efek ekstrak etanol daun johar

60
EFEK EKSTR BADAN DAN F RAK ETANOL DAUN JOHAR PADA SUHU TUBUH AYAM YANG TER Eimeria spp. MELATI ANGGRAINI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 1 A BOBOT RINFEKSI

Upload: abd-muis

Post on 30-Dec-2015

335 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Efek Ekstrak Etanol Daun Johar

EFEK EKSTRAK ETANOL DAUN JOHAR PADA BOBOT

BADAN DAN SUHU TUBUH AYAM YANG TERINFEKSI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

EFEK EKSTRAK ETANOL DAUN JOHAR PADA BOBOT

BADAN DAN SUHU TUBUH AYAM YANG TERINFEKSI

Eimeria spp.

MELATI ANGGRAINI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011

1

EFEK EKSTRAK ETANOL DAUN JOHAR PADA BOBOT

BADAN DAN SUHU TUBUH AYAM YANG TERINFEKSI

Page 2: Efek Ekstrak Etanol Daun Johar

2

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Efek Ekstrak Etanol Daun

Johar pada Bobot Badan dan Suhu Tubuh Ayam yang Terinfeksi Eimeria spp.

adalah karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam

bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal

atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain

telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian

akhir skripsi ini.

Bogor, Februari 2011

Melati Anggraini

NIM B04061358

Page 3: Efek Ekstrak Etanol Daun Johar

3

MELATI ANGGRAINI. Efek Ekstrak Etanol Daun Johar pada Bobot Badan dan

Suhu Tubuh Ayam yang Terinfeksi Eimeria spp. Di bawah bimbingan SRI

UTAMI HANDAJANI dan IETJE WINTARSIH.

ABSTRAK

Koksidiosis merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi

Eimeria spp. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas ekstrak etanol

daun johar (Cassia siamea Lamk.) pada ayam terinfeksi alami Eimeria spp. yang

mengandung 8,1-23,6 x 103 ookista terhadap bobot badan dan suhu tubuh ayam.

Sebanyak 90 ekor ayam dibagi menjadi 6 kelompok yaitu kelompok kontrol

normal (KN), kelompok kontrol negatif (K-), kelompok kontrol obat (KO),

kelompok perlakuan 1 (P1) dengan dosis ekstrak etanol daun johar 4,09 mg/0,5

ml, kelompok perlakuan 2 (P2) dengan dosis ekstrak etanol daun johar 8,18

mg/0,5 ml, dan kelompok perlakuan 3 (P3) dengan dosis ekstrak etanol daun johar

16,38 mg/0,5 ml. Pengukuran terhadap bobot badan dan suhu tubuh ayam

dilakukan sebanyak delapan kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bobot

badan dan suhu tubuh ayam tidak dipengaruhi oleh infeksi 8,1-23,6 x 103 ookista

Eimeria spp. Bobot badan ayam kelompok P3 lebih tinggi dibandingkan

kelompok ayam yang terinfeksi lainnya. Sedangkan ekstrak etanol daun johar

dosis 16,38 mg/0,5 ml dapat mempertahankan suhu tubuh ayam pada kisaran

normal (41,45˚C).

Kata kunci: Eimeria spp., daun johar, bobot badan, suhu tubuh, ayam

Page 4: Efek Ekstrak Etanol Daun Johar

4

MELATI ANGGRAINI. The Effect of Johar Leaves Etanol Extract in Body

Weight and Temperature of Chicken that Infected by Eimeria spp. Under direction

of SRI UTAMI HANDAJANI and IETJE WINTARSIH.

ABSTRACT

Coccidiosis is a common disease caused by infection of Eimeria spp. The

aimed of this research was to observe effectiveness of johar leaves etanol extract

(Cassia siamea Lamk.) in chicken that infected naturally by Eimeria spp.

containing 8,1-23,6 x 103 oocyts on body weight and temperature of chicken.

Nineteen chickens were divided into six equal groups. They were normal control

group (KN), negative control group (K-), drug control group (K+), group (P1)

induced by ethanol extract of johar leaves with dose 4,09 mg/0,5 ml, group (P2)

induced by ethanol extract of johar leaves with dose 8,18 mg/0,5 ml, group (P3)

by ethanol extract of johar leaves with dose 16,38 mg/0,5 ml. Weight and

temperature in chickens examined for eight times. The results showed that

generally body weight and temperature were not affected by number of oocyts.

Body weight of P3 group is higher than another infected groups. While etanol

extract of johar leaves with dose 16,38 mg/0,5 ml could keep chicken’s

temperature in normal temperature (41,45˚C).

Keywords: Eimeria spp., johar leaves, body weight, temperature, chicken

Page 5: Efek Ekstrak Etanol Daun Johar

5

©Hak Cipta milik IPB, tahun 2011

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau

menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian,

penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu

masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam

bentuk apapun tanpa izin IPB.

Page 6: Efek Ekstrak Etanol Daun Johar

6

EFEK EKSTRAK ETANOL DAUN JOHAR PADA BOBOT

BADAN DAN SUHU TUBUH AYAM YANG TERINFEKSI

Eimeria spp.

MELATI ANGGRAINI

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kedokteran Hewan pada Fakultas Kedokteran Hewan

Institut Pertanian Bogor

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011

Page 7: Efek Ekstrak Etanol Daun Johar

7

Judul Skripsi : Efek Ekstrak Etanol Daun Johar pada Bobot Badan dan Suhu

Tubuh Ayam yang Terinfeksi Eimeria spp.

Nama : Melati Anggraini

NIM : B04061358

Disetujui,

Komisi Pembimbing

Tanggal Lulus :

Dr. dra. Hj. Ietje Wientarsih, Apt. M.Sc

Pembimbing II

Dr. drh.Rr. Sri Utami Handajani, MS

Pembimbing I

Diketahui,

Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Hewan IPB

Dr. Nastiti Kusumorini

NIP : 19621205 198703 2 001

Page 8: Efek Ekstrak Etanol Daun Johar

8

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmannirrohim.

Alhamdulillah segala Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Illahi

Robbi atas ridho, kasih sayang, izin dan hidayahNya penulisan skripsi ini dapat

terselesaikan. Skripsi dengan judul Efek Ekstrak Etanol Daun Johar pada Bobot

Badan dan Suhu Tubuh Ayam yang Terinfeksi Eimeria spp. merupakan karya

ilmiah yang bertujuan untuk memahami sekaligus mengkaji pengaruh pemberian

obat herbal pada ayam yang telah terinfeksi koksidiosis terhadap suhu tubuh

maupun bobot badan ayam.

Penulisan skripsi terselesaikan dengan bimbingan, saran, dan sumbangan

pemikiran dari berbagai pihak. Dengan rasa hormat penulis mengucapkan terima

kasih kepada Ibu Dr. drh. Rr. Sri Utami Handajani, MS selaku pembimbing utama

dan Ibu Dr. dra. Hj. Ietje Wientarsih, Apt. M.Sc, serta Ibu Dr. drh. Aryani Sismin,

S. M.Sc yang telah meluangkan waktu dalam proses penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan namun penulis

berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

Bogor, Februari 2011

Melati Anggraini

Page 9: Efek Ekstrak Etanol Daun Johar

9

UCAPAN TERIMA KASIH

Segala Puji dan Syukur hanya dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang

telah memberikan kekuatan, kesabaran, dan pengetahuan kepada penulis dalam

penyelesaian penulisan skripsi ini.

Dalam kesempatan ini, dengan ketulusan dan kerendahan hati penulis

mengucapkan terima kasih dengan rasa hormat kepada:

1. Keluarga besarku tercinta, Mama dan Mas Jaka yang telah memberikan kasih

sayang dan doanya, serta saudara-saudara, yang senantiasa memberikan

penulis bantuan baik secara spiritual maupun material.

2. Ibu Dr. drh. Rr. Sri Utami Handajani, MS selaku pembimbing skripsi utama

dan Ibu Dr. dra. Hj. Ietje Wientarsih Apt. M.Sc selaku pembimbing skripsi

kedua, serta Ibu Dr. drh. Aryani Sismin S. M.Sc yang telah mengarahkan dan

memberi masukan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

Penulis juga meminta maaf jika terdapat kesalahan dalam perilaku dan

ucapan selama masa bimbingan yang tidak berkenan di hati Ibu.

3. Prof. Dr. drh. Winny Sanjaya, MS selaku pembimbing akademik yang telah

memberikan bimbingan dan nasehat.

4. Gilang yang selalu mendukung, mendoakan, dan memberikan semangat

selama penelitian dan penyelesaian skripsi.

5. Teman-teman sepenelitian, yaitu Arum, Indra, Fifit, dan Yulia yang telah

membantu penulis selama penelitian.

6. Teman-teman seperjuangan FKH 43 (43sculapius), yang telah memberikan

semangat kepada penulis Ivone, Tri, Gendis, Edo, Kurnia, Tika, dan Laras.

7. Pak Dede, Ibu Neni, Deni, Kiki, serta seluruh penghuni kostan Girma, Aida,

Gita, Sarah, Kak Munir, Kak Mawan, Kak Deni, Tile, Hanif, Wahid, Yan,

Hans, Indra, Mamade, Budi, Ipul, Kak Aan, Sandra, Nissa, Niken, Ibu Nti,

dan Mba Win terima kasih telah menjadi keluarga kedua untuk penulis.

8. Seluruh dosen FKH IPB, terima kasih telah memberikan pengajaran yang

baik, juga untuk seluruh staff yang telah membantu selama perkuliahan.

Page 10: Efek Ekstrak Etanol Daun Johar

10

9. Tidak lupa rasa terima kasih juga kepada semua pihak yang tidak mungkin

disebutkan satu per satu atas bantuannya dalam penyusunan dan penyelesaian

skripsi ini.

Bogor, Februari 2011

Melati Anggraini

Page 11: Efek Ekstrak Etanol Daun Johar

11

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Jakarta, 10 November 1988 sebagai anak bungsu dari

pasangan suami istri Yunan Suganda Permana dan Siti Harkuswati. Pendidikan

formal dimulai dari TK Mutiara Bekasi pada tahun 1992, kemudian dilanjutkan di

SDN Rawa Baru 45 Bekasi sampai pada tahun 2000. Penulis melanjutkan

pendidikan di SMP N 2 Bekasi. Pada tahun 2006, penulis lulus dari SMA N 6

Bekasi dan mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan studi di Fakultas

Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Ujian Seleksi

Masuk IPB). Selama perkuliahan, penulis pernah menjabat ketua divisi kubah di

Himpunan Profesi Ornithologi dan Unggas.

Page 12: Efek Ekstrak Etanol Daun Johar

12

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ........................................................................................... i

DAFTAR TABEL ................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR .............................................................................. iv

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... v

PENDAHULUAN

Latar Belakang ............................................................................ 1

Tujuan .......................................................................................... 2

Manfaat ........................................................................................ 2

TINJAUAN PUSTAKA

Johar ............................................................................................ 3

Klasifikasi ................................................................................. 3

Morfologi .................................................................................. 4

Komponen Kimia ...................................................................... 4

Khasiat....................................................................................... 6

Ekstraksi .................................................................................... 6

Etanol ........................................................................................ 8

Pemberian Koksidiostat ............................................................... 9

Sulfadiazine ............................................................................... 10

Trimethoprim ............................................................................ 10

Eimeria ....................................................................................... 11

Morfologi .................................................................................. 11

Klasifikasi ................................................................................. 11

Siklus Hidup .............................................................................. 12

Patogenesis ................................................................................ 13

Gejala Klinis ............................................................................. 14

Ayam ........................................................................................... 15

Klasifikasi ................................................................................. 15

Morfologi dan Sifat Fisiologis .................................................. 16

Suhu Tubuh ............................................................................... 16

Bobot Badan .............................................................................. 18

METODOLOGI

Waktu dan Tempat Penelitian ..................................................... 19

Alat dan Bahan ............................................................................ 19

Metode ......................................................................................... 19

Tahap persiapan ........................................................................ 19

Kandang ............................................................................... 19

Koksidiostat ......................................................................... 20

Pembuatan ekstrak etanol daun johar (C. siamea Lamk.) .. 20

Pengelompokan Hewan coba ............................................... 21

Tahap pelaksanaan .................................................................. 21

Page 13: Efek Ekstrak Etanol Daun Johar

13

Pemeriksaan feses ................................................................ 22

Pengukuran suhu tubuh dan bobot badan ayam................... 22

Pencekokan koksidiostat dan ekstrak daun johar ................ 22

Pengolahan Data .................................................................. 22

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bobot badan ................................................................................. 23

Suhu badan .................................................................................. 26

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan ...................................................................................... 30

Saran ............................................................................................ 30

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 31

LAMPIRAN ............................................................................................ 37

ii

Page 14: Efek Ekstrak Etanol Daun Johar

14

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Obat antikoksidia yang sering digunakan ........................................ 9

2. Nilai fisiologis ayam ........................................................................ 17

3. Berat badan ayam berdasarkan umur ............................................... 18

4. Pengelompokan ayam penelitian ...................................................... 21

5. Rata-rata jumlah ookista (103) pada setiap kelompok perlakuan ..... 23

6. Rata-rata bobot badan ayam (gram) setelah terinfeksi Eimeria spp.

dan diberi ekstrak etanol daun johar (Cassia siamea Lamk.) .......... 24

7. Rata-rata suhu badan ayam (˚C) setelah terinfeksi Eimeria spp. dan

diberi ekstrak etanol daun johar (Cassia siamea Lamk.) ................. 28

Page 15: Efek Ekstrak Etanol Daun Johar

15

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Johar (Cassia siamea) ...................................................................... 3

2. Barakol ............................................................................................. 6

3. Sulfadiazin ........................................................................................ 10

4. Trimetoprim ..................................................................................... 10

5. Ookista Eimeria ............................................................................... 11

6. Siklus hidup Eimeria ........................................................................ 12

7. Sekum ayam yang berdarah ............................................................. 15

8. Ayam tipe petelur ............................................................................. 15

9. Rata-rata bobot badan ayam (gram) dari setiap kelompok

perlakuan .......................................................................................... 24

10. Rata-rata suhu badan ayam (˚C) dari setiap kelompok perlakuan ... 29

Page 16: Efek Ekstrak Etanol Daun Johar

16

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Analisis data dengan uji ANOVA dan dilanjutkan uji wilayah

berganda DUNCAN .......................................................................... 36

Page 17: Efek Ekstrak Etanol Daun Johar

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Unggas merupakan salah satu komoditi utama yang berperan dalam

pemenuhan kebutuhan protein bagi masyarakat Indonesia, baik melalui produksi

telur maupun daging. Kebutuhan akan protein hewani yang berasal dari produk

unggas ini cukup tinggi dikarenakan jumlah penduduk Indonesia yang semakin

hari semakin meningkat dan harganya yang relatif lebih murah dibandingkan

sumber protein hewani lainnya. Kebutuhan ini sebenarnya dapat dipenuhi jika

pengelolaan dan manajemen peternakan unggas dapat berjalan dengan baik dan

benar. Namun dalam usaha meningkatkan produksi unggas untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat ditemukan banyak kendala, salah satu kendalanya yaitu

penyakit pada unggas.

Penyakit unggas yang sering terjadi di peternakan ayam baik pada

peternakan ayam pedaging maupun ayam petelur yaitu koksidiosis atau di

Indonesia lebih dikenal sebagai berak darah. Koksidiosis merupakan penyakit

yang disebabkan oleh genus Eimeria dan menyerang saluran pencernaan sehingga

mengakibatkan kerusakan jaringan yang disertai oleh terganggunya proses

percernaan karena ada penurunan absorbsi nutrisi, dehidrasi dan anemia.

Koksidiosis pada ayam disebabkan oleh sembilan spesies Eimeria, yaitu E.

tenella, E. necatrix, E. acervulina, E. mitis, E. praecox, E. brunette, E. hagani,

dan E. mivati (Ashadi dan Handayani 1992). Koksidiosis dari segi ekonomi dapat

menimbulkan kerugian yang sangat besar bagi peternakan akibat terhambatnya

pertumbuhan, penurunan berat badan dan kualitas karkas, serta penurunan

produksi telur (Tampubolon 2004).

Menurut Shane (1997) faktor predisposisi wabah koksidiosis pada suatu

peternakan adalah kelembaban air pada litter yang melebihi 30%, imunosupresi

akibat penyakit lain seperti Infectious Bursal Disease (IBD) atau Marek,

pemberian obat koksidiosis yang tidak sesuai anjuran, stres lingkungan, dan

manajemen kandang. Tindakan yang perlu dilakukan untuk pencegahan dan

pengendalian terhadap koksidiosis antara lain dengan sanitasi yang ketat dan

penggunaan koksidiostat (Levine 1985). Tindakan pencegahan terhadap

Page 18: Efek Ekstrak Etanol Daun Johar

2

koksidiosis lainnya yaitu pemberian vaksin yang mampu menginduksi sistem

kekebalan, dengan menstimulasi limfosit untuk menghasilkan antibodi dan sel

memori yang akan bekerja ketika ada benda asing yang masuk (Lilehoj dan

Lilehoj 1999).

Beberapa jenis koksidiostat yang digunakan, antara lain sulfaquinosalin,

sulfakloropromazin, sulfanitran, amprolium, dan sulfonamide. Penggunaaan

koksidiostat dapat menimbulkan efek samping berupa munculnya galur-galur

koksidia baru yang tahan terhadap obat dan menimbulkan residu pada daging dan

telur yang berdampak kurang baik untuk konsumen (Cahyaningsih et al. 2007;

Wardhana et al. 2001). Untuk mengatasi resistensi dan residu maka diperlukan

obat alternatif yang berasal dari tanaman (tumbuhan yang dibudidayakan) atau

Obat Asal Tumbuhan (OAT) yang mudah didapat dengan biaya yang lebih murah

dan aman, serta tidak menimbulkan efek samping (Mulyani dan Gunawan 2002).

Johar (Cassia siamea Lamk.) banyak digunakan sebagai antimalaria,

antipiretik, beri-beri, sakit perut, scabies, dan diabetes (Kardono et al. 2003).

Sebagai tanaman obat, daun johar diduga juga mengandung zat aktif yang dapat

mengatasi penyakit lainnya. Penggunaan daun johar sebagai obat koksidiosis

belum pernah dilakukan sehingga diperlukan penelitian tentang pengaruh

pemberian daun johar terhadap bobot badan dan suhu tubuh ayam yang terinfeksi

Eimeria spp. secara alami. Pada penelitian ini daun johar dibuat ekstrak dengan

metode maserasi dan pelarut etanol.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak

daun johar (Cassia siamea Lamk.) dengan dosis bertingkat terhadap bobot badan

dan suhu tubuh pada ayam petelur jantan yang telah terinfeksi Eimeria spp.

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini yaitu dapat memberikan informasi kepada

peternak maupun dunia kedokteran hewan tentang penggunaan daun johar sebagai

alternatif pengobatan koksidiosis.

Page 19: Efek Ekstrak Etanol Daun Johar

3

TINJAUAN PUSTAKA

Johar (Cassia siamea)

Johar atau juar adalah nama sejenis pohon penghasil kayu keras yang

termasuk suku Fabaceae (Leguminosae = polong-polongan). Pohon yang sering

ditanam sebagai peneduh tepi jalan ini, dikenal pula dengan nama-nama yang

mirip, seperti juwar atau johor (KemenKes RI 1989). Di Sumatra, pohon ini

dinamai pula bujuk atau dulang. Dalam bahasa Inggris tumbuhan ini disebut

dengan beberapa nama seperti black-wood cassia, Bombay blackwood, kassod

tree, Siamese senna dan lain-lain (Kardono et al. 2003). Morfologi pohon johar

dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Johar (Cassia siamea) (Kardono et al. 2003).

Klasifikasi

Menurut Heyne (1987), johar diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas : Rosidae

Ordo : Fabales

Famili : Fabaceae (suku polong-polongan)

Genus : Cassia

Spesies : Cassia siamea Lamk.

Page 20: Efek Ekstrak Etanol Daun Johar

4

Morfologi

Cassia siamea merupakan pohon berukuran sedang dengan cabang yang

kuat dan halus. Daunnya terdiri dari 7-10 pasang anak daun, petiole (tangkai

daun) mempunyai panjang 2-3 cm, dan tulang daunnya sepanjang 10-25 cm.

Kelopaknya berwarna kuning dan panjangnya 1,5-2 cm . Buahnya seperti kacang

polong sebanyak 20-30 buah dengan ukuran 1-1,5 cm (Farnsworth dan

Bunyapraphatsara 1992). Bunga Johar memiliki panjang 15-60 cm dengan 10-60

kuntum bunga. Setiap bunga memiliki benang sari 10. Biji berwarna coklat terang

mengkilap, bundar telur pipih dengan ukuran 6,5-8 mm x 6 mm (Steenis 1981).

Komponen Kimia

Beberapa komponen kimia yang terdapat pada tanaman yang berkhasiat

sebagai obat diantaranya:

1. Alkaloid

Alkaloid yaitu senyawa kimia yang biasa ditemukan pada tumbuhan dan

digunakan sebagai bahan dasar untuk pembuatan obat, misalnya morphin,

atropin, dan codein. Alkaloid dapat menembus barier darah otak (blood-brain

barrier), apabila kandungan alkaloid berlebihan dalam tubuh maka alkaloid

dapat menyebabkan kerusakan hati.

2. Flavonoid

Flavonoid merupakan senyawa polar sehingga flavonoid dapat larut dalam

pelarut polar seperti etanol, metanol, aseton, dimetil sulfoksida (DMSO),

dimetil fonfamida (DMF), dan air (Markham 1988). Flavonoid merupakan

senyawa kimia yang bekerja sebagai antioksidan, memiliki hubungan sinergis

dengan vitamin C (meningkatkan efektivitas vitamin C), antiinflamasi,

menghambat pertumbuhan tumor, dan mencegah keropos tulang (Harbone

1987).

3. Tanin

Tanin merupakan senyawa fenolik yang kerjanya bersifat adstringen

(menciutkan selaput usus/ pengelat) yang dapat mengurangi kontraksi usus,

menghambat diare, mengurangi penyerapan, dan melindungi usus dengan cara

melapisi permukaan lumen (Amelia 2002).

Page 21: Efek Ekstrak Etanol Daun Johar

5

4. Saponin

Saponin adalah suatu glikosida triterpana dan sterol yang mungkin terdapat

pada banyak tanaman (Harbone 1987). Kata saponin berasal dari bahasa Latin

“sapo” yaitu suatu bahan yang akan membentuk busa jika dilarutkan dalam

larutan yang encer. Saponin berfungsi sebagai ekspektoran, kemudian

emetikum jika dikonsumsi dalam jumlah yang besar (Kusumaningtyas 2009).

Saponin juga merupakan senyawa kimia yang dapat menyebabkan sel darah

merah terganggu akibat dari kerusakan membran sel, menurunkan kolestrol

plasma, dan dapat menjaga keseimbangan flora usus, serta sebagai antibakteri

(Sayekti 2008).

5. Kuinon

Kuinon merupakan senyawa berwarna dan memiliki kromofor dasar seperti

kromofor pada benzikuinon, naftokuinon, antrakuinon, dan kuionon

isoprenoid (Pratama 2008), serta bersifat menghilangkan rasa sakit.

Daun johar mengandung alkaloid, steroid, triterpenoid, saponin, flavonoid,

dan tanin (KemenKes RI 1989). Bagian tanaman yang diduga sebagai bahan

untuk mengatasi koksidiosis adalah daunnya yang mengandung betulin

(Thongsaard et al. 2001), betulin merupakan komponen kimia dari golongan

triterpenoid, yang masuk dalam turunan saponin. Penelitian yang dilakukan oleh

El-Sayyad et al. (1984) secara in vitro assay menemukan beberapa anthraquinone

dan bianthraquinone, yang menunjukkan aktivitas antitumor dengan potensi lebih

tinggi pada monomer anthraquinone (Koyama et al. 2001).

Menurut Ingkaninan et al. (2000); El-Sayyad et al. (1984); Teeyapant et

al. (1998), di dalam daun Cassia siamea juga ditemukan alkaloid dan non-

alkaloid. Senyawa alkaloid pada daun johar berupa isoquinolone alkaloid siamine,

siamine A, siamine B, dan siamine C. Sedangkan senyawa non-alkaloid dari zat

aktif ekstrak etanol Cassia siamea yaitu flavonoid pada Gambar 2 (2’,4’,5,7-

tetrahydroxy-8-C-glukosy-lisoflavone) (Shafiullah et al. 1995, 1996) dan barakol,

bersifat anxiolytic dengan mekanisme kerjanya mirip dengan diazepam.

Perbedaan diazepam dan barakol adalah diazepam dapat meningkatkan aktivitas

pada tubuh (pergerakan) sedangkan barakol hanya menghilangkan efek

kecemasan (Thongsaard et al. 2001).

Page 22: Efek Ekstrak Etanol Daun Johar

6

Gambar 2 Flavonoid (Kardono et al. 2003).

Khasiat

Daun Johar (Cassia siamea) banyak digunakan dalam pengobatan

tradisional antara lain sebagai obat malaria, gatal, kudis, kencing manis, demam,

luka dan dimanfaatkan sebagai tonik karena memiliki kandungan flavonoid dan

karotenoid yang cukup tinggi (Heyne 1987). Kulit dari johar digunakan untuk

wasir, dan scabies. Kayunya digunakan untuk pengobatan demam, kelainan

menstruasi, mempercepat pengeluaran lokial, meningkatkan kualitas darah

menstruasi, diabetes melitus, ulcer, laksativa, dan diuretik. Akar tanaman johar

digunakan untuk pengobatan demam, beri-beri, antipiretik dan sakit perut atau

pencahar. Batang dan cabangnya digunakan untuk pengobatan penyakit kulit dan

dysurea yang disertai urolith sebagai laksativa. Bunganya digunakan untuk

pengobatan insomnia, asma, antelmentik dan obat antiketombe (Farnsworth dan

Bunyapraphatsara 1992). Menurut Kardono et al. (2003), daun johar juga

memiliki efek hipnotis, antitumor, anxiolytic, perlindungan terhadap efek aconitin

(alkaloid diterpen) yang menyebabkan keracunan jantung, dan insektisida.

Ekstraksi

Ekstraksi yaitu proses untuk mengisolasi senyawa dari tanaman, hewan

ataupun mineral (Harborne 1987). Sedangkan menurut Ansel (1989) ekstraksi

yaitu penarikan zat pokok yang diinginkan dari bahan mentah obat dengan

menggunakan pelarut yang dapat melarutkan zat yang diinginkan. Simplisia

merupakan bahan alami yang digunakan sebagai obat, yang belum mengalami

perubahan, biasanya dalam bentuk yang dikeringkan. Prinsip dari ekstraksi adalah

melarutkan senyawa polar dalam pelarut polar dan senyawa non polar dalam

Page 23: Efek Ekstrak Etanol Daun Johar

7

pelarut non polar (Yuliani dan Rusli 2003). Menurut Harborne (1987), ragam

ekstraksi bergantung pada tekstur dan kandungan air bahan tumbuhan yang

diekstraksi pada jenis senyawa yang diisolasi. Cairan pelarut yang biasanya

digunakan dalam proses ekstraksi yaitu air, eter, atau campuran etanol air. Metode

ekstraksi dibagi ke dalam 5 cara yaitu :

1. Maserasi

Maserasi berasal dari bahasa Latin macerare yang artinya merendam. Proses

maserasi adalah proses menyatukan bahan yang telah dihaluskan dengan

bahan ekstraksi, sedangkan waktu yang dibutuhkan untuk maserasi yaitu 4-10

hari (Ansel 1989).

2. Perkolasi

Perkolasi berasal dari bahasa Latin per yang artinya melalui dan colare yang

artinya merembes. Metode perkolasi dilakukan dengan cara mencampur 10

bagian simplisia ke dalam 5 bagian larutan pencuci. Setelah itu dipindahkan

ke dalam perkolator, dan ditutup selama 24 jam setelah itu dibiarkan menetes

sedikit demi sedikit. Kemudian ditambahkan larutan pencuci secara berulang-

ulang hingga terdapat selapis cairan pencuci. Perkolat yang telah terbentuk

kemudian diuapkan (Ansel 1989).

3. Dekoksi

Metode dekoksi (decocta) sama dengan metode infus, hanya saja waktu

pemanasannya lebih lama yaitu sekitar 30 menit (Voigt 1994).

4. Digesti

Metode ini merupakan bentuk lain dari maserasi yang menggunakan panas

seperlunya selama proses ekstraksi, yaitu pada suhu 40-50˚C. Metode digesti

hanya dapat dilakukan untuk simplisia yang zat aktifnya tahan terhadap

pemanasan (Voigt 1994).

5. Infus

Metode ini dilakukan dengan memanaskan campuran air dan simplisia pada

suhu 90˚C selama 15 menit. Selama proses ini berlangsung campuran terus

diaduk dan diberi tambahan air hingga diperoleh volume infus yang

dikehendaki (Voigt 1994).

Page 24: Efek Ekstrak Etanol Daun Johar

8

Simplisia yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun johar,

sedangkan jenis ekstraksi yang digunakan yaitu metode maserasi. Menurut Voigt

(1994), prinsip maserasi yaitu penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara

merendam simplisia dalam cairan penyari yang sesuai. Cairan penyari akan masuk

ke dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan

konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel. Larutan yang

konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari dengan

konsentrasi rendah (proses difusi). Peristiwa tersebut berulang sampai terjadi

keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Sedangkan

keadaan diam saat maserasi menyebabkan turunnya perpindahan bahan aktif

(Voight 1994). Ekstrak yang diperoleh kemudian diuapkan dengan penguap

pemutar yang akan menguapkan larutan menjadi volume kecil (Harborne 1987).

Menurut Yuliani dan Rusli (2003), metode maserasi digunakan karena

pengerjaan dan alatnya sederhana, tetapi metode ini juga mempunyai kerugian

yaitu pengerjaannya yang lama dan proses ekstraksi kurang sempurna, serta cairan

penyari yang digunakan lebih banyak kemudian tidak dapat digunakan untuk

bahan-bahan yang mempunyai tekstur keras seperti benzoin, tiraks, dan lilin.

Etanol

Etanol sering ditulis dengan rumus EtOH, yang rumus molekulnya adalah

C2H5OH atau rumus empiris C2H6O (Ane 2008), sering digunakan sebagai pelarut

dalam dunia farmasi dan industri makanan dan minuman. Etanol termasuk ke

dalam pelarut polar, sehingga sebagai pelarut diharapkan dapat menarik zat-zat

aktif yang juga bersifat polar (Houghton dan Raman 1998). Etanol digunakan

sebagai cairan penyari karena lebih selektif, kapang dan khamir sulit tumbuh

dalam etanol 20% ke atas, tidak beracun, netral, dan etanol dapat bercampur

dengan air pada segala perbandingan, serta panas yang diperlukan untuk

pemekatan lebih rendah.

Etanol dapat memperbaiki stabilitas bahan obat terlarut dan tidak

mengakibatkan pembengkakan membran sel. Keuntungan lainnya adalah

sifatnya yang mampu mengendapkan albumin dan menghambat kerja enzim.

Umumnya yang digunakan sebagai cairan pengekstraksi adalah campuran

Page 25: Efek Ekstrak Etanol Daun Johar

9

bahan pelarut yang berlainan khususnya campuran etanol-air. Etanol 70%

sangat efektif dalam menghasilkan jumlah bahan aktif yang optimal, dimana

bahan yang diekstraksi (simplisia) hanya sedikit turut ke dalam cairan

pengekstraksi (Voigt 1994).

Pemberian Koksidiostat

Koksidiostat merupakan obat yang digunakan untuk menghentikan

pertumbuhan koksidia, antara lain zoalen, amprolium, nitrofurazon, sodium

arsanilat, quinolon, ionophor, golongan sulfa seperti sulfaquinoksalin, sulfanatran,

sulfakloropirazin, dan mitramid, serta obat-obatan lainnya seperti nicarb dan

clinicox. Pemberian koksidiostat dapat dilakukan pada waktu-waktu tertentu, hal

ini bertujuan untuk memutus siklus hidup Eimeria dan memberi kesempatan pada

ayam untuk membentuk kekebalan (Retno et al. 1998). Pemberian koksidiostat

sebaiknya tidak dilakukan terus-menerus, dikarenakan dapat menimbulkan

resistensi terhadap obat itu sendiri. Contoh pemberian obat koksidiostat yaitu obat

sulfa, jika pemberian obat sulfa melebihi dosis maka dapat mengakibatkan

terganggunya produksi telur dan dapat menimbulkan residu pada daging dan telur

ayam (Mangapul 2008). Pada penelitian ini obat koksidiostat yang digunakan

mengandung sulfadiazine dan trimethoprim.

Tabel 1 Obat antikoksidia yang sering digunakan

Kelas Nama Bekerja pada stadium

siklus hidup

Ionophor Monensin, lasalocid,

narasin, maduramisin,

semsemduramicin

Trophozoit/sporozoit

Sulphonamid Sulphaquinoxalin Skizon generasi II

Quinolon Decoquinat Sporozoit

Pyridon Clopidol Sporozoit

Thiamin Amprolium, halofuginon Stadium aseksual, skizon

generasi I

Sumber: Williams (2002)

Page 26: Efek Ekstrak Etanol Daun Johar

10

Sulfadiazin

Sulfadiazin (N1-2-pirimidimilsulfanilamid atau 2-sulfanilamidopirimidin

pada Gambar 5 berupa serbuk kristal putih, tidak berbau, tidak larut dalam air

sampai 1 : 8100 pada suhu 37˚C dan 1 : 13.000 pada suhu 25˚C, dan sedikit larut

dalam alkohol dan aseton. Tetapi sulfadiazin mudah larut dalam asam mineral

encer dan basa (Wilson dan Gisvold 1982). Golongan obat sulfa mempunyai zat

aktif yaitu para-amino benzene-sulfonamid (PABS). Mekanisme kerjanya adalah

dengan mengadakan antagonis kompetitif dengan para-amino benzoic-acid

(PABA). Eimeria membutuhkan PABA untuk pertumbuhannya, yaitu berperan

dalam sintesis asam folat. Di dalam asam folat terdapat koenzim untuk sintesis

purin dan asam amino. Defisiensi asam folat mengakibatkan terjadinya gangguan

dalam sistem DNA dan RNA, sehingga fungsi tubuh yang berkaitan dengan

fungsi DNA dan RNA akan terganggu seperti proses pembelahan sel, maturasi sel,

termasuk dalam gangguan fungsi normal sel di dalam tubuh (Setiabudi dan

Mariana 1995).

Gambar 3 Sulfadiazin (Wilson dan Gisvold 1982).

Trimetoprim

Trimetoprim merupakan penghambat pereduktase folat, dimana reduktase

folat diperlukan untuk mengubah asam dihidrofolat (FAH2) menjadi asam

tetrahidrofolat (Wilson dan Gisvold 1982). Trimetoprim mempunyai sifat sangat

sukar larut dalam air, larut dalam benzilalkohol, agak sukar larut dalam kloroform

dan dalam metanol, sangat sukar larut dalam etanol dan dalam asetone, praktis

tidak larut dalam eter dan dalam karbon tetraklorida.

Gambar 4 Trimetoprim (Wilson dan Gisvold 1982).

Page 27: Efek Ekstrak Etanol Daun Johar

11

Eimeria

Morfologi

Bentuk umum ookista adalah oval, dinding ookista terdiri satu atau dua

lapis yang bersifat transparan. Dinding sebelah dalam tersusun dari senyawa

protein tannin dan kinin, sedangkan dinding sebelah luar terdiri dari dua lapis

yaitu lapis protein dan lemak (Levine 1985). Ookista mempunyai tempat terbuka

disebut mikropil (Levine 1977). Pada dinding ookista anterior terdapat granula

refraktif yang terletak di ujung spora. Sporozoit (pada Gambar 5) biasanya

memanjang dengan ujung posterior yang membulat dan ujung anterior yang

meruncing atau dapat berbentuk seperti sosis (Levine 1985).

Ookista Eimeria dikeluarkan bersama feses ayam, kemudian bersporulasi

pada suhu kamar (Levine 1985). Ookista Eimeria dapat diidentifikasikan melalui

karakteristik morfologi berdasarkan panjang dan lebar, indeks, bentuk dan warna,

granul yang retraktil, ada tidaknya mikrofil dan ada tidaknya residu (Levine

1985). Sporokista berbentuk agak tumpul membulat dan berukuran kira-kira 7 µm

lebar dan 11 µm panjang, di dalamnya terdapat dua sporozoit dengan massa

hyalin di dekat salah satu ujung dan massa residu juga ditemukan di dalamnya

(Tampubolon 1996).

Klasifikasi

Menurut Levine (1985), Eimeria diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Filum : Protozoa

Subfilum : Apicomplexa

Kelas : Sporozoa

Ordo : Eucocidiorida

Sub Ordo : Eimeronina

Famili : Eimeridae

Genus : Eimeria

Spesies : Eimeria spp. Gambar 5 Ookista Eimeria

(Desser 2000).

Page 28: Efek Ekstrak Etanol Daun Johar

12

Siklus Hidup

Menurut Soulsby (1982), siklus hidup koksidia pada ayam memiliki dua

tahap yaitu seksual dan aseksual, dengan tiga tahap perkembangan yaitu stadium

skizogoni (merogoni), gametogoni, dan sporogoni. Stadium sporogoni terjadi di

luar tubuh induk semang, sedangkan stadium skizogoni (fase aseksual) dan

gametogoni (fase seksual) terjadi di dalam tubuh induk semang. Terjadinya

infeksi koksidiosis pada ayam yaitu ketika ayam menelan ookista yang infektif.

Ookista yang infektif merupakan ookista yang bersporulasi. Ookista melakukan

sporulasi membutuhkan waktu yang optimal, yaitu pada kelembaban tinggi (75-

85%), suhu 29˚C-30˚C, dan suplai oksigen yang memadai (Tampubolon 1992).

Ookista merupakan tahap yang resisten dari koksidia. Ookista yang

bersporulasi mengandung empat sporokista dan masing-masing sporokista

mengandung dua sporozoit. Proses pecahnya dinamakan dengan ekskistasi. Untuk

menstimulir terjadinya ekskistasi maka dapat dibagi menjadi dua tahap. Pertama

disebabkan oleh gas CO2 (akibat dari enzim dan mekanisme gerakan lambung)

dan yang kedua akibat dari aktifitas enzim tripsin dan empedu dalam usus halus

(Soulsby 1986). Ekskistasi ini berlangsung selama 1 jam setelah infeksi pada

ayam yang memakan pakan atau air minum yang mengandung ookista. Bila

sudah mengalami ekskistasi maka sporozoit akan bebas.

Gambar 6 Siklus hidup Eimeria (Desser 2000).

Page 29: Efek Ekstrak Etanol Daun Johar

13

Sporozoit akan melakukan penetrasi melalui ujung epitel vili sekum,

kemudian masuk ke dalam epitel basal dari sel dan dimakan oleh makrofag pada

lamina propria. Pada keadaan ini sporozoit akan menghindari makrofag dan

melakukan penetrasi kembali ke sel epitel yang ada di bawah kripta. Sporozoit

akan berkelompok dan mengalami perbanyakan bagian dan mengalami fase

skizogoni membentuk skizon (meron) generasi I yang memproduksi merozoit

generasi I. Merozoit akan merusak epitel, merobek sel inang dalam perjalanannya

ke dalam lumen sekum dimana mereka akan menginfeksi kembali sel epitel yang

lain. Proses ini berlangsung antara dua setengah sampai tiga hari (Tampubolon

1996).

Merozoit generasi I yang masuk ke dalam sel hospes baru akan membulat

lalu membentuk meron generasi II yang terletak di atas inti sel hospes. Koloni

meron generasi II mulai terlihat setelah 72 jam dan menjadi skizon dewasa setelah

96 jam. Meron generasi II melakukan penetrasi sel epitel baru dan membentuk

meron generasi III atau menjadi siklus gametogenus (Levine 1985). Merozoit

yang dihasilkan pada akhir tahap skizogoni masuk ke dalam sel dan berkembang

menjadi gametosit jantan (mikrogametosit) dan gametosit betina

(makrogametosit). Mikrogametosit akan banyak menghasilkan mikrogamet yang

berflagela, motil, dan bermigrasi ke makrogamet. Fertilisasi makrogamet oleh

mikrogamet akan berkembang menjadi zigot dan kemudian menjadi ookista pada

hari ke-6 setelah infeksi (Soulsby 1982). Ookista-ookista kemudian keluar dari

sel-sel hospesnya, masuk ke dalam rongga usus dan keluar bersama feses. Masa

prepaten yaitu saat inokulasi sampai timbulnya ookista pertama di dalam feses

adalah 7 hari. Jumlah ookista yang dihasilkan di dalam hewan untuk setiap

ookista yang dimakan, tergantung kepada jumlah generasi merozoit dan jumlah

merozoit setiap generasi (Tampubolon 1996).

Patogenesis

Menurut Levine (1985) patogenitas dari koksidia tergantung pada

beberapa faktor antara lain jumlah sel induk semang yang dirusak oleh setiap

ookista yang tergantung dari jumlah generasi merozoit dan lokasi parasit di dalam

jaringan induk semang, besarnya dosis infeksi, waktu reinfeksi serta derajat

Page 30: Efek Ekstrak Etanol Daun Johar

14

imunitas yang diperoleh atau immunitas alami induk semang. Tahap yang paling

patogen adalah skizon generasi II yang akan tumbuh dewasa, pada hari keempat

setelah infeksi. Skizon akan berkembang di bagian dalam lamina propria,

sehingga terjadi kerusakan mukosa ketika skizon dewasa mengeluarkan merozoit

(McDougald et al. 1997). Menurut Hermawan (2008), jika dihitung perkiraan

jumlah merozoit generasi ke dua yang dihasilkan oleh satu ookista yang sporulasi,

maka dimulai dari 8 sporozoit yang di dalam satu ookista akan sukses melakukan

penetrasi pada sel epitel sekum. Kemudian dari setiap sporozoit akan

menghasilkan 900 merozoit generasi pertama, dan setiap merozoit generasi

pertama akan memproduksi 350 merozoit generasi kedua, sehingga dari satu

ookista akan menghasilkan 2.520.000 atau (8 x 350 x 900) merozoit generasi

kedua.

Unggas cenderung lebih tahan terhadap koksidiosis pada umur 1-2

minggu, walaupun unggas dengan umur 1 hari kemungkinan dapat terinfeksi

koksidiosis (Soulsby 1982). Unggas yang berumur lebih tua biasanya akan

menghasilkan kekebalan yang kuat sebagai respon dari infeksi kembali (reinfeksi)

sehingga gejala penyakitnya tidak terlalu parah (Levine 1985). Jumlah ookista

yang dapat menimbulkan gangguan klinis contohnya pada ayam dewasa umur 1-2

minggu sekitar 2 x 105 ookista dan akan mengalami kematian. Pada unggas yang

lebih tua beberapa minggu, mortalitasnya pada saat 0,5-1 x 105 ookista.

Gejala Klinis

Gejala klinis pada ayam yang mengalami koksidiosis yaitu ayam terlihat

lemah, bulu kusut, jengger terlihat pucat, serta feses yang bercampur darah karena

terjadi peradangan pada sekum (Hasan 2007). Gejala klinis terlihat ketika skizon

generasi kedua membesar dan merozoit keluar dari epitel yang menyebabkan

terjadinya pendarahan pada sekum (Tampubolon 2004). Pada koksidiosis ringan,

gejala klinis tidak terlihat tetapi jika penyakitnya berat dapat bersifat mematikan.

Nafsu makan berkurang bahkan tidak ada nafsu makan (Levine 1985). Biasanya

nafsu untuk minum 2 atau 3 kali lebih banyak daripada yang biasa atau polidipsi,

sehingga hewan menjadi kurus, bobot badannya mengalami penurunan, depresi,

bulu kusut, dan hidup berkelompok di tepi kandang (Tampubolon 2004).

Page 31: Efek Ekstrak Etanol Daun Johar

15

Gambar 7 Sekum ayam yang berdarah (FAO 2008).

Pada hari ke-2 dan ke-3 setelah infeksi, selaput lendir usus akan terlihat

berwarna merah kemudian pada hari ke-4 akan timbul bercak-bercak putih yang

pada akhirnya akan berwarna abu-abu. Pada hari ke-5 dan ke-6 dapat ditemukan

darah yang paling banyak di feses. Menjelang hari ke-8 atau hari ke-9 ayam akan

mati atau dalam tahap persembuhan, sedangkan jumlah ookista di feses akan

mencapai maksimal. Pada hari ke-11 masih ditemui ookista tetapi amat sedikit

jumlahnya. Jika ayam sembuh dari penyakit akut, penyakit menjadi bersifat kronis

(Tampubolon 2004). Gejala klinis pada ayam yang terinfeksi Eimeria bervariasi,

tergantung pada umur ayam terserang, jenis ayam, dan jenis parasit yang

menyerang (Retno et al. 1998). Pada ayam petelur yang terinfeksi koksidia terlihat

gejala klinis berupa penurunan produksi telur, bahkan terhenti sama sekali

(Murtidjo 1992).

Ayam

Klasifikasi

Menurut Sturkie (2000), ayam diklasifikasikan sebagai berikut:

Kelas : Aves

Subkelas : Neornithes

Superorder : Neognathae

Ordo : Galliformes

Superfamili : Phasianoidea

Famili : Phasianidae

Genus : Gallus

Spesies : G. gallus Gambar 8 Ayam tipe petelur putih

Page 32: Efek Ekstrak Etanol Daun Johar

16

Morfologi dan Sifat Biologis

Ayam yang digunakan dalam penelitian ini adalah ayam petelur putih

jantan, hal ini disebabkan karena ayam ras petelur jantan memiliki sistem

hormonal yang lebih sederhana dibandingkan dengan ayam ras petelur betina

sehingga diharapkan tidak banyak mempengaruhi proses yang terjadi di dalam

tubuh ayam. Kelemahan ayam ras petelur yaitu peka terhadap lingkungan dan

kemampuan adaptasi terhadap lingkungan lebih rendah dibandingkan ayam

kampung dan mudah mengalami stres, tuntutan terhadap ayam ras petelur cukup

tinggi yaitu menuntut pakan dalam jumlah dan kualitas yang tinggi dan air minum

yang cukup. Ayam ras petelur juga memiliki sifat kanibalisme yang lebih tinggi

dibandingkan ayam kampung (Asa 2009).

Suhu Tubuh

Menurut Vibowo (2008), ayam dan mamalia hidup dengan pengaturan

suhu tubuh yang diatur sehingga relatif konstan dan berbeda dengan suhu

lingkungan. Pada hewan seperti ini suhu tubuh menjadi penting karena kenaikan

suhu tubuh akan mempengaruhi laju fisika dan kimia tubuh. Suhu tubuh akan

mempengaruhi energi kinetik dari molekul yang memungkinkan terjadinya

tubrukan antara reaktan dari molekul dalam tubuh sehingga terjadi serangkaian

reaksi molekul. Selain itu kenaikan suhu tubuh akan mendenaturasi enzim tubuh,

tetapi sebelum mencapai titik denaturasinya enzim akan bekerja lebih cepat (Key

1998).

Menurut Prayitno (2004), suhu tubuh normal pada ayam yaitu 41,49˚C.

Suhu tubuh adalah indikator yang akurat, objektif, dan mudah diidentifikasi dari

kondisi fisiologis. Di dalam tubuh mekanisme pengaturan suhu dilakukan oleh

hipotalamus. Hipotalamus memiliki set poin suhu, jika suhu tubuh berada di atas

normal maka akan terjadi mekanisme pengeluaran panas, begitu pula ketika suhu

tubuh di bawah normal maka akan terjadi mekanisme pembentukan panas

(Guyton dan Hall 1996). Mekanisme pembentukan dan pengeluaran panas yang

terjadi melalui termoreseptor perifer yang akan dihantarkan ke hipotalamus. Saraf

yang ada di hipotalamus akan berintegrasi menghasilkan sinyal eferen akhir yaitu

pembentukan atau pengeluaran panas (Guyton dan Hall 1996). Suhu tubuh ayam

Page 33: Efek Ekstrak Etanol Daun Johar

17

biasanya lebih tinggi daripada suhu sekitarnya, sehingga panas akan terus menerus

hilang melalui empat macam mekanisme yaitu konveksi, konduksi, radiasi, dan

evaporasi (Prayitno 2004). Tabel fisiologis ayam dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Nilai fisiologis ayam

Kriteria Nilai

Temperatur 41,49ºC

Respirasi

Σ eritrosit

Hematokrit

20-30 kali/menit

2,0-3,2 juta/mm3

22-35%

Volume eritrosit

Leukosit

Trombosit

Limfosit

Heterofil

Eosinofil

Basofil

Monosit

Sistolik/diastolik

Detak jantung/menit

Σ protein

Albumin

Globulin

Hb

48%

16,6%

27,6%

64%

25,8%

1,4%

2,4%

6,4%

166 mgHg/142 mmHg

250-350/menit

4 g/100 ml

1,66 g/100 ml

2,33 g/100 ml

12 g%

Konsistensi Plasma Protein 30-35 g/l

Sumber : Prayitno (2004)

Faktor-faktor yang dapat meningkatkan suhu tubuh yaitu fisiologis dan

patologis. Faktor fisiologisnya yaitu laju metabolisme basal tubuh, laju cadangan

metabolisme yang dihasilkan oleh aktivitas otot, terutama kontraksi otot yang

disebabkan oleh menggigil, metabolisme tambahan yang disebabkan oleh

pengaruh tiroksin (dan sebagian hormon lain, seperti hormon pertumbuhan dan

testosteron) terhadap sel, dan metabolisme tambahan yang disebabkan oleh

epinefrin, norepinefrin, dan perangsangan simpatis terhadap sel, serta

metabolisme tambahan yang disebabkan oleh meningkatnya aktifitas kimiawi di

dalam sel sendiri, terutama bila temperatur sel meningkat (Guyton dan Hall 1996).

Sedangkan faktor patologisnya yaitu ketika tubuh terpapar infeksi

mikroorganisme (virus, bakteri, dan parasit) atau faktor non infeksi seperti

kompleks imun, atau inflamasi (peradangan) lain (Corwin 2001).

Page 34: Efek Ekstrak Etanol Daun Johar

18

Bobot Badan (BB)

Bobot badan dapat menjadi indikator bukti kesehatan hewan yang

dikaitkan dengan umur yang sesuai. Pada Tabel 3 disajikan data yang

mengkaitkan antara umur (minggu) dengan bobot badan standar. Bobot badan

dapat mempengaruhi konversi pakan. Menurut Siregar dan Sabrani (1981),

konversi pakan adalah perbandingan jumlah pakan yang dikonsumsi persatu berat

badan. Semakin kecil rasio konversi pakan maka semakin baik efisiensi

penggunaan pakan sehingga pertumbuhan bobot badan yang dicapai dengan

jumlah ransum yang digunakan semakin efisien. Angka konversi pakan yang kecil

dapat diperoleh dengan memperhatikan kualitas bahan pakan dan zat gizi dalam

ransum (Kamal 1986).

Total Konsumsi Pakan

Pertumbuhan Bobot Badan

Bila seekor ayam mengalami gangguan pada tubuhnya karena adanya

suatu agen penyakit maka bobot badan akan terganggu. Ayam yang terinfeksi

Eimeria dengan dosis tinggi akan menunjukkan gejala klinis berupa penurunan

bobot badan yang disebabkan oleh malabsorbsi nutrisi pada saluran pencernaan

sehingga ayam terlihat kurus dan mungkin tidak mencapai bobot badan yang sama

dengan ayam yang sehat (Barnes et al. 2003). Hal ini akan berpengaruh pada

peningkatan konversi pakan yaitu peningkatan konsumsi pakan tanpa diimbangi

dengan penambahan bobot badan yang sesuai akibat pakan yang dikonsumsi tidak

diserap dengan efisien.

Tabel 3 Bobot badan ayam berdasarkan umur

Umur (minggu) Bobot badan standar (kg)

9 0,863

10 0,963

11 1,044-1,067

12 1,135-1,180

13 1,249-1,294

14 1,362-1,408

15 1,476-1,544

Sumber : Sudaryani (1994)

Feed Convertion Rate (Tipakorn 2002) =

Page 35: Efek Ekstrak Etanol Daun Johar

19

METODOLOGI

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan mulai dari bulan Februari 2010 sampai bulan Mei 2010

di laboratorium Protozoologi, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan

Masyarakat Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan IPB, Laboratorium Farmasi,

Departemen Klinik, Reproduksi, dan Patologi FKH-IPB, dan kandang ayam FKH-

IPB.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan yaitu timbangan, syringe 1 ml, termometer, kandang

ayam, tempat pakan, tempat minum, termos es, tabung reaksi, mikroskop,

counter, kamar hitung ookista, pipet, botol sentrifuse plastik dan wadahnya,

batang pengaduk, sentrifuse, mortar, stemper, kamera, saringan, kapas, bejana,

botol ekstrak, botol obat, gelas ukur, corong, batang pengaduk, lap, stiker label,

tisu, pulpen, dan buku tulis.

Bahan yang digunakan yaitu hewan coba berupa ayam petelur putih jantan

umur 2 bulan sebanyak 30 ekor, daun johar (Cassia siamea Lamk.) yang

diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (BALITRO), laktosa,

pakan ayam tanpa koksidiostat, air minum, feses ayam, larutan garam jenuh,

etanol 70%, propilen glikol, aquades, dan koksidiostat (Colibact®

).

Metode Penelitian

Tahap persiapan

A. Kandang

Kandang yang digunakan untuk pemeliharaan ayam berbentuk segi empat

dengan bagian kiri, kanan dibatasi oleh tripleks dan bagian bawah dialasi

dengan sekam. Sebelum kandang digunakan, kandang dibersihkan terlebih

dahulu dengan pembersihan kering, pembersihan basah, setelah kandang

kering dilapisi dengan kapur lalu didesinfeksi dengan formalin dan kalium

permanganat (KMnO4).

Page 36: Efek Ekstrak Etanol Daun Johar

20

B. Kokdisiostat

Koksidiostat yang digunakan berasal dari golongan sulfa (Colibact®

yang

diproduksi oleh PT. Sanbe Farma) yang mengandung sulfadiazine 200 mg

dan trimetoprime 40 mg.

C. Pembuatan ekstrak etanol daun johar (Cassia siamea Lamk.)

Ekstraksi daun johar dilakukan dengan metode maserasi. Simplisia daun

johar kering direndam dalam etanol 70% dengan perbandingan 1 : 10 artinya

1 bagian johar (1 kg) dengan 10 bagian etanol (10 liter) selama 24 jam dan

dilakukan pengadukan sekali-sekali kemudian disaring sehingga diperoleh

filtrat pertama dan ampas, lalu ampas dilarutkan kembali dengan etanol 70%

selama 24 jam. Setelah itu, disaring sehingga diperoleh filtrat kedua, filtrat

pertama dan kedua digabung dan dipekatkan dengan menggunakan rotary

evaporator pada suhu 40˚C dan 50 rpm hingga diperoleh ekstrak kental.

Kemudian ekstrak kental dievaporasi kembali hingga membentuk ekstrak

kering daun johar. Setelah itu ekstrak kering ditimbang menjadi tiga dosis

kemudian dilarutkan dalam 0,5 ml propilen glikol sehingga diperoleh dosis

bertingkat yaitu dosis rendah (4,09 mg/0,5 ml per ekor), sedang (8,18 mg/0,5

ml per ekor), dan tinggi (16,36 mg/0,5 ml per ekor).

Cara perhitungan dosis ekstrak daun johar adalah sebagai berikut.

• Dosis ekstrak standar = 6,8 mg (P2)

• Dosis rendah dan tinggi diperoleh dengan deret hitung sehingga dosis

rendah (P1) = ½ x 6,8 mg = 3,4 mg dan dosis tinggi (P3) = 2 x 6,8 mg =

13,58 mg

• Ekstrak yang tersedia yaitu 83% karena mengandung laktosa sebagai

pengisi = {Jumlah ekstrak / (jumlah ekstrak + pengisi)} x 100%

• Ekstrak yang dibutuhkan untuk dosis rendah (P1) = (3,4 mg/83%) x

100%= 4,09 mg

• Ekstrak yang dibutuhkan untuk dosis rendah (P2) = (6,8 mg/83%) x

100%= 8,18 mg

• Ekstrak yang dibutuhkan untuk dosis tinggi (P3) = (13,58 mg/83%) x

100%= 16,36 mg.

Page 37: Efek Ekstrak Etanol Daun Johar

21

D. Pengelompokan Hewan coba

Hewan coba dibagi menjadi enam kelompok perlakuan, masing-masing

berjumlah 15 ekor dengan ulangan 5 ekor. Berikut tabel mengenai

pengelompokan ayam pada penelitian.

Tabel 4 pengelompokan ayam penelitian

Kelompok Banyak

(ekor)

Keterangan

Kontrol normal (KN) 5 ayam tidak terinfeksi Eimeria, tidak

diberi ekstrak johar dan koksidiostat

Kontrol negatif (K-) 5 ayam terinfeksi Eimeria, tidak diberi

ekstrak johar dan koksidiostat

Kontrol positif (K+) 5 ayam terinfeksi Eimeria dan diberi

koksidiostat

Perlakuan 1 (P1) 5 ayam terinfeksi Eimeria dan diberi

ekstrak johar dengan dosis infektif 1

(3,4 mg/0,5 ml per ekor)

Perlakuan 2 (P2) 5 ayam terinfeksi Eimeria dan diberi

ekstrak johar dengan dosis infektif 2

(8,18 mg/0,5 ml per ekor)

Perlakuan 3 (P3) 5 ayam terinfeksi Eimeria dan diberi

ekstrak johar dengan dosis infektif 3

(16,36 mg/0,5 ml per ekor)

Tahap pelaksanaan

Tahap pelaksanaan pada penelitian ini meliputi pemeriksaan feses,

pengukuran suhu tubuh dan bobot badan, serta pencekokan koksidiostat dan

ekstrak daun johar, serta pengolahan data.

A. Pemeriksaan feses

Pemeriksaan feses bertujuan untuk mengetahui adanya ookista pada semua

kelompok perlakuan ayam dan dilakukan 3 hari sekali mulai hari ke 0 s/d 21.

Page 38: Efek Ekstrak Etanol Daun Johar

22

Metode pemeriksaan feses adalah metode McMaster, caranya feses dilarutkan

dalam larutan garam jenuh dengan perbandingan 1 : 29 artinya 1 bagian feses

(1 g) dan 29 bagian larutan garam jenuh (29 ml) kemudian disentrifugasi

dengan kecepatan 1,500 rpm selama 10 menit. Setelah itu bagian permukaan

larutan diambil dengan pipet dan diamati di bawah mikroskop dengan

perbesaran 100x menggunakan kamar hitung McMaster (Conway dan

McKenzie 2007).

B. Pengukuran suhu tubuh dan bobot badan ayam

Pengukuran suhu tubuh dan bobot badan ayam dilakukan 3 hari sekali dari

hari ke 0 s/d 21. Pengukuran suhu tubuh ayam menggunakan termometer

digital yang dimasukkan ke dalam rektum ayam sebagai indikator terjadinya

infeksi Eimeria spp. yang meningkatkan suhu tubuh, sedangkan pengukuran

bobot badan menggunakan timbangan.

C. Pencekokan koksidiostat dan ekstrak daun johar

Pencekokan koksidiostat dan ekstrak daun johar dilakukan selama 3 hari

yaitu pada hari ke 1 s/d 3 dan sehari dicekok 2 x, masing-masing sebanyak

0,5 ml per ekor dengan menggunakan syringe 1 ml tanpa jarum. Pencekokan

koksidiostat pada kelompok kontrol positif (K+) dengan dosis pemberian

0,25 mg/0,5 ml per ekor, sedangkan pencekokan ekstrak daun johar pada

kelompok johar dosis rendah (P1 = 3,4 mg/0,5 ml per ekor), johar dosis

sedang (P2 = 8,18 mg/0,5 ml per ekor), dan johar dosis tinggi (P3 = 16,36

mg/0,5 ml per ekor).

D. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan uji Analysis of Varian (ANOVA)-SAS

System . Jika analisis menunjukkan berbeda nyata, maka dilanjutkan dengan

Duncans Multiple Range Test (Matjik dan Sumertaja 2002).

Page 39: Efek Ekstrak Etanol Daun Johar

23

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh pemberian ekstrak daun johar (Cassia siamea Lamk.) dosis

bertingkat dengan pelarut etanol sebagai alternatif pengobatan koksidiosis dengan

parameter bobot badan dan suhu tubuh ayam dijelaskan pada bab ini. Secara

umum suhu tubuh dan bobot badan ayam tidak berbeda signifikan. Pengukuran

dilakukan sebanyak 8 kali pada kelompok perlakuan KN, K-, K+, P1, P2, dan P3.

Pengukuran suhu tubuh dan bobot badan ayam ke-1 dilakukan ketika pada feses

ayam telah ditemukan ookista sebanyak 8,1–23,6 x 103, yang mengindikasikan

bahwa ayam telah terinfeksi koksidiosis secara alami. Gejala klinis yang tampak

pada ayam yang terkena koksidiosis adalah penurunan nafsu makan, polidipsi,

merunduk, bulu kusam, dan terjadi diare berdarah. Jumlah ookista pada masing-

masing kelompok perlakuan dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Rata-rata jumlah ookista (103) pada setiap kelompok perlakuan

Pengukuran

ke-

Kelompok

KN K- K+ P1 P2 P3

I 0 23,6 8,1 11 9,5 10,4

II 0 1,8 1,6 5 1 1,5

III 0 1,3 1,3 6,5 1,3 0,4

IV-VIII 0 0 0 0 0 0

Kelompok perlakuan: K(−) = kontrol negatif, K(+) = kontrol positif, KN = kontrol normal, P1 =

johar dosis 1, P2 = johar dosis 2, P3 = johar dosis 3.

Bobot badan

Rataan bobot badan ayam kelompok kontrol normal (KN) adalah paling

tinggi (778,88 g) dan berbeda nyata (p<0,05) dengan rataan bobot badan pada

semua kelompok perlakuan ayam terinfeksi. Kelompok KN tidak terinfeksi

Eimeria spp., sedangkan kelompok perlakuan lainnya telah terinfeksi Eimeria spp.

sebelumnya, sehingga bobot badannya lebih rendah dibandingkan kelompok KN.

Ayam yang terinfeksi Eimeria spp. diduga mengalami penurunan nafsu makan

sehingga mempengaruhi bobot badannya. Secara umum, rataan bobot badan

semua kelompok ayam pada penelitian ini tidak berbeda nyata dari waktu

pengukuran ke 1 s/d 8 (p>0,05) seperti yang terlihat pada Tabel 6.

Page 40: Efek Ekstrak Etanol Daun Johar

24

Tabel 6 Rata-rata bobot badan ayam (gram) setelah terinfeksi Eimeria spp. dan diberi

ekstrak etanol daun johar (Cassia siamea Lamk.) Perlakuan Pengukuran ke-

I II III IV V

KN 504,42d±70,91 605,92

d±89,13 720,40

d±94,70 839,40

d±109,00 808,30

d±101,29

K(-) 377,00b±70,66 414,92

b±57,83 443,10

b±58,53 486,20

b±67,09 504,60

b±50,32

K(+) 283,40a±68,80 315,80

a±73,54 336,30

a±78,58 372,70

a±97,30 402,80

a±116,30

P1 341,00a±40,08 375,40

a±55,25 359,60

a±25,65 388,80

a±38.58 386,40

a±54,33

P2 387,00b±50,47 383,60

b±91,62 428,11

b±94,51 492,40

b±135,79 514,80

b±138,25

P3 349,40c±70,34 473,20

c±46,71 491,30

c±70,84 549,00

c±87,00 571,20

c104,88

Perlakuan Pengukuran ke- Rata-rata (gram)

VI VII VIII

KN 906,20d±109,90 951,40

d±124,81 895,00

d±105,19 778,88

d±175,00

K(-) 588,70b±71,28 617,80

b±64,36 672,50

b±79,14 513,10

b±115,12

K(+) 475,70a±111,98 526,70

a115,52 577,20

a±126,36 411,33

a±135,20

P1 430,60a±74,48 471,20

a±83,25 497,00

a±84,63 406,25

a ±75,66

P2 583,10b±139,26 632,10

b±140,14 692,10

b±149,97 514,15

b±154,66

P3 644,30c±102,29 687,10

c±121,73 729,60

c±120,80 561,89

c±145,59

Keterangan: Huruf superskrip yang sama pada kolom dan baris menyatakan tidak berbeda nyata

(P> 0.05). Kelompok perlakuan: K(−) = kontrol negatif, K(+) = kontrol positif, KN

= kontrol normal, P1 = johar dosis 1, P2 = johar dosis 2, P3 = johar dosis 3.

Gambar 9 Rata-rata bobot badan ayam (gram) dari setiap kelompok perlakuan.

Rataan bobot badan ayam pada semua kelompok yang terinfeksi Eimeria

spp. menunjukkan bahwa bobot badan kelompok ayam johar dosis tinggi (P3)

yang paling tinggi sampai dengan akhir penelitian (pengukuran ke-I hingga ke-

VIII) yaitu 561,89 gram (Tabel 6). Rataan bobot badan kelompok K(+)

menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (p>0,05) dengan kelompok P1 yaitu

0100200300400500600700800900

1000

I II III IV V VI VII VIII

Bo

bo

t b

ad

an

(g

ram

)

Pengukuran ke-

KN

K(-)

K(+)

P1

P2

P3

Page 41: Efek Ekstrak Etanol Daun Johar

25

mempunyai rataan bobot badan 411,33 gram, demikian pula kelompok K(-) tidak

berbeda nyata dengan kelompok P2. Rataan bobot badan ayam pada pengukuran

ke 1 s/d 8 pada kelompok P1, P2, dan P3 mengalami peningkatan. Rataan bobot

badan ayam pada kelompok P3 paling tinggi bila dibandingkan kelompok P1 dan

P2. Semakin tinggi dosis ekstrak daun johar yang diberikan pada kelompok

perlakuan ayam yang terinfeksi maka semakin tinggi pula rataan bobot badan

kelompok ayam tersebut. Hal ini diduga karena flavonoid pada daun johar dosis

tinggi (16,36 mg/0,5 ml per ekor) sebagai immunostimulan sehingga ookista

infektif dari Eimeria spp. tidak atau kurang efektif dalam menimbulkan sakit.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kusmardi et al. (2006), juga

melaporkan bahwa daun johar dapat meningkatkan aktifitas makrofag. Semakin

tinggi dosis yang digunakan semakin tinggi pula aktivitas makrofag yang

dihasilkan. Flavonoid berpotensi bekerja terhadap limfokin yang dihasilkan oleh

sel T sehingga akan merangsang sel-sel fagosit untuk melakukan respon

fagositosis. Menurut Guyton dan Hall (1996), limfokin bertindak sebagai pengatur

utama yang sesungguhnya bagi seluruh fungsi imun, dengan cara membentuk

serangkaian mediator protein yang bekerja pada sel-sel lain dari sistem imun dan

pada sel sumsum tulang. Limfokin mempengaruhi makrofag dengan dua cara,

pertama dengan menghambat atau menghentikan migrasi makrofag setelah

limfokin secara kemotaktik tertarik ke dalam area jaringan yang meradang,

dengan demikian menyebabkan pengumpulan makrofag dalam jumlah yang

banyak. Kedua, limfokin mengaktifkan makrofag untuk menimbulkan fagositosis

yang jauh lebih efisien, sehingga memungkinkan makrofag untuk menyerang dan

menghancurkan organisme penyerbu dalam jumlah yang lebih banyak.

Pada pengukuran ke-V hingga ke-VIII, kelompok K(+) memiliki rataan

bobot badan yang lebih tinggi dibandingkan kelompok P1. Hal ini diduga obat

koksidiostat yang digunakan mengandung sulfadiazine dan trimethoprim.

Sulfadiazine termasuk sulfonamide dengan aksi intermediate yang mempunyai

waktu-paro plasma selama 17 jam dan mempunyai sifat antagonis kompetitif

dengan Eimeria terhadap para-amino benzoic-acid (PABA) yang dibutuhkan oleh

Eimeria untuk proses pembelahan sel sedangkan trimetoprim merupakan zat yang

dapat menghambat reduktase asam folat yang diperlukan oleh Eimeria untuk

Page 42: Efek Ekstrak Etanol Daun Johar

26

pembelahan selnya. Kombinasi trimetoprim dan sulfadiazine menghasilkan efek

sinergisme antimikroba karena terjadi pemblokan biosintesis koenzim pada lebih

dari satu tempat pada lintasan biosintesis protozoa atau bakteri. Selain itu

keuntungan dari kombinasi kedua obat ini adalah mikroba tidak mampu

mengembangkan resistensi secepat yang ditimbulkan oleh pemblok lintasan

tunggal dan sulfadiazine-trimetoprim cenderung diabsorbsi dengan cepat dan

didistribusi dengan baik (Wilson dan Gisvold 1982).

Pada pengukuran ke-IV hingga ke-VIII, semua kelompok ayam yang

terinfeksi Eimeria spp. mengalami kenaikan rataan bobot badan dikarenakan

ookista sudah tidak ditemukan lagi di dalam feses ayam kelompok terinfeksi

seperti terlihat pada Tabel 5. Hal ini menunjukkan ayam mengalami proses

persembuhan karena koksidiosis bersifat self limitting yaitu bila tidak terjadi

reinfeksi, Eimeria dapat membatasi sendiri perkembangannya (Levine 1985),

sehingga pertumbuhan bobot badan ayam menjadi lebih baik (Siregar 2008).

Ayam yang mengalami self limitting dapat menjadi carrier koksidia (Farmer

1980).

Suhu Badan

Menurut Prayitno (2004), suhu normal ayam berkisar 41,5 ˚C. Hasil

pengamatan terhadap rata-rata suhu tubuh ayam yang terinfeksi Eimeria spp. dan

diberi ekstrak daun johar (Cassia siamea Lamk.) dapat dilihat dari Tabel 7 dan

Gambar 10. Rata-rata suhu badan ayam tidak berbeda nyata dan tidak dipengaruhi

oleh hadirnya ookista (8,1-23,6 x 103) yang ditemukan sampai dengan pengukuran

ke-III. Menurut Corwin (2001), suhu tubuh akan mengalami peningkatan ketika

tubuh terpapar oleh pirogen (bakteri, virus, protozoa, inflamasi, dan lainnya).

Ookista yang termakan oleh ayam dan telah bersporulasi dapat menjadi agen

infeksius. Ookista dapat bersporulasi bila berada pada kelembaban tinggi (75-

85%), suhu 29-30˚C, dan suplai oksigen yang memadai (Tampubolon 1992).

Peningkatan suhu tubuh disebut dengan demam.

Menurut Corwin (2001), demam merupakan suatu peningkatan titik

patokan suhu di hipotalamus, rangsangan pirogen yang merusak membran sel

sehingga asam arakhidonat dalam fosfolipid yang menyusun membran sel

Page 43: Efek Ekstrak Etanol Daun Johar

27

membentuk prostaglandin dengan bantuan enzim siklooksigenase. Prostaglandin

akan merangsang hipotalamus untuk meningkatkan suhu tubuh. Sebagai respon,

pada saat terjadi peningkatan suhu tubuh terlalu tinggi, hipotalamus akan

mendinginkan tubuh. Efek demam yang berbahaya meliputi meningkatnya

katabolisme jaringan, dehidrasi, sindroma otak akut, dan kejang (Northrup et al.

1981).

Demam dapat menyebabkan dehidrasi atau kurangnya cairan tubuh

sehingga dapat mempengaruhi volume plasma dan viskositas menjadi kecil

akibatnya nilai hematokrit meningkat. Hematokrit adalah persen volume sel darah

dalam plasma. Ketika terjadi peningkatan suhu tubuh, plasma akan menurun

sehingga biasanya persen volume sel darah akan menjadi meningkat. Menurut

Riza (2010), nilai hematokrit pada semua kelompok perlakuan masih dalam

kisaran normal yaitu berkisar antara 22-35%. Jika kadar hematokrit masih dalam

kisaran normal maka viskositas darah pun normal sehingga aliran darah menuju

jaringan dan kembali ke jantung pun normal. Kecepatan aliran darah yang normal

mengakibatkan konduksi panas yang disalurkan ke kulit tidak berlebihan atau

kurang sehingga suhu tubuh dalam kisaran normal.

Pada pengukuran ke-V menunjukkan suhu tubuh kelompok P1 berbeda

nyata dengan semua kelompok, hal ini disebabkan suhu lingkungan yang lebih

tinggi akan menaikkan suhu rektum dan kenaikan ini lebih tinggi bila ayam-ayam

diletakkan di ruang panas tersebut terinfeksi koksidia, serta dosis johar yang

paling rendah dibandingkan dengan ekstrak johar lainnya. Ketika demam,

interleukin-I akan menginduksi prostaglandin, zat ini selanjutnya bekerja dalam

hipotalamus untuk membangkitkan reaksi demam.

Menurut Kardono et al. (2003), johar mengandung antipiretik. Antipiretik

bekerja dengan mengganggu pembentukan prostaglandin dari asam arakidonat

sehingga demam sama sekali tidak terjadi atau paling tidak berkurang (Guyton

dan Hall 1996). Kemudian flavonoid dan tanin bertindak sebagai antioksidan

utama, tanin akan melapisi lumen sekum sehingga infeksi merozoit akan

berkurang (Subroto dan Hendro 2007). Pengobatan dengan antioksidan akan

memperkuat sistem dan melindungi inang khususnya selama dalam masa

pengobatan dari suatu penyakit.

Page 44: Efek Ekstrak Etanol Daun Johar

28

Kandungan saponin di dalam ekstrak daun johar akan bereaksi terhadap

kolestrol yang terdapat pada permukaan membran protozoa sehingga

menyebabkan membran protozoa menjadi lisis dan ruptur (Cheeke 1998). Selain

itu, karena saponin dapat mengikat asam empedu maka tidak terjadi reabsobsi

ulang asam empedu maupun kolestrol pada saluran pencernaan dan proses

ekskistasi pada ookista tidak dapat terjadi dikarenakan ookista membutuhkan

asam empedu untuk melakukan proses ekskistasi (Soulsby 1982). Namun

kelompok P1 merupakan kelompok ayam terinfeksi Eimeria spp. dengan ekstrak

daun johar dosis rendah yang diduga kandungan flavonoid, tanin, saponin, dan

antipiretiknya (alkaloid) lebih rendah dibandingkan dengan kelompok P2 dan P3,

sehingga suhu tubuh kelompok P1 lebih tinggi.

Tabel 7 Rata-rata suhu badan ayam (˚C) setelah terinfeksi Eimeria spp. dan diberi

ekstrak etanol daun johar (Cassia siamea Lamk.) Perlakuan Pengukuran ke-

I II III IV

KN 40,80abcd

±0,25 41,08bcdefgh

±0,43 41,76jkl

±0,33 41,46efghijk

±0,42

K(-) 41,50efghijkl

±0,25 41,86kl±0,05 41,18

cdefghij±0,53 41,50

efghijkl±0,42

K(+) 41,00abcde

±0,38 41,38defghijk

±0,55 41,10bcdefgh

±0,23 41,26cdefghijk

±0,34

P1 41,28cdefghijk

±0,23 41,38defghijk

±0,49 41,62fghijkl

±0,25 41,72ijkl

±0,18

P2 41,32cdefghijk

±0,80 41,18cdefghij

±0,29 41,54efghijkl

±0,24 41,30cdefghijk

±0,62

P3 40,60ab

±0,89 41,50efghijkl

±0,42 41,50efghijkl

±0,34 41,46efghijk

±0,21

Perlakuan Pengukuran ke-

V VI VII VIII

KN 41,36defghijk

±0,42 40,46a±0,22 40,56

ab±0,44 41,02

bcdef±0,42

K(-) 41,46efghijk

±0,17 41,64ghijkl

±0,26 41,12bcdefghi

±0,48 41,42efghijk

±0,28

K(+) 40,76abc

±0,40 41,52efghijkl

±0,33 41,06bcdefg

±0,34 41,66ghijkl

±0,11

P1 42,06l±0,49 41,72

ijkl±0,19 41,00

abcde±0,25 41,54

efghijkl±0,21

P2 41,34cdefghijk

±0,31 41,72ijkl

±0,22 41,28cdefghijk

±0,36 41,70hijkl

±0,14

P3 41,22cdefghij

±0,37 41,62fghijkl

±0,26 40,99abcde

±0,49 41,58efghijkl

±0,13

Keterangan: Huruf superskrip yang sama pada kolom dan baris menyatakan tidak berbeda nyata

(P> 0.05). Kelompok perlakuan: KN = kontrol normal, K(-) = kontrol negatif, K(+)

= kontrol positif, P1 = johar dosis 1, P2 = johar dosis 2, P3 = johar dosis 3.

Page 45: Efek Ekstrak Etanol Daun Johar

29

Gambar 10 Rata-rata suhu badan ayam (˚C) dari setiap kelompok perlakuan.

Pada Tabel 7 terlihat pengukuran ke-VII menunjukkan kelompok KN

berbeda nyata terhadap semua kelompok perlakuan lainnya. Hal ini dikarenakan

oleh dua kemungkinan yaitu kondisi lingkungan atau penanganan saat pengukuran

suhu sehingga suhu kelompok KN lebih rendah dibandingkan semua kelompok

perlakuan. Rataan suhu tubuh pada pengukuran ke-VII dan ke-VIII pada semua

kelompok perlakuan menunjukkan rata-rata suhu tubuh ayam yang mendekati

normal, hal ini dikarenakan koksidiosis bersifat self limiting disease yaitu dapat

sembuh sendiri (Levine 1990).

39,5

40

40,5

41

41,5

42

42,5

I II III IV V VI VII VIII

suh

u b

ad

an

ay

am

(˚C

)

Pengukuran ke-

KN

K(-)

K(+)

P1

P2

P3

Page 46: Efek Ekstrak Etanol Daun Johar

30

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Rataan bobot badan ayam pada kelompok ayam terinfeksi Eimeria spp.

dengan dosis johar 16,36 mg/0,5 ml (P3) lebih besar dibandingkan kelompok

P1 dan P2.

2. Rataan suhu pada semua kelompok ayam yang terinfeksi 8,1-23,6 x 103

ookista tidak berbeda nyata.

3. Johar dengan dosis 16,36 mg/0,5 ml (P3) dapat mempertahankan suhu tubuh

ayam pada kisaran normal.

Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dalam penggunaan ekstrak daun johar

dengan berbagai konsentrasi lainnya sebagai alternatif obat koksidiosis.

2. Perlu dilakukan penapisan fitokimia sehingga diketahui senyawa aktif yang

terkandung di dalam daun johar (Cassia siamea Lamk.) dan mekanisme

kerjanya terhadap infeksi Eimeria spp..

3. Perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui toksisitas daun johar secara

histopatologi.

Page 47: Efek Ekstrak Etanol Daun Johar

31

DAFTAR PUSTAKA

Amelia. 2002. Fitokimia Komponen Ajaib PJK, DM, dan Kanker.

http://www.kompas.com// [23 Juli 2010].

Ane. 2008. Kegunaan Alkohol. http://www.web_kimia.com/ [23 Juli 2010].

Ansel HC. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi keempat. Ibrahim F,

penerjemah. Jakarta: UI-Press. Terjemahan dari Introduction to

Pharmaceutical Dosage Forms.

Asa HE. 2009. Pengaruh Ekstrak Etanol Temulawak (Curcuma xanthorrhiza

Roxb.) Terhadap Gambaran Titer Antibodi Avian Influenza (AI) pada Ayam

Petelur Strain Isa Brown. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan,

Institut Pertanian Bogor.

Ashadi G, Handayani S. 1992. Protozoology Veteriner I. Departemen Pendidikan

dan Kebudayaan. Dirjen Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas

Bioteknologi. IPB Bogor.

Barnes HJ, Fadly AM, Glisson JR, McDouglad LR, Swayne DE. 2003. Disease of

Poultry 11th edition. USA: Blackwell.

Cahyaningsih U, D Iswantini, Iskandar. 2007. Pemanfaatan Tanaman Sambiloto

Sebagai Subtitusi Obat Antikoksidia dan Antiperadangan untuk

Menanggulangi Diare Berdarah pada Ayam akibat Infeksi Eimeria tenella.

[Abstrak Penelitian] http://www.lppm.ipb.ac.id// [25 Juli 2010].

Cheeke PR. 1998. Saponin: Suprising Benefit’s of Desert Plant.

http://lpi.oregonstate.edu/index.html [12 September 2010].

Corwin EJ. 2001. Patofisiologi. Pendit BU, penerjemah. Jakarta: EGC.

Terjemahan dari Patophysiology.

Desser SS. 2000. Eimeria spp.

http://www_umanitoba_ca_faculties_science_zoology_faculty-

d\eimerhome.htm [12 September 2010].

El-Sayyad SM, Ross SA, Sayed HM. 1984. New Isoquinolone Alkaloids from

The Leaves of Cassia siamea. J Nat Prod 47:708-710.

[FAO] Food and Agriculture Organisation. 2008. Coccidiosis.

http://www.fao.org/docrep/003/t0756e/T0756E08.htm [11 Juli 2010].

Farnsworth NR, Bunyapraphatsara N. 1992. Thai Medicicinal Plants. Bangkok:

Prachachon Co. Ltd. hlm 102-106.

Page 48: Efek Ekstrak Etanol Daun Johar

32

Guyton AC, Hall JE. 1996. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke-9. Setiawan

I, Tengadi KA, Santoso A, penerjemah. Jakarta: EGC. Terjemahan dari

Textbook of Medical Physiology, 9th ed.

Harborne JB. 1987. Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis

Tumbuhan Edisi ke-2. Bandung : ITB.

Hasan. 2007. Mengatasi Berak Darah.

http://www.pultryindonesia.com/modules.php?name=Nes&file=article&sid=1

13 [12 September 2010].

Hermawan D. 2008. Efektivitas Ekstrak Sambiloto (Andrographis paniculata

Nees) dengan Pelarut Air Hangat Tanpa Evaporasi dan Kajian Differensial

Leukosit pada Ayam yang Diinfeksi dengan Eimeria tenella. [Skripsi]. Bogor:

Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.

Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Ed ke-2. Jakarta: Yayasan Sarana

Wana Jaya. hlm 926-927.

Houghton PJ, Raman. 1998. Laboratory Handbook For The Fracnation of

Natural Extracts. London UK Chapman and Hall.

Ingkaninan K, Ijzerman AP, Verpoorte R. 2000. Luteolin, A Coumpound with

Adenosine A1 Receptor-Binding Activity, and Chromone and

Dihydronaphthalenone Constituents from Senna siamea. J Nat Prod 63:315-

317.

Kalsum U, Nur P, dan Nurdiana. 2008. Peran Alkaloid.

http://www.litbangdepkes.go.id/ [24 Juli 2010].

Kardono LBS, Artanti N, Dewiyanti ID, Basuki T. 2003. Selected Indonesian

Medicinal Plants: Monographs and Descriptions. Jakarta: PT Gramedia

Widiasarana Indonesia.

[KemenKes RI] Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 1989. Materia

Medika Indonesia V, Departemen Kesehatan, Republik Indonesia, Jakarta. hlm

129-133.

Key I. 1998. Introduction to Animal Physiology. New York: Bios Scientific

Publisher.

Kusmardi, Kumala S, Wulandari D. 2006. Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol

Daun Johar (Cassia siamea Lamk.) terhadap Peningkatan Aktivitas dan

Kapasitas Fagositosis Sel Makrofag. Makara, Kesehatan 2: 89-93.

Kusumaningtyas P. 2009. Histopatologi Hati Ayam yang Diinfeksi Ascaridia

Galli dan Diobati Ekstrak Etanol Akar Daruju (Acanthus ilicifolius Linn.).

[Skripsi]. Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.

Page 49: Efek Ekstrak Etanol Daun Johar

33

Koyama J, Morita I, Tagahara K, Aqil M. 2001. Bianthraquinone from Cassia

siamea. Phythochemistry 56:849-851.

Levine ND. 1977. Parasitologi Veteriner. Yogyakarta: Gadjah Mada University

Press.

Levine ND. 1985. Protozoology Veteriner. Soekardono S, penerjemah.

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. hlm 373-413. Terjemahan dari

Protozoology Veteriner.

Levine ND. 1990. Buku Pelajaran Parasitologi Veteriner. Yogyakarta: Gadjah

Mada University Press.

Lilehoj HS, Lilehoj EP. 1999. Avian Coccidiosis, View of Acquired Intestinal

Immunity and Vaccination Strategist Avian Diseases.

Mangapul BN. 2008. Pengaruh Pemberian Ekstrak Sambiloto (Andrographis

panniculata Ness.) dengan Pelarut Etanol Dosis Bertingkat Diberikan

Sebelum dan Sesudah Infeksi E. tenella terhadap Produksi Ookista pada Tinja

Ayam. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian

Bogor.

Markham KR. 1988. Cara Mengidentifikasi Flavanoid. Bandung: ITB.

Mattjik AA, Sumertaja IM. 2002. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS

dan MINITAB. Bogor: IPB Press.

McDougal LR, WM Reid. 1997. Disease Poultry Ed. 10. USA : Iowa State

University Press.

Mulyani SD, Gunawan. 2002. Ramuan Tradisional untuk Penderita Asma.

Jakarta: Penebar Swadaya.

Murtidjo, BA. 1992. Pengendalian Hama dan Penyakit Ayam. Yogyakarta:

Kanisius.

Northrup RS, Asdie AH, Santoso B. 1981. Pedoman Pengobatan. Edisi Indonesia.

Yogyakarta: Yayasan Essentia Medica.

Pratama AH. 2008. Kajian Aktifitas Fraksi Etil Asetat Rimpang Kunyit (Curcuma

longa Linn.) Terhadap Persembuhan Luka Pada Mencit (Mus musculus

albinus). [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian

Bogor.

Prayitno DS. 2004. Pencahayaan Sebagai Upaya Pencegahan Cekaman Pada

Unggas Tropis Berwawasan Animal Welfare. [Disertasi]. Semarang: Fakultas

Peternakan, Universitas Diponegoro.

Page 50: Efek Ekstrak Etanol Daun Johar

34

Retno FD, Jahja J, Suryani T. 1998. Penyakit-Penyakit Penting Pada Ayam.

Bandung: Medion.

Riza Y. 2010. Gambaran Eritrosit Ayam Terinfeksi Eimeria spp. Secara Alami

yang Diberi Ekstrak Daun Johar (Cassia siamea Lamk.). [Skripsi]. Bogor:

Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.

Sayekti. 2008. Sifat Saponin. http://www.kalbe.co.id/ [23 Juli 2010].

Shafiullah M, Parveen M, Kamil M, Ilyas M. 1995. A New Isoflavone C-

Glycoside From Cassia siamea. Fitoterapia 66:439-441.

Shafiullah K, Mohammad S, Parveen M, Kamil M, Ilyas M. 1996. Isolation of

2’,3’,6’-trihydroxy-4’-methoxy-7-O-neohesperidoside, A Novel Flavones

Glycoside From Cassia siamea. J Chem Res Synop. 1:2-3.

Shane SM. 1997. Pedoman Penyakit Unggas Ed ke-1. Budi Tangenjaya,

penerjemah. 1998. American Soybean Association Jakarta.

Setiabudi R, Mariana. 1995. Farmakologi dan Terapi Ed. Ke-4. Jakarta : Gaya

Baru.

Siregar NM. 2008. Pengaruh Ekstrak Sambiloto (Andrographis paniculata Nees)

dengan Pelarut Metanol Dosis Bertingkat Terhadap Penampilan Ayam

Pedaging yang Diinfeksi Eimeria tenella. [Skripsi]. Bogor: Fakultas

Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.

Siregar AP, Sabrani M. 1981. Tehnik Beternak Ayam di Indonesia. Bogor:

Balitbang Pertanian.

Soulsby EJL. 1982. Helminths, Arthropods and Protozoa of Domesticated Animal

7th

Edition. London : Bailere Tindall.

Soulsby EJL. 1986. Helminths, Arthropods and Protozoa of Domesticated Animal

7th

Edition. London : Bailere Tindall.

Steenis, CGGJ van. 1981. Flora, untuk Sekolah di Indonesia. Jakarta: PT Pradnya

Paramita. hlm 226.

Sturkie. 2000. Avian Physiology 5th

Ed. Whittow GC, editor. San Diego:

Academic Press.

Subroto, Hendro. 2007. Kandungan Sarang Semut.

http://www.deherba.com/kandungan-sarang-semut.html. [12 September 2010].

Sudaryani, Hari S. 1994. Pembibitan Ayam Ras. Jakarta : Penebar Swadaya.

Page 51: Efek Ekstrak Etanol Daun Johar

35

Tampubolon MP. 1992. Protozoologi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat,

Institut Pertanian Bogor.

Tampubolon MP. 1996. Protozoologi. Bogor: Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat,

Institut Pertanian Bogor. hlm 145-149.

Tampubolon MP. 2004. Protozoologi. Bogor: Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat.

Institut Pertanian Bogor. hlm 145-229.

Teeyapant R, Srikun O, Wray V, Witte L. 1998. Chemical Investigation Of

Anhydrobarakol From Cassia siamea. Fitoterapia 69:475-476.

Thongsaard W, Deachapunya C, Pongsakorn S, Boyd EA, Bennett GW, Marsden

CA. 2001. Pharmacol Biochem Behav 53:753-758.

Tipakorn N. 2002. Effect of A. paniculata (burm F.) Nees on Performance,

Mortality, and Coccidiosis in Broiler Chicken. [Disertasi]. Gottingen,

Germany: Doctor of Agricultural Sciences of The Faculty of Agricultural

Science. Georg August-University.

Vibowo H. 2008. Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Rimpang Temu Putih

(Curcuma zedoariae (Berg.) Roscoe) terhadap Gambaran Klinis Pre dan Post

Operasi pada Kelinci yang Diinduksi Tumor. [Skripsi]. Bogor: Fakultas

Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.

Voigt R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Noerono S, penerjemah.

Yogyakarta: UGM-Press. Terjemahan dari Lehburch der Pharmazeutischen

Technologie.

Wardhana AP, Kencanawati E, Nurmawati, Rahmaweni, Jatmiko CB. 2001.

Pengaruh Pemberian Sediaan Patikan Kebo (Eurphobia Hirta L) Terhadap

Jumlah Eritrosit, Kadar Hemoglobin, dan Nilai Hematokrit pada Ayam yang

Diinfeksi dengan Eimeria Tenella. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner. 2(6):

126-133.

Wilson, Gisvold. 1982. Kimia Farmasi dan Medisinal Organik. Fatah AM,

penerjemah. Semarang: IKIP Semarang Press. Terjemahan dari: Textbook of

Organic Medical and Pharmaceutical Chemistry.

William RBC. 2002. Progress Toward Anticoccidial Vaccines for Broiler Chicken

Schering. Ploogh Animal Health. Pp: 2-27.

Yuliani S, Rusli S. 2003. Ekstraksi Pestisida Nabati. Bogor: Balitro.

Page 52: Efek Ekstrak Etanol Daun Johar

36

LAMPIRAN

Page 53: Efek Ekstrak Etanol Daun Johar

36

1. Analisis data dengan uji ANOVA dan dilanjutkan uji wilayah berganda DUNCAN

Univariate Analysis of Variance Notes

Output Created 23-Aug-2010 10:42:21

Comments

Input Data D:\PENELITIAN\untitled2.sav

Active Dataset DataSet1

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data File 240

Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as missing.

Cases Used Statistics are based on all cases with valid data for all variables in the model.

Syntax UNIANOVA bobot BY umur perlakuan /METHOD=SSTYPE(2) /INTERCEPT=EXCLUDE /POSTHOC=pengukuran perlakuan(DUNCAN) /PLOT=PROFILE(pengukuran*perlakuan) /EMMEANS=TABLES(pengukuran) /EMMEANS=TABLES(perlakuan) /PRINT=HOMOGENEITY DESCRIPTIVE /CRITERIA=ALPHA(.05) /DESIGN=pengukuran perlakuan pengukuran*perlakuan.

Resources Processor Time 00:00:00.624

Elapsed Time 00:00:00.577

[DataSet1] D:\PENELITIAN\untitled2.sav

Between-Subjects Factors

N

pengukuran I 30

II 30

III 30

IV 30

V 30

VI 30

VII 30

VIII 30

perlakuan P1 40

P2 40

P3 40

KN 40

K- 40

K+ 40

Page 54: Efek Ekstrak Etanol Daun Johar

37

Descriptive Statistics

Dependent Variable:bobot

Pengukuran Perlakuan Mean Std.

Deviation

N Pengukuran Perlakuan Mean Std.

Deviation

N

I P1 3.4100E2 40.08740 5 VI P1 4.3060E2 74.48020 5

P2 3.8700E2 50.47276 5 P2 5.8310E2 139.26252 5

P3 3.4940E2 70.34060 5 P3 6.4430E2 102.29101 5

KN 5.0442E2 70.90513 5 KN 9.0620E2 109.89631 5

K- 3.7700E2 70.65763 5 K- 5.8870E2 71.28429 5

K+ 2.8340E2 68.79898 5 K+ 4.7570E2 111.97634 5

Total 3.7370E2 89.22451 30 Total 6.0477E2 182.05080 30

II P1 3.7540E2 55.24876 5 VII P1 4.7120E2 83.25308 5

P2 3.8360E2 91.62041 5 P2 6.3210E2 140.13627 5

P3 4.7320E2 46.71269 5 P3 6.8710E2 121.73044 5

KN 6.0592E2 89.12537 5 KN 9.5140E2 124.80705 5

K- 4.1492E2 57.82977 5 K- 6.1780E2 64.36090 5

K+ 3.1580E2 73.54047 5 K+ 5.2670E2 115.51926 5

Total 4.2814E2 114.06002 30 Total 6.4772E2 185.82424 30

III P1 3.5960E2 25.64761 5 VIII P1 4.9700E2 84.62565 5

P2 4.2811E2 94.51222 5 P2 6.9210E2 149.97433 5

P3 4.9130E2 70.84455 5 P3 7.2960E2 120.79859 5

KN 7.2040E2 94.69583 5 KN 8.9500E2 105.19030 5

K- 4.4310E2 58.53354 5 K- 6.7250E2 79.13912 5

K+ 3.3630E2 78.57926 5 K+ 5.7720E2 126.35545 5

Total 4.6313E2 145.00612 30 Total 6.7723E2 163.43858 30

IV P1 3.8880E2 38.58368 5 Total P1 4.0625E2 75.65839 40

P2 4.9240E2 135.79461 5 P2 5.1415E2 154.66304 40

P3 5.4900E2 87.00072 5 P3 5.6189E2 145.58558 40

KN 8.3940E2 109.00138 5 KN 7.7888E2 175.00458 40

K- 4.8620E2 67.08632 5 K- 5.1310E2 115.11994 40

K+ 3.7270E2 97.30339 5 K+ 4.1133E2 135.20201 40

Total 5.2142E2 179.24098 30 Total 5.3093E2 184.35058 240

V P1 3.8640E2 54.32587 5

P2 5.1480E2 138.25050 5

P3 5.7120E2 104.87707 5

KN 8.0830E2 101.29018 5

K- 5.0460E2 50.32196 5

K+ 4.0280E2 116.30219 5

Total 5.3135E2 168.31821 30

Page 55: Efek Ekstrak Etanol Daun Johar

38

Levene’s Test of Equality of Error Variancesa

Dependent Variable: Bobot

F df1 df2 Sig.

1.290 47 192 .119

Tests the null hypothesis that the error variances of the dependent variable is equal across groups.

a. Design: pengukuran + perlakuan + pengukuran*perlakuan

Tests of Between-Subject Effects

Dependent Variable: Bobot

Source Type II Sum of Squares

df Mean Square F Sig.

Model 7.411E7 48 1543900.302 177.638 .000

Pengukuran 2414054.847 7 344864.978 39.679 .000

Perlakuan 3715494.956 5 743098.991 85.500 .000

Pengukuran*perlakuan 324174.917 35 9262.140 1.066 .038

Error 1668723.146 192 8691.266

Total 7.578E7 240

a. R Squared= .978 (Adjusted R Squared=.972)

UJI HIPOTESIS • Pengaruh pengukuran:

H0: pengukuran tidak berpengaruh nyata terhadap bobot H1: pengukuran berpengaruh nyata terhadap bobot

• Pengaruh Perlakuan: H0: Perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap bobot H1: Perlakuan berpengaruh nyata terhadap bobot

• Pengaruh interaksi umur dan perlakuan: H0: interaksi pengukuran dan perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap bobot H1: interaksi pengukuran dan perlakuan berpengaruh nyata terhadap bobot

Tolak H0 jika nilai signifikansi < taraf nyata (0.05)

Post Hoc Tests Perlakuan Homogenous Subsets

Bobot Duncan

Perlakuan N Subset

1 2 3 4

P1 40 4.0625E2a

K+ 40 4.1133E2a

K- 40 5.1310E2b

P2 40 5.1415E2b

P3 40 5.6189E2c

KN 40 7.7888E2d

Sig. .808 .960 1.000 1.000

Means for groups in homogenous subsets are displayed. Based on observed means. The error terms is Mean Square (Error)= 8691.26

Page 56: Efek Ekstrak Etanol Daun Johar

39

Pengukuran Homogenous Subsets

Bobot Duncan

Pengukuran N Subset

1 2 3 4 5

I 30 3.7370E2

II 30 4.2814E2

III 30 4.6313E2

IV 30 5.2142E2

V 30 5.3135E2

VI 30 6.0477E2

VII 30 6.4772E2 6.4772E2

VIII 30 6.7723E2

Sig. 1.000 .148 .680 .076 .222

Means for groups in homogenous subsets are displayed. Based on observed means. The error term is Mean Square (Error) = 8691.266.

Estimated Marginal Means 1. Pengukuran

Dependent Variable: Bobot

Pengukuran Mean Std. error 95% Confidence Internal

Lower Bound Upper Bound

I 373.703 17.021 340.131 407.275

II 428.140 17.021 394.568 461.712

III 463.135 17.021 429.563 496.707

IV 521.417 17.021 487.845 554.989

V 531.350 17.021 497.778 564.922

VI 604.767 17.021 571.195 638.339

VII 647.717 17.021 614.145 681.289

VIII 677.233 17.021 643.661 710.805

2. Perlakuan Dependent Variable: Bobot

Perlakuan Mean Std. error 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

P1 406.250 14.740 377.176 435.324

P2 514.151 14.740 485.077 543.225

P3 561.887 14.740 532.813 590.962

KN 778.880 14.740 749.806 807.954

K- 513.102 14.740 484.028 542.177

K+ 411.325 14.740 382.251 440.399

Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: Temperatur

Source Type II Sum of Squares

df Mean Square F Sig.

Model 410093.254a 48 8543.609 5.924E4 .000

Pengukuran 7.222 7 1.032 7.154 .000

Perlakuan 6.161 5 1.232 8.545 .000

Pengukuran*perlakuan 14.350 35 .410 2.843 .000

Error 27.689 192 .144

Total 410120.943 240

a. R Squared= 1.000 (Adjusted R Squared= 1.000)

UJI HIPOTESIS

Page 57: Efek Ekstrak Etanol Daun Johar

40

• Pengaruh pengukuran: H0: pengukuran tidak berpengaruh nyata terhadap temperatur H1: pengukuran berpengaruh nyata terhadap temperatur

• Pengaruh Perlakuan: H0: Perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap temperatur H1: Perlakuan berpengaruh nyata terhadap temperatur

• Pengaruh interaksi umur dan perlakuan: H0: interaksi pengukuran dan perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap temperatur H1: interaksi pengukuran dan perlakuan berpengaruh nyata terhadap temperatur

Tolak H0 jika nilai signifikansi < taraf nyata (0.05)

Univariate Analysis of Variance Notes

Output Created 23-Aug-2010 12:26:05

Comments

Input Data D:\PENELITIAN\untitled2.sav

Active Dataset DataSet1

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data File 240

Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as missing.

Cases Used Statistics are based on all cases with valid data for all variables in the model.

Syntax UNIANOVA temperatur3 BY Interaksi /METHOD=SSTYPE(2) /INTERCEPT=EXCLUDE /POSTHOC=Interaksi(DUNCAN) /PRINT=HOMOGENEITY DESCRIPTIVE /CRITERIA=ALPHA(.05) /DESIGN=Interaksi.

Resources Processor Time 00:00:01.170

Elapsed Time 00:00:01.240

[DataSet1] D:\PENELITIAN\untitled2.sav

Between-Subjects Factors

Interaksi N Interaksi N Interaksi N Interaksi N

IP1 5 IIIP1 5 VP1 5 VIIP1 5

IP2 5 IIIP2 5 VP2 5 VIIP2 5

IP3 5 IIIP3 5 VP3 5 VIIP3 5

IKN 5 IIIKN 5 VKN 5 VIIKN 5

IK- 5 IIIK- 5 VK- 5 VIIK- 5

IK+ 5 IIIK+ 5 VK+ 5 VIIK+ 5

IIP1 5 IVP1 5 VIP1 5 VIIIP1 5

IIP2 5 IVP2 5 VIP2 5 VIIIP2 5

IIP3 5 IVP3 5 VIP3 5 VIIIP3 5

IIKN 5 IVKN 5 VIKN 5 VIIIKN 5

IIK- 5 IVK- 5 VIK- 5 VIIIK- 5

IIK+ 5 IVK+ 5 VIK+ 5 VIIIK+ 5

Descriptive Statistics Dependent Variable: Temperatur

Page 58: Efek Ekstrak Etanol Daun Johar

41

Interaksi Mean Std.

deviation

N Interaksi Mean Std.

deviation

N

IP1 41.2800 .22804 5 VP1 42.0600 .49295 5

IP2 41.3200 .80125 5 VP2 41.3400 .31305 5

IP3 40.6000 .89443 5 VP3 41.2200 .37014 5

IKN 40.8000 .25495 5 VKN 41.3600 .42190 5

IK- 41.5000 .25495 5 VK- 41.4600 .16733 5

IK+ 41.0000 .38079 5 VK+ 40.7600 .40373 5

IIP1 41.3800 .48683 5 VIP1 41.7200 .19235 5

IIP2 41.1800 .28636 5 VIP2 41.7200 .21679 5

IIP3 41.5000 .42426 5 VIP3 41.6200 .25884 5

IIKN 41.0800 .43243 5 VIKN 40.4600 .21909 5

IIK- 41.8600 .05477 5 VIK- 41.6400 .26077 5

IIK+ 41.3800 .55408 5 VIK+ 41.5200 .33466 5

IIIP1 41.6200 .24900 5 VIIP1 41.0000 .25495 5

IIIP2 41.5400 .24083 5 VIIP2 41.2800 .36332 5

IIIP3 41.5000 .33912 5 VIIP3 40.9940 .49313 5

IIIKN 41.7600 .32863 5 VIIKN 40.5600 .44497 5

IIIK- 41.1800 .52631 5 VIIK- 41.1200 .47645 5

IIIK+ 41.1000 .23452 5 VIIK+ 41.0600 .34351 5

IVP1 41.7200 .17889 5 VIIIP1 41.5400 .20736 5

IVP2 41.3000 .61644 5 VIIIP2 41.7000 .14142 5

IVP3 41.4600 .20736 5 VIIIP3 41.5800 .13038 5

IVKN 41.4600 .42190 5 VIIIKN 41.0200 .42071 5

IVK- 41.5000 .41833 5 VIIIK- 41.4200 .27749 5

IVK+ 41.2600 .34351 5 VIIIK+ 41.6600 .11402 5

Total 41.3353 .48155 240

Levene’s Tests of Equality of Error Variancesa Dependent Variable: Temperatur

F df1 df2 Sig.

1.705 47 192 .007

Tests the null hypothesis that the error variance of the dependent variable is equal across groups. a. Design: interaksi

Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: temperature

Source Type II Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Model 410093.254a

48 8543.609 5.924E4 .0000

Interaksi 410093.254 48 8543.609 5.924E4 .0000

Error 27.689 192 .144

Total 410120.943 240

a. R Squared= 1.000 (Adjusted R Squared= 1.000)

Post Hoc Tests

Interaksi (Homogeneous Subsets)

Page 59: Efek Ekstrak Etanol Daun Johar

42

Temperatur

Duncan

Interaksi N

Subset

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

VIKN 5 40.46

VIIKN 5 40.56

40.56

IP3 5 40.60

40.60

VK+ 5 40.76

40.76

40.76

IKN 5 40.80

40.80

40.80

40.80

VIIP3 5 40.99

40.99

40.99

40.99

40.99

IKN 5 41.00

41.00

41.00

41.00

41.00

VIIP1 5 41.00

41.00

41.00

41.00

41.00

VIIIKN 5 41.02

41.02

41.02

41.02

41.02

VIIK+ 5 41.06

41.06

41.06

41.06

41.06

41.06

IIKN 5 41.08

41.08

41.08

41.08

41.08

41.08

IIIK+ 5 41.10

41.10

41.10

41.10

41.10

41.10

41.10

VIIK- 5 41.12

41.12

41.12 41.12

41.12

41.12

41.12

41.12

IIP2 5 41.18

41.18

41.18

41.18

41.18

41.18

41.18 41.18

IIIK- 5 41.18 41.18 41.18 41.18

41.18

41.18 41.18

41.18

VP3 5 41.22 41.22 41.22 41.22 41.22 41.22 41.22 41.22

IVK+ 5 41.26 41.26 41.26 41.26 41.26 41.26 41.26 41.26 41.26

IP1 5 41.28 41.28 41.28 41.28 41.28 41.28 41.28 41.28 41.28

VIIP2 5 41.28 41.28 41.28 41.28 41.28 41.28 41.28 41.28 41.28

IVP2 5 41.30 41.30 41.30 41.30 41.30 41.30 41.30 41.30 41.30

IP2 5 41.32 41.32 41.32 41.32 41.32 41.32 41.32 41.32 41.32

VP2 5 41.34 41.34 41.34 41.34 41.34 41.34 41.34 41.34 41.34

VKN 5 41.36 41.36 41.36 41.36 41.36 41.36 41.36 41.36

IIP1 5 41.38 41.38 41.38 41.38 41.38 41.38 41.38 41.38

IIK+ 5 41.38 41.38 41.38 41.38 41.38 41.38 41.38 41.38

VIIIK- 5 41.42 41.42 41.42 41.42 41.42 41.42 41.42

IVP3 5 41.46 41.46 41.46 41.46 41.46 41.46 41.46

IVKN 5 41.46 41.46 41.46 41.46 41.46 41.46 41.46

VK- 5 41.46 41.46 41.46 41.46 41.46 41.46 41.46

IK- 5 41.50 41.50 41.50 41.50 41.50 41.50 41.50 41.50

IIP3 5 41.50 41.50 41.50 41.50 41.50 41.50 41.50 41.50

IIIP3 5 41.50 41.50 41.50 41.50 41.50 41.50 41.50 41.50

IVK- 5 41.50 41.50 41.50 41.50 41.50 41.50 41.50 41.50

VIK+ 5 41.52 41.52 41.52 41.52 41.52 41.52 41.52 41.52

VIIIP1 5 41.54 41.54 41.54 41.54 41.54 41.54 41.54 41.54

IIIP2 5 41.54 41.54 41.54 41.54 41.54 41.54 41.54 41.54

VIIIP3 5 41.58 41.58 41.58 41.58 41.58 41.58 41.58 41.58

IIIP1 5 41.62 41.62 41.62 41.62 41.62 41.62 41.62

VIP3 5 41.62 41.62 41.62 41.62 41.62 41.62 41.62

VIK- 5 41.64 41.64 41.64 41.64 41.64 41.64

VIIIK+ 5 41.66 41.66 41.66 41.66 41.66 41.66

VIIIP2 5 41.70 41.70 41.70 41.70 41.70

Interaksi N

Subset

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

IVP1 5 41.72 41.72 41.72 41.72

VIP2 5 41.72 41.72 41.72 41.72

Page 60: Efek Ekstrak Etanol Daun Johar

43

VIP1 5 41.72 41.72 41.72 41.72

IIIKN 5 41.76 41.76 41.76

IIK- 5 41.86

41.86

VP1 5 42.06

Sig. .055 .054 .053 .054 .057 .051 .051 .051 .051 .060 .051 .062

Means for groups in homogenous subsets are displayed. Based on observed means. The

error terms is Mean Square (Error)= .144