studi etnografi komunikasi ritual adat...

116
STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT MASYARAKAT KAMPUNG PULO DESA CANGKUANG KECAMATAN LELES KABUPATEN GARUT PROPINSI JAWA BARAT Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial ( S.Sos.) oleh: SYIFA FAUZIAH NIM: 1112051000081 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017 M/1438 H

Upload: dokien

Post on 06-Mar-2019

253 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan

STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT

MASYARAKAT KAMPUNG PULO DESA CANGKUANG

KECAMATAN LELES KABUPATEN GARUT

PROPINSI JAWA BARAT

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Sosial ( S.Sos.)

oleh:

SYIFA FAUZIAH

NIM: 1112051000081

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2017 M/1438 H

Page 2: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT

MASYARAKAT KAMPUNG PULO DESA CANGKUANG

KECAMATAN LELES KABUPATEN GARUT

PROPINSI JAWA BARAT

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Sosial (S.Sos.)

Disusun oleh:

Syifa Fauziah

NIM: 1112051000081

Pembimbing

Kiky Rizky, M.Si

NIP. 19730321 200801 1 002

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2016 M/1437 H

Page 3: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan
Page 4: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah

satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang

berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 09 Januari 2017

Syifa Fauziah

NIM:1112051000081

Page 5: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan

Nama : Syifa Fauziah

NIM : 1112051000081

ABSTRAK

STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT MASYARAKAT

KAMPUNG PULO DESA CANGKUANG KECAMATAN LELES KABUPATEN

GARUT PROPINSI JAWA BARAT

Kampung Pulo merupakan kampung adat sunda yang masih melestarikan adat

istiadat leluhurnya. Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih

dilaksanakan yaitu ritual adat perkawinan, kehamilan, yang berkaitan dengan bayi yang

baru lahir, kematian, bidang pertanian pada saat mendirikan rumah serta upacara

ngaibakan benda pusaka. Dari sekian banyak upacara ritual yang ada di Kampung Pulo,

yang merupakan ciri khas upacara dari daerah tersebut ialah ritual ngaibakan benda

pusaka, tepatnya pada tanggal 14 Maulud, upacara ritual ini merupakan acara rutin

yang hanya dilakukan satu tahun sekali dan dihadiri oleh masyarakat dari luar

Kampung Pulo, seperti Garut, Bandung, Ciamis, Tasik dan Cirebon.

Tujuan pembahasan ini adalah untuk menjawab pertanyaan mayor dan minor.

Adapun pertanyaan mayor yaitu bagaimana proses pelaksanaan upacara ritual adat

ngaibakan benda pusaka? Sedangkan pertanyaan minornya adalah bagaimana situasi

komunikatif, peristiwa dan tindak komunikatif yang terjadi pada upacara ritual adat

ngaibakan benda pusaka?

Metode penelitian dalam skripsi ini menggunakan paradigma konstrutivisme,

pendekatan kualitatif studi etnografi komunikasi, jenis penelitian deskriptif dengan

menggunakan data tertulis dan lisan dari pelaku yang dapat diamati. Teknik

pengumpulan data yang dipakai menggunakan data primer melalui observasi dan

wawancara, serta data sekunder dengan data yang diperoleh dari studi kepustakaan dan

artikel yang sesuai dengan pemabahasan, sedangkan analisis data menggunakan metode

deskriptif analisis.

Situasi komunikatif meurujuk kepada konteks waktu, tempat dan suasana

yang terjadi selama proses ritual adat ngaibakan benda pusaka. Peristiwa komunikatif

ini membahas keseluruhan perangkat komponen yang utuh yang dimulai dengan tujuan

umum komunikasi, topik umum yang sama dan melibatkan partisipasi yang secara

umum menggunakan varietas bahasa yang sama, mempertahakan tone yang sama dan

kaidah-kaidah yang sama untuk interaksi dalam setting yang sama. Sedangkan yang

terakhir yaitu tindak komunikatif ritual ngaibakan benda pusaka dibagi dalam dua

komponen yakni komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal yang terjadi pada

upacara ritual ngaibakan benda pusaka.

Berdasarkan hasil penelitian, makna yang terdapat dalam ritual ngaibakan benda

pusaka ini menunjukan adanya simbol-simbol komunikasi pada saat menjalani tradisi

tersebut dengan pola yang tersusun, hampir semua ritual mengkomunikasikan makna

tertentu sesuai dengan apa yang dipahami masyarakat. Interaksi sosial yang terjadi di

Kampung Adat Pulo terbentuk secara dinamis dan agamis menyangkut hubungan

antara orang-orang-perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara

perorangan dengan kelompok manusia.

Kata Kunci : Upacara Ritual Adat, Ngaibakan Benda Pusaka, Etnografi Komunikasi

Page 6: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamiin, segala puji dan syukur bagi Allah SWT. yang

telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita, shalawat dan salam senantiasa

dilimpahhkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW. sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Studi Etnografi Komunikasi Ritual Adat

Masyarakat Kampung Pulo Desa Cangkuang Kecamatan Leles Kabupaten Garut

Propinsi Jawa Barat”

Selama penulisan skripsi ini banyak pelajaran yang penulis dapatkan, terutama

yang berkenaan dengan objek penelitian, pesan dan nasehat yang diberikan oleh dosen

pembimbing kepada penulis diantaranya kesabaran, ketekunan, ketelitian, kedisiplinan,

kesopanan dan kehati-hatian merupakan pesan moral yang penulis rasakan.

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini banyak mengalami

kesulitan, hingga terkadang ada rasa putus asa. Namun berkat bantuan, motivaasi,

bimbingan dan pengarahan yang sangat berharga dari berbagai pihak membuat penulis

tetap bersemangat untuk mengerjakan skripsi ini dan akhirnya skripsi dapat

diselesaikan.

Banyak pihak yang telah memberikan bimbingan, arahan dan berbagai macam

kebaikan kepada penulis, maka dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan

terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Arief Subhan M.A. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

UIN Syarief Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Suparto, M.Ed, Ph.D. Wakil Dekan I Bidang Akademik.

3. Ibu Dr. Hj. Roudhonah, MA. Wakil Dekan II Bidang Adminisitrasi Umum,

Page 7: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan

4. Bapak Dr. Suhaimi, M.Si. Wakil Dekan III bidang Kemahasiswaan.

5. Bapak Drs Masran, M.A selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam

dan Ibu Fita Fathurokhmah, M.Si selaku Sekertaris Jurusan Komunikasi dan

Penyiaran Islam.

6. Ibu Umi Musyarrofah, M.A selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah

memberi membantu mengarahkan seluruh mahasiswa untuk mengikuti proses

kegiatan akademik

7. Bapak Kiky Rizky, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah bersedia

meluangkan waktu dan pikiran untuk memberikan pengarahan dan inspirasinya

kepada penulis pada saat berkonsultasi.

8. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, secara khusus penulis ucapkan terimakasih kepada dosen

Komunikasi dan Penyiaran Islam yang telah membingbing dan mendidik penulis

dengan memberikan bekal dan ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat.

9. Seluruh Staf dan Karyawan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulis dalam hal peminjaman buku-

buku yang digunakan sebagai referensi dan memberikan pelayanan dengan baik

kepada penulis hingga penyusunan skripsi ini selesai.

10. Ibunda tercinta (Mama) Aisah dan Ayahanda (Papa) Lili Supriadi yang selalu

dengan tulus dan ikhlas mendoakan penulis, memotivasi, mendorong penulis untuk

selalu semangat. Terimakasih atas segala kasih sayang Mama dan Papa. Tak ku

temukan apa-apa dari wajah anggun mereka berdua kecuali doa dan semangat yang

selalu menggertakan hati penulis. Selalu kutemukan momen-momen penting saat

Page 8: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan

hendak berangkat ke Garut, mereka selalu hadiahi penulis dengan doa yang tiada

dapat dihitung dengan apapun.

11. Kaka tersayang, Isma Maryam dan Fikri Fauz Al Hafidz. Terimakasih atas doa,

nasihat serta dukungan kalian yang selalu mendorong penulis untuk semangat

menyelesaikan skripsi.

12. Terimakasih kepada masyarakat Kampung Pulo yang selalu ramah untuk menerima

kehadiran penulis.

13. Bapak Tatang Sanjaya (Kuncen) dan Pak Umar (Wakil Kuncen) dari Kampung

Pulo. Terimakasih telah sabar tidak henti-hentinya untuk memberikan penulis

informasi dan wejanganya.

14. Bapak Zaki Munawar selaku kordinator staf Cagar Budaya Candi Cangkuang,

Kecamatan Leles Kabupaten Garut, Terimakasih untuk semua bimbingan dan

informasinya karena telah banyak membantu penulis dari awal pembuatan skripsi

sampai dengan skrispsi penulis selesai.

15. Seluruh Staf dan Karyawan Cagar Budaya Candi Cangkuang yang tidak bisa

penulis sebutkan namanya satu-satu, Terimakasih untuk semua informasi dan

jamuan-jamuanya kepada penulis.

16. Pak Imam selaku narasumber dari Komunitas Asli Garut. Terimakasih untuk semua

informasi dan wejanganya kepada penulis.

17. Terimakasih kepada Kang Abuy, Kang Ujang, dan Kang Anri yang sudah banyak

berjasa dan direpotkan penulis untuk membantu mencari narasumber. Terimakasih

untuk semua pengalaman dan informasinya.

18. Terimakasih kepada Uwa Halimah dan Bibi Dede Sa’diah yang telah banyak

membantu penulis selama berada di Garut, salah satunya dengan menyediakan

tempat tinggal dan menjamu penulis selama penulis mencari data penelitian di

Page 9: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan

Garut maupun di Bandung. Terimakasih karena sudah sangat banyak membantu

penulis.

19. Sepupu-sepupu Annisa Tauziri dan Silvi Octaviani yang telah banyak menyisihkan

waktunya hanya untuk menemani penulis ke tempat objek penelitian, ke tempat

Dinas Pariwisata Garut, Balai Penelitian Nilai dan Tradisi Kota Bandung dan

tempat-tempat lainya yang berkaitan dengan penelitian penulis. Terimakasih Annisa

sudah menemani penulis selama di Bandung dan Silvi yang menemani penulis

selama di Garut.

20. Regina Cahya Aristiana teman seperjuangan yang baru bertemu di Bandung tanpa

sengaja. Terimakasih buat semua informasinya, pengalamanya, kenangan-kenangan

indah maupun sedihnya selama penyelesaian skripsi dan semua bantuanya yang

telah diberikan untuk penulis.

21. Sahabat-sahabat penulis Rani Kusuma Dewi, Ria Amillia Putri, Mutiara Rahma

Tambunan, Zakiyatun Nufus, Gita Sulistiyani dan Wiji Lestari yang telah banyak

memberikan semangat dan dorongan dalam penyelesaian skripsi.

22. Teman-teman seperjuangan, Sari Setia Ningrum, Putri Ayu Silmi. Muhammad

Miqdad, Mely Ismi, Abitu Rohmansya dan Falahul Mualim. Terimakasih selalu

memberi semangat dan informasi yang banyak membantu penulis dalam penulisan

skripsi.

23. Serta teruntuk teman-teman KPI 2012 khususnya KPI C tercinta, terimakasih atas

kebersamaan yang menyimpan banyak kenangan, tanpa kalian masa kuliah yang

dijalankan penulis tidaklah berwarna. Terimakasih selalu memberikan semangat

dan banyak informasi yang sangat membantu penulis dalam penulisan skripsi.

24. Temen-temen KKN Pelita UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang banyak

mengajarkan pengalaman kehidupan yang baru untuk penulis sekaligus

Page 10: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan

memberikan pengalamanya yang tidak terlupakan. Terimakasih untuk satu bulanya

di Desa Kawungluwuk, Leuwi Sadeng tercinta.

25. Semua pihak, yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu namun tanpa

mengurangi rasa hormat, yang telah membantu penulis. Saya ucapkan terimakasih.

Akhir kata penulis hanya bisa berharap Allah SWT berkenan membalas

segala kebaikan dari seluruh pihak yang telah membantu. Penulis berharap skripsi

ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan khususnya bagi diri penulis

sendiri.

Jakarta, 09 Januari 2017

Syifa Fauziah

NIM: 1112051000081

Page 11: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan

DAFTAR ISI

ABSTRAK ....................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................................ vii

DAFTAR TABEL ......................................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... xii

DAFTAR BAGAN ...................................................................................................... xiii

BAB III PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1

B. Batasan Masalah dan Rumusan Masalah ................................................. 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................ 5

D. Metodologi Penelitian .............................................................................. 6

E. Tinjauan Pustaka ...................................................................................... 9

F. Sistematika Penulisan ............................................................................. 11

BAB II TINJAUAN TEORETIS

A. Memaknai Komunikasi .......................................................................... 13

1. Pengertian Komunikasi .................................................................... 13

2. Unsur-unsur Komunikasi ................................................................. 14

B. Tinjauan tentang Komunikasi Ritual ...................................................... 15

1. Tinjauan Tentang Ritual ................................................................... 15

2. Komunikasi Ritual ............................................................................ 17

3. Makna Simbolik Dalam Ritual ......................................................... 18

C. Tinjauan tentang Budaya ........................................................................ 20

1. Pengertian Budaya ............................................................................ 20

2. Unsur-unsur Kebudayaan ................................................................. 22

3. Komunikasi Verbal dan Nonverbal Dalam Budaya ......................... 22

Page 12: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan

D. Tinjauan tentang Etnografi Komunikai .................................................. 28

1. Pengertian Etnografi ........................................................................ 28

2. Pendekataan Etnografi Komunikasi ................................................. 30

BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN KAMPUNG PULO

A. Sejarah Kampung Pulo ........................................................................... 34

B. Gambaran Upacara Ritual Adat Ngaibakan Benda Pusaka.................... 39

C. Letak Geografi Kampung Pulo............................................................... 41

D. Letak Demografi Kampung Pulo ........................................................... 43

E. Pola Pemukiman Kampung Pulo ............................................................ 43

F. Mata Pencaharian ................................................................................... 46

BAB IV UPACARA RITUAL NGAIBAKAN BENDA PUSAKA DALAM

PERSPEKTIF ETNOGRAFI KOMUNIKASI

A. Proses Ritual Ngaibakan Benda Pusaka .................................................. 48

B. Analisis Etnografi Komunikasi ................................................................ 49

1. Situasi Komunikatif ........................................................................... 50

2. Peristiwa Komunikatif dalam Ritual Ngaibakan Benda Pusaka ........ 53

2.1. Tipe Peristiwa ........................................................................... 54

2.2. Topik Peristiwa ......................................................................... 55

2.3. Fungsi dan Tujuan Ritual Adat ................................................. 56

2.4. Setting ....................................................................................... 58

2.5. Partisipan .................................................................................. 58

2.6. Bentuk Pesan............................................................................. 59

2.7. Isi Pesan .................................................................................... 59

2.8. Urutan Tindakan ....................................................................... 60

2.9. Kaidah Interaksi ........................................................................ 60

2.10 Norma-norma Interpretasi......................................................... 62

3. Tindak Komunikatif ........................................................................... 63

C. Pembahasan ............................................................................................. 65

1. Sesajen ............................................................................................... 65

2. Benda Pusaka ..................................................................................... 69

Page 13: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan

3. Kembang Tujuh Rupa ........................................................................ 74

4. Makna dari Tujuh Mata Air ............................................................... 75

BAB V PENUTUP

A. Simpulan .................................................................................................. 78

B. Saran ........................................................................................................ 79

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 81

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 14: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan

DAFTAR TABEL

1. Tabel 3.1 ............................................................................................................. 43

2. Tabel 4.1 ............................................................................................................. 65

DAFTAR DIAGRAM

1. Diagram 3.1 ........................................................................................................ 46

DAFTAR BAGAN

1. Bagan 2.1 ............................................................................................................ 33

2. Bagan 3.2 ............................................................................................................ 44

DAFTAR GAMBAR

1. Gambar 4.1 ......................................................................................................... 53

2. Gambar 4.2 ......................................................................................................... 62

3. Gambar 4.3 ......................................................................................................... 64

4. Gambar 4.4 ......................................................................................................... 71

5. Gambar 4.5 ......................................................................................................... 71

6. Gambar 4.6 ......................................................................................................... 73

7. Gambar 4.7 ......................................................................................................... 73

8. Gambar 4.8 ......................................................................................................... 75

9. Gambar 4.9 ......................................................................................................... 77

10. Gambar 4.10 ....................................................................................................... 77

Page 15: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penelitian ini dimaksudkan untuk menggambarkan proses komunikasi serta

makna-makna yang ada dalam upacara ritual adat “Ngaibakan Benda Pusaka” pada

masyarakat Kampung Pulo, Garut. Komunikasi upacara ritual adat dapat dimaknai

sebagai proses pemaknaan pesan sebuah kelompok terhadap aktivitas religi dan

sistem kepercayaan yang dianutnya. Dalam prosesnya selalu terjadi pemaknaan

simbol-simbol tertentu yang menandakan terjadinya proses komunikasi ritual

tersebut. Komunikasi ritual dapat dimaknai sebagai komunikasi transendetal, yaitu

komunikasi yang terjadi antara manusia dengan tuhan. Komunikasi transendetal ini

merupakan suatu bentuk dari komunikasi, di samping komunikasi antarpersonal,

komunikasi kelompok dan komunikasi massa.1

Upacara tradisional atau upacara adat merupakan upacara-upacara yang

berhubungan dengan adat suatu masyarakat, yaitu sistem aktivitas atau rangkaian

tindakan yang ditata oleh adat atau hukum yang berlaku dalam masyarakat yang

berhubungan dengan berbagai macam peristiwa tetap yang biasanya terjadi dalam

masyarakat yang bersangkutan.

Upacara tradisional atau upacara adat sebagai kegiatan sosial biasanya

melibatkan para warga masyarakat dalam usaha bersama untuk mencapai tujuan

keselamatan bersama. Kerjasama antarwarga masyarakat itu sesuai dengan kodrat

manusia sebagai makhluk sosial. Adapun upacara tradisional ini merupakan bagian

1 Dedy Mulyana, Komunikasi Antar Budaya, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), h. 127.

1

Page 16: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan

2

yang integral dari kebudayaan masyarakat pendukungnya karena upacara

tradisional atau adat memiliki fungsi yang dapat dirasakan untuk memenuhi suatu

kebutuhan baik secara individual maupun kelompok. Dalam penyelenggaraannya

upacara tradisional dapat mengikat rasa solidaritas para warga masyarakat.2

Upacara adat merupakan pranata sosial yang penuh dengan simbol-simbol

yang berperan sebagai alat media berkomunikasi antara sesama manusia dan juga

menjadi penghubung antara dunia nyata dengan dunia gaib. Terbentuknya simbol-

simbol dalam upacara tradisional berdasarkan nilai-nilai etis dan pandangan hidup

yang berlaku dalam masyarakat. Pendukung nilai-nilai serta adanya pandangan

hidup yang sama mencerminkan corak kebudayaan dari masyarakat yang

bersangkutan. Oleh karena itu melalui simbol-simbol pula pesan-pesan ajaran

agama, nilai-nilai etis dan norma-norama yang berlaku dalam masyarakat itu

disampaikan kepada semua warga masyarakat, sehingga penyelenggaraan upacara

tradisional itu pun merupakan sarana sosialisasi. Biasanya upacara tradisional itu

diadakan dalam waktu-waktu tertentu dan penyampaian pesan yang mengandung

nilai-nilai kehidupan itu harus diulang terus demi terjaminya kepatuhan para warga

masyarakat terhadap pranata-pranata sosial.3

Demikian pula dengan masyarakat Kampung Pulo yang merupakan suatu

perkampungan yang terdapat di dalam pulau di tengah kawasan Situ Cangkuang.

Kampung Pulo ini terletak di Desa Cangkuang, Kampung Cijakar, Kecamatan

Leles, Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat. Di Kampung Pulo ini terdapat

beragam macam ritual adat yang masih sering dilaksanakan oleh masyarakat, yaitu

ritual adat perkawinan, kehamilan (misalnya upacara nujuh bulanan), yang

2 Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Garut, Upacara Tradisional, (Garut: Dinas Budaya dan

Pariwisata 2014), h. 4. 3 Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Garut, Upacara Tradisional, h. 5.

Page 17: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan

3

berkaitan dengan bayi yang baru lahir (marhabaan), yang berkaitan dengan

kematian (misalnya tiluna, tujuhna, matangpuluh, natusmuluh, newu, nyeket, dan

mendak), yang berkaitan dengan bidang pertanian pada saat mendirikan rumah

(misalnya mitembayan, ngadegkeun suhunan, dan syukuran ngalebetan) serta

upacara Ngaibakan Benda Pusaka.4

Dari upacara-upacara adat tersebut yang dianggap khas oleh masyarakat

sekitar Kampung Pulo ialah ritual adat “Ngaibakan Benda Pusaka” karena upacara

ini rutin dilakukan setahun sekali pada tanggal 14 bulan Maulud. Sesuai dengan

namanya, upacara ini merupakan tradisi masyarakat untuk mencuci benda-benda

yang dianggap keramat, seperti tombak, keris, kujang dan benda-benda pusaka

lainya. Peserta upacara bukan hanya masyarakat Kampung Pulo, akan tetapi datang

juga masyarakat dari sekeliling Kampung Pulo, bahkan dari luar Garut, antara lain

dari Bandung, Tasikmalaya dan Ciamis.5

Kegiatan upacara adat yang dilakukan oleh masyarakat Kampung Pulo ini,

khususnya pada ritual adatnya Ngaibakan Benda Pusaka sangat menarik untuk

penulis teliti, karena pada upacara adat ini terdapat simbol-simbol yang terkandung

di dalamnya. Salah satunya pada media yang mereka gunakan saat upacara

berlangsung ialah kembang tujuh rupa, air dari tujuh mata air dan sesajen, sebelum

mereka melakukan ritualnya terlebih dahulu mereka berziarah ke makam nenek

moyang mereka. Selain itu yang menjadi ketertarikan penulis mengkaji ini ialah

karena pada zaman yang modern ini di Kota Garut yang mayoritas masyarakatnya

sudah lebih berkembang masih ada beberapa anggota masyarakat yang

mempertahankan budaya dari leluhur mereka salah satunya di Kampung Pulo.

4 Toto Sucipto, Potret Kehidupan Masyarakat Kampung Pulo (Bandung: Penelitian pada Balai Kajian

Sejarah dan Nilai Tradisional, 2003), h. 9. 5 Toto Sucipto, Potret Kehidupan Masyarakat Kampung Pulo, h. 9.

Page 18: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan

4

Komunikasi ritual melalui upacara adat ini dalam Ilmu Komunikasi

digolongkan dalam etnografi komunikasi. Hal ini dikaitkan pada titik fokus kajian

etnografi komunikasi, yaitu perilaku komunikasi dalam tema kebudayaan tertentu,

jadi bukan keseluruhan perilaku seperti dalam etnografi. Perilaku komunikasi

dalam etnografi komunikasi adalah perilaku dalam konteks sosial kultural.6 Asumsi

dasar Skinner adalah perilaku mengikuti hukum-hukum perilaku, perilaku dapat

diramalkan dan perilaku dapat dikontrol. Harsya Bachtiar mengatakan budaya

dengan berbagai macam simbolnya yang berisikan “kepercayaan” pengetahuan

nilai-nilai dan aturan-aturan jelas pemikiran, perasaan, sikap dan perilaku setiap

manajer sebagai manusia yang berhubungan dengan manusia-manusia lainya.7

Maka berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti membuat suatu

penelitian dengan judul “Studi Etnografi Komunikasi Ritual Adat Masyarakat

Kampung Pulo Desa Cangkuang Kecamatan Leles Kabupaten Garut Provinsi

Jawa Barat”.

B. Batasan Masalah dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Guna mempermudah dan memperjelas proses penelitian, maka masalah

pada skripsi ini dibatasi pada proses upacara ritual adat Ngaibakan Benda

Pusaka dan makna simbol yang terkandung di dalam upacara tersebut yang

dikaji dalam perspektif etnografi komunikasi pesan simbolik yang ada pada

upacara tersebut.

6 Engkus Kuswarno, Metode Penlitian Komunikasi: Etnografi Komunikasi, (Bandung: Widya Padjajaran,

2008), h. 35. 7 Al Musowir, Komunikasi Ritual Adat Masyarakat Seba Studi Etnografi Komunikasi Masyarakat Seba,

(Skripsi S1 Fakultas Ilmu Komunikasi dan Ilmu Politik Universitas Komputer, diakses pada 29 April 2016) h. 3

Page 19: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan

5

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang dan pembatasan masalah di atas dapat

dirumuskan pokok masalah skripsi ini sebagai berikut:

a. Bagaimana situasi komunikatif yang terjadi pada ritual adat ngaibakan

benda pusaka pada masyarakat Kampung Pulo di Kecamatan Leles,

Kabupaten Garut?

b. Bagaimana Peristiwa Komunikatif yang terjadi pada ritual adat ngaibakan

benda pusaka pada masyarakat Kampung Pulo di Kecamatan Leles,

Kabupaten Garut?

c. Bagaimana Tindakan Komunikatif yang terjadi pada ritual adat ngaibakan

benda pusaka pada masyarakat Kampung Pulo di Kecamatan Leles,

Kabupaten Garut?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pokok permasalahan di atas, maka tujuan yang hendak

dicapai dalam penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui situasi komunikatif yang terjadi pada ritual adat

ngaibakan benda pusaka pada masyarakat Kampung Pulo di Kecamatan

Leles, Kabupaten Garut.

b. Untuk mengetahui peristiwa komunikatif yang terjadi pada ritual adat

ngaibakan benda pusaka pada masyarakat Kampung Pulo di Kecamatan

Leles, Kabupaten Garut.

Page 20: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan

6

c. Untuk mengetahui tindak komunikatif yang terjadi pada ritual adat

ngaibakan benda pusaka pada masyarakat Kampung Pulo di Kecamatan

Leles, Kabupaten Garut

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoretis

Penelitian ini bertujuan untuk menambah khasanah ilmu

komunikasi dan pengetahuan budaya dengan mengetahui pola budaya

dalam upacara ritual Ngaibakan Benda Pusaka di Kampung Pulo.

b. Manfaat Praktis

Diharapkan dengan penelitian ini dapat menyumbangkan

pemikiran terhadap pemecahan masalah yang berkaitan dengan makna

simbol yang ada pada upacara ritual Ngaibakan Benda Pusaka serta proses

komunikasinya yang ada pada upacara tersebut.

D. Metodologi Penelitian

1. Paradigma Penelitian

Studi etnografi komunikasi merupakan bagian dari paradigma

interpretif atau konstruktivisme, karena pada penelitian etnografi komunikasi

itu menguraikan budaya tertentu dan menemukan makna tindakan dari

komunitas tertentu.8

Sedangkan untuk definisi dari konstruktivisme itu sendiri ialah ilmu

yang memperoleh melalui pengalaman langsung dan rinci terhadap perilaku

sosial dalam suasana keseharian yang alamiah agar mampu memahami dan

8 Engkus Kuswarno, Metode Penelitian Komunikasi: Etnografi Komunikasi, (Bandung: Widya

Padjajaran 2008), h. 46.

Page 21: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan

7

menafsirkan para perlaku sosial yang bersangkutan menciptakan dan

memeilihara dunia sosial mereka.9

2. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan

pendekatan kualitatif dan pendekatan etnografi komunikasi dengan terjun

langsung ke lapangan.

Menurut Bogdan dan Taylor mendefinisikan metodelogi kualitatif

sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata

tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.10

Sedangkan pendekatan Etnografi Komunikasi digunakan untuk

mengungkap dan memahami suatu dibalik fenomena atau budaya yang belum

banyak diketahui dalam komunitas tertentu.

3. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dari penelitian ini adalah pelaku tradisi, tokoh adat, kajian

etografi komunikasi dan objek dari penelitian ini adalah upacara ritual

Ngaibakan Benda Pusaka di Kampung Pulo Garut.

4. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Lofland dan Lofland (1984:47) sumber data utama dalam

penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya ialah data

tambahan seperti dokumen dan lain-lain.11

a. Observasi Partisipan

Observasi atau pengamatan adalah metode pengumpulan data yang

digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan

9 Dwi Ratna Dewi, Teori Komunikasi, (Jakarta: Renata Pratama Media 2008), h. 16.

10 Lexy J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), h. 3.

11 Lexy J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, h. 121.

Page 22: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan

8

pengindraan. Observasi yang dilakukan oleh peneliti adalah observasi

partisipan, yaitu pengumpulan data melalui observasi terhadap objek

pengamatan dengan langsung hidup bersama, merasakan serta berada

dalam aktivitas objek pengamatan.12

Observasi partisipan, merupakan bagian dari kerja lapangan

penelitian budaya. Sepenuhnya kegiatan ini dilakukan dilapangan objek

peneliti, disertai dengan perangkat yang telah dipersiapkan. Observasi

partisipan melibatkan keikutsertaan peneliti dengan individu yang di

observasi atau komunitas.13

b. Wawancara

Wawancara adalah percakapan yang dilakukan oleh dua pihak

dengan maksud tertentu, yaitu antara pewawancara yang mengajukan

pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban pertanyaan itu.14

Dalam penelitian ini wawancara dilakukan kepada:

1. Tatang Sanjaya (65th

), merupakan Juru Kunci atau Kuncen dari

Kampung Pulo. Desa Cangkuang, Kecamatan Leles, Kabupaten Garut,

Jawa Barat.

2. Bapak Umar (46th

) merupakan Wakil Juru Kunci dari Kampung Pulo.

Desa Cangkuang, Kecamatan Leles, Kabupaten Garut, Jawa Barat.

3. Bapak Zaki Munawar (44th

) merupakan Kordinator Staf Cagar Budaya

Candi Cangkuang, Desa Cangkuang, Kabuupaten Garut, Jawa Barat.

4. Bapak Imam S Bahrie (47th

) merupakan salah satu perwakilan dari

Komnitas Budayawan yang berada di Kota Garut.

12

Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group 2007) h. 115 13

Engkus Kuswarno, Metode Penelitian Komunikasi: Etnografi Komunikasi, h. 52 14

Lexy J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, h. 135.

Page 23: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan

9

c. Pengumpulan Dokumentasi

Pengumpulan dokumentasi yaitu pengumpulan catatan yang

diungkapkan dalam bentuk tulisan, lisan dan bentuk karya yang berhasil

didokumentasikan oleh pihak tertentu. Selanjutnya dokumen yang telah

terkumpul akan diolah dengan pola analisis. Dokumen yang dimaksud

dalam sebuah penelitian adalah berupa dokumen tertulis, dokumen gambar

dan dokumen elektronik.15

Ketiga dokumen inilah yang akan digunakan oleh peneliti dalam

pembuatan skripsi ini.

5. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses pengumpulan data, mengurutkan dalam pola

dan pengelompokan data. Muhammad Nasir mengemukakan analisis data

merupakan bagian yang penting dalam metode ilmiah karena dalam analisis

data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna untuk memecahkan

masalah penelitian.16

Data yang dikumpulkan, kemudian dianalisis. Sedangkan metode yang

penulis pakai dalam menganalisis data adalah dengan cara menerangkan,

memberikan gambaran dan mengklasifikasikan data yang terkumpul apa adanya

dan kemudian data tersebut disimpulkan.

E. Tinjauan Pustaka

Penulis melakukan beberapa rujukan skripsi terdahulu dalam

mendapatkan informasi tentang hal yang berkaitan dengan skripsi yang sedang

15

Djam’an Satori dan Aan Komariah, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 148 16

Muhammad Nasir. Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1993), h. 405.

Page 24: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan

10

ditulis, hal tersebut bertujuan agar tidak adanya kesalahan dalam mengolah data

dan menganalisisnya.

Penulis mengambil beberapa judul yang berkaitan dengan materi yang

diambil oleh penulis:

- Skripsi Samsul Arifin NIM:109051000077 dengan judul “Komunikasi

Antarbudaya Melalui Foklor Haul Cuci Pusaka Keramat Tanjung” Mahasiswa

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas

Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi ditulis pada tahun 2013.

- Skripsi Sudirman NIM: 109051000065 dengan judul “Tradisi Skaten di

Keraton Yogyakarta Dalam Perspektif Komunikasi Antarbudaya” Mahasiswa

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas

Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi ditulis pada tahun 2014.

- Skripsi Wiwien Wina Heryany NIM: 1111951000010 dengan judul “Upacara

Pernikahan Di Kampung Naga Tasikmalaya Dalam Perspektif Komunikasi

Antarbudaya” Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Jurusan Komunikasi

Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi ditulis pada

tahun 2015.

- Skripsi Abbil Arqham Thamliycho NIM 109051000213 dengan judul

“Akulturasi Islam Dalam Dimensi Upacara Syukuran Nelayan Di Pantai

Bojong Salawe Kab. Pangandaran” Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi ditulis pada tahun 2015.

- Skripsi Lona Sistriani NIM 10080002223 dengan judul “Tradisi Nyuwito

Dalam Perkawinan Masyarakat Samin” Mahasiswa Universitas Islam Bandung

Jurusan Jurnalistik Fakultas Ilmu Komunikasi.

Page 25: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan

11

Dari keempat skripsi tersebut membahas tentang tradisi komunikasi

antarbudaya namun yang membedakan dengan penelitian penulis adalah terletak

pada subjek dan objeknya. Subjek dari penelitian penulis adalah Komunikasi

Ritual Adat Masyarakat, mengenai studi etnografi komunikasi. Sedangkan

objeknya adalah upacara ritual Ngaibakan Benda Pusaka di Kampung Pulo Garut.

F. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah terhadap skripsi ini, maka penulis menyusun

sistematika penulisan sebagai berikut:

1. BAB I: Pendahuluan, yaitu menguraikan latar belakang masalah, batasan dan

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi penelitian,

tinjauan pustaka dan sistematika penulisan yang merupakan gambaran umum

dalam penyusunan skripsi.

2. BAB II: Kajian Teoretis, yaitu menjelaskan teori-teori yang relevan digunakan

dalam penulisan skripsi untuk menganalisa dan merancang informasi yang

diperoleh dari berbagai sumber. Informasi tersebut, meliputi tinjauan umum

komunikasi, tinjauan umum etnografi komunikasi, dan tinjauan umum interaksi

simbolik.

3. BAB III: Bab ini memuat tentang gambaran umum dari Kampung Pulo, sejarah

singkat dari Kampung Pulo dan tradisi khusus masyarakat Kampung Pulo dan

kehidupan beragama.

4. BAB IV: Pada bab ini mengemukakan tahap-tahap prosesi upacara ritual adat

Ngaibakan Benda Pusaka dan menjelaskan makna simbol-simbol yang

terkandung dalam upacara Ngaibakan Benda Pusaka di Kampung Pulo Garut.

Page 26: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan

12

5. BAB V: Penutup, dalam bab ini berisikan mengenai kesimpulan yang

merupakan resume dari rumusan masalah yang diajukan pada bab pertama dan

saran-saran sebagai bahan pertimbangan.

BAB II

TINJAUAN TEORETIS

A. Memaknai Komunikasi

1. Pengertian Komunikasi

Aktivitas komunikasi tidak lepas dari kehidupan manusia. Segala

bentuk dalam menjalani hidup manusia pasti bersentuhan dengan yang

namanya berkomunikasi, maka dengan berkomunikasi memungkinkan

terjadinya interaksi di antara individu-individu. Manusia adalah makhluk

sosial yang tidak bisa hidup sendiri dan selalu bergantung kepada orang

lain, karena perantara dari terjadinya hubungan tersebut adalah dengan

komunikasi, maka komunikasi merupakan peranan penting dalam

kehidupan manusia.

Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication yang

berasal dari kata latin communication dan bersumber dari kata communis

yang berarti sama, sama di sini maksudnya sama makna. Maka, komunikasi

Page 27: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan

13

akan berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang

dipercakapkan serta kesamaan bahasa yang dipercakapan itu belum tentu

menimbulkan kesamaan makna.17

Beberapa ahli mengemukakan pendapatnya tentang definisi

komunikasi di antaranya Laswell (1960), komunikasi merupakan suatu

proses yang “siapa” mengatakan “apa” dengan saluran “apa” kepada “siapa”

dan dengan hasil “apa”. Carl I. Hovland, proses dimana seorang

komunikator menyampaikan lambang dalam bentuk kata-kata untuk

merubah tingkah laku komunikan. Lain halnya dengan Everet M. Rogers,

komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada

suatu penerima atau lebih dengan maksud untuk mengubah tingkah laku

mereka.18

Dengan melihat definisi dari beberapa ahli, dapat dilihat adanya

fungsi dan manfaat yang sama dalam pengertian komunikasi. Kesamaan

yang dapat diambil dari definisi para ahli diatas adalah komunikasi

merupakan sebuah informasi yang dapat menguah perilaku seseorang.

Komunikasi berarti penyampaian pesan oleh komunikator kepada

komunikan. Komunikator berarti orang yang menyampaikan pesan dan

komunikan adalah orang yang menerima pesan. Komunikasi sebagai proses,

karena komunikasi merupakan kegiatan yang ditandai dengan tindakan,

perubahan, pertukaran dan perpindahan. Komunikasi adalah suatu proses

personal karena makna atau pemahaman yang kita peroleh pada dasarnya

bersifat pribadi. Oleh karena itu komunikasi sangat dibutuhkan dalam

17

Onong Uchjana, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya), h. 9. 18

Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Penerbit Atma Kencana Publishing 2013), h. 19

13

13

Page 28: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan

14

berbagai aspek kehidupan, diantaranya kehidupan berpolitik, ekonomi,

sosial dan budaya.19

2. Unsur-Unsur Komunikasi

Komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran

atau perasaan oleh seorang kepada orang lain dengan menggunakan

lambang (symbol). Pikiran bisa merupakan gagasan, informasi, opini, ide,

peristiwa dan lainya. Lambang bisa merupakan bahasa lisan dan juga berupa

isyarat, signal, gambar, warna dan lainya.20

Dalam prosesnya komunikasi dibangung oleh tiga unsur yang

fundamental, yaitu:

a. Komunikator (orang yang menyampaikan pesan)

b. Komunikan (orang yang menerima pesan)

c. Pesan (isi dari apa yang disampaikan).21

Hafied Cangara mengutip pendapat beberapa tokoh yaitu, Joseph A.

Devito, K. Soreno dan Erika Vora mengemukakan bahwa unsur komunikasi

lebih dari tiga. Perkembangan terakhir dari unsur-unsur komunikasi menurut

Hafied Cangara dalam bukunya yang berjudul “Pengantar Ilmu

Komunikasi” bahwasanya faktor lingkungan pun turut menentukan atas

keberhasilan proses komunikasi.22

B. Tinjauan Tentang Komunikasi Ritual

1. Tinjauan Tentang Ritual

19

Dedy Mulyana, Ilmu Komunikasi Sebagai Suatu Pengantar , (PT Remaja Rosdakarya, Bandung 2014), h.12.

20 Roudhonah, Ilmu Komunikasi, h. 43.

21 Roudhonah, Ilmu Komunikasi, h. 43.

22 Hafied Cangara, PengantarIlmu Komunikasi, (Jakarta: PT Raja Grafindo 2006), h. 23.

Page 29: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan

15

Secara umum ritual adalah upacara. Serta dapat pula disebutkan

bahwa ritual adalah kegiatan yang dilakukan oleh suatu kelompok pada

waktu yang sama dan dengan tata cara yang sama pula. Ritual adalah bagian

dari suatu upacara untuk memperkuat suatu ikatan kelompok, namun ritual

bukan hanya identitas suatu kelompok saja, melainkan bisa dilakukan untuk

merayakan peristiwa-peristiwa penting. Seperti halnya ritual yang tergambar

dalam upacara ngaibakan benda pusaka, yang dilaksanakan untuk

membersihkan benda-benda pusaka.23

Ritual merupakan kegiatan simbolis yang mengacu pada suatu

urutan, ritual tidak hanya berkaitan dengan adat suatu daerah, tapi juga

berkaitan dengan Agama. Misalnya, Agama Islam mewajibkan umatnya

untuk melakukan shalat lima waktu dalam sehari dan di dalam shalat

terdapat ritual yang menyatakan suatu urutan mulai dari Takbiratul Ihram

hingga salam. Selain itu, Islam juga mengenal ritual haji, haji dianggap sah

apabila setiap ritual atau rukun haji dijalankan.24

Ritual juga berkaitan dengan perilaku rasional dan nonrasional. Ada

beberapa ritual kebudayaan yang sifatnya tidak masuk akal atau

menyimpang dari norma-norma yang dapat diterima oleh masyarakat.

Perilaku ini disebut perilaku irasional. Perilaku rasional dalam suatu budaya

didasarkan oleh suatu yang dianggap masuk akal untuk mencapai tujuan-

tujuanya, sedangkan perilaku nonrasional tidak berdasarkan logika tapi juga

23

Koentjaraningrat, Beberapa Pokok Antropologi Sosial, (Jakarta: Dian Rakyat. 1985), h. 56. 24

Dedy Mulyana, Ilmu Komunikasi Sebagai Suatu Pengantar, h. 27.

Page 30: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan

16

tidak bertentangan dengan ekspektasi-ekspektasi yang masuk akal. Perilaku

nonrasional dipengaruhi oleh budaya seseorang atau komunitas.25

Kepercayaan juga mempengaruhi ritual-ritual yang dilakukan oleh

suatu komunitas. Ritual-ritual yang terdapat dalam ngaibakan benda pusaka

menggambarkan kepercaya pada kekuatan trasendental. Hal ini tergambar

pada beberapa tempat dalam ritual yang dikeramatkan. Orang-orang dalam

kebanyakan budaya memang mempercayai hal-hal supernatural. Mereka

mempercayai mitos dan takhayul dan mempraktikanya dalam suatu upacara

adat. Namun ada juga yang mempraktikan suatu ritual berdasarkan prinsip-

prinsip agama. Hal inilah yang ditekankan dalam ritual ngaibakan benda

pusaka. Setiap ritual yang diperaktikan berkaitan dengan agama yang

mereka anut, yaitu agama islam. Pada dasarnya agama dipengaruhi oleh

budaya, begitupun dengan budaya yang dipengaruhi oleh agama.26

2. Komunikasi Ritual

Komunikasi ritual biasanya dilakukan secara kolektif atau

berkelompok. Suatu komunitas atau masyarakat tertentu sering melakukan

upacara-upacara adat seperti tradisi dari leluhurnya. Upacara-upacara adat

tersebut biasanya dilakukan rutin pada waktu yang telah ditentukan. Dalam

upacara-upacara tersebut orang mengucapkan kata-kata atau menampilkan

perilaku-perilaku simbolik untuk menyampaikan maksud dan tujuanya.

Fungsi ritual tampak dalam setiap kegiatan yang berkaitan dengan

suatu tradisi, seperti perkawinan, ulang tahun, kelahiran, sunatan dan lain

sebagainya. Kegiatan ritual tersebut memungkinkan para pelaku atau peserta

25

Dedy Mulyana, Ilmu Komunikasi Sebagai Suatu Pengantar, h. 28. 26

Dedy Mulyana, Ilmu Komunikasi Sebagai Suatu Pengantar, h. 28.

Page 31: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan

17

komunikasi ini berbagi komitmen emosional dan menjadi perekat bagi

kepaduan mereka, juga sebagai pengabdian kepada masyarakat. (Mulyana

2010).27

Komunikasi ritual terkadang dihubungkan dengan hal yang bersifat

mistik dan tidak masuk di akal. Namun pada hakikatnya komunikasi ritual

menunjukan makna yang terkandung didalamnya. Pada ngaibakan benda

pusaka misalnya upacara adat tersebut dilakukan untuk membersihkan

benda-benda pusaka serta menghargai para peninggalan dari leluhur dan

didalam ritual ngaibakan benda pusaka ini mengandung makna yang bisa

dijelaskan dengan prespektif agama. Dalam menjalankan setiap ritualnya,

masyarakat Kampung Pulo melaksanakan ngaibakan benda pusaka ini

saling berkomunikasi dengan baik secara verbal maupun nonverbal. 28

3. Makna Simbolik Dalam Ritual

Makna budaya diciptakan dengan menggunakan simbol-simbol.

Mengingat pengetahuan kebudayaan lebih dari suatu kumpulan simbol, baik

istilah-istilah rakyat maupun jenis-jenis simbol lain. Semua simbol, baik

kata-kata yang terucap, sebuah objek, suatu gerak tubuh, sebuah tempat atau

peristiwa merupakan bagian-bagian suatu sistem simbol.29

Untuk melakukan penelitian yang berhubungan dengan ritus,

berarti mempelajari simbol-simbol yang digunakan dalam ritus tersebut.

Ritus itu sendiri adalah suatu tindakan, biasanya dalam bidang keagamaan

yang bersifat seremonial dan tertata. Upacara adat ngaibakan benda pusaka

merupakan upacara keagamaan yang tertata. Untuk itu perlu adanya

27

Dedy Mulyana, Ilmu Komunikasi Sebagai Suatu Pengantar, h. 25 28

Dedy Mulyana, Ilmu Komunikasi Sebagai Suatu Pengantar, h. 30 29

James P. Spradley, Metode Etnografi, (Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya), h. 134

Page 32: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan

18

pemahaman terhadap simbol-simbol yang berkenaan dengan ritual

tersebut.30

Simbol-simbol selalu digunakan dalam ritus. Winangun mengutip

perkataan Victor Turner, bahwa tanpa mempelajari simbol yang dipakai

dalam ritus maka, akan sulit untuk memahami ritus dan masyarakatnya.

Simbol yang dimaksud disini adalah simbol ritual. Victore Turner juga

mendefinisikan simbol tersebut sebagai sesuatu yang dianggap, dengan

persetujuan bersama, sebagai sesuatu yang memberikan sifat alamiah.

Berikut ciri khas dari simbol ritual yang diungkapkan oleh Victor Turner

dalam Winangun (1990: 18 – 20).31

a. Multivokal

Simbol ritual adalah multivokal, hal ini menunjukan bahwa

simbol itu mempunyai banyak arti dan menunjuk pada banyak hal, baik

itu pribadi atau fenomena. Pada upacara adat ngaibakan benda pusaka,

salah satu simbol yang nampak adalah Masjid. Simbol ini menunjukan,

selain tempat ibadah, masjid juga menunjukan identitas masyarakat

Kampung Pulo yang mayoritas Islam.

b. Polarisasi Simbol

Simbol mempunyai banyak arti, maka ada arti-arti yang

bertentangan. Makna polarisasi simbol di sini berarti makna simbol yang

bertentangan dengan makna simbol yang asli dengan makna atau simbol

yang aslinya. Masjid digunakan masyarakat sebagai tempat ibadah juga

dipakai masyarakat sebagai tempat berlangsungnya ritual.

30

James P. Spradley, Metode Etnografi, h. 135 31

Wartaya Winangun, Masyarakat Bebas Struktur: Liminalitas dan Komunitas Menurut Victor Turner (Yogyakarta: Kanisius: 1990), h. 18 – 20.

Page 33: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan

19

c. Unifikasi

Unifikasi atau penyatuan menjadi mungkin karena adanya sifat

yang sangat umum dan mirip. Simbol ini memliki makna yang berati,

tidak hanya sebagai ornamen atau lambang suatu masyarakat. Melainkan

sebagai contoh, masjid yang menjadi simbol agama islam, juga memiliki

nilai yang menunjukan hubungan manusia dengan Tuhan.32

Kebudayaan terdiri atas simbol-simbol, gagasan-gagasan dan

nilai-nilai sebagai hasil karya manusia, dengan kata lain kebudayaan

sangat erat kaitanya dengan simbol. Simbol merupakan ciri, tanda atau

lambang untuk memberitahukan sesuatu kepada orang lain. Pada

dasarnya, simbol tidak memiliki makna. Kitalah yang sebenarnya

memberikan makna pada simbol tersebut sesuai dengan pengalaman.

Pesan yang disampaikan secara simbolik memiliki makna tersendiri.

Makna tersebut dipengaruhi oleh persepsi, pemahaman dan pengalaman

manusia.33

C. Tinjauan Tentang Budaya

1. Pengertian Budaya

Secara etimologi (bahasa) kebudayaan berasal dari akar kata budaya

(bahasa sanksekerta) “Bodhya” yang diartikan pikiran akal budi. Secara

terminologi (istilah) kebudayaan dapat diartikan sebagai keseluruhan

simbol, pemaknaan, penggambaran, struktur, aturan, kebiasaan, nilai,

pengolahan informasi dan pengalihan pola-pola konvensi (kesepakatan) 32

Wartaya Winangun, Masyarakat Bebas Struktur: Liminalitas dan Komunitas Menurut Victor Turner, h. 20.

33 Wartaya Winangun, Masyarakat Bebas Struktur: Liminalitas dan Komunitas Menurut Victor Turner,

h. 25 -30

Page 34: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan

20

pikiran, perkataan, dan perbuatan/tindakan yang terjadi pada suatu

kelompok masyarakat.34

Dalam buku Dedy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat “Komunikasi

Antarbudaya” dituliskan bahwa definisi budaya itu adalah suatu konsep

yang membangkitkan minat. Secara formal budaya didefinisikan sebagai

tatanan pengetahuan, pengalaman, kepercayaan, nilai, sikap, makna, hirarki,

agama, waktu, pernan, hubungan, ruang, konsep, alam semesta, objek-objek

materi dan milik yang diperoleh sekelompok besar orang dari generasi ke

generasi melalui usaha individu dan kelompok.35

Selanjutnya adalah

beberapa paparan definisi budaya menurut para ahli, di antaranya adalah

sebagai berikut:

Ki Hajar Dewantara:

Kebudayaan adalah buah budi manusia dalam hidup bermasyarakat36

Koentjaraningrat:

Kebudayaan adalah seluruh sistem, gagasan, tindakan dan hasil karya

manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri

manusia.37

Sutan Takdir Alisjahbana:

Kebudayaan adalah perwujudan sebagau suatu pernyataan perasaan dari

cara berfikir.38

Taylor:

34

Dadan Anugrah dan Winny Kresnowati, Komunikasi Antar Budaya: Konsep dan Aplikasinya, h. 32 35

Dedy Mulyana, Komunikasi Antarbudaya, h. 18. 36

Suranto A W, Komunikasi Sosial Budaya (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), h. 24 37

Suranto A W, Komunikasi Sosial Budaya, h. 24 38

Suranto A W, Komunikasi Sosial Budaya, h. 24

Page 35: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan

21

Kebudayaan adalah keseluruhan hal yang kompleks termasuk pengetahuan,

kepercayaan, seni, moral, hukum, adat istiadat dan kemampuan serta

kebiasaan yang lain yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat.39

Cialdini:

Kebuadayaan sama halnya dengan terminologi, sebuah kepercayaan, adat-

istiadat, kebiasaan, dan bahasa yang diwariskan dalam kehidupan

masyarakat pada situasi dan tempat tertentu.40

2. Unsur-Unsur Kebudayaan

Aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-

unsur sosial-budaya tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.

Rakhmat berpendapat bahwa terdapat tiga unsur sosial budaya yang

mempunyai pengaruh besar atas makna-makna yang kita bangun dalam

persepsi kita. Unsur-unsur tersebut adalah sistem kepercayaan, nilai, sikap,

pandangan hidup tentang dunia dan organisasi sosial. Kita semua mungkin

melihat entitas sosial yang sama dan menyetujui sosial tersebut dengan

menggunakan istilah-istilah yang objektif, tetapi makna objek atau peristiwa

tersebut bagi kita mungkin sebagai individu sangat berbeda.41

Persepsi adalah proses internal yang kita lakukan untuk memilih,

mengevaluasi dan mengorganisasikan simulasi dari lingkungan eksternal.

Diartikan juga sebagai proses internal untuk mengubah energi fisik

lingkungan kita menjadi pengalaman yang bermakna yang membentuk

39

Kate Loewhental, Religion, Culture and Mental Health, h. 5 40

Bustanuddin Agus, Agama Dalam Kehidupan Manusia: Pengantar Antropologi Agama, (Jakarta: Rajagrafindo Persada), h. 33.

41 Alex H. Rumondor, Komunikasi Antarbudaya (Jakarta: Universitas Terbuka, 1995), h. 57.

Page 36: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan

22

perilaku tertentu. Keberhasilan dan cara mempresepsi dunia perilaku ini

adalah hasil pengalaman budaya.42

3. Komunikasi Verbal dan Nonverbal Dalam Budaya

Taylor, dalam bukunya Liliweri (2011), menjelaskan kebudayaan

sebagai suatu kompleks dari keseluruhan pengetahuan, kepercayaan,

kesenian,hukum dan adat istiadat dan setiap kemampuan lain dan kebiasaan

yang dimiliki oleh manusia sebagai anggota suatu masyarakat. Kebudayaan

sangat dipengaruhi oleh norma dan norma juga mempengaruhi perilaku

sosial masyarakatnya, termasuk perilaku komunikasi.43

Liliweri mengungkapkan, budaya dinyatakan dalam gaya interaksi

verbal dan nonverbal, misalnya melalui pepatah dan ungkapan pranata

sosial, upacara, cerita, agama, bahkan politik, tetapi tidak semua komunikasi

yang baik itu dilakukan secara verbal. Setelah melihat perbedaan budaya

antarpribadi, maka kekuatan komunikasi ternyata tidak cukup dengan hanya

mengirimkan atau mengalihkan pesan. Dukungan nonverbal mempunyai

kemampuan untuk melengkapi kekurangan dalam komunikasi verbal.44

Ngaibakan benda pusaka merupakan salah satu upacara adat yang

menunjukan gaya interaksi verbal dan nonverbal. Perbedaan peran antara

kedua belah pihak, serta nilai dan kepercayaan yang mendasari adanya

upacara adat ini menyebabkan komunikator harus memiliki kemampuan

dalam menyampaikan pesan simbolik kepada komunikan. Seorang

komunikan pun harus mampu menerjemahkan pesan tersebut. Ngaibakan

42

Dedy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat, Komunikasi Antarbudaya: Panduan Komunikasi dengan Orang-orang Berbeda Budaya (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h. 26.

43 Aloliliweri, Makna Komunikasi dalam Komunikasi Antarbudaya, (Yogyakarta: PT LKIS Pelangi Aksara

2007), h. 80 44

Aloliliweri M.S, Makna Komunikasi dalam Komunikasi Antarbudaya, h. 80

Page 37: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan

23

benda pusaka sarat akan makna verbal dan nonverbal. Komunikasi verbal

dan nonverbal dalam kebudayaan juga terkadang menjadi kendala dalam

berkomunikasi karena adanya sikap etnosentris dan stereotip yang

berlebihan.

a. Komunikasi Verbal

Kemampuan berbahasa dapat mempengaruhi persepsi

seseorang, karena bahasa adalah landasan komunikasi. Manusia

memiliki naluri untuk hidup bersama dan saling komunikasi, tanpa

bahasa tidak mungkin ada interaksi. Dedy Mulyana dalam bukunya

mengungkapkan bahwa bahasa verbal adalah sarana utama untuk

menyatakan pikiran, perasaan dan maksud kita.45

Komunikasi verbal merupakan karakteristik khusus dari

manusia, karena tidak ada makhluk lain yang dapat menyampaikan

bermacam-macam arti melalui kata-kata. Komunikasi verbal ialah

komunikasi yang menggunakan simbol-simbol atau kata-kata, baik yang

dinyatakan secara oral atau lisan maupun secara tulisan.46

Fungsi bahasa adalah sebagai wahana interaksi sosial. Dalam

komunikasi bahasa merupakan kunci mulainya interaksi sosial,

contohnya, ada warga Negara Indonesia yang bertempat tinggal di

Negara lain mereka pasti akan merasakan pentingnya bahasa dalam

interaksi. Indonesia adalah Negara yang luas, di mana terdapat banyak

sekali bahasa daerah yang digunakan. Setiap datang ke suatu daerah di

Indonesia, tentu kita harus menyesuaikan bahasa kita dengan bahasa

45

Dedy Mulyana, Ilmu Komunikasi Sebagai Suatu Pengantar, h. 261 46

Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: PT Bumi Aksara 2001), h. 95

Page 38: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan

24

daerah tersebut, walaupun kita sebenarnya dapat menggunakan bahasa

Indonesia. 47

Mulyana (2010: 265) juga menjelaskan bahwa fungsi bahasa

yang mendasar adalah untuk menemani atau menjuluki orang, objek dan

peristiwa. Penamaan atau “labeling” adalah dimensi pertama bahasa dan

basis bahasa. Melalui bahasa, kita dapat mempelajari apa saja yang

menjadi minat kita. Bahasa juga dapat digunakan sebagai pengenal.

Misalnya, ketika kita mengatakan “kumaha damang” kita akan tahu

bahwa bahasa tersebut adalah bahasa sunda. Hal ini berdasarkan

pengalaman kita mengenal bahasa tersebut.48

Bahasa terikat oleh konteks budaya dan dapat dipandang

sebagai perluasan budaya. Mulyana (2010) mengungkapkan setiap

bahasa menunjukan suatu dunia simbolik yang khas, yang melukiskan

realitas pikiran, pengalaman batin dan kebutuhan pemakaianya.49

Bahasa yang berbeda memaksa pemakaianya untuk berfikir dan melihat

lingkungan disekitarnya dengan cara yang berbeda. Bahasa daerah yang

berbeda-beda memaksakan kita untuk meemandang orang di hadapan

kita dengan katagori tertentu. Misalnya bahasa sunda yang memiliki

tingkatan tertentu dalam berbicara berdasarkan status sosial. Bagaimana

berbicara dengan orang yang lebih tua, lebih muda dan sebaya.

Masyarakat Kampung Pulo sangat menjunjung tinggi bahasa daerahnya,

yaitu bahasa sunda. Semua yang tinggal di Kampung Pulo pasti

menggunakan bahasa sunda, walaupun mereka bisa bahasa Indonesia

47

Dedy Mulyana, Ilmu Komunikasi Sebagai Suatu Pengantar, h. 261 48

Dedy Mulyana, Ilmu Komunikasi Sebagai Suatu Pengantar, h. 265 49

Dedy Mulyana, Ilmu Komunikasi Sebagai Suatu Pengantar, h. 265

Page 39: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan

25

bukan bahasa asing. Mereka menganggap bahwa apabila tinggal di

daerah sunda maka mereka harus berbicara bahasa sunda, karena bahasa

tersebut adalah bahasa ibu.

Ngaibakan benda pusaka merupakan suatu budaya yang di

dalamnya terdapat proses-proses verbal yang memiliki makna. Untuk

menafsirkan makna tersebut kita harus memperhatikan budaya yang

mempengaruhinya. Pola-pola berpikir yang berbeda akan mempengaruhi

setiap individu dalam berkomunikasi, ketika berbicara mengenai

komunikasi verbal yang berkaitan dengan budaya. Kita juga harus

mengetahui dialek serta aksen yang tampak ketika proses tersebut

berlangsung.

Liliweri (2011) mengungkapkan dialek sebagai variasi biasa

disuatu daerah dengan kosa kata yang khas. Sedangkan aksen

merupakan tekanan dalam pengucapan. Selain itu, Liliweri juga

menyebutkan istilah lain, yaitu jargon dan argot. Jargon adalah unit

kata-kata atau istilah yang dibagikan atau dipertukarkan oleh mereka

yang sama profesinya atau pengalamanya. Sedangkan argot merupakan

bahasa-bahasa khusus yang digunakan oleh suatu kelompok yang luas

dalam sebuah kebudayaan untuk mendefinisikan batas – batas kelompok

mereka atau menunjukan posisi mereka di masyarakat.50

b. Komunikasi Nonverbal

Komunikasi nonverbal meliputi ekspresi wajah, nada suara,

gerakan anggota tubuh, kontak mata, rancangan ruang, pola-pola

peradaban, gerakan ekspresif, perbedaan budaya dan tindakan-tindakan

50

Aloliliweri M.S, Makna Komunikasi dalam Komunikasi Antarbudaya, h. 80

Page 40: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan

26

nonverbal lain yang tak menggunakan kata-kata. Berbagai penelitian

menunjukan bahwa komunikasi nonverbal itu sangat penting untuk

memahami perilaku antarmanusia daripada memahami kata-kata verbal

diucapkan atau ditulis. Pesan-pesan nonverbal memperkuat apa yang

disampaikan secara verbal (Liliweri, 2011 : 139).51

Komunikasi nonverbal lebih banyak mengandung muatan

emosional dibandingkan dengan komunikasi verbal. Dalam konteks

komunikasi budaya, antara komunikator dan komunikan harus bener-

bener saling memahami terutama dalam perilaku nonverbal. Isyarat dan

emosi yang sama, belum tentu memiliki makna yang sama. Komunikasi

nonverbal digunakan sebagai pelengkap dari bahasa verbal. Terkandung

pesan tidak sepenuhnya tersampaikan melalui komunikasi verbal, maka

komunikator menggunakan komunikasi nonverbal sebagai pelengkap.52

Perilaku Nonverbal. Sebagai suatu komponen budaya, ekspresi

nonverbal mempunyai banyak persamaan dengan bahasa. Keduanya

merupakan suatu sistem penyandian yang dipelajari dan diwariskan

sebagai bagian dari pengalaman budaya. Komunikasi nonverbal yang

berlandaskan budaya, hal yang disimbolkan biasanya telah disebarkan

oleh budaya kepada anggota-anggotanya. Hal ini tercermin dalam ritual

ngaibakan benda pusaka sebagai budaya, di mana hal menjadi simbol

atau yang dilambangkan telah diketahui oleh seluruh partisipan.

Lambang-lambang nonverbal dan respon-respon yang ditimbulkan

merupakan bagian dari pengalaman budaya, yaitu hal yang diwariskan

51

Aloliliweri M.S, Makna Komunikasi dalam Komunikasi Antarbudaya, h. 139 52

Aloliliweri M.S, Makna Komunikasi dalam Komunikasi Antarbudaya, h. 139

Page 41: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan

27

dari masa ke masa. Artinya, budaya mempengaruhi dan mengarahkan

kita mengirim, menerima dan merespon lambang-lambang nonverabal.

Konsep Waktu. Waktu merupakan komponen budaya yang

penting. Kita terikat oleh waktu dan tersadar akan adanya masa lalu,

masa sekarang dan masa yang akan datang. Perbedaan konsep waktu

antara budaya yang satu dengan yang lainya akan mempengaruhi

mereka dalam berkomunikasi. Sadar akan adanya masa yang akan

datang masyarakat Kampung Pulo mewariskan budaya yang dimilikinya

kepada generasi selanjutnya melalui ritual-ritual yang ada di Kampung

Pulo salah satunya ngaibakan benda pusaka. Masyarakat Kampung Pulo

memperhatikan waktu, maka pelaksanaan ritual ngaibakan benda pusaka

sangat berkaitan dengan waktu, karena dilaksanakanya pada waktu-

waktu tertentu. Konsep waktu juga ditunjukan dengan adanya hari tabu,

yaitu hari dimana tidak boleh berziarah ke makam dan tidak boleh pula

membuka silsilah dan sejarah Kampung Pulo.

Penggunaan dan Pengaturan Ruang. Penggunaan ruang

dalam komunikasi disebut proksemika. Dalam ritual ngaibakan pusaka

setiap peserta berkomunikasi dengan jarak yang dekat. Ada saat dimana

mereka duduk berhadapan dan bersebelahan. Pengaturan ruang ruang

merupakan suatu fungsi budaya. Secara nonverbal pengaturan ruang

menunjukan kepercayaan dan nilai. dalam ritual ngaibakan benda

pusaka status sosial mempengaruhi posisi dalam pengaturan ruang.

Misalnya, kuncen sebagai kepala adat dan orang-orang yang disepuhkan

mendapatkan posisi paling depan ketika duduk di surau atau di rumah

warga yang telah ditentukan.

Page 42: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan

28

D. Tinjauan Tentang Etnografi Komunikasi

1. Pengertian Etnografi

Etnografi merupakan kegiatan pengumpulan bahan keterangan

atau data yang dilakukan secara sistematik mengenai cara hidup serta

berbagai aktivitas sosial dan berbagai benda kebudayaan dari suatu

masyarakat. Berbagai peristiwa dan kejadian unik dari komunitas budaya

akan menarik perhatian peneliti etnografi.53

Penelitian etnografi untuk mendeskripsikan kebudayaan

sebagaimana adanya. Penelitian ini berupayan mempelajari peristiwa

kultural, yang menyajikan pandangan hidup subjek menjadi objek studi.

Studi ini terkait bagaimana subjek berpikir, hidup dan berperilaku. Tentu

saja perlu dipilih peristiwa yang unik yang jarang teramati oleh kebanyakan

orang. Inti dari etnografi adalah upaya untuk memperhatikan makna-makna

tindakan dari kejadian yang menimpa orang yang ingin kita pahami. 54

Komunitas masyarakat Kampung Pulo ini belum banyak diketahui

oleh masyarakat luar, apalagi adat istiadatnya yang ada di Kampung Pulo

terutama yang sangat jarang diketahui ialah, upacara ritual adat ngaibakan

benda pusaka, karena masyarakat luar Kampung Pulo hanya mengenal

Kampung Pulo sebagai tempat wisata.

Penelitian etnografi mengandalkan atau berpegangan pada hasil

pengamatan sendiri atau pengamatan langsung, dan mengandalkan

informasi dari orang lain atau narasumber merupakan hal yang wajib

53

James P. Spradley, Metode Etnografi, h.3 54

James P. Spradley, Metode Etnografi, h. 4

Page 43: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan

29

dilakukan oleh peneliti etnografi. Keterangan yang diambil narasumber

kemudian dicocokan dengan hasil pengamatan sendiri.55

Etnografi juga mempelajari dinamika kebudayaan, bagaimana

kebudayaan berkembang dan berubah dan bagaimana kebudayaan tersebut

dan budaya lain saling mempengaruhi termaksuk juga interaksi antara

berbagai kepercayaan dan cara-cara melaksanakan di dalam suatu

kebudayaan dan efeknya pada kepribadian seseorang. Unsur-unsur

kebudayaan bersifat universal, maka dapat diperkirakan bahwa kebudayaan

suku bangsa yang menjadi perhatian pasti mengandung unsur adat istiadat,

pranata-pranata sosial dan benda-benda kebudayaan. Bahasa juga

merupakan unsur tertepnting dalam berbudaya, karena bahasa dalam

keseharian berbudaya komunikasi verbal yang digunakan adalah

menggunakan bahasa sunda.56

Pola-pola kelakuan seperti perkawinan, struktur kekerabatan

sistem politik dan ekonomi, agama, cerita-cerita rakyat, kesenian, musik dan

bagaimana perbedaan di antara pola-pola pada masyarakat ini juga dipelajari

dalam etnografi. Dengan adanya penelitian etnografi maka akan terlihat

jelas perbedaan-perbedaan di antara sekian banyak kebudayaan yang ada di

Indonesia.

2. Pendekatan Etnografi Komunikasi.

Etnografi komunikasi atau Etnography of Communication

merupakan pengembangan dari etnografi berbahasa (etnography of

speaking) yang mula-mula dikembangkan oleh Dell Hymes pada tahun

55

James P. Spradley, Metode Etnografi, h. 11 56

James P. Spradley, Metode Etnografi, h. 33

Page 44: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan

30

1962. Etnografi yang dimaksud mengkaji peranan bahasa dalam perilaku

komunikatif suatu masyarakat, yaitu cara-cara bagaimana bahasa

dipergunakan dalam masyarakat yang berbeda-beda kebudayannya. Adapun

Etnografi Berbahasa menurut Hymes, mengkaji situasi dan penggunaan pola

fungsi “bicara” sebagai salah satu kegiatan, misalnya mengkaji tindak tutur

yang rutin, khusus, ritual dan sebagainya.57

Etnografi tentang komunikasi adalah penerapan kemudian juga

dijadikan metode penelitian dalam pola komunikasi kelompok. Budaya

dikomunikasikan dalam cara-cara yang berbeda tetapi semuanya merupakan

‘sharing’ tentang tanda, media, setting, bentuk pesan dan peristiwa yang

ditransmisikan mealalui pesan. Singkatnya, budaya memiliki pengaruh kuat

dalam kehidupan manusia.58

Untuk mendeskripsikan dan menganalisis komunikasi, maka perlu

untuk menangani unit-unit diskrit aktifitas komunikasi yang memiliki

batasan-batasan yang bisa diketahui. Unit-unit analisis yang dikemukakan

oleh Dell Hymes antara lain:59

a. Situasi Komunikatif, merupakan konteks terjadinya komunikasi,

contohnya, upacara, perkelahian, perburuan, pembelajaran diruang

kelas, konferensi, pesta, jamuan dan lain sebagainya. Situasi bisa sama

atau berbeda bergantung pada waktu, tempat dan keadaan fisik penutur

secara keseluruhan.60

57

Engkus Kuswarno, Metode Penelitian Komunikasi Etnografi Komunikasi, (Bandung: Widya Padjajaran, 2008), h. 31.

58 Dwi Ratna Dewi, Teori Komunikasi; Pemahaman dan Penerapan, (Jakarta: Renata Pratama Media

2008), h. 167 59

Engkus Kuswarno, Metode Penelitian Komunikasi Etnografi Komunikasi, h. 36 60

Engkus Kuswarno, Metode Penelitian Komunikasi Etnografi Komunikasi, h. 36

Page 45: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan

31

b. Peristiwa Komunikatif, merupakan unit dasar tujuan deskriptif. Sebuah

peristiwa tertentu didefinisikan sebagai keseluruhan perangkat

komponen yang utuh, yang dimulai dengan tujuan umum komunikasi,

topik umum sama dan melibatkan partisipan yang sama, yang secara

umum menggunakan varietas bahasa yang sama, mempertahankan tone

yang sama dan kaidah-kaidah yang sama untuk interaksi dan dalam

setting yang sama. Sebuah peristiwa berakhir apabila terdapat perubahan

dalam partisipan utama, misalnya perubahan posisi duduk atau suasana

hening. Analisis peristiwa komunikatif dimulai dengan deskripsi

komponen-komponen penting, yaitu:61

1) Genre, atau tipe persitiwa

2) Topik, atau fokus referensi

3) Tujuan atau fungsi peristiwa, secara umum dan dalam bentuk tujuan

interaksi partisipan secara individual.

4) Setting, termasuk lokasi, waktu, musim dan fisik situasi itu.

5) Partisipan, temasuk kedalam usiaya, jenis kelamin, etnik, status

sosial atau kategori lain yang relevan dan hubungan satu sama lain.

6) Bentuk pesan, termasuk saluran vocal dan nonvokal, dan hakikat

kode yang digunakan

7) Isi pesan, atau referensi denotatif level permukaan, apa yang

dikomunikasikan.

8) Urutan tindakan, atau urutan tindak komunikatif, atau urutan tindak

tutur, termasuk alih giliran dan fenomena overlap percakapan.

9) Kaidah interaksi, properti apakah yang harus diobservasikan

61

Engkus Kuswarno, Metode Penelitian Komunikasi Etnografi Komunikasi, h. 37

Page 46: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan

32

10) Norma-norma interpretasi, termasuk pengetahuan umum, presposisi

kebudayaan yang relevan, atau pemahaman yang sama, yang

memungkinkan adanya informasi tertentu yang harus dibuat, apa

yang harus dipahami, apa yang perlu diabaikan dan lain-lain.

c. Tindak Komunikatif, pada umumnya bersifat konterminus dengan

fungsi interaksi tanggal, seperti pernyataan referensial, permohonan atau

perintah dan bisa bersifat verbal atau nonverbal. Urutan tindak

komunikatif bisa diprediksi mencakup seruan, pujian, merendahkan diri,

syukur dan perintah.62

Bagan. 2.1

Sumber: Buku Etnografi Komunikasi, yang ditulis oleh Engkus Kuswarno.

Keterangan:

Menandakan adanya pengaruh timbal balik antara keduanya. Masing-masing

ilmu dapat memanfaatkan etnografi komunikasi untuk memperkaya penjelasan

teorinya sekaligus memberikan masukan dalam analisis yang dilakukan

etnografi komunikasi.63

62

Engkus Kuswarno, Metode Penelitian Komunikasi Etnografi Komunikasi, h. 37 63

Engkus Kuswarno, Metode Penelitian Komunikasi Etnografi Komunikasi, h. 31.

ANTROPOLOGI ETNOGRAFI

KOMUNIKASI ILMU KOMUNIKASI

LINGUISTIK

Page 47: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan

33

Diatas ini merupakan bagan dari ilmu etnografi komunikasi, jadi

kesimpulanya bahwa Etnografi komunikasi tidak hanya membahas kaitan antara

bahasa dan komunikasi saja, atau kaitan antara bahasa dan kebudayaan,

melainkan membahas ketiga secara sekaligus.

BAB III

GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN KAMPUNG PULO

A. Sejarah Kampung Pulo

Page 48: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan

34

Pemangku adat Iri Suhari, menuturkan bahwa pada Abad ke 17 Masehi di

Pulau Jawa berdiri Kerajaan Islam Mataram dengan rajanya bernama Sultan Agung

dan wilayah kekuasaan nya mencakup sebagian Jawa Barat. Pada saat yang sama di

Batavia telah berkuasa bangsa Belanda (VOC) yang tidak disukai oleh Raja

Mataram. Untuk mengusir bangsa Belanda dari Batavia, maka Raja Mataram Sultan

Agung mengirim pasukan perang ke Batavia. Salah seorang pemimpin pasukan

Mataram yang ditunjuk ialah Embah Dalem Arief Muhammad.64

Serangan Mataram pada saat itu mengalami kegagalan, sehingga Embah

Dalem Arief Muhammad tidak diizinkan untuk pulang ke Mataram dan kemudian

menetap di Kampung Pulo sembari menyebarkan agama Islam pada masyarakat

sekitar, yang masyarakatnya mayoritas disana masih menganut agama Hindu.

Embah Dalem Arief Muhammad dengan arif dan bijak, mengajak masyarakat untuk

menganut agama Islam mereka secara berangsur-angsur pindah dari agama hindu

lalu memeluk agama islam. Untuk memenuhi keperluan air pada waktu itu ahirnya

Arief Muhammad membendung sebuah parit yang airnya berasal dari sungai

Cicapar. Bendungan tersebut pada ahirnya membentuk sebuah situ atau danau dan

kemudian dikenal dengan nama“Situ Cangkuang”.

Kata cangkuang diambil dari nama pohon cangkuang yang banyak terdapat

di daerah itu. Sekarang, pohon cangkuang masih terdapat disekitar makam Embah

Dalem Arif Muhammad bersama dengan pohon-pohon lainya yang tumbuh besar

dan tinggi, antara lain pohon Ki Teja, Ki Teureup, Ki Honje dan Buah Pari.65

Sementara itu, dataran di tengah situ yang tidak terendam air membentuk daratan

yang menyerupai pulau-pulau kecil. Satu diantaranya, yaitu yang terpanjang dan

64

Toto Sucipto “Potret Kehidupan Masyarakat Kampung Pulo: Proyek Pelestarian dan Pengembangan Tradisi dan Kepercayaan” Jurnal of Personality, (Juni 2003), h. 4

65 Toto Sucipto, “Potret Kehidupan Masyarakat Kampung Pulo”, h. 5.

34

Page 49: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan

35

terbesar dari pulau-pulau yang ada dan oleh karenanya disebut Pulo Panjang, yang

dijadikan tempat kediaman Embah Dalem Arief Muhammad beserta keluarganya.66

Setelah berhasil menyebarkan agama islam di Kampung Pulo dan memiliki

enam orang anak perempuan, Embah Dalem Arief Muhammad meninggal dunia

dan jenazahnya dimakamkan di sebelah timur pemukiman, dengan meninggalkan

enam anak perempuannya. Mereka menempati enam rumah yang dibangun dua

baris berhadapan berjejer tiga yang ujungnya dibangun sebuah langgar sehingga

membentuk huruf “U”, di ujung barat pemukiman terdapat langgar. Langgar

tersebut merupakan langgar dari anak laki-laki Arief Muhammad yang meninggal

pada waktu kecil. Anak laki-laki tersebut meninggal karena mengalami kecelakaan

pada waktu akan dikhitankan. Oleh karena itu untuk generasi selanjutnya yang

berhak untuk menempati rumah itu ialah anak perempuan dari keturunan Arief

Muhammad.67

Selama menjalankan roda Pemerintahan di daerah Kampung Pulo itu Embah

Dalem Arief Muhammad sangat menekankan pada kelestarian lingkungan untuk

kelangsungan hidupnya berdasarkan pengalaman penyebab kekalahan perjuanganya

melawan penjajah, yaitu gagalnya persedian makanan akibat pembuminghangusan

lumbung – lumbung makanan, maka disepakatilah berupa larangan adat khusus

wilayah Kampung Pulo diantaranya:68

1. Masyarakat Tidak Boleh Berziarah Pada Hari Rabu.

Masyarakat Kampung Pulo selalu menggunakan hari Rabu untuk

pengajian dan memperdalam ilmu keagamaan, sehingga tidak diperbolehkan

melakukan kegiatan lainya termaksuk berziarah ke makam Embah Dalem Arief 66

Zaki Munawar, “Cagar Budaya Candi Cangkuang dan Sekitarnya”, (Cangkuang, 1 Juni 2002), h. 4. 67

Toto Sucipto, “Potret Kehidupan Masyarakat Kampung Pulo”, h. 5. 68

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Garut, Katalog Upacara Tradisional, (Garut: Dinas Budaya dan Pariwisata 2014), h. 27.

Page 50: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan

36

Muhammad tidak dapat diterima dan dilayani oleh kuncen. Selain hari Rabu,

makam tersebut diperbolehkan untuk dikunjungi oleh masyarakat diluar

Kampung Pulo baik yang berasal dari Garut maupun daerah lain, seperti

Jakarta, Bandung, Purwakarta dan Tasikmalaya. Menurut Kuncen Kampung

Pulo mereka berziarah bertujuan untuk meminta kelancaran usaha pekerjaan

dan sekolah.69

Dalam berziarah mereka memberikan sesaji berupa kemenyan, bunga,

minyak wangi, gula, kopi, roti, pisang emas dan rokok. Bahkan ada yang

menginap di makam pada malam hari Jum’at untuk meminta berkah.70

Menurut

Iri Suhari selaku kuncen Kampung Pulo pada waktu itu, menjelaskan bahwa

pada hari Rabu warga Kampung Pulo juga tidak diperbolehkan bekerja karena

hari itu digunakan untuk mempelajari ilmu-ilmu agama islam yang diajarkan

oleh Embah Dalem Arief Muhammad. Buku-buku pelajaran agama peninggalan

Embah Dalem Arief Muhammad sebagian masih tersimpam di Museum

Kampung Pulo.71

2. Tidak Boleh Mengurangi Atau Menambah Kepala Keluarga Lebih dari

Enam Anggota

Ketentuan tersebut bermula dari kisah Embah Dalem Arief Muhammad,

cikal bakal Kampung Pulo yang memiliki enam orang anak perempuan dan

seorang anak laki-laki (meninggal dunia waktu akan dikhitankan). Oleh karena

memiliki enam anak perempuan maka di Kampung Pulo hanya ada enam rumah

yang dihuni oleh enam kepala keluraga dan harus keturunan dari perempuan

yang boleh menetap tinggal di Kampung Pulo. Untuk menghindari agar jumlah

69

Toto Sucipto, “Potret Kehidupan Masyarakat Kampung Pulo”,h. 7. 70

Toto Sucipto “Potret Kehidupan Masyarakat Kampung Pulo”, h. 8.

Page 51: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan

37

rumah dan kepala keluarga tetap enam, maka adat menetap setelah menikah

dengan masyarakat Kampung Pulo adalah Neolokal Residence. Lima belas hari

setelah menikah, pasangan pengantin harus meninggalkan Kampung Pulo untuk

menetap di daerah lain. Mereka dapat kembali lagi apabila orangtuanya

meninggal dunia yang disebut ngaplus atau menggantikan.72

3. Warga Kampung Pulo Tidak Boleh Memelihara Hewan Ternak Berkaki

Empat.

Hewan ternak yang berkaki empat sangat dilarang untuk dipelihara,

larangan ini dimaksudkan untuk menjaga kebersihan halaman rumah dan

keutuhan tanaman dari gangguan bintang berkaki empat, seperti Kambing,

Kerbau, Sapi dan lain sebagainya. Adanya larangan tersebut membuat

masyarakat Kampung Pulo hanya memelihara hewan peliharaan berkaki dua,

seperti Ayam dan Itik.73

4. Warga Kampung Pulo Tidak Boleh Memukul atau Menabuh Gong Besar.

Hal ini berkaitan dengan kisah Embah Dalem Arief Muhammad yang

memiliki seorang anak laki-laki, tetapi meninggal dunia saat akan dikhitankan.

Waktu anak itu diarak dengan tandu berbentuk prisma diiringi gamelan yang

menggunakan gong besar, tiba-tiba datang angin topan yang menyebabkan anak

tersebut celaka dan meninggal dunia. Sejak saat itu masyarakat Kampung Pulo

cadu atau pantang membuat rumah berbentuk prisma dan memukul atau

menabuh gamelan yang menggunakan gong besar. Menurut penuturan kuncen,

72

Toto Sucipto “Potret Kehidupan Masyarakat Kampung Pulo”, h. 8. 73

Toto Sucipto, “Potret Kehidupan Masyarakat Kampung Pulo”, 8.

Page 52: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan

38

suatu ketika pernah ada satu anggota masyarakat yang menikahi anaknya

dengan menyertakan hiburan degung yang menggunakan gong besar, lalu tiba-

tiba datang hujan deras dan penyelenggara hajat dilanda musibah.74

5. Warga Kampung Pulo Tidak Dibolehkan Membuat Rumah Dengan

Bentuk Prisma.

Hal ini karena berkaitan dengan kisah anak laki-laki Embah Dalem

Arief Muhammad yang celaka dan meninggal saat diarak menggunakan tandu

yang berbentu prisma. Akhirnya sejak saat itu bentuk bangunan rumah warga

Kampung Pulo berupa rumah panggung yang dibuat dari bambu dan kayu.

Untuk atapnya tidak persegi melainkan jolopong atau memanjang.

Demikianlah sejarah singkat dari masyarakat Kampung Pulo yang

didirikan oleh Mbah Dalem Arif Muhammad yang pada masa itu islam belum

masuk di Kampung Pulo.

B. Gambaran Upacara Ritual Adat Ngaibakan Benda Pusaka

Tradisi atau adat istiadat merupakan wujud gagasan kebudayaan yang terdiri

dari nilai-nilai budaya, norma, hukum, serta aturan yang satu dengan yang lainya

berkaitan menjadi suatu sistem budaya. Norma, hukum, serta aturan tersebut tidak

boleh dilanggar. Sedangkan kebiasaan cendrung berkembang dan mengalami

perubahan, dengan demikian pengertian tradisi atau adat istiadat dengan kebiasaan

cukup berbeda dilihat dari keketatan aturan-aturan didalamnya.

74

Toto Sucipto, “Potret Kehidupan Masyarakat Kampung Pulo”, h. 8.

Page 53: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan

39

Upacara tradisional atau upacara adat sebagai kegiatan sosial biasanya

melibatkan para warga masyarakat dalam usaha bersama untuk mencapai tujuan

keselamatan bersama. Selain itu, upacara tradisional pun sebagai pranata sosial

yang penuh dengan simbol-simbol yang berperan sebagai alat media untuk

berkomunikasi antara sesama manusia dan juga menjadi penghubung antara dunia

nyata dan dunia gaib. Terbentuknya simbol-simbol dalam upacara tradisional

berdasarkan nilai-nilai etis dan pandangan hidup yang sama mencerminkan corak

kebudayaan dari masyarakat yang bersangkuatan.75

Seperti halnya dengan kegiatan upacara ritual adat ngaibakan benda pusaka

di Kampung Pulo, dilaksanakan pada setiap tanggal 14 maulud dan kegiatan

tersebut dilaksanakan pada jam 24.00 s/d 13.30 WIB, dihadiri oleh enam keluarga

yang ada di Kampung Pulo tersebut serta keluarga yang sudah berada di luar

Kampung Pulo. Ada juga masyarakat luar Kampung Pulo yang datang dan ingin

mengikuti, serta menyaksikan ritual ngaibakan benda-benda penginggalan Mbah

Dalem Arif Muhammad dan para leluhur Kampung Pulo lainya.76

Kegiatan dimaksud dipimpin oleh ketua adat atau yang ditugaskan oleh

ketua adat untuk memimpin ritual ngaibakan benda pusaka. Adapun rincian dari

kegiatanya sebagai berikut:77

1. Kegiatan tersebut dilaksanakan di salah satu rumah yang ditunjuk oleh ketua

adat (pemangku adat) bisa di rumah siapa saja dan tidak harus di rumah ketua

adat.

2. Sebelum pukul 24.00 WIB, seluruh keluarga dan para tamu yang hadir

menyaksikan ritual adat yang dimaksud.

75

Dinas Budaya dan Pariwisata, “Katalog Upacara Tradisional”, h. 5. 76

Dinas Budaya dan Pariwisata, “Katalog Upacara Tradisional”, h. 32. 77

Dinas Budaya dan Pariwisata, “Katalog Upacara Tradisional”, h. 33.

Page 54: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan

40

3. Sebelum pelaksanaan ritual adat, pemangku (sesepuh adat) menyiapkan

berbagai pelengkapan upacara diantaranya: tiga buah wadah yang berisi air

yang sudah ditaburi kembang, kain putih (boeh larang), sesajen (2 buah kelapa

muda, rujak, air kopi pait dan kopi manis, surutu, makanan

ringan/hahampangan, telur ayam, parupuyan, menyan dan lain-lain), nasi

tumpeng serta minyak wangi, ikan bakar yang diambil dari situ cangkuang.

4. Pusaka-pusaka yang akan dimandikan sudah digelar diatas kain putih (Boeh

Larang) diantaranya: berbagai macam keris, golok, berbagai macam kujang,

meriam bundar yang disimpan pada sebuah wadah, tongkat dari kayu, berbagai

macam batu, serta pusaka-pusaka lainya.

5. Tepat jam 24.00 WIB, parupuyan dinyalakan, kemenyan pun mulai dibakar,

asap kemenyan menebar aroma yang khas memenuhi rumah.

6. Pemangku adat mulai membuka acara ini dengan menyampaikan maksud dan

tujuan dilaksanakanya upacara tersebut.

7. Selanjutnya diawali dengan Tawasulan kepada Nabi Besar Muhammad SAW

dengan membaca shalawat Nabi serta do’a-do’a lainya.

8. Ritual dimulai dengan membasuh keris yang dicelupin kedalam air yang sudah

ditaburi kembang (bunga-bunga) sambil dikumandangkan sholawat Nabi oleh

seluruh tamu yang hadir.

9. Selanjutnya seluruh pusaka yang ada dimandikan oleh ketua adat atau yang

memiliki pusaka dimaksud. Setelah dimandikan pusaka tersebut disemprot

dengan minyak wangi dan disimpan kembali pada tempatnya.

10. Setelah pelaksanaan memandikan barang pusaka selesai, pemangku adat

menutup ritual ini dengan Doa, selanjutnya tamu yang hadir dipersilahkan untuk

Page 55: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan

41

mencicipi nasi tumpeng yang telah disediakan. Dan upacara ritual adat

ngaibakan benda pusaka di Kampung Pulo pun selesai.78

C. Letak Geografis

Kantor Desa Cangkuang terletak kurang lebih pada jarak 2 km dari ibu

kota Kecamatan, yaitu dilalui oleh jalan PUK (Pekerjaan Umum Kabupaten),

terletak di Kampung Cangkuang. Batas Desa Cangkuang sebagai berikut: sebelah

utara berbatasan dengan Desa Neglasari Kecamatan Kadungora. Sebelah timur

berbatasan dengan Desa Karang Anyer dan Desa Tambaksari Kecamatan

Leuwigoong.Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Margaluyu dan Desa

Sukarame Kecamatan Leles.Sebelah barat berbatasan dengan Desa Talagasari

Kecamatan Kadungora dan Desa Leles Kecamatan Leles.79

Desa Cangkuang secara administratif berada di wilayah Kecamatan Leles,

Kabupaten Garut. Termaksuk zona tengah (zona depresi) merupakan bagian

tenggara zona Bandung, bagian ini merupakan wilayah paling selatan dari zona

tengah yang secara morpologis yang termasuk daerah dataran tinggi sekitar 600 –

700 m dari permukaan laut, Desa Cangkuang berada di ketinggian 675 m dari

pemukiman laut. Desa Cangkuang letaknya di sebelah utara Garut, jaraknya 17 km

dari Garut atau 46 km dari Bandung, sedangkan ke kecamatan Leles berjarak 2

km, jadi Desa Cangkuang ini terletak di antara kota Bandung dan Garut, dari Leles

masuk ke Desa Cangkuang yang mana di sana terdapat danau dan candi

Cangkuang berada yang berjarak kurang lebih 3 km, dengan jalan beraspal dapat

78

Dinas Budaya dan Pariwisata, Tim Peneliti Wawan, dkk,Upacara Tradisional di Garut. h, 33 -35. 79

Zakir Munawar, Cagar Budaya Candi Cangkuang dan Sekitarnya, (Garut: 1 Juni 2001), h. 5.

Page 56: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan

42

dilalui oleh kendaraan baik roda dua maupun roda empat, bahkan ke Desa

Cangkuang tesebut masih dipertahankan angkutan tradisional delman (andong).80

Iklim daerah Kabupaten Garut terutama Leles termasuk dalam

penggolongan iklim yang berarti lembah, yaitu iklim hujan tropis dengan hujan

sepanjang tahun (tiap bulan ada hari-hari hujan). Suhu rata-rata di daerah ini

21,5°C-23°C. Angka curah hujan di desa Cangkuang umumnya antara 1.800 mm –

2.000 mm / tahun, jumlah hari hujan rata-rata dalam setahun ada 122 hari dan

Januari merupakan bulan yang paling banyak jumlah hari hujanya, sedangkan

bulan Juli dan Agustus adalah bulan-bulan yang paling sedikit jumlah hujan. Curah

hujan di Desa Cangkuang pada tahun 2001 dengan curah hujan 2,044,5 mm

Luas wilayah Desa Cangkuang satu daerah yang terdiri dari bukit dan

dataran dengan perbandingan sebagai mana tercantum dalam buku laporan kepala

Desa Cangkuang tahun 2001, yaitu “15% tanah berbukit dan 85% tanah dataran

yang meliputi luas keseluruhan 340,755 ha terdiri daari sawah seluas 146,500 ha

dan daratan 89 ha.81

D. Letak Demografi Kampung Pulo

Kampung Pulo merupakan sebuah kampung kecil, terdiri dari anak buah

rumah dan enam kepala keluarga. Keadaan demikian itu bukan hanya sekarang

melainkan sejak dulu dan sudah merupakan ketentuan adat bahwa jumlah rumah

dan kepala keluarga itu harus enam. Oleh karena itu bagi Kampung Pulo, sukar

atau relatif lama untuk berkembang baik rumahnya atau penduduknya keenam

80

Zaki Munawar, Cagar Budaya Candi Cangkuang dan Sekitarnya, h. 6 81

Zaki Munawar, Cagar Budaya Candi Cangkuang dan Sekitarnya, h. 7

Page 57: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan

43

keluarga itu, setelah penulis adakan sensus penduduk kampung Pulo sebagai

berikut:82

Keadaan Penduduk Kampung Pulo RT 01 RW. XV Desa Cangkuang Pada

Bulan September 2016.83

Daftar Tabel: 3.1

E. Pola Pemukiman Kampung Pulo

Suatu keunikan yang menjadi ciri khas Kampung Pulo adalah adanya

aturan adat yang mengatur pola pemukiman dan jumlah kepala keluarganya

yang diperbolehkan tinggal di kampung tersebut.Berdasarkan aturan adat yang

berlaku Kampung Pulo hanya boleh ditempati oleh enam kepala keluarga

(6 keluarga inti). Jumlah kepala keluarga ini disesuaikan dengan jumlah rumah

yang terdapat di Kampung Pulo.84

Oleh karena itu, rumah tempat tinggal yang

ada di kampung adat tersebut sejak pertama berdiri sampai sekarang hanya ada

6 buah rumah. Luas wilayah pemukiman Kampung Pulo 340,755 Ha.85

Pemukiman masyarakat di Kampung Pulo merupakan pola yang khas,

yaitu enam rumah tinggal dibagi dua deret/baris yang terdiri atas tiga buah

rumah. Posisi rumah-rumah simetris dengan jarak antara rumah dan ukuran

rumah yang hampir sama. Denah rumah pada umumnya hampir sama, dengan

bentuk persegi panjang. Rumah-rumah membujur dari arah barat-timur dengan

82

Zaki Munawar, Cagar Budaya Candi Cangkuang dan Sekitarnya, h. 8. 83

Wawancara pribadi dengan Pak Umar (Wakil Kuncen Kampung Pulo), Garut, tanggal 21 Juli 2016. 84

Sucipto, Potret Kehidupan Pada Masyarakat Kampung Pulo, h. 11. 85

Wawancara pribadi dengan pak Umar, Garut, tanggal 21 Juli 2016

No Jenis Kelamin Jumlah

1 Laki-laki 13

2 Perempuan 11

Jumlah 24

Page 58: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan

44

arah hadap rumah kea rah utara atau selatan. Setiap rumah berhadap-hadapan

dengan rumah yang terletak di depanya dan di antara keduanya terdapat tanah

lapang.86

Kondisi rumah-rumah di Kampung adat Pulo cukup terawat dan

terpelihara.Bangunan rumah relati masih asli baik bentuk, bahan maupun

warnanya. Ketataan dan kepatuhan terhadap larangan dari Karuhun (Nenek

Moyang) Kampung Pulo mengakibatkan bentuk dan bahan bangunan rumah

relative tidak berubah dan tetap dipertahankan oleh masyarakat Kampung Pulo.

Bagan 3.1. Pola Pemukiman Kampung Pulo

U

Sumber: Pak Umar, wakil juru kunci Kampung Pulo.87

Keterangan Bagan:

1. Langgar (Masjid)

2. Rumah Kuncen Pak Tatang

3. Rumah Wakil Kuncen Pak Umar

4. Rumah Pak Uju

5. Rumah Pak iri

6. Rumah Pak Yayat

7. Rumah Pak Dirman

86

Sucipto, Potret Kehidupan Pada Masyarakat Kampung Pulo, h. 11 87

Wawancara pribadi dengan Umar, Garut, tanggal 21 Juli 2016.

Gambar 2 Gambar 4 Gambar 6

Gambar 1

Gambar 3 Gambar 5 Gambar 7

Page 59: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan

45

Pada bagian barat pemukiman terdapat sebuah langgar atau surau yang

menjadi satu-satunya sarana peribadatan dan sekaligus berfungsi sebagai tempat

atau balai musyawarah, dan ditengah-tengah pemukiman terdapat tanah lapang

yang dimanfaatkan sebagai tempat untuk bertemu, berkumpul dan berbincang-

bincang warga Kampung Pulo yang dilakukan biasanya pada sore hari, setelah

selesai bekerja.

Selain rumah, sarana yang ada antara lain terdapat bangunan pisah

yang terletak di bagian belakang rumah, yaitu kamar mandi dan binatang ternak

atau bunatang peliharaan, seperti ayam, bebek dan lain-lain sedangkan lahan

pertanian terletak disebelah barat dan selatan kampung. Sedangkan bagian utara

dan timur kampung dikelilingi situ, pemakaman umum terletak di sebelah

tenggara kampong.

F. Mata Pencaharian

Pemandangan di sekitar Desa Cangkuang adalah hamparan sawah

yang luas dan danau yang mengairi sawah-sawah di Desa Cangkuang dan

sekitarnya. Dapat dikatakan bahwa sebagian besar profesi penduduk Desa

Cangkuang di sector pertanian.

Keadaan itu tidak berbeda dengan yang ada di Kampung Pulo, karena

letaknya berada di tengah sawah danau Cangkuang, jadi untuk pengairan sawah

lebih mudah, akan tetapi merekapun ada yang mempunyai mata pencaharian

yang lain baik pokok maupun sampingan apalagi setelah Kampung Pulo

dijadikan tempat wisata, maka terbukalah lapangan kerja yang baru. mata

Page 60: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan

46

pencaharian penduduk Kampung Pulo diantaranya adalah: petani, pedagang dan

ada juga yang bekerja sebagai PNS.88

Diagram 3.1 Mata Pencaharian Penduduk Kampung Pulo RT 01 RW. XV

Desa Cangkuang, pada bulan September 2016.

Keterangan:

Jenis mata pencaharian penduduk Kampung Pulo : 3 Macam

- Pedagang : 6 Orang

- Petani : 5 Orang

- Pegawai Negeri Sipil (PNS) : 1 Orang

- PNS merangkap sebagai Petani : 1 Orang

Data Mata Pencaharian yang penulis dapat dari narasumber bahwa untuk yang

bekerja sebagai petani ialah kepala keluarganya, sedangkan istri-istrinya bekerja

sebagai pedagang dan untuk satu orang yang bekerja sebagai PNS merangkap pula

bekerja sebagai petani, karena petani merupakan pekerjaan tradisional atau pekerjaan

yang wajib dimiliki oleh setiap kepala keluarga di Kampung Pulo.

88

Zaki Munawar, Cagar Budaya Candi Cangkuang dan Sekitarnya, h. 6.

PEDAGANG

6

PETANI

5 PNS 1

Page 61: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan

47

BAB IV

UPACARA RITUAL NGAIBAKAN BENDA PUSAKA DALAM

PERSPEKTIF ETNOGRAFI KOMUNIKASI

A. Proses Komunikasi Ritual Adat Ngaibakan Benda Pusaka

Pada proses ritual ngaibakan benda pusaka tidak dilakukan secara langsung,

tetapi ada beberapa tahapan tatacara yang dilalui. Pada awalnya kegiatan ritual adat

ngaibakan benda pusaka ini dipimpin oleh ketua adat atau yang ditugaskan oleh

ketua adat untuk memimpin ritual ngaibakan benda pusaka. Setelah pemilihan ketua

adat untuk ritual memandikan benda pusaka, dengan kesepakatan bersama kegiatan

tersebut dilaksanakan di salah satu rumah yang ditunjuk oleh ketua adat (pemangku

adat) bisa di rumah siapa saja dan tidak harus di rumah ketua adat.

Sebelum pukul 24.00 WIB, seluruh keluarga dan para tamu yang hadir

menyaksikan pelaksanaan ritual adat tersebut, pemangku adat (sesepuh adat)

menyiapkan berbagai pelengkapan upacara di antaranya, tiga buah wadah yang

berisi air yang sudah ditaburi kembang, kain putih (boeh larang), sesajen (dua buah

Page 62: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan

48

kelapa muda, rujak, air kopi pahit dan kopi manis, serutu, makanan

ringan/hahampangan, telur ayam, parukuyan, kemenyan dan lain-lain), nasi

tumpeng serta minyak wangi dan ikan bakar yang diambil dari Situ Cangkuang.

Pusaka-pusaka yang akan dimandikan sudah digelar di atas kain putih (Boeh

Larang) di antaranya, berbagai macam keris, golok, kujang, meriam bundar yang

disimpan pada sebuah wadah, tongkat dari kayu, berbagai macam batu, serta

pusaka-pusaka lainya. Tepat jam 24.00 WIB, parupuyan dinyalakan, kemenyan pun

mulai dibakar, asap kemenyan menebar aroma yang khas memenuhi rumah.

Pemangku adat mulai membuka acara ini dengan menyampaikan maksud dan

tujuan dilaksanakannya upacara tersebut.

Selanjutnya diawali dengan tawasulan kepada Nabi Besar Muhammad SAW

dengan membaca shalawat nabi serta doa-doa lainya, kemudian ritual dimulai

dengan membasuh keris yang dicelupkan kedalam air yang sudah ditaburi kembang

(bunga-bunga) sambil dikumandangkan sholawat nabi oleh seluruh tamu yang

hadir. Selanjutnya seluruh pusaka yang sudah ada dimandikan oleh ketua adat atau

yang memiliki pusaka dimaksud. Setelah dimandikan pusaka tersebut disemprot

dengan minyak wangi dan disimpan kembali pada tempatnya. Setelah pelaksanaan

memandikan barang pusaka selesai, pemangku adat menutup ritual ini dengan Do’a,

selanjutnya tamu yang hadir dipersilahkan untuk mencicipi nasi tumpeng yang telah

disediakan dan upacara ritual adat ngaibakan benda pusaka di Kampung Pulo pun

selesai.

B. Analisis Komunikasi Ritual Adat Ngaibakan Benda Pusaka Dalam Etnografi

Komunikasi.

48

Page 63: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan

49

Ketika wawancara dengan para narasumber kunci, yakni tokoh masyarakat,

budayawan dan cagar budaya cangkuang, penulis melakukan wawancara secara

nonformal dengan pola berstruktur maupun tidak berstruktur. Bahasa yang dipakai

penulis saat berbincang dengan narsumber, yakni Bahasa Sunda dan Indonesia.

Dalam mengumpulkan data, penulis lebih memilih melakukan wawancara

lantaran bisa bertanya dengan leluasa, terutama bila jawaban yang dilontarkan

narasumber kurang jelas, maka penulis dapat memintanya agar menjelaskan lebih

terperinci. Bila data yang diperoleh masih kurang lengkap maka penulis akan

menemui kembali narasumber itu secara langsung.

Hasil wawancara yang diperoleh melengkapi keabsahan pengamatan yang

penulis lakukan selama berada dilapangan. Hal itu dimaksudkan guna menjawab

tujuan penelitian yang dipaparkan dalam Bab Pendahuluan dengan pendekataan

etnografi komunikasi dari Dell Hymes mengenai aktivitas atau proses komunikasi.

Dalam etnografi komunikasi, menemukan aktivitas komunikasi dalam

etnografi komunikasi sama artinya dengan mengidentifikasikan peristiwa

komunikasi atau proses komunikasi. Bagi Hymes tindak komunikatif mendapatkan

statusnya dari konteks sosial, bentuk gramatika dan intonasi.89

Untuk mendeskripsikan dan menganalisis aktivitas komunikasi dalam

etnografi komunikasi, maka diperlukan pemahaman mengenai komponen-

komponen aktivitas atau proses komunikasi yang dikemukakan oleh Dell Hymes.

Berikut adalah komponen-komponen dari aktivitas komunikasi tersebut:

1. Situasi Komunikatif dalam Ritual Ngaibakan Benda Pusaka

89

Engkus Kuswarno, Metode Penelitian Kualitatif: Etnografi Komunikasi, (Bandung: Widya Padjajaran 2008), h. 41.

Page 64: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan

50

Komponen ini merujuk kepada konteks di mana komunikasi itu terjadi,

misalnya dalam upacara perkelahian, perburuan, pembelajaran diruang kelas,

konferensi, pesta, jamuan dan lain sebagainya. Situasinya bisa sama atau

berbeda bergantung pada waktu, tempat dan keadaan fisik penutur secara

keseluruhan.90

Penulis lantas berasumsi, konteks yang dimasksud dalam situasi

komunikasi adalah situasi komunikatif yang terjadi selama proses pelaksanaan

ritual ngaibakan benda pusaka ini berlangsung.

Situasi komunikatif merupakan setting umum, setting diartikan sebagai

ukuran ruang sekaligus penataanya. Ukuran ruang atau penataan ruangan

diperlukan agar suatu peristiwa dapat terlaksana misalnya, sebuah tempat

khusus yang dijadikan komunitas suatu budaya melakukan ritual budaya atau

ritual lainya. Tempat tersebut bisa juga sebagai tempat bercerita atau

menjalankan aktivitas lain. Setting memegang peranan penting untuk terjadinya

situasi komunikatif agar konteks terjadinya komunikasi dapat terwujud dari

komunitas suatu budaya atau masyarakat dalam peristiwa komunikasi.91

Dalam kegiatan upacara ritual ini tempat bisa berubah akan tetapi untuk

waktu tidak bisa berubah karena waktu sudah ditentukan dari nenek moyang

mereka yaitu pada tanggal 14 Maulud dan pada pukul 00.00, dan pada waktu itu

bertepatan dengan bulan puranama, menurut masyarakat Kampung Pulo

membacakan lafal Allah SWT. atau pada saat bertawasulan dan bertepan

dengan bulan purnama yang sedang terang-terangnya, maka pada saat Do’a itu

dipanjatkan akan langsung terkabulkan oleh yang Maha Kuasa Allah SWT.

90

Engkus Kuswarno, Metodelogi Penelitian Komunikasi: Etnografi Komunikasi, h. 43 91

Lona Sistriani, “Tradisi Nyuwito Dalam Perkawinan Masyarakat Samin”, (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Bandung), h. 83

Page 65: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan

51

Adapun dalam persiapan ritual ngaibakan benda pusaka ini memiliki aturan

dengan alur sebagai berikut:

Seminggu sebelum diadakanya ritual adat ini para tokoh masyarakat

Kampung Pulo atau kepala dari rumah adat berdiskusi untuk menentukan

tempat siapa yang akan dijadikan untuk ritual ngaibakan benda pusaka, menurut

masyarakat Kampung Pulo tempat bisa berubah karena setiap masyarakat

Kampung Pulo ingin rumahnya dijadikan tempat yang penuh keberkahan.

Setelah tempat sudah ditentukan atau disepakati maka langkah

selanjutnya pembagian tugas perorang untuk mencari dan membeli beberapa

media-media atau persyaratan-persyaratan yang akan digunakan pada

pelaksanaan ritual seperti, kemenyan, sesajen, kembang tujuh rupa, bahan-

bahan untuk jamuan baik makanan berat atau ringan dan ada pula yang

mengambil air langsung dari tujuh mata air atau sumur. Semua media untuk

ritual harus ada sesuai dengan ketentuan yang telah ditentukan oleh para

leluhurnya, tepat tiga hari sebelum pelaksanaan ketua adat Kampung Pulo

memeriksa dan mengecek kembali media-media apa saja yang akan digunakan,

karena itu semua tidak boleh ada satupun yang terlewatkan.

Setelah semua perlengkapan untuk hari pelaksanaanya sudah

disediakan, maka pada ba’da magrib semua yang hadir berziarah ke makam

Mbah Dalem Arif Muhammad, yang dipimpin oleh ketua adat, dilanjutkan

mengikuti upacara ritual memandikan benda pusaka. Kemudian ketua adat atau

kuncen menjamu para tamu yang datang baik para pejabat ataupun masyarakat

Garut dan masyarakat yang di luar garut. Setelah tepat pukul 00.00 WIB, semua

anggota dan peserta berkumpul di satu rumah yang telah ditentukan untuk

upacara ritual yang dilaksanakan sampai dengan selesai.

Page 66: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan

52

Situasi komunikatif pada ritual ngaibakan benda pusaka pada tahap

awal proses persiapan sampai dengan pelaksanaanya tidak akan beubah semua

ketentuan-ketentuan selama persiapan ritual sudah menjadi ketentuan dari para

leluhur mereka. Tetapi untuk tempat pelaksanaan ritual mereka dapat berubah

sesuai dengan kesepakatan bersama sebelumnya.

Gambar 4.1. Suasana pada saat proses ritual ngaibakan benda pusaka di Kampung Pulo

Berlangsung.

2. Peristiwa Komunikatif Dalam Ritual Ngaibakan Benda Pusaka

Upacara ritual ngaibakan benda pusaka ini adalah upacara yang sudah

dijalankan secara turun temurun dari para karuhun atau lelehur masyarakat

Kampung Pulo. Esensi dari ngaibakan benda pusaka ini bukanlah hanya ritual

belaka tapi lebih pada suatu kewajiban atau rukun adat yang harus dilaksanakan

Page 67: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan

53

setiap satu tahun sekali tepatnya pada tanggal 14 Maulud dan pada pukul 24.00

sampai dengan selesai.

Upacara yang di lakukan oleh masyarakat Kampung Pulo maupun

masyarakat diluar Kampung Pulo, terletak di Kecamatan Leles Kabupaten Garut

Desa Cangkuang Provinsi Jawa Barat. Tujuan dari ritual ngaibakan benda

pusaka ini selain untuk menyampaikan amanat-amanat dari para leluhur juga

merupakan suatu tradisi yang harus selalu dijaga kelestarian budayanya untuk

generasi selanjutnya, selain itu juga untuk mempererat tali silaturahmi antar

warga masyarakat Kampung Pulo, baik yang di lingkungan Kampung Pulo

maupun yang diluar lingkungan Kampung Pulo.

Ritual ngaibakan benda pusaka merupakan sesuatu yang penting dan

harus dilakukan, karena dengan mengadakan ritual upacara ngaibakan benda

pusaka ini masyarakat Kampung Pulo sudah menjalankan tugas dan

kewajibanya sebagai penerus yang amanah dan dapat bertanggung jawab untuk

memberikan contoh yang baik ke generasi selanjutnya.92

Peristiwa komunikasi atau keseluruhan perangkat komponen yang utuh

yang dimulai dengan tujuan umum komunikasi, topik umum yang sama dan

melibatkan partisipasi yang secara umum menggunakan varietas bahasa yang

sama, mempertahakan tone yang sama dan kaidah-kaidah yang sama untuk

interaksi dalam setting yang sama. Sebuah peristiwa komunikatif dinyatakan

berakhir, ketika terjadi perubahan partisipan, adanya periode hening atau

perubahan posisi tubuh.93

92

Wawancara pribadi dengan, Pak Umar (Wakil Kuncen Kampung Pulo), Garut 1 September 2016. 93

Engkus Kuswarno, Metodelogi Penelitian Komunikasi: Etnografi Komunikasi, h. 41

Page 68: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan

54

Berikut pembahasan yang lebih mendalam ihwal komponen peristiwa

komunikasi yang merupakan unit dasar untuk tujuan deskriptif. Dell Hymes

memaparkan bahwa analisis peristiwa komunikasi dimulai dengan

mendeskripsikan komponen-komponen penting, yaitu terdiri dari tipe peristiwa,

topi peristiwa, tujuan dan fungsi peristiwa, seeting, partisipan, bentuk pesan, isi

pesan, urutan tindakan, kaidah iteraksi dan norma-norma interpretasi.94

2.1. Tipe Peristiwa

Komponen ini mengacu pada jenis dan bentuk penyampaian.

Semisal obrolan yang terjadi itu bisa seperti lelucon, salam, perkenalan,

dongeng, gosip dan lain sebagainya.95

Ketika berkumpul di ruang tengah maupun di teras rumah di salah

satu rumah adat biasanya kadang anak-anak akan bertanya tentang tradisi

tersebut, lalu generasi tua atau orang yang paham mengenai tradisi ataupun

ritual akan menceritakan sejarah, nilai dan tujuan dari diselenggarakanya

ritual tersebut.

2.2. Topik Peristiwa

Topik yang dibahas pada tahap awal atau tahap persiapan ritual adat

ngaibakan benda pusaka, yaitu tahapan-tahapan kegiatan upacara-upacara

yang sebelumnya terlebih dahulu dilaksanakan untuk menyambut datangnya

bulan Maulud. Dalam ritual ngaibakan benda pusaka ini ada beberapa

macam tahapan upacara-upacara adat hal ini bertujuan untuk menyambut

94

Engkus Kuswarno, Metodelogi Penelitian Komunikasi: Etnografi Komunikasi, h. 41 95

Engkus Kuswarno, Metodelogi Penelitian Komunikasi: Etnografi Komunikasi, h. 41

Page 69: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan

55

bulan maulud yang dimana bulan maulud ini merupakan bulan yang penuh

keberkahan. Diantaranya yaitu:

a. Rebo Wekasan, Rebo Wekasan adalah tradisi ritual yang dilaksanakan

pada hari Rabu terakhir bulan Shafar, guna memohon pelindungan Allah

SWT dari berbagai macam mala petaka yang akan terjadi pada hari

tersebut, mereka menyebut ini sebagai bagian dari tolak bala sehingga

mereka harus melakukan Shalat Sunnat.

b. Setelah melaksanakan ritual Rebo Wekasan, selanjutnya masyarakat

Kampung Pulo menggelar acara Mapag Bulan. Hal ini bertujuan untuk

menghargai dan berharap bulan akan datang lebih baik dari sebelumnya.

Mapag bulan maulud= makan ringan nasi putih, air (sebelum bulan

maulud sudah dilaksanakan) sekitar tgl 30an. 12 maulud ada syukuran,

sholawatan 11-12 siang = cangkaruk mulud (dibuat dari pare mulai dari

pemilihannya, pembersihannya dan sampai memasaknya pun sambil

membaca sholawat oleh seorang perempuan yang tidak dalam keadaan

datang bulan dan hasil akhir dibuat menjadi nasi kering atau dalam

bahasa sunda disebut Aron Muluddan uyah mulud.96

c. Ziarah

Sebelum melaksanakan ritual ngaibakan benda pusaka para masyarakat

Kampung Pulo dan masyarakat lainya yang akan mengikuti upacara

ritual terlebih dahulu mereka berziarah kemakam para leluhur dan

makam Mbah Dalem Arief Muhammad. Waktu yang ditentukan untuk

berziarah ialah setelah ba’da magrib, yang dipimpin oleh Ketua Adat

96

Wawancara pribadi dengan Pak Umar (Wakil Kuncen Kampung Pulo), Garut, 1 September 2016

Page 70: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan

56

Kampung Pulo. Dengan mengucapkan salam untuk leluhur dan meminta

izin serta membacakan doa-doa.

Topik-topik tersebut tidak bisa dirubah untuk waktunya dan

hanya tempat saja yang dapat dirubah, ketetapan itu merupakan

ketetapan dari para leluhur mereka dan pasti peristiwa tersebut akan

menjadi bahasan. Setelah selesainya keseluruhan upacara itu

berlangsung mereka pasti membahasnya kembali mengulasnya kembali

cerita mengenai ritual-ritual tersebut. Oleh karena itu pasti ada topik

yang mereka bicarakan setiap harinya.

2.3. Fungsi dan Tujuan Tradisi Ritual Ngaibakan Benda Pusaka.

Komponen ini merujuk kepada maksud dan tujuan dari proses

komunikasi yang terjadi dalam ritual memandikan benda pusaka. “setiap

pusaka berkhodam 56dentic dengan aura mistis dan pelaku ritual tertentu

dalam merawatnya. Selain dilakukan untuk menjaga agar kondisi benda

tetap baik seiring termakanya usia, ritual ini digambarkan sebagai wujud

ungkapan rasa syukur dan penghargaan atas pusaka peninggalan leluhur,”

ungkap Pak Tatang (65th

) selaku kuncen Kampung Pulo saat ditemui di

Museum Cagar Budaya Cangkuang pada Sabtu, 27 Agustus 2016.

Hal senada juga disampaikan oleh Pak Umar (46th

), selaku wakil

kuncen dan pemelihara Cagar Budaya Cangkuang. Ia mengungkapkan

bahwa tujuan dari memandikan benda pusaka adalah menjalin ikatan batin

antara pemegang pusaka dengan khodam yang terdapat didalamnya benda

pusaka tersebut, sehingga terwujud keselarasan antara pemilik dengan

benda pusaka tersebut. “mereka yang mengikuti ritual ini akan

Page 71: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan

57

mendapatkan ketenangan serta keberkatan bathiniyah dari leluhur yang

menjadi pewaris pusaka sebelumnya,” pungkasnya.

2.4. Setting

Komponen ini berkenaan dengan waktu, tempat dan situasi

komunikasi itu berlangsung, seperti dalam obrolan mengenai dimana

tradisi itu akan dilaksanakan dan perlengakapan untuk tradisi itu telah

terpenuhi atau belum.

Malam itu tepatnya pukul 23:00 – 00:00 di salah satu rumah adat

para warga berkumpul menggunakan pakaian taqwa. Mereka duduk

beralaskan tikar, karena rumah adat hanya dapat menampung sekitar 15

orang sebagian lainya duduk diteras rumah adat. Sesajen, media ritual dan

benda pusaka telah dipersiapkan didepan pemangku adat ritual tersebut dan

didepan warga yang duduk melingkar. Tidak lupa pula dengan air dan

kembang tujuh rupa yang sudah dipersiapkan juga terlebih dahulu.

2.5. Partisipan

Merujuk kepada pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi.

Tradisi ritual ngaibakan benda pusaka ini di ikuti oleh seluruh masyarakat

Kampung Pulo dan juga di ikuti oleh warga di luar Kampung Pulo seperti

Tasik, Bandung, Cirebon dan sekitarnya yang ikut serta pada acara

memandikan benda pusaka tersebut.

Acara tradisi ini dihadiri oleh, orang tua dan anak muda baik pria

maupun wanita. Mereka mendapatkan tugas yang berbeda terutama ketika

Page 72: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan

58

mempersiapkan ritual tersebut. Untuk pembagian tugasnya para ibu-ibu di

Kampung Pulo bertugas untuk memasak masakan yang akan disajikan pada

saat ritual, untuk bapak-bapaknya sebagian ada yang membeli kembang

tujuh rupa, ada yang mencari tujuh mata air dan membeli atau mencari

beberapa macam sesajen yang akan digunakan saat ritual serta ada pula

yang mencari dana untuk keperluan ritual tersebut, khusus untuk pencarian

dana dilakukan oleh kuncen atau wakil kuncen. Acara ritual ngaibakan

benda pusaka ini dipimpin oleh pemangku adat.

2.6. Bentuk Pesan

Pada peristiwa komunikatif, pesan dibawa dalam bentuk verbal dan

nonverbal, meskipun yang terlihat jelas adalah pesan non verbal. Bentuk-

bentuk tersebut dikembalikan kepada masing-masing individu yang

memberi nilai dan makna atas pesan yang disampaikan.97

Dalam penelitian ini, bentuk pesan yang dikaji adalah bentuk pesan

yang tersaji dalam ritual ngaibakan benda pusaka. Komponen ini merujuk

pada jalur bahasa yang digunakan dan juga merajuk pada kode ujaran yang

digunakan.

Peneliti menyimpulkan bahwa bentuk pesan yang terdapat dalam

ritual ngaibakan benda pusaka adalah komunikasi verbal dan nonverbal.

Komunikasi verbal kebanyakan dilakukan saat para warga berbincang guna

membahas agenda kapan ritual itu akan dilaksanakan, sedangkan

komunikasi nonverbalnya terdapat pada artevak dan ritual yang dilakukan

oleh warga saat menyelenggarakan tradisi tersebut.

97

Engkus Kuswarno, Metodelogi Penelitian Komunikasi: Etnografi Komunikasi, h. 43

Page 73: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan

59

2.7. Isi pesan

Komponen ini mengacu pada ujaran dan isi pesan yang berkenaan

dengan kata yang digunakan, bagaimana penggunanya dan hubungan

antara apa yang dikatakan dengan topik pembicaraan.

Isi pesan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah apa yang

dikomunikasikan warga dalam situasi saat ritual ngaibakan benda pusaka

ini berlangsung. Contohnya pada saat Pak Zaki I(44th

) selaku staf Dinas

Budaya dan Pariwisata membuka upacara ritual ngaibakan benda pusaka

dengan menggunakan bahasa sunda. Ketika memberikan sambutan, Pak

Zaki menjelaskan maksud dan tujuan dari ritual tersebut. “Simkuring

ngucapkeun wilujeung sumping. Hadirin, siram jimat ieu anu ditinggal

karuhun ieu, aya dina rahmat sareng shalawatna anu mudah-mudahan aya

hikmah sareng manfaatna”, (saya mengucapkan selamat datang. Hadirin,

siram jimat yang ditinggalkan oleh leluhur ini ada dalam rakhmat dan

sholawatNya yang mudah-mudahan ada hikmah dan manfaatnya).98

Setelah memeberikan sambutan pemangku adat langsung

memulai acara ritual tersebut dengan membacakan doa dan

dzikir.merupakan tradisi turun temurun dari para karuhun dan wajib kita

lestarikan hingga ke generasi selanjutnya.

2.8. Urutan Tindakan

Urutan tindakan. Komponen ini mengacu pada nada dan semangat

saat satu pesan disampaikan. Urutan tindakan yang dilakukan oleh

98

Wawancaara dengan Pak Zaki Munawar (Kordinator Staf Cagar Budaya), Garut 26 september 2016.

Page 74: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan

60

masyarakat Kampung Pulo memiliki makna yang beragam dimulai sejak

sebelum tradisi ini dilaksanakan hingga ketika tradisi itu diselenggarakan.

Salah satu contoh yang merupakan urutan tindakan ialah, pada saat

Ketua Adat dengan khidmat membaca sholawatan dengan nada yang pelan

dan khusyuk sehingga membuat para pendengarnya menghayati di setiap

alunan-alunan lafaz Allah dan Rassullulah SAW dengan khusyuk.

2.9. Kaidah Interaksi

Komunikasi adalah interaksi, dimana yang menghubugkan setiap

manusia adalah komunikasi. Pada saat kita berinteraksi dengan orang lain

pasti akan menciptakaan sebuah komunikasi.99

Interaksi yang terjalin antar

masyarakat Kampung Pulo sangatlah baik sehingga sampai saat ini tidak

pernah terjadi perselisihan yang besar sehingga menimbulkan kecemburuan

sosial. Karena masyarakat Kampung Pulo ini warganya sangat antusias

antara satu sama lain, saling peduli, gotong royong dan terpenting mereka

mengutamakan adanya ikatan tali persaudaraan satu sama lain.

Interaksi yang terjadi antara masyarakat Kampung Pulo dengan

masyarakat luar Kampung Pulo terjalin baik dan tidak ada masalah yang

terpenting mereka satu seiring, seragam dan sejalur dan yang terpenting

ialah tidak adanya perbedaan sepaham dalam ritual ngaibakan benda

pusaka khususnya. Contoh, ritual adat yang dipakai di Kampung Pulo

seperti yang sudah ditentukan maka mereka tidak boleh mengubahnya dan

ikut andil dalam hal ritual tersebut. karena itu merupakan suatu ritual yang

sakral dan tidak bisa dirubah-rubah sejak zaman dulu hingga saat ini.

99

Engkus Kuswarno, Metodelogi Penelitian Komunikasi: Etnografi Komunikasi, h. 43

Page 75: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan

61

Kita seiring seragam sejalur yang terpenting tidak ada perbedaan

sepaham, contoh ritual adat yang dipakai di Kampung Pulo seperti ini maka

mereka pun harus mengikutinya.

2.10. Norma-norma Interpretasi

Komponan ini mengacu pada norma atau aturan dalam

berinteraksi dan juga mengacu pada penafsiran terhadap ujaran yang

disampaikan dari lawan bicara. Penelitian ini menunjukan adanya norma

dalam berinteraksi antar sesama warga Kampung Pulo ketika

menyelenggarakan tradisi ritual ngaibakan benda pusaka tersebut.

Tindakan itu didasari atas kebiasaan yang telah mengakar

didalam masyarakat. Kaum pria akan menjadi pemimpin dalam tradisi

ritual ngaibkan benda pusaka serta ada pula yang mencari bahan-bahan

atau media yang akan digunakan selama proses upacara berlangsung.

Sedangkan kaum wanita memasak makanan dan minuman. Kedudukan pria

dan wanita telah diatur dalam adat masyarakat Kampung Pulo. Walaupun

di dalam sejarahnya Kampung Pulo yang tinggi jabatanya ialah wanita

akan tetapi tetap laki-lakilah yang memimpin baik di keluarga maupun di

lingkungan Kampung Pulo, karena mereka telah diberi batasan-batasan

atau job description yang jelas.

Aturan pakaian yang digunakan ketua adat selama proses

upacara ialah pakaian taqwa dan bersih. Selama upacara ritual ini

berlangsung tingkah laku dalam upacara ritual inipun harus dijaga karena

apabila ada kesalahan sedikit saja maka akan fatal akibatnya. Pantangan

yang ada dalam ritual tidak boleh meminum air yang sudah tercampur

Page 76: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan

62

dengan kembang. Karena sering sekali masyarakat menyalah gunakan air

kembang tersebut, air yang sudah tercampur dengan kembang itu

sebenarnya hanya berfungsi untuk membersihkan benda-benda pusaka

tidak untuk dikonsumsi untuk warga yang mengikuti ritual tersebut. Maka

dari itu ketua adat sudah menyiapkan air bersih dan air kotor guna untuk

mereka manfaatkan dengan baik.

Gambar, 4.2

Gambar ini menunjukan pada saat membersihkan benda pusaka

3. Tindak Komunikatif dalam Ritual Adat Ngaibakan Benda Pusaka

Komponen terakhir dalam aktivitas komunikasi adalah tindak

komunikasi. Tindak komunikasi merupakan bagian dari peristiwa

komunikasi yang bersifat koterminus dengan fungsi interaksi tunggal seperti

penyataan referensial, permohonan dan perintah verbal atau nonverbal.

Page 77: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan

63

Tindak komunikasi merupakan level yang sederhana namun sulit karena

mempunyai perbedaan makna yang sangat tipis dalam kajian etnografi.100

Mengacu pada pernyataan Hymes itu, penulis lantas mengaitkan

dengan penelitian ini bahwa masyarakat Kampung Pulo memiliki kode atau

isyarat yang tertanam dan disepakati bersama. Kode itu memiliki beragam

bentuk dan makna.

Menurut Dedy Mulyana (2007:343) secara sederhana pesan

nonverbal adalah semua isyarat yang bukan kata-kata. Pesan-pesan

nonverbal sangat berpengaruh dalam berkomunikasi. Sebagaimana kata-

kata, kebanyakan isyarat nonverbal juga tidak universal melainkan terikat

dengan budaya, jadi dipelajari bukan bawaaan. Sedikit saja isyarat

nonverbal yang merupakan bawaan. Dalam suatu budaya boleh jadi terdapat

suatu bahasa nonverbal, semisal bahasa tubuh, agama, usia, pekerjaan, letak

geografis dan sebagainya. Bersama isyarat verbal dan isyarat kontekstual,

pesan nonverbal membantu kita menafsirkan seluruh makna pengalaman

komunikasi.101

Gambar 4.3

100

Engkus Kuswarno, Metodelogi Penelitian Komunikasi: Etnografi Komunikasi, h. 42. 101

Dedy Mulyana, Pengantar Ilmu Komunikasi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya 2007), h. 343.

Page 78: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan

64

Pada gambar 4.3 merupakan komunikasi nonverbal yang sedang

dilakukan oleh ketua adat ritual, gerak tubuh yang di lakukan itu merupakan

gerakan dibawah alam kesadaran tersendiri. Pak umar pada saat itu berkata

bahwasanya yang menggerakan tubuhnya saat ritual ialah karuhun yang

memasuki dirinya.102

C. Pembahasan

Pada pembaahasan disini penulis akan menguraikan bagian khusus yang

dibuat untuk membahas temuan-temuan yang ada pada pesan-pesan nonverbal

pada ritual ngaibaiakan benda pusaka ini dan terdapat pula simbol serta makna

yang terkadung dari media-media yang digunakan. Beberapa temuan yang

mengarah pada pesan nonverbal antara lain sebagai berikut:

1. Sesajen

Sesajen atau sesaji yang berarti menyediakan sajian, pujaan dan

sembahan. Sesaji di dalam pelaksanaan ngaibakan benda pusaka merupakan

suatu sarana dan tatanan untuk peringatan kepada diri sendiri, terutama yang

berhubungan dengan peristiwa-peristiwa penting. Tujuan dari sesaji itu

adalah sebagai sarana utama guna tercapainya suatu tujuan permohonan

kepada Tuhan Yang Maha Esa.103

Bagan dibawah ini adalah media-media

sesaji yang digunakan, berikut penjabaranya.

Tabel 4.1. Temuan Klasifikasinya

102

Wawancara dengan Pak Umar, Garut 26 september 2016. 103

Wawancara Pribadi dengan Kang Angga (Komunitas Asli Garut), Kadungora Garut, 18 Oktober 2016.

Page 79: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan

65

FOTO KETERANGAN

Rokok

Roko yang digunakan sebagai sesaji ini macam-

macam namanya namun mereka menyebutkanya

dengan nama cerutu dan ada juga roko biasa.

Makna dari cerutu ini ialah melambang simbol

dari kejujuran, karena cerutu baik luar maupun

dalamnya terbuat dari tembako. Jadi dapat

disimpulkan bahwa untuk menjadi manusia baik

luar maupun dalamnya harus jujur.

Makna dari kopi manis, pahit dan teh

manis dan teh pahit.

Kopi hitam pahit dan kopi hitam manis, kopi

hitam melambangkan istilahnya perjalanan

hidup, sedangkan dari rasa manis dan pahitnya

kita merasakan perjalanan hidup kita seperti apa.

Selain itu ada teh manis dan the pahit, jadi kita

harus hidup seperti teh, karena apabila teh

mengendap lama-lama maka dia akan turun.

Dari filosofi yang semua ini dapat disimpulkan

bawaha kita hidup harus menapak ke bumi,

istilahnya kata lainya ialah harus lebih rendah

hati.

Kelapa Kelapa dalam bahasa sunda “kalapa” yang

artinya melambangkan waktu. “Kala” sama

dengan waktu sedangkan “pa” sama dengan

tempat. Mereka meyakini bahwa seseorag tidak

Page 80: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan

66

boleh terlepas dari waktu dan tempatnya. Selain

itu kelapa merupakan anti toksin, apabila

didalam benda pusaka tersebut terdapat racun,

karat dan lain sebagainya maka kelapa yang

diminum gunanya untuk menetralisirkan

seseorang sehingga tidak menimbulkan efek

samping yang berlebihan dan telur diatas kelapa

melambangkan sebagai cikal bakal kehidupan.

Ikan Julung-julung dan Ikan Emas

Ikan julung-julung atau ikan lele yang ada

patilnya melambangkan bahwa, jika kita

memelihara dan merawat benda pusaka tidak

boleh sembarangan dan harus berhati-hati. Ikan

julung-julung disandingkan dengan ikan emas,

karena ikan emas itu dilambangkan sebagai ikan

yang mulia, jika kita bisa berhati-hati maka kita

dapat membawa benda pusaka ini untuk menuju

sesuatu yang lebih mulia.

Page 81: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan

67

104

Wawancara pribadi dengan Kang Angga, pada tanggal 18 Oktober 2016 105

Wawancara pribadi dengan Pak Umar, pada tanggal 26 September 2016

Tumpeng Tumpeng menggambarkan kehendak dan cita-

cita yang dapat memberikan kesejahteraan

jasmani dan kebahagiaan rohani. Cita-cita

senantiasa harus mawas diri dan

memperhitungkan daya lebih dari kelemahan-

kelemaha yang ada pada dirinya. Cita-cita

haruslah merupakan yang pantas

dipersembahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,

yaitu dalam usaha meningkatkan hubungan

manusia dengan alam dan lingkungan, manusia

dengan manusia lain maupu dirinya sendiri

sesuai dengan berkat hidup dan kehidupan.104

Rujak-rujakan

Rujak-rujakan ini terbuat dari pisang, kelapa,

roti. Makanan ini diseduh dan dicampurkan.

Makanan ini menurut dari data yang saya dapat

dari informan merupakan kesukaan dari para

lelehurnya. Dan tidak ada makna tersendiri

didalamnya.105

Kupat Lepet Kupat lepet ini memiliki makna dibalik namanya

yaitu, laku papat ngaku lepat yang artinya laku

papat artinya empat tindakan sedangkan ngaku

lepat mengakui kesalahan. Empat tindakanya

Page 82: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan

68

2. Benda Pusaka

Benda keramat atau benda pusaka ialah benda-benda yang dipercaya

memiliki kekuatan ghaib yang didalamnya terdapat khodam. Benda keramat

atau benda pusaka banyak sekali bentuk dan jenisnya, namun yang lebih

sering digunakan oleh masyarakat Kampung Pulo ialah keris, kujang,

tombak dan batu. Supaya khodam yang ada di dalam benda pusaka tersebut

tidak punah, maka biasanya dilakukan penjamasan atau ritual perawatan dan

pembersihan. Ritual ngaibakan benda pusaka merupakan salah satu momen

penting bagi masyrakat Kampung Pulo dan masyarakat luar Kampung Pulo

yaitu, memohon ampun, wujud kepedulian

sesama umat manusia, umat muslim dituntut

untuk saling memafkan, menjaga kesucian lahir

dan batin. Dapat penulis simpulkan bahwasanya

kita sebagai umat muslim harus saling

memafkan satu sama lain.

Makanan Ringan atau Hahampangan

Filosofi dari hahampangan, diambil dari kata

“hampang” yang artinya ringan, namun disisi

lain hampang itu artinya mudah. Jadi

kesimpulanya hahampangan ini untuk

memudahkan supaya semuanya berjalan dengan

lancar.

Page 83: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan

69

khususnya yang memiliki benda pusaka atau benda keramat. Dalam ritual

tersebut, barang-barang lain yang dianggap berkekuatan di luar nalar

dibersihkan dengan air dari tujuh mata air, kembang tujuh dan minyak

wangi tertentu.106

Ketua kuncen Kampung Pulo menjelaskan, tujuan dari ritual

ngaibakan benda pusaka ini ialah, supaya benda-benda pusaka yang telah

dimandikab tersebut bebas dari sengkala (marabahaya), karena masyarakat

berpendapat setiap benda pusaka memiliki kekuatan di luar nalar yang dapat

membahayakan pemiliknya jika tidak dirawat. Masyarakat Kampung Pulo

melakukan ritual ini tidak untuk mempersekutukan Allah melainkan hanya

untuk mempertahankan budaya yang sudah ada dari para leluhurnya.107

a. Keris

Ilmu keris adalah ilmu lambang, mengerti dan

memahami bahasa lambang mengerti dan memahami bahasa

lambang mengandalkan peradaban rasa (sense), bukan hanya

memahami keris secara dangkal sebagai sebuah benda yang

berkekuatan magis untuk mengangkat harkat dan martabat

manusia. Keris menjadi pusaka karena makna lambang-lambang

dalam keris dianggap mampu menuntun pembuat dan pemiliknya

hidup secara benar, baik dan seimbang.108

Bagi masyarakat jawa hidup ini penuh dengan

paralambang yang masih samar-samar dan perlu dicari dan

diketemukan melalui laku, tirakat maupun dalam berbagai 106

Wawancara pribadi dengan Pak Umar, Pada tanggal 26 September 2016 107

Wawancara pribadi dengan Pak Umar, Pada tanggal 26 September 2016 108

Ki Juru Bangunjiwo, ”Filosofi Sebuah Keris”, artikel diakses pada tanggal 3 Februari 2017, dari https://aurapusaka.wordpress.com

Page 84: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan

70

aktivitas sehari-hari, misalkan dalam bentuk makanan (tumpeng,

hahampangan, kupat lepet dsb), kembang tujuh rupa, tujuh mata

air, pakaian taqwa, bentuk bangunan (prisma, limas, persegi

panjang dsb), termasuk juga keris. Didalam benda-benda sehari-

hari tersebut tersembunyi sebuah misteri berupa pesan dan

piwurang yang diperlukan manusia untuk mengarungi hidup

hingga kembali bersatu dengan sang pencipta. Berikut di bawah

ini dokumentasi keris yang telah diabadikan oleh penulis:109

Gambar 4.4

Gambar ini merupakan bentuk keris yang dilengkapi dengan

penutupnya.

Gambar 4.5

109

Wawancara dengan kang ibnu, (Dosen Institut Seni Budaya Bandung), pada tanggal 21 Desember 2016

Page 85: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan

71

Beberapa bentuk keris yang ada di Kampung Pulo

b. Kujang

Kujang dikenal sebagai benda tradisional masyarakat

Jawa Barat yang memiliki nilai sakral serta mempunyai kekuatan

magis. Beberapa peneliti menyatakan bahwa istilah “kujang”

berasal dari kata kudhiyang (Kudi dan Hyang) kujang juga

berasal dari kata Ujang yang artinya manusia yang sakti

sebagaimana Prabu Siliwangi. Kudi diambil dari bahasa Sunda

Kuno yang artinya senjata yang mempunyai kekuatan gaib sakti,

sebagai jimat, sebagai penolak bala, misalnya untuk menghalau

musuh atau menghindari bahaya. Bagi masyarakat sunda Hyang

mempunyai arti dan kedudukan diatas Dewa, hal ini tercermin di

dalam ajaran “Desa Prebakti” yang tercermin dalam naskah

Sanghyang Siksa Kanda Ng Karesian disebutkan “Dewa Bakti di

Hyang”. 110

Secara umum, Kujang mempunyai pengertian sebagai

pusaka yang mempunyai kekuatan tertentu yang berasal dari para

110

Kujang wikipedia bahasa Indonesia ensklopedia bebas, artikel diakses pada tanggal 3 Februari 2017, dari https://id.m.wikipedia.org

Page 86: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan

72

dewa dan sebagai sebuah senjata, sejak dahulu hingga saat ini

Kujang menempati satu posisi yang sangat khusus di kalangan

masyarakat Jawa Barat sebagai lambang atau simbol dengan

nilai-nilai filosofi yang terkandung didalamnya.

Menurut orang tua ada yang memberikan falsafah yang

sangat luhur terhadap kujang sebagai janji untuk meneruskan

perjuangan sepuh karuhun atau nenek moyang yaitu menegakan

cara ciri manusia yaitu cinta kasih, etika berperilaku,

etikaberbahasa, budi daya budai basa dan ngaji badan dan cara

ciri bangsa yaitu rupa, bahasa, adat, akasara, kebudayaan.

Sebetulnya masih banyak falsafah yang tersirat dari kujang yang

bukan sekedar senjata untuk menaklukan musuh pada saat

perang ataupun hanta sekedar digunakan sebagai alat bantu

lainya111

. Berikut di bawah ini beberapa dokumentasi keris yang

telah diabadikan oleh penulis:

Gambar 4.6

Gambar ini merupakan bentuk dari Kujang yang ada di masyarakat

Kampung Pulo.

111

Wawancara dengan pak umar

Page 87: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan

73

Gambar 4.7 Sebelum memulai ritual ketua adat terlebih dahulu menyampaikan

pesanya

3. Kembang Tujuh Rupa

Kembang atau bunga. Bermakna filosofis agar kita dan keluarga

senantiasa mendapatkan “keharuman” dari para leluhur. Keharuman

merupakan kiasan berkah-safa’at yang berlimpah dari para leluhur, sehingga

dapat mengalir kepada anak turunnya. Kembang tujuh rupa ini, berupa

kembang setaman ditambah jenis bunga-bunga lainnya sampai berjumlah

tujuh macam. Harumnya dari bunga mampu menurunkan 5% dari kesadaran

manusia, sehingga fungsinya menjadikan kita untuk lebih mudah khusyu,

contohnya dalam sholat kita diwajibkan terlebih dahulu untuk memakai

Page 88: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan

74

wangi-wangian sehingga membuat kita akan lebih khusyu dalam

sholatnya.112

Kembang tujuh rupa, dimaksudkan supaya apa yang sedang

menjadi tujuan hidupnya dapat terkabul dan terlaksana. Tujuh (Jawa; pitu)

bermakna sebuah harapan untuk mendapatkan pitulungan atau pertolongan

dari tuhan yang Mahakuasa.

Kembang yang wajib ada pada saat ritual ngaibakan benda pusaka

ialah kembang kenanga, kembang melathi dan kembang kanthil, karena

ketiga kembang tersebut memiliki makna tersirat yaitu kembang-kembang

ini dipakai untuk mengembalikan energi dari benda pusaka yang sudah tidak

stabil, maka dari itu ketiga kembang tersebut harus selalu ada dalam acara

ritual ngaibakan benda pusaka.113

Gambar, 4.8

Kembang tujuh rupa yang sudah dicampurkan dengan air suci dari 7 mata air.

4. Makna dari Tujuh Mata Air

Sebelum melaksanakan ritual ngaibakan benda pusaka tiga hari

sebelumnya masyarakat Kampung Pulo berbagi tugas untuk mengambil

112

Wawancara dengan Kang Ibnu, (Dosen Budaya dari Institut Seni Buadaya Bandung). Pada tanggal 21 Desember 2016.

113 Wawara dengan Kang Ibnu , Bandung, pada tanggal 21 Desember 2016.

Page 89: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan

75

air yang dipimpin oleh ketua adat Kampung Pulo, Desa Cangkuang,

Kecamatan Leles, Kabupaten Garut. Dengan mengenakan baju yang rapih

dan sopan yang dilengkapi dengan iket dibagian kepala. Setelah itu dibagi

tugasnya ada yang membawa kendi dan satu orang ada yang membakar

kemenyan sebagai wewangian. Mereka akan melakukan ritual yang

dinamakan dengan Ngala Cai Kukulu, yaitu mengumpulkan air dari tujuh

sumber mata air yang dianggap suci.114

Ketua adat diikuti para masyarakat Kampung Pulo kemudian

bergerak mengambil air dari satu sumur suci ke sumur yang lainnya. Jarak

ke tujuh sumber mata air yang dianggap suci tidak terlalu jauh satu

dengan lainnya. Semuanya masih berada dalam kawasan Desa Pasir Eurih

dimana dahulu diyakini sebagai tempat salah satu Kasepuhan Sunda

berada. Mata air suci yang diambil antara lain, Mata Air Cikembul,

Cipondok, Ciburial, Ciputri, Ciguntur, Citanduy dan Situ Kumbang

Bungur.115

Setelah semua mata air sudah terkumpul di dalam kendi yang

dibawa oleh warga, kemudian air suci yang sudah terkumpul dipisahkan

ada yang untuk diminum dan ada yang untuk disatukan dengan kembang

tujuh rupa. Satu per satu warga memasukan air suci yang diambilnya ke

dalam tempayan yang ditutup kain hitam dan putih sebagai simbol antara

yang bersih dan kotor.

Campuran tujuh mata air suci tersebut terus dijaga oleh para

kokolot hingga menjelang malam hari. Pada malam harinya, tempayan

114

Wawancara pribadi dengan Pak Umar 115

Wawancara pribadi dengan Pak Umar, pada tanggal 26 Desember 2016

Page 90: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan

76

yang sudah berisi air tersebut kemudian dikelilingi oleh para kokolot dan

warga Kampung Pulo dan masyarakat luar Kampung Pulo. Hidangan

tumpeng, kue dan kembang tujuh rupa, serta bakaran kemenyan menjadi

pelengkapnya. Dipimpin oleh ketua adat Kampung Pulo yaitu Pak Umar,

campuran air suci tersebut kemudian didoakan dan dibacakan ayat Al

Quran. Setelah air didoakan, para warga Kampung Pulo dan warga yang

berada di luar Kampung Pulo mulai membersihkan benda-benda pusaka

mereka yang telah mereka bawa. Setelah membersihkan benda-benda

pusakanya dengan air dan campuran kembang tujuh rupa ada pula yang

memisahkan air bersihnya yang sudah didoakan untuk dibawa pulang.

Setelah itu mereka bersama-sama menikmati hidangan yang ada yang

sudah dihidangkan dan disiapkan oleh para ibu-ibu di Kampung Pulo.

Bagi masyarakat Kasepuhan Sunda di masa lalu, air menjadi salah

satu unsur terpenting dalam kehidupan manusia. Tidak menghargai air

berarti tidak menghargai alam, jauh dari air akan mendatangkan

malapetaka. Ritual menyatukan air yang sudah ada sejak zaman Pajajaran

ini mempunyai arti penting yang menandakan persatuan dan kerukunan.

Selain juga sebagai usaha untuk menjaga hubungan baik dengan alam,

khususnya unsur air sebagai penopang utama kehidupan manusia.

Gambar 4.9.

Page 91: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan

77

air-air yang disimpan diwadah dimanfaatkan oleh masyarakar untuk

minum karena tidak dicampurkan dengan air kembang.

Gambar. 4.10.

Gambar air yang ditaro dibotol ini adalah air yang sudah dicampurkan dengan

kembang.

BAB V

PENUTUP

Page 92: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan

78

A. Simpulan

Setelah melihat uraian yang diangkat pada empat bab sebelumnya,

maka penulis akan menarik simpulan ihwal makna komunikasi ritual dalam

Tradisi Ritual Ngaibakan Benda Pusaka yang digelar oleh Masyarakat

Kampung Pulo, Desa Cangkuang, Kecamatan Leles, Kabupaten Garut.

Ketika merumuskan simpulan ini penulis mengutamakan pendekatan

etnografi komunikasi Dell Hymes berdasarkan situasi, peristiwa dan tindakan

komunikasi. Berdasarkan analisis itu, maka berikut simpulannya:

1. Situasi Komunikasi

Penulis berasumsi bahwa konteks yang dimaksud dalam

situasi komunikasi adalah bahasa nonverbal yang dipakai

masyarakat ketika menyelenggarakan tradisi ritual adat ngaibakan

benda pusaka. Dalam hal ini komunikasi nonverbal yang dipakai

merupakan suatu konteks komunikasi yang dilakukan masyarakat

ketika mengelar tradisi tersebut.

2. Peristiwa Komunikasi

Ritual ngaibakan benda pusaka merupakan sebuah tradisi

tahunan yang diselenggarakan setiap tanggal 14 Maulud di

Kabupaten Garut. Malam itu, masyarakat Kampung Pulo akan

merayakannya dengan rangkaian Rebo Wekasan dan Mapag

Bulan. Mereka percaya, tujuan dari memandikan benda pusaka

adalah menjalin ikatan batin antara pemegang pusaka dengan

khodam yang terdapat didalamnya sehingga terwujud keselarasan

antara pemilik dengan benda tersebut.

78

Page 93: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan

79

Tradisi ngaibakan benda pusaka biasanya berlangsung dari

tengah malam ketika bulan purnama terang menderang, sebab

masyarakat Kampung Pulo meyakini, saat itulah doa-doa mereka

akan cepat sampai kepada Yang Maha Kuasa.

3. Tindakan Komunikasi

Penulis menemukan bahwa tindakan komunikasi yang

terjadi di dalam ritual ngaibakan benda pusaka yang digelar oleh

masyarakat Kampung Pulo Desa Cangkuang, Kabupaten Garut

adalah ihwal pemberian makna nonverbal berupa kode berdasarkan

warisan budaya yang diturunkan secara temurun, bukan berdasaran

kesepakatan mereka. Makna nonverbal ini dibuat dengan

sederhana sehingga mudah dimengerti. Makna nonverbal yang

paling banyak berupa artefak.

B. Saran

Setelah penulis melakukan penelitian mengenai tradisi ritual ngaibakan

benda pusaka masayarakat Kampung Pulo, penulis menyadari dalam karya tulis

ini mempunyai banyak kekurangan. Dalam hal ini penulis akan memberikan

sedikit saran kepada semua pihak.

a. Saran Teoretis

1. Kaitanya dalam ilmu komunikasi diharapkan agar lebih banyak

penelitian tentang kebudayaan terutama kebudayaan yang unik dan

dikaitkan dengan etnografi komunikasi. Karena untuk penelitian tentang

kebudayaan dirasa sangat kurang dan referensi bukupun jarang didapat.

2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan untuk peneliti dan untik kita

semua khusunya bagi para pemula yang ingin meneliti tentang budaya

Page 94: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan

80

dalam ruang lingkup etnografi komunikasi. Peneliti berharap pula

dengan skripsi ini peneliti ikut serta dalam melestarikan budaya

Indonesia yang sangat beragam dan sangat berharga ini.

b. Saran Praktis

1. Untuk masayarakat Kampung Pulo tetap menjaga kebudayaan nenek

moyang sesuai dengan ajaranya. Seperti tradisi ritual adat ngaibakan

benda pusaka yang unik agar tetap dijaga kelestarianya, karena untuk

menjaga dan melestarikan tradisi lebih sulit daripada menghilangkanya.

2. Diharapkan kepada generasi penerus khususnya masyarakat Kampung

Pulo harus lebih mengerti makna dari upacara ritual adat ngaiabakan

benda pusaka itu sendiri, simbol-simbol atau media-media yang

digunakan pada saat upacara. Sehingga ini dapat menambah khazanah

ilmu kepada masyarakat Kampung Pulo itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Alex H. Rumondor, Komunikasi Antarbudaya, Jakarta: Universitas Terbuka, 1995.

Al Musowir, Komunikasi Ritual Adat Masyarakat Seba Studi Etnografi Komunikasi

Masyarakat Seba, Skripsi S1 Fakultas Ilmu Komunikasi dan Ilmu Politik

Universitas Komputer, diakses pada 29 April 2016.

Alo Liliweri, Makna Komunikasi dalam Komunikasi Antarbudaya, Yogyakarta: PT

LKIS Pelangi Aksara 2007.

Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, Jakarta: PT Bumi Aksara 2001.

Burhan Bungin, Metode Penelitian Kualitatif, Jakarta: Prenada Media Group, 2005.

Page 95: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan

81

Bustanuddin Agus, Agama Dalam Kehidupan Manusia: Pengantar Antropologi

Agama, Jakarta: Rajagrafindo Persada

Dedy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat, Komunikasi Antarbudaya: Panduan

Komunikasi dengan Orang-orang Berbeda Budaya, Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2006.

Dedy Mulyana, Ilmu Komunikasi Sebagai Suatu Pengantar, PT Remaja Rosdakarya,

Bandung 2014.

Dadan Anugrah dan Winny Kresnowati, Komunikasi Antar Budaya: Konsep dan

Aplikasinya, Jakarta: Jala Permata, 2008.

Departemen Pendidikan Nasional, Tim Penyusun Kamus, Pusat Bahasa, Kamus Besar

Bahasa Indonesia.

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Garut, Upacara Tradisional, Garut:

Disbudpar 2014.

Djam’an Satori dan Aan Komariah, Metode Penelitian Kualitatif , Bandung: Alfabeta,

2010.

Dwi Ratna Dewi, Teori Komunikasi, Jakarta: Renata Pratama Media 2008

Engkus Kuswarno, Etnografi Komunikasi, Penerbit: Widya Padjajaran, 2008

Hafied Cangara, PengantarIlmu Komunikasi, Jakarta: PT Raja Grafindo 2006

Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif, Jakarta: PT Bumi Aksara 2013.

James P. Spradley, Metode Etnografi, Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya.

Koentjaraningrat, Beberapa Pokok Antropologi Sosial, Jakarta: Dian Rakyat. 1985

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Onong Uchjana, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Muhammad Nasir, Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1993.

Roudhonah, Ilmu Komunikasi, Jakarta: Penerbit Atma Kencana Publishing 2013.

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2005.

Suranto A W, Komunikasi Sosial Budaya, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010.

Tashadi, Upacara Tradisional DIY, Yogyakarta: Proyek inventaris dan dokumen

daerah, 1992.

81

Page 96: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan

82

Toto Sucipto, Potret Kehidupan Masyarakat Kampung Pulo, Bandung: Penelitian pada

Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional, 2003.

Wartaya Winangun, Masyarakat Bebas Struktur: Liminalitas dan Komunitas Menurut

Victor Turner, Yogyakarta: Kanisius: 1990.

Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: PT Grasindo 2006.

Zakir Munawar, Cagar Budaya Candi Cangkuang dan Sekitarnya, Garut: 1 Juni 2001.

Jaringan:

Kalifa Society, “Etnografi: Model Pendekataan Kajian Budaya”, Artikel diakses

tanggal 6 September 2016, kalifasociety.blogspot.com/2011/07/etnografi-

model-pendekatan-kajian.html

Kujang wikipedia bahasa Indonesia ensklopedia bebas, artikel diakses pada tanggal 3

Februari 2017, dari https://id.m.wikipedia.org

Ki Juru Bangunjiwo, ”Filosofi Sebuah Keris”, artikel diakses pada tanggal 3 Februari

2017, dari https://aurapusaka.wordpress.com

Page 97: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan
Page 98: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan
Page 99: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan
Page 100: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan

DATA INFORMAN

Nama : Tatang Sanjaya

Umur : 65th

Alamat : Rumah Adat Kampung Pulo

Status : Kuncen, Juru Kunci.

Hari/tanggal : Sabtu, 24 Sepember 2016

Waktu :13.06 s/d 14.13

Tempat wawancara : Kediaman Pak Tatang

Bahasa yang digunakan: Bahasa sunda dan Indonesia

Page 101: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan

PEDOMAN WAWANCARA

1. Apa saja larangan-larangan yang ada di Kampung Pulo?

Jawab: Kalo dulu larangan di Kampung Pulo ini ada banyak neng, kalo sekarang hanya

dipake beberapa saja, dulu kalo kita mau masuk ke rumah adat belum punya wudhu tidak

boleh masuk, sandal tidak boleh dipake, tidak boleh menggunakan paying, meludah

sembarangan tidak boleh dan bersiul sembarangan pun tidak boleh itu pada zamn dulu.

Sedangkan kalo saat ini hanya beberapa larangan yang bisa kita gunakan yaitu tidak

boleh ziarah kemakam Arief Muhammad dari selasa sore sampai dengan rabu sore, yang

kedua disini satu rumah tidak diperbolehkan memiliki dua keluarga didalamnya jadi

hanya boleh satu keluarga didalam rumah, yang ketiga disini tidak boleh membangun

rumah yang berbentuk jure, yang keempat disini kalo ada yang berkaitan dengan Arief

Muhammad mengenai hiburan tidak boleh membunyikan goong besar, yang kelima tidak

boleh menyimpan peliharan kaki empat yang besar di lingkungan kampung adat kenapa

tidak boleh memeilihara karena kalo binatang itu keluar dapat merusak tanaman-

tanaman yang ada dilingkungan Kampung Pulo terus banyak makam yang harus dijaga

dari kotoran yang ada makanya dari itu tidak diperbolehkan memilihara hewan kaki

empat.

2. Kenapa yang dapat menempatkan rumah di Kampung Pulo ini adalah perempuan?

Jawab: Rumah yang ada di Kampung Pulo ini merupakan tempat peninggalan dari

Mbah Dalem Arief Muhammad, ia memiliki anak tujuh, enam wanita dan satu anak laki-

laki yang disimbolkan dengan mushol dan yang hanya boleh menempati rumah adat ini

ialah anak perempuan karena yang ada peninggalan dari Mbah Dalem Arief Muhammad

itu ialah anak perempuan. hampir sama halnya dengan di Padang. Jika tidak punya anak

Page 102: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan

perempuan bisa diambil dari anak atau adik dari keluarga lain, yang terpenting ada

keturunan di kampung adat ini orang tuanya. Rata-rata keluarga yang sudah keluar dari

lingkungan kampung adat ini mayoritas masih berada di lingkungan Desa Cangkuang

ataupun di Garut.

3. Apakah Mbah Dalem Arief Muhammad memliki anak laki-laki?

Jawab: Mbah Dalem Arief Muhammad memiliki anak perempuan enam dan anak laki-

laki satu, yang disimbolkan dengan musola yang berada di tengah-tengah rumah

penduduk Kampung Pulo. Sejarah yang ada di budaya bahwasanya Mbah Dalem Arief

Muhammad ingin menyunatkan anaknya, dengan mengadakan hiburan, arak-arakan

atau pesta yang meriah. Si anak laki-lakinya dimasukan kedalam tandu yang berbentuk

jure/agus ngurundon terus diarak dihibur ku kuda lumping nah disitu lalu disambut

dengan rombongan gamelan yang membawa goong ageng atau goong besar, ketika

goong dipukul terjadilah hujan besar yang tidak bencana besar sehingga mengakibatkan

anaknya Arief Muhammad terjatuh berkali-kali dari tandu yang dia taiki sehingga

membuat anak laki-laki Arief Muhammad meninggal. Setelah kejadian itu Arief

Muhammad melarang keturunanya untuk membunyikan goong besar.

4. Upacara adat apa saja yang terdapat di Kampung Pulo ini ?

Jawab: Disini ada upacara adat yang diambil pada tanggal 14 Maulud, untuk yang

pertama pada tanggal 1 Maulud, disini acaranya ialah penyambutan bulan Maulud

yang digabungkan dengan acara Rebowekasan yang acaranya dilaksanakan diahir bulan

Safar. Manfaat atau kegunanya dari bulan tersebut sebagai symbol ditutupnya bulan

Sa’far sekaligus mempersiapkan untuk menyambut datangnya bulan Maulud, acara

tersebut digabungkan karena tanggung dengan acaranya Rebowekasan. Yang kedua

Page 103: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan

disini tanggal 12 Maulud diadakan syukuran besar atau syukuran mauludan yaitu pada

tanggal 12 Maulud itu kita hanya bertawasulan saja dan hanya diikuti oleh masyarakat

Kampung Pulo, namun kalo ada beberapa orang yang ingin mengikuti diperbolehkan.

Pada tanggal atau 14 Maulud atau 13 Maulud disini mengadakan ritual memandikan

benda pusaka yang merupakan acara puncak dari ritual adat yang ada di Kampung Pulo

yang dilaksanakanya pada puku 00.00 wib dan yang terahir yang keempat disini

mengadakan lagi syukuran lagi bertawasulan lagi yang dimana merupakan malam

terahir atau habisnya bulan Malud yang ditutup dengan makana-makan bersama oleh

para masyarakat di Kampung Pulo. Ini merupakan beberapa upacara ritual adat yang

ada di Kampung Pulo pada bulan Maulud selain itu ada upacara adat perkawinan,

kehamilan, yang berkaitan dengan bayi yang baru lahir dan yang berkaitan dengan

bidang pertanian pada saat mendirikan rumah.

Page 104: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan

DATA INFORMAN

Nama : Umar

Tahun Lahir : Garut, 20 Juli 1970

Alamat : Rumah Adat Kampung Pulo

Status : Wakil Kuncen

Hari/Tanggal : Kamis, 01 September 2016

Waktu : 11.15 s/d 13.08

Tempat wawancara : Cagar Budaya Candi Cangkuang

Bahasa yang digunakan: Bahasa Sunda dan Indonesia

Page 105: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan

PEDOMAN WAWANCARA

1. Apa saja persiapan yang diperlukan untuk ritual ngaibakan benda pusaka ini?

Jawab: Kalo untuk persiapan ritual ngaibakan benda pusaka itu banyak ya, pertama kita

harus ambil air ke tujuh mata air atau tujuh sumur, kedua kita itu harus menyediakan

seperti kupat, dupi nah itu ya seperti kembang, minyak, kan kalo kembang kan tidak

sembarangan untuk memetik kembang dan minyak tidak sembarangan untuk beli minyak

nah dan lain-lainya. Sama sih semuanya dari ketiga persiapan itu bapa harus bisa

mengejar. Untuk persiapannya itu seminggu sebelum ritual namun kalo yang

memuncaknya itu dari 2 hari sebelum ritual. Jadi seminggu itukan kita punya rencana,

bapak ngobrol dengan pak kuncen dan yang lainya kita untuk menentukan tempat yang

akan digunakan untuk ritual ngaibakan benda pusaka ini. Lalu langkah selanjutnya

mempersiapkan syarat-syaratnya yang harus disiapkan. Dan itu masing-masing dibagi

tugas, misalnya pak dirman ditugaskan untuk mengambil kelapa dan ibu-ibu bantu

masak dan lain sebagainya. Dan pak kuncen bertugas sebagai pencari dana untuk

kelangsungan acara ritual ngaibakan benda pusaka tersebut. Jadi disini semuanya saling

membantu satu sama lain karena disetiap rumah itu ada benda pusakanya jadi walaupun

tidak bisa membantu dengan harta bisa membantunya juga dengan tenaga. Tapi kita

jangan terpaksa harus dengan ke ikhlasan. Jadi disini itu bagaimana kesanggupanya

saja tidak memaksakan misalnya pak dirman harus mengambil kelapa kalo mampu ya

silahkan kalo tidak pun itu tidak menjadi masalah bisa digantikan dengan yang lain.

Initinya kembang tujuh rupa dan tujuh warna, air harus tujuh mata air dan minyak-

minyakan seperti melati, kenanga, cendana, misik, japaron dan rook-rokonya ada rook

Page 106: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan

putih, roko merah, dari roko daun kaung, atau serutu dan roko-roko lainya itu semua

harus ada dan komplit karena kalo tidak ada maka ritual ngaibakan benda pusaka ini

tidak akan berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

2. Apa saja yang harus dipersiapkan untuk proses pengambilan tujuh mata airnya?

Jawab: Yang pasti untuk pengambilan air ini harus tiga hari sebelum pelaksanaan

upacara ritualnya karena tempat untuk pengambilan airnya ini sangatlah jauh dan tidak

bisa diperkirakan waktu tempuhnya karena kita ngambil langsung dimata air

pegunungan. Seandainya tidak ada yang bisa mengambil dari tujuh mata air karena

permasalahan waktu dan lain sebagainya itu bisa diganti dengan tujuh sumur yang ada.

Untuk pengambilan airnya itu minimal tiga orang atau lebih yang mengambilnya karena

ada beberapa yang membawa wadah untuk pengambilan airnya dan lain sebagainya.

Dan untuk pengambilan airnya itu ada tatacaranya sendiri tidak boleh asal ngambil saja

kita harus diniatkan dulu, izin dulu kepada yang penjaga mata air tersebut dan

sebagainya. Karena itu merupakan etika atau tatacara yang ada selama pengambilan air

tersebut.

3. Menurut bapak apa makna dari kembang tujuh rupa, tujuh mata air dan simbol

yang ada di dalam ritual tersebut?

Jawab: Sebelumnya bapak minta maaf neng, karena bapak ini hanya melanjutkan jejak

dari orang tua, air diambilnya harus seperti ini, airnya harus yang bersih dari matanya

dan sumbernya. Begitu neng yang biasa orang tua bapa sampaikan. Nah yang pasti dari

setiap mata air pasti ada yang menunggunya dan kita harus meminta dulu jadi air itu

dipake sama kita itu bermanfaat, jadi jangan disalahgunakan karena memintanya kita

kepada penjaga yang dimata air disana tetep kita meminta kepada Allah, namun pasti di

Page 107: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan

tempat-tempat tersebut pasti ada roh-rohnya makanya kita harus minta izin dulu supaya

kita memakainya bermanfaat. Jadi membasuh benda pusaka dengan air tersebut supaya

diberikan kelancaran. Itu neng yang bapak maaf, bapak cuman mengikuti saja apa yang

disuruh oleh para leluhur.

4. Apa saja makanan yang harus disajikan untuk ritual ngaibakan benda pusaka itu

pak?

Jawab: Untuk makananya ada rujak-rujakan, kelapa muda, telur ayam terus ada sesaji

lainya seperti kopi manis kopi pait dan lain-lainya. Dan disini itukan ada ikan yang

susah diambil seperti panglele bangkerok jojonglong itu harus ada. Jadi Persiapan-

persiapan yang tadi itu gabisa dilakukan satu hari. Kenapa? Karena cara ngambilnya

misalkan ikan bangkerok itukan gabisa satu hari karena? Danau disini itu luas jadi agak

sulit untuk mengambilmya. Kalo bukan miliknya kita atau bukan miliknya leluhur bapak

disini bapak juga susah ngambilnya kadang-kadang make kadang-kadang engga kalo

ikan lele itu harus ada, yang bisa diganti itu ikan jongjolong bisa diganti dengan nilem,

atau ikan mas merah.

5. Apa fungsi dan tujuan dari ritual adat ini?

Jawab: Tujuanya kita ini adalah menjaga kelestarian dari para leluhur, apalagi benda

pusaka atau barang titipan dari para leluhur ini kita harus menjaganya karena kita

dititipkan oleh para leluhur dititipkan sama Mbah Dalem Arief Muhammad yang

menitipkan kepada kita itu apa bisa menjaga atau merawatnya. Kita itu harus

menghargai apa yang sudah dititipkan oleh orang tua kita, kenapa benda tersebut

dititipkan karena para lelehur kita yakin bahwa kita dapat menjaga dan merawatnya dan

fungsinya dari yang tadi itu kita tetap meminta kepada Allah semooga orang yang

Page 108: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan

dititipkan benda pusaka ini kita bisa merawatnya dan semoga orang yang dititipkan

benda pusaka ini segala sesuatunya diberikan kelancaran. Intinya kita tetep menghargai

pemberian dari para leluhur kita dan kita tetap memintanya kepada Allah.

Page 109: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan

DATA INFORMAN

Nama : Zaki Munawar

Tahun Lahir : Garut, 27 April 1972

Alamat : Desa Cangkuang

Status : Kordinator Staf Cagar Budaya Candi Cangkuang.

Hari/Tanggal : 22 Oktober 2016

Waktu wawancara : 11.25 – 12.25

Tempat wawancara : Cagar Budaya

Page 110: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan

PEDOMAN WAWANCARA

1. Apa bedanya ritual yang dulu dengan sekarang? Apa ada yang dihilangkan?

Jawab: Kalo sekarangkan banyak yang sudah mengerti bahwa itu bukan tradisi islam,

kalo dulu kan masih sangat kental dengan ritual-ritual. Pada saat pelaksanaan mereka

pesertanya tidak sebanyaak tempo dulu tidak seantusias tempo dulu , karena ada

beberapa ajaran yang tidak memperbolehkan kan takutnya terjadinya syirikan itu

menurut beberapa pandangan yang saat ini sudah mulai berkembang dimasyarakat beda

dengan saat dulu itu karena banyak masyarakat yang belum paham maka banyak yang

mengikuti ritual tersebut dan dulu itu sebelum acara ritual dimulai masyarakat ziarah

dulu ke makam –makam nenek moyangnya mereka itu selama seminggu namanya

ngebungbang malem-malem pakai obor ke tempat makam-makam sesepuh dulu.

2. Persiapan untuk mengambil air itu berapa lama pak?

Jawab: Kalo itu sehari juga bisa kayanya cuman kalo untuk detailnye ke pak umar aja.

Untuk orangnya itu siapa saja bebas yang penting airnya bisa diambil dari tujuh mata

air, kalo ilmiahnya kita ngambil air langsung dari sumbernya itukan akan beda kadar

airnya, karena lingkungan terus kadar tercemarnya terus kalo apabila hutanya masih

pada lebat itu akan beda rasanya dan jadi lebih sakral. yang saya tau itu untuk

pengambilan airnya. Tapi yang saya tau inti dari pengambilan air itu kalo tempo dulu itu

ada kemungkinan besar dengan menggunakan sebelum mengambil itu ada bacaan-

bacaan sebelumnya karena itu untuk air yang dituahkan.

Page 111: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan

3. Menurut bapak makna dari tujuh mata air, kembang tujuh rupa itu apa?

Jawab: Kalo menurut saya itu tergantung makna masing-masing sih itu tergantung

mereka memaknai symbol-simbol yang ada itu sebelum peradaban islam, tapi kalo untuk

air itu sendiri kalo sudah digabungkan dengan air-air suci itu akan memberikan spirit

atau kekuatan itu sendiri. dan intinya juga manusia itu tidak bisa terlepas dari air kalo

kata orang hindu mah tirte, kalo kita terhindar dari tirte atau air maka kita akan mati

jadi pada intinya manusia tidak bisa terlepas dari air atau alam, karena itu merupakan

sumber kehidupan. Tapi kalo untuk memaknai Bungan tujuh rupa nya itu saya kurang

paham.

4. Kalo sebelum ritual itu apakah ada puasa-puasnya terlebih dahulu?

Jawab: Kalo itu kurang tau, kalo dulu itu biasanya mereka mengadakan acara-acara

kalo didalam hindukan biasanya ada acara puasa. Tapi kalo mereka tidak sepertinya,

karena didalem prambul itu sekarang prinsipnya ngibakan pusaka ini bukan untuk

migusti melainkan untuk mumusti jadi ngaibakan benda pusaka ini bukan kita untuk

menyembah kepada benda atau menduakan tuhan melainkan hanya untuk melestarikan

budaya dari para leluhur kita saja dan merawat benda pusaka tersebut saja.

5. Apa yang dimaksud dengan ngabumbang?

Jawab: Ngabumbang itu sama halnya dengan ziarah, pada bulan maulud seminggu

sebelum acara puncak ritual ngaibakan benda pusaka itu kita keliling-keliling makam

sekitaran Kampung Pulo dan sekitarnya itu masyarakat dulu antusiasnya sangat tinggi

tiap kampung ikut serta dan di cangkuang pun penuh dengan masyarakat yang sedang

berziarah dengan membawa obor-obor, pokonya malam itu kaya siang dulu yang ziarah

banyak yang satu masuk dan yang satu keluar itu sampai subhu ziarahnya. Tapi

Page 112: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan

sekarang sudah jarang karena masyarakat sendiri itu sekarang sudah banyak yang

paham dan ada beberapa yang berfikir kalo ini takutnya menyeleweng ke syirik atau

musyrik dan adapula yang berfikiran bahwa ini dapat melemahkan aqidah, walaupun

pada dasarnya kita kan mendoakan saja, di ajaran islam sendiri juga kan ada yang

memakhruhkan, membolehkan dan ada juga yang mengharamkan. Terus juga sekarang

sudah banyaknya media yang masuk atau arus modern yang masuk ke kampung-

kampung mualai dari Televisi, Gedget, Internet dan lain sebagainya, kalo dulu kan tidak

ada media jadi masyarakat itu hanya berinteraksi dengan masyarakat sekelilingnya. Nah

hal positivenya dari ngabumbang ini dapat terjalinya interaksi sosial antara masyarakat

yang satu dengan yang lainya itu merupakan manfaatnya.

Page 113: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan

DATA INFORMAN

Nama : dr. H TB Imam S Bahrie

TTL : Jakarta, 28 Mei 1969

Alamat : Kp Bojong RT 05 RW 02, Desa Neglasari, Kadungora, Garut.

Status : Budayawan Komunitas Garut

Hari/Tanggal : Sabtu, 8 Oktober 2016

Waktu :13.20 s/d selesai.

Tempat Wawancara: Kediaman Pak Imam

Page 114: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan

PEDOMAN WAWANCARA

1. Menurut bapak apa yang bapak ketahui mengenai makna dari kembang tujuh

rupa?

Jawab: Jadi gini, bunga itu sebetulnya kan dalam surat Annas Allah itu menciptakan jin

dan manusia kategori jin itu ada yang baik dan juga ada yang kafir, nah kenapa harus

dengan tujuh warna jadi ada beberapa hal yang diyakini bahwa makhluk-makhluk halus

itu senengnya dengan harum-haruman, bunga yang berwarna warni air yang sumbernya

dari tujuh sumber mata air nah itu merupakan sebagi contoh misalnya. Contoh lagi ada

seperti misalnya bunga warna merah, putih, ungu, ping dll itu semuanya merupakan satu

symbol bahwa antara makhluk ghaib dengan hokum adat atau apa yang dilakukan oleh

manusia itu memang saling berhubungan dan berkaitan. Disini saya mencontohkan yang

sederhana misalkan “ ade kita mau ke dosen nih mau audensi lah, ade suka mikir ga

kesenangan dosen ini apa sih? Itu sebagai contoh nih” naah itu tinggal kita jabarkan

dari tujuh warna tersebut mengartikan bahwa semua makhluk hidup itu kembali kepada

tanah gitukan, kedua kalo kita berbicara tujuuh sumur itu memang dari satu dan ketujuh

sumur ini kita jika belum pernah merasakan kita pasti akan bingung, bingungnya apa,

karena itu perasaan kita tujuh zat, tujuh rasa yang ada dari diri kita.

2. Apa makna dari kelapa muda dalam sesajen itu pak? Dan kenapa kelapanya tidak

boleh jatuh ke tanah?

Jawab: Makna dari kelapa muda itu sendiri merupakan kesukaan dari para makhluk

halusnya neng, jadi dalam ritual itu menyajikan sesajen sesuai dengan kesukaan dari

para makhluk halus tersebut. kenapa tidak boleh jatuh kena tanah? Itu betul ada yang

Page 115: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan

berkeyakinan kalo jatuh ketanah itu cambal cambal itu seperti ga mujarab kalo ke tahan,

biasanya kelapa ijjo terus juga diambilnya pake sarung turun kebawahnya itu untuk apa?

Untuk menolak guna-guna namun itu untuk serang banten mereka beranggapan seperti

itu. Terkait dengan kelapa itukan bisa disimpulkan dengan mata air dari saripati yang

melengkapi kelapanya itu, berati menandakan kesucian nah kesucian dibungkus dengan

keimanan, keimananya itu bisa digambarkan yang kerasnya dikelapa itu, terus kalo

dibentukan kenapa banyak serabutnya itukan karenakan kehidupan itukan bermacam-

macam ada halangan jelek da nada halangan bagus lalu dibungkuslah itu semua

sehingga mampu atau tidaknya mempertahankan air sari kelapa itu tetep utuh didalam

bungkusan itu, jadi maknanya tetep kenapa dijadikan ritual yaitu karena batiniah dia

ada didalam, dan klapa tersebut ga dimakan jadi itu memaknakanya seperti itu, kenapa

ga boleh kena tanah kelapanya? Karena kalo kena tanah kelapa tersebut ibaratnya ga

suci lagi. Katakanlah kalo jatoh ketanah dia berate sudah menempuh hal-hal yang

seperti ini jadi harus disisihkan lagi. Berate itu tandanya kita sudah melaksanakan dosa

kalo itu sudah nyampe ke tanah. Lalu diartikan ke batiniah yaitu gaib, ghaib disini itu

bukan untuk ghoib atau menyembah melainkan untuk kita tafakur kepada Allah swt. Jadi

apabila kita menafsirkanya kesana maka itu dinamakan dengan sirik.

3. Apa makna dibalik angka tujuh tersebut pak?

Jawab: Angka tujuh itu kan merupakan angka ganjil dan makhluk halus itu senang

dengan angka ganjil-ganjil. Kita manusia itu dari tujuh zat, tujuh zat nah tujuh zatnya

itu, peertama kita diciptakan oleh Allah dari siapa? Dari orang tua itu satu, dua kenapa

diartikan manusia? Manusia itu kalo dalam kitab diartikan dengan kata manu ( mim alif

nun wau ) nah kalo kita sudah mengartikan mannusia seperti ini maka sudah dikatakan

Page 116: STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40244/1/SYIFA... · Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan

bahwa dalam ilmu kedokteran hormone, kalo dalam bahasa seks nya itu mani, terus sia (

sin besar ada kata alif ada kata ya yang besar) jadi rasa. Jadi manusia kalo diartikan

dari 2 rasa menjadi 1 keluarlah mania tau hormon. Jadi kalo seseorang sudah mengerti

arti manusia itu sendiri dari ilmu agama pasti mereka akan tau bahwa manusia itu

terbuat dari tujuh zat yang tadi itu. Jadi yang sisebutkan tujuh zat itukan bunga air dll…

jadi kita itukan terbuat dari air (air mani), rasa terus kita dikasih akal sama Allah, dari

akal kita diberikan kecerdasaan, dari kecerdasaan, kita diberikan pemikiran, kehidupan,

nah kenapa disimbolkan sebagai kembang, nah jadi kembang itu sebenarnya

diperuntukan untuk mahluk halus , ghoib itu disimbolkan oleh bunga jadi mahluk goib itu

senengnya dengan bunga, dan air itu kenapa harus ada air karena manusia terbuat dari

air mani. Terus tujuh bisa juga didapat dari sifat-sifat manusia.

4. Apa yang bapak ketahui tentang ritual?

Jawab: Inti dari ritual itu sendiri ialah untuk membenahi diri kita supaya kita bisa

menjadi manusia yang lebih baik jadi bukan ritual terhadap yang tadi (leluhur) jadi

membenahi diri kita dengan memaknaan bahwa kekuasaan Allah itu ga sampai situ

kekuasaan Allah itu banyak. Penambahan lagi, kalo kita sesudahnya meyakini sesuatu

benda misalnya keris, itu biasanya ada yang disebut dengan khodam, jadi otomatis

kebiasaan yang diinginkan oleh si khodam itu biasanya datengnya ke mimpi ke si orang

yang memegan benda tersebut. Jadi kalo kata saya yang berbicara masalah ini itu bisa

dijabarkan sedemikian rupa tapi juga harus diimplementasikan. Kita itukan hidup dari

sumber, sumber tanah air udara dan lain-lain.