bab ii tinjauan pustaka a. overweightrepository.ump.ac.id/3662/4/ibnu budi sayoga bab ii.pdf ·...

23
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Overweight 1. Pengertian Overweight merupakan suatu penyakit multifaktorial, yang terjadi akibat akumulasi jaringan lemak berlebihan, sehingga dapat mengganggu kesehatan. Kelebihan berat badan terjadi bila besar dan jumlah sel lemak bertambah pada tubuh seseorang. Bila seseorang bertambah berat badannya maka ukuran sel lemak akan bertambah besar dan kemudian jumlahnya bertambah banyak (Sugondo, 2007). Overweight adalah keadaan yang hampir mendekati obesitas, seseorang dapat dinyatakan overweight apabila orang tersebut memiliki Indeks Massa Tubuh (IMT) antara 25 sampai 29,99. Overweight sendiri dibagi menjadi 2 bagian, yaitu individu dengan IMT 25 27,49 dan individu dengan IMT 27,50 29,99 (WHO, 1996). Overweight didefinisikan sebagai peningkatan berlebihan jaringan lemak pada otot dan jaringan skeletal (Dorlan, 2002). Overweight dikatakan jika IMT ≥ 23. Secara ilmiah overweight terjadi akibat mengonsumsi kalori lebih banyak dari yang diperlukan oleh tubuh. Penyebab terjadinya ketidakkeseimbangan antara asupan dan pembakaran kalori ini belum dapat dijelaskan secara pasti. 12 Hubungan Pola Makan..., Ibnu Budi Sayoga, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Upload: duongnhu

Post on 06-Mar-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Overweightrepository.ump.ac.id/3662/4/Ibnu Budi Sayoga BAB II.pdf · pada keadaan khusus (penyakit) lainnya seperti edema, ascites, dan hepatomegali (Supariyasa,

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Overweight

1. Pengertian

Overweight merupakan suatu penyakit multifaktorial, yang terjadi

akibat akumulasi jaringan lemak berlebihan, sehingga dapat mengganggu

kesehatan. Kelebihan berat badan terjadi bila besar dan jumlah sel lemak

bertambah pada tubuh seseorang. Bila seseorang bertambah berat

badannya maka ukuran sel lemak akan bertambah besar dan kemudian

jumlahnya bertambah banyak (Sugondo, 2007).

Overweight adalah keadaan yang hampir mendekati obesitas,

seseorang dapat dinyatakan overweight apabila orang tersebut memiliki

Indeks Massa Tubuh (IMT) antara 25 sampai 29,99. Overweight sendiri

dibagi menjadi 2 bagian, yaitu individu dengan IMT 25 – 27,49 dan

individu dengan IMT 27,50 – 29,99 (WHO, 1996).

Overweight didefinisikan sebagai peningkatan berlebihan jaringan

lemak pada otot dan jaringan skeletal (Dorlan, 2002). Overweight

dikatakan jika IMT ≥ 23. Secara ilmiah overweight terjadi akibat

mengonsumsi kalori lebih banyak dari yang diperlukan oleh tubuh.

Penyebab terjadinya ketidakkeseimbangan antara asupan dan pembakaran

kalori ini belum dapat dijelaskan secara pasti.

12

Hubungan Pola Makan..., Ibnu Budi Sayoga, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Overweightrepository.ump.ac.id/3662/4/Ibnu Budi Sayoga BAB II.pdf · pada keadaan khusus (penyakit) lainnya seperti edema, ascites, dan hepatomegali (Supariyasa,

13

Overweight adalah kelebihan berat badan termasuk didalamnya otot,

tulang, lemak dan air (Aqila, 2010).

Dari uraian diatas maka disimpulkan pengertian overweight adalah

suatu keadaan kelebihan berat badan yang disebabkan oleh penumpukan

lemak yang ditandai dengan IMT 25-29,9.

2. Tipe overweight berdasarkan umur

Menurut Wirakusumah (2000) penggolongan timbulnya

kegemukan berdasarkan usia, yaitu:

a. Kegemukan pada masa bayi

Kegemukan pada masa bayi perlu dihindari. Hasil dari beberapa

penelitian menunjukan bahwa dari jumlah bayi yang mengalami

kegemukan pada usia enam bulan pertama ternyata lebih dari

sepertiga menjadi lebih gemuk pada usia dewasa.

b. Kegemukan yang timbul pada masa kanak-kanak

Kegemukan pada usia kanak-kanak disebakan karena faktor pola

makanan yang salah dan kurangnya aktifitas fisik. Kelebihan lemak

yang ada ditubuh seseorang timbul pada usia dua tahun sampai usia

remaja.

c. Kegemukan pada masa dewasa

Kelompok ini sering ditemukan dari pada kegemukan yang timbul

pada masa kanak-kanak. Lemak tubuh yang berlebihan paling sering

timbul pada usia 20-30 tahun pada saat seseorang mantap dalam

karirnya. Hal tersebut dikarenakan kesibukan-kesibukan

Hubungan Pola Makan..., Ibnu Budi Sayoga, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Overweightrepository.ump.ac.id/3662/4/Ibnu Budi Sayoga BAB II.pdf · pada keadaan khusus (penyakit) lainnya seperti edema, ascites, dan hepatomegali (Supariyasa,

14

menyebabkan kurangnya waktu untuk melaksanakan aktifitas untuk

mengeluarkan keringat dari tubuh seperti olahraga.

Dibawah ini adalah kategori usia berdasarkan Depkes RI (2009):

a. Masa balita = 0 - 5 tahun,

b. Masa kanak-kanak = 5 - 11 tahun.

c. Masa remaja Awal =12 - 1 6 tahun.

d. Masa remaja Akhir =17 - 25 tahun.

e. Masa dewasa Awal =26- 35 tahun.

f. Masa dewasa Akhir =36- 45 tahun.

g. Masa Lansia Awal = 46- 55 tahun.

h. Masa Lansia Akhir = 56 - 65 tahun.

i. Masa Manula = 65 - sampai atas

Pada usia-usia tertentu merupakan masa dimana terjadi pertumbuhan

dan pekembangan yang cepat dan rentan sehingga terjadi gangguan

pada status gizinya yang mengakibatkan overweight.

3. Penilaian status gizi

Menurut World Health Organisation (2006) Indeks Massa Tubuh

(IMT) adalah indeks yang sederhana yang paling sering digunakan untuk

mengklasifikasikan status gizi pada populasi dewasa dan perorangan.

Yang dijabarkan dengan rumus:

Berat Badan (kg)

IMT =

Tinggi Badan2 (m2)

Hubungan Pola Makan..., Ibnu Budi Sayoga, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Overweightrepository.ump.ac.id/3662/4/Ibnu Budi Sayoga BAB II.pdf · pada keadaan khusus (penyakit) lainnya seperti edema, ascites, dan hepatomegali (Supariyasa,

15

Tabel 2.1 Kriteria Indeks Masa Tubuh (IMT) menurut WHO

Klasifikasi IMT

Underweight < 18,5

Normal 18.5 – 24.9

Overweight 25.0 – 29.9

Obese kelas I 30.0 – 34.9

Obese kelas II 35.0 – 39,9

Obes kelas III 40.0 ≤

Tabel 2.2 Kriteria Indeks Masa Tubuh (IMT) menurut Depkes 2003

Kategori Ayah Ibu

Underweight < 17 kg/m² < 18 kg/m²

Normal 17-23 kg/m² 18-25 kg/m² Overweight 23-27 kg/m² 25-27 kg/m² Obese >27kg/m² >27 kg/m²

Penggunaan IMT hanya berlaku untuk orang dewasa berumur di

atas 18 tahun. IMT tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu

hamil dan olahragawan. Di samping itu IMT juga tidak bisa diterapkan

pada keadaan khusus (penyakit) lainnya seperti edema, ascites, dan

hepatomegali (Supariyasa, 2002).

4. Efek yang ditimbulkan

Hidayati, Irawan dan Hidayat (2009), anak obesitas berisiko

mengalami gangguan kesehatan seperti berikut ini:

a. Faktor Risiko Penyakit Kardiovaskuler

Faktor Risiko ini meliputi peningkatan kadar insulin, trigliserida, LDL

kolesterol dan tekanan darah sistolik serta penurunan kadar HDL-

kolesterol. Anak obesitas cenderung mengalami peningkatan tekanan

darah dan denyut jantung, sekitar 20-30% menderita hipertensi.

Hubungan Pola Makan..., Ibnu Budi Sayoga, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Overweightrepository.ump.ac.id/3662/4/Ibnu Budi Sayoga BAB II.pdf · pada keadaan khusus (penyakit) lainnya seperti edema, ascites, dan hepatomegali (Supariyasa,

16

b. Diabetes Mellitus Tipe-2

Diabetes mellitus tipe-2 jarang ditemukan pada anak obesitas. Hampir

semua anak obesitas dengan diabetes mellitus tipe-2 mempunyai IMT

> + 3SD.

c. Obstruktive Sleep Apnea

Sering dijumpai pada anak obesitas dengan kejadian 1/100 dengan

gejala mengorok. Penyebabnya adalah penebalan jaringan lemak di

daerah dinding dada dan perut yang mengganggu pergerakan dinding

dada dan diafragma, sehingga terjadi penurunan volume dan

perubahan pola ventilasi paru serta meningkatkan beban kerja otot

pernafasan.

d. Gangguan Ortopedik

Pada anak obesitas cenderung berisiko mengalami gangguan

ortopedik yang disebabkan kelebihan berat badan, yaitu tergelincirnya

epifisis kaput femoris yang menimbulkan gejala nyeri panggul atau

lutut dan terbatasnya gerakan panggul.

e. Pseudotumor Serebri

Pseudotumor serebri akibat peningkatan ringan tekanan intrakranial

pada obesitas disebabkan oleh gangguan jantung dan paru-paru yang

menyebabkan peningkatan kadar CO2 dan memberikan gejala sakit

kepala, papil edema, diplopia, kehilangan lapangan pandang perifer

dan iritabilitas.

Hubungan Pola Makan..., Ibnu Budi Sayoga, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Overweightrepository.ump.ac.id/3662/4/Ibnu Budi Sayoga BAB II.pdf · pada keadaan khusus (penyakit) lainnya seperti edema, ascites, dan hepatomegali (Supariyasa,

17

5. Penyebab Overweight

Menurut Purwanti (2002) bahwa ada beberapa faktor utama yang

menyebabkan overweight, yaitu:

a) Faktor genetik atau faktor keturunan yang berasal dari orang tua

Jika kedua orang tuanya menderita kegemukan sekitar 80% anaknya

akan menjadi gemuk, bila salah satu yang mengalami kegemukan

kejadiannya menjadi 40% dan jika keduanya tidak mengalami

kegemukan maka prevalensinya turun menjadi 14%.

b) Faktor psikologis, emosi

Seseorang dapat mempengaruhi perilaku seperti stres, cemas dan takut

dapat menimbulkan sikap yang berbeda-beda pada setiap orang dalam

mengatasinya misalnya dengan makan makanan kesukaan secara

berlebihan,

Menurut Dariyo (2004) bahwa keadaan psikologis yang dapat

menyebabkan kegemukan adalah ketidakseimbangan keadaan

emosional yang menyababkan individu cenderung untuk melarikan

diri dengan cara banyak makanan yang mengandung kalori atau

kolesterol tinggi.

c) Pola makan yang berlebihan

Seperti makan berlebihan, makan terburu-buru, menghindari makan

pagi dan kebiasaan makan makanan ringan.

Fast food atau ready-to-eat-food jadi pilihan utama orang tua yang

sibuk atau konsumsi ketika menghabiskan waktu bersama keluarga

Hubungan Pola Makan..., Ibnu Budi Sayoga, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Overweightrepository.ump.ac.id/3662/4/Ibnu Budi Sayoga BAB II.pdf · pada keadaan khusus (penyakit) lainnya seperti edema, ascites, dan hepatomegali (Supariyasa,

18

pada masyarakat modern. Hal ini disebabkan karena pengolahannya

yang cenderung cepat karena menggunakan tenaga mesin, terlihat

bersih karena penjamahnya adalah mesin, restoran yang mudah

ditemukan serta karena pelayanannya yang selalu sedia setiap saat,

bagaimanapun cara pemesanannya (Worthington & William 2000).

d) Kurang melakukan aktivitas fisik.

Aktifias yang kurang akan menyebabkan penumpukan lemak atau

kelebihan kalori dalam tubuh yang pada akhirnya seseorang akan

mengalami kegemukan.

e) Penggunaan obat-obatan

Seseorang yang dalam keadaan sakit maka bermacam-macam obat

dapat diberikan dengan maksud untuk menyembuhkan, beberapa obat

dapat merangsang cepat lapar sehingga pasien akan meningkatkan

nafsu makannya. Penggunaan obat akan menyebabkan peningkatan

berat badan (Rimbawan, 2004).

Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Meiditasari, Suryanto

dan Wahyuni (2012) diperoleh bahwa responden yang mempunyai

riwayat keluarga obesitas mempunyai berat badan normal sebanyak 26

orang (85.7%), overweight 12 orang (26.1%), dan obesitas 8 orang (17.4).

Responden yang tidak ada riwayat obesitas pada keluarganya mempunyai

berat bada normal sebanyak 46 orang (67.6%), overweight 14 (20.6%),

dan obesitas 8 orang (11.8%). Sedangkan responden yang tidak

mengetahui riwayat obesitas dalam keluarga yaitu berat badan normal

Hubungan Pola Makan..., Ibnu Budi Sayoga, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Overweightrepository.ump.ac.id/3662/4/Ibnu Budi Sayoga BAB II.pdf · pada keadaan khusus (penyakit) lainnya seperti edema, ascites, dan hepatomegali (Supariyasa,

19

sebanyak 8 orang (66.7%), 2 orang (16.7%) dan obesitas 2 orang (16.7%).

Fitranti (2014) menyatakan dalam penelitianya bahwa kecukupan energi,

kecukupan lemak, kecukupan protein dan status gizi ibu merupakan faktor

risiko kejadian overweight pada anak stunting.

B. Kebiasaan Olahraga

1, Pengertian

Olahraga ialah tindakan fisik untuk meningkatkan kesehatan atau

memperbaiki deformitas fisik (Dorland’s, 2004). Menurut Alwi (2003) bahwa

kebiasaan adalah suatu bentuk perbuatan berulang-ulang dilakukan secara

sadar dan dilakukan secara jelas dan dianggap baik dan benar.

Soeharto (2004) mengungkapkan bahwa dengan berolahraga dapat

meningkatkan pembakaran lemak dalam tubuh menjadi air dan

karbondioksida.

Olahraga adalah suatu bentuk aktivitas fisik yang terencana dan

terstruktur, yang melibatkan gerakan tubuh berulang-ulang dan ditujukan

untuk meningkatkan kebugaran jasmani (Kesehatan komunitas, 2002).

Khotimah (2009) menjelaskan bahwa olahraga adalah suatu bentuk

kegiatan jasmani yang terdapat di dalam permainan, perlombaan dan

kegiatan intensif dalam rangka memperoleh relevansi kemenangan dan

prestasi optimal.

Latihan yang benar akan memberikan efek latihan yang positif

berupa peningkatan kemampuan fisik, baik berbentuk kekuatan otot,

ketahanan otot, ketahanan peredaran darah dan pernafasan, kelenturan,

keseimbangan dan sebagainya, yang kesemua membentuk kemampuan

Hubungan Pola Makan..., Ibnu Budi Sayoga, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Overweightrepository.ump.ac.id/3662/4/Ibnu Budi Sayoga BAB II.pdf · pada keadaan khusus (penyakit) lainnya seperti edema, ascites, dan hepatomegali (Supariyasa,

20

fisik/physical fitness. Semakin tinggi kemampuan fisik seseorang akan

semakin besar kemampuan kerja /produktivitas dan semakin tinggi derajat

kesehatannya. Dalam konteks ini tersirat adanya ketahanan tubuh dapat

ditingkatkan melalui latihan fisik (Suharto , 2009).

Dapat disimpulkan kebiasaan olahraga adalah suatu bentuk

aktivitas yang tersusun dan terencana yang bermanfaat menyehatkan

jasmani dilakukan secara berulang-ulang oleh seseorang.

2. Jenis olahraga

a. Aerobik adalah : Olahraga yang dilakukan secara terus-menerus

dimana kebutuhan oksigen masih dapat dipenuhi tubuh. Misalnya :

Jogging, senam, renang, bersepeda.

b. Anaerabik adalah : Olahraga dimana kebutuhan oksigen tidak dapat

dipenuhi seluruhnya oleh tubuh. Misalnya : Angkat besi, lari sprint

100 M, tenis lapangan, bulu tangkis (Kesehatan Komunitas, 2002).

Menurut Rahmatika (2008) dalam Wijayanti (2013) bahwa olahraga

yang dianjurkan adalah olahraga yang bersifat aerobik, yaitu olahraga

yang menggunakan oksigen dalam sistem pembentukan energinya. Atau

dengan kata lain olahraga yang tidak terlalu berat namun dalam waktu

lebih dari 15 menit. Contoh olahraga yang dianjurkan antara lain berjalan

selama 20-30 menit setiap harinya, berenang, bersepeda santai, jogging,

senam aerobik, dll.

American College of Sports Medicine merekomendasikan pada

setiap orang untuk berolahraga 150 menit dalam setiap minggunya.

Hubungan Pola Makan..., Ibnu Budi Sayoga, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Overweightrepository.ump.ac.id/3662/4/Ibnu Budi Sayoga BAB II.pdf · pada keadaan khusus (penyakit) lainnya seperti edema, ascites, dan hepatomegali (Supariyasa,

21

Artinya kita hanya perlu melakukannya selama 20 sampai 25 menit setiap

hari (Walad, 2013).

Olahraga yang dianjurkan adalah 3-4x dalam seminggu dan setiap

kali olahraga minimal 30 menit. Olahraga secara teratur juga baik untuk

jantung dan paru-paru serta membantu menurunkan kadar trigliserida di

dalam darah yang dapat menyebabkan penyakit jantung. Dengan

berolahraga teratur juga dapat meningkatkan kadar HDL (kolesterol baik)

di dalam darah. Mencegah terjadinya kenaikan berat badan, diperlukan

olahraga dengan intensitas moderat selama 150-250 menit dalam

seminggu. Contoh olahraga dengan intensitas moderat contohnya adalah

jalan cepat dan berenang (Admins, 2013).

Yoshie (2013) menyatakan bahwa jika seseorang ingin mendapatkan

berat badan yang ideal maka dianjurkan seseorang untuk melakukan

olahraga minimal 3 kali dalam seminggu.

Lakukan aktifitas fisik sekurang-kurangnya 30 menit per hari dengan

baik dan benar agar bermanfaat bagi kesehatan dan kebugaran tubuh,

misalnya :

a. Turun bus lebih awal menuju tempat kerja yang kira-kira

menghabiskan 20 menit berjalan kaki dan saat pulang berhenti di halte

yang menghabiskan kira-kira 10 menit berjalan kaki menuju rumah.

b. Membersihkan rumah selama 10 menit, dua kali dalam sehari

ditambah 10 menit bersepeda.

Hubungan Pola Makan..., Ibnu Budi Sayoga, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Overweightrepository.ump.ac.id/3662/4/Ibnu Budi Sayoga BAB II.pdf · pada keadaan khusus (penyakit) lainnya seperti edema, ascites, dan hepatomegali (Supariyasa,

22

Lakukan secara bertahap hingga mencapai 30 menit. Jika belum

terbiasa dapat dimulai dengan beberapa menit setiap hari dan ditingkatkan

secara bertahap. Aktifitas fisik dianjurkan minimal 30 menit, lebih lama

akan lebih baik. Aktifitas fisik dapat dilakukan dimana saja, dengan

memperhatikan lingkungan yang aman dan nyaman, bebas polusi, tidak

menimbulkan cedera, misalnya : dirumah, sekolah, tempat kerja, dan

tempat-tempat umum seperti sarana olahraga, lapangan, taman, tempat

rekreasi, dll. (Kesehatan Komunitas, 2002).

3. Manfaat olahraga

a. Meningkatkan kerja dan fungsi jantung, paru dan pembuluh darah

yang ditandai dengan :

a) Denyut nadi istirahat menurun.

b) Isi sekuncup bertambah.

c) Kapasitas bertambah.

d) Penumpukan asam laktat berkurang.

e) Meningkatkan pembuluh darah kolateral.

f) Meningkatkan HDL Kolesterol.

g) Mengurangi aterosklerosis.

b. Meningkatkan kekuatan otot dan kepadatan tulang yang ditandai pada:

a) Pada anak : mengoptimalkan pertumbuhan.

b) Pada orang dewasa : memperkuat masa tulang,

c) menurunkan nyeri sendi kronis pada pinggang, punggung dan

lutut.

Hubungan Pola Makan..., Ibnu Budi Sayoga, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Overweightrepository.ump.ac.id/3662/4/Ibnu Budi Sayoga BAB II.pdf · pada keadaan khusus (penyakit) lainnya seperti edema, ascites, dan hepatomegali (Supariyasa,

23

c. Meningkatkan kelenturan (fleksibilitas) pada tubuh sehingga dapat

mengurangi cedera.

d. Meningkatkan metabolisme tubuh untuk mencegah kegemukan dan

mempertahankan berat badan ideal.

e. Mengurangi resiko terjadinya berbagai penyakit seperti :

a) Tekanan darah tinggi : mengurangi tekanan sistolik dan diastolik.

b) Penyakit jantung koroner : menambah HDL-kolesterol dan

mengurangi lemak tubuh.

c) Kencing manis : menambah sensitifitas insulin.

d) Infeksi : meningkatkan sistem imunitas.

f. Meningkatkan sistem hormonal melalui peningkatan sensitifitas

hormon terhadap jaringan tubuh.

g. Meningkatkan aktivitas sistem kekebalan tubuh terhadap penyakit

h. melalui peningkatan pengaturan kekebalan tubuh.

i. Penelitian Kavanagh, latihan aerobik 3 kali seminggu selama 12

minggu.

a) Meningkatkan pembuluh darah kolateral.

b) Meningkatkan HDL kolesterol.

c) Mengurangi aterosklerosis (Kesehatan Komunitas, 2002)

C. Pola Makan

1. Pengertian

Pola makan dapat diartikan sebagai cara seseorang atau sekelompok

orang untuk memilih makanan dan mengkonsumsinya sebagai terhadap

Hubungan Pola Makan..., Ibnu Budi Sayoga, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Overweightrepository.ump.ac.id/3662/4/Ibnu Budi Sayoga BAB II.pdf · pada keadaan khusus (penyakit) lainnya seperti edema, ascites, dan hepatomegali (Supariyasa,

24

reaksi pengaruh–pengaruh fisiologi, psikologi, budaya dan sosial

(Sulistyoningsih, 2010).

Menurut Baliwati (2004) pola makan adalan susunan jenis dan

jumlah makanan yang dikonsumsi seseorang atau kelompok pada waktu

tertentu.

Kebiasaan makan remaja juga terdiri dari snack yang 40%

berkalori tinggi. Makanan snack yang sering di konsumsi remaja seperti

keripik kentang, kue-kuean, dan minuman ringan (soft drink) yang rendah

dalam zat gizi. Dan juga es krim, es krim kocok, hamburger dan pizza

yang memberikan zat gizi yang penting, tetapi juga tinggi lemak, natrium,

dan kalori. Remaja juga bersandar pada restoran fast food yang

mempunyai menu terbatas dan sering menekankan pada makanan tinggi

kalori, lemak dan natrium (Moore, 1997).

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengertian pola makan adalah

suatu jenis dan jumlah makanan yang dimakan oleh mahasiswa dalam

kesehariannya.

2. Pola makan tidak sehat

Menurut Prasetyono (2009) pola makan tidak sehat pada seseorang

antara lain :

a. Makan terlalu banyak.

Mengkonsumsi makanan yang melebihi kebutuhan tubuh berarti

menambah kalori tambahan yang disimpan dalam tubuh sebagai lemak.

Hal ini mengakibatkan kelebihan berat badan.

Hubungan Pola Makan..., Ibnu Budi Sayoga, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Overweightrepository.ump.ac.id/3662/4/Ibnu Budi Sayoga BAB II.pdf · pada keadaan khusus (penyakit) lainnya seperti edema, ascites, dan hepatomegali (Supariyasa,

25

b. Terlalu banyak makan gula.

Kebiasaan makan banyak ialah kecenderungan makan makanan yang

banyak mengandung kadar gula. Memuaskan selera makan dengan

makanan yang mengandung kadar gula yang tinggi akan menyebabkan

seseorang kehilangan selera makan makanan yang mengandung gizi,

vitamin dan zat mineral yang diperlukan.

c. Mengkonsumsi makanan olahan terlalu banyak.

Seseorang dapat tergantung pada jenis makanan olahan ini dan

mengabaikan makanan segar akan tetapi seseorang akan kekurangan

unsur makanan yang penting, baik bagi dirinya maupun bagi bayi yang

dikandung.

d. Mengabaikan sarapan pagi.

Seseorang biasanya sering mengabaikan sarapan pagi karena kesibukan

mengerjakan pekerjaan rumah. Kebiasaan mengabaikan sarapan pagi

akan mengakibatkan seseorang akan merasa sangat lapar sebelum waktu

makan siang dan memenuhinya dengan makanan cemilan. Sarapan pagi

sangat penting karena merupakan makanan pertama sepanjang hari.

Energi yang tersimpan sebagai sumber cadangan pada malam hari telah

dikosongkan untuk kehidupan alat-alat tubuh. Pada pagi harinya

diperlukan energi tambahan untuk aktifitas tubuh hingga menjelang

tengah hari.

3. Dampak pola makan yang tidak sehat

Almatsier (2005) mengungkapkan bahwa konsumsi makanan

berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Gangguan gizi disebabkan oleh

Hubungan Pola Makan..., Ibnu Budi Sayoga, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Overweightrepository.ump.ac.id/3662/4/Ibnu Budi Sayoga BAB II.pdf · pada keadaan khusus (penyakit) lainnya seperti edema, ascites, dan hepatomegali (Supariyasa,

26

faktor primer atau sekunder. Faktor primer adalah bila susunan makanan

seseorang salah dalam kuantitas dan kualitas yang salah satunya disebabkan

oleh karena pola makan yang tidak sehat. Gangguan gizi tidak seimbang

antara lain :

a. Gizi kurang.

b. Gizi buruk.

c. Gizi lebih.

d. Anemia gizi besi.

e. Kekurangan vitamin A.

f. Gangguan akibat kekurangan iodium (Erna, 2004).

4. Penanggulangan pola makan tidak sehat

Cara menyiasati pola makan tidak sehat dengan mengkonsumsi makanan

yang mengandung 4 sehat 5 sempurna. Kehamilan menyebabkan perubahan

tubuh yang mengakibatkan timbulnya beberapa gangguan makan. Keadaan

ini seringkali mempengaruhi asupan gizi ibu hamil atau kehilangan nafsu

makan. Untuk menyiasati agar nafsu makan tetap terjaga, yaitu dengan cara :

a. Memperbanyak ragam dan variasi makanan.

b. Sajikan makanan yang menarik.

c. Tingkatkan kelezatan rasa makanan.

d. Segera makan begitu makanan disajikan (Kasdu, 2004).

5. Kebutuhan kalori yang dibutuhkan

Menurut Almatsier (2005), jumlah dan jenis makanan yang

dianjurkan makan 3 kali sehari yang terdiri dari komposisi yang berimbang.

Pengaturan diet, perlu mengetahui kebutuhan kalori sehari. Selain

Hubungan Pola Makan..., Ibnu Budi Sayoga, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Overweightrepository.ump.ac.id/3662/4/Ibnu Budi Sayoga BAB II.pdf · pada keadaan khusus (penyakit) lainnya seperti edema, ascites, dan hepatomegali (Supariyasa,

27

membantu dalam kebutuhan kalori, ahli gizi / diet juga menyarankan

variasi makanan sesuai dengan daftar bahan makanan penukar. Porsi

makanan hendaknya tersebar sepanjang hari, yaitu makan pagi, makan

siang, dan makan malam serta kudapan di antara waktu makan. Angka

kecukupan gizi (AKG) setiap individu akan berbeda sesuai dengan

kondisi masing-masing, untuk mengukur Akg bagi orang dewasa secara

tepat, kebutuhan kalori/energi dapat menggunakan rumus sebagai beriku:

Tabel 2.1 Angka Kecukupan Gizi (AKG) Remaja (Kkal/hari)

Jenis kelamin Angka kecukupan gizi (Kkal/hari)

Ringan Sedang Berat

Laki-laki 1,56 X BMR 1,76 X BMR 2,10 x BMR

Perempuan 1,55 X BMR 1,70 X BMR 2,00 x BMR

(Sumber: Almaster, 2005)

Menurut Almatsier (2005), kebutuhan kalori harian seseorang

merupakan konsumsi kalori atau energi yang berasal dari makanan yang

nantinya digunakan untuk memenuhi pengeluaran kalori per harinya.

Kebutuhan energi atau kalori setiap harinya untuk metabolisme basal

(Basal Metabolic Rate/BMR), metabolisme tambahan terkait dengan

aktivitas yang dilakukan per harinya dan juga bisa untuk metabolisme

khusus dari efek suatu makanan atau pengaruh dinamik khusus (Spesific

Dynamic Action).

Hubungan Pola Makan..., Ibnu Budi Sayoga, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Overweightrepository.ump.ac.id/3662/4/Ibnu Budi Sayoga BAB II.pdf · pada keadaan khusus (penyakit) lainnya seperti edema, ascites, dan hepatomegali (Supariyasa,

28

Secara sederhana nilai BMR dapat ditaksir dengan menggunakan

rumus regresi linier sebagai berikut:

Tabel 2.2 Untuk Menaksir Nilai BMR

Umur BMR (Kkal/hari)

Wanita Laki-laki

0-3

3-10

10-18

18-30

30-60

> 60

61,0 BB + 51

25,5 BB + 499

12,2 BB + 746

14,7 BB + 496

8,7 BB + 829

10,5 BB + 596

60,9 BB + 54

22,7 BB + 495

17,5 BB + 651

15,3 BB + 679

11,6 BB + 879

13,5 BB + 487

(Sumber: Almaster, 2005)

Kalori adalah satuan unit yang digunakan untuk mengukur nilai

energi yang diperoleh tubuh ketika mengkonsumsi makanan/minuman.

Kandungan Kalori di dalam makanan dapat ditentukan oleh kandungan-

kandungan gizi seperti lemak, karbohidrat, dan protein yang terkandung

di dalam makanan itu sendiri. Lemak menghasilkan kalori paling banyak,

yaitu 9 kalori/gram. Sedangkan karbohidrat dan protein mengandung 4

kalori setiap gramnya. Makanan yang mengandung banyak lemak adalah

makanan yang mengandung tinggi kalori. Sebaliknya, yang memiliki

kalori rendah adalah buah-buahan dan sayur-sayuran karena mengandung

banyak serat dan kadar airnya tinggi (Samyunwan, 2012). Berikut adalah

tabel kebutuhan kalori untuk berbagai kelompok umur. Tabel ini dapat

membantu mengetahui kebutuhan kalori berdasarkan usia, jenis kelamin

dan aktifitas yang dilakukan.

Hubungan Pola Makan..., Ibnu Budi Sayoga, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Overweightrepository.ump.ac.id/3662/4/Ibnu Budi Sayoga BAB II.pdf · pada keadaan khusus (penyakit) lainnya seperti edema, ascites, dan hepatomegali (Supariyasa,

29

Tabel 2.3 Kebutuhan Kalori Sesuai Usia

Jenis

kelamin

Usia

(Tahun)

Aktifitas yang dilakukan

Menetap Cukup aktif Aktif

Anak wanita 2-3

4-8

9-13

14-18

19-30

31-50

50+

1.000 Kkal

1.200 Kkal

1.600 Kkal

1.800 Kkal

2.000 Kkal

1.800 Kkal

1.600 Kkal

1.000-1.400 Kkal

1.400-1.600 Kkal

1.600-2.000 Kkal

2.000 Kkal

2.000-2.200 Kkal

2.000 Kkal

1.800 Kkal

1.000-1.400 Kkal

1.400-1.800 Kkal

1.800-2.200 Kkal

2.000 Kkal

2.400 Kkal

2.400 Kkal

2.200 Kkal

Pria 4-8

9-13

14-18

19-30

31-50

50+

1.400 Kkal

1.800 Kkal

2.200 Kkal

2.400 Kkal

2.200 Kkal

2.000 Kkal

1.400-1.600 Kkal

1.800-2.200 Kkal

2.400-2.800 Kkal

2.600-2.800 Kkal

2.400-2.600 Kkal

2.200-2.400 Kkal

2.000-2.000 Kkal

2.000-2.600 Kkal

2.800-3.200 Kkal

3.000 Kkal

2.800-3.000 Kkal

2.400-2.800 Kkal

(Sumber: Samyunwan, 2012)

Adanya rentang kalori menunjukkan kebutuhan kalori yang

berbeda berdasarkan usia dari tiap kelompok. Remaja & anak-anak

membutuhkan kalori yang lebih banyak seiring dengan bertambahnya

usia. Akan tetapi pada orang dewasa, akan membutuhkan kalori yang

lebih sedikit seiring dengan bertambahnya usia.

Keterangan aktifitas yang dilakukan:

1. Aktifitas menetap: Suatu gaya hidup dimana aktifitas yang dilakukan

hanya berhubungan dengan kegiatan sehari-hari.

2. Cukup aktif: Suatu gaya hidup yang termasuk didalamnya melakukan

aktifitas fisik yang setara dengan berjalan kaki sebanyak 2,5-5 km

sehari.

3. Aktif: Suatu gaya hidup yang termasuk didalamnya melakukan

aktifitas fisik yang setara dengan berjalan kaki > 5 km sehari

Menurut Arisman (2004), penentuan jumlah kalori yang

dibutuhkan dihitung berdasarkan Indeks Masa Tubuh (IMT). Darmono

Hubungan Pola Makan..., Ibnu Budi Sayoga, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Overweightrepository.ump.ac.id/3662/4/Ibnu Budi Sayoga BAB II.pdf · pada keadaan khusus (penyakit) lainnya seperti edema, ascites, dan hepatomegali (Supariyasa,

30

(2007) jumlah kalori yang diperlukan dalam sehari pada seseorang yang

bekerja adalah :

1) Kurus (< 90%) kebutuhan kalori: BB X 40 – 50 kalori sehari.

2) Normal (90-100%) kebutuhan kalori : BB X 30 kalori sehari.

3) Gemuk (>100%) kebutuhan kalori : berat badan (kg) dikalikan 20 kalori

Menurut Tortora dan Derrickson (2011), untuk rekomendasi

distribusi kalori dalam upaya pemenuhan diet seimbang terkait dengan

kebutuhan kalori per hari:

a. 50-60% karbohidrat.

b. < 15% gula sederhana.

c. <30% lemak (dalam bentuk trigliserida/TGA).

d. < 10% asam lemak jenuh.

e. 12-15% protein.

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi pola makan

Santoso (2004) faktor-faktor yang mempengaruhi pola makan adalah :

a. Kesenangan

Hal-hal yang disukai dan tidak disukai sangat berpengaruh terhadap

kebiasaan makan seseorang. Perasaan suka dan tidak suka seseorang

terhadap makanan tergantung asosiasinya terhadap makanan tersebut.

b. Budaya

Budaya cukup menentukan jenis makanan yang sering dikonsumsi

sebagai contoh budaya pantang makanan.

Hubungan Pola Makan..., Ibnu Budi Sayoga, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Overweightrepository.ump.ac.id/3662/4/Ibnu Budi Sayoga BAB II.pdf · pada keadaan khusus (penyakit) lainnya seperti edema, ascites, dan hepatomegali (Supariyasa,

31

c. Agama

Agama juga mempengaruhi jenis makann yang dikonsumsi. Sebagai

contoh agama islam mengharamkan daging babi.

d. Taraf sosial ekonomi

Pilihan seseorang terhadap jenis dan kualitas makanan turut dipengaruhi

oleh taraf ekonomi. Pendapatan yang rendah akan membatasi seseorang

untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi.

e. Lingkungan alam

Lingkungan alam juga mempengaruhi jenis makanan yang dikonsumsi

seperti kondisi tanah dan iklim setempat.

D. Genetik

Faktor ini merupakan faktor utama yang dimiliki oleh seorang

manusia dalam awal pertumbuhannya. Faktor ini sangat berpengaruh dalam

proses pertumbuhannya dari bayi sampai dewasa. Biasanya faktor genetik ini

susah untuk diubah, karena sudah terbentuk dan melekat pada si manusia

sejak mereka lahir. Dan sekalipun bisa diubah itu memerlukan waktu yang

cukup lama untuk mengubahnya (Depkes, 2005).

Faktor genetik adalah faktor keturunan yang berasal dari orang tuanya.

Pengaruh faktor tersebut sebenarnya belum terlalu jelas sebagai penyebab

kegemukan. Namun demikian, ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa

factor genetik merupakan factor penguat terjadinya kegemukan (Purwati,

2001).

Genetik disebut juga ilmu keturunan. Berasal dari kata genes (bahasa

Latin), artinya suku bangsa atau asal usul. Dalam ilmu ini dipelajari bagaimana

Hubungan Pola Makan..., Ibnu Budi Sayoga, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Overweightrepository.ump.ac.id/3662/4/Ibnu Budi Sayoga BAB II.pdf · pada keadaan khusus (penyakit) lainnya seperti edema, ascites, dan hepatomegali (Supariyasa,

32

sifat keturunan (hereditas) itu diwariskan kepada anak cucu, serta variasi yang

mungkin timbul di dalamnya (Wildan, 1983). Gen adalah butiran kecil yang

terdapat di dalam sel-sel kelamin manusia yang dipindahkan dari orang tua atau

nenek moyang kepada keturunannya dan merupakan sifat yang diwariskan

(Abdul, 1999).

Pengertian genetik berasal dari bahasa Latin genos yang berarti suku

bangsa atau asal usul. Dengan demikian genetik berarti ilmu yang mempelajari

bagaimana sifat keturunan (hereditas) yang di wariskan kepada anak cucu, serta

variasi yang mungkin timbul di dalamnya (Armansyah, 2013)

Asiah (2009) menyatakan dalam penelitianya bahwa pengaturan berat

badan dan respon seorang individu terhadap diet bervariasi dan ditentukan

oleh faktor genetik. Suku bangsa atau ras tertentu memiliki kecenderungan

terjadinya obesitas dibandingkan dengan suku bangsa atau ras lainnya.

Penderita obesitas pada suku bangsa tertentu menunjukkan adanya

polimorfisme dari gen uncoupling protein. Gen uncoupling protein telah

berhasil diidentifikasi memiliki peran dalam hal metabolisme energi dan

proses terjadinya obesitas. Sehingga dapat disimpulkan genetik adalah suatu

sifat keturunan yang diwariskan atau diturunkan dari orang tua terhadap

anaknya yang mana susah untuk diubah.

Hubungan Pola Makan..., Ibnu Budi Sayoga, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Overweightrepository.ump.ac.id/3662/4/Ibnu Budi Sayoga BAB II.pdf · pada keadaan khusus (penyakit) lainnya seperti edema, ascites, dan hepatomegali (Supariyasa,

33

E. Kerangka Teori

Kerangka teori dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.1

dibawah ini:

Keterangan:

------- : Tidak diteliti

: Variabel yang diteliti

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Sumber : Purwanti (2002) dan Rimbawan (2004)

Aktifitas fisik remaja

- Jumlah waktu tidur

- Kebiasaan olahraga

dalam 1 minggu

- Kegiatan didalam dan

diluar rumah

Faktor genetik

IMT orang tua

Pola makan

- Jumlah makanan yang

berlebihan

- Frekuensi makan fast

food dan soft drink

- Frekuensi makanan

yang mengandung

lemak dan kolesterol

Psikologis remaja

- Tipe kepribadian remaja

- Tingkat stres remaja

Penggunaan obat-obatan

- Jenis obat

- Lama penggunaan

Overweight

Hubungan Pola Makan..., Ibnu Budi Sayoga, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Overweightrepository.ump.ac.id/3662/4/Ibnu Budi Sayoga BAB II.pdf · pada keadaan khusus (penyakit) lainnya seperti edema, ascites, dan hepatomegali (Supariyasa,

34

F. Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.2

dibawah ini:

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

G. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Ada hubungan pola makan dengan kejadian overweight pada mahasiswa

keperawatan S1 di Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

b. Ada hubungan genetik dengan kejadian overweight pada mahasiswa

keperawatan S1 di Universitas Muhammadiyah Purwokerto

c. Ada hubungan kebiasaan olahraga dengan kejadian overweight pada

mahasiswa keperawatan S1 di Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

Genetik

Pola makan

Kebiasaan olahraga

Overweight

Hubungan Pola Makan..., Ibnu Budi Sayoga, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014