studi kasus pemberdayaan peran kearifan … mangrove & pesisir... · eksplanasi dari kondisi...

15
Mangrove dan Pesisir Vol. VI No. 2/2006 1 STUDI KASUS PEMBERDAYAAN PERAN KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT NELAYAN DI KECAMATAN KRUI KABUPATEN LAMPUNG BARAT CASE STUDY OF FISHERMEN COMMUNITY LOKAL WISDAM AT KRUI DISTRICT, WEST LAMPUNG REGENCY. Oleh: Sastrawidjaja dan Mursidin Staf Peneliti pada Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Jl. K.S. Tubun Petamburan VI Jakarta, 10260 Abstract The Enchancemence Fishermen Community has important part of development, because their taking- part were very strategies and important due to Successfully development process. For understant the taking-part, and then, this main research is for studying lokal wisdam taking part of fishermen community social culture conditions, in terms fishermen community enchancemence at coastal area. Research Method use qualitatif approach, testing analysis use The-Freedman Two-Way Analysis of Variance by ranks. This Research have done on 2005 Juli at Pasar Bawah Krui, West Lampung. The result of the research showed athough have any changed in positip respon from community to the progranne introdused, but in term general respon those programme were not yet accepted more openly and transparancy. Keyword: Enchancemence, Lokal Wisdam, Fishermen Community LATAR BELAKANG Paradigma pembangunan pemberdayaan mensyaratkan adanya pembagian kewenangan antara pemerintah dan masyarakat berbasis pemberdayaan. Untuk itu, dua elemen terpenting di dalam konsep pemberdayaan adalah mempertemukan peranan pemerintah dan masyarakat secara egaliter. Masyarakat dengan potensi sosial (social capital)-nya serta pemerintah dengan kebijakannya, secara bersama-sama akan memberikan corak warna terhadap sumberdaya dan pengelolaannya. Pemberdayaan merupakan sebuah upaya untuk mengaktualisasikan potensi yang sudah dimiliki oleh masyarakat. Atau dengan kata lain, keberhasilan dalam pemberdayaan masyarakat dalam konteks pembangunan antara lain bermakna bahwa suatu masyarakat tersebut menjadi bagian dari pelaku pembangunan itu sendiri (Hikmat, 2001). Hal inilah yang akan menjadi fokus terpenting di dalam penentuan konsep pemberdayaan. Akan tetapi hingga kini, informasi sosial budaya yang berkenaan dengan peran kearifan lokal masih belum memadai, karena itu kajian-kajian yang bersifat deskripsi dan eksplanasi dari kondisi sosial budaya masyarakat perlu digali dan diteliti. Riset yang mengkaji kondisi sosial budaya pada peran kearifan lokal masyarakat kelautan dan perikanan, baik di wilayah pesisir atau laut (termasuk wilayah PEMP) maupun perairan pedalaman, telah menghasilkan indikator awal kondisi sosial budaya dalam kerangka pemberdayaan masyarakat nelayan (Nasution et al., 2004). Indikator awal dari kondisi sosial budaya yang dimaksud dapat memperlihatkan kecenderungan bahwa perbedaan tipologi masyarakat menunjukkan pengaruh berupa adanya perbedaan peranan dimensi kearifan lokal sosial budaya masyarakat nelayan. Pada masyarakat nelayan di wilayah pesisir atau laut, dari dimensi yang dijadikan ukuran kondisi sosial budaya masyarakat

Upload: ngothuan

Post on 07-Feb-2018

218 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: STUDI KASUS PEMBERDAYAAN PERAN KEARIFAN … Mangrove & Pesisir... · eksplanasi dari kondisi sosial budaya masyarakat perlu digali dan diteliti. Riset yang mengkaji kondisi sosial

Mangrove dan Pesisir Vol. VI No. 2/2006

1

STUDI KASUS PEMBERDAYAAN PERAN KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT NELAYAN DI KECAMATAN KRUI KABUPATEN LAMPUNG BARAT

CASE STUDY OF FISHERMEN COMMUNITY LOKAL WISDAM AT KRUI DISTRICT,

WEST LAMPUNG REGENCY.

Oleh: Sastrawidjaja dan Mursidin

Staf Peneliti pada Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Jl. K.S. Tubun Petamburan VI Jakarta, 10260

Abstract The Enchancemence Fishermen Community has important part of development, because their taking-part were very strategies and important due to Successfully development process. For understant the taking-part, and then, this main research is for studying lokal wisdam taking part of fishermen community social culture conditions, in terms fishermen community enchancemence at coastal area. Research Method use qualitatif approach, testing analysis use The-Freedman Two-Way Analysis of Variance by ranks. This Research have done on 2005 Juli at Pasar Bawah Krui, West Lampung. The result of the research showed athough have any changed in positip respon from community to the progranne introdused, but in term general respon those programme were not yet accepted more openly and transparancy.

Keyword: Enchancemence, Lokal Wisdam, Fishermen Community LATAR BELAKANG Paradigma pembangunan pemberdayaan mensyaratkan adanya pembagian kewenangan antara pemerintah dan masyarakat berbasis pemberdayaan. Untuk itu, dua elemen terpenting di dalam konsep pemberdayaan adalah mempertemukan peranan pemerintah dan masyarakat secara egaliter. Masyarakat dengan potensi sosial (social capital)-nya serta pemerintah dengan kebijakannya, secara bersama-sama akan memberikan corak warna terhadap sumberdaya dan pengelolaannya. Pemberdayaan merupakan sebuah upaya untuk mengaktualisasikan potensi yang sudah dimiliki oleh masyarakat. Atau dengan kata lain, keberhasilan dalam pemberdayaan masyarakat dalam konteks pembangunan antara lain bermakna bahwa suatu masyarakat tersebut menjadi bagian dari pelaku pembangunan itu sendiri (Hikmat, 2001). Hal inilah yang akan menjadi fokus terpenting di dalam penentuan konsep pemberdayaan. Akan

tetapi hingga kini, informasi sosial budaya yang berkenaan dengan peran kearifan lokal masih belum memadai, karena itu kajian-kajian yang bersifat deskripsi dan eksplanasi dari kondisi sosial budaya masyarakat perlu digali dan diteliti.

Riset yang mengkaji kondisi sosial budaya pada peran kearifan lokal masyarakat kelautan dan perikanan, baik di wilayah pesisir atau laut (termasuk wilayah PEMP) maupun perairan pedalaman, telah menghasilkan indikator awal kondisi sosial budaya dalam kerangka pemberdayaan masyarakat nelayan (Nasution et al., 2004). Indikator awal dari kondisi sosial budaya yang dimaksud dapat memperlihatkan kecenderungan bahwa perbedaan tipologi masyarakat menunjukkan pengaruh berupa adanya perbedaan peranan dimensi kearifan lokal sosial budaya masyarakat nelayan. Pada masyarakat nelayan di wilayah pesisir atau laut, dari dimensi yang dijadikan ukuran kondisi sosial budaya masyarakat

Page 2: STUDI KASUS PEMBERDAYAAN PERAN KEARIFAN … Mangrove & Pesisir... · eksplanasi dari kondisi sosial budaya masyarakat perlu digali dan diteliti. Riset yang mengkaji kondisi sosial

Mangrove dan Pesisir Vol. VI No. 2/2006

2

yaitu dimensi pengetahuan lokal akan lebih berperan.

Departemen Kelautan dan Perikanan hingga kini telah melaksanakan program-program pembangunan berbasis masyarakat. Program yang memadukan unsur pemberdayaan masyarakat dan pengelolaan sumberdaya berbasis masyarakat, diantaranya adalah Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP) Ditjen P3K DKP. Faktor penting yang terkait dengan keberhasilan pelaksanaan program-program tersebut adalah ketersediaan informasi akurat tentang karakteristik kearifan lokal sosial budaya masyarakat. Oleh karena itu, pengujian empiris terhadap indikator peran kearifan lokal sosial budaya masyarakat nelayan perlu dilakukan juga untuk menilai kondisi sosial budaya masyarakat. Adapun tujuan studi kasus adalah untuk mempelajari peran kearifan lokal kondisi sosial budaya masyarakat nelayan dalam kerangka pemberdayaan masyarakat nelayan di wilayah pesisir Krui.

METODOLOGI DAN PROSEDUR RISET A. Kerangka Pemikiran dan Ruang

Lingkup Riset Fenomena makro sosial budaya masyarakat tentang peran kearifan lokal sistem sosial dalam masyarakat membutuhkan pengkajian atas fenomena sosial budaya secara menyeluruh, penting dilakukan, mengingat manusia sebagai ”individu” memiliki karakter tersendiri pada saat tidak melakukan atau terjadi interaksi dengan manusia lain. Sudah umum diketahui saat interaksi antar individu atau kelompok didalam suatu masyarakat terjadi, maka kejadian yang umumnya muncul adalah karakter masyarakat. Berdasarkan kajian aspek-aspek sosial budaya, yang penting untuk ditelaah lebih jauh adalah dimensi pengetahuan lokal, maka diperlukan pemahaman terlebih dahulu tentang kebudayaan, dan konsep pemberdayaan peran kearifan lokal di masyarakat. Manusia di dalam

kebudayaan mengakui alam dalam arti seluas-luasnya sebagai ruang pelengkap untuk semakin memanusiakan dirinya, yang identik dengan kebudayaan alam. Manusia tidak menguasai alam, namun mengetahui dan memanfaatkannya.

Kebudayaan adalah penciptaan, penertiban dan pengolahan nilai-nilai insani. Terlingkup di dalamnya usaha memuliakan bahan alam dan memanusiakan manusia serta hasilnya. Semua bahan alam, alam diri dan alam lingkungan baik fisik maupun sosial, nilai-nilai diidentifikasikan dan dikembangkan sehingga sempurna, disinilah peran kearifan lokal menjadi penting dan strategis. Martabat kebudayaan manusia di suatu kaum di tentukan oleh nilai-nilainya, karena tanpa nilai terdapat kemungkinan yang menyimpang karena tujuan dari kebudayaan itu sendiri adalah upaya mencapai kemuliaan manusia dan menyeimbangkan kemuliaan alam (Bakker, 1984).

Sistem Budaya, adalah kebudayaan dalam wujud bersifat abstrak yang tidak dapat dilihat dan hanya dapat diketahui serta dipahami oleh warga kebudayaan lain – termasuk peneliti setelah dipelajari dengan mendalam baik melalui wawancara yang mendalam atau dengan membaca literatur. Tempatnya adalah dalam kepala tiap individu warga kebudayaan yang bersangkutan yang dibawa kemanapun ia pergi. Kebudayaan dalam wujud ini juga memiliki pola dan berdasarkan sistem-sistem tertentu yang disebut ”sistem budaya”. Fungsi dari sistem budaya adalah menata serta menetapkan tindakan-tindakan dan tingkah laku manusia. Sistem budaya dalam bahasa Indonesia lebih lazim disebut ”adat-istiadat”.

Sistem Sosial adalah dalam hal kebudayaan yang digambarkan sebagai tingkah laku manusia, termasuk tingkah laku dalam melakukan suatu pekerjaan. Semua gerak-gerik yang dilakukan dari saat ke saat dan dari hari ke hari dan dari

Page 3: STUDI KASUS PEMBERDAYAAN PERAN KEARIFAN … Mangrove & Pesisir... · eksplanasi dari kondisi sosial budaya masyarakat perlu digali dan diteliti. Riset yang mengkaji kondisi sosial

Mangrove dan Pesisir Vol. VI No. 2/2006

3

masa ke masa merupakan pola-pola tingkah laku yang dilakukan berdasarkan sistem. Pola-pola tingkah laku manusia tersebut disebut ”sistem sosial” dikarenakan terdiri dari aktivitas-aktivitas atau tindakan-tindakan berinteraksi antarindividu yang dilakukan dalam kehidupan masyarakat. Kesemua aktivitas dan tindakan tersebut sifatnya dapat dilihat dan diobservasi. Dalam studi kasus ini peran kearifan lokal yang berkaitan langsung dengan system social menjadi folus kajian utama, sedangkan system budaya dalam artian “adat istiadat” menjadi pendukung penjelasnya dalam pemberdayaan.

Pengertian pemberdayaan masyarakat sebenarnya mengacu pada kata ”empowerment”, yaitu sebagai upaya untuk mengaktualisasikan potensi yang sudah dimiliki oleh masyarakat. Jadi pendekatan pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan masyarakat adalah penekanan pada pentingnya masyarakat lokal yang mandiri (selfreliant communities) sebagai suatu sistem yang mengorganisir diri mereka sendiri. Pendekatan pemberdayaan masyarakat yang berpusat pada manusia (people-centered development) ini kemudian melandasi wawasan pengelolaan sumberdaya lokal (community- based resources management) yang merupakan mekanisme perencanaan people-centered development yang menekankan pada teknologi pembelajaran sosial (social learning) dan strategi perumusan program.

B. Metode Penelitian Lokasi Riset dan Waktu Pelaksanaan Lokasi riset studi kasus (Yin, Robert. 1997) dilaksanakan di pasar bawah Krui, Kabupaten Lampung Barat dan waktu waktu pelaksanaan riset pada bulan Juli 2005.

Jenis Data Jenis data yang akan dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer terfokus pada hal-hal yang dikemukakan dalam penjelasan tentang parameter yang diamati. Adapun data sekunder berkenaan dengan data profil desa (monografi desa) serta hasil studi atau pustaka yang berhubungan dengan aspek-aspek peran kearifan lokal dari aspek sosiologi dan antropologi masyarakat yang diteliti. Teknik Pengumpulan Data. Unit analisis penelitian adalah masyarakat nelayan di suatu desa atau komunitas. Secara kesatuan unit-unit analisis diasumsikan dapat menggambarkan suatu kesatuan kondisi sosial budaya berbagai masyarakat nelayan. Penetapan unit analisis penelitian melalui teknik purposive sampling, dengan kriteria berdasarkan potensi perikanan tangkap yang cukup signifikan bagi kabupaten Lampung Barat yang dipilih, dan ditetapkan untuk sampling dari PEMP sebanyak 25 orang dan NONPEMP sebanyak 25 orang. Informasi tentang hal tersebut diperoleh dari konsultasi dan diskusi dengan Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten.

Page 4: STUDI KASUS PEMBERDAYAAN PERAN KEARIFAN … Mangrove & Pesisir... · eksplanasi dari kondisi sosial budaya masyarakat perlu digali dan diteliti. Riset yang mengkaji kondisi sosial

Mangrove dan Pesisir Vol. VI No. 2/2006

4

Tabel 1. Kearifan Lokal, Jenis Data dan Dimensi Pengetahuan Lokal, Studi Kasus di Krui, 2005.

A Kearifan lokal Jenis data Dimensi Pengetahuan Lokal 1. Eksistensi tata

nilai (hukum adat) Rasa malu/harga diri Kemampuan untuk menghindari berbuat yang

bertentangan dengan kaidah umum yang berlaku setempat

Adaptif terhadap inovasi

Kemampuan untuk memanfaatkan dan mengubah (rekayasa) hasil temuan baru dari luar maupun dalam yang berimplikasi terhadap perbaikan kinerja usaha perikanan (rakyat) setempat

Kompetitif/prestasi Keinginan untuk menunjukkan keberhasilan kerja berdasarkan prestasi (dibandingkan koneksi)

2. Sikap warga masyarakat terhadap tata nilai (hukum adat)

Apresiasi terhadap tata nilai

Pandangan masyarakat terhadap tata nilai

Apresiasi terhadap IPTEK

Keterbukaan untuk menerima inovasi atau hal-hal baru berdasarkan IPTEK

3. Mekanisme pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan (internal dan eksternal)

Open access and property right system

Keberadaan mekanisme pengelolaan, menyangkut fishing ground, pengaturan alat tangkap, musim penangkapan dan fishing right

Bentuk dan mekanisme sanksi atas pelanggaran hukum adat

Keberadaan dan penerapan sanksi atas pelanggaran hukum adat

Kegiatan pengumpulan data primer didahului dengan diskusi antar peneliti dengan metode Delphi. Diskusi dilakukan untuk mendapatkan dimensi-dimensi sosial budaya beserta faktor-faktornya yang dapat dijadikan acuan untuk mengetahui kondisi sosial budaya dalam rangka upaya pemberdayaan masyarakat nelayan. Hasil diskusi kemudian digunakan sebagai acuan pengumpulan data primer, yang dilakukan melalui teknik wawancara dan observasi. Wawancara dilakukan pada informan yang terdiri dari aparat pemerintah seperti Dinas Kelautan dan Perikanan tingkat propinsi dan kabupaten dan aparat pemerintah desa. Informasi yang diperoleh dari informan ini adalah lokasi penelitian yang sesuai

dengan kriteria yang digunakan. Wawancara juga digunakan untuk mengumpulkan informasi dari informan di tingkat masyarakat, yaitu tokoh masyarakat dan nelayan sebagai anggota masyarakat. Dibawah ini diuraikan faktor, atribut dan jenis data dimensi pengetahuan lokal studi kasus.

Teknik Analisis Data Fokus kajian terutama terkait dengan perspektif peran kearifan lokal tentang masyarakat, sistem dalam kehidupan masyarakat, individu-individu anggota masyarakat serta kekuasaan dan wewenang (Dahuri, R. 2003). Data hasil wawancara yang diolah secara deskriptif, yaitu diubah atau diabstraksi menjadi

Page 5: STUDI KASUS PEMBERDAYAAN PERAN KEARIFAN … Mangrove & Pesisir... · eksplanasi dari kondisi sosial budaya masyarakat perlu digali dan diteliti. Riset yang mengkaji kondisi sosial

Mangrove dan Pesisir Vol. VI No. 2/2006

5

pernyataan-pernyataan deskriptif (Koentjaraningrat, 1990). Hasil olahan kemudian diinterpretasikan menggunakan pengujian The Friedman Two-Way Analysis of Variance By Ranks (Sidney Siegel, 1956). Pengujian statistik menggunakan Friedman Xr² memberikan manfaat pengukuran dalam bentuk suatu skala ordinal. Pengujian Friedman menentukan apakah total rank (Rj) berbeda secara signifikan. Untuk itu diturunkan rumusnya menjadi:

12 k

Xr² = ------------- Σ (Rj)² – 3N(k + 1) Nk(k+1) J=1

Dimana: N = Jumlah baris K = Jumlah kolom Rj = Jumlah rank pada kolom ke j

∑=

k

1j=Jumlah langsung kuadratik dari

penjumlahan rank seluruh k kondisi

Dengan cara ini apakah antara k samples yang saling berhubungan dapat kemungkinannya berasal dari populasi yang berkaitan sama dengan rata-rata ranknya. Itu berarti secara keseluruhan semua pengujian apakah berkenaan dengan besaran skor yang tergantung pada kondisi yang mereka hasilkan. Metode skala adalah cara menalar dimana data diamati dan dipilah-pilah, dikategori berdasarkan rata-rata, selisih rata-rata dan persentase dari perbedaan yang menerima PEMP dan yang tidak menerima PEMP, buktinya dicari dan dipertimbangkan, dianalisis dan kemudian kesimpulan diambil (Nazir, 1988). Kuantifikasi data skalling digunakan agar kondisi sosial budaya masyarakat nelayan dalam bentuk faktor-faktor peran kearifan lokal dimensi sosial budaya dengan skala (1 hingga 5) yaitu dengan kategori; 1 (Sangat Tidak Mendukung), 2 (Tidak Mendukung), dan 3 (Kurang Mendukung), 4 (Mendukung), 5 (Sangat Mendukung), untuk memudahkan pembedaan sesuai

dengan batasan atau pengertian dari setiap faktor aspek-aspek sosial budaya. HASIL DAN BAHASAN Gambaran Umum Lokasi Riset Hasil kegiatan selama melakukan riset di lapangan adalah meliputi; Pertama, mengunjungi kantor Dinas kelautan dan Perikanan Propinsi Lampung untuk melaporkan diri bahwa ada kegiatan yang dilakukan didaerahnya. Kemudian melakukan dialog dan konsultasi kepada pejabat yang berwenang yang terkait dengan kegiatan, selanjutnya mengumpulkan data-data yang tertulis yang dijadikan sebagai hasil kegiatan riset. Data yang tertulis kemudian di photo kopi dan hasil konsultasi di catat dalam buku harian perjalanan. Hasil wawancara dari pejabat yang berwenang menginformasikan bahwa Dinas kelautan dan Perikanan Propinsi lampung memiliki program kegiatan PEM.

Kegiatan PEMP yang ada di Propinsi Lampung meliputi dimulai tahun 2001. Kabupaten yang menerima PEMP adalah Lampung Timur, Kota Bandar Lampung dan Kabupaten Lampung Selatan. Tahun 2002, program PEMP terdapat di Kabupaten Lampung Barat dan Tulang Bawang. Tahun 2003, program PEMP ada di Lampung Barat, Lampung Tengah dan Lampung Timur. Dan tahun 2004, program PEMP ada di Kabupaten Lampung Timur, Lampung Barat dan Tanggamus. Dari hasil evaluasi keberhasilan dan kemajuan program PEMP ternyata tidak semuanya dapat berhasil baik. Kendala utama adalah karena masyarakat pada umumnya masih miskin dan mereka masih sulit mengakses permodalan dari perbankan. Untuk meningkatkan peranan PEMP, maka pada tahun 2004 penyaluran Dana Ekonomi Produktif Program PEMP disalurkan melalui lembaga perbankan. Lembaga Bank pelaksana yaitu PT. Bank Bukopin Lampung berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor; Kep.23/MEN/2004 tanggal 21 Juni 2004 dengan pola Dana Penjaminan.

Page 6: STUDI KASUS PEMBERDAYAAN PERAN KEARIFAN … Mangrove & Pesisir... · eksplanasi dari kondisi sosial budaya masyarakat perlu digali dan diteliti. Riset yang mengkaji kondisi sosial

Mangrove dan Pesisir Vol. VI No. 2/2006

6

Kabupaten Lampung Barat berada di Propinsi Lampung, dan daerah ini memiliki wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dengan panjang garis pantai lebih kurang 1.105 km yang terbagi ke dalam 5 (lima) wilayah strategis. Daerah strategis tersebut adalah wilayah pantai Barat sepanjang 210 km, Teluk Semangka 200 km, Kecamatan Krui 160 km, wilayah pantai Timur 270 km dan wilayah pulau-pulau kecil sebanyak 69 buah dengan panjang garis pantainya kurang lebih 355 km, dan mempunyai 184 desa pesisir (pantai). Kelima wilayah ini mempunyai karakteristik biofisik, sosial ekonomi dan budaya yang berbeda-beda. Adapun potensi sumberdaya alam terutama di bidang perikanan, dapat dibagi menjadi lahan budidaya air payau/tambak seluas 61.200 ha, budidaya laut seluas 10.601 ha dan penangkapan ikan sebesar 388.000 ton/tahun. Potensi lainnya yang tidak kalah pentingnya adalah wilayah Lampung juga menyimpan potensi wisata bahari/pantai serta alur pelayanan nasional maupun internasional.

Kegiatan di Kabupaten Lampung Barat, adalah melakukan diskusi dan konsultasi ke Dinas Perikanan dan Kelautan. Hasil konsultasi meliputi saran supaya menggali data primer langsung ke daerah yang menerima PEMP, yaitu di wilayah Krui. Di wilayah Krui, dilakukan observasi langsung ke lapangan, terutama daerah tempat kegiatan penangkapan ikan yang dilakukan oleh masyarakat. Kemudian dilakukan juga wawancara kepada sesepuh masyarakat, tokoh masyarakat nelayan yang bergerak di kelembagaan perikanan seperti Koperasi Mina, pedagang ikan, pengolah ikan dan masyarakat yang menerima dan yang tidak menerima program PEMP. Kondisi sosial budaya masyarakat di masyarakat nelayan Krui dan sekitarnya baik yang berpartisipasi dengan program PEMP maupun yang belum, dapat dikelompokkan kedalam 5 dimensi yaitu; dimensi pengetahuan lokal, dimensi sistem religi, dimensi ekonomi, dimensi kelembagaan dan dimensi politik.

1. PENGETAHUAN LOKAL Pengetahuan lokal yang dimaksudkan dalam riset sosio antropologi dan kelembagaan dalam rangka pemberdayaan masyarakat Kelautan dan Perikanan, adalah yang berkenaan dengan; faktor, atribut atau verifier dan jenis data dimensi pengetahuan lokal (Nasution, Z., dkk, 2004). Masyarakat nelayan pada umumnya telah sangat mengetahui tentang wilayah perikanan laut yang dapat di tangkap dengan menggunakan alat tangkap yang sesuai dengan keadaan lingkungan alamnya. Alat tangkap ini juga disesuaikan dengan keadaan tempat penangkapan, musim dan cara yang sebaiknya melakukan dan menggunakannya yang disesuaikan dengan kebutuhan alat tangkap itu sendiri. Untuk alat-alat tertentu masyarakat yang ada di daerah tertentu telah menetapkan bersama berapa sesungguhnya yang diperbolehkan menggunakan alat tangkap tersebut pada setiap harinya, seperti jaring pukat pantai. Adapun untuk alat tangkap yang lainnya, agar tidak merusak lingkungan dan sumber mata pencaharian mereka dalam jangka panjang, nelayan senantiasa mewaspadai bersama terhadap masyarakat yang menggunakan alat tangkap yang jenisnya merusak, seperti pengeboman, dan juga kapal-kapal besar yang menggunakan jaring yang sifatnya menguras ikan. Terhadap alat tangkap ini umumnya mereka melakukan penolakan.

Eksistensi Tata Nilai. Yang dimaksudkan dengan eksistensi tata nilai adalah adanya kemampuan untuk menghindari berbuat yang bertentangan dengan kaidah umum yang berlaku setempat, kemampuan untuk memanfaatkan dan mengubah (rekayasa) hasil temuan baru dari luar maupun dari dalam yang berimplikasi terhadap perbaikan kinerja usaha perikanan (rakyat) setempat, dan adanya keinginan untuk menunjukkan keberhasilan kerja berdasarkan prestasi (dibandingkan koneksi). Dalam kaitannya dengan

Page 7: STUDI KASUS PEMBERDAYAAN PERAN KEARIFAN … Mangrove & Pesisir... · eksplanasi dari kondisi sosial budaya masyarakat perlu digali dan diteliti. Riset yang mengkaji kondisi sosial

Mangrove dan Pesisir Vol. VI No. 2/2006

7

eksistensi tersebut, maka aplikasinya dapat diketahui melalui; pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan (SDKP) dalam pengertian persepsi dan konsepsi terhadap sistem dan mekanisme pengelolaan dan pemanfaatan, dan mekanisme pengelolaan dan pemanfaatan.

1. Pengelolaan dan Pemanfaatan

Sumberdaya Kelautan dan Perikanan.

Masyarakat di Kecamatan Krui bukan hanya dari penduduk asli Lampung Krui saja tetapi juga ada sedikit yang berasal dari masyarakat datangan, yaitu masyarakat Bali dan Jawa. Dari sisi akulturasi budaya antara masyarakat datangan dengan masyarakat asli telah terjalin kerjasama yang cukup harmonis, baik dilihat dari aspek sosial, ekonomi ataupun dari budaya, khususnya di daerah pertanian darat. Buah dari jalinan kerjasama yang harmonis ini telah mampu mensinerjikan kegiatan ekonomi yang saling menguntungkan, dimana masyarakat datangan berbasis kegiatan di pertanian berinteraksi dengan masyarakat nelayan asli krui yang menghasilkan hasil tangkapan ikan dan pasarnya dijual ke masyarakat datangan atau masyarakat di pertanian. Kedua masyarakat tersebut saling membutuhkan, sehingga transaksi ekonomi berbasis komoditi (hasil laut dan pertanian) mampu menciptakan kesejahteran bersama.

1.1. Persepsi Dan Konsepsi Terhadap

Sistem Dan Mekanisme Pengelolaan Dan Pemanfaatan

Persepsi dan konsepsi terhadap sistem dan mekanisme pengelolaan dan pemanfaatan perairan laut adalah terkait dengan batas-batas wilayah penangkapan ikan, klaim terhadap wilayah penangkapan ikan tertentu, dan pemegang wewenang dan distribusi hak pemanfaatan. Persepsi yang terkait dengan batas wilayah penangkapan bagi masyarakat nelayan adalah berkenaan dengan jarak penangkapan yang boleh dilakukan oleh setiap anggota masyarakat nelayan. Batas

wilayah nelayan di kecamatan krui diatur oleh pemerintah adalah sejauh tiga (3) mil laut dari garis pantai dari pulau-pulau yang ada disekitar Kecamatan Krui.

Adapun konsepsi terhadap sistem pengelolaan dan pemanfaatan dapat ditinjau dan dilihat dari besarnya ukuran volume armada penangkapan yang dimiliki oleh nelayan krui. Ukuran armadanya masih sangat sederhana, karena dilihat dari panjang kasko berada pada kisaran lima (5) meter, lebar satu setengah (1,5) meter dengan mesin out-board berkekuatan 6 Pk, dan alat tangkapnya campuran yaitu gillnet, pancing dan pukat pantai, serta bubu. Berkenaan dengan konsepsi terhadap mekanisme pengelolaan yang dikaitkan dengan klaim terhadap wilayah penangkapan ikan tertentu, dan pemegang wewenang dan distribusi hak pemanfaatan adalah lebih banyak menekankan pada aturan-aturan kebiasaan yang telah berlaku di dalam masyarakat (Satria, A. 2001).

Wilayah penangkapan yang dilakukan oleh masyarakat nelayan adalah wilayah penangkapan yang secara kebiasaan telah di klaim sebagai bagian wilayah dari Kecamatan Krui, sehingga siapapun warga anggota masyarakat yang melakukan penangkapan di wilayah tersebut dibolehkan. Dengan demikian apabila ada pelanggaran wilayah penangkapan oleh warga lain akan diselesaikan melalui aturan adat kebiasaan yang telah berlaku, tetapi terhadap pelanggaran yang jelas-jelas disengaja maka mekanisme yang dipakai adalah melalui aparat hukum yang berwenang. Di dalam hal ini pemegang wewenang dan hak pemanfaatan adalah pemerintah sebagai institusi resmi melakukan pengaturan dan bersama-sama dengan masyarakat melalui hukum adat menjaga dan mengakui hak kepemilikan adat terhadap wilayah yang didiami dan dikelola oleh masyarakat di Kecamatan Krui.

Page 8: STUDI KASUS PEMBERDAYAAN PERAN KEARIFAN … Mangrove & Pesisir... · eksplanasi dari kondisi sosial budaya masyarakat perlu digali dan diteliti. Riset yang mengkaji kondisi sosial

Mangrove dan Pesisir Vol. VI No. 2/2006

8

1.2 Sistem Pengelolaan Dan Pemanfaatan.

Pengelolaan dan pemanfaatan berkaitan dengan sistem, dan hal ini sangat erat berhubungan pada aturan tentang daerah penangkapan, musim penangkapan, alat tangkap, atau aturan lainnya yang berhubungan dengan penangkapan ikan (Taryoto, Andin. 1999). Sistem pengelolaan yang terkait dengan daerah penangkapan lebih menekankan pada hak wilayah secara adat, sehingga berkenaan dengan pemanfaatannya dapat dilakukan melalui pengaturan yang saling menguntungkan dan memberikan manfaat bersama. Adapun sistem pemanfaatan lebih terkait langsung pada pengaturan tentang musim penangkapan, alat tangkap dan aturan penangkapan. Di daerah Kecamatan Krui sistem pengelolaan dan pemanfaatan di wilayah penangkapan ikan dapat dikatakan telah berjalan sesuai dengan kehendak masyarakatnya, dan tidak bertentangan dengan aturan pemerintah.

Pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya perikanan yang berkenaan dengan wilayah dan sarana penangkapan oleh masyarakat nelayan yang berdomisili di wilayah Kecamatan Krui, hingga sampai sekarang tidak menimbulkan saling pertentangan yang merugikan kedua belah pihak. Masalah pemanfaatan dapat menimbulkan gejolak, yaitu apabila pada saat ada anggota nelayan luaran yang bukan penangkap dari wilayah Kecamatan Krui ikut melakukan kegiatan penangkapan dengan menggunakan alat tangkap yang tidak lazim (mini trawl) yang dipakai oleh masyarakat tempatan. Aturan tentang alat tangkap yang dibolehkan pada dasarnya adalah alat tangkap yang tidak merusak lingkungan dan ekosistem sumberdaya perikanan. Apabila ada pelanggaran alat tangkap maka akan masyarakat nelayan Krui menjadi kritis mempertanyakan kemudian ikut melakukan pengawasan ketat terhadap alat tangkap yang dianggap merugikan tersebut. Jadi sistem pengelolaan dan pemanfaatan yang ada di wilayah krui

masyarakatnya telah berupaya sebaik mungkin dan mengikuti hukum-hukum formal yang berlaku, tetapi juga tetap menggunakan hukum adat sebagai kebijakan moral bersama di dalam masyarakat. 1.3 Mekanisme Pengelolaan dan

Pemanfaatan. Mekanisme pengelolaan dan pemanfaatan pada dasarnya adalah berkenaan dengan tata cara pengaturan pengelolaan dan pemanfaatan SDKP. Adapun mekanisme pengelolaan dan pemanfaatan lebih terkait langsung pada pengaturan tentang musim penangkapan, alat tangkap dan aturan penangkapan sumberdaya perikanan tangkap. Mekanisme Pengelolaan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan (internal dan eksternal) sangat terkait dengan bagaimana keberlanjutan hasil tangkapan ikan. Keberadaan mekanisme pengelolaan, menyangkut fishing ground, pengaturan alat tangkap, musim penangkapan dan fishing right dilakukan secara bersama-sama.

Musim penangkapan umumnya tidak dapat dilakukan hampir sepanjang waktu, karena ada musim Barat yang sangat berbahaya bagi nelayan. Daerah penangkapan terbatas di sekitar teluk di depan pasar Krui yang luasannya terbatas, angin dari laut lepas hampir tidak mempunyai penghalang, terkecuali di sekitar pulang Pisang, disini ada daerah yang sedikit tertutup, inilah tempat nelayan berlindung. Migrasi nelayan berjalan dalam rentang waktu empat bulanan yang mereka sebut sebagai bukan musim ikan. yaitu dari bulan Nopember hingga Pebruari. Pada waktu itu nelayan relatif istirahat. Keberadaan sumberdaya perikanan tangkap di wilayah Teluk Krui mempunyai potensi ikan yang banyak dan subur dan menjadi tempat penangkapan sejak dahulu oleh masyarakat tempatan. Perairan ini sifat penangkapannya open access, artinya setiap orang dari penduduk desa disekitar Kecamatan Krui dapat saja melakukan penangkapan ikan di daerah fishing ground yang sama.

Page 9: STUDI KASUS PEMBERDAYAAN PERAN KEARIFAN … Mangrove & Pesisir... · eksplanasi dari kondisi sosial budaya masyarakat perlu digali dan diteliti. Riset yang mengkaji kondisi sosial

Mangrove dan Pesisir Vol. VI No. 2/2006

9

Mekanisme pengelolaan dan pemanfaatan menyangkut aturan tentang daerah penangkapan, musim penangkapan, alat tangkap, atau aturan lainnya yang berhubungan dengan daerah penangkapan ikan, hingga sampai sekarang secara adat kebiasaan hanya sebatas wilayah teluk yang termasuk di Kecamatan Krui saja. Tata cara pengaturan pengelolaan dan pemanfaatan SDKP yang berada diluar teluk belum tegas di wilayah Kecamatan Krui, karena perahunya kecil maka mengakibatkan kurang kemampuan mengendalikan daerah fishing ground yang jauh dari pantai. Masyarakat nelayan pada umumnya hanya mengeluh dan menyatakan penyebab utama hasil penangkapan mereka berkurang karena adanya nelayan pendatang yang melakukan pencurian di wilayah penangkapan mereka dengan menggunakan alat tangkap yang lebih besar dan alat tangkap aktif seperti purse-seine besar atau dugaan dengan trawl.

Sikap Warga Masyarakat Terhadap Tata Nilai (hukum adat). Yang dimaksudkan dengan sikap warga terhadap tata nilai adalah lebih banyak berkenaan dengan pandangan masyarakat terhadap tata nilai dan keterbukaan untuk menerima inovasi/hal-hal baru berdasarkan IPTEK. Sikap dalam hal ini lebih dikaitkan pada konservasi Sumberdaya Kelautan dan Perikanan (SDKP) yang berkaitan dengan pandangan tentang persepsi dan konsepsi upaya konservasi, serta mekanisme upaya konservasi.

2. Konservasi Sumberdaya Kelautan

dan Perikanan. Konservasi sumberdaya kelautan dan perikanan dalam hal ini adalah berupa pengetahuan lokal masyarakat tempatan terkait dengan persepsi dan konsepsi serta mekanisme konservasi sumberdaya kelautan dan perikanan yang bertujuan menjaga SDKP agar tetap berfungsi di dalam mendukung pengelolaan dan pemanfaatan SDKP secara lestari. Fungsi

SDKP lebih banyak dilihat dari aspek ekologi dan ekonominya. Persepsi dan konsepsi yang terkait dengan konservasi lebih dipahami sebagai upaya menjaga kelestarian sumber daya. Persepsi dan konsepsi tersebut mencerminkan adanya suatu rancangan upaya konservasi yang bernilai positif di dalam pikiran masyarakat. Mekanisme dalam hal ini juga merupakan suatu rangkaian perilaku dan tindakan masyarakat dalam upaya konservasi SDKP.

2.1. Persepsi dan Konsepsi Upaya

Konservasi. Persepsi dalam hal ini adalah pendapat atau paham tentang upaya konservasi SDKP. Persepsi dan konsepsi tersebut mencerminkan adanya suatu rancangan upaya konservasi di dalam pikiran masyarakat. Untuk masyarakat nelayan tempatan wilayah Kecamatan Krui menganggap wilayah perairan laut belum menjadi bagian langsung sumber penghidupan mereka, sehingga sampai saat ini belum banyak penduduk asli Lampung menjadi nelayan. Karena itu nelayan tempatan hampir tidak mengenal lebih jauh tentang konsep konservasi yang benar dan sesuai lingkungannya.

Keberadaan konservasi SDKP adalah berupa upaya konservasi yang di pahami sebagai daerah larangan. Masyarakat nelayan yang mengenal daerah larangan di tengah laut hanyalah masyarakat nelayan yang sumber penghidupannya dari perairan laut, jumlahnya terbatas. Daerah larangan artinya apabila nelayan melakukan penangkapan di daerah yang terlarang tersebut akan mendapat celaka (kebendon). Daerah larangan di laut biasanya terdiri dari daerah yang mempunyai karang atau daerah yang mempunyai pusaran arus air yang kencang yang dapat mencelakakan perahu, dan daerah itu berada dekat Pulau Pisang di musim-musim tertentu karena perubahan arus laut, dan antar nelayan saling memberitahukannya.

Page 10: STUDI KASUS PEMBERDAYAAN PERAN KEARIFAN … Mangrove & Pesisir... · eksplanasi dari kondisi sosial budaya masyarakat perlu digali dan diteliti. Riset yang mengkaji kondisi sosial

Mangrove dan Pesisir Vol. VI No. 2/2006

10

Konsepsi upaya konservasi sumberdaya kelautan dan perikanan ternyata masyarakat nelayan tempatan di sekitar Kecamatan Krui belum mengenal konservasi, yang ada hanya sebatas pengetahuan daerah berbahaya saja. Karena berbahaya, alasan perlindungannya adalah dengan memberikan berita bahwa di daerah tersebut memiliki bahaya tertentu yang dapat mengakibatkan celaka bagi pelanggarnya (biasanya daerah karang yang dilindungi dan berarus kuat). Dengan cara penuturan yang sakral, maka kepatuhan nelayan untuk tidak menghampiri atau melakukan kegiatan penangkapan didaerah tersebut biasanya ikut menjaganya. Adapun upaya konservasi yang dikenalkan secara formal oleh institusi pemerintah belum dikenal luas, karena konsep konservasi yang dimaksudkan belum menjadi bagian kehidupan bersama, disamping itu arti konservasi yang dimaksudkan kadang kala masih berbeda dengan daerah larangan yang dimaksudkan oleh masyarakat.

2.1 Mekanisme Upaya Konservasi. Tata cara pengaturan dan kegiatan konservasi SDKP yaitu berupa mekanisme penerapan upaya konservasi sumberdaya kelautan dan perikanan. Konsepsi yang dianut oleh masyarakat yaitu daerah larangan di laut hanya dilindungi oleh masyarakat nelayan tempatan. Masyarakat asli Kecamatan Krui sumber kehidupannya berbasiskan pertanian, maka kesakralan di laut belum merupakan bagian kehidupan yang terlalu penting. Untuk penghormatan perlindungan larangan di laut tersebut biasanya dilakukan melalui upacara-upacara keagamaan tertentu berdasarkan keyakinan yang telah diturunkan secara turun temurun. Deskripsi dan manfaat yang dirasakan oleh masyarakat dari kegiatan konservasi SDKP, ada rasa ketenangan karena telah dilaksanakannya upacara sedekah laut.

Mekanisme Pengelolaan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan (internal dan eksternal). Adapun yang berkenaan dengan mekanisme pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan baik terhadap aspek internal dan eksternalnya yang dimaksudkan dalam bahasan ini lebih terkait dengan Keberadaan mekanisme pengelolaan, yang menyangkut fishing ground, pengaturan alat tangkap, musim penangkapan dan fishing right serta Keberadaan dan penerapan sanksi atas pelanggaran hukum adat. Berkenaan dengan itu maka peninjauan lebih dititik beratkan pada penegakan peraturan (law enforcement) dalam artian bentuk sanksi atas pelanggaran pengaturan, dan mekanisme penegakan sanksi pelanggaran peraturan atas efektivitas penegakan peraturan.

3. Penegakan Peraturan (law

enforcement) Penegakan peraturan dalam bentuk pengetahuan lokal masyarakat tempatan (Lampung Barat dan Nelayan Bambangan) terkait dengan bentuk sanksi, mekanisme dan efektifitasnya dalam upaya pengelolaan dan pemanfaatan SDKP secara lestari. Pengelolaan dan pemanfaatan SDKP juga termasuk di dalamnya upaya konservasi.

Sanksi bertujuan mengatur tingkah laku dan tindakan kelompok masyarakat di wilayah kelautan di dalam pengelolaan dan pemanfaatan SDKP. Oleh karena itu sanksi berisi peraturan bentuk-bentuk hukuman atas pelanggaran yang dibuat oleh sekelompok masyarakat dan di berlakukan bagi semua anggota kelompok masyarakat nelayan. Mekanisme penegakan sanksi yang diberlakukan pada masyarakat nelayan Krui, yaitu merupakan pelaksanaan suatu rangkaian kegiatan penegakan peraturan dalam lingkup aturan-aturan yang dibuat terkait dengan pengelolaan dan pemanfaatan SDKP. Efektifitas bentuk dan mekanisme penegakan sanksi dapat diketahui dari jumlah banyaknya penyelesaian kasus-

Page 11: STUDI KASUS PEMBERDAYAAN PERAN KEARIFAN … Mangrove & Pesisir... · eksplanasi dari kondisi sosial budaya masyarakat perlu digali dan diteliti. Riset yang mengkaji kondisi sosial

Mangrove dan Pesisir Vol. VI No. 2/2006

11

kasus pelanggaran. Penyelesaian tersebut bisa berupa sanksi berdasarkan hukum normatif ataupun hukum positif. Untuk nelayan di Kecamatan Krui, penyelesaian kasus pelanggaran hukum umumnya diselesaikan melalui hukum-hukum adat melalui musyawarah perdamaian, sedangkan yang melalui putusan pengadilan tidak pernah terjadi.

3.1 Bentuk Sanksi Atas Pelanggaran

Pengaturan. Bentuk sanksi atas pelanggaran pengaturan pemanfaatan, pengelolaan dan konservasi sumberdaya kelautan dan perikanan adalah sebagai berikut;

a. Pelanggaran yang dilakukan oleh

masyarakat nelayan datangan oleh masyarakat nelayan yang datang ke daerah Krui terhadap pemanfaatan, misalnya menggunakan alat tangkap yang merusak (pengeboman ikan, jaring trawl), masyarakat tempatan melakukan pelarangan secara langsung. Bentuk sanksi masyarakat menginformasikan kepada aparat pemerintah setempat, yaitu dengan cara memberikan pemberitahuan tentang pelanggaran, sehingga peringatan atau penangkapan oleh aparat yang berwenang dapat dilakukan. Isi peringatan biasanya berupa pemberitahuan bahwa, alat tangkap yang digunakan tersebut akan merusak lingkungan tempat penangkapan ikan, yang akhirnya akan merugikan bersama, disamping itu cara-cara yang tidak terpuji akan menimbulkan keresahan bermasyarakat dan keluarga yang lainnya.

b. Pelanggaran oleh masyarakat nelayan tempatan yaitu masyarakat nelayan yang berasal dari nelayan yang secara de fakto telah diakui oleh masyarakat tempatan sebagai warganya yang datang ketempat mereka secara baik-baik, terhadap mereka dikenakan sanksi adat kampung berupa permusayawaratan kampung tempatan agar mematuhi aturan yang

ada. Contoh bentuk pelanggaran berupa melakukan penangkapan di daerah yang telah di sepakati bahwa daerah tertentu adalah terlarang, karena itu daerah ini harus mendapat penjagaan bersama dengan mentaati penggunaan alat tangkap yang tidak merusak lingkungan. Cara pemberian sanksi yang diberikan masyarakat adalah berupa peringatan yang pemberitahuannya dilakukan oleh pemuka masyarakat. Isi peringatan biasanya berupa pemberitahuan bahwa alat tangkap yang digunakan tersebut akan merusak lingkungan tempat penangkapan ikan, bila mengulangi pelanggaran alat tangkapnya disita oleh masyarakat.

c. Bentuk sanksi dari masyarakat adalah berupa peringatan pelarangan dan pemberitahuannya di lakukan oleh pemuka masyarakat, kemudian pesan moral yang diberikan adalah pentingnya kerjasama menjaga sumber penghidupan bersama.

3.2 Mekanisme Penegakan Sanksi

Atas Pelanggaran Peraturan. Mekanisme penegakan sanksi atas pelanggaran peraturan tentang pemanfaatan, pengelolaan dan konservasi sumberdaya kelautan dan perikanan. Mekanisme dilihat dari bentuk sanksi atas pelanggaran peraturan adalah sebagai berikut; a. Mekanisme sanksi atas pelanggaran

pemanfaatan yang dilakukan oleh masyarakat datangan ke Kecamatan Krui; Pertama diserahkan kepada tokoh masyarakat atau pemuka adat tentang aturan yang berlaku didaerah ini menurut adat istiadat. Kedua, pengenaan sanksi dari adat yang dikuatkan oleh aparat yang berwenang (Dinas Perikanan dan Kelautan, Polisi Air atau aparat hukum lainnya), untuk selanjutnya agar dapat diproses lebih lanjut sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan negara yang berlaku.

Page 12: STUDI KASUS PEMBERDAYAAN PERAN KEARIFAN … Mangrove & Pesisir... · eksplanasi dari kondisi sosial budaya masyarakat perlu digali dan diteliti. Riset yang mengkaji kondisi sosial

Mangrove dan Pesisir Vol. VI No. 2/2006

12

b. Mekanisme sanksi atas pelanggaran pengelolaan yang dilakukan oleh masyarakat datangan ke Kecamatan Krui; Pertama diserahkan kepada tokoh masyarakat atau pemuka adat agar diberitahu tentang cara-cara pengelolaan sumberdaya perikanan yang biasanya menurut adat istiadat setempat. Kedua, apabila masih melakukan pelanggaran, pemuka adat menyerahkannya kepada aparat yang berwenang (Dinas Kelautan dan Perikanan, Polisi Air atau aparat hukum lainnya) agar mematuhi peraturan dan perundang-undangan negara yang berlaku.

c. Mekanisme sanksi atas pelanggaran konservasi yang dilakukan oleh masyarakat nelayan tempatan di Kecamatan Krui; Pertama diserahkan kepada tokoh masyarakat atau pemuka adat agar menghentikan pelanggaran dan mengajak masyarakat untuk ikut berpartisipasi melindungi daerah terlarang sumberdaya kelautan secara benar dan apabila masih mengabaikannya maka diberi sanksi yang disesuaikan dengan hukum kebiasaan yang telah berlaku menurut adat istiadat dan hukum negara yang berlaku.

3.3 Efektivitas Penegakan Peraturan. Jumlah nelayan yang menggantungkan hidup dari hasil penangkapan ikan masih relatif terbatas, pelanggaran peraturan oleh masyarakat tempatan masih rendah, dan dari nelayan datangan frekuensi pelanggarannya juga relatif kecil. Dilihat dari penegakan pelaksanaan efektifitas penegakan peraturan, secara deyure tampaknya masih di pertanyakan, karena terbatasnya data dan informasi tentang sinkronisasi antara sanksi menurut adat dan kebiasaan dengan sanksi menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku yang dilaksanakan oleh pemerintah terterapkan didalam masyarakat.

2. ANALISIS PERANAN KEARIFAN

LOKAL

Berdasarkan hasil tabel rataan penilaian sikap dari responden untuk program PEMP sebanyak 25 orang dan NONPEMP juga sebanyak 25 orang, hasil rataannya terhadap eksistensi hukum adat dalam artian sebagai aturan yang berlaku di daerah nelayan yang ada di Krui, sampai saat ini masih tetap diberlakukan dapat diketahui bahwa; Kenyataan bahwa hukum adat tersebut masih cukup berperan dapat dilihat di dalam Tabel.2, terhadap nelayan yang belum mengikuti program PEMP menunjukkan sikap sebesar 3,44. dalam kategori kurang mendukung yang memberikan gambaran tentang ketaatan mereka. Kalau dilihat dari mekanisme pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan secara internal, penilaian sikap tersebut ternyata juga masih kurang mendukung (3,16), dan terhadap sanksi yang dikenakan mereka mendekati mendukung (3,88), dan dari sikap mereka terhadap nelayan luaran yang datang kedaerah mereka ikut menangkap ikan dengan alat tangkap yang berbeda pada umumnya ada sikap penolakan yang besar, hal ini dapat dilihat dari angka rataan sebesar 2,16 yang menyatakan tidak mendukung. Sebaliknya kepada masyarakat yang telah mengikuti program PEMP kesadaran tentang pentingnya peranan adat menjadi lebih baik lagi dengan sikap 4 yang termasuk kategori mendukung. Berarti program PEMP memberikan efek positip bagi mereka sebesar 0,56. Kalau dilihat dari mekanisme pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan secara internal, penilaian sikap tersebut ternyata juga cenderung ada peningkatan dari yang sifatnya lemah kearah yang lebih kuat yaitu sebesar 4,08 yang masuk kategori mendukung, atau ada peningkatan 0,92 point dan ini cukup besar. Kalau dilihat dari sanksi, juga mengalami peningkatan menjadi 3,92 kearah lebih mendukung, tetapi angka ini masih relatif kecil dengan selisih 0,04 poin saja Dan adapun dari sikap ternyata juga mengalamai peningkatan walupun masih dalam kategori tidak mendukung, tetapi ada

Page 13: STUDI KASUS PEMBERDAYAAN PERAN KEARIFAN … Mangrove & Pesisir... · eksplanasi dari kondisi sosial budaya masyarakat perlu digali dan diteliti. Riset yang mengkaji kondisi sosial

Mangrove dan Pesisir Vol. VI No. 2/2006

13

sebagian bergeser kearah merubah sikapnya terhadap pengelolaan

sumberdaya setelah adanya program PEMP.

Tabel. 2 Hasil Rataan Peran Kearifan Lokal Terhadap Pemberdayaan PEMP dan Non

PEMP, Krui. Juli 2005.

No Kearifan Lokal Rataan Elemen Non PEMP = 25 PEMP = 25 HASIL

1 Hukum Adat (Eksistensi) 3.44 4 0.56

2 Mekanisme Pegololan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Internal 3.16 4.08

0.92

3 Sanksi 3.88 3.92 0.04 4 Sikap 2.16 2.88 0.72

5 Mekanisme Pengolahan Sumberdaya Kelautan dan Pkn ekternal 3,64 4,28

0.64

6 Sanksi 4 4 0 7 Sikap 3.28 3.84 0.56

Dengan cara pandang yang sama, peran kearifan lokal terhadap pemberdayaan terhadap mekanisme pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan dari aspek ekternal terhadap sanksi dan sikap dapat diketahui bahwa; Untuk mekanisme pengelolaan terjadi peningkatan rataan dari 3,64 yang tadinya kurang mendukung menjadi mendukung (4,28) atau ada selisih 0,64 yang menunjukkan pemahaman pengelolaan terhadap sumberdaya tidak selamanya dari internal atau lokal saja, akan tetapi ada juga keterlibatan dari luar kelembagaan adat yang sudah ada. Adapun terhadap sanksi umumnya mereka mendukung dengan angka rataan 4, hal ini mungkin terkait langsung dengan kebutuhan kehidupan mereka terhadap sumberdaya perikanan tersebut, Terhadap sikap, juga mengalamai perubahan dari 3,28 menjadi 3,84 atau ada kenaikan 0,56 poin. Hal ini menunjukkan bahwa sikap masyarkat

terhadap pengaruh mekanisme pengelolaan dari ekternal cukup ada perhatiannya yang tadinya kurang mendukung menjadi mengarah pada kategori mendekati mendukung.

Berdasarkan hasil pengujian spearman rank correlation coefficient terhadap peranan kearifan lokal di Krui seperti terlihat dalam Tabel. 3. dapat memberikan informasi. Bahwa program pemberdayaan masyarakat pesisir, berdasarkan data dan informasi yang di diolah terdapat Xr² = -6,21 dimana lebih rendah dari P ≤ 3,84 maka probabilitinya signifikan kearah negatif. Jadi ternyata walaupun ada perubahan sikap dari masyarakat terhadap program tersebut kearah yang lebih positif, tetapi secara keseluruhan program tersebut belum dapat diterima secara lebih terbuka.

Page 14: STUDI KASUS PEMBERDAYAAN PERAN KEARIFAN … Mangrove & Pesisir... · eksplanasi dari kondisi sosial budaya masyarakat perlu digali dan diteliti. Riset yang mengkaji kondisi sosial

Mangrove dan Pesisir Vol. VI No. 2/2006

14

Tabel. 3 Spearman Rank Correlation Coefficient

No Jumlah Skoring Rank Jml PEMP Jml NonPEMP Jml PEMP Jml NonPEMP di di2

1 100 86 5.5 5 0.5 0.25 rs -6.21429 2 102 79 7 2 5 25 3 98 97 4 4 0 0 4 72 54 1 1 0 0 5 91 107 2 7 -5 25 6 100 100 5.5 6 -0.5 0.25 7 96 82 3 3 0 0 Jumlah 50.5

Xr² = -6,21 dimana P ≤ 3,84 maka probabilitinya tidak signifikan.

Keberpihakan masyarakat terhadap program PEMP belum sepenuhnya mendukung, hal tersebut mungkin disebabkan karena program yang dikenalkan waktunya masih terlalu singkat, sehingga masih banyak pertanyaan yang belum begitu jelas bagi masyarakat nelayan terhadap untung ruginya dari program tersebut bagi kehidupan mereka selanjutnya.

KESIMPULAN

Dari dimensi peranan pengetahuan lokal terhadap pemberdayaan masyarakat nelayan, masyarakat nelayan pada umumnya telah sangat mengetahui tentang wilayah perikanan laut yang dapat di tangkap dengan menggunakan alat tangkap yang sesuai dengan keadaan lingkungan alamnya. Alat tangkap ini juga telah disesuaikan dengan keadaan tempat penangkapan, musim dan cara yang sebaiknya melakukan dan menggunakannya yang disesuaikan dengan kebutuhan alat tangkap itu sendiri. Untuk alat-alat tertentu masyarakat yang ada di daerah tertentu telah menetapkan bersama berapa sesungguhnya yang diperbolehkan menggunakan alat tangkap tersebut pada setiap harinya, seperti jaring pukat pantai. Adapun untuk alat tangkap yang lainnya, agar tidak merusak lingkungan dan sumber mata pencaharian mereka dalam jangka panjang, nelayan senantiasa mewaspadai bersama

terhadap masyarakat yang menggunakan alat tangkap yang jenisnya merusak, seperti pengeboman, dan juga kapal-kapal besar yang menggunakan jaring yang sifatnya menguras ikan. Terhadap alat tangkap ini umumnya mereka melakukan penolakan.

Hasil rataan terhadap eksistensi hukum adat dalam artian sebagai aturan yang berlaku di daerah nelayan yang ada di Krui, sampai saat ini masih tetap diberlakukan. Kenyataan bahwa hukum adat tersebut masih cukup berperan dapat dilihat di dalam Tabel 2, yaitu terhadap nelayan yang belum mengikuti program PEMP menunjukkan umumnya dalam kategori kurang mendukung, inilah yang memberikan gambaran tentang ketaatan mereka. Sebaliknya terhadap masyarakat nelayan yang mengikuti PEMP, berkenaan dengan peranan kearifan lokal terhadap pemberdayaan masyarakat telah menujukkan kearah yang lebih mendukung karena ada perubahan sikap yang ditunjukkan oleh sebagian besar responden dari peserta PEMP.

Perubahan yang ada ini ternyata berdasarkan hasil pengujian Spearman Rank Correlation bahwa program pemberdayaan masyarakat pesisir, berdasarkan data dan informasi yang diolah terdapat Xr² = -6,21 dimana lebih rendah dari P ≤ 3,84 maka probabilitinya signifikan justru kearah negatif. Jadi ternyata walaupun ada perubahan sikap

Page 15: STUDI KASUS PEMBERDAYAAN PERAN KEARIFAN … Mangrove & Pesisir... · eksplanasi dari kondisi sosial budaya masyarakat perlu digali dan diteliti. Riset yang mengkaji kondisi sosial

Mangrove dan Pesisir Vol. VI No. 2/2006

15

dari masyarakat terhadap program tersebut kearah yang lebih positip, tetapi secara keseluruhan program tersebut belum dapat diterima secara lebih terbuka dan transparan. Keberpihakan ini belum didukung sepenuhnya karena kemungkinan disebabkan oleh rentang

waktu pengenalan program PEMP masih terlalu pendek. Dengan demikian masih banyak masyarakat yang belum memahami sepenuhnya tujuan dari program itu sendiri bagi peningkatan kesejahteraan mereka.

DAFTAR PUSTAKA

Bakker, J.W.M. 1984.

Filsafat Kebudayaan: Sebuah Pengantar. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 154 p.

Dahuri, R. 2003. Paradigma Baru Pembangunan Indoensia Berbasis Kelautan. Orasi Ilmiah. Guru Besar Tetap Bidang Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 233 p.

Hikmat, R. Harry., 2001. Strategi Pemberdayaan Masyarakat. Humaniora Utama Press. Bandung. Cetakan Pertama. 260 p.

Koentjaraningrat, 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Rineka Cipta. Bandung. 391 p.

Nasution, Z., dkk, 2004. Riset Sosio Antropologi Dalam Rangka Pemberdayaan Masyarakat Nelayan, Laporan Teknis. Bagian Proyek Riset Pengolahan Produk

dan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan. PRPPSE, BRKP.

Satria, A. 2001. Dinamika Modernisasi Perikanan: Formasi Sosial dan Mobilitas Nelayan. Humaniora Utama Press. Bandung. 151 p.

Sidney Siegel, 1956. Nonparametric Statistics for the Behavioral Sciencees. International Student Edition, McGraw-Hill International Book Company.

Taryoto, Andin. 1999. Internalisasi Aspek-Aspek Sosial Budaya dalam Proses Industrialisasi Pertanian. dalam I.W.Rusastra dkk (Eds.). Dinamika Inovasi Sosial Ekonomi dan Kelembagaan Pertanian. Hal. 7575-582. Pusat Penelitian Sosek Pertanian. Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta.

Yin, Robert. 1997. Studi Kasus (Desain dan Metode). Rajawali Press. Jakarta.