struktur dan dinamika ekosistem terumbu karang dan prinsip pengelolaannya

39
STRUKTUR DAN DINAMIKA EKOSISTEM TERUMBU KARANG DAN PRINSIP PENGELOLAANNYA

Upload: victor-george-siahaya

Post on 17-Jan-2016

78 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Struktur Dan Dinamika Ekosistem Terumbu Karang Dan Prinsip Pengelolaannya

TRANSCRIPT

STRUKTUR DAN DINAMIKA EKOSISTEM TERUMBU KARANG DAN

PRINSIP PENGELOLAANNYA

• Terumbu terbentuk dari endapan-endapanmasif kalsium karbonat (CaCO3), yang dihasilkan oleh organisme karang pembentuk terumbu (karang hermatipik) dari filum Cnidaria, ordo Scleractinia yang hidup bersimbiosis dengan zooxantellae, dan sedikit tambahan dari algae berkapur serta organisme lain yang menyekresi kalsium karbonat.

• Karang pembentuk terumbu (karang hermatipik) hidup berkoloni, dan tiap individu karang yang disebut polip menempati mangkuk kecil yang dinamakan koralit. Tiap mangkuk koralit mempunyai beberapa septa yang tajam dan berbentuk daun yang tumbuh keluar dari dasar koralit, dimana septa ini merupakan dasar penentuan spesies karang. Tiap polip adalah hewan berkulit ganda, dimana kulit luar yang dinamakan epidermis dipisahkan oleh lapisan jaringan mati (mesoglea) dari kulit dalamnya yang disebut gastrodermis.

D. Coral Reef• Dalam gastrodermis terdapat tumbuhan renik bersel tunggal yang dinamakan

zooxantellae yang hidup bersimbiosis dengan polip. Zooxantellae dapat menghasilkan bahan organik melalui proses fotosintesis, yang kemudian disekresikan sebagian ke dalam usus polip sebagai pangan.

DESKRIPSI

• Terumbu karang tepi (fringing reef)• Terumbu karang penghalang (barrier reef)• Terumbu karang cincin atau atol.

TIPE TERUMBU KARANG

•Rataan Terumbu (Reef flat)•Puncak Terumbu (Reef crest)•Lereng Terumbu (Reef slope)

SKEMA UMUM ZONASI KARANG TEPI

ZONASI VERTIKAL TERUMBU KARANG

• diawali ketika gunung vulkanik muncul sebagai suatu pulau di permukaan laut

• ketika aktivitas gunung vulkanik berakhir, pulau mulai tererosi

• karang tepi mulai mengkolonisasi garis pantai

• karang penghalang berkembang seperti saluran yang memisahkan dari pulau

• laguna yang luas membentuk bagian dalam karang

• pulau tenggelam dan terbentuk atol

EVOLUSI GEOLOGIS TERUMBU KARANG

3. REPRODUKSI HEWAN KARANG

• Terumbu karang berbiak baik secara seksual maupun aseksual

• Pembiakan seksual; terjadi melalui penyatuan gamet jantan dan betina untuk membentuk larva bersilia yang disebut planula. Planula akan menyebar kemudian menempel pada substrat yang keras dan tumbuh menjadi polip. Kemudian polip tersebut akan melakukan pembiakan aseksual

• Pembiakan aseksual; dilakukan dengan cara fragmentasi sehingga terbentuk polip-polip baru yang saling menempel sampai terbentuk koloni yang besar dengan bentuk yang beragam sesuai jenisnya

REPRODUKSI KARANG

REPRODUKSI SEKSUAL KARANG

• Suhu air > 18oC, tapi bagi perkembangan optimal diperlukan suhu rata-rata tahunan berkisar antara 23 - 25oC, dengan suhu maksimal yang masih dapat ditolerir berkisar antara 36 - 40oC.

• Kedalaman perairan < 50 m, dengan kedalaman bagi perkembangan optimal pada 25 m atau kurang.

• Salinitas air yang konstan berkisar antara 30 - 36 o/oo.

• Perairan yang cerah, bergelombang besar dan bebas dari sedimen.

FAKTOR-FAKTOR PEMBATAS PERKEMBANGAN KARANG

• Beraneka ragam avertebrata (hewan tak bertulang belakang) : terutama karang batu (stony coral), juga berbagai krustasea, siput dan kerang-kerangan, ekinodermata (bulu babi, anemon laut, teripang, bintang laut dan leli laut).

• Beraneka ragam ikan : 50-70% ikan karnivora oportunistik, 15% ikan herbivora dan sisanya omnivora.

• Reptil : umumnya ular laut dan penyu laut.

• Ganggang dan rumput laut: algae koralin, algae hijau berkapur dan lamun.

KOMPOSISI BIOTA TERUMBU KARANG

Keanekaragaman biota dan keseimbangan ekosistem tergantung pada rantai makanan. Pengambilan spesies tertentu secara berlebihan dapat menyebabkan peledakan populasi biota yang menjadi mangsanya, sehingga dapat mengganggu keseimbangan ekosistem.

planktonMateri organik (detritus)

herbivora

Ikancarnivora

dekomposer

Predator besar

omnivora

RANTAI MAKANAN DI TERUMBU KARANG

Peran terumbu karang

• pelindung pantai dari hempasan ombak dan arus kuat yang berasal dari laut.

• sebagai habitat, tempat mencari makanan, tempat asuhan dan pembesaran, tempat pemijahan bagi berbagai biota yang hidup di terumbu karang atau sekitarnya.

Pemanfaatan

• Sebagai tempat penangkapan berbagai jenis biota laut konsumsi, dan berbagai jenis ikan hias.

• Bahan konstruksi bangunan dan pembuatan kapur.

• Bahan perhiasan.

• Bahan baku farmasi.

Tilik Teknis Pembelajaran Pembentukan dan Pengelolaan Daerah Perlindungan Laut/ Area

Perlindungan Laut Berbasis Masyarakat (DPL/APL-BM) di

Kepulauan Seribu

3. Acuan pembelajaran pengembangan kelautan dan perikanan pulau-pulau kecil berbasis konservasi di pusat pertumbuhan ekonomi wilayah

2. Memiliki potensi sumberdaya dan jasa lingkungan pesisir dan laut prospektif sebagai sumber pertumbuhan ekonomi

1. Posisi geostrategis dan unik di pintu gerbang NKRI

Arti Penting Kepulauan Seribu

• Degradasi ekosistem dan sumberdaya

alam• Menurunnya hasil tangkapan ikan• Masih adanya praktek penangkapan ikan

yang tidak ramah lingkungan• Pencemaran laut• Kurangnya keterpaduan pemangku

kepentingan• Belum adanya kebijakan pengelolaan

terpadu• Perubahan Iklim Global (naiknya muka air

laut, pemanasan global…)

Ragam Permasalahan Kepulauan Seribu

Salah satu upaya untuk mengatasi masalah terhadap ekosistem terumbu karang Kepulauan Seribu adalah melalui Daerah/Area Perlindungan Laut Berbasis Masyarakat

• Mengupayakan perlindungan ekosistem terumbu karang

• Memulihkan fungsi dan integritas ekosistem

• Mencegah penurunan keanekaragaman hayati

• Mencegah penurunan kualitas lingkungan

• Menjamin keberlanjutan pendayagunaan sumberdaya dan ekosistem secara lestari

Upaya Mengatasi Masalah Ekosistem Terumbu Karang Kepulauan Seribu

• Meningkatnya aktivitas pembangunan yang berdampak pada peningkatan aktivitas pemanfaatan sumberdaya alam, pencemaran lingkungan, dan degradasi lingkungan

• Sulitnya menangkap ikan bagi nelayan di kepulauan seribu

• Keterbatasan dan kerentanan kepulauan Seribu sebagai gugus pulau-pulau sangat kecil harus dikelola berbasis konservasi

Mengapa Perlu DPL/APL-BM

di Kep. Seribu?

Pengertian Daerah Perlindungan Laut /Area Perlindungan Laut Berbasis Masyarakat (DPL/APL-BM) adalah suatu wilayah perairan laut yang dipilih dan ditetapkan untuk ditutup secara permanen dari kegiatan eksploitasi sumberdaya serta dikelola oleh masyarakat setempat. Demikian pula akses manusia di dalam kawasan DPL/APL-BM diatur atau sedapat mungkin dibatasi. Pengaturan, pembatasan dan larangan aktivitas tersebut ditetapkan oleh masyarakat dan pemerintah setempat dalam bentuk Peraturan.

Konsepsi DPL/APL-BM

Metode Pengelolaan DPL/APL-BM Pembentukan dan pengelolaan DPL/APL-BM harus dilakukan bersama antara masyarakat, pemerintah setempat, dan para pemangku kepentingan lain yang ada di lokasi.

Pemerintah setempat harus bekerjasama dengan masyarakat dalam proses penentuan lokasi dan pembuatan aturan DPL/APL-BM, pendidikan lingkungan serta bantuan teknis dan keuangan

Konsepsi DPL/APL-BM

Zonasi Kawasan DPL/APL-BM

DPL/APL-BM harus memiliki zona inti, yaitu suatu areal yang di dalamnya kegiatan penangkapan ikan dan aktivitas pengambilan sumberdaya lainnya sama sekali tidak diperbolehkan. Zona penyangga adalah suatu kawasan di sekeliling zona inti yang memperbolehkan beberapa jenis kegiatan, termasuk penangkapan ikan. Penangkapan yang diperbolehkan adalah yang menggunakan cara tradisional seperti memancing, memanah dan menggunakan perahu tradisional. Kegiatan penyelaman dengan menggunakan scuba atau snorkeling juga diizinkan.

Konsepsi DPL/APL-BM

Ukuran DPL/APL-BM Kesepakatan umum para ahli bahwa DPL/APL-BM sebaiknya meliputi areal 10 – 20% dari luas terumbu karang yang ada di sekitar lokasi/pulau.

Kebanyakan DPL/APL-BM yang ditetapkan di negara lain berukuran antara 5 – 50 hektar, walaupun ada juga beberapa yang berukuran lebih kecil atau lebih besar.

Konsepsi DPL/APL-BM

Pengelolaan Berbasis Masyarakat dan Pentingnya Partisipasi

Pengelolaan Berbasis Masyarakat (PBM) yang dimaksudkan di sini adalah co-management (pengelolaan bersama), yakni pengelolaan yang dilakukan oleh masyarakat bersama-sama dengan pemerintah setempat.

Pengelolaan berbasis masyarakat juga merupakan proses pemberdayaan masyarakat pesisir secara sosial dan ekonomis agar dapat memperoleh akses dan hak mengelola sumberdaya mereka sendiri. Campur tangan pihak luar diperlukan dalam proses pemberdayaan masyarakat. Pihak luar yang dimaksud dapat berasal dari pemerintah, swasta, LSM dan universitas, yang memiliki kapasitas untuk memberdayakan serta memberikan akses dan hak tersebut.

Konsepsi DPL/APL-BM

• Memelihara fungsi ekologis dengan melindungi habitat tempat hidup, bertelur, dan memijah biota-biota laut, dan

• Memelihara fungsi ekonomis kawasan pesisir bagi masyarakat, sehingga terjadi keberlanjutan dan produksi perikanan yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan baik dari hasil produksi perikanan maupun dari sektor pariwisata bahari

Tujuan DPL/APL-BM

• Pulau tersebut merupakan pulau kecil yang berpenghuni atau berpenduduk;

• Keterwakilan kawasan terumbu karang yang ada di lokasi;

• Tingkat ketergantungan penduduk terhadap sumberdaya cukup tinggi;

• Keinginan masyarakat terhadap pengelolaan pesisir cukup tinggi;

• Adanya dukungan dari pemerintah setempat.

Kriteria Pemilihan Pulau Untuk DPL/APL-BM

Contoh Visual Kondisi Terumbu KarangDi Pulau Payung

Contoh Visual Kondisi Terumbu KarangDi Pulau Payung

• Kondisi terumbu karang masih cukup baik;

• Keanekaragaman hayati relatif tinggi;• Tidak ada konflik penggunaan

sumberdaya pesisir (bukan daerah utama penangkapan ikan, bukan jalur transportasi);

• Jauh dari potensi pencemaran;• Memiliki daya tarik wisata;• Aksesibilitas masyarakat dari dan ke

lokasi cukup dekat; • Keinginan dan pengetahuan

masyarakat terhadap kelestarian lingkungan.

Kriteria Penentuan Lokasi DPL/APL-BM

Rancangan Zonasi DPL/APL-BM

Rancangan Zonasi DPL/APL-BM

Rancangan Zonasi DPL/APL-BM

P. Payung

P. Payung

P. Payung

P. Payung

(1) Kunjungan pembelajaran

(2) Pelatihan-pelatihan pengelolaan sumberdaya pesisir berbasis masyarakat untuk penyiapan kader

(3) Penyediaan bantuan teknis dan pendampingan

(4) Internalisasi DPL/APL-BM ke dalam program tahunan pemerintah daerah (pemberdayaan, pengawasan,...)

(5) Dukungan kebijakan Pemerintah

Penguatan SDM dan Kelembagaan

Terima Kasih