sttpd.files.wordpress.com · seorang hamba tuhan yang pernah melayani jemaat tersebut, seperti...

25

Upload: hoangkhuong

Post on 22-Mar-2019

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: sttpd.files.wordpress.com · seorang hamba Tuhan yang pernah melayani jemaat tersebut, seperti seorang gembala yang mengenal domba-dombanya (bnd. Yoh. 10:14) Ketika rasul Paulus melayani
Page 2: sttpd.files.wordpress.com · seorang hamba Tuhan yang pernah melayani jemaat tersebut, seperti seorang gembala yang mengenal domba-dombanya (bnd. Yoh. 10:14) Ketika rasul Paulus melayani
Page 3: sttpd.files.wordpress.com · seorang hamba Tuhan yang pernah melayani jemaat tersebut, seperti seorang gembala yang mengenal domba-dombanya (bnd. Yoh. 10:14) Ketika rasul Paulus melayani
Page 4: sttpd.files.wordpress.com · seorang hamba Tuhan yang pernah melayani jemaat tersebut, seperti seorang gembala yang mengenal domba-dombanya (bnd. Yoh. 10:14) Ketika rasul Paulus melayani
Page 5: sttpd.files.wordpress.com · seorang hamba Tuhan yang pernah melayani jemaat tersebut, seperti seorang gembala yang mengenal domba-dombanya (bnd. Yoh. 10:14) Ketika rasul Paulus melayani

HAK DAN KEWAJIBAN RASUL BERDASARKAN 1 KORINTUS 9: 1-14 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENDIDIK KRISTEN

Donna M. Nainggolan, M.Pd.K.

A. LANDASAN TEOLOGIS

1. Latar Belakang Kitab 1 Korintus

1.1 Keadaan Kota Korintus

Kota Korintus adalah kota yang besar, ibukota provinsi Akhaya yang terletak

ditepi laut dan merupakan suatu tempat yang strategis dan penting karena terletak di

persimpangan antara jalan raya sebelah barat dengan jalan raya sebelah timur. Dan

berdasarkan letaknya maka kota ini menjadi tempat yang strategis untuk melakukan

kegiatan perdagangan/perniagaan.

Sejarah kota Korintus cukup unik yaitu pada sekitar tahun 146 sM kota ini

dihancurkan oleh tentara Romawi dan kemudian dibangun kembali pada tahun 50

sM. Menurut catatan sejarah, penduduk kota Korintus terdiri dari pendatang Romawi,

orang Yunani asli, dan bangsa-bangsa Timur pada umumnya termasuk orang Yahudi.

Dalam Kisah 18:4 ditulis: “Dan setiap hari Sabat Paulus berbicara dalam rumah ibadat

dan berusaha meyakinkan orang-orang Yahudi dan orang-orang Yunani.”

Penduduk yang tinggal di kota Korintus memiliki mata pencaharian sebagai

pedagang, dan karena pengaruh pekerjaan mereka menjadi cepat kaya tetapi sayang

justru kekayaan itulah yang menyebabkan mereka banyak berbuat dosa. Selain

kejahatan di bidang materi secara moral penduduk kota Korintus melakukan

kejahatan di bidang keagamaan di mana mereka mulai menyembah banyak dewa

(Polytheisme).

Dikatakan bahwa pengaruh agama terhadap penduduk kota Korintus sangat

kuat, bahkan karena faktor agamalah yang telah menyebabkan mereka semakin jatuh

dalam kejahatan dan semakin bertambah-tambah. Mereka menyembah Dewi Venus,

sama seperti penduduk Efesus menyembah Dewi Diana, dan penduduk Athena

menyembah Dewi Minerva1

Dengan kejahatan yang demikian maka kota ini menjadi najis dan penuh

dengan dosa di hadapan Tuhan, tetapi walaupun demikian kota Korintus terkenal

juga sebagai kota yang disebut pusat pengetahuan, filsafat, dan olah raga. Rupanya

orang Kristen di Korintus jauh lebih maju dalam ilmu pengetahuan dari pada hal-hal

rohani sehingga sering mengakibatkan timbul kesalah pahaman dan perselisihan di

antara jemaat. Hal ini membuat mereka semakin jauh dari Tuhan.

Page 6: sttpd.files.wordpress.com · seorang hamba Tuhan yang pernah melayani jemaat tersebut, seperti seorang gembala yang mengenal domba-dombanya (bnd. Yoh. 10:14) Ketika rasul Paulus melayani

Letak kota Korintus yang strategis ini sebenarnya memiliki potensi untuk

masuknya Pekabaran Injil (PI). Mengingat mereka adalah kaum cerdik dan pandai

(cendikiawan) tetapi secara moral mereka merosot itulah sebabnya mereka

sebenarnya membutuhkan Injil untuk hidup mereka

1.1 Penulis Surat Korintus

Menurut penggolongan surat-surat Paulus yang terdahulu maka surat

Korintus ini harus dipandang sebagai uraian ajaran keselamatan, karena sebagian

besar berkenaan dengan pokok keselamatan. Bersama-sama dengan surat Galatia dan

Roma, surat-surat ini merupakan inti semua tulisan Paulus

Surat Korintus ditulis oleh rasul Paulus sendiri dan catatan sejarah Perjanjian

Baru mengakui bahwa memang Paulus yang menulis surat ini. 1 Korintus 1:1 berkata:

“Dari Paulus yang dikehendaki Allah dipanggil menjadi rasul Kristus.”1

1.2 Tujuan Penulisan

Dalam Kisah Para Rasul 18 dicatat bahwa Paulus pernah tinggal selama 18

bulan di Korintus dalam perjalanannya yang kedua untuk mengabarkan Injil dan

menguraikan dasar untuk mendirikan jemaat atau gereja disitu.

Surat yang ditulis oleh rasul Paulus ini memiliki tujuan dan alasan sebagai

seorang hamba Tuhan yang pernah melayani jemaat tersebut, seperti seorang gembala

yang mengenal domba-dombanya (bnd. Yoh. 10:14)

Ketika rasul Paulus melayani di kota ini ada banyak masalah yang terjadi, dan

ada dua alasan utama penulisan surat ini, yaitu:

Pertama, Paulus telah mendengar laporan yang diterimanya dari orang-orang dan

keluarga Kloe,

Sebab saudara-saudaraku, aku telah diberitahukan oleh orang-orang dari

keluarga Kloe tentang kamu, bahwa ada perselisihan di antara kamu, bahwa ada

perselisihan diantara kamu (1 Kor. 1:11)

Memang orang mendengar bahwa ada percabulan di antara kamu, dan percabulan

yang begitu rupa, seperti yang tidak terdapat sekalipun di antara bangsa-bangsa yang

tidak mengenal Allah, yaitu bahwa ada orang yang hidup dengan isteri ayahnya (1

Kor. 5:1)

Dari kedua ayat itu tersebut maka dapat diambil kesimpulan mengenai

masalah yang terjadi di kota Korintus, yaitu pertama, adanya perselisihan dan

perpecahan dalam jemaat menjadi beberapa golongan, perbuatan

1 J. Wesley Brill, Tafsiran Surat Korintus Pertama, (Bandung, Kalam Hidup, 1994), 11

Page 7: sttpd.files.wordpress.com · seorang hamba Tuhan yang pernah melayani jemaat tersebut, seperti seorang gembala yang mengenal domba-dombanya (bnd. Yoh. 10:14) Ketika rasul Paulus melayani

sumbang/perzinahan antara orang-orang dalam satu keluarga-seorang laki-laki

kawin dengan isteri ayahnya, adanya perkara-perkara pengadilan antara saudara

seiman dan yang terakhir adalah adanya penyalah gunaan kebebasan orang Kristen.

Kedua, rasul Paulus mendengar secara langsung dari jemaat Korintus: “Sebab

sekarang aku tidak mau melihat kamu hanya sepintas lalu saja. Aku harap dapat

tinggal lebih lama dengan kamu, jika diperkenan Tuhan (1 Kor. 16:7).

Dengan adanya alasan diatas dapat diketahui mengenai latar belakang surat

Korintus dan tujuan penulisannya. Selain kedua soal yang sudah dijelaskan tadi hal

lain adalah bahwa rasul Paulus juga menerima surat dari jemaat yang isinya

melaporkan masalah-masalah yang terjadi di dalam jemaat Korintus, yaitu :

1. Perpecahan dalam gereja

2. Kasus Insect (hubungan seksual antar anggota keluarga dekat)

3. Kasus pengaduan ke pengadilan di antara sesama anggota jemaat

4. Penyalah gunaan “Kemerdekaan Orang Kristen”

Suasana yang kacau yang pada umumnya terjadi pada saat ibadah di gereja bahkan

saat perjamuan kudus

Bertolak dari masalah-masalah yang ada maka rasul Paulus menyadari

tanggung jawabnya sehingga ia harus menulis surat ini kepada mereka dengan

adanya banyak masalah yang harus diselesaikan dalam jemaat dan yang menjadi inti

permasalahan adalah perpecahan jemaat atau adanya pengelompokkan dalam

berjemaat. Dikatakan ada 3 golongan pada masa rasul Paulus melayani, yaitu:

Golongan Paulus sebagai pendiri jemaat, golongan Apolos-seorang Yahudi Kristen

yang paling berpengaruh dalam pengajarannya yang berasal dari Alexandria, dia

seorang guru, dan yang terakhir adalah golongan Kefas yang disebut Petrus-

pemimpin dari ke dua belas rasul yang memiliki banyak pengikut khususnya orang-

orang Yahudi Kristen.

Dalam bagian lain, rasul Paulus juga menjelaskan tentang tanggung jawabnya

atau kewajibannya kepada jemaat di Korintus.

It will help to emphasize these commands if one recalls the character of the city

of Corinth. In the first century it was nooted for its wickedness and immorality,

highlighted by the corrupt, sensual worship of Aphrodite, the Greek goddess of love (

itu akan menolong menekankan perintah-perintah ini jika mengingat sifat dari kota

Korintus. Pada abad pertama tercatat karena kejahatan dan imoralitasnya dibuai oleh

kejahatan, rangsangan penyembahan sexualitas, dewi cinta Yunani)2

Page 8: sttpd.files.wordpress.com · seorang hamba Tuhan yang pernah melayani jemaat tersebut, seperti seorang gembala yang mengenal domba-dombanya (bnd. Yoh. 10:14) Ketika rasul Paulus melayani

Penulisan 1 Korintus secara terus-menerus membahas masalah-masalah

prinsip hidup kekristenan. Juga dapat dikatakan merupakan himbauan dari rasul

Paulus kepada jemaat di Korintus untuk kembali kepada Injil. Rasul Paulus dengan

kerendahan hati dan penuh kasih menulis surat ini seperti seorang bapak kepada

anaknya. Dan satu hal yang terpenting dalam mengatasi masalah yang terjadi dalam

kehidupan berjemaat rasul Paulus terus berkeinginan untuk mengunjungi kota

Korintus. Inilah penekanan dan tujuan rasul Paulus menulis surat Korintus : “Hal ini

kutuliskan bukan untuk memalukan kamu, tetapi untuk menegur kamu sebagai anak-

anak yang kukasihi. Sebab sekalipun kamu mempunyai beribu-ribu pendidik dalam

Kristus, kamu tidak mempunyai banyak bapa. Karena akulah yang dalam Kristus

telah menjadi bapamu oleh Injil yang kuberitakan kepadamu. Sebab itu aku

menasehatkan kamu: Turutilah teladanku! ( 1 Korintus 4:14-16)

Teladan yang sudah diberikan oleh rasul Paulus adalah teladan sebagai

seorang hamba Allah berdasarkan Firman Tuhan yang sangat mengasihi jemaat-Nya.

B. LANDASAN TEORITIS

1. Analisis teks tentang Hak dan Kewajiban

Melalui surat rasul Paulus yang ditujukan kepada jemaat di Korintus, rasul Paulus

ingin menjelaskan tentang prinsip secara umum mengenai pembatasan kebebasan

orang Kristen. Dan sebelum rasul Paulus menerapkan prinsip tersebut kepada orang

lain maka ia terlebih dahulu menerapkannya kepada diri sendiri. Dengan tujuan agar

orang-orang di Korintus mengerti setelah rasul Paulus mendengar adanya masalah

penyalah gunaan kebebasan orang Kristen, dan dengan penjelasan ini rasul Paulus

ingin memperbaiki masalah tersebut. “The cleansing from false conception of

ministry, intellectual pride, social evils and other disorders”.2

Jemaat di Korintus pada saat itu memiliki anggapan yang salah tentang

keberadaan orang Kristen dalam hal kebebasan. Dan untuk mengatasi hal tersebut

rasul Paulus dalam suratnya menjelaskan tentang kebebasan yang bertanggung jawab

dlam hidup orang Kristen, dan sebagai contoh secara konkret dia mengambil dirinya

sebagai teladan bagi jemaat di Korintus

Hak yang dimiliki sebagai seorang rasul dan hamba Tuhan (1 Korintus 9: 1-14)

Sebagai mahluk sosial, setiap manusia mempunyai hak dan kewajibannya yang

harus diterima dan dijalankan dalam kehidupannya. Dan pada kenyataannya

keduanya sering menjadi dilema dalam hidup secara pribadi dan dalam

bermasyarakat.

2 Frank C. Thompson, Thompson Chain-Reference Bible, (Indiana-Polis B-B Kirkbridge Bible, Co,

Inc, 1964), 215

Page 9: sttpd.files.wordpress.com · seorang hamba Tuhan yang pernah melayani jemaat tersebut, seperti seorang gembala yang mengenal domba-dombanya (bnd. Yoh. 10:14) Ketika rasul Paulus melayani

Pada umumnya orang kurang antusias bila diperhadapkan dengan berbagai

macam kewajiban yang harus dipenuhi. Biasanya kita lebih senang menuntut hak-hak

kita. Padahal, antara hak dan kewajiban diibaratkan seperti dua sisi dari satu mata

uang. Jadi keduanya haruslah berjalan dengan seimbang. Keduanya saling terkait erat

sekali, tak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lain. Jika terjadi ketidak

seimbangan, maka akan terciptalah suatu kondisi atau keadaan yang kurang sehat.

Dalam hidup bermasyarakat, di bidang apa saja kita pasti berhubungan dengan hak

dan kewajiban.3

Masalah hak dan kewajiban berlaku disetiap aspek kehidupan dari manusia.

Kata ‘Hak’ menunjuk pada status atau derajat yang dimiliki oleh seseorang. Dalam

bahasa Inggris, kata ‘Hak’ memiliki beberapa pengertian: “Authority”.4, “Right”.5, dan

“power”.6 yang kesemuanya memiliki arti: Suatu kewibawaan, martabat untk

bertindak, melakukan kekuasaan sesuai dengan kekuatan, kemampuan atau

wewenang yang dimilikinya.

Dalam bahasa Yunani “Hak” disebut Exsousian yang berarti: Kekuatan,

kemerdekaan, kebebasan untuk melakukan. Kata “Exsousian” berasal dari kata dasar

“Exesti” yang artinya: mengijinkan, memperbolehkan.7

Jadi pengertian kata Hak adalah melakukan sesuatu berdasarkan kekuatan,

kekuasaan atau wewenang yang dimiliki oleh seseorang

Penguraian berdasarkan teks :

a. Ayat 1-3: Paulus sebagai seorang rasul menjelaskan dan sekaligus

mengatakan bahwa jika kebebasan orang Kristen memperbolehkan untuk

melakukan segala sesuatu, maka kasih Kristen seringkali melarangnya, hal

ini berarti bahwa kebebasan sebagai orang Kristen dibatasi oleh kasih

Kristen yaitu kasih kepada saudara-saudara seiman.

Sebagai orang Kristen biasa, rasul Paulus mempunyai kebebasan yang sama

seperti yang dimiliki oleh orang lain, tetapi sebagai seorang rasul dia

mempunyai beberapa hak-hak tambahan yang menunjukkan status

kerasulannya.

b. Ayat 4-6: Hak istimewa yang dimiliki oleh Paulus sebagai seorang rasul

dan hamba Tuhan, yaitu :

3 K. A. M Yusuf Roni, Membina Keluarga Bahagia, (Yogyakarta: ANDI, 1991), 1 4 Jay P. Green, Pocket Interlinear (New Testament), (Michigan: Baker Book House, 1976), 399 5 Holy Bible, The Thinline, New American Standard Reference Edition, (Chicago: Moody Press,

1997), 924 6 Holy Bible, (KJV), (The Gideons International, 1987), 1191 7 Robert L. Thomas, Exhausetive Concordance of Bible (Hebrew-Aramaic and Greek

Dictionary), 1649

Page 10: sttpd.files.wordpress.com · seorang hamba Tuhan yang pernah melayani jemaat tersebut, seperti seorang gembala yang mengenal domba-dombanya (bnd. Yoh. 10:14) Ketika rasul Paulus melayani

1. Hak untuk disokong/ditanggung oleh jemaat dalam kebutuhan

sehari-hari (makan dan minum), dalam hal-hal jasmani yang

meliputi sandang, pangan, dan papan

2. Hak untuk menerima tunjangan bagi isteri (jika sudah menikah). Hal

ini sepertinya sudah menjadi kebiasaan untuk rasul-rasul lain, secara

khusus Petrus dan saudara-saudara Tuhan Yesus (misalnya Yakobus

dan Yudas)

3. Hak untuk dibebaskan dari keperluan mencukupi diri sendiri

melalui pekerjaan sambilan

Hak-hak istimewa yang dimiliki oleh Paulus sebagai seorang rasul tidak

menjadikannya sombong atau bermegah karena ia tidak ingin menjadi batu

sandungan bagi orang lain (1 Kor. 8:13b).

Berbicara tentang hak biasanya cenderung ditujukan kepada kesempatan-

kesempatan yang harus dimiliki tetapi tidak menjadikan hal tersebut sebagai satu

kesempatan untuk memegahkan diri. Inilah teladan yang ingin disampaikan oleh

rasul paulus kepada jemaat di Korintus dengan tujuan agar jemaat dapat menyadari

bahwa hak yang dimiliki bukan dipergunakan hanya untuk memuaskan diri sendiri

tetapi juga harus diingat bahwa ada orang lain yang hidup disekitarnya.

Sebagai seorang hamba Tuhan, dalam hidupnya memiliki hak bahwa seluruh

hidupnya harus ditopang oleh jemaat yang dilayani, seperti yang ditulis di 1 Kor. 9:7:

“Siapakah yang pernah turut dalam peperangan atas biayanya sendiri? Siapakah yang

menanami kebun anggur dan tidak pernah memakan buahnya? Atau siapakah yang

menggembalakan kawanan domba dan yang tidak minum susu domba itu?”

Hal tersebut digambarkan melalui contoh dari kehidupan sehari-hari bahwa

setiap pekerjaan atau usaha yang dilakukan semua berhak mendapat tunjangan atau

penghasilan. Dalam bagian selanjutnya dikatakan bahwa rasul Paulus ingin

menekankan bahwa setiap orang yang bekerja harus makan dari tempatnya bekerja,

hal ini bukan hanya untuk manusia saja tetapi juga berlaku bagi hewan/binatang yang

dikatakan harus dibiarkan makan dari sisa-sisa di tempat pengirikan (bnd. Ul. 25:4), 1

Kor. 9:9: “Sebab dalam hukum Musa ada tertulis, janganlah engkau memberangus

mulut lembu yang sedang mengirik!” Lembukah yang Allah perhatikan?”

Penekanan ini muncul dari rasul Paulus supaya sebagai seorang hamba Tuhan

ketika berbicara tentang hak diingatkan bahwa hamba Tuhan yang bekerja untuk

Tuhan harus mempunyai pandangan, pikiran, atau konsep bahwa setelah ia bekerja

atau melayani akan mendapatkan balasan atas kerjanya (1 Kor.9:10-11). Artinya dapat

juga dijelaskan bahwa seseorang tidak dapat memaksa orang lain untuk berkorban

jika dirinya sendiri juga belum melakukan hal tersebut.

Page 11: sttpd.files.wordpress.com · seorang hamba Tuhan yang pernah melayani jemaat tersebut, seperti seorang gembala yang mengenal domba-dombanya (bnd. Yoh. 10:14) Ketika rasul Paulus melayani

Hak seorang hamba Tuhan adalah mendapat upah dalam pekerjaannya, rasul

Paulus melanjutkan bahwa jika seorang hamba Tuhan sudah membajak dan menabur,

maka akan ada waktu untuk menuai hasil pekerjaannya. Atau dengan kata lain hamba

Tuhan juga berhak menerima upah dari jemaat yang telah dilayaninya untuk segala

sesuatu yang diperlukan dalam hidupnya.

Dalam kehidupan jemaat di Korintus, para hamba Tuhan yang sudah

melayani di jemaat tersebut rupanya sudah menggunakan hak mereka dengan cara

menuntut dukungan dari jemaat di Korintus. Tetapi rasul Paulus yang ditulis sebagai

hamba Tuhan yang merintis Pekabaran Injil di Korintus, lebih mempunyai hak yang

lebih besar untuk menuntut juga hak yang dimilikinya. Tetapi ia tidak

mempergunakannya dengan satu alasan tidak mau menjadi beban bagi jemaat yang

sudah dia rintis dan layani karena jemaat ada waktu rasul Paulus melayani tergolong

masih baru atau baru bertumbuh. Dalam 1 Kor. 9:12; “Kalau orang lain mempunyai

hak untuk mengharapkan hal itu dari pada kamu, bukankah kami mempunyai hak

yang lebih besar?”. Selain itu juga dalam jemaat ada sekelompok orang yang tidak

menyukai atau tidak senang kepada rasul Paulus sehingga dengan berbagai cara

berusah untuk menjatuhkan dia, hanya oleh karena rasul Paulus tidak mau

menggunakan haknya sebagaimana mestinya.

Dari sikap dan tindakan rasul Paulus, dia ingin memberikan teladan sebagai

seorang rasul yang besar dan yang telah dipilih oleh Allah secara khusus supaya para

hamba Tuhan yang lain juga mengerti akan posisi haknya dalam kehidupan dan

pelayanan.

Dalam Perjanjian Lama juga dapat ditemukan penjelasan bahwa para imam

yang melayani di tempat kudus berhak untk mendapat bagian mereka dari tempat

kudus itu, seperti yang dijelaskan dalam 1 Kor. 9:13; “Tidak tahukah kamu, bahwa

mereka yang melayani dalam tempat kudus mendapat penghidupannya dari tempat

kudus itu dan bahwa mereka yang melayani mezbah mendapat bahagian mereka dari

mezbah itu?”

Dalam Matius 10:10; diakatakan bahwa seorang pekerja patut mendapat

upahnya. Rasul Paulus mengingatkan kembali akan perintah dari Tuhan Yesus

tentang hak seorang rasul, dan perkataan ini pula yang dipakai oleh rasul Paulus

untuk mengakhiri penjelasannya tentang masalah hak yang dimiliki oleh seorang

rasul.

1.2.Kewajiban yang dimiliki sebagai Rasul dan Hamba Tuhan (1 Kor. 9: 15-18)

Pada bagian berikutnya, rasul Paulus menjelaskan tentang kewajiban-

kewajiban yang dimiliki dalam kapasitasnya sebagai seorang rasul.

Page 12: sttpd.files.wordpress.com · seorang hamba Tuhan yang pernah melayani jemaat tersebut, seperti seorang gembala yang mengenal domba-dombanya (bnd. Yoh. 10:14) Ketika rasul Paulus melayani

Kata ‘Kewajiban; dalam bahasa Yunani disebut: Anagke.8, dengan akar

katanya ‘Ana’ yang berarti: “Sebuah, dalam, sampai di bawah”.9. Dan juga dari kata

‘Agcho’ yang berarti: “Suatu keharusan, kebutuhan yang harus dijalankan. Dan

bagian ini dimulai dari 1 Kor 9: 15-18.

Dikatakan bahwa kewajibannya yang utama adalah memberitakan Injil.

Tujuan rasul Paulus dalam memberitakan Injil adalah untuk memenangkan banyak

jiwa bagi Tuhan Yesus. Dengan motivasi inilah maka rasul Paulus dengan giat

melakukan tugasnya tanpa menuntut imbalan atau upah. Rasul Paulus memiliki

keyakinan bahwa Tuhan akan selalu mencukupkan semua kebutuhannya.

Rasul Paulus juga tidak menganggap bahwa pelayanannya dapat dijadikan

alasan untuk mendapat pujian yang membanggakan demi kepentingannya sendiri,

oleh karena ia yakin bahwa panggilannya untuk melayani datang dari Tuhan Yesus

secara langsung. Dan juga rasul Paulus tidak dapat sombong atau menyombongkan

diri dalam melakukan tugas pemberitaan Injil karena ia menyadari bahwa sebenarnya

Tuhanlah yang telah mempercayakan hal itu (tugas pelayanan) kepadanya dan ia tahu

akan mengalami teguran dari Tuhan jika ia tidak menjalankan tugas tersebut, 1 Kor.

9:16 menulis : “Karena jika aku memberitakan Injil, aku tidak mempunyai alasan

untuk memegahkan diri. Sebab itu adalah keharusan bagiku. Celakalah aku, jika aku

tidak memberitakan Injil”

Dalam hal ini rasul Paulus ingin menegaskan bahwa bagaimana cara ia

mendapat tugas kerasulan itu dan menjalankan tugas tersebut sesuai kehendak Allah.

Rasul Paulus juga menekankan ajaran penting untuk semua orang Kristen agar

mampu melihat bahwa tugas Pekabaran Injil itu sebagai suatu kewajiban yang bersifat

mutlak untuk dilaksanakan oleh semua orang percaya, dalam setiap aspek hidupnya

secara khusus harus sesuai dengan Injil/Alkitab yang dipercaya sebagai Firman

Tuhan.

Dalam bagian ini rasul Paulus ketika menjelaskan tentang kewajiban sebagai

seorang rasul, dia sudah memberikan teladan melalui dirinya sendiri yaitu saat ia

melayani dan bekerja keras agar Injil dapat disebarluaskan. Sekali lagi sungguhpun

rasul Paulus sangat berhak untuk menerima upah atas pekerjaannya tetapi dengan

tegas dia sudah menjelaskan bahwa ia mau memberitakan Injil oleh karena itu sudah

merupakan tanggung jawabnya/kewajibannya sebagai seorang rasul dan dengan

sukacita rasul Paulus menjalankannya.

8 Robert, Exhausetive, 1631 9 Ibid, 1630

Page 13: sttpd.files.wordpress.com · seorang hamba Tuhan yang pernah melayani jemaat tersebut, seperti seorang gembala yang mengenal domba-dombanya (bnd. Yoh. 10:14) Ketika rasul Paulus melayani

Dalam penjelasannya rasul Paulus mengatakan:

Tetapi karena aku melakukannnya bukan untuk menurut kehendakku sendiri,

pemberitaan itu adalah tugas penyelenggaraan yang ditanggungkan kepadaku (1 Kor.

9:17b)

Kalau demikian apakah upahku? Upahku ialah ini: bahwa aku boleh

memberitakan Injil tanpa upah, dan bahwa aku tidak mempergunakan hakku sebagai

pemberita Injil (1 Kor. 9:18).

Dari pengertian diatas rasul Paulus ingin menjelaskan bahwa telah sekian

lama ia bekerja untuk memberitakan Injil tanpa pernah menerima upah. Rasul Paulus

dengan rela melaksanakan tanggung jawabnya tanpa menuntut dari jemaat yang telah

dilayaninya untuk menyokong kehidupannya dan tidak menuntut haknya yang

memang patut diterimanya agar seluruh haknya ditanggung atau diperhatikan oleh

jemaat itu.

Rasul Paulus rela melakukan pemberitaan Injil dah juga rela mengorbankan

dirinya karena orang lain dengan tidak menuntut haknya yang sebenarnya dapat ia

tuntut. Dengan demikian ia melakukan tugas pemberitaan Injil dengan tidak terpaksa

tetapi dengan sangat bertanggung jawab. Disitulah letak kebebasan rasul Paulus.

Sekali lagi ia bekerja karena dan atas dasar tanggung jawab dan kasihnya kepada

jemaat di Korintus dan juga dikatakan bahwa kewajiban yang rasul Paulus lakukan

merupakan tugas yang tanpa upah/menuntut upah. Dalam hal ini rasul Paulus sudah

memberikan teladan yang benar dalam hal pemberitaan Injil

1.1.Sikap rasul Paulus terhadap hak dan kewajiban yang dimilikinya

Dalam bagian ini peneliti sekali lagi memberikan rangkuman tentang apa yang

menjadi hak dan kewajiban sebagai seorang rasul, jika diatas telah diuraikan maka itu

berdasarkan teks atau bacaan Alkitab, maka pada bagian ini merupakan uraian secara

theologis tentang hak dan kewajiban seorang rasul

2. Pengaruh Hak Berdasarkan 1 Korintus 9:1-18 Terhadap Kinerja Pendidik Kristen

a. Hak Seorang Rasul

1.Sebagai orang bebas

Berbicara tentang kebebasan hidup, setiap manusia mempunyai hak asasi

yang sama untuk dapat memiliki kehidupan dengan baik atau memiliki tingkat

kehidupan sosial yang baik. Setiap pribadi mempunyai kesempatan yang sama untuk

dapat mencapai kehidupan yang baik karena ada kebebasan yang sama yang

bertanggung jawab yang dimiliki oleh setiap pribadi. Berdasarkan Kamus Besar

Bahasa Indonesia, kata ‘Bebas’ memiliki beberapa arti: pertama, Lepas sama sekali

(tidak terhalang, terganggu). Kedua, Lepas dari (kewajiban, perasaan takut, dsb),

Ketiga, tidak terikat atau terbatas oleh aturan-aturan, dsb. Keempat, Merdeka(13)

Page 14: sttpd.files.wordpress.com · seorang hamba Tuhan yang pernah melayani jemaat tersebut, seperti seorang gembala yang mengenal domba-dombanya (bnd. Yoh. 10:14) Ketika rasul Paulus melayani

Dari keempat definisi diatas dapat diambil kesimpulan untuk mendefinisikan

kata “Bebas” itu yaitu “Sesuatu yang tidak terikat atau terbatas oleh aturan-aturan,

tuntutan-tuntutan dan juga kewajiban-kewajiban tertentu”

Bagi orang percaya, kebebasan ini juga dimiliki yaitu untuk dapat hidup

dengan baik, tetapi penekanannya adalah kebebasan yang bertanggung jawab dengan

Firman Tuhan sebagai tolak ukurnya. Untuk menaggapi akan unsur kebebasan dalam

setiap diri manusia ini, ada pendapat yang salah mengartikannya. Dalam bukunya,

John S. Feinberg mengungkapkan satu pertanyaan, yaitu :

“Apakah kita hidup sebagai robot atau sebagai seorang manusia bebas?

Siapakah yang berkuasa didalam dunia ini, manusia atau Allah? Jika Allah

menetapkan segala tindakan kita, bagaimanakah kita dapat bertanggung jawab secara

moral atas setiap tindakan kita tersebut? Jikalau Allah telah menentukan apapun yang

akan terjadi, haruskah kita memenuhinya? (14)

Dan untuk menjawab pertanyaan tersebut harus kembali kepada Alkitab yang

pada akhirnya akan menekankan konsep kedaultan Allah dan kebebasan manusia,

artinya setiap kebebasan yang dimiliki oleh setiap manusia harus kembali kepada

otoritas Allah.

Seorang rasul juga mempunyai kebebasan yang sama seperti orang lain, tidak

lebih dan tidak kurang kadarnya dari orang lain. Paulus dalam suratnya untuk jemaat

di Korintus mengatakan : ‘Bukankah aku rasul? Bukankah aku orang bebas? (1 Kor.

9:1). Kebebasan yang rasul Paulus tuntut pada saat itu untuk menjawab

keberadaannya sebagai seorang rasul yang pada saat itu ada pertentangan mengenai

soal kerasulannya dan adanya pembatasan hak-hak atas seorang pelayan Tuhan

sehingga rasul Paulus menekankan kebebasannya dalam status sebagai rasul.

Kebebasan yang sama seperti yang orang lain miliki, yaitu kebebasan Kristen

yang dibatasi oleh moral-moral tertentu, bebas tetapi terikat dalam hal ini adalah

keterikatan dengan Firman Tuhan

2. Memiliki Kehidupan Sosial yang Baik

Setiap orang pasti memiliki tujuan hidup yang berbeda tetapi satu tujuan yaitu

memiliki kebahagiaan dalam hidupnya. Pribadi seorang rasul pada hakekatnya sama

dengan orang lain yang mempunyai pekerjaan lain. Sama halnya dengan orang-orang

yang bekerja maka rasul juga termasuk sebuah pekerjaan. Dan dalam hal ini pun

berhak untuk dapat memiliki hidup yang secara primer, sekunder dan tertier semua

kebutuhannya terpenuhi dengan cukup. Rasul Paulus menanggapi hal ini dalam

tulisannya: “Tidakkah kami mempunyai hak untuk makan dan minum?” (1 Kor. 9:4)

Dari tulisan ini Paulus ingin mengajukan haknya. Dia menuntut bahwa

seorang rasul juga berhak untuk ditanggung hidupnya oleh jemaat yang telah

Page 15: sttpd.files.wordpress.com · seorang hamba Tuhan yang pernah melayani jemaat tersebut, seperti seorang gembala yang mengenal domba-dombanya (bnd. Yoh. 10:14) Ketika rasul Paulus melayani

dilayani. Kebutuhan seorang rasul sama dengan kebutuhan orang lain. Lalu dari

golongan kaum awam timbul pertanyaan: “Apakah antara lain kebutuhan pendeta

anda?”. Kebutuhannya adalah kebutuhan setiap orang. Tuhan mengutus seorang

manusia untuk melayani anda. Orang ini, entah ia seorang pria atau wanita,

mempunyai kebutuhan jasmani”.10 Dan salah satu kebutuhan dasar pendeta adalah

dimengerti oleh istrinya, keluarganya, stafnya, teman-temannya dan jemaatnya.11

3. Memiliki Penolong yang sepadan

Hak yang juga merupakan bagian dari hidupnya adalah memiliki seorang

teman hidup sebagai penolong dalam hidupnya. Seorang rasul sama seperti orang lain

juga membutuhkan seorang penolong untuk dapat mendukung pelayanannya selain

dalam kehidupannya.

Dalam Perjanjian Lama, dijelaskan tentang maksud Allah ketika

menempatkan seorang wanita dalam kehidupan Adam. Kitab Kejadian mencatat

sebagai berikut:

Tuhan Allah berfirman: Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku

akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.” Dan dari rusuk yang

diambil Tuhan Allah dari manusia itu, dibangun-Nyalah seorang perempuan, lalu

dibawa-nya kepada manusia itu. Lalu berkatalah manusia itu: “Inilah dia, tulang dari

tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil

dari laki-laki.” (Kej. 2: 18, 22-23)

Keberadaan seorang wanita pada hakekatnya menjadi seorang penolong bagi

seorang laki-laki, dan dalam menempuh sebuah kehidupan, pria dan wanita saling

membutuhkan dan melengkapi, walaupun pada kenyataannya ada pria dan wanita

yang tidak menikah.

Rasul juga mempunyai kesempatan yang sama seperti orang lain yaitu

memiliki seorang penolong dalam hidup dan pelayanan.

4. Bekerja

Setiap manusia yang ingin hidup baik haruslah bekerja. Tidak ada manusia

yang dapat hidup dengan baik tanpa bekerja. Seperti ada istilah yang mengatakan:

“Hidup untuk makan atau makan untuk hidup”. Orang yang ingin makan untuk

meneruskan hidupnya harus bekerja. Dalam Alkitab juga dicatat mengenai hal ini:

“Sebab, juga waktu kami berada diantara kamu, kami memberi peringatan ini kepada

kamu, jika seorang tidak mau bekerja janganlah ia makan” (2 Tes. 3:10). Ini berarti

setiap orang yang ingin terus hidup harus bekerja!

Dalam bukunya, Jerry dan Mary White menulis :

10 Lucille Lavender, Mereka juga Manusia, (Jakarta: BPK Gn Mulia,1989), 42-43 11 Ibid, 43

Page 16: sttpd.files.wordpress.com · seorang hamba Tuhan yang pernah melayani jemaat tersebut, seperti seorang gembala yang mengenal domba-dombanya (bnd. Yoh. 10:14) Ketika rasul Paulus melayani

Hampir seluruh dri seluruh kehidupan seseorang dilewati dengan bekerja. Bekerja

adalah sebuah kegiatan yang dilakukan terus menerus oleh manusia. Tanggapan

manusia terhadap pekerjaan membentang luas penuh dengan berbagai perasaan dan

sikap.12

Kehidupan dunia kerja penuh dengan dilema serta kontradiksi yang mau

tidak mau harus dihadapi oleh setiap orang yang bekerja. Di dalam dunia ini ada

banyak pilihan jenis pekerjaan sesuai dengan tingkat kemapuan dan keinginan. Setiap

orang berusaha bekerja dengan tujuan agar ada kepuasan dan pemenuhan kebutuhan

dalam hidupnya.

Berkenaan dengan kehidupan rasul, Paulus sebagai seorang rasul ia juga

bekerja. Hal ini berarti Paulus mau menepis anggapan negatif dari orang lain

sehubungan dengan kerasulannya, Paulus hidup bukan hanya dengan iman tetapi ia

juga bekerja keras.

Paulus dalam pelayanannya, selain memberitakan Injil dia juga berprofesi

sebagai tukang kemah. Mereka melakukan pekerjaan yang sama, ia tinggal bersama-

sama dengan mereka. Mereka bekerja bersama-sama, karena mereka sama-sama

tukang kemah (Kis. 18:3). Inilah pekerjaan yang Paulus lakukan yang merupakan juga

pendukung dalam pelayanannya dalam soal dana. Alasan yang diberikan Paulus

sendiri ialah bahwa ia tidak mau bergantung pada jemaat tetapi dengan kekuatannya

ia mau mencukupkan diri secara khusus dalam pelayanannya.

Melalui bagian ini, Paulus menekankan agar setiap hamba Tuhan dibebaskan

dari pekerjaan-pekerjaan dunia dengan tujuan agar dapat lebih sungguh-sungguh

memberikan waktu dan tenaganya dalam melayani pekerjaan Tuhan, atau melayani

secara full time bukan part time (paruh waktu).

Jika demikian timbul pertanyaan: apakah hubungan antara hak seorang rasul

dengan soal bekerja, karena seolah-olah keduanya kontradiksi? Sebagai jawabannya

adalah bahwa bekerja yang dikategorikan sebagai hak, disini penekanannya adalah

bahwa setiap hamba Tuhan dalam hal ini rasul juga berhak untuk bekerja, dan

komposisi untuk mereka adalah bekerja dalam bidang rohani. Pekerjaan yang

digolongkan untuk rasul adalah bekerja yang bukan seperti orang dunia lakukan

dalam pekerjaan sekuler, dan seorang rasul berhak untuk bekerja dalam pemenuhan

kebutuhannya.

5. Memperoleh Upah Dari Pekerjaan Kudus

Pada bagian yang terakhir ini, mengetengahkan tentang hak dari seorang

rasul. Seperti sudah diketahui tentang pekerjaan seorang rasul adalah bekerja dalam

bidang rohani atau melakukan pelayanan, pelayanan ini masih berhubungan dengan

12 Jerry dan Mary White, Bekerja: Arti, Tujuan, Dan Masalah-masalahnya, (Jakarta: BPK

Gunung Mulia, 1990), 1

Page 17: sttpd.files.wordpress.com · seorang hamba Tuhan yang pernah melayani jemaat tersebut, seperti seorang gembala yang mengenal domba-dombanya (bnd. Yoh. 10:14) Ketika rasul Paulus melayani

pekerjaan yang nantinya memiliki relevansi dengan masalah gaji atau upah. Seperti

pada umumnya bahwa ketika melakukan setiap pekerjaan pasti ada upah yang akan

diberikan.

Demikian pula halnya dengan rasul, dalam hal ini bekerja dalam hal rohani,

mereka juga berhak untuk mendapatkan upah. Rasul Paulus mengambil dasar dalam

Perjanjian Lama bahwa kehidupan para imam yang melayani di tempat kudus,

mereka berhak mendapat bagian dari pelayanan yang dilakukan.

Imam-imam orang Lewi, seluruh suku Lewi, janganlah mendapat bagian milik

pusaka bersama-sama orang Israel; dari korban api-apian kepada Tuhan dan apa

mendapat rezeki. yang menjadi milik-Nya harus mereka mendapat rezeki. Dalam

menyelenggarakan kebaktian demi nama Tuhan, Allahnya, sama seperti saudara-

saudaranya, orang Lewi, yang melayani TUHAN di sana, maka haruslah mereka

mendapat rezeki yang sama (Ul. 18:1, 7, 8a). Ayat ini menjelaskan hak para imam

setelah mereka melayani Tuhan dan melakukan pelayanan kudus. Para rasul, dalam

soal kedudukan sama seperti para nabi, mereka juga melayani atau bekerja bagi nama

Tuhan dan mereka berhak mendapat upah dari pelayanan kudus.

Berkaitan dengan penjelasan diatas maka rasul Paulus memperkuat dengan

pernyataannya: “Demikian pula Tuhan telah menetapkan, bahwa mereka yang

memberitakan Injil, harus hidup dari pemberitaan Injil itu: (1 Kor. 9:4).

Hidup dari pemberitaan Injil harus menjadi satu prinsip dalam melayani Tuhat ini

yang berarti full time. Dari ayat ini Paulus menghubungkan kembali dengan perintah

Tuhan Yesus : “Sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya.” (Mat.10:10).

b. Sikap Rasul Paulus Terhadap Hak yang Dimiliki

Panggilan Paulus merupakan peristiwa supranatural (Kis.9). Panggilan Paulus

ini merupakan panggilan keselamatan bagi dirinya dan juga untuk menjadi pemberita

Firman Allah. Setiap kali Paulus mengacu kepada penampakan Kristus kepada

dirinya, ia mengklaim bahwa dengan demikian ia dipanggil dan diutus sebagai

seorang rasul dan ia melakukan hal tersebut dengan acuan-acuan yang sangat jelas

kepada panggilan kenabian dari Yesaya dan Yeremia. Seperti mereka, panggilan

berasal dan tindakan Allah yang menentukan dan yang disampaikan kepadanya

melalui suatu penyataan dan penglihatan13

Panggilan Rasul Paulus sangat jelas yakni sebagai tanda bahwa Allah sanggup

membawa orang yang menganiaya umat-Nya untuk dipakainya menjadi hamba

Allah. Paulus yang bertemperamen kolerik, sebelumnya menjadi salah seorang tokoh

13 David J. Bosch, Transformasi Misi Kristen, (Jakarta:BPK Gn Mulia, 1977), 196

Page 18: sttpd.files.wordpress.com · seorang hamba Tuhan yang pernah melayani jemaat tersebut, seperti seorang gembala yang mengenal domba-dombanya (bnd. Yoh. 10:14) Ketika rasul Paulus melayani

penganiaya umat Kristen, dengan rasa penyesalan pada akhirnya merendahkan diri

dan menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat dalam kehidupannya.

Setelah rasul Paulus bertobat, kemudian ia menjadi hamba Tuhan Yesus yang

terdorong oleh hasrat yang berapi-api untuk memasyurkan nama Tuhan Yesus. Atas

dorongan inilah ia pergi kemana saja dan dalam setiap kesempatan Paulus

mempergunakan waktunya untuk terus mengajar orang Yahudi, dan dihadapan

rakyat jelata di segala kota dan desa dikunjunginya untuk mengajar raja-raja dan wali-

wali negeri, orang-orang cendekiawan dan juga kaum budak, baik pria maupun

wanita, orang Asia, Yunani dan Romawi.

Dan sesungguhnya ketika Paulus selesai mengajar dia dapat saja

mengharapkan upah atau menerima upah yang memang seharusnya dia bisa

dapatkan setelah selesai menjalnkan kewajibannya untuk memberitakan Injil melalui

pengajarannya, tetapi dalam pemahaman yang demikian seharusnya Paulus dapat

memberkan suatu keteladanan dengan tidak menhgharapkan hak yang memang

seharusnya dia peroleh atau dapatkan.

Suatu sikap yang perlu diteladani oleh orang percaya pada waktu itu, karena

sesungguhnya Paulus dapat saja menerima apa yang menjadi haknya sama seperti

rasul-rasul yang lainnya. Memang ketika seseorang sudah bekerja atau menjalankan

kewajibannya bukanlah sebuah kesalahan apabila dia mengharapkan upah dari apa

yang sudah dikerjakan, tetapi sikap Paulus memang berbeda dengan rasul yang lain

pada waktu itu yaitu dengan memandang bahwa ketika ia dipercaya untuk

memberitkan Injil bagi dia itu sudah merupakan sebuah anugerah sehingga dia tidak

lagi memikirkan apa yang harus diterima karena apa yang telah diterima dari Tuhan

Yesus yaitu anugerah untuk mengenal Dia dan menerima keselamatan jauh lebih

berharga daripada sekedar meminta apa yang menjadi haknya.

Tetapi dalam banyak pengajaran yang Paulus tuangkan dalam surat-suratnya

dia juga mengajarkan bahwa setiap orang yang sudah bekerja keras adalah orang yang

layak untuk menikmati hasil atau buah dari pekerjaannya.

3.Pengaruh Kewajiban Berdasarkan 1 Korintus 9:1-18 Terhadap Kinerja Pendidik

Kristen.

a. Kewajiban seorang Rasul

Kedudukan seorang rasul dalam suatu tempat atau tugas pelayanan pasti

memiliki tujuan. Ke-12 orang rasul yang dipilih oleh Tuhan Yesus untuk menjadi rasul

dipilih dengan tujuan untuk menyertai Dia dan juga menjalankan tugas Pekabaran

Injil (PI).

Tugas seorang rasul yang utama adalah menjadi saksi tentang kebangkitan

dan pekerjaan Kristus yang telah selesai. Dalam Kisah 1:8 dikatakan : “Tetapi kamu

Page 19: sttpd.files.wordpress.com · seorang hamba Tuhan yang pernah melayani jemaat tersebut, seperti seorang gembala yang mengenal domba-dombanya (bnd. Yoh. 10:14) Ketika rasul Paulus melayani

akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi

saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.”

Dalam bagian akan dipaparkan tugas atau kewajiban utama dari seorang rasul

berdasarkan 1 Korintus 9:1-18, yaitu :

1. Mengutamakan Panggilan

Para rasul sebelum dipilih oleh Tuhan Yesus memiliki latar belakang

kehidupan yang berbeda seorang dari yang lain. Syarat utama yang harus dilakukan

untuk seseorang mendapat hidup dan tinggal di dalam Kristus adalah menyangkal

dirinya, meninggalkan masa lalunya dan cara hidupnya yang lama sebelum mengenal

Tuhan. Dengan kata lain Paulus lebih mengutamakan panggilan dalam hidupnya.

Sebagai contoh Paulus, sebelum ia menjadi rasul Kristus , ia adalah seorang yang

terkenal dengan prinsip “ 7 kebanggaan Paulus” yang dipertahankan dan dijadikan

sebagai senjata kekuatan dirinya.

Oleh karena itu, Paulus dalam panggilannya menyangkali dirinya atau

meninggalkan kehidupan lamanya dan bertobat/percaya secara total kepada Tuhan

Yesus, sejak itu Paulus lebih mengutamakan panggilannya dibandingkan dengan

kepentingan pribadinya. Hal inilah yang menjadi prioritas dalam pengambilan

keputusan untuk melayani Tuhan.

2. Memberitakan Injil

Memberitakan Injil merupakan suatu tugas mulia yang harus dilakukan oleh

para rasul. Untuk menanggapi pernyataan ini, D.W.Ellis menulis : “Mengabarkan Injil

bukanlah melulu kewajiban kita terhadap Kristus, Pribadi yang mengutus kita, tetapi

juga kewajiban kita terhadap Injil itu sendiri, yang upaya pengkomunikasiannya telah

dipercayakan kepada kita.14

Untuk pemberitaan Injil ini, Paulus sendiri sebagai seorang rasul menyadari

akan tugasnya ini dan Paulus katakan: “Sebab itu adalah keharusan bagiku. Celakalah

aku, jika aku tidak memberitakan Injil” (1 Kor. 9:16). Dengan begitu Paulus juga mau

menjelaskan baha tugas ini walaupun berat tetapi mendatangkan sukacita kepadanya.

Rasul Paulus juga menegaskan bahwa akan nada satu “teguran” Tuhan bagi dia

apabila tidak memberitakan Injil. Dan karena kesadaran ini muncul dari dalam

hatinya untuk dilakukan, maka kewajiban ini tidak membuat Paulus bermegah atau

menjadi sombong, karena Paulus tahu akan tugas dan kewajibannya dalam

panggilannya. “dari Paulus hamba Yesus Kristus, yang dipanggil menjadi rasul dan

dikuduskan untuk memberitakan Injil Allah (Roma 1:1)

Bertolak dari panggilan itu, maka rasul Paulus menyadari bahwa kewajiban

dalam memberitakan Injil merupakan bagian dari tugas kerasulannya. Seringkali

14 Calvin Miller, Pola Hidup Kristen, (Malang: Gandum Mas, 1990), 51

Page 20: sttpd.files.wordpress.com · seorang hamba Tuhan yang pernah melayani jemaat tersebut, seperti seorang gembala yang mengenal domba-dombanya (bnd. Yoh. 10:14) Ketika rasul Paulus melayani

tugas pemberitaan Injil menjadi satu bahan pertanyaan, tugas siapakah ini? Dan

kecondongan yang terjadi adalah ditujukan kepada para hamba-hamba Tuhan.

Walaupun pada hakekatnya tugas pemberitaan Injil adalah tugas semua orang

percaya, “Kamu akan menjadi saksi-Ku” (Kis.1:8). Atau dengan kata lain pemberitaan

Injil merupakan tanggung jawab setiap orang yang telah menerima Kristus dalam

hidupnya.

Para rasul adalah orang-orang yang percaya kepada Kristus, sebab oleh karena

imanlah mereka terpanggil. Melihat pada sub tema di atas maka dapat diketahui

bahwa tugas pemberitaan Injil adalah suatu kewajiban yang mutlak harus dilakukan

oleh para rasul, dan tidak terbatas bagi setiap orang percaya.

Jadi yang diberitakan bukan pengalaman atau kesaksian pribadi tetapi Kristus

yang diberitakan. Inilah inti dari berita Injil. Dan kewajiban yang dilakukan oleh para

rasul ini jelas harus memiliki tujuan untuk orang lain yaitu memperkenalkan Injil

kepada orang lain agar mereka juga diselamatkan.

3. Melayani dengan bertanggung jawab

Memberitakan Injil telah menjadi tanggung jawab Paulus sebagai seorang

rasul, dan ini merupakan pelayanan yang menunjukkan bukti dari pertobatannya.

Pelayanan yang dilakukan oleh para rasul merupakan bagian hidup dan kewajiban

yang musti dilakukan dengan bertanggung jawab, sebab suatu pelayanan yang

dimiliki oleh seorang rasul bersumber dari Allah dan dipercayakan untuk dilakukan

dengan bertanggung jawab.

Masalah keberhasilan atau kegagalan dalam suatu pelayanan tergantung dari

kesungguhan orang tersebut ketika memahami dan melakukannya, karena setiap

perbuatan baik atau buruk mempunyai resiko sendiri. Dalam bukunya Leroy Eims

mengatakan:

Allah menuntut pertanggung jawab dari seorang pemimpin atas apa yang

terjadi dalam bidang tanggung jawabnya. Pemimpin adalah sarana utama yang

digunakan Allah untuk menjaga umat-Nya agar tetap bergerak ke arah yang benar

dan mengerjakan hal yang benar.15.

Hal ini penting untuk diperhatikan bahwa rasul mempunyai tugas untuk

melakukan pelayanannya dengan bertanggung jawab kepada Allah yang telah

memanggil dan mengutus rasul-rasul tersebut. Hal tersebut bermuara pada kata

“kewajiban” maka ini berarti memiliki arti atau konotasi yang harus dilakukan,

dilaksanakan, tidak boleh tidak, mutlak oleh sebab tugas tersebut adalah tugas yang

15 Leroy Eims, 12 Ciri Kepemimpinan Yang Efektif, (Bandung: Kalam Hidup, 1981), 15

Page 21: sttpd.files.wordpress.com · seorang hamba Tuhan yang pernah melayani jemaat tersebut, seperti seorang gembala yang mengenal domba-dombanya (bnd. Yoh. 10:14) Ketika rasul Paulus melayani

harus dipertanggung jawabkan kepada Tuhan sebagai Tuan yang mengutus hamba-

Nya.

4. Menempatkan kewajiban di atas hak pribadi

Dari keseluruhan kewajiban yang telah dijabarkan maka point ini adalah yang

terakhir dibahas, yaitu menempatkan pelayanan di atas hak pribadi, mengutamakan

kepentingan orang lain di atas kepentingan diri sendiri.

Sebagai rasul, Paulus harus mampu melakukan kewajiban ini karena tidak

mungkin seorang rasul dapat melakukan dengan seoptimal mungkin tanpa melihat

kepentingan orang lain atau orang banyak, seperti pada uraian sebelumnya telah

dijelaskan bahwa setiap manusia mempunyai hak untuk dituntut tetapi juga harus

diingat bahwa ada kewajiban yang harus dilakukan.

Dalam hidup bermasyarakat, akan dapat terjadi kepincangan apabila seorang

selalu mengutamakan haknya di atas kepentingan orang banyak atau mengorbankan

kepentingan orang banyak. Dalam hal ini rasul Paulus memberikan suatu gambaran

yang baik untuk diteladani karena kendatipun ia seorang rasul tetapi Paulus tidak

menggunakan statusnya untuk mementingkan kepentingannya sendiri. Paulus secara

sadar menggunakan haknya sebagai seorang pemberita Injil untuk kepentingan orang

lain. Dalam arti tidak menuntut upah sebagaimana layaknya sebuah pekerjaan ada

upah yang sepatutnya diterima.

Hal ini diperkuat dengan pendapat dari J. Wesley Brill : “ Upah rasul Paulus ialah memberitakan Injil tanpa upah. Ia memberitakan Injil dengan tidak menuntut agar haknya ditanggung jemaat itu. Ia rela mengorbankan dirinya karena orang lain dengan tidak menuntut hak yang memang patut dituntutnya. Dengan demikian ia melakukan pemberitaan Injil itu dengan tidak terpaksa.16 Penjelasan pada bagian ini tidak memberikan pengertian bahwa sebuah hak

yang dimiliki oleh seseorang tidak penting tetapi yang menjadi penekannya bahwa

hak harus diletakkan kemudian setelah kewajiban selesai dilaksanakan. Dengan

demikian ada keseimbangan hidup dalam menjalankan tugas yang dibebankan

kepadanya (para rasul) untuk menjalankan tugas pemberitaan Injil.

Juga sebagai kesimpulan dari bagian ini dikatakan bahwa seorang pemimpin

rohani berbeda secara tanggung jawab dibandingkan dengan pemimpin dalam bidang

sekuler. Alasan yang paling mendasar adalah jika pemimpin sekuler hanya

bertanggung jawab kepada manusia tetapi pemimpin rohani selain bertanggung

jawab kepada sesamanya juga diatas semuanya itu memiliki tanggung jawab kepada

Tuhan yang memberikan tugas itu.

16 J Wesley Brill, Tafsiran Surat Korintus I, (Bandung: Kalam Hidup, 1994), 167

Page 22: sttpd.files.wordpress.com · seorang hamba Tuhan yang pernah melayani jemaat tersebut, seperti seorang gembala yang mengenal domba-dombanya (bnd. Yoh. 10:14) Ketika rasul Paulus melayani

Teladan yang dimaksud bukan hanya yang bersumber dari sendiri tetapi yang

berdasarkan Alkitab. Akar kekuatan atau sumber kekuatan seorang pemimpin yang

memimpin dengan sikap sebagai hamba, adalah realitas dari pengejah wantaan dari

Firman Tuhan (Alkitab) yang diekspresikan melalui cara hidup dan ajaran.

Dalam Alkitab, sangat ditekankan pola keteladanan yaitu prinsip yang

dijelaskan oleh rasul Paulus dan Timotius. Paulus sering menunjuk pada kesempatan

Timotius untuk memperhatikan dengan cermat kehidupan dan pengajarannya dan

pada keharusan Timotius untuk juga memimpin melalui keteladanan dan ajaran (1

Tim. 4:11-16, 2 Tim. 3:10-15)

Paulus mengatakan bahwa semua orang percaya adalah bagaikan “surat

terbuka dari Kristus” yang ditulis dengan Roh Allah yang hidup….pada loh-loh hati

manusia. Dalam pengertian luas dikatakan bahwa seorang pemimpin rohani harus

memiliki kualitas-kualitas dari keserupaan Kristus yang harus mereka

demonstrasikan sebagi pemimpin yang memberikan teladan. Dalam kitab Ibrani

dijelaskan : “Ingatlah akan pemimpin-pemimpin kamu, yang telah meyampaikan

Firman Allah kepadamua. Perhatikanlah akhir hidup mereka dan contohlah iman

mereka (Ibr. 13:7)”

Jadi seorang hamba Tuhan harus hidup secara terbuka dengan membagi

kehidupannya kepada semua orang sehingga mereka semua melihat keteladanan dari

mereka sebagai pemimpin rohani.

b.Sikap Paulus terhadap kewajiban yang dimiliki

Sebagai seorang rasul yang paling banyak menulis surat-suratnya dalam

Perjanjian Baru, Paulus telah banyak menjadi teladan yang memotivasi orang banyak

pada waktu itu dan juga bagi orang percaya pada saat ini. Seperti dalam penjelasan

diatas bahwa Paulus sebagai seorang rasul pada hakekatnya sama dengan manusia

yang lainnya yaitu memiliki hak dan kewajiban yang melekat pada dirinya.

Tetapi Alkitab, khususnya dalam Perjanjian Baru mencatat berbagai contoh

keteladanan dari rasul Paulus dalam hidup dan panggilannya. Ketika banyak orang

lebih suka membicarakan dan cenderung menuntut apa yang menjadi haknya atau

sesuatu yang harus diterima, maka rasul Paulus telah menjadi teladan yang baik

karena dia lebih suka membicarakan tentang apa yang harus diterima setelah selesai

melakukan tugas atau tanggung jawab maka justru rasul Paulus lebih suka

mengangkat masalah kewajiban secara khusus yang berkaitan dengan panggilan

hidupnya yaitu menjadi hamba Tuhan Yesus.

Memberitakan Injil adalah sebuah panggilan bagi rasul Paulus sehingga dia

tidak menganggap itu sebagai suatu beban dalam hidupnya malah sebuah

kebanggaan.

Page 23: sttpd.files.wordpress.com · seorang hamba Tuhan yang pernah melayani jemaat tersebut, seperti seorang gembala yang mengenal domba-dombanya (bnd. Yoh. 10:14) Ketika rasul Paulus melayani

Dalam bagian sikap Paulus terhadap kewajiban yang dimiliki, maka penulis

akan memaparkan kinerja dan sikap dari rasul Paulus menyikapi kewajibannya.

Dalam 4 hal diuraikan sikap Paulus terhadap kewajibannya, yaitu;

1. Kesetiaan

Paulus adalah tipe orang yang berkeyakinan kuat dan beriman teguh, selalu

siap sedia untuk bertukar pikiran, menegur dan mampu mengajak orang untuk

percaya kepada Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruslamat dan setia untuk terus

mengajar tentang berita Injil. Disetiap tempat dia mengajar banyak orang; di rumah-

rumah, di gedung-gedung, di lorong-lorong, di pasar, di kota, di desa, di atas kapal,

dan di dalam kumpulan orang banyak. Paulus adalah seorang guru yang ulung! Ia

benar tokoh yang penting di lapangan pendidikan agama. Paulus sendiri dididik

untuk menjadi seorang rabbi bagi bangsanya. Ia mahir dalam pengetahuan akan

Taurat, dan ia dilatih untuk mengajar, sehingga mengagumkan pendengarnya.17

Keprihatinan Paulus terhadap bangsa-bangsa bukan Yahudi di kekaisaran Roma

tampak dalam kesadaran yang mendalam bahwa ia mempunyai kewajiban untuk

memberitakan Injil kepada mereka, Paulus yang sangat mengerti panggilannya, sadar

bahwa tugas yang diberikan kepadanya adalah sebuah “anangke” (kewajiban yang

tidak terelakkan), hal ini dikatakannya dalam 1 Kor. 9:16: “Celakalah aku, jika tidak

memberitakan Injil”

Hal ini dikatakan dalam suratnya juga kepada jemaat di Roma, yaitu ia sering

menggunakan kata-kata “Oipheilema” dan “Opheiletes” (“hutang”, “orang

berhutang”). Secara khusus dia katakan dalam Roma 1:4: “Aku berhutang (Ofeiletes

eimi) baik kepada orang Yunani, maupun kepada orang bukan Yunani, baik kepada

orang terpelajar, maupun kepada orang tidak terpelajar.”

Paulus tidak mengenal ‘kreditur-krediturnya’, merekapun tidak memberikan

kepadanya. Sebab Paulus berhutang kepada Kristus dan ini diubah menjadi sbuah

hutang bagi mereka yang kepadanya Kristus ingin menyampaikan keselamatan

b.Memiliki Kemauan yang Keras

Paulus juga memiliki tipe yang mempunyai keteguhan hati dalam

melaksanakan setiap tugas yang sedang ia kerjakan atau sudah ada dalam

rencananya, ia gigih menyelesaikan setiap pekerjaannya sampai ia mencapai tujuan

yang diinginkan.

Penekanan pada hal kemauan yang keras secara positif teruang dalam 1 Kor.

9:24-27 ketika dia menegaskan tentang patokan-patokan pribadi. Firman Allah ini

menunjukkan bahwa ia “menguasai dirinya dalam segala hal”. Yang terpenting

17 Homrighausen dan Enklaar, Pendidikan Agama Kristen, (Jakarta: BPK Gn Mulia, 1994), 29

Page 24: sttpd.files.wordpress.com · seorang hamba Tuhan yang pernah melayani jemaat tersebut, seperti seorang gembala yang mengenal domba-dombanya (bnd. Yoh. 10:14) Ketika rasul Paulus melayani

baginya adalah Yesus Kristus dapat diberitakan bagi dunia dan dipercaya sebagai

Tuhan dan Juruslamat

c.Setia berdoa

Paulus dalam pelayanannya banyak memberikan pengalaman bagi dirinya,

baik itu suka maupun duka. Keberhasilan Paulus dalam memberitakan kebenarn Injil

ini tidak terlepas dari senjata yang dikenakan yaitu Doa.18 Paulus banyak berdoa

untuk setiap orang yang dilayani baik secara pribadi maupun secara jemaat, sehingga

melalui dia lebih kuat dalam menghadapi tantangan yang sudah dan yang akan

ditemuinya.

Karena itu Paulus berdoa supaya mereka memiliki pengetahuan rohani yang

benar, yang membawa mereka kepada pengenalan dan pengetahuan yang benar

sesuai dengan kehendak Allah.

d.Pengajar yang hidup dalam kebenaran

Tuduhan yang sering dilontarkan kepada Paulus sebagai orang yang tidak

setia, mudah goyah (berganti haluan), suka membingungkan jemaat, praktis sempat

menjadi pergumulan Paulus diawal pelayanannya. Darmawijaya mengatakan :

“Bahwa dakwaan yang diajukan kepada Paulus itu hanya berani bila jauh (1 Kor.10:1-

6), dan Paulus bekerja di Korintus di luar wilayah kerja dan wewenangnya (1 Kor.

10:12-16).19

Sikap Paulus tegas dan konsisten terhadap kewajiban atau tanggung jawab

yang harus dia kerjakan bukan dengan maksud untuk menyombongkan diri, akan

tetapi untuk memberikan bahan bagi jemaat untuk membela dirinya terhadap

serangan orang yang hendak merongrong kewibawaan dirinya sebagai hamba Kristus

yang benar (1 Kor. 5:11-13)

Demikianlah paparan sikap seorang Paulus terhadap kewajiban yang harus

dia kerjakan sebagai seorang rasul. Secara khusus saat kewajibannya sebagai seorang

rasul/pemberita Injil.

18 J. Wesley Brill, Doa-doa dalam Perjanjian Baru, (Bandung:Kalam Hidup, t,t), 53 19 Darmawijaya, Sekilas Bersama Paulus, (Yogyakarta: Kanisius, 1992), 112

Page 25: sttpd.files.wordpress.com · seorang hamba Tuhan yang pernah melayani jemaat tersebut, seperti seorang gembala yang mengenal domba-dombanya (bnd. Yoh. 10:14) Ketika rasul Paulus melayani