awas terjebak ritual ramadhan

73
TAMMI PRASTOWO Awas, Terjebak Ritual Ramadhan! (Meronce Makna Ramadhan Guna Menjadi Pribadi Bertakwa) Kado kecil bagi Anda yang telah menghidupkan jiwaku.

Upload: tammi-prastowo

Post on 21-Jan-2018

370 views

Category:

Lifestyle


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Awas Terjebak Ritual Ramadhan

TAMMI PRASTOWO

Awas, Terjebak

Ritual Ramadhan! (Meronce Makna Ramadhan Guna Menjadi Pribadi Bertakwa)

Kado kecil bagi

Anda yang telah

menghidupkan

jiwaku.

Page 2: Awas Terjebak Ritual Ramadhan

1

Aw

as, T

erje

bak

Rit

ual R

amad

han!

Sepatah Kata

Ramadhan selalu hadir dalam hidup kita. Sesuai

hitungan umur kita, sebanyak itulah kita diberi

peluang emas untuk mendekat kepada Allah swt.

Sayangnya, kita tidak selalu optimal menjalaninya.

Tanpa terasa Ramadhan pun berlalu, sementara jarak

yang terbentang antara kita dengan Sang Pencipta

tidak berkurang.

Saya mencoba mengais makna Ramadhan yang

pernah saya lewati walau dengan akal dan budi yang

masih tumpul. Jadilah coretan kecil ini. Namun,

coretan ini lebih tepat dimaknai sebagai geremengan

saya ketika mengejar hikmah yang bertebaran di

bulan Ramadhan. Saya tidak bisa menjanjikan

manfaat yang dapat Anda peroleh ketika membaca

coretan ini.

Akan tetapi, paling tidak saya berharap Anda bisa

belajar dari pengalaman Ramadhan yang pernah saya

lalui. Dari sini Anda akan bisa menjalani Ramadhan

dengan lebih bermakna. Selepas Ramadhan Anda pun

menjadi kupu-kupu yang indah dipandang, mengisap

madu dari bunga-bunga kebajikan, serta membantu

lingkungan Anda menghasilkan sesuatu yang berguna

bagi kehidupan. Insya Allah, Anda bisa.

Akhirnya, selamat menempa diri di bulan Ramadhan.

Semoga Anda menjadi pribadi yang bertakwa. Amin.

Tammi Prastowo

Page 3: Awas Terjebak Ritual Ramadhan

2

Aw

as, T

erje

bak

Rit

ual R

amad

han!

Daftar Isi

Saatnya Berbisnis Dengan Allah ............................ 3

Agar Tidak Menjadi Zombie .................................. 7

Berapa Nilai Diri Anda? ......................................... 11

Bantu si Kecil Berpuasa .......................................... 13

Nikmat Berbuka, Nikmat Pengendalian Diri ........ 16

Keinginan Tak Selalu Yang Kau Butuhkan ............ 19

Cintailah Dengan Sewajarnya ................................. 25

Di Bawah LangitMu Kami Bentangkan Sajadah ... 29

Fb for Dakwah ......................................................... 33

Awas, Terjebak Ritual Ramadhan .......................... 35

Puasa, Peluang Mengubah Diri .............................. 39

Hari Ini Istimewa Bagi Kami .................................. 43

Berburu Obralan Akhirat ....................................... 47

Agar Tidak Sebatas Ritual ...................................... 51

Bapak Kembali di Bulan Suci ................................ 56

H-1 Lebaran 1431 H ............................................... 63

Keep Smile, My Friend .......................................... 68

Tentang Tammi

Page 4: Awas Terjebak Ritual Ramadhan

3

Aw

as, T

erje

bak

Rit

ual R

amad

han!

Saatnya

Berbisnis

Dengan

Allah

1 Ramadhan 1432 H bertepatan dengan

1 Agustus 2011. Alhamdulillahi Rabbil alamin.

Syukur yang begitu besar kepada Allah swt. yang

telah memberikan kesempatan untuk bersua

kembali dengan bulan Ramadhan. Bulan yang

istimewa karena Allah swt. akan melipatganda-

kan setiap amal kebajikan yang kita lakukan.

Jangankan amalan wajib seperti sholat lima

waktu, ibadah sunnah pun bernilai begitu besar.

Memang tidak mudah mengkalkulasi

besarnya nilai amalan sunnah dan wajib di

bulan Ramadhan. Semua penilaian itu terserah

kepada Allah swt. Artinya, nilai setiap kebajikan

yang kita lakukan hanya Allah yang berwenang

menentukan. Bisa jadi dua orang melakukan

amalan yang sama. Namun nilai amalan tersebut

berbeda. Misalnya, Arman dan Banu masing-

Page 5: Awas Terjebak Ritual Ramadhan

4

Aw

as, T

erje

bak

Rit

ual R

amad

han!

masing memberikan shadaqoh 5000 rupiah

yang dimasukkan ke kotak amal masjid. Mereka

sama-sama berniat ikhlas. Namun ada situasi

yang berbeda diantara keduanya. Saat itu Arman

memiliki uang di saku 100.000 rupiah.

Sementara Banu hanya ada uang 10.000 rupiah.

Dengan kondisi semacam ini, di

hadapan Allah swt. sangat mungkin nilai

shodaqoh Banu lebih tinggi daripada nilai

shodaqoh Arman. Banu bershadaqah dengan

50% uangnya, sementara shadaqah Arman

hanya 2% dari uang di sakunya.

Begitulah analogi sederhana untuk

menunjukkan hak prerogatif yang Allah swt.

miliki. Dari sini kita bisa mengetahui bahwa

nilai suatu ibadah dipengaruhi pula oleh situasi

dan kondisi kita saat melakukannya. Ini suatu

pilihan yang mesti disikapi dengan cerdas.

Apabila kita memilih untuk melakukan

amalan yang ringan, maka nilainya pun kecil di

hadapan Allah swt. Otomatis ganjaran yang kita

terima juga kecil. Demikian pula sebaliknya.

Jika kita memilih melakukan amalan yang

berbobot, maka Allah swt. akan menilainya

sebagai sesuatu yang berharga. Praktis ganjaran

yang diterima pun lebih berharga. Bahkan,

selama bulan Ramadhan nilai kebaikan yang

Page 6: Awas Terjebak Ritual Ramadhan

5

Aw

as, T

erje

bak

Rit

ual R

amad

han!

kita lakukan akan dilipatgandakan sesuai

kehendak Allah swt.

Berangkat dari kesadaran tersebut,

sebenarnya kita sudah tahu bahwa Ramadhan

itu bulan perjuangan. Inilah saatnya kita

berjuang melakukan kebajikan di setiap

hembusan nafas kita. Inilah masa kita berjuang

mengoptimalkan waktu dan tenaga yang kita

miliki untuk melatih diri menjadi pribadi

muttaqin. Jika kita berhasil mengoptimalkan

kesempatan bersua Ramadhan ini dengan

melakukan banyak kebajikan, insya Allah kita

termasuk orang yang diberi umur panjang. Siapa

orang yang berumur panjang itu?

Orang dikatakan berumur panjang jika

dia konsisten melakukan kebajikan dalam masa

hidupnya yang terbatas.

Percayalah, Ramadhan merupakan

masa paling tepat untuk berbisnis dengan Allah

swt. Kita manfaatkan waktu dan tenaga yang

diberikan Allah swt. untuk beramal sholih.

Tentu saja dengan niat untuk meraih ridho Allah

swt. Niscaya Allah swt. akan menerima ikhtiar

kita dan menukarnya dengan ganjaran besar.

Mengapa kita perlu ganjaran tersebut? Karena

kita harus mengumpulkan bekal sebanyak

Page 7: Awas Terjebak Ritual Ramadhan

6

Aw

as, T

erje

bak

Rit

ual R

amad

han!

mungkin untuk kehidupan akhirat nanti.

Barangsiapa memiliki bekal yang cukup, dia

akan hidup di akhirat dengan sejahtera.

Sekarang, bagaimana dengan Anda?

Page 8: Awas Terjebak Ritual Ramadhan

7

Aw

as, T

erje

bak

Rit

ual R

amad

han!

Agar

Tidak

Menjadi

Zombie

"Puasa itu untuk-Ku dan Aku langsung

membalasnya. Orang yang berpuasa

mendapatkan dua kesenangan, yaitu

kesenangan ketika berbuka puasa dan

kesenangan ketika berjumpa dengan Tuhannya.

Sungguh, bau mulut orang berpuasa lebih

harum daripada aroma kesturi." (Hadits

Muttafaq 'Alaih).

Di bulan Ramadhan, hadits tersebut

tentu sering Anda dengar. Melalui televisi, surat

kabar, spanduk, atau mimbar agama, kita

diingatkan tentang keutamaan puasa di bulan

suci ini. Seperti yang ditegaskan dalam hadits di

atas.

Dalam pemahaman saya, terdapat

makna yang begitu besar di balik sabda

Page 9: Awas Terjebak Ritual Ramadhan

8

Aw

as, T

erje

bak

Rit

ual R

amad

han!

Rasulullah saw itu. Rupanya puasa

dimaksudkan untuk melembutkan hati kita.

Segumpal darah dalam jiwa manusia itu

memiliki peranan penting dalam kehidupan.

Nabi Muhammad menegaskan bahwa hatilah

yang menentukan baik-buruk perilaku manusia.

Jika hati kita baik, maka baik pula

seluruh tindak tanduk, tutur kata, dan sikap

kita. Sebaliknya, jika hati ini buruk, maka setiap

ucapan dan perbuatan kita hanya membawa

kerugian bagi diri dan orang lain.

Nah, berpuasa di bulan Ramadhan akan

menyeting ulang program hati kita. Selama ini,

banyak hati manusia yang sudah beku, bahkan

mati. Kondisi tersebut akibat kebiasaan manusia

memperturutkan hawa nafsu. Pelan-pelan kita

mengabaikan suara hati saat berlomba

memperebutkan nikmat duniawi.

Demi kekuasaan, kita tega

membungkam hati yang setia mengingatkan

pada nilai-nilai kemanusiaan. Agar dapat

mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya, kita

rela mengubur hati dengan membenarkan sikap

egois yang kita lakukan. Karena hati sering

dilecehkan, hati mengeras dan tidak bisa

menerima kebenaran yang datang dari ALLAH

swt.

Page 10: Awas Terjebak Ritual Ramadhan

9

Aw

as, T

erje

bak

Rit

ual R

amad

han!

Jika kondisi tersebut tidak dihiraukan,

akhirnya hati menjadi mati. Manusia lalu

bertindak tanpa pertimbangan kata hati.

Lantas, apa makna kenikmatan orang

berpuasa yang dimaksud oleh hadits di atas?

Ternyata terdapat nikmat yang besar di balik

kemampuan mengendalikan diri. Menahan

makan, minum, dan pelampiasan nafsu lainnya

akan membawa kita pada kenikmatan. Ya, puasa

memang tidak mematikan keberadaan nafsu

dalam diri kita. Nafsu-nafsu itu memang tidak

bisa dibunuh karena saya yakin ada manfaat di

balik keberadaannya. Selama berpuasa, kita

dituntut untuk berlatih mengendalikannya. Jika

terkendali, kita akan dapat merasakan manfaat

setiap nafsu yang Allah karuniakan. Hal tersebut

telah kita rasakan setiap berbuka puasa.

Berpuasa sehari tentu mengajarkan kita

tentang rasa haus dan lapar. Dua rasa itu

menjadi sahabat setia para dhuafa. Dengan

berpuasa, kita dapat merasakan apa yang

mereka rasakan. Dari sini akan muncul sikap

empati terhadap kondisi mereka. Sikap mental

positif ini akan diikuti sikap mental positif lain.

Kita menjadi lebih ramah terhadap

orang lain. Penghormatan yang tulus kita

Page 11: Awas Terjebak Ritual Ramadhan

10

Aw

as, T

erje

bak

Rit

ual R

amad

han!

berikan kepada orang-orang di sekitar kita.

Kasih sayang kita tebarkan pada mereka yang

lebih papa. Hati pun akan mendorong kita untuk

berbagi bahagia walau hanya melalui seutas

senyuman.

Ketika perilaku kita penuh dengan

kebajikan, saat itulah kita tengah memandang

wajah Tuhan. Allah swt adalah dzat yang

menguasai keagungan cinta. Lantaran kasih

sayang yang disebarkan manusia, kita dapat

merasakan betapa agung cinta yang Allah

anugerahkan.

Kita dapat melihat wajah Tuhan di balik

senyuman hangat, sapaan tulus, dan solidaritas

yang ditunjukkan oleh orang-orang yang

berpuasa. Tidak heran jika Allah mengambil

analogi bahwa bau mulut orang yang berpuasa

jauh lebih harum daripada bau minyak kasturi.

Wisata ruhani yang tengah kita jalani

sekarang sungguh sangat menentramkan jiwa.

Karena besarnya rahasia yang ada di balik

puasa, Allah swt sendiri yang akan menilai

upaya setiap muslim dalam menjalankan

perintahNya tadi.

Page 12: Awas Terjebak Ritual Ramadhan

11

Aw

as, T

erje

bak

Rit

ual R

amad

han!

Berapa

Nilai Diri

Anda?

Barangkali ada yang mengukurnya

dengan jumlah materi yang ingin diterima.

Patokannya hanya sebatas penilaian kita atas

potensi dan kemampuan yang ada dalam diri

kita. Dari pemikiran ini lahirlah sederet angka

yang menurut kita layak diterima sebagai ganti

dari kerja yang kita lakukan.

Selanjutnya, apabila nilai yang diberikan

itu kurang dari yang kita maui, biasanya kita

merasa enggan melaksanakan kerja tadi.

Kualitas kerja kita turunkan. Lambat-laun kita

hentikan kontrak kerja tersebut karena dianggap

tidak lagi menguntungkan. Berlandaskan

pertimbangan tadi, lahirlah berbagai bentuk

kegiatan perdagangan guna memenuhi

kebutuhan hidup manusia.

Bagaimana jika motivator kita bukan

benda, manusia, atau jabatan? Maksud saya,

Page 13: Awas Terjebak Ritual Ramadhan

12

Aw

as, T

erje

bak

Rit

ual R

amad

han!

bagaimana jika kali ini kita berdagang dengan

Tuhan. Dialah yang menguasai segala aspek

kehidupan kita. Bagi orang yang beriman, Tuhan

juga tempat meminta segala pengharapan.

Apakah kita juga akan dirugikan olehNya?

Padahal dalam al Qur‟an, Allah swt

menegaskan sifatNya yang Mahaadil. Tidak akan

ada orang yang rugi berdagang dengan Allah.

Jika Allah menjanjikan keuntungan 1000

kebaikan, maka orang yang memenuhi

syaratNya akan menerima keuntungan tersebut

utuh. Tidak ada pajak, komisi, atau uang terima

kasih yang harus kita haturkan padaNya. Anda

yakin tentang hal tersebut, bukan?

Berbekal keyakinan tesebut, mengapa

kita tidak manfaatkan peluang emas Ramadhan

untuk mendulang pahala sebanyak mungkin?

Ingatlah, bahwa kita harus selalu berpacu

dengan waktu di dunia ini. Waktu untuk berbuat

kebajikan ada batasnya. Wujudnya berupa

kematian. Ketika kita sampai di batas tersebut,

maka kita tidak bisa menundanya walau sesaat.

Senyampang kekuatan dan kesempatan

itu ada di tangan, mari lakukan kebajikan.

Metode ini diyakini ampuh untuk meningkatkan

nilai diri kita di hadapan Allah swt. Mengapa?

Karena Allah swt telah menentukan aturan

Page 14: Awas Terjebak Ritual Ramadhan

13

Aw

as, T

erje

bak

Rit

ual R

amad

han!

mainnya: bukan harta, keturunan, atau

kedudukan yang membuat manusia mulia di

sisi Allah. Kemuliaan manusia diukur dari

besarnya kemanfaatan yang dia berikan bagi

sesama.

Page 15: Awas Terjebak Ritual Ramadhan

14

Aw

as, T

erje

bak

Rit

ual R

amad

han!

Bantu

Si Kecil

Berpuasa

Puasa bukan halangan bagi orang tua

untuk bermain dengan si kecil. Bukankah

aktivitas orang yang berpuasa sama dengan

aktivitas yang kita lakukan di luar bulan puasa?

So, sebenarnya kita bisa tetap meluangkan

waktu untuk bermain dengan anak. namun,

bentuk permainannya perlu dipilih agar tidak

mengganggu puasa Anda bersama si kecil.

Apabila Anda dan anak Anda senang

bermain di luar rumah, usahakan untuk memilih

permainan yang tidak terlalu melelahkan.

Apalagi jika anak Anda juga sedang belajar

berpuasa.

Kira-kira permainan apa yang bisa

dilakukan bersama anak saat berpuasa?

Barangkali beberapa permainan berikut dapat

Anda lakukan di sore hari sambil menunggu

waktu berbuka.

Page 16: Awas Terjebak Ritual Ramadhan

15

Aw

as, T

erje

bak

Rit

ual R

amad

han!

1. Bersepeda keliling rumah Banyak orang memilih mengisi waktu

sorenya dengan olah raga ringan seperti

bersepeda. Sensasi naik sepeda dengan

santai dipercaya akan membawa suasana

hati bahagia bagi pelakunya. Barangkali

karena tenaga yang dikeluarkan untuk

melakukan olahraga ini relatif kecil.

Selain itu, bersepeda akan melatih

kebugaran otot tubuh kita. Kaki kita

mengayuh pedal. Tangan lurus memegang

kemudi sepeda. Sementara bibir tidak

berhenti tersenyum bagi tetangga dan

kenalan yang dijumpai di jalan.

2. Berjalan-jalan di taman Tanaman menghasilkan oksigen yang

membuat kita merasa segar saat berada di

sekitarnya. Di taman, kita dapat menghirup

oksigen sepuasnya dengan gratis. Berjalan-

jalan ke taman, selain untuk menikmati

keindahannya, juga dapat Anda gunakan

untuk membangun hubungan batin yang

erat dengan si kecil.

3. Menyiram tanaman Kita sebaiknya memanfaatkan setiap sudut

rumah dengan meletakkan tanaman yang

dapat menyejukkan pandangan. Keberadaan

Page 17: Awas Terjebak Ritual Ramadhan

16

Aw

as, T

erje

bak

Rit

ual R

amad

han!

tanaman hias di sekeliling rumah akan

menambah keasrian rumah kita. Untuk itu,

kita perlu merawatnya dengan cermat.

Waktu sore sangat tepat Anda gunakan

untuk melakukan perawatan taman rumah

Anda. Bersama si kecil, Anda bisa

mengajaknya menyirami tanaman,

mencabuti rumput liar yang tumbuh dalam

pot, atau memotong bagian pohon yang

layu. Air yang dia siramkan akan memberi

sensasi kesegaran baginya yang tengah

berjuang menuntaskan puasa.

4. Membacakan buku cerita Bercerita juga bisa dipilih untuk mengisi

waktu luang Anda. Beri kesempatan si kecil

untuk memilih buku cerita yang ingin

dibacakan. Pilihlah tempat yang nyaman.

Selanjutnya, Anda bacakan isi buku

tersebut. Selama membaca cerita, jangan

lupa untuk menyisipkan pesan-pesan moral

yang penting bagi mereka. Niscaya, acara ini

akan membawa kebahagiaan bagi Anda

semua.

Page 18: Awas Terjebak Ritual Ramadhan

17

Aw

as, T

erje

bak

Rit

ual R

amad

han!

Nikmat

Berbuka,

Nikmat

Pengendalian

Diri

Bagi orang berpuasa, berbuka

merupakan kenikmatan yang luar biasa. Setelah

sehari menahan diri dari pemenuhan nafsu

ragawi, berbuka terasa begitu melegakan. Tidak

heran jika sebagian kita merasa perlu

menyiapkan menu istimewa untuk berbuka. Ada

yang pergi ke restoran terkenal. Ada yang

memasak sendiri hidangan istimewa bagi

keluarga. Namun ada juga yang memilih

hidangan sederhana asal bergizi.

Terlepas dari apapun menu berbuka

yang Anda pilih, sebenarnya kita disodori satu

hikmah sederhana. Jika kita mampu

mengendalikan diri, kita akan merasakan

nikmat yang sungguh besar. Tengoklah tindakan

Page 19: Awas Terjebak Ritual Ramadhan

18

Aw

as, T

erje

bak

Rit

ual R

amad

han!

kita menahan keinginan makan dan minum di

saat berpuasa. Ternyata kita bisa merasakan

kebahagiaan yang indah saat berbuka. Tidak

heran jika dalam kondisi itu, segelas air putih

pun terasa begitu melegakan. Saking leganya,

sampai-sampai kita merasa tidak perlu

menghabiskan semua hidangan yang sudah

tersaji di meja.

Bagi saya, nikmatnya berbuka puasa

menunjukkan pada kita kunci menciptakan

kebahagiaan hidup. Agar hidup selalu terasa

indah, kita harus bisa mengendalikan hawa

nafsu. Dengan cara ini, setiap pemberian Allah

swt sekecil apapun akan bernilai luar biasa bagi

kita.

Dari sini kita termotivasi untuk selalu

bersyukur kepadaNya. Anda pun pasti tahu efek

syukur tadi. La insyakartum, la azii danakum.

Wala inkafartum, inna ‘adzabi la syadid. Allah

swt akan menambahkan anugerah yang lebih

besar bagi kita. Bukankah ini yang selalu kita

harapkan?

Page 20: Awas Terjebak Ritual Ramadhan

19

Aw

as, T

erje

bak

Rit

ual R

amad

han!

Keinginan

Tak Selalu

Yang Kau

Butuhkan

Inilah alasan yang paling logis

disampaikan untuk menentramkan batin kita

ketika gagal meraih sesuatu yang diinginkan.

Memang banyak keinginan yang kita

tumbuhkan. Setiap saat pun terus bertambah.

Melihat orang lain beli sesuatu, langsung

tumbuh keinginan kita untuk memiliki barang

yang sama. Waktu berjalan-jalan kita melihat

baliho iklan produk baru. Kita pun ingin segera

memiliki barang tersebut. Menonton televisi pun

menumbuhsuburkan keinginan dalam hati.

Saya sempat merasa heran dengan

keinginan saya yang selalu bertambah. Mengapa

bisa sebanyak ini? Setelah saya mengambil jarak

dari pusaran keinginan itu, saya pun

menemukan pemicunya. Menurut saya,

keinginan berkembang bak jamur di musim

Page 21: Awas Terjebak Ritual Ramadhan

20

Aw

as, T

erje

bak

Rit

ual R

amad

han!

hujan karena saya memberi nilai terlalu tinggi

untuk setiap barang yang diinginkan.

Ambil contoh pengalaman pribadi saya.

Sewaktu teman saya membeli laptop, saya pun

langsung ingin memiliki barang yang sama.

Sekian lama pikiran saya terbebani oleh

keinginan tadi. Saya ingin mempunyai laptop

karena itu akan sangat membantu dalam

bekerja. Sebagai penulis, saya ingin setiap saat

dan setiap waktu bisa menuangkan apa yang

terlintas dalam benak. Apalagi saya juga tengah

membangun jaringan dengan orang-orang yang

bervisi saya di dunia maya. Dengan laptop saya

akan bisa melakukan hal tersebut. Itulah dasar

pemikiran yang mengobarkan keinginan saya.

Setiap keinginan yang terus dipelihara

akan menggerakkan alam bawah sadar untuk

mewujudkannya. Begitulah nasihat yang pernah

saya terima. Karena sering saya pikirkan,

akhirnya keinginan punya laptop sering muncul

dalam obrolan saya dengan istri. Akan tetapi,

lama-lama istri saya kesal juga. Terlebih ketika

saya menyinggung batalnya membeli laptop

karena uang hasil menulis buku terpakai untuk

keperluan keluarga yang lain.

Karena teguran istri, saya mencoba

memikirkan ulang keinginan tersebut. Seberapa

Page 22: Awas Terjebak Ritual Ramadhan

21

Aw

as, T

erje

bak

Rit

ual R

amad

han!

penting laptop bagi kehidupan saya? Apakah

fungsinya masih bisa digantikan oleh komputer

yang sudah ada?

Mulailah saya merekonstruksi

pemikiran saya tentang keinginan tadi. Saya

harus realistik, makanya saya berusaha jujur

dalam menjawab pertanyaan yang saya ajukan.

Ternyata saya masih bisa bekerja

sebagai penulis walau tanpa laptop. Ini

disebabkan karena saya diberi fasilitas komputer

di meja kerja. Jika ingin menulis di rumahpun,

saya bisa menggunakan komputer yang ada. Di

rumah dan kantor saya tetap bisa menulis.

Saya pun harus menguji asumsi-asumsi

yang saya munculkan. Pertama, saya perlu

laptop karena supaya saya bisa bekerja saat

tugas luar kota. Asumsi ini sekarang sudah tidak

berlaku lagi. Pindahnya saya ke divisi R&D

membuat saya lebih banyak berada di ruangan.

Saya sudah tidak berhubungan langsung dengan

para penulis di luar kantor. So, semakin kecil

kemungkinan saya mendapat tugas luar kota.

Apalagi berdasarkan pengalaman, saya pun

selama ini tidak sempat menulis selama dinas

luar. Jadi asumsi pertama itu patah.

Page 23: Awas Terjebak Ritual Ramadhan

22

Aw

as, T

erje

bak

Rit

ual R

amad

han!

Kedua, saya perlu laptop agar saya bisa

bekerja saat pulang kampung. Setelah ada kereta

prameks, saya memang sering pulang kampung.

Karena mudah mengakses layanan ini, hampir

setiap acara keluarga saya berusaha ikuti. Nah,

pada waktu di kampung, ternyata saya lebih

banyak menghabiskan waktu untuk berkumpul

bersama orang tua dan sanak saudara. Saya

nyaris tidak menggunakan sebagian waktu

mudik untuk menulis. Sementara untuk sekedar

menyapa teman-teman di dunia maya bisa saya

lakukan menggunakan handphone.

Dari sini saya menyimpulkan bahwa

saya ternyata belum membutuhkan laptop.

Fungsinya sebagai alat kerja masih bisa diambil

alih oleh dua komputer yang ada di kantor dan

rumah. Setelah berpikir objektif tadi,

alhamdulillah sekarang keinginan itu sudah

tidak membebani pikiran.

Barangkali Anda pernah merasakan

beratnya menggendong keinginan. Ketika

keinginan itu semakin membebani benak kita,

cobalah untuk menurunkannya dari gendongan.

Pandanglah keinginan itu dengan seksama, lalu

jawablah dengan jujur seberapa besar nilai

barang tersebut bagi kehidupan kita.

Page 24: Awas Terjebak Ritual Ramadhan

23

Aw

as, T

erje

bak

Rit

ual R

amad

han!

Kesadaran akan arti barang tersebut,

memudahkan kita mengambil sikap yang tepat.

Jika suatu keinginan nampak berkilau karena

manfaat abstrak yang akan kita dapatkan

(misalnya gengsi), lebih baik Anda tinggalkan

keinginan tadi. Gunakan energi Anda untuk

menyelesaikan urusan lain yang lebih penting.

Sebaliknya, jika dialog jujur Anda

menyimpulkan barang tersebut harus ada agar

kehidupan Anda berjalan lancar, berarti

keinginan itu sudah naik status menjadi

kebutuhan. Mau tidak mau, Anda harus

berusaha memenuhinya.

Berkaitan dengan kebutuhan, kita harus

lebih banyak bersyukur. Tanpa kita sadari,

sebenarnya Allah swt sudah memenuhi setiap

kebutuhan hidup kita. Oksigen tersedia secara

cukup bagi kita tanpa kita harus memintanya.

Jantung, hati, otak, dan semua organ tubuh kita

bekerja normal tanpa kita harus memintanya.

Begitu pula kebutuhan akan rasa aman,

pertemanan, dan keharmonisan.

Ternyata jauh lebih banyak kebutuhan

yang sudah disediakan Allah swt bagi kita tanpa

harus memintanya secara rinci. Kalau sudah

demikian, maka nikmat apa lagi yang berasal

Page 25: Awas Terjebak Ritual Ramadhan

24

Aw

as, T

erje

bak

Rit

ual R

amad

han!

dari Tuhanmu yang engkau dustakan? Fabi ayyi

alaa irobbikuma tukaddzibaan.

Page 26: Awas Terjebak Ritual Ramadhan

25

Aw

as, T

erje

bak

Rit

ual R

amad

han!

Cintailah

Dengan

Sewajarnya

„Cintailah apa yang kau cintai dengan sewajar-

nya, sebab sesungguhnya suatu ketika yang

kamu cintai itu akan meninggalkanmu.‟

Begitulah salah satu pesan yang Jibril

sampaikan kepada Nabi Muhammad saw.

Walaupun pesan tersebut disampaikan kepada

Rasulullah, namun esensi pesan tadi juga ber-

laku bagi semua umat manusia. Artinya, hikmah

pesan itu melampaui masa dan tetap konteks-

tual hingga akhir zaman nanti. Sekarang, bagai-

mana kita dapat menerapkan hal tersebut

sebagai panduan hidup?

Barangkali kita perlu mengenali hal-hal

yang kita cintai terlebih dahulu. Allah swt per-

nah berfirman dalam al qur‟an tentang hal ini.

Dalam pandangan manusia, harta benda, kekua-

saan, wanita, dan keturunan nampak sangat

indah. Karena pemikiran tersebut, manusia

Page 27: Awas Terjebak Ritual Ramadhan

26

Aw

as, T

erje

bak

Rit

ual R

amad

han!

berusaha untuk memilikinya sebanyak mungkin.

Sayangnya, hal-hal tadi tidak tersedia seimbang

dengan jumlah manusia di dunia.

Perhiasan dunia itu harus diperebutkan

untuk dapat memilikinya. Nah, di sinilah mulai

muncul masalah. Adanya nafsu sebagai piranti

dasar dalam tubuh manusia mendorong kita

mengerahkan segala daya untuk memiliki per-

hiasan dunia sebanyak-banyaknya. Tindakan

yang dilakukan pun sering melanggar aturan

hidup. Akibatnya, hak-hak orang lain terampas

dengan sengaja maupun tidak.

Gara-gara ingin memiliki handphone,

seorang pemulung mencurinya dari teras rumah.

Cinta yang ditolak membuat seorang laki-laki

nekat menggagahi wanita yang dia kejar. Sikap

terlalu sayang kepada anak mendorong seorang

ibu bertindak overprotective. Itu hanya sebagian

contoh yang bisa kita jumpai.

Perilaku „cinta buta‟ tidak hanya mem-

bawa kerugian dalam hubungan antarpribadi.

Pada tataran kehidupan bermasyarakat, perilaku

ini juga akan membawa kerugian bagi orang-

orang di sekitarnya. Contohnya, sikap destruktif

para pendukung calon pimpinan daerah. Karena

jagonya kalah dalam pilkada, massa pendukung

merusak fasilitas umum. Mereka juga menye-

Page 28: Awas Terjebak Ritual Ramadhan

27

Aw

as, T

erje

bak

Rit

ual R

amad

han!

rang pihak lain yang dianggap merugikan. Tin-

dakan tersebut tentu saja melanggar hak-hak

orang lain.

Di sinilah kita perlu bertindak cerdas

guna mengontekstualkan hikmah di balik pesan

Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad saw.

Kita harus memiliki kendali atas nafsu yang

sudah terinstall dalam jiwa kita. Kita harus

sadar batas-batas perilaku yang diizinkan guna

meraih semua yang kita inginkan. Kesadaran ini

menjadi rem agar perilaku kita tidak melampaui

batas. Hak-hak orang lain pun tidak kita

langgar.

Lantas, apa yang diperlukan untuk

memiliki pengendalian diri yang kuat? Dalam

pemikiran saya, kita tidak boleh mengabaikan

kata hati. Hati akan mengingatkan kita tentang

aturan hidup yang telah ditetapkan Allah swt.

Berdialog dengan hati perlu kita lakukan

supaya usaha meraih perhiasan dunia tetap

sesuai dengan panduan Allah. Jika sering

berdialog dengan hati, kita menjadi lebih peka

terhadap kondisi orang lain. Dengan meng-

hiraukan suara hati, kita akan bisa bertindak

adil, tepat, dan tidak merusak keseimbangan

tata kehidupan di alam semesta.

Page 29: Awas Terjebak Ritual Ramadhan

28

Aw

as, T

erje

bak

Rit

ual R

amad

han!

Mendengarkan suara hati akan

mengingatlan kita bahwa dunia ini hanyalah

permainan belaka. Segala perhiasan dunia yang

susah payah kita perjuangkan lalu kita pertahan-

kan mati-matian toh tidak akan menyertai

perjalanan panjang kita menghadap Sang

Khalik. Maka, sepatutnya kita berusaha memili-

kinya dengan cara yang benar agar barokahnya

tidak hilang.

Perhiasan dunia yang memiliki barokah

besar akan mendorong kita untuk lebih tekun

mendekat kepada Allah. Sebaliknya, perhiasan

dunia yang tidak mengandung barokah, justru

akan menjauhkan diri kita dari Allah swt.

Naudzubillahi min dzalik.

Page 30: Awas Terjebak Ritual Ramadhan

29

Aw

as, T

erje

bak

Rit

ual R

amad

han!

Di Bawah

LangitMu

Kami

Bentangkan

Sajadah

Fasilitas yang terbatas bukan halangan

bagi warga perumahan tempat saya untuk

menuai pahala ramadhan. Ya, walaupun

perumahan sudah memasuki tahun kedua aktif

dihuni, namun keberadaan masjid masih samar-

samar. Katanya, sih, sudah ada rencana posisi

masjid di sini. Namun, setiap kali warga

menanyakan posisi itu, pengembang tidak bisa

menunjukkannya secara pasti. “Belum pasti,

pak, karena master plan-nya masih terus

disempurnakan.” Begitu kilah mereka.

Keberadaan masjid sangat kami

perlukan untuk dapat melaksanakan sejumlah

kegiatan. Anak-anak kami perlu tempat untuk

belajar memahami al qur‟an. Sebagai awalan,

Page 31: Awas Terjebak Ritual Ramadhan

30

Aw

as, T

erje

bak

Rit

ual R

amad

han!

saat ini mereka belajar al quran dua kali dalam

sepekan. Ibu-ibu pun tidak mau ketinggalan.

Mereka juga mengadakan majelis taklim sebulan

sekali. Begitu pula bapak-bapaknya. Selama ini

warga memanfaatkan rumah yang dipinjamkan

oleh pengembang.

Pada Ramadhan 1431 H, warga peru-

mahan sepakat mengadakan kegiatan tarawih

bersama. Inilah puasa pertama yang akan

dijalani sebagian besar warga kompleks saya.

Tentu saja kami berharap dapat menjalan-kan

ibadah dengan penuh semangat.

Bukan tanpa alasan jika tarawih bersa-

ma disepakati oleh sebagian besar warga.

Pertama, karena bulan puasa bulan mendulang

pahala dari ALLAH swt. Kami berharap dapat

memanfaatkan kesempatan emas ini untuk lebih

dekat padaNYA. Kedua, meneladankan motivasi

beribadah pada anak-anak kami. Ketika melihat

bapak-ibunya sholat tarawih berjamaah, sema-

ngat beribadah anak-anak pun akan ikut

bergelora. Inilah contoh simpel keteladanan

yang kami maksudkan. Ketiga, menjaga

keamanan lingkungan. Kompleks perumahan

kami tidak berbentuk kluster. Belum ada regu

satpam yang berjaga di tiga pintu masuk.

Penghuninya pun baru sekitar 30-an orang.

Dengan kondisi yang terbuka tentu mudah bagi

Page 32: Awas Terjebak Ritual Ramadhan

31

Aw

as, T

erje

bak

Rit

ual R

amad

han!

orang berniat jahat untuk masuk ke kompleks

perumahan. Berdasarkan informasi, tidak jarang

pelaku kejahatan menjalankan aksinya saat

rumah dalam keadaan kosong karena ditinggal

beribadah. Jika menggelar tarawih bersama di

dalam kompleks, niscaya faktor-faktor penarik

terjadinya kejahatan dapat dieliminir.

Permasalahannya rumah yang dipin-

jamkan pengembang dinilai tidak bisa diguna-

kan. Rumah itu terlalu sempit. Duh, gimana

nih?

Bermodalkan semangat dan kebersa-

maan, kami sepakat memanfaatkan lahan paling

representatif yang ada. Bukan lapangan, karena

bakal lapangannya masih berupa gerumbul

semak-semak. Lantas apa? Jalan kompleks.

Inilah tempat yang paling tepat dipilih.

Terbentang sepanjang kompleks, lebarnya 4

meter, dan sudah dipaving. Jadi, bisa memuat

banyak orang dan tidak jeblok saat hujan.

Akhirnya, sebuah tenda biru kami

dirikan. Tenda itu bekas sumbangan waktu

gempa melanda Klaten di Mei 2006 dulu.

Ukurannya yang 4x4 meter masih bisa ber-

tambah karena setiap sisinya bisa direntangkan.

Page 33: Awas Terjebak Ritual Ramadhan

32

Aw

as, T

erje

bak

Rit

ual R

amad

han!

Tikar-tikar digelar. Bahkan, sebuah

spanduk plastik bekas background acara wisuda

pascasarjana juga kami manfaatkan sebagai alas

sholat. Di sinilah warga perumahan kami

menyelenggarakan tarawih.

Ada nuansa lain yang saya rasakan saat

sholat di tempat terbuka. Kami tidak terasa

gerah karena angin leluasa menyapa. Tidak

bakal keringatan walau imam tarawih ngebut.

Selain itu, bisa merasakan suasana

alam. Bintang dan bulan bisa kami saksikan

dengan jelas. Titik-titik terang itu begitu indah

menghiasi langit malam yang pekat. Sungguh

besar kekuasaan ALLAH, Sang Khalik. Inilah

waktu yang tepat untuk lebih memahami

ayatNya: sungguh di balik penciptaan langit dan

bumi, dan bergantinya malam dan siang,

terdapat tanda-tanda bagi ulil albab (orang yang

berpikir). Yaitu orang-orang yang selalu

mengingat Allah ketika dia berdiri maupun

berbaring, dan selalu berpikir tentang

penciptaan langit dan bumi. Mereka lalu

berkata,” Rabbana, ma khalaqta hadza bathila,

subhanaka, wa qina ‘adzaabannaar.”

Page 34: Awas Terjebak Ritual Ramadhan

33

Aw

as, T

erje

bak

Rit

ual R

amad

han!

Fb for

Dakwah

Apa yang Anda pikirkan? Begitulah

pertanyaan pancingan yang muncul setiap kita

masuk dalam beranda facebook. Ini pertanyaan

sederhana, tapi jawabannya bisa jadi tidak

sederhana. Bahkan sering kali saya termenung

sejenak untuk dapat menjawab pertanyaan tadi.

Muncullah pertanyaan, “Sebaiknya aku menulis

apa, ya?”

Otak saya lalu bekerja menyeleksi satu

dari tumpukan pengalaman harian saya. Saya

pilih pengalaman yang berkesan dalam dan bisa

memancing komentar teman-teman. Bagaima-

napun, komentar teman bermakna dalam. Bagi

facebooker, komentar dapat dimaknai sebagai

bentuk perhatian teman kepada kita. Tentu

Anda ingin mendapat banyak komentar dari

teman saat meng-update status, bukan?

Jika pengalaman harian tidak ada yang

berkesan, berarti muncul masalah bagi saya. Apa

yang harus saya tulis, nih? Cara yang paling

mudah adalah membaca tulisan-tulisan orang

Page 35: Awas Terjebak Ritual Ramadhan

34

Aw

as, T

erje

bak

Rit

ual R

amad

han!

lain. Dari sini biasanya muncul ide tulisan.

Mungkin berupa tanggapan atas tulisan teman.

Mungkin berupa paparan lain dari satu tema

yang telah diangkat tadi. Intinya, supaya bisa

menulis, kita harus banyak membaca.

Supaya menarik, postingan harus

bergizi. Status yang bagus akan membawa

manfaat bagi orang yang membacanya. Dari sini

saya berpikir bahwa kita bisa menggunakan fb

sebagai sarana dakwah. Ini media yang tepat

untuk saling bekerja sama dalam melakukan

kebajikan. Di sisi lain, juga sarana untuk

bersama-sama mencegah diri dari perbuatan

buruk.

Ketika ada pembaca yang tergerak

hatinya setelah membaca status kita, maka kita

pun telah berinvestasi kebaikan. Insya Allah kita

mendapat pahala sebagaimana orang yang

melakukan kebajikan tersebut. Fastabiqul

khoirat. Mari manfaatkan fb untuk dakwah.

Unggah status yang bergizi dan dapat

memotivasi teman kita berbuat kebajikan.

Page 36: Awas Terjebak Ritual Ramadhan

35

Aw

as, T

erje

bak

Rit

ual R

amad

han!

Awas,

Terjebak

Ritual

Ramadhan!

Euforia ramadhan sudah mereda. Gegap

gempita yang mengekspresikan kebahagiaan

menyambut datangnya bulan penuh barokah ini

tidak lagi terasa sekuat kemarin. Tidak percaya?

Coba perhatikan kondisi masjid di lingkungan

Anda. Seberapa jauh kemajuan yang terjadi?

Maksud saya, apakah kondisi shof

jamaah sholat masih seperti pekan lalu? Waktu

itu hampir setiap masjid dipenuhi orang yang

ingin melaksanakan sholat tarawih berjamaah.

Sampai-sampai takmir memasang tenda di

halaman masjid agar jamaah yang membludak

itu tidak kehujanan. Sekarang Anda bandingkan

kondisinya. Ternyata sebagian masjid sudah

mengalami kemajuan. Tenda-tenda sudah tidak

lagi berisi jamaah. Bahkan di barisan belakang,

tersedia cukup ruang bagi anak-anak usil untuk

menggelar perang-perangan.

Page 37: Awas Terjebak Ritual Ramadhan

36

Aw

as, T

erje

bak

Rit

ual R

amad

han!

Jumlah jamaah sholat subuh pun

menyusut. Tampaknya tinggal menghitung hari

saja untuk melihat kembalinya kondisi masjid

pada keadaan „normal‟ -kondisi di luar bulan

ramadhan-.

Menyusutnya barisan sholat juga

berimbas pada berkurangnya peserta tadarus al

qur‟an. Di awal ramadhan, kita yang enggan

membaca al Qur‟an -karena „grothal-grathul‟

mengejanya- masih bersedia menyimak

pembacaannya oleh orang lain. Namun lama-

lama menyimak pun terasa melelahkan.

Daripada bengong, banyak yang memilih

melipat sajadah lalu menonton aksi para bintang

di televisi.

Fenomena semacam ini selalu terulang

setiap Ramadhan. Dari hari ke hari, peserta

pelatihan kamp Ramadhan tereliminasi.

Mengapa bisa terjadi?

Menurut saya, hal itu terjadi sebagai

akibat terjebaknya jiwa kita pada ritual

Ramadhan. Kita menjalankan ibadah karena

banyak orang melakukannya. Kita berpuasa

Ramadhan karena teman-teman berpuasa. Kita

sholat tarawih berjamaah karena tetangga

berbondong-bondong pergi tarawih di masjid.

Page 38: Awas Terjebak Ritual Ramadhan

37

Aw

as, T

erje

bak

Rit

ual R

amad

han!

Kita ikut tadarus al qur‟an karena malu dianggap

bukan orang sholih.

Besarnya faktor eksternal yang

memengaruhi motivasi ibadah kita membuat

setiap tindakan kita tidak melibatkan hati.

Nyaris tidak ada alasan transendental yang

menghubungkan jiwa kita dengan Allah swt.

Rubuh-rubuh gedhang. Begitu ungkapan orang

Jawa untuk menggambarkan kondisi tersebut.

Lantas, siapa orang yang tidak terjebak

pada ritual Ramadhan? Mereka ialah orang-

orang yang mampu menangkap hikmah

Ramadhan. Mereka inilah orang yang selalu

merindukan Ramadhan.

Kerinduan tersebut bukan tanpa alasan.

Ramadhan itu bulan yang istimewa. Di

penghujung Ramadhan Allah swt menjanjikan

kemenangan yang besar bagi umat manusia.

Wujudnya berupa pembebasan seorang hamba

dari api neraka. Barang siapa yang bisa

memanfaatkan peluang emas ramadhan untuk

mendekat kepada Allah swt, niscaya Allah akan

memberikan ampunan baginya dari segala dosa

yang pernah dilakukan. Kondisi bersih kita

bagaikan kondisi bayi yang baru lahir.

Page 39: Awas Terjebak Ritual Ramadhan

38

Aw

as, T

erje

bak

Rit

ual R

amad

han!

Nah, para perindu Ramadhan

menyadari betapa besar dosa yang dia perbuat

selama ini. Mumpung bertemu Ramadhan,

mereka berusaha menggapai ampunan Allah swt

melalui jalan takwa. Mereka berusaha

mengerjakan segala yang diperintahkan Allah

swt, dan menjauhi segala yang dilarangNya.

Motivasi yang mereka miliki menguatkan diri

untuk tekun memanfaatkan setiap hembusan

nafas dengan ibadah.

Bagaimana halnya dengan diri kita?

Apakah kita berharap dijauhkan dari api neraka

oleh Allah swt? Jika iya, kita perlu mengubah

pola pikir kita tentang Ramadhan. Mari pahami

Ramadhan sebagai peluang emas untuk

mendapatkan ridho Allah swt. Ingatlah, kita

tidak tahu apakah masih akan diberi

kesempatan bertemu Ramadhan mendatang.

Siapa tahu ini Ramadhan terakhir yang kita

miliki. Oleh karena itu, syukurilah kesempatan

emas ini dengan meningkatkan kualitas

ketakwaan kita. Caranya, dengan selalu

melibatkan hati dalam setiap ibadah dan

muamalah yang kita lakukan. Luruskan niat

setiap akan melakukan kebajikan. Niscaya setiap

langkah kita menjadi langkah untuk mendekat

kepada Allah swt. Waspadalah! Jangan biarkan

jiwa kita terjebak pada perangkap ritual

Ramadhan.

Page 40: Awas Terjebak Ritual Ramadhan

39

Aw

as, T

erje

bak

Rit

ual R

amad

han!

Puasa,

Peluang

Mengubah

Diri

Selama ini umat muslim meyakini

bahwa ada kuasa Allah sebagai penentu akhir

dari usaha yang kita lakukan. Allah bisa dengan

mudah menentukan keberhasilan suatu upaya

manusia. Sebesar apapun upaya yang kita

lakukan, jika tidak diizinkan Allah untuk terjadi,

niscaya tidak akan bisa terjadi.Iinilah logika

yang mendasari upaya kita berdoa, memohon

kepada Allah.

Dalam bulan Ramadhan, terdapat saat-

saat yang diijabahi oleh Allah. Apabila kita

berdoa pada saat-saat tersebut, kemungkinan

besar akan dikabulkan olehNya. Tahukah Anda

saat-saat ijabah itu?

1. Waktu berbuka puasa

Saya biasa berdoa pada saat buka puasa.

Ini salah satu waktu favorit untuk berdoa. Tidak

Page 41: Awas Terjebak Ritual Ramadhan

40

Aw

as, T

erje

bak

Rit

ual R

amad

han!

ada yang menghalangi sampainya doa kita

kepada Allah swt. Saya yakin banyak sekali

keinginan yang memenuhi benak kita. Selain

keinginan, juga kebutuhan hidup yang terus

bertambah.

Nah, saat berbuka harus dimanfaatkan

untuk berdialog dengan Allah. Mari kemukakan

keinginan dan kebutuhan hidup kita padaNya.

Insya Allah harapan tersebut akan terwujud.

2. Waktu sehabis sholat

Apa perlu berdoa sehabis sholat?

Pertanyaan ini pernah dilontarkan seorang

teman. Menurutnya, sholat itu sudah berisi

segala permohonan terbaik yang kita ajukan

pada Allah. Permohonan tersebut terangkai

dalam bacaan-bacaan sholat dari takbiratul

ikram sampai salam. Kata teman tadi, semua

pengharapan kita sudah terangkum di dalamnya

sehingga kita tidak perlu menambahinya dengan

doa yang lain.

Okelah jika dia berpikir demikian. Akan

tetapi, saya tetap lebih mantap jika bisa

mengajukan permintaan khusus saya kepada

Allah lewat doa. Bukan berarti Allah tidak tahu

kebutuhan hidup kita. Namun, Allah ingin

melihat seberapa besar pengharapan kita

kepadaNya. Ketika kita berdoa, memohon

Page 42: Awas Terjebak Ritual Ramadhan

41

Aw

as, T

erje

bak

Rit

ual R

amad

han!

pertolongan Allah untuk dapat memenuhi

keperluan hidup kita, menurut hemat saya ini

satu bukti kuat bahwa kita punya pengharapan

yang sangat besar padaNya. Artinya, kita

mengakui ketidakberdayaan diri ini dalam

mewujudkan harapan. Tanpa pertolongan Allah,

mustahil apa yang kita usahakan dapat berhasil.

3. Sepertiga malam terakhir

Setiap dini hari kita bangun untuk

makan sahur. Saat itulah ujung dari sepertiga

malam terakhir. Allah swt menegaskan bahwa

waktu tersebut sebagai masa emas untuk

memohon kepadaNya. So, mari manfaatkan

waktu makan sahur untuk berdoa pula.

Mohonlah segala yang menjadi kebutuhan hidup

kita. Niscaya Allah akan mengabulkannya.

4. Waktu antara dua khutbah jumat

HariJjumat umat muslim diwajibkan

sholat jumat. Seluruh perniagaan ditinggalkan

sejenak untuk menunaikan kewajiban ini. Nah,

ada yang istimewa dalam ibadah sholat jumat.

Ternyata waktu antara dua khutbah umat

merupakan saat yang makbul untuk berdoa.

Ketika khotib duduk di antara dua khutbah,

berdoalah kepada Allah. Mohonlah hal-hal yang

menjadi harapan kita. Saat itu, terbuka tabir

Page 43: Awas Terjebak Ritual Ramadhan

42

Aw

as, T

erje

bak

Rit

ual R

amad

han!

yang membuat jarak antara kita dengan sang

pencipta.

Kombinasi antara usaha dan doa

menjadi syarat terpenuhinya harapan kita.

Mumpung kita berjumpa bulan Ramadhan,

manfaatkan setiap relung waktunya untuk

berikhtiar mewujudkan harapan. Gunakan

waktu-waktu ijabah untuk berdoa kepadanya.

Inilah rahasia banyak orang dapat mengubah

nasib diri dan keluarganya menjadi lebih baik.

Bukankah Allah menyuruh kita memohon

kepadaNya? Bahkan Allah menyebut makhluk

yang tidak berdoa itu sombong.

Page 44: Awas Terjebak Ritual Ramadhan

43

Aw

as, T

erje

bak

Rit

ual R

amad

han!

Hari Ini

Istimewa

Bagi Kami

“Selamat hari jadi, Yah.” Senyum manis

terlukis di wajah cantik itu. Binar kebahagiaan

memancar dari matanya yang indah. Saya pun

berusaha memberikan senyuman setulus hati

bagi wanita yang setia bersama membangun

mahligai rumah tangga.

Ini memang hari istimewa bagi kami.

Enam tahun yang lalu kami mengikat janji

untuk menyempurnakan separuh agama.

Tanggal 3 Agustus 2005 jatuh di hari Rabu. Kini

tanggal dan bulan yang sama jatuh pula pada

hari Rabu. Di pekan pertama bulan Ramadhan

pula. Sungguh suatu kebetulan yang sangat

indah untuk dikenangkan.

Pikiran saya mencoba menyusuri

kembali jejak perjalanan kami berdua.

Hubungan ini berawal dari keisengan teman

mengenalkan saya lewat telepon. Saat itu teman

saya bekerja di tempat yang sama dengan gadis

Page 45: Awas Terjebak Ritual Ramadhan

44

Aw

as, T

erje

bak

Rit

ual R

amad

han!

itu. Upaya saling mengenal pribadi masing-

masing kami lanjutkan via email dan

handphone. Inilah sarana yang kami pilih untuk

mendekatkan jarak ratusan kilometer antara

Jakarta dan Klaten. Pemikiran yang dia

lontarkan dalam sejumlah obrolan semakin

memantapkan niat saya unuk menikah

dengannya. Saya merasa telah mendapatkan

jawaban atas doa yang sekian lama saya

mohonkan kepada Allah swt.

Sejumlah peristiwa menghiasi

perjalanan rumah tangga kami. Satu persatu

harapan kami dipenuhi oleh Allah.

Alhamdulillah, Allah swt. menitipkan seorang

putra guna mendewasakan kami. Tingkah polah,

keceriaan, serta sikap cerdas Dzaky menghiasi

rumah kami yang sederhana. Walaupun Dzaky

masih anak-anak, kami berusaha memosisikan

dia sebagai pribadi utuh. Dengan sepenuh hati,

kami berusaha mengolah potensi yang Dzaky

miliki. Namun bukan berarti kami memanjakan

anak. Ketika harus bersikap tegas, sedapat

mungkin kami sampaikan lewat bahasa cinta.

Ternyata langkah sederhana itu mampu

menghidupkan hati Dzaky. Sikap empati selalu

dia tunjukkan kepada teman tatkala bermain.

Dzaky juga tidak segan meminta maaf jika

berbuat salah.

Page 46: Awas Terjebak Ritual Ramadhan

45

Aw

as, T

erje

bak

Rit

ual R

amad

han!

Peristiwa 24 Desember 2010 menjadi

ujian kedewasaan dalam keluarga kami. Selepas

sholat Jumat, saya ditabrak orang dari belakang.

Saya pun mesti menjalani operasi patah tulang

kaki kanan. Selama belasan hari saya dirawat di

rumah sakit. Istri sayalah yang selalu

mendampingi saya.

Sikap tegar dia tunjukkan agar saya bisa

melewati fase itu dengan sabar. Trauma

berkendara harus dia kalahkan agar bisa tiba ke

sejumlah apotek untuk menebus obat saya. Yang

paling berat dirasakan ialah keharusan untuk

meninggalkan Dzaky di rumah. Mengingat

selama ini Dzaky selalu bersama ibunya. Ketika

saya di rumah sakit, Dzaky hanya bertemu

ibunya di pagi hari. Itupun hanya 2-3 jam.

Untung ada nenek, bulik, dan Nada yang sengaja

datang ke Klaten untuk menemani Dzaky.

Kehadiran keluarga besar membantu anak saya

segera menyesuaikan diri dengan perubahan

keadaan.

Menginjak bulan kedelapan pasca

kecelakaan, rutinitas belum berubah. Dengan

menggunakan kruk saya melakoni aktivitas

harian. Saya berangkat kerja membonceng

teman. Sore harinya istri dan anak saya yang

menjemput. Terapi mesti saya jalani sepekan

Page 47: Awas Terjebak Ritual Ramadhan

46

Aw

as, T

erje

bak

Rit

ual R

amad

han!

sekali. Setiap bulan saya mesti memeriksakan

perkembangan kesehatan pasca operasi. Ke

mana-mana kami berboncengan motor bertiga.

Alhamdulillahi Rabbil Alamin. Itulah

ungkapan yang paling tepat saya haturkan

kepada Allah swt. Enam tahun mengarungi

bahtera rumah tangga semakin menguatkan

ikatan batin kami. Dari istri, saya belajar

bersikap sabar dan optimis. Dari Dzaky, saya

bertekad menjadi ayah yang layak diteladani.

Dari orang-orang yang mencintai saya, saya

belajar tentang keikhlasan pengorbanan.

Sungguh sempurna skenario hidup yang Allah

rancang bagi kami sekeluarga.

Page 48: Awas Terjebak Ritual Ramadhan

47

Aw

as, T

erje

bak

Rit

ual R

amad

han!

Berburu

Obralan

Akhirat

Alhamdulillah, sudah sampai di hari ke-

23 bulan Ramadhan 1432 h. Saya merasakan

waktu berlalu begitu cepat. Tahu-tahu tinggal

seminggu lagi Ramadhan ini. Padahal saya

merasa belum optimal beribadah dalam satu

bulan ini.

Ah, memang benar saran Rasulullah

dulu. Di penghujung Ramadhan, Rasulullah dan

para sahabat semakin mengetatkan ikat

pinggang untuk beribadah. Fokus mereka hanya

memanfaatkan semua sisa waktu untuk

beribadah. I‟tikaf di masjid menjadi agenda

utama. Tilawah al quran menghiasi hari-hari

mereka. Sementara shadaqah dan amal sholih

lain dipebanyak. Semua tindakan itu

dimaksudkkan untuk meraih keutamaan

Ramadhan.

Umat muslim yang berilmu meyakini

Ramadhan sebagai bulan obral ganjaran dan

Page 49: Awas Terjebak Ritual Ramadhan

48

Aw

as, T

erje

bak

Rit

ual R

amad

han!

ampunan Allah. Keyakinan itu lahir dari fakta

bahwa amalan ibadah di Ramadhan

dilipatgandakan oleh Allah. Yang sifatnya

sunnah bisa bernilai sebesar wajib bagi yang

melakukannya. Apalagi ada malam lailatul qadr

di sepertiga akhir bulan Ramadhan. Lailatul

qadr ditegaskan Allah sebagai malam yang lebih

bagus daripada seribu bulan. Artinya, setiap

amal kebajikan yang dilakukan di malam itu

akan diperhitungkan sebagai amalan yang

dilaksanakan selama 1000 bulan. Bukankah ini

suatu bukti mahamurah-nya Allah kepada umat

muslim?

Namun pada saat ini keyakinan

mayoritas umat muslim sudah berubah.

Ramadhan dipandang sebagai bulan obral yang

tepat untuk memuaskan nafsu materialnya.

Lihat saja fenomena banjirnya penawaran

dengan diskon besar-besaran di media massa.

Semua barang atas nama gengsi ditawarkan.

Smartphone dan busana mendominasi

penawaran. Barang-barang tersier semacam

inilah yang laris manis diserbu masyarakat.

Kita akan mudah menemukan orang-

orang berjubel mengaduk-aduk keranjang

diskon di supermarket. Sementara yang ingin

tampil dengan gaya terbaru bergegas ke toko

handphone atau dealer motor. Puncak acara

Page 50: Awas Terjebak Ritual Ramadhan

49

Aw

as, T

erje

bak

Rit

ual R

amad

han!

belanja juga terjadi di sepertiga malam terakhir.

Sayangnya, acara berburu obralan dunia

menghabiskan waktu untuk berburu obralan

akhirat. Naudzubillahi min dzalik.

Ya Allah, jangan engkau hanyutkan

hamba pada kondisi tersebut. Kini hamba

menemukan satu titik hikmah dari kondisi kami

sekarang. Belum tentu kami akan bisa berpikir

untuk optimal memanfaatkan sisa perjumpaan

dengan Ramadhan jika keadaan masih seperti

kemarin. Bisa jadi kami masih akan bergelut

dengan agenda berburu kesenangan dunia

menjelang Idul Fitri ini. Bismillah, kami akan

berubah. Hidup kami akan kami optimalkan

dengan ibadah dan upaya mendekat kepada-Mu,

ya Allah.

***

Tahun lalu warga GTS menggelar

tarawih di tengah jalan. Tahun ini kami bisa

berjamaah tarawih di masjid Umbulharjo.

Bahkan, beberapa di antara kami terlibat aktif

dalam kegiatan takmir masjid selama Ramadhan

ini. Dari pengamatan saya atas penyelenggaraan

tarawih di masjid tersebut, saya menemukan

sejumlah hal yang perlu dibenahi.

Page 51: Awas Terjebak Ritual Ramadhan

50

Aw

as, T

erje

bak

Rit

ual R

amad

han!

Pertama, tentang tata cara sholat

tarawih. Sholat tarawih di masjid itu dilaksana-

kan dengan pola 4-4-3. Maksudnya, 8 rakaat

sholat tarawih lalu ditutup dengan sholat witr 3

rakaat. Sejumlah rujukan hadits yang saya

telusuri menunjukkan bahwa sholat tarawih

semestinya dilakukan setiap 2 rakaat 1 kali

salam. Bukan 4 rakaat dengan 1 kali salam.

Menurut saya, takmir masjid perlu mengubah

pola rakaat sholat tarawih agar sesuai petunjuk

Rasulullah.

Kedua, minimnya penguasaan tajwid

para imam. Ini dapat dilihat ketika mereka

memimpin solat. Bacaan al quran mereka tidak

dilandasi tajwid yang benar. Akibatnya

keindahan bacaan quran tidak terpancar dari

pelafalan mereka. Semestinya yang diminta

menjadi imam sholat ialah mereka yang

memiliki kemampuan membaca al quran

dengan baik. Oleh karena itu sebaiknya imam

yang memimpin sholat itu tetap. Jika bergiliran,

giliran berlaku di antara orang-orang yang

mampu benar. Hal ini penting karena

kemampuan imam membaca secara benar akan

menumbuhkan kemantapan makmum.

Page 52: Awas Terjebak Ritual Ramadhan

51

Aw

as, T

erje

bak

Rit

ual R

amad

han!

Agar

Tidak

Sebatas

Ritual

Ternyata banyak hal yang harus

dibenahi dari praktik keagamaan di masjid al

Akbar Umbulharjo. Keinginan ini ternyata juga

dimiliki oleh Pak Karman, salah satu jamaah di

sana. Dia mengaku baru menjalani ajaran islam

sejak Februari 2012. Ini bermula dari pertemu-

annya dengan seorang di pasar Bayat. Waktu itu,

dia ditanya tentang umur. Selanjutnya, orang

tersebut bertanya, “Lantas, berapa lama waktu

yang sudah digunakan untuk beribadah?” Dari

sinilah hidayah Allah datang. Selanjutnya dia

aktif mendalami ajaran Islam lewat salah satu

forum pengajian di Klaten.

Pembicaraan dengan Pak Karman

mengungkap sejumlah hal yang perlu dibenahi

di masjid Umbulharjo. Pertama tentang sholat

tarawih. Selama ini setiap malam seorang tamu

diundang untuk menjadi imam sholat isya dan

Page 53: Awas Terjebak Ritual Ramadhan

52

Aw

as, T

erje

bak

Rit

ual R

amad

han!

tarawih sekaligus mengisi kultum. Mereka

berasal dari luar Umbulharjo dengan latar

belakang yang beragam. Sebagian dari mereka

memiliki bekal cukup memadai untuk

menjalankan ketiga peran tersebut. Namun ada

juga yang kemampuan memimpin sholatnya

tidak memadai. Misalnya bacaan tajwid dan

makhroj huruf yang tidak pas. Akibatnya,

bacaan surat menjadi berubah arti.

Makmum yang kebetulan sedikit lebih

mengetahui tentang hal tersebut menjadi kurang

mantap mengikuti sholat berjamaah. Sebaiknya

pelaksanaan sholat tarawih dibenahi. Imam

sholat tetap orang-orang yang sudah paham,

sementara pengisi kultum boleh berasal dari

luar Umbulharjo. Untuk itu, kita perlu belajar

tajwid dan makhroj agar siap menjadi imam

sholat.

Kedua tentang zakat fitrah. Dia pernah

mendapat masukan dari temannya bahwa orang

yang berhak mendapat zakat fitrah sebaiknya

tidak memaksakan diri berzakat. Sementara

takmir lain berpendapat bahwa semua orang

muslim harus membayar zakat fitrah. Perbedaan

pendapat ini sempat meruncing kala kemarin

pagi bakda subuh kita membahasnya di masjid.

Ini memancing rasa ingin tahuku.

Page 54: Awas Terjebak Ritual Ramadhan

53

Aw

as, T

erje

bak

Rit

ual R

amad

han!

Setahuku seorang terkena kewajiban

membayar zakat fitrah apabila memenuhi

beberapa syarat . Tanpa memenuhi salah satu

syaratnya, seseorang gugur kewajiban untuk

membayar zakat fitrah. Syarat yang dimaksud

ialah orang tersebut beragama islam, merdeka,

masih hidup pada malam Idul Fitri, dan

memiliki sisa persediaan makanan sebanyak

minimal 1 sha‟ (2,5 kg) untuk Idul Fitri. Dari sini

alasan yang dikemukakan Pak Karman itu

mendapat penguatan. Sementara pendapat

kedua kemungkinan didasarkan pada hadits

yang mengatakan bahwa zakat fitrah akan

menyempurnakan amal ibadah yang dilakukan

selama bulan Ramadhan serta menghapus dosa

yang kita perbuat selama Ramadhan. Ini

memotivasi setiap orang untuk bisa membayar

zakat fitrah dengan segala cara.

Alhamdulillah, selama ini pengumpulan

dan distribusi zakat fitrah sudah dilakukan di

lingkungan Umbulharjo. Yang menerima bukan

hanya warga muslim, tetapi juga warga

nonmuslim yang kekurangan. Berkaitan dengan

pemberian zakat pada warga nonmuslim, ada

ulama yang menegaskan bahwa mereka tidak

boleh diberi zakat fitrah. Bagaimana menyikapi

praktik yang selama ini berlangsung di

lingkungan ini?

Page 55: Awas Terjebak Ritual Ramadhan

54

Aw

as, T

erje

bak

Rit

ual R

amad

han!

Menurut saya, sebaiknya kita menghim-

bau warga untuk membayar zakat secara suka-

rela. Jangan memaksakan diri membayar zakat

jika kondisi tidak memungkinkan. Selanjutnya

yang mendapat prioritas sebagai penerima zakat

fitrah ialah warga muslim yang fakir dan miskin.

Warga miskin dan fakir dari kalangan non mus-

lim bisa diberi zakat apabila semua warga mus-

lim yang fakir dan miskin sudah menerimanya.

Ketiga tentang harapan yang ingin

diwujudkan lewat masjid Umbuharjo. Saya

membayangkan masjid menjadi pusat aktivitas

warga muslim. Di sini kita bermusyawarah

untuk memajukan lingkungan. Di sini kita

menyatukan kekuatan agar bisa melakukan

kebajikan bagi umat. Program kebajikan diru-

muskan dan dikendalikan lewat musyawarah

orang-orang di masjid. Dengan demikian masjid

akan menjadi makmur dan bisa menelurkan

kebaikan bagi masyarakat.

Untuk itu, perlu langkah yang tertata di

kalangan para pemakmur masjid. Memang ini

hanya sekelompok kecil warga. Namun inilah

thinktank yang akan menjadi agent of change

dari masyarakat di lingkungan sini. So, perlu

pembekalan yang memadai bagi mereka.

Page 56: Awas Terjebak Ritual Ramadhan

55

Aw

as, T

erje

bak

Rit

ual R

amad

han!

Ilmunya harus ditingkatkan. Caranya

dengan melalui kajian dan kaderisasi. Materi

kajian meliputi pengetahuan keislaman dan

keterampilan praktis. Sementara kaderisasi

berkaitan dengan mengolah potensi para remaja

masjid agar mereka menjadi penopang utama

masjid di Umbulharjo.

Page 57: Awas Terjebak Ritual Ramadhan

56

Aw

as, T

erje

bak

Rit

ual R

amad

han!

Bapak

Kembali

di Bulan

Suci

28 Ramadhan 1428 H. Hapeku berbunyi. Nada

dering M35 melonku terdengar begitu keras

dinihari ini. Nama istriku terpampang di

layarnya.

“Assalamu‟alaikum,” sapaku.

“ Waalaikumussalam,” sahut istriku. “Yah, cepat

pulang. Sekarang.”

“Ada apa, sih?” tanyaku sambil melirik jam

dinding. Jam 02.00. Suara orang membangun-

kan sahur dari masjid pun belum terdengar.

“Bapak. Bapak.” Jawab istriku. Nada suaranya

sedikit bergetar.

“Hmm. Apa nggak bisa nunggu sampai besok?

Ini kan hari terakhir masuk kerja,” tawarku.

“Enggak usah. Pulang sekarang aja,” jawab

istriku.

Page 58: Awas Terjebak Ritual Ramadhan

57

Aw

as, T

erje

bak

Rit

ual R

amad

han!

“Oke, aku kemas-kemas dulu,” sahutku.

Setelah menjawab salam, aku segera

mencuci muka. Ada apa dengan Bapak? Ini

pertanyaan yang menggayuti pikiranku.

Nampaknya kabar penting hingga aku

diharuskan pulang sekarang. Padahal aku

berencana mudik besok pagi. Aku akan naik

motor sendirian karena istri dan anakku sudah

mudik awal pekan kemarin. Tiba-tiba ada kabar

tentang Bapak dari rumah. Sayangnya, istriku

tidak menjelaskannya tadi. Sikapnya kali ini

terasa aneh. Yang kutahu, dia orang yang

rasional dan mampu bersikap tenang.

Sambil makan sahur aku mencoba

menghadirkan Bapak dalam ingatanku.

Beberapa bulan lalu bapak kulihat sehat-sehat

saja. Memang sudah dua tahun bapak sakit

stroke. Serangan itu datang menjelang

pernikahanku. Dari berbagai pengobatan yang

dilakoni, alhamdulillah Bapak sudah bisa

melakukan aktivitas secara mandiri. Walaupun

separuh badan sebelah kanan lumpuh, Bapak

tetap bisa menjalani hari-hari dengan baik.

Sayangnya, lisan Bapak masih terasa kaku.

Sering kali beliau hanya tertawa melihat kami

yang tidak paham dengan kata-kata yang beliau

ucapkan.

Page 59: Awas Terjebak Ritual Ramadhan

58

Aw

as, T

erje

bak

Rit

ual R

amad

han!

“Bapak kemarin masuk angin. Sekarang

hanya tiduran. Makannya agak susah, makanya

Pak Dokter Syamsul memasang infus buat

Bapak. Tapi alhamdulillah sekarang sudah

membaik.”

Begitu kabar terakhir yang kuterima

dari ibu pertengahan Ramadhan kemarin.

Sekarang aku harus segera pulang. Ada apa

dengan Bapak?

Selesai sahur, aku bergegas merapikan

rumah. Maklum, akan ditinggal mudik sepekan.

Kalau dirapikan sekarang, besok waktu balik

dari kampung kondisi rumahku tidak

berantakan. Beberapa potong pakaian aku

jejalkan ke dalam tas punggung. Helm,

kacamata, slayer, pelindung dada, kaus tangan,

sepatu, dan jaket aku siapkan. Sepucuk surat

izin tidak masuk kerja segera kutulis karena

seharusnya hari ini aku masuk kerja yang

terakhir sebelum libur lebaran.

Pukul 4 pagi, aku siap meluncur. Setelah

mampir di pos satpam untuk menitipkan surat

izin, motor tuaku kupacu kencang. Dua setengah

jam waktu yang kuperlukan untuk menempuh

jarak Klaten – Purworejo. Namun aku berusaha

sampai di rumah secepatnya. Apalagi kondisi

jalan masih cukup sepi.

Page 60: Awas Terjebak Ritual Ramadhan

59

Aw

as, T

erje

bak

Rit

ual R

amad

han!

Satu jam kemudian aku sampai di

Gamping (ujung barat ring road selatan

Yogyakarta). Jalanan menjadi lebih sempit.

Namun, iring-iringan kendaraan yang akan

memasuki Yogya semakin panjang. Di sebuah

masjid selepas Gamping, aku tunaikan sholat

subuh.

Kembali aku memacu kendaraanku.

Kembali pikiranku terusik dengan pertanyaan

tentang kondisi Bapak. Sangat mungkin sakit

Bapak menjadi lebih parah daripada kemarin.

mungkin saja Pak Dokter Syamsul –teman baik

Bapak- semalam terpaksa dibangunkan untuk

memeriksa kondisi Bapak. Mungkin dari hasil

diagnosis, pak dokter menyarankan untuk

membawa Bapak ke rumah sakit. Begitulah

penjelasan yang coba kurangkaikan untuk

menjawab pertanyaanku sendiri.

Akan tetapi, bagaimana kalau kondisi

Bapak lebih buruk daripada itu? Tanpa bisa

kukendalikan, pertanyaan tadi menyusup pula

ke dalam benakku. Ah, tiba-tiba seperti ada yang

merenggut hatiku. Ya Allah, mohon kesembuhan

bagi Bapak agar beliau ikut merayakan

kebahagiaan di hari raya.

Page 61: Awas Terjebak Ritual Ramadhan

60

Aw

as, T

erje

bak

Rit

ual R

amad

han!

Aku berusaha memupus bayangan

terburuk itu dengan berdzikir. Subhanallah

walhamdulillah walaa ilaha illallah wallahu

akbar. Lisanku terus melafalkan puji-pujian

bagi Allah.

Inilah salah satu nasihat yang pernah

beliau sampaikan padaku. “Jika kamu

berkendaraan, jangan lupa berdzikir. Dzikir

membuat hati kita tenang. Kamu pun tidak akan

kehilangan kewaspadaan di jalan.”

Pengalaman berdzikir saat mengendarai

motor membuatku merasa Allah menyertai

perjalananku. Pikiranku menjadi tenang.

Perlahan tapi pasti, pertanyaan itu tidak lagi

menghantui pikiranku. Yang muncul di hatiku

justru sugesti positif untuk menghadapi situasi

di rumah nanti. Seandainya Bapak sekarang

dirawat di rumah sakit, aku pikir inilah yang

terbaik untuk kesembuhan beliau.

Seandainya Bapak tiada pun aku harus

tetap bahagia. Mengapa demikian? Karena

Bapak meninggal di bulan Ramadhan. Ini bulan

yang penuh kemuliaan. Insya Allah beliau

khusnul khotimah. Hatiku bergetar saat

mengamini kemungkinan terakhir tadi. Tanpa

terasa sejalur air bening membasahi pipiku yang

tirus.

Page 62: Awas Terjebak Ritual Ramadhan

61

Aw

as, T

erje

bak

Rit

ual R

amad

han!

Satu setengah jam kemudian kulihat

gerbang masuk desaku, Lugosobo. Hei, ternyata

anakku lagi bermain di dekat gerbang itu.

Rupanya dia bersama istriku dan adik

bungsuku. Senyuman lega terpancar dari wajah-

wajah mereka. Alhamdulillah, hatiku pun

merasa senang. Tampaknya kekhawatiranku

tidak terjadi.

“Pulanglah dulu. Nanti kami menyusul,” pesan

istriku.

Gas motor segera kutarik. Masih ada

100 meter lagi jarak yang harus kutempuh untuk

sampai di rumah. Namun jantungku langsung

berdegup kencang. Bendera warna putih

menggantung di pagar halaman. Aku langsung

paham yang sebenarnya terjadi.

Bapak menyambutku di ruang tamu,

terbaring di atas meja panjang. Secarik kain

batik menutupi muka dan sekujur badan.

Nampak senyuman tersungging di wajah beliau

yang damai. Seolah Bapak menyapaku, ”Kamu

sudah sampai, le? Tidak ada halangan di jalan,

kan?”

Innalillahi wa inna ilaihi rojiuun.

Dalam sholat jenazah yang kutegakkan, aku

Page 63: Awas Terjebak Ritual Ramadhan

62

Aw

as, T

erje

bak

Rit

ual R

amad

han!

berusaha menangkap makna setiap bacaannya.

Kurendahkan diriku dalam lisan yang

mengagungkan kebesaran-Mu. Kuhayati

permohonan petunjuk yang terangkai dalam

ayat-ayat al fatihah. Kusertakan hati dalam

setiap kata yang memohon ampunan bagi

Bapak.

Ya Allah, berilah ampunan bagi Bapak.

Beliaulah yang telah mengukir jiwa dan raga

kami.

Ya Allah, limpahkanlah kasih sayang-

Mu pada bapak. Sungguh aku menjadi saksi atas

besarnya kasih sayang Bapak kepada buah

hatinya.

Ya Allah, maafkanlah segala kesalahan

Bapak. Selama ini Bapak telah berlapang dada

menerima segala tuntutan dan memaklumi

setiap tingkah polah kami.

Allahummaghfirlahu warhamhu wa’afihi

wa’fuanhu. Amin.

Page 64: Awas Terjebak Ritual Ramadhan

63

Aw

as, T

erje

bak

Rit

ual R

amad

han!

H-1

Lebaran

1431 H

Persiapan mudik

Sebelum mudik, saya ingin kondisi

rumah tertata baik. Dengan demikian, besok

waktu tiba di Klaten, tidak terlalu repot bersih-

bersih. Keinginan tersebut membutuhkan energi

ekstra saya. Itulah kesimpulan yang saya peroleh

dari pengalaman kemarin.

Bayangkan. Saya bangun jam 02.30

WIB. Karena melihat tumpukan pakaian yang

belum rapi, saya segera menyiapkan setrika.

Ternyata di belakang juga terdapat seember

pakaian kotor. Langsung mesin cuci saya

nyalakan. Alhamdulillah aliran listrik rumah

stabil. Setrika dan mesin cuci dapat bekerja

bersamaan.

Jam 06.00 proses bersih-bersih selesai.

Baju setrikaan sudah tertata di lemari pakaian.

Page 65: Awas Terjebak Ritual Ramadhan

64

Aw

as, T

erje

bak

Rit

ual R

amad

han!

Baju basah sudah terjemur di ruang samping.

Gelas piring juga sudah rapi. Sekarang tinggal

berangkat ke tempat Bang Pii di Mayungan.

Saya perlu menitipkan hamster Dzaky yang

berjumlah 7 ekor. Oya, mumpung ke arah utara,

saya sekaligus mau mampir ke tempat Mas

Ihang untuk mengambil 2 galon axogy. Setelah

mandi, saya buru-buru berangkat ke sana.

Sayangnya, saya tidak berhasil

mendapatkan 2 galon axogy karena rumah Mas

Ihang masih terkunci. Para penghuni rumah

belum bangun. Sebuah Toyota Rush warna biru

parkir di halaman depan. Rupanya ada tamu

keluarga.

Karena sudah pukul 06.30 lebih, saya

segera pulang. Wah, ini molor dari rencana

mudik. Semula saya berharap bisa jalan pulang

jam 06.00 ke Purworejo. Diharapkan dua

setengah jam lagi saya tiba di sana. Ternyata

walaupun sudah bangun dari pukul 02.30, saya

baru selesai mengurus rumah pada pukul 07.15.

Saat itulah saya berangkat pulang. Tentu

saja setelah saya mematikan kulkas dan televisi,

menyalakan lampu depan, serta mengunci pintu

dan jendela. Makanan kering saya simpan di rak

makan.

Page 66: Awas Terjebak Ritual Ramadhan

65

Aw

as, T

erje

bak

Rit

ual R

amad

han!

On the way mudik

Jalanan terasa ramai. Namun karena

saya berjalan melawan arus, saya bisa memacu

kendaraan hingga 80 km/jam. Sebaliknya,

mereka yang datang dari arah Jakarta, harus

berjalan beriringan dalam jarak yang rapat.

Untuk menghindari kemacetan, saya

melintasi ring road selatan Yogya. Memang

jaraknya lebih jauh dibandingkan lintasan yang

membelah kota. Namun, ketika melewati ring

road, saya berada di jalur khusus roda dua yang

cukup lapang dan halus. Saya bisa menarik gas

hingga 60 km/jam. Hasilnya, dua puluh menit

kemudian, saya sudah sampai di Gamping, tapal

batas barat kota Yogya.

Dari sini perjalanan saya lanjutkan

dengan melalui medan yang lebih sempit dan

bergelombang. Ya, jalanan akan naik turun

berkelok-kelok sepanjang Bantul-Sleman-Kulon

Progo.Akan tetapi perjalanan terasa nyaman

karena kondisi jalan yang sudah baik.

Naik motor dengan menempuh jarak

cukup jauh akan terasa mengasyikkan jika ada

teman seiring. Maksudnya sesama pengendara

motor yang akan menuju tempat yang sama

dengan kita. Mengapa demikian?

Page 67: Awas Terjebak Ritual Ramadhan

66

Aw

as, T

erje

bak

Rit

ual R

amad

han!

Menurut pengalaman saya, mereka

teman seperjalanan yang kompetitif. Biasanya

mereka bisa diajak bermain kucing dan tikus.

Ketika jadi tikus, mereka saya kejar. Beberapa

saat kemudian, ganti saya yang mengambil

posisi depan. Mereka saya tinggal di belakang.

Posisi menempel ketat seperti ini

menuntut konsentrasi kita di jalan. Risikonya

cukup besar. Apalagi jalanan ramai. Kita harus

bisa menyelinap di sela-sela barisan kendaraan.

Tahu-tahu tempat tujuan sudah dekat.

Namun saya hanya berani bermain

kucing-tikus di sepanjang jalanan wilayah

Yogya. Begitu masuk wilayah Purworejo, saya

hentikan permainan ini. Penyebabnya karena

jalanan Purworejo lebih sempit dan tidak halus.

Memang lubang di jalan sudah ditambal. Tapi

karena pengerjaannya tidak rapi, justru bisa

mengundang celaka bagi pengendara motor.

Apalagi medannya menembus punggung

perbukitan. So, saya lebih memilih jalan

kencang tapi tidak main kejar-kejaran.

Akhirnya, saya sampai di Lugosobo jam

09.30. Catatan waktu ini hanya lebih cepat 15

menit dibandingkan perkiraan saya.

Page 68: Awas Terjebak Ritual Ramadhan

67

Aw

as, T

erje

bak

Rit

ual R

amad

han!

Jelang hari raya, Saatnya belanja

Perjalanan Lugosobo-Kiyangkong saya

tempuh lewat Pasar Seren. Wah, sekarang

jalannya sudah mulus. Bahkan mendekati pabrik

rokok Sampoerna, jalan diberi garis-garis

pembatas.

Yang lebih menarik perhatian ialah

barang-barang bawaan orang-orang yang pulang

dari pasar. Ada yang berboncengan motor

membawa baby walker. Ada juga yang

membawa sepeda mini untuk anak seusia tk.

Bahkan di jalan menuju Grabag, saya melihat

dua orang dewasa berboncengan motor

membawa sepeda jengki.

Saya tersenyum sendiri. Ternyata

momen lebaran masih dianggap saat yang tepat

untuk memberikan hadiah istimewa bagi

anggota keluarga tercinta.

Page 69: Awas Terjebak Ritual Ramadhan

68

Aw

as, T

erje

bak

Rit

ual R

amad

han!

Keep

Smile,

My

Friend

„ jdi iri l iat status temenku pada mudik ke kota berirama pwrjo.. .smentara kami malah lebaran yg sgt memprihatinkan di perantau an... tp l i fe mu st go on,forever happen..smga cma kali ni episode lebaran yg bu ram...episode hdp yg harus aq lalu i .. . ‟

Begitulah status yang ditulis oleh

sahabat saya pagi tadi. Dia sudah saya kenal

sejak kecil. Maklum kami bertetangga. Sekolah

pun bareng dari TK, SD, SMP, sampai SMA.

Berkat facebook, kami terhubung kembali

setelah lama tidak berjumpa. Sekarang dia

tinggal di Pekanbaru, Riau.

Miris hati saya membaca kabar tersebut.

Tampaknya sahabat saya lagi mengabarkan

rangkaian kisah hidupnya. Saya sebut rangkaian

karena ada benang merah yang menghubungkan

Page 70: Awas Terjebak Ritual Ramadhan

69

Aw

as, T

erje

bak

Rit

ual R

amad

han!

setiap status facebook-nya. Pekan lalu dia

menulis tentang kegundahannya sebagai wong

cilik saat berhadapan dengan pemegang

kekuasaan. Sepertinya lagi ada masalah di

lingkungan tempat kerjanya.

Beberapa hari kemudian dia menulis

tentang tunjangan hari raya (THR) yang belum

dibagikan. Katanya akan dibagikan setelah

lebaran. Bahkan gaji bulan terakhir pun

terlambat dibayarkan. “Kami mau makan apa?”

gugatnya.

Statusnya yang kemarin berisi

rencananya untuk resign dari tempat kerja yang

dinilai sudah tidak kondusif.

Di penghujung Ramadhan, sahabat saya

justru merasa gundah. Harapannya untuk

membahagiakan anak semata wayangnya di hari

lebaran ini belum kesampaian. Barangkali sang

anak memang tidak menuntut dibelikan baju

baru atau rekreasi ke tempat pelesiran. Akan

tetapi, sebagai orang tua, dia ingin memberi

kebahagiaan bagi si buah hati seperti

kebahagiaan yang dirasakan teman-teman

sebayanya.

Perasaannya menjadi semakin gundah

ketika menyimak status teman-teman yang

Page 71: Awas Terjebak Ritual Ramadhan

70

Aw

as, T

erje

bak

Rit

ual R

amad

han!

berencana mudik ke kampung halaman. Sebagai

perantau, dia sangat ingin menikmati indahnya

suasana lebaran bersama sanak saudara.

Sayang, keinginan tersebut harus

dipupus saat ini. Hilangnya kesempatan itu

menambah beban hatinya.

Walau keadaan tengah memprihatin-

kan, rupanya sahabat saya tetap memiliki

optimisme. „smga cma kali ni episode lebaran yg

buram...’

Alhamdulillah, dia masih yakin pada

janji yang Allah tegaskan. Sesungguhnya di balik

kesukaran terdapat kemudahan. Beratnya ujian

menandakan semakin dekatnya pertolongan

dari Allah.

Bisa jadi tidak hanya sahabat saya yang

tengah merasa resah menjelang idul fitri.

Mungkin karena keadaan yang tidak sesuai

harapan. Akibatnya, kita tidak bisa berkon-

sentrasi untuk mengakhiri Ramadhan dengan

indah. Indah yang saya maksud ialah kondisi

kita berhasil mengoptimalkan diri untuk

mendekat kepada Allah, sehingga kita

termotivasi untuk me-ramadhan-kan hari-hari

yang akan kita lalui.

Page 72: Awas Terjebak Ritual Ramadhan

71

Aw

as, T

erje

bak

Rit

ual R

amad

han!

Tetaplah sabar, sahabat. Senyumlah

untuk kemenangan besar atas hawa nafsu yang

telah engkau tundukkan.

Ya Allah, kabulkanlah harapan mereka.

Tunjukkan jalan terang baginya untuk menga-

tasi setiap masalah yang tengah dihadapi.

Jangan biarkan keluarga mereka larut dalam

nelangsa.

Singkirkan mendung tebal yang meng-

gantung di langit batinnya agar mentari Idul

Fitri mengantarkan kebahagiaan dalam bilik

jiwanya. Amin.

Taqabalallahu minna wa minkum

Minal aidin wal faizin

Selamat hari raya Idul Fitri

Mohon maaf lahir dan batin

Page 73: Awas Terjebak Ritual Ramadhan

72

Aw

as, T

erje

bak

Rit

ual R

amad

han!

Tentang Tammi

Gambaran tentang diri Tammi Prastowo

semestinya lebih objektif diperoleh dari orang-

orang yang ada di sekitarnya. Namun, dengan

merunut peran yang pernah dimainkan,

mungkin dapat memberi sedikit gambaran

tentang dirinya. Tammi Prastowo terlahir di

Purworejo, 1 Maret 1977. Darah pendidik yang

menitis dari Sang Bapak mendorongnya

menggeluti dunia pendidikan. Berawal dari

trainer di Pelajar Islam Indonesia (PII)

Surakarta, lalu sebagai guru di SMA Diponegoro

Surakarta, hingga menjadi editor dan penulis

buku ajar di PT Intan Pariwara Klaten. Kini

Tammi tergabung dalam tim Research and

Development pada penerbit tersebut.

Ayah dari Akmal Dzaky Mubarok ini tinggal di

Griya Taman Srago A13/26, Gumulan, Klaten.

Anda bisa menghubunginya melalui email

[email protected] atau di nomor hp.

081 392 017 037.

Tulisan lain dapat Anda baca pada

www.kompasiana.com/tammiprastowo dan

www.rumahdzaky.wordpress.com.