ruang dan ritual adat pernikahan suku …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308750-s42709-ruang...

84
UNIVERSITAS INDONESIA RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU BATAK TOBA SKRIPSI YULIA VONNY SINAGA 0806460401 FAKULTAS TEKNIK PROGRAM ARSITEKTUR INTERIOR DEPOK JULI 2012 Ruang dan ritual..., Yulia Vonny Sinaga, FT UI, 2012

Upload: dangthien

Post on 20-May-2018

236 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308750-S42709-Ruang dan...UNIVERSITAS INDONESIA RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU BATAK TOBA SKRIPSI Diajukan

UNIVERSITAS INDONESIA

RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN

SUKU BATAK TOBA

SKRIPSI

YULIA VONNY SINAGA

0806460401

FAKULTAS TEKNIK

PROGRAM ARSITEKTUR INTERIOR

DEPOK

JULI 2012

Ruang dan ritual..., Yulia Vonny Sinaga, FT UI, 2012

Page 2: RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308750-S42709-Ruang dan...UNIVERSITAS INDONESIA RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU BATAK TOBA SKRIPSI Diajukan

UNIVERSITAS INDONESIA

RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN

SUKU BATAK TOBA

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Arsitektur

YULIA VONNY SINAGA

0806460401

FAKULTAS TEKNIK

PROGRAM ARSITEKTUR INTERIOR

DEPOK

JULI 2012

Ruang dan ritual..., Yulia Vonny Sinaga, FT UI, 2012

Page 3: RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308750-S42709-Ruang dan...UNIVERSITAS INDONESIA RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU BATAK TOBA SKRIPSI Diajukan

ii

Universitas Indonesia

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan

semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar.

Ruang dan ritual..., Yulia Vonny Sinaga, FT UI, 2012

Page 4: RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308750-S42709-Ruang dan...UNIVERSITAS INDONESIA RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU BATAK TOBA SKRIPSI Diajukan

iii

Universitas Indonesia

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh :

Nama : Yulia Vonny Sinaga

NPM : 0806460401

Program Studi : Arsitektur Interior

Judul Skripsi : Ruang dan Ritual Adat Pernikahan Suku Batak

Toba

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima

sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar

Sarjana Arsitektur pada Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik,

Universitas Indonesia

Ditetapkan di : Depok

Tanggal : 6 Juli 2012

Ruang dan ritual..., Yulia Vonny Sinaga, FT UI, 2012

Page 5: RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308750-S42709-Ruang dan...UNIVERSITAS INDONESIA RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU BATAK TOBA SKRIPSI Diajukan

iv

Universitas Indonesia

KATA PENGANTAR

Tak disangka sampai juga akhirnya saat dimana saya menuliskan kata

pengantar dan ucapan terimakasih. Pertama-tama, puji Syukur saya panjatkan

kepada Tuhan Yesus Kristus atas kekuatan kasih dan karunia yang tak pernah

berhenti melimpah dalam hidup saya. Penulisan skripsi ini ditulis dalam rangka

memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Arsitektur pada

Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Oleh sebab itu, ucapan terimakasih yang

sebesar-besarnya saya berikan kepada:

Ibu Ir. Evawani Elisa M.Eng., Ph.D. selaku dosen pembimbing sekaligus

‘dokter bebas biaya konsultasi’ yang sangat sabar membimbing dan

memberikan banyak masukan pada proses penyusunan skripsi ini.

Bapak Ir. Antony Sihombing MPD., Ph.D. dan Ibu Dr. Embun Kenyowati

Ekosiwi, S.S., M.Hum. selaku dosen penguji yang memberikan banyak

saran dan kritik terhadap skripsi saya.

Dosen arsitektur dan arsitektur interior, serta para karyawan Departemen

Arsitektur UI yang banyak membantu saya selama proses perkuliahan.

Bapak M. Nanda Widyarta B.Arch., M.Arch., Mba Rini Suryantini S.T.,

M.Sc., dan Mas Ahmad Gamal S.Ars., M.C.P. selaku koordinator skripsi

Departemen Arsitektur Universitas Indonesia.

Drs. Lastua Sinaga M.M., yakni ayah sekaligus ibu yang selalu

mendukung serta menyediakan waktu dan tenaga untuk saya. Terimakasih

atas kasih sayang dan doa yang selalu dipanjatkan untuk saya.

Lenita Nathania Sinaga, Indra Freddy Sinaga, dan Ervin Meynardo P.

Sirait, yakni kakak kandung, abang kandung, dan abang ipar saya yang

selalu memberi semangat dan kasih sayang. Terimakasih juga untuk Kak

Nia dan Bang Ervin yang mengizinkan saya menggunakan acara

pernikahanya sebagai studi kasus pada skripsi ini.

Lucia Dinar Maharani, sahabat yang sudah saya anggap sebagai saudara

kandung saya yang selalu memberikan semangat dan doa untuk saya.

Fritz Rendy Octavianus Sinaga S.Ars, kakak asuh sekaligus abang ketiga

saya yang selalu menyemangati, mendoakan, dan memberikan banyak

Ruang dan ritual..., Yulia Vonny Sinaga, FT UI, 2012

Page 6: RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308750-S42709-Ruang dan...UNIVERSITAS INDONESIA RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU BATAK TOBA SKRIPSI Diajukan

v

Universitas Indonesia

saran untuk saya. Begitu juga untuk keempat adik asuh saya, Elky Andika,

Syifa Annisa Basri, Nata Tri Wardani, dan Amanda Gabriella.

Yolanda Clara Sembiring S.Ars, Azriansyah Ithakari S.Ars, Imaniar Sofia

S.Ars, Klara Puspa Indrawati S.Ars, para pasien setia Ibu Evawani Ellisa

yang menjadi teman seperjuangan dalam proses penyusunan skripsi.

Leta, Raranoor, Citra, Azka, Nina, Gita, Ajeng Nadia, Karin, Stella, Dory,

Siki, Dewi, dan Yayi, teman-teman sepermainan dengan segala kegiatan

random maupun terencana selama empat tahun masa perkuliahan.

Kosa Lazawardi S.Ars, sahabat tempat saya melimpahkan emosi suka dan

duka, serta Kurnia Fajar Agriza S.Ars yang selalu bersedia untuk bertukar

pikiran baik mengenai skripsi, musik, dan hal lainnya.

Zaimmudin Khairi S.Ars yang bersedia mendokumentasikan serta menjadi

saksi hidup selama 45 menit proses sidang saya pada tanggal 28 Juni 2012.

Teman-teman Arsitektur dan Arsitektur Interior UI 2008. Terimakasih atas

empat tahun moment kebagiaan dan kesedihan yang sangat berarti dan

tidak akan pernah saya lupakan. Thanks guys!

Senior Ars 2005, Ars 2006, Ars 2007, serta junior Ars 2009, Ars 2010,

dan Ars 2011 yang memberikan banyak bantuan selama empat tahun.

Mao Yamamoto, Tsuguta Yamashita, dan warga Cikini RW 01 atas

pengalaman berkesan sebagai masa pelarian saya dari rutinitas skripsi.

Nando, Mba Sri, Rachelle, Mas Edwin, Pak Ferry, dan teman-teman

majalah Home and Décor Indonesia yang memberikan saya pengalaman

untuk belajar membagi waktu dan pikiran antara skripsi dan magang.

Pihak-pihak lain yang tidak bisa saya tuliskan satu persatu.

Demikian ucapan terimakasih ini saya tuliskan. Saya berharap skripsi ini

dapat bermanfaat bagi ilmu Arsitektur dan terutama bagi para pembaca. Akhir

kata, saya memohon maaf apabila ada kesalahan pada penulisan gelar atau nama.

Depok, 6 Juli 2012

Yulia Vonny Sinaga

Ruang dan ritual..., Yulia Vonny Sinaga, FT UI, 2012

Page 7: RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308750-S42709-Ruang dan...UNIVERSITAS INDONESIA RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU BATAK TOBA SKRIPSI Diajukan

vi

Universitas Indonesia

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di

bawah ini:

Nama : Yulia Vonny Sinaga

NPM : 0806460401

Program Studi : Arsitektur Interior

Departemen : Arsitektur

Fakultas : Teknik

Jenis Karya : Skripsi

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada

Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty

- Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :

Ruang dan Ritual Adat Pernikahan Suku Batak Toba

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti

Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan,

mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),

merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencamtukan nama

saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Depok

Pada tanggal : 6 Juli 2012

Yang menyatakan

(Yulia Vonny Sinaga)

Ruang dan ritual..., Yulia Vonny Sinaga, FT UI, 2012

Page 8: RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308750-S42709-Ruang dan...UNIVERSITAS INDONESIA RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU BATAK TOBA SKRIPSI Diajukan

vii

Universitas Indonesia

ABSTRAK

Nama : Yulia Vonny Sinaga

Program Studi : Arsitektur Interior

Judul : Ruang dan Ritual Adat Pernikahan Suku Batak Toba

Pernikahan merupakan salah satu peristiwa penting dalam kehidupan

manusia sehingga tak jarang diselenggarakan sebuah perayaan untuk mengenang

peristiwa tersebut. Indonesia kaya akan beragam suku dengan ritual adatnya

masing-masing, termasuk dalam upacara pernikahan tradisional. Bagaimana ritual

adat berlangsung tentu tak terlepas dari ruang yang mengakomodasi proses

pelaksanaannya. Di sinilah ritual adat berperan dalam menciptakan setting dan

desain khusus pada interior ruang pernikahan. Setting dan kualitas ruang yang

terbentuk pun akhirnya mempengaruhi kualitas ritualnya. Batak Toba sebagai

salah satu suku di Indonesia memiliki ritual adat pernikahan yang unik dan

berbeda. Bagaimana perbedaan dan keunikan ritual adat pernikahan suku Batak

Toba mempengaruhi ruang pernikahannya akan dibahas pada skripsi ini.

Kata kunci :

Ritual, pernikahan, Batak Toba, setting ruang

ABSTRACT

Name : Yulia Vonny Sinaga

Study Program : Interior Architecture

Title : Place and Ritual of Traditional Wedding Ceremony in Batak Toba

Marriage is one of important things in human life, so made some

ceremony to commemorate marriage is not uncommon nowadays. Indonesia has

many tribes with their special ritual, including in traditional wedding ceremony.

How do the ritual take place would not be separated from the place which

accomodate the process. This is where the traditional ritual play a role in creating

the special setting and design of the interior of place. Setting and quality of place

that is formed also affect the quality of ritual. Batak Toba as one tribe in Indonesia

has unique and different wedding ritual. How do the uniqueness and differences

of the wedding ritual affect the place will be discussed in this thesis.

Keyword :

Ritual, wedding, Batak Toba, setting of place

Ruang dan ritual..., Yulia Vonny Sinaga, FT UI, 2012

Page 9: RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308750-S42709-Ruang dan...UNIVERSITAS INDONESIA RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU BATAK TOBA SKRIPSI Diajukan

viii

Universitas Indonesia

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii

KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .......................... vi

ABSTRAK ........................................................................................................... vii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ................................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xi

DAFTAR ISTILAH ............................................................................................ xiv

BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 3

1.3 Tujuan Penulisan ......................................................................................... 3

1.4 Batasan Permasalahan .................................................................................. 3

1.5 Metode Penulisan ........................................................................................ 3

1.6 Sistematika Penulisan ................................................................................. 4

1.7 Kerangka Berpikir ....................................................................................... 5

BAB 2 MANUSIA, RITUAL, DAN SUKU BATAK TOBA .............................. 6

2.1 Manusia dan Ritual ...................................................................................... 6

2.1.1 Manusia sebagai Makhluk Individu .............................................. 6

2.1.2 Manusia sebagai Makhluk Sosial ................................................. 7

2.1.3 Ritual, Pernikahan, dan Maknanya .............................................. 8

2.1.4 Pernikahan Tradisional .............................................................. 10

2.2 Suku Batak Toba ....................................................................................... 12

2.2.1 Bahasa dan Keseharian .............................................................. 12

2.2.2 Agama dan Kepercayaan ........................................................... 13

2.2.3 Konsep Kekerabatan .................................................................. 15

2.2.4 Konsep Adat ............................................................................... 16

2.2.5 Konsep Pernikahan .................................................................... 17

Ruang dan ritual..., Yulia Vonny Sinaga, FT UI, 2012

Page 10: RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308750-S42709-Ruang dan...UNIVERSITAS INDONESIA RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU BATAK TOBA SKRIPSI Diajukan

ix

Universitas Indonesia

2.2.6 Sarana Adat ................................................................................ 19

2.3 Kesimpulan ................................................................................................ 22

BAB 3 RUANG DAN MANUSIA ...................................................................... 23

3.1 Ruang dan Kualitasnya ............................................................................. 23

3.2 Elemen Ruang ............................................................................................ 25

3.3 Ruang dan Tingkat Kepadatan .................................................................. 27

3.4 Ruang dan Perilaku Manusia ..................................................................... 28

3.5 Ruang dan Perayaan .................................................................................. 30

3.6 Kesimpulan ............................................................................................... 31

BAB 4 RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN BATAK TOBA DI

JAKARTA ............................................................................................... 32

4.1 Ritual Pesta Adat ....................................................................................... 33

4.1.1 Prosesi Keluarga dan Pengantin Memasuki Gedung ................. 37

4.1.2 Penyerahan Tudu-tudu Ni Sipanganon ...................................... 39

4.1.3 Makan Bersama .......................................................................... 40

4.1.4 Salam-salam, Pembagian Jambar, dan Pengambilan Tumpak .. 43

4.1.5 Penyerahan Panggoh (Sinamot) ................................................. 45

4.1.6 Penyerahan Panandaion ............................................................ 48

4.1.7 Penyerahan Tintin Marangkup ................................................... 49

4.1.8 Pemberian Ulos .......................................................................... 50

4.1.9 Mangunjungi Ulaon (Acara Penutup) ........................................ 53

4.2 Kasus Pembanding : Pernikahan Adat Jepang (Shinzen Kekkonshiki) ..... 56

4.2.1 Prosesi Memasuki Ruang Pernikahan ........................................ 58

4.2.2 Penyucian dan Ritual San-sankudo ............................................ 59

4.2.3 Pengucapan Janji Pernikahan ...................................................... 60

4.2.4 Acara Penutup (Pemberian Sesaji) ............................................. 60

4.3 Kesimpulan ............................................................................................... 62

BAB 5 KESIMPULAN ....................................................................................... 65

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 67

Ruang dan ritual..., Yulia Vonny Sinaga, FT UI, 2012

Page 11: RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308750-S42709-Ruang dan...UNIVERSITAS INDONESIA RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU BATAK TOBA SKRIPSI Diajukan

x

Universitas Indonesia

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Pembagian Prosesi Pemberian Ulos pada Upacara Pernikahan ...........20

Tabel 4.1 Hubungan Ruang dan Ritual Upacara Adat Pernikahan Batak Toba....62

Ruang dan ritual..., Yulia Vonny Sinaga, FT UI, 2012

Page 12: RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308750-S42709-Ruang dan...UNIVERSITAS INDONESIA RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU BATAK TOBA SKRIPSI Diajukan

xi

Universitas Indonesia

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Kerangka Proses Berpikir ............................................................... 5

Gambar 2.1 Daur Hidup Manusia 1 .................................................................... 9

Gambar 2.2 Daur Hidup Manusia 2 .................................................................... 9

Gambar 2.3 Pernikahan Tradisional Suku Betawi ............................................ 11

Gambar 2.4 Pernikahan Tradisional Suku Jawa ............................................... 11

Gambar 2.5 Peta Pembagian Suku Batak . ....................................................... 12

Gambar 2.6 Kegiatan Bertani ........................................................................... 13

Gambar 2.7 Masyarakat Bermusyawarah ......................................................... 13

Gambar 2.8 Bentuk pemujaan sebelum mengenal agama ................................ 14

Gambar 2.9 Gereja HKBP Sipintu-pintu Silangit di Sumatera Utara ................ 15

Gambar 2.10 Ulos Ragi Hotang dan Ulos Ragidup ............................................ 20

Gambar 2.11 Musik Gondang ............................................................................. 21

Gambar 2.12 Tari Tor-tor .................................................................................... 22

Gambar 3.1 Ilustrasi pengaruh indera pendengaran ......................................... 24

Gambar 3.2 Ilustrasi pengaruh dimensi ruang .................................................. 26

Gambar 3.3 Ilustrasi pengaruh bukaan ............................................................. 26

Gambar 3.4 Penataan sosiopetal pada ruang makan ......................................... 27

Gambar 3.5 Penataan sosiofugal pada ruang tunggu ........................................ 27

Gambar 3.6 Ilustrasi kepadatan ......................................................................... 28

Gambar 3.7 Behavior Setting Ruang Rapat ...................................................... 29

Gambar 3.8 Behavior Setting Pasar .................................................................. 29

Gambar 4.1 Interior ruang pernikahan adat suku Batak Toba .......................... 33

Gambar 4.2 Denah interior ruang pernikahan Batak Toba ............................... 34

Gambar 4.3 Skema dan orientasi pada interior gedung pernikahan Batak

Toba ............................................................................................... 35

Gambar 4.4 Orientasi pandangan pada setting 1 di bagian bawah ................... 36

Gambar 4.5 Orientasi pandangan pada setting 2 di bagian bawah ................... 37

Gambar 4.6 Desain pelaminan .......................................................................... 37

Gambar 4.7 Skema ruang saat keluarga memasuki gedung .............................. 38

Gambar 4.8 Pelaminan sebagai latar ruang ritual ............................................. 39

Ruang dan ritual..., Yulia Vonny Sinaga, FT UI, 2012

Page 13: RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308750-S42709-Ruang dan...UNIVERSITAS INDONESIA RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU BATAK TOBA SKRIPSI Diajukan

xii

Universitas Indonesia

Gambar 4.9 Suasana penyerahan tanda makanan adat ..................................... 39

Gambar 4.10 Skema ruang ritual saat penyerahan tanda makanan adat ............. 40

Gambar 4.11 Hiburan musik saat makan bersama .............................................. 41

Gambar 4.12 Suasana saat makan bersama ........................................................ 41

Gambar 4.13 Skema posisi duduk tamu saat makan bersama ............................. 42

Gambar 4.14 Skema posisi duduk di pelaminan saat makan bersama ............... 42

Gambar 4.15 Arah pandangan dari pelaminan .................................................... 42

Gambar 4.16 Suasana di pelaminan saat makan bersama .................................. 43

Gambar 4.17 Skema posisi pelaku ritual saat bersalaman ................................... 43

Gambar 4.18 Suasana meriah saat ritual salam-salam ........................................ 43

Gambar 4.19 Skema ruang ritual ketika pengantin mengambil tumpak .............. 44

Gambar 4.20 Suasana saat prosesi pengambilan tumpak .................................... 45

Gambar 4.21 Arah pandangan saat pengantin mengambil tumpak ..................... 45

Gambar 4.22 Skema ruang saat penyerahan panggoh ........................................ 46

Gambar 4.23 Suasana setting 1 saat orang tua pihak laki-laki menghampiri

saksi ............................................................................................... 47

Gambar 4.24 Tamu tidak fokus pada ritual ........................................................ 47

Gambar 4.25 Arah pandangan ketika orang tua pihak laki-laki memberikan

sinamot ke orang tua pihak perempuan ......................................... 47

Gambar 4.26 Suasana saat prosesi pemberian panggoh ..................................... 47

Gambar 4.27 Skema ruang saat proses penyerahan panandaion di pelaminan ... 48

Gambar 4.28 Suasana penyerahan panandaion ................................................... 48

Gambar 4.29 Skema ruang ritual penyerahan tintin marangkup ........................ 49

Gambar 4.30 Suasana prosesi penyerahan tintin marangkup ............................. 50

Gambar 4.31 Skema ruang saat prosesi pemberian ulos pertama dan ketiga ...... 51

Gambar 4.32 Pelaminan sebagai latar saat prosesi pemberian ulos .................... 51

Gambar 4.33 Ulos sebagai elemen utama ........................................................... 51

Gambar 4.34 Skema ruang saat prosesi pemberian ulos ketiga .......................... 52

Gambar 4.35 Setting ruang yang tidak teratur saat prosesi pemberian ulos ....... 53

Gambar 4.36 Orang tua dan pengantin memberi ucapan terimakasih ................ 54

Gambar 4.37 Penyerahan uang olop-olop ........................................................... 54

Gambar 4.38 Skema ritual pemberian uang olop-olop ....................................... 55

Ruang dan ritual..., Yulia Vonny Sinaga, FT UI, 2012

Page 14: RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308750-S42709-Ruang dan...UNIVERSITAS INDONESIA RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU BATAK TOBA SKRIPSI Diajukan

xiii

Universitas Indonesia

Gambar 4.39 Interior ruang pernikahan ritual Shinto ......................................... 56

Gambar 4.40 Skema ruang pernikahan ritual Shinto .......................................... 57

Gambar 4.41 Arah pandangan pada setting 1 ..................................................... 58

Gambar 4.42 Arah pandangan pada setting 2 ..................................................... 58

Gambar 4.43 Prosesi memasuki kuil .................................................................. 59

Gambar 4.44 Pengantin disucikan Shinto ........................................................... 59

Gambar 4.45 Pengantin menghirup sake ............................................................ 59

Gambar 4.46 Skema ruang saat ritual penyucian dan san-sankudo .................... 60

Gambar 4.47 Pengantin perempuan memegang ranting sakaki .......................... 61

Gambar 4.48 Ranting sakaki sebagai sarana adat ............................................... 61

Ruang dan ritual..., Yulia Vonny Sinaga, FT UI, 2012

Page 15: RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308750-S42709-Ruang dan...UNIVERSITAS INDONESIA RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU BATAK TOBA SKRIPSI Diajukan

xiv

Universitas Indonesia

DAFTAR ISTILAH

Boru : keluarga yang istrinya bermarga sama dengan pengantin

Dongan tubu : saudara dari marga yang sama

Hula-hula : keluarga pihak perempuan dari suatu keluarga

Jambar : bagian tanda makanan adat yang sudah diatur pembagiannya

Olop-olop : piring berisi beras dan uang yang diberikan kepada tetua

Panandaion : media untuk memperkenalkan anggota keluarga

Pariban : anak dari adik/kakak perempuan sang ayah, secara hukum

adat bisa menjadi pasangan

Parmalim : kepercayaan animisme masyarakat Batak Toba zaman dulu

Pasu-pasu : doa restu

Raja parhata : seseorang yang dianggap mengerti ketentuan ritual adat

Setting : suatu pengaturan khusus

Sinamot : uang dari pihak laki-laki sebagai harga mahar calon istri

Suhut : tuan rumah atau pihak yang menyelenggarakan acara

Tumpak : ucapan selamat berupa uang untuk pengantin dan keluarga

Tintin marangkup : sebagian uang dari mahar calon istri

Ulaon : acara atau pesta yang diselenggarakan

Ruang dan ritual..., Yulia Vonny Sinaga, FT UI, 2012

Page 16: RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308750-S42709-Ruang dan...UNIVERSITAS INDONESIA RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU BATAK TOBA SKRIPSI Diajukan

1

Universitas Indonesia

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehidupan merupakan proses dalam menjalani beberapa tahapan

peristiwa, diawali peristiwa kelahiran dan diakhiri peristiwa kematian. Setiap

peristiwa biasanya membutuhkan proses perayaan yang dikenal dengan istilah

‘upacara’. Upacara menjadi bagian penting dalam perkembangan kehidupan

manusia dari suatu keadaan ke keadaan lain. Hal ini menjadi salah satu landasan

mengapa manusia berperan sebagai makhluk individu dan sosial. Manusia

memerlukan orang lain untuk dapat melalui setiap peristiwa, termasuk dalam

peristiwa pernikahan.

Pernikahan merupakan salah satu peristiwa penting walaupun tidak

menjadi suatu keharusan bagi setiap manusia. Oleh sebab itu, pernikahan dirasa

perlu untuk disakralkan serta dikenang oleh setiap pihak yang terlibat melalui

suatu upacara, baik upacara modern maupun upacara tradisional. Upacara

pernikahan modern biasanya diselenggarakan sebagaimana kegiatan pesta resepsi

pada umumnya, sedangkan upacara pernikahan tradisional diselenggarakan sesuai

ritual adat yang bersangkutan. Namun tidak berarti setiap pengantin hanya

menggunakan satu jenis perayaan saja. Ada kalanya pengantin menyelenggarakan

dalam bentuk pesta dan upacara adat namun dalam waktu yang tidak bersamaan.

Kelompok etnis merupakan salah satu bentuk perwujudan peran manusia

sebagai makhluk sosial. Manusia mengikuti berbagai kegiatan sesuai tradisi adat

yang bersangkutan termasuk mengikuti ritual adat. Kegiatan manusia tidak

terlepas dari ruang, baik ruang yang sudah ada maupun ruang yang baru

diciptakan. Di sinilah peran ritual adat kemudian menjadi salah satu pertimbangan

utama yang mempengaruhi penataan ruang.

Indonesia kaya akan beragam suku dengan tradisi adat masing-masing.

Namun keragaman budaya tersebut kian lama semakin memudar karena pengaruh

modernisasi. Tak dipungkiri bahwa modernisasi yang muncul saat ini tak terlepas

Ruang dan ritual..., Yulia Vonny Sinaga, FT UI, 2012

Page 17: RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308750-S42709-Ruang dan...UNIVERSITAS INDONESIA RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU BATAK TOBA SKRIPSI Diajukan

2

Universitas Indonesia

dari kebudayaan yang ada pada zaman dulu. Sayangnya saat ini tak sedikit arsitek

maupun arsitek interior yang melewatkan unsur kebudayaan dalam penciptaan

maupun penerapan desain. Padahal unsur kebudayaan sebenarnya dapat menjadi

identitas utama suatu daerah, misalnya dalam penataan ruang upacara adat.

Masyarakat Batak merupakan salah satu kelompok etnis yang masih kuat

mempertahankan tradisi ritual adat dalam berbagai tahapan peristiwa, termasuk

dalam peristiwa pernikahan. Dalam menjalankan ritual adat, masyarakat Batak

tidak hanya melibatkan pihak keluarga dekat namun juga seluruh kerabat yang

bersangkutan. Oleh sebab itu, ritual adat pada upacara pernikahan suku Batak

membutuhkan ruang dengan penataan khusus agar dapat berlangsung dengan

baik. Yang menarik, banyaknya masyarakat Batak yang mulai berpindah ke kota-

kota besar ternyata tidak menjadi penghambat mereka untuk tetap

mempertahankan tradisi. Di Jakarta, saat ini terdapat lebih dari sepuluh gedung

yang ditata khusus untuk ritual adat pernikahan suku Batak. Berikut ini adalah

beberapa gedung yang digunakan untuk upacara adat pernikahan Batak Toba.

Gedung Sejahtera (Pondok Gede)

Gedung Gorga I (Tanjung Duren), Gedung Gorga II (Pondok Bambu),

dan Gedung Gorga IV (Cililitan)

Gedung Hermina (Mampang)

Gedung Restu I dan Restu II (Tendean)

Komplek Gedung Mulia & Raja (Kebon Nanas)

Gedung Mangaraja (Perintis Kemerdekaan)

Gedung Mayoria (Kelapa Gading)

Gedung Corpatarin (Pulo Asem)

Yang menjadi pertanyaan, mengapa suku Batak membutuhkan gedung dengan

penataan ruang khusus? Inilah yang mendorong saya untuk mengetahui

bagaimana ritual adat mempengaruhi penataan ruang gedung pernikahan Batak.

sehingga dari hal tersebut saya dapat mengetahui apakah penggunaan gedung

khusus tersebut memang merupakan suatu keharusan atau suatu kebiasaan

masyarakat Batak yang tinggal di Jakarta.

Ruang dan ritual..., Yulia Vonny Sinaga, FT UI, 2012

Page 18: RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308750-S42709-Ruang dan...UNIVERSITAS INDONESIA RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU BATAK TOBA SKRIPSI Diajukan

3

Universitas Indonesia

1.2 Rumusan Masalah

Terkait dengan latar belakang di atas, muncul beberapa pertanyaan yang

akan saya jawab pada skripsi ini, yaitu :

Bagaimana ritual adat mempengaruhi setting dan kualitas ruang pada upacara

pernikahan? Bagaimana pula setting dan kualitas ruang yang terbentuk

mempengaruhi kualitas ritualnya?

1.3 Tujuan Penulisan

Skripsi ini berusaha mengungkap dan membahas pengaruh ritual adat

Toba dalam penataan ruang sehingga diharapkan dapat menjadi masukan bagi

dunia arsitektur interior dalam proses penataan ruang. Selain itu, saya juga

berusaha mengangkat makna dan nilai-nilai budaya pada aspek desain ruang di

era moderenisasi melalui pemeliharaan warisan kebudayaan.

1.4 Batasan Permasalahan

Kelompok etnis Batak terdiri dari beberapa sub-suku yang berdiam di

beberapa wilayah, yaitu suku Alas, Karo, Toba, Pakpak, Dairi, Simalungun,

Angkola, dan Mandailing. Pada skripsi ini, pembahasan dikhususkan pada

upacara pernikahan suku Batak Toba. Upacara adat pernikahan Batak Toba

memiliki beberapa rangkaian acara. Pada skripsi ini, saya membahas mengenai

upacara pesta unjuk (pesta adat) yang menjadi inti dari seluruh rangkaian acara.

Studi kasus yang dipilih adalah pesta adat yang berlangsung di Gedung Raja,

Kebon Nanas, Jakarta Timur pada bulan Februari sampai Mei 2012.

1.5 Metode Penulisan

Untuk menjawab pertanyaan pada rumusan masalah, saya menggunakan

metode analisis deskriptif melalui pengungkapan fakta pada studi kasus dan

menghubungkannya dengan teori. Saya menggunakan teori yang berhubungan

dengan manusia dan hubungan terhadap ruang yang digunakan. Selain melakukan

survey dan observasi, saya melakukan kajian studi literatur dari upacara

Ruang dan ritual..., Yulia Vonny Sinaga, FT UI, 2012

Page 19: RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308750-S42709-Ruang dan...UNIVERSITAS INDONESIA RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU BATAK TOBA SKRIPSI Diajukan

4

Universitas Indonesia

pernikahan kebudayaan lain untuk mendukung analisis studi kasus. Saya juga

menggunakan hasil rekaman video upacara pernikahan adat Batak Toba di

Jakarta. Dengan data dari hasil studi literatur, survey, observasi, serta pengamatan

video, saya berharap dapat mengumpulkan bahan untuk mendukung analisis saya.

Pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan secara kualitatif, dengan

pengumpulan data primer (observasi, survey) dan sekunder (studi literatur).

1.6 Sistematika Penulisan

BAB 1. PENDAHULUAN

Berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, batasan

permasalahan, metode penulisan, urutan penulisan, serta kerangka

berpikir.

BAB 2. MANUSIA, RITUAL, DAN SUKU BATAK TOBA

Berisi teori mengenai manusia sebagai makhluk individu dan sosial

budaya serta hubungannya dengan ritual. Bab ini juga disertai

pembahasan mengenai suku Batak Toba secara keseluruhan.

BAB 3. RUANG DAN MANUSIA

Berisi paparan teori mengenai ruang dan hubungannya dengan manusia.

BAB 4. RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN BATAK TOBA DI

JAKARTA

Berisi urutan ritual adat pernikahan dengan analisis berdasarkan kajian

teori. Bab ini juga disertai analisis pernikahan adat Jepang sebagai kasus

pembanding.

BAB 5. KESIMPULAN

Berisi kesimpulan dari keseluruhan isi skripsi serta jawaban dari

pertanyaan yang muncul.

Ruang dan ritual..., Yulia Vonny Sinaga, FT UI, 2012

Page 20: RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308750-S42709-Ruang dan...UNIVERSITAS INDONESIA RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU BATAK TOBA SKRIPSI Diajukan

5

Universitas Indonesia

Adanya gedung khusus

untuk upacara adat

pernikahan Batak Toba

TUJUAN

Mengungkap dan membahas hubungan ruang dan ritual adat.

Masukan bagi dunia arsitektur interior mengenai pengaruh

ritual dalam penataan interior.

Mengangkat makna dan nilai budaya pada aspek desain

ruang di era moderenisasi melalui pemeliharaan warisan

kebudayaan.

METODE

Studi Literatur :

Masyarakat dan kebudayaan suku Batak Toba

Studi Kasus :

Pernikahan adat Batak Toba di Jakarta

Kasus Pembanding :

Pernikahan adat Jepang

ANALISIS

Peninjauan studi kasus

berdasarkan teori

KESIMPULAN

1.7 Kerangka Berpikir

Gambar 1.1 Kerangka Proses Berpikir (Sumber : pribadi)

PERMASALAHAN

Bagaimana ritual adat mempengaruhi setting

dan kualitas ruang dan akhirnya

mempengaruhi kualitas ritualnya? Apakah

ruang memiliki peran utama?

Apakah harus dilangsungkan

di gedung tersebut? Atau

bisa di gedung lain?

KAJIAN TEORI

Manusia

Ritual dan pernikahan

Ruang dan manusia

Ruang dan ritual..., Yulia Vonny Sinaga, FT UI, 2012

Page 21: RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308750-S42709-Ruang dan...UNIVERSITAS INDONESIA RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU BATAK TOBA SKRIPSI Diajukan

6

Universitas Indonesia

BAB 2

MANUSIA, RITUAL, DAN SUKU BATAK TOBA

Manusia, secara kodrati, berperan sebagai makhluk monodualis, yaitu

makhluk individu dan makhluk sosial. Manusia memiliki peran masing-masing,

baik terhadap diri sendiri maupun lingkungan sekitar. Itulah sebabnya manusia

harus dapat menyeimbangkan hakikatnya sebagai makhluk individu dan sosial.

Disadari atau tidak, setiap manusia berusaha mengembangkan kemampuan

individu dalam memenuhi setiap kebutuhan hidup. Manusia melakukan berbagai

kegiatan untuk melalui tahapan hidup, baik secara individu maupun berkelompok.

2.1 Manusia dan Ritual

2.1.1 Manusia sebagai Makhluk Individu

Dalam bahasa latin, individu berasal dari kata individium yang berarti

tidak terbagi, serta suatu kesatuan paling kecil dan tidak terbatas (Herbert,

1934). Manusia memiliki unsur jasmani dan rohani atau raga dan jiwa

sehingga seseorang dikatakan sebagai makhluk individu jika unsur tersebut

ada dan menyatu dalam dirinya. Setiap individu memiliki faktor genotip sejak

lahir yang akhirnya menjadi karakteristik atau ciri khas (Herbert, 1934).

Tidak hanya itu, faktor lingkungan pun berperan dalam pembentukan

karakteristik setiap individu, baik faktor lingkungan fisik seperti maupun

lingkungan sosial.

Pada dasarnya manusia adalah individu yang bebas dan merdeka,

tidak terikat dengan apapun (Herbert, 1934). Manusia bebas berkembang dan

berkegiatan untuk memenuhi kebutuhan diri baik kebutuhan jiwa, rohani,

psikologis, jasmani, maupun biologis. Namun kebebasan tersebut tidak

menjamin setiap manusia dapat memenuhi kebutuhannya sendiri. Muncul

kesadaran akan „ketidakberdayaan‟ dalam memenuhi kebutuhan hidup

sehingga membutuhkan orang lain untuk dapat memenuhi kebutuhan

hidupnya. Itulah sebabnya, menurut kodratnya, manusia juga hidup sebagai

makhluk sosial.

Ruang dan ritual..., Yulia Vonny Sinaga, FT UI, 2012

Page 22: RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308750-S42709-Ruang dan...UNIVERSITAS INDONESIA RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU BATAK TOBA SKRIPSI Diajukan

7

Universitas Indonesia

2.1.2 Manusia sebagai Makhluk Sosial

Sebagai makhluk sosial, manusia tidak bisa berjalan tegak tanpa

bantuan orang lain. Ada dorongan dan kebutuhan dalam diri manusia untuk

melakukan interaksi sosial. Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik

yang saling mempengaruhi antarindividu maupun individu dengan

masyarakat. Interaksi sosial terjadi ketika ada kontak sosial dan komunikasi

antar individu (Simmel, 2001, hal.110). Interaksi sosial sifatnya dinamis,

sehingga akan membentuk adanya kelompok sosial dengan latar belakang

yang beragam.

Kelompok sosial terbentuk dari kesamaan kebutuhan antar individu

untuk memenuhi kebutuhan hidup. Di sinilah budaya menjadi salah satu

bagian dari lingkungan yang diciptakan manusia dalam berinteraksi.

Kebudayaan menjadi salah satu landasan dalam pembentukan pola hidup

masyarakat dan lingkungan sehingga pada akhirnya menjadi identitas suatu

kelompok sosial. Kebudayaan dan kehidupan manusia saling berinteraksi dan

saling mempengaruhi. Kebudayaan terbentuk dari hasil interaksi sosial antar

individu yang berkembang menyesuaikan perubahan yang terjadi. Perubahan

tersebut pun akan mempengaruhi kebudayaannya dan begitu pula sebaliknya.

“We know that you cannot explain a city-or any other

environment-until you understand the kinds of people who live in

it: their ethnic and social backgrounds, their cultural habits,

income levels, and general scheme of values.” (Dempsey, 1974,

hal. 11).

Dengan demikian, kehidupan sosial berkaitan erat dengan interaksi antar

individu, antar kelompok, antara kehidupan sosial dengan lingkungan hidup

dan alam sekitar, serta antara berbagai hal yang timbul dari aktivitas manusia.

Ruang dan ritual..., Yulia Vonny Sinaga, FT UI, 2012

Page 23: RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308750-S42709-Ruang dan...UNIVERSITAS INDONESIA RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU BATAK TOBA SKRIPSI Diajukan

8

Universitas Indonesia

2.1.3 Ritual, Pernikahan, dan Maknanya

Secara sederhana, ritual dapat dikatakan sebagai suatu kejadian yang

dilakukan secara berulang sesuai urutan dan cara tertentu, misalnya ritual

ketika makan. Ritual biasanya diawali dengan menyantap makanan pembuka,

makanan inti, dan diakhiri makanan penutup. Ritual dapat dilangsungkan

secara pribadi maupun bersama-sama dalam suatu komunitas. Menurut

Oxford Advance Learner’s Dictionary (1998), ritual adalah satu rangkaian

kegiatan yang selalu dilakukan dengan cara yang sama, terutama sebagai

bagian dari upacara keagamaan. Ketika ritual melibatkan suatu komunitas

dengan latar belakang tertentu, ritual menjadi salah satu bentuk perwujudan

dari komunitas tersebut.

Ritual biasanya dilakukan dengan cara dan teknik tertentu, baik sesuai

adat kebudayaan maupun agama. Ritual dapat menjadi faktor pembentuk

identitas karena ritual terbentuk dengan menyesuaikan kehidupan manusia

sebagai pelaksana. Dalam buku “The Rites of Passage” (1960), Arnold

menekankan bahwa ritual adalah sesuatu yang suci namun tidak mutlak

sehingga setiap ritual sebenarnya tidak harus dilakukan hanya dengan satu

tahapan atau satu cara saja. Sebuah ritual dapat dilaksanakan dalam beberapa

tahapan dan begitu juga sebaliknya. Ritual juga dapat dilaksanakan secara

bergantian karena fungsinya untuk menetralkan perubahan yang terjadi

seiring berjalannya waktu.

Kehidupan merupakan sebuah proses yang dilalui setiap individu

dalam menjalani beberapa tahapan peristiwa kehidupan (Gennep, 1960,

hal.3). Sebagai makhluk sosial, perubahan yang terjadi saat manusia melewati

tahapan tersebut mempengaruhi hubungan serta interaksi sosial. Proses

perkembangan manusia dalam kehidupan digambarkan dalam daur hidup

manusia pada gambar 2.1 dan gambar 2.2. Bagaimana perubahan terjadi

dalam hidup manusia menurut Yi Fu Tuan dan Erik Erikson digambarkan

pada skema daur hidup manusia tersebut.

Ruang dan ritual..., Yulia Vonny Sinaga, FT UI, 2012

Page 24: RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308750-S42709-Ruang dan...UNIVERSITAS INDONESIA RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU BATAK TOBA SKRIPSI Diajukan

9

Universitas Indonesia

“Marriage constitutes the most important od the transitions from one

social category to another…” (Gennep, 1960, hal.116). Itulah sebabnya

dalam menjalani sebuah pernikahan, tiap individu sebaiknya memiliki tingkat

kedewasaan yang memadai sehingga pernikahan tidak mengalami pergeseran

makna. Secara umum Yi Fu Tuan dan Erik Erikson menggambarkan daur

hidup manusia berdasarkan tahap kedewasaan yang dialami. Manusia mulai

bersikap dan merespon keadaan pada setiap peristiwa yang terjadi sehingga

tingkat kedewasaan secara tidak langsung berkembang. Daur hidup manusia

terbagi menjadi empat inti, yaitu tahap kelahiran (birth dan infancy), masa

kecil, masa dewasa, serta masa tua. Perbedaannya, Yi Fu Tuan

menggambarkan bahwa setelah melewati masa tua, manusia akan mengalami

masa kecil kedua yang disebutnya second childhood, sedangkan Erik Erikson

menjabarkan lagi beberapa tahapan sebelum manusia beranjak dari masa

kecil menuju dewasa.

Dari kedua bagan di atas, pernikahan berada pada tahap maturity

(gambar 2.1) dan tahap adulthood (gambar 2.2) sebab tingkat kedewasaan

manusia dianggap memadai sehingga makna pernikahan dapat tercapai. Pada

tahap ini, manusia mulai merespon setiap keadaan dengan rasa kepedulian

sehingga di sinilah manusia mulai menjadi contoh bagi generasi

selanjutnya.“An adult must be ready to become a numinous model in the next

generation’s eyes and to act as a judge of evil and a transmitter of ideal

values.” (Erikson, 1997, hal. 70).

Gambar 2.1 Daur Hidup Manusia 1

(Sumber : Yi-Fu Tuan, Space and Place: Time

and Place, 2005 diolah kembali)

Gambar 2.2 Daur Hidup Manusia 2

(Sumber : Erik Erikson, The Life Cycle

Completed, 1997 diolah kembali)

Ruang dan ritual..., Yulia Vonny Sinaga, FT UI, 2012

Page 25: RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308750-S42709-Ruang dan...UNIVERSITAS INDONESIA RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU BATAK TOBA SKRIPSI Diajukan

10

Universitas Indonesia

2.1.4 Pernikahan Tradisional

Secara etimologi, pernikahan berasal dari bahasa Arab, nikkah yang

berarti perjanjian perkawinan. Pada umumnya, ikatan perjanjian tersebut

diresmikan secara agama, hukum, dan sosial. Upacara pernikahan memiliki

berbagai jenis perayaan berdasarkan tradisi suku bangsa, agama, budaya, dll.

Perayaan tersebut biasanya memiliki aturan tertentu berkaitan dengan

kelompok sosial yang terlibat, misalnya variasi berdasarkan tradisi suatu

kelompok etnis. Tiap kelompok etnis memiliki tradisi kebudayaan yang tidak

sama dengan kelompok lain sehingga pada tahap inilah upacara tradisional

menjadi salah satu media atau sarana manusia untuk berperan sebagai

makhluk sosial budaya. Upacara tradisional dilangsungkan bukan sekedar

formalitas semata. Setiap ritual adat memiliki nilai dan makna berdasarkan

kepercayaan kelompok etnis masing-masing. Oleh sebab itu, upacara

tradisional kerap dilaksanakan juga pada acara pernikahan. Upacara

tradisional perlu dipertahankan sampai generasi selanjutnya untuk dapat

mempertahankan identitas budaya serta makna yang terkandung, walaupun

pelaksanaanya akan tetap beradaptasi dengan lingkungan pada zamannya.

Pengetahuan mengenai latar belakang kebudayaan harus dipahami oleh

sekelompok orang yang terlibat sebagai respon dari apa yang dilakukan

(Baldwin, 2006, hal 93).

Dengan ragam suku budaya yang dimiliki, Indonesia memiliki

berbagai macam upacara pernikahan tradisional dengan rangkaian ritual adat,

dari mulai persiapan sampai hari pelaksanaan. Berikut ini adalah contoh

rangkaian ritual upacara pernikahan tradisional suku Betawi dan Jawa.

1) Pernikahan Tradisional Suku Betawi

Untuk sampai ke jenjang pernikahan, masyarakat Betawi

melalui berbagai tahapan yang diawali tahap ngelamar (nglamar) atau

lamaran. Setelah proses ngelamar diterima, kedua belah pihak akan

melanjutkan ke acara bawa tande putus. Tande putus adalah tanda

ikatan dimana none calon mantu tidak dapat diganggu gugat oleh

pihak lain. Sebelum akad nikah, ada beberapa rangkaian pra-akad

Ruang dan ritual..., Yulia Vonny Sinaga, FT UI, 2012

Page 26: RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308750-S42709-Ruang dan...UNIVERSITAS INDONESIA RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU BATAK TOBA SKRIPSI Diajukan

11

Universitas Indonesia

nikah yang dijalani, mulai dari masa dipiare, siraman, tangas atau

kum, dan ngerik atau malem pacar. Rangkaian ini memiliki makna

untuk kelancaran acara akad nikah. Acara paling penting dalam

sebuah pernikahan adalah akad nikah dimana pengantin disatukan

secara agama. Setelah itu, acara dilanjutkan dengan acara negor dan

pulang tige ari, yaitu acara dimana pengantin laki-laki mulai

diizinkan menginap di rumah pengantin perempuan.

2) Pernikahan Tradisional Suku Jawa

Pernikahan suku Jawa juga memiliki rangkaian acara yang

diawali dengan acara pinangan oleh pihak laki-laki kepada pihak

perempuan. Jika pinangan diterima, kedua pengantin akan melalui

acara berikutnya, antara lain acara siraman, upacara ngerik, upacara

midodareni, acara srah-srahan atau peningsetan, serta nyantri.

Rangkaian acara ini dilaksanakan untuk kelancaran acara inti, yaitu

pelaksanaan ijab sesuai agama yang dianut. Rangkain acara tak henti

sampai pelaksanaan ijab. Setelah pengantin resmi menjadi pasangan

suami istri secara agama, acara dilanjutkan dengan upacara panggih,

balangan suruh, ritual wiji dadi, ritual dhahar klimah, mertui atau

mapag besan, serta upacara sungkeman. Seluruh rangkaian acara yang

dilewati tentu memiliki makna sesuai adat istiadat Jawa.

Gambar 2.3 Pernikahan Tradisional Suku Betawi

(Sumber : http://www.salwedding.com/pernikahan-adat-betawi/, 2 Juni 2012)

Gambar 2.4 Pernikahan Tradisional Suku Jawa

(Sumber : http://arisikarep.blogspot.com/, 2 Juni 2012)

Ruang dan ritual..., Yulia Vonny Sinaga, FT UI, 2012

Page 27: RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308750-S42709-Ruang dan...UNIVERSITAS INDONESIA RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU BATAK TOBA SKRIPSI Diajukan

12

Universitas Indonesia

2.2 Suku Batak Toba

Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa dari Sabang sampai Merauke.

Tiap suku memiliki budaya lokal yang menjadi cara hidup masyarakat setempat

serta identitas suku itu sendiri. Identitas budaya dari suatu kelompok etnis dapat

terlihat dari berbagai cara, baik secara visual maupun non-visual. Ritual adat

merupakan salah satu cara untuk menunjukkan identitas budaya.

Setiap kelompok etnis memiliki ritual adat, begitu juga masyarakat suku

Batak. Suku Batak merupakan salah satu dari ratusan kelompok etnis di

Indonesia. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata „batak‟ memiliki dua

arti. Pertama berarti orang dari sub-etnis yang tinggal di Sumatera Utara dan yang

kedua berarti petualang atau pengembara. Suku Batak terdiri dari enam kelompok

etnis, yaitu suku Mandailing dan Angkola di bagian selatan pulau, Toba di bagian

tengah, Pakpak atau Dairi di bagian barat utara, Karo di bagian utara dan

Simalungun di bagian timur utara (Sibeth, 1991).

2.2.1 Bahasa dan Keseharian

Bahasa merupakan unsur penting dalam berkomunikasi. Keragaman

suku bangsa di Indonesia hadir dengan keragaman bahasa. Selain bahasa

Indonesia, masyarakat Batak memiliki banyak bahasa sesuai kelompok suku

Gambar 2.5 Peta Pembagian Suku Batak

(Sumber : Sibeth, THE BATAK: Peoples of the Island of Sumatra, 1991)

Ruang dan ritual..., Yulia Vonny Sinaga, FT UI, 2012

Page 28: RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308750-S42709-Ruang dan...UNIVERSITAS INDONESIA RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU BATAK TOBA SKRIPSI Diajukan

13

Universitas Indonesia

masing-masing. Bahasa berperan penting dalam upacara adat Batak karena

umumnya ritual dijalankan dengan menggunakan bahasa Batak. Untuk

masyarakat Batak Toba, bahasa Batak berdialek Batak Toba adalah bahasa

yang digunakan, baik sehari-hari maupun dalam upacara adat. Etnis Batak

merupakan bagian dari golongan ras Austronesia sehingga bahasa Batak Toba

memiliki persamaan dengan bahasa Austronesia, misalnya kata tiga. Dalam

bahasa Toba, tiga disebut tolu dan dalam bahasa Austronesia telu.

Melihat lokasi tempat mereka berdiam, sebagian besar masyarakat

suku Batak Toba berprofesi sebagai petani. Masyarakat suku Batak Toba

hidup dalam suasana gotong royong dan mengutamakan sistem musyawarah

sebelum melakukan suatu kegiatan yang penting (Depdikbud, 1978).

2.2.2 Agama dan Kepercayaan

Sebelum agama masuk, masyarakat Batak Toba menganut sistem

animisme dengan istilah parmalim atau parbaringin. Menurut mereka, dunia

awalnya hanya terdiri dari langit dan laut di bawahnya. Saat itu keberadaan

bumi belum diketahui sehingga keberadaan manusia pun belum ada. Mereka

percaya sang pencipta bumi hidup di langit. Orang Batak Toba mempercayai

bahwa Mula Jadi Na Bolon lah pencipta alam semesta. Dalam bahasa

Indonesia, Mula Jadi Na Bolon berarti Maha Kuasa atau Maha Besar yang

ada dari awal penciptaan. Menurut mereka, Mula Jadi Na Bolon terbagi

menjadi tujuh lapisan di langit yang tiap lapisannya berpenghuni. Mula Jadi

Gambar 2.6 Kegiatan Bertani

(Sumber : http://pabersinaga.wordpress.com/,

15 Mei 2012)

Gambar 2.7 Masyarakat Bermusyawarah

(Sumber : Sibeth, THE BATAK: Peoples of

the Island of Sumatra, 1991)

Ruang dan ritual..., Yulia Vonny Sinaga, FT UI, 2012

Page 29: RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308750-S42709-Ruang dan...UNIVERSITAS INDONESIA RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU BATAK TOBA SKRIPSI Diajukan

14

Universitas Indonesia

Na Bolon memiliki kekuasaan di atas langit yang terwujud dalam Debata

Natolu. Debata Natolu berbentuk tiga benua pada alam semesta, yaitu Benua

Bawah, Benua Tengah, dan Benua Atas. Ketiga benua dipimpin triniti Dewa

dari keturunan Mula Jadi Na Bolon, yaitu Batara Guru, Mangalabulan, dan

Soripada.

Selain Mula Jadi Na Bolon, mereka percaya adanya dewa Asiasi yang

memiliki tempat dan fungsi di dunia.“There is some evidence that Debata

Asiasi can be seen as the balance and unity of trinity of gods (i.e. the three

sons of Mula Jadi). In this sense he is nothing more than a manifestation of

the highest god, Mula Djadi.” (StÖhr, 1967, hal 10). Jadi, masyarakat Batak

memercayai adanya lima dewa yang berperan dalam ritual pada saat itu.

Peran kelima dewa tersebut dibutuhkan terutama saat berdoa.

Seiring berjalannya waktu, agama mulai masuk ke suku Batak dan

mayoritas dari mereka mulai menganut agama Kristen pada tahun 1861

(Depdikbud, 1978, hal. 18). Pengetahuan awal mengenai agama Kristen

berasal dari tulisan seorang misionaris Jerman dan Belanda mengenai

kepercayaan suku Batak pada abad tersebut. Sekitar tahun 1862, seorang

misionaris Jerman, Dr. Ludwig Ingwer Nommensen, memulai misi kristiani

dengan menerjemahkan Kitab Perjanjian Baru Alkitab ke bahasa Batak Toba

dan dilanjutkan Kitab Perjanjian Lama oleh P. H. Johannsen pada tahun 1891.

Masyarakat suku Batak Toba dengan cepat mulai memahami agama Kristen

sehingga awal abad ke-20 agama Kristen mulai dijadikan sebagai identitas

walaupun masih ada sebagian yang menganut agama lain.

Gambar 2.8 Bentuk Pemujaan Sebelum Agama Masuk

(Sumber : Sibeth, THE BATAK: Peoples of the Island of Sumatra, 1991)

Ruang dan ritual..., Yulia Vonny Sinaga, FT UI, 2012

Page 30: RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308750-S42709-Ruang dan...UNIVERSITAS INDONESIA RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU BATAK TOBA SKRIPSI Diajukan

15

Universitas Indonesia

2.2.3 Konsep Kekerabatan

Sesuai dengan kodratnya sebagai manusia, masyarakat Batak Toba

tidak hanya hidup secara individu. Mereka menyadari perlunya hidup

bersosialisasi dengan orang lain. Oleh sebab itu, masyarakat Batak Toba

memegang kuat hubungan kekerabatan sesuai adat istiadat nenek moyang

mereka. Hubungan kekerabatan keluarga sangat penting bagi komunitas pada

zaman dahulu. Bagi mereka, bentuk hubungan kekerabatan muncul

berdasarkan garis keturunan yang muncul dari silsilah kelompok marga

(Sibeth, 1991).

Dalam tradisi Batak, anggota dalam kelompok marga memiliki ikatan

hubungan sedarah. Berdasarkan sosiologis, hubungan kekerabatan muncul

dari perpaduan kelompok marga atau karena pernikahan. Bagi masyarakat

Batak, bagian terpenting pada hubungan sosial adalah keluarga besar dari tiga

sampai empat generasi sebelumnya, sedangkan bagian terkecil adalah

keluarga kecil yang terdiri dari orang tua, suami istri, dan anak. Hubungan

kekerabatan masyarakat suku Batak Toba memiliki peranan penting dalam

setiap peristiwa, termasuk dalam peristiwa pernikahan. Setiap ritual adat yang

dilakukan tak terlepas dari peran setiap individu sesuai dengan hubungan

kekerabatan.

Gambar 2.9 Gereja HKBP Sipintu-pintu Silangit di Sumatera Utara

(Sumber : http://rumametmet.com/2008/09/13/gereja-gereja-di-silindung-humbang-toba/,

10 Juni 2012)

Ruang dan ritual..., Yulia Vonny Sinaga, FT UI, 2012

Page 31: RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308750-S42709-Ruang dan...UNIVERSITAS INDONESIA RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU BATAK TOBA SKRIPSI Diajukan

16

Universitas Indonesia

2.2.4 Konsep Adat

Setiap kelompok etnis memiliki konsep adat yang menjadi identitas,

termasuk masyarakat Batak Toba. Dalam menjalani kehidupan, masyarakat

suku Batak Toba menganut prinsip yang dikenal dengan hamoraon,

hagabeon, dan hasangapon.

1. Hamoraon atau nilai kekayaan.

Mereka mencari banyak rezeki untuk hidup dengan bekerja keras.

Kekayaan yang dimaksud tidak hanya dalam bentuk materi tetapi juga

jumlah anak atau keturunan.

2. Hagabeon atau nilai keturunan.

Keturunan merupakan hal penting untuk meneruskan garis keturunan

dalam silsilah keluarga. Biasanya anak laki-laki lebih diutamakan

karena mereka akan meneruskan marga sampai keturunan berikutnya.

3. Hasangapon atau nilai kedudukan atau jabatan.

Nilai hasangapon adalah nilai tambahan apabila mereka memiliki

kedudukan atau jabatan pada setiap pekerjaan. Bila tidak tercapai oleh

yang bersangkutan, kesuksesan sang anak juga dapat menjadi

pertimbangan.

Selain itu, masyarakat Batak juga memiliki adat istiadat warisan

leluhur berupa falsafah “Dalihan na tolu” yang terdiri dari somba marhula-

hula (hormat kepada saudara pihak istri), manat mardongan tubu (bersikap

hati-hati kepada saudara semarga), serta elek marboru (sifat membujuk

kepada saudara perempuan). Dalihan na tolu merupakan konsep hubungan

kekeluargaan karena adanya pernikahan dan merupakan dasar dari aspek

kehidupan mereka sejak lahir sampai mati (Siahaan, 1999, hal 26).

Suku Batak Toba adalah salah satu suku yang masih memegang adat

dan prinsip hidup dalam menjalani kehidupan. Oleh sebab itu, unsur dalihan

na tolu diterapkan dalam upacara adat, seperti upacara mendirikan rumah

baru, kelahiran, pernikahan, kematian, dll. Unsur dalihan na tolu memiliki

Ruang dan ritual..., Yulia Vonny Sinaga, FT UI, 2012

Page 32: RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308750-S42709-Ruang dan...UNIVERSITAS INDONESIA RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU BATAK TOBA SKRIPSI Diajukan

17

Universitas Indonesia

peranan penting di setiap upacara. Tanpa adanya unsur tersebut, upacara adat

tidak terlaksana dengan baik sehingga kehadiran unsur pelaku adat tersebut

sangat diharapkan di seluruh upacara adat. Dapat disimpulkan bahwa

hubungan kekerabatan yang dilibatkan dalam upacara adat menjadi bukti

pentingnya peran manusia sebagai makhluk sosial.

2.2.5 Konsep Pernikahan

Sebagai manusia, masyarakat Batak Toba mengalami daur hidup sejak

lahir sampai mati dan pernikahan adalah salah satunya. Pernikahan suku

Batak bermakna sebagai penyatuan dua marga yang terlibat melalui

pelaksanaan upacara adat. Masyarakat Batak percaya upacara adat dapat

mempererat hubungan antarkeluarga yang bersangkutan sampai ke generasi

selanjutnya. Pada suku Batak Toba, jika seorang laki-laki akan menikah,

dianjurkan agar calon istrinya berasal dari marga yang sama dengan sang Ibu

(dikenal dengan istilah pariban) agar semakin mendukung hubungan

kekerabatan dengan keluarga sang Ibu (hula-hula).

Sesuai dengan konsep Dalihan Na Tolu, terdapat tiga peran penting

dalam upacara adat pernikahan Batak Toba.

Hula-hula

Hula-hula adalah sapaan terhadap orang tua dan saudara laki-laki dari

pengantin perempuan, terdiri dari tulang, tulang rorobot, bona tulang,

bona ni ari, dll.

Dongan tubu

Dongan tubu adalah orang-orang yang memiliki marga sama dengan

suhut (keluarga yang menggelar acara).

Boru

Pada acara adat, boru adalah para suami dari anak pihak perempuan

suhut dan suami dari anak perempuan dongan tubu.

Seorang istri yang baru menikah memiliki kepemilikan atas marga sang

suami tetapi biasanya mereka tetap mencantumkan marga asli mereka di

belakang marga suami, misalnya Ibu Rosa Simanjuntak, br. Sidabutar

Ruang dan ritual..., Yulia Vonny Sinaga, FT UI, 2012

Page 33: RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308750-S42709-Ruang dan...UNIVERSITAS INDONESIA RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU BATAK TOBA SKRIPSI Diajukan

18

Universitas Indonesia

(Simanjuntak adalah marga sang suami, dan Sidabutar marga asli). Hal ini

penting untuk mempererat hubungan kekeluargaan, terutama hula-hula.

Dulu masyarakat Batak menikah saat berumur 20 tahun dan biasanya

melalui rencana keluarga terutama orang tua (sistem perjodohan). Pernikahan

tanpa sistem perjodohan biasanya dikarenakan sudah ada pilihan dari kedua

calon pengantin itu sendiri. Di sini, kedua calon pengantin dibebaskan

memilih pasangan karena dianggap memiliki tingkat kedewasaan yang

memadai pada tahap maturity (gambar 2.1) dan tahap adulthood (gambar

2.2). Satu-satunya batasan dalam memilih pasangan adalah tidak

diperkenankannya memilih pasangan dari marga yang sama. Aturan ini tidak

boleh dilanggar karena akan berdampak pada hubungan kekerabatan

keluarga. Di daerah pedesaan, pemilihan pasangan biasanya didominasi

kesamaan daerah asal. Hal ini dipengaruhi karena mereka sudah saling

mengenal dan terdapat hubungan sosial antar kedua orang tua. Orang tua

memiliki peranan penting dalam hubungan calon mempelai sebab ketentuan

proses pernikahan biasanya diserahkan sepenuhnya kepada orang tua.

Bagi masyarakat Batak Toba, hal penting dalam proses perkenalan

antara kedua pihak adalah saat melakukan negosiasi harga mahar calon

pengantin perempuan. Proses negosiasi terdengar seolah-olah seperti proses

pembelian, namun dalam kenyataannya hal ini merupakan sebuah

kompensasi untuk keluarga pengantin perempuan karena anak perempuannya

akan diserahkan ke pihak laki-laki setelah menikah. Harga mahar (sinamot)

ditentukan berdasarkan status sosial orang tua dan kualitas pendidikan calon

pengantin perempuan. Semakin tinggi status sosial dan kualitas

pendidikannya, semakin tinggi harga mahar yang harus dibayar pihak laki-

laki. Proses ini merupakan proses awal dari rangkaian pernikahan adat Batak

Toba. Hubungan yang tercipta antarkeluarga tidak hanya mempengaruhi

hubungan pengantin saja, tetapi juga hubungan kedua keluarga. Inilah

sebabnya, perceraian jarang terjadi pada masyarakat Batak.

Ruang dan ritual..., Yulia Vonny Sinaga, FT UI, 2012

Page 34: RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308750-S42709-Ruang dan...UNIVERSITAS INDONESIA RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU BATAK TOBA SKRIPSI Diajukan

19

Universitas Indonesia

2.2.6 Sarana Adat

1. Kain Ulos

Selain sebagai identitas, kain ulos kerap kali digunakan untuk

mendukung acara adat, termasuk dalam acara pernikahan. Sebelum

pengaruh Eropa masuk, masyarakat Batak Toba menggunakan ulos

sebagai pakaian sehari-hari. Hampir seluruh masyarakat Batak dapat

menenun kain ulos. Namun keahlian mereka dalam menenun kian lama

kian menghilang karena masuknya bahan produksi Eropa. Namun

karena banyaknya permintaan, perempuan Batak masih terus menenun

kain ulos untuk dijual di pasar daerah Kabanjahe dan Pematang Siantar.

Saat ini penggunaan ulos sehari-hari jarang ditemukan dan lebih sering

digunakan pada upacara adat.

Dalam upacara pernikahan, ulos tidak hanya digunakan sebagai

busana tradisional namun juga sebagai sarana ritual. Kain ulos

menunjukkan harapan keberuntungan dan kebahagiaan pasangan yang

baru menikah serta membentuk hubungan kekerabatan kedua keluarga.

Pemberian kain ulos merupakan momen utama dalam pernikahan

karena menjadi sarana keluarga untuk memberi doa dan harapan bagi

pasangan baru. Prosesi pemberian kain ulos tidak diberikan begitu saja.

Ulos diberikan dengan cara diselimutkan ke pasangan pengantin untuk

menyatukan mereka. Biasanya prosesi pemberian ulos juga disertai

dengan doa restu (pasu-pasu). Melihat pentingnya peran kain ulos

dalam upacara adat, tidak berlebihan jika dikatakan bahwa kain ulos

merupakan bagian penting dari kehidupan masyarakat Batak Toba.

Kain ulos memiliki beberapa jenis sesuai maknanya masing-

masing. Kapan digunakan, pada siapa diberikan, dan dalam upacara apa

digunakan menjadi pertimbangan dalam menggunakan kain ulos. Pada

acara pernikahan, ada dua jenis kain ulos yang digunakan, yaitu ulos

ragidup dan ragi hotang. Kedua ulos digunakan sebagai lambang

kehidupan, restu, dan harapan dari para keluarga.

Ruang dan ritual..., Yulia Vonny Sinaga, FT UI, 2012

Page 35: RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308750-S42709-Ruang dan...UNIVERSITAS INDONESIA RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU BATAK TOBA SKRIPSI Diajukan

20

Universitas Indonesia

Proses pemberiannya juga dibagi menjadi beberapa tahapan. Pada

tahap pertama yang dikenal dengan istilah ulos na marhadohoan, ulos

diberikan dari pihak perempuan kepada pihak laki-laki sedangkan tahap

kedua yang dikenal dengan istilah ulos holong diberikan oleh kedua

keluarga (termasuk hula-hula) kepada kedua pengantin.

Gambar 2.10 Ulos Ragi Hotang dan Ulos Ragidup

(Sumber : Sibeth, THE BATAK: Peoples of the Island of Sumatra, 1991)

Tabel 2.1 Pembagian Prosesi Pemberian Ulos pada Upacara Pernikahan

(Sumber: Drs. Richard Sinaga, Perkawinan Adat Dalihan Natolu, 1998 diolah kembali)

Ruang dan ritual..., Yulia Vonny Sinaga, FT UI, 2012

Page 36: RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308750-S42709-Ruang dan...UNIVERSITAS INDONESIA RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU BATAK TOBA SKRIPSI Diajukan

21

Universitas Indonesia

2. Musik Gondang

Menurut tradisi Batak, gondang adalah seperangkat alat musik,

ansambel musik, serta komposisi lagu. Gondang umumnya dimainkan

beserta tari tor-tor. Komposisi musik gondang tergolong unik.

Walaupun terbagi dalam tangga nada yang sama dengan musik pada

umumnya, penyusunan nada pada gondang berbeda dan hanya memiliki

lima tingkatan nada.

Berbagai jenis lagu yang dimainkan biasanya tergantung niat dan

tujuan pemimpin adat. Anggapan sakral terhadap gondang membuat

para pemusik gondang mendapat penghormatan tinggi. Gondang

digunakan hampir dalam semua kegiatan tradisional Batak, seperti pesta

kelahiran, kematian, pernikahan, dll. Selain sebagai hiburan, gondang

juga memiliki nilai magis. Namun masuknya agama dan pengaruh

budaya modern telah merubah banyak hal. Di sebagian besar

pertunjukan, gondang hanya dimainkan sebagai hiburan. Kesakralan

gondang mulai luntur dan banyak dari mereka yang tidak mengerti

makna permainan gondang.

3. Tari Tor-tor

Tari tor-tor adalah tarian tradisional Batak Toba yang gerakannya

seirama dengan iringan musik gondang. Tradisi menari tor-tor pada

umumnya berlangsung pada masyarakat Batak di wilayah Samosir,

Toba. Menurut sejarah, tari tor-tor hanya digunakan dalam ritual

Gambar 2.11 Musik Gondang

(Sumber : http://ali962.blogspot.com/, 5 Juni 2012)

Ruang dan ritual..., Yulia Vonny Sinaga, FT UI, 2012

Page 37: RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308750-S42709-Ruang dan...UNIVERSITAS INDONESIA RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU BATAK TOBA SKRIPSI Diajukan

22

Universitas Indonesia

tertentu untuk memanggil roh. Namun seiring masuknya agama,

mulai tahun 1970 hampir di semua kegiatan adat terdapat tari tor-tor

tanpa ada nilai magis di dalamnya, termasuk saat upacara pernikahan.

2.3 Kesimpulan

Kelompok etnis Batak Toba adalah salah satu bentuk peran manusia

sebagai individu dan sosial. Hidup bersosialisasi dianggap penting sehingga

sistem ini diterapkan dalam setiap peristiwa kehidupan. Peran keluarga pun

menjadi bagian penting di dalamnya. Tak dipungkiri bahwa tanpa keluarga,

makna dalam setiap peristiwa sulit diperoleh. Itulah sebabnya mereka memegang

kuat konsep kekerabatan dan konsep adat sebagai bentuk dari interaksi sosial.

Dalam upacara adat, konsep adat memiliki peranan penting, dalam bentuk

ritual dan sarana adat. Sebagai contoh, penggunaan kain ulos sebagai sarana adat

dalam upacara pernikahan. Ulos tidak hanya digunakan sebagai sarana adat tetapi

memiliki makna sebagai bentuk perwujudan dari hubungan kekerabatan baru

antara dua keluarga yang terbentuk dari ikatan pernikahan. Dengan demikian,

hubungan konsep kekerabatan yang mereka miliki tetap tercapai. Selain itu,

kesenian tradisional yang mereka miliki seperti musik gondang dan tari tor-tor

juga kerap digunakan walaupun sudah mengalami pergeseran makna seiring

dengan masuknya agama.

Gambar 2.12 Tari Tor-tor

(Sumber : http://tanobatak.wordpress.com/2007/08/19/tortor-dan-ulos/, 5 Juni 2012)

Ruang dan ritual..., Yulia Vonny Sinaga, FT UI, 2012

Page 38: RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308750-S42709-Ruang dan...UNIVERSITAS INDONESIA RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU BATAK TOBA SKRIPSI Diajukan

23

Universitas Indonesia

BAB 3

RUANG DAN MANUSIA

Bangunan, biar benda mati namun tidak berarti tak “berjiwa”,…sesuatu

yang sebenarnya selalu dinapasi oleh kehidupan manusia, oleh watak dan

kecenderungan-kecenderungan (Mangunwijaya, 1992, hal 25).

3.1 Ruang dan Kualitasnya

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ruang adalah sebuah rongga tak

terbatas atau tempat segala sesuatu yang ada. Sebuah ruang secara tidak langsung

dapat terdefinisi saat manusia berada dan berkegiatan di dalamnya. Oleh sebab

itu, kualitas ruang yang terbentuk pada suatu tempat berbeda dengan kualitas

ruang di tempat lainnya. Kualitas ruang hadir tergantung dari manusia sebagai

penggunanya sehingga sifatnya lebih subyektif. Perbedaan pengalaman dan

kepribadian yang dimiliki manusia membuat kualitas ruang yang juga berbeda.

Namun kesamaan yang dimiliki sekelompok orang, misalnya ras, agama, dll dapat

menghasilkan kualitas ruang yang sama.

Untuk dapat merasakan kualitas ruang, indera manusia memiliki peranan

penting. Menurut Laurens (2004), informasi tentang ruang yang ditangkap

manusia melalui indera mempengaruhi pikiran manusia yang membentuk persepsi

terhadap ruang tersebut. Persepsi adalah kegiatan mengumpulkan, menyusun, dan

mengambil rasa (sense) terhadap informasi-informasi yang didapat dari

lingkungan sekitar. Berikut indera-indera yang berperan.

Indera penglihatan (vision)

Penglihatan merupakan indera yang paling dominan dalam

memperoleh informasi (Hall, 1966). Dengan indera penglihatan,

manusia dapat memperoleh informasi walaupun dalam jarak yang

tidak terlalu dekat. Penglihatan dapat mengidentifikasi makanan,

manusia, bentuk fisik suatu material, dll dalam jarak tertentu. Selain

Ruang dan ritual..., Yulia Vonny Sinaga, FT UI, 2012

Page 39: RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308750-S42709-Ruang dan...UNIVERSITAS INDONESIA RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU BATAK TOBA SKRIPSI Diajukan

24

Universitas Indonesia

itu, penglihatan juga dapat mengarahkan pergerakan manusia serta

mengumpulkan informasi yang dirasakan secara emosional.

Indera pendengaran (hearing)

Walaupun informasi yang didapat tidak sebanyak indera penglihatan,

namun indera pendengaran sangat mempengaruhi perasaan manusia

secara emosional. Informasi seperti alunan musik, aliran air, suara

orang, dll dapat diperoleh melalui indera ini. Informasi yang tidak

terlihat juga dapat diperoleh dengan bantuan indera pendengaran

walaupun hasilnya tidak sesempurna dengan apa yang ditangkap

langsung oleh mata.

Indera pendengaran juga memiliki batasan. Suara pada jarak hampir

seperempat mil sulit untuk terdeteksi (Hall, 1966, hal 43). Oleh sebab

itu jarak juga mempengaruhi informasi yang diperoleh sehingga

menghasilkan perbedaan persepsi antar individu.

Indera penciuman (smell)

Informasi tentang ruang juga dapat diperoleh dengan indera

penciuman, misalnya bau makanan, bau material, dll. Dibandingkan

indera lainnya, indera penciuman tidak terlalu dapat dikembangkan.

Namun indera penciuman dapat menyimpan memori yang lebih dalam

dibandingkan indera lainnya. (Hall, 1966, hal. 45).

Gambar 3.1 Ilustrasi Pengaruh Indera Pendengaran

(Sumber : Hall, The Hidden Dimension, 1966, hal. 45)

Ruang dan ritual..., Yulia Vonny Sinaga, FT UI, 2012

Page 40: RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308750-S42709-Ruang dan...UNIVERSITAS INDONESIA RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU BATAK TOBA SKRIPSI Diajukan

25

Universitas Indonesia

Indera peraba (touch)

Indera peraba digunakan untuk memperoleh informasi dengan

merasakan sifat permukaan. Berbeda dengan indera lainnya, indera ini

bekerja jika ada sentuhan yang dirasakan secara langsung. Sebagai

contoh, kita perlu meletakkan telapak tangan pada permukaan laintai

untuk dapat merasakan tekstur lantai licin atau kasar, dingin atau

hangat, dll.

Seluruh rangsangan yang ditangkap kemudian diterima dan diolah untuk

menghasilkan informasi baru melalui proses kognitif (Surya, 2004). Proses

terbentuk dari hubungan antara tubuh (internal world), fisik (external world), dan

sosial (social world). Oleh sebab itu, interpretasi manusia terhadap ruang tidak

selalu sama, tergantung perkembangan pemikiran manusia terhadap

lingkungannya.

3.2 Elemen Ruang

Ruang terbentuk dari elemen konseptual seperti titik, garis, bidang, dan

volume. Elemen tersebut membentuk elemen visual yang dapat menghasilkan

kualitas ruang. Kualitas ruang dapat mempengaruhi pemahaman manusia terhadap

ruang itu sendiri. Berikut ini adalah elemen pembentuk ruang yang dapat menjadi

penentu kualitas ruang.

Dimensi (Proporsi dan Skala)

Proporsi merujuk pada hubungan antara satu bagian dengan bagian

lainnya atau dengan bagian keseluruhan, sedangkan skala merujuk

pada kesesuaian ukuran elemen-elemen ruang. Dimensi ruang

memiliki pengaruh terhadap persepsi manusia (Orr, 1987, hal.10).

Manusia biasanya menggunakan tubuhnya sendiri untuk merasakan

sebuah ruang sehingga sebuah persepsi muncul dari apa yang

dilakukan manusia. Apa yang dapat manusia lakukan di dalamnya

mempengaruhi pengalaman ruang yang dialami (Hall, 1966, hal. 54).

Sebagai contoh, ruang yang memungkinkan manusia bergerak 1-2

Ruang dan ritual..., Yulia Vonny Sinaga, FT UI, 2012

Page 41: RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308750-S42709-Ruang dan...UNIVERSITAS INDONESIA RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU BATAK TOBA SKRIPSI Diajukan

26

Universitas Indonesia

langkah menghasilkan pengalaman yang berbeda dengan ruang yang

memungkinkan pergerakan sebanyak 15-20 langkah. Contoh lain

misalnya ruang dengan ceiling yang dapat disentuh akan menghasilkan

pengalaman yang berbeda dengan ruang yang memiliki ceiling tinggi.

Bukaan (Pandangan dan Cahaya)

Bukaan yang ada pada sebuah ruang ikut mempengaruhi kualitas

ruang. Bentuk dan letak bukaan mempengaruhi pandangan serta

cahaya yang masuk. Bukaan yang kecil cenderung membatasi

pandangan seseorang dalam sebuah ruang dan begitu juga sebaliknya.

Adanya cahaya yang masuk juga menghasilkan kualitas ruang yang

berbeda, misalnya kualitas ruang saat siang hari dan malam hari.

Bentuk

Penataan ruang terbagi menjadi dua, yaitu ruang sosiopetal dan ruang

sosiofugal (Laurens, 2004, hal. 120). Tatanan sosiopetal merujuk pada

tatanan yang mampu memfasilitasi interaksi sosial, misalnya tatanan

Gambar 3.2 Ilustrasi Pengaruh Dimensi Ruang

(Sumber : Hall, The Hidden Dimension, 1966, hal. 54)

Gambar 3.3 Ilustrasi Pengaruh Bukaan (Sumber : pribadi)

Ruang dan ritual..., Yulia Vonny Sinaga, FT UI, 2012

Page 42: RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308750-S42709-Ruang dan...UNIVERSITAS INDONESIA RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU BATAK TOBA SKRIPSI Diajukan

27

Universitas Indonesia

meja makan yang berhadapan satu sama lain sehingga pengguna dapat

berinteraksi. Berlawanan dengan sosiopetal, tatanan sosiofugal justru

dapat mengurangi interaksi sosial, misalnya tatanan tempat duduk

yang saling membelakangi pada ruang tunggu. Selain itu, penataan

yang terbentuk juga dapat menjadi batasan pada ruang itu sendiri.

Permukaan (Warna, Tekstur, dan Pola)

Ruang tidak hanya dilihat tapi juga dirasakan. Permukaan menjadi

salah satu media untuk dapat merasakan ruang. Warna, tekstur, dan

pola dapat membentuk kualitas ruang yang didukung melalui

penglihatan secara visual, misalnya penggunaan warna-warna gelap

yang cenderung menghasilkan kualitas ruang lebih hangat

dibandingkan warna terang.

3.3 Ruang dan Tingkat Kepadatan

Sebagai pengguna, tingkat kepadatan manusia di dalam ruang juga perlu

menjadi pertimbangan dalam pembentukan ruang. Tingkat kepadatan diukur dari

banyaknya jumlah individu dalam suatu batas ruang dengan jarak yang sama

besar antarindividu. Semakin bertambahnya jumlah individu pada sebuah ruang

dengan luas yang sama akan mengakibatkan tingkat kepadatan yang tinggi.

Gambar 3.5 Penataan Sosiofugal

pada Ruang Tunggu (Sumber : Hall,

The Hidden Dimension, 1966, hal 46)

Gambar 3.4 Penataan Sosiopetal pada

Ruang Makan

(Sumber : http://rumahinterior.net/meja-

makan, 30 Mei 2012)

Ruang dan ritual..., Yulia Vonny Sinaga, FT UI, 2012

Page 43: RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308750-S42709-Ruang dan...UNIVERSITAS INDONESIA RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU BATAK TOBA SKRIPSI Diajukan

28

Universitas Indonesia

Kepadatan dapat dilihat dari dua aspek, yaitu kepadatan ruang atau

kepadatan sosial. Kepadatan ruang terjadi karena luas ruangan yang terlalu sempit

untuk jumlah individu di dalamnya, sedangkan kepadatan sosial terjadi karena

jumlah individu yang terlalu banyak untuk ruang yang tersedia. Itulah sebabnya,

perhitungan mengenai tingkat kepadatan lebih baik tidak dihitung dari jumlah

individu per unit area tetapi dari jumlah dan kedekatan seseorang dalam suatu

komunitas pada suatu area (Knowles, 1979).

Kepadatan berbeda dengan kesesakan. Menurut Stokols (1972), kepadatan

(density) adalah kendala keruangan (spatial constraint) sementara kesesakan

(crowding) lebih mengarah kepada respon tiap individu terhadap sebuah ruang.

Kepadatan sifatnya lebih objektif dan terukur, sedangkan kesesakan lebih merujuk

pada persepsi dan pengalaman tiap individu sehingga sifatnya lebih subjektif.

Sebagai contoh pada tingkat kepadatan yang sama, seseorang merasa sesak namun

orang lain belum tentu merasakan hal yang sama atau misalnya pada tingkat

kesesakan yang sama, perempuan biasanya cenderung lebih bisa menahan tingkat

emosi dibandingkan laki-laki. Oleh sebab itu, kepadatan tidak selalu berbanding

lurus dengan kesesakan dan begitu juga sebaliknya.

3.4 Ruang dan Perilaku Manusia

Manusia merupakan pusat lingkungan sekaligus bagian dari lingkungan.

(Laurens, 2004, hal.45). Ruang tidak hanya hadir sebagai wadah untuk aktivitas

manusia tetapi juga bagian dari perilaku manusia. Perilaku adalah segala sesuatu

yang bisa diamati oleh indera sebagai hasil interaksi dengan lingkungan (Surya,

Gambar 3.6 Ilustrasi Kepadatan

(Sumber : http://finance.fortune.cnn.com dan http://www.abc.net.au/, 1 Juni 2012)

Ruang dan ritual..., Yulia Vonny Sinaga, FT UI, 2012

Page 44: RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308750-S42709-Ruang dan...UNIVERSITAS INDONESIA RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU BATAK TOBA SKRIPSI Diajukan

29

Universitas Indonesia

2004). Oleh sebab itu, perilaku manusia perlu menjadi pertimbangan dalam

menciptakan ruang. Behavior setting (setting perilaku) merupakan bentuk

perwujudan dari hubungan tatanan lingkungan fisik dengan pola perilaku

manusia.

Menurut Laurens (2004), setting perilaku dapat terbentuk dengan beberapa

kriteria, antara lain:

Terdapat satu atau lebih pola perilaku dari kegiatan yang berulang

(standing pattern of behavior).

Terdapat tata lingkungan tertentu, baik berupa batasan fisik maupun

temporal, berkaitan dengan pola perilaku (circumjacent mileu).

Terdapat keselarasan hubungan antara pola perilaku manusia dengan

tata lingkungan (synomorphy).

Dilakukan pada periode waktu tertentu walaupun dapat berubah seiring

berjalannya waktu.

Dapat disimpulkan bahwa setting perilaku merupakan kombinasi antara manusia,

aktivitas, tempat, waktu, serta tata lingkungan.

Setting perilaku tidak tergantung hanya pada satu orang atau satu objek

saja karena dapat terjadi pada orang dan objek yang berbeda. Jumlah partisipan

juga tidak menjadi batasan sehingga jumlah populasi menjadi salah satu aspek

yang mempengaruhi sebuah setting. Selain itu, setting perilaku juga dapat terjadi

di ruang manapun, baik ruang terbuka maupun ruang tertutup dengan setting yang

berbeda.

Gambar 3.7 Behavior Setting Ruang

Rapat (Sumber: http://phbk.bkkbn.go.id/

berita/Pages, 28 Mei 2012)

Gambar 3.8 Behavior Setting Pasar

(Sumber: http://joneyun.

blogspot.com/2010/04, 28 Mei 2012)

Ruang dan ritual..., Yulia Vonny Sinaga, FT UI, 2012

Page 45: RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308750-S42709-Ruang dan...UNIVERSITAS INDONESIA RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU BATAK TOBA SKRIPSI Diajukan

30

Universitas Indonesia

Setting perilaku terdiri dari dua macam, yaitu :

Sistem tempat atau ruang (system of setting), yaitu rangkaian unsur fisik

atau spasial yang saling berhubungan sehingga dapat digunakan untuk

suatu kegiatan tertentu.

Sistem kegiatan (system of activity), yaitu rangkaian perilaku yang

secara sengaja dilakukan oleh satu atau beberapa orang.

Dari pengertian tersebut dapat ditegaskan bahwa sebuah setting memiliki suatu

struktur internal yang menjadikan suatu kegiatan dan pelakunya memiliki makna

(Laurens, 2004, hal 177). Dengan pola perilaku yang muncul, peran setiap orang

pun dapat terlihat. Terlihat pada gambar 3.5, pemimpin rapat menempati posisi di

bagian tengah sehingga dapat melihat dan dilihat oleh peserta rapat. Dengan

begitu peran pemimpin rapat sebagai pusat perhatian dan pemegang kendali pada

aktivitas tersebut dapat terlihat. Contoh lainnya terlihat pada setting pasar yang

mengatur perilaku penggunanya sebagai pembeli dan penjual (gambar 3.6).

3.5 Ruang dan Perayaan

Ruang tidak sekedar memiliki bentuk fisik tiga dimensi tetapi ruang juga

memiliki fungsi yang dapat dirasakan dan didengar. Bagaimana aktivitas manusia

yang terjadi di dalam ruang perlu menjadi pertimbangan (Deasy, 1985, hal.15).

Perayaan dan ruang sebenarnya memiliki kesamaan, yaitu sama-sama

membutuhkan pelaku, waktu, kegiatan, serta peristiwa di dalamnya. Ruang dan

perayaan juga membutuhkan adanya perencanaan dan program sesuai dengan

fungsi dan makna yang ingin dicapai.

“Events in themselves though are unique, special and provide a

unique experience but in order to ecist they require something to be

planned, managed, organised and run (created, conceived, planned,

and executed) as there is no event untul someone actually plans one

and begins to think about how they can deliver it.” (Berridge, 2007,

hal. 21).

Sebagai makhluk hidup, manusia bergerak dari satu kondisi ke kondisi lainnya,

begitu juga sebuah perayaan. Sebuah perayaan terdiri dari beberapa kegiatan yang

Ruang dan ritual..., Yulia Vonny Sinaga, FT UI, 2012

Page 46: RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308750-S42709-Ruang dan...UNIVERSITAS INDONESIA RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU BATAK TOBA SKRIPSI Diajukan

31

Universitas Indonesia

menuntut manusia untuk bergerak dari satu kegiatan ke kegiatan lainnya. Ruang,

peristiwa, dan pergerakan memiliki hubungan dalam membentuk suatu karya

arsitektur. Ruang hadir untuk mengakomodasi kegiatan dan setiap pola kegiatan

yang terbentuk akan menciptakan karakter dan kualitas ruang itu sendiri. Untuk

menghadirkan kualitas sebuah bangunan atau kota, kita harus memulai dengan

memahami bahwa setiap tempat hadir dengan karakternya yang terlihat dari pola

kegiatan yang berlangsung di dalamnya (Alexander, 1979, hal 54).

Arsitektur bukanlah kondisi dari sebuah desain tetapi desain dari sebuah

kondisi (Tschumi, 1999, hal 259). Hal ini dapat terlihat dari kesamaan antara

ruang dan bunga. Untuk menghasilkan bunga berkualitas baik, kita tidak dapat

memperolehnya hanya dengan menggabungkan setiap bagiannya satu per satu.

Kita perlu menanam dan merawatnya setiap hari. Begitu juga dengan sebuah

ruang. Ruang tidak dapat membentuk kualitasnya sendiri hanya dengan bentuk

fisik maupun ornamen di dalamnya. Bagaimana manusia membentuk kualitas

dalam setiap kegiatan dan situasi pun menjadi unsur penting untuk menghadirkan

ruang yang berkualitas.

3.6 Kesimpulan

Ruang dan manusia merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.

Oleh sebab itu segala sesuatu yang berkaitan dengan manusia secara tidak

langsung memiliki pengaruh terhadap ruang. Bagaimana manusia berperilaku dan

berapa banyak jumlah individu yang terlibat tanpa disadari akan mempengaruhi

ruang, baik bentuk maupun kualitasnya. Tidak hanya itu, kualitas ruang yang

terbentuk pun juga mempengaruhi perilaku dan kegiatan manusia di dalamnya.

Namun kualitas sebuah ruang hadir tergantung persepsi manusia terhadap ruang

tersebut melalui indera yang dimiliki. Kualitas ruang dikatakan baik jika dapat

memberikan kualitas pada kegiatan yang berlangsung, dan begitu juga sebaliknya.

Jadi, kualitas ruang menjadi jawaban dan kunci utama untuk memenuhi

kebutuhan manusia terhadap sebuah ruang.

Ruang dan ritual..., Yulia Vonny Sinaga, FT UI, 2012

Page 47: RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308750-S42709-Ruang dan...UNIVERSITAS INDONESIA RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU BATAK TOBA SKRIPSI Diajukan

32

Universitas Indonesia

BAB 4

RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN BATAK TOBA

DI JAKARTA

Seiring berjalannya waktu, penyesuaian terhadap perubahan zaman mulai

dilakukan masyarakat Batak Toba. Setelah Perang Dunia II, banyak perubahan

yang terjadi terutama pada sektor keagamaan. Banyak masyarakat Batak mulai

bermigrasi ke pulau Sumatera bagian timur karena faktor ekonomi. Hal ini

membuat beberapa dari mereka yang menganut agama Kristen mulai berpindah ke

agama Islam. Meningkatnya kebutuhan hidup masyarakat di era yang semakin

modern menjadi salah satu pemicu proses urbanisasi pada kelompok etnis Batak.

Tak sedikit masyarakat yang berpindah ke beberapa kota besar di Indonesia,

termasuk Jakarta dan banyak dari mereka akhirnya menetap dan tidak lagi tinggal

di tanah Batak.

Adanya urbanisasi ternyata tidak menjadi hambatan bagi mereka untuk

tetap mempertahankan tradisi adat. Masyarakat Batak Toba dikenal sebagai salah

satu kelompok etnis yang masih kuat menjalankan tradisi budaya sampai saat ini.

Konsep kekerabatan dalihan na tolu tetap mereka terapkan. Tidak hanya itu,

mereka juga masih menjalankan tradisi upacara adat di setiap peristiwa penting,

terutama pada peristiwa pernikahan. Sarana adat juga tetap digunakan dalam

pelaksanaan ritual sebagai salah satu identitas budaya Batak Toba. Banyak pula

kebiasaan-kebiasaan yang masih mereka bawa walaupun sudah berada di kota

besar, misalnya dengan penyebutan istilah ‘halaman’ untuk tempat pelaksanaan

upacara pernikahan. Hal tersebut secara tidak langsung tentu akan memengaruhi

pengalaman ruang yang dirasakan.

Manusia dan seluruh kegiatannya tidak terlepas dari ruang yang

mengakomodasi. Seluruh kegiatan ritual serta konsep adat juga mempengaruhi

pembentukan ruang dan begitu juga sebaliknya. Pada bab ini saya mencoba

menganalisis pengaruh ritual adat terhadap ruang dalam upacara pernikahan adat

Batak Toba yang berlangsung di Jakarta sesuai dengan teori yang ada pada bab

sebelumnya.

Ruang dan ritual..., Yulia Vonny Sinaga, FT UI, 2012

Page 48: RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308750-S42709-Ruang dan...UNIVERSITAS INDONESIA RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU BATAK TOBA SKRIPSI Diajukan

33

Universitas Indonesia

4.1 Ritual Pesta Adat

Pernikahan adalah salah satu tahapan peristiwa kehidupan walaupun

sebenarnya tidak menjadi kewajiban bagi setiap manusia. Bagi masyarakat Batak

Toba, pernikahan merupakan peristiwa penting, baik bagi pengantin maupun

keluarga. Oleh sebab itu, banyak rangkaian acara yang dilakukan dan pesta adat

adalah inti dari seluruh rangkaian acara pernikahan Batak Toba.

Studi kasus upacara pesta adat Batak Toba ini adalah hasil observasi dan

dokumentasi pernikahan Ervin Meynardo Sirait dan Lenita Nathania Sinaga yang

dilaksanakan pada tanggal 11 Februari 2012 di Gedung Raja, Kebon Nanas,

Jakarta Timur. Upacara adat dilakukan dengan cara dialap jual. Dialap jual

adalah salah satu sistem dalam upacara adat pernikahan Batak Toba, dimana pihak

laki-laki menjadi tuan rumah yang dipilih berdasarkan kesepakatan kedua

keluarga. Oleh sebab itu, seluruh persiapan upacara pernikahan diserahkan kepada

pihak laki-laki.

Gambar 4.1 Interior ruang pernikahan adat Batak Toba (Sumber : Pribadi)

Ruang dan ritual..., Yulia Vonny Sinaga, FT UI, 2012

Page 49: RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308750-S42709-Ruang dan...UNIVERSITAS INDONESIA RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU BATAK TOBA SKRIPSI Diajukan

34

Universitas Indonesia

Pesta adat dilangsungkan saat prosesi pemberkatan pernikahan di gereja

selesai. Tamu diperbolehkan langsung masuk ke dalam gedung, kecuali hula-hula

sebab akan ada proses penyambutan hula-hula dari kedua keluarga. Prosesi

penyambutan hula-hula dilakukan sebab menurut konsep Dalihan Na Tolu, hula-

hula memiliki peranan tertinggi. Pesta adat pernikahan suku Batak Toba di tanah

Toba pada umumnya diselenggarakan di halaman rumah salah satu pengantin

tanpa adanya meja dan kursi untuk tamu, namun tetap dengan setting tempat

duduk yang sama. Ternyata hal ini memengaruhi persepsi individu yang terlibat.

Masyarakat Batak Toba yang ada di Jakarta biasanya menganggap tempat upacara

pernikahan sebagai ‘halaman’ bukan sebuah gedung sedangkan tamu lain sebagai

orang awam tetap melihat tempat tersebut sebagai sebuah gedung pernikahan. Hal

ini memberikan persepsi ruang yang berbeda pada tiap individu. Di sinilah terlihat

pengaruh persepsi dan pengalaman manusia terhadap ruang.

Pada acara ini penataan ruang dibagi menjadi empat bagian, yaitu untuk

keluarga pihak laki-laki, keluarga pihak perempuan, ruang ritual, serta pelaminan.

Pada gambar 4.1, penggunaan karpet merah di bagian tengah menjadi penanda

Gambar 4.2 Denah interior ruang pernikahan Batak Toba (Sumber : Pribadi)

Ruang dan ritual..., Yulia Vonny Sinaga, FT UI, 2012

Page 50: RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308750-S42709-Ruang dan...UNIVERSITAS INDONESIA RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU BATAK TOBA SKRIPSI Diajukan

35

Universitas Indonesia

ruang ritual utama. Hal ini juga didukung dengan adanya drop ceiling dan

penggunaan lampu gantung yang semakin mempertegas posisi ruang ritual. Plafon

tinggi dengan luas ruangan yang besar, serta penggunaan warna putih yang

dominan menghadirkan kesan megah dan luas pada ruangan. Dengan setting yang

terbentuk, area bagian tengah terlihat sebagai area yang aktif dengan pergerakan

dan perpindahan saat ritual berlangsung. Hal ini juga didukung dengan adanya

alur yang mengatur arah pergerakan, baik menuju pelaminan maupun menjauh

dari pelaminan.

Adanya penataan khusus untuk kursi dan meja juga mengarahkan orientasi

pandangan ke bagian tengah ruang ritual. Selain itu, level pelaminan dibuat

sengaja lebih tinggi agar pelaminan tempat orang tua dan pengantin duduk

sebagai pelaku utama ritual dapat terlihat dengan jelas. Setting tersebut

sebenarnya juga memungkinkan munculnya peran mereka sebagai objek yang

melihat. Namun sesuai teori behavior setting, populasi juga mempengaruhi peran

dalam sebuah setting. Karena jumlah mereka lebih sedikit, secara psikologi

mereka akan tertekan dengan jumlah populasi tamu sebagai pengamat sehingga

mereka lebih berperan sebagai objek yang dilihat.

Gambar 4.3 Skema dan orientasi pada interior gedung pernikahan Batak Toba

(Sumber : Pribadi)

Ruang dan ritual..., Yulia Vonny Sinaga, FT UI, 2012

Page 51: RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308750-S42709-Ruang dan...UNIVERSITAS INDONESIA RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU BATAK TOBA SKRIPSI Diajukan

36

Universitas Indonesia

Adanya dua setting pada tempat duduk tamu juga memperlihatkan

perbedaan peran mereka pada acara tersebut. Pertama adalah setting untuk

keluarga dari marga yang sama yang ditata menghadap ke ruang ritual bagian

tengah. Setting ini memperlihatkan bahwa mereka ikut terlibat dalam prosesi

ritual walaupun tidak berperan langsung sebagai pelaku ritual. Hal ini sesuai

dengan konsep pernikahan Batak Toba yang tidak hanya menyatukan dua

pengantin tetapi menyatukan kedua keluarga. Berikutnya adalah setting untuk

keluarga yang tidak semarga yang ditata menghadap ke pelaminan sebagai fokus

utama. Walaupun mereka juga ikut serta dalam ritual, setting ini memperlihatkan

peran mereka bukan sebagai objek yang dilihat namun lebih sebagai objek yang

melihat.

Berbeda dengan pernikahan Batak Toba yang diadakan di tanah Toba

dimana tamu duduk di halaman tanpa meja dan kursi, tamu dan keluarga duduk di

meja dan kursi. Menurut saya, hal ini merupakan salah satu pengaruh dari

perubahan modernisasi yang muncul sehingga duduk tanpa meja dan kursi sudah

jarang dilakukan pada perayaan besar. Mengingat banyaknya individu yang

terlibat, penataan furnitur dibuat berlapis-lapis untuk menghindari munculnya

kesesakan. Terlihat pada gambar 4.2, meja panjang dipilih untuk menghemat

ruang sehingga dapat mewadahi seluruh individu. Hal ini juga didukung dengan

tidak adanya batasan masif yang menghalangi pandangan ke ruang ritual. Namun

yang disayangkan, kesamaan level membuat pandangan orang yang duduk jauh

dari ruang ritual terhalang orang di depannya sehingga mereka tidak bisa melihat

dengan jelas ritual yang berlangsung. Penataan kursi yang berhadapan juga

membuat fokus tamu menjadi dua arah sehingga mereka perlu membalikkan

badan saat melihat ritual. Peran mereka sebagai objek yang melihat akhirnya

terhambat sehingga pemaknaan ritual pun menjadi tidak sempurna.

Gambar 4.4 Orientasi pandangan pada setting 1 di bagian bawah (Sumber : Pribadi)

Ruang dan ritual..., Yulia Vonny Sinaga, FT UI, 2012

Page 52: RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308750-S42709-Ruang dan...UNIVERSITAS INDONESIA RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU BATAK TOBA SKRIPSI Diajukan

37

Universitas Indonesia

Pelaminan juga memiliki setting khusus. Pada pernikahan Batak Toba,

pelaminan tidak hanya untuk kedua orang tua dan pengantin. Saudara kandung

dari ayah kedua pengantin memiliki peran penting dalam ritual adat pernikahan

Batak Toba sehingga mereka juga berada di pelaminan. Oleh sebab itu, setting

pelaminan dibuat memanjang seperti yang terlihat di bawah ini.

Selain levelnya yang dibuat lebih tinggi, pelaminan juga didesain dengan latar

berbentuk rumah adat Batak dengan motif dan pemilihan warna cerah. Hal ini

menegaskan setting pelaminan sebagai ruang utama yang secara tidak langsung

menghadirkan kualitas ruang khusus sekaligus penanda identitas adat Batak Toba.

4.1.1 Prosesi Keluarga dan Pengantin Memasuki Gedung

Karena kasus ini merupakan pernikahan dengan sistem dialap jual, pihak

laki-laki sebagai tuan rumah menjadi pihak yang pertama memasuki gedung.

Prosesi penyambutan dipandu oleh raja parhata (protokol) pihak laki-laki.

Mereka menyambut kedatangan pihak perempuan dan dilanjutkan dengan

Gambar 4.6 Desain pelaminan (Sumber : Pribadi)

Gambar 4.5 Orientasi pandangan pada setting 2 di bagian bawah

(Sumber : Pribadi)

Ruang dan ritual..., Yulia Vonny Sinaga, FT UI, 2012

Page 53: RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308750-S42709-Ruang dan...UNIVERSITAS INDONESIA RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU BATAK TOBA SKRIPSI Diajukan

38

Universitas Indonesia

penyambutan hula-hula dari pihak laki-laki. Berikutnya adalah penyambutan

hula-hula pihak perempuan yang dipandu raja parhata pihak perempuan.

Setelah seluruh tamu undangan masuk, acara dilanjutkan dengan prosesi

masuknya pengantin ke dalam gedung yang didampingi orang tua dan keluarga.

Setiap prosesi memasuki gedung ini dilakukan sambil menari tor-tor dan diiringi

dengan musik gondang khas Batak Toba.

Terlihat pada gambar 4.7, posisi ritual secara tidak langsung menjadikan

pelaminan sebagai latar pada ritual ini. Desain pelaminan sebagai latar yang

dilengkapi dengan tarian tor-tor dari para penari menjadi elemen utama dalam

menghadirkan kualitas ruang. Penggunaan kain ulos dengan warna beragam,

gerakan tari tor-tor, serta iringan musik Batak Toba saat ritual ini berlangsung

semakin membangkitkan suasana budaya Batak Toba pada pernikahan ini. Prosesi

yang dilakukan di bagian tengah pun membuat fokus para tamu terarah ke bagian

tengah.

Prosesi ini juga membangun pengalaman ruang dan adaptasi ruang oleh

para individu. Keluarga dan pengantin secara tidak langsung diperkenalkan

sebagai pelaku ritual utama. Apa yang dirasakan para pengamat ritual tentu akan

berbeda jika keluarga dan pengantin langsung duduk di tempatnya masing-masing

tanpa ada prosesi memasuki gedung. Tidak ada musik gondang dan tari tor-tor

yang menghidupkan suasana pada awal acara pernikahan.

Gambar 4.7 Skema ruang saat keluarga memasuki gedung

(Sumber : Pribadi)

Ruang dan ritual..., Yulia Vonny Sinaga, FT UI, 2012

Page 54: RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308750-S42709-Ruang dan...UNIVERSITAS INDONESIA RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU BATAK TOBA SKRIPSI Diajukan

39

Universitas Indonesia

4.1.2 Penyerahan Tudu-tudu Ni Sipanganon

Tudu-tudu ni sipanganon adalah tanda makanan adat dari pihak laki-laki.

Pada ritual ini, kedua pihak mengelilingi meja sambil memegang wadah makanan

saat raja parhata pihak laki-laki mengucapkan doa. Posisi mereka yang saling

berpegangan satu sama lain bermakna agar ucapan doa yang disampaikan dapat

tersalurkan sampai ke pelaku ritual paling belakang.

Pelaminan sebagai latar serta kain ulos yang digunakan para pelaku ritual terlihat

dominan. Elemen lain juga berperan dalam menghadirkan kualitas ruang secara

nonvisual, misalnya bau dari makanan adat serta ucapan doa dalam bahasa Batak

Toba. Hal ini mempengaruhi pengalaman ruang melalui indera penciuman dan

pendengaran sehingga suasana pernikahan Batak Toba semakin terasa kuat.

Gambar 4.9 Suasana penyerahan tanda makanan adat (Sumber : Pribadi)

Gambar 4.8 Pelaminan sebagai latar ruang ritual (Sumber : Pribadi)

Ruang dan ritual..., Yulia Vonny Sinaga, FT UI, 2012

Page 55: RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308750-S42709-Ruang dan...UNIVERSITAS INDONESIA RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU BATAK TOBA SKRIPSI Diajukan

40

Universitas Indonesia

Pada gambar 4.10, ruang ritual berada di bagian depan pelaminan. Pelaku ritual

berdiri di sebelah kiri (pihak laki-laki) dan kanan (pihak perempuan) tanda

makanan adat. Pada ritual ini, tamu lain tidak ikut berperan sehingga fokus utama

hanya pada ruang ritual yang terbentuk. Setting yang terbentuk menghasilkan

respon dan persepsi ruang yang berbeda antarindividu. Mereka yang berada di

belakang hanya memperoleh informasi dengan cara mendengar apa yang

diucapkan para pelaku ritual. Selain itu, suara yang mereka dengar dari jarak yang

jauh susah untuk ditangkap. Dengan kondisi tersebut, makna ritual yang mereka

dapat akhirnya tidak sebaik mereka yang dapat melihat ritual dengan jelas sebab

apa yang ditangkap mata lebih dominan daripada yang didengar telinga.

4.1.3 Makan Bersama

Acara ini diawali dengan protokol dari pihak laki-laki yang berdoa dan

mempersilahkan undangan untuk menyantap makanan. Saat makan bersama,

setiap orang berada di posisi masing-masing sehingga ruang ritual berlangsung di

seluruh ruang pernikahan. Oleh sebab itu, kualitas ruang yang terbentuk sangat

ditentukan keseluruhan desain interior gedung pernikahan sebagai latar pada ritual

ini. Selain itu, musik gondang juga menjadi elemen yang dominan pada ritual ini.

Gambar 4.10 Skema ruang ritual saat penyerahan tanda makanan adat

(Sumber : Pribadi)

Ruang dan ritual..., Yulia Vonny Sinaga, FT UI, 2012

Page 56: RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308750-S42709-Ruang dan...UNIVERSITAS INDONESIA RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU BATAK TOBA SKRIPSI Diajukan

41

Universitas Indonesia

Banyak orang yang terlihat menganggukkan kepala mengikuti irama musik

tersebut. Obrolan-obrolan dengan bahasa Batak Toba juga terdengar dominan.

Hal-hal tersebut justru lebih terlihat dominan dalam menghadirkan pengalaman

ruang.

Pada ritual Batak Toba, tempat duduk tamu ditata saling berhadapan dan

bersebelahan. Penataan dan penyajian makanan yang langsung berada di meja

masing-masing terlihat seperti jamuan makan di kerajaan Eropa. Sesuai dengan

teori Laurens (2004), penataan tempat duduk seperti ini menggunakan tatanan

sosiopetal sehingga mampu memfasilitasi interaksi sosial. Selain karena penyajian

makanan yang memang dibagi secara berkelompok sehingga memicu terjadinya

interaksi, penataan tempat duduk yang saling berhadapan pun ternyata

mendukung interaksi tersebut.

Gambar 4.11 Hiburan musik saat makan bersama (Sumber : Pribadi)

Gambar 4.12 Suasana saat makan bersama (Sumber : Pribadi)

Ruang dan ritual..., Yulia Vonny Sinaga, FT UI, 2012

Page 57: RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308750-S42709-Ruang dan...UNIVERSITAS INDONESIA RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU BATAK TOBA SKRIPSI Diajukan

42

Universitas Indonesia

Berbeda dengan tamu, tempat duduk di pelaminan tidak ditata berhadapan.

Pengalaman ruang yang dirasakan keluarga dan pengantin di pelaminan berbeda

karena didukung pelaminan sebagai latar. Desain pelaminan dengan beragam

warna, motif dan bentuk membangkitkan pengalaman mereka. Level pelaminan

yang lebih tinggi juga memungkinkan mereka untuk melihat seluruh kegiatan

yang terjadi di bagian bawah sehingga apa yang ditangkap mata mereka lebih luas

dibandingkan mereka yang duduk di bawah. Walaupun jumlah tamu di bagian

bawah lebih banyak dibandingkan mereka yang berada di pelaminan sehingga

mereka lebih berperan sebagai objek yang dilihat, namun kegiatan yang membuat

para tamu lebih fokus pada makanan akhirnya membuat para pengantin dan

keluarga di pelaminan justru berbalik menjadi objek yang melihat pada ritual ini.

Gambar 4.13 Skema posisi duduk tamu saat makan bersama (Sumber : Pribadi)

Gambar 4.15 Arah pandangan dari pelaminan (Sumber : Pribadi)

Gambar 4.14 Skema posisi duduk di pelaminan saat makan bersama

(Sumber : Pribadi)

Ruang dan ritual..., Yulia Vonny Sinaga, FT UI, 2012

Page 58: RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308750-S42709-Ruang dan...UNIVERSITAS INDONESIA RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU BATAK TOBA SKRIPSI Diajukan

43

Universitas Indonesia

4.1.4 Salam-salam, Pembagian Jambar, dan Pengambilan Tumpak

Setelah acara makan, raja parhata (protokol) dari kedua pihak saling

berbicara mengenai ritual selanjutnya dan para tamu dipersilakan memberi ucapan

selamat ke pelaminan. Sembari para tamu memberi selamat, pihak keluarga lain

membagikan jambar (bagian yang diterima seseorang di acara adat) kepada

orang-orang yang sudah ditentukan.

Sama dengan upacara pernikahan lainnya, kegiatan bersalaman juga

dilakukan di pelaminan. Oleh sebab itu, warna, bentuk, motif, dan penataan pada

desain pelaminan berperan utama dalam menghadirkan kualitas ruang. Hal ini

semakin didukung dengan musik gondang yang mengiringi proses salam-salam

sehingga membuat orang tergerak untuk menari mengikuti alunan musik, baik

mereka yang sedang bersalaman maupun yang menunggu di bawah. Secara tidak

langsung, hal tersebut sangat berperan dalam menghidupkan suasana ruang yang

meriah dibandingkan desain interior ruang itu sendiri.

Gambar 4.16 Suasana di pelaminan saat makan bersama (Sumber : Pribadi)

Gambar 4.17 Skema posisi pelaku ritual saat bersalaman (Sumber : Pribadi)

Gambar 4.18 Suasana meriah saat ritual salam-salam (Sumber : Pribadi)

Ruang dan ritual..., Yulia Vonny Sinaga, FT UI, 2012

Page 59: RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308750-S42709-Ruang dan...UNIVERSITAS INDONESIA RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU BATAK TOBA SKRIPSI Diajukan

44

Universitas Indonesia

Banyaknya jumlah individu yang terlibat membuat setting ruang yang

disediakan untuk tiap individu tidak memadai untuk menari. Adanya rasa

kebahagiaan dan kebersamaan yang muncul membuat mereka berkeinginan untuk

menari bersama. Keterbatasan dari setting yang dibuat untuk melakukan hal

tersebut menimbulkan respon manusia akan kebutuhan ruang yang lebih luas. Hal

ini secara tidak langsung memicu mereka bergerak dari tempat duduknya masing-

masing. Namun pada gambar 4.18, ada beberapa individu yang terlihat tetap

duduk di tempatnya sehingga hal ini secara tidak langsung merepresentasikan

sebuah kesesakan yang dirasakan beberapa individu. Adanya respon beberapa

invididu terlihat dengan penggunaan ruang-ruang kosong yang dianggap lebih

memadai. Kondisi tersebut membuat setting ruang menjadi tidak teratur.

Walaupun demikian, ruang kosong yang memungkinkan bergerak lebih leluasa

justru membuat mereka lebih dapat memaknai ritual dan ruang itu sendiri

sehingga makna pernikahan bisa mereka rasakan walaupun tidak berperan

langsung sebagai pelaku ritual. Di sinilah peran elemen nonvisual pada akhirnya

lebih mendominasi dibandingkan ruang itu sendiri.

Acara kemudian dilanjutkan dengan ritual pengambilan tumpak (ucapan

selamat berupa uang) oleh pengantin perempuan sebagai dukungan materi dan

berkat dari orang tua untuk rumah tangga mereka kelak. Pada ritual ini, ruang

ritual terpusat di pelaminan tempat pengantin perempuan.

Gambar 4.19 Skema ruang ritual ketika pengantin mengambil tumpak

(Sumber : Pribadi)

Ruang dan ritual..., Yulia Vonny Sinaga, FT UI, 2012

Page 60: RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308750-S42709-Ruang dan...UNIVERSITAS INDONESIA RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU BATAK TOBA SKRIPSI Diajukan

45

Universitas Indonesia

Pengalaman ruang bagi mereka yang melihat prosesi ritual ini sangat

dipengaruhi desain pelaminan sebagai latar serta kegiatan ritual sebagai objek

yang dilihat. Level pelaminan yang lebih tinggi juga memperjelas arah pandang

mereka sebagai objek yang melihat walaupun mereka berada dalam jarak

pandang yang tidak sama. Dengan jarak yang jauh, apa yang ditangkap manusia

secara visual akan bekerja lebih baik dibandingkan apa yang ditangkap secara

nonvisual. Namun posisi raja parhata yang membelakangi para tamu

menghalangi pandangan mereka ke pengantin sebagai pelaku ritual utama. Bentuk

fisik ruang sebenarnya memungkinkan banyaknya pergerakan yang dilakukan tiap

individu untuk dapat mengalami ruang. Namun setting yang diatur membuat

pergerakan pada akhirnya terbatas sehingga mereka.

4.1.5 Penyerahan Panggoh (Kekurangan Sinamot)

Sinamot adalah sejumlah uang yang diberikan pihak pengantin laki-laki

kepada pihak perempuan. Sinamot diserahkan oleh orang tua pengantin laki-laki

Gambar 4.20 Suasana saat prosesi pengambilan tumpak

(Sumber : Pribadi)

Gambar 4.21 Arah pandangan saat pengantin mengambil tumpak

(Sumber : Pribadi)

Ruang dan ritual..., Yulia Vonny Sinaga, FT UI, 2012

Page 61: RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308750-S42709-Ruang dan...UNIVERSITAS INDONESIA RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU BATAK TOBA SKRIPSI Diajukan

46

Universitas Indonesia

kepada orang tua pengantin perempuan. Sebelum sinamot diberikan kepada orang

tua pengantin perempuan, sinamot diserahkan kepada saksi kedua pihak untuk

diperiksa dan dibubuhi daun sirih di atasnya.

Ruang ritual terbentuk mengikuti pergerakan orang tua dan beberapa keluarga

pengantin perempuan sebagai pelaku utama. Acara dimulai saat pelaku utama

turun ke bawah menghampiri saksi kedua pihak. Pada posisi ini, pelaminan tetap

terlihat sebagai latar utama pada ritual ini karena levelnya yang lebih tinggi.

Selain itu, musik gondang dan tari tor-tor yang mengiringi prosesi serta

penggunaan kain ulos dengan warna beragam semakin menghadirkan suasana

Batak. Di sinilah peran desain pelaminan serta musik dan tari menjadi penting

dalam menghadirkan kualitas ruang, baik secara visual maupun nonvisual.

Pada ritual ini, fokus para tamu sebagai pengamat terlihat tidak terarah

sehingga mereka yang tidak bisa melihat ritual cenderung melakukan aktivitas

lain di luar ritual itu sendiri. Tidak adanya batasan masif semakin mendukung

interaksi sosial antar tiap individu sehingga memicu terjadinya aktivitas lain.

Dengan kondisi tersebut, mereka akhirnya tidak memaknai ritual secara

keseluruhan.

Gambar 4.22 Skema ruang saat penyerahan panggoh (Sumber : Pribadi)

Ruang dan ritual..., Yulia Vonny Sinaga, FT UI, 2012

Page 62: RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308750-S42709-Ruang dan...UNIVERSITAS INDONESIA RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU BATAK TOBA SKRIPSI Diajukan

47

Universitas Indonesia

Ruang ritual berikutnya terbentuk di pelaminan ketika orang tua laki-laki

menghampiri orang tua perempuan untuk menyerahkan sinamot. Karena posisi

yang berada di pelaminan, desain dan setting pelaminan sebagai latar sangat

mempengaruhi kualitas ruang yang terbentuk.

Gambar 4.26 Suasana saat prosesi pemberian panggoh

(Sumber : Pribadi)

Gambar 4.23 Suasana setting 1 saat orang tua pihak laki-laki menghampiri saksi (Sumber : Pribadi)

Gambar 4.25 Arah pandangan ketika orang tua pihak laki-laki memberikan sinamot

ke orang tua pihak perempuan (Sumber : Pribadi)

Gambar 4.24 Tamu tidak fokus pada ritual (Sumber : Pribadi)

Ruang dan ritual..., Yulia Vonny Sinaga, FT UI, 2012

Page 63: RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308750-S42709-Ruang dan...UNIVERSITAS INDONESIA RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU BATAK TOBA SKRIPSI Diajukan

48

Universitas Indonesia

Saat berada di pelaminan, peran mereka sebagai objek yang dilihat tercapai pada

ritual ini karena level pelaminan yang lebih tinggi. Namun pada akhirnya karena

ritual yang mereka tangkap tidak utuh, pemaknaan ritual menjadi tidak sempurna.

Mereka hanya dapat melihat ritual ini tanpa melihat ritual yang terjadi

sebelumnya. Sama dengan prosesi sebelumnya, musik gondang, tari tor-tor, dan

warna kain ulos ikut mendukung kualitas ruang. Terlihat pada gambar 4.26, peran

sinamot sebagai objek utama yang selalu dibawa orang tua pihak laki-laki juga

tidak kalah penting dalam mengambil peran sebagai objek yang dilihat sehingga

ikut mempengaruhi kualitas ruang.

4.1.6 Penyerahan Panandaion

Penyerahan panandaion bertujuan memperkenalkan keluarga dekat pihak

perempuan kepada keluarga pihak pria. Secara simbolis, panandaion berupa uang

yang diserahkan di atas pelaminan kepada empat orang perwakilan yang disebut

dengan patodoan atau ‘suhi ampang na opat’. Mereka menjadi simbol pilar

kekuatan pada acara adat.

Gambar 4.27 Skema ruang saat proses penyerahan panandaion di pelaminan

(Sumber : Pribadi)

Gambar 4.28 Suasana penyerahan panandaion (Sumber : Pribadi)

Ruang dan ritual..., Yulia Vonny Sinaga, FT UI, 2012

Page 64: RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308750-S42709-Ruang dan...UNIVERSITAS INDONESIA RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU BATAK TOBA SKRIPSI Diajukan

49

Universitas Indonesia

Ruang ritual penyerahan panandaion berada di pelaminan. Pada gambar 4.28,

pelaku ritual terlihat berjalan saling mendekat dan ruang ritual terbentuk di bagian

depan pelaminan. Oleh sebab itu, pelaminan menjadi fokus utama sebagai objek

yang dilihat. Pelaminan juga menjadi latar dari ruang ritual sehingga seluruh

elemen desain yang berada di pelaminan sangat mempengaruhi kualitas ruang.

Pergerakan pelaku yang berjalan sangat mudah ditangkap oleh mereka yang

sedang duduk diam. Peran tamu sebagai objek yang melihat proses ritual

didukung dengan level pelaminan yang lebih tinggi sehingga prosesi penyerahan

panandaion, penggunaan kain ulos, dan tarian tor-tor yang dilihat sangat

mempengaruhi pengalaman ruang. Begitu juga dengan musik gondang yang

mereka dengar saat mengiringi prosesi ritual.

4.1.7 Penyerahan Tintin Marangkup

Tintin marangkup adalah sebagian uang dari sinamot yang diberikan

kepada hula-hula pengantin laki-laki oleh orang tua pengantin perempuan dan

begitu juga dengan pihak laki-laki kepada hula-hula pengantin perempuan. Orang

tua pengantin mendatangi hula-hula bersama dengan keluarga yang ikut duduk di

pelaminan. Dengan diterimanya sebagian sinamot tersebut, maka tulang

pengantin laki-laki menerima pengantin perempuan sebagai putrinya sendiri

walaupun itu boru dari marga lain dan begitu juga sebaliknya.

Gambar 4.29 Skema ruang ritual penyerahan tintin marangkup (Sumber : Pribadi)

Ruang dan ritual..., Yulia Vonny Sinaga, FT UI, 2012

Page 65: RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308750-S42709-Ruang dan...UNIVERSITAS INDONESIA RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU BATAK TOBA SKRIPSI Diajukan

50

Universitas Indonesia

Ruang terbentuk dari pergerakan orang tua kedua pihak sebagai pelaku

utama dari pelaminan sampai ke tempat hula-hula. Hampir sama dengan saat

penyerahan sinamot, walaupun ruang yang terbentuk tidak hanya di pelaminan,

latar utama yang terlihat pada ritual ini tetap pelaminan. Fokus utama ritual ini

sebenarnya berada saat penyerahan tintin marangkup di tempat hula-hula.

Jauhnya posisi hula-hula dengan pelaminan membuat latar utama ritual ini tidak

lagi pelaminan. Orang lain yang duduk sebagai objek yang melihat justru menjadi

latar pada kondisi ini. Oleh sebab itu, tintin marangkup dan kain ulos yang

digunakan menjadi elemen yang lebih dominan dalam menghadirkan kualitas

ruang. Iringan musik gondang dan kata-kata dalam bahasa Batak Toba juga

mempengaruhi suasana ruang.

4.1.8 Pemberian Ulos

Ulos merupakan sarana penting pada upacara adat pernikahan. Adanya

agama menghilangkan nilai magis pada ulos sehingga ulos digunakan sebagai

sarana adat dalam upacara adat. Pemberi dan penerima ulos memilki aturan

tertentu sesuai perannya masing-masing.

Prosesi pemberian ulos pertama diawali dengan pemberian ulos dari orang

tua perempuan untuk orang tua laki-laki dan antara masing-masing keluarga.

Pemberi ulos berjalan berdampingan menuju penerima ulos yang duduk di depan

pelaminan. Terlihat pada gambar 4.31, ritual berada di depan pelaminan sehingga

latar utama yang terlihat adalah pelaminan. Selain itu, hal ini juga didukung level

pelaminan yang lebih tinggi sehingga dapat terlihat jelas dan akhirnya

mempengaruhi pengalaman ruang yang dirasakan manusia sebagai pengguna

ruang tersebut.

Gambar 4.30 Suasana prosesi penyerahan tintin marangkup (Sumber : Pribadi)

Ruang dan ritual..., Yulia Vonny Sinaga, FT UI, 2012

Page 66: RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308750-S42709-Ruang dan...UNIVERSITAS INDONESIA RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU BATAK TOBA SKRIPSI Diajukan

51

Universitas Indonesia

Penggunaan kain ulos sebagai sarana adat sangat mendominasi kualitas ruang.

Prosesi saat kain ulos dibawa dan kemudian diserahkan menjadi elemen utama

pada ritual ini. Hal ini semakin didukung dengan iringan musik gondang dan

ucapan doa dalam bahasa Batak Toba yang memengaruhi pengalaman ruang

manusia melalui pendengaran sehingga suasana terasa lebih meriah.

Gambar 4.32 Pelaminan sebagai latar saat prosesi pemberian ulos (Sumber : Pribadi)

Gambar 4.33 Ulos sebagai elemen utama (Sumber : Pribadi)

Gambar 4.31 Skema ruang saat prosesi pemberian ulos pertama dan ketiga (Sumber : Pribadi)

Ruang dan ritual..., Yulia Vonny Sinaga, FT UI, 2012

Page 67: RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308750-S42709-Ruang dan...UNIVERSITAS INDONESIA RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU BATAK TOBA SKRIPSI Diajukan

52

Universitas Indonesia

Pemberian ulos berikutnya diserahkan kepada partodoan atau suhi ampang

naopat (tujuannya sama dengan penyerahan panandaion). Kualitas ruang yang

terbentuk pada ritual ini tidak jauh berbeda dengan prosesi pertama karena ruang

ritual tetap berada di posisi yang sama. Namun perbedaan terletak pada arah

proses pemberian ulos yang dilakukan.

Terlihat pada gambar 4.34, ulos diberikan dari pihak perempuan (sisi kiri) kepada

pihak laki-laki (sisi kanan) sehingga ruang terbentuk dari arah kanan ke kiri.

Dengan posisi seperti ini, latar pada ruang ritual ini tidak hanya pelaminan. Orang

yang duduk di belakang sebagai objek yang melihat pelaku ritual akhirnya juga

berperan sebagai latar ruang ritual.

Pemberian ulos ke-3 adalah prosesi pemberian ulos utama pada ritual ini.

Ulos diberikan kepada pengantin secara berturut-turut dari keluarga pihak

perempuan, hula-hula pihak perempuan, serta hula-hula pihak laki-laki.

Pemberian ulos ini bermakna sebagai ucapan berkat dan doa restu untuk

pengantin. Pemberi ulos berjalan berdampingan dengan pasangan masing-masing

menuju pengantin sebagai penerima ulos yang duduk di depan pelaminan. Ruang

yang terbentuk tidak berbeda dengan pemberian ulos pertama sehingga kualitas

ruang yang dirasakan juga tidak mengalami perubahan.

Gambar 4.34 Skema ruang saat prosesi pemberian ulos ketiga (Sumber : Pribadi)

Ruang dan ritual..., Yulia Vonny Sinaga, FT UI, 2012

Page 68: RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308750-S42709-Ruang dan...UNIVERSITAS INDONESIA RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU BATAK TOBA SKRIPSI Diajukan

53

Universitas Indonesia

Ritual pemberian ulos adalah ritual yang paling penting pada upacara

pernikahan Batak Toba karena maknanya sebagai doa untuk pengantin dan

keluarga. Oleh sebab itu, saat ritual ini berlangsung banyak orang yang berdiri

dari tempat duduknya untuk dapat melihat prosesi ritual dengan jelas. Tak jarang

juga orang yang memindahkan kursinya ke tempat yang lebih dekat. Terlihat

adanya respon yang dilakukan manusia terhadap setting ruang sehingga

ketidakteraturan tersebut akhirnya membuat setting awal menjadi tidak berlaku.

Namun hal ini tidak menjadi masalah selama tidak mengganggu prosesi ritual

berlangsung. Pada kasus ini, pemaknaan ritual terlihat menjadi lebih penting

daripada setting ruang itu sendiri.

4.1.9 Mangunjungi Ulaon (Acara Penutup)

Acara penutup diawali ucapan terimakasih oleh orang tua pengantin

perempuan dan laki-laki, serta pengantin yang kemudian dilanjutkan dengan

pemberian uang olop-olop dan beras (diletakkan di atas piring) kepada perwakilan

raja huta (yang dituakan) sebagai ucapan syukur. Setelah itu acara dilanjutkan

dengan acara paulak une dan maningkir tangga yaitu acara penyerahan pengantin

perempuan kepada keluarga pihak laki-laki dan kemudian ditutup dengan doa

sebagai ucapan syukur.

Gambar 4.35 Setting ruang yang tidak teratur saat prosesi pemberian ulos

(Sumber : Pribadi)

Ruang dan ritual..., Yulia Vonny Sinaga, FT UI, 2012

Page 69: RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308750-S42709-Ruang dan...UNIVERSITAS INDONESIA RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU BATAK TOBA SKRIPSI Diajukan

54

Universitas Indonesia

Saat orang tua dan pengantin memberikan ucapan terimakasih, ruang ritual

terbentuk di pelaminan tempat orang tua dan pengantin berdiri. Tidak ada

pembentukan ruang yang berbeda karena pelaku ritual tetap berdiri bersebelahan

di tempat awal masing-masing. Mereka hanya bergerak dari posisi duduk menjadi

berdiri.

Desain pelaminan sangat mendominasi desain ruang pada ritual ini. Pelaku ritual

yang berperan sebagai objek yang dilihat berdiri tepat di depan latar pelaminan

sehingga fokus utama yang ditangkap mata mengarah ke pelaminan. Oleh sebab

itu, seluruh elemen yang ada di pelaminan menjadi elemen penentu kualitas

ruang, termasuk kain ulos yang digunakan para pelaku ritual.

Gambar 4.36 Orang tua dan pengantin memberi ucapan terimakasih (Sumber : Pribadi)

Gambar 4.37 Penyerahan uang olop-olop (Sumber : Pribadi)

Ruang dan ritual..., Yulia Vonny Sinaga, FT UI, 2012

Page 70: RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308750-S42709-Ruang dan...UNIVERSITAS INDONESIA RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU BATAK TOBA SKRIPSI Diajukan

55

Universitas Indonesia

Terlihat pada gambar 4.38, ruang ritual terbentuk mengikuti pergerakan pelaku

ritualnya. Saat raja parhata pihak laki-laki berjalan menghampiri raja parhata

pihak perempuan sambil membawa uang olop-olop, ruang ritual terbentuk dari

sisi pihak laki-laki ke pihak perempuan. Posisinya yang berada di depan

pelaminan membuat pelaminan menjadi latar utama. Namun karena levelnya yang

sama, orang yang duduk di belakang tidak bisa melihat jelas prosesi ritual

berlangsung sehingga mempengaruhi pengalaman ruang yang dirasakan.

Dari penjelasan di atas, dapat terlihat bahwa ruang tidak menjadi satu-satunya

elemen yang berperan dalam menghadirkan kualitas ruang dan ritual. Adanya

peran elemen lain seperti kain ulos, musik gondang, penggunaan bahasa Batak

Toba, serta sarana adat lain juga tidak kalah penting dengan peran ruang itu

sendiri.

Gambar 4.38 Skema ritual pemberian uang olop-olop

(Sumber : Pribadi)

Ruang dan ritual..., Yulia Vonny Sinaga, FT UI, 2012

Page 71: RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308750-S42709-Ruang dan...UNIVERSITAS INDONESIA RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU BATAK TOBA SKRIPSI Diajukan

56

Universitas Indonesia

4.2 Kasus Pembanding : Pernikahan Adat Jepang (Shinzen Kekkonshiki)

Setiap budaya memiliki tradisi pernikahan masing-masing, termasuk pada

budaya Jepang. Meskipun Jepang dikenal sebagai negera berteknologi canggih

dan modern, masyarakat Jepang tetap mempunyai kesadaran untuk berperan

sebagai makhluk sosial dan tetap menjalankan adat istiadat warisan leluhur.

Jepang memiliki beberapa upacara pernikahan sesuai dengan tradisi dan

kepercayaan. Sama halnya dengan Indonesia, adat pernikahan bergaya Barat

seperti ritual pemotongan kue dan pertukaran cincin juga sering digunakan di

negara Jepang. Pernikahan ini dikenal dengan kirisuto-kyou shiki.

Walaupun ada banyak jenis perayaan dalam upacara pernikahan, banyak

pasangan memilih upacara ritual Shinto atau shinzen kekkonshiki. Shinto

merupakan kepercayaan tradisional yang dianut masyarakat Jepang. Ritualnya

dipimpin oleh pendeta Shinto dan berlangsung di altar suci kuil Shinto. Berbeda

dengan pernikahan Batak Toba, upacara pernikahan dengan ritual tradisi Shinto

sifatnya sangat pribadi dan formal sehingga hanya dihadiri oleh keluarga dan

kerabat dekat. Inilah alasan mengapa saya mengambil pernikahan ritual Shinto ini

sebagai kasus pembanding karena memiliki perbedaan ritual yang sangat kontras

dengan pernikahan Batak Toba sehingga perbedaan ritual tersebut dapat semakin

memperlihatkan perbedaan ruang dan kualitas yang terbentuk.

Gambar 4.39 Interior ruang pernikahan ritual Shinto

(Sumber : http://contemporist.com), 15 April 2012

Ruang dan ritual..., Yulia Vonny Sinaga, FT UI, 2012

Page 72: RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308750-S42709-Ruang dan...UNIVERSITAS INDONESIA RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU BATAK TOBA SKRIPSI Diajukan

57

Universitas Indonesia

Ruang yang dibutuhkan dalam pernikahan ritual Shinto pada umumnya tidak

berukuran besar. Namun agar ritual dapat berjalan lancar, interior ruang tetap

perlu memiliki penataan khusus. Terlihat pada gambar 4.39, penataan ruang

dibagi menjadi tiga bagian, yaitu altar, ruang untuk tempat duduk keluarga dan

kerabat, serta ruang ritual. Penataan tersbeut secara tidak langsung juga

mengarahkan posisi ruang ritual di bagian tengah.

Bentuk ruang yang sederhana tanpa permainan ceiling maupun level

menghadirkan suasana kesederhanaan pada ruang pernikahannya. Hal ini juga

didukung dengan pemilihan warna coklat dan material kayu yang memberi kesan

hangat dan intim sehingga mendukung kesucian pernikahan ritual Shinto.

Ruang pernikahan ritual Shinto juga memiliki dua setting untuk tempat

duduk tamu dan keluarga seperti pernikahan adat Batak Toba. Namun karena

jumlah individu yang terlibat tidak sebanyak pernikahan Batak Toba, setting

tempat duduk hanya dibagi menjadi dua sampai tiga lapis. Oleh sebab itu,

perbedaan level tidak diterapkan pada ruang pernikahan ritual Shinto. Uniknya,

hal tersebut tidak menjadi masalah untuk setting ruang. Ukuran ruang yang kecil

Gambar 4.40 Skema ruang pernikahan ritual Shinto (Sumber : pribadi)

Ruang dan ritual..., Yulia Vonny Sinaga, FT UI, 2012

Page 73: RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308750-S42709-Ruang dan...UNIVERSITAS INDONESIA RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU BATAK TOBA SKRIPSI Diajukan

58

Universitas Indonesia

membuat jarak pandang manusia tidak terlalu jauh dan mendukung peran ritual

sebagai suatu pertunjukkan yang dilihat. Selain itu, penggunaan meja panjang

juga tidak menjadi pilihan karena ruang yang tersedia mampu mewadahi jumlah

individu yang terlibat. Dengan begitu, peran pelaku sebagai objek yang dilihat

tercapai sehingga ritual tidak hanya dirasakan mereka tetapi juga dirasakan tamu

lain sebagai pengamat.

4.2.1 Prosesi Memasuki Ruang Pernikahan

Pada pernikahan ritual Shinto, pengantin dan kedua orang tua tidak

langsung masuk ke dalam kuil. Mereka berbaris memasuki kuil bersama-sama.

Kedua pengantin beserta orang tua dan sanak saudara dibagi menjadi dua barisan

yang dipimpin oleh pendeta Shinto di bagian depan. Ruang ritual yang terbentuk

pada prosesi ini berada di pelataran kuil ketika para pelaku ritual berjalan menuju

kuil. Di sinilah peran area pelataran kuil menjadi ruang utama. Bangunan kuil

serta pepohonan di sekitarnya mempengaruhi pengalaman ruang bagi para pelaku

ritual. Adanya penggunaan kimono dan payung besar berwarna merah juga

menambah kualitas ruang pada ritual ini.

Gambar 4.41 Arah pandangan pada setting 1 (Sumber : pribadi)

Gambar 4.42 Arah pandangan pada setting 2 (Sumber : pribadi)

Ruang dan ritual..., Yulia Vonny Sinaga, FT UI, 2012

Page 74: RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308750-S42709-Ruang dan...UNIVERSITAS INDONESIA RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU BATAK TOBA SKRIPSI Diajukan

59

Universitas Indonesia

4.2.2 Penyucian dan Ritual San-sankudo

Di awal upacara pernikahan, kedua pengantin disucikan oleh pendeta

Shinto dan dilanjutkan dengan ritual san-sankudo. Pada ritual ini, pengantin

perempuan dan laki-laki secara bergiliran menghirup sake sebanyak sembilan kali

dari tiga cangkir yang disediakan. Sake adalah sejenis anggur yang terbuat dari

beras yang difermentasikan.

Gambar 4.43 Prosesi memasuki kuil

(Sumber : http://neng014.wordpress.com/2009/04/27/perayaan-pernikahan-di-jepang,

8 April 2012)

Gambar 4.44 Pengantin disucikan Shinto

(Sumber : http://library.thinkquest.org/, 8 April 2012)

Gambar 4.45 Pengantin menghirup sake

(Sumber : http://library.thinkquest.org/, 8 April 2012)

Ruang dan ritual..., Yulia Vonny Sinaga, FT UI, 2012

Page 75: RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308750-S42709-Ruang dan...UNIVERSITAS INDONESIA RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU BATAK TOBA SKRIPSI Diajukan

60

Universitas Indonesia

Terlihat pada gambar 4.46, ruang ritual berada di depan altar tempat pengantin

dan shinto melakukan ritual sehingga desain altar kemudian menjadi latar utama

dan elemen utama pembentuk kualitas ruang. Adanya elemen lain seperti kimono,

sake, dan sarana adat lainnya juga mendukung suasana pernikahan dan kualitas

ruang yang digunakan.

4.2.3 Pengucapan Janji Pernikahan

Saat pengantin mengucap janji, kedua keluarga yang bersangkutan saling

berhadapan dan kemudian masing-masing anggota keluarga dan kerabat dekat

saling bergantian minum sake. Ritual ini memiliki makna sebagai lambang

persatuan kedua keluarga melalui ikatan pernikahan. Ruang ritual yang terbentuk

pada saat pengucapan janji pernikahan ini tidak mengalami perubahan dengan

ruang ritual sebelumnya. Kegiatan ritual yang dilakukan memang berubah namun

tidak terjadi perpindahan. Oleh sebab itu, kualitas ruang yang hadir juga tidak

berubah.

4.2.4 Acara Penutup (Pemberian Sesaji)

Upacara pernikahan ditutup dengan ritual pemberian sesaji berupa ranting

Sakak kepada Shinto. Sakaki adalah jenis pohon keramat pada tradisi Shinto.

Gambar 4.46 Skema ruang saat ritual penyucian dan san-sankudo (Sumber : Pribadi)

Ruang dan ritual..., Yulia Vonny Sinaga, FT UI, 2012

Page 76: RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308750-S42709-Ruang dan...UNIVERSITAS INDONESIA RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU BATAK TOBA SKRIPSI Diajukan

61

Universitas Indonesia

Tujuan ritual pemberian sesaji ini adalah mengusir roh-roh jahat dengan cara

pembersihan serta doa dan persembahan kepada Dewa Shinto.

Sama dengan ritual sebelumnya, ruang ritual pada acara penutup ini juga tidak

mengalami perubahan karena| tidak adanya perpindahan yang dilakukan. Terlihat

pada gambar 4.47, pengantin tetap duduk berdampingan dan berhadapan dengan

pendeta Shinto sebagai pemimpin ritual. Namun yang berbeda adalah peran

sakaki sebagai sarana adat. Prosesi saat pengantin perempuan memegang sakaki

serta bentuk ranting sakaki secara tidak langsung menghadirkan pengalaman

ruang yang berbeda.

Kesederhanaan ritual Shinto tidak terlalu mempengaruhi ruang ritual. Ritual tidak

menuntut adanya perpindahan posisi pelaku ritual sehingga kualitas ruang ritual

juga tidak berubah. Namun adanya elemen lain yang digunakan sebagai sarana

adat secara tidak langsung mendukung kualitas ruang yang tercipta.

Gambar 4.47 Pengantin perempuan memegang ranting sakaki

(Sumber : http://tsubakishrine.org/ceremonies/weddings, 8 April 2012)

Gambar 4.48 Ranting sakaki sebagai sarana adat

(Sumber : http://cdn.beritaunik.net/, 7 Juni 2012)

Ruang dan ritual..., Yulia Vonny Sinaga, FT UI, 2012

Page 77: RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308750-S42709-Ruang dan...UNIVERSITAS INDONESIA RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU BATAK TOBA SKRIPSI Diajukan

62

Universitas Indonesia

4.3 Kesimpulan

Tabel 4.1 Hubungan Ruang dan Ritual Upacara Adat Pernikahan Batak Toba (sumber: pribadi)

Ruang dan ritual..., Yulia Vonny Sinaga, FT UI, 2012

Page 78: RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308750-S42709-Ruang dan...UNIVERSITAS INDONESIA RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU BATAK TOBA SKRIPSI Diajukan

63

Universitas Indonesia

Pernikahan adat Batak Toba pada umumnya membutuhkan ruang yang

besar. Terlihat dari tabel 4.1, ruang ritual tidak hanya berada di satu titik.

Walaupun tidak adanya batasan masif, pemisahan antara ruang ritual dan

nonritual terlihat jelas dari setting dan desain ruangnya, seperti penggunaan karpet

merah, drop ceiling, dll. Selain itu, banyaknya jumlah individu yang terlibat juga

Ruang dan ritual..., Yulia Vonny Sinaga, FT UI, 2012

Page 79: RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308750-S42709-Ruang dan...UNIVERSITAS INDONESIA RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU BATAK TOBA SKRIPSI Diajukan

64

Universitas Indonesia

menjadi salah satu alasan sehingga terdapat setting khusus untuk dapat

mengakomodasi seluruh individu. Namun setting tersebut tidak begitu didukung

dengan desain ruangnya. Contohnya kesamaan level antara ruang ritual dan

tempat duduk tamu seringkali menghambat peran tamu sebagai pengamat.

Jauhnya jarak pandang membuat orang yang berada di bagian belakang terhalang

orang di depannya. Dengan kondisi tersebut, fokus tamu menjadi tidak terarah dan

memicu mereka melakukan hal lain di luar ritual tersebut. Oleh sebab itu,

perbedaan dari apa yang diperoleh tiap individu menghasilkan persepsi yang tidak

sama sehingga pemaknaan ritual setiap orang berbeda. Selain itu, setting yang

dibuat berlapis-lapis untuk menghindari terjadinya kesesakan ternyata tidak

berlaku untuk ritual tertentu. Setting justru menimbulkan respon beberapa

individu terhadap kebutuhan ruang yang lebih luas untuk dapat memaknai ritual

tersebut. Mereka kerap melakukan usaha dengan memanipulasi ruang sehingga

mengubah setting yang ada dan setting awal menjadi tidak berlaku. Adanya

elemen lain seperti kain ulos, musik gondang, tari tor-tor, dll yang digunakan

ternyata tidak hanya berperan sebagai sarana adat. Secara tidak langsung elemen

tersebut membantu menghadirkan kualitas ruang, baik secara visual maupun

nonvisual, yang tidak didapatkan melalui elemen ruang itu sendiri.

Sebagai kasus pembanding, proses pernikahan ritual Shinto di Jepang

lebih singkat dan sederhana. Hal ini ditujukan agar makna kesucian janji

pernikahan kedua mempelai dapat tercapai. Tidak ada perpindahan yang

signifikan dari satu ritual ke ritual lain sehingga ruang ritual hanya berada di satu

titik. Selain itu, jumlah individu yang terlibat juga lebih sedikit. Itulah sebabnya

ruang pernikahan adat Jepang lebih sederhana dibandingkan pernikahan adat

Batak Toba. Dari penjelasan di atas, saya menyimpulkan bahwa perbedaan ritual

sangat memengaruhi bentuk fisik dan penataan ruang. Begitu juga dengan

perbedaan tingkat kepadatan pelaku ritual sebagai pengguna ruang. Oleh sebab

itu, ritual adat pernikahan Batak Toba dapat berlangsung jika ruang memiliki

setting yang sesuai sehingga makna ritual dapat tercapai.

Ruang dan ritual..., Yulia Vonny Sinaga, FT UI, 2012

Page 80: RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308750-S42709-Ruang dan...UNIVERSITAS INDONESIA RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU BATAK TOBA SKRIPSI Diajukan

65

Universitas Indonesia

BAB 5

KESIMPULAN

Secara kodrati, manusia hidup sebagai makhluk individu dan sosial.

Kelompok etnis masyarakat Batak Toba merupakan salah satu bentuk perwujudan

peran manusia sebagai individu dan makhluk sosial. Ritual adat berperan sebagai

media bersosialisasi serta menerapkan konsep kekerabatan dalam upacara adat

yang dijalankan, termasuk upacara pernikahan. Ritual adat juga menjadi hal

penting dalam proses pelaksanaan upacara pernikahan tradisional. Itulah

sebabnya, setiap kebudayaan menghadirkan ruang berbeda yang menyesuaikan

latar belakang, adat, dan tradisi masing-masing.

Ruang dan manusia merupakan dua hal yang saling mempengaruhi.

Sebuah ruang dikatakan baik jika dapat memberi kualitas pada kegiatan yang

berlangsung dan begitu juga sebaliknya. Bagaimana para pelaku melakukan

proses ritual dan seberapa banyak individu yang terlibat menjadi pertimbangan

utama dalam proses pembentukan ruang sehingga tercipta sebuah setting.

Hubungan antara manusia dan setting inilah yang berperan dalam sebuah behavior

setting. Sebuah ruang terbentuk dari hasil interpretasi perancang dan manusia

yang berkegiatan di dalamnya. Perancang mengatur perilaku manusia yang

muncul dalam sebuah setting dengan sebuah rancangan. Dengan begitu, manusia

dengan segala pengalaman dan persepsi yang dimiliki dapat memaknai setting

tersebut sehingga menghadirkan kualitas ruang. Tidak hanya itu, penggunaan

sarana adat secara tidak langsung juga membentuk kualitas ruang dan

kegiatannya.

Pada studi kasus upacara adat pernikahan Batak Toba, beragamnya ritual

membentuk ruang ritual yang berbeda-beda sehingga setting memiliki peran untuk

dapat mengakomodasi seluruh ruang ritual. Setting tersebut secara tidak langsung

mengarahkan manusia yang terlibat untuk menjalankan ritual dengan setting dan

orientasi yang tercipta. Hal tersebut menciptakan interaksi sosial dan perilaku tiap

individu, baik sebagai pelaku maupun pengamat ritual. Interaksi yang muncul pun

akhirnya mempengaruhi pemaknaan ritual yang berlangsung.

Ruang dan ritual..., Yulia Vonny Sinaga, FT UI, 2012

Page 81: RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308750-S42709-Ruang dan...UNIVERSITAS INDONESIA RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU BATAK TOBA SKRIPSI Diajukan

66

Universitas Indonesia

Yang disayangkan, setting tidak didukung dengan desain ruang itu sendiri.

Sebagai contoh, sebagian besar ritual adat pernikahan Batak Toba mengambil

ruang di bagian tengah. Hal ini tidak didukung dengan perbedaan level. Level

yang sama membuat orang yang duduk jauh dari ruang ritual tidak bisa melihat

dengan jelas. Dengan begitu apa yang ditangkap tiap individu akan berbeda

sehingga pemaknaan ritual dan ruang menjadi tidak sempurna. Hal ini memicu

mereka melakukan usaha untuk tetap dapat memaknai ritual tanpa menganggu

prosesi ritual, misalnya dengan berdiri atau memindahkan kursi. Setting yang

tidak didukung dengan desain ruang juga menimbulkan adanya kesesakan yang

dirasakan pengamat ritual pada ritual tertentu. Muncul respon mereka untuk tetap

dapat melakukan kegiatan yang diinginkan dengan memanipulasi ruang sehingga

membuat setting awal menjadi tidak berlaku. Maka dari itu, manusia sebagai

subyek perilaku seharusnya menjadi perspektif yang diutamakan. Oleh sebab itu,

setting ruang perlu didukung dengan desain ruang yang sesuai agar dapat

mendukung kegiatan yang berlangsung di dalamnya.

Dari hasil analisis studi kasus, saya mengambil kesimpulan bahwa

penggunaan gedung khusus pada upacara adat pernikahan Batak Toba merupakan

suatu kebiasaan masyarakat Batak Toba yang tinggal di Jakarta. Upacara adat

pernikahan Batak Toba tidak harus dilakukan di gedung khusus sebab pada

kenyataannya desain gedung tersebut belum tentu memberikan pemaknaan ritual

yang baik untuk seluruh individu yang terlibat, baik pelaku ritual maupun

pengamat ritual. Gedung lain dengan setting yang sesuai mungkin saja digunakan

agar ritual dapat dimaknai lebih baik. Dari penjelasan di atas, saya menyimpulkan

bahwa bukan hanya ritual yang membentuk setting dan kualitas ruang atau ruang

yang memberikan kualitas ritual, tetapi keduanya saling berperan dalam

pembentukannya masing-masing. Tidak hanya elemen pembentuk ruang itu

sendiri pula yang berperan dalam membentuk sebuah kualitas ruang, namun peran

elemen nonvisual yang digunakan juga dapat mendukung kualitas ruang.

Ruang dan ritual..., Yulia Vonny Sinaga, FT UI, 2012

Page 82: RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308750-S42709-Ruang dan...UNIVERSITAS INDONESIA RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU BATAK TOBA SKRIPSI Diajukan

67

Universitas Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

Alexander, Christopher. (1979). The Timeless Way of Building. New York:

Oxford University Press.

Baldwin, John R., dkk. Redefining Culture: Perspectives Accross the Disciplines.

London: Lawrence Erlbaum Associates, Inc.

Berridge, Graham. (2007). Events Design and Experience: Events Management

Series. United Kingdom: Elsevier Ltd.

Crowther, J. (Ed.). (1998). Oxford Advance Learner’s Dictionary. Cornelsen &

Oxford, fifth edition.

Deasy, C.M. (1985). Designing Places for People: A Handbook on Human

Behavior for Architects, Designers, and Facility Managers. United Kingdom:

Phaidon Press Ltd.

Dempsey, David. (1974). An Introduction to Environmental Psychology. United

States of America: Holt, Rinehart and Winston, Inc.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1978). Adat dan Upacara Perkawinan

Daerah Sumatera Utara. Jakarta: Proyek Penelitian dan Pencatatan

Kebudayaan Daerah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Erikson, Erik. (1997). The Life Cycle Completed. New York: W. W. Norton &

Company, Inc.

Hall, Edward T. (1966). The Hidden Dimension. United States: Anchor Books,

Random House, Inc.

Laurens, Joyce Marcella. (2004). Arsitektur dan Perilaku Manusia. Jakarta: PT

Grasindo.

Mangunwijaya, Y.B. (1992). Wastu Citra. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Ruang dan ritual..., Yulia Vonny Sinaga, FT UI, 2012

Page 83: RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308750-S42709-Ruang dan...UNIVERSITAS INDONESIA RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU BATAK TOBA SKRIPSI Diajukan

68

Universitas Indonesia

Mead, George Herbert. (1934). Mind Self and Society from the Standpoint of a

Social Behaviorist. Chicago: The University of Chicago Press, Ltd.

Siahaan, Edward Tigor. (1999). Tapanuli Utara: New Life in Hills & Valleys.

Jakarta: Times Communications.

Sibeth, Achim. (1991). The Batak: People of the Island of Sumatra. London:

Thames and Hudson Ltd.

Simmel, Georg. (2001). The Problem of Sociology. In M. L. Anderson, et al.

Understanding Society (pp. 35-57). Belmont: The Wadsworth Publishing.

Sinaga, Drs. Richard. (1998). Perkawinan Adat Dalihan Natolu. Jakarta: Dian

Utama dan KERABAT.

Sitompul, St. R.H.P. Bsc. (2009). Ulos Batak: Tempo Dulu-Masa Kini. Jakarta:

KERABAT.

Surya, Prof. DR. Mohamad. (2004). Psikologi Pembelajaran dan Pengajian.

Bandung: Pustaka Bani Quraisy.

Tschumi, Bernard. (1944). Architecture and Disjunction. Cambridge: MIT Press.

Tuan, Yi-Fu. (2005). Space and Place: The Perspective of Experience.

Minneapolis: University of Minnesota Press.

Van Gennep, Arnold. (1960). The Rites of Passage. London: Routledge & Kegan

Paul, Ltd.

Ruang dan ritual..., Yulia Vonny Sinaga, FT UI, 2012

Page 84: RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308750-S42709-Ruang dan...UNIVERSITAS INDONESIA RUANG DAN RITUAL ADAT PERNIKAHAN SUKU BATAK TOBA SKRIPSI Diajukan

69

Universitas Indonesia

REFERENSI WEBSITE DAN MEDIA ELEKTRONIK

Archie_media. (27 Mei 2007). Pengaruh Timbal Balik Perilaku dan Ruang.

http://arsitadulako.blogspot.com/2007/05/pengaruh-timbal-balik-dan-

ruang.html diakses tanggal 30 Mei 2012 pukul 13.55

Foster, Angga (2 Mei 2012). Gondang Batak, Sejarah Musik Batak yang

Terlupakan

http://dotuku.com/anggafoster/artikel/gondang-batak-sejarah-musik-batak-

yang-terlupakan diakses tanggal 5 Juni 2012 pukul 14.25

Kompasiana. (26 Agustus 2010). Sosbud.

http://sosbud.kompasiana.com/2010/08/26/ diakses tanggal 24 April 2012

pukul 19.40

Monang Naipospos. (19 Agustus 2007). Tortor dan Ulos.

http://tanobatak.wordpress.com/2007/08/19/tortor-dan-ulos/ diakses tanggal 5

Juni 2012 pukul 17.50

Neng014’s Blog. (27 April 2009). Perayaan Pernikahan di Jepang.

http://neng014.wordpress.com/2009/04/27/perayaan-pernikahan-di-jepang

diakses tanggal 8 April 2012 pukul 17.26

O’Brien, Raymond. Embrace The Deception. (28 Oktober 2010). The Lush Life

Chronicles Volume 2: The Personal Bubble.

http://embracethedeception.blogspot.com/2010/10/lush-life-chronicles-

volume-2-personal.html diakses tanggal 15 Maret 2012 pukul 20.45

Sagala, Evi Cinra. (7 Oktober 2011). Perkawinan Tradisional Secara Shinto Pada

Masyarakat Jepang.

http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/29345 diakses tanggal 7 April

2012 pukul 20.05

TRAVIAN FORUM. (27 November 2009). Adat Pernikahan (over the world)

http://forum.travian.co.id/showthread.php?17555-Adat-Pernikahan-(over-the-

world)/page2 diakses tanggal 7 April 2012 pukul 19.20

Ruang dan ritual..., Yulia Vonny Sinaga, FT UI, 2012