strokehdkjahkdhkjhaskjdhkjasdasdasdd
DESCRIPTION
adansmbnfasbjbfjasbjkfbkasufgksakjkjbzmxbcbmnxzbmncbzmnxbcmnbsajhjhfdgusafvashjvjhcvjzhvcxvnxzcvnxzbcnbvnbxzcvnbnxzcvnbzxncvsafdgugsfigpwqgpfsafsafsaTRANSCRIPT
Bagian Ilmu Kesehatan Anak Tutorial Klinik Tropis Infeksi
Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
PHYMOSIS + ISK + DHF GRADE 1
Disusun oleh:
Lili Widianto
Indah S
Pembimbing:
dr. William S. Tjeng, Sp. A
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
Maret 2015
Tutorial Klinik
PHYMOSIS + ISK + DHF GRADE 1
Sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian stase AnakLILI WIDIANTO
INDAH S
Menyetujui,
dr. William S. Tjeng, Sp. A
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
Maret 2015
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala rahmat, hidayat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Laporan yang berjudul “PHYMOSIS + ISK + DHF GRADE 1”.
Penulis menyadari bahwa keberhasilan penulisan referat ini tidak lepas
dari bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan
penghargaan dan ucapan terima kasih kepada :
1. dr. William S. Tjeng, Sp. A., sebagai dosen pembimbing klinik selama stase
anak.
2. Seluruh pengajar yang telah mengajarkan ilmunya kepada penulis hingga
pendidikan saat ini.
3. Rekan sejawat dokter muda angkatan 2014 yang telah bersedia memberikan
saran dan mengajarkan ilmunya pada penulis.
4. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh penulis.
Akhir kata, ”Tiada gading yang tak retak”. Oleh karena itu, penulis
membuka diri untuk berbagai saran dan kritik yang membangun guna
memperbaiki laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semuanya.
"Jangan percaya pada sesuatu hanya karena anda telah mendengarnya. Jangan
percaya pada sesuatu hanya karena diucapkan dan dikabarkan oleh banyak
orang. Jangan percaya pada sesuatu hanya karena ditemukan tertulis dalam
buku-buku agama Anda. Jangan percaya pada apapun hanya berdasarkan
otoritas guru dan orang tua. Jangan percaya pada tradisi karena mereka telah
diwariskan selama beberapa generasi. Tapi setelah observasi dan
analisis, ketika Anda menemukan yang sejalan dengan alasan dan kondisi
untuk kebaikan dan ada manfaat, maka terimalah dan hiduplah dengan itu."
-Siddharta Gautama-
Maret, 2015
Penulis
BAB 1
KASUS
Identitas pasien
- Nama : An. A. P. T
- Jenis kelamin : Laki - Laki
- Umur : 6 tahun
- Alamat : Jl. Aminah Syukur Rt.12
- Anak ke : 3 dari 3 saudara
- MRS : 3 Maret 2015
- No. RM : 184294
- Kamar : Melati 25
Identitas Orang Tua
- Nama Ayah : Tn. P
- Umur : 41 tahun
- Alamat : Jl. Aminah Syukur Rt.12
- Pekerjaan : Swasta
- Ayah perkawinan ke : 1
- Riwayat kesehatan : Tidak ada penyakit
- Nama Ibu : Ny. M
- Umur : 40 tahun
- Alamat : Jl. Aminah Syukur Rt.12
- Pekerjaan : IRT
- Ibu perkawinan ke : 1
- Riwayat kesehatan : Tidak ada penyakit
Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara heteroanamnesa pada tanggal 18 Februari
2015 dengan ibu kandung pasien.
Keluhan Utama :
Nyeri BAK (Buang Air Kecil)
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengeluhkan nyeri saat BAK sejak 3 hari SMRS. Frekuensi BAK
menjadi lebih sering, dalam jumlah sedikit-sedikit, tidak berbuih dan kadang
disertai darah merah segar. Tidak ada rasa kencing berpasir, atau kencing yang
tiba-tiba tersendat. Pancaran air kencing dari lahir memang kecil.
Pasien mengeluhkan demam sejak 3 hari SMRS. Muncul mendadak dan
tidak turun dengan pemberian obat antipiretik. Tidak ada mengigil, mengigau, dan
gangguan defekasi.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Setelah pasien lahir, pasien mengalami kejang seluruh badan, tonik,
hingga membiru dan pada saat itu pasien tidak sedang demam. Pada saat itu
pasien sempat di CT SCAN dan direncanakan untuk operasi kepala namun
keluarga pasien menolak karena khawatir akan risiko operasi. Dari hasil CT
SCAN saat itu pasien didiagnosa disfungsi cerebral. Lalu kejang berulang pada
umur 1 tahun dan pada saat itu tanpa disertai demam dan tanpa disertai kelemahan
ekstremitas. Riwayat trauma saat kecil (+).
Riwayat Penyakit Keluarga :
Disangkal
Riwayat Saudara-Saudaranya :
Hamil
ke
Kondisi
saat
lahir
Jenis
persalinan
Usia
(tahun)
Sehat/
tidak
Umur
meninggal
Sebab
meninggal
- - - - - - -
Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak :
Berat badan lahir : 2800 gram
Panjang badan lahir : 48 cm
Berat badan sekarang : 10 kg
Panjang badan sekarang : 90 cm
Gigi keluar : 4 bulan
Tersenyum : 1 bulan
Miring : 7 bulan
Tengkurap : 8 bulan
Duduk : 1 tahun
Merangkak : 8 bulan
Berdiri : 1 tahun
Berjalan : 1 tahun jinjit dan harus dibantu
Berbicara 2 suku kata : 1 tahun
Makan dan minum anak
ASI : ASI sd 2 tahun
Susu sapi : 1 tahun sd saat ini
Bubur susu : 3 bulan
Tim saring : -
Buah : semua jenis/ umur 1 tahun
Lauk dan makan padat : sudah bisa
Pemeliharaan Prenatal
Periksa di : Puskesmas
Penyakit Kehamilan : -
Obat-obatan yang sering diminum : Vitamin + Zat Besi
Riwayat Kelahiran :
Lahir di : RS
Persalinan ditolong oleh : Bidan
Berapa bulan dalam kandungan : 9 bulan
Jenis partus : Spontan
Pasien tidak langsung menangis, sempat mengalami aspirasi, air ketuban berwarna
hijau, sianosis (+), ikterik (-). Perkiraan APGAR score lahir : 0-4, interpretasi
asfiksia sedang-berat.
Pemeliharaan postnatal :
Periksa di : Puskesmas
Keadaan anak : Sehat
Keluarga berencana : Ya
IMUNISASI
Imunisasi Usia saat imunisasi
I II III IV Booster I Booster II
BCG + //////// /////// /////// /////// ///////
Polio + + + - - -
Campak + - /////// /////// /////// ///////
DPT + + + /////// - -
Hepatitis B + + + /////// - -
PEMERIKSAAN FISIK
Dilakukan pada tanggal 18 Februari 2015
Kesan umum : sakit sedang
Kesadaran : E4V5M6
Tanda Vital
Tekanan darah : 100/60 mmhg
Frekuensi nadi : 98 x/menit, isi cukup, reguler
Frekuensi napas : 24 x/ menit
Temperatur : 36.9o C per axila
Antropometri
Berat badan : 10 kg
Panjang Badan : 90 cm
Status Gizi : Gizi kurang
Kepala
Rambut : Hitam
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), Refleks
Cahaya (+/+), Pupil Isokor (3mm), mata cowong (-/-)
ptosis (S)
Mulut : Lidah kotor (-),faring Hiperemis (-), mukosa bibir basah,
pembesaran tonsil (-/-), gusi berdarah, lipatan nasolabia
D (-), saat tersenyum mulut miring ke kiri.
Leher
Pembesaran Kelenjar : Pembesaran KGB submandibular (-/-),
Thoraks
Inspeksi : Bentuk dan gerak dinding dada simetris dextra = sinistra,
retraksi (-), Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Fremitus raba dekstra = sinistra, Ictus cordis teraba icv V
MCLS
Perkusi : Sonor di semua lapangan paru
Batas jantung
Kiri : ICS V midclavicula line sinistra
Kanan : ICS III para sternal line dextra
Auskultasi : vesikuler (+/+), Rhonki (+/+), S1S2 tunggal reguler,
murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Tampak datar
Palpasi : Soefl, nyeri tekan epigastrium (-), hepatomegali (-)
splenomegali (-), turgor kulit kembali cepat
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Ekstremitas : Akral hangat (+), oedem (-), capillary refill test < 2 detik,
sianosis (-), pembesaran KGB aksiler (-/-), pembesaran
KGB inguinal (-/-).
Neurologis : MMT (1/5/5/5), Refleks Fisiologis (+/+/+/+), Refleks
Patologis (-), Menigeal Sign (-)
Pemeriksaan Penunjang
Darah lengkap (17/2/15) Darah lengkap (19/1/15) Nilai normal
Leukosit 22.200 Leukosit 8.300 4.800-10.800 /uL
Hb 11.1 Hb 9.3 11,3-14,1 gr/dl
MCV 75 MCV - 80-100
MCH 25.8 MCH - 27-34
MCHC 34.3 MCHC - 32-36
Hematokrit 32.3 % Hematokrit 29% 33-41 %
Platelet 282.000 Platelet 458.000 150.000-450.000
Kimia Darah (17/2/15)
GDS 41
Elektrolit
17/2/15
Na : 142
K : 3.6
Cl : 115
23/2/15
EEG
Fokus eliptogenik pada Frontal Kanan yang kadang menyebar
CT SCAN KEPALA
1. Sinus paranasalis normal
2. Tampak gambaran hypodens di hemisphere parenkim otak sinistra disertai
penyempitan ventrikel lateralis cornu anterior yang mengesankan suatu
infark cerebri sinistra.
3. System ventrikel baik, mid line shift (-)
4. Pons, medulla oblongata, serta cerebellum dalam batas normal
Diagnosis Kerja : Stroke Iskemik
Penatalaksanaan IGD
- Bolus D10 % 2 cc/kgbb
- IVFD D10 % 10 tpm
- Inj. Cefotaksim 3 x 65 mg
- PCT syr 4 x 1 cth
Prognosis : Dubia ad Malam
Follow Up
Tanggal Subjektif & Objektif Assesment & Planning
Hari ke- 7
23-01-2015
Melati
S: Kejang (-), demam (-), Bab
lunak 1x, lender (+), darah
(-), batuk (+), muntah 1x
O: T:36.9 Nadi 98x kuat angkat
RR 28, Ane (-), ikt (-), Rh
(+), Wh (-), BU(+)N, NT(-),
organomegali (-)
Neurologis :
Refleks cahaya (+/+), Ptosis S,
parese N.7 Sentral,
Monoparese Ekstremitas Atas
D,
A: KDK + Hemiparese D +
Bronkopneumonia
P:
- KAEN 4A 900 cc/24 jam
- Inj Gentamisin 1 x 45 mg
iv
- Inj Cefotaksim 3 x 350
mg iv
- Ambroxol 4,5 mg; ctm 1
mg 3 x 1 pulv
- Phenitoin 3 x 350 mg
- Domperidon sirup 3 x ½
cth
Refleks Fisiologis (+/+/+/+)
MMT (1/5/5/5)
Refleks Patologis (-)
- Ventolin nebulizer ½
ampul / 8 jam
Hari ke-8
24-02-2015
Melati
S: Kejang (-), demam (-), Bab
lunak 1x, lendir (+), darah
(-), batuk (+), muntah 1x
O: T:37.0 Nadi 98x kuat angkat
RR 24, Ane (-), ikt (-), Rh
(+), Wh (-), BU(+)N, NT(-),
organomegali (-)
Neurologis :
Refleks cahaya (+/+), Ptosis S,
parese N.7 Sentral,
Monoparese Ekstremitas Atas
D,
Refleks Fisiologis (+/+/+/+)
MMT (1/5/5/5)
Refleks Patologis (-)
A: KDK + Hemiparese alternans
+ Suspek Stroke pada Anak
P:
- KAEN 4A 900 cc/24 jam
- Inj Gentamisin 1 x 45 mg
iv
- Inj Cefotaksim 3 x 350
mg iv
- Ambroxol 4,5 mg; ctm 1
mg 3 x 1 pulv
- Phenitoin 3 x 350 mg
- Domperidon sirup 3 x ½
cth
- Ventolin nebulizer ½
ampul / 8 jam
- Pro EEG
Hari ke-9
25-02-2015
Melati
S: Kejang (-), demam (-), Bab
lunak 4x, lendir (+), darah
(-), ampas (+) batuk (↓)
O: T:36.9 Nadi 116x kuat
angkat RR 24, Ane (-), ikt (-),
Rh (+), Wh (-), BU(+)N,
NT(-), organomegali (-)
Neurologis :
Refleks cahaya (+/+), Ptosis S,
A: Epilepsi + Hemiparese
alternans + Suspek Stroke
pada Anak
P:
- KAEN 4A 900 cc/24 jam
- Inj Gentamisin 1 x 45 mg
iv
- Inj Cefotaksim 3 x 350
mg iv
- Ambroxol 4,5 mg; ctm 1
mg 3 x 1 pulv
parese N.7 Sentral,
Monoparese Ekstremitas Atas
D,
Refleks Fisiologis (+/+/+/+)
MMT (1/5/5/5)
Refleks Patologis (-)
- Phenitoin 3 x 350 mg
- Domperidon sirup 3 x ½
cth
- Ventolin nebulizer ½
ampul / 8 jam
- Pro CT SCAN KEPALA
Hari ke-10
26-02-2015
Melati
S: Kejang (-), demam (-), Bab
lunak (-) darah (-),batuk (↓)
O: T:36.9 Nadi 120x kuat
angkat RR 26, Ane (-), ikt (-),
Rh (+), Wh (-), BU(+)N,
NT(-), organomegali (-)
Neurologis :
Refleks cahaya (+/+), Ptosis S,
parese N.7 Sentral,
Monoparese Ekstremitas Atas
D,
Refleks Fisiologis (+/+/+/+)
MMT (1/5/5/5)
Refleks Patologis (-)
A: Epilepsi + Hemiparese
alternans + Suspek Stroke
pada Anak
P:
- KAEN 4A 900 cc/24 jam
- Inj Gentamisin 1 x 45 mg
iv
- Inj Cefotaksim 3 x 350
mg iv
- Ambroxol 4,5 mg; ctm 1
mg 3 x 1 pulv
- Phenitoin 3 x 350 mg
- Domperidon sirup 3 x ½
cth
- Ventolin nebulizer ½
ampul / 8 jam
- Pro CT SCAN KEPALA
Hari ke-11
27-02-2015
Melati
S: Kejang (-), demam (-), Bab
lunak (-) darah (-),batuk (↓)
O: T:36.9 Nadi 120x kuat
angkat RR 26, Ane (-), ikt (-),
Rh (+), Wh (-), BU(+)N,
NT(-), organomegali (-)
Neurologis :
Refleks cahaya (+/+), Ptosis S,
A: Epilepsi + Hemiparese
alternans + Suspek Stroke
pada Anak
P:
- KAEN 4A 900 cc/24 jam
- Inj Gentamisin 1 x 45 mg
iv
- Inj Cefotaksim 3 x 350
mg iv
parese N.7 Sentral,
Monoparese Ekstremitas Atas
D,
Refleks Fisiologis (+/+/+/+)
MMT (1/5/5/5)
Refleks Patologis (-)
- Ambroxol 4,5 mg; ctm 1
mg 3 x 1 pulv
- Phenitoin 3 x 350 mg
- Domperidon sirup 3 x ½
cth
- Ventolin nebulizer ½
ampul / 8 jam
- Pro CT SCAN KEPALA
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi dan Epidemiologi
Stroke adalah gangguan sirkulasi darah otak yang disebabkan iskemik dan
ganggun fungsi neuron, bukan karena trauma, tumor dan atau infeksi.Menurut
WHO stroke adalah adanya defisit neurologis yang berkembang cepat akibat
gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang berlangsung
selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab
lain yang jelas selain vaskuler. Sindroma klinis ini meliputi defisit neurologis
yang berkaitan dengan pembuluh darah serebral, dan ditemukannya lesi iskemik.
TIA (Transient ischemic attacks) didefinisikan sebagai deficit neurologic
fokal yang mendadak dan berlangsung kurang dari 24 jam, disebabkan gangguan
vaskularisasi oleh arteri spesifik pada area otak tertentu. Pada anak, meskipun
gejala klinis yang ditemukan hanya bersifat transien, namun hasil pencitraan
biasanya menunjukkan adanya infark serebri.
Stroke diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu iskemik dan hemoragik.
Pada usia dewasa, sekitar 80% merupakan tipe iskemik akibat dari atherosclerosis,
sedangkan pada anak 45% merupakan tipe hemoragik dan berhubungan dengan
faktor risiko yang sangat luas. Stroke tipe iskemik terbagi menjadi Arterial
Ischemic Stroke (AIS) dan Cerebral Sinovenosus Thrombosis (CSVT). Sedangkan
untuk stroke tipe hemoragik terdiri dari perdarahan intraserebral dan subaraknoid.
AIS pada neonates dan anak memiliki insidensi yang cukup tinggi pada anak laki-
laki. AIS dapat kembali berulang pada 6-37% pasien dengan risiko tertinggi pada
6 bulan setelah episode serangan stroke yang pertama. Faktor risiko berulangnya
serangan meliputi kelainan vascular serta adanya risiko trombotik.
Angka kejadian stroke pada anak adalah sekitar 13/100.000, dengan
7.9/100.000 iskemik stroke, dan 5.1 hemoragik stroke. Sekitar 20% anak
meninggal setelah mengalami stroke tipe iskemik dan lebih dari 50% mengalami
gejala neurologi sisa, dan yang tersering adalah hemiparese. Dilaorkan 15 %
terjadi pada usia sampai 1 tahun, 19% pada usia samapi 5 tahun, dan hamper 41 %
pada usia 5 tahun keatas.
Faktor risiko ditemukan hampir pada separuh anak pada saat terjadi
serangan stroke. Faktor risiko tersering adalah kelainan jantung bawaan, sickle
cell disease, infeksi, dan keadaan kelainan protrombotik. Sekitar 19% anak
ditemukan thrombosis arteri. Studi terbaru menunjukkan bahwa terdapat peran
penting infeksi pada kejadian stroke pada anak. Sepertiga kasus stroke tipe
iskemik yag tidak diketahui etiologinya memiliki riwayat varicella sebelumnya.
Pada 80% anak dengan stroke arterial ditemukan kelainan pada pencitraan arteri.
Berikut ini faktor risiko stroke pada anak.
Tabel Faktor Risiko Stroke Pada Anak
2. Faktor Risiko dan Patogenesis
AIS didefinisikan sebagai iskemik, infark, atau encephalomalacia pada
pembuluh darah arteri daerah otak tertentu. Klasifikasi dari AIS berdasarkan
Pediatrik Stroke Clasification terdiri dari 8 subtipe yaitu : Sickle cell disease,
kardioemboli, Moya-Moya sindrom, diseksi arteri cervical, serebral arteriopati
stenosis-oklusif, penyebab lain, multiple etiologi, dan etiologi yang belum
diketahui. Sedangkan untuk tipe serebral sinusvenosus thrombosis dapat
menyebabkan iskemi melalui pnyumbatan jalan keluar darah serebral dan
menyebabkan aliran untuk masuk ke otak berkurang.
Penyakit jantung merupakan penyebab terbanyak stroke pada anak,
mencapai sekitar 1/3 faktor risiko AIS. Pada anak post operasi jantung
menggunakan teknik kateterisasi jantung hamper 50% mengalami stroke dalam 72
jam setelahnya. Lesi sianotik yang bertahan lama akan menyebabkan polisitemia
dan anemia, dimana keduanya dapat menyebabkan risiko infark cerebri
meningkat. Kemungkinan terjadi emboli pada anak dengan kardiomyopati,
penyakit jantung rematik, katup prostetik, atau endocarditis juga lebih tinggi.
Risiko emboli jg lebih besar pada foramen ovale paten dimana terjadi shunt dari
kanan ke kiri.
Sickle cell disease terjadi pada 285 kasus per 100.000 kasus stroke pada
anak. Stroke dapat muncul mulai usia 18 bulan, namun terbanyak terjadi setelah 5
tahun. Patofisiologi keduanya belum diketahui secara pasti, namun diduga
berkaitan dengan anemia, oklusi mikrovaskular, dan stasis yang menyebabkan
respon injury fisiologis setelah reperfusi terjadi, dan disertai endothelial.
Infeksi varicella sering menyebabkan infark basal ganglia. Infeksi HIV
juga sering menyebabkan stroke sekunder akibat vasculitis, atau perdarahan akibat
trombositopenia imun. Penyakit infeksi lain seperti TB meningitis, ensepalitis
virus juga dapat menyebabkan stroke akibat vasculitis local dan thrombosis.
Infeksi pada kepala dan leher seperti mastoiditis dan infeksi periorbital juga dapat
menyebabkan venous thrombosis.
Malformasi arteriovenous juga merupakan salah satu penyebab terbanyak
stroke pada bayi. Malvormasi ini sering terjadi pada Osler-Weber-Sindrom,
Struge-Weber, dan Moyamoya sindrom yang berkaitan dengan Down Sindrom
maupun sickle cell disease.
Kelainan metabolic seperti tuberous sclerosis memiliki risiko emboli lebih
besar. Defisiensi asam folat dan B12 juga dapat menyebabkan
hiperhomosisteinemia yang menjurus kea rah stroke. Selain itu juga terjadi
peningkatan risiko terjadinya AIS akibat premature arteriosclerosis akibat
kelainan lipoprotein yang bersifat familial.
Pasien dengan riwayat traumapada kepala dan leher memiliki risiko untuk
terjadi diseksi arteri carotis atau arteri vertebral. Gejala dari diseksi arterial dapat
muncul terlambat dalam 24 jam dengan risiko yang lebih besar pada beberapa hari
setelah injuri vascular terjadi.
Penyalahgunaan obat-obatan seperti amphetamine, ectasy, cocaine,
phencyclidine,dan ngelem dapat meningkatkan risiko vaskulopati yang
mepredisposisi terjadinya infark. Penggunaan kontrasepsi oral pada anak wanita
remaja juga memiliki risiko untuk mengalami thrombus vena. Penggunaan
berlebih golongan obat ergot pada pasien dengan migraine akut juga berkaitan
dengan risiko untuk terjadinya iskemik.
Vaskulitis serebral merupakan penyebab yang jarang pada anak dan lebih
sering ditemukan pada usia 14 tahun keatas. Vasculitis kibat penyakit Kawasaki,
Henoch Scholein Purpura, poliarteritis nodosa, takayasu’s artritis, SLE, IBD, dan
lainnya.
Keganasan juga meningkatkan risiko stroke. Hal ini berkaitan dengan
peningkatan tekanan intracranial. Leukemia dan lymphoma yang mengalami
hiperleukositosis juga meningkatkan risiko stroke akibat hiperviskositas dan
hipercoagulable. Radioterapi juga meningkatkan risiko vaskulopati yang dapat
mencetuskan TIA.
3. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dari AIS bervariasi berdasarkan usia, penyebab, dan
daerah yang terkena gangguan. Emboli stroke biasanya muncul mendadak,
sedangkan thrombosis umumnya muncul dengan manifestasi bertahap. Deficit
neurologic fokal seperti kelumpuhan nervus kranialis, hemiparese, dan kehilangan
sensati hemiparese merupakan gambaran klinis terbanyak. Kejang, sakit kepala,
gangguan berbicara, serta gangguan status mentalis. Stroke pada perdarahan baian
posterior dapat disertai ataxia, vertigo, dan muntah. Pada bayi, gejala khas yang
sering muncul adalah kejang, letargi, dan atau apneu sering tanpa disertai deficit
neurologic fokal. Stroke pada anak juga dapat berdampak pada kebiasaan sehari-
hari dan fungsi kejiwaan.
Presentasi klinis dari stroke tipe hemoragik tergantung oleh usia dan lokasi
perdarahan. Banyak tanda dan gejala termasuk sakit kepala, muntah, kejang,
gangguan kesadaran, serta deficit neurologic fokal.
Manifestasi klinis dari CSVT tidak spesifik, dan dapat menjadi
overlapping dengan kondisi seperti infeksi dan dehidrasi. Kejang, gangguan
kesadaran dan ensepalopati, deficit neurologi fokal dan gejala neurologi difuse
(sakit kepala, mual, muntah) dengan pseudotumor cerebri dan sakit kepala yang
terlokalisir.
Gambar Daerah Perdarahan Otak Sesuai Area Masing-Masing
Tabel Perbedaan Stroke Tipe Iskemik dan Hemoragik
4. Diagnosis Radiologis
Kunci penting dalam diagnosis stroke pada anak yaitu investigasi
penyebab, uji laboratorium, dan pencitraan. Pemeriksaan radiologis sering
dijadikan sebagai langkah awal evaluasi pasien dengan serangan akut. Teknik
pencitraan yang sering digunakan yaitu CT dan MRI. First choice dalam
pemilihan penggunaan teknik pencitraan hingga saat ini masih dalam perdebatan.
Salah satu studi menunjukkan bahwa MRI lebih baik pada pemeriksaan yang
sifatnya emergensi.
Kemampuan MRI dalam diagnosis stroke lebih baik. MRI dengan
diffusion weigthted lebih sensitif pada kondisi edema, pada sebagian kasus stroke
tipe iskemik akut atau infark. Selain MRI dan CT, penggunaan angiografi dapat
digunakan untuk mendeteksi lokasi lesi arterial intracerebral secara non invasive.
Menurut salah satu guideline Inggris, pencitraan cross-sectional otak
direkomendasikan pada anak dengan gejala klinis stroke. MRI kepala harus
dilakukan segera mungkin setelah muncul manifestasi. Apabila dalam 48 jam
belum dilakukan MRI makan dapat dilakukan pemeriksaan alternative CT. Selain
itu, pada kasus urgent dengan penurunan kesadaran dapat digunakan CT.
5. Penatalaksanaan
Hingga saat ini terdapat tiga jenis guideline penanganan stroke akut pada
anak. Namun belum ada guideline yang sudah dibuktikan berdasarkan studi
terhadap pasien. Pedoman yang ada hanya berupas pendapat dan kesimpulan dari
para ahli. Kebanyak ahli setuju mengenai penanganan suportif pada beberapa hari
awal serangan yaitu : monitoring suhu tubuh diusahakan dibawah 36.5 oC,
pemantauan tekanan darah yang cukup untuk kebutuhan otak, penatalaksanaan
imbalance elektrolit, hipoglikemia, dan kejang.
Penggunaan trombolisis dinilai memberi manfaat pada pasien anak.
Namun hal ini masih membutuhkan studi untuk mendukung penggunaan obat ini.
Selain itu juga terdapat beberapa kasus dimana pasien anak mengalami perbaikan
dengan recanalisasi endovascular. Trombolisis yang diperdebatkan yaitu heparin
dan aspirin. Berdasarkan Guideline Amerika, aspirin diberikan 3 sampai 5
mg/kgbb, terkecuali bila stroke disebabkan oleh diseksi arteri, atau emboli
jantung. Guideline Chest menyarankan penggunaan heparin selama fase akut
hingga kemungkinan kelainan jantung dan diseksi pembuluh darah ekstrakranial
tersingkirkan. Studi yang dilakukan di Colorado dan Jerman menunjukkan
pemberian antikoagulan selama 4 minggu awal pada anak dengan arteriopati
(selain Moya-Moya Sindrom) akan mengalami perbaikan.
6. Prognosis
Selama ini banyak yang menganggap bahwa stroke pada anak tidak lebih
buruk dibandingkan pada dewasa. Namun studi terbaru menunjukkan bahwa
keparahan dan outcome stroke tipe iskemik pada anak sama dengan dewasa
(hingga umur 40 tahun). Angka mortalitas pada anak mencapai 10-20%. Pada dua
pertiga anak akan mengalami morbiditas atau gejala neurologis sisa. Umumnya
berupa hemiparese dengan atau tanpa kelemahan otot wajah, dysphasia, ataxia,
gangguan penglihatan, kejang, dan lainya. Hingga saat ini masih sedikit sekali hal
yang kita pahami mengenai faktor yang mempengaruhi prognosis pasien. Usia
muda memiliki prognosis yang lebih baik meskipun masih perlu penelitian lebih
lanjut. Risiko untuk berulangnya serangan sekitar 10-20 %.
BAB 3
PENUTUP
Stroke pediatrik merupakan penyakit yang membutuhkan kompetensi
multidisipliner. Stroke tipe iskemik dan kemoragik membutuhkan pemeriksaan
radiologis untuk evaluasi dan penentuan terapi yang diperlukan. Pada beberapa
studi menunjukan bahwa MRI merupakan teknik diagnostic pertama. Pada kasus
dimana tidak tersedia fasilitas MRI atau pada anak yang non koperatif,
direkomendasikan pemeriksaan CT.
DAFTAR PUSTAKA
Daniel, S. T., et al. (2011). Pediatric Stroke : A Review.
Emergency Med Int.
H. P. Adams Jr., B. H. Bendixen, L. J. Kappelle et al.,
“Classification of subtype of acute ischemic stroke:
definitions for use in a multicenter clinical trial. TOAST.
Trial of Org 10172 in Acute Stroke Treatment,” Stroke,
vol. 24, no. 1, pp. 35–41, 1993.
Lanni, G., et al. (2011). Pediatric Stroke : Clinical Findings and Radiological
Approach. Hindawi Journal, 11.
Maja, S. (2012). A Clinical Approach to Arterial Ischemic Childhood Stroke :
Increasing Knowledge over the Last Decade. Neuropediatric, 43, 1-9.
Nelson Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 15. Jakarta. : EGC, 2000
Robin, S. (2008). Brain Ischemia – Vascularity Teritory. Diakses tanggal 7/3/2015
dari http://www.radiologyassistant.nl/en/p484b8328cb6b2/brain-ischemia-
vascular-territories.html.