studi baseline ekologi - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/baseline_kep_riau_2004.pdf · coral...

202
Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta 10330 Indonesia LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGI KABUPATEN KEPULAUAN RIAU (2004)

Upload: duongcong

Post on 30-Mar-2019

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI

Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta 10330 Indonesia

LAPORAN COREMAP

STUDI BASELINE EKOLOGI

KABUPATEN KEPULAUAN RIAU

(2004)

Page 2: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

LAPORAN COREMAP

STUDI BASELINE EKOLOGI

KABUPATEN KEPULAUAN RIAU

(2004)

Disusun oleh

CRITC- Jakarta 2005

Page 3: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

STUDY BASELINE EKOLOGI

KEPULAUAN RIAU TAHUN 2004

KOORDINATOR TIM PENELITIAN : GIYANTO, S.SI , M.SC.

PENANGGUNG JAWAB PENELITIAN :

SISTIM INFORMASI GEOGRAFIS : DRS. WINARDI, M.SC.

KUALITAS PERAIRAN : - DRS. EDI KUSMANTO

- DRS. SALMIN

MANGROVE : DRS. SOEROYO

KARANG & MEGA BENTHOS : DRA. ANNA MANUPUTTY, M.SI

IKAN KARANG : DRA. SASANTI R. SUHARTI, M.SC.

DOKUMENTASI : R. SUTIYADI, A.MD.

ANALISA DATA : GIYANTO, S.SI , M.SC.

Page 4: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta ii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR GAMBAR ……………………………………... iv DAFTAR TABEL ………………………………………… xi DAFTAR LAMPIRAN …………………………………… xiv RINGKASAN EKSEKUTIF ……………………………… xvii

A. Pendahuluan ………………………………………… xvii B. Hasil ……………….. ………………………………. xix C. Saran ………………………………………………… xxviii

BAB I. PENDAHULUAN ………………………………... 1 A. Latar Belakang ……………………………………… 1 B. Tujuan Penelitian ……………………………………. 3 C. Ruang Lingkup Penelitian …………………………... 3

BAB II. METODE PENELITIAN ………………………... 5 A. Lokasi Penelitian ……………………………………. 5 B. Waktu Penelitian ……………………………………. 19 C. Pelaksana Penelitian ………………………………… 19 D. Metode Penarikan Sampel dan Analisa Data ……….. 19

1. Sistem Informasi Geografis ……………………... 20 2. Kualitas Perairan ………………………………… 23 3. Mangrove ………………………………………... 24 4. Karang …………………………………………… 25 5. Mega Benthos …...……………………………… 27 6. Ikan Karang ……………………………………… 27

Page 5: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta iii

Halaman

BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN ………………… 30 A. Sistem Informasi Geografis …………………………. 30

1. Geometri Citra …………………………………… 30 2. Kondisi Geografis Daerah Studi ………………… 31 3. Hasil pemetaan terumbu karang dan mangrove …. 36

B. Kualitas Perairan ……………………………………. 39 1. Temperatur ………………………………………. 39 2. Salinitas ………………………………………….. 41 3. Densitas ………………………………………... 43 4. Arus ……………………………………………… 46 5. Derajat keasaman (pH)…………………………... 51 6. Kandungan oksigen terlarut (O2) ……………….. 53 7. Fosfat …………………………………………….. 56 8. Nitrat (NO3) ……………………………………... 58 9. Nitrit (NO2) ……………...………………………. 60 10. Silikat (SiO3) …..……………………………… 62

C. Mangrove …………………………………………… 64 D. Karang ………………………………………………. 70 E. Mega Benthos …………………………………….. 91 F. Ikan Karang ………………………………………….. 102

BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN ………………… 125 A. Kesimpulan …………………………………………. 125 B. Saran ………………………………………………… 127

DAFTAR PUSTAKA …………………………………….. 129

Page 6: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta iv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Peta lokasi penelitian di Kepulauan Tambelan dan P. Mapur, Kabupaten Kepulauan Riau ………………………….. 6

Gambar 2.a. Posisi stasiun penelitian untuk temperatur, salinitas dan densitas air laut serta lintasan untuk pengukuran parameter kecepatan dan arah arus air laut di perairan Kepulauan Tambelan ………………………………… 9

Gambar 2.b. Posisi stasiun penelitian untuk temperatur, salinitas dan densitas air laut serta lintasan untuk pengukuran parameter kecepatan dan arah arus air laut di perairan P. Mapur dan sekitarnya ……………………………….. 10

Gambar 3.a.. Posisi stasiun penelitian untuk parameter derajat keasaman (pH), oksigen terlarut (O2), kadar fosfat (PO4), nitrat (NO3), nitrit (NO2), dan silikat (SiO3) di perairan Kepulauan Tambelan …………………….. 11

Gambar 3.b. Posisi stasiun penelitian untuk parameter derajat keasaman (pH), oksigen terlarut (O2), kadar fosfat (PO4), nitrat (NO3), nitrit (NO2), dan silikat (SiO3) di perairan P. Mapur dan sekitarnya ……………………. 12

Gambar 4.a.. Posisi stasiun penelitian mangrove di perairan Kepulauan Tambelan …………… 13

Gambar 4.b. Posisi stasiun penelitian mangrove di perairan P. Mapur ………………………... 14

Page 7: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta v

Halaman

Gambar 5.a.. Posisi stasiun penelitian untuk terumbu karang dan ikan karang dengan metode RRI di perairan Kepulauan Tambelan …… 15

Gambar 5.b. Posisi stasiun penelitian untuk terumbu karang dan ikan karang dengan metode RRI di perairan P. Mapur ………………… 16

Gambar 6.a. Posisi stasiun penelitian untuk karang, mega benthos dan ikan karang pada stasiun transek permanen di perairan Kepulauan Tambelan ………………………………… 17

Gambar 6.b. Posisi stasiun penelitian untuk karang, mega benthos dan ikan karang pada stasiun transek permanen di perairan P. Mapur ….. 18

Gambar 7.a. Variasi temperatur pada stasiun penelitian di perairan Kepulauan Tambelan, Kabupaten Kepulauan Riau ……………… 40

Gambar 7.b. Variasi temperatur pada stasiun penelitian di perairan P. Mapur dan sekitarnya, Kabupaten Kepulauan Riau ……………… 41

Gambar 8.a. Variasi salinitas permukaan pada stasiun penelitian di perairan Kepulauan Tambelan, Kabupaten Kepulauan Riau ….. 42

Gambar 8.b. Variasi salinitas permukaan pada stasiun penelitian di perairan P. Mapur dan sekitarnya, Kabupaten Kepulauan Riau ….. 43

Gambar 9.a. Variasi densitas permukaan pada stasiun penelitian di perairan Kepulauan Tambelan, Kabupaten Kepulauan Riau ….. 44

Gambar 9.b. Variasi densitas permukaan pada stasiun penelitian di perairan P. Mapur dan sekitarnya, Kabupaten Kepulauan Riau ….. 45

Page 8: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta vi

Halaman

Gambar 10. Pola arus di sekeliling P. Tambelan, Kepulauan Tambelan, Kabupaten Kepulauan Riau ………………………….. 46

Gambar 11. Pola arus di sekeliling bagian selatan P. Betung, Kepulauan Tambelan, Kabupaten Kepulauan Riau ………………………….. 47

Gambar 12. Pola arus di Sekeliling P. Benua, Kepulauan Tambelan, Kabupaten Kepulauan Riau ………………………….. 48

Gambar 13. Pola arus di selat antara P. Tambelan – P. Betung, selat P. Benua – P. Sedua, dan selat P. Sedua – P. Tambelan …………….. 49

Gambar 14. Pola arus di sekeliling P. Mapur, Kabupaten Kepulauan Riau ……………… 50

Gambar 15. Pola arus di sekeliling P. Marapas, Kabupaten Kepulauan Riau ……………… 51

Gambar 16. Rerata persentase tutupan untuk masing-masing kategori biota dan substrat dengan metode RRI di Kepulauan Tambelan …….. 72

Gambar 17. Kondisi terumbu karang berdasarkan persentase tutupan karang hidup di masing-masing stasiun di perairan Kepulauan Tambelan dengan metode RRI …………... 74

Gambar 18. Persentase tutupan untuk masing-masing kategori biota dan substrat dengan metode LIT di masing-masing stasiun transek permanen di Kepulauan Tambelan ………. 75

Gambar 19. Histogram persentase tutupan untuk masing-masing kategori biota dan substrat dengan metode LIT di masing-masing stasiun transek permanen di Kepulauan Tambelan ………………………………… 76

Page 9: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta vii

Halaman

Gambar 20. Dendrogram analisa pengelompokan stasiun transek permanen di Kepulauan Tambelan berdasarkan jumlah kehadiran masing-masing jenis karang batu ………… 80

Gambar 21. MDS untuk stasiun transek permanen di Kepulauan Tambelan berdasarkan berdasarkan jumlah kehadiran masing-masing jenis karang batu ………………… 80

Gambar 22. Rerata persentase tutupan untuk masing-masing kategori biota dan substrat dengan metode RRI di P. Mapur ………………… 82

Gambar 23. Kondisi terumbu karang berdasarkan persentase tutupan karang hidup dengan metode RRI di masing-masing stasiun di perairan P. Mapur ………………………... 84

Gambar 24. Persentase tutupan untuk masing-masing kategori biota dan substrat dengan metode LIT di masing-masing stasiun transek permanen di P. Mapur …………………… 85

Gambar 25. Histogram persentase tutupan untuk masing-masing kategori biota dan substrat dengan metode LIT di masing-masing stasiun transek permanen di P. Mapur …… 86

Gambar 26. Dendrogram analisa pengelompokan stasiun transek permanen di Mapur berdasarkan jumlah kehadiran masing-masing jenis karang batu …………………. 88

Gambar 27. MDS untuk stasiun transek permanen di Mapur berdasarkan berdasarkan jumlah kehadiran masing-masing jenis karang batu 89

Gambar 28. Dendrogram analisa pengelompokan stasiun transek permanen di Kepulauan Taambelan dan P. Mapur berdasarkan jumlah kehadiran masing-masing jenis karang batu ………………………………. 90

Page 10: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta viii

Halaman

Gambar 29. MDS untuk stasiun transek permanen di Kepulauan Tambelan dan P. Mapur berdasarkan berdasarkan jumlah kehadiran masing-masing jenis karang batu ………… 91

Gambar 30. Hasil reef check untuk mega benthos yang memiliki nilai ekonomis penting dan sebagai indikator kesehatan karang pada masing-masing stasiun transek permanen di Kepulauan Tambelan ………………….. 93

Gambar 31. Dendrogram analisa pengelompokan stasiun transek permanen di Kepulauan Tambelan berdasarkan kelimpahan mega benthos …………………………………… 96

Gambar 32. MDS untuk stasiun transek permanen di Kepulauan Tambelan berdasarkan berdasarkan kelimpahan mega benthos ….. 96

Gambar 33. Hasil reef check untuk mega benthos yang memiliki nilai ekonomis penting dan sebagai indikator kesehatan karang pada masing-masing stasiun transek permanen di P. Mapur ………………………………. 98

Gambar 34. Dendrogram analisa pengelompokan stasiun transek permanen di P. Mapur berdasarkan kelimpahan mega benthos ….. 100

Gambar 35. MDS untuk stasiun transek permanen di P. Mapur berdasarkan kelimpahan mega benthos …………………………………… 100

Gambar 36. Dendrogram analisa pengelompokan stasiun transek permanen di Kepulauan Tambelan dan P. Mapur berdasarkan kelimpahan mega benthos ………………... 101

Gambar 37. MDS untuk stasiun transek permanen di Kepulauan Tambelan dan P. Mapur berdasarkan kelimpahan mega benthos ….. 102

Page 11: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta ix

Halaman

Gambar 38. Peta perbandingan antara ikan major, ikan target dan ikan indikator di masing-masing stasiun RRI di Kepulauan Tambelan …….. 104

Gambar 39. Peta perbandingan antara ikan major, ikan target dan ikan indikator pada masing-masing stasiun transek permanen di Kepulauan Tambelan …………………….. 108

Gambar 40. Dendrogram analisa pengelompokan stasiun trasnek permanen di Kepulauan Tambelan berdasarkan jumlah individu ikan karang ……………………………….. 112

Gambar 41. MDS untuk stasiun transek permanen di Kepulauan Tambelan berdasarkan jumlah individu ikan karang ……………………... 112

Gambar 42. Peta perbandingan antara ikan major, ikan target dan ikan indikator di masing-masing stasiun RRI di P. Mapur, Kabupaten Kepulauan Riau ………………………….. 115

Gambar 43. Peta perbandingan antara ikan major, ikan target dan ikan indikator pada masing-masing stasiun transek permanen di P. Mapur, Kabupaten Kepulauan Riau ……… 119

Gambar 44. Dendrogram analisa pengelompokan stasiun transek permanen di P. Mapur berdasarkan jumlah individu ikan karang… 121

Gambar 45. MDS untuk stasiun transek permanen di P. Mapur berdasarkan jumlah individu ikan karang ……………………………………. 122

Gambar 46. Dendrogram analisa pengelompokan stasiun transek permanen di Kepulauan Tambelan dan P. Mapur berdasarkan jumlah individu ikan karang ……………... 123

Page 12: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta x

Halaman

Gambar 47. MDS untuk stasiun transek permanen di Kepulauan Tambelan dan P. Mapur berdasarkan berdasarkan jumlah individu ikan karang ………………………………. 124

Page 13: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta xi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Daftar nilai penting (%) kategori anak pohon di beberapa lokasi di Kepulauan Tambelan dan P. Mapur ………………………………... 69

Tabel 2. Daftar nilai penting (%) anak pohon mangrove di Kepulauan Tambelan dan P. Mapur ………………………………………. 69

Tabel 3. Daftar nilai penting (%) pohon mangrove di Kepulauan Tambelan dan P. Mapur ………… 70

Tabel 4. Gambaran mengenai struktur mangrove di Kepulauan Tambelan dan P. Mapur ………… 70

Tabel 5. Jumlah jenis (S), Jumlah individu (N), Indeks keanekaragaman jenis Shannon (H’) yang dihitung menggunakan ln (=log e), Indeks kemerataan Pielou (J’) dan persentase tutupan (%LC) untuk karang batu di masing-masing stasiun transek permanen di Kepulauan Tambelan dengan metode LIT ……………… 77

Tabel 6. Nilai kemiripan Bray-Curtis berdasarkan jumlah kehadiran masing-masing jenis karang batu pada stasiun transek permanen di Kepulauan Tambelan ……………………….. 79

Tabel 7. Jumlah jenis (S), Jumlah individu (N), Indeks keanekaragaman jenis Shannon (H’) yang dihitung menggunakan ln (=log e), Indeks kemerataan Pielou (J’) dan persentase tutupan (%LC) untuk karang batu di masing-masing stasiun transek permanen di P. Mapur dengan metode LIT …………………………………. 87

Page 14: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta xii

Halaman

Tabel 8. Nilai kemiripan Bray-Curtis berdasarkan jumlah kehadiran masing-masing jenis karang batu pada stasiun transek permanen di Mapur. 88

Tabel 9. Nilai kemiripan Bray-Curtis berdasarkan kelimpahan mega benthos pada stasiun transek permanen di Kepulauan Tambelan …. 95

Tabel 10. Nilai kemiripan Bray-Curtis berdasarkan kelimpahan mega benthos pada stasiun transek permanen di P. Mapur ………………. 99

Tabel 11. Jenis ikan karang yang memiliki nilai frekuensi relatif kehadiran lebih dari 50% berdasarkan jumlah stasiun RRI yang diamati dan dijumpai ikan karang (n=36 stasiun) di Kepulauan Tambelan ………………………... 103

Tabel 12. Sepuluh besar jenis ikan karang yang memiliki kelimpahan yang tertinggi di Kepulauan Tambelan ………………………... 105

Tabel 13. Kelimpahan ikan karang untuk masing-masing suku yang dijumpai pada lokasi transek permanen di Kepulauan Tambelan … 107

Tabel 14. Jumlah jenis (S), Jumlah individu (N), Indeks keanekaragaman jenis Shannon (H’) yang dihitung menggunakan ln (=log e) dan Indeks kemerataan Pielou (J’) untuk ikan karang di masing-masing stasiun transek permanen di Kepulauan Tambelan dengan metode LIT …

110

Tabel 15. Nilai indeks kemiripan Bray-Curtis pada stasiun transek permanen di Kepulauan Tambelan untuk data kelimpahan ikan karang.

111

Page 15: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta xiii

Halaman

Tabel 16. Sepuluh besar ikan karang yang memiliki nilai frekuensi relatif kehadiran berdasarkan jumlah stasiun RRI yang diamati dan dijumpai ikan karang (n=20 stasiun) di P. Mapur ……………………………………….

114

Tabel 17. Sepuluh besar jenis ikan karang yang memiliki kelimpahan yang tertinggi di P. Mapur ……………………………………….

116

Tabel 18. Kelimpahan ikan karang untuk masing-masing suku yang dijumpai pada lokasi transek permanen di P. Mapur ……………….

117

Tabel 19. Jumlah jenis (S), Jumlah individu (N), Indeks keanekaragaman jenis Shannon (H’) yang dihitung menggunakan ln (=log e) dan Indeks kemerataan Pielou (J’) untuk ikan karang di masing-masing stasiun transek permanen di Mapur dengan metode LIT ………………….

120

Tabel 20. Nilai indeks kemiripan Bray-Curtis pada stasiun transek permanen di P. Mapur untuk data kelimpahan ikan karang ………………...

120

Page 16: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1.a. Posisi stasiun penelitian untuk temperatur, salinitas dan densitas air laut serta lintasan untuk pengukuran parameter kecepatan dan arah arus air laut di perairan Kepulauan Tambelan dan P. Mapur …….

132

Lampiran 1.b. Posisi stasiun penelitian untuk parameter derajat keasaman (pH), oksigen terlarut (O2), kadar fosfat (PO4), nitrat (NO3), nitrit (NO2), dan silikat (SiO3) di perairan Kepulauan Tambelan dan P. Mapur ……..

134

Lampiran 1.c. Posisi stasiun penelitian mangrove di Kepulauan Tambelan dan P. Mapur ……..

136

Lampiran 1.d. Posisi stasiun penelitian untuk terumbu karang dan ikan karang dengan metode RRI di perairan Kepulauan Tambelan dan P. Mapur …………………………………

137

Lampiran 1.e. Posisi stasiun penelitian untuk karang, mega benthos dan ikan karang pada stasiun transek permanen di perairan Kepulauan Tambelan dan P. Mapur ……..

139

Lampiran 2.a Luas mangrove dan terumbu karang di lokasi penelitian di Kepulauan Tambelan dan P. Mapur …………………………….

140

Lampiran 2.b. Peta daerah cakupan untuk perhitungan luas mangrove dan terumbu karang di lokasi penelitian di Kepulauan Tambelan dan P. Mapur ……………………………. 141

Page 17: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta xv

Halaman

Lampiran 3.a. Hasil pengukuran temperatur, salinitas, dan densitas massa air laut permukaan di perairan Kepulauan Tambelan serta P. Mapur dan sekitarnya, Kabupaten Kepulauan Riau ………………………….

142

Lampiran 3.b. Hasil pengukuran temperatur, salinitas, dan densitas massa air laut untuk seluruh kolom air, mulai dari permukaan hingga dekat dasar, di perairan Kepulauan Tambelan serta P. Mapur dan sekitarnya, Kabupaten Kepulauan Riau ……………..

142

Lampiran 4.a. Hasil dan analisa zat hara di perairan Kepulauan Tambelan dan sekitarnya ……

143

Lampiran 4.b. Hasil dan analisa zat hara di perairan P. Mapur dan sekitarnya ……………………

145

Lampiran 4.c. Kadar rata - rata zat hara di perairan Kepulauan Tambelan, P. Mapur dan sekitarnya ………………………………..

147

Lampiran 5. Jenis-jenis mangrove yang didapatkan di Kepulauan Tambelan dan P. Mapur ……..

148

Lampiran 6. Jenis karang batu yang dijumpai di perairan Kepulauan Tambelan dan P. Mapur, Kabupaten Kepulauan Riau, berdasarkan hasil LIT dan koleksi bebas...

149

Lampiran 7. Persentase tutupan biota dan substrat pada masing-masing stasiun RRI di perairan Kepulauan Tambelan dan P. Mapur …….

157

Lampiran 8. Persentase tutupan biota dan substrat dengan metode LIT pada masing-masing stasiun transek permanen di perairan Kepulauan Tambelan dan P. Mapur…….

161

Page 18: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta xvi

Halaman

Lampiran 9. Kelimpahan beberapa mega benthos yang diamati dengan metode Reef Check Benthos (yang dimodifikasi) pada masing-masing stasiun transek permanen di perairan Kepulauan Tambelan dan P. Mapur …………………………………..

162

Lampiran 10. Kelimpahan jenis ikan (jumlah individu/transek) yang dijumpai pada masing-masing stasiun transek permanen di perairan Kepulauan Tambelan dan P. Mapur yang diperoleh dengan metode UVC …………………………………….

163

Page 19: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta xvii

RINGKASAN EKSEKUTIF

A. PENDAHULUAN

COREMAP yang direncanakan berlangsung selama

15 tahun, yang terbagi dalam 3 fase, kini telah memasuki

fase II. Pada fase ini terdapat penambahan beberapa lokasi

baru yang pendanaannya dibiayai oleh ADB (Asian

Development Bank). Salah satu lokasi baru itu adalah

Kabupaten Kepulauan Riau, yang secara administratif

masuk ke dalam Propinsi Riau.

Dilihat dari sumberdaya perairannya, Kabupaten

Kepulauan Riau memiliki potensi sumberdaya yang cukup

andal bila dikelola dengan baik. Perairan ini memiliki

berbagai ekosistem laut dangkal yang merupakan tempat

hidup dan memijah ikan-ikan laut seperti ekosistem

mangrove, lamun dan karang. Seiring dengan berjalannya

waktu dan pesatnya pembangunan di segala bidang serta

krisis ekonomi yang berkelanjutan telah memberikan

tekanan yang lebih besar terhadap lingkungan sekitarnya,

khususnya lingkungan perairannya.

Sebagai lokasi baru COREMAP, studi baseline

ekologi (ecological baseline study) sangatlah diperlukan

untuk mendapatkan data dasar ekologi di lokasi tersebut,

termasuk kondisi ekosistem terumbu karang, mangrove dan

juga kondisi l ingkungannya. Data-data yang diperoleh

diharapkan dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan bagi

para stakeholder dalam mengelola ekosistem terumbu

Page 20: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta xviii

karang secara lestari . Selain itu, dalam studi ini juga

dibuat beberapa transek permanen di masing-masing lokasi

baru tersebut sehingga bisa dipantau di masa mendatang.

Adanya data dasar dan data hasil pemantauan pada masa

mendatang sebagai data pembanding, dapat dijadikan

bahan evaluasi yang penting bagi keberhasilan COREMAP.

Kegiatan penelitian di lapangan dilakukan

menggunakan Kapal Riset Baruna Jaya VII. Untuk

efisiensi waktu dan biaya, kegiatan penelitian ini

dilakukan menjadi satu dengan kegiatan studi baseline

ekologi di perairan di wilayah Kota Batam (meliputi P.

Petong, P. Abang Besar dan P. Abang Kecil, serta P.

Pengelap) dan Kabupaten Natuna. Kegiatan lapangan di

ketiga lokasi tersebut berlangsung pada Oktober-

Nopember 2004.

Kegiatan penelitian lapangan ini melibatkan staf

CRITC (Coral Reef Information and Training Centre)

Jakarta dibantu oleh para peneliti dan teknisi Pusat

Penelitian Oseanografi-LIPI, beberapa staf dari daerah

setempat yang berasal dari CRITC daerah, BAPPEDA,

serta Dinas Perikanan dan Kelautan. Seorang mahasiswi

dari Riau (Universitas Riau) juga turut serta dalam survey

ini untuk melengkapi Tugas akhirnya.

Lokasi penelitian dilakukan di perairan Kepulauan

Tambelan dan P. Mapur.

Dalam penelitian ini, sebelum penarikan sampel

dilakukan, terlebih dahulu ditentukan peta sebaran

terumbu karang di perairan tersebut berdasarkan peta

sementara (tentative) yang diperoleh dari hasil interpretasi

Page 21: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta xix

data citra digital Landsat 7 Enhanced Thematic Mapper

Plus (Landsat ETM+). Kemudian dipilih secara acak tit ik-

tit ik penelitian (stasiun) sebagai sampel. Jumlah stasiun

untuk masing-masing kelompok penelitian berbeda-beda

disesuaikan dengan jumlah personil dan waktu yang

tersedia, tetapi diharapkan sampel yang terambil cukup

mewakili untuk menggambarkan tentang kondisi perairan

di lokasi tersebut.

B. HASIL

Dari data yang diperoleh di lapangan, kemudian

dilakukan analisa data. Hasil dan pembahasannya adalah

sebagai berikut:

Luasan hutan mangrove di Kepulauan Tambelan adalah

3,5448 km2, sedangkan di P. Mapur adalah 1,3605 km2.

Luasan terumbu karang yang meliputi fringing reef ,

patch reef dan shoal di Kepulauan Tambelan adalah

31,2618 km2 sedangkan di P. Mapur adalah 18,1126

km2.

Kisaran temperatur pada bagian permukaan di perairan

Kepulauan Tambelan antara 29,16°C hingga 30,26°C,

dengan rerata temperature 29,60°C, sedangkan di P.

Mapur dan sekitarnya antara 28,93°C hingga 29,78°C,

dengan rerata temperature 29,50°C. Kisaran temperatur

pada kolom air mulai dari permukaan hingga dekat

dasar, di Kepulauan Tambelan mempunyai kisaran

antara 28,92°C hingga 30,67°C dengan rerata

temperatur 29,58°C, sedangkan di P. Mapur dan

Page 22: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta xx

sekitarnya antara 28,92°C hingga 29,78°C dengan

rerata temperatur 29,51°C.

Kisaran salinitas pada bagian permukaan berkisar di

perairan Kepulauan Tambelan antara 32,04 dan 33,41

PSU dengan rerata salinitas 33,06 PSU, sedangkan di P.

Mapur dan sekitarnya antara 31,82 dan 32,27 PSU

dengan rerata salinitas 32,08 PSU. Kisaran salinitas

pada kolom air mulai dari permukaan hingga dekat

dasar, di Kepulauan Tambelan mempunyai kisaran

antara 32,00 hingga 33,41 PSU dengan rerata salinitas

33,06 PSU, sedangkan di P. Mapur dan sekitarnya

antara 31,66 hingga 32,32 PSU dengan rerata salinitas

32,12 PSU.

Kisaran densitas pada bagian permukaan berkisar di

perairan Kepulauan Tambelan antara 1019,77 kg/m3 –

1020,63 kg/m3 dengan rerata 1020,41 kg/m3, sedangkan

di P. Mapur dan sekitarnya antara 1019,56 kg/m3 –

1019,85 kg/m3 dengan rerata 1019,71 kg/m3. Kisaran

densitas pada kolom air mulai dari permukaan hingga

dekat dasar, di Kepulauan Tambelan mempunyai

kisaran antara 1019,77 kg/m3 – 1020,70 kg/m3 dengan

rerata 1020,52 kg/m3, sedangkan di P. Mapur dan

sekitarnya antara 1019,42 kg/m3 – 1019,90 kg/m3

dengan rerata 1019,76 kg/m3.

Untuk perairan di Kepulauan Tambelan, arah arus di

perairan sekeliling P. Tambelan mengikuti bentuk pulau

menuju ke selatan ataupun ke tenggara, dengan

kecepatan arus relatif rendah dibawah 500 mm/detik

kecuali perairan disisi t imur laut, antara 500 mm/detik

Page 23: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta xxi

hingga 1000 mm/detik. Sedangkan untuk perairan di

selatan P. Betung, arah arus menuju ke barat dengan

kecepatan dibawah 500 mm/detik. Untuk perairan P.

Benua pengaruh gelombang lebih dominan terutama

perairan di sisi utara pulau. Massa air yang

menghempas pantai akan terpantul kembali kearah laut

sedemikian sehingga arus yang terekam bolak balik,

kecuali pada sisi barat daya yang relatif aman terhadap

hempasan gelombang dan di selat antara pulau-pulau

yang ada disekitar P. Benua. Perairan di selat antara

pulau-pulau yang merupakan perairan terbuka

menunjukkan bahwa massa air menuju ke barat

kemudian ke selatan setelah membentur P. Tambelan.

Kecepatan arus yang terekam untuk selat antara P.

Benua dan P. Sedua adalah 821 mm/detik; sedangkan

untuk selat antara P. Tambelan dan P. Betung adalah

671 mm/detik.

Untuk perairan P. Mapur dan sekitarnya, massa air yang

mengalir di sisi utara P. Mapur menuju selatan

melewati sisi utara P. Mapur kemudian ke timur

menyusur pantai t imur. Sedangkan massa air yang ada

disisi barat P. Mapur mengalir ke selatan menyusur

pantai barat P. Mapur Kecepatan arus yang terekam di

sisi barat maksimum 1165 mm/detik sedangkan di sisi

t imurnya 1317 mm/detik. Sedangkan untuk perairan P.

Marapas, yaitu pulau kecil yang terletak di tenggara P.

Mapur, massa air yang mengalir di sekeliling pulau ini

didominasi adanya pengaruh gelombang yang relatif

Page 24: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta xxii

kuat sehingga arah arusnya tidak beraturan mengikuti

pola hempasan gelombang.

Nilai derajat keasaman (pH) antara permukaan dengan

dasar perairan di seluruh lokasi yang ditelit i di

Kepulauan Tambelan dan P. Mapur relatif homogen.

Mengacu pada nilai yang direkomendasikan KLH, maka

di perairan Kepulauan Tambelan dan P. Mapur masih

tergolong baik, dimana pHnya > 8.

Untuk Kepulauan Tambelan, pada umumnya kadar

oksigen dipermukaan lebih tinggi dibanding dengan

dasar perairan, kecuali di P. Sedua yang relatif

homogen. Sedangkan untuk P. Mapur dan sekitarnya,

kadar oksigen dipermukaan relatif homogen dengan

bagian dasarnya. Jika merujuk dari baku mutu KLH

untuk kepentingan wisata bahari dan biota laut, secara

umum bisa dikatakan bahwa kandungan oksigen baik di

perairan Kepulauan Tambelan maupun P. Mapur masih

cukup baik, walaupun pada stasiun–stasiun tertentu

kadar oksigen terlarutnya < 5 ppm (3,5 ml/L).

Kadar fosfat di seluruh lokasi yang ditelit i baik di

Kepulauan Tambelan maupun di P. Mapur lebih tinggi

di bagian permukaan dibandingkan dengan di bagian

dasar perairan. Ditinjau dari kadar fosfatnya, dengan

berpedoman pada baku mutu air laut yang

direkomendasikan KLH untuk kepentingan wisata

bahari dan biota laut yang tidak melebihi 0,015 ppm

(4,9 µg A/L) maka secara umum masih bisa

dikategorikan baik, kecuali pada daerah yang dekat

dengan pemukiman penduduk.

Page 25: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta xxiii

Kadar nitrat pada bagian permukaan dengan bagian

dasar perairan relatif homogen di semua lokasi

penelitian baik di Kepulauan Tambelan maupun di P.

Mapur. Berdasarkan nilai baku mutu untuk nitrat yang

dikeluarkan KLH, kadar nitrat di semua lokasi

penelitian bisa dikategorikan masih sangat baik untuk

kepentingan wisata bahari dan biota laut (nilainya

kurang dari 0,008 ppm atau 26,27 µg A/L).

Pada umumnya kadar nitrit pada bagian dasar perairan

lebih tinggi dibandingkan dengan bagian

permukaannya, kecuali di P. Tambelan di Kepulauan

Tambelan, dimana kadar nitritnya relatif homogen.

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari semua stasiun

yang ditelit i , kadar nitritnya jauh lebih kecil

dibandingkan dengan kadar nitrat, sehingga bisa

dikatakan bahwa perairannya masih dalam kondisi baik.

KLH tidak menetapkan nilai ambang batas kadar silikat

untuk kepentingan wisata bahari dan biota laut. Untuk

semua lokasi baik di Kepulauan Tambelan maupun di P.

Mapur memiliki kadar silikat pada bagian dasar

perairan yang lebih tinggi dibandingkan dengan

permukaannya. Kenyataan ini membuktikan bahwa

sumber utama silikat di perairan ini berasal dari

sedimentasi pada dasar perairan.

Secara keseluruhan di Kepulauan Tambelan di dapatkan

25 jenis mangrove sedangkan di P. Mapur didapatkan

14 jenis mangrove.

Page 26: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta xxiv

Untuk Kepulauan Tambelan, dari pencuplikan data

transek mangrove diperoleh kepadatan anak pohon

(diameter 2 - <10 cm) mencapai 2020 batang/ha dengan

rerata ketinggian 4,72 m dan basal area mencapai 4,24

m2/ha, yang didominasi oleh jenis Rhizophora stylosa

dengan nilai penting 175,38 %. Sedangkan kepadatan

pohon (diameter > 10 cm) mencapai 50 batang per

hektar dengan ketinggian rata-rata 9,5 m dan basal area

mencapai 1,13 m2 per hektar, yang didominasi

Sonneratia alba dengan nilai penting 197,80 %.

Untuk P. Mapur, berdasarkan hasil pencuplikan data

transek mangrove diperoleh kepadatan anak pohon

mencapai 3028 batang/ha dengan ketinggian rata-rata

mencapai 6,53 m dan basal area mencapai 9,12 m2/ha,

yang didominasi oleh Rhizophora mucronata dengan

nilai penting 104,03 %. Sedangkan kepadatan pohon

(diameter >10 cm) mencapai 100 batang per hektar

dengan ketinggian rata-rata 12,37 m dan basal area

mencapai 1,15 m2/ha, yang didominasi oleh Rhizophora

mucronata dengan nilai penting 110,78 %.

Dari hasil RRI, LIT dan pengamatan bebas berhasil

dijumpai 243 jenis yang termasuk dalam 20 suku

karang batu di Kabupaten Kepulauan Riau yang

meliputi Kepulauan Tambelan (181 jenis; 18 suku)) dan

P. Mapur (175 jenis; 19 suku).

Pengamatan terumbu karang dengan metode RRI yang

dilakukan di 36 stasiun di Kepulauan Tambelan

dijumpai persentase tutupan karang hidup antara

10,00%-90,00% dengan rerata persentase tutupan

Page 27: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta xxv

karang hidup 47,39%, sehingga dapat diperkirakan

luasan karang hidupnya sebesar 14,8150 km2.

Sedangkan dari 27 stasiun di P. Mapur dijumpai

persentase tutupan karang hidup antara 0,00%-55,00%

dengan rerata persentase tutupan karang hidup 16,93%

(terdapat 5 stasiun yang persentase tutupan karang

hidupnya 0%) sehingga dapat diperkirakan luasan

karang hidupnya sebesar 3,0665 km2.

Pengamatan terumbu karang dengan metode LIT di 12

stasiun transek permanen di Kepulauan Tambelan

menunjukkan bahwa terumbu karang yang masuk dalam

kategori baik sebanyak 11 stasiun, sedangkan 1 stasiun

sisanya masuk dalam kategori cukup. Sedangkan dari 6

stasiun transek permanen di P. Mapur menunjukkan

bahwa terumbu karang yang masuk dalam kategori baik

sebanyak 3 stasiun, sedangkan 3 stasiun sisanya masuk

dalam kategori cukup.

Dari hasil reef check di Kepulauan Tambelan terhadap

beberapa mega benthos bernilai ekonomis penting

ataupun yang bisa dijadikan indikator dalam menilai

kondisi kesehatan terumbu karang diperoleh

kelimpahan Acanthaster planci , yang merupakan hewan

pemakan polip karang ditemukan dalam jumlah banyak,

yaitu hanya 631 individu/ha. Karang jamur

(CMR=Coral Mushrom) dijumpai dalam jumlah yang

sangat berlimpah yaitu 9119 individu/ha. Bulu babi

(Diadema setosum) dijumpai dalam jumlah banyak

yaitu 3756 individu/ha. Sedangkan Kima (Giant clam)

dijumpai dalam jumlah yang sedikit , dimana untuk yang

Page 28: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta xxvi

berukuran besar (panjang >20 cm) kelimpahannya

sebesar 89 individu/ha, dan yang berukuran kecil

(panjang < 20 cm) sebesar 101 individu/ha. Pencil sea

urchin dijumpai dalam jumlah yang agak banyak

dimana kelimpahannya sebesar 393 individu/ha. Selama

pengamatan dilakukan, dijumpai sedikit tripang

(holothurian) baik yang berukuran besar (diameter >20)

maupun yang berukuran kecil (diameter <20), dengan

kelimpahan berturut-turut 42 individu/ha dan 83

individu/ha.

Dari hasil reef check di P. Mapur terhadap beberapa

mega benthos bernilai ekonomis penting ataupun yang

bisa dijadikan indikator dalam menilai kondisi

kesehatan terumbu karang, tak dijumpai satu pun

Acanthaster planci. Karang jamur (CMR=Coral

Mushrom) dijumpai dalam jumlah yang sangat

berlimpah yaitu 7702 individu/ha. Bulu babi (Diadema

setosum) dijumpai dalam jumlah sangat banyak yaitu

9500 individu/ha. Sedangkan Kima (Giant clam)

dijumpai dalam jumlah yang tak banyak, dimana untuk

yang berukuran besar (panjang >20 cm) kelimpahannya

sebesar 274 individu/ha, dan yang berukuran kecil

(panjang < 20 cm) sebesar 12 individu/ha. Pencil sea

urchin dijumpai dalam jumlah yang agak banyak

dimana kelimpahannya sebesar 1036 individu/ha.

Selama pengamatan dilakukan, tak dijumpai tripang

(holothurian) baik yang berukuran besar (diameter >20)

maupun yang berukuran kecil (diameter <20).

Page 29: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta xxvii

Underwater Fish Visual Census (UVC) yang dilakukan

di 12 Stasiun transek permanen di Kepulauan Tambelan

menjumpai sebanyak 155 jenis ikan karang yang

termasuk dalam 21 suku, sedangkan yang dilakukan di

6 stasiun transek permanen menjumpai sebanyak 103

jenis ikan karang yang termasuk dalam 17 suku.

Sehingga dari total 18 stasiun transek permanen yang

dilakukan di kedua lokasi tersebut dijumpai sebanyak

182 jenis ikan karang yang termasuk dalam 24 suku.

Underwater Fish Visual Census (UVC) yang dilakukan

di 18 Stasiun transek permanen menjumpai sebanyak

182 jenis ikan karang, dengan nilai kelimpahan ikan

karang sebesar 24543 individu /ha dengan kelimpahan

kelompok ikan major, ikan target, dan ikan indikator

berturut-turut adalah 19592 individu/ha, 4495

individu/ha dan 456 individu/ha, sehingga

perbandingan antara ikan major, ikan target dan ikan

indikator adalah 43:10:1. Ini berarti bahwa untuk setiap

54 individu ikan yang dijumpai di perairan Kepulauan

Riau (Kepulauan Tambelan dan P. Mapur),

kemungkinan komposisinya terdiri dari 43 individu

ikan major, 10 individu ikan target dan 1 individu ikan

indikator. Untuk Kepulauan Tambelan saja,

Kelimpahan ikan karang di Kepulauan Tambelan

sebesar 29200 individu per hektarnya dengan

perbandingan antara ikan major, ikan target dan ikan

indikator adalah 56:14:1, sedangkan di P. Mapur

sebesar 15229 individu per hektarnya dengan

Page 30: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta xxviii

perbandingan antara ikan major, ikan target dan ikan

indikator adalah 24:3:1.

C. SARAN

Dari pengalaman dan hasil yang diperoleh selama

melakukan penelitian di lapangan maka dapat diberikan

beberapa saran sebagai berikut:

Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini mungkin

tidak seluruhnya benar untuk menggambarkan kondisi

perairan di Kabupaten Kepulauan Riau secara

keseluruhan mengingat penelitian kali ini difokuskan

hanya pada beberapa kawasan yang berada di

Kabupaten Kepulauan Riau yaitu di Kepulauan

Tambelan dan P. Mapur.

Secara umum, kualitas perairan di lokasi penelitian ini

dapat dikatakan relatif masih baik untuk kehidupan

karang serta biota laut lainnya. Keadaan seperti ini

perlu dipertahankan bahkan jika mungkin, lebih

ditingkatkan lagi daya dukungnya, untuk kehidupan

terumbu karang dan biota lainnya. Pencemaran

lingkungan dan kerusakan lingkungan harus dicegah

sedini mungkin, sehingga kelestarian sumberdaya yang

ada tetap terjaga dan lestari .

Dengan meningkatnya kegiatan di darat di Kabupaten

Kepulauan Riau, pasti akan membawa pengaruh

terhadap ekosistem di perairan ini, baik secara

langsung maupun tidak langsung. Untuk itu, penelitian

kembali di daerah ini sangatlah penting dilakukan

Page 31: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta xxix

untuk mengetahui perubahan yang terjadi sehingga

hasilnya bisa dijadikan bahan pertimbangan bagi para

stakeholder dalam mengelola ekosistem terumbu karang

secara lestari . Selain itu, data hasil pemantauan

tersebut juga bisa dipakai sebagai bahan evaluasi

keberhasilan COREMAP.

Page 32: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 1

BAB I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

COREMAP yang direncanakan berlangsung selama

15 tahun, yang terbagi dalam 3 fase, kini telah memasuki

fase II. Pada fase ini terdapat penambahan beberapa lokasi

baru yang pendanaannya dibiayai oleh ADB (Asian

Development Bank). Salah satu lokasi baru itu adalah

Kabupaten Kepulauan Riau yang secara administratif

masuk ke dalam Propinsi Riau.

Pada kegiatan COREMAP Fase II, lokasi yang

dipilih mencakup wilayah Kecamatan Tambelan

(Kepulauan Tambelan, yang terdiri atas P. Tambelan dan

beberapa pulau di sekitarnya) serta Kecamatan Mapur (P.

Mapur dan beberapa pulau kecil di dekatnya).

Wilayah Kepulauan Tambelan terdiri dari beberapa

pulau besar dan kecil . Pulau yang relatif lebih besar

dibanding yang lainnya yaitu: P. Tambelan dan P. Benua,

sedangkan pulau-pulau lain yang relatif kecil yaitu P.

Menggirang Besar dan Kecil, P. Sedua Besar dan Kecil, P.

Selintang, P. Bedua, P. Lintang, P. Panjang, P. Mundaga,

P. Genting, P. Uwi, P. Sedulang Besar dan Kecil, serta

pulau-pulau kecil lainnya. Kesemuanya kurang lebih ada

28 pulau besar dan kecil .

Berbeda dengan Kepulauan Tambelan yang

umumnya berbukit-bukit, P. Mapur mempunyai topografi

Page 33: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 2

secara umum landai dan hanya sebagian kecil yang

berbukit dan bergelombang yaitu di bagian utara pulau.

Dilihat dari sumberdaya perairannya, Kecamatan

Kepulauan Tambelan dan Mapur yang termasuk dalam

Kabupaten Kepulauan Riau, memiliki potensi sumberdaya

yang cukup andal bila dikelola dengan baik. Perairan ini

memiliki berbagai ekosistem laut dangkal yang merupakan

tempat hidup dan memijah ikan-ikan laut seperti ekosistem

mangrove, lamun dan karang. Seiring dengan berjalannya

waktu dan pesatnya pembangunan di segala bidang serta

krisis ekonomi yang berkelanjutan telah memberikan

tekanan yang lebih besar terhadap lingkungan sekitarnya,

khususnya lingkungan perairannya.

Sebagai lokasi baru COREMAP, studi baseline

ekologi (ecological baseline study) sangatlah diperlukan

untuk mendapatkan data dasar ekologi di lokasi tersebut,

termasuk kondisi ekosistem terumbu karang, mangrove dan

juga kondisi l ingkungannya. Data-data yang diperoleh

diharapkan dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan bagi

para stakeholder dalam mengelola ekosistem terumbu

karang secara lestari . Selain itu, dalam studi ini juga

dibuat beberapa transek permanen di masing-masing lokasi

baru tersebut sehingga bisa dipantau di masa mendatang.

Adanya data dasar dan data hasil pemantauan pada masa

mendatang sebagai data pembanding, dapat dijadikan

bahan evaluasi yang penting bagi keberhasilan COREMAP.

Page 34: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 3

B. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari studi baseline ekologi ini adalah sebagai

berikut:

Mendapatkan data dasar ekologi di Kabupaten

Kepulauan Riau, termasuk kondisi ekosistem terumbu

karang, mangrove dan juga kondisi l ingkungannya.

Membuat transek permanen di beberapa tempat di

Kabupaten Kepulauan Riau agar dapat dipantau di

masa mendatang.

C. RUANG LINGKUP PENELITIAN

Ruang lingkup studi baseline ekologi ini meliputi

empat tahapan yaitu:

1. Tahap persiapan , meliputi kegiatan administrasi,

koordinasi dengan tim penelitian baik yang berada di

Jakarta maupun di daerah setempat, pengadaan dan

mobilitas peralatan penelitian serta perancangan

penelitian untuk memperlancar pelaksanaan survey di

lapangan. Selain itu, dalam tahapan ini juga dilakukan

persiapan penyediaan peta dasar untuk lokasi penelitian

yang akan dilakukan.

2. Tahap pengumpulan data , yang dilakukan langsung di

lapangan yang meliputi data tentang kualitas perairan

baik fisika maupun kimia perairan, terumbu karang,

ikan karang dan mangrove.

Page 35: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 4

3. Tahap analisa data , yang meliputi verifikasi data

lapangan dan pengolahan data sehingga data lapangan

bisa disajikan dengan lebih informatif.

4. Tahap pelaporan , yang meliputi pembuatan laporan

sementara dan laporan akhir.

Page 36: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 5

BAB II. METODE PENELITIAN

A. LOKASI PENELITIAN

Lokasi penelitian dilakukan di perairan Kepulauan

Tambelan dan P. Mapur (Gambar 1).

Dalam penelitian ini, sebelum dilakukan penarikan

sampel, pertama-tama ditentukan terlebih dahulu peta

sebaran terumbu karang di perairan tersebut berdasarkan

peta sementara (tentative) yang diperoleh dari hasil

interpretasi data citra digital Landsat 7 Enhanced

Thematic Mapper Plus (Landsat ETM+). Kemudian dipilih

secara acak tit ik-tit ik penelitian (stasiun) sebagai sampel.

Jumlah stasiun untuk masing-masing kelompok penelitian

berbeda-beda disesuaikan dengan jumlah personil dan

waktu yang tersedia, tetapi diharapkan sampel yang

terambil cukup mewakili untuk menggambarkan tentang

kondisi perairan di lokasi tersebut. Tetapi ada kalanya

tit ik-tit ik stasiun yang telah ditentukan tersebut tidak

seluruhnya dapat terambil dikarenakan banyak faktor

diantaranya kondisi cuaca yang kurang baik (ombak

besar).

Page 37: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 6

Gambar 1. Peta lokasi penelitian di Kepulauan Tambelan dan P. Mapur, Kabupaten Kepulauan Riau.

Page 38: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 7

Untuk parameter temperatur, salinitas dan densitas

air laut, untuk perairan Kepulauan Tambelan dilakukan di

35 stasiun (Gambar 2.a.; Lampiran 1.a.) dari 36 stasiun

yang direncanakan. Terdapat 2 stasiun yang tidak

dilakukan pengambilan sampel (Stasiun 32 dan 33) karena

kondisi cuaca yang tidak memungkinkan (ombak besar),

tetapi terdapat penambahan 1 stasiun baru (Stasiun 0),

sehingga jumlah stasiun seluruhnya menjadi 35 stasiun.

Sedangkan untuk perairan P. Mapur dan sekitarnya

dilakukan di 26 stasiun dari 33 stasiun yang direncanakan

(Gambar 2.b.; Lampiran 1.b). Kondisi cuaca yang tidak

memungkinkan juga menjadi penyebab tidak terambilnya

semua stasiun yang telah direncanakan sebelumnya.

Untuk parameter kecepatan dan arah arus air laut

berhasil dikumpulkan 4 lintasan di perairan Kepulauan

Tambelan (Gambar 2.a.). Karena secara geografis

Kepulauan Tambelan berdekatan dengan P. Kalimantan

dan berada di perairan laut Natuna maka diasumsikan

pasang surut di perairan ini mirip dengan Kalimantan

Barat. Oleh karena itu yang digunakan sebagai acuan

dalam analisa adalah pasang surut untuk daerah

Pemangkat. Selama penelitian dilakukan, kondisi perairan

menuju pasang hingga pasang maksimum. Sedangkan

untuk perairan P. Mapur berhasil dikumpulkan 2 lintasan

(Gambar 2.b.). Karena posisi P. Mapur yang berdekatan

dengan P. Bintan maka acuan pasang surut yang digunakan

adalah data pasang surut daerah Kijang. Selama

penelitian berlangsung di perairan P. Mapur pada pagi

hingga siang hari, kondisi air laut saat pasang maksimum.

Page 39: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 8

Untuk parameter derajat keasaman (pH), oksigen

terlarut (O2), kadar fosfat (PO4), nitrat (NO3), nitri t

(NO2), dan sil ikat (SiO3) dilakukan di 61 stasiun

penelitian yang meliputi 33 stasiun di Kepulauan

Tambelan (dari 36 stasiun yang direncanakan) (Gambar

3.a. ; Lampiran 1.b.) dan 25 stasiun di P. Mapur (dari 36

stasiun yang direncanakan) (Gambar 3.b. ; Lampiran 1.b.).

Beberapa stasiun penelitian yang semula direncanakan

untuk diambil sampelnya tidak jadi dilakukan karena

faktor cuaca yang kurang mendukung.

Untuk mangrove, transek dilakukan di 11 stasiun

yang terdiri dari 8 stasiun di Kepulauan Tambelan

(Gambar 4.a. ; Lampiran 1.c.) dan 3 stasiun di P. Mapur

(Gambar 4.b. ; Lampiran 1.c.).

Untuk kelompok karang dan ikan karang,

pengamatan dilakukan di 64 stasiun yang meliputi 36

stasiun di Kepulauan Tambelan (Gambar 5.a.; Lampiran

1.d.). dan 27 stasiun di P. Mapur (Gambar 5.b. ; Lampiran

1.d.) dengan menggunakan metode RRI (Rapid Reef

Resources Inventory). Sedangkan untuk proses

pemantauan kondisi kesehatan karang di masa sekarang

dan yang akan datang, dipilih 18 stasiun yang meliputi 12

stasiun di Kepulauan Tambelan (Gambar 6.a.; Lampiran

1.e.) dan 6 stasiun di P. Mapur (Gambar 6.b. ; Lampiran

1.e.) sebagai stasiun transek permanen (permanent

transect) untuk karang, mega benthos yang memiliki nilai

ekonomis penting dan sebagai indikator kesehatan

terumbu karang, serta ikan karang.

Page 40: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 9

Gambar 2.a. Posisi s tasiun peneli t ian untuk temperatur, sal ini tas dan densitas air laut serta l intasan untuk pengukuran parameter kecepatan dan arah arus air laut di perairan Kepulauan Tambelan.

Page 41: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 10

Gambar 2.b. Posisi s tasiun peneli t ian untuk temperatur, sal ini tas dan densitas air laut serta l intasan untuk pengukuran parameter kecepatan dan arah arus air laut di perairan P. Mapur dan sekitarnya.

Page 42: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 11

Gambar 3.a. Posisi s tasiun peneli t ian untuk parameter derajat keasaman (pH), oksigen terlarut (O2), kadar fosfat (PO4), ni trat (NO3), ni tr i t (NO2), dan s i l ikat (SiO3) di perairan Kepulauan Tambelan.

Page 43: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 12

Gambar 3.b. Posisi s tasiun peneli t ian untuk parameter derajat keasaman (pH), oksigen terlarut (O2), kadar fosfat (PO4), ni trat (NO3), ni tr i t (NO2), dan s i l ikat (SiO3) di perairan P. Mapur dan sekitarnya.

Page 44: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 13

Gambar 4.a. Posisi s tasiun peneli t ian mangrove di perairan Kepulauan Tambelan.

Page 45: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 14

Gambar 4.b. Posisi s tasiun peneli t ian mangrove di perairan P. Mapur.

Page 46: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 15

Gambar 5.a. Posisi s tasiun peneli t ian untuk terumbu karang dan ikan karang dengan metode RRI di perairan Kepulauan Tambelan.

Page 47: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 16

.

Gambar 5.b. Posisi s tasiun peneli t ian untuk terumbu karang dan ikan karang dengan metode RRI di perairan P. Mapur.

Page 48: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 17

Gambar 6.a. Posisi s tasiun peneli t ian untuk karang, mega benthos dan ikan karang pada stasiun transek permanen di perairan Kepulauan Tambelan.

Page 49: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 18

Gambar 6.b. Posisi s tasiun peneli t ian untuk karang, mega benthos dan ikan karang pada stasiun transek permanen di perairan P. Mapur.

Page 50: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 19

B. WAKTU PENELITIAN

Berhubung kegiatan penelitian di lapangan

dilakukan menggunakan Kapal Riset Baruna Jaya VII.

Untuk efisiensi waktu dan biaya, kegiatan penelitian ini

dilakukan menjadi satu dengan kegiatan studi baseline

ekologi di perairan Batam (meliputi P. Petong, P. Abang

Besar dan P. Abang Kecil, serta P. Pengelap) dan Natuna.

Kegiatan lapangan di ketiga lokasi tersebut berlangsung

pada Oktober-Nopember 2004.

C. PELAKSANA PENELITIAN

Kegiatan penelitian lapangan ini melibatkan staf

CRITC (Coral Reef Information and Training Centre)

Jakarta dibantu oleh para peneliti dan teknisi Pusat

Penelitian Oseanografi-LIPI, beberapa staf dari daerah

setempat yang berasal dari CRITC daerah, BAPPEDA,

serta Dinas Perikanan dan Kelautan. Seorang mahasiswi

dari Riau (Universitas Riau) juga turut serta dalam survey

ini untuk melengkapi Tugas akhirnya.

D. METODE PENARIKAN SAMPEL DAN ANALISA DATA

Penelitian Ecological Baseline Study ini melibatkan

beberapa kelompok penelitian dan dibantu oleh personil

untuk dokumentasi. Metode penarikan sampel dan analisa

data yang digunakan oleh masing-masing kelompok

penelitian tersebut adalah sebagai berikut:

Page 51: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 20

1. Sistem Informasi Geografis

Untuk keperluan pembuatan peta dasar sebaran

ekosistem perairan dangkal, data citra penginderaan

jauh (inderaja) digunakan sebagai data dasar. Data citra

inderaja yang dipakai dalam studi ini adalah citra

digital Landsat 7 Enhanced Thematic Mapper Plus

(selanjutnya disebut Landsat ETM+) pada kanal sinar

tampak dan kanal infra-merah dekat (band 1, 2, 3, 4

dan 5). Saluran ETM+ 7 tidak digunakan dalam studi

ini karena studinya lebih ke mintakat perairan bukan

mintakat daratan. Sedangkan saluran infra-merah dekat

ETM+ 4 dan 5 tetap dipakai karena band 4 masih

berguna untuk perairan dangkal dan band 5 berguna

untuk pembedaan mintakat mangrove.

Citra yang digunakan adalah citra dengan

cakupan penuh ( full scene) yaitu 185 km x 185 km

persegi. Ukuran piksel, besarnya unit areal di

permukaan bumi yang diwakili oleh satu nilai digital

citra, pada saluran multi-spectral (band 1, 2, 3, 4, 5,

dan 7) adalah 30 m x 30 m persegi. Adapun citra yang

digunakan dalam studi ini citra perekaman dengan

path-row 127-59 (Kecamatan Tambelan), path-row

125-59 dan 126-59 (Kecamatan Mapur).

Sebelum kerja lapang dilakukan, di laboratorium

terlebih dulu disusun peta tentatif . Pengolahan citra

untuk penyusunan peta dilakukan dengan perangkat

lunak Extension Image Analysis 1.1 pada ArcView 3.2.

Prosedur untuk pengolahan citra sampai mendapatkan

Page 52: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 21

peta tentatif daerah studi meliputi beberapa langkah

berikut ini:

Langkah pertama, citra dibebaskan atau

setidaknya dikurangi terhadap pengaruh noise yang

ada. Koreksi untuk mengurangi noise ini dilakukan

dengan teknik smoothing menggunakan filter low-pass .

Langkah kedua, memblok atau membuang daerah

tutupan awan. Ini dilakukan dengan pertama-tama

memilih areal contoh ( training area) tutupan awan dan

kemudian secara otomatis komputer diminta untuk

memilih seluruh daerah tutupan awan pada cakupan

citra. Setelah terpilih kemudian dikonversikan menjadi

format shape file . Konversi ini diperlukan agar

didapatkan data berbasis vektor (data citra berbasis

raster) beserta topologinya yaitu tabel berisi atribut

yang sangat berguna untuk analisis selanjutnya. Dari

tabel i tu kemudian dilakukan pemilihan daerah yang

bukan awan dan selanjutnya disimpan dalam bentuk

shape file . Daerah bukan awan inilah yang akan

digunakan untuk analisis lanjutan.

Langkah ketiga yaitu memisahkan mintakat darat

dan mintakat laut. Pada citra yang telah bebas dari

tutupan awan dilakukan digitasi batas pulau dengan

cara digitasi langsung pada layar komputer (on the

screen digitizing). Agar diperoleh hasil digitasi dengan

ketelit ian memadahi, digitasi dilakukan pada skala

tampilan citra 1 : 25000. Digitasi batas pulau ini

dilakukan pada citra komposit warna semu kombinasi

band 4,2,1. Kombinasi ini dipilih karena dapat

Page 53: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 22

memberikan kontras wilayah darat dan laut yang paling

baik. Agar kontrasnya maksimum, penyusunan

komposit citra mengunakan data yang telah dipertajam

dengan perentangan kontras non-linier model gamma .

Setelah batas pulau diselesaikan, dengan cara

yang sama pada mintakat laut didigitasi batas terluar

dari mintakat terumbu. Komposit citra yang digunakan

adalah kombinasi band 3,2,1 dengan model perentangan

kontras yang sama. Sedangkan untuk digitasi batas

sebaran mangrove, digunakan kombinasi citra lain

yaitu kombinasi band 5,4,3. Dengan kombinasi ini

disertai teknik perentangan kontras model gamma,

mintakat pesisir yang ditumbuhi mangrove akan sangat

mudah dibedakan dengan mintakat yang bervegetasi

lain. Hasil interpretasi berupa peta sebaran mangrove

dan terumbu karang yang bersifat tentatif.

Berdasarkan peta tentatif tersebut kemudian

secara acak dipilih ti t ik-tit ik lokasi sampel serta

ditentukan posisinya. Titik-tit ik sampel itu di lapangan

dikunjungi dengan dipandu oleh alat penentu posisi

secara global atau GPS. Selain sampel model ti t ik-tit ik

ini digunakan pula sampel model garis transek dari

pantai kearah tubir yang juga dipilih secara acak. GPS

yang dipergunakan saat kerja lapang adalah merk

Garmin tipe 12CX dengan ketelit ian posisi absolut

sekitar 15 meter. Dari data yang terkumpul kemudian

di laboratorium dilakukan interpretasi dan digitasi

ulang agar diperoleh batas yang lebih akurat.

Page 54: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 23

2. Kualitas Perairan

Untuk kualitas perairan yang terdiri dari

beberapa parameter fisika dan kimia oseanografi yaitu :

a. Parameter fisika

(1). Temperatur, salinitas dan massa jenis (densitas)

air laut diukur dengan menggunakan alat CTD

(Conductive Temperature Depth),

(2). Kecepatan dan arah arus air laut diukur

menggunakan alat ADCP (Accoustic Dopler

Current Profiler),

b. Parameter kimia

Untuk stasiun yang mencapai kedalaman > 5 m,

sampel air laut diambil dari permukaan dan dasar,

sedangkan untuk daerah ≤ 5 m sampel diambil pada

bagian permukaannya saja.

(1). Derajat keasaman (pH) langsung diukur

dilapangan dengan menggunakan alat pH meter.

(2). Untuk Oksigen terlarut, sampel disimpan dalam

botol gelas oksigen dan ditambahkan larutan

MnCl2 dan NaOH-KI, selanjutnya

dilaboratorium dianalisis dengan cara ti trasi

Iodometri dengan metode Winkler.

(3). Untuk nutrien PO4, NO3, NO2 dan SiO3, sampel

disimpan dalam botol plastik polietilen,

dilaboratorium sampel air laut disaring dengan

milipour 0,45 µ, selanjutnya dianalisis dengan

cara spektrofotometri berdasarkan metode dari

US. Hydrography Office, 1958.

Page 55: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 24

3. Mangrove

Untuk mengetahui struktur dan komposisi jenis

mangrove dilakukan penelitian di lapangan baik

transek maupun koleksi bebas, untuk transek dilakukan

dengan membuat garis tegak lurus pantai yang masing-

masing transek dibuat plot-plot atau petak-petak

berukuran 10 m x 10 m untuk pengambilan data pohon

(diameter batang > 10 cm), ukuran 5 m x 5 m untuk

pengambilan data anak pohon (diameter batang antara 2

dan 10 cm). Dari data tersebut diatas dapat diperoleh

nilai kerapatan nisbi (KN), dominasi nisbi (DN),

frekuensi nisbi (FN) dan nilai penting (NP) yang

merupakan penjumlahan dari 3 kriteria tersebut, seperti

yang dikemukakan Cox (1967).

Jumlah individu suatu jenis KN = -------------------------------------------- x 100%

Jumlah individu untuk semua jenis Nilai frekuensi suatu jenis

FN = ------------------------------------------------------ x 100% Jumlah nilai-ni lai frekuensi untuk semua jenis

Jumlah t i t ik pengambilan contoh jenis terdapat

Frekuensi = - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - x 100% Jumlah semua t i t ik pengambilan contoh Jumlah luas bidang dasar untuk jenis

DN = ---------------------------------------------------- x 100% Jumlah luas bidang dasar untuk semua jenis

NP = KN + FN + DN

Page 56: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 25

4. Karang

Untuk mengetahui secara umum kondisi terumbu

karang seperti persentase tutupan biota dan substrat di

terumbu karang pada setiap stasiun penelitian

digunakan metode Rapid Reef Resources Inventory

(RRI) (Long et al . , 2004). Dengan metode ini, di setiap

tit ik pengamatan yang telah ditentukan sebelumnya,

seorang pengamat berenang selama sekitar 5 menit dan

mengamati biota dan substrat yang ada di sekitarnya.

Kemudian pengamat memperkirakan persentase tutupan

dari masing-masing biota dan substrat yang dilihatnya

selama kurun waktu tersebut dan mencatatnya ke kertas

tahan air yang dibawanya.

Pada beberapa stasiun penelitian dipasang

transek permanen di kedalaman antara 3-5 m yang

diharapkan bisa dipantau di masa mendatang. Pada

lokasi transek permanen, data diambil dengan

menggunakan metode Line Intercept Transect (LIT)

mengikuti English et al. , (1997), dengan beberapa

modifikasi. Panjang garis transek 10 m dan diulang

sebanyak 3 kali . Teknis pelaksanaan di lapangannya

yaitu seorang penyelam meletakkan pita berukuran

sepanjang 70 m sejajar garis pantai dimana posisi

pantai ada di sebelah kiri penyelam. Kemudian LIT

ditentukan pada garis transek 0-10 m, 30-40 m dan 60-

70 m. Semua biota dan substrat yang berada tepat di

garis tersebut dicatat dengan ketelit ian hingga

centimeter.

Page 57: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 26

Dari data hasil LIT tersebut bisa dihitung nilai

persentase tutupan untuk masing-masing kategori biota

dan substrat yang berada di bawah garis transek. Selain

itu juga bisa diketahui jenis-jenis karang batu dan

ukuran panjangnya, sehingga bisa dihitung nilai indek

keanekaragaman Shannon (Shannon diversity index =

H’) (Shannon, 1948 ; Zar, 1996) dan indeks kemerataan

Pielou (Pielou’s evenness index = J’) (Pielou, 1966 ;

Zar, 1996) untuk jenis karang batu pada masing-masing

stasiun transek permanen yang diperoleh dengan

metode LIT. Rumus untuk nilai H’ dan J’ adalah :

k H' = -Σ p i ln pi i=1 dimana pi = ni/N

ni = frekuensi kehadiran jenis i

N = frekuensi kehadiran semua jenis

J ' = (H'/H'max)

dimana H'max = ln S

S = jumlah jenis

Selain itu, beberapa analisa lanjutan dilakukan

dengan bantuan program statistik seperti analisa

pengelompokan (Cluster analysis) (Warwick and

Clarke, 2001) dan Multi Dimensional Scaling (MDS)

(Warwick and Clarke, 2001).

Page 58: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 27

4. Mega Benthos

Untuk mengetahui kelimpahan beberapa mega

benthos, terutama yang memiliki nilai ekonomis

penting dan bisa dijadikan indikator dari kesehatan

terumbu karang, dilakukan metode Reef Check pada

semua stasiun transek permanen. Semua biota tersebut

yang berada 1 m di sebelah kiri dan kanan pita

berukuran 70 m tadi dihitung jumlahnya, sehingga luas

bidang yang teramati per transeknya yaitu (2 x 70) =

140 m2.

Analisa lanjutan seperti analisa pengelompokan

(Cluster analysis) dan Multi Dimensional Scaling

(MDS) (Warwick and Clarke, 2001) dilakukan terhadap

data kelimpahan individu dari beberapa mega benthos

yang dijumpai.

5. Ikan Karang

Seperti halnya terumbu karang, metode RRI juga

diterapkan pada penelitian ini untuk mengetahui secara

umum jenis-jenis ikan yang dijumpai pada setiap ti t ik

pengamatan.

Sedangkan pada setiap tit ik transek permanen,

metode yang digunakan yaitu metode Underwater Fish

Visual Census (UVC), dimana ikan-ikan yang dijumpai

pada jarak 2,5 m di sebelah kiri dan sebelah kanan

garis transek sepanjang 70 m dicatat jenis dan

jumlahnya. Sehingga luas bidang yang teramati per

transeknya yaitu (5 x 70 ) = 350 m2.

Page 59: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 28

Identifikasi jenis ikan karang mengacu kepada

Matsuda, et al. (1984), Kuiter (1992) dan Lieske dan

Myers (1994).

Sama seperti halnya pada karang, nilai indek

keanekaragaman Shannon (Shannon diversity index =

H’) (Shannon, 1948 ; Zar, 1996) dan indeks kemerataan

Pielou (Pielou’s evenness index = J’) (Pielou, 1966 ;

Zar, 1996) untuk jenis ikan karang di masing-masing

stasiun transek permanen dari hasil UVC.

Selain itu juga dihitung kelimpahan jenis ikan

karang dalam satuan unit individu/ha. Dari data

kelimpahan tiap jenis ikan karang yang dijumpai

dimasing-masing stasiun transek permanen dilakukan

analisa pengelompokan (Cluster analysis) dan Multi

Dimensional Scaling (MDS) (Warwick and Clarke,

2001).

Spesies ikan yang didata dikelompokkan ke

dalam 3 kelompok utama (ENGLISH, et al. , (1997),

yaitu :

a. Ikan-ikan target, yaitu ikan ekonomis penting dan

biasa ditangkap untuk konsumsi. Biasanya mereka

menjadikan terumbu karang sebagai tempat

pemijahan dan sarang/daerah asuhan. Ikan-ikan

target ini diwakili oleh famili Serranidae (ikan

kerapu), Lutjanidae (ikan kakap), Lethrinidae (ikan

lencam), Nemipteridae (ikan kurisi), Caesionidae

(ikan ekor kuning), Siganidae (ikan baronang),

Haemulidae (ikan bibir tebal), Scaridae (ikan kakak

tua) dan Acanthuridae (ikan pakol);

Page 60: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 29

b. Ikan-ikan indikator , yaitu jenis ikan karang yang

khas mendiami daerah terumbu karang dan menjadi

indikator kesuburan ekosistem daerah tersebut.

Ikan-ikan indikator diwakili oleh famili

Chaetodontidae (ikan kepe-kepe);

c. Ikan-ikan major , merupakan jenis ikan berukuran

kecil , umumnya 5–25 cm, dengan karakteristik

pewarnaan yang beragam sehingga dikenal sebagai

ikan hias. Kelompok ini umumnya ditemukan

melimpah, baik dalam jumlah individu maupun

jenisnya, serta cenderung bersifat teritorial. Ikan-

ikan ini sepanjang hidupnya berada di terumbu

karang, diwakili oleh famili Pomacentridae (ikan

betok laut), Apogonidae (ikan serinding), Labridae

(ikan sapu-sapu), dan Blenniidae (ikan peniru).

Page 61: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 30

BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

Peta akhir hasil analisis dideskripsi dan dibahas

berdasarkan data hasil pengamatan lapangan yang telah

dikumpulkan. Selain itu dibahas pula geometri citra dan

keterbatasan yang ada dalam pemrosesan citra sehingga

tersusun peta akhir.

1. Geometri Citra

Data mentah citra (raw data) sudah dalam

kondisi terkoreksi geometri karena produk data Landsat

7 ETM+ yang dipasarkan merupakan data level 1G.

Pada level ini data sudah terkoreksi geometri dengan

datum WGS’84 menggunakan sistem koordinat

Universal Transverse Mercator (UTM). Berdasarkan

keterangan yang tertera pada dokumen produk data

Landsat 7, data yang direkam satelit mempunyai

tingkat kesalahan posisi kurang dari 50 meter.

Ketelit ian ini dapat dinaikkan lagi dengan aplikasi

koreksi geometri menggunakan ground control points

(GCP) lokal sampai mencapai kurang dari 15 meter

kesalahannya.

Untuk studi kali ini, walaupun rencananya akan

diaplikasikan koreksi geometri citra ke koordinat lokal

dengan GCP lokal, hal ini t idak jadi dilaksanakan. Ini

didasari suatu kenyataan bahwa dari sekitar 36 tit ik

ground check (Kecamatan Tambelan) dan 32 tit ik

Page 62: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 31

ground check (Kecamatan Mapur) di lapangan yang

tersebar pada terumbu dekat pantai, terumbu tengah

dan tubir, ternyata kesemuanya dapat diplot dengan

baik pada peta dasar. Ini mengindikasikan bahwa

tingkat kesalahan posisi karena kesalahan geometri

peta hasil interpretasi kurang dari 1 piksel citra

(kurang dari 30 meter). Untuk itu koreksi geometri

dengan koordinat lokal sudah tidak diperlukan lagi

karena seluruh posisi hasil pengukuran di lapangan

akan dapat diplotkan ke peta dasar dengan baik.

2. Kondisi Geografis Daerah Studi

Kondisi geografis, terutama kondisi fisik daerah

studi didekati dengan cara deskriptif. Deskripsi kondisi

fisik ini mendasarkan pada kenampakan fisik yang

terekam dan digambarkan oleh citra yang ditampilkan

dalam bentuk citra komposit warna semu. Pada studi

ini kombinasi yang digunakan dalam penyusunan

komposit citra warna semu untuk keperluan deskripsi

kondisi fisik daerah studi adalah 5,4,2 pada warna

merah, hijau dan biru. Juga dilakukan proses

pentapisan citra ( f i l tering) metode sharpen untuk

mendapatkan kenampakan kontras pada citra yang lebih

baik. Dengan pentapisan ini kenampakan fisiografi

semakin ditonjolkan. Demikian pula batas antar

penutupan lahan juga menjadi semakin jelas. Untuk

melakukan deskripsi, interpretasi visual citra ini

dibantu dan dicek-silangkan dengan data yang

diperoleh saat kerja lapang.

Page 63: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 32

Wilayah Kepulauan Tambelan terdiri dari

beberapa pulau besar dan kecil dalam kelompoknya.

Ada dua pulau yang relatif lebih besar dibanding yang

lainnya yaitu: P. Tambelan dan P. Benua. Pulau-pulau

lainnya relatif kecil yaitu P. Menggirang Besar dan

Kecil, P. Sedua Besar dan Kecil, P. Selintang, P.

Bedua, P. Lintang, P. Panjang, P. Mundaga, P. Genting,

P. Uwi, P. Sedulang Besar dan Kecil, serta pulau-pulau

kecil lainnya. Kesemuanya kurang lebih ada 28 pulau

besar dan kecil . Secara administratif wilayah

kepulauan ini termasuk kedalam Kecamatan Tambelan.

Walaupun ada sekitar 28 pulau dalam kerja lapang,

karena keterbatasan waktu, hanya dikunjungi 8 pulau

besar dan kecil saja. Pulau-pulau yang dikunjungi

antara lain: P. Tambelan, P. Betunde, P. Kera, P.

Bedua, P. Benua, P. Untuk, P. Lipi, dan P. Jela.

Berdasarkan hasil interpretasi visual citra dan

pengamatan lapangan yang telah dilakukan, secara

umum keleruruhan pulau yang dikunjungi mempunyai

karakteristik batuan maupun fisiografi yang relatif

sama. Dengan hasil lapangan yang demikian, serta

mendasarkan pada karakteristik kenampakan di citra

yang ada, dapat dikatakan bahwa keseluruhan pulau-

pulau di Kepulauan Tambelan ini diprediksi

mempunyai kondisi yang kurang-lebih sama.

Secara umum dapat dikatakan bahwa wilayah

dataran di pulau-pulau yang ada relatif sempit dan

sedikit persebarannya. Hal ini disebakan fisiografi

kepulauan yang umumnya berbukit-bukit dengan

Page 64: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 33

lembah-lembah yang banyak bahkan kadang ditemukan

adanya lembah yang relatif curam. Dataran umumnya

berkembang di bagian barat pulau dan hanya sebagian

kecil saja yang berkembang di bagian yang lain.

Sedangkan bagian timur pulau umumnya mempunyai

lereng yang terjal. Bentuk-bentuk lembah, dengan

demikian, juga banyak yang mengarah ke barat.

Kondisi ini sangat berpengaruh pada perkembangan

bentuk pantai di Kepulauan Tambelan. Pantai di bagian

barat pulau umumnya berteluk dan relatif datar.

Sedangkan pantai di bagian timur umumnya terjal dan

banyak ditemukan adanya singkapan batuan dasar.

Batuan dasar penyusun pulau-pulau umumnya

batu granit, dan sebagiannya ada yang andesit , shale ,

batu pasir (di lapangan hanya ditemukan di P.

Tambelan), serta ada sedikit batu pasir yang bersifat

calcareous (calcareous sand stone). Tentu saja jenis-

jenis ini belum seluruhnya mewakili keseluruhan jenis

batuan yang ada di Kepulauan Tambelan mengingat di

lapangan tidak dikhususkan untuk mengamati hal ini.

Kondisi batuan dasar suatu wilayah akan

senantiasa mempengaruhi kondisi hidrologis wilayah

bersangkutan. Berdasarkan kondisi batuan yang ada, P.

Tambelan diprediksi relatif mempunyai sumber air

tawar yang lebih baik dibanding pulau lainnya. Hal ini

didasari suatu kenyataan bahwa di pulau tersebut

ditemukan adanya batu pasir yang kemungkinan akan

dapat menjadi lapisan akifer. Dari pengamatan lapang

memang ditemukan kenyataan bahwa sumber air tawar

Page 65: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 34

mudah dijumpai di P. Tambelan dibanding pulau lain

yang dikunjungi. Bahkan di daratan dekat Teluk

Tambelan dan juga di atas bukit di pulau ini ada

sumber air tawar yang cukup besar. Walaupun kecil , di

pulau ini ditemukan adanya sungai permanen yang

senantiasa mengalir sepanjang tahun. Sedangkan di

pulau lainnya relatif t idak ada sungai dan kalau pun

ada hanyalah sungai-sungai intermiten .

Perkembangan tanah juga sangat dipengaruhi

oleh kondisi batuan dasar. Secara umum tanah di

pulau-pulau Tambelan masih relatif belum berkembang.

Sebagian besar masih berupa tanah regosol, dan hanya

sebagian kecil yang telah berupa tanah latosol dengan

ketebalan solum lebih dari 1 meter. Pada saat kerja

lapang, tanah latosol hanya ditemukan di P. Tambelan,

P. Bedua, serta P. Benua. Walaupun tanah di

Kepulauan Tambelan relatif t ipis dengan kelerengan

yang relatif terjal, oleh karena pada umumnya masih

tertutup hutan primer diperkirakan erosi masih belum

banyak. Hanya saja pada bagian-bagian tertentu yang

dibuka lahannya untuk pertanian harus diwaspadai.

Kondisi tutupan lahan di Kepulauan Tambelan

secara umum berupa hutan primer. Di P. Tambelan dan

P. Benua (dua pulau besar yang ada) sudah ada tutupan

lain dengan jenis penggunaan perkebunan/pertanian

serta permukiman. Menurut informasi hanya P.

Tambelan saja yang saat ini dihuni oleh penduduk. Jika

di pulau lain ada bangunan rumah, biasanya hanya

Page 66: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 35

merupakan rumah singgah nelayan atau berfungsi

sebagai huma dalam kebun.

Berbeda dengan Kepulauan Tambelan yang

fisiografinya secara umum berbukit-bukit, P. Mapur

mempunyai topografi secara umum landai dan hanya

sebagian kecil yang berbukit dan bergelombang.

Topografi bergelombang sampai berbukit di P. Mapur

dijumpai di bagian utara pulau. Namun demikian secara

umum dapat dikatakan bahwa P. Mapur mempunyai ciri

fisiografi dengan lereng relatif lebih curam di bagian

utara sampai timur laut, dan lereng yang landai di

bagian lainnya. Kondisi fisiografi daratan ini tercermin

pula pada bentuk pantainya. Pantai di bagian barat,

selatan, dan tenggara sampai timur P. Mapur relatif

landai dan lebar. Pantai umumnya berupa pantai pasir

putih atau pantai mangrove. Pantai mangrove

ditemukan di bagian teluk (menghadap ke barat)

dengan sebaran cukupluas.

Batuan dasar di P. Mapur umumnya batuan

sedimen asal marin dengan sebaran yang cukupluas di

bagian selatan pulau. Di bagian utara pulau merupakan

batuan andesit dan batuan sisa-sisa daratan pra-tersier.

Kondisi batuan yang demikian ini berpengaruh pada

kondisi air tanah yang tidak begitu baik kualitasnya

walaupun ditinjau dari ketersediaan cukup melimpah.

Sungai-sungai juga tidak berkembang di P. Mapur ini.

Jikalau ada sungai pun hanya sungai kecil yang bersifat

intermiten.

Page 67: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 36

Di P. Mapur tanah juga belum begitu

berkembang. Umumnya tanah di P. Mapur berupa tanah

regosol dengan solum sangat t ipis bahkan di tempat-

tempat tertentu masih berupa batuan dasar. Kondisi ini

dijumpai di bagian selatan pulau yang didominasai oleh

tanah yang masih berupa pasir koral.

Tutupan lahan dan penggunaan lahan di P. Mapur

sudah relatif lebih bervariasi j ika dibanding di Kep.

Tambelan. Hutan primer hanya ditemukan dengan

sebaran sempit. Penggunaan lahan yang relatif luas

sebarannya adalah perkebunan kelapa, dan bentuk

penggunaan pertanian lainnya seperti tegalan, kebun

campuran, dan tambak. Penggunaan lain berupa

permukiman yang diperkirakan mencapai sekitar 10

sampai 15% dari total luasan daratan yang ada.

3. Hasil pemetaan terumbu karang dan mangrove

Peta sebaran terumbu karang dan mangrove

daerah kajian diturunkan berdasarkan interpretasi

visual citra dengan cara delineasi menggunakan on

screen digitizing . Berdasarkan hasil digitasi, terlihat

bahwa baik pada Kepulauan Tambelan maupun P.

Mapur, semua pulaunya dikelilingi oleh rataan terumbu

karang. Pada kedua kawasan tersebut secara umum

terlihat bahwa sebaran terumbu relatif lebih sempit di

bagian timur pulau-pulaunya dibanding di bagian lain.

Hal ini berkorelasi dengan kondisi fisiografinya yang

secara umum bagian timur pulau mempunyai lereng

yang terjal dibanding bagian lainnya. Walaupun

sebaran terumbu karang di bagian barat pulau relatif

Page 68: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 37

lebih lebar, namun karena umumnya di pantai bagian

barat ini merupakan wilayah yang menjadi

permukiman, sepertinya kondisi karang di bagian ini

relatif banyak mengalami gangguan manusia. Hal yang

dapat menjadi contoh adalah adanya pengerukan

terumbu karang untuk dermaga dan alur masuk ke

permukiman seperti di P. Tambelan. Demikian pula di

P. Mapur terumbu karang yang ada di depan

permukiman relatif lebih terganggu dengan adanya

kegiatan penduduk seperti permukiman di atas terumbu

dan sebagainya.

Seperti halnya terumbu karang, sebaran

mangrove juga lebih banyak ditemukan di bagian barat

pulau-pulau di kedua kawasan studi. Pada bagian timur

pulau hanya ditemukan mangrove pada wilayah pantai

yang berbentuk teluk atau pertelukan. Mangove di

teluk depan P. Tambelan, P. Benua dan P. Mapur relatif

mencakup daerah sebaran yang cukup luas sampai

masuk jauh ke darat. Yang menarik ditemukan adanya

semai yang cukup banyak pada mangrove di Teluk

Mapur. Diperkirakan sekitar 5 sampai sepuluh tahun

lagi tutupannya akan menyatu dengan wilayah induk

sehingga memperluas cakupan sebarannya.

Berdasarkan peta hasil interpretasi citra ini dapat

diturunkan informasi luas dari masing-masing jenis

tutupan di setiap kawasan. Tingkat ketelit ian informasi

ini sangat tergantung dari data citran yang digunakan.

Oleh karena citra yang digunakan untuk interpretasi

sebaran terumbu karang dan mangrove di Kepulauan

Page 69: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 38

Tambelan mempunyai tutupan awan sekitar 18%,

diperkirakan ketelit ian informasi luas yang diturunkan

adalah sekitar 82%. Sedangkan untuk P. Mapur

diperkirakan mempunyai ketelit ian sekitar 88% karena

citra yang digunakan mempunyai tutupan awan 12%.

Perkiraan ini adalah secara teoritis dengan

mengabaikan faktor yang dapat mempengaruhi tingkat

ketelit ian interpretasi lainnya. Jika dihitung

berdasarkan perbandingan antara hasil interpretasi dan

hasil pengamatan lapangan diperoleh hasil yang sedikit

berbeda. Dari 36 tit ik lokasi pengamatan lapangan di

Kepulauan Tambelan, ditemukan ada 6 lokasi yang

salah interpretasi. Keenam lokasi ini ternyata ada di

daerah yang tertutup oleh awan ataupun bayangannya.

Berdasarkan hasil ini maka tingkat ketelit ian

interpretasinya adalah sekitar 89 persen, atau lebih

baik 7% dari perkiraan awal. Sedangkan untuk P.

Mapur, dari 32 tit ik yang dikunjungi di lapangan,

ditemukan hanya 2 ti t ik yang salah interpretasi. Ini

berarti peta sebaran terumbu karang dan mangrove P.

Mapur mempunyai ketelit ian sekitar 94 persen atau

lebih baik 6% dibanding perkiraan awal. Berdasarkan

peta hasil akhir ini kemudian dihitung luas mangrove

dan terumbu karang pada kedua kawasan studi. Luas

mangrove untuk Kepulauan Tambelan 3,5448 km2,

sedangkan di Tambelan 1,3605 km2. Luas terumbu

karang di Kepulauan Tambelan 31,2618 km2 sedangkan

di P. Mapur 18,1126 km2. Hasil lengkapnya disajikan

pada Lampiran 2.a., sedangkan daerah cakupan untuk

perhitungan luasnya tergambar pada Lampiran 2.b.

Page 70: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 39

B. KUALITAS PERAIRAN

Penelitian mengenai kualitas perairan meliputi

parameter fisika dan kimia.

1. Temperatur

a. Kepulauan Tambelan

Variasi temperatur permukaan yang terekam

selama penelitian berlangsung mempunyai kisaran

antara 29,16°C hingga 30,26°C, dengan rerata

temperature 29,60°C (Lampiran 3.a.). Sedangkan

pada kolom air mulai dari permukaan hingga dekat

dasar mempunyai kisaran antara 28,92°C hingga

30,67°C dengan rerata temperatur 29,58°C

(Lampiran 3.b.).

Temperatur rendah ditemukan di hampir

sekeliling P. Benua, kecuali di sebelah utara P.

Selentang, karena dasar perairannya dangkal dan

pengambilan data dilakukan pada saat terik

matahari. Temperatur rendah ditemukan pula di

barat daya P. Tambelan dan di selatan P. Sedua.

Sedangkan temperature antara 29,53°C hingga

29,89°C ditemukan di perairan barat laut, utara

hingga tenggara P. Tambelan, sisi selatan P. Betung

dan sebelah timur dan selatan P. Sedua (Gambar

7.a.).

Page 71: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 40

Gambar 7.a. Variasi temperatur pada stasiun peneli t ian di perairan Kepulauan Tambelan, Kabupaten Kepulauan Riau.

b. P. Mapur

Variasi temperatur permukaan yang terekam

selama penelitian berlangsung mempunyai kisaran

antara 28,93°C hingga 29,78°C, dengan rerata

temperature 29,50°C (Lampiran 3.a.). Sedangkan

pada kolom air mulai dari permukaan hingga dekat

dasar mempunyai kisaran antara 28,92°C hingga

29,78°C dengan rerata temperatur 29,51°C

(Lampiran 3.a.).

Distribusi temperatur permukaan hampir

seragam, dimana kisarannya antara 29,50°C hingga

29,79°C, kecuali di dekat dermaga dan di stasiun 3

dan 33 dimana kisaran temperatur antara 29,21°C

hingga 29,50°C (Gambar 7.b.).

Page 72: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 41

Gambar 7.b. Variasi temperatur pada stasiun peneli t ian di perairan P. Mapur dan sekitarnya, Kabupaten Kepulauan Riau.

2. Salinitas

a. Kepulauan Tambelan

Salinitas permukaan yang terekam di seluruh

perairan Kepulauan Tambelan berkisar antara 32,04

dan 33,41 PSU dengan rerata salinitas 33,06 PSU

(Lampiran 3.a.). Kecuali di perairan sisi barat P.

Benua, selatan P. Sedua dan di dalam teluk P.

Tambelan (Gambar 8.a.), pada umumnya memiliki

salinitas yang relatif lebih tinggi yaitu berkisar

antara 32,96 hingga 33,41 PSU (Gambar 8.a.).

Pada kolom air mulai dari permukaan hingga

dekat dasar mempunyai kisaran antara 32,00 hingga

Page 73: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 42

33,41 PSU dengan rerata salinitas 33,16 PSU

(Lampiran 3.b.).

Gambar 8.a. Variasi sal ini tas permukaan pada stasiun peneli t ian di perairan Kepulauan Tambelan, Kabupaten Kepulauan Riau.

b. P. Mapur

Salinitas permukaan yang terekam di

perairan P. Mapur dan sekitarnya berkisar antara

31,82 dan 32,27 PSU dengan rerata salinitas 32,08

PSU (Lampiran 3.b.). Di sisi t imur pulau,

salinitasnya didominasi oleh salinitas antara 31,97

hingga 32,12 PSU, sedangkan di sisi barat pulau

didominasi oleh salinitas antara 32,12 hingga 32,27

PSU (Gambar 8.b.). Salinitas rendah ditemukan di

Page 74: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 43

stasiun 3 dan di dekat dermaga perkampungan

nelayan.

Pada kolom air mulai dari permukaan hingga

dekat dasar mempunyai kisaran antara 31,66 hingga

32,32 PSU dengan rerata salinitas 32,12 PSU

(Lampiran 3.b.).

Gambar 8.b. Variasi sal ini tas permukaan pada stasiun peneli t ian di perairan P. Mapur dan sekitarnya, Kabupaten Kepulauan Riau.

3. Densitas

a. Kepulauan Tambelan

Densitas air laut pada bagian permukaan

berkisar antara 1019,77 kg/m3 – 1020,63 kg/m3

dengan rerata 1020,41 kg/m3 (Lampiran 3.a.).

Sedangkan pada kolom air mulai dari permukaan

Page 75: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 44

hingga dekat dasar mempunyai kisaran antara

1019,77 kg/m3 – 1020,70 kg/m3 dengan rerata

1020,52 kg/m3 (Lampiran 3.b.).

Distribusi densitas permukaan mempunyai

pola yang mirip dengan pola sebaran salinitas

permukaan, dimana stasiun yang memiliki densitas

yang tinggi dijumpai pada stasiun yang memiliki

salinitas yang tinggi pula (Gambar 9.a.).

Gambar 9.a. Variasi densitas permukaan pada stasiun peneli t ian di perairan Kepulauan Tambelan, Kabupaten Kepulauan Riau.

b. P. Mapur

Densitas air laut pada bagian permukaan

berkisar antara 1019,56 kg/m3 – 1019,85 kg/m3

dengan rerata 1019,71 kg/m3 (Lampiran 3.a.).

Page 76: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 45

Densitas air laut yang ditemukan di bagian timur P.

Mapur didominasi oleh massa air dengan densitas

antara 1019,56 hingga 1019,66 kg/ m3 sedangkan

disisi barat P. Mapur massa air yang dominan

mempunyai kisaran antara 1019,75 hingga 1020,00

kg/m3 (Gambar 9.b.). Fenomena ini terjadi karena

adanya perbedaan massa air yang mengalir melewati

P. Mapur.

Sedangkan pada kolom air mulai dari

permukaan hingga dekat dasar mempunyai kisaran

antara 1019,42 kg/m3 – 1019,90 kg/m3 dengan rerata

1019,76 kg/m3 (Lampiran 3.b.).

Gambar 9.b. Variasi densitas permukaan pada stasiun peneli t ian di perairan P. Mapur dan sekitarnya, Kabupaten Kepulauan Riau.

Page 77: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 46

4. Arus

a. Kepulauan Tambelan

Arah dan kecepatan arus di perairan P.

Tambelan dan sekitarnya menunjukkan bahwa

pengaruh topografi dasar perairan sangat dominan.

Untuk perairan di sekeliling P. Tambelan, arah arus

mengikuti bentuk pulau menuju ke selatan ataupun

ke tenggara (Gambar 10). Kecepatan arus yang

terekam relatif rendah dibawah 500 mm/detik

kecuali perairan disisi t imur laut, kecepatan arusnya

antara 500 mm/detik hingga 1000 mm/detik.

Sedangkan untuk perairan di selatan P. Betung, arah

arus menuju ke barat dengan kecepatan dibawah 500

mm/detik Gambar 11.

Gambar 10. Pola arus di sekeli l ing P. Tambelan,

Kepulauan Tambelan, Kabupaten Kepulauan Riau.

Page 78: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 47

Gambar 11. Pola arus di sekeli l ing bagian selatan P. Betung, Kepulauan Tambelan, Kabupaten Kepulauan Riau.

Untuk perairan P. Benua pengaruh

gelombang lebih dominan terutama perairan di sisi

utara pulau. Massa air yang menghempas pantai

akan terpantul kembali kearah laut sedemikian

sehingga arus yang terekam bolak balik, kecuali

Page 79: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 48

pada sisi barat daya yang relatif aman terhadap

hempasan gelombang dan di selat antara pulau-

pulau yang ada disekitar P. Benua (Gambar 12).

Gambar 12. Pola arus di Sekeli l ing P. Benua, Kepulauan Tambelan, Kabupaten Kepulauan Riau.

Perairan di selat antara pulau-pulau pada

gugus P. Tambelan, yang merupakan perairan

terbuka menunjukkan bahwa massa air menuju ke

barat pada saat air laut menuju pasang (Gambar 13).

Massa air permukaan seragam menuju ke barat

kemudian ke selatan setelah membentur P.

Tambelan. Kecepatan arus yang terekam untuk selat

antara P. Benua dan P. Sedua adalah 821 mm/detik;

sedangkan untuk selat antara P. Tambelan dan P.

Betung adalah 671 mm/detik. Berdasarkan data di

Page 80: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 49

perairan selat ini menunjukkan bahwa pola umum

pergerakan massa air untuk perairan ini adalah

timur barat.

Gambar 13. Pola arus di selat antara P. Tambelan – P. Betung, selat P. Benua – P. Sedua, dan selat P. Sedua – P. Tambelan.

Page 81: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 50

b. P. Mapur

Massa air yang mengalir di sisi utara P.

Mapur berasal dari laut lepas menuju keselatan

melewati sisi utara P. Mapur kemudian ke timur

menyusur pantai t imur (Gambar 14). Sedangkan

massa air yang ada disisi barat P. Mapur

kemungkinan besar berasal dari sisi sebelah barat

pulau mengalir keselatan menyusur pantai barat P.

Mapur (Gambar 14). Kecepatan arus yang terekam

di sisi barat maksimum 1165 mm/detik sedangkan

disisi t imurnya 1317 mm/detik.

Gambar 14. Pola arus di sekeli l ing P. Mapur, Kabupaten Kepulauan Riau.

Untuk perairan P. Marapas, yaitu pulau

kecil yang terletak di tenggara P. Mapur, massa air

yang mengalir di sekeliling pulau ini didominasi

Page 82: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 51

adanya pengaruh gelombang yang relatif kuat

sehingga arah arusnya tidak beraturan mengikuti

pola hempasan gelombang (Gambar 15).

Gambar 15. Pola arus di sekeli l ing P. Marapas, Kabupaten Kepulauan Riau.

4. Derajat keasaman (pH)

Derajat keasaman (pH) merupakan salah satu

indikator untuk mengetahui kualitas perairan. Suatu

perairan laut yang baik biasanya bersifat basa dengan

pH>7 sebagaimana yang direkomendasikan KLH

(Anonimous, 2004).

Page 83: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 52

Hasil pengukuran derajat keasaman (pH) yang

dilakukan di masing-masing stasiun penelitian di

Kepulauan Riau bisa dilihat pada Lampiran 4.a.

(Kepulauan Tambelan) dan Lampiran 4.b. (P. Mapur

dan sekitarnya). Sedangkan rerata derajat keasaman

(pH) pada permukaan dan dasar perairan ditampilkan

pada Lampiran 4.c.

a. Kepulauan Tambelan

Pada perairan P. Tambelan, pH berkisar

antara 8,17–8,45, di perairan P. Benua berkisar

antara 8,07–8,50 dan di perairan P. Sedua berkisar

antara 8,24–8,46 (Lampiran 4.a.). Dengan demikian,

mengacu pada nilai pH yang direkomendasikan KLH

(Anonimous, 2004) maka di perairan Kepulauan

Tambelan masih tergolong baik ditinjau dari derajat

keasamannya.

Dengan membandingkan nilai rerata pH antara

permukaan dengan dasar (Lampiran 4.c.) terhadap

pH yang tertinggi diantara kedua kedalaman

tersebut, baik di perairan P. Tambelan, P. Benua

maupun di P. Sedua, ternyata pH pada bagian

permukaan relatif lebih rendah dibandingkan bagian

dasarnya tetapi perbedaannya tidak signifikan

(<3%), sehingga kadar pH-nya bisa dikatakan

homogen. Pada perairan P. Tambelan, perbedaan

rerata pH antara permukaan dengan dasar berkisar

0,98%, perairan P. Benua berkisar 0,48% dan daerah

P. Sedua berkisar 1,08%.

Page 84: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 53

b. P. Mapur

Derajat keasaman (pH) di P. Mapur, pada

bagian permukaan berkisar antara 8,11–8,40,

sementara pada bagian dasarnya berkisar antara

8,29–8,46 (Lampiran 4.b.). Mengacu pada nilai pH

yang direkomendasikan KLH (Anonimous, 2004),

maka di perairan P. Mapur masih tergolong baik

ditinjau dari derajat keasamannya.

Dengan membandingkan nilai rerata pH

bagian permukaan dengan dasarnya yang dihitung

terhadap pH yang tertinggi diantara kedua

kedalaman tersebut, perbedaannya hanya sebesar

1,26%. Perbedaan ini t idak cukup signifikan (<3%),

sehingga bisa dikatakan pH di P. Mapur keadaannya

homogen.

5. Kandungan oksigen terlarut (O2)

Kandungan oksigen terlarut (O2) dalam perairan

turut menentukan kualitas perairan, karena oksigen

sangat dibutuhkan untuk pernapasan (respirasi)

makhluk hidup dan proses oksidasi dalam perairan.

Sebagai contoh ikan yang hidup dalam perairan yang

kekurangan oksigen akan terganggu fungsi insangnya

dan dapat menyebabkan insang ikan itu berlendir

(anoxia) dan mati. Fungsi lain dari oksigen adalah

sebagai oksidator senyawa–senyawa kimia di perairan.

Sumbangan oksigen terbesar berasal dari adsorpsi

udara bebas, sementara dari fitoplankton dan tumbuhan

Page 85: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 54

hijau lain yang berklorofil menyumbang oksigen

sebagai produk fotosintesis.

Faktor yang bisa mempengaruhi kemampuan

suatu perairan untuk mengadsorpsi oksigen adalah

salinitas, suhu, kekeruhan air, pergerakan massa air

dan udara seperti arus, gelombang dan pasang surut

(Raymont, 1963). Faktor kedalaman juga

mempengaruhi kadar oksigen terlarut (Tijssen ,1990).

Dalam kondisi yang normal, semakin dalam perairan

itu maka semakin menurun kadar oksigennya. KLH

telah merekomendasikan baku mutu air laut untuk

kepentingan wisata bahari dan biota laut, kadar oksigen

terlarutnya > 5 ppm (3,5 ml/L) (Anonimous, 2004).

Hasil pengukuran kadar oksigen yang dilakukan

di seluruh stasiun di Kepulauan Riau bisa dilihat pada

Lampiran 4.a. (Kepulauan Tambelan) dan Lampiran

4.b. (P. Mapur dan sekitarnya). Sedangkan rerata kadar

oksigen pada permukaan dan dasar perairan

ditampilkan pada Lampiran 4.c.

a. Kepulauan Tambelan

Di perairan P. Tambelan kadar oksigen

terlarut berkisar antara 3,10–4,41 ml/L, di perairan

P. Benua berkisar antara 2,98–4,11 ml/L dan

perairan P. Sedua berkisar antara 3,58–3,82 ml/L

(Lampiran 4.a.). Untuk perairan P. Tambelan dan P.

Benua, kadar oksigen terlarut di permukaan lebih

tinggi dibandingkan dengan dasarnya (Lampiran

4.c.) dengan perbedaan mencapai 4,41% di P.

Tambelan dan 5,75% di P. Benua. Akan tetapi di

Page 86: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 55

perairan P. Sedua (Lampiran 4.c.) t idak

menunjukkan perbedaan yang signifikan (<3%)

dengan tingkat perbedaan 2,71%, sehingga dapat

dikatakan bahwa di perairan P. Sedua, kandungan

oksigen terlarut di permukaan dan dasarnya

homogen. Nilai perbedaan tersebut dihitung

terhadap nilai yang tertinggi antara permukaan dan

dasar di masing-masing lokasi.

Jika merujuk dari baku mutu KLH untuk

kepentingan wisata bahari dan biota laut, secara

umum bisa dikatakan bahwa kandungan oksigen di

perairan Kepulauan Tambelan masih cukup baik.

Jika ada stasiun–stasiun tertentu dimana kadar

oksigen terlarutnya < 5 ppm (3,5 ml/L), t idak bisa

dikatakan bahwa itu mewakili semua perairan, sebab

nilai reratanya tidak menunjukkan perbedaan yang

signifikan.

b. P. Mapur

Di perairan P. Mapur, kadar oksigen terlarut

berkisar antara 2,96–3,91 ml/L (Lampiran 4.b.).

Dengan membandingkan kadar oksigen terlarut pada

bagian permukaan dengan dasarnya (Lampiran 4.c.),

perbedaannya tidak signifikan (<3%), sehingga bisa

dikatakan bahwa rerata kadar oksigen di perairan P.

Mapur homogen.

Jika merujuk dari baku mutu KLH untuk

kepentingan wisata bahari dan biota laut, seperti

halnya di Kepulauan Tambelan, secara umum bisa

dikatakan bahwa kandungan oksigen di perairan P.

Page 87: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 56

Mapur masih bisa dikategorikan baik. Jika ada

stasiun–stasiun tertentu dimana kadar oksigen

terlarutnya < 5 ppm (3,5 ml/L), t idak bisa dikatakan

bahwa itu mewakili semua perairan, sebab nilai

reratanya tidak menunjukkan perbedaan yang

signifikan.

6. Fosfat

Fosfat merupakan salah satu nutrisi yang

dibutuhkan oleh mahluk hidup yang ada diperairan.

Sumbangan fosfat terbesar berasal dari sedimentasi

yang ada di dasar perairan. Oleh karena itu, semakin

dalam perairan, semakin besar kandungan fosfatnya.

Kekecualian bisa terjadi, dimana kadar fosfat

dipermukaan lebih tinggi dibandingkan kolom air yang

lebih dalam bila di perairan tersebut banyak

mendapatkan pengaruh dari darat berupa sumbangan

“limbah penduduk”. Limbah penduduk yang banyak

menyumbang kadar fosfat diantaranya detergen.

KLH telah merekomendasikan baku mutu air laut

untuk kepentingan wisata bahari dan biota laut,

memiliki kadar fosfat yang tidak melebihi 0,015 ppm

(4,9 µg A/L) (Anonimous, 2004).

Hasil pengukuran kadar fosfat yang dilakukan di

seluruh stasiun di Kepulauan Riau bisa dilihat pada

Lampiran 4.a. (Kepulauan Tambelan) dan Lampiran

4.b. (P. Mapur dan sekitarnya). Sedangkan rerata kadar

fosfat pada permukaan dan dasar perairan ditampilkan

pada Lampiran 4.c.

Page 88: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 57

a. Kepulauan Tambelan

Pada perairan P. Tambelan kadar fosfat

berkisar antara 0,35–7,97 µg A/L, P. Benua berkisar

antara 0,18–9,69 µg A/L, dan P. Sedua berkisar

antara 0,40–4,47 µg A/L (Lampiran 4.a.). Dengan

membandingkan rerata kadar fosfat antara

permukaan dengan dasarnya (Lampiran 4.c.), di

perairan P. Tambelan perbedaannya sangat

signifikan dengan tingkat perbedaan mencapai

84,45%. Hal yang sama juga terjadi di P. Benua

dengan tingkat perbedaan mencapai 82,32% dan di

P. Sedua mencapai 71,98%. Nilai perbedaan tersebut

dihitung terhadap nilai tertinggi antara permukaan

dan dasar di masing-masing lokasi.

Dari perhitungan ini terbukti bahwa kadar

fosfat di bagian permukaan lebih tinggi

dibandingkan dengan di bagian dasarnya. Tingginya

kadar fosfat dipermukaan terlihat jelas sebagai

sumbangan dari daratan. Pengaruh “limbah

penduduk” juga nampak jelas pada stasiun 11, 12,

13, dan 14 yang cukup padat dengan pemukiman.

Ditinjau dari kadar fosfatnya, dengan

berpedoman pada baku mutu air laut yang

direkomendasikan KLH untuk kepentingan wisata

bahari dan biota laut maka pada umumnya stasiun-

stasiun penelitian yang dilakukan di Kepulauan

Tambelan masih bisa dikategorikan baik, kecuali

pada daerah yang dekat dengan pemukiman

penduduk.

Page 89: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 58

b. P. Mapur

Kadar fosfat di perairan Mapur dan

sekitarnya berkisar antara 0,05–6,22 µg A/L

(Lampiran 4.b.). Dengan membandingkan rerata

kadar fosfat pada bagian permukaan dengan dasar

terhadap nilai yang tertinggi diantara kedua

kedalaman tersebut (Lampiran 4.c.), perbedaannya

sangat signifikan dengan tingkat perbedaan

mencapai 82,34% dimana kadar fosfat pada bagian

permukaan lebih tinggi dibandingkan dasarnya.

Dengan berpedoman pada baku mutu air laut

yang direkomendasikan KLH untuk kepentingan

wisata bahari dan biota laut, stasiun-stasiun

penelitian yang dilakukan di P. Mapur dan

sekitarnya pada umumnya masih bisa dikategorikan

baik ditinjau dari kadar fosfatnya. Adanya beberapa

stasiun penelitian yang memiliki kadar fosfat diatas

nilai yang direkomendasikan KLH, terutama pada

bagian permukaan perairan, merupakan sumbangan

dari daratan yang masuk ke perairan ini.

7. Nitrat (NO3)

Nitrat sebagaimana halnya fosfat merupakan

salah satu nutrisi yang dibutuhkan oleh mahluk hidup

yang ada dalam perairan. Fungsinya turut membantu

pembentukan asam amino sebagai komponen dasar

protein. Sumbangan terbesar nitrat berasal dari

sedimentasi di dasar perairan. Nilai baku mutu yang

dikeluarkan KLH, kadar nitrat untuk kepentingan

Page 90: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 59

wisata bahari dan biota laut nilainya tidak melebihi

0,008 ppm (26,27 µg A/L) (Anonimous, 2004).

Hasil pengukuran kadar nitrat yang dilakukan di

seluruh stasiun di Kepulauan Riau bisa dilihat pada

Lampiran 4.a. (Kepulauan Tambelan) dan Lampiran

4.b. (P. Mapur dan sekitarnya). Sedangkan rerata kadar

nitrat pada permukaan dan dasar perairan ditampilkan

pada Lampiran 4.c.

a. Kepulauan Tambelan

Kadar nitrat di perairan P. Tambelan

berkisar antara 0,79–0,98 µg A/L, di P. Benua

berkisar antara 0,73–0,88 µg A/L, dan P. Sedua

berkisar antara 0,77–0,81 µg A/L (Lampiran 4.a.).

Dengan membandingkan rerata kadar nitrat di

bagian permukaan dengan bagian dasarnya terhadap

kadar nitrat yang tertinggi diantara kedua

kedalaman tersebut di masing-masing lokasi

(Lampiran 4.c.), t idak menunjukkan perbedaan yang

signifikan (<3%), sehingga bisa dikatakan kadar

nitratnya homogen antara permukaan dan dasar

perairan di semua lokasi penelitian di Kepulauan

Tambelan.

Mengacu pada nilai baku mutu untuk nitrat

yang dikeluarkan KLH untuk kepentingan wisata

bahari dan biota laut, perairan di Kepulauan

Tambelan kondisinya masih sangat baik dan kadar

nitratnya masih jauh dari nilai ambang batas yang

ditetapkan KLH.

Page 91: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 60

b. P. Mapur

Hasil pengukuran kadar nitrat di seluruh

stasiun di P. Mapur dan sekitarnya diperoleh kadar

nitrat berkisar antara 0,63–0,90 µg A/L (Lampiran

4.b.). Dengan membandingkan rerata kadar nitrat

pada bagian permukaan dengan dasarnya terhadap

nilai yang tertinggi diantara kedua kedalaman

tersebut (Lampiran 4.c.), terdapat perbedaan yang

tidak cukup signifikan (2,40%), sehingga bisa

dikatakan bahwa di perairan P. Mapur dan

sekitarnya, kadar nitratnya homogen pada bagian

permukaaan maupun dasar perairan.

Berdasarkan nilai baku mutu untuk nitrat

yang dikeluarkan KLH, kadar nitrat pada semua

perairan di P. Mapur dan sekitarnya, dikategorikan

masih sangat baik untuk kepentingan wisata bahari

dan biota laut.

8. Nitrit (NO2)

Nitrit merupakan senyawa kimia yang sangat

reaktif karena struktur molekulnya tidak stabil . Karena

reaktifnya ini, nitrit akan cepat bereaksi dengan logam

berat misalnya, membentuk senyawa garam nitrat yang

larut dalam air. Nitrit termasuk parameter yang dapat

dijadikan indikator kualitas perairan. Suatu perairan

yang baik, kadar nitritnya harus lebih kecil dari pada

kadar nitrat. Semakin kecil kadar nitritnya, semakin

baik kualitas perairannya.

Page 92: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 61

Hasil pengukuran kadar nitrit yang dilakukan di

seluruh stasiun di Kepulauan Riau bisa dilihat pada

Lampiran 4.a. (Kepulauan Tambelan) dan Lampiran

4.b. (P. Mapur dan sekitarnya). Sedangkan rerata kadar

nitrit pada permukaan dan dasar perairan ditampilkan

pada Lampiran 4.c.

a. Kepulauan Tambelan

Kadar nitrit di perairan P. Tambelan

berkisar antara 0,10–0,29 µg A/L, P. Benua berkisar

antara 0,04–0,16 µg A/L, dan di P. Sedua berkisar

antara 0,06–0,10 µg A/L (Lampiran 4.a.). Dengan

membandingkan rerata kadar nitrit di bagian

permukaan dengan bagian dasarnya (Lampiran 4.c.),

di perairan P. Tambelan tidak menunjukkan

perbedaan yang signifikan (<3%), atau dapat

dikatakan kondisinya homogen. Sedangkan di P.

Benua dan P. Sedua perbedaannya sangat signifikan

dengan tingkat perbedaan di P. Benua mencapai

18,26% dan di P. Sedua sebesar 12,50%. Pada

perairan P. Benua dan P. Sedua, kadar nitrit di

bagian dasarnya lebih tinggi dibandingkan dengan

bagian permukaannya. Nilai perbedaan tersebut

dihitung terhadap nilai yang tertinggi antara

permukaan dan dasar di masing-masing lokasi.

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari semua

stasiun yang ditelit i di Kepulauan Tambelan, kadar

nitritnya jauh lebih kecil dibandingkan dengan

kadar nitrat. Kenyataan ini menunjukkan bahwa

perairannya masih dalam kondisi baik.

Page 93: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 62

b. P. Mapur

Hasil pengukuran kadar nitrit di seluruh

stasiun di P. Mapur dan sekitarnya diperoleh kadar

nitrit antara 0,06–0,14 µg A/L (Lampiran 4.b.).

Dengan membandingkan rerata kadar nitrit antara

bagian permukaan dengan bagian dasar yang

dihitung terhadap nilai yang tertinggi diantara

kedua kedalaman tersebut (Lampiran 4.c.),

perbedaannya signifikan dengan tingkat perbedaan

mencapai 4,46 %, dimana rerata kadar nitrit pada

bagian dasarnya lebih tinggi dibandingkan dengan

bagian permukaannya.

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari semua

stasiun yang ditelit i di P. Mapur dan sekitarnya,

kadar nitritnya jauh lebih kecil dibandingkan

dengan kadar nitrat. Kenyataan ini menunjukkan

bahwa perairannya masih dalam kondisi baik.

9. Silikat (SiO3)

Silikat merupakan salah satu indikator untuk

mengetahui kesuburan perairan, karena Silikat

dibutuhkan untuk perkembangan hidup fitoplankton

dilaut, seperti jenis sil icoflagellata dan beberapa jenis

diatom membutuhkan silikat untuk pembentukan

kerangka dinding selnya. Kadar silikat di estuarin,

selain dari perairan itu sendiri juga bisa berasal dari

daratan seperti proses erosi dan hujan (Nybakken,

1988). KLH tidak menetapkan nilai ambang batas kadar

silikat untuk kepentingan wisata bahari dan biota laut.

Page 94: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 63

Hasil pengukuran kadar silikat yang dilakukan di

seluruh stasiun di Kepulauan Riau bisa dilihat pada

Lampiran 4.a. (Kepulauan Tambelan) dan Lampiran

4.b. (P. Mapur dan sekitarnya). Sedangkan rerata kadar

silikat pada permukaan dan dasar perairan ditampilkan

pada Lampiran 4.c.

a. Kepulauan Tambelan

Kadar silikat di perairan P. Tambelan

berkisar antara 3,14–5,33 µg A/L, di P. Benua

berkisar antara 3,24–8,38 µg A/L, dan di P. Sedua

berkisar antara 3,24–6,38 µg A/L (Lampiran 4.a.).

Dengan membandingkan rerata kadar silikat antara

permukaan dengan dasarnya (Lampiran 4.c.),

perbedaannya signifikan (>3%), untuk semua lokasi

di Kepulauan Tambelan dimana pada bagian dasar

lebih tinggi dibandingkan dengan permukaannya. Di

P. Tambelan perbedaannya sebesar 6,52% , di P.

Benua sebesar 8,56% dan di P. Sedua sebesar

26,28%. Nilai perbedaan tersebut dihitung terhadap

nilai yang tertinggi antara permukaan dan dasar di

masing-masing lokasi.

b. P. Mapur

Hasil pengukuran kadar silikat di P. Mapur

dan sekitarnya berkisar antara 1,33–9,77 µg A/L.

Kadar silikat pada bagian dasar lebih tinggi

dibandingkan dengan permukaannya, dengan

perbedaan mencapai 10,45 % dihitung terhadap

kadar silikat di dasar.

Page 95: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 64

C. MANGROVE

1. Kepulauan Tambelan

Hasil pencuplikan data baik secara inventarisasi

maupun transek di beberapa pulau di Kepulauan

Tambelan adalah sebagai berikut:

a. Pulau Betunda

Secara physionomi bagian depan dari

mangrove didominasi oleh Rhizophora stylosa (0–10

m), dengan ketebalan mangrove mencapai 50 m.

Sedang di bagian belakang ditemukan jenis

Sonneratia alba, Bruguiera gymnorrhiza,

Excoecaria agallocha, Pemphis acidula, dan

beberapa jenis lainnya sehingga didapatkan 7 jenis

(Lampiran 5).

b. P. Kera

Ketebalan mangrove di pulau ini ada yang

mencapai 75 meter. Bagian depan banyak dijumpai

Rhizophora apiculata sedang di bagian belakang

dijumpai Sonneratia alba, aegiceras corniculatum,

Xylocarpus granatum, dan beberapa jenis lainnya

sehingga keseluruhannya didapatkan 11 jenis

(Lampiran 5).

c. Pulau Tambelan.

Pada umumnya mangrove di bagian depan

didominasi oleh Rhizophora stylosa dengan

ketinggian 4–6 m. Zona ini mempunyai ketebalan

bervariasi bahkan ada yang mencapai 100 m. Di

Page 96: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 65

belakang zone tersebut atau bagian tengah ada

beberapa tempat yang didominasi jenis Bruguiera

gymnorrhiza, Rhizophora apiculata, sedang di

bagian atau zone belakang jenis lain seperti yang

terlihat pada (Lampiran 5).

Pada tempat-tempat tertentu terutama yang

berada di muara sungai bagian depan mangrove

didominasi jenis Rhizophora mucronata . Kondisi

perairan di daerah muara umumnya keruh sedang di

daerah yang umumnya bagian depan yang

didominasi jenis Rhizophora stylosa kondisi

perairannya jernih dan di dekatnya masih ditemukan

kehidupan terumbu karang. Sedang untuk zone

mangrove yang bagian depan didominasi Rhizophora

mucronata di sekitarnya jarang ditemukan

kehidupan terumbu karang.

Dari pencuplikan data transek dimana

ditemukan 7 jenis anak pohon, jenis Rhizophora

stylosa mendominasi dengan nilai penting 134,84 %,

sedangkan jenis Heritiera li t toralis merupakan

codominan dengan nilai penting 30,14 % (Tabel 1)

d. P. Bedua

Ketebalan mangrove di pulau ini berkisar

150-200 m, zonasi depan diduduki oleh Rhizophora

stylosa dengan ketinggian 3–5 m. Bagian belakang

yang berbatasan dengan darat dijumpai Sonneratia

alba, Excoecaria agallocha dan di pulau ini

seluruhnya ditemukan 12 jenis (Lampiran 5).

Page 97: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 66

Dari pencuplikan data transek ditemukan 5

jenis anak pohon yang didominasi jenis Rhizophora

stylosa dengan nilai penting 183,38 % dan

Sonneratia alba merupakan jenis codominan dengan

nilai penting 39,50 % (Tabel 1).

e. P. Selentang

Zone mangrove di bagian depan didominasi

jenis Rhizophora stylosa dengan ketinggian 4–6 m.

Bagian belakang ditemukan jenis Bruguiera

gymnorrhiza, Rhizophora apiculata, Sonnertia alba

dan Ceriops tagal (Lampiran 5).

Dari ketebalan mangrove yang mencapai 125

meter diketahui bahwa jenis Rhizophora stylosa

merupakan anak pohon yang dominan dengan nilai

penting 184,13 %, sedang Rhizophora apiculata

merupakan jenis codominan dengan nilai penting

42,22 % dan jenis lainnya mempunyai nilai penting

kurang dari 25 % (Tabel 1).

Secara keseluruhan di Kepulauan Tambelan di

dapatkan 25 jenis dimana Rhizophora stylosa dan

Rhizophora mucronata dijumpai di semua tempat

pencuplikan (Lampiran 5).

Dari pencuplikan data transek untuk jenis anak

pohon (diameter batang antara 2 dan 10 cm) di

dapatkan 10 jenis yang didominasi oleh jenis

Rhizophora stylosa dengan nilai penting 175,38 % dan

Rhizophora apiculata sebagai codominan dengan nilai

Page 98: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 67

penting 36,24 % (Tabel 2), untuk jenis lain mempunyai

nilai penting kurang dari 30%. Kepadatan anak pohon

mencapai 2020 batang per hektar dengan rerata

ketinggian 4,72 m dan basal area mencapai 4,24 m2 per

hektar (Tabel 4).

Untuk kategori pohon (diameter > 10 cm) di

Kepulauan Tambelan hanya ditemukan 3 jenis yang

didominasi Sonneratia alba dengan nilai penting

197,80 % (Tabel 3) dan Excoecaria agallocha

merupakan codominan dengan nilai penting 58,58 %.

Kepadatan pohon mencapai 50 batang per hektar

dengan rerata ketinggian 9,5 m dan basal area

mencapai 1,13 m2 per hektar.

2. P. Mapur

Hasil pencuplikan data baik koleksi bebas

maupun transek yang dilakukan di St. 9 (Gambar 4.b.)

tampak pada zone depan ditemukan campuran

Rhizophora mucronata dan Rhizophora stylosa dengan

ketinggian 6–7 m. Bagian belakang lebih banyak jenis

lain yang ditemukan antara lain Rhizophora apiculata,

Sonneratia alba, Bruguiera parviflora, Bruguiera

gymnorrhiza dan beberapa jenis lainnya sehingga

didapatkan 12 jenis (Lampiran 5).

Pada St. 10 (Gambar 4.b.), zone depan mangrove

didominasi jenis Rhizophora stylosa dan bagian

belakang ditemukan Sonneratia alba, Lumnitzera

li t torea dan Bruguiera cylindrica dan beberapa jenis

lainnya sehingga jenis yang didapatkan 9 jenis

Page 99: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 68

(Lampiran 5). Ketebalan mangrove di tempat ini hanya

sebatas 15–20 m.

Di St.11 (Gambar 4.b.) yang merupakan muara

sungai, di bagian depan didominasi jenis Rhizophora

mucronata sedangkan pada bagian belakangnya

didominasi oleh Rhizophora apiculata . Di tempat yang

jauh dari muara, zona depan tengah didominasi oleh

Rhizophora apiculata dengan ketinggian mencapai 10

m. Bagian belakang dari ketebalan mangrove sekitar 30

m ini ditemukan jenis Sonneratia alba, Lumnitzera

lit torea, Bruguiera gymnorrhiza , dan beberapa jenis

lainnya sehingga didapatkan 8 jenis mangrove

(Lampiran 5).

Hasil pencuplikan data transek menunjukkan

bahwa di P Mapur ini untuk anak pohon (diameter

batang antara 2 dan 10 cm) ditemukan 7 jenis yang

didominasi oleh Rhizophora mucronata dengan nilai

penting 104,03 % dan Rhizophora apiculata sebagai

codominan dengan nilai penting 70,45 % dan jenis

lainnya mempunyai nilai penting kurang dari 50 %

(Tabel 1 dan Tabel 2). Kepadatan anak pohon mencapai

3028 batang per hektar dengan rerata ketinggian

mencapai 6,53 m dan basal area mencapai 9,12 m2 per

hektar (Tabel 4).

Untuk pohon (diameter > 10 cm) dari hasil

transek didapatkan 4 jenis mangrove yang didominasi

oleh Rhizophora mucronata dengan nilai penting

110,78 % dan Sonneratia alba merupakan codominan

dengan nilai penting 86,84 %, jenis lainnya mempunyai

Page 100: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 69

nilai penting kurang dari 60 % (Tabel 3). Kepadatan

pohon mencapai 100 batang per hektar dengan rerata

ketinggian 12,37 m dan basal area mencapai 1,15 m2

per hektar (Tabel 4). Secara keseluruhan jenis yang

didapatkan mencapai 14 jenis.

Tabel 1. Daftar ni lai penting (%) kategori anak pohon di beberapa lokasi di Kepulauan Tambelan dan P. Mapur.

Kepulauan Tambelan No. Jenis

P. Tambelan P. Bedua P. Selentang P.

Mapur 1. Rhizophora stylosa 134,84 183,38 184,13 39,13 2. R. apiculata 23,12 37,62 42,22 70,45 3. Sonneratia alba - 39,50 24,55 39,43 4. Lumnitzera littorea 27,62 28,04 - 18,69 5. Bruguiera gymnorrhiza 34,96 - 24,55 12,92 6. Ceriops tagal - - 24,55 - 7. Heritiera littoralis 30,14 - - - 8. Excoecaria agallocha - 11,46 - - 9. Xylocarpus moluccensis 27,62 - - -

10. Rhizophora mucronata 21,70 - - 104,03 11. Bruguiera parviflora - - - 15,35

Tabel 2. Daftar ni lai penting (%) anak pohon mangrove di Kepulauan Tambelan dan P. Mapur.

Nilai Penting (%) No. Jenis anak pohon

Kep. Tambelan P. Mapur 1. Bruguiera gymnorrhiza 15,22 12,92 2. B. parviflora - 15,35 3. Ceriops tagal 8,62 - 4. Excoecaria agallocha 5,28 - 5. Heritiera littoralis 5,56 - 6. Lumnitzera littorea 17,91 18,69 7. Rhizophora apiculata 36,24 70,45 8. R. mucronata 3,75 104,03 9. R. stylosa 175,38 39,13

10. Sonneratia alba 26,84 39,43 11. Xylocarpus moluccensis 5,02 -

Page 101: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 70

Tabel 3. Daftar ni lai penting (%) pohon mangrove di Kepulauan Tambelan dan P. Mapur.

Nilai Penting (%) No. Jenis anak pohon

Kep. Tambelan P. Mapur 1. Rhizophora mucronata - 110,78 2. Excoecaria agallocha 58,58 - 3. Sonneratia alba 197,80 86,84 4. Rhizophora apiculata 43,62 53,58 5. Bruguiera parviflora - 48,80

Tabel 4. Gambaran mengenai struktur mangrove di Kepulauan Tambelan dan P. Mapur.

Lokasi Atribut vegetasi

Kep. Tambelan P. Mapur

Banyak jenis 25 14

Basal area (m2/Ha)

Pohon 1,13 1,15

Anak pohon 4,24 9,12

Kepadatan (batang/Ha)

• Pohon 50 100

• Anak pohon 2020 3028

Rerata tinggi (m)

• Pohon 9,5 12,37

• Anak pohon 4,72 6,53

Rerata diameter (cm)

• Pohon 12,00 12,09

• Anak pohon 5,17 6,19

Pohon

• Dominan Sonneratia alba (197,89 %) Rhizophora mucronata (110,78 %)

• Codominan Excoecaria agallocha (58,58 %) Sonneratia alba (86,84 %)

Anak pohon

• Dominan Rhizophora stylosa (175,38 %) Rhizophora mucronata (104,03 %)

• Codominan Rhizophora apiculata (36,42 %) Rhizophora apiculata (70,45 %)

Page 102: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 71

D. KARANG

1. Kepulauan Tambelan

Pantai berupa pasir, hutan mangrove ataupun

batuan. Pada beberapa lokasi, pantainya berbataskan

dataran tinggi berupa batuan cadas yang langsung terjal

ke arah laut. Pada saat penelitian dilakukan, perairan

tidak begitu jernih dimana sudut pandang di bawah air

hanya berkisar anatar 4-7 m. Rataan terumbu tidak

begitu lebar, hanya berkisar antara 40-100 m, dimana

dasar rataan berupa pasir, pasir lumpuran dan pecahan

karang mati. Alga dari marga Sargassum banyak

dijumpai pada daerah rataan terumbu. Lereng terumbu

tidak begitu curam dengan sudut kemiringan berkisar

antara 20o-50o. Karang masif dari jenis Porites dan

karang bercabang seperti Acropora dan Pocillopora

mudah dijumpai di perairan ini. Kima yang berukuran

agak besar juga banyak dijumpai. Pada kedalaman lebih

dari 15 m, karang sudah jarang dijumpai.

Dari hasil RRI, LIT dan pengamatan bebas yang

dilakukan di Kepulauan Tambelan berhasil dijumpai

181 jenis karang batu yang termasuk dalam 18 suku

(Lampiran 6).

Pengamatan terumbu karang dengan metode RRI

yang dilakukan di 36 stasiun di Kepulauan Tambelan

dijumpai persentase tutupan karang hidup antara

10,00%-90,00% dengan rerata persentase tutupan

karang hidup 47,39%.

Page 103: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 72

Rerata persentase tutupan dari seluruh stasiun

RRI di Kepulauan Tambelan untuk masing-masing

kategori biota dan substrat (yaitu Acropora , Non

Acropora , karang mati (dead scleractinia), karang mati

yang ditumbuhi alga (dead scleractinia with algae),

karang lunak (soft coral), sponge, fleshy seaweed,

biota lain (other biota), pecahan karang (rubble), pasir

(sand) dan lumpur (silt) ditampilkan seperti pada

Gambar 16.

Kepulauan Tambelan AcroporaNon AcroporaKarang mati dgn algaKarang matiKarang lunak SpongeFleshy SeaweedBiota lainPecahan karangPasir Lumpur Batuan

Gambar 16. Rerata persentase tutupan untuk masing-masing kategori biota dan substrat dengan metode RRI di Kepulauan Tambelan.

Page 104: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 73

Dari 36 stasiun RRI di Kepulauan Tambelan ini,

terdapat 2 stasiun dikategorikan “sangat baik” (tutupan

karang hidup 75%-100%), 16 stasiun dikategorikan

“baik” (tutupan karang hidup 50%-74%), 13 stasiun

dalam kondisi “cukup” (tutupan karang hidup 25%-

49%), dan 5 stasiun dalam kondisi “kurang” (tutupan

karang hidup <25 %) (Gambar 17).

Berdasarkan hasil yang diperoleh sebelumnya

tentang luasan terumbu karang di Kepulauan Tambelan

(Lampiran 2.a) yaitu seluas 31,2618km2, dan rerata

persentase tutupan karang hidup berdasarkan hasil RRI

sebesar 47,39%, maka diperoleh luasan untuk karang

hidupnya sebesar 14,8150 km2.

Pengamatan terumbu karang dengan metode LIT

di 12 stasiun transek permanen menunjukkan bahwa

terumbu karang yang masuk dalam kategori “baik”

(tutupan karang hidup 50%-74%) sebanyak 11 stasiun,

sedangkan 1 stasiun sisanya masuk dalam kategori

“cukup” (tutupan karang hidup 25%-49%). Persentase

tutupan untuk masing-masing kategori biota dan

substratnya di masing-masing stasiun transek permanen

yang dilakukan dengan metode LIT ditampilkan pada

Lampiran 8, Gambar 18 dan Gambar 19.

Page 105: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 74

Gambar 17. Kondisi terumbu karang berdasarkan persentase tutupan karang hidup di masing-masing stasiun di perairan Kepulauan Tambelan dengan metode RRI.

Page 106: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 75

Gambar 18. Persentase tutupan untuk masing-masing kategori biota dan substrat dengan metode LIT di masing-masing stasiun transek permanen di Kepulauan Tambelan.

Page 107: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 76

Kepulauan Tambelan

0%

25%

50%

75%

100%K

RIL

01

KR

IL02

KR

IL03

KR

IL04

KR

IL05

KR

IL06

KR

IL07

KR

IL08

KR

IL09

KR

IL10

KR

IL11

KR

IL12

Batuan (RK)

Lumpur (SI)

Pasir (S)

Pecahan karang (R)

Biota lain (OT)

Fleshy Seaweed (FS)

Sponge (SP)

Karang lunak (SC)

Karang mati dgn alga (DCA)

Karang mati (DC)

Non Acropora (NA)

Acropora (AC)

Gambar 19. Histogram persentase tutupan untuk masing-masing

kategori biota dan substrat dengan metode LIT di masing-masing stasiun transek permanen di Kepulauan Tambelan.

Dari hasil LIT yang dilakukan di 12 stasiun

transek permanen di Kepulauan Tambelan, terlihat

bahwa pada stasiun KRIL05 memiliki nilai indeks

keanekaragaman jenis Shannon yang tertinggi, dan

nilai indeks kemerataan Pielou yang tinggi juga

(walaupun masih sedikit lebih rendah dibandingkan

stasiun KRIL08) (Tabel 5). Ini menunjukkan bahwa

karang batu yang dijumpai di KRIL05 selain relatif

lebih beragam, juga penyebaran jenisnya merata. Hal

yang berbeda terjadi pada Stasiun KRIL06, dimana

pada stasiun ini diperoleh nilai indeks keanekaragaman

Page 108: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 77

jenis Shannon dan nilai indeks kemerataan Pielou yang

terendah. Hal ini disebabkan karena kurang

beragamnya jenis karang batu yang dijumpai dan jenis

Heliopora coerulea yang dijumpai di stasiun penelitian

ini.

Dengan memperhatikan Tabel 5, terutama pada

jumlah individu (N) dan persentase tutupan karang batu

(%LC), maka dapat dikatakan bahwa ukuran koloni

karang batu yang dijumpai di stasiun KRIL05 relatif

lebih kecil dibandingkan dengan karang batu yang

dijumpai di stasiun KRIL06 dan juga stasiun-stasiun

lainnya.

Tabel 5. Jumlah jenis (S), Jumlah individu (N), Indeks keanekaragaman jenis Shannon (H’) yang dihitung menggunakan ln (=log e) , Indeks kemerataan Pielou (J’) dan persentase tutupan (%LC) untuk karang batu di masing-masing stasiun transek permanen di Kepulauan Tambelan dengan metode LIT.

Stasiun S N H’ J’ %LC

KRIL01 24 95 2,61 0,82 69,83 KRIL02 24 93 2,49 0,78 74,80 KRIL03 31 86 2,97 0,86 61,43 KRIL04 16 83 2,33 0,84 60,80 KRIL05 31 70 3,16 0,92 27,53 KRIL06 8 68 1,59 0,77 72,63 KRIL07 22 62 2,42 0,78 73,20 KRIL08 24 87 2,98 0,94 55,20 KRIL09 27 92 2,98 0,90 65,43 KRIL10 19 65 2,32 0,79 67,10 KRIL11 38 85 3,18 0,88 57,10 KRIL12 28 70 2,93 0,88 52,17

Page 109: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 78

Nilai kemiripan Bray-Curtis (Bray-Curtis

Similarity) yang dihitung berdasarkan jumlah

kehadiran (number of occurrence) dari masing-masing

jenis karang batu di setiap stasiun transek permanen

ditampilkan pada Tabel 6. Selanjutnya dengan

menggunakan metode rerata kelompok (group average),

dilakukan analisa pengelompokan (cluster analysis)

dengan bantuan program PRIMER diperoleh

dendrogram seperti pada Gambar 20.

Dengan nilai kemiripan lebih dari 50 % (pada

Gambar 20 ditandai dengan garis merah untuk nilai

kemiripan 50%), terlihat bahwa stasiun KRIL03,

KRIL09 dan KRIL10 mengelompok dalam satu

kelompok, serta KRIL04 dan KRIL07 dalam kelompok

yang lain. Kelima stasiun tersebut mengelompok dalam

satu kelompok dengan nilai kemiripan 42,03 % (pada

Gambar 20 ditandai dengan garis biru untuk nilai

kemiripan 40%. Walaupun analisa MDS (Multi

Dimensial Scaling) dengan nilai Stress=0,12 kurang

begitu jelas menggambarkan pengelompokan antara

KRIL03, KRIL09 dan KRIL10 dalam satu kelompok

serta antara KRIL04 dan KRIL07 dalam kelompok yang

lainnya, tetapi pengelompokan antar kelima stasiun

tersebut terlihat jelas (Gambar 21).

Page 110: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 79

Tabel 6. Nilai kemiripan Bray-Curtis berdasarkan jumlah kehadiran masing-masing jenis karang batu pada stasiun transek permanen di Kepulauan Tambelan.

Stasiun KRIL01 KRIL02 KRIL03 KRIL04 KRIL05 KRIL06 KRIL07 KRIL08 KRIL09 KRIL10 KRIL11 KRIL12

KRIL01 - KRIL02 7,41 - KRIL03 20,00 30,49 - KRIL04 19,85 30,97 31,58 - KRIL05 17,05 16,99 19,85 16,39 - KRIL06 28,30 6,15 7,41 6,06 14,43 - KRIL07 13,70 41,18 44,59 54,68 26,28 14,04 - KRIL08 16,51 16,54 34,23 27,45 28,00 12,99 30,77 - KRIL09 16,54 31,85 51,85 41,27 22,58 11,88 42,55 40,38 - KRIL10 9,60 33,56 59,84 44,07 10,34 4,30 48,12 22,92 50,00 - KRIL11 16,77 30,17 31,85 29,73 19,18 3,25 39,26 20,63 26,67 18,31 - KRIL12 5,97 39,24 33,82 28,35 25,60 1,96 36,62 28,57 32,56 34,71 33,11 -

Page 111: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 80

Gambar 20. Dendrogram analisa pengelompokan stasiun transek

permanen di Kepulauan Tambelan berdasarkan jumlah kehadiran masing-masing jenis karang batu.

Gambar 21. MDS untuk stasiun transek permanen di

Kepulauan Tambelan berdasarkan berdasarkan jumlah kehadiran masing-masing jenis karang batu.

Page 112: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 81

2. P. Mapur

Penduduk umumnya tinggal di bagian barat

pulau. Pantai berupa pasir, hutan mangrove ataupun

batuan. Pada saat penelitian, perairannya relatif t idak

begitu jernih. Rataan terumbu agar lebar, terutama

pada daerah dekat pemukiman penduduk, dimana dasar

rataan berupa pasir dan pasir lumpuran. Lamun dari

marga Enhalus dan Thalassia , serta alga dari marga

Sargassum banyak dijumpai pada daerah rataan

terumbu. Rataan terumbu landai, dan semakin ke arah

lereng terumbu kemiringannya bertambah, dimana pada

daerah lereng terumbu sudut kemiringan berkisar

antara 20o-60o. Terutama pada daerah-daerah yang

perairannya keruh, seperti pada perairan yang dekat

dengan pemukiman penduduk, banyak dijumpai bulu

babi (Diadema setosum) dan juga karang jamur seperti

Fungia . Karang dari jenis Porites, Fungia dan Acropora

yang memiliki bentuk pertumbuhan bercabang dan

mendatar menyerupai meja (tabulate) banyak dijumpai

di perairan ini. Pada tempat yang akag dalam juga

dijumpai Montipora yang memiliki bentuk percabangan

foliose. Karang banyak tumbuh hanya sampai

kedalaman sekitar 10-15 m. Setelah itu hanya berupa

pasir, pecahan karang mati atau lumpur.

Dari hasil RRI, LIT dan pengamatan bebas yang

dilakukan di P. Mapur berhasil dijumpai 175 jenis

karang batu yang termasuk dalam 19 suku (Lampiran

6).

Page 113: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 82

Pengamatan terumbu karang dengan metode RRI

yang dilakukan di 27 stasiun di P. Mapur dijumpai

persentase tutupan karang hidup antara 0,00%-55,00%

dengan rerata persentase tutupan karang hidup 16,93%.

Ada 5 stasiun (KRIR39, KRIR43 ,KRIR44, KRIR46 dan

KRIR59) tidak dijumpai sama sekali karang hidup,

dimana pasir (S) ataupun karang mati yang telah

ditumbuhi alga (DCA) mendominasi daerah ini.

Rerata persentase tutupan dari seluruh stasiun

RRI di Kepulauan Tambelan untuk masing-masing

kategori biota dan substrat (yaitu Acropora , Non

Acropora , karang mati (dead scleractinia), karang mati

yang ditumbuhi alga (dead scleractinia with algae),

karang lunak (soft coral), sponge, fleshy seaweed,

biota lain (other biota), pecahan karang (rubble), pasir

(sand) dan lumpur (silt) ditampilkan seperti pada

Gambar 22.

P. Mapur AcroporaNon AcroporaKarang mati dgn algaKarang matiKarang lunak SpongeFleshy SeaweedBiota lainPecahan karangPasir Lumpur Batuan

Gambar 22. Rerata persentase tutupan untuk masing-

masing kategori biota dan substrat dengan metode RRI di P. Mapur.

Page 114: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 83

Berdasarkan dari persentase tutupan karang

hidupnya, dari 27 stasiun RRI tersebut, tak satu pun

stasiun dikategorikan “sangat baik” (tutupan karang

hidup 75%-100%), 1 stasiun dikategorikan “baik”

(tutupan karang hidup 50%-74%), 8 stasiun dalam

kondisi “cukup” (tutupan karang hidup 25%-49%), dan

18 stasiun dalam kondisi “kurang” (tutupan karang

hidup <25 %) (Gambar 23).

Berdasarkan hasil yang diperoleh sebelumnya

tentang luasan terumbu karang di P. Mapur (Lampiran

2.a) yaitu seluas 18,1126 km2, dan rerata persentase

tutupan karang hidup berdasarkan hasil RRI sebesar

16,93%, maka diperoleh luasan untuk karang hidupnya

sebesar 3,0665 km2.

Pengamatan terumbu karang dengan metode LIT

di 6 stasiun transek permanen menunjukkan bahwa

terumbu karang yang masuk dalam kategori “baik”

(tutupan karang hidup 50%-74%) sebanyak 3 stasiun,

sedangkan 3 stasiun sisanya masuk dalam kategori

“cukup” (tutupan karang hidup 25%-49%). Persentase

tutupan untuk masing-masing kategori biota dan

substratnya di masing-masing stasiun transek permanen

yang dilakukan dengan metode LIT ditampilkan pada

Lampiran 8, Gambar 24 dan Gambar 25.

Page 115: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 84

Gambar 23. Kondisi terumbu karang berdasarkan persentase tutupan karang hidup dengan metode

RRI di masing-masing stasiun di perairan P. Mapur.

Page 116: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 85

Gambar 24. Persentase tutupan untuk masing-masing kategori biota dan substrat dengan metode LIT di masing-masing stasiun transek permanen di P. Mapur.

Page 117: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 86

P. Mapur

0%

25%

50%

75%

100%

KR

IL13

KR

IL14

KR

IL15

KR

IL16

KR

IL17

KR

IL18

Batuan (RK)

Lumpur (SI)

Pasir (S)

Pecahan karang (R)

Biota lain (OT)

Fleshy Seaweed (FS)

Sponge (SP)

Karang lunak (SC)

Karang mati dgn alga (DCA)

Karang mati (DC)

Non Acropora (NA)

Acropora (AC)

Gambar 25. Histogram persentase tutupan untuk masing-masing kategori biota dan substrat dengan metode LIT di masing-masing stasiun transek permanen di P. Mapur.

Dari hasil LIT yang dilakukan di 6 stasiun

transek permanen di P. Mapur, terlihat bahwa pada

stasiun KRIL16 memiliki nilai indeks keanekaragaman

jenis Shannon dan kemerataan Pielou yang tertinggi,

(Tabel 7). Ini menunjukkan bahwa karang batu yang

dijumpai di KRIL16 selain lebih beragam, juga

penyebaran jenisnya lebih merata. Walaupun begitu,

dibandingkan dengan stasiun lainnya, ukuran koloni

karang batu yang dijumpai pada stasiun KRIL16

umumnya lebih kecil . Hal ini bisa diamati dari jumlah

individu (N) karang batu pada stasiun KRIL16 yang

lebih banyak tetapi dengan persentase tutupan (%LC)

yang lebih rendah.

Page 118: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 87

Tabel 7. Jumlah jenis (S), Jumlah individu (N), Indekskeanekaragaman jenis Shannon (H’) yangdihitung menggunakan ln (=log e) , Indekskemerataan Pielou (J’) dan persentase tutupan(%LC) untuk karang batu di masing-masingstasiun transek permanen di P. Mapur denganmetode LIT.

Stasiun S N H’ J’ %LC

KRIL13 25 51 2,87 0,89 36,40 KRIL14 35 67 3,33 0,94 53,30 KRIL15 22 51 2,85 0,92 42,17 KRIL16 39 64 3,44 0,94 36,20 KRIL17 23 56 2,74 0,87 55,53 KRIL18 34 88 3,12 0,89 64,83

Nilai kemiripan Bray-Curtis (Bray-Curtis

Similarity) yang dihitung berdasarkan jumlah

kehadiran (number of occurrence) dari masing-masing

jenis karang batu di setiap stasiun transek permanen

ditampilkan pada Tabel 8. Kemudian dengan

menggunakan metode rerata kelompok (group average),

dilakukan analisa pengelompokan (cluster analysis)

dengan bantuan program PRIMER diperoleh

dendrogram seperti pada Gambar 26. Dengan memilih

tingkat kemiripan 50 %, terlihat bahwa tak satupun

stasiun terlihat mengelompok dalam satu kelompok.

Analisa MDS (Multi Dimensial Scaling) dengan nilai

Stress=0,01 juga tidak memperlihatkan adanya

pengelompokan antar stasiun tersebut (Gambar 27). Ini

menunjukkan bahwa masing-masing stasiun saling

berbeda ditinjau dari jumlah kehadiran dari masing-

masing jenis karang batunya.

Page 119: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 88

Tabel 8. Nilai kemiripan Bray-Curtis berdasarkan jumlah kehadiran masing-masing jenis karang batu pada stasiun transek permanen di Mapur.

Stasiun KRIL13 KRIL14 KRIL15 KRIL16 KRIL17 KRIL18

KRIL13 - KRIL14 25,42 - KRIL15 7,84 38,98 - KRIL16 17,39 25,95 33,04 - KRIL17 42,99 29,27 16,82 20,00 KRIL18 23,02 27,10 21,58 21,05 30,56 -

Gambar 26. Dendrogram analisa pengelompokan stasiun transek permanen di Mapur berdasarkan jumlah kehadiran masing-masing jenis karang batu.

Page 120: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 89

KRIL13KRIL14KRIL15

KRIL16

KRIL17

KRIL18Stress: 0.01

Gambar 27. MDS untuk stasiun transek permanen di Mapur berdasarkan berdasarkan jumlah kehadiran masing-masing jenis karang batu.

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari kedua lokasi

penelitian (Kepulauan Tambelan dan P. Mapur), berhasil

dijumpai 243 jenis karang batu yang termasuk dalam 20

suku. Persentase tutupan karang batu dari hasil RRI di

Kepulauan Tambelan (n=36 stasiun) dan P. Mapur (n=27

stasiun), diperoleh rerata karang batu untuk Kabupaten

Kepulauan Riau (berdasarkan data dari 2 lokasi tersebut)

sebesar 34,34%.

Jika dilakukan analisa pengelompokan (cluster

analysis) menggunakan metode rerata kelompok (group

average) berdasarkan nilai kemiripan Bray-Curtis terhadap

jumlah individu karang batu yang dijumpai di seluruh

Page 121: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 90

stasiun transek permanen dengan bantuan program

PRIMER maka diperoleh dendrogram seperti pada Gambar

28. Sedangkan analisa MDS (Multi Dimensial Scaling)

dengan nilai Stress=0,15 ditampilkan pada Gambar 29.

Dari kedua gambar tersebut, walaupun kurang begitu jelas

terlihat, pada umumnya stasiun-stasiun yang diamati

mengelompok berdasarkan lokasinya, terutama pada

beberapa stasiun yang berada di Kepulauan Tambelan.

Gambar 28. Dendrogram analisa pengelompokan stasiun transek permanen di Kepulauan Taambelan dan P. Mapur berdasarkan jumlah kehadiran masing-masing jenis karang batu.

Page 122: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 91

Gambar 29. MDS untuk stasiun transek permanen di Kepulauan Tambelan dan P. Mapur berdasarkan berdasarkan jumlah kehadiran masing-masing jenis karang batu.

E. MEGA BENTHOS

Seperti yang diuraikan dalam metode penarikan

sampel dan analisa data, metode Reef check (yang

dimodifikasi) yang dilakukan pada lokasi transek

permanen dalam penelitian ini mencatat hanya beberapa

dari jenis mega benthos yang bernilai ekonomis penting

ataupun yang bisa dijadikan indikator dalam menilai

kondisi kesehatan terumbu karang.

1. Kepulauan Tambelan

Dari hasil Reef check di Kepulauan Tambelan

diperoleh bahwa kelimpahan Acanthaster planci , yang

Page 123: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 92

merupakan hewan pemakan polip karang ditemukan

dalam jumlah banyak, yaitu hanya 631 individu/ha.

Karang jamur (CMR=Coral Mushrom) dijumpai

dalam jumlah yang sangat berlimpah yaitu 9119

individu/ha. Tingginya kelimpahan CMR terutama

dijumpai pada Stasiun KRIL03, KRIL05 dan KRIL09.

Bulu babi (Diadema setosum) dijumpai dalam

jumlah banyak yaitu 3756 individu/ha, dimana

kelimpahannya di stasiun KRIL03 sangat tinggi.

Sedangkan Kima (Giant clam) dijumpai dalam jumlah

yang sedikit , dimana untuk yang berukuran besar

(panjang >20 cm) kelimpahannya sebesar 89

individu/ha, dan yang berukuran kecil (panjang < 20

cm) sebesar 101 individu/ha. Pencil sea urchin

dijumpai dalam jumlah yang agak banyak dimana

kelimpahannya sebesar 393 individu/ha. Selama

pengamatan dilakukan, dijumpai sedikit tripang

(holothurian) baik yang berukuran besar (diameter >20)

maupun yang berukuran kecil (diameter <20), dengan

kelimpahan berturut-turut 42 individu/ha dan 83

individu/ha.

Hasil reef check selengkapnya di masing-masing

stasiun transek permanen bisa dilihat pada Gambar 30

dan Lampiran 9. Beberapa jenis mungkin tidak

dijumpai pada saat pengamatan berlangsung karena

luas pengamatan yang dibatasi (luasan bidang

pengamatan = 140 m2/transek), sehingga tidak menutup

kemungkinan akan dijumpai pada lokasi di luar

transek.

Page 124: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 93

Gambar 30. Hasil reef check untuk mega benthos yang memiliki ni lai ekonomis penting dan sebagai indikator kesehatan karang pada masing-masing stasiun transek permanen di Kepulauan Tambelan.

Page 125: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 94

Hasil analisa cluster dan MDS berdasarkan

kelimpahan mega benthos yang diamati dengan

menggunakan program PRIMER dimana pengukurannya

memakai nilai kemiripan Bray-Curtis (Bray-Curtis

Similarity) (Tabel 9) dengan metode rerata kelompok

(group average) diperoleh hasil seperti pada Gambar 31

dan Gambar 32.

Dari kedua gambar tersebut terlihat bahwa dengan

nilai kemiripan 50 %, terdapat 4 kelompok berdasarkan

kelimpahan mega bentosnya, yaitu Kelompok I yang

terdiri dari stasiun KRIL02, KRIL03, KRIL05 dan

KRIL09; Kelompok II terdiri dari KRIL04, KRIL07,

KRIL10 dan KRIL12; Kelompok III terdiri atas KRIL01

dan KRIL06; serta Kelompok IV terdiri atas KRIL08 dan

KRIL11.

Page 126: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 95

Tabel 9. Nilai kemiripan Bray-Curtis berdasarkan kelimpahan mega benthos pada stasiun transek permanen di Kepulauan Tambelan.

STASIUN KRIL01 KRIL02 KRIL03 KRIL04 KRIL05 KRIL06 KRIL07 KRIL08 KRIL09 KRIL10 KRIL11 KRIL12

KRIL01 - KRIL02 45,00 - KRIL03 13,26 36,44 - KRIL04 44,62 48,96 23,36 - KRIL05 19,72 53,82 61,43 22,46 - KRIL06 71,94 42,59 14,25 47,35 25,39 - KRIL07 53,15 45,69 17,07 48,78 14,57 48,19 - KRIL08 40,00 18,69 5,18 20,51 12,50 49,56 51,28 - KRIL09 23,71 61,90 62,96 34,21 90,70 26,69 29,33 14,61 - KRIL10 43,48 37,89 15,43 56,39 12,31 40,22 69,15 47,41 29,08 - KRIL11 9,64 4,83 2,14 8,81 5,60 24,53 29,09 59,65 9,74 34,38 - KRIL12 56,12 51,88 25,13 54,12 21,74 56,62 76,23 37,65 36,03 58,92 29,45 -

Page 127: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 96

Gambar 31. Dendrogram analisa pengelompokan stasiun

transek permanen di Kepulauan Tambelan berdasarkan kelimpahan mega benthos.

Gambar 32. MDS untuk stasiun transek permanen di Kepulauan

Tambelan berdasarkan berdasarkan kelimpahan mega benthos.

Page 128: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 97

2. P. Mapur

Dari hasil Reef check di Kepulauan Tambelan

tak dijumpai satu pun Acanthaster planci , yang

merupakan hewan pemakan polip karang. Karang jamur

(CMR=Coral Mushrom) dijumpai dalam jumlah yang

sangat berlimpah yaitu 7702 individu/ha. Tingginya

kelimpahan CMR terutama dijumpai pada Stasiun

KRIL13 dan KRIL14. Bulu babi (Diadema setosum)

dijumpai dalam jumlah sangat banyak yaitu 9500

individu/ha, walaupun pada stasiun KRIL18, selama

pengamatan berlangsung di t idak dijumpai Bulu babi.

Sedangkan Kima (Giant clam) dijumpai dalam jumlah

yang tak banyak, dimana untuk yang berukuran besar

(panjang >20 cm) kelimpahannya sebesar 274

individu/ha, dan yang berukuran kecil (panjang < 20

cm) sebesar 12 individu/ha. Pencil sea urchin dijumpai

dalam jumlah yang agak banyak dimana kelimpahannya

sebesar 1036 individu/ha. Selama pengamatan

dilakukan, tak dijumpai tripang (holothurian) baik yang

berukuran besar (diameter >20) maupun yang

berukuran kecil (diameter <20).

Hasil reef check selengkapnya di masing-masing

stasiun transek permanen bisa dilihat pada Gambar 33

dan Lampiran 9. Beberapa jenis mungkin tidak

dijumpai pada saat pengamatan berlangsung karena

luas pengamatan yang dibatasi (luasan bidang

pengamatan = 140 m2/transek), sehingga tidak menutup

kemungkinan akan dijumpai pada lokasi di luar

transek.

Page 129: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 98

Gambar 33. Hasil reef check untuk mega benthos yang memiliki ni lai ekonomis penting dan sebagai indikator kesehatan karang pada masing-masing stasiun transek permanen di P. Mapur.

Page 130: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 99

Hasil analisa cluster dan MDS berdasarkan

kelimpahan mega benthos yang diamati dengan

menggunakan program PRIMER dimana pengukurannya

memakai nilai kemiripan Bray-Curtis (Bray-Curtis

Similarity) (Tabel 10) dengan metode rerata kelompok

(group average) diperoleh hasil seperti pada Gambar 34

dan Gambar 35.

Tabel 10. Nilai kemiripan Bray-Curtis berdasarkan kelimpahan mega benthos pada stasiun transek permanen di P. Mapur.

STASIUN KRIL13 KRIL14 KRIL15 KRIL16 KRIL17 KRIL18

KRIL13 - KRIL14 90,83 - KRIL15 52,77 48,68 - KRIL16 23,78 21,69 55,32 - KRIL17 79,73 83,72 55,00 26,45 - KRIL18 10,00 9,49 27,72 59,41 13,73 -

Dari Gambar tersebut terlihat bahwa dengan nilai

kemiripan lebih dari 50 %, terdapat dua kelompok

berdasarkan jumlah kelimpahan mega benthosnya yaitu

kelompok I yang terdiri dari stasiun KRIL13, KRIL14,

KRIL15 dan KRIL17, serta kelompok II yang terdiri dari

KRIL16 dan KRIL18.

Page 131: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 100

Gambar 34. Dendrogram analisa pengelompokan stasiun

transek permanen di P. Mapur berdasarkan kelimpahan mega benthos.

Gambar 35. MDS untuk stasiun transek permanen di P. Mapur

berdasarkan kelimpahan mega benthos.

Page 132: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 101

Analisa pengelompokan (cluster analysis)

menggunakan metode rerata kelompok (group average)

berdasarkan nilai kemiripan Bray-Curtis terhadap

kelimpahan mega benthos di seluruh stasiun transek

permanen di Kepulauan Tambelan dan P. Mapur

memperoleh dendrogram seperti pada Gambar 36.

Sedangkan analisa MDS (Multi Dimensial Scaling)

ditampilkan pada Gambar 37. Dari kedua gambar tersebut,

terlihat kurang begitu jelas pengelompokan yang terjadi

berdasarkan lokasinya (Kepulauan Tambelan dan P.

Mapur), sehingga dapat dikatakan bahwa komposisi mega

benthos yang diamati pada kedua lokasi tersebut tidak

jauh berbeda. Hal ini bisa disebabkan letak geografis

keduanya yang berada pada garis l intang yang berdekatan

(Gambar 1) ataupun karena kualitas perairan di kedua

lokasi tersebut tidak begitu berbeda.

Gambar 36. Dendrogram analisa pengelompokan stasiun transek

permanen di Kepulauan Tambelan dan P. Mapur berdasarkan kelimpahan mega benthos.

Page 133: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 102

Gambar 37. MDS untuk stasiun transek permanen di Kepulauan Tambelan dan P. Mapur berdasarkan kelimpahan mega benthos.

F. IKAN KARANG

1. Kepulauan Tambelan

Dari 36 stasiun yang dilakukan pengamatan ikan

karang dengan metode RRI di Kepulauan Tambelan,

ikan karang jenis Pomacentrus moluccensis merupakan

jenis yang paling sering dijumpai selama pengamatan

RRI. Jenis ini berhasil dijumpai di 30 stasiun dari 36

stasiun RRI (Frekuensi relatif kehadiran berdasarkan

jumlah stasiun RRI yang diamati= 83,33 %). Kemudian

diikuti oleh Lutjanus decussatus yang memiliki nilai

Page 134: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 103

frekuensi relatif kehadiran 72,22% , serta

Amblyglyphidodon curacao memiliki nilai frekuensi

relatif kehadiran yang sama yaitu 63,89 %. Lutjanus

decussatus merupakan ikan target, yang biasa

dikonsumsi. Chaetodon octofasciatus yang merupakan

ikan indikator untuk kesehatan terumbu karang

menempati urutan ke 4 dengan frekuensi relatif

kehadiran 58,33%. Terdapat 7 jenis ikan karang yang

memiliki frekuensi relatif kehadiran lebih dari 50%

(Tabel 11).

Tabel 11 . Jenis ikan karang yang memiliki ni lai frekuensirelat if kehadiran lebih dari 50% berdasarkanjumlah stasiun RRI yang diamati dan dijumpaiikan karang (n=36 stasiun) di KepulauanTambelan.

No. Jenis Frekuensi relatif kehadiran (%)

1. Pomacentrus moluccensis 83.33 2. Lutjanus decussatus 72.22 3. Amblyglyphidodon curacao 63.89 4. Chaetodon octofasciatus 58.33 5. Paraglyphidodon nigroris 58.33 6. Abudefduf sexfasciatus 55.56 7. Thalassoma lunare 52.78

Perbandingan antara ikan major, ikan target dan

ikan indikator di masing-masing stasiun RRI

ditampilkan pada Gambar 38.

Page 135: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 104

Gambar 38. Peta perbandingan antara ikan major, ikan target dan ikan indikator

di masing-masing stasiun RRI di Kepulauan Tambelan.

Page 136: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 105

Underwater Fish Visual Census (UVC) yang

dilakukan di 12 Stasiun transek permanen menjumpai

sebanyak 155 jenis ikan karang yang termasuk dalam

21 suku, dengan nilai kelimpahan ikan karang sebesar

29200 individu per hektarnya (Lampiran 10). Jenis

Neopomacentrus sp . merupakan jenis ikan karang yang

memiliki kelimpahan yang tertinggi dibandingkan

dengan jenis ikan karang lainnya, yaitu sebesar 3502

individu/ha-nya, kemudian diikuti oleh Caesio teres

(3167 individu/ha) dan Chromis viridis (3150

individu/ha). Sepuluh besar jenis ikan karang yang

memiliki kelimpahan yang tertinggi ditampilkan dalam

Tabel 12.

Tabel 12. Sepuluh besar jenis ikan karang yang memiliki kel impahan yang tert inggi di Kepulauan Tambelan.

No. Jenis Kelimpahan (jml individu/ha)

1. Neopomacentrus sp. 3502 2. Caesio teres 3167 3. Chromis viridis 3150 4. Chromis ternatensis 2805 5. Pomacentrus lepidogenys 1738 6. Pomacentrus moluccensis 1581 7. Archamia sp. 1214 8. Amblyglyphidodon curacao 1086 9. Pomacentrus alexanderae 1024

10. Cirrhilabrus cyanopleura 714

Kelimpahan beberapa jenis ikan ekonomis

penting yang diperoleh dari UVC di lokasi transek

Page 137: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 106

permanen seperti ikan kakap (termasuk kedalam suku

Lutjanidae) yaitu 274 individu/ha, ikan kerapu

(termasuk dalam suku Serranidae) 112 individu/ha,

ikan ekor kuning (termasuk dalam suku Caesionidae)

yaitu 4371 individu/ha.

Ikan kepe-kepe (Butterfly fish; suku

Chaetodontidae) yang merupakan ikan indikator untuk

menilai kesehatan terumbu karang memiliki kelimpahan

412 individu/ha. Sedangkan ikan Napoleon (Cheilinus

undulatus) masih dijumpai dengan kelimpahan 7

individu/ha. t idak dijumpai. Kelimpahan ikan karang

untuk masing-masing suku ditampilkan dalam Tabel 13.

Jumlah individu untuk setiap jenis ikan karang

yang dijumpai di masing-masing stasiun transek

permanen dengan menggunakan metode UVC bisa

dilihat pada Lampiran 10. Hasil UVC juga

menunjukkan bahwa kelimpahan kelompok ikan major,

ikan target, dan ikan indikator berturut-turut adalah

22910 individu/ha, 5879 individu/ha dan 412

individu/ha, sehingga perbandingan antara ikan major,

ikan target dan ikan indikator adalah 56:14:1. Ini

berarti bahwa untuk setiap 71 individu ikan yang

dijumpai di perairan Kepulauan Tambelan,

kemungkinan komposisinya terdiri dari 56 individu

ikan major, 14 individu ikan target dan 1 individu ikan

indikator. Peta perbandingan antara ikan major, ikan

target dan ikan indikator di masing-masing stasiun

transek permanen ditampilkan pada Gambar 39.

Page 138: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 107

Tabel 13. Kelimpahan ikan karang untuk masing-masing suku yang dijumpai pada lokasi t ransek permanen di Kepulauan Tambelan.

NO. SUKU KELIMPAHAN

(jml individu/ha)

1. POMACENTRIDAE 18619 2. CAESIONIDAE 4371 3. LABRIDAE 2593 4. APOGONIDAE 1626 5. SCARIDAE 619 6. CHAETODONTIDAE 412 7. LUTJANIDAE 274 8. POMACANTHIDAE 188 9. SIGANIDAE 157

10. SCOLOPSIDAE 145 11. SERRANIDAE 112 12. PSEUDOCHROMIDAE 29 13. EPHIPPIDAE 12 14. NEMIPTERIDAE 12 15. ACANTHURIDAE 10 16. BLENNIIDAE 5 17. KYPHOSIDAE 5 18. MONODACTYLIDAE 5 19. CARANGIDAE 2 20. HAEMULIDAE 2 21. MURAENIDAE 2

Page 139: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 108

Gambar 39. Peta perbandingan antara ikan major, ikan target dan ikan

indikator pada masing-masing stasiun transek permanen di Kepulauan Tambelan.

Page 140: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 109

Berdasarkan hasil perhitungan nilai indeks

keanekaragaman jenis Shannon dan nilai kemerataan

jenis Pielou (Tabel 14), terlihat bahwa untuk kedua

nilai indeks tersebut, pada stasiun KRIL11 memiliki

nilai yang tertinggi (H’=3,42 dan J’=0,84). Ini bisa

diartikan bahwa selain keragaman jenis ikan karangnya

tinggi, juga jumlah individunya terdistribusi lebih

merata pada setiap jenis ikan karang dibandingkan

dengan di stasiun lainnya. Sebaliknya pada stasiun

KRIL07, walaupun dijumpai lebih banyak jenis ikan

karang (72 jenis), tetapi karena ada jenis yang terlihat

lebih mendominasi sehingga nilai indeks

keanekaragaman jenis Shannon dan nilai kemerataan

jenis Pielou rendah. Jenis yang terlihat dominan yaitu

Neopomacentrus sp. dan Caesio teres .

Sebelum dilakukan analisa pengelompokan

(cluster analysis) dan MDS (Multi Dimensial Scaling),

terlebih dahulu dihitung nilai kemiripan antar stasiun

menggunakan nilai kemiripan Bray-Curtis berdasarkan

data jumlah individu ikan karang yang dijumpai di

masing-masing stasiun transek permanen. Hasilnya

ditampilkan pada Tabel 15.

Dari hasil analisa pengelompokan berdasarkan

rerata kelompok (group average) (Gambar 40), terlihat

bahwa stasiun-stasiun yang mengelompok dalam satu

kelompok yaitu antara stasiun KRIL01 dan KRIL06,

antara stasiun KRIL03 dan KRIL09, serta antara

stasiun KRIL02, KRIL05 dan KRIL12 dengan nilai

kemiripan lebih dari 50 % (pada Gambar 40 dibatasi

Page 141: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 110

dengan garis warna biru). Sedangkan stasiun-stasiun

lainnya masing-masing terpisah sendiri . Dengan

memilih nilai kemiripan diatas 40% (pada Gambar 40

dibatasi dengan garis warna merah), terdapat 4

kelompok yaitu Kelompok I terdiri atas KRIL02,

KRIL05, KRIL 11 dan KRIL12; Kelompok II terdiri

atas KRIL01, KRIL03, KRIL04, KRIL06, KRIL09 dan

KRIL10. Sedangkan KRIL07 dan KRIl08 masing-

masing sebagai kelompok tersendiri yaitu Kelompok III

dan Kelompok IV. Hasil analisa MDS (Gambar 41)

juga memperlihatkan dengan jelas hasil pengelompokan

yang terjadi antar stasiun penelitian di Kepulauan

Tambelan berdasarkan jumlah individu ikan karang

yang dijumpai dalam setiap transeknya.

Tabel 14. Jumlah jenis (S), Jumlah individu (N), Indekskeanekaragaman jenis Shannon (H’) yangdihitung menggunakan ln (=log e) dan Indekskemerataan Pielou (J’) untuk ikan karang dimasing-masing stasiun transek permanen diKepulauan Tambelan dengan metode LIT.

Stasiun S N H’ J’ KRIL01 40 1141 2,37 0,64 KRIL02 71 862 3,17 0,74 KRIL03 33 622 2,46 0,70 KRIL04 33 434 2,89 0,83 KRIL05 59 1076 2,94 0,72 KRIL06 37 1109 2,15 0,60 KRIL07 72 3416 2,10 0,49 KRIL08 56 1028 2,33 0,58 KRIL09 35 589 2,71 0,76 KRIL10 42 626 2,35 0,63 KRIL11 58 379 3,42 0,84 KRIL12 76 982 3,15 0,73

Page 142: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 111

Tabel 15. Nilai indeks kemiripan Bray-Curtis pada stasiun transek permanen di Kepulauan Tambelan untuk data kelimpahan ikan karang.

STASIUN KRIL01 KRIL02 KRIL03 KRIL04 KRIL05 KRIL06 KRIL07 KRIL08 KRIL09 KRIL10 KRIL11 KRIL12

KRIL01 - KRIL02 23,86 - KRIL03 56,04 35,98 - KRIL04 44,06 27,78 46,59 - KRIL05 23,55 52,01 27,92 25,96 - KRIL06 59,29 21,11 52,92 40,83 20,50 - KRIL07 11,85 29,36 13,67 10,86 20,12 12,82 - KRIL08 16,04 41,80 26,18 26,40 36,12 20,40 20,57 - KRIL09 42,43 39,15 68,87 49,66 31,35 47,82 15,13 28,70 - KRIL10 43,24 32,80 48,08 43,96 25,73 53,26 11,08 22,61 51,69 - KRIL11 24,74 41,74 31,77 43,54 36,56 22,18 14,02 32,41 38,84 41,19 - KRIL12 24,12 57,59 31,67 32,20 52,09 23,53 27,79 41,09 37,30 30,47 42,62 -

Page 143: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 112

Gambar 40. Dendrogram analisa pengelompokan stasiun

trasnek permanen di Kepulauan Tambelan berdasarkan jumlah individu ikan karang.

Gambar 41. MDS untuk stasiun transek permanen di

Kepulauan Tambelan berdasarkan jumlah individu ikan karang.

Page 144: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 113

2. P. Mapur

Dari 27 stasiun yang dilakukan pengamatan ikan

karang dengan metode RRI, terdapat 7 stasiun tidak

dijumpai ikan karang sama sekali yaitu di stasiun

KRIR38, KRIR39, KRIR43, KRIR44, KRIR46, KRIR59

dan KRIR60.

Dari 20 stasiun yang dijumpai ikan karang

tersebut, ikan karang jenis Pomacentrus bankanensis

merupakan jenis yang paling sering dijumpai selama

pengamatan RRI. Jenis ini berhasil dijumpai di 13

stasiun dari 20 stasiun RRI (Frekuensi relatif kehadiran

berdasarkan jumlah stasiun RRI yang diamati= 65,00

%). Kemudian diikuti oleh Choerodon anchorago , yang

merupakan salah satu ikan target memiliki nilai

frekuensi relatif kehadiran 55,00%. Jenis Halichoeres

melanurus menempati urutan ke 3 dengan frekuensi

relatif kehadiran 50,00%. Untuk ikan jenis lainnya

memiliki frekuensi relatif kehadiran kurang dari 50%.

Sepuluh besar ikan karang yang memiliki nilai

frekuensi relatif kehadiran berdasarkan jumlah stasiun

RRI yang diamati dan dijumpai ikan karang (n=20

stasiun) di P. Mapur ditampilkan pada Tabel 16.

Page 145: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 114

Tabel 16 . Sepuluh besar ikan karang yang memiliki ni laifrekuensi relat if kehadiran berdasarkan jumlahstasiun RRI yang diamati dan dijumpai ikankarang (n=20 stasiun) di P. Mapur.

No. Jenis Frekuensi relatif kehadiran (%)

1. Pomacentrus bankanensis 65,00 2. Choerodon anchorago 55,00 3. Halichoeres melanurus 50,00 4. Abudefduf sexfasciatus 45,00 5. Abudefduf septemfasciatus 40,00 6. Amblyglyphidodon curacao 40,00 7. Thalassoma lunare 40,00 8. Paraglyphidodon melas 35,00 9. Pomacentrus moluccensis 35,00

10. Scarus ghobban 35,00

Perbandingan antara ikan major, ikan target dan

ikan indikator di masing-masing stasiun RRI

ditampilkan pada Gambar 42.

Underwater Fish Visual Census (UVC) yang

dilakukan di 6 stasiun transek permanen menjumpai

sebanyak 103 jenis ikan karang yang termasuk dalam

17 suku, dengan nilai kelimpahan ikan karang sebesar

15229 individu per hektarnya (Lampiran 10). Jenis

Apogon quenquelineatus merupakan jenis ikan karang

yang memiliki kelimpahan yang tertinggi dibandingkan

dengan jenis ikan karang lainnya, yaitu sebesar 1562

individu/ha-nya, kemudian diikuti oleh Pomacentrus

alexanderae (1467 individu/ha) dan Pomacentrus

moluccensis (1267 individu/ha). Sepuluh besar jenis

ikan karang yang memiliki kelimpahan yang tertinggi

ditampilkan dalam Tabel 17.

Page 146: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 115

Gambar 42. Peta perbandingan antara ikan major, ikan target dan ikan indikator di masing-masing stasiun RRI di P. Mapur, Kabupaten Kepulauan Riau.

Page 147: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 116

Tabel 17. Sepuluh besar jenis ikan karang yang memiliki kel impahan yang tert inggi di P. Mapur.

No. Jenis Kelimpahan

(jml individu/ha)

1. Apogon quenquelineatus 1562 2. Pomacentrus alexanderae 1467 3. Pomacentrus moluccensis 1267 4. Apogon aureus 1143 5. Chromis viridis 881 6. Amblyglyphidodon curacao 843 7. Pomacentrus bankanensis 776 8. Chromis alpha 762 9. Caesio teres 619

10. Paraglyphidodon nigroris 452

Kelimpahan beberapa jenis ikan ekonomis

penting yang diperoleh dari UVC di lokasi transek

permanen seperti ikan kakap (termasuk kedalam suku

Lutjanidae) yaitu 95 individu/ha, ikan kerapu

(termasuk dalam suku Serranidae) 81 individu/ha, ikan

ekor kuning (termasuk dalam suku Caesionidae) yaitu

786 individu/ha.

Ikan kepe-kepe (Butterfly fish; suku

Chaetodontidae) yang merupakan ikan indikator untuk

menilai kesehatan terumbu karang memiliki kelimpahan

543 individu/ha. Sedangkan ikan Napoleon (Cheilinus

undulatus) t idak dijumpai selama pengamatan

berlangsung. Kelimpahan ikan karang untuk masing-

masing suku ditampilkan dalam Tabel 18.

Page 148: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 117

Tabel 18. Kelimpahan ikan karang untuk masing-masing suku yang dijumpai pada lokasi t ransek permanen di P. Mapur.

NO. SUKU KELIMPAHAN

(jml individu/ha)

1. POMACENTRIDAE 8495

2. APOGONIDAE 2986

3. LABRIDAE 1400

4. CAESIONIDAE 786

5. CHAETODONTIDAE 543

6. HAEMULIDAE 290

7. SCOLOPSIDAE 176

8. SCARIDAE 148

9. LUTJANIDAE 95

10. POMACANTHIDAE 86

11. SERRANIDAE 81

12. SIGANIDAE 57

13. HOLOCENTRIDAE 38

14. CENTRISCIDAE 19

15. NEMIPTERIDAE 19

16. MURAENIDAE 5

17. SAURIDAE 5

Jumlah individu untuk setiap jenis ikan karang

yang dijumpai di masing-masing stasiun transek

permanen dengan menggunakan metode UVC bisa

dilihat pada Lampiran 10. Hasil UVC juga

menunjukkan bahwa kelimpahan kelompok ikan major,

Page 149: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 118

ikan target, dan ikan indikator berturut-turut adalah

12957 individu/ha, 1729 individu/ha dan 543

individu/ha, sehingga perbandingan antara ikan major,

ikan target dan ikan indikator adalah 24:3:1. Ini berarti

bahwa untuk setiap 28 individu ikan yang dijumpai di

perairan P. Mapur, kemungkinan komposisinya terdiri

dari 24 individu ikan major, 3 individu ikan target dan

1 individu ikan indikator. Peta perbandingan antara

ikan major, ikan target dan ikan indikator di masing-

masing stasiun transek permanen ditampilkan pada

Gambar 43.

Berdasarkan hasil perhitungan nilai indeks

keanekaragaman jenis Shannon dan nilai kemerataan

jenis Pielou (Tabel 19), terlihat bahwa nilai indeks

keanekaragaman jenis Shannon pada stasiun KRIL18

memiliki nilai yang tertinggi (H’=3,06), tetapi nilai

nilai kemerataan jenis Pielounya (J’=0,74) lebih rendah

dibandingkan dengan stasiun KRIL17 (J’=0,82) yang

memiliki nilai indeks keanekaragaman jenis Shannon

yang rendah (H’=2,49). Ini bisa diartikan bahwa

walaupun pada stasiun KRIL17 ikan karangnya kurang

beragam, tapi kemerataan jumlah individu untuk

masing-masing jenis ikan karangnya lebih seragam

dibandingkan stasiun KRIL18 yang lebih banyak

dijumpai jenis ikan karangnya.

Page 150: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP Jakarta 119

Gambar 43. Peta perbandingan antara ikan major, ikan target dan ikan

indikator pada masing-masing stasiun transek permanen di P. Mapur, Kabupaten Kepulauan Riau.

Page 151: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP 120

Tabel 19. Jumlah jenis (S), Jumlah individu (N), Indekskeanekaragaman jenis Shannon (H’) yangdihitung menggunakan ln (=log e) dan Indekskemerataan Pielou (J’) untuk ikan karang dimasing-masing stasiun transek permanen diMapur dengan metode LIT.

Stasiun S N H’ J’ KRIL13 32 479 2.66 0.77 KRIL14 37 445 2.83 0.78 KRIL15 27 203 2.56 0.78 KRIL16 42 936 2.40 0.64 KRIL17 21 332 2.49 0.82 KRIL18 61 803 3.06 0.74

Sebelum dilakukan analisa pengelompokan

(cluster analysis) dan MDS (Multi Dimensial Scaling),

terlebih dahulu dihitung nilai kemiripan antar stasiun

menggunakan nilai kemiripan Bray-Curtis berdasarkan

data jumlah individu ikan karang yang dijumpai di

masing-masing stasiun transek permanen. Hasilnya

ditampilkan pada Tabel 20.

Tabel 12. Nilai indeks kemiripan Bray-Curtis pada stasiun transek permanen di P. Mapur untuk data kelimpahan ikan karang.

STASIUN KRIL13 KRIL14 KRIL15 KRIL16 KRIL17 KRIL18

KRIL13 - KRIL14 47.62 - KRIL15 18.48 18.83 - KRIL16 26.86 24.19 16.86 - KRIL17 60.67 42.21 17.20 27.60 - KRIL18 35.88 34.78 24.25 30.59 34.01 -

Page 152: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP 121

Dari hasil analisa pengelompokan berdasarkan

rerata kelompok (group average) (Gambar 44), terlihat

bahwa hanya stasiun KRIL13 dan KRIL17 yang

mengelompok dalam satu kelompok dengan nilai

kemiripan lebih dari 50 % (pada Gambar 44 dibatasi

dengan garis warna biru). Sedangkan stasiun-stasiun

lainnya masing-masing terpisah sendiri . Dengan

memilih nilai kemiripan diatas 40%, stasiun KRIL14

mengelompok dengan stasiun KRIL13 dan KRIL17

(pada Gambar 44 dibatasi dengan garis warna merah).

Hasil analisa MDS (Gambar 45) juga memperlihatkan

dengan jelas hasil pengelompokan yang terjadi antar

stasiun penelitian di P. Mapur berdasarkan jumlah

individu ikan karang yang dijumpai dalam setiap

transeknya.

Gambar 44. Dendrogram analisa pengelompokan stasiun

transek permanen di P. Mapur berdasarkan jumlah individu ikan karang.

Page 153: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP 122

Gambar 45. MDS untuk stasiun transek permanen di P. Mapur

berdasarkan jumlah individu ikan karang.

Secara keseluruhan, berdasarkan hasil yang

diperoleh baik dari Kepulauan Tambelan maupun P.

Mapur, dari hasil Underwater Fish Visual Census (UVC)

yang dilakukan di 18 Stasiun transek permanen menjumpai

sebanyak 182 jenis ikan karang yang termasuk dalam 24

suku, dengan nilai kelimpahan ikan karang sebesar 24543

individu per hektarnya. Jenis Chromis viridis merupakan

jenis ikan karang yang memiliki kelimpahan yang

tertinggi dibandingkan dengan jenis ikan karang lainnya,

yaitu sebesar 2394 individu/ha-nya.

Kelimpahan kelompok ikan major, ikan target, dan

ikan indikator berturut-turut adalah 19592 individu/ha,

4495 individu/ha dan 456 individu/ha, sehingga

perbandingan antara ikan major, ikan target dan ikan

indikator adalah 43:10:1. Ini berarti bahwa untuk setiap

54 individu ikan yang dijumpai di perairan Kepulauan

Page 154: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP 123

Riau (Kepulauan Tambelan dan P. Mapur), kemungkinan

komposisinya terdiri dari 43 individu ikan major, 10

individu ikan target dan 1 individu ikan indikator.

Dengan bantuan program PRIMER, analisa

pengelompokan (cluster analysis) menggunakan metode

rerata kelompok (group average) berdasarkan nilai

kemiripan Bray-Curtis terhadap jumlah individu ikan

karang yang dijumpai di seluruh stasiun transek permanen

baik di Kepulauan Tambelan maupun P. Mapur

memperoleh dendrogram seperti pada Gambar 46.

Sedangkan analisa MDS (Multi Dimensial Scaling) dengan

nilai Stress=0,11 ditampilkan pada Gambar 47. Dari kedua

gambar tersebut, walaupun kurang begitu jelas terlihat,

pada umumnya stasiun-stasiun yang diamati mengelompok

berdasarkan lokasinya.

Gambar 46. Dendrogram analisa pengelompokan stasiun transek permanen di Kepulauan Tambelan dan P. Mapur berdasarkan jumlah individu ikan karang.

Page 155: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP 124

Gambar 47. MDS untuk stasiun transek permanen di Kepulauan

Tambelan dan P. Mapur berdasarkan berdasarkan jumlah individu ikan karang.

Page 156: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP 125

BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Dari hasil dan pembahasan yang telah diuraikan

maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

Karakteritik massa air di perairan Kepulauan Tambelan

dan P. Mapur sangat dipengaruhi oleh pemanasan

matahari disamping oleh pengaruh massa air dari

daratan. Massa air dengan salinitas yang tinggi tidak

ditemukan diperairan ini.

Pola arus yang berkembang di perairan Kepulauan

Tambelan dan P. Mapur tergantung pada pola umum

dan sistem arus yang berkembang di Laut Natuna dan

Laut Cina Selatan kemudian dibelokkan oleh masing-

masing pulau sesuai dengan kondisi topografi dan

lokasi perairannya.

Ditinjau dari kadar zat hara, kondisi perairan di

Kepulauan Tambelan dan P. Mapur masih

dikategorikan baik untuk kepentingan wisata bahari

dan biota laut.

Tingginya kadar fosfat pada bagian permukaan perairan

dibandingkan bagian dasarnya diduga kuat karena

adanya sumbangan dari daratan.

Kadar Silikat yang lebih tinggi di bagian dasar perairan

membuktikan bahwa kadar silikat dari semua daerah

Page 157: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP 126

yang ditelit i sumber utamanya berasal dari sedimentasi

di bagian dasar perairan.

Secara keseluruhan di Kepulauan Tambelan di dapatkan

25 jenis mangrove yang didominasi oleh Rhizophora

stylosa (untuk kategori anak pohon) dan Sonneratia

alba (untuk kategori pohon). Sedangkan di P. Mapur

didapatkan 14 jenis mangrove yang didominasi oleh

Rhizophora mucronata , baik untuk kategori anak pohon

maupun pohon.

Dari hasil RRI, LIT dan pengamatan bebas berhasil

dijumpai 243 jenis yang termasuk dalam 20 suku

karang batu di Kabupaten Kepulauan Riau yang

meliputi Kepulauan Tambelan (181 jenis; 18 suku)) dan

P. Mapur (175 jenis; 19 suku).

Ditinjau dari persentase tutupan karang hidupnya,

secara umum terumbu karang di perairan Kepulauan

Riau dapat dikategorikan “cukup” dimana persentase

tutupan karang hidupnya hanya sebesar 47,39% saja.

Sedangkan di P. Mapur dikategorikan “kurang” dimana

persentase tutupan karang hidupnya sebesar 16,93%.

Walaupun kadar zat hara di perairan sekitar Kepulauan

Tambelan dan P. Mapur masih dibawah nilai ambang

batas maksimum yang dianjurkan KLH untuk biota

laut, tapi tanda-tanda adanya pencemaran di perairan

ini bisa terlihat dari t ingginya kelimpahan beberapa

mega benthos yang umum dijumpai pada daerah yang

tercemar perairannya.

Page 158: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP 127

Underwater Fish Visual Census (UVC) yang dilakukan

di 12 Stasiun transek permanen di Kepulauan Tambelan

menjumpai sebanyak 155 jenis ikan karang yang

termasuk dalam 21 suku, sedangkan yang dilakukan di

6 stasiun transek permanen menjumpai sebanyak 103

jenis ikan karang yang termasuk dalam 17 suku.

Sehingga dari total 18 stasiun transek permanen yang

dilakukan di kedua lokasi tersebut dijumpai sebanyak

182 jenis ikan karang yang termasuk dalam 24 suku.

Kelimpahan ikan karang yang memiliki nilai ekonomis

penting relatif rendah di perairan ini.

B. SARAN

Dari pengalaman dan hasil yang diperoleh selama

melakukan penelitian di lapangan maka dapat diberikan

beberapa saran sebagai berikut:

Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini mungkin

tidak seluruhnya benar untuk menggambarkan kondisi

perairan di Kabupaten Kepulauan Riau secara

keseluruhan mengingat penelitian kali ini difokuskan

hanya pada beberapa kawasan yang berada di

Kabupaten Kepulauan Riau yaitu di Kepulauan

Tambelan dan P. Mapur.

Secara umum, kualitas perairan di lokasi penelitian ini

dapat dikatakan relatif masih baik untuk kehidupan

karang serta biota laut lainnya. Keadaan seperti ini

Page 159: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP 128

perlu dipertahankan bahkan jika mungkin, lebih

ditingkatkan lagi daya dukungnya, untuk kehidupan

terumbu karang dan biota lainnya. Pencemaran

lingkungan dan kerusakan lingkungan harus dicegah

sedini mungkin, sehingga kelestarian sumberdaya yang

ada tetap terjaga dan lestari .

Dengan meningkatnya kegiatan di darat di Kabupaten

Kepulauan Riau, pasti akan membawa pengaruh

terhadap ekosistem di perairan ini, baik secara

langsung maupun tidak langsung. Untuk itu, penelitian

kembali di daerah ini sangatlah penting dilakukan

untuk mengetahui perubahan yang terjadi sehingga

hasilnya bisa dijadikan bahan pertimbangan bagi para

stakeholder dalam mengelola ekosistem terumbu karang

secara lestari . Selain itu, data hasil pemantauan

tersebut juga bisa dipakai sebagai bahan evaluasi

keberhasilan COREMAP.

Page 160: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP 129

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous, 2004. Keputusan Menteri Negara Lingkungan

Hidup No : 51 tahun 2004 Tentang Baku mutu Air

Laut

Cox, G.W. 1967. Laboratory manual of General Ecology.

M.W.C. Brown Company, Minneapolis, Minnesota.

English, S.; C. Wilkinson and V. Baker, 1997. Survey Manual

for Tropical Marine Resources. Second edition .

Australian Institute of Marine Science. Townsville:

390 p.

Heemstra, P.C and Randall, J.E., 1993. FAO Species

Catalogue . Vol. 16. Grouper of the World (Family

Serranidae, Sub Family Epinephelidae).

Kuiter, R. H., 1992. Tropical Reef-Fishes of the Western

Pacific, Indonesia and Adjacent Waters . PT

Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Indonesia.

Lieske E. & R. Myers, 1994. Reef Fishes of the World .

Periplus Edition, Singapore. 400p.

Long, B.G. ; G. Andrew; Y.G. Wang and Suharsono, 2004.

Sampling accuracy of reef resource inventory

technique. Coral Reefs : 1-17.

Page 161: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP 130

Matsuda, A.K.; Amoka, C.; Uyeno, T. and Yoshiro, T., 1984.

The Fishes of the Japanese Archipelago . Tokai

University Press.

Nybakken, J. W 1988. Biologi Laut, Suatu Pendekatan

Ekologi. Alih bahasa oleh M. Eidman, Koesoebiono,

D. G. Bengen, M. Hutomo dan S. Sukarjo. Gramedia

Jakarta : 459 hal.

Pielou, E.C. 1966. The measurement of diversity in different

types of biological collections. J. Theoret. Biol. 13 :

131-144.

Randall, J.E and Heemstra, P.C. 1991. Indo-Pacific Fishes .

Revision of Indo-Pacific Grouper (Perciformes:

Serranidae: Epinepheliae), With Description of Five

New Species.

Raymont, J.E.G. 1963. Plankton and Productivity in the

Oceans . Pergamon Press. Oxford : 660 pp.

Shannon, C.E. 1948. A mathematical theory of

communication. Bell System Tech. J. 27: 379-423,

623-656.

Tijssen, S.B., M. Mulder and F.J. Wetsteyn 1990. Production

and consumption rates of oxygen, and vertical

oxygen structure in the upper 300 m in the eastern

Banda Sea during and after the upwelling season,

August 1984 and February/March 1985. Proc.

Snellius-II Symp., Neth. J. Sea Res. 25 : 485-499.

Page 162: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP 131

U.S. Navy Hydrographic Office 1958 . Instruction manual for

oceanography observation. H. O. Publ. 607,

Washington, D.C.

Warwick, R.M. and K.R. Clarke, 2001. Change in marine

communities: an approach to stasistical analysis and

interpretation, 2n d edition. PRIMER-E:Plymouth.

Zar, J. H., 1996. Biostatistical Analysis. Second edition .

Prentice-Hall Int. Inc. New Jersey: 662 p.

Page 163: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP 132

LAMPIRAN

Lampiran 1.a. Posisi s tasiun peneli t ian untuk temperatur, sal ini tas dan densitas air laut serta l intasan untuk pengukuran parameter kecepatan dan arah arus air laut di perairan Kepulauan Tambelan dan P. Mapur.

Posisi Lokasi Stasiun

Longitude (BT) Latitude (LU) 0 107o 34,577’ 0o 57,898’ 1 107o 35,557’ 0o 59,112’ 2 107o 36,299’ 1o 00,136’ 3 107o 35,323’ 1o 01,022’ 4 107o 34,177’ 1o 01,282’ 5 107o 32,861’ 1o 01,586’ 6 107o 31,755’ 1o 01,228’ 7 107o 31,906’ 1o 00,872’ 8 107o 31,717’ 0o 59,854’ 9 107o 32,151’ 0o 58,796’

10 107o 32,440’ 0o 58,371’ 11 107o 32,815’ 0o 58,396’ 12 107o 33,441’ 0o 58,722’ 13 107o 33,583’ 0o 58,754’ 14 107o 32,971’ 0o 57,608’ 15 107o 34,782’ 0o 58,602’ 16 107o 31,112’ 0o 56,888’ 17 107o 30,063’ 0o 57,112’ 18 107o 29,713’ 0o 56,240’ 19 107o 30,111’ 0o 55,458’ 20 107o 30,552’ 0o 56,358’ 21 107o 29,656’ 0o 58,050’ 22 107o 28,837’ 0o 58,091’ 23 107o 27,648’ 0o 58,611’ 24 107o 26,472’ 0o 58,384’ 25 107o 25,795’ 0o 58,707’

Kepulauan Tambelan

26 107o 25,222’ 0o 57,969’ bersambung

Page 164: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP 133

Sambungan Lampiran 1.b. Posisi

Lokasi Stasiun Longitude (BT) Latitude (LU)

27 107o 25,702’ 0o 57,112’ 28 107o 26,574’ 0o 55,718’ 29 107o 27,650’ 0o 55,297’ 30 107o 28,702’ 0o 56,108’ 31 107o 31,258’ 1o 02,980’ 34 107o 29,379’ 1o 02,714’ 35 107o 30,545’ 1o 02,233’

Kepulauan Tambelan

36 107o 30,958’ 1o 01,612’ 3 104o 49,354’ 1o 01,144’ 9 104o 46,785’ 1o 00,793’

10 104o 46,931’ 1o 00,101’ 11 104o 47,735’ 1o 00,005’ 13 104o 47,792’ 0o 59,615’ 16 104o 46,925’ 0o 59,867’ 17 104o 47,493’ 0o 59,319’ 18 104o 47,638’ 0o 58,937’ 19 104o 47,962’ 0o 58,457’ 21 104o 48,339’ 0o 58,015’ 22 104o 48,727’ 0o 57,596’ 23 104o 49,299’ 0o 57,110’ 24 104o 50,041’ 0o 57,104’ 25 104o 50,561’ 0o 57,608’ 27 104o 51,495’ 0o 58,834’ 28 104o 51,441’ 0o 59,304’ 29 104o 50,89’ 0o 59,698’ 30 104o 51,137’ 1o 00,504’ 31 104o 50,723’ 1o 01,175’ 32 104o 50,254’ 1o 01,245’ 33 104o 49,700’ 1o 01,203’ 34 104o 50,969’ 0o 57,615’ 35 104o 51,331’ 0o 57,439’ 37 104o 55,046’ 0o 56,056’ 38 104o 55,513’ 0o 55,594’

P. Mapur

39 104o 55,690’ 0o 56,016’

Page 165: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP 134

Lampiran 1.b. Posisi s tasiun peneli t ian untuk parameter derajat keasaman (pH), oksigen terlarut (O2), kadar fosfat (PO4), ni trat (NO3), ni tr i t (NO2), dan si l ikat (SiO3) di perairan Kepulauan Tambelan dan P. Mapur.

Posisi Lokasi Stasiun

Longitude (BT) Latitude (LU)1 107o 35,56’ 0o 59,12’ 2 107o 36,30’ 1o 00,14’ 3 107o 35,32’ 1o 01,02’ 4 107o 34,18’ 1o 01,28’ 5 107o 32,86’ 1o 01,59’ 6 107o 31,76’ 1o 01,23’ 7 107o 31,91’ 1o 00,87’ 8 107o 31,72’ 0o 59,85’ 9 107o 32,15’ 0o 58,80’

10 107o 32,44’ 0o 58,37’ 11 107o 32,82’ 0o 58,40’ 12 107o 33,44’ 0o 58,72’ 13 107o 33,58’ 0o 58,75’ 14 107o 32,97’ 0o 58,61’ 15 107o 34,78’ 0o 58,60’ 16 107o 31,11’ 0o 56,89’ 17 107o 30,06’ 0o 57,11’ 18 107o 29,71’ 0o 56,24’ 19 107o 30,11’ 0o 55,46’ 20 107o 30,55’ 0o 56,36’ 21 107o 29,66’ 0o 58,05’ 22 107o 28,84’ 0o 58,09’ 23 107o 27,65’ 0o 58,61’ 24 107o 26,47’ 0o 58,38’ 25 107o 25,80’ 0o 58,71’

Kepulauan Tambelan

26 107o 25,22’ 0o 57,97’ bersambung

Page 166: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP 135

Sambungan Lampiran 1.b. Posisi

Lokasi Stasiun Longitude (BT) Latitude (LU)

28 107o 26,57’ 0o 55,78’ 29 107o 27,65’ 0o 55,30’ 30 107o 28,70’ 0o 56,11’ 31 107o 31,26’ 0o 62,98’ 34 107o 29,38’ 0o 62,71’ 35 107o 30,54’ 0o 62,23’

Kepulauan Tambelan

36 107o 30,96’ 0o 61,61’ 6 104o 49,35’ 0o 61,14’ 8 104o 46,79’ 0o 60,79’

10 104o 46,93’ 0o 60,10’ 11 104o 47,73’ 0o 60,00’ 13 104o 47,79’ 0o 59,01’ 16 104o 46,92’ 0o 59,87’ 17 104o 47,49’ 0o 59,32’ 18 104o 47,64’ 0o 58,94’ 19 104o 47,96’ 0o 58,46’ 21 104o 48,34’ 0o 58,02’ 22 104o 48,73’ 0o 57,60’ 23 104o 49,30’ 0o 57,11’ 24 104o 50,04’ 0o 57,09’ 25 104o 50,56’ 0o 57,61’ 27 104o 51,49’ 0o 58,83’ 28 104o 51,44’ 0o 59,30’ 29 104o 50,89’ 0o 59,70’ 30 104o 51,14’ 0o 60,50’ 31 104o 50,72’ 0o 61,17’ 32 104o 50,25’ 0o 61,25’ 33 104o 49,70’ 0o 61,20’ 34 104o 50,97’ 0o 57,62’ 35 104o 51,33’ 0o 57,94’ 37 104o 55,05’ 0o 56,06’ 38 104o 55,51’ 0o 55,59’

P. Mapur

39 104o 55,69’ 0o 56,02’

Page 167: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP 136

Lampiran 1.c. Posisi s tasiun peneli t ian mangrove di Kepulauan Tambelan dan P. Mapur.

Posisi Lokasi Stasiun

Longitude (BT) Latitude (LU)P. Betunda Selatan 1 107o 31,39’ 0o 59,30’

P. Kera 2 107o 32,09’ 0o 59,15’

3 107o 32,08’ 0o 59,51’

4 107o 32,18’ 0o 59,17’ P. Tambelan 5 107o 32,48’ 0o 58,53’

P. Bedua Selatan 6 107o 30,10’ 0o 56,12’

P. Selentang 7 107o 28,37’ 0o 57,04’

Teluk Lancang 8 107o 34,32’ 1o 00,18’

9 104o 50,20’ 0o 57,43’

10 104o 49,33’ 0o 58,19’ P. Mapur 11 104o 48,04’ 0o 59,10’

Page 168: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP 137

Lampiran 1.d. Posisi s tasiun peneli t ian untuk terumbu karang dan ikan karang dengan metode RRI di perairan Kepulauan Tambelan dan P. Mapur.

Posisi Lokasi Stasiun

Longitude (BT) Latitude (LU) KRIR1 107o 35,59’ 0o 59,13’ KRIR2 107o 35,63’ 1o 00,14’ KRIR3 107o 35,03’ 1o 00,71’ KRIR4 107o 34,26’ 1o 01,25’ KRIR5 107o 32,79’ 1o 01,37’ KRIR6 107o 31,38’ 1o 01,49’ KRIR7 107o 31,94’ 1o 01,02’ KRIR8 107o 31,67’ 1o 00,01’ KRIR9 107o 31,65’ 0o 59,39’

KRIR10 107o 32,48’ 0o 59,03’ KRIR11 107o 32,62’ 0o 58,22’ KRIR12 107o 33,44’ 0o 59,00’ KRIR13 107o 33,69’ 0o 58,89’ KRIR14 107o 32,94’ 0o 57,52’ KRIR15 107o 34,81’ 0o 58,59’ KRIR16 107o 31,20’ 0o 56,90’ KRIR17 107o 30,21’ 0o 57,21’ KRIR18 107o 29,69’ 0o 56,45’ KRIR19 107o 30,10’ 0o 55,45’ KRIR20 107o 30,45’ 0o 56,27’ KRIR21 107o 29,66’ 0o 58,08’ KRIR22 107o 28,83’ 0o 58,05’ KRIR23 107o 27,68’ 0o 58,58’ KRIR24 107o 26,45’ 0o 58,39’ KRIR25 107o 25,76’ 0o 58,71’ KRIR26 107o 24,86’ 0o 58,77’ KRIR27 107o 24,94’ 0o 58,11’ KRIR28 107o 25,74’ 0o 57,09’

Kepulauan Tambelan

KRIR29 107o 26,47’ 0o 55,81’ bersambung

Page 169: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP 138

Sambungan Lampiran 1.b. Posisi

Lokasi Stasiun Longitude (BT) Latitude (LU)

KRIR30 107o 27,53’ 0o 55,22’ KRIR31 107o 28,68’ 0o 56,19’ KRIR32 107o 29,97’ 1o 03,02’ KRIR33 107o 29,29’ 1o 03,36’ KRIR34 107o 29,38’ 1o 02,71’ KRIR35 107o 30,47’ 1o 02,19’

Kepulauan Tambelan

KRIR36 107o 30,89’ 1o 01,51’ KRIR37 104o 49,30’ 1o 01,44’ KRIR38 104o 49,14’ 1o 01,48’ KRIR39 104o 48,66’ 1o 01,53’ KRIR40 104o 46,94’ 1o 01,36’ KRIR41 104o 46,90’ 1o 00,77’ KRIR42 104o 46,85’ 1o 00,28’ KRIR43 104o 47,73’ 1o 00,05’ KRIR44 104o 48,23’ 1o 00,01’ KRIR45 104o 47,82’ 0o 59,70’ KRIR46 104o 47,51’ 0o 59,90’ KRIR47 104o 46,98’ 0o 59,80’ KRIR48 104o 46,92’ 0o 59,35’ KRIR49 104o 47,45’ 0o 59,31’ KRIR50 104o 47,66’ 0o 58,99’ KRIR51 104o 47,93’ 0o 58,53’ KRIR52 104o 48,32’ 0o 58,05’ KRIR53 104o 48,80’ 0o 57,55’ KRIR54 104o 49,36’ 0o 57,14’ KRIR55 104o 50,06’ 0o 57,12’ KRIR56 104o 50,57’ 0o 57,55’ KRIR57 104o 50,87’ 0o 58,20’ KRIR58 104o 51,17’ 0o 58,45’ KRIR59 104o 50,20’ 1o 00,89’ KRIR60 104o 49,84’ 1o 00,91’ KRIR61 104o 50,98’ 0o 57,64’ KRIR62 104o 55,13’ 0o 56,04’

P. Mapur

KRIR63 104o 55,50’ 0o 55,60’

Page 170: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP 139

Lampiran 1.d. Posisi s tasiun peneli t ian untuk karang, mega benthos dan ikan karang pada stasiun transek permanen di perairan Kepulauan Tambelan dan P. Mapur.

Posisi Lokasi Stasiun

Longitude (BT) Latitude (LU)

KRIL01 107o 34,24 1o 01,25

KRIL02 107o 31,67 0o 59,97

KRIL03 107o 32,92 0o 57,51

KRIL04 107o 34,93 0o 58,43

KRIL05 107o 30,23 0o 57,22

KRIL06 107o 30,09 0o 55,43

KRIL07 107o 28,85 0o 58,09

KRIL08 107o 26,45 0o 58,39

KRIL09 107o 25,73 0o 57,10

KRIL10 107o 27,53 0o 55,22

KRIL11 107o 29,30 1o 03,35

Kepulauan Tambelan

KRIL12 107o 30,50 1o 02,21

KRIL13 104o 46,94 1o 01,32

KRIL14 104o 47,66 0o 58,99

KRIL15 104o 49,34 0o 57,15

KRIL16 104o 51,06 0o 58,39

KRIL17 104o 49,87 1o 00,94

P. Mapur

KRIL18 104o 55,40 0o 55,66

Page 171: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP 140

Lampiran 2.a. Luas mangrove dan terumbu karang di lokasi peneli t ian di Kepulauan Tambelan* ) dan P. Mapur* )

Luas (km2) Jenis Tutupan

Kepulauan Tambelan **) P. Mapur ***)

Mangrove 3,5448 1,3605 Terumbu karang 31,2618 18,1126

Fringing reef 25,5860 15,1943 Patch reef - 2,0320 Shoal 5,6758 0,3605

Keterangan : *) daerah cakupan tergambar pada peta Lampiran 2b. **) tingkat ketelitian 89%. ***) tingkat ketelitian 94%.

Page 172: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP 141

Lampiran 2.b. Peta daerah cakupan untuk perhitungan luas mangrove dan terumbu karang di lokasi peneli t ian di Kepulauan Tambelan dan P. Mapur.

( i) . Kepulauan Tambelan

(ii). P. Mapur

Page 173: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP 142

Lampiran 3.a. Hasil pengukuran temperatur, sal ini tas, dan densitas massa air laut permukaan di perairan Kepulauan Tambelan serta P. Mapur dan sekitarnya, Kabupaten Kepulauan Riau.

Kep. Tambelan P. Mapur dan sekitarnya Temperatur Salinitas Densitas Temperatur Salinitas DensitasStatistik

(°C) (PSU) (kg/m3) (°C) (PSU) (kg/m3) Jumlah data 35 35 35 26 26 26 Minimum 29,16 32,04 1019,77 28,93 31,82 1019,56 Maximum 30,26 33,41 1020,63 29,78 32,27 1019,85

Kisaran 1,10 1,37 0,86 0,85 0,44 0,28 Rerata 29,60 33,06 1020,41 29,50 32,08 1019,71

Lampiran 3.b. Hasil pengukuran temperatur, sal ini tas, dan densitas massa air laut untuk seluruh kolom air , mulai dari permukaan hingga dekat dasar, di perairan Kepulauan Tambelan serta P. Mapur dan sekitarnya, Kabupaten Kepulauan Riau.

Kep. Tambelan P. Mapur dan sekitarnya Temperatur Salinitas Densitas Temperatur Salinitas DensitasStatistik

(°C) (PSU) (kg/m3) (°C) (PSU) (kg/m3) Jumlah data 705 705 705 483 483 483 Minimum 28,92 32,00 1019,77 28,92 31,66 1019,42 Maximum 30,67 33,41 1020,70 29,78 32,32 1019,90 Kisaran 1,75 1,41 0,94 0,86 0,66 0,49 Rerata 29,58 33,16 1020,52 29,51 32,12 1019,76

Page 174: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP 143

Lampiran 4.a. Hasil dan analisa zat hara di perairan Kepulauan Tambelan dan sekitarnya.

P a r a m e t e r O2 PO4 NO3 NO2 SiO3

No. Stn.

Kedalaman (m) pH

(ml/l) (ugA/l) (ugA/l) (ugA/l) (ugA/l)1 P 8,37 4,41 4,96 0,84 0,12 5,33

P 8,21 3,85 5,00 0,94 0,22 4,38 2

D 8,40 3,82 1,11 0,86 0,14 4,48 P 8,34 3,80 5,71 0,81 0,10 3,62

3 D 8,45 3,73 0,35 0,85 0,12 4,19 P 8,28 3,76 7,39 0,90 0,27 3,90

4 D 8,40 3,73 0,53 0,98 0,29 4,10

5 P 8,33 3,74 7,97 0,90 0,22 4,00 P 8,30 4,36 2,66 0,94 0,22 4,38

6 D 8,44 3,89 0,35 0,90 0,22 4,86

7 P 8,31 3,74 5,31 0,88 0,16 4,95 P 8,30 3,8 4,16 0,94 0,22 3,71

8 D 8,38 3,75 0,49 0,79 0,22 4,48

9 P 8,38 3,60 5,40 0,96 0,24 5,24 10 P 8,38 3,74 4,25 0,96 0,24 4,95

P 8,24 3,63 5,62 0,92 0,20 4,10 11

D 8,33 3,60 0,49 0,94 0,20 4,19 P 8,17 3,41 5,31 0,84 0,20 4,57

12 D 8,30 3,31 1,42 0,92 0,12 5,33 P 8,19 3,53 4,20 0,85 0,14 4,10

13 D 8,34 3,10 1,06 0,92 0,20 4,86 P 8,26 3,91 5,49 0,92 0,20 3,14

14 D 8,33 3,75 1,52 0,94 0,22 4,76

15 P 8,32 3,70 5,04 0,86 0,14 3,90 16 P 8,38 3,68 4,20 0,77 0,06 4,75 17 P 8,36 4,06 5,49 0,75 0,04 8,38 18 P 8,45 4,08 2,70 0,77 0,06 4,57 19 P 8,38 3,79 5,44 0,81 0,08 5,43

bersambung

Page 175: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP 144

Sambungan Lampiran 4.a.

P a r a m e t e r O2 PO4 NO3 NO2 SiO3

No. Stn.

Kedalaman (m) pH

(ml/l) (ugA/l) (ugA/l) (ugA/l) (ugA/l)P 8,41 3,86 4,82 0,81 0,10 3,24

20 D 8,50 3,76 0,8 0,79 0,08 5,62

21 P 8,50 4,11 3,81 0,75 0,04 4,48 P 8,18 3,83 0,35 0,86 0,06 5,05

22 D 8,29 3,79 1,01 0,77 0,04 6,19 P 8,22 3,86 1,15 0,88 0,04 4,48

23 D 8,33 3,79 0,49 0,88 0,16 4,57 P 8,09 3,36 2,47 0,84 0,06 4,29

24 D 8,27 2,98 0,57 0,73 0,08 4,76 P 8,23 3,74 0,18 0,77 0,06 4,67

25 D 8,33 3,72 0,22 0,79 0,06 5,43

26 P 8,21 3,47 2,71 0,77 0,06 3,72 27 P 8,24 3,86 2,38 0,79 0,08 7,62 28 P 8,12 3,85 4,72 0,75 0,04 4,19

P 8,07 3,52 1,63 0,81 0,10 4,29 29

D 8,21 3,37 0,57 0,75 0,04 5,81 30 P 8,38 3,72 9,69 0,77 0,06 4,86

P 8,36 3,69 1,42 0,79 0,08 3,24 31

D 8,46 3,60 0,40 0,81 0,10 3,90 P 8,24 3,82 0,97 0,81 0,06 4,95

34 D 8,34 3,75 0,66 0,77 0,06 6,19 P 8,38 3,76 4,47 0,77 0,06 4,48

35 D 8,44 3,58 0,93 0,79 0,08 6,38

36 P 8,31 3,71 2,61 0,79 0,08 3,52

Keterangan : P = permukaan D = dasar

Page 176: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP 145

Lampiran 4.b. Hasil dan analisa zat hara di perairan P. Mapur dan sekitarnya.

P a r a m e t e r O2 PO4 NO3 NO2 SiO3

No. Stn.

Kedalaman (m) pH

(ml/l) (ugA/l) (ugA/l) (ugA/l) (ugA/l)P 8,26 3,67 6,22 0,67 0,06 5,88

6 D 8,34 3,45 0,93 0,71 0,10 6,07 P 8,31 3,88 2,29 0,71 0,08 3,70

8 D 8,39 3,83 0,05 0,75 0,10 5,21 P 8,25 3,49 6,00 0,82 0,06 4,65

10 D 8,33 3,28 0,07 0,73 0,06 5,60 P 8,19 3,52 4,99 0,67 0,06 5,69

11 D 8,29 3,32 0,84 0,69 0,08 7,12

13 P 8,2 3,47 4,19 0,69 0,08 6,07 16 P 8,23 3,57 3,66 0,63 0,06 1,33 17 P 8,24 3,57 3,57 0,88 0,06 5,60

P 8,22 3,62 4,54 0,75 0,14 5,22 18

D 8,33 3,60 0,79 0,71 0,10 7,02 19 P 8,21 3,13 3,66 0,69 0,08 5,79 21 P 8,21 3,45 3,79 0,73 0,08 7,12

P 8,17 3,3 2,56 0,67 0,06 6,45 22

D 8,29 2,96 0,84 0,67 0,06 9,11 P 8,23 3,73 3,18 0,71 0,10 6,36

23 D 8,32 3,68 0,66 0,69 0,08 6,64 P 8,11 3,57 3,26 0,69 0,08 4,17

24 D 8,31 3,09 0,79 0,67 0,06 5,69

25 P 8,26 3,62 5,21 0,69 0,08 9,77 27 P 8,28 3,66 3,18 0,73 0,08 3,80

P 8,29 3,87 2,43 0,67 0,06 4,55 28

D 8,40 3,80 0,35 0,82 0,06 5,03

Bersambung

Page 177: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP 146

Sambungan Lampiran 4.a.

P a r a m e t e r O2 PO4 NO3 NO2 SiO3

No. Stn.

Kedalaman (m) pH

(ml/l) (ugA/l) (ugA/l) (ugA/l) (ugA/l)P 8,34 3,84 5,52 0,82 0,08 4,74

29 D 8,42 3,70 0,79 0,73 0,12 4,93

30 P 8,30 3,59 2,74 0,71 0,10 5,88 P 8,32 3,73 3,93 0,69 0,08 4,36

31 D 8,41 3,69 1,10 0,90 0,08 4,65 P 8,40 3,77 2,65 0,67 0,06 4,55

33 D 8,46 3,75 0,40 0,86 0,12 4,74

34 P 8,24 3,61 3,53 0,75 0,14 5,12 P 8,33 3,91 3,44 0,79 0,08 5,03

35 D 8,42 3,7 0,62 0,82 0,08 5,41 P 8,32 3,71 2,07 0,86 0,12 5,12

37 D 8,40 3,71 0,66 0,75 0,08 5,31 P 8,33 3,72 3,35 0,71 0,10 4,55

38 D 8,38 3,72 0,79 0,77 0,12 5,41 P 8,30 3,68 4,63 0,90 0,08 4,84

39 D 8,39 3,62 1,01 0,73 0,08 5,21

Keterangan :

P = permukaan D = dasar

Page 178: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP 147

Lampiran 4.c. Kadar rata - rata zat hara di perairan Kepulauan Tambelan, P. Mapur dan sekitarnya.

O2 PO4 NO3 NO2 SiO3 Lokasi pH Ml/L µg A/L µg A/L µg A/L µg A/L

P 8,29 3,80 5,23 0,90 0,19 4,28 A D 8,37 3,63 0,81 0,90 0,19 4,58

P 8,28 3,79 3,45 0,79 0,06 4,93 B D 8,32 3,57 0,61 0,79 0,08 5,40

P 8,32 3,75 2,37 0,79 0,07 4,05 C D 8,41 3,64 0,66 0,79 0,08 5,49

P 8,26 3,63 3,78 0,73 0,08 5,21 D D 8,37 3,56 0,67 0,75 0,09 5,82

Keterangan :

A = Perairan P. Tambelan dan sekitarnya, Kabupaten Kepulauan Riau . B = Perairan P. Benua dan sekitarnya, Kabupaten Kepulauan Riau. C = Perairan P. Sedua dan sekitarnya, Kabupaten Kepulauan Riau. D = Perairan P. Mapur dan sekitarnya, Kabupaten Kepulauan Riau. P = permukaan D = dasar

Page 179: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP 148

Lampiran 5. Jenis-jenis mangrove yang didapatkan di Kepulauan Tambelan dan P. Mapur.

No. Suku L o k a s i No. Jenis 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 I. Apocynaceae 1. Cerbera odullum - - - + - - - - - - - II. Baringtoniaceae 2. Baringtonia racemosa + - - - - - - - - - - III. Combretaceae 3. Lumnitzera littorea - - - + + + - + + + + IV. Euphorbiaceae 4. Excoecaria agallocha + - - + - + - + + - - V. Flagillariaceae 5. Flagellaria indica - - - - - - - + - - - VI. Lythraceae 6. Pemphis acidula + + - + + - - - - - - VII. Malvaceae 7. Hibiscus tiliaceus + - - + + - - - + - - 8. Thespesia populnea - + - - + - + - + - + VIII. Myrsinaceae 9. Aegiceras corniculatum - + - - - + - - - - - 10. Xylocarpus granatum - + - + + + - + - - - 11. X. moluccensis - - - - - + - - - - - IX. Myrtaceae 12. Osbornia octodonta - - - - - - - - + + - X. Palmae 13. Nypa fruticans - + - + + + - + - - - 14. Oncosperma tigillaria - - + + + - - + - + + XI. Polypodiaceae 15. Acrostichum aureum - - - - - - - + - - - XII. Rhizophoraceae 16. Bruguiera cylindrica - - - - + + - - - + - 17. B. gymnorrhiza + + + + + + + + + - + 18. B. parviflora - - - + + + - + + - - 19. Ceriops tagal - + - + + - + - + + - 20. Rhizophora apiculata - + - + + + + + + + + 21. R. mucronata - + + - + - - + + + + 22. R. stylosa + + + + + + + + + + + XIII. Rutaceae 23. Parmygnya angulata - - - - - - - + - - - XIV. Sonneraticeae 24. Sonneratia alba + + - + - + + + + + + XV. Sterculiaceae 25. Heritiera littoralis - - - + - - - + - - - XVI. Verbenaceae 26. Avicennia alba - - - + + - - - - - -

Keterangan: + = dijumpai ; - = tidak dijumpai ; St. 1. P. Betunda Selatan; St. 5. P. Tambelan; St. 9. P.Mapur;St. 2. P. Kera; St. 6. P. Bedua Selatan; St.10. P.Mapur;St. 3. P. Tambelan; St. 7. P. Selentang; St.11. P.Mapur;St. 4. P. Tambelan; St. 8. Teluk Lancang;

Page 180: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP 149

Lampiran 6. Jenis karang batu yang dijumpai di perairan Kepulauan Tambelan dan P. Mapur, Kabupaten Kepulauan Riau, berdasarkan hasi l LIT dan koleksi bebas.

L o k a s i NO. No.

SUKU Jenis Kep. Tambelan P. Mapur

I POCILLOPORIDAE 1 Madracis kirby + - 2 Pocillopora damicornis + + 3 P. eydouxi + + 4 P. meandrina + - 5 P. verrucosa + + 6 P. woodjonesi + - 7 Pocillopora sp. + + 8 Seriatopora caliendrum - + 9 S. guttatus - +

10 S. hystrix + + 11 Stylophora pistillata + + 12 Palauastrea ramosa + -

II ACROPORIDAE

13 Acropora abrolhosensis + + 14 A. aspera + + 15 A. brueggemanni + + 16 A. caroliniana + - 17 A. cerealis + + 18 A. clathrata - + 19 A. cuneata + - 20 A. cytherea + + 21 A. dendrum + - 22 A. digitata + - 23 A. digitifera + + 24 A. divaricata + + 25 A. echinata + - 26 A. florida - + 27 A. formosa + + 28 A. gemmifera + - 29 A. glauca - +

bersambung

Page 181: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP 150

Sambungan Lampiran 6.

L o k a s i NO. No.

SUKU Jenis Kep. Tambelan P. Mapur

30 A. grandis + - 31 A. granulosa + - 32 A. humilis + - 33 A. hyacinthus + + 34 A. intermedia + - 35 A. latistella + - 36 A. loripes - + 37 A. microphthalma + + 38 A. millepora - + 39 A. nasuta + + 40 A. nobilis + - 41 A. palifera + - 42 A. pulchra + + 43 A. robusta + - 44 A. sarmentosa + - 45 A. selago - + 46 A. subglabra + - 47 Acropora sp. + + 48 A. tenuis + + 49 A. valenciennesi + - 50 A. valida + + 51 A. yongei - + 52 Astreopora explanata + - 53 A. gracilis + + 54 A. myriophthalma - + 55 Anacropora forbesi - + 56 A. puertogelerae + - 57 A. reticulata + - 58 Montipora aequituberculata + - 59 M. capricornis - + 60 M. digitata + + 61 M. efflorescens - + 62 M. foliosa + + 63 M. foveolata + - 64 M. grisea + + 65 M. hispida + +

Bersambung

Page 182: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP 151

Sambungan Lampiran 6.

L o k a s i NO. No.

SUKU Jenis Kep. Tambelan P. Mapur

66 M. hoffmeisteri + - 67 M. informis + + 68 M. monasteriata + + 69 M. venosa + + 70 M. verrucosa + - 71 Montipora sp. + +

III PORITIDAE

72 Alveopora spongiosa - + 73 Goniopora columna - + 74 G. djiboutiensis + + 75 G. minor + + 76 G. pandoraensis - + 77 G. pendulus + - 78 G. stokesi - + 79 G. stutchburyi + - 80 G. tenuidens - + 81 Goniopora sp. + + 82 Porites annae + + 83 P. cylindrica + + 84 P. deformis + - 85 P. lichen + + 86 P. lobata + + 87 P. lutea + + 88 P. nigrescens + + 89 P. rus + + 90 P. solida + - 91 Porites sp. + +

IV SIDERASTREIDAE

92 Coscinaraea columna + - 93 C. marshae + - 94 Psammocora contigua + - 95 P. haimeana + - 96 P. profundacella + - 97 Psammocora sp. + - 98 Pseudosiderastrea tayami + -

bersambung

Page 183: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP 152

Sambungan Lampiran 6.

L o k a s i NO. No.

SUKU Jenis Kep. Tambelan P. Mapur

V AGARICIIDAE 99 Pavona cactus + +

100 P. decussata + + 101 P. minuta + - 102 P. varians + - 103 Pavona sp. + + 104 Leptoseris mycetoseroides + - 105 L. yabei + - 106 Gardineroseris planulata + - 107 Coeloseris mayeri + + 108 Pachyseris rugosa + + 109 P. speciosa + +

VI FUNGIIDAE

110 Cycloseris patelliformis - + 111 Heliofungia actiniformis - + 112 Heliofungia sp. - + 113 Diaseris distorta + - 114 D. fragilis + - 115 Fungia concinna + + 116 F. echinata - + 117 F. fungites - + 118 F. horrida - + 119 F. molluccensis + - 120 F. paumotensis + + 121 F. repanda + + 122 F. scutaria + - 123 F. talpina - + 124 Fungia sp. + + 125 Polyphyllia talpina + + 126 Halomitra pileus + + 127 Lithophyllon edwardsi + + 128 Podabacia crustacea + + 129 Podabacia sp. + +

bersambung

Page 184: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP 153

Sambungan Lampiran 6.

L o k a s i NO. No.

SUKU Jenis Kep. Tambelan P. Mapur

VII OCULINIDAE 130 Archelia horrescens + + 131 Archelia sp. + - 132 Galaxea astreata + + 133 G. fascicularis + + 134 Galaxea sp. + +

VIII PECTINIDAE

135 Echinophyllia aspera - + 136 Goniastrea favulus - + 137 Goniastrea retiformis - + 138 Goniastrea sp. - + 139 Oxypora glabra - + 140 O. lacera - + 141 Oxypora sp. - + 142 Mycedium elephantotus - + 143 Pectinia alcicornis + + 144 P. ayleni - + 145 P. lactuca + + 146 P. paeonia + + 147 Pectinia sp. + +

IX MUSSIDAE

148 Acanthastrea bowerbanki - + 149 Acanthastrea sp. + + 150 Blastomussa merleti - + 151 Cynarina lacrymalis + + 152 Scolymia vitiensis + + 153 Lobophyllia corymbosa + + 154 L. hataii - + 155 L. hemprichii + + 156 L. pachysepta + + 157 Lobophyllia sp. + + 158 Symphyllia agaricia - + 159 S. radians - + 160 S. recta + +

Bersambung

Page 185: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP 154

Sambungan Lampiran 6.

L o k a s i NO. No.

SUKU Jenis Kep. Tambelan P. Mapur

161 S. valenciennesii + - 162 Symphyllia sp. + +

X MERULINIDAE

163 Hydnophora exesa + - 164 H. microconos + - 165 H. pilosa + + 166 H. rigida + + 167 Hydnophora sp. + + 168 Merulina ampliata + + 169 M. scabricula + - 170 Merulina sp. + + 171 Scapophyllia cylindrica + -

XI FAVIIDAE

172 Barabattoia amicorum + - 173 Barabattoia sp. + - 174 Caulastrea curvata + - 175 C. furcata - + 176 C. tumida - + 177 Cyphastrea chalcidicum + - 178 C. microphthalma - + 179 C. serailia - + 180 Cyphastrea sp. + + 181 Diploastrea heliopora + + 182 Echinopora gemmacea + + 183 E. horrida - + 184 E. lamellosa + + 185 E. mammiformis + + 186 E. pacificus + + 187 Echinopora sp. + + 188 Favia favus + + 189 F. lizardensis + + 190 F. matthaii + + 191 F. pallida + - 192 F. rotundata + +

Bersambung

Page 186: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP 155

Sambungan Lampiran 6.

L o k a s i NO. No.

SUKU Jenis Kep. Tambelan P. Mapur

193 F. speciosa + - 194 Favia veroni + + 195 Favia sp. + + 196 Favites abdita - + 197 F. complanata + - 198 F. halicora + + 199 F. pentagona - + 200 Favites sp. + + 201 Goniastrea favulus + + 202 G. retiformis + + 203 Goniastrea sp. + + 204 Leptastrea pruinosa - + 205 L. purpurea + - 206 L. transversa + + 207 Leptastrea sp. + + 208 Leptoria phrygia + - 209 Montastrea annuligera - + 210 M. curta + - 211 Montastrea sp. + + 212 Oulophyllia bennettae - + 213 O. crispa - + 214 Oulophyllia sp. - + 215 Platygyra daedalea - + 216 P. lamellina - + 217 Platygyra pini + + 218 Platygyra sp. + +

XII TRACHYPHYLLIIDAE

219 Trachyphyllia geoffroyi - + XIII CARYOPHYLLIIDAE

220 Catalaphyllia jardinei - + 221 Euphyllia ancora + + 222 E. cristata + + 223 E. divisa - + 224 E. glabrescens + +

Bersambung

Page 187: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP 156

Sambungan Lampiran 6.

L o k a s i NO. No.

SUKU Jenis Kep. Tambelan P. Mapur

225 Plerogyra sinuosa + + 226 Plerogyra sp. + + 227 Physogyra lichtensteini + +

XIV DENDROPHYLLIIDAE

228 Tubastrea faulkneri - + 229 Turbinaria peltata + - 230 T. mesenterina + - 231 T. stellulata + - 232 Turbinaria sp. + +

XV TUBIPORIDAE

233 Tubipora musica + + XVI HELIOPORIDAE

234 Heliopora coerulea + + XVII MILLEPORIDAE

235 Millepora. tenella + + 236 Millepora sp. + +

XVIII STYLASTERIDAE

237 Distichopora sp. + - 238 Stylaster sp. - +

XIX EUPHYLLIDAE

239 Euphyllia ancora + + 240 E. devisa - + 241 E. glabra - + 242 E. glabrescens - +

XX SIDERATREIDAE

243 Siderastrea sp. - +

Jumlah spesies 181 175

Page 188: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP 157

Lampiran 7. Persentase tutupan biota dan substrat pada masing-masing stasiun RRI di perairan Kepulauan Tambelan dan P. Mapur.

Stasiun Karang hidup Acropora Non

Acropora Karang

mati

Karang mati dgn

alga

Karang lunak Sponge Fleshy

seaweed Biota lain

Pecahan karang Pasir Lumpur Batuan

KRIR01 57,55 0,94 56,60 0,00 28,30 0,94 0,94 0,94 1,89 9,43 0,00 0,00 0,00 KRIR02 15,24 3,81 11,43 0,00 71,43 0,95 0,95 4,76 1,90 0,00 4,76 0,00 0,00 KRIR03 70,83 8,33 62,50 0,00 0,00 4,17 4,17 20,83 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 KRIR04 83,33 37,04 46,30 0,00 4,63 4,63 0,93 1,85 0,00 4,63 0,00 0,00 0,00 KRIR05 20,41 8,16 12,24 0,00 66,33 1,02 1,02 5,10 1,02 5,10 0,00 0,00 0,00 KRIR06 57,69 48,08 9,62 0,96 9,62 19,23 0,96 4,81 1,92 4,81 0,00 0,00 0,00 KRIR07 40,43 8,51 31,91 1,06 21,28 5,32 2,13 1,06 2,13 21,28 5,32 0,00 0,00 KRIR08 54,81 11,54 43,27 0,96 19,23 7,69 1,92 4,81 0,96 9,62 0,00 0,00 0,00 KRIR09 33,65 4,81 28,85 0,96 19,23 4,81 0,96 4,81 1,92 33,65 0,00 0,00 0,00 KRIR10 34,78 4,35 30,43 0,00 17,39 0,00 20,00 3,48 2,61 8,70 13,04 0,00 0,00 KRIR11 71,29 1,98 69,31 0,00 19,80 4,95 0,99 0,99 0,00 0,99 0,99 0,00 0,00 KRIR12 22,92 2,08 20,83 0,00 10,42 2,08 2,08 10,42 0,00 41,67 10,42 0,00 0,00 KRIR13 39,62 1,89 37,74 0,00 9,43 0,00 1,89 18,87 1,89 9,43 18,87 0,00 0,00 KRIR14 69,31 14,85 54,46 0,00 7,92 2,97 0,99 9,90 0,99 7,92 0,00 0,00 0,00 KRIR15 68,42 10,53 57,89 0,00 15,79 2,11 2,11 0,00 0,00 10,53 1,05 0,00 0,00 KRIR16 10,00 5,00 5,00 0,00 0,00 15,00 5,00 0,00 5,00 65,00 0,00 0,00 0,00 KRIR17 26,32 15,79 10,53 0,00 0,00 52,63 3,16 0,00 2,11 10,53 5,26 0,00 0,00

bersambung

Page 189: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP 158

Sambungan Lampiran 7

Stasiun Karang hidup Acropora Non

Acropora Karang

mati

Karang mati dgn

alga

Karang lunak Sponge Fleshy

seaweed Biota lain

Pecahan karang Pasir Lumpur Batuan

KRIR18 50,00 5,00 45,00 0,00 10,00 25,00 0,00 0,00 5,00 10,00 0,00 0,00 0,00 KRIR19 90,00 85,00 5,00 0,00 5,00 2,00 1,00 0,00 2,00 0,00 0,00 0,00 0,00 KRIR20 70,00 10,00 60,00 0,00 5,00 15,00 3,00 0,00 2,00 5,00 0,00 0,00 0,00 KRIR21 25,00 5,00 20,00 0,00 10,00 5,00 3,00 0,00 2,00 55,00 0,00 0,00 0,00 KRIR22 70,00 15,00 55,00 0,00 15,00 5,00 4,00 0,00 1,00 5,00 0,00 0,00 0,00 KRIR23 27,78 5,56 22,22 0,00 38,89 11,11 3,33 0,00 2,22 0,00 16,67 0,00 0,00 KRIR24 40,00 5,00 35,00 0,00 30,00 10,00 5,00 2,00 2,00 3,00 8,00 0,00 0,00 KRIR25 45,00 10,00 35,00 0,00 35,00 5,00 3,00 0,00 2,00 5,00 5,00 0,00 0,00 KRIR26 35,00 10,00 25,00 0,00 30,00 15,00 5,00 0,00 5,00 5,00 5,00 0,00 0,00 KRIR27 20,00 0,00 20,00 0,00 10,00 5,00 3,00 0,00 2,00 60,00 0,00 0,00 0,00 KRIR28 45,00 15,00 30,00 0,00 15,00 30,00 3,00 0,00 2,00 5,00 0,00 0,00 0,00 KRIR29 45,00 10,00 35,00 0,00 35,00 10,00 0,00 0,00 1,00 4,00 5,00 0,00 0,00 KRIR30 50,00 10,00 40,00 0,00 30,00 5,00 5,00 0,00 3,00 7,00 0,00 0,00 0,00 KRIR31 31,31 1,01 30,30 0,00 40,40 10,10 5,05 0,00 1,01 10,10 2,02 0,00 0,00 KRIR32 56,60 18,87 37,74 0,00 28,30 1,89 1,89 0,94 0,94 9,43 0,00 0,00 0,00 KRIR33 56,82 5,68 51,14 0,00 22,73 11,36 2,27 0,00 0,00 5,68 1,14 0,00 0,00 KRIR34 49,59 4,13 45,45 0,00 9,92 1,65 0,83 3,31 18,18 8,26 8,26 0,00 0,00 KRIR35 61,11 5,56 55,56 1,11 11,11 5,56 2,22 5,56 2,22 11,11 0,00 0,00 0,00 KRIR36 61,40 35,09 26,32 0,00 3,51 8,77 3,51 3,51 3,51 12,28 3,51 0,00 0,00 KRIR37 3,00 0,00 3,00 0,00 85,00 0,00 0,00 10,00 0,00 0,00 2,00 0,00 0,00

bersambung

Page 190: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP 159

Sambungan Lampiran 7

Stasiun Karang hidup Acropora Non

Acropora Karang

mati

Karang mati dgn

alga

Karang lunak Sponge Fleshy

seaweed Biota lain

Pecahan karang Pasir Lumpur Batuan

KRIR38 1,00 0,00 1,00 0,00 15,00 0,00 0,00 60,00 1,00 3,00 20,00 0,00 0,00 KRIR39 0,00 0,00 0,00 0,00 80,00 0,00 0,00 20,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 KRIR40 40,40 5,05 35,35 0,00 40,40 0,00 0,00 2,02 2,02 15,15 0,00 0,00 0,00 KRIR41 32,71 4,67 28,04 0,00 28,04 0,93 0,93 8,41 0,93 18,69 9,35 0,00 0,00 KRIR42 15,00 5,00 10,00 0,00 70,00 0,00 0,00 5,00 0,00 10,00 0,00 0,00 0,00 KRIR43 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 100,00 0,00 0,00 KRIR44 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 10,00 0,00 0,00 90,00 0,00 0,00 KRIR45 5,00 0,00 5,00 0,00 20,00 0,00 0,00 50,00 0,00 5,00 20,00 0,00 0,00 KRIR46 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 20,00 0,00 0,00 80,00 0,00 0,00 KRIR47 4,00 0,00 4,00 0,00 20,00 0,00 0,00 60,00 1,00 5,00 10,00 0,00 0,00 KRIR48 25,00 15,00 10,00 0,00 30,00 5,00 5,00 0,00 3,00 30,00 2,00 0,00 0,00 KRIR49 1,00 0,00 1,00 0,00 10,00 0,00 0,00 70,00 1,00 3,00 15,00 0,00 0,00 KRIR50 25,00 15,00 10,00 0,00 55,00 7,00 0,00 5,00 3,00 5,00 0,00 0,00 0,00 KRIR51 30,00 10,00 20,00 0,00 30,00 5,00 0,00 20,00 0,00 10,00 5,00 0,00 0,00 KRIR52 20,00 10,00 10,00 0,00 40,00 0,00 0,00 30,00 3,00 5,00 2,00 0,00 0,00 KRIR53 6,80 1,94 4,85 0,00 58,25 1,94 1,94 4,85 1,94 19,42 4,85 0,00 0,00 KRIR54 45,22 1,74 43,48 0,00 21,74 1,74 1,74 17,39 6,09 4,35 1,74 0,00 0,00 KRIR55 41,18 1,96 39,22 0,00 29,41 1,96 1,96 19,61 0,98 2,94 1,96 0,00 0,00 KRIR56 22,64 3,77 18,87 0,00 18,87 0,00 0,00 9,43 1,89 18,87 28,30 0,00 0,00 KRIR57 25,77 0,00 25,77 0,00 20,62 1,03 0,00 30,93 1,03 10,31 10,31 0,00 0,00

bersambung

Page 191: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP 160

Sambungan Lampiran 7

Stasiun Karang hidup Acropora Non

Acropora Karang

mati

Karang mati dgn

alga

Karang lunak Sponge Fleshy

seaweed Biota lain

Pecahan karang Pasir Lumpur Batuan

KRIR58 9,71 0,00 9,71 0,00 9,71 0,00 0,00 38,83 0,97 38,83 1,94 0,00 0,00 KRIR59 0,00 0,00 0,00 0,00 70,00 0,00 0,00 10,00 0,00 20,00 0,00 0,00 0,00 KRIR60 55,00 15,00 40,00 0,00 20,00 5,00 3,00 0,00 2,00 10,00 5,00 0,00 0,00 KRIR61 14,85 2,97 11,88 0,00 54,46 0,00 0,00 9,90 0,99 19,80 0,00 0,00 0,00 KRIR62 19,00 4,00 15,00 0,00 50,00 0,00 0,00 10,00 1,00 15,00 5,00 0,00 0,00 KRIR63 14,85 1,98 12,87 0,00 49,50 0,00 0,00 14,85 0,99 19,80 0,00 0,00 0,00 Rerata

Kep. Tambelan 47,39 12,32 35,07 0,14 19,60 8,64 2,90 3,00 2,26 12,89 3,18 0,00 0,00

Rerata P. Mapur 16,93 3,63 13,30 0,00 34,30 1,10 0,54 19,86 1,22 10,71 15,35 0,00 0,00

Rerata seluruhnya 34,27 8,60 25,74 0,08 25,90 5,41 1,89 10,23 1,81 11,96 8,39 0,00 0,00

Keterangan : Karang hidup = Acropora + Non Acropora

Stas iun di Kepulauan Tambelan = ada 36 s tas iun yai tu KRIR01 - KRIR36 Stas iun di P . Mapur = ada 37 s tas iun yai tu KRIR37 - KRIR63

Page 192: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP 161

Lampiran 8 . Persentase tutupan biota dan substrat dengan metode LIT pada masing-masing stasiun transek permanen di perairan Kepulauan Tambelan dan P. Mapur.

Stasiun Karang hidup Acropora Non

Acropora Karang

mati

Karang mati

dgn alga

Karang lunak Sponge Fleshy

seaweed Biota lain

Pecahan karang Pasir Lumpur Batuan

KRIL01 69,83 47,27 22,57 0,00 28,27 0,80 0,80 0,00 0,00 0,30 0,00 0,00 0,00 KRIL02 74,80 7,07 67,73 0,00 15,73 1,47 0,50 0,00 0,60 6,57 0,00 0,33 0,00 KRIL03 61,43 6,67 54,77 0,00 30,83 6,47 0,00 0,00 1,27 0,00 0,00 0,00 0,00 KRIL04 60,80 2,97 57,83 0,00 36,30 2,40 0,00 0,17 0,00 0,33 0,00 0,00 0,00 KRIL05 27,53 2,67 24,87 0,00 24,83 8,93 3,60 0,00 2,00 32,27 0,83 0,00 0,00 KRIL06 72,63 62,80 9,83 0,00 20,40 0,00 1,73 4,23 1,00 0,00 0,00 0,00 0,00 KRIL07 73,20 2,43 70,77 0,00 15,20 4,47 1,10 0,00 6,03 0,00 0,00 0,00 0,00 KRIL08 55,20 9,70 45,50 1,33 35,37 0,53 0,00 7,57 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 KRIL09 65,43 5,07 60,37 0,00 15,47 17,17 0,00 1,17 0,77 0,00 0,00 0,00 0,00 KRIL10 67,10 4,90 62,20 0,00 22,20 9,93 0,27 0,00 0,50 0,00 0,00 0,00 0,00 KRIL11 57,10 1,50 55,60 0,00 23,97 12,40 0,43 0,00 0,00 0,00 4,10 2,00 0,00 KRIL12 52,17 0,87 51,30 0,00 9,03 9,20 1,80 0,00 2,13 16,00 0,00 9,67 0,00 KRIL13 36,40 13,33 23,07 0,00 35,17 3,63 0,83 16,60 3,03 4,33 0,00 0,00 0,00 KRIL14 53,30 10,10 43,20 0,00 33,83 0,00 2,00 0,00 2,03 0,00 8,83 0,00 0,00 KRIL15 42,17 0,00 42,17 0,00 35,70 0,00 1,00 0,00 0,67 20,47 0,00 0,00 0,00 KRIL16 36,20 1,70 34,50 0,00 44,13 1,43 0,07 10,67 0,00 5,33 2,17 0,00 0,00 KRIL17 55,53 25,60 29,93 0,00 31,40 0,00 5,13 0,00 3,77 1,00 3,17 0,00 0,00 KRIL18 64,83 26,23 38,60 0,00 33,17 0,00 1,33 0,00 0,67 0,00 0,00 0,00 0,00

Keterangan : Karang hidup = Acropora + Non Acropora Stas iun di Kepulauan Tambelan = ada 12 s tas iun yai tu KRIL01 – KRIL12 Stas iun di P . Mapur = ada 8 s tas iun yai tu KRIL13 - KRIL18

Page 193: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP 162

Lampiran 9. Kelimpahan beberapa mega benthos yang diamati dengan metode Reef Check Benthos (yang dimodifikasi) pada masing-masing stasiun transek permanen di perairan Kepulauan Tambelan dan P. Mapur.

Stasiun Acanthaster planci CMR Diadema

setosum DrupellaLarge Giant clam

Small Giant clam

Large Holothurian

Small Holothurian Lobster Pencil sea

urchin Trochus niloticus

KRIL01 0 37 17 0 1 0 0 0 0 0 3 KRIL02 0 141 39 1 0 0 0 0 0 1 0 KRIL03 11 472 310 2 2 12 0 0 0 2 6 KRIL04 72 53 43 3 1 1 4 14 2 3 6 KRIL05 0 355 5 4 0 0 0 0 0 4 0 KRIL06 0 44 10 5 0 0 1 0 0 5 16 KRIL07 0 20 52 6 1 0 0 0 0 6 0 KRIL08 0 12 6 7 0 0 0 0 0 7 0 KRIL09 0 338 39 8 6 2 2 0 3 8 0 KRIL10 23 16 36 9 1 2 0 0 6 9 1 KRIL11 0 2 1 10 2 0 0 0 0 10 0 KRIL12 0 42 73 11 1 0 0 0 0 11 0 KRIL13 0 199 208 12 2 0 0 0 0 12 13 KRIL14 0 218 252 13 14 1 0 0 0 13 3 KRIL15 0 101 35 14 4 0 0 0 0 14 0 KRIL16 0 14 21 15 2 0 0 0 0 15 0 KRIL17 0 115 282 16 1 0 0 0 0 16 2 KRIL18 0 0 0 17 0 0 0 0 0 17 0

Kelimpahan di Tambelan (ind./ha) 631 9119 3756 393 89 101 42 83 65 393 190 Kelimpahan Mapur (ind./ha) 0 7702 9500 1036 274 12 0 0 0 1036 214

Kelimpahan seluruhnya (ind./ha) 421 8647 5671 607 151 71 28 56 44 607 198

Keterangan : 12 s tas iun di Kep. Tambelan (KRIL01 – KRIL12) ; 8 s tas iun di P . Mapur (KRIL 13 – KRIL 18)

Page 194: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP 163

Lampiran 10. Kelimpahan jenis ikan ( jumlah individu/transek) yang dijumpai pada masing-masing stasiun transek permanen di perairan Kep. Tambelan dan P. Mapur yang diperoleh dengan metode UVC.

No. NAMA SPECIES NAMA SUKU KELOMPOK KRIL01

KRIL02

KRIL03

KRIL04

KRIL05

KRIL06

KRIL07

KRIL08

KRIL09

KRIL10

KRIL11

KRIL12

KRIL13

KRIL14

KRIL15

KRIL16

KRIL17

KRIL18

1 Abudefduf bengalensis POMACENTRIDAE MAJOR 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0

2 Abudefduf septemfasciatus POMACENTRIDAE MAJOR 0 0 0 0 0 0 10 0 0 0 0 0 0 0 4 9 0 4

3 Abudefduf sexfasciatus POMACENTRIDAE MAJOR 35 60 36 0 20 0 50 5 0 0 0 25 15 0 2 5 0 14

4 Abudefduf vaigiensis POMACENTRIDAE MAJOR 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 0 0 0 0 0 0 0

5 Acanthurus melanurus ACANTHURIDAE TARGET 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 0 0 0 0 0 0 0 0

6 Aeoliscus strigatus CENTRISCIDAE MAJOR 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 0 0 0 0

7 Aetaloperca rogha SERRANIDAE TARGET 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

8 Amblyglyphidodon aureus POMACENTRIDAE MAJOR 0 0 0 0 0 0 4 2 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0

9 Amblyglyphidodon curacao POMACENTRIDAE MAJOR 6 90 33 8 30 31 90 30 53 20 20 45 56 5 0 45 31 40

10 Amblyglyphidodon leucogaster POMACENTRIDAE MAJOR 0 0 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0

11 Amphiprion clarckii POMACENTRIDAE MAJOR 10 42 0 0 17 2 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0

12 Amphiprion melanopus POMACENTRIDAE MAJOR 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 0 0 0 0

13 Amphiprion ocellaris POMACENTRIDAE MAJOR 0 6 0 0 0 7 10 4 11 0 4 12 0 0 0 0 0 0

14 Amphiprion perideraion POMACENTRIDAE MAJOR 0 2 0 0 0 0 1 2 0 0 0 4 0 0 0 0 0 0

15 Amphiprion sandaracinos POMACENTRIDAE MAJOR 3 0 0 0 0 3 4 8 0 0 0 4 0 0 0 0 0 0

16 Anampses geographicus LABRIDAE MAJOR 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 1

17 Anampses melanurus LABRIDAE MAJOR 0 0 0 7 0 0 0 0 2 0 1 2 0 0 0 0 2 2

18 Anampses meleagrides LABRIDAE MAJOR 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1

19 Anampses sp. LABRIDAE MAJOR 0 0 3 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 0

Bersambung

Page 195: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP 164

Sambungan Lampiran 10

No. NAMA SPECIES NAMA SUKU KELOMPOK KRIL01

KRIL02

KRIL03

KRIL04

KRIL05

KRIL06

KRIL07

KRIL08

KRIL09

KRIL10

KRIL11

KRIL12

KRIL13

KRIL14

KRIL15

KRIL16

KRIL17

KRIL18

20 Apogon aureus APOGONIDAE MAJOR 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 240 0 0

21 Apogon compressus APOGONIDAE MAJOR 0 0 0 0 0 0 105 0 0 0 0 0 0 4 0 0 0 0

22 Apogon cyanomos APOGONIDAE MAJOR 0 0 0 0 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0

23 Apogon macrodon APOGONIDAE MAJOR 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 30 0 4

24 Apogon quenquelineatus APOGONIDAE MAJOR 0 15 3 0 0 0 10 0 7 20 0 10 0 5 4 300 9 10

25 Apogon sealei APOGONIDAE MAJOR 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 9 1 10 0 0 0

26 Archamia sp. APOGONIDAE MAJOR 0 0 0 0 0 0 10 500 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

27 Bleniid BLENNIIDAE MAJOR 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

28 Bodianus mesothorax LABRIDAE MAJOR 0 0 0 1 0 0 1 2 6 0 0 2 0 0 0 0 0 2

29 Caesio coerulea CAESIONIDAE TARGET 35 5 0 0 10 0 200 0 0 0 0 0 0 0 20 0 0 0

30 Caesio cuning CAESIONIDAE TARGET 80 0 0 50 0 90 0 0 0 0 0 0 15 0 0 0 0 0

31 Caesio lunaris CAESIONIDAE TARGET 0 0 0 0 0 0 30 0 0 0 6 0 0 0 0 0 0 0

32 Caesio teres CAESIONIDAE TARGET 0 120 0 0 40 0 1150 20 0 0 0 0 0 0 65 25 0 40

33 Caranx sp. CARANGIDAE TARGET 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

34 Centropyge vrolicki POMACANTHIDAE MAJOR 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0

35 Cephalopholis argus SERRANIDAE TARGET 0 3 2 0 2 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1

36 Cephalopholis boenak SERRANIDAE TARGET 0 0 0 0 0 2 2 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 4

37 Cephalopholis cyanostigma SERRANIDAE TARGET 0 0 0 0 3 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0

38 Cephalopholis miniatus SERRANIDAE TARGET 0 2 0 0 1 0 1 0 0 0 1 4 1 0 0 0 0 0

39 Cephalopholis pachycentron SERRANIDAE TARGET 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 3

40 Cephalopholis sp. SERRANIDAE TARGET 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Bersambung

Page 196: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP 165

Sambungan Lampiran 10

No. NAMA SPECIES NAMA SUKU KELOMPOK KRIL01

KRIL02

KRIL03

KRIL04

KRIL05

KRIL06

KRIL07

KRIL08

KRIL09

KRIL10

KRIL11

KRIL12

KRIL13

KRIL14

KRIL15

KRIL16

KRIL17

KRIL18

41 Cephalopholis urodeta SERRANIDAE TARGET 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1

42 Chaetodon adiergastos CHAETODONTIDAE INDICATOR 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 2 0 0

43 Chaetodon auriga CHAETODONTIDAE INDICATOR 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

44 Chaetodon baronessa CHAETODONTIDAE INDICATOR 8 0 0 0 0 3 2 0 2 0 2 0 0 0 0 0 0 0

45 Chaetodon bennetti CHAETODONTIDAE INDICATOR 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

46 Chaetodon melanotus CHAETODONTIDAE INDICATOR 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

47 Chaetodon octofasciatus CHAETODONTIDAE INDICATOR 8 19 8 6 11 5 22 13 9 11 10 12 9 26 6 6 18 20

48 Chaetodon speculum POMACENTRIDAE MAJOR 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 0 0

49 Chaetodon trifasciatus CHAETODONTIDAE INDICATOR 0 4 0 0 0 0 2 0 0 0 2 2 0 0 0 0 0 0

50 Chaetodontoplus mesoleucus POMACANTHIDAE MAJOR 0 8 3 1 8 13 13 8 2 2 2 3 3 7 0 0 0 8

51 Cheilinus chlorurus LABRIDAE MAJOR 3 0 0 1 2 0 5 3 0 0 2 1 1 0 0 2 0 2

52 Cheilinus diagrammus LABRIDAE MAJOR 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

53 Cheilinus fasciatus LABRIDAE MAJOR 0 6 3 0 0 0 4 2 0 2 2 5 2 0 0 1 0 1

54 Cheilinus oxycephalus LABRIDAE MAJOR 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0

55 Cheilinus trilobatus LABRIDAE MAJOR 0 3 0 0 1 0 1 0 0 0 3 2 0 0 0 0 0 0

56 Cheilinus undulatus LABRIDAE MAJOR 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0

57 Cheiloprion labiatus POMACENTRIDAE MAJOR 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 0 0 0 0

58 Chelmon rostratus CHAETODONTIDAE INDICATOR 0 2 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 4 5 4 12 2 0

59 Choerodon anchorago LABRIDAE MAJOR 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 3 3 0 2

60 Chromis alpha POMACENTRIDAE MAJOR 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 160

61 Chromis atripectoralis POMACENTRIDAE MAJOR 0 0 0 0 0 0 60 0 0 0 0 50 0 0 0 0 0 0

Bersambung

Page 197: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP 166

Sambungan Lampiran 10

No. NAMA SPECIES NAMA SUKU KELOMPOK KRIL01

KRIL02

KRIL03

KRIL04

KRIL05

KRIL06

KRIL07

KRIL08

KRIL09

KRIL10

KRIL11

KRIL12

KRIL13

KRIL14

KRIL15

KRIL16

KRIL17

KRIL18

62 Chromis ternatensis POMACENTRIDAE MAJOR 200 20 100 70 0 360 20 20 70 278 20 20 7 4 0 0 0 0

63 Chromis viridis POMACENTRIDAE MAJOR 450 40 220 23 50 230 30 20 150 50 25 35 75 0 0 15 75 20

64 Chromis weberi POMACENTRIDAE MAJOR 0 0 0 0 15 0 0 10 0 0 0 10 0 0 0 0 0 0

65 Chrysiptera cyanea POMACENTRIDAE MAJOR 0 0 0 0 35 0 0 0 0 0 5 8 0 0 4 0 0 0

66 Chrysiptera parasema POMACENTRIDAE MAJOR 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 8 0 0 0 0 4 0 6

67 Chrysiptera rollandi POMACENTRIDAE MAJOR 0 10 11 0 35 0 20 10 20 4 0 17 0 0 0 0 0 0

68 Cirrhilabrus cyanopleura LABRIDAE MAJOR 0 0 0 0 300 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

69 Coris gaimard LABRIDAE MAJOR 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0

70 Coris sp. LABRIDAE MAJOR 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1

71 Dascyllus reticulatus POMACENTRIDAE MAJOR 13 0 0 0 30 0 0 0 0 3 0 140 0 0 0 0 0 70

72 Dascyllus trimaculatus POMACENTRIDAE MAJOR 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7 0 0 0 13

73 Diproctacanthus xanthurus LABRIDAE MAJOR 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 0 0 0 0

74 Dischistodus melanotus POMACENTRIDAE MAJOR 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

75 Dischistodus perspecillatus POMACENTRIDAE MAJOR 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0

76 Dischistodus prosopotaenia POMACENTRIDAE MAJOR 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0

77 Epibulus insidiator LABRIDAE MAJOR 3 6 0 2 0 0 5 4 0 0 2 3 0 0 0 1 0 3

78 Epinephelus miniata SERRANIDAE TARGET 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0

79 Epinephelus ongus SERRANIDAE TARGET 0 2 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

80 Epinephelus sexfasciatus SERRANIDAE TARGET 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

81 Gomphosus varius LABRIDAE MAJOR 13 2 0 23 0 3 2 0 0 0 2 2 0 0 0 0 0 1

82 Gymnothorax sp. MURAENIDAE MAJOR 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0

Bersambung

Page 198: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP 167

Sambungan Lampiran 10

No. NAMA SPECIES NAMA SUKU KELOMPOK KRIL01

KRIL02

KRIL03

KRIL04

KRIL05

KRIL06

KRIL07

KRIL08

KRIL09

KRIL10

KRIL11

KRIL12

KRIL13

KRIL14

KRIL15

KRIL16

KRIL17

KRIL18

83 Halichoeres argus LABRIDAE MAJOR 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 2 0 0 3 0 0 2

84 Halichoeres chrysus LABRIDAE MAJOR 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0

85 Halichoeres gymnocephalus LABRIDAE MAJOR 0 2 0 0 1 0 1 2 0 0 1 2 0 0 0 1 0 2

86 Halichoeres hortulanus LABRIDAE MAJOR 0 2 1 1 1 0 1 1 0 3 5 5 0 0 0 0 0 1

87 Halichoeres leocurus LABRIDAE MAJOR 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 0 0 3 0

88 Halichoeres marginatus LABRIDAE MAJOR 0 1 2 2 4 0 2 2 0 2 0 3 17 29 1 5 4 5

89 Halichoeres melanurus LABRIDAE MAJOR 12 1 10 8 6 3 3 1 8 0 1 0 22 40 6 8 4 7

90 Halichoeres ornatissimus LABRIDAE MAJOR 17 0 18 13 0 3 0 0 1 11 0 0 0 0 3 0 0 0

91 Halichoeres prosopion LABRIDAE MAJOR 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 2 0 0 0 0 0 0

92 Halichoeres purpurescens LABRIDAE MAJOR 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0

93 Halichoeres scapularis LABRIDAE MAJOR 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1

94 Halichoeres sp. LABRIDAE MAJOR 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3

95 Halichoeres trimaculatus LABRIDAE MAJOR 0 0 0 0 0 22 0 0 31 16 0 0 0 0 0 0 0 0

96 Halichoeres vroliki LABRIDAE MAJOR 0 0 0 0 0 0 0 0 3 2 0 0 0 0 0 0 2 0

97 Hemiglyphidodon plagiometopon POMACENTRIDAE MAJOR 0 4 0 0 0 0 6 7 0 0 0 0 0 0 0 3 3 6

98 Hemigymnus fasciatus LABRIDAE TARGET 3 2 0 4 1 0 0 2 0 0 2 1 0 0 0 0 0 0

99 Hemigymnus melapterus LABRIDAE TARGET 7 1 3 3 0 12 3 2 2 0 4 3 2 2 0 1 0 0

100 Heniochus varius CHAETODONTIDAE INDICATOR 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0

101 Holocentron rubrum HOLOCENTRIDAE TARGET 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7

102 Kyphosus vaigiensis KYPHOSIDAE TARGET 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

103 Labrichthys unilineatus LABRIDAE MAJOR 2 1 6 6 1 8 1 0 0 2 0 2 0 0 0 0 0 0 Bersambung

Page 199: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP 168

Sambungan Lampiran 10

No. NAMA SPECIES NAMA SUKU KELOMPOK KRIL01

KRIL02

KRIL03

KRIL04

KRIL05

KRIL06

KRIL07

KRIL08

KRIL09

KRIL10

KRIL11

KRIL12

KRIL13

KRIL14

KRIL15

KRIL16

KRIL17

KRIL18

104 Labracinus cyclophthalmus PSEUDOCHROMIDAE MAJOR 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0

105 Labracinus sp. PSEUDOCHROMIDAE MAJOR 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

106 Labroides bicolor LABRIDAE MAJOR 0 0 0 0 0 0 0 0 6 2 0 0 0 0 0 0 0 1

107 Labroides dimidiatus LABRIDAE MAJOR 8 3 7 12 4 6 6 4 12 14 3 2 2 2 2 0 0 3

108 Lutjanus biguttatus LUTJANIDAE TARGET 0 5 0 0 0 0 0 12 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

109 Lutjanus carponotatus LUTJANIDAE TARGET 0 2 0 0 3 0 3 2 0 2 3 0 3 3 8 0 0 2

110 Lutjanus decussatus LUTJANIDAE TARGET 6 3 0 7 7 0 6 2 0 5 7 4 0 0 0 0 0 0

111 Lutjanus fulviflamma LUTJANIDAE TARGET 0 6 0 0 4 0 4 0 1 0 0 9 0 0 0 4 0 0

112 Lutjanus gibbus LUTJANIDAE TARGET 0 8 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

113 Lutjanus russeli LUTJANIDAE TARGET 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0

114 Lutjanus vitta LUTJANIDAE TARGET 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

115 Monodactylus argenteus MONODACTYLIDAE TARGET 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0

116 Muraena sp. MURAENIDAE MAJOR 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

117 Neopomacentrus filamentous POMACENTRIDAE MAJOR 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 25 0 0

118 Neopomacentrus sp. POMACENTRIDAE MAJOR 0 40 0 0 50 0 1180 46 0 0 15 140 0 0 0 0 0 0

119 Novaculichthys taeniourus LABRIDAE MAJOR 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

120 Oxycheilinus celebicus LABRIDAE TARGET 0 0 0 0 0 8 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0

121 Paraglyphidodon melas POMACENTRIDAE MAJOR 5 2 6 0 0 0 5 3 0 2 3 2 15 15 0 8 0 8

122 Paraglyphidodon nigroris POMACENTRIDAE MAJOR 6 19 26 18 12 13 23 20 33 30 7 15 20 20 1 20 29 5

123 Pentapodus caninus NEMIPTERIDAE TARGET 4 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1

124 Pentapodus sp. NEMIPTERIDAE TARGET 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0

Bersambung

Page 200: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP 169

Sambungan Lampiran 10

No. NAMA SPECIES NAMA SUKU KELOMPOK KRIL01

KRIL02

KRIL03

KRIL04

KRIL05

KRIL06

KRIL07

KRIL08

KRIL09

KRIL10

KRIL11

KRIL12

KRIL13

KRIL14

KRIL15

KRIL16

KRIL17

KRIL18

125 Platax orbicularis EPHIPPIDAE TARGET 0 0 0 0 0 0 2 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0

126 Platax teira EPHIPPIDAE TARGET 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

127 Plectorhinchus chaetodontoides HAEMULIDAE TARGET 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 61

128 Plectroglyphidodon lacrymatus POMACENTRIDAE MAJOR 16 6 0 13 2 3 0 0 7 6 7 8 0 0 0 0 13 3

129 Plectropomus leopardus SERRANIDAE TARGET 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2

130 Plectropomus maculatum SERRANIDAE TARGET 0 1 0 0 0 0 2 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0

131 Plectropomus truncatus SERRANIDAE TARGET 0 0 0 0 0 2 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1

132 Pomacanthus imperator POMACANTHIDAE MAJOR 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0

133 Pomacanthus sexfasciatus POMACANTHIDAE MAJOR 0 1 0 0 4 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

134 Pomacanthus sextriatus POMACANTHIDAE MAJOR 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0

135 Pomacentrus alexanderae POMACENTRIDAE MAJOR 0 100 11 0 100 0 40 60 9 0 0 110 25 107 20 55 36 65

136 Pomacentrus alleni POMACENTRIDAE MAJOR 47 0 0 0 0 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0 0 0

137 Pomacentrus bankanensis POMACENTRIDAE MAJOR 20 6 0 28 28 18 3 0 8 17 20 18 84 20 5 12 30 12

138 Pomacentrus burroughi POMACENTRIDAE MAJOR 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 18 11 0 40

139 Pomacentrus chrysurus POMACENTRIDAE MAJOR 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 8 0 0 0 0

140 Pomacentrus lepidogenys POMACENTRIDAE MAJOR 33 90 36 33 100 30 60 55 52 65 76 100 3 0 0 0 4 28

141 Pomacentrus moluccensis POMACENTRIDAE MAJOR 37 30 23 55 40 197 105 70 35 9 8 55 63 53 3 30 42 75

142 Pomacentrus philippinus POMACENTRIDAE MAJOR 0 4 0 0 0 0 6 13 0 0 8 12 0 0 0 3 0 0

143 Pomacentrus sp. POMACENTRIDAE MAJOR 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 0 0 0 0 0 0 0

144 Pomacentrus tripunctatus POMACENTRIDAE MAJOR 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 0 0 2

145 Neopomacentrus filamentous POMACENTRIDAE MAJOR 0 0 3 0 0 0 0 0 8 5 0 0 0 0 0 0 0 0

Bersambung

Page 201: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP 170

Sambungan Lampiran 10

No. NAMA SPECIES NAMA SUKU KELOMPOK KRIL01

KRIL02

KRIL03

KRIL04

KRIL05

KRIL06

KRIL07

KRIL08

KRIL09

KRIL10

KRIL11

KRIL12

KRIL13

KRIL14

KRIL15

KRIL16

KRIL17

KRIL18

146 Premnas biaculeatus POMACENTRIDAE MAJOR 0 6 0 0 0 0 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

147 Pseudocheilinus hexataenia LABRIDAE MAJOR 2 0 0 1 0 6 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0 0 0

148 Pseudochromis diadema PSEUDOCHROMIDAE MAJOR 0 3 0 0 0 0 0 2 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0

149 Pygoplites diacanthus POMACANTHIDAE MAJOR 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0

150 Salarias sp. BLENNIIDAE MAJOR 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

151 Sargocentron melanospilos HOLOCENTRIDAE TARGET 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1

152 Saurida sp. SAURIDAE TARGET 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0

153 Scarus bicolor SCARIDAE TARGET 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

154 Scarus bleekeri SCARIDAE TARGET 0 0 0 0 4 0 2 0 0 0 3 2 0 0 0 0 0 0

155 Scarus bowersi SCARIDAE TARGET 0 0 0 0 2 0 3 0 0 0 3 1 0 0 0 0 0 0

156 Scarus dimidiatus SCARIDAE TARGET 2 1 0 0 0 0 2 1 0 0 5 2 0 0 0 3 0 2

157 Scarus ghobban SCARIDAE TARGET 5 3 11 6 3 0 6 4 7 10 4 4 0 1 0 10 0 5

158 Scarus hypselopterus SCARIDAE TARGET 0 2 8 9 0 0 0 3 0 0 3 4 0 0 0 0 0 2

159 Scarus longicep SCARIDAE TARGET 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0

160 Scarus niger SCARIDAE TARGET 6 1 0 0 0 0 0 2 0 2 0 3 0 0 0 0 0 0

161 Scarus sordidus SCARIDAE TARGET 4 1 4 0 2 0 1 3 4 2 3 1 0 3 0 1 0 2

162 Scarus spp. SCARIDAE TARGET 0 0 0 0 20 0 35 25 0 0 15 0 0 2 0 0 0 0

163 Scolopsis bilineatus SCOLOPSIDAE TARGET 3 2 0 0 8 3 4 1 0 2 3 3 1 2 0 4 3 0

164 Scolopsis ciliatus SCOLOPSIDAE TARGET 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0

165 Scolopsis lineatus SCOLOPSIDAE TARGET 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 11 0 0

166 Scolopsis margaritifer SCOLOPSIDAE TARGET 0 5 0 2 2 1 1 2 0 2 3 5 0 9 0 0 3 0

Bersambung

Page 202: STUDI BASELINE EKOLOGI - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Kep_Riau_2004.pdf · Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta

CRITC-COREMAP 171

Sambungan Lampiran 10

No. NAMA SPECIES NAMA SUKU KELOMPOK KRIL01

KRIL02

KRIL03

KRIL04

KRIL05

KRIL06

KRIL07

KRIL08

KRIL09

KRIL10

KRIL11

KRIL12

KRIL13

KRIL14

KRIL15

KRIL16

KRIL17

KRIL18

167 Scolopsis trilineatus SCOLOPSIDAE TARGET 0 2 0 0 0 0 2 0 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0

168 Siganus canaliculatus SIGANIDAE TARGET 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 0

169 Siganus coralinus SIGANIDAE TARGET 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0

170 Siganus guttatus SIGANIDAE TARGET 0 0 0 0 3 0 10 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

171 Siganus punctatus SIGANIDAE TARGET 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

172 Siganus spinus SIGANIDAE TARGET 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0

173 Siganus virgatus SIGANIDAE TARGET 8 2 0 5 2 0 0 0 0 0 6 1 0 0 0 4 0 0

174 Siganus vulpinus SIGANIDAE TARGET 3 8 0 0 2 0 2 0 0 0 4 2 0 0 0 0 0 0

175 Stegastes nigricans POMACENTRIDAE MAJOR 0 3 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 25 2 0 0 0

176 Stethojulis albovittata LABRIDAE MAJOR 0 2 0 0 4 0 0 0 0 0 1 3 0 0 0 0 0 2

177 Stethojulis bandanensis LABRIDAE MAJOR 0 1 8 0 2 0 0 0 4 0 3 0 0 0 0 0 0 0

178 Stethojulis strigiventer LABRIDAE MAJOR 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1

179 Thalassoma hardwickei LABRIDAE MAJOR 0 2 0 0 11 0 2 1 0 0 9 2 0 0 0 0 0 3

180 Thalassoma janseni LABRIDAE MAJOR 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0

181 Thalassoma lunare LABRIDAE MAJOR 14 3 10 13 14 15 7 5 19 0 7 6 0 0 0 0 15 0

182 Thalassoma sp. LABRIDAE MAJOR 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 0 16 13 0 0 0 8

Jumlah Individu 1141 862 622 434 1076 1109 3416 1028 589 626 379 982 479 445 203 936 332 803

a. Ikan Major 955 647 585 342 936 977 1915 930 561 580 283 911 438 391 98 840 306 648

b. Ikan Target 169 190 29 86 125 124 1475 85 16 33 80 57 28 23 95 76 6 135

c. Ikan. Indikator 17 25 8 6 15 8 26 13 12 13 16 14 13 31 10 20 20 20

Jumlah jenis 37 67 30 32 56 35 68 53 34 38 57 72 29 34 25 39 20 58