laporan coremap studi baseline ekologicoremap.or.id/downloads/baseline_tapteng_2004.pdf · laporan...

161
Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta 10330 Indonesia LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGI KABUPATEN TAPANULI TENGAH (2004)

Upload: donguyet

Post on 30-Mar-2019

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI

Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta 10330 Indonesia

LAPORAN COREMAP

STUDI BASELINE EKOLOGI

KABUPATEN TAPANULI TENGAH

(2004)

Page 2: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

LAPORAN COREMAP

STUDI BASELINE EKOLOGI

KABUPATEN TAPANULI TENGAH

(2004)

Disusun oleh

CRITC- Jakarta 2004

Page 3: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

STUDI BASELINE EKOLOGI

KABUPATEN TAPANULI TENGAH, SUMATERA UTARA

TAHUN 2004

KOORDINATOR TIM PENELITIAN : GIYANTO, S.SI , M.SC.

PENANGGUNG JAWAB PENELITIAN :

SISTIM INFORMASI GEOGRAFI : DRS. WINARDI, M.SC.

KUALITAS PERAIRAN : - DRS. EDI KUSMANTO

- DRS. EDWARD KERE, M.SI.

MANGROVE : DRS. SOEROYO

KARANG & MEGA BENTHOS : DRA. ANNA MANUPUTTY, M.SI

IKAN KARANG : DRA. SASANTI R. SUHARTI, M.SC.

DOKUMENTASI : R. SUTIYADI, A.MD.

ANALISA DATA : GIYANTO, S.SI , M.SC.

Page 4: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR GAMBAR ……………………………………... iii DAFTAR TABEL ………………………………………… x DAFTAR LAMPIRAN …………………………………… xiii RINGKASAN EKSEKUTIF ……………………………… xv

A. PENDAHULUAN ……………………….……………… xv B. HASIL DAN PEMBAHASAN ……………………………. xviii C. SARAN ……………………………………………… xxiv

BAB I. PENDAHULUAN ………………………………... 1 A. LATAR BELAKANG ………………………………… 1 B. TUJUAN PENELITIAN ………………………………. 3 C. RUANG LINGKUP PENELITIAN ………………………... 4

BAB II. METODE PENELITIAN ………………………... 5 A. LOKASI PENELITIAN ...………………………………. 5 B. WAKTU PENELITIAN ………………………………… 19 C. PELAKSANA PENELITIAN ……………………………. 19 D. METODE PENARIKAN SAMPEL DAN ANALISA DATA ... 19

1. Sistem Informasi Geografi ……………………... 20 2. Kualitas Perairan ………………………………… 23 3. Mangrove ……….…..…………………………... 23 4. Karang …………………………………………… 24 5. Mega Benthos …………………………………… 26 6. Ikan Karang ……………………………………… 27

Page 5: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta ii

BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN ………………… 30

A. SISTEM INFORMASI GEOGRAFI ………………….…… 30 1. Geometri Citra …………………………………… 30 2. Interpretasi Citra ………………………………… 31

B. KUALITAS PERAIRAN ………………………………… 33 1. Temperatur ………………………………………. 33 2. Salinitas ………………………………………….. 36 3. Arus ……………………………………………… 37 4. Fosfat …………………………………………….. 39 5. Nitrit …………………………………………….. 40 6. Nitrat …………………………………………….. 42 7. Oksigen Terlarut ………………………………... 43 8. Derajat Keasaman (pH) …………………………. 45 9. Kecerahan ……………………………………….. 47 10. Warna …………………………………………... 49 11. Bau ……………………………………………. 49 12. Sampah/Benda Padat Terapung (BPT) ………… 50 13. Zat Padat Tersuspensi (TSS) …………………… 51

C. MANGROVE ...………………………………………. 53 D. KARANG …………………………………………… 58 E. MEGA BENTHOS ……………………………………. 73 F. IKAN KARANG ………………………………………. 80 G. PEMBAHASAN UMUM ……………………………… 94

BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN ………………… 96 A. KESIMPULAN ………………………………………… 96 B. SARAN ……………………………………………… 99

DAFTAR PUSTAKA …………………………………….. 101 LAMPIRAN ………………………………………………. 107

Page 6: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta iii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Peta lokasi penelitian di Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara ...……..

6

Gambar 2.a. Posisi stasiun penelitian untuk parameter temperatur dan salinitas air laut di perairan sekitar pelabuhan Sibolga ……………….

8

Gambar 2.b. Posisi stasiun penelitian untuk parameter temperatur dan salinitas air laut di perairan sekitar desa Sitardas, Teluk Tapian Nauli bagian selatan …………………………….

9

Gambar 2.c. Posisi stasiun penelitian untuk parameter temperatur dan salinitas air laut di perairan P. Mansalar ……………………………...

10

Gambar 3. Posisi stasiun penelitian untuk parameter fosfat, nitrit, nitrat, oksigen terlarut, pH, kecerahan, warna, bau, benda padat terapung, dan zat padat tersuspensi di perairan Teluk Tapian Nauli dan sekitarnya

11

Gambar 4. Posisi stasiun penelitian mangrove di Kabupaten Tapanuli Tengah ……………..

12

Gambar 5.a. Posisi stasiun penelitian untuk terumbu karang dan ikan karang dengan metode RRI di perairan sekitar Pelabuhan Sibolga .

13

Gambar 5.b. Posisi stasiun penelitian untuk terumbu karang dan ikan karang dengan metode RRI di perairan sekitar desa Sitardas, Teluk Tapian Nauli bagian selatan ……………...

14

Page 7: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta iv

Halaman

Gambar 5.c. Posisi stasiun penelitian untuk terumbu karang dan ikan karang dengan metode RRI di perairan P. Mansalar ……………...

15

Gambar 6.a. Posisi stasiun penelitian untuk untuk karang, mega benthos dan ikan karang untuk transek permanen di perairan sekitar Pelabuhan Sibolga ………………………...

16

Gambar 6.b. Posisi stasiun penelitian untuk untuk karang, mega benthos dan ikan karang untuk transek permanen di perairan sekitar desa Sitardas, Teluk Tapian Nauli bagian selatan ……………………………………

17

Gambar 6.c. Posisi stasiun penelitian untuk untuk karang, mega benthos dan ikan karang untuk transek permanen di perairan P. Mansalar …………………………………

18

Gambar 7.a. Profil temperatur dan salinitas di perairan pelabuhan Sibolga dan sekitarnya ………..

35

Gambar 7.b. Profil temperatur dan salinitas di perairan desa Sitardas, Teluk Tapian Nauli bagian selatan ……………………………………

35

Gambar 7.c. Profil temperatur dan salinitas di perairan P. Mansalar ………………………………

36

Gambar 8. Vektor arus antara P. Mansalar hingga Pelabuhan Sibolga (Lintasan I) dan dari Teluk Tapian Nauli bagian selatan hingga P. Mansalar (Lintasan II) …………………

38

Page 8: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta v

Halaman

Gambar 9. Kadar Fosfat (μg.at/l) di masing-masing stasiun penelitian di perairan Kabupaten Tapanuli Tengah ………………………….

40

Gambar 10. Kadar Nitrit (μg.at/l) di masing-masing stasiun penelitian di perairan Kabupaten Tapanuli Tengah …………………………

41

Gambar 11. Kadar Nitrat (μg.at/l) di masing-masing stasiun penelitian di lokasi penelitian di perairan Kabupaten Tapanuli Tengah ……

43

Gambar 12. Kadar Oksigen terlarut (ppm) di masing-masing stasiun penelitian di lokasi penelitian di perairan Tapanuli Tengah ….

44

Gambar 13. Nilai Derajat keasaman (pH) di masing-masing stasiun penelitian di lokasi penelitian di perairan Tapanuli Tengah ….

46

Gambar 14. Nilai TSS (ppm) di masing-masing stasiun penelitian di lokasi penelitian di perairan Tapanuli Tengah …………………………

52

Gambar 15. Rerata persentase tutupan dari seluruh stasiun RRI (n=51 stasiun) di Tapanuli Tengah untuk masing-masing kategori biota dan substrat ………………………...

60

Gambar 16.a. Peta kondisi terumbu karang berdasarkan persentase tutupan karang hidup di masing-masing stasiun RRI di perairan sekitar Pelabuhan Sibolga ………………………..

61

Page 9: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta vi

Halaman

Gambar 16.b. Peta kondisi terumbu karang berdasarkan persentase tutupan karang hidup di masing-masing stasiun RRI di perairan sekitar desa Sitardas, Teluk Tapian Nauli bagian selatan ……………………………………

62

Gambar 16.c. Peta kondisi terumbu karang berdasarkan persentase tutupan karang hidup di masing-masing stasiun RRI di perairan P. Mansalar

63

Gambar 17. Histogram persentase tutupan kategori biota dan substrat di masing-masing stasiun transek permanen di Tapanuli Tengah dengan metode LIT ………………………

64

Gambar 18.a. Peta persentase tutupan untuk masing-masing kategori biota dan substratnya di masing-masing stasiun transek permanen di perairan sekitar Sibolga dengan metode LIT ……………………………………….

65

Gambar 18.b. Peta persentase tutupan untuk masing-masing kategori biota dan substratnya di masing-masing stasiun transek permanen di perairan sekitar desa Sitardas, Teluk tapian Nauli bagian selatan, dengan metode LIT ……………………………………….

66

Gambar 18.c. Peta persentase tutupan untuk masing-masing kategori biota dan substratnya di masing-masing stasiun transek permanen di perairan P. Mansalar dengan metode LIT

67

Gambar 19. Dendrogram analisa pengelompokan stasiun transek permanen di Tapanuli Tengah berdasarkan jumlah kehadiran jenis karang batu ………………………………..

71

Page 10: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta vii

Halaman

Gambar 20. MDS untuk stasiun transek permanen di Tapanuli Tengah berdasarkan jumlah kehadiran jenis karang batu ………………

71

Gambar 21. Analisa regresi antara nilai H’ dan persentase tutupan karang hidup ………….

72

Gambar 22.a. Hasil reef check untuk mega benthos yang memiliki nilai ekonomis penting dan sebagai indikator kesehatan karang di masing-masing stasiun transek permanen di perairan sekitar Pelabuhan Sibolga ……

75

Gambar 22.b. Hasil reef check untuk mega benthos yang memiliki nilai ekonomis penting dan sebagai indikator kesehatan karang di masing-masing stasiun transek permanen di perairan sekitar desa Sitardas, Teluk Tapian Nauli bagian selatan ……………...

76

Gambar 22.c. Hasil reef check untuk mega benthos yang memiliki nilai ekonomis penting dan sebagai indikator kesehatan karang di masing-masing stasiun transek permanen di perairan P. Mansalar …………………..

77

Gambar 23. Dendrogram analisa pengelompokan stasiun transek permanen di Kabupaten Tapanuli Tengah berdasarkan jumlah individu mega benthos …………………...

79

Gambar 24. MDS untuk stasiun transek permanen di Kabupaten Tapanuli Tengah berdasarkan jumlah individu mega benthos …………...

79

Page 11: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta viii

Halaman

Gambar 25.a. Peta perbandingan antara ikan major, ikan target dan ikan indikator di sekitar perairan Sibolga dengan metode RRI ……………..

82

Gambar 25.b. Peta perbandingan antara ikan major, ikan target dan ikan indikator di sekitar perairan desa Sitardas, Teluk Tapian Nauli bagian selatan dengan metode RRI ………………

83

Gambar 25.c. Peta perbandingan antara ikan major, ikan target dan ikan indikator di perairan P. Mansalar dengan metode RRI ……………

84

Gambar 26.a. Peta perbandingan antara ikan major, ikan target dan ikan indikator di masing-masing stasiun transek permanen di perairan sekitar Sibolga ……………………………

87

Gambar 26.b. Peta perbandingan antara ikan major, ikan target dan ikan indikator di masing-masing stasiun transek permanen di perairan sekitar desa Sitardas, Teluk Tapian Nauli bagian selatan …………………………….

88

Gambar 26.c. Peta perbandingan antara ikan major, ikan target dan ikan indikator di masing- masing stasiun transek permanen di perairan P. Mansalar ………………………………….

89

Gambar 27. Dendrogram analisa pengelompokan stasiun transek permanen di Kabupaten Tapanuli Tengah berdasarkan jumlah individu ikan karang yang telah ditransformasikan ke bentuk akar pangkat dua ……………………………………….

93

Page 12: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta ix

Halaman

Gambar 28. MDS untuk stasiun transek permanen di Kabupaten Tapanuli Tengah berdasarkan jumlah individu ikan karang yang telah ditransformasikan ke bentuk akar pangkat dua ……………………………………….

93

Page 13: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta x

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Luas mangrove dan terumbu karang di Kabupaten Tapanuli Tengah ………………..

33

Tabel 2. Hasil pengukuran temperatur pada seluruh stasiun penelitian di perairan Kabupaten Tapanuli Tengah …………………………….

34

Tabel 3. Hasil pengukuran salinitas pada seluruh stasiun penelitian di perairan di perairan Kabupaten Tapanuli Tengah ………………..

37

Tabel 4. Jenis mangrove yang dijumpai (tanda +) di Kabupaten Tapanuli Tengah ………………..

54

Tabel 5. Daftar Nilai Penting ( % ) jenis pohon mangrove di Kabupaten Tapanuli Tengah …..

54

Tabel 6. Daftar kerapatan nisbi (KN), frekuensi nisbi (FN), dominasi nisbi (DN) dan nilai penting (NP) jenis pohon di Kabupaten Tapanuli Tengah ……………………………………….

55

Tabel 7. Gambaran mengenai struktur mangrove di Kabupaten Tapanuli Tengah ………………..

55

Tabel 8. Daftar Nilai Penting ( % ) jenis anak pohon di Kabupaten Tapanuli Tengah ………………...

57

Tabel 9. Daftar kerapatan nisbi (KN), frekuensi nisbi (FN), dominasi nisbi (DN) dan nilai penting (NP) jenis anak pohon di Kabupaten Tapanuli Tengah ……………………………………….

57

Page 14: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta xi

Halaman

Tabel 10. Jumlah jenis (S), Jumlah individu (N), Indeks keanekaragaman jenis Shannon (H’) yang dihitung menggunakan ln (=log e), dan Indeks kemerataan Pielou (J’) untuk karang batu di masing-masing stasiun transek permanen dengan metode LIT ………………………….

68

Tabel 11. Nilai kemiripan Bray-Curtis berdasarkan jumlah kehadiran masing-masing jenis karang batu pada stasiun transek permanen di Tapanuli Tengah …………………………….

70

Tabel 12. Analisa variansi hubungan antara nilai H’ dan persentase tutupan karang hidup ……………

72

Tabel 13. Nilai kemiripan Bray-Curtis berdasarkan jumlah individu mega benthos pada stasiun transek permanen di Tapanuli Tengah ……...

78

Tabel 14. Dua belas jenis ikan karang yang memiliki nilai frekuensi relatif kehadiran terbesar (berdasarkan jumlah stasiun yang diamati)…..

81

Tabel 15. Sepuluh besar jenis ikan karang yang memiliki kelimpahan yang tertinggi ………...

81

Tabel 16. Kelimpahan ikan karang untuk masing-masing suku yang dijumpai di lokasi transek permanen …………………………………….

86

Tabel 17. Jumlah jenis (S), Jumlah individu (N), Indeks keanekaragaman jenis Shannon (H’) yang dihitung menggunakan ln (=log e), dan Indeks kemerataan Pielou (J’) untuk ikan karang di masing-masing stasiun transek permanen di Tapanuli Tengah dengan metode UVC ……..

90

Page 15: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta xii

Halaman

Tabel 18. Nilai kemiripan Bray-Curtis berdasarkan jumlah individu ikan karang pada stasiun transek permanen di Tapanuli Tengah ……...

92

Page 16: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Posisi stasiun penelitian untuk parameter temperatur dan salinitas air laut di Kabupaten Tapanuli Tengah ……………

107

Lampiran 2. Posisi stasiun penelitian untuk parameter fosfat, nitrit, nitrat, oksigen terlarut, pH, kecerahan, warna, bau, benda padat terapung, dan zat padat tersuspensi di perairan Kabupaten Tapanuli Tengah …...

109

Lampiran 3. Posisi stasiun penelitian untuk mangrove . 110

Lampiran 4. Posisi stasiun penelitian karang dan ikan karang dengan metode RRI di perairan Kabupaten Tapanuli Tengah …………….

111

Lampiran 5. Posisi stasiun transek permanen untuk karang, mega benthos dan ikan karang di perairan Kabupaten Tapanuli Tengah …...

113

Lampiran 6. Jenis karang batu yang diperoleh di perairan Kabupaten Tapanuli Tengah …...

114

Lampiran 7. Persentase tutupan biota dan substrat pada

masing-masing stasiun RRI di perairan Kabupaten Tapanuli Tengah

118

Lampiran 8. Persentase tutupan biota dan substrat dengan metode LIT di 6 stasiun transek permanent di perairan Kabupaten Tapanuli Tengah …………………………

122

Page 17: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta xiv

Halaman

Lampiran 9. Kelimpahan beberapa mega benthos yang diamati dengan metode Reef Check (yang dimodifikasi) pada masing-masing stasiun transek permanent di perairan Kabupaten Tapanuli Tengah …………………………

123

Lampiran 10. Kelimpahan jenis ikan (jumlah individu/transek) yang dijumpai di masing-masing stasiun transek permanen yang diperoleh dengan metode UVC di perairan Kabupaten tapanuli Tengah ……

124

Page 18: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta xv

RINGKASAN EKSEKUTIF

A. PENDAHULUAN

COREMAP yang direncanakan berlangsung selama

15 tahun, yang terbagi dalam 3 fase, kini telah memasuki

fase II. Pada fase ini terdapat penambahan beberapa lokasi

baru yang pendanaannya dibiayai oleh ADB (Asian

Development Bank). Salah satu lokasi baru itu adalah

Kabupaten Tapanuli Tengah (Tapanuli Tengah) yang

secara administratif masuk ke dalam Propinsi Sumatera

Utara.

Sebagian wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah

berada di daratan P. Sumatera, sedangkan sebagian lainnya

merupakan pulau-pulau yaitu P. Mansalar yang merupakan

pulau yang terbesar di kabupaten ini, dan pulau-pulau

kecil yang pada umumnya tak berpenghuni. Daerah kajian

pada penelitian ini adalah wilayah pesisir teluk di depan

kota Sibolga (Teluk Tapian Nauli) beserta pulau-pulau

kecil di sekitarnya. Walaupun P. Mansalar t idak termasuk

lokasi COREMAP, namun penelitian juga dilakukan

disana.

Kabupaten Tapanuli Tengah termasuk dalam satuan

geomorfologi besar P. Sumatera yaitu bagian Tengah-

Barat. Bagian ini merupakan perbukitan bergelombang dan

membentuk deretan gunung api Bukit Barisan. Topografi

perbukitan bergelombang ini disusun oleh batuan vulkanik

berupa batuan breksi, lava, batuan piroklastik bersifat

Page 19: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta xvi

agak padu sampai padu, berumur Tersier hingga Kuarter.

Kondisi l i tologi yang demikian menyebabkan tanah

berkembang baik. Air tanahpun cukup baik dan melimpah

di sini. Secara spesifik daerah kajian sebagian besar

termasuk pada lahan bentukan asal fluvial dan lahan

perbukitan. Perbukitan umumnya ditumbuhi tumbuhan

hutan dan jarang yang diusahakan karena lerengnya yang

terjal. Sedangkan pada bagian yang agak datar dan datar,

dijadikan tempat hunian penduduk selain juga diusahakan

sebagai lahan pertanian. Khususnya P. Mansalar, hampir

seluruh pulau ditutupi hutan primer. Ada sebagaian lahan

telah dibuka dan ditanami tanaman perkebunan seperti

kelapa.

Iklim di Tapanuli Tengah masih merupakan iklim

hujan tropis. Curah hujan rerata tahunan umumnya di atas

2500mm. Sedangkan kisaran suhu udara antara 18 – 32oC.

Tanah yang baik, curah hujan yang cukup serta suhu udara

yang cukup kondusif inilah yang menjadikan daerah ini

cukup subur dan cocok untuk tanaman perkebunan.

Sebagai lokasi baru COREMAP, studi baseline

ekologi (ecological baseline study) sangatlah diperlukan

untuk mendapatkan data dasar ekologi di lokasi tersebut,

termasuk kondisi ekosistem terumbu karang, mangrove dan

juga kondisi l ingkungannya. Data-data yang diperoleh

diharapkan dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan bagi

para stakeholder dalam mengelola ekosistem terumbu

karang secara lestari . Selain itu, dalam studi ini juga

dibuat beberapa transek permanen di masing-masing

lokasi, agar kondisinya bisa dipantau di masa mendatang.

Page 20: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta xvii

Adanya data dasar dan data hasil pemantauan memiliki arti

penting sebagai bahan evaluasi keberhasilan COREMAP.

Kegiatan penelitian di lapangan dilakukan

menggunakan Kapal Riset Baruna Jaya VIII. Untuk

efisiensi waktu dan biaya, kegiatan penelitian ini

dilakukan menjadi satu dengan kegiatan studi baseline

ekologi di perairan Kepulauan Mentawai dan Kabupaten

Nias. Kegiatan lapangan di ketiga lokasi tersebut

berlangsung pada bulan Mei-Juni 2004.

Kegiatan lapangan ini melibatkan staf CRITC (Coral

Reef Information and Training Centre) Jakarta dibantu

oleh para peneliti dan teknisi Pusat Penelitian

Oseanografi-LIPI, dan beberapa staf dari daerah setempat

yang berasal dari CRITC daerah, BAPPEDA, serta Dinas

Perikanan dan Kelautan. Seorang mahasiswa dari Jakarta

(Universitas Indonesia) diikutkan dalam penelitian ini. Hal

ini penting artinya bagi mahasiswa tersebut untuk dapat

melengkapi Kegiatan Praktek Lapangannya.

Dalam penelitian ini, sebelum penarikan sampel

dilakukan, terlebih dahulu ditentukan peta sebaran

terumbu karang di perairan tersebut berdasarkan peta

sementara (tentative) yang diperoleh dari hasil interpretasi

data citra digital Landsat 7 Enhanced Thematic Mapper

Plus (Landsat ETM+). Kemudian dipilih secara acak tit ik-

tit ik penelitian (stasiun) sebagai sampel. Jumlah stasiun

untuk masing-masing kelompok penelitian berbeda-beda

disesuaikan dengan jumlah personil dan waktu yang

tersedia, tetapi diharapkan sampel yang terambil cukup

Page 21: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta xviii

mewakili untuk menggambarkan tentang kondisi perairan

di lokasi tersebut.

B. HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari data yang diperoleh di lapangan, kemudian

dilakukan analisa data. Hasil dan pembahasannya adalah

sebagai berikut:

Luasan hutan mangrove di Kabupaten Tapanuli Tengah

yang meliputi daerah sekitar pelabuhan Sibolga, sekitar

desa Sitardas (Teluk Tapian Nauli bagian selatan) dan

P. Mansalar yaitu 7,9902 km2.

Luasan terumbu karang yang meliputi fringing reef ,

patch reef dan shoal di perairan Kabupaten Tapanuli

Tengah yang meliputi daerah sekitar pelabuhan

Sibolga, sekitar desa Sitardas (Teluk Tapian Nauli

bagian selatan) dan P. Mansalar yaitu 25,3572 km2.

Temperatur di perairan sekitar Sibolga antara

29,4038°C dan 30,3487°C dengan rerata 30,0322°C, di

perairan sekitar desa Sitardas yang berada di Selatan

Teluk Tapian Nauli antara 28,1521°C dan 29,7296°C

dengan rerata 29,3733°C, sedangkan di perairan P.

Mansalar antara 29,2074°C dan 29,9513°C dengan

rerata 29,6634°C.

Salinitas di perairan sekitar Sibolga berkisar antara

32,1851 PSU hingga 33,6430 PSU, di perairan desa

Sitardas antara 31,7693 PSU hingga 33,3517 PSU dan

Page 22: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta xix

di perairan P. Mansalar antara 32,4277 PSU hingga

33,8446 PSU.

Pada lintasan antara P. Mansalar hingga Pelabuhan

Sibolga (Lintasan I) dan dari Teluk Tapian Nauli

bagian selatan hingga P. Mansalar (Lintasan II)

menunjukkan bahwa pengaruh pasang surut t idak

dominan di perairan ini. Arah arus menuju selatan baik

dalam kondisi pasang bergerak surut maupun pada saat

menuju pasang. Pada lintasan II, kecepatan arus yang

terekam mencapai 75 cm/detik, sedangkan pada

Lintasan I kecepatan arusnya relatif lebih lemah.

Kadar fosfat (selain di St.12 yang lokasinya berada di

pelabuhan laut Sibolga dengan kadar fosfat =

71,65μg.at/l) , secara rata-rata masih berada di bawah

Nilai Ambang Batas (NAB) yang diberikan Kantor

MNLH (NAB= 4,9 μg.at/l ) yaitu 1,42 μg.at/l .

Kadar nitrit (N-NO2) secara rata-rata nilainya sebesar

2,62 μg.at/l , tanpa mengikut sertakan St.12 yang

lokasinya berada di pelabuhan laut Sibolga dengan

kadar nitrit = 12,39μg.at/l . Kantor MNLH (2004) tidak

mencantumkan nitrit sebagai salah satu parameter

kualitas air.

Kadar nitrat (NO3-N) di perairan Tapanuli Tengah ini

relatif t inggi terutama di St.12 yang lokasinya berada

di pelabuhan laut Sibolga. Tanpa mengikut sertakan

St.12, reratanya sebesar 4,99 μg.at/l . NAB untuk nitrat

yang diberikan Kantor MNLH (1988) untuk biota dan

wisata bahari yaitu 0,008 ppm atau 26,27 μg.at/l .

Page 23: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta xx

Kadar oksigen terlarut di perairan Tapanuli Tengah

pada umumnya masih dalam kategori normal yaitu

antara 4,52-6,88 ppm dengan rerata 6,28 ppm. NAB

kadar oksigen terlarut untuk biota laut dan pariwisata

adalah > 5 ppm (Kantor MNLH, 2004). Pada St.12,

kadar oksigennya berada di bawah NAB.

Nilai hasil pengukuran pH di perairan Kabupaten

Tapanuli Tengah masih tergolong baik yaitu berkisar

antara 7,6.-8,1 dengan rerata 7,99. Kantor MNLH

(2004) menetapkan NAB pH antara 7-8,5 untuk biota

dan wisata bahari.

Pada lereng terumbu dengan kedalaman antara 5 m – 15

m, masih terlihat dasar perairan (Tampak Dasar).

Hasil pengukuran warna air laut di seluruh stasiun di

perairan Tapanuli Tengah menunjukkan bahwa warna

air masih alami yakni berkisar antara hijau muda

sampai biru tua. Warna hijau muda umumnya dijumpai

pada lokasi yang relatif dekat dengan pantai (lebih

kurang 25 m), sedangkan biru tua relatif agak jauh dari

pantai (50-100 m).

Hasil pengukuran bau yang dilakukan secara

organoleptik menunjukkan bahwa air laut yang berbau

hanya dijumpai di sekitar pelabuhan laut Sibolga.

Sampah atau benda padat terapung ditemukan dalam

jumlah yang sedikit dan pada umumnya dalam bentuk

bahan organik yang terdiri dari serasah tumbuhan

seperti kelapa, mangrove, semak belukar, dan juga

kertas, plastik dan kayu.

Page 24: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta xxi

Kadar TSS (zat padat tersuspensi) berkisar antara 3,39-

28,25 ppm dengan rerata 7,05 ppm. Terutama pada

stasiun-stasiun yang berada di pelabuhan laut Sibolga

(St.12, St.13 dan St.14), kadar TSS cukup tinggi yaitu

> 14 ppm. NAB TSS untuk koral dan wisata bahari

sebesar 20 ppm (Kantor MNLH, 2004), sedangkan

untuk budidaya perikanan <80 ppm (Kantor MNLH,

1988).

Dijumpai 20 jenis mangrove yang termasuk dalam 10

suku dari hasil transek dan koleksi bebas.

Untuk kategori pohon (diameter >10 cm) maupun anak

pohon (diameter 2 - ≤ 10 cm), jenis Rhizophora

mucronata mendominasi .

Kepadatan pohon mencapai 288 batang per hektar

dengan rerata ketinggian 14,74 meter dan rerata

diameter batang 16,30 cm.

Kepadatan anak pohon mencapai 2995 batang per

hektar dengan rerata ketinggian 5,35 m dan rerata

diameter batang 4,54 cm.

Di daerah aliran sungai Jago-jago di P. Sumatera

didapatkan Nypa fruticans yang mendominasi hampir

sepanjang aliran sungai.

Dari hasil RRI, LIT dan pengamatan bebas berhasil

dijumpai 140 jenis karang batu yang termasuk dalam 16

suku.

Pengamatan terumbu karang dengan metode RRI yang

dilakukan di 51 stasiun dijumpai persentase tutupan

Page 25: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta xxii

karang hidup antara 0,00%-79,70%, dengan rerata

persentase tutupan karang hidup 26,98%. Pada stasiun

TPTR03 dan TPTR08, pada saat pengamatan dilakukan,

t idak dijumpai karang hidup sama sekali .

Persentase tutupan karang hidup di perairan desa

Sitardas yang berada di Teluk Tapian Nauli bagian

selatan merupakan yang tertinggi yaitu sebesar 52,02%

(n=16 stasiun). Persentase tutupan karang hidup di P.

Mansalar sebesar 18,79 % (n= 25 stasiun), sedangkan

di Sibolga dan sekitarnya sebesar 7,42 % (n= 10

stasiun).

Pada stasiun-stasiun yang berada di sekitar Sibolga

(TPTL01, TPTL02 dan TPTL03) memiliki

keanekaragaman jenis karang batu yang rendah dan

jenis Porites lutea terlihat lebih mendominasi.

Kelimpahan Acanthaster planci , ditemukan dalam

jumlah yang sedikit , yaitu hanya 16 individu/ha.

Karang jamur (CMR=Coral Mushrom) dijumpai dalam

jumlah yang berlimpah yaitu 16747 individu/ha. Bulu

babi (Diadema setosum) dijumpai dalam jumlah banyak

yaitu 6692 individu/ha. Sedangkan Kima (Giant clam)

dijumpai dalam jumlah yang tidak banyak, dimana

untuk yang berukuran besar (panjang >20 cm)

kelimpahannya sebesar 170 individu/ha, dan yang

berukuran kecil (panjang < 20 cm) sebesar 66

individu/ha. Demikian pula halnya dengan tripang

(holothurian) dimana yang berukuran besar (diameter

>20) kelimpahannya hanya sebesar 11 individu/ha,

Page 26: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta xxiii

sedangkan yang berukuran kecil t idak dijumpai sama

sekali selama pengamatan dilakukan.

Jenis ikan karang Lutjanus decussatus merupakan jenis

yang paling sering dijumpai selama pengamatan RRI,

dimana jenis ini berhasil dijumpai di 29 stasiun dari 51

stasiun RRI (Frekuensi relatif kehadiran berdasarkan

jumlah stasiun yang diamati= 56,86%).

Underwater Fish Visual Census (UVC) yang dilakukan

di 9 Stasiun transek permanen menjumpai sebanyak 179

jenis ikan karang yang termasuk dalam 31 suku, dengan

nilai kelimpahan ikan karang sebesar 11025 individu

per hektarnya. Jenis Neopomacentrus cyanomos

merupakan jenis ikan karang yang memiliki kelimpahan

yang tertinggi dibandingkan dengan jenis ikan karang

lainnya, yaitu sebesar 4571 individu/ha-nya

Kelimpahan beberapa jenis ikan ekonomis penting yang

diperoleh dari UVC di lokasi transek permanen seperti

ikan kakap (suku Lutjanidae) yaitu 813 individu/ha,

ikan kerapu (suku Serranidae) 165 individu/ha, ikan

ekor kuning (suku Caesionidae) yaitu 936 individu/ha.

Selama penelitian berlangsung, ikan Napoleon

(Cheilinus undulatus) t idak dijumpai.

Ikan kepe-kepe (Butterfly fish; suku Chaetodontidae)

yang merupakan ikan indikator untuk menilai kesehatan

terumbu karang memiliki kelimpahan 330 individu/ha.

Perbandingan kelimpahan kelompok ikan major, ikan

target dan ikan indikator berturut-turut adalah 20264

individu/ha, 3637 individu/ha dan 330 individu/ha,

Page 27: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta xxiv

sehingga perbandingan antara ikan major, ikan target

dan ikan indikator adalah 61:11:1. Ini berarti bahwa

untuk setiap 73 ikan yang dijumpai di perairan

Tapanuli Tengah, kemungkinan komposisinya terdiri

dari 61 individu ikan major, 11 individu ikan target dan

1 individu ikan indicator.

Pelabuhan laut Sibolga yang ramai oleh segala macam

aktivitasnya terlihat memiliki peranan penting terhadap

menurunnya kualitas perairan disekitarnya. Stasiun-

stasiun yang berada di sekitar pelabuhan Sibolga

(TPTL01, TPTL02 dan TPTL03) tampak berbeda

dengan stasiun-stasiun lainnya, baik itu dilihat dari

jumlah kehadiran masing-masing jenis karang batu,

jumlah individu mega benthos (yang memiliki nilai

ekonomi penting ataupun sebagai indikator kesehatan

terumbu karang), maupun dari jumlah individu ikan

karang yang dijumpai.

Secara umum kualitas perairannya dapat dikatakan

relatif masih baik untuk kehidupan karang serta biota

laut lainnya.

C. SARAN

Dari pengalaman dan hasil yang diperoleh selama

melakukan penelitian di lapangan maka dapat diberikan

beberapa saran sebagai berikut:

Kesimpulan yang diambil mungkin saja tidak

seluruhnya benar untuk menggambarkan kondisi

Kabupaten Tapanuli Tengah secara keseluruhan

Page 28: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta xxv

mengingat jumlah stasiun penelitian, terutama untuk

stasiun transek permanen sangatlah terbatas (13

stasiun). Hal ini dikarenakan waktu penelitian yang

sangat terbatas. Untuk itu sebaiknya jumlah stasiun

bisa ditambahkan pada penelitian selanjutnya.

Secara umum, kualitas perairan di lokasi yang ditelit i ,

dapat dikatakan relatif masih baik untuk kehidupan

karang serta biota laut lainnya. Keadaan seperti ini

perlu dipertahankan bahkan jika mungkin, lebih

ditingkatkan lagi daya dukungnya, untuk kehidupan

terumbu karang dan biota lainnya. Pencemaran

lingkungan dan kerusakan lingkungan harus dicegah

sedini mungkin, sehingga kelestarian sumberdaya yang

ada tetap terjaga dan lestari .

Dengan meningkatnya kegiatan di darat di sekitar

Kabupaten Tapanuli Tengah, pasti akan membawa

pengaruh terhadap ekosistem di perairan ini, baik

secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu,

penelitian kembali di daerah ini sangatlah penting

dilakukan untuk mengetahui perubahan yang terjadi

sehingga hasilnya bisa dijadikan bahan pertimbangan

bagi para stakeholder dalam mengelola ekosistem

terumbu karang secara lestari . Selain itu, data hasil

pemantauan tersebut juga bisa dipakai sebagai bahan

evaluasi keberhasilan COREMAP.

Page 29: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 1

BAB I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

COREMAP yang direncanakan berlangsung selama

15 tahun, yang terbagi dalam 3 fase, kini telah memasuki

fase II. Pada fase ini terdapat penambahan beberapa lokasi

baru yang pendanaannya dibiayai oleh ADB (Asian

Development Bank). Salah satu lokasi baru itu adalah

Kabupaten Tapanuli Tengah (Tapanuli Tengah) yang

secara administratif masuk ke dalam Propinsi Sumatera

Utara.

Sebagian wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah

berada di daratan P. Sumatera, sedangkan sebagian lainnya

merupakan pulau-pulau yaitu P. Mansalar yang merupakan

pulau yang terbesar di kabupaten ini, dan pulau-pulau

kecil yang pada umumnya tak berpenghuni. Daerah kajian

pada penelitian ini adalah wilayah pesisir di Teluk Sibolga

atau Teluk Tapanuli, yang biasa disebut juga dengan Teluk

Tapian Nauli oleh masyarakat sekitarnya, beserta P.

Mansalar dan pulau-pulau kecil di sekitarnya. Walaupun P.

Mansalar tidak termasuk lokasi COREMAP, namun

penelitian juga dilakukan di sana sebagai data

pembanding.

Kabupaten Tapanuli Tengah termasuk dalam satuan

geomorfologi besar P. Sumatera yaitu bagian Tengah-

Barat. Bagian ini merupakan perbukitan bergelombang dan

membentuk deretan gunung api Bukit Barisan. Topografi

Page 30: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 2

perbukitan bergelombang ini disusun oleh batuan vulkanik

berupa batuan breksi, lava, batuan piroklastik bersifat

agak padu sampai padu, berumur Tersier hingga Kuarter.

Kondisi l i tologi yang demikian menyebabkan tanah

berkembang baik. Air tanahpun cukup baik dan melimpah

di sini. Secara spesifik daerah kajian sebagian besar

termasuk pada lahan bentukan asal fluvial dan lahan

perbukitan. Perbukitan umumnya ditumbuhi tumbuhan

hutan dan jarang yang diusahakan karena lerengnya yang

terjal. Sedangkan pada bagian yang agak datar dan datar,

dijadikan tempat hunian penduduk selain juga diusahakan

sebagai lahan pertanian. Khususnya P. Mansalar, hampir

seluruh pulau ditutupi hutan primer. Ada sebagaian lahan

telah dibuka dan ditanami tanaman perkebunan seperti

kelapa.

Iklim di Tapanuli Tengah masih merupakan iklim

hujan tropis. Curah hujan rerata tahunan umumnya di atas

2500mm. Sedangkan kisaran suhu udara antara 18 – 32oC.

Tanah yang baik, curah hujan yang cukup serta suhu udara

yang cukup kondusif inilah yang menjadikan daerah ini

cukup subur dan cocok untuk tanaman perkebunan.

Dilihat dari sumberdaya perairannya, Kabupaten

Tapanuli Tengah memiliki potensi sumberdaya yang cukup

andal bila dikelola dengan baik. Perairan ini memiliki

berbagai ekosistem laut dangkal yang merupakan tempat

hidup dan memijah ikan-ikan laut seperti ekosistem

mangrove, lamun dan karang. Seiring dengan berjalannya

waktu dan pesatnya pembangunan di segala bidang serta

krisis ekonomi yang berkelanjutan telah memberikan

Page 31: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 3

tekanan yang lebih besar terhadap lingkungan sekitarnya,

khususnya lingkungan perairannya.

Sebagai lokasi baru COREMAP, studi baseline

ekologi (ecological baseline study) sangatlah diperlukan

untuk mendapatkan data dasar ekologi di lokasi tersebut,

termasuk kondisi ekosistem terumbu karang, mangrove dan

juga kondisi l ingkungannya. Data-data yang diperoleh

diharapkan dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan bagi

para stakeholder dalam mengelola ekosistem terumbu

karang secara lestari . Selain itu, dalam studi ini juga

dibuat beberapa transek permanen di masing-masing lokasi

baru tersebut sehingga bisa dipantau di masa mendatang.

Adanya data dasar dan data hasil pemantauan pada masa

mendatang sebagai data pembanding, dapat dijadikan

bahan evaluasi yang penting bagi keberhasilan COREMAP.

B. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari studi baseline ekologi ini adalah sebagai

berikut:

Mendapatkan data dasar ekologi di Kabupaten

Tapanuli Tengah, termasuk kondisi ekosistem terumbu

karang, mangrove dan juga kondisi l ingkungannya.

Membuat transek permanen di beberapa tempat di

Kabupaten Tapanuli Tengah agar dapat dipantau di

masa mendatang.

Page 32: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 4

C. RUANG LINGKUP PENELITIAN

Ruang lingkup studi baseline ekologi ini meliputi

empat tahapan yaitu:

1. Tahap persiapan , meliputi kegiatan administrasi,

koordinasi dengan tim penelitian baik yang berada di

Jakarta maupun di daerah setempat, pengadaan dan

mobilitas peralatan penelitian serta perancangan

penelitian untuk memperlancar pelaksanaan survey di

lapangan. Selain itu, dalam tahapan ini juga dilakukan

persiapan penyediaan peta dasar untuk lokasi penelitian

yang akan dilakukan.

2. Tahap pengumpulan data , yang dilakukan langsung di

lapangan yang meliputi data tentang kualitas perairan

baik fisika maupun kimia perairan, terumbu karang,

ikan karang dan mangrove.

3. Tahap analisa data , yang meliputi verifikasi data

lapangan dan pengolahan data sehingga data lapangan

bisa disajikan dengan lebih informatif.

4. Tahap pelaporan , yang meliputi pembuatan laporan

sementara dan laporan akhir.

Page 33: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 5

BAB II. METODE PENELITIAN

A. LOKASI PENELITIAN

Lokasi penelitian dilakukan di P. Mansalar dan di

daerah pesisir Teluk Sibolga (Teluk Tapanuli), atau

masyarakat sekitar menyebutnya dengan Teluk Tapian

Nauli, yang berada di depan kota Sibolga beserta pulau-

pulau kecil di sekitarnya (Gambar 1).

Dalam penelitian ini, sebelum penarikan sampel

dilakukan, terlebih dahulu ditentukan peta sebaran

terumbu karang di perairan tersebut berdasarkan peta

sementara (tentative) yang diperoleh dari hasil interpretasi

data citra digital Landsat 7 Enhanced Thematic Mapper

Plus (Landsat ETM+). Kemudian dipilih secara acak tit ik-

tit ik penelitian (stasiun) sebagai sampel. Jumlah stasiun

untuk masing-masing kelompok penelitian berbeda-beda

disesuaikan dengan jumlah personil dan waktu yang

tersedia, tetapi diharapkan sampel yang terambil cukup

mewakili untuk menggambarkan tentang kondisi perairan

di lokasi tersebut.

Page 34: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 6

Gambar 1 . Peta lokasi peneli t ian di Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara.

Page 35: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 7

Untuk parameter temperatur dan salinitas air laut

dilakukan di 53 stasiun dimana 6 stasiun terdapat di

perairan Pelabuhan Sibolga (Gambar 2.a. dan Lampiran 1),

26 stasiun di perairan Teluk Tapian Nauli (Gambar 2.b.

dan Lampiran 1) dan 21 stasiun di perairan P. Mansalar

(Gambar 2.c. dan Lampiran 1).

Untuk parameter kecepatan dan arah arus air laut

dilakukan di sepanjang lintasan antara P. Mansalar hingga

Pelabuhan Sibolga (Lintasan I) dan dari Teluk Tapian

Nauli bagian selatan hingga P. Mansalar (Lintasan II).

Untuk parameter fosfat, nitrit , nitrat, oksigen

terlarut, pH, kecerahan, warna, bau, benda padat terapung,

dan zat padat tersuspensi dilakukan di 22 stasiun

penelitian (Gambar 3 dan Lampiran 2).

Untuk mangrove, transek dilakukan di 4 stasiun,

dimana 1 stasiun berada di daratan Sumatera dan 3 stasiun

berada di P. Mansalar dan (Gambar 4 dan Lampiran 3).

Untuk kelompok karang dan ikan karang,

pengamatan dilakukan di 51 stasiun dengan menggunakan

metode RRI (Rapid Reef Resources Inventory) (Gambar

5.a., Gambar 5.b. dan Lampiran 4). Untuk proses

pemantauan kondisi kesehatan karang di masa sekarang

dan yang akan datang, dipilih 13 stasiun sebagai t i t ik-tit ik

transek permanen (permanent transect) untuk karang,

mega benthos yang memiliki nilai ekonomis penting dan

sebagai indikator kesehatan terumbu karang, serta ikan

karang (Gambar 6.a. , Gambar 6.b. dan Lampiran 5).

Page 36: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 8

Gambar 2.a. Posisi s tasiun peneli t ian untuk parameter temperatur dan sal ini tas

air laut di perairan sekitar pelabuhan Sibolga.

Page 37: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 9

Gambar 2.b. Posisi s tasiun peneli t ian untuk parameter temperatur dan sal ini tas air laut di perairan sekitar desa Sitardas, Teluk Tapian Nauli bagian selatan.

Page 38: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 10

Gambar 2.c. Posisi s tasiun peneli t ian untuk parameter temperatur dan sal ini tas air laut di perairan P. Mansalar .

Page 39: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 11

Gambar 3. Posisi s tasiun peneli t ian untuk parameter fosfat , ni tr i t , ni trat , oksigen

terlarut , pH, kecerahan, warna, bau, benda padat terapung, dan zat padat tersuspensi di perairan Teluk Tapian Nauli dan sekitarnya.

Page 40: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 12

Gambar 4. Posisi s tasiun peneli t ian mangrove di Kabupaten Tapanuli Tengah.

Page 41: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 13

Gambar 5.a. Posisi s tasiun peneli t ian untuk terumbu karang dan ikan karang dengan

metode RRI di perairan sekitar Pelabuhan Sibolga.

Page 42: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 14

Gambar 5.b. Posisi s tasiun peneli t ian untuk terumbu karang dan ikan karang dengan metode

RRI di perairan sekitar desa Sitardas, Teluk Tapian Nauli bagian selatan.

Page 43: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 15

Gambar 5.c. Posisi s tasiun peneli t ian untuk terumbu karang dan ikan karang dengan

metode RRI di perairan P. Mansalar .

Page 44: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 16

Gambar 6.a. Posisi s tasiun peneli t ian untuk untuk karang, mega benthos dan ikan

karang untuk transek permanen di perairan sekitar Pelabuhan Sibolga.

Page 45: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 17

Gambar 6.b. Posisi s tasiun peneli t ian untuk untuk karang, mega benthos dan ikan karang untuk

transek permanen di perairan sekitar desa Sitardas, Teluk Tapian Nauli bagian selatan.

Page 46: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 18

Gambar 6.c. Posisi s tasiun peneli t ian untuk untuk karang, mega benthos dan ikan

karang untuk transek permanen di perairan P. Mansalar .

Page 47: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 19

B. WAKTU PENELITIAN

Kegiatan penelitian di lapangan dilakukan

menggunakan Kapal Riset Baruna Jaya VIII. Untuk

efisiensi waktu dan biaya, kegiatan penelitian ini

dilakukan menjadi satu dengan kegiatan studi baseline

ekologi di perairan Kepulauan Mentawai dan Kabupaten

Nias. Kegiatan lapangan di ketiga lokasi tersebut

berlangsung pada bulan Mei-Juni 2004.

C. PELAKSANA PENELITIAN

Kegiatan penelitian di lapangan ini melibatkan staf

CRITC (Coral Reef Information and Training Centre)

Jakarta dibantu oleh para peneliti dan teknisi Pusat

Penelitian Oseanografi-LIPI, beberapa staf dari daerah

setempat yang berasal dari CRITC daerah, BAPPEDA,

serta Dinas Perikanan dan Kelautan. Seorang mahasiswa

dari Jakarta (Universitas Indonesia) juga turut serta dalam

survey ini untuk melengkapi Kegiatan Praktek

Lapangannya.

D. METODE PENARIKAN SAMPEL DAN ANALISA DATA

Penelitian Ecological Baseline Study ini melibatkan

beberapa kelompok penelitian dan dibantu oleh personil

untuk dokumentasi. Metode penarikan sampel dan analisa

data yang digunakan oleh masing-masing kelompok

penelitian tersebut adalah sebagai berikut:

Page 48: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 20

1. Sistem Informasi Geografi

Untuk keperluan pembuatan peta dasar ekosistem

perairan dangkal, hasil interpretasi citra penginderaan

jauh (indraja) digunakan sebagai data dasar. Data citra

indraja yang dipakai dalam studi ini adalah citra digital

Landsat 7 Enhanced Thematic Mapper Plus

(selanjutnya disebut Landsat ETM+) pada kanal sinar

tampak dan kanal infra-merah dekat (band 1,2,3,4 dan

5). Saluran ETM+ 7 tidak digunakan dalam studi ini

karena studinya lebih ke mintakat perairan bukan

mintakat daratan. Sedangkan saluran infra-merah dekat

ETM+ 4 dan 5 tetap dipakai karena band 4 masih

berguna untuk perairan dangkal dan band 5 berguna

untuk pembedaan mintakat mangrove.

Citra yang digunakan adalah citra dengan

cakupan penuh ( full scene) yaitu 185 km x 185 km

persegi. Ukuran piksel, besarnya unit areal di

permukaan bumi yang diwakili oleh satu nilai digital

citra, pada saluran multi-spectral (band 1,2,3,4,5 dan 7)

adalah 30 m x 30 m persegi. Adapun citra yang

digunakan dalam studi ini seluruhnya ada 2 scenes

yaitu: path-row 129-58 dan 128-59 (merekam P.

Mansalar dan Teluk Tapian Nauli atau Teluk Sibolga).

Sebelum kerja lapang dilakukan, di laboratorium

terlebih dulu disusun peta tentatif . Pengolahan citra

untuk penyusunan peta dilakukan dengan perangkat

lunak Extension Image Analysis 1.1 pada ArcView 3.2

version .

Page 49: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 21

Prosedur untuk pengolahan citra sampai

mendapatkan peta tentatif daerah studi meliputi

beberapa langkah berikut ini:

Langkah pertama , citra dibebaskan atau

setidaknya dikurangi terhadap pengaruh noise yang ada.

Koreksi untuk mengurangi noise ini dilakukan dengan

teknik smoothing menggunakan filter low-pass .

Langkah kedua , yaitu memblok atau membuang

daerah tutupan awan. Ini dilakukan dengan pertama-

tama memilih areal contoh ( training area) tutupan

awan dan kemudian secara otomatis komputer diminta

untuk memilih seluruh daerah tutupan awan pada

cakupan citra. Setelah terpilih kemudian dikonversikan

menjadi format shape file . Konversi ini diperlukan agar

didapatkan data berbasis vektor (data citra berbasis

raster) beserta topologinya yaitu tabel berisi atribut

yang sangat berguna untuk analisis selanjutnya. Dari

tabel i tu kemudian dilakukan pemilihan daerah yang

bukan awan dan selanjutnya disimpan dalam bentuk

shape file . Daerah bukan awan inilah yang akan

digunakan untuk analisis lanjutan.

Langkah ketiga , yaitu memisahkan mintakat

darat dan mintakat laut. Pada citra yang telah bebas

dari tutupan awan dilakukan digitasi batas pulau

dengan cara digitasi langsung pada layar komputer (on

the screen digitizing). Agar diperoleh hasil digitasi

dengan ketelit ian memadai, digitasi dilakukan pada

skala tampilan citra 1 : 25000. Digitasi batas pulau ini

dilakukan pada citra komposit warna semu kombinasi

Page 50: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 22

band 4, 2,1. Kombinasi ini dipilih karena dapat

memberikan kontras wilayah darat dan laut yang paling

baik. Agar kontrasnya maksimum, penyusunan

komposit citra mengunakan data yang telah dipertajam

dengan perentangan kontras non-linier model gamma .

Setelah batas pulau diselesaikan, dengan cara

yang sama pada mintakat laut didigitasi batas terluar

dari mintakat terumbu. Komposit citra yang digunakan

adalah kombinasi band 3,2,1 dengan model perentangan

kontras yang sama. Sedangkan untuk digitasi batas

sebaran mangrove, digunakan kombinasi citra lain yaitu

kombinasi band 5,4,3. Dengan kombinasi ini disertai

teknik perentangan kontras model gamma, mintakat

pesisir yang ditumbuhi mangrove akan sangat mudah

dibedakan dengan mintakat yang bervegetasi lain. Hasil

interpretasi berupa peta sebaran mangrove dan terumbu

karang yang bersifat tentatif .

Berdasarkan peta tentatif tersebut kemudian

secara acak dipilih ti t ik-tit ik lokasi sampel serta

ditentukan posisinya. Titik-tit ik sampel itu di lapangan

dikunjungi dengan dipandu oleh alat penentu posisi

secara global atau GPS. Selain sampel model ti t ik-tit ik

ini digunakan pula sampel model garis transek dari

pantai kearah tubir yang juga dipilih secara acak. GPS

yang dipergunakan saat kerja lapang adalah merk

Garmin tipe 12CX dengan ketelit ian posisi absolut

sekitar 15 meter. Dari data yang terkumpul kemudian di

laboratorium dilakukan interpretasi dan digitasi ulang

agar diperoleh batas yang lebih akurat.

Page 51: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 23

2. Kualitas Perairan

Untuk kualitas perairan yang terdiri dari beberapa

parameter fisika dan kimia osenaografi yaitu :

a. Temperatur dan salinitas air laut diukur dengan

menggunakan alat CTD (Conductive Temperature

Depth) SBE-16.

b. Kecepatan dan arah arus air laut diukur

menggunakan alat ADCP (Accoustic Dopler Current

Profiler) t ipe 75 KHz.

c. Fosfat, nitrit dan nitrat dengan spektrofotometer

secara colorimetri (Stricland and Parson, 1968),

d. Oksigen terlarut dengan titrasi (Winkler) secara

ti trimetri (Stricland and Parson, 1968),

e. pH dengan pH meter portable (elektometrik),

f . Kecerahan, warna, lapisan minyak, benda padat

terapung secara visual,

g. Bau secara organoleptik,

h. Zat padat tersuspensi secara gravimetri (Alaert and

Santika, 1995).

3. Mangrove

Pengambilan data dilakukan baik secara koleksi

bebas maupun dengan transek. Untuk transek digunakan

metode kuadrat (Cox, 1967), yaitu dengan

menggunakan transek yang tegak lurus dengan garis

pantai. Setiap transek dibuat petak-petak yang

berukuran 10 x 10 meter untuk pohon (diameter >10

Page 52: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 24

cm) secara berurutan mulai dari garis pantai sampai

batas darat. Pada petak ini dihitung jenis, jumlah

individu masing-masing jenis, diukur diameter, t inggi

pohon. Untuk belta (diameter 2 cm sampai ≤10 cm)

dibuat petak yang berukuran 5m x 5m meter yang

terletak pada plot yang berukuran 10m x 10m dan juga

dilakukan perhitungan seperti pada petak untuk pohon.

Dari data tersebut diatas dapat diperoleh nilai

kerapatan nisbi (KN), dominasi nisbi (DN), frekuensi

nisbi (FN) dan nilai penting (NP) yang merupakan

penjumlahan dari 3 kriteria tersebut.

Jumlah individu suatu jenis KN = -------------------------------------------- x 100%

Jumlah individu untuk semua jenis Nilai frekuensi suatu jenis

FN = ------------------------------------------------------ x 100% Jumlah nilai-ni lai frekuensi untuk semua jenis

Jumlah t i t ik pengambilan contoh jenis terdapat

Frekuensi = - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - x 100% Jumlah semua t i t ik pengambilan contoh Jumlah luas bidang dasar untuk jenis

DN = ---------------------------------------------------- x 100% Jumlah luas bidang dasar untuk semua jenis

NP = KN + FN + DN

3. Karang

Untuk mengetahui secara umum kondisi terumbu

karang seperti persentase tutupan biota dan substrat di

terumbu karang pada setiap stasiun penelitian

digunakan metode Rapid Reef Resources Inventory

Page 53: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 25

(RRI) (Long et al . , 2004). Dengan metode ini, di setiap

tit ik pengamatan yang telah ditentukan sebelumnya,

seorang pengamat berenang selama sekitar 5 menit dan

mengamati biota dan substrat yang ada di sekitarnya.

Kemudian pengamat memperkirakan persentase tutupan

dari masing-masing biota dan substrat yang dilihatnya

selama kurun waktu tersebut dan mencatatnya ke kertas

tahan air yang dibawanya.

Pada beberapa stasiun penelitian dipasang

transek permanen di kedalaman antara 3-5 m yang

diharapkan bisa dipantau di masa mendatang. Pada

lokasi transek permanen, data diambil dengan

menggunakan metode Line Intercept Transect (LIT)

mengikuti English et al. , (1997), dengan beberapa

modifikasi. Panjang garis transek 10 m dan diulang

sebanyak 3 kali . Teknis pelaksanaan di lapangannya

yaitu seorang penyelam meletakkan pita berukuran

sepanjang 70 m sejajar garis pantai dimana posisi

pantai ada di sebelah kiri penyelam. Kemudian LIT

ditentukan pada garis transek 0-10 m, 30-40 m dan 60-

70 m. Semua biota dan substrat yang berada tepat di

garis tersebut dicatat dengan ketelit ian hingga

centimeter.

Dari data hasil LIT tersebut bisa dihitung nilai

persentase tutupan untuk masing-masing kategori biota

dan substrat yang berada di bawah garis transek. Selain

itu juga bisa diketahui jenis-jenis karang batu dan

ukuran panjangnya, sehingga bisa dihitung nilai indek

keanekaragaman Shannon (Shannon diversity index =

Page 54: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 26

H’) (Shannon, 1948 ; Zar, 1996) dan indeks kemerataan

Pielou (Pielou’s evenness index = J’) (Pielou, 1966 ;

Zar, 1996) untuk jenis karang batu pada masing-masing

stasiun transek permanen yang diperoleh dengan

metode LIT. Rumus untuk nilai H’ dan J’ adalah :

k H' = -Σ p i ln pi i=1 dimana pi = ni/N

ni = frekuensi kehadiran jenis i

N = frekuensi kehadiran semua jenis

J ' = (H'/H'max)

dimana H'max = ln S

S = jumlah jenis

Selain itu, beberapa analisa lanjutan dilakukan

dengan bantuan program statistik seperti analisa regresi

(Supranto, 1991; Neter et al. 1996), analisa korelasi

(Supranto, 1991; Neter et al. 1996), analisa

pengelompokan (Cluster analysis) (Warwick and

Clarke, 2001) dan Multi Dimensional Scaling (MDS)

(Warwick and Clarke, 2001).

4. Mega Benthos

Untuk mengetahui kelimpahan beberapa mega

benthos, terutama yang memiliki nilai ekonomis

penting dan bisa dijadikan indikator dari kesehatan

terumbu karang, dilakukan metode Reef Check (yang

Page 55: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 27

dimodifikasi) pada semua stasiun transek permanen.

Semua biota tersebut yang berada 1 m di sebelah kiri

dan kanan pita berukuran 70 m tadi dihitung jumlahnya,

sehingga luas bidang yang teramati per transeknya

yaitu (2 x 70) = 140 m2.

Analisa lanjutan seperti analisa pengelompokan

(Cluster analysis) dan Multi Dimensional Scaling

(MDS) (Warwick and Clarke, 2001) dilakukan terhadap

data kelimpahan individu dari beberapa mega benthos

yang dijumpai.

5. Ikan Karang

Seperti halnya terumbu karang, metode RRI juga

diterapkan pada penelitian ini untuk mengetahui secara

umum jenis-jenis ikan yang dijumpai pada setiap ti t ik

pengamatan.

Sedangkan pada setiap tit ik transek permanen,

metode yang digunakan yaitu metode Underwater Fish

Visual Census (UVC), dimana ikan-ikan yang dijumpai

pada jarak 2,5 m di sebelah kiri dan sebelah kanan

garis transek sepanjang 70 m dicatat jenis dan

jumlahnya. Sehingga luas bidang yang teramati per

transeknya yaitu (5 x 70 ) = 350 m2.

Identifikasi jenis ikan karang mengacu kepada

Masuda (1984), Kuiter (1992) dan Lieske dan Myers

(1994). Khusus untuk ikan kerapu (grouper) digunakan

acuan dari Randall and Heemstra (1991) dan FAO

Species Catalogue Heemstra dan Randall (1993).

Page 56: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 28

Sama seperti halnya pada karang, nilai indek

keanekaragaman Shannon (Shannon diversity index =

H’) (Shannon, 1948 ; Zar, 1996) dan indeks kemerataan

Pielou (Pielou’s evenness index = J’) (Pielou, 1966 ;

Zar, 1996) untuk jenis ikan karang di masing-masing

stasiun transek permanen dari hasil UVC.

Selain itu juga dihitung kelimpahan jenis ikan

karang dalam satuan unit individu/ha. Dari data

kelimpahan tiap jenis ikan karang yang dijumpai

dimasing-masing stasiun transek permanen dilakukan

analisa pengelompokan (Cluster analysis) dan Multi

Dimensional Scaling (MDS) (Warwick and Clarke,

2001).

Spesies ikan yang didata dikelompokkan ke

dalam 3 kelompok utama (ENGLISH, et al. , 1997),

yaitu :

a. Ikan-ikan target, yaitu ikan ekonomis penting dan

biasa ditangkap untuk konsumsi. Biasanya mereka

menjadikan terumbu karang sebagai tempat

pemijahan dan sarang/daerah asuhan. Ikan-ikan

target ini diwakili oleh famili Serranidae (ikan

kerapu), Lutjanidae (ikan kakap), Lethrinidae (ikan

lencam), Nemipteridae (ikan kurisi), Caesionidae

(ikan ekor kuning), Siganidae (ikan baronang),

Haemulidae (ikan bibir tebal), Scaridae (ikan kakak

tua) dan Acanthuridae (ikan pakol);

b. Ikan-ikan indikator , yaitu jenis ikan karang yang

khas mendiami daerah terumbu karang dan menjadi

indikator kesuburan ekosistem daerah tersebut.

Page 57: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 29

Ikan-ikan indikator diwakili oleh famili

Chaetodontidae (ikan kepe-kepe);

c. Ikan-ikan major , merupakan jenis ikan berukuran

kecil , umumnya 5–25 cm, dengan karakteristik

pewarnaan yang beragam sehingga dikenal sebagai

ikan hias. Kelompok ini umumnya ditemukan

melimpah, baik dalam jumlah individu maupun

jenisnya, serta cenderung bersifat teritorial. Ikan-

ikan ini sepanjang hidupnya berada di terumbu

karang, diwakili oleh famili Pomacentridae (ikan

betok laut), Apogonidae (ikan serinding), Labridae

(ikan sapu-sapu), dan Blenniidae (ikan peniru).

Page 58: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 30

BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. SISTEM INFORMASI GEOGRAFI

Peta akhir hasil analisis dideskripsi dan dibahas

berdasarkan data hasil pengamatan lapangan yang telah

dikumpulkan. Selain itu dibahas pula geometri citra dan

keterbatasan yang ada dalam pemrosesan citra sehingga

tersusun peta akhir.

1. Geometri Citra

Data mentah citra (raw data) sudah dalam

kondisi terkoreksi geometri karena produk data Landsat

7 ETM+ yang dipasarkan merupakan data level 1G.

Pada level ini data sudah terkoreksi geometri dengan

datum WGS’84 menggunakan sistem koordinat

Universal Transverse Mercator (UTM). Berdasarkan

keterangan yang tertera pada dokumen produk data

Landsat 7, data yang direkam satelit memiliki t ingkat

kesalahan posisi kurang dari 50 meter. Ketelit ian ini

dapat dinaikkan lagi dengan aplikasi koreksi geometri

menggunakan ground control points (GCP) lokal

sampai mencapai kurang dari 15 meter kesalahannya.

Untuk studi kali ini, walaupun rencananya akan

diaplikasikan koreksi geometri citra ke koordinat lokal

dengan GCP lokal, hal ini t idak jadi dilaksanakan. Ini

didasari suatu kenyataan bahwa dari semua tit ik ground

check di lapangan yang tersebar pada terumbu dekat

pantai, terumbu tengah dan tubir, ternyata kesemuanya

Page 59: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 31

dapat diplot dengan baik pada peta dasar. Ini

mengindikasikan bahwa tingkat kesalahan posisi karena

kesalahan geometri peta hasil interpretasi kurang dari 1

piksel citra (kurang dari 30 meter). Untuk itu koreksi

geometri dengan koordinat lokal sudah tidak diperlukan

lagi karena seluruh posisi hasil pengukuran di lapangan

akan dapat diplotkan ke peta dasar dengan presisi

t inggi.

2. Interpretasi Citra

Sebelum proses klasifikasi, batas-batas pulau dan

juga batas tubir terumbu didigitasi. Pada prakteknya

pendigitasian ini menemui kendala ketika harus

mendigit daerah yang tertutup awan. Satu-satunya jalan

adalah dengan mendigit secara menduga-duga.

Konsekuensinya, hasil digitasi merupakan batas yang

tidak akurat. Hal inilah yang menjadi kendala dan

sekaligus merupakan keterbatasan metode ini. Namun

demikian oleh karena kondisi citra yang tertutup awan

ini t idak begitu banyak dijumpai maka dapatlah

dimaklumi.

Keterbatasan lain dengan klasifikasi dengan citra

ini adalah keterbatasan kemampuan energi

elektromagnetik dalam hal penetrasinya pada perairan.

Oleh karena itu untuk keperluan interpretasi obyek

bawah air seperti kali ini hanya menggunakan band 1,

2, 3, dan 4 sebagai masukan dalam proses penyusunan

komposit citra. Ini didasari beberapa referensi yang

mengatakan bahwa band-band itulah yang mampu

menembus kedalam air. Pada perairan agak jernih

Page 60: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 32

sampai jernih (seperti di daerah studi) band 4 dapat

menembus sampai kedalaman 0,5 meter. Band 3 dapat

menembus sampai kedalaman sekitar 5 meter. Band 2

lebih dalam lagi yaitu mencapai 15 meter, dan band 1

dapat mencapai 25 meter bahkan bisa diatas 30

meteran. Ini berarti bahwa obyek, apapun itu, yang

berada di kedalaman lebih dari 25 m sangat sulit

diidentifikasi.

Pada studi ini telah disebutkan bahwa untuk peta

tentatif obyek bawah air di perairan dangkal

diklasifikasi menjadi 3 klas yaitu fringing reef, patch

reef, dan shoal . Setelah dilakukan pengecekan lapangan

di seluruh tit ik sampel, ternyata hanya dijumpai kurang

dari 10 % yang kurang tepat delineasinya (salah

interpretasi). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa

ketelit ian interpretasi lebih dari 90%. Beberapa lokasi

sampel yang salah tersebut kemudian dilakukan

delineasi ulang berdasarkan data dari lapangan.

Hasilnya kemudian disajikan menjadi peta sebaran

terumbu karang dan mangrove. Berdasarkan peta hasil

akhir ini kemudian dihitung luas mangrove dan terumbu

karang. Hasilnya disajikan pada Tabel 1.

Dari citra satelit dapat diinterpretasi bahwa

mangrove (dan juga nipah) hidup subur di pantai yang

menjadi muara sungai. Di pantai yang tidak

bermangrove umumnya berkembang terumbu karang.

Sebarannya cukup tipis di dalam teluk dan cukup tebal

di pulau-pulau kecil yang ada dalam teluk. Untuk P.

Mansalar, terumbu karang tepi berkembang

Page 61: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 33

mengelilingi pulau dengan aebaran agak tipis di utara

dan semakin menebal ke arah selatan.

Tabel 1. Luas mangrove dan terumbu karang di Kabupaten Tapanuli Tengah.

Luas (km2)

Jenis Tutupan Pelabuhan Sibolga dan sekitarnya

Desa Sitardas, Teluk Tapian

Nauli dan sekitarnya

P. Mansalar

Luas

seluruhnya

(km2)

Mangrove 0,4514 2,9776 4,5612 7,9902

Terumbu karang Fringing reef 1,2127 3,0422 16,4108 20,6657 Patch reef 0,4568 - - 0,4568 Shoal 0,2173 0,3845 3,6329 4,2347

B. KUALITAS PERAIRAN

Penelitian mengenai kualitas perairan meliputi

parameter fisika dan kimia.

1. Temperatur

Kondisi temperatur di perairan sekitar pelabuhan

Sibolga relatif t inggi dibandingkan perairan yang lebih

terbuka di sebelah baratnya seperti di P. Mansalar

(Tabel 2). Kisaran temperatur di perairan sekitar

Sibolga ini antara 29.4038°C dan 30.3487°C dengan

rerata 30,0322°C, di perairan sekitar desa Sitardas yang

berada di Selatan Teluk Tapian Nauli antara 28,1521°C

dan 29,7296°C dengan rerata 29,3733°C, sedangkan di

Page 62: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 34

perairan P. Mansalar antara 29,2074°C dan 29,9513°C

dengan rerata 29,6634°C.

Dari ketiga lokasi yang berada di Kabupaten

Tapanuli Tengah tersebut, temperatur air laut yang

terendah dijumpai di perairan Desa Sitardas, yaitu

28,1521°C. Profil temperatur di masing-masing stasiun

pengamatan di tampilkan pada Gambar 7.a. untuk

perairan pelabuhan Sibolga, Gambar 7.b. untuk perairan

di desa Sitardas yang berada di selatan Teluk Tapian

Nauli, dan Gambar 7.c. untuk perairan di P. Mansalar.

Untuk lokasi Pelabuhan Sibolga, stasiun-stasiun

yang berada di daratan Sumatera (St.1, St.2, St.3 dan

St.4) memiliki temperatur yang lebih tinggi

dibandingkan dengan St.5 dan St.6 yang berada di

pulau kecil dekat daratan Sumatera.

Tabel 2. Hasil pengukuran temperatur pada seluruh

stasiun peneli t ian di perairan Kabupaten Tapanuli Tengah.

Lokasi

Statistik Pelabuhan Sibolga dan sekitarnya

Desa Sitardas,

Teluk Tapian Nauli bagian

selatan

P. Mansalar

Jumlah data 72 284 369 Minimum 29,4038 28,1521 29,2074 Maksimum 30,3487 29,7296 29,9513 Kisaran 0,9449 1,5775 0,7439 Rerata 30,0322 29,3733 29,6634 Standar deviasi 0,2203 0,3256 0,1676

Page 63: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 35

Gambar 7.a. Profi l temperatur dan sal ini tas di perairan pelabuhan Sibolga dan sekitarnya.

Gambar 7.b. Profi l temperatur dan sal ini tas di perairan desa Sitardas, Teluk Tapian Nauli bagian selatan.

Page 64: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 36

Gambar 7.c. Profi l temperatur dan sal ini tas di perairan P. Mansalar .

2. Salinitas

Salinitas air laut yang terekam di stasiun-stasiun

penelitian di perairan sekitar Sibolga berkisar antara

32,1851 PSU hingga 33,6430 PSU, di perairan desa

Sitardas antara 31,7693 PSU hingga 33,3517 PSU dan

di perairan P. Mansalar antara 32,4277 PSU hingga

33,8446 PSU (Tabel 3). Profil salinitas di masing-

masing stasiun pengamatan di tampilkan pada Gambar

7.a. untuk perairan pelabuhan Sibolga, Gambar 7.b.

untuk perairan di desa Sitardas yang berada di Teluk

Tapian Nauli, dan Gambar 7.c. untuk perairan di P.

Mansalar.

Diperairan P. Mansalar terdapat air terjun yang

langsung bermuara ke laut dimana pengaruhnya sangat

terasa terhadap massa air laut dari permukaan hingga

Page 65: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 37

kedalaman 2 m. Hal ini terlihat pada St.5 P. Mansalar

dimana salinitas di permukaannya sebesar 34,55 PSU

dan menurun hingga 33,2 PSU pada kedalaman 2 m

(Gambar 7.c.).

Tabel 3. Hasil pengukuran sal ini tas pada seluruh stasiun peneli t ian di perairan di perairan Kabupaten Tapanuli Tengah.

Lokasi

Statistik Pelabuhan Sibolga

Desa Sitardas,

Teluk Tapian Nauli bagian

selatan

P. Mansalar

Jumlah data 72 284 369 Minimum 32,1851 31,7693 32,4277 Maksimum 33,6430 33,3517 33,8446 Kisaran 1,4579 1,5824 1,4169 Rerata 33,3228 33,0312 33,3818 Standar deviasi 0,2887 0,3320 0,2392

3. Arus

Pada lintasan ADCP antara P. Mansalar hingga

Pelabuhan Sibolga (Lintasan I) dan dari Teluk Tapian

Nauli bagian selatan hingga P. Mansalar (Lintasan II)

menunjukkan bahwa pengaruh pasang surut t idak

dominan di perairan ini (Gambar 8). Arah arus menuju

selatan (Gambar 8) baik dalam kondisi pasang bergerak

surut maupun pada saat menuju pasang. Pada lintasan

II, kecepatan arus yang terekam mencapai 75 cm/detik,

sedangkan pada Lintasan I kecepatan arusnya relatif

lebih lemah.

Page 66: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 38

Gambar 8. Vektor arus antara P. Mansalar hingga Pelabuhan Sibolga (Lintasan I) dan dari Teluk Tapian Nauli bagian selatan hingga P. Mansalar (Lintasan II) .

Page 67: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 39

4. Fosfat

Fosfat dalam air alam terdapat sebagai senyawa

ortofosfat, polifosfat, dan fosfat organis. Senyawa

fosfat tersebut terdapat dalam bentuk terlarut,

tersuspensi atau terikat dalam sel organisme dalam air.

Fosfat merupakan salah satu nutrisi bagi organisme

perairan. Hasil pengukuran kadar fosfat di perairan

Kabupaten Tapanuli Tengah antara 1,34-71,65 μg.at/l

(Gambar 9). Pada St.12 yang terletak di dekat

pelabuhan laut Sibolga, kadar fosfatnya sangat tinggi

sekali dibandingkan dengan stasiun-satasiun lainnya

yaitu sebesar 71,65μg.at/l . Dengan mengabaikan kadar

fosfat pada St. 12 ini, rerata kadar fosfat di perairan

Kabupaten Tapanuli Tengah sebesar 1,42 μg.at/l .

Kadar fosfat di perairan laut yang normal, yaitu

antara 0,01- 1,68 μg.at/l (Sutamihardja, 1987), dan

antara 0,01 - 4 μg.at/l (Brotowidjoyo et al . , 1995),

Menurut Ilahude & Liasaputra (1980) kadar fosfat di

lapisan permukaan di perairan yang tersubur di dunia

mendekati 0,60 μg.at/l , sedangkan menurut Liaw (1969)

kadar fosfat di perairan yang cukup subur berkisar

antara 0,07-1,61 μg.at/l . Kantor MNLH (2004)

memberikan Nilai Ambang Batas (NAB) untuk fosfat

sebesar 0.015 ppm atau 4,9 μg.at/l untuk biota dan

wisata bahari. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa

secara umum kadar fosfat di perairan Tapanuli Tengah

ini masih tergolong normal (kecuali di St.12 yang

berada dekat Pelabuhan Sibolga), dan masih baik untuk

pertumbuhan karang. Sebagai pembanding dapat dilihat

Page 68: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 40

kadar fosfat di perairan ekosistem terumbu karang Eri

(Teluk Ambon) dan Raha yang kondisi karangnya

termasuk kategori sangat baik berkisar antara 0,70-1,88

μg.at/l (Wenno et al . , 1983, Sutarna, 1987) dan antara

0,13-1,79 μg.at./ l (Edward, 2004).

0

10

20

30

40

50

60

70

80

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22

Stasiun

Fosf

at (u

g.at

/l)

Gambar 9 . Kadar Fosfat (μg.at / l) di masing-masing

stasiun peneli t ian di perairan Kabupaten Tapanuli Tengah.

5. Nitrit

Nitrit merupakan senyawa nitrogen yang

dijumpai dalam jumlah yang kecil di perairan yang

masih alami. Senyawa ini kurang stabil tergantung

pada kadar oksigen terlarut yang terdapat dalam air.

Menurut Winarno (1986) nitrit merupakan salah satu

indikator adanya pencemaran oleh senyawa organis.

Nitrit juga bersifat racun karena dapat bereaksi dengan

haemoglobin dalam darah, sehingga darah tidak dapat

mengangkut oksigen, di samping itu nitrit juga dapat

membentuk nitrosamin pada air buangan tertentu dan

Page 69: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 41

dapat menimbulkan kanker (Alaert & Santika, 1984).

Kantor MNLH (1988) menetapkan Nilai Ambang Batas

(NAB) untuk nitrit adalah nihil (t idak diperkenankan)

untuk budidaya perikanan, taman laut konservasi dan

pariwisata dan rekreasi. Kantor MNLH (2004) tidak

mencantumkan nitrit sebagai salah satu parameter

kualitas air.

Berdasarkan hasil pengukuran kadar nitrit di

perairan Kabupaten Tapanuli Tengah, diperoleh kadar

nitrit yang sangat bervariasi yaitu antara 1,21-12,39

ug.at/l (Gambar 10). Seperti halnya fosfat, di St. 12

yang berada di pelabuhan Sibolga, memiliki kadar nitrit

yang sangat tinggi dibandingkan dengan di stasiun-

stasiun lainnya yaitu sebesar 12,39 ug.at/l . Dengan

mengabaikan kadar nitrit pada St. 12 ini, rerata kadar

nitrit di perairan Kabupaten Tapanuli Tengah sebesar

2,62 μg.at/l .

0

2

4

6

8

10

12

14

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22

Stasiun

Kad

ar N

itrit

(ug.

at/l)

Gambar 10 . Kadar Nitr i t (μg.at / l) di masing-masing stasiun peneli t ian di perairan Kabupaten Tapanuli Tengah.

Page 70: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 42

6. Nitrat

Nitrat adalah bentuk senyawa nitrogen yang

stabil . Nitrat merupakan salah satu unsur penting untuk

sintesa protein tumbuh-tumbuhan dan hewan, seperti

halnya fosfat, nitrat dalam kadar yang tinggi dapat

menstimulasi pertumbuhan ganggang secara tidak

terbatas, sehingga air kekurangan oksigen terlarut.

Hasil pengukuran kadar nitrat (NO3-N) di perairan

Tapanuli Tengah berkisar antara 1,15-40,04 μg.at/l ,

dimana pada St. 12 yang berada di pelabuhan Sibolga

memiliki kadar nitrat yang sangat t inggi dibandingkan

dengan stasiun lainnya yaitu sebesar 40,04 μg.at/l

(Gambar 11).

Dengan mengabaikan kadar nitrat pada St. 12 ini,

rerata kadar nitrat di perairan Kabupaten Tapanuli

Tengah sebesar 4,99 μg.at/l . Kadar nitrat di perairan

ini tergolong relatif t inggi. Kadar nitrat di perairan laut

yang normal berkisar antara 0,01 – 0,50 μg.at/l

(Brotowidjoyo et al . , 1995). Departemen Pertanian

menetapkan kadar nitrat yang diperkenankan untuk

tujuan budidaya perikanan antara lain untuk ikan

kakap dan kerapu berkisar antara 0,9-3,2 μg.at/l

(Anonim, 1985). Seperti halnya fosfat, variasi kadar

nitrat juga erat kaitannya dengan kepadatan

fitoplankton. Kantor MNLH (1988) memberikan Nilai

Ambang Batas (NAB) untuk nitrat adalah 0,008 ppm

atau 26,27 μg.at/l untuk biota dan wisata bahari.

Walaupun kadar nitrat di perairan ini tergolong

tinggi, namun masih relatif baik untuk karang

Page 71: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 43

disebabkan karena nitrat (seperti halnya fosfat)

merupakan nutrisi bagi organisme perairan. Sebagai

pembanding dapat dilihat kadar nitrat di perairan

ekosistem terumbu karang di Eri (Teluk Ambon) dan

Raha yang kondisi karangnya termasuk kategori sangat

baik berkisar antara 0,22-5,10 μg.at/l (Wenno et al . ,

1983., Sutarna, 1987) dan antara 0,20-2,66 μg.at/l

(Edward, 2004).

05

1015202530354045

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22

Stasiun

Kada

r Nitr

at (u

g.at

/l)

Gambar 11 . Kadar Nitrat (μg.at / l) di masing-masing

stasiun peneli t ian di lokasi peneli t ian di perairan Kabupaten Tapanuli Tengah.

7. Oksigen Terlarut

Oksigen terlarut merupakan parameter mutu air

yang penting bagi kehidupan biota perairan. Kadar

senyawa organis yang tinggi di suatu perairan akan

menghabiskan banyak oksigen untuk penguraiannya.

Perubahan kadar oksigen yang drastis dapat

menimbulkan kematian bagi biota perairan. Hasil

pengukuran kadar oksigen terlarut di Perairan Tapanuli

Page 72: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 44

Tengah berkisar antara 4,52-6,88 ppm dengan rerata

6,28 ppm (Gambar 12).

0

2

4

6

8

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22

Stasiun

Kad

ar O

ksig

en te

rlaru

t (pp

m)

Gambar 12 . Kadar Oksigen terlarut (ppm) di masing-

masing stasiun peneli t ian di lokasi peneli t ian di perairan Tapanuli Tengah.

Kadar oksigen di perairan ini masih sesuai

dengan kadar oksigen terlarut di lapisan permukaan

pada perairan laut yang normal umumnya. Menurut

Sutamihardja (1987) kadar oksigen di permukaan laut

yang normal berkisar antara 5,7 – 8,5 ppm. Nilai

Ambang Batas (NAB) kadar oksigen terlarut untuk

biota laut dan pariwisata adalah > 5 ppm (Kantor

MNLH, 2004). Untuk koral, Kantor MNKLH (2004)

tidak memberikan NAB. Hal ini mungkin disebabkan

karena umumnya koral berada di perairan dangkal, di

mana proses fotosintesis dan difusi oksigen dari

atmosfir masih dapat berlangsung dengan baik. Kadar

oksigen terlarut di dalam massa air biasanya nilainya

berkisar antara 6-14 ppm (4,28-10 ml/l) (Connel et al . ,

Page 73: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 45

1995). Kandungan oksigen terlarut sebesar 5 ppm

dengan suhu air berkisar antara 20-30oC pada umumnya

relatif masih baik untuk kehidupan ikan. Bahkan bila

dalam perairan tidak terdapat senyawa-senyawa yang

bersifat toksik (tidak tercemar) kandungan oksigen

sebesar 2 ppm sudah cukup untuk mendukung

kehidupan organisme perairan (Riva’i et al . , 1982).

Menurut Sutamihardja (1987), kadar oksigen di

perairan laut yang tercemar ringan di lapisan

permukaan adalah 5 ppm, dengan demikian dilihat dari

kadar oksigen terlarutnya dapat dikatakan bahwa

perairan ini relatif belum tercemar oleh senyawa-

senyawa organis. Kadar oksigen hasil pengamatan ini

juga masih baik untuk terumbu karang. Kadar oksigen

terlarut pada ekosistem terumbu karang Eri (Teluk

Ambon) yang kondisi karangnya termasuk kategori

sangat baik berkisar antara 3,10-5,67 ml/l (Wenno et

al . , 1983., Sutarna, 1987), di perairan Ihamahu Saparua

berkisar antara 3,8-4,2 ml/l (Sutarna, 1988), dan

perairan Raha berkisar antara 3,68 – 4,53 ml/l (5,05 –

6,34 ppm)(Edward, 2004). Menurut Dai (1991) kadar

oksigen di Teluk Nanwan (Taiwan) dimana terumbu

karang tumbuh dan berkembang dengan baik berkisar

antara 4.27 – 7.14 ppm (3.05-5.1 ml/l). Dengan

demikian kadar oksigen di perairan ini termasuk

kategori baik.

8. Derajat Keasaman (pH)

Derajat keasaman air penting untuk menentukan

nilai daya guna dari air tersebut baik untuk berbagai

Page 74: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 46

kepentingan. pH adalah ukuran tingkat keasaman dari

air atau besarnya konsentrasi ion H dalam air dan

merupakan gambaran keseimbangan antara asam (H+)

dan basa (OH-) dalam air. Nilai pH sangat

mempengaruhi daya produktivitas suatu perairan. Nilai

hasil pengukuran pH di perairan Kabupaten Tapanuli

Tengah berkisar antara 7,6.-8,1 dengan rerata 7,99

(Gambar 13).

7.4

7.6

7.8

8.0

8.2

8.4

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22

Stasiun

pH

Gambar 13 . Nilai Derajat keasaman (pH) di masing-

masing stasiun peneli t ian di lokasi peneli t ian di perairan Tapanuli Tengah.

Variasi pH ini umumnya disebabkan oleh proses-

proses kimia dan biologis yang dapat menghasilkan

senyawa-senyawa kimia baik yang bersifat asam

maupun alkalis. Selain itu adanya masukan-masukan

limbah yang bersifat asam atau alkalis dari daratan

dapat pula menjadi penyebab variasi pH. Nilai pH yang

diperoleh di perairan ini relatif masih sesuai dengan pH

yang dijumpai di perairan laut yang normal. Nilai pH di

perairan laut yang normal berkisar antara 8,0-8,5

Page 75: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 47

(Salim, 1986) dan antara 7,0-8,5 (Odum, 1971). Untuk

perairan Indonesia pH air laut permukaan berkisar

antara 6,0-8,5 (Romimohtarto, 1988). Nilai pH ini

masih baik untuk berbagai kepentingan. EPA (1973)

menetapkan kisaran pH untuk perikanan antara 6,5-8,5.

Kantor MNLH (2004) menetapkan Nilai Ambang Batas

pH 7-8,5 ± 0,2 satuan pH untuk biota dan wisata

bahari, sedangkan untuk koral Kantor MNLH tidak

memberikan NAB. Hal ini menunjukkan bahwa pH

tidak memberikan dampak negatif terhadap koral. pH

yang mendekati netral dan tidak menyebabkan iritasi

pada mata dan kulit , merupakan pH yang diinginkan

untuk pariwisata (mandi, selam dan renang) (EPA,

1973). Derajat keasaman (pH) di perairan Raha yang

kondisi karangnya relatif masih baik berkisar antara

7,4-8,2. Dengan demikian dilihat dari nilai pH nya,

kualitas perairan ini termasuk kategori baik.

9. Kecerahan

Kecerahan merupakan ukuran sejauh mana

penetrasi cahaya matahari dapat masuk ke perairan.

Dari seluruh stasiun di perairan Kabupaten Tapanuli

Tengah, dimana penarikan sampel dilakukan di daerah

lereng terumbu dengan kedalaman antara 5 m – 15 m,

masih terlihat dasar perairan (Tampak Dasar).

Kecerahan air laut umumnya dipengaruhi oleh

curah hujan. Curah hujan yang tinggi akan

menyebabkan terjadi turbulensi dan membawa lumpur-

lumpur yang berasal dari darat melalui aliran-aliran

sungai ke perairan laut, sehingga perairan laut menjadi

Page 76: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 48

keruh. Menurut Sutarna (1987), keadaan seperti ini

merupakan salah satu penyebab rusaknya terumbu

karang di perairan laut akibat tertutup lumpur atau

sedimen. Kantor MNLH (1988) menetapkan NAB

kecerahan adalah > 3 m untuk perikanan, > 5 m untuk

koral dan > 6 m untuk pariwisata (KMNLH, 2004).

Sebagai pembanding dapat dilihat kecerahan air

laut di Pulau Banda dan sekitarnya di mana kondisi

karangnya relative masih baik berkisar anatara 18-45 m

dan di perairan Raha antara tampak dasar (TD)-8,5 m.

Dengan demikian berdasarkan kecerahannya, kualitas

perairan ini termasuk kategori baik. Kecerahan

berbanding terbalik dengan kekeruhan, makin cerah

suatu perairan makin rendah tingkat kekeruhannya.

Kekeruhan air adalah suatu ekspresi sifat optik air yang

berkaitan dengan pembiasan dan penyerapan cahaya

oleh bahan-bahan yang tersuspensi dalam air, sehingga

transmisi cahaya tidak berada dalam garis lurus. Oleh

karena itu kekeruhan, warna, dan kecerahan air

merupakan fenomena-fenomena kualitas air yang saling

berkaitan (NTAC, 1968). Welch (1952), Ruttner (1963),

Boyd (1979, Alabaster & Lioyd (1980) menyatakan

bahwa kekeruhan air terutama disebabkan oleh bahan-

bahan yang tersuspensi dan koloid dalam air. Bahan-

bahan tersebut dapat berupa plankton, jasad-jasad

renik, bahan organik halus dan partikel-partikel tanah.

Perairan dengan kekeruhan tinggi, akan menghalangi

penetrasi cahaya dari udara ke permukaan air, sehingga

proses fotosintesis berlangsung tidak sempurna, dan

akibatnya produktivitas primer perairan rendah.

Page 77: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 49

10. Warna

Warna air dapat ditimbulkan oleh kehadiran

organisme, bahan-bahan organik tersuspensi yang

berwarna, ekstrak senyawa organik dan tumbuh-

tumbuhan. Selain itu dapat pula disebabkan oleh air

l imbah baik limbah perkotaan atau domestik maupun

industri . Umumnya warna air adalah warna yang

disebabkan oleh zat-zat terlarut dan zat tersuspensi.

Hasil pengukuran warna air laut di seluruh stasiun di

perairan Kabupaten Tapanuli Tengah menunjukkan

bahwa warna air masih alami yakni berkisar antara

hijau muda sampai biru tua. Warna hijau muda

umumnya dijumpai pada lokasi yang relatif dekat

dengan pantai (lebih kurang 25 m), sedangkan biru tua

relatif agak jauh dari pantai (50m -100 m).

Nilai ini masih sesuai dengan NAB yang

ditetapkan oleh Baku Mutu Air Laut (1988) untuk

kepentingan perikanan yakni sebesar < 50 Pt.Co. Baku

Mutu Air laut (KMNLH, 2004) tidak memasukan warna

air sebagai salah satu parameter fisika. Dengan

demikian berdasarkan warna air, kualitas perairan ini

masih termasuk kategori baik.

11. Bau

Bau umumnya disebabkan oleh dekomposisi

l imbah organik secara anaerob. Penguraian senyawa

organis secara anearob oleh bakteri menghasilkan gas

beracun dan berbau seperti ammonia, hidrogen sulfida,

dan metana. Hasil pengukuran bau yang dilakukan

Page 78: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 50

secara organoleptik di 22 stasiun di perairan Kabupaten

Tapanuli Tengah menunjukkan bahwa air laut yang

berbau hanya dijumpai di 3 stasiun, yaitu St.12, St.13

dan St.14 yang semuanya berada di dekat pelabuhan

Sibolga. Bau ini berasal dari gas-gas yang dihasilkan

dari dekomposisi senyawa organik.

Hasil ini masih sesuai dengan NAB yang

ditetapkan oleh Baku Mutu Air Laut (KMNLH, 2004)

untuk biota yaitu bau alami (diperbolehkan) kecuali di

ketiga stasiun tadi (St.12, St.13 dan St.14) yang baunya

sangat kuat dan tidak alami. Untuk wisata bahari

KMNLH menetapkan NAB bau adalah tidak bau (TB),

sedangkan untuk koral KMNLH tidak menetapkan NAB.

Dengan demikian berdasarkan baunya, kualitas air laut

di perairan ini termasuk kategori baik untuk Biota.

12. Sampah/Benda Padat Terapung (BPT)

Sampah/Benda terapung umumnya berasal dari

aktivitas manusia baik di darat maupun di perairan laut

sendiri . Benda terapung dapat berupa botol plastik,

plastik pembungkus, kaleng, karet/sandal,

tanaman/kelapa. Hasil pengamatan benda padat

terapung yang dilakukan di perairan Kabupaten

Tapanuli Tengah diperoleh bahwa sekitar 73 % stasiun

(16 stasiun dari 22 stasiun pengamatan) diperoleh

sampah/benda terapung, yang berupa serasah tumbuhan

seperti kelapa, mangrove, semak belukar, dan juga

kertas, plastik dan kayu, walaupun jumlahnya tidak

terlalu banyak.

Page 79: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 51

NAB untuk sampah yang ditetapkan Baku Mutu

Air Laut (KMNLH, 2004) untuk biota dan wisata bahari

adalah nihil , sedangkan untuk koral Kantor MNLH

tersebut tidak memberikan NAB. Dengan demikian

dilihat dari hasil pengamatan benda padat terapung,

kualitas perairan ini termasuk kategori sedang,

mengingat sampah/benda padat terapung merupakan

serasah tumbuhan yang berupa daun, ranting hanya

sedikit yang berupa plastik, kaleng, kayu, dan kertas.

13. Zat Padat Tersuspensi (TSS)

Padatan tersuspensi adalah zat padat atau partikel

yang mempunyai diameter 1 μm yang dapat

menyebabkan kekeruhan pada air, t idak larut dan tidak

dapat mengendap langsung. Biasanya berupa partikel-

partikel anorganik, organik, maupun campuran

keduanya. Partikel-partikel tersebut berasal dari run-

off, aliran sungai, buangan industri dan rumah tangga.

Zat padat tersuspensi ini merupakan pencemar umum

yang hampir dijumpai di semua perairan alam. Bahkan

di perairan yang relatif bersih dan belum tercemar juga

dijumpai zat padat tersusupensi dalam bentuk liat, debu

dan pasir. Kadar TSS di perairan Kabupaten Tapanuli

Tengah sangat bervariasi yaitu berkisar antara 3.39-

28.25 ppm dengan rerata 7.05 ppm. Kadar TSS pada

St.12, St.13 dan St.14 yang berada di sekitar pelabuhan

Sibolga memiliki kadar TSS yang lebih tinggi yaitu

sebesar 28,25; 18,14; dan 14,75 ppm. Hasil pengukuran

kadar TSS di masing-masing stasiun pengamatan di

sajikan pada Gambar 14.

Page 80: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 52

0

5

10

15

20

25

30

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22

Stasiun

TSS

(ppm

)

Gambar 14 . Nilai TSS (ppm) di masing-masing stasiun peneli t ian di lokasi peneli t ian di perairan Tapanuli Tengah.

Dari hasil tersebut terlihat bahwa kadar TSS di

perairan ini relatif rendah dan belum menimbulkan

pengaruh terhadap terumbu karang. Sebagai

pembanding, kadar TSS di perairan Raha yang kondisi

karangnya relatif masih baik berkisar antara 70-80

ppm. Kantor MNLH (2004) menetapkan Nilai Ambang

Batas (NAB) untuk padatan tersuspensi sebesar 20 ppm

untuk kepentingan koral dan wisata bahari, sedangkan

Kantor MNLH (1988) memberikan NAB untuk budidaya

perikanan < 80 ppm. Menurut Sulastri & Bajoeri

(1995) kandungan TSS > 25 mg/l dapat menurunkan

produksi biota perairan. Dengan demikian berdasarkan

kadar zat padat tersuspensi, secara umum kualitas

perairan ini termasuk kategori baik.

Page 81: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 53

C. MANGROVE

Wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah mencakup

pantai P. Sumatera dan beberapa pulau di depannya

termasuk Pulau Mansalar. Di pantai P. Sumatera yang

masuk dalam kabupaten Tapanuli Tengah, kondisi

mangrove hampir menyerupai kondisi mangrove di pulau-

pulau kecil lainnya itu. Tapi di daerah aliran sungai

Jago-jago kondisi mangrovenya berbeda dengan pulau-

pulau lainnya dimana di sepanjang sungainya ditumbuhi

jenis Nypa fruticans yang dibarengi dengan asosiasi jenis

lain seperti Xylocarpus granatum, Cerbera odollam,

Sonneratia alba dan lainnya (Tabel 4). Selain itu juga

ditemukan Sonneratia caseolaris yang tidak ditemukan di

pulau lainnya. Jenis ini umumnya ditemukan di aliran

sungai yang kondisi salinitas airnya rendah.

Hasil koleksi bebas dan pencuplikan data yang di

lakukan sebanyak 3 transek di P. Mansalar dan 1 transek

di Sibolga berhasil dijumpai 20 jenis mangrove yang

termasuk dalam 10 suku (Tabel 4).

Dari pencuplikan data pohon (diameter > 10 cm),

didapatkan 5 jenis mangrove (Tabel 5) yang didominasi

oleh Rhizophora mucronata dengan nilai penting 170,96

% dan Rhizophora apiculata yang merupakan codominan

dengan nilai penting 66,49 % (Tabel 5 dan Tabel 6).

Jenis tersebut ditemukan di P. Mansalar yang merupakan

teluk dengan ketebalan mangrove 400 – 500 meter.

Tumbuhan yang berbentuk pohon ini terletak sekitar 100

meter dari pantai ke arah dalam. Walaupun kerapatannya

Page 82: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 54

jarang tetapi kepadatannya mencapai 288 batang per

hektar dengan ketinggian rata-rata mencapai 14,74 meter

dan diameter batang rata-rata 16,30 cm (Tabel 7).

Tabel 4. Jenis mangrove yang dijumpai ( tanda +) di Kabupaten Tapanuli Tengah.

Lokasi

No. S u k u No. J e n i s P. Mansalar

Teluk Tapian Nauli

1. Acanthaceae 1. 1. Acanthus illicifolius + 2. Apocynaceae 2. 2. Cerbera odollam + 3. Combretaceae 3. Lumnitzera littorea + + 4. L. racemosa +

4. Goodeniaceae 5. Scaevola taccada 5. Lythraceae 6. Phempis acidula + 7. Thespesia populnea + +

6. Malvaceae 8. Xylocarpus granatum + + 9. X. moluccensis +

7. Palmae 10. Nypa fruticans + 11. Oncosperma filamentosa + +

8. Polypodiaceae 12. Acrostichum aureum + + 9. Rhizophoraceae 13. Bruguiera gymnorrhiza + + 14. Ceriops decandra + + 15. C. tagal + + 16. Rhizophora apiculata + + 17. R. mucronata + + 18. R. stylosa + +

10. Combretaceae 19. Sonneratia alba + + 20. S. caseolaris +

Tabel 5. Daftar Nilai Penting ( % ) jenis pohon mangrove di Kabupaten Tapanuli Tengah.

No. Jenis Nilai Penting 1. Rhizophora apiculata 66,49 2. R. mucronata 170,96 3. Lumnitzera racemosa 29,17 4. Xylocarpus granatum 16,69 5. Sonneratia alba 16,69

Page 83: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 55

Tabel 6. Daftar kerapatan nisbi (KN), frekuensi nisbi (FN), dominasi nisbi (DN) dan nilai penting (NP) jenis pohon di Kabupaten Tapanuli Tengah.

No. Jenis KN (%)

FN (%)

DN (%)

NP (%)

1. Rhizophora mucronata 60,86 42,87 67,23 170,96 2. R. apiculata 21,74 28,57 16,18 66,49 3. Lumnitzera racemosa 8,70 14,28 6,19 29,17 4. Xylocarpus granatum 4,35 7,14 5,20 16,69 5. Sonneratia alba 4,35 7,14 5,20 16,69

Tabel 7. Gambaran mengenai struktur mangrove di Kabupaten Tapanuli Tengah.

Atribut vegetasi Struktur Keterangan Pohon :

• Dominan • Codominan

Rm (NP: 170,96 %) Ra (NP: 66,49 %)

Anak pohon : • Dominan • Codominan

Rm (NP: 103,40 %) Ra (NP: 95,23 %)

Kepadatan : • Pohon (batang/Ha) • Anak pohon (batang/Ha)

288 2995

Rata-rata tinggi (m): • Pohon • Anak pohon

14,74 5,35

Banyaknya jenis 19

Rata2 diameter (cm): • Pohon • Anak pohon

16,30 4,54

NP = Nilai Penting Rm = Rhizophora mucronata Ra = Rhizophora apiculata

Page 84: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 56

Untuk anak pohon (diameter 2 - < 10 cm) di Pulau

Mansalar di dominasi jenis Rhizophora mucronata

dengan nilai penting 128,97 % sedang codominan

diduduki jenis Rhizophora apiculata dengan nilai penting

104,86 %. Ke empat jenis lainnya mempunyai nilai

penting kurang dari 50 % (Tabel 8). Di pantai P.

Sumatera sendiri mangrove yang berupa anak pohon di

dominasi jenis Rhizophora stylosa dengan nilai penting

148,67 % dan Rhizophora apiculata dengan nilai penting

73,04 % (Tabel 8).

Secara keseluruhan untuk Kabupaten Tapanuli

Tengah jenis yang mempunyai kriteria anak pohon di

dominasi Rhizophora mucronata (NP. 103,46 %) dan

Rhizophora apiculata sebagai codominan dengan nilai

penting 95,23 % (Tabel 9). Ke tiga jenis lain yaitu

Lumnitzera racemosa, Xylocarpus granatum dan Ceriops

tagal mempunyai nilai penting kurang dari 50 %.

Kepadatan anak pohon mencapai 2995 batang per hektar

yang mempunyai rata-rata ketinggian 5,35 m dengan

diameter rata-rata mencapai 4,54 cm.

Dibandingkan dengan hasil yang diperoleh di Nias

dan Mentawai yang posisinya sama-sama terletak di

bagian barat P. Sumatera, kepadatan kategori pohon

mangrove di Tapanuli Tengah (288 batang/ha) lebih

sedikit dibandingkan di Mentawai (473 batang/ha) tetapi

masih lebih banyak dibandingkan di Nias (160

batang/ha). Sedangkan untuk kategori anak pohon,

kepadatan di Tapanuli Tengah (2995 batang/ha)

Page 85: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 57

merupakan yang tertinggi dibandingkan di Mentawai

(2905 batang/ha) dan Nias (2696 batang/ha).

Tabel 8. Daftar Nilai Penting ( % ) jenis anak pohon di Kabupaten Tapanuli Tengah.

No. Jenis P. Mansalar Pantai Sibolga 1. Rhizophora apiculata 104,86 73,04 2. R. mucronata 128,97 42,00 3. R. stylosa 34,14 148,67 4. Ceriops tagal 10,08 18,72 5. Lumnitzera racemosa 10,08 17,37 6. Xylocarpus granatum 11,37 -

Tabel 9. Daftar kerapatan nisbi (KN), frekuensi nisbi (FN), dominasi nisbi (DN) dan nilai penting (NP) jenis anak pohon di Kabupaten Tapanuli Tengah.

No. Jenis KN (%)

FN (%)

DN (%)

NP (%)

1. Rhizophora mucronata 33,33 29,63 40,50 103,462. R. apiculata 30,86 33,33 31,04 95,233. R. stylosa 29,64 18,52 21,52 69,684. Lumnitzera racemosa 2,47 7,41 2,36 12,245. Ceriops tagal 2,47 7,41 1,66 11,546. Xylocarpus granatum 1,23 3,70 2,92 7,85

Page 86: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 58

D. KARANG

Hampir semua lokasi penelitian di Tapanuli Tengah

memiliki pantai yang sempit, terdiri dari pasir putih yang

diselingi bongkahan batu cadas (batu gunung). Ke arah

darat ditumbuhi oleh tumbuhan pantai yang terdiri dari

semak belukar, pandan laut, mangrove ataupun pohon

kelapa. Pada beberapa lokasi, tak jauh dari pantai, berupa

dataran tinggi yang ditumbuhi oleh pohon-pohon yang

berukuran besar.

Rataan terumbu landai dengan pertumbuhan karang

yang jarang dan mengelompok (patches). Dasar perairan

berupa pasir dan pecahan karang, yang dibeberapa tempat

juga ditumbuhi oleh lamun dari jenis Thalassia hemprichii

dan Enhalus acoroides. Karang dari marga Fungia ,

Acropora dan karang dengan bentuk pertumbuhan masif

dan submasif seperti Porites dan Pocillopora umum

dijumpai hingga kedalaman 7 m. Biota lain seperti

teripang (Holothuria sp.) dan moluska (Tridacna

squamosa) serta Gorgonian sedikit sekali dijumpai. Bulu

babi (Diadema stosum) terlihat hidup secara berkelompok

diantara karang. Pada kedalaman lebih dari 7 m karang

sudah sangat jarang dijumpai, dimana pasir yang

bercampur Lumpur terlihat lebih mendominasi.

Dari hasil RRI, LIT dan pengamatan bebas berhasil

dijumpai 140 jenis karang batu yang termasuk dalam 16

suku (Lampiran 6). Dibandingkan dengan hasil penelitian

yang dilakukan CRITC-LIPI pada saat survey yang sama di

perairan Mentawai (yang meliputi P. Sipora bagian utara

Page 87: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 59

dan P. Siberut bagian selatan) dan P. Nias bagian utara,

jumlah jenis karang batu yang dijumpai di perairan

Tapanuli Tengah ini lebih banyak sedikit dibandingkan

dengan di P. Nias bagian utara (136 jenis karang batu yang

termasuk dalam 18 suku), tetapi jauh lebih sedikit

dibandingkan dengan di Mentawai (166 jenis dalam 19

suku).

Pengamatan terumbu karang dengan metode RRI

yang dilakukan di 51 stasiun dijumpai persentase tutupan

karang hidup antara 0,00%-79,70%, dengan rerata

persentase tutupan karang hidup 26,98%. Pada stasiun

TPTR03 dan TPTR08, pada saat pengamatan dilakukan,

t idak dijumpai karang hidup sama sekali .

Secara umum, berdasarkan hasil RRI yang dilakukan

di t iga lokasi berbeda di Tapanuli Tengah terlihat bahwa

persentase tutupan karang hidup di perairan desa Sitardas

yang berada di Teluk Tapian Nauli bagian selatan

merupakan yang tertinggi yaitu sebesar 52,02% (n=16

stasiun). Persentase tutupan karang hidup di P. Mansalar

sebesar 18,79 % (n= 25 stasiun), sedangkan di Sibolga dan

sekitarnya sebesar 7,42 % (n= 10 stasiun).

Rerata persentase tutupan dari seluruh stasiun RRI

untuk masing-masing kategori biota dan substrat yaitu

Karang hidup (terdiri dari Acropora , Non Acropora),

karang mati (dead scleractinia), karang mati yang

ditumbuhi alga (dead scleractinia with algae), karang

lunak (soft coral), sponge, fleshy seaweed, biota lain

(other biota), pecahan karang (rubble), pasir (sand) dan

lumpur (silt) ditampilkan seperti pada Gambar 15.

Page 88: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 60

AcroporaNon AcroporaDead CoralDead Coral with AlgaeSoft CoralSpongeFleshy seaweedOther BiotaRubbleSandSiltRock

Gambar 15. Rerata persentase tutupan dari seluruh stasiun RRI (n=51 stasiun) di Tapanuli Tengah untuk masing-masing kategori biota dan substrat .

Dari 51 stasiun RRI yang dilakukan di Kabupaten

Tapanuli Tengah, hanya 2 stasiun dikategorikan sangat

baik (persentase tutupan karang hidup 75% -100%).

Sedangkan 8 stasiun dikategorikan baik (persentase

tutupan karang hidup 50% -74%), 10 stasiun dalam kondisi

cukup (persentase tutupan karang hidup 25% - 49%), dan

31 stasiun dalam kondisi kurang (persentase tutupan

karang hidup <25 %). Peta kondisi terumbu karang

berdasarkan dari persentase tutupan karang hidupnya di

masing-masing stasiun RRI ditampilkan pada Gambar

16.a., Gambar 16.b. dan Gambar 16.c. Sedangkan hasil

lengkap persentase tutupan untuk masing-masing kategori

biota dan substrat di masing-masing stasiun RRI dapat

dilihat pada Lampiran 7.

Page 89: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 61

Gambar 16.a. Peta kondisi terumbu karang berdasarkan persentase tutupan karang hidup

di masing-masing stasiun RRI di perairan sekitar Pelabuhan Sibolga.

Page 90: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 62

Gambar 16.b. Peta kondisi terumbu karang berdasarkan persentase tutupan karang hidup di masing-

masing stasiun RRI di perairan sekitar desa Sitardas, Teluk Tapian Nauli bagian selatan.

Page 91: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 63

Gambar 16.c. Peta kondisi terumbu karang berdasarkan persentase tutupan karang hidup di

masing-masing stasiun RRI di perairan P. Mansalar .

Page 92: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 64

Pengamatan terumbu karang dengan metode LIT di

13 stasiun transek permanen menunjukkan bahwa terumbu

karang yang masuk dalam kategori baik sebanyak 6

stasiun, kategori cukup sebanyak 5 stasiun, dan kategori

kurang sebanyak 2 stasiun. Hasil lengkap persentase

tutupan untuk masing-masing kategori biota dan

substratnya disajikan dalam Gambar 17 dan Lampiran 8.

Sedangkan peta persentase tutupan untuk masing-masing

kategori biota dan substratnya di masing-masing stasiun

transek permanen yang dilakukan dengan metode LIT

ditampilkan pada Gambar 18.a., Gambar 18.b., dan

Gambar 18.c.

0%

20%

40%

60%

80%

100%

TPTL

01

TPTL

02

TPTL

03

TPTL

04

TPTL

05

TPTL

06

TPTL

07

TPTL

08

TPTL

09

TPTL

10

TPTL

11

TPTL

12

TPTL

13RockSilt SandRubbleOther BiotaFleshy SeaweedSpongeSoft CoralDead Coral wih algaeDead CoralNon AcroporaAcropora

Gambar 17. Histogram persentase tutupan kategori biota dan substrat di masing-masing stasiun transek permanen di Tapanuli Tengah dengan metode LIT.

Page 93: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 65

Gambar 18.a. Peta persentase tutupan untuk masing-masing kategori biota dan substratnya di masing-

masing stasiun transek permanen di perairan sekitar Sibolga dengan metode LIT.

Page 94: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 66

Gambar 18.b. Peta persentase tutupan untuk masing-masing kategori biota dan substratnya di masing-masing

stasiun transek permanen di perairan sekitar desa Sitardas, Teluk tapian Nauli bagian selatan, dengan metode LIT.

Page 95: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 67

Gambar 18.c. Peta persentase tutupan untuk masing-masing kategori biota dan substratnya di masing-

masing stasiun transek permanen di perairan P. Mansalar dengan metode LIT.

Page 96: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 68

Diantara 13 stasiun transek permanen, pada stasiun-

stasiun yang berada di sekitar Sibolga (TPTL01, TPTL02

dan TPTL03) memiliki nilai indeks keanekaragaman jenis

Shannon yang lebih rendah (Tabel 10) dibandingkan

dengan di stasiun lainnya. Hal yang sama juga dijumpai

pada nilai indeks kemerataan Pielounya (Tabel 10),

dimana nilainya lebih rendah dibandingkan dengan stasiun

lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa pada ketiga stasiun

tersebut keanekaragaman jenis karang batunya sangat

rendah dan ada jenis yang terlihat lebih dominan

dibandingkan jenis lainnya. Dari data lapangan

menunjukkan bahwa jenis Porites lutea terlihat lebih

mendominasi perairan sekitar Sibolga ini.

Tabel 10. Jumlah jenis (S), Jumlah individu (N), Indeks keanekaragaman jenis Shannon (H’) yang dihitung menggunakan ln (=log e) , dan Indeks kemerataan Pielou (J’) untuk karang batu di masing-masing stasiun transek permanen dengan metode LIT.

Stasiun S N H’ J’ TPTL01 16 54 2,073 0,748 TPTL02 15 35 2,360 0,872

TPTL03 15 46 2,209 0,816 TPTL04 47 104 3,517 0,913 TPTL05 27 65 2,951 0,896 TPTL06 31 73 3,050 0,888 TPTL07 50 102 3,592 0,918 TPTL08 36 58 3,333 0,930 TPTL09 18 33 2,609 0,903 TPTL10 32 80 2,929 0,845 TPTL11 32 60 3,197 0,922 TPTL12 20 57 2,524 0,843 TPTL13 31 80 2,939 0,856

Page 97: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 69

Nilai kemiripan Bray-Curtis (Bray-Curtis Similarity)

yang dihitung berdasarkan jumlah kehadiran (number of

occurrence) dari masing-masing jenis karang batu di setiap

stasiun transek permanen ditampilkan pada Tabel 11.

Kemudian dengan menggunakan metode rerata kelompok

(group average), dilakukan analisa pengelompokan (cluster

analysis) dengan bantuan program PRIMER diperoleh

dendrogram seperti pada Gambar 19. Dengan tingkat

kemiripan 50 %, terlihat bahwa hanya stasiun TPTL01 dan

TPTL03, serta TPTL10 dan TPTL13 yang mengelompok

dalam satu kelompok. Sedangkan Stasiun TPTL09 terlihat

paling berbeda dengan stasiun-stasiun lainnya. Hasil

analisa MDS (Multi Dimensial Scaling) dengan nilai

Stress=0,12 memperkuat pengelompokkan yang terjadi dari

hasil analisis pengelompokan seperti yang diuraikan diatas

(Gambar 20). Pada kedua stasiun TPTL01 dan TPTL03,

Porites lutea tampak umum dijumpai.

Page 98: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 70

Tabel 11. Nilai kemiripan Bray-Curtis berdasarkan jumlah kehadiran masing-masing jenis karang batu pada stasiun transek permanen di Tapanuli Tengah.

Stasiun TPTL01 TPTL02 TPTL03 TPTL04 TPTL05 TPTL06 TPTL07 TPTL08 TPTL09 TPTL10 TPTL11 TPTL12 TPTL13

TPTL01 -

TPTL02 42,697 -

TPTL03 58,000 39,506 -

TPTL04 18,987 25,899 24,000 -

TPTL05 20,168 26,000 25,225 36,686 -

TPTL06 12,598 14,815 13,445 21,469 24,638 -

TPTL07 14,103 14,599 16,216 30,097 25,150 27,429 -

TPTL08 12,500 21,505 13,462 29,630 27,642 38,168 27,500 -

TPTL09 6,897 14,706 7,595 16,058 10,204 15,094 7,407 21,978 -

TPTL10 20,896 27,826 25,397 22,826 19,310 19,608 25,275 18,841 12,389 -

TPTL11 19,298 21,053 24,528 20,732 12,800 15,038 28,395 18,644 4,301 48,571 -

TPTL12 21,622 17,391 7,767 16,149 3,279 20,000 27,673 15,652 4,444 32,117 34,188 -

TPTL13 22,388 36,522 28,571 29,348 23,448 19,608 25,275 26,087 10,619 60,000 44,286 24,818 -

Page 99: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 71

TPTL

09

TPTL

06

TPTL

08

TPTL

07

TPTL

04

TPTL

05

TPTL

02

TPTL

01

TPTL

03

TPTL

12

TPTL

11

TPTL

10

TPTL

13

100

80

60

40

20

0

Sim

ilarit

y

Gambar 19. Dendrogram analisa pengelompokan stasiun

transek permanen di Tapanuli Tengah berdasarkan jumlah kehadiran jenis karang batu.

TPTL01

TPTL02TPTL03

TPTL04

TPTL05

TPTL06

TPTL07

TPTL08

TPTL09

TPTL10

TPTL11

TPTL12

TPTL13

Stress: 0.12

Gambar 20. MDS untuk stasiun transek permanen di

Tapanuli Tengah berdasarkan jumlah kehadiran jenis karang batu.

Page 100: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 72

Analisa variansi untuk menyelidiki hubungan antara

nilai indeks keanekaragaman Shanon (H’) dan persentase

tutupan karang hidup di masing-masing stasiun transek

permanen menunjukkan adanya hubungan antara kedua

variabel tersebut (p>0,01) (Tabel 12). Analisa regresi

antara keduanya menunjukkan hubungan linear positif

dengan dengan koefisien korelasi (r)=0,5221 (Gambar 21).

Tabel 12 . Analisa variansi hubungan antara ni lai H’ danpersentase tutupan karang hidup.

Sumber variasi DF SS MS F p

Regressi 1 0.7710 0.7710 4.1211 0.0672 Sesatan 11 2.0578 0.1871 Total 12 2.8288

H' = 0,0157*(% tutupan karang hidup) + 2,1848r2 = 0,2725 ; r = 0,5221

0

1

2

3

4

5

0 20 40 60 80Tutupan karang hidup (%)

H'

Gambar 21 . Analisa regresi antara nilai H’ dan persentase

tutupan karang hidup.

Page 101: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 73

E. MEGA BENTHOS

Seperti yang diuraikan dalam metode penarikan

sampel dan analisa data, metode Reef check (yang

dimodifikasi) yang dilakukan pada lokasi transek

permanen dalam penelitian ini mencatat hanya beberapa

dari jenis mega benthos yang bernilai ekonomis penting

ataupun yang bisa dijadikan indikator dalam menilai

kondisi kesehatan terumbu karang.

Hasil reef check selengkapnya di masing-masing

stasiun transek permanen bisa dilihat pada Gambar 22.a.,

Gambar 22.b., Gambar 22.c., dan Lampiran 9. Beberapa

biota mungkin tidak dijumpai pada saat pengamatan

berlangsung karena luas pengamatan yang dibatasi (luasan

bidang pengamatan = 140 m2/transek), sehingga tidak

menutup kemungkinan akan dijumpai pada lokasi di luar

transek.

Dari hasil Reef check tersebut diperoleh bahwa

kelimpahan Acanthaster planci , yang merupakan hewan

pemakan polip karang ditemukan dalam jumlah sedikit ,

yaitu hanya 16 individu/ha.

Karang jamur (CMR=Coral Mushrom) dijumpai

dalam jumlah yang berlimpah yaitu 16747 individu/ha.

Tingginya kelimpahan CMR terutama dijumpai pada

Stasiun TPTL07 yang lokasinya berada di wilayah desa

Sitardas dan dekat dengan hutan mangrove serta muara

sungai.

Bulu babi (Diadema setosum) dijumpai dalam

jumlah yang banyak yaitu 6692 individu/ha. Seperti halnya

Page 102: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 74

pada CMR, pada Stasiun TPTL07 kelimpahan bulu babi

juga lebih banyak dibandingkan dengan stasiun lainnya.

Sedangkan Kima (Giant clam) dijumpai dalam jumlah yang

tidak banyak, dimana untuk yang berukuran besar (panjang

>20 cm) kelimpahannya sebesar 170 individu/ha, dan yang

berukuran kecil (panjang < 20 cm) sebesar 66 individu/ha.

Demikian pula halnya dengan tripang (holothurian) dimana

yang berukuran besar (diameter >20) kelimpahannya hanya

sebesar 11 individu/ha, sedangkan yang berukuran kecil

t idak dijumpai sama sekali selama pengamatan dilakukan.

Hasil analisa cluster dan MDS berdasarkan

kelimpahan mega benthos yang diamati dengan

menggunakan program PRIMER dimana pengukurannya

memakai nilai kemiripan Bray-Curtis (Bray-Curtis

Similarity) (Tabel 13) dengan metode rerata kelompok

(group average) diperoleh hasil seperti pada Gambar 23

dan Gambar 24. Dari kedua gambar tersebut terlihat bahwa

stasiun TPTL04, TPTL08, TPTL11, TPTL12 dan TPTL13

mengelompok dalam satu kelompok. Pada kelompok ini,

jumlah individu biota CMR dan Diadema setosum-nya

berlimpah pada setiap transeknya. Pada Stasiun TPTL07,

biota CMR dan Diadema setosum juga dijumpai melimpah,

tetapi jumlahnya jauh melebihi stasiun-stasiun lainnya

sehingga tidak mengelompok dalam kelompok tadi.

Sedangkan pengelompokan Stasiun TPTL03 dan TPTL09

disebabkan karena jumlah individu CMR dan Diadema

setosum-nya yang tidak begitu banyak dibanding dengan

stasiun-stasiun yang disebutkan tadi. Selain itu, pada

kedua stasiun ini komposisi Diadema setosumnya terlihat

lebih banyak dibandingkan dengan CMR.

Page 103: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 75

Gambar 22.a. Hasi l reef check untuk mega benthos yang memiliki ni lai ekonomis penting dan sebagai

indikator kesehatan karang di masing-masing stasiun transek permanen di perairan sekitar Pelabuhan Sibolga.

Page 104: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 76

Gambar 22.b. Hasil reef check untuk mega benthos yang memiliki ni lai ekonomis penting dan sebagai

indikator kesehatan karang di masing-masing stasiun transek permanen di perairan sekitar desa Sitardas, Teluk Tapian Nauli bagian selatan.

Page 105: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 77

Gambar 22.c. Hasil reef check untuk mega benthos yang memiliki ni lai ekonomis penting dan sebagai

indikator kesehatan karang di masing-masing stasiun transek permanen di perairan P. Mansalar .

Page 106: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 78

Tabel 13. Nilai kemiripan Bray-Curtis berdasarkan jumlah individu mega benthos pada stasiun transek permanen

di Tapanuli Tengah.

Stasiun TPTL01 TPTL02 TPTL03 TPTL04 TPTL05 TPTL06 TPTL07 TPTL08 TPTL09 TPTL10 TPTL11 TPTL12 TPTL13

TPTL01 -

TPTL02 50,000 -

TPTL03 20,513 24,242 -

TPTL04 9,828 4,051 26,067 -

TPTL05 17,647 36,364 30,556 5,985 -

TPTL06 7,692 2,756 2,867 54,791 1,556 -

TPTL07 2,363 0,952 6,701 37,379 1,304 45,927 -

TPTL08 6,885 2,812 18,740 81,224 4,174 51,838 49,150 -

TPTL09 26,471 28,571 83,019 20,690 41,935 3,650 5,230 15,435 -

TPTL10 16,260 6,838 40,845 73,409 9,167 26,722 23,802 57,433 32,847 -

TPTL11 16,327 6,867 15,548 70,588 10,042 56,000 22,866 56,489 17,582 49,667 -

TPTL12 10,050 4,145 26,606 86,013 5,612 66,287 36,860 76,677 21,127 60,596 71,310 -

TPTL13 16,736 7,048 41,877 68,647 11,159 44,228 22,093 54,872 35,206 66,517 81,532 69,347 -

Page 107: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 79

TPTL

07

TPTL

06

TPTL

10

TPTL

11

TPTL

13

TPTL

08

TPTL

04

TPTL

12

TPTL

01

TPTL

02

TPTL

05

TPTL

03

TPTL

09

100

80

60

40

20

0

Sim

ilarit

y

Gambar 23. Dendrogram analisa pengelompokan stasiun

transek permanen di Kabupaten Tapanuli Tengah berdasarkan jumlah individu mega benthos.

TPTL01

TPTL02

TPTL03

TPTL04

TPTL05

TPTL06

TPTL07TPTL08

TPTL09

TPTL10

TPTL11

TPTL12 TPTL13

Stress: 0.04

Gambar 24. MDS untuk stasiun transek permanen di

Kabupaten Tapanuli Tengah berdasarkan jumlah individu mega benthos.

Page 108: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 80

F. IKAN KARANG

Dari hasil RRI yang dilakukan untuk ikan karang,

jenis Lutjanus decussatus merupakan jenis yang paling

sering dijumpai selama pengamatan, dimana jenis ini

berhasil dijumpai di 29 stasiun dari 51 stasiun RRI

(Frekuensi relatif kehadiran berdasarkan jumlah stasiun

yang diamati = 56,86%). Kemudian diikuti oleh

Pomacentrus moluccensis dengan frekuensi relat if kehadiran

54,90%. Sedangkan jenis-jenis ikan karang lainnya

dijumpai kurang dari separuh stasiun RRI yang diamati.

Dua belas jenis ikan karang yang memiliki nilai frekuensi

relatif kehadiran terbesar (berdasarkan jumlah stasiun

yang diamati) bisa dilihat pada Tabel 14.

Dari seluruh stasiun RRI yang diamati,

Perbandingan antara ikan major, ikan target dan ikan

indikator di masing-masing stasiun RRI ditampilkan pada

Gambar 25.a., Gambar 25.b. dan Gambar 25.c.

Underwater Fish Visual Census (UVC) yang

dilakukan di 9 Stasiun transek permanen menjumpai

sebanyak 179 jenis ikan karang yang termasuk dalam 31

suku, dengan nilai kelimpahan ikan karang sebesar 11025

individu per hektarnya. Jenis Neopomacentrus cyanomos

merupakan jenis ikan karang yang memiliki kelimpahan

yang tertinggi dibandingkan dengan jenis ikan karang

lainnya, yaitu sebesar 4571 individu/ha-nya, kemudian

diikuti oleh Neopomacentrus azysron (2934 individu/ha)

dan Archamia fucata (1495 individu/ha). Sepuluh besar

jenis ikan karang yang memiliki kelimpahan yang tertinggi

ditampilkan dalam Tabel 15.

Page 109: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 81

Tabel 14 . Dua belas jenis ikan karang yang memilikinilai frekuensi relat if kehadiran terbesar(berdasarkan jumlah stasiun yang diamati) .

No. Jenis Frekuensi relatif kehadiran (%)

1. Lutjanus decussatus 56,86 2. Pomacentrus moluccensis 54,90 3. Pomacentrus bankanensis 49,02 4. Zanclus cornutus 49,02 5. Cheilinus fasciatus 41,18 6. Scarus dimidiatus 41,18 7. Scolopsis ciliatus 41,18 8. Scolopsis margaritifer 39,22 9. Chaetodon baronessa 35,29

10. Chaetodontoplus mesoleucus 35,29 11. Scarus bleekeri 35,29 12. Thalassoma lunare 35,29

Tabel 15. Sepuluh besar jenis ikan karang yang memiliki kel impahan yang tert inggi .

No. Jenis Kelimpahan (jml individu/ha)

1. Neopomacentrus cyanomos 4571 2. Neopomacentrus azysron 2934 3. Archamia fucata 1495 4. Pomacentrus moluccensis 818 5. Apogon compressus 796 6. Amblyglyphidodon leucogaster 769 7. Chromis viridis 758 8. Pempheris vanicolensis 703 9. Apogon quenquelineata 490

10. Pomacentrus bankanensis 490

Page 110: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 82

Gambar 25.a. Peta perbandingan antara ikan major, ikan target dan ikan indikator di sekitar perairan Sibolga dengan metode RRI.

Page 111: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 83

Gambar 25.b. Peta perbandingan antara ikan major, ikan target dan ikan indikator di sekitar

perairan desa Sitardas, Teluk Tapian Nauli bagian selatan dengan metode RRI.

Page 112: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 84

Gambar 25.c. Peta perbandingan antara ikan major, ikan target dan ikan indikator di perairan P. Mansalar dengan metode RRI.

Page 113: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 85

Kelimpahan beberapa jenis ikan ekonomis penting

yang diperoleh dari UVC di lokasi transek permanen

seperti ikan kakap (suku Lutjanidae) yaitu 813

individu/ha, ikan kerapu (suku Serranidae) 165

individu/ha, ikan ekor kuning (suku Caesionidae) yaitu

936 individu/ha.

Ikan kepe-kepe (Butterfly fish; suku

Chaetodontidae) yang merupakan ikan indikator untuk

menilai kesehatan terumbu karang memiliki kelimpahan

330 individu/ha. Selama penelitian berlangsung, ikan

Napoleon (Cheilinus undulatus) t idak dijumpai.

Kelimpahan ikan karang untuk masing-masing suku

ditampilkan dalam Tabel 16.

Jumlah individu untuk setiap jenis ikan karang yang

dijumpai di masing-masing stasiun transek permanen

dengan menggunakan metode UVC bisa dilihat pada

Lampiran 10. Hasil UVC juga menunjukkan bahwa

kelimpahan kelompok ikan major, ikan target dan ikan

indikator berturut-turut adalah 20264 individu/ha, 3637

individu/ha dan 330 individu/ha, sehingga perbandingan

antara ikan major, ikan target dan ikan indikator adalah

61:11:1. Ini berarti bahwa untuk setiap 73 ikan yang

dijumpai di perairan Tapanuli Tengah, kemungkinan

komposisinya terdiri dari 61 individu ikan major, 11

individu ikan target dan 1 individu ikan indikator. Peta

perbandingan antara ikan major, ikan target dan ikan

indikator di masing-masing stasiun transek permanen

Page 114: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 86

ditampilkan pada Gambar 26.a., Gambar 26.b., dan

Gambar 26.c.

Tabel 16. Kelimpahan ikan karang untuk masing-masing suku yang dijumpai di lokasi t ransek permanen.

NO. SUKU KELIMPAHAN (jml individu/ha)

1. Pomacentridae 13556 2. Apogooniddae 3782 3. Labridae 1284 4. Pempheridae 998 5. Casionidae 936 6. Scolopsidae 820 7. Lutjanidae 813 8. Pomacanthidae 393 9. Scaridae 356

10. Chaetodontidae 330 11. Siganidae 262 12. Serranidae 165 13. Zanclidae 110 14. Carangidae 62 15. Centriscidae 57 16. Holocentrdiae 53 17. Balistidae 51 18. Haemulidae 42 19. Lethrinidae 31 20. Acanthuriidae 22 21. Mullidae 22 22. Acanthuridae 18 23. Platacidae 18 24. Tetraodontidae 15 25. Nemipteridae 13 26. Blenniidae 7 27. Pinguipedidae 7 28. Microdesmidae 4 29. Dasyatidae 2 30. Ostraciidae 2 31. Synodontidae 2

Page 115: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 87

Gambar 26.a. Peta perbandingan antara ikan major, ikan target dan ikan indikator di masing-masing stasiun transek permanen di perairan sekitar Sibolga.

Page 116: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 88

Gambar 26.b. Peta perbandingan antara ikan major, ikan target dan ikan indikator di masing-masing stasiun

transek permanen di perairan sekitar desa Sitardas, Teluk Tapian Nauli bagian selatan.

Page 117: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 89

Gambar 26.c. Peta perbandingan antara ikan major, ikan target dan ikan indikator di masing- masing stasiun transek permanen di perairan P. Mansalar .

Page 118: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 90

Berdasarkan hasil perhitungan nilai indeks

keanekaragaman jenis Shannon dan nilai kemerataan jenis

Pielou (Tabel 17), terlihat bahwa pada stasiun TPTL13

memiliki nilai yang tinggi untuk kedua nilai indeks

tersebut (H’=3.917 dan J’=0.843). Pada stasiun ini

dijumpai jumlah jenis ikan karang yang tertinggi, tetapi

kepadatan masing-masing jenisnya relatif seragam. Pada

stasiun TPTL01, nilai indeks kemerataannya rendah. Hal

ini disebabkan karena pada stasiun ini kelimpahan dari

ikan karang jenis Neopomacentrus cyanomos dan

Pempheris vanicolensis tampak lebih dominan

dibandingkan dengan jenis lainnya.

Tabel 17. Jumlah jenis (S), Jumlah individu (N), Indeks

keanekaragaman jenis Shannon (H’) yang dihitung menggunakan ln (=log e) , dan Indeks kemerataan Pielou (J’) untuk ikan karang di masing-masing stasiun transek permanen di Tapanuli Tengah dengan metode UVC.

Stasiun S N H’ J’

TPTL01 44 878 1,720 0,455 TPTL02 43 483 3,208 0,853 TPTL03 40 1001 2,258 0,612 TPTL04 43 895 2,659 0,707 TPTL05 41 1252 1,984 0,534 TPTL06 27 696 2,060 0,625 TPTL07 38 1301 2,441 0,671 TPTL08 48 1372 3,029 0,782 TPTL09 39 487 2,963 0,809 TPTL10 59 440 3,425 0,840 TPTL11 61 914 2,947 0,717 TPTL12 69 537 3,560 0,841

TPTL13 104 769 3,917 0,843

Page 119: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 91

Sebelum dilakukan analisa pengelompokan (cluster

analysis), data jumlah individu yang dijumpai di masing-

masing stasiun transek permanen ditransformasikan ke

dalam bentuk akar pangkat dua, dan dihitung nilai

kemiripan antar stasiun berdasarkan nilai kemiripan Bray-

Curtis, yang hasilnya ditampilkan pada Tabel 18.

Dari hasil analisa pengelompokan dengan

menggunakan rerata kelompok (group average) (Gambar

27) dan juga MDS (Multi Dimensial Scaling) dengan nilai

Stress=0,11 (Gambar 28) menunjukkan bahwa dengan

tingkat kemiripan lebih dari 58,42%, tak satupun dari

ketiga belas stasiun itu mengelompok dalam satu

kelompok berdasarkan jumlah individu dari masing-masing

jenis ikan karang yang dijumpai. Tetapi dengan tingkat

kemiripan 50%, terdapat 7 kelompok yang berbeda dimana

Stasiun TPTL01, TPTL02 dan TPTL03 mengelompok

dalam satu kelompok dengan tingkat kemiripan 51,29%;

Stasiun TPTL04 dan TPTL05 dalam satu kelompok

(tingkat kemiripan 52,24%); Stasiun TPTL10, TPTL11,

TPTL12 dan TPTL13 dalam satu kelompok (tingkat

kemiripan 50,30%). Sedangkan 4 kelompok sisanya yaitu

stasiun TPTL06, TPTL07, TPTL08 dan TPTL09 masing-

masing dalam kelompok yang berbeda. Jadi, berdasarkan

pengelompokkan ini terlihat bahwa jumlah individu dari

masing-masing jenis ikan karang yang dijumpai di Teluk

Sibolga (TPTL01, TPTL02 dan TPTL03) memiliki

kemiripan lebih dari 50%. Demikian juga dengan stasiun-

stasiun di utara P. Mansalar (TPTL10, TPTL11, TPTL12

dan TPTL13) dan pulau-pulau kecil di depan daratan desa

Sitardas (TPTL04 dan TPTL05).

Page 120: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 92

Tabel 18. Nilai kemiripan Bray-Curtis berdasarkan jumlah individu ikan karang pada stasiun transek permanen

di Tapanuli Tengah.

Stasiun TPTL01 TPTL02 TPTL03 TPTL04 TPTL05 TPTL06 TPTL07 TPTL08 TPTL09 TPTL10 TPTL11 TPTL12 TPTL13

TPTL01 -

TPTL02 52,885 -

TPTL03 49,702 53,133 -

TPTL04 39,087 39,111 39,994 -

TPTL05 45,939 40,729 38,560 52,235 -

TPTL06 29,824 28,156 20,273 37,293 49,982 -

TPTL07 42,804 35,148 40,070 49,045 49,154 34,569 -

TPTL08 26,278 28,086 25,774 36,939 42,775 37,735 39,131 -

TPTL09 22,186 19,948 17,516 27,673 32,581 40,860 17,105 28,253 -

TPTL10 37,282 37,554 38,705 36,196 31,172 23,718 29,903 33,744 22,538 -

TPTL11 33,938 41,592 49,199 37,840 32,991 21,468 36,519 40,860 20,037 47,496 -

TPTL12 39,504 45,878 45,442 37,830 32,911 24,277 37,243 36,501 20,588 57,333 57,903 -

TPTL13 36,488 42,727 36,151 33,611 36,674 28,299 31,193 41,519 29,955 46,084 51,339 58,418 -

Page 121: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 93

TPTL

06

TPTL

09

TPTL

01

TPTL

02

TPTL

03

TPTL

10

TPTL

11

TPTL

12

TPTL

13

TPTL

08

TPTL

07

TPTL

04

TPTL

05

100

80

60

40

20

Sim

ilarit

y

Gambar 27. Dendrogram analisa pengelompokan stasiun

transek permanen di Kabupaten Tapanuli Tengah berdasarkan jumlah individu ikan karang yang telah ditransformasikan ke bentuk akar pangkat dua.

TPTL01

TPTL02

TPTL03

TPTL04TPTL05

TPTL06

TPTL07

TPTL08

TPTL09

TPTL10

TPTL11TPTL12

TPTL13

Stress: 0.11

Gambar 28. MDS untuk stasiun transek permanen di

Kabupaten Tapanuli Tengah berdasarkan jumlah individu ikan karang yang telah ditransformasikan ke bentuk akar pangkat dua.

Page 122: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 94

G. PEMBAHASAN UMUM

Kabupaten Tapanuli Tengah secara geografis berada

di Samudera Hindia sehingga perairan di sekitarnya

mempunyai sistem arus dan karakteristik massa air yang

sangat dipengaruhi oleh sistem yang berkembang di

Samudera Hindia.

Perubahan sekecil apapun yang terjadi di daratan

akan membawa pengaruh yang signifikan pada kualitas

perairannya. Pengaruhnya disamping terjadi di daerah

tersebut juga akan terdistribusi ke daerah lain yang

terbawa oleh gerakan massa air melalui sistem arus yang

berkembang di daerah ini. Pola arus menentukan pola

sebaran zat yang terlarut dan materi yang melayang di

dalam air, baik zat hara, bahan pencemar, plankton, telur

dan larva biota laut, maupun materi dasar laut yang

teraduk akibat gelombang laut atau sebab lainnya. Sistem

arus suatu perairan selalu berubah-ubah mengikuti pola

pasang-surut, kondisi angin dan musim. Untuk Kabupaten

Tapanuli Tengah, kondisi arusnya dipengaruhi terutama

oleh musim sedangkan pengaruh pasang surut t idak terlihat

dominan.

Walaupun kadar nutrient di daerah ini t inggi, tetapi

secara umum kualitas perairannya dapat dikatakan relatif

masih baik untuk kehidupan karang serta biota laut

lainnya. Karang batu, yang merupakan komponen utama

dalam ekosistem terumbu karang, masih bisa tumbuh dan

berkembang dengan baik di perairan Tapanuli Tengah ini

meskipun pada beberapa stasiun penelitian dijumpai dalam

Page 123: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 95

persentase tutupan yang rendah, terutama pada lokasi

sekitar pelabuhan laut Sibolga. Berdasarkan hasil RRI

yang telah dilakukan pada studi baseline ekologi pada

2004 ini, secara umum dapat dikatakan bahwa persentase

tutupan karang batu di Tapanuli Tengah (26,98%) relatif

lebih baik dibandingkan dengan daerah lain yang posisinya

lebih ke selatan seperti di di Nias (25,90%) dan Kepulauan

Mentawai (14,89%).

Walaupun sumbangan nilai persentase tutupan

karang batu terhadap meningkatnya nilai indeks

keanekaragaman jenis (H’) hanya sebesar 27,25 %

(koefisien determinasi=r2=0,2725), namun terdapat

hubungan linear positif antara keduanya. Ini berarti bahwa

semakin tinggi persentase tutupan karang batu, semakin

tinggi pula nilai keanekaragaman jenis karang batunya.

Beranekaragamnya jenis karang batu dengan persentase

tutupan yang tinggi dimungkinkan bila ukuran koloni dari

setiap jenis karang batunya tidak begitu besar.

Pelabuhan laut Sibolga yang ramai oleh segala

macam aktivitasnya terlihat memiliki peranan penting

terhadap menurunnya kualitas perairan disekitarnya.

Stasiun-stasiun yang berada di sekitar pelabuhan Sibolga

(TPTL01, TPTL02 dan TPTL03) tampak berbeda dengan

stasiun-stasiun lainnya, baik itu dilihat dari jumlah

kehadiran masing-masing jenis karang batu, jumlah

individu mega benthos (yang memiliki nilai ekonomi

penting ataupun sebagai indikator kesehatan terumbu

karang), maupun dari jumlah individu ikan karang yang

dijumpai.

Page 124: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 96

BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Dari hasil dan pembahasan yang telah diuraikan

maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

Kabupaten Tapanuli Tengah secara geografis berada di

Samudera Hindia sehingga perairan di kepulauan ini

mempunyai sistem arus dan karakteristik massa air

yang sangat dipengaruhi oleh sistem yang berkembang

di Samudera Hindia. Walaupun begitu, karakteristik

massa air dari daratan P. Nias itu sendiri merupakan

salah satu faktor dominan yang berpengaruh dalam

stabilitas massa air di perairan pesisirnya.

Kondisi arus di perairan Kabupaten Tapanuli Tengah,

terutama dipengaruhi oleh musim sedangkan pengaruh

pasang surut t idak terlihat dominan.

Kecuali pada stasiun penelitian yang lokasinya dekat

dengan pelabuhan laut, secara umum kadar zat hara di

perairan sekitar wilayah ini masih dibawah nilai

ambang batas maksimum yang dianjurkan KLH untuk

biota laut. Walaupun begitu tanda-tanda adanya

pencemaran di perairan ini bisa terlihat dari t ingginya

kelimpahan beberapa mega bentos (misal CMR, bulu

babi) yang umum dijumpai pada daerah yang tercemar

perairannya.

Dijumpai 20 jenis mangrove yang termasuk dalam 10

suku dari hasil transek dan koleksi bebas. Luasan hutan

Page 125: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 97

mangrove di Kabupaten Tapanuli Tengah yang meliputi

daerah sekitar pelabuhan Sibolga, sekitar desa Sitardas

(Teluk Tapian Nauli bagian selatan) dan P. Mansalar

yaitu 7,9902 km2. Untuk kategori pohon, diperkirakan

ada sekitar 288 batang per hektar dengan rerata

ketinggian 14,74 meter dan rerata diameter batang

16,30 cm, yang didominasi oleh jenis Rhizophora

mucronata . Sedangkan untuk kategori anak pohon,

diperkirakan ada sekitar 2995 batang per hektar dengan

rerata ketinggian 5,35 m dan rerata diameter batang

4,54 cm, yang juga didominasi oleh jenis Rhizophora

mucronata .

Luasan terumbu karang yang meliputi fringing reef ,

patch reef dan shoal di perairan Kabupaten Tapanuli

Tengah yang meliputi daerah sekitar pelabuhan

Sibolga, sekitar desa Sitardas (Teluk Tapian Nauli

bagian selatan) dan P. Mansalar yaitu 25,3572 km2.

Berdasarkan hasil dari RRI dimana rerata persentase

tutupan karang hidup di wilayah ini sebesar 26,98 %,

maka perkiraan luas karang hidupnya sebesar 6,8414

km2.

Dari hasil RRI, LIT dan pengamatan bebas berhasil

dijumpai 140 jenis karang batu yang termasuk dalam 16

suku.

Pengamatan terumbu karang dengan metode RRI yang

dilakukan di 51 stasiun dijumpai persentase tutupan

karang hidup antara 0,00%-79,70%, dengan rerata

persentase tutupan karang hidup 26,98%. Ditinjau dari

persentase tutupan karang hidupnya, secara umum

Page 126: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 98

terumbu karang di perairan ini dapat dikategorikan

“cukup”.

Underwater Fish Visual Census (UVC) yang dilakukan

di 9 Stasiun transek permanen menjumpai sebanyak 179

jenis ikan karang yang termasuk dalam 31 suku, dengan

nilai kelimpahan ikan karang sebesar 11025 individu

per hektarnya. Jenis Neopomacentrus cyanomos

merupakan jenis ikan karang yang memiliki kelimpahan

yang tertinggi dibandingkan dengan jenis ikan karang

lainnya, yaitu sebesar 4571 individu/ha-nya

Kelimpahan beberapa jenis ikan ekonomis penting yang

diperoleh dari UVC di lokasi transek permanen seperti

ikan kakap (suku Lutjanidae) yaitu 813 individu/ha,

ikan kerapu (suku Serranidae) 165 individu/ha, ikan

ekor kuning (suku Caesionidae) yaitu 936 individu/ha.

Ikan kepe-kepe (Butterfly fish; suku Chaetodontidae)

yang merupakan ikan indikator untuk menilai kesehatan

terumbu karang memiliki kelimpahan 330 individu/ha.

Selama penelitian berlangsung, ikan Napoleon

(Cheilinus undulatus) t idak dijumpai.

Perbandingan kelimpahan kelompok ikan major, ikan

target dan ikan indikator berturut-turut adalah 20264

individu/ha, 3637 individu/ha dan 330 individu/ha,

sehingga perbandingan antara ikan major, ikan target

dan ikan indikator adalah 61:11:1. Ini berarti bahwa

untuk setiap 73 ikan yang dijumpai di perairan

Tapanuli Tengah, kemungkinan komposisinya terdiri

Page 127: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 99

dari 61 individu ikan major, 11 individu ikan target dan

1 individu ikan indikator.

Pelabuhan laut Sibolga yang ramai oleh segala macam

aktivitasnya terlihat memiliki peranan penting terhadap

menurunnya kualitas perairan disekitarnya. Stasiun-

stasiun yang berada di sekitar pelabuhan Sibolga

(TPTL01, TPTL02 dan TPTL03) tampak berbeda

dengan stasiun-stasiun lainnya, baik itu dilihat dari

jumlah kehadiran masing-masing jenis karang batu,

jumlah individu mega benthos (yang memiliki nilai

ekonomi penting ataupun sebagai indikator kesehatan

terumbu karang), maupun dari jumlah individu ikan

karang yang dijumpai.

B. SARAN

Dari pengalaman dan hasil yang diperoleh selama

melakukan penelitian di lapangan maka dapat diberikan

beberapa saran sebagai berikut:

Kesimpulan yang diambil mungkin saja tidak

seluruhnya benar untuk menggambarkan kondisi

Kabupaten Tapanuli Tengah secara keseluruhan

mengingat jumlah stasiun penelitian, terutama untuk

stasiun transek permanen sangatlah terbatas (13

stasiun). Hal ini dikarenakan waktu penelitian yang

sangat terbatas. Untuk itu sebaiknya jumlah stasiun

bisa ditambahkan pada penelitian selanjutnya.

Secara umum, kualitas perairan di lokasi yang ditelit i ,

dapat dikatakan relatif masih baik untuk kehidupan

Page 128: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 100

karang serta biota laut lainnya. Keadaan seperti ini

perlu dipertahankan bahkan jika mungkin, lebih

ditingkatkan lagi daya dukungnya, untuk kehidupan

terumbu karang dan biota lainnya. Pencemaran

lingkungan dan kerusakan lingkungan harus dicegah

sedini mungkin, sehingga kelestarian sumberdaya yang

ada tetap terjaga dan lestari .

Dengan meningkatnya kegiatan di darat di sekitar

Kabupaten Tapanuli Tengah, pasti akan membawa

pengaruh terhadap ekosistem di perairan ini, baik

secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu,

penelitian kembali di daerah ini sangatlah penting

dilakukan untuk mengetahui perubahan yang terjadi

sehingga hasilnya bisa dijadikan bahan pertimbangan

bagi para stakeholder dalam mengelola ekosistem

terumbu karang secara lestari . Selain itu, data hasil

pemantauan tersebut juga bisa dipakai sebagai bahan

evaluasi keberhasilan COREMAP.

Page 129: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 101

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1985. Baku Mutu Lingkungan Hidup dan

Pengendalian Pencemaran Lingkungan. Laporan

Khusus : Asisten I Menteri Negara Kependudukan

dan Lingkungan Hidup. Jakarta.

Alaert, G dan S.S. Santika. 1987 . Metode Penelitian Air .

Penerbit: Usaha Nasional Surabaya: 389p.

Alabaster, J.S. dan Lloyd, R. 1980. Water Quality Criteria

for Freswater Fish . Butterworths, London.

Brotowidjoyo, M.D., D. Tribowo., E. Mubyarto. 1995 .

Pengantar Lingkungan Perairan dan Budidaya Air .

Liberty, Yogyakarta.

Connel, W. D., dan Gregory, J. Miller. 1995. Kimia dan

Ekotoksikologi Pencemaran . Penerbit Universitas

Indonesia: 520p.

Cox, G.W. 1967. Laboratory manual of General Ecology .

M.W.C. Brown Company, Minneapolis, Minnesota.

Dai, C.F. 1991. Reef Environment and Coral Fauna of

Southern Taiwan. Atol. Res. Bull . No.S: 354.

Eliza. 1992. Dampak Pariwisata terhadap Pertumbuhan

Terumbu Karang . Lingkungan dan Pembangunan

Vol.12 No.3.: 158-170.

Page 130: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 102

Edward dan Z. Tarigan. 2004. Pemantauan Kondisi Hidrologi

di Perairan Raha P. Muna dalam kaitannya dengan

Kondisi Terumbu Karang. Jurnal “Sains”

Universitas Indonesia (dalam proses penerbitan).

Edward. 1986. Kandungan Zat Hara Fosfat di Laut Banda.

Laporan : Penelitian BPSDL-LIPI Ambon.

Edward. 1996. Kandungan Zat Hara Fosfat, Nitrat dan

Oksiegen Terlarut di Perairan Waisarisa.

Lingkungan dan Pembangunan , Vol 16, No 2,

Jakarta: 149-159.

English, S.; C. Wilkinson and V. Baker, 1997. Survey Manual

for Tropical Marine Resources. Second edition .

Australian Institute of Marine Science.

Townsville: 390 p.

EPA, 1973. Water Quality Criteria. Ecological Research

Series . Washington: 595 p.

Hamzah, MS., M.t Soamole dan T. Wenno. 1993. Kondisi

Oseanografi Perairan Kepulauan Banda dan

Lusipara. Laporan Kemajuan Triwulan IV. BPSDL

–LIPI Ambon: 94-97.

Ilahude, A. dan Liasaputra. 1980. Sebaran Normal

Parameter Hidrologi di Teluk Jakarta. Buku Teluk

Jakarta , Pengkajian Fisika, Kimia, Biologi &

Geologi (Nontji , A dan A. Djamali ed). LON-LIPI

Jakarta. 1-48 p.

Page 131: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 103

Kantor MNLH. 1988. Keputusan Menteri Negara

Kependudukan dan Lingkungan Hidup No.Kep-

02/MNKLH/I/1988 Tentang Pedoman Penetapan

Baku Mutu Lingkungan. Kantor Menteri Negara

Kependudukan dan Lingkungan Hidup, Jakarta

Kantor MNLH. 2004. Keputusan Menteri Negara dan

Lingkungan Hidup No.Kep-51/2004 Tentang

Pedoman Penetapan Baku Mutu Air Laut. Kantor

Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan

Hidup, Jakarta.

Keenan W. C., C.K. Donald and Jesse. 1980. General College

Chemistry , 6 th edt. Harper & Row Publisher,

New York.

Liaw. W.K. 1969. Chemical and Biological Studies and

Fish Ponds and Resevoirs in Taiwan. Fisheries

Series No. 7.

Long, B.G. ; G. Andrew; Y.G. Wang and Suharsono, 2004.

Sampling accuracy of reef resource inventory

technique. Coral Reefs : 1-17.

Mulyanto, 1992 . Lingkungan Hidup Untuk Ikan .

Depdikbud, Jakarta: 138 p.

Mechlas, B.J. , K.K. Hekimian., L.A. Schinazi and R.H.

Dudley. 1972 . An Integration into recreational

water quality, water quality data book . US. EPA.

Wasington (4): 35-55.

Page 132: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 104

Neter, J.; M.H. Kunter ; C.J. Nachtsheim & W.

Wasserman. 1996. Applied Linear Statistical

Models . Fourth edition . The Mc Graw Hill–Co. Inc

USA:1408p

NTAC (National Technical Advisor Commintee). 1968. Water

Quality Criteria. Report of the National Technical

Advisory Committee to the Secretary of the

Interior. Washington.

Nybakken W. J. 1988. Biologi Laut,Suatu Pendekatan

Ekologis . Penerbit PT. Gramedia Jakarta: 459 p.

Odum, E.P. 1971. Fundamental of Ecology . W.B. sounders

Company, Philadelphia: 574 p.

Pielou, E.C. 1966. The measurement of diversity in different

types of biological collections. J. Theoret. Biol.

13 : 131-144.

Riva’i, R.S dan K. Pertagunawan. 1983. Biologi Perikanan I .

Penerbit CV. Kayago. Jakarta: 143 p.

Romimohtarto, K dan Thayib, S.S. 1982. Kondisi Lingkungan

dan Laut di Indonesia . LON-LIPI, Jakarta: 246 p.

Romimohtarto, K. 1988. Kualitas Air dalam Budidaya Laut .

Sea Farming Workshop Report . Bandar lampung.

Salim, E. 1986. Baku Mutu Lingkungan . KLH, Jakarta: 25 p.

Shannon, C.E. 1948. A mathematical theory of

communication. Bell System Tech. J. 27: 379-423,

623-656.

Page 133: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 105

Strickland, J.D.H and T.R. Parsons. 1968. A Practical

Handbook of Seawater Analysis . Fish. Res. Board

Canada (167): 311 p

Sulastri dan Bajoeri. 1995. Tingkat Kualitas Perairan

Cimandur, Cilil i t dan Cisiih di Wilayah Banten

Selatan Jawa Barat. Prosiding : Hasil Penelitian

Puslitbang Limnologi-LIPI 1994/95. Bogor. 120-

135.

Supranto. 1991. Statistik, teori dan aplikasi edisi kelima jil id

2. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Susana T. 1988. Pengaruh Senyawa Klorin Terhadap Biota

Laut. Warta ISOI : 4 –6 p.

Sutamihardja, R.T.M. 1978. Kualitas Pencemaran

Lingkungan. Sekolah Pascasarjana Jurusan

Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan.

Bahan Kuliah : Institut Pertanian Bogor, Bogor

Sutarna, I .N. 1987. Keanekargaman dan Kekayaan Jenis

Karang batu di Teluk Ambon Bagian Luar, P.

Ambon. Buku Teluk Ambon (Biologi, Perikanan,

Oseanografi dan Geologi). BSDL LIPI Ambon :1- 9.

Warwick, R.M. and K.R. Clarke, 2001. Change in marine

communities: an approach to stasistical analysis

and interpretation, 2n d edition. PRIMER-

E:Plymouth.

Welch, E. B. 1980. Ecological Effect of Wasterwater .

Cambridge University Press. London: 357 p.

Page 134: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 106

Wenno, L.F., Walman, H., dan D. Sahetapy. 1983. Penelitian

Pengaruh Sirkulasi Air Terhadap Pertumbuhan

Karang di Perairan Teluk Ambon. Laporan Pen.

Proyek BSDL LIPI Ambon: 68-69.

Winarno, F.G. 1986. Air Untuk Industri Pangan . Penerbit PT.

Gramedia, Jakarta

Zar, J. H., 1996. Biostatistical Analysis. Second edition .

Prentice-Hall Int. Inc. New Jersey: 662 p.

Page 135: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 107

LAMPIRAN

Lampiran 1. Posisi s tasiun peneli t ian untuk parameter temperatur dan sal ini tas air laut di Kabupaten Tapanuli Tengah.

Posisi Lokasi Stasiun

Latitude Longitude P. Mansalar 1 1.65861 98.51361

2 1.65417 98.49806 3 1.68361 98.50333 4 1.70333 98.47139 5 1.69333 98.45111 6 1.68056 98.44111 7 1.64611 98.44583 8 1.62556 98.49722 9 1.61667 98.55000 10 1.61833 98.55500 11 1.61472 98.56694 12 1.59556 98.58722 13 1.61139 98.60806 14 1.63667 98.60111 15 1.65778 98.59056 16 1.66556 98.58389 17 1.67083 98.57111 18 1.67833 98.55667 19 1.68361 98.54722 20 1.65722 98.54111 21 1.69102 98.51343

Pelabuhan Sibolga 1 1.73139 98.78111 2 1.72111 98.79083 3 1.72278 98.78361 4 1.71806 98.78111 5 1.70917 98.77250 6 1.71639 98.77000

bersambung

Page 136: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 108

Sambungan Lampiran 1 Posisi

Lokasi Stasiun Latitude Longitude

Sitardas, Teluk Tapian Nauli 7 1.58889 98.69972 8 1.58083 98.71556 9 1.57750 98.72194 10 1.57528 98.72056 11 1.57194 98.72167 12 1.56861 98.72861 13 1.56278 98.73750 14 1.55667 98.74222 15 1.54361 98.74806 16 1.53361 98.75639 17 1.53028 98.76750 18 1.53222 98.77000 19 1.54500 98.77028 20 1.55306 98.77583 21 1.56194 98.76778 22 1.57667 98.78167 23 1.57556 98.77444 24 1.57306 98.76111 25 1.57917 98.75389 26 1.57806 98.74111

Page 137: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 109

Lampiran 2. Posisi s tasiun peneli t ian untuk parameter fosfat , ni tr i t , ni trat , oksigen terlarut , pH, kecerahan, warna, bau, benda padat terapung, dan zat padat tersuspensi di perairan Kabupaten Tapanuli Tengah.

Posisi

Lokasi Stasiun Latitude Longitude

1 1.65417 98.49806 2 1.69333 98.45111 3 1.68056 98.44111 4 1.62556 98.49722 5 1.61833 98.55500

P. Mansalar 6 1.59556 98.58722 7 1.61139 98.60806 8 1.63667 98.60111 9 1.66556 98.58389 10 1.68361 98.54722 11 1.65722 98.54111

12 1.73139 98.78111 13 1.72111 98.79083

Sibolga 14 1.72278 98.78361 15 1.70917 98.77250 16 1.71639 98.77000

17 1.58889 98.69972 18 1.57528 98.72056

Sitardas 19 1.56861 98.72861 (Teluk Tapian Nauli) 20 1.56278 98.73750

21 1.55667 98.74222 22 1.54819 98.74634

Page 138: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 110

Lampiran 3. Posisi s tasiun peneli t ian untuk mangrove.

Posisi Lokasi Stasiun

Latitude Longitude

P. Mansalar 1 1.66775 98.54830 2 1.66018 98.49435 3 1.67607 98.50280

Sibolga (P. Sumatera) 4 1.60132 98.81730

Page 139: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 111

Lampiran 4. Posisi s tasiun peneli t ian karang dan ikan karang dengan metode RRI di perairan Kabupaten Tapanuli Tengah.

Posisi Lokasi Stasiun

Latitude Longitude

TPTR01 1.73375 98.75161 TPTR02 1.72923 98.75173 TPTR03 1.71677 98.76602 TPTR04 1.71469 98.76187 Sibolga TPTR05 1.70980 98.75845 (Teluk Tapian Nauli Bagian utara) TPTR06 1.70455 98.76224 TPTR07 1.70442 98.76859 TPTR08 1.71114 98.76932 TPTR09 1.67437 98.77287 TPTR10 1.67571 98.77873

TPTR11 1.57736 98.77018 TPTR12 1.57687 98.75491 TPTR13 1.57064 98.75772 TPTR14 1.58982 98.70053 TPTR15 1.58591 98.69846 TPTR16 1.58872 98.69369 TPTR17 1.58004 98.71275

Desa Sitardas TPTR18 1.57613 98.72216 (Teluk Tapian Nauli bagian selatan) TPTR19 1.57442 98.71605 TPTR20 1.56049 98.71251 TPTR21 1.54950 98.71972 TPTR22 1.53850 98.72705 TPTR23 1.53498 98.75688 TPTR24 1.54351 98.74867 TPTR25 1.56074 98.74073 TPTR26 1.56868 98.72766

bersambung

Page 140: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 112

Sambungan Lampiran 4

Posisi Lokasi Stasiun

Latitude Longitude

TPTR27 1.57183 98.54135 TPTR28 1.58030 98.52052 TPTR29 1.56700 98.57250 TPTR30 1.57862 98.58355 TPTR31 1.57010 98.58902 TPTR32 1.58040 98.60113 TPTR33 1.57628 98.61362 TPTR34 1.59360 98.58903 TPTR35 1.61385 98.56620

TPTR36 1.60353 98.57760 TPTR37 1.61088 98.60652

P. Mansalar TPTR38 1.64047 98.59622 TPTR39 1.66168 98.58990 TPTR40 1.65917 98.57842 TPTR41 1.67143 98.56925 TPTR42 1.68137 98.54320 TPTR43 1.64452 98.53788 TPTR44 1.65317 98.51403 TPTR45 1.66832 98.49783 TPTR46 1.68430 98.49962 TPTR47 1.70312 98.48065 TPTR48 1.63743 98.46817 TPTR49 1.62953 98.49607 TPTR50 1.62792 98.52743 TPTR51 1.61882 98.55503

Page 141: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 113

Lampiran 5. Posisi s tasiun transek permanen untuk karang, mega benthos dan ikan karang di perairan Kabupaten Tapanuli Tengah.

Posisi

Lokasi Stasiun Latitude Longitude

TPTL01 1.73375 98.75161 Sibolga TPTL02 1.70980 98.75845

TPTL03 1.71114 98.76932

TPTL04 1.57736 98.77018 Sitardas, Teluk Tapian Nauli TPTL05 1.58004 98.71275

TPTL06 1.54950 98.71972 TPTL07 1.56074 98.74073

TPTL08 1.57862 98.58355 TPTL09 1.57695 98.61243

P. Mansalar TPTL10 1.64050 98.59658 TPTL11 1.67143 98.56925 TPTL12 1.65323 98.51383 TPTL13 1.70312 98.48065

Page 142: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 114

Lampiran 6. Jenis karang batu yang diperoleh di perairan Kabupaten Tapanuli Tengah.

No. SUKU Jenis I POCILLOPORIDAE

1 Pocillopora damicornis 2 P. meandrina 3 P. verrucosa 4 Seriatopora caliendrum 5 S. hystrix 6 Stylophora pistillata

II ACROPORIDAE

7 Montipora aequituberculata8 M. capricornis 9 M. danae

10 M. floweri 11 M. foliosa 12 M. foveolata 13 M. grisea 14 M. hispida 15 M. incrassata 16 M. informis 17 M. monasteriata 18 M. nodosa 19 M. spumosa 20 M. turgescens 21 M. undata 22 M. venosa 23 Anacropora puertogalerae 24 Acropora aspera 25 A. brueggemanni 26 A. clathrata 27 A. digitifera 28 A. divaricata 29 A. formosa 30 A. grandis 31 A. horrida 32 A. humilis 33 A. hyacinthus

Page 143: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 115

34 A. palifera 35 A. samoensis 36 A. solitaryensis 37 A. subglabra 38 A. tenuis 39 A. valenciennesi 40 A. valida 41 A. yongei 42 Astreopora gracilis

III PORITIDAE

43 Porites cylindrica 44 P. lichen 45 P. lobata 46 P. lutea 47 P. nigrescens 48 P. rus 49 Porites sp. 50 Goniopora columna 51 Goniopora sp.

IV SIDERASTREIDAE

52 Psammocora profundacella 53 Coscinaraea columna

V AGARICIIDAE

54 Pavona cactus 55 P. clavus 56 P. decussata 57 P. varians 58 P. venosa 59 L. papyracea 60 Gardineroseris planulata 61 Coeloseris mayeri 62 Pachyseris rugosa 63 P. speciosa

VI FUNGIIDAE

64 Fungia concinna 65 F. fungites 66 F. molluccensis 67 F. paumotensis 68 F. repanda 69 Fungia sp. 70 Herpolitha limax 71 Polyphyllia talpina

Page 144: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 116

72 Halomitra pileus 73 Podabacia crustacea 74 Zooplius echinata

VII OCULINIDAE

75 Galaxea astreata 76 G. fascicularis 77 Galaxea sp.

VIII PECTINIIDAE

78 Echinophyllia sp. 79 Oxypora glabra 80 O. lacera 81 Pectinia alcicornis

IX MUSSIDAE

82 Acanthastrea echinata 83 Lobophyllia hemprichii

XXX MERULINIDAE

84 Clavarina sp. 85 Hydnophora exesa 86 H. microconos 87 H. rigida 88 Hydnophora sp. 89 Merulina ampliata 90 M. scabricula

XI FAVIIDAE

91 Favia danae 92 F. favus 93 F. laxa 94 F. lizardensis 95 F. matthaii 96 F. pallida 97 F. rotumana 98 F. rotundata 99 F. speciosa

100 F. veroni 101 Favites abdita 102 F. chinensis 103 F. flexuosa 104 F. halicora 105 F. pentagona 106 Favites sp. 107 Goniastrea aspera

Page 145: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 117

108 G. favulus 109 G. pectinata 110 G. retiformis 111 Goniastrea sp. 112 Platygyra daedalea 113 P. lamellina 114 P. pini 115 P. sinensis 116 Platygyra sp. 117 Leptoria phrygia 118 Montastrea curta 119 M. magnistellata 120 M. valenciennesi 121 Plesiastrea sp. 122 Diploastrea heliopora 123 Leptastrea inaequalis 124 L. purpurea 125 L. transversa 126 Cyphastrea chalcidicum 127 C. microphthalma 128 C. serailia 129 Echinopora horrida 130 E. lamellosa 131 E. mammiformis

XII CARYOPHYLLIIDAE

132 Euphyllia ancora 133 E. divisa 134 E. glabrescens 135 Plerogyra sinuosa

XIII DENDROPHYLLIIDAE

136 Turbinaria. mesenterina 137 Tubastrea micrantha

XIV TUBIPORIDAE

138 Tubipora musica XV HELIOPORIDAE

139 Heliopora coerulea XVI MILLEPORIDAE

140 Millepora tenella

Page 146: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 118

Lampiran 7. Persentase tutupan biota dan substrat pada masing-masing stasiun RRI di perairan Kabupaten Tapanuli Tengah.

Stasiun Live Coral Acropora Non

Acropora Dead Coral

Dead Coral with

Algae

Soft Coral Sponge Fleshy

SeaweedOther Biota Rubble Sand Silt

Rock

TPTR01 25.47 1.89 23.58 0.00 71.70 0.94 0.94 0.94 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 TPTR02 10.00 0.00 10.00 0.00 25.00 0.00 0.00 0.00 0.00 50.00 15.00 0.00 0.00 TPTR03 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 5.00 95.00 0.00 0.00 TPTR04 6.00 1.00 5.00 0.00 15.00 0.00 2.00 2.00 0.02 49.99 20.00 5.00 0.00 TPTR05 9.80 0.00 9.80 0.00 68.63 0.00 0.00 1.96 0.00 14.71 4.90 0.00 0.00 TPTR06 5.00 0.00 5.00 0.00 55.00 1.00 1.00 3.00 0.00 20.00 10.00 5.00 0.00 TPTR07 5.62 0.00 5.62 0.00 56.17 1.12 1.12 2.25 0.01 22.47 11.23 0.00 0.00 TPTR08 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 66.67 33.33 0.00 TPTR09 10.00 0.00 10.00 0.00 35.00 0.00 5.00 5.00 0.00 20.00 15.00 10.00 0.00 TPTR10 2.30 0.00 2.30 0.00 0.00 0.00 0.00 5.75 0.00 80.46 11.49 0.00 0.00 TPTR11 57.76 2.22 55.54 0.00 27.77 0.00 1.11 2.22 0.03 0.00 11.11 0.00 0.00 TPTR12 68.48 3.26 65.22 0.00 21.74 1.09 1.09 2.17 0.00 0.00 5.43 0.00 0.00 TPTR13 42.16 0.98 41.18 0.00 29.41 0.00 3.92 0.00 0.00 9.80 9.80 4.90 0.00 TPTR14 60.00 0.00 60.00 0.00 15.00 0.00 5.00 0.00 0.00 5.00 15.00 0.00 0.00 TPTR15 50.00 0.00 50.00 0.00 20.00 5.00 2.00 3.00 0.00 15.00 5.00 0.00 0.00

bersambung

Page 147: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 119

Sambungan Lampiran 7

Stasiun Live Coral Acropora Non

Acropora Dead Coral

Dead Coral with

Algae

Soft Coral Sponge Fleshy

SeaweedOther Biota Rubble Sand Silt

Rock

TPTR16 70.27 2.70 67.57 0.00 13.51 1.35 1.35 0.00 0.00 0.00 13.51 0.00 0.00 TPTR17 73.91 1.45 72.46 0.00 1.45 1.45 0.00 1.45 0.00 14.49 7.25 0.00 0.00 TPTR18 5.00 0.00 5.00 0.00 25.00 0.00 3.00 2.00 0.00 15.00 50.00 0.00 0.00 TPTR19 30.56 2.78 27.78 0.00 37.04 0.93 1.85 0.00 0.00 27.78 1.85 0.00 0.00 TPTR20 45.45 5.05 40.40 0.00 20.20 1.01 2.02 1.01 0.00 30.30 0.00 0.00 0.00 TPTR21 20.00 5.00 15.00 0.00 45.00 0.00 0.00 5.00 0.00 10.00 20.00 0.00 0.00 TPTR22 77.78 0.00 77.78 0.00 5.56 0.00 3.33 2.22 0.00 0.00 0.00 11.11 0.00 TPTR23 69.66 2.25 67.42 0.00 22.47 1.12 1.12 0.00 0.00 0.00 5.62 0.00 0.00 TPTR24 11.00 1.00 10.00 0.00 30.00 5.00 4.00 5.00 0.00 5.00 40.00 0.00 0.00 TPTR25 79.70 4.98 74.72 0.00 9.96 0.00 0.00 0.00 0.38 4.98 4.98 0.00 0.00 TPTR26 70.57 11.76 58.81 0.00 23.52 1.18 1.18 1.18 0.02 2.35 0.00 0.00 0.00 TPTR27 12.12 4.55 7.58 3.03 60.61 4.55 1.52 0.00 0.00 15.15 3.03 0.00 0.00 TPTR28 2.50 2.50 0.00 1.25 62.50 1.25 1.25 0.00 0.00 6.25 25.00 0.00 0.00 TPTR29 16.84 1.05 15.79 1.05 52.63 2.11 1.05 0.00 0.00 21.05 5.26 0.00 0.00 TPTR30 24.64 17.39 7.25 7.25 57.97 1.45 1.45 0.00 0.00 7.25 0.00 0.00 0.00 TPTR31 9.86 2.82 7.04 1.41 70.41 1.41 0.00 0.00 0.02 14.08 2.82 0.00 0.00 TPTR32 12.24 5.10 7.14 0.00 25.50 0.00 1.02 0.00 0.05 30.60 30.60 0.00 0.00

bersambung

Page 148: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 120

Sambungan Lampiran 7

Stasiun Live Coral Acropora Non

Acropora Dead Coral

Dead Coral with

Algae

Soft Coral Sponge Fleshy

SeaweedOther Biota Rubble Sand Silt Rock

TPTR33 19.29 10.52 8.77 0.00 26.31 0.88 0.88 0.00 0.03 26.31 26.31 0.00 0.00 TPTR34 7.37 7.37 0.00 0.00 42.11 2.11 1.05 0.00 0.00 21.05 26.32 0.00 0.00 TPTR35 10.48 0.81 9.68 0.00 24.19 0.00 0.81 16.13 0.00 16.13 32.26 0.00 0.00 TPTR36 21.77 2.84 18.93 0.00 37.87 0.00 1.89 0.00 0.60 23.67 14.20 0.00 0.00 TPTR37 25.69 5.14 20.56 1.03 41.11 0.00 1.03 0.00 0.30 30.83 0.00 0.00 0.00 TPTR38 12.77 2.95 9.82 0.98 39.29 0.00 1.96 0.00 0.80 19.64 19.64 4.91 0.00 TPTR39 26.27 13.14 13.14 0.00 35.03 1.75 1.75 0.00 0.17 17.51 17.51 0.00 0.00 TPTR40 13.77 3.18 10.59 0.00 42.36 3.18 3.18 0.00 0.46 21.18 15.88 0.00 0.00 TPTR41 15.00 12.00 3.00 2.00 40.00 0.00 3.00 0.00 0.00 30.00 10.00 0.00 0.00 TPTR42 17.65 5.04 12.61 0.84 33.61 0.00 1.68 0.00 0.00 16.81 29.41 0.00 0.00 TPTR43 14.55 2.08 12.48 1.04 51.98 0.00 1.04 0.00 0.20 15.59 15.59 0.00 0.00 TPTR44 41.09 1.96 39.13 1.96 39.13 0.00 2.94 0.00 0.21 4.89 9.78 0.00 0.00 TPTR45 37.50 4.69 32.81 1.87 37.50 0.00 3.75 0.00 0.63 9.37 0.00 9.37 0.00 TPTR46 22.61 4.52 18.09 1.81 36.18 0.00 1.81 0.00 1.41 27.13 9.04 0.00 0.00 TPTR47 31.11 2.83 28.28 2.83 37.71 1.89 2.83 0.00 0.06 18.86 4.71 0.00 0.00 TPTR48 20.25 7.59 12.66 6.33 63.29 6.33 1.27 0.00 0.00 0.00 2.53 0.00 0.00 TPTR49 13.04 0.00 13.04 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 86.96 0.00 0.00 TPTR50 35.71 23.81 11.90 2.38 35.71 1.19 1.19 0.00 0.00 11.90 11.90 0.00 0.00 TPTR51 5.50 2.75 2.75 0.00 36.70 0.00 0.00 2.75 0.00 18.35 36.70 0.00 0.00 Rerata 26.98 3.78 23.20 0.73 33.41 0.97 1.56 1.28 0.11 16.20 17.14 1.64 0.00

Page 149: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-
Page 150: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 122

Lampiran 8 . Persentase tutupan biota dan substrat dengan metode LIT di 6 stasiun transek permanent di perairan Kabupaten Tapanuli Tengah.

Stasiun Live Coral Acropora Non

Acropora Dead Coral

Dead Coral with

Algae

Soft Coral Sponge Fleshy

SeaweedOther Biota Rubble Sand Silt

Rock

TPTL01 34.97 0.00 34.97 0.00 46.70 0.00 1.17 0.00 0.00 0.00 2.67 14.50 0.00

TPTL02 19.90 1.33 18.57 0.00 71.63 0.00 0.33 0.00 0.50 7.63 0.00 0.00 0.00

TPTL03 28.00 2.53 25.47 0.00 51.17 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 5.50 15.33 0.00

TPTL04 67.00 0.00 67.00 0.00 11.77 0.00 3.43 0.00 8.73 4.53 4.53 0.00 0.00

TPTL05 40.53 4.17 36.37 0.00 40.40 2.30 0.87 0.00 0.80 3.73 11.37 0.00 0.00

TPTL06 35.77 7.40 28.37 0.00 21.77 2.50 1.47 21.17 0.67 16.67 0.00 0.00 0.00

TPTL07 53.33 0.53 52.80 0.00 22.67 0.70 9.27 0.00 2.20 6.07 3.97 1.80 0.00

TPTL08 33.60 3.00 30.60 0.00 43.13 0.00 3.23 0.23 0.00 6.20 12.23 1.37 0.00

TPTL09 22.13 1.20 20.93 0.00 38.87 0.73 0.00 0.87 0.00 22.47 14.93 0.00 0.00

TPTL10 52.43 6.23 46.20 0.00 30.13 0.00 2.27 1.17 4.83 1.00 7.00 1.17 0.00

TPTL11 60.63 21.27 39.37 0.00 18.50 0.00 1.70 0.00 2.33 0.00 15.50 1.33 0.00

TPTL12 67.23 0.00 67.23 0.67 22.43 0.00 1.17 2.33 5.33 0.83 0.00 0.00 0.00

TPTL13 51.70 17.50 34.20 0.00 38.13 1.00 4.50 0.17 0.83 1.17 2.50 0.00 0.00

Page 151: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 123

Lampiran 9. Kelimpahan beberapa mega benthos yang diamati dengan metode Reef Check (yang dimodifikasi) pada masing-masing stasiun transek permanent di perairan Kabupaten Tapanuli Tengah.

Rata-rata Kelimpahan

Stasiun TPTL01 TPTL02 TPTL03 TPTL04 TPTL05 TPTL06 TPTL07 TPTL08 TPTL09 TPTL10 TPTL11 TPTL12 TPTL13 jml ind.per (jml ind./ha)

transek

Acanthaster planci 0 0 0 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0.23 16

CMR 20 7 8 242 3 498 1243 273 9 96 201 291 157 234.46 16747

Diadema setosum 0 1 50 142 8 0 428 274 36 128 14 87 50 93.69 6692

Drupella 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.00 0

Large Giant clam 0 0 0 1 0 1 2 6 0 2 9 0 10 2.38 170

Small Giant clam 0 0 0 0 1 1 0 7 1 0 1 0 1 0.92 66

Large Holothurian 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0.15 11

Small Holothurian 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.00 0

Lobster 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.00 0

Pencil sea urchin 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.00 0

Trochus niloticus 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0.23 16

Page 152: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 124

Lampiran 10 . Kelimpahan jenis ikan ( jumlah individu/transek) yang dijumpai di masing-masing stasiun transek permanen yang diperoleh dengan metode UVC di perairan Kabupaten tapanuli Tengah.

No. NAMA SPECIES NAMA SUKU KELOMPOK TPTL01

TPTL02

TPTL03

TPTL04

TPTL05

TPTL06

TPTL07

TPTL08

TPTL09

TPTL10

TPTL11

TPTL12

TPTL13

1 Abudefduf vaigiensis Pomacentridae Major 0 0 0 0 0 0 0 110 0 0 0 0 0

2 Acanthurus lineatus Acanthuriidae Target 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 3

3 Acanthurus nigricans Acanthuriidae Target 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3

4 Acanthurus pyroferus Acanthuriidae Target 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2

5 Aeoliscus strigatus Centriscidae Major 0 4 9 6 7 0 0 0 0 0 0 0 0

6 Aethaloperca rogaa Serranidae Target 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 2 1

7 Amblyglyphidodon aureus Pomacentridae Major 0 0 0 8 3 0 0 47 0 3 5 0 5

8 Amblyglyphidodon curacao Pomacentridae Major 0 15 10 0 12 3 0 12 0 10 10 15 10

9 Amblyglyphidodon leucogaster Pomacentridae Major 0 10 10 23 3 0 26 97 0 20 70 29 62

10 Amblyglyphidodon ternatensis Pomacentridae Major 0 0 0 0 0 0 8 0 0 0 0 0 0

11 Amphiprion clarkii Pomacentridae Major 0 0 0 0 0 0 0 0 4 0 0 0 3

12 Amphiprion ephippium Pomacentridae Major 0 0 0 0 0 0 0 0 3 0 0 0 3

13 Amphiprion ocellaris Pomacentridae Major 0 4 0 0 0 0 0 4 0 0 3 6 6

14 Amphiprion perideraion Pomacentridae Major 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6 4

15 Amphiprion sandaracinos Pomacentridae Major 0 7 0 16 14 1 4 0 0 0 14 4 4

16 Anyperodon leucogrammicus Serranidae Target 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0

17 Apogon aureus Apogooniddae Major 0 0 0 0 0 0 0 20 0 0 0 0 0

Bersambung

Page 153: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 125

Sambungan Lampiran 10

No. NAMA SPECIES NAMA SUKU KELOMPOK TPTL01

TPTL02

TPTL03

TPTL04

TPTL05

TPTL06

TPTL07

TPTL08

TPTL09

TPTL10

TPTL11

TPTL12

TPTL13

18 Apogon bandanensis Apogooniddae Major 0 0 0 0 0 0 100 0 0 0 0 0 0

19 Apogon compressus Apogooniddae Major 6 0 25 0 0 0 0 11 0 40 200 40 40

20 Apogon cyanosoma Apogooniddae Major 0 0 0 0 0 0 125 0 0 0 0 0 0

21 Apogon endekataenia Apogooniddae Major 0 0 0 0 0 0 0 50 0 0 0 0 0

22 Apogon fragilis Apogooniddae Major 0 0 0 0 0 0 50 0 0 0 0 0 0

23 Apogon lineolatus Apogooniddae Major 0 0 60 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

24 Apogon macrodon Apogooniddae Major 0 0 0 0 0 0 0 15 4 0 11 5 2

25 Apogon quenquelineata Apogooniddae Major 10 10 45 26 0 0 10 7 0 30 30 40 15

26 Apogon trimaculatus Apogooniddae Major 0 0 0 4 0 0 0 0 0 10 0 0 0

27 Archamia fucata Apogooniddae Major 10 30 330 0 0 0 85 0 0 0 200 25 0

28 Arothron immaculatus Tetraodontidae Major 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2

29 Arothron nigropunctatus Tetraodontidae Major 0 0 0 0 1 0 0 0 2 0 0 0 2

30 Balistapus undulatus Balistidae Major 0 0 0 2 0 0 2 0 2 0 2 0 3

31 Balistoides viridiscens Balistidae Major 0 0 0 2 0 0 0 0 0 3 0 0 0

32 Bodianus mesothorax Labridae Major 0 3 0 6 5 3 0 8 8 2 0 3 4

33 Caesio caerulaurea Casionidae Target 0 0 0 0 0 0 0 0 9 0 0 0 10

34 Caesio cuning Casionidae Target 0 0 0 22 0 150 0 0 0 0 0 0 0

35 Caesio lunaris Casionidae Target 0 10 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 30

36 Caesio teres Casionidae Target 0 30 15 0 0 0 0 0 0 0 20 0 10

Bersambung

Page 154: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 126

Sambungan Lampiran 10

No. NAMA SPECIES NAMA SUKU KELOMPOK TPTL01

TPTL02

TPTL03

TPTL04

TPTL05

TPTL06

TPTL07

TPTL08

TPTL09

TPTL10

TPTL11

TPTL12

TPTL13

37 Caranx melampygus Carangidae Target 0 0 0 0 0 1 1 3 1 0 0 0 0

38 Caranx sp. Carangidae Target 0 0 10 0 0 0 0 0 0 5 4 3 0

39 Centropyge eibli Pomacanthidae Major 0 0 0 0 3 0 0 0 0 1 0 0 0

40 Centropyge vroliki Pomacanthidae Major 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0

41 Cephalopholis argus Serranidae Target 1 0 0 3 3 0 3 3 2 2 3 3 1

42 Cephalopolis formosa Serranidae Target 4 2 1 1 0 0 0 0 0 2 1 2 2

43 Cephalopolis leopardus Serranidae Target 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0

44 Cephalopolis miniatus Serranidae Target 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 1 2

45 Cephalopolis sp. Serranidae Target 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0

46 Chaetodon baronessa Chaetodontidae Indicator 2 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 6 4

47 Chaetodon collare Chaetodontidae Indicator 14 0 4 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0

48 Chaetodon melanotus Chaetodontidae Indicator 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0

49 Chaetodon trifasciatus Chaetodontidae Indicator 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 2 2 3

50 Chaetodon ulietensis Chaetodontidae Indicator 0 0 0 18 0 0 4 8 0 0 0 0 0

51 Chaetodon vagabundus Chaetodontidae Indicator 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 8 0 0

52 Chaetodontoplus mesoleucus Pomacanthidae Major 4 12 9 27 8 0 22 21 0 4 8 7 44

53 Cheilinus chlorurus Labridae Major 0 0 1 0 3 0 0 0 3 2 0 2 3

54 Cheilinus fasciatus Labridae Major 2 0 2 33 9 0 4 3 0 3 5 11 4

55 Cheilinus trilobatus Labridae Major 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 2

Bersambung

Page 155: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 127

Sambungan Lampiran 10

No. NAMA SPECIES NAMA SUKU KELOMPOK TPTL01

TPTL02

TPTL03

TPTL04

TPTL05

TPTL06

TPTL07

TPTL08

TPTL09

TPTL10

TPTL11

TPTL12

TPTL13

56 Chromis atripectoralis Pomacentridae Major 0 20 30 0 0 0 0 0 0 20 0 30 20

57 Chromis iomelas Pomacentridae Major 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 15

58 Chromis lineata Pomacentridae Major 0 10 0 0 0 0 0 0 0 0 0 80 20

59 Chromis margaritifer Pomacentridae Major 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 20

60 Chromis ternatensis Pomacentridae Major 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 30 0 0

61 Chromis viridis Pomacentridae Major 0 0 10 0 0 0 80 200 0 0 30 5 20

62 Chromis weberi Pomacentridae Major 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 10

63 Chrysiptera cyanea Pomacentridae Major 0 0 0 0 0 0 0 0 0 40 0 0 0

64 Chrysiptera rex Pomacentridae Major 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0

65 Chrysiptera rollandi Pomacentridae Major 0 0 0 12 0 0 1 27 0 3 13 1 7

66 Chrysiptera talboti Pomacentridae Major 0 0 0 0 8 0 0 21 0 0 3 2 10

67 Coris batuensis Labridae Major 0 0 0 0 5 0 0 0 18 0 0 0 0

68 Cromileptis alvifelis Serranidae Target 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1

69 Ctenochaetus striatus Acanthuridae Target 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0 0 3

70 Dascyllus reticulatus Pomacentridae Major 0 0 0 0 0 0 0 0 15 0 0 0 0

71 Dascyllus trimaculatus Pomacentridae Major 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 11 0 0

72 Diploprion bifasciatum Serranidae Target 0 3 0 3 0 0 0 0 0 5 2 5 0

73 Dischistodus perspicillatus Pomacentridae Major 7 13 6 0 33 0 3 24 0 7 13 6 4

74 Dischistodus prosopotaenia Pomacentridae Major 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 0

Bersambung

Page 156: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 128

Sambungan Lampiran 10

No. NAMA SPECIES NAMA SUKU KELOMPOK TPTL01

TPTL02

TPTL03

TPTL04

TPTL05

TPTL06

TPTL07

TPTL08

TPTL09

TPTL10

TPTL11

TPTL12

TPTL13

75 Ecsenius bicolor Blenniidae Target 0 0 0 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0

76 Epibulus insidiator Labridae Major 0 0 0 4 0 0 7 0 0 0 3 1 1

77 Epinephelus coioides Serranidae Target 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0

78 Epinephelus fasciatus Serranidae Target 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1

79 Epinephelus sexfasciatus Serranidae Target 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0

80 Gomphosus varius Labridae Major 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2

81 Halichoeres argus Labridae Major 2 8 6 0 0 0 0 0 0 1 4 3 2

82 Halichoeres hortulanus Labridae Major 2 0 0 0 0 0 0 0 16 2 1 3 2

83 Halichoeres marginatus Labridae Major 3 0 0 6 5 25 2 8 0 1 2 2 1

84 Halichoeres melanurus Labridae Major 3 5 4 19 13 8 9 7 8 3 0 2 1

85 Halichoeres prosopion Labridae Major 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0

86 Halichoeres scapularis Labridae Major 0 1 0 0 0 0 0 0 3 0 3 0 2

87 Halichoeres trilineatus Labridae Major 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1

88 Halichoeres vroliki Labridae Major 0 0 0 0 0 0 0 6 0 0 0 0 0

89 Hemiglyphidodon plagiometopon Pomacentridae

Major 6 0 17 0 11 6 11 0 8 11 20 8 5

90 Hemigymnus fasciatus Labridae Major 0 0 0 0 0 0 0 0 5 0 0 0 2

91 Hemigymnus melapterus Labridae Major 0 1 0 4 0 0 0 0 0 3 2 0 1

92 Heniochus acuminatus Chaetodontidae Indicator 4 0 0 0 0 0 0 0 0 2 4 4 0

93 Heniochus chrysostomus Chaetodontidae Indicator 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 2

Bersambung

Page 157: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 129

Sambungan Lampiran 10

No. NAMA SPECIES NAMA SUKU KELOMPOK TPTL01

TPTL02

TPTL03

TPTL04

TPTL05

TPTL06

TPTL07

TPTL08

TPTL09

TPTL10

TPTL11

TPTL12

TPTL13

94 Heniochus monoceros Chaetodontidae Indicator 0 0 2 0 0 0 0 0 0 2 2 0 0

95 Heniochus singularis Chaetodontidae Indicator 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 4 5

96 Heniochus varius Chaetodontidae Indicator 3 0 0 0 3 3 8 2 0 4 4 2 2

97 Labrichthys unifasciatus Labridae Major 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1

98 Labroides bicolor Labridae Major 0 0 0 0 2 0 0 6 6 0 0 0 1

99 Labroides dimidiatus Labridae Major 0 0 3 9 0 4 0 4 11 0 2 2 3

100 Lethrinus erythropterus Lethrinidae Target 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 0 0 1

101 Lethrinus harak Lethrinidae Target 0 0 0 0 0 0 3 0 1 0 0 0 0

102 Lethrinus ornatus Lethrinidae Target 2 2 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0

103 Lutjanus biguttatus Lutjanidae Target 0 0 0 5 0 3 9 110 0 15 35 25 12

104 Lutjanus bohar Lutjanidae Target 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2

105 Lutjanus carponotatus Lutjanidae Target 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

106 Lutjanus decussatus Lutjanidae Target 4 7 3 28 24 11 13 11 8 4 7 7 5

107 Lutjanus fulviflamma Lutjanidae Target 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 0 0 0

108 Lutjanus fulvus Lutjanidae Target 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2

109 Lutjanus gibbus Lutjanidae Target 1 8 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

110 Neoniphon sammara Holocentrdiae Target 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 0 0

111 Neopomacentrus azysron Pomacentridae Major 40 30 0 0 550 280 200 170 0 15 0 10 40

112 Neopomacentrus cyanomos Pomacentridae Major 550 80 290 380 360 0 420 0 0 0 0 0 0

Bersambung

Page 158: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 130

Sambungan Lampiran 10

No. NAMA SPECIES NAMA SUKU KELOMPOK TPTL01

TPTL02

TPTL03

TPTL04

TPTL05

TPTL06

TPTL07

TPTL08

TPTL09

TPTL10

TPTL11

TPTL12

TPTL13

113 Odonus niger Balistidae Major 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0

114 Ostracion cubicus Ostraciidae Major 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0

115 Oxycheilinus celebicus Labridae Major 0 0 0 0 0 0 0 1 3 0 0 0 0

116 Oxycheilinus diagrammus Labridae Major 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 2 2 3

117 Paraglypidodon melas Pomacentridae Major 0 0 2 16 0 2 4 0 0 2 0 6 4

118 Paraglypidodon nigroris Pomacentridae Major 0 0 0 0 8 0 9 11 0 2 2 5 14

119 Parapercis cylindrica Pinguipedidae Major 0 0 0 0 0 0 0 0 3 0 0 0 0

120 Parupeneus barberinus Mullidae Target 0 3 2 0 0 0 0 0 0 3 0 0 0

121 Pempheris oualensis Pempheridae Major 0 0 0 21 3 16 15 74 0 0 0 0 0

122 Pempheris sp. Pempheridae Major 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 0 0 0

123 Pempheris vanicolensis Pempheridae Major 110 55 35 0 0 0 0 0 0 0 30 15 75

124 Pentapodus caninus Nemipteridae Target 1 0 0 3 0 0 0 0 0 0 0 0 2

125 Platax orbicularis Platacidae Target 4 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 3 0

126 Plectorhinchus chaetodontoides Haemulidae Target 2 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 3 3

127 Plectorhinchus orientalis Haemulidae Target 0 0 0 0 5 0 0 0 0 0 0 0 0

128 Plectorhinchus pictus Haemulidae Target 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 2

129 Plectroglyphidodon lacrymatus Pomacentridae Major 3 4 0 22 25 4 12 0 0 3 6 7 7

130 Pomacanthus annularis Pomacanthidae Major 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

131 Pomacanthus xanthometopon Pomacanthidae Major 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0

Bersambung

Page 159: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 131

Sambungan Lampiran 10

No. NAMA SPECIES NAMA SUKU KELOMPOK TPTL01

TPTL02

TPTL03

TPTL04

TPTL05

TPTL06

TPTL07

TPTL08

TPTL09

TPTL10

TPTL11

TPTL12

TPTL13

132 Pomacentrus alexanderae Pomacentridae Major 0 0 0 14 0 0 0 0 0 30 9 10 15

133 Pomacentrus amboinensis Pomacentridae Major 0 0 0 10 0 0 0 0 0 0 0 3 0

134 Pomacentrus bankanensis Pomacentridae Major 13 5 12 16 18 68 0 17 46 3 12 3 10

135 Pomacentrus margaritifer Pomacentridae Major 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3

136 Pomacentrus moluccensis Pomacentridae Major 12 10 7 23 27 37 18 146 35 15 13 11 18

137 Pomacentrus philippinus Pomacentridae Major 0 0 0 0 0 7 0 0 0 0 0 0 3

138 Pomacentrus tripunctatus Pomacentridae Major 0 3 0 0 0 0 0 0 0 2 2 4 2

139 Premnas biaculeatus Pomacentridae Major 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4

140 Pseudobalistes flavimarginatus Balistidae Major 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0

141 Ptereleotris heteroptera Microdesmidae Major 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0

142 Pterocaesio chrysozona Casionidae Target 0 0 0 0 0 0 0 0 100 0 0 0 0

143 Pterocaesio trilineata Casionidae Target 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 20

144 Pygoplites diacanthus Pomacanthidae Major 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0

145 Sargocentron caudimaculatum Holocentrdiae Target 0 0 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2

146 Sargocentron rubrum Holocentrdiae Target 3 12 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

147 Saurida gracilis Synodontidae Target 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0

148 Scarus bicolor Scaridae Target 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1

149 Scarus bleekeri Scaridae Target 0 0 0 0 0 0 0 6 3 3 2 0 2

150 Scarus dimidiatus Scaridae Target 0 3 0 0 0 0 0 0 0 0 2 3 3

Bersambung

Page 160: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 132

Sambungan Lampiran 10

No. NAMA SPECIES NAMA SUKU KELOMPOK TPTL01

TPTL02

TPTL03

TPTL04

TPTL05

TPTL06

TPTL07

TPTL08

TPTL09

TPTL10

TPTL11

TPTL12

TPTL13

151 Scarus ghoban Scaridae Target 7 2 0 0 11 7 0 0 8 0 6 0 8

152 Scarus niger Scaridae Target 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1

153 Scarus prasiognathus Scaridae Target 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 2

154 Scarus schlegeli Scaridae Target 0 0 0 0 0 3 0 3 6 0 0 0 0

155 Scarus sordidus Scaridae Target 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2

156 Scarus spp. Scaridae Target 0 0 0 0 0 0 0 0 21 40 0 0 0

157 Scolopsis bilineatus Scolopsidae Target 1 2 0 7 6 7 0 13 13 0 0 1 3

158 Scolopsis ciliatus Scolopsidae Target 8 20 12 36 14 22 13 2 69 0 0 0 3

159 Scolopsis margaritifer Scolopsidae Target 4 2 4 13 11 0 3 22 0 5 11 5 3

160 Scolopsis trilineatus Scolopsidae Target 0 0 0 0 4 0 0 9 0 0 0 0 3

161 Scolopsis vosmeri Scolopsidae Target 2 8 3 8 1 0 0 0 0 0 0 0 0

162 Siganus canaliculatus Siganidae Target 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 0

163 Siganus coralinus Siganidae Target 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0

164 Siganus guttatus Siganidae Target 0 0 0 4 0 0 12 0 6 0 0 10 3

165 Siganus punctatus Siganidae Target 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

166 Siganus spinus Siganidae Target 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 1

167 Siganus vermiculatus Siganidae Target 0 8 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

168 Siganus virgatus Siganidae Target 7 3 0 0 0 0 0 8 8 25 0 2 8

169 Siganus vulpinus Siganidae Target 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 2

Bersambung

Page 161: LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGIcoremap.or.id/downloads/BaseLine_TapTeng_2004.pdf · laporan coremap studi baseline ekologi kabupaten tapanuli tengah (2004) disusun oleh critc-

CRITC-COREMAP Jakarta 133

Sambungan Lampiran 10

No. NAMA SPECIES NAMA SUKU KELOMPOK TPTL01

TPTL02

TPTL03

TPTL04

TPTL05

TPTL06

TPTL07

TPTL08

TPTL09

TPTL10

TPTL11

TPTL12

TPTL13

170 Stegastes nigricans Pomacentridae Major 3 12 6 13 0 0 3 6 0 4 10 6 0

171 Stethojulis strigiventer Labridae Major 0 0 0 0 6 0 0 0 0 0 0 0 0

172 Sufflamen bursa Balistidae Major 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 2

173 Taeniura lymma Dasyatidae Target 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0

174 Thalassoma hardwickei Labridae Major 0 0 0 0 0 0 0 11 0 0 0 0 2

175 Thalassoma janseni Labridae Major 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1

176 Thalassoma lunare Labridae Major 0 0 2 17 17 15 0 9 16 2 4 5 10

177 Upeneus tragula Mullidae Target 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0

178 Zanclus cornotus Zanclidae Major 2 4 4 0 4 7 0 14 7 0 4 0 4

179 Zebrasoma scopas Acanthuridae Major 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2

. Jumlah Individu 878 483 1001 895 1252 696 1301 1372 487 440 914 537 878

a. Ikan Major 793 356 935 739 1163 486 1232 1168 232 308 789 431 793

b. Ikan Target 62 127 58 136 83 207 57 194 255 122 103 86 62

c. Ikan. Indikator 23 0 8 20 6 3 12 10 0 10 22 20 23

Jumlah jenis 44 43 40 43 41 27 38 48 39 59 61 69 104