strategi tax planing

6
1. Strategi Tax Planning yang dapat diterapkan terkait dengan kewajiban entitas usaha dalam hal pembayaran PPh Badan. Tax Planning pada Perusahaan Menurut James A.F. Stoner, perusahaan adalah sekumpulan orang-orang yang bekerjasama secara terstruktur dengan tujuan untuk mencapai sasaran (goal) yang spesifik atau sejumlah sasaaran (goals) yang telah ditetapkan. Perusahaan merupakan bagian integral dari sitem ekonomi yang menggunakan sumber daya langka untuk menghasilkan barang dan jasa. Salah satu tujuan utama perusahaan adalah “laba” (profit ),sekaligus alat pemotivasi investor menanamkan modal dalam perusahaan. Karena laba merupakan orientasi utama, maka manajemen keuangan perusahaan selain harus memfokuskan diri pada perolehan dan penggunaan sumber keuangan, juga pada pemanfaatan sumber daya lainnya secara efektif dan efisien guna meningkatkan kinerja perusahaan, sehingga perusahaan dapat mencapai laba yang optimum. Tax planning dalam kegiatan usaha wajib pajak adalah untuk mencapai sasaran perusahaan dalam pemenuhan kewajiban perpajakan, dengan cara menggunakan tax planning secara lengkap, benar dan tepat waktu yang sesuai dengan Undang- undang Perpajakan, sehingga tidak terkena sanksi administrative (denda, bunga, kenaikan pajak) dan sanksi pidana. Hal tersebut untuk efisiensi dan efektifitas pemanfaatan sumber daya, guna meningkatkan kinerja perusahaan dalam memperoleh laba yang optimal, seperti misalnya dengan tidak melaksanakan penjualan secara besar- besaran (cuci gudang) di akhir tahun (20X0, namun justru dilakukan pada awal tahun (20X1). Tindakan ini bertujuan agar pajak yang harus dibayar perusahaan dapat ditunda hingga akhir tahun 20X1. Dibandingkan apabila penjualan dilakukan pada akhir tahun 20X0, perusahaan harus langsung membayar pajak pada awal tahun 20X1. Dengan demikian kesempatan untuk memanfaatkan hasil dari penundaan pembayaran pajak (investasi usaha atau deposito) akan hilang. Motivasi Dilakukannya Tax Planning

Upload: elfrida-tambunan

Post on 23-Sep-2015

4 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tax planing perusahaan

TRANSCRIPT

1. Strategi Tax Planning yang dapat diterapkan terkait dengan kewajiban entitas usaha dalam hal pembayaran PPh Badan.

Tax Planning pada PerusahaanMenurut James A.F. Stoner, perusahaan adalah sekumpulan orang-orang yang bekerjasama secara terstruktur dengan tujuan untuk mencapai sasaran (goal) yang spesifik atau sejumlah sasaaran (goals) yang telah ditetapkan. Perusahaan merupakan bagian integral dari sitem ekonomi yang menggunakan sumber daya langka untuk menghasilkan barang dan jasa. Salah satu tujuan utama perusahaan adalah laba (profit ),sekaligus alat pemotivasi investor menanamkan modal dalam perusahaan. Karena laba merupakan orientasi utama, maka manajemen keuangan perusahaan selain harus memfokuskan diri pada perolehan dan penggunaan sumber keuangan, juga pada pemanfaatan sumber daya lainnya secara efektif dan efisien guna meningkatkan kinerja perusahaan, sehingga perusahaan dapat mencapai laba yang optimum. Tax planning dalam kegiatan usaha wajib pajak adalah untuk mencapai sasaran perusahaan dalam pemenuhan kewajiban perpajakan, dengan cara menggunakan tax planning secara lengkap, benar dan tepat waktu yang sesuai dengan Undang-undang Perpajakan, sehingga tidak terkena sanksi administrative (denda, bunga, kenaikan pajak) dan sanksi pidana. Hal tersebut untuk efisiensi dan efektifitas pemanfaatan sumber daya, guna meningkatkan kinerja perusahaan dalam memperoleh laba yang optimal, seperti misalnya dengan tidak melaksanakan penjualan secara besar-besaran (cuci gudang) di akhir tahun (20X0, namun justru dilakukan pada awal tahun (20X1). Tindakan ini bertujuan agar pajak yang harus dibayar perusahaan dapat ditunda hingga akhir tahun 20X1. Dibandingkan apabila penjualan dilakukan pada akhir tahun 20X0, perusahaan harus langsung membayar pajak pada awal tahun 20X1. Dengan demikian kesempatan untuk memanfaatkan hasil dari penundaan pembayaran pajak (investasi usaha atau deposito) akan hilang.

Motivasi Dilakukannya Tax Planning Motivasi yang mendasari dilakukannya suatu perencanaan pajak (tax planning)umumnya bersumber dari tiga unsur perpajakan, yaitu sebagai berikut: a.Kebijakan perpajakan (tax policy)Merupakan alternatif dari berbagai sasaran yang hendak dituju dalam system perpajakan. Dari berbagai aspek tax policy terdapat faktor-faktor yang mendorong dilakukannya tax planning, yaitu pajak apa yang akan dipungut, siapa yang akan dijadikan subjek pajak, apa yang merupakan objek pajak, berapa besarnya tariff pajak dan bagaimana prosedurnya. b.Undang-undang perpajakan (tax law) Dalam pelaksanaannya, Undang-undang selalu diikuti dengan ketentuan-ketentuan lain, termasuk Undang-undang perpajakan yang diikuti oleh Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, Keputusan Menteri Keuangan, Keputusan Dirjen Pajak. Dengan banyaknya ketentuan tersebut, membuka celah bagi wajib pajak untuk menganalisis kesempatan guna perencanaan pajak yang baik. c.Administrasi perpajakan (tax administration)Indonesia masih mengalami kesulitan dalam melaksanakan administrasi perpajakan secara memadai. Hal ini mendorong perusahaan untuk melakukan perencanaan pajak yang baik agar terhindar dari sanksi administrasi maupun pidanakarena perbedaan penafsiran antara fiskus dan wajib pajak, luasnya aturan perpajakan dan sistem informasi yang belum efektif.

Tujuan penerapan Tax Planning yaitu untuk mengurangi jumlah atau total pajak yang harus dibayar. Strategi Tax Planning yang diterapkan terkait dengan kewajiban entitas usaha harus secara legal, Tax Planning adalah langkah awal dari manajemen strategi WP Badan secara keseluruhan. Jadistrategi tax planning yang dapat dilakukan terkait dengan kewajiban entitas usaha dalam hal pembayaran PPh Badan yaitu

-Upaya untuk meminimalisasi pembayaran pajak penghasilan Badan dilakukan dengan cara memberikan tunjangan kesejahteraan kepada karyawan. Pemberian tunjangan kesejahteraan karyawan dapat mengurangi biaya yang diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan yang terkena koreksi positif. Biaya kesejahteraan karyawan terdiri dari biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk kepentingan rumah dinas dan biaya lain diluar usaha. Sesuai dengan UU Nomor 36 Tahun 2008 dijelaskan jika pengeluaran sehubungan dengan pekerjaan yang boleh dikurangkan dari penghasilan bruto harus dilakukan dalam bentuk uang, pengeluaran yang dilakukan dalam bentuk natura atau kenikmatan missal menempati rumah secara Cuma Cuma tidak boleh dibabankan sebagai biaya dan bagi pihak yang menerima atau menikmati bukan merupakan penghasilan. Jadi kesimpulannya pengeluaran untuk kesejahteraan karyawan missal rumah dinas dapat diberikan dalam bentuk uang dengan cara memberkan tunjangan. Sehingga pengeluaran tersebut missal biaya yang dikeluarkan perusahaan dapat mengurangi penghasilan bruto dan tidakt terkena koreksi fiscal positif.

-DilihatdariPPh 21Jika dilihat dari PPh 21 yang ditanggung perusahaan (WP Badan) jikaPPh 21 ditanggung oleh karyawan maka perusahaan tidak mengalami kerugian karena tidak dapat kerugian antara biaya fiscal dan biaya komersial yang harus dibayar perusahaan Jika pajak penghasilan pasal 21 diberikan dalam bentuk tunjangan pajak, maka gaji yang akandibawa lebih besar dari alternative 1, perusahaan dalam hal ini tidak mengalami kerugian, karena tidak ada selisih biaya antara pajak dan komersial Jika pajak penghasilan ps 21 di gross up maka gaji yang akan dibawakaryawan lebih besar dari alternative 1 dan 2, dalam hal ini perusahaan juga tidak mengalami kerugian karena tidak ada selisih antara biaya fiscal dan komersial yang harus dibayar perusahaan.

-Perusahaan Dalam mengeluarkan beban kesehatan untuk karyawan dalam pembayaran premi asuransi dan beban pengobatan rawat jalan karyawan, jumlah beban tersebut dapat dibebankan oleh perusahaan, dalam hal beban kesehatan tersebut dilengkapi bukti dokumen asli pembayaran beban berobat sehingga dapat menjadi pengurang dari penghasilan kena pajak. Tunjangan tersebut bagi karyawan dapat diakui sebagai penhasilan.

-Pajak atas penghasilan karyawan diperlakukan sebagai tunjangan pajak penghasilan karyawan yang menambah penghasilan karyawan. Dalam metode ini tidak menghilangkan kewajiban pemotongan PPh 21 atas penghasilan karyawan dimana PPh pasal 21 tatp dipotong dari penghasilan karyawan. Perusahaan tetap menanggung PPh pasal 21 karyawan, namun tanggungan diberikan melalui pemberian tunjangan PPh pasal 21.

2. Siapakah yang layaknya melakukan rekonsiliasi fiskal, jelaskan alasan anda! Serta jelasakan tahapan-tahapan rekonsiliasi fiskal?Rekonsiliasi fiscal adalah koreksi atau penyesuaian yang harus dilakukan oleh wajib pajak sebelum menghitung Pajak Penghasilan (PPh) bagi wajib pajak badan dan wajib pajak orang pribadi (yang menggunakan pembukuan dalam menghitung penghasilan kena pajak). Rekonsiliasi fiscal terjadi perbedaan pengakuan dalam menyusun laporan keuangan antara komersial dengan perpajakan. Rekonsiliasi fiscal dilakukan terhadap:

-Wajib pajak yang memiliki penghasilan final.Atas penghasilan yang telah dikenakanPPh Final maka penghasilan tersebut harus dikeluarkan dari penghitungan PPh terutang akhir tahun karena kewajiban pajaknya dianggap telah selesai. Sehingga PPh final yang telah dipotong tidak boleh menjadi kredit pajak.

-Wajib pajak yang memiliki penghasilan yang bukan objek pajak.Atas penghasilan yang bukanobjekpajak, WP harus memlakukan rekonsiliasi karena atas penghasilan tersebut WP tidak terutang PPh.Misal dividen yang memenuhi syarat sesuai pasal 4 ayat 3 UU PPh.

-Wajib pajak mengeluarkan biaya biaya yang tidak boleh menjadi pengurang penghasilan (pasal 9 UU PPH).Hal ini mengakibatkan adanya beda tetap yaitu perbedaan perlakuan yang sangat jelas karena pengaturan yang berlawanan antara perpajakan dan standar akuntansi keuangan atas perbedaan tersebut harus dikoreksi fiscal.

-Wajib Pajak mengeluarkan biaya yang boleh menjadi pengurang tetapi metode pengakuan biaya tersebut diatur oleh ketentuan fiscal.Dalam hal ini terjadi beda waktu yaitu perbedaan perlakuan yang diakibatkan oleh adanya perbedaan metode antara perpajakan dan SAK, atas perbedaan ini harus dikoreksi sesuai dengan perpajakan.

-Wajib pajak mengeluarkan biaya yang dikeluarkan bersama untuk mendapatkan pendapatan yang telah dikenakanPPh Final.Atas pengeluaran biaya tersebut maka WP harus menghitung biaya yang dapat dikurangkan dan tidak dapat dikurangkan, maka harus dilakukan koreksi.

Tahapan dalam melakukan Rekonsiliasi FiskalPenyusunan rekonsliasi fiscal berdasarkan UU No 36 tahun 2008 tentang pajak penghasilan dan peraturan pelaksanaannya. Rekonsiliasi fiscal terdiri dari koreksi positif dan koreksi negative. Koreksi positif yaitu koreksi pajak yang mengakibatkan bertambahnya laba kena pajak dan koreksi fiscal negative yaitu koreksi pajak yang mengakibatkan berkurangnya laba kena pajak.Penyusunan rekonsiliasi fiscal dapat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

1.Mencari adanya koreksi fiscal dari peredaran usaha dan pendapatan diluar usaha dengan cara mencocokkan dengan pasal 4 UU No 36 tahun 2008

2.Kemudian mencari koreksi fiscal dari harga pokok penjualan, biaya administrasi dan umum serta biaya luar usaha dengan cara mencocokkan dengan pasal 6 dan pasal 9 uu no 36 tahun 2008.

3.Setelah pospos yang dikoreksi dimasukkan pada koreksi positif dan negative maka selanjutnya menghitung laba sebelum pajak, besarnya PPh, dan laba setelah pajak.Teknik rekonsiliasi fiskal dilakukan dengan cara sebagai berikut :1. Jika suatu penghasilan diakui menurut akuntansi tetapi tidak diakui menurut fiskal, rekonsiliasi dilakukan dengan mengurangkan sejumlah penghasilan tersebut dari penghasilan menurut akuntansi, yang berarti mengurangi laba menurut akuntansi.2. Jika suatu penghasilan tidak diakui menurut akuntansi tetapi diakui menurut fiskal, rekonsiliasi dilakukan dengan menambahkan sejumlah penghasilan tersebut pada penghasilan menurut akuntansi, yang berarti menambah laba menurut akuntansi.3. Jika suatu biaya atau pengeluaran diakui menurut akuntansi tetapi tidak diakui sebagai pengurang penghasilan bruto menurut fiskal, rekonsiliasi dilakukan dengan mengurangkan sejumlah biaya/pengeluaran tersebut dari biaya menurut akuntansi yang berarti menambah laba menurut akuntansi.4. Jika suatu biaya/pengeluaran tidak diakui menurut akuntansi tetapi diakui sebagai pengurang penghasilan bruto menurut fiskal, rekonsiliasi dilakukan dengan menambahkan sejumlah biaya/pengeluaran tersebut pada biaya menurut akuntansi, yang berarti mengurangi laba menurut akuntansi.