strategi reviu dan penilaian dokumendigilib.batan.go.id/e-prosiding/file prosiding/iptek...

8
396 PB04 STRATEGI REVIU DAN PENILAIAN DOKUMEN SAFETY CASE REAKTOR DAYA EKSPERIMENTAL Wiryono 1 , Tino Sawaldi Adi Nugroho 2 , Dahlia C. Sinaga 3 1,2,3 Direktorat Perizinan Instalasi dan Bahan Nuklir BAPETEN, Jl. Gajah Mada 8 Jakarta 10120 email: [email protected]; [email protected]; [email protected] ABSTRAK Telah dilakukan suatu tinjauan mengenai Strategi Reviu dan Penilaian Safety Case Reaktor Daya Eksperimental (RDE) sebagai upaya yang harus dipersiapkan untuk mengantisipasi adanya permohonan persetujuan desain oleh BATAN. Tinjauan ini dilakukan dengan beberapa tahapan dimulai pembentukan Tim Reviu dan Penilaian, proses reviu dan penilaian atas format dan isi dokumen safety case, proses reviu dan penilaian secara rinci, penyusunan temuan hasil evaluasi, pembahasan dengan pemohon izin dalam Review Meeting, pelaksanaan inspeksi atau verifikasi selama perizinan, dan penetapan kondisi izin, penyusunan Laporan Evaluasi Keselamatan (LEK), dan proses penerbitan persetujuan desain RDE. Dari tinjauan ini digunakan oleh BAPETEN sebagai pertimbangan untuk menetapkan kualifikasi dan pelatihan yang dibutuhkan oleh anggota Tim, termasuk penetapan Tenaga Ahli yang dibutuhkan untuk melakukan reviu dan penilaian setiap bagian dari dokumen safety case. Selain itu juga untuk memperkecil kemungkinan adanya moving target atas temuan hasil evaluasi, untuk menghindari adanya kesalahan pemahaman atas temuan hasil evaluasi yang dituliskan oleh evaluator dan memudahkan untuk melakukan tindaklanjut atau perbaikan oleh pemohon. Selain itu juga untuk menetapkan kondisi izin yang disepakati bersama dengan pemohon. Sehingga pada akhirnya tercapai kemudahan dalam pengelolaan kegiatan reviu dan penilaian maupun mampu telusur atas dokumen temuan hasil evaluasi yang muara pada penyusunan LEK sebagai dasar penerbitan persetujuan desain. Keywords: reviu dan penilaian, safety case, review meeting, verifikasi, laporan evaluasi keselamatan ABSTRACT A review of the Review and Assessment of Safety Case Document of Experimental Power Plant as an effort must be prepared to anticipate the application of design approval by BATAN. This review was conducted with several stages starting from the formation of Review and Assessment Team, review and assessment of the format and contents of the safety case, detailed review and in-depth review, preparation of the evaluation findings, the discussion with the applicant in Review Meeting, the implementation of inspection or verification during licensing, and the determination of the license condition, process of issuing a design approval. This review will be use by BAPETEN as one of the considerations to determine the qualifications and training, to minimize the possibility of a moving target of the findings, to avoid any misunderstanding of the findings written, and also to establish the license conditions, to ensure that the information conveyed in the safety case is in line with the conditions in the field, but it is also an attempt to ensure that follow-up is not possible in the safety case but has been done or acted upon by the applicant. Thus, in the end, ease in the review and assessment activities and traceability can be found on the evaluation findings of the preparation of SER as the basis of the issuance of the design approval. Keywords: review and assessment, safety case, review meeting, verification, safety evaluation report

Upload: others

Post on 02-May-2020

18 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: STRATEGI REVIU DAN PENILAIAN DOKUMENdigilib.batan.go.id/e-prosiding/File Prosiding/Iptek Nuklir/Bapeten... · Komponen (SSK) yang penting untuk keselamatan dalam rangka pemenuhan

396

PB04 STRATEGI REVIU DAN PENILAIAN DOKUMEN SAFETY CASE REAKTOR DAYA

EKSPERIMENTAL

Wiryono1, Tino Sawaldi Adi Nugroho2, Dahlia C. Sinaga3 1,2,3Direktorat Perizinan Instalasi dan Bahan Nuklir BAPETEN, Jl. Gajah Mada 8 Jakarta 10120

e­mail: [email protected]; [email protected]; [email protected] ABSTRAK Telah dilakukan suatu tinjauan mengenai Strategi Reviu dan Penilaian Safety Case Reaktor Daya Eksperimental (RDE) sebagai upaya yang harus dipersiapkan untuk mengantisipasi adanya permohonan persetujuan desain oleh BATAN. Tinjauan ini dilakukan dengan beberapa tahapan dimulai pembentukan Tim Reviu dan Penilaian, proses reviu dan penilaian atas format dan isi dokumen safety case, proses reviu dan penilaian secara rinci, penyusunan temuan hasil evaluasi, pembahasan dengan pemohon izin dalam Review Meeting, pelaksanaan inspeksi atau verifikasi selama perizinan, dan penetapan kondisi izin, penyusunan Laporan Evaluasi Keselamatan (LEK), dan proses penerbitan persetujuan desain RDE. Dari tinjauan ini digunakan oleh BAPETEN sebagai pertimbangan untuk menetapkan kualifikasi dan pelatihan yang dibutuhkan oleh anggota Tim, termasuk penetapan Tenaga Ahli yang dibutuhkan untuk melakukan reviu dan penilaian setiap bagian dari dokumen safety case. Selain itu juga untuk memperkecil kemungkinan adanya moving target atas temuan hasil evaluasi, untuk menghindari adanya kesalahan pemahaman atas temuan hasil evaluasi yang dituliskan oleh evaluator dan memudahkan untuk melakukan tindaklanjut atau perbaikan oleh pemohon. Selain itu juga untuk menetapkan kondisi izin yang disepakati bersama dengan pemohon. Sehingga pada akhirnya tercapai kemudahan dalam pengelolaan kegiatan reviu dan penilaian maupun mampu telusur atas dokumen temuan hasil evaluasi yang muara pada penyusunan LEK sebagai dasar penerbitan persetujuan desain. Keywords: reviu dan penilaian, safety case, review meeting, verifikasi, laporan evaluasi keselamatan ABSTRACT A review of the Review and Assessment of Safety Case Document of Experimental Power Plant as an effort must be prepared to anticipate the application of design approval by BATAN. This review was conducted with several stages starting from the formation of Review and Assessment Team, review and assessment of the format and contents of the safety case, detailed review and in-depth review, preparation of the evaluation findings, the discussion with the applicant in Review Meeting, the implementation of inspection or verification during licensing, and the determination of the license condition, process of issuing a design approval. This review will be use by BAPETEN as one of the considerations to determine the qualifications and training, to minimize the possibility of a moving target of the findings, to avoid any misunderstanding of the findings written, and also to establish the license conditions, to ensure that the information conveyed in the safety case is in line with the conditions in the field, but it is also an attempt to ensure that follow-up is not possible in the safety case but has been done or acted upon by the applicant. Thus, in the end, ease in the review and assessment activities and traceability can be found on the evaluation findings of the preparation of SER as the basis of the issuance of the design approval. Keywords: review and assessment, safety case, review meeting, verification, safety evaluation report

Page 2: STRATEGI REVIU DAN PENILAIAN DOKUMENdigilib.batan.go.id/e-prosiding/File Prosiding/Iptek Nuklir/Bapeten... · Komponen (SSK) yang penting untuk keselamatan dalam rangka pemenuhan

397

PENDAHULUAN Perkembangan teknologi nuklir untuk

penyediaan energi di dunia ini sangat pesat. Teknologi reaktor nuklir yang berkembang saat ini tidak hanya untuk reaktor nuklir berbasis air ringan/Light Water Reactor (LWR), namun juga untuk tipe reaktor yang lain salah satunya tipe High Temperature Gas-Cooled Reactor (HTGR). Teknologi reaktor tipe HTGR ini menggunakan bahan bakar jenis bola/pebble bed yang dikembangkan oleh China dan jenis prismatik yang dikembangkan oleh Jepang.

BATAN berencana untuk membangun reaktor tipe HTGR yang disebut dengan Reaktor Daya Eksperimental (RDE) dengan daya nominal 10 MWt (thermal) atau setara dengan 3 MWe (elektrik). Dimulai pada 10 Maret 2014, BATAN mengajukan permohonan Persetujuan Evaluasi Tapak sebagai bentuk komitmen untuk menyiapkan rencana lokasi pembangunan RDE. Setelah melakukan review dan penilaian dengan melibatkan pakar nasional dari berbagai perguruan tinggi dan juga pakar internasional melalui IAEA, maka pada tanggal 25 Februari 2015 BAPETEN menerbitkan Persetujuan Evaluasi Tapak untuk Reaktor Daya Non Komersial (RDNK) yang diajukan oleh BATAN. Kemudian dilanjutkan pada tanggal 27 Oktober 2015, BATAN mengajukan permohonan Izin Tapak untuk melakukan penyiapan tapak pembangunan RDE. Dengan melibatkan pakar nasional dan juga pakar internasional melaui IAEA untuk melakukan reviu dan penilaian terhadap pemenuhan persyaratan izin tapak, maka pada tanggal 23 Januari 2017 BAPETEN menerbitkan Izin Tapak untuk Reaktor Daya Non Komersial (RDNK).

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perizinan Instalasi Nuklir dan Pemanfaatan Bahan Nuklir, dinyatakan bahwa persetujuan desain hanya bisa dilakukan oleh pemohon yang telah mempunyai izin tapak. Sedangkan untuk pengajuan permohonan persetujuan desain, pemohon harus melampirkan dokumen Desain Rinci Reaktor Nuklir, dan Laporan Analisis Keselamatan. Desain Rinci Reaktor Nuklir yang dimaksud dalam lampiran permohonan tersebut adalah desain lengkap dan terinci tentang Reaktor Nuklir yang akan dibangun, antara lain terdiri atas spesifikasi teknis bahan­bahan dan komponen­komponen yang digunakan dalam konstruksi dan pembuatan komponen­komponen Reaktor Nuklir, beserta uraian teknis proses pembuatan komponen­komponen Reaktor Nuklir tersebut, dan gambar teknis yang memuat dimensi dan skala, yang menjadi dasar pelaksanaan Konstruksi[1].

Meskipun sampai saat ini BATAN belum mengajukan permohonan Persetujuan Desain untuk RDE secara resmi kepada BAPETEN, namun dalam rangka persiapan untuk melakukan reviu dan penilain terhadap dokumen persyaratan Persetujuan Desain, BAPETEN berencana untuk melibatkan

pakar nasional dari berbagai perguruan tinggi untuk melakukan reviu dan penilaian teknis secara ilmiah terhadap dokumen Desain Rinci Reaktor Nuklir dan dokumen Laporan Analisis Keselamatan.

Dari tinjauan ini diharapkan dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk menetapkan kualifikasi dan pelatihan bagiTim Reviu dan Penilaian, termasuk penetapan Tenaga Ahli yang dibutuhkan untuk melakukan reviu dan penilaian setiap bagian dari dokumen safety case. Reviu dan penilaian awal terhadap format dan isi diharapkan dapat memperkecil kemungkinan adanya moving target atas temuan hasil evaluasi awal dengan evaluasi berikutnya. Sedangkan pertemuan dengan pemohon dalam review meeting yang melibatkan tenaga ahli dari kedua belah pihak diharapkan dapat mengurangi adanya kesalahan pemahaman atas temuan hasil evaluasi yang dituliskan oleh evaluator dan memudahkan untuk melakukan tindaklanjut atau perbaikan oleh pemohon. Komunikasi dengan metode tatap muka langsung (face to face) diantara Tenaga Ahli dari kedua belah pihak diharapkan dapat memberikan kemudahan pemahaman atas temuan evaluasi dan upaya untuk menindaklanjuti temuan hasil evaluasi tersebut. Selain itu juga diharapkan dapat digunakan untuk menetapkan kondisi izin yang telah disepakati bersama dengan pemohon. Inspeksi atau verifikasi selama perizinan diharapkan dapat digunakan untuk memastikan bahwa informasi yang disampaikan dalam dokumen safety case selaras dengan kondisi dan implementasi di lapangan, selain itu juga diharapkan sebagai upaya untuk memastikan bahwa tindaklanjut yang tidak memungkinkan disampaikan dalam dokumen safety case tetapi telah dilakukan atau ditindaklanjuti oleh pemohon. Diharapkan pada akhirnya diperoleh kemudahan dalam pengelolaan kegiatan reviu dan penilaian maupun mampu telusur atas dokumen temuan hasil evaluasi dan tindak lanjutnya bermuara pada penyusunan Laporan Evaluasi Keselamatan sebagai dasar penerbitan persetujuan atau izin.

POKOK BAHASAN

Konstruksi instalasi nuklir wajib dilaksanakan oleh pemegang izin dengan didasarkan pada desain yang memenuhi prinsip dasar keselamatan nuklir yang meliputi[2]: a. keselamatan inheren; b. penghalang ganda; c. margin keselamatan; d. redundansi; e. keragaman; f. kemandirian; g. gagal­selamat; dan h. kualifikasi peralatan

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2012 tentang Keselamatan dan Keamanan Instalasi Nuklir, dinyatakan bahwa Pemegang izin wajib menjamin terpenuhinya persyaratan desainsejak konstruksi sampai dengan

Page 3: STRATEGI REVIU DAN PENILAIAN DOKUMENdigilib.batan.go.id/e-prosiding/File Prosiding/Iptek Nuklir/Bapeten... · Komponen (SSK) yang penting untuk keselamatan dalam rangka pemenuhan

398

dekomisioning. Persyaratan desain meliputi persyaratan umum dan persyaratan khusus desain.

Desain rinci reaktor nuklir memuat informasi mengenai desain Struktur, Sistem, dan Komponen (SSK) yang penting untuk keselamatan dalam rangka pemenuhan terhadap persyaratan umum desain dan persyaratan khusus desain. Persayaratan umum desain meliputi[2]: a. keandalan struktur, sistem, dan komponen; b. kemudahan operasi, inspeksi, perawatan, dan

pengujian; c. kesiapsiagaan dan penanggulangan keda­ruratan

nuklir; d. kemudahan dekomisioning; e. proteksi radiasi; f. untuk faktor manusia; dan g. untuk meminimalkan penuaan.

Sedangkan persyaratan khusus desain reaktor nuklir meliputi paling sedikit desain untuk[2]: 1. teras reaktor; 2. sistem pemindahan panas; 3. sistem shutdown; 4. sistem proteksi reaktor; 5. fitur keselamatan teknis; 6. sistem pengungkung; 7. sistem instrumentasi dan kendali; 8. sistem penanganan dan penyimpanan bahan

bakar nuklir; 9. sistem pengelolaan limbah radioaktif; dan 10. sistem bantu.

Sedangkan dokumen Laporan Analisis Keselamatan (LAK) antara lain memuat[2]: 1. pendahuluan; 2. tujuan keselamatan dan persyaratan desain; 3. karakteristik Tapak; 4. gedung dan struktur; 5. reaktor nuklir; 6. sistem pendingin reaktor nuklir dan sistem

terkait; 7. fitur keselamatan teknis; 8. instrumentasi dan kendali; 9. sistem catu daya listrik; 10. sistem pendukung; 11. proteksi dan keselamatan radiasi; 12. pelaksanaan operasi; 13. rencana pengelolaan dan pemantauan

lingkungan; 14. komisioning; 15. analisis keselamatan; 16. batasan dan kondisi operasi; 17. sistem manajemen; 18. dekomisioning; dan 19. kesiapsiagaan dan penanggulangan keadaan

darurat. Proses reviu dan penilaian yang dilakukan

oleh L'Institut de Radioprotection et de Sûreté Nucléaire (IRSN) yang merupakan institusi yang bertugas sebagai technical support bagi Autorité de

Sûreté Nucléaire (ASN) sebuah lembaga pengawas nuklir di Prancis mengikuti diagram alir yang ditunjukkan pada Gambar 1.

Permohonan yang diajukan oleh pemohon (Operator) disampaikan kepada ASN, kemudian ASN meminta kepada IRSN untuk melakukan reviu dan penilaian terhadap permohonan tersebut. Dalam melakukan reviu dan penilaian, IRSN melibatkan para Generalis dan Spesialis, dimana dalam proses reviu Spesialis memberikan komentar teknis (advice) kepada Generalis. Dalam proses reviu, IRSN juga melakukan komunikasi langsung dengan Operator dalam melakukan pembahasan teknis. Setelah selesai dilakukan pembahasan dengan Operator, kemudian IRSN memberikan komentar teknis (technical advice) sebagai hasil reviu dan penilaian kepada ASN. Selanjutnya ASN akan menerbitkan izin sesuai dengan permohonan untuk disampaikan kepada Operator sebagai pemohon izin.

Gambar 1 Proses Reviu di IRSN

Page 4: STRATEGI REVIU DAN PENILAIAN DOKUMENdigilib.batan.go.id/e-prosiding/File Prosiding/Iptek Nuklir/Bapeten... · Komponen (SSK) yang penting untuk keselamatan dalam rangka pemenuhan

Proses reviu dan penilaian yang dilakukan di Badan Pengawas (NNSA) China mengikuti diagram alir

yang ditunjukkan pada Gambar 2. Permohonan izin disampaikan kepada Kememembawahi Badan Pengawas (NNSA), kemudian NNSA melakukan reviu dan penilaian sampai pada penerbitan izin[4].

Proses reviu dan penilaian yang dilakukan di Badan Pengawas (PNRA) Pakistan

yang ditunjukkan pada Gambar 3.

Proses reviu dan penilaian yang dilakukan di Badan Pengawas (NNSA) China mengikuti diagram alir yang ditunjukkan pada Gambar 2. Permohonan izin disampaikan kepada Kementerian Lingkungan (MEP) yang membawahi Badan Pengawas (NNSA), kemudian NNSA melakukan reviu dan penilaian sampai pada penerbitan

Gambar 2 Proses Reviu di NNSA

Proses reviu dan penilaian yang dilakukan di Badan Pengawas (PNRA) Pakistan

Gambar 3 Proses Reviu di PNRA

399

Proses reviu dan penilaian yang dilakukan di Badan Pengawas (NNSA) China mengikuti diagram alir nterian Lingkungan (MEP) yang

membawahi Badan Pengawas (NNSA), kemudian NNSA melakukan reviu dan penilaian sampai pada penerbitan

Proses reviu dan penilaian yang dilakukan di Badan Pengawas (PNRA) Pakistan mengikuti diagram alir

Page 5: STRATEGI REVIU DAN PENILAIAN DOKUMENdigilib.batan.go.id/e-prosiding/File Prosiding/Iptek Nuklir/Bapeten... · Komponen (SSK) yang penting untuk keselamatan dalam rangka pemenuhan

Permohonan izin disampaikan kepada PNRA, kemudian dilakukan reviu dan penilaian awal terkait dengan kelengkapan informasi, baru kemudian dilakukan reviu dan penilaian yang lebih rinci, termasuk pelaksanaan pembahasan dengan pemohon dalam review meeting, sampai akhirnya penerbitan izin[6].

Proses reviu dan penilaian yang dilakukan oleh BAPETEN diagram alir yang ditunjukkan pada Gambar 4.

Gambar 4 Proses Reviu di BAPETEN Permohonan izin disampaikan oleh

Pemohon kepada BAPETEN (DPIBN), kemudian BAPETEN melakukan reviu dan penilaian dengan melibatkan para evaluator dari bagian perizinan (DPIBN), inspeksi (DI2BN), pengaturan (DP2IBN), dan pendukung teknis (P2STPIBN dan DK2N), sampai akhirnya penerbitan izin.

Dalam praktek internasional secara lazim, langkah awal dalam kegiatan reviu dan penilaian dokumen safety case adalah pembentukan Tim yang terdiri dari Lead Reviewer of chapterditunjukkan pada Tabel 1. Team membersTeam untuk mengevaluasi temuan hasil evaluasi atau komentar (quesries).

Tabel 1. Tim Reviu dan Penilaian

Team 1 Team 2 Lead Reviewer Lead Reviewer ABC Member ABC Member ABC Member ABC Member ABC Member ABC Member

Sedangkan tahapan reviu dan penilaian

meliputi Tahap­1 untuk melakukan reviu dan penilaian terhadap format and content, Tahapuntuk melakukan reviu dan penilaian secara rinci. Kemudian dilakukan penyusunan komentar (queries) dalam bentuk temuan hasil evaluasi. Selanjutnya dilakukan pembahasan dengan pemohon dalam Review Meeting untuk membahas komentar evaluator dan tanggapan pemohon, serta posisi atau keputusan BAPETEN terkait dengan tem

Permohonan izin disampaikan kepada PNRA, kemudian dilakukan reviu dan penilaian awal terkait dengan kelengkapan informasi, baru

dilakukan reviu dan penilaian yang lebih rinci, termasuk pelaksanaan pembahasan dengan pemohon dalam review meeting, sampai akhirnya

Proses reviu dan penilaian yang dilakukan oleh BAPETEN diagram alir yang ditunjukkan pada

Gambar 4 Proses Reviu di BAPETEN

Permohonan izin disampaikan oleh Pemohon kepada BAPETEN (DPIBN), kemudian BAPETEN melakukan reviu dan penilaian dengan melibatkan para evaluator dari bagian perizinan (DPIBN), inspeksi (DI2BN), pengaturan (DP2IBN),

dukung teknis (P2STPIBN dan DK2N),

Dalam praktek internasional secara lazim, langkah awal dalam kegiatan reviu dan penilaian dokumen safety case adalah pembentukan Tim yang

Lead Reviewer of chapter seperti yang Team members, dan Core

untuk mengevaluasi temuan hasil evaluasi

Tabel 1. Tim Reviu dan Penilaian Team 3

Lead Reviewer ABC Member ABC Member ABC Member

Sedangkan tahapan reviu dan penilaian 1 untuk melakukan reviu dan

penilaian terhadap format and content, Tahap­2 untuk melakukan reviu dan penilaian secara rinci.

dilakukan penyusunan komentar ) dalam bentuk temuan hasil evaluasi.

Selanjutnya dilakukan pembahasan dengan pemohon untuk membahas komentar

evaluator dan tanggapan pemohon, serta posisi atau keputusan BAPETEN terkait dengan temuan hasil

evaluasi dengan format seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5.

Gambar 5. Temuan Hasil Evaluasi

Nomor LHE:

Komentar/Pertanyaan/Hasil Evaluasi BAPETEN: Tanggapan dari Pemohon/PI: Keputusan BAPETEN: Tindak lanjut oleh Pemohon/PI: Organization BAPETE

N Reviewer/expert

(Ttd dan tgl)

Team Leader (Ttd dan tgl)

Selanjutnya data dan informasi yang

disajikan dalam Laporan Analisis Keselamatan (LAK) terkini termasuk audit perhitungan akan dikonfirmasikan dan dipastikan oleh evaluator melalui inspeksi atau verifikasi selama perizinan sesuai dengan tahapan perizinan.

Langkah berikutnya adalah penyusunan Laporan Evaluasi Keselamatan (LEK) dengan format secara garis besar seperti pada Gambar 6.

Gambar 6. Laporan Evaluasi Keselamatan

Chapter X X.1 Introduction X.2 Review Basis X.3 Review Details X.3.1 Section 1 X.3.2 Section 2 X.3.3 Section 3 X.3.4 Section 4 X.4 Conclusion HASIL DAN PEMBAHASAN

Proses reviu dan penilaian terhadap dokumen safety case memiliki beragam cara pengelolaan dan komunikasi serta pendokumentasian kegiatan yang telah dilakukan oleh Badan Pengawas dan Operator sebagai pemohon izin atau persetujuan. Dalam tinjauandisampaikan terkait dengan pembentukan Tim Reviu dan Penilaian yang dibentuk langsung oleh pejabat Eselon 1 BAPETEN. Tim ini terdiri dari Tim Inti (Core Team) dengan Lead Reviewerdari pejabat Eselon 2 terkait yang bertanggung

400

evaluasi dengan format seperti yang ditunjukkan

Gambar 5. Temuan Hasil Evaluasi Hal. 1 dari 1

Komentar/Pertanyaan/Hasil Evaluasi BAPETEN:

PI/Pemohon

Designer

(Ttd dan tgl) (Ttd dan tgl)

(Ttd dan tgl) (Ttd dan tgl)

Selanjutnya data dan informasi yang disajikan dalam Laporan Analisis Keselamatan (LAK) terkini termasuk audit perhitungan akan dikonfirmasikan dan dipastikan oleh evaluator melalui inspeksi atau verifikasi selama perizinan sesuai dengan tahapan perizinan.

Langkah berikutnya adalah penyusunan Laporan Evaluasi Keselamatan (LEK) dengan

rmat secara garis besar seperti pada Gambar 6.

Gambar 6. Laporan Evaluasi Keselamatan

PEMBAHASAN Proses reviu dan penilaian terhadap

memiliki beragam cara pengelolaan dan komunikasi serta pendokumentasian kegiatan yang telah dilakukan oleh Badan Pengawas dan Operator sebagai pemohon izin atau persetujuan. Dalam tinjauan ini disampaikan terkait dengan pembentukan Tim Reviu dan Penilaian yang dibentuk langsung oleh pejabat Eselon 1 BAPETEN. Tim ini terdiri dari Tim Inti

Lead Reviewer yang berasal dari pejabat Eselon 2 terkait yang bertanggung

Page 6: STRATEGI REVIU DAN PENILAIAN DOKUMENdigilib.batan.go.id/e-prosiding/File Prosiding/Iptek Nuklir/Bapeten... · Komponen (SSK) yang penting untuk keselamatan dalam rangka pemenuhan

401

jawab untuk menyajikan Laporan Evaluasi Keselamatan yang memuat beberapa bab dan sub­bab serta rekomendasi yang dapat digunakan sebagai salah satu bahan pertimbangan bagi Eselon 1 dalam pengambilan keputusan perizinan.

Tim Inti (Core Team) terdiri dari beberapa reviewer yang beranggotakan Evaluator Generalis sebagai penanggung jawab untuk setiap bab dan Evaluator Spesialis sebagai anggota untuk setiap bab. Evaluator Generalis dimungkinkan untuk bertanggungjawab menangani lebih dari satu bab. Evaluator Generalis akan membagikan tugas reviu dan penilaian kepada setiap anggota Evaluator Spesialis dan akan mengkompilasi hasil reviu dan penilaian yang telah dilakukan oleh para Evaluator Spesialis. Pembahasan hasil reviu dan penilaian akan dikoordinasikan oleh Lead reviewer dalam forum Review Meeting dengan mengundang para pejabat Eselon 2 yang lain sebagai anggota dan reviewer yang terdiri dari para Evaluator Generalis dan Spesialis.

Reviu dan penilaian secara teknis dilakukan secara bertahap, yaitu Tahap pertama dilakukan reviu mengenai format and content, kemudian Tahap kedua dilakukan reviu secara rinci (detailed review). Reviu format dan content dilakukan terhadap dokumen Desain Reaktor Nuklir yang minimal memuat 10 bagian mulai dari teras reaktor sampai dengan sistem bantu, dan dokumen Laporan Analisis Keselamatan yang minimal memuat 19 bagian mulai dari pendahuluan sampai dengan kesiapsiagaan dan penanggulangan keadaan darurat.

Reviu secara rinci terhadap dokumen Desain Reaktor Nuklir dilakukan untuk memastikan adanya uraian mengenai a). desain SSK yang penting untuk keselamatan yang memenuhi prinsip dasar kese­lamatan, tujuan dan Fungsi Keselamatan nuklir; b). desain SSK yang penting untuk keselamatan yang memenuhi persyaratan umum desain; c). Spesifikasi teknis SSK .

Selain itu juga dilakukan untuk memastikan bahwa reaktor didesain dengan memenuhi prinsip dasar keselamatan nuklir dan tujuan keselamatan nuklir. Prinsip dasar keselamatan nuklir yang dimaksud meliputi: a). keselamatan inheren; b). penghalang ganda; c). margin keselamatan; d). redundansi; e). keragaman; f). kemandirian; g). gagal­selamat; dan h). kualifikasi peralatan. Sedangkan tujuan keselamatan nuklir yang dimaksud meliputi tujuan umum dan tujuan khusus keselamatan nuklir.

Tujuan umum keselamatan nuklir adalah untuk melindungi pekerja, masyarakat, dan lingkungan hidup yang dilakukan melalui upaya pertahanan yang efektif terhadap timbulnya bahaya radiasi. Sedangkan tujuan khusus keselamatan nuklir meliputi tujuan proteksi radiasi dan tujuan keselamatan teknis. Tujuan proteksi radiasi dimaksudkan untuk menjamin: a). paparan radiasi

pada setiap kondisi instalasi atau setiap pelepasan zat radioaktif yang terantisipasi dari instalasi serendah­rendahnya yang secara praktik dapat dicapai dan di bawah pembatas dosis yang ditetapkan; dan b). mitigasi dampak radiologi dari suatu kecelakaan yang ditimbulkan selama pengoperasian reaktor. Sedangkan tujuan keselamatan teknis yang dimaksud untuk: a). mencegah terjadinya kecelakaan selama peng­operasian reaktor serta melakukan mitigasi dampak radiologi apabila kecelakaan tetap terjadi; b). memastikan dengan tingkat kepercayaan tinggi bahwa semua kecelakaan yang telah dipertimbangkan dalam desain reaktor memberikan risiko serendahrendahnya; dan c). memastikan bahwa kecelakaan dengan dampak radiologi yang serius mempunyai kebolehjadian yang sangat kecil.

Upaya pertahanan yang efektif diwujudkan melalui penerapan Pertahanan Berlapis untuk memenuhi Fungsi Keselamatan dasar. Pertahanan Berlapis yang dapat diimplementasikan melalui persyaratan desain dari penghalang fisik, dan kombinasi fitur keselamatan aktif, pasif dan melekat yang berkontribusi terhadap keefektifan penghalang fisik dalam mengungkung zat radioaktif meliputi: a). tingkat 1, yaitu pencegahan penyimpangan dari Operasi Normal dan kegagalan SSK yang penting untuk keselamatan; b). tingkat 2, yaitu pendeteksian dan pengendalian penyimpangan dari kondisi Operasi Normal untuk mencegah berkembangnya Kejadian Operasi Terantisipasi menjadi Kondisi Kecelakaan; c). tingkat 3, yaitu pencegahan kerusakan teras reaktor atau pelepasan zat radioaktif yang signifikan ke luar tapak dan pengembalian reaktor ke kondisi selamat; d). tingkat 4, yaitu mitigasi konsekuensi kecelakaan dan pengendalian untuk menjaga agar pelepasan zat radioaktif serendah mungkin; dan/atau e). tingkat 5, yaitu mitigasi konsekuensi radiologi dari pelepasan zat radioaktif yang dilakukan dengan tindakan penanggulangan kedaruratan nuklir baik di dalam maupun luar tapak.

Fungsi Keselamatan dasar yang dimaksud meliputi: a). mengendalikan reaktivitas; b). memin­dahkan panas dari teras reaktor dan dari penyimpanan bahan bakar; dan c). mengungkung zat radioaktif, menahan radiasi, mengendalikan lepasan zat radioaktif pada Kondisi Normal, dan membatasi lepasan zat radioaktif dalam hal terjadi Kondisi Kecelakaan. Fungsi Keselamatan dasar harus dipastikan dilaksanakan pada semua kondisi instalasi yang meliputi: a). Operasi Normal; b). Kejadian Operasi Terantisipasi; dan c). Kecelakaan Dasar Desain dan Kecelakaan yang Melampaui Dasar Desain.

Reviu secara rinci terhadap dokumen Laporan Analisis Keselamatan untuk memastikan

Page 7: STRATEGI REVIU DAN PENILAIAN DOKUMENdigilib.batan.go.id/e-prosiding/File Prosiding/Iptek Nuklir/Bapeten... · Komponen (SSK) yang penting untuk keselamatan dalam rangka pemenuhan

402

semua bab memenuhi Peraturan Kepala BAPETEN terkait.

Kemudian tahap berikutnya adalah penyu­sunan temuan evaluasi atau dikenal secara internasional sebagai RAI (Request for Additional Information), kemudian dilanjutkan dengan rangkaian kegiatan inspeksi atau verifikasi selama perizinan. Setelah semua tahapan reviu dan penilaian dilalui dan disepakati oleh Pemohon Izin, maka kemudian BAPETEN melakukan penyusunan Laporan Evaluasi Keselamatan (LEK).

Penyusunan LEK mengikuti format yang berlaku, dan dimungkinkan juga untuk mengusulkan adanya beberapa “kondisi izin (license condition)” sesuai dengan hasil pembahasan dengan pemohon izin dalam forum Review Meeting. Pada setiap akhir bab dari LEK diberikan kesimpulan.

Pada bagian Review Basis memuat dasar­dasar peraturan, code dan standard yang digunakan untuk melakukan reviu dan penilaian. Peraturan disini dapat berupa Peraturan Pemerintah maupun Peraturan Kepala BAPETEN. Code dan standard dapat mengacu pada standar internasional maupun standar yang diadopsi dari negara pemasok.

Pada bagian Review Details memuat informasi mengenai jumlah total komentar atau pertanyaan (queries) sebagai hasil temuan evaluasi termasuk jumlah komentar yang akan ditindaklanjuti dalam dalam revisi LAK, maupun jumlah komentar yang akan ditindaklanjuti pada tahap perizinan berikutnya atau komentar yang akan menjadi kondisi izin.

Pada bagian Conclusion dinyatakan bahwa reviu dan penilaian dilakukan sesuai dengan peraturan, code dan standar yang berlaku. Juga dinyatakan bahwa pada bagian ini telah memenuhi persyaratan Peraturan Pemerintah dan Peraturan Kepala BAPETEN yang terkait.

Setelah tersusun LEK, kemudian Eselon 2 terkait yang ditugaskan sebagai Lead reviewer menyusun rekomendasi sebagai salah satu bahan untuk pengambilan keputusan perizinan yang selanjutnya disampaikan kepada Eselon 1 yang akan mendatangani penerbitan keputusan perizinan yang berupa persetujuan atau izin. KESIMPULAN

Dari tinjauan ini dapat digunakan oleh BAPETEN: 1). sebagai salah satu pertimbangan untuk menetapkan kualifikasi dan pelatihan yang dibutuhkan oleh anggota Tim Reviu dan Penilaian, termasuk penetapan Tenaga Ahli yang dibutuhkan untuk melakukan reviu dan penilaian setiap bagian dari dokumen safety case; 2). untuk memperkecil kemungkinan adanya moving target atas temuan hasil evaluasi awal dengan evaluasi berikutnya; 3). untuk menghindari adanya kesalahan pemahaman atas temuan hasil evaluasi yang dituliskan oleh evaluator dan memudahkan untuk melakukan tindaklanjut atau perbaikan oleh pemohon; 4). untuk

menetapkan kondisi izin yang telah disepakati bersama dengan pemohon; 5). untuk memastikan bahwa tindaklanjut yang tidak memungkinkan disampaikan dalam dokumen safety case tetapi telah dilakukan atau ditindaklanjuti oleh pemohon. Sehingga pada akhirnya tercapai kemudahan dalam pengelolaan kegiatan reviu dan penilaian maupun mampu telusur atas dokumen temuan hasil evaluasi dan tindak lanjutnya bermuara pada penyusunan Laporan Evaluasi Keselamatan sebagai dasar penerbitan persetujuan atau izin. DAFTAR PUSTAKA [1] Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2014

Tentang Perizinan Instalasi Nuklir dan Pemanfaatan Bahan Nuklir.

[2] Peraturan Pemerintah Nomor 54 tahun 20112 Tentang Keselamatan dan Keamanan Instalasi Nuklir.

[3] Peraturan Kepala BAPETEN tentang Desain Reaktor Nondaya.

[4] IAEA Safety of Nuclear Power Plants: Design, No. SSR­2/1 (Rev.1)

[5] US­NRC NUREG­0800, Standard Review Plan

[6] US­NRC Regulatory Guide 1.70, Standard Format and Content of Safety Analysis Reports for Nuclear Power Plants (LWR Edition)

Page 8: STRATEGI REVIU DAN PENILAIAN DOKUMENdigilib.batan.go.id/e-prosiding/File Prosiding/Iptek Nuklir/Bapeten... · Komponen (SSK) yang penting untuk keselamatan dalam rangka pemenuhan

403

Nama Penanya : Rizal P Instansi : BAPETEN Nama Penyaji : Wiryono Judul Makalah :

Kode Makalah : PB04 Pertanyaan/Masukan/Saran/Komentar - Jelaskan keterkaitan judul dengan kesimpulan untuk menentukan kompetensi - Usul “kesepakatan” dengan Pemohon Izin untuk menetapkan “kondisi izin” diganti dengan

“dikonfirmasikan” dengan Pemohon Izin Jawaban/Komentar dari Penyaji - Keterkaitannya dengan strategi reviu terutama terkait dengan Evaluator atau Tenaga Ahli, karena saat ini

komposisi tim ditentukan berdasarkan latar belakang pendidikan ataupun hanya berdasarkan perkiraan kemampuan yang bersangkutan dalam bab tertentu. Dari hasil reviu ini diharapkan dapat digunakan untuk menentukan kompetensi baik untuk Evaluator maupun Tenaga Ahli.

- Usul dapat diterima dengan tetap mengedepankan prinsip saling memahami hal­hal yang menjadi kondisi izin dengan harapan untuk memberikan kemudahan bagi Pemegang izin untuk melakukan tindak lanjut ataupun untuk mentaati ketentuan yang terdapat dalam kondisi izin. Selain itu juga dalam penetapan kondisi izin ini dibahas dalam Review Meeting yang melibatkan Eselon 2 Unit Kerja terkait di BAPETEN untuk menghindari komentar dari sebagian Unit Kerja terkait yang merasa kurang atau tidak dilibatkan dalam kegiatan reviu dan penilaian meskipun dari komposisi Evaluator sudah mencerminkan keterwakilan dari Unit Kerja terkait.

Nama Penanya : Sinta TH Instansi : BAPETEN Nama Penyaji : Wiryono Judul Makalah :

Kode Makalah : PB04 Pertanyaan/Masukan/Saran/Komentar - Bagaimana penggunaan istilah safety case yang tidak lazim dengan standar IAEA? Jawaban/Komentar dari Penyaji - Penggunaan istilah safety case dimaksudkan untuk memberikan penamaan secara umum dokumen

perizinan yang disampaikan oleh Pemohon izin untuk dilakukan reviu dan penilaian oleh BAPETEN, sehingga tidak hanya dokumen analisis keselamatan tetapi juga untuk mengakomodir dokumen lain yang dipersayaratkan oleh peraturan sebagai dokumen persyaratan izin.