studi awal: efek pemberian ekstrak habbatussauda...

63
STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA (Nigella sativa) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGIK PANKREAS DAN HEPAR TIKUS DIABETES MELITUS YANG DIINDUKSI STREPTOZOTOCIN Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN Disusun oleh : ABDUL RASYID 1112103000036 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H/2015 M

Upload: others

Post on 19-Feb-2020

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37922/1/ABDUL RASYID... · STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA

STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK

HABBATUSSAUDA (Nigella sativa) TERHADAP

GAMBARAN HISTOPATOLOGIK PANKREAS DAN

HEPAR TIKUS DIABETES MELITUS YANG

DIINDUKSI STREPTOZOTOCIN

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar SARJANA KEDOKTERAN

Disusun oleh :

ABDUL RASYID

1112103000036

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436 H/2015 M

Page 2: STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37922/1/ABDUL RASYID... · STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA

LEMBAR JUDUL

STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK

HABBATUSSAUDA (Nigella sativa) TERHADAP

GAMBARAN HISTOPATOLOGIK PANKREAS DAN

HEPAR TIKUS DIABETES MELITUS YANG DIINDUKSI

STREPTOZOTOCIN

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar SARJANA KEDOKTERAN

Disusun oleh :

ABDUL RASYID

1112103000036

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436 H/2015 M

Page 3: STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37922/1/ABDUL RASYID... · STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA

ii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk

memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ciputat, 30 September 2015

Abdul Rasyid

Materai

6000

Page 4: STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37922/1/ABDUL RASYID... · STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA

iii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA (Nigella

sativa) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGIK PANKREAS DAN

HEPAR TIKUS DIABETES MELITUS YANG DIINDUKSI STREPTOZOTOCIN

Laporan Penelitian

Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Kedokteran (S.ked)

Oleh :

Abdul Rasyid

NIM: 1112103000036

Pembimbing I

dr. Devy Ariany, M.Biomed

Pembimbing II

Nurlaely Mida R, M.Biomed, DMS

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436 H/2015 M

Page 5: STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37922/1/ABDUL RASYID... · STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA

iv

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Penelitian berjudul STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK

HABBATUSSAUDA (Nigella sativa) TERHADAP GAMBARAN

HISTOPATOLOGIK PANKREAS DAN HEPAR TIKUS DIABETES MELITUS

YANG DIINDUKSI STREPTOZOTOCIN yang diajukan oleh Abdul Rasyid (NIM

1112103000036), telah diujikan dalam sidang di Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan pada 30 September 2015. Laporan penelitian ini telah diterima sebagai salah

satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked) pada program Studi

Pendidikan Dokter.

Ciputat, 30 September 2015

DEWAN PENGUJI

Ketua Sidang

Pembimbing I

dr. Devy Ariany, M.Biomed

Pembimbing II

Nurlaely Mida R, M.Biomed, DMS

Penguji I

RR Ayu Fitri Hapsari, M Biomed

Penguji II

dr. Alyya S, Sp.FK

PIMPINAN FAKULTAS

Dekan FKIK UIN

Prof. Dr. H.Arif Sumantri,SKM, M.Kes

Kaprodi PSPD

dr. Achmad Zaki, S.Ked, M.Epid, Sp.OT

NIP. 196508081988031002 NIP. 197805072005011005

Page 6: STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37922/1/ABDUL RASYID... · STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA

v

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb.

Puji serta syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan

karunia-Nya saya dapat menyelesaikan penelitian ini. Shalawat serta salam semoga tetap

tercurah limpahkan pada Nabi besar Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat dan

umat Islam.

Penelitian ini tidak akan terwujud tanpa adanya bimbingan dan motivasi dari

berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada:

1. Dr. H.Arif Sumantri,SKM,M.Kes selaku Dekan FKIK UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, dr. Achmad Zaki, S.Ked, M.Epid, Sp.OT selaku Ketua Program Studi

Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, serta

seluruh dosen Program Studi Pendidikan Dokter yang selalu membimbing serta

memberikan ilmu kepada saya untuk menempuh masa pendidikan di Program

Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Selaku dosen pembimbing penelitian saya dr. Devy Ariany, M.Biomed dan Ibu

Nurlaely Mida Rachmawati, M.Biomed, DMS yang selalu membimbing dan

mengarahkan saya dalam menyelesaikan penelitian ini.

3. Ibu RR Ayu Fitri Hapsari, M Biomed dan dr. Alyya S, Sp.FK selaku dewan

penguji penelitian saya, untuk ilmu, waktu dan tenaga dalam memperbaiki

laporan penelitian ini.

4. Kedua orang tua tercinta, Muhammad Thalib, SH dan Dra. Fatmah, Apt yang

selalu memberikan kasih sayangnya, doa, nasihat, bimbingan, serta semangat

sepanjang hidup saya.

5. Kakak saya Zulfikar Syarif dan keponakan saya Muhammad Nouval yang selalu

memberikan dukungan dan semangatnya untuk menjalani proses pembelajaran di

Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 7: STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37922/1/ABDUL RASYID... · STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA

vi

6. dr. Nouval Shahab, SpU, PhD, FICS, FACS selaku penanggungjawab (PJ) modul

riset PSPD 2012, drg. Laifa Annisa Hendarmin, PhD selaku PJ laboratorium

Riset. Ibu Nurlaely Mida R, S.Si, M.Biomed, DMS selaku PJ Animal house dan

Ibu Endah Wulandari, M.Biomed selaku PJ laboratorium Biokimia, Ibu Rr. Ayu

Fitri Hapsari, M.Biomed selaku PJ laboratorium Histologi yang telah memberikan

izin atas penggunaan lab pada penelitian ini.

7. Untuk teman seperjuangan penelitian, Putri Junitasari, Galang Prahanarendra,

Fakhri Muhammad Suradi Kartanegara, Fiizhda Baqarizky, M Imam Alkautsar,

Faisal Ravif, M Azharan Alwi.

8. Untuk ka Fadel Askary, Ka Fahrizal Harris Harahap, Fathurrahman dan Annisa

Mardhiyah yang sudah memperbolehkan saya untuk menggunakan tikus

penelitiannya.

9. Seluruh mahasiswa PSPD 2012 yang masih berjuang bersama serta sahabat dekat

saya.

10. Laboran yang terlibat Ibu Ai, Mba Din, Mba Suryani, Mas Rachmadi. Juga pada

Mas Haris, Mas Panji yang sangat membantu berlangsungnya penelitian ini.

11. Dan semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak

yang membaca laporan penelitian ini. Akhir kata, semoga peenelitian ini dapat

bermanfaat bagi semua pembaca pada umumnya, bagi peneliti pada khususnya.

Ciputat,30 September 2015

Abdul Rasyid

Page 8: STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37922/1/ABDUL RASYID... · STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA

vii

ABSTRAK

Abdul Rasyid. Program Studi Pendidikan Dokter. Studi Awal: Efek Pemberian

Ekstrak Habbatussauda (Nigella sativa) Terhadap Gambaran Histopatologik

Pankreas dan Hepar Tikus Diabetes Melitus yang Diinduksi Streptozotocin

Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit yang terjadi akibat defisiensi atau resistensi

insulin yang diproduksi oleh pankreas. Pada fase kronis, penyakit ini akan berdampak

negatif terhadap organ-organ lain seperti hepar. Streptozotocin (STZ) adalah salah satu

antimikroba yang disintesis dari mikroorganisme tanah yaitu Streptomyces

achromogenes. STZ bersifat toksik selektif terhadap sel β pankreas sehingga dapat

merusak fungsi dan struktur sel tersebut. Selain menggunakan pengobatan dengan obat

anti diabetes (OAD), berbagai pengobatan herbal juga bermanfaat dalam mengobati DM.

Salah satunya adalah dengan ekstrak habbatussauda (Nigella sativa) yang dapat

memperbaiki kerusakan pada sel β pankreas dan parenkim hepar. Penelitian ini

dilakukan dengan metode eksperimental dan bertujuan untuk mengetahui efek pemberian

terapi habbatussauda (HS) terhadap gambaran histopatologik pada pankreas dan hepar

tikus yang diinduksi STZ. Hasil penelitian ini menunjukkan pada tikus yang diinduksi

STZ dan telah diterapi dengan HS 300 mg/kgBB/hari terjadi perubahan bentuk nukleus

menjadi bulat dan susunan antar sel yang lebih jelas pada sebagian sel β pankreas dan

perubahan ukuran nukleus hepatosit menjadi normal. Dapat disimpulkan bahwa HS dapat

memberikan efek perbaikan terhadap gambaran patologis pada organ pankreas dan hepar

tikus yang diinduksi STZ dengan menggunakan pewarnaan HE.

Kata kunci: Streptozotocin, habbatussauda, Nigella sativa, histopatologi, pankreas, hepar,

DM, tikus

ABSTRACT

Abdul Rasyid. Medical Education Study Program. Preliminary Study: Effect Of

Habbatussauda (Nigella sativa) Extract Towards The Histopathological Picture of

Pancreas and Liver in Streptozotocin-Induced Diabetes Mellitus Rats. 2015.

Diabetes mellitus (DM) is a disease caused by a deficiency or resistance of insulin that

produced by the pancreas. In chronic phase, this disease could have negative effects to

other organs such as the liver. Streptozotocin (STZ) is one of the antimicrobial

synthesized from the soil microorganism, Streptomyces achromogenes. STZ is selectively

toxic to pancreatic β cells which can damage the function and structure of the cell. In

addition to the treatment using anti-diabetic drug (ADD), various herbal treatments are

also useful in treating DM. One of them is Habbatussauda (Nigella sativa) extract which

can repair the damaged pancreatic β cells and liver parenchyma. This study is using

experimental methode and aims to determine the effect of habbatussauda (HS) therapy to

the histopathological picture of the pancreas and liver in STZ-induced diabetic rats. The

result shows that the rats that had been treated with HS with dose of 300 mg/BW have a

round nucleus and clear arrangement of cells in the majority of cells in Langerhans Islet

of pancreas and change of hepatocytes nuclei to a normal size. It can be concluded that

HS can provide improvement against the pathological features in pancreas and liver

morphology of STZ-induced diabetic rats.

Key word: Streptozotocin, habbatussauda, Nigella sativa, histopathologic, pancreas, liver,

DM, rat

Page 9: STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37922/1/ABDUL RASYID... · STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ............................................................................................................... i

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA............................................................ ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ v

ABSTRAK ........................................................................................................................ vii

DAFTAR ISI .................................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ............................................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................... xiii

BAB 1 Pendahuluan ............................................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................... 3

1.3 Hipotesis ................................................................................................................. 3

1.4 Tujuan Penelitian .................................................................................................... 3

1.5 Manfaat Penelitian .................................................................................................. 3

1.5.1 Bagi Peneliti ...................................................................................................... 3

1.5.2 Bagi Institusi ..................................................................................................... 4

1.5.3 Bagi Masyarakat ............................................................................................... 4

BAB 2 Tinjauan Pustaka ..................................................................................................... 5

2.1 Landasan Teori.......................................................................................................... 5

2.1.1 Diabetes Melitus ................................................................................................ 5

2.1.2 Klasifikasi DM ................................................................................................... 5

2.1.3 Patofisiologi DM Tipe 1 .................................................................................... 6

2.1.4 Efek Streptozotocin Terhadap Pankreas dan Hepar ........................................... 7

2.1.5 Diagnosis DM .................................................................................................... 8

2.1.6 Habbatusauda (Nigella sativa) ......................................................................... 10

2.1.7 Gambaran Histologi Pankreas.......................................................................... 12

2.1.8 Gambaran Histologi Hepar .............................................................................. 13

2.2 Kerangka Teori ....................................................................................................... 15

2.3 Kerangka Konsep .................................................................................................... 16

2.4 Definisi Operasional ............................................................................................... 17

BAB 3 Metode Penelitian ................................................................................................. 18

3.1 Desain Penelitian .................................................................................................. 18

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................................... 18

3.2.1 Waktu Penelitian ............................................................................................. 18

3.2.2 Tempat Penelitian ........................................................................................... 18

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ............................................................................ 18

3.3.1 Kriteria Inklusi dan Eksklusi ........................................................................... 18

3.4 Cara Kerja Penelitian ............................................................................................ 19

3.4.1 Alat dan Bahan Penelitian ............................................................................... 19

3.4.2 Adaptasi Hewan Coba..................................................................................... 20

3.4.3 Induksi Tikus Dengan Steptozotocin .............................................................. 20

Page 10: STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37922/1/ABDUL RASYID... · STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA

ix

3.4.4 Pengukuran Gula Darah .................................................................................. 20

3.4.5 Pemberian Ekstrak Habbatussauda (Nigella sativa) Pada Tikus .................... 20

3.4.6 Tahapan Nekropsi dan Fiksasi ........................................................................ 21

3.4.7 Tahapan Pemrosesan Jaringan ........................................................................ 21

3.4.8 Pemotongan Jaringan ...................................................................................... 23

3.4.9 Tahapan Pewarnaan HE .................................................................................. 23

3.4.10 Foto Jaringan .................................................................................................. 24

3.5 Alur Penelitian ...................................................................................................... 25

BAB 4 Hasil dan Pembahasan .......................................................................................... 26

4.1 Pankreas ................................................................................................................ 26

4.2 Hepar ..................................................................................................................... 29

BAB 5 Simpulan dan Saran .............................................................................................. 33

5.1 Simpulan ................................................................................................................ 33

5.2 Saran ....................................................................................................................... 33

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….…...34

LAMPIRAN……………………………………………………………………….…….38

Page 11: STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37922/1/ABDUL RASYID... · STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA

x

DAFTAR TABEL

Tabel 4. 1 Morfologi Pulau Langerhans Kelompok Kontrol Negatif ............................... 26

Tabel 4. 2 Morfologi Pulau Langerhans Kelompok Kontrol Positif ................................ 26

Tabel 4. 3 Morfologi Pulau Langerhans Kelompok Terapi HS ........................................ 27

Tabel 4. 4 Data Morfologi Jaringan Hepar Kelompok Kontrol Negatif ........................... 29

Tabel 4. 5 Data Morfologi Jaringan Hepar Kelompok Kontrol Positif ............................ 30

Tabel 4. 6 Data Morfologi Jaringan Hepar Kelompok Terapi HS .................................... 30

Tabel 6. 1 Rata-rata Glukosa Darah Tikus26

……………………………………………48

Page 12: STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37922/1/ABDUL RASYID... · STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Langkah-langkah diagnosis DM dan gangguan toleransi glukosa …...........

Gambar 4.1.a Pulau Langerhans normal (1) 40x ……………………………………….

Gambar 4.1.b Pulau Langerhans kontrol negatif (1) 40x ………………………….........

Gambar 4.1.c Pulau Langerhans kontrol poaitif (1) 40x …………………....................

Gambar 4.1.d Pulau Langerhans terapi HS (1) 40x ……………………….....................

Gambar 4.2.a Hepatosit normal (1) 10x …………………………………........................

Gambar 4.2.b Hepatosit kontrol negatif (1) 40x ………………………………………...

Gambar 4.2.c Hepatosit kontrol positif (1) 40x …............................................................

Gambar 4.2.d Hepatosit terapi HS (1) 40x ………………………………………………

Gambar 6.1 Surat keterangan tikus sehat ……………………………………………….

Gambar 6.2 Hasil determinsi tanaman…………………………………………………...

Gambar 6.3 Hasil pengujian ekstrak ……………………………………………………

Gambar 6.4 Sampel penelitian ……………………………….………………………….

Gambar 6.5 Pengukuran BB …………………………………………………………….

Gambar 6.6 Anastesi hewan coba ……………………………………………………….

Gambar 6.7 Induksi STZ pada sampel .............................................................................

Gambar 6.8 Pemberian ekstrak Nigella .…………………………………………………

Gambar 6.9 Proses nekropsi …………………………………………………………….

Gambar 6.10 Proses dehidrasi…...………...……….…………………………………….

Gambar 6.11 Proses clearing......………...……………………………………………….

Gambar 6.12 Proses embedding...…………………………………………….………….

Gambar 6.13 Proses blocking…..………………………………………………………..

Gambar 6.14 Pemotongan jaringan…...…………………………………………...……..

Gambar 6.15 Set pewarnaan Hematoksilin Eosin .………………………………………

Gambar 6.16 Pankreas Tikus Kontrol Negatif 2……………………………………....…

Gambar 6.17 Pankreas Tikus Kontrol Negatif 3…………………………………………

Gambar 6.18 Pankreas Tikus Kontrol Negatif 4 ………………………………………...

Gambar 6.19 Pankreas Tikus Kontrol Negatif 5 ………………………………………...

Gambar 6.20 Pankreas Tikus Kontrol Positif 2 …………………………………………

Gambar 6.21 Pankreas Tikus Kontrol Positif 3………………………………………….

Gambar 6.22 Pankreas Tikus Kontrol Positif 4………………………………………….

Gambar 6.23 Pankreas Tikus Kontrol Positif 5 …………………………………………

Gambar 6.24 Pankreas Tikus Terapi HS 2 ………………………………………………

Gambar 6.25 Pankreas Tikus Terapi HS 3 ………………………………………………

Gambar 6.26 Pankreas Tikus Terapi HS 4 ………………………………………………

Gambar 6.27 Pankreas Tikus Terapi HS 5 ………………………………………………

Gambar 6.28 Hepar Tikus Kontrol Negatif 2……………………………………………

Gambar 6.29 Hepar Tikus Kontrol Negatif 3……………………………………………

Gambar 6.30 Hepar Tikus Kontrol Negatif 4……………………………………………

Gambar 6.31 Hepar Tikus Kontrol Negatif 5……………………………………………

Gambar 6.32 Hepar Tikus Kontrol Positif 2……………………………………………

Gambar 6.33 Hepar Tikus Kontrol Positif 3……………………………………………

Gambar 6.34 Hepar Tikus Kontrol Positif 4……………………………………………

Gambar 6.35 Hepar Tikus Kontrol Positif 5……………………………………………

Gambar 6.31 Hepar Tikus Terapi HS 2…………………………………………………

10

27

27

27

27

30

30

30

30

36

37

38

39

39

39

39

40

40

40

40

40

40

41

41

42

42

42

42

42

42

43

43

43

43

43

43

44

44

44

44

44

44

45

45

45

Page 13: STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37922/1/ABDUL RASYID... · STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA

xii

Gambar 6.32 Hepar Tikus Terapi HS 3…………………………………………………

Gambar 6.33 Hepar Tikus Terapi HS 4…………………………………………………

Gambar 6.34 Hepar Tikus Terapi HS 5…………………………………………………

45

45

45

Page 14: STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37922/1/ABDUL RASYID... · STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat keterangan tikus sehat …………………………………

Lampiran 2 Hasil Determinasi Tanaman……………..………...................

Lampiran 3 Surat Pengujian Ekstrak………………….…………………..

Lampiran 4 Gambar proses penelitian ……………………………………

Lampiran 5 Hasil preparat ………………………………………………..

Lampiran 6 Pengukuran glukosa darah tikus …………………………….

Lampiran 7 Riwayat penulis ……………………………………………..

36

37

38

39

42

46

47

Page 15: STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37922/1/ABDUL RASYID... · STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit metabolik dengan

angka kejadian terbanyak di dunia. Prevalensi DM terus meningkat hingga dua

kali lipat sejak 30 tahun terakhir. Menurut International Diabetes Federation,

pada tahun 2013 jumlah penderita DM di dunia bertambah hingga mencapai 382

juta orang. Sebagian besar berada pada rentang usia 40-59 tahun dan 80% berasal

dari low and middle-income countries. Jumlah tersebut diprediksi akan meningkat

hingga 592 juta orang pada 25 tahun ke depan.1 Berdasarkan data World Health

Organization (WHO) prevalensi DM diperkirakan akan meningkat berlipat ganda

hingga tahun 2030.2 Saat ini peningkatan kasus DM terutama DM Tipe 2 lebih

banyak terjadi di negara berkembang yaitu lebih dari 80% kasus di dunia

dibandingkan dengan negara maju. Asia telah menjadi benua dengan prevalensi

DM tertinggi dan Cina mejadi negara dengan prevalensi DM tertinggi di tahun

2007 dan 2008.3 Menurut data Riskesdas tahun 2013, di Indonesia terjadi

peningkatan kasus DM dari tahun ke tahun. Terjadi peningkatan angka morbiditas

dari 1,1% penduduk pada tahun 2007 menjadi 2,1% penduduk pada tahun 2013.

Selain itu pada penduduk dengan usia ≥ 15 tahun didapatkan 6,9% mengalami

DM. Prevalensi DM yang terdiagnosis dokter tertinggi terdapat di DI Yogyakarta

(2,6%) diikuti oleh DKI Jakarta (2,5%).4

DM adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan keadaan hiperglikemia

yang kronis yang diakibatkan oleh gangguan pada sekresi insulin atau kerja insulin

di jaringan tubuh. Insulin dihasilkan oleh sel β pankreas. Gangguan atau kerusakan

pada sel ini akan menyebabkan berkurangnya sekresi insulin sehingga kadar

glukosa darah tidak dapat terkontrol, asupan glukosa pada jaringan terganggu dan

terjadi gangguan metabolisme pada tubuh. Selain pankreas , hepar juga merupakan

organ yang berperan dalam regulasi glukosa di darah. Hepar membantu terjadinya

Page 16: STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37922/1/ABDUL RASYID... · STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA

2

proses glukoneogenesis dan glikogenolisis sebagai umpan balik dari kurangnya

masukan glukosa ke dalam jaringan sehingga apabila terjadi gangguan pada sekresi

atau kerja dari insulin maka dapat terpicu terjadinya hiperglikemia. Hiperglikemia

yang kronis dapat memicu komplikasi pada organ tubuh lainnya seperti perlemakan

hepar.5 Hepar juga berperan dalam metabolisme zat yang bersifat toksik terhadap

jaringan tubuh kita seperti radikal bebas. Zat radikal bebas ini dapat memicu proses

oksidasi dan memicu kerusakan pada sel. Radikal bebas dapat merusak sel β

pankreas dan jaringan hepar karena menyebabkan gangguan pada fungsi dan

perubahan morfologi sel sehingga memicu terjadinya DM yang ditandai dengan

adanya hiperglikemia.6

Destruksi sel β pankreas dapat disebabkan oleh beberapa etiologi non-imun,

salah satunya oleh obat-obatan yang digunakan dalam jangka panjang seperti tiazid,

glukokortikoid, fenitoin dan klozapin, serta oleh zat tertentu seperti streptozotocin.

Streptozotocin (STZ) adalah zat antimikroba yang disintesis dari Streptomyces

achromogenes dan merupakan senyawa glucosamine-nitrosurea yang bersifat

toksik karena menyebabkan akumulasi radikal bebas (reactive oxygen species) pada

sel sehingga mampu merusak DNA sel.7,8

Pengobatan herbal DM terus mengalami perkembangan dari penelitian-

penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Penelitian tersebut diantaranya

menguji efek ekstrak habbatussauda (Nigella sativa) terhadap DM. Dari hasil

penelitian Hamid Mollazadeh dkk (2014) diketahui bahwa ekstrak habbatussauda

(HS) mempunyai efek hepatoprotektif terhadap kerusakan jaringan hepar melalui

efek anti-oksidan dan anti-inflamasi sehingga mampu menjaga fungsi dan

morfologi hepar dengan baik. Penelitian lain oleh Samad Alimohammadi dkk

(2013) menyatakan bahwa pemberian ekstrak habbatussauda dapat memberi efek

antidiabetik dan memperbaiki struktur dan fungsi sel pulau Langerhans pada

jaringan pankreas yang mengalami kerusakan. Penelitian diatas menunjukan adanya

potensi HS dalam memperbaiki fungsi dan stuktur sel pulau Langerhans dan

jaringan hepar yang rusak.9,10

Page 17: STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37922/1/ABDUL RASYID... · STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA

3

Dalam Islam, habbatussauda telah dipercaya sebagai obat herbal yang dapat

membantu menyembuhkan berbagai penyakit. Dalam hadist Al-Bukhari Muslim dijelaskan

bahwa habbatussauda adalah obat untuk segala penyakit kecuali kematian.

Pernyataan tersebut membuat banyaknya penelitian yang dilakukan untuk menguji

efek habbatussauda terhadap berbagai penyakit.11

Berdasarkan uraian diatas peneliti akan meneliti efek pemberian ekstrak

habbatussauda (Nigella sativa) terhadap gambaran histopatologi pankreas dan hepar

tikus yang diinduksi streptozotocin.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana efek pemberian ekstrak habbatussauda (Nigella sativa) terhadap

gambaran histopatologik pankreas dan hepar tikus diabetes melitus yang diinduksi

streptozotocin ?

1.3 Hipotesis

Terdapat perbaikan gambaran histopatologik pada pankreas dan hepar tikus

diabetes melitus yang diinduksi streptozotocin setelah pemberian ekstrak

habbatussauda (Nigella sativa).

1.4 Tujuan Penelitian

Mengetahui efek pemberian ekstrak habbatussauda (Nigella sativa)

terhadap gambaran histopatologik pankreas dan hepar tikus diabetes

melitus yang diinduksi streptozotocin.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Peneliti

1. Memahami dan melatih keterampilan dalam metode histoteknik.

2. Memahami pengaruh pemberian habbatussauda (Nigella sativa) terhadap

gambaran histopatologik pankreas dan hepar tikus diabetes melitus yang

diinduksi streptozotocin.

Page 18: STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37922/1/ABDUL RASYID... · STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA

4

3. Mendapatkan gelar sarjana kedokteran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

1.5.2 Bagi Institusi

Menambah referensi penelitian Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang dapat

digunakan sebagai referensi mahasiswa lainnya dan bahan untuk penelitian

lanjutan yang lebih dalam oleh peneliti lainnya.

1.5.3 Bagi Masyarakat

1. Memberikan wawasan untuk masyarakat tentang pengaruh streptozotocin dan

zat-zat lain yang berpengaruh terhadap timbulnya DM.

2. Memberikan wawasan tentang manfaat pengobatan herbal, terutama

habbatussauda (Nigella sativa) terhadap DM.

Page 19: STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37922/1/ABDUL RASYID... · STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA

5

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Diabetes Melitus

Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan

keadaan hiperglikemia yang kronis akibat gangguan pada sekresi insulin atau

kerja insulin dan menyebabkan gangguan pada metabolisme energi dalam

tubuh. Gejala khas yang ditimbulkan berupa poliuria, polifagia, polidipsi, dan

penurunan berat badan.12,13

2.1.2 Klasifikasi DM

Berikut adalah klasifikasi DM yang telah disahkan oleh American

Diabetes Association (ADA) dan WHO berdasarkan etiologinya.7

1. DM tipe 1: disebabkan oleh autoimunitas (tipe 1A) atau idiopatik (tipe 1B)

2. DM tipe 2 karena resistensi insulin

3. DM tipe lain

a. Defek genetik fungsi sel β pankreas akibat mutasi pada :

glukokinase, Insulin Promoter factor, Hepatocyte Nuclear

Transcription factor (HNF) 4α, HNF-1α, Mitocondrial DNA, dan

konversi insulin atau proinsulin.

b. Defek genetik kerja insulin karena resistensi insulin Tipe A, sindrom

Rabson- mendenhall, sindrom Lipodistrofi.

c. Penyakit eksokrin pankreas: pankreatitis, neoplasma, dan lain lain.

5

Page 20: STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37922/1/ABDUL RASYID... · STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA

6

d. Endokrinopati: akromegali, sindrom Cushing hipertiroid, dan lain

lain.

e. Obat-obatan atau zat kimia: asam nikotin, tiazid, klozapin,

glukokortikoid, fenitoin, dan lain-lain.

f. Infeksi: Rubella, Cytomegalovirus,dan Coxsackievirus B.

g. Autoimun: antibodi anti reseptor insulin, sindrom Stiff-man.

h. Sindrom genetik lain : sindrom Klinefelter, sindrom Down,dan lain-

lain.

4. DM gestasional

DM Tipe 2 ditandai dengan adanya resistensi insulin pada sel

tubuh yang menimbulkan gangguan fungsi pankreas dan dalam jangka

panjang (kronis) dapat menyebabkan gangguan pada organ lainnya. Sel β

pankreas pada penderita DM tidak mampu lagi mensekresikan insulin

dengan adekuat karena terjadinya kelelahan sel beta akibat pengaruh

resistensi insulin. Sedangkan DM tipe 1 disebabkan oleh adanya destruksi

sel β pankreas sehingga sekresi insulin tidak terjadi dan timbul defisiensi

insulin yang absolut. Peningkatan gula darah yang tidak terkontrol dapat

menyebabkan komplikasi berupa berbagai gangguan pada sistem organ

tubuh dari gangguan fungsional hingga perubahan pada tingkat histologis.7

Sedangkan faktor resiko DM tipe 1 diantaranya adalah memiliki

riwayat keluarga DM tipe 1, dan faktor etnis. Faktor resiko lainnya masih

dalam penelitian lebih lanjut.14

2.1.3 Patofisiologi DM Tipe 1

DM Tipe 1 merupakan penyakit yang diakibatkan destruksi sel β

pankreas karena reaksi autoimun sehingga menyebabkan defisiensi insulin yang

absolut. Timbulnya kelainan ini disebabkan oleh faktor genetik dan lingkungan.

Faktor genetik yang dimaksud adalah mutasi gen pada kromosom 6p21 lokus

Page 21: STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37922/1/ABDUL RASYID... · STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA

7

gen MHC kelas II (HLA). Gen tersebut menentukan kerentanan terhadap DM

Tipe 1. Gen HLA-DQA1 dan HLA-DQB1 merupakan gen yang dapat

mengkode asam amino selain aspartat pada posisi 57 di rantai β molekul HLA.

Aspartat pada posisi tersebut memiliki peran dalam melindungi dari timbulnya

DM oleh faktor genetik.5

Jika kelainan pada gen tersebut terjadi, maka timbul reaksi

hipersensitivitas tipe 4 terhadap sel β pankreas. MHC kelas II akan

mengekspresikan antigen pada membran sel makrofag dan limfosit B. Antigen

tersebut dibawa oleh MHC kelas II untuk berikatan dengan reseptor sel T di

permukaan membran sel limfosit T CD4 sehingga menstimulasi sekresi sitokin,

yaitu TNF-α, IL-1, dan interferon γ. Sitokin tersebut dapat memberikan efek

toksik pada sel β pankreas sehingga respon imun ini dapat memicu terjadinya

destruksi seluruh sel β pankreas. Akibat dari destruksi tersebut, pulau

Langerhans menjadi mengecil (atrofi). Setelah sebagian besar sel β pankreas

sudah terdestruksi dan produksi insulin menurun secara drastis maka orang

tersebut telah dikatakan menderita DM tipe 1.5,15

Selain akibat kerentanan genetik, DM Tipe 1 ini dapat dipicu oleh reaksi

autoimun akibat adanya autoantibodi terhadap sel yang muncul sejak anak

berusia 9 bulan. Berbagai autoantibodi tersebut dapat menimbulkan reaksi

dengan beberapa antigen seperti pada insulin, asam glutamat dekarboksilase dan

protein sitoplasma lain. Sedangkan faktor lingkungan yang berperan diantaranya

adalah infeksi, seperti infeksi oleh campak, Rubella, parotitis, dan

Coxsackievirus B. Infeksi tersebut dapat memicu terjadinya DM tipe 1 karena

timbulnya respon imun terhadap suatu protein virus yang memiliki susunan

asam amino yang sama dengan suatu protein pada sel β pankreas, sehingga sel β

pankreas terdestruksi oleh respon imun tersebut.5,15,16

2.1.4 Efek Streptozotocin Terhadap Pankreas dan Hepar

Streptozotocin (STZ) atau 2-Deoxy-2-[[(methylnitrosoamino)-carbonyl]

amino]-D-glucopyranose adalah salah satu agen diabetogenik dengan dengan

Page 22: STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37922/1/ABDUL RASYID... · STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA

8

efek toksik yang dapat mendestruksi sel β pankreas dan jaringan hepar. Zat ini

dapat merusak berbagai jenis sel, terutama sel yang mengekspresikan GLUT-2

pada membrannya, seperti pada sel β pankreas dan hepatosit. Karena efek toksik

tersebut, STZ sering digunakan untuk menginduksi DM tipe 1 pada tikus dalam

penelitian. Dosis efektif yang digunakan adalah 40-60 mg/KgBB.8

STZ berkerja pada tingkat sel dengan meningkatkan meningkatkan

guanilil siklase dan menambah formasi cGMP, seta membebaskan nitrit oksida.

Nitrit oksida menyebabkan stress oksidatif yang dapat merusak sel. Kemudian

adanya defosforilasi ATP meningkatkan substrat xantin oksidase. Xantin

oksidase akan memproduksi hidrogen peroksida dan radikal hidroksil sehingga

terjadilah peningkatan reactive oxygen species (ROS) atau radikal bebas yang

meningkatkan stress oksidatif sel. Proses diatas menyebabkan kerusakan DNA

yang memicu nekrosis pada sel.8

Pada Pankreas, STZ memiliki efek toksik selektif pada sel β pankreas

sehingga dapat ditemukan adanya nekrosis pada sel tersebut. Sedangkan pada

hepar ditemukan kerusakan terutama pada jaringan parenkim hepar yaitu

hepatosit, dimana dapat ditemukannnya degenerasi pada sel-sel tersebut. Untuk

mengatahui kerusakan pada pankreas dan hepar akibat STZ, perlu dilakukan

pemeriksaan morfologi dan fungsi organ.8

2.1.5 Diagnosis DM

Untuk menegakkan diagnosis DM, dilakukan anamnesis dan

pemeriksaan laboratorium. Dalam anamnesis perlu diketahui adanya keluhan-

keluhan klasik DM, diantaranya adalah.17

1. Poliuria

2. Polidipsi

3. Polifagia

4. Penurunan berat badan tanpa penyebab yang jelas

5. Keluhan lain berupa: kesemutan, badan lemas, gatal-gatal, pengelihatan

kabur, disfungsi ereksi pada pria, dan pruritus vulva pada wanita.

Page 23: STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37922/1/ABDUL RASYID... · STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA

9

Menurut PERKENI tahun 2011, kriteria diagnosis untuk DM adalah

sebagai berikut.17

1. Gula Darah Sewaktu (GDS) ≥ 200 mg/dL dengan gejala DM positif

2. Gula Darah Puasa (GDP) ≥ 126 mg/dL (tidak ada asupan kalori selama 8

jam) dengan gejala DM positif

3. Gula darah 2 jam pos-prandial (GD2PP) ≥ 200 mg/Dl (setelah tes

toleransi glukosa oral menggunakan 75 gr glukosa anhidrus + air)

Jika hasil tidak memenuhi kriteria normal atau DM maka dapat

digolongkan dalam toleransi glukosa terganggu (TGT) atau glukosa darah puasa

terganggu (GDPT). TGT dan GDPT merupakan suatu tahapan yang rawan dan

beresiko tinggi menjadi DM.17

1. TGT: Dapat ditegakkan bila pada pemeriksaan TTGO didapat hasil

glukosa plasma 2 jam setelah beban antara 140-199 mg/dL (7,8-11,0

mmol/L)

2. GDPT: Dapat ditegakkan bila hasil pemeriksaan glukosa plasma puasa

didapatkan antara 100-125 mg/dL (5,6-6,9 mmol/L) dan pemeriksaan

TTGO gula darah 2 jam < 140 mg/dL

Page 24: STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37922/1/ABDUL RASYID... · STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA

10

Gambar 2. 1 Langkah-langkah diagnosis DM dan gangguan

toleransi glukosa

Sumber: PERKENI, 2011.

2.1.6 Habbatusauda (Nigella sativa)

Nigella sativa (Jintan hitam) adalah salah satu tanaman herbal yang

berasal dari famili Ranunculaceae. Tanaman ini berasal dari Asia selatan.

Kandungan yang terdapat pada biji jintan hitam ini diantaranya adalah minyak

(36-48%), protein, alkaloid, saponin, asam lemak tidak larut seperti asam

arakidonat, asam eikosadinoat, asam linoleat, dan asam linolenat. Sedangkan

asam lemak terlarut yang terkandung adalah asam palmitat, asam stearat, dan

asam miristat. Selain itu juga terkandung zat nutrisi seperti protein (26.7%),

lemak (28.5%), karbohidrat (24.9%), serat (8.4%), karoten dan vitamin serta

mineral seperti Cu, P, Zn dan Fe. Kandungan yang paling berperan dalam

Page 25: STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37922/1/ABDUL RASYID... · STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA

11

memberi efek terapeutik adalah sejumlah zat aktif, diantaranya adalah

thymoquinone (30%-48%), thymohydroquinone, dithymoquinone, p-cymene

(7%-15%), carvacrol (6%-12%), 4-terpineol (2%-7%), t-anethol (1%-4%),

sesquiterpene longifolene (1%-8%) α-pinene dan thymol.18,19

Biji dari tanaman ini telah banyak digunakan umtuk pengobatan herbal

di seluruh dunia dan dikenal dengan nama habbatusauda. Habbatussauda (HS)

banyak digunakan sebagai obat anti-hipertensi, diuretik, antidiare, penambah

nafsu makan, analgesik, antimikroba, dan pengobatan kulit. Selain itu telah

ditemukan adanya efek farmakologis lain, diantaranya adalah antidiabetik,

antikanker, imunomodulator, anti-inflamasi, spasmolitik, bronkodilator, dan

antioksidan . Efek terapeutik yang dihasilkan oleh ekstrak habbatussauda

merupakan kerja dari suatu zat aktif pada kandungan minyaknya yaitu

thymoquinone.18

HS memiliki manfaat yang banyak sebagai terapi tambahan untuk

berbagai penyakit, terutama DM. Penelitian oleh Abdelmeguid dkk (2010)

menyatakan bahwa pada tikus yang mengalami DM setelah induksi

Streptozotocin, terapi HS dapat membantu meningkatkan kadar insulin serum

dan menurunkan kadar gula darah yang tinggi. Selain itu penelitian oleh

Benhaddou-Andaloussi A dkk (2010) menyatakan bahwa HS dapat mengurangi

hiperglikemia dan resistensi insulin pada penderita DM tipe 2 sehingga dapat

menurunkan kadar GDP, GD2PP, GDS, dan HbA1c secara bermakna. Hal

tersebut terjadi melalui peningkatan fungsi GLUT-4 dan sinyal AMP-activated

protein kinase (AMPK) yang di jaringan perifer yang membantu kerja insulin

dalam memberi masukan glukosa, dan penekanan pada glukoneogenesis di

hepar.20,21

HS juga berperan dalam perbaikan morfologi jaringan yang rusak pada

penderita DM. Pada penelitian Nesreen M Omar dkk (2011) diketahui bahwa

Nigella sativa dapat membantu memperbaiki morfologi sel β pankreas secara

Page 26: STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37922/1/ABDUL RASYID... · STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA

12

bermakna pada penderita DM Tipe 1. Selain itu menurut penelitian

dr.Mohammed Salem dkk (2013), HS memiliki sifat hepatoprotektif terhadap

zat yang bersifat hepatotoksik sehingga dapat memperbaiki morfologi hepatosit

yang mengalami kerusakan. Thymoquinone dapat mengurangi stress oksidatif

akibat penumpukan radikal bebas pada sel melalui efek anti-oksidannya,

sehingga mencegah kerusakan suatu sel dan mendukung regenerasi sel secara

optimal. 22,23

2.1.7 Gambaran Histologi Pankreas

Organ pankreas dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian endokrin dan

eksokrin. Bagian endokrin pankreas adalah pulau Langerhans yang tersebar

diantara asini yaitu bagian eksokrin pankreas. Pulau Langerhans memiliki

bentuk lonjong seperti telur dan dilapisi oleh jaringan ikat retikulin. Pada

pewarnaan HE, pulau Langerhans terlihat lebih pucat dibandingkan sel lain pada

pankreas. Sel pulau Langerhans berbentuk bulat hingga poligonal dengan

nukleus bulat. Pada pewarnaan hematoksilin eosin (HE), nukleus hepatosit

berwarna keunguan dan sitoplasmanya berwarna merah muda. Pulau

Langerhans terdiri dari ribuan sel dengan 4 jenis berbeda, yaitu sel beta, sel

alfa, sel delta, dan sel F. Keempat sel tersebut tidak dapat dibedakan dengan

pewarnaan HE, sehingga untuk membedakannya membutuhkan pewarnaan

imunohistokimiawi. Bagian eksokrin pankreas terdiri dari kumpulan sel asiner

yang membentuk asinus dan jaringan ikat septa yang membagi eksokrin

pankreas menjadi banyak lobus dan lobules. Sel asiner berbentuk piramid

dengan inti sel di bagian basal yang memiliki sitoplasma basofilik pada bagian

basal dan asidofilik dengan granul zimogen pada apeks. Terdapat pula sel

sentroasinar dan duktus interkalaris.24,25,26,27

Pada DM terjadi perubahan gambaran histologi pada pankreas5, yaitu:

a. Berkurangnya jumlah dan ukuran islet: Sering ditemukan pada DM

tipe 1. Sebagian besar islet tampak kecil dan tidak menonjol

Page 27: STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37922/1/ABDUL RASYID... · STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA

13

b. Digantikannya islet dengan amiloid : terjadi pada DM tipe 2 yang

sudah lama/kronis. Amiloid tersebut tampak sebagai gambaran

berwarna merah muda amorf yang berada di sekeliling kapiler dan

antar sel. Pada jangka panjang (kronis), islet dapat lenyap dan

digantikan oleh jaringan parut (fibrosis). Amiloid-amiloid ini

mengandung fibril amilin yang berasal dari sel β pancreas.

c. Infiltrasi leukosit: dapat ditemukan pada DM tipe 1, yaitu terdapat

gambaran infiltrasi limfosit T. Dapat ditemukan juga infiltrasi

eosinofil, terutama pada bayi penderita DM.

d. Degranulasi sel β pankreas: Hanya dapat dilihat dengan mikroskop

elektron. Terjadi akibat penurunan simpanan insulin pada sel β

pankreas yang mengalami destruksi. Ditemukan pada DM tipe 1.

2.1.8 Gambaran Histologi Hepar

Hepar memiliki sel parenkim yaitu hepatosit. Hepar terbagi menjadi

beberapa lobus dan dibagi lagi menjadi beberapa lobulus oleh jaringan ikat yang

bernama kapsula Gibson. Pada tiap-tiap lobulus terdapat sinusoid-sinusoid yaitu

rongga yang merupakan struktur mikrovaskular antar tiap barisan hepatosit,

yang bersatu di tengah lobulus membentuk vena sentralis. Lumen vena sentralis

dilapisi oleh sel endotel. Di daerah antar lobulus terdapat triad porta yang

dikenal dengan nama segitiga Kiernan yang terdiri dari vena porta hepatika,

arteri hepatika, pembuluh limfe dan duktus biliaris. Hepatosit memiliki bentuk

polihedral dengan diameter 20-30 µm dan serta tersusun dari perifer ke medial

menuju vena sentralis.. Diantara dua barisan hepatosit terbentuk sebuah saluran

yang disebut kanalikuli biliaris. Kanalikuli ini tidak memiliki endotel. Hepatosit

memiliki nukleus yang berbentuk bulat dan besar yang terletak di tengah sel.

Pada pewarnaan hematoksilin eosin nukleus berwarna keunguan dan sitoplasma

berwarna merah muda. 24,26,27

Page 28: STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37922/1/ABDUL RASYID... · STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA

14

Morfologi jaringan hepar dapat mengalami perubahan pada sebagian

penyakit, salah satunya adalah DM. DM yang kronis dan tidak terkontrol dapat

menimbulkan komplikasi yang menyebabkan perubahan morfologi dari jaringan

hepar.28

1. Deposisi lipid : Terdapat droplet lipid pada hepatosit yang terlihat

dengan ukuran yang berbeda-beda. Timbul pada penderita DM dengan

komplikasi perlemakan hepar (fatty liver).

2. Akumulasi glikogen pada nukleus hepatosit : Terdapat vakuola kecil

pada inti sel hepatosit dan nukleus terlihat lebih besar.

Page 29: STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37922/1/ABDUL RASYID... · STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA

15

2.2 Kerangka Teori

Induksi STZ

Stress oksidatif akibat

peningkatan radikal bebas

Sel β pankreas

Nekrosis sel β pankreas

Kerusakan DNA sel

Hepar

Kerusakan parenkim hepar

Terapi ekstrak HS

Hiperglikemia

Efek antioksidan pada

pankreas dan hepar

Menekan stress

oksidatif

Perbaikan morfologi dan

fungsi pada sel β pankeas

dan hepar

Page 30: STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37922/1/ABDUL RASYID... · STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA

16

2.3 Kerangka Konsep

Pemberian ekstrak

habbatussauda (Nigella

sativa) 300mg/kgBB/hari

selama 14 hari

Perubahan fungsi

dan morfologi

jaringan

Kerusakan pada

jaringan hepar

Diabetes melitus

Insulin ↓

Kerusakan sel β

pankreas

Diinduksi

Streptozotocin

Gangguan

regulasi kadar

gula darah

Tikus strain

Sprague

dawley

Pankreas

Hepar

Morfologi sel pulau

langerhans

Morfologi Hepatosit

Morfologi Sinusoid

- Bentuk sel

- Sitoplasma

- Nukleus

Page 31: STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37922/1/ABDUL RASYID... · STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA

17

2.4 Definisi Operasional

Variabel Definisi Hasil Gambaran Skala

Morfologi

pankreas

Morfologi sel pulau

Langerhans:25,27,29

Bentuk sel : bentuk dari sel

yang dibentuk oleh membran

sel pulau Langerhans

Sitoplasma : cairan plasma di

dalam sel pulau Langerhans

Nukleus : inti sel pulau

Langerhans

Bentuk sel : bulat hingga

poligonal

Sitoplasma : berwarna merah

muda

Nukleus : bulat, berwarna

keunguan hingga kebiruan

-

Morfologi

hepar

Morfologi jaringan hepar : 25,27,29

Bentuk sel: bentuk dari sel

yang dibentuk oleh membran

sel hepatosit

Sitoplasma: cairan plasma di

dalam sel hepatosit

Nukleus : inti sel hepatosit

Sinusoid : struktur

mikrovaskular hepar yang

dilapisi sel endotel fenestrata

dan berada di antara barisan

hepatosit dan menyatu

membentuk vena sentralis

Bentuk sel : polihedral

Sitoplasma : berwarna merah

muda

Nukleus : bulat, berwarana

keunguan hingga kebiruan

Sinusoid : terlihat rongga

diantara barisan hepatosit

yang menyatu membentuk

vena sentralis

-

Page 32: STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37922/1/ABDUL RASYID... · STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA

18

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah desain deskriptif.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

3.2.1 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan April-Agustus 2014.

3.2.2 Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Animal House, Biokimia, Biologi,

Farmakologi, dan Histologi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Jl.

Kertamukti No. 05, Pisangan Ciputat 15419, Tangerang Selatan.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Kriteria Inklusi dan Eksklusi

3.3.1.1 Kriteria Inklusi

Tikus jantan strain Sprague dawley yang sehat

Berat badan 180-200 gr

Kontrol negatif dengan glukosa darah < 200 mg/dL

Kontrol positif dengan glukosa darah > 200 mg/dL

Tikus yang telah melalui terapi habbatussauda (perlakuan)

3.3.1.2 Kriteria Eksklusi

Tikus jantan strain Sprague dawley yang mati selama proses induksi

STZ dan perlakuan

18

Page 33: STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37922/1/ABDUL RASYID... · STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA

19

3.4 Cara Kerja Penelitian

3.4.1 Alat dan Bahan Penelitian

a. Tahap Nekropsi

Minor set surgeon, zipline plastic bag, larutan natrium hidroklorida 0,9%,

ether, papan potong, dan kapas.

b. Tahap Fiksasi

Formalin.

c. Tahap Dehidrasi

Gelas ukur (1000 ml, 500 ml), beaker Glass (1000 ml, 500 ml), alkohol

absolut CH3CH2OH Mallinckrodt Chemicals, alkohol konsentrasi 95%,

90%, 80%, 70%, dan 50%, toluol, aquades, dan corong kaca.

d. Tahap Clearing

Larutan toluol:alkohol (1:1).

e. Tahap Embedding

Vials stopper tools neck, hotplate stirer (sRS 710 HA), dan Paraplast

Leica Microsystem.

f. Tahap Blocking

Cetakan blocking.

g. Tahap Pemotongan

Mikrotom geser, object glass, bunsen, waterbath, kulkas, beaker glass 200

ml, putih telur, gliserin, korek api gas dan es batu.

h. Tahap Pewarnaan

Staining jar, cover glass, mikroskop shimadzu T025A, spatula kaca, xylol,

hematoksilin eosin (HE), balsam Canada, H2SO4 dan timer.

Page 34: STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37922/1/ABDUL RASYID... · STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA

20

i. Tahap Foto Jaringan

Kamera preparat, komputer lab, DVD foto, mikroskop Olympus BX4,

kotak preparat.

j. Tahap Keseluruhan

Tisu dan tisu berpori

3.4.2 Adaptasi Hewan Coba

Proses adaptasi hewan coba mulai dilakukan pada 14 hari pertama di

Animal House Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta. Hewan

coba diadaptasikan dengan pemberian makan dan minum ad libtum. Kandang

dan bedding dibersihkan setiap 3 hari.30

3.4.3 Induksi Tikus Dengan Steptozotocin

Pada hari ke-15, tikus dipuasakan terlebih dahulu selama 10 jam, lalu

diinduksi Streptozotocin 60 mg/KgBB secara intraperitoneal.

3.4.4 Pengukuran Gula Darah

Pada hari ke-21, dilakukan pengukuran kadar glukosa darah pada tikus

tersebut. Pengambilan darah dilakukan pada pembuluh darah ekor tikus. Tikus

yang akan digunakan adalah tikus dengan kadar glukosa darah >200 mg/dL

dan dinyatakan mengalami DM.30

3.4.5 Pemberian Ekstrak Habbatussauda (Nigella sativa) Pada Tikus

Ekstrak Habbatussauda (HS) dibuat dengan campuran biji HS yang

sudah digerus dengan etanol 70%. Pemberian ekstrak dilakukan pada hari ke-

21 sampai hari ke-41 secara oral dengan dosis 300 mg/kgBB/hari. Alat yang

digunakan pada proses pemberian adalah sonde. 30

Page 35: STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37922/1/ABDUL RASYID... · STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA

21

3.4.6 Tahapan Nekropsi dan Fiksasi

Siapkan alat-alat yang diperlukan untuk nekropsi. Persiapkan plastik

yang sudah diberi label bertuliskan kode tikus dan organ. Tuangkan formalin-

PBS 10% sekitar 20x volume jaringan sampel ke dalam plastik. Anastesi tikus

dilakukan dengan memasukan tikus ke dalam toples berisi kapas yang telah

dicampur ether dan mengobservasi tikus tersebut hingga hilang kesadaran

dengan cara memberi rangsang nyeri pada telapak kakinya. Efek anastesi

dinyatakan sudah bekerja jika tikus sudah tidak memeberikan respon.

Pembedahan dilakukan pada bagian abdominotorakal dan dilakukan nekropsi

organ pankreas dan hepar. Kemudian organ dipotong dengan ketebalan 3-5

mm, lalu dimasukkan ke dalam plastik yang telah berisi formalin-PBS 10%.

Seminggu kemudian organ dikeluarkan dari larutan fiksatif untuk dilakukan

tahap pemerosesan jaringan.32,33

3.4.7 Tahapan Pemrosesan Jaringan

3.4.7.1 Dehidrasi

Proses ini dilakukan menggunakan alkohol dengan konsentrasi 50%,

70%, 80%, 90%. Untuk pengenceran alkohol dengan variasi konsentrasi

tersebut, dilakukan dengan perhitungan berikut.

1. Pengenceran alkohol 50% = alkohol 95% 500 ml + aquades 450 ml

2. Pengenceran alkohol 70% = alkohol 95% 700 ml + aquades 250 ml

3. Pengenceran alkohol 80% = akohol 95% 800 ml + aquades 150 ml

4. Pengenceran alkohol 90% = alkohol 95% 900 ml + aquades 50 ml

Masing-masing konsentrasi larutan alkohol dituangkan ke dalam 3

buah pot plastik sebanyak 2/3 volume pot tersebut. Setiap konsentrasi

alkohol ditempatkan ke dalam 3 buah pot plastik yang telah diberi label

I,II,dan III yang menandakan urutan perlakuan dalam proses dehidrasi pada

satu konsentrasi alkohol.32,33

Page 36: STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37922/1/ABDUL RASYID... · STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA

22

Proses dehidrasi dimulai dengan memasukkan potongan pankreas

dan hepar ke dalam pot plastik dengan label berlabel I,II, dan III, secara

berurutan dari larutan alkohol 50% , 70%, 80% ,90% ,hingga 95%.

Perpindahan ke pot plastik berikutnya dilakukan setiap 15 menit.33

3.4.7.2 Clearing

Karena alkohol dan parafin tidak dapat menyatu, dilakukanlah

tahapan ini untuk melepaskan alkohol dari dalam jaringan, sehingga larutan

yang akan masuk ke jaringan dapat berikatan dengan parafin. Proses ini

menggunakan larutan toluol:alkohol (1:1) dan toluol murni.33

Pertama, potongan organ direndam dalam larutan toluol:alkohol

(1:1) selama 25 menit.. Kemudian dipindahkan dan direndam ke dalam

toluol murni selama 60 menit hingga organ terlihat bening. Perendaman

dalam toluol murni diperpanjang sampai potongan menjadi bening. Waktu

perendaman dalam toluol murni maksimal 120 menit. Jika terlalu lama akan

menyebabkan pengerasan jaringan sehingga sulit untuk dilakukan

pemotongan.33

3.4.7.3 Embedding

Embedding bertujuan untuk mengeluarkan cairan dalam jaringan saat

proses clearing dan digantikan dengan parafin. Cairan saat proses clearing

dapat mengkristal di dalam jaringan sehingga jaringan mudah robek saat

dilakukan pemotongan.33

Pertama, dibuat larutan toluol : parafin (50 ml : 50 ml). kemudian

organ dibungkus menggunakan tisu berpori dan direndam dalam larutan

tersebut selama 24 jam. Kemudian pencairan parafin dilakukan dalam

rentang suhu 56-62oC dan diberi label I,II,III, dan IV. Potongan organ

direndam dalam larutan parafin tersebut dengan perpindahan setiap 15 menit

secara berurutan.33

3.4.7.4 Blocking

Pada tahapan ini, dilakukan pembuatan blok preparat sehingga dapat

dilakukan pemotongan dengan mikrotom geser. Proses ini menggunakan

Page 37: STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37922/1/ABDUL RASYID... · STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA

23

parafin yang telah dicairkan dan di tuangkan pada cetakan, Potongan organ

direndamkan ke dalam parafin cair pada cetakan dan dibiarkan hingga hasil

cetakan sudah mengeras.33

3.4.8 Pemotongan Jaringan

Proses pemotongan ini dilakukan menggunakan mikrotom geser. Blok

parafin terlebih dahulu direkatkan diatas blok kayu dengan cara memanaskan

sisi blok parafin yang akan ditempelkan dengan api lalu ditempelkan pada

blok kayu hingga merekat dengan kuat. Blok kayu dan blok parafin tersebut

diletakan pada holder (pemegang) mikrotom. Pemotongan jaringan dilakukan

dengan ketebalan 6µm. Sudut kemiringan pisau mikrotom dapat diatur pada

sudut 20-30 jika perlu.33

Setelah jaringan pada blok parafin sudah terpotong dengan ketebalan

yang sesuai, hasil potongan diambil dengan kuas dan direndam dalam

waterbath dengan suhu air 37-40o C hingga potongan terlihat merenggang.

Gunakan kaca objek yang telah dioleskan campuran gliserin dan putih telur

untuk mengambil potongan pada waterbath. Kemudian kaca objek diletakan

diatas hotplate pada suhu 40-45oC hingga kering dan potongan melekat kuat

pada kaca objek. Setelah itu dilakukan tahap pewarnaan pada potongan

tersebut.33

3.4.9 Tahapan Pewarnaan HE

Persiapkan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk pewarnaan, yaitu

alkohol konsentrasi 70%, 80%, 90%, alkohol absolut, asam alkohol, xylol,

hematoksilin, eosin (HE) dan aquades. Lalu dituangkan ke masing-masing

dalam staining jar dengan volume ¾ bagian.33

Rendam cawan yang berisi preparat ke dalam staining jar berisi xylol

selama 10 menit sebanyak 2 kali. Lalu pindahkan ke dalam staining jar berisi

alkohol absolut dan diamkan selama 5 menit sebanyak 2 kali. Kemudian

pindahkan dan rendam cawan ke dalam staining jar berisi alkohol konsentrasi

90% selama 1 menit.33

Page 38: STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37922/1/ABDUL RASYID... · STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA

24

Pindahkan dan rendam cawan ke dalam staining jar berisi alkohol

konsentrasi 80% selama 1 menit. Setelah itu, rendam cawan ke dalam staining

jar berisi alkohol konsentrasi 70% selama 1 menit. Kemudian pindahkan dan

rendam cawan ke dalam staining jar berisi aquades selama 4 menit. Lalu

rendam cawan ke dalam staining jar yang berisi hematoksilin dengan durasi

hepar 4 menit; pankreas 1 menit. Selama durasi itu dilakukan pengamatan

dibawah mikroskop untuk menghindari terjadinya overstainning hematoksilin.

Lakukan perendaman cawan di dalam staining jar berisi aquades sebanyak 3

kali dengan durasi 1 menit. Pindahkan dan rendam cawan ke dalam staining

jar berisi alkohol asam selama 30 detik.33

Kemudian pindahkan dan rendam cawan kedalam staining jar yang

sudah dialiri air mengalir selama 1 menit. Pindahkan dan rendam cawan ke

dalam staining jar berisi eosin selama 1 menit. Selama durasi itu dilakukan

pengamatan dibawah mikroskop untuk menghindari terjadinya overstainning

eosin.33

Lakukan pemindahan dan perendaman cawan di dalam staining jar

berisi aquades sebanyak 3 kali dengan durasi 1 menit. Pindahkan secara

berurutan dan rendam cawan ke dalam staining jar yang berisi alkohol dari

konsentrasi 70% sampai alkohol absolut selama 1 menit dan xylol sebanyak 2

kali 3 menit.33

Segera teteskan canada balsam secukupnya di atas preparat dan tutup

dengan cover glass. Pastikan tidak ada gelembung udara pada preparat dan

amati di bawah mikroskop. Beri nama organ, kode organ serta tanggal

pembuatan. Setelah mengering preparat dapat disimpan.33

3.4.10 Foto Jaringan

Preparat diamati dan difoto menggunakan mikroskop Olympus BX41

dan software Olympus DP2-BSW pada komputer dengan perbesaran 4x, 10x,

20x, dan 40x.

Page 39: STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37922/1/ABDUL RASYID... · STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA

25

3.5 Alur Penelitian

Perizinan kode etik

Adaptasi tikus (hari 1-14)

Pengelompokkan sampel

-Sonde oral aquades 3 ml -Makan dan minum ad libitum -Bedding ganti tiap 3-7 hari

(hari 21-41)

Kontrol Negatif - Makan, minum ad libitum

- Bedding diganti tiap 3-7 hari

(hari 15-21)

Kontrol Positif - Makan dan minum ad libitum

- Bedding diganti tiap 3-7 hari - Induksi STZ 60 mg/kgBB

(Hari 15)

Perlakuan - Makan dan minum ad libitum

- Bedding diganti tiap 3-7 hari - Induksi STZ 60 mg/kgBB

(Hari 15)

- Makan dan minum ad libitum

- Bedding diganti tiap 3-7 hari

- Ukur gula darah pada hari ke 21

(Kriteria Inklusi : Gula darah > 200 mg/dL)

(hari 15-21)

- Makan dan minum ad libitum - Bedding diganti tiap 3-7 hari - Sonde oral Ekstrak Nigella sativa

300 mg/kgbb dalam aquades 3 ml (hari 21-41)

- Sonde oral aquades 3 ml - Makan dan minum ad libitum - Bedding diganti tiap 3-7 hari

(hari 21-41)

- Sonde oral aquades 3 ml - Makan dan minum ad libitum - Bedding ganti tiap 3-7 hari

(hari 21-41)

Nekropsi dan pemrosesan jaringan

Pemotongan jaringan Pewarnaan Hematoksilin-

Eosin (HE)

Identifikasi di mikroskop

Page 40: STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37922/1/ABDUL RASYID... · STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA

26

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pankreas

Data morfologi sel pada pulau Langerhans pada kelompok kontrol negatif,

kelompok kontrol positif, dan kelompok terapi ekstrak habbatussauda (HS), yang di

nekropsi dan telah dilakukan pewarnaan dengan hematoksilin eosin (HE) adalah

sebagai berikut:

Tabel 4. 1 Morfologi Pulau Langerhans Kelompok Kontrol Negatif

Tikus Bentuk sel Sitoplasma Nukleus

1 Bulat - poligonal Merah muda Bulat, ungu

2 Bulat - poligonal Merah muda Bulat, ungu

3 Bulat - poligonal Merah muda Bulat, ungu

4 Bulat - poligonal Merah muda Bulat, ungu

5 Bulat - poligonal Merah muda

keunguan Bulat, ungu

Tabel 4. 2 Morfologi Pulau Langerhans Kelompok Kontrol Positif

Tikus Bentuk sel Sitoplasma Nukleus

1 Tidak dapat

teridentifikasi

Merah muda Bulat-lonjong,

ungu

2 Tidak dapat

teridentifikasi

Merah muda Bulat-lonjong,

ungu

3 Tidak dapat

teridentifikasi

Merah muda Bulat-lonjong,

ungu

4 Tidak dapat

teridentifikasi

Merah muda Bulat-lonjong,

ungu

5 Tidak dapat

teridentfikasi

Merah muda Bulat-lonjong,

ungu

26

Page 41: STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37922/1/ABDUL RASYID... · STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA

27

Tabel 4. 3 Morfologi Pulau Langerhans Kelompok Terapi HS

Tikus Bentuk sel Sitoplasma Nukleus

1 Bulat - poligonal Merah muda Bulat, ungu

2 Bulat - poligonal Merah muda Bulat – lonjong

kecil, ungu

3 Bulat - poligonal Merah muda Bulat, ungu

4 Bulat – poligonal Merah muda,

keunguan

Bulat – lonjong

kecil, ungu

5 Bulat - poligonal Merah muda Bulat, ungu

Dari tabel 4.1 diketahui gambaran sel pulau Langerhans kelompok kontrol

negatif memiliki bentuk yang bulat hingga polygonal dengan sitoplasma sel berwarna

merah muda dan nukleus yang berbentuk bulat dan berwarna ungu. Hasil diatas

merupakan gambaran pulau Langerhans yang masih normal. Data pada tabel 4.2

menunjukan bahwa gambaran sel pulau Langerhans kelompok kontrol positif

memiliki bentuk sel yang tidak dapat teridentifikasi, sitoplasma berwarna merah

muda dan sebagian besar nukleus berbentuk lebih lonjong, kecil dan berwarna ungu.

Sedangkan data pada tabel 4.3 menunjukan bahwa gambaran sel pulau Langerhas

pada sebagian besar kelompok terapi HS memiliki bentuk sel bulat hingga poligonal

dengan sitoplasma berwarna merah muda serta nukleus yang bulat dan berwarna

ungu. Beberapa sampel pada kelompok terapi HS masih menunjukan gambaran

sebagian nukleus yang lonjong.

Page 42: STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37922/1/ABDUL RASYID... · STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA

28

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 4. 1 Pulau Langerhans (a) normal perbesaran 40x (diadaptasi dari Atlas of Laboratory

Mouse Histology, 2004).31 (b) kontrol negatif perbesaran 40x. (c) kontrol positif perbesaran

40x. (d) terapi HS perbesaran 40x

Pada gambar 4.1.b dapat terlihat gambaran histologi pulau Langerhans pada

pankreas kontrol negatif. Pada kedua gambar bentuk pulau Langerhans tampak bulat

hingga poligonal dengan sitoplasma merah muda, dan nukleus yang bulat serta

berwarna ungu. Gambaran tersebut merupakan gambaran histologi pankreas yang

normal. Pada pankreas tikus yang diinduksi STZ (gambar 4.1.c), pulau Langerhans

berbentuk tidak beraturan, namun masih dapat dibedakan dengan bagian eksokrin

pankreas. Sebagian besar bentuk sel sulit diidentifikasi dengan sitoplasma berwarna

merah muda. Terlihat nukleus berwarna ungu, namun sebagian besar memiliki bentuk

lonjong dan berukuran kecil. Hal tersebut terjadi akibat efek STZ yang secara selektif

mendestruksi sel β pankreas sehingga sel mengalami proses nekrosis. Gambaran

tersebut sesuai dengan penelitian Azzahra A.Atia dkk (2009) dan Afaf Jamal Ali

Page 43: STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37922/1/ABDUL RASYID... · STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA

29

Hamza dkk (2013) yang menunjukan gambaran nukleus berfragmen dan nukleus

piknotik (kecil dan lonjong) akibat adanya proses nekrosis pada sel β pankreas yang

terdestruksi oleh STZ.35,36

Pada pankreas dengan terapi HS (gambar 4.1.d) terlihat gambaran pulau

Langerhans yang berbentuk oval. Sebagian besar sel pulau Langerhans memiliki

bentuk bulat - poligonal, sitoplasma merah muda, dengan nukleus yang bulat dan

berwarna ungu. Sebagian lagi masih memiliki nukleus yang lonjong dan kecil.

Gambaran ini sesuai dengan penelitian Nessren M.Omar dkk (2011), Mehmet Kanter

dkk (2004), dan Afaf Jamal Ali Hamza dkk (2013) yang menunjukan gambaran

sebagian besar sel pulau Langerhans yang sebelumnya telah diinduksi STZ

mengalami perubahan berupa perbaikan morfologi sel setelah pemberian ekstrak

habbatussauda (Nigella sativa). Gambaran tersebut diduga terjadi akibat efek

antioksidan dari habbatussauda dalam menekan stress oksidatif dari STZ terhadap sel

β pankreas sehingga memproteksi dari proses nekrosis dan mampu mendukung

perbaikan morfologi pada sel β pankreas yang rusak secara parsial. 22,36,37

4.2 Hepar

Pada hepar, ditemukan perubahan pada morfologi jaringan hepar, yaitu pada

hepatosit dan sinusoid. Data morfologi jaringan hepar pada kelompok kontrol negatif,

kelompok kontrol positif, dan kelompok terapi HS setelah dilakukan pewarnaan

hematoksilin-eosin adalah sebagai berikut:

Tabel 4. 4 Data Morfologi Jaringan Hepar Kelompok Kontrol Negatif

Tikus Bentuk Sel Sitoplasma Nukleus Sinusoid

1 Polihedral Merah muda Bulat, ungu Terlihat

2 Polihedral Merah muda Bulat, ungu Terlihat

3 Polihedral Merah muda Bulat, ungu Terlihat

4 Polihedral Merah muda Bulat, ungu Terlihat

5 Polihedral Merah muda Bulat, ungu Terlihat

Page 44: STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37922/1/ABDUL RASYID... · STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA

30

Tabel 4. 5 Data Morfologi Jaringan Hepar Kelompok Kontrol Positif

Tikus Bentuk Sel Sitoplasma Nukleus Sinusoid

1 Polihedral Merah muda Sebagian bulat

dan besar, ungu

Sebagian tidak

terlihat

2 Tidak dapat

diidentifikasi

Merah muda Sebagian bulat

dan besar, ungu

Sebagian tidak

terlihat

3 Polihedral Merah muda Bulat, ungu Terlihat

4 Tidak dapat

diidentifikasi

Merah muda Bulat, ungu Sebagian tidak

terlihat

5 Tidak dapat

diidentifikasi

Merah muda Sebagian bulat

dan besar, ungu

Sebagian tidak

terlihat

Tabel 4. 6 Data Morfologi Jaringan Hepar Kelompok Terapi HS

Tikus Bentuk Sel Sitoplasma Nukleus Sinusoid

1 Polihedral Merah muda Bulat, ungu Terlihat

2 Polihedral Merah muda Bulat besar,

ungu

Terlihat

3 Polihedral Merah muda Bulat, ungu Terlihat

4 Polihedral Merah muda Bulat besar,

ungu

Terlihat

5 Polihedral Merah muda Bulat, ungu Terlihat

Berdasarkan hasil pada Tabel 4.4 didapatkan morfologi jaringan hepar tikus

kontrol negatif. Bentuk sel polihedral, sitoplasma berwarna merah muda, dengan

nukleus berbentuk bulat dan berwarna ungu, serta rongga sinusoid yang terlihat

diantara barisan hepatosit. Gambaran tersebut merupakan hepatosit yang normal.

Sedangkan pada Tabel 4.5 didapatkan morfologi hepatosit tikus kontrol positif

memiliki gambaran yang berbeda dengan morfologi hepatosit pada kontrol negatif.

Sebagian sampel menunjukan gambaran bentuk sel yang sulit diidentifikasi, nukleus

bulat dan besar, serta sebagian rongga sinusoid yang tidak terlihat. Tabel 4.6

menunjukan gambaran jaringan hepar pada terapi HS memiliki bentuk sel yang

Page 45: STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37922/1/ABDUL RASYID... · STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA

31

polihedral dengan sitoplasma berwarna merah muda. Namun sebagian nukleus masih

berwarna ungu dan berukuran besar seperti pada hepar yang diinduksi STZ. Terlihat

rongga sinusoid diantara barisan hepatosit.

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 4. 2 Hepatosit (a) normal perbesaran 40x (diadaptasi dari Atlas of Laboratory

Mouse Histology, 2004).31 (b) tikus kontrol negatif pada perbesaran 40x.(c) Kontrol

positif perbesaran 40x. (d) terapi HS perbesaran 40x

Pada hepar yang diinduksi STZ (gambar 4.2.c) terdapat perbedaan dengan

hepar kontrol negatif yaitu sebagian nukleus terlihat berukuran lebih besar, dan

sebagian rongga sinusoid yang tidak terlihat jelas. Sedangkan bentuk hepatosit, warna

sitoplasma, dan warna nukleus tidak ada perbedaan dengan hepar kontrol negatif

(Gambar 4.2.b). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Ozgur Ozdemir dkk

(2009) yang menyatakan bahwa terdapat sebagian nukleus dengan ukuran lebih besar

dan rongga sinusoid yang tidak terlihat jelas akibat terjadinya penyempitan sinusoid

yang diduga akibat efek degeneratif STZ terhadap jaringan hepar, namun tidak sesuai

dengan penelitian oleh Muhammad Zafar dkk (2009) yang menyatakan adanya

Page 46: STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37922/1/ABDUL RASYID... · STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA

32

perubahan lain seperti kongesti pembuluh darah porta, proliferasi duktus biliaris, dan

deposisi lipid. Perbedaan di atas kemungkinan disebabkan oleh perbedaan jarak

waktu antara pemberian STZ dengan pengambilan organ sampel . Pada penelitian ini,

nekropsi dilakukan 27 hari setelah induksi STZ, sedangkan Muhammad Zafar dkk

(2009) menemukan perubahan lain tersebut pada sampel yang memiliki rentang

waktu antara induksi STZ dan nekropsi selama 8 minggu dan 12 minggu.38,39

Sedangkan pada hepar pankreas yang telah diterapi ekstrak HS, sebagian sel

memiliki bentuk sel polihedral, nukleus besar lebih jarang ditemui, dan rongga

sinusoid yang terlihat. Kemungkinan perubahan gambaran ini disebabkan oleh efek

hepatoprotektif dari HS yang menjaga struktur jaringan hepar dan menekan efek

degeneratif akibat stress oksidatif oleh STZ. Belum dapat ditemukan penelitian lain

yang meneliti efek dari terapi HS terhadap gambaran morfologi hepar tersebut,

sehingga masih membutuhkan penelitian lebih lanjut.9

Page 47: STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37922/1/ABDUL RASYID... · STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA

33

BAB 5

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan pembahasan pada penelitian ini, dapat disimpulkan terdapat

perubahan gambaran histopatologi pada pankreas dan hepar tikus diabetes melitus yang

diinduksi streptozotocin setelah pemberian ekstrak habbatussauda (Nigella sativa)

berupa perbaikan morfologi pada sel pulau Langerhans dan jaringan hepar.

1. Pankreas

Gambaran sebagian besar sel pulau Langerhans pada kelompok terapi HS

menunjukan perubahan yaitu bentuk nukleus menjadi bulat, dan bentuk sel

menjadi lebih jelas dan bulat.

2. Hepar

. Gambaran pada jaringan hepar pada kelompok terapi HS menunjukan perubahan,

yaitu nukleus berbentuk bulat dengan ukuran seragam dan berwarna ungu, bentuk

sel polihedral dan terlihat lebih jelas, serta sinusoid yang terlihat jelas diantara

barisan hepatosit.

5.2 Saran

1. Menganalisis fungsi organ pankreas dan hepar pada 1 minggu setelah induksi

STZ dan minggu ke-3 terapi HS.

2. Melakukan pemberian terapi HS dengan durasi yang berbeda-beda untuk

mengetahui hubungan lama terapi dengan fungsi dan gambaran histopatologik

organ.

3. Melakukan pemberian terapi HS dengan dosis yang berbeda-beda untuk

mengetahui hubungan dosis terapi dengan fungsi dan gambaran histopatologik

organ.

Page 48: STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37922/1/ABDUL RASYID... · STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA

34

DAFTAR PUSTAKA

1. International Diabetes Federation. Executive Summary: IDF Diabetes Atlas Sixth

Edition. 2013

2. Wild S, Roglic G, et al. Global Prevalence of Diabetes : Estimates for the year

2000 and projections for 2030. American Diabetes Association. 2004

3. Chen Lei, JM Dianna, et al. The Worldwide Epidemiology Of Type 2 Diabetes

Mellitus : Present and Future Perspectives. Macmillan Publishers. 2012

4. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementrian Kesehatan RI. Riset

Kesehatan Dasar. 2013.

5. Kumar V, Cotran RS, Robbin SL. Buku Ajar Patologi Edisi ke-7. Vol 2. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2007

6. Bolzan AD, Bianchi MS. Genotoxicity of Streptozotocin. Mutat Res. 2002

7. Longo DL, Kasper DL, Jameson JL, Fauci AS, Hauser SL, et al. Harrison’s

Principles of Internal Medicine. 18th

Edition. New York: McGraw-Hill

Companies, Inc. 2011

8. Eleazu CO, Eleazu KC, Chukwuma S, et al. Review of the Mechanism of Cell

Death Resulting from Streptozotocin Challenge in Experimental Animals, its

Practical Use, and Potential Risk to Humans. Journal of Diabetes & Metabolic

Disorders. 12:60. 2013

9. Mollazadeh H, Hosseinzadeh H. The Protective Effect of Nigella sativa Against

Liver Injury: A Review. Iran J Basic Med Sci; 17:958-966. 2014

10. Alimohammadi S, Hobbenaghi R, et al. Protective and Antidiabetic Effects of

Extract From Nigella sativa on Blood Glucose Concentrations Against

Streptozotocin (STZ)-induced Diabetic in Rats: An Experimental Study with

Histopathological Evaluation. Diagnostic Pathology 8:137. 2013

11. Al-Bukhori MI. In: Sahi Al-Bukhari, editor. The Collection of Authentic Sayings

of Prophet Mohammad (peace be upon him), division 71 on medicine 2nd

ed.

Ankara: Hilal Yayinlari. 1976

12. American Diabetes Association. Diagnosis and Classification of Diabetes

Melltus; Diabetes Care Vol. 37 Sup. 1. USA: Diabetes Journal. 2014

Page 49: STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37922/1/ABDUL RASYID... · STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA

35

13. Sudoyo Aru W, Setyohadi B, Idrus A, Marcellus SK, Setiati S. Buku Ajar Ilmu

Penyakit Dalam Jilid III Edisi V. Jakarta: Interna Publishing. 2009

14. World Health Organization. Genetic and Diabetes. Unknown year

15. Gardner DG, Shoback D. Greenspan’s Basic and clinical Endocrinology. 8th

Edition. New York: McGraw-Hill Companies, Inc. 2007

16. Baratawidjaja KG. Imunologi Dasar Edisi ke-11. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas

Kedokteran FKUI. 2014

17. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. Konsensus Diabetes Mellitus Tipe 2

Indoonesia. 2011

18. Ahmad A, Husain A. A Review On Therapeutic Potential of Nigella sativa : A

Miracle Herb. Asian Pasific Journal of Tropical Biomedicine. 2013

19. SV Tembhurne et al. A review on therapeutic potential of Nigella sativa (kalonji)

seeds. Journal of Medicinal Plants Research ; Vol. 8(3), pp. 167-177. India. 2014

20. NE Abdelmeguid. Effect of Nigella sativa L. and Thymoquinone on

Streptozotocin-induced Cellular Damage In Pancreatic Islets of Rats. Asian

Journal Of Cell Biology. 2010

21. Benhaddou-Andaloussi A, Martineau LC, Vallerand D, Haddad Y, Afshar A,

Settaf A, et al. Multiple molecular targets underlie the antidiabetic effect of

Nigella sativa seed extract in skeletal muscle, adipocyte and liver cells. Diabetes

Obes Metab ; 12:148-57. 2010

22. Omar NM, Atia GM. Effect of Nigella sativa on pancreatic β-cell damage in

streptozotocin-induced diabetic rats: histological and immunohistochemical

study. The Egyptian Journal of Histology ; 35:106-116. 2012

23. Gani AMS, John SA. Evalution of Hepatoprotective Effect of Nigella sativa l.

International Journal Of Pharmacies and Pharmaceutical Sciences; Vol.5, Issue 4.

2013

24. Gartner, Hiatt LP, Strum JL, et al. Biologi Sel dan Histologi Edisi

ke-6.Jakarta: Binarupa Aksara Publisher. 2012.

25. Mescher LA. Junquiera’s Basic Histology Text and Atlas. 12th Edition.

NewYork: McGraw-Hill Companies, Inc. 2010

Page 50: STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37922/1/ABDUL RASYID... · STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA

36

26. Kuehnel W. Color Atlas of Cytology, Histology, and Microscopic Anatomy. 4th

Edition. Germany: Thieme. 2002

27. Kumar GL. Kiernan JA. Education Wide : Special Stains and H & E. 2nd

Edition.

California, USA : DAKO . 2010

28. Kuntz E. Kuntz HD. Hepatology : Textbook and Atlas. 3rd

Edition. Germany :

Springer. 2008

29. Eagle PL. Cell Membrane Features. Encyclopedia of Life Science. Nature

Publishing Group.USA. 2001

30. Askary F. Efek Pemberian Ekstrak Nigella sativa Terhadap Kadar Glukosa

Darah dan Trigliserida Pada Tikus Diabetes Mellitus yang Diinduksi

Streptozotocin. Laporan Penelitian FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2014

31. Singh AS, Masuku MB. Sampling Techniques & Determination of Sample Size

in Applied Statistic Research: An Overview. Int. J. ECM 11(2): 13. 2009

32. Ahmad AJ. Histoteknik Dasar. Bagian Histologi Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia. 2009

33. Suntoro H. Metode Pewarnaan: Histologi dan Histokimia. Bagian Anatomi dan

Mikroteknik Hewan Fakultas Biologi UGM. Jakarta: Bhiratara

KaryaAksara. 1983

34. Tallitsch RB, Guastaferri RS. Histology: An Identification Manual. Philadelphia:

Mosby Elsevier Chapter 12-13,16. 2009

35. Attia AA. Histological and Electron Microscopic Studies of the Effect of β-

Carotene on the Pancreas of Streptozotocin (STZ)-Induced Diabetic Rats.

Pakistan Journal of Biological Science; 12(4): 301-314. 2009

36. Hamza AJA, Omar E, et al. Nigella sativa Oil Has Significant Repairing Ability

of Damaged Pancreatic Tissue Occurs in Induced Type 1 Diabetes Mellitus.

Global Journal of Pharmacology; 7 (1): 14-19. 2013

37. Kanter M, Coskun O. Effects of Nigella sativa on Oxidative Stress and Cell

Damage in Streptozotocin-Induced Diabetic Rats. The Anatomical Record Part

A; 279A:685–691. 2004

Page 51: STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37922/1/ABDUL RASYID... · STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA

37

38. Zafar M, Naqvi SN, et al. Altered Liver Morphology and Enzymes in

Streptozotocin Induced Diabetic Rats. Int. J. Morphol; 27(3):719-725. 2009

39. Ozdemir O, Akalin PP. Pathological Changes In The Acute Phase Of

Streptozotocin-induced Diabetic Rats. Bull Vet Inst Palawy 53; 783-790. 2009

Page 52: STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37922/1/ABDUL RASYID... · STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA

38

LAMPIRAN

Lampiran 1

Surat Keterangan Tikus Sehat

Gambar 6. 1 Surat Keterangan Tikus Sehat

Page 53: STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37922/1/ABDUL RASYID... · STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA

39

Lampiran 2

Hasil Determinasi/Identifikasi Bahan Uji

Gambar 6. 2 Hasil Determinasi Tanaman

Page 54: STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37922/1/ABDUL RASYID... · STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA

40

Lampiran 3

Surat Pengujian Ekstrak

Gambar 6. 3 Hasil Pengujian Ekstrak

Page 55: STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37922/1/ABDUL RASYID... · STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA

41

Lampiran 4

Gambar Proses Penelitian

Gambar 6.4 Sampel

penelitian

Gambar 6. 4 Anastesi

hewan coba

Gambar 6. 5 Pengukuran

BB

Gambar 6.7 Induksi STZ

Pada Sampel

Page 56: STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37922/1/ABDUL RASYID... · STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA

42

(Lanjutan)

Gambar 6.9 Proses

nekropsi

Gambar 6.10 Proses

dehidrasi

Gambar 6.11 Proses

clearing

Gambar 6.12 Proses

embedding

Gambar 6.13 Proses

blocking

Gambar 6.8 Pemberian

Ekstrak Nigella

Page 57: STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37922/1/ABDUL RASYID... · STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA

43

Gambar 6.14 Pemotongan

jaringan

Gambar 6.15 Set

pewarnaan Hematoksilin

Eosin

Page 58: STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37922/1/ABDUL RASYID... · STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA

44

Lampiran 5

Hasil Preparat

A. Pankreas

Gambar 6.16 Pankreas

Tikus Kontrol Negatif 2

Gambar 6.17 Pankreas

Tikus Kontrol Negatif 3

Gambar 6.18 Pankreas

Tikus Kontrol Negatif 4

Gambar 6.19 Pankreas

Tikus Kontrol Negatif 5

Gambar 6.20 Pankreas

Tikus Kontrol positif 2

Gambar 6.21 Pankreas

Tikus Kontrol Positif 3

Page 59: STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37922/1/ABDUL RASYID... · STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA

45

Gambar 6.22 Pankreas

Tikus Kontrol Positif 4

Gambar 6.23 Pankreas

Tikus Kontrol Positif 5

Gambar 6.24 Pankreas

Tikus Terapi HS 2

Gambar 6.25 Pankreas

Tikus Terapi HS 3

Gambar 6.26 Pankreas

Tikus Terapi HS 4

Gambar 6.27 Pankreas

Terapi HS 5

Page 60: STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37922/1/ABDUL RASYID... · STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA

46

A. Hepar

Gambar 6.28 Hepar

Tikus Kontrol Negatif 2

Gambar 6.29 Hepar

Tikus Kontrol Negatif 3

Gambar 6.30 Hepar

Tikus Kontrol Negatif 4

Gambar 6.31 Hepar

Tikus Kontrol Negatif 5

Gambar 6.32 Hepar

Tikus Kontrol Positif 2

Gambar 6.33 Hepar

Tikus Kontrol Positif 3

Page 61: STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37922/1/ABDUL RASYID... · STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA

47

Gambar 6.29 Hepar

Tikus Kontrol Positif 4

Gambar 6.30 Hepar

Tikus Kontrol Positif 5

Gambar 6.31 Hepar

Tikus Terapi HS 2

Gambar 6.32 Hepar

Tikus Terapi HS 3

Gambar 6.33 Hepar

Tikus Terapi HS 4 Gambar 6.34 Hepar

Tikus Terapi HS 5

Page 62: STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37922/1/ABDUL RASYID... · STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA

48

Lampiran 6

Pengukuran Glukosa Darah Tikus

Pada penelitian yang dilakukan Fadel Askary tahun 2014 didapatkan hasil

glukosa darah sebagai berikut:

Tabel 6. 1 Rata-rata Glukosa Darah Tikus26

1 minggu Setelah

Diinduksi

(mg/dl)

Akhir Minggu ke-3

Perlakuan

(mg/dl)

presentase

penurunan

(%)

Kontrol

(-)

122.2 133.3 -9*

Kontrol

(+)

469.0 516.7 -10.2*

Perlakuan 487.9 348.5 28.6

*mengalami peningkatan

Sumber: Askary F. Efek Pemberian Ekstrak NS Terhadap Kadar Glukosa Darah

dan Trigliserida Pada Tikus DM yang Diinduksi STZ. 2014.

Page 63: STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37922/1/ABDUL RASYID... · STUDI AWAL: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK HABBATUSSAUDA

49

Lampiran 7

Riwayat Penulis

Identitas

Nama : Abdul Rasyid

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 1 Agustus 1994

Agama : Islam

Alamat : Perumahan Bukit Mas Blok C No.17,

Kelurahan Bintaro, Kecamatan Pesanggrahan,

Jakarta Selatan

e-Mail : [email protected]

Riwayat Pendidikan

2000-2001 : TK Niaga Ekasari Jakarta

2001-2006 : SD Muhammadiyah 5 Jakarta

2006-2009 : SMPN 19 Jakarta

2009-2012 : SMAN 47 Jakarta

2012 - sekarang : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta