strategi tukang becak dalam pemenuhan ...digilib.unila.ac.id/55061/3/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
STRATEGI TUKANG BECAK DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN
HIDUP KELUARGA
(Studi Pada Komunitas Tukang Becak di Pasar Plaza Bandar Jaya Kecamatan Terbanggi
Besar Kabupaten Lampung Tengah)
(Skripsi)
Oleh
M. AGUNG RIZKI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ABSTRACT
STRATEGY OF PEDICAB DRIVERS IN USED FULFILLING FAMILY LIFE
NEEDS
(Study on Pedicab Drivers Community in Pasar Plaza Bandar Jaya, Terbanggi
Besar District, Central Lampung Regency)
By
M. AGUNG RIZKI
This study aims to find out, study and analyze the social economic life of pedicab
drivers and the strategies used in fulfilling the family's living needs located in Pasar
Plaza Bandar Jaya, Bandar Jaya Timur Village, Terbanggi Besar District, Central
Lampung Regency. The type of research used is descriptive qualitative research. The
subjects of this study are pedicab drivers who have worked for more than 5 years, are
married, and are based on the categories of adult and old age. Determination of
informants by using a purposive technique. Data collection is done by conducting
observations, interviews, documentation, and literature.
The results showed that the socio-economic life of pedicab drivers at Pasar Plaza
Bandar Jaya in Terbanggi Besar District, Central Lampung Regency was quite good
with a very low level of formal education (not attending school or not completing
elementary school), low (elementary-junior high school) and moderate (high school),
having low income level, owning personal assets that are not luxury goods and
always participate in community activities. There are 3 strategies used by pedicab
drivers in fulfilling family life needs, namely active strategies, passive strategies and
network strategies.
Keywords: Strategy, Pedicab drivers, Life Needs, Family
ABSTRAK
STRATEGI TUKANG BECAK DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN
HIDUP KELUARGA
(Studi Pada Komunitas Tukang Becak di Pasar Plaza Bandar Jaya Kecamatan
Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah)
Oleh
M. AGUNG RIZKI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, mengkaji dan menganalisis kehidupan
sosial ekonomi tukang becak dan strategi yang digunakan dalam pemenuhan
kebutuhan hidup keluarga yang berlokasi di Pasar Plaza Bandar Jaya Kelurahan
Bandar Jaya Timur Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah. Tipe
penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif. Subjek penelitian ini
adalah tukang becak yang telah bekerja lebih dari 5 tahun, sudah berkeluarga, dan
didasarkan pada kategori usia dewasa dan tua. Penentuan informan dengan
menggunakan teknik purposive. Pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan
observasi, wawancara, dokumentasi, dan studi pustaka.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kehidupan sosial ekonomi tukang becak di
Pasar Plaza Bandar Jaya Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah
cukup baik dengan taraf pendidikan formal sangat rendah (tidak sekolah atau tidak
lulus SD), rendah (SD-SMP) dan sedang (SMA), memiliki tingkat pendapatan yang
rendah, memiliki aset pribadi yang bukan merupakan barang mewah dan selalu
berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat. Terdapat 3 strategi yang digunakan tukang
becak dalam pemenuhan kebutuhan hidup keluarga yakni strategi aktif, strategi pasif
dan strategi jaringan.
Kata Kunci: Strategi, Tukang Becak, Kebutuhan Hidup, Keluarga
STRATEGI TUKANG BECAK DALAM PEMENUHAN
KEBUTUHAN HIDUP KELUARGA
(Studi Pada Komunitas Tukang Becak di Pasar Plaza Bandar Jaya Kecamatan
Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah)
Oleh
M. AGUNG RIZKI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA SOSIOLOGI
pada
Jurusan Sosiologi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama M. Agung Rizki dilahirkan di Bandar Jaya,
Kecamatan Terbanggi Besar, Kabupaten Lampung Tengah
pada tanggal 10 Desember 1996, sebagai anak kedua dari tiga
bersaudara dari pasangan dari Bapak Muchni Asyrof dan Ibu
Sumarni.
Pendidikan yang pernah ditempuh penulis:
1. Sekolah Dasar Muhamadiyah Bandar Jaya Kecamatan Terbanggi Besar
Kabupaten Lampung Tengah yang diselesaikan pada tahun 2009
2. SMP Negeri 3 Terbanggi Besar yang diselesaikan pada tahun 2012
3. SMA Negeri 1 Terbanggi Besar yang diselesaikan pada tahun 2015
Pada tahun 2015 penulis diterima sebagai mahasiswa Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN (Seleksi
Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri). Dalam perjalanan menempuh pendidikan
di tahun 2018 penulis mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) selama 40 hari di Desa
Pardasuka, Kecamatan Pardasuka Kabupaten Pringsewu. Pada pertengahan tahun
2017 sampai dengan tahun 2018 penulis juga bekerja sebagai Surveyor di PT. Reta
Consulting Indonesia dan pada semester akhir tahun 2018 penulis telah
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Strategi Tukang Becak Dalam Pemenuhan
Kebutuhan Hidup Keluarga (Studi Pada Komunitas Tukang Becak di Pasar Plaza
Bandar Jaya Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah)”.
MOTTO
”Sesungguhnya di balik kesulitan pasti ada kemudahan”
(Al-Inshiroh: 6)
“Sesungguhnya perumpaan orang yang berilmu itu seperti
perumpamaan mata air tawar di sebuah negeri” (Maimun bin
Mahran)
“Teman terbaik dapat di lihat ketika kita berada pada kondisi
sulit” (Ali bin Abi Thalib)
“Di mana ada kemauan, di situ ada seribu jalan. Di mana tidak
ada kemauan, di situ ada seribu alasan”
(M. Agung Rizki)
PERSEMBAHAN
Segala puji hanya bagi Allah SWT atas berkat limpahan karunia
sehingga dapat mencapai target penyelesaian karya ilmiah ini. Tak
lupa doa restu dari orang-orang yang telah membantu dan
mendukung penyelesaian karya ilmiah ini, sehingga dengan segala
kerendahan hati, saya persembahkan karya sederhana ini kepada:
Ayah saya Muchni Asyrof dan Ibu saya Sumarni serta kakak saya
Desmon Eka Chandra yang telah berkorban untuk saya di setiap
cucuran keringatnya untuk menghantarkan saya meraih gelar
sarjana Sosiologi. Terimakasih atas setiap pengorbanan dan doa yang
kalian berikan demi keberhasilan saya
Keluarga besar saya Bani Asyrofiyyah yang telah memotivasi dan
memberikan semangat, saya ucapkan terimakasih
Teman-teman dan sahabat-sahabat saya yang selalu menemani di
saat suka dan duka
Almamater tercinta, Sosiologi FISIP Universitas Lampung
SANWACANA
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya serta kepada baginda Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan
jalan kebenaran, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Strategi Tukang Becak Dalam Pemenuhan Kebutuhan Hidup Keluarga (Studi
Pada Komunitas Tukang Becak di Pasar Plaza Bandar Jaya Kecamatan
Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah)” sebagai salah satu syarat
mencapai gelar sarjana Sosiologi di Universitas Lampung.
Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis banyak mencapat bantuan, motivasi,
bimbingan, saran serta kritik dari berbagai pihak dan sebagai rasa syukur penulis
menyampaikan ucapan terimakasih yang setulus-tulusnya kepada:
1. Bapak Dr. Syarief Makhya, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Lampung.
2. Bapak Drs. Susetyo, M.Si., selaku Wakil Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Lampung.
3. Bapak Drs. Ikram, M.Si., selaku Ketua Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik
4. Ibu Dewi Ayu Hidayati, S.Sos.,M.Si., selaku dosen pembimbing skripsi,
terimakasih yang sebesarnya atas masukan serta motivasi yang sangat
berharga dari awal hingga terselesaikannya skripsi ini. Terimakasih ibu Dewi
semoga selalu diberikan kesehatan dan selalu eksis di media sosial, semoga
silaturahmi akan selalu terjalin.
5. Ibu Dra. Yuni Ratna Sari, M.Si., selaku dosen pembahas skripsi, terimakasih
telah mengoreksi dan memberikan masukan serta arahan dalam penyusunan
skripsi ini. Semoga Ibu selalu diberikan kesehatan dan semoga silaturahmi
akan selalu terjalin.
6. Bapak Teuku Fahmi, S.Sos.,M.Krim., selaku dosen pembimbing akademik,
terimakasih atas saran dan arahannya yang diberikan selama menjadi
mahasiswa.
7. Seluruh Dosen pengajar yang telah berbagi ilmu dan pengalaman selama
perkuliahan.
8. Staff administrasi Sosiologi Mas Rizki dan Mbak Vivi dan Staff administrasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung yang telah
membantu melayani segala administrasi.
9. Kedua orangtua saya, Ayah dan Ibu tercinta Bapak Muchni Asyrof dan Ibu
Sumarni yang merupakan inspirasi terbesar penulis, tidak akan terbayangkan
betapa bangganya saya mempunyai dua orangtua hebat seperti kalian.
Terimakasih telah membesarkanku menjadi anak yang kuat dan tidak mudah
menyerah. Maaf belum bisa menjadi kebanggaan ayah dan ibu, tapi
percayalah tidak pernah surut tekad ini untuk membahagiakan dan
membanggakan kalian. Semoga Allah memberikan kita umur yang panjang
dalam kesehatan dan kebahagiaan agar bersama-sama kita dapat menikmati
keberhasilan saya dimasa depan.
10. Kedua Saudara-Saudari saya, kakak saya Desmon Eka Chandra dan
Almarhumah adik saya Sinta Ayu Damayanti, semoga Allah lapangkan
kuburnya dan kepada kakak saya semoga kita dapat membahagiakan kedua
orangtua bersama-sama.
11. Keluarga besar saya Bani Asyrofiyyah yang telah membantu dalam berbagai
hal dan selalu memberikan dukungan untukku agar menjadi orang sukses
dunia akhirat kelak.
12. Keluarga besar Bani Abdul Manan, terkhusus om saya Bapak Ali Komarudin
dan Istrinya Ibu Siti Rumzanah yang mana telah memberikan fasilitas
penginapan selama masa penyelesaian skripsi.
13. Sahabat seperjuangan selama masa perkuliahan, Heri Gunawan, Fikri
Ramadhan, Mohamad Yasir, I Made Juliana, Bobby Hermanto, Ratna Juwita,
Swita Enjelina, Lilis Agestia, Yola Deska, Rosmaliya, Ian Aditya, Yeni
Octavia, Elyana, Mar’atus Soleha, Vita Lutvia Anis, serta teman-teman
Sosiologi 2015 pada umumnya.
14. Teman seperjuangan di Presidium HMJ Sosiologi, Rahmat Shandi Septiadi,
Hanif M. Robbani, Achmad Junaidi, Zuhry Adijaksana, Astia Dewi,
Gusryanto, Iin Dwi Cahyani, Yosi Yusika serta adik-adik Sosiologi angkatan
2016 dan angkatan 2017 yang saya banggakan.
15. Sahabat semasa SMA Restu Eko Yulianto, Sanjoko Wirayuda, Zahza Fatika
Rahma, Rismawati, Zaqia Khana, Wisnu.
16. Keluarga Bapak Slamet Sudarsono, Rais, Hidayat, Supardi, Edi Suprianto dan
Joko Purwanto terimakasih untuk semua bantuan dan kerjasamanya menjadi
informan sehingga skripsi ini bisa terselesaikan.
17. Keluarga KKN Desa Pardasuka, Ridwan Habib, Reza, Rifqi, Nabila, Talita,
Mey, Bang Ipung, Kang Nurdin, Bang Imam serta warga Dusun Suka
Bandung 2.
Penulis hanya bisa berdoa kepada Allah SWT agar membalas semua kebaikan,
motivasi dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis. Akhir kata, penulis
menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, akan tetapi penulis
berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Bandar Lampung, 28 November 2018
Penulis
M. Agung Rizki
DAFTAR ISI
ABSTRAK I
HALAMAN JUDUL III
HALAMAN PERSETUJUAN IV
HALAMAN PENGESAHAN V
PERNYATAAN VI
RIWAYAT HIDUP VII
MOTTO VIII
PERSEMBAHAN IX
SANWACANA X
DAFTAR ISI XIV
DAFTAR TABEL XVI
DAFTAR GAMBAR XVII
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 15
C. Tujuan Penelitian 15
D. Kegunaan Penelitian 15
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Strategi 17
B. Kemiskinan 18
C. Kehidupan Sosial Ekonomi Tukang Becak 21
D. Strategi Pemenuhan Kebutuhan Hidup Keluarga 32
E. Tukang Becak 37
F. Strategi Bertahan Hidup Sebagai Tukang Becak 40
G. Penelitian Terdahulu 41
H. Kerangka Pikir 44
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian 47
B. Fokus Penelitian 48
C. Lokasi Penelitian 48
D. Teknik Penentuan Informan 48
E. Instrumen Penelitian 49
F. Jenis dan Sumber Data 50
G. Teknik Pengumpulan Data 51
H. Teknik Keabsahan Data 55
I. Teknik Analisis Data 56
BAB IV GAMBARAN UMUM
A. Sejarah Kelurahan Bandar Jaya 60
B. Pasar Tradisional Bandar Jaya Plaza 64
C. Jumlah Tukang Becak 65
D. Upah Tukang Becak 66
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Profil Informan 68
B. Kehidupan Sosial Ekonomi Tukang Becak 71
C. Strategi Tukang Becak Dalam Memenuhi Kebutuhan Hidup Keluarga 100
a. Strategi aktif 101
b. Strategi pasif 118
c. Strategi jaringan 127
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 150
B. Saran 152
DAFTAR PUSTAKA 153
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Kepadatan Penduduk Indonesia tahun 2013–2015 3
1.2 Jumlah Penduduk Miskin, Persentase Penduduk Miskin
dan Garis Kemiskinan, 2015-2017 6
1.3 Rata-Rata Lama Sekolah Penduduk Umur ≥ 15 Tahun
Menurut Daerah Tempat Tinggal, 2011 – 2016 7
1.4 Jumlah Penduduk Miskin Menurut Provinsi di Pulau Sumatra 2016-2018 8
1.5 Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten Lampung Tengah 9
2.1 Hasil Penelitian Terdahulu 41
3.1 Data singkat informan penelitian 53
4.1 Pendapatan murni sebagai tukang becak dan pengeluaran per bulannya 83
4.2 Pendapatan keluarga informan 110
4.3 Status sosial ekonomi tukang becak 136
4.4 Strategi tukang becak dalam pemenuhan kebutuhan hidup keluarga 140
DAFTAR SKEMA DAN GAMBAR
Skema dan Gambar Halaman
2.1 Kerangka Pikir 44
4.1 Foto informan 1 beserta rumahnya 88
4.2 Foto rumah kontrakan informan 2 89
4.3 Foto rumah kontrakan informan 3 89
4.4 Foto informan 4 beserta rumah miliknya 90
4.5 Foto informan 5 beserta rumah kontrakannya 90
4.6 Foto informan 6 beserta rumah kontrakannya 91
4.7 Motor yang dimiliki oleh informan 1 94
4.8 Motor yang dimiliki oleh informan 6 95
4.9 Pekerjaan sampingan informan 1 dengan membuka steam motor 104
4.10 Pekerjaan sampingan informan 4 sebagai peternak kambing 105
4.11 Pekerjaan sampingan informan 6 sebagai kuli bangunan 105
4.12 Pekerjaan sampingan istri informan 5 dengan menjadi penjahit baju 109
4.13 Ayam yang dipelihara oleh informan 4 115
4.14 Kambing yang dipelihara oleh informan 4 115
4.15 Salah satu burung yang dipelihara oleh informan 4 116
4.16 Kambing yang dipelihara oleh informan 1 116
4.17 Ayam yang dipelihara oleh informan 5 117
4.18 Burung puter yang dipelihara oleh informan 1 117
I . PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara Kesatuan Republik Indonesia didirikan untuk mencapai kesejahteraan dan
keadilan bagi seluruh rakyatnya. Terwujudnya keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia adalah salah satu cita-cita yang telah digagas oleh para pendiri bangsa
(founding fathers) sebagaimana diungkapkan dalam Pembukaan Undang-Undang
Dasar 1945. Seluruh rakyat Indonesia, tanpa terkecuali, berhak untuk mendapatkan
kehidupan yang layak. Begitu besarnya perhatian para perumus UUD 1945 terhadap
ketimpangan ekonomi, sehingga terdapat ayat yang berbunyi:
“Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara”. Klausul tersebut
berada pada Pasal 34 ayat (1) UUD 1945.
Masyarakat fakir, miskin, dan anak-anak yang terlantar dianggap sebagai kondisi
ekstrim keterbelakangan kondisi perekonomian seseorang sehingga negara harus
memberikan perhatian khusus. Hal ini dilakukan dengan melakukan pemeliharaan
terhadap mereka. Selain itu Penanggulangan kemiskinan pada era ini masih tetap
2
mendapat perhatian, hal ini dapat dimaklumi mengingat koridor penanggulangan
kemiskinan telah diamanatkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional Tahun 2005-2025. Wujud nyata peran pemerintah dalam pelaksanaan
pembangunan periode 2015-2019 telah dituangkan ke dalam sembilan agenda
(nawacita), yaitu: (1) Menghadirkan kembali Negara untuk melindungi segenap
bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh Warga Negara; (2) Membangun tata
kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis dan terpercaya; (3) Membangun
Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka
Negara Kesatuan; (4) Memperkuat kehadiran Negara dalam melakukan reformasi
sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya; (5)
Meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat Indonesia; (6) Meningkatkan
produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional; (7) Mewujudkan
kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi
domestik; (8) Melakukan revolusi karakter bangsa; dan (9) memperteguh
kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia (Soleman dan Noer, 2017).
Berdasarkan nawacita tersebut dan juga dengan menggunakan Rancangan
Teknokratik yang telah disusun Bappenas maka disusunlah RPJMN 2015-2019 yang
sekaligus menjaga konsistensi arah pembangunan nasional dengan tujuan di dalam
Konstitusi Undang Undang Dasar 1945 dan RPJPN 2005–2025.
Penduduk Indonesia yang berjumlah besar dapat menjadi modal pembangunan
bila memiliki kualitas yang memadai. Hal ini mengacu pada konsep bahwa manusia
merupakan pelaku, pelaksana, dan penikmat pembangunan. Artinya, dengan kualitas
3
penduduk yang rendah, maka manusia akan lebih banyak berperan sebagai penikmat
dan kurang berperan sebagai pelaku dan pelaksana pembangunan. Tahun 2019 adalah
tahun yang menentukan bagi Indonesia, beberapa hal dan isu utama seperti bonus
demografi dan revolusi industri bisa menjadi daya ungkit Indonesia untuk bisa
mencapai tingkat kesejahteraan yang tinggi.
Bonus demografi merupakan realitas faktual yang juga menuntut anak muda untuk
lebih kreatif dan mandiri. Hal ini berdasarkan loka karya yang diadakan oleh
kementrian PPN/Bappenas (2017) yang menyatakan bahwa pada tahun 2030-2040,
Indonesia diprediksi akan mengalami masa bonus demografi, yakni jumlah
penduduk usia produktif (berusia 15-64 tahun) lebih besar dibandingkan penduduk
usia tidak produktif (berusia di bawah 15 tahun dan di atas 64 tahun). Pada periode
tersebut, penduduk usia produktif diprediksi mencapai 64 persen dari total jumlah
penduduk yang diproyeksikan sebesar 297 juta jiwa. Tingginya jumlah penduduk di
Indonesia dapat dilihat dalam tabel kepadatan penduduk sebagai berikut:
Tabel 1.1 Kepadatan Penduduk Indonesia tahun 2013–2015
Negara Subjek
Kependudukan
Kepadatan penduduk (jiwa/km2)
2013 2014 2015
Indonesia 130 132 134
Sumber: Badan Pusat Statistika (2017)
Tabel di atas menunjukkan bahwa Indonesia mengalami peningkatan yang signifikan
dalam kepadatan penduduk di tahun 2013-2015. Pada tahun 2013 semula 130
4
(penduduk per km2) dan pada tahun 2015 melesat sampai 134 (penduduk per km2).
Artinya jumlah penduduk Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Banyaknya jumlah penduduk Indonesia serta kekayaan alam yang melimpah tentu
menjadi suatu potensi besar bagi bangsa. Hal ini merupakan modal dan aset penting
bagi pembangunan nasional, terlebih jika didukung oleh kualitas sumber daya
manusia yang memadai.
Dengan adanya kekayaan alam yang melimpah serta sumber daya manusia yang besar
seharusnya Indonesia dapat mencapai tingkat kesejahteraan.
Menurut UU No.6 Tahun 1974 Pasal 2 ayat 1 menyebutkan bahwa
kesejahteraan sosial merupakan suatu tata kehidupan dan penghidupan
sosial, materiil ataupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan,
kesusilaan dan ketentraman lahir batin, yang memungkinkan bagi setiap
warga negara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan
jasmaniah, rohaniah, dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga serta
masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak asasi serta kewajiban manusia
sesuai dengan Pancasila.
Wujud program kesejahteraan sosial kemudian dikemukakan oleh Kamermen dan
Kahn (1976), yang menyebutkan bahwa pelayanan-pelayanan yang termasuk dalam
pelayanan sosial personal ini adalah kesejahteraan anak, pelayanan-pelayanan
keluarga, program-program masyarakat untuk lanjut usia, pusat-pusat kegiatan
masyarakat, bantuan mengurus rumahtangga (home makers), pelayanan pada siang
hari, baik untuk anak-anak ataupun lanjut usia (day care), makanan untuk bersama
(congregate meals) dan makanan diantar ke rumah karena klien tidak dapat
mempersiapkannya sendiri tetapi dapat makan sendiri (meals- on-wheels), kegiatan-
kegiatan positif untuk penyandang cacat dan remaja nakal (Fahrudin, 2012). Akan
5
tetapi fakta menunjukkan bahwa rakyat Indonesia belum merasa pelayanan sosial
yang maksimal dari pemerintah, hal ini dapat dilihat dari kasus antrian panjang pasien
BPJS yang ingin mendapatkan pelayanan kesehatan. Apalagi, untuk negeri ini yang
memang dikendalikan oleh para kaum modal dan konglomerat. Kasus bencana
Lumpur Panas Lapindo Brantas di Porong Sidoarjo, menunjukkan bahwa pengusaha
telah menyebabkan kerugian bagi masyarakat. Negara bukannya bertindak untuk
membela dan menjamin adanya ganti rugi perusahaan, melainkan justru terkesan
melindungi para pembuat bencana (Soyomukti, 2016). Tidak meratanya
pembangunan saat ini menyebabkan kemiskinan terjadi di seluruh pelosok negeri, hal
ini dapat dilihat tingginya tingkat urbanisasi dari tahun ke tahun. Karena belum
meratanya pembangunan maka pembangunan itu belum dikatakan berhasil apalagi
untuk mencapai kesejahteraan. Selain itu sumber-sumber ekonomi bangsa sebagian
besar dikuasai oleh segelintir orang sebagaimana yang dikemukakan oleh Prabowo
Subianto dalam pidatonya di Lamongan yang menyatakan bahwa semua sumber daya
bumi, air, dan semua kekayaan yang terkandung di dalamnya, harus dikuasai negara
dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat, tapi kenyataan yang
kita lihat sekarang, hanya segelintir saja orang yang menguasai hampir sebagian besar
kekayaan Indonesia (Kompas.com, 2018)
Pembangunan di Indonesia cenderung berada di pulau Jawa, sehingga banyak
masyarakat yang berada diluar pulau Jawa bermigrasi ke pulau jawa dan
mengakibatkan kepadatan penduduk di pulau tersebut. Seharusnya jika pembangunan
dilakukan secara merata maka tingkat migrasi tidak akan tinggi. Belum tercapainya
6
pembangunan menyebabkan kesejahteraan belum dapat dinikmati oleh seluruh
rakyat, sehingga masih banyak adanya kemiskinan. Hal ini dapat dilihat dalam tabel
berikut:
Tabel 1.2 Jumlah Penduduk Miskin, Persentase Penduduk Miskin dan Garis
Kemiskinan, 2015-2017
Bulan/Tahun
Jumlah Penduduk
Miskin (Juta Orang)
Persentase Penduduk
Miskin (%)
Garis Kemiskinan
(Rp/Kapita/Bulan
Kota Desa Kota+Desa Kota Desa Kota+Desa Kota Desa
Maret 2015 10,65 17,94 28,59 8,29 14,21 11,22 342.541 317.881
September 2015 10,62 17,89 28,51 8,22 14,09 11,13 356.378 333.034
Maret 2016 10,34 17,67 28,01 7,79 14,11 10,86 264.527 343.647
September 2016 10,49 17,28 27,76 7,73 13,96 10,70 372.114 350.420
Maret 2017 10,67 17,10 27,77 7,72 13,93 10,64 385.621 361.496
September 2017 10,27 16,31 26,58 7,26 13,47 10,12 400.995 370.910
Sumber: Badan Pusat Statistika (2018)
Tabel di atas menunjukkan bahwa pada bulan maret 2015, jumlah penduduk miskin
di Indonesia mencapai 28,01 juta orang (14,11 persen) berkurang sebesar 2,01 juta
orang di bulan september 2017 yaitu menjadi 26,58 juta orang (10,12 persen). Hal
yang paling kontras adalah jumlah kemiskinan di pedesaan yang jumlahnya mencapai
rata-rata 17,36 Juta penduduk dibandingkan wilayah perkotaan 10,50 juta penduduk.
Dilihat dari aspek pendidikan, sebagian besar orang miskin ini adalah mereka yang
memiliki pendidikan rendah. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut:
7
Tabel 1.3 Rata-Rata Lama Sekolah Penduduk Umur ≥ 15 Tahun Menurut
Daerah Tempat Tinggal, 2011 – 2016
Daerah
tempat
tinggal
Rata-Rata Lama Sekolah Penduduk Umur ≥ 15 Tahun Menurut
Daerah Tempat Tinggal, 2011 – 2016
2011 2012 2013 2014 2015 2016
Perkotaan 9,14 9,32 9,33 9,46 9,61 9,56
Pedesaan 6,52 6,70 6,81 6,94 6,98 7,18
Sumber: Badan Pusat Statistika (2018)
Kemiskinan di pedesaan juga berpengaruh pada lama masa sekolah. Hal ini diduga
berkaitan dengan kebijakan pemerintah yang tidak serius dalam
mengimplementasikan wajib belajar Sembilan tahun. Dampaknya, sangat sedikit
penduduk miskin yang mampu membiayai sekolah sampai tingkat SMA sekalipun.
Kemiskinan memiliki konsep yang beragam. World Bank mendefinisikan kemiskinan
dengan menggunakan ukuran kemampuan / daya beli, yaitu US $1 atau US $2 per
kapita per hari. Sementara itu, BPS mendefinisikan kemiskinan didasarkan pada garis
kemiskinan,(poverty line). Nilai garis kemiskinan yang digunakan untuk menentukan
kemiskinan mengacu pada kebutuhan minimum yang dibutuhkan oleh seseorang
yaitu 2100 kalori per kapita per hari, ditambah dengan kebutuhan minimurn non-
makan yang merupakan kebutuhan dasar seseorang yang meliputi: papan, sandang,
sekolah, transportasi, serta kebutuhan rumah tangga dan individu yang mendasarinya.
Sedangkan kemiskinan menurut Bappenas (2004) adalah kondisi di mana seseorang
atau sekelompok orang laki dan perempuan, yang tidak mampu memenuhi hak-hak
dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat.
8
Hak-hak dasar manusia tersebut meliputi: terpenuhinya kebutuhan pangan, sandang,
kesehatan, pendidikan, pekerjaan, pemenuhan, air bersih, pertanahan, sumberdaya
alam dan lingkungan hidup, rasa aman dari perlakuan atau ancaman tindak kekerasan
dan hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan sosial politik (Purwanto, 2007).
Berbicara masalah kemiskinan, Provinsi Lampung menempati posisi kedua sebagai
Provinsi dengan penduduk termiskin di Sumatra. Hal ini dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 1.4 Jumlah Penduduk Miskin Menurut Provinsi di Pulau Sumatra 2016-
2018
Provinsi
2016 2017 2018
Semester 1
(Maret)
Semester 2
(September)
Semester 1
(Maret)
Semester 2
(September)
Semester 1
(Maret)
Sumatra Utara 1.455.950 1.452.550 1.453.870 1.326.570 1.324.980
Lampung 1.169.600 1.139.780 1.131.730 1.083.740 1.097.050
Sumatra
Selatan 1.101.190 1.096.500 1.086.920 1.086.760 1.068.270
Aceh 848.440 841.310 872.610 829.800 839.490
Riau 515.400 501.590 514.620 496.390 500.440
Sumatra Barat 371.560 376.510 364.510 359.990 357.130
Bengkulu 328.610 325.600 316.980 302.620 301.810
Jambi 289.800 290.810 286.550 278.610 281.690
Kep. Riau 120.410 119.140 125.370 128.430 131.680
Kep. Bangka
Belitung 72.760 71.070 74.090 76.200 76.260
Sumber: Badan Pusat Statistik (2018)
9
Berdasarkan data di atas nampak bahwa jumlah penduduk miskin di Provinsi
Lampung masih tinggi, walaupun sudah mengalami penurunan dari Maret 2016
sampai dengan tahun 2018. Penduduk miskin (di bawah garis kemiskinan) dinilai
sangat menghambat kinerja ekonomi suatu daerah sedangkan bila kinerja ekonomi
mengalami tren yang positif, maka hasil yang diharapkan adalah meningkatnya
kesejahteraan kehidupan masyarakatnya dengan indikasi berkurangnya angka
kemiskinan di daerah tersebut. Hal ini bisa ditinjau dari berbagai segi, baik dari segi
pendidikan, angkatan kerja, kesehatan. Untuk mengurangi tingkat kemiskinan di
Provinsi Lampung perlu diketahui faktor-faktor yang berhubungan atau
mempengaruhi tingkat kemiskinan (jumlah penduduk miskin) di masing-masing
Kabupaten/Kota sehingga kedepannya dapat diformulasikan sebuah kebijakan publik
yang efektif untuk mengurangi tingkat kemiskinan di negara ini dan tidak hanya
sekedar penurunan angka-angka saja melainkan secara kualitatif juga. Di Kabupaten
Lampung Tengah sendiri jumlah penduduk miskin berkurang dari tahun 2017 ke
tahun 2018, hal ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1.5 Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten Lampung Tengah
Nama Wilayah Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten/Kota (Ribu Orang)
2016 2017 2018
Lampung Tengah 164.440 165.670 162.380
Sumber: Badan Pusat Statistik (2018)
Walaupun jumlah penduduk miskin di Kabupaten Lampung Tengah berkurang,
namun jumlah penerima Bantuan Program Keluarga Harapan (PKH) di Lampung
10
Tengah adalah yang terbanyak di Provinsi Lampung, yakni sebesar 93.111 Jiwa
(Lampost.co, 2018).
Terbatasnya lapangan kerja membuat sebagian masyarakat miskin bekerja pada
sektor informal. Salah satu profesi yang bekerja di sektor informal adalah tukang
becak. Walaupun becak kayuh hampir punah dan mulai ditinggalkan oleh
masyarakat. Namun keberadaannya telah lama mengiringi sejarah Indonesia sebagai
salah satu transportasi yang mempunyai nilai sendiri serta masih diminati sebagian
orang. Misalnya keberadaan becak kayuh di area Pasar Plaza Bandar Jaya Kabupaten
Lampung Tengah. Sebagai kaum yang termarjinalkan, para tukang becak ini sering
mendapat kecaman ketika berada di jalan raya, mengingat padatnya lalu lintas di
Bandar Jaya sehingga banyak pengendara tidak mau mengalah untuk memberikan
tempat di jalan raya. Sungguh ironi, dahulu becak menjadi primadona dalam
berkendara kini tergilas oleh jaman.
Meningkatnya harga kebutuhan pokok menjadi persoalan tersendiri bagi para tukang
becak. Selain itu keberadaan becak yang pernah menjadi primadona sudah dipandang
sebelah, tidak lagi seindah dulu. Dari tahun ketahun jumlah tukang becak terus
menurun. Hal ini disebabkan semakin susahnya mereka mendapatkan penumpang
karena adanya saingan dari moda transportasi lainnya khususnya ojek pangkalan dan
angkutan umum.
Semenjak munculnya tukang ojek bersepeda motor dan angkutan umum di Pasar
Plaza Bandar Jaya, sehingga timbul persaingan dan tidak sedikit warga yang lebih
11
memilih menggunakan ojek konvensional dan angkutan umum. Namun demikian
para tukang becak memiliki upaya-upaya khusus dalam mempertahankan
penumpangnya agar tetap setia menggunakan jasa transportasi becak, misalnya
dengan meningkatkan pelayanannya, jadi tidak hanya sekedar menghantarkan barang
penumpang, tetapi juga ikut menurunkan barang bawaan penumpang. Walaupun hasil
yang didapatkan tidak seperti dulu lagi. Dampak yang paling dirasakan, pendapatan
para pengayuh becak tiap hari menurun.
Keberadaan becak di Bandar Jaya mulai berkurang. Kondisi dan keadaan demikian,
dapat diketahui dari hasil wawancara singkat yang dilakukan pada salah satu tukang
becak yang sudah lama menjadi tukang becak, di mana diperoleh bahwa ”Yang
dulunya tukang becak di Bandar kurang lebih 400 pembecak, sekarang lebih kurang
tinggal 350 pembecak. Sebab berkurangnya becak kayuh diakibatkan semakin
berkurangnya minat masyarakat menggunakan jasa transportasi becak kayuh.
Sebagaimana diketahui, becak yang merupakan tranportasi tradisional yang mana
sekarang eksistensi becak sudah sangat mengalami kemunduran karena adanya
transportasi yang lebih modern. Pada zaman modern, orang-orang sudah memiliki
kendaraan pribadi dimulai sepeda, motor, hingga mobil. Namun demikian, masih
nampak eksistensi usaha becak di dalam menjalankan fungsinya sebagai alat
transportasi masyarakat. Sebagian masyarakat masih ada yang mengandalkan becak
kayuh sebagai alat transportasi. Misalnya ibu-ibu yang berbelanja kepasar.
Kemiskinan menjadikan profesi tukang becak sebagai kaum yang termarjinalkan.
Ketiadaan lapangan pekerjaan bagi mereka serta latar belakang pendidikan yang
12
rendah sehingga mengakibatkan tidak adanya pilihan lain melainkan menjadi tukang
becak. Menjadi tukang becak minim perlindungan hukum dan rasa aman, ketika
berada dijalan maka banyak resiko yang dihadapi seperti kecelakaan lalu lintas. selain
itu, menjadi tukang becak memiliki keluhan seperti kesemutan, nyeri tulang, pegal,
serta nyeri. Kondisi ini akan berdampak pada timbulnya penyakit yang lebih serius
pada anggota tubuh yang sering digunakan untuk bekerja. Sebagai contohnya
penggunaan otot rangka yang belebihan akan memunculkan penyakit otot rangka
atau Musculoskeletal Disorders (MSDs). Keberadaan tukang becak dijalanan juga
sering dianggap remeh oleh pengendara lain dan dianggap penyebab kemacetan.
Namun hal tersebut harus dihadapi demi memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.
Kebutuhan hidup keluarga sangat beranekaragam dan tidak semua manusia memiliki
kebutuhan yang sama. Oleh karenanya manusia berjuang mencari nafkah untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Dan juga setiap orang memiliki caranya masing-
masing untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam memenuhi kebutuhan hidup
keluarga merupakan tanggung jawab seorang kepala keluarga. Tapi didalam keluarga
yang tergolong miskin, yang bekerja bukan hanya kepala keluarga, melainkan semua
anggota keluarga yang memiliki kemampuan untuk bekerja. Begitu pula yang terjadi
pada keluarga tukang becak, di mana anggota keluarga yang memiliki kemampuan
bekerja harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Karena apabila
hanya mengandalkan penghasilan dari tukang becak tentu tidak mencukupi. Sehingga
dapat disimpulkan pendapatan sebagai tukang becak sangat minim.
13
Begitu pula pada pendapatan komunitas tukang becak yang berada di area Pasar Plaza
Bandar Jaya Kecamatan Terbanggi Besar Lampung Tengah. Berdasarkan wawancara
singkat yang telah dilakukan sebelumnya terhadap Bapak Joko yang merupakan salah
satu tukang becak di pasar menjelaskan bahwa sistem pembayarannya adalah tawar-
menawar dengan penumpang, apabila harga sesuai dengan jarak maka Ia dapat
menghantarkan penumpang tersebut. Setiap tukang becak memiliki tarif yang
berbeda, hal ini bergantung pada muatan barang, jarak dan jumlah penumpang.
Biasanya untuk menghantarkan penumpang jarak dekat sekitar 2 km dihargai dengan
Rp.15.000 dan untuk muatan barang bisa dihargai kurang lebih Rp.20.000. Dalam
sehari biasanya tukang becak bekerja kadang tidak bekerja, sehingga penghasilannya
selama sebulan tidak menentu. Jika dirata-rata selama sebulan penghasilan Bapak
Joko tidak lebih dari Rp 400.000. Kesulitan yang sering dihadapi tukang becak adalah
masalah kemacetan, karena Bandar Jaya sendiri merupakan pusat jual beli di
Kabupaten Lampung Tengah dan berhadapan langsung dengan Jalinsum (Jalan Lintas
Sumatra), selain itu persaingan penumpang dengan tukang ojek menjadi hambatan
tersendiri. Para tukang becak yang beroperasi di area Plaza Pasar Bandar Jaya
berjumlah kurang lebih 150 orang. Sedangkan yang beroperasi di Bandar Jaya secara
keseluruhan berjumlah kurang lebih 350 pembecak. Mereka biasa beroperasi pagi
hingga malam hari. Berdasarkan jumlah penghasilan yang diterima oleh tukang
becak, maka dapat dikategorikan bahwa penghasilan dari profesi tukang becak berada
di bawah garis kemiskinan atau tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup.
14
Adanya kondisi tersebut, para tukang becak dituntut memiliki strategi atau upaya-
upaya untuk bisa mempertahankan kehidupannya. Mereka harus menghadapi
persoalan yang dihadapi, terkait dengan pendapatan yang minim, berbagai resiko
yang menjadi ancaman setiap saat bekerja, naik-turunnya harga barang konsumsi
hingga upaya yang dilakukan guna mempertahankan penumpang dalam persaingan
transportasi. Tak berhenti sampai disitu belum lagi untuk memenuhi kebutuhan
pendidikan anak, kesehatan serta kebutuhan rohani seperti rekreasi yang menjadi
kebutuhan hidup keluarganya. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri seorang
tukang becak sudah terasa sulit apalagi dengan banyaknya jumlah anggota keluarga
yang harus ditanggung, maka semakin besar pula beban biaya hidup yang harus
dikeluarkan. walaupun pendapatan menjadi tukang becak terbilang minim namun
mereka memiliki pendapatan selain menjadi tukang becak.
Berdasarkan paparan dan melihat fenomena di lapangan, maka menarik sekali untuk
dilakukan penelitian yang lebih mendalam mengenai strategi pemenuhan kebutuhan
hidup tukang becak di Pasar Plaza Bandar Jaya. Berdasarkan pengamatan pra-riset
dan wawancara singkat terhadap salah satu tukang becak maka dirasa sangat tepat
untuk melakukan penelitian tentang kehidupan sosial ekonomi keluarga dan strategi
pemenuhan kebutuhan hidup yang ditempuh oleh tukang becak.
15
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas maka yang menjadi rumusan
masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kehidupan sosial ekonomi tukang becak ?
2. Bagaimana strategi tukang becak dalam pemenuhan kebutuhan hidup keluarga ?
C. Tujuan penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas maka yang menjadi tujuan
dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui, mengkaji dan menganalisis kehidupan sosial ekonomi tukang becak
di Pasar Plaza Bandar Jaya.
2. Mengetahui, mengkaji dan menganalisis strategi pemenuhan kebutuhan hidup
tukang becak dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarga.
D. Kegunaan penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang dikemukakan di atas maka terdapat kegunaan
penelitian. Adapun manfaat dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis : Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan dan pemanfaatannya bagi masyarakat yang terkait
pada mata kuliah sosiologi keluarga dan sosiologi ekonomi. Penelitian ini juga
16
diharapkan dapat bermanfaat bagi mahasiswa sebagai rujukan untuk penelitian
selanjutnya yang berhubungan dengan penelitian ini.
2. Manfaat Praktis : hasil dari penelitian ini diharapkan menjadi sumbangan
pemikiran dalam pengambilan kebijakan oleh pemerintah serta lembaga-lembaga
yang bergerak di bidang sosial kemasyarakatan.
2
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Strategi
Menurut David Hunger dan Thomas L. Wheelen, strategi adalah serangkaian
keputusan dan tindakan manajerial yang menentukan kinerja perusahaan dalam
jangka panjang. Manajemen strategi meliputi pengamatan lingkungan, perumusan
strategi (perencanaan strategis atau perencanaan jangka panjang). Implementasi
strategi dan evaluasi serta pengendalian. Sedangkan strategi menurut Anwar Arifin
adalah keseluruhan kepuasan kondisional tentang tindakan yang akan dijalankan
guna mencapai tujuan. Pendapat ini diperkuat secara terminologi, banyak ahli telah
mengemukakan definisi strategi dengan sudut pandang yang berbeda-beda namun
pada dasarnya kesemuanya itu mempunyai arti atau makna yang sama yakni
pencapaian tujuan secara efektif dan efisien, diantara para ahli yang merumuskan
tentang definisi strategi tersebut salah satu proses dimana untuk mencapai suatu
tujuan dan berorientasi pada masa depan untuk berinteraksi pada suatu persaingan
guna mencapai sasaran (Arafat, 2009).
18
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa strategi merupakan rencana
tindakan atau cara yang dipakai sehubungan dengan upaya pencapaian yang
digunakan untuk mencapai sasaran khusus. Seperti halnya tukang becak yang
memiliki rencana tindakan atau cara yang dipakai sehubungan dengan upaya untuk
memenuhi kebutuhan hidup keluarga sebagai sasarannya. Dengan melakukan
kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan sebelumnya diharapan dapat mencapai
suatu tujuan dengan hasil yang maksimal, sehingga jelas apa saja yang harus
dilakukan dalam memenuhi kebutuhan hidup oleh tukang becak.
B. Kemiskinan
Dalam arti proper kemiskinan dipahami sebagai keadaan kekurangan uang dan
barang untuk menjamin kelangsungan hidup. Dalam arti luas, kemiskinan merupakan
suatu fenomena multi face atau multidimensional. Chambers mengatakan bahwa
kemiskinan adalah suatu integrated concept yang memiliki lima dimensi, yaitu: 1)
kemiskinan (proper), 2) ketidakberdayaan (powerless), 3) kerentanan menghadapi
situasi darurat (state of emergency), 4) ketergantungan (dependence), dan 5)
keterasingan (isolation) baik secara geografis maupun sosiologis (Suryawati, 2005).
Adapun ciri-ciri kelompok (penduduk) miskin menurut Salim, E (1980) yaitu: 1) rata-
rata tidak mempunyai faktor produksi sendiri seperti tanah, modal, peralatan kerja,
dan keterampilan, 2) mempunyai tingkat pendidikan yang rendah, 3) kebanyakan
bekerja atau berusaha sendiri dan bersifat usaha kecil (sektor informal), setengah
menganggur atau menganggur (tidak bekerja), 4) kebanyakan berada di pedesaan atau
19
daerah tertentu perkotaan (slum area), dan 5) kurangnya kesempatan untuk
memperoleh (dalam jumlah yang cukup): bahan kebutuhan pokok, pakaian,
perumahan, fasilitas kesehatan, air minum, pendidikan, angkutan, fasilitas
komunikasi, dan kesejahteraan sosial lainnya (Suryawati, 2005).
Hidup dalam kemiskinan bukan hanya hidup dalam kekurangan uang dan tingkat
pendapatan rendah, tetapi juga banyak hal lain, seperti: tingkat kesehatan, pendidikan
rendah, perlakuan tidak adil dalam hukum, kerentanan terhadap ancaman tindak
kriminal, ketidakberdayaan menghadapi kekuasaan, dan ketidakberdayaan dalam
menentukan jalan hidupnya sendiri. Kemiskinan dapat dibagi dalam empat bentuk,
yaitu:
a. Kemiskinan absolut: bila pendapatannya di bawah garis kemiskinan atau tidak
cukup untuk memenuhi pangan, sandang, kesehatan, perumahan, dan pendidikan
yang diperlukan untuk bisa hidup dan bekerja.
b. Kemiskinan relatif: kondisi miskin karena pengaruh kebijakan pembangunan yang
belum menjangkau seluruh masyarakat, sehingga menyebabkan ketimpangan pada
pendapatan.
c. Kemiskinan kultural: mengacu pada persoalan sikap seseorang atau masyarakat
yang disebabkan oleh faktor budaya, seperti tidak mau berusaha memperbaiki
tingkat kehidupan, malas, pemboros, tidak kreatif meskipun ada bantuan dari
pihak luar.
d. Kemiskinan struktural: Menurut Nasikun (2001) yaitu situasi miskin yang
disebabkan karena rendahnya akses terhadap sumber daya yang terjadi dalam
20
suatu sistem sosial budaya dan sosial politik yang tidak mendukung pembebasan
kemiskinan, tetapi seringkali menyebabkan suburnya kemiskinan. Perkembangan
terakhir, menurut Jarnasy kemiskinan struktural lebih banyak menjadi sorotan
sebagai penyebab tumbuh dan berkembangnya ketiga kemiskinan yang lain
(Suryawati, 2005). Menurut M. Mas’oed (1997) Kemiskinan juga dapat dibedakan
menjadi dua jenis yaitu kemiskinan alamiah dan kemiskinan buatan.
A. Kemiskinan alamiah berkaitan dengan kelangkaan sumber daya alam dan
prasarana umum, serta keadaan tanah yang tandus.
B. Kemiskinan buatan lebih banyak diakibatkan oleh sistem modernisasi atau
pembangunan yang membuat masyarakat tidak dapat menguasai sumber
daya, sarana, dan fasilitas ekonomi yang ada secara merat (Suryawati, 2005).
Menurut Kartasasmita (1996), keadaan kemiskinan umumnya diukur dengan tingkat
pendapatan, dan pada dasarnya dapat dibedakan menjadi kemiskinan absolut dan
kemiskinan relatif. Kemiskinan secara absolut apabila pendapatannya lebih rendah
dari garis kemiskinan absolut atau dengan kata lain jumlah pendapatannya tidak
cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup minimum yang dicerminkan oleh garis
kemiskinan absolut. Sedangkan kemiskinan relatif adalah keadaan perbandingan
antara kelompok pendapatan masyarakat yaitu antara kelompok yang mungkin tidak
miskin (tingkat pendapatannya lebih tinggi dari garis kemiskinan) dan kelompok
masyarakat yang relatif lebih kaya (Lestari, 2017)
Berdasarkan jenis kemiskinan tersebut tukang becak merupakan salah satu bentuk
kemiskinan absolut. Karena mereka merasa pendapatannya lebih rendah dari garis
21
kemiskinan absolut atau dengan kata lain jumlah pendapatannya tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Oleh karena itu tukang becak menganggap
keluarganya tergolong miskin.
C. Kehidupan Sosial Ekonomi Tukang Becak
Pengertian sosial ekonomi jarang dibahas secara bersamaan. Pengertian sosial dalam
ilmu sosial menunjuk pada objeknya yaitu masyarakat. Sedangkan pada departemen
sosial menunjukkan pada kegiatan yang ditunjukkan untuk mengatasi persoalan yang
dihadapi oleh masyarakat dalam bidang kesejahteraan yang ruang lingkup pekerjaan
dan kesejahteraan sosial.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata sosial berarti segala sesuatu yang
berkenaan dengan masyarakat. Sedangkan dalam konsep sosiologi, manusia sering
disebut sebagai makhluk sosial yang artinya manusia tidak dapat hidup wajar tanpa
adanya bantuan orang lain disekitarnya. Kata sosial sering diartikan sebagai hal-hal
yang berkenaan dengan masyarakat.
Sementara istilah ekonomi sendiri berasal dari kata Yunani yaitu “oikos” yang berarti
keluarga atau rumah tangga dan “nomos” yaitu peraturan, aturan, hukum. Maka
secara garis besar ekonomi diartikan sebagai aturan rumahtangga atau manajemen
rumahtangga. Manusia selalu ingin memenuhi kebutuhan hidupnya baik moral
maupun material. Kebutuhan pokok dapat dijelaskan sebagai kebutuhan yang sangat
penting guna kelangsungan hidup manusia. Abraham Maslow mengungkapkan
22
kebutuhan manusia terdiri dari kebutuhan dasar fisiologis, kebutuhan akan rasa aman,
kebutuhan akan kasih sayang, kebutuhan akan dihargai dan kebutuhan
mengaktualisasikan diri.
Menurut Melly G Tan bahwa kedudukan sosial ekonomi mencakup 3 (tiga) faktor
yaitu pekerjaan, pendidikan, dan penghasilan. Pendapat di atas didukung oleh
MaMahbud UI Hag dari Bank Dunia bersama dengan James Grant dari Overseas
Development Council mengatakan bahwa kehidupan sosial ekonomi di titik beratkan
pada pelayanan kesehatan, pendidikan, perumahan dan air yang sehat yang didukung
oleh pekerjaan yang layak (Sukmawati, 2013).
Dari pendapat di atas dapat diketahui bahwa status sosial ekonomi adalah
kemampuan seseorang untuk mampu menempatkan diri dalam lingkungannya
sehingga dapat menentukan sikap berdasarkan atas apa yang dimilikinya dan
kemampuan mengenai keberhasilan menjalankan usaha dan berhasil mencukupi
kebutuhan hidupnya. Melly G. Tan mengatakan untuk melihat kondisi sosial ekonomi
keluarga atau masyarakat itu dapat dilihat melalui tiga aspek yaitu pekerjaan,
pendidikan, dan penghasilan (Sukmawati, 2013). Sedangkan menurut Calestin (2015)
kehidupan sosial ekonomi keluarga merupakan tingkat atau posisi sebuah keluarga di
tengah kelompoknya dilengkapi dengan berbagai faktor diantaranya tingkat
pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, kepemilikan barang, dan lingkungan
tempat tinggal (Lestari, 2017).
23
Tan mengatakan bahwa keluarga atau kelompok masyarakat itu dapat digolongkan
memiliki sosial ekonomi rendah, sedang, dan tinggi. Sehubungan dengan tingkat
pendapatan/penghasilan berikut kriteria golongan pendapatan/penghasilan menurut
Koentjaraningrat, yaitu:
a. Golongan Berpenghasilan Rendah
Yaitu keluarga yang menerima pendapatan lebih rendah dari keperluan untuk
memenuhi tingkat hidup yang minimal, mereka perlu mendapatkan pinjaman dari
orang lain karena tuntutan kehidupan yang keras, perkembangan anak dari
keluarga itupun menjadi agresif. Sementara itu orang tua yang sibuk mencari
nafkah memenuhi kebutuhan ekonomi tidak sempat memberikan bimbingan dan
pengawasan terhadap perilaku anaknya.
b. Golongan Berpenghasilan Sedang
Yaitu pendapatan yang hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok.
c. Golongan Berpenghasilan Tinggi
Yaitu selain dapat memenuhi kebutuhan pokok, sebagian dari pendapatan yang
diterima dapat ditabung dan digunakan untuk kebutuhan lain ataupun kebutuhan
dimasa mendatang. Kebutuhan pokok disini sama halnya dngan tingkat hidup
minimal mencakup kebutuhan pokok primer yakni kebutuhan akan sandang,
pangan, dan papan (Sukmawati, 2013).
Berdasarkan kriteria golongan pendapatan/penghasilan tersebut, maka tukang becak
termasuk kedalam golongan berpenghasilan rendah. Karena penghasilan yang tidak
24
tetap dari profesi tukang becak sehingga berpengaruh terhadap kehidupan sosial
ekonominya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kehidupan sosial ekonomi adalah kedudukan
seseorang dalam kelompok atau masyarakat berkaitan dengan berbagai faktor
diantaranya tingkat pendidikan, kekayaan, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan,
kepemilikan barang, dan lingkungan tempat tinggal. Pada penelitian ini aspek
kehidupan sosial ekonomi yang digunakan yaitu tingkat pendidikan, jenis pekerjaan,
tingkat pendapatan, kepemilikan barang, dan lingkungan tempat tinggal. Uraian dari
kelima faktor tersebut adalah sebagai berikut:
1. Tingkat Pendidikan
Pendidikan asal kata didik atau mendidik adalah memelihara dan memberi latihan,
ajaran, tuntunan, pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran, dan pendidikan.
Menurut Taufiq Effendi (2005) pendidikan adalah segala usaha yang bertujuan
mengembangkan sikap dan kepribadian, pengetahuan dan ketrampilan. Menurut
Gillis (2000) terdapat dua alasan mengapa pendidikan itu penting. Pertama karena
banyak permintaan yang tinggi untuk pendidikan, hal ini terjadi karena banyak
masyarakat yang percaya bahwa pendidikan yang tinggi akan memberikan
keuntungan bagi mereka. Kedua, karena banyak hasil observasi yang menyatakan
bahwa dengan tingkat pendidikan yang tinggi maka pendapatan dan status sosial di
masyarakat akan terangkat. Menurut Ihsan (2011) tingkat pendidikan adalah tahap
pendidikan yang bekelanjutan, yang ditetapkan berdasarkan perkembangan peserta
didik, tingkat kerumitan bahan pengajaran dan cara menyajikan bahan pengajaran.
25
Tingkat pendidikan sekolah terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan
pendidikan tinggi (Naray, 2014).
Menurut UU RI No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional bab 1
Pasal 1 jenjang pendidikan adalah tahap pendidikan yang ditetapkan
berdasarkan tingkat kemampuan peserta didik, tujuan yang akan dicapai dan
kemampuan yang dikembangkan.
Menurut Kartasamita taraf pendidikan yang rendah mengakibatkan kemampuan
pengembangan diri terbatas dan menyebabkan sempitnya lapangan pekerjaan yang
dimasuki. Taraf pendidikan yang rendah juga membatasi kemampuan untuk mencari
dan memanfaatkan peluang (Lestari, 2017). Pendidikan formal adalah jalur
pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar,
pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi .
a. Pendidikan Dasar
Pendidikan dasar adalah pendidikan umum yang lamanya sembilan tahun,
diselenggarakan selama enam tahun di sekolah dasar dan tiga tahun di sekolah
lanjutan tingkat pertama atau satuan pendidikan yang sederajat. Pendidikan dasar
sebagai sebuah “paspor” yang sangat diperlukan individu untuk hidup dan mampu
memilih apa yang mereka lakukan, mengambil bagian dalam pembangunan
masyarakat masa depan secara kolektif, dan terus menerus belajar. Pendidikan
dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk
lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah
Tsanawiyah (MTs.) atau bentuk lain yang sederajat. Pada level ini pendidikan
26
ditujukan untuk untuk menumbuhkan minat, mengasah kemampuan pikir, olah
tubuh dan naluri.
UU No. 2 tahun 1989, Pendidikan dasar diselenggarakan untuk
mengembangkan sikap dan kemampuan serta memberikan pengetahuan dan
keterampilan dasar yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat serta
mempersiapkan peserta didik yang memenuhi persyaratan untuk mengikuti
pendidikan menengah.
b. Pendidikan Menengah
Pendidikan menengah merupakan awal dari penguatan dan pengembangan
potensi dominan peserta didik yang terpotret pada jenjang pendidikan dasar.
Dengan demikian, program pembelajaran pada jenjang pendidikan menengah
harus memperhatikan pengembangan potensi dominan peserta didik, sehingga
program belajar pada jenjang pendidikan menengah dapat mendukung suksesnya
kehidupan peserta didik, baik pengembangan individu maupun sebagai anggota
masyarakat. Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan menengah dirumuskan
mengacu kepada tujuan umum pendidikan sebagai berikut.
1. Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti
pendidikan lebih lanjut.
2. Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri
dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya (BSNP, 2006).
27
Pendidikan menengah berbentuk sekolah atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA)
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) atau
bentuk lain yang sederajat.
c. Pendidikan Tinggi
Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah
yang mencakup program pendidikan Diploma, Sarjana, Magister, Spesialis dan
Doktor yang diselenggarakan oleh Perguruan Tinggi. Perguruan tinggi di sini
dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut atau universitas,
pendidikan tinggi diselenggarakan dengan sistem terbuka.
2. Jenis Pekerjaan
Menurut Judian setiap manusia berhak mendapatkan pekerjaan yang layak, mampu
untuk menghidupi diri sendiri maupun keluarga (Lestari, 2017).
Pasal 27 ayat (2) UUD NRI 1945, menyebutkan bahwa “Tiap-tiap warga
Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan”.
Ayat ini memuat pengakuan dan jaminan bagi semua orang untuk mendapatkan
pekerjaan dan mencapai tingkat kehidupan yang layak bagi kemanusiaan. Pekerjaan
adalah suatu rangkaian tugas yang dirancang untuk dikerjakan oleh satu orang dan
sebagai imbalan diberikan upah dan gaji menurut kualifikasi dan berat ringannya
pekerjaan tersebut. Sedangkan jenis pekerjaan adalah kumpulan yang mempunyai
rangkaian tugas yang bersamaan. Jenis pekerjaan menurut (KBJI, 2002) adalah
kumpulan pekerjaan yang cukup bersamaan tugas utamanya sehingga bisa
28
digabungkan bersama dalam satu kelompok dalam keseluruhan sistem klasifikasi.
Jenis pekerjaan yang dimaksud disini adalah:
a. Pekerjaan tetap
b. Pekerjaan sampingan
Menurut Gounder jenis pekerjaan utama/tetap dalam rumah tangga merupakan faktor
yang dapat mempengaruhi kemiskinan rumah tangga. Jenis pekerjaan utama dalam
rumah tangga merupakan faktor penentu besarnya pendapatan (dan pengeluaran)
yang diterima oleh rumah tangga. Menurut Butar pekerjaan utama kepala rumah
tangga sangat berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan suatu rumah tangga, hal ini
dikarenakan tiap jenis pekerjaan memiliki tingkat upah yang berbeda-beda (Lestari,
2017).
3. Tingkat Pendapatan
Para perintis ilmu ekonomi, membagi masyarakat atas tiga kategori, yaitu kaum
pekerja (petani), para pengusaha atau kapitalis (kelas menengah) dan para tuan tanah
(T. Bilarso, 1994, dikutip dari Andriani, 2015). Menurut Valerie J. Hull bahwa
jumlah seluruh pendapatan dan kekayaan keluarga termasuk barang dan hewan
peliharaan dipakai untuk membagi keluarga ke dalam tiga kelompok pendapatan
yaitu pendapatan tinggi, pendapatan menengah dan pendapatan rendah (Masri
Singarimbun, 1985). Golongan berpenghasilan rendah adalah golongan yang
memperoleh pendapatan atau penerimaan sebagai imbalan terhadap kerja mereka
29
yang jumlahnya jauh lebih sedikit apabila dibandingkan dengan kebutuhan pokok
(Mulyanto Sumardi dan Hans Dieter-Evers,1982, dikutip dari Andriani, 2015).
Dilihat dari ekonomi dalam masyarakat terdiri dari tiga lapis yiatu: 1) Lapisan
ekonomi mampu atau kaya, terdiri dari para pejabat, pemerintah setempat, para
dokter, insinyur dan kelompok profesional lainnya. 2) Lapisan ekonomi menengah,
yang terdiri dari alim ulama dan pegawai. 3) Lapisan ekonomi miskin, yang terdiri
dari buruh, para petani, buruh bangunan, buruh pabrik, dan buruh-buruh sejenis yang
tidak tetap (Taneko, 1994).
Sumardi, Mulyanto dan Dieter-evers (1982) membagi pendapatan menjadi tiga
macam yaitu :
a. Pendapatan Pokok, artinya pendapatan utama dan pokok, yaitu hasil yang didapat
oleh seseorang dari pekerjaan yang dilakukan secara teratur dan tetap untuk
memenuhi kebutuhan hidup keluarga.
b. Pendapatan tambahan, yaitu pendapatan yang tidak tetap dan tidak teratur namun
hasilnya dapat membantu untuk menambah pendapatan setiap bulan, dan selalu
berusaha untuk mencari tambahan serta usaha yang dapat menambah penghasilan
rumahtangga.
c. Pendapatan keseluruhan, yaitu pendapatan pokok ditambah pendapatan tambahan
yang diperoleh keluarga pada setiap bulannya (Andriani, 2015)
Menurut Sukirno (2006) pendapatan adalah jumlah penghasilan yang diterima oleh
penduduk atas prestasi kerjanya selama satu periode tertentu, baik harian, mingguan,
30
bulanan atau tahunan. Pendapatan merupakan dasar dari kemiskinan. Pendapatan
setiap individu diperoleh dari hasil kerjanya. Sehingga tinggi rendahnya pendapatan
akan dijadikan seseorang sebagai pedoman kerja. Mereka yang memiliki pekerjaan
dengan gaji yang rendah cenderung tidak maksimal dalam berproduksi. Sedangkan
masyarakat yang memiliki gaji tinggi memiliki motivasi khusus untuk bekerja dan
produktivitas kerja mereka lebih baik dan maksimal. Tanpa mereka sadari bahwa
tindakan mereka ini akan merugikan diri mereka sendiri, karena dari hasil
produktivitas tersebut mereka akan memperoleh pendapatan (Maulidah, 2015).
Berdasarkan data Upah minimum regional / UMR ditahun 2017 bila didasarkan
Permenaker No. 1 Tahun 1999 tentang Upah Minimum, dibagi menjadi 2 yaitu UMR
tingkat I yang berada di Propinsi dan UMR tingkat II di Kota/ Kabupaten. Namun
dengan adanya Kepmenakertrans No. 226 Tahun 2000, UMR tingkat I telah dirubah
namanya menjadi Upah Minimum Propinsi (UMP); dan UMR tingkat II diubah
menjadi Upah Minimum Kabupaten/ Kota (UMK). Dan upah minimum untuk
Provinsi Lampung sebesar Rp.1.908.447,- (Tribun, 2017).
Berdasarkan data dari UMP untuk mengukur tingkat pendapatan tukang becak dari
pendapatan tetap ataupun sampingan setiap bulannya, maka dapat dibagi menjadi
tiga tingkat pendapatan, yaitu :
a. <Rp. 1.908.447 = tingkat pendapatan rendah
b. Rp. 1.908.447 – Rp 3.000.000 = tingkat pendapatan sedang
c. >Rp. 3.000.000 = tingkat pendapatan tinggi
31
4. Kepemilikan Barang
Selain pekerjaan, pendidikan dan pendapatan yang menjadi ukuran kehidupan sosial
ekonomi seseorang adalah kepemilikan barang. Nanga menyatakan bahwa
kepemilikan barang mencerminkan kekayaan suatu rumah tangga yang akan
mempengaruhi tingkat konsumsi rumah tangga tersebut (Lestari, 2017). Semakin
banyak orang memiliki suatu barang berharga seperti rumah dan tanah, maka dapat
dikatakan bahwa orang itu mempunyai kemampuan ekonomi yang tinggi dan mereka
semakin dihargai oleh orang-orang disekitarnya.
Maka dapat dinyatakan bahwa kepemilikan barang merupakan indikator kehidupan
sosial ekonomi tukang becak yang digunakan dalam penelitian ini, sedangkan
maksud dari kepemilikan barang dalam penelitian ini adalah apa saja aset pribadi
yang dimiliki tukang becak dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.
5. Lingkungan Tempat Tinggal
Lingkungan tempat tinggal adalah segala yang terdapat di sekitar mahkluk hidup
tinggal, baik yang bersifat biotik dan abiotik yang selalu berinteraksi secara timbal
balik. Di dalam lingkungan seseorang akan tumbuh dan berkembang serta
memperoleh pendidikan secara bertahap hingga membentuk pribadi yang dewasa.
Menurut Jhon Locke, Lingkungan sangat mempengaruhi kehidupan manusia, seperti
yang diutarakan pada teori empirisme yang menyatakan bahwa perkembangan
individu dipengaruhi dan ditentukan oleh pengalaman-pengalaman yang diperoleh.
32
Pengaruh lingkungan sangat besar dalam membawa diri manusia menuju kepada
puncak sukses impian (Mesra, 2016).
Jadi lingkungan tempat tinggal adalah lingkungan di mana seseorang atau
sekelompok orang bermukim baik lingkungan fisik atau psikis. Lingkungan desa
adalah tempat yang paling banyak dijumpai adanya kegiatan kemasyarakatan.
Kegiatan kemasyarakatan adalah kegiatan yang didirikan dan dibentuk oleh
masyarakat secara sukarela berdasarkan kesamaan aspirasi, kehendak, kebutuhan,
kepentingan, dan tujuan untuk berpartisipasi dalam pembangunan demi tercapainya
tujuan (Lestari, 2017).
Dalam penelitian ini, lingkungan tempat tinggal merupakan indikator kehidupan
sosial tukang becak yang di gambarkan dengan rumah tukang becak, beserta
kesehariannya di lingkungan tempat tinggalnya.
D. Strategi Pemenuhan Kebutuhan Hidup Keluarga
Strategi pemenuhan kebutuhan hidup merupakan serangkaian tindakan-tindakan yang
dilakukan oleh seseorang atau kelompok untuk dapat mempertahankan kelangsungan
hidupnya dan keluarganya melalui pekerjaan yang dilakukannya. Menurut Snel dan
Staring menyatakan bahwa strategi bertahan hidup adalah sebagai rangkaian tindakan
yang dipilih secara standar oleh individu dan rumah tangga yang menegah ke bawah
secara sosial ekonomi. Melalui strategi yang dilakukan oleh seseorang, bisa
menambah penghasilan lewat pemanfaatan sumber-sumber yang lain ataupun
33
mengurangi pengeluaran lewat pengurangan kuantitas dan kualitas barang atau jasa.
Selain itu, strategi bertahan hidup menerapkan pola nafkah ganda yang merupakan
bagian dari strategi ekonomi. Susilawati menyatakan bahwa untuk peningkatan taraf
hidup, dengan menambahkan jenis pekerjaan dan merubah pola mata pencaharian.
Pola nafkah ganda, yang dilakukan perempuan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
ekonomi keluarga. Maka dengan pola tersebut perempuan dapat bertahan hidup
bersama keluarga dalam memenuhi kebutuhan primer maupun sekunder (Irwan,
2015).
Strategi bertahan hidup tukang becak bukan saja pada sektor ekonomi, akan tetapi
berorientasi pada sektor sosial dan kultural. Pada sektor sosial, dalam kehidupan
masyarakat tukang becak melakukan kegiatan gotong royong bersama warga lainnya
membuat batu bata, membangun rumah, mengikuti acara keagamaan (yasinan,
tahlilan, takziah), lembaga kesejahteraan misalnya arisan dan lain-lain. Pada sektor
kultural tukang becak berperilaku dan bertindak sama dengan masyarakat dalam
memenuhi kebutuhan ekonomi. Cara-cara individu dalam menyusun strategi
dipengaruhi oleh posisi individu atau kelompok dalam struktur masyarakat, sistem
kepercayaan dan jaringan sosial yang dipilih, termasuk keahlian dalam memobilisasi
sumber daya yang ada, tingkat ketrampilan, kepemilikan aset, jenis pekerjaan dan
motivasi pribadi. Berbagai macam strategi yang telah dijelaskan di atas dapat
dicermati bahwa maksud dari strategi pemenuhan kebutuhan adalah suatu cara
seseorang dalam upaya memperbaiki kondisi ekonominya. Pernyataan tersebut
diperjelas teori yang diungkapkan Carlk, yaitu Teori Mekanisme Survival yang
34
didefinisikan sebagai kemampuan seseorang dalam menerapkan cara untuk mengatasi
berbagai permasalahan yang melingkupi kehidupannya dan mekanisme
survival juga merupakan upaya seorang memperbaiki kondisi perekonomiannya
(Helmawati, 2016). Seperti halnya yang dilakukan oleh tukang becak, mereka
menerapkan berbagai cara untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dan
keluarganya.
Selain itu, Edi Suharto menyatakan bahwa strategi bertahan hidup (coping strategies)
dalam mengatasi goncangan dan tekanan ekonomi dapat dilakukan dengan 3 cara
(Irwan, 2015).
Cara-cara tersebut adalah sebagai berikut:
1. Strategi aktif
Strategi aktif merupakan strategi bertahan hidup dengan cara mengoptimalkan segala
potensi keluarga. Menurut Suharto (2009) strategi aktif merupakan strategi yang
dilakukan keluarga miskin dengan cara mengoptimalkan segala potensi keluarga
(misalnya melakukan aktivitasnya sendiri, memperpanjang jam kerja dan melakukan
apapun demi menambah penghasilannya). Menurut Andrianti (dalam Kusnadi, 2000)
salah satu strategi yang digunakan oleh rumah tangga untuk mengatasi kesulitan
ekonomi adalah dengan mendorong para istri untuk ikut mencari nafkah. Bagi
masyarakat miskin, mencari nafkah bukan hanya tanggungjawab suami semata,
melainkan tanggungjawab semua anggota keluarga yang memiliki kemampuan untuk
menghasilkan uang, sehingga pada keluarga miskin istri dan anak-anaknya juga ikut
bekerja membantu demi menambah penghasilan dan mencukupi kebutuhan hidup
35
keluarganya. Berdasarkan uraian di atas, dapat dinyatakan bahwa strategi aktif adalah
strategi pemenuhan kebutuhan hidup yang dilakukan seseorang dengan cara
memaksimalkan segala sumber daya dan potensi yang dimilikinya, dalam penelitian
ini yang dimaksud adalah strategi aktif apa saja yang dilakukan tukang becak dalam
memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.
2. Strategi pasif
Strategi pasif merupakan strategi bertahan hidup yang dilakukan dengan cara
meminimalisir pengeluaran keluarga. Sebagaimana pendapat Suharto yang
menyatakan bahwa strategi pasif adalah strategi bertahan hidup dengan cara
mengurangi pengeluaran keluarga (misalnya biaya untuk sandang, pangan,
pendidikan, dan sebagainya). Strategi pasif yang biasanya dilakukan oleh tukang
becak adalah dengan membiasakan hidup hemat. Hemat dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia diartikan sebagai sikap berhati-hati, cermat, tidak boros dalam
membelanjakan uang. Sementara Kusnadi mengatakan bahwa strategi pasif adalah
strategi di mana individu berusaha meminimalisir pengeluaran uang, strategi ini
merupakan salah satu cara masyarakat miskin untuk bertahan hidup. Pekerjaan
sebagai tukang becak yang umumnya memiliki pendapatan kecil akan lebih
memprioritaskan kebutuhan pokok, misalnya biaya untuk sandang, pangan,
pendidikan, dan sebagainya. Pola hidup hemat yang dilakukan tukang becak
merupakan strategi yang mampu menekan pengeluaran. Sikap hemat terlihat pada
kebiasaan mereka pada saat makan dengan lauk seadanya, mengurangi konsumsi
rokok, dan hanya membeli baju-baju bagus pada saat hari raya idul fitri. Berdasarkan
36
uraian di atas dapat dinyatakan bahwa strategi pasif adalah strategi pemenuhan
kebutuhan hidup yang dilakukan dengan cara selektif dalam hal pengeluaran
keuangan (Khaz, 2018).
3. Strategi jaringan
Strategi jaringan adalah membuat hubungan dengan orang lain. Misalnya menjalin
relasi, baik formal maupun informal dengan lingkungan sosial dan lingkungan
kelembagaan. Misalnya meminjam uang dengan tetangga, mengutang di warung,
memanfaatkan program kemiskinan, meminjam uang ke bank dan sebagainya.
Menurut Suharto menyatakan bahwa strategi jaringan merupakan strategi bertahan
hidup yang dilakukan dengan cara menjalin relasi, baik formal maupun dengan
lingkungan sosialnya dan lingkungan kelembagaan (misalnya meminjam uang kepada
tetangga, mengutang di warung atau toko, memanfaatkan program kemiskinan,
meminjam uang ke rentenir atau bank dan sebagainya). Sedangkan menurut Kusnadi,
strategi jaringan terjadi akibat adanya interaksi sosial yang terjadi dalam masyarakat,
jaringan sosial dapat membantu keluarga miskin ketika membutuhkan uang secara
mendesak. Secara umum strategi jaringan sering dilakukan oleh masyarakat pedesaan
yang tergolong miskin adalah dengan meminta bantuan pada kerabat atau tetangga
dengan cara meminjam uang. Budaya meminjam atau hutang merupakan hal yang
wajar bagi masyarakat desa karena budaya gotong royong dan kekeluargaan masih
sangat kental di kalangan masyarakat desa (Khaz, 2018). Berdasarkan uraian di atas
dapat dinyatakan bahwa yang dimaksud strategi jaringan adalah strategi pemenuhan
37
kebutuhan hidup yang dilakukan dengan cara meminjam atau hutang kepada kerabat,
tetangga atau relasi lainnya.
E. Tukang Becak
Tukang becak menurut istilah yaitu seseorang yang berprofesi sebagai pengantar
seseorang di mana orang itu meminta untuk mengantarkan ke suatu tempat yang
dituju dengan menggunakan becak. Becak terbagi menjadi 2 yakni becak
konvensional yang digerakkan dengan tenaga manusia dan becak motor. Tukang
becak adalah sebuah realitas kehidupan yang tetap bertahan ditengah derasnya arus
modernisasi (Mangatta, 2016). Becak yang terdapat di Pasar Plaza Bandar Jaya
adalah becak konvensional yang digerakkan oleh tenaga manusia. Sebagai pusat jual
beli di Kabupaten Lampung Tengah, membuat Kelurahan Bandar Jaya menawarkan
peluang kerja yang lebih banyak, baik itu disektor formal maupun informal. Tapi
tentunya untuk bisa bersaing dalam hal pekerjaan tidak cukup hanya sekedar
bermodalkan nekad saja. Diperlukan keterampilan dan tingkat pendidikan yang
memadai, disamping itu membutuhkan sedikit keberuntungan. Namun, hingga kini
jumlah tukang becak di Kelurahan Bandar Jaya tidak bertambah malah terus
berkurang. Mereka tidak mampu bersaing dengan kendaraan-kendaraan modern
lainnya. Hanya sedikit dari mereka tetap mencoba bertahan. Becak telah tergerus oleh
arus modernisasi.
Kehidupan sosial tukang becak erat kaitannya dengan pola interaksi antara sesama
tukang becak, tukang becak dengan lingkungan sekitarnya dan tukang becak dengan
penumpang. Ada satu kegiatan sosial yang dulunya selalu melibatkan para tukang
38
becak yang tidak akan pernah kita jumpai lagi di Kelurahan Bandar Jaya yaitu lomba
menghias becak. Perlombaan ini hanya akan diselenggarakan di Kelurahan Bandar
Jaya tepatnya di Depan Plaza Bandar Jaya yang menjadi pusat keramaian.
Perlombaan ini biasa diadakan pada saat memperingati acara 17 Agustus.
Secara keadaan sosial mereka secara umum termasuk kategori keluarga sejahtera I
(miskin) menurut BKKBN, yang hanya mampu memenuhi kebutuhan dasarnya
secara minimal tetapi belum mampu memenuhi kebutuhan sosial psikologisnya
(Mangatta, 2016). Sedangkan berdasarkan KBJI (2014), pekerjaan sebagai tukang
becak termasuk kedalam golongan buruh transportasi.
Secara umum, yang menjadi alasan awal setiap orang untuk mencari pekerjaan adalah
masalah ekonomi. Tukang becak adalah sebuah profesi yang boleh dibilang hanya
perlu mengandalkan kekuatan fisik saja. Mengayuh becak di siang hari apalagi
terkadang penumpangnya lebih berat dari tukang becak itu sendiri, bukanlah sebuah
perkara yang mudah dan itu dilakukan setiap hari dari pagi hingga sore bahkan
terkadang sampai malam hari. Tapi, mereka menyadari hanya profesi inilah yang bisa
mereka lakukan untuk menghidupi keluarga mereka.
Keluhan yang biasa dialami tukang becak saat bekerja meliputi kesemutan, nyeri
tulang, pegal, serta nyeri. Kondisi ini akan berdampak pada timbulnya penyakit yang
lebih serius pada anggota tubuh yang sering digunakan untuk bekerja. Sebagai
contonya penggunaan otot rangka yang belebihan akan memunculkan penyakit otot
rangka.
39
Tukang becak merupakan pekerjaan utama mereka, sebuah profesi yang tidak mudah.
Setiap orang memiliki motivasi tersendiri dalam hidupnya. Motivasi sebagai keadaan
dalam diri individu yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-
kegiatan tertentu guna menjadi tujuan. Motivasi sangat mempengaruhi kerja
seseorang sehingga dapat dikatakan motivasi adalah faktor penting bagi keberhasilan
kerja. Mereka berharap bahwa kelak anak mereka harus memiliki kehidupan yang
lebih baik dari orang tua mereka. Karena anak yang hebat merupakan cermin dari
ketekunan, kerja keras, doa dan orang tua yang luar biasa. Penghasilan atau
pendapatan merupakan suatu unsur penting dalam perekonomian sebuah keluarga.
Bagi mereka yang memiliki kemampuan pas-pasan tentunya memiliki penghasilan
yang besar hanyalah sebuah angan semata (Mangatta, 2016).
Menurut pengamatan pra-riset yang telah di lakukan sebelumnya, penghasilan rata-
rata sebagai tukang becak dalam sehari berkisar antara Rp 20.000 sampai Rp 50.000,
bahkan kalau sedang beruntung ada yang bisa sampai Rp 80.000 dalam sehari
tergantung jumlah penumpang dan jarak tempuh. Namun, jika kurang beruntung
terkadang mereka bahkan hanya mendapatkan penghasilan di bawah Rp 20.000.
Sebagai tukang becak, semuanya disebabkan karena semakin sedikitnya penumpang
yang bisa mereka dapatkan dalam sehari. Selain itu, ini menunjukkan bahwa
penghasilan sebagai tukang becak dalam sehari sangatlah tidak tetap. Setelah jarak
tempuh, jumlah penumpang, ada satu yang juga menentukan pendapatan harian
mereka yaitu jam kerja. Artinya semakin lama mereka bekerja sebagai tukang becak
dalam artian kerja harian, maka semakin besar pula kemungkinan pendapatan yang
40
bisa mereka hasilkan. Karena semakin lama mereka bekerja, secara otomatis semakin
besar pula kemungkinan mereka mendapatkan penumpang yang lebih.
F. Strategi Bertahan Hidup Sebagai Tukang Becak
Tukang becak merupakan pekerjaan yang sering disepelekan orang. Tak sedikit orang
sering merendahkan orang dengan profesi ini, ibarat kata hanya memandang sebelah
mata. Namun tak banyak yang tahu bahwa untuk menjadi tukang becak itu bukanlah
hal yang mudah, tak hanya bermodal otot saja, mereka juga harus memiliki modal
pengetahuan pula serta kemampuan berinteraksi dengan baik. Dalam hal pendapatan,
tukang becak tidak memiliki pendapatan yang tetap, semua bergantung pada jumlah
penumpang dan jam kerja, sehingga berpengaruh pada pemenuhan kebutuhan hidup
keluarganya. Untuk mengatasi ketidaksesuaian antara pemasukan dari tukang becak
dan pengeluaran kebutuhan hidup, maka setiap tukang becak memilki strategi atau
cara dalam menunjang kehidupannya.
Dilansir dari Medantoday.com (2017), menyebutkan bahwa para pengendara becak
motor di Medan merasa cemas menghadapi fenomena “Senjakala” angkutan
konvensional dengan hadirnya tren transportasi online, beda halnya dengan seorang
tukang becak bermotor bernama Arman (56) yang merasa tidak terlalu terganggu atas
hal tersebut. Ini terjadi karena Arman yang memang sejak awal mengemudi betor
sudah menerapkan strategi khusus untuk pelanggannya. Sehingga gejolak yang
belakangan ini terjadi, tidak terlalu dirasakannya. Karena, jauh hari sebelum
kehadiran angkutan berbasis online, ia sudah menerapkan sistem komunikasi dan
41
pemesanan lewat telepon. Saat ditanyai lebih jauh, ia menyampaikan, “penumpang
saya beberapa ada yang bayar bulanan, biasanya untuk mengantar dan menjemput
anak sekolah. Ada juga yang memang setiap butuh kendaraan langsung menghubungi
betor saya untuk diantar atau dijemput.”
Jadi, apa yang sudah dijalankannya sejak awal sudah cukup efektif untuk menghadapi
era modern kini.
Selain itu, pelayanan terus ditingkatkannya dengan mendesain betornya agar
menambah kenyamanan untuk penumpang. Selain itu, menurutnya mengganti motor
bebek dengan motor gede juga merupakan satu strategi yang digunakan oleh Arman
yang tinggal di di Jalan Tanjung Balai Deliserdang ini untuk menarik perhatian para
pelanggan. Meskipun memberikan dampak yang besar, transportasi online ternyata
tidaklah seutuhnya menjadi satu-satu penghalang bagi para pengemudi becak motor.
Strategi dan inovasi yang dihasilkan dari pemikiran-pemikiran para pengemudi becak
motor, tentunya bisa menjadi salah satu jalan keluar untuk menghadapi kemajuan
teknologi di era modern ini. Tergantung cara kita menyikapinya.
G. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu digunakan sebagai bahan referensi dalam penelitian ini, berikut
adalah hasil penelitian terdahulu.
42
Tabel. 2.1 Hasil penelitian terdahulu
No Judul Penelitian Hasil Penelitian
1 Strategi Adaptasi Tukang Becak
Dalam Kehidupan Sosial Ekonomi
(Studi Kasus Tukang Becak Di
Kelurahan Bontobiraeng
Kecamatan Mamajang Kota
Makassar)
Baihaqi Hendri Mangatta (2016)
Strategi yang digunakan tukang becak
dalam pemenuhan kebutuhan hidup
adalah dengan mencari pekerjaan
sampingan, menjaga hubungan baik
sesama tukang becak, tukang bentor dan
penumpang, memanfaatkan tenaga kerja
keluarga (Istri dan Anak), kemudian
terakhir dengan melakukan penghematan.
2 Strategi Kelangsungan Hidup
Tukang Becak (Studi kasus tukang
becak yang mangkal di kawasan
Malioboro Yogyakarta)
Veronike Eunike T Salem (1998)
Bentuk strategi agar bisa bertahan hidup,
maka diversifikasi merupakan pekerjaan
sampingan, di mana didapatkan tukang
becak melakukan pekerjaan sebagai
tukang parkir; mengoptimalisasikan
tenaga kerja keluarga, di mana istri
merupakan tenaga paling menonjol dalam
upaya membantu suami yaitu 8 % dan
13% tenaga kerja pada anak, namun itu
tidak terlalu berarti; Keempat, jaringan
dengan sesama tukang becak.
3 Strategi Kelangsungan Hidup
Tukang Becak (Studi di Paguyuban
Becak Wisata Yogyakarta)
Dwi Suryadi (2010)
Strategi yang digunakan oleh tukang
becak dalam mempertahankan
kelangsungan hidup meliputi bidang
ekonomi, sosial dan budaya. Bidang
ekonomi yaitu kebanyakan dari tukang
becak memiliki pekerjaan lain atau
pekerjaan sampingan. Dalam bidang
sosial yaitu membentuk kelompok guna
menciptakan kerukunan. Sedangkan
bidang budaya yaitu memberikan
pelayanan kepada penumpang dengan
baik diantaranya bertingkah laku sopan
dan ramah
43
4 Strategi Adaptif Tukang Becak
Dalam Bertahan Hidup
Abdyaskar Tasrum (2014)
Strategi adaptif tukang becak dalam
upaya memenuhi kebutuhan hidup
mereka adalah penghematan pengeluaran
keluarga yang meliputi : mengurangi
porsi makan keluarga, membeli bahan
makanan yang murah, mencari pekerjaan
sampingan dan memperbaiki kerusakan
becak mereka sendiri, pemanfaatan
jaringan sosial sesama orang Makassar
seperti meminjam uang saat mengalami
kesulitan, meminta keringanan uang sewa
becak kepada pemilik becak, pemberian
informasi tentang lowongan pekerjaan
lain dan rumah kontrakan yang murah;
dan yang terakhir adalah strategi
pemukiman yakni mencari tempat kos
yang murah, dan menjalin hubungan baik
dengan pemilik rumah kos
5 Strategi Adaptif Tukang Bentor
Dalam Mewujudkan Kesejahteraan
Keluarga (Studi Kasus Tukang
Bentor Yang Beroperasi Di Depan
Kampus II Universitas Islam
Negeri Alauddin Makassar)
Nurul Siyamsari Katili (2016)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
karakteristik yang melekat pada diri
tukang bentor yaitu berjenis kelamin laki-
laki, berpendidikan rendah, tidak
mengenal batas usia, beragama Islam dan
dominan berasal dari suku makassar.
Strategi yang dilakukan tukang bentor
yaitu: 1) strategi aktif yakni dengan
mengandalkan segala kemampuan
keluarga, 2) strategi jaringan yakni
dengan meminjam uang kepada kerabat
atau tetangga, 3) strategi pasif yakni
dengan melakukan penghematan.
Kendala yang dihadapi tukang bentor
dalam melakukan strategi yaitu harga
kebutuhan pokok terus meningkat,
kerusakan bentor dan kesehatan tubuh.
44
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti akan menggunakan 3 strategi yang telah di
lakukan pada salah satu penelitian terdahulu, yakni apakah tukang becak
menggunakan strategi aktif, strategi pasif dan strategi jaringan dalam pemenuhan
kebutuhan hidupnya. Selain itu yang membedakan antara penelitian ini dengan
penelitian terdahulu adalah terletak pada kriteria Informan yang berdasarkan kepada
klasifikasi umur dan lamanya Ia bekerja sebagai tukang becak, waktu pelaksanaan
penelitian, jumlah Informan, lokasi penelitian serta upaya tukang becak dalam
mempertahankan penumpang pada persaingan transportasi di era digital.
H. Kerangka Pikir
Kepadatan penduduk di Indonesia merupakan salah satu masalah, tapi disisi lain
bonus demografi merupakan potensi bagi bangsa ini untuk mengoptimalkan sumber
daya manusianya. Bertambahnya jumlah penduduk menciptakan banyak tenaga kerja.
Sedangkan jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia sedikit, sehingga tidak mampu
menampung jumlah tenaga kerja. Kondisi ini menimbulkan pengangguran serta
kemiskinan di mana-mana. Tukang becak merupakan bentuk kemiskinan absolut
karena tingkat pendapatannya berada di bawah garis kemiskinan atau jumlah
pendapatannya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup minimum yang antara
lain: kebutuhan pangan, sandang, kesehatan, papan, dan pendidikan anak yang
diperlukan untuk hidup dan bekerja. Oleh karena itu tukang becak menganggap
keluarganya tergolong miskin.
45
Kemiskinan telah membatasi hak rakyat untuk (1) memperoleh pekerjaan yang layak
bagi kemanusiaan; (2) Hak rakyat untuk memperoleh perlindungan hukum; (3) Hak
rakyat untuk memperoleh rasa aman; (4) Hak rakyat untuk memperoleh akses atas
kebutuhan hidup (sandang, pangan, dan papan) yang terjangkau; (5) Hak rakyat untuk
memperoleh akses atas kebutuhan pendidikan (6) Hak rakyat untuk memperoleh
keadilan (Lestari, 2017).
Seperti halnya menjadi tukang becak adalah suatu keterpaksaan karena lapangan
pekerjaan yang minim sehingga tidak dapat memenuhi jumlah angkatan kerja yang
ada, dan juga tidak memiliki latar belakang pendidikan yang tinggi. Sehingga
mengakibatkan tidak adanya pilihan lain melainkan menjadi tukang becak dan
pekerjaan kasar lain seperti buruh tani, kuli bangunan, kuli panggul. Menjadi tukang
becak juga minim perlindungan hukum dan rasa aman, ketika mereka berada dijalan
maka banyak resiko yang dihadapi seperti kecelakaan lalu lintas.
Adanya kondisi tersebut, para tukang becak dituntut memiliki strategi atau upaya-
upaya untuk bisa mempertahankan hidupnya dan keluarganya. Beberapa strategi yang
dimiliki untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga yaitu strategi aktif, strategi pasif
dan strategi jaringan.
46
Skema 2.1 Kerangka Pikir
Keterangan:
: Diteliti
: Tidak diteliti
: Berkaitan
Kepadatan penduduk
Terbatasnya lapangan pekerjaan
Kemiskinan
Tukang becak
Kehidupan sosial ekonomi tukang becak:
1. Taraf pendidikan formal sangat
rendah (Tidak sekolah atau tidak
lulus SD), rendah (SD-SMP) dan
sedang (SMA)
2. Memiliki tingkat pendapatan rendah
3. Memiliki aset pribadi yang bukan
merupakan barang mewah
4. Berpartisipasi dalam kegiatan
masyarakat
Strategi tukang becak dalam pemenuhan
kebutuhan hidup keluarga:
1. Strategi aktif
2. Strategi pasif
3. Strategi jaringan
18
III. METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian
Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang
bersifat deskriptif. Bersifat deskriptif artinya penelitian yang berusaha
mendeskripsikan dan menginterpretasikan sesuatu, seperti tingkat pendidikan, jenis
pekerjaan, tingkat pendapatan, kepemilikan barang dan lingkungan tempat tinggal.
Pendekatan kualitatif digunakan karena penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
realitas kehidupan sosial ekonomi tukang becak dan strategi apa saja yang
dilakukannya untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Tentunya tidak
mungkin diukur dengan angka-angka sehingga data kualitatiflah yang cocok
diterapkan pada penelitian ini.
Pemilihan pendekatan kualitatif dilakukan atas dasar spesifikasi objek penelitian dan
untuk mendapat informasi yang mendalam tentang sebuah fenomena sosial. Semua
itu dilakukan agar dapat menjawab keterkaitan terhadap permasalahan yang sedang
dikaji. Selain itu, pemilihan pendekatan kualitatif digunakan karena tidak
membutuhkan jumlah informan yang banyak.
48
B. Fokus Penelitian
Penelitian ini berfokus pada kehidupan sosial ekonomi tukang becak seperti tingkat
pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, kepemilikan barang dan lingkungan,
tempat tinggal. Setelah itu, penelitian ini juga berfokus pada strategi apa saja yang
dilakukan oleh tukang becak dalam pemenuhan kebutuhan hidup keluarganya.
C. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah di area Pasar Plaza Bandar Jaya dan daerah sekitar lokasi
pasar. Adapun alasan memilih Kelurahan Bandar Jaya Timur sebagai lokasi
penelitian adalah karena kelurahan ini memiliki pasar yang merupakan pusat
pertumbuhan ekonomi masyarakat Kabupaten Lampung Tengah sehingga masih
banyak terdapat tukang becak yang beroperasi di pasar dan di Kelurahan Bandar Jaya
pada umumnya. Berdasarkan observasi pra-riset, diketahui jumlah tukang becak yang
beroperasi berjumlah kurang lebih 350 orang. Selain itu, peneliti juga telah mengenal
lokasi ini dengan baik sehingga dapat mempermudah proses penelitian.
D. Teknik Penentuan Informan
Teknik penentuan informan dalam penelitian ini adalah teknik purposive. Menurut
Sugiyono (2013), purposive adalah teknik penentuan informan (sumber data) dengan
pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini adalah orang tersebut dianggap
paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau dia orang yang telah lama bekerja
49
sebagai tukang becak sehingga memudahkan peneliti menjelajahi objek/situasi sosial
ekonomi yang diteliti. Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan dan ditetapkan
maka dilakukan pengambilan informan secara sengaja (non random) karena alasan
atau spesifikasi dari informan tersebut.
Adapun kriteria tukang becak yang dipilih sebagai informan sebagai berikut:
1. Tukang becak yang beroperasi di area Pasar Plaza Bandar Jaya dan sekitarnya
dan sudah bekerja sebagai tukang becak minimal 5 tahun serta mampu
memberikan data akurat tentang apa yang ingin dicapai dalam penelitian ini
2. Tukang becak yang sudah berkeluarga
3. Tukang becak berdasarkan umur:
Dewasa = 18 - 40 tahun
Tua = 40 - 65 tahun
E. Instrumen Penelitian
Instrumen dalam pengumpulan data meliputi pedoman wawancara, kamera foto,
tape recorder, camera video untuk merekam pembicaraan pada saat wawancara,
sehingga tidak ada yang terlewatkan. Pada saat wawancara, dipakai juga catatan
lapangan untuk mencatat semua jawaban dari informan. Alat-alat tersebut sangat
dibutuhkan sehingga semua pembicaraan, kejadian (informasi) yang
berhubungan dengan representasi tukang becak dapat didokumentasikan untuk
kemudian dikumpulkan dan selanjutnya dianalisis.
50
F. Jenis dan Sumber Data
Terdapat dua jenis sumber data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini, yakni:
a. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti secara
langsung dari sumber datanya. Data primer disebut juga sebagai data asli atau
data baru yang memiliki sifat up to date. Untuk mendapatkan data primer, peneliti
harus mengumpulkannya secara langsung. Teknik yang dapat digunakan peneliti
untuk mengumpulkan data primer antara lain observasi dan wawancara. Peneliti
menggunakan data ini sebagai bahan untuk menulis kehidupan sosial ekonomi
tukang becak dan strategi apa saja yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
hidup keluarganya.
b. Data sekunder
Data sekunder adalah data tambahan yang mendukung penelitian ini agar dapat
memperkuat data primer. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil data dari
jurnal, tesis, skripsi, buku, media online dan website pemerintah. Data sekunder
yang peneliti gunakan adalah teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli
ataupun hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan judul penelitian ini
serta data-data dari website pemerintah.
51
G. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
1. Wawancara mendalam
Wawancara dalam suatu penelitian bertujuan mengumpulkan keterangan tentang
kehidupan manusia dalam suatu masyarakat serta pendirian-pendirian itu merupakan
suatu pembantu utama dari metode observasi (Paul, 1953 dalam Bungin, 2011).
Wawancara mendalam merupakan proses pengumpulan informasi yang kompleks,
yang sebagian besar berisi pendapat, sikap, dan pengalaman pribadi.
Selanjutnya, koentjacaraningrat (1986) membagi wawancara kedalam dua golongan
besar, yaitu (1) wawancara tak berencana atau standardized interview; dan (2)
wawancara berencana (unstandardized interview). Perbedaan terletak pada perlu
tidaknya peneliti menyusun daftar pertanyaan yang dipergunakan sebagai pedoman
untuk mewawancarai informan. Sementara itu dipandang dari sudut pandang bentuk
pertanyaannya, wawancara dapat dibedakan antara (1) wawancara tertutup dan (2)
wawancara terbuka. Perbedaannya adalah apabila jawaban yang dikehendaki terbatas
maka wawancara tersebut tertutup, namun apabila jawaban yang dikehendaki tidak
terbatas maka termasuk wawancara terbuka (Bungin, 2011).
Dalam pelaksanaan pengumpulan data di lapangan, peneliti menggunakan metode
wawancara mendalam. Sesuai dengan pengertiannya, wawancara mendalam bersifat
terbuka dan menggunakan panduan wawancara dengan menyusun daftar pertanyaan.
52
Namun daftar pertanyaan tersebut bukanlah sesuatu yang bersifat ketat, tetapi dapat
mengalami perubahan sesuai kondisi di lapangan.
Masalah pencatatan data wawancara merupakan aspek utama yang amat penting
dalam wawancara karena kalau pencatatan itu tidak dilakukan maka dengan
semestinya, maka sebagian dari data akan hilang dan banyak usaha wawancara akan
sia-sia. Adapun pencatatan data wawancara yang digunakan dalam penelitian ini,
yaitu (1) pencatatan langsung; (2) pencatatan dari ingatan; (3) pencatatan dengan alat
recording.
Dengan metode wawancara ini, peneliti memperoleh data primer yang berkaitan
dengan kehidupan sosial ekonomi dan strategi pemenuhan kebutuhan hidup tukang
becak, sehingga memperoleh gambaran yang jelas guna mempermudah menganalisis
data selanjutnya. Kendala yang dialami peneliti saat wawancara mendalam adalah
terkadang informan menerangkan hal-hal yang keluar dari fokus penelitian, sehingga
peneliti harus berupaya meluruskan agar kembali ke fokus penelitian dan segera
mencatat pokok-pokok jawaban yang menjadi fokus wawancara. Informan dalam
penelitian ini berjumlah 6 orang yang merupakan tukang becak yang setiap harinya di
pasar dan Kelurahan Bandar Jaya pada umumnya. Berikut merupakan data umum
tentang informan penelitian berdasarkan umur, lama bekerja sebagai tukang becak
dan jenis pekerjaan.
53
Tabel 3.1. Data singkat informan penelitian berdasarkan umur, lama bekerja
dan jenis pekerjaan
No Nama Usia Lama Bekerja Jenis Pekerjaan
1 Slamet Sudarsono 53 20 Tahun Buruh
Transportasi
2 Rais 40 5 Tahun Buruh
Transportasi
3 Hidayat 44 16 Tahun Buruh
Transportasi
4 Supardi 60 23 Tahun Buruh
Transportasi
5 Edi Suprianto 39 12 Tahun Buruh
Transportasi
6 Joko Purwanto 48 6 Tahun Buruh
Transportasi
Sumber: Data Primer (2018)
2. Observasi non partisipan
Observasi adalah pengamatan yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis terhadap
aktivitas individu atau obyek lain yang diselidiki. Adapun jenis-jenis observasi
tersebut diantaranya yaitu observasi partisipan, dan observasi nonpartisipan (Kusuma,
1987).
Jenis observasi partisipan yaitu pengamatan di mana peneliti ikut ambil bagian dalam
kegiatan yang dilakukan oleh objek yang diselidiki. Observasi ini dilakukan dengan
mengamati dan mencatat langsung terhadap objek penelitian. Idealnya dalam
penelitian kualitatif, jenis observasi yang digunakan adalah observasi partisipan.
Namun dalam penelitian ini jenis observasi yang digunakan adalah observasi
nonpartisipan, di mana peneliti hanya mengamati dan memahami gejala sosial yang
54
ada dilapangan tanpa ikut ambil bagian dalam pekerjaan menjadi tukang becak karena
akan membutuhkan waktu yang lama dan akan menghambat kerja Informan.
Metode ini dirasa cocok dalam penelitian yang dilakukan terhadap tukang becak.
Hasil observasi nonpartisipan dapat melengkapi data kegiatan wawancara mendalam.
Pada penelitian ini peneliti melakukan pengamatan langsung di lapangan terhadap
kehidupan tukang becak di Pasar Plaza Bandar Jaya dan di rumah tukang becak.
3. Studi pustaka
Studi pustaka merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
mempelajari buku-buku referensi, laporan-laporan, media massa, jurnal-jurnal dan
media lainnya yang berkaitan dengan obyek penelitian. Hal ini diperlukan dalam
mendukung data-data dan teori yang digunakan dalam penelitian ini. Kegiatan studi
pustaka yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan buku-buku
yang berkaitan dengan masalah yang sedang dikaji, jurnal, berita di media massa
serta hasil penelitian terdahulu. Bahan bacaan tersebut berguna untuk memperkuat
temuan-temuan yang di dapat ketika wawancara mendalam dan observasi.
4. Dokumentasi
Dokumen menurut Sugiyono (2013) merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen yang digunakan peneliti disini berupa foto, serta data-data mengenai Pasar
Plaza Bandar Jaya yang di dapat melalui observasi. Hasil penelitian dari observasi
dan wawancara akan semakin sah dan dapat dipercaya apabila didukung oleh foto-
foto. Dokumentasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil pemotretan yang
55
dilakukan di lapangan yang berkaitan dengan lokasi penelitian, profil informan dan
kegiatan-kegiatan Informan dalam upaya pemenuhan kebutuhan hidup keluarganya.
H. Teknik Keabsahan Data
Setiap penelitian harus memiliki kredibilitas sehingga dapat dipertanggungjawabkan.
Kredibilitas penelitian kualitatif adalah keberhasilan mencapai maksud
mengeksplorasi masalah yang majemuk atau keterpercayaan terhadap hasil data
penelitian.
Sugiyono dalam Febriani (2013) mengatakan bahwa upaya untuk menjaga
kredibilitas dalam penelitian adalah melalui langkah-langkah sebagai berikut:
a. Perpanjangan pengamatan
Peneliti kembali lagi ke lapangan untuk melakukan pengamatan untuk
mengetahui kebenaran data yang telah diperoleh maupun untuk menemukan
data-data yang baru.
b. Meningkatkan ketekunan
Melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan
meningkatkan ketekunan tersebut, maka peneliti akan melakukan pengecekan
kembali apakah data yang telah ditemukan salah atau tidak.
c. Triangulasi
Pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai
waktu.
56
d. Analisis kasus negatif
Peneliti mencari data yang berbeda atau yang bertentangan dengan temuan
data sebelumnya. Bila tidak ada lagi data yang berbeda atau bertentangan
dengan temuan, berarti data yang ditemukan sudah dapat dipercaya.
e. Menggunakan bahan referensi
Bahan referensi yang dimaksud adalah adanya pendukung untuk membuktikan
data yang telah ditemukan oleh peneliti. Sebagai contoh, data hasil wawancara
perlu didukung dengan adanya rekaman wawancara.
f. Mengadakan member check
Member check adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada
pemberi data. Apabila data yang ditemukan disepakati oleh para pemberi data
berarti data tersebut sudah valid, sehingga semakin kredibel atau dipercaya,
tetapi apabila data yang ditemukan peneliti dengan berbagai penafsirannya
tidak disepakati oleh pemberi data, maka peneliti perlu melakukan diskusi
dengan pemberi data, dan apabila perbedaannya tajam, maka peneliti harus
merubah temuannya, dan harus menyesuaikan dengan apa yang diberikan oleh
pemberi data.
I. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik analisis data kualitatif. Analisis
data kualitatif yakni data yang disusun berupa kata-kata yang disusun ke dalam teks
yang diperluas dan tidak menggunakan perhitungan matematis atau statistika sebagai
57
alat bantu analisis. Data bisa saja dikumpulkan dalam aneka macam cara (observasi,
wawancara, intisari dokumen, rekaman wawancara) dan biasanya diproses terlebih
dahulu sebelum siap digunakan (melalui pencatatan, pengetikan, penyuntingan, atau
alih-tulis). Menurut Miles dan Huberman, kegiatan analisis terdiri dari tiga alur
kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan
penarikan kesimpulan/verifikasi. Terjadi secara bersamaan berarti reduksi data ,
penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi sebagai sesuatu yang saling
berkaitan merupakan proses siklus dan interaksi pada saat sebelum, selama, dan
sesudah pengumpulan data dalam bentuk sejajar yang membangun wawasan umum
yang disebut analisis. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian kualitatif
ini mencakup reduksi data dan penyajian data Dari hasil analisis data yang kemudian
dapat ditarik kesimpulan. berikut ini adalah teknik analisis data yang digunakan oleh
peneliti:
1. Reduksi data
Reduksi data bukanlah suatu hal yang terpisah dari analisis. Reduksi data
diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan,
pengabstraksian, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan
tertulis di lapangan. Kegiatan reduksi data berlangsung terus-menerus, terutama
selama penelitian yang berorientasi kualitatif berlangsung atau selama
pengumpulan data. Selama pengumpulan data berlangsung, terjadi tahapan
reduksi, yaitu membuat ringkasan. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis
yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu,
58
dan mengorganisasi data sedemikian rupa sehingga kesimpulan-kesimpulan
akhirnya dapat ditarik dan diverifikasi. Reduksi data atau proses transformasi ini
berlanjut terus sesudah penelitian lapangan, sampai laporan akhir lengkap
tersusun. Jadi dalam penelitian kualitatif dapat disederhanakan dan
ditransformasikan dalam aneka macam cara: melalui seleksi ketat, melalui
ringkasan atau uraian singkat, menggolongkan dalam suatu pola yang lebih luas,
dan sebagainya.
Dalam mereduksi data, peneliti melakukan pengelompokkan informasi
berdasarkan fokus penelitian mengenai kehidupan sosial ekonomi tukang becak
seperti tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, kepemilikan
barang dan lingkungan tempat tinggal. Selanjutnya, pada strategi apa saja yang
digunakan tukang becak di Bandar Jaya dalam pemenuhan kebutuhan hidup
keluarganya yang meliputi strategi aktif, strategi pasif dan strategi jaringan.
2. Penyajian data
Selain menggunakan reduksi data peneliti juga menggunakan teknik penyajian
data sebagai teknik untuk memaparkan data yang telah direduksi yang berbentuk
teks naratif. Penyajian data yaitu sekumpulan informasi yang tersusun memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian
data dalam penelitian dilakukan dalam bentuk pemaparan hasil wawancara
beserta kesimpulan hasil wawancara. Semuanya dirancang dengan
menggabungkan informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang padu dan
59
mudah dimengerti. Jadi, penyajian data merupakan bagian dari analisis. Adapun
dalam penelitian ini, data yang disajikan berupa profil Informan, catatan hasil
wawancara mendalam berserta foto-foto hasil pengamatan di lapangan yang
berkaitan kehidupan sosial ekonomi dan strategi yang digunakan tukang becak
dalam pemenuhan kebutuhan hidup keluarganya.
3. Kesimpulan
Kegiatan analisis ketiga adalah menarik kesimpulan. Pada tahapan ini, peneliti
menarik kesimpulan berdasarkan data yang telah disajikan seperti mencatat
keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur
sebab akibat. Kesimpulan yang mula-mulanya belum jelas akan meningkat
menjadi lebih terperinci. Kesimpulan-kesimpulan final akan muncul bergantung
pada besarnya kumpulan-kumpulan catatan lapangan tentang kehidupan sosial
ekonomi tukang becak dan strategi yang digunakan dalam pemenuhan kebutuhan
hidup keluarganya.
48
IV. GAMBARAN UMUM
A. Sejarah Kelurahan Bandar Jaya
Kelurahan Bandar Jaya pada awalnya merupakan daerah transmigrasi yang pertama
kali dibuka pada tanggal 8 Mei 1954 oleh jawatan transmigrasi dan diberi nama
“BANDAR JAYA”. Pada saat itu daerah transmigrasi Bandar Jaya merupakan
wilayah tanah marga dari masyarakat Terbanggi Besar, sehingga pada tahun awal
pembukaannya, daerah transmigrasi Bandar Jaya merupakan bagian kampung atau
desa Terbanggi Besar di mana waktu yang menjabat sebagai kepala kampung adalah
bapak Darmawan.
Pada awal dibuka oleh jawatan transmigrasi, daerah transmigrasi Bandar Jaya
sebenarnya terdiri dari dua Satuan Pemukiman (SP), yaitu SP Bandar Jaya (50 Ha)
dan SP Bandar Sari (150 Ha). SP Bandar Jaya pada waktu itu adalah mulai dari jalan
A. Yani sekarang (simpang empat sektor polisi) ke arah selatan sejauh 500 meter
dengan 100 meter diberi jalan selebar 10 meter, ke arah barat sejauh 500 meter dan ke
arah timur sejauh 500 meter dengan ketentuan sama (jalan perempatan-perempatan).
SP Bandar Sari pada waktu dibuka kondisinya masih sama seperti sekarang ini.
68
Adapun tanah kosong yang terdapat antara SP Bandar Sari merupakan tanah marga
milik masyarakat Terbanggi Besar. Program transmigrasi merupakan program
kebijakan dari pemerintah. Diawali dengan mensosialisasikan daerah tujuan
transmigrasi dan beberapa fasilitas yang diberikan oleh pemerintah. Masyarakat yang
berminat melakukan transmigrasi diharuskan mendaftarkan diri terlebih dahulu.
Tujuan program transmigrasi adalah mengupayakan pengelolaan dan pengembangan
suatu wilayah, salah satunya wilayah Bandar Jaya.
Pada awal dibukanya daerah transmigrasi Bandar Jaya diisi rombongan transmigrasi
dari pulau Jawa sebanyak 80 kk yang terdiri dari dua rombongan, yaitu
1. Rombongan dari Malang dipimpin oleh Bapak Ranu Diharjo.
2. Rombongan dari daerah Banyumas dipimpin oleh Bapak Darsoso.
Masyarakat yang bertransmigrasi setiap 1 KK diberikan beberapa fasilitas, di
antaranya 1 unit rumah, ladang seluas 1 Ha, pekarangan seluas ¼ Ha, wajan, periuk,
cangkul, dan setiap bulan diberikan beberapa kebutuhan pokok, seperti beras, ikan
asin, dan garam selama kurang lebih 1 tahun.
Mata pencaharian masyarakat transmigrasi yang didominasi oleh masyarakat Jawa ini
adalah bertani. Masyarakat transmigrasi ini bertani dengan memanfaatkan lahan jatah
yang diberikan oleh pemerintah. Seiring berjalannya waktu, mata pencaharian utama
masyarakat berubah menjadi berdagang. Hal ini dikarenakan beberapa faktor, di
antaranya perkembangan penduduk yang mengharuskan masyarakat membuat rumah-
rumah baru dengan memanfaatkan lahan persawahan atau ladang jatah tersebut untuk
69
anggota keluarganya, sehingga tanah yang semula digunakan sebagai lahan pertanian
beralih fungsi menjadi pemukiman. Perkembangan ekonomi juga menjadi salah satu
faktor penyebab peralihan mata pencaharian masyarakat, seperti dengan bertani
ketika memanen padi hanya memperolah 2 kwintal selama setahun dengan 2 kali
panen, pendapatan yang demikian tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-
hari, untuk itu mereka beralih menjadi pedagang yang bisa memperoleh pendapatan
setiap hari meskipun sedikit.
Perkembangan secara pesat desa Bandar Jaya tidak terlepas dari jalur transportasi
yang kian berkembang. Pada tahun 1983 dibangunnya pelabuhan Bakauheni yang
membuat jalur transportasi antarpulau menjadi lebih mudah. Sebelum dibukanya
pelabuhan Bakauheni, trip penyebrangan hanya melayani sekitar 4-5 kali dalam
sehari. Berbeda dengan setelah dibukanya pelabuhan Bakauheni yang sampai saat ini
melayani trip penyebrangan sekitar 78- 80 kali dalam sehari. Transportasi yang
mudah dijangkau ini membuat lebih banyak peluang masyarakat untuk berpindah-
pindah ataupun berpergian. Letak Bandar Jaya yang dilintasi oleh jalur lintas
Sumatera membuat daerah ini menjadi strategis karena sering dilewati dan didukung
dengan fasilitas perbelanjaan serta peribadatan sekaligus tempat peristirahatan dalam
perjalanan dan menjadi pusat peradaban hingga saat ini. Semenjak tahun 1956 daerah
transmigrasi Bandar Jaya ditetapkan menjadi kampung atau desa definitif dengan
nama Bandar Jaya. Pada waktu ditetapkan sebagai kampung atau desa definitif,
Bandar Jaya terdiri dari dua dusun, yaitu dusun Bandar Jaya dan dusun Bandar Sari.
Pada tahun 1973 daerah transmigrasi Bandar Jaya oleh jawatan transmigrasi
70
diserahkan kepada Pemda Tk. 11 Kabupaten Lampung Tengah. Berdasarkan
kebijakan dari pihak Pemda Tk. 11 Kabupaten Lampung Tengah, maka wilayah di
seputaran kampung atau desa Bandar Jaya yang semula adalah tanah marga dari
masyarakat Terbanggi Besar dimasukkan ke dalam wilayah kampung atau desa
Bandar Jaya sehingga memiliki luas 640 Ha. Sebagai akibat terjadi penambahan luas
wilayah yang cukup banyak, maka dibentuk empat dusun baru, yaitu dusun Rantau
Jaya 1, Rantau Jaya 2, Rantau Jaya 3, Bandar Jaya Barat, Bandar Jaya Timur, dan
Badar Sari.
Seiring berjalannya waktu, maka jumlah penduduk yang mendiami desa Bandar Jaya
semakin bertambah, sehingga pada tahun 1989 diadakan kembali pemekaran dusun,
yang semula berjumlah enam dusun menjadi delapan dusun. Berdasarkan pada
peraturan daerah Kabupaten Lampung Tengah Nomor 5 Tahun 2002 Tanggal 5
November 2002 tentang “Perubahan Kampung menjadi Kelurahan dan Pembentukan
Kelurahan”, kampung Bandar Jaya ditingkatkan statusnya menjadi kelurahan juga
sekaligus dipecah menjadi dua kelurahan, yaitu Kelurahan Bandar Jaya Barat dan
Kelurahan Bandar Jaya Timur. Dengan pemisah antara kedua kelurahan tersebut
adalah Jalan Raya Proklamator atau Jalan Lintas Sumatera yang membentang di
tengah-tengah Desa Bandar Jaya. Berdasarkan keputusan Bupati Lampung Tengah
Nomor 11 Tahun 2003 tentang Peresmian Perubahan Kampung menjadi Kelurahan
dan Pembentukan Kelurahan, maka pada tanggal 28 Agustus 2003 dilaksanakan
peresmian Kelurahan Bandar Jaya Barat.
71
Belum lama ini Kelurahan Bandar Jaya Barat dan Kelurahan Bandar Jaya Timur
meningkat statusnya menjadi perkotaan. Seperti yang ditulis pihak BPS Provinsi
Lampung (2013), menjelaskan bahwa Bandar Jaya Barat dan Bandar Jaya Timur
berstatus perkotaan, sedangkan Terbanggi Besar yang merupakan Kecamatan dari
Bandar Jaya Barat dan Bandar Jaya Timur masih berstatus pedesaan (Faddillah,
2014).
B. Pasar Tradisional Bandar Jaya Plaza
Gedung Plaza Bandar Jaya merupakan lokasi utama yang dikelola oleh Dinas Pasar
Kabupaten Lampung Tengah dengan nama Pasar Daerah Bandar Jaya. Berlokasi di
Kelurahan Bandar Jaya Timur, Kecamatan Terbanggi Besar, Kabupaten Lampung
Tengah. Gedung plaza ini telah menjadi icon Kabupaten Lampung Tengah yang
merupakan kebanggaan masyarakat dan Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung
Tengah. Semenjak dibangun kembali pada awal tahun 2001 dengan menggunakan
pola kerjasama dengan pihak swasta (Investor/Pengembang Swasta), Pasar Bandar
Jaya Plaza telah menjadi pionir kerjasama Pemerintah Daerah dengan pengembang
swasta sebagai pihak ketiga dalam mengembangkan pasar milik Pemerintah Daerah.
Pasar Pemerintah Daerah ini dibangun kembali pada masa pemerintahan Bupati Andi
Achmad Sampurna Jaya yang bekerja sama dengan PT. Kitita Alami, salah satu
perusahaan yang mengkhususkan diri dalam bidang pengembangan pasar berbasis di
Jakarta. Sejak diresmikan pada tanggal 15 Mei 2003, Pasar Bandar Jaya mulai
beroprasi dengan pedagang lebih dari 1.600 orang dan luas bangunan yang mencapai
72
22.000 meter persegi. Pengelolaan pasar ini awalnya dikerjasamakan Pemerintah
Kabupaten Lampung Tengah dengan PT. Kitita Alami, perumusan yang membangun
plaza ini. Namun sayangnya perusahaan ini kini mengalami kebangkrutan. Pasar
Daerah Bandar Jaya yang meskipun telah dibangun secara modern/memiliki
bangunan yang dapat dikatagorikan modern, namun pasar ini masih dapat dikatakan
sebagai pasar tradisional karena sistem jual beli barang dikeseluruhan pasar ini masih
menggunakan sistem jual beli yang tradisional/harga ditetapkan berdasarkan proses
tawar menawar. Di awal pembangunannya, Plaza Bandar Jaya dipersiapkan
beroperasi di dua lantai dan memungkinkan untuk pemanfaatan lantai ketiga. Namun
hingga saat ini, hanya lantai 1 yang berfungsi sementara lantai 2 dan 3 tersebut belum
dapat digunakan dikarenakan belum selesai dibangun. Sejak tahun 2015, pengelolaan
Plaza Bandar Jaya kembali dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten
Lampung Tengah melalui UPTD yang ada di Pasar Bandar Jaya Plaza. Dalam
pelaksanaan pengelolaannya, untuk kebersihan pasar dilaksanakan atau ditangani oleh
karyawan Dinas Pasar yang ditempatkan di kantor UPTD Pasar Bandar Jaya
(Faddillah, 2014).
C. Jumlah Tukang Becak
Berdasarkan wawancara singkat kepada salah satu tukang becak yang telah bekerja
selama 20 tahun menyatakan bahwa tukang becak saat ini berjumlah kurang lebih 350
orang. Mereka tersebar di beberapa titik, yakni sebagian di pasar plaza, di depan
Mall, depan Masjid Istiqlal, depan sekolah, depan Bank, persimpangan jalan,
73
sepanjang jalan ke arah pasar. Biasanya tukang becak memiliki pangkalannya sendiri-
sendiri, sehingga tidak pernah berbenturan antar sesama tukang becak lantaran
berebut pangkalan.
D. Upah Tukang Becak
Sistem pembayaran upah pada tukang becak menggunakan sistem tawar menawar
dengan pertimbangan jarak dan muatan. Sehingga tiap tukang becak memiliki variasi
harga yang berbeda. Para tukang becak juga tidak memiliki tarif harga mutlak, malah
terkadang penumpang memberikan uang lebih dari hasil kesepakatan awal, ada juga
tukang becak yang tidak mau di bayar, karena penumpangnya adalah orang tua lanjut
usia. Pada umumnya, untuk jarak 2-3 km, jasa tukang becak dihargai dengan Rp.
10.000-Rp. 15.000.
68
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai strategi tukang becak
dalam pemenuhan kebutuhan hidup keluarga, dapat dinyatakan bahwa:
1. Kehidupan sosial ekonomi tukang becak
Kehidupan sosial ekonomi tukang becak tergolong cukup baik yakni menengah
kebawah, sebagian besar informan memiliki tingkat pendidikan rendah dan sedang
yakni pernah menempuh pendidikan sampai Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah
Menengah Pertama (SMP) serta beberapa melanjutkan sampai jenjang SLTA/SMA.
Namun ada juga informan yang memiliki tingkat pendidikan sangat rendah, yakni
tidak sekolah dan tidak tamat Sekolah Dasar (SD). Para istri informan juga memiliki
tingkat pendidikan yang rendah yakni hanya tamatan Sekolah Dasar (SD) dan
Sekolah Menengah Pertama (SMP). Namun ada juga satu istri informan yang
memiliki tingkat pendidikan sedang dengan menempuh pendidikan sampai tingkat
SLTA/SMA. Tingkat pendapatan yang dihasilkan dari pekerjaan tukang becak
tergolong rendah, yakni hanya berkisar antara Rp.825.000–Rp.1.350.000 per bulan.
151
Hal tersebut tidak sebanding dengan pengeluaran setiap bulannya yang mencapai
kurang lebih Rp. 1.151.000. Ini merupakan hasil murni dari pekerjaan sebagai tukang
becak dan belum ditambah dari penghasilan sampingan maupun penghasilan dari
anggota keluarga yang sudah bekerja. Aset pribadi yang dimiliki bukan merupakan
barang mewah yakni berupa rumah kontrakan dan hanya satu informan yang
memiliki rumah atas nama pribadi. Kemudian sepeda motor yang dimiliki sebagian
besar informan dibeli dengan cara kredit dan membeli dalam kondisi second. Seluruh
informan aktif dalam kegiatan masyarakatnya seperti gotong royong dan yasinan
2. Strategi tukang becak dalam pemenuhan kebutuhan hidup
Strategi aktif yang dilakukan tukang becak adalah dengan bekerja serabutan,
mengoptimalkan peran anggota keluarga yang memiliki kemampuan untuk
bekerja demi membantu penghasilan keluarga serta memelihara hewan ternak
seperti ayam, burung dan kambing.
Strategi pasif yang dilakukan oleh informan yakni membiasakan diri dan
keluarga untuk hidup hemat seperti makan dengan lauk seadanya, membeli
pakaian baru hanya ketika lebaran saja dan membeli obat di warung atau apotik
ketika sakit.
Strategi jaringan yang dilakukan oleh tukang becak yakni dengan meminjam
uang kepada tetangga, saudara dan kerabat dekat apabila mereka berada pada
kondisi yang sulit. Dalam hal menjaring dan mempertahankan penumpang,
semua informan mengutamakan kualitas pelayanan dan menjaga keselamatan
penumpang serta membangun komunikasi yang baik dengan penumpang.
152
B. Saran
Berdasarkan hasil dari kesimpulan yang telah dirumuskan, maka penulis akan
memberikan saran, yaitu:
1. Kepada para tukang becak sebaiknya tidak menggantungkan penghasilan dari
satu sumber, melainkan dari banyak sumber pendapatan agar bisa mencukupi
kebutuhan keluarga.
2. Kepada anggota keluarga tukang becak sebaiknya bekerja jika sudah memiliki
kemampuan, bagi istri dapat membuka warung di rumah dan bagi anak yang
telah dewasa dapat bekerja apapun guna menambah penghasilan keluarga.
3. Kepada Dinas Perhubungan kabupaten Lampung Tengah agar betul-betul
mengatur lokasi ngetem tukang becak, agar tidak bersinggungan dengan tempat
ngetem angkot.
4. Kepada pemerintah supaya lebih memperhatikan sasaran program-program
pengentasan kemiskinan dan program BPJS lebih disosialisasikan langsung
kepada masyarakat miskin dan memberikan lapangan pekerjaan bagi anak-anak
tukang becak.
DAFTAR PUSTAKA
Andriani, Yeti. (2015). Hubungan pendapatan dan visi pendidikan dengan motivasi
menyekolahkan anak (Studi pada Desa Tirta Makmur Kecamatan Tulang
Bawang Tengah Kabupaten Tulang Bawang Barat). Bandar Lampung:
Universitas Lampung. http://digilib.unila.ac.id/16366. Diakses pada 11
Agustus 2018
Arafat, Muhammad Alim. (2009). Strategi humas dinas pariwisata dalam
menyebarluaskan informasi wisata daerah pacitan. Surabaya: UIN Sunan
Ampel Surabaya. http://digilib.uinsby.ac.id/id/eprint/7354. Diakses pada 11
Agustus 2018
Bungin, Burhan. (2011). Metodologi penelitian kualitatif :aktualisasi metodologis ke
arah ragam varian kontemporer. Jakarta: Rajawali pers
Bappeda lampung. (2016). Laporan pelaksanaan penanggulangan kemiskinan daerah
(LP2KD) Provinsi Lampung tahun 2016. Diperoleh dari http:// www.bappeda.
lampungprov.go.id, diakses pada tanggal 10 Agustus 2018
BSNP. (2006). Panduan penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan jenjang
pendidikan dasar dan menengah. Diperoleh dari http://www.kemendikbud.go.
id, diakses pada 09 agustus 2018
BPS (a) 2018. Jumlah penduduk miskin, persentase penduduk miskin dan garis
kemiskinan 2015-2017. http://bps.go.id. Diakses pada 11 Agustus 2018
____(b) 2018. Rata-rata lama sekolah penduduk umur ≥ 15 tahun menurut daerah
tempat tinggal, 2011 – 2016. Diperoleh dari http://bps.go.id. Diakses pada 11
Agustus 2018
___(c ) 2018. Jumlah penduduk miskin menurut provinsi di Pulau Sumatra 2016-
2018. Diperoleh dari http://bps.go.id. Diakses pada 11 Agustus 2018
___(d) 2018. Jumlah penduduk miskin Kabupaten Lampung Tengah. Diperoleh dari
http://bps.go.id. Diakses pada 11 Agustus 2018
Dr. Achmat Subekan, S.E., M.Si. (2014). Widyaiswara balai diklat keuangan Malang:
fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara. Diperoleh dari
http://bppk.kemenkeu.go.id/id/publikasi/artikel, Diakses pada 08 Agustus
2018
Fahrudin, Adi. (2012). Pengantar Kesejahteraan Sosial. Bandung: PT. Refika
Aditama
Faddillah, Hanif. (2014). Prosesi pernikahan adat jawa di Kelurahan Bandar Jaya
Barat, Kecamatan Terbanggi Besar, Kabupaten Lampung Tengah.
http://digilib.unila.ac.id/3823. Diakses pada 09 Oktober 2018. Bandar
Lampung: Universitas Lampung
Febriani, Happy Putri. (2013). Pemberian motivasi kepala perpustakaan dalam
meningkatkan prestasi kerja pustakawan di UPT Perpustakaan Iain Surakarta.
http://eprints.undip.ac.id/40789/. Semarang: Universitas Diponegoro
Helmawati. (2016). Strategi perempuan buruh ikan asin dalam pemenuhan
kebutuhan rumahtangga (Studi di Pulau Pasaran, Kelurahan Kota Karang,
Kecamatan Teluk Betung Timur , Kota Bandarlampung). Bandar Lampung:
Universitas Lampung. http://digilib.unila.ac.id/24843. Diakses pada 11
Agustus 2018
Irwan. (2015). Strategi bertahan hidup perempuan penjual buah-buahan (studi
perempuan di Pasar Raya Padang kecamatan Padang Barat Kota Padang
Provinsi Sumatera Barat). Vol. XIV No. 2
Kusnadi. (2000). Nelayan Adaptasi dan Jaringan Sosial. Bandung: Humaniora
Utama Press
Kusumawati, Rima. (2015). Kesejahteraan sosial usia lanjut tukang becak di
Kecamatan Wonosari Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta
Katili, Nurul Siyamsari. (2016). Strategi adaptif tukang bentor dalam mewujudkan
kesejahteraan keluarga (Studi kasus tukang bentor yang beroperasi di Depan
Kampus II Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar).
http://repositori.uin-alauddin.ac.id/2065/1. Makassar: UIN Alauddin Makassar
Kementrian PPN/Bappenas. (2017). Siaran pers: bonus demografi 2030-2040:
strategi Indonesia terkait ketenagakerjaan dan pendidikan. Diperoleh dari
https://www.bappenas.go.id/files/9215/0397/6050/Siaran_Pers_Peer_Learnin
g_and_Knowledge_Sharing_Workshop, diakses pada 08 Agustus 2018
Kompas.com. (2018). Prabowo: kekayaan bangsa Indonesia hanya dinikmati
segelintir orang. Diperoleh dari https://regional.kompas.com/ read/2018/05/
06/prabowo-kekayaan-bangsa-hanya-dinikmati-segelintir-orang, diakses pada
09 Agustus 2018
KBJI (a) 2002. Klasifikasi baku jenis pekerjaan di Indonesia. Diperoleh dari
https://sirusa.bps.go.id/webadmin/doc/KBJI2002.pdf. Diakses pada 12
Agustus 2018
____(b) 2014. Klasifikasi baku jenis pekerjaan di Indonesia. Diperoleh dari
https://www.bps.go.id/website/fileMenu/KBJI-2014.pdf. Diakses pada 27
September 2018
Khaz, Sandi Asriadi. (2018). Strategi buruh petani sawit dalam memenuhi
kehidupan keluarga (Studi PTPN III Sei Meranti di Kecamatan Bagan
Sinembah Kabupaten Rokan Hilir). JOM FISIP Vol. 5 No. 1
Lestari, Dewi. (2017). Strategi pemenuhan kebutuhan hidup keluarga sopir
angkutan barang (Studi pada sopir angkutan barang di PT. Sekarsindo
Sejahtera Harapan Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan). Bandar
Lampung: Universitas Lampung
Lampung Pos. (2018). PKH Lampung meningkat 100 Persen. Diperoleh dari
https://lampungpost.id/kota/lampung-2/pkh-lampung-meningkat-100-persen.
diakses pada 16 September 2018
Maulidah, Fadlliyah. (2015). Pengaruh tingkat pendidikan, pendapatan dan konsumsi
terhadap jumlah penduduk miskin di Provinsi Jawa Timur. Vol. 3. No. 1
Mesra, Cerah Kurnia dan Wiji Astuti. (2016). Kontribusi motivasi belajar dan
lingkungan tempat tinggal terhadap hasil belajar mahasiswa Jurusan Seni
Rupa Universitas Negeri Medan.
Medantoday.com (2017). Fenomena ‘Senjakala” angkutan konvensional dengan
hadirnya tren transportasi online. Diperoleh dari http://medantoday.com,
diakses pada 09 Agustus 2018
Mangatta, Baihaqi Hendri. (2016). Strategi adaptasi tukang becak dalam kehidupan
sosial ekonomi (Studi kasus tukang becak di Kelurahan Bontobiraeng
kecamatan Mamajang Kota Makassar). Jurnal holistik, tahun IX No. 18
Naray, Stefie Setiawati. (2014). Pengaruh tingkat pendidikan, pelatihan dan
pengalaman kerja terhadap kinerja pegawai pemerintahan kecamatan (Studi
kasus di kecamatan Tanjung Karang Timur). Bandar Lampung: Universitas
Lampung. http://digilib.unila.ac.id/5538. Diakses pada 11 Agustus 2018
Purwanto, Erwan Agus. (2007). Mengkaji potensi Usaha Kecil dan Menengah
(UKM) untuk pembuatan kebiiakan anti kemiskinan di Indonesia. Vol. 10,
No. 3
Soyomukti, Nurani. (2016). Pengantar sosiologi :dasar analisis, teori, & pendekatan
menuju analisis masalah-masalah sosial, perubahan sosial, & kajian-kajian
strategis. Yogyakarta: Ar Ruzz Media
Singarimbun, Masri dan Efendi Sofian. (1987). Metode penelitian survey. Jakarta:
LP3ES
Suharto, Edi. (2009). Kemiskinan & Perlindungan Sosial di Indonesia. Bandung:
Alfabeta
Sugiyono. (2013). Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Suryawati, Chriswardani. (2005). Memahami kemiskinan secara multidimensional.
JMPK Vol. 08 No.03
Soleman, Mochdar dan Noer, Mohammad. (2017). Nawacita sebagai strategi khusus
Jokowi periode oktober 2014 - Oktober 2015. Vol. 13 No. 1
Sukmawati,Ayoe Diah. (2013). Deskripsi tentang perkembangan sosial ekonomi
masyarakat Desa Ratna Daya kecamatan Raman Utara kabupaten Lampung
Timur. Bandar Lampung: Universitas Lampung. http://digilib.unila.ac.id/873.
Diakses pada 13 Agustus 2018
Suryadi, Dwi. (2010). Strategi kelangsungan hidup tukang becak (Studi di
Paguyuban Becak Wisata Yogyakarta). http://eprints.uny.ac.id/28173/1.
Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta
Salem, Veronike Eunike T. (1998). Strategi kelangsungan hidup tukang becak
(Studi kasus tukang becak yang mangkal di kawasan Malioboro Yogyakarta).
etd.repository.ugm.ac.id. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada
Tasrum, Abdyaskar. (2014). Strategi adaptif tukang becak dalam bertahan hidup.
http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/9767. Palopo: Universitas
Hasanudin
Taneko, Soleman B. (1994). Sistem Sosial Indonesia. Jakarta: Fajar Agung
Tribun. (2018). Ini upah minimum Provinsi Lampung 2018. Diperoleh dari
http://lampung.tribunnews.com/2017/10/31/ini-upah-minimum-provinsi-
lampung-2018, diakses tanggal 11 Agustus 2018
Undang-Undang Dasar 1945 Bab XIV tentang perekonomian nasional dan
kesejahteraan nasional
Undang-Undang Nomor .6 Tahun 1974 Pasal 2 ayat 1tentang ketentutan ketentuan
pokok kesejahteraan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor. 20 tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional
Undang-Undang Nomor. 2 tahun 1989 tentang pendidikan dasar
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Bab X tentang warga negara dan
penduduk