strategi politik sukarmadji maridjan …

76
STRATEGI POLITIK SUKARMADJI MARIDJAN KARTOSOEWIRJO DALAM MENDIRIKAN NEGARA ISLAM INDONESIA (NII) SEBELUM DAN SESUDAH KEMERDEKAAN Skripsi Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum) Disusun Oleh : Risman NIM : 1112022000064 JURUSAN SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019 M / 1440 H

Upload: others

Post on 25-Nov-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: STRATEGI POLITIK SUKARMADJI MARIDJAN …

STRATEGI POLITIK SUKARMADJI MARIDJAN KARTOSOEWIRJO DALAM

MENDIRIKAN NEGARA ISLAM INDONESIA (NII) SEBELUM DAN SESUDAH

KEMERDEKAAN

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum)

Disusun Oleh :

Risman

NIM : 1112022000064

JURUSAN SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2019 M / 1440 H

Page 2: STRATEGI POLITIK SUKARMADJI MARIDJAN …

i

Page 3: STRATEGI POLITIK SUKARMADJI MARIDJAN …

ii

Page 4: STRATEGI POLITIK SUKARMADJI MARIDJAN …

iii

Page 5: STRATEGI POLITIK SUKARMADJI MARIDJAN …

iv

ABSTRAK

Dalam skripsi ini penulis bertujuan untuk meneliti tentang strategi Sukarmadji

Maridjan Kartosoewirjo dalam mendirikan Negara Islam Indonesia (NII) sebelum

dan sesudah kemerdekaan. Penulis di sini meneliti terlebih dahulu tentang

perkembangan Islam yang ada di Jawa Barat, karena penting kiranya kita untuk

mengetahui perkembangan Islam di Jawa Barat sebelum terbentuknya organisasi

Islam DI/TII. Penulis meneliti pula tentang latar belakang Kartosoewirjo

membangun gerakan DI/TII sampai ia di eksekusi karena dituduh makar dan ingin

menjatuhkan pemerintahan Soekarno-Hatta. Juga penulis meneliti tentang konsep

Negara Islam Indonesia (NII) yang dibentuk oleh Kartosoewirjo bersama

kelompoknya. Selain itu penulis juga meneliti tentang gerakan DI/TII pasca

Kartosoewirjo di Jawa Barat.

Agar penulisan skripsi ini lebih relefan maka penulis menggunakan metode

sosiologis dan metode historis atau sebuah penelitian yang tujuannya

mendeskripsikan dan menganalisis peristiwa-peristiwa masa lampau terkait

dengan Kartosoewirjo. Agar penelitian ini lebih onjektif maka penulis

mengunakan tulisan asli Kartosoewirjo dan wawancara mantan pengikut DI/TII.

Berdasarkan analisa data yang dilakukan, dapat diperoleh kesimpulan bahwa Jawa Barat

merupakan basis DI/TII terbesar. Selain itu proklamasi NII yang dilakukan oleh

Kartosoewirjo tujuannya bukan hanya menginginkan negara Islam, tetapi mereka mengaku

bahwa tujuan tersebut untuk menyelamatkan negara Indonesia dari keterjajahan Belanda.

Kata kunci : Kartosoewirjo, DI/TII, Negara Islam Indonesia, DI/TII pasca

Kartosoewirjo.

Page 6: STRATEGI POLITIK SUKARMADJI MARIDJAN …

v

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Alhamdulillah

Puji syukur penyusun skripsi panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayahnya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan

skripsi ini, serta shalawat dan salam selalu kita haturkan kepada junjungan kita

Nabi besar Muhammad SAW atas perjuangannya, sehingga nikmat Islam masih

dapat kita rasakan sampai saat ini.

Akhir kata penyusun berdoa mudah-mudahan karya ini bermanfaat bagi

semua khususnya civitas akademika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam

mengembangkan ilmu pengetahuan yang merupakan salah satu tri darma

perguruan tinggi kepada berbagai pihak, selain itu penyusun juga mohan maaf

atas kesalahan dan ketidak disiplinan kepada Allah atas dosa baik yang disengaja

maupun yang tidak disengaja.

Dalam mengisi hari-hari kuliah dan penyusunan skripsi ini penulis telah

banyak mendapat bantuan, motivasi dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu

patut diucapkan terima kasih yang tulus dan penghargaan kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, M.A. selaku

Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakart, para Pembantu Rektor , seluruh

staf dan karyawan.

2. Bapak Drs. Saiful Umam, M.A. Ph.D, selaku Dekan Fakultas Adab dan

Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta para staf dan

jajarannya.

3. Bapak Nurhasan, M.A, selaku Ketua Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam

dan Ibu Sholikatus Sa’diyah, M.Pd, selaku Sekretaris Jurusan Sejarah dan

Peradaban Islam yang telah banyak membantu dalam pengurusan

administrasi jurusan.

Page 7: STRATEGI POLITIK SUKARMADJI MARIDJAN …

vi

4. Bapak Dr. Fu'ad Jabali, M.A selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

banyak memberikan bimbingan, nasehat, saran dan mengarahkan penulis

dalam penulisan skripsi ini.

5. Kepada kedua orang tua Ayahanda Ujang Ruhiyat dan Ibunda Komalasari

tercinta yang dengan penuh kasih sayang, pengertian dan iringan doanya

dan telah mendidik, membesarkan serta mendorong penulis hingga

menjadi manusia yang lebih dewasa.

6. Saudara-saudaraku tercinta Ruslan Abdul Gani, Iim Masipah dan Ade

Kurniawan yang telah memberikan motivasi dalam penyelesaian skripsi,

tidak lupa kepada Nurul Noverri Putri yang telah membantu pula dalam

penyelesaian skripsi ini.

7. Kepada seluruh mantan DI/TII terkhusus yang sudah setia untuk

diwawancarai oleh penulis.

8. Kawan-kawan dari organisasi GPPI (Gerakan Pemuda Patriotik Indonesia)

yang turut evaluasi penulis untuk cepat-cepat menyelesaikan studi dan

kepada teman-teman satu angkatan yang turut melakukam motivasi kepada

penulis untuk menyelesaikan skripsi.

Wassalam

Jakarta, 19 April 2019

Penulis

Risman

Page 8: STRATEGI POLITIK SUKARMADJI MARIDJAN …

vii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN DOSEN

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN

SURAT PERNYATAAN SKRIPSI

ABSTRAK ....................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1

A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1

B. Batasan Masalah ................................................................................................... 3

C. Rumusan Masalah ................................................................................................. 3

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................................................. 3

E. Kerangka Teori .................................................................................................... 4

F. Tinjauan Pustaka .................................................................................................. 5

G. Metode Penelitian .................................................................................................. 6

H. Sistematika Penulisan ............................................................................................ 8

BAB II KONDISI SOSIAL JAWA BARAT

A. Letak Geografis Jawa Barat ................................................................................... 10

B. Kondisi Sosial Keagamaan Jawa Barat Sebelum Islam .......................................... 11

C. Muncul dan Berkembangnya Islam di Jawa Barat .................................................. 14

D. Peran Organisasi Islam di Jawa Barat .................................................................... 18

BAB III SEJARAH PERJUANGAN SM. KARTOSOEWIRDJO

MENDIRIKAN ORGANISASI DI/TII .......................................................................... 23

A. Latar Belakang Kartosoewirjo ............................................................................... 23

Page 9: STRATEGI POLITIK SUKARMADJI MARIDJAN …

viii

B. Lahir dan Berkembangnya Organisasi DI/TII ........................................................ 28

C. Hari Terakhir Kartosoewirjo .................................................................................. 36

BAB IV KONSEP NEGARA ISLAM MENURUT KARTOSOEWIRJO DAN

ORGANISASI DI/TII PASCA KARTOSOEWIRJO ................................................... 41

A. Konsep Negara Menurut Kartosoewirjo ................................................................. 41

B. Kepemimpinan DI/TII Pasca Kartosoewirjo .......................................................... 48

C. Hubungan Antara eks DI/TII dan RI ...................................................................... 49

D. DI/TII Menjadi Komando Jihad ............................................................................. 54

BAB V PENUTUP .......................................................................................................... 56

A. Kesimpulan ..................................................................................................... 56

B. Saran ............................................................................................................... 57

C. Daftar Pustaka ................................................................................................. 58

D. Lampiran ......................................................................................................... 62

Page 10: STRATEGI POLITIK SUKARMADJI MARIDJAN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumberdaya alam, sehingga

sejarah mencatat bahwa Indonesia pernah menjadi pusat perdagangan di jalur

maritimnya, hal inilah yang menyebabkan masuknya ajaran-ajaran Islam ke negri

Nusantara. Akibat dari kejadian tersebut maka muncul pula ajaran yang

menginginkan wilayahnya menjadi negara Islam dalam hal ini DI/TII yang sudah

memproklamasikan Negara Islam Indonesia (NII) pada tahun 1949.1 Tetapi

adanya gerakan tersebut muncul pertanyaan besar bagi penulis, karena mereka

memproklamirkan Negara Islam Indonesia dengan dalih untuk menyelamatkan

bangsa Indonesia yang sedang mengalami kekosongan kekuasaan akibat agresi

militer Belanda. Pada akhirnya pemerintahan Indonesia yang dipimpin oleh

Soekarno-Hatta harus menyepakati perjanjian Renvile.2

Setelah perjanjian Renvile selsai, beberapa wilayah Indonesia lainnya yang

sudah dikuasai oleh Belanda salah satunya Jawa Barat, harus meninggalkan dan

mengosongkan wilayahnya. Pemerintahan Indonesia yang dipimpin oleh

Soekarno-Hatta pun beserta dengan kelompok militernya harus melakukan hijrah

ke Jawa Tengah, Yogyakarta. Kejadian ini lah yang menyebabkan kemarahan

bagi kelompok muslim yang dipimpin oleh Kartosoewirjo karena dianggap sudah

menghianati kemerdekaan Indonesia. Maka dari itu pada tahun 1948

1 Al- Chaidar, Pengantar Pemikiran Politik Proklamator Negara Islam Indonesia S.M.

Kartosoewirjo (Mengungkap Manipulasi Sejarah Darul Islam/DI-TII semasa Orde Lama dan

Orde Baru), (Jakarta: Darul Falah, 1999), IX. 2 Perjanjian Renville adalah perjanjian yang dilakukan oleh Indonesia dengan Belanda

juga ditandatangani pada tanggal 17 Januari 1948 di atas kapal perang Amerika Serikat sebagai

tempat netral USS Renville, yang berlabuh di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Perundingan

dimulai pada tanggal 8 Desember 1947 dan ditengahi oleh Komisi Tiga Negara (KTN), Committee

of Good Offices for Indonesia yang terdiri dari Amerika Serikat, Australia, dan Belgia. Perjanjian

ini diadakan untuk menyelesaikan perselisihan atas Perjanjian Linggarjati tahun 1946. Perjanjian

ini berisi batas antara wilayah Indonesia dengan Belanda yang disebut Garis Van Mook. Lihat juga

Francisca C. Fanggidaej, Memoar Perempuan Revolusioner, (Yogyakarta : Galangpress, 2006),

h.126

Page 11: STRATEGI POLITIK SUKARMADJI MARIDJAN …

2

Kartosoewirjo bersama kelompok Islam lainnya seperti Hijbullah dan Sabilillah

tetap di Jawa Barat dengan tujuan untuk mempertahankan negara Indonesia yang

sedang mengalami kekosongan dan sudah diambil alih wilayahnya oleh Belanda.

Pada tahun 1948 Kartosoewirjo dengan kelompok Islam lainnya

membentuk gerakan Darul Islam (DI) beserta Tentara Islam Indonesia (TII),

tujuannya untuk melakukan perlawanan kepada Belanda serta mempertahankan

keutuhan kemerdekaan Indonesia. Untuk mempertahankan kemerdekaan maka

perlu ada yang menjadi pusat komando atau yang sering disebut dengan imam

Islam. Dengan restu dari para ulama maka Kartosoewirjo ditunjuk menjadi imam

Islam atau pusat komando tertinggi dalam Negara Islam Indonesia (NII). Pada

tahun 1949 DI/TII yang dipimpin oleh Kartosoewirjo melakukan proklamasi

negara Islam Indonesia, dalam isi proklamasinya kelompok DI/TII menginginkan

negara kesatuan republik Indonesia menjadi negara Islam.

Penulis di sini tidak hanya menjelaskan tentang Kartosoewirjo

memproklamasikan Negara Islam Indonesia, tetapi yang akan ditulis di sini antara

lain perkembangan Kartosoewirjo dalam membangun kekuatan DI/TII sehingga

Jawa Barat tercatat sebagai komando tertinggi dari gerakan tersebut. Selain itu

penulis juga akan menjelaskan mengenai pemikirn Kartosoewirjo tentang Negara

Islam Indonesia, juga akan menjelaskan bagaimana DI/TII pasca Kartosoewirjo.

Sangat penting kiranya kita mengetahui konsep adanya Negara Islam

Indonesia, karena negara yang dibentuk oleh mayoritas muslim ini menginginkan

perubahan Indonesia kejalan yang lebih baik. Mereka membentuk konsep negara

Islam dalam situasi perang, hal ini ditunjukan karena kondisi Indonesia pada

waktu itu sedang mengalami keterjajahan kembali oleh militer Belanda.3 Mereka

juga mengaku bahwa konsep yang dibawanya ialah sama seperti konsep

Rasulullah saat menghadapi kaum kafir Quraisi, di mana Rasulullah

menginginkan perubahan sistem yang menjadi keadilan untuk umat serta

bangsanya. Walaupun konsep tersebut sudah lama ada dalam pikiran

Kartosoewirjo, tetapi diterapkanya ketika ia menjadi Imam DI/TII. Selain itu yang

harus dilihat oleh kita dalam membahas gerakan DI/TII ialah pasca Kartosoewirjo

3 SM Kartosoewirjo, Haluan Politik Islam, (Bandung : SEGA ARSY, 2015), hal. 36.

Page 12: STRATEGI POLITIK SUKARMADJI MARIDJAN …

3

memimpin, karena gerakan tersebut menjadi pecah dan jauh dari tujuan yang

diinginkan sebelumnya.

Pada tahun 1962 Kartosoewirjo berhasil dieksekusi atau diberikan

hukuman mati oleh pemerintah dengan tuduhan bahwa dia melakukan makar dan

ingin melakukan kudeta kepada Soekarno. Setelah Kartosoewirjo di eksekusi

maka kepemimpinan DI/TII diganti oleh Daud Beureuh, di sinilah awalmula

perpecahan DI/TII sampai akhirnya ada yang sepakat membentuk Komando

Jihad.

B. Batasan Masalah

Setelah penulis berhasil mengidentifikasi pembahasan yang nantinya akan

ditulis serta supaya pembahasan tersebut tidak umum dan meluas pembahasannya,

maka penulis perlu untuk membatasi masalah yang akan penulis tulis. Adapun

batasan masalah dari pembahasan tersebut hanya terbatas pada cara menelaah

bagaimana Strategi Politik Sukarmadji Maridjan Kartosoewirjo dalam Mendirikan

Negara Islam Indonesia (NII) di Jawa Barat Sebelum dan Sesudah Kemerdekaan,

berdasarkan teks buku dan beberapa wawancara yang pernah terlibat dalam

gerakannya.

C. Rumusan Masalah

Melihat latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya oleh penulis maka

penulis merumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana latar belakang Kartosoewirjo membangun organisasi

DI/TII?

2. Bagaimana latar belakang idiologi dan tujuannya membentuk NII?

3. Bagaimana organisasi DI/TII setelah Kartosoewirjo?

D. Tujuan Penelitian Dan Manfaat

Penulis disini akan memaparkan tujuan dan manfaat dari apa yang telah di

paparkan dalam skripsi

1. Tujuan Penelitian:

Ada tiga tujuan yang penulis ingin capai melalui penelitian ini yaitu:

a. Mengungkapkan latar belakang Kartosoewirjo membuat organisasi

DI/TII

Page 13: STRATEGI POLITIK SUKARMADJI MARIDJAN …

4

b. Mengungkapkan idiologi dan tujuan dari deklarasi Negara Islam

Indonesia (NII)

c. Mengungkapkan organisasi DI/TII pasca Kartosoewirjo

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini akan bermanfaat bagi berbagai pihak yang ingin

mengetahui dan mempelajari tentang peranan organisasi DI/TII di Jawa Barat.

a. Tulisan ini diharapkan dapat memberi pengetahuan dan wawasan bagi

pembaca tentang latar belakang Kartosoewirjo mendirikan organisasi

DI/TII

b. Tulisan ini diharapkan dapat menambah wawasan kepada pembaca

agar bisa lebih mendalami persoalan idiologi dan tujuan dari

proklamasi NII

c. Tulisan ini diharapkan dapat menambah referensi untuk penulisan

selanjutnya.

E. Kerangka Teori

Dalam penulisan karya ilmiah ini penulis merasa perlu adanya dukungan

teoritis untuk mencari jalan keluar dalam pembahasan yang akan diangkat, maka

penulis merasa perlu adanya teori yang relevan dengan judul yang penulis angkat

ini.

Dalam karya ilmiah ini agar lebih terstruktur tulisannya maka penulis

menggunakan teori yang dikemukakan oleh Peter Burke dalam bukunya “Sejarah

dan Teori Sosial” yaitu teori sejarah struktural yang mana sejarah struktural

adalah sebuah teori pendekatan dalam ruang lingkup sejarah sebuah analisis

fungsional yang tidak hanya menbicarakan tentang masyarakat dalam satu kaum

saja melainkan juga sebuah hal yang membuat masyarakat tersebut terkonsep juga

mengacu kepada institusi kompleks seperti keluarga, kelompok masyarakat,

negara, sistem peradilan dan sebagainya.4 Kemudian teori yang terakhir yang

penulis gunakan adalah teori struktural-konsensus yang dikemukakan oleh Pip

Jones dalam bukunya “Pengantar Teori-Teori Sosial”, yang mana teori struktural-

4 Peter Burke, Sejarah dan Teori Sosial, Ed. II, (Jakarta: Yayasan Obor), h. 200

Page 14: STRATEGI POLITIK SUKARMADJI MARIDJAN …

5

konsensus merupakan teori yang mempelajari perilaku suatu manusia atau

kelompok dari apa yang mereka pelajari. Teori struktural-konsesnsu ini

berpendapat bahwa aturan-aturan yang ada dalam suatu kelompok masyarakat

adalah salah satu kunci menentukan perilaku suatu anggota kelompok tersebut

yang menyalurkan tindakan-tindakan mereka dengan cara-cara tertentu yang

mungkin berbeda dari satu kelompok masyarakat lainnya baik itu agama, suku,

dan bangsa. Teori struktural-konsensus ini tidak bisa digunakan dalam bentuk

khusus yakni dalam bentuk perorangan atau individu.5

F. Tinjauan Pustaka

Hal yang paling diperhatikan oleh penulis agar karya ilmiah dapat

dipertanggung jawabkan, tentu memang harus mempunyai dasar yang kuat yaitu

dengan tinjauan kepustakaan. Setiap penelitian ilmiah tidak dilakukan dengan cara

sembarangan tanpa disertai dengan literatur yang relevan. Oleh karena itu tinjauan

pustaka yang dikemukakan di bawah ini berdasarkan literatur dan dengan

sendirinya disesuaikan dengan tema/judul penelitian. Berdasarkan penelitian yang

sudah ada, belum ditemukan yang membahas judul ini secara terperinci.

Pertama, buku yang ditulis oleh C. Van Dijk dengan judul Darul Islam

Sebuah Pemberontakan. Buku tersebut diterbitkan pada bulan Mei 1983, dalam isi

dari buku ini ialah membahas tentang DI/TII secara keseluruhan seperti DI/TII

Jawa Barat, DI/TII Jawa Tengah, DI/TII Sulawesi, DI/TII Kalimantan dan DI/TII

Aceh. Tetapi dalam skripsi ini penulis lebih pokok membahas tentang DI/TII Jawa

Barat dan yang membedakan pula penulis akan membahas tentang konsep Negara

Islam Indonesia.

Kedua, buku yang ditulis oleh Al Chaedar yang berjudul Sepak Terjang

KW9 Abu Toto (Syekh A.S. Panji Gumilang) Menyelewengkan NKA-NII Pasca

S.M. Kartosoewirjo diterbitkan oleh Madani Press, Jakarta. Dalam pembahasan

mendalam buku tersebut ialah DI/TII pasca Kartosoewirjo, sedangkan yang akan

5 Pips Jones, Liza Brdbury, Shaun Le Boutiller, Pengantar Teori-Teori Sosial, Ed. II, (Jakarta: Yayasan Obor), h. 8-10

Page 15: STRATEGI POLITIK SUKARMADJI MARIDJAN …

6

ditulis di dalam skripsi ini bukan hanya membahas tentang DI/TII paca

Kartosoewirjo tetapi lebih kepada kepemimpinan DI/TII Kartosoewirjo di Jawa

Barat dan pembantukan konsep Negara Islam Indonesia.

Tiga, sekripsi yang ditulis oleh Nova Bela Paramitha dengan judul “Peran

Kamran dalam Pemberontakan DI/TII di Jawa Barat Pada Tahun 1949-1951”

yang ditulis disini ialah sejarah peran Kamran dalam pemberontakan DI/TII di

Jawa Barat, serta tentang kepemimpinan Kamran yang berpengaruh di dalam

pemberontakan melawan Belanda, tetapi penulis di sini akan menjelaskan

kepemimpinan Kartosoewirjo bukan kemudian kepemimpinan Kamrannya di

Jawa Barat. Meskipun Kamran di sini sangat berpengaruh dalam organisasi

pemberontakan DI/TII di Jawa Barat.

G. Metode Penelitian

Metode sejarah adalah suatu proses menguji dan menganalisis secara

kritis terhadap rekaman dan peninggalan masa lampau berdasarkan data-data yang

telah diperoleh. Metode yang digunakan dalam studi ini ialah metode historis

dengan pendekatan sosiologi. Pendekatan sosiologi merupakan suatu pendekatan

yang bertujuan untuk mempelajari manusia sebagai anggota masyarakat yang

berkaitan dengan adat istiadat, kebiasaan, kehidupan dan tingkah laku. Metode

hitoris adalah sebuah penelitian yang tujuannya mendeskripsikan dan

menganalisis peristiwa-peristiwa masa lampau yang bertumpu pada lima langkah

menurut Kuntowijoyo yaitu:

a. Pemilihan Topik

Tahap awal dalam melakukan penelitian maupun penulisan yaitu

menentukan topik. Penentuan topik menjadi penentu langkah apa yang

akan dilakukan selanjutnya agar penulis fokus dalam pencarian

sumber. Penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai

Strategi Politik Kartosoewirjo membuat Negara Islam Indonesia (NII)

dari sebelum sampai sesudah kemerdekaan. sebagai judul skripsi tidak

terlepas dari faktor intelektual penulis sebagai seseorang yang

memiliki ketertarikan untuk membahas persoalan gerakan DI/TII.

Page 16: STRATEGI POLITIK SUKARMADJI MARIDJAN …

7

b. Pengumpulan Sumber (Heuristik)

Heuristik merupakan tahapan pertama yaitu tahapan pengumpulan

sumber. Pengumpulan sumber yang dilakukan penulis melalui data

tertulis berupa dokumen, buku-buku, surat kabar. Untuk itu penulis

dalam melakukan penelitian ini menggunakan suatu alat pengumpulan

data penelitian berupa: Library Research (Penelusuran Kepustakaan)

yang dimaksud di sini adalah penulis mengadakan penelusuran

terhadap data-data tertulis, berupa buku-buku, surat kabar dan skripsi-

skripsi yang berhubungan dengan tema skripsi, terkait dengan

pencarian sumber penulis mencarinya di perpustakaan utama UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, perpustakaan Adab dan Humaniora,

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Sumber-sumber yang

diperoleh kemudian dikategorikan berdasarkan sifatnya yaitu:

1. Sumber primer

Sumber primer adalah suatu dokumen atu sumber informasi yang

berkaitan langsung dengan peristiwa yang akan diteliti. Adapun

sumber primer yang digunakan dalam penelitian ini berupa wawancara

terhadap tokoh yang pernah ikut DI/TII, Naskah proklamasi NII,

terbitan dari laskar DI/TII dan surat kabar.

2. Sumber sekunder

Sumber sekunder merupakan sumber pendukung yang dapat

digunakan penulis untuk menggali informasi lebih mendalam

mengenai tema yang diteliti. Melalui penelusuran Kepustakaan Library

Research yaitu berupa buku-buku, skripsi-skripsi dan jurnal yang

terkait dengan tema serupa.

c. Verifikasi

Verifikasi ada dua macam yaitu autentisitas (keaslian sumber)

atau kritik eksteren, dan kredibilitas atau kritik intern. Kritik sumber

Page 17: STRATEGI POLITIK SUKARMADJI MARIDJAN …

8

merupakan tahap setelah melakukan pengumpulan data. Dalam tahap

ini penulis menganalisis dan mengkritisi sumber-sumber yang didapat

agar mendapatkan sumber yang valid dan relevan dengan tema yang

diteliti. Penulis berusaha mencari sumber-sumber yang dapat

dipertanggung jawabkan kebenaranya, serta melakukan kritik sumber

dengan membandingkan berbagai macam sumber yang telah didapat

baik itu sumber tertulis maupun tidak tertulis. Penulis melakukan kritik

sumber terhadap sumber primer yang merupakan berasal dari surat

kabar dan lainnya. Kritik sumber dilakukan untuk mengetahui keaslian

dokumen tersebut sehingga kredibilitasnya tidak diragukan.

d. Interpretasi

Menguraikan informasi dari data-data dan sumber yang sudah

diperoleh serta sudah dipilih merupakan tahap dimana peneliti harus

bisa berfikir logis dan sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu sejarah.

Setelah sumber-sumber yang didapat dianalisis, tahapan selanjutnya

yang dilakukan penulis mencoba menafsirkan terhadap sumber yang

ditemukan oleh penulis, sehingga dapat menemukan pemecahan atas

permasalahannya.

e. Penulisan Sejarah (Historiografi)

Tahap ini merupakan tahap akhir dari sebagai penulisan akhir

yang berupa skripsi sebagai tugas akhir dalam perkuliahan di Program

studi Sejarah dan Peradaban Islam.

H. Sistematika Penulisan

Agar dalam penulisaan karya ilmiah ini menjadi terarah dan tidak melebar,

maka penulis membuat sistematika penulisan yang disusun per bab. Karya ilmiah

ini terdiri dari lima bab, dan setiap bab memiliki sub bab yang menjadi penjelasan

dari masing-masing bab tersebut. Adapun sistematika penulisan dari karya ilmiah

ini sebagai berikut:

Page 18: STRATEGI POLITIK SUKARMADJI MARIDJAN …

9

Bab I membahas tentang pendahuluan, yang menjabarkan tentang latar

belakang, permasalah yang berisikan tentang identifikasi masalah, rumusan

masalah, batasan masalah, kemudian tujuan dan manfaat, tinjauan pustaka,

kerangka teori, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II membahas tenttang latar belakang kondisi sosial Jawa Barat, yang

menjabarkan tentang letak geografis Jawa Barat, kondisi sosial keagamaan

masyarakat Jawa Barat sebelum Islam, muncul dan berkembangnya Islam di Jawa

Barat, peran organisasi Islam di Jawa Barat.

Bab III membahas tentang sejarah perjuangan SM. Kartosoewirjo

membentuk organisasi DI/TII, yang menjabarkan tentang latar belakang

Katosoewirjo, lahir dan berkembangnya organisasi DI/TII, hari terakhir

Kartosoewirjo.

Bab IV konsep negara Islam Menurut Kartosoewirjo dan organisasi DI/TII

pasca Kartosoewirjo, yang menjabarkan tentang konsep negara menurut

Kartosoewirjo, kepemimpinan DI/TII pasca Kartosoewirjo, hubungan antara eks

DI dan RI, DI/TII menjadi Komando Jihad.

Bab V membahas tentang penutup, yang dibahas pada bab ini antara lain

kesimpulan dan saran.

Page 19: STRATEGI POLITIK SUKARMADJI MARIDJAN …

10

BAB II

KONDISI SOSIAL JAWA BARAT

A. Letak Geografis Jawa Barat

Berdasarkan sejarah, Jawa Barat merupakan provinsi pertama yang dibentuk

oleh pemerintahan Indonesia di masa penjajahan Belanda. Bagi kalangan Belanda

Jawa Barat disebut West Java Provinci dan bagi kalangan Pribumi Jawa Barat

dikenal dengan nama Pasundan. Pada tahun 1901 Jawa Barat dijadikan wilayah

untuk melaksanakan janji pemerintahan Belanda untuk memberikan hak otonomi

terhadap pemerintahan Indonesia. Pada tahun berikutnya baru dibentuk provinsi

Jawa Tengah dengan sebutan Midden Java Provinci dan provinsi Jawa Timur

Oost Java Province.

Selain dikenal dengan Pasundan dan West Java Provinci, Jawa Barat dikenal

dengan sebutan Sunda Island. Sebutan tersebut ada akibat dari munculnya benua

Asia, dan Jawa Barat yang merupakan gugusan dari pulau Jawa. Pembagian

kepulauan tersebut masih sejalan dengan peta Portugis dan Belanda, mereka

membagi Nusantara menjadi dua gugusan kepulauan yaitu kepulauan Sunda Kecil

dan Sunda Besar.6

Dilihat secara geografis, Jawa Barat terletak diantara 5°50 – 7°50 LS dan

104°48 – 104°48 BT dengan batas-batas wilayahnya, sebelah utara perbatasan

dengan Laut Jawa dan DKI Jakarta, sebelah Timur berbatasan dengan provinsi

Jawa Tengah, sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia, sebelah

Barat berbatasan dengan provinsi Banten dan Selat Sunda. Jawa Barat mempunyai

daratan dan pulau-pulau kecil, (48 Pulau di Samudera Indonesia, empat pulau di

laut Jawa, 14 pulau di teluk Banten dan 20 pulau di selat Sunda), luas wilayah

Jawa Barat 44.354,61 Km2 atau 4.435.461 Ha. Melihat kondisi geografis yang

sangat setraregis menjadi keuntungan Jawa Barat, terutama di dalam hal

komunikasi dan perhubungan. Kawasan utara memang merupakan kawasan

6Yosep Iskandar, Sejarah Jawa Barat, (Yuganing Rajakawasa, Bandung : CV Geger

Sunten, 1997), hal. 4.

Page 20: STRATEGI POLITIK SUKARMADJI MARIDJAN …

11

daratan rendah dan kawasan selatan meliputi bukit-bukit dengan sedikit pantai dan

gunung disekitar kawasan tengah.

Jawa Barat merupakan provinsi yang memiliki berbagai potensi dan dapat

diberdayakan: Sumber daya air, sumber daya alam, pemanfaatan lahan, sumber

daya hutan, sumber daya pesisir dan laut serta sumber daya perekonomian yang

cukup melimpah. Selain itu Jawa Barat juga memunyai iklim yang terkenal tropis

dengan suhu 9°C di puncak Gunung Pangrango dan 34 °C di pantai Utara dan

curah hujan rata-rata 2.000 mm per tahun. Namun dibeberapa daerah pegunungan

antara 3.000 sampai 5.000 mm per tahun, selain itu Jawa Barat mempunyai

pemandangan yang indah.7

Pesisir laut merupakan jalur yang digunakan untuk melakukan perdagangan

sehingga menjadi salah satu pusat perekonomian dijalur maritim. Perkembangan

agama dan pemikiran sering dilakukan dalam proses perdagangan tersebut, Maka

dari itu sebelum masuknya Islam ke Indonesia khususnya Jawa Barat dalam

proses perdagangannya India terlebih dahulu melakukan penyebaran agama

Hindu-Budha di tanah Sunda pada saat kerajaan Tarumanegara.

B. Kondisi Sosial Keagamaan Masyarakat Jawa Barat Sebelum Islam

Sebelum Islam masuk ke Indonesia masyarakat Jawa Barat pada umumnya

sudah memiliki bentuk kepercayaan. Kepercayaan yang mereka kenal pertama

kali adalah kepercayaan animisme dan dinamisme yang mencapai bentuk nyata

pada zaman neolitikum dan zaman perunggu-besi. Kehidupan masyarakat pada

zaman tersebut sudah mulai menetap dan berlaku budaya bercocok tanam mulai

1500 SM.8 Bukti peninggalannya ialah berupa megalith atau kebudayaan batu

besar seperti tugu-tugu tegak (menhir), meja batu (dolmen) kubur-kubur,dan

punden atau candi yang ditemukan dibeberapa daerah di Jawa Barat, seperti

Lebak Banten Selatan Salak Datar, Cangkuk, Panggujangan Leles Garut, Cibuntu

7 Pemerintah Daerah Tingkat I Prponsi Jawa Barat, Selayang Pandang Propinsi Jawa

Barat (Bappeda : 2006), Cet. Ke – 1, hal. 5- 6. 8R. Moh Ali, Sedjarah Djawa Barat : Suatu Tanggapan, (Bandung : Pemerintah Daerah

Tingkat I Jaw a Barat, 1972), h. 52.

Page 21: STRATEGI POLITIK SUKARMADJI MARIDJAN …

12

Kuningan. Tetapi seiring berjalannya waktu pengaruh Hindu-Budha bisa masuk

ke wilayah Jawa Barat, maka dari itu mulai ada pergeseran kepercayaan.

Pada abad pertama masehi pengaruh India (Hindu-Budha) mulai masuk ke

Tatar Sunda yang mana bukti tersebut mulai terungkap ketika ditemukan prasasti

Ciaruten, yang secara jelas menyebutkan bahwa Purnawarman adalah penganut

agama Hindu aliran Waisnawa.9 Namun dilihat dari prasasti peninggalannya, tidak

seluruhnya penduduk kerajaan Tarumanegara menganut agama Hindu, Karena

Purnawarman sendiri selain menganut paham Hindu ia masih memegang teguh

kepercayaan yang telah menyatu dengan pribumi.10

Dari uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa Waisnawa merupakan

agama Hindu pertama yang berkembang di Jawa Barat. Hal itu bisa dilihat dari

penemuan patung Wisnu Cibuaya di Karawang dan penemuan patung Wisnu

Taruju di Telaga. Pada saat itu Karawang dan Telaga termasuk dalam wilayah

kerajaan Tarumanagara.11 Begitu pula di Indramayu dengan penemuan benda

Laksmi (sakti wisnu), dari kerajaan Tarumanaga sendiri. Tetapi dalam

perkembangannya, kerajaan Tarumanagara terpecah menjadi dua kerajaan;

kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh sehingga upacara ke-Hinduan dengan

pemujaan kepada Wisnu terus mengalami kemudaran, aliran tersebut kian didesak

dengan aliran Syiwa dan Buddha (abad 14 Masehi).12 Pemujaan dewa Syiwa bisa

dibuktikan dengan ditemukannya patung-patung Buddha di beberapa daerah

Jawa Barat.13

9 Sri Yoeliawati, Masuk dan Berkembangnya Agama Islam di Daerah Banten dan

Sekitarnya, (Bandung : Universitas Padjajaran,1987), h. 38. 10R. Moh Ali, Sedjarah Djawa Barat : Suatu Tanggapan, (Bandung : Pemerintah Daerah

Tingkat I Jawa Barat, 1972), h. 58.

11R. M. Eddy Ashari, Sejarah Seni dan Budaya Jawa Barat I, (Jakarta: Proyek Media

Kebudayaan Jawa Barat, DEPDIKBUD, 1977), hal. 43. 12Saleh Danasasmita, Sejarah Jawa Barat : Rintisan Penelusuran Masa Silam Jilid ke-

3,(Bandung : Sundanologi & Proyek Penerbitan Buku Sejarah Jawa Barat, Propinsi daerah Tingkat

I Jawa Barat, .1983-1984), hal. 39

13R. M. Eddy Ashari, Sejarah Seni dan Budaya Jawa Barat I, (Jakarta: Proyek Media

Kebudayaan Jawa Barat, DEPDIKBUD, 1977), hal.44-45.

Page 22: STRATEGI POLITIK SUKARMADJI MARIDJAN …

13

Naskah Sanghyang Siksakandang menyebutkan bahwa agama Hindu dan Budha

telah bercampur dengan kebudayaan masyarakat setempat yang lebih menjujung

tinggi roh leluhur yaitu hyang dan lebih dihubungkan dengan ajaran Hindu.14

Tetapi sesungguhnya kata ini mempunyai akar yang sangat tua, yakni

kepercayaan animisme dan dinamisme yang memuliakan roh nenek moyang serta

roh penghuni batu, gunung, pohon, juga tempat-tempat lainnya yang dianggap

sakral. Adanya kepercayaan tersebut bisa disebutkan bahwa agama orang

Pajajaran bersendikan hyang atau Batara Seda Niskala, dan menempatkan dewa-

dewa terpenting, serta agama Hindu di bawahnya. Maka dari itu agama Hindu

telah kehilangan vitalitasnya, sisa-sisa agama itu hanya akan dianggap tradisi

tanpa dikaitkan lagi dengan India. Sehingga pada abad ke 14 masehi setelah

kontak keagamaan Jawa Barat dan India terputus maka agama tersebut tertelan

oleh unsur-unsur asli kepercayaan penduduk.15

Jawa Barat merupakan wilayah yang sangat sedikit ditemukan prasasti atau

naskah sastra karena kebiasaan menulis bukanlah ciri utama masyarakat ladang

apalagi mendirikan istana atau prasasti candi misalnya.16 Selain pertanian dan

perladangan, masyarakat Jawa Barat sebelum datangnya Islam memiliki

penghidupan lain yaitu perdagangan melalui pelabuhan. Hal tersebut terungkap

dengan keberadaan masyarakat Sunda yang mengenal jasa, biasanya diambil dari

tempat-tempat tertentu seperti pelabuhan, muara sungai dan tempat-tempat

penyebrangan.17

14Saleh Danasasmita, Sewaka Darma, Sanghyang Siksakandang Karesian dan Amanat

Galunggung ( transkip dan terjemahan), Bandung : Sundanologi & Proyek Penerbitan Buku Sejarah

Jawa Barat, Propinsi Daerah Tingkat I, Jawa Barat, 1987, hal.74. 15 Saleh Danasasmita, Sejarah Jawa Barat : Rintisan Penelusuran Masa Silam Jilid ke-

3,( Bandung : Sundanologi & Proyek Penerbitan Buku Sejarah Jawa Barat, Propinsi daerah

Tingkat I Jawa Barat, .1983-1984), hal. 41-42 16Ayatrohaedi, Masyarakat Sunda sebelum Islam, (Data Naskah, Lembaga Penelitian

Universitas Indonesia, Jakarta, 1987), hal. 32. 17Saleh Danasasmita, Sejarah Jawa Barat : Rintisan Penelusuran Masa Silam Jilid ke-

IV,(Bandung : Sundanologi & Proyek Penerbitan Buku Sejarah Jawa Barat, Propinsi daerah

Tingkat I Jawa Barat, 1983-1984), hal.5

Page 23: STRATEGI POLITIK SUKARMADJI MARIDJAN …

14

C. Muncul dan Berkembangnya Islam di Jawa Barat

Penulis sudah menjelaskan di atas bagaimana kondisi Jawa Barat sebelum

datangnya Islam, dilihat dari kondisi sosial, ekonomi, dan kebudayaan. India

pernah melakukan agresi budaya di wilayah Jawa Barat, sehingga bisa timbul dan

berkembang kerajaan yang bercorak Hindu-Budha. Kondisi seperti itulah yang

dihadapi masyarakat Jawa Barat menjelang kedatangan Islam di Tatar Sunda.18

Pemeluk Islam pertama kali di Tatar Sunda ialah Bratalegawa, putra kedua

dari Prabu Guru Panggandiparamarta Jayadewa Brata, penguasa kerajaan Galuh.

Tetapi Ia lebih memilih hidupnya sebagai saudagar, sehingga banyak bepergian ke

daerah-daerah dan ke negri lain, seperti semenanjung Melayu, Cina, Srilangka,

India, Persia, Sumatra, bahkan Arab. Ia mulai menjalin persahabatan di negri-

negri lain, sampai akhirnya ia banyak sahabat dan kenalan, baik sesama

nagarawan maupun penduduk setempat. Ia juga memiliki sahabat di Gujarat India

bernama Muhammad yang mempunyai anak gadis bernama Farhana binti

Muhammad. Bratalegawa pun menikahi anak Muhammad dan memeluk agama

Islam. Setelah usai pernikahannya mereka berdua melanjutkan perjalanan ke

Mekah dan Bratalegawa berganti nama menjadi Haji Baharuddin Al Jawi.19

Dari Mekah mereka kembali ke negara asal Bratalegawa di Galuh, dan mulai

mengajak adik bungsunya yang sudah menjadi istri dari raja bawahan Galuh juga

kakak laki-lakinya yang sedang berkuasa di wilayah Cirebon Giring. Tetapi

ajakan itu gagal karena kedua saudaranya tidak mau memeluk agama Islam,

meskipun demikian mereka tidak memutus tali persaudaraan. Jika kakak dan

adiknya menginginkan bantuan, maka Bratalegawa membantunya.

Brataralegawa dan istrinya pemeluk agama Islam pertama di Galuh yang

dikenal dengan gelarnya Haji Purwa Galuh atau Haji Purwa saja, Purwa berati

pertama. Dalam proses perjalanan mereka kita bisa melihat bahwa Islam masuk ke

Indonesia tidak menyebar begitu saja, karena masih sedikit tokoh pemeluk agama

18Nina H. Lubis dkk, Sejarah Tatar Sunda jilid,(Bandung: Lembaga Penelitian

Universitas Padjajaran, 2003), hal. 155. 19 Ayatrohaedi, Sundakala Cuplikan Sejarah Sunda berdasarkan Naskah-Naskah

“Panitia Wangsakerta Cirebon, (Jakarta: Pustaka jaya, 2001), hal.131.

Page 24: STRATEGI POLITIK SUKARMADJI MARIDJAN …

15

Islam. Kemudian di wilayah Galuh dan Padjajaran sendiri masyarakatnya masih

memeluk ajaran Hindu.20

Peran bangsa Arab dalam pelayaran di Asia telah dikenal sejak abad ke-4

masehi, oleh karena itu sangat mungkin jika Haji Purwa saudagar dari Galuh telah

diislamkan sejak abad ke-15, karena ada hubungan perdagangan dalam pelayaran.

Sebenarnya pada abad ke-10 Masehi perniagaan dunia Timur telah memiliki

kuasa dan menciptakan koloni-koloni sebagai tempat tinggal mereka seperti yang

ada di Sumatra dan pelabuhan Kanton. Selain berhubungan dengan pedagang dari

Arab, jalur perniagaan Indonesia juga memiliki hubungan erat dengan Timur-

Tengah, India, dan Cina, serta sebaliknya. Hubungan tersebut sudah ada sejak

terjadinya awal abad Masehi.21

Pada tahun 1416 (Masehi) Kaisar Cheng-tu atau Yeng-lo raja ke tiga dari

Dinasti Ming melakukan perintah kepada angkatan laut Cina untuk keliling

dipimpin oleh Laksamana Cheng-Ho atau Sam-po Tay-Kam yang sudah

memeluk agama Islam. Mereka mengirim 27.800 prajurit, membawa 63 kapal,

bertujuan untuk menjalin silaturahmi persahabatan antar raja-raja tetangga

Cina sebrang laut selatan. Dalam armada tersebut mereka membawa Syaikh

Hasanuddin dan singgah di pelabuhan Muara Jati Cirebon yang dikuasai oleh

Ki Gedeng Jumanjati. Ia bersahabat dengan para ulama Islam berasal dari

Mekah dan Campa, termasuk Syaikh Hasanudin dari Campa.22 Hal ini

merupakan proses pengenalan agama Islam pada masyarakat Jawa Barat, dan

selanjutnya diikuti dengan proses Islamisasi di Jawa Barat, dilihat dari sumber-

sumber portugis dan sumber-sumber tradisi.23

Proses Islamisasi di Jawa Barat tidak terlepas dari tiga wilayah seperti

Cirebon, Banten, dan Sunda Kelapa, karena wilayah tersebut merupakan awal

masuk dan berkembangnya Islam di Jawa Barat. Dilihat secara geografis Cirebon

20Ayatrohaedi, Sundakala Cuplikan Sejarah…, hal. 132-135. 21Edi S. Ekadjati, Penyebaran Agama Islam di Jawa Barat” dalam Sejarah Jawa

Barat dari Masa Pra Sejarah hingga Masa Penyebaran Agama Islam, (Bandung: Proyek Penunjangan Peningkatan Kebudayaan Nasional Propinsi Jawa Barat, 1975), hal . 87.

22Atja, Carita Purwaka Caruban Nagari : Karya Sastra sebagai Sumber Pengetahuan

Sejarah, (Bandung: Proyek Permuseuman Jawa Barat, 1986). hal 31 23Ekadjati, Penyebaran Agama Islam di Jawa Barat” dalam Sejarah Jawa Barat dari

Masa Pra sejarah hingga Masa Penyebaran Agama Islam...hal. 88

Page 25: STRATEGI POLITIK SUKARMADJI MARIDJAN …

16

terletak di pesisir Jawa, di tepi pantai sebelah timur yang merupakan ibu kota

kerajaan Sunda pakuan Padjajaran.

Pada tahun 1513 pelabuhan Cirebon biasa disinggahi dua sampai empat kapal

berlabuh perharinya, baik untuk mengekspor kayu dalam jumlah yang cukup

banyak untuk kebutuhan membuat kapal, maupun bahan makanan berupa beras.

Pada masa itu penduduknya baru berjumlah sekitar 1.000 orang,24 tetapi sejak

terjadinya komunikasi dengan para pedangang Internasional di kerajaan Sunda,

maka pelabuhan tersebut menjadi pusat kota.25 Proses komunikasi ini tidak

terlepas dari para pedagang dalam penyabaran agama, seperti pada awal Masehi

Hindu-Budha pernah menguasai wilayah Cirebon. Sehingga masuk dan

berkembangnya Islam di Cirebon tidak terlepas dari akulturasi budaya antara ke-

Hinduan dan Islam.

Sedangkan Banten sendiri dilihat secara geografis dan perekonomiannya,

merupakan pelabuan yang sangat strategis dalam penguasaan selat Sunda, apalagi

ketika Portugis menguasai Malaka.26 Pada tahun 1513 Banten merupakan

pelabuhan dagang milik kerajaan Sunda tetapi Portugis menggunakan pelabuhan

Banten untuk membawa barang-barangnya dari Malaka. Dalam mengembangkan

keislamannya, wilayah Banten kemudian membangun pesantren dan tarekat,

supaya pendidikan-pendidikan Islam mudah dipahami oleh masyarakat.27

Pada pelabuhan-pelabuhan tersebutlah titik awal perkembangan Islam di

Indonesia khususnya di Jawa Barat dan bisa menyebar sampai ke pelosok

pedesaan. Tetapi hal tersebut tidak terlepas dari adanya akulturasi budaya antara

24Edi S.Eka Djati Sunan Gunung Jati; Penyebar dan Penegak Islam di Tatar Sunda.

(Jakarta: Pustaka Jaya.2005), hal. 78

25Uka Tjandrasasmita, Arkeologi Islam Nusantara. (Jakarta: KPG bekerja sama dengan

EFEO danFakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatulloh, 2009), hal. 159

26Uka Tjandrasasmita, Sejarah Nasional Indonesia. Edisi ke-4, (Jakrta: Balai Pustaka,

1993), hal. 20

27Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi Pandangan Hidup Kyaidan Visinya Mengenai Masa Depan Indonesia (Jakarta: LP3ES, 2011), hal. 32.

Page 26: STRATEGI POLITIK SUKARMADJI MARIDJAN …

17

kehinduan dengan Islam. Sehingga proses Islamisasi di Jawa Barat sangat cepat

dilihat dari pertumbuhannya.

Pada tahun 1596 Belanda mulai masuk ke Indonesia dengan menggunakan

empat kapal yang mendarat di pelabuhan Banten yang dipimpin oleh kapten Piter

Keyzer. Awal mula bangsa Belanda masuk ke Indonesia tujuannya untuk

berdagang, tetapi karena melihat kekayaan di Indonesa yang cukup melimpah

maka tujuan tersebut berubah. Hal ini terlihat dari semboyan 3G (Gold, Glory,

Gospel) tujuannya untuk menguasai sumber daya alam Indonesia lewat

kekuasaan, dan destabilisasi umat Islam.28

Agar umat Islam di Indonesia tidak berkembang, Belanda membangun

sekitar 30 sekolah kristen di Indonesia dan yang paling banyak di Batavia hampir

20-an sekolah Belanda. Dalam proses mencari murid agar banyak yang belajar di

sana, mereka membuka seluas-luasnya dengan biaya yang sangat murah. Lewat

sekolah ini mereka mulai menanamkan pengaruhnya.29 Kejadian tersebut

memancing para intelektual Islam untuk berpikir agar agama dan negaranya tetap

selamat dari penjajahan Belanda dengan mendirikan sekolah-sekolah Islam, secara

perorangan maupun secara organisasi/kelembagaan. Sistem pendidikan Islam

yang digunakan pada masa awal penjajahan Belanda ada dua yaitu sistem

pendidikan keraton dan sistem pendidikan pertapa. Sistem pendidikan keraton

sendiri ditujukan untuk anak-anak bangsawan keraton yaitu guru yang

menghampiri muridnya. Tetapi sebaliknya jika sistem pendidikan bertapa murid

yang mendatangi gurunya ke pertapaan, biasanya sistem ini untuk orang-orang

yang kondisi perekonomiannya lemah. Oleh karena itu, pendidikan Islam sendiri

tidak hanya kalangan bangsawan keraton yang mampu menempuhnya, tetapi

rakyat dengan ekonomi lemah pun dapat mengikuti pendidikan Islam tersebut.

Banyaknya pendidikan di Indonesia khususnya pendidikan Islam sangat

mempengaruhi pemikir umat Islam sendiri sehingga pada awal abad ke-XX

28Mansur dan Maffud Jaenudi, Rekonstruksi Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia,

(Jakarta : Departemen Agama RI, 2005), hal.99 29Samsul Nizar, Sejarah Dan pergolakan Pemikiran Pendidikan Islam, (Ciputat : Quantum

Teaching, 2005), Hal. 292

Page 27: STRATEGI POLITIK SUKARMADJI MARIDJAN …

18

muncul kesadaran dan mulai membentuk organisasi-organisasi Nasional

khususnya organisasi keislaman di Jawa Barat.

D. Peran Organisasi Islam di Jawa Barat

Serikat Dangang Islam (SDI) yang dipelopori oleh Haji Samanhudi,

merupakan organisasi dagang Islam pertama di Indonesia yang didirikan di Solo

pada tahun 1905. Pada tahun 1912 SDI diganti namanya menjadi Sarekat Islam

(SI), tujuannya bukan hanya pedagang yang bisa masuk dalam organisasi ini,

tetapi orang Islam lainnya bisa masuk ke dalam organisasi SI. Eksistensi

organisasi ini mempelopori organisasi keislaman lainnya seperti Nahdatul Ulama

dan Muhammadiyah. Selain itu di Jawa Barat, organisasi keislaman yang paling

terkenal ialah Persatuan Islam (Persis), Persatuan Ummat Islam (PUI) dan DI/TII.

1. Persatuan Umat Islam (Persis)

Berdirinya organisasi Persis (persatuan Islam) sebenarnya jauh

sebelum Kartosoewirjo mengeluarkan gagasan tentang Darul Islam

(DI/TII). Organisasi Persis telah berdiri sejak tahun 1923, sementara

Kartosoewirjo mengeluarkan gagasan tentang DI/TII pada tahun 1948

setelah Indonesia melakukan proklamasi kemerdekaan. Salah satu tokoh

dari organisasi Persis ialah Ahmad Hasan yang sebenarnya bukan asli

orang Indonesia.30 Ahmad Hasan bersal dari Singapura dan datang ke

Indonesia bertujuan untuk menjadi pedagang di Bandung. Kemudian ia

sering mengadakan diskusi-diskusi tentang situasi ke-Indonesiaan, ke-

Islaman dan persatuan.

Perjuangan Ahmad Hasan sendiri dalam organisasi tersebut

bertujuan untuk memiliki kader-kader yang kuat karena, ia menganggap

bahwa untuk menjadi pembaharu umat Islam bukan hal yang sangat

mudah. Maka dari itu ia kerap mendidik kadernya dengan pemahaman Al-

Quran dan Sunnah sebagaimana yang telah dilakukan oleh Rasulullah.31

30 Pdt. Dr. Jan S Aritonang, Sejarah Perjumpaan Kristen dan Islam di Indonesia, (Jakarta :

Gunung Mulia, 2004), h. 177. 31 Abubakar Aceh, Salaf, Muhyi ats-TsuratmSalaf, Gerakan Salafiyah di Indonesia

(Jakarta:Pramata, 1970),hlm.22

Page 28: STRATEGI POLITIK SUKARMADJI MARIDJAN …

19

Anggota dari organisasi ini tidak lebih dari 300 orang. Mereka

menganggap bahwa anggota yang sedikit bukanlah suatu hambatan dalam

menjalankan roda organisasinya. Untuk mencari anggota baru, mereka

menggunakan enam Mesjid di Bandung yang sudah mereka bangun.

Tetapi selain dijadikan tempat pengkaderan, Mesjid tersebut mereka

gunakan untuk melayani jemaahnya sehingga organisasi Persis bisa di

anggap positif oleh kalangan masyarakat.32

Tujuan dari organisasi ini untuk mempersatukan umat Islam

dengan ruhul ijtihad dan jihad. Oleh karena itu, organisasi ini dinamakan

dengan Persatuan Islam. Idiologi dari organisasi ini berlandaskan pada Al-

Qur’an dan hadist. Pada tahun sebelumnya sudah berdiri organisasi Islam

yang sangat besar antara lain PSI dan Muhammadiyah, maka dari itu

terbentuknya organisasi ini untuk menyatukan organisasi-organisasi

keislaman yang ada di Indonesia.

2. Persatuan Ummat Islam (PUI)

Berdiri pada 5 april 1952, Persatuan Ummat Islam (PUI) antara

lain menguasai wilayah Majalengka dan Sukabumi. Organisasi Islam

tersebut dipelopori oleh Abdul Halim dan Ahmad Sanusi. Tetapi sebelum

PUI, Abdul Halim sudah mendirikan organisasi keislaman seperti

Madjlisoel ‘Ilmi pada tahun 1911. Sementara di wilayah Sukabumi Ahmad

Sanusi sudah mendirikn pesantren pertama kali di gunung Puyuh. Mereka

berdua merupakan penggerak nasional dan ikut melakukan perlawanan

terhadap penjajah, dengan tujuan untuk memerdekakan Indonesia.

Kedua tokoh PUI ini terlahir dari kalangan keluarga biasa, yang

tidak pernah menempuh sekolah formal. Abdul Halim merupakan orang

Majalengka, yang sejak kecil sudah menjadi anak yatim dan tinggal

dengan Ibunya Siti Mutmainah. Sejak usia 10 tahun Abdul Halim dikirim

ke Cideres untuk belajar pesantren, namun belajar baca tulis latin kepada

Verheven seorang pastur. Setelah belajar di Cideres, Abdul Halim mulai

32Ahmad Hassan: Kontribusi Ulama dan Pejuang Pemikiran Islam di Nusantara dan

Semenanjung Melayu” dalam AlTurats, vol. XX, no. 2, (Juli 2014), h. 43-54.

Page 29: STRATEGI POLITIK SUKARMADJI MARIDJAN …

20

mencari pesantren lain untuk Ia belajar. Pada usia ke 21 Ia menikah

dengan Siti Murjibah, seorang anak dari penghulu agama di Majalengka.

Pada tahun 1908 Abdul Halim berangkat menunaikan ibadah haji dan

belajar keagamaan di Mekah selama tiga tahun. Selama di Mekah Abdul

Halim dan Ahmad Sanusi bertemu dan menjalin persahabatan, sampai

mereka pulang ke Indonesia.33

Kedua tokoh tersebut memang tidak pernah merasakan sekolah

formal, tetapi Ahmad Sanusi belajar di pesantren sejak kecil karena dididik

oleh ayahnya langsung. Sejak umur 15 tahun Ahmad Sanusi dikirim ke

pesantren-pesantren yang ada di Jawa Barat sampai lima tahun. Pada tahun

1908 Ahmad sanusi berangkat untuk menunaikan ibadah Haji ke Mekah,

sehingga tahun 1915 selepas pulang dari Mekah, Ia langsung menjadi kyai

di pesantren.

Selain dengan Abdul Halim, Ahmad Sanusi juga pernah

mendirikan organisasi yang bernama Al-Ittihadul Islamiyah tahun 1913.

Tetapi pada tahun 1944 organisasi itu diganti namanya menjadi Persatuan

Umat Islam Indonesia (PUII). Ahmad Sanusi sering melakukan dakwah-

dakwah menentang praktek kolonial di Indonesia dengan mendirikan

zakat. Pada tahun 1928 Ahmad Sanusi pernah diasingkan di Batavia dan

menjadi tahanan Kota. Kedua tokoh PUI ini memang sangat terkenal

dikalangan masyarakat dalam memberikan kesadaran tertindas kepada

anggotanya, sehingga banyak kecaman dari pihak kolonial Kolonial

Belanda sampai hari ini organisasi PUI sendiri sudah menjadi pesantren.

3. DI/TII

Lain Persis dan lain juga PUI, organisasi DI/TII juga kerap

menjadi obrolan khususnya di Jawa Barat. Lahirnya organisasi ini diawali

dengan keresahan masyarakat kepada pemerintahan yang dipimpin oleh

Soekarno-Hatta karena sudah menyepakati perjanjian bersama Belanda.

33Hasan Husain Umar, “Al-Turats al-Ilmi li al-Islam bi Indunisiya: Dirasah fi Tafsir Malja’ al-Talibin wa Tamassiyah al-Muslimin li al-Hajj Ahmad Sanusi” dalam Studia Islamika, vol. 8, no. 1, (2001), h. 153-183.

Page 30: STRATEGI POLITIK SUKARMADJI MARIDJAN …

21

Pada tahun 1947 Belanda memang kembali ke Indonesia, dengan tujuan

untuk menguasai kembali Indonesia. Sehingga pemerintahan Soekarno-

Hata bersepakat untuk melakukan perjanjian dengan pihak Belanda.

Perjanjian ini disebut dengan perjanjian Renville yang diselenggarakan

pada 18 Desember 1948. Disinilah awal mula kemarahan dari kelompok

DI/TII, karena dalam isi perjanjian Renville salah satunya harus

mengosongkan wilayah Jawa Barat serta harus segera pindah ke Jawa.

Kemudian kelompok DI/TII tidak mau mengosongkan wilayahnya,

mereka menganggap bahwa tempat yang mereka duduki ialah tempat

kekuasaan RI, bukan tempat yang dikuasai oleh pihak Belanda.34

Oleh karena itu sangat menarik bagi penulis untuk membahas

DI/TII dengan berbagai konflik sejarah yang disuguhkannya. Misalnya,

pada tahun 1952 terjadi suatu konflik antara organisasi DI/TII dengan

pihak TNI. Kejadian tersebut akibat dari pemerintahan yang ingin

membubarkan organisasinya karena pemerintahan yang dipimpin oleh

Soekarno-Hatta menganggap bahwa organisasi DI/TII telah melakukan

makar dan ingin kudeta pemerintahan pada waktu itu.35

Keberhasilan pemerintahan bisa dilihat pada 1962, ketika

Kartosoewirjo yang merupakan idiolog DI/TII berhasil ditangkap dan

akhirnya dieksekusi mati. Tetapi sebelum dieksekusi mati, ia pernah

34 Disetujuinya perjanjian Renvile oleh pemerintahan RI menyebabkan negara Indonesia

mengalami kekosongan kekuasaan. Wilayah RI hanya tinggal Yogyakarta dan tujuh keresidenan,

dengan begitu maka semua aparatur RI harus berkumpul di Yogyakarta termasuk seluruh tentara

RI yang berada di wilayah Belanda. Kodam Siliwangi yang berada di wilayah Jawa Barat pun

telah ikut meninggalkan wilayahnya sehingga daerah-daerah yang telah ditinggalkan oleh kaum

nasionalis menjadi kekosongan kekuasaan. Kemudian pihak Belanda yang menguasai daerah

kolonialnya kembali membentuk negara-negara “boneka” buatannya sendiri. Pada kalangan kaum

muslim yang dipimpin oleh Kartosoewirjo setelah melihat kejadian tersebut maka dijadikan suatu

momentum untuk menegakan syariat Islam. Lihat Al Chaedar, Sepak Terjang KW9 Abu Toto (Syekh A.S. Panji Gumilang) Menyelewengkan NKA-NII Pasca S.M. Kartosoewirjo, (Jakarta :

Madani Press, 2000), h.6-7. Dan B.j. Boland, Pergumulan Islam di Indonesia 1945-1970, (Jakarta

: Grafiti Press, 1985), h. 60. 35 Pokonamah bapa titahun 52 nepi ka 62 mah ah silih udag-udagan we jeung TNI da pan

tos di anggap makar tea ku pemerintahan Soekarno/Maksud dalam tulisan tersebut bahwa

kelompok DI/TII mengalami fase dimana mereka pernah kejar-kejaran bahkan sampai angkat

senjata atau melakukan perang dengan TNI karena kelompok DI/TII dituduh makar oleh

pemerintahan Soekarno-Hatta. Wawancara pribadi Bapak Komar di Garut, 28 Desember 20018.

Page 31: STRATEGI POLITIK SUKARMADJI MARIDJAN …

22

mengatakan bahwa kejadian ini adalah kejadian Hudaybiah.36 Pada

akhirnya kelompok DI/TII pasca Kartosoewirjo membuat gerakan lagi

untuk mengembalikan marwah gerakan DI/TII yang ingin menegakan

syariat Islam di Indonesia. Maka terbentuklah organisasi DI/TII dengan

nama baru yaitu Komando Jihad.

Terbentuknya organisasi Komando Jihad (komji) ini ternyata

beralih dari kiprah perlawanannya yang tadiya terbentuk DI/TII karena

menginginkan perlawanan terhadap kekuasaan Belanda tetapi Komando

Jihad malah sebaliknya, mereka melakukan perlawanan kepada negaranya

sendiri. Menurut organisasi tersebut untuk menegakan syariat Islam maka

perlu melakukan gesatan senjata kembali seperti pada saat mereka

berjuang di pegunungan. Pada akhirnya banyak sekali korban yang

ditimbulkan oleh komando jihad ini, seperti kasus-kasus pembunuhan,

pemboman bahkan sampai penyandraan pesawat.37

36 Pesan Terakhir Kartosoewirjo saat di eksekusi “tah iyeuteh ngarana kajadian

Hudaybiyah”, Wawancara pribadi Bapak Komar di Garut, 28 Desember 20018, . 37 Wawancara pribadi Anonim di Garut, 15 November 20018.

Page 32: STRATEGI POLITIK SUKARMADJI MARIDJAN …

23

BAB III

SEJARAH PERJUANGAN SM. KARTOSOEWIRDJO MENDIRIKAN

ORGANISASI DI/TII

A. Latar Belakang Kratosoewirjo

Sukarmadji Maridjan Kartosoewirjo38 yang akrab dipanggil Kartosoewirjo

lahir 7 Januari 1907 di Cepu, sebuah kota kecil antara Blora dan Bojonegoro yang

menjadi perbatasan Jawa Timur dan Jawa Tengah.39 Berbeda dengan tokoh Islam

lainnya ia tidak mempunyai latar belakang pendidikan agama di pesantren, justru

ia berjalan dengan pendidikan formal yang didapatkan dalam sistem pendidikan

Belanda. Kartosoewirjo memang kerap dikatakan sebagai orang yang beruntung

karena terlahir dari seorang ayah yang bekerja sebagai pegawai pemerintahan

Belanda di bidang distribusi penjualan candu, hal tersebut membuat orang tuanya

dapat menyekolahkan ia di sekolah Belanda.40

Saat umur 8 tahun Kartosoewirjo sekolah di ISTK (Inlandsche School der

Tweede Klasse),41 sekolah tersebut merupakan sekolah nomor dua bagi kalangan

bumiputra yang bertempatan di Kabupaten Rembang Jawa Tengah. Empat tahun

kemudian Kartosoewirjo melanjutkan sekolah ke HIS (Hollandsch-Inlandsche

School) di Rembang. Tetapi karena orang tua Kartosoewirjo pindah ke

38

Penulisan Sekarmaji Marijan Kartosuwirjo dalam skripsi ini selanjutnya ditulis

Kartosewirjo. Dalam skripsi ini penulis menyimpulkan bahwa kedudukan Kartosuwijyo adalah

sebagai seorang pemberontak terhadap kekuasaan Belanda. Penulis melihat bahwa pada masa

Kolonial Belanda kedudukan Kartosoewirjo adalah sebagai teman seiring dari pejuang-pejuang

kemerdekaan RI, namun dalam masa mempertahankan kemerdekaan, ketika pemerintah RI lebih

memilih untuk menempuh jalan perundingan diplomasi dengan Belanda dari Linggarjati,

Renville dan Konverensi Meja Bundar (KMB) Kartosowirjo selalu berada pada posisi yang tidak

setuju dengan hasil perundingan-perundingan tersebut.. Lihat Hersri Setiawan & Joebar Ayoeb.

(1982). SM. Kartosuwiryo, Orang Seiring Bertukar Jalan, Prisma, No. 5 Tahun XI, hlm. 96.

Lihat juga Ruslan, dkk., Mengapa Mereka Memberontak? Dedenglot Negara Islam Indonesia.

Yogyakarta: Bio Pustaka, 2008, hlm vii. 39Al-Chaidar, PemikiranPolitikProklamator Negara Islam Indonesia..., hal. 14. Lihat

juga wawancara pribadi eks DI/TII jawabarat Anonim di Garut, 15 November 20018. 40 Kartosoewirjo merupakan orang yang mampuh dalam kehidupan materialnya sehingga

ia bisa mendapatkan pendidikan yang tinggi. wawancara pribadi eks DI/TII jawabarat Anonim di

Garut, 15 November 20018. Lihat juga dalam bukunya Ruslan, dkk. Mengapa Mereka

Memberontak? Dedenglot Negara Islam Indonesia, (Yogyakarta: Bio Pustaka, 2008), hlm 3. 41Damien Dematra, Kartosoewirjo Pahlawanatau Teroris, (Jakarta: Gramedia Pustaka Umum. 2011), hal. 11.

Page 33: STRATEGI POLITIK SUKARMADJI MARIDJAN …

24

Bojonegoro, maka Kartosoewirjo pun bersekolah di ELS (Europeesche Lagere

School) sekolah untuk orang Eropa di Bojonegoro. Bagi seorang putra pribumi

HIS dan ELS merupakan sekolah elite yang memberlakukan kecerdasan dan bakat

khusus untuk memasuki sekolah tersebut.

Selama di Bojonegoro Kartosoewirjo bertemu dengan guru rohaninya yang

bernama Notodihardjo, seorang tokoh Islam modern di Muhammadiyah dan

seorang pemuka Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII) di Bojonegoro.42 Pemikiran

Islam modern itulah yang Notodihardjo ajarkan kepada Kartosoewirjo dan sangat

mempengaruhinya dalam merespon ajaran-ajaran Islam.43

Dalam proses perjalanannya mencari ilmu pada tahun 1923 Kartosoewirjo

meneruskan pendidikan di Nederlandsch Indische Artsen School (NIAS),

sekolah kedokteran Belanda di Surabaya.44 Di sana ia mengikuti kelas persiapan

selama tiga tahun, namun Kartosoewirjo hanya bertahan selama satu tahun, karena

ia dituduh memiliki buku-buku sosialis dan komunis sehingga Kartosoewirjo

dikeluarkan dari sekolahnya. Pada saat itu isu tentang komunis memang sangat

sensitif di mata orang kolonial, pandangan tersebut di karenakan komunis kerap

melakukan aksi-aksi pemberontakan di Indonesia. Maka dari itu Kartosoewirjo

dikeluarkan dari sekolahnya karena mempunyai buku radikal menurut orang

Belanda. Buku-buku tersebut Kartosoewirjo peroleh dari pamannya Marko

Kartodikromo. Ia merupakan seorang wartawan dan sastrawan yang dikenal

sebagai tokoh komunis. Interaksi dengan sang paman ini lah yang menimbulkan

kesadaran politik Kartosoewirjo, sehingga ia bisa membentuk dan membangun

organisasi seperti Jong Java dan Jong Islamieten Bond.45

42 Guru ngaji Kartosoewirjo yang pertama ialah Notodiharjo, aktivis Partai Sarekat Islam

Indonesia sekaligus Muhammadiyah di Bojonegoro. Penampilan Notodihardjo tipikal Islam Jawa :

tuturkatanya halus dan dia selalu menggunakan belangkon, beskap dan selop. Selebihnya

Kartosoewirjo tidak pernah masuk pesantren, ia mempelajari agama secara serabutan dari kiyai-

kiyai yang ditemuinya. Lihat SM Kartosoewirjo, Haluan Politik Islam...,hal. 20. 43 Irfan S. Awwas, TrilogiKepemimpinan Negara Islam Indonesia: Menguak Perjuangan

Umat Islam dan Pengkhianata Kaum Nasionalis-Sekuler, (Yogyakarta: Uswah, 2008), hlm.351. 44Damien Dematra, Kartosoewirjo Pahlawanatau Teroris..., h. 65.

45 Holk H Dengel, Darul Islam dan Kartosuwiryo..., h. 8

Page 34: STRATEGI POLITIK SUKARMADJI MARIDJAN …

25

Sebelum membentuk organisasi DI/TII Kartosoewirjo aktif dalam organisasi

Jong Java walau hanya sebentar, karena menurutnya anggota dari organisasi Jong

Java lebih radikal. Maka dari itu Kartosoewirjo mendirikan Jong Islamieten Bond

yang lebih menyuarakan aspirasi Islam.46 Dia memilih hijrah ke organisasi baru

ini karena dianggap lebih membela keislaman, selain itu tujuan dari organisasi

tersebut satu pandangan dengan Kartosoewirjo. Dalam perjalanan untuk

menjalankan organisasinya ia mulai berkenalan dengan tokoh-tokoh Islam seperti

Agus Salim dan Haji Oemar Said Tjokroaminoto, pemimpi PSI (Partai Syarekat

Islam).

Bukan hanya berguru keislaman kepada Notodiharjo, Kartosoewirjo pun

berguru kepada Haji Oemar Said Tjokroaminoto ketika ia di Surabaya. Di rumah

tokoh pendiri Syarekat Islami inilah Kartosoewirjo mulai belajar membangun

organisasi dan memperdalam pemahaman politiknya. Di tempat tersebut

berkumpul para penggerak kemerdekaan, diantaranya Soekarno yang memimpin

Partai Nasionalis Indonesia, Samaoen yang menjadi pemimpin Partai Komunis

Indonesia dan Kartosoewirjo yang akhirnya berkiprah menjadi imam DI/TII. (“Da

ari dinu namina sejarahmah muridna pa Tjokroaminoto teh seeur nga rebu-rebu, ngan nujadi ngan

tilu, sok dietang dina pendidikan oge. Hiji Samaun, dua Soekarno, tilu Kartosoewirjo”/sebenarnya

murud Tjokroaminoto banyak bahkan sampai beribu-ribu, tetapi yang menjadi pimpinan hanya ada

tiga yaitu Samaoen, Soekarno dan Kartosoewirjo).47 Mereka pernah sama-sama berdiam

diri dan mencari ilmu di rumah Tjokroaminoto.

Dalam perjalanan hidup seperti yang dijelaskan sebelumnya, Kartosoewirjo

memang tidak pernah duduk di lingkungan pendidikan pesantren, ia hanya

mempelajari agama dari kiai-kiai jalanan yang ditemuinya semasa ia mencari ilmu

dalam pendidikan formal. Di antara kiyai yang ditemuinya ialah Notodiharjo dan

Tjokroaminoto yang merupakan ulama besar penggerak organisasi.48 Maka dari

itu pemikiran besar yang ia miliki untuk membangun organisasi tidak terlepas dari

pemikiran Notodiharjo dalam melatih keislaman modern dan Tjokroaminoto

46Cornelis van Dijk, ,Darul Islam:Sebuah Pemberontakan..., h. 13. 47 Wawancara pribadi Bapak Didi di Garut, 29 Desember 2018.

48Al Chaidar, PemikiranPolitikProklamator Negara Islam Indonesia..., h. 29.

Page 35: STRATEGI POLITIK SUKARMADJI MARIDJAN …

26

melatih dalam mengembangkan organisasi politik. Di sisi lain, Kartosoewirjo

mempertajam keilmuan di bidang komunikasi dengan cara mendengarkan pidato-

pidato Haji Oemar Said Tjokroaminoto.

Untuk mengganti biaya hidup selama di rumah Tjokroaminoto maka

Kartosoewirjo bekerja di Fajar Asia. Kartosoewirjo pernah ditugaskan untuk

menulis koran dengan tema anti kolonial, karena pada waktu itu media Fajar Asia

digunakan sebagai alat perlawanan kepada Belanda, sampai pada akhirnya

Kartosoewirjo naik pangkat menjadi pimpinan redaksi. Di rumah Tjokroaminoto

kegiatan Kartosoewirjo bukan hanya menulis tetapi turut bergabung dengan partai

Syarikat Islam. Pada tahun 1929 kursus ilmu politik dan Islam di rumah

Tjokroaminoto telah selesai, tetapi Kartosoewirjo ditunjuk untuk menjadi wakil

Partai Sarekat Islam Indonesia di Jawa Barat, maka ia hijrah dari Surabaya ke

Malangbong Garut salah satu kota di Jawa Barat dan menjadi basis Kartosoewirjo

dalam memimpin Darul Islam.49

Ketika Kartosoewirjo menjalankan tugasnya di Garut, ia pun mulai bertemu

dengan para tokoh penggerak PSII yang ada di Garut salah satunya ialah

Ardiwisastra. Ia memiliki anak bernama Dewi Siti Kalsum, kemudian

Kartosoewirjo sambil menjalankan tugasnya ia pun berkenalan dengan anak

Ardiwisastra. Sampai akhirnya pada bulan April 1929 Kartosoewirjo

menikahinya.50

Sebelum membangun Darul Islam Kartosoewirjo sempat bergabung terlebih

dahulu di organisasi Masyumi, sampai pada akhirnya ia menjadi salah satu

pimpinan di organisasi tersebut. Menurut Belanda organisasi Masyumi direstui

oleh Jepang dengan harapan organisasi tersebut bisa membantu dalam perang,

tetapi kejadian sebenarnya para pendiri Masyumi Kiai Haji Wachid Hasyim,

Mohammad Natsir, Kartosoewirjo dan lainnya, menghendaki organisasi tersebut

dapat menghadirkan semangat Islam dalam perang kemerdekaan dan melawan

segala bentuk penjajahan di Indonesia.

49Cornelis van Dijk, ,Darul Islam:Sebuah Pemberontakan..., h. 19. 50Holk H Dengel, Darul Islam dan Kartosuwiryo..., h. 10.

Page 36: STRATEGI POLITIK SUKARMADJI MARIDJAN …

27

Kartosoewirjo memang bukan pendatang baru dalam organisasi keislaman,

bahkan di Masyumi ia sempat menjabat sebagai sekertaris 1 dan sudah aktif

didalam Majelis Islam Alaa Indonesia (MIAI) salah satu organisasi yang menjadi

cikal bakal Masyumi.51 Dibantu dengan beberapa pimpinan Masyumi lainnya

Kartosoewirjo bisa membangun lima cabang MIAI di wilayah priangan, sehingga

pada tanggal 7 November 1945 Kartosoewirjo memberikan suatu usulan

kepada Wahid Hasyim, Natsir dan anggota lainnya untuk menyatakan bahwa

Masyumi harus menjadi partai politik.52 Namun dalam programnya harus

membentuk suatu hukum yang berlandaskan ajaran Islam.

Kartosoewirjo mendapatkan tugas dalam pembangunan Masyumi di

wilayah priangan, sehingga pada bulan Juni 1946 Partai Masyumi melakukan

kongres di wilayah priangan lebih tepatnya di Garut. Hasil dalam kongres

tersebut yang ditunjuk sebagai ketua umum ialah Kiai Haji Mochtar

sedangkan Kartosoewirjo terpilih sebagai wakilnya. Nama tokoh politik Islam

setempat seperti Isa Anshari, Sanusi Partawidjaja, KH Toha dan Kamran

masuk dalam kepengurusan. Pembentukan program idiologi yang harus di

jalankan oleh Partai Masyumi yaitu memahami ajaran Islam yang Rahmatan

Lilalamin, menjaga persatuan dan menghentikan konflik perbedaan idiologi.

Menurut Kartosoewirjo jika kita terus terjebak dalam konflik sesama bangsa

maka hanya akan menguntungkan Belanda. Maka dari itu Partai Masyumi

harus mempunyai tujuan untuk mempersatukan seluruh organisasi keislaman

yang ada di Indonesia.

Selepas dari Masyumi Kartosoewirjo melakukan perjalanan panjang untuk

membangun organisasi baru yaitu DI/TII. Organisasi DI/TII mulai berdiri di

Jawa Barat dan diproklamasikan pada tahun 1949, setelah organisasi tersebut

meluas di Jawa Barat maka daerah-daerah lain pun mulai mengikuti langkah

dari DI/TII seperti Aceh, Sumatra, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Masing-

masing mempunyai pemimpin dalam gerakannya, tetapi tepusat kepada

Kartosoewirjo yang sudah ditunjuk oleh 450 ulama untuk menjadi Imam

51Al-Chaidar, Pemikiran Politik Proklamator Negara Islam Indonesia..., h.55. 52Dewanto, kartosoewirjo, mimpi negara Islam (jakarta: KPG, 2011). hal. 28

Page 37: STRATEGI POLITIK SUKARMADJI MARIDJAN …

28

Islam Indonesia.53 “Lamun menurut sejarahna 49 ngangkat Imam teh anu lobana kiyai 450/ia

menerangkan sejarah tahun 49 dimana pada waktu itu ada suatu proses besar di dalam tubuh

DI/TII dengn terbentuknya imam Islam Indonesia.”54

Dalam kutipan lain menjelskan pula bahwa proses penunjukan imam Islam

Indonesia dilakukan oleh 450 ulam, proses penunjukan tersebut melalui

musyawarah mufakat, sampai pada akhirnya Kartosoewirjo yang berhasil diangkat

menjadi Imam Islam Indonesia. Sebelum melakukan proses penunjukan imam

mereka melakukan puasa terlebih dahulu, menurut mereka agar pengangkatan

imam tersebut bisa diridhoi oleh Allah SWT.55

B. Lahir dan Berkembangnya Organisasi DI/TII

1. Berdirinya TKR di Seliwangi

Tentara Kemanan Rakyat (TKR) merupakan nama angkatan perang

pertama yang dibentuk oleh pemerintahan Indonesia, pembentukan TKR

dilakukan setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia yaitu pada 5 Oktober

1945.56 Hal tersebut mengacu pada maklumat yang dikeluarkan oleh

pemerintahan Republik Indonesia, berikut merupakan susunan TKR yang

terbentuk di Jawa Barat.

1. Panglima Komandemen:

Mayor Jenderal Didi Kartasasmit

2. Kepala Staf:

Kolonel A.H. Nasution

3. Staf Komandemen:

Letnan Kolonel Kartakusumah, Mayor Akil, Mayor Kadir, Mayor

Suryo, dan Kaptem Satari.

TKR di Jawa Barat memiliki 13 resimen yaitu resimen Garut, resimen

Sumedang, resimen Tasikmalaya, resimen Jatiwangi, resimen Padalarang, resimen

53 Wawancara Bapak Iin di Garut, 15 November 20018 54 pengangkatan Imam Islam Indonesia, wawancara pribadi eks DI/TII Jawa Barat

Anonim di Garut, 15 November 20018. 55 Wawancara Bapak Iin di Garut, 15 November 20018 56 Abdullah Hamid, Pendidikan Karakter Berbasis Pesantren, (Surabaya : IMITIYAZ,

2017), Hal. 126

Page 38: STRATEGI POLITIK SUKARMADJI MARIDJAN …

29

Bandung, resimen Cirebon, resimen Purwakarta, resimen Sukabumi, resimen

Tangerang, resimen Cikampek, resimen Bogor dan resimen Banten. Tetapi pada

saat itu ada dua penambahan resimen yaitu resimen Rangkasbitung dan resimen

Perjuangan, jadi TKR di Jawa Barat bertambah menjadi 15 resimen, pada hari

kebangkitan Nasional divisi ini dilebur menjadi satu yitu divisi Seliwangi.

Begitupun DI/TII mereka membentuk tentara dengan beberapa divisi dengan

tujuan untuk mempunyai kekuatan saat melawaan tentara Belanda.“DI/TII

ngagaduhan 7 divisi haritateh, ari sadivisi teh bawahan nana ngagaduhan sabaraha resimen sa

divisi teh, opat resimen nya, ari sa resimenna ngagaduhan opat batalion, sabatalin na ngagaduhan

opat kompi, sakompi teh ngagaduhan opat peleton, sa peletonteh ngagaduhan opat regu, saregu

guna masing-masing 12 siki. (ia menjelaskan tentang kondisi militer yang ada dalam tubuh DI/TII,

dalam penjelasannya antara lain : DI/TII mempunyai 7 (tujuh) divisi, satu divisi masing-masing

mempunyai empat resimen, satu resimen mempunyai empat batalion, satu batalion mempunyai

empat kompi, satu kompi mempunyai empat peleton, satu peleton mempunyai empat regu dan satu

regu terdiri dari 12 orang. Hal tersebut merupakan kekuatan DI/TII ketika ia menjalankan perang

melawan pemerintahan Belanda).57

Pada tanggal 14 Agustus 1947 Belanda kembali melakukan aksinya melalui

Agresi Militer I, tetapi kejadian tersebut sebenarnya malah menimbulkan

perlawanan dari kelompok Kartosuwirjo. Dalam perlawanannya Kartosoewirjo

menyatakana kepada para anggotanya untuk melakukan perang suci melawan

Belanda. Maka dari itu ia membagi wilayah kekuasannya dalam beberapa daerah

yang terdiri dari Daerah I Ibukota Negara, Daerah II meliputi Jawa Barat dan

Daerah III di mana para penduduk menjadi pengikutnya, sehingga daerah-daerah

yang menjadi kekuasaan Kartosoewirjo banyak melakukan perlawanan terhadap

Belanda.58

Pada tanggal 27 Agustus 1947 PBB memutuskan untuk menengahi konflik

antara Indonesia dengan Belanda. Untuk menyelesaikan konflik tersebut maka

dibentuklah Komisi Tiga Negara (KTN) yang dari beberapa negara antara lain

Australia yang dipilih Indonesia, Belgia yang dipilih oleh Belanda dan Amerika

Serikat yang dipilih oleh Indonesia-Belada. Adanya pertemuan tersebut bertujuan

57 Wawancara Bapak Iin di Garut, 15 November 20018 58Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia

VI (Jakarta, PN. Balai Pustaka, 1984), hlm. 266

Page 39: STRATEGI POLITIK SUKARMADJI MARIDJAN …

30

agar bisa menyelesaikan konflik lewat perundingan bukan dengan peperangan

lagi.

Untuk melakukan Agresi Militer pertama ke Indonesia yang diserang

pertama kali oleh Belanda ialah Jawa Barat, sehingga terjadinya peperangan antar

tentara Belanda dengan Divisi Seliwangi. Semua markas militer di Jawa Barat

diberantas oleh Belanda karena pada saat itu kemiliteran Indonesia belum kuat

dan kalah jumlah. Tetapi hal tersebut tidak mematahkan semangat tentara

Indonesia, bahkan pada saat itu tentara Indonesa terus melakukan griliya dengan

tujuan untuk mempertahankan negara yang ingin direbut kembali oleh Belanda.

Pada 17 Januari 1948 Belanda terpaksa mengikuti keinginan KTN yang

dilakukan di kapal milik America US Renville, tetapi Belanda menuntut beberapa

hal yang harus dipatuhi oleh Pemerintahan Indonesia dalam perundingannya.

Tuntutan tersebut antara lain pasukan kemiliteran Indonesia harus mundur dari

wilayah Garis Van Mook dan pelaksanaan penarikan kemiliteran ini harus

dilaksanakan pada 1-22 Februari 1948.59 Setelah kesepakatan perjanjian Renvile

selesai dan pemerintahan Indonesia yang di pimpin oleh Soekarno-Hatta telah

menyepakati semua perjanjian yang dibuat oleh Belanda, adapun isi perjanjiannya

ialah wilayah Indonesia hanya meliputi Jawa Tengah, Yogyakarta dan Sumatra,

sedangkan Jawa Barat masuk ke dalam wilayah kekuasaan Belanda.60 Maka hal

ini yang menyebabkan Kartosoewirjo kecewa dan menganggap bahwa

pemerintahan Indonesia tidak bisa membentuk suatu tatanan negara yang lepas

dari keterjajahan, terkhusus lagi rakyat Jawa Barat harus meninggalkan

wilayahnya karena sudah dikuasai oleh tentara Belanda tanpa perlawanan.

Menurut Kartosoewirjo ini merupakan suatu kemunduran dalam mempertahankan

kemerdekaan serta untuk melindungi bangsanya. Perjanjian tersebut merupakan

suatu hal yang sia-sia karena hasil dari perjuangan kemerdekaan Indonesia

melawan penjajah Belanda dan Jepang tidak ada artinya. Kartosoewirjo

59 Dien Albana, Bayangkara di Garis Van Mook, Heroisme Agen Polisi di Bumi Pudjon,

(Jakarta : Jember Media, 2017), Hal. 72-72 60 M. Yuanda Zara, Peristiwa 3 Juli 1946, Menguak Kudeta Pertama Dalam Sejarah

Indonesia, (Yogyakarta: Azza Grafika), hal.248

Page 40: STRATEGI POLITIK SUKARMADJI MARIDJAN …

31

menyatakan pula bahwa Indonesia pada saat itu kalah dalam bidang politik dan

militernya.

Akibat tuntutan inilah pasukan divisi Siliwangi harus hijrah ke Jawa Tengah

sebagai Ibukota Indonesia di Yogyakarta. Untuk mempercepat pelaksanaan hijrah

divisi seliwangi maka dibentuklah tim penghubung yang ditugaskan untuk

menyampaikan informasi atau perintah hijrah secara langsung kepada panglima

divisi dan para komandan brigade Divisi Siliwangi. Salah satu dari tim tersebut

ialah R. Oni Qital selaku komandan Laskar Sabilillah, ia langsung berangkat ke

Garut untuk menemui Kartosoewirjo. R. Oni Qital melaporkan segala sesuatu

yang terjadi di negara Indonesia serta kubu militer Indonesia yang diakibatkan

dari hasil perjanjian Renville pada tanggal 30 agustus 1948. Dari hasil

perundingan tersebut Kartosoewirjo memutuskan bahwa pasukan Hizbullah dan

Sabilillah tetap berada di Jawa Barat, hal ini bertujuan untuk mempertahankan

negara karena sedang mengalami kekosongan kekuasaan. Maka dari itu laskar

Hizbullah dan Sabilillah tetap di Jawa Barat bersama rakyat, meskipun pada saat

itu pemerintahan sudah hijrah ke luar Jawa Barat.61

Dengan adanya program pemerintah tentang perubahan kewenangan dan

struktur manajemen dalam tubuh militer, maka laskar-laskar yang ikut dalam

memerdekakan Indonesia kecewa dengan program tersebut. Adanya kekecewaan

ini para laskar memutuskan untuk bergabung dengan laskar hizbullah dan

sabilillah dalam memperjuangkan kemerdekaan di DI/TII. Faktor inilah yang

menjadi salah satu alasan kelompok DI/TII besar di Jawa Barat dan bisa

memproklamasikan Negara Islam Indonesia (NII).

2. Lahir dan Berkembangnya Oeganisasi DI/TII

Darul Islam (DI) merupakan organisasi yang berjuang atas nama umat Islam

seluruh Indonesia dan dipimpin oleh Kartosoewirjo yang merupakan salah satu

tokoh partai Masyumi. Sedangkan Tentara Islam Indonesia (TII) berasal dari

tentara Hizbullah dan Sabilillah, tentara tersebut merupakan laskar pertahanan

61 Al-Chaidar, Pemikiran Politik Proklamator Negara Islam Indonesia..., h. 72.

Page 41: STRATEGI POLITIK SUKARMADJI MARIDJAN …

32

organisasi Masyumi.62 Dalam perkembangannya DI/TII telah memiliki struktur

kenegaraan yang matang, hal ini bisa dilihat dalam uraian Qanun Azasi yang

sudah direncanakan setahun sebelum diproklamasikan berdirinya NII. Isi dalam

Qanun Azasi antara lain, bahwa terbentuknya DI/TII merupakan suatu yang

dikaruniai oleh Allah SWT dan dilimpahkan kepada rakyatnya.63

Pada bulan Mei 1948 DI/TII sudah membentuk Dewan Imamah, sebagai

tanda bahwa DI/TII merupakan suatu Negara Islam yang sah dengan semua

undang-undang yang tercantum dalam Qanun Azasi. Serta struktur lainnya yang

sudah dibentuk ada tiga lembaga konstitusi, antara lain:

a. Majelis Syuro,

b. Dewan Syuro dan

c. Dewan Fatwa.

Majelis Syuro ialah majelis yang mempunyai kekuasaan berdaulat, tetapi

ketika dalam keadaan yang sangat mendesak maka hak tersebut dialihkan kepada

dewan tertinggi yaitu Dewan Imamah. Tugas dari majelis ini ialah menyusun

sebuah konstitusi dan mendapatkan suatu garis besar pemerintahan, pemilihan

pemimpin tertinggi diatur pula oleh majelis ini dengan ketentuan pemegang

amanah atau yang menjadi pemimpin tertinggi untuk menjadi Imam besar harus

warga negara Indonesia dan beragama Islam.64 Lembaga Dewan Syuro bertugas

sebagai badan Eksekutif Majelis Syuro, selain itu lembaga ini bertugas untuk

mengadakan sidang dalam penentuan Undang-Undang. Lembaga terakhir dari tiga

konstitusi ialah Dewan Fatwa yang bertugas menjadi salah satu penasehat dari

Imam, dewan Fatwa sendiri terdiri dari tujuh orang, tetapi dewan fatwa juga bisa

dihentikan oleh Imam tertinggi.65

Di dalam tubuh pemerintahan DI/TII tidak memiliki parlemen sehingga semua

persoalan kenegaraan diputuskan oleh dewan tertinggi seperti Imam besar, wakil

Imam, komandan divisi, majelis keuangan, majelis penerangan, majelis

pertahanan dan majelis luar negeri, yang sudah ditunjuk untuk menjadi pemimpin.

62Ruslan, dkk, MengapaMerekaMemberontak?..., h. 26. 63 Kartosoewirjo, Pedoman Darma Bakti Negara Islam Indonesia, hal. 6 64Holk H Dengel, Darul Islam dan Kartosuwiryo..., h. 112. 65Cornelis van Dijk, Darul Islam:Sebuah Pemberontakan..., h. 83.

Page 42: STRATEGI POLITIK SUKARMADJI MARIDJAN …

33

Dikarenakan NII dibentuk saat perang maka tugas dari adanya dewan tersebut

untuk melaksanakan perang grilya dan mempertahankan wilayah dari penjajahan

Belanda karena pada saat itu sudah ditinggalkan oleh TNI yang hijrah ke

Yogyakarta. Tetapi untuk mempertahankan Negara laskar Hizbullah dan

Sabilillah dibentuk menjadi satu dengan nama Tentara Islam Indonesia (TII).

Pada tanggal 30 oktober 1949 dibentuklah suatu badan korps khusus dengan

nama PADI dan BARIS. BARIS ialah singaktan dari Barisan Rakyat Islam,

merupakan suatu pembantu yang bertugas untuk berada di wilayah kecamatan dan

desa. Hal ini merupakan keputusan yang dikeluarkan oleh Dewan Imamah untuk

menjaga kestabilan negara dan menjaga keamanan negara, maka di setiap wilayah

harus memiliki kesatuan brigade. Sementara PADI ialah singkatan dari Pahlawan

Darul Islam, suatu organisasi pemuda yang bergabung dalam kesatuan DI/TII

pada 30 Oktober 1949.

Pernikahan antara Kartosoewirjo dengan Dewi Kulsum anak dari Ardiwisastra

menyebabkan warga daerah Malangbong Garut bergabung dengan DI/TII secara

masif sehingga para pasukan DI/TII lebih unggul dari pasukan Belanda dan TNI.

Oleh sebab itu, Garut dijadikan daerah kekuasaan dan menjadi komando pusat

DI/TII. Selain itu, Malangbong juga merupakan wilayah segitiga bermuda antara

Garut, Tasik dan Malaya, sehingga penduduk tersebut berada didalam bayang-

bayang gerakan DI/TII, apalagi kelompok DI/TII sering melakukan propaganda

secara rutin. Dalam isi propaganda tersebut antaralain menjelaskan tentang

persoalan kondisi pemerintah yang tidak stabil serta adanya pengaruh Komunis

yang menjadi darah daging dalam tubuh pemerintahan Indonesia dan TNI.

Kejadian tersebut menyebabkan masyarakat ragu untuk percaya terhadap

pemerinahan Indonesia pada waktu itu.66

Untuk mendidik kader dalam bidang politik dan mencari kader-kader baru

DI/TII, maka Kartosoewirjo menggunakan institut suffah yang tadinya digunakan

untuk melatih kader PSII dalam bidang politik. Tetapi setelah terbentuknya DI/TII

institut suffah menjadi ladang pengkaderan dalam bidang politik dan menjadi

66 Tim Buku Tempo, Tjokroaminoto Guru Para Pendiri Bangsa, (Jakarta:KPG, 2011),

hal.108

Page 43: STRATEGI POLITIK SUKARMADJI MARIDJAN …

34

tenaga untuk menjaga DI/TII.67 Institut suffah sendiri dibawah pimpinan Ateng

Djaelani yang merupakan mantan perwira dari pasukan PETA di Jawa Barat,

sehingga ia dipercaya untuk memberikan pelatihan-pelatihan kemiliteran kepada

semua anggota DI/TII yang ada di institut suffah. Ateng Djaelani kerap

mengajarkan cara bersembunyi di atas pohon, cara menembak, cara memanah dan

cara bertahan hidup ketika grilya. Siswa-siswa yang dilatih militer oleh Ateng

Jaelani tidak hanya dari daerah setempat melaikan banyak pula yang berdatangan

dari kalangan santri di Priangan Timur.

Dalam melatih kemiliteran untuk santri laskar Hizbullah dan Sabilillah di

institut suffah Ateng Djaelani tidak sendirian. Ia dibantu oleh Zaelani Abidin yang

kebetulan bertempat di wilayah Limbangan dan melatih kemiliterannya di wilayah

Malangbong Kampung Bojong Garut, Enokh sebagai komandan pasukan

Sabilillah yang berada di Wanaraja, serta R. Oni Qital membantu melatih

kemiliteran DI/TII wilayah Gunung Cupu. Mereka turut melatih laskar Hizbullah

dan Sabilillah serta para siswa yang berada di institut suffah. Mereka juga

berperan dalam menjemput pasukan di posnya masing-masing guna untuk

menambah kekuatan.

Beberapa pasukan yang berada dalam komando R. Oni Qital ialah mantan dari

tentara Jepang, sehingga mereka membantu DI/TII dalam perang melawan

Belanda. Hal ini dapat dibuktikan dalam sebuah laporan rahasia polisi militer TNI

yakni di wilayah Gunung Cupu, terdapat 67 orang Jepang ikut serta pada bulan

Desember 1949. Dalam proses bergabungnya tentara Jepang sangat membantu

para petinggi atau pimpinan DI/TII sendiri seperti Kamran, Ateng Djaelani, dan

Sanusi Parta Widjaya.68

Seiring berjalannya waktu Institut suffah dihancurkan oleh Belanda karena

dianggap telah mengganggu eksistensinya. Kejadian tersebut menuntut

Kartosoewirjo untuk merubah konsep pendidikan di institut suffah agar pelatihan

kemiliteran tetap berjalan. Kemudian konsep yang digunakan dalam pengkaderan

di institut suffah dirubah pola pendidikannya dari satu tempat menjadi nomaden.

67 Peter Kasenda, Bung Karno Panglima Revolusi, (Yogyakarta:Galang Pustaka), Hal.

232 68Holk H Dengel, Darul Islam dan Kartosuwiryo..., h. 151.

Page 44: STRATEGI POLITIK SUKARMADJI MARIDJAN …

35

Metode yang dilakukan dalam pendidikan ini ialah dakwah dan menyebarkan

pemahaman jihad melalui masjid-masjid, langgar dan pesantren. Hal ini justru

menjadi salah satu keuntungan bagi DI/TII untuk melakukan perekrutan, sehingga

banyak massa yang tertarik dalam gerakannya.

Di wilayah penduduk yang menjadi basis DI/TII sendiri sangat erat dengan

adat dan agama Islam, sehingga Kartosoewirjo sangat mudah untuk membangun

suatu organisasi dan mengeluarkan aksi-aksinya. Hal tersebut juga dipengaruhi

oleh banyaknya penduduk yang sudah terlanjur sakit hati dengan sikap

pemerintah, mereka lebih mendukung gerakan yang di bentuk Kartosoewirjo

karena dianggap bisa melindunginya dari pihak Belanda. Oleh karena itu warga di

wilayah Garut banyak yang menerima dengan kedatangan organisasi DI/TII,

bahkan mereka memperbolehkan kelompok DI/TII untuk tinggal di rumah warga.

Proses itulah yang dijadikan kelompok DI/TII dalam pengkaderan, sehingga

banyak pemuda yang ikut berjuang dan mengatas namakan hijrah ke

pegunungan.69

Dalam melakukan aksi penyerangan mereka telah menysusun secara rapi dan

sesuai dengan keadaan negara, pelaksanaan mempertahankan wilayah teritorial

telah disusun dalam sebuah konsepsi pertahanan yang berdasarkan pada

pelaksanaan perang gerilya. Konsepsi pertahanan gerilya juga telah dijelaskan

dalam siasat dan taktik seperti :

1. Mengadakan sabotase secara besar-besaran.

2. Mengadakan propaganda.

3. Melemahkan ideology musuh.

4. Mematahkan urat syaraf musuh.

5. Mengadakan gerakan racun.

6. Mengadakan gerakan air.

7. Membongkar dan merusak pusat-pusat air juga waduk.70

Pada tahun 1953 banyak pemberontakan yang dilakukan oleh DI/TII

seperti yang dilakukan di kaki Gunung Cakrabuana. Setelah usai pemberontakan

69Irfan S. Awwas, Trilogi Kepemimpinan Negara Islam Indonesia..., h. 286. 70Disjarah TNI AD, Penumpasan DI/TII..., h. 102

Page 45: STRATEGI POLITIK SUKARMADJI MARIDJAN …

36

mereka mulai turun gunung melalui jalur hutan Malangbong, kejadian tersebut

dilakukan karenakan mereka sudah kehabisan bahan makanan. Mereka pun turun

dengan cara menyamar agar tidak diketahui oleh TNI karena pada waktu itu TNI

sudah dikuasai oleh Belanda.71

Setelah sampai di Limbangan mereka disambut oleh pasukan yang ada di

Limbangan, lalu melanjutkan perjalanannya menuju daerah Warung Bandrek yang

bertepatan di kecamatan Cibatu dengan tujuan untuk menghadang kereta barang

yang melintas. Dalam kereta barang yang disabotase oleh kelompok DI/TII antara

lain kereta yang membawa bahan makanan dan obat-obatan, karena makanan dan

obat-obataan sangat dibutuhkan untuk menambah persediaan. Sabotase kereta ini

tidak terjadi hanya di Warung Bandrek, sebelumnya pada tanggal 12 dan 28

Februari 1953 pernah terjadi pembongkaran rel di daerah Lebakjero Leles, Garut.

Pembongkaran rel tersebut sempat menyebabkan banyak korban yang berjatuhan,

tetapi tidak dijelaskan berapa korban yang selamat dan korban yang tidak

selamat.72

Dalam membangun gerakan tersebut Kartosoewirjo memang sangat diakui

oleh para pengikutnya khususnya di Jawa Barat, mereka sangat tunduk dalam

intruksi yang dikeluarkan oleh Kartosoewirjo untuk menjalankan Darul Islam

dimasa perang. Pemberontakan-pemberontakan kerap terjadi di Jawa Barat

khususnya pada tahun 1950-1962-an.73

C. Hari Terakhir Kartosoewirjo

Keberhasilan Kartosoewirjo dalam membangun dan menggerakan organisasi

Islam di tahun 1948 merupakan hal yang sangat luar biasa. Di dalam dirinya

memang mempunyai sifat kepemimpinan, sifat tersebut diperlihatkan dalam

71Priyono, Infanteri: The Backbone of The Army. (Yogyakarta: Mata PadiPressindo,

2012), hlm.14. 72Disjarah TNI AD, Album Peristiwa Pemberontakan DI-TII..., h. 101. 73 Pokonamah bapamah tunduk jeung patuh we haritamah kana intruksi imam

Kartosoewirjo, soalna jalur manehna geus yakin bener jeung lurus dina nafsirkeun Qur’an. Tah

kunaon atuh urangteh perang jeung Belanda, pan hukum islam na oge anu di berlakukeun ku

urangteh hukum Islam di masa perang da wajar atu perang ari ngalawan penjajah mah./maksud

dari tulisan tersebut ialah para kelompok DI/TII Jawa Barat sangat tunduk dalam intruksi yang

dikeluarkan oleh Kartosoewirjo untuk menjalankan Darul Islam dimasa perang. Wawancara

pribadi Bapak Komar di Garut, 28 Desember 20018

Page 46: STRATEGI POLITIK SUKARMADJI MARIDJAN …

37

membangun dan mengembangkan Darul Islam. Bahkan Kartosoewirjo selain

mempunyai jiwa kepemimpinan, ia juga mampu dalam mengorganisasikan dan

mengikat para pengikut DI/TII yang ada di wilayah pedesaan. Selain itu

Kartosoewirjo mempunyai skil dalam pertarungan politik nasional, hal tersebut

telah membawa peran penting gerakan Islam di masa perang. Tetapi hal paling

penting bagi Kartosoewirjo ialah tidak menginginkan kehidupan di perkotaan

seperti di Jakarta, ia lebih memilih kehidupan di tengah masyarakat pedesaan.74

Maka dari itu Kartosoewirjo dengan jiwa keemimpinannya banyak disukai di

daerah Jawa Barat khususnya di Garut, sampai akhirnya bisa memproklamasikan

Negara Islam Indonesia tahun 1949.

Isi dalam proklamasinya ialah:

PROKLAMASI

Berdirinja NEGARA ISLAM INDONESIA

BismillahirrahmanirrahimAsjhadoeanlailahaillallahwaasjhadoeannaMoehammadarRasoeloellah

Kami, Oemmat Islam Bangsa Indonesia MENJATAKAN:

Berdirinja ,,NEGARA ISLAM INDONESIA”

Makahoekoemjangberlakoeatas Negara Islam Indonesia itoe, ialah: HOEKOEM ISLAM

Allahoe Akbar! Allahoe Akbar! Allahoe Akbar!

AtasnamaOemmat Islam Bangsa Indonesia

Imam NEGARA ISLAM INDONESIA

Ttd

(S M KARTOSOEWIRJO)

MADINAH-INDONESIA, 12 Sjawal 1368 / 7 Agoestoes 194975

Gerakan Darul Islam ternyata sangat berpengaruh dalam menjalankan

idiologinya sehingga banyak perluasan di luar Jawa Barat seperti Jawa Tengah

yang dikomandoi oleh Amir Fatah, Sulawesi di bawah komando Kahar Muzakkar,

Kalimantan Selatan di bawah komando Ibnu Hadjar Haderi, Aceh Darussalam di

74 Wawancara pribadi Bapak Komar di Garut, 28 Desember 20018

75Lihat lampiran. Lihat juga di bagian awal Pedoman Darma Bakti Negara Islam

Indonesia.

Page 47: STRATEGI POLITIK SUKARMADJI MARIDJAN …

38

bawah pimpinan Tengku Muhammad Daud Beureuh. Hal tersebut menjadi suatu

ancaman bagi pemerintahan Belanda, apaladi Negara Islam Indonesia sudah

mempunyai tentara dan persenjataan yang sangat banyak.

Pada kisaran tahun 1950-1960 pasukan Tentara Islam Indonesia bertambah

besar jumlahnya sampai 13.129 personil di kalangan pasukan bersenjata. Mereka

mempunyai kelengkapan 3000 buah senjata termasuk Bren dan montir,

persenjataan tersebut banyak didapatkan oleh DI/TII dari hasil peperangan

melawan tentara Belanda. Melihat persenjataan yang lengkap dan pasukan yang

banyak maka hal ini yang membebani TNI.76 Meskipun kelompok DI/TII tadinya

ingin melawan kekuasaan Belanda, tetapi menururt pihak Republik justru berbeda,

hal tersebut dianggap suatu pemberontakan sehingga mengganggu kesetabilan dan

keamanan bagi Negara Republik Indonesia.

Ceuk dina sejarahmah tentara belanda pernah nyerang, tapi di bongohan ku pa Acep Komara

Suyud, langsung senjata anu di cepeng ku pamingpin tentara Belanda di tewak terus di

temaken. Didinya kengeng tina sejarah 60 senjata, mana kuat urang hijbullah teh.77 Ia

menjelaskan bahwa Belanda pernah melakukan serangan kepada DI/TII di Gunung Cupu.

Tetapi kelompok DI/TII sudah mempersiapkan penyerangan tersebut sehingga kelompok

DI/TII bisa dikatakan menang melawan tentara Belanda. Penyerangan itu dilakukan pada

saat jam 9 malam, tetapi dengan segala kekuatannya maka kelompok DI/TII yang di pimpin

langsung oleh Acip Komara Suyud mampu untuk melawan tentara Belanda sehingga bisa

mendapatkan 60 senjata yang direbut dari tentara Belanda.

Di dalam perjalannya ternyata bukan hanya Belanda yang merasakan

ancaman, melainkan juga pemerintahan Republik Indonesia menganggap bahwa

kejadian tersebut ialah kegiatan yang makar. Selain itu, adanya negara Islam yang

dibentuk oleh kelompok Kartosoewirjo dianggap kudeta terhadap kekuasaan

pemerintahan Republik Indonesia. Maka dengan adanya sikap tersebut

pemerintahan Republik Indonesia melakukan pencegahan agar DI/TII tidak

menyebar dan menghentikan tembak-menembak.78

76C. Van Dijk, Darul Islam: Sebuah Pemberontakan..., h. 92-98

77Wawancara Bapak Iin di Garut, 15 November 20018. 78 Al-Chaidar, Pemikiran Politik Proklamator Negara Islam Indonesia..., h. 208.

Page 48: STRATEGI POLITIK SUKARMADJI MARIDJAN …

39

Pemerintah memang sudah melakukan upaya untuk menghentikan gerakan

DI/TII misalnya pada zaman kabinet Natsir. Pemerintah melakukan perundingan

antara pihaknya dengan DI/TII, bahkan Pemerintah mengeluarkan maklumat

kepada pihak griliyawan untuk menghentikan pemberontakannya. Dalam

maklumatnya pemerintah yang dipimpin oleh Soekarno-Hatta memberikan

perjanjian dengan anggota DI/TII agar kembali kepada Republik dan

menyerahkan diri kepada posko TNI terdekat juga kepada pihak griliyawan yang

ingn menyerahkan diri akan diberikan ganti rugi. Tetapi dari pihak DI/TII tidak

menghiraukan tawaran tersebut sehingga upaya yang dilakukan oleh pemerintahan

Indonesia dikatakan gagal.79

Pada tanggal 1-24 April 1962 TNI melakukan operasi dan melakukan perang

melawan DI/TII. Operasi itu disebut “Brata Yudha” karena banyak memakan

korban jiwa khususnya di Bandung Selatan, setelah operasi tersebut selesai pada

bulan Mei 1962 Toha Machfoad dan Mochamad Danoe sebagai kawan dekat

Kartosoewirjo berhasil ditangkap. Selain itu beberapa rekan lainnya sebagai

pengikut DI/TII dituntut untuk segera menyerahkan diri kepada TNI.80

Adanya kejadian tersebut menurut kelompok DI/TII sudah tidak ada gunanya

lagi untuk bersembunyi. Sehingga Kartosoewirjo segera mengeluarkan intuksi

kepada semua anggota DI/TII untuk turun gunung dan kembali kepada pangkuan

ibu pertiwi bukan kembali kepada RIS (Republik Indonesia Serikat).

Kartosoewirjo mengintruksikan pula untuk berhenti melakukan Jihad Fisabilillah

atau jihad di jalan Allah melalui peperangan. Tetapi dalam jihadnya bergeser

menjadi jihad Fillah dengan melakukan amal kebaikan dan yang paling berat

melawan hawa nafsu.

Dalam catatan lain menyebutkan pula bahwa pada tanggal 4 juni 1962

pasukan TNI di bawah pimpinan Suhanda telah menemukan markas DI/TII di

wilayah pegunungan yang bernama Gunung Geber, bertempat di daerah

Cicalengka dan Majalaya Bandung. Pada akhirnya Kartosoewirjo dapat ditemukan

79C. Van Dijk, Darul Islam: Sebuah Pemberontakan..., h. 100.

80 Al-Chaidar, Pemikiran Politik Proklamator Negara Islam Indonesia.., h. 201-202.

Page 49: STRATEGI POLITIK SUKARMADJI MARIDJAN …

40

bersama rekan-rekan seperjuangannya, Ia pun akhirnya ditangkap pada usia 59

tahun dibarengi dengan Istri dan Kurnia sebagai pengawal pribadinya.

Setelah ditangkapnya Kartosoewirjo kemudian dilakukanlah persidangan

selama tiga hari yang berakhir pada tanggal 16 Agustus 1962, Ia tercatat sebagai

terdakwa karena dianggap telah melakukan makar kepada negara juga dalam

tuduhannya ingin membunuh presiden Soekarno. Sebulan kemudian pada bulan

september 1962 ia resmi mendapatkan hukuman mati dan langsung dieksekusi

tembak mati oleh tentara regu penembak pemerintah Republik.81

Sebelum SM. Kartosoewirjo dieksekusi, ia sempat melakukan intruksi kepada

semua pengikutnya untuk turun gunung, tujuannya agar menghentikan perang

senjata karena menurutnya haram bagi umat muslim harus melakukan perang dua

kali. Ada satu hal yang harus dilakukan oleh eks DI/TII yaitu saling mengingatkan

jika nantinya mantan griliyawan melakukan kesalahan. Selepas penyerahan

senjata kepada tentara Indonesia maka mereka siap kembali kepada pangkuan ibu

pertiwi serta tetap membela sistem yang sudah diterapkan yaitu pancasila dan

UUD 1945 sebagai landasan negara.82

81 Al-Chaidar, Pemikiran Politik Proklamator Negara Islam Indonesia..., h. 205. 82 ari udag-udagan mah masih keneh, ngan teu nembak, pas percaya teh eta nakapal kapal

berr ka gunung teh bari nyebarkeun selembaran tea. Nah didinya mah ges menyatakan turun

kembali ka pangkuan ibu pertiwi, ges di tandatangani malah ku pak S.M.Kartosuwiryo. Ges turun,

ges di tangkap, tah atos kitu mah atuh para komandan batalion, komandan kompi, komandan regu,

jeng bupati musyawarah, yen ges menyataken aya di daerah. Jadi inti namah cepet-cepet pulang ka

pangkuan ibu pertiwi kitu harita dina musyawarah. (ia menjelaskan proses DI/TII saat turun

gunung, didalam penjelasannya “kalau undang-undang masih tetap, tapi tidak melakukan tembak-

menembak, ia percaya untuk turun gunung setelah pemerintahan melakukan penyebaran

selembaran ke semua pegunungan yang ada di Jawa Barat, dalam isi selembaran tersebut

menyatakan bahwa semua kelompok DI/TII harus turun gunung dan kembali kepada pangkuan Ibu

Pertiwi. Dalam selembaran tersebut juga sudah ditandatangani oleh Kartosoewirjo.). Wawancara

pribadi Bapak Komar di Garut, 28 Desember 20018,

Page 50: STRATEGI POLITIK SUKARMADJI MARIDJAN …

41

BAB IV

KONSEP NEGARA ISLAM MENURUT KARTOSOEWIRJO DAN

ORGANISASI DI/TII PASCA KARTOSOEWIRJO

A. Konsep Negara Menurut Kartosoewirjo

Secara epistimologi negara merupakan suatu organisasi dalam wilayah yang

mempunyai kekuasaan tertinggi yang sah dan ditaati oleh rakyat. Selain itu negara

juga dapat diartikan sebagai kelompok sosial yang menduduki wilayah atau

daerah tertentu dan diorganisasi di bawah lembaga politik serta pemerintah yang

efektif, mempunyai kesatuan politik, berdaulat sehingga berhak menentukan

tujuan nasionalnya. Sementara negara Islam sendiri dapat diartikan sebagai

wilayah untuk membentuk suatu sistem dan hukum-hukum Islam yang digunakan

pada masyarakat secara menyeluruh.83 Tetapi disisi lain, Negara Islam merupakan

organisasi yang dibentuk oleh masyarakat muslim, pembentukan negara Islam

sendiri tujuannya bukan untuk kepentingan pribadi melainkan untuk menjalankan

perintah-perintah Allah SWT.84

Pada bab ini penulis akan menjelaskan tentang konsep negara yang dibentuk

oleh kelompok DI/TII yaitu Negara Islam Indonesia (NII). Negara Islam

Indonesia dianggap tidak mengikuti langkah-langkah pemerintahan yang dipimpin

oleh Soekarno-Hatta. Sebelumnya, sejarah sering menyebutkan bahwa sistem

yang digunakan di Indonesia pada waktu itu ialah sistem kenegaraan seperti

Pancasila dan UUD 1945. Tetapi disisi lain, kelompok NII membantah hal

tersebut karena menurut mereka negara Indonesia khususnya Jawa Barat

mengalami kekosongan kekuasaan pasca terselenggaranya perjanjian Renville.

Maka dari itu kelompok DI/TII membentuk negara sendiri dengan tujuan untuk

menyelamatkan bangsa dan Negara dari kekuasaan Belanda. “Bapamah

kapungkur da teu ngalaman perang jeung RI ah da perangna jeung RIS”(bapak

83H. Moh. Toriquddin, Relasi Agama dan Negara (Dalam Pandangan Intelektual Muslim

Kontemporer), (Malang: UIN Malang Press, 2009), 36-38. 84M. Hasbi Amiruddin, Konsep Negara Islam Menurut Fazlur Rahman, (Yogyakarta: UII

Press, 2000), 85

Page 51: STRATEGI POLITIK SUKARMADJI MARIDJAN …

42

dulu tidak pernah perang dengan RI, tetapi bapak perang dengan RIS,85 menurut

pandangan mereka RIS (Republik Indonesia Serikat) merupakan negara bentukan

Belanda, sehingga para kelompok DI/TII memperjuangkan negaranya agar

kembali lagi ke RI. Pemikiran itu merupakan upaya yang bertujuan untuk

menentukan nilai-nilai Islam dalam sistem serta proses politik yang sedang

berlangsung.86

Kartosoewirjo mempunyai pemikiran yang sangat cemerlang dalam

pembentukan negara Islam, ia berpikir bahwa negara yang dibentuk oleh Nabi

Muhammad saat di Madinah sangat ideal diterapkan di Indonesia.87 Pemikiran

tersebut timbul akibat kondisi sosial Indonesia yang sudah dikuasai oleh kafir

Belanda, sehingga hanya ada satu jalan yaitu membentuk Negara Islam dalam

situasi perang. Sebenarnya sejak tahun 1920-an Kartosoewirjo sudah mempunyai

ide untuk memperjuangkan Negara Islam. Menurut Kartosuwirjo pengertian dari

Negara Islam sendiri ialah sebuah negara yang benar-benar menjalankan syari’at

dan hukum Islam sesuai dengan ajaran Al-Qur’an dan sunah Nabi secara

menyeluruh. Hal ini juga Allah firmankan dalam Al-Quran: “Masuklah kalian ke

dalam agama Islam secara total menyeluruh, dan jangan kalian ikuti langkah-

langkah syetan”. (Qs. Al-Baqarah, 2:208).

85 wawancara pribadi eks DI/TII jawabarat Anonim di Garut, 15 November 20018. 86M. Din Syamsudin, Usaha pencarian konsep negara dalam sejarah pemikiran

Islam,dalam ulumul Qur’an vol iv no.2 (Jakarta: 1993),hlm.4 87“Ari konsep perjuangan negara Islam kartosoewirjo mah teu aya deui we selain suratul

Fatihah, seperti konsep perjuangan nabi Muhammad, jadi konsep perjuangan Nabi Mujammad teh

nyaeta suratul Fatihah kitu. Tah kulantaran sebagai pembaharu kakuasaan Allah kakuasaan Islam

maka konsepna khalifatullah. Jadi anu dina eta suratul fatihah teh aya laila hailallah Muhammada

Rasulullah. Lailla haillallah Muhammada Rasulullah teh aya empat kerangka La, lamat luba

ilallah, teu aya nu diteangan jeung teuaya nu di usahakeun kajaba ti nu diteanganteh pemingpin

pembawa amanat Allah, pemingpin pembawa rahmat dan Ridho Allah, pemingpin pelaksana

hukum Allah, anu diteangan teh eta”. (Kartosoewirjo dalam melaksanakan konsep negara Islam

sama seperti konsep Nabi Muhammad yaitu konsep khalifah. Konsep Khalifah merupakan suatu

konsep yang digunakan dalam Negara Islam Indonesia, maka dari itu untuk membentuk pemimpin DI/TII harus ditunjuk secara musyawarah. Nabi Muhammad ialah seorang pemimpin pembawa

amanat Allah, pemimpin pembawa rahmat dan ridho Allah dan pemimpin pelaksana hukum Allah,

dalam menjalankan kenegaraannya harus berdasarkan hukum Allah. Maka dari itu hukum yang

berlaku ialah hukum Allah yang terkandung dalam Al-Qur’an. Kemudian DI/TII dalam

menjalankan kenegaraannya mereka tidak menggunakan hukum konvensional yang sudah

ditegakan di negara, tetapi yang mereka pakai ialah hukum Allah yang terkandung di dalam Al-

Quran dan yang dijalankan oleh Rasulullah. Wawancara pribadi eks DI/TII Jawa Barat Bapak Aa,

28 Desember 2018 pkl. 11:00 Wib

Page 52: STRATEGI POLITIK SUKARMADJI MARIDJAN …

43

Pada tahun 1945 dalam sidang BPUPKI terjadi sebuah perdebatan antara

dua golongan yakni golongan Nasionalis Islam dan golongan Nasionalis sekuler.

Hasil dari persidangan tersebut melahirkan pancasila sebagai dasar Negara

Republik Indonesia.88 Setelah persidangan selesai, golongan Nasionalis Islam

seperti M. Natsir mengikuti perjuangan dijalur parlementer dan SM.

Kartosoewirjo dengan golongan yang sama memilih perjuangan di luar jalur

parlementer.89

Untuk berjuang di luar jalur parlementer, pada tahun 1948 SM.

Kartosoewirjo mendirikan negara Al-Jumhuriyah Al-Indonesiah atau suatu Al-

daulatul Islamiyah dengan sebutan Darul Islam. Tujuan dibentuknya Darul Islam

antara lain untuk menyelamatkan negara dan bangsa Indonesia dari pihak Belanda

yang telah kembali ke Indonesia. Sehingga pada tahun 1949 SM. Kartosoewirdjo

berhasil memproklamasikan Negara Islam Indonesia, dengan membawa

keyakinan bahwa orang-orang tidak cukup beriman saja, tetapi harus berjihad dan

memperjuangkan berdirinya Dinullah dengan menggunakan segala kekuatan

massa dan kekuasaan yang ia dapatkan. Karena negara merupakan suatu bentuk

yang kongkrit dari kekuatan dan kekuasaan.90

Kartosuwirjo dalam menjalankan negara dan kekuasaannya maka

membentuk Qanun Asasi yang mulai dirancang pada tahun 1948, tujuannya agar

menguraikan struktur politik NII. Konstitusi Qanun Asasi tersebut diawali oleh

penjelasan yang singkat terdiri atas sepuluh pokok. Salah satunya NII merupakan

negara Islam di masa perang atau “DarulIslam fi Waqtil Harbi”, Maka hukum

yang berlaku bagi NII ialah hukum Islam di masa perang, karena kondisi

berdirinya negara Islam yang diproklamasikan oleh Kartosoewirjo berdiri pada

saat Indonesia melawan penjajahan Belanda. Hal tersebut dikarenakan anggota

DI/TII menganggap bahwa perjuangan kemerdekaan dinyatakan telah kandas saat

88 B.J. Boland, Pergumulan Islam di Indonesia : 1950-1970. Pent. Safroedin Bahar,

(Jakarta:Grafiti Pers, 1985), hal. 95. 89T.noor Cahyadi,Relasi Islam dan Negara (studi atas pemikirankenegaraan M. Natsir

dan S.M kartosoewirjo) (Yogyakarta:2009)hlm.13 90Al- Chaidar, Pengantar Pemikiran Politik Proklamator Negara Islam Indonesia..., h.

IX.

Page 53: STRATEGI POLITIK SUKARMADJI MARIDJAN …

44

terjadinya perjanjian Renville, sehingga umat Islam Indonesia akan segera

meneruskan revolusi Indonesia dengan mendirikan negara Islam yang berdaulat.91

Pasal satu konstitusi NII ialah Republik (Jumhuriyah), dalam republik ini

negara menjamin harus berlakunya syari’at Islam serta harus memberikan

keleluasaan bagi pemeluk agama lain untuk melakukan ibadahnya. Dasar hukum

yang berlaku untuk NII ialah hukum Islam dan hukum yang tertinggi adalah Al-

Qur’an serta Hadist Nabi. Dalam negara Islam menyebutkan bahwa Instansi

tertinggi negara adalah Majlis Syuro, tetapi dalam keadaan mendesak hak tersebut

dapat dialihkan kepada Imam dan Dewan Imamah. Berdasarkan konstitusi ini,

kekuasaan terpusat di tangan Imamah dan sarat untuk menjadi Imam sendiri

haruslah orang Indonesia yang beragama Islam.92

Setelah melihat konstitusi tersebut maka semua pemegang tertinggi dalam

kekuasaan politik ialah Imam yang telah ditunjuk berdasarkan hasil musyawarah

karena tidak adanya Parlemen, maka semua peraturan NII dikeluarkan oleh

komandan tertinggi atau Dewan Imamah. Konstitusi tersebut dapat kita simpulkan

bahwa Kartosuwirjo mendirikan NII mengikuti langkah Nabi Muhammad SAW

saat di Madinah. Hal ini dapat dilihat dari Qanun Asasi yang telah di bentuk oleh

Kartosuwirjo untuk memperjuangkan NII.

Menurut Kartosoewirjo konsep negara sebagian besar telah dituangkan

dalam skrip hijrah PSII jilid I dan jilid II. Ia menggunakan Al-Qur’an dan

menafsirkan konteks hijrah pada masa penjajahan kolonial, tujuannya agar

masyarakat muslim khususnya yang sudah tergabung dalam PSII dapat ikut serta

dalam melakukan perlawanan terhadap Belanda. Hal ini justru dianggap luar biasa

oleh para pengikutnya, maka dari itu banyak orang yang sepakat dengan konsep

jihad tersebut.93

Dalam jilid I Kartosuwirjo menerangkan bahwa hubungan antara manusia

dan agama sangat berkaitan, begitupun antara agama dan politik. Konsep hijrah

ini menjelaskan tentang sejarah PSII antara tahun 1912-1936 yang dibagi menjadi

tiga tahap yaitu:

91SM Kartosoewirjo, Haluan Politik..., hal. 36. 92Holk H. Dengel, Darul Islamdan Kartosuwirjo..., h. 112 93 Al-Chaidar, pengantar Pemikiran Politik Proklamator..., h. 46.

Page 54: STRATEGI POLITIK SUKARMADJI MARIDJAN …

45

1. Zaman Qualijah atau tahap duniawi ialah zaman bagaimana manusia

memandang suatu dunia dengan ayat-ayat Allah yang diwahyukan

kepada Nabi Muhammad.

2. Zaman fi’liyah ialah zaman peralihan yaitu kisaran tahun 1923

sampai 1930.

3. Zaman i’tiqadiyah ialah zaman bagaimana manusia sadar akan

kewajiban-kewajiban yang harus dijalankan di dalam agamanya.94

Pada penjelasan awal jilid I ini hanya berkaitan dengan ketuhanan.

Kartosoewirjo menyebutkan bahwa untuk mencapai negara dengan karunia Allah,

maka manusia harus bersungguh-sungguh untuk menjalankan perintahnya. Negara

karunia Allah yang dimaksud di sini ialah negara yang telah menerapkan sistem

Islam berlandaskan Al-Quran sesuai dengan aturan yang ada di dalamnya.

Begitupun Kartosoewirjo memandang bahwa Nabi Muhammad SAW telah

berhasil untuk menjalankan perintah-perintah Allah dan kita sebagai manusia

harus mengikuti langkah Nabi Muhammad SAW dalam menjalankan proses

ibadah kepada Allah maupun menjalankan kenegaraannya.

Konsep hijrah Kartosuwirjo pada jilid II menjelaskan tentang segala aspek

kehidupan manusia. Maka dari itu Kartosoewirjo mengartikan konsep hijrah

menjadi dua macam yaitu jihad kecil atau jihad untuk melindungi agamanya dari

musuh-musuh luar dan jihad besar yang diartikan untuk memerangi musuh dalam

diri pribadinya, atau di dalam tubuh manusia itu sendiri.95

Pada sidang KPK-PSII bulan Maret 1940 menghasilkan pula “Daftar

Oesaha Hidjrah PSII” yang disusun oleh Kartosuwirjo saat ia masih menjabat

sebagai wakil ketua PSII. Daftar Oesaha Hidjrah PSII tersebut dikeluarkan masih

dengan judul aslinya juga dicetak oleh penerbit yang didirikan oleh Kartosuwirjo

di Malangbong yaitu “Poestaka Darul Islam.” Isi bab satu dalam brosurnya

menjelaskan setruktur masyarakat dibagi menjadi tiga macam masyarakat yang

berbeda-beda untuk menjalankan haluan dan hukum-hukumnya, tetapi walaupun

94Lihat “Sikap Hidjrah PSII jilid 1” dalam Al-Chaidar, Pengantar Pemikiran Politik

Proklamator..., 46. 95Lihat “Sikap Hidjrah PSII jilid 2” dalam Al-Chaidar, pengantar pemikiran Politik

Proklamator..., h. 46-47.

Page 55: STRATEGI POLITIK SUKARMADJI MARIDJAN …

46

berbeda haluan dan pandangannya kita bisa hidup dalam satu Negeri. Ketiga

macam masyarakat tersebut ialah masyarakat Hindia Belanda atau “masyarakat

kejajahan” yang berkuasa, kedua ialah masyarakat yang tidak memiliki hukum,

hak, serta tidak memiliki pemerintahan sendiri, ketiga mayarakat Islam atau yang

sering disebut dengan Darul Islam, menurutnya tidak berbeda jauh dengan

masyarakat kebangsaan Indonesia.96

Hanya saja masyarakat Indonesia mengarahkan segala tumpah darah dan

kecintaannya terhadap Indonesia raya agar semua masyarakat dapat mencintai

tanah air dan ibu pertiwi. Sedangkan kaum muslim yang hidup dalam Darul Islam

sebenarnya tidak hanya ingin berbakti kepada Indonesia atau negara saja tetapi ia

memandang negara harus berjalan sesuai ketentuan-ketentuan Allah yang ada

dalam Al-Quran.

Menurut Kartosoewirjo persoalan alasan turunnya harkat dan martabat

manusia atau bangsa dikarenakan membelakangi agama Allah. Sehingga

Kartosoewirjo di dalam “Daftar Oesaha Hidjrah PSII” menginginkan persatuan

umat secara keseluruhan. Menurutnya, dengan cara tersebut maka Darul Islam

bisa berdiri, inilah yang menurutnya dapat menjalankan suatu konsep hijrah

melalui susunan politik, ekonomi, sosial, ibadah dan ritual keislaman lainnya.

Selain itu, dapat menjalankan suatu sistem yang menjadi kemaslahatan bersama

antara kelompok Islam dan kelompok non-Islam.97

“agama nu lain di lindungi, jadi dilindungi da di masa pa Imam Kartosoewirjo ge teu aya

nu di bantai agama nu lain oge, teu aya nu saperti ayeuna. Pan di zaman Rasulullah ge

aya nu disebut nateh kafir harobi anu memusuhi ka Nabi Muhammab, aya kafir dzimmi,

nyaeta kafir dzimmi mah ehhh anu dibawah kekuasaan nabi Muhammad jadi dilindungi,

dan mereka-mereka membayar ehh dzimah, membayar upeti atanap membayar pajak,

jakat lamud di urang teamah. Jadi manehna tunduk kana aturan nana, ngan lamun

persoalan ibadah namah, itumah ibadahna secara ritual namah nurutkeun maraneh nana

wee”98

96S.M. Kartosoewirjo, Oesaha Hijrah, bagian moeqadimah tjetakan pertama,

(Malangbong SS-WD Java : Poestaka Daroel-Islam, 1948), hal. 2 97Holk H. Dengel, Darul Islamdan Kartosuwirjo (Angan-angan yang gagal), (Jakarta:

Pustaka Sinar Harapan, 1995) hal. 24-25. 98 Wawancara pribadi eks DI/TII Jawa Barat Bapak Aa, 28 Desember 2018 pkl. 11:00

Wib,

Page 56: STRATEGI POLITIK SUKARMADJI MARIDJAN …

47

Pelaksanaan sistem Islam menurut Kartosoewirjo tidak hanya terpusat

kepada umat muslim saja tetapi agama yang lain juga harus dilindungi

sebagaimana di zaman nabi Muhammad, bahwa sebagai umat muslim dengan

menggunakan hukum yang berlandaskan kepada Al-Quran maka tidak boleh

menyampingkan agama lain, karena mereka sudah membayar pajak sesuai dengan

ketentuan yang berlaku, selain itu mereka sanggup taat kepada peraturan yang

ditentukan. Pada persoalan ibadahnya, mereka lakukan dengan keyakinan masing-

masing.

Dalam “Daftar Oesaha Hidjrah PSII” pokok keempat Kartosoewirjo

menerangkan bahwa manusia kurang sempurna untuk memahami agama Islam,

sehingga hukum Islam tidak berjalan lancar. Untuk memahami hukum Islam maka

Kartosoewirjo menuliskan beberapa langkah dalam “Daftar Oesaha Hidjrah

PSII” diantaranya:

1. Harus bisa memahami Al-Quran yang di wahyukan kepada Nabi

Muhammad serta diterapkan khalifah pada zamannya.

2. Harus bisa memahami AL-Quran yang disimpulkan oleh khalifah Ali

bin Abi Thalib dalam keadaan yang dihadapinya.

3. Cara memahami Al-Quran menurut Rasulullah pada zamannya.99

Hal ini pula yang disadari oleh pimpinan Sarikat Islam bahwa perjuangan

yang harus dibentuk ialah perjuangan di jalur Islam. Oleh karena itu dalam

pelaksanannya harus mengikuti proses yang telah dicontohkan oleh Nabi

Muhammad SAW dan tidak boleh menggunakan cara sendiri. Sikap tersebutlah

yang bisa melatarbelakangi konsep hijrah menjadi salah satu konsep yang resmi

dalam perjuangan Sarikat Islam, ditambah bahwa Belanda tidak menginginkan

kemenangan bagi Sarikat Islam. Maka dari itu mereka menangkap para tokoh-

tokoh Sarikat Islam agar tunduk dan patuh atas segala kehendak yang dikeluarkan

oleh pemerintahan Kolonial Belanda.

Untuk menjalankan sistem perekonomiannya, Kartosoewirjo menjelaskan

bahwa harus dijalankan secara kolektivitas dan solidaritas seperti harta yang

99S.M. Kartosoewirjo, Oesaha Hijrah, bagian moeqadimah tjetakan pertama,

(Malangbong SS-WD Java : Poestaka Daroel-Islam, 1948), hal.3

Page 57: STRATEGI POLITIK SUKARMADJI MARIDJAN …

48

berlebihan dari keperluan masing-masing rumah tangga harus disetorkan kepada

baitul mal, tujuanya agar bisa membantu yang lemah di bidang ekonomi. Jika hal

tersebut dilakukan maka tidak akan ada penumpukan kekayaan, perekonomian

yang lemah akan segera di tanggulangi. Hal ini menurut Kartosoerjo merupakan

gambaran umum dunia Islam yang dicita-citakan.100

B. Kepemimpinan DI/TII Psca Kareosoewirjo

Pada tahun 1962 DI/TII berhasil ditumpas oleh TNI (Tentara Nasional

Indonesia), sehingga Kartosoewirjo berhasil dieksekusi mati.101 Walaupun

Kartosoewirjo berhasil dieksekusi, gagasannya mengenai jihad fisabilillah masih

tetap hidup dan menginspirasi eks DI/TII. Pada tahun 1970-an eks DI/TII kembali

berkonsolidasi untuk menghidupkan Negara Islam Indonesia. Mereka telah

membentuk organisasi baru serta yang terpilih menjadi Imam DI/TII ialah Tengku

Daud Beureuh.

Menariknya ialah para eks DI/TII Jawa Barat mempunyai hasrat untuk

menghidupkan kembali NII. Kejadian tersebut disebabkan oleh pesan

Kartosoewirjo tentang Hudaibiyah yang disampaikan kepada para pengikutnya

dan kepada anaknya.102 Hudaibiyah adalah nama perjanjian gencatan senjata Nabi

Muhammad untuk menyerang kaum kafir Quraisy. Melihat sejarah Rasulullsh,

Hudaibiyah menjadi suatu periode penting yang harus dilalui Rasulullsh sebelum

pasukan Islam berhasil menaklukan kota Mekkah. Orang-orang DI/TII percaya

bahwa sejarah akan terulang kembali apa yang sudah dilalui oleh Nabi

Muhammad akan terulang kepada DI/TII. Maka dari itu tidak heran jika pesan

dari Imam Kartosoewirjo telah menginspirasi eks DI/TII untuk melakukan jihad

fisabilillah melawan kaum kafir yang ada di Indonesia, tujuan mereka mendirikan

kembali organisasi Darul Islam karena meyakini bahwa kemenangan DI/TII sudah

dekat.

Namun tidak semua orang mantan pengikut DI/TII bergabung untuk

menghidupkan kembali DI/TII dengan alasan Hudaibiyah. Pengikut DI/TII di

100Al-Chaidar, pengantar Pemikiran Politik Proklamator..., h. 49. 101 Disjarah TNI AD, Penumpasan DI/TII..., h.145 102Lukman Abdullah, Mengapa Teroris Tidakpernah Habis , (Seleman : Oase Media,

2018) hal 24

Page 58: STRATEGI POLITIK SUKARMADJI MARIDJAN …

49

Aceh, seperti Tengku Daud Beureuh menghidupkan kembali DI/TII karena

merasa kecewa dengan dekedensi moral yang terjadi di Aceh akibat proses

industrialisasi. Menurut tokoh DI/TII di Aceh ini, kerusakan moral tersebut hanya

bisa diperbaiki dengan cara menegakan syari’at Islam, di bawah sistem politik

Orde Baru jalan untuk memperjuangkan syari’at Islam di jalur formal sangatlah

tertutup. Tidak ada jalan lain bagi Tengku Daud Beureuh kecuali bergabung

kembali dengan jamaah Darul Islam.103 Mereka kemudian membuat setruktur

organisasi yang merujuk kepada maklupat No. 11 yang dikeluarkan oleh

Kartosoewirjo saat berjuang di pegunungan. Isi dalam maklumat tersebut ialah

militerisasi total bagi seluruh anggota DI/TII untuk melakukan perang habis-

habisan.104 Tetapi kesalahannya, jika Kartosoewirjo mewajibkan untuk militerisasi

kepada seluruh anggota DI/TII bertujuan untuk melawan tentara Belanda, tetapi

Tengku Daud Beureuh melakukan hal tersebut tujuannya untuk melawan

kekuasaan Indonesia.105

Berbagai upaya telah dilakukan mulai dari merekrut kembali orang-orang

bekas DI/TII hingga berupaya mencari bantuan senjata ke Libya. Namun upaya

tersebut tercium oleh aparat keamanan, pada awal 1977 terjadi penangkapan

besar-besaran terhadap anggota DI/TII termasuk para pentolan seperti Danu

Muhammad Hasan, Dodo Muhammad Darda dan Haji Ismail Pranoto.

Dalam situasi ini orang-orang yang lolos dari kejaran aparat seperti Aceng

Kurnia dan Adah Djaelani menghidupkan kembali ajaran Kartosoewirjo yaitu

hijrah seperti Rasulullah yang hijrah ke Madinah karena mengalami represi dari

kaum Quraisy. Begitupun orang-orang DI/TII melakukan hal yang serupa, ajaran

Kartosoewirjo tentang hijrah telah menginspirasi para petinggi DI/TII untuk tetap

melanjutkan perjuangan tanpa putus asa.

C. Hubungan Antara eks DI/TII dan RI

Setelah Kartosoewirjo berhasil dieksekusi pada tahun 1962, pengikutnya

mendapatkan amnesti, khusus para pemimpinnya diwajibkan untuk membuat

103 Seri Tempo, Tokoh Islam Di Awal Kemerdekaan, (Jakarta:Gramedia, 2016), hal. 52-55 104 Solehudin, NII Sampai JI, Salafy Jihadisme di Indonesia, (Jakarta : Komunitas

Bambu, 2011), hal. 90-91 105 Solehudin, NII Sampai JI, Salafy Jihadisme di Indonesia...h. 91.

Page 59: STRATEGI POLITIK SUKARMADJI MARIDJAN …

50

pernyataan ikrar bersama, menyatakan kesetiaan kepada Republik Indonesia.106

Selain itu, mereka juga menyatakan bahwa Darul Islam sesat dan telah

menyimpang dari ajaran Islam. Ikrar bersama itu dilakukan pada 1 Agustus 1962

dan ditandatangani oleh 32 tokoh utama Darul Islam seperti Djaja Sujadi, Ateng

Djaelani, Dodo Muhammad Darda, Thamir Rahmat Basuki, Danu Muhammad

Hasan dan Adah Jaelani.

Pasca melakukan ikrar, pemerintah membuka program transmigrasi kepada

bekas DI/TII golongan prajurit dan perwira. Sementara itu bagi mantan petinggi

DI/TII terutama golongan setingkat komandan batalion keatas langsung dibina

oleh Kodam Siliwangi. Mereka dipekerjakan dan diberi modal usaha, misalnya

seperti Ateng Djaelani dan Adah Djaelani menjadi penyalur minyak tanah di

Bandung dan Jakarta. Pada tahun 1965 hubungan antara beberapa petinggi DI/TII

dengan pihak tentara semakin dekat, apalagi ketika tentara memberikan imbalan

jasa kepada orang-orang DI/TII, diantaranya memberikan lebih banyak

kemudahan usaha seperti yang dialami oleh Ateng Djaelani. Dengan dukungan

dari Kodam Siliwangi pada 1968 dia diangkat sebagai ketua Gapermigas

(Gabungan Perusahaan Minyak dan Gas) Kedoya Bandung. Sementara Danu

Muhammad Hasaan direkrut oleh Ali Moertopo untuk bekerja di Bakin dengan

imbalan yang cukup memadai berupa mobil dinas, rumah dinas dan gaji bulanan.

Mesranya hubungan tersebut membuat para mantan anggota DI/TII lupa dengan

cita-citanya untuk mendirikan Negara Islam.107

Namun tidak semua mantan anggota DI/TII berpikiran seperti Adah

Djaelani, diantara mereka tetap ada yang terobsesi untuk melanjutkan perjuangan

Darul Islam. Mereka adalah Aceng Kurnia yang pernah bertugas menjadi ajudan

pribadinya Kartosoewirjo serta Djaja Sudjadi mantan mentri keuangan DI/TII.

Keduanya sudah dikenal sebagai idiolog DI/TII, kemudian mereka mengkaji

pesan terakhir Krtosoewirjo yang menyebutkan bahwa perjuangan DI/TII

memasuki periode Hudaibiyah.

106 Heri Setiawan, “Gerakan Komando Jihad, sebuah catatan kecil”, artikel diakses pada

18 Maret 2010 dari http://www.Komando Jihad.com/2010/1803/. 107 Diana Fauzia, DKK, Sistem Presidensial Dari Soekarno Ke Jokowi,(Jakarta: Yayasan

Obor, 2018), hal. 141-143

Page 60: STRATEGI POLITIK SUKARMADJI MARIDJAN …

51

Dari hasil pengkajian tersebut mereka menyimpulkan bahwa gesatan senjata

Hudaibiyah merupakan tahapan penting dalam sejarah perjuangan Rasulullah.

Perjanjian gesatan senjata ini ialah masa transisi sebelum tercapainya Futuh

Mekkah atau jatuhnya Mekkah ketangan Rasulullah. Ini membuat moral mereka

menjadi naik, apa yang sudah di presepsikan sebelumnya sebagai kekalahan

politik DI/TII pada 1962 justru mendapat makna baru sebagai tahapan transisi

menuju kemenangan.

Keduanya kemudian mengkaji soal status jihad di zaman Hudaibiyah dan

menyimpulkan bahwa status jihad harus berubah sifatnya dari qital fisabilillah

menjadi jihad fillah yaitu jihad tanpa kekuatan senjata dan bersifat semacam jihad

batin. Jihad fillah memang terkesan abstarak karena tidak ada bentuknya seperti

jihad fisabilillah yang berperang secara gesatan senjata, mereka menjelaskan

bahwa jihad fillah tidak menghendaki hal tersebut, karena yang mereka perangi

ialah hawa nafsu dan kemungkaran dalam hati.108

Sejak akhir 1968 Djaja Sudjadi mulai melakukan silaturahmi dan sosialisasi

kepada eks DI/TII Jawa Barat terkait Hudaibiyah dan jihad fillah, sementara

Aceng Kurnia mulai melakukan pembinaan anak muda keturunan DI/TII di

rumahnya di daerah Cibuntu, Bandung. Aceng Kurnia menganggap bahwa proses

kaderisasi tersebut merupakan hal yang sangat penting sebagaimana yang

dilakukan oleh Rasulullah semasa Hudaibiyah yaitu melakukan dakwah dan

menyebarkan ajaran Islam samai akhirnya jumlah pendukung Rasulullah selama

Hudaibiyah meningkat berlipat-lipat, yang pertama kali dikaderisasi oleh Aceng

Kurnia di antaranya Tahmid Rahmat anak dari Kartosoewirjo dengan tujuan untuk

menambah kekuatan dan spirit perjuangan. Setelah itu para murid dari Aceng

Kurnia diorgnisasikan dalam organisasi PRTI (Pergerakan Rumah Tangga Islam).

Pada 1970 Aceng Kurnia mendatangi para panglima eks DI/TII seperti Adah

Djaelani, Atang Djaelani dan Danu Muhammad Hasan. Dalam pertemuan tersebut

Aceng Kurnia mengingatkan tentang wasiat dari Kartosoewirjo mengenai

Hudaibiyah, ia menjelaskan bahwa pesan imam DI/TII itu sebagai penegas dari

108 Wawancara pribadi eks DI/TII Jawa Barat Bapak Aa, 28 Desember 2018 pkl. 11:00

Wib

Page 61: STRATEGI POLITIK SUKARMADJI MARIDJAN …

52

perjuangan Darul Islam.109 Kemudian Aceng Kurnia meyakinkan mereka bahwa

apa yang diperjuangkan oleh DI/TII dianggap sebagai pengulangan sejarah Nabi.

Perang melawan RIS pada tahun 1950-an dianggap sama dengan periode

Madinah, dimana Nabi Muhammad saat itu aktif melawan orang-orang kafir di

Mekkah.110 Sehingga mereka pun setuju dengan apa yang digagas oleh Aceng

Kurnia dan mereka pun bersedia untuk melanjutkan perjuangan DI/TII.

“da sabenernamah anu di komando Jihad teh salah ngartikeun pesan terakhir

Kartosoewirjo we soal Hudaibiyah, tah sabenernamah perjanjian Hudaibiyah teh anu

tos dilaksanakeun di gunung tea. Giliran umat Islam nu ayeunamah ngan saukur silih

wasiatan hungkul jeung haram atuh lamun ngalakukeun perang dua kali mah. Bahkan

pa imam teu wanien ngajamin dosa nage, soalna cek manehna haram hukumna kudu

perang dua kali111”( para kelompok DI/TII yang tidak sepakat dengan adanya

komando Jihad mengungkapkan bahwa pesan terakhir imam tidak boleh melakukan

jihad angkat senjata duakali, menurutnya telah selsai ketika mereka berjuang di

gunung. Adapun ungkapan Kartosoewirjo soal Hudaibiyah, itu mereka artikan saat

gesatan senjata melawan Belanda).

Semua mantan petinggi eks DI/TII telah menyetujui untuk konsolidasi

kembali, namun mereka memiliki kesulitan dalam pendanaan. Pendanaan

memang sangat dibutuhkan untuk jalannya konsolidasi mantan anggota DI/TII

yang ada di Jawa dan Sumatra. Meskipun begitu, masalah tersebut dapat teratasi,

usaha konsolidasi tersebut diuntungkan oleh situasi politik Indonesia di awal

1970-an, karena pada saat itu akan menghadapi pemilu pertama di zaman Orde

Baru yang akan diselenggarakan pada Juni 1971. Sejak setahun sebelumnya

orang-orang Bakin dan Kodam Siliwangi sudah mendekati orang-orang eks DI/TII

dan menuntut mereka untuk menyalurkan aspirasi politiknya ke Partai Golkar.

Kemudian Danu Muhammad Hasan mempunyai gagasan untuk meminta bantuan

kepada Bakin agar konsolidasi mantan DI/TII dapat terlaksana.112 Hal tersebut

109 Nur Khaliq Ridwan, Regenerasi NII: Membedah Jaringan Islam Jihad di Indonesia,

(Erlangga, Tahun 2008), hal 60-61. 110 Lukman Abdullah, Mengapa Teroris Tidakpernah Habis..., h. 21-24. 111 Wawancara pribadi Bapak Didi di Garut, 29 Desember 2018. 112 kemunculan Komando Jihad, nya di adudombaken nateh ku jendral, kudu nga ayakeun

deui jihad fisabilillah (mereka (DI/TII), di adudomba oleh Jendral/yang dimaksud Jendral tersebut

Ali Moertopo. harus membentuk kembali Jihad Fisabilillah). Wawancara bapak Iin di Garut, 15

November 20018.

Page 62: STRATEGI POLITIK SUKARMADJI MARIDJAN …

53

disetujui oleh Aceng Kurnia sampai pada akhirnya Bakin memberikan bantuan

sebesar 250.000 rupiah untuk menjalankan reuni tersebut.113

Namun hal tersebut ternyata menyebabkan perpecahan dari kelompok eks

DI/TII seperti Djaja Sudjadi yang menentang dengan keras soal bantuan dari

Bakin, meskipun begitu beberapa tokoh lainnya tidak keberatan mengenai bantuan

tersebut. Hubungan antara eks DI/TII dengan Bakin memang aneh bagi kalangan

mereka tetapi tidak bagi Danu Muhammad Hasan. Keterlibatan dengan intelejen

ini sebenarnya bermula dari keterlibatan internal dirinya dengan Ali Moertopo,

mereka sudah saling kenal dan sama-sama aktif di Hizbullah pada masa

perjuangan revolusi dulu. Danu sendiri sangat mempercayai Ali Moertopo, bahwa

Ali Moertopo pernah menyelamatkan DI/TII dari kemusnahan.

Pada 1965-1966 sebenarnya Soeharto akan menumpas semua musuh

politiknya termasuk DI/TII, namun Ali Moertopo membujuk Soeharto bahwa

orang-orang DI/TII yang anti komunis bisa dimanfaatkan untuk menumpas sisa-

sisa PKI. Usulan tersebut diterima oleh Soeharto, tetapi yang lebih lagi Danu

Muhammad Hasan mempercayai komitmen keislaman Ali Moertopo bahwa

menurutnya tokoh intelejen ini punya tekad yang sama dengan orang-orang eks

DI/TII yang menginginkan terbentuknya negara Islam.

Perselisihan dengan Djaja Sudjadi tidak membuat Aceng Kurnia dan kawan-

kawannya surut dalam berjuang. Pada kisaran tahun 1972 mereka mengadakan

pertemuan yang dihadiri oleh mantan petinggi-petinggi DI/TII di antaranya Danu

Muhammad Hasan, Adah Djaelani, Ules Sujai, Dodo Muhammad Darda serta

Tahmid Rahmat Basuki. Namun pertemuan paling penting diantaranya diadakan

pada bulan Oktober 1972 di rumah Aceng Kurnia dan tanpa kehadiran dari Djaja

Sudjadi. Dalam pertemuan tersebut mereka merumuskan platform gerakan yang

akan mereka hidupkan kembali yaitu pelaksanaan Syariat Islam.114

113 International Crisis Group, Recycling Militants In Indonesia: Darul Islam And The

Australian Embassy Bombing, Paper, Asia Report N°92 – 22 February 2005. 114 Tim LIPI, Militer & Politik Kekuasaan Orde Baru. Soeharto di Belakang Peristiwa

27 Juli, (Jakarta: LIPI dan MIZAN, 2001), hal. 98.

Page 63: STRATEGI POLITIK SUKARMADJI MARIDJAN …

54

D. DI/TII Menjadi Komando Jihad

Komando Jihad merupakan gerakan fundamentalis yang dibentuk oleh

sebagian umat Islam di Indonesia, mereka menganggap bahwa jihad yang

sebenarnya ialah jihad melalui jalan kekerasan. Banyak yang menjadi korban dari

kemunculan organisasi tersebut khususnya di Indonesia seperti kejadian teror bom

di Masjid Nurul Iman padang, pemboman Rumah Sakit, Gereja dan pembajakan

pesawat.115

Kemunculan organisasi ini diawali dengan pertemuan-pertemuan yang

dilakukan oleh pimpinan eks DI/TII seperti Aceng Kurnia dan kawan-kawan.

Kemudian mereka mulai griliya mencari mantan pengikut DI/TII terkhusus

kepada anak-anaknya, salah satu yang ikut bersama Aceng Kurnia ialah Dodo

Mohammad Darda anak dari Kartosoewirjo. Mereka sempat mengadakan

konsolidasi di jalan Mahoni pada 1973.116 Pertemuan tersebut dianggap

pertemuan yang paling bersejarah bagi kemompok eks DI/TII karena dalam

pertemuan itu dihadiri oleh tiga wilayah yaitu sulawesi, Jawa Barat dan Aceh-

Sumatra. Pertemuan tersebut dibuka langsung oleh Aceng Kurnia, salah satunya ia

mengungkapkan bahwa harus kembali merajut dan jihad fisabilillah untuk

menegakan syariat Islam di Indonesia. Selanjutnya diikuti oleh Adah Djaelani

yang menyampaikan hal yang serupa, selain itu Adah Djaelani juga

menyampaikan bahwa untuk kembalinya kepada syariat Islam maka harus ada

pemimpinnya. Maka dari itu untuk mewakili daerah Jawa ia menunjuk Tengku

Daud Beureuh sebagai Imam dari gerakan tersebut,117 karena pandangan Adah

Djaelani pada saat itu tidak ada lagi mantan perwira tertua selain Daud Beureuh

yang lainnya seperti Kahar Muzakar dan Pak Agus Abdullah sudah meninggal.

Setelah terbentuknya setruktural dan pandangan dasar untuk melakukan

kerja-kerja organisasinya, maka gerakan tersebut mulai beroprasi sesuai dengan

115Indiawan Seto Wahjuwibowo, terorisme dalam pemberitaan media, (Yogyakarta :

Depublish, 2018), Hal. 14 116 Internasional Crisis Grup, Recycling Militants In Indonesia: Darul Islam And The

Australian Embassy Bombing, Paper, Asia Report N092-22February 2005. 117 Muhammad Sufyan Raji Abdullah, Mengenal Aliran-Aliran Islam dan Ciri-Ciri

Ajarannya, (Jakarta: LPPI Riyadhus Sholihin, 2003), hal. 142.

Page 64: STRATEGI POLITIK SUKARMADJI MARIDJAN …

55

kepemimpinan yang ada di willayahnya. Tetapi kemunculan organisasi tersebut

ternyata tidak berjalan lancar, karena banyak pertentangan dari kalangan internal

eks DI/TII. “Ayeunamah tos teu aya lamun di indonesia anu pantes di sebutkeun imam”118

(mereka menganggap bahwa hari ini tidak ada yang pantas untuk menjadi Imam

DI/TII), karena menganggap perjuangan untuk angkat senjata telah selsai saat

turun di pegunungan, adapun pemimpin seperti imam hanya sebatas di organisasi

dan lingkupannya tidak besar seperti DI/TII dahulu.

Selain itu para kelompok yang tidak sepakat dengan adanya Komandi Jihad

menganggap bahwa gerakan tersebut sudah didominasi oleh kalangan Bakin,

salah satunya Ali Moertopo. “Tah para pingpinan nana di doktrin ku pa Ali Murtopo”(para

pemingpinna di dokrin oleh Ali Moertopo),119 salah satu yang berpengaruh dari kalangan

Intelegen untuk memecah belah DI/TII antaralain Ali Moertopo, karena ia

mempunyai kedekatan dengan pimpinan DI/TII.

Di sisilain pimpinan yang tidak sepakat dengan terbentuknya komando jihad

ialah Djaja Sudjadi.120 Ia menganggap bahwa haram hukumnya untuk melakukan

perang dua kali, apalagi setelah turun gunung kita sudah sama-sama ikrar kepada

negara untuk menjaga kesetabilan Negara, juga konsep jihad yang dilakukan oleh

kelompok DI/TII sudah berbeda seperti jihad saat dipegunungan yaitu jihad

fisabilillah. Selain itu kelompok DI/TII lainnya yang tidak bergabung dengan

komando jihad sampai hari ini sudah menjadi masyarakat biasa pada umumnya,

bahkan tidak sedikit yang menjadi guru ngaji di setiap mesjid yang ada di

lingkungan rumahnya.

118 Wawancara pribadi Bapak Komar di Garut, 28 Desember 20018. 119 Wawancara pribadi eks DI/TII Jawa Barat Bapak Aa, 28 Desember 2018 pkl. 11:00

Wib. 120 “Komando jihad teh pan buatan intelegen matak pa jaja mah ngaharamkeun kanu

ayana komando jihad eta, soalna haram hukumna urang sebagai umat islam haram hukumna kudu

perang dua kali”. sebenarnya kelompok DI/TII pecah akibat adanya gerakan komando jihad karena

sebagian kelompok DI/TII salah satunya ialah Djaja Sudjadi tidak menghendaki adanya gerakan

tersebut, menurutnya haram untuk para anggota DI/TII melakukan perang dua kali. Wawancara

pribadi eks DI/TII Jawa Barat Bapak Aa, 28 Desember 2018 pkl. 11:00 Wib

Page 65: STRATEGI POLITIK SUKARMADJI MARIDJAN …

56

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam pemaparan di atas penulis menyimpulkan beberapa

persoalan yang pertama, penulis melihat bahwa Jawa Barat merupakan

suatu wilayah yang setrategis untuk membangun organisasi keislaman

dalam hal ini DI/TII, karena selain penduduknya yang lumayan padat

kondisi keislamannyapun sangat kental. Maka dari itu Kartosoewirjo

sangat gampang untuk membangun gerakan tersebut.

Kedua, penulis menyimpulkan bahwa Kartosoewirjo merupakan

pemimpin DI/TII yang sangat kuat dalam menjalankan idiologinya.

Terlihat Pada tahun 1945 dalam sidang BPUPKI yang melahirkan

pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia, Kartosoewirjo

memilih perjuangan di luar jalur parlementer. Selain itu dalam upaya

pembubaran DI/TII oleh pemerintah, Kartosoewirjo sudah ditawarkan

amnesti atau gantirugi kepada seluruh anggota DI/TII dengan syarat harus

membubarkan NII, tetapi ia menolak hal tersebut. Pada akhirnya

Kartosoewirjo dikenakan hukuman mati oleh pemerintahan Indonesia

Soekarno-Hatta.

Ketiga, penulis melihat bahwa perjuangan Kartosoewirjo dalam

membangun gerakan DI/TII tujuannya untuk mengusir tentara Belanda

yang sudah kembalilagi ke Indonesia, sehingga Kartosoewirjo dalam

mempertahankan wilayah Indonesia yang sedang mengalami kekosongan

kekuasaan akibat dari perjanjian Renvile, memaksakan ia untuk

memproklamasikan NII. Tujuannya agar negara Indonesia khususnya Jawa

Barat tidak diambil alih oleh Belanda.

Keempat, penulis menyimpulkan bahwa sosok Kartosoewirjo

sangat penting dalam gerakan DI/TII karena setelah ia di eksekusi mati,

maka gerakan DI/TII terpecah menjadi beberapa bagian akibat dari

perbedaan idiologi dan langkah jihadnya.

Page 66: STRATEGI POLITIK SUKARMADJI MARIDJAN …

57

Kelima, melihat situasi dan kondisi saat ini penulis menyimpulkan

bahwa jihad fisabilillah atau angkat senjata memang tidak ideal dilakukan

lagi di Indonesia, yang terpenting hari ini ialah bagaimana manusia saling

menghargai sesama ummat atau kepada ummat lainnya. Karena jika kita

tidak menghargai sesama umat manusia maka akan menimbulkan

perpecahan sesama bangsa.

B. Saran

Dengan segala kerendahan hati, maka penulis menyarankan

beberapa saran yang sekiranya akan dianggap penting :

1. Perlunya pengkajian yang mendalam terkait para tokoh-tokoh

DI/TII dan eks DI/TII, agar jika ada peneliti selanjutnya tidak

kesulitan dalam literatur.

2. Perlunya riset yang mendalam terkait peran pengikut SM.

Kartosoewirjo

3. Perlu riset secara mendalam untuk mengetahui seberapa besar

kontribusi Kartosoewirjo terhadap Darul Islam.

Page 67: STRATEGI POLITIK SUKARMADJI MARIDJAN …

58

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Abdullah Taufik, 1987. Islam dan Masyarakat, Jakarta: LP3ES

Ali R. Moh, 1972. Sedjarah Djawa Barat : Suatu Tanggapan. Bandung :

Pemerintah Daerah Tingkat I Jawa Barat.

Amiruddin M. Hasbi, 2000. Konsep Negara Islam Menurut Fazlur Rahman,

Yogyakarta: UII Press.

Atja, 1986. Carita Purwaka Caruban Nagari : Karya Sastra sebagai Sumber

Pengetahuan Sejarah, Bandung: Proyek Permuseuman Jawa Barat.

Awwas S. Irfan, 2008. Trilogi kepemimpinan Negara Islam Indonesia: Menguak

Perjuangan Umat Islam dan Pengkhianatan Kaum Nasionalis-Sekuler.

Yogyakarta: USWAH.

Ayatrohaedi, 1987. Masyarakat Sunda sebelum Islam, Jakarta : Data Naskah,

Lembaga Penelitian Universitas Indonesia.

Cahyadi T.noor, 2009. Relasi Islam dan Negara (studi atas pemikiran

kenegaraan M. Natsir dan S.M kartosoewirjo), Yogyakarta.

Chaidar-Al, 1999. Pengantar Pemikiran Politik Proklamator Negara Islam

Indonesia S.M. Kartosoewirjo (Mengungkap Manipulasi Sejarah Darul

Islam/DI-TII semasa Orde Lama dan Orde Baru), Jakarta: Darul Falah.

- 2000. Sepak Terjang KW9 Abu Toto (Syekh A.S. Panji Gumilang)

Menyelewengkan NKA-NII Pasca S.M. Kartosoewirjo, Jakarta : Madani

Press.

Conboy Ken, 2007. Intel; Menguak Tabir Dunia Intelejen Indonesia, Pustaka

Primatama, Jakarta.

Page 68: STRATEGI POLITIK SUKARMADJI MARIDJAN …

59

Dematra Damien, 2011. Kartosoewirjo Pahlawan atau Teroris, Jakarta:

Gramedia Pustaka Umum.

Disjarah TNI AD, 1985. Penumpasan DI/TII S.M. Kartosuwiryo di Jawa Barat,

Bandung: Disjarah TNI AD.

Dkk, Ruslan, 2008. Mengapa Mereka Memberontak? Dedenglot Negara Islam

Indonesia. Yogyakarta: Bio Pustaka.

Drs. Anam Choirul, 1998. Pertumbuhan dan Perkembangan NU Surabaya:

Bisma Satu Press.

Eddy Ashari R. M, 1977. Sejarah Seni dan Budaya Jawa Barat I, Jakarta:

Proyek Media Kebudayaan Jawa Barat, DEPDIKBUD.

Gde Agung Anak Ida, 1991. Renville. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Harald Dengel Holk, 1995. Darul Islam dan Kartosuwirjo: Langkah Perwujudan

Angan-angan yang Gagal. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Iskandar Yosep, 1997. Sejarah Jawa Barat, Yuganing Rajakawasa, Bandung :

CV Geger Sunten.

Kartosoewirjo S.M, 2015. Haluan Politik Islam, Bandung : SEGA ARSY.

Kemal Pasha Mustofa dan Adaby Darban Ahmad, 2000. Muhammadiyah

Sebagai Gerakan Islam (dalam Persfektif Historis dan Idiologis),

Yogyakarta: LPPI.

Khaliq Ridwan Nur,2008. Regenerasi NII: Membedah Jaringan Islam Jihad di

Indonesia, Erlangga.

Lubis Nina dkk, 2003. Sejarah Tatar Sunda jilid, Bandung: Lembaga Penelitian

Universitas Padjajaran.

Mansur Suryanegara Ahmad, 1996. Menemukan Sejarah: Wacana Pergerakan

Islam di Indonesia, Bandung: Mizan.

Page 69: STRATEGI POLITIK SUKARMADJI MARIDJAN …

60

Natsir M, 2000. Islam Sebagai Dasar Negara Jakarta: DDII dan Media Dakwah.

Pinardi, 1964. Sekarmadji Maridjan Kartosuwirjo. Jakarta: Aryaguna.

Poesponegoro Djoened Marwati dan Notosusanto Nugroho, 1984. Sejarah

Nasional Indonesia VI Jakarta, PN. Balai Pustaka.

Ratu Perwiranegara Alamsjah, 1987. Islam dan Pembangunan Politik di

Indonesia. Jakarta: CV Haji Masagung.

Stamford Raffles Thomas, 1976. The History of Java. Jakarta: Narasi Press.

Sufyan Raji Abdullah Muhammad, 2003. Mengenal Aliran-Aliran Islam dan

Ciri-Ciri Ajarannya, Jakarta: LPPI Riyadhus Sholihin.

Tjandrasasmita Uka, 2009. Arkeologi Islam Nusantara. (Jakarta: KPG bekerja

sama dengan EFEO dan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif

Hidayatulloh.

- 1993. Sejarah Nasional Indonesia. Edisi ke-4, Jakrta: Balai Pustaka.

Toriquddin Moh, 2009. Relasi Agama dan Negara (Dalam Pandangan

Intelektual Muslim Kontemporer), Malang: UIN Malang Press.

Van Dijk Corneles, 1983. Darul Islam: Sebuah Pemberontakan. Jakarta:Pustaka

Utama Grafiti.

Vickers Adrian, 2001. Sejarah Indonesia Modern, Yogyakarta: Insan Madani.

Vlekke Bernard H.M, 2010. Nusantara Sejarah Indonesia, Jakarta: Kepustakaan

Populer Gramedia.

Yoeliawati Sri, 1987. Masuk dan Berkembangnya Agama Islam di Daerah

Banten dan Sekitarnya, Bandung : Universitas Padjajaran.

Zada Khamami, 2002. Islam Radikal, Pergulatan Ormas-Ormas Islam Garis

Keras di Indonesia, Jakarta: TERAJU.

Page 70: STRATEGI POLITIK SUKARMADJI MARIDJAN …

61

Zuhri Syaifuddin, 1979. Sejarah Kebangkitan Islam dan Perkembangannya di

Indonesia, Bandung: Al-Ma’arif.

Jurnal

Hersri Setiawan & Joebar Ayoeb. SM. Kartosuwiryo, Orang Seiring Bertukar

Jalan, Prisma, No. 5 Tahun 1982.

International Crisis Group, 2005. Recycling Militants In Indonesia: Darul Islam

And The Australian Embassy Bombing, Paper, Asia Report N°92 – 22

February.

Pemerintah Daerah Tingkat I Prponsi Jawa Barat, 2006. Selayang Pandang

Propinsi Jawa Barat, Bappeda.

Syamsudin M. Din, 1993. Usaha pencarian konsep negara dalam sejarah

pemikiran Islam, dalam ulumul Qur’an vol iv no.2 Jakarta.

Artikel

Kartosoewirjo S.M, 1948. Oesaha Hijrah, bagian moeqadimah cetakan pertama,

Malangbong SS-WD Java : Poestaka Daroel-Islam.

Wawancara

Wawancara pribadi eks DI/TII Jawa Barat Bapak Aa, 28 Desember 2018.

Wawancara pribadi Bapak Komar di Garut, 28 Desember 20018.

Wawancara bapak Iin di Garut, 15 November 20018.

Wawancara pribadi Bapak Didi di Garut, 29 Desember 2018.

Wawancara pribadi Anonim di Garut, 15 November 20018.

Page 71: STRATEGI POLITIK SUKARMADJI MARIDJAN …

62

LAMPIRAN

Lampiran 1

Peta Wilayah Kekuasaan DI/TII Pada Tahun 1959-1962

Sumber : Disjarah TNI AD, Album Pemberontakan DI-TII di Indonesia Bandung :

Disjarah TNI AD, 1981.

Page 72: STRATEGI POLITIK SUKARMADJI MARIDJAN …

63

Lampiran 2

Saat operasi penumpasan DI/TII

Sumber : Alwan Nurdin, Riset Tentang Batalyon Dalam Oprasi Divisi

Seliwangi/Teritorium-III Jawa Barat, Bandung Disjarahad, 1999, hlm, 10

Page 73: STRATEGI POLITIK SUKARMADJI MARIDJAN …

64

Lampiran 3

Sumber : Van Dijk. Darul Islam Sebuah Pemberontakan, hal xxx

Page 74: STRATEGI POLITIK SUKARMADJI MARIDJAN …

65

Lampiran 4

Foto sabotase jembatan Rel kereta api oleh DI/TII Lebak Jero Leles

Sumber : Disjarah TNI AD, Album Pemberontakan DI-TII di Indonesia Bandung

: Disjarah TNI AD, 1981

Page 75: STRATEGI POLITIK SUKARMADJI MARIDJAN …

66

Lampiran 5

Foto SM. Kartosoewirjo

Data pribadi Bapak Komar eks DI/TII Jawa Barat

Page 76: STRATEGI POLITIK SUKARMADJI MARIDJAN …

67

Lampiran 6

Sumber : mantan DI/TII Jawa Barat Anonim