studi kasus hydrops ascites pada kucing dan … · dipilih dalam penelitian yang telah dilaksanakan...

33
STUDI KASUS HYDROPS ASCITES PADA KUCING DAN KAITANNYA DENGAN FELINE INFECTIOUS PERITONITIS SITI ZAHRINA DEPARTEMEN KLINIK REPRODUKSI DAN PATOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2016

Upload: duongkhuong

Post on 02-Mar-2019

307 views

Category:

Documents


17 download

TRANSCRIPT

Page 1: STUDI KASUS HYDROPS ASCITES PADA KUCING DAN … · dipilih dalam penelitian yang telah dilaksanakan pada tahun 2014 ini adalah “Studi Kasus Hydrops Ascites ... pada jantung bagian

STUDI KASUS HYDROPS ASCITES PADA KUCING DAN

KAITANNYA DENGAN FELINE INFECTIOUS PERITONITIS

SITI ZAHRINA

DEPARTEMEN KLINIK REPRODUKSI DAN PATOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2016

Page 2: STUDI KASUS HYDROPS ASCITES PADA KUCING DAN … · dipilih dalam penelitian yang telah dilaksanakan pada tahun 2014 ini adalah “Studi Kasus Hydrops Ascites ... pada jantung bagian

ii

Page 3: STUDI KASUS HYDROPS ASCITES PADA KUCING DAN … · dipilih dalam penelitian yang telah dilaksanakan pada tahun 2014 ini adalah “Studi Kasus Hydrops Ascites ... pada jantung bagian

iii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini Saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Studi Kasus Hydrops

Ascites pada Kucing dan Kaitannya dengan Feline Infectious Peritonitis adalah

benar karya Saya dengan arahan dari Komisi Pembimbing dan belum diajukan

dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang

berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari

Penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di

bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini Saya melimpahkan hak cipta dari karya tulisan Saya kepada

Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2016

Siti Zahrina

NIM B04120064

Page 4: STUDI KASUS HYDROPS ASCITES PADA KUCING DAN … · dipilih dalam penelitian yang telah dilaksanakan pada tahun 2014 ini adalah “Studi Kasus Hydrops Ascites ... pada jantung bagian

iv

Page 5: STUDI KASUS HYDROPS ASCITES PADA KUCING DAN … · dipilih dalam penelitian yang telah dilaksanakan pada tahun 2014 ini adalah “Studi Kasus Hydrops Ascites ... pada jantung bagian

v

ABSTRAK

SITI ZAHRINA. Studi Kasus Hydrops Ascites pada Kucing dan Kaitannya dengan

Feline Infectious Peritonitis. Dibimbing oleh SETYO WIDODO dan LENI

MAYLINA.

Feline Infectious Peritonitis (FIP) merupakan penyakit yang rentan terjadi

pada kucing yang pelihara lebih dari satu ekor dalam sebuah rumah tangga.

Kejadian FIP ini menular dan berakibat fatal. Tujuan dilakukannya penelitian ini

adalah mengidentifikasi kaitan antara gejala hydrops ascites dan insidensi

kecurigaan penyakit Feline Infectious Peritonitis (FIP). Studi kasus ini dilakukan

dengan mengumpulkan data sekunder dari sebuah klinik. Sebanyak 12 ekor kucing

dalam kasus yang diamati memiliki tiga gejala klinis utama, yaitu undulasi positif,

abdomen membesar, dan jaundice. Pengobatan hydrops ascites akan didiskusikan

lebih detail.

Kata kunci: Feline Infectious Peritonitis, hydrops ascites, kucing

ABSTRACT

SITI ZAHRINA. Case Study of Hydrops Ascites in Cats and Its Correlation with

Feline Infectious Peritonitis. Supervised by SETYO WIDODO and LENI

MAYLINA.

Feline Infectious Peritonitis (FIP) is a disease which is susceptible disease,

those happen in multiple cat household. FIP virus is highly virulence and fatal. The

aim of this study is to identify the correlation between hydrops ascites clinical sign

and the incidence of suspected Feline Infectious Peritonitis. This case study was

done using secondary data of hydrops ascites cases which went to a clinic. Twelve

cats examined were having abdominal undulant, enlargement of the abdomen, and

jaundice. The treatment of hydrops ascites will be discussed in detail.

Keywords: cat, Feline Infectious Peritonitis, hydrops ascites

Page 6: STUDI KASUS HYDROPS ASCITES PADA KUCING DAN … · dipilih dalam penelitian yang telah dilaksanakan pada tahun 2014 ini adalah “Studi Kasus Hydrops Ascites ... pada jantung bagian

vi

Page 7: STUDI KASUS HYDROPS ASCITES PADA KUCING DAN … · dipilih dalam penelitian yang telah dilaksanakan pada tahun 2014 ini adalah “Studi Kasus Hydrops Ascites ... pada jantung bagian

vii

STUDI KASUS HYDROPS ASCITES DAN KAITANNYA

DENGAN FELINE INFECTIOUS PERITONITIS

SITI ZAHRINA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kedokteran Hewan pada

Fakultas Kedokteran Hewan

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2016

Page 8: STUDI KASUS HYDROPS ASCITES PADA KUCING DAN … · dipilih dalam penelitian yang telah dilaksanakan pada tahun 2014 ini adalah “Studi Kasus Hydrops Ascites ... pada jantung bagian

viii

Page 9: STUDI KASUS HYDROPS ASCITES PADA KUCING DAN … · dipilih dalam penelitian yang telah dilaksanakan pada tahun 2014 ini adalah “Studi Kasus Hydrops Ascites ... pada jantung bagian
Page 10: STUDI KASUS HYDROPS ASCITES PADA KUCING DAN … · dipilih dalam penelitian yang telah dilaksanakan pada tahun 2014 ini adalah “Studi Kasus Hydrops Ascites ... pada jantung bagian

x

Page 11: STUDI KASUS HYDROPS ASCITES PADA KUCING DAN … · dipilih dalam penelitian yang telah dilaksanakan pada tahun 2014 ini adalah “Studi Kasus Hydrops Ascites ... pada jantung bagian

xi

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala nikmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun skripsi ini. Judul skripsi yang

dipilih dalam penelitian yang telah dilaksanakan pada tahun 2014 ini adalah “Studi

Kasus Hydrops Ascites pada Kucing dan Kaitannya dengan Feline Infectious

Peritonitis”. Adapun penyusunan skripsi ini dilakukan sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada Fakultas Kedokteran

Hewan Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Drh Setyo Widodo, PhD selaku

Pembimbing I, Drh Leni Maylina, MSi selaku pembimbing II, Drh Amrozi, PhD

selaku Pembimbing Akademik serta seluruh staf di klinik praktek bersama Drh

Setyo Widodo dkk tempat data penelitian ini diambil. Penulis juga mengucapkan

terima kasih kepada kedua orang tua, keluarga, Boki yang selalu menemani,

serta-serta teman-teman terutama penghuni kost New Arini dan CCA atas segala

do’a dan dukungannya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

baik. Semoga Penulis dapat menghasilkan skripsi yang bermanfaat bagi Penulis

lain dan juga bagi Pembaca.

Bogor, September 2016

Siti Zahrina

Page 12: STUDI KASUS HYDROPS ASCITES PADA KUCING DAN … · dipilih dalam penelitian yang telah dilaksanakan pada tahun 2014 ini adalah “Studi Kasus Hydrops Ascites ... pada jantung bagian

xii

Page 13: STUDI KASUS HYDROPS ASCITES PADA KUCING DAN … · dipilih dalam penelitian yang telah dilaksanakan pada tahun 2014 ini adalah “Studi Kasus Hydrops Ascites ... pada jantung bagian

xiii

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI xii

DAFTAR TABEL xiv

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

Manfaat Penelitian 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Homeostasis Cairan Tubuh dan Patogenesis Edema 3

Feline Infectious Peritonitis 6

Patogenesis 6

Gejala Klinis 6

Diagnosis 7

Prognosis 8

Terapi 8

METODE PENELITIAN 9

Tempat dan Waktu 9

Materi dan Metode Pelaksanaan 9

HASIL DAN PEMBAHASAN 9

Gejala Klinis 9

Terapi FIP 11

SIMPULAN DAN SARAN 12

Simpulan 12

Saran 12

DAFTAR PUSTAKA 13

Page 14: STUDI KASUS HYDROPS ASCITES PADA KUCING DAN … · dipilih dalam penelitian yang telah dilaksanakan pada tahun 2014 ini adalah “Studi Kasus Hydrops Ascites ... pada jantung bagian

xiv

Page 15: STUDI KASUS HYDROPS ASCITES PADA KUCING DAN … · dipilih dalam penelitian yang telah dilaksanakan pada tahun 2014 ini adalah “Studi Kasus Hydrops Ascites ... pada jantung bagian

xv

DAFTAR TABEL

Karakteristik cairan 3

Gejala Klinis yang Ditemukan pada Kucing dengan Kecurigaan FIP 10

Terapi yang Telah Dilakukan pada Kucing dengan Kecurigaan FIP 11

Page 16: STUDI KASUS HYDROPS ASCITES PADA KUCING DAN … · dipilih dalam penelitian yang telah dilaksanakan pada tahun 2014 ini adalah “Studi Kasus Hydrops Ascites ... pada jantung bagian

xvi

Page 17: STUDI KASUS HYDROPS ASCITES PADA KUCING DAN … · dipilih dalam penelitian yang telah dilaksanakan pada tahun 2014 ini adalah “Studi Kasus Hydrops Ascites ... pada jantung bagian

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kucing yang tergolong dalam ordo Carnivora, famili Felidae, dan genus Felis,

merupakan hewan yang banyak dipelihara di rumah. Kucing yang tinggal secara

berkelompok akan menjadi rentan populasinya bila salah satunya menderita

penyakit infeksius. Kedekatan manusia dengan kucing berkembang seiring dengan

pengetahuan-pengetahuan baru para pemilik kucing dalam manajemen dan

penanganan kesehatan kucing. Kedekatan ini membuka peluang ketergantungan

kucing akan nutrisi yang ideal dan berimplikasi kepada malnutrisi, misalkan

hydrops ascites dan mudah terserang penyakit infeksius seperti Feline Infectious

Peritonitis (FIP), Feline Enteric Viral Infection, Cat Influenza, atau Panleukopenia

jika pemeliharaannya bersifat multiple-cat.

Hydrops ascites merupakan kejadian akumulasi cairan abnormal pada rongga

abdomen (Neer 2009). Hydrops ascites menjadi gejala klinis yang sangat penting

untuk meneguhkan diagnosa suatu penyakit. Hydrops ascites dapat mengarahkan

diagnosa pada tiga kemungkinan penyebab gejala ini, yaitu hipoproteinemia,

Congestive Heart Failure (CHF) pada jantung bagian kanan, dan Chronic Renal

Failure (CRF). Prognosa hewan yang mengalami hydrops ascites tentu akan

berbeda tergantung dengan tingkat keparahan dan kesesuaian terapi untuk

mengeliminasi penyebab hydrops ascites.

FIP disebabkan oleh Feline Infectious Peritonitis Virus (FIPV), berasal dari

Famili coronavirus. FIPV merupakan mutasi dari Feline Enteric Coronavirus

(FECV) yang juga berasal dari famili coronavirus (Lappin 2001). Terdapat dua

bentuk FIP, yaitu tipe basah dan tipe kering. Hydrops ascites merupakan gejala

klinis yang penting pada FIP tipe basah. Akumulasi cairan dalam kasus FIP berbeda

dan unik dari jenis cairan tubuh lainnya, yaitu kekuningan dan tinggi protein

(Greene 2012), dan sering kali dijadikan pedoman dalam peneguhan diagnosa

kecurigaan penyakit FIP karena hingga saat ini sulit mendapatkan kit FIP test

secara resmi di Indonesia. Gejala ini sulit dikenali sedini mungkin oleh pemilik

hewan karena ukuran pembesaran yang tentu dan pengalaman untuk mengetahui

gejala ini tidak dimiliki semua pemilik hewan pelihara. Dikarenakan itu, diperlukan

pemahaman kejadian hydrops ascites oleh sebab lain, salah satunya adalah FIP tipe

basah

Tujuan Penelitian

Studi kasus ini bertujuan untuk mengidentifikasi gejala hydrops ascites secara

umum dan hydrops ascites pada penyakit Feline Infectious Peritonitis (FIP)

effusive type (tipe basah).

Page 18: STUDI KASUS HYDROPS ASCITES PADA KUCING DAN … · dipilih dalam penelitian yang telah dilaksanakan pada tahun 2014 ini adalah “Studi Kasus Hydrops Ascites ... pada jantung bagian

2

Manfaat Penelitian

Studi kasus ini bermanfaat memberikan informasi mengenai perjalanan

penyakit dan tata cara dalam mendiagnosa serta melakukan pengobatan pada kasus

hydrops ascites.

TINJAUAN PUSTAKA

Cairan tubuh merupakan larutan yang memiliki zat-zat terlarut seperti ion dan

bahan organik seperti protein plasma. Cairan tubuh terbagi menjadi dua, yaitu

cairan intraseluler yang berada di dalam sel dan cairan ekstraseluler yang berada di

luar sel. Cairan ekstraselular terbagi lagi menjadi dua bagian, yaitu cairan

interstisial yang berada di antara sel pada jaringan dan plasma darah yang menjadi

bagian darah. Perpindahan air antara cairan intraseluler dan ekstraseluler dapat

terjadi melalui membran sel. Begitu pula antara cairan ekstraseluler dan cairan

interstisial yang dapat berpindah melalui pori-pori pada endotel kapiler. Air dan ion

dapat bergerak bebas melewati pori-pori, membawa cairan dari satu sisi ke sisi lain

agar tercipta equilibrium (Hill et al. 2012).

Distribusi cairan ekstraseluler dan intraseluler ditentukan oleh efek osmotik zat

terlarut. Cairan interstisial dan plasma ditentukan oleh keseimbangan hidrostatik

dan tekanan koloid yang melintasi membran kapiler. Asupan cairan dapat berasal

dari makanan atau minuman dan hasil metabolisme. Sementara pengeluaran cairan

berupa penguapan melalui paru-paru dan kulit, keringat, feses, dan urin. Materi

yang tidak dibutuhkan, baik berasal dari darah maupun sel, haruslah dikeluarkan.

Hal ini perlu agar rongga-rongga antar jaringan tidak terisi oleh cairan dan menjaga

jaringan dari tekanan eksternal. Terdapat dua mekanisme pengeluaran cairan ke

jaringan intertisial yaitu melalui kapiler dan pembuluh limfe (Tuttle dan Schottelius

1965).

Tekanan osmotik merupakan transpor aktif air melalui membran, baik

membran sel, epitelium, ataupun membran buatan. Terminologi ini juga berlaku

untuk pergerakan air dalam tubuh. Air akan bergerak dari keadaan hipoosmotik ke

hiperosmotik. Dan equilibrium akan tercapai ketika dua larutan menjadi isoosmotik

(Hill et al. 2012).

Fungsi ginjal sebagai organ yang berperan dalam pembentukan urin sangat

berperan penting dalam pengaturan cairan tubuh. Hormon yang terlibat dalam

mekanisme pengaturan air antara lain vasopressin dan aldosteron. Vasopressin

(antidiuretik hormon/ADH) memainkan kunci yang penting dalam resorpsi air,

produksi urin, pemekatan urin, dan kesetimbangan air. Rata-rata anjing atau kucing

sehat memiliki kapasitas untuk memproduksi urin dengan osmolalitas lebih dari

2000 mOsm/kg. Apabila kucing atau anjing mengalami defisiensi ADH kronis atau

tidak mampu merespon ADH, urin terlarut menjadi sekitar 20 mOsm/kg (Feldman

2010). Sementara hormon aldosteron berfungsi untuk menjaga homeostasis

Page 19: STUDI KASUS HYDROPS ASCITES PADA KUCING DAN … · dipilih dalam penelitian yang telah dilaksanakan pada tahun 2014 ini adalah “Studi Kasus Hydrops Ascites ... pada jantung bagian

3

natrium dan kalium (Swift 2010). Kedua hormon ini akan bersinergi untuk

mempertahankan kadar air dalam tubuh walaupun mekanisme kerjanya antagonis.

Homeostasis Cairan Tubuh dan Patogenesis Edema

Akumulasi cairan interstisial disebut edema. Akumulasi cairan pada rongga

organ (pericardium, pleura, dan peritoneum) dapat dikategorikan sebagai edema.

Edema (English American) atau oedema (English British), sebelumnya dikenal

sebagai hydropsy. Secara fisiologis, tubuh akan membatasi jumlah cairan yang

terkumpul. Matriks interstisial akan memiliki peran dalam mengatur regulasi

tekanan hidrostatik. Kondisi patofisiologi dapat memunculkan gejala klinis edema.

Abnormalitas yang umum menyebabkan edema adalah peningkatan luas

permukaan mikrovaskular dan dilatasi vaskular yang tidak sempurna, penurunan

tekanan osmotik koloid, peningkatan permeabilitas mikrovaskular terhadap air dan

protein, dan peningkatan tekanan hidrostatik vena (Herndon 2010).

Manifestasi klinis edema tergantung dari organ yang dipengaruhi, misalnya

sistem syaraf pusat, paru-paru, intestine, dan kulit (Herndon 2010). Akumulasi

cairan edema terdiri dari transudat, eksudat, cairan limfatik, darah, urin, atau cairan

empedu (Tasker dan Gunn-Moore 2000). Volume edema, baik sedikit maupun

banyak, merupakan temuan yang penting untuk mendukung diagnosis.

Pemeriksaan fisik yang baik, tes darah, dan evaluasi cairan edema akan mengarah

pada diagnosa yang tepat ataupun mengarah pada uji diagnosis yang lain. Edema

memiliki berbagai nama sesuai predileksi tempat terjadinya. Pada kejadian edema

dalam peritoneum disebut hydrops ascites. Jenis-jenis cairan yang dapat ditemukan

secara umum adalah sebagai berikut.

Tabel 1 Karakteristik cairan

Transudate Modified transudate exudate

Berat Jenis <1.018 1.018-1.025 >1.025

Protein (g/dl) <2.5 2.5-6.0 >2.5

Jumlah Sel <1000-2500

nucleated cells/mm3

<7000 cells/mm3 >7000 cells/mm

3

(Shaw dan Ihle 2006)

Secara umum, penyebab hydrops ascites dapat digolongkan menjadi tiga yaitu

hipoproteinemia, congestive heart failure (CHF), dan chronic renal failure (CRF).

Ketiga penyebab ini berhubungan erat dengan mekanisme transportasi cairan dalam

tubuh. Penyebab satu sama lain dapat saling berhubungan maupun berdiri sendiri.

Menentukan penyebab hydrops ascites juga menjadi pedoman dalam menentukan

terapi yang sesuai dengan kondisi pasien.

Hipoproteinemia merupakan suatu keadaan di mana protein dalam tubuh

berkurang. Kadar protein normal menurut Taylor et al. (2011) adalah 6-8 g/dl dan

Page 20: STUDI KASUS HYDROPS ASCITES PADA KUCING DAN … · dipilih dalam penelitian yang telah dilaksanakan pada tahun 2014 ini adalah “Studi Kasus Hydrops Ascites ... pada jantung bagian

4

kadar albumin 3.5-5 g/dl. Menurut Tams (2003), hipoproteinemia terjadi bila total

protein serum <6 g/dl. Apabila total protein kurang dari 4.0 g/dl atau albumin

kurang dari 1.5 g/dl maka diperlukan terapi cairan berupa koloid (Slatter 2003).

Kekurangan protein dapat menyebabkan hydrops ascites karena integritas

penyusun sel berkurang (Douglas 2003). Akumulasi cairan mula-mula akan

ditangani oleh buluh limfatik. Bila keadaan semakin parah muncullah edema.

Peningkatan permeabilitas kapiler menyebabkan tidak hanya air tetapi juga

albumin ditransportasikan ke luar pembuluh kapiler, menyebabkan penurunan

efektivitas tekanan osmotik koloidal dalam menangani pengeluaran cairan dari

rongga tubuh (Michell 2004).

Congestive Heart Failure - Right atau gagal jantung kanan merupakan

manifestasi dari ketidakmampuan jantung untuk memompa darah akibat adanya

kelainan fungsi katup jantung. Kongesti muncul pada sebagian besar hewan dengan

gagal jantung akibat tekanan vena yang berlebihan yang disebabkan oleh

peningkatan volume plasma (retensi air dan natrium) dan penurunan kapasitas

vena. Retensi air berhubungan dengan penurunan filtrasi ginjal dan hormon yang

menstimulasi retensi air. Kelainan jantung sebelah kiri dapat menyebabkan

munculnya edema dan tekanan pada paru-paru (Smith 2010).

Sebagai manifestasi dari penyakit jantung, hydrops ascites sangat erat

berhubungan dengan gagal jantung kanan atau biventricular atau

ketidakseimbangan aliran vena menuju jantung kanan. Eksudat efusi abdomen,

baik sepsis ataupun nonsepsis, merupakan karakteristik proses inflamasi yang

melibatkan sebagian atau seluruh bagian rongga peritoneum. Penyebab efusi

abdomen umumnya disebabkan oleh kenaikan tekanan hidrostatik vena.

Peningkatan permeabilitas endotel juga memberi kontribusi terhadap pergerakan

cairan transkapiler. Hydrops ascites yang terjadi diakibatkan oleh tingginya

tekanan hidrostatik vena atau kapiler didasarkan pada letak lesio patologisnya.

Selama pembentukan efusi abdomen, cairan akan didistribusikan dari pembuluh

vaskular menuju rongga tubuh. Penurunan volume plasma kemudian akan

menginduksi mekanisme untuk mengkompensasi keadaan ini (sistem

Renin-Angotensin-Aldosterone dan pelepasan hormon antidiuretik) untuk

meningkatkan total air dan sodium dalam tubuh.

Penyebab tingginya tekanan hidrostatik dapat berupa masalah katup atau

pembuluh vaskuler (kegagalan katup jantung atau abnormalitas

systemic-to-pumonary shunt). Penyakit degenerasi katup atrioventricular dan

endokarditis katup mitral atau aorta merupakan gejala yang muncul akibat overload

CHF. Tekanan berlebihan terjadi ketika ventrikel berkontraksi untuk

mengsirkulasikan darah. Penyebab umum tekanan berlebihan ventrikel adalah

stenosis katup pulmonic atau (sub)aorta, hipertensi pulmoner, dan hipertensi

sistemik. Tekanan berlebihan sistolik akan menstimulasi hipertrofi jantung dan

kekakuan dinding ventrikel yang dapat mengarah pada iskemia. Keadaan ini juga

akan mengakibatkan kontraktilitas jantung menurun.

Chronic renal failure atau gagal ginjal kronis merupakan simptom yang dapat

terjadi akibat kegagalan sistem endokrin, fungsi ekskresi, dan regulasi ginjal.

Gangguan endokrin yang meluas dapat saja terjadi dan menyebabkan respon organ

Page 21: STUDI KASUS HYDROPS ASCITES PADA KUCING DAN … · dipilih dalam penelitian yang telah dilaksanakan pada tahun 2014 ini adalah “Studi Kasus Hydrops Ascites ... pada jantung bagian

5

target berkurang akibat keadaan uremik. Pada anjing dan kucing, gejala yang khas

terjadi adalah polyuria dan polydipsia. Secara umum hipertensi dan edema tidaklah

muncul bersamaan dalam satu keterkaitan. Edema merupakan akumulasi cairan

interstisial dari plasma. Retensi natrium dan air sering kali menjadi penyebab utama

terjadinya edema. Retensi inilah yang menyebabkan air tertahan dalam tubuh

(Michell 2004).

Abnormalitas ginjal baik secara struktural maupun fungsional yang terjadi

pada salah satu atau kedua ginjal dengan periode yang diperpanjang, biasanya

terjadi selama 3 bulan atau lebih. Anjing dan kucing dengan gagal ginjal kronis

dapat dikategorikan dalam empat stadium. Keempat stadium ini didasarkan pada

fungsi ginjal, proteinuria, dan tekanan darah. Pengkategorian ini dijadikan

pedoman dalam menentukan diagnosis, prognosis, dan pengobatan. Stadium gagal

ginjal kronis didasarkan pada fungsi ginjal dapat diukur melalui perhitungan

konsentrasi kreatinin serum.

Nilai kreatinin serum pada kucing dengan gagal ginjal kronis stadium 1 hingga

4 secara berurutan adalah: <1.6 mg/dl, 1.6-2.8 mg/dl, 2.9-5.0 mg/dl, dan >5.0

mg/dl. Gagal ginjal kronis juga dikategorikan berdasarkan keparahan proteinuria

diukur dengan rasio protein-kreatinin (UPC) di urin dan tekanan darah arterial.

Nilai UPC digunakan untuk mengklasifikasikan pasien dalam kategori

nonproteinuric, borderline proteinuric, dan proteinuric. Seekor kucing dikatakan

proteinuric dengan nilai rasio UPC >0.4, borderline proteinuric 0.2-0.4, dan

nonproteinuric <0.2. Apabila didapat hasil UPC mengalami kenaikan atau kurang

dari 0.2, maka munculnya proteinuria harus dievaluasi 2 hingga 3 kali dalam jangka

waktu 2 minggu. Dan tekanan arterial dihitung sebanyak 2 hingga 3 kali dalam

beberapa minggu untuk menentukan pengklasifikasian berdasarkan tekanan darah.

Pengklasifikasian seharusnya didasarkan nilai tekanan darah terendah. Stadium

berdasarkan tekanan arterial terdiri dari stadium 0 sampai stadium 3. Nilai tekanan

sistol/diastol stadium 0 hingga 3 secara berurutan adalah <150/<95 mmHg,

150-159/95-99 mmHg, 160-179/100-119 mmHg, dan ≥180/≥120 mmHg (Polzin

2011). Pengkategorian penyakit ginjal juga dapat dibagi menjadi 5. Stadium 5 atau

stadium akhir dari gagal ginjal kronis ini ditandai dengan penurunan glomerular

filtration rate (GFR) di bawah normal (90-120 ml/min/1.73m2) atau mencapai 10%

saja (McPhatter 2012).

Sumber cairan pada rongga abdomen dan rongga thoraks dapat bersumber dari

efusi plasma dari pembuluh darah maupun transudat peritoneum yang mengalami

peradangan. Cairan bersifat transudat pada rongga abdomen dapat berasal dari

plasma yang berefusi dari pembuluh darah terutama akibat gangguan

keseimbangan protein (Aswar 2009). FIPV menyebabkan peradangan pada

pembuluh darah (vaskulitis). Virus ini menginfeksi pembuluh darah sehingga

mengalami peradangan, degenerasi hingga rusak. Rusaknya pembuluh darah

mengakibatkan terlepasnya cairan ke rongga tubuh, kemudian kerusakan pembuluh

darah diatasi oleh pembentukan jaringan fibrinous oleh trombosit yang dampak

negatifnya dapat menyebabkan thrombus hemoragi yang mengobstruksi pembuluh

darah. Adanya obstruksi pada pembuluh darah kapiler menyebabkan serum darah

merembes keluar menuju rongga tubuh seperti rongga abdomen atau rongga

Page 22: STUDI KASUS HYDROPS ASCITES PADA KUCING DAN … · dipilih dalam penelitian yang telah dilaksanakan pada tahun 2014 ini adalah “Studi Kasus Hydrops Ascites ... pada jantung bagian

6

thoraks. Akumulasi cairan pada rongga abdomen akan menyebabkan kerusakan

pada permukaan peritoneum sehigga peritoneum mengalami peritonitis (Simons et

al. 2005).

Feline Infectious Peritonitis

Patogenesis

Feline Infectious Peritonitis (FIP) adalah penyakit viral yang disebabkan oleh

coronavirus yang menyerang kucing pada segala umur dengan predisposisi pada

hewan muda. FIP umumnya terjadi pada catteries (kucing ras), shelter,

penampungan kucing dan koloni kucing bebas. Kejadian infeksi FIP bersifat

enzootik, insidensi FIP dapat berbeda-beda setiap waktu. FIP ini menjadi salah satu

penyakit viral yang penting pada kucing. FIP merupakan mutan dari Feline

Coronavirus (FCoV) dan penyebab mutasinya masih menjadi perdebatan.

Virus FIP dapat muncul akibat mutasi feline enteric coronavirus (FECV),

FCoV merupakan virus yang umum ditemukan di seluruh dunia dan patogen yang

tidak perlu diwaspadai. Sebuah studi memperkirakan bahwa setidaknya 80% dari

kucing ras murni terinfeksi oleh FCoV (Berg et al. 2005). FECV dikeluarkan

melalui feses kucing yang sehat dan normal pada lingkungan dengan kucing dalam

jumlah besar (Pedersen et al. 2004) serta ditransmisikan melalui ingesti langsung

feses atau litter terkontaminasi dan benda-benda lainnya (Pedersen et al 2004,

2008). FECV mutan dapat menyebabkan FIP dalam jumlah banyak selama masa

inisiasi infeksi, saat replikasi FECV sangatlah tinggi (Pedersen et al 2008, Vogel et

al 2010). Tetapi proporsi hewan terpapar virus menjadi FIP cukup kecil. Resistensi

FIP kompleks dan melibatkan suseptibilitas genetik, usia saat terpapar dan

banyaknya penyebab stres yang terjadi saat infeksi dan berpengaruh pada

kemampuan individu untuk mengeliminasi virus. Periode waktu antara inisiasi

paparan FECV dan gejala klinis dapat selama 2-3 minggu, beberapa bulan atau,

sangat jarang, beberapa tahun (Pedersen 2014). Periode waktu ini merupakan saat

virus mutan menjadi FIPV atau perubahan dari gejala subklinis menjadi klinis.

Puncak dari onset merupakan akhir dari penyakit ini yang dapat diartikan kucing

telah kalah dari penyakit yang menyerangnya ataupun kucing kembali normal yang

merupakan kejadian yang langka.

Lesio histopatologi pada FIP tipe basah (umumnya vasculitis) merupakan

reaksi dari hipersensitivitas tipe III. Sementara pada FIP tipe kering (umumnya

kumpulan granuloma) diagnosa lebih mengarah pada reaksi hipersensitivitas tipe

IV. Berdasarkan informasi ini dan observasi lainnya muncullah hipotesis bahwa

hewan dengan kekebalan berperantara sel yang lemah, diagnosa akan mengarah

menuju FIP tipe basah. Hewan dengan kekebalan berperantara sel sedang sampai

kuat akan menjadi FIP tipe kering. Dan kucing dengan kekebalan beperantara sel

yang kuat dapat kebal terhadap FIP (Pedersen 1995).

Gejala Klinis

Gejala klinis yang ditimbulkan oleh FIP sangatlah luas dan bersifat sistemik.

Lesio-lesio penyakit dapat ditemukan pada saluran pencernaan, sistem syaraf,

Page 23: STUDI KASUS HYDROPS ASCITES PADA KUCING DAN … · dipilih dalam penelitian yang telah dilaksanakan pada tahun 2014 ini adalah “Studi Kasus Hydrops Ascites ... pada jantung bagian

7

sistem pernapasan dan pada organ-organ saluran urinari. Lesio yang sangat luas

menjadikan dokter hewan kesulitan untuk mendeteksi penyakit ini. Gejala awal

penyakit juga ini sulit diidentifikasi karena tidak ada kekhususan. Kesalahan

diagnosa dapat terjadi akibat gejala klinis yang tidak spesifik seperti hilang nafsu

makan, depresi, rambut kasar dan demam (Simons et al. 2004). Perubahan patologi

klinik yang terjadi adalah lymphopenia, neutrophilia, anemia, hyperproteinemia,

dan hypergammaglobulinemia yang juga tidak patognomonis (Paltrinieri et al.

2001; Hartmann et al. 2003). Sebanyak 70% dari kucing berusia <1 tahun yang

mengalami efusi pleura, disebabkan oleh FIP. Kemungkinan ini meningkat pada

kucing ras dan kucing mixed-breed (Beatty dan Barrs 2010). Kucing Birman telah

diidentifikasi memiliki lima atau empat kromosom yang berbeda yang

berhubungan dengan kerentanan terhadap FIP (Golovko et al. 2013). Kebanyakaan

infeksi FECV secara klinis terlihat sebagai gastroenteritis yang bersifat

self-limiting. Kadang-kadang, terjadi muntah dan diare yang akut, parah atau kronis

dan tidak responsif terhadap pengobatan.

Diagnosis

Diagnosis yang dilakukan untuk mengidentifikasi hydrops ascites antara lain

dilakukan dengan auskultasi abdomen, USG dan abdominocentesis. USG dapat

membantu mengidentifikasi massa, abses, organomegaly, ataupun perubahan

bentuk organ. Diagnosis yang mengarah pada kecurigaan FIP dapat dibuat dengan

anamnesa pemilik dan gejala klinis yang timbul. Praktisi juga dapat menggunakan

test kit FIP, melakukan pemeriksaan darah dan eksudat, serta menggunakan

Polymerase Chain Reaction (PCR). Gejala yang dapat dideteksi antara lain

kehilangan nafsu makan, depresi, rambut kasar, demam, diare akut atau kronis.

Variasi gejala muncul sesuai dengan organ tempat virus menyerang.

Mendiagnosa penyakit FIP dapat dilakukan dengan mengetahui jenis cairan

efusi abdomen atau pleura. Cairan yang terakumulasi berupa eksudat. Karakteristik

eksudat yang terakumulasi memiliki total protein tinggi (>35g/l) dan jumlah sel

sedikit (<5000/μl). Pembentukan eksudat dapat ditemukan di peritoneum, pleura,

dan rongga pericardiac (Beatty dan Barrs 2010). Proses identifikasi dapat diambil

dari eksudat lokasi edema. Pengambilan cairan hydrops ascites dilakukan dengan

teknik abdominocentesis.

Abdominocentesis dilakukan untuk menganalisa akumulasi cairan untuk

mengetahui karakteristiknya. Prosedur abdominocentesis terlebih dahulu dilakukan

pencukuran di daerah umbilikal. Kateter atau needle dimasukkan perlahan ke

rongga peritoneum pada bagian yang sudah terfiksasi. Cairan keluar dengan sendiri

dari needle tanpa perlu aspirasi dengan syringe. Cairan yang keluar ditampung ke

dalam tabung steril atau media kultur. Apabila cairan tidak keluar aspirasi

perlahan-lahan dengan syringe steril 3.0 ml (Byers dan McMichael 2014).

Diagnosa penyakit Feline Infectious Peritonits (FIP) dapat dilakukan dengan

pendekatan berdasarkan etiopatogenesis dari penyakit ini. Feline Infectious

Peritonitis Virus (FIPV) merupakan mutasi dari FCoV. Kedua virus ini identik satu

sama lain baik secara fenotip maupun genotip, yang sudah dibuktikan dengan PCR.

Pada sebuah catteries yang terjadi endemik, telah didapat titer FCoV yang tinggi

Page 24: STUDI KASUS HYDROPS ASCITES PADA KUCING DAN … · dipilih dalam penelitian yang telah dilaksanakan pada tahun 2014 ini adalah “Studi Kasus Hydrops Ascites ... pada jantung bagian

8

pada kucing sehat dan serologi negatif pada kucing yang sakit. Selain itu, negatif

palsu dapat terjadi dari reaksi silang dengan coronavirus dari spesies lain, misalnya

Canine Coronavirus (CCV) atau Transmissible Gastroenteritis Virus (TGEV).

Walaupun RNA FCoV dapat ditemukan pada plasma hewan sehat yang berada di

catteries endemis FECV, FCoV yang ditemukan pada area selain lumen intestinal

diinterpretasikan sebagai FIPV, terutama bila ditemukan pada lesio atau cairan

intestinal/pleural (Paltrinieri et al. 1999).

Akumulasi cairan dalam kasus FIP tergolong ke dalam eksudat. Jenis cairan

yang dapat ditemukan pada kecurigaan FIP adalah berwarna kekuningan, tinggi

protein serta steril (Shaw dan Ihle 2006). Eksudat ini menjadi media diagnosa FIP

yang saat ini paling sering dilakukan. Ketika cairan terbentuk, total protein

umumnya sangat tinggi yang juga menggambarkan kenaikan serum protein.

Pemeriksaan elektroforesis pada cairan efusi ataupun serum menunjukkan gejala

polyclonal gammopathy. Bila cairan diambil dalam EDTA, terdapat gumpalan atau

kumpulan fibrin dan kekentalan cairan sangat tinggi menyerupai cairan sinovial

(De Nicola 2008). Menurut Paltrinieri et al. (1999), pada kucing yang dikonfirmasi

menderita FIP, terdapat cairan kekuningan, kental, dan fibrinous pada abdomen

sebanyak 63%, pada ruang thorax 22%, dan pada keduanya 15%.

Tes immunohistokimia, misalnya pewarnaan immunoperoxidase, dapat

mendeteksi antigen Feline Enteric Coronavirus (FCoV) pada jaringan. Pewarnaan

ini tidak dapat membedakan antara FECV dan FIPV tetapi karena FIPV bereplikasi

lebih aktif maka konsentrasi antigen yang tinggi dapat diinterpretasikan sebagai

FIP (Hartmann 2005). Dan konsentrasi antigen virus lebih sedikit pada FIP tipe

kering daripada FIP tipe basah (Pedersen 1995).

Prognosis

Menurut Foster dan Smith (2015), kucing dengan FIP tipe basah mati dalam

waktu 2 bulan sejak gejala klinis muncul. Pada sebuah studi juga diketahui bahwa

kucing dengan gejala non-effusive dapat hidup hingga 1 tahun dan memiliki

survival rate hanya 5% (Pedersen 2014). Menurut Hartmann (2010), pada studi

prospektif menggunakan 43 ekor kucing, survival time setelah konfirmasi diagnosa

FIP (effusive) adalah 16 hari. Variasi masa hidup kucing sangat bergantung pada

kondisi saat pertama kali didiagnosa FIP serta kekebalan tubuh inang, terutama

kekebalan berperantara sel.

Terapi

Belum ada drug of choice untuk penyakit FIP. Terapi saat ini yang dilakukan

merupakan terapi suportif untuk mengurangi gejala yang muncul. Beberapa jenis

obat yang diberikan adalah diuretik, antibiotik serta obat immunosupresif. Diuretik

diharapkan dapat memperkecil akumulasi cairan walaupun tidak dapat

menyembuhkan penyebab hydrops ascites. Antibiotik merupakan obat yang

digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder dan dipilih berdasarkan

lokasi obat tersebut bekerja. Sementara imunosupresif dapat memperlambat

perkembangan penyakit tetapi tidak menyembuhkan.

Page 25: STUDI KASUS HYDROPS ASCITES PADA KUCING DAN … · dipilih dalam penelitian yang telah dilaksanakan pada tahun 2014 ini adalah “Studi Kasus Hydrops Ascites ... pada jantung bagian

9

Terdapat kemajuan dalam pengobatan FIP saat ini yaitu penggunaan α

interferon. Penggunaan α interferon manusia memiliki efek antivirus langsung

dengan menginduksi kondisi antiviral pada sel yang mengandung α interferon yang

berfungsi melindungi replikasi virus. Kucing yang diberi pengobatan dengan α

interferon kombinasi dengan Propionibacterium acnes memiliki rata-rata angka

harapan hidup yang secara signifikan diperpanjang beberapa hari (Hartmann et al.

2008). Interferon bersifat spesies spesifik dan feline interferon (FelFN) memiliki

antigenisitas yang berbeda dengan interferon manusia. Replikasi FCoV dapat

dihambat dengan FelFN- ω in vitro (Ishida et al. 2004).

Kemajuan teknologi diagnostik memungkinkan dikembangkannya vaksin

FIP, namun demikian hal ini masih mengundang kontroversi perlu atau tidaknya

disediakan. Praktisi dapat saja memberikan vaksin FIP dengan berbagai

pertimbangan dan kondisi pemeliharaan hewan. Pemberian vaksin FIP komersial

melalui intranasal tidak direkomendasikan untuk semua jenis kucing. Apabila

divaksin, kucing yang dipelihara baik single maupun multiple-cat akan berisiko

menyebabkan FIP, maka vaksin ini tidak direkomendasikan. Tetapi bila penyakit

FCoV mewabah pada lingkungan multiple-cat, vaksin dapat diberikan pada kucing

yang sehat dan kucing yang baru dimasukkan untuk menurunkan insidensi FIP.

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di praktek bersama Drh Setyo Widodo dkk. yang

berlokasi di Jalan Pandu Raya 173, Tegal Gundil Bogor 16153, selama kasus terjadi

tahun 2014.

Materi dan Metode Pelaksanaan

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data sekunder yang dievaluasi

di klinik pada kucing di tahun 2014 pada praktek bersama Drh Setyo Widodo dkk.

Data kemudian dianalisis secara deskriptif. Sebanyak 12 ekor kucing dengan tiga

gejala utama berupa undulasi positif, pembesaran abdomen, dan jaundice

dipelajari selama kasus terjadi tahun 2014.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gejala Klinis

Sebanyak 12 ekor kucing dari data sekunder yang didapatkan di praktek

bersama Drh Setyo Widodo dkk menderita hydrops ascites dan dibuktikan dengan

undulasi positif, pembesaran abdomen serta jaundice dan dikonfirmasi tidak

Page 26: STUDI KASUS HYDROPS ASCITES PADA KUCING DAN … · dipilih dalam penelitian yang telah dilaksanakan pada tahun 2014 ini adalah “Studi Kasus Hydrops Ascites ... pada jantung bagian

10

menderita panleukopenia. Gejala ini juga disertai dengan gejala lainnya seperti

tidak defekasi, feses lembek, mukosa pucat, lemas, dehidrasi, kehausan, dan nafsu

makan menurun.

Anamnesa yang didapat dari pemilik hewan dapat berupa kelemahan umum,

lemas, nafsu makan menurun, dan dapat disertai atau tidak diare, jaundice, dan

abdomen membesar. Palpasi dan auskultasi yang dilakukan pada area abdomen,

area yang mengalami pembesaran, dan perkusi daerah thorax saat hewan

diberdirikan merupakan cara untuk mendeteksi efusi dan edema subkutan (Ware

2007). Variasi gejala klinis dapat dilihat di dalam tabel 2.

Tabel 2 Gejala Klinis yang Ditemukan pada Kucing dengan Kecurigaan FIP

Simptom Kucing ke-n

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Undulasi positif √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

Abdomen

membesar √ √ - √ - √ √ - - √ √ -

Tidak defekasi - √ - - - - - - - - - -

Feses Lembek - - √ - √ - - - - - - -

Jaundice - - √ - - √ √ √ - √ - √

Mukosa pucat - - - - - - - - √ - - -

Lemas - - √ - - - - √ - - - -

Dehidrasi - - - - - - - - √ - - -

Kekurusan - - - - - - - √ - - - √

Nafsu makan

menurun - - √ - √ - - - √ - - -

Semua kucing menunjukkan gejala klinis undulasi abdomen positif. Setengah

dari jumlah tersebut menunjukkan tanda jaundice dan 7 dari 12 kucing mengalami

pembesaran abdomen. Gejala klinis lainnya bervariasi berupa tidak defekasi, diare,

mukosa pucat, lemas, dehidrasi, kurus, dan nafsu makan menurun menjadi

diagnosa yang menunjang dalam menentukan pengobatan dan memperkirakan

prognosa. Gejala ini umum terjadi pada berbagai peyakit infeksius. Terdapat 2

hingga 5 variasi gejala klinis yang teramati pada kucing yang dicurigai menderita

FIP. Pada kucing nomor 5 diketahui tanda tidak dapat defekasi dan pada kucing

nomor 9 diketahui mengalami dehidrasi dan mukosa pucat.

Keunggulan kasus ini adalah semua kucing menunjukkan undulasi positif

yang artinya terdapat cairan atau materi cair di dalam abdomen. Secara teoritis

terdapat tiga kejadian penyebab hydrops ascites yaitu hipoproteinemia, congestive

heart failure dan chronic renal failure. Hipoproteinemia berhubungan dengan

penurunan integrasi sel dan memicu kebocoran cairan ke daerah interstisial.

Sementara congestive heart failure dan chronic renal failure menyebabkan retensi

air dan natrium. Ketiga penyebab hydrops ascites ini dapat menjadi diferensial

diagnosa hydrops ascites secara umum. Sedangkan pada FIP tipe basah, hydrops

ascites disertai dengan tanda klinis undulasi positif, pembesaran abdomen, dan

Page 27: STUDI KASUS HYDROPS ASCITES PADA KUCING DAN … · dipilih dalam penelitian yang telah dilaksanakan pada tahun 2014 ini adalah “Studi Kasus Hydrops Ascites ... pada jantung bagian

11

jaundice. Oleh karenanya kecurigaan atas infeksi FIP sangat besar bila gejala

tersebut muncul.

Hydrops ascites menjadi salah satu gejala klinis yang penting dalam diagnosa

FIP tipe basah. Karakterisasi cairan tubuh menjadi penting apabila diperlukan

mencari asal-usul penyakit. Identifikasi eksudat dapat dilakukan dengan 4 cara,

yaitu: kriteria Light, gradien albumin serum cairan efusi, konsentrasi kolesterol

cairan efusi, dan konsentrasi bilirubin serum pleura. Kriteria Light umumnya

digunakan untuk membedakan antara eksudat dan transudat. Sementara pada

pasien yang diterapi dengan diuretik efektif diuji dengan gradien albumin serum

cairan efusi (Lasley et al 1995). Jenis hydrops ascites FIP berwarna kekuningan,

tinggi protein, dan steril. Karakteristik inilah yang mengarahkan kecurigaan pada

FIP. Jenis cairan hanya dapat dikonfirmasi bila dilakukan aspirasi seperti

abdominocentesis. Akumulasi cairan tidak hanya terbatas pada rongga abdomen

tetapi juga dapat terakumulasi di rongga dada dan bagian tubuh lainnya.

Diagnosa juga dapat disertai dengan tes Complete Blood Count sebagaimana

penurunan ataupun peningkatan sel darah putih akan mengarah pada sepsis.

Biochemistry panel dan urinalisis dapat membantu diagnosa sepsis, gangguan hati

kronis, obstruksi saluran urinari, hiperadrenocortism, hipoalbuminemia, dan

protein-losing nephropathy (Chambers 2010).

Terapi FIP

Kucing yang diamati kemudian menjalani proses pengobatan. Beberapa ekor

kucing mati dalam jangka waktu berbeda-beda dan sebagian tidak kembali

sehingga tidak didapat keterangan yang lebih lanjut. Diketahui pula bahwa pada

kucing no 7 mati setelah 8 bulan pengobatan sementara pada kucing no 8 mati

setelah satu hari pengobatan. Variasi masa hidup yang berbeda sagat bergantung

pada jenis kekebalan sel individu. Berikut adalah pengobatan yang dilakukan pada

kucing dengan kecurigaan FIP.

Tabel 3 Terapi yang Telah Dilakukan pada Kucing dengan Kecurigaan FIP

Treatment Kucing ke-n

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Furocemid®

√ √ - √ √ √ √ √ √ √ √ √

Kanamicin dexa®

- √ - - - - - - √ - - -

Cefad MP®

- - √ - - - - - - - - -

Cetotaxime® - - - - - - - - - - √ -

Lasix®

- - - - - - - - - - √ √

Dexamethason®

- - - - - - - - - - - √

abdominocentesis - - - - - √ √ - - - - -

Diuretik merupakan obat pilihan untuk menangani hydrops ascites.

Mengurangi jumlah cairan retensi abdomen tidak hanya dengan obat tetapi juga

Page 28: STUDI KASUS HYDROPS ASCITES PADA KUCING DAN … · dipilih dalam penelitian yang telah dilaksanakan pada tahun 2014 ini adalah “Studi Kasus Hydrops Ascites ... pada jantung bagian

12

dapat dilakukan dengan abdominocentesis. Abdominocentesis dilakukan saat

vesica urinaria kosong dan dikonfirmasi tidak ada massa intraabdominal.

Abdominocentesis dapat dilakukan dengan posisi berdiri ataupun lateral

recumbency dan terbaik dilakukan dengan bantuan USG (Rudloff 2010).

Terapi secara relatif menunjukkan hasil yang baik dengan obat

immunosupresif dan antiinflamasi dosis tinggi. Pada hampir setiap studi kasus

dilaporkan telah digunakan glucocorticoid. Walaupun sampai saat ini belum ada

studi mengenai kebenaran efektivitas glucocorticoid. Beberapa dokter hewan juga

memberikan immunomodulator (promodulin, acemannan) untuk menangani

kucing dengan FIP walaupun tidak ada kontrol terhadap efektivitas obat (Hartmann

2010). Ribavarin sebagai antiviral dan interferon α manusia rekombinan, keduanya

menunjukkan aktivitas antiviral terhadap FIPV in vitro dan memiliki efek

sinergistik (Chandler et al. 2004).

Kanamicin dexa terdiri atas kanamycin dan dexamethasone. Kanamycin

merupakan antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder. Kanamycin menjadi salah

satu pilihan obat dalam penanganan kasus peritonitis. Cefadroxil sebagaimana

umum diketahui adalah antibiotik yang digunakan untuk mengatasi infeksi bakteri

terutama pada saluran pernafasan, ginjal dan saluran urinari, kulit dan jaringan

lunak, serta peradangan tonsil dan tenggorokan. Cefadroxil digunakan untuk

menangani kejadian infeksi sekunder pada kejadian FIP yang disertai hydrops

ascites.

Hingga saat ini belum ditemukan drug of choice untuk mengatasi penyakit FIP.

Terapi-terapi yang dilakukan merupakan terapi suportif. Kesembuhan dari penyakit

virus sangat bergantung pada kekebalan tubuh inang. Terapi yang diperlukan antara

lain pemberian antibiotik untuk menghindari terjadinya infeksi sekunder,

antiinflamasi, dan dilakukannya abdominocentesis. Vaksinasi sebagai salah satu

bentuk pencegahan juga dapat dilakukan pada keadaan tertentu. Vaksinasi

menunjukkan hasil positif untuk menurunkan insidensi bila hanya dilakukan pada

kucing yang seronegative sebelum vaksinasi (Lappin 2001).

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Hydrops ascites dengan undulasi positif terjadi pada semua kucing yang

diamati dan dicurigai sebagai kejadian FIP tipe basah. Terapi penunjang yang

dilakukan dapat memperpanjang waktu hidup hewan.

Saran

Konfirmasi dapat dilakukan dengan test kit FIP untuk mempercepat diagnosis

konfirmasi.

Page 29: STUDI KASUS HYDROPS ASCITES PADA KUCING DAN … · dipilih dalam penelitian yang telah dilaksanakan pada tahun 2014 ini adalah “Studi Kasus Hydrops Ascites ... pada jantung bagian

13

DAFTAR PUSTAKA

Aswar. 2009. Studi kasus patologi feline infectious peritonitis pada anak kucing

(Felis catus). Skripsi.

Beatty J, Barrs V. 2010. Plerual Effusion in the Cat: A Practical Approach to

Determining Aetiology. Doi:10.1016/j.jfms.2010.07.013.

Berg A L, Ekman K, Belák S, Berg M. 2005. Cellular composition ad

interferon-γ expression of the local inflammatory response in feline

infectious peritonitis (FIP). Vet Microbiol. 111(2005) 15-23.

Byers C G dan McMichael M. 2014. Handbook of Canine and Feline Emergency

Protocols 2nd

ed. McMichael M, editor. Illinois (US): Wiley %Sonc Inc.

Chambers G. 2010. Textbook of Veterinary Internal Medicine vol 2 7th

ed. Ettinger

SJ dan Feldman EC, editor. Missouri (US): Saunders Elsevier.

Chandler E A, Gaskell C J, dan Gaskell R M. 2004. Feline Medicine and

TheTherapeutic 3rd

ed. Iowa (US): Blackwell.

De Nicola D B. 2008. Feline thoracic and abdominal effusion evaluation:

common presentation. International Congress of the Italian Association of

Companion Animal Veterinarians. Rimini (ITA): SCIVAC.

Douglas S. 2003. Textbook of Small Animal Surgery 3rd

ed. Philadelphia (US):

Elsevier.

Feldman E C. 2010. Textbook of Veterinary Internal Medicine Vol 1 7th

ed. Ettinger

SJ dan Feldman EC, editor. Missouri (US): Saunders Elsevier.

Golovko L, Lyons LA, Liu H, Sorensen A, Wehnerr S, dan Pedersen NC. 2013.

Genetic susceptibility to feline infectious peritonitis in Birman cats. Virus

Research 175, 58-63.

Greene. 2012. Infectious Disease of the Dog and Cat 4th

ed. Missouri (US): Elsevier

Saunder.

Hartmann K, Binder C, Hirschberger J, Cole D, Reinacher M, Schroo S, Frost J,

Egberink H, Luts H, Hermanns W. 2003. Comparison of different test to

diagose feline infectious peritonitis. J Vet Intern Med 2003;17:781-790.

Hartmann K, Ritz S. 2008. Treatment of cats with feline infectious peritonitis. J Vet

Immunol Immunopathol 123(2008) 172-175.

Hartmann K. 2005. Feline infectious peritonitis. Veterinary Clin of North America;

Small Anim Pract 2005;35(1):39-79.

Hartmann K. 2010. Textbook of Veterinary Internal Medicine vol 1 7th

ed. Ettinger

S J dan Feldman E C, editor. Missouri (US): Saunders Elsevier.

Herndon W E. 2010. Textbook of Veterinary Internal Medicine vol 1 7th

ed. Ettinger

S J dan Feldman E C, editor. Missouri (US): Saunders Elsevier.

Hill R W, Wyse G A, dan Anderson M. 2012. Animal Physiology 3rd

ed. Sunderland

(US): Sinauer.

Ishida T, Shibanai A, Tanaka S, Uchida K, Mochizuki M. 2004. Use of

recombinant feline interferon and glucocorticoid in the treatment of feline

infectious peritonitis. J Feline Med Surg (2004) 6 , 107-109.

McPhatter L. 2012. Nutrition Therapy for Chronic Kidney Disease. Thomas L K

dan Othersen J B, editor. Boca Raton (US): CRC Press.

Page 30: STUDI KASUS HYDROPS ASCITES PADA KUCING DAN … · dipilih dalam penelitian yang telah dilaksanakan pada tahun 2014 ini adalah “Studi Kasus Hydrops Ascites ... pada jantung bagian

14

Michell A R. 2004. Physiology and pathophysiology of the internal environment.

dalam Veterinary Medicine. Editor Dunlop RH, Malbert SH. Iowa (US):

Blackwell

Lappin M R. 2001. Feline Internal Medicine Secrets. Philadephia (US): Medical

Publisher.

Neer TM. 2009. Small Animal Medical Diagnosis 3rd

ed. Lorenz MD, Neer TM,

dan DeMars PM, editor. Iowa (US): Blackwell

Paltrinieri S, Margherita C P, dan Giorgio C. 1999. In vivo diagnosis of feline

infectious peritonitis by comparison of protein content, cytology, and

direct immuofluorescence test on peritoneal and pleural effusions. J vet

diagn invest. 11:358-361 (1999).

Paltrinieri S, Grieco V, Comazzi S, Cammarata PM. 2001. Laboratory profiles in

cats with different pathological and immunohistochemical findings due to

feline infectious peritonitis (FIP). J Feline Med Surg. 3: 149-159.

Pedersen NC. 1995. An overview of feline enteric coronavirus and innfectious

peritonitis virus infection. Fel pract 1995 23:7-20.

Pedersen NC. 2014. An update of feline infectious peritnitis: diagnostic and

therapeutic. Vet Journal. 201(2014) 133-141.

Pedersen NC, Allen CE, Lyons LA. 2008. Pathogenesis of feline enteric

coronavirus infection. J Feline Med Surgi. 10(6): 529-41.

Pedersen NC, Sato R, Foley JE, Poland AM. 2004. Common virus infection on

cats berfore and after being placed in shelters, with emphassis on feline

enteric coronavirus. Journal of Feline Med and Surg. 10 529-541.

Polzin DJ. 2011. Veterinary Clinics of North America Small Animal Practices:

Kidney Diseases and Renal Replacement Therapies. Acierno M J dan Labato

M A, editor. Philadelphia (US): Saunders Elsevier.

Rudloff E. 2010. Textbook of Veterinary Internal Medicine Vol 1 7th

ed. Ettinger S J

dan Feldman AC, editor. Missouri (US): Saunders Elsevier.

Shaw D, Ihle S. 1965. Small Animal Internal Medicine. Iowa (US): Blackwell.

Simons FA, Vennema H, dan Rofina JE. 2005. A mRNA s. PCR for the diagnosis of

feline infectious peritonitis. J Virological Methods.;124(1/2):111-116.

Slatter D. 2003. Textbook of Small Animal Surgery 3rd

ed. Philadelphia (US):

Saunders.

Smith M M. 2010. Textbook of Veterinary Internal Medicine vol 2 7th

ed. Ettinger S

J dan Feldman E C, editor. Missouri (US): Saunders Elsevier.

Swift S. 2010. Textbook of Veterinary Internal Medicine Vol 2 7th

ed. Ettinger S J

dan Feldman E C, editor. Missouri (US): Saunders Elsevier.

Tams T R. 2003. Handbook of Small Animal Gastroenterology 2nd

ed. Tams T R,

editor. Missouri (US): Saunders

Tasker S, Gunn-Moore D. 2000. Differential diagnosis of ascites in cats. In Pract.

Vol 22(8): 472-479.

Taylor C, Lillis C, LeMone P dan Lynn P. 2011. Fundamentals of Nursing 7th

ed.

Philadelphia (US): Lippincott Williams &Wilkins.

Tuttle WW, Schottelius BA. 1965. The Textbook of Physiology. St. Louis (US):

Mosby Comp.

Vogel L, Van der Lubben M, Te Lintelo EG, Bekker CPJ, Geerts T, Schuijff LS,

Grnwis GCM Egberink HF, Rottier PJM. 2010. Pathogenis characteristic of

persistent feline enteric coronavirus infection in cats. Vet Research. 41 71.

Page 31: STUDI KASUS HYDROPS ASCITES PADA KUCING DAN … · dipilih dalam penelitian yang telah dilaksanakan pada tahun 2014 ini adalah “Studi Kasus Hydrops Ascites ... pada jantung bagian

15

Ware WA. 2007. Cardiovasular Disease in Small Animal Medicine. London (UK):

Manson Publishing.

Page 32: STUDI KASUS HYDROPS ASCITES PADA KUCING DAN … · dipilih dalam penelitian yang telah dilaksanakan pada tahun 2014 ini adalah “Studi Kasus Hydrops Ascites ... pada jantung bagian

16

Page 33: STUDI KASUS HYDROPS ASCITES PADA KUCING DAN … · dipilih dalam penelitian yang telah dilaksanakan pada tahun 2014 ini adalah “Studi Kasus Hydrops Ascites ... pada jantung bagian

17

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Siti Zahrina yang dilahirkan di Bandung pada tanggal 6

Oktober 1993. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara. Ayah penulis

bernama Imam Santoso dan Ibu penulis bernama Iin Indrawati (alm). Penulis

merupakan alumni dari SMPN 5 Bandung dan SMAN 22 Bandung. Penulis masuk

ke Institut Pertanian Bogor dan diterima di Fakultas Kedokteran Hewan pada tahun

2012 melalui jalur SNMPTN Undangan.

Kegiatan penulis di luar akademik yaitu sebagai ketua divisi pendidikan pada

Himpunan Minat Profesi Ruminansia, Fakultas Kedokteran, Institut Pertanian

Bogor tahun 2014-2015, anggota divisi PSDM Paguyuban Mahasiswa Bandung

2013-2014, anggota divisi Infokom 2014-2015 DKM An-Nahl FKH IPB, anggota

Publikasi, Dokumentasi, dan Dekorasi Pengabdian Masyarakat FKH IPB tahun

2015, serta acara kepanitiaan lain pada acara-acara kampus. Penulis pernah

mendapatkan beasiswa dari Pengembangan Prestasi Akademik (PPA) tahun 2014

dan beasiswa Pemerintah Provinsi Jawa Barat tahun 2015.