strokehdkjahkdhkjhaskjdhkjasdasdasdd

35
Bagian Ilmu Kesehatan Anak Tutorial Klinik Tropis Infeksi Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman PHYMOSIS + ISK + DHF GRADE 1 Disusun oleh: Lili Widianto Indah S Pembimbing: dr. William S. Tjeng, Sp. A PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN

Upload: lili-widianto

Post on 23-Dec-2015

8 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

adansmbnfasbjbfjasbjkfbkasufgksakjkjbzmxbcbmnxzbmncbzmnxbcmnbsajhjhfdgusafvashjvjhcvjzhvcxvnxzcvnxzbcnbvnbxzcvnbnxzcvnbzxncvsafdgugsfigpwqgpfsafsafsa

TRANSCRIPT

Page 1: Strokehdkjahkdhkjhaskjdhkjasdasdasdd

Bagian Ilmu Kesehatan Anak Tutorial Klinik Tropis Infeksi

Fakultas Kedokteran

Universitas Mulawarman

PHYMOSIS + ISK + DHF GRADE 1

Disusun oleh:

Lili Widianto

Indah S

Pembimbing:

dr. William S. Tjeng, Sp. A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MULAWARMAN

SAMARINDA

Maret 2015

Page 2: Strokehdkjahkdhkjhaskjdhkjasdasdasdd

Tutorial Klinik

PHYMOSIS + ISK + DHF GRADE 1

Sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian stase AnakLILI WIDIANTO

INDAH S

Menyetujui,

dr. William S. Tjeng, Sp. A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MULAWARMAN

SAMARINDA

Maret 2015

Page 3: Strokehdkjahkdhkjhaskjdhkjasdasdasdd

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

segala rahmat, hidayat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

Laporan yang berjudul “PHYMOSIS + ISK + DHF GRADE 1”.

Penulis menyadari bahwa keberhasilan penulisan referat ini tidak lepas

dari bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan

penghargaan dan ucapan terima kasih kepada :

1. dr. William S. Tjeng, Sp. A., sebagai dosen pembimbing klinik selama stase

anak.

2. Seluruh pengajar yang telah mengajarkan ilmunya kepada penulis hingga

pendidikan saat ini.

3. Rekan sejawat dokter muda angkatan 2014 yang telah bersedia memberikan

saran dan mengajarkan ilmunya pada penulis.

4. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh penulis.

Akhir kata, ”Tiada gading yang tak retak”. Oleh karena itu, penulis

membuka diri untuk berbagai saran dan kritik yang membangun guna

memperbaiki laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semuanya.

"Jangan percaya pada sesuatu hanya karena anda telah mendengarnya. Jangan

percaya pada sesuatu hanya karena diucapkan dan dikabarkan oleh banyak

orang. Jangan percaya pada sesuatu hanya karena ditemukan tertulis dalam

buku-buku agama Anda. Jangan percaya pada apapun hanya berdasarkan

otoritas guru dan orang tua. Jangan percaya pada tradisi karena mereka telah

diwariskan selama beberapa generasi. Tapi setelah observasi dan

analisis, ketika Anda menemukan yang sejalan dengan alasan dan kondisi

untuk kebaikan dan ada manfaat, maka terimalah dan hiduplah dengan itu."

-Siddharta Gautama-

Maret, 2015

Penulis

Page 4: Strokehdkjahkdhkjhaskjdhkjasdasdasdd

BAB 1

KASUS

Identitas pasien

- Nama : An. A. P. T

- Jenis kelamin : Laki - Laki

- Umur : 6 tahun

- Alamat : Jl. Aminah Syukur Rt.12

- Anak ke : 3 dari 3 saudara

- MRS : 3 Maret 2015

- No. RM : 184294

- Kamar : Melati 25

Identitas Orang Tua

- Nama Ayah : Tn. P

- Umur : 41 tahun

- Alamat : Jl. Aminah Syukur Rt.12

- Pekerjaan : Swasta

- Ayah perkawinan ke : 1

- Riwayat kesehatan : Tidak ada penyakit

- Nama Ibu : Ny. M

- Umur : 40 tahun

- Alamat : Jl. Aminah Syukur Rt.12

- Pekerjaan : IRT

- Ibu perkawinan ke : 1

- Riwayat kesehatan : Tidak ada penyakit

Page 5: Strokehdkjahkdhkjhaskjdhkjasdasdasdd

Anamnesis

Anamnesis dilakukan secara heteroanamnesa pada tanggal 18 Februari

2015 dengan ibu kandung pasien.

Keluhan Utama :

Nyeri BAK (Buang Air Kecil)

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien mengeluhkan nyeri saat BAK sejak 3 hari SMRS. Frekuensi BAK

menjadi lebih sering, dalam jumlah sedikit-sedikit, tidak berbuih dan kadang

disertai darah merah segar. Tidak ada rasa kencing berpasir, atau kencing yang

tiba-tiba tersendat. Pancaran air kencing dari lahir memang kecil.

Pasien mengeluhkan demam sejak 3 hari SMRS. Muncul mendadak dan

tidak turun dengan pemberian obat antipiretik. Tidak ada mengigil, mengigau, dan

gangguan defekasi.

Riwayat Penyakit Dahulu :

Setelah pasien lahir, pasien mengalami kejang seluruh badan, tonik,

hingga membiru dan pada saat itu pasien tidak sedang demam. Pada saat itu

pasien sempat di CT SCAN dan direncanakan untuk operasi kepala namun

keluarga pasien menolak karena khawatir akan risiko operasi. Dari hasil CT

SCAN saat itu pasien didiagnosa disfungsi cerebral. Lalu kejang berulang pada

umur 1 tahun dan pada saat itu tanpa disertai demam dan tanpa disertai kelemahan

ekstremitas. Riwayat trauma saat kecil (+).

Riwayat Penyakit Keluarga :

Disangkal

Page 6: Strokehdkjahkdhkjhaskjdhkjasdasdasdd

Riwayat Saudara-Saudaranya :

Hamil

ke

Kondisi

saat

lahir

Jenis

persalinan

Usia

(tahun)

Sehat/

tidak

Umur

meninggal

Sebab

meninggal

- - - - - - -

Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak :

Berat badan lahir : 2800 gram

Panjang badan lahir : 48 cm

Berat badan sekarang : 10 kg

Panjang badan sekarang : 90 cm

Gigi keluar : 4 bulan

Tersenyum : 1 bulan

Miring : 7 bulan

Tengkurap : 8 bulan

Duduk : 1 tahun

Merangkak : 8 bulan

Berdiri : 1 tahun

Berjalan : 1 tahun jinjit dan harus dibantu

Berbicara 2 suku kata : 1 tahun

Makan dan minum anak

ASI : ASI sd 2 tahun

Susu sapi : 1 tahun sd saat ini

Page 7: Strokehdkjahkdhkjhaskjdhkjasdasdasdd

Bubur susu : 3 bulan

Tim saring : -

Buah : semua jenis/ umur 1 tahun

Lauk dan makan padat : sudah bisa

Pemeliharaan Prenatal

Periksa di : Puskesmas

Penyakit Kehamilan : -

Obat-obatan yang sering diminum : Vitamin + Zat Besi

Riwayat Kelahiran :

Lahir di : RS

Persalinan ditolong oleh : Bidan

Berapa bulan dalam kandungan : 9 bulan

Jenis partus : Spontan

Pasien tidak langsung menangis, sempat mengalami aspirasi, air ketuban berwarna

hijau, sianosis (+), ikterik (-). Perkiraan APGAR score lahir : 0-4, interpretasi

asfiksia sedang-berat.

Pemeliharaan postnatal :

Periksa di : Puskesmas

Keadaan anak : Sehat

Keluarga berencana : Ya

Page 8: Strokehdkjahkdhkjhaskjdhkjasdasdasdd

IMUNISASI

Imunisasi Usia saat imunisasi

I II III IV Booster I Booster II

BCG + //////// /////// /////// /////// ///////

Polio + + + - - -

Campak + - /////// /////// /////// ///////

DPT + + + /////// - -

Hepatitis B + + + /////// - -

PEMERIKSAAN FISIK

Dilakukan pada tanggal 18 Februari 2015

Kesan umum : sakit sedang

Kesadaran : E4V5M6

Tanda Vital

Tekanan darah : 100/60 mmhg

Frekuensi nadi : 98 x/menit, isi cukup, reguler

Frekuensi napas : 24 x/ menit

Temperatur : 36.9o C per axila

Antropometri

Berat badan : 10 kg

Panjang Badan : 90 cm

Status Gizi : Gizi kurang

Kepala

Rambut : Hitam

Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), Refleks

Cahaya (+/+), Pupil Isokor (3mm), mata cowong (-/-)

ptosis (S)

Page 9: Strokehdkjahkdhkjhaskjdhkjasdasdasdd

Mulut : Lidah kotor (-),faring Hiperemis (-), mukosa bibir basah,

pembesaran tonsil (-/-), gusi berdarah, lipatan nasolabia

D (-), saat tersenyum mulut miring ke kiri.

Leher

Pembesaran Kelenjar : Pembesaran KGB submandibular (-/-),

Thoraks

Inspeksi : Bentuk dan gerak dinding dada simetris dextra = sinistra,

retraksi (-), Ictus cordis tidak tampak

Palpasi : Fremitus raba dekstra = sinistra, Ictus cordis teraba icv V

MCLS

Perkusi : Sonor di semua lapangan paru

Batas jantung

Kiri : ICS V midclavicula line sinistra

Kanan : ICS III para sternal line dextra

Auskultasi : vesikuler (+/+), Rhonki (+/+), S1S2 tunggal reguler,

murmur (-), gallop (-)

Abdomen

Inspeksi : Tampak datar

Palpasi : Soefl, nyeri tekan epigastrium (-), hepatomegali (-)

splenomegali (-), turgor kulit kembali cepat

Perkusi : Timpani

Auskultasi : Bising usus (+) normal

Ekstremitas : Akral hangat (+), oedem (-), capillary refill test < 2 detik,

sianosis (-), pembesaran KGB aksiler (-/-), pembesaran

KGB inguinal (-/-).

Page 10: Strokehdkjahkdhkjhaskjdhkjasdasdasdd

Neurologis : MMT (1/5/5/5), Refleks Fisiologis (+/+/+/+), Refleks

Patologis (-), Menigeal Sign (-)

Pemeriksaan Penunjang

Darah lengkap (17/2/15) Darah lengkap (19/1/15) Nilai normal

Leukosit 22.200 Leukosit 8.300 4.800-10.800 /uL

Hb 11.1 Hb 9.3 11,3-14,1 gr/dl

MCV 75 MCV - 80-100

MCH 25.8 MCH - 27-34

MCHC 34.3 MCHC - 32-36

Hematokrit 32.3 % Hematokrit 29% 33-41 %

Platelet 282.000 Platelet 458.000 150.000-450.000

Kimia Darah (17/2/15)

GDS 41

Elektrolit

17/2/15

Na : 142

K : 3.6

Cl : 115

23/2/15

EEG

Fokus eliptogenik pada Frontal Kanan yang kadang menyebar

CT SCAN KEPALA

1. Sinus paranasalis normal

Page 11: Strokehdkjahkdhkjhaskjdhkjasdasdasdd

2. Tampak gambaran hypodens di hemisphere parenkim otak sinistra disertai

penyempitan ventrikel lateralis cornu anterior yang mengesankan suatu

infark cerebri sinistra.

3. System ventrikel baik, mid line shift (-)

4. Pons, medulla oblongata, serta cerebellum dalam batas normal

Diagnosis Kerja : Stroke Iskemik

Penatalaksanaan IGD

- Bolus D10 % 2 cc/kgbb

- IVFD D10 % 10 tpm

- Inj. Cefotaksim 3 x 65 mg

- PCT syr 4 x 1 cth

Prognosis : Dubia ad Malam

Follow Up

Tanggal Subjektif & Objektif Assesment & Planning

Hari ke- 7

23-01-2015

Melati

S: Kejang (-), demam (-), Bab

lunak 1x, lender (+), darah

(-), batuk (+), muntah 1x

O: T:36.9 Nadi 98x kuat angkat

RR 28, Ane (-), ikt (-), Rh

(+), Wh (-), BU(+)N, NT(-),

organomegali (-)

Neurologis :

Refleks cahaya (+/+), Ptosis S,

parese N.7 Sentral,

Monoparese Ekstremitas Atas

D,

A: KDK + Hemiparese D +

Bronkopneumonia

P:

- KAEN 4A 900 cc/24 jam

- Inj Gentamisin 1 x 45 mg

iv

- Inj Cefotaksim 3 x 350

mg iv

- Ambroxol 4,5 mg; ctm 1

mg 3 x 1 pulv

- Phenitoin 3 x 350 mg

- Domperidon sirup 3 x ½

cth

Page 12: Strokehdkjahkdhkjhaskjdhkjasdasdasdd

Refleks Fisiologis (+/+/+/+)

MMT (1/5/5/5)

Refleks Patologis (-)

- Ventolin nebulizer ½

ampul / 8 jam

Hari ke-8

24-02-2015

Melati

S: Kejang (-), demam (-), Bab

lunak 1x, lendir (+), darah

(-), batuk (+), muntah 1x

O: T:37.0 Nadi 98x kuat angkat

RR 24, Ane (-), ikt (-), Rh

(+), Wh (-), BU(+)N, NT(-),

organomegali (-)

Neurologis :

Refleks cahaya (+/+), Ptosis S,

parese N.7 Sentral,

Monoparese Ekstremitas Atas

D,

Refleks Fisiologis (+/+/+/+)

MMT (1/5/5/5)

Refleks Patologis (-)

A: KDK + Hemiparese alternans

+ Suspek Stroke pada Anak

P:

- KAEN 4A 900 cc/24 jam

- Inj Gentamisin 1 x 45 mg

iv

- Inj Cefotaksim 3 x 350

mg iv

- Ambroxol 4,5 mg; ctm 1

mg 3 x 1 pulv

- Phenitoin 3 x 350 mg

- Domperidon sirup 3 x ½

cth

- Ventolin nebulizer ½

ampul / 8 jam

- Pro EEG

Hari ke-9

25-02-2015

Melati

S: Kejang (-), demam (-), Bab

lunak 4x, lendir (+), darah

(-), ampas (+) batuk (↓)

O: T:36.9 Nadi 116x kuat

angkat RR 24, Ane (-), ikt (-),

Rh (+), Wh (-), BU(+)N,

NT(-), organomegali (-)

Neurologis :

Refleks cahaya (+/+), Ptosis S,

A: Epilepsi + Hemiparese

alternans + Suspek Stroke

pada Anak

P:

- KAEN 4A 900 cc/24 jam

- Inj Gentamisin 1 x 45 mg

iv

- Inj Cefotaksim 3 x 350

mg iv

- Ambroxol 4,5 mg; ctm 1

mg 3 x 1 pulv

Page 13: Strokehdkjahkdhkjhaskjdhkjasdasdasdd

parese N.7 Sentral,

Monoparese Ekstremitas Atas

D,

Refleks Fisiologis (+/+/+/+)

MMT (1/5/5/5)

Refleks Patologis (-)

- Phenitoin 3 x 350 mg

- Domperidon sirup 3 x ½

cth

- Ventolin nebulizer ½

ampul / 8 jam

- Pro CT SCAN KEPALA

Hari ke-10

26-02-2015

Melati

S: Kejang (-), demam (-), Bab

lunak (-) darah (-),batuk (↓)

O: T:36.9 Nadi 120x kuat

angkat RR 26, Ane (-), ikt (-),

Rh (+), Wh (-), BU(+)N,

NT(-), organomegali (-)

Neurologis :

Refleks cahaya (+/+), Ptosis S,

parese N.7 Sentral,

Monoparese Ekstremitas Atas

D,

Refleks Fisiologis (+/+/+/+)

MMT (1/5/5/5)

Refleks Patologis (-)

A: Epilepsi + Hemiparese

alternans + Suspek Stroke

pada Anak

P:

- KAEN 4A 900 cc/24 jam

- Inj Gentamisin 1 x 45 mg

iv

- Inj Cefotaksim 3 x 350

mg iv

- Ambroxol 4,5 mg; ctm 1

mg 3 x 1 pulv

- Phenitoin 3 x 350 mg

- Domperidon sirup 3 x ½

cth

- Ventolin nebulizer ½

ampul / 8 jam

- Pro CT SCAN KEPALA

Hari ke-11

27-02-2015

Melati

S: Kejang (-), demam (-), Bab

lunak (-) darah (-),batuk (↓)

O: T:36.9 Nadi 120x kuat

angkat RR 26, Ane (-), ikt (-),

Rh (+), Wh (-), BU(+)N,

NT(-), organomegali (-)

Neurologis :

Refleks cahaya (+/+), Ptosis S,

A: Epilepsi + Hemiparese

alternans + Suspek Stroke

pada Anak

P:

- KAEN 4A 900 cc/24 jam

- Inj Gentamisin 1 x 45 mg

iv

- Inj Cefotaksim 3 x 350

mg iv

Page 14: Strokehdkjahkdhkjhaskjdhkjasdasdasdd

parese N.7 Sentral,

Monoparese Ekstremitas Atas

D,

Refleks Fisiologis (+/+/+/+)

MMT (1/5/5/5)

Refleks Patologis (-)

- Ambroxol 4,5 mg; ctm 1

mg 3 x 1 pulv

- Phenitoin 3 x 350 mg

- Domperidon sirup 3 x ½

cth

- Ventolin nebulizer ½

ampul / 8 jam

- Pro CT SCAN KEPALA

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi dan Epidemiologi

Page 15: Strokehdkjahkdhkjhaskjdhkjasdasdasdd

Stroke adalah gangguan sirkulasi darah otak yang disebabkan iskemik dan

ganggun fungsi neuron, bukan karena trauma, tumor dan atau infeksi.Menurut

WHO stroke adalah adanya defisit neurologis yang berkembang cepat akibat

gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang berlangsung

selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab

lain yang jelas selain vaskuler. Sindroma klinis ini meliputi defisit neurologis

yang berkaitan dengan pembuluh darah serebral, dan ditemukannya lesi iskemik.

TIA (Transient ischemic attacks) didefinisikan sebagai deficit neurologic

fokal yang mendadak dan berlangsung kurang dari 24 jam, disebabkan gangguan

vaskularisasi oleh arteri spesifik pada area otak tertentu. Pada anak, meskipun

gejala klinis yang ditemukan hanya bersifat transien, namun hasil pencitraan

biasanya menunjukkan adanya infark serebri.

Stroke diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu iskemik dan hemoragik.

Pada usia dewasa, sekitar 80% merupakan tipe iskemik akibat dari atherosclerosis,

sedangkan pada anak 45% merupakan tipe hemoragik dan berhubungan dengan

faktor risiko yang sangat luas. Stroke tipe iskemik terbagi menjadi Arterial

Ischemic Stroke (AIS) dan Cerebral Sinovenosus Thrombosis (CSVT). Sedangkan

untuk stroke tipe hemoragik terdiri dari perdarahan intraserebral dan subaraknoid.

AIS pada neonates dan anak memiliki insidensi yang cukup tinggi pada anak laki-

laki. AIS dapat kembali berulang pada 6-37% pasien dengan risiko tertinggi pada

6 bulan setelah episode serangan stroke yang pertama. Faktor risiko berulangnya

serangan meliputi kelainan vascular serta adanya risiko trombotik.

Angka kejadian stroke pada anak adalah sekitar 13/100.000, dengan

7.9/100.000 iskemik stroke, dan 5.1 hemoragik stroke. Sekitar 20% anak

meninggal setelah mengalami stroke tipe iskemik dan lebih dari 50% mengalami

gejala neurologi sisa, dan yang tersering adalah hemiparese. Dilaorkan 15 %

terjadi pada usia sampai 1 tahun, 19% pada usia samapi 5 tahun, dan hamper 41 %

pada usia 5 tahun keatas.

Faktor risiko ditemukan hampir pada separuh anak pada saat terjadi

serangan stroke. Faktor risiko tersering adalah kelainan jantung bawaan, sickle

cell disease, infeksi, dan keadaan kelainan protrombotik. Sekitar 19% anak

ditemukan thrombosis arteri. Studi terbaru menunjukkan bahwa terdapat peran

Page 16: Strokehdkjahkdhkjhaskjdhkjasdasdasdd

penting infeksi pada kejadian stroke pada anak. Sepertiga kasus stroke tipe

iskemik yag tidak diketahui etiologinya memiliki riwayat varicella sebelumnya.

Pada 80% anak dengan stroke arterial ditemukan kelainan pada pencitraan arteri.

Berikut ini faktor risiko stroke pada anak.

Page 17: Strokehdkjahkdhkjhaskjdhkjasdasdasdd
Page 18: Strokehdkjahkdhkjhaskjdhkjasdasdasdd

Tabel Faktor Risiko Stroke Pada Anak

2. Faktor Risiko dan Patogenesis

AIS didefinisikan sebagai iskemik, infark, atau encephalomalacia pada

pembuluh darah arteri daerah otak tertentu. Klasifikasi dari AIS berdasarkan

Pediatrik Stroke Clasification terdiri dari 8 subtipe yaitu : Sickle cell disease,

kardioemboli, Moya-Moya sindrom, diseksi arteri cervical, serebral arteriopati

stenosis-oklusif, penyebab lain, multiple etiologi, dan etiologi yang belum

diketahui. Sedangkan untuk tipe serebral sinusvenosus thrombosis dapat

menyebabkan iskemi melalui pnyumbatan jalan keluar darah serebral dan

menyebabkan aliran untuk masuk ke otak berkurang.

Penyakit jantung merupakan penyebab terbanyak stroke pada anak,

mencapai sekitar 1/3 faktor risiko AIS. Pada anak post operasi jantung

menggunakan teknik kateterisasi jantung hamper 50% mengalami stroke dalam 72

jam setelahnya. Lesi sianotik yang bertahan lama akan menyebabkan polisitemia

dan anemia, dimana keduanya dapat menyebabkan risiko infark cerebri

Page 19: Strokehdkjahkdhkjhaskjdhkjasdasdasdd

meningkat. Kemungkinan terjadi emboli pada anak dengan kardiomyopati,

penyakit jantung rematik, katup prostetik, atau endocarditis juga lebih tinggi.

Risiko emboli jg lebih besar pada foramen ovale paten dimana terjadi shunt dari

kanan ke kiri.

Sickle cell disease terjadi pada 285 kasus per 100.000 kasus stroke pada

anak. Stroke dapat muncul mulai usia 18 bulan, namun terbanyak terjadi setelah 5

tahun. Patofisiologi keduanya belum diketahui secara pasti, namun diduga

berkaitan dengan anemia, oklusi mikrovaskular, dan stasis yang menyebabkan

respon injury fisiologis setelah reperfusi terjadi, dan disertai endothelial.

Infeksi varicella sering menyebabkan infark basal ganglia. Infeksi HIV

juga sering menyebabkan stroke sekunder akibat vasculitis, atau perdarahan akibat

trombositopenia imun. Penyakit infeksi lain seperti TB meningitis, ensepalitis

virus juga dapat menyebabkan stroke akibat vasculitis local dan thrombosis.

Infeksi pada kepala dan leher seperti mastoiditis dan infeksi periorbital juga dapat

menyebabkan venous thrombosis.

Malformasi arteriovenous juga merupakan salah satu penyebab terbanyak

stroke pada bayi. Malvormasi ini sering terjadi pada Osler-Weber-Sindrom,

Struge-Weber, dan Moyamoya sindrom yang berkaitan dengan Down Sindrom

maupun sickle cell disease.

Kelainan metabolic seperti tuberous sclerosis memiliki risiko emboli lebih

besar. Defisiensi asam folat dan B12 juga dapat menyebabkan

hiperhomosisteinemia yang menjurus kea rah stroke. Selain itu juga terjadi

peningkatan risiko terjadinya AIS akibat premature arteriosclerosis akibat

kelainan lipoprotein yang bersifat familial.

Pasien dengan riwayat traumapada kepala dan leher memiliki risiko untuk

terjadi diseksi arteri carotis atau arteri vertebral. Gejala dari diseksi arterial dapat

muncul terlambat dalam 24 jam dengan risiko yang lebih besar pada beberapa hari

setelah injuri vascular terjadi.

Penyalahgunaan obat-obatan seperti amphetamine, ectasy, cocaine,

phencyclidine,dan ngelem dapat meningkatkan risiko vaskulopati yang

mepredisposisi terjadinya infark. Penggunaan kontrasepsi oral pada anak wanita

remaja juga memiliki risiko untuk mengalami thrombus vena. Penggunaan

Page 20: Strokehdkjahkdhkjhaskjdhkjasdasdasdd

berlebih golongan obat ergot pada pasien dengan migraine akut juga berkaitan

dengan risiko untuk terjadinya iskemik.

Vaskulitis serebral merupakan penyebab yang jarang pada anak dan lebih

sering ditemukan pada usia 14 tahun keatas. Vasculitis kibat penyakit Kawasaki,

Henoch Scholein Purpura, poliarteritis nodosa, takayasu’s artritis, SLE, IBD, dan

lainnya.

Keganasan juga meningkatkan risiko stroke. Hal ini berkaitan dengan

peningkatan tekanan intracranial. Leukemia dan lymphoma yang mengalami

hiperleukositosis juga meningkatkan risiko stroke akibat hiperviskositas dan

hipercoagulable. Radioterapi juga meningkatkan risiko vaskulopati yang dapat

mencetuskan TIA.

3. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis dari AIS bervariasi berdasarkan usia, penyebab, dan

daerah yang terkena gangguan. Emboli stroke biasanya muncul mendadak,

sedangkan thrombosis umumnya muncul dengan manifestasi bertahap. Deficit

neurologic fokal seperti kelumpuhan nervus kranialis, hemiparese, dan kehilangan

sensati hemiparese merupakan gambaran klinis terbanyak. Kejang, sakit kepala,

gangguan berbicara, serta gangguan status mentalis. Stroke pada perdarahan baian

posterior dapat disertai ataxia, vertigo, dan muntah. Pada bayi, gejala khas yang

sering muncul adalah kejang, letargi, dan atau apneu sering tanpa disertai deficit

neurologic fokal. Stroke pada anak juga dapat berdampak pada kebiasaan sehari-

hari dan fungsi kejiwaan.

Presentasi klinis dari stroke tipe hemoragik tergantung oleh usia dan lokasi

perdarahan. Banyak tanda dan gejala termasuk sakit kepala, muntah, kejang,

gangguan kesadaran, serta deficit neurologic fokal.

Manifestasi klinis dari CSVT tidak spesifik, dan dapat menjadi

overlapping dengan kondisi seperti infeksi dan dehidrasi. Kejang, gangguan

kesadaran dan ensepalopati, deficit neurologi fokal dan gejala neurologi difuse

(sakit kepala, mual, muntah) dengan pseudotumor cerebri dan sakit kepala yang

terlokalisir.

Page 21: Strokehdkjahkdhkjhaskjdhkjasdasdasdd

Gambar Daerah Perdarahan Otak Sesuai Area Masing-Masing

Page 22: Strokehdkjahkdhkjhaskjdhkjasdasdasdd

Tabel Perbedaan Stroke Tipe Iskemik dan Hemoragik

4. Diagnosis Radiologis

Kunci penting dalam diagnosis stroke pada anak yaitu investigasi

penyebab, uji laboratorium, dan pencitraan. Pemeriksaan radiologis sering

dijadikan sebagai langkah awal evaluasi pasien dengan serangan akut. Teknik

pencitraan yang sering digunakan yaitu CT dan MRI. First choice dalam

pemilihan penggunaan teknik pencitraan hingga saat ini masih dalam perdebatan.

Salah satu studi menunjukkan bahwa MRI lebih baik pada pemeriksaan yang

sifatnya emergensi.

Kemampuan MRI dalam diagnosis stroke lebih baik. MRI dengan

diffusion weigthted lebih sensitif pada kondisi edema, pada sebagian kasus stroke

tipe iskemik akut atau infark. Selain MRI dan CT, penggunaan angiografi dapat

digunakan untuk mendeteksi lokasi lesi arterial intracerebral secara non invasive.

Menurut salah satu guideline Inggris, pencitraan cross-sectional otak

direkomendasikan pada anak dengan gejala klinis stroke. MRI kepala harus

dilakukan segera mungkin setelah muncul manifestasi. Apabila dalam 48 jam

belum dilakukan MRI makan dapat dilakukan pemeriksaan alternative CT. Selain

itu, pada kasus urgent dengan penurunan kesadaran dapat digunakan CT.

5. Penatalaksanaan

Hingga saat ini terdapat tiga jenis guideline penanganan stroke akut pada

anak. Namun belum ada guideline yang sudah dibuktikan berdasarkan studi

terhadap pasien. Pedoman yang ada hanya berupas pendapat dan kesimpulan dari

para ahli. Kebanyak ahli setuju mengenai penanganan suportif pada beberapa hari

awal serangan yaitu : monitoring suhu tubuh diusahakan dibawah 36.5 oC,

pemantauan tekanan darah yang cukup untuk kebutuhan otak, penatalaksanaan

imbalance elektrolit, hipoglikemia, dan kejang.

Penggunaan trombolisis dinilai memberi manfaat pada pasien anak.

Namun hal ini masih membutuhkan studi untuk mendukung penggunaan obat ini.

Selain itu juga terdapat beberapa kasus dimana pasien anak mengalami perbaikan

dengan recanalisasi endovascular. Trombolisis yang diperdebatkan yaitu heparin

dan aspirin. Berdasarkan Guideline Amerika, aspirin diberikan 3 sampai 5

Page 23: Strokehdkjahkdhkjhaskjdhkjasdasdasdd

mg/kgbb, terkecuali bila stroke disebabkan oleh diseksi arteri, atau emboli

jantung. Guideline Chest menyarankan penggunaan heparin selama fase akut

hingga kemungkinan kelainan jantung dan diseksi pembuluh darah ekstrakranial

tersingkirkan. Studi yang dilakukan di Colorado dan Jerman menunjukkan

pemberian antikoagulan selama 4 minggu awal pada anak dengan arteriopati

(selain Moya-Moya Sindrom) akan mengalami perbaikan.

6. Prognosis

Selama ini banyak yang menganggap bahwa stroke pada anak tidak lebih

buruk dibandingkan pada dewasa. Namun studi terbaru menunjukkan bahwa

keparahan dan outcome stroke tipe iskemik pada anak sama dengan dewasa

(hingga umur 40 tahun). Angka mortalitas pada anak mencapai 10-20%. Pada dua

pertiga anak akan mengalami morbiditas atau gejala neurologis sisa. Umumnya

berupa hemiparese dengan atau tanpa kelemahan otot wajah, dysphasia, ataxia,

gangguan penglihatan, kejang, dan lainya. Hingga saat ini masih sedikit sekali hal

yang kita pahami mengenai faktor yang mempengaruhi prognosis pasien. Usia

muda memiliki prognosis yang lebih baik meskipun masih perlu penelitian lebih

lanjut. Risiko untuk berulangnya serangan sekitar 10-20 %.

Page 24: Strokehdkjahkdhkjhaskjdhkjasdasdasdd

BAB 3

PENUTUP

Stroke pediatrik merupakan penyakit yang membutuhkan kompetensi

multidisipliner. Stroke tipe iskemik dan kemoragik membutuhkan pemeriksaan

radiologis untuk evaluasi dan penentuan terapi yang diperlukan. Pada beberapa

studi menunjukan bahwa MRI merupakan teknik diagnostic pertama. Pada kasus

dimana tidak tersedia fasilitas MRI atau pada anak yang non koperatif,

direkomendasikan pemeriksaan CT.

Page 25: Strokehdkjahkdhkjhaskjdhkjasdasdasdd

DAFTAR PUSTAKA

Daniel, S. T., et al. (2011). Pediatric Stroke : A Review.

Emergency Med Int.

H. P. Adams Jr., B. H. Bendixen, L. J. Kappelle et al.,

“Classification of subtype of acute ischemic stroke:

definitions for use in a multicenter clinical trial. TOAST.

Trial of Org 10172 in Acute Stroke Treatment,” Stroke,

vol. 24, no. 1, pp. 35–41, 1993.

Lanni, G., et al. (2011). Pediatric Stroke : Clinical Findings and Radiological

Approach. Hindawi Journal, 11.

Maja, S. (2012). A Clinical Approach to Arterial Ischemic Childhood Stroke :

Increasing Knowledge over the Last Decade. Neuropediatric, 43, 1-9.

Nelson Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 15. Jakarta. : EGC, 2000

Robin, S. (2008). Brain Ischemia – Vascularity Teritory. Diakses tanggal 7/3/2015

dari http://www.radiologyassistant.nl/en/p484b8328cb6b2/brain-ischemia-

vascular-territories.html.