struktur dan dinamika galaksi.docx
TRANSCRIPT
MAKALAH ASTRONOMI
STRUKTUR DAN DINAMIKA GALAKSI
DISUSUN OLEH:
SAVIRA NUGRAHENI (4201411053)
MIRAWATI (4201411132)
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013
BAB I
PENDAHULUAN
Benda-benda langit berada dan bergerak di antariksa dengan sangat rapi dan teratur,
menunjukkan suatu keteraturan dengan perhitungan yang sangat cermat. Beberapa benda-
benda langit berkelompok membentuk suatu system bintang atau tata bintang yang kemudian
disebut sebagai galaksi. Sebuah galaksi terdiri dari berjuta-juta bahkan bermilyar bintang atau
benda langit. Jarak antara bintang-bintang pada umumnya amat jauh sehingga alam semesta
tampak “kosong”. Akan tetapi ada pula beberapa puluh ribu bintang yang tampak
mengelompok mengelilingi sebuah pusat sehingga tampak seperti kabut. Selain itu ada pula
benda langit yang memang merupakan kabut (nebula) yang terdiri atas gumpalan gas kosmis
yang maha besar.
Galaksi kita dikenal dengan Bima Sakti. Dalam galaksi kita kira-kira terdapat 200
milyar bintang. Hingga awal abada XX, orang masih menganggap bahwa Bima Sakti
merupakan isi alam semesta, berbentuk seperti telur dadar dengan matahari sebagai pusatnya.
Leavit (1912), menemukan bahwa Awan Magellan berada cukup jauh dari Bima sakti
Magellan berada cukup jauh dari Bima sakti (500 000 TC). Hal ini mengindikasikan bahwa ia
bukanlah anggota bima sakti.
Secara umum bentuk galaksi ada tiga yaitu spiral, elips dan tak beraturan. Setiap
bentuk memiliki struktur yang berbeda. Bagian-bagian galaksi tersusun dari debu dan gas
yang membentuk halo dan bulge. Semakin dekat suatu bintang terhadap pusat galaksi, gerak
revolusinya akan semakin cepat.
Pada tahun 1925, Hubble mengajukan klasifikasi galaksi yang sekarang telah diterima,
Dalam bentuk aslinya, klasifikasi itu membagi galaksi kedalam 4 kelas utama sebagai berikut:
a. Bulat Panjang (E). Galaksi ini mempunyai struktur yang halus, dari suatu pusat yang
terang sampai tepi-tepi yang batasnya tidak begitu jelas.
b. Spiral Normal (S). Galaksi bentuk ini menunjukkan lengkungan-lengkungan spiral yang
keluar dari sebuah nucleus atau pusat galaksi yang terang.
c. Spiral Berpalang (SB). Lengkungan spiral galaksi bentuk ini keluar dari tepi-tepi paling
ujung dari sebuah palang pada nukleusnya.
d. Galaksi tak beraturan (I). Beberapa diantaranya setipe dengan dua galaksi yang disebut
Awan Magelanik dan diklasifikasikan magelanik tak beraturan (Im)
BAB II
ISI
A. Jenis-jenis Galaksi
B. Struktur Galaksi
Elips dan Bulge.
Di semua galaksi bintang tua mempunyai distribusi hampir bundar. Pada Milky Way
komponen ini ditunjukkan oleh bintang-bintang populasi II. Bagian dalam disebut bulge, dan
bagian luar sering disebut sebagai halo. Tidak ada perbedaan signifikan secara fisik antara
bulge dan halo. Bintang populasi tua bisa menjadi penelitian terbaik dalam elips, yang hanya
mengandung komponen ini. Bulge dari spiral dan galaksi S0 sangat mirip dengan elips
dengan yang memiliki ukuran yang sama. Distribusi kecerahan permukaan pada galaksi
eliptik pada dasarnya hanya bergantung pada jarak dari pusat dan arah sumbu mayor dan
minor. Jika r adalah radius sepanjang sumbu mayor, kecerahan permukaan I(r) yang
didiskripsikan dengan hukum de Vaucouleurs:
logI (r)I e
=−3,33 [( rre
)1/4
−1] (1)
Konstanta pada persamaan (1) sudah dipilih sehingga setengah dari total cahaya
galaksi diradiasi dari radius re dan kecerahan permukaan pada radius itu adalah Ie. Parameter
re dan Ie ditentukan dengan menyesuaikan persamaan (1) untuk mengamati penampang
kecerahan. Nilai yang biasanya untuk elip, spiral normal dan galaksi S0 adalah dalam
jangkauan re = 1-10 kcp dan Ie menyesuaikan hingga perbesaran 20-23 per square arc second.
Meskipun hukum de Vaucouleurs hubungan empiris semata, itu masih memberi
sebuah representasi yang mengagumkan dari pengamatan distribusi cahaya. Akan tetapi, di
wilayah luar dari galaksi eliptik, bisa sering berlangsung: kecerahan permukaan speroid kerdil
sering jatuh lebih cepat dari persamaan (1), mungkin karena bagian luar galaksi ini
mempunyai kerusakan pada pertemuan dengan galaksi lain. Pada galaksi raksasa tipe cD,
kecerahan permukaan jatuh lebih pelan (lihat gb.1). meskipun begitu ini dihubungkan dengan
posisi pusat mereka dalam gugus galaksi.
Meskipun isophote dalam galaksi eliptis adalah elips untuk sebuah aproksimasi yang
bagus, keelipsan dan orientasi galaksi pada sumbu mayor galaksi bisa bervariasi seperti fungsi
radius. Galaksi berbeda dengan lebar berbeda dalam hal ini mengindikasikan bahwa struktur
eliptik tidak sesederhana itu bisa muncul. Khususnya, fakta bahwa arah sumbu mayor
terkadang berubah dalam sebuah galaksi dianjurkan bahwa beberapa eliptik mungkin tidak
pada bentuk sumbu simetri.
Dari distribusi kecerahan permukaan, struktur 3-dimensi sebua galaksi bisa
disimpulkan sebagai penjelasan dalam Bentuk 3-dimensi Galaksi. Hubungan persamaan (1)
memberikan tampilan kecerahan yang sangat kuat menuju pusat. Distribusi sesungguhnya dari
rasio axial untuk eliptik disimpulkan secara statistik dari pengamatan. Asumsikan bahwa
mereka berotasi simetris, yang memperoleh distribusi luas dengan kemiripan maksimum
dengan tipe E3-E4. Jika axisymmetris, tidak bisa secara statistik dipastikan tidak sama dari
observasi.
Gb.1. Distribusi kecerahan permukaan pada galaksi E dan cD. Ordinat: perbesaran
permukaan, mag/sq.arc.sec; absis: (radius [kcp])1/4. Persamaan (1) koresponden untuk garis
lurus pada representasi ini. Itu sesuai dengan galaksi E, tapi untuk tipe cD kecerahan jatuh
lebih pelan di wilayah luar. Dibandingkan dengan Gb.2 menunjukkan bahwa distribusi
kecerahan pada galaksi S0 pada tampilan yang sama. Galaksi cD sering salah diklasifikasikan
sebagai S0.
Disc
Sebuah piringan besar seperti bintang dan terang adalah karakteristik untuk S0 dan
galaksi spiral yang sering disebut galaksi piringan. Ada indikasi bahwa pada beberapa eliptik
ada juga piringan lemah tersembunyi di samping bulge terang. Di Milky Way piringan
dibentuk oleh bintang-bintang populasi I.
Distribusi kecerahan permukaan pada piringan didiskripsikan oleh persamaan
I (r )=I 0e−r / r0 (2)
Gb.2 menunjukkan bagaimana pengamatan distribusi kecerahan radial bisa diurai
menjadi penjumlahan dua komponen: bulge dominan pusat dan konstribusi piringan dengan
signifikan pada radius yang lebih luas. Kecerahan permukaan pusat I0 koresponden dengan
tipe 21-22 mag./sq.arcsec, dan panjang skala radial r0 = 1-5 kpc. Pada galaksi Sc total
kecerahan bulge umumnya hanya sedikit lebih kecil dari piringan itu, dimana pada tipe
Hubble bulge mempunyai total kecerahan lebih besar. Ketebalan piringan diukur pada galaksi
yang tampak tepi, kira-kira hampir 1,2 kcp. Kadang-kadang piringan mempunyai tepi luar
tajam hampir 4r0.
Gb.2. Distribusi kecerahan permukaan pada tipe S0 dan Sb. Ordinat: mag/sq.arc sec; absis:
radius [arc sec]. Kecerahan permukaan yang teramati diurai menjadi penjumlahan konstribusi
bulge dan piringan. Komponen piringan terbesar pada tipe Sb.
Insterstellar Medium
Galaksi elips dan S0 mengandung hidrogen netral hampir 0,1% dari massa total yang
terdeteksi, dan di galaksi yang sama ada juga yang sering menandai formasi bintang baru.
Pada beberapa galaksi massa gas lebih besar dari yang suda diamati, tapi jumlah relatif gas
sangat variabel dari satu galaksi ke galaksi lain. Kelemahan gas pada galaksi relatif tak
terduga, selama evolusi mereka bintang-bintang melepaskan lebih banyak gas dari yang telah
diamati.
Jumlah relatif gas hidrogen netral pada galaksi spiral dihubungkan dengan tipe Hubble
mereka. Sehingga kandungan spiral Sa kira-kira 2%, spiral Sc 10% dan galaksi Irr I hingga
30% atau lebih.
Distribusi atom hidrogen netral dipetakan dengan detail pada galaksi yang saling
berdekatan dengan maksud observasi radio. Di bagian dalam galaksi gas berbentuk sebuah
piringan tipis dengan ketebalan relatif konstan sekitar 200 pc, kadang-kadang dengan lubang
pusat berdiameter beberapa kpc. Piringan gas semakin menjauhi piringan optik, menjadi lebih
tebal dan sering membengkok dari pusat bidang piringan.
Kebanyakan gas di antara bintang-bintang pada galaksi spiral dalam bentuk hidrogen
molekuler. Molekul hidrogen tidak dapat diamati secara langsung, tapi distribusi
karbonmonoksida suda dipetakan oleh pengamatan radio. Distribusi hidrogen molekuler bisa
diturunkan dengan mengasumsikan bahwa rasio antara massa jenis CO dan H2 dimanapun
sama, meskipun ini tidak bisa selalu benar. Sehingga didapatkan bahwa distribusi sama
dengan hukum eksponensial seperti bintang muda dan wilayah H II, meskipun pada beberapa
galaksi (seperti Milky Way) ada sebuah massa jenis minimum pusat. Massa jenis permukaan
gas molekuler bisa lima kali lebih besar dari H I, tapi karena konsentrasi pusat kuat massa
total hanya dua kali lebih besar.
Distribusi sinar kosmik dan medan magnet pada galaksi bisa dipetakan dengan
observasi radio dari radiasi sinkrotron dari elektron relatif. Kekuatan medan magnet
disimpulkan dengan cara ini adalah dengan tipe 0,5-1 nT. Emisi yang diamati adalah
polarisasi, menunjukkan bahwa medan magnetik relatif teratur pada skala besar. Karena
bidang polarisasi tegak lurus dengan medan magnet, struktur skala besar medan magnet dapat
dipetakan. Tetapi, bidang polarisasi berubah dengan rotasi Faraday, dan untuk alasan ini
pengamatan pada beberapa panang gelombang diperlukan dalam usaha menentukan arah
medan. Jawaban menunjukkan bahwa medan umumnya paling kuat di bidang piringan, dan
diarahkan sepanjang lengan spiral pada bidang. Medan yang lewat itu dihasilkan oleh aksi
kombinasi kenaikan elemen gas, yang mungkin diproduksi oleh ledakan supernova, dan rotasi
diferensial, dengan prinsip yang sama seperti hasil medan magnet surya.
Bentuk 3-Dimensi Galaksi
Persamaan (1) dan (2) mendeskripsikan distribusi cahaya galaksi diproyeksikan pada
bidang angkasa. Distribusi cahaya 3-dimensi pada galaksi diperoleh dengan membalikkan
proyeksi. Ini paling mudah untuk galaksi spiral.
Anggap bahwa galaksi spiral diproyeksi distribusi cahaya I(r) (anggap sama seperti
(1)). Dengan koordinat yang dipilih berdasarkan pada gambar, I(r) diberikan dengan syarat
distribusi cahaya 3-dimensi ρ ( R ) adalah
I (r )=∫−∞
∞
ρ(R)dz
Karena z2=R2−r2, sebuah perubahan variabel diperoleh integrasi
I (r )=2∫r
∞ρ ( R ) RdR
√R2−r2
Ini dikenal sebagai persamaan integral Abel untuk ρ ( R ), dan mempunyai solusi
ρ ( R )=−1πR
ddR
∫R
∞I (r ) rdr
√r2−R2
¿−1π∫R
∞ ( dIdr
)dr
√r2−R2
Pada gambar kurva menunjukkan distribusi cahaya 3-dimensi diperoleh dari hukum
Vancouleur.
Jika galaksi tidak spiral, bentuk 3-dimensi hanya bisa ditentukan jika kecenderungan
dengan melihat pada garis pandangan diketahui. Karena piringan galaksi tipis dan ketebalan
konstan, inklinasi i lempeng galaksi diperoleh secara langsung dari rasio sumbu gambar yang
diproyeksikan: sin i=b /a.
Ketika inklinasi diketahui, rasio sumbu sesungguhnya dari bulge q0 bisa ditentukan
dari nilai proyeksi q. Untuk rotasi bulge simetri hubungan antara q dan q0 adalah
cos2i=1−q2
1−q02
Pemaparan dari bulge piringan ditentukan dari hubungan pada range q0 = 0,3-0,5. Karena
inklinasi elips umumnya tidak diketahui, distribusi statistik q bisa didapatkan dari q0.
C. Dinamika Galaksi
Kita sudah melihat bagaimana massa galaksi bisa ditentukan dengan mengamati
kecepatan gas dan bintang. Observasi yang sama dapat digunakan untuk mempelajari
distribusi internal massa lebih detail.
Slowly Rotating Systems
Dinamika bulge galaksi elips dan galaksi piringan dipelajari dengan melebarkan garis
absorbsi. Dengan mengamati bagaimana panjang gelombang dan lebar deretan spectral
berlaku sebagai fungsi radius, bisa didapatkan beberapa anggapan menjadi distribusi massa
galaksi.
Jika galaksi elips sesungguhnya revolusi elips, hubungan statistik (ketika efek
proyeksi bisa dijabarkan) antara kedataran, kecepatan rotasi, dan dispersi kecepatan. Beberapa
elips tercerah berotasi sangat lambat. Sehingga tidak bisa memaparkan karena rotasi.
Dependensi radial dari dispersi kecepatan didapat dari distribusi massa galaksi. Karena
itu juga bergantung bagaimana bentuk orbit pada galaksi sudah didistribusikan, memerlukan
interpretasi model dinamika.
Rotation Curves
Distribusi massa galaksi spiral bisa dipelajari dengan langsung menggunakan
pengamatan kecepatan rotasi gas antara bintang-bintang. Ini bisa diamati dengan panjang
gelombang optik dari deretan emisi gas terionisasi pada wilayah H II atau pada panjang
gelombang radio dari deretan hidrogen 21 cm. Kurva rotasi tipe Hubble naik semakin curam
mendekati pusat dan mencapai kecepatan semakin besar di wilayah flat (Sa kira-kira 300 km
s-1 , Sc kira-kira 200 km s-1). Keceatan rotasi yang semakin tinggi mengindikasikan massa
semakin besar, sehingga tipe Sa pasti mempunyai massa jenis semakin besar mendekati pusat.
Struktur Spiral
Galaksi spiral adalah objek dengan relatif cerah. Beberapa mempunyai pola spiral
berlengan dua, dimana struktur spiral lain membentuk sejumlah lengan filamen pendek.
Struktur spiral tampak jelas di debu antar bintang, wilayah H II, dan kumpulan OB dibentuk
oleh bintang muda. Debu sering membentuk bidang tipis sepanjang tepi dalam lengan spiral,
dengan bintang membentuk wilayah luar mereka.
Tidak diketahui bagaimana gelombang spiral dihasilkan. Pada galaksi lengan banyak,
lengan spiral hidup pendek, bentuk konstan dan lenyap, tapi lebar, regular, pola lengan dua
hidup lebih panjang.
BAB III
PENUTUP
Distribusi sinar kosmik dan medan magnet pada galaksi bisa dipetakan dengan
observasi radio dari radiasi sinkrotron dari elektron relatif. Kekuatan medan magnet
disimpulkan dengan cara ini adalah dengan tipe 0,5-1 nT. Emisi yang diamati adalah
polarisasi, menunjukkan bahwa medan magnetik relatif teratur pada skala besar.
Ketika galaksi tidak spiral, bentuk 3-dimensi hanya bisa ditentukan jika
kecenderungan dengan melihat pada garis pandangan diketahui. Karena piringan galaksi tipis
dan ketebalan konstan, inklinasi i lempeng galaksi diperoleh secara langsung dari rasio sumbu
gambar yang diproyeksikan: sin i=b /a.
Soal dan jawaban
1. Menurut teori, dalam Galaksi seharusnya sekitar 1.000 bintang lahir setiap
tahunnya, tetapi pada kenyataannya jauh lebih kecil dari angka ini, yaitu 3 bintang
saja. Apakah penyebabnya? Jelaskan!
Menurut teori evolusi bintang, bintang-bintang lahir di dalam sebuah awan
molekul raksasa (Giant Molecular Cloud – GMC). Pengamatan menunjukkan
bahwa GMC dapat memiliki massa yang sedemikian besar sehingga laju
pembentukan bintang dalam galaksi Bima Sakti dapat mencapai 1000 bintang
berukuran Matahari dalam satu tahun, tetapi pengamatan hanya menunjukkan laju
3 bintang saja per tahun.
Faktor-faktor yang dapat menghentikan laju GMC melahirkan bintang
adalah rotasi GMC, medan magnet GMC dan temperatur GMC. Tetapi
pengamatan menunjukkan bahwa ketiga aspek tersebut sangat kecil untuk dapat
menahan laju pembentukan bintang yang cepat sehingga harus ada mekanisme lain
yang dapat menahan laju pembentukan bintang ini.
Faktor yang tersisa adalah gerakan acak tiap molekul awan atau gerakan
turbulensi yang mana gerakannya dapat mencapai kecepatan suara (supersonik)
dan pengamatan menunjang faktor ini (teramati melalui pelebaran Dopler yang
dihasilkan).
Darimanakah sumber energi gerak turbulen molekul dalam awan ini yang
harus terjadi secara terus-menerus? Satu skenario menyatakan bahwa energi ini
berasal dari rotasi Galaksi itu sendiri, yang juga ditunjang oleh keberadaan materi
gelap yang tidak memperlambat gerak rotasi galaksi meskipun berada di pinggir
galaksi. Energi rotasi ini dapat diubah oleh GMC menjadi gerak turbulen yang
dapat menahan laju pembentukan bintang di dalam GMC itu.
2. Faktor apakah yang menentukan tipe morfologi sebuah galaksi? Jelaskan!
Ada tiga kelompok tipe galaksi yang dikenal, yaitu elips, spiral dan tidak
beraturan. Bentuk ketiga kelompok itu sangat ditentukan oleh kecepatan random
tiap bintang, kecepatan rotasi galaksi (ditentukan oleh massa pusat galaksi) dan
laju pembentukan bintang-bintang baru (ditentukan oleh jumlah gas dan debu).
Jika kecepatan random > kecepatan rotasi (artinya momentum sudut
keseluruhan kecil) dan laju pembentukan bintang lambat, maka akan terbentuk
galaksi elips
Jika kecepatan random < kecepatan rotasi (artinya momentum sudut
keseluruhan besar) dan laju pembentukan bintang cepat, maka akan terbentuk
galaksi spiral
Jika kecepatan random >> kecepatan rotasi (artinya momentum sudut
keseluruhan kecil) dan laju pembentukan bintang cepat, maka akan terbentuk
galaksi elips atau galaksi tidak beraturan.
Jika kecepatan random << kecepatan rotasi (artinya momentum sudut
keseluruhan besar) dan laju pembentukan bintang lambat, maka akan terbentuk
galaksi spiral yang lebih pipih.
Selain hal tersebut di atas, bentuk galaksi bisa juga disebabkan karena
penggabungan dua buah galaksi (atau tumbukan antar galaksi) atau bisa juga
karena proses ‘kanibalisme’ galaksi yang akan menghasilkan bentuk galaksi
beraturan tetapi juga tidak beraturan sehingga bentuknya menjadi aneh disebabkan
bentuk asalnya yang sudah terdistorsi
3. Pada tabrakan antara dua galaksi, bintang-bintangnya sendiri secara individual
tidak akan saling bertrabrakan. Benarkah pernyataan tersebut? Jelaskan!
Pada tabrakan antara dua galaksi, bintang-bintangnya sendiri secara
individual tidak akan saling bertrabrakan. Ukuran rata-rata galaksi adalah 100 kpc
sementara jarak antar galaksi rata-rata kurang dari 1 Mpc sehingga
perbandingannya adalah :
ukuranjarak pisah
>0,1
Sementara ukuran rata-rata bintang dibandingkan dengan jarak pisah antar
bintang di dalam galaksi sekitar 10-7. Artinya galaksi di alam semesta lebih sering
bertabrakan dibandingkan tabrakan antar bintang-bintang di dalam galaksi. Jadi
meskipun dua galaksi bertabrakan, kemungkinan tubrukan antar bintang sangat
kecil sekali, tetapi tentu saja orbit bintang di dalam galaksi akan berubah jika dua
galaksi bertabrakan.