studi adsorpsi ion sulfida menggunakan zeolit , gamma
TRANSCRIPT
1
Studi Adsorpsi Ion Sulfida Menggunakan Zeolit , Gamma Alumina, Karbon Aktif yang Diimpregnasi dengan Ion Logam Cu untuk Aplikasi
Desulfurisasi Minyak Solar
Ayu Pratiwi, Sunardi, Widajanti Wibowo
Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia, Depok, 16424
Email : [email protected]
Abstrak
Keberadaan komponen sulfur dalam bahan bakar merupakan masalah lingkungan yang cukup serius dimana pembakaran bahan bakar yang mengandung komponen sulfur akan menghasilkan gas SO2. Komponen sulfur dalam bahan bakar juga merupakan racun bagi katalis yang digunakan pada kendaraan bermotor. Cara umum yang telah dilakukan untuk mengurangi kadar sulfur dalam bahan bakar yaitu dengan desulfurisasi. Desulfurisasi dilakukan dengan menggunakan metode adsorpsi. Adsorben yang digunakan yaitu Zeolit, Gamma Alumina dan Karbon Aktif. Percobaan pengurangan kadar sulfur dilakukan dengan impregnasi adsorben dengan variasi konsentrsi ion Cu dan uji kemampuan adsorpsi menggunakan larutan ion sulfida dan minyak solar . Hasil impregnasi ditentukan melalui pengukuran AAS, karakteristik adsorben ditentukan dengan metode BET, penentuan kadar sulfida dengan titrasi dan karakteristik minyak solar dengan FTIR . Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi ion Cu yang digunakan, semakin banyak ion yang diserap . Hasil BET menunjukkan kemampuan adsorpsi karbon aktif paling tinggi dibandingkan gamma alumina dan zeolit karena memiliki luas permukaan yang paling besar yaitu 745,317 m2/g. Karbon aktif – Cu memiiki kemampuan adsorpsi ion sulfida paling tinggi hal ini ditunjukkan dengan kadar ion sulfida yang terserap 920, 34 ppm dalam waktu 12 jam. Hasil FTIR pada minyak solar yang diberikan adsorben yang telah terimpregnasi ion Cu menunjukkan pengurangan luas area pada puncak di bilangan gelombang 2670 cm-1pada vibrasi S-H thiols, artinya bahwa kadar sufur pada minyak solar mengalami penurunan.
Abstract
The existence of sulfur in diesel fuel is an environmental problem where the combustion of fuel containing sulfur compounds will produce SO2 gas. Components of sulfur in the fuel is also poison for catalyst used in motor vehicles.Common way has been done to reduce sulfur in fuels is by deulfurization. Desulfurization process is using adsorption method. The adsorbent used Zeolite, Gamma Alumina and Activated Carbon. The experiment of sulfur reduction conducted by impregnation the adsorbent with various concentration Cu ion and capacity of adsorption using sulfide ion solution and diesel fuel .The results of impregnation determined by AAS, characteristics of the adsorbent determined by BET method, determination of sulfide by titration and characteristics functional groups of diesel fuel by FTIR. The results showed that the higher concentration of Cu ion is used, the more ions are adsorbed.The results of BET shown the adsorption capacity of activated carbon is the highest compared with gamma alumina and zeolite, the surface area is 745.317 m2 / g .Activated carbon - Cu has the highest adsorption capacity showed by the levels of sulfide ion adsorbed 920, 34 ppm within 12 hours. FTIR results on diesel fuel given adsorbent which has been impregnated Cu shown the reduction in the peak area, the wave number 2670 cm-1 in S-H
Studi Adsorpsi ..., Ayu Pratiwi, FMIPA UI, 2016
2
thiols vibration, meaning that the levels of sulfur on diesel fuel was decreased. Keywords : desulfurization, adsorption, impregnation, Zeolite, Gamma Alumina,
Activated Carbon, Cu Ion, Sulfide Ion
Pendahuluan
Salah satu sumber energi penting dan banyak digunakan saat ini adalah minyak bumi.
Minyak bumi adalah campuran dari berbagai macam hidrokarbon yang berasal atau terbentuk
dari pembusukan sisa tumbuh – tumbuhan atau hewan. Senyawa sulfur umumnya terdapat
dalam minyak bumi sebagai senyawa sulfur organik dan anorganik yang kompleks, sehingga
kandungan sulfur total saja yang dilaporkan, tanpa mengetahui susunan struktur belerang
yang terkandung dalam minyak bumi (Narwin, 2002).
Senyawa- senyawa sulfur dalam minyak bumi tersebut dapat menimbulkan korosi
terhadap material sistem bahan bakar yang dapat mengurangi umur kendaraan. Selain itu
senyawa sulfur menjadi salah satu penyebab hujan asam dan bersifat racun. Oleh karena itu
dalam proses pengolahan minyak bumi terdapat suatu proses untuk mengurangi kadar sulfur
yang dikenal dengan istilah desulfurisasi. Desulfurisasi dapat dilakukan dengan
menggunakan berbagai metode salah satunya metode adsorpsi. Metode adsorpsi merupakan
teknologi alternatif pengurangan kadar sulfur yang menggunakan adsorben karena kondisi
suhu dan teknologi yang sederhana. Sebelumnya pada tahun 2009, Ferdianti telah melakukan
preparasi zeolit sintetik sebagai adsorben untuk penurunan sulfur dalam minyak solar.
Pada penelitian ini akan membandingkan ketiga adsorben yaitu zeolit, gamma
alumina dan karbon aktif atas kemampuan adsorpsinya terhadap larutan Na2S dan minyak
solar. Adsorben terlebih dahulu diimpregnasi dengan ion logam Cu.
Tinjauan Teoritis
Minyak Bumi
Minyak bumi (petroleum) merupakan cairan yang mudah terbakar yang berada di
lapisan atas dari kerak bumi. Minyak bumi terdiri dari campuran kompleks dari berbagai
hidrokarbon, sebagian besar merupakan deret senyawa alkana, bervariasi dalam komposisi
dan kemurniannya. Minyak bumi berasal dari bahan organik diantaranya plankton, hewan,
dan tumbuhan yang mengendap dalam saluran sedimen dan selanjutnya mengalami
Studi Adsorpsi ..., Ayu Pratiwi, FMIPA UI, 2016
3
dekomposisi akibat pengaruh sifat fisika dan kimia, yaitu adanya tekanan dan suhu yang
tinggi, serta proses pembentukan yang memerlukan waktu yang lama.
Sulfur dalam Minyak Bumi
Komponen sulfur adalah hal yang umum dalam minyak bumi. Apabila kandungan
sulfur tersebut > 5% berat maka minyak bumi tersebut diklasifikasikan sebagai sour crude
dan apabila kandungan sulfur < 5% , minyak bumi tersebut diklasifikasikan sebagai sweet
crude. Kandungan sulfur merupakan sifat yang penting karena dapat menentukan tinggi
rendahnya harga minyak bumi. Komponen sulfur dapat menjadi komponen yang bersifat
korosif dan berbbau tidak enak. Hal inilah yangmenjadi alasan senyawa sulfur tidak
dikehendaki dalam fraksi minyak bumi (Narwin, 2002).
Jenis Senyawa Sulfur dalam Minyak Bumi
Secara umum senyawa sulfur dalam minyak bumi dapat dibedakan menjadi :
• Sulfur bebas yang melarut
• Senyawa sulfur anorganik
• Senyawa sulfur organik
Minyak Solar
Minyak Solar adalah salah satu jenis bahan bakar yang dihasilkan dari proses
pengolahan minyak bumi, pada dasarnya minyak mentah dipisahkan fraksi-fraksinya pada
proses destilasi sehingga dihasilkan fraksi solar dengan titik didih 250°C sampai 300°C. Solar
yang biasanya disebut High Speed Diesel (HDS) atau Automotive Diesel Oil (ADO)
digunakan untuk kendaraan bermesin diesel (Sumanti, 2008).
Mutu solar distilasi langsung dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya jenis
hidrokarbon, kadar sulfur dan lilin (Sumanti, 2008).
Sebagai bahan bakar, tentunya solar memiliki karakteristik tertentu seperti:
1. Berwarna kekuning-kuningan dan berbau.
2. Tidak akan menguap pada temperatur normal.
3. Memiliki kandungan sulfur yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan bensin dan
kerosen.
4. Memiliki flash point (titik nyala) sekitar 40°C sampai 100°C.
5. Terbakar spontan pada temperatur 300°C.
6. Menimbulkan kalor yang tinggi sekitar 10.500 kcal/kg.
Sulfur dalam Minyak Solar
Studi Adsorpsi ..., Ayu Pratiwi, FMIPA UI, 2016
4
Kandungan sulfur pada minyak solar akan mempengaruhi pembakaran. Sulfur
dioksida merupakan hasil pokok dari pembakaran sulfur dalam bahan bakar dan secara
langsung hampir proporsional dengan jumlah yang ada dalam bahan bakar. Untuk setiap
pembakaran 1000L bahan bakar yang dikonsumsi tiap kendaraan akan menghasilkan 1 kg
oksida sulfur. Sulfur yang dibakar dengan oksigen dalam bom kalorimeter sebagian besar
dioksidasi menjadi SO2 dan sisanya menjadi SO3.
Reaksi yang terjadi dalam bom kalorimeter :
2S + 2 ½ O2 SO2 + SO3
SO2 + SO3 + 2H2O 2H2SO4
SOx + Na2CO3 Na2SO4 + CO2
Zeolit
Zeolit adalah kristal aluminasilikat berpori yang dibentuk oleh satuan tetrahedra
SiO44- dan AlO4
5- secara tiga dimensi (Tektosilikat) menghasilkan kerangka struktur yang
banyak mengandung rongga dan saluran berdimensi molekular yang saling dihubungkan.
Rumus umum zeolit yaitu :
Mx/n[(AlO2)x(SiO2)y].mH2O
Zeolit mempunyai kapasitas yang tinggi sebagai adsorben. Mekanisme adsorpsi yang
mungkin terjadi adalah adsorpsi fisika ( melibatkan gaya Van der Walls), adsorpsi kimia
(melibatkan gaya elektrostatik), ikatan hidrogen dan pembentukan kompleks koordinasi.
Molekul atau zat yang dijerap akan menempati posisi pori. Daya serap zeolit tergantung dari
jumlah pori dan luas permukaan. Molekul – molekul dengan ukuran lebih kecil dari pori yang
mampu terserap oleh zeolit.
Gamma Alumina
Gamma alumina merupakan salah satu bentuk dari alumina metastabil atau alumina
transisi yang didapat dari pemanasan boehmite dengan temperature dibawah 600oC. Bentuk
alumina metastabil lainnya adalah gamma alumina dari pemanasan boehmite pada suhu
900oC – 1000oC. Kedua alumina metastabil ini akan menjadi alumina stabil pada pemanasan
diatas 1100oC.
Gamma alumina sering digunakan sebagai adsorben dan katalis karena mempunyai
luas permukaan yang besar ( 150 – 300 m2/g), volume pori yang besar (0,5 – 1 cm3/g), ukuran
pori yang besar (0,15 – 1 cm3/g) dan relatif stabil pada berbagai rentang suhu untuk reaksi
Studi Adsorpsi ..., Ayu Pratiwi, FMIPA UI, 2016
5
katalisis. Selain itu, gamma alumina juga mempunyai sifat lainnya yaitu murah, stabil pada
suhu tinggi, stabil secara fisik, mudah dibuat dan mempunyai kekuatan fisik yang tinggi
(Harfani, 2009).
Karbon Aktif
Karbon aktif adalah padatan amorf yang memiliki luas permukaan internal dan
volume pori yang sangat besar. Dalam aplikasinya produk karbon aktif terdapat dalam bentuk
serbuk dan granular. Karbon aktif dalam bentuk serbuk yang halus mempunyai distribusi
ukuran partikel 5 – 110 mikrometer, tetapi untuk beberapa aplikasi khusus dapat digunakan
ukuran yang lebih besar. Karbon granular terdiri dari dua bentuk yaitu regular dan irregular.
Ukuran pori diklasifikasikan oleh IUPAC sebagai mikropori (pori dengan ukuran < 2nm) ,
mesopore (lebar pori 2-50 nm) dan makropori (lebar pori >50 nm). Beberapa produk
komersial karbon aktif memiliki luas permukaan antara 500 – 2000 m2/g, namun beberapa
karbon aktif yang ditemui memiliki luas permukaan 3500 – 5000 m2/g.
Sifat adsorpsi karbon aktif adalah tidak tetap karena dipengaruhi oleh struktur pori
dan komposisi kimia. Komponen yang menentukan kekuatan adsorpsi permukaan karbon
adalah penyebaran komponen dari gaya Van Der Waals. Karbon aktif mengandung abu dan
beberapa komponen utama yaitu silikat dan aluminat dengan sedikit kalsium, magnesium,
besi, kalium, tembaga, boron, arsen dan vanadium.
Adsorpsi
Adsorpsi merupakan proses pemisahan molekul yang berdifusi dari suatu fluida yang
terserap pada pemukaan padatan adsorben (Ruthven Douglas M, 1984). Adsorpsi juga dapat
didefinisikan sebagai proses penyerapan secara fisik atau kimia pada lapisan permukaan
material penyerap dimana senyawa yang terserap terakumulasi pada lapisan permukaan
antardua fasa (interface). Interface merupakan lapisan homogen yang menjadi tempat
terjadinya kontak antara dua permukaan material yang berbeda.
Material yang diadsorpsi disebut sebagai adsorbat, sedangkan material yang
digunakan sebagai pengadsorpsi disebut sebagai adsorben. Pada umumnya, adsorben
merupakan partikel kecil yang aktif meyerap komponen-komponen yang terkandung dalam
suatu fluida. Material yang biasa digunakan sebagai adsorben, antara lain bentonit, karbon
aktif, silika, zeolit, dan lain-lain. Secara umum, adsorpsi molekul pada lapisan antarmuka
dapat terjadi melalui dua jenis mekanisme, yaitu adsorpsi fisika dan adsorpsi kimia.
Adsorpsi Fisika (Physisorption)
Adsorpsi fisika merupakan proses adsorpsi yang terjadi akibat adanya perbedaan
Studi Adsorpsi ..., Ayu Pratiwi, FMIPA UI, 2016
6
energi bermuatan listrik (gaya Van der Waals). Perbedaan muatan listrik antara permukaan
adsorben dengan partikel adsorbat menyebabkan gaya tarik antar keduanya sehingga molekul
adsorbat akan terikat secara fisik pada molekul atau permukaan adsorben. Proses adsorpsi
akan terjadi ketika gaya tarik molekul antara molekul adsorbat dengan permukaan adsorben
lebih besar dibandingkan gaya tarik molekul yang terjadi antar partikel adsorbat.
Adsorpsi Kimia (Chemisorption)
Adsorpsi kimia dapat terjadi akibat adanya ikatan kimia antara partikel adsorbat dengan
permukaan adsorben. Adsorpsi kimia bersifat endotermis dan terjadi pada temperatur yang
tinggi. Adsorpsi kimia dapat terjadi dengan diawali proses adsorpsi fisika, yaitu partikel
adsorbat tertarik ke permukaan adsorben melalui gaya Van der Waals. Oleh karena terjadi
ikatan kimia, suatu lapisan dapat terbentuk pada permukaan adsorben. Ketika lapisan tersebut
terus terbentuk, adsorben tidak akan mampu lagi menyerap partikel adsorbat lainnya. Selain
itu, proses adsorpsi kimia ini bersifat irreversible.
Isoterm Adsorpsi
Isoterm adsorpsi merupakan hubungan antara jumlah zat yang diadsorpsi dengan
kesetimbangan tekanan pada temperatur tetap. Terdapat pemodelan isoterm adsorpsi yang
umum digunakan, yaitu isoterm adsorpsi Langmuir dan isotem adsopsi Freundlich.
Penentuan Model Isoterm Adsorpsi
Penentuan model isotherm adsorpsi dilakukan dengan menggunakan metode regresi
linear terhadap persamaan isotherm Langmuir dan isotherm Freundlich. Bentuk logaritmik
persamaan isotherm Freundlich menurut Panneerselvann et al., 2009) dapat ditulis menjadi (
Freundlich, 1906) :
Menurut Panneerselvann et al., (2009) persamaan isotherm Langmuir dapat diulis sebagai
berikut ( Langmuir, 1918) :
Keterangan :
qe = jumlah adsorbat terserap per massa padatan pada kesetimbangan (mg/g)
Ce = konsentrasi larutan pada kesetimbangan (mg/L)
Kf = kapasitas adsorpsi relatif adsorben (mg/g)
1/n = konstanta indikatif yang menunjukkan intensitas proses adsorpsi
Qo = kapasitas adorpsi lapisan tunggal (mg/g)
b = konstanta yang berhubungan dengan energi adsorpsi
log qe = log Kf + 1/ n log Ce
Ce/ qe = 1/Qob + Ce/Qe
Studi Adsorpsi ..., Ayu Pratiwi, FMIPA UI, 2016
7
Dari pengaluran linear log qe terhadap log Ce (model Freundlich) dan 1/qe terhadap
1/Ce (model Langmuir) akan diperoleh nilai koefisien korelasi (R2) yang menunjukkan
kecenderungan pemilihan model isotherm yang sesuai untuk adsorpsi yang terjadi.
Impregnasi
Impregnasi merupakan metode yang paling umum untuk memasukkan unsur logam ke
dalam pori – pori katalis support yaitu dengan mengimpregnasi larutan logam tersebut dan
dengan pertukaran kation dan anion dari logam tersebut.
Analisa Kadar Sulfida
Metode penetapan kadar sulfida yang digunakan adalah secara titrasi iodometri. Pada
prinsipnya sulfida didalam larutan asam bila bereaksi dengan iod berlebih akan dioksidasi
menjadi sulfur. Kelebihan iod akan dititrasi kembali dengan natrium tiosulfat.
Titik akhir titrasi dapat diketahui dengan menggunakan larutan amilum sebagai
indikator yang ditambahkan pada saat mendekati titik akhir titrasi, jika terlihat suatu
pewarnaan iod yang lemah, dengan adanya jumlah sedikit iod akan terjadi senyawa iod
amilum yang berwarna biru tua. Kepekaan reaksi warna ini dipengaruhi dengan adanya ion
iodida, jika tidak ada ion iodida, hanya akan terjadi pewarnaan biru lemah (Khopkar
SM,1990).
Persamaan reaksi :
S2- + I2 S + 2I-
I2 + 2S2O32- S4O6
2- + 2I-
Indikator kanji ditambahkan saat menjelang titik akhit titrasi dan perubahan warna
pada titik akhir yaitu larutan yang tak berwarna (bening).
Metode Karakterisasi
Spektrofotometri Serapan Atom
Spektrofotometri Serapan Atom (AAS = Atomic Absorption Spectrofotometry) adalah
suatu metode analisis kimia yang digunakan untuk menentukan unsur – unsur yang
terkandung dalam suatu sampel beserta konsentrasinya.
Spektrofotometer UV-Vis
Spektrofotometer UV-Vis merupakan alat yang menggunakan prinsip metode
spektofotometri untuk pengukuran pada daerah ultra violet dan sinar tampak (visible), yaitu
200-800 nm. Instrumen ini digunakan untuk mengukur jumlah serapan sinar ultra violet atau
sinar tampak oleh suatu zat dalam bentuk larutan.
Spektrofotometer FTIR
Studi Adsorpsi ..., Ayu Pratiwi, FMIPA UI, 2016
8
Daerah inframerah (IR) dibagi menjadi 3 daerah bilangan gelombang, yaitu daerah IR
jauh (400-10 cm-1), daerah IR tengah (4000-400 cm-1), dan daerah IR dekat (12500-4000
cm-1).
Spektrofotometri IR dapat digunakan untuk identifikasi struktur molekul dan analisis
kuantitatif karena intensitas (absorbansi) dalam spektra IR berbanding lurus dengan
konsentrasi gugus fungsional yang bersesuaian dalam molekul kimia, seperti ditunjukkan
dalam hukum Lambert - Beer.
Karakterisasi BET
BET merupakan singkatan dari nama-nama ilmuwan yang menemukan teori luas
permukaan pada suatu material. Mereka adalah Brunaeur, Emmet dan Teller. BET digunakan
untuk karakterisasi permukaan suatu material yang meliputi surface area (SA, m2 /g),
diameter pori (D) dan volume pori (Vpr, cc/g).
Metode Penelitian
Alat
Alat – alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah beaker glass, labu
ukur, gelas ukur, pipet ukur, erlenmeyer, buret,oven, kertas saring Whatmann 40, kalsinator
dan neraca analitik. Instrumen yang digunakan yaitu Spektrofotometri Serapan Atom (AAS)
untuk mengetahui kadar ion logam Cu yang teradsorpsi , Spektrofotometer UV-Vis untuk
mengetahui kadar nitrat pada filtrat , Fourier Transform Infra Red (FTIR) untuk mengetahui
gugus fungsi pada minyak solar sebelum dan sesudah terimpregnasi ion logam Cu dan BET
untuk mengetahui luas permukaan dari adsorben yang terdiri dari zeolit, gamma alumina dan
karbon aktif.
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain zeolit, karbon aktif, gamma
alumina sebagai adsorben, larutan Cu(NO3)2. 3H2O, akuademin, Na2S dan minyak solar.
Menggunakan Iodin, HCl, indikator kanji dan Na2S2O3.5H2O sebagai bahan untuk melakukan
titrasi iodometri.
Prosedur Kerja
Aktivasi Adsorben
Studi Adsorpsi ..., Ayu Pratiwi, FMIPA UI, 2016
9
Aktivasi adsorben dilakukan pada suhu 100oC untuk karbon aktif dan gamma alumina
selama 5 jam sedangkan pada zeolit dipanaskan pada suhu 350oC selama 5 jam.
Impregnasi
Impregnasi dilakukan terhadap sampel yang sudah dioven. Cara kerjanya yaitu
dengan membuat larutan garam nitrat Cu dan mencampurkannya dengan adsorben disertai
pengadukan selama beberapa jam pada suhu kamar. Setelah itu padatan dipisahkan dari
larutan dengan kertas saring whatman no 40.
Pembuatan Larutan Uji
Senyawa yang digunakan untuk menguji kadar sulfida adalah Na2S. Mula – mula
larutan Na2S dibuat pada konsentrasi 1000 ppm. Setelah itu adsorben yang telah diimpregnasi
(Zeolit, Karbon Aktif, dan Gamma Alumina) ditimbang masing – masing sebanyak 5 gram.
Lalu ditempatkan pada wadah seperti vial 100 mL, kemudian memasukkan larutan Na2S
sebanyak 30 mL. Tutup wadah tersebut, diamkan sambil sesekali diaduk selama 12 jam, 24
jam, dan 48 jam. Setelah itu pisahkan filtrat dan endapan, uji filtrat untuk menentukan sisa
sulfida yang terkandung.
Uji Sulfida secara Iodometri
Persiapan Larutan
• Pembuatan larutan baku Na2S2O3.5H2O 0,025 N
• Pembakuan Larutan Na2S2O3.5H2O 0,025 N
Uji Sampel Sulfida
Mengukur sejumlah volume tertentu larutan iodin 0,025 N dan masukkan dalam labu
erlenmeyer , tambah air suling sampai volume 20 mL . Tambah 2 mL HCl 6 N, lalu
masukkan 200 mL sampel ( jika warna iodin hilang tambahkan sampai timbul warna kuning
muda) . Titrasi menggunakan larutan natrium tiosulfat 0,025 N tambahkan beberapa indikator
kanji sampai warna menjadi biru, titrasi sampai titik akhir yang ditunjukkan dengan
hilangnya warna biru muda.
Tahap Uji dengan Minyak Solar
Sampel Minyak Solar yang digunakan berasal dari SPBU di wilayah Kalimalang.
Masing – masing dari Zeolit, Karbon Aktif, Gamma Alumina yang sudah terimpregnasi
ditimbang sebanyak 5 gram, kemudian dimasukkan ke dalam wadah vial 100 mL, setelah itu
Studi Adsorpsi ..., Ayu Pratiwi, FMIPA UI, 2016
10
masukkan 30 mL minyak solar, tutup vial dan diamkan sambil beberapa kali diaduk selama
24 jam.
Metode Pengolahan Data
Analisa Data AAS
Data yang didapat berupa konsentrasi ion Cu yang terserap pada adsoorben yang terdiri dari
Karbon Aktif, Gamma Alumina dan Zeolit.
Analisa Data UV-Vis
Data yang didapat berupa konsentrasi nitrat yang tersisa pada saat larutan Na2S dimasukkan
kedalam adsorben yang telah diimpregnasi.
Analisa Data FTIR
Data yang didapat berupa peak – peak senyawa yang terkandung di dalam minyak solar
sebelum maupun sesudah diberi adsorben yang telah diimpregnasi.
Analisa Data BET
Data yang didapat berupa luas area yang dimiliki adsorben yang terdiri dari Karbon Aktif,
Gamma Alumina dan Zeolit sebelum dan sesudah proses impregnasi.
Hasil dan Pembahasan
Pengukuran Adsorpsi Ion Logam Cu
Hasil analisa dengan menggunakan instrumen AAS dapat diketahui konsentrasi dari
ion Cu yang terserap pada adsorben.
Berdasarkan Tabel 4.1 terlihat bahwa konsentrasi ion Cu yang terserap pada berbagai
adsorben berbeda – beda, dimana karbon aktif yang paling banyak menyerap ion logam Cu
kemudian gamma alumina dan terakhir zeolit, selain itu konsentrasi Cu nitrat yang digunakan
Adsorben Konsentrasi Cu
Nitrat Konsentrasi ion Cu yang terserap
(ppm)
Karbon Aktif 0,1 M
5496
Gamma Alumina 5106
Zeolit 827
Karbon Aktif 0,5 M
19957
Gamma Alumina 10524
Zeolit 4905
Tabel 4.1 Hasil pengukuran adsorpsi ion Cu oleh Karbon Aktif, Gamma Alumina dan Zeolit dengan variasi konsentrasi larutan
Studi Adsorpsi ..., Ayu Pratiwi, FMIPA UI, 2016
11
juga mempengaruhi seberapa banyak penyerapan ion Cu pada adsorben. Hal ini menunjukkan
bahwa karbon aktif memiliki kemampuan adsorpsi yang paling baik dibandingkan dengan
gamma alumina dan zeolit.
4.2 Karakterisasi dengan Brunauer Emmett Teller (BET)
Karakterisasi dengan BET dilakukan untuk analisis luas permukaan dari material
berpori dengan menentukan volume teradsorpsi pada permukaan adsorben. Prinsip
pengukuran luas permukaan dengan BET didasarkan pada proses adsorpsi dan desorpsi gas
nitrogen. Analisis tersebut bertujuan untuk mengetahui pengaruh ion Cu yang terserap pada
permukaan adsorben yang terdiri dari zeolit, gamma alumina dan karbon aktif.
Tabel 4.2. Hasil BET luas permukaan adsorben sebelum dan sesudah impregnasi
Adsorben Luas Permukaan (m2/g)
Karbon Aktif 745,317
Gamma Alumina 313,707
Zeolit 22,934
Karbon Aktif - Cu 677,802
Gamma Alumina - Cu 311,339
Zeolit - Cu 14,118
Dari hasil Tabel 4.2 menunjukkan bahwa karbon aktif memiliki luas permukaan
paling besar yaitu 745,317 m2/g, kemudian gamma alumina 313, 707 m2/g dan terakhir zeolit
22,934 m2/g. Selain itu luas permukaan pada adsorben yang telah terimpregnasi ion logam Cu
mengalami penurunaan dibandingkan dengan luas permukaan adsorben saja. Hal ini
menunjukkan bahwa ion Cu berhasil masuk kedalam pori adsorben.
Adsorben yang telah diimpregnasi kemudian ditimbang 5 gram masing – masing, lalu
ditempatkan dalam vial kemudian dimasukkan larutan Na2S 1000 ppm sebanyak 30 mL,
segera tutup vial tersebut agar gas sulfida tidak menguap. Diamkan sambil beberapa kali
diaduk selama waktu yang ditentukan. Reaksi yang terjadi :
Cu(NO3)2 + Na2S CuS + NaNO3
(endapan hitam)
Endapan dan filtrat dipisahkan, lalu uji kadar sulfida filtrat dengan menggunakan
titrasi iodometi untuk mengetahui konsentrasi ion sulfida yang tidak teradsorpsi. Titrasi
Studi Adsorpsi ..., Ayu Pratiwi, FMIPA UI, 2016
12
Tabel 4.4. Hasil pengaluran linear terhadap persamaan isoterm Freundlich dan Langmuir
dilakukan dengan terlebih dahulu mereaksikan sampel uji dengan iodin, lalu kelebihan iodin
dititrasi dengan natrium tiosulfat. Setelah dititrasi tambahkan indikator amilum atau kanji,
lalu titrasi kembali sampai larutan tidak berwarna.
Tabel 4.3. Konsentrasi ion sulfida yang mengikat ion Cu membentuk CuS
Berdasarkan Tabel 4.3 terlihat bahwa adsorben karbon aktif yang telah terimpregnasi
ion Cu mampu membentuk endapan CuS lebih banyak dibandingkan dengan gamma alumina
dan zeolit yang telah terimpregnasi ion Cu sehingga kandungan sulfida pada filtrat sudah
hampir habis. Selain itu konsentrasi Cu Nitrat yang digunakan untuk impregnasi juga
mempengaruhi berkurangnya kadar sulfida pada filtrat dimana semakin tinggi konsentrasi Cu
Nitrat yang digunakan maka CuS yang terbentuk makin banyak dan juga waktu kontak yang
digunakan untuk membentuk CuS berbeda – beda. Semakin lama waktu kontak yang
digunakan semakin banyak konsentrasi ion sulfida yang mengikat ion Cu membentuk CuS.
Penentuan Isoterm Adsorpsi
Pemodelan isoterm adsorpsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah isoterm
adsorpsi Langmuir dan isoterm adsorpsi Freundlich. Penentuan isoterm adsorpsi dilakukan
menggunakan data hasil variasi konsentrasi adsorpsi Na2S yaitu 100, 200, 300, 400 dan 500
ppm selama 2 jam. Penentuan model isoterm adsorpsi dilakukan melalui metode regresi
linear terhadap persamaan isoterm adsorpsi Langmuir dan isoterm adsorpsi Freundlich.
Adsorben Konsentrasi Cu Nitrat
(M)
Konsentrasi Ion Sulfida (ppm)
12 jam 24 jam 48 jam
Karbon Aktif -‐ Cu
0,1
966,04 973,54
Gamma Alumina -‐ Cu 630,59 665,01
Zeolit – Cu 417,97 438,24
Karbon Aktif -‐ Cu
0,5
920,30 998,39 1000
Gamma Alumina – Cu 724,13 824,86 1000
Zeolit – Cu 636,48 689,86 746,77
Studi Adsorpsi ..., Ayu Pratiwi, FMIPA UI, 2016
13
Berdasarkan hasil penentuan isoterm adsorpsi dengan metode adsorpsi Langmuir dan
Freundlich menunjukkan bahwa adsorpsi ion sulfida oleh karbon aktif , gamma alumina dan
zeolit yang telah terimpregnasi ion Cu cenderung menggunakan pemodelan isotherm adsorpsi
Langmuir dikarenakan nilai R2 yang mendekati 1. Berdasarkan asumsi pemodelan isoterm
Langmuir ini menandakan terjadi proses adsorpsi secara kimia (chemisorption) dan terdapat
ikatan kimia antara permukaan adsorben dengan molekul adsorbat.
Penentuan Kadar Nitrat Pada proses adsorpsi ion sulfida oleh zeolit, gamma alumina dan karbon aktif yang
telah terimpregnasi ion Cu, terjadi pertukaran anion antara NO3- dengan S2- dimana nantinya
S2- berikatan dengan Cu2+ membentuk CuS. Oleh karena itu dilakukan uji terhadap kadar
nitrat yang terdapat pada filtrat hasil adsorpsi ion sulfida oleh zeolit, gamma alumina dan
karbon aktif yang terimpregnasi ion Cu menggunakan Spektrofotometri UV –
Vis.Pengukuran dilakukan pada panjang gelombang 202 nm, menggunakan larutan KNO3
sebagai larutan standar.
Tabel 4.5. Konsentrasi nitrat yang tersisa pada filtrat setelah membentuk endapan CuS
Adsorben Konsentrasi Cu Nitrat (M)
Konsentrasi Nitrat yang tersisa (ppm)
karbon aktif 0,1
775,3 gamma alumina 641,7
zeolit 354,2 karbon aktif
0,5 941,3
gamma alumina 821,2 zeolit 654,1
Adsorben Waktu Kontak
Freundlich Langmuir
Persamaan Linear R² Persamaan
Linear R²
Karbon Aktif - Cu 2 jam y = 0,2496x +
0,3955 0,948 y = 0,1038x + 1,5925 0,9847
Gamma Alumina –
Cu 2 jam y = 0,2205x +
0,3378 0,986 y = 0,1296x + 2,3871 0,988
Zeolit - Cu 2 jam y = 0,2202x + 0,2709 0,9708 y = 0,1401x +
3,995 0,9804
Studi Adsorpsi ..., Ayu Pratiwi, FMIPA UI, 2016
14
Berdasarkan Tabel 4.5 dapat diketahui bahwa konsentrasi nitrat hampir sebanding
dengan konsentrasi sulfida yang berikatan dengan ion Cu, hal ini menunjukkan bahwa
terjadinya proses pertukaran anion pada saat proses adsorpsi ion sulfida dengan adsorben
yang terimpregnasi.
Karakterisasi Fourier Transform Infra Red (FTIR)
Analisa dengan spektrofotometer Fourier Transformation Infrared (FTIR) dilakukan
untuk mengetahui gugus fungsi sulfur yang terdapat pada minyak solar. Pada gambar 4.14
terdapat puncak serapan pada bilangan gelombang sekitar 2600 cm-1 yang merupakan puncak
dari vibrasi S-H thiols dengan luas area 1,53%. Pada gambar juga terdapat puncak serapan
pada bilangan gelombang 759 cm-1 yang merupakan puncak serapan dari vibrasi S-OR esters.
Studi Adsorpsi ..., Ayu Pratiwi, FMIPA UI, 2016
15
Gambar 4.15 merupakan spektrum FTIR minyak solar setelah penambahan karbon
aktif yang terimpregnasi ion logam Cu dengan konsentrasi Cu Nitrat 0,1, 0,5 dan 1 M. Pada
gambar terdapat puncak serapan pada bilangan gelombang sekitar 2600 cm-1 yang merupakan
puncak dari vibrasi S-H thiols dengan luas area 0,12%. Akan tetapi pada gambar tidak
terdapat puncak serapan pada bilangan gelombang 759 cm-1 yang merupakan puncak serapan
dari vibrasi S-OR esters.
Studi Adsorpsi ..., Ayu Pratiwi, FMIPA UI, 2016
16
Gambar 4.16 merupakan spektrum FTIR minyak solar setelah gamma alumina yang
terimpregnasi ion Cu dengan konsentrasi Cu Nitrat 0,1 , 0,5 dan 1 M. Pada gambar terdapat
puncak serapan pada bilangan gelombang sekitar 2600 cm-1 yang merupakan puncak dari
vibrasi S-H thiols dengan luas area 0,12%. Akan tetapi pada gambar tidak terdapat puncak
serapan pada bilangan gelombang 759 cm-1 yang merupakan puncak serapan dari vibrasi S-
OR esters.
Gambar 4.17 merupakan spektrum FTIR minyak solar setelah penambahan zeolit
yang terimpregnasi ion Cu dengan konsentrasi Cu Nitrat 0,1 , 0,5 dan 1 M. Pada gambar
terdapat puncak serapan pada bilangan gelombang sekitar 2600 cm-1 yang merupakan puncak
dari vibrasi S-H thiols dengan luas area 0,15%. Akan tetapi pada gambar tidak terdapat
puncak serapan pada bilangan gelombang 759 cm-1 yang merupakan puncak serapan dari
vibrasi S-OR esters.
Dari hasil FTIR tersebut menunjukkan adanya penurunan kadar sulfur organik akan
tetapi perbedaan konsentrasi ion Cu yang digunakan tidak menunjukkan hasil yang
signifikan.
Studi Adsorpsi ..., Ayu Pratiwi, FMIPA UI, 2016
17
Kesimpulan
• Berdasakan hasil Spektrofotometri Serapan Atom (AAS) karbon aktif memiliki
kemampuan yang paling baik untuk mengadsorpsi ion logam Cu dibandingkan
dengan gamma alumina dan zeolit.
• Berdasarkan karakterisasi BET, karbon aktif memiliki luas permukaan yang paling
besar yaitu 745,317 m2/g, kemudian gamma alumina yaitu 313,707 m2/g dan zeolit
yaitu 22,934 m2/g.
• Zeolit, gamma alumina dan karbon aktif berhasil dimodifikasi dengan ion logam Cu
yang dibuktikan dengan penurunan luas permukaan pada hasil karakterisasi BET.
• Karbon aktif- Cu memiliki kemampuan adsorpsi ion sulfida lebih baik dibandingkan
dengan gamma alumina - Cu dan zeolit – Cu.
• Proses adsorpsi ion sulfida oleh karbon aktif – Cu, gamma alumina – Cu dan zeolit –
Cu memenuhi persamaan isoterm adsorpsi Langmuir.
• Terjadi pertukaran anion antara NO3- dengan S2- yang dibuktikan dengan adanya
kadar nitrat yang terdapat pada filtrat hasil adsorpsi ion sulfida oleh karbon aktif – Cu,
gamma alumina – Cu dan zeolit Cu.
• Hasil FTIR minyak solar yang diberikan adsorben yang telah diimpregnasi dengan ion
logam Cu menunjukkan adanya pengurangan pada puncak dari vibrasi S-H thiols
yang menunjukkan adanya penurunan kadar sulfur walau tidak secara kuantitatif dan
tidak terdapat puncak serapan pada bilangan gelombang 759 cm-1 yang merupakan
puncak serapan dari vibrasi S-OR esters.
Saran
• Melakukan variasi waktu kontak pada saat adsorben diimpregnasi dengan ion logam
Cu.
• Mencari metode lain untuk analisia kadar ion sulfida selain dengan metode titrasi.
• Minyak solar yang digunakan sebaiknya yang belum ditambahkan dengan zat aditif.
• Menggunakan metode lain untuk analisa kadar sulfur dalam minyak solar seperti GC
sulfur atau XRF.
Daftar Referensi
Atkins, P. W. 1999. Kimia Fisika (diterjemahkkan oleh Kartahadiprojo Irma I), Edisi ke 2.
Jakarta : Erlangga.
Studi Adsorpsi ..., Ayu Pratiwi, FMIPA UI, 2016
18
Estiaty , Lenny Marilyn. 2012. “Kesetimbangan dan Kinetika Adsorpsi Ion Cu 2+ Pada Zeolit
– H”. Riset Geologi dan Pertambangan Vol. 2 No 2. 127 -141.
Ferdianti, Anggia. 2009. Tugas Akhir: Preparasi Zeolit Sintetik sebagai Adsorben untuk
Penurunan Sulfur dalam Minyak Solar. Tugas Akhir Program Studi D3 Kimia
Terapan FMIPA UI. Depok.
Gimbert F, Morin-Crini N, Renault F, Badot P M, Crini G. 2008.” Adsorption isotherm
models for dye removal by cationized starch-based material in a single component
system: Error analysis”. Journal of Hazardous Materials, 157: 34-46
Hardjono, Sastrohamidjojo. 2007. Spektroskopi. Yogyakarta : Liberty.
Harfani, Retno. 2009. Skripsi : Sintesis Katalis Padatan Asam Gamma Alumina Terfosfat dan
Digunakan Untuk Sintesis Senyawa Metil Ester Asam Lemak dari Limbah Produksi
Margarin. Skripsi. Departemen Kimia FMIPA UI. Depok.
Jeevanandam P. Kabunde KJ. Tetzler SH. 2005. “Adsorption of Thiopenes out of
Hydrocarbons Using Metal Impregnated Nanocrystalline Aluminium Oxide”.
Microporous and Mesoporous Materials 79. p. 101-110.
Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI Press.
Limousin , J.-P. Gaudet , L. Charlet , S. Szenknect , V. Barthe`s , M. Krimissa. 2007.
“Sorption isotherms: A review on physical bases, modeling and measurement”.
Applied Geochemistry, 22: 249 – 275 pp.
Lusia, Anda. 2009. “Desulfurisasi Minyak Solar Dengan Menggunakan Adsorben Zeolit
Alam”. Jurnal Zeolit Indonesia Vol 8 No 1.
Mudjirahardjo. 1997. Kimia Minyak Bumi. Cepu : Pusat Pengembangan Tenaga Perminyakan dan Gas Bumi.
Muhamad Ariotejo, Yoga. 2006. Skripsi: Preparasi Katalis CuO/ZnO/gammaAlumina
dengan Metode Kopresipitasi dan Impregnasi. Tugas Akhir Program Studi D3 Kimia
Terapan FMIPA UI. Depok.
Narwin. 2002. Skripsi: Proses Desulfurisasi Fraksi Minyak Bumi dengan Metode Oksidasi –
Ekstraksi. Skripsi Jurusan Gas dan Petrokimia Fakultas Teknik Universitas Indonesia.
Depok.
Studi Adsorpsi ..., Ayu Pratiwi, FMIPA UI, 2016
19
Panneerselvam, P., Bala, V.S.S., Thiruvengadaravi, K.V ., Nandagopal, J., Palanichamy, M.
& Sivanesan, S. 2009. “The removal of copper ions from aqueous solution using
phosphoric acid modified !-zeolites”. Indian Journal of Science and Technology. 2 (2):
63-66.
Priantini, Tania .2014. Skripsi : Sintesis Material Karbon Mesopori Melalui Metode Soft
Template dan Aplikasinya Sebagai Adsorben Zat Warna Acid Red 119.Skripsi Sarjana
FMIPA UI. Depok.
Pine, SA.h. 1988. Kimia Organik Edisi Keempat. Bandung : ITB
Ruthven, Douglas M. 1984. Principles of Adsorption Processes. Kanada ; Published simultaneously.
Salem ABSH. 1994. “Naphta Desulfurization by Adsorption”. Ind. Eng. Chem. Res. 33. p.
336-340.
Sumanti, Ika. 2008. Tugas Akhir: Preparasi dan Karakterisasi Zeolit sebagai Adsorben
Pengurangan Sulfur dalam Minyak Solar. Tugas Akhir Program Diploma 3 Kimia
Terapan FMIPA UI. Depok.
Sunardi. 2014. Diktat Penuntun Praktikum Kimia Analisa Instrumentasi. Depok : Kimia
FMIPA UI.
Storck S, Bretinger H & Maier WF. 1998. “Characterization of Micro- and Mesoporous
Solids by Physisorption Methods and Pore-size Analysis”. Applied Catalysis A:
Genera.174: 137-146.
Velu S. Ma X. Song C. 2003. “Selective Adsorption for Removing Sulfur from Jet Juel over
Zeolite –based Absorbents”. Ind. Eng. Chem. Res. 42. p. 5293-5304.
Yang RT. Maldonado AJH. Yang FH. 2003. “Desulfurization of Transportation Fuels with
Zeolites Under Ambient Conditions”. Science. p. 29-81.
Studi Adsorpsi ..., Ayu Pratiwi, FMIPA UI, 2016