaikan pekerjaan dengan lebih cepat.
- senang membantu teman sekerja.
- memperhatikan tempat kerja.
d) Kegairahan kerja
Kegairahan kerja adalah kesenangan yang mendalam
terhadap suatu pekerjaan yang dilakukan (Nitisemito, 1982;
160). Kegairahan kerja yang dimiliki seorang karyawan akan
dipengaruhi oleh faktor-faktor antara lain :
1. Pekerjaan yang dipegang karyawan adalah pekerjaan yang
aman bukan pekerjaan yang mudah digeser.
2. Kemungkinan dan kesempatan karyawan untuk
mendapatkan kemajuan dalam bekerja sehingga karirnya
dalam pekerjaan akan berkembang
3. Kondisi kerja yang menyenangkan
4. Rekan sekerja yang baik
5. Faktor konpensasi
Sedangkan karyawan yang bergairah dalam bekerja
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
- menunjukkan dirinya giat dalam bekerja
- merasa gembira dalam bekerja
- berusaha mengatasi kesulitan yang terdapat dalam bekerja
- memiliki banyak harapan untuk sukses
- menerima tawaran apabila ada kerja lembur
3. Indikasi Turunnya Semangat Kerja
Setiap pemimpin perusahaan perlu mengetahui indikasi-indikasi
turunnya semangat kerja sehingga sebab-sebabnya dapat diketahui.
Indikasi untuk mengetahui semangat kerja seorang karyawan menurut
Drs.Alex.S. Nitisemito (1982 : 161) adalah sebagai berikut:
a. Turun atau rendahnya produktivitas kerja
Seorang karyawan yang semangat kerja turun akan cenderung
bermalas-malasan dalam melaksanakan pekerjaannya. Hal ini akan
menyebabkan pekerjaan jadi tertunda.
b. Tingkat absensi yang tinggi
Tingkat absensi yang tinggi dapat terjadi apabila karyawan yang
tidak masuk kerja tidak mendapat potongan gaji. Karyawan yang
tidak masuk kerja dan tidak mendapat sanksi maka karyawan akan
lebih sering tidak masuk kerja, dan hal itu menunjukkan kurangnya
semangat kerja.
c. Labour turnover yang tinggi
Tingkat keluar-masuknya buruh yang tinggi dibandingkan dengan
sebelumnya menunjukkan bahwa karyawan tidak senang dengan
pekerjaannya, sehingga mereka berusaha mencari pekerjaan lain..
d. Tingkat kerusakan yang tinggi
Kerusakan yang sering terjadi adalah karena kecerobohan dan
ketidak seriusan karyawan dalam bekerja.
e. Kegelisahan dimana-mana
Kegelisahan yang muncul dalam diri karyawan dapat disebabkan
karena karyawan tidak bersemangat dalam bekerja. Contohnya
seorang karyawan yang banyak mengeluh sehubungan dengan
pekerjaannya.
f. Tuntutan yang sering kali terjadi
Banyak karyawan yang sering mengajukan tuntutan, dan tuntutan
ini menunjukkan ketidak-puasan bagi karyawan tersebut terhadap
atasan. Ini akan menurunkan semangat kerja karyawan.
g. Pemogokan
Pemogokan yang terjadi dalam suatu perusahan merupakan hal
atau gejala yang paling kuat bahwa semangat kerja karyawan
turun. Ini terjadi karena ketidak-puasan, kegelisahan, dan lain-lain.
Hal-hal tersebut dapat menimbulkan tuntutan, dan jika tidak di
penuhi maka akan terjadi pemogokan.
4. Cara Memperbaiki Semangat Kerja
Pimpinan perusahaan mengharapkan agar semangat kerja
karyawan tetap tinggi. Apabila semangat kerja karyawan rendah maka di
perlukan usaha untuk memperbaiki atau meningkatkan semangat kerja.
Menurut Alfred R. Lateiner (1961: 54) ada lima cara yang dapat ditempuh
seorang manajer untuk memperoleh semangat kerja yang tinggi yaitu :
a. Beritahukan kepada para pekerja bagaimana kondisi atau
keadaannya.
Apabila ada pekerjaan yang kurang sesuai dengan atasan,
hendaknya diberitahukan kepada karyawan, supaya dapat
mengoreksi kekurangannya. Karyawan pada dasarnya dengan apa
yang telah dikerjakannya dapat dihargai oleh atasan. Seorang
karyawan akan lebih bersemangat apabila mendapat perhatian dari
atasan apapun hasil kerja yang ia capai.
b. Bicarakan dengan para pegawai terlebih dahulu tentang perubahan-
perubahan yang akan mempengaruhi diri mereka.
Karyawan akan merasa disepelekan bila perubahan-perubahan
yang dilakukan oleh pimpinan perusahaan tidak diberitahukan
terlebih dahulu kepada karyawan (suasana / keadaan yang terjadi
dalam perusahaan). Pemberitahuan hal-hal baru kepada karyawan
dapat mengurangi kesalah-pahaman karyawan, dan mereka lebih
siap dalam menerima hal-hal baru tersebut.
c. Pergunakan sebaik-baiknya kemampuan tiap orang
Karyawan yang ditempatkan dalam pekerjaannya sesuai dengan
kemampuan tidak akan menimbulkan kebosanan. Keahliannya
akan tersalurkan, sehingga akan menghasilkan produksi yang
tinggi, kualitas baik, mengurangi absensi, dan mendatangkan
keuntungan- keuntungan bagi karyawan maupun perusahaan.
d. Buatlah cara penempatan tenaga kerja dan laksanakan peraturan
yang adil.
Dengan penempatan tenaga kerja yang baik maka pimpinan
perusahaan akan lebih mudah dalam menyalurkan karyawan sesuai
dengan bagian yang ada. Selain itu karyawan yang mendapat
perlakuan yang adil dari manajer, maka ia akan merasa bahwa
haknya sama dengan karyawan yang lain
e. Jagalah jangan sampai hati saudara tertarik untuk menggunakan
kekuasaan dengan sewenang-wenang.
Manajer harus dapat membawahi dan memperlakukan seorang
karyawan dengan bijaksana. Kondisi yang bersahabat akan
membawa/ mendorong semangat kerja karyawan untuk bekerja
lebih giat.
C. Manajemen Sumber Daya Manusia
Fokus utama dalam Manajemen Sumber Daya Manusia adalah unsur
kegiatan manusia yang ada dalam perusahaan. Edwin B. Flippo mendefinisikan
manajemen personalia adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
pengendalian atas pengadaan tenaga kerja, pengembangan konpensasi, integrasi,
pemelihaaan, dan pemutusan hubungan kerja karyawan dengan sumber daya
manusia untuk mencapai sasaran perorangan, organisasi dan masyarakat.
(Flippo,1990: 5).
Sedangkan menurut Drs. H. Manullang manajemen personalia adalah seni
dan ilmu memperoleh, memajukan dan memanfaatkan tenaga kerja sehingga
tujuan organisasi dapat di realisir secara efisien dan efektif sekaligus menciptakan
adanya kegairahan bagi para pekerja (Manullang, 1981: 4).
Menurut Schuller. Randall.S (1993: 4) mengatakan dalam buku
“Managing Personel and Human Resources. Stategies and Program” bahwa :
Personel and Human resources management as the use of several activities to ensure that human resources are managed effectively for the benefit of individual, society and the business.Personal / Human resources mangement is a set of organization wide function or activities that are
designed to influence the effectivenees of employes of organization. These activities include such things as recruitment, staffing, training, development and compensation. Most managers engage in these activities dailly with both prospective employees and their own sub ordinate. Most largers organizations have a separate personel departement. That assists in administering these activities as orgonazation- wide systems of programs. Personel / Human resources management is aimed at influencing the effectiveness of employess in the organization (Heneman, Hebert.G, 1981: 2).
Manajemen Sumber Daya Manusia adalah organisasi dengan fungsi yang luas
atau kegiatan yang dirancang untuk mempengaruhi keefektifan dan keefisiensian
dari karyawan perusahaan yang meliputi rekrutmen, staffing, pelatihan,
pengembangan dan gaji. Kebanyakan manajer terlibat dalam kegiatan-kegiatan
harian tersebut dengan para karyawan.
D. Hipotesis
Karyawan yang bekerja tepat pada waktunya, berada ditempat kerja
sebelum perusahaan memulai pekerjaannya, dan seperti cirri karyawan pada hal
15 sebelumnya merupakan karyawan yang mempunyai disiplin tinggi dimana
akan mempengaruhi produktivitas kerja karyawan tersebut. Misalnya karyawan
yang sering masuk kerja akan berbeda dengan karyawan yang sering membolos
dalam bekerja. Berdasarkan keterangan diatas, diturunkan hipotesis sebagai
berikut:
H1 : Ada hubungan antara kedisiplinan kerja dengan produktivitas kerja
karyawan secara positif dan signifikan.
Karyawan yang kurang teliti atau seksama dalam membuat barang produksi,
harus mengulangi produksinya. Dikarenakan produk tersebut dimasukkan ke
dalam produk rusak atau tidak dipakai. Dengan begitu produktivitas kerja
karyawan yang tidak teliti tidak sebagus dengan karyawan yang teliti dalam
berproduksi. Berdasarkan keterangan diatas, diturunkan hipotesis sebagai berikut :
H2 : Ada hubungan antara ketelitian kerja dengan produksi kerja karyawan
secara positif dan signifikan.
Karyawan yang bekerja dengan gembira dan terfokus pada pekerjaannya tanpa
ada gangguan dari pikiran dan orang lain, atau memiliki harapan untuk sukses,
maka produktivitas dari karyawan tersebut pasti tinggi dan baik. Dikarenakan
semangat atau gairah kerja yang tinggi dari karyawan tersebut. Berdasarkan
keterangan diatas, diturunkan hipotesis sebagai berikut :
H3 : Ada hubungan antara kegairahan kerja dengan produktivitas kerja
karyawan secara positif dan signifikan.
Faktor-faktor semangat kerja yaitu kedisiplinan, ketelitian, dan kegairahan
kerja secara bersama-sama mendukung produktivitas. Sebagai contoh, karyawan
memiliki kedisiplinan dan kegairahan kerja tetapi karyawan tersebut tidak
memiliki ketelitian kerja maka produk yang dihasilkan kurang sempurna / cacat.
Karyawan tersebut harus mengulang-ulang untuk pekerjaan yang sama. Dengan
demikian produktivitas karyawan tersebut rendah.
Demikian juga apabila karyawan memiliki ketelitian dan gairah kerja tetapi
tidak memiliki kedisiplinan kerja akan mengakibatkan output karyawan tersebut
rendah.
Hal tersebut sama jika karyawan yang mempunyai kedisplinana kerja dan
ketelitian kerja akan tetapi tidak mempunyai kegairahan kerja. Sebagai contoh
disiplin masuk kerja bagus ketelitian bagus akan tetapi tidak bersemangat dalam
bekerja entah karena masalah rumah dibawa ketempat kerja atau uapah yang
kurang memadai. Hal ini mempengaruhi produktivitas karyawan rendah.
Berdasarkan penjelasan diatas, diturunkan hipotesis sebagai berikut :
H4 : Ada hubungan antara faktor-faktor semangat kerja dengan produktivitas
kerja karyawan secara positif dan signifikan.
BAB III
METODA PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskreptif dan studi kasus.
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai
mandiri, baik satu variable atau lebih (independen) tanpa membuat
perbandingan, atau menghubungkan dengan variable lain.( Sugiyono, 1999; 11).
Studi kasus yaitu penelitian mengenai suatu kasus pada kelompok atau unit
tertentu sehingga kesimpulan yang dihasilkan dari penelitian ini berlaku terbatas
pada subyek yang di teliti.
B. Subyek dan Obyek Penelitian
1. Subyek penelitian
Subyek penelitian yaitu orang-orang yang bertindak sebagai pemberi
informasi (karyawan produksi)
2. Obyek penelitian
Obyek penelitiannya yaitu kedisiplinan kerja, ketelitian kerja, kegairahan
kerja dan produktivitas kerja karyawan bagian produksi.
C. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian akan di lakukan di Pertenunan Santa Maria Boro, Kulon Progo dan
akan dilaksanakan pada bulan Juni 2003.
D. Variabel Penelitian dan Pengukurannya
Variabel adalah segala sesuatu yang dapat menjadi obyek penelitian atau
faktor-faktor yang berfungsi dalam peristiwa yang di teliti. Dalam penelitian ini
variabel dibedakan menjadi dua macam yaitu variabel bebas dan variabel terikat.
1. Variabel Terikat
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain.
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah produktivitas kerja
karyawan, yaitu perbandingan antara hasil yang dicapai karyawan per satuan
waktu, yaitu meter kain / hari. Kain yang dimaksud adalah selimut, kain
pel,dan kain seragam. Dilihat dari tingkat kesukaran, kain-kain tersebut
mempunyai tingkat kesukaran yang sama. Setiap pembuatan kain selimut
mempunyai beberapa motif, akan tetapi pembuatannya memakai 1 motif.
Demikian juga dengan kain pel dan seragam.
2. Variabel Bebas
Variabel bebas adalah variabel yang tidak dipengaruhi oleh variabel
lain, tetapi mempengaruhi variabel lain. Dalam penelitian ini yang menjadi
variabel bebas adalah :
a. Kedisiplinan kerja yaitu sikap tingkah laku,dan perbuatan yang sesuai
dengan peraturan dari perusahaan baik secara tertulis maupun tidak
tertulis.
b. Ketelitian kerja yaitu keseksamaan atau kecermatan karyawan dalam
melaksanakan pekerjaan di lingkungan kerja.
c. Kegairahan kerja yaitu kesenangan yang mendalam terhadap pekerjaan
yang dilakukannya.
Dalam perhitungan skor digunakan skala likert dan untuk pernyataan
yang positif skor untuk jawaban :
Selalu : 3
Seringkali : 2
Jarang : 1
Tidak pernah : 0
Sedangkan untuk pernyataan yang negatif skor untuk jawaban:
Selalu : 0
Sering kali : 1
Jarang : 2
Tidak pernah : 3
Tabel 1.
Kisi-kisi kuesioner
No Kuesioner No Variabel Indikator ⊕ –
1 Kedisiplinan
Kerja
1. Bekerja tepat waktu
2. Berada di tempat kerja sebelum
perusahaan memulai kegiatannya
3. Menggunakan waktu istirahat
sesuai yang di tetapkan
4. Mentaati tata-tertib perusahaan
5. Pulang tepat pada waktunya
1
2
4
3,5,6,9,
10
8
7
2 Ketelitian
Kerja
1. Berhati-hati dalam bekerja
2. Hasil yang memuaskan (sesuai
ukuran dan mutu).
3. Menunjukkan kepada atasan jika
ada peralatan yang rusak.
4. Berusaha memperbaiki peralatan
yang rusak.
5. Menunjukkan kepada atasan jika
ada barang yang rusak sewaktu di
buat.
1,3
4,9
5,6
8
2,10
7
3 Kegairahan 1. Bantuan pada teman dan atasan. 2, 10
Kerja 2. Memiliki harapan untuk sukses.
3. Merasa gembira di tempat kerja.
4. Berusaha mengatasi kesulitan
yang terdapat dalam pekerjaan.
5. Menerima tawaran untuk kerja
lembur.
6. Tidak menunda pekerjaan
4,6,7
5
3
9
1
8
E. Populasi dan Sampel
Menurut Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi (1982 : 108) Populasi adalah
jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya akan diduga. Dalam penelitian
menggunakan populasi keseluruhan untuk di analisa dan bukan sampel. Dikarenakan
karyawan pada bagian tenun tidak melebihi 100 orang. Maka penelitian adalah
penelitian populasi sasaran. Populasi sasaran merupakan seluruh karyawan bagian
produksi yaitu tenun menjadi sampel.
F. Data yang Dicari
Untuk dapat mengetahui hubungan antara faktor-faktor semangat kerja maka
data yang dicari adalah:
1. Data mengenai semangat kerja karyawan bagian produksi pada perusahaan.
Data ini meliputi identitas responden, kedisiplinan kerja, ketelitian kerja, dan
kegairahan kerja.
2. Data tentang produktivitas kerja karyawan rata-rata perhari yang dicapai
karyawan perusahaan.
3. Data lain yang dapat membantu kelengkapan dalam penelitian.
G. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang akan dipergunakan oleh peneliti
yaitu :
1. Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan tanya
jawab secara langsung tentang data mengenai gambaran umum perusahaan
dan data lain yang mendukung analisa data.
2. Kuesioner
Kuesioner adalah teknik pengumpulan data dengan memberi daftar
pertanyaan kepada responden yang berhubungan kedisiplinan,
ketelitian,kegairahan, dan produktivitas kerja.
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan mencatat atau
mengutip data yang ada dalam perusahaan. Teknik dokumantasi bertujuan
untuk memperoleh data, catataan serta arsip yang dapat mendukung analisa
data.
H. Pengujian Instrumen Penelitian
1. Uji Validitas
Validitas suatu tes adalah sustu ukuran yang menunjukkan tingkat
kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Instrumen dikatakan valid apabila
mampu mengukur apa yang diinginkan (Arikunto, 1998: 160).
Pengujian instrumen penelitian dilakukan untuk mengetahui valid dan
reliabel tidaknya dari instrumen penelitian, dan juga untuk mengetahui
hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Pengujian ini
dilakukan agar kesimpulan yang ditarik tidak menyimpang
Validitas didefinisikan sebagai ukuran suatu kecermatan suatu tes
melaksanakan fungsinya, atau dengan kata lain validitas adalah sifat yang
menunjukkan adanya persesuaian antara alat ukur dengan tujuan yang akan
diukur. Semakin tinggi validitas suatu alat pengukur, semakin tepat pula
pengukur itu mengenai sasarannya. Untuk mengukur validitas digunakan
Program SPSS Versi 11.0. Dalam pengujian validitas ini dicari koefisiensi
validitas/kesahihan butir pertanyaan. Diperoleh hasil koefisien korelasi, dan
diuji dengan taraf signifikansi 5%
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa suatu
instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul
data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan
bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban
tertentu, (Arikunto, 1998: 170). Untuk menguji reliabilitas butir dalam
kuisioner dalam penelitian ini digunakan teknik koeffisien alpha, dengan
formula (Arikunto, 1998: 193).
rtt =⎪⎭
⎪⎬⎫
⎪⎩
⎪⎨⎧−
⎭⎬⎫
⎩⎨⎧
−∑
2
1
2
11 σ
σ b
kk
Keterangan :
rtt = reabilitas instrumen
k = banyaknya butir pertanyaan
= jumlah varians butir ∑2
bσ
= varians total 2
tσ
Setelah rtt diperoleh, kemudian dikonsultasikan dengan r tabel dengan
jumlah n sampel, pada taraf signifikansi 5%. Instrumen handal jika rtt > r
tabel.
I. Teknik Analisis Data
1. Uji Prasyarat Analisis
a. Uji Normalitas
Sebelum memasuki analisa data dilakukan uji normalitas data dengan
kolmogorov-smirnov, yaitu tingkat kesesuaian antara distribusi harga
sampel (skor yang di observasi) dengan suatu distribusi teoritis tertentu.
Uji Ini menetapkan suatu titik dimana teoritis yang diobservasi
mempunyai perbedaan terbesar, artinya distribusi yang diamati benar-
benar merupakan observasi suatu sampel random dari distribusi teoritis.
Tes kolmogorof smirnov memusatkan perhatian pada penyimpangan
( deviasi ) terbesar. Harga Fo (x) – Sn (x) terbesar dinamakan deviasi
maksimum. Adapun rumus uji kolmogorof smirnov untuk uji normalitas
(Sidney, 1997: 51) adalah sebagai berikut :
D = Maksimum | Fo(x) –Sn (x) |
Keterangan :
D = Deviasi maksimum
Fo = Fungsi distribusi frekuensi komulatif yang ditentukan
Sn = Distribusi frekuensi komulatif yang di observasi
Berdasarkan asumsi di atas cara menghitung koefisien-
koefisien menggunakan bantuan program SPSS (Statistic Product and
Service Solution) dengan alasan untuk mengetahui seberapa kuat
pengaruh antara variabel x terhadap variabel y.
b. Uji Linieritas
Untuk mengetahui bahwa hubungan antara variabel bebas dengan
variabel terikat merupakan hubungan yang linear maka harus diadakan
pengujian liearitas. Untuk uji linearitas antara masing-masing ubahan
bebas dengan terikat digunakan F tes. Adapun rumus yang digunakan
adalah :
F tes = RKError
amaanRKKetidaks
Keterangan :
RKKetidaksamaan : kuadrat rerata ketidaksamaan
RKError : Kuadrat rerata error ( Agus Rianto,1998:203)
Kriteria keputusan, apabila F hitung lebih kecil dari F tabel maka
hubungan fungsional antara variabel bebas dan terikat adalah linier.
Sebaliknya apabila F hitung lebih besar dari F tabel maka kedua variabel
tidak ada hubungan yang linier.
2. Pengujian Hipotesis
Teknik analisa data yang digunakan untuk menguji H1 sampai H3 yaitu
menggunakan analisa korelasi product moment, dengan formula sebagai
berikut, (Arikunto, 1998: 256);
rxy : ( )( )
( ) ( )⎭⎬⎫
⎩⎨⎧ −⎭⎬⎫
⎩⎨⎧ −
−
∑ ∑∑ ∑
∑ ∑∑2222
YYNXXN
YXXYN
keterangan
N : jumlah responden
∑ X : jumlah skor variabel bebas
∑Y : jumlah skor variabel terikat
∑2
X : jumlah kuadrat skor variabel bebas
∑2
Y : jumlah kuadrat skor variabel terikat
∑ XY : jumlah perkalian X dan Y
rxy : koeffisien korelasi variabel bebas dan variabel terikat
Pada hakekatnya nilai korelasi dapat bervariasi dari – 1 hingga 1. Bila
r = 0 : berarti tidak ada hubungan
r = 1 : kedua variabel mempunyai hubungan yang sempurna dan positif
(hubungan sangat kuat dan positif)
r = -1 : antara kedua variabel mempunyai hubungan yang sempurna dan
negatif (hubungan sangat kuat dan negatif)
Untuk mengetahui hasil perhitungan tersebut signifikan atau tidak.
Langkah pengujian adalah :
1) Ditentukan hipotesanya,yaitu:
Hipotesis nol
Ho : p = 0 tidak ada hubungan antara kedisiplinan kerja dengan
produktivitas kerja karyawan.
Ho : p = 0 tidak ada hubungan antara ketelitian kerja dengan
produktivitas kerja karyawan.
Ho : p = 0 tidak ada hubungan antara kegairahan kerja dengan
produktivitas kerja karyawan.
Hipotesis Alternatif
Ha : p ≠ 0 ada hubungan antara kedisiplinan kerja dengan
produktivitas kerja karyawan
Ha : p ≠ 0 ada hubungan antara ketelitian kerja dengan
produktivitas kerja karyawan
Ha : p ≠ 0 ada hubungan antara kegairahan kerja dengan
produktivitas kerja karyawan
2) Dipilih level signifikansi yaitu = 0,05 dengan dk = ( n-2 )
3) Statistik dengan uji t dengan rumus :
t = 2
1
2
r
nr
−
−
4) Kriteria pengujian :
Ho diterima apabila : t hitung < t tabel
Ho ditolak apabila : t hitung > t tabel
Untuk menguji H4 yaitu apakah ada hubungan antara faktor-faktor
semangat kerja dengan produktivitas kerja karyawan dengan menggunakan
analisis korelasi ganda dengan formula sebagai berikut (Sutrisno, 2000; 33):
Ry (1,2,3) =∑
∑ ∑ ∑++2
332211
Y
YXaYXaYXa
Keterangan :
Ry(1,2,3) = Koeffisien korelasi antara variabel Y dan variabel
X1,X2,X3
a1 = koeffisien variabel bebas X1
a2 = koeffisien variabel bebas X2
a3 = koeffisien variabel bebas X3
∑ YX1 = jumlah perkalian X1 dan Y
∑ YX 2 = jumlah perkalian X2 dan Y
∑ YX 3 = jumlah perkalian X3 dan Y
∑Y = kuadrat variabel terikat 2
X1 = variabel bebas 1
X2 = variabel bebas 2
X3 = variabel bebas 3
Untuk mengetahui hasil perhitungan itu signifikan atau tidak, langkah
pengujian signifikansi adalah :
1) Ditentukan dulu hipotesanya,yaitu :
Hipotesis nol
Ho : p = 0 tidak ada hubungan antara faktor semangat kerja dengan
produktivitas kerja
Hipotesis Alternatif
Ha : p ≠ 0 tidak ada hubungan antara faktor semangat kerja dengan
produktivitas kerja karyawan
2) Dipilih level signifikan = 0,05 dengan derajat kebebasan (db) m lawan N-
m-1
3) Kriteria pengujian :
Ho diterima apabila : F hitung < F tabel
Ho ditolak apabila : F hitung > F tabel
BAB IV
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. Sejarah Singkat Perusahaan
Perusahaan Pertenunan Santa Maria berlokasi di daerah Boro, Kelurahan
Banjarasri, Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo. Perusahaan
terletak dalam satu komplek Biara Bruder FIC, Panti Asuhan, dan SMP
Pangudi Luhur Kalibawang. Perusahaan tersebut di dirikan oleh BruderYoe Sue
pada tahun 1938. Sampai tahun 1950 usaha ini masih merupakan usaha kecil-
kecilan, produksinya masih relative kecil dan belum stabil. Tujuan mula-mula
untuk mencukupi kebutuhan sandang, khususnya bagi karya misi dalam
lingkungan Yayasan Pangudi Luhur dan untuk menampung tenaga kerja atau
membantu tenaga-tenaga drop out sekolah dari masyarakat sekitarnya. Pada
tahun 1950 perusahaan mendirikan gedung dan secara resmi beroperasi sebagai
perusahaan pertenunan. Selanjtnya perusahaan ini menggunakan nama
“Pertenunan Santa Maria “. Perusahaan ini berlindung dibawah Yayasan
Pangudi Luhur yang pada waktu itu berkantor pusat di jalan Panembahan
Senopati No 16 Yogyakarta, Sekarang berganti nomor menjadi 18.
Pada operasinya yang pertama, Perusahaan pertenunan Santa Maria
memperkerjakan 20 orang karyawan dan menggunakan 10 buah alat tenun
bukan mesin ( ATBM ) yang terdiri atas :
2 mesin jakar
2 mesin karenrole
2 mesin wavile
2 mesin karohnaik
Dari tahun ke tahun perusahaan terus berkembang walaupun agak
tersendat-sendat, karena memang tujuan utama perusahaan ini bukan mencari
keuntungan semata. Adapun tujuan utama perusahaan adalah menciptakan
lapangan kerja di daerah Boro, mencukupi kebutuhan sandang bagi karya misi
di Indonesia pada umumnya, memperoleh keuntungan yang kemudian
digunakan untuk membiayai usaha sosial, menjaga kelangsungan hidup
perusahaan dan memungkinkan perusahaan guna mengadakan pembelanjaan
intern sebagai usaha ekspansi.
Pimpinan perusahaan dipegang oleh seorang Bruder. Bruder pemimpin ini
bertanggung-jawab penuh pada yayasan. Kepemimpinan di perusahaan ini
sepintas mirip dengan perusahaan perseorangan, karena pimpinan bertanggung
jawab penuh atas jalannya perusahaan dan bawahan bertanggung-jawab pada
pimpinan. Perbedaannya dengan perusahaan perseorangan hanyalah pada
pimpinan yang masih harus bertanggung-jawab pada yayasan.
Pada tahun 1953 Bruder Yoe Sue di pindahtugaskan, sehingga pimpinan
perusahaan otomatis digantikan oleh seorang bruder yang lain yang bertugas di
Boro. Pada waktu itu penggantinya adalah Bruder Pachomeus. Dengan
pimpinan Bruder Pachomeus ini perusahaan terus berkembang. Tahun 1960
perusahaan menambah peralatan dengan 2 buah karenrole, sehingga jumlah
peralatan menjadi 12 buah.
Perusahaan menambah peralatan tenun lagi pada tahun 1977 dan
jumlahnya menjadi 21 buah. Tetapi penambahan pada tahun ini berbeda dengan
tahun-tahun sebelumnya, karena penambahan ini merupakan pengoperan dari
sekolah teknik Yayasan Pangudi Luhur, Sehingga penambahan ini tidak ada
perhitungan biaya. Pengoperan ini terjadi karena ada peraturan dari pemerintah,
bahwa untuk sekolah kejuruan tingkat pertama, harus dijadikan sekolah
menengah umum. Hal ini berlaku juga bagi sekolah teknik yang lokasinya satu
komplek dengan pertenunan dan sampai sekarang masih ada yaitu SLTP
Pangudi Luhur. Pada tahun 1985 terjadi pergantian pimpinan yaitu dari Bruder
Pachomeus kepada Bruder Marcelinus. Bruder Marcelinus pada tahun 1993
dalam tugasnya dibantu oleh Bruder Thomas selama dua tahun. Kemudian
karena kesehatan Bruder Marcelinusyang agak terganggu, Bruder Thomas
kembali lagi pada tahun 1998 sebagai pelaksana segala kegiatan yang berkaitan
dengan perusahaan sampai sekarang . Untuk saat ini perusahaan memiliki 26
alat tenun bukan mesin yang terdiri atas :
1 mesin jakar
2 mesin wavile
3 alat besar ( role )
8 mesin karohnaik
12 mesin karenrole
Selain mesin utama perusahan juga memiliki :
3 mesin kelos
2 mesin polet
10 mesinkaspel
B. Struktur Organisasi
Struktur organisasi merupakan perwujudan yang menunjukkan hubungan
antara fungsi-fungsi didalam setiap anggota organisasi melaksanakan tugasnya.
Stuktur organisasi yang disusun sesuai dengan tujuan perusahaan, sumber daya
yang dimiliki, serta lingkungan akan sangat membantu dalam pencapaian
tujuan perusahaanyang diharapkan.
Didalam struktur organisasi terdapat pembagian yang jelas, baik mengenai
kedudukan, wewenang, tugas maupun tanggung-jawab setiap bagian atau
jabatan, sehingga tidak akan terjadi kesimpang siuran dalam pelaksanaan
kegiatan perusahaan.
Struktur Organisasi Perusahaan Pertenunan Santa Maria Boro adalah
sebagai berikut :
1. Pimpinan Perusahaan
Pimpinan bertugas mengelola perusahaan secara keseluruhan dan pimpinan
bertanggung jawab langsung kepada Yayasan Pangudi Luhur.
2. Bagian Administrasi
Tugasnya :
- Mencatat seluruh peristiwa yang berhubungan dengan kegiatan
perusahaan termasuk rencana dan pelaksanaan dari kebijaksanaan
perusahan.
3. Bagian Gudang
Tugasnya :
- Mengawasi persediaan barang, baik barang jadi barang setengah jadi,
maupun bahan baku.
- Mengukur dan menyimpan hasil produksi dalam gudang.
- Menghitung dan mempersiapkan pengiriman barang.
- Melaporkan jumlah persediaan barang.
- Mengawasi barang hasil produksi.
4. Bagian Produksi
Tugasnya :
- Memelihara kelancaran alat, memperbaiki alat jika terjadi kerusakan.
- Merencanakan jenis dan jumlah barang yang akan diproduksi.
- Menentukan standar kualitas dan kuantitas pemakaian bahan baku.
- Mengadakan penyelidikan terhadap perkembangan produk, seperti
kemungkinan dipakainya bahan-bahan baru tanpa mengurangi kualitas
produk.
5. Bagian Pembelian
Tugasnya :
- Menentukan dan melakukan pembelian bahan baku dan barang-barang
lain yang dibutuhkan perusahaan
6. Bagian Penjualan
Tugasnya :
- Menerima pesanan pembelian
- Mencatat transaksi penjualan hasil produksi
7. Mandor ( kepala bagian personalia )
Tugasnya :
- Melaksanakan pengadaan karyawan
- Mengadakan pengawasan terhadap karyawan
- Membagi pekerjaan / tugas kepada karyawan
- Membina hubungan baik antar karyawan
- Menangani upah karyawan
8. Karyawan
Tugasnya :
- Mengerjakan pembuatan selimut, seragam, handuk, ,serbet dan lain-
lain sampai menjadi produk yang siap dipasarkan.
Secara lengkap dan untuk memperjelas struktur organisasi Perusahaan
maka penulis berikan bagan struktur organisasi di halaman berikut ini :
Gambar 1
Bagan Struktur Oganisasi
Sumber: Perusahaan Pertenunan Santa Maria Boro
Dalam menjalankan tugasnya pimpinan dibantu oleh 6 orang yang
berkedudukan sebagai kepala di bagiannya, hanya di sini bagian administrasi
berada di atas tetapi tidak membawahi kelima bagian yang dibawahnya hanya
sebagai perantara bagian lain untuk melapor pada pimpinan. Jadi bagian
gudang,bagian penjualan dan lainnya tidak bertanggung-jawab kepada bagian
administrasi. Tugas masing-masing bagian sudah dipisahkan secara jelas,
namun keenamnya juga saling mengetahui dan saling mengerti tugas bagian
Yayasan Pangudi Luhur
Pimpinan Perusahaan
Bagian Administrasi
Bag. ProduksiBag. Gudang Bag.Pembelian
Karyawan
Mandor
Bag.Penjualan
lain sehingga apabila salah satu berhalangan, maka yang lain dapat
menggantikan.
C. Personalia
Seperti juga aspek-aspek yang lain, aspek personalia perlu direncanakan,
diorganisasi, diarahkan, dikoordinasi dan diawasi dengan baik. Aspek
personalia ini terdiri dari pengadaan karyawan, pelatihan,dan pengembangan
karyawan. Bila aspek-aspek tersebut dikelola dengan baik maka tujuan
perusahaan dapat tercapai sesuai yang diharapkan.
Salah satu faktor yang dapat menunjang produktivitas yang tinggi adalah
kedisiplinan kerja, ketelitian kerja serta kegairahan kerja atau suasana kerja
yang baik. Pimpinan perusahaan dituntut untuk dapat mengelola karyawannya,
sesuai dengan keinginan dan kebutuhan karyawan maupun tujuan dari
perusahaan.
1. Jumlah Tenaga Kerja
Dalam memenuhi kebutuhan tenaga kerja perusahaan memperoleh
dan mempergunakan tenaga kerja yang berasal dari daerah sekitarnya.
Perusahaan sampai saat ini mempunyai tenaga kerja sebanyak 66 orang
yang terdiri dari 45 pria dan 21 orang wanita. Jumlah tenaga kerja ini
terbagi atas:
a. Pimpinan perusahaan
b. Kepala Bagian Administrasi
c. Kepala Bagian Gudang
d. Kepala Bagian Produksi
e. Kepala Bagian Personalia
f. Kepala Bagian Penjualan
g. Mandor
h. Karyawan
Adapun rinciannya:
- Bagian kelos 4
- Bagian polet 8
- Bagian hani 8
- Bagian tenun 33
2. Syarat Menjadi Karyawan
Untuk mendapatkan tenaga kerja, perusahaan tidak menuntut
persyaratan yang berlebihan. Lulusan Sekolah Dasar dapat diterima di
perusahaan ini sebagai karyawan dan diprioritaskan yang masih bujangan .
Setelah diseleksi dan diterima, karyawan baru tersebut diberi latihan yang
berlangsung ditempat kerja.
3. Jam Kerja Karyawan
Perusahaan melakukan aktivitas perusahaannya selama 7 jam
setiap harinya yaitu dari jam 07.00 sampai dengan 14.00 dari hari Senin
sampai hari Sabtu, sehingga karyawan bekerja selama 6 x 7 jam = 42 jam
dikurangi istirahat selama 15 menit, yaitu jam 09.45 sampai 10.00 setiap
minggunya.
4. Sistem Pengupahan
Sistem pengupahan yang digunakan oleh perusahaan adalah
sebagai berikut :
a. Upah bulanan : upah yang diberikan kepada pegawai kantor,
dalam hal ini mandor, kepala gudang, kepala
administrasi, kepala produksi, dan pimpinan
perusahaan.
b. Upah harian : upah yang diberikan kepada karyawan pabrik
c. Upah lembur : upah yang diberikan kepada karyawan pabrik
apabila terjadi kerja lembur
5. Jaminan Sosial
Jaminan sosial yang diberikan perusahaan kepada karyawan adalah
sebagai berikut :
a. Asuransi tenaga kerja / astek (kecelakaan kerja, kematian dan tabungan
hari tua yang dapat diambil setelah umur 55 tahun), yang di kelola
sendiri.
b. Tunjangan kesehatan sebesar 75 % untuk karyawan dan 40 % untuk
keluarganya. Tunjangan ini diberikan jika ada kuitansinya dari dokter
atau rumah sakit.
c. Rekreasi dan retret setiap 2 tahun.
d. Satu setel pakaian setiap satu tahun.
D. Produksi
Perusahaan menghasilkan beberapa produk, yaitu : selimut, kain seragam,
serbet, handuk, kain sprei, kain pel, kain kasur, dan kain seragam. Tetapi yang
paling banyak diproduksi adalah selimut, pel dan serbet. Maka untuk
pembahasan selanjutnya penulis hanya hanya membahas pada produk kain
selimut, seragam, pel, dan serbet. Perusahaan dalam membuat produk tersebut
membutuhkan bahan baku dan bahan pembantu. Adapun bahan-bahan yang
digunakan untuk prosek produksi adalah sebagai berikut :
1. Bahan Baku : a. Benang tenun ukuran 20 / s
b. Benang tenun ukuran 42 / 2
2. Bahan Pembantu : a. Wenter
b. Kaporit
c. Larutan TRO ( Turkey Red Oil )
d. Kanji
Semua bahan yang digunakan tersebut dibeli dari dalam negeri. Untuk
bahan baku khususnya benang semenjak Bruder Thomas mengambil alih
pimpinan, tidak lagi membeli dari Pasar Klewer Solo melainkan dari daerah
Sukoharjo. Sedangkan bahan pembantu diambil dari Yogyakarta. Untuk
mencapai efesiensi dan efektivitas perusahaan perlu menentukan standar.
Produksi yang dapat dicapai perusahaan pada kapasitas normal sebanyak 975
buah selimut untuk setiap bulannya. Adapun standar ukuran untuk produk
selimut yaitu 200 cm x 120 cm. Proses produksi dilaksanakan secara terus-
menerus tetapi berdasarkan pesanan. Hal ini dilakukan dengan maksud untuk
melayani pembelian sewaktu-waktu dan mengisi persediaan barang jadi di
gudang. Adapun proses produksi yang berlangsung adalah sebagai berikut:
1. Proses produksi selimut
Proses I : Tahap Pemutihan
Tahap pemutihan berlangsung di dapur. Mula-mula benang
direndam dalam larutan TRO ( Turkey Red Oil ) kurang lebih selama 15
menit, larutan ini sebagai pelumas yang membuat zat pewarna menjadi
ratapada seluruh bagian benang. Setelah direndam dalam larutan TRO
benang dicuci. Selanjutnya benang dikerjakan menurut rencana, artinya
apabila benang akan dibuat putih, maka benang direndam dalam larutan
pemutih selama kurang lebih 30 menit. Apabila benang akan dibuat
berwarna, maka direndam dalam larutan pewarna sesuai kebutuhan.
Selanjutnya benang dimasukkan ke dalam karutan kanji agar benang
menjadi kuat dan mudah dalam proses produksi. Proses terakhir dalam
tahap ini adalah pengeringan. Benang yang sudah direndam dalam larutan
kanji kemudian dikeringkan pada panas matahari dan selanjutnya di
masukkan ke dalam gudang.
Proses II : Tahap Penenunan
Penenunan kain selimut memerlukan dua jenis benang yaitu
benang pakan yang berposisi melintang pada kain dan benang lusi yang
berposisi membujur pada kain.
a. Benang Pakan
Benang pakan yang digunakan adalah benang dengan ukuran 20/s,
akan tetapi benang ukuran 20/s dapat juga digunakan sebagai benang
lusi. Benang pakan digulung pada alat yang disebut palet.
Penggulungan benang pada palet dibentuk dengan ukuran sedemikian
rupa sehingga dapat di masukkan dalam teropong dan pada gilirannya
nanti akan bertemu dengan benang lusi pada alat tenun.
b. Benang Lusi
Benang lusi adalah benang yang berposisi membujur pada kain tenun.
Benang yang digunakan sebagai kain lusi adalah benang ukuran 20/s.
Adapun langkah-langkah dalam mempersiapkan benang lusi adalah :
- Benang lusi digulung pada kelos, gulungan ini disebut benang
kelos, berbentuk silinder yang dibuat membesar bagian tengahnya.
- Proses selanjutnya adalah menghani skermalen yaitu proses
penggulungan benang kelos ke silinder hani.
- Gulungan hani selanjutnya di pindahkan ke boom lusi yaitu alat
berbentuk silinder besar yang merupakan bagian dari alat tenun.
- Pencucukan, boom lusi yang sudah terisi benang tersebut dipasang
pada alat yang disebut gun dan sisir ( suri ). Proses ini disebut
pencucukan, selanjutnya memasang benang pakan, dengan
demikian proses penenun.
Proses III : Tahap Finishing
Setelah selesai hasilnya diserahkan kepada mandor diukur sesuai
dengan standar. Proses terakhir adalah memotong selimut sesuai dengan
ukuran dan menjahit setiap ujung selimut tersebut. Setelah dijahit produk
selimut tersebut sudah menjadi barang jadi dan siap untuk diserahkan
kepada pemesan.
2. Proses Produksi Seragam
Adapun urutan proses produksi seragam adalah sebagai berikut :
Proses I : Tahap Pemutihan
Tahap pemutihan berlangsung didapur. Mula-mula benang
direndam dalam larutan TRO ( Turkey Red Oil ) kurang lebih selama 15
menit, larutan ini sebagai pelumas yang membuat zat pewarna menjadi
rata pada seluruh bagian benang. Setelah direndam dalam larutan TRO
benang di cuci. Selanjutnya benang dikerjakan menurut rencana, artinya
apabila benang akan dibuat putih, maka benang direndam dalam larutan
pemutih selama kurang lebih 30 menit. Apabila benang akan dibuat
berwarna, maka benang direndam dalam larutan pewarna sesuai
kebutuhan. Selanjutnya benang dimasukkan ke dalam karutan kanji agar
benang menjadi kuat dan mudah dalam proses produksi. Proses terakhir
dalam tahap ini adalah pengeringan. Benang yang sudah direndam dalam
larutan kanji kemudian dikeringkan pada panas matahari dan selanjutnya
di masukkan ke dalam gudang.
Poses II : Tahap Penenunan
Penenunan kain memerlukan dua jenis benang, yaitu benang pakan
yang berposisi melintang dengan ukuran 20/s dan benang lusi yang
berposisi membujur dengan ukuran 42/2. Benang pakan digulung pada alat
yang disebut palet. Penggulungan pada palet dibentuk sedemikian rupa
sehingga dapat dimasukkan dalam teropong, dan pada gilirannya nanti
dapat bertemu dengan benang lusi. Sedang untuk mempersiapkan benang
lusi sama dalam memproduksi selimut.
Proses III : Tahap Finishing
Setelah penenunan selesai, hasilnya diserahkan pada mandor dan
diukur sesuai dengan standar. Proses terakhir adalah menjahit ujung kain
agar benang tidak lepas. Setelah di jahit produk kain seragam sudah
menjadi barang jadi dan siap untuk di serahkan kepada pemesan.
Demikian juga untuk proses produksi kain serbet dan pel, prosesnya sama
dengan dalam proses produksi selimut, dan kain seragam.
3. Pemasaran
Pemasaran merupakan kegiatan terakhir dari proses produksi barang,
yaitu kegiatan untuk memasarkan atau menjual hasil produksi bagi suatu
perusahaan. Pemasaran merupakan kegiatan yang sangat penting guna
membantu proses produksi suatu barang agar tidak berhenti. Oleh karena
itu kegiatan pemasaran harus mendapat perhatian dari perusahaan, sebab
keberhasilan ini berarti tujuan perusahaan dapat tercapai sehingga
kelangsungan hidup perusahaan dapat dipertahankan
Perusahaan ini dalam rangka memasarkan hasil produksinya tidak
mengalami kesulitan karena perusahaan telah mempunyai langganan tetap
yaitu para karya misi di seluruh Indonesia pada umumnya. Langganan
tetap inilah yang menyebabkan perusahaan dapat terus bertahan meskipun
menghadapi saingan dari perusahaan tekstil yang lebih modern. Adapun
saluran distribusi yang digunakan adalah saluran distribusi pendek yaitu
dari produsen langsung ke konsumen tanpa perantara. Saluran distribusi
ini dianggap paling cocok karena pelanggan terbatas dan sudah tertentu,
walaupun sering kelebihan pemesan. Dan itu akan ditampung yang nanti
pembuatan barang akan dilempar ke Koperasi Pertenunan Mumbul yang
berlokasi di daerah Boro juga. Konsumen yang bukan pelanggan tetap
datang sendiri ke perusahaan. Daerah pemasaran perusahaan ini meliputi
hampir seluruh kota besar di Jawa seperti Jakarta, Semarang, Malang,
Magelang, Yogyakarta, Solo, dan di luar Jawa yang terdapat karya misi
seperti Bandar Lampung, Palembang, Ujung Pandang, Medan, Denpasar,
serta pulau Kalimantan dan Pulau Irian Jaya. Adapun hal-hal yang
berhubungan dengan pemasaran hasil produksi yang perlu diketahui
adalah sebagai berikut :
Prosedur Penjualan
a. Pemesanan
Pelanggan yang akan membeli dalam jumlah besar harus terlebih
dahulu mengajukan pemesanan. Pemesanan ini melalui surat yang
berisi motif, kuantitas, ukuran benang yang dikehendaki. Biasanya
barang akan dikirim 1-2 bulan setelah pemesanan. Berbeda dengan
waktu kepemimpinan Bruder Marcelinus, barang akan dikirim
setelah 3 bulan pemesanan.
b. Perencanaan Produksi
Setelah memerima surat pesanan, perusahaan mempelajari dan
membuat perhitungan atas semua barang yang dipesan.
c. Pengiriman Barang
Barang pesanan dikirim melalui pos paket ELTEHA atau bus
malam. Sedangkan untuk pemesan yang dekat dengan perusahaan
seperti Yogyakarta, Magelang, dan Semarang akan dikirim
langsung. Dalam pengiriman disertakan faktur dan surat pengantar
yang berisi harga, motif, kuantitas, ukuran barang yang dipesan.
Perusahaan tidak mencantumkan label atau etiket apaun pada barang
produksinya.
d. Pembayaran
Jumlah uang yang harus dibayar oleh pemesan adalah sebesar harga
barang ditambah ongkos kirim melalui pos wesel atau transfer ke
Bank Mandiri dan BRI setelah barang dan fakturnya sampai ke
pemesan.
4. Permodalan
Modal perusahaan Pertenunan Santa Maria Boro, Kulon Progo adalah
modal sendiri yaitu dari Yayasan Pangudi Luhur.
BAB V
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Deskripsi responden
Dalam menganalisa karakteristik atau gambaran karyawan yang bekerja pada
perusahaan pertenunan Santa Maria Boro, peneliti mengklarifikasikan berdasar jenis
kelamin, umur, status kepegawaian, dan tingkat pendidikan. Adapun prosentase masing-
masing jawaban untuk pertanyaan mengenai gambaran karyawan akan diuraikan di
bawah ini.
Data profil karyawan yang diperoleh dari 33 responden setelah diklarifikasi
diperoleh hasil ;
1. Jenis Kelamin
Karyawan yang bekerja pada bagian produksi (penenun) seluruhnya (100%)
berjenis kelamin pria.
2. Umur
Data yang diperoleh dari responden, dapat diklarifikasikan berdasar kelompok
umur yang dinyatakan dalam tabel berikut :
Tabel 2
Umur Karyawan bagian Penenun
Umur Absolut Persentase
< 25 th 8 24,2 %
26 th – 35 th 15 45,5 %
36 th – 45 th 4 12,1 %
> 45 th 6 18,2 %
Jumlah 33 100 % Sumber Pertenunan Santa Maria, data diolah 2003
3. Status Kepegawaian
Dilihat dari status kepegawaiannya karyawan pada bagian penenun
seluruhnya ( 100% ) adalah karyawan dengan status kepegawaian karyawan
tetap.
4. Tingkat Pendidikan
Klarifikasi karyawan berdasarkan tingkat pendidikan dapat dijelaskan
sebagai berikut :
Tabel 3
Status Karyawan dari Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan Absolut Persentase
SD 6 18,1 %
SLTP 12 36,4 %
SLTA 15 45,5 %
Jumlah 33 100 % Sumber: Pertenunan Santa Maria, data diolah 2003
A. Deskripsi Data
Pada sub bab ini akan dibahas mengenai pendiskripsian data tentang skor
responden terhadap kedisiplinan kerja, ketelitian kerja, dan kegairahan kerja. Bentuk
pendiskripsian data menggunakan tabulasi diskripsi frekuensi masing-masing
variabel dengan menggunakan rumus PAN tipe II. Deskripsi data tersebut akan
membahas Mean dam Standar Deviasi dari masing-masing variabel penelitian.
1. Kedisiplinan kerja
Dari Pengujian SPSS ( Statistic Program Service Solution ) yang
diperoleh dari penelitian variabel kedisiplinan kerja, diketahui ; M = 26 SD=
2,67 ( lihat lampiran II page1)
Menurut PAN tipe II digolongkan menjadi lima yaitu :
Sangat tinggi : di atas M + 2SD
Tinggi : M + 1SD sampai dengan M + 2 SD
Sedang : M – 1 SD sampai dengan M + 1 SD – 0, 01
Rendah : M – 2SD sampai dengan M – 1 SD – 0, 01
Sangat rendah : di bawah M – 2 SD
dari data yang diperoleh dapat dikategorikan menjadi :
Sangat tinggi : di atas 31,34
Tinggi : 28,67 sampai dengan 31,34,
Sedang : 23,33 sampai dengan 28,66
Rendah : 20,66 sampai dengan 23,32
Sangat rendah : di bawah 20,66
Tabel 4
Skor Kedisiplinan Kerja
Ket
Sangat
tinggi Tinggi Sedang Rendah
Sangat
Rendah
29 25 22 19
29 24 23
29 24 22
30 24 22
29 26
29 28
29 24
25
25
28
24
28
28
25
25
27
27
26
28
27
28
Jumlah 0 7 21 4 1 Sumber: data skor diolah 2003
Dari data diatas dapat di buat distribusi frekuensi sebagai berikut :
Tabel 5
Distribusi Frekuensi Kedisiplinan Kerja
Skor frekuensi persentase keterangan
Di atas 31,34 0 0 % Sangat tinggi
28,67 – 31,34 7 21,21 % Tinggi
23,33 – 27,67 21 63,63 % Sedang
20,66 – 22,33 4 12,12 % Rendah
Di bawah 20,66 1 3,03 % Sangat rendah Sumber: data diolah 2003
Jadi dari data di atas, kita dapat melihat bahwa kedisiplinan kerja karyawan
pada Pertenunan Santa Maria Boro cenderung sedang yaitu sebesar 63,63 %.
2. Ketelitian kerja
Dari hasil pengujian SPSS ( Statistic Program Service Solution )
diketahui: M = 22,91 SD = 2,59 ( lihat lampiran II page 2). Menurut PAN
tipe II digolongkan menjadi :
Sangat tinggi : di atas 28,09
Tinggi : 25,5 sampai dengan 28,09
Sedang : 20,32 sampai dengan 25,49
Rendah : 17,73 sampai dengan 20,31
Sangat Rendah : di bawah 17,73
Hasil tersebut kemudian dibuat tabel sebagai berikut:
Tabel 6
Skor Ketelitian kerja
Ket
Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat
Rendah
26 23 18 16
28 22 19
26 23 19
26 21 19
26 22
22
24
23
24
22
22
24
25
23
22
22
23
24
25
23
25
24
25
Jumlah 0 5 23 4 1 Sumber: data skor diolah 2003
Dari data tersebut kemudian di buat tabel distribusi frekuensi sebagai berikut
Tabel 7
Distribusi Frekuensi Ketelitian Kerja
Skor Frekuensi Persentase Keterangan
Di atas 28,09 0 0 % Sangat tinggi
25,5 – 28,09 5 15,15 % Tinggi
20,32 – 24,5 23 69,7 % Sedang
17,73 – 19,32 4 12,12 % Rendah
Di bawah 17,73 1 3,03 % Sangat Rendah Sumber: data diolah 2003
Jadi dari data di atas, kita dapat melihat bahwa ketelitian kerja karyawan pada
Pertenunan Santa Maria Boro cenderung sedang yaitu sebesar 69,70 %.
3. Kegairahan kerja
Dari hasil pengujian SPSS ( Statistic Program Service Solution ) diketahui:
M = 24,09 SD = 3,39 ( lihat lampiran II page 3). Menurut PAN tipe II
digolongkan menjadi:
Sangat tinggi : di atas 30,87
Tinggi : 27,48 sampai dengan 30,87
Sedang : 20,70 sampai dengan 27,47
Rendah : 17,31 sampai dengan 20,69
Sangat rendah : di bawah 17,31
Hasil tersebut kemudian dibuat tabel sebagai berikut:
Tabel 8
Skor Kegairahan kerja
Ket
Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat
Rendah
29 26 19 16
28 21 18
29 27 20
28 27 20
23 20
25
21
22
22
25
24
22
22
27
25
26
27
26
26
26
27
24
27
Jumlah 0 4 23 5 1 Sumber: data skor diolah 2003
Data tersebut kemudian di buat tabel distribusi frekuensi sebagai berikut:
Tabel 9
Distribusi Frekuensi Kegairahan Kerja
Skor Frekuensi Persentase Keterangan
Di atas 30,87 0 0 % Sangat Tinggi
27,48 – 30,87 4 12,12 % Tinggi
20,70 – 26,48 23 69,7 % Sedang
17,31 – 19,70 5 15,15 % Rendah
Di bawah 17,31 1 3,03 % Sangat Rendah Sumber: data diolah 2003
Jadi dari data di atas, kita dapat melihat bahwa kegairahan kerja karyawan
pada Pertenunan Santa Maria Boro cenderung sedang yaitu sebesar 69,70 %.
4. Produktivitas kerja karyawan
Dari perhitungan data yang diperoleh diketahui bahwa M = 7,48, SD = 0,82
(lihat lampiran Mean dan Standar Deviasi). Menurut PAN tipe II
digolongkan menjadi :
Sangat Tinggi : > 9,12
Tinggi : 8,30 sampai dengan 9,12
Sedang : 6,66 sampai dengan 8,29
Rendah : 5,84 sampai dengan 6,59
Sangat rendah : < 5,84
Hasil tersebut kemudian dibuat tabel sebagai berikut:
Tabel 10
Produktivitas kerja
Ket Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat
Rendah 9 8 6 5 9 8 9 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7
Jumlah 0 3 28 1 1 Sumber: data diolah 2003
Dari data tersebut kemudian di buat tabel distribusi frekuensi sebagai
berikut:
Tabel 11
Distribusi Frekuensi Produktivitas Kerja
Skor Frekuensi Persentase Keterangan
> 9,12 0 0 % Sangat Tinggi
8,30 – 9,12 3 9,09 % Tinggi
6,66 – 8,20 28 84,84 % Sedang
5,84 – 6,56 1 3.03 % Rendah
< 5,84 1 3,03 % Sangat Rendah Sumber: data diolah 2003
Jadi dari data di atas, kita dapat melihat bahwa produktivitas kerja karyawan
pada Pertenunan Santa Maria Boro cenderung sedang yaitu sebesar 84,84 %.
B. Analisis Data
Pengujian instrumen penelitian dilakukan untuk mengetahui valid dan reliabel
tidaknya dari instrumen penelitian, dan juga untuk mengetahui hubungan antara
variabel bebas debngan variabel terikat. Pengujian ini dilakukan agar kesimpulan
yang ditarik tidak menyimpang. Dalam pengujian tersebut digunakan :
1. Uji Instrumen Penelitian
a. Uji Validitas
Validitas didefinisikan sebagai ukuran suatu kecermatan suatu tes
melaksanakan fungsinya, atau dengan kata lain validitas adalah sifat yang
menunjukkan adanya persesuaian antara alat ukur dengan tujuan yang akan
diukur. Semakin tinggi validitas suatu alat pengukur, semakin tepat pula
pengukur itu mengenai sasarannya. Untuk mengukur validitas digunakan
Program SPSS Versi 11.0. Dalam pengujian validitas ini dicari koefisiensi
validitas/kesahihan butir pertanyaan. Diperoleh hasil koefisien korelasi, dan
diuji dengan taraf signifikansi 5% untuk item 1 bahwa r hit 0,7843 dan r tab
0,042 (lampiran VI). Hal yang sama terjadi pada inetrumen penelitian no 2
sampai dengan 30. Berarti bahwa r hitung > r tabel, sehingga dapat
dikatakan bahwa semua item pertanyaan tentang kedisiplinan kerja pada
perusahaan Pertenunan Santa Maria Boro dinyatakan valid.
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas dapat diartikan sebagai tingkat ketepatan, keandalan atau
kestabilan suatu alat ukur dalam mengukur suatu gejala. Semakin tinggi
tingkat reliabilitas suatu alat ukur, semakin stabil dan andal pula alat ukur
tersebut dalam mengukur suatu gejala. Butir-butir yang akan diukur
reliabilitasnya hanya butir yang valid-valid saja. Pengujian tingkat reabilitas
kuesioner dilakukan dengan program komputer SPSS 11.0
Dari hasil perhitungan SPSS ( Statistic Program Service Solution )
diperoleh hasil rtt, dan di uji dengan taraf signifikansi 5 % diperoleh hasil
alpha 0,7838 dan pada r tabel 0,042. hasil tersebut menunjukkan bahwa rtt >
r tabel. Dengan demikian instrumen penelitian dinyatakan reliabel.
2. Uji prasyarat analisis
a. Uji Normalitas
Untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak maka
perlu dilakukan uji normalitas dengan menggunakan uji Kolmogorov-
Smirnov. Diperoleh hasil dari perhitungan SPSS ( Statistic Program Service
Solution ) 11,0 bahwa data yang diperoleh berdistribusi normal lihat
lampiran IV.
b. Uji Linearitas
Uji linieritas ini dilakukan dengan bantuan komputer program SPSS
digunakan statitik uji F dengan tingkat signifikansi 5 % dan derajat
kebebasan (n-m-1). Kriteria pengambilan kesipulan linier apabila nilai F
hitung lebih kecil dari F tabel,demikian sebaliknya. Dari hasil pengujian
dependen variabel kedisiplinan kerja didapat F hitung sebesar 0,891
(lampiran II) pada derajat kebebasan / df (3.28) = 2,947 (lampiran VI).
Karena F hitung < F tabel : 0,891< 2,947 maka hubungan linier. Pengujian
dependen variabel ketelitian kerja, didapat F hitung sebesar 1,091dengan df
(3.28)= 2,947, karena F hitung < F tabel atau 1,901 < 2,947,maka hubungan
linier. Demikian juga dengan dependen variabel kegairahan kerja, hasil
pengujian kegairahan kerja didapat F hitung sebesar 0,049dengan df (3.28)=
2,947, maka hubungan linier.
Selanjutnya diadakan pengujian signifikansi. Berdasarkan hasil analisa
data hasil korelasi antara kedisiplinan kerja dengan produktivitas kerja
karyawan memiliki probabilitas 0,458. Karena probabilitas (P) > 0,05 berati
kedua variabel ini berkorelasi secara signifikan. Hasil korelasi antara
ketelitian kerja dengan produktivitas kerja karyawan memiliki probabilitas
0,369. Karena probabilitas (P) > 0,05 berarti kedua variabel ini berkorelasi
secara signifikan. Hasil korelasi antara kegairahan kerja dengan
produktivitas kerja karyawan memiliki probabilitas sebesar 0,985. Karena
probabilitas (P) > 0,05 berarti kedua variabel ini berkorelasi secara
signifikan.
3. Pengujian Hipotesis Penelitian
a. Korelasi antara kedisiplinan kerja dengan produksivitas kerja
karyawan
Untuk menguji hipotesis pertama yang menyatakan ada hubungan yang
positif dan signifikan antara kedisiplinan kerja dengan produktivitas kerja
karyawan di uji dengan bantuan komputer program SPSS versi 11.0, seperti
yang telah diuraikan pada metodologi penelitian. Dari hasil penelitian
diperoleh rxy1 = 0,618. Hal ini berarti bahwa ada kecenderungan semakin
tinggi kedisiplinan kerja akan semakin tinggi produktivitas kerja karyawan.
selanjutnya dilakukan pengujian terhadap koefisien korelasi untuk menguji
apakah r-hitung signifikan atau tidak. Pengujian hipotesis ini digunakan uji-t
dengan taraf signifikansi 5 %. Dari hasil perhitungan diperoleh hasil t-hitung
= 4,375 (lampiran II page 5).
Kriteria pengujian :
Hipotesis diterima apabila t-hitung > t-tabel pada dk = (n-2) dan taraf
signifikansi 5 %, begitu sebaliknya.
Berdasarkan perhitungan dapat diketahui bahwa t-hitung (t-hitung =
4,375) lebih besar dari t tabel (t = 2,040). Dengan demikian Ho diterima.
Dari uraian diatas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa ada hubungan
yang positif dan signifikan antara kedisiplinan kerja karyawan dengan
produktivitas kerja karyawan pada pertenunan Santa Maria, Boro, Kulon
Progo.
b. Korelasi antara ketelitian kerja dengan produktivitas kerja karyawan
Untuk menguji hipotesis kedua yang menyatakan ada hubungan yang
positif dan signifikan antara ketelitian kerja dengan produktivitas kerja
karyawan di uji dengan bantuan komputer program SPSS versi 11.0, seperti
yang telah diuraikan pada metodologi penelitian. Dari hasil penelitian
diperoleh rxy2 0,614. Hal ini berarti bahwa ada kecenderungan semakin
tinggi ketelitian kerja akan semakin tinggi produktivitas kerja karyawan.
selanjutnya dilakukan pengujian terhadap koefisien korelasi untuk menguji
apakah r-hitung signifikan atau tidak. Pengujian hipotesis ini digunakan uji-t
dengan taraf signifikansi 5 %. Dari hasil perhitungan diperoleh hasil t-hitung
sebesar 4,335 (lampiran II page 6).
Kriteria pengujian :
Hipotesis diterima apabila t-hitung > t-tabel pada dk = (n-2) dan taraf
signifikansi 5 %, begitu sebaliknya.
Berdasarkan perhitungan dapat diketahui bahwa t-hitung (t-hitung =
4,335) lebih besar dari t tabel (t = 2,040). Dengan demikian Ho diterima.
Dari uraian diatas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa ada hubungan
yang positif dan signifikan antara ketelitian kerja karyawan dengan
produktivitas kerja karyawan pada pertenunan Santa Maria, Boro, Kulon
Progo.
c. Korelasi antara kegairahan kerja dengan produktivitas kerja karyawan
Untuk menguji hipotesis ketiga yang menyatakan ada hubungan yang
positif dan signifikan antara kegairahan kerja dengan produktivitas kerja
karyawan di uji dengan bantuan komputer program SPSS versi 11.0, seperti
yang telah diuraikan pada metodologi penelitian. Dari hasil penelitian
diperoleh rxy3 = 0,515. Hal ini berarti bahwa ada kecenderungan semakin
tinggi kegairahan kerja akan semakin tinggi produktivitas kerja karyawan.
selanjutnya dilakukan pengujian terhadap koefisien korelasi untuk menguji
apakah r-hitung signifikan atau tidak. Pengujian hipotesis ini digunakan uji-t
dengan taraf signifikansi 5 %. Dari hasil perhitungan diperoleh hasil t =
3,348 (lampiran II page 8).
Kriteria pengujian :
Hipotesis diterima apabila t-hitung > t-tabel pada dk = (n-2) dan taraf
signifikansi 5 %, begitu sebaliknya.
Berdasarkan perhitungan dapat diketahui bahwa t-hitung (t-hitung =
3,348) lebih besar dari t tabel (t = 2,040). Dengan demikian Ho diterima.
Dari uraian diatas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa ada hubungan
yang positif dan signifikan antara kegairahan kerja karyawan dengan
produktivitas kerja karyawan pada pertenunan Santa Maria, Boro, Kulon
Progo.
d. Korelasi antara faktor-faktor semangat kerja dengan produktivitas
kerja karyawan
Hipotesis keempat mengatakan bahwa “Ada hubungan yang positif dan
signifikan antara faktor-faktor semangat kerja dengan poduktivitas kerja
karyawan”. Pernyataan ini dibuktikan dengan bantuan perhitungan SPSS (
Statistic Program Service Solution ) yang diperoleh hasil bahwa rxy123=
0,746. Hal ini berarti bahwa ada kecenderungan semakin tinggi faktor-faktor
semangat kerja akan semakin tinggi produktivitas kerja karyawan.
Selanjutnya dilakukan pengujian terhadap koefisien korelasi untuk menguji
apakah r-hitung signifikan atau tidak.
Kriteria pengujian :
Hipotesis diterima apabila F hitung > F tabel pada (3.29) dan taraf
signifikansi 5 %, begitu sebaliknya.
Pengujian hipotesis ini digunakan uji F dengan taraf signifikansi 5 %
diperoleh hasil bahwa F hitung sebesar 38,965 dan F tabel sebesar 2,911.
Berdasarkan perhitungan dapat diketahui bahwa F-hitung = 38,965
(Lampiran II page 7) lebih besar dari F tabel = 2,911 (Lampiran VI). Dengan
demikian Ho ditolak. Dari uraian diatas kita dapat mengambil kesimpulan
bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara faktor-faktor
semangat kerja karyawan dengan produktivitas kerja karyawan pada
pertenunan Santa Maria, Boro, Kulon Progo.
C. PEMBAHASAN
a. Korelasi antara kedisiplinan kerja dengan produktivitas kerja karyawan
Dari hasil pengujian hipotesis penelitian menunjukkan bahwa ada
hubungan yang positif dan signifikan antara kedisiplinan kerja karyawan dengan
produktivitas kerja karyawan.Hal ini ditunjukkan dengan diketahuinya bahwa
rxy1= 0,618. Hal ini berarti bahwa ada kecenderungan semakin tinggi
kedisiplinan kerja akan semakin tinggi produktivitas kerja karyawan. dan
dibuktikan dengan t-hitung > t-tabel, yaitu t-hitung= 4,375 dan t-hitung= 2,040.
Maka dapat disimpulkan bahwa hubungan yang terjadi adalah berarti, hal ini
disebabkan karena karyawan yang mempunyai kedisiplinan akan terdorong
untuk berusaha mengikuti peraturan-peraturan yang ada dalam pertenunan
tersebut, berusaha menggunakan waktu sebaik-baiknya. Produktivitas kerja
karyawan akan lebih baik jika karyawan memiliki disiplin yang tinggi seperti
yang dikatakan Drs. Pandji Anoraga (1992: 56) pada Landasan Teori. Peraturan-
peraturan yang ada pada perusahaan harus lebih di pertegas lagi seperti jam
masuk, jam istirahat dan jam pulang, ijin untuk meninggalkan daerah
perusahaan karena keperluan karyawan. Dari pengamatan dan wawancara
dengan beberapa karyawan, ternyata karyawan sering memperpanjang waktu
istirahat, dengan kata lain karyawan tidak disiplin waktu. Penggunaan waktu
yang tidak efektif akan mempengaruhi produktivitas perusahaan yaitu dari
pesanan-pesanan produksi dapat diselesaikan karyawan, sehingga perusahaan
tidak perlu melemparkan pesanan produksi ke Koperasi Pertenunan Mumbul.
Uraian diatas menjelaskan kepada kita mengapa kedisiplinan kerja mempunyai
hubungan uang positif dan signifikan dengan produktivitas kerja karyawan pada
Pertenunan Santa Maria Boro, Kulon Progo.
b. Korelasi antara ketelitian kerja dengan produktivitas kerja karyawan
Dari hasil pengujian hipotesis penelitian menunjukkan bahwa ada
hubungan yang positif dan signifikan antara ketelitian kerja karyawan dengan
produktivitas kerja karyawan. Hal ini ditunjukkan dengan diketahuinya bahwa
rxy2 = 0,614. Hal ini berarti bahwa ada kecenderungan semakin tinggi ketelitian
kerja akan semakin tinggi produktivitas kerja karyawan, dan dibuktikan dengan
t-hitung > t-tabel, yaitu t-hitung= 4,335 dan t-hitung = 2,040. Maka dapat
disimpulkan bahwa hubungan yang terjadi adalah berarti, hal ini disebabkan
karena karyawan akan berusaha bekerja dengan teliti dimana dengan ketelitian
tersebut dapat meningkatkan produktivitas kerja karyawan. Dari hasil
pengamatan melihat bahwa karyawan yang mempunyai ketelitian tinggi adalah
karyawan yang sudah tua, dikarenakan pengalaman mereka yang sudah cukup
dan umur mereka yang mempengaruhi kesabarannya. Ketelitian kerja
merupakan faktor yang berpengaruh juga terhadap poduktivitas kerja karyawan.
Ketelitian kerja diperlukan selama proses produksi. Jika selama proses
produksi karyawan ketelitian kerjanya kurang akan menghambat produktivitas
kerja perusahaan contohnya pembawaan benang ke tempat penenun ada yang
tercecer, penenun dalam melakukan proses produksi tidak teliti sehingga harus
mengulang produksinya.. Karena ketidaktelitian ini, produktivitas kerja
karyawan menjadi kurang dan produktivitas perusahaan menjadi rendah.
Dari uraian di atas menjelaskan kepada kita bahwa ketelitian kerja
mempunyai hubungan yang positif dan signifikan dengan produktivitas kerja
karyawan di Pertenunan Santa Maria Boro, Kulon Progo.
c. Korelasi antara kegairahan kerja dengan produktivitas kerja karyawan
Dari hasil pengujian hipotesis penelitian menunjukkan bahwa ada
hubungan yang positif dan signifikan antara kegairahan kerja karyawan dengan
produktivitas kerja karyawan. Hal ini ditunjukkan dengan diketahuinya bahwa
rxy3 = 0,515. Hal ini berarti bahwa ada kecenderungan semakin tinggi kegairahan
kerja akan semakin tinggi produktivitas kerja karyawan, dan dibuktikan dengan
t-hitung > t-tabel, yaitu t-hitung= 3,348 dan t-hitung= 2,040. Maka dapat
disimpulkan bahwa hubungan yang terjadi adalah berarti. Faktor ini berbeda
dengan kedisiplinan dan ketelitian kerja terutama pada tingkat tinggi dan rendah
dimana yang tinggi lebih sedikit dari yang rendah. Walaupun dari hasil
perhitungan menunjukkan adanya hubungan yang positif dan signifikan antara
kegairahan kerja dengan produktivitas kerja karyawan.
Penulis berpendapat bahwa yang paling berpengaruh terhadap
produktivitas kerja karyawan adalah faktor kegairahan kerja. Hal ini perlu sekali
diperhatikan oleh pimpinan perusahaan. Penulis menanyakan kepada karyawan
apakah pimpinan sering mengunjungi karyawan pada waktu bekerja tidak.
Ternyata kebanyakan mereka menjawab tidak. Akan lebih baik jika pimpinan
perusahaan sering melakukan kunjungan pada karyawan pada saat bekerja. Hal
ini bukan semata-mata untuk kontrol akan tetapi dapat dikatakan memberikan
motivasi atau dorongan terhadap karyawan. Para karyawan akan merasa senang
dengan hal tersebut. Dalam hal semacam ini kondisi atau suasana lingkungan
kerja akan lebih baik lagi jika hubungan antara karyawan dengan karyawan,
karyawan dengan atasan terjaga dengan baik. Sehingga karyawan tidak merasa
tegang jika atasan melihat-lihat karyawan bekerja. Menurut penulis penunjang
produktivitas tidak hanya dari segi materi seperti gaji, jaminan hari tua, bonus
akan tetapi dari segi moral juga sangat berpengaruh.
Dari uraian di atas menjelaskan kepada kita bahwa ada hubungan yang
positif dan signifikan antara kegairahan kerja dengan produktivitas kerja
karyawan di Pertenunan Santa Maria Boro, Kulon Progo.
d. Korelasi antara faktor-faktor semangat kerja dengan produktivitas kerja
karyawan
Dari hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa rxy123= 0,764,
koefisien determinasi (R ) sebesar 0,557 dan harga F-hitung > Ftabel sebesar
38,965 > 2,911. Hal ini berarti bahwa ada kecenderungan semakin tinggi faktor-
faktor semangat kerja akan semakin tinggi produktivitas kerja karyawan,
Kesimpulan yang dapat diambil yaitu ada hubungan yang positif dan signifikan
antara faktor-faktor semangat kerja dengan produktivitas kerja karyawan.
2
Faktor kedisiplinan dan ketelitian kerja menurut penulis dari segi fisik
dan dari diri karyawan, akan tetapi faktor kegairahan kerja melibatkan manajer
sebagai atasan dari karyawan. Hal yang menunjukkan keterlibatan atasan yaitu
atasan seharusnya melakukan pendekatan moral terhadap karyawan yang
bermaksud agar karyawan merasa terlibat dalam kegiatan organisasi atau
perusahaan. Selain itu pimpinan perusahaan ada kalanya mengunjungi karyawan
pada waktu bekerja. Maksud dari hal tersebut yaitu karyawan tidak merasa
canggung atau takut terhadap pimpinan. Dengan demikian suasana lingkungan
kerja akan sangat mendukung terwujudnya produktivitas kerja yang tinggi.
Dengan uraian di atas menjelaskan kepada kita bahwa ada hubungan
yang positif dan signifikan antara faktor-faktor semangat kerja karyawan dengan
produktivitas kerja karyawan di Pertenunan Santa Maria Boro, Kulon Progo.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang disajikan pada bab VI ini merupakan kesimpulan yang
berlaku selama kondisi yang berkaitan dengan faktor-faktor semangat kerja yang
meliputi kedisiplinan, ketelitian, kegairahan kerja dan produktivitas pada perusahaan
Pertenunan Santa Maria, Boro belum mengalami perubahan.
Dari analisis data dan pembahasan, maka kesimpulan yang dapat diambil
adalah:
1. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara kedisiplinan kerja dengan
produktivitas kerja karyawan. Hal ini dibuktikan dengan R hitung sebesar 0,618 dan
dikonsultasikan dengan uji t dengan taraf signifikansi 5 %, dan diketahui t hitung
sebesar 4,375 > t tabel sebesar 2,040.
2. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara ketelitian kerja dengan
produktivitas kerja karyawan. Hal ini dibuktikan dengan R hitung sebesar 0,614 dan
dikonsultasikan dengan uji t dengan taraf signifikansi 5 %, dan diketahui t hitung
sebesar 4,335 > t tabel sebesar 2,040.
3. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara kegairahan kerja dengan
produktivitas kerja karyawan”. Hal ini dibuktikan dengan R hitung sebesar 0,515
dan dikonsultasikan dengan uji t dengan taraf signifikansi 5 %, dan diketahui t
hitung sebesar 3,348 > t tabel sebesar 2,040.
4. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara faktor-faktor semangat kerja
dengan produktivitas kerja karyawan”. Hal ini dibuktikan dengan R X123Y sebesar
0,764 dan dikonsultasikan dengan uji F dengan taraf signifikansi 5 %, dan diketahui
F hitung sebesar 38,965 > F tabel sebesar 2,911.
B. Saran
Setelah diadakan analisa data dan kesimpulan langkah selanjutnya penulis akan
memberikan saran-saran yang mungkin perlu menjadi bahan pertimbangan
mengambil kebijakan bagi pimpinan Pertenunan Santa Maria Boro. Adapun saran-
saran tersebut :
1. Kedisiplinan kerja perlu ditingkatkan karena pada penelitian dan analisa
pada kedisiplinan kerja karyawan yang sedang hasil produktivitasnya juga
sedang. Hal yang perlu dilakukan perusahaan adalah menciptakan
komunikasi yang baik antara karyawan dengan atasan sehingga apabila
atasan mengawasi pekerjaan karyawan, karyawan tidak merasa takut atau
tegang. Dapat juga dengan cara memberi bonus bagi karyawan yang
mempunyai disiplin kerja yang tinggi sehingga dapat memacu karyawan lain
agar lebih meningkatkan kedisiplinan mereka dalam bekerja. Selain itu
perusahaan perlu melakukan sanksi yang tegas, jika karyawan terlambat
masuk kerja, tidur pada wakti kerja, memolorkan waktu istirahat.
2. Ketelitian kerja perlu ditingkatkan karena pada penelitian ketelitian yang
sedang menghasilkan produktivitas kerja yang sedang pula. Hal-hal yang
perlu dilakukan sehubungan dengan ketelitian kerja yaitu mengecek
peralatan yang akan digunakan dalam bekerja sehingga pada waktu bekerja
tidak ada peralatan yang rusak. Kesiapan benang yang akan ditenun, dengan
maksud benang yang akan ditenun telah siap didekat alat tenun. Sehingga
karyawan tidak harus menunggu datangnya benang.
3. Kegairahan kerja perlu ditingkatkan karena pada penelitian dan analisa
tingkat kegairahan yang sedang menghasilkan produktivitas yang sedang
pula. Hal-hal yang perlu diperhatikan perusahaan dalam meningkatkan
gairah kerja karyawan misalnya :
a. Memperhatikan kesejahteraan karyawan dengan cara menaikkan uang
lemburan.
b. Komunikasi yang baik antara sesama karyawan maupun karyawan
dengan atasan sehingga karyawan mempunyai semangat untuk bekerja.
c. Pengadaan rekreasi atau retret setahun sekali untuk menghilangkan rasa
jenuh pada karyawan.
d. Pimpinan perusahaan seharusnya sering mengunjungi karyawan pada
waktu bekerja untuk berbicara dengan karyawan. Dengan cara itu
karyawan jadi termotivasi untuk bekerja. Hubungan antara karyawan
dengan atasan menjadi lebih baik dalam arti karyawan tidak merasa takut
atau canggung dalam bekerja.
e. Pimpinan karyawan hendaknya menyediakan larutan untuk menguatkan
benang yang akan ditenun.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta:
Bina Aksara
As’ad, Moh. 1987. Psikologi Industri, Yogyakarta: Liberty
Anoraga, Pandji,Drs. 1992. Psikologi Kerja, Edisi I. Jakarta: PT Rineka Cipta
Bittel, Lestter R. dan Newstrom John W. 1994. Pedoman Bagi Penyelia 1, Pustaka
Binoman Pustaka Pressindo
Bittel, Lester R. and Newstrom John W. 1990. When Every Supervisor Should Know:
The Complete Guide Supervisory Management, 6th.ed- - New York : Mc
Graw-Hill Publishing Company
Dajan, Anto. 1984. Pengantar Metode Statistika 1, Jakarta: LP 3 ES
Flippo, Edwin B. 1990. Manajemen Personalia, Edisi 6, Jilid 1, Jakarta: Erlangga
Gallerman, Saul W. 1984. Motivasi dan Produktivitas. Seri Manajemen no 91,.
Jakarta: Binoman Pustaka Pressindo
Handoko, T Hani. 1984. Dasar-Dasar Manajemen Produksi, Edisi I, Yogyakarta:
BPFE ( Badan Penerbit Fakultas Ekonomi ) UGM
Handoko, T Hani, Manajemen, Edisi II, Yogyakarta: BPFE (Badan Penerbit Fakultas
Ekonomi) UGM
Handoko, T Hani. 1987. Dasar-Dasar Manajemen Produksi dan Operasi,
Yogyakarta: BPFE ( Badan Penerbit Fakultas Ekonomi ) UGM
Heneman III, Hebert G. 1981. Managing Personel and Human Resources. Strategies
and Programs, USA
Kossen, Stan. 1986. Aspek Manusiawi dalam Organisasi. Edisi 3. Jakarta: Erlangga
Lateiner, Alfred R. Teknik Mempimpin Pegawai dan Pekerja. Cetakan ketiga.
Jakarta: Djaja Sakti
Manullang, M. 1981. Manajemen Personalia. Cetakan Keenam. Jakarta: Ghalia
Indonesia
Nitisemito, Alex S. 1982. Manajemen Personalia. Jakarta: Ghalia Indonesia
Purwodarminto, WJS. 1976. Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka
Ravianto, J. 1986. Produktivitas dan Pengukuran, Jakarta, Lembaga Sarana
Informasi Usaha dan Produktivitas
Ravianto, J. 1985. Produktivitas dan Laba – Kumpulan Kertas Kerja, Lembaga
Sarana Informasi Usaha dan Produktivitas
Schuller, Randall S. 1993. Personel and Human Resources Management, Vandra
L.Huber,-5th ed, USA
Sudjana. 1989. Metode Statistika, Bandung: Tarsito
Sudjana. 1996. Teknik Analisa Regresi dan Korelasi, Bandung: Tarsito
Singarimbun, Masri dan Effendi, Sofyan. 1982. Metode Penelitian Survai, Jakarta:
LP 3 ES