struktur kalimat, struktur paragraf, dan pola … · dalam wacana perundang-undangan tentang...
TRANSCRIPT
i
STRUKTUR KALIMAT, STRUKTUR PARAGRAF,
DAN POLA PENGEMBANGAN PARAGRAF
DALAM WACANA PERUNDANG-UNDANGAN TENTANG
PENDIDIKAN TAHUN 2014
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Oleh:
Novie Lita Istiqomah
121224025
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan sebagai tanda syukur dan terima kasih kepada:
1. Allah SWT yang telah memberi kesehatan, kelancaran dan kehendak-Nya
sehingga saya bisa menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak dan Ibuku tercinta dan tersayang, Samiyo dan Lilis Eni Rokhimah
yang selama ini selalu memberikan doa, restu, kasih sayang, motivasi, dan
kepercayaan.
3. Adik tersayang, Maylisa Audry Istiqomah yang selama ini selalu memberikan
doa, semangat, dan dukungan.
4. Teman-teman PBSI kelas A, B, dan C yang tidak dapat disebutkan satu
persatu atas doa, motivasi, dan semangat yang diberikan selama ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
“Sabar dan Ikhlas.”
-G.A.-
“Kunci utama untuk meraih kesuksesan adalah kerja keras, pantang menyerah,
dan doa.”
-Bapak-
“Berbahagialah orang yang makan dari keringatnya sendiri, bersuka karena
usahanya sendiri, dan maju karena pengalamannya sendiri.”
-Pramoedya Ananta Toer-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Istiqomah, Novie Lita. 2016. Struktur Kalimat, Struktur Paragraf, dan Pola
Pengembangan Paragraf dalam Wacana Perundang-Undangan
Tentang Pendidikan Tahun 2014. Skripsi. Yogyakarta: Program
Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Jurusan Pendidikan
Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma.
Masalah yang diangkat dalam penelitian ini struktur kalimat, struktur
paragraf, dan pola pengembangan wacana perundang-undangan bidang
Pendidikan tahun 2014. Tujuan penelitian ini adalah untuk memaparkan struktur
kalimat, struktur paragraf, dan pola pengembangan paragraf yang digunakan
dalam wacana perundang-undangan bidang pendidikan tahun 2014.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Metode
pengumpulan data yang digunakan adalah metode simak dengan menggunakan
teknik dasar sadap, teknik lanjutan catat, dan teknik lanjutan rekam. Metode
analisis data yang digunakan adalah metode agih dengan teknik bagi unsur
langsung (BUL), teknik triangulasi, dan teknik analisis deskriptif.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa 12 struktur kalimat, K-S-P-O, P-
O1-O2-O3-O4-O5-O6-O7, P; P-O, S-P-K, K-P-O-K, P-K-Pel., K-S-P, S-P-Pel., S-P,
K-P-Pel.-P-K-K, K-S-P-O, S-P-O, S-P-O-P-K, dan S-P-Pel.-K. Struktur
paragrafnya adalah P1= kalimat topik, P2= kalimat topik+kalimat pengembang,
dan P3= kalimat pengembang. Pola pengembangan paragraf yang digunakan
adalah pola pengembangan paragraf definisi dan pola pengembangan paragraf
pemerincian.
Kata Kunci: Peraturan menteri, struktur kalimat, struktur paragraf, pola
pengembangan paragraf.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
Istiqomah, Novie Lita. 2016. Sentence Structure, Paragraph Structure and
Pattern Development of The Legislation Discourse on Education
year 2014. Sanata Dharma University. Yogyakarta: Indonesian
Language Literary Education Study Program, Department of
Language Education and Art, Faculty of Teachers Training and
Education, Sanata Dharma University.
The problems raised in this research are sentence structure, paragraph
structure, and pattern development of legislation discourse on Education year
2014. The aims of this research are to explain sentence structure, paragraph
structure, and paragraph pattern development applied in legislation discourse on
Education year 2014.
This research is a type of qualitative in the form of descriptive research.
Data gathering are listening method used were the basic technique of tapping,
advanced techniques log, and advanced techniques record. The data analysis is
agih methods with bagi unsur langsung techniques (BUL), triangulation
technique, and descriptive analysis techniques.
The result of the research showed 12 sentence structures, which were K-S-
P-O, P-O1-O2-O3-O4-O5-O6-O7, P; P-O, S-P-K, K-P-O-K, P-K-Pel., K-S-P, S-P-
Pel., S-P, K-P-Pel.-P-K-K, K-S-P-O, S-P-O, S-P-O-P-K, dan S-P-Pel.-K. The
paragraph structures were P1= topic sentence, P2= sentence topic+ sentence
developer, and P3= sentence developer. The paragraph pattern development used
were paragraph definition development pattern and paragraph detailed
development pattern.
Keywords: minister policy, sentence structure, paragraph structure, paragraph
pattern development
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rohmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan yang berjudul
“Struktur Kalimat, Struktur Paragraf, dan Pola Pengembangan Paragraf Dalam
Wacana Perundang-Undangan Tentang Pendidikan Tahun 2014” dengan tepat
waktu. Tugas akhir dalam bentuk skripsi ini ditulis untuk memenuhi salah satu
syarat untuk menyelesaikan studi strata satu dan memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia (PBSI), Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Sanata Dharma (USD)
Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat selesai tepat waktu atas
bantuan dari berbagai pihak yang selalu memberikan dukungan dan bimbingan
dalam proses penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma.
2. Dr. Yuliana Setiyaningsih, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Bahasa Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma.
3. Dr. B. Widharyanto, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing yang dengan
kesabaran dan ketelitian telah mendampingi, memotivasi, dan memberikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
berbagai saran dan kritikan yang sangat berharga bagi penulis dari proses
awal hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Galih Kusumo, S. Pd., M.Pd., selaku triangulator data pertama yang dengan
sabar dan sangat teliti dalam melakukan triangulasi data.
5. Dr. Y. Karmin. M.Pd., selaku triangulator data kedua yang dengan sabar dan
sangat teliti dalam melakukan triangulasi data.
6. Segenap dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan dukungan, ilmu dan
pengalaman selama proses perkuliahan yang sangat bermanfaat bagi penulis.
7. R. Marsidiq, selaku karyawan di Sekretariat Program Studi Pendidikan
Bahasa Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma, yang telah memberikan
berbagai bantuan layanan administrasi.
8. Heri Sabto Widodo, S.H., yang telah bersedia melakukan wawancara dengan
peneliti.
9. Bapak dan Ibuku tercinta dan tersayang, Samiyo dan Lilis Eni Rokhimah
yang selama ini selalu memberikan doa, restu, kasih sayang, motivasi, dan
kepercayaan.
10. Adik tersayang, Maylisa Audry Istiqomah yang selama ini selalu memberikan
doa, semangat, dan dukungan.
11. Almarhumah Simbah Sadinem yang telah di Surga, terima kasih atas doa dan
dukungan yang telah diberikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
12. Teman-teman seperjuangan tersayang, Adven Desi, Cicik, Lena, Neti,
Herning, Iwed, Tyas, Indah, Tito, Didi, Jibon, Mbak Ira, Anita, Ayu, Reni,
Vidam, Viyanto, Resti, Sikot, dan Winda.
13. Teman-teman PBSI kelas A, B, dan C yang tidak dapat disebutkan satu
persatu atas doa, motivasi, dan semangat yang diberikan selama ini.
14. Seluruh keluarga atas doa dan dukungannya.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan skripsi dalam
penulisan skripsi ini. Dengan segala kerendahan hati penulis berharap semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi siapa pun yang membacanya.
Yogyakarta, 21 Mei 2016
Penulis
Novie Lita Istiqomah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..............................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN..............................................................................iii
HALAMAN PERSEMBAHAN..........................................................................iv
MOTTO.................................................................................................................v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA..............................................................vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS..........................................................vii
ABSTRAK..........................................................................................................viii
ABSTRACT...........................................................................................................ix
KATA PENGANTAR...........................................................................................x
DAFTAR ISI......................................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xv
DAFTAR BAGAN..............................................................................................xvi
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.....................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................3
C. Tujuan Penulisan................................................................................................4
D. Manfaat Penulisan..............................................................................................4
E. Batasan Istilah.....................................................................................................5
F. Sistematika Penyajian.........................................................................................6
BAB II LANDASAN TEORI...............................................................................9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
A. Peneltian yang relevan.......................................................................................9
B. Kalimat.............................................................................................................11
C. Paragraf.............................................................................................................25
D. Variasi Bahasa..................................................................................................49
E. Diksi..................................................................................................................57
F. Bahasa Hukum Indonesia.................................................................................60
G. Kerangka Berpikir............................................................................................66
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.........................................................70
A. Jenis Penelitian.................................................................................................70
B. Sumber Data.....................................................................................................71
C. Metode dan Teknik Pengumpulan Data...........................................................72
D. Metode dan Teknik Analisis Data....................................................................73
E. Triangulasi........................................................................................................75
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...................................76
A. Deskripsi Data..................................................................................................76
B. Analisis Data....................................................................................................79
C. Pembahasan......................................................................................................91
BAB V PENUTUP.............................................................................................116
A. Kesimpulan.....................................................................................................116
B. Saran...............................................................................................................117
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................119
LAMPIRAN……...…………………………………………………………..120
BIOGRAFI PENULIS......................................................................................332
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 10 PERATURAN MENTERI TENTANG PENDIDIKAN TAHUN
2014..................................................................................................................120
LAMPIRAN TRIANGULASI DATA.............................................................148
LAMPIRAN TRANSKRIP DAN CODING HASIL WAWANCARA DENGAN
PRAKTISI HUKUM.......................................................................................322
LAMPIRAN BIOGRAFI PENULIS...............................................................336
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR BAGAN
BAGAN 2.1 KERANGKA BERPIKIR.............................................................69
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Berdasarkan tingkat keformalannya, Martin Joos (1967) dalam bukunya
The Five Clock membagi variasi bahasa atas lima macam, yaitu gaya atau
ragam beku (frozen), gaya atau ragam resmi (formal), gaya atau ragam usaha
(konsultatif), gaya atau ragam santai (casual), dan gaya atau ragam akrab
(intimate) (Chaer, Abdul dan Leonie Agustina, 2004: 70). Bahasa yang
digunakan dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia adalah bahasa
hukum Indonesia. Bahasa hukum Indonesia adalah bagian dari bahasa
Indonesia sehingga dalam penulisannya tetap tunduk pada kaidah-kaidah
penulisan yang berlaku dalam bahasa Indonesia. Bahasa hukum Indonesia
termasuk gaya atau ragam beku karena pola dan kaidahnya sudah ditetapkan
secara mantap dan tidak boleh berubah. Susunan kalimat dalam bahasa hukum
Indonesia biasanya panjang-panjang dan bersifat kaku.
Pada penulisannya, bahasa hukum dan perundang-undangan masih
ditemukan hal-hal yang menyimpang dari kaidah penulisan dalam bahasa
Indonesia. Menurut TBBBI (2010: 321), kalimat minimal terdiri atas unsur
predikat dan unsur subjek. Kedua unsur kalimat tersebut merupakan unsur
yang kehadirannya selalu wajib. Berikut dipaparkan contoh kesalahannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
“Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Undang-undang ini dengan penempatannya dalam Lembar Negara Republik
Indonesia” (kalimat penutup pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013
tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah).
Struktur kalimat di atas belum memenuhi kaidah bahasa perundang-
undangan yang mengacu kaidah bahasa tulis baku. Dilihat dari jumlah
klausanya, kalimat tersebut merupakan kalimat majemuk bertingkat dengan
urutan, klausa bawahan diikuti klausa utama. Struktur tersebut tidak gramatikal
karena tidak hadirnya unsur subjek pada klausa utama dan klausa bawahannya
mengandung subjek, yaitu setiap orang.
Menurut Hadikusuma (2013: 3), bahasa hukum adalah bahasa aturan dan
peraturan yang bertujuan untuk mewujudkan ketertiban dan keadilan serta
mempertahankan kepentingan umum dan kepentingan pribadi di dalam
masyarakat. Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang digunakan untuk
membuat peraturan perundang-undangankarena bahasa Indonesia termasuk
bahasa nasional negara Indonesia dan bahasa resmi yang digunakan dalam
menjalankan roda pemerintahan negara. Hal ini sesuai dengan bunyi pasal 36
Undang-Undang Dasar 1945 bahwa “Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia”.
Maka dari itu, bahasa yang digunakan untuk membuat peraturan perundang-
undangandisebut Bahasa Hukum Indonesia.
Peneliti mengetahui bahwa terkadang bahasa hukum hanya dapat
dimengerti oleh orang-orang yang berkecimpung di dunia hukum dan orang-
orang awam hanya mengikuti atau seolah-olah mengerti. Sementara itu, bahasa
Indonesia merupakan salah satu sarana untuk berkomunikasi karena dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
bahasa seseorang dapat mengutarakan keinginan dan pikirannya. Penyebab lain
dari kesulitan masyarakat pada umumnya untuk memahami bahasa hukum
adalah adanya istilah-istilah hukum yang diambil atau disadur dari bahasa
asing (Belanda). Terjadinya masukan istilah-istilah asing ke dalam bahasa
Indonesia sudah berlaku sejak masuknya agama Hindu dan Islam, kemudian
masuknya orang-orang Eropa terutama Belanda yang menjajah Indonesia
selama tiga setengah abad. Oleh sebab itu, penting bagi masyarakat untuk
memahami dan mengerti bahasa hukum yang digunakan dalam perundang-
undangan.
Setelah memaparkan permasalahan di atas, peneliti meneliti struktur
kalimat dan struktur paragraf serta pola pengembangannya pada peraturan
perundang-undangan. Penelitian ini secara khusus membahas 10 Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Tentang Pendidikan Tahun 2014.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas,
maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa sajakah struktur kalimat yang digunakan dalam wacana perundang-
undangan tentang pendidikan tahun 2014?
2. Apa sajakah struktur paragraf yang digunakan dalam wacana perundang-
undangan tentang pendidikan tahun 2014?
3. Apa sajakah pola pengembangan paragraf yang digunakan dalam wacana
perundang-undangan tentang pendidikan tahun 2014?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
C. Tujuan Penulisan
Penelitian ini bertujuan untuk sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan struktur kalimat yang digunakan dalam wacana
perundang-undangan tentang pendidikan tahun 2014.
2. Mendeskripsikan struktur paragraf yang digunakan wacana dalam
perundang-undangantentang pendidikan tahun 2014.
3. Mendeskripsikan pola pengembangan paragraf yang digunakan dalam
wacana perundang-undangan tentang pendidikan tahun 2014.
D. Manfaat Penulisan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman bahasa
kepada perancang Perundang-undangan dalam merumuskan wacana
perundang-undangan dan dapat memberikan masukan bagi peneliti lain yang
tertarik mempelajari penggunaan bahasa hukum. Selain itu, hasil penelitian ini
diharapkan dapat memberi gambaran khusus tentang penggunaan bahasa
Indonesia pada bidang hukum dalam 10 Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Tentang Pendidikan Tahun 2014 bagi mahasiswa Sanata Dharma
khususnya Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
E. Batasan Istilah
Dalam penelitian ini ada beberapa istilah dalam pengertiannya perlu
dibatasi. Pembatasan istilah ini dimaksudkan agar tidak terjadi kesalahan
pengertian atau kesalahan penafsiran. Istilah-istilah yang dibatasi
pengertiannya adalah sebagai berikut.
1. Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan,
yang mengungkapkan pikiran yang utuh (Alwi, dkk., 2010:317).
2. Paragraf
Paragraf adalah seperangkat kalimat tersusun logis-sistematis yang
merupakan satu kesatuan ekspresi pikiran yang relevan dan mendukung pikiran
pokok yang tersirat dalam keseluruhan paragraf (Tarigan, 1987: 11).
3. Variasi bahasa
Terjadinya keragaman atau kevariasian bahasa ini bukan hanya disebabkan
oleh para penuturnya yang tidak homogen, tetapi juga karena kegiatan
interaksi sosial yang mereka lakukan sangat beragam (Chaer, 2004: 61).
4. Peraturan perundang-undangan dan peraturan menteri
Definisi peraturan perundang-undangan menurut Pasal 1 Ayat 2 UU No.
10 Tahun 2004 adalah peraturan tertulis yang dibentuk oleh lembaga negara
atau pejabat yang berwenang dan mengikat secara umum (Kurnia, 2009: 48).
Sedangkan menurut Syarif (1987:40), peraturan menteri (permen) adalah
peraturan pelaksanaan yang dibuat oleh Menteri departemen yang
bersangkutan untuk mengatur masalah-masalah yang termasuk bidang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
wewenangnya dengan berdasarkan dan bersumber kepada perundang-
undangan yang lebih tinggi tingkatannya.
5.Pola pengembangan paragraf
Menurut Chaer (2011: 88), yang dimaksud dengan pengembangan
paragraf adalah pemberian keterangan-keterangan tambahan dalam bentuk
kalimat-kalimat penjelas atau kalimat pengembang terhadap ide pokok yang
terdapat pada kalimat pokok.
F. Sistematika Penyajian
Penelitian ini dituangkan dalam laporan penelitian dengan sistematika
yang terdiri dari lima bab. Bab I berisi uraian tentang latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, dan
sistematika penyajian. Bab II berisi landasan teori yang memuat penelitian-
penelitian lain sebelumnya yang relevan dengan penelitian ini, yaitu landasan
teori tentang kalimat, paragraf, variasi bahasa, diksi, dan bahasa Indonesia
bidang hukum dan perundang-undangan. Bab III merupakan bab tentang
metode penelitian yang berisi cara dan prosedur yang akan ditempuh peneliti.
Bagian ini meliputi jenis penelitian sumber data, teknik pengumpulan data,
instrumen penelitian, dan teknik analisis data. Bab IV merupakan bab yang
berisi pembahasan. Bab ini memuat deskripsi data, hasil analisis, dan
pembahasan yang dilakukan pada penelitian ini. Bab V merupakan bab
penutup yang terdiri dari subbab kesimpulan terhadap analisis data dan subbab
saran bagi perancang perundang-undangan dan penelitian selanjutnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
BAB II
LANDASAN TEORI
Pada bab II ini diuraikan dengan ringkas penelitian terdahulu yang
relevan, pembahasan tentang kalimat, paragraf, variasi bahasa dan bahasa
perundang-undangan di Indonesia.
A. Penelitian yang Relevan
Peneliti menemukan tiga penelitian terdahulu. Penelitian pertama
dilakukan oleh Melody Violine pada Desember 2008 dalam bentuk skripsi.
Judul yang ia ambil adalah Bahasa Hukum Indonesia dalam Berita Acara
Pemeriksaan, Sebuah Tinjauan Keefektifan Kalimat. Penelitian ini dilakukan
dengan metode deskriptif kualitatif. Temuan dari penelitian yang dilakukan
oleh Melody Violine (2008) adalah ketidakefektifan bahasa hukum. Masalah
yang ditemukan oleh peneliti adalah peneliti mengalami kesulitan dalam
menganalisis Berita Acara Pemeriksaan (BAP) karena BAP terdapat beberapa
kalimat yang tidak efektif secara gramatikal, kekeliruan ejaan, kesalahan
penempatan tanda baca, penulisan kata serapan, dan hampir semua paragraf
hanya terdiri dari satu kalimat.
Penelitian kedua pernah dilakukan oleh Eka Dian Savitri pada tahun 2011
dalam bentuk tesis. Judul yang ia ambil adalah Bahasa Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata. Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif kualitatif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
yang berfokus pada segi-segi bahasa dalam upaya menemukan pola-pola atau
kaidah-kaidah yang bersifat mengatur di dalam bahasa dengan model
kualitatif. Temuan dari penelitian yang dilakukan oleh Eka Dian Savitri
(2011) adalah mendeskripsikan istilah khusus, kalimat, dan fungsi penggunaan
bahasa KUH Perdata. Masalah yang ditemukan oleh peneliti adalah peneliti
mengalami kesulitan dalam menentukan karakteristik penggunaan istilah dan
karakterisik penggunaan kalimat. KUH Perdata mencakup kosakata pinjaman
dari bahasa Belanda, bahasa Perancis, bahasa Latin, bahasa Portugal, bahasa
Inggris, bahasa Arab, bahasa Sansekerta, bahasa Jawa Kuno, dan bahasa Jawa
Modern, serta bahasa Minangkabau. Isitlah-istilah khusus KUH Perdata
sebagian besar merupakan bentuk paduan leksem dengan makna khusus yaitu
makna yang terjadi akibat spesialisasi lingkungan penggunaan bahasa di
bidang hukum perdata. Hal ini menyebabkan beberapa istilah mengalami
kemiripan bentuk dan makna akibat adanya spesialisasi makna lingkungan.
Peneliti juga menemukan kerancuan dan ketidakjelasan informasi hukum
dalam KUH Perdata karena penggunaan kalimat yang panjang dengan banyak
keterangan dan klausa dan penggunaan kata penghubung rangkap.
Penelitian ketiga pernah dilakukan oleh Galih Puji Haryanto pada Januari
2015 dalam bentuk skripsi. Judul yang ia ambil adalah Analisis Struktur
Kalimat dan Struktur Paragraf serta Pola Pengembangannya Pada Wacana
Undang-Undang Tahun 2013. Penelitian ini dilakukan dengan metode
deskriptif kualitatif. Temuan dari penelitian yang dilakukan oleh Galih Puji
Haryanto (2015) adalah mendeskripsikan struktur kalimat dan struktur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
paragraf serta pola pengembangannya yang terdapat pada lima Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2013. Masalah yang ditemukan
oleh peneliti adalah kesulitan dalam menentukan fungsi sintaksis dalam
kalimat karena kalimat yang digunakan sangat bertele-tele dan strukturnya
tidak jelas. Selain itu peneliti juga menjumpai masalah dalam menentukan
struktur paragraf dan pola pengembangannya karena paragraf yang
dikembangkan pada peraturan menteri berbeda dengan paragraf lazimnya
dalam bahasa Indonesia.
B.Kalimat
1. Pengertian Kalimat
Menurut Alwi, dkk., (TBBBI Edisi ke-3 2010: 317), kalimat adalah satuan
bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan pikiran
yang utuh. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun
dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir yang diikuti
oleh kesenyapan yang mencegah terjadinya perpaduan ataupun asimilasi
bunyi ataupun proses fonologis lainnya. Dalam wujud tulisan berhuruf Latin,
kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanda
tanya (?), tanda seru (!); sementara itu, di dalamnya disertakan pula berbagai
tanda baca seperti koma(,), titik dua (:), tanda pisah (-), dan spasi. Kalimat
adalah satuan gramatik yang dibatasi oleh jeda panjang yang disertai nada
akhir atau turun (Ramlan, 2005: 23). Menurut Rahardi (2010: 4), sekurang-
kurangnya kalimat dalam bahasa Indonesia terdiri atas dua buah unsur pokok,
yakni subjek dan predikat. Dalam konstruksi yang lengkap, kedua unsur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
pokok itu dapat dilengkapi lagi dengan objek, komplemen atau pelengkap,
dan keterangan. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut berkaitan dengan
pengertian kalimat, peneliti menyimpulkan bahwa kalimat adalah satuan
gramatik yang mengungkapkan pikiran yang utuh baik dalam wujud lisan
maupun tulisan.
2. Bagian-bagian Kalimat
Menurut Alwi, dkk (2010: 318), dilihat dari segi bentuknya kalimat dapat
dirumuskan sebagai kontruksi sintaksis terbesar yang terdiri atas dua kata atau
lebih. Antara kalimat dan kata terdapat dua satuan sintaksis, yaitu klausa dan
frasa. Klausa merupakan satuan sintaksis yang terdiri atas dua kata atau lebih
yang mengandung predikasi (Alwi, dkk , 2010: 318). Menurut Ramlan (2005:
23), klausa terdiri dari S P (O) (P) (PEL) (KET). Tanda kurung menandakan
apa yang terletak dalam kurung itu bersifat manasuka.
Menurut Alwi (2010: 318), frasa adalah satuan sintaksis yang terdiri dari
dua kata atau lebih yang tidak mengandung predikasi. Sedangkan menurut
Ramlan (2005: 138), frasa adalah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata
atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi unsur klausa.
Kalimat pada dasarnya terdiri dari unsur predikat dan unsur subjek. Kedua
unsur tersebut merupakan unsur yang bersifat wajib. Di samping kedua unsur
tersebut, kadang-kadang ada kata atau kelompok kata yang dapat dihilangkan
tanpa mempengaruhi status bagian yang tersisa sebagai kalimat, tetapi ada pula
yang tidak (TBBBI, 2010: 321). Misalnya “Barangkali mereka menghadiri
pertemuan itu kemarin sore.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Berdasarkan contoh di atas, dapat dibedakan unsur kalimat atas unsur
wajib dan unsur tak wajib (manasuka). Unsur wajib itu terdiri atas konstituen
kalimat yang tidak dapat dihilangkan, sedangkan unsur takwajib terdiri atas
konstituen kalimat yang dapat dihilangkan. Dengan demikian, bentuk mereka
menghadiri pertemuan itu pada contoh yang terdapat pada paragraf
sebelumnya termasuk unsur wajib kalimat, sedangkan barangkali dan kemarin
sore unsur takwajib. (TBBBI, 2010:322).
Menurut Ramlan (2005: 23), berdasarkan unsurnya kalimat terdiri dari
kalimat berklausa dan kalimat tidak berklausa. Dalam hal ini, klausa dijelaskan
sebagai satuan gramatik yang terdiri dari subjek dan predikat disertai objek,
pelengkap dan keterangan. Kalimat tidak berklausa adalah kalimat yang tidak
terdapat satuan gramatik yang terdiri dari subjek dan predikat yang disertai
objek, pelengkap dan keterangan. Contoh tentang kalimat tidak berklausa dapat
dicermati dalam kalimat berikut.
a. Astaga!
b. Selamat pagi.
c. Bagaimana?
Judul suatu karangan merupakan sebuah kalimat karena selalu diakhiri
dengan jeda panjang yang disertai nada akhir turun atau naik. Jika terdiri dari S
P (O) (PEL) (KET) kalimat judul itu termasuk golongan kalimat berklausa.
Contoh kalimat judul yang termasuk golongan kalimat berklausa adalah
sebagai berikut.
a. Tiga Nama Disebut-Sebut Sebagai Calon Walikota Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
b. Perjudian dan HO Sudah Tidak Ada Lagi
c. Seratus Orang Tokoh Islam Akan Menerima Penjelasan
Akan tetapi, jika tidak terdiri dari klausa, maka kalimat judul itu termasuk
golongan kalimat tak berklausa yang semuanya berwujud satuan frase. Contoh
kalimat judul yang termasuk golongan kalimat tak berklausa adalah sebagai
berikut.
a. Tantangan Pembangunan Ekonomi Indonesia.
b. Dua Bidang Terlemah Dalam Pelaksanaan Transmigrasi.
c. Seorang Pendeta dari Gunung Wilis.
d. Polandia dan Doktrin Brezhnev.
3. Fungsi Sintaksis Unsur-Unsur Kalimat
Menurut Alwi, dkk (2010: 333), Untuk dapat mengetahui fungsi unsur
kalimat, kita perlu mengenal ciri umum tiap-tiap fungsi sintaksis. Subjek
merupakan fungsi sintaksis yang berupa nomina, frasa nominal, atau klausa
seperti contoh berikut (Alwi, dkk, 2010: 334-335).
a. Harimau binatang liar.
b. Anak itu belum makan.
c. Yang tidak ikut upacara akan ditindak.
Subjek sering juga berupa frasa verbal. Contoh kalimat yang mempunyai
subjek berupa frasa verbal.
a. Membangun gedung bertingkat mahal sekali.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
b. Berjalan kaki menyehatkan tubuh.
Pada umumnya, subjek terletak di sebelah kiri predikat. Jika unsur subjek
panjang dibandingkan dengan unsur predikat, subjek sering juga diletakkan di
akhir kalimat. Contoh kalimat yang mempunyai subjek di sebelah kanan
predikat adalah sebagai berikut.
a. Manusia yang mampu tinggal dalam kesendirian tidak banyak.
Tidak banyak manusia yang mampu tinggal dalam kesendirian.
Subjek pada kalimat imperaktif adalah orang kedua atau orang pertama
jamak dan biasanya tidak hadir. Contoh kalimat imperatif yang mempunyai
subjek berbentuk orang kedua adalah sebagai berikut.
a. Tolong [kamu] bersihkan meja ini.
b. Mari [kita] makan.
Subjek pada kalimat aktif transitif akan menjadi pelengkap bila kalimat itu
dipasifkan seperti tampak pada contoh berikut.
a. Anak itu [S] menghabiskan kue saya.
b. Kue saya dihabiskan (oleh) anak itu [Pel].
Predikat kalimat biasanya berupa frasa verbal atau frasa adjektival. Pada
kalimat yang berpola SP, predikat dapat pula berupa frasa nominal, frasa
numeral, atau frasa preposisional. Contoh kalimat yang mempunyai predikat
yang berupa frasa verbal, frasa adjektival, frasa nominal, frasa numeral, dan
frasa preposisional adalah sebagai berikut.
a. Ayahnya guru bahasa Inggris. (P=FN)
b. Adiknya dua. (P=FNum)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
c. Ibu sedang ke pasar. (P=Fprep)
d. Dia sedang tidur. (P=FV)
e. Gadis itu cantik sekali. (P= FAdj)
Objek adalah konstituen kalimat yang kehadirannya dituntut oleh predikat
yang berupa verba transitif pada kalimat aktif. Letak objek selalu setelah
langsung predikatnya. Sufiks -kan- dan i serta prefiks meng- umumnya
merupakan pembentuk verba transitif. Pada contoh (1) berikut Icuk merupakan
objek yang dapat dikenal dengan mudah oleh kehadiran verba transitif
bersufiks –kan: menundukkan.
a. Morten menundukkan Icuk.
Objek biasanya berupa nomina atau frasa nominal. Jika objek tergolong
nomina, frasa nominal tak bernyawa, atau persona ketiga tunggal, nomina
objek itu dapat diganti dengan pronomina –nya; dan jika berupa pronomina aku
dan kamu (tunggal), bentuk –ku dan –mu dapat digunakan. Contoh kalimat
yang mengandung nomina objek dapat diganti dengan pronomina adalah
sebagai berikut.
a. Adi mengunjungi Pak Rustam.
Adi mengunjunginya.
b. Beliau mengatakan (bahwa) Ali tidak akan datang.
Beliau mengatakannya.
c. Saya ingin menemui kamu/-mu.
d. Ina mencintai dia/-nya.
e. Ibu mengasihi aku/-ku.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Selain satuan berupa nomina dan frasa nominal, objek dapat pula berupa
klausa seperti pada contoh berikut.
a. Pemerintah mengumumkan (bahwa) harga BBM akan naik.
Objek pada kalimat aktif akan menjadi subjek jika kalimat itu dipasifkan
seperti contoh berikut.
a. Pembantu membersihkan ruangan saya. [O]
b. Ruangan saya (S) dibersihkan (oleh) pembantu. [Pel]
Orang sering menggabungkan pengertian objek dan pelengkap. Hal
tersebut dapat dimengerti karena antara kedua fungsi tersebut memang terdapat
kesamaan. Baik objek maupun pelengkap sering berwujud nomina dan
keduanya juga sering menduduki tempat yang sama, yakni di belakang verba.
Pada contoh di atas tampak bahwa ruangan saya adalah frasa nominal dan
berdiri di belakang verba membersihkan, kemudian oleh pembantu juga berdiri
di belakang verba dibersihkan. Akan tetapi, pada kalimat (a) frasa nominal
tersebut dinamakan objek, sedangkan pada (b) disebut pelengkap, yang juga
dinamakan komplemen. Objek pada kalimat (a) berubah menjadi subjek pada
kalimat (b) karena kalimat (a) merupakan kalimat aktif yang diubah menjadi
kalimat pasif yang terdapat pada kalimat (b).
Persamaan antara objek dan pelengkap dapat dilihat pada ciri-ciri berikut.
Objek Pelengkap
Berada langsung di belakang predikat. Berada langsung di belakang predikat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Perbedaan antara objek dan pelengkap dapat dilihat pada ciri-ciri berikut.
Objek Pelengkap
1) Berwujud frasa nominal atau
klausa.
1) Berwujud frasa nominal, frasa
verbal, frasa adjektival, frasa
preposisional, atau klausa.
2) Menjadi subjek akibat pemasifan
kalimat.
2) Tidak dapat menjadi subjek akibat
pemasifan kalimat.
3) Dapat diganti dengan pronominal
-nya.
3)Tidak dapat diganti dengan –nya-
kecuali dalam kombinasi preposisi
selain di, ke, dari, dan akan.
Keterangan merupakan fungsi sintaksis yang paling beragam dan paling
mudah berpindah letaknya. Keterangan dapat berada di akhir, di awal, dan
bahkan di tengah kalimat. Pada umumnya, kehadiran keterangan dalam kalimat
bersifat manasuka. Keterangan biasanya berupa frasa nominal, frasa
preposisional, atau frasa adverbial. Contoh kalimat yang mempunyai fungsi
sintaksis keterangan adalah sebagai berikut.
a. Dia memotong rambutnya.
b. Dia memotong rambutnya di kamar.
c. Dia memotong rambutnya dengan gunting.
d. Dia memotong rambutnya kemarin.
Unsur di kamar, dengan gunting dan kemarin pada contoh di atas
merupakan keterangan yang sifatnya manasuka. Selain berupa kata atau frasa,
fungsi keterangan dapat pula diisi oleh klausa seperti contoh berikut.
a. Dia memotong rambutnya sebelum dia mendapat peringatan dari sekolah.
b. Dia memotong rambutnya segera setelah dia diterima bekerja di bank.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Makna keterangan ditentukan oleh perpaduan makna unsur-unsurnya.
Dengan demikian, keterangan di kamar mengandung makna tempat, dengan
gunting mengandung makna alat, kemarin menyatakan makna waktu, dan
sebelum dia mendapat peringatan dari sekolah serta setelah dia diterima
bekerja di bank juga mengandung makna waktu.
Sedangkan menurut Ramlan (2005: 82), berdasarkan strukturnya, S dan P
dapat ditukarkan tempatnya. Maksudnya, S mungkin terletak di muka P atau
sebaliknya P mungkin terletak di muka S. Kalimat (a) dan (b) di atas dapat
diubah susunan unsur klausanya menjadi sebagai berikut.
a. Tidak berlari-lari ibu.
b. Sangat lemah tubuhnya.
Unsur tidak berlari-lari (a) dan sangat lemah (b) menduduki fungsi P,
sedangkan unsur ibu (a) dan tubuhnya (b) menduduki fungsi S. Objek selalu
terletak di belakang predikat yang terdiri dari kata verbal transitif. Jika Predikat
itu terdiri dari kata verbal transitif, maka klausa tersebut dapat diubah menjadi
klausa pasif dan kata yang menduduki fungsi O akan menjadi fungsi S. Contoh
kalimat yang mengandung kata verbal transitif yang kemudian dapat diubah
menjadi klausa pasif adalah sebagai berikut.
a. Pemerintah akan menyelenggarakan pesta seni.
S P O
b. Pesta seni akan diselenggarakan (oleh) pemerintah.
S P Keterangan Pelaku
Pelengkap mempunyai persamaan dengan objek, yaitu selalu terletak di
belakang predikat. Perbedaan antara objek dan pelengkap adalah objek selalu
terdapat dalam klausa yang dapat dipasifkan, sedangkan pelengkap terdapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
dalam klausa yang tidak dapat diubah menjadi bentuk pasif atau juga terdapat
dalam klausa pasif. Contoh kalimat yang mengandung fungsi sintaksis
pelengkap.
a. Anak itu dibelikan baju baru oleh Pak Sastro.
Frase baju baru pada kalimat (a) menduduki fungsi PEL karena frase itu
selalu terletak di belakang predikat dalam klausa pasif. Sedangkan, frase oleh
Pak Sastro pada kalimat di bawah ini menduduki fungsi KET karena unsur ini
mempunyai letak yang bebas, dapat terletak di depan S P, bahkan dapat juga
dipindahkan ke tempat antara S dan P seperti contoh berikut.
a. Oleh Pak Sastro anak itu dibelikan baju baru.
b. Anak itu oleh Pak Sastro dibelikan baju baru.
Pada umumnya KET mempunyai letak yang bebas, artinya dapat terletak di
depan S dan P, dapat terletak di antara S dan P, dan dapat juga terletak di
antara P dan O serta terletak di antara P dan PEL karena O dan PEL dapat
dikatakan selalu menduduki tempat langsung di belakang P, setidak-tidaknya
mempunyai kecenderungan demikian seperti contoh berikut.
a. Akibat taufan desa-desa itu musnah.
Dalam kalimat di atas unsur yang menduduki fungsi KET adalah unsur
akibat taufan yang terletak di muka S dan P. Unsur KET itu dapat dipindahkan
ke antara S dan P, dan dapat juga dipindahkan ke belakang S dan P, menjadi
sebagai berikut.
a. Desa-desa itu akibat taufan musnah.
b. Desa-desa itu musnah akibat taufan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
4. Struktur Kalimat Dasar
Menurut Kridalaksana (2008: 228), struktur adalah pengaturan pola-pola
secara sintagmatis. Sedangkan kalimat adalah satuan gramatik yang
mengungkapkan pikiran yang utuh baik dalam wujud lisan maupun tulisan.
Jadi, struktur kalimat adalah pengaturan pola satuan gramatik yang sintagmatis
untuk mengungkapkan pikiran yang utuh baik dalam wujud lisan maupun
tulisan.
Alwi (dalam Alwi, dkk., 2010: 320) mengatakan bahwa kalimat merupakan
konstruksi sintaksis terbesar yang terdiri atas dua kata atau lebih. Baik kalimat
maupun kelompok kata yang menjadi unsur kalimat dapat dipandang sebagai
suatu konstruksi. Satuan-satuan yang membentuk suatu konstruksi disebut
konstituen. Menurut Alwi, dkk (2010: 326), kalimat dasar adalah kalimat yang
terdiri dari satu klausa, unsur-unsurnya lengkap, susunan unsur-unsurnya
menurut urutan paling umum, dan tidak mengandung pertanyaan atau
pengingkaran. Setiap bentuk kata atau frasa yang menjadi konstituen kalimat
termasuk dalam kategori kata atau frasa tertentu dan masing-masing
mempunyai peran semantis pula. Hubungan antara bentuk, kategori, dan peran
itu dapat menjadi lebih jelas jika diperhatikan gambar berikut.
Bentuk Ibu saya Tidak Membeli baju baru untuk kami Minggu lalu
Kategori Kata N Pron Adv V N Adj Prep N N V
Frasa FN FV FV FPrep FN
Fungsi Subjek Predikat Objek Pelengkap Keterangan
Peran Pelaku Perbuatan Sasaran Peruntung Waktu
Gambar 2.1: hubungan bentuk, kategori, fungsi, dan peran unsur kalimat (TBBBI, 2010: 327).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Pada gambar 2.1 di atas tampak lima fungsi sintaksis yang digunakan
untuk pemerian kalimat. Dalam suatu kalimat tidak selalu kelima fungsi
sintaksis itu terisi, tetapi paling tidak, ada konstituen pengisi subjek dan
predikat. Kehadiran konstituen lainnya banyak ditentukan oleh konstituen
pengisi predikat (Alwi, dkk 2010: 328). Contoh kehadiran konstituen lain yang
ditentukan oleh konstituen pengisi predikat adalah sebagai berikut.
a. Dia (S) tidur (P) di kamar depan (KET) .
b. Mereka (S) sedang belajar (P) bahasa Inggris (Pel) sekarang (Ket).
c. Mahasiswa (S) mengadakan (P) seminar (O) di kampus (Ket).
d. Buku itu (S) terletak (P) di meja (Ket) kemarin (Ket).
e. Ayah (S) membeli (P) baju (O) untuk adik (Pel) tadi siang (Ket).
f. Dia (S) meletakkan (P) uang (O) di atas meja itu (Ket) kemarin (Ket).
Pada contoh di atas konstituen yang dicetak miring dapat dihilangkan tanpa
mengakibatkan kejanggalan kalimat, artinya bahwa makna kalimat tetap dapat
dipahami. Dari contoh itu hanya kalimat (6) yang memiliki konstituen pengisi
kelima fungsi sintaksis, yaitu subjek, predikat, objek, pelengkap, dan
keterangan. Pada umumnya banyak dari kalimat yang urutan unsurnya berbeda
dengan urutan kelima fungsi sintaksis tersebut, terutama yang menyangkut
letak keterangan dan letak predikat terhadap subjek kalimat. Keterangan
memiliki banyak jenis dan letaknya dapat berpindah-pindah di dalam kalimat,
baik di awal, tengah, maupun akhir kalimat.
Contoh keterangan yang letaknya tidak tetap dan dapat berpindah-pindah
adalah sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
a. Dita kemarin membeli buku.
b. Kemarin Dita membeli buku
c. Dita membeli buku kemarin.
Selain itu, ada banyak kalimat yang letak predikatnya mendahului subjek
kalimat. Kalimat-kalimat demikian pada umumnya dapat diubah susunannya
sehingga berpola S-P. Contoh : Tidak banyak (P) manusia yang mampu tinggal
dalam kesendirian (S) dapat diubah menjadi Manusia hidup dalam kesendirian
(S) tidak banyak (P). Pola umum kalimat dasar dalam bahasa Indonesia adalah
S + P + (O) + (PEL) + (KET). Tanda kurung menyatakan ketiga unsur tersebut
tidak selalu harus hadir dalam kalimat dan jumlah keterangan dapat lebih dari
satu (Alwi, dkk, 2010: 329).
Dari pola umum kalimat dasar tersebut dapat diturunkan pola dasar
kalimat. Menurut Alwi, dkk (2010: 329), ada enam pola dasar kalimat. Keenam
pola dasar kalimat tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.
a. Pola dasar S – P (subjek – predikat)
b. Pola dasar S – P – O (subjek –predikat – objek)
c. Pola dasar S – P – Pel (subjek – predikat – pelengkap)
d. Pola dasar S –P – Ket (subjek – predikat – keterangan)
e. Pola dasar S – P – O – Ket (subjek – predikat – objek – keterangan)
f. Pola dasar S – P – O – Pel (subjek – predikat – objek - pelengkap)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Perluasan pola kalimat dimaksudkan agar informasi yang akan
disampaikan dalam kalimat menjadi lebih jelas dan memiliki struktur yang
jelas. Contoh kalimat yang mengandung perluasan pola kalimat adalah sebagai
berikut.
a. Pada kesempatan itu bupati menyerahkan sejumlah penghargaan kepada
warga masyarakat yang telah berjasa kepada daerahnya.
b. Menurut rencana, pertemuan yang diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan
itu akan diperpanjang sampai minggu depan
Jika dilihat dari jumlah kosakata, kalimat di atas cukup panjang. Walaupun
demikian, pola dasar dari kalimat tersebut dapat diubah menjadi kalimat yang
cukup cukup singkat, seperti:
a. Bupati / menyerahkan / penghargaan.
S P O
b. Pertemuan itu/ akan diperpanjang.
S P
Perluasan tersebut timbul karena keperluan informasi yang disampaikan
belum lengkap. Suatu kalimat yang panjang merupakan perluasan dari pola
dasar kalimat.
Dengan mengetahui pola dasar kalimat bahasa lisan, diharapkan pemakai
bahasa mampu untuk memahami dan memperluas kalimat secara sistematis
dan logis sehingga informasi akan jelas dan mudah dipahami. Begitu juga
dengan teks tertulis, dengan mengetahui pola-pola dasar kalimat, pembaca
dapat memahami setiap kalimat dan unsur-unsur yang ada di dalamnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
C. Paragraf
Gorys Keraf (1980: 62) berpendapat bahwa paragraf atau alinea adalah
suatu kesatuan pikiran yang lebih tinggi atau lebih luas dari kalimat. Menurut
Asul Wiyanto (2004: 15), paragraf adalah sekelompok kalimat yang saling
berhubungan dan bersama-sama menjelaskan satu unit buah pikiran untuk
mendukung buah pikiran yang lebih besar, yaitu buah pikiran yang
diungkapkan dalam seluruh tulisan. Sedangkan menurut Djago Tarigan (1987:
11), paragraf adalah seperangkat kalimat tersusun logis-sistematis yang
merupakan satu kesatuan ekspresi pikiran yang relevan dan mendukung
pikiran pokok yang tersirat dalam keseluruhan karangan. Menurut Rahardi
(2009: 158), paragraf merupakan bagian karangan atau tulisan yang
membentuk satu kesatuan pikiran, ide atau gagasan. Setiap paragraf
dikendalikan oleh satu ide pokok. Ide pokok paragraf harus dikemas dalam
sebuah kalimat yang disebut kalimat utama. Dari beberapa pengertian
tersebut, dapat disimpulkan bahwa paragraf adalah sekelompok kalimat yang
membentuk satu kesatuan pikiran, ide atau gagasan.
Tujuan sebuah alinea atau paragraf menurut Gorys Keraf (1980: 63) yang
pertama, memudahkan pengertian dan pemahaman dengan menceraikan suatu
tema dari tema yang lain. Oleh sebab itu, tiap paragraf hanya boleh
mengandung satu tema. Bila terdapat dua tema maka paragraf atau alinea
tersebut harus dipecah menjadi dua tema. Kedua, memisahkan dan
menegaskan perhentian secara wajar dan formal, untuk memungkinkan kita
berhenti lebih lama daripada perhentian pada akhir kalimat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Walaupun pada prinsipnya sebuah paragraf atau alinea harus terdiri dari
rangkaian kalimat, tetapi ada juga alinea yang hanya terdiri dari satu kalimat.
Ada beberapa alasan mengapa terdapat paragraf semacam ini. Pertama, alinea
itu kurang baik dikembangkan penulisnya dan penulis kurang memahami
hakikat alinea. Kedua, memang sengaja dibuat oleh pengarang karena ia
sekadar mengemukakan gagasan itu bukan untuk dikembangkan, atau
pengembangannya terdapat pada paragraf-paragraf berikutnya. Begitu pula
sebuah paragraf yang hanya terdiri dari sebuah kalimat dapat bertindak sebagai
peralihan antara bagian-bagian dalam sebuah karangan (Gorys Keraf, 1980:
63).
1. Komponen Paragraf
Menurut Tarigan (dalam Tarigan, 1987:13), Alat bantu untuk menciptakan
susunan logis-sistematis itu disebut komponen paragraf, seperti:
a. Transisi (Transition),
Menurut Tarigan (1987: 15-16), transisi adalah mata rantai penghubung
antar paragraf. Sering dikatakan bahwa transisi berfungsi sebagai penunjang
koherensi dan kepaduan antarbab, antaranak-bab, dan antarparagraf dalam
suatu karangan. Transisi tidak selalu harus ada dalam setiap paragraf.
Kehadiran transisi dalam paragraf bergantung kepada pertimbangan pengarang.
Bila pengarang merasa perlu ada transisi demi kejelasan informasi, maka
transisi wajar ada. Sebaliknya, bila pengarang dapat mengekspresikan ide
pokoknya dengan jernih tanpa transisi, maka transisi tidak perlu hadir dalam
paragraf tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
1) Transisi berupa kata
Alat penanda transisi berupa kata dan kelompok kata sangat banyak dan
berjenis-jenis. Pada garis besarnya alat penanda transisi tersebut dapat
diklasifikasikan sebagai berikut.
a) Penanda hubungan kelanjutan, seperti kata dan, lagi, serta, lagi pula, dan
tambahan lagi.
b) Penanda hubungan urutan waktu, seperti kata dahulu, kini, sekarang,
sebelum, setelah, sesudah, kemudian, sementara itu, sehari kemudian, dan
dan seterusnya.
c) Penanda klimaks, seperti kata paling…, se…nya, dan ter…
d) Penanda perbandingan, seperti kata sama, seperti, ibarat, bak, dan
bagaikan.
e) Penanda kontras, seperti kata tetapi, biarpun, walaupun, dan sebaliknya.
f) Penanda urutan jarak, seperti kata di sini, di situ, di sana, dekat, jauh, dan
sebelah.
g) Penanda ilustrasi, seperti kata umpama, contoh, dan misalnya.
h) Penanda sebab-akibat, seperti kata karena, sebab, oleh karena, dan
akibatnya.
i) Penanda kondisi (pengandaian), seperti kata andai kata dan seandainya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
j) Penanda kesimpulan, seperti kata kesimpulan, ringkasnya, garis besarnya,
dan rangkuman.
2) Transisi berupa kalimat
Menurut Tarigan (1987: 18), transisi berupa kalimat lebih dikenal dengan
istilah kalimat penuntun. Kalimat penuntun berfungsi sebagai transisi dan
sebagai pengantar topik utama yang akan diperbincangkan.
Kalimat penuntun tidak berfungsi sebagai pengganti kalimat topik.
Letaknya selalu mendahului kalimat topik. Bila dalam suatu paragraf terdapat
kalimat penuntun sebagai transisi, maka kalimat topik terdapat setelah kalimat
penuntun selesai. Contoh kalimat penuntun adalah sebagai berikut.
Ringkasnya tata bahasa meliputi tiga hal, yakni (1) fonologi, (2) morfologi dan
(3) sintaksis. Fonologi berhubungan dengan studi tata bunyi, morfologi
mengenai studi tata kata dan sintaksis membicarakan tata kalimat.
b. Kalimat Topik (Topik Sentence),
Menurut Tarigan (1987: 18-19), kalimat topik adalah perwujudan
pernyataan ide pokok paragraf dalam bentuk umum. Ada tiga kemungkinan
letak kalimat topik dalam suatu paragraf. Kemungkinan pertama, pada bagian
awal paragraf, setelah transisi kalau ada transisi pada paragraf tersebut.
Kemungkinan kedua, terdapat pada bagian akhir paragraf. Kemungkinan
ketiga, berada di tengah-tengah paragraf, tapi hal ini jarang ditemui.
c. Kalimat Pengembang
Sebagian besar kalimat-kalimat yang terdapat dalam suatu paragraf
termasuk kalimat pengembang. Urutan kalimat pengembang sebagai perluasan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
pemaparan kalimat topik. Pengembangan kalimat topik yang bersifat
kronologis biasanya berkaitan dengan benda atau kejadian dengan waktu.
Urutannya, masa lalu-kini-masa yang akan datang. Bila pengembangan kalimat
topik berkaitan dengan jarak, biasanya berkaitan dengan benda, peristiwa, atau
hal dengan ukuran jarak. Urutannya, dimulai dari jarak yang paling dekat-lebih
jauh-paling jauh. Bila pengembangan kalimat topik berkaitan dengan sebab-
akibat maka kemungkinan urutannya sebab dinyatakan lebih dahulu, kemudian
diikuti akibatnya, atau sebaliknya, akibatnya dinyatakan terlebih dahulu baru
kemudian dipaparkan sebabnya. Penyusunan urutan kalimat pengembang yang
berdasarkan urutan nomornya dimulai dari kejadian pertama, kedua, ketiga,
dan seterusnya (Tarigan, 1987: 19).
d. Kalimat Penegas
Menurut Tarigan (1987: 20), kalimat penegas adalah elemen paragraf yang
keempat dan terakhir. Elemen pertama transisi, elemen kedua kalimat topik,
dan elemen ketiga kalimat pengembang. Fungsi kalimat penegas ada dua.
Pertama, sebagai pengulang atau penegas kembali kalimat topik. Kedua,
sebagai daya penarik bagi pembaca atau sebagai selingan untuk menghilangkan
kejemuan. Kedudukan kalimat penegas dalam suatu paragraf tidak bersifat
mutlak. Berbeda dengan kalimat topik dan kalimat pengembang yang bersifat
mutlak. Kalimat penegas ada bila pengarang merasa memerlukannya untuk
menunjang kejelasan informasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
2. Syarat-syarat Paragraf yang Baik
Menurut Keraf (1980: 67), adanya syarat-syarat paragraf yang baik
merupakan suatu perangkat agar paragraf yang ditulis menjadi paragraf yang
berkualitas. Beberapa syarat yang harus dipenuhi agar paragraf termasuk
kategori baik adalah sebagai berikut.
a. Kesatuan
Isi paragraf harus jelas dan terperinci serta hanya membahas satu hal saja.
Isi paragraf yang berganda akan mengurangi kejelasan informasi.
b. Koherensi (kepaduan)
Hubungan antar kalimat dalam paragraf harus berkaitan erat satu sama lain.
Lebih-lebih antara kalimat topik dan kalimat pengembangnya serta kalimat
penegas (bila ada). Tidak boleh terselip kalimat yang tidak ada hubungannya
dengan isi paragraf.
c. Pengembangan Paragraf
Paragraf dianggap selesai bila kalimat topik sudah dikembangkan. Kalimat
topik yang menyatakan isi paragraf dalam pengertian umum dikembangkan
atau dijelaskan dengan cara menjabarkannya dalam bentuk-bentuk konkrit.
Penjabaran dalam bentuk konkrit tersebut dapat dengan cara pemaparan,
pemberian contoh, dan penganalisisan. Bila pengembangan kalimat topik
sudah sampai kepada semua aspek artinya tidak ada bagian-bagian yang
terlewati, maka paragrafnya sudah selesai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
3. Struktur Paragraf
Berdasarkan berbagai kelengkapan unsur dan posisinya dalam paragraf,
maka dapat ditentukan beberapa struktur paragraf sebagai berikut.
a. Kemungkinan Pertama
Unsur paragraf lengkap, dengan susunan: transisi berupa kalimat-kalimat
topik-kalimat pengembang-kalimat penegas. Diagram kerangka paragraf
sebagai berikut.
TEKS UNSUR
____________________ Transisi
________________________________
________________________________ Kalimat Topik
________________________________
________________________________ Kalimat Pengembang
________________________________ Kalimat Penegas
Contoh paragraf yang mempunyai unsur paragraf lengkap adalah sebagai
berikut.
(1) Suatu karangan biasanya mengandung tiga bagian utama, yakni
bagian pendahuluan, bagian isi, dan bagian penutup. (2) Setiap bagian
tersebut mempunyai fungsi yang berbeda-beda. (3) Bagian pendahuluan
mempunyai fungsi salah satu atau sebagian dari fungsi untuk menarik minat
pembaca, mengarahkan perhatian pembaca, menjelaskan secara singkat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
tema karangan, menjelaskan bila dan di bagian mana suatu hal akan
dibicarakan. (4) Fungsi bagian isi antara lain, merupakan penghubung
antara bagian pendahuluan dengan bagian penutup atau merupakan
penjelasan terperinci terhadap apa yang diutarakan di bagian pendahuluan.
(5) Fungsi bagian penutup ialah salah satu atau kombinasi dari fungsi untuk
memberikan kesimpulan, penekanan bagian-bagian tertentu, klimaks,
melengkapi, dan merangsang pembaca mengerjakan sesuatu tentang apa
yang sudah dijelaskan atau diceritakan. (6) Setiap bagian utama karangan
mempunyai fungsi tertentu.
Unsur-unsur paragraf tersebut di atas dapat diperinci sebagai berikut.
(1) = transisi (berupa kalimat)
(2) = kalimat topik
(3), (4), dan (5) = kalimat pengembang
(6) = kalimat penegas
b. Kemungkinan Kedua
Sama dengan (a), tetapi transisi berupa kata. Diagram kerangka
paragrafnya sebagai berikut.
TEKS UNSUR
____________________ Transisi dan kalimat
________________________________ topik
________________________________
________________________________ Kalimat pengembang
________________________________
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
________________________________ Kalimat penegas
________________________________
Contoh paragraf yang mempunyai unsur paragraf lengkap, tetapi transisi
berupa kata adalah sebagai berikut.
(1) Dimana-mana, (2) anggota masyarakat membicarakan kenaikan
harga. (3) Ibu-ibu, sambil belanja di pasar, menggerutu tentang belanja dapur
yang semakin meningkat. (4) Bapak-bapak di kantor asyik memperbincangkan
efek kenaikan harga BBM terhadap pengeluaran sehari-hari. (5) Pengusaha
bis sibuk mengkalkulasi harga penyesuaian karcis penumpang bis. (6) Abang
becak secara diam-diam sepakat menaikkan tarif becak menjadi dua kali lipat.
(7) Para mahasiswa menggerutu karena tarif oplet bertambah dari biasanya.
(8) Pegawai kecil asyik membicarakan kenaikan harga bahan pokok. (9)
Pendek kata semua orang membicarakan akibat kenaikan harga BBM.
Unsur paragraf tersebut di atas dapat diklarifikasikan sebagai berikut.
(1) = transisi
(2) = kalimat topik
(3), (4), (5), (6), (7), dan (8) = kalimat pengembang
(9) = kalimat penegas
c. Kemungkinan Ketiga
Paragraf yang mempunyai tiga unsur dengan susunan: kalimat topik-
kalimat pengembang-kalimat penegas.
TEKS UNSUR
____________________ Kalimat topik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
________________________________
________________________________ Kalimat pengembang
________________________________
________________________________ Kalimat penegas
________________________________
Contoh paragraf yang mempunyai tiga unsur paragraf dengan susunan:
kalimat topik-kalimat pengembang-kalimat penegas adalah sebagai berikut.
(1) Nasib pegawai negeri berangsur-angsur akan diperbaiki. (2)
Penghasilan mereka sejak tahun 1968 sudah beberapa kali dinaikkan. Bagi
dosen, kepala SD, SMP, dan SMA, tenaga peneliti bahkan sudah diberikan
tunjangan fungsional. (3) Perumahan bagi pegawai negeri berangsur-angsur
ditambah dengan bantuan BTN. (4) Jaminan kesehatan, walaupun belum
sempurna, sudah dilaksanakan melalui penggunaan kartu biru (HI). (5)
Jaminan hari tua ditanggulangi dengan Taspen. (6) Kenaikan pangkat lebih
pengadministrasiannya disbanding dengan masa lalu. (7) Pegawai yang
bekerja dengan baik diberi penghargaan. (8) Banyak usaha oleh pemerintah
yang telah, sedang, dan akan dilaksanakan, yang mengarah kepada perbaikan
nasib pegawai negeri.
Unsur-unsur paragraf tersebut di atas adalah sebagai berikut.
(1) = kalimat topik
(2), (3), (4), (5), (6), dan (7) = kalimat pengembang
(8) = kalimat penegas
d. Kemungkinan Keempat
Paragraf yang mempunyai tiga unsur dengan susunan: transisi (berupa
kata)-kalimat topik-kalimat pengembang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
TEKS UNSUR
_________________________ Transisi
________________________________ dan kalimat topik
________________________________
________________________________
________________________________ Kalimat pengembang
________________________________
Contoh paragraf yang mempunyai tiga unsur paragraf dengan susunan:
transisi (berupa kata)-kalimat topik-kalimat pengembang adalah sebagai
berikut.
(1) Umumnya (2) orang yang mau istirahat memilih tempat yang sejuk
dan jauh dari keramaian. (3) Pilihan pertama Puncak dan sekitarnya. (4) Atau
di Lembang yang hawanya sejuk dan segar. (5) Orang-orang di sekitar
Surabaya akan memilih Malang tempat istirahat. (6) Di daerah Medan boleh
pilih Bandar Baru atau Berastagi. (7) Di daerah Ujung Pandang pilihan
tempat istirahat tentulah Malino. (8) Di daerah Cirebon tentu saja orang akan
beristirahat di Linggarjati.
Unsur-unsur paragraf tersebut adalah sebagai berikut.
(1) = transisi (berupa kata)
(2) = kalimat topik
(3), (4), (5), (6), (7), dan (8) = kalimat pengembang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
e. Kemungkinan Kelima
Sama dengan (d) dengan susunan transisi (berupa kalimat)-kalimat topik-
kalimat pengembang. Kerangka paragrafnya sebagai berikut.
TEKS UNSUR
____________________ Transisi
________________________________ Kalimat topik
________________________________
________________________________ Kalimat pengembang
________________________________
Contoh paragraf yang mempunyai tiga unsur paragraf dengan susunan:
transisi (berupa kalimat)-kalimat topik-kalimat pengembang adalah sebagai
berikut.
(1) Tugas Universitas/Institut di Indonesia melaksanakan “Tri
Dharma Perguruan Tinggi”. (2) Tri Dharma Perguruan Tinggi meliputi
bidang pengajaran dan pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat.
(3) Bidang pengajaran dan pendidikan meliputi tugas melaksanakan
perkuliahan, penataran ataupun Crash program. (4) Di bidang penelitian para
staf pengajar diwajibkan mengadakan penelitian untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan. (5) Di bidang pengabdian masyarakat, masyarakat, masyarakat
perguruan tinggi harus mendarmabaktikan ilmunya bagi kepentingan
masyarakat seperti memberikan penyuluhan, penataran, saran-saran, dan
lain-lain.
Paragraf di atas terdiri dari unsur-unsur sebagai berikut.
(1) = transisi (berupa kalimat)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
(2) = kalimat topik
(3), (4), dan (5) = kalimat pengembang
f. Kemungkinan Keenam
Paragraf yang mempunyai dua unsur dengan susunan: kalimat topik-
kalimat pengembang. Kerangka paragrafnya sebagai berikut.
TEKS UNSUR
____________________
________________________________ Kalimat topik
________________________________
________________________________
________________________________ Kalimat pengembang
________________________________
Contoh paragraf yang yang mempunyai dua unsur dengan susunan:
kalimat topik-kalimat pengembang adalah sebagai berikut.
(1) Pekerjaannya bertumpuk-tumpuk. (2) Draft peraturan akademik
baru setengah jadi. (3) Tugas menyusun proposal penelitian belum satu pun
digarapnya. (4) Tiba-tiba datang tugas baru, menyusun tata tertib di
kantornya. (5) Pekerjaan tersebut belum selesai muncul pula tugas tambahan
menyediakan paper untuk bahan penataran minggu depan. (6) Paper baru
setengah jadi pimpinan menugasinya untuk menyusun kerangka kerja seminar
pengajaran bahasa. (8) Pekerjaan mengajar juga harus dilaksanakan enam
jam seminggu. (9) Dari Institut muncul tugas lain mengikuti lokakarya
penyusunan kurikulum.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Unsur-unsur paragraf di atas adalah sebagai berikut.
(1) = kalimat topik
(2), (3), (4), (5), (6), = kalimat pengembang
(7), (8), dan (9)
g. Kemungkinan Ketujuh
Paragraf yang mempunyai dua unsur dengan susunan: kalimat
pengembang-kalimat topik. Diagram kerangka paragrafnya sebagai berikut.
TEKS UNSUR
____________________
________________________________ Kalimat Pengembang
________________________________
________________________________
________________________________ Kalimat Topik
Contoh paragraf yang yang mempunyai dua unsur dengan susunan:
kalimat pengembang-kalimat topik adalah sebagai berikut.
(1) Menstop bola dengan dada dan kaki dapat ia lakukan secara
sempurna. (2) Tembakan kaki kanan dan kanan kiri tepat arahnya lagi keras.
(3) Sundulan kepalanya sering memperdayakan kiper lawan. (4) Bola seolah-
olah menurut kehendaknya. (5) Larinya cepat bagaikan kijang. (6) Lawan
sukar mengambil bola dari kakinya. (7) Operan bolanya tepat dan terarah. (8)
Amin benar-benar pemain bola jempolan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Paragraf di atas terdiri atas unsur sebagai berikut.
(1), (2), (3), (4), (5), (6) = kalimat pengembang
(7), dan (8)
(9) = kalimat topik
h. Kemungkinan Kedelapan
Paragraf yang mempunyai dua unsur dengan tiga susunan: kalimat
pengembang-kalimat topik-kembali lagi ke kalimat pengembang. Diagram
kerangka paragrafnya sebagai berikut.
TEKS UNSUR
____________________ Kalimat pengembang
________________________________
________________________________
________________________________ Kalimat topik
________________________________
________________________________ Kalimat pengembang
Contoh paragraf yang mempunyai dua unsur dengan tiga susunan: kalimat
pengembang-kalimat topik-kembali lagi ke kalimat pengembang adalah
sebagai berikut.
(1) Tingkah lakunya menawan. (2) Tutur katanya sopan. (3) Murah
senyum, jarang marah. (4) Tidak pernah berbohong. (5) Tidak mau
mempercakapkan orang lain. (6) Suka menolong sesama teman. (7) Pantas
Esih gadis pujaan. (8) Tambahan lagi wajah cantik. (9) Pandai pula
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
berdandan. (10) Tidak sombong. (11) Otaknya cukup encer. (12) Mudah diri.
(15) Ramah terhadap siapapun.
Unsur-unsur paragraf tersebut di atas adalah sebagai berikut.
(1)-(6) = kalimat pengembang
(7) = kalimat topik
(8)-(15) = kalimat pengembang
4. Pola Pengembangan Paragraf
Menurut Chaer (2011: 88), pengembangan paragraf adalah pemberian
keterangan-keterangan tambahan dalam bentuk kalimat-kalimat penjelas atau
kalimat pengembang terhadap ide pokok yang terdapat pada kalimat pokok.
Menurut Gorys Keraf (1980:84), pengembangan alinea mencakup dua
persoalan utama yaitu kemampuan memperinci gagasan utama paragraf ke
dalam gagasan-gagasan bawahan dan kemampuan mengurutkan gagasan-
gagasan bawahan ke dalam suatu urutan yang teratur.
Untuk menerangkan sebuah paragraf, baik untuk memperinci gagasan
utama, maupun mengurutkan rincian-rincian itu dengan teratur. Oleh karena itu
dikembangkanlah berbagai macam metode pengembangan paragraf. Menurut
Keraf (1980: 84-99), terdapat beberapa metode pengembangan paragraf adalah
sebagai berikut.
a. Klimaks dan antiklimaks
Perkembangan gagasan dalam sebuah paragraf dapat disusun dengan
menggunakan dasar klimaks, yaitu suatu gagasan utama mula-mula diperinci
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
dengan sebuah gagasan bawahan yang dianggap paling rendah kedudukannya,
berangsur-angsur dengan gagasan-gagasan lain hingga ke gagasan yang paling
tinggi kedudukannya. Sedangkan pengembangan paragraf antiklimaks adalah
penulis mulai dari suatu gagasan atau tema yang dianggap paling tinggi
kedudukannya, kemudian perlahan-lahan menurun melalui gagasan-gagasan
yang lebih rendah hingga yang paling rendah.
b. Sudut Pandangan
Sudut pandangan adalah tempat dari mana seorang pengarang melihat
sesuatu.
c. Perbandingan dan Pertentangan
Pola pengembangan paragraf dengan perbandingan atau pertentangan
adalah pengarang menunjukkan kesamaan atau perbedaan antara dua orang,
obyek atau gagasan dengan bertolak dari segi-segi tertentu.
d. Analogi
Bila perbandingan dan pertentangan memberi sejumlah perbedaan, maka
analogi merupakan perbandingan yang sistematis dari dua hal yang berbeda,
tetapi dengan memperlihatkan kesamaan segi atau fungsi dari kedua hal tadi.
e. Contoh
Sebuah gagasan yang terlalu umum sifatnya atau generalisasi memerlukan
ilustrasi-ilustrasi yang konkret sehingga dapat dengan mudah dipahami
pembaca.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
f. Proses
Proses merupakan suatu urutan dari tindakan-tindakan untuk menciptakan
dan menghasilkan sesuatu atau urutan dari suatu kejadian atau peristiwa.
g. Sebab-akibat
Perkembangan sebuah alinea dapat pula dinyatakan dengan menggunakan
sebab-akibat sebagai dasar. Sebab bisa bertindak sebagai gagasan utama,
sedangkan akibat sebagai rincian pengembangannya, tetapi dapat juga terbalik.
h. Umum-khusus, khusus-umum
Kedua cara ini merupakan cara yang paling umum dalam mengembangkan
paragraf. Dalam hal pertama, gagasan ditempatkan pada awal paragraf.
Sedangkan perinciannya terdapat pada kalimat selanjutnya. Demikian pula
sebaliknya, variasi dalam kedua jenis paragraf tersebut adalah penggabungan,
yaitu gagasan utama terdapat pada awal paragraf dan diakhir diulang lagi.
i. Klasifikasi
Klasifikasi bekerja ke dua arah yang berlawanan, yaitu pertama
mempersatukan satuan-satuan ke dalam satu kelompok, dan kedua
memisahkan satuan-satuan tadi dari kelompok yang lain.
j. Definisi luas
Definisi dalam pembentukan sebuah alinea adalah usaha pengarang untuk
memberikan keterangan atau arti terhadap sebuah istilah atau hal.
Sedangkan menurut Abdul Chaer (dalam Chaer, 2011:88-98), cara atau
model pengembangan paragraf adalah sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
a. Pengembangan Paragraf dengan Contoh
Pengembangan paragraf dengan memberi contoh dapat dilakukan jika
kalimat topiknya berisi pernyataan yang bersifat umum. Dalam hal ini, dapat
menggunakan kata contohnya, misalnya, dan seperti. Contoh paragraf yang
mengandung pengembangan paragraf dengan contoh adalah sebagai berikut.
Tingkat kerawanan pelecehan seksual pada perayaan malam tahun baru
sangat mengkhawatirkan. Di Jakarta, misalnya, meskipun tidak diberitakan
secara luas, tidak kurang dari 10 orang yang akan mengalami pelecehan
seksual ketika perayaan malam tahun baru pada tahun yang lalu. Di Surabaya
lebih banyak lagi. Tidak kurang dari lima belas orang yang mendapat
perlakuan itu. Sementara di Bandung jumlah korban pelecehan memang kecil,
tetapi intensitasnya lebih tinggi. Hanya lima orang yang dilaporkan mendapat
perlakuan tersebut, tetapi dua orang di antaranya hampir akan diperkosa
sekelompok pemuda sebelum akhirnya dipergoki petugas keamanan. Kejadian-
kejadian tersebut adalah sekedar contoh bahwa tingkat kerawanan pelecehan
seksual pada perayaan malam tahun baru sangat mengkhawatirkan.
Kalimat pokok pada paragraf di atas adalah tingkat kerawanan pelecehan
seksual pada perayaan malam tahun baru sangat mengkhawatirkan. Lalu,
kalimat pokok tersebut dijelaskan dengan contoh kejadian di Jakarta, di
Surabaya, dan di Bandung.
b. Pengembangan Paragraf dengan Definisi
Pengembangan paragraf dengan definisi biasanya dibuat apabila kita ingin
mengenalkan sebuah istilah yang dianggap baru dan belum dikenal. Kalimat
pokoknya berupa definisi. Lalu, dilanjutkan dengan kalimat-kalimat penjelas
yang berupa penjelasan lebih lanjut mengenai istilah yang didefinisikan
tersebut. Berikut contoh paragraf yang mengandung pengembangan paragraf
definisi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Frustasi adalah perasaan yang muncul pada seseorang karena tidak dapat
memperoleh apa yang diinginkan atau diharapkan. Ketika seorang pemuda
tidak dapat merebut hati seorang gadis yang sangat dicintainya atau ketika
seorang petani yang sudah menginvestasikan sebagian besar uangnya untuk
menanam padi, tetapi ternyata tidak panen sama sekali. Dengan kata lain,
frustasi pada dasarnya adalah perasaan kecewa seseorang karena tidak
berhasil memperoleh apa yang diinginkan.
c. Pengembangan Paragraf dengan Pemerincian
Pengembangan paragraf dengan pemerincian lazim dilakukan untuk
menunjang pikiran pokok yang berupa fakta atau pendapat. Ide pokok itu
dirinci dengan sejumlah fakta lain. Contoh paragraf yang mengandung
pengembangan paragraf dengan pemerincian adalah sebagai berikut.
Di Yogyakarta, jumlah kendaraan cukup banyak sehingga kemacetan lalu
lintas sering terjadi. Menurut catatan dinas lalu lintas, jalan raya terdapat
2317 buah mobil. Dari jumlah tersebut dapat diperinci jumlah mobil dinas
pemerintahan ada 327 buah, mobil kendaraan umum ada 527 buah, mobil
milik perusahaan swasta ada 107 buah, dan sisanya adalah mobil pribadi.
Sepeda motor tercatat ada 1857 buah. Terdapat 327 di antaranya adalah
sepeda motor berplat merah.
Pikiran pokok pada paragraf di atas adalah tentang jumlah kendaraan di
sebuah kota. Lalu, diperinci dengan berapa jumlah mobil dinas, mobil pribadi,
mobil kendaraan umum, dan sepeda motor.
d. Pengembangan Paragraf dengan Ilustrasi
Pengembangan paragraf dengan ilustrasi digunakan untuk menyajikan
suatu gambaran atau melukiskan suatu objek. Sebuah kalimat pokok yang
berisi ide pokok dijelaskan dengan kalimat-kalimat penjelas. Contoh paragraf
yang mengandung pengembangan paragraf dengan ilustrasi adalah sebagai
berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Waktu pertama kali bertemu dengan Chairil Anwar, orang akan
menyangka dia orang Indonesia. Rambutnya yang kepirang-pirangan selalu
jatuh membuyar ke pelipis kanan dan selalu dibenahinya cepat ke belakang
dengan gerak yang cepat. Putih matanya selalu ke merah-merahan, dihidupi
oleh biji mata coklat muda bening, selalu sayup melihat arah kejauhan, tetapi
juga selalu gesit dan cemerlang, disertai gerak-gerik kenakalan. Tidak sejenak
pun dia dapat diam, semua pada dirinya bergerak (kata-katanya, matanya,
jarinya, dan selalu menyertai kehadirannya). Kehadirannya membawa
suasana dinamis gesit dan gerak.
Ide pokok pada paragraf di atas adalah tentang tingkah laku, fisik, dan sifat
Chairil Anwar yang pertama kalim dilihat sebagian orang. Kemudian ide
pokok dipaparkan dalam kalimat-kalimat penjelas bagaimana tingkah laku,
sifat, dan keadaan fisik Chairil Anwar.
e. Pengembangan Paragraf dengan Kronologi
Pengembangan paragraf dengan kronologi atau urutan dari suatu peristiwa
atau kejadian, lazim digunakan dalam wacana kisahan. Kejadian-kejadian yang
dikembangkan dengan kronologi dipaparkan selangkah demi selangkah secara
kronologis. Contoh paragraf yang mengandung pengembangan paragraf
dengan kronologi adalah sebagai berikut.
Sekitar 10 tahun yang lalu, Bagas mulai terjun dalam dunia kehumasan.
Pada waktu itu, ia telah menyelesaikan sarjana dalam bidang manajemen dari
Universitas Indonesia di Jakarta. Setelah bekerja selama dua tahun di Hotel
Sahid Jaya di Jakarta, dia melanjutkan sekolahnya di Australia National
University di Melbourne, Australia sambil menjadi karyawan di kantor
perwakilan agen perjalanan milik Hotel Sahid Australia. Dalam waktu yang
relatif singkat, dua tahun, ia mampu menyelesaikan studinya dan meraih gelar
Master of Science dalam bidang pemasaran. Kemudian ia kembali ke Jakarta
dan mendapat kesempatan menduduki posisi manajer hubungan masyarakat di
Hotel Sahid Jaya. Kini, seiring dengan pengalaman, Bagas telah menduduki
jabatan sebagai direktur hubungan masyarakat sebuah hotel berbintang lima,
Sangri-La yang terletak di Jakarta Pusat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Ide pokok atau gagasan pokok paragraf di atas adalah tentang Bagas yang
sejak 10 tahun yang lalu mulai bekerja di bidang kehumasan. Kemudian secara
kronologis dengan kalimat penjelas dipaparkan bagaimana kisah Bagas yang
melanjutkan pendidikannya di Australia. Lalu, kembali lagi ke Jakarta bekerja
kembali di bidang kehumasan sampai menduduki jabatan sebagai direktur
hubungan masyarakat di hotel Sangri-La, Jakarta.
f. Pengembangan Paragraf dengan Sebab-Akibat
Pengembangan paragraf dengan sebab-akibat lazim digunakan dalam
karangan ilmiah, antara lain untuk (1) mengemukakan alasan yang logis, (2)
mendeskripsikan suatu proses, (3) menerangkan mengapa sesuatu itu terjadi
demikian dan (4) memprediksi runtutan peristiwa yang akan terjadi. Contoh
paragraf yang mengandung pengembangan paragraf dengan sebab-akibat
adalah sebagai berikut.
Keberadaan industri komponen di dalam negeri masih berada dalam
kondisi rapuh sehingga sulit diharapkan untuk dapat mendukung keberadaan
industry otomotif. Akibatnya, industry otomotif nasional hingga kini masih
tinggi tingkat ketergantungannya kepada komponen impor. Tingkat
ketergantungan yang masih tinggi ini berakibat pada masih tingginya harga
otomotif di tanah air.
Ide pokok pada paragraf di atas adalah keberadaan industri komponen di
dalam negeri masih dalam kondisi rapuh. Ide pokok tersebut merupakan
sebab, sedangkan yang menjadi akibatnya ada dua, yaitu, sulit diharapkan
untuk dapat mendukung keberadaan industri otomotif dan industri otomotif
nasional hingga kini masih tinggi tingkat ketergantungannya kepada komponen
impor.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
g. Pengembangan Paragraf dengan Perbandingan atau Pengontrasan
Pengembangan paragraf dengan perbandingan atau pengontrasan dilakukan
untuk menyatakan persamaan dan perbedaan dua hal yang disebut sebagai ide
pokok dalam kalimat pokok. Contoh paragraf yang mengandung
pengembangan paragraf dengan perbandingan atau pengontrasan adalah
sebagai berikut.
Anak sulungku yang kini berusia tujuh tahun benar-benar berbeda dengan
adiknya. Wajah sulung anakku lebih mirip ibunya, sedangkan adiknya lebih
mirip saya. Dalam hal makan, sulit sekali membujuk si sulung agar mau
makan. Ia hanya menggemari makanan-makanan seperti coklat atau es krim.
Sementara adiknya tidak pernah menolak makanan apa pun. Bahkan, obat-
obat yang diberikan dokter ketika sakit pun dianggapnya makanan juga.
Akibat nafsu makan yang berbeda ini, tubuh si sulung jauh lebih kurus
dibandingkan dengan adiknya. Akan tetapi, baik si sulung maupun adiknya
mudah marah jika tidak memperoleh yang diinginkannya. Dalam hal ini,
mereka lebih mirip dengan saya.
Ide pokok paragraf di atas adalah perbedaan dan persamaan si sulung dan
adiknya. Ide pokok ini dikembangkan dengan menyebutkan sejumlah
perbedaan keduanya, seperti kemiripan wajahnya, bentuk fisik tubuhnya, dan
kegemaran makan. Lalu, kesamaannya adalah tentang sifat suka marah kalau
tidak memperoleh yang diinginkan dan hal ini sama dengan sifat ayahnya.
h. Pengembangan Paragraf dengan Repetisi
Pengembangan paragraf dengan menggunakan repetisi maksudnya adalah
ide pokok yang diulang pada kalimat-kalimat penjelas. Hal ini dilakukan untuk
mengingatkan kembali pada ide pokok itu. Contoh paragraf yang mengandung
pengembangan paragraf dengan repetisi adalah sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Pernikahan memang bisa saja menjadi ikatan yang mengungkung
kebebasan, bisa juga malah menjadi pintu masuk udara kebebasan, bisa juga
malah menjadi pintu masuk udara kebebasan lainnya. Pernikahan adalah
bersatunya dua nilai. Yang menjadi adalah apakah ada kesesuaian dalam
nilai-nilai itu atau tidak. Apakah ada kesesuaian untuk berekspresi atau tidak.
Apakah pernikahan itu menyebabkan potensi personal semakin tergali atau
tidak. Kalau jawabannya adalah “ya”, berarti pernikahan itu merupakan pintu
kebebasan, tetapi kalau tidak, pernikahan adalah kungkungan.
Ide pokok pada paragraf adalah tentang pernikahan. Kemudian ide pokok
ini dikembangkan dalam beberapa kalimat penjelas dengan mengulang-ulang
kata pernikahan itu.
i. Pengembangan Paragraf dengan Klasifikasi
Pengembangan paragraf dengan klasifikasi dimaksudkan untuk
mengelompokkan sesuatu dalam kelompok-kelompok tertentu berdasarkan
satu kriteria tertentu. Contoh paragraf yang mengandung pengembangan
paragraf dengan klasifikasi adalah sebagai berikut.
Sistem penamaan jenis-jenis kritik sastra bervariasi yang memungkinkan
seorang kritikus untuk membuat suatu sintese umum dari beberapa jenis kritik
tersebut, bergantung pada pilihan pendekatan yang digunakannya. Pendekatan
moral menekankan pertalian karya sastranya sebagai karya seni dengan
wawasan moral dan agama, memperjelas penilaian perilaku sosial dan
patokan-patokan moral yang tersirat di dalam karya sastra. Pendekatan
historis yang bekerja atas dasar lingkungan karya sastra itu sendiri berkaitan
dengan fakta-fakta dari zaman dan hidup pengarang. Pendekatan formal yang
terutama sangat ditekankan oleh kritik baru, menekankan nilai karya sastra
dalam lingkup pertimbangan struktur dan unsur-unsur estetik yang biasanya
tanpa pertimbangan lainnya. Pendekatan impresionistik yang menjadi ciri
khas aliran romantik menekankan efek personal karya sastra pada kritikusnya.
j. Pengembangan Paragraf dengan Analogi
Pengembangan paragraf dengan analogi adalah mengembangkan ide pokok
atau gagasan pokok yang belum dikenal dengan membandingkannya pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
sesuatu yang sudah dikenal. Tujuannya adalah menjelaskan sesuatu yang
kurang dikenal atau belum dikenal. Contoh paragraf yang mengandung
pengembangan paragraf dengan klasifikasi adalah sebagai berikut.
Di usianya yang ke-32, karier pemain sepakbola Juergen Klinsmann malah
semakin bersinar. Banyak klub ternama dunia yang berebut untuk
mendapatkan pemain berambut pirang itu. Hal itu tidak mengherankan
mengingat ia adalah pemain yang keterampilannya di atas rata-rata. Seperti
layaknya seekor kijang atau kancil yang mempunyai bentuk tubuh ramping,
cekatan untuk berkelit, lincah gerakannya, larinya kencang sehingga sulit
untuk ditangkap, cerdik sekaligus licik, demikianlah sosok Klinsmann. Klinsi,
demikian ia dijuluki, memang dikenal sebagai pemain yang sering berpura-
pura terjatuh dan kesakitan di daerah kotak pinalti lawan untuk mengetahui
wasit sehingga dengan itu wasit akan menghadiahi tendangan penalti baginya.
Tahun depan, kapten kesebelasan tim nasional Jerman ini akan meninggalkan
klub Bayern Munchen dan akan bergabung dengan klub Sampdoria, Italia.
Ide pokok paragraf di atas adalah tentang pemain sepakbola Jerman yang
bernama Juergen Klinsmann. Kemudian gagasan pokok itu dikembangkan
dengan menganalogikan kepandaian, kelincahan, dan kegesitan seekor kijang
atau seekor kancil.
D. Variasi Bahasa
Masyarakat tutur bukanlah kumpulan yang homogen, maka wujud bahasa
yang mereka gunakan pun tidak seragam. Akibatnya, bahasa menjadi
bervariasi. Terjadinya keragaman ini bukan hanya oleh penuturnya yang tidak
homogen, tetapi juga karena kegiatan interaksi sosial yang mereka lakukan
sangat beragam. Semakin banyak penutur yang menggunakan bahasa dan
semakin luas wilayahnya maka keragaman bahasa ini akan semakin
bertambah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
1. Variasi Bahasa Berdasarkan Penutur
a. Idiolek
Idiolek adalah variasi bahasa yang bersifat perseorangan. Menurut konsep
idiolek, setiap orang mempunyai variasi bahasanya atau idioleknya masing-
masing. Variasi idiolek ini berkenaan dengan “warna” suara, pilihan kata, gaya
bahasa, dan susunan kalimat. Namun, yang paling dominan adalah “warna”
suara sehingga jika kita cukup akrab dengan seseorang, hanya dengan
mendengar suara bicaranya tanpa melihat orangnya kita dapat mengenalinya.
b. Dialek
Dialek adalah variasi bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya
relatif dan berada pada suatu tempat, wilayah, atau area tertentu. Misalnya,
bahasa Jawa dialek Wonosari mempunyai ciri tersendiri yang berbeda dengan
ciri yang dimiliki bahasa Jawa dialek Bantul, dan dialek Surabaya. Para
penutur bahasa Jawa dialek Wonosari dapat berkomunikasi secara baik dengan
para penutur bahasa Jawa dialek Bantul, dan dialek Surabaya karena dialek-
dialek tersebut masih termasuk bahasa yang sama, yaitu bahasa Jawa.
c. Kronolek
Kronolek adalah variasi bahasa yang digunakan oleh sekelompok sosial
pada masa tertentu. Variasi bahasa Indonesia pada masa tahun tiga puluhan,
variasi yang digunakan tahun lima puluhan, dan variasi yang digunakan pada
masa kini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
d. Sosiolek
Sosiolek adalah variasi bahasa yang berkenaan dengan status, golongan,
dan kelas sosial para penuturnya. Dalam sosiolinguistik biasanya variasi inilah
yang paling banyak dibicarakan dan paling banyak menyita waktu untuk
membicarakannya karena variasi ini menyangkut semua masalah pribadi para
penuturnya, seperti usia, pendidikan, seks, pekerjaan, tingkat kebangsawanan,
dan keadaan sosial ekonomi. Berdasarkan usia, kita bisa melihat perbedaan
variasi bahasa yang digunakan oleh anak-anak, para remaja, orang dewasa, dan
orang yang tergolong lansia. Perbedaan variasi bahasa ini bukanlah berkenaan
dengan isi pembicaraan, melainkan perbedaan dalam bidang morfologi,
sintaksis, dan juga kosakata.
Berdasarkan pendidikan, kita juga bisa melihat adanya variasi sosial ini.
Para penutur yang memperoleh pendidikan tinggi, akan berbeda variasi
bahasanya dengan mereka yang hanya berpendidikan menengah, rendah atau
tidak berpendidikan sama sekali. Perbedaan ini paling jelas adalah dalam
bidang kosakata, pelafalan, morfologi, dan sintaksis. Berdasarkan seks (jenis
kelamin) penutur dapat pula disaksikan adanya dua jenis variasi bahasa.
Cobalah Anda dengarkan percakapan yang dilakukan oleh sekelompok
mahasiswi atau ibu-ibu. Lalu, bandingkan dengan percakapan yang dilakukan
oleh sekelompok mahasiswa atau sekelompok bapak-bapak. Dua percakapan
tersebut pasti mempunyai variasi bahasa masing-masing.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
2. Variasi Bahasa Berdasarkan Pemakaian
Menurut Nababan (via Chaer, 2004: 68), variasi ini biasanya dibicarakan
berdasarkan bidang penggunaan, gaya, atau tingkat keformalan, dan sarana
penggunaan. Variasi bahasa berkenaan dengan penggunaannya, pemakaiannya,
atau fungsinya disebut fungsiolek, ragam, atau register.
Variasi bahasa berdasarkan bidang pemakaian ini paling tampak cirinya
dalam kosakata. Setiap bidang biasanya mempunyai sejumlah kosakata khusus
atau tertentu yang tidak ada dalam bidang lain. Menurut Chaer (2004: 68-70),
variasi bahasa berdasarkan bidang pemakaian adalah sebagai berikut.
a. Ragam Bahasa Sastra
Variasi atau ragam bahasa sastra mempunyai ciri tertentu, yakni
mempunyai kosakata yang bersifat estetis, mempunyai ciri eufoni dan daya
ungkap yang paling tepat, misalnya:
Ungkapan “Saya sudah tua”, tetapi dalam bahasa sastra Ali Hasjmi,
seorang penyair Indonesia, mengatakan dalam bentuk puisi sebagai berikut.
Pagiku hilang sudah melayang
Hari mudaku sudah pergi
Sekarang petang datang membayang
Batang usiaku sudah tinggi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
b. Ragam Bahasa Jurnalistik
Ragam bahasa jurnalistik mempunyai ciri tertentu, yakni bersifat
sederhana, komunikatif, dan ringkas. Sederhana karena harus dipahami dengan
mudah, komunikatif karena jurnalistik harus menyampaikan berita secara tepat,
dan ringkas karena keterbatasan waktu. Contoh kalimat yang menggunakan
ragam bahasa jurnalistik.
Gubernur tinjau daerah banjir (dalam bahasa baku berbunyi, “Gubernur
meninjau daerah banjir”).
c. Ragam Bahasa Militer
Ragam bahasa militer dikenal dengan cirinya yang ringkas dan bersifat
tegas, sesuai dengan tugas dan kehidupan kemiliteran yang penuh dengan
disiplin dan intruksi. Ragam bahasa militer di Indonesia dikenal dengan cirinya
yang memerlukan keringkasan dan ketegasan yang dipenuhi dengan berbagai
singkatan dan akronim. Bagi orang di luar kalangan militer, singkatan dan
akronim itu memang seringkali sukar dipahami, tetapi bagi kalangan militer itu
sendiri tidak menjadi masalah. Contoh singkatan dan akronim yang digunakan
di kalangan militer adalah sebagai berikut.
1) AJENDAM yaitu Ajudan Jendral KODAM.
2) KODAM yaitu Komando Daerah Militer.
3) DANRAMIL yaitu Komandan Rayon Militer.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
d. Ragam Bahasa Ilmiah
Ragam bahasa ilmiah yang juga dikenal dengan cirinya yang lugas, jelas,
dan bebas dari keambiguan, segala macam metafora dan idiom. Bebas dari
segala keambiguan karena bahasa ilmiah harus memberikan informasi
keilmuan secara jelas dan tanpa keraguan akan makna. Oleh karena itu, bahasa
ilmiah tidak menggunakan metafora dan idiom.
3. Variasi Bahasa Berdasarkan Keformalan
Berdasarkan tingkat keformalannya, Martin Joos (1967) dalam bukunya
The Five Clock (via Chaer, 2004: 70) membagi variasi bahasa menjadi lima
macam ragam, yaitu ragam beku (frozen), ragam resmi (formal), ragam usaha
(consultatif), ragam santai (casual), dan ragam akrab (intimate).
a. Ragam Beku (frozen)
Ragam Beku (frozen) adalah variasi bahasa yang paling formal yang
digunakan dalam situasi-situasi khidmat, dan upacara-upacara resmi.
Contohnya, upacara kenegaraan, tata cara pengambilan sumpah, kitab undang-
undang, dan akta notaris. Disebut ragam beku karena pola dan kaidahnya sudah
ditetapkan secara mantap dan tidak boleh berubah, seperti Undang-Undang
Dasar, akte notaries, naskah-naskah perjanjian jual beli atau sewa menyewa.
Contoh naskah Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang menggunakan
ragam beku (frozen) adalah sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh
sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak
sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.
Kalimat-kalimat yang dimulai dengan kata bahwa, maka, dan
sesungguhnya menandai ragam beku dari variasi bahasa tersebut. Susunan
kalimat dalam ragam beku biasanya panjang-panjang dan bersifat kaku.
Dengan demikian para penutur dan pendengar ragam beku dituntut keseriusan
dan perhatian penuh.
b. Ragam Resmi (formal)
Ragam Resmi (formal) adalah variasi bahasa yang digunakan dalam pidato
kenegaraan, rapat dinas, surat-menyurat dinas, ceramah keagamaan, dan buku-
buku pelajaran. Pola dan kaidah ragam resmi sudah ditetapkan secara mantap
sebagai suatu standar. Ragam resmi ini pada dasarnya sama dengan ragam
bahasa baku atau standar yang hanya digunakan dalam situasi resmi.
Percakapan dengan teman yang sudah akrab atau percakapan dalam keluarga
tidak menggunakan ragam resmi ini. Tetapi, ragam resmi ini digunakan ketika
pembicaraan dengan seorang dosen di kantornya atau diskusi dalam
perkuliahan.
c. Ragam Usaha (consultatif)
Ragam Usaha (consultatif) adalah variasi bahasa yang lazim digunakan
dalam pembicaraan biasa di sekolah dan rapat-rapat atau pembicaraan yang
berorientasi kepada hasil atau produksi. Wujud ragam usaha berada di antara
ragam resmi dan ragam santai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
d. Ragam Santai (casual)
Ragam santai (casual) adalah variasi bahasa yang digunakan dalam situasi
tidak resmi untuk berbincang-bincang dengan keluarga atau teman karib pada
waktu beristirahat, berolah raga, dan berekreasi. Kosakatanya banyak dipenuhi
unsur bahasa daerah.
e. Ragam Akrab (intimate)
Ragam akrab (intimate) adalah variasi bahasa yang biasa digunakan oleh
para penutur yang hubungannya sudah akrab, seperti antaranggota keluarga
atau antar teman yang sudah karib. Ragam ini ditandai dengan penggunaan
bahasa yang tidak lengkap, pendek-pendek, dan dengan artikulasi yang
seringkali tidak jelas. Hal ini terjadi karena di antara partisipan sudah ada
saling pengertian dan mempunyai pengetahuan yang sama. Contoh kalimat
yang mempunyai tingkat keformalan yang berbeda adalah sebagai berikut.
1) Saudara boleh mengambil buku-buku ini yang saudara sukai!
2) Ambillah yang kamu sukai!
3) Kalau mau ambil aja!
Tingkat keformalan kalimat (1) lebih tinggi daripada kalimat (2) dan (3).
Kalimat (2) juga mempunyai tingkat keformalan lebih tinggi daripada kalimat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
(3). Kalimat (1) termasuk ragam usaha, kalimat (2) termasuk ragam santai,
dan kalimat (3) termasuk ragam akrab.
E. Diksi
Dalam bahasa Indonesia, kata diksi berasal dari kata dictionary (bahasa
Inggris yang kata dasarnya diction) berarti perihal pemilihan kata. Diksi
membahas penggunaan kata, terutama pada masalah kebenaran, kejelasan, dan
keefektifan. Untuk menyusun kalimat efektif, hendaknya dipilih kata yang
tepat (Putrayasa, 2014:7). Menurut Enre (dalam Hendryanoor, 2012: 9) diksi
atau pilihan kata adalah penggunaan kata-kata secara tepat untuk mewakili
pikiran dan perasaan yang ingin dinyatakan dalam pola suatu kalimat.
Jenis diksi menurut Keraf (dalam Hendryanoor, 2012: 10-13) adalah
sebagai berikut.
1. Denotasi
Denotasi adalah konsep dasar yang didukung oleh suatu kata (makna itu
menunjuk pada konsep, referen, atau ide). Denotasi juga merupakan batasan
kamus atau definisi utama suatu kata, sebagai lawan dari pada konotasi atau
makna yang ada kaitannya dengan itu. Denotasi mengacu pada makna yang
sebenarnya. Contoh kalimat yang mengandung denotasi adalah sebagai berikut.
a. Rumah itu luasnya 250 meter persegi.
b. Ada seribu orang yang menghadiri pertemuan itu.
2. Konotasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Konotasi adalah suatu jenis makna kata yang mengandung arti tambahan,
imajinasi atau nilai rasa tertentu. Konotasi merupakan kesan-kesan atau
asosiasi-asosiasi, dan biasanya bersifat emosional yang ditimbulkan oleh
sebuah kata di samping batasan kamus atau definisi utamanya. Konotasi
mengacu pada makna kias atau makna bukan sebenarnya. Contoh kalimat yang
mengandung konotasi adalah sebagai berikut.
a. Rumah itu luas sekali.
b. Banyak sekali orang yang menghadiri pertemuan itu.
3. Kata Abstrak
Kata abstrak adalah kata yang mempunyai referen berupa konsep, kata
abstrak sukar digambarkan karena referensinya tidak dapat diserap dengan
pancaindera manusia. Kata-kata abstrak merujuk kepada kualitas (panas,
dingin, baik, buruk), pertalian (kuantitas, jumlah, tingkatan), dan pemikiran
(kecurigaan, penetapan, kepercayaan).
4. Kata Konkrit
Kata Konkrit adalah kata yang menunjuk pada sesuatu yang dapat dilihat
atau diindera secara langsung oleh satu atau lebih dari pancaindera. Kata-kata
konkrit menunjuk kepada barang yang aktual dan spesifik dalam pengalaman.
Kata konkrit digunakan untuk menyajikan gambaran yang hidup dalam pikiran
pembaca melebihi kata-kata yang lain. Contoh kalimat yang mengandung kata
konkrit seperti meja, kursi, rumah, mobil, dan pintu.
5. Kata Umum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Kata umum adalah kata yang mempunyai cakupan ruang lingkup yang luas,
kata-kata umum menunjuk kepada banyak hal, kepada himpunan, dan kepada
keseluruhan. Contoh kalimat yang mengandung kata umum seperti binatang,
tumbuh-tumbuhan, penjahat, dan kendaraan.
6. Kata Khusus
Kata khusus adalah kata-kata yang mengacu kepada pengarahan-
pengarahan yang khusus dan konkrit. Kata khusus memperlihatkan kepada
objek yang khusus. Contoh kalimat yang mengandung kata khusus seperti
yamaha, nokia, kerapu, kakak tua, jeruk, dan kaktus.
7. Kata Ilmiah
Kata ilmiah adalah kata yang dipakai oleh kaum terpelajar, terutama dalam
tulisan-tulisan ilmiah. Contoh kalimat yang mengandung kata ilmiah seperti
Analogi, formasi, konservatif, fragmen, dan kontemporer.
8. Kata populer
Kata populer adalah kata-kata yang umum dipakai oleh semua lapisan
masyarakat, baik oleh kaum terpelajar atau oleh orang kebanyakan. Contoh
kalimat yang mengandung kata konkrit seperti gelandangan, maju, penyerahan,
dan aneh.
9. Jargon
Jargon adalah kata-kata teknis atau rahasia dalam suatu bidang ilmu
tertentu, dalam bidang seni, perdagangan, kumpulan rahasia, atau kelompok-
kelompok khusus lainnya. Contoh kalimat yang mengandung jargon seperti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
sikon (situasi dan kondusi), pro dan kon (pro dan kontra), kep (kapten), dok
(dokter), prof (professor).
10. Kata Slang
Kata slang adalah kata-kata non standar yang informal, yang disusun secara
khas, bertenaga dan jenaka yang dipakai dalam percakapan, kata slang juga
merupakan kata-kata yang tinggi atau murni. Contoh kalimat yang
mengandung kata slang seperti mana tahan, eh ketemu lagi, unyu-unyu, dan
cabi.
11. Kata Asing
Kata asing adalah unsur-unsur yang berasal dari bahasa asing yang masih
dipertahankan bentuk aslinya karena belum menyatu dengan bahasa aslinya.
Contoh kalimat yang mengandung kata asing seperti computer, cyber, internet,
dan go public.
12. Kata Serapan
Kata serapan adalah kata dari bahasa asing yang telah disesuaikan dengan
wujud atau struktur bahasa Indonesia. Contoh kalimat yang mengandung kata
serapan seperti ekologi, ekosistem, motivasi, musik, dan energi.
F. Bahasa Hukum Indonesia
Menurut Hadikusuma (2013: 8), bahasa adalah kata-kata yang digunakan
sebagai alat bagi manusia untuk menyatakan atau melukiskan sesuatu
kehendak, perasaan, pikiran, pengalaman, terutama dalam hubungannya
dengan manusia lain. Jika manusia menyatakan kata-kata dengan ucapan, kita
sebut bahasa lisan. Jika kata-kata itu dilukiskan dalam bentuk tulisan kita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
sebut bahasa tulisan. Jika kata-kata itu berbentuk lukisan, gambar atau tanda,
maka kita sebut bahasa perlambang atau bahasa pertanda.
Menurut Hadikusuma (2013: 2), bahasa hukum Indonesia adalah bahasa
Indonesia dalam bidang hukum yang berfungsi mempunyai karakteristik
tersendiri. Oleh karena itu, bahasa hukum Indonesia seharusnya memenuhi
syarat dan kaidah bahasa Indonesia. Adanya bahasa hukum bertujuan untuk
mewujudkan ketertiban dan mempertahankan kepentingan umum serta
kepentingan pribadi dalam masyarakat (Hadikusuma, 2013: 3).
Bahasa hukum Indonesia masih bergaya orde lama karena bahasa hukum
dipengaruhi oleh istilah-istilah terjemahan dari bahasa hukum Belanda.
Masuknya pengaruh bahasa Belanda terlihat pada bahasa hukum Indonesia.
Hal ini terjadi karena sebelum kemerdekaan, bahasa hukum yang digunakan
adalah bahasa hukum Belanda atau terjemahan dari hukum yang dibuat dalam
bahasa Belanda. Misalnya, terdapat istilah hukum Belanda yang disebut
“strafbaarfeit”, ada yang menerjemahkan peristiwa pidana, ada yang
menerjemahkan perbuatan pidana dan ada pula yang menerjemahkan tindak
pidana, sedangkan maksud yang sebenarnya adalah peristiwa yang dapat
dihukum. Kemudian ada istilah yang telah mendarah daging di kalangan
hukum ialah “barangsiapa” merupakan terjemahan dari bahasa hukum
Belanda “Hij die”. Istilah “Hij die” bukan berarti “barang kepunyaan
siapa”, tetapi artinya “dia yang berbuat atau dia yang melakukan” atau
“siapapun yang melakukan” (Hadikusuma, 2013:4).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Menurut Anton M. Moeliono (dalam Hadikusuma, 2013: 8), ciri-ciri
ragam bahasa perundang-undangan adalah sebagai berikut:
1. Lugas dan eksak karena menghindari kesamaran dan ketaksaan;
2. Objektif dan menekan prasangka pribadi;
3. Memberikan definisi yang cermat tentang nama, sifat, kategori yang
diselidikinya untuk menghindari kesimpangsiuran;
4. Tidak beremosi dan menjauhkan taksiran yang bersensasi;
5. Cenderung membakukan makna dan kata-katanya, ungkapannya dan gaya
paparannya berdasarkan konvensi;
6. Tidak dogmatis atau fanatik;
7. Bercorak hemat, hanya kata yang diperlukan dalam penggunaannya;
8. Bentuk, makna, dan fungsinya lebih mantap dan stabil.
Praktisi hukum Todung Mulya Lubis mengatakan bahwa kesulitan untuk
mengerti bahasa hukum adalah karena bahasa hukum itu bersifat eksoteris.
Eksoteris maksudnya adalah hanya dapat dimengerti oleh mereka yang
membuatnya saja.
Berikut ini akan dipaparkan kalimat dan paragraf dalam bahasa hukum
Indonesia.
1. Kalimat dalam Bahasa Hukum Indonesia
Menurut Matanggui (2013: 105-106), bahasa hukum tidak mempunyai
kaidah khusus mengenai berapa seharusnya jumlah maksimum kata dalam
sebuah kalimat. Jika ditetapkan jumlahnya justru menyulitkan pengguna
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
bahasa, termasuk perumus perundang-undangan. Sedangkan menurut
Hadikusuma (2013: 5), bahasa hukum mempunyai sifat-sifat khusus yang tidak
mudah dipahami oleh masyarakat. Kekhususan tersebut menyimpang dari
ketentuan-ketentuan yang umum dalam bahasa Indonesia. Misalnya, seperti
yang dikemukakan oleh Soerjono Soekanto (dalam Hadikusuma, 2013, 5),
apabila ada kalimat yang berbunyi “Badu memukul Tatang”, maka menurut
ketentuan ilmu bahasa, “Badu” adalah subjek, “memukul” adalah predikat, dan
“Tatang” adalah objek dari kalimat tersebut. Sedangkan dalam ilmu hukum,
“Tatang” tidak mungkin menjadi objek, tetapi ia adalah subjek (hukum).
“Tatang” merupakan subjek (hukum) karena ia adalah manusia. Di dalam ilmu
hukum hanyalah benda yang akan menjadi objek hukum.
Harkrisnowo (2011: 17) mengatakan bahwa karakteristik kalimat dalam
bahasa hukum Indonesia adalah penggunaan kalimat yang terlalu panjang
dengan anak kalimat dan sukar dimengerti sehingga tidak mencerminkan
bahasa yang bersifat keilmuan. Kalimat bahasa hukum Indonesia menempatkan
kedudukannya dalam dunia tersendiri, seakan terlepas dari dunia bahasa
Indonesia pada umumnya.
Sebuah peraturan perundang-undangan terdiri dari beberapa pasal dan ayat.
Pada penelitian ini, ayat termasuk dalam kalimat karena pada awal penulisan
diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Berikut contoh
dari sebuah ayat,
Standar Proses Pendidikan Dasar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
dan Menengah selanjutnya disebut
Standar Proses merupakan kriteria
mengenai pelaksanaan pembelajaran pada
satuan pendidikan dasar dan menengah
untuk mencapai kompetensi lulusan.
(Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013
tentang Standar Proses Pendidikan Ayat 1)
2. Paragraf dalam Bahasa Hukum Indonesia
Pengertian pasal dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi keempat
(2008) adalah bagian dari bab dalam undang-undang. Sebuah pasal terdiri dari
beberapa ayat yang mempunyai kesatuan makna dalam keseluruhan Peraturan
perundang-undangan. Jadi, pasal dalam penelitian ini termasuk dalam paragraf.
Berikut contoh dari sebuah pasal.
Pasal 1
(1) Kerangka dasar kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah
merupakan landasan filosofis, sosiologis, psikopedagogis, dan yuridis
yang berfungsi sebagai acuan pengembangan struktur kurikulum pada
tingkat nasional dan pengembangan muatan lokal pada tingkat daerah
serta pedoman pengembangan kurikulum pada Sekolah Menengah
Atas/Madrasah Aliyah.
(2) Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah
merupakan pengorganisasian kompetensi inti, matapelajaran, beban
belajar, dan kompetensi dasar pada setiap Sekolah Menengah
Atas/Madrasah Aliyah.
(3) Kerangka dasar dan struktur kurikulum sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2) tercantum dalam Lampiran yang merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari peraturan menteri ini.
(Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 69 Tahun 2013
tentang Standar Proses Pendidikan Ayat 1)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Pada pasal yang telah disajikan di atas, dapat dilihat bahwa satu pasal
terdiri dari beberapa ayat yang bertugas menjelaskan pasal (1). Pasal (1) di atas
membicarakan tentang definisi Kerangka dasar kurikulum Sekolah Menengah
Atas/Madrasah Aliyah dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah
Atas/Madrasah Aliyah. Kalimat topik pada paragraf di atas adalah (1)
Kerangka dasar kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah
merupakan landasan filosofis, sosiologis, psikopedagogis, dan yuridis yang
berfungsi sebagai acuan pengembangan struktur kurikulum pada tingkat
nasional dan pengembangan muatan lokal pada tingkat daerah serta pedoman
pengembangan kurikulum pada Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah dan
(2) Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah merupakan
pengorganisasian kompetensi inti, matapelajaran, beban belajar, dan
kompetensi dasar pada setiap Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah.
Kalimat pengembang pada paragraf di atas adalah (3) Kerangka dasar dan
struktur kurikulum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari peraturan menteri ini. Setelah memaparkan contoh tersebut, dapat
disimpulkan bahwa pada penelitian ini pasal termasuk paragraf.
Heri Sabto Widodo selaku Ketua Ikatan Notaris Indonesia Kabupaten
Bantul mengatakan bahwa peraturan menteri cenderung menggunakan pola
pengembangan paragraf definisi dan pemerincian. Tujuan penggunaan pola
pengembangan paragraf definisi adalah untuk mengumumkan dan mengartikan
sesuatu yang ingin ditulis oleh pembuat hukum dalam membuat peraturan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
menteri. Sedangkan tujuan penggunaan pola pengembangan paragraf
pemerincian adalah untuk memperinci item-item hukum dengan jelas sehingga
masyarakat yang membacanya dapat memahaminya dengan baik dan
masyarakat tidak mempunyai perbedaan persepsi. Beliau juga mengatakan
tidak ada waktu khusus dalam menuliskan sebuah peraturan menteri dengan
pola pengembangan paragraf definisi dan pemerincian. Jika peraturan menteri
membutuhkan sebuah definisi, maka pembuat hukum akan memberikan
definisi-definisi tentang item-item hukum yang akan ditulis. Tetapi, jika
peraturan menteri tidak membutuhkan sebuah definisi maka pembuat hukum
hanya menggunakan pola pengembangan paragraf pemerincian (dalam
lampiran Transkrip dan Coding Hasil Wawancara dengan Praktisi Hukum,
PH13).
G. Kerangka Berpikir
Kajian teori pada penelitian ini adalah kalimat dan paragraf. Kalimat
adalah satuan gramatik yang mengungkapkan pikiran yang utuh baik dalam
wujud lisan atau tulisan. Sedangkan paragraf adalah sekolompok kalimat yang
membentuk satu kesatuan pikiran ide atau gagasan.
Dalam menganalisis struktur kalimat, peneliti menemukan dua teori fungsi
sintaksis kalimat, yaitu teori milik Alwi, dkk dan teori milik Ramlan. Peneliti
mengikuti teori milik Alwi, dkk dalam bukunya yang berjudul Tata Bahasa
Baku Bahasa Indonesia karena lebih memberikan penjelasan secara spesifik
terhadap fungsi sintaksis kalimat jika dibandingkan oleh teori Ramlan dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
bukunya yang berjudul Sintaksis. Ramlan tidak mengupas secara mendalam
berkaitan dengan fungsi sintaksis unsur-unsur kalimat.
Dalam menganalisis pola pengembangan paragraf, peneliti menemukan
dua teori pola pengembangan paragraf yaitu teori milik Gorys Keraf dan
Abdul Chaer. Peneliti mengikuti teori Abdul Chaer karena menurut peneliti
lebih relevan menggunakan teori Abdul Chaer untuk meneliti 10 Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Tentang Pendidikan
Tahun 2014. Selain itu, wacana perundang-undangan tersebut mengandung
ragam bahasa baku yang tentunya berkaitan dengan teori pola pengembangan
paragraf milik Abdul Chaer. Dalam penelitian ini, peneliti menemukan tujuh
persamaan pola pengembangan paragraf antara teori Gorys Keraf dan Abdul
Chaer sebagai berikut.
Persamaan Teori Pola Pengembangan Paragraf
Abdul Chaer Gorys Keraf
Perbandingan atau pengontrasan Perbandingan dan pertentangan
Analogi Analogi
Contoh Contoh
Sebab-akibat Sebab-akibat
Klasifikasi Klasifikasi
Definisi Definisi Luas
Kronologi Proses
Terdapat pula perbedaan teori antara teori Gorys Keraf dan teori Abdul
Chaer sebagai berikut.
Perbedaan Teori Pola Pengembangan Paragraf
Abdul Chaer Gorys Keraf
Pemerincian Klimaks dan Anti Klimaks
Ilustrasi Sudut Pandangan
Repetisi Umum-khusus
Khusus-umum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Peneliti menemukan pola pengembangan paragraf pemerincian yang
terdapat pada 10 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Tentang Pendidikan Tahun 2014. Dalam teori Gorys Keraf tidak
mencantumkan pola pengembangan paragraf pemerincian sehingga teori
tersebut tidak cukup relevan untuk peneliti gunakan.
Penelitian ini mencari struktur kalimat dan struktur paragraf serta pola
pengembangannya yang terdapat dalam bahasa hukum. Secara khusus
penelitian ini meneliti 10 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia Tentang Pendidikan Tahun 2014. Peraturan menteri
tersebut terdiri dari beberapa pasal yang di dalamnya terdapat ayat.
Ayat pada penelitian ini termasuk dalam kalimat karena ayat memenuhi
syarat dari terbentuknya kalimat yang meliputi pada tulisan berhuruf latin
diawali dengan huruf kapital dan diakhiri tanda titik (.) merupakan satu
gagasan yang utuh, dan pada bahasa lisan diucapkan dengan suara naik turun
dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir yang diikuti
oleh kesenyapan.
Pasal pada penelitian ini termasuk dalam paragraf karena ayat memenuhi
tiga syarat terbentuknya sebuah paragraf. Syarat yang pertama adalah kesatuan.
Pasal dalam peraturan menteri tersebut memiliki gagasan utama yang
dikembangkan lagi pada kalimat pengembang sesudahnya. Syarat yang kedua
adalah koherensi. Pasal dalam peraturan menteri memiliki hubungan antar
pasal yang ditandai dengan beberapa kata penghubung seperti kata ini dan nya.
Syarat yang ketiga adalah pengembangan paragraf. Pasal-pasal dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
peraturan menteri mempunyai pola pengembangan yang dirinci lagi lewat
kalimat-kalimat yang terdapat dalam pasal tersebut. Berikut dipaparkan alur
berpikir dari penelitian ini.
Kerangka Berpikir
AYAT Pada penelitian ini ayat termasuk kalimat karena ayat
PASAL
Pada penelitian ini pasal termasuk dalam paragraf karena pasal
memenuhi ketiga syarat dari
Syarat Kalimat: 1. Diawali huruf
kapital, diakhiri
tanda titik, tanda tanya, dan tanda
seru.
2. Satu gagasan yang utuh.
3. Minimal terdiri
dari S-P 4. Intonasi.
Pola umum
kalimat
bahasa Indonesia:
1. S-P
2. S-P-O 3. S-P-Pel
4. S-P-Ket
5. S-P-O-Pel 6. S-P-O-K
Komponen Paragraf
1. Transisi 2. Kalimat
Topik
3. Kalimat Pengembang
4. Kalimat
Penegas
Pola Pengembangan
Paragraf:
1. Contoh 2. Definisi
3.Pemerincian
4. Ilustrasi 5. Kronologi
6. Sebab-akibat
7.Perbandingan atau
pengontrasan
8. Repetisi 9. Klasifikasi
10. Analogi
Syarat
Paragraf:
1. Kesatuan 2.Koherensi
3.Pengem-
bangan
Paragraf
Kalimat adalah satuan
gramatik yang
mengungkapkan pikiran yang utuh baik dalam
wujud lisan atau tulisan.
Paragraf adalah sekolompok kalimat yang membentuk satu
kesatuan pikiran ide atau gagasan.
Paragraf Kalimat
KAJIAN TEORI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kualitatif. Suharsimi Arikunto
(dalam Prastowo, 2014: 203) mengatakan bahwa penelitian deskriptif tidak
dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan
“apa adanya” tentang sesuatu variabel, gejala, atau keadaan. Menurut
Suharsimi Arikunto (dalam Prastowo, 2014: 204), penelitian deskriptif
dilakukan untuk tujuan mendeskripsikan apa adanya suatu variabel, gejala,
atau keadaan, bukan untuk menguji hipotesis. Penelitian ini akan
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dari variabel, gejala,
atau keadaan yang diamati.
Penelitian ini dikatakan penelitian deskriptif karena penelitian ini
mendeskripsikan struktur kalimat dan struktur paragraf serta pola
pengembangannya dalam wacana perundang-undangan tentang pendidikan
tahun 2014.
Menurut Moleong (2006: 6), penelitian kualitatif adalah penelitian yang
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek
penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, dan tindakan. Secara holistik
dan secara deskripsi, penelitian kualitatif berbentuk kata-kata dan bahasa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Penelitian ini dikatakan penelitian kualitatif karena data yang diperoleh adalah
10 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2014 Tentang
Pendidikan memerikan objek dari sudut pandang peneliti dan tidak dituang
dalam bentuk angka-angka dan hasil analisis data dipaparkan dalam bentuk
uraian naratif.
B. Sumber Data
Sumber data penelitian ini adalah, (1) Peraturan Menteri Nomor 44 tahun
2014 tentang Buku Teks Pelajaran dan Buku Panduan Guru Untuk Sekolah
Menengah Atas Luar Biasa, (2) Peraturan Menteri Nomor 45 tahun 2014
tentang Pakaian Seragam Sekolah Bagi Peserta Didik Jenjang Pendidikan
Dasar dan Menengah, (3) Peraturan Menteri Nomor 51 tahun 2014 tentang
Buku Teks Pelajaran dan Buku Panduan Guru Untuk Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah, (4) Peraturan Menteri Nomor 55 tahun 2014 tentang
Masa Orientasi Peserta Didik Baru di Sekolah, (5) Peraturan Menteri Nomor
62 tahun 2014 tentang Kegiatan Ekstrakurikuler Pada Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah, (6) Peraturan Menteri Nomor 63 tahun 2014 tentang
Pendidikan Kepramukaan Sebagai Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib Pada
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, (7) Peraturan Menteri Nomor
65 tahun 2014 tentang Buku Teks Pelajaran dan Buku Panduan Guru
Kurikulum 2013 Kelompok Peminatan Pendidikan Menengah Yang
Memenuhi Syarat Kelayakan Untuk Digunakan Dalam Pembelajaran, (8)
Peraturan Menteri Nomor 103 tahun 2014 tentang Pembelajaran Pada
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, (9) Peraturan Menteri Nomor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
105 tahun 2014 tentang Pendampingan Pelaksanaan Kurikulum 2013 Pada
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, dan (10) Peraturan Menteri
Nomor 160 tahun 2014 tentang Pemberlakuan Kurikulum tahun 2006 dan
Kurikulum 2013.
C. Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode simak.
Sudaryanto (2015: 203) menjelaskan bahwa metode simak adalah menyimak
penggunaan bahasa. Praktik metode simak yang digunakan dalam penelitian
ini adalah untuk menyimak struktur kalimat, struktur paragraf, dan pola
pengembangannya dalam 10 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Tentang Pendidikan Tahun 2014. Metode simak ini mempunyai dua teknik
berdasarkan penggunaannya, yaitu teknik dasar dan teknik lanjutan. Teknik
dasar yang digunakan peneliti adalah teknik dasar sadap. Teknik sadap
digunakan dalam metode simak diwujudkan dengan penyadapan. Peneliti
untuk mendapatkan data dengan segenap kecerdikan dan kemauannya harus
menyadap pembicaraan. Artinya, dalam penelitian ini, peneliti berupaya untuk
mendapatkan data dengan menyadap kalimat dan paragraf yang terdapat pada
10 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Tentang Pendidikan Tahun
2014.
Pada penelitian ini teknik dasar sadap diikuti dengan teknik lanjutan catat.
Dalam penelitian ini peneliti mencatat data-data kalimat dan paragraf pada
tabel triangulasi. Untuk memperoleh data tentang bahasa hukum Indonesia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik lanjutan rekam atau wawancara dilakukan dengan seorang Notaris
PPAT, yaitu Heri Sabto Widodo, SH. Kartono (Gunawan, 2013: 171)
menjelaskan bahwa wawancara adalah suatu percakapan yang diarahkan pada
suatu masalah tertentu, ini merupakan proses tanya jawab lisan, dimana dua
orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik. Wawancara pada penelitian
kualitatif merupakan pembicaraan yang mempunyai tujuan dan didahului
dengan beberapa pertanyaan informal. Jenis wawancara yang digunakan
dalam penelitian ini adalah wawancara tidak terstuktur. Wawancara tidak
terstruktur adalah wawancara yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan
pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk
pengumpulan datanya (Sugiyono, 2014: 228).
D. Metode dan Teknik Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah metode
agih. Sudaryanto (2015: 18-19) mengemukakan bahwa metode agih beralat
penentu bagian dari bahasa yang bersangkutan itu sendiri. Alat penentu dalam
rangka kerja metode agih itu jelas dan selalu berupa bagian atau unsur dari
bahasa objek sasaran penelitian itu sendiri, seperti kata (kata ingkar, preposisi,
adverbia), fungsi sintaksis (subjek, predikat, objek, pelengkap, dan
keterangan), klausa, dan lain-lain. Pada penelitian ini alat penentunya adalah
struktur kalimat, struktur paragraf, dan pola pengembangannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Teknik analisis data pada penelitian ini adalah teknik bagi unsur langsung
(BUL), teknik triangulasi, dan teknik analisis deskriptif. Teknik bagi unsur
langsung adalah cara yang digunakan pada awal kerja analisis ialah membagi
satuan lingual datanya menjadi beberapa bagian atau unsur Sudaryanto (2015:
38). Unsur-unsur yang bersangkutan dipandang sebagai bagian yang langsung
membentuk satuan lingual yang dimaksud. Sedangkan analisis deskriptif
adalah analisis dengan menjelaskan secara panjang keterkaitan data penelitian.
Data tersebut biasanya tercantum dalam bentuk tabel dan analisis didasarkan
pada data tabel tersebut (Nurastuti, 2007: 130). Penelitian ini menggunakan
teknik analisis deskriptif karena peneliti menjelaskan secara panjang berkaitan
dengan data penelitian. Berikut adalah langkah dalam menganalisis data-data
penelitian.
1. Dalam teknik bagi unsur langsung (BUL), peneliti membagi satuan lingual
kalimat data dan satuan paragraf data untuk menganalisis struktur kalimat,
struktur paragraf dan pola pengembangannya.
2. Setelah dianalisis, peneliti menggunakan teknik triangulasi untuk
mengkonsultasikan hasil analisis data kepada ahli.
3. Setelah mendapatkan data yang valid, peneliti menggunakan teknik
analisis deskriptif untuk menjelaskan hasil analisis data secara panjang dan
jelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
E. Triangulasi
Moleong (2014: 330) berpendapat bahwa triangulasi adalah teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain untuk
keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Triangulasi
berarti cara terbaik untuk menghilangkan perbedaan-perbedaan konstruksi
kenyataan yang ada dalam konteks suatu studi sewaktu mengumpulkan data
tentang berbagai kejadian dari berbagai pandangan.
Triangulasi yang dilakukan oleh peneliti adalah triangulasi penyidik dan
triangulasi teori. Menurut Moleong (2014: 331), triangulasi penyidik adalah
teknik pemeriksaan keabsahan data dengan jalan memanfaatkan peneliti atau
pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data.
Pemanfaatan pengamat lainnya membantu mengurangi kemelencengan dalam
pengumpulan data. Sedangkan triangulasi teori, menurut Lincoln dan Guba
(dalam Moleong, 2014: 331), berdasarkan anggapan bahwa fakta tidak dapat
diperiksa derajat kepercayaannya dengan satu teori atau lebih. Dalam penelitian
ini triangulator yang berperan untuk melakukan pengecekan terhadap
pengumpulan data ialah Galih Kusumo, S.Pd., M.Pd dan Dr. Y. Karmin, M.Pd.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi tiga bagian, yaitu deskripsi data, analisis, dan pembahasan
analisis. Analisis meliputi tiga hal, yaitu struktur kalimat dan struktur serta
pola pengembangan paragraf pada 10 wacana perundang-undangan tentang
pendidikan tahun 2014.
Deskripsi data akan diuraikan pada subbab A. Hasil analisis penelitian
yang meliputi analisis struktur kalimat, analisis struktur paragraf dan pola
pengembangannya akan diuraikan pada subbab B. Pembahasan akan diuraikan
pada subbab C.
A. Deskripsi Data
Data penelitian ini berasal dari 10 peraturan menteri tentang pendidikan
tahun 2014, yakni (1) Peraturan Menteri Nomor 44 tahun 2014 tentang Buku
Teks Pelajaran dan Buku Panduan Guru Untuk Sekolah Menengah Atas Luar
Biasa, (2) Peraturan Menteri Nomor 45 tahun 2014 tentang Pakaian Seragam
Sekolah Bagi Peserta Didik Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah, (3)
Peraturan Menteri Nomor 51 tahun 2014 tentang Buku Teks Pelajaran dan
Buku Panduan Guru Untuk Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, (4)
Peraturan Menteri Nomor 55 tahun 2014 tentang Masa Orientasi Peserta
Didik Baru di Sekolah, (5) Peraturan Menteri Nomor 62 tahun 2014 tentang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Kegiatan Ekstrakurikuler Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah,
(6) Peraturan Menteri Nomor 63 tahun 2014 tentang Pendidikan
Kepramukaan Sebagai Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib Pada Pendidikan
Dasar dan Pendidikan Menengah, (7) Peraturan Menteri Nomor 65 tahun
2014 tentang Buku Teks Pelajaran dan Buku Panduan Guru Kurikulum 2013
Kelompok Peminatan Pendidikan Menengah Yang Memenuhi Syarat
Kelayakan Untuk Digunakan Dalam Pembelajaran, (8) Peraturan Menteri
Nomor 103 tahun 2014 tentang Pembelajaran Pada Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah, (9) Peraturan Menteri Nomor 105 tahun 2014 tentang
Pendampingan Pelaksanaan Kurikulum 2013 Pada Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah, dan (10) Peraturan Menteri Nomor 160 tahun 2014
tentang Pemberlakuan Kurikulum tahun 2006 dan Kurikulum 2013.
Objek yang diteliti pada penelitian ini adalah struktur kalimat dan struktur
paragraf serta pola pengembangannya. Pada penelitian ini yang termasuk
dalam kalimat adalah ayat dan yang termasuk dalam paragraf adalah pasal.
Jumlah total paragraf dan kalimat pada penelitian ini adalah 75 paragraf yang
meliputi 241 kalimat. Peraturan Menteri Nomor 44 tahun 2014 tentang Buku
Teks Pelajaran dan Buku Panduan Guru Untuk Sekolah Menengah Atas Luar
Biasa terdiri dari tiga paragraf yang meliputi 10 kalimat. Peraturan Menteri
Nomor 45 tahun 2014 tentang Pakaian Seragam Sekolah Bagi Peserta Didik
Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah terdiri dari delapan paragraf yang
meliputi 34 kalimat. Peraturan Menteri Nomor 51 tahun 2014 tentang Buku
Teks Pelajaran dan Buku Panduan Guru Untuk Pendidikan Dasar dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Pendidikan Menengah terdiri dari tiga paragraf yang meliputi 10 kalimat.
Peraturan Menteri Nomor 55 tahun 2014 tentang Masa Orientasi Peserta
Didik Baru di Sekolah terdiri dari sembilan paragraf yang meliputi 15
kalimat. Peraturan Menteri Nomor 62 tahun 2014 tentang Kegiatan
Ekstrakurikuler Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah terdiri dari
11 paragraf yang meliputi 38 kalimat. Peraturan Menteri Nomor 63 tahun
2014 tentang Pendidikan Kepramukaan Sebagai Kegiatan Ekstrakurikuler
Wajib Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah terdiri dari 10
paragraf yang meliputi 34 kalimat. Peraturan Menteri Nomor 65 tahun 2014
tentang Buku Teks Pelajaran dan Buku Panduan Guru Kurikulum 2013
Kelompok Peminatan Pendidikan Menengah Yang Memenuhi Syarat
Kelayakan Untuk Digunakan Dalam Pembelajaran terdiri dari empat paragraf
yang meliputi 14 kalimat. Peraturan Menteri Nomor 103 tahun 2014 tentang
Pembelajaran Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah terdiri dari
tujuh paragraf yang meliputi 51 kalimat. Peraturan Menteri Nomor 105 tahun
2014 tentang Pendampingan Pelaksanaan Kurikulum 2013 Pada Pendidikan
Dasar dan Pendidikan Menengah terdiri dari 10 paragraf yang meliputi 42
kalimat. Peraturan Menteri Nomor 160 tahun 2014 tentang Pemberlakuan
Kurikulum tahun 2006 dan Kurikulum 2013 terdiri dari 10 paragraf yang
meliputi 22 kalimat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
B. Analisis Data
Pada bagian ini akan disajikan kalimat dan paragraf yang terdapat dalam
10 peraturan menteri pendidikan tahun 2014 untuk menjawab bagaimana
struktur kalimat dan struktur paragraf serta pola pengembangannya. Data
dianalisis berdasarkan rumusan masalah yang sudah dibuat.
1. Analisis Struktur Kalimat Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia Tahun 2014
Berikut ini disajikan salah satu hasil analisis struktur kalimat pada 10
peraturan menteri pendidikan tahun 2014 tentang Pendidikan.
No. Data Unsur Kalimat Struktur
Kalimat
1. PERATURAN MENTERI
PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 44 TAHUN 2014
TENTANG
BUKU TEKS PELAJARAN
DAN BUKU PANDUAN
GURU
UNTUK SEKOLAH
MENENGAH ATAS LUAR
BIASA
Frasa (tidak mengandung
unsur S P O Pel. Ket).
F
2. DENGAN RAHMAT
TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI PENDIDIKAN
DAN KEBUDAYAAN
REPUBLIK INDONESIA
DENGAN RAHMAT
TUHAN YANG MAHA
ESA
Ket. Alat
MENTERI PENDIDIKAN
DAN
KEBUDAYAAN
K-S
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
REPUBLIK INDONESIA
S
3.
Menimbang: a. bahwa dalam
rangka
melaksanaka
n
ketentuan
Pasal 43
ayat (5)
Peraturan
Pemerintah
Nomor 32
Tahun 2013
tentang
Perubahan
Atas
Peraturan
Pemerintah
Nomor 19
Tahun 2005
tentang
Standar
Nasional
Pendidikan,
Tim Penilai
Buku telah
melakukan
penilaian
kelayakan
isi, bahasa,
penyajian,
dan
kegrafikaan
buku teks
pelajaran
dan buku
panduan
guru untuk
digunakan
dalam
(DENGAN RAHMAT
TUHAN YANG MAHA
ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN
DAN KEBUDAYAAN
REPUBLIK INDONESIA)
(S)
Menimbang
P
bahwa dalam rangka… di
Sekolah Menengah Atas
Luar Biasa;
O
bahwa dalam rangka…
tentang Standar Nasional
Pendidikan,
Ket. Tempat
Tim Penilai Buku
S
telah melakukan
P
penilaian kelayakan isi,… di
Sekolah Menengah Atas
Luar Biasa;
O
(K)-(S)-P- O
K-S-P-O
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
pembelajara
n di Sekolah
Menengah
Atas Luar
Biasa;
b. bahwa berdasarkan
pertimbangan sebagaimana
dimaksud pada huruf a, perlu
menetapkan Peraturan
Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan tentang Buku
Teks Pelajaran dan Buku
Panduan Guru untuk Sekolah
Menengah Atas Luar Biasa;
(DENGAN RAHMAT
TUHAN YANG MAHA
ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN
DAN KEBUDAYAAN
REPUBLIK INDONESIA)
(S)
(Menimbang)
(P)
bahwa berdasarkan
pertimbangan… Sekolah
Menengah Atas Luar Biasa;
O
bahwa berdasarkan
pertimbangan… pada huruf
a,
Ket. Sebab
perlu menetapkan
P
Peraturan Menteri
Pendidikan… Menengah
Atas Luar Biasa;
O
(K)-(S)-(P)- O
K-P-O
Mengingat: 1. Undang-
undang
Nomor 20
Tahun 2003
tentang
Sistem
Pendidikan
Nasional
(Lembaran
Negara
Republik
(DENGAN RAHMAT
TUHAN YANG MAHA
ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN
DAN KEBUDAYAAN
REPUBLIK INDONESIA)
(S)
Mengingat
P
Undang-undang Nomor…
Indonesia Nomor 4301);
(K)-(S)-P-O
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Indonesia
tahun 2003
Nomor 78,
Tambahan
Lembaran
Negara
Republik
Indonesia
Nomor 4301);
O
2. Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional
Pendidikan (Lembaran
Negara Republik Indonesia
Tahun 2005 Nomor 41 ,
Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor
4496), sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 32 Tahun
2013 tentang Perubahanatas
Peraturan Pemerintah Nomor
19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan
(Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2013 Nomor
71, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia
Nomor 5410);
(DENGAN RAHMAT
TUHAN YANG MAHA
ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN
DAN KEBUDAYAAN
REPUBLIK INDONESIA)
(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Pemerintah Nomor
19 Tahun 2005… Indonesia
Nomor 5410);
O
(K)-(S)-(P)-O
3. Peraturan Presiden Nomor
47 Tahun 2009 tentang
Pembentukan dan Organisasi
Kementerian Negara
sebagaimana telah beberapa
kali diubah terakhir dengan
Peraturan Presiden Nomor 13
Tahun 2014;
(DENGAN RAHMAT
TUHAN YANG MAHA
ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN
DAN KEBUDAYAAN
REPUBLIK INDONESIA)
(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Presiden Nomor
47 Tahun 2009… Nomor 13
Tahun 2014;
O
(K)-(S)-(P)-O
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
4. Peraturan Presiden Nomor
24 Tahun 2010 tentang
Kedudukan, Tugas, dan
Fungsi Kementerian Negara,
serta Susunan Organisasi,
Tugas, dan Fungsi Eselon I
Kementerian Negara
sebagaimana telah diubah
beberapa kali terakhir dengan
Peraturan Presiden Nomor 14
Tahun 2014;
(DENGAN RAHMAT
TUHAN YANG MAHA
ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN
DAN KEBUDAYAAN
REPUBLIK INDONESIA)
(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Presiden Nomor
24 Tahun 2010… Nomor 14
Tahun 2014;
O
(K)-(S)-(P)-O
5. Keputusan Presiden Nomor
84/P Tahun 2009
mengenai Pembentukan
Kabinet Indonesia Bersatu II
sebagaimana telah diubah
terakhir dengan Keputusan
Presiden Nomor 8/P Tahun
2014;
(DENGAN RAHMAT
TUHAN
YANG MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN
DAN KEBUDAYAAN
REPUBLIK INDONESIA)
(S)
(Mengingat)
(P)
Keputusan Presiden Nomor
84/P Tahun 2009… Nomor
8/P Tahun 2014;
O
(K)-(S)-(P)-O
6. Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 54 Tahun 2013
tentang Standar Kompetensi
Lulusan;
(DENGAN RAHMAT
TUHAN YANG MAHA
ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN
DAN KEBUDAYAAN
REPUBLIK INDONESIA)
(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Menteri
Pendidikan dan
Kebudayaan... Kompetensi
Lulusan;
O
(K)-(S)-(P)-O
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
7. Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor64 Tahun 2013 tentang
Standar Isi;
(DENGAN RAHMAT
TUHAN YANG MAHA
ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN
DAN KEBUDAYAAN
REPUBLIK INDONESIA)
(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Menteri
Pendidikan dan
Kebudayaan… tentang
Standar Isi;
O
(K)-(S)-(P)-O
MEMUTUSKAN:
Menetapkan: PERATURAN
MENTERI PENDIDIKAN
DAN KEBUDAYAAN
TENTANG BUKU TEKS
PELAJARAN DAN BUKU
PANDUAN GURU UNTUK
SEKOLAH MENENGAH
ATAS LUAR BIASA.
(DENGAN RAHMAT
TUHAN YANG MAHA
ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN
DAN KEBUDAYAAN
REPUBLIK INDONESIA)
(S)
MEMUTUSKAN
P
Menetapkan PERATURAN
MENTERI
… ATAS LUAR BIASA.
O
(K)-(S)-P-O
4. Pasal 1
(1) Menetapkan Buku Teks
Pelajaran dan Buku Panduan
Guru sebagai buku siswa dan
buku guru yang layak
digunakan dalam
pembelajaran di Sekolah
Menengah Atas Luar Biasa.
Menetapkan
P
Buku Teks Pelajaran dan
Buku Panduan Guru sebagai
buku siswa dan buku gur u
yang layak digunakan dalam
pembelajaran di Sekolah
Menengah Atas Luar Biasa.
O
Buku Teks Pelajaran dan
Buku Panduan Guru
S
sebagai buku siswa dan buku
guru yang layak digunakan
dalam pembelajaran
P
P-O
S-P-K
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
di Sekolah Menengah Atas
Luar Biasa.
Ket. Tempat
5. (2) Buku Teks Pelajaran
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) tercantum dalam
Lampiran I yang merupakan
bagian yang tidak terpisahkan
dari Peraturan Menteri ini.
(2) Buku Teks Pelajaran
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1)
S
tercantum
P
dalam Lampiran I yang
merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.
Ket. Tempat
S-P-K
6. (3) Buku Panduan Guru
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) tercantum dalam
Lampiran II yang merupakan
bagian yang tidak terpisahkan
dari Peraturan Menteri ini.
(3) Buku Panduan Guru
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1)
S
tercantum
P
dalam Lampiran II yang
merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.
Ket. Tempat
S-P-K
7. Pasal 2
Peraturan ini mulai berlaku
pada tanggal diundangkan.
Peraturan ini
S
mulai berlaku
P
pada tanggal diundangkan.
Ket. Waktu
S-P-K
8. Agar setiap orang
mengetahuinya,
memerintahkan
pengundangan Peraturan
Menteri ini dengan
penempatannya dalam Berita
Negara Republik Indonesia.
Agar setiap orang
mengetahuinya
Ket. Tujuan
memerintahkan
P
Pengundangan Peraturan
Menteri ini
O
dengan penempatannya
dalam Berita Negara
Republik Indonesia.
Ket. Cara
K-P-O-K
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
2. Analisis Struktur Dan Pola Pengembangan Paragraf Peraturan
Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Tahun 2014
Berikut ini disajikan salah satu hasil analisis struktur dan pola
pengembangan paragraf pada 10 Peraturan Menteri Pendidikan tentang
pendidikan tahun 2014.
a. Paragraf I
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 44 TAHUN 2014
TENTANG
BUKU TEKS PELAJARAN DAN BUKU PANDUAN GURU
UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS LUAR BIASA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA
9. Ditetapkan di Jakarta pada
tanggal 9 Juni 2014, Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia.
Ditetapkan
P
di Jakarta pada tanggal 9
Juni 2014,
Ket. Tempat
Menteri
Pendidikan...Indonesia.
Pelengkap
P-K-Pel.
10. Diundangkan di Jakarta pada
tanggal 20 Juni 2014 Menteri
Hukum dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia,
Amir Syamsudin, berita
Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 853.
Diundangkan
P
di Jakarta pada tanggal 20
Juni 2014
Ket. Tempat
Menteri Hukum… Tahun
2014 Nomor 853.
Pelengkap
P-K-Pel.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Menimbang: a. bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 43 ayat
(5) Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan, Tim Penilai Buku telah
melakukan penilaian kelayakan isi, bahasa, penyajian, dan
kegrafikaan buku teks pelajaran dan buku panduan guru untuk
digunakan dalam pembelajaran di Sekolah Menengah Atas Luar
Biasa;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada
huruf a, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan tentang Buku Teks Pelajaran dan Buku Panduan
Guru untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa;
Mengingat: 1. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia
tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4301);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2005 Nomor 41 , Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4496), sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang
Perubahanatas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 71, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5410);
3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang
Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden
Nomor 13 Tahun 2014;
4. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan,
Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara, serta Susunan
Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan
Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2014;
5. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
mengenai Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu II
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan Presiden
Nomor 8/P Tahun 2014;
6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54
Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan;
7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor64
Tahun 2013 tentang Standar Isi;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan: PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN TENTANG BUKU TEKS PELAJARAN DAN BUKU
PANDUAN GURU UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS LUAR
BIASA.
1) Struktur Paragraf:
a) Kalimat topik: Dengan… Pendidikan Dasar dan Menengah.
2) Pola Pengembangan:
a) Pemerincian: gagasan pada paragraf tersebut menerangkan dengan jelas
dan rinci peraturan-peraturan yang menjadi bahan pertimbangan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan untuk merumuskan Peraturan Menteri
Nomor 44 Tahun 2014.
b. Paragraf II
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
1) Struktur Paragraf:
a) Kalimat topik:
Menetapkan Buku Teks Pelajaran… Atas Luar Biasa.
b) Kalimat pengembang:
(1) Buku Teks Pelajaran… tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
(2) Buku Panduan Guru sebagaimana… tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.
2) Pola Pengembangan:
a) Pemerincian: gagasan pada paragraf tersebut menerangkan dengan jelas
dan rinci kepada pembaca tentang buku teks pelajaran dan buku panduan
guru untuk sekolah menengah atas luar biasa yang dimaksud pada
peraturan menteri ini.
Pasal 1
(1) Menetapkan Buku Teks Pelajaran dan Buku Panduan Guru sebagai buku siswa dan
buku guru yang layak digunakan dalam pembelajaran di Sekolah Menengah Atas
Luar Biasa.
(2) Buku Teks Pelajaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran
I yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
(3) Buku Panduan Guru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran
II yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
b) Paragraf III
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 NOMOR
853
1) Struktur Paragraf:
a) Kalimat pengembang:
(1) Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
(2) Kalimat pengembang: Agar setiap orang… Republik Indonesia.
(3) Kalimat pengembang: Ditetapkan di … Republik Indonesia.
(4) Kalimat pengembang: Diundangkan di … NOMOR 853.
2) Pola Pengembangan:
a) Pemerincian: gagasan pada paragraf tersebut ini menerangkan dengan
jelas dan rinci kepada pembaca bahwa kapan berlakunya peraturan ini,
Pasal 2
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan PeraturanMenteri
ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 9 Juni 2014
MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
REPUBLIK INDONESIA,
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 20 Juni 2014
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
menteri pendidikan memerintahkan dan menetapkan pengundangan ini,
dan menteri hukum dan HAM mengundangkannya.
C. Pembahasan
Tujuan penelitian berjudul Struktur Kalimat, Struktur Paragraf, dan Pola
Pengembangan Paragraf dalam Wacana Perundang-Undangan Tentang
Pendidikan Tahun 2014 adalah untuk mendeskripsikan struktur kalimat dan
struktur paragraf serta pola pengembangan pada 10 Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Tahun 2014 tentang
Pendidikan. Berikut disajikan pembahasan hasil analisis data.
1. Pembahasan Struktur Kalimat
Berdasarkan hasil analisis data telah ditemukan kalimat sebanyak 176
kalimat. Dari analisis data yang ditemukan, diketahui bahwa 10 wacana
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2014 tentang
pendidikan mempunyai 12 struktur kalimat, yaitu K-S-P-O, P-O1-O2-O3-O4-
O5-O6-O7, P; P-O, S-P-K, K-P-O-K, P-K-Pel., K-S-P, S-P-Pel., S-P, K-P-Pel.-
P-K-K, K-S-P-O, S-P-O, S-P-O-P-K, dan S-P-Pel.-K.
Pada Peraturan Menteri ini terdapat kalimat majemuk kompleks. Struktur
kalimat majemuk kompleks berstruktur K-S-P-O, P-O1-O2-O3-O4-O5-O6-O7, P;
P-O atau yang mempunyai objek lebih dari satu. Pada peraturan ini ditemukan
ada 10 kalimat yang berstruktur K-S-P-O, P-O1-O2-O3-O4-O5-O6-O7, P; P-O.
Salah satu kalimat majemuk kompleks yang mempunyai struktur kalimat K-S-P-
O, P-O1-O2-O3-O4-O5-O6-O7, P; P-O adalah sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 44 TAHUN 2014
TENTANG
BUKU TEKS PELAJARAN DAN BUKU PANDUAN GURU
UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS LUAR BIASA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA
Menimbang: a. bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 43 ayat
(5) Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan, Tim Penilai Buku telah
melakukan penilaian kelayakan isi, bahasa, penyajian, dan
kegrafikaan buku teks pelajaran dan buku panduan guru untuk
digunakan dalam pembelajaran di Sekolah Menengah Atas
Luar Biasa;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
pada huruf a, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan tentang Buku Teks Pelajaran dan Buku
Panduan Guru untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa;
Mengingat: 1. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia
tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4301);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2005 Nomor 41 , Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4496), sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang
Perubahanatas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 71, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5410);
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang
Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden
Nomor 13 Tahun 2014;
4. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara, serta
Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian
Negara sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan
Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2014;
5. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009
mengenai Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu II
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan Presiden
Nomor 8/P Tahun 2014;
6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54
Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan;
7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 64
Tahun 2013 tentang Standar Isi;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan: PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN TENTANG BUKU TEKS PELAJARAN DAN BUKU
PANDUAN GURU UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS LUAR
BIASA.
Kalimat di atas berstruktur K-S-P-O, P-O1-O2-O3-O4-O5-O6-O7, P; P-O.
Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa menduduki fungsi sebagai
Keterangan. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menduduki fungsi sebagai
subjek. Menimbang sebagai predikat. Kata Bahwa sebagai konjungsi
penjelasan yang menjelaskan predikat transitif dan diletakkan pada sebelum
fungsi objek. Selain struktur tersebut, Kalimat juga mengandung (K)–(S)-P;P-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
O pada Memutuskan Menetapkan: PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN
DAN KEBUDAYAAN TENTANG BUKU TEKS PELAJARAN DAN
BUKU PANDUAN GURU UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
LUAR BIASA. Kalimat tersebut menyatakan hubungan penjumlahan dengan
penanda konjungsi dan. Struktur serupa ditemukan pula sembilan kalimat lain
dalam lampiran pada I.B.1, I.C.1, I.D.1, I.E.1, I.F.1, I.G.1, I.H.1, I.I.1, dan
I.J.1.
Pada dasarnya, para pembuat hukum tidak pernah memperhatikan struktur
kalimat ketika menulis peraturan menteri. Kalimat yang mempunyai struktur
yang banyak bertujuan untuk memperjelas maksud yang ingin disampaikan
oleh pembuat hukum sehingga orang yang membacanya menjadi jelas dan
paham. Sedangkan adanya struktur kalimat yang sedikit dianggap tidak perlu
ada penjelasan lagi dan kalimat tersebut sudah cukup menjelaskan apa yang
dimaksud oleh pembuat hukum. Hal ini membuktikan bahwa bahasa hukum
mempunyai ciri bahasa yang singkat dan padat (dalam lampiran Transkrip
dan Coding Hasil Wawancara Dengan Praktisi Hukum, PH16).
Pada penelitian ini diketahui bahwa peraturan menteri ini lebih dominan
menggunakan kalimat berstruktur S-P-K. tujuan, tempat, dan cara untuk
mengungkapkan pernyataan-pernyataan yang penting diketahui oleh semua
orang dalam peraturan menteri ini. Misalnya,
Pasal 2
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. (Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 44 Tahun 2014)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Subjek kalimat di atas adalah Peraturan ini. Kalimat ini mempunyai
predikat frase verbal, predikatnya adalah mulai berlaku kemudian diikuti oleh
keterangan waktu pada tanggal diundangkan. Agar tidak menimbulkan
multitafsir, maka dipilihlah kalimat berstruktur S-P-K yang digunakan oleh
pembuat hukum untuk memberitahukan pada pembaca tujuan dari peraturan
ini dikeluarkan. Selain keterangan tujuan, peraturan perundang-undangan juga
menggunakan keterangan cara, keterangan alat, keterangan sebab, keterangan
pengecualian, keterangan tempat, dan keterangan waktu. Hal ini terjadi agar
tujuan dari dikeluarkannya peraturan perundang-undangan dapat tercapai
(dalam lampiran Transkrip dan Coding Hasil Wawancara Dengan Praktisi
Hukum, PH17).
Pada peraturan menteri ini ditemukan ada 36 kalimat yang mempunyai
struktur S-P-K. Struktur serupa ditemukan pula 35 kalimat yang lain dalam
lampiran I.A.5, I.A.6, I.B.24, I.B.28, I,C.5, I.C.6, I.C.7, I.D.5, I.D.12, I.E.6,
I.E.13, I.E.14, I.E.22, I.E.25, I.F.12, I.F.17, I.F.20, I.F.21, I.F.22, I.F.28,
I.F.29, I.F.30, I.F.31, I.G.8, I.H.15, I.H.16, I.H.17, I.H.19, I.H.24, I.H.25,
I.I.12, I.I.19, I.I.26, dan I.J.16.
Jumlah kalimat majemuk bertingkat berstruktur K-P-O-K berjumlah 10
kalimat. Berikut disajikan contoh dari kalimat tersebut.
Kalimat yang memiliki struktur K-P-O-K adalah sebagai berikut.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara
Republik Indonesia.
(Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 44 Tahun 2014)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Kalimat di atas termasuk dalam kalimat majemuk bertingkat. Klausa
bawahan pada kalimat tersebut adalah Agar setiap orang mengetahuinya.
Klausa bawahan pada kalimat tersebut menduduki unsur keterangan tujuan.
Klausa utama pada kalimat tersebut terdiri dari predikatnya adalah
memerintahkan, objeknya adalah Pengundangan Peraturan Menteri ini, dan
keterangan cara dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik
Indonesia. Struktur serupa ditemukan pula sembilan kalimat lain dalam
lampiran pada I.B.32, I.C.8, I.D.13, I.E.36, I.F.32, I.G.12, I.H.49, I.I.40, dan
I.J.20.
Dalam peraturan menteri ini, terdapat struktur yang tidak mempunyai
fungsi subjek, yaitu P-K-Pelengkap. Kalimat yang memiliki struktur P-K-Pel.
adalah sebagai berikut.
Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 9 Juni 2014, Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia.
(Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 44 Tahun 2014)
Pada kalimat tersebut diawali dengan predikat ditetapkan. Predikat pada
kalimat di atas termasuk predikat kata kerja pasif. Diikuti oleh keterangan
tempat di Jakarta pada tanggal 9 Juni 2014 dan diakhiri dengan pelengkap
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Kalimat tersebut
tidak sebagaimana lazimnya kalimat dalam bahasa Indonesia yang diawali
oleh subjek. Hal tersebut terjadi karena struktur kalimat di atas adalah susunan
dari format tanda tangan pengesahan dari Peraturan Perundang-Undangan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Pada peraturan menteri ini ditemukan ada 20 kalimat yang mempunyai
struktur P-K-Pelengkap. Struktur serupa ditemukan pula pada 19 kalimat lain
dalam lampiran pada I.A.10, I.B.33, I.B.34, I.C.9, I.C.10, I.D.14, I.D.15,
I.E.37, I.E.38, I.F.33, I.F.34, I.G.13, I.G.14, I.H.50, I.H.51, I.I.41, I.I.42,
I.J.21, dan I.J.22.
Struktur kalimat P-K-Pelengkap tidak sebagaimana lazimnya kalimat
dalam bahasa Indonesia karena tidak diawali fungsi subjek. Struktur P-K-Pel.
terjadi karena struktur kalimat di atas adalah susunan dari format tanda tangan
pengesahan dari Peraturan Perundang-Undangan.
Peraturan menteri ini juga terdapat struktur kalimat S-P-O yang
mempunyai jenis kalimat tunggal transitif. Kalimat S-P-O yang merupakan
kalimat tunggal transitif adalah sebagai berikut.
Pasal 5
Dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota mengendalikan masa orientasi
peserta didik baru menjadi kegiatan yang bermanfaat, bersifat edukatif dan
kreatif, bukan mengarah kepada tindakan destruktif dan/atau berbagai
kegiatan lain yang merugikan siswa baru baik secara fisik maupun
psikologis.
(Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 55 Tahun 2014)
Subjek kalimat di atas adalah Dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota.
Diikuti predikat mengendalikan. Predikat pada kalimat di atas termasuk
predikat kata kerja aktif. Kemudian objek kalimat di atas adalah masa
orientasi peserta didik baru menjadi kegiatan yang bermanfaat, bersifat
edukatif dan kreatif, bukan mengarah kepada tindakan destruktif dan/atau
berbagai kegiatan lain yang merugikan siswa baru baik secara fisik maupun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
psikologis. Pada Peraturan Pendidikan dan Kebudayaan ini ditemukan ada 31
kalimat yang mempunyai struktur S-P-O. Struktur serupa ditemukan pula 30
kalimat lain dalam lampiran pada I.D.4, I.D.6, I.D.7, I.E.15, I.E.16, I.E.18,
I.E.21, I.E.23, I.F.18, I.F.24, I.F.25, I.G.4, I.G.5, I.G.6, I.G.7, I.H.8, I.H.13,
I.H.20, I.H.22, I.I.6, I.I.10, I.I.11, I.I.24, I.I.25, I.J.4, I.J.5, I.J.8, I.J.11, I.J.14,
dan I.J.15.
Kalimat yang memiliki struktur S-P-Pelengkap adalah sebagai berikut.
BAB III
JENIS, WARNA, DAN MODEL
Pasal 3
(1) Pakaian seragam sekolah terdiri dari:
a. Pakaian seragam nasional; (Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 45 Tahun 2014)
Kalimat di atas merupakan kalimat tunggal intransitif. Subjek kalimat di
atas adalah Pakaian seragam sekolah. Predikat kalimat di atas adalah terdiri
dari. Pelengkap kalimat di atas adalah Pakaian seragam nasional. Pada
peraturan menteri ini ditemukan ada 49 kalimat yang mempunyai struktur S-P-
Pelengkap. Struktur serupa ditemukan pula 48 kalimat lain dalam lampiran
pada I.B.9, I.B.14, I.B.18, I.B.19, I.B.20, I.B.21, I.B.22, I.B.23, I.B.27, I.D.10,
I.E.7, I.E.9, I.E.10, I.E.11, I.E.12, I.E.17, I.E.19, I.F.10, I.F.11, I.F.13, I.F.14,
I.F.15, I.F.16, I.F.19, I.F.27, I.H.7, I.H.9, I.H.10, I.H.11, I.H.12, I.H.14,
I.H.21, I.H.23, I.I.13, I.I.14, I.I.15, I.I.16, I.I.17, I.I.18, I.I.20, I.I.21, I.I22,
I.J.6, I.J.7, I.J.9, I.J.10, I.J.12, dan I.J.13.
Kalimat yang memiliki struktur K-P-Pel.-P-K-K adalah sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
(2) Pada saat Upacara Bendera dilengkapi topi pet dan dasi sesuai warna
seragam masing-masing jenjang sekolah, dilengkapi dengan logo tut wuri
handayani di bagian depan topi.
(Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 45 Tahun 2014)
Kalimat di atas merupakan kalimat majemuk kompleks karena
mempunyai dua klausa dalam satu kalimat, tetapi kalimat tersebut tidak
mempunyai konjungsi. Keterangan waktu pada kalimat di atas adalah Pada
saat Upacara Bendera. Predikat1 pada kalimat diatas adalah dilengkapi.
Pelengkap pada kalimat tersebut adalah topi pet dan dasi sesuai warna
seragam masing-masing jenjang sekolah. Predikat2 pada kalimat diatas
adalah dilengkapi. Keterangan alat pada kalimat di atas adalah dengan logo
tut wuri handayani. Keterangan alat pada kalimat di atas adalah di bagian
depan topi. Pada peraturan menteri ini ditemukan ada satu kalimat yang
mempunyai struktur K-P1-Pel.-P2-K-K.
Kalimat yang memiliki struktur S-P-O-P-K adalah sebagai berikut.
Pasal 7
(1) Satuan pendidikan memberikan penilaian terhadap kinerja peserta
didik dalam Kegiatan Ekstrakurikuler secara kualitatif dan
dideskripsikan pada rapor peserta didik.
(Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 62 Tahun 2014)
Kalimat tersebut termasuk kalimat majemuk setara karena mempunyai
dua klausa dan kedudukan klausanya tidak setara. Subjek kalimat di atas
adalah satuan pendidikan. Predikat1 kalimat di atas adalah memberikan.
Objek1 kalimat di atas adalah penilaian terhadap kinerja peserta didik dalam
Kegiatan Ekstrakurikuler secara kualitatif. Kata dan merupakan konjungsi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
hubungan penambahan yang menjadi salah satu ciri bahwa kalimat ini
termasuk kalimat majemuk setara. Predikat2 kalimat di atas adalah
dideskripsikan. Keterangan tempat di atas adalah pada rapor peserta didik.
Pada peraturan menteri ini ditemukan ada satu kalimat yang mempunyai
struktur S-P-O-P-K.
Kalimat yang memiliki struktur S-P adalah sebagai berikut.
(3) Warna pakaian seragam nasional untuk:
a. SD/SDLB: kemeja putih, celana/rok warna merah hati; (Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 45 Tahun 2014)
Kalimat di atas termasuk kalimat yang mengikuti pola umum kalimat
bahasa Indonesia karena berstruktur S-P. Subjek kalimat di atas adalah Warna
pakaian seragam nasional untuk. Predikat kalimat di atas adalah SD/SDLB:
kemeja putih, celana/rok warna merah hati. Pada peraturan menteri ini
ditemukan ada enam kalimat yang mempunyai struktur S-P. Struktur serupa
ditemukan pula lima kalimat lain dalam lampiran pada I.B.16, I.B.17, I.D.8,
I.D.11, dan I.F.26.
Kalimat yang memiliki struktur S-P-Pel.-K adalah sebagai berikut.
(2) RPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun oleh guru dengan
mengacu pada silabus dengan prinsip:
a. memuat secara utuh kompetensi dasar sikap spiritual, sikap sosial,
pengetahuan, dan keterampilan;
b. dapat dilaksanakan dalam satu atau lebih dari satu kali pertemuan;
c. memperhatikan perbedaan individual peserta didik;
d. berpusat pada peserta didik;
e. berbasis konteks;
f. berorientasi kekinian;
h. memberikan umpan balik dan tindak lanjut pembelajaran;
i. memiliki keterkaitan dan keterpaduan antarkompetensi dan/atau
antarmuatan; dan
j. memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. (Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 45 Tahun 2014)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
Kalimat di atas termasuk kalimat yang mengikuti pola umum
kalimat bahasa Indonesia karena berstruktur S-P-Pel.-K. Subjek kalimat
di atas adalah (2) RPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1). Predikat
kalimat di atas adalah disusun. Pelengkap kalimat di atas adalah oleh
guru. Keterangan cara kalimat di atas adalah dengan mengacu pada
silabus dengan prinsip: a. memuat secara utuh kompetensi dasar sikap
spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan; b. dapat
dilaksanakan dalam satu atau lebih dari satu kali pertemuan; c.
memperhatikan perbedaan individual peserta didik; d. berpusat pada
peserta didik; e. berbasis konteks; f. berorientasi kekinian; h. memberikan
umpan balik dan tindak lanjut pembelajaran; i. memiliki keterkaitan dan
keterpaduan antarkompetensi dan/atau antarmuatan; dan j.
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Pada peraturan
menteri ini ditemukan ada satu kalimat yang mempunyai struktur S-P-
Pel.-K.
Kalimat yang memiliki struktur K-S-P adalah sebagai berikut.
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Sekolah adalah Sekolah Dasar/Sekolah Dasar Luar Biasa (SD/SDLB),
Sekolah Menengah Pertama/Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa
(SMP/SMPLB), Sekolah Menengah Atas/Sekolah Menengah Atas
Luar Biasa (SMA/SMALB), dan Sekolah Menengah
Kejuruan/Sekolah Menengah Kejuruan Luar Biasa (SMK/SMKLB)
baik negeri maupun swasta.
(Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 45 Tahun 2014)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
Kalimat di atas termasuk kalimat yang mengikuti pola umum kalimat
bahasa Indonesia karena berstruktur K-S-P. Keterangan tempat kalimat di atas
adalah Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan. Subjek kalimat
di atas adalah Sekolah. Predikat kalimat di atas adalah adalah Sekolah
Dasar/Sekolah Dasar Luar Biasa (SD/SDLB), Sekolah Menengah
Pertama/Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMP/SMPLB), Sekolah
Menengah Atas/Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMA/SMALB), dan
Sekolah Menengah Kejuruan/Sekolah Menengah Kejuruan Luar Biasa
(SMK/SMKLB) baik negeri maupun swasta. Pada peraturan menteri ini
ditemukan ada 20 kalimat yang mempunyai struktur K-S-P. Struktur serupa
ditemukan pula 19 kalimat lain dalam lampiran pada I.B.5, I.B.6, I.B.7, I.B.8,
I.D.11, I.E.4, I.E.5, I.E.24, I.F.4, I.F.5, I.F.6, I.F.7, I.F. 8, I.F.9, I.H.4, I.H.5,
I.H.6, I.I.4, dan I.I5.
Kalimat yang memiliki struktur K-S-P-O adalah sebagai berikut.
(3) Selain hari sebagaimana dimaksud pada ayat (1) peserta didik dapat
mengenakan pakaian seragam kepramukaan atau pakaian seragam
khas sekolah yang diatur oleh masing-masing sekolah. (Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 45 Tahun 2014)
Kalimat di atas termasuk kalimat yang mengikuti pola umum kalimat
bahasa Indonesia karena berstruktur K-S-P-O. Keterangan pengecualian
kalimat di atas adalah Selain hari sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Subjek kalimat di atas adalah peserta didik. Predikat kalimat di atas adalah
dapat mengenakan. Objek kalimat di atas adalah pakaian seragam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
kepramukaan atau pakaian seragam khas sekolah yang diatur oleh masing-
masing sekolah. Pada peraturan menteri ini ditemukan ada satu kalimat yang
mempunyai struktur K-S-P-O.
Peneliti menemukan dua struktur kalimat majemuk kompleks, satu
struktur kalimat majemuk setara, satu kalimat majemuk bertingkat, tujuh
struktur kalimat yang mengikuti pola umum kalimat bahasa Indonesia, dan
satu struktur kalimat yang tidak mengikuti pola umum kalimat Bahasa
Indonesia. Peneliti juga menemukan dua struktur kalimat majemuk kompleks,
yaitu K-S-P-O, P-O1-O2-O3-O4-O5-O6-O7, P; P-O dan K-P-Pel.-P-K-K. Dalam
Peraturan Menteri ini terdapat satu struktur kalimat majemuk setara, yaitu S-P-
O-P-K. Satu kalimat majemuk bertingkat adalah K-P-O-K. Terdapat tujuh
struktur kalimat efektif atau kalimat yang mengikuti pola umum bahasa
Indonesia, yaitu S-P, S-P-K, S-P-O, S-P-Pelengkap, K-S-P, K-S-P-O, dan S-P-
Pel.-K. Satu struktur kalimat yang tidak mengikuti pola umum bahasa
Indonesia adalah P-K-Pelengkap.
Dalam penelitian ini, peneliti menemukan temuan lain. Temuan tersebut
adalah judul yang termasuk frase dan diperhitungkan sebagai kalimat tak
berklausa.
Struktur judul terdiri dari frase yang tidak mengandung unsur subjek,
predikat, objek, pelengkap, dan keterangan. Pada penelitian ini ditemukan
sebanyak 10 frasa yang termasuk dalam kalimat tak berklausa. Salah satu frasa
yang ditemukan dari 10 peraturan menteri yang diteliti adalah sebagai berikut,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 45 TAHUN 2014
TENTANG
PAKAIAN SERAGAM SEKOLAH BAGI PESERTA DIDIK
JENJANG PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
Judul pada peraturan menteri ini termasuk dalam kalimat karena judul
suatu karangan selalu diakhiri dengan jeda panjang yang disertai nada akhir
turun atau naik walaupun tidak mengandung unsur subjek, predikat, objek,
pelengkap, dan keterangan.
Pada penelitian ini peneliti menemukan kesulitan dalam menentukan
fungsi sintaksis dalam kalimat karena kalimat yang digunakan panjang-
panjang dan strukturnya tidak jelas. Kesulitan tersebut dapat terselesaikan
setelah peneliti melihat kembali referensi yang digunakan.
2. Pembahasan Struktur Paragraf dan Pola Pengembangannya
Dari data-data yang telah dikumpulkan, jumlah paragraf pada Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2014 berjumlah 75 paragraf. Pada
penelitian ini ditemukan tiga struktur paragraf, yaitu P1= kalimat topik,
P2= kalimat topik+kalimat pengembang, dan P3= kalimat pengembang.
Struktur paragraf P1= Kalimat topik berjumlah 21 paragraf, struktur P2=
kalimat topik+kalimat pengembang berjumlah 19 paragraf, dan struktur P3=
kalimat pengembang berjumlah 35 paragraf. Selain itu, ditemukan juga dua
pola pengembangan paragraf, yaitu pola pengembangan paragraf definisi dan
pemerincian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
Pada peraturan menteri ini ditemukan paragraf yang hanya memiliki satu
kalimat saja, yaitu kalimat topik. Berikut contoh dari paragraf yang hanya
terdiri dari satu kalimat saja.
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA
Menimbang: a. bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 43 ayat (5)
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan
Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan, Tim Penilai Buku telah
melakukan penilaian kelayakan isi, bahasa, penyajian, dan
kegrafikaan buku teks pelajaran dan buku panduan guru untuk
digunakan dalam pembelajaran di Sekolah Menengah Atas Luar
Biasa;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada
huruf a, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan tentang Buku Teks Pelajaran dan Buku Panduan
Guru untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa;
Mengingat: 1. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2003
Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4301);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2005 Nomor 41 , Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4496), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013
Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5410);
3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan
dan Organisasi Kementerian Negara sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2014;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
4. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan,
Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara, serta Susunan Organisasi,
Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara sebagaimana telah
diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 14
Tahun 2014;
5. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009
mengenai Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu II sebagaimana
telah diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 8/P Tahun
2014;
6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun
2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan;
7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor64 Tahun
2013 tentang Standar Isi;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan: PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN TENTANG BUKU TEKS PELAJARAN DAN
BUKU PANDUAN GURU UNTUK SEKOLAH MENENGAH
ATAS LUAR BIASA.
Struktur paragraf di atas adalah P1= kalimat topik. Ide pokok pada
paragraf tersebut adalah penetapan Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2014.
Pola pengembangan paragraf termasuk pola pengembangan dengan
pemerincian karena gagasan paragraf tersebut adalah menteri pendidikan
menjelaskan dengan jelas dan rinci peraturan-peraturan yang menjadi dasar
pertimbangan untuk memutuskan peraturan menteri yang dikeluarkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
Berikut disajikan paragraf yang mempunyai struktur yang sama dengan
paragraf di atas (P1= kalimat topik), tetapi mempunyai pola pengembangan
paragraf yang berbeda.
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Sekolah adalah Sekolah Dasar/Sekolah Dasar Luar Biasa (SD/SDLB),
Sekolah Menengah Pertama/Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa
(SMP/SMPLB), Sekolah Menengah Atas/Sekolah Menengah Atas Luar
Biasa (SMA/SMALB), dan Sekolah Menengah Kejuruan/Sekolah
Menengah Kejuruan Luar Biasa (SMK/SMKLB) baik negeri maupun
swasta.
2. Pakaian seragam nasional adalah pakaian yang dikenakan pada hari
belajar oleh peserta didik di sekolah, yang jenis, model, dan warnanya
sama berlaku secara nasional.
3. Pakaian seragam khas sekolah adalah pakaian seragam bercirikan
karakteristik sekolah yang dikenakan oleh peserta didik pada hari tertentu,
dalam rangka meningkatkan kebanggaan peserta didik terhadap
sekolahnya.
4. Pakaian seragam khas muslimah adalah pakaian seragam yang
dikenakan oleh peserta didik muslimah karena keyakinan pribadinya
sesuai dengan jenis, model, dan warna yang telah ditentukan dalam
kegiatan proses belajar mengajar untuk semua jenis pakaian seragam
sekolah.
5. Atribut adalah kelengkapan pakaian seragam nasional yang
menunjukkan identitas masing-masing sekolah terdiri dari badge
organisasi kesiswaan, badge merah putih, badge nama peserta didik,
badge nama sekolah dan nama kabupaten/kota (Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 45 Tahun 2014)
Kalimat topik pada paragraf di atas adalah Kalimat 1, 2, 3, 4, dan 5.
Kalimat tersebut termasuk kalimat topik karena gagasan utama paragraf di atas
adalah mengenai pengertian sekolah, pakaian seragam nasional, pakaian
seragam khas muslimah, dan atribut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
Paragraf di atas termasuk dalam pola pengembangan definisi karena dalam
paragraf tersebut hanya terdapat kalimat pokok yang menjelaskan dan
mengenalkan sebuah istilah atau pengertian yang dianggap baru dan belum
dikenal. Pada Peraturan Pendidikan dan Kebudayaan ini ditemukan ada 21
paragraf yang mempunyai struktur P1= kalimat topik. Struktur serupa
ditemukan pula pada 19 kalimat lain dalam lampiran pada II.B.1, II.C.1,
II.D.1, II.D.2, II.E.1, II.E.2, II.E.3, II.E.5, II.F.1, II.F.2, II.F.3, II.G.1, II.H.1,
II.H.2, II.I.1, II.I.2, II.I.5, II.I.6, dan II.J.1.
Paragraf yang mempunyai struktur P2= kalimat topik+kalimat pengembang
adalah sebagai berikut.
Pasal 1
(1) Menetapkan Buku Teks Pelajaran dan Buku Panduan Guru sebagai
buku siswa dan buku guru yang layak digunakan dalam pembelajaran di
Sekolah Menengah Atas Luar Biasa.
(2) Buku Teks Pelajaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum
dalam Lampiran I yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
(3) Buku Panduan Guru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum
dalam Lampiran II yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini. (Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 44 Tahun 2014)
Kalimat topik pada paragraf di atas adalah Menetapkan Buku Teks
Pelajaran dan Buku Panduan Guru sebagai buku siswa dan buku guru yang
layak digunakan dalam pembelajaran di Sekolah Menengah Atas Luar Biasa.
Kalimat tersebut termasuk kalimat topik karena gagasan utama paragraf di atas
adalah mengenai penetapan buku teks pelajaran dan buku panduan guru
sebagai buku siswa dan buku guru yang layak digunakan di Sekolah Menengah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
Atas Luar Biasa. Kalimat (2) dan (3) adalah kalimat pengembang yang
mengembangkan gagasan mengenai letak peraturan ini beserta lampirannya
merupakan bagian yang tidak terpisahkan.
Paragraf di atas termasuk dalam pola pengembangan pemerincian karena
ide pokok tersebut dirinci dengan sejumlah fakta lain. Pikiran pokok pada
paragraf di atas adalah tentang penetapan buku teks pelajaran dan buku
panduan guru untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa. Lalu, diperinci
dengan letak peraturan ini beserta lampirannya merupakan bagian yang tidak
terpisahkan.
Pada Peraturan Pendidikan dan Kebudayaan ini ditemukan ada 20 paragraf
yang mempunyai struktur P2= kalimat topik+kalimat pengembang. Struktur
serupa ditemukan pula pada 19 kalimat lain dalam lampiran pada II.B.5, II.B.6,
II.C.2, II.E.4, II.E.6, II.E.8, II.F.4, II.F.6, II.F.7, II.F.8, II.F.9, II.H.3, II.H.4,
II.I.3, II.I.4, II.I.7, II.I.8, II.J.3, dan II.J.4.
Paragraf ketiga pada Peraturan Menteri Nomor 44 Tahun 2014 adalah
sebagai berikut.
Pasal 2
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara
Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 9 Juni 2014
MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
REPUBLIK INDONESIA,
Diundangkan di Jakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
pada tanggal 20 Juni 2014
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
TTD.
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 NOMOR
85.
Paragraf di atas termasuk struktur paragraf P3= kalimat pengembang.
Kalimat topik yang dikembangkan dari paragraf di atas adalah sebagai berikut.
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 44 TAHUN 2014
TENTANG
BUKU TEKS PELAJARAN DAN BUKU PANDUAN GURU
UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS LUAR BIASA
Menimbang : …;
Mengingat : 1. ..; 2. …; 3. …; 4. …;5. …; 6. …; 7. …;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : … ATAS LUAR BIASA.
Paragraf pengembang pada paragraf ketiga tersebut tampak dari pola
acuan kata ganti ini yang mengacu pada paragraf pertama. Pola pengembangan
yang dipakai pada paragraf ini adalah pola pengembangan pemerincian.
Sebab, pada paragraf tersebut dirinci lagi dengan kapan mulai berlakunya
peraturan ini, dan Menteri Pendidikan yang memerintahkan pengundangan
peraturan ini supaya diketahui oleh semua orang.
Pada penelitian ini, pola pengembangan paragraf yang digunakan dalam
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan adalah pola pengembangan
paragraf dengan definisi dan pemerincian. Jumlah pola pengembangan definisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
yang ditemukan pada 10 Peraturan Menteri berjumlah 8 paragraf dan pola
pengembangan dengan pemerincian berjumlah 67 paragraf.
Pada Peraturan Pendidikan dan Kebudayaan ini ditemukan ada 34 paragraf
yang mempunyai struktur P3= kalimat pengembang. Struktur serupa
ditemukan pula pada 33 kalimat lain dalam lampiran pada II.B.3, II.B.4,
II.B.7, II.B.8, II.C.3, II.D.3, II.D.4, II.D.5, II.D.6, II.D.7, II.D.8, II.D.9, II.E.7,
II.E.9, II.E.10, II.E.11, II.F.5, II.F.10, II.G.2, II.G.3, II.G.4, II.H.5, II.H.6,
II.H.7, II.I.9, II.I.10, II.J.2, II.J.5, II.J.6, II.J.7, II.J.8, II.J.9, dan II.J.10.
Peraturan Perundang-Undangan sifatnya informatif atau menerangkan
kepada masyarakat bahwa ada peraturan yang harus diikuti oleh setiap warga
negara. Maka, pola pengembangan paragraf yang digunakan adalah pola
pengembangan definisi dan pola pengembangan dengan pemerincian supaya
setiap warga negara mengerti, memahami, dan melakukan seperti yang tertulis
pada Peraturan Perundang-Undangan.
Peneliti menemukan kesulitan dalam menentukan struktur paragraf dan
pola pengembangannya. Kesulitan tersebut terjadi karena paragraf yang
digunakan pada peraturan ini berbeda dengan paragraf lazimnya dalam bahasa
Indonesia. Tetapi, hal ini dapat teratasi setelah peneliti membaca kembali
referensi yang digunakan. Dalam Peraturan Menteri ini sering peneliti
temukan paragraf yang hanya menggunakan satu kalimat. Heri Sabto Widodo
selaku Ketua Ikatan Notaris Indonesia Kabupaten Bantul mengatakan bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
dalam bahasa hukum ayat merupakan kalimat dan pasal merupakan paragraf,
meskipun di dalam pasal hanya terdapat satu kalimat.
Dalam penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Galih Puji Haryanto,
beliau menemukan pola pengembangan paragraf definisi dan pola
pengembangan paragraf pemerincian yang digunakan dalam pembuatan
peraturan menteri. Menurut kajian teori yang digunakan oleh peneliti, ada
sembilan pola pengembangan paragraf, yaitu pola pengembangan paragraf
dengan contoh, pola pengembangan paragraf dengan definisi, pola
pengembangan paragraf dengan pemerincian, pola pengembangan paragraf
dengan ilustrasi, pola pengembangan paragraf dengan kronologi, pola
pengembangan paragraf dengan sebab-akibat, pola pengembangan paragraf
dengan perbandingan atau pengontrasan, pola pengembangan paragraf dengan
repetisi, pola pengembangan paragraf dengan klasifikasi, dan pola
pengembangan paragraf dengan analogi (Chaer, 2011:88-98).
Peneliti juga menemukan pola pengembangan paragraf definisi dan pola
pengembangan paragraf pemerincian yang digunakan dalam pembuatan 10
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2014. Hal ini
membuktikan bahwa Peraturan menteri cenderung menggunakan pola
pengembangan paragraf definisi dan pola pengembangan paragraf
pemerincian. Heri Sabto Widodo selaku Ketua Ikatan Notaris Indonesia
Kabupaten Bantul mengatakan bahwa Peraturan menteri cenderung
menggunakan pola pengembangan paragraf definisi dan pemerincian. Tujuan
penggunaan pola pengembangan paragraf definisi adalah untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
mengumumkan dan mengartikan sesuatu yang ingin ditulis oleh pembuat
hukum dalam membuat Peraturan menteri. Sedangkan tujuan penggunaan pola
pengembangan paragraf pemerincian adalah untuk memperinci item-item
hukum dengan jelas sehingga masyarakat yang membacanya dapat
memahaminya dengan baik dan masyarakat tidak mempunyai perbedaan
persepsi (dalam lampiran Transkrip dan Coding Hasil Wawancara Dengan
Praktisi Hukum, PH13).
Pada penelitian ini terdapat 35 paragraf yang berstruktur P3= kalimat
pengembang. Dapat dilihat penggunaan struktur P3= kalimat pengembang
pada Peraturan menteri lebih dominan daripada struktur P1= kalimat topik dan
P2= kalimat topik+kalimat pengembang.
Heri Sabto Widodo selaku Ketua Ikatan Notaris Indonesia Kabupaten
Bantul mengatakan bahwa jika dalam sebuah peraturan lebih dominan
menggunakan struktur paragraf yang hanya berisi kalimat pengembang, maka
pembuat hukum ingin mengembangkan gagasan atau ide pokoknya melalui
kalimat pengembang tersebut sehingga pembaca dapat memahami dengan baik
dan jelas apa yang dimaksud oleh penulis atau pembuat hukum (dalam
lampiran Transkrip dan Coding Hasil Wawancara Dengan Praktisi Hukum,
PH18).
Dalam penelitian ini terdapat persamaan dan perbedaan antara penelitian
yang dilakukan oleh peneliti dan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh
Galih Puji Haryanto pada bulan Januari 2015 dalam bentuk skripsi. Judul yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
ia ambil adalah Analisis Struktur Kalimat dan Struktur Paragraf serta Pola
Pengembangannya Pada Wacana Undang-Undang Tahun 2013. Berikut
Tabel I tentang persamaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dan
penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Galih Puji Haryanto adalah sebagai
berikut.
No.
Persamaan
Penelitian yang dilakukan oleh
peneliti Penelitian terdahulu
1. Peneliti menemukan pola
pengembangan paragraf
pemerincian dan pola
pengembangan paragraf
definisi.
Terdapat pola pengembangan
paragraf pemerincian dan pola
pengembangan paragraf definisi.
2. Peneliti menemukan struktur
paragraf yang digunakan dalam
Peraturan Menteri adalah P1=
kalimat topik, P2= kalimat
topik+kalimat pengembang, dan
P3= kalimat pengembang.
Terdapat struktur paragraf yang
digunakan dalam Peraturan
Menteri adalah P1= kalimat topik,
P2= kalimat topik+kalimat
pengembang, dan P3= kalimat
pengembang.
Berikut Tabel II tentang perbedaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti
dan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Galih Puji Haryanto adalah
sebagai berikut.
No.
Perbedaan
Penelitian yang dilakukan oleh
peneliti Penelitian terdahulu
1. Peneliti menemukan 75 paragraf
dan 209 kalimat yang terdapat
pada 10 Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan
tahun 2014.
Peneliti menemukan 16 paragraf
dan 45 kalimat yang terdapat pada
lima Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan
tahun 2013.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
2. Peraturan Menteri dan
Kebudayaan yang diteliti
sejumlah 10 Peraturan.
Peraturan Menteri dan
Kebudayaan yang diteliti
sejumlah lima Peraturan.
3. Peneliti menemukan tujuh
struktur kalimat yang mengikuti
pola umum Bahasa Indonesia,
yaitu S-P, S-P-K, S-P-O, S-P-
Pelengkap, K-S-P, K-S-P-O,
dan S-P-Pel.-K
Tidak terdapat struktur kalimat
yang mengikuti pola umum
Bahasa Indonesia dalam
penelitian ini.
4. Total struktur kalimat yang
ditemukan dalam penelitian ini
ada 12 struktur kalimat.
Total struktur kalimat yang
ditemukan dalam penelitian
terdahulu ada lima struktur
kalimat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
BAB V
PENUTUP
Dalam bab penutup ini dikaji dua hal, yaitu kesimpulan dan saran.
Kesimpulan ada tiga, yakni struktur kalimat, struktur paragraf, dan pola
pengembangan paragraf pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Tentang Pendidikan Tahun 2014. Saran meliputi hal-hal relevan yang kiranya
perlu diperhatikan oleh pembuat hukum dan peneliti lain.
A. Kesimpulan
1. Struktur Kalimat
Struktur Kalimat dalam 10 Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan tahun 2014 meliputi 12 struktur. K-S-P-O, P-O1-O2-O3-O4-O5-
O6-O7, P; P-O berjumlah 10 kalimat, S-P-K berjumlah 36 kalimat, K-P-O-K
brjumlah 10 kalimat, P-K-Pelengkap berjumlah 20 kalimat, K-S-P-O ada satu
kalimat, S-P-O berjumlah 31 kalimat, K-S-P ada 20 kalimat, S-P-Pelengkap
berjumlah 49 kalimat, K-P-Pel.-P-K-K ada satu kalimat, S-P-O-P-K ada satu
kalimat, S-P berjumlah enam kalimat dan S-P-Pel.-K berjumlah satu kalimat.
Peneliti menemukan 209 data kalimat pada 10 Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan tahun 2014.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
2. Struktur Paragraf
Struktur paragraf yang terdapat pada Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan tahun 2014 terdiri dari P1= kalimat topik yang berjumlah 21
paragraf, P2= kalimat topik+kalimat pengembang yang berjumlah 20 paragraf,
dan P3= kalimat pengembang yang berjumlah 34 paragraf. Peneliti
menemukan 75 data paragraf pada 10 Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan tahun 2014.
3. Pola Pengembangan Paragraf
Pola pengembangan paragraf yang terdapat pada Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2014, yakni pola pengembangan paragraf
definisi yang berjumlah 8 paragraf dan pola pengembangan pemerincian yang
berjumlah 67 paragraf.
B. Saran
Peneliti menyampaikan beberapa saran yang diharapkan dapat berguna
bagi kepentingan-kepentingan terkait. Saran tersebut ditujukan untuk
pembuat hukum dan peneliti lain. Kedua saran tersebut akan dijelaskan
sebagai berikut.
1. Bagi Pembuat Hukum
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman bahasa
kepada Pembuat Hukum dalam merumuskan wacana Perundang-Undangan.
Peraturan Perundang-Undangan merupakan salah satu produk hukum yang
nantinya harus ditaati oleh masyarakat. Oleh karena itu, pembuat hukum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
hendaknya memahami kaidah-kaidah penulisan struktur kalimat maupun
struktur paragraf yang berlaku dalam bahasa Indonesia sehingga apa yang
menjadi maksud dari pembuat hukum dapat tersampaikan dengan baik oleh
pembaca.
2. Bagi Peneliti lain
Peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan penelitian ini
dengan sumber data lain, seperti traktat, KUH Pidana, dan KUH Perdata.
Traktat, KUH Pidana, dan KUH Perdata dapat dikaji mengenai penggunaan
bahasa dan keefektifan kalimat karena dokumen-dokumen negara tersebut
masih menggunakan istilah-istilah asing.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan, dkk. 2010. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Ketiga.
Jakarta: Pusat Bahasa.
Chaer, Abdul. 2011. Tata Bahasa Indonesia Praktis. Jakarta: Rineka Cipta.
Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2004. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal.
Jakarta: Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. 2011. Ragam Bahasa Ilmiah. Jakarta: Rineka Cipta.
Gunawan, I.2013. Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik. Jakarta: Bumi
Aksara.
Hadikusuma, Hilman. H. 2013. Bahasa Hukum Indonesia. Bandung: Alumni.
Harkrisnowo, H. 2011. Bahasa Indonesia sebagai Sarana Pengembangan Hukum
Nasional. Risalah Kongres Bahasa Indonesia VIII. Jakarta: Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.
Hendryanoor, Setiawan. 2012. Gaya Bahasa Dilihat Berdasarkan Diksi dan
Struktur Kalimat dalam Iklan Rawit pada Surat Kabar Harian Jogja
(Skripsi). Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Keraf, Gorys. 1980. Komposisi. Ende: Nusa Indah.
Kridaklasana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik Edisi Keempat. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Kurnia, Titon Slamet. 2009. Pengantar Sistem Hukum Indonesia. Bandung:
Alumni.
Matanggui, Junaiyah. H. 2013. Bahasa Indonesia untuk Bidang Hukum dan
Peraturan Perundang-undangan. Jakarta: Gramedia Widiasarana.
Moleong, Lexy J. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda
Karya.
Nurastuti, Wiji. 2007. Metodologi Penelitian. Magelang: Ardana Media.
Prastowo, Andi. 2014. Memahami Metode-metode Penelitian. Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa
Indonesia Edisi Keempat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Putrayasa, Ida Bagus. 2014. Kalimat Efektif (Diksi,Struktur, dan Logika).
Bandung: Refika Aditama.
Rahardi, Kunjana. 2010. Kalimat Baku untuk Menyusun Karya Tulis Ilmiah.
Yogyakarta: Universitas Atma Jaya.
Rahardjo, Satjipto. 1982. Ilmu Hukum. Bandung: Alumni.
Ramlan, M. 2005. Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis. Yogyakarta: Karyono.
Said, Umar. 2009. Pengantar Hukum Indonesia: Sejarah dan Dasar-dasar Tata
Hukum Serta Politik Hukum Indonesia. Malang: Setara Press.
Soeprapto, Maria Farida Indrati. 2002. Ilmu Perundang-undangan. Yogyakarta:
Kanisius.
Sudaryanto, 2015. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta:
Diandra Primamitra.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Manajemen. Bandung: Alfabeta.
Syarif, Amiroeddin. 1987. Perundang-undangan: Dasar, Jenis, dan Teknik
Membuatnya. Jakarta: Bina Aksara.
Tarigan, Djago. 1987. Membina Keterampilan Menulis Paragraf dan
Pengembangannya. Bandung: Angkasa.
Wiyanto, Asul. 2000. Terampil Menulis Paragraf. Jakarta: Grasindo.
Referensi Online
http://www.kemdikbud.go.id/
http://jdih.kemdikbud.go.id/diknasrokum/
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 44 TAHUN 2014
TENTANG
BUKU TEKS PELAJARAN DAN BUKU PANDUAN GURU
UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS LUAR BIASA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal
43 ayat (5) Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun
2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan, Tim Penilai Buku telah melakukan
penilaian kelayakan isi, bahasa, penyajian, dan
kegrafikaan buku teks pelajaran dan buku panduan
guru untuk digunakan dalam pembelajaran di Sekolah
Menengah Atas Luar Biasa;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud pada huruf a, perlu menetapkan Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang Buku
Teks Pelajaran dan Buku Panduan Guru untuk
Sekolah Menengah Atas Luar Biasa;
Mengingat : 1 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik
Indonesia tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4301);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 4 1 , Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4496),
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan
atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 71,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5410);
3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang
Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2014;
4. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara,
serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I
Kementerian Negara sebagaimana telah diubah
beberapa kali terakhir dengan Peraturan Presiden
Nomor 14 Tahun 2014.
5. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009
mengenai Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu II
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
Presiden Nomor 8/P Tahun 2014;
6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
54 Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan;
7. Peraturan Menteri Pendidikan d a n Kebudayaan Nomor
64 Tahun 2013 tentang Standar Isi;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
TENTANG BUKU TEKS PELAJARAN DAN BUKU PANDUAN
GURU UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS LUAR BIASA.
Pasal 1
(1) Menetapkan Buku Teks Pelajaran dan Buku Panduan Guru sebagai buku siswa
dan buku guru yang layak digunakan dalam pembelajaran di Sekolah Menengah
Atas Luar Biasa.
(2) Buku Teks Pelajaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam
Lampiran I yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini .
(3) Buku Panduan Guru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam
Lampiran II yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini .
Pasal 2
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Menteri i n i dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan d i Jakarta
pada tanggal 9 Juni 2014
MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
REPUBLIK INDONESIA,
TTD.
MOHAMMAD NUH
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 20 Juni 2014
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
TTD.
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 NOMOR 853
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 45 TAHUN 2014
TENTANG
PAKAIAN SERAGAM SEKOLAH BAGI PESERTA DIDIK
JENJANG PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa dalam rangka memperkuat jati diri bangsa diperlukan pembinaan
dan pengembangan kesiswaan untuk menciptakan suasana dan tata kehidupan
satuan pendidikan yang baik dan sehat, sehingga menjamin kelancaran proses
belajar mengajar;
b. bahwa salah satu upaya dalam rangka memperkuat jati diri bangsa
sebagaimana dimaksud pada huruf a, perlu diatur pakaian seragam sekolah
guna meningkatkan citra satuan pendidikan serta meningkatkan persatuan dan
kesatuan di kalangan peserta didik;
c.bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan
b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang
Pakaian Seragam Sekolah bagi Peserta Didik Jenjang Pendidikan Dasar dan
Menengah;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301);
2.Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 42,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4496) sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang
Perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013
Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5410);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 42,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4496) sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang
Perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013
Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5410);
4. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi
Kementerian Negara sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan
Presiden Nomor 13 Tahun 2014;
5. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi
Kementerian Negara serta Susunan, Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon I
Kementerian Negara sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden
Nomor 14 Tahun 2014;
6. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009 mengenai Pembentukan Kabinet Indonesia
Bersatu II sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Presiden
Nomor 8/P Tahun 2014;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2012 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 25 Tahun 2014;
8. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 39 Tahun 2008 tentang Pembinaan
Kesiswaan;
9.
MEMUTUSKAN:
Menetapkan: PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TENTANG
PAKAIAN SERAGAM SEKOLAH BAGI PESERTA DIDIK PADA JENJANG
PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Sekolah adalah Sekolah Dasar/Sekolah Dasar Luar Biasa (SD/SDLB), Sekolah Menengah
Pertama/Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMP/SMPLB), Sekolah Menengah
Atas/Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMA/SMALB), dan Sekolah Menengah
Kejuruan/Sekolah Menengah Kejuruan Luar Biasa (SMK/SMKLB) baik negeri maupun swasta.
2. Pakaian seragam nasional adalah pakaian yang dikenakan pada hari belajar oleh peserta didik
di sekolah, yang jenis, model, dan warnanya sama berlaku secara nasional.
3. Pakaian seragam khas sekolah adalah pakaian seragam bercirikan karakteristik sekolah yang
dikenakan oleh peserta didik pada hari tertentu, dalam rangka meningkatkan kebanggaan peserta
didik terhadap sekolahnya.
4. Pakaian seragam khas muslimah adalah pakaian seragam yang dikenakan oleh peserta didik
muslimah karena keyakinan pribadinya sesuai dengan jenis, model, dan warna yang telah
ditentukan dalam kegiatan proses belajar mengajar untuk semua jenis pakaian seragam sekolah.
5. Atribut adalah kelengkapan pakaian seragam nasional yang menunjukkan identitas masing-
masing sekolah terdiri dari badge organisasi kesiswaan, badge merah putih, badge nama peserta
didik, badge nama sekolah dan nama kabupaten/kota.
BAB II
TUJUAN
Pasal 2
Penetapan pakaian seragam sekolah bertujuan:
a. menanamkan dan menumbuhkan rasa nasionalisme, kebersamaan, serta memperkuat
persaudaraan sehingga dapat menumbuhkan semangat kesatuan dan persatuan di kalangan peserta
didik;
b. meningkatkan rasa kesetaraan tanpa memandang kesenjangan sosial ekonomi orangtua/wali
peserta didik;
c. meningkatkan disiplin dan tanggungjawab peserta didik serta kepatuhan terhadap peraturan
yang berlaku; dan
d. menjadi acuan bagi sekolah dalam menyusun tata tertib dan disiplin peserta didik khususnya
yang mengatur pakaian seragam sekolah.
BAB III
JENIS, WARNA, DAN MODEL
Pasal 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
(1) Pakaian seragam sekolah terdiri dari:
a. Pakaian seragam nasional;
b. Pakaian seragam kepramukaan; atau
c. Pakaian seragam khas sekolah.
(2) Jenis pakaian seragam sekolah terdiri dari:
a. Pakaian seragam sekolah untuk peserta didik putra;
b. Pakaian seragam sekolah untuk peserta didik putri.
(3) Warna pakaian seragam nasional untuk:
a. SD/SDLB: kemeja putih, celana/rok warna merah hati;
b. SMP/SMPLB: kemeja putih, celana/rok warna biru tua;
c. SMA/SMALB/SMK/SMKLB: kemeja putih, celana/rok warna abu-abu.
(4) Ketentuan pakaian seragam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagai berikut:
a. Pakaian seragam nasional mengacu pada Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Menteri ini;
b. Model pakaian seragam nasional sebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
c. Pakaian seragam kepramukaan mengacu pada ketentuan peraturan kwartir nasional gerakan
pramuka;
d. Pakaian seragam khas sekolah diatur oleh masing-masing sekolah dengan tetap memperhatikan
hak setiap warga negara untuk menjalankan keyakinan agamanya masing-masing.
BAB IV
PENGADAAN DAN PENGGUNAAN
Pasal 4
(1) Pengadaan pakaian seragam sekolah diusahakan sendiri oleh orangtua atau wali peserta didik.
(2) Pengadaan pakaian seragam sekolah tidak boleh dikaitkan dengan pelaksanaan penerimaan
peserta didik baru atau kenaikan kelas.
Pasal 5
(1) Pakaian seragam nasional dikenakan pada hari Senin, Selasa, dan pada hari lain saat
pelaksanaan Upacara Bendera.
(2) Pada saat Upacara Bendera dilengkapi topi pet dan dasi sesuai warna seragam masing-masing
jenjang sekolah, dilengkapi dengan logo tut wuri handayani di bagian depan topi.
(3) Selain hari sebagaimana dimaksud pada ayat (1) peserta didik dapat mengenakan pakaian
seragam kepramukaan atau pakaian seragam khas sekolah yang diatur oleh masing-masing
sekolah.
BAB V
SANKSI
Pasal 6
Sekolah yang melanggar ketentuan dalam Peraturan Menteri ini akan dikenakan sanksi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB VI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
PENUTUP
Pasal 7
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan
penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 9 Juni 2014
MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
REPUBLIK INDONESIA,
TTD.
MOHAMMAD NUH
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 11 Juni 2014
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
TTD.
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 NOMOR 768
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 51 TAHUN 2014
TENTANG
BUKU TEKS PELAJARAN DAN BUKU PANDUAN GURU
UNTUK PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang: a. bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 43
ayat (5) Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013
tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Tim
Penelaah Buku telah melakukan penilaian kelayakan isi,
kebahasaan, penyajian, dan kegrafikaan buku teks
pelajaran dan buku panduan guru untuk digunakan dalam
pembelajaran;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
pada huruf a perlu menetapkan Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan tentang Buku Teks Pelajaran
dan Buku Panduan Guru untuk Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah;
Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4301);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 41, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4496) sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun
2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor
19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 71, Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5410);
3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang
Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara,
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2013 tentang
Perubahan Kelima atas Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun
2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian
Negara;
4. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta
Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I
Kementerian Negara sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 14
Tahun 2013 tentang Perubahan Kelima atas Peraturan
Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas,
dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi,
Tugas, dan Fungsi Eselon 1 Kementerian Negara;
5. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 84/P Tahun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
2009 mengenai Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu II
sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan
Keputusan Presiden Nomor 8/P Tahun 2014;
6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54
Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan;
7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 64
Tahun 2013 tentang Standar Isi;
8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 67
Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur
Kurikulum Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah;
9. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 68
Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur
Kurikulum Sekolah Menengah Pertama/Madrasah
Tsanawiyah;
10. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 69
Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur
Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah;
11. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 70
Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur
Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah
Kejuruan;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
TENTANG BUKU TEKS PELAJARAN DAN BUKU PANDUAN
GURU UNTUK PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN
MENENGAH.
Pasal 1
(1) Menetapkan buku teks pelajaran sebagai buku siswa dan buku panduan
guru untuk Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah yaitu kelas I I,
Kelas V, Kelas VIII, kelas X, dan kelas XI yang layak digunakan dalam
pembelajaran.
(2) Buku teks pelajaran sebagai buku siswa sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
(3) Buku panduan guru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum
dalam Lampiran II yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 2
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 19 Juni 2014
MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
REPUBLIK INDONESIA,
TTD.
MOHAMMAD NUH
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 24 Juni 2014
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
TTD.
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 NOMOR 862
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 55 TAHUN 2014
TENTANG
MASA ORIENTASI PESERTA DIDIK BARU DI SEKOLAH
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa dalam rangka pengenalan program sekolah,
lingkungan sekolah, cara belajar, dan konsep pengenalan diri
terhadap peserta didik baru perlu dilaksanakan masa
orientasi peserta didik baru;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
pada huruf a, perlu menetapkan Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan tentang Masa Orientasi Peserta
Didik Baru di Sekolah;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4301);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang
Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 23, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5105)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 66 Tahun 2010 (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2010 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Nomor
5157);
3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang
Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan
Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2014;
4. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta
Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon I Kementerian
Negara, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden
Nomor 14 Tahun 2014;
5. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009 mengenai
Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu I I sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 8/P Tahun 2014;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
TENTANG MASA ORIENTASI PESERTA DIDIK DI SEKOLAH.
Pasal 1
Setiap sekolah menyelenggarakan masa orientasi peserta didik bagi peserta didik baru selama jam
belajar di sekolah pada minggu pertama masuk sekolah selama 3
(tiga) sampai dengan 5 (lima) hari.
Pasal 2
Masa orientasi peserta didik bertujuan untuk mengenalkan program sekolah,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
lingkungan sekolah, cara belajar, penanaman konsep pengenalan diri peserta didik, dan
kepramukaan sebagai pembinaan awal ke arah terbentuknya kultur sekolah yang kondusif bagi
proses pembelajaran lebih lanjut sesuai dengan tujuan
pendidikan nasional.
Pasal 3
(1) Sekolah dilarang melaksanakan masa orientasi peserta didik yang mengarah
kepada tindakan kekerasan, pelecehan dan/atau tindakan destruktif lainnya
yang merugikan peserta didik baru baik secara fisik maupun psikologis baik di
dalam maupun di luar sekolah.
(2) Sekolah dilarang memungut biaya dan membebani orangtua dan peserta didik
dalam bentuk apapun.
Pasal 4
Kepala sekolah dan guru di sekolah yang bersangkutan bertanggungjawab dan
wajib melaksanakan ketentuan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri ini.
Pasal 5
Dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota mengendalikan masa orientasi peserta
didik baru menjadi kegiatan yang bermanfaat, bersifat edukatif dan kreatif, buk an mengarah
kepada tindakan destruktif dan/atau berbagai kegiatan lain yang
merugikan siswa baru baik secara fisik maupun psikologis.
Pasal 6
Kepala sekolah dan guru yang membiarkan terjadinya penyimpangan dan/atau
pelanggaran ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dikenakan sanksi
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 7
Dengan berlakunya Peraturan Menteri ini, Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
112/U/2001 tentang Masa Orientasi Siswa di Sekolah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku
Pasal 8
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 2 Juli 2014
MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
REPUBLIK INDONESIA,
TTD.
MOHAMMAD NUH
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 4 Juli 2014
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
TTD.
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 NOMOR 920
.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 62 TAHUN 2014
TENTANG
KEGIATAN EKSTRAKURIKULER
PADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa pengembangan potensi peserta didik sebagaimana dimaksud dalam tujuan
pendidikan nasional dapat diwujudkan melalui kegiatan ekstrakurikuler yang
merupakan salah satu kegiatan dalam program kurikuler;
b. bahwa kegiatan ekstrakurikuler dapat memfasilitasi pengembangan potensi
peserta didik melalui pengembangan bakat, minat, dan kreativitas serta
kemampuan berkomunikasi dan bekerja sama dengan orang lain;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan
huruf b perlu menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
tentang Kegiatan Ekstrakurikuler pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301);
2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 131, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5169);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32
Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2013 Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5410);
4. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan
Organisasi Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia
Nomor 13 Tahun 2014;
5. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan
Organisasi, dan Tata kerja Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa
kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2014;
6. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009 mengenai Pembentukan Kabinet Indonesia
Bersatu II sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor
54/P Tahun 2014;
7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 54 Tahun 2013 tentang Standar
Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah;
8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi
Pendidikan Dasar dan Menengah;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
9. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses
Pendidikan Dasar dan Menengah;
10. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar
Penilaian Pendidikan Dasar dan Menengah;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TENTANG
KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN
MENENGAH.
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Kegiatan Ekstrakurikuler adalah kegiatan kurikuler yang dilakukan oleh peserta didik di luar
jam belajar kegiatan intrakurikuler dan kegiatan kokurikuler, di bawah bimbingan dan
pengawasan satuan pendidikan.
2. Satuan pendidikan adalah Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah
Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah
(SMA/MA), dan Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan (SMK/MAK).
Pasal 2
Kegiatan Ekstrakurikuler diselenggarakan dengan tujuan untuk mengembangkan potensi, bakat,
minat, kemampuan, kepribadian, kerjasama, dan kemandirian peserta didik secara optimal dalam
rangka mendukung pencapaian tujuan pendidikan nasional.
Pasal 3
(1) Kegiatan Ekstrakurikuler terdiri atas:
a. Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib; dan
b. Kegiatan Ekstrakurikuler Pilihan.
(2) Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a merupakan
Kegiatan Ekstrakurikuler yang wajib diselenggarakan oleh satuan pendidikan dan wajib diikuti
oleh seluruh peserta didik.
(3) Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a berbentuk
pendidikan kepramukaan.
(4) Kegiatan Ekstrakurikuler Pilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b merupakan
Kegiatan Ekstrakurikuler yang dikembangkan dan diselenggarakan oleh satuan pendidikan sesuai
bakat dan minat peserta didik.
(5) Kegiatan Ekstrakurikuler Pilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dapat
berbentuk latihan olah-bakat dan latihan olah-minat.
Pasal 4
(1) Pengembangan berbagai bentuk Kegiatan Ekstrakurikuler Pilihan dilakukan dengan mengacu
pada prinsip:
a. partisipasi aktif; dan
b. menyenangkan.
(2) Pengembangan berbagai bentuk Kegiatan Ekstrakurikuler Pilihan dilakukan melalui tahapan:
a. identifikasi kebutuhan, potensi, dan minat peserta didik;
b. analisis sumber daya yang diperlukan untuk penyelenggaraannya;
c. pemenuhan kebutuhan sumber daya sesuai pilihan peserta didik atau menyalurkannya ke satuan
pendidikan atau lembaga lainnya;
d. penyusunan program Kegiatan Ekstrakurikuler; dan
e. penetapan bentuk kegiatan yang diselenggarakan;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
Pasal 5
(1) Satuan pendidikan wajib menyusun program Kegiatan Ekstrakurikuler yang merupakan
bagian dari Rencana Kerja Sekolah.
(2) Program Kegiatan Ekstrakurikuler sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat:
a. rasional dan tujuan umum;
b. deskripsi setiap kegiatan ekstrakurikuler;
c. pengelolaan;
d. pendanaan; dan
e. evaluasi.
(3) Program Kegiatan Ekstrakurikuler sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disosialisasikan
kepada peserta didik dan orangtua/wali pada setiap awal tahun pelajaran.
Pasal 6
(1) Pelaksanaan program Kegiatan Ekstrakurikuler mempertimbangkan penggunaan sumber daya
bersama yang tersedia pada gugus sekolah atau klaster sekolah.
(2) Penggunaan sumber daya bersama sebagaimana dimaksud pada ayat (4) difasilitasi oleh
pemerintah provinsi atau pemerintah kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya.
Pasal 7
(1) Satuan pendidikan memberikan penilaian terhadap kinerja peserta didik dalam Kegiatan
Ekstrakurikuler secara kualitatif dan dideskripsikan pada rapor peserta didik.
(2) Satuan pendidikan melakukan evaluasi Program Kegiatan Ekstrakurikuler pada setiap akhir
tahun ajaran untuk mengukur ketercapaian tujuan pada setiap indikator yang telah ditetapkan.
(3) Hasil evaluasi Program Kegiatan Ekstrakurikuler sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
digunakan untuk penyempurnaan Program Kegiatan Ekstrakurikuler tahun ajaran berikutnya.
Pasal 8
Kegiatan Ekstrakurikuler pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah menggunakan
Pedoman sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
Pasal 9
Dengan berlakunya Peraturan Menteri ini, ketentuan dalam Peraturan Menteri Nomor 81A Tahun
2013 tentang Implementasi Kurikulum yang mengatur mengenai Kegiatan Ekstrakurikuler
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 10
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan
penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 2 Juli 2014
MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
REPUBLIK INDONESIA,
TTD.
MOHAMMAD NUH
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 11 Juli 2014
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
TTD.
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 NOMOR 958
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 63 TAHUN 2014
TENTANG
PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN
SEBAGAI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER WAJIB
PADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa Pendidikan Kepramukaan dilaksanakan untuk menginternalisasikan nilai
ketuhanan, kebudayaan, kepemimpinan, kebersamaan, sosial, kecintaan
alam, dan kemandirian pada peserta didik;
b. bahwa nilai-nilai dalam sikap dan keterampilan sebagai muatan
Kurikulum 2013 dan muatan Pendidikan Kepramukaan dapat bersinergi
secara koheren;
c. bahwa sehubungan dengan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada
huruf a dan huruf b perlu menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan tentang Pendidikan Kepramukaan sebagai Kegiatan
Ekstrakurikuler Wajib pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301);
2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 131, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5169);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor
32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5410);
4. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan
Organisasi Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia
Nomor 13 Tahun 2014;
5. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas,
Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata kerja Kementerian Negara Republik
Indonesia sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan
Presiden Nomor 14 Tahun 2014;
6. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009 mengenai Pembentukan
Kabinet Indonesia Bersatu II sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 54/P Tahun 2014;
7. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 39 Tahun 2008 tentang
Pembinaan Kesiswaan;
8. Peraturan Menteri pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 67 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum
SD/MI;
9. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 68 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum
SMP/MTs.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
10. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum
SMA/MA;
11. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 70 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum
SMK/MAK;
12. Keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Nomor 231 Tahun 2007
Tentang Petunjuk Penyelenggaraan Gugus depan Gerakan Pramuka;
13. Keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Nomor 056 Tahun 1982
Tentang Petunjuk Penyelenggaraan Karang Pamitran;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TENTANG
PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN SEBAGAI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER WAJIB
PADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH.
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Pendidikan Kepramukaan adalah proses pembentukan kepribadian, kecakapan hidup, dan
akhlak mulia pramuka melalui penghayatan dan pengamalan nilai nilai kepramukaan;
2. Satuan Pendidikan adalah Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah
Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah
(SMA/MA), dan Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan (SMK/MAK).
3. Gerakan Pramuka adalah organisasi yang dibentuk oleh pramuka untuk menyelenggarakan
pendidikan kepramukaan;
4. Pramuka adalah warga negara Indonesia yang aktif dalam pendidikan kepramukaan serta
mengamalkan Satya Pramuka dan Darma Pramuka;
5. Kepramukaan adalah segala aspek yang berkaitan dengan pramuka;
6. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pendidikan;
Pasal 2
(1) Pendidikan Kepramukaan dilaksanakan sebagai Kegiatan Ekstrakurikuler wajib pada
pendidikan dasar dan menengah.
(2) Kegiatan Ekstrakurikuler wajib merupakan kegiatan ekstrakurikuler yang harus diikuti oleh
seluruh peserta didik;
Pasal 3
(1) Pendidikan Kepramukaan dilaksanakan dalam 3 (tiga) Model meliputi Model Blok, Model
Aktualisasi, dan Model Reguler.
(2) Model Blok sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kegiatan wajib dalam bentuk
perkemahan yang dilaksanakan setahun sekali dan diberikan penilaian umum.
(3) Model Aktualisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kegiatan wajib dalam
bentuk penerapan sikap dan keterampilan yang dipelajari didalam kelas yang dilaksanakan dalam
kegiatan Kepramukaan secara rutin, terjadwal, dan diberikan penilaian formal.
(4) Model Reguler sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kegiatan sukarela berbasis
minat peserta didik yang dilaksanakan di Gugus depan.
Pasal 4
Pendidikan Kepramukaan berisi perpaduan proses pengembangan nilai sikap dan keterampilan.
Pasal 5
(1) Pola Kegiatan Pendidikan Kepramukaan diwujudkan dalam bentuk upacara dan keterampilan
Kepramukaan dengan menggunakan berbagai metode dan teknik.
(2) Upacara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi upacara pembukaan dan penutupan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
(3) Keterampilan Kepramukaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sebagai
perwujudan komitmen Kepramukaan dalam bentuk pembiasan dan penguatan sikap dan
keterampilan sesuai dengan kebutuhan pembelajaran.
(4) Metode dan teknik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam bentuk belajar
interaktif dan progresif disesuaikan dengan kemampuan fisik dan mental peserta didik.
Pasal 6
(1) Penilaian dalam Pendidikan Kepramukaan dilaksanakan dengan menggunakan penilaian yang
bersifat otentik mencakup penilaian sikap dan keterampilan.
(2) Penilaian sikap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan menggunakan
penilaian berdasarkan pengamatan, penilaian diri, dan penilaian teman sebaya.
(3) Penilaian keterampilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan menggunakan
penilaian unjuk kerja.
(4) Penilaian sikap dan keterampilan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3)
menggunakan jurnal pendidik dan portofolio.
Pasal 7
(1) Pengelolaan Pendidikan Kepramukaan sebagai kegiatan ekstrakurikuler wajib pada satuan
pendidikan dasar dan menengah merupakan tanggung jawab kepala sekolah dengan pelaksana
pembina pramuka.
(2) Pembina Pramuka sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah Guru kelas/Guru mata
pelajaran yang telah memperoleh sertifikat paling rendah kursus mahir dasar atau Pembina
Pramuka yang bukan guru kelas/guru mata pelajaran.
(3) Guru kelas/guru mata pelajaran yang melaksanakan tugas tambahan sebagai Pembina
Pramuka dihitung sebagai bagian dari pemenuhan beban kerja guru dengan beban kerja paling
banyak 2 jam pelajaran per minggu.
Pasal 8
(1) Pendidikan Kepramukaan sebagai kegiatan ekstrakurikuler wajib merujuk pada Pedoman
Penyelenggaraan Pendidikan Kepramukaan sebagai Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib dan Prosedur
Operasi Standar (POS) Penyelenggaraan Pendidikan Kepramukaan sebagai Kegiatan
Ekstrakurikuler Wajib.
(2) Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Kepramukaan sebagai Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
(3) Prosedur Operasi Standar (POS) Penyelenggaraan Pendidikan Kepramukaan sebagai Kegiatan
Ekstrakurikuler Wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran II yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 9
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan
penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 2 Juli 2014
MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
REPUBLIK INDONESIA,
TTD.
MOHAMMAD NUH
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 11 Juli 2014
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
TTD.
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 NOMOR 959
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 65 TAHUN 2014
TENTANG
BUKU TEKS PELAJARAN DAN BUKU PANDUAN GURU KURIKULUM 2013
KELOMPOK PEMINATAN PENDIDIKAN MENENGAH YANG MEMENUHI
SYARAT KELAYAKAN UNTUK DIGUNAKAN DALAM PEMBELAJARAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 43 ayat (5)
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan, Badan Standar Nasional Pendidikan
telah melakukan penilaian kelayakan isi, bahasa, penyajian,
dan kegrafikaan buku teks pelajaran Kurikulum 2013 untuk
digunakan dalam pembelajaran;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
pada huruf a, perlu menetapkan Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan tentang Buku Teks Pelajaran dan
Buku Panduan Guru Kurikulum 2013 Kelompok Peminatan
Pendidikan Menengah yang Memenuhi Syarat Kelayakan
untuk Digunakan Dalam Pembelajaran;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Nomor
4301);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2005 Nomor 41 , Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4496) sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2013 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 71, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5410);
3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang
Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara,
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2013 tentang Perubahan
Keempat atas Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009
tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 125);
4. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan,
Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan
Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Peraturan Presiden Nomor 56 Tahun 2013 tentang Perubahan
Keempat atas Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010
tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara
serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I
Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
Tahun 2013 Nomor 126);
5. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 84/P Tahun
2009 mengenai Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu II
sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan
Keputusan Presiden Nomor 8/P Tahun 2014;
6. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 2 Tahun 2008
tentang Buku;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
TENTANG BUKU TEKS PELAJARAN DAN BUKU PANDUAN GURU
KURIKULUM 2013 KELOMPOK PEMINATAN PENDIDIKAN
MENENGAH YANG MEMENUHI SYARAT KELAYAKAN UNTUK
DIGUNAKAN DALAM PEMBELAJARAN.
Pasal 1
(1) Buku kurikulum 2013 untuk SMA/MA kelas X kelompok peminatan Matematika dan Ilmu-
Ilmu Alam yang terdiri atas:
a. Buku Teks Pelajaran sebagai buku siswa sebagaimana tercantum dalam
Lampiran I yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini; dan
b. Buku Panduan Guru sebagai buku guru sebagaimana tercantum dalam
Lampiran II yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini,
memenuhi syarat kelayakan untuk digunakan dalam pembelajaran.
(2) Buku kurikulum 2013 untuk SMA/MA kelas X kelompok peminatan Ilmu-Ilmu Sosial yang
terdiri atas:
a. Buku Teks Pelajaran sebagai buku siswa sebagaimana tercantum dalam
Lampiran III yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini; dan
b. Buku Panduan Guru sebagai buku guru sebagaimana tercantum dalam
Lampiran IV yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini,
memenuhi syarat kelayakan untuk digunakan dalam pembelajaran.
(3) Buku kurikulum 2013 untuk SMA/MA kelas X kelompok peminatan ilmu-ilmu bahasa dan
budaya yang terdiri atas:
a. Buku Teks Pelajaran sebagai buku siswa sebagaimana tercantum dalam
Lampiran V yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini; dan
b. Buku Panduan Guru sebagai buku guru sebagaimana tercantum dalam
Lampiran VI yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini,
memenuhi syarat kelayakan untuk digunakan dalam pembelajaran.
Pasal 2
Perubahan atas isi buku teks pelajaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 mendapat
persetujuan dari Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
wajib mendapat persetujuan dari Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
Pasal 3
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 2 Juli 2014
MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
REPUBLIK INDONESIA,
TTD.
MOHAMMAD NUH
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 11 Juli 2014
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
TTD.
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 NOMOR 961
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 103 TAHUN 2014
TENTANG
PEMBELAJARAN PADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : bahwa dalam rangka implementasi kurikulum sebagaimana telah diatur dalam Pasal
77O ayat (2) huruf c dan Pasal 77P ayat (2) huruf c Peraturan Pemerintah
Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, perlu menetapkan Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang Pedoman Pembelajaran pada
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32
Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2013 Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5410);
3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan
Organisasi Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa
kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 13
Tahun 2014;
4. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,
Susunan Organisasi, dan Tata kerja Kementerian Negara Republik Indonesia
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden
Nomor 14 Tahun 2014;
5. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009 mengenai Pembentukan Kabinet
Indonesia Bersatu II sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Keputusan Presiden Nomor 54/P Tahun 2014;
6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 54 Tahun 2013 tentang
Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah;
7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 64 Tahun 2013 tentang
Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah;
8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 65 Tahun 2013 tentang
Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah;
9. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 66 Tahun 2013 tentang
Standar Penilaian Pendidikan Dasar dan Menengah;
10. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 57 Tahun 2014 tentang
Kurikulum 2013 Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah;
11. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 58 Tahun 2014 tentang
Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah;
12. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 59 Tahun 2014 tentang
Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah;
13. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 60 Tahun 2014 tentang
Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TENTANG
PEMBELAJARAN PADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH.
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Pembelajaran adalah proses interaksi antarpeserta didik dan antara peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran selanjutnya disebut dengan RPP adalah rencana
pembelajaran yang dikembangkan mengacu pada silabus;
3. Satuan pendidikan adalah Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah/Sekolah Dasar Luar Biasa
(SD/MI/SDLB), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah/ Sekolah Menengah Pertama
Luar Biasa (SMP/MTs/SMPLB), Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah /Sekolah Menengah
Atas Luar Biasa (SMA/MA/SMALB), dan Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah
Kejuruan/Sekolah Menengah Kejuruan Luar Biasa (SMK/MAK/SMKLB).
Pasal 2
(1) Pembelajaran dilaksanakan berbasis aktivitas dengan karakteristik:
a. interaktif dan inspiratif;
b. menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif;
c. kontekstual dan kolaboratif;
d. memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian peserta didik; dan
e. sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
(2) Pembelajaran menggunakan pendekatan, strategi, model, dan metode yang mengacu pada
karakteristik sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Pendekatan pembelajaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan cara pandang
pendidik yang digunakan untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang memungkinkan
terjadinya proses pembelajaran dan tercapainya kompetensi yang ditentukan.
(4) Strategi pembelajaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan langkah-langkah
sistematik dan sistemik yang digunakan pendidik untuk menciptakan lingkungan pembelajaran
yang memungkinkan terjadinya proses pembelajaran dan tercapainya kompetensi yang
ditentukan.
(5) Model pembelajaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan kerangka konseptual
dan operasional pembelajaran yang memiliki nama, ciri, urutan logis, pengaturan, dan budaya.
(6) Metode pembelajaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan cara atau teknik yang
digunakan oleh pendidik untuk menangani suatu kegiatan pembelajaran yang mencakup antara
lain ceramah, tanya-jawab, diskusi.
(7) Pendekatan pembelajaran sebagaimana dimaksud pada ayat (3) menggunakan pendekatan
saintifik/pendekatan berbasis proses keilmuan.
(8) Pendekatan saintifik/pendekatan berbasis proses keilmuan sebagaimana dimaksud pada ayat
(7) merupakan pengorganisasian pengalaman belajar dengan urutan logis meliputi proses
pembelajaran:
a. mengamati;
b. menanya;
c. mengumpulkan informasi/mencoba;
d. menalar/mengasosiasi; dan
e. mengomunikasikan.
(9) Urutan logis sebagaimana dimaksud pada ayat (8) dapat dikembangkan dan digunakan dalam
satu atau lebih pertemuan.
(10) Pendekatan saintifik/pendekatan berbasis proses keilmuan sebagaimana dimaksud pada ayat
(8) dilaksanakan dengan menggunakan modus pembelajaran langsung atau tidak langsung sebagai
landasan dalam menerapkan berbagai strategi dan model pembelajaran sesuai dengan Kompetensi
Dasar yang ingin dicapai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
Pasal 3
(1) Pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan RPP.
(2) RPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun oleh guru dengan mengacu pada silabus
dengan prinsip:
a. memuat secara utuh kompetensi dasar sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan
keterampilan;
b. dapat dilaksanakan dalam satu atau lebih dari satu kali pertemuan;
c. memperhatikan perbedaan individual peserta didik;
d. berpusat pada peserta didik;
e. berbasis konteks;
f. berorientasi kekinian;
g. mengembangkan kemandirian belajar;
h. memberikan umpan balik dan tindak lanjut pembelajaran;
i. memiliki keterkaitan dan keterpaduan antarkompetensi dan/atau antarmuatan; dan
j. memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.
(3) Prinsip sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diwujudkan dalam bentuk pembelajaran reguler,
pengayaan, dan remedial.
(4) RPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat:
a. identitas sekolah/madrasah, mata pelajaran atau tema, kelas/semester, dan alokasi waktu;
b. Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, dan indikator pencapaian kompetensi;
c. materi pembelajaran;
d. kegiatan pembelajaran yang meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan
penutup;
e. penilaian, pembelajaran remedial, dan pengayaan; dan
f. media, alat, bahan, dan sumber belajar.
(5) Indikator pencapaian kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf b merupakan:
a. kemampuan yang dapat diobservasi untuk disimpulkan sebagai pemenuhan Kompetensi Dasar
pada Kompetensi Inti 1 dan Kompetensi Inti 2; dan
b. kemampuan yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk disimpulkan sebagai pemenuhan
Kompetensi Dasar pada Kompetensi Inti 3 dan Kompetensi Inti 4.
(6) Kegiatan pembelajaran sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf d mengacu pada
pendekatan, strategi, model, dan metode pembelajaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat
(3) sampai dengan ayat (9).
Pasal 4
Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah dilaksanakan sesuai pedoman
sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.
Pasal 5
Semua ketentuan tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah dalam
Peraturan Menteri yang sudah ada sebelum Peraturan Menteri ini berlaku, tetap berlaku sepanjang
tidak bertentangan dengan ketentuan dalam Peraturan Menteri ini.
Pasal 6
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan
penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 3 Oktober 2014
MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
REPUBLIK INDONESIA,
TTD.
MOHAMMAD NUH
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 8 Oktober 2014
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
TTD.
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 NOMOR 1506
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 105 TAHUN 2014
TENTANG
PENDAMPINGAN PELAKSANAAN KURIKULUM 2013
PADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : bahwa dalam rangka menjamin terlaksananya Kurikulum 2013 secara efektif dan
efisien pada satuan pendidikan, perlu menetapkan Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan tentang Pendampingan Pelaksanaan Kurikulum
2013 pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32
Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2013 Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5410);
3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan
Organisasi Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia
Nomor 13 Tahun 2014;
4. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas,
Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata kerja Kementerian Negara Republik
Indonesia sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan
Presiden Nomor 14 Tahun 2014;
5. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009 mengenai Pembentukan
Kabinet Indonesia Bersatu II sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Keputusan Presiden Nomor 41/P Tahun 2014;
6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 54 Tahun 2013 tentang
Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah;
7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 64 Tahun 2013 tentang
Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah;
8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 65 Tahun 2013 tentang
Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah;
9. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 66 Tahun 2013 tentang
Standar Penilaian Pendidikan Dasar dan Menengah;
10. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 57 Tahun 2014
tentang Kurikulum 2013 Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah;
11. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 58 Tahun 2014
tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah;
12. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 59 Tahun 2014
tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah;
13. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 60 Tahun 2014
tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah
Kejuruan;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TENTANG
PENDAMPINGAN PELAKSANAAN KURIKULUM 2013 PADA PENDIDIKAN DASAR
DAN PENDIDIKAN MENENGAH.
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Pendampingan Pelaksanaan Kurikulum 2013 yang selanjutnya disebut Pendampingan adalah
proses pemberian bantuan penguatan pelaksanaan Kurikulum 2013 pada satuan pendidikan;
2. Satuan pendidikan adalah Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah/Sekolah Dasar Luar Biasa
(SD/MI/SDLB), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah/Sekolah Menengah Pertama
Luar Biasa (SMP/MTs/SMPLB), Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah/Sekolah Menengah
Atas Luar Biasa (SMA/MA/SMALB), dan Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah
Kejuruan/Sekolah Menengah Kejuruan Luar Biasa (SMK/MAK/SMKLB).
Pasal 2
(1) Pendampingan memiliki tujuan:
a. memfasilitasi proses adopsi Kurikulum 2013 pada satuan pendidikan;
b. memfasilitasi pengayaan/kontekstualisasi sebagai bagian dari pengembangan Kurikulum 2013
pada satuan pendidikan;
c. memperkuat keterlaksanaan Kurikulum 2013 pada satuan pendidikan; dan
d. memperkuat pemahaman dan membangun kepercayaan diri dalam pelaksanaan pembelajaran
berbasis Kurikulum 2013.
(2) Pendampingan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memiliki sasaran:
a. pengawas satuan pendidikan;
b. kepala satuan pendidikan; dan
c. pendidik.
(3) Sasaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) memperoleh substansi pendampingan sesuai
dengan status dan peran masing-masing.
Pasal 3
(1) Pendampingan dilakukan berdasarkan prinsip:
a. profesional;
b. kolegial;
c. sikap saling percaya; dan
d. berkelanjutan.
(2) Prinsip profesional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a merupakan kegiatan
pendampingan yang dilakukan dengan kriteria dan prosedur keahlian.
(3) Prinsip kolegial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b merupakan kegiatan
pendampingan yang dilakukan dengan pendekatan dan iklim kesejawatan antara pendamping dan
yang didampingi.
(4) Prinsip sikap saling percaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c merupakan kegiatan
pendampingan yang dilakukan dengan saling menghormati dan bertanggungjawab.
(5) Prinsip berkelanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d merupakan kegiatan
pendampingan yang dilakukan secara terencana, terus-menerus, dan semakin meningkat.
Pasal 4
Pendampingan pelaksanaan Kurikulum 2013 berisi:
a. penguatan substansi bahan ajar untuk setiap mata pelajaran dan/atau tema pembelajaran;
b. penguatan sistem pembelajaran pada Kurikulum 2013;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
c. penguatan sistem penilaian hasil belajar oleh pendidik pada Kurikulum 2013 dan pengisian
laporan hasil belajar peserta didik;
d. pengembangan perangkat Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan; dan
e. pengembangan model penelusuran minat peserta didik melalui bimbingan dan konseling.
Pasal 5
Pengelolaan pendampingan dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah bekerjasama dengan dinas pendidikan provinsi dan
dinas pendidikan kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya.
Pasal 6
(1) Pendampingan dilaksanakan secara berkesinambungan dengan:
a. model pendampingan di induk kluster/gugus; dan
b. model pendampingan di satuan pendidikan.
(2) Model Pendampingan berbasis kluster/gugus satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a dilakukan oleh guru pendamping.
(3) Model pendampingan di satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
dilakukan oleh guru pendamping yang ada di satuan pendidikan tersebut.
Pasal 7
(1) Guru pendamping dalam pelaksanaan Kurikulum 2013 terdiri atas unsur:
a. pengawas satuan pendidikan;
b. kepala satuan pendidikan; dan
c. pendidik.
(2) Syarat sebagai pendamping dalam pelaksanaan Kurikulum 2013 sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) adalah:
a. telah lulus pelatihan Kurikulum 2013 dengan prestasi sekurang-kurangnya dengan predikat
memuaskan (M); dan
b. telah lulus dalam bimbingan teknis guru pendamping.
(3) Penyelenggara satuan pendidikan yang didirikan oleh masyarakat dapat menyediakan sumber
daya pendidikan dalam pelaksanaan pendampingan pada satuan pendidikan.
Pasal 8
Pendampingan Pelaksanaan Kurikulum 2013 pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah
menggunakan Pedoman sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 9
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan
penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 3 Oktober 2014
MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
REPUBLIK INDONESIA,
TTD.
MOHAMMAD NUH
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 8 Oktober 2014
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
TTD.
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 NOMOR 1508
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 160 TAHUN 2014
TENTANG
PEMBERLAKUAN KURIKULUM TAHUN 2006 DAN KURIKULUM 2013
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : bahwa dalam rangka kelancaran proses pendidikan pada satuan
pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan tentang Pemberlakuan Kurikulum Tahun 2006 dan Kurikulum
2013;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentangSistem
Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4301);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendid ikan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 71, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5410),
3. Keputusan Presiden Nomor 121/P Tahun 2014 tentang
Pembentukan Kementerian dan Pengangkatan Menteri Kabinet
Kerja;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
TENTANG PEMBERLAKUAN KURIKULUM TAHUN 2006 DAN
KURIKULUM 2013.
Pasal 1
Satuan pendidikan dasar dan pendidikan menengah yang melaksanakan Kurikulum 2013
sejak semester pertama tahun pelajaran 2014/2015 kembali melaksanakan Kurikulum Tahun 2006
mulai semester kedua tahun pelajaran 2014/2015 sampai ada ketetapan dar i
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk melaksanakan Kurikulum 2013.
Pasal 2
(1) Satuan pendidikan dasar dan pendid ikan menengah yang te lah
me laksanakan Kur iku lu m 2 01 3 se lama 3 ( t iga) semes te r te tap
menggunakan Kurikulum 2013.
(2) Satuan pendidikan dasar dan pendidikan menengah yang melaksanakan Kurikulum 2013
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan satuan pendidikan rintisan penerapan
Kurikulum 2013.
(3) Satuan pendidikan rintisan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat berganti
melaksanakan Kurikulum Tahun 2006 dengan melapor kepada dinas pendidikan
provinsi/kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya.
Pasal 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
(1) Satuan pendidikan dasar dan pendidikan menengah yang belum
m e l a k s a n a k a n K u r i k u l u m 2 0 1 3 m e n d a p a t k a n p e l a t i h a n d a n
pendampingan bagi:
a. kepala satuan pendidikan;
b. p e n d i d i k ;
c. tenaga kependidikan; dan
d. pengawas satuan pendidikan.
(2) Pelatihan dan pendampingan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan
meningkatkan kompetensi dan penyiapan pelaksanaan Kurikulum 2013.
(3) Pelatihan dan pendampingan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
Pasal 4
Satuan pendidikan dasar dan pendidikan menengah dapat melaksanakan Kurikulum
Tahun 2006 paling lama sampai dengan tahun pelajaran 2019/ 2020.
Pasal 5
Hal-hal yang belum diatur terkait dengan prosedur pemberlakuan Kurikulum Tahun 2006
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 serta tata cara satuan pendidikan yang siap
melaksanakan Kurikulum 2013 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 diatur oleh Direktur
Jenderal Pendidikan Dasar dan Direktur Jenderal Pendidikan Menengah setelah berkoordinasi
dengan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan.
Pasal 6
Ketentuan lebih lanjut mengenai Kurikulum Tahun 2006 sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 1 diatur dalam Peraturan Menteri tersendiri.
Pasal 7
Satuan pendidikan anak usia dini melaksanakan Kurikulum 2013 sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 8
Satuan pendidikan khusus melaksanakan Kurikulum 2013 sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 9
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan
penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 11 Desember 2014
MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,
TTD.
ANIES BASWEDAN
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 12 Desember 2014
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI
MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,
TTD.
YASONNA H. LAOLY
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 NOMOR 1902
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
TRIANGULASI DATA
Berikut ini adalah hasil data penelitian “Wacana Perundang-Undangan Tentang Pendidikan Tahun 2014: Struktur Kalimat dan Struktur Paragraf serta
Pola Pengembangannya” yang perlu ditriangulasi oleh ahli atau pakar. Berilah tanda centang (√) pada kolom “setuju” atau “tidak setuju” yang
menggambarkan penilaian Anda terhadap hasil analisis struktur kalimat dan struktur paragraf serta pola pengembangannya, kemudian berilah catatan pada
kolom keterangan yang dapat membantu kebenaran hasil analisis struktur kalimat dan struktur paragraf serta pola pengembangannya.
I. Analisis kalimat
No. Data Kode Unsur Kalimat Struktur Kalimat
Triangulator Kete-
rangan Setuju Tidak
Setuju
1. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 44 TAHUN 2014
TENTANG
BUKU TEKS PELAJARAN DAN BUKU
PANDUAN GURU
UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS LUAR
BIASA
I.A.1 Frasa (tidak mengandung unsur S P O
Pel. Ket).
F √
2. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
ESA
MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
REPUBLIK INDONESIA
I.A.2 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA
Ket. Alat
MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA
S
K-S √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
3. Menimbang : a. bahwa dalam rangka
melaksanakan ketentuan
Pasal 43 ayat (5) Peraturan
Pemerintah Nomor 32 Tahun
2013 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor
19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan,
Tim Penilai Buku telah
melakukan penilaian
kelayakan isi, bahasa,
penyajian, dan kegrafikaan
buku teks pelajaran dan buku
panduan guru untuk digunakan
dalam pembelajaran di
Sekolah Menengah Atas Luar
Biasa;
I.A.3 (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
Menimbang
P
bahwa dalam rangka… di Sekolah
Menengah Atas Luar Biasa;
O
bahwa dalam rangka… tentang Standar
Nasional Pendidikan,
Ket. Tempat
Tim Penilai Buku
S
telah melakukan
P
penilaian kelayakan isi,… di Sekolah
Menengah Atas Luar Biasa;
O
(K)-(S)-P- O
K-S-P-O
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud pada huruf a, perlu menetapkan
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
tentang Buku Teks Pelajaran dan Buku Panduan
Guru untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa;
(DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
(Menimbang)
(P)
bahwa berdasarkan pertimbangan…
Sekolah Menengah Atas Luar Biasa;
O
bahwa berdasarkan pertimbangan…
pada huruf a,
Ket. Sebab
perlu menetapkan
P
Peraturan Menteri Pendidikan…
Menengah Atas Luar Biasa;
O
(K)-(S)-(P)- O
K-P-O
√
Mengingat: 1. Undang-undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional
(Lembaran Negara Republik
Indonesia tahun 2003 Nomor
78, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia
Nomor 4301);
(DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
Mengingat
P
Undang-undang Nomor 20 Tahun
2003… Indonesia Nomor 4301);
O
(K)-(S)-P-O
√
2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran
(DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
(K)-(S)-(P)-O
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor
41 , Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4496), sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32
Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 71,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5410);
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005… Indonesia Nomor 5410);
O
3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009
tentang Pembentukan dan Organisasi
Kementerian Negara sebagaimana telah beberapa
kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden
Nomor 13 Tahun 2014;
(DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun
2009… Nomor 13 Tahun 2014;
O
(K)-(S)-(P)-O
√
4. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010
tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi
Kementerian Negara, serta Susunan Organisasi,
Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun
2014;
(DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun
2010… Nomor 14 Tahun 2014;
O
(K)-(S)-(P)-O
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
5. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009
mengenai Pembentukan Kabinet Indonesia
Bersatu II sebagaimana telah diubah terakhir
dengan Keputusan Presiden Nomor 8/P Tahun
2014;
(DENGAN RAHMAT TUHAN
YANG MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
(Mengingat)
(P)
Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun
2009… Nomor 8/P Tahun 2014;
O
(K)-(S)-(P)-O
√
6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 54 Tahun 2013 tentang Standar
Kompetensi Lulusan;
(DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan... Kompetensi Lulusan;
O
(K)-(S)-(P)-O
√
7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor64 Tahun 2013 tentang Standar Isi;
(DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
(Mengingat)
(P)
(K)-(S)-(P)-O
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
154
Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan… tentang Standar Isi;
O
MEMUTUSKAN:
Menetapkan: PERATURAN MENTERI
PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN TENTANG
BUKU TEKS PELAJARAN DAN
BUKU PANDUAN GURU
UNTUK SEKOLAH
MENENGAH ATAS LUAR
BIASA.
(DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
MEMUTUSKAN
P
Menetapkan PERATURAN MENTERI
PENDIDIKAN… ATAS LUAR
BIASA.
O
(K)-(S)-P-O
√
4. Pasal 1
(1) Menetapkan Buku Teks Pelajaran dan Buku
Panduan Guru sebagai buku siswa dan buku guru
yang layak digunakan dalam pembelajaran di
Sekolah Menengah Atas Luar Biasa.
I.A.4 Menetapkan
P
Buku Teks Pelajaran dan Buku Panduan
Guru sebagai buku siswa dan buku gur u
yang layak digunakan dalam
pembelajaran di Sekolah Menengah Atas
Luar Biasa.
O
Buku Teks Pelajaran dan Buku Panduan
Guru
S
sebagai buku siswa dan buku guru yang
layak digunakan dalam pembelajaran
P
di Sekolah Menengah Atas Luar Biasa.
Ket. Tempat
P-O
S-P-K √
5. (2) Buku Teks Pelajaran sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran I yang
I.A.5 (2) Buku Teks Pelajaran sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) S-P-K √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
155
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
S
tercantum
P
dalam Lampiran I yang merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
Ket. Tempat
6. (3) Buku Panduan Guru sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran II yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
I.A.6 (3) Buku Panduan Guru sebagaimana
dimaksud pada ayat (1)
S
tercantum
P
dalam Lampiran II yang merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
Ket. Tempat
S-P-K √
7. Pasal 2
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
I.A.7 Peraturan ini
S
mulai berlaku
P
pada tanggal diundangkan.
Ket. Waktu
S-P-K √
8. Agar setiap orang mengetahuinya,
memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri
ini dengan penempatannya dalam Berita Negara
Republik Indonesia.
I.A.8 Agar setiap orang mengetahuinya
Ket. Tujuan
memerintahkan
P
Pengundangan Peraturan Menteri ini
O
dengan penempatannya dalam Berita
Negara Republik Indonesia.
Ket. Cara
K-P-O-K √
9. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 9 Juni 2014,
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia.
I.A.9 Ditetapkan
P
di Jakarta pada tanggal 9 Juni 2014,
P-K-Pel. √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
Ket. Waktu
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia.
Pelengkap
10. Diundangkan di Jakarta pada tanggal 20 Juni
2014 Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia, Amir Syamsudin, berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
853.
I.A.10 Diundangkan
P
di Jakarta pada tanggal 20 Juni 2014
Ket. Waktu
Menteri Hukum… Tahun 2014 Nomor
853.
Pelengkap
P-K-Pel. √
11. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 45 TAHUN 2014
TENTANG
STANDAR PROSES PENDIDIKAN DASAR
DAN MENENGAH
I.B.1 Frasa (tidak mengandung unsur S P O
Pel. Ket).
F √
12. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
ESA
MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA
I.B.2 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA
Ket. Alat
MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA
S
K-S √
13. Menimbang:
a. bahwa dalam rangka
memperkuat jati diri bangsa
diperlukan pembinaan dan
pengembangan kesiswaan
untuk menciptakan suasana
dan tata kehidupan satuan
pendidikan yang baik dan
sehat, sehingga menjamin
kelancaran proses belajar
I.B.3 (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
Menimbang
P
bahwa dalam rangka … proses belajar
(K)-(S)-P- O
K-P-Pel.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
157
mengajar; mengajar;
O
bahwa dalam rangka memperkuat jati
diri bangsa
Ket. Tempat
diperlukan
P
pembinaan dan pengembangan
kesiswaan untuk menciptakan suasana
dan tata kehidupan satuan pendidikan
yang baik dan sehat, sehingga menjamin
kelancaran proses belajar mengajar;
Pelengkap
b. bahwa salah satu upaya dalam rangka
memperkuat jati diri bangsa sebagaimana
dimaksud pada huruf a, perlu diatur pakaian
seragam sekolah guna meningkatkan citra satuan
pendidikan serta meningkatkan persatuan dan
kesatuan di kalangan peserta didik;
(DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
(Menimbang)
(P)
bahwa salah satu upaya… di kalangan
peserta didik;
O
bahwa salah satu upaya…sebagaimana
dimaksud pada huruf a
Ket. Cara
perlu diatur
P
pakaian seragam sekolah… kesatuan di
kalangan peserta didik;
Pelengkap
(K)-(S)-(P)- O
K-P-Pel.
√
c.bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG (K)-(S)-(P)- O √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
158
dimaksud pada huruf a dan b, perlu menetapkan
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
tentang Pakaian Seragam Sekolah bagi Peserta
Didik Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah;
MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
(Menimbang)
(P)
bahwa berdasarkan
pertimbangan…Pendidikan Dasar dan
Menengah;
O
bahwa berdasarkan… sebagaimana
dimaksud padahuruf a dan b,
Ket. Sebab
perlu menetapkan
P
Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan … Peserta Didik Jenjang
Pendidikan Dasar dan Menengah;
O
K-P-O
Mengingat:
1.Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4301);
(DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
Mengingat
P
Undang-undang Nomor 20 Tahun
2003… Indonesia Nomor 4301);
O
(K)-(S)-P-O
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
159
2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor
42, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4496) sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun
2013 tentang Perubahan Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2013 Nomor 71, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5410);
(DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun… Indonesia Nomor 5410).
O
(K)-(S)-(P)-O
√
3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009
tentang Pembentukan dan Organisasi
Kementerian Negara sebagaimana telah beberapa
kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden
Nomor 91 Tahun 2011 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 141);
(DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun
2009 … 2011 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor
141).
O
(K)-(S)-(P)-O
√
4.Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009
tentang Pembentukan dan Organisasi
Kementerian Negara sebagaimana telah diubah
beberapa kali terakhir dengan Peraturan Presiden
Nomor 13 Tahun 2014;
(DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
(K)-(S)-(P)-O
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
160
(Mengingat)
(P)
Peraturan Presiden… Peraturan Presiden
Nomor 13 Tahun 2014.
O
5.Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010
tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi
Kementerian Negara serta Susunan, Organisasi,
Tugas dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara
sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2014;
(DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Presiden … Peraturan Presiden
Nomor 14 Tahun 2014
O
(K)-(S)-(P)-O
√
6.Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009
mengenai Pembentukan Kabinet Indonesia
Bersatu II sebagaimana telah diubah beberapa kali
terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 8/P
Tahun 2014;
(DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
(Mengingat)
(P)
Keputusan Presiden … Peraturan
Presiden Nomor 8/P Tahun 2014.
O
(K)-(S)-(P)-O
√
7.Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata
(DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(K)-(S)-(P)-O
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
161
Kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 25
Tahun 2014;
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Menteri Pendidikan dan…
Nomor 25 Tahun 2014.
O
8.Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
39 Tahun 2008 tentang Pembinaan Kesiswaan;
(DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Menteri Pendidikan… tentang
Pembinaan Kesiswaan.
O
(K)-(S)-(P)-O
√
MEMUTUSKAN:
Menetapkan: PERATURAN MENTERI
PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN TENTANG
PAKAIAN SERAGAM
SEKOLAH BAGI PESERTA
DIDIK PADA JENJANG
PENDIDIKAN DASAR DAN
MENENGAH.
(DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
MEMUTUSKAN
P
Menetapkan PERATURAN
MENTERI… PENDIDIKAN DASAR
DAN MENENGAH.
O
(K)-(S)-P-O
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
162
14. KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud
dengan:
1. Sekolah adalah Sekolah Dasar/Sekolah Dasar
Luar Biasa (SD/SDLB), Sekolah Menengah
Pertama/Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa
(SMP/SMPLB), Sekolah Menengah Atas/Sekolah
Menengah Atas Luar Biasa (SMA/SMALB), dan
Sekolah Menengah Kejuruan/Sekolah Menengah
Kejuruan Luar Biasa (SMK/SMKLB) baik negeri
maupun swasta.
I.B.4 Dalam Peraturan Menteri ini yang
dimaksud dengan
Ket. Tempat
Sekolah
S
adalah Sekolah Dasar/Sekolah Dasar
Luar Biasa (SD/SDLB)… baik negeri
maupun swasta.
P
K-S-P
√
15. 2. Pakaian seragam nasional adalah pakaian yang
dikenakan pada hari belajar oleh peserta didik di
sekolah, yang jenis, model, dan warnanya sama
berlaku secara nasional.
I.B.5 (Dalam Peraturan Menteri ini yang
dimaksud dengan)
(Ket. Tempat)
Pakaian seragam nasional
S
adalah pakaian yang dikenakan pada
hari… berlaku secara nasional.
P
(K)-S-P
√
16. 3. Pakaian seragam khas sekolah adalah pakaian
seragam bercirikan karakteristik sekolah yang
dikenakan oleh peserta didik pada hari tertentu,
dalam rangka meningkatkan kebanggaan peserta
didik terhadap sekolahnya.
I.B.6 (Dalam Peraturan Menteri ini yang
dimaksud dengan)
(Ket. Tempat)
Pakaian seragam khas sekolah
S
adalah pakaian seragam bercirikan…
peserta didik terhadap sekolahnya.
P
(K)-S-P
√
17. 4. Pakaian seragam khas muslimah adalah
pakaian seragam yang dikenakan oleh peserta
didik muslimah karena keyakinan pribadinya
sesuai dengan jenis, model, dan warna yang telah
ditentukan dalam kegiatan proses belajar
mengajar untuk semua jenis pakaian seragam
I.B.7 (Dalam Peraturan Menteri ini yang
dimaksud dengan)
(Ket. Tempat)
Pakaian seragam khas muslimah
S
adalah pakaian seragam yang
(K)-S-P
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
163
sekolah. dikenakan… jenis pakaian seragam
sekolah.
P
O
18. 5. Atribut adalah kelengkapan pakaian seragam
nasional yang menunjukkan identitas masing-
masing sekolah terdiri dari badge organisasi
kesiswaan, badge merah putih, badge nama
peserta didik, badge nama sekolah dan nama
kabupaten/kota.
I.B.8 (Dalam Peraturan Menteri ini yang
dimaksud dengan)
(Ket. Tempat)
atribut
S
adalah kelengkapan pakaian seragam…
nama sekolah dan nama kabupaten/kota.
P
(K)-S-P
√
19. BAB II
TUJUAN
Pasal 2
Penetapan pakaian seragam sekolah bertujuan:
a. menanamkan dan menumbuhkan rasa
nasionalisme, kebersamaan, serta memperkuat
persaudaraan sehingga dapat menumbuhkan
semangat kesatuan dan persatuan di kalangan
peserta didik;
I.B.9 Penetapan pakaian seragam sekolah
S
bertujuan
P
menanamkan dan menumbuhkan rasa…
di kalangan peserta didik.
Pelengkap
S-P-Pel. √
20. b. meningkatkan rasa kesetaraan tanpa
memandang kesenjangan sosial ekonomi
orangtua/wali peserta didik;
I.B.10 (Penetapan pakaian seragam sekolah)
(S)
(bertujuan)
(P)
meningkatkan rasa kesetaraan…
orangtua/wali peserta didik.
Pelengkap
(S)-(P)- Pel. √
21. c. meningkatkan disiplin dan tanggungjawab
peserta didik serta kepatuhan terhadap peraturan
yang berlaku; dan
I.B.11 (Penetapan pakaian seragam sekolah)
(S)
(bertujuan)
(P)
(S)-(P)- Pel. √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
164
meningkatkan disiplin… peraturan yang
berlaku.
Pelengkap
22. d. menjadi acuan bagi sekolah dalam menyusun
tata tertib dan disiplin peserta didik khususnya
yang mengatur pakaian seragam sekolah.
I.B.12 (Penetapan pakaian seragam sekolah)
(S)
(bertujuan)
(P)
menjadi acuan bagi sekolah … pakaian
seragam sekolah
Pelengkap
(S)-(P)- Pel. √
23. BAB III
JENIS, WARNA, DAN MODEL
Pasal 3
(1) Pakaian seragam sekolah terdiri dari:
a. Pakaian seragam nasional;
b. Pakaian seragam kepramukaan; atau
c. Pakaian seragam khas sekolah.
I.B.13 Pakaian seragam sekolah
S
terdiri dari
P
a.Pakaian seragam nasional; b. Pakaian
seragam kepramukaan; atau c. Pakaian
seragam khas sekolah.
Pelengkap
S-P-Pel. √
24. (2) Jenis pakaian seragam sekolah terdiri dari:
a. Pakaian seragam sekolah untuk peserta didik
putra;
b. Pakaian seragam sekolah untuk peserta didik
putri.
I.B.14 Jenis pakaian seragam sekolah
S
terdiri dari
P
Pakaian seragam sekolah untuk peserta
didik putra b. Pakaian seragam sekolah
untuk peserta didik putri.
Pelengkap
S-P-Pel. √
25. (3) Warna pakaian seragam nasional untuk:
a. SD/SDLB: kemeja putih, celana/rok warna
merah hati;
I.B.15 Warna pakaian seragam nasional
SD/SDLB:
S
kemeja putih, celana/rok warna merah
hati;
P
S-P √
26. b. SMP/SMPLB: kemeja putih, celana/rok warna I.B.16 Warna pakaian seragam nasional b. S-P √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
165
biru tua;
SMP/SMPLB:
S
kemeja putih, celana/rok warna biru tua;
P
27. c. SMA/SMALB/SMK/SMKLB: kemeja putih,
celana/rok warna abu-abu.
I.B.17 Warna pakaian seragam nasional b. c.
SMA/SMALB/SMK/SMKLB:
S
kemeja putih, celana/rok warna abu-abu.
P
S-P √
28. (4) Ketentuan pakaian seragam sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) sebagai berikut:
a. Pakaian seragam nasional mengacu pada
Lampiran I yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini;
I.B.18 Ketentuan pakaian seragam sebagaimana
dimaksud pada ayat (1)
S
sebagai berikut
P
pakaian seragam nasional mengacu pada
Lampiran I yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini;
Pelengkap
pakaian seragam nasional
S
mengacu pada Lampiran I yang
merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Menteri ini;
P
S-P-Pel.
S-P
√
29. b. Model pakaian seragam nasional sebagaimana
tercantum dalam Lampiran II yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri
ini.
I.B.19 (Ketentuan pakaian seragam
sebagaimana dimaksud pada ayat (1))
(S)
(sebagai berikut)
(P)
Model pakaian seragam nasional
sebagaimana tercantum dalam Lampiran
II yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
(S)-(P)-Pel. √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
166
Pelengkap
30. c. Pakaian seragam kepramukaan mengacu pada
ketentuan peraturan kwartir nasional gerakan
pramuka;
I.B.20 (Ketentuan pakaian seragam
sebagaimana dimaksud pada ayat (1))
(S)
(sebagai berikut)
(P)
Pakaian seragam kepramukaan mengacu
pada ketentuan peraturan kwartir
nasional gerakan pramuka;
Pelengkap
Pakaian seragam kepramukaan
S
mengacu pada ketentuan peraturan
kwartir nasional gerakan pramuka;
P
(S)-(P)-Pel.
S-P √
31. d. Pakaian seragam khas sekolah diatur oleh
masing-masing sekolah dengan tetap
memperhatikan hak setiap warga negara untuk
menjalankan keyakinan agamanya masing-
masing.
I.B.21 (Ketentuan pakaian seragam
sebagaimana dimaksud pada ayat (1))
(S)
(sebagai berikut)
(P)
Pakaian seragam khas sekolah diatur
oleh masing-masing sekolah dengan
tetap memperhatikan hak setiap warga
negara untuk menjalankan keyakinan
agamanya masing-masing.
Pelengkap
Pakaian seragam khas sekolah
S
diatur
P
oleh masing-masing sekolah dengan
tetap memperhatikan hak setiap warga
negara untuk menjalankan keyakinan
agamanya masing-masing.
(S)-(P)-Pel.
S-P-Pel. √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
167
Pel.
32. BAB IV
PENGADAAN DAN PENGGUNAAN
Pasal 4
(1) Pengadaan pakaian seragam sekolah
diusahakan sendiri oleh orangtua atau wali peserta
didik.
I.B.22 Pengadaan pakaian seragam sekolah
S
diusahakan sendiri
P
oleh orangtua atau wali peserta didik.
Pelengkap
S-P-Pel. √
33. 2) Pengadaan pakaian seragam sekolah tidak
boleh dikaitkan dengan pelaksanaan penerimaan
peserta didik baru atau kenaikan kelas.
I.B.23 Pengadaan pakaian seragam sekolah
S
tidak boleh dikaitkan
P
dengan pelaksanaan penerimaan… atau
kenaikan kelas.
Pelengkap
S-P-Pel. √
34. Pasal 5
(1) Pakaian seragam nasional dikenakan pada hari
Senin, Selasa, dan pada hari lain saat pelaksanaan
Upacara Bendera.
I.B.24
Pakaian seragam nasional
S
dikenakan
P
pada hari Senin,… lain saat pelaksanaan
Upacara Bendera.
Ket. Waktu
S-P-K √
35. (2) Pada saat Upacara Bendera dilengkapi topi pet
dan dasi sesuai warna seragam masing-masing
jenjang sekolah, dilengkapi dengan logo tut wuri
handayani di bagian depan topi.
I.B.25
Pada saat Upacara Bendera
Ket. Waktu
dilengkapi
P1
topi pet dan dasi sesuai… masing-masing
jenjang sekolah.
Pelengkap
dilengkapi
P2
dengan logo tut wuri handayani
Ket. Alat
di bagian depan topi
K- P1-Pel.- P2-K-K √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
168
Ket. Tempat
36. (3) Selain hari sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) peserta didik dapat mengenakan pakaian
seragam kepramukaan atau pakaian seragam khas
sekolah yang diatur oleh masing-masing sekolah.
I.B.26
Selain hari sebagaimana dimaksud pada
ayat (1)
Ket. Pengecualian
peserta didik
S
dapat mengenakan
P
pakaian seragam kepramukaan atau
pakaian seragam khas sekolah yang
diatur oleh masing-masing sekolah.
O
K-S-P-O √
37. BAB V
SANKSI
Pasal 6
Sekolah yang melanggar ketentuan dalam
Peraturan Menteri ini akan dikenakan sanksi
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
I.B.27
Sekolah yang melanggar ketentuan
dalam Peraturan Menteri ini
S
akan dikenakan
P
sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pelengkap
S-P-Pel. √
38. BAB VI
PENUTUP
Pasal 7
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
I.B.28
Peraturan ini
S
mulai berlaku
P
pada tanggal diundangkan.
Ket. Waktu
S-P-K √
39. Agar setiap orang mengetahuinya,
memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri
ini dengan penempatannya dalam Berita Negara
Republik Indonesia.
I.B.29
Agar setiap orang mengetahuinya
Ket. Tujuan
memerintahkan
P
Pengundangan Peraturan Menteri ini
O
dengan penempatannya dalam Berita
Negara Republik Indonesia.
K-P-O-K √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
169
Ket. Cara
40. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 9 Juni 2014,
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia.
I.B.30
Ditetapkan
P
di Jakarta pada tanggal 9 Juni 2014,
Ket. Waktu
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia.
Pelengkap
P-K-Pel. √
41. Diundangkan di Jakarta pada tanggal 11 Juni
2014 Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia, Amir Syamsudin, berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
768.
I.B.31
Diundangkan
P
di Jakarta pada tanggal 11 Juni 2014
Ket. Waktu
Menteri Hukum… Tahun 2014 Nomor
768.
Pelengkap
P-K-Pel. √
42. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 51 TAHUN 2014
TENTANG
BUKU TEKS PELAJARAN DAN BUKU
PANDUAN GURU
UNTUK PENDIDIKAN DASAR DAN
PENDIDIKAN MENENGAH
I.C.1
Frasa (tidak mengandung unsur S P O
Pel. Ket).
F √
43. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
ESA
MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA
I.C.2
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA
Ket. Alat
MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA
S
K-S √
44. Menimbang: a. bahwa dalam rangka
melaksanakan ketentuan Pasal
I.C.3
(DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
(K)-(S)-P- O
K-S-P-O √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
170
43 ayat (5) Peraturan Pemerintah
Nomor 32 Tahun 2013 tentang
Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan, Tim Penelaah Buku
telah melakukan penilaian
kelayakan isi, kebahasaan,
penyajian, dan kegrafikaan buku
teks
pelajaran dan buku panduan guru
untuk digunakan dalam
pembelajaran;
Ket. Alat
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
S
Menimbang
P
bahwa dalam rangka… digunakan dalam
pembelajaran;
O
bahwa dalam rangka… Standar
Nasional Pendidikan
Ket. Tempat
Tim Penelaah Buku.
S
telah melakukan
P
penilaian kelayakan isi… untuk
digunakan dalam pembelajaran;
O
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud pada huruf a perlu menetapkan
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
tentang Buku Teks Pelajaran dan Buku Panduan
Guru untuk Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah;
(DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
(Menimbang)
(P)
bahwa berdasarkan pertimbangan…
Dasar dan Pendidikan Menengah;
O
bahwa berdasarkan pertimbangan…
dimaksud pada huruf a
(K)-(S)-(P)- O
K-P-O
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
171
Ket. Sebab
perlu menetapkan
P
Peraturan Menteri Pendidikan …
Pendidikan Menengah;
O
Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 20 Tahun
2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 78, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia
Nomor 4301);
(DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
Mengingat
P
Undang-undang Nomor 20 Tahun
2003… Indonesia Nomor 4301);
O
(K)-(S)-P-O
√
2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor
41, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4496) sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun
2013 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 71,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5410);
(DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun… Indonesia Nomor 5410);
O
(K)-(S)-(P)-O
√
3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009
tentang
Pembentukan dan Organisasi Kementerian
Negara,
(DENGAN RAHMAT TUHAN
YANG MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
(K)-(S)-(P)-O
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
172
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2013
tentang Perubahan Kelima atas Peraturan
Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang
Pembentukan dan Organisasi Kementerian
Negara;
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun
2009… Kementerian Negara;
O
4. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010
tentang
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian
Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan
Fungsi Eselon I Kementerian Negara
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2013
tentang Perubahan Kelima atas Peraturan
Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian
Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan
Fungsi Eselon 1 Kementerian Negara;
(DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun
2010… Kementerian Negara;
O
(K)-(S)-(P)-O
√
5. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor
84/P Tahun 2009 mengenai Pembentukan Kabinet
Indonesia Bersatu II sebagaimana telah beberapa
kali diubah, terakhir dengan Keputusan Presiden
Nomor 8/P Tahun 2014;
(DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
(Mengingat)
(P)
Keputusan Presiden Republik… Nomor
8/P Tahun 2014;
O
(K)-(S)-(P)-O
√
6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 54 Tahun 2013 tentang Standar
(DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
(K)-(S)-(P)-O
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
173
Kompetensi Lulusan; (Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Menteri Pendidikan… Standar
Kompetensi Lulusan;
O
7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi;
(DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Menteri… Tahun 2013 tentang
Standar Isi;
O
(K)-(S)-(P)-O
√
8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 67 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar
dan Struktur Kurikulum Sekolah Dasar/Madrasah
Ibtidaiyah;
(DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Menteri Pendidikan…
Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah;
O
(K)-(S)-(P)-O
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
174
9. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 68 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar
dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah
Pertama/Madrasah Tsanawiyah;
(DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Menteri Pendidikan…
Pertama/Madrasah Tsanawiyah;
O
(K)-(S)-(P)-O
√
10. Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 69 Tahun 2013 tentang
Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah
Menengah Atas/Madrasah Aliyah;
(DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Menteri Pendidikan…
Atas/Madrasah Aliyah;
O
(K)-(S)-(P)-O
√
11. Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 70 Tahun 2013 tentang
Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah
Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan;
(DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
(Mengingat)
(P)
(K)-(S)-(P)-O
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
175
Peraturan Menteri Pendidikan…
Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan;
O
MEMUTUSKAN:
Menetapkan: PERATURAN MENTERI
PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN
TENTANG BUKU
TEKS PELAJARAN
DAN BUKU PANDUAN
GURU UNTUK
PENDIDIKAN DASAR
DAN PENDIDIKAN
MENENGAH.
(DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
MEMUTUSKAN
P
Menetapkan: PERATURAN MENTERI
…PENDIDIKAN MENENGAH.
O
(K)-(S)-P-O
√
45. Pasal 1
(1) Menetapkan buku teks pelajaran sebagai buku
siswa dan buku panduan guru untuk Pendidikan
Dasar dan Pendidikan Menengah yaitu kelas II,
Kelas V, Kelas VIII, kelas X, dan kelas XI yang
layak digunakan dalam pembelajaran.
I.C.4
Menetapkan
P
buku teks… Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah yaitu kelas II,
Kelas V, Kelas VIII, kelas X, …
digunakan dalam pembelajaran.
O
P-O √
46. (2) Buku teks pelajaran sebagai buku siswa
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum
dalam Lampiran I yang merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
I.C.5
Buku teks pelajaran sebagai buku siswa
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
S
tercantum
P
dalam Lampiran I yang merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
Ket. Tempat
S-P-K √
47. (3) Buku panduan guru sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran II yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
I.C.6
Buku panduan guru sebagaimana
dimaksud pada ayat (1)
S
S-P-K √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
176
Peraturan Menteri ini. tercantum
P
dalam Lampiran II yang merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
Ket. Tempat
48. Pasal 2
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
I.C.7
Peraturan ini
S
mulai berlaku
P
pada tanggal diundangkan.
Ket. Waktu
S-P-K √
49. Agar setiap orang mengetahuinya,
memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri
ini dengan penempatannya dalam Berita Negara
Republik Indonesia.
I.C.8
Agar setiap orang mengetahuinya,
Ket. Tujuan
memerintahkan
P
Pengundangan Peraturan Menteri ini
O
dengan penempatannya dalam Berita
Negara Republik Indonesia.
Ket. Cara
K-P-O-K √
50. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 19 Juni 2014,
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia.
I.C.9
Ditetapkan
P
di Jakarta pada tanggal 19 Juni 2014,
Ket. Waktu
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia.
Pelengkap
P-K-Pel. √
51. Diundangkan di Jakarta pada tanggal 24 Juni
2014 Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia, Amir Syamsudin, berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
862.
I.C.10
Diundangkan
P
di Jakarta pada tanggal 24 Juni 2014
Ket. Waktu
Menteri Hukum… Tahun 2014 Nomor
862.
P-K-Pel. √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
177
Pelengkap
52. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 55 TAHUN 2014
TENTANG
MASA ORIENTASI PESERTA DIDIK BARU
DI SEKOLAH
I.D.1
I
.
D
.
Frasa (tidak mengandung unsur S P O
Pel. Ket).
F √
53. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
ESA
MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA
I.D.2
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA
Ket. Alat
MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA
S
K-S √
54. Menimbang : a. bahwa dalam rangka pengenalan
program sekolah, lingkungan
sekolah, cara belajar, dan
konsep pengenalan diri
terhadap peserta didik baru
perlu dilaksanakan masa
orientasi peserta didik baru;
I.D.3
(DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
Menimbang
P
bahwa dalam rangka pengenalan
program… terhadap peserta didik baru;
O
bahwa dalam rangka pengenalan…
terhadap peserta didik baru
Ket. Tempat
perlu dilaksanakan
P
masa orientasi peserta didik baru;
Pelengkap
(K)-(S)-P- O
K-P-Pel.
√
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG (K)-(S)-(P)- O √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
178
dimaksud pada huruf a, perlu menetapkan
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
tentang Masa Orientasi Peserta Didik Baru di
Sekolah;
MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
(Menimbang)
(P)
bahwa berdasarkan pertimbangan…
Peserta Didik Baru di Sekolah;
O
bahwa berdasarkan pertimbangan
sebagaimana dimaksud pada huruf a,
Ket. Sebab
perlu menetapkan
P
Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan… Didik Baru di Sekolah;
O
K-P-O
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional
(Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2003 Nomor
78, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia
Nomor 4301);
(DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
Mengingat
P
Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003… Indonesia Nomor 4301);
O
(K)-(S)-P-O
√
2. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010
tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan
Pendidikan (Lembaran Negara Republik
(DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(K)-(S)-(P)-O
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
179
Indonesia Tahun 2010 Nomor 23, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5105) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor
112, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5157);
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Pemerintah Nomor 17
Tahun… Negara Nomor 5157);
O
3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009
tentang
Pembentukan dan Organisasi Kementerian
Negara
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun
2014;
(DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun
2009… Nomor 13 Tahun 2014;
O
(K)-(S)-(P)-O
√
4. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010
tentang
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian
Negara serta Susunan Organisasi, Tugas dan
Fungsi Eselon I Kementerian Negara,
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Presiden Nomor 14 Tahun 2014;
(DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun
2010… Nomor 14 Tahun 2014;
O
(K)-(S)-(P)-O
√
5. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009 (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG (K)-(S)-(P)-O
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
180
mengenai Pembentukan Kabinet Indonesia
Bersatu I I sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Presiden Nomor 8/P Tahun 2014;
MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
(Mengingat)
(P)
Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun
2009… Nomor 8/P Tahun 2014;
O
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI
PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN
TENTANG MASA
ORIENTASI
PESERTA DIDIK DI
SEKOLAH.
(DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
MEMUTUSKAN
P
Menetapkan PERATURAN MENTERI
… PESERTA DIDIK DI SEKOLAH.
O
(K)-(S)-P-O
√
55. Pasal 1
Setiap sekolah menyelenggarakan masa orientasi
peserta didik bagi peserta didik baru selama jam
belajar di sekolah pada minggu pertama masuk
sekolah selama 3 (tiga) sampai dengan 5 (lima)
hari.
I.D.4
Setiap sekolah
S
menyelenggarakan
P
masa orientasi peserta didik bagi… 3
(tiga) sampai dengan 5 (lima) hari.
O
S-P-O √
56. Pasal 2
Masa orientasi peserta didik bertujuan untuk
mengenalkan program sekolah, lingkungan
sekolah, cara belajar, penanaman konsep
I.D.5
Masa orientasi peserta didik
S
bertujuan
P
S-P-K √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
181
pengenalan diri peserta didik, dan kepramukaan
sebagai pembinaan awal ke arah terbentuknya
kultur sekolah yang kondusif bagi proses
pembelajaran lebih lanjut sesuai dengan tujuan
pendidikan nasional.
untuk mengenalkan program sekolah,…
tujuan pendidikan nasional.
Ket. Tujuan
57. Pasal 3
(1) Sekolah dilarang melaksanakan masa orientasi
peserta didik yang mengarah kepada tindakan
kekerasan, pelecehan dan/atau tindakan destruktif
lainnya yang merugikan peserta didik baru baik
secara fisik maupun psikologis baik di dalam
maupun di luar sekolah.
I.D.6
Sekolah
S
dilarang melaksanakan
P
masa orientasi peserta didik… di dalam
maupun di luar sekolah.
O
S-P-O
√
58. (2) Sekolah dilarang memungut biaya dan
membebani orangtua dan peserta didik dalam
bentuk apapun.
I.D.7
Sekolah
S
dilarang memungut
P
biaya dan membebani orangtua dan
peserta didik dalam bentuk apapun.
O
S-P-O √
59. Pasal 4
Kepala sekolah dan guru di sekolah yang
bersangkutan bertanggungjawab dan wajib
melaksanakan ketentuan sebagaimana diatur
dalam Peraturan Menteri ini.
I.D.8
Kepala sekolah dan guru di sekolah yang
bersangkutan
S
bertanggungjawab dan wajib
melaksanakan ketentuan sebagaimana
diatur dalam Peraturan Menteri ini.
P
S-P √
60. Pasal 5
Dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota
mengendalikan masa orientasi peserta didik baru
menjadi kegiatan yang bermanfaat, bersifat
edukatif dan kreatif, bukan mengarah kepada
tindakan destruktif dan/atau berbagai kegiatan
lain yang merugikan siswa baru baik secara fisik
maupun psikologis.
I.D.9
Dinas pendidikan
provinsi/kabupaten/kota
S
mengendalikan
P
masa orientasi peserta didik baru… fisik
maupun psikologis.
O
S-P-O √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
182
61. Pasal 6
Kepala sekolah dan guru yang membiarkan
terjadinya penyimpangan dan/atau pelanggaran
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
I.D.10
Kepala sekolah dan guru yang
membiarkan terjadinya penyimpangan
dan/atau pelanggaran ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
S
dikenakan
P
sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pelengkap
S-P-Pel. √
62. Pasal 7
Dengan berlakunya Peraturan Menteri ini,
Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
112/U/2001 tentang Masa Orientasi Siswa di
Sekolah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
I.D.11
Dengan berlakunya Peraturan Menteri
ini,
Ket. Alat
Keputusan Menteri… Masa Orientasi
Siswa di Sekolah
S
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
P
K-S-P
√
63. Pasal 8
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
I.D.12
Peraturan ini
S
mulai berlaku
P
pada tanggal diundangkan.
Ket. Waktu
S-P-K
√
64. Agar setiap orang mengetahuinya,
memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri
ini dengan penempatannya dalam Berita Negara
Republik Indonesia.
I.D.13
Agar setiap orang mengetahuinya,
Ket. Tujuan
memerintahkan
P
Pengundangan Peraturan Menteri ini
O
dengan penempatannya dalam Berita
Negara Republik Indonesia.
Ket. Cara
K-P-O-K √
65. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 2 Juli 2014, I.D.14 Ditetapkan P-K-Pel. √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
183
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia.
P
di Jakarta pada tanggal 2 Juli 2014,
Ket. Waktu
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia.
Pelengkap
66. Diundangkan di Jakarta pada tanggal 4 Juli 2014
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia, Amir Syamsudin, berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 920.
I.D.15
Diundangkan
P
di Jakarta pada tanggal 4 Juli 2014
Ket. Waktu
Menteri Hukum… Tahun 2014 Nomor
920.
Pelengkap
P-K-Pel. √
67. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 62 TAHUN 2014
TENTANG
KEGIATAN EKSTRAKURIKULER
PADA PENDIDIKAN DASAR DAN
PENDIDIKAN MENENGAH
I.E.1
Frasa (tidak mengandung unsur S P O
Pel. Ket).
F √
68. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
ESA
MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA
I.E.2
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA
Ket. Alat
MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA
S
K-S √
69. Menimbang : a. bahwa pengembangan potensi
peserta didik sebagaimana
dimaksud dalam tujuan
pendidikan nasional dapat
diwujudkan melalui kegiatan
I.E.3
(DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
(K)-(S)-P- O
S-P-Pel.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
184
ekstrakurikuler yang
merupakan salah satu
kegiatan dalam program
kurikuler;
INDONESIA)
(S)
Menimbang
P
bahwa pengembangan potensi peserta
didik… dalam program kurikuler;
O
bahwa pengembangan potensi… melalui
kegiatan ekstrakurikuler
S
dapat diwujudkan
P
melalui kegiatan ekstrakurikuler yang
merupakan salah satu kegiatan dalam
program kurikuler;
Pelengkap
b. bahwa kegiatan ekstrakurikuler dapat
memfasilitasi pengembangan potensi peserta
didik melalui pengembangan bakat, minat, dan
kreativitas serta kemampuan berkomunikasi dan
bekerja sama dengan orang lain;
(DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
(Menimbang)
(P)
bahwa kegiatan ekstrakurikuler…
bekerja sama dengan orang lain;
O
bahwa kegiatan ekstrakurikuler
S
dapat memfasilitasi
P
pengembangan potensi peserta… bekerja
sama dengan orang lain;
(K)-(S)-(P)- O
S-P-O
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
185
O
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud pada huruf a dan huruf b perlu
menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan tentang Kegiatan Ekstrakurikuler
pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah;
(DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
(Menimbang)
(P)
bahwa berdasarkan pertimbangan…
Dasar dan Pendidikan Menengah;
O
bahwa berdasarkan pertimbangan…
pada huruf a dan huruf b
Ket. Sebab
perlu menetapkan
P
Peraturan Menteri Pendidikan… Dasar
dan Pendidikan Menengah;
O
(K)-(S)-(P)- O
K-P-O
√
Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 78, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor
4301);
(DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
Mengingat
P
Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003… Indonesia Nomor 4301);
O
(K)-(S)-P-O
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
186
2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2010
tentang Gerakan Pramuka (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 131,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5169);
(DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
(Mengingat)
(P)
Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2010… Indonesia Nomor 5169);
O
(K)-(S)-(P)-O
√
3. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2013 Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5410);
(DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005… Indonesia Nomor 5410);
O
(K)-(S)-(P)-O
√
4. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009
tentang Pembentukan dan Organisasi
Kementerian Negara Republik Indonesia
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia
Nomor 13 Tahun 2014;
(DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun
(K)-(S)-(P)-O
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
187
2009… Nomor 13 Tahun 2014;
O
5. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010
tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan
Organisasi, dan Tata kerja Kementerian Negara
Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa
kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden
Nomor 14 Tahun 2014;
(DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun
2010… Nomor 14 Tahun 2014;
O
(K)-(S)-(P)-O
√
6. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009
mengenai Pembentukan Kabinet Indonesia
Bersatu II sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 54/P
Tahun 2014;
(DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
(Mengingat)
(P)
Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun
2009… Nomor 54/P Tahun 2014;
O
(K)-(S)-(P)-O
√
7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 54 Tahun 2013 tentang Standar
Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan
Menengah;
(DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
(Mengingat)
(K)-(S)-(P)-O
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
188
(P)
Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan… Dasar dan Menengah;
O
8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi
Pendidikan Dasar dan Menengah;
(DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan… Dasar dan Menengah;
O
(K)-(S)-(P)-O
√
9. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses
Pendidikan Dasar dan Menengah;
(DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan… Dasar dan Menengah;
O
(K)-(S)-(P)-O
√
10. Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 66 Tahun 2013 tentang
Standar Penilaian Pendidikan Dasar dan
Menengah;
(DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
(K)-(S)-(P)-O
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
189
INDONESIA)
(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan… Dasar dan Menengah;
O
MEMUTUSKAN:
Menetapkan: PERATURAN MENTERI
PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN TENTANG
KEGIATAN
EKSTRAKURIKULER PADA
PENDIDIKAN DASAR DAN
PENDIDIKAN MENENGAH.
(DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
MEMUTUSKAN
P
Menetapkan: PERATURAN MENTERI
PENDIDIKAN… MENENGAH.
O
(K)-(S)-P-O
70. Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud
dengan:
1. Kegiatan Ekstrakurikuler adalah kegiatan
kurikuler yang dilakukan oleh peserta didik di
luar jam belajar kegiatan intrakurikuler dan
kegiatan kokurikuler, di bawah bimbingan dan
pengawasan satuan pendidikan.
I.E.4 Dalam Peraturan Menteri ini yang
dimaksud dengan
Ket. Tempat
Kegiatan Ekstrakurikuler
S
adalah kegiatan kurikuler yang dilakukan
oleh peserta didik di luar jam belajar
kegiatan intrakurikuler dan kegiatan
kokurikuler, di bawah bimbingan dan
pengawasan satuan pendidikan.
P
K-S-P
71. 2. Satuan pendidikan adalah Sekolah
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah
Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah
(SMP/MTs), Sekolah Menengah Atas/Madrasah
I.E.5 (Dalam Peraturan Menteri ini yang
dimaksud dengan)
(Ket. Tempat)
Satuan pendidikan
(K)-S-P
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
190
Aliyah (SMA/MA), dan Sekolah Menengah
Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan
(SMK/MAK).
S
adalah Sekolah Dasar/Madrasah
Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah
Pertama/Madrasah Tsanawiyah
(SMP/MTs), Sekolah Menengah
Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA), dan
Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah
Aliyah Kejuruan (SMK/MAK).
P
72. Pasal 2
Kegiatan Ekstrakurikuler diselenggarakan dengan
tujuan untuk mengembangkan potensi, bakat,
minat, kemampuan, kepribadian, kerjasama, dan
kemandirian peserta didik secara optimal dalam
rangka mendukung pencapaian tujuan pendidikan
nasional.
I.E.6 Kegiatan Ekstrakurikuler
S
diselenggarakan
P
dengan tujuan untuk mengembangkan…
tujuan pendidikan nasional.
Ket. Tujuan
S-P-K √
73. Pasal 3
(1) Kegiatan Ekstrakurikuler terdiri atas:
a. Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib; dan
b. Kegiatan Ekstrakurikuler Pilihan.
I.E.7 Kegiatan Ekstrakurikuler
S
terdiri atas
P
Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib; dan b.
Kegiatan Ekstrakurikuler Pilihan.
Pelengkap
S-P-Pel. √
74. (2) Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a merupakan
Kegiatan Ekstrakurikuler yang wajib
diselenggarakan oleh satuan pendidikan dan wajib
diikuti oleh seluruh peserta didik.
I.E.9 Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib… pada
ayat (1) huruf a.
S
merupakan
P
Kegiatan Ekstrakurikuler yang wajib…
oleh seluruh peserta didik.
Pelengkap
S-P-Pel. √
75. (3) Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a berbentuk
pendidikan kepramukaan.
I.E.10 Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib… pada
ayat (1) huruf a
S
S-P-Pel. √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
191
berbentuk
P
pendidikan kepramukaan.
Pel.
76. (4) Kegiatan Ekstrakurikuler Pilihan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b merupakan
Kegiatan Ekstrakurikuler yang dikembangkan dan
diselenggarakan oleh satuan pendidikan sesuai
bakat dan minat peserta didik.
I.E.11 Kegiatan Ekstrakurikuler Pilihan…
dimaksud pada ayat (1) huruf b
S
merupakan
P
Kegiatan Ekstrakurikuler yang
dikembangkan… dan minat peserta
didik.
Pelengkap
S-P-Pel. √
77. (5) Kegiatan Ekstrakurikuler Pilihan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b dapat berbentuk
latihan olah-bakat dan latihan olah-minat.
I.E.12 Kegiatan Ekstrakurikuler Pilihan… pada
ayat (1) huruf b
S
dapat berbentuk
P
latihan olah-bakat dan latihan olah-
minat.
Pelengkap
S-P-Pel. √
78. Pasal 4
(1) Pengembangan berbagai bentuk Kegiatan
Ekstrakurikuler Pilihan dilakukan dengan
mengacu pada prinsip:
a. partisipasi aktif; dan .
b. menyenangkan.
I.E.13 Pengembangan berbagai bentuk Kegiatan
Ekstrakurikuler Pilihan
S
dilakukan
P
dengan mengacu pada prinsip partisipasi
aktif; dan b. menyenangkan.
Ket. Cara
S-P-K √
79. (2) Pengembangan berbagai bentuk Kegiatan
Ekstrakurikuler Pilihan dilakukan melalui
tahapan:
a. identifikasi kebutuhan, potensi, dan minat
I.E.14 Pengembangan berbagai bentuk Kegiatan
Ekstrakurikuler Pilihan
S
dilakukan
S-P-K √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
192
peserta didik;
b. analisis sumber daya yang diperlukan untuk
penyelenggaraannya;
c. pemenuhan kebutuhan sumber daya sesuai
pilihan peserta didik atau menyalurkannya ke
satuan pendidikan atau lembaga lainnya;
d. penyusunan program Kegiatan Ekstrakurikuler;
dan
e. penetapan bentuk kegiatan yang
diselenggarakan.
P
melalui tahapan a.identifikasi kebutuhan,
potensi, dan minat peserta didik; b.
analisis sumber daya yang diperlukan
untuk penyelenggaraannya;
c. pemenuhan kebutuhan sumber daya
sesuai pilihan peserta didik atau
menyalurkannya ke satuan pendidikan
atau lembaga lainnya;
d. penyusunan program Kegiatan
Ekstrakurikuler; dan
e. penetapan bentuk kegiatan yang
diselenggarakan;
Ket. Cara
80. Pasal 5
(1) Satuan pendidikan wajib menyusun program
Kegiatan Ekstrakurikuler yang merupakan bagian
dari Rencana Kerja Sekolah.
I.E.15 Satuan pendidikan
S
wajib menyusun
P
program Kegiatan Ekstrakurikuler…
bagian dari Rencana Kerja Sekolah.
O
S-P-O √
81. (2) Program Kegiatan Ekstrakurikuler
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat:
a. rasional dan tujuan umum;
b. deskripsi setiap kegiatan ekstrakurikuler;
c. pengelolaan;
d. pendanaan; dan
e. evaluasi.
I.E.16 Program Kegiatan Ekstrakurikuler
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
S
memuat
P
a.rasional dan tujuan umum b. deskripsi
setiap kegiatan ekstrakurikuler; c.
pengelolaan; d. pendanaan; dan e.
evaluasi.
O
S-P-O √
82. (3) Program Kegiatan Ekstrakurikuler
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
I.E.17 Program Kegiatan Ekstrakurikuler
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) S-P-Pel. √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
193
disosialisasikan kepada peserta didik dan
orangtua/wali pada setiap awal tahun pelajaran.
S
disosialisasikan
P
kepada peserta didik dan orangtua/wali
pada setiap awal tahun pelajaran.
Pelengkap
83. Pasal 6
(1) Pelaksanaan program Kegiatan
Ekstrakurikuler mempertimbangkan penggunaan
sumber daya bersama yang tersedia pada gugus
sekolah atau klaster sekolah.
I.E.18 Pelaksanaan program Kegiatan
Ekstrakurikuler
S
mempertimbangkan
P
penggunaan sumber daya… pada gugus
sekolah atau klaster sekolah.
O
S-P-O √
84. (2) Penggunaan sumber daya bersama
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) difasilitasi
oleh pemerintah provinsi atau pemerintah
kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya.
I.E.19 Penggunaan sumber daya bersama
sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
S
difasilitasi
P
oleh pemerintah provinsi… sesuai
dengan kewenangannya.
Pelengkap
S-P-Pel. √
85. Pasal 7
(1) Satuan pendidikan memberikan penilaian
terhadap kinerja peserta didik dalam Kegiatan
Ekstrakurikuler secara kualitatif dan
dideskripsikan pada rapor peserta didik.
I.E.20 Satuan pendidikan
S
memberikan
P
penilaian terhadap kinerja…
Ekstrakurikuler secara kualitatif
O
dideskripsikan P
pada rapor peserta didik.
Ket. Tempat
S-P-O-P-K √
86. (2) Satuan pendidikan melakukan evaluasi I.E.21 Satuan pendidikan S-P-O √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
194
Program Kegiatan Ekstrakurikuler pada setiap
akhir tahun ajaran untuk mengukur ketercapaian
tujuan pada setiap indikator yang telah ditetapkan.
S
melakukan
P
evaluasi Program Kegiatan… setiap
indikator yang telah ditetapkan.
O
87. (3) Hasil evaluasi Program Kegiatan
Ekstrakurikuler sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) digunakan untuk penyempurnaan Program
Kegiatan Ekstrakurikuler tahun ajaran berikutnya.
I.E.22 Hasil evaluasi Program… sebagaimana
dimaksud pada ayat (2)
S
digunakan
P
untuk penyempurnaan Program… tahun
ajaran berikutnya
Ket. Tujuan
S-P-K √
88. Pasal 8
Kegiatan Ekstrakurikuler pada Pendidikan Dasar
dan Pendidikan Menengah menggunakan
Pedoman sebagaimana tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
I.E.23 Kegiatan Ekstrakurikuler pada
Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah
S
menggunakan
P
Pedoman sebagaimana tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
O
S-P-O √
89. Pasal 9
Dengan berlakunya Peraturan Menteri ini,
ketentuan dalam Peraturan Menteri Nomor 81A
Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum
yang mengatur mengenai Kegiatan
Ekstrakurikuler dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku.
I.E.24 Dengan berlakunya Peraturan Menteri ini
Ket. Alat
ketentuan dalam Peraturan… tentang
Implementasi Kurikulum yang mengatur
mengenai Kegiatan Ekstrakurikuler
S
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
P
K-S-P √
90. Pasal 10
I.E.25 Peraturan ini
S S-P-K √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
195
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
mulai berlaku
P
pada tanggal diundangkan.
Ket. Waktu
91. Agar setiap orang mengetahuinya,
memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri
ini dengan penempatannya dalam Berita Negara
Republik Indonesia.
I.E.26 Agar setiap orang mengetahuinya,
Ket. Tujuan
memerintahkan
P
Pengundangan Peraturan Menteri ini
O
dengan penempatannya dalam Berita
Negara Republik Indonesia.
Ket. Cara
K-P-O-K √
92. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 2 Juli 2014,
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia.
I.E.27
Ditetapkan
P
di Jakarta pada tanggal 2 Juli 2014,
Ket. Waktu
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia.
Pelengkap
P-K-Pel. √
93. Diundangkan di Jakarta pada tanggal 11 Juli 2014
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia, Amir Syamsudin, berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 958.
I.E.28 Diundangkan
P
di Jakarta pada tanggal 11 Juli 2014
Ket. Waktu
Menteri Hukum… Tahun 2014 Nomor
958.
Pelengkap
P-K-Pel. √
94. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 63 TAHUN 2014
TENTANG
PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN
I.F.1
Frasa (tidak mengandung unsur S P O
Pel. Ket).
F √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
196
SEBAGAI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER
WAJIB
PADA PENDIDIKAN DASAR DAN
PENDIDIKAN MENENGAH
95. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
ESA
MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA
I.F.2 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA
Ket. Alat
MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA
S
K-S √
96. Menimbang: a. bahwa Pendidikan Kepramukaan
dilaksanakan untuk
menginternalisasikan nilai
ketuhanan, kebudayaan,
kepemimpinan, kebersamaan,
sosial, kecintaan alam, dan
kemandirian pada peserta didik;
I.F.3 (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
Menimbang
P
bahwa Pendidikan Kepramukaan… pada
peserta didik;
O
bahwa Pendidikan Kepramukaan
S
dilaksanakan
P
untuk menginternalisasikan nilai
ketuhanan,… pada peserta didik;
Ket. Tujuan
(K)-(S)-P- O
S-P-K
√
b. bahwa nilai-nilai dalam sikap dan keterampilan
sebagai muatan Kurikulum 2013 dan muatan
(DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
(K)-(S)-(P)- O
S-P-K √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
197
Pendidikan Kepramukaan dapat bersinergi secara
koheren;
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
(Menimbang)
(P)
bahwa nilai-nilai dalam sikap…
bersinergi secara koheren;
O
bahwa nilai-nilai dalam sikap… muatan
Pendidikan Kepramukaan
S
dapat bersinergi
P
secara koheren;
Ket. Cara
c. bahwa sehubungan dengan pertimbangan
sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b
perlu menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan tentang Pendidikan
Kepramukaan sebagai Kegiatan Ekstrakurikuler
Wajib pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah;
(DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
(Menimbang)
(P)
bahwa sehubungan dengan… Dasar dan
Pendidikan Menengah;
O
bahwa sehubungan dengan… pada
huruf a dan huruf b
Ket. Sebab
perlu menetapkan
P
(K)-(S)-(P)- O
K-P-O
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
198
Peraturan Menteri Pendidikan… Dasar
dan Pendidikan Menengah;
O
Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 78, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia
Nomor 4301);
(DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
Mengingat
P
Undang-undang Nomor 20 Tahun
2003… Indonesia Nomor 4301);
O
(K)-(S)-P-O
√
2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2010
tentang Gerakan Pramuka (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 131,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5169);
(DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun
2010… Nomor 5169);
O
(K)-(S)-(P)-O
√
3. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
(DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
(K)-(S)-(P)-O
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
199
2013 Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5410);
(Mengingat)
(P)
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005 … Nomor 5410);
O
4. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009
tentang Pembentukan dan Organisasi
Kementerian Negara Republik Indonesia
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia
Nomor 13 Tahun 2014;
(DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun
2009… Nomor 13 Tahun 2014;
O
(K)-(S)-(P)-O
√
5. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010
tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan
Organisasi, dan Tata kerja Kementerian Negara
Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa
kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden
Nomor 14 Tahun 2014;
(DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun
2010 … Nomor 14 Tahun 2014;
O
(K)-(S)-(P)-O
√
6. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009
mengenai Pembentukan Kabinet Indonesia
Bersatu II sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 54/P
(DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
(K)-(S)-(P)-O
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
200
Tahun 2014; KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
(Mengingat)
(P)
Keputusan Presiden Nomor 84/P…
Nomor 54/P Tahun 2014;
O
7. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
39 Tahun 2008 tentang Pembinaan Kesiswaan;
(DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Menteri Pendidikan… tentang
Pembinaan Kesiswaan;
O
(K)-(S)-(P)-O
√
8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 67 Tahun 2013
tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum
SD/MI;
(DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Menteri Pendidikan… Struktur
Kurikulum SD/MI;
O
(K)-(S)-(P)-O
√
9. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 2013
(DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
(K)-(S)-(P)-O
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
201
tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum
SMP/MTs.
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Menteri Pendidikan…
Struktur Kurikulum SMP/MTs.
O
10. Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 69
Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur
Kurikulum SMA/MA;
(DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Menteri Pendidikan…
Struktur Kurikulum SMA/MA;
O
(K)-(S)-(P)-O
√
11. Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 70
Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur
Kurikulum SMK/MAK;
(DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Menteri Pendidikan…
Struktur Kurikulum SMK/MAK;
(K)-(S)-(P)-O
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
202
O
12. Keputusan Kwartir Nasional Gerakan
Pramuka Nomor 231 Tahun 2007 Tentang
Petunjuk Penyelenggaraan Gugus depan Gerakan
Pramuka;
(DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
(Mengingat)
(P)
Keputusan Kwartir Nasional Gerakan…
depan Gerakan Pramuka;
O
(K)-(S)-(P)-O
√
13. Keputusan Kwartir Nasional Gerakan
Pramuka Nomor 056 Tahun 1982 Tentang
Petunjuk Penyelenggaraan Karang Pamitran;
(DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
(Mengingat)
(P)
Keputusan Kwartir Nasional…
Penyelenggaraan Karang Pamitran;
O
(K)-(S)-(P)-O
MEMUTUSKAN:
Menetapkan: PERATURAN MENTERI
PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN TENTANG
PENDIDIKAN
KEPRAMUKAAN
SEBAGAI KEGIATAN
EKSTRAKURIKULER
(DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
MEMUTUSKAN
(K)-(S)-P-O
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
203
WAJIB PADA
PENDIDIKAN DASAR
DAN PENDIDIKAN
MENENGAH.
P
Menetapkan: PERATURAN MENTERI
PENDIDIKAN… MENENGAH.
O
97. Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud
dengan:
1. Pendidikan Kepramukaan adalah proses
pembentukan kepribadian, kecakapan hidup, dan
akhlak mulia pramuka melalui penghayatan dan
pengamalan nilai-nilai kepramukaan;
I.F.4 Dalam Peraturan Menteri ini yang
dimaksud dengan
Ket. Tempat
Pendidikan Kepramukaan
S
adalah proses pembentukan
kepribadian,… pengamalan nilai-nilai
kepramukaan;
P
K-S-P
√
98. 2. Satuan Pendidikan adalah Sekolah
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah
Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah
(SMP/MTs), Sekolah Menengah Atas/Madrasah
Aliyah (SMA/MA), dan Sekolah Menengah
Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan
(SMK/MAK).
I.F.5 (Dalam Peraturan Menteri ini yang
dimaksud dengan)
(Ket. Tempat)
Satuan Pendidikan
S
adalah Sekolah Dasar/Madrasah
Ibtidaiyah (SD/MI),… Kejuruan
(SMK/MAK).
P
(K)-S-P
√
99. 3. Gerakan Pramuka adalah organisasi yang
dibentuk oleh pramuka untuk menyelenggarakan
pendidikan kepramukaan;
I.F.6 (Dalam Peraturan Menteri ini yang
dimaksud dengan)
(Ket. Tempat )
Gerakan Pramuka
S
adalah organisasi yang dibentuk oleh…
pendidikan kepramukaan;
P
(K)-S-P
√
100. 4. Pramuka adalah warga negara Indonesia yang
aktif dalam pendidikan kepramukaan serta
mengamalkan Satya Pramuka dan Darma
Pramuka;
I.F.7 (Dalam Peraturan Menteri ini yang
dimaksud dengan)
(Ket. Tempat)
Pramuka
(K)-S-P
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
204
S
adalah warga negara Indonesia… Satya
Pramuka dan Darma Pramuka;
P
101. 5. Kepramukaan adalah segala aspek yang
berkaitan dengan pramuka;
I.F.8 (Dalam Peraturan Menteri ini yang
dimaksud dengan)
(Ket. Tempat)
Kepramukaan
S
adalah segala aspek yang berkaitan
dengan pramuka;
P
(K)-S-P
√
102. 6. Menteri adalah menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
pendidikan;
I.F.9 (Dalam Peraturan Menteri ini yang
dimaksud dengan)
(Ket. Tempat)
Menteri
S
adalah menteri yang
menyelenggarakan… di bidang
pendidikan;
P
(K)-S-P
√
103. Pasal 2
(1) Pendidikan Kepramukaan dilaksanakan
sebagai Kegiatan Ekstrakurikuler wajib pada
pendidikan dasar dan menengah.
I.F.10 Pendidikan Kepramukaan
S
dilaksanakan sebagai
P
Kegiatan Ekstrakurikuler… pendidikan
dasar dan menengah.
Pelengkap
S-P-Pel. √
104. (2) Kegiatan Ekstrakurikuler wajib merupakan
kegiatan ekstrakurikuler yang harus diikuti oleh
seluruh peserta didik;
I.F.11 Kegiatan Ekstrakurikuler wajib
S
merupakan
P
kegiatan ekstrakurikuler yang harus
diikuti oleh seluruh peserta didik;
S-P-Pel. √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
205
Pelengkap
105. Pasal 3
(1) Pendidikan Kepramukaan dilaksanakan dalam
3 (tiga) Model meliputi Model Blok, Model
Aktualisasi, dan Model Reguler.
I.F.12 Pendidikan Kepramukaan
S
dilaksanakan
P
dalam 3 (tiga) Model meliputi Model
Blok, Model Aktualisasi, dan Model
Reguler.
Ket. Tempat
S-P-K √
106. (2) Model Blok sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) merupakan kegiatan wajib dalam bentuk
perkemahan yang dilaksanakan setahun sekali dan
diberikan penilaian umum.
I.F.13 Model Blok sebagaimana dimaksud pada
ayat (1)
S
merupakan
P
kegiatan wajib dalam bentuk
perkemahan yang dilaksanakan setahun
sekali dan diberikan penilaian umum.
Pelengkap
S-P-Pel. √
107. (3) Model Aktualisasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) merupakan kegiatan wajib dalam
bentuk penerapan sikap dan keterampilan yang
dipelajari didalam kelas yang dilaksanakan dalam
kegiatan Kepramukaan secara rutin, terjadwal,
dan diberikan penilaian formal.
I.F.14 Model Aktualisasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1)
S
merupakan
P
kegiatan wajib dalam bentuk penerapan
sikap dan keterampilan yang dipelajari
didalam kelas yang dilaksanakan dalam
kegiatan Kepramukaan secara rutin,
terjadwal, dan diberikan penilaian
formal.
Pelengkap
S-P-Pel. √
108. (4) Model Reguler sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) merupakan kegiatan sukarela berbasis
minat peserta didik yang dilaksanakan di Gugus
I.F.15 Model Reguler sebagaimana dimaksud
pada ayat (1)
S
S-P-Pel. √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
206
depan. merupakan
P
kegiatan sukarela berbasis minat peserta
didik yang dilaksanakan di Gugus depan.
Pelengkap
109. Pasal 4
Pendidikan Kepramukaan berisi perpaduan proses
pengembangan nilai sikap dan keterampilan.
I.F.16 Pendidikan Kepramukaan
S
berisi
P
perpaduan proses pengembangan nilai
sikap dan keterampilan.
Pelengkap
S-P-Pel. √
110. Pasal 5
(1) Pola Kegiatan Pendidikan Kepramukaan
diwujudkan dalam bentuk upacara dan
keterampilan Kepramukaan dengan menggunakan
berbagai metode dan teknik.
I.F.17 Pola Kegiatan Pendidikan Kepramukaan
S
diwujudkan
P
dalam bentuk upacara dan
keterampilan… berbagai metode dan
teknik.
Ket. Tempat
S-P-K √
111. (2) Upacara sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi upacara pembukaan dan penutupan.
I.F.18 Upacara sebagaimana dimaksud pada
ayat (1)
S
meliputi
P
upacara pembukaan dan penutupan.
O
S-P-O √
112. (3) Keterampilan Kepramukaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sebagai
perwujudan komitmen Kepramukaan dalam
bentuk pembiasan dan penguatan sikap dan
keterampilan sesuai dengan kebutuhan
pembelajaran.
I.F.19 Keterampilan Kepramukaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
S
dilaksanakan
P
perwujudan komitmen Kepramukaan…
dengan kebutuhan pembelajaran.
S-P-Pel. √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
207
Pelengkap
113. (4) Metode dan teknik sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dituangkan dalam bentuk belajar
interaktif dan progresif disesuaikan dengan
kemampuan fisik dan mental peserta didik.
I.F.20 Metode dan teknik sebagaimana
dimaksud pada ayat (1)
S
dituangkan
P
dalam bentuk belajar interaktif… fisik
dan mental peserta didik.
Ket. Tempat
S-P-K √
114. Pasal 6
(1) Penilaian dalam Pendidikan Kepramukaan
dilaksanakan dengan menggunakan penilaian
yang bersifat otentik mencakup penilaian sikap
dan keterampilan.
I.F.21 Penilaian dalam Pendidikan
Kepramukaan
S
dilaksanakan
P
dengan menggunakan penilaian…
penilaian sikap dan keterampilan.
Ket. Cara
S-P-K √
115. (2) Penilaian sikap sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan dengan menggunakan
penilaian berdasarkan pengamatan, penilaian diri,
dan penilaian teman sebaya.
I.F.22 Penilaian sikap sebagaimana dimaksud
pada ayat (1)
S
dilakukan
P
dengan menggunakan penilaian…
penilaian teman sebaya.
Ket. Cara
S-P-K √
116. (3) Penilaian keterampilan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan dengan menggunakan
penilaian unjuk kerja.
I.F.23 Penilaian keterampilan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1)
S
dilakukan
P
dengan menggunakan penilaian unjuk
kerja.
Ket. Cara
S-P-K √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
208
117. (4) Penilaian sikap dan keterampilan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3)
menggunakan jurnal pendidik dan portofolio.
I.F.24 Penilaian sikap dan keterampilan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan
ayat (3)
S
menggunakan
P
jurnal pendidik dan portofolio.
O
S-P-O √
118. Pasal 7
(1) Pengelolaan Pendidikan Kepramukaan sebagai
kegiatan ekstrakurikuler wajib pada satuan
pendidikan dasar dan menengah merupakan
tanggung jawab kepala sekolah dengan pelaksana
pembina pramuka.
I.F.25 Pengelolaan Pendidikan Kepramukaan…
pendidikan dasar dan menengah
S
merupakan
P
tanggung jawab kepala sekolah dengan
pelaksana pembina pramuka.
O
S-P-O √
119. (2) Pembina Pramuka sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) adalah Guru kelas/Guru mata
pelajaran yang telah memperoleh sertifikat paling
rendah kursus mahir dasar atau Pembina Pramuka
yang bukan guru kelas/guru mata pelajaran.
I.F.26 Pembina Pramuka sebagaimana
dimaksud pada ayat (1)
S
adalah Guru kelas/Guru mata
pelajaran… bukan guru kelas/guru mata
pelajaran.
P
S-P √
120. (3) Guru kelas/guru mata pelajaran yang
melaksanakan tugas tambahan sebagai Pembina
Pramuka dihitung sebagai bagian dari pemenuhan
beban kerja guru dengan beban kerja paling
banyak 2 jam pelajaran per minggu.
I.F.27 Guru kelas/guru mata pelajaran yang
melaksanakan tugas tambahan sebagai
Pembina Pramuka
S
dihitung
P
Sebagai tugas tambahan sebagai
Pembina… 2 jam pelajaran per minggu.
Pelengkap
S-P-Pel. √
121. Pasal 8
(1) Pendidikan Kepramukaan sebagai kegiatan
I.F.28 Pendidikan Kepramukaan sebagai
kegiatan ekstrakurikuler
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
209
ekstrakurikuler wajib merujuk pada Pedoman
Penyelenggaraan Pendidikan Kepramukaan
sebagai Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib dan
Prosedur Operasi Standar (POS) Penyelenggaraan
Pendidikan Kepramukaan sebagai Kegiatan
Ekstrakurikuler Wajib.
S
wajib merujuk
P
pada Pedoman Penyelenggaraan…
Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib.
Ket. Tempat
S-P-K
122. (2) Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan
Kepramukaan sebagai Kegiatan Ekstrakurikuler
Wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tercantum dalam Lampiran I yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri
ini.
I.F.29 Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan
Kepramukaan sebagai Kegiatan
Ekstrakurikuler Wajib sebagaimana
dimaksud pada ayat (1)
S
tercantum
P
dalam Lampiran I yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.
Ket. Tempat
S-P-K √
123. (3) Prosedur Operasi Standar (POS)
Penyelenggaraan Pendidikan Kepramukaan
sebagai Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum
dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
I.F.30 Prosedur Operasi Standar (POS)
Penyelenggaraan Pendidikan
Kepramukaan sebagai Kegiatan
Ekstrakurikuler Wajib sebagaimana
dimaksud pada ayat (1)
S
tercantum
P
dalam Lampiran II yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.
Ket. Tempat
S-P-K √
124. Pasal 9
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
I.F.31 Peraturan ini
S
mulai berlaku
P
pada tanggal diundangkan.
S-P-K
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
210
Ket. Waktu
125. Agar setiap orang mengetahuinya,
memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri
ini dengan penempatannya dalam Berita Negara
Republik Indonesia.
I.F.32 Agar setiap orang mengetahuinya,
Ket. Tujuan
memerintahkan
P
Pengundangan Peraturan Menteri ini
O
dengan penempatannya dalam Berita
Negara Republik Indonesia.
Ket. Cara
K-P-O-K √
126. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 2 Juli 2014,
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia.
I.F.33 Ditetapkan
P
di Jakarta pada tanggal 2 Juli 2014,
Ket. Waktu
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia.
Pelengkap
P-K-Pel. √
127. Diundangkan di Jakarta pada tanggal 11 Juli 2014
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia, Amir Syamsudin, berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 959.
I.F.34 Diundangkan
P
di Jakarta pada tanggal 11 Juli 2014
Ket. Waktu
Menteri Hukum… Tahun 2014 Nomor
959.
Pelengkap
P-K-Pel.
√
128. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 65 TAHUN 2014
TENTANG
BUKU TEKS PELAJARAN DAN BUKU
PANDUAN GURU KURIKULUM 2013
KELOMPOK PEMINATAN PENDIDIKAN
MENENGAH YANG MEMENUHI
I.G.1 Frasa (tidak mengandung unsur S P O
Pel. Ket).
F
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
211
SYARAT KELAYAKAN UNTUK
DIGUNAKAN DALAM PEMBELAJARAN
129. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
ESA
MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA
I.G.2 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA
Ket. Alat
MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA
S
K-S √
130. Menimbang: a. bahwa untuk melaksanakan
ketentuan Pasal 43 ayat (5)
Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional
Pendidikan, Badan Standar
Nasional Pendidikan telah
melakukan penilaian
kelayakan isi, bahasa,
penyajian, dan kegrafikaan
buku teks pelajaran
Kurikulum 2013 untuk
digunakan dalam
pembelajaran;
I.G.3 (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
Menimbang
P
bahwa untuk melaksanakan…
digunakan dalam pembelajaran;
O
bahwa untuk melaksanakan… Standar
Nasional Pendidikan
Ket. Tujuan
Badan Standar Nasional Pendidikan
S
telah melakukan
P
penilaian kelayakan isi, bahasa,…
digunakan dalam pembelajaran;
O
(K)-(S)-P- O
K-S-P-O
√
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud pada huruf a, perlu menetapkan
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
(DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(K)-(S)-(P)- O
K-P-O √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
212
tentang Buku Teks Pelajaran dan Buku Panduan
Guru Kurikulum 2013 Kelompok Peminatan
Pendidikan Menengah yang Memenuhi Syarat
Kelayakan untuk Digunakan Dalam
Pembelajaran;
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
(Menimbang)
(P)
bahwa berdasarkan pertimbangan…
Digunakan Dalam Pembelajaran;
O
bahwa berdasarkan pertimbangan
sebagaimana dimaksud pada huruf a,
Ket. Sebab
perlu menetapkan
P
Peraturan Menteri Pendidikan…
Digunakan Dalam Pembelajaran;
O
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4301);
(DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
Mengingat
P
Undang-undang Nomor 20 Tahun
2003… Indonesia Nomor 4301);
O
(K)-(S)-P-O
√
2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 4
1 , Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4496) sebagaimana telah diubah
(DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
(K)-(S)-(P)-O
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
213
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun
2013 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 71,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5410);
INDONESIA)
(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005… Indonesia Nomor 5410);
O
3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009
tentang
Pembentukan dan Organisasi Kementerian
Negara, sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 55
Tahun 2013 tentang Perubahan Keempat atas
Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang
Pembentukan dan Organisasi Kementerian
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2013 Nomor 125);
(DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun
2009 … Tahun 2013 Nomor 125);
O
(K)-(S)-(P)-O
√
4. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010
tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi
Kementerian Negara serta Susunan Organisasi,
Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Peraturan Presiden Nomor 56 Tahun 2013
tentang Perubahan Keempat atas Peraturan
Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian
Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan
Fungsi Eselon I Kementerian Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor
126);
(DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun
2010… Tahun 2013 Nomor 126);
O
(K)-(S)-(P)-O
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
214
5. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor
84/P Tahun 2009 mengenai Pembentukan Kabinet
Indonesia Bersatu II sebagaimana telah beberapa
kali diubah, terakhir dengan Keputusan Presiden
Nomor 8/P Tahun 2014;
(DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
(Mengingat)
(P)
Keputusan Presiden Republik
Indonesia… Nomor 8/P Tahun 2014;
O
(K)-(S)-(P)-O
√
6. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
2 Tahun 2008 tentang Buku;
(DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 2 Tahun 2008 tentang Buku;
O
(K)-(S)-(P)-O
√
MEMUTUSKAN:
Menetapkan: PERATURAN MENTERI
PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN
TENTANG BUKU TEKS
PELAJARAN DAN BUKU
PANDUAN GURU
(DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
(K)-(S)-P-O
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
215
KURIKULUM 2013
KELOMPOK PEMINATAN
PENDIDIKAN
MENENGAH YANG
MEMENUHI SYARAT
KELAYAKAN UNTUK
DIGUNAKAN DALAM
PEMBELAJARAN.
MEMUTUSKAN
P1
Menetapkan: PERATURAN MENTERI
PENDIDIKAN… PEMBELAJARAN.
O
131. Pasal 1
(1) Buku kurikulum 2013 untuk SMA/MA kelas
X kelompok peminatan Matematika dan Ilmu-
Ilmu Alam yang terdiri atas:
a. Buku Teks Pelajaran sebagai buku siswa
sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini; dan
b. Buku Panduan Guru sebagai buku guru
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini,
memenuhi syarat kelayakan untuk digunakan
dalam pembelajaran.
I.G.4 Buku kurikulum 2013 untuk SMA/MA
kelas X kelompok peminatan
Matematika dan Ilmu-Ilmu Alam yang
terdiri atas:
a. Buku Teks Pelajaran sebagai buku
siswa sebagaimana tercantum dalam
Lampiran I yang merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri
ini; dan
b. Buku Panduan Guru sebagai buku
guru sebagaimana tercantum dalam
Lampiran II yang merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini,
S
memenuhi
P
syarat kelayakan untuk digunakan dalam
pembelajaran.
O
S-P-O √
132. (2) Buku kurikulum 2013 untuk SMA/MA kelas
X kelompok peminatan Ilmu-Ilmu Sosial terdiri
atas:
a. Buku Teks Pelajaran sebagai buku siswa
sebagaimana tercantum dalam Lampiran III yang
I.G.5 Buku kurikulum 2013 untuk SMA/MA
kelas X kelompok peminatan Ilmu-Ilmu
Sosial terdiri atas:
a. Buku Teks Pelajaran sebagai buku
siswa sebagaimana tercantum dalam
S-P-O √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
216
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini; dan
b. Buku Panduan Guru sebagai buku guru
sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini,
memenuhi syarat kelayakan untuk digunakan
dalam pembelajaran.
Lampiran III yang merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini; dan
b. Buku Panduan Guru sebagai buku
guru sebagaimana tercantum dalam
Lampiran IV yang merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini,
S
memenuhi
P
syarat kelayakan untuk digunakan dalam
pembelajaran.
O
133. (3) Buku kurikulum 2013 untuk SMA/MA kelas
X kelompok peminatan ilmu-ilmu bahasa dan
budaya yang terdiri atas:
a. Buku Teks Pelajaran sebagai buku siswa
sebagaimana tercantum dalam Lampiran V yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini; dan
b. Buku Panduan Guru sebagai buku guru
sebagaimana tercantum dalam Lampiran VI yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini,
memenuhi syarat kelayakan untuk digunakan
dalam pembelajaran.
I.G.6 (3) Buku kurikulum 2013 untuk
SMA/MA kelas X kelompok peminatan
ilmu-ilmu bahasa dan budaya yang
terdiri atas:
a. Buku Teks Pelajaran sebagai buku
siswa sebagaimana tercantum dalam
Lampiran V yang merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini; dan
b. Buku Panduan Guru sebagai buku
guru sebagaimana tercantum dalam
Lampiran VI yang merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini,
S
memenuhi
P
syarat kelayakan untuk digunakan dalam
pembelajaran.
O
S-P-O √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
217
134. Pasal 2
Perubahan atas isi buku teks pelajaran
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 wajib
mendapat persetujuan dari Badan Standar
Nasional Pendidikan (BSNP).
I.G.7 Perubahan atas isi buku teks pelajaran
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1
S
wajib mendapat
P
persetujuan dari Badan Standar Nasional
Pendidikan (BSNP).
O
S-P-O √
Pasal 3
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
I.G.8 Peraturan ini
S
mulai berlaku
P
pada tanggal diundangkan.
Ket. Waktu
S-P-K
√
135. Agar setiap orang mengetahuinya,
memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri
ini dengan penempatannya dalam Berita Negara
Republik Indonesia.
I.G.9 Agar setiap orang mengetahuinya,
Ket. Tujuan
memerintahkan
P
Pengundangan Peraturan Menteri ini
O
dengan penempatannya dalam Berita
Negara Republik Indonesia.
Ket. Cara
K-P-O-K √
136. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 2 Juli 2014,
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia.
I.G.10 Ditetapkan
P
di Jakarta pada tanggal 2 Juli 2014,
Ket. Waktu
Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia.
Pelengkap
P-K-Pel. √
137. Diundangkan di Jakarta pada tanggal 11 Juli 2014
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia, Amir Syamsudin, berita Negara
I.G.11 Diundangkan
P
di Jakarta pada tanggal 11 Juli 2014
P-K-Pel. √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
218
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 961. Ket. Waktu
Menteri Hukum… Tahun 2014 Nomor
961
Pelengkap
138. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 103 TAHUN 2014
TENTANG
PEMBELAJARAN PADA PENDIDIKAN
DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH
I.H.1 Frasa (tidak mengandung unsur S P O
Pel. Ket).
F √
139. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
ESA
MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA
I.H.2 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA
Ket. Alat
MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA
S
K-S √
140. Menimbang: bahwa dalam rangka implementasi
kurikulum sebagaimana telah
diatur dalam Pasal 77O ayat (2)
huruf c dan Pasal 77P ayat (2)
huruf c Peraturan Pemerintah
Nomor 32 Tahun 2013 tentang
Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan, perlu menetapkan
Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan tentang
Pedoman Pembelajaran pada
Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah;
I.H.3 (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
Menimbang
P
bahwa dalam rangka implementasi…
Dasar dan Pendidikan Menengah;
O
bahwa dalam rangka implementasi…
Standar Nasional Pendidikan,
Ket. Tempat
perlu menetapkan
(K)-(S)-P- O
K-P-O
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
219
P
Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan… Pendidikan Menengah;
O
Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 78, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia
Nomor 4301);
(DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
Mengingat
P
Undang-undang Nomor 20 Tahun
2003… Indonesia Nomor 4301);
O
(K)-(S)-P-O
√
2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2013 Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5410);
(DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005… Indonesia Nomor 5410);
O
(K)-(S)-(P)-O
√
3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009
tentang Pembentukan dan Organisasi
Kementerian Negara Republik Indonesia
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia
Nomor 13 Tahun 2014;
(DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(K)-(S)-(P)-O
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
220
(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun
2009… Nomor 13 Tahun 2014;
O
4. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010
tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan
Organisasi, dan Tata kerja Kementerian Negara
Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa
kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden
Nomor 14 Tahun 2014;
(DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun
2010… Nomor 14 Tahun 2014;
O
(K)-(S)-(P)-O
√
5. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009
mengenai Pembentukan Kabinet Indonesia
Bersatu II sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 54/P
Tahun 2014;
(DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
(Mengingat)
(P)
Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun
2009… Tahun 2014;
O
(K)-(S)-(P)-O
√
6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 54 Tahun 2013 tentang Standar
Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan
Menengah;
(DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(K)-(S)-(P)-O
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
221
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan… Dasar dan Menengah;
O
7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi
Pendidikan Dasar dan Menengah;
(DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan… Dasar dan Menengah;
O
(K)-(S)-(P)-O
√
8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses
Pendidikan Dasar dan Menengah;
(DENGAN RAHMAT TUHAN
YANG MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan… Dasar dan Menengah;
O
(K)-(S)-(P)-O
√
9. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG (K)-(S)-(P)-O √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
222
Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian
Pendidikan Dasar dan Menengah;
MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan… Dasar dan Menengah;
O
10. Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 57 Tahun 2014 tentang
Kurikulum 2013 Sekolah Dasar/Madrasah
Ibtidaiyah;
(DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Menteri Pendidikan… Sekolah
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah;
O
(K)-(S)-(P)-O
√
11. Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 58 Tahun 2014 tentang
Kurikulum 2013 Sekolah Menengah
Pertama/Madrasah Tsanawiyah;
(DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Menteri Pendidikan…
Pertama/Madrasah Tsanawiyah;
(K)-(S)-(P)-O
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
223
O
12. Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 59 Tahun 2014 tentang
Kurikulum 2013 Sekolah Menengah
Atas/Madrasah Aliyah;
(DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Menteri Pendidikan…
Menengah Atas/Madrasah Aliyah;
O
(K)-(S)-(P)-O
√
13. Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 60 Tahun 2014 tentang
Kurikulum 2013 Sekolah Menengah
Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan;
(DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Menteri Pendidikan…
Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan;
O
(K)-(S)-(P)-O
√
MEMUTUSKAN:
Menetapkan: PERATURAN MENTERI
PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN TENTANG
PEMBELAJARAN PADA
PENDIDIKAN DASAR DAN
PENDIDIKAN MENENGAH.
(DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
MEMUTUSKAN
P
(K)-(S)-P-O
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
224
Menetapkan PERATURAN MENTERI
PENDIDIKAN…PENDIDIKAN
MENENGAH.
O
141. Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud
dengan:
1. Pembelajaran adalah proses interaksi
antarpeserta didik dan antara peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar.
I.H.4 Dalam Peraturan Menteri ini yang
dimaksud dengan
Ket. Tempat
Pembelajaran
S
adalah proses interaksi antarpeserta…
suatu lingkungan belajar.
P
K-S-P √
142. 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran selanjutnya
disebut dengan RPP adalah rencana pembelajaran
yang dikembangkan mengacu pada silabus;
I.H.5 (Dalam Peraturan Menteri ini yang
dimaksud dengan)
(Ket. Tempat)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
selanjutnya disebut dengan RPP
S
adalah rencana pembelajaran yang
dikembangkan mengacu pada silabus
P
(K)-S-P √
143. 3. Satuan pendidikan adalah Sekolah
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah/Sekolah Dasar Luar
Biasa (SD/MI/SDLB), Sekolah Menengah
Pertama/Madrasah Tsanawiyah/ Sekolah
Menengah Pertama Luar Biasa
(SMP/MTs/SMPLB), Sekolah Menengah
Atas/Madrasah Aliyah /Sekolah Menengah Atas
Luar Biasa (SMA/MA/SMALB), dan Sekolah
Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah
Kejuruan/Sekolah Menengah Kejuruan Luar
Biasa (SMK/MAK/SMKLB).
I.H.6 (Dalam Peraturan Menteri ini yang
dimaksud dengan)
(Ket. Tempat)
Satuan pendidikan
S
adalah Sekolah Dasar/Madrasah
Ibtidaiyah/Sekolah Dasar Luar Biasa
(SD/MI/SDLB),… Sekolah Menengah
Kejuruan/Madrasah Aliyah
Kejuruan/Sekolah Menengah Kejuruan
Luar Biasa (SMK/MAK/SMKLB).
P
(K)-S-P √
144. Pasal 2 I.H.7 Pembelajaran S-P-Pel. √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
225
(1) Pembelajaran dilaksanakan berbasis aktivitas
dengan karakteristik:
a. interaktif dan inspiratif;
b. menyenangkan, menantang, dan memotivasi
peserta didik untuk berpartisipasi aktif;
c. kontekstual dan kolaboratif;
d. memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian peserta didik; dan
e. sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
S
dilaksanakan
P
Berbasis aktivitas dengan karakteristik a.
interaktif dan inspiratif; b.
menyenangkan, menantang, dan
memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif; c. kontekstual dan
kolaboratif; d. memberikan ruang yang
cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan
kemandirian peserta didik; dan e. sesuai
dengan bakat, minat, kemampuan, dan
perkembangan fisik serta psikologis
peserta didik.
Pelengkap
145. (2) Pembelajaran menggunakan pendekatan,
strategi, model, dan metode yang mengacu pada
karakteristik sebagaimana dimaksud pada ayat
(1).
I.H.8 Pembelajaran
S
menggunakan
P
pendekatan, strategi, model, dan
metode… dimaksud pada ayat (1).
O
S-P-O √
146. (3) Pendekatan pembelajaran sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) merupakan cara pandang
pendidik yang digunakan untuk menciptakan
lingkungan pembelajaran yang memungkinkan
terjadinya proses pembelajaran dan tercapainya
kompetensi yang ditentukan.
I.H.9 Pendekatan pembelajaran sebagaimana
dimaksud pada ayat (2)
S
merupakan
P
cara pandang pendidik yang
digunakan… kompetensi yang
ditentukan.
Pelengkap
S-P-Pel. √
147. (4) Strategi pembelajaran sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) merupakan langkah-langkah
sistematik dan sistemik yang digunakan pendidik
I.H.10 Strategi pembelajaran sebagaimana
dimaksud pada ayat (2)
S
S-P-Pel. √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
226
untuk menciptakan lingkungan pembelajaran
yang memungkinkan terjadinya proses
pembelajaran dan tercapainya kompetensi yang
ditentukan.
merupakan
P
langkah-langkah sistematik dan
sistemik… kompetensi yang ditentukan.
Pelengkap
148. (5) Model pembelajaran sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) merupakan kerangka konseptual dan
operasional pembelajaran yang memiliki nama,
ciri, urutan logis, pengaturan, dan budaya.
I.H.11 Model pembelajaran sebagaimana
dimaksud pada ayat (2)
S
merupakan
P
kerangka konseptual dan operasional…
pengaturan, dan budaya.
Pelengkap
S-P-Pel. √
149. (6) Metode pembelajaran sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) merupakan cara atau teknik yang
digunakan oleh pendidik untuk menangani suatu
kegiatan pembelajaran yang mencakup antara lain
ceramah, tanya-jawab, diskusi.
I.H.12 Metode pembelajaran sebagaimana
dimaksud pada ayat (2)
S
merupakan
P
cara atau teknik yang digunakan…
ceramah, tanya-jawab, diskusi.
Pelengkap
S-P-Pel. √
150. (7) Pendekatan pembelajaran sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) menggunakan pendekatan
saintifik/pendekatan berbasis proses keilmuan.
I.H.13 Pendekatan pembelajaran sebagaimana
dimaksud pada ayat (3)
S
menggunakan
P
pendekatan saintifik/pendekatan berbasis
proses keilmuan.
O
S-P-O √
151. (8) Pendekatan saintifik/pendekatan berbasis
proses keilmuan sebagaimana dimaksud pada ayat
(7) merupakan pengorganisasian pengalaman
belajar dengan urutan logis meliputi proses
pembelajaran:
I.H.14 Pendekatan saintifik/pendekatan berbasis
proses keilmuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (7)
S
merupakan
S-P-Pel. √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
227
a. mengamati;
b. menanya;
c. mengumpulkan informasi/mencoba;
d. menalar/mengasosiasi; dan
e. mengomunikasikan.
P
proses pembelajaran: a. mengamati; b.
menanya; c. mengumpulkan
informasi/mencoba;d.
menalar/mengasosiasi; dan e.
mengomunikasikan.;
Pelengkap
152. (9) Urutan logis sebagaimana dimaksud pada ayat
(8) dapat dikembangkan dan digunakan dalam
satu atau lebih pertemuan.
I.H.15 Urutan logis sebagaimana dimaksud
pada ayat (8)
S
dapat dikembangkan dan digunakan
P
dalam satu atau lebih pertemuan.
Ket. Tempat
S-P-K √
153. (10) Pendekatan saintifik/pendekatan berbasis
proses keilmuan sebagaimana dimaksud pada ayat
(8) dilaksanakan dengan menggunakan modus
pembelajaran langsung atau tidak langsung
sebagai landasan dalam menerapkan berbagai
strategi dan model pembelajaran sesuai dengan
Kompetensi Dasar yang ingin dicapai.
I.H.16 Pendekatan saintifik/pendekatan…
sebagaimana dimaksud pada ayat (8)
S
dilaksanakan
P
dengan menggunakan modus…
Kompetensi Dasar yang ingin dicapai.
Ket. Cara
S-P-K √
154. Pasal 3
(1) Pembelajaran dilaksanakan dengan
menggunakan RPP.
I.H.17 Pembelajaran
S
dilaksanakan
P
dengan menggunakan RPP.
Ket. Cara
S-P-K √
155. (2) RPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disusun oleh guru dengan mengacu pada silabus
dengan prinsip:
a. memuat secara utuh kompetensi dasar sikap
spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan
I.H.18 RPP sebagaimana dimaksud pada ayat
(1)
S
disusun
P
S-P-Pel.-K √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
228
keterampilan;
b. dapat dilaksanakan dalam satu atau lebih dari
satu kali pertemuan;
c. memperhatikan perbedaan individual peserta
didik;
d. berpusat pada peserta didik;
e. berbasis konteks;
f. berorientasi kekinian;
h. memberikan umpan balik dan tindak lanjut
pembelajaran;
i. memiliki keterkaitan dan keterpaduan
antarkompetensi dan/atau antarmuatan; dan
j. memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi.
oleh guru
Pelengkap
dengan mengacu pada silabus dengan
prinsip: a. memuat secara utuh
kompetensi dasar sikap spiritual, sikap
sosial, pengetahuan, dan keterampilan; b.
dapat dilaksanakan dalam satu atau lebih
dari satu kali pertemuan; c.
memperhatikan perbedaan individual
peserta didik; d. berpusat pada peserta
didik; e. berbasis konteks; f. berorientasi
kekinian; g. mengembangkan
kemandirian belajar; h. memberikan
umpan balik dan tindak lanjut
pembelajaran; i. memiliki keterkaitan
dan keterpaduan antarkompetensi
dan/atau antarmuatan; dan j.
memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi.
Ket. Cara
156. (3) Prinsip sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diwujudkan dalam bentuk pembelajaran reguler,
pengayaan, dan remedial.
I.H.19 Prinsip sebagaimana dimaksud pada ayat
(2)
S
diwujudkan
P
dalam bentuk pembelajaran reguler,
pengayaan, dan remedial.
Ket. Tempat
S-P-K √
157. (4) RPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
paling sedikit memuat:
a. identitas sekolah/madrasah, mata pelajaran atau
tema, kelas/semester, dan alokasi waktu;
b. Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, dan
I.H.20 RPP sebagaimana dimaksud pada ayat
(1)
S
paling sedikit memuat
P
S-P-O √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
229
indikator pencapaian kompetensi;
c. materi pembelajaran;
d. kegiatan pembelajaran yang meliputi kegiatan
pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup;
e. penilaian, pembelajaran remedial, dan
pengayaan; dan
f. media, alat, bahan, dan sumber belajar.
a. identitas sekolah/madrasah, mata
pelajaran atau tema, kelas/semester, dan
alokasi waktu; b. Kompetensi Inti,
Kompetensi Dasar, dan indikator
pencapaian kompetensi; c. materi
pembelajaran; d. kegiatan pembelajaran
yang meliputi kegiatan pendahuluan,
kegiatan inti, dan kegiatan penutup; e.
penilaian, pembelajaran remedial, dan
pengayaan; dan f. media, alat, bahan,
dan sumber belajar.
O
158. (5) Indikator pencapaian kompetensi sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) huruf b merupakan:
a. kemampuan yang dapat diobservasi untuk
disimpulkan sebagai pemenuhan Kompetensi
Dasar pada Kompetensi Inti 1 dan Kompetensi
Inti 2; dan
b. kemampuan yang dapat diukur dan/atau
diobservasi untuk disimpulkan sebagai
pemenuhan Kompetensi Dasar pada Kompetensi
Inti 3 dan Kompetensi Inti 4.
I.H.21 Indikator pencapaian kompetensi
sebagaimana … pada ayat (4) huruf b
S
merupakan
P
Kemampuan yang dapat diobservasi…
Kompetensi Inti 2; dan b. kemampuan
yang dapat diukur dan/atau diobservasi
untuk disimpulkan sebagai pemenuhan
Kompetensi Dasar pada Kompetensi Inti
3 dan Kompetensi Inti 4.
Pelengkap
S-P-Pel.
√
159. (6) Kegiatan pembelajaran sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) huruf d mengacu pada
pendekatan, strategi, model, dan metode
pembelajaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal
2 ayat (3) sampai dengan ayat (9).
I.H.22 Kegiatan pembelajaran sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) huruf d
S
mengacu
P
pada pendekatan, strategi, model, dan
metode pembelajaran sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) sampai
dengan ayat (9).
S-P-O √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
230
O
160. Pasal 4
Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah dilaksanakan sesuai
pedoman sebagaimana tercantum dalam Lampiran
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
I.H.23 Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah
S
dilaksanakan
P
sesuai pedoman sebagaimana tercantum
dalam Lampiran yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri
ini.
Pelengkap
S-P-Pel. √
161. Pasal 5
Semua ketentuan tentang Pembelajaran pada
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah
dalam Peraturan Menteri yang sudah ada sebelum
Peraturan Menteri ini berlaku, tetap berlaku
sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan
dalam Peraturan Menteri ini.
I.H.24 Semua ketentuan tentang Pembelajaran
pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah dalam Peraturan Menteri yang
sudah ada sebelum Peraturan Menteri ini
berlaku,
S
tetap berlaku
P
sepanjang tidak bertentangan dengan
ketentuan dalam Peraturan Menteri ini.
Ket. Waktu
S-P-K √
162. Pasal 6
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
I.H.25 Peraturan ini
S
mulai berlaku
P
pada tanggal diundangkan.
Ket. Waktu
S-P-K
√
163. Agar setiap orang mengetahuinya,
memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri
ini dengan penempatannya dalam Berita Negara
Republik Indonesia.
I.H.26 Agar setiap orang mengetahuinya,
Ket. Tujuan
memerintahkan
P
Pengundangan Peraturan Menteri ini
O
K-P-O-K √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
231
dengan penempatannya dalam Berita
Negara Republik Indonesia.
Ket. Cara
164. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 3 Oktober
2014, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia.
I.H.27 Ditetapkan
P
di Jakarta pada tanggal 3 Oktober 2014
Ket. Waktu
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia.
Pelengkap
P-K-Pel. √
165. Diundangkan di Jakarta pada tanggal 8 Oktober
2014 Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia, Amir Syamsudin, berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
1506.
I.H.28 Diundangkan
P
di Jakarta pada tanggal 8 Oktober 2014
Ket. Waktu
Menteri Hukum… Tahun 2014 Nomor
1506.
Pelengkap
P-K-Pel. √
166. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 105 TAHUN 2014
TENTANG
PENDAMPINGAN PELAKSANAAN
KURIKULUM 2013
PADA PENDIDIKAN DASAR DAN
PENDIDIKAN MENENGAH
I.I.1 Frasa (tidak mengandung unsur S P O
Pel. Ket).
F √
167. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
ESA
MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA
I.I.2 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA
Ket. Alat
MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA
S
K-S √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
232
168. Menimbang: bahwa dalam rangka menjamin
terlaksananya Kurikulum 2013
secara efektif dan efisien pada
satuan pendidikan, perlu
menetapkan Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan
tentang Pendampingan
Pelaksanaan Kurikulum 2013
pada Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah;
I.I.3 (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
Menimbang
P
bahwa dalam rangka menjamin… Dasar
dan Pendidikan Menengah;
O
bahwa dalam rangka menjamin… pada
satuan pendidikan,
Ket. Tempat
perlu menetapkan
P
Peraturan Menteri Pendidikan… Dasar
dan Pendidikan Menengah;
O
(K)-(S)-P- O
K-P-O
√
Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 78, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia
Nomor 4301);
(DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
Mengingat
P
Undang-undang Nomor 20 Tahun
2003… Indonesia Nomor 4301);
O
(K)-(S)-P-O
√
2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan
(DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
(K)-(S)-(P)-O
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
233
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2013 Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5410);
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005… Indonesia Nomor 5410);
O
3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009
tentang Pembentukan dan Organisasi
Kementerian Negara Republik Indonesia
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia
Nomor 13 Tahun 2014;
(DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun
2009… Nomor 13 Tahun 2014;
O
(K)-(S)-(P)-O
√
4. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010
tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan
Organisasi, dan Tata kerja Kementerian Negara
Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa
kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden
Nomor 14 Tahun 2014;
(DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun
2010… Nomor 14 Tahun 2014;
O
(K)-(S)-(P)-O
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
234
5. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009
mengenai Pembentukan Kabinet Indonesia
Bersatu II sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 41/P
Tahun 2014;
(DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Presiden Nomor 84/P Tahun
2009… Nomor 41/P Tahun 2014;
O
(K)-(S)-(P)-O
√
6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 54 Tahun 2013 tentang Standar
Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan
Menengah;
(DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan … Dasar dan Menengah;
O
(K)-(S)-(P)-O
√
7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi
Pendidikan Dasar dan Menengah;
(DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Menteri Pendidikan dan
(K)-(S)-(P)-O
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
235
Kebudayaan … Dasar dan Menengah;
O
8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses
Pendidikan Dasar dan Menengah;
(DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan … Dasar dan Menengah;
O
(K)-(S)-(P)-O
√
9. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian
Pendidikan Dasar dan Menengah;
(DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan … Dasar dan Menengah;
O
(K)-(S)-(P)-O
√
10. Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 57 Tahun 2014 tentang
Kurikulum 2013 Sekolah Dasar/Madrasah
Ibtidaiyah;
(DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
(K)-(S)-(P)-O
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
236
(Mengingat)
(P)
Peraturan Menteri Pendidikan…
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah;
O
11. Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 58 Tahun 2014 tentang
Kurikulum 2013 Sekolah Menengah
Pertama/Madrasah Tsanawiyah;
(DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Menteri Pendidikan…
Pertama/Madrasah Tsanawiyah;
O
(K)-(S)-(P)-O
12. Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 59 Tahun 2014 tentang
Kurikulum 2013 Sekolah Menengah
Atas/Madrasah Aliyah;
(DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Menteri Pendidikan…
Atas/Madrasah Aliyah;
O
(K)-(S)-(P)-O
√
13. Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 60 Tahun 2014 tentang
Kurikulum 2013 Sekolah Menengah
Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan;
(DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
(K)-(S)-(P)-O
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
237
INDONESIA)
(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Menteri Pendidikan…
Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan;
O
MEMUTUSKAN:
Menetapkan: PERATURAN MENTERI
PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN TENTANG
PENDAMPINGAN
PELAKSANAAN
KURIKULUM 2013 PADA
PENDIDIKAN DASAR
DAN PENDIDIKAN
MENENGAH.
(DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
MEMUTUSKAN
P1
Menetapkan: PERATURAN MENTERI
PENDIDIKAN… ATAS LUAR
BIASA.
O
(K)-(S)-P-O
√
169. Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud
dengan:
1. Pendampingan Pelaksanaan Kurikulum 2013
yang selanjutnya disebut Pendampingan adalah
proses pemberian bantuan penguatan pelaksanaan
Kurikulum 2013 pada satuan pendidikan;
I.I.4 Dalam Peraturan Menteri ini yang
dimaksud dengan:
Ket. Tempat
Pendampingan Pelaksanaan Kurikulum
2013 yang selanjutnya disebut
Pendampingan
S
adalah proses pemberian bantuan
penguatan pelaksanaan Kurikulum 2013
pada satuan pendidikan;
P
K-S-P √
170. 2. Satuan pendidikan adalah Sekolah
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah/Sekolah Dasar Luar
Biasa (SD/MI/SDLB), Sekolah Menengah
I.I.5 (Dalam Peraturan Menteri ini yang
dimaksud dengan)
(Ket. Tempat)
(K)-S-P √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
238
Pertama/Madrasah Tsanawiyah/Sekolah
Menengah Pertama Luar Biasa
(SMP/MTs/SMPLB), Sekolah Menengah
Atas/Madrasah Aliyah/Sekolah Menengah Atas
Luar Biasa (SMA/MA/SMALB), dan Sekolah
Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah
Kejuruan/Sekolah Menengah Kejuruan Luar
Biasa (SMK/MAK/SMKLB).
Satuan pendidikan
S
Adalah Sekolah Dasar/Madrasah
Ibtidaiyah/Sekolah Dasar Luar Biasa
(SD/MI/SDLB), Sekolah Menengah
Pertama/Madrasah Tsanawiyah/Sekolah
Menengah Pertama Luar Biasa
(SMP/MTs/SMPLB), Sekolah Menengah
Atas/Madrasah Aliyah/Sekolah
Menengah Atas Luar Biasa
(SMA/MA/SMALB), dan Sekolah
Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah
Kejuruan/Sekolah Menengah Kejuruan
Luar Biasa (SMK/MAK/SMKLB).
P
171. Pasal 2
(1) Pendampingan memiliki tujuan:
a. memfasilitasi proses adopsi Kurikulum 2013
pada satuan pendidikan;
b. memfasilitasi pengayaan/kontekstualisasi
sebagai bagian dari pengembangan Kurikulum
2013 pada satuan pendidikan;
c. memperkuat keterlaksanaan Kurikulum 2013
pada satuan pendidikan; dan
d. memperkuat pemahaman dan membangun
kepercayaan diri dalam pelaksanaan pembelajaran
berbasis Kurikulum 2013.
I.I.6 Pendampingan
S
memiliki
P
tujuan a. memfasilitasi proses adopsi
Kurikulum 2013 pada satuan pendidikan;
b.memfasilitasi
pengayaan/kontekstualisasi sebagai
bagian dari pengembangan Kurikulum
2013 pada satuan pendidikan;
c.memperkuat keterlaksanaan Kurikulum
2013 pada satuan pendidikan; dan
d.memperkuat pemahaman dan
membangun kepercayaan diri dalam
pelaksanaan pembelajaran berbasis
Kurikulum 2013.
O
S-P-O √
172. (2) Pendampingan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) memiliki sasaran:
I.I.10 Pendampingan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) S-P-O √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
239
a. pengawas satuan pendidikan;
b. kepala satuan pendidikan; dan
c. pendidik.
S
memiliki
P
Sasaran a. pengawas satuan pendidikan;
b. kepala satuan pendidikan; dan c.
pendidik.
O
173. (3) Sasaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
memperoleh substansi pendampingan sesuai
dengan status dan peran masing-masing.
I.I.11 Sasaran sebagaimana dimaksud pada
ayat (2)
S
memperoleh
P
substansi pendampingan sesuai dengan
status dan peran masing-masing.
O
S-P-O √
174. Pasal 3
(1) Pendampingan dilakukan berdasarkan prinsip:
a. profesional;
b. kolegial;
c. sikap saling percaya; dan
d. berkelanjutan.
I.I.12 Pendampingan
S
dilakukan
P
berdasarkan prinsip a. profesional; b.
kolegial; c. sikap saling percaya; dan
d. berkelanjutan.
Ket. Sebab
S-P-K √
175. (2) Prinsip profesional sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a merupakan kegiatan
pendampingan yang dilakukan dengan kriteria
dan prosedur keahlian.
I.I.13 Prinsip profesional sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a
S
merupakan
P
kegiatan pendampingan yang dilakukan
dengan kriteria dan prosedur keahlian.
Pelengkap
S-P-Pel. √
176. (3) Prinsip kolegial sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b merupakan kegiatan
pendampingan yang dilakukan dengan
I.I.14 Prinsip kolegial sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b
S
S-P-Pel. √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
240
pendekatan dan iklim kesejawatan antara
pendamping dan yang didampingi.
merupakan
P
kegiatan pendampingan yang dilakukan
dengan pendekatan dan iklim
kesejawatan antara pendamping dan
yang didampingi.
Pelengkap
177. (4) Prinsip sikap saling percaya sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c merupakan
kegiatan pendampingan yang dilakukan dengan
saling menghormati dan bertanggungjawab.
I.I.15 Prinsip sikap saling percaya sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c
S
merupakan
P
kegiatan… saling menghormati dan
bertanggungjawab.
Pelengkap
S-P-Pel. √
178. (5) Prinsip berkelanjutan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf d merupakan kegiatan
pendampingan yang dilakukan secara terencana,
terus-menerus, dan semakin meningkat.
I.I.16 Prinsip berkelanjutan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf d
S
merupakan
P
kegiatan pendampingan yang dilakukan
secara terencana, terus-menerus, dan
semakin meningkat.
Pelengkap.
S-P-Pel. √
179. Pasal 4
Pendampingan pelaksanaan Kurikulum 2013
berisi:
a. penguatan substansi bahan ajar untuk setiap
mata pelajaran dan/atau tema pembelajaran;
b. penguatan sistem pembelajaran pada
Kurikulum 2013;
c. penguatan sistem penilaian hasil belajar oleh
pendidik pada Kurikulum 2013 dan pengisian
laporan hasil belajar peserta didik;
I.I.17 Pendampingan pelaksanaan Kurikulum
2013
S
berisi
P
a.penguatan substansi bahan ajar untuk
setiap mata pelajaran dan/atau tema
pembelajaran; b. penguatan sistem
pembelajaran pada Kurikulum 2013; c.
penguatan sistem penilaian hasil belajar
S-P-Pel. √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
241
d. pengembangan perangkat Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan; dan
e. pengembangan model penelusuran minat
peserta didik melalui bimbingan dan
konseling.
oleh pendidik pada Kurikulum 2013 dan
pengisian laporan hasil belajar peserta
didik; d. pengembangan perangkat
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan;
dan e. pengembangan model penelusuran
minat peserta didik melalui bimbingan
dan konseling.
Pelengkap
180. Pasal 5
Pengelolaan pendampingan dilaksanakan oleh
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah
bekerjasama dengan dinas pendidikan provinsi
dan dinas pendidikan kabupaten/kota sesuai
dengan kewenangannya.
I.I.18 Pengelolaan pendampingan
S
dilaksanakan
P
oleh Direktorat Jenderal Pendidikan
Dasar dan Direktorat Jenderal
Pendidikan Menengah bekerjasama
dengan dinas pendidikan provinsi dan
dinas pendidikan kabupaten/kota sesuai
dengan kewenangannya.
Pelengkap
S-P-Pel. √
181. Pasal 6
(1) Pendampingan dilaksanakan secara
berkesinambungan dengan:
a. model pendampingan di induk kluster/gugus;
dan
b. model pendampingan di satuan pendidikan.
I.I.19 Pendampingan
S
dilaksanakan
P
secara berkesinambungan dengan model
pendampingan di induk kluster/gugus.
dan b. model pendampingan di satuan
pendidikan.
Ket. Cara
S-P-K √
182. (2) Model Pendampingan berbasis kluster/gugus
satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a dilakukan oleh guru pendamping.
I.I.20 Model Pendampingan berbasis
kluster/gugus satuan pendidikan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a
S
dilakukan
S-P-Pel. √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
242
P
oleh guru pendamping.
Pelengkap
183. (3) Model pendampingan di satuan pendidikan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
dilakukan oleh guru pendamping yang ada di
satuan pendidikan tersebut.
I.I.21 Model pendampingan di satuan
pendidikan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b
S
dilakukan
P
oleh guru pendamping yang ada di
satuan pendidikan tersebut.
Pelengkap
S-P-Pel. √
184. Pasal 7
(1) Guru pendamping dalam pelaksanaan
Kurikulum 2013 terdiri atas unsur:
a. pengawas satuan pendidikan;
b. kepala satuan pendidikan; dan
c. pendidik.
I.I.22 Guru pendamping dalam pelaksanaan
Kurikulum 2013
S
terdiri atas
P
unsur a. pengawas satuan pendidikan; b.
kepala satuan pendidikan; dan c.
pendidik.
Pelengkap
S-P-Pel.
√
185. (2) Syarat sebagai pendamping dalam
pelaksanaan Kurikulum 2013 sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) adalah:
a. telah lulus pelatihan Kurikulum 2013 dengan
prestasi sekurang-kurangnya dengan predikat
memuaskan (M); dan
b. telah lulus dalam bimbingan teknis guru
pendamping
I.I.23 Syarat sebagai pendamping dalam
pelaksanaan Kurikulum 2013
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
S
adalah telah lulus pelatihan Kurikulum
2013 dengan prestasi sekurang-
kurangnya dengan predikat memuaskan
(M); dan b. telah lulus dalam bimbingan
teknis guru pendamping
P
S-P √
186. (3) Penyelenggara satuan pendidikan yang
didirikan oleh masyarakat dapat menyediakan
sumber daya pendidikan dalam pelaksanaan
I.I.24 (3) Penyelenggara satuan pendidikan
yang didirikan oleh masyarakat
S
S-P-O √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
243
pendampingan pada satuan pendidikan. dapat menyediakan
P
sumber daya pendidikan dalam
pelaksanaan pendampingan pada satuan
pendidikan.
O
187. Pasal 8
Pendampingan Pelaksanaan Kurikulum 2013 pada
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah
menggunakan Pedoman sebagaimana tercantum
dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
I.I.25 Pendampingan Pelaksanaan Kurikulum
2013 pada Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah
S
menggunakan
P
Pedoman sebagaimana tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
O
S-P-O √
188. Pasal 9
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
I.I.26 Peraturan ini
S
mulai berlaku
P
pada tanggal diundangkan.
Ket. Waktu
S-P-K
√
189. Agar setiap orang mengetahuinya,
memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri
ini dengan penempatannya dalam Berita Negara
Republik Indonesia.
I.I.27 Agar setiap orang mengetahuinya,
Ket. Tujuan
memerintahkan
P
Pengundangan Peraturan Menteri ini
O
dengan penempatannya dalam Berita
Negara Republik Indonesia.
Ket. Cara
K-P-O-K √
190. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 3 Oktober
2014, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia.
I.I.28 Ditetapkan
P
di Jakarta pada tanggal 3 Oktober 2014
P-K-Pel. √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
244
Ket. Waktu
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia.
Pelengkap
191. Diundangkan di Jakarta pada tanggal 8 Oktober
2014 Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia, Amir Syamsudin, berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
1508.
I.I.29 Diundangkan
P
di Jakarta pada tanggal 8 Oktober 2014
Ket. Waktu
Menteri Hukum… Tahun 2014 Nomor
1508.
Pelengkap
P-K-Pel. √
192. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 160 TAHUN 2014
PEMBERLAKUAN KURIKULUM TAHUN
2006 DAN KURIKULUM 2013
I.J.1 Frasa (tidak mengandung unsur S P O
Pel. Ket).
F √
193. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
ESA
MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA
I.J.2 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA
Ket. Alat
MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA
S
K-S √
194. Menimbang: bahwa dalam rangka kelancaran
proses pendidikan pada satuan
pendidikan anak usia dini,
pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah, perlu menetapkan
Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan tentang
Pemberlakuan Kurikulum Tahun
2006 dan Kurikulum 2013;
I.J.3 (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
Menimbang
P
bahwa dalam rangka kelancaran… dan
(K)-(S)-P- O
K-P-O
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
245
Kurikulum 2013;
O
bahwa dalam rangka kelancaran proses
pendidikan pada satuan pendidikan anak
usia dini, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah,
Ket. Tempat
perlu menetapkan
P
Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan tentang Pemberlakuan
Kurikulum Tahun 2006 dan Kurikulum
2013;
O
Mengingat: 1. Undang-undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional
(Lembaran Negara Republik
Indonesia tahun 2003 Nomor
78, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia
Nomor 4301);
(DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
Mengingat
P
Undang-undang Nomor 20 Tahun
2003… Indonesia Nomor 4301);
O
(K)-(S)-P-O
√
2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
(DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
(K)-(S)-(P)-O
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
246
2013 Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5410);
(Mengingat)
(P)
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan… Indonesia Nomor 5410);
O
3. Keputusan Presiden Nomor 121/P Tahun 2014
tentang Pembentukan Kementerian dan
Pengangkatan Menteri Kabinet Kerja;
(DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
(Mengingat)
(P)
Keputusan Presiden Nomor 121/P Tahun
2014 tentang Pembentukan Kementerian
dan Pengangkatan Menteri Kabinet
Kerja;
O
(K)-(S)-(P)-O
√
MEMUTUSKAN:
Menetapkan: PERATURAN MENTERI
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
TENTANG PEMBERLAKUAN KURIKULUM
TAHUN 2006 DAN KURIKULUM 2013.
(DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
MEMUTUSKAN
P
Menetapkan: PERATURAN MENTERI
PENDIDIKAN… KURIKULUM 2013.
O
(K)-(S)-P-O
√
195. Pasal 1
I.J.4 Satuan pendidikan dasar dan pendidikan
menengah yang melaksanakan S-P-O √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
247
Satuan pendidikan dasar dan pendidikan
menengah yang melaksanakan Kurikulum 2013
sejak semester pertama tahun pelajaran
2014/2015 kembali melaksanakan Kurikulum
Tahun 2006 mulai semester kedua tahun pelajaran
2014/2015 sampai ada ketetapan dari
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk
melaksanakan Kurikulum 2013.
Kurikulum 2013 sejak semester pertama
tahun pelajaran 2014/2015
S
kembali melaksanakan
P
Kurikulum Tahun 2006 mulai semester
kedua tahun pelajaran 2014/2015 sampai
ada ketetapan dari Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan untuk
melaksanakan Kurikulum 2013.
O
Pasal 2
(1) Satuan pendidikan dasar dan pendidikan
menengah yang telah melaksanakan Kurikulum
2013 selama 3 (tiga) semester tetap menggunakan
Kurikulum 2013.
I.J.5 Satuan pendidikan dasar dan pendidikan
menengah yang telah melaksanakan
Kurikulum 2013 selama 3 (tiga) semester
S
tetap menggunakan
P
Kurikulum 2013
O
S-P-O √
196. (2) Satuan pendidikan dasar dan pendidikan
menengah yang melaksanakan Kurikulum 2013
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
satuan pendidikan rintisan penerapan Kurikulum
2013.
I.J.6 Satuan pendidikan dasar dan pendidikan
menengah yang melaksanakan
Kurikulum 2013
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
S
merupakan
P
satuan pendidikan rintisan penerapan
Kurikulum 2013.
Pelengkap
S-P-Pel. √
197. (3) Satuan pendidikan rintisian sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dapat berganti
melaksanakan Kurikulum Tahun 2006 dengan
melapor kepada dinas pendidikan
provinsi/kabupaten/kota sesuai dengan
I.J.7 (3) Satuan pendidikan rintisian
sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
S
dapat berganti
P
S-P-Pel.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
248
kewenangannya. melaksanakan Kurikulum Tahun 2006 ...
provinsi/kabupaten/kota sesuai dengan
kewenangannya.
Pelengkap
198. Pasal 3
(1) Satuan pendidikan dasar dan pendidikan
menengah yang belum melaksanakan
Kurikulum 2013 mendapatkan pelatihan dan
pendampingan bagi:
a. Kepala satuan pendidikan;
b. Pendidik;
c. Tenaga kependidikan; dan
d. Pengawas satuan pendidikan.
I.J.8 Satuan pendidikan dasar dan pendidikan
menengah yang belum melaksanakan
Kurikulum 2013
S
mendapatkan
P
a.pelatihan dan pendampingan bagi
kepala satuan pendidikan; b. Pendidik;
c. Tenaga kependidikan; dan d.
Pengawas satuan pendidikan.
O
S-P-O √
199. (2) Pelatihan dan pendampingan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) bertujuan meningkatkan
kompetensi dan penyiapan pelaksanaan
Kurikulum 2013.
I.J.9 Pelatihan dan pendampingan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
S
Bertujuan
P
meningkatkan kompetensi dan penyiapan
pelaksanaan Kurikulum 2013.
Pelengkap
S-P-Pel. √
200. (3) Pelatihan dan pendampingan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan
standar yang ditetapkan oleh Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
I.J.10 Pelatihan dan pendampingan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
S
dilakukan
P
sesuai dengan standar yang ditetapkan
oleh Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
Pelengkap
S-P-Pel. √
201. Pasal 4
Satuan pendidikan dasar dan pendidikan
I.J.11 Satuan pendidikan dasar dan pendidikan
menengah S-P-O √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
249
menengah dapat melaksanakan Kurikulum Tahun
2006 paling lama sampai dengan tahun pelajaran
2019/2020.
S
dapat melaksanakan
P
Kurikulum Tahun 2006 paling lama
sampai dengan tahun pelajaran
2019/2020.
O
202. Pasal 5
Hal-hal yang belum diatur terkait dengan
prosedur pemberlakuan Kurikulum Tahun 2006
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 serta tata
cara satuan pendidikan yang siap melaksanakan
Kurikulum 2013 sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 diatur oleh Direktur Jenderal Pendidikan
Dasar dan Direktur Jenderal Pendidikan
Menengah setelah berkoordinasi dengan Kepala
Badan Penelitian dan Pengembangan.
I.J.12 Hal-hal yang belum diatur…
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
S
diatur
P
oleh Direktur Jenderal Pendidikan
Dasar… Penelitian dan Pengembangan.
Pelengkap
S-P-Pel. √
203. Pasal 6
Ketentuan lebih lanjut mengenai Kurikulum
Tahun 2006 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1
diatur dalam Peraturan Menteri tersendiri.
I.J.13 Ketentuan lebih lanjut mengenai
Kurikulum Tahun 2006 sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 1
S
diatur
P
dalam Peraturan Menteri tersendiri.
Pelengkap
S-P-Pel. √
204. Pasal 7
Satuan pendidikan anak usia dini melaksanakan
Kurikulum 2013 sesuai dengan ketentuan
4peraturan perundang-undangan.
I.J.14 Satuan pendidikan anak usia dini
S
melaksanakan
P
Kurikulum 2013 sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
O
S-P-O √
205. Pasal 8 I.J.15 Satuan pendidikan khusus S-P-O √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
250
Satuan pendidikan khusus melaksanakan
Kurikulum 2013 sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
S
melaksanakan
P
Kurikulum 2013 sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
O
206. Pasal 9
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
I.J.16 Peraturan ini
S
mulai berlaku
P
pada tanggal diundangkan.
Ket. Waktu
S-P-K
√
207. Agar setiap orang mengetahuinya,
memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri
ini dengan penempatannya dalam Berita Negara
Republik Indonesia.
I.J.17 Agar setiap orang mengetahuinya,
Ket. Tujuan
memerintahkan
P
Pengundangan Peraturan Menteri ini
O
dengan penempatannya dalam Berita
Negara Republik Indonesia.
Ket. Cara
K-P-O-K √
208. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 11 Desember
2014, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia.
I.J.18 Ditetapkan
P
di Jakarta pada tanggal 11 Desember
2014
Ket. Waktu
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia.
Pelengkap
P-K-Pel. √
209. Diundangkan di Jakarta pada tanggal 12
Desember 2014 Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia, Amir Syamsudin,
berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 1902.
I.J.19 Diundangkan
P
di Jakarta pada tanggal 12 Desember
2014
Ket. Waktu
P-K-Pel. √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
251
II. Analisis paragraf
Menteri Hukum… Tahun 2014 Nomor
1902.
Pelengkap
No. Nomor
Permendikbud Data Kode Komponen Paragraf
Pola
Pengembangan
Triangulator Keterangan
Setuju Tidak
Setuju
1. Permendikbud
Nomor 44
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
ESA
MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA
Menimbang: a. bahwa dalam rangka
melaksanakan ketentuan
Pasal 43 ayat (5) Peraturan
Pemerintah Nomor 32
Tahun 2013 tentang
Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005 tentang
Standar Nasional
Pendidikan, Tim Penilai
Buku telah melakukan
penilaian kelayakan isi,
bahasa, penyajian, dan
kegrafikaan buku teks
pelajaran dan buku panduan
II.A.1
Kalimat topik
Pemerincian
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
252
guru untuk digunakan
dalam pembelajaran di
Sekolah Menengah Atas
Luar Biasa;
b. bahwa berdasarkan
pertimbangan sebagaimana
dimaksud pada huruf a,
perlu menetapkan Peraturan
Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan tentang Buku
Teks Pelajaran dan Buku
Panduan Guru untuk
Sekolah Menengah Atas
Luar Biasa;
Mengingat: 1. Undang-undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional
(Lembaran Negara
Republik Indonesia tahun
2003 Nomor 78, Tambahan
Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4301);
2. Peraturan Pemerintah Nomor
19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan (Lembaran
Negara Republik Indonesia
Tahun 2005 Nomor 41 ,
Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor
4496), sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 32 Tahun 2013 tentang
Perubahanatas Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
253
2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2013
Nomor 71, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia
Nomor 5410);
3. Peraturan Presiden Nomor 47
Tahun 2009 tentang
Pembentukan dan Organisasi
Kementerian Negara
sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Peraturan
Presiden Nomor 13 Tahun 2014;
4. Peraturan Presiden Nomor 24
Tahun 2010 tentang Kedudukan,
Tugas, dan Fungsi Kementerian
Negara, serta Susunan
Organisasi, Tugas, dan Fungsi
Eselon I Kementerian Negara
sebagaimana telah diubah
beberapa kali terakhir dengan
Peraturan Presiden Nomor 14
Tahun 2014;
5. Keputusan Presiden Nomor
84/P Tahun 2009
mengenai Pembentukan Kabinet
Indonesia Bersatu II sebagaimana
telah diubah terakhir dengan
Keputusan Presiden Nomor 8/P
Tahun 2014;
6. Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Nomor 54
Tahun 2013 tentang Standar
Kompetensi Lulusan;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
254
7. Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Nomor64
Tahun 2013 tentang Standar Isi;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan: PERATURAN
MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN TENTANG
BUKU TEKS PELAJARAN
DAN BUKU PANDUAN GURU
UNTUK SEKOLAH
MENENGAH ATAS LUAR
BIASA.
2. Pasal 1
(4) Menetapkan Buku Teks Pelajaran dan
Buku Panduan Guru sebagai buku siswa
dan buku guru yang layak digunakan dalam
pembelajaran di Sekolah Menengah Atas
Luar Biasa.
(5) Buku Teks Pelajaran sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam
Lampiran I yang merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri
ini.
(6) Buku Panduan Guru sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam
Lampiran II yang merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri
ini.
II.A.2
Kalimat topik:
(1) Menetapkan Buku Teks
Pelajaran… Atas Luar Biasa.
Kalimat pengembang:
(2) Buku Teks Pelajaran…
tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
Kalimat pengembang:
(3) Buku Panduan Guru
sebagaimana… tidak
terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.
Pemerincian
√
3. Pasal 2
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya,
memerintahkan pengundangan Peraturan
II.A.3 Kalimat pengembang :
Peraturan ini mulai berlaku
pada tanggal diundangkan.
Pemerincian
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
255
Menteri ini dengan penempatannya dalam
Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 9 Juni 2014
MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN
REPUBLIK INDONESIA,
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 20 Juni 2014
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI
MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
TTD.
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 2014 NOMOR 853
Kalimat pengembang:
Agar setiap orang… Berita
Negara Republik Indonesia.
Kalimat pengembang:
Ditetapkan di …Republik
Indonesia.
Kalimat pengembang:
Diundangkan di … TAHUN
2014 NOMOR 853.
4. Permendikbud
Nomor 45
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
ESA
MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA
Menimbang : a. bahwa dalam rangka
memperkuat jati diri bangsa
diperlukan pembinaan dan
pengembangan kesiswaan
untuk menciptakan suasana
dan tata kehidupan satuan
pendidikan yang baik dan
sehat, sehingga menjamin
kelancaran proses belajar
mengajar;
a. bahwa salah satu upaya dalam
rangka memperkuat jati diri
II.B.1
Kalimat topik
Pemerincian √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
256
bangsa sebagaimana
dimaksud pada huruf a,
perlu diatur pakaian
seragam sekolah guna
meningkatkan citra satuan
pendidikan serta
meningkatkan persatuan
dan kesatuan di kalangan
peserta didik;
b. bahwa berdasarkan
pertimbangan sebagaimana
dimaksud pada huruf a dan
b, perlu menetapkan
Peraturan Menteri
Pendidikan dan
Kebudayaan tentang
Pakaian Seragam Sekolah
bagi Peserta Didik Jenjang
Pendidikan Dasar dan
Menengah;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional
(Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun
2003 Nomor 78,
Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia
Nomor 4301);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor
42, Tambahan Lembaran Negara Republik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
257
Indonesia Nomor 4496) sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32
Tahun 2013 tentang Perubahan Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 71,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5410);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010
tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan
Pendidikan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 23, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5105) sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010
tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah
Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 112,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 5157);
4. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009
tentang Pembentukan dan Organisasi
Kementerian Negara sebagaimana telah diubah
beberapa kali terakhir dengan Peraturan
Presiden Nomor 13 Tahun 2014;
5. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010
tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi
Kementerian Negara serta Susunan, Organisasi,
Tugas dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara
sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2014;
6. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009
mengenai Pembentukan Kabinet Indonesia
Bersatu II sebagaimana telah diubah beberapa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
258
kali terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor
8/P Tahun 2014;
7. Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2012 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Nomor 25 Tahun 2014;
8. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 39 Tahun 2008 tentang Pembinaan
Kesiswaan;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
TENTANG PAKAIAN SERAGAM
SEKOLAH BAGI PESERTA DIDIK PADA
JENJANG PENDIDIKAN DASAR DAN
MENENGAH.
5. BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud
dengan:
1. Sekolah adalah Sekolah Dasar/Sekolah Dasar
Luar Biasa (SD/SDLB), Sekolah Menengah
Pertama/Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa
(SMP/SMPLB), Sekolah Menengah
Atas/Sekolah Menengah Atas Luar Biasa
(SMA/SMALB), dan Sekolah Menengah
Kejuruan/Sekolah Menengah Kejuruan Luar
Biasa (SMK/SMKLB) baik negeri maupun
II.B.2
Kalimat topik:
Dalam Peraturan Menteri ini
yang dimaksud dengan:
1. Sekolah adalah Sekolah
Dasar/Sekolah Dasar
Luar Biasa
(SD/SDLB)… baik
negeri maupun swasta.
Kalimat topik:
2. Pakaian seragam
nasional adalah
pakaian… berlaku secara
nasional.
Definisi √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
259
swasta.
2. Pakaian seragam nasional adalah pakaian
yang dikenakan pada hari belajar oleh peserta
didik di sekolah, yang jenis, model, dan
warnanya sama berlaku secara nasional.
3. Pakaian seragam khas sekolah adalah pakaian
seragam bercirikan karakteristik sekolah yang
dikenakan oleh peserta didik pada hari tertentu,
dalam rangka meningkatkan kebanggaan peserta
didik terhadap sekolahnya.
4. Pakaian seragam khas muslimah adalah
pakaian seragam yang dikenakan oleh peserta
didik muslimah karena keyakinan pribadinya
sesuai dengan jenis, model, dan warna yang
telah ditentukan dalam kegiatan proses belajar
mengajar untuk semua jenis pakaian seragam
sekolah.
5. Atribut adalah kelengkapan pakaian seragam
nasional yang menunjukkan identitas masing-
masing sekolah terdiri dari badge organisasi
kesiswaan, badge merah putih, badge nama
peserta didik, badge nama sekolah dan nama
kabupaten/kota.
Kalimat topik:
3. Pakaian seragam khas
sekolah adalah
pakaian… didik terhadap
sekolahnya.
Kalimat topik:
4. Pakaian seragam khas
muslimah adalah
pakaian… pakaian
seragam sekolah.
Kalimat topik:
5. Atribut adalah
kelengkapan pakaian…
sekolah dan nama
kabupaten/kota.
6. BAB II
TUJUAN
Pasal 2
Penetapan pakaian seragam sekolah bertujuan:
a. menanamkan dan menumbuhkan rasa
nasionalisme, kebersamaan, serta memperkuat
persaudaraan sehingga dapat menumbuhkan
semangat kesatuan dan persatuan di kalangan
II.B.3
Kalimat Pengembang
Pemerincian √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
260
peserta didik;
b. meningkatkan rasa kesetaraan tanpa
memandang kesenjangan sosial ekonomi
orangtua/wali peserta didik;
c. meningkatkan disiplin dan tanggungjawab
peserta didik serta kepatuhan terhadap peraturan
yang berlaku; dan
d. menjadi acuan bagi sekolah dalam menyusun
tata tertib dan disiplin peserta didik khususnya
yang mengatur pakaian seragam sekolah.
7. BAB III
JENIS, WARNA, DAN MODEL
Pasal 3
(1) Pakaian seragam sekolah terdiri dari:
a. Pakaian seragam nasional;
b. Pakaian seragam kepramukaan; atau
c. Pakaian seragam khas sekolah.
(2) Jenis pakaian seragam sekolah terdiri dari:
a. Pakaian seragam sekolah untuk peserta didik
putra;
b. Pakaian seragam sekolah untuk peserta didik
putri.
(3) Warna pakaian seragam nasional untuk:
a. SD/SDLB: kemeja putih, celana/rok warna
merah hati;
b. SMP/SMPLB: kemeja putih, celana/rok
warna biru tua;
c. SMA/SMALB/SMK/SMKLB: kemeja putih,
celana/rok warna abu-abu.
(4) Ketentuan pakaian seragam sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) sebagai berikut:
II.B.4 Kalimat pengembang:
(1)Pakaian seragam
sekolah… seragam khas
sekolah.
Kalimat pengembang:
(2) Jenis pakaian seragam
sekolah… untuk peserta
didik putri.
Kalimat pengembang:
(3) Warna pakaian
seragam… celana/rok warna
abu-abu.
Kalimat pengembang:
(4) Ketentuan pakaian
seragam… agamanya
masing-masing.
Pemerincian √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
261
a. Pakaian seragam nasional mengacu pada
Lampiran I yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini;
b. Model pakaian seragam nasional
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
c. Pakaian seragam kepramukaan mengacu pada
ketentuan peraturan kwartir nasional gerakan
pramuka;
d. Pakaian seragam khas sekolah diatur oleh
masing-masing sekolah dengan tetap
memperhatikan hak setiap warga negara untuk
menjalankan keyakinan agamanya masing-
masing.
8. BAB IV
PENGADAAN DAN PENGGUNAAN
Pasal 4
(1) Pengadaan pakaian seragam sekolah
diusahakan sendiri oleh orangtua atau wali
peserta didik.
(2) Pengadaan pakaian seragam sekolah tidak
boleh dikaitkan dengan pelaksanaan penerimaan
peserta didik baru atau kenaikan kelas.
II.B.5 Kalimat topik:
(1) Pengadaan pakaian
seragam… orangtua atau
wali peserta didik
Kalimat pengembang:
(2) Pengadaan pakaian
seragam… baru atau
kenaikan kelas.
Pemerincian √
9. Pasal 5
(1) Pakaian seragam nasional dikenakan pada
hari Senin, Selasa, dan pada hari lain saat
pelaksanaan Upacara Bendera.
(2) Pada saat Upacara Bendera dilengkapi topi
pet dan dasi sesuai warna seragam masing-
masing jenjang sekolah, dilengkapi dengan logo
tut wuri handayani di bagian depan topi.
II.B.6 Kalimat topik:
(1)Pakaian seragam nasional
dikenakan… pelaksanaan
Upacara Bendera.
Kalimat pengembang:
(2)Pada saat Upacara
Bendera… di bagian depan
Pemerincian √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
262
(3) Selain hari sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) peserta didik dapat mengenakan pakaian
seragam kepramukaan atau pakaian seragam khas
sekolah yang diatur oleh masing-masing sekolah.
topi.
Kalimat pengembang:
(3)Selain hari sebagaimana…
oleh masing-masing sekolah.
10. BAB V
SANKSI
Pasal 6
Sekolah yang melanggar ketentuan dalam
Peraturan Menteri ini akan dikenakan sanksi
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
II.B.7 Kalimat pengembang:
Sekolah yang melangga…
peraturan perundang-
undangan. Pemerincian √
11. BAB VI
PENUTUP
Pasal 7
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya,
memerintahkan pengundangan Peraturan
Menteri ini dengan penempatannya dalam
Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 9 Juni 2014
MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN
REPUBLIK INDONESIA,
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 11 Juni 2014
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI
MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
TTD.
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
II.B.8 Kalimat pengembang :
Peraturan ini mulai berlaku
pada tanggal diundangkan.
Kalimat pengembang:
Agar setiap orang… Berita
Negara Republik Indonesia.
Kalimat pengembang:
Ditetapkan di …Republik
Indonesia.
Kalimat pengembang:
Diundangkan di …. TAHUN
2014 NOMOR 768.
Pemerincian √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
263
TAHUN 2014 NOMOR 768.
12. Permendikbud
Nomor 51
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
ESA
MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA
Menimbang: a. bahwa dalam rangka
melaksanakan ketentuan Pasal
43 ayat (5) Peraturan
Pemerintah Nomor 32 Tahun
2013 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor
19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan, Tim
Penelaah Buku telah
melakukan penilaian kelayakan
isi, kebahasaan, penyajian, dan
kegrafikaan buku teks
pelajaran dan buku panduan
guru untuk digunakan dalam
pembelajaran
b. bahwa berdasarkan
pertimbangan sebagaimana
dimaksud pada huruf a perlu
menetapkan Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan
tentang Buku Teks Pelajaran
dan Buku Panduan Guru untuk
Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah;
Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 20
Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional
(Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2003 Nomor
II.C.1
Kalimat topik
Pemerincian √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
264
78, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia
Nomor 4301.
2. Peraturan Pemerintah Nomor
19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan
(Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor
41, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia
Nomor 4496) sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 32 Tahun
2013 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor
19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan
(Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2013 Nomor
71, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia
Nomor 5410);
3. Peraturan Presiden Nomor
47 Tahun 2009 tentang
Pembentukan dan Organisasi
Kementerian Negara,
sebagaimana telah beberapa
kali diubah terakhir dengan
Peraturan Presiden Nomor 13
Tahun 2013 tentang Perubahan
Kelima atas Peraturan Presiden
Nomor 47 Tahun 2009 tentang
Pembentukan dan Organisasi
Kementerian Negara;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
265
4. Peraturan Presiden Nomor
24 Tahun 2010 tentang
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi
Kementerian Negara serta
Susunan Organisasi, Tugas, dan
Fungsi Eselon I Kementerian
Negara sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir
dengan Peraturan Presiden
Nomor 14 Tahun 2013 tentang
Perubahan Kelima atas
Peraturan Presiden Nomor 24
Tahun 2010 tentang
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi
Kementerian Negara serta
Susunan Organisasi, Tugas, dan
Fungsi Eselon 1 Kementerian
Negara;
5. Keputusan Presiden Republik
Indonesia Nomor 84/P Tahun
2009 mengenai Pembentukan
Kabinet Indonesia Bersatu II
sebagaimana telah beberapa
kali diubah, terakhir dengan
Keputusan Presiden Nomor 8/P
Tahun 2014;
6. Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Nomor 54
Tahun 2013 tentang Standar
Kompetensi Lulusan;
7. Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Nomor 64
Tahun 2013 tentang Standar
Isi;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
266
8. Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Nomor 67
Tahun 2013 tentang Kerangka
Dasar dan Struktur Kurikulum
Sekolah Dasar/Madrasah
Ibtidaiyah;
9. Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Nomor 68
Tahun 2013 tentang Kerangka
Dasar dan Struktur Kurikulum
Sekolah Menengah
Pertama/Madrasah
Tsanawiyah;
10. Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Nomor 69
Tahun 2013 tentang Kerangka
Dasar dan Struktur Kurikulum
Sekolah Menengah
Atas/Madrasah Aliyah;
11. Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Nomor 70
Tahun 2013 tentang Kerangka
Dasar dan Struktur Kurikulum
Sekolah Menengah
Kejuruan/Madrasah Aliyah
Kejuruan;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan: PERATURAN MENTERI
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
TENTANG BUKU TEKS PELAJARAN DAN
BUKU PANDUAN GURU UNTUK
PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN
MENENGAH.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
267
13. Pasal 1
(1) Menetapkan buku teks pelajaran sebagai
buku siswa dan buku panduan guru untuk
Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah yaitu kelas II, Kelas V, Kelas
VIII, kelas X, dan kelas XI yang layak
digunakan dalam pembelajaran.
(2) Buku teks pelajaran sebagai buku siswa
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tercantum dalam Lampiran I yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari Peraturan Menteri ini.
(3) Buku panduan guru sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran II
yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
II.C.2
Kalimat topik:
(1) Menetapkan Buku Teks
Pelajaran… digunakan dalam
pembelajaran.
Kalimat pengembang:
(2) Buku Teks Pelajaran…
tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
Kalimat pengembang:
(3) Buku Panduan Guru
sebagaimana… tidak
terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.
Pemerincian √
14. Pasal 2
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya,
memerintahkan pengundangan Peraturan
Menteri ini dengan penempatannya dalam
Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 19 Juni 2014
MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN
REPUBLIK INDONESIA,
Diundangkan di Jakarta
II.C.3 Kalimat pengembang :
Peraturan ini mulai berlaku
pada tanggal diundangkan.
Kalimat pengembang:
Agar setiap orang… Berita
Negara Republik Indonesia.
Kalimat pengembang:
Ditetapkan di …Republik
Indonesia.
Kalimat pengembang:
Pemerincian
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
268
pada tanggal 24 Juni 2014
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI
MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
TTD.
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 2014 NOMOR 862.
Diundangkan di …. TAHUN
2014 NOMOR 862.
15. Permendikbud
Nomor 55
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
ESA
MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA
Menimbang: a. bahwa dalam rangka pengenalan
program sekolah, lingkungan
sekolah, cara belajar, dan
konsep pengenalan diri terhadap
peserta didik baru perlu
dilaksanakan masa orientasi
peserta didik baru;
b. bahwa berdasarkan
pertimbangan sebagaimana
dimaksud pada huruf a,
perlu menetapkan Peraturan
Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan tentang Masa
Orientasi Peserta Didik
Baru di Sekolah;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Lembaran
Negara Republik Indonesia
Tahun 2003 Nomor 78,
II.D.1
Kalimat topik
Pemerincian √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
269
Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor
4301);
2. Peraturan Pemerintah Nomor
17 Tahun 2010 tentang
Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan
(Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor
23, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia
Nomor 5105) sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 66 Tahun
2010 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2010
Nomor 112, Tambahan
Lembaran Negara Nomor
5157);
3. Peraturan Presiden Nomor 47
Tahun 2009 tentang
Pembentukan dan Organisasi
Kementerian Negara
sebagaimana telah diubah
beberapa kali terakhir dengan
Peraturan Presiden Nomor 13
Tahun 2014;
4. Peraturan Presiden Nomor 24
Tahun 2010 tentang
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi
Kementerian Negara serta
Susunan Organisasi, Tugas dan
Fungsi Eselon I Kementerian
Negara, sebagaimana telah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
270
diubah dengan Peraturan
Presiden Nomor 14 Tahun
2014;
5. Keputusan Presiden Nomor
84/P Tahun 2009 mengenai
Pembentukan Kabinet
Indonesia Bersatu I I
sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Presiden
Nomor 8/P Tahun 2014;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
TENTANG MASA ORIENTASI PESERTA
DIDIK DI SEKOLAH.
16. Pasal 1
Setiap sekolah menyelenggarakan masa
orientasi peserta didik bagi peserta didik baru
selama jam belajar di sekolah pada minggu
pertama masuk sekolah selama 3 (tiga) sampai
dengan 5 (lima) hari.
II.D.2
Kalimat topik Pemerincian √
17. Pasal 2
Masa orientasi peserta didik bertujuan untuk
mengenalkan program sekolah, lingkungan
sekolah, cara belajar, penanaman konsep
pengenalan diri peserta didik, dan kepramukaan
sebagai pembinaan awal ke arah terbentuknya
kultur sekolah yang kondusif bagi proses
pembelajaran lebih lanjut sesuai dengan tujuan
pendidikan nasional.
II.D.3
Kalimat pengembang Pemerincian √
18. Pasal 3
(1) Sekolah dilarang melaksanakan masa
orientasi peserta didik yang mengarah
II.D.4
Kalimat pengembang Pemerincian √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
271
kepada tindakan kekerasan, pelecehan
dan/atau tindakan destruktif lainnya yang
merugikan peserta didik baru baik secara
fisik maupun psikologis baik di dalam
maupun di luar sekolah.
(2) Sekolah dilarang memungut biaya dan
membebani orangtua dan peserta didik
dalam bentuk apapun.
19. Pasal 4
Kepala sekolah dan guru di sekolah yang
bersangkutan bertanggungjawab dan wajib
melaksanakan ketentuan sebagaimana diatur
dalam Peraturan Menteri ini.
II.D.5
Kalimat pengembang Pemerincian √
20. Pasal 5
Dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota
mengendalikan masa orientasi peserta didik
baru menjadi kegiatan yang bermanfaat, bersifat
edukatif dan kreatif, bukan mengarah kepada
tindakan destruktif dan/atau berbagai kegiatan
lain yang merugikan siswa baru baik secara fisik
maupun psikologis.
II.D.6
Kalimat pengembang Pemerincian √
21. Pasal 6
Kepala sekolah dan guru yang membiarkan
terjadinya penyimpangan dan/atau pelanggaran
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
II.D.7
Kalimat pengembang Pemerincian √
22. Pasal 7
Dengan berlakunya Peraturan Menteri ini,
Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
112/U/2001 tentang Masa Orientasi Siswa di
Sekolah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
II.D.8
Kalimat pengembang Pemerincian √
23. Pasal 8 II.D.9 Kalimat pengembang : Pemerincian √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
272
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya,
memerintahkan pengundangan Peraturan
Menteri ini dengan penempatannya dalam
Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 2 Juli 2014
MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN
REPUBLIK INDONESIA,
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 4 Juli 2014
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI
MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
TTD.
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 2014 NOMOR 920.
Peraturan ini mulai berlaku
pada tanggal diundangkan.
Kalimat pengembang:
Agar setiap orang… Berita
Negara Republik Indonesia.
Kalimat pengembang:
Ditetapkan di …Republik
Indonesia.
Kalimat pengembang:
Diundangkan di …. TAHUN
2014 NOMOR 920.
24. Permendikbud
Nomor 62
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
ESA
MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA
Menimbang: a. bahwa pengembangan potensi
peserta didik sebagaimana
dimaksud dalam tujuan
pendidikan nasional dapat
diwujudkan melalui kegiatan
ekstrakurikuler yang merupakan
salah satu kegiatan dalam
program kurikuler;
b. bahwa kegiatan ekstrakurikuler
dapat memfasilitasi
II.E.1
Kalimat topik Pemerincian √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
273
pengembangan potensi peserta
didik melalui pengembangan
bakat, minat, dan kreativitas serta
kemampuan berkomunikasi dan
bekerja sama dengan orang lain;
c. bahwa berdasarkan
pertimbangan sebagaimana
dimaksud pada huruf a dan huruf
b perlu menetapkan Peraturan
Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan tentang Kegiatan
Ekstrakurikuler pada Pendidikan
Dasar dan Pendidikan Menengah;
Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Lembaran
Negara Republik Indonesia
Tahun 2003 Nomor 78,
Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor
4301);
2. Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2010 tentang Gerakan
Pramuka (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2010
Nomor 131, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia
Nomor 5169);
3. Peraturan Pemerintah Nomor
19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan
sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 32
Tahun 2013 tentang Perubahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
274
Atas Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan
(Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2013 Nomor 71,
Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor
5410);
4. Peraturan Presiden Nomor 47
Tahun 2009 tentang
Pembentukan dan Organisasi
Kementerian Negara Republik
Indonesia sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir
dengan Peraturan Presiden
Republik Indonesia Nomor 13
Tahun 2014;
5. Peraturan Presiden Nomor 24
Tahun 2010 tentang Kedudukan,
Tugas, Fungsi, Susunan
Organisasi, dan Tata kerja
Kementerian Negara Republik
Indonesia sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir
dengan Peraturan Presiden
Nomor 14 Tahun 2014;
6. Keputusan Presiden Nomor
84/P Tahun 2009 mengenai
Pembentukan Kabinet Indonesia
Bersatu II sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir
dengan Keputusan Presiden
Nomor 54/P Tahun 2014;
7. Peraturan Menteri Pendidikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
275
dan Kebudayaan Nomor 54
Tahun 2013 tentang Standar
Kompetensi Lulusan Pendidikan
Dasar dan Menengah;
8. Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Nomor 64
Tahun 2013 tentang Standar Isi
Pendidikan Dasar dan Menengah;
9. Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Nomor 65
Tahun 2013 tentang Standar
Proses Pendidikan Dasar dan
Menengah;
10. Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Nomor 66
Tahun 2013 tentang Standar
Penilaian Pendidikan Dasar dan
Menengah;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan: PERATURAN MENTERI
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
TENTANG KEGIATAN
EKSTRAKURIKULER PADA PENDIDIKAN
DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH.
25. Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud
dengan:
1. Kegiatan Ekstrakurikuler adalah kegiatan
kurikuler yang dilakukan oleh peserta didik
di luar jam belajar kegiatan intrakurikuler
dan kegiatan kokurikuler, di bawah
bimbingan dan pengawasan satuan
pendidikan.
2. Satuan pendidikan adalah Sekolah
II.E.2 Kalimat topik:
Dalam Peraturan Menteri
ini… pengawasan satuan
pendidikan.
Kalimat topik: (2) Satuan pendidikan adalah
Sekolah Dasar/Madrasah…
Aliyah Kejuruan
(SMK/MAK).
Definisi √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
276
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI),
Sekolah Menengah Pertama/Madrasah
Tsanawiyah (SMP/MTs), Sekolah
Menengah Atas/Madrasah Aliyah
(SMA/MA), dan Sekolah Menengah
Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan
(SMK/MAK).
26. Pasal 2
Kegiatan Ekstrakurikuler diselenggarakan
dengan tujuan untuk mengembangkan potensi,
bakat, minat, kemampuan, kepribadian,
kerjasama, dan kemandirian peserta didik secara
optimal dalam rangka mendukung pencapaian
tujuan pendidikan nasional.
II.E.3
Kalimat topik Pemerincian √
27. Pasal 3
(1) Kegiatan Ekstrakurikuler terdiri atas:
a. Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib; dan
b. Kegiatan Ekstrakurikuler Pilihan.
(2) Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
merupakan Kegiatan Ekstrakurikuler yang wajib
diselenggarakan oleh satuan pendidikan dan
wajib diikuti oleh seluruh peserta didik.
(3) Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
berbentuk pendidikan kepramukaan.
(4) Kegiatan Ekstrakurikuler Pilihan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
merupakan Kegiatan Ekstrakurikuler yang
dikembangkan dan diselenggarakan oleh satuan
pendidikan sesuai bakat dan minat peserta didik.
(5) Kegiatan Ekstrakurikuler Pilihan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
II.E.4 Kalimat topik:
(1) Kegiatan Ekstrakurikuler
terdiri atas:… Kegiatan
Ekstrakurikuler Pilihan.
Kalimat pengembang:
(2) Kegiatan Ekstrakurikuler
Wajib sebagaimana…
seluruh peserta didik.
Kalimat pengembang:
(3) Kegiatan Ekstrakurikuler
Wajib sebagaimana…
berbentuk pendidikan
kepramukaan.
Kalimat pengembang:
(4) Kegiatan Ekstrakurikuler
Pilihan sebagaimana…
Pemerincian √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
277
dapat berbentuk latihan olah-bakat dan latihan
olah-minat.
pendidikan sesuai bakat
dan minat peserta didik.
Kalimat pengembang:
(5) Kegiatan Ekstrakurikuler
Pilihan sebagaimana…
berbentuk latihan olah-
bakat dan latihan olah-
minat.
28. Pasal 4
(1) Pengembangan berbagai bentuk Kegiatan
Ekstrakurikuler Pilihan dilakukan dengan
mengacu pada prinsip:
a. partisipasi aktif; dan .
b. menyenangkan.
(2) Pengembangan berbagai bentuk Kegiatan
Ekstrakurikuler Pilihan dilakukan melalui
tahapan:
a. identifikasi kebutuhan, potensi, dan minat
peserta didik;
b. analisis sumber daya yang diperlukan untuk
penyelenggaraannya;
c. pemenuhan kebutuhan sumber daya sesuai
pilihan peserta didik atau menyalurkannya ke
satuan pendidikan atau lembaga lainnya;
d. penyusunan program Kegiatan
Ekstrakurikuler; dan
e. penetapan bentuk kegiatan yang
diselenggarakan;
II.E.5 Kalimat topik:
(1) Pengembangan berbagai
bentuk…
b. menyenangkan.
Kalimat topik:
(2) Pengembangan berbagai
bentuk Kegiatan… kegiatan
yang diselenggarakan;
Pemerincian √
29. Pasal 5
(1) Satuan pendidikan wajib menyusun program
Kegiatan Ekstrakurikuler yang merupakan
bagian dari Rencana Kerja Sekolah.
II.E.6 Kalimat topik:
(1) Satuan pendidikan wajib
menyusun… Rencana
Kerja Sekolah.
Definisi √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
278
(2) Program Kegiatan Ekstrakurikuler
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat:
a. rasional dan tujuan umum;
b. deskripsi setiap kegiatan ekstrakurikuler;
c. pengelolaan;
d. pendanaan; dan
e. evaluasi
(3) Program Kegiatan Ekstrakurikuler
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disosialisasikan kepada peserta didik dan
orangtua/wali pada setiap awal tahun pelajaran.
Kalimat pengembang:
(2) Program Kegiatan
Ekstrakurikuler
sebagaimana…
e.evaluasi
Kalimat pengembang:
(3) Program Kegiatan
Ekstrakurikuler
sebagaimana… setiap awal
tahun pelajaran.
30. Pasal 6
(1) Pelaksanaan program Kegiatan
Ekstrakurikuler mempertimbangkan
penggunaan sumber daya bersama yang
tersedia pada gugus sekolah atau klaster
sekolah.
(2) Penggunaan sumber daya bersama
sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
difasilitasi oleh pemerintah provinsi atau
pemerintah kabupaten/kota sesuai dengan
kewenangannya.
II.E.7 Kalimat pengembang:
(1) Pelaksanaan program
Kegiatan… sekolah atau
klaster sekolah.
Kalimat pengembang:
(2) Penggunaan sumber
daya bersama… sesuai
dengan kewenangannya.
Pemerincian √
31. Pasal 7
(1) Satuan pendidikan memberikan penilaian
terhadap kinerja peserta didik dalam
Kegiatan Ekstrakurikuler secara kualitatif
dan dideskripsikan pada rapor peserta
didik.
(2) Satuan pendidikan melakukan evaluasi
Program Kegiatan Ekstrakurikuler pada
setiap akhir tahun ajaran untuk mengukur
ketercapaian tujuan pada setiap indikator
II.E.8 Kalimat topik:
(1) Satuan pendidikan
memberikan…
dideskripsikan pada
rapor peserta didik.
Kalimat topik:
Satuan pendidikan
melakukan… indikator yang
telah ditetapkan.
Pemerincian √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
279
yang telah ditetapkan.
(3) Hasil evaluasi Program Kegiatan
Ekstrakurikuler sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) digunakan untuk
penyempurnaan Program Kegiatan
Ekstrakurikuler tahun ajaran berikutnya.
Kalimat pengembang:
Hasil evaluasi Program
Kegiatan… Ekstrakurikuler
tahun ajaran berikutnya.
32. Pasal 8
Kegiatan Ekstrakurikuler pada Pendidikan
Dasar dan Pendidikan Menengah menggunakan
Pedoman sebagaimana tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
II.E.9
Kalimat pengembang
Pemerincian √
33. Pasal 9
Dengan berlakunya Peraturan Menteri ini,
ketentuan dalam Peraturan Menteri Nomor 81A
Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum
yang mengatur mengenai Kegiatan
Ekstrakurikuler dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku.
II.E.10
Kalimat pengembang
Pemerincian √
34. Pasal 10
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya,
memerintahkan pengundangan Peraturan
Menteri ini dengan penempatannya dalam
Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 2 Juli 2014
MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN
REPUBLIK INDONESIA,
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 11 Juli 2014
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI
II.E.11 Kalimat pengembang :
Peraturan ini mulai berlaku
pada tanggal diundangkan.
Kalimat pengembang:
Agar setiap orang… Berita
Negara Republik Indonesia.
Kalimat pengembang:
Ditetapkan di …Republik
Indonesia.
Kalimat pengembang:
Diundangkan di …. TAHUN
Pemerincian √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
280
MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
TTD.
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 2014 NOMOR 958.
2014 NOMOR 958.
35. Permendikbud
Nomor 63
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
ESA
MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA
Menimbang: a. bahwa Pendidikan
Kepramukaan dilaksanakan
untuk menginternalisasikan
nilai ketuhanan, kebudayaan,
kepemimpinan, kebersamaan,
sosial, kecintaan alam, dan
kemandirian pada peserta
didik;
b. bahwa nilai-nilai dalam sikap
dan keterampilan sebagai
muatan Kurikulum 2013 dan
muatan Pendidikan
Kepramukaan dapat bersinergi
secara koheren;
c. bahwa sehubungan dengan
pertimbangan sebagaimana
dimaksud pada huruf a dan
huruf b perlu menetapkan
Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan tentang
Pendidikan Kepramukaan
sebagai Kegiatan
Ekstrakurikuler Wajib pada
Pendidikan Dasar dan
II.F.1
Kalimat topik Pemerincian √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
281
Pendidikan Menengah;
Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Lembaran
Negara Republik Indonesia
Tahun 2003 Nomor 78,
Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor
4301);
2. Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2010 tentang Gerakan
Pramuka (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2010
Nomor 131, Tambahan
Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5169);
3. Peraturan Pemerintah Nomor
19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan
sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 32 Tahun 2013 tentang
Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2013
Nomor 71, Tambahan
Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5410);
4. Peraturan Presiden Nomor 47
Tahun 2009 tentang
Pembentukan dan Organisasi
Kementerian Negara Republik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
282
Indonesia sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir
dengan Peraturan Presiden
Republik Indonesia Nomor 13
Tahun 2014;
5. Peraturan Presiden Nomor 24
Tahun 2010 tentang
Kedudukan, Tugas, Fungsi,
Susunan Organisasi, dan Tata
kerja Kementerian Negara
Republik Indonesia
sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan
Peraturan Presiden Nomor 14
Tahun 2014;
6. Keputusan Presiden Nomor
84/P Tahun 2009 mengenai
Pembentukan Kabinet
Indonesia Bersatu II
sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan
Keputusan Presiden Nomor
54/P Tahun 2014;
7. Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 39
Tahun 2008 tentang Pembinaan
Kesiswaan
8. Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 67
Tahun 2013 tentang Kerangka
Dasar dan Struktur Kurikulum
SD/MI;
9. Peraturan Menteri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
283
Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 68
Tahun 2013 tentang Kerangka
Dasar dan Struktur Kurikulum
SMP/MTs.
10. Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 69
Tahun 2013 tentang Kerangka
Dasar dan Struktur Kurikulum
SMA/MA;
11. Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 70
Tahun 2013 tentang Kerangka
Dasar dan Struktur Kurikulum
SMK/MAK;
12. Keputusan Kwartir Nasional
Gerakan Pramuka Nomor 231
Tahun 2007 Tentang Petunjuk
Penyelenggaraan Gugus depan
Gerakan Pramuka;
13. Keputusan Kwartir Nasional
Gerakan Pramuka Nomor 056
Tahun 1982 Tentang Petunjuk
Penyelenggaraan Karang
Pamitran;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan: PERATURAN MENTERI
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
TENTANG PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN
SEBAGAI KEGIATAN
EKSTRAKURIKULER WAJIB PADA
PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
284
MENENGAH.
36. Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud
dengan:
1. Pendidikan Kepramukaan adalah proses
pembentukan kepribadian, kecakapan
hidup, dan akhlak mulia pramuka melalui
penghayatan dan pengamalan nilai-nilai
kepramukaan;
2. Satuan Pendidikan adalah Sekolah
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI),
Sekolah Menengah Pertama/Madrasah
Tsanawiyah (SMP/MTs), Sekolah
Menengah Atas/Madrasah Aliyah
(SMA/MA), dan Sekolah Menengah
Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan
(SMK/MAK).
3. Gerakan Pramuka adalah organisasi yang
dibentuk oleh pramuka untuk
menyelenggarakan pendidikan
kepramukaan;
4. Pramuka adalah warga negara Indonesia
yang aktif dalam pendidikan kepramukaan
serta mengamalkan Satya Pramuka dan
Darma Pramuka;
5. Kepramukaan adalah segala aspek yang
berkaitan dengan pramuka;
6. Menteri adalah menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang pendidikan;
II.F.2 Kalimat topik:
1. Pendidikan
Kepramukaan adalah…
pengamalan nilai-nilai
kepramukaan;
Kalimat topik:
2. Satuan Pendidikan
adalah…
Kejuruan/Madrasah
Aliyah Kejuruan
(SMK/MAK).
Kalimat topik:
3. Gerakan Pramuka
adalah…
menyelenggarakan
pendidikan
kepramukaan;
Kalimat topik:
4. Pramuka adalah warga
negara Indonesia…
Pramuka dan Darma
Pramuka;
Kalimat topik:
5. Kepramukaan adalah
segala aspek yang
berkaitan dengan
pramuka;
Kalimat topik:
6. Menteri adalah menteri
Definisi √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
285
yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di
bidang pendidikan;
37. Pasal 2
(1) Pendidikan Kepramukaan dilaksanakan
sebagai Kegiatan Ekstrakurikuler wajib
pada pendidikan dasar dan menengah.
(2) Kegiatan Ekstrakurikuler wajib
merupakan kegiatan ekstrakurikuler yang
harus diikuti oleh seluruh peserta didik;
II.F.3 Kalimat topik:
(1) Pendidikan
Kepramukaan
dilaksanakan…
pendidikan dasar dan
menengah.
Kalimat topik:
Kegiatan Ekstrakurikuler
wajib merupakan… diikuti
oleh seluruh peserta didik;
Definisi √
38. Pasal 3
(1) Pendidikan Kepramukaan dilaksanakan
dalam 3 (tiga) Model meliputi Model Blok,
Model Aktualisasi, dan Model Reguler.
(2) Model Blok sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) merupakan kegiatan wajib dalam
bentuk perkemahan yang dilaksanakan
setahun sekali dan diberikan penilaian
umum.
(3) Model Aktualisasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) merupakan kegiatan wajib
dalam bentuk penerapan sikap dan
keterampilan yang dipelajari didalam kelas
yang dilaksanakan dalam kegiatan
Kepramukaan secara rutin, terjadwal, dan
diberikan penilaian formal.
(4) Model Reguler sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) merupakan kegiatan sukarela
berbasis minat peserta didik yang
dilaksanakan di Gugus depan.
II.F.4 Kalimat topik:
(1) Pendidikan
Kepramukaan
dilaksanakan… Model
Aktualisasi, dan Model
Reguler.
Kalimat pengembang:
(2) Model Blok
sebagaimana…
diberikan penilaian
umum.
Kalimat pengembang:
(3) Model Blok
sebagaimana…
diberikan penilaian
formal.
Kalimat pengembang:
Pemerincian √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
286
(4) Model Blok
sebagaimana…
dilaksanakan di Gugus
depan.
39. Pasal 4
Pendidikan Kepramukaan berisi perpaduan
proses pengembangan nilai sikap dan
keterampilan.
II.F.5
Kalimat pengembang Pemerincian √
40. Pasal 5
(1) Pola Kegiatan Pendidikan Kepramukaan
diwujudkan dalam bentuk upacara dan
keterampilan Kepramukaan dengan
menggunakan berbagai metode dan teknik.
(2) Upacara sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) meliputi upacara pembukaan dan
penutupan.
(3) Keterampilan Kepramukaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
sebagai perwujudan komitmen
Kepramukaan dalam bentuk pembiasan
dan penguatan sikap dan keterampilan
sesuai dengan kebutuhan pembelajaran.
(4) Metode dan teknik sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dituangkan dalam bentuk
belajar interaktif dan progresif disesuaikan
dengan kemampuan fisik dan mental
peserta didik.
II.F.6 Kalimat topik:
(1) Pola Kegiatan
Pendidikan
Kepramukaan…
berbagai metode dan
teknik.
Kalimat pengembang:
(2) Upacara sebagaimana…
upacara pembukaan dan
penutupan.
Kalimat pengembang:
(3) Keterampilan
Kepramukaan
sebagaimana… dengan
kebutuhan pembelajaran.
Kalimat pengembang:
(4) Metode dan teknik
sebagaimana…
kemampuan fisik dan
mental peserta didik.
Pemerincian √
41. Pasal 6
(1) Penilaian dalam Pendidikan Kepramukaan
II.F.7 Kalimat topik:
(1) Penilaian dalam Pemerincian √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
287
dilaksanakan dengan menggunakan
penilaian yang bersifat otentik mencakup
penilaian sikap dan keterampilan.
(2) Penilaian sikap sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan dengan
menggunakan penilaian berdasarkan
pengamatan, penilaian diri, dan penilaian
teman sebaya.
(3) Penilaian keterampilan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan
menggunakan penilaian unjuk kerja.
(4) Penilaian sikap dan keterampilan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan
ayat (3) menggunakan jurnal pendidik dan
portofolio.
Pendidikan
Kepramukaan…
penilaian sikap dan
keterampilan.
Kalimat pengembang:
(2) Penilaian sikap
sebagaimana… penilaian
diri, dan penilaian teman
sebaya.
Kalimat pengembang:
(3) Penilaian keterampilan
sebagaimana…
menggunakan penilaian
unjuk kerja.
Kalimat pengembang:
(4) Penilaian sikap dan
keterampilan…
menggunakan jurnal
pendidik dan portofolio.
42. Pasal 7
(1) Pengelolaan Pendidikan Kepramukaan
sebagai kegiatan ekstrakurikuler wajib pada
satuan pendidikan dasar dan menengah
merupakan tanggung jawab kepala sekolah
dengan pelaksana pembina pramuka.
(2) Pembina Pramuka sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) adalah Guru kelas/Guru mata
pelajaran yang telah memperoleh sertifikat
paling rendah kursus mahir dasar atau Pembina
Pramuka yang bukan guru kelas/guru mata
pelajaran.
II.F.8 Kalimat topik:
(1) Pengelolaan Pendidikan
Kepramukaan… dengan
pelaksana pembina
pramuka.
(2)
Kalimat pengembang:
(3) Pembina Pramuka
sebagaimana… guru
kelas/guru mata
pelajaran.
Definisi √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
288
(3) Guru kelas/guru mata pelajaran yang
melaksanakan tugas tambahan sebagai Pembina
Pramuka dihitung sebagai bagian dari
pemenuhan beban kerja guru dengan beban
kerja paling banyak 2 jam pelajaran per minggu.
Kalimat pengembang:
(4) Guru kelas/guru mata
pelajaran… beban kerja
paling banyak 2 jam
pelajaran per minggu.
43. Pasal 8
(1) Pendidikan Kepramukaan sebagai
kegiatan ekstrakurikuler wajib merujuk
pada Pedoman Penyelenggaraan
Pendidikan Kepramukaan sebagai
Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib dan
Prosedur Operasi Standar (POS)
Penyelenggaraan Pendidikan
Kepramukaan sebagai Kegiatan
Ekstrakurikuler Wajib.
(2) Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan
Kepramukaan sebagai Kegiatan
Ekstrakurikuler Wajib sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam
Lampiran I yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
(3) Prosedur Operasi Standar (POS)
Penyelenggaraan Pendidikan
Kepramukaan sebagai Kegiatan
Ekstrakurikuler Wajib sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam
Lampiran II yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
II.F.9 Kalimat topik:
(1) Pendidikan
Kepramukaan sebagai
kegiatan
ekstrakurikuler…
Kegiatan Ekstrakurikuler
Wajib.
Kalimat pengembang:
(2) Pedoman
Penyelenggaraan
Pendidikan… tidak
terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
Kalimat pengembang:
Prosedur Operasi Standar
(POS) Penyelenggaraan…
Peraturan Menteri ini.
Pemerincian √
44. Pasal 9
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya,
memerintahkan pengundangan Peraturan
Menteri ini dengan penempatannya dalam
II.F.10 Kalimat pengembang :
Peraturan ini mulai berlaku
pada tanggal diundangkan.
Kalimat pengembang:
Agar setiap orang… Berita
Pemerincian √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
289
Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 2 Juli 2014
MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN
REPUBLIK INDONESIA,
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 11 Juli 2014
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI
MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
TTD.
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 2014 NOMOR 959.
Negara Republik Indonesia.
Kalimat pengembang:
Ditetapkan di …Republik
Indonesia.
Kalimat pengembang:
Diundangkan di …. TAHUN
2014 NOMOR 959.
45. Permendikbud
Nomor 65
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
ESA
MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA
Menimbang: a. bahwa untuk melaksanakan
ketentuan Pasal 43 ayat (5)
Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan, Badan
Standar Nasional Pendidikan
telah melakukan penilaian
kelayakan isi, bahasa,
penyajian, dan kegrafikaan
buku teks pelajaran Kurikulum
2013 untuk digunakan dalam
pembelajaran;
b.bahwa berdasarkan
pertimbangan sebagaimana
dimaksud pada huruf a, perlu
II.G.1
Kalimat topik Pemerincian √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
290
menetapkan Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan
tentang Buku Teks Pelajaran
dan Buku Panduan Guru
Kurikulum 2013 Kelompok
Peminatan Pendidikan
Menengah yang Memenuhi
Syarat Kelayakan untuk
Digunakan Dalam
Pembelajaran;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Lembaran
Negara Republik Indonesia
Tahun 2003 Nomor 78,
Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4301);
2. Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan
(Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 4
1 , Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor
4496) sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 32 Tahun 2013 tentang
Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2013
Nomor 71, Tambahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
291
Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5410);
3. Peraturan Presiden Nomor 47
Tahun 2009 tentang
Pembentukan dan Organisasi
Kementerian Negara,
sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan
Peraturan Presiden Nomor 55
Tahun 2013 tentang Perubahan
Keempat atas Peraturan
Presiden Nomor 47 Tahun 2009
tentang Pembentukan dan
Organisasi Kementerian Negara
(Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2013 Nomor
125);
4. Peraturan Presiden Nomor 24
Tahun 2010 tentang
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi
Kementerian Negara serta
Susunan Organisasi, Tugas, dan
Fungsi Eselon I Kementerian
Negara sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir
dengan Peraturan Presiden
Nomor 56 Tahun 2013 tentang
Perubahan Keempat atas
Peraturan Presiden Nomor 24
Tahun 2010 tentang
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi
Kementerian Negara serta
Susunan Organisasi, Tugas, dan
Fungsi Eselon I Kementerian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
292
Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2013
Nomor 126);
5. Keputusan Presiden Republik
Indonesia Nomor 84/P Tahun
2009 mengenai Pembentukan
Kabinet Indonesia Bersatu II
sebagaimana telah beberapa kali
diubah, terakhir dengan
Keputusan Presiden Nomor 8/P
Tahun 2014;
6. Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 2 Tahun 2008
tentang Buku;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan: PERATURAN MENTERI
PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN
TENTANG BUKU TEKS
PELAJARAN DAN BUKU
PANDUAN GURU
KURIKULUM 2013
KELOMPOK
PEMINATAN
PENDIDIKAN
MENENGAH YANG
MEMENUHI SYARAT
KELAYAKAN UNTUK
DIGUNAKAN DALAM
PEMBELAJARAN.
46. Pasal 1
(1) Buku kurikulum 2013 untuk SMA/MA kelas
X kelompok peminatan Matematika dan Ilmu-
Ilmu Alam yang terdiri atas:
II.G.2 Kalimat pengembang:
(1)Buku kurikulum 2013
untuk… digunakan dalam
pembelajaran.
Pemerincian √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
293
a. Buku Teks Pelajaran sebagai buku
siswa sebagaimana tercantum dalam
Lampiran I yang merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri
ini; dan
b. Buku Panduan Guru sebagai buku guru
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II
yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini,
memenuhi syarat kelayakan untuk digunakan
dalam pembelajaran.
(2) Buku kurikulum 2013 untuk SMA/MA kelas
X kelompok peminatan Ilmu-Ilmu Sosial terdiri
atas:
a. Buku Teks Pelajaran sebagai buku
siswa sebagaimana tercantum dalam
Lampiran III yang merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri
ini; dan
b. Buku Panduan Guru sebagai buku guru
sebagaimana tercantum dalam Lampiran
IV yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini,
memenuhi syarat kelayakan untuk digunakan
dalam pembelajaran.
(3) Buku kurikulum 2013 untuk SMA/MA kelas
X kelompok peminatan ilmu-ilmu bahasa dan
budaya yang terdiri atas:
a. Buku Teks Pelajaran sebagai buku
siswa sebagaimana tercantum dalam
Lampiran V yang merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri
ini; dan
b. Buku Panduan Guru sebagai buku guru
Kalimat pengembang:
(2) Buku kurikulum 2013
untuk… digunakan dalam
pembelajaran.
Kalimat pengembang:
(3) Buku kurikulum 2013
untuk… digunakan dalam
pembelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
294
sebagaimana tercantum dalam Lampiran
VI yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini,
memenuhi syarat kelayakan untuk digunakan
dalam pembelajaran.
47. Pasal 2
Perubahan atas isi buku teks pelajaran
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 wajib
mendapat persetujuan dari Badan Standar
Nasional Pendidikan (BSNP).
II.G.3
Kalimat pengembang Pemerincian √
48. Pasal 3
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya,
memerintahkan pengundangan Peraturan
Menteri ini dengan penempatannya dalam
Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 2 Juli 2014
MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN
REPUBLIK INDONESIA,
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 11 Juli 2014
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI
MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
TTD.
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 2014 NOMOR 959.
II.G.4 Kalimat pengembang :
Peraturan ini mulai berlaku
pada tanggal diundangkan.
Kalimat pengembang:
Agar setiap orang… Berita
Negara Republik Indonesia.
Kalimat pengembang:
Ditetapkan di …Republik
Indonesia.
Kalimat pengembang:
Diundangkan di …. TAHUN
2014 NOMOR 959.
Pemerincian √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
295
49. Permendikbud
Nomor 103
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
ESA
MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA
Menimbang: bahwa dalam rangka implementasi
kurikulum sebagaimana telah
diatur dalam Pasal 77O ayat
(2) huruf c dan Pasal 77P ayat
(2) huruf c Peraturan
Pemerintah Nomor 32 Tahun
2013 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor
19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan,
perlu menetapkan Peraturan
Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan tentang Pedoman
Pembelajaran pada
Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah;
Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Lembaran
Negara Republik Indonesia
Tahun 2003 Nomor 78,
Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor
4301);
2. Peraturan Pemerintah Nomor
19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional
Pendidikan sebagaimana
telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah
II.H.1
Kalimat topik Pemerincian √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
296
Nomor 32 Tahun 2013
tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional
Pendidikan (Lembaran
Negara Republik Indonesia
Tahun 2013 Nomor 71,
Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia
Nomor 5410);
3. Peraturan Presiden Nomor 47
Tahun 2009 tentang
Pembentukan dan
Organisasi Kementerian
Negara Republik Indonesia
sebagaimana telah beberapa
kali diubah terakhir dengan
Peraturan Presiden
Republik Indonesia Nomor
13 Tahun 2014;
4. Peraturan Presiden Nomor 24
Tahun 2010 tentang
Kedudukan, Tugas, Fungsi,
Susunan Organisasi, dan
Tata kerja Kementerian
Negara Republik Indonesia
sebagaimana telah beberapa
kali diubah terakhir dengan
Peraturan Presiden Nomor
14 Tahun 2014;
5. Keputusan Presiden Nomor
84/P Tahun 2009 mengenai
Pembentukan Kabinet
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
297
Indonesia Bersatu II
sebagaimana telah beberapa
kali diubah terakhir dengan
Keputusan Presiden Nomor
54/P Tahun 2014;
6. Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Nomor 54
Tahun 2013 tentang Standar
Kompetensi Lulusan
Pendidikan Dasar dan
Menengah;
7. Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Nomor 64
Tahun 2013 tentang Standar
Isi Pendidikan Dasar dan
Menengah;
8. Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Nomor 65
Tahun 2013 tentang Standar
Proses Pendidikan Dasar
dan Menengah;
9. Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Nomor 66
Tahun 2013 tentang Standar
Penilaian Pendidikan Dasar
dan Menengah;
10. Peraturan Menteri
Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 57
Tahun 2014 tentang
Kurikulum 2013 Sekolah
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah;
11. Peraturan Menteri
Pendidikan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
298
Kebudayaan Nomor 58
Tahun 2014 tentang
Kurikulum 2013 Sekolah
Menengah
Pertama/Madrasah
Tsanawiyah;
12. Peraturan Menteri
Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 59
Tahun 2014 tentang
Kurikulum 2013 Sekolah
Menengah Atas/Madrasah
Aliyah;
13. Peraturan Menteri
Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 60
Tahun 2014 tentang
Kurikulum 2013 Sekolah
Menengah
Kejuruan/Madrasah Aliyah
Kejuruan;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan: PERATURAN MENTERI
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
TENTANG PEMBELAJARAN PADA
PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN
MENENGAH.
50. Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud
dengan:
1. Pembelajaran adalah proses interaksi
antarpeserta didik dan antara peserta didik
dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar.
II.H.2 Kalimat topik:
Dalam Peraturan Menteri ini
yang dimaksud dengan:
1. Pembelajaran adalah
proses interaksi… pada
suatu lingkungan belajar.
Definisi √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
299
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
selanjutnya disebut dengan RPP adalah rencana
pembelajaran yang dikembangkan mengacu
pada silabus;
3. Satuan pendidikan adalah Sekolah
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah/Sekolah Dasar Luar
Biasa (SD/MI/SDLB), Sekolah Menengah
Pertama/Madrasah Tsanawiyah/ Sekolah
Menengah Pertama Luar Biasa
(SMP/MTs/SMPLB), Sekolah Menengah
Atas/Madrasah Aliyah /Sekolah Menengah Atas
Luar Biasa (SMA/MA/SMALB), dan Sekolah
Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah
Kejuruan/Sekolah Menengah Kejuruan Luar
Biasa (SMK/MAK/SMKLB).
Kalimat topik:
2. Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran
selanjutnya disebut
dengan…
dikembangkan mengacu
pada silabus;
Kalimat topik:
3. Satuan pendidikan
adalah Sekolah
Dasar/Madrasah…
Kejuruan Luar Biasa
(SMK/MAK/SMKLB).
51. Pasal 2
(1) Pembelajaran dilaksanakan berbasis aktivitas
dengan karakteristik:
a. interaktif dan inspiratif;
b. menyenangkan, menantang, dan
memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif;
c. kontekstual dan kolaboratif;
d. memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, dan kemandirian
peserta didik; dan
e. sesuai dengan bakat, minat, kemampuan,
dan perkembangan fisik serta psikologis
peserta didik.
(2) Pembelajaran menggunakan pendekatan,
strategi, model, dan metode yang mengacu pada
karakteristik sebagaimana dimaksud pada ayat
(1).
(3) Pendekatan pembelajaran sebagaimana
II.H.3 Kalimat topik:
(1) Pembelajaran
dilaksanakan berbasis…
kemampuan, dan
perkembangan fisik serta
psikologis peserta didik.
Kalimat pengembang:
(2) Pembelajaran
menggunakan
pendekatan,… pada
karakteristik
sebagaimana dimaksud
pada ayat (1).
Kalimat pengembang:
(3) Pendekatan
pembelajaran
sebagaimana dimaksud
Pemerincian √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
300
dimaksud pada ayat (2) merupakan cara
pandang pendidik yang digunakan untuk
menciptakan lingkungan pembelajaran yang
memungkinkan terjadinya proses pembelajaran
dan tercapainya kompetensi yang ditentukan.
(4) Strategi pembelajaran sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) merupakan langkah-
langkah sistematik dan sistemik yang digunakan
pendidik untuk menciptakan lingkungan
pembelajaran yang memungkinkan terjadinya
proses pembelajaran dan tercapainya
kompetensi yang ditentukan.
(5) Model pembelajaran sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) merupakan kerangka konseptual
dan operasional pembelajaran yang memiliki
nama, ciri, urutan logis, pengaturan, dan
budaya.
(6) Metode pembelajaran sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) merupakan cara atau
teknik yang digunakan oleh pendidik untuk
menangani suatu kegiatan pembelajaran yang
mencakup antara lain ceramah, tanya-jawab,
diskusi.
(7) Pendekatan pembelajaran sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) menggunakan
pendekatan saintifik/pendekatan berbasis proses
keilmuan.
(8) Pendekatan saintifik/pendekatan berbasis
proses keilmuan sebagaimana dimaksud pada
ayat (7) merupakan pengorganisasian
pengalaman belajar dengan urutan logis
meliputi proses pembelajaran:
a. mengamati;
b. menanya;
pada… kompetensi
yang ditentukan.
Kalimat pengembang:
(4) Strategi pembelajaran
sebagaimana
dimaksud… kompetensi
yang ditentukan.
Kalimat pengembang:
(5) Model pembelajaran
sebagaimana… urutan
logis, pengaturan, dan
budaya.
Kalimat pengembang:
(6) Metode pembelajaran
sebagaimana… mencakup
antara lain ceramah, tanya-
jawab, diskusi
Kalimat pengembang:
(7) Pendekatan pembelajaran
sebagaimana… berbasis
proses keilmuan.
Kalimat pengembang:
(8) Pendekatan
saintifik/pendekatan
berbasis…
e. mengomunikasikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
301
c. mengumpulkan informasi/mencoba;
d. menalar/mengasosiasi; dan
e. mengomunikasikan.
(9) Urutan logis sebagaimana dimaksud pada
ayat (8) dapat dikembangkan dan digunakan
dalam satu atau lebih pertemuan.
(10) Pendekatan saintifik/pendekatan berbasis
proses keilmuan sebagaimana dimaksud pada
ayat (8) dilaksanakan dengan menggunakan
modus pembelajaran langsung atau tidak
langsung sebagai landasan dalam menerapkan
berbagai strategi dan model pembelajaran sesuai
dengan Kompetensi Dasar yang ingin dicapai.
Kalimat pengembang:
(9) Urutan logis
sebagaimana… dalam satu
atau lebih pertemuan.
Kalimat pengembang:
(10) Pendekatan
saintifik/pendekatan
berbasis… dengan
Kompetensi Dasar yang ingin
dicapai.
52. Pasal 3
(1) Pembelajaran dilaksanakan dengan
menggunakan RPP.
(2) RPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disusun oleh guru dengan mengacu pada
silabus dengan prinsip:
a. memuat secara utuh kompetensi dasar
sikap spiritual, sikap sosial,
pengetahuan, dan keterampilan;
b. dapat dilaksanakan dalam satu atau
lebih dari satu kali pertemuan;
c. memperhatikan perbedaan individual
peserta didik;
d. berpusat pada peserta didik;
e. berbasis konteks;
f. berorientasi kekinian;
g. mengembangkan kemandirian belajar;
h. memberikan umpan balik dan tindak
lanjut pembelajaran;
i. memiliki keterkaitan dan keterpaduan
antarkompetensi dan/atau antarmuatan;
II.H.4 Kalimat topik:
(1) Pembelajaran
dilaksanakan dengan
menggunakan RPP.
Kalimat pengembang:
(2) RPP sebagaimana
dimaksud pada ayat
(1)… memanfaatkan
teknologi informasi dan
komunikasi.
Kalimat pengembang:
(3) Prinsip sebagaimana
dimaksud… reguler,
pengayaan, dan
remedial.
Kalimat pengembang:
(4) RPP sebagaimana
dimaksud… bahan, dan
Pemerincian √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
302
dan
j. memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi.
(3) Prinsip sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) diwujudkan dalam bentuk pembelajaran
reguler, pengayaan, dan remedial.
(4) RPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
paling sedikit memuat:
a. identitas sekolah/madrasah, mata
pelajaran atau tema, kelas/semester, dan
alokasi waktu;
b. Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, dan
indikator pencapaian kompetensi;
c. materi pembelajaran;
d. kegiatan pembelajaran yang meliputi
kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan
kegiatan penutup;
e. penilaian, pembelajaran remedial, dan
pengayaan; dan
f. media, alat, bahan, dan sumber belajar.
(5) Indikator pencapaian kompetensi
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf b
merupakan:
a. kemampuan yang dapat diobservasi untuk
disimpulkan sebagai pemenuhan
Kompetensi Dasar pada Kompetensi Inti 1
dan Kompetensi Inti 2; dan
b. kemampuan yang dapat diukur dan/atau
diobservasi untuk disimpulkan sebagai
pemenuhan Kompetensi Dasar pada
Kompetensi Inti 3 dan Kompetensi Inti 4.
(6) Kegiatan pembelajaran sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) huruf d mengacu pada
sumber belajar.
Kalimat pengembang:
(5) Indikator pencapaian
kompetensi… Kompetensi
Inti 3 dan Kompetensi Inti 4.
Kalimat pengembang:
Kegiatan pembelajaran
sebagaimana… sampai
dengan ayat (9).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
303
pendekatan, strategi, model, dan metode
pembelajaran sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 ayat (3) sampai dengan ayat (9).
53. Pasal 4
Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah dilaksanakan sesuai
pedoman sebagaimana tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
II.H.5
Kalimat Pengembang Pemerincian √
54. Pasal 5
Semua ketentuan tentang Pembelajaran pada
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah
dalam Peraturan Menteri yang sudah ada
sebelum Peraturan Menteri ini berlaku, tetap
berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan
ketentuan dalam Peraturan Menteri ini.
II.H.6
Kalimat Pengembang Pemerincian √
55. Pasal 6
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya,
memerintahkan pengundangan Peraturan
Menteri ini dengan penempatannya dalam
Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 3 Oktober 2014
MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN
REPUBLIK INDONESIA,
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 8 Oktober 2014
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI
MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
TTD.
II.H.7
Kalimat pengembang :
Peraturan ini mulai berlaku
pada tanggal diundangkan.
Kalimat pengembang:
Agar setiap orang… Berita
Negara Republik Indonesia.
Kalimat pengembang:
Ditetapkan di …Republik
Indonesia.
Kalimat pengembang:
Diundangkan di …. TAHUN
2014 NOMOR 1506.
Pemerincian √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
304
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 2014 NOMOR 1506.
56. Permendikbud
Nomor 105
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
ESA
MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA
Menimbang: bahwa dalam rangka menjamin
terlaksananya Kurikulum 2013 secara efektif
dan efisien pada satuan pendidikan, perlu
menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan tentang Pendampingan
Pelaksanaan Kurikulum 2013 pada Pendidikan
Dasar dan Pendidikan Menengah;
Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4301);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor
19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2013 Nomor 71, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5410);
3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009
tentang Pembentukan dan Organisasi
Kementerian Negara Republik Indonesia
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia
II.I.1
Kalimat Topik Pemerincian √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
305
Nomor 13 Tahun 2014;
4. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010
tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan
Organisasi, dan Tata kerja Kementerian Negara
Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa
kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden
Nomor 14 Tahun 2014;
5. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009
mengenai Pembentukan Kabinet Indonesia
Bersatu II sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Keputusan Presiden
Nomor 41/P Tahun 2014;
6. Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013 tentang
Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar
dan Menengah;
7. Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 64 Tahun 2013 tentang
Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah;
8. Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013 tentang
Standar Proses Pendidikan Dasar dan
Menengah;
9. Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 66 Tahun 2013 tentang
Standar Penilaian Pendidikan Dasar dan
Menengah;
10. Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 57 Tahun 2014 tentang
Kurikulum 2013 Sekolah Dasar/Madrasah
Ibtidaiyah;
11. Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 58 Tahun 2014 tentang
Kurikulum 2013 Sekolah Menengah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
306
Pertama/Madrasah Tsanawiyah;
12. Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 59 Tahun 2014 tentang
Kurikulum 2013 Sekolah Menengah
Atas/Madrasah Aliyah;
13. Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 60 Tahun 2014 tentang
Kurikulum 2013 Sekolah Menengah
Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan: PERATURAN MENTERI
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
TENTANG PENDAMPINGAN
PELAKSANAAN KURIKULUM 2013 PADA
PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN
MENENGAH.
57. Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud
dengan:
1. Pendampingan Pelaksanaan Kurikulum
2013 yang selanjutnya disebut
Pendampingan adalah proses pemberian
bantuan penguatan pelaksanaan Kurikulum
2013 pada satuan pendidikan;
2. Satuan pendidikan adalah Sekolah
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah/Sekolah Dasar
Luar Biasa (SD/MI/SDLB), Sekolah
Menengah Pertama/Madrasah
Tsanawiyah/Sekolah Menengah Pertama
Luar Biasa (SMP/MTs/SMPLB), Sekolah
Menengah Atas/Madrasah Aliyah/Sekolah
Menengah Atas Luar Biasa
(SMA/MA/SMALB), dan Sekolah
Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah
II.I.2 Kalimat topik:
Dalam Peraturan Menteri ini
yang dimaksud dengan:
1. Pendampingan
Pelaksanaan
Kurikulum 2013 yang
selanjutnya disebut
Pendampingan adalah
proses pemberian…
pada satuan
pendidikan;
Kalimat topik:
2. Satuan pendidikan
adalah Sekolah
Dasar/Madrasah…
Kejuruan Luar Biasa
(SMK/MAK/SMKLB)
Definisi √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
307
Kejuruan/Sekolah Menengah Kejuruan
Luar Biasa (SMK/MAK/SMKLB).
.
58. Pasal 2
(1) Pendampingan memiliki tujuan:
a. memfasilitasi proses adopsi Kurikulum 2013
pada satuan pendidikan;
b. memfasilitasi pengayaan/kontekstualisasi
sebagai bagian dari pengembangan Kurikulum
2013 pada satuan pendidikan;
c. memperkuat keterlaksanaan Kurikulum 2013
pada satuan pendidikan; dan
d. memperkuat pemahaman dan membangun
kepercayaan diri dalam pelaksanaan
pembelajaran berbasis Kurikulum 2013.
(2) Pendampingan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) memiliki sasaran:
a. pengawas satuan pendidikan;
b. kepala satuan pendidikan; dan
c. pendidik.
(3) Sasaran sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) memperoleh substansi pendampingan sesuai
dengan status dan peran masing-masing.
II.I.3 Kalimat topik:
(1) Pendampingan memiliki
tujuan:
a. memfasilitasi…
pembelajaran berbasis
Kurikulum 2013.
Kalimat pengembang:
(2) Pendampingan
sebagaimana dimaksud… c.
pendidik.
Kalimat pengembang:
(3) Sasaran sebagaimana
dimaksud pada… status dan
peran masing-masing.
Pemerincian √
59. Pasal 3
(1) Pendampingan dilakukan berdasarkan
prinsip:
a. profesional;
b. kolegial;
c. sikap saling percaya; dan
d. berkelanjutan.
(2) Prinsip profesional sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a merupakan kegiatan
pendampingan yang dilakukan dengan kriteria
dan prosedur keahlian.
(3) Prinsip kolegial sebagaimana dimaksud pada
II.I.4 Kalimat topik:
(1) Pendampingan dilakukan
berdasarkan… d.
berkelanjutan.
Kalimat pengembang:
(2) Prinsip profesional
sebagaimana… kriteria dan
prosedur keahlian.
Kalimat pengembang:
Pemerincian √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
308
ayat (1) huruf b merupakan kegiatan
pendampingan yang dilakukan dengan
pendekatan dan iklim kesejawatan antara
pendamping dan yang didampingi.
(4) Prinsip sikap saling percaya sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c merupakan
kegiatan pendampingan yang dilakukan dengan
saling menghormati dan bertanggungjawab.
(5) Prinsip berkelanjutan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf d merupakan kegiatan
pendampingan yang dilakukan secara terencana,
terus-menerus, dan semakin meningkat.
(3) Prinsip kolegial
sebagaimana… pendamping
dan yang didampingi.
Kalimat pengembang:
(4) Prinsip sikap saling
percaya sebagaimana…
menghormati dan
bertanggungjawab.
Kalimat pengembang:
(5) Prinsip berkelanjutan
sebagaimana… terus-
menerus, dan semakin
meningkat.
60. Pasal 4
Pendampingan pelaksanaan Kurikulum 2013
berisi:
a. penguatan substansi bahan ajar untuk setiap
mata pelajaran dan/atau tema pembelajaran;
b. penguatan sistem pembelajaran pada
Kurikulum 2013;
c. penguatan sistem penilaian hasil belajar
oleh pendidik pada Kurikulum 2013 dan
pengisian laporan hasil belajar peserta
didik;
d. pengembangan perangkat Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan; dan
e. pengembangan model penelusuran minat
peserta didik melalui bimbingan dan
konseling.
II.I.5
Kalimat topik Pemerincian √
61. Pasal 5
Pengelolaan pendampingan dilaksanakan oleh
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
II.I.6
Kalimat topik Pemerincian √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
309
Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah
bekerjasama dengan dinas pendidikan provinsi
dan dinas pendidikan kabupaten/kota sesuai
dengan kewenangannya.
62. Pasal 6
(1) Pendampingan dilaksanakan secara
berkesinambungan dengan:
a. model pendampingan di induk kluster/gugus;
dan
b. model pendampingan di satuan pendidikan.
(2) Model Pendampingan berbasis kluster/gugus
satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a dilakukan oleh guru
pendamping.
(3) Model pendampingan di satuan pendidikan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
dilakukan oleh guru pendamping yang ada di
satuan pendidikan tersebut.
II.I.7 Kalimat topik:
(1)Pendampingan
dilaksanakan secara
berkesinambungan dengan:
a. model pendampingan… di
satuan pendidikan.
Kalimat pengembang:
(2) Model Pendampingan
berbasis… dilakukan oleh
guru pendamping.
Kalimat pengembang:
(3) Model pendampingan di
satuan… di satuan
pendidikan tersebut.
Pemerincian √
63. Pasal 7
(1) Guru pendamping dalam pelaksanaan
Kurikulum 2013 terdiri atas unsur:
a. pengawas satuan pendidikan;
b. kepala satuan pendidikan; dan
c. pendidik.
(2) Syarat sebagai pendamping dalam
pelaksanaan Kurikulum 2013 sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) adalah:
a. telah lulus pelatihan Kurikulum 2013 dengan
prestasi sekurang-kurangnya dengan predikat
memuaskan (M); dan
b. telah lulus dalam bimbingan teknis guru
pendamping.
(3) Penyelenggara satuan pendidikan yang
II.I.8 Kalimat topik:
(1) Guru pendamping dalam
pelaksanaan…
c. pendidik
Kalimat pengembang:
(2) Syarat sebagai
pendamping dalam
pelaksanaan… teknis
guru pendamping.
Kalimat pengembang:
(3) Penyelenggara satuan
pendidikan… pada satuan
pendidikan.
Pemerincian √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
310
didirikan oleh masyarakat dapat menyediakan
sumber daya pendidikan dalam pelaksanaan
pendampingan pada satuan pendidikan.
64. Pasal 8
Pendampingan Pelaksanaan Kurikulum 2013
pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah menggunakan Pedoman sebagaimana
tercantum dalam Lampiran yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri
ini.
II.I.9
Kalimat pengembang Pemerincian √
65. Pasal 9
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya,
memerintahkan pengundangan Peraturan
Menteri ini dengan penempatannya dalam
Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 3 Oktober 2014
MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN
REPUBLIK INDONESIA,
Diundangkan; di Jakarta
pada tanggal 8 Oktober 2014
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI
MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
TTD.
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 2014 NOMOR 1506.
II.I.10
Kalimat pengembang :
Peraturan ini mulai berlaku
pada tanggal diundangkan.
Kalimat pengembang:
Agar setiap orang… Berita
Negara Republik Indonesia.
Kalimat pengembang:
Ditetapkan di …Republik
Indonesia.
Kalimat pengembang:
Diundangkan di …. TAHUN
2014 NOMOR 1508.
Pemerincian √
66. Permendikbud
Nomor 160
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
ESA
MENTERI PENDIDIKAN DAN
II.J.1
Kalimat Topik Pemerincian √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
311
KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang: bahwa dalam rangka kelancaran
proses pendidikan pada satuan
pendidikan anak usia dini,
pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah, perlu menetapkan
Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan tentang
Pemberlakuan Kurikulum Tahun
2006 dan Kurikulum 2013;
Mengingat: 1. Undang-undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia tahun 2003
Nomor 78, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia
Nomor 4301);
2.Peraturan Pemerintah Nomor
19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan
sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 32
Tahun 2013 tentang Perubahan
Atas Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan
(Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2013 Nomor 71,
Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor
5410);
3. Keputusan Presiden Nomor
121/P Tahun 2014 tentang
Pembentukan Kementerian dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
312
Pengangkatan Menteri Kabinet
Kerja;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan: PERATURAN MENTERI
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
TENTANG PEMBERLAKUAN
KURIKULUM TAHUN 2006 DAN
KURIKULUM 2013.
67. Pasal 1
Satuan pendidikan dasar dan pendidikan
menengah yang melaksanakan Kurikulum 2013
sejak semester pertama tahun pelajaran
2014/2015 kembali melaksanakan Kurikulum
Tahun 2006 mulai semester kedua tahun
pelajaran 2014/2015 sampai ada ketetapan dari
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk
melaksanakan Kurikulum 2013.
II.J.2
Kalimat pengembang Pemerincian √
68. Pasal 2
(1) Satuan pendidikan dasar dan pendidikan
menengah yang telah melaksanakan
Kurikulum 2013 selama 3 (tiga) semester
tetap menggunakan Kurikulum 2013.
(2) Satuan pendidikan dasar dan pendidikan
menengah yang melaksanakan Kurikulum
2013 sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan satuan pendidikan rintisan
penerapan Kurikulum 2013.
(3) Satuan pendidikan rintisan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dapat berganti
melaksanakan Kurikulum Tahun 2006
dengan melapor kepada dinas pendidikan
provinsi/kabupaten/kota sesuai dengan
kewenangannya.
II.J.3 Kalimat topik:
(1) Satuan pendidikan
dasar… menggunakan
Kurikulum 2013.
Kalimat pengembang:
(2) Satuan pendidikan dasar
dan pendidikan…
rintisan penerapan
Kurikulum 2013.
Kalimat pengembang:
(3) Satuan pendidikan
rintisan sebagaimana…
sesuai dengan
kewenangannya.
Pemerincian √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
313
69. Pasal 3
(1) Satuan pendidikan dasar dan pendidikan
menengah yang belum melaksanakan
Kurikulum 2013 mendapatkan pelatihan
dan pendampingan bagi:
a. Kepala satuan pendidikan;
b. Pendidik;
c. Tenaga kependidikan; dan
d. Pengawas satuan pendidikan.
(2) Pelatihan dan pendampingan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) bertujuan
meningkatkan kompetensi dan penyiapan
pelaksanaan Kurikulum 2013.
(3) Pelatihan dan pendampingan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan
standar yang ditetapkan oleh Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
II.J.4 Kalimat topik:
(1) Satuan pendidikan dasar
dan pendidikan…
Pengawas satuan
pendidikan.
Kalimat pengembang: (2) Pelatihan dan
pendampingan
sebagaimana… pelaksanaan
Kurikulum 2013.
Kalimat pengembang:
(3) Pelatihan dan
pendampingan
sebagaimana…
Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan.
Pemerincian √
70. Pasal 4
Satuan pendidikan dasar dan pendidikan
menengah dapat melaksanakan Kurikulum
Tahun 2006 paling lama sampai dengan tahun
pelajaran 2019/2020.
II.J.5
Kalimat pengembang Pemerincian √
71. Pasal 5
Hal-hal yang belum diatur terkait dengan
prosedur pemberlakuan Kurikulum Tahun 2006
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 serta tata
cara satuan pendidikan yang siap melaksanakan
Kurikulum 2013 sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 diatur oleh Direktur Jenderal Pendidikan
Dasar dan Direktur Jenderal Pendidikan
Menengah setelah berkoordinasi dengan Kepala
Badan Penelitian dan Pengembangan.
II.J.6
Kalimat pengembang Pemerincian √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
314
72. Pasal 6
Ketentuan lebih lanjut mengenai Kurikulum
Tahun 2006 sebagaimana dimaksud dalam Pasal
1 diatur dalam Peraturan Menteri tersendiri.
II.J.7
Kalimat pengembang Pemerincian √
73. Pasal 7
Satuan pendidikan anak usia dini melaksanakan
Kurikulum 2013 sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
II.J.8
Kalimat pengembang Pemerincian √
74. Pasal 8
Satuan pendidikan khusus melaksanakan
Kurikulum 2013 sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
II.J.9
Kalimat pengembang Pemerincian √
75. Pasal 9
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya,
memerintahkan pengundangan Peraturan
Menteri ini dengan penempatannya dalam
Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 11 Desember 2014
MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN
REPUBLIK INDONESIA,
Diundangkan; di Jakarta
pada tanggal 12 Desember 2014
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI
MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
TTD.
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 2014 NOMOR 1902.
II.J.10
Kalimat pengembang :
Peraturan ini mulai berlaku
pada tanggal diundangkan.
Kalimat pengembang:
Agar setiap orang… Berita
Negara Republik Indonesia.
Kalimat pengembang:
Ditetapkan di …Republik
Indonesia.
Kalimat pengembang:
Diundangkan di …. TAHUN
2014 NOMOR 1902.
Pemerincian √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
315
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
316
.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
317
Transkrip dan Coding Hasil Wawancara Dengan Praktisi Hukum
Waktu Pelaksanaan : Kamis, 25 Februari 2016
Pukul : 16.21-16.51 WIB
Pertanyaan Jawaban Kategori
Baik, selamat sore Pak Heri,
sebelumnya saya akan
memperkenalkan diri. Saya adalah
salah satu mahasiswa Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia dari
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta ingin mewawancarai
Bapak berkaitan dengan penelitian
saya. Sebelumnya, silahkan Bapak
memperkenalkan diri, nama
lengkap dan jenjang pendidikan
Bapak.
Oke, saya Heri Sabto Widodo. Jadi,
saya notaris di BAN PPAT di
Kabupaten Bantul. Saya ini lulus S1
Fakultas Hukum di Universitas
Islam Indonesia dan kemudian
program spesialis notariat di
Universitas Gajah Mada
Yogyakarta. Kemudian saya selain
saya notaris, saya juga jabatan saya
Ketua Ikatan Notaris Indonesia
Kabupaten Bantul dan sekaligus
Sekretaris Umum Ikatan Notaris
Indonesia Daerah Istimewa
Yogyakarta. Ya, itu mungkin dari
saya. (PH1)
Identitas Praktisi
Hukum
Yang pertama dalam penelitian ini,
saya mengutip pendapat Anton M.
Moeliono dalam buku karangan
Hadikusuma yang berjudul “Bahasa
Hukum Indonesia”. Menurut beliau,
salah satu ciri-ciri ragam bahasa
Perundang-Undangan, yaitu
Ya, jadi mungkin kalau menurut
Anton saya pikir tinjauannya
mungkin dari sisi bahasa ya. Saya
nggak mengerti yang dimaksudkan
Anton ini kalimat tunggal dan
bercorak hemat itu seperti apa. Tapi,
yang saya maknai adalah bahwa
Perspektif Bapak
Heri tentang
pendapat Anton M.
Moeliono
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
318
bercorak hemat, hanya kata yang
diperlukan dalam penggunaannya
dan bentuk, makna, dan fungsinya
lebih mantap dan stabil. Nah,
menurut Bapak, apakah benar
argumen Anton M. Moeliono yang
mengatakan bahwa bahasa
Perundang-Undangan itu berupa
kalimat tunggal atau bercorak
hemat?
memang yang namanya bahasa
Perundang-Undangan ini memang
cenderung sederhana ya, cenderung
baku, dan singkat memang karena
kan menghindari banyak penafsiran
yang mungkin akan dimunculkan
pada saat bahasa itu menjadi banyak.
Nah, makannya kalaupun Pak Anton
ini bilang bahasanya lebih, lebih apa
ya lebih simple ya, lebih eee apa
lebih mantap itu saya pikir saya
setuju juga. Tapi, makna dari saya.
Artinya tafsiran dari saya sendiri,
terlepas itu benar atau tidak menurut
Pak Anton, eee saya melihat
memang bahasa hukum perlu
sederhana, singkat, dan tidak terlalu
apa ya tidak terlalu gladrah itu
sehingga bisa diartikan semua orang
sama, seperti itu. (PH2)
Lalu, bagaimana dengan pendapat
Anton M. Moeliono yang kedua
yang mengatakan bahwa bahasa
Perundang-Undangan itu
mempunyai bentuk, makna, dan
fungsi yang lebih mantap dan stabil
atau ciri-cirinya mempunyai
kalimat yang baku dan efektif.
Menurut Bapak, apakah benar
pernyataan tersebut? Sedangkan
Ya, secara eee kontekstual saya pikir
kalau Pak Anton benar juga.
Artinya, dia kalau bahasa hukum itu
singkat dan padat, maka
kemungkinan berarti bahasa hukum
itu mantap. Iya, mantap, jadi,
mantap disini itu tidak menimbulkan
banyak penafsiran, gitu ya. Jadi, eee
kalau bahasa itu terlalu banyak
fungsinya, maka dia akan cenderung
Perspektif Bapak
Heri tentang
pendapat Anton M.
Moeliono
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
319
dalam penelitian saya, masih ada
beberapa kalimat yang perlu
dibenahi untuk mengikuti kaidah-
kaidah bahasa Indonesia.
lebih banyak penafsirannya sehingga
kalau itu singkat dan padat mungkin
bisa berarti mantap. Jadi, saya lebih
setuju, lebih setuju. Kalau
kemungkinan dalam proses apa ya,
pemakaiannya, aplikasinya, dalam
pemakaian di bahasa Indonesia ya
karena memang bahasa Indonesia itu
kan banyak sekali menyerap ya,
menyerap idiom-idiom yang dari
manapun. Jadi, kemungkinan juga
disitu juga ada banyak yang harus
disesuaikan. (PH3)
Menurut Pak Heri selaku Praktisi
Hukum, ciri-ciri bahasa hukum
Indonesia itu apa saja?
Kalau ciri-ciri bahasa hukum itu,
saya pikir ya tadi saya mengikuti
Pak Anton saja. Cuman kalau
menurut saya, ciri-ciri yang paling
banyak dipakai yaitu, ya satu, ya itu
baku bahasanya. Yang keduanya,
memang singkat, nggak terlalu
banyak variatif, gitu ya. Kemudian
artinya jelas, gitu sehingga kalaupun
orang sekali membaca itu dia
mengerti yang dimaksudkan seperti
apa karena kalau nggak, maka dia
akan menimbulkan banyak arti.
Nah, kalau sudah menimbulkan
banyak arti, maka kemudian menjadi
multitafsir sehingga dalam
penerjemahan hukum akan
Ciri-ciri bahasa
hukum Indonesia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
320
menimbulkan silang pendapat.
Sementara dalam hukum sendiri itu
kan dihindarkan terjadi silang
pendapat. Walaupun, orang hukum
selalu bersilang pendapat. (PH4)
Bisa dijelaskan pak, maksud dari
silang pendapat itu apa?
Jadi, dalam satu kata itu jika itu
berarti banyak, mungkin punya arti
lebih dari satu, maka itu
menimbulkan silang pendapat. Kan
orang hukum sukanya membeda-
bedakan arti, ya. Pada saat bahasa
hukum itu diperlukan untuk
mengartikan sesuatu dan akan
menjadi fungsi meringankan
tuntutan, meringankan hukuman
atau kemudian menjadi sandaran
untuk sebuah keinginan orang itu
terhadap arti hukum itu sendiri.
Maka kemudian orang akan
membawa kepentingannya terhadap
bahasa itu. Jadi, dimana
kepentingannya yang negatif, maka
bahasa itu akan diarahkan ke arah
kepentingannya. Itu yang
sebenarnya dihindarkan sehingga
diambil bahasa hukum itu singkat
dan artinya itu tidak terlalu banyak.
Ya, artinya ya satu. Siapapun yang
mengartikan ya sama. Itu yang
mungkin yang dimaksudkan yang
Maksud silang
pendapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
321
lebih efektif seperti itu kalau
menurut saya. Jadi, jangan sampai
bahasa hukum itu justru malah
menimbulkan rancu dalam orang
melihat, seperti. (PH5)
Dalam penelitian ini, saya
menemukan kalimat-kalimat yang
digunakan panjang-panjang dan
sukar dimengerti. Menurut Bapak,
mengapa kalimat dalam bahasa
hukum seperti itu?
Jadi begini, eee dalam sebuah
pembuatan Undang-Undang, aturan,
kontrak, perjanjian, atau apapun itu
yang berwujud kemudian itu
menghasilkan sesuatu, yang harus
diikuti orang, maka disitu
diharapkan pembuatannya harus
memang detail. Jadi, orang
membaca itu sampai detail. Maka
kemudian muncullah kalau sebuah
aturan itu pasal-pasalnya dan aturan
penjelasannya untuk menghindarkan
hal-hal yang tadi itu, yang kemudian
terjadi banyak tafsiran. Nah, kenapa
kemudian dia menjadi panjang?
Karena dia kan menjelaskan detail
dari maksud setiap aturan itu, setiap
kata-kata atau kalimat yang dibuat
dalam aturan, perjanjian, atau
kontrak atau apapun itu yang dibuat
sehingga dengan demikian maka
orang cenderung lebih bosan
membacanya. Tapi, sebenarnya dia
akan menjadi lebih jelas pada saat
dia membaca sampai selesai. Karena
Karakteristik
kalimat bahasa
hukum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
322
kalau dia membaca secara terputus-
putus atau perbagian-bagian saja,
tanpa dia membaca sampai akhir
ataupun penjelasannya, maka dia
akan tidak akan mendapatkan arti
yang sesungguhnya. Nah, hal-hal
yang semacam ini kadang-kadang
justru dimanfaatkan orang untuk
memelintir bahasa-bahasa hukum itu
sendiri menjadi yang tidak sesuai
dengan apa yang dimaksud Undang-
Undang pada saat dibuatnya, seperti
itu. (PH6)
Berarti ciri kalimat yang panjang-
panjang dalam bahasa hukum itu
mempunyai tujuan tersendiri untuk
menjelaskan lebih konkrit?
Iya, lebih konkrit, lebih detail
sehingga tidak muncul penafsiran
yang seponggal-ponggal. Kalau
nanti orang bicara, Undang-Undang
A pasalnya yang dibaca cuman pasal
5. Sementara pasal 5 ini, dia sama
dibaca dengan pasal 10 karena pasal
6, 7, 8, dan 9 akan menjelaskan
pasal 5 itu maunya kemana.
Kemudian setelah itu disusul pula
ayat-ayat penjelasan. Itu yang
sehingga dia terasa lebih panjang,
bahkan harus dibaca sampai selesai
Undang-Undang itu, seperti itu.
(PH7)
Ciri kalimat dalam
bahasa hukum
Sebelumnya, Pak Heri mengatakan Ya, seperti tadi saya bilang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
323
bahwa bahasa hukum Indonesia itu
multitafsir. Bisa dijelaskan kembali
berkaitan dengan hal tersebut?
Sebenarnya bahasa hukum itu kan
dibuat untuk tidak menimbulkan
multitafsir. Nah, kemudian maka
dibuat dia lebih sederhana, lebih
baku, dan lebih simple. Nah, cuman
dalam penjelasannya, dia akan
menjadi lebih panjang karena dia
menghindarkan multitafsir tadi.
Tapi, kebanyakan orang dalam
membacanya tidak sampai selesai
dan tidak dibaca ayat-ayat
penjelasan di akhir Undang-
Undangnya. Maka kemudian pada
saat itu dimunculkan, menimbulkan
multitafsir sehingga kalau orang
baca Undang-Undang, orang baca
hukum ya harus tuntas, jangan
separo-separo. Kalau separo-separo
dia akan pasti multitafsir. Nah,
multitafsir ini muncul dari berbagai
macam kepentingan. Kalaupun
dalam sebuah satu ayat dalam
sebuah Undang-Undang, kemudian
itu ditafsirkan oleh lawan ya mereka
yang saling bersitegang dan
berlawanan, maka akan
memunculkan berbeda-beda
penafsirannya, sesuai dengan
kepentingannya masing-masing.
Nah, inilah yang seharusnya
Bahasa hukum
Indonesia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
324
dihindarkan sehingga bahasa hukum
harus jelas, singkat, dan baku.
Kalaupun itu ditafsirkan oleh dua
orang saling bersitegang atau saling
berbeda kepentingan, maka tetap
saja hasilnya sama. Itulah kemudian
muncullah ada lembaga-lembaga
banding. Misalnya, pembandingan
peradilan tingkat pertama, peradilan
hak asasi karena biar bisa
meminimalisir penafsiran kalau ada
lembaga di atasnya yang nanti
menguji materi itu, Undang-Undang
yang sudah keluar, seperti itu. (PH8)
Kemarin, saya sempat mendengar
kata “Kontinental”, itu artinya apa
Pak?
Iya, Eropa Kontinental. Jadi
memang kan sistem hukum kita itu
mengikuti Sistem Hukum Eropa
Kontinental. Jadi kalau ada beberapa
sistem hukum di dunia kan, salah
satunya adalah Eropa Kontinental
dan Inkluseksion. Kalau Eropa
Kontinental itu banyak diikuti oleh
Belanda, Belgia, dan lain-lain. Tapi,
kalau Inkluseksion itu seperti
Inggris, kemudian negara-negara
yang menjadi negara jajahan Inggris,
seperti Australia, Malaysia, dan
Amerika yang lebih cenderung
nafasnya sama. Itu yang cuma
membedakan saja, sistemnya saja,
Pengertian kata
kontinental
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
325
sistem hukum itu. Itu yang diadopsi
kita. (PH9)
Berarti akar permasalahannya,
kenapa munculnya bahasa hukum
Indonesia itu karena negara
Indonesia sudah termasuk negara
yang dijajah oleh Belanda.
Ya, negara kita memang masih
banyak yang mengikuti Belanda.
Walaupun sekarang pelan-pelan
sudah dimodifikasi ya, sudah
dirubah dengan menjadi hukum
nasional. Tapi, hawanya dan
nafasnya masih mengikuti hukum-
hukum Eropa, seperti itu. Nah, ini
memang perlu waktu panjang untuk
proses ini bisa kemudian menjadi
hukum Nasionalis yang milik kita
sendiri, nafasnya milik kita sendiri,
kemudian dan akhirnya membuat
ketahanan hukum sendiri untuk
bangsa yang memang sesuai dengan
karakter kita sendiri. (PH10)
Penyebab
munculnya bahasa
hukum Indonesia
Dalam membuat dokumen negara,
bahasa apa yang Bapak gunakan?
bahasa hukum Indonesia yang
masih berupa kata serapan dari
bahasa Belanda atau bahasa hukum
Indonesia yang mengikuti kaidah-
kaidah bahasa Indonesia?
Ya, sekarang kalau kita memang
meminimalisir kaidah-kaidah yang
menggunakan bahasa hukum
Belanda sehingga kita cenderung
sekarang lebih banyak diarahkan
untuk menggunakan istilah-istilah
bahasa Indonesia. Bahkan, sekarang
untuk nama-nama badan hukum
pun, PT misalnya, itu harus
menggunakan nama-nama
Indonesia, tidak boleh nama-nama
Bahasa hukum
yang digunakan
oleh Bapak Heri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
326
asing. Tapi, kan ada idiom-idiom
hukum yang memang belum bisa
diartikan oleh bahasa kita, gitu lho
sehingga kadang-kadang orang
masih menggunakan bahasa
Belanda. Tapi, itu perlahan-lahan
akan kita kikis dan kemudian
menjadi bahasa-bahasa kita sendiri
sehingga lebih bisa dipahami.
(PH11)
Berarti alasan Pak Heri
menggunakan bahasa hukum yang
sudah mengikuti kaidah-kaidah
bahasa Indonesia dalam membuat
dokumen negara agar lebih mudah
dipahami?
Iya, pasti. Karena ketidaktahuan kita
dengan bahasa hukum kemudian
memberatkan dari sisi orang itu
sehingga jangan sampai orang
pengennya melek hukum, malah
justru dia semakin nggak ngerti
hukum karena dengan bahasa-
bahasa yang samar, bahasa-bahasa
yang dia nggak ngerti. Padahal kan
hukum itu justru biar orang lebih
ngerti karena hukum itu dianggap
semua orang mengerti. Jadi,
memang harus tetap mengerti,
karena mau tidak mau dianggap
masyarakat mengerti. Semua orang
begitu ada Undang-Undang baru,
isinya apa kadang-kadang tidak
mengerti. Lho kok ada Undang-
Undang ini ternyata? Dan kita tidak
pernah membaca. Lalu, kita
Alasan
menggunakan
bahasa hukum yang
sudah mengikuti
kaidah-kaidah
bahasa Indonesia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
327
melanggar. Mau tidak mau kita
dihukum dalah Undang-Undang itu,
walaupun kita tidak mengerti
Undang-Undang itu. Itulah hukum.
Jadi, mau tidak mau, ada dan tidak
ada kalau itu sudah ada dan sudah
diundangkan oleh badan legislatif,
maka mau tidak mau harus kita
ikuti, seperti itu. Untuk itu, bahasa-
bahasa yang digunakan dalam
pembuatan Undang-Undang itu
memang bahasa-bahasa yang dapat
dimengerti orang, seharusnya seperti
ini. Jadi, jangan malah orang
membuat Undang-Undang diputar-
putar, diplintir-plintir nggak karuan
sehingga orang justru lebih tidak
mengerti. Pada akhirnya orang
banyak melanggar sehingga muncul
ada kalimat “Hukum dibuat untuk
dilanggar”. Jangan sampai kan
seperti itu. Masak hukum dibuat
untuk dilanggar, hukum dibuat
untuk dipatuhi ya saya pikir ya,
bukan untuk dilanggar. Baik, kurang
lebihnya seperti itu. (PH12)
Dalam penelitian ini, saya
menemukan paragraf yang
mempunyai pola pengembangan
paragraf definisi dan pemerincian.
Tujuan penggunaan pola
pengembangan definisi dalam
Peraturan Menteri adalah untuk
mengumumkan dan mengartikan
Tujuan penggunaan
pola pengembangan
definisi dan
pemerincian yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
328
Apa tujuan penggunaan pola
pengembangan definisi dan
pemerincian yang digunakan dalam
Peraturan Menteri?
sesuatu yang akan dia keluarkan
sehingga disitu definisinya harus
jelas terhadap istilah yang dipakai.
Jadi, dalam sebuah peraturan, dia
kan akan menjelaskan tentang
sesuatu. Nah, dalam menjelaskan
sesuatu, dia harus definitif, harus
menjelaskan sesuatu itu sehingga
begitu orang membaca itu dia harus
tahu karena Undang-Undang atau
Peraturan itu dianggap semua orang
tahu. Jadi, begitu dia diumumkan,
diundangkan, atau dikeluarkan oleh
Pemerintah, maka semua orang itu
dianggap tahu. Jadi tidak boleh
orang itu kemudian „Saya tidak
mengerti ada peraturan itu‟. Jadi
tidak bisa seperti itu. Jika orang itu
melanggar maka harus dihukum.
Maka, pada setiap peraturan harus
jelas definisinya. Apa yang
dimaksud kata-kata dalam peraturan
itu, harus dijelaskan satu persatu.
Nah, gini jadi dalam setiap peraturan
itu kan dia mendetailkan apa yang
diatur. Jadi hukum itu untuk
menghindari beda persepsi. Maka,
hukum itu dalam sebuah peraturan
dia harus mengatur detailnya
sehingga item-item hukum yang
digunakan dalam
Peraturan Menteri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
329
diatur dalam sebuah peraturan itu
jelas. (PH13)
Kapan seorang pembuat hukum
menulis Peraturan Menteri dengan
pola pengembangan paragraf
definisi dan pemerincian?
Jadi, setiap peraturan atau hukum
yang dikeluarkan biasanya langsung
membuat pola pengembangan
paragraf definisi untuk mengartikan
sesuatu, lalu diikuti pola
pengembangan pemerincian untuk
menjelaskan lebih rinci. Adanya
pola pengembangan definisi atau
pemerincian itu tergantung peraturan
yang akan ditulis, tergantung
peraturan itu butuh definisi atau
tidak. (PH14)
Penulisan Peraturan
Menteri
Kenapa Peraturan Menteri tidak
menggunakan pola pengembangan
kronologi dan ilustrasi?
Karena memang peraturannya
seperti itu. Saya pikir kalau
menggunakan pola pengembangan
ilustrasi malah seperti komik ya?
Undang-Undang tidak boleh dengan
ilustrasi. Kalau penjelasan kasus
boleh menggunakan kronologi dan
ilustrasi. Peraturan Menteri itu kan
tentang sebuah aturan dan tidak
perlu bercerita. Kalau Peraturan
Menteri itu harus tegas, simple, pasti
dan dia tidak diharapkan
menimbulkan persepsi yang
berbeda. (PH15)
Penyebab Peraturan
Menteri tidak
menggunakan pola
pengembangan
kronologi dan
ilustrasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
330
Kenapa ada struktur yang banyak
dan ada struktur yang sedikit dalam
Peraturan Menteri?
Pada prinsipnya, para pembuat
hukum tidak pernah memperhatikan
struktur kalimat dalam pembuatan
Peraturan Menteri, ya. Jadi, yang
saya lihat berdasarkan fungsinya
bahwa kalimat yang mempunyai
struktur yang banyak itu berfungsi
untuk memperjelas maksud yang
ingin disampaikan oleh pembuat
hukum sehingga orang yang
membacanya menjadi jelas dan
paham. Kalau struktur kalimat yang
sedikit, ya karena tidak perlu ada
penjelasan lagi, jika dengan kalimat
yang mempunyai struktur sedikit itu
sudah cukup menjelaskan apa yang
dimaksud oleh pembuat hukum. Itu
kembali lagi kepada ciri bahasa
hukum yang singkat dan padat.
(PH16)
Struktur kalimat
Dalam penelitian ini, saya
menemukan struktur kalimat S-P-K
yang sering muncul dalam
Peraturan Menteri. Menurut Pak
Heri, kenapa struktur S-P-K
merupakan struktur yang sering
muncul?
Menurut saya, kenapa kalimat S-P-K
sering muncul agar tidak
menimbulkan multitafsir maka
dipilihlah kalimat berstruktur S-P-K
yang digunakan oleh pembuat
hukum untuk memberitahukan pada
pembaca tujuan dari peraturan ini
dikeluarkan. Hal ini terjadi agar
tujuan dari dikeluarkannya Peraturan
Perundang-Undangan dapat tercapai.
Struktur kalimat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
331
(PH17)
Kenapa komponen paragraf yang
sering digunakan dalam Peraturan
Menteri adalah kalimat
pengembang?
Kembali lagi pada fungsi atau tujuan
pembuat hukum menulis Peraturan
Menteri. Kalimat pokok itu adalah
kalimat yang berisi ide pokok. Jadi,
kenapa lebih banyak kalimat
pengembang ya karena pembuat
hukum ingin mengembangkan
gagasan atau ide pokoknya melalui
kalimat pengembang sehingga
pembaca dapat memahami dengan
baik dan jelas apa yang dimaksud
oleh penulis atau pembuat hukum.
(PH18)
Struktur Paragraf
Menurut Pak Heri, dokumen negara
apa saja yang masih menggunakan
istilah asing (selain Peraturan
Menteri)?
Ada traktat, KUH Pidana, dan KUH
Perdata. Dokumen-dokumen negara
tersebut masih menggunakan istilah-
istilah asing. (PH19)
Dokumen negara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
332
BIOGRAFI PENULIS
Novie Lita Istiqomah lahir di Jakarta Timur pada
tanggal 2 November 1993. Pendidikan dasarnya
ditempuh di SD Negeri Ungaran 2 Yogyakarta pada
tahun 1999. Pada tahun 2005 ia melanjutkan
pendidikan menengah di SMP Muhammadiyah 3
Yogyakarta. Setelah itu, ia melanjutkan pendidikan di
SMK Negeri 1 Yogyakarta pada tahun 2008 dan
dinyatakan lulus pada tahun 2011. Pada tahun 2012 ia tercatat menjadi
mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Masa
pendidikan di Universitas Sanata Dharma diakhiri dengan menulis skripsi sebagai
tugas akhir dengan judul Struktur Kalimat, Struktur Paragraf, dan Pola
Pengembangan Paragraf Dalam Wacana Perundang-Undangan Tentang
Pendidikan Tahun 2014.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI