studi kasus asuhan keperawatan nyeri akut · pdf fileyaitu pasien mengeluh nyeri sewaktu...
TRANSCRIPT
STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA Ny. M DENGAN
INFEKSI SALURAN KEMIH DI RUANG CEMPAKA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
SUKOHARJO
DI SUSUN OLEH :
AYU PRAVITA SARI
NIM. P.10079
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2013
i
STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA Ny. M DENGAN
INFEKSI SALURAN KEMIH DI RUANG CEMPAKA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
SUKOHARJO
Karya Tulis Ilmiah
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan
DI SUSUN OLEH :
AYU PRAVITA SARI
NIM. P.10079
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2013
ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertandatangan di bawah ini :
Nama : Ayu Pravita Sari
NIM : P.10079
Program Studi : DIII Keperawatan
Judul Karya Tulis Ilmiah : ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA
Ny. M DENGAN INFEKSI SALURAN KEMIH DI
RUANG CEMPAKA RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH SUKOHARJO
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tugas akhir yang saya tulis ini
benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan
atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah
hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut
dengan ketentuan akademik yang berlaku.
Surakarta, Juni 2013
Yang Membuat Pernyataan
AYU PRAVITA SARI
NIM. P. 10079
iii
ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA Ny. M
DENGAN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RUANG CEMPAKA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SUKOHARJO
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh :
Nama : Ayu Pravita Sari
NIM : P.10079
Program Studi : DIII Keperawatan
Judul :
Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah
Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Ditetapkan di : Surakarta
Hari/ Tanggal : Rabu, 05 Juni 2013
Pembimbing : Setiyawan, S.Kep., Ns (...............................................)
NIK : 201084050
iv
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah dengan judul “ ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA
Ny. M DENGAN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RUANG CEMPAKA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SUKOHARJO.”
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada yang terhormat :
1. Setiyawan, S.Kep.,Ns, selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan
sekaligus sebagai dosen pembimbing yang dengan cermat dan kesabaran serta
memberikan berbagai masukan, inspirasi perasaan nyaman dalam bimbingan
demi sempurnanya studi kasus ini dan yang telah memberikan kesempatan
untuk dapat menimba ilmu di Stikes Kusuma Husada Surakarta.
2. Erlina Windyastuti, S.Kep.,Ns, selaku Sekretaris Ketua Program Studi DIII
Keperawatan yang telah memberikan motivasi dan dukungan dalam
menyelesaikan studi kasus ini.
3. Nurul Devi Ardiani, S.Kep.,Ns selaku dosen penguji I yang telah memberikan
kritik dan saran yang membangun hingga tersusunnya Karya Tulis Ilmiah ini.
vi
4. Noor Fitriyani, S.Kep.,Ns selaku dosen penguji II yang telah memberikan
saran dan kritik yang bermanfaat bagi penulis selama ujian berlangsung dan
demi sempurnanya penulisan karya tulis ini.
5. Semua dosen Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada
Surakarta, yang telah memberikan bimbingan baik berupa materi, wawasan
serta ilmu yang bermanfaat dengan begitu sabar.
6. Perpustakaan STIKes Kusuma Husada Surakarta yang telah membantu dalam
mendapatkan refrensi yang diperlukan dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.
7. Pihak Rumah Sakit Umum Daerah Sukoharjo beserta staf keperawatan,
khususnya di Ruang Cempaka yang telah memberikan ijin dan kesempatan
bagi penulis untuk pengambilan data guna penyelesaian karya tulis ini.
8. Ayah dan Ibu, yang selalu menjadi sumber inspirasi dan memberikan
dukungan semangat untuk menyelesaikan pendidikan.
9. Saudara serta keluarga tercinta yang senantiasa memberikan dukungan dan
semangat dalam setiap proses yang dilalui oleh penulis.
10. Teman-teman mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma
Husada Surakarta, dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-
persatu, yang telah memberikan dukungan moral dan spiritual.
Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu
keperawatan dan kesehatan. Amin.
Surakarta, Juni 2013
Penulis
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………………………………………….......
PERNYATAAN TIDAK PLAGIATISME ……………………….
LEMBAR PERSETUJUAN ………………………………………
LEMBAR PENGESAHAN ………………………………………
KATA PENGANTAR …………………………………………….
DAFTAR ISI ………………………………………………………
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ………………………………...
B. Tujuan Penulisan ……………………………...
C. Manfaat Penulisan …………………………….
BAB II LAPORAN KASUS
A. Identitas Klien ………………………………...
B. Pengkajian …………………………………….
C. Perumusan Masalah Keperawatan ……………
D. Perencanaan Keperawatan ……………………
E. Implementasi Keperawatan …………………..
F. Evaluasi Keperawatan ………………………..
Halaman
i
ii
iii
iv
v
vii
ix
1
5
5
7
7
11
12
13
15
viii
BAB III PEMBAHASAN DAN SIMPULAN
A. Pembahasan …………………………………………..
B. Simpulan dan Saran ...……………………………….
Daftar Pustaka
Lampiran
17
31
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah
Lampiran 2 Surat Keterangan Selesai Pengambilan Data
Lampiran 3 Log Book Kegiatan Harian
Lampiran 4 Lembar Pendelegasian Pasien
Lampiran 5 Asuhan Keperawatan
Lampiran 6 Daftar Riwayat Hidup
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penyakit Infeksi Saluran Kemih (ISK) merupakan masalah kesehatan
masyarakat di Indonesia yang perlu mendapatkan perhatian yang serius.
Diperkirakan 8 % anak wanita dan 2 % anak laki-laki pernah mengalami ISK
pada masa kanak-kanaknya. Insiden ISK belum diketahui dengan pasti
(Subandiyah, 2004). Pada penelitian di Indonesia yang dilakukan pada
penderita diabetes didapatkan kejadian ISK sebesar 47%, pasien dengan batu
ginjal 41%, pasien dengan obstruksi saluran kemih sebesar 20%. Dari 40%
penderita yang terpasang kateter mendapatkan infeksi nosokomial dan
bakteriuri sebanyak 26% (Ariwijaya dan Suwitra, 2007).
Berdasarkan suatu penelitian di RSU Dr. Saiful Anwar Malang dari
tanggal 1 Januari 1999 sampai dengan 31 Desember 2003 didapatkan 563
penderita tersangka infeksi saluran kemih. Escherichia coli merupakan
penyebab ISK Paling sering (48,9%), diikuti Acinetobacter anitratus (9,8%),
Klebsiella pneumoniae (9,4%), Staphylococcus coagulase positive (5,8%),
Proteus mirabilis (4,7%) (Subandiyah, 2004).
Prevalensi penyakit Infeksi Saluran Kemih (ISK) di RSUD Sukoharjo
sendiri setiap tahunnya 124 orang, berdasarkan hasil pengamatan selama
periode pengambilan data di Bangsal Cempaka, ada beberapa kasus pasien
1
2
dengan penyakit Infeksi Saluran Kemih (ISK) dengan keluhan yang paling
banyak dirasakan adalah nyeri (Rekam Medis, 2012).
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah episode bakteriuria signifikan
(yaitu infeksi dengan jumlah koloni > 100.000 mikroorganisme tunggal per
ml) yang mengenai saluran kemih bagian atas (pielonefritis, abses ginjal) atau
bagian bawah (sistisis), atau keduanya (Grace, 2006). Infeksi lebih sering
terjadi pada wanita daripada pria (Brooker, 2009). Infeksi saluran kemih
merupakan penyakit infeksi nomor dua setelah infeksi saluran nafas. Infeksi
ini disebabkan oleh berbagai bakteria piogenik, di luar rumah sakit terutama
oleh Escherichia coli, sedangkan di dalam rumah sakit biasanya oleh bakteria
dari kelompok pseudomonas, proteus, dan klebsiela (Sjamsuhidajat, 2005).
Manifestasi klinis infeksi saluran kemih antara lain, rasa panas dan nyeri saat
buang air kecil (dysuria), sering buang air kecil (frequency) dengan keinginan
buang air kecil yang mendesak dan tiba-tiba (urgency), serta rasa tidak
nyaman di area suprapubik. Manifestasi ini dikategorikan sistitis atau ISK
bawah. Adanya keluhan nyeri pinggang, demam, dan urin berwarna
kemerahan menunjukkan pielonefritis atau ISK atas (Saptiningsih, 2012).
Hirarki kebutuhan dasar manusia menurut Maslow adalah sebuah teori
yang dapat digunakan perawat untuk memahami hubungan antara kebutuhan
dasar manusia pada saat memberikan perawatan. Menurut teori ini, beberapa
kebutuhan manusia tertentu lebih dasar dari pada kebutuhan lainnya. Hirarki
kebutuhan manusia mengatur kebutuhan dasar dalam lima tingkatan prioritas
yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan keselamatan dan keamanan, kebutuhan
3
cinta dan rasa memiliki, kebutuhan rasa berharga dan harga diri, dan
kebutuhan aktualisasi diri (Potter, 2005). Nyeri berhubungan dengan
kebutuhan fisiologis, rasa nyaman dan harus terpenuhi (Potter, 2006).
Menurut International Association for the Study of Pain (IASP)
mendefinisikan nyeri sebagai suatu sensori subyektif dan pengalaman
emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan
aktual atau potensial atau yang dirasakan dalam kejadian-kejadian dimana
terjadi kerusakan (Judha, 2012). Nyeri merupakan sensasi tidak
menyenangkan yang terlokalisasi pada suatu bagian tubuh. Nyeri seringkali
dijelaskan dalam istilah proses destruktif jaringan seperti ditusuk-tusuk, panas
terbakar, melilit, seperti emosi, pada perasaan takut, mual dan mabuk. Nyeri
merupakan tanda peringatan bahwa terjadi kerusakan jaringan, yang harus
menjadi pertimbangan utama keperawatan saat mengkaji nyeri (Potter, 2006).
Nyeri dikategorikan menjadi nyeri akut dan nyeri kronis. Nyeri akut
adalah nyeri yang terjadi dalam waktu mulai terjadinya nyeri atau masalah
nyeri (dapat beberapa detik sampai jam), sampai masalah nyeri teratasi tetapi
tidak lebih dari 6 bulan, tetapi ada beberapa literatur menyatakan kurang dari 3
bulan. Nyeri kronik adalah nyeri yang jangka waktu terjadinya sudah lebih
dari 6 bulan semenjak munculnya nyeri untuk pertama kali (Judha, 2012).
Nyeri pada pasien infeksi saluran kemih biasanya memiliki kriteria
yaitu pasien mengeluh nyeri sewaktu miksi, urin berbau amis, hematuria,
nyeri suprapubis, dan keinginan terus menerus untuk berkemih disertai nyeri
(Brooker, 2009). Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi
4
nyeri antara lain usia, jenis kelamin, kebudayaan, makna nyeri, perhatian,
ansietas, keletihan, pengalaman sebelumnya, gaya koping, dukungan keluarga
dan sosial (Judha, 2012).
Berdasarkan hasil pengamatan penulis saat melakukan praktek
keperawatan diberbagai rumah sakit, Infeksi Saluran Kemih mengakibatkan
munculnya masalah nyeri sehingga perlu mendapatkan penanganan lebih dini
agar tidak menimbulkan komplikasi yang tidak diinginkan, mulai dari yang
paling ringan (misalnya febris generalisata), hingga yang fatal (misalnya
gagal ginjal akut atau gagal ginjal kronik) (Wilianti, 2008) dan selama
pengelolaan kasus di RSUD Sukoharjo, penulis menjumpai pasien dengan
Infeksi Saluran Kemih dengan keluhan nyeri pada Ny. M didukung oleh data
subyektif “Pasien mengatakan nyeri perut bagian bawah, nyeri terasa perih
dan tertusuk-tusuk, skala nyeri 5 (0-10), nyeri yang dirasakan hilang timbul”
dan data obyektif “Pasien tampak lemah dan meringis kesakitan”.
Melihat latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk
melaksanakan pengelolaan kasus asuhan keperawatan yang akan dituangkan
dalam bentuk Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Nyeri
Akut Pada Ny. M Dengan Infeksi Saluran Kemih di Bangsal Cempaka Rumah
Sakit Umum Daerah Sukoharjo”.
5
B. Tujuan penulisan
1. Tujuan umum
Melaporkan kasus nyeri pada Ny. M dengan Infeksi Saluran Kemih (ISK)
di Ruang Cempaka Rumah Sakit Umum Daerah Sukoharjo.
2. Tujuan khusus
a. Penulis mampu melakukan pengkajian dan analisa data pada Ny. M
dengan masalah nyeri akibat Infeksi Saluran Kemih (ISK).
b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Ny. M
dengan masalah nyeri akibat Infeksi Saluran Kemih (ISK).
c. Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada Ny. M
dengan masalah nyeri akibat Infeksi Saluran Kemih (ISK).
d. Penulis mampu melakukan implementasi pada Ny. M dengan masalah
nyeri akibat Infeksi Saluran Kemih (ISK).
e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada Ny. M dengan masalah nyeri
akibat Infeksi Saluran Kemih (ISK).
f. Penulis mampu menganalisa kondisi nyeri pada Ny. M dengan Infeksi
Saluran Kemih (ISK).
C. Manfaat penulisan
1. Bagi Penulis.
Memperoleh dan memperluas wawasan untuk mengaplikasikan asuhan
keperawatan khususnya bagi pasien dengan nyeri pada Infeksi Saluran
Kemih, sehingga dapat dijadikan sumber ilmu dan wawasan oleh penulis.
6
2. Bagi Rumah Sakit.
Karya tulis ini diharapkan sebagai acuan dalam melakukan asuhan
keperawatan khususnya bagi pasien dengan nyeri pada Infeksi Saluran
Kemih.
3. Bagi perawat.
a. Mampu memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif kepada
klien penderita dengan nyeri akibat Infeksi Saluran Kemih.
b. Melatih berfikir kritis dalam melakukan asuhan keperawatan,
khususnya pada pasien dengan nyeri akibat Infeksi Saluran Kemih.
4. Bagi Instansi Akademik.
Digunakan sebagai informasi bagi institusi pendidikan dalam
pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan di masa yang akan
datang.
7
BAB II
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Pengkajian dilakukan pada tanggal 22 April 2013 jam 11.00 WIB di
dapat hasil identitas pasien, bahwa pasien bernama Ny. M, umur 33 tahun,
agama islam, alamat Bendoasri, Sukoharjo, pendidikan SMA, pekerjaan
swasta, nomor register 224XXX, dirawat di Bangsal Cempaka RSUD
Sukoharjo. Penanggung jawab adalah Tn. W, umur 37 tahun, pendidikan
SMA, pekerjaan swasta, alamat Bendoasri, Sukoharjo, dan hubungan dengan
pasien adalah suami. Pasien sudah sejak tanggal 21 April 2013 menjalani
perawatan dengan diagnosa oleh dokter Infeksi Saluran Kemih.
B. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 22 April 2013 jam 11.00 WIB
dengan metode allo-anamnesa dan auto-anamnesa. Keluhan utama yang
dirasakan Ny. M adalah nyeri perut bagian kiri bawah dengan riwayat
kesehatan sekarang Ny. M merasakan nyeri perut bagian kiri bawah seperti
tertusuk-tusuk sejak 2 hari yang lalu saat buang air kecil terasa panas dan
nyeri (dysuria), sering buang air kecil (frequency), buang air kecil yang
mendesak dan tiba-tiba (urgency), serta rasa tidak nyaman di area suprapubik,
keluarga membawa pasien ke bidan dekat rumah, dan diberikan obat tetapi
nyeri perut timbul kembali, pasien segera dibawa ke IGD RSUD Sukoharjo
oleh keluarganya dan dirawat di bangsal Cempaka pada tanggal 21 April 2013
7
8
pukul 14.50 WIB dengan tangan kiri terpasang infus RL 20 tetes per menit,
dengan pemeriksaan tanda-tanda vital tekanan darah 100/60 mmHg, frekuensi
pernafasan 20 kali per menit, frekuensi nadi 80 kali per menit, suhu 36,10C.
Pasien tampak lemah dan aktivitas pasien dibantu oleh keluarga. Riwayat
penyakit dahulu, pasien belum pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya,
belum pernah dioperasi, belum pernah mempunyai riwayat penyakit Infeksi
Saluran Kemih. Pasien juga mengatakan tidak mempunyai riwayat alergi
terhadap makanan atau obat-obatan dan dikeluarganya Ny. M tidak ada yang
memiliki penyakit keturunan maupun menular, seperti : Stroke, Hipertensi,
Diabetes Militus, Hepatitis, dan lain-lain.
Pasien merupakan anak ke-3 dari enam bersaudara, Ny. M dan
suaminya memiliki 2 orang anak.
Gambar
Genogram Ny. M
9
Menurut Gordon, pola kesehatan fungsional terdiri dari 11 yang terdiri
dari : pola persepsi dan pemeliharan kesehatan, pola nutrisi dan metabolisme,
pola eliminasi, pola aktivitas dan latihan, pola istirahat tidur, pola kognitif dan
perseptual, pola persepsi dan konsep diri, pola hubungan dan peran, pola
seksualitas dan reproduksi, pola mekanisme koping, dan pola nilai dan
keyakinan.
Pada pola eliminasi Ny. M mengatakan sebelum sakit Buang Air Kecil
(BAK) lancar dengan karakteristik urin berwarna kuning pekat, bau khas,
frekuensi ± 7-8 kali/hari (± 1500 cc), dengan Buang Air Kecil secara spontan,
selama sakit Buang Air Kecil (BAK) sering dengan karakteristik urin
berwarna kuning keruh, bau khas, frekuensi ± 6-7 kali/hari (± 500-1000 cc)
dan terasa panas saat Buang Air Kecil (BAK), pasien tampak memegangi
perutnya, tidak terpasang DC.
Pada pola istirahat dan tidur, Ny. M mengatakan sebelum sakit,
istirahat tidurnya dirumah biasa tidur 7 jam/hari, tidur nyenyak tanpa
mengkonsumsi obat tidur dan tidur jam 21.00 WIB bangun jam 04.00 WIB.
Keterangan :
: Laki – laki meninggal : Tinggal serumah
: Laki – laki : garis keturunan
: Perempuan meninggal : garis perkawinan
: Perempuan
: Pasien Ny. M (umur 33 thn)
10
Selama sakit mengalami gangguan yaitu tidur yang kurang nyenyak, tidur 5
jam dan sering terbangun karena nyeri yang dideritanya.
Pada pola kognitif dan perseptual, sebelum sakit Ny. M mengatakan
masih bisa melihat dan mendengar dengan baik. Selama sakit Ny. M
mengatakan masih bisa melihat dan mendengar dengan baik. Provocate :
terasa sakit saat Buang Air Kecil (BAK) dan sesudah Buang Air Kecil (BAK)
masih terasa sakit, quality : nyeri seperti ditusuk-tusuk, region : nyeri pada
kuadran kiri bawah, severe : skala nyeri 5 (0-10), time : nyeri dirasakan hilang
timbul, pasien tampak lemah dan meringis kesakitan.
Pada pemeriksaan fisik kesadaran Ny. M composmentis dengan nilai
GCS 15 (E4V5M6). Tekanan darah 100/60 mmHg, frekuensi nadi 80 kali per
menit, frekuensi pernafasan 20 kali per menit, suhu 36,10C.
Pada pemeriksaan abdomen, dilakukan dengan cara Inspeksi,
Auskultasi, Perkusi, Palpasi (IAPP). Inspeksi meliputi warna kulit sawo
matang, perut datar, tidak ada benjolan, tidak terdapat luka jahitan, tidak
terdapat massa. Auskultasi meliputi peristaltik usus 25 kali per menit. Suara
perut saat diperkusi terdengar timpani. Pada saat palpasi, terdapat nyeri tekan
pada kuadran kiri bawah.
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan Ny. M, meliputi pemeriksaan
laboratorium dan pemeriksaan urinalisa. Hasil dari pemeriksaan laboratorium
tanggal 21 April 2013 meliputi Hemoglobin 10,6 g/dL (nilai normal 12,1-17,6
g/dL); Eritrosit 4,06 jt/mm3
(nilai normal 4,5-6,9); Leukosit 18,8 /mm3 (nilai
normal 4.400-11.300); MCV 100.8 fl (nilai normal 80-96); MCHC 30.8 g/dl
11
(nilai normal 32-36); SGOT 43,03 U/L (nilai normal 0-21); SGPT 23,28 U/L
(nilai normal 0-22).
Hasil pemeriksaan urinalisa pada tanggal 22 April 2013, warna kuning
muda, kejernihan keruh, berat jenis 1.010 dengan nilai normal (1.015-1.025),
leokosit 35-40 /LPB dengan nilai normal (0-3/LPB), bakteri (+).
Terapi yang diperoleh pasien selama di bangsal antara lain, infus RL
20 tetes per menit, injeksi intravena cefozolin 1 mg/12 jam , injeksi intravena
gastridin 50 mg/8 jam, injeksi intravena antalgin 500 mg/8 jam, injeksi
intravena hyosin 20 mg/8 jam, injeksi intravena ondansentron 1 mg/8 jam.
C. Perumusan Masalah Keperawatan
Pada kasus Ny. M dari hasil pengkajian didapatkan data subyektif
“pasien mengatakan perut kiri bawah terasa sakit saat Buang Air Kecil (BAK)
dan sesudah Buang Air Kecil (BAK) masih terasa sakit, nyeri seperti ditusuk-
tusuk, nyeri pada kuadaran kiri bawah, skala nyeri 5 (0-10), nyeri dirasakan
hilang timbul” dan data obyektif berupa “pasien tampak lemah dan meringis
kesakitan sambil memegangi perutnya, terasa panas saat buang air kecil,
tanda-tanda vital (tekanan darah 100/60 mmHg, frekuensi nadi 80 kali per
menit, frekuensi penafasan 20 kali per menit, suhu 36,1ºC)”. Hasil
pemeriksaan urinalisa pada tanggal 22 April 2013, warna kuning muda,
kejernihan keruh, berat jenis 1.010 dengan nilai normal (1.015-1.025), leokosit
35-40 /LPB dengan nilai normal (0-3/LPB), bakteri (+). Maka penulis
melakukan analisa data dengan prioritas masalah keperawatan nyeri akut.
Berdasarkan hasil perumusan masalah tersebut, penulis menegakkan diagnosa
12
keperawatan utama nyeri akut berhubungan dengan agens agens cidera biologis
(adanya bakteri pada saluran kemih : Escherichia coli).
D. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan tindakan keperawatan yang dilakukan pada Ny. M
dengan tujuan dan kriteria hasil yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3x24 jam, diharapkan nyeri teratasi dengan kriteria hasil yaitu pasien
mengatakan nyeri berkurang atau hilang dengan skala nyeri 1-3 (0-10), pasien
tampak rileks, pasien tidak tampak meringis kesakitan, dan tanda-tanda vital
dalam batas normal (tekanan darah 120/80 mmHg, frekuensi nadi 60-100 kali
per menit, frekuensi pernafasan 16-24 kali per menit, suhu 36-37,50C).
Perencanaan yang dilakukan untuk mengatasi masalah keperawatan
pada Ny. M, antara lain kaji tanda-tanda vital dan kaji ulang karakteristik
nyeri (P,Q,R,S,T) dengan rasional mengetahui kualitas dan kuantitas nyeri
pasien, berikan posisi yang nyaman (sim kiri atau kanan) dengan rasional
memberi rasa nyaman pada pasien, ajarkan teknik relaksasi nafas dalam dan
distraksi dengan rasional untuk mengurangi nyeri, berikan kompres air hangat
dengan rasional untuk mengurangi nyeri, kolaborasi pemberian analgesik
dengan rasional untuk mengurangi rasa nyeri pada pasien dan membantu
proses penyembuhan.
13
E. Implementasi Keperawatan
Hari Senin, pada tangan 22 April 2013 jam 11.10 WIB, penulis
melakukan beberapa implementasi yaitu mengkaji karakteristik nyeri
(P,Q,R,S,T) dengan hasil subyektif pasien mengatakan perut kiri bawah terasa
sakit saat Buang Air Kecil (BAK) dan sesudah Buang Air Kecil (BAK) masih
terasa sakit, nyeri seperti ditusuk-tusuk, nyeri pada kuadran kiri bawah, skala
nyeri 5 (0-10), nyeri dirasakan hilang timbul. Data obyektif pasien tampak
lemah dan meringis kesakitan sambil memegangi perutnya, terasa panas saat
buang air kecil. Pada jam 11.15 WIB memberikan posisi yang nyaman (sim
kiri atau kanan) dengan hasil data subyektif pasien mengatakan merasa
nyaman dengan posisi yang diberikan. Data obyektif pasien dalam posisi
miring.
Pada jam 11.20 WIB mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam dan
distraksi dengan hasil data subyektif pasien mengatakan mau mengikuti apa
yang diajarkan oleh perawat. Data obyektif pasien tampak menarik nafas
dalam. Pada jam 11.35 WIB memberikan terapi obat (injeksi intravena
cefozolin 1 mg, injeksi intravena gastridin 50 mg, injeksi intravena antalgin
500 mg, injeksi intravena hyosin 20 mg, injeksi intravena ondansentron 1 mg)
sesuai dengan advis dokter dengan hasil data subyektif pasien mengatakan
mau diberikan injeksi obat. Data obyektif pasien tampak menahan sakit saat
diinjeksi lewat selang infus, obat sudah masuk. Pada jam 12.00 WIB
mengobservasi tanda-tanda vital dengan hasil data subyektif pasien
mengatakan bersedia. Data obyektif pasien tampak lemah, tekanan darah
14
100/60 mmHg, frekuensi nadi 80 kali per menit, frekuensi pernafasan 20 kali
per menit, suhu 36,10C.
Hari Selasa, pada tanggal 23 April 2013 jam 10.30 WIB, penulis
melakukan tindakan keperawatan yaitu mengkaji ulang nyeri pasien dengan
hasil data subyektif pasien mengatakan perut kiri bawah terasa sakit saat
Buang Air Kecil (BAK) dan sesudah Buang Air Kecil (BAK) masih terasa
sakit, nyeri seperti ditusuk-tusuk, nyeri pada kuadran kiri bawah, skala nyeri 5
(0-10), nyeri dirasakan hilang timbul. Pada jam 12.00 WIB mengobservasi
tanda-tanda vital dengan hasil data subyektif pasien mengatakan bersedia.
Data obyektif tekanan darah 100/60 mmHg, frekuensi nadi 82 kali per menit,
frekuensi pernafasan 20 kali per menit, suhu 36,50C. Pada jam 12.30 WIB
memberikan posisi yang nyaman (sim kiri atau kanan) dengan hasil data
subyektif pasien mengatakan sudah nyaman dengan posisi yang diberikan.
Data obyektif pasien terlihat rileks dan posisi miring. Pada jam 12.45 WIB
mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam dan distraksi dengan hasil data
subyektif pasien mengatakan bersedia. Data obyektif pasien tampak menarik
nafas dalam.
Hari Rabu, 24 April 2013 pukul 14.30 WIB, penulis melakukan
tindakan keperawatan yaitu mengobservasi tanda-tanda vital dengan hasil data
subyektif pasien mengatakan bersedia. Data obyektif tekanan darah 100/60
mmHg, frekuensi nadi 82 kali per menit, frekuensi pernafasan 20 kali per
menit, suhu 36,50C. Pada jam 15.00 WIB memberikan posisi yang nyaman
(sim kiri atau kanan) dengan hasil data subyektif pasien mengatakan sudah
15
nyaman dengan posisi yang diberikan. Data obyektif pasien tampak rileks dan
posisi miring. Pada jam 16.00 WIB memberikan terapi obat (injeksi intravena
cefozolin 1 mg, injeksi intravena gastridin 50 mg, injeksi intravena antalgin
500 mg, injeksi intravena hyosin 20 mg, injeksi intravena ondansentron 1 mg)
sesuai advis dokter dengan hasil data subyektif pasien mengatakan mau
diberikan injeksi obat. Data obyektif pasien di injeksi cefozolin, gastridin,
hyosin, ondancentron, obat sudah masuk lewat selang infus.
F. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi hari pertama, tanggal 22 April 2013 dilakukan pada pukul
11.10 WIB. Hasil evaluasi secara subjektif, pasien mengatakan perut kiri
bawah terasa sakit saat Buang Air Kecil (BAK) dan sesudah Buang Air Kecil
(BAK) masih terasa sakit, nyeri seperti ditusuk-tusuk, nyeri pada kuadran kiri
bawah, skala nyeri 5 (0-10), nyeri dirasakan hilang timbul, terasa panas saat
buang air kecil. Hasil evaluasi secara objektif, pasien tampak lemah dan
meringis kesakitan sambil memegangi perutnya, tanda-tanda vital 100/60
mmHg (normal 120/80 mmHg), frekuensi nadi 80 kali per menit (normal 60-
100 kali per menit), frekuensi pernafasan 20 kali per menit (normal 16-24 kali
per menit). Hasil analisa, masalah nyeri belum teratasi. Rencana selanjutnya,
yaitu kaji skala nyeri pasien, berikan posisi yang nyaman (sim kiri atau
kanan), ajarkan teknik relaksasi nafas dalam dan distraksi, kolaborasi
pemberian obat sesuai advis dokter (injeksi intravena cefozolin 1 mg, injeksi
intravena gastridin 50 mg, injeksi intravena hyosin 20 mg, injeksi intravena
ondansentron 1 mg).
16
Evaluasi hari kedua, tanggal 23 April 2013 dilakukan pada pukul 10.30
WIB. Hasil evaluasi secara subjektif, pasien mengatakan perut kiri bawah
terasa sakit saat Buang Air Kecil (BAK) dan sesudah Buang Air Kecil (BAK)
masih terasa sakit, nyeri seperti ditusuk-tusuk, nyeri pada kuadran kiri bawah,
skala nyeri 5 (0-10), nyeri dirasakan hilang timbul. Data objektif, pasien
tampak lemah dan meringis kesakitan sambil memegangi perutnya, terasa
panas saat buang air kecil. Hasil analisa, masalah nyeri belum teratasi.
Rencana selanjutnya adalah kaji skala nyeri, berikan posisi yang nyaman (sim
kiri atau kanan), ajarkan teknik relaksasi nafas dalam dan distraksi, kolaborasi
pemberian obat sesuai advis dokter (injeksi intravena cefozolin 1 mg, injeksi
intravena gastridin 50 mg, injeksi intravena hyosin 20 mg, injeksi intravena
ondansentron 1 mg).
Evaluasi hari ketiga, tanggal 24 April 2013 dilakukan pada pukul
14.30 WIB. Hasil evaluasi subjektif, pasien mengatakan nyeri sudah
berkurang, terasa sudah tidak menusuk, nyeri pada kuadran kiri bawah, skala
nyeri 4 (0-10), saat mau berdiri. Hasil evaluasi objektif, pasien tampak rileks
dan tenang. Hasil analisa, masalah nyeri belum teratasi. Rencana selanjutnya
adalah berikan posisi yang nyaman (sim kiri atau kanan), ajarkan teknik
relaksasi nafas dalam dan distraksi, kolaborasi pemberian obat sesuai advis
dokter (injeksi intravena cefozolin 1 mg, injeksi intravena gastridin 50 mg,
injeksi intravena hyosin 20 mg, injeksi intravena ondansentron 1 mg).
17
BAB III
PEMBAHASAN DAN SIMPULAN
A. Pembahasan
Hirarki kebutuhan dasar manusia menurut Maslow adalah sebuah teori
yang dapat digunakan perawat untuk memahami hubungan antara kebutuhan
dasar manusia pada saat memberikan perawatan. Menurut teori ini, beberapa
kebutuhan manusia tertentu lebih dasar dari pada kebutuhan lainnya. Hirarki
kebutuhan manusia mengatur kebutuhan dasar dalam lima tingkatan prioritas
yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan keselamatan dan keamanan, kebutuhan
cinta dan rasa memiliki, kebutuhan rasa berharga dan harga diri, dan
kebutuhan aktualisasi diri (Potter, 2005). Setiap individu memiliki
karakteristik fisiologis, sosial, spiritual, psikologis, dan kebudayaan yang
mempengaruhi cara mereka menginterpretasikan dan merasakan nyeri (Potter,
2006). Terkait dengan hal tersebut, dalam bab ini penulis akan melakukan
pembahasan terhadap masalah nyeri yang dialami oleh Ny. M dengan Infeksi
Saluran Kemih yang meliputi pengkajian, perumusan masalah keperawatan,
rencana keperawatan, implementasi dan evaluasi keperawatan.
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan
merupakan suatu proses pengumpulan data yang sistematis dari berbagai
sumber untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien
(Nursalam, 2011). Pengkajian nyeri yang aktual dan akurat dibutuhkan
17
18
untuk menetapkan data dasar, untuk menegakkan diagnosa keperawatan
yang tepat, untuk menyeleksi terapi yang cocok, dan untuk mengevaluasi
respons klien terhadap terapi (Potter, 2006). Sumber data didapatkan dari
klien, keluarga, teman terdekat, anggota tim perawatan kesehatan, catatan
kesehatan, pemeriksaan fisik, hasil dari pemeriksaan diagnostik dan
laboratorium (Potter, 2005).
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah episode bakteriuria signifikan
(yaitu infeksi dengan jumlah koloni > 100.000 mikroorganisme tunggal
per ml) yang mengenai saluran kemih bagian atas (pielonefritis, abses
ginjal) atau bagian bawah (sistisis), atau keduanya (Grace, 2006).
Infeksi Saluran kemih merupakan merupakan infeksi yang ditandai
dengan pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri dalam saluran kemih,
meliputi infeksi di parenkim ginjal sampai kandung kemih dengan jumlah
bakteriuria yang bermakna. Dikatakan bakteriuria bermakna apabila dalam
biakan kemih terdapat > 105 CFU/ml (Subandiyah, 2004). Dalam keadaan
normal saluran kemih tidak mengandung bakteri, virus, atau
mikroorganisme lainnya (Ariwijaya dan Suwitra, 2007), sehingga air
kemih di dalam sistem saluran kemih biasanya steril. Hal ini berarti
diagnosis Infeksi Saluran Kemih ditegakkan dengan membuktikan adanya
mikroorganisme di dalam saluran kemih (Saptiningsih, 2012). Manifestasi
klinis infeksi saluran kemih antara lain, rasa panas dan nyeri saat buang air
kecil (dysuria), sering buang air kecil (frequency) dengan keinginan buang
19
air kecil yang mendesak dan tiba-tiba (urgency), serta rasa tidak nyaman di
area suprapubik (Saptiningsih, 2012).
Penyebab utama terjadinya Infeksi Saluran Kemih (ISK)
disebabkan oleh Escherichia coli. Perlekatan bakteri pada saluran kemih
merupakan langkah utama dalam proses terjadinya infeksi. Pada sebagian
besar kasus, perlekatan tersebut diperantarai oleh P-fimbriae pada
Escherichia coli dan reseptor spesifik pada permukaan sel epitel saluran
kemih. Reseptor spesifik tersebut mengandung struktur yang serupa
dengan antigen pada permukaan sel darah merah manusia, sehingga
Escherichia coli juga dapat melekatkan diri pada sel darah merah manusia
dan menyebabkan hemaglutinasi (Anonim, 2013) dan merupakan 40%
dari infeksi yang didapat di rumah sakit (nosokomial) disebabkan oleh
Enterobacter atau Klebsiella (Grace, 2006). Organisme ini berasal dari
usus, kemudian masuk ke dalam uretra dan naik ke vesika urinaria
(kandung kemih). Dapat terjadi refluks urine dari kandung kemih ke ureter
(refluks vesikouretera) dan membawa bakteri dari kandung kemih ke
pelvis ginjal melalui ureter (Baradero, 2009).
Keluhan pasien Infeksi Saluran Kemih akan timbul gejala mula-
mula bagian bawah ditandai dengan peningkatan frekuensi berkemih,
dysuria, ketidaknyamanan di area suprapubik, demam, dan nyeri
pinggang. Dysuria disertai urgency atau frequency menunjukkan Infeksi
Saluran Kemih yang divalidasi dengan pemeriksaan diagnostik. Nyeri
20
pinggang dan ada riwayat Infeksi Saluran Kemih sebelumnya juga
menunjukkan Infeksi Saluran Kemih (Saptiningsih, 2012).
Pada studi kasus Ny. M menderita Infeksi Saluran Kemih dengan
keluhan yang dirasakan nyeri pada kuadran kiri bawah, karena adanya
bakteri pada saluran kemih. Dibuktikan dengan hasil pemeriksaan
urinalisa, warna kuning muda, kejernihan keruh, berat jenis 1.010 dengan
nilai normal (1.015-1.025), leokosit 35-40/LPB dengan nilai normal (0-
3/LPB), bakteri (+). Terjadi adanya urin dari ginjal yang mengalir ke buli-
buli melalui ureter. Pada dinding ureter terdapat otot polos yang dapat
melakukan gerakan peristaltik untuk mendorong urin ke buli-buli. Jika
terjadi sumbatan urin maka terjadi kontraksi otot yang berlebih untuk
mendorong sumbatan tersebut dari saluran ureter. Kontraksi berlebih
tersebut dirasakan sebagai nyeri, datangnya nyeri tersebut hilang timbul
sesuai irama gerakan peristaltik ureter (Wistara, dkk, 2013) dan terasa
nyeri bila ditekan karena adanya nyeri yang berasal dari buli-buli
dirasakan di regio suprapubik (Sjamsuhidajat, 2005), skala nyeri pada Ny.
M adalah 5 (0-10), dan kualitas nyeri seperti tertusuk-tusuk. Pengkajian
skala nyeri data dinilai dengan angka 0-10. Angka 0 menggambarkan tidak
ada nyeri, 1-3 nyeri ringan, secara objektif pasien dapat berkomunikasi
dengan baik, 4-6 nyeri sedang, secara objektif pasien mendesis,
menyeringai, dapat menunjukan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya,
dapat mengikuti perindah dengan baik, 7-9 nyeri berat, secara objektif
pasien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi masih respon
21
terhadap tindakan, dapat menunjukan lokasi nyeri, tidak dapat
mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang
dan distraksi, 10 nyeri sangat berat, pasien sudah tidak mampu lagi
berkomunikasi, memukul (Anonim, 2013).
Pada pengkajian Ny. M menyebutkan nyeri yang dirasakan
berskala 5. Penulis mengkategorikan skala nyeri pada Ny. M kedalam data
subyektif, karena penulis menggunakan skala nyeri numerik dimana hasil
dari skala numerik merupakan apa yang diungkapkan oleh Ny. M (Potter,
2006). Penulis mendapatkan data nyeri yang dialami Ny. M seperti
ditusuk-tusuk, saat pengkajian penulis menanyakan pada Ny. M seperti
apa nyeri yang dirasakan dan Ny. M menggambarkan perasaan nyeri itu
seperti ditusuk-tusuk dan perasaaan nyeri itu hilang timbul.
Pada pola kognitif dan perceptual muncul adanya nyeri dengan
menggunakan metode Provocate, Quality, Region, Severe, Time (PQRST).
Povocate (P) merupakan penyebab terjadinya nyeri pada penderita.
Quality (Q) merupakan kualitas nyeri yang diungkapkan secara subyektif
oleh pasien. Region (R) merupakan lokasi untuk menunjukkan semua
bagian atau daerah yang dirasakan tidak nyaman. Severe (S) merupakan
tingkat keparahan yang paling subyektif dirasakan oleh penderita (Judha,
2012). Pengukuran skala nyeri terdiri dari Verbal Descriptor Scale (VDS),
Numerical Rating Scales (NRS), dan Visual Analog Scale (VAS) (Potter,
2006). Time (T) merupakan awitan, durasi, dan rangkaian nyeri (Judha,
2012).
22
Menurut Potter (2006), nyeri merupakan kejadian yang menekan
atau stres dan dapat mengubah gaya hidup dan kesejahteraan psikologi
individu. Saat nyeri akut, denyut jantung, tekanan darah, dan frekuensi
pernafasan meningkat. Pada kasus Ny. M tekanan darah 100/60 mmHg.
Pada denyut jantung atau nadi, pernafasan, dan suhu tidak terjadi
peningkatan dengan hasil nadi 80 kali per menit, pernafasan 20 kali per
menit, dan suhu 36,10C.
Pada dasarnya, nyeri adalah suatu pengalaman sensori dan
emosional yang tidak menyenangkan yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan yang bersifat subjektif (Price dan Wilson, 2006). Nyeri biasanya
terjadi karena adanya rangsangan mekanik atau kimia pada daerah kulit di
ujung-ujung syaraf bebas yang disebut nosireseptor (Judha, 2012).
Pada pengkajian fisik abdomen, perawat memerlukan pengkajian
fisik dan neurologis berdasarkan riwayat nyeri klien. Daerah yang sangat
nyeri harus diperiksa untuk melihat apakah palpasi atau manipulasi pada
daerah tersebut meningkatkan sensasi nyeri. Selama melakukan
pemeriksaan umum, perawat memperhatikan adanya petunjuk-petunjuk
yang mengindikasikan nyeri (Potter, 2006). Pada kasus Ny. M, dilakukan
pemeriksaan fisik meliputi abdomen karena Ny. M, mengatakan nyeri
pada kuadran kiri bawah, terbukti terjadi adanya urin dari ginjal yang
mengalir ke buli-buli melalui ureter. Pada dinding ureter terdapat otot
polos yang dapat melakukan gerakan peristaltik untuk mendorong urin ke
buli-buli. Jika terjadi sumbatan urin maka terjadi kontraksi otot yang
23
berlebih untuk mendorong sumbatan tersebut dari saluran ureter. Kontraksi
berlebih tersebut dirasakan sebagai nyeri, datangnya nyeri tersebut hilang
timbul sesuai irama gerakan peristaltik ureter (Wistara, dkk, 2013).
Pemeriksaan fisik abdomen dilakukan dengan cara Inspeksi, Auskultasi,
Perkusi, dan Palpasi (IAPP). Pada saat palpasi, terdapat nyeri tekan pada
kuadran kiri bawah, karena adanya nyeri yang berasal dari buli-buli
(Sjamsuhidajat, 2005).
Terapi yang diberikan pada Ny. M antara lain injeksi intravena
cefozolin 1 mg/12jam untuk infeksi yang disebabkan oleh Staphylococci,
Streptococci, E. Coli, Klebsiella, Mirabilis seperti infeksi pada saluran
pernafasan, saluran kemih, tulang dan sendi, genital, septikemia,
endokarditis, infeksi kulit dan strukturnya, profilaksis bedah, injeksi
intravena gastridin 50 mg/8 jam untuk saluran cerna, injeksi intravena
antalgin 500 mg/8 jam untuk meringankan rasa sakit, terutama nyeri kolik
dan sakit setelah operasi, injeksi intravena hyosin 20 mg/8 jam untuk
gangguan spasme pada saluran cerna, saluran empedu, saluran kemih dan
saluran kelamin wanita (ISO, 2010).
Pada kasus Ny. M dimaksud penulis adalah nyeri akut, hal ini
didasarkan pada hasil pengkajian didapatkan data fokus Ny. M mengalami
nyeri yang disebabkan adanya bakteri pada saluran kemih, nyeri seperti
ditusuk-tusuk, nyeri yang dirasakan pada kuadran kiri bawah, skala nyeri 5
sesuai subjek Ny. M, perasaan nyeri hilang timbul, ekspresi wajah Ny. M
nampak meringis kesakitan.
24
Menurut teori NANDA (2009), batasan karakteristik nyeri akut
adalah nyeri berkurang atau hilang, skala nyeri 0-1 (0-10), dapat
mengidentifikasi aktifitas yang meningkatkan atau menurunkan nyeri.
Masalah keperawatan nyeri akut karena Infeksi Saluran Kemih
dapat menghambat kemampuan pasien untuk terlibat aktif dan
meningkatkan risiko komplikasi diantaranya adalah urosepsis, penurunan
fungsi ginjal, bahkan kematian (Anonim, 2013). Nyeri akut secara serius
yang mengancam proses penyembuhan klien tersebut lebih diprioritaskan
penulis dari beberapa masalah keperawatan yang muncul pada klien.
Alasan penulis memprioritaskan masalah nyeri karena nyeri yang
dirasakan klien merupakan salah satu masalah kebutuhan dasar manusia
yang berkaitan dengan rasa nyaman. Rehabilitasi dapat tertunda dan
hospitalisasi menjadi lama jika nyeri akut tidak terkontrol (Potter, 2006).
Apabila kasus ini tidak diatasi, dapat mengakibatkan ancaman bagi klien
atau orang lain mempunyai prioritas tertinggi (Nursalam, 2011).
2. Perumusan diagnosa
Diagnosa keperawatan merupakan pernyataan yang menguraikan
respon aktual atau potensial klien terhadap masalah kesehatan yang
perawat mempunyai izin dan berkompeten untuk mengatasinya (Potter,
2005). Dari hasil pengkajian yang dilakukan penulis, penulis merumuskan
masalah keperawatanyaitu nyeri akut berhubungan dengan agens
agenscidera biologis (adanya bakteri pada saluran kemih : Escherichia
coli).
25
Dalam kasus ini penulis mengambil etiologi agens agens cidera
biologis adalah penyalur timbulnya nyeri yang diakibatkan karena adanya
bakteri pada saluran kemih. Hal ini berdasarkan data yaitu adanya hasil
pemeriksaan urinalisa pada tanggal 22 April 2013, warna kuning muda,
kejernihan keruh, berat jenis 1.010 dengan nilai normal (1.015-1.025),
leokosit 35-40/LPB dengan nilai normal (0-3/LPB), bakteri (+).
Pemeriksaan urinalisis dapat menegakkan diagnosis Infeksi Saluran Kemih
dengan didapatkan leokosit esterase dan leokosit ≥ 10/lapang pandang
kuat (pyuria). Kultur urin menegakkan diagnosis Infeksi Saluran Kemih
dengan ditemukan jumlah bakteri 105
koloni/ml (bakteriuria). Jumlah
bakteri 102
- 104
koloni/ml merupakan penanda awal Infeksi Saluran
Kemih dengan timbulnya gejala Infeksi Saluran Kemih atau sebagai
respon pengobatan antibiotika. Hasil ukur positif (+) jika didapatkan gejala
Infeksi Saluran Kemih bawah (dysuria, urgency, frequency, rasa tidak
nyaman di perut bawah) (Saptiningsih, 2012).
3. Rencana Keperawatan
Intervensi merupakan bagian dari tahap proses keperawatan yang
meliputi tujuan perawatan, penetapan, kriteria hasil, penetapan rencana
tindakan yang akan diberikan kepada klien untuk memecahkan masalah
yang dialami klien serta rasional dari masing-masing rencana tindakan
yang akan diberikan (Hutahaean, 2010). Untuk setiap diagnosa
keperawatan yang telah teridentifikasi, perawat mengembangkan rencana
keperawatan untuk kebutuhan klien (Potter, 2006). Dalam teori intervensi
26
dituliskan sesuai dengan rencana dan kriteria hasil berdasarkan Nursing
Intervension Clasification (NIC) dan Nursing Outcome Clasification
(NOC).
Intervensi keperawatan disesuaikan dengan kondisi klien dan
fasilitas yang ada, sehingga rencana tindakan dapat diselesaikan dengan
Spesific, Measurable, Achievable, Reasonable, Time (SMART) (Nursalam,
2011) selanjutnya akan diuraikan rencana keperawatan dari diagnosa yang
ditegakkan (NANDA, 2009).
Rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi nyeri akut Ny. M
dengan tujuan dan kriteria hasil yaitu setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam nyeri berkurang atau hilang, skala nyeri 0-1
(0-10), dapat mengidentifikasi aktifitas yang meningkatkan atau
menurunkan nyeri. Kriteria hasil digunakan dalam membuat pertimbangan
terhadap rencana tindakan yang akan diberikan untuk menyelesaikan
masalah yang dialami klien (Hutahaean, 2010). Intervensi yang dilakukan
meliputi Observasi, Nursing, Planning, Education, Colaboration (ONEC).
Pada kasus Ny. M, penulis melakukan rencana tindakan
keperawatan selama 3x24 jam karena nyeri tidak dapat diatasi dalam
waktu singkat dan perlu penanganan terlebih dahulu karena nyeri
berhubungan dengan kebutuhan fisiologis, rasa nyaman dan harus
terpenuhi (Potter, 2006) dan kriteria hasil yang ditulis penulis yaitu pasien
mengatakan nyeri berkurang dengan skala nyeri 0-1 (0-10), pasien tampak
rileks dan pasien tidak tampak meringis kesakitan, mengigit lidah,
27
mengatupkan gigi, dahi berkerut, mengigit bibir (Judha, 2012) menekuk
salah satu bagian tubuh, dan postur tubuh yang tidak lazim merupakan
contoh ekspresi wajah atau respon perilaku nyeri secara non verbal (Potter,
2006).
Rencana tindakan untuk mengurangi nyeri yang dirasakan pasien
yaitu kaji tanda-tanda vital dilakukan dengan rasional mengetahui
perkembangan lebih lanjut. Perkembangan lebih lanjut ini dimaksudkan
yaitu pada keadaan umum pasien. Tanda-tanda vital pasien adalah suhu,
nadi, pernafasan (respirasi), tekanan darah. Perubahan pada tanda-tanda
vital ini dapat menunjukan perubahan pada kondisi pasien (Ester, 2005)
dan kaji ulang karakteristik nyeri (P,Q,R,S,T) dengan rasional untuk
mengetahui kualitas dan kuantitas nyeri pasien. Berikan posisi yang
nyaman (sim kiri atau kanan) dengan rasional untuk memberikan rasa
nyaman pada pasien. Gravitasi melokalisasi eksudat inflamasi dalam
abdomen yangh bertambah dengan posisi terlentang. Bila diberikan posisi
bebas saat telentang dan saat berdiri dapat mengakibatkan terjadinya
retensi urin atau sumbatan (Bahdarsyam, 2003).
Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam dan distraksidengan rasional
untuk mengurangi nyeri. Dapat membantu menurunkan ketakutan atau
kecemasan berhubungan dengan nyeri sehingga tidak bertambah buruk
(Judha, 2012).
Teknik relaksasi memberikan individu kontrol diri ketika terjadi
rasa tidak nyaman atau nyeri, stres fisik dan emosi pada nyeri (Potter,
28
2006). Relaksasi nafas dalam merupakan cara pengalihan perhatian
terhadap nyeri, efektif untuk nyeri ringan sampai sedang, dilakukan agar
pasien lebih rileks dan nyaman sehingga pasien dapat mentoleransi
perasaan nyeri yang dirasakan.
Distraksi merupakan sistem aktivasi retikular menghambat
stimulus yang menyakitkan jika seseorang menerima masukan sensori
yang cukup ataupun berlebihan. Stimulus sensori yang menyenangkan
menyebabkan pelepasan endorfin. Individu yang merasa bosan atau isolasi
hanya memikirkan nyeri yang dirasakan sehingga ia mempersepsikan nyeri
tersebut dengan lebih akut. Distraksi mengalihkan perhatian klien ke hal
yang lain sehingga menurunkan kewaspadaan terhadap nyeri bahkan
meningkatkan toleransi terhadap nyeri (Potter, 2006).
Berikan kompres air hangat dengan rasional untuk mengurangi
nyeri. Kompres hangat berguna untuk mengurangi spasme otot dan
inflamasi, umumnya kompres digunakan selama 10-20 menit setiap dua
jam dan lebih bermanfaat pada beberapa hari pertama serangan nyeri
(Rahim dan Priharto, 2013).Berikan pengobatan sesuai dengan advis
dokter pemberian obat sesuai dengan kebutuhan klien dan membantu
proses penyembuhan. Kolaborasi dilakukan untuk menentukan dosis yang
tepat untuk pasien, karena nyeri bersifat subyektif dengan rasional untuk
menghilangkan nyeri, meningkatkan kenyamanan dan meningkatkan
istirahat (Potter, 2006).
29
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan komponen dari proses keperawatan,
adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang
diperlukan untuk mencapai tujuan dari hasil yang diperkirakan dari asuhan
keperawatan dilakukan dan diselesaikan (Potter, 2005).
Implementasi mencakup melakukan, membantu, atau mengarahkan
kinerja aktivitas kehidupan sehari-hari, memberikan arahan perawatan
untuk mencapai tujuan yang berpusat pada klien, menyelia dan
mengevaluasi kerja anggota staf, dan mencatat serta melakukan pertukaran
informasi yang relevan dengan perawatan kesehatan berkelanjutan dari
klien. Implementasi menuangkan rencana asuhan ke dalam tindakan.
Setelah rencana dikembangkan, sesuai dengan kebutuhan dan prioritas
klien, perawat melakukan intervensi keperawatan spesifik, yang mencakup
tindakan perawat dan tindakan dokter (Potter, 2005).
Implementasi pada Ny. M, dapat dilakukan penulis sesuai rencana
tindakan keperawatan ada. Dan penulis melakukan semua implementasi
yang telah direncanakan, hal ini dilakukan oleh karena untuk mengatasi
masalah keperawatan pemenuhan tentang nyeri akut. Ditunjang dengan
saat melakukan tindakan keperawatan, penulis tidak mengalami kesulitan
karena pasien kooperatif. Tidak ada tindakan keperawatan yang dilakukan
penulis diluar rencana tindakan keperawatan, tetapi terdapat intervensi
berikan kompres air hangat yang tidak dapat dilakukan atau
30
diimplementasikan oleh penulis karena pasien diijinkan pulang atau rawat
jalan oleh dokter pada hari ketiga jam 09.00 WIB.
Penulis melakukan implementasi dengan rencana yang telah
direncanakan sebelumnya untuk mengurangi nyeri pasien sehingga
kebutuhan rasa nyaman klien akanteratasi. Setelah melakukan tindakan
keperawatan selama 3 hari, penulis melakukan implementasi dan
mengevaluasi keadaan klien setiap hari dan hasilnya nyeri klien sudah
berkurang.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan dan
merupakan tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan
dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai (Hutahaean, 2010).
Evaluasi pada Ny. M dilakukan dengan metode SOAP. Pada
evaluasi hari pertama pengelolaan, penulis belum mampu mengatasi
masalah keperawatan nyeri akut karena masa penyembuhan pasien masih
memerlukan waktu dan karena keterbatasan waktu penulis tidak dapat
menmgobservasi pasien selama 24 jam karena belum memenuhi kriteria
hasil yang penulis rencanakan. Pada evaluasi hari kedua pengelolaan,
pasien mengatakan masih merasakan nyeri dengan skala nyeri 5 (0-10). Ini
menandakan adanya masalah keperawatan nyeri akut belum teratasi,
karena belum sesuai dengan kriteria hasil yang telah ditetapkan oleh
penulis sehingga intervensi perlu dilanjutkan, sedangkan pada evaluasi
31
hari ke ketiga pengelolaan, pasien mengatakan masih merasakan nyeri
dengan skala nyeri 4 (0-10). Masalah keperawatan nyeri akut belum
teratasi oleh karena belum sesuai dengan kriteria hasil yang telah
ditetapkan oleh penulis sehingga intervensi perlu dilanjutkan. Pengelolaan
kasus selama 3 hari perawatan , penulis belum mampu mengatasi masalah
keperawatan nyeri akut, sesuai dengan kriteria hasil sehingga intervensi
tetap dijalankan dengan pendelegasian.
B. Kesimpulan Dan Saran
1. Kesimpulan
a. Setelah penulis melaksanakan asuhan keperawatan pada Ny.
Mdengan Infeksi Saluran Kemih dapat disimpulkan bahwa penulis
telah mengkajipasien dan mendapat data sesuai dengan keluhan pasien
yaitu, data subyektif “pasien mengatakan perut kiri bawah terasa sakit
saat Buang Air Kecil (BAK) dan sesudah Buang Air Kecil (BAK)
masih terasa sakit, nyeri seperti ditusuk-tusuk, nyeri pada kuadaran
kiri bawah, skala nyeri 5 (0-10), nyeri dirasakan hilang timbul” dan
data obyektif berupa “pasien tampak lemah dan meringis kesakitan
sambil memegangi perutnya, terasa panas saat buang air kecil, tanda-
tanda vital (tekanan darah 100/60 mmHg, frekuensi nadi 80 kali per
menit, frekuensi penafasan 20 kali per menit, suhu 36,1ºC)”.
32
b. Dari data tersebut penulis merumuskan diagnosa keperawatan
nyeri akut berhubungan dengan agens agens cidera biologis (adanya
bakteri pada saluran kemih : Escherichia coli).
c. Sedangkan intervensi keperawatannya adalah kaji tanda-tanda
vital dan kaji ulang karakteristik nyeri (P,Q,R,S,T), berikan posisi
yang nyamansesuai dengan keadaan pasien, ajarkanteknik relaksasi
nafas dalam dan distraksi, berikan kompres air hangat dan kolaborasi
pemberian analgesik.
d. Implementasi yang dilakukan untuk mengurangi nyeri pada Ny.
M antara lain mengkaji tanda-tanda vital dan mengkaji ulang
karakteristik nyeri (P,Q,R,S,T), memberikan posisi yang nyaman (sim
kiri atau kanan), mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam dan
distraksi, memberikan kompres air hangat, dan berkolaborasi
pemberian analgesik.
e. Setelah penulis melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan
rencana yang telah disusun sebelumnya. Maka pada tahap akhir
penulis mengevaluasi keadaan pasien dengan menggunakan metode
SOAP, setelah tindakan keperawatan dilakukan hasilnya masalah
nyeri belum teratasi secara maksimal (skala 0-1). Evaluasi hari ke
ketiga pengelolaan, pasien mengatakan masih merasakan nyeri dengan
skala nyeri 4 (0-10). Masalah keperawatan nyeri akut belum teratasi
oleh karena belum sesuai dengan kriteria hasil yang telah ditetapkan
oleh penulis sehingga intervensi perlu dilanjutkan.
33
f. Analisa terhadap kondisi nyeri Ny. M, yaitu yang dialami Ny. M
merupakan nyeri perut bagian bawah skala nyeri 4 dan tersa tidak
menusuk dengan terapi yang adekuat selama di rumah sakit. Nyeri
disebabkan karena agens agens cidera biologis yang diakibatkan
karena adanya bakteri pada saluran kemih dibuktikan dengan adanya
hasil pemeriksaan urinalisa warna kuning muda, kejernihan keruh,
berat jernih 1.010 dengan nilai normal 1.015-1.025), leokosit 35-
40/LPB dengan nilai normal (0-3/LPB), bakteri (+).Setelah 3x24 jam
masalah keperawatan nyeri akut belum teratasi oleh karena belum
sesuai dengan kriteria hasil yang telah ditetapkan oleh penulis
sehingga intervensi perlu dilanjutkan.
2. Saran
Dengan adanya uraian diatas maka penulis memberikan saran
sebagai berikut :
a. Bagi institusi pelayanan kesehatan
Diharapkan institusi pelayanan kesehatan dapat meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan sesuai Standart Operasional Prosedur (SOP)
diberbagai rumah sakit.
b. Bagi tenaga kesehatan
Diharapkan tenaga kesehatan menyadari pentingnya penerapan asuhan
keperawatan yang konsisten dan sesuai dengan teori dalam
memberikan asuhan kepereawatan kepada pasien, sehingga pasien
akan mendapatkan perawatan yang holistik dan komprehensif.
34
c. Bagi institusi pendidikan
Diharapkan agar dapat meningkatkan mutu pelayanan pendidikan
yang lebih berkualitas dan profesional, guna terciptanya perawat-
perawat yang profesional, terampil, cekatan dan handal dalam
memberikan asuhan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.(2013). Universitas Kristen Maratha. http://repository.maranatha.
edu/1736/3/0410036_Chapter1. PDF diakses tanggal 28 April 2013
Anonim.(2013). Universitas Sumatara Utara. http://repository.usu.ac.id/bitstream
/123456789/24616/4/Chapter%20II.pdf. PDF diakses tanggal 28 April
2013
Ariwijaya, M., Suwitra, K.(2007). Prevalensi, Karakteristik Dan Faktor-Faktor
Yang Terkait Dengan Infeksi Saluran Kemih Pada Penderita Diabetes
MelitusYangRawatInap.
http://ojs.unud.ac.id/index.php/jim/article/download/3820/2816.
Bagian/SMF Ilmu Penyakit Dalam FK Unud/RS Sanglah, Denpasar.
PDF diakses tanggal 28 April 2013
Bahdarsyam.(2003). Spektrum Bakteriologik Pada Berbagai Jenis Batu Saluran
Kemih Bagian Atas. http://skripsistikes.files.wordpress.com/2009/08
/52.pdf .Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara. PDF diakses tanggal 28 April 2013
Baradero, M., Wilfrid Dayrit, M., Siswadi, Y.(2009). Seri Asuhan Keperawatan
Klien Gangguan Ginjal. Jakarta: EGC
Brooker Chris.(2009). Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta: EGC
Ester, M.(2005). Pedoman Perawatan Pasien. Jakarta: EGC
Grace, P. A.(2006). At a Glance Ilmu Bedah. Jakarta: Erlangga
Hutahaean, S.(2010). Konsep Dan Dokumentasi Proses Kepeerawatan. Jakarta:
CV. Trans Info Media
Judha, M., Sudarti, Fauziah, A.(2012). Teori Pengukuran Nyeri & Nyeri
Persalinan. Yogyakarta: Nuha Medika
Nursalam.(2011). Proses dan Dokumentasi Keperawatan : Konsep dan Praktik.
Jakarta : Salemba Medika
Potter, Patricia A.(2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatn : Konsep, Proses,
dan Praktik, Jakarta: EGC
Potter, Patricia A.(2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,
Proses,dan Praktik. Jakarta: EGC
Price, S. A.,Wilson, L. M.(2006). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Jakarta: EGC
Rahim, A. H., Priharto, K.(2013). Terapi Konservatif Untuk Low Back Pain.
http://www.jamsostek.co.id/content_file/terapi.pdf. Divisi Spine,
Bagian Orthopaedi & Traumatologi Rumah Sakit Hasan Sadikin.
Direktur RSUD Tarakan Jakarta Pusat. PDF diakses tanggal 28 April
2013
Rekam Medis.(2012). LaporanData Pasien RSUD Sukoharjo. Sukoharjo
Saptiningsih, M.(2012). Determinan Infeksi Saluran Kemih Pasien Diabetes
Melitus Perempuan Di RSB Bandung. http://lontar.ui.ac.id/file?File
=digital/20303830...pdf. FIKUI. PDF diakses tanggal 28 April 2013
Sjamsuhidajat, R dan Wim de Jong.(2005). Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC
Subandiyah, K.(2004). Pola Dan Sensitivitas Terhadap Antibiotik Bakteri
Penyebab Infeksi Saluran Kemih Anak Di RSU Dr Saiful Anwar,
Malang.http://jkb.ub.ac.id/index.php/jkb/article/download/204/198.
Lab/SMF Ilmu Kesehatan Anak FK Unibraw/RSU Dr. Saiful Anwar
Malang. PDF diakses tanggal 28 April 2013
Wilianti, N. P.(2008). Rasionalitas Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Infeksi
Saluran Kemih Pada Bangsal Penyakit Dalam Di RSUP DR. Kariadi
SemarangTahun2008.
http://eprints.undip.ac.id/8075/1/Novi_Pratikta_Wilianti.pdf. Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang. PDF diakses tanggal
28 April 2013
Wilkinson, M. Judith.(2007). Buku Saku Diagnosa Keperawatan Dengan
Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC
Wistara,dkk.(2013). Diagnosis Dan Penanganan Striktur Uretra. http://ojs.
unud.ac.id/index.php/eum/article/.../4932/3721. Bagian/SMF Ilmu
Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/Rumah Sakit Umum
Pusat Sanglah Denpasar. PDF diakses tanggal 28 April 2013