peter schroeder - strategi politik

601
1 Strategi Politik Edisi Cetakan Ketiga, Maret 2010 Peter Schröder Friedrich-Naumann-Stiftung für die Freiheit, Indonesia

Upload: fnfindonesia

Post on 01-Dec-2015

1.829 views

Category:

Documents


244 download

DESCRIPTION

Perencanaan dan pemikiran strategis sudah merupakan hal yang umum dilakukan dalam perencanaan ekonomi dan kemiliteran. Kecuali dalam politik. Namun demikian, arena politik pun sesungguhnya membutuhkan perencanaan dan pemikiran strategis. Perencanaan strategis dapat membentuk basis bagi pelaksanaan kampanye yang berhasil.Oleh sebab itulah maka Friedrich-Naumann-Stiftung für die Freiheit berkeinginan menarik pelajaran dari pengalaman praktis penulis buku ini, Peter Schröder, untuk menyediakan bahan pelatihan dalam bentuk sebuah buku. Buku ini berisi strategi yang ditulis dengan jelas dan padat, yang dapat diikuti oleh para politisi yang ingin meraih sukses dalam politik.Kami ingin mengajak para politisi untuk menjadikan perencanaan dan pemikiran strategis sebagai dasar bagi setiap kampanye dan keputusan-keputusan politiknya. Tujuan kami adalah menyediakan seperangkat alat bagi para politisi untuk melihat ke depan melampaui sekedar taktik, dan sebaliknya mendorong mereka untuk menggunakan pendekatan strategis jangka panjang dalam praktek politik mereka untuk tujuan memperbaiki kehidupan rakyat.Meskipun begitu, buku ini tidaklah ditujukan untuk para politisi di dalam partai politik saja. Buku ini dapat pula dimanfaatkan oleh para manajer politik yang bekerja di LSM-LSM, sehingga mereka pun dapat merencanakan strategi yang lebih baik untuk urusan politik sehari-hari dalam kerja-kerja LSM.Penerbitan buku ini merupakan bagian dari upaya terus menerus dari Friedrich-Naumann-Stiftung für die Freiheit untuk memberikan kontribusi pada pemahaman yang lebih baik terhadap nilai-nilai, proses-proses serta institusi-institusi demokrasi. Diharapkan agar gagasan-gagasan di dalam buku ini akan menyumbang pada strategi politik yang lebih transparan dan lebih jelas bagi semua pihak yang menggunakannya.

TRANSCRIPT

1

Strategi Politik Edisi Cetakan Ketiga, Maret 2010

Peter Schröder

Friedrich-Naumann-Stiftung für die Freiheit, Indonesia

2

Strategi Politik (Politische Strategien)

Edisi asli dan pertama dalam bahasa Jerman

Penerbit: Nomos, Baden-Baden, 2000

Dicetak di Jerman. Hak cipta dilindungi undang-undang, termasuk hak pencetakan ulang

kutipan-kutipan, copyright dan penerjemahan.

Strategi Politik

Edisi Bahasa Indonesia, Desember 2003 (edisi pertama)

Edisi revisi untuk Pemilu 2009, Desember 2008

Edisi Cetakan Ketiga, Maret 2010

Edisi Revisi oleh Penulis, Juni 2013

Penerbit: Friedrich-Naumann-Stiftung für die Freiheit, Indonesia

Penerjemah: Aviantie Agoesman

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang.

Dipersilakan mengutip atau memperbanyak sebagian isi buku ini

dengan seizin tertulis dari penulis dan/atau penerbit.

Indeks

ISBN: ……….

Friedrich-Naumann-Stiftung fuer die Freiheit

Jl. Kertanegara No. 51, Kebayoran Baru, Jakarta 12110

Tel.: 62-21-7256012-13

Fax: 62-21-7279 9539

E-mail: [email protected]

www.fnf-indonesia.org

3

Daftar Isi

1. Pengantar

2. Pendahuluan

3. Perencanaan strategi – mengapa diperlukan?

3.1 Pertarungan untuk memperoleh kekuasaan dan pengaruh

3.1.1 Strategi-strategi politik

3.1.2 Strategi untuk kampanye Pemilihan Umum (Pemilu)

3.1.3 Strategi-strategi karir

3.2. Perencanaan taktis

3.2.1 Membedakan antara perencanaan taktis dan perencanaan strategis

3.3. Pengaruh berbagai budaya terhadap perumusan strategi

4. Metode-metode perencanaan strategi

4.1. Pendekatan metodologis: kemiliteran, berorientasi pasar, politis

4.2. Model kemiliteran

4.2.1 Hakekat perang

4.2.2 Lokasi perang

4.2.3 Saat yang tepat (timing) untuk perang

4.2.4 Bobot titik berat

4.3. Model perencanaan korporasi

4.4. Model perencanaan politis

4.4.1 Proses perencanaan strategis dengan menggunakan pola SWOT (Strengths,

Weaknesses, Opportunities and Threats)

4.4.2 Visi, pernyataan misi, tujuan, bidang-bidang hasil kunci dan indikator kinerja

4.4.3 Faktor-faktor yang berhubungan dengan analisa lingkungan eksternal

4.4.4 Evaluasi internal (penilaian)

4.4.5 Analisa SWOT

4.4.6 Pemilihan strategi dan implementasinya

4

4.4.7 Metode perencanaan konseptual

5. Perencanaan konseptual

5.1. Sepuluh langkah perencanaan

5.2. Merumuskan misi

5.3. Penilaian situasional dan evaluasi

5.3.1 Pengumpulan fakta

5.3.2 Mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan

5.3.3. Analisa kekuatan dan kelemahan

5.3.4. Umpan balik misi (feedback)

5.4. Perumusan sub-strategi

5.4.1 Menyusun tugas-tugas

5.4.2 Merumuskan strategi

5.4.3 Mengevaluasi strategi

5.5. Perumusan sasaran

5.6. Target image (citra yang diinginkan)

5.7. Kelompok-kelompok target

5.8. Pesan kelompok target

5.9. Instrumen-instrumen kunci

5.10. Implementasi strategi

5.11. Pengendalian strategi

6. Misi – apa yang harus direncanakan?

6.1. Contoh-contoh beserta komentar

6.2. Misi: antara realisme, optimisme dan pesimisme

6.3. Masalah dalam penggambaran tujuan besar strategi

7. Pengumpulan fakta

7.1. Membuat penggambaran

7.1.1 Kasus 1: Pembukaan sebuah pasar pemilih di Afrika Selatan

5

7.1.2 Kasus 2: Formula untuk pemberantasan korupsi

7.1.3 Kasus 3: Regulasi untuk perjuangan melawan terorisme

7.2. Pengumpulan fakta – beberapa faktor

7.3. Produk – profil, individu, program, kompetensi, kinerja

7.3.1 Profil

7.3.2 Individu

7.3.3 Program

7.3.4 Kompetensi

7.3.5 Kinerja

7.3.6 Problem keselarasan

7.4. Multiplikator, aliansi

7.4.1 Motivasi/ketertarikan

7.4.2 Efektivitas

7.4.3 Biaya

7.5. Sumberdaya

7.5.1 Sumberdaya manusia

7.5.2 Sumberdaya finansial

7.5.3 Struktur

7.5.4 Jejaring

7.6. Kepemimpinan

7.7. Komunikasi

7.8. Sasaran-sasaran

8. Pengumpulan fakta – fakta-fakta tentang pesaing

8.1. Fakta-fakta tentang pesaing politik

8.2. Mendapatkan informasi tentang lawan/pengumpulan data intelijen

9. Pengumpulan fakta - fakta- faktor lingkungan eksternal

9.1. Struktur masyarakat

9.1.1 Rakyat/pemilih

6

9.1.2 Perilaku

9.1.3 Kebutuhan

9.2. Perubahan masyarakat

9.2.1 Perubahan nilai

9.2.2 Perubahan struktur

9.2.3 Perubahan perilaku

9.2.4. Perubahan dalam kebutuhan

9.2.5. Perubahan teknologi

9.3. Kecenderungan/tren-tren politik

9.4. Komunikasi

9.5. Kerangka persyaratan

9.5.1 Perundang atau undang-undangan

9.5.2 Ancaman

9.5.3 Intervensi

9.5.4 Jadwal pasti

10. Mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan

10.1. Kekuatan-kekuatan

10.2. Kelemahan-kelemahan

10.3. Fakta-fakta yang bukan merupakan kekuatan maupun kelemahan

10.4. Kelemahan yang ada, yang tidak relevan dengan misi atau tidak

dapat diubah

10.5. Matriks kekuatan dan kelemahan

10.6. Analisa matriks

10.7. Keunggulan Strategis berdasarkan kekuatan adalah relatif

10.7.1 Analisis kekuatan berdasarkan penggunaan di dalam strategi

11. Umpan-balik dan misi – fase Kritis dalam perencanaan

11.1. Peran perencana strategi dalam proses perencanaan

7

12. Pemilihan strategi dan perumusan tugas-tugas strategis

12.1. Perumusan tugas (sub-strategi)

12.1.1. Perumusan tugas untuk kelemahan yang sama dan berulang dalam situasi

persaingan terbuka

12.1.2 Perumusan tugas untuk kelemahan yang terus berulang dalam situasi tidak

adanya persaingan terbuka

12.1.3 Urutan langkah dalam perumusan tugas

12.2. Prinsip-prinsip dasar perumusan strategi

12.3. Jenis-jenis strategi

12.4. Strategi ofensif

12.4.1 Strategi perluasan pasar

12.4.2 Strategi menembus pasar

12.5. Strategi defensif

12.5.1 Strategi mempertahankan pasar

12.5.2 Strategi melepas atau menyerahkan pasar

12.5.3 Tinjauan tentang pendekatan-pendekatan dalam berbagai strategi

12.5.4 Campuran strategi defensif dan ofensif

12.6. Pekerjaan dengan Faktor-faktor Penarik dan Pendorong (kampanye positif dan

kampanye negatif)

13. Pola-pola strategis khusus

13.1. Strategi untuk yang memimpin (leaders) dan yang membuntuti (followers)

13.2. Strategi yang bergantung pada urutan kejadian

13.2.1 Keputusan strategis menggunakan kejadian-kejadian berurutan

13.2.2 Keputusan strategis menggunakan langkah-langkah simultan

13.2.3 Strategi yang muncul dari dilema tahanan

13.2.4 Langkah-langkah strategis

13.2.5 Strategi bumi hangus

13.2.6 Strategi langkah-langkah kecil

13.2.7 Permainan jurang - Brinkmanship

8

13.2.8 Strategi dalam permainan jumlah nol dan bukan permainan jumlah nol

13.2.9 Strategi tak terduga

13.2.10 Strategi disinformasi

13.2.11 Strategi “mengaku” – clearance

13.3. Prioritas untuk sub-strategi

13.3.1 Menyerang strategi lawan

13.3.2 Menghancurkan aliansi lawan

13.3.3. Menyerang lawan

13.3.4. Menduduki benteng lawan

13.4. Merumuskan strategi

13.4.1 Pemilihan isu

13.4.2 Karakteristik medan pertempuran

13.4.3. Pemusatan kekuatan

13.4.4 Politik penyerangan

13.4.5 Politik niche (celah)

13.4.6 Pertukaran antara kekuatan langsung dan kekuatan tidak langsung

13.5. Evalusasi perumusan strategi

13.5.1 Evaluasi subyektif untuk menetapkan pencapaian misi

13.5.2. Evaluasi objektif

14. Mendefinisikan sasaran-sasaran

14.1. Merumuskan sasaran

14.2. Sasaran-sasaran sebagai peralihan dari strategi menuju taktik

14.3. Evaluasi perumusan sasaran

15. Target image (citra yang diinginkan)

15.1. Fungsi target image

15.2. Penempatan diri (positioning)

15.3. Pengambilan keputusan: rasional atau emosional

15.3.1 Pengambilan Keputusan

9

15.4. Mendukung motif-motif untuk pengambilan keputusan

15.5. Argumen pemenuhan kebutuhan

15.5.1 Hirarki kebutuhan Maslow

15.5.2 Fokus pada tiga tingkat kebutuhan politis

15.5.3 Problem masyarakat heterogen

15.5.4 Pemilihan isu-isu yang tepat

15.6 Argumen kompetensi

15.7. Argumen fungsional

15.8. Argumen kepribadian

15.9. Penyesuaian citra terhadap citra yang diinginkan masyarakat

15.10. Target image - internal

15.11. Mengevaluasi target image

15.12. Contoh

15.12.1 Contoh: Target image Partai Neue Weg

15.12.2 Contoh: Target image untuk sebuah pemilihan walikota di Herwald

15.12.3 Contoh: Target image untuk kota Santa Mar

15.12.4 Contoh: Target image untuk sebuah pemerintahan

15.12.5 Contoh: Perumusan target image yang mestinya tidak dilakukan

16. Kelompok target

16.1. Kelompok target sosial

16.2. Kelompok target gaya hidup

16.3. Memperoleh kelompok target dari target image dan sasaran-sasaran

16.3.1. Contoh penyimpulan kelompok target yang diambil dari citra yang diinginkan

16.3.2. Contoh yang menggambarkan bagaimana menarik kelompok target dari

sasaran-sasaran

16.4. Akses formal ke kelompok target

16.5. Akses informal ke kelompok target

16.6. Akses medial ke kelompok target

16.7. Jejaring sosial dan Web 2.0

10

16.8. Multiplikator dan pemimpin opini (opinion leader)

16.9. Menentukan preferensi nilai kelompok target

16.9.1 Problem irisan

16.10. Aksesibilitas ke kelompok target

16.11. Evaluasi terhadap kelompok target dari target image

16.12. Umpan-balik terhadap sasaran

16.13. Umpan-balik terhadap misi

17. Pesan kelompok target

17.1. Pesan yang didefinisikan untuk masing-masing kelompok target

17.2. Pesan kelompok target bagi kelompok target yang disimpulkan

dari sasaran-sasaran

17.3. Problem insentif tambahan dan tumpang-tindihnya pasar informasi

17.4. Mengevaluasi target image kelompok target

18. Instrumen-instrumen kunci

18.1. Perilaku komunikatif kelompok politik

18.1.1 Propaganda

18.1.2 Iklan

18.1.3 Hubungan masyarakat (Public Relations/PR)

18.2. Media komunikasi

18.2.1 Media berbayar

18.2.2 Media tidak berbayar

18.2.3 Media campuran

18.3. Instrumen komunikasi

18.3.1 Kontak langsung dengan warga

18.3.2. Acara-acara khusus

18.3.3. Media cetak

18.3.4. Media untuk iklan di luar ruang

18.3.5. Media elektronik

11

18.4. Aksi tanpa kekerasan

18.4.1 Metode protes dan tekanan

18.4.2 Metode non-kooperatif

18.4.3 Metode non-kooperatif ekonomis: Boikot

18.4. Metode non-kooperatif ekonomis: Mogok

18.4.5 Metode non-kooperatif politis

18.4.6 Metode intervensi tanpa kekerasan

18.5. Aksi dengan kekerasan

18.6. Mengevaluasi pemilihan instrumen-instrumen kunci

19. Implementasi strategi

19.1. Faktor-faktor manusia

19.1.1 Kepemimpinan politik

19.1.2 Manajer kampanye pemilu

19.1.3 Aktivis

19.1.4 Motivasi sukarelawan

19.2. Faktor-faktor operasional

19.2.1 Prinsip desakan waktu

19.2.2 Prinsip penyesuaian yang fleksibel

19.2.3 Prinsip ilusi

20. Pengendalian strategi

20.1. Pengumpulan data intelijen dan mendapatkan informasi

20.1.1 Survei representatif (Survei lapangan kuantitatif)

20.1.2 Survei Delphi dan survey kelompok focus (Survey kelompok target kualitatif)

20.1.3 Survei Omnibus

20.1.4 Evaluasi media

20.1.5 Spionase

20.1.6 Pengumpulan data intelijen dari sekutu lawan

20.2. Pengendalian

12

20.2.1 Instrumen pengendalian

20.2.2 Balanced score card

20.2.3 Laporan pengendalian

20.3. Keamanan dan melindungi informasi

20.3.1 Kerahasiaan rencana strategis

20.3.2 Langkah pengamanan yang ketat

20.3.3 Hukuman yang memiliki efek jera

20.3.4 Menciptakan mispersepsi dan situasi yang sulit diduga (unpredictability)

21. Merumuskan kegiatan dari sasaran-sasaran

21.1. Kegiatan, sasaran, strategi, misi: satu kesatuan

21.2. Daftar kontrol kegiatan

21.2.1 Proses penemuan ide kreatif

21.2.2 Evaluasi ide

21.3 Rencana dan jadwal operasional

21.3.1 Menggabungkan kegiatan ke dalam sebuah rencana

21.3.2. Evaluasi rencana dan jadwal operasional

22. Organisasi partai, kampanye dan pemilu

22.1. Tugas-tugas tetap untuk partai dan pengorganisasiannya

22.1.1 Tugas-tugas penting yang harus diselesaikan oleh sebuah partai nasional

22.1.2 Penjabaran masing-masing tugas

22.2. Tugas-tugas khusus atau luar biasa

22.3. Memindahkan bidang-bidang operasional ke dalam bagan organisasi .

22.4. Organisasi proyek

22.4.1. Definisi proyek

22.4.2 Institusi proyek

22.4.3 Contoh merumuskan sebuah misi proyek oleh dewan pengurus partai untuk

kelompok pelaksana proyek

13

22.5. Deskripsi kegiatan yang harus diselesaikan di tingkat wilayah atau daerah

dalam kampanye Pemilu (struktur Dewan Kehormatan dan organisasi-organisasi

matriks)

23. Fundraising dan pendanaan partai

23.1. Pendanaan kampanye

23.1.1 Pendanaan dari Pemerintah

23.1.2 Dana sponsor (sponsorship)

23.1.3 Penggalangan dana

23.1.4. Partisipan (pihak-pihak yang terlibat)

23.1.5. Instrumen-instrumen fundraising

23.2. Pendanaan partai

23.2.1 Iuran anggota

23.2.2 Biaya penerimaan anggota baru

23.2.3 Sumbangan

23.2.4 Pemberian berupa barang atau materi

23.2.5 Pendanaan oleh pemerintah

23.2.6 Dana dari kegiatan bisnis Partai

24. Sistem pemerintahan

24.1. Deskripsi

24.1.1 Rezim totaliter

24.1.2 Sistem otoriter

24.1.3 Sistem demokratis

24.1.4 Bentuk campuran

24.2. Pengaruh terhadap strategi

25. Partai dan sistem kepartaian

25.1. Klasifikasi partai (penggolongan tipe-tipe partai)

25.1.1 Klasifikasi berdasarkan sifat dan kepentingan para pengikutnya

25.1.2 Klasifikasi berdasarkan struktur organisasi

25.1.3 Klasifikasi berdasarkan sasaran-sasaran politis dan strategis

14

25.1.4 Klasifikasi berdasarkan tingkat institusionalisasi/pelembagaan

25.1.5 Klasifikasi berdasarkan fungsinya dalam masyarakat arakat

25.2. Perkembangan berbagai sistem yang berbeda

26. Sistem Pemilu dan Pemilu

26.1. Pengaruh sistem Pemilu terhadap strategi

26.1.1 Susunan dan tipe-tipe dasar sistem pemilu

26.1.2 Pembagian ke dalam daerah-daerah pemiihan

26.1.3 Bersaing dalam pemilu

26.1.4 Pemberian suara

26.1.5 Rumus penghitungan suara

26.2. Tipe-tipe sistem pemilu

26.2.1 Sistem pemilu mayoritas (first-past-the post)

26.2.2 Pemilu langsung dalam distrik pemilihan tunggal

26.2.3 Pemilu langsung dalam distrik pemilihan jamak

26.2.4 Pemilu Pemilu dengan sistem proporsional melalui daftar calon, regional atau

nasional

26.2.5 Hybrid form atau bentuk campuran

26.2.6 Ley de Lemas

26.2.7 Sistem suara perorangan yang dapat dipindahkan (single transferable vote,

STV)

26.2.8 Suara tambahan (Supplementary Vote, SV)

26.2.9 Sistem pemilu dengan kuota

26.3. Hak memilih

26.3.1 Daftar pemilih

26.3.2 Pembatasan daerah pemilihan

26.3.3 Pencalonan kandidat

26.4. Monitoring/pemantauan

27. Lampiran

15

1. Strategi melawan fundamentalisme

1.1. Apa itu fundamentalisme?

1.2. Perkembangan historis

1.2.1 Sejarah

1.2.2 Upaya-upaya memahami fundamentalisme

1.3. Apa kritik kaum fundamentalis terhadap berbagai negara?

1.4. Apa Kritik kaum fundamentalis terhadap perekonomian?

1.5. Apa yang dikehendaki kaum fundamentalis yang aktif dalam politik?

1.5.1 Eksodus

1.5.2 Persatuan

1.5.3 Paksaan

1.6. Tinjauan tentang tahap-tahap perkembangan dan manifestasi

gerakan fundamentalis

1.6.1 Tahap-tahap perkembangan

1.7. Strategi fundamentalisme

1.7.1 Strategi penyangkat dunia

1.7.2 Strategi pencipta dunia

1.7.3 Strategi pengubah dunia

1.7.4 Strategi penakluk dunia

1.8. Strategi perlawanan

2. Strategi memerangi korupsi

2.1. Upaya membuat suatu definisi

2.2. Faktor-faktor yang mendorong korupsi

2.3. Bidang-bidang yang memungkinkan perilaku korup

2.4. Sumber penyebab perilaku korup

2.5. Pengaruh korupsi

2.6. Pendekatan strategis dalam memerangi korupsi

2.6.1 Checks and Balances: Mekanisme untuk memastikan pertanggungjawaban

2.6.2 Pembatasan dan desentralisasi kekuasaan pusat

16

2.6.3 Mekanise pengawasan eksternal

3. Strategi pengelolaan konflik

3.1. Definisi konflik

3.2. Pengelolaan konflik

3.2.1 Pengelolaan konflik individual

3.2.2 Konflik peranan

3.2.3 Konflik antar-kelompok

3.2.4 Konflik sosial

3.2.5 Konflik internasional

3.2.6 Strategi untuk mengurangi penggunaan kekerasan dalam konflik internasional

3.3. Prinsip-prinsip dasar resolusi konflik

3.3.1 Diskusi tentang skema

3.4. Situasi-situasi paska konflik dan pencegahan konflik

Daftar pustaka

Index

17

Kata Pengantar

Perencanaan dan pemikiran strategis sudah merupakan hal yang umum dilakukan dalam perencanaan ekonomi dan kemiliteran. Kecuali dalam politik. Namun demikian, arena politik pun sesungguhnya membutuhkan perencanaan dan pemikiran strategis. Perencanaan strategis dapat membentuk basis bagi pelaksanaan kampanye yang berhasil. Oleh sebab itulah maka Friedrich-Naumann-Stiftung für die Freiheit berkeinginan menarik pelajaran dari pengalaman praktis penulis buku ini, Peter Schröder, untuk menyediakan bahan pelatihan dalam bentuk sebuah buku. Buku ini berisi strategi yang ditulis dengan jelas dan padat, yang dapat diikuti oleh para politisi yang ingin meraih sukses dalam politik. Kami ingin mengajak para politisi untuk menjadikan perencanaan dan pemikiran strategis sebagai dasar bagi setiap kampanye dan keputusan-keputusan politiknya. Tujuan kami adalah menyediakan seperangkat alat bagi para politisi untuk melihat ke depan melampaui sekedar taktik, dan sebaliknya mendorong mereka untuk menggunakan pendekatan strategis jangka panjang dalam praktek politik mereka untuk tujuan memperbaiki kehidupan rakyat. Meskipun begitu, buku ini tidaklah ditujukan untuk para politisi di dalam partai politik saja. Buku ini dapat pula dimanfaatkan oleh para manajer politik yang bekerja di LSM-LSM, sehingga mereka pun dapat merencanakan strategi yang lebih baik untuk urusan politik sehari-hari dalam kerja-kerja LSM. Penerbitan buku ini merupakan bagian dari upaya terus menerus dari Friedrich-Naumann-Stiftung für die Freiheit untuk memberikan kontribusi pada pemahaman yang lebih baik terhadap nilai-nilai, proses-proses serta institusi-institusi demokrasi. Diharapkan agar gagasan-gagasan di dalam buku ini akan menyumbang pada strategi politik yang lebih transparan dan lebih jelas bagi semua pihak yang menggunakannya. Desember 2008, Rainer Heufers Resident Representative Friedrich-Naumann-Stiftung für die Freiheit Indonesia

18

1.Pendahuluan

Ketika seseorang telah bertahun-tahun bergelut sebagai konsultan politik dan terlibat

dalam kampanye-kampanye pemilu, dikeluarkannya kebijakan-kebijakan baru atau

merencanakan jalur karir orang-orang terkemuka, biasanya ia kemudian ditanya,

kapan ia akan menuangkan pengalaman-pengalaman tersebut di atas kertas dan

menerbitkan sebuah buku tentang perencanaan strategis. Pada awalnya yang

muncul adalah rasa panik – bagaimana jika ada orang yang membayangkan bahwa

buku seperti itu berisi solusi-solusi model untuk diterapkan pada situasi yang

terbayang maupun tak terbayang – yang mungkin muncul selama proses pembuatan

dan implementasi kebijakan? Solusi model, tentu saja, adalah sesuatu yang tidak

mungkin diciptakan sebab masing-masing situasi jelas berbeda dan tentu

memerlukan solusi yang berbeda pula.

Lalu apa yang dapat ditawarkan oleh sebuah buku tentang perencanaan strategis

dan taktis dari proses-proses politik? Sebenarnyalah tidak lebih dari menyampaikan

sebuah kesadaran bahwa strategi itu penting; kesadaran bahwa "inspirasi surgawi"

seorang politisi atau konsultan yang muncul secara tiba-tiba tidaklah cukup untuk

mengimplementasikan kebijakan. Siapa pun yang mengharapkan tercapainya suatu

efek jangka panjang haruslah membuat rencana yang lebih dari sekedar pemuasan

segera atas keinginannya untuk memperoleh kekuasaan. Kontinuitas dan

kehandalan harus masuk dalam perhitungan. Perubahan politik – dengan

mengesampingkan revolusi dan kudeta – hanya dapat dicapai bersama rakyat yang

akan terpengaruh oleh perubahan tersebut. Proses perubahan politik adalah suatu

proses yang panjang dan sulit. Menciptakan sebuah perubahan ke dalam parameter

sosial dapat diumpamakan seperti berenang di kolam berisi lem yang pekat, atau

meminjam istilah Max Weber, seperti melubangi papan yang tebal.

Buku ini berupaya meyakinkan para pembaca, dan terutama para politisi, bahwa

keberhasilan mereka ditentukan oleh strategi yang terencana dengan baik dan

implemetasi strategi tersebut secara konsekuen. Buku ini juga ingin membuat para

pembaca menyadari betapa menariknya keragaman solusi strategis yang tersedia.

19

Dalam karya ini, bagian-bagian utama diuraikan di bawah ini dan akan berfungsi

sebagai pedoman bagi pembaca dalam menggunakan buku ini. Terdapat berbagai

referensi silang di seluruh bagian buku sehingga memungkinkan pembaca memilih

Bab-bab atau bagian-bagian yang menarik secara terpisah.

Bab 3 dan Bab 4 menggambarkan perkembangan pemikiran strategis, aplikasi-

aplikasinya dewasa ini serta pendekatan-pendekatan dan metode-metode yang

tersedia bagi para perencana strategis.

Bab 5 berisi tinjauan atas metode-metode „perencanaan konseptual“ yang menjadi

inti buku ini.

Bab 6 sampai Bab 11 memaparkan langkah-langkah metodologi awal dan

menitikberatkan pada penilaian situasional, yang menjadi dasar bagi setiap

pertimbangan strategis.

Proses sebenarnya untuk sampai pada suatu strategi diuraikan dalam Bab 12 dan

Bab 13. Bab 13 didedikasikan pada pola-pola strategi yang spesifik. Bagi yang ingin

mencari tinjauan mengenai berbagai kemungkinan pendekatan strategis akan

menemukan banyak bahan di sini.

Selanjutnya, alat yang digunakan untuk membuka jalan bagi implementasi strategi

dan dengan demikian menetapkan kerangka taktis – yang pada gilirannya ditentukan

oleh strategi – dibahas dalam Bab 14-19. Sementara Bab 19 sendiri memusatkan

pembahasan sepenuhnya pada aspek-aspek implementasi.

Instrumen-instrumen pengendalian strategi dan akuisisi data dibahas dalam Bab 20.

Dengan pembasahan instrumen ini, siklus perencanaan strategi telah dijalani dengan

utuh, dan kembali ke langkah pertama penilaian situasi.

Bab 21-23 didedikasikan pada rencana-rencana aksi yang muncul dari strategi yang

dipilih, syarat-syarat organisasional bagi implementasi rencana-rencana tersebut

serta pendanaannya.

20

Sebab-sebab dan faktor-faktor khusus yang mendasari penentuan arah yang diambil

oleh perencanaan strategis dibahas dalam Bab 24-26. Di dalamnya termasuk sistem-

sistem konstitusional, sistem-sistem kepartaian dan sistem-sistem pemilu, serta

pengaruh spesifiknya terhadap perencanaan strategi.

Terakhir, Bab 27 memaparkan berbagai permasalahan strategi yang kompleks

beserta solusinya. Pemaparan ini dimaksudkan untuk memberi gambaran betapa

pentingnya pendekatan strategis terhadap masalah-masalah seperti

fundamentalisme, korupsi dan pengelolaan konflik.

Meski telah memberikan sejumlah contoh dan uraian yang mendetail tentang situasi-

situasi yang konkrit, buku ini tidak bisa mengklaim telah melakukan lebih dari

sekedar mempresentasikan suatu metode untuk merencanakan proses-proses

politik. Metode ini memberikan petunjuk – yang jika diikuti dapat menuntun ke arah

pencapaian sasaran. Namun demikian, sasaran-sasaran tersebut dapat dicapai

melalui berbagai jalan yang sangat beragam – yang terdapat di berbagai belahan

dunia. Kadang jalan ini sangat berbelit, dan cara untuk mencapai sasaran tergantung

pada lingkungan budaya dan lingkungan hukumnya. Cara-cara tersebut bisa sangat

berbeda-beda, sehingga metodologi yang dipakai terkadang perlu diadaptasikan

dengan konteks khusus tertentu untuk memaksimalkan respon.

Yang perlu diingat adalah bahwa, bahkan ketika semua kondisi saling bertentangan,

tujuan kita harus tetap pada pengembangan strategi yang jelas dan sederhana,

karena hanya strategi yang demikian sajalah yang dapat dipahami,

diimplementasikan, dan hasilnya dapat dimonitor. Bahkan daya tarik sekaligus

kemenangan perencanaan strategi terletak dalam kesederhanaannya, dalam

mengurangi permasalahan-permasalahan hingga pada intinya, dan dalam

memfokuskan diri pada tujuan strategisnya.

Semoga buku ini membantu pemahaman yang dalam terhadap konsep-konsep di

atas.

Peter Schröder

21

3. PERENCANAAN STRATEGIS – MENGAPA DIPERLUKAN?

Pengertian strategi berasal dari konsep militer, dan kata itu sendiri berasal dari

bahasa Yunani1. Pertimbangan-pertimbangan strategis senantiasa memainkan

peranan ketika sekelompok besar orang butuh dipimpin dan diberi pengarahan. Di

masa lalu, ada banyak prospek perang yang menciptakan kebutuhan ini.

Hingga awal masa industrialisasi, istilah strategi masih dipakai sebatas konotasi

militer saja. Baru setelah itu kepemimpinan atas sejumlah besar orang diperlukan

pula di bidang ekonomi. Sejak itu pengertian strategi meluas, dan lahirlah strategi

manajerial untuk memudahkan pengelolaan orang-orang dalam sebuah organisasi.

Selanjutnya, sedikit demi sedikit konsep strategi makin meluas ke berbagai aspek

masyarakat, termasuk, tentu saja ke bidang politik. Politik juga bertujuan memimpin

kelompok-kelompok besar masyarakat atau anggota partai politik dan organisasi ke

arah sasaran khusus.

Walaupun istilah strategi berasal dari bahasa Yunani, hendaknya jangan

beranggapan bahwa sebelum periode itu tidak ada strategi atau perencanaan

strategis. Setiap pemikiran dan perencanaan yang diarahkan pada tujuan khusus

dan sengaja dijalankan dengan bersandar pada tujuan ini, sebenarnya merupakan

perencanaan strategis. Salah satu karya penting yang membahas perencanaan

strategis adalah karya Sun Tzu yang berjudul “Seni Berperang“2, yang ditulis di Cina

lebih dari 2000 tahun yang lalu, dan hingga sekarang bahkan masih menjadi salah

satu buku paling berpengaruh dan menjadi bacaan standar bagi politisi dan manajer

di Asia.

1 Yunani: Strategia "…kepemimpinan atas pasukan, seni memimpin pasukan".

2 Sun Tzu : Tiga belas Aturan Seni Berperang (dari bahasa Cina 1972).

22

Seiring dengan berjalannya waktu, pengertian strategi semakin diperhalus dan

disesuaikan dengan kepentingan militer, tetapi kemudian juga disesuaikan dengan

kepentingan bisnis dan politik. Perkembangan ini melahirkan perbedaan antara

strategi dan taktik. Hingga abad ke-18, angkatan-angkatan perang membentuk satu

unit taktis selama berperang, dan komandan pasukan sekaligus juga merupakan

ketua taktis. Tahun-tahun setelah itu, unit semacam ini semakin dipecah ke dalam

unit-unit operasional yang independen. Di sinilah semakin diperlukan pemisahan

antara strategi menyeluruh, strategi militer dan aspek-aspek taktis.

Dalam uraian filosofisnya, Carl von Clausewitz3 menciptakan definisi tentang hakekat

perang yang masih berlaku hingga kini. Berdasarkan definisi tersebut, yang disebut

taktik adalah ajaran tentang pemanfaatan angkatan perang dalam pertempuran,

sementara strategi adalah ajaran tentang pemanfaatan pertempuran untuk tujuan

perang. Menurut Clausewitz, angkatan perang merupakan sarana untuk mencapai

tujuan perang itu sendiri – yaitu memperoleh kemenangan. Tetapi kemenangan itu

hanya merupakan sarana untuk mencapai tujuan akhir dari strategi, yakni

perdamaian. Dengan demikian, semakin tinggi tingkat strategi, akan semakin

mewujud menjadi politik yang berkesinambungan, hingga akhirnya tak ada

perubahan lagi.

Karena itu, von Clausewitz menjelaskan bahwa tujuan strategi bukanlah

kemenangan yang nampak di permukaan, melainkan kedamaian yang terletak di

belakangnya. Bagi kita, memahami hal ini sangatlah penting dalam perencanaan

strategi politik. Dan dengan demikian, menjadi penting mengenali apa yang

tersembunyi di balik tujuan akhir sebuah kemenangan pemilu atau apa yang

direncanakan dengan pemberlakuan sebuah peraturan baru. Banyak tujuan strategi

di bidang politik terungkap sebagaimana adanya, yakni: perlombaan untuk

memperkaya diri sendiri, pertarungan untuk memperoleh kekuasaan, atau

perjuangan untuk mencapai tujuan yang tersembunyi – atau tujuan yang berbeda

dari tujuan yang diumumkan di depan publik. Banyak contoh yang dapat mendukung

pernyataan ini.

3 Preuß. Jendral dan Penulis di bidang militer, 1780-1831. Karya peninggalan tentang perang dan cara

memimpin perang, 10 jilid (diterbitkan tahun 1832-1837), jilid 1-3 : Vom Kriege (Tentang Perang).

23

Ada strategi kampanye untuk calon-calon Presiden yang tidak memiliki

manifesto. Tujuan apa yang mungkin tersembunyi di balik kemenangannya

dalam pemilu?

Contoh lain adalah strategi pembentukan partai di bekas negara-negara

sosialis – yang sebenarnya tidak memiliki tujuan untuk duduk di parlemen,

melainkan semata-mata hanya ingin memperoleh alokasi dana dari negara

untuk partai baru.

Ada pula strategi untuk memperkenalkan undang-undang lingkungan

hidup – yang sebenarnya tidak bertujuan untuk memberlakukan undang-

undang itu sendiri, melainkan hanya untuk memudahkan aksi suap.

Ada lagi strategi untuk mengancam perdagangan obat bius/narkoba yang

sebenarnya tidak bertujuan untuk memerangi perdagangan obat bius itu

sendiri, melainkan hanya untuk membebaskan diri dari tekanan

internasional dan sekedar ikut berperan dalam penanganan perdagangan

obat bius yang dilakukan oleh negara-negara lainnya.

Ada juga strategi untuk menuding musuh asing, dengan tujuan

mengalihkan perhatian dari masalah domestik, dan untuk menciptakan

persepsi ancaman bersama.

Contoh-contoh di atas cukup membuktikan bahwa sangatlah penting membuat

kejelasan mengenai motivasi politik yang melandasi suatu strategi – sebelum strategi

tersebut direncanakan.

Penulis memperoleh jawaban yang sangat jujur dari satu kelompok

pemimpin sebuah partai di Afrika. Ketika penulis bertanya kepada mereka,

mengapa mereka ingin mengambil-alih pemerintahan, mereka menjawab:

“Now we want to eat.“ yang maksudnya kira-kira “Sekarang kami juga ingin

kebagian kue.“

Strategi itu sendiri selalu memiliki tujuan, yakni “kemenangan.“ Kemenangan akan

tetap menjadi fokus, baik tercermin dalam mandat, dalam perolehan tambahan

suara, dalam sebuah kemenangan pemilu bagi kandidat atau dalam memperoleh

suara mayoritas untuk pemberlakuan suatu peraturan atau kebijakan. Bagaimana

24

kemenangan itu digunakan, itulah tujuan politik yang ada di balik hasil yang muncul

di permukaan.

Persyaratan berikutnya untuk keperluan merencanakan secara strategis adalah

jumlah yang pas-pasan dari sumber daya yang diupayakan. Apakah sekarang

berkaitan dengan sebuah lowongan pekerjaan, yang ingin diraih dengan

perencanaan strategis, atau lebih kepada pangsa pasar, baik itu di dalam bidang

politik maupun di bidang ekonomi, selama sumber dayanya tidak pas-pasan, tidak

diperlukan adanya strategi. Jika sumber dayanya pas-pasan dan dengan demikian

perlu diperjuangkan, maka perencanaan strategis diperlukan. Sehubungan dengan

persyaratan ini terdapat sebuah definisi untuk sebuah strategi. Definisi tersebut

adalah:

"Sebuah strategi adalah dampak dari langkah-langkah yang dilakukan dengan

maksud untuk mencapai tujuan dengan menjaga sumber daya. Tujuan tersebut pada

sebagian besar kasus membawa kerugian kepada seseorang atau beberapa orang

lainnya.

3.1. Pertarungan untuk memperoleh kekuasaan dan pengaruh

Politik dan strategi; bagaimana kedua hal tersebut dapat berjalan beriringan? Ini

adalah sebuah pertanyaan yang berulang kali diajukan oleh para politisi dan partai,

bahkan terkadang oleh pemerintah. Jawaban yang biasa diberikan adalah “Kita tidak

sedang berada dalam situasi perang.“ Atau, “Lawan politik kita bukan lah musuh.“

Atau, “Maksud dan gagasan kita sangatlah baik sehingga kedua hal tersebut dapat

terwujud tanpa strategi sekalipun.“

Tentu saja kita tidak berada dalam situasi perang, apabila kita mengejar tujuan politik

atau berada dalam kampanye pemilu. Tetapi setiap ide politik yang dikemukakan

oleh seseorang atau sebuah kelompok akan memecah masyarakat pada saat ide

tersebut diumumkan. Hal ini disebabkan karena setiap ide politik akan mengubah

keadaan, dan dalam setiap keadaan selalu ada pihak yang diuntungkan dan pihak

25

yang dirugikan. Machiavelli4, seorang yang bukunya tentang kekuasaan menjadi

sangat terkenal di seantero dunia mengetahui benar hal ini. Setiap perubahan

menciptakan adanya pihak yang menang dan pihak yang kalah. Hal ini hampir

selamanya begitu, karena dalam politik, kecenderungan yang berlaku adalah yang

dikenal dengan istilah permainan jumlah nol5. Oleh karena itu, setiap ide pasti akan

memiliki pendukung dan penentang.

Catatan strategis : kita tak mungkin disukai oleh semua orang.

Seorang pejuang lingkungan hidup akan memperoleh pendukung dari pihak yang

dirugikan akibat pencemaran lingkungan hidup atau mereka yang menyadari bahaya

yang ditimbulkan oleh pencemaran yang terlalu kuat, dan oleh karena itu turut

mendukung aksi-aksi perlindungan lingkungan hidup walaupun tidak secara

langsung terkena dampaknya. Namun ia juga akan memiliki penentang, misalnya

dari mereka yang selama ini diuntungkan oleh situasi. Para penentang ini bukan saja

terbatas pada pemilik perusahaan atau pemilik modal yang kejam. Banyak politisi

yang terkejut saat mendapati kaum pekerja sebagai penentang ide-ide mereka,

karena para pekerja tersebut merasa tempat kerjanya terancam.

Pendukung dan penentang sebuah ide seringkali sulit diidentifikasi, karena

keberadaan para penentang biasanya tersembunyi dan banyak melakukan kegiatan

dengan membuat perencanaan secara diam-diam. Hal ini membuat mereka semakin

sulit dikenali, terutama jika sebuah keputusan atau persetujuan umum dibuat secara

verbal.

Orang yang berjuang memberantas korupsi akan mendapat dukungan, terutama dari

orang-orang yang secara umum menggolongkan korupsi sebagai sesuatu yang

negatif. Tetapi ia tentu akan ditentang oleh orang-orang yang diuntungkan dari

korupsi tersebut. Selain itu, masih banyak politisi yang salah perhitungan di saat

mereka ingin memberantas korupsi, karena pemberantasan korupsi sangat

tergantung pada jenis korupsi yang terjadi di negara setempat. Jika yang

dipermasalahkan adalah korupsi besar-besaran di eselon atas departemen

4 Dalam Bab 6 bukunya yang berjudul "der Fürst (Sang Bangsawan)", Machiavelli menyatakan "karena

setiap pendatang baru memiliki semua musuh yang diuntungkan dari tatanan yang lama, dan ia hanya memiliki

pembela-pembela lemah yang mengharapkan keuntungan dari tatanan baru." 5

Petunjuk mengenai permainan jumlah nol dst.: lihat Bab 13.2.8

26

pemerintahan, para pejuang anti korupsi itu akan mendapat dukungan luas dari

lapisan masyarakat. Tapi jika yang akan diberantas adalah korupsi kecil-kecilan di

tingkat bawah, dukungan yang mereka peroleh dari masyarakat tidak seluas itu,

karena masyarakat bawah akan mulai berpikir, bagaimana mereka bisa memenuhi

kebutuhan hidupnya tanpa adanya suap kecil-kecilan. Dalam kasus ini bisa terjadi

aliansi antara yang menyuap dan yang disuap, dan biasanya korupsi telah menjadi

bagian yang alami dari budaya masyarakat. Perang strategis melawan korupsi

merupakan sebuah perang yang melibatkan bayak uang dan pengaruh. Karena itu,

perang ini biasanya menjadi sebuah pertarungan sengit.

Berkaitan dengan itu, Machiavelli menyatakan: “Itulah sebabnya semua

nabi yang bersenjata memenangkan pertempuran dan yang tidak

bersenjata mengalami kekalahan. Di samping yang sudah saya katakan,

masyarakat biasanya memiliki sifat plin-plan; mereka sangat mudah

diyakinkan untuk melakukan sesuatu, tetapi sangat sulit dipertahankan

semangatnya agar tidak menyerah.”

Dengan kata lain, setiap gagasan politik, betapapun baik niatnya, hanya dapat

diwujudkan dalam konfrontasi dengan penentang gagasan tersebut. Implementasi

sebuah gagasan tidak banyak berhubungan dengan alasan atau rasionalitas, tetapi

lebih berhubungan dengan kekuasaan dan pengaruh. Hal yang sama berlaku pula

bagi perencanaan strategi kampanye. Bahkan kata kampanye sesungguhnya

menutupi isu yang sebenarnya, yakni suatu pertarungan untuk mempertahankan

atau merebut kekuasaan. Kata dalam bahasa Jerman untuk kampanye adalah

“Wahlkampf” yang arti harafiahnya adalah “kampanye pemilu”. Dari sini jelas bahwa

yang diperjuangkan adalah kekuasaan dan pengaruh, karena pada kenyataannya

yang dipersoalkan senantiasa adalah perolehan atau kehilangan kekuasaan. Kata

“kampanye” yang dipakai dalam berbagai bahasa lain mengaburkan masalah ini.

3.1.1. Strategi-strategi Politik

Strategi politik adalah strategi yang digunakan untuk merealisasikan cita-cita politik.

Contohnya adalah pemberlakuan peraturan baru, pembentukan suatu struktur baru

dalam administrasi pemerintahan, atau dijalankannya program deregulasi, privatisasi

27

atau desentralisasi. Pengalaman membuktikan bahwa langkah semacam itu

biasanya tidak direncanakan secara cukup matang, baik oleh partai politik maupun

oleh pemerintah. Jika tidak demikian halnya, tidak mungkin ada begitu banyak

proyek yang gagal. Dalam praktiknya, seringkali hasil proyek dan perencanaan yang

demikian mengakibatkan masyarakat pertama-pertama berusaha memberikan

perlawanan, kemudian tidak menaati peraturan, dan bahkan sama sekali tidak

mengakui keberadaan peraturan tersebut – karena mereka berpendapat bahwa

pemerintah terlalu lemah untuk menerapkan peraturan itu.

Sebuah petunjuk akan adanya kekurangan dalam perencanaan strategis di dalam

pemerintahan dan administrasi adalah absennya instansi pengawas strategis.

Meskipun lembaga pengawas keuangan eksis di banyak negara dan juga berfungsi

dengan baik di beberapa negara, namun kontrol strategis tidak ada. Hal tersebut

biasanya dikarenakan karena para politikus merasa malu untuk mendefinisikan

tujuan-tujuan strategis dan taktis mereka, karena mereka takut bahwa nantinya

mereka pun akan diukur.

Strategi-strategi politik penting bukan hanya untuk partai politik dan pemerintah saja,

tetapi juga untuk organisasi non-pemerintah (Non-Governmental Organization/NGO)

yang juga aktif dalam politik. Semua NGO, baik serikat buruh, kelompok pejuang

lingkungan hidup, organisasi Hak Azasi Manusia (HAM), dsb. membutuhkan strategi

untuk mencapai tujuan jangka panjang mereka.

Tanpa strategi politik, perubahan jangka panjang atau proyek-proyek besar sama

sekali tidak dapat diwujudkan. Sebagai contoh, dalam program desentralisasi, yakni

dalam pemberlakuan tingkatan pemerintahan atau otonomi daerah, harus ada

perencanaan yang jelas. Beberapa aspek sekaligus perlu dipertimbangkan dalam

perencanaan ini: kewenangan pemerintah daerah, bentuk organisasinya,

pendanaannya, pemilihan mandatarisnya atau wakil-wakil rakyatnya, pemilihan

pejabat pemerintahan, dan sebagainya. Hanya dengan sebuah perencanaan yang

menyeluruh dan dengan strategi jangka panjang saja, kesalahan-kesalahan yang

terjadi berulang kali di berbagai negara dapat dihindari.

28

Tak jarang terjadi, wakil-wakil daerah dipilih tanpa ada kejelasan mengenai

kekuasaan dan kewenangan mereka. Ada kewenangan yang tidak

diserahkan karena birokrasi enggan melepaskan kewenangan ini. Ada

pula kewenangan yang diserahkan tetapi tidak dijamin anggarannya. Ada

aparat pemerintah daerah yang dipilih tetapi mereka tidak siap

menghadapi tugas mereka.

Contoh-contoh semacam itu seringkali timbul ketika mengeluarkan suatu kebijakan

baru. Partisipasi warga tidak dapat diharapkan jika mereka tidak memperoleh

informasi yang cukup. Perlindungan lingkungan hidup tidak dapat dijalankan apabila

warga tidak siap. Privatisasi akan kehilangan maknanya dan mengancam eksisitensi

berbagai tempat kerja apabila diterapkan dengan menentang warga dan tidak

melibatkan mereka. Pengenalan ekonomi pasar bukan hanya sekedar membongkar

ekonomi terpimpin, melainkan juga menyangkut pembangunan berbagai pasar

terkait (pasar barang, pasar jasa, pasar kerja, pasar uang, tempat tinggal, dsb.). Jadi

tidak cukup hanya dengan sekedar memprivatisasi beberapa perusahaan, lalu

tinggal menunggu hasilnya saja.

Sekarang pertanyaannya adalah, mengapa hanya ada sedikit strategi yang

direncanakan di dalam ranah politik? Salah satu penyebab utamanya adalah

kesombongan yang tidak terukur dari sekelompok orang, yang ditunjukkan melalui

kekuasaannya atas kelompok lain yang berada di bawah perintahnya atau yang

dianggap sebagai musuhnya. Daniel Kahnemann dan Jonathan Renson6

menggambarkan hal tersebut dalam artikel mereka yang berjudul "Why hawks win?"7

Mereka memaparkan di antaranya: "Optimisme yang berlebihan adalah salah satu

kesalahan besar, yang telah diidentifikasikan oleh para psikolog. Penelitian

menunjukkan, bahwa sebagian besar manusia, dan terutama para politikus,

beranggapan bahwa mereka lebih pandai, lebih menarik dan lebih berbakat di atas

rata-rata yang lain, dan mereka sering menyombongkan diri tentang keberhasilan

6 Daniel Kahneman adalah pemenang hadiah Nobel untuk bidang ekonomi dari Universitas Princeton

Woodrow Wilson School, sekolah untuk kebijakan publik dan internasional; Jonathan Renshon adalah kandidat

Doktor di jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas Harvard. 7 „Why Hawks win?“ dalam Foreign Policy Jan/Feb 2007, Washington.

29

mereka di masa depan. Mereka secara konsekuen melebih-lebihkan pengawasan,

yang ternyata berhasil.

Perencanaan strategis untuk perubahan dan proses politik merupakan suatu analisa

yang gamblang dari keadaan kekuasaan, gambaran yang jelas tentang tujuan akhir

yang akan dicapai dan pemusatan segala kekuatan untuk mencapai tujuan

termaksud. Apabila politisi yang dipilih saja tidak mengerti apa yang dimaksud

dengan “ekonomi pasar” atau “demokrasi”, bagaimana mungkin bisa diharapkan

bahwa tujuan yang tidak jelas itu dapat dikejar dengan penuh intensitas. Apabila

pihak legislatif tidak mendukung eksekutif dalam pelaksanaan kebijakan strategis

melainkan hanya terus mempertanyakan tujuan dari kebijakan tersebut, tak perlu

heran apabila banyak proyek yang gagal.

Politisi yang disebut “baik” ini – yang berusaha merealisasikan rencana yang

ambisius tanpa strategi, seringkali menjadi pihak yang harus bertanggungjawab

dalam menciptakan kondisi sosial yang menyebabkan jutaan manusia menderita.

3.1.2. StrategI untuk Kampanye Pemilihan Umum (Pemilu)

Strategi kampanye adalah bentuk khusus dari strategi politik. Tujuannya adalah

untuk memperoleh kekuasaan dan pengaruh sebanyak mungkin dengan cara

memperoleh hasil yang baik dalam pemilu, agar dapat mendorong kebijakan-

kebijakan yang dapat mengarah kepada perubahan masyarakat.

Dalam masyarakat demokratis, pengambil-alihan kekuasaan dan peluang untuk

merebut pengaruh dilakukan melalui pemilu yang demokratis dalam berbagai bentuk.

Tujuannya adalah untuk memperoleh bagian suara yang cukup dalam pasar pemilu,

agar dapat memiliki pengaruh atas pihak eksekutif secara konstitusional. Hal ini

sangat bervariasi antara satu sistem dengan sistem lainnya8: sistem parlementer,

sistem presidensial dan berbagai bentuk campuran lainnya sangatlah berbeda. Oleh

karenanya, pertempuran untuk memperoleh suara pemilih, yang untuk partai-partai

juga merupakan sumber daya yang terbatas, harus direncanakan secara hati-hati

dan untuk itu diperlukan strategi.

8 Lihat Bab 24 tentang Sistem Pemerintahan.

30

Strategi kampanye untuk memperoleh kekuasaan seringkali dipandang sebagai hal

yang buruk, bahkan oleh partai politik sendiri. Tetapi jelas bahwa tanpa adanya

kekuasaan yang dimiliki oleh politisi atau partai sendiri, maka konsep politik pihak

lainlah yang akan diterapkan. Adalah lazim apabila politisi atau partai politik akan

menganggap bahwa konsep yang dibuat oleh pihak lain itu tidak lebih baik daripada

konsep yang mereka buat sendiri.

Kelompok kritis di dalam masyarakat – yang kebanyakan terdiri dari kaum

intelektual, wartawan dan sebagainya, biasanya melontarkan kritik terhadap

kekuasaan. Kritik ini kerap muncul terutama di antara mereka yang terbentur pada

batasan kekuasaan pihak lain, atau mereka yang membutuhkan kebebasan untuk

melakukan pekerjaannya, atau mereka yang menentang penyalahgunaan

kekuasaan, atau mereka yang menyarankan pihak yang berkuasa untuk

menggunakan kekuasaannya secara benar. Meskipun kritik terhadap

penyalahgunaan kekuasaan sah saja dilontarkan, tetapi sayangnya yang ditentang

seringkali adalah semua bentuk pelaksanaan kekuasaan tanpa kecuali, terutama

upaya-upaya pemusatan kekuasaan. Kritik tanpa kecuali semacam ini tidak

mengarah pada politik yang lebih baik, melainkan justru pada kompromi-kompromi

yang berdampak buruk dan pelaksanaan kekuasaan yang plin-plan.

Pertempuran untuk kekuasaan ini akan berdampak buruk dan merugikan budaya

politik apabila dijalankan tanpa konsep, tanpa perencanaan untuk perubahan

masyarakat, dan tanpa kerangka politik yang diperlukan untuk pembangunan – atau

dengan kata lain: keinginan memperoleh kekuasaan untuk kepentingan sendiri.

Kekuasaan di dalam demokrasi dibatasi untuk waktu yang tertentu (periode

legislatif). Para pemilih memiliki harapan terhadap para politisi, bahwa mereka

memanfaatkan kekuasaan yang telah dipercayakan kepada mereka, untuk meraih

tujuan yang sudah dijanjikan sebelumnya oleh para politikus kepada pemilihnya. Jika

mereka menyalahgunakan politik ini, maka pada Pemilu berikutnya ada

kemungkinan bahwa kekuasaan mereka akan dicabut.

31

3.1.3. Strategi-strategi karir

Strategi karir bahkan memiliki konotasi yang lebih negatif. Tapi sekalipun begitu, di

sini perlu ada pembedaan. Jika strategi ini semata-mata dipakai untuk menghentikan

langkah lawan politik dengan menghalalkan segala cara, maka sebuah kecaman

sudahlah pada tempatnya. Tapi apabila yang direncanakan adalah cara untuk

memusatkan dan mengerahkan segala daya upaya untuk mencapai sebuah tujuan,

maka strategi semacam ini sangatlah membantu dan benar-benar diperlukan.

Yang dimaksud di sini adalah strategi karir untuk profesi atau jabatan. Lalu apa yang

salah dengan strategi ini? Tanpa disadari, setiap harinya, semua orang mengambil

keputusan strategis bagi karir mereka. Tetapi selama keputusan ini diambil secara

kebetulan dan tidak direncanakan secara strategis untuk jangka panjang, maka akan

ada banyak bagian dari keputusan strategis yang diambil itu menjadi keputusan

taktis yang salah.

Selain itu, ada pula strategi untuk karir politik. Hal ini penting untuk menguraikan

gagasan atau pandangan politik yang dimiliki, dan untuk memperoleh peluang dalam

merealisasikan gagasan ini menjadi kenyataan, terutama di partai-partai besar yang

demokratis, tetapi juga di dalam partai-partai kecil yang dipimpin oleh sekelompok

elit tertentu. Struktur demokratis di dalam partai-partai tersebut memiliki peran

khusus di sini. Dalam partai yang non-demokratis, perencanaan strategi dibutuhkan

untuk menggantikan posisi para pimpinan partai yang berkuasa. Tapi dalam partai

yang demokratis pun, perencanaan strategis juga merupakan prasayarat untuk

mencapai keberhasilan.

“Kelompok penekan” (“pressure groups”) kecil merupakan satu contoh bentuk

khusus dari strategi karir. Kelompok-kelompok penekan berupaya memperkenalkan

pendekatan baru – yang akan terberangus tanpa adanya perencanaan strategi.

Sekelompok inisiator perlindungan lingkungan hidup misalnya, bisa mencapai

keberhasilan yang lebih baik semata-mata karena sebuah “kelompok penekan” yang

kecil berhasil mempengaruhi partai atau organisasi lainnya dengan memanfaatkan

32

strategi secara jitu. Perencanaan karir dalam sebuah kelompok seringkali menjadi

faktor yang menentukan, karena isu politik yang diusung terkait erat dengan para

pribadi yang mendukungnya. Sebagi contoh, kita dapat menemukan “kelompok

penekan” yang bergerak dalam bidang kesetaraan gender, kebijakan untuk para

pemuda, untuk hak asasi manusia, dan sebagainya – di mana yang terpenting di sini

adalah wakil-wakil kelompok tersebut memiliki hubungan yang erat dengan isu

terkait, dan dapat menunjukkan adanya kesamaan9 yang dekat antara isu dan

pribadi mereka.

3.2.Perencanaan taktis

Syarat untuk sebuah perencanaan taktis adalah adanya perencanaan strategis.

Keputusan taktis dan perencanaan aksi hanya bermanfaat apabila sebuah strategi

direncanakan secara cermat. Jadi perencanaan taktis dapat menjawab pertanyaan:

siapa akan melalkkan apa, kapan, di mana, bagaimana dan mengapa. Dengan

keputusan dari perencanaan taktis ini diharapkan masing-masing tujuan taktis dapat

tercapai, yang nantinya kalau digabungkan semuanya akan merupakan pencapaian

tujuan strategis utama. Keputusan di tingkat taktis ini digunakan untuk mencapai

setiap tujuan strategis. Keputusan-keputusan ini terutama tergantung pada

pengetahuan tentang konteks, ruang lingkup dan kemampuan pribadi. Oleh karena

itu, perencanaan taktis hendaknya tidak direncanakan di tingkat strategis, melainkan

oleh pimpinan yang ada di tingkat taktis, karena pimpinan di tingkat ini memliki

pengetahuan yang cukup, yang dibutuhkan untuk sebuah perencanaan.

Apabila pemerintah suatu negara mengambil sebuah keputusan strategis untuk

menarik minat investor asing, ada sebuah pilihan dari berbagai taktik yang berbeda

yang dapat diterapkan berdasarkan kerangka prasyarat yang ada. Pihak yang satu

mungkin akan menetapkan upah dan ongkos produksi yang rendah (faktor lokasi

setempat), yang lain mengarah pada bahan baku yang tersedia, sementara pihak

lainnya lagi lebih fokus pada infrastruktur yang baik. Namun ada pula taktik yang

menitik-beratkan pada pasar penjualan atau pada aturan dan perundang-undangan

yang fleksibel. Meskipun semua taktik di atas bertujuan untuk menarik investor asing,

namun pelaksanaannya sendiri sangat bervariasi.

9 Lihat Bab 7.3.6 tentang Problem Keselarasan.

33

Keputusan mendasar dalam perencanaan taktis – yang faktanya ditetapkan oleh

strategi dan sekaligus oleh perencanaan jadwal dan operasional, merupakan sarana

untuk implementasi strategi. Tanpa perencanaan taktis dan operasional, sebuah

strategi bisa saja ada, tapi tidak akan efektif karena tidak diimplementasikan. Karena

itu, implementasi strategi ataupun perencanaan taktis adalah hal yang sangat

penting.

3.2.1.Membedakan antara perencanaan taktis dan perencanaan strategis

Di mata para pembual, kaum taktis (para perencana atau pengatur taktik) kerap

direndahkan sebagai mereka yang hanya mengambil keputusan jangka pendek, di

mana keputusannya tidak terintegrasi dengan strategi secara menyeluruh. Dengan

demikian, keputusan tersebut tidak memiliki tujuan dan arah, dan dengan demikian

pula, bukan merupakan keputusan yang taktis melainkan hanya mencerminkan sikap

para aktivis yang terlalu ngotot.

Kaum taktis yang sesungguhnya akan bergerak dalam rencana yang bersandar pada

kerangka kerja/pedoman strategis dan penggunaan pengetahuan yang tepat tentang

situasi lingkungan, dan secara terampil dapat memanfaatkan situasi, dalam hal ini

strategi, untuk keberhasilan yang gemilang.

Dengan demikian, perencanaan taktis dan perencanaan strategis merupakan ikatan

yang tak terpisahkan. Perbedaannya adalah, perencanaan strategis

mempertimbangkan situasi secara menyeluruh dan mengambil keputusan untuk

34

seluruh organisasi, seluruh partai atau seluruh bangsa, sementara perencanaan

taktis yang diproses dari masing-masing tujuan strategi disiapkan untuk

pelaksanaannya, berdasarkan faktor-faktor khusus yang relevan.

3.3. Pengaruh berbagai budaya terhadap perumusan strategi

Perlu diingat bahwa mekanisme pengambilan keputusan strategis dan pemikiran

strategis tidak bergantung pada perbedaan geografis, budaya ataupun perbedaan

lainnya. Strategi-strategi tersebut disusun dengan mengacu pada tujuan utama.

Untuk mencapai sasaran ini, prasyarat yang dibutuhkan dibuat melalui perencanaan.

Hal ini berlaku sama di seluruh dunia.

Tapi bagaimanapun budaya akan mempengaruhi jenis strategi yang diambil sebagai

suatu kerangka kerja/pedoman strategis, karena budaya merupakan bagian dari

kondisi lingkungan yang spesifik, meskipun pengaruhnya akan jauh lebih besar di

tingkat taktis. Misalnya, suatu strategi akan terpengaruh, jika seseorang di dalam

sebuah lingkup budaya merencanakan strategi untuk sebuah membentuk suatu

oposisi, di mana konsep oposisi di dalam politik tidak dapat diterima. Hal ini terjadi di

sebagian besar benua Afrika dan Asia. Apakah hal tersebut berkaitan dengan

sebuah lingkup budaya yang berlandaskan pada musyawarah-mufakat, pada

akhirnya hanya relevan untuk keputusan-keputusan taktis. Kalau itu yang terjadi

maka di beberapa bagian dunia ini seperti di Afrika, Asia Tenggara dan Asia Timur

tentu tidak akan terjadi perang dan konflik yang berkepanjangan. Namun justru di

negara-negara inilah konflik dalam bentuk perang dan kekerasan kerap memainkan

peranan penting.

Ini berarti bahwa faktor budaya seperti orientasi agama, sosial dan latar belakang

sejarah, bentuk komunikasi tertentu dan sebagainya, patut diperhitungkan dalam

penyusunan strategi dan taktik. Namun hal ini tidak lebih penting dari faktor-faktor

lainnya seperti struktur kebutuhan, kerangka hukum atau struktur organisasi, yang

pada dasarnya sudah dibentuk oleh pengaruh budaya.

35

Jadi, pada saat membuat perencanaan, penyusun strategi harus memperhatikan

keadaan lingkungan secara umum termasuk faktor budaya, namun tidak boleh hanya

bertumpu pada elemen itu saja. Budaya hanya boleh dinilai sebagaimana adanya,

yakni sebagai faktor yang perlu dipertimbangkan saat membuat perencanaan.

4. METODE-METODE PERENCANAAN STRATEGI

Perencanaan strategi merupakan analisa sistematis dan perumusan sasaran

kedepan, respon-respon dan pilihan-pilihan, pemilihan optimal dan penetapan

instruksi-instruksi untuk mengimplementasikannya secara rasional.10

Jelaslah bahwa suatu seni perencanaan yang sama tuanya dengan perencanaan

strategi telah mengembangkan berbagai metode – masing-masing dipertimbangkan

kesesuaiannya untuk proses-proses perencanaan perencanaan politik. Buku ini tidak

berupaya mengidentifikasi metode yang terbaik untuk proses perencanaan politik,

meskipun tentu saja, sebuah preferensi tertentu akan terlihat. Penulis menyadari

bahwa proses perencanaan dan lingkungan perencanaan dapat sangat berbeda,

sehingga fokus pada semua cakupan metode akan menjadi kesalahan besar dalam

perencanaan.

Metode-metode tersebut harus dibedakan sekalipun hanya secara marginal, karena

ada perbedaan-perbedaan di setiap elemen, baik dalam tujuan yang ingin dicapai,

tugas yang harus dipenuhi, maupun jalannya proses perencanaan dan komunikasi.

Selain itu, tingkat partisipasi dan ketaatan juga bervariasi karena hirarki perintah juga

sangat berbeda.

Mintzberg11 memberikan penjelasan mengenai 10 mazhab yang berbeda terhadap

pembentukan strategi. Tiga diantaranya memberikan petunjuk yang menentukan,

dengan cara berusaha menguraikan "jalan yang benar“ yang perlu ditempuh dalam

membentuk sebuah strategi.

10

Ensiklopedi Brockhaus, edisi ke-19 11

Henry Mintzberg: The Rise and Fall of Strategic Planning (Kebangkitan dan Keruntuhan Perencanaan

Strategis), 1994, hal. 2 pp, Maxwell Macmillan Canada, Toronto 1994.

36

Salah satu dari ketiga petunjuk itu adalah yang dikenal dengan "mazhab desain",

yang memandang perencanaan strategi sebagai sebuah proses konseptual yang

non-formal, yang merupakan ciri khas dari gaya kepemimpinan yang penuh percaya

diri dan setara. Model atau pola mazhab desain ini dikenal juga dengan istilah

SWOT12, yakni singkatan dari Strength, Weakness, Opportunities, Threats – yang

berarti kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman.

Model inilah yang diterapkan oleh mazhab perencanaan tersebut. Mazhab ini

mengajarkan bahwa meskipun proses perencanaan itu pada dasarnya bersifat non-

formal, tetapi pimpinan sebuah organisasi memegang peranan kunci di sini. Model

kedua, meskipun bersifat marginal, berbeda dengan model yang pertama.

Perbedaan-perbedaan ini sepertinya memang tidak penting, tapi dalam praktik

proses perencanaan sangat relevan.

Mazhab berpikir yang ketiga adalah “mazhab posisi”. Yang ditekankan di sini lebih

mengarah pada isi strategi (pembedaan, diversifikasi, dsb), dan tidak terlalu

mementingkan proses pembentukan strategi itu sendiri. Mazhab posisi ini

mengadaptasi beberapa bagian yang penting dari mazhab perencanaan dan

memasukkan metode-metode mazhab perencanaan ini ke dalam bagian isi strategi

yang aktual. Metode ini berkaitan erat dengan metode "perencanaan konseptual"

yang menjadi titik fokus buku ini.

Tujuh mazhab lainnya lebih bersifat deskriptif daripada preskriptif. Cognitive-School

atau mazhab kognitif menitikberatkan pada bagaimana kerja otak manusia

sehubungan dengan pembentukan sebuah strategi. Karena itu, mazhab ini

memandang proses tersebut sebagai sebuah proses "mental".

Mazhab wira usaha (Entrepreneurial School) menggambarkan perencanaan strategi

sebagai sebuah proses visioner dari seorang pemimpin dengan sifat kepemimpinan

yang kuat.

12

SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats). Lihat Bab 4.4.1.

37

Mazhab pembelajaran (Learning School) memandang bahwa strategi berasal dari

sebuah proses pembelajaran kolektif.

Mazhab politik (Political School) memusatkan perhatiannya pada konflik dan

eksploitasi kekuasaan dalam sebuah proses.

Mazhab budaya (Cultural School) memperhatikan dimensi kolektif dan kooperatif dari

sebuah proses.

Mazhab lingkungan hidup (Environmental School) memandang pembentukan

strategi sebagai jawaban yang pasif terhadap kekuatan eksternal.

Yang terakhir, mazhab konfigurasi (Configurational School) berusaha menyatukan

semua mazhab dengan mengaitkannya pada konteks episode yang berbeda dalam

sebuah proses.

Dengan demikian ada berbagai macam metode yang bisa digunakan untuk

merencanakan sebuah strategi. Sementara Mintzberg memfokuskan diri pada

metode perencanaan dan mazhab strategi korporasi, masih ada jenis perencanaan,

yakni, tentu saja, model militer. Beberapa contoh diantaranya adalah fungsi militer

yang dapat kita jumpai dalam perencanaan strategi yang disusun oleh Peacock

(1984) dan model strategi Sun Tzu yang komprehensif. Banyak di antara model

tersebut yang dapat digunakan. Bersamaan dengan metode perencanaan "SWOT"

dan perencanaan konseptual, model militer a’ la Sun Tzu yang sudah berusia lebih

dari 2000 tahun ini hingga kini menjadi fondasi yang penting bagi proses

perencanaan strategi, termasuk perencanaan strategi politik.

Sementara SWOT membatasi diri pada penilaian situasi dan perumusan strategi,

"perencanaan konseptual" bergerak lebih jauh pada evaluasi strategi dan terutama

pada pelaksanaannya. Di sini digunakan perencanaan taktis untuk mengembangkan

perencanaan jadwal dan operasi. Perencanaan konseptual memberi penekanan

khusus pada pelaksanaan perencanaan pekerjaan kehumasan. Oleh karena itu

metode ini sangat cocok digunakan untuk proses politik sosial. Seperti model Sun

38

Tzu, evaluasi strategi, implementasi dan pengawasannya menjadi prioritas utama

dalam perencanaan konseptual.

4.1. Pendekatan metodologis: kemiliteran, berorientasi pasar, politis

Berikut ini adalah gambaran mengenai pendekatan terhadap perencanaan strategi

yang diterapkan dalam bidang militer, korporasi, dalam konteks politik dan

berorientasi pasar, yang masing-masing memiliki perbedaan namun juga memiliki

persamaan. Pendekatan-pendekatan tersebut saling berpotongan tidak hanya

karena dalam persamaan metodologinya, tetapi juga karena beberapa pendekatan

menjadi bagian dari strategi lainnya. Dengan demikian strategi militer dapat –atau

harus– selalu menjadi bagian dari strategi politis. Perang dapat menjadi kelanjutan

dari kebijakan dengan cara13 lain, tapi juga sebaliknya. Dan sebuah strategi politis

juga selalu merupakan strategi pasar, atau setidaknya menunjukkan adanya

orientasi pasar – yang perlu kita lihat hanya pada saat kampaye pemilu. Ini

menunjukkan bahwa tidak mudah membuat pembatasan-pembatasan.

4.2. Model Kemiliteran

Untuk lebih menghargai penerapan strategi militer atas strategi lainnya, seseorang

perlu memiliki beberapa pengetahuan dasar mengenai konsep dan prinsip perang.

13

V. Clausewitz.: Vom Kriege, edisi ke-19. Ferd. Dümmler Verlag, Bonn, hal. 200.

Analisa

Situasi

Pengendalian

Strategi

Perumusan

Strategi

Pelaksanaan Strategi

Evaluasi

Strategi

Model Perencanaan Sun Tzu

39

Hal ini bisa diperoleh dengan membaca karya Admiral J.C. Wylie14 dan Colonel

William E. Peacock15 – seperti yang diutamakan Clausewitz karena lebih

memaparkan cara pandang yang berlaku hingga kini.

Peacock pernah berdinas di Vietnam, Okinawa dan di Pentagon. Dengan demikian ia

telah mengalami secara langsung, baik sisi perencanaan maupun sisi implementasi

suatu strategi. Dalam mendiskusikan karya kedua penulis tersebut, bagian-bagian

relevan dari "Seni Perang" Sun Tzu juga ikut diperhatikan untuk menggambarkan

signifikansi dari filosofisnya dalam konteks militer masa kini.

Menurut Wylie, tujuan awal seorang perencana strategi dalam perang adalah

memiliki kontrol atas musuhnya. Kontrol ini terjadi melalui suatu pola perang yang

dimanipulasi dengan cara agar titik berat perang tersebut bergerak ke arah yang

menguntungkan si perencana strategi dan merugikan musuh.

Titik berat perang menentukan hasil perang tersebut. Oleh karena itu, tujuan utama

strategi adalah memindahkan titik berat perang bagi keuntungan pihak sendiri. Hal ini

tergantung pada beberapa faktor: hakekat perang, tempat dan waktu perang, serta

bobot titik berat.

4.2.1. Hakekat Perang

Hakekat perang terus-menerus mengalami perubahan pesat. Sebagaimana

perkembangan strategi baru yang digunakan untuk menenggelamkan armada

Spanyol – yaitu meriam berkekuatan besar yang dapat menembak dengan tepat dan

membawa perubahan besar dalam perang di laut16, cara melancarkan serangan ke

medan perang pun memperoleh dimensi baru melalui perkembangan ilmu

pengetahuan. Sekarang ini, ada dua kategori konflik perang baru: perang udara

(yang mencakup perang nuklir dan perang bintang) dan perang gerilya17, yang

melengkapi perang tradisional – yakni perang darat dan perang laut.

14

Wyle, J.C (1967) Military Strategy : A General Theory of Power Control (Teori Umum Pengendalian

Kekuasaan). Rutgers University Press USA. 15

Peacock, W.E (1984) Corporate Combat (Perang Korporasi). Maple Vail : London. 16

John Knox Laughton, The Defeat of the Spanish Armada 1588. State Papers, Suffolk 1987. 17

Mao Tse-tung Theorie des Guerille-Krieges (Teori Perang Gerilya), rororo 886, Reinbek.

40

Sebuah diskusi terbaru tentang perubahan dalam pelaksanaan peperangan muncul

akibat serangan terhadap World Trade Center di New York tahun 2001. Slogan yang

diserukan oleh pemerintah Amerika yang dikenal dengan “Perang melawan teror”

sementara ini sudah tidak dipakai lagi.18, 19 Strategi yang menyibukkan diri dengan

perjuangan melawan serangan terorisme telah menghilang, menjadi tidak jelas dan

tidak begitu berhasil. Hal itu disebabkan karena strategi melawan teror bukan

merupakan strategi militer, yang menyerang ruang, melainkan sebuah strategi

komunikasi, yang seharusnya mempengaruhi pemikiran. Strategi komunikasi ini

terutama dilakukan oleh Amerika Serikat dan mitra-mitranya dengan strategi

militernya. Risiko kegagalan strategi militer ini dengan demikian jelas dan sebaiknya

dilengkapi paling tidak oleh sebuah strategi komunikasi, jika tidak sebaiknya diganti.

Prinsip dasar keempat jenis cara berperang (perang di darat, di laut, di udara dan

perang gerilya) sangat serupa kecuali perang gerilya. Perbedaan antara perang

klasik dan perang gerilya menjadi jelas manakala kita membandingkan definisi

perang dari V. Clausewitz dan Mao Tse-tung. Berdasarkan definisi Von Clausewitz

"perang merupakan suatu tindakan kekerasan untuk memaksa musuh agar

memenuhi kehendak kita." Sementara Mao mendefinisikannya sebagai berikut: "akar

segala pemikiran tentang perang adalah prinsip dasar untuk mempertahankan

kelangsungan diri sendiri dan membinasakan musuh." Menurut Von Clausewitz

musuh tidak boleh dibinasakan, tetapi hanya boleh dikalahkan, karena kita tidak

akan bisa memaksakan kehendak kita kepada musuh yang sudah tiada.

Dalam perang laut klasik, pengadaan dan penggunaan kontrol rute laut dan selat

kerap sangat menentukan bagi penataan kekuasaan di darat dan di udara. Dengan

alasan ini, ada banyak armada laut di Atlantik dan Pasifik dipertahankan.

18

Richard Jackson: Writing the War on Terrorism. Language, Politics and Counter-Terrorism.

Manchester United Press, Manchester/New York 2005, ISBN 0-7190-7121-6.

Markus Kotzur: "Krieg gegen den Terrorismus" – politische Rhetorik oder neue Konturen des

"Kriegsbegriffs" im Völkerrecht? Dalam: Archiv des Völkerrechts (AVR). 40. Bd., 2002, hal. 454-479. 19

Andrian Keys: Bushs Kriegsrhetorik hat ausgedient. Süddeutsche Zeitung, 1. April 2009.

41

Pengawasan dan pengaturan rute laut juga sangat penting bagi perlindungan dan

pergerakan pasukan serta logistik – baik dalam waktu damai maupun saat perang.

Demikian juga halnya dengan pengawasan udara yang penting untuk menjaga

teritori darat. Menghancurkan angkatan perang udara musuh sebelum mereka

memiliki peluang menyerang adalah cara paling praktis untuk menghindar dari

serangan mereka terhadap angkatan perang sendiri. Pihak yang memiliki kedaulatan

udara berada dalam posisi mencegah peluang musuh untuk terbang, sementara

pada saat yang sama ia sendiri memiliki peluang untuk terbang. Bahkan konsep

program perang bintang Amerika Serikat diarahkan untuk menjadi pihak yang

dominan di ruang angkasa, dengan tujuan memiliki keuntungan strategis di darat.

Dalam perang darat, medan perang menentukan jenis pertempuran yang dapat

diterapkan, jenis persenjataan yang dapat digunakan, jenis pasukan dan jenis

gerakan yang dilakukan. Sekarang semakin banyak sistem persenjataan yang

dikembangkan untuk pertempuran darat. Beberapa jenis persenjataan tersebut

membantu mengatasi pembatasan medan. Pada akhirnya, bagaimanapun juga,

untuk dapat mencapai tujuan, pihak-pihak yang berperang harus memerangi musuh

tanpa pandang bulu di manapun juga.

Dalam perang gerilya, yang menjadi tujuan utama bukanlah memenangkan

pertempuran yang menentukan, melainkan membuat kerugian atau kerusakan

sebesar-besarnya pada pasukan musuh dan menghancurkan semangat musuh

dengan menggunakan satuan-satuan kecil yang independen. Strategi-strategi

semacam ini sangat berguna jika pihak musuh memiliki kekuasaan perang yang

lebih besar dan medan yang dipilih memungkinkan jenis perang semacam ini.

Perang Cina-Jepang di bawah Mao Tse-tung merupakan awal jenis perang ini, dan

perang Vietnam adalah bentuk penerapan yang konsisten sebuah perang gerilya

dengan efektivitas yang tinggi.

Berdasarkan definisi klasik, perang gerilya adalah pertempuran yang dilakukan di

medan yang diduduki pasukan bersenjata musuh yang bukan merupakan anggota

42

suatu angkatan perang yang terorganisir. Mereka bertempur secara terpencar dalam

satuan-satuan yang terus berpindah-pindah dan mengutamakan metode serangan

dadakan, perangkap dan sabotase.20

Dalam praktiknya, perang gerilya menunjukkan hubungan erat antara strategi militer

dan strategi politis. Instrumen ini kerap dimanfaatkan untuk mencapai tujuan politis,

seperti dekolonialisasi dan pertempuran antar kelas. Mao Tse-tung dan Che

Guevara21 memanfaatkan perang gerilya di daerah pedesaan sebagai sarana untuk

membebaskan diri dari rezim kolonial dan neokolonial. Sementara gerilya kota

pertama kali diterapkan di Uruguay (Tupamaros22,23) untuk memperlemah

masyarakat industri di kota metropolis mereka.

4.2.2.Lokasi Perang

Karya Sun Tzu yang berjudul "Prinsip-prinsip memilih lokasi atau medan perang“24

menyebutkan bahwa suatu komponen kunci bagi kemenangan adalah kepastian

bahwa medan perang tersebut akan lebih menguntungkan pasukan sendiri dibanding

pasukan lawan. Ada dua elemen dalam hal ini, yaitu kebutuhan untuk memperoleh

keuntungan khusus seperti menempati posisi-posisi kunci, dan kepentingan untuk

memilih medan perang yang diabaikan oleh lawan.

Dalam perang Vietnam, pasukan Vietcong jarang sekali menyerang

pasukan Amerika di medan terbuka. Melalui sabotase dan penyerangan

kecil-kecilan, seringkali mereka memaksa pasukan Amerika untuk

mengejar mereka ke dalam rimba belantara. Hal ini menyebabkan

pasukan Amerika masuk perangkap dan tertipu, dan dengan demikian

harus menanggung kerugian yang besar.

20

Brockhaus, edisi ke-19. 21

Lehrmeister des kleinen Krieges. Von Clausewitz bis Mao Tse-tung und Che Guevara (Panduan

Perang Kecil. Dari Clausewitz sampai Mao Tse-tung dan Che Guevara). Penerbit v.W.Hahlberg, 1968. 22

Nama tersebut berasal dari nama pemimpin pemberontak Peru Túpac Amaru II. (1738-1781). 23

Labrousse, Alain: Die Tupamaros: Stadtguerilla in Uruguay (Tupamaros: Gerilyawan Kota di

Uruguay). München: Hanser, 1971. ISBN 3-446-11419- X. 24

Untuk bagian politik lihat Bab 13.4.2 tentang Karakteristik Medan Perang.

43

Dengan menjebak pasukan Amerika untuk berperang di hutan rimba, pasukan

Vietcong menyerang musuhnya di medan yang mereka kuasai, dan dengan

demikian mampu memperoleh kemenangan yang berarti. Mereka berhasil mencapai

kemenangan ini, meskipun dari segi perlengkapan dan persenjataan tentara

Vietcong kalah dibandingkan dengan pasukan Amerika.

4.2.3.Saat yang tepat (timing) untuk perang

Menentukan saat yang tepat ("timing") untuk perang berhubungan dengan keputusan

yang menetapkan kapan dan di mana perang akan dilakukan. Pentingnya masalah

timing ini paling baik diilustrasikan pada saat perang, khususnya ketika hidup dan

mati dipertaruhkan. Pentingnya elemen ini dibuktikan oleh kenyataan bahwa dalam

setiap latihan militer, pencocokan jarum jam tangan merupakan hal yang wajib

dilakukan, sebelum rencana perang dilaksanakan. Setiap langkah, setiap gerakan

pasukan dan persenjataan harus direncanakan secara cermat, dan dijalankan sesuai

dengan rencana tersebut. Sebagai contoh, saat menaklukkan sebuah bukit di medan

musuh, pasukan udara harus tahu dengan tepat kapan mereka harus mulai

melakukan pemboman, pasukan artileri harus tahu kapan dan berapa lama mereka

mulai melakukan penembakan, dan pasukan infanteri harus mengetahui setiap

momen kapan mereka harus tiba di lokasi tujuan dan mendaki bukit lawan.

Kesalahan dalam perhitungan waktu dapat membahayakan pasukan sendiri.

Elemen-elemen “lokasi perang” dan ”waktu” sangat tergantung pada penilaian

subjektif terhadap situasi pertempuran, kekuatan relatif pasukan yang menyerang

dibandingkan dengan pasukan yang bertahan, dan sekaligus tergantung pada

banyak faktor lainnya. Nampak jelas bahwa keputusan semacam ini tergantung pada

kemampuan dan intuisi kemiliteran si perencana strategi, atau dalam hal ini intuisi

perencana taktik.

4.2.4. Bobot titik berat

Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, titik berat (sebagaimana dikemukakan

Wylie) merupakan titik kritis yang menentukan hasil akhir suatu pertempuran. Untuk

memindahkan titik berat pertempuran demi keuntungan sendiri, Wylie mengusulkan

44

dua pola strategi, yaitu pola sekuensiel (bertahap) dan pola kumulatif (kumpulan).

Dua pola ini memiliki efek sinergis apabila dimanfaatkan secara bersamaan.

Dalam pola sekuensiel, proses perang diibaratkan seperti sebuah rantai. Setiap

bagian merupakan aksi yang terpisah yang tumbuh secara alami dan berlandaskan

pada apa yang dicapai oleh aksi sebelumnya. Di lain pihak, pola kumulatif

memandang perang sebagai kumpulan aksi-aksi kecil yang tidak saling tergantung

secara sekuensiel. Setiap aksi hanya merupakan sebuah plus-minus pada papan

penunjuk komandan perang, yang apabila dijumlahkan akan sampai pada sebuah

hasil yang menentukan kemenangan atau kekalahan.

Satu kesalahan yang kerap dilakukan adalah pemikiran bahwa satu-satunya cara

melaksanakan perang adalah dengan meniadakan lawan. Kesalahan ini terjadi

karena perang disalah-artikan sebagai pertarungan fisik bersenjata. Perang

merupakan konflik militer yang melibatkan dua negara atau lebih, sementara

pertarungan fisik bersenjata merupakan pertarungan bersenjata yang aktual di mana

kekuatan militer saling berhadapan. Walaupun dalam perang ada banyak

pertarungan fisik bersenjata, namun kemenangan dalam pertarungan fisik tersebut

tidak menjamin kemenangan perang. Kemenangan dalam perang hendaknya berarti

kontrol yang layak dan pantas atas pihak lawan, untuk menjamin bahwa mereka

dapat kembali memperoleh statusnya sebagai anggota masyarakat dunia yang

terpandang. Jika tidak demikian, kemenangan mutlak tidak akan dapat diperoleh.

Perang Teluk serta sanksi yang diberikan terhadap Irak setelahnya

merupakan salah satu contoh aksi semacam itu. Sanksi itu diterapkan

semata-mata untuk menghukum Irak dan tidak untuk mengembalikan

reputasi Irak sebagai anggota masyarakat dunia. Oleh karena itu Irak akan

tetap berada pada titik terancam bahaya perang, sepanjang masalah

statusnya belum mendapat penyelesaian yang positif.

Situasi serupa terjadi pula pada saat kampanye pemilu. Apabila sebuah partai

berhasil mengontrol sepenuhnya aktivitas partai lain, dan partai lawan membiarkan

isu dan aksi-aksinya dimanipulasi, maka hampir dipastikan partai tersebut dapat

memenangkan pemilu.

45

4.3. Model perencanaan korporasi

Tingkat pertumbuhan yang semakin berkurang, pasar yang stagnan dan persaingan

yang bertambah ketat dapat mengancam keberadaan perusahaan. Pertumbuhan

yang dibutuhkan untuk menjamin eksistensi perusahaan tidak lagi dapat dicapai

hanya dengan meningkatkan produktivitas secara kuantitatif semata. Hal ini

berdampak pada manajemen perusahaan dan terutama pada perencanaan

perusahaan.

Bertolak dari latar belakang perkembangan ekonomi yang berakibat pada perlunya

menyusun pendekatan baru dalam kepemimpinan perusahaan, strategi – khususnya

strategi korporasi – menjadi sangat penting. Dengan menyiapkan filosofi fundamental

dan pedoman kunci yang meyakinkan, strategi tidak hanya memberikan keuntungan

yang kompetitif tetapi juga mampu memobilisasi pekerja dan memaksa konsentrasi

kolektif untuk mencapai tujuan bersama.

Perencanaan korporasi merupakan analisa sistematis dan perumusan tujuan yang

mengarah ke depan, yang mencakup cara dan pilihan-pilihan bersikap, pilihan

optimal yang dimiliki dan penetapan instruksi-instruksi untuk merealisasikannya

secara rasional.25

Strategi produk dan strategi pasar mengikuti aturan klasik perencanaan strategis.

Contoh yang tepat untuk menggambarkan hal ini adalah perkembangan strategi

pasar dunia oleh orang-orang Jepang – yang hampir dalam setiap bidang

berorientasi pada prinsip dasar Sun Tzu.

4.4. Model perencanaan politis

Dalam proses perencanaan politis ada dua pola yang diutamakan. Yang pertama

adalah pola perencanaan berdasarkan SWOT, dan yang kedua adalah

"Perencanaan Konseptual". Pola SWOT akan dipaparkan secara singkat di bawah

25

Ensiklopedi Brockhaus, edisi ke-19

46

ini, sementara "Pola Konseptual" akan diperkenalkan mulai bab 4 secara rinci dan

dalam setiap fasetnya.

4.4.1. Proses perencanaan strategis dengan menggunakan pola SWOT

(Strengths, Weaknesses, Opportunities and Threats)

Menurut SWOT, perencanaan strategi yang baik bekerja pada dua tingkat. Di tingkat

pertama, perencana strategi membuat gambaran yang jelas mengenai arah yang

hendak dituju oleh organisasi (visi) dan apa yang menjadi tujuan serta alasan

eksistensi organisasi tersebut (definisi atau mission statement). Berdasarkan visi

dan ini, perencana strategi mengembangkan tujuan yang merepresentasikan hasil

akhir yang dapat diukur secara kualitatif dan dihitung secara kuantitatif. Langkah ini

dapat menunjukkan apakah organisasi tersebut semakin mendekat kepada visi dan

tujuan utama atau justru menjauhinya. Strategi-strategi dalam kasus ini harus

menetapkan bidang mana saja yang diharapkan menjadi tujuan kunci (Key result

area), upaya-upaya apa saja yang perlu dilakukan dan bidang mana saja yang dapat

dimonitor dan dinilai dengan menggunakan indikator kinerja spesifik.

Di tingkat kedua, perencana strategi melakukan upaya untuk memposisikan

organisasi berdasarkan realitas lingkungan operasionalnya. Ada dua jenis

lingkungan: lingkungan eksternal – yang merupakan wilayah di mana kekuatan atau

faktor lain mempengaruhi atau dipengaruhi oleh organisasi tersebut, dan yang kedua

adalah lingkungan internal – yang terdiri atas sumberdaya-sumberdaya, kekuatan,

peluang serta tuntutan dari dalam organisasi itu sendiri. Perencana strategi harus

mampu mengenali dan menilai peluang dan ancaman yang terjadi di lingkungan

eksternal yang berhubungan dengan visi, serta tujuan akhir organisasi.

4.4.2. Visi, pernyataan misi, tujuan, bidang-bidang hasil kunci dan indikator

kinerja

Visi adalah kondisi ideal atau persyaratan ideal yang ingin dicapai oleh sebuah

organisasi. Tapi hendaknya visi ini tidak terlalu idealistis, agar tidak kehilangan

relevansi dengan realita. Sebuah visi merupakan sebuah skenario akhir yang dapat

dicapai setelah tahapan-tahapan dari skenario sementara tersebut dijalankan secara

47

berurutan. Penting untuk menguraikan dan menyajikan skenario tersebut dalam

istilah-istilah yang bersemangat dan berkobar-kobar untuk menginspirasi dan

memotivasi pihak-pihak yang terlibat. Contoh visi untuk suatu proyek pembangunan

dapat diuraikan seperti berikut:

"Desa X adalah komunitas yang cinta damai, harmonis dan hidup

berdampingan secara adil dan sejahtera, yang mampu memenuhi

kebutuhan dasarnya sendiri dan mampu menyediakan sumberdaya yang

diperlukan untuk keseimbangan ekologis dan pembangunan yang

berkelanjutan.”

Visi

Indikator Kinerja

Tujuan

Pernyataan Misi

Strategi

Kelemahan-

Peluang

Strategi

Kelemahan-

Ancaman

Kekuatan

Peluangn Ancaman

Kelemahan

Faktor ekologis

Faktor ekonomis

Faktor politis

Faktor sosial

Analisa lingkungan eksternal

Bidang-bidang

hasil kunci

Strategi

Kekuatan-

Ancaman

Strategi

Kekuatan-

Peluang

Filter bagi Relevansi, Ukuran,

Kadar Kepentingan, Urgensi

48

Pernyataan memberikan arahan untuk sebuah organisasi dan dibatasi oleh visi. Ini

merupakan motivasi awal sebuah organisasi dan menjadi alasan utama atas

keberadaan organisasi tersebut. Visi haruslah cukup luas sehingga dapat memberi

inspirasi bagi setiap anggota organisasi, tetapi sekaligus harus cukup sempit

sehingga dapat fokus pada tindakan-tindakan yang harus dilakukan.

Contoh sederhana tentang pernyataan untuk sebuah organisasi non-

pemerintah (NGO) dapat berbunyi sebagai berikut: "Perbaikan kualitas

hidup kaum miskin di ..."

Tujuan merupakan hasil akhir yang dapat diukur, yang ditarik dari pernyataan

tersebut. Sebagai contoh, tujuan ini dapat berbunyi:

1. Penghasilan orang-orang yang berada di bawah ambang batas minimum

ditingkatkan sehingga mereka mampu mencukupi kebutuhan dasarnya sendiri.

2. Perawatan kesehatan yang baik disediakan bagi semua orang.

Tujuan-tujuan tersebut sebaiknya diterjemahkan ke dalam bidang-bidang hasil kunci

(Key Results Area, KRA). Untuk tujuan nomor 1, KRA dapat berupa kesempatan

bagi masyarakat untuk dapat memiliki penghasilan yang cukup dan memiliki akses

yang layak ke sumberdaya eksternal, sehingga dapat memenuhi kebutuhan dasar

dalam bidang pangan, sandang, papan, pendidikan, air, energi, dan lain sebagainya.

Indikator kinerja yang spesifik hendaknya bersumber dari KRA tersebut. Tingkat

penghasilan yang dapat diukur secara kuantitatif yang didasarkan pada kebutuhan

minimum harus ditetapkan sebagai basis sehingga dapat menjamin kehidupan yang

layak.

Tujuan nomor 2 hendaknya memiliki KRA berupa kesehatan yang baik, yang dapat

diukur melalui kriteria kesehatan yang spesifik (seperti harapan hidup rata-rata,

wabah penyakit, angka kelahiran, grafik pertumbuhan – yang berhubungan dengan

usia dan berat badan, angka kematian bayi dan perlindungan kerja), yang dapat

dijadikan indikator kinerja.

49

4.4.3. Faktor-faktor yang berhubungan dengan analisa lingkungan eksternal

Penilaian dan analisa terhadap lingkungan eksternal harus memperhitungkan empat

bidang utama kepentingan. Keempat bidang tersebut adalah faktor sosial, politis,

ekonomis dan ekologis.

Faktor sosial mencakup perkembangan demografis dalam masyarakat, khususnya

parameter-parameter yang berkaitan dengan usia rata-rata, tingkat kematian dan

jenis kelamin. Data-data mengenai tingkat pendidikan dan jenis lulusan, kesehatan,

kondisi keamanan fisik dan psikologis dikumpulkan untuk kebutuhan ini. Kebutuhan

faktor sosial hendaknya juga mempertimbangkan nilai-nilai religius serta adat-istiadat

dan budaya. Selain itu juga faktor dalam struktur masyarakat, hubungan dan

interaksi antar kelompok masyarakat dan tatanan masyarakat berdasarkan hirarki

sosial juga perlu diperhatikan.

Faktor-faktor politis berhubungan dengan struktur kekuasaan dan kekuatan yang

mempengaruhi lingkungan internal di mana pemerintah bekerja – dan juga

hubungan-hubungan internasionalnya. Struktur-struktur dan kekuatan tersebut

mencakup kewenangan elit pemerintahan yang sedang berkuasa dan lawan

politiknya, sekte-sekte keagamaan, kaum anarkis, raksasa perekonomian, aktivis,

kaum reaksioner, militer, kaum revolusioner, pemilik properti, petani, manajer, serikat

pekerja, para pemilih dan lain-lain. Faktor-faktor ini merajut sebuah jaring kaum

protagonis dan antagonis, sebuah pola kerjasama dan konflik26. Faktor-faktor

tersebut berlandaskan konstitusi atau kerangka hukum tertentu, yang ditaati oleh

pihak yang satu tetapi ingin dihancurkan oleh pihak yang lain. Faktor-faktor ini

berhubungan dengan pengendalian dan pengelolaan sumberdaya utama yang

mencakup manusia, sumberdaya alam dan uang. Selain itu, kekuatan politik

berusaha untuk menarik sumberdaya eksternal ke dalam lingkungannya, sementara

pada saat yang sama berusaha untuk menjauhkan elemen-elemen destruktif dari

lingkungan mereka.

Faktor-faktor ekonomis berhubungan dengan semua kekuatan produktif – modal,

lahan dan pekerja – yang aktif dalam sektor formal maupun dalam sektor informal.

26

Lihat juga Bab 16.9. Menentukan preferensi nilai kelompok target.

50

Berbagai bentuk investasi dan sumber-sumber terkait meletakkan fondasi untuk

pembentukan dan pembagian kekayaan ekonomis. Mereka dibentuk melalui

penggunaan teknologi, pengetahuan manajemen, kualifikasi, profitabilitas, pola

konsumsi, tingkat investasi, mobilisasi modal, dan produktivitas. Faktor ekonomis

menentukan kualitas hidup warga yang tinggal di lingkungan setempat.

Faktor ekologis menggambarkan bagaimana berbagai bagian ekosistem atau

lingkungan ekologis saling mempengaruhi. Faktor ekologis ini menelaah bagaimana

bagian-bagian ini bersifat membangun atau merusak. Mereka menentukan

kenyamanan makhluk hidup yang tinggal di sana, baik manusia, hewan maupun

tumbuhan, sebagaimana juga kemampuan untuk berkembang secara berkelanjutan.

Faktor ekologis menentukan kualitas hidup yang dihasilkan oleh lingkungan hidup,

dan hal ini tergantung pada produktivitas atau program perlindungan lingkungan

hidup. Faktor ekologis menentukan kondisi sumberdaya alam dan tingkat

pemanfaatan serta eksploitasinya. Mereka menentukan tingkat polusi yang

ditimbulkan oleh kegiatan ekonomis dan sosial.

Faktor-faktor sosial, politis, ekonomis dan ekologis adalah parameter di mana kondisi

lingkungan hidup baik di masa lampau, sekarang maupun masa depan dapat dinilai.

Penilaian tersebut dapat ditinjau dari berbagai perspektif yang berbeda, tergantung

pada sikap dan pandangan pribadi.

4.4.4. Evaluasi internal (Penilaian)

Dalam melakukan penilaian internal terhadap suatu perkembangan, yang pertama

kali harus dilakukan adalah menentukan kinerja berdasarkan mandat yang diberikan

atau yang diterima (visi, , tujuan). Namun mandat tersebut harus diterjemahkan ke

dalam indikator kinerja yang berorientasikan hasil, yang mendefinisikan pengaruh

organisasi terhadap penerima yang ditargetkan. Dalam hal kinerja yang

berorientasikan hasil, baik atau tidaknya organisasi dalam memberikan aneka jasa

tidaklah penting. Apabila jasa yang diberikan tidak mengarah kepada hasil atau

keuntungan yang jelas dan terukur, maka jasa tersebut menjadi sia-sia.

51

Oleh karena itu, tugas pertama adalah membandingkan hasil yang dicapai dengan

hasil yang direncanakan.

Tugas yang kedua adalah mengukur kemampuan anggota organisasi dalam

melaksanakan strategi. Sebuah organisasi bisa saja memutuskan untuk mencapai

hasil yang lebih baik, namun karena anggota organisasi tersebut kurang kompeten,

hasil tersebut tak dapat dicapai.

Tugas yang ketiga adalah memeriksa apakah tersedia cukup sumberdaya untuk

mencapai tujuan-tujuan organisatoris yang telah ditetapkan dalam strategi. Strategi-

strategi yang dibuat bisa saja baik, dan sumberdaya manusia yang tersedia bisa saja

kompeten, namun organisasi tidak menyediakan dana pada waktu dan tempat yang

tepat.

Tugas yang keempat adalah menilai sistem, proses dan prosedur yang lazim dalam

sebuah organisasi untuk menentukan apakah aspek-aspek tersebut cocok untuk

implementasi strategi dan pencapaian tujuan. Sistem yang digunakan hendaknya

difokuskan pada hal-hal untuk keperluan perencanaan, organisasi, personil,

manajemen, keuangan, penilaian dan insentif – lebih dari sekedar melaksanakan

strategi dan mencapai tujuan.

Tugas kelima adalah memeriksa berbagai fungsi operasional suatu organisasi,

program-programnya, proyek, serta jasa pendukung – untuk mengetahui apakah

organisasi benar-benar medukung strategi tersebut dan menaruh perhatian pada

tujuan yang ingin dicapai. Dengan kata lain, penilaian haruslah menjawab

pertanyaan-pertanyaan seperti: apakah fungsi-fungsi, program-program, dan jasa

yang tersedia dijalankan secara efisien, cepat, dan efektif?

Tugas keenam memeriksa setiap manajer dan timnya – apakah gaya manajemen,

perilaku, sistem penilaian, relasi, etika, kebersamaan, orientasi pada pelanggan, dan

kinerja mereka cocok dengan kriteria yang berorientasikan pada hasil yang ingin

diraih.

52

Ketujuh, struktur organisasi, lingkungan dan syarat-syarat kerja organisasi harus

diperiksa – apakah sudah mencukupi persyaratan organisatoris dan mengarah pada

kinerja yang baik.

Kedelapan, perlu ditelaah peranan apa yang dimainkan oleh hubungan eksternal

organisasi, komunikasi, relasi, jaringan dan aliansi bagi efektivitas organisasi.

Kesembilan, perlu dinilai apakah manajer utama dan para pimpinan mampu

menggali dukungan dan kinerja dari para stafnya, kemampuan mereka untuk

mengambil keputusan, kebijakan-kebijakan yang mereka terapkan, instruksi yang

mereka berikan dan pengaruhnya secara keseluruhan terhadap organisasi.

Kesepuluh, pemeriksaan harus mampu melihat untuk menetapkan apakah strategi

yang disiapkan oleh organisasi, strukturnya, sistemnya, sumberdayanya serta

personilnya konsisten dengan visi, dan tujuan yang telah ditetapkan.

Ada tiga proses manajemen yang perlu ditekankan di sini:

1. Apakah motivasi dan proses penilaian mendorong personil untuk melaksanakan

strategi dan tugasnya?

2. Apakah struktur organisasi, sistem, dan sumberdaya untuk perencanaan,

pengambilan keputusan, dan implementasi memungkinkan pencapaian strategi dan

tugas yang dipilih?

3. Apakah struktur organisasi, sistem dan sumberdaya menjamin adanya pimpinan

yang tepat, pemilihan orang-orang yang tepat, perbaikan hubungan dan dukungan

dari para pekerja?

4.4.5. Analisa SWOT

Setelah menjalani langkah pembentukan visi atau pembentukan tujuan dan analisa

lingkungan eksternal, organisasi harus mengembangkan pilihan strategis atau jalan

alternatif untuk mencapai tujuan akhir. Dengan memperbandingkan kekuatan dan

kelemahan organisasi dengan peluang dan ancaman di lingkungan eksternal, pilihan

semacam ini dapat dikembangkan. Inilah yang disebut analisa SWOT, di mana ada

empat kemungkinan kombinasi:

53

1. Strategi Kekuatan-Peluang: Tanyakan... bagaimana kekuatan organisatoris dapat

digunakan untuk memperoleh keuntungan dari berbagai peluang untuk berkembang?

2. Strategi Kekuatan-Ancaman: Tanyakan... bagaimana kekuatan dapat

dimanfaatkan untuk mengatasi ancaman yang dapat menghalangi pencapaian tujuan

dan pengejaran peluang?

3. Strategi Kelemahan-Peluang: Tanyakan... bagaimana kelemahan dapat diatasi

untuk memperoleh keuntungan dari berbagai peluang yang berkembang?

4. Strategi Kelemahan-Ancaman: Tanyakan... bagaimana kelemahan dapat diatasi

un tuk mengatasi ancaman yang dapat menghalangi pencapaian tujuan dan

pengejaran peluang?

4.4.6. Pemilihan strategi dan implementasinya

Pilihan strategis akan dievaluasi berdasarkan kriteria yang ditetapkan oleh organisasi

– yang merupakan hasil dari visi, tujuan, bidang hasil kunci dan indikator kinerja.

Sebuah keputusan harus diambil. Keputusan yang diambil haruslah berdasarkan

analisa kritis dengan menanyakan hal apakah yang kiranya gagal, untuk

mempersiapkan diri akan kejadian tak terduga atau untuk mengubah keputusan jika

perlu.

Setelah pilihan strategis diambil dan kejadian tak terduga diperhitungkan, strategi

harus diterjemahkan ke dalam struktur organisasi yang tepat, ke dalam sistem serta

prosedur implementasi. Setelah itu perlu disusun jadwal kegiatan dalam kerangka

waktu tertentu, dan diturunkan menjadi tugas-tugas yang didistribusikan kepada

kelompok-kelompok atau individu dengan target waktu yang jelas. Strategi tersebut

harus dimonitor dan dievaluasi berdasarkan indikator kinerja dan bidang hasil kunci

yang telah ditetapkan. Keduanya dilakukan untuk tujuan pengendalian manajemen

dan memudahkan pengulangan penerapan atas strategi-strategi yang berhasil.

4.4.7. Metode perencanaan konseptual

Metode ini merupakan titik fokus buku ini, dan dijabarkan dalam bab 3, karena

berdasarkan pandangan penulis, hal ini menunjukkan diperlukannya keteguhan tapi

juga fleksibilitas dalam perencanaan strategi – untuk merespon perubahan

54

masyarakat. Metode ini menjamin bahwa perubahan atas strategi yang telah

direncanakan hanya dilakukan apabila batas nilai threshold terlewati, sehingga

terjadi ketenangan – dan menghindari reaksi yang tergesa-gesa dan terlalu

emosional. Di pihak lain, perencanaan konseptual memandang faktor lingkungan

sebagai variabel, karena tujuan utama strategi politik adalah untuk mengubah

lingkungan, masyarakat dan kerangka hukum.

55

5. PERENCANAAN KONSEPTUAL27

5.1. Sepuluh langkah perencanaan

Perencanaan konseptual terdiri dari 10 langkah – yang harus dijalankan secara

berurutan. Langkah-langkah ini terbagi dalam 3 fase, yaitu:

1. Perumusan Misi dan Analisa Situasi

2. Keputusan Strategis

3. Implementasi Strategi

Dalam menjalankan 10 langkah tersebut, pertanyaan-pertanyaan berikut harus

dijawab:

1. Apakah yang seharusnya direncanakan, dan dengan tujuan strategis yang

mana?

2. Bagaimana kita menilai situasi di mana strategi akan dijalankan? (Analisa

dan evaluasi situasi)

3. Keputusan strategis apa yang harus diambil agar strategi tersebut dapat

dijalankan dengan sukses dalam situasi yang ada? (Perumusan sub-strategi)

4. Tujuan taktis manakah yang harus dicapai untuk menjalankan strategi?

(Perumusan tujuan)

5. Bagaimanakah lingkungan internal dan eksternal mengenali atau

mengidentifikasi strategi kita? (Target image)

6. Kelompok mana sajakah (internal dan eksternal) yang penting bagi

pencapaian tujuan taktis, dan kelompok mana sajakah yang menaruh minat

khusus terhadap kita – berdasarkan citra yang kita inginkan? (Kelompok

target)

7. Faktor citra manakah yang penting bagi kelompok target tertentu? (Pesan

kelompok target)

8. Bagaimana kita dapat mencapai tujuan kita bersama kelompok target kita?

(Instrumen kunci)

9. Bagaimana kita menerjemahkan strategi ke dalam perencanaan taktis?

(Rencana jadwal dan operasional)

27

Metode ini dikembangkan oleh Bruno Kalusche di Wuppertal, tempat Institut für

Kommunikationsforschung e.V. (Institut Penelitian Komunikasi) dulu berkedudukan. Sejak tahun 1978 metode

ini dikembangkan oleh penulis yang mengambil alih Institut tersebut pada tahun 1987.

56

10. Instrumen mana yang kita gunakan untuk mengontrol implementasi

strategi dan untuk mendata perubahan-perubahan data lingkungan sehingga

strategi dapat disesuaikan? (Pengendalian strategi)

Dengan menjawab 10 pertanyaan ini, semua elemen yang memiliki hubungan dalam

strategi dan taktik ditetapkan, dan dengan demikian siap diterapkan dalam rencana

operasional unit-unit taktis28.

28

Untuk membatasi langkah-langkah perencanaan strategis dan taktis, lihat Bab 3.2.1

57

Misi

Fakta tentang

organisasi

sendiri

Fakta pesaing

Kelemahan

Kerangka kerja untuk

Perencanaan Taktis

Rencana dan jadwal

operasi

Sub-strategi

Kerangka kerja untuk

Kegiatan Kehumasan

Pesan Kelompok

Target

Instrumen Kunci

Kelompok Target

Tujuan Target image

Kekuatan

Fakta lingkungan

eksternal

58

5.2. Merumuskan misi

Perumusan misi menjabarkan hal apa saja yang perlu direncanakan secara strategis.

Hal ini harus mencakup sekurang-kurangnya tiga elemen:

1. Tujuan secara keseluruhan – yang menguraikan posisi yang ingin kita capai

melalui perencanaan strategi tersebut.

2. Alasan pentingnya mencapai tujuan secara keseluruhan.

3. Kerangka waktu (kurun waktu) dimana keseluruhan tujuan harus dicapai.

Seperti yang telah dijelaskan dalam bab 1, alasan yang mendasari pencapaian

tujuan secara keseluruhan sangatlah penting. Bagi von Clausewitz29, kemenangan

dalam perang mungkin menjadi tujuan awal, tetapi tujuan perang yang

sesungguhnya – yang juga menjadi alasan berperang – adalah perdamaian. Hal ini

dicapai melalui perang defensif di wilayah kekuasaan sendiri dan perang agresi di

wilayah asing.

5.3. Penilaian situasional dan evaluasi

Analisa situasi dan evaluasi membahas evaluasi fakta-fakta yang dikumpulkan, yang

dikelompokkan ke dalam kekuatan dan kelemahan, serta perkiraan kemungkinan

keberhasilan tujuan yang terealisasi. Fakta-fakta yang dimaksud di sini termasuk

fakta-fakta organisasi sendiri, fakta-fakta mengenai pekerja – jika ada – dan fakta-

fakta lingkungan di mana akan dicapai.

5.3.1. Pengumpulan fakta30

Pengumpulan fakta31 berarti mengumpulkan fakta-fakta internal dan eksternal yang

relevan bagi rencana strategis. Fakta-fakta internal adalah fakta yang menyangkut

organisasi sendiri. Fakta-fakta eksternal adalah fakta yang menyangkut para pekerja

atau lingkungan di mana strategi tersebut akan direalisir.

29

Lihat catatan kaki 3. 30

Untuk penjelasan lebih lanjut mengenai pengumpulan fakta lihat Bab 7 tentang Pengumpulan Fakta. 31

Untuk pengumpulan fakta lihat juga Bab 20.

59

Pembatasan antara fakta internal dan eksternal tidak selalu mudah. Tapi

pembatasan ini bagaimanapun harus didefinisikan secara jelas sebelum proses

pengumpulan fakta dimulai, untuk menghindari munculnya kesalahpahaman.

Sebagai contoh, apabila organisasi sayap kepemudaan sebuah partai

merencanakan sebuah strategi untuk memerangi pengangguran di

kalangan remaja, maka muncul pertanyaan, hal apa saja yang

termasuk "internal" dan apa saja yang "eksternal". Apabila partai induk

dianggap sebagai "internal", maka harus diasumsikan bahwa sayap

kepemudaan tersebut memiliki pengaruh yang kuat terhadap partai

induknya. Tapi jika sebaliknya, maka partai induk juga perlu

dipengaruhi, karena reaksi atas setiap upaya pada pengaruh tersebut

didiktekan oleh partai induk. Hal ini berarti, bahwa partai induk harus

digolongkan ke dalam organisasi "eksternal".

Contoh lain adalah, apabila sebuah partai koalisi pemerintah

merencanakan sebuah inisiatif untuk menurunkan pajak, maka perlu

dipertanyakan apakah pemerintah akan digolongkan sebagai pihak

"internal" atau "eksternal". Dalam kasus seperti ini, selalu disarankan

bahwa pemerintah dikategorikan sebagai "eksternal", terutama apabila

muncul perbedaan pendapat di antara partai-partai koalisi.

Apabila partai tersebut merencanakan sebuah kampanye pemilu, maka

muncul pertanyaan apakah organisasi-organisasi politik afiliasi partai

tersebut (inisiatif pemilih, partner aliansi, organisasi sayap pemuda

partai atau organisasi sayap perempuan partai, dsb.) dikategorikan

sebagai "internal" atau "eksternal". Keputusan untuk penggolongan ini

berdasarkan sejauh mana partai tersebut dapat mempengaruhi

organisasi-organisasi aliansinya secara langsung, meskipun – jika perlu

dengan cara paksaan. Jika ada saling ketergantungan yang jelas

antara struktur-struktur, maka organisasi tersebut tergolong "internal",

jika tidak, sebaliknya ia harus digolongkan sebagai "eksternal".

60

Fakta-fakta kompetitor atau pesaing adalah fakta yang berasal dari organisasi-

organisasi – yang merupakan pesaing langsung dari organisasi kita sendiri, misalnya

pesaing dalam pemilu, atau mereka yang berseberangan, misalnya serikat buruh –

pada saat penerapan program privatisasi. Fakta-fakta lingkungan adalah fakta yang

berasal dari masyarakat di mana strategi akan dijalankan.

5.3.2. Mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan

Apabila fakta-fakta telah terkumpul, secara sistematis digolongkan dan ditimbang

berdasarkan kadar relevansi, ukuran, kepentingan dan urgensinya, maka kemudian

fakta-fakta ini dapat dikaitkan dengan strategi yang ada. Setiap fakta diteliti untuk

menentukan apakah fakta-fakta tersebut mendukung atau justru mengganggu

pelaksanaan strategi.

Apabila sebuah fakta mendukung, fakta ini akan menjadi kekuatan. Sebaliknya,

apabila ia mengganggu pelaksanaan, ia akan menjadi kelemahan. Selain itu, banyak

fakta yang tidak tergolong mendukung maupun mengganggu. Fakta semacam ini

hanya akan menjadi bahan pelengkap – yang hanya akan berperan dalam

perencanaan operasional pada keadaan tertentu saja.

Dari cara kekuatan dan kelemahan tersebut didefinisikan, tampak bahwa kekuatan

pihak pesaing adalah kelemahan bagi organisasi kita, dan sebaliknya, kelemahan

pesaing dapat menjadi kekuatan bagi pihak kita.

5.3.3. Analisa kekuatan dan kelemahan

Apabila kekuatan dan kelemahan sudah diketahui, maka keduanya harus dievaluasi.

Setelah mengelompokan mereka berdasarkan kadar kepentingan, perlu ditetapkan

apakah kita memiliki pengaruh terhadap kelemahan-kelemahan tersebut dalam arti

dapat mengeliminir atau setidaknya menguranginya. Tentu saja lebih mudah bagi

kita untuk mempengaruhi kelemahan kita sendiri, dibandingkan mempengaruhi

kekuatan lawan yang menjadi kelemahan kita.

61

Dapat-tidaknya kita memanfaatkan kelemahan lawan kita, tergantung pada apakah

kita memiliki sarana yang tepat (isu, sumberdaya manusia, aliansi) – yang menjadi

kekuatan kita untuk menyerang kelemahan mereka.

Dalam menganalisa dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan kita – yang

diperhadapkan dengan pesaing atau lawan dalam konteks perencanaaan strategi

politik, pertanyaan-pertanyaan berikut ini perlu dijawab:

1. Isu-isu apa sajakah yang lebih kuat/unggul?

2. Siapa yang memiliki kepemimpinan yang lebih baik?

3. Siapa yang memiliki sumberdaya manusia yang lebih baik?

3. Siapa yang memiliki disiplin yang lebih baik?

4. Siapa yang memiliki motivasi yang lebih baik?

Sementara itu, dalam menganalisa dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan yang

berasal dari pengamatan lingkungan eksternal, pertanyaan-pertanyaan berikut perlu

dijawab:

1. Siapa yang lebih memenuhi tren yang ada di masyarakat saat ini?

2. Siapa yang lebih kompeten dalam isu-isu yang aktual?

3. Siapa yang memiliki sistem nilai yang lebih sesuai dengan masyarakat atau

kelompok-kelompok dalam masyarakat?

4. Siapa yang lebih baik dalam memanfaatkan peluang?

Jika ditinjau secara keseluruhan, ada tiga jenis kekuatan dan tiga tipe kelemahan.

Tiga tipe kelemahan tersebut masing-masing adalah:

1. Kelemahan sendiri, yang menghambat kita dalam mencapai keberhasilan

strategi.

2. Kelemahan yang berasal dari kekuatan lawan, dan merintangi kita

dalam mencapai keberhasilan strategi.

3. Kelemahan yang bersumber dari lingkungan eksternal, dan menghambat

kita dalam pencapaian terlaksananya strategi.

Sementara tiga tipe kekuatan adalah:

1. Kekuatan sendiri, yang membantu kita untuk mencapai keberhasilan strategi.

2. Kekuatan yang berasal dari kelemahan lawan, dan dapat kita

62

manfaatkan dalam mencapai keberhasilan strategi.

3. Kekuatan yang bersumber dari lingkungan eksternal, dan memudahkan

kita untuk mencapai keberhasilan strategi.

5.3.4. Umpan-balik (feedback)

Setelah menganalisa kekuatan dan kelemahan, langkah berikutnya adalah

menentukan apakah dapat dicapai dalam kurun waktu yang telah ditetapkan. Apabila

analisa kekuatan dan kelemahan menunjukkan bahwa ada keuntungan strategis

yang jelas sehingga kemenangan pasti dapat diperoleh, dan bahwa kelemahan-

kelemahan cukup dapat dilindungi, maka strategi tersebut memiliki kemungkinan

untuk dapat dicapai. Perumusan situasional karenanya dapat diikuti dengan

perumusan tugas dan strategi.

Tetapi apabila analisa menunjukkan bahwa ada kelemahan-kelemahan yang tidak

dapat dilindungi, bahwa hampir tidak ada keuntungan strategis dibandingkan dengan

pesaing atau lawan, dan jika ada keraguan pada diri kita untuk dapat meraih

kemenangan, maka kemungkinan besar strategi tersebut tidak dapat dicapai. Dalam

kasus semacam ini, alternatif perlu disiapkan dengan memodifikasi tujuan secara

keseluruhan untuk menetapkan target yang lebih mungkin dapat dicapai. Hal ini

dapat berarti penarikan diri dari arena politik. Dalam setiap kasus, hasil analisa

situasi harus selalu berumpan-balik pada strategi yang telah ditetapkan.

Umpan-balik terhadap strategi ditunjukkan oleh skema dalam gambar berikut ini:

63

Penilaian situasional

Fakta-fakta tentang

organisasi sendiri

Fakta-fakta tetang

kompetitor/pesaing

Fakta-fakta tentang

lingkungan eksternal

Isu-isu mana yang lebih kuat?

Siapa yang memiliki kepemimpinan yang

lebih baik?

Siapa yang memiliki sumberdaya manusia

yang lebih baik?

Siapa yang memiliki disiplin yang lebih

baik?

Siapa yang memiliki motivasi yang lebih

baik?

Siapa yang memiliki sumberdaya yang

lebih baik?

Siapa yang lebih mengikuti tren –

tren di masyarakat?

Siapa yang lebih kompeten dalam

isu-isu aktual?

Siapa yang memiliki sistem nilai

yang lebih sesuai dengan nilai-

nilai di masyarakat?

Siapa yang lebih baik dalam

menangkap peluang?

Adakah keuntungan

strategisnya?

Adakah kepastian

untuk menang?

Mungkinkah

membentengi

kelemahan yang ada?

Tidak Ya

Merumuskan

sub-strategi

Mencari alternatif

atau mundur

64

5.4. Perumusan sub-strategi

Sementara langkah penilaian situasional lebih menyibukkan diri dengan keadaan

dan situasi masa lalu, fokus kita harus bergerak maju ke depan untuk perumusan

sub-strategi. Apabila penilaian situasional sudah selesai, menjadi jelas apakah

sebuah strategi akan dijalankan sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan atau

masih perlu direvisi. Dari situ muncul tugas-tugas yang perlu didukung dengan

keputusan strategis.

5.4.1. Menyusun tugas-tugas

Berdasarkan analisa kekuatan dan kelemahan, lahirlah tugas-tugas yang harus

diselesaikan. Tugas-tugas tersebut adalah:

1. Pertama, kita meneliti kelemahan-kelemahan kita. Apabila ada kelemahan

yang dapat kita pengaruhi, maka kelemahan ini harus dieliminir.

2. Apabila kelemahan-kelemahan itu tidak dapat dieliminir sepenuhnya, maka

sebuah pertahanan (dengan cara menutupi, mengalihkan perhatian, dsb.)

harus dibangun.

3. Setelah itu kita menelaah kekuatan-kekuatan kita. Apabila ada bidang-

bidang di mana kita bisa menikmati keuntungan strategis, bidang-bidang ini

harus digunakan untuk menyerang lawan.

4. Apabila lawan menunjukkan kelemahan-kelemahan tertentu – yang tidak

berhubungan dengan kekuatan-kekuatan kita, maka kita harus membangun

kekuatan-kekuatan ini.

Menangani tugas-tugas sesuai urutan di atas akan menggarisbawahi signifikansi

serangan di dalam pertimbangan strategis. Kemenangan hanya dapat diperoleh jika

salah satu pihak menyerang. Pihak yang defensif atau bersikap mempertahankan diri

bisa saja tak terkalahkan, tetapi ia tidak akan pernah memperoleh kemenangan.

Tentang hal ini Sun Tzu berpendapat: Kemampuan mempertahankan diri

sendiri dari kekalahan, ada di tangan kita sendiri; dan peluang untuk

mengalahkan musuh ada di tangan musuh itu sendiri. Mereka yang terlatih

65

dalam seni berperang dapat menjadikan dirinya tak terkalahkan, tetapi

mereka tidak dapat memastikan kekalahan musuh.

Mereka yang tidak dapat menang harus mempertahankan diri, mereka

yang dapat menang harus menyerang.

5.4.2. Merumuskan strategi

Perumusan strategi berlandaskan pada prinsip-prinsip berikut:

Pertama-tama harus dipilih isu-isu yang akan diperhadapkan dengan pesaing atau

lawan. Isu-isu ini hendaknya berupa isu atau argumen yang membawa keuntungan

yang jelas, atau yang selama ini diabaikan oleh lawan.

Lingkungan di mana sebuah rencana dijalankan memainkan peranan yang penting

dalam penentuan isu. Dengan kata lain, saat menentukan isu, lingkungan tempat kita

akan bergerak menentukan kemungkinan untuk menggunakan isu-isu tertentu.

Apabila lingkungan tersebut tidak tertarik pada isu tertentu, maka sia-sia saja jika kita

menggunakan isu ini untuk menyerang lawan.

Lebih jauh, kita perlu mencoba berada pada satu posisi superioritas relatif. Jalan

satu-satunya untuk mencapai hal ini adalah dengan tujuan memusatkan kekuatan

dan semua penyerangan hanya pada satu isu dan dalam waktu tertentu saja. Tetapi

hal ini hanya mungkin terjadi jika kita menyerang bidang-bidang tertentu yang

diabaikan lawan saja, atau kita menipu lawan dengan cara merahasiakan rencana

strategis kita secara ketat – sehingga lawan mengumpulkan kekuatannya di sebuah

bidang yang sama sekali tidak akan kita serang. Dengan demikian, kita dapat

memulai penyerangan yang sesungguhnya dengan efek yang lebih dashyat.

Fakta pentingnya sebuah penyerangan sudah dibahas. Tapi sebuah penyerangan

saja tentu tidak cukup; yang terutama harus dicapai adalah kemenangan yang

menguntungkan. Karenanya, tidak ada gunanya seseorang melakukan banyak

penyerangan secara kecil-kecilan jika penyerangan itu tidak akan membawa

keuntungan yang signifikan. Lebih baik memfokuskan diri pada isu-isu pertempuran

yang menentukan – yang jelas-jelas dapat memperlemah lawan atau dapat

melumpuhkannya dalam satu kejatuhan yang telak. Jadi yang dibahas di sini

66

bukanlah kemenangan di sepuluh atau lebih medan pertempuran sampingan,

melainkan kemenangan di medan pertempuran utama. Medan pertempuran utama

dalam politik ini belum tentu ditetapkan oleh kita atau lawan, melainkan kerap

ditentukan oleh media atau oleh sikap masyarakat – yakni oleh lingkungan eksternal.

Apabila keadaan tidak memungkinkan kita untuk memperoleh kemenangan, upaya

selanjutnya sebaiknya menutup celah sebanyak mungkin – agar setidaknya

memperoleh kemenangan-kemenangan parsial. Dalam keadaan tertentu bahkan

dapat diterapkan strategi gerilya, yang nanti akan dibahas lebih lanjut.

Perumusan strategi secara keseluruhan juga harus mencakup kemungkinan-

kemungkinan untuk membuat variasi – sehingga langkah kita tidak dapat diduga atau

diperkirakan oleh pihak lawan. Kejadian “kebetulan” yang direncanakan ini harus

mengejutkan lawan, dan membuatnya menjadi gamang atau kehilangan keyakinan.

Sebuah contoh yang baik mengenai hal yang tidak dapat diperkirakan ini

adalah pembukaan pasar dunia oleh perusahaan-perusahan Jepang.

Pesaing-pesaing di pasar dunia tidak pernah menduga, bagaimana

Jepang akan membuka pasar tersebut. Jepang menjual produknya –

seperti jam, baja dan mobil, pertama-tama di dalam negeri Jepang,

kemudian di negara berkembang, dan pada akhirnya di negara industri.

Jalan kedua yang mereka tempuh adalah dengan menjual produk-produk

“hi-tech” seperti komputer dan semi-konduktor. Di sini pertama-tama

Jepang memasok pasarnya sendiri, kemudian pasar negara-negara

industri dan terakhir pasar negara berkembang. Tetapi masih ada jalan

ketiga. Dalam kasus ini, Jepang pertama kali membuka pasar negara

industri, sebelum mereka membuka pasar-pasarnya sendiri di Jepang, dan

baru sesudah itu mereka masuk ke negara-negara berkembang.32

32

Kotler et.al. (1985), The New Competition (Kompetisi Baru). Prentice Hall : New Jersey, Englewood

Cliffs.

67

5.4.3. Mengevaluasi strategi

Masing-masing strategi yang dipilih untuk menyelesaikan tugas haruslah saling

melengkapi. Mereka harus saling cocok, baik di tingkat sub-sub strategi maupun

dalam strategi keseluruhan. Karena itu, perlu dilakukan evaluasi terhadap strategi-

strategi yang dipilih setelah strategi-strategi itu dirumuskan.

5.5. Perumusan sasaran

Setelah sasaran diputuskan, tanggung jawab selanjutnya adalah memindahkan

strategi ke unit-unit taktis, dan diimplementasikan melalui pembagian tugas.

Begitu pun bila strategi-strategi telah ditetapkan, maka pendekatan untuk

memanfaatkan kekuatan terhadap kelemahan lawan dan untuk memecahkan

persoalan (kelemahan) sendiri juga ditetapkan. Dengan demikian, tujuan taktis yang

rinci dan jelas harus didefinisikan.

Sasaran harus menggambarkan keadaan pada akhir sebuah proses dalam jangka

waktu tertentu. Sasaran ini harus dapat dicapai dan tidak boleh menjadi ilusi belaka.

Semua sasaran ini juga harus terfokus pada tujuan utama yang telah disebutkan

dalam perencanaan.

Apabila sasaran sudah dirumuskan, masing-masing strategi harus direalisasikan dan

dijalankan. Sasaran ini masing-masing harus dibagi ke dalam unit taktis yang

bertanggungjawab untuk pencapaian tujuan. Karena itu, kuantitas, kualitas, jangka

waktu dan tanggung jawab harus ditetapkan setelah sasaran-sasaran ini

dirumuskan.

5.6. Target image (citra yang diinginkan)

Strategi untuk kegiatan kehumasan atau Public Relations (PR) dirumuskan dan

diimplementasikan di tingkat “PR”, setelah keputusan mengenai „citra yang

diinginkan“ (target image) ditetapkan.

68

Letak kelemahan pemerintah dan departemen-departemen banyak sekali

ditemukan dalam pekerjaan bidang kehumasan ini. Dengan pandangan

yang salah bahwa mereka memiliki kekuasaan yang cukup, mereka

mengimplementasikan berbagai tindakan seperti kenaikan pajak, kenaikan

harga bahan pangan, privatisasi, dsb. – tanpa melakukan persiapan yang

cukup melalui pekerjaan kehumasan. Hal ini seringkali menimbulkan reaksi

penolakan yang kuat dari masyarakat, yang akhirnya dimanfaatkan oleh

pihak oposisi dan kelompok lainnya yang berkepentingan – sehingga

rencana reformasi tersebut perlu ditarik kembali.

Target image melukiskan citra yang diharapkan, yang hendak dicapai setelah

dijalankannya rangkaian pekerjaan kehumasan yang panjang dalam kelompok-

kelompok target. Target image ditentukan oleh keputusan strategis mengenai

perumusan tugas dan pilihan-pilihan yang dibuat yang berkaitan dengan isu, gaya,

jenis konfrontasi dan orang-orang yang diperhitungkan.

Target Image menetapkan landasan untuk pekerjaan kehumasan. Semua kegiatan

kehumasan ditujukan untuk penyebarluasan target image ini – dan menanamkannya

dalam benak orang-orang yang menjadi sasaran.

5.7. Kelompok-kelompok target

Kelompok target adalah kelompok-kelompok masyarakat atau organisasi-

organisasinya yang penting untuk pencapaian misi. Mereka perlu didekati dalam

waktu yang telah ditetapkan. Kelompok-kelompok target ini diidentifikasi dengan

menginterpretasikan keputusan strategis, khususnya tujuan taktis, dan melalui

analisa citra yang diinginkan (target image).

Apabila kelompok-kelompok target telah didefinisikan, fondasi untuk implementasi

strategi yang komunikatif ditetapkan. Fondasi ini dilengkapi dengan pesan kelompok

target dan instrumen-instrumen kunci.

69

5.8. Pesan kelompok target

Kelompok target yang telah dibahas di atas membutuhkan informasi-informasi

tertentu berdasarkan keputusan strategis yang telah diambil sebelumnya, untuk

memungkinkan mereka bereaksi sesuai dengan apa yang telah direncanakan secara

strategis. Untuk itu, harus diketahui dengan jelas, aspek-aspek „target image“ mana

sajakah yang akan mendapat respon positif dari kelompok target. Hal ini

menjelaskan semua argumen yang dapat memotivisir kelompok target.

Terkadang dimungkinkan untuk memasukkan informasi-informasi tambahan ke

dalam pesan kelompok target untuk masing-masing kelompok target – lebih dari

target image secara keseluruhan. Informasi-informasi ini dapat dikomunikasikan

secara khusus dengan masing-masing kelompok target, dan tidak untuk semua

kelompok target yang ada.

Sebagai contoh adalah strategi yang digunakan dalam sebuah kampanye

pemilu. Dalam kampanye pemilu semacam itu, kelompok target atau

kelompok-kelompok pemilih tertentu – donatur potensial dan para anggota

partai sendiri, turut memainkan peran masing-masing sebagai kelompok

target. Ketiga kelompok target tersebut masing-masing membutuhkan

informasi yang berbeda, untuk dapat bereaksi sesuai dengan strategi.

Para pemilih diharapkan memilih partai atau kandidat. Ini berarti bahwa

pemilih perlu dimotivasi melalui visi politik atau melalui janji-janji yang

menguntungkan mereka.

Donatur diharapkan memberikan sejumlah dana kepada partai. Untuk itu,

partai harus menawarkan keuntungan lain bagi kelompok target ini – di

samping keuntungan yang mereka tawarkan kepada pemilih lainnya.

Anggota-anggota partai diharapkan dapat aktif dan dapat meyakinkan para

pemilih dalam pengaruh mereka. Untuk itu mereka membutuhkan

informasi dan keyakinan tertentu – yang jauh lebih besar dari yang

dibutuhkan oleh para pemilih lainnya.

70

Perlu diperhatikan bahwa pesan yang diterima masing-masing kelompok target tidak

boleh saling bertentangan. Ini artinya, bahwa masing-masing kelompok target bisa

saja memperoleh pesan atau informasi tertentu, namun pesan-pesan ini harus

menunjukkan konsistensi atau kesesuaian satu sama lainnya.

Perluasan pesan kelompok target merupakan instrumen yang kerap digunakan pada

tahap akhir masa kampanye, untuk memberikan janji tertentu kepada suatu

kelompok pemilih tertentu. Janji semacam ini diberikan melalui saluran komunikasi

yang tertutup, agar tidak diketahui oleh kelompok pemilih lainnya. Perlu diketahui

bahwa pemanfaatan instrumen untuk tujuan semacam ini sebaiknya dihindari –

mengingat saluran komunikasi biasanya tidaklah aman/tertutup – dan hal ini dapat

menimbulkan efek komunikasi yang "tumpah-ruah" (spill-over).

Contoh bagaimana sebuah pesan kelompok dalam fase akhir suatu

kampanye pemilu digunakan: Sebuah partai menjanjikan akan menaikkan

gaji guru apabila partai tersebut memenangkan pemilu. Tentu saja janji ini

menarik bagi kaum guru. Partai akan berusaha menyebarluaskan janji ini

melalui saluran informasi yang tertutup, untuk menghindari bahwa pegawai

negeri lainnya juga menuntut kenaikan gaji. Namun apabila informasi ini

bocor – karena saluran informasi yang digunakan tidak benar-benar

tertutup, maka hal ini hanya akan menimbulkan keresahan pada

kelompok-kelompok lainnya, dan akan memperkecil kemungkinan partai ini

untuk menang.

5.9. Instrumen-instrumen kunci

Pemilihan instrumen kunci terutama berkaitan dengan aksi-aksi dan alat komunikasi

yang akan digunakan. Instrumen-instrumen dan aksi ini disesuaikan secara khusus

bagi kelompok-kelompok target.

Sebagai contoh adalah pendekatan yang diterapkan terhadap remaja dan

warga masyarakat yang lebih tua. Kedua kelompok target ini

71

memanfaatkan media yang berbeda, dan dengan demikian dapat didekati

secara positif melalui berbagai jenis aksi.

Untuk itu ada syarat bahwa kelompok yang ingin dijadikan kelompok target telah

dikenali terlebih dahulu, karena setiap kelompok target hanya dapat diraih melalui

pendekatan atau komunikasi tertentu. Pemilihan instrumen-instrumen kunci yang

akan digunakan sekaligus menghasilkan keputusan-keputusan penting yang terkait

dengan sumberdaya untuk mengimplementasikan strategi serta efektivitas

kampanye. Keputusan ini, beserta kelompok-kelompok target yang dipilih, menjadi

prasyarat bagi keberhasilan pelaksanaan strategi.

5.10. Implementasi strategi

Dalam pengimplementasian strategi, faktor manusia dan faktor operasional perlu

diperhitungkan. Sebelum implementasi strategi dilakukan, terlebih dahulu perlu

diambil keputusan tentang tujuan taktis, perumusan citra yang diinginkan, identifikasi

kelompok target, pesan kelompok target dan instrumen-instrumen kunci.

Setelah itu, barulah aturan-aturan untuk implementasi strategi perlu ditetapkan.

Aturan ini merupakan bagian yang penting dalam implementasi strategi. Untuk itu,

pertanyaan-pertanyaan berikut ini perlu dijawab:

1. Siapa yang bertanggung jawab atas pengimplementasian strategi?

2. Pengaruh apa yang dimiliki pimpinan politik terhadap strategi?

3. Siapa yang berwenang mengangkat dan memecat orang-orang yang

dipercaya untuk menjalankan strategi tersebut?

4. Kualitas atau kemampuan apa saja yang perlu dimiliki oleh pimpinan

pelaksana strategi?

Dalam mengimplementasikan strategi politik, faktor manusia menjadi signifikan untuk

tiga aspek: Pimpinan politik, pimpinan partai yang bekerja penuh dan anggota partai

yang bekerja paruh waktu atau sukarelawan. Hubungan antara ketiga pihak ini,

kuantitas, kualitas, pendidikan, motivasi dan etika merupakan syarat awal bagi

keberhasilan implementasi strategi.

72

Sementara dalam bidang operasional, syarat awal bagi keberhasilannya tergantung

pada prinsip-prinsip kecepatan, penyesuaian diri dan tipu daya.

Penundaan yang tidak perlu dapat membahayakan setiap perencanaan, karena

penundaan hanya akan menimbulkan kelelahan dan kekecewaan dalam organisasi

sendiri. Oleh karena itu, penundaan harus dihindari.

5.11. Pengendalian strategi

Pengendalian strategi terdiri dari dua unsur, dan keduanya menentukan keberhasilan

penerapan suatu strategi.

1. Unsur pertama adalah prinsip pengumpulan data intelijen dan perolehan

informasi. Penting diperhatikan bahwa kita perlu memantau lawan dan

mengatur arus informasi secara terus-menerus setiap saat, bahkan pada saat

pertama kali melaksanakan strategi. Karena itu, kontak yang

berkesinambungan dengan anggota, simpatisan beserta aliansi lawan –

beserta laporan-laporan dan dokumentasi – juga tercakup di dalamnya.

Termasuk juga di sini, pengumpulan data melalui survei, analisa media, dan

juga, tentu saja, perolehan informasi dari kantor pusat pihak lawan. Dengan

bantuan data intelijen dan informasi yang diperoleh, proses kontrol strategi

dapat dijalankan secara teratur. Hal ini mencegah terjadinya suatu kejutan

yang tak diinginkan, penilaian yang keliru serta pengambilan keputusan yang

salah.

2. Unsur kedua adalah prinsip keamanan dan perlindungan informasi di pihak

sendiri. Dalam praktiknya, hal ini berarti perlindungan terhadap tindakan

penyusupan dari organisasi lawan. Karena itu, rencana-rencana strategis

harus sangat dirahasiakan. Dalam organisasi yang demokratis,

kecenderungannya adalah mendiskusikan dan mengembangkan perencanaan

strategis secara terbuka dan partisipatif. Tapi, hal ini dapat membahayakan

kerahasiaan perencanaan. Tindakan pengamanan yang tegas dan hukuman

yang keras (mengancam) bagi mereka yang membocorkan rahasia strategi,

73

atau penggunaan manuver-manuver tipuan – dapat dijadikan unsur dalam

pengendalian strategi ini.

74

6. MISI: APA YANG HARUS DIRENCANAKAN ?

Pertama-tama, misi mendefinisikan:

Apa yang perlu direncanakan?

Setelah itu harus dijelaskan:

Sasaran mana atau apa (X) yang sebenarnya akan dicapai?

Dalam pemilu, misalnya, sasaran dapat berupa mayoritas suara, jumlah tertentu

kursi yang diperoleh di parlemen, dipilihnya orang-orang tertentu, dsb.

Dalam sebuah strategi politik, ini dapat berarti: persetujuan atas suatu peraturan atau

undang-undang, resolusi isu-isu tertentu, pencapaian sasaran politik, implementasi

program desentralisasi atau privatisasi, dll.

Dalam sebuah perencanaan karir politik, misalnya dicapainya suatu posisi tertentu,

partisipasi dalam suatu tugas tertentu, dipilih sebagai kandidat, dst.

Misi tersebut harus menyatakan untuk siapa strategi itu direncanakan.

Siapa (P) yang berharap mencapai sasaran?

Apakah sebuah partai, atau sebuah pemerintahan, atau sebuah kelompok penekan

(pressure group), atau sebuah inisiatif warga, atau seorang individu, atau... ?

Dengan demikian misi dapat menetapkan suatu kerangka atau batasan, dan dengan

demikian dapat menetapkan informasi tentang Bagaimana:

Dengan sarana apa atau bagaimana (W) sasaran tersebut akan dicapai?

Apakah yang boleh digunakan hanya cara-cara yang legal ataukah juga yang ilegal?;

apakah sentimen keagamaan atau kesukuan boleh dimainkan atau apakah hal

seperti itu dilarang?; apakah cara-cara kekerasan harus dihindari atau segala cara

bisa dihalalkan?; atau...?

Misi tersebut harus mengidentifikasi jangka waktu, hingga kapan keseluruhan

sasaran harus dicapai:

Sampai kapan (T) sasaran tersebut akan dicapai?

75

Apakah sampai pemungutan suara berikut, atau dalam kurun waktu tiga tahun, atau,

atau...

Misi tersebut juga harus menjelaskan mengapa suatu hal tertentu harus terjadi:

Mengapa (Z) sasaran harus dicapai?

Pandangan von Clausewitz bahwa bukan kemenangan yang menjadi tujan utama

perang melainkan perdamaian, juga harus diterapkan dalam strategi politik. Hal ini

memaksa klien harus menyadari secara jelas tentang motivasinya. Karena itu, harus

selalu dijelaskan mengapa sebuah kemenangan pemilu harus dicapai, atau

mengapa mayoritas tertentu diharapkan, atau mengapa sebuah peraturan atau

undang-undang tertentu harus disetujui, atau mengapa program privatisasi harus

dijalankan, atau mengapa sebuah posisi tertentu diinginkan, atau...

Sebuah pernyataan misi biasanya dirumuskan sebagai berikut:

"Sebuah strategi bagi (K) harus dikembangkan,

untuk mencapai (X),

dengan memperhatikan (W)

dalam jangka waktu (T), untuk mewujudkan (Z)".

Misi – antara realisme, optimisme dan pesimisme

Misi tidak boleh dirumuskan secara terlalu optimistis sehingga menjadi tidak realistis.

Karena bila ini terjadi, misi tersebut sudah terpaksa harus dikurangi skalanya, segera

setelah dilakukan penilaian situasional.

Tetapi di lain pihak, sebuah misi juga tidak boleh terlalu pesimistis. Para politisi dan

pemegang jabatan yang sudah berpengalaman seringkali cenderung menurunkan

standar keseluruhan sasaran, karena mereka kerap dikecewakan oleh harapan-

harapan yang terlalu muluk atau karena mereka ingin menggunakan pesimisme

mereka untuk menjalankan politik.

Oleh karena itu, sasaran sebuah misi harus selalu diletakkan sedikit di atas garis

hasil yang realistis untuk dicapai. Sasaran yang ditetapkan dengan standar demikian,

seringkali bisa dicapai di luar dugaan si perencana strategi. Yang paling penting

76

adalah, misi tersebut harus dirumuskan dengan cara-cara di atas, sehingga dapat

memberi motivasi yang positif bagi mereka yang bekerja untuk mencapai misi.

6.1. Contoh-contoh beserta komentar

Contoh 1: Perumusan strategi yang dapat kami, partai AB, gunakan akan

dapat mematahkan mayoritas mutlak partai X pada pemilu berikutnya.

Misi ini tidak memiliki komponen yang positif. Dalam misi ini tidak disebutkan apa

yang hendak "kami" capai. Tidak ada jawaban atas pertanyaan "mengapa" dan

"bagaimana". Misi tersebut sebaiknya berbunyi begini:

"Perumusan sebuah strategi, yang dapat kami, partai AB, gunakan, untuk bersama

dengan partai oposisi lainnya mematahkan mayoritas mutlak Partai X dalam

pemilu berikutnya, dan dengan demikian dapat mematahkan kekuasaan tunggal

dan politik pemerintahan mereka mereka sehingga kami dapat mempengaruhi

kebijakan melalui program-program kami."

Sebaliknya, misi dalam strategi Partai X dapat dinyatakan seperti ini:

Perumusan strategi yang dapat mempertahankan mayoritas mutlak kami dalam

pemilu berikutnya, sehingga sasaran-sasaran program kami dapat terwujud tanpa

dipengaruhi oleh partai-partai lain.

Contoh 2: Perumusan sebuah strategi yang menjamin pembangunan

sebuah sekolah swasta di kota B.

Misi ini sama sekali tidak menyebutkan untuk siapa strategi dibuat, juga tidak

mencantumkan kurun waktu dan "bagaimana" serta "mengapa" tugas tersebut

diberikan. Pernyataan misi yang lengkap sebaiknya berbunyi:

"Perumusan sebuah strategi untuk inisiatif warga "pro sekolah umum", yang

menjamin pendirian sebuah sekolah umum di kota B dengan menggunakan semua

sarana yang sah dalam kurun waktu tiga tahun, sehingga fasilitas pendidikan

akan menjadi lebih lengkap dan mengarah pada kepentingan murid dan orang

tua."

77

Berikut ini masih ada beberapa contoh perumusan strategi yang benar yang diambil

dari pengalaman praktis:

Contoh 3: Kami merumuskan sebuah strategi untuk perhimpunan koperasi

di negara bagian A, untuk bersama-sama dengan sebanyak mungkin

kekuatan politik di negara bagian, dalam kurun waktu periode legislatif

yang sedang berjalan memberlakukan sebuah undang-undang tentang

koperasi yang memungkinkan berkembangnya koperasi-koperasi swasta.

Contoh 4: Kami merumuskan sebuah strategi bagi pemerintah C di negara

bagian E, agar sebelum akhir periode legislatif, perusahaaan telepon

negara diprivatisasi untuk menerapkan persaingan usaha dan

meningkatkan pelayanan serta menurunkan tarif telekomunikasi.

Contoh 5: Kami merumuskan sebuah strategi bagi Ibu P untuk menjadi

ketua Partai ABC dalam jangka waktu tiga tahun, sehingga partai tersebut

dapat diremajakan dan ada pembaharuan program di bawah

kepemimpinannya.

6.2. Misi: antara Realisme, Optimisme dan Pesimisme

Misi tidak boleh dirumuskan secara terlalu optimistis sehingga menjadi tidak realistis.

Karena bila ini terjadi, misi tersebut sudah terpaksa harus dikurangi skalanya, sesuai

dengan hasil analisa situasi.

Tetapi di lain pihak, sebuah misi juga tidak boleh terlalu pesimistis. Para politisi dan

pemegang jabatan fungsional seringkali cenderung menurunkan standar

keseluruhan sasaran, karena mereka kerap dikecewakan oleh harapan-harapan

yang terlalu muluk atau karena mereka ingin menggunakan pesimisme mereka untuk

menjalankan politik.

78

Oleh karena itu, sasaran sebuah misi harus selalu diletakkan sedikit di atas garis

hasil yang realistis untuk dicapai. Sasaran yang ditetapkan dengan standar demikian,

seringkali bisa dicapai di luar dugaan si perencana strategi. Yang paling penting

adalah, misi tersebut harus dirumuskan dengan cara-cara di atas, sehingga dapat

memberi motivasi yang positif bagi semua yang terlibat dan berkepentingan dengan

pencapaian misi tersebut.

6.3. Masalah dalam Penggambaran Tujuan Besar Strategi

Dalam menetapkan tujuan sebuah strategi timbul kesulitan besar pada sebagian

pengambil keputusan, karena mereka dihadapkan pada tuntutan-tuntutan yang sulit

untuk dapat dipenuhi. Karena di dalam ranah politik, dan bahkan juga di dalam

bidang ekonomi33 kita menghadapi masalah-masalah seperti ini, yang biasanya

ditandai oleh ciri-ciri berikut ini:

- Kompleksitas dan Jejaring

- Sifat sistem yang dinamis

- Tidak ada transparansi

Pengambil keputusan harus pula berjuang menghadapi masalah-masalah

tambahan berikut ini:

- Informasi yang tidak memadai dan ketidapahaman mengenai struktur

- Asumsi yang salah dan sudah meluas tentang dampak dari sistem

- Formulasi sasaran yang tidak memadai

Dalam situasi seperti ini pengambil keputusan politis haruslah merupakan pejabat

pemerintahan, anggota dewan di parlemen atau pemilih dalam menetapkan

keputusannya. Dalam berbagai simulasi yang dilakukan, dari sudut penelitian

ditunjukkan bahwa sebagian besar keputusan yang salah terjadi karena orang tidak

dapat menyesuaikan diri dengan jalinan kompleksitas, jejaring, dinamika dan

ketidaktahuan.

Untuk pertanggungjawaban yang strategis karena itu diperlukan cara untuk

menghadapi tantangan-tantangan yang ada dan menemukan solusinya, serta

33

IBM: Kepemimpinan perusahaan di dalam sebuah dunia yang rumit: www.ibm.com/ceostudy/de 2010

79

sedapat mungkin menghindari perkembangan-perkembangan yang keliru. Karena itu

kita sebaiknya lebih menyibukkan diri secara intensif dengan komponen-komponen

masing-masing dari karakteristik-karakteristik pengambilan keputusan.

1. Kompleksitas dan Jejaring Kompleksitas disebabkan karena di dalam bagian-bagian tertentu realitas terdapat

banyak variabel yang saling tergantung satu sama lain. Di sini sejak awal sebaiknya

kita menghindari tuntutan untuk menghubungkan tindakan kita dengan semua

variabel yang mungkin dalam sistem global. Karena itu kita hanya memilih satu

bagian saja dari realitas, yang paling tidak sudah kita kuasai dengan baik.

Contoh: jika kita menetapkan kriteria-kriteria untuk kualitas barang mainan

impor demi melindungi anak-anak di negara kita dari bahan-bahan

plastik yang mengandung bahan-bahan penyebab kanker, maka kita

mengabaikan dampaknya terhadap perekonomian negara pengekspor

dan hanya memperhatikan variabel-variabel yang berpengaruh di

negara kita.

Seberapa besar jendela dibuka seringkali sudah menjadi titik perselisihan di antara

para pemegang keputusan politik. Bila jendela itu terbuka terlalu lebar, maka akan

terjadi kesulitan-kesulitan dalam pengumpulan informasi, yang kebanyakan tidak

dapat dicapai titik temunya. Karena itu dalam beberapa kasus terdapat metode untuk

membuka jendela lebar-lebar agar keputusan benar-benar dapat dihindari.

Contoh: pada diskusi-diskusi dalam konferensi dunia tentang iklim di

Kopenhagen, untuk memutuskan tindakan-tindakan yang sesuai dan

mengikat demi menghindari pemanasan global dan perubahan iklim,

pendekatan strategi semacam itu terlihat jelas.

Jadi bila kita menganggap kompleksitas sebuah masalah di dalam sebuah jendela

yang terpilih, maka derajat kompleksitas tersebut tergantung dari jumlah unsur-unsur

yang saling bertautan.

80

Pertalian Variabel-variabel

Gambar di atas menunjukkan, bahwa variabel V1 berhubungan langsung dengan

variabel-variabel V3, V4 dan V5. Gambar tersebut juga memperlihatkan bahwa

melalui perubahan dari varibel V1 akan mempengaruhi variabel-variabel V2, V6 dan

V7. Perubahan-perubahan ini bisa saja positif, namun bisa juga negatif terhadap

keseluruhan sistem dan dengan demikian dapat memperkuat keberhasilan sebuah

tindakan atau melemahkannya.

Mengenali dampak-dampak tersebut sulit untuk dipahami, yang seringkali kemudian

menyebabkan kejutan-kejutan yang tidak menyenangkan. Kegagalan mengenali

dampak dalam kaitan-kaitan tersebut justru disukai oleh para politisi, karena dengan

demikian mereka terbebas dari beban dampak jangka panjang dan dampak

sampingan perbuatan mereka. Para politisi tidak ingin menghilangkan semua

variabel tersebut, yang tidak langsung berhubungan dengan solusi sebuah masalah

yang sedang mereka perjuangkan dan mereduksi dalam argumentasinya masalah-

masalah yang seringkali dalam kaitan-kaitannya justru merupakan penyebab

tunggal.

Contoh: kenaikan pajak atau penurunan pajak seringkali hanya diinterpretasikan

sebagai dampak fiskalnya terhadap rumah tangga, namun jarang dilihat

sebagai dampak-dampak terhadap struktur sosial di dalam masyarakat dan

dampaknya terhadap perekonomian. Di dalam debat-debat politik di antara

partai-partai, hanya variabel tertentu yang diperhatikan, dan dengan demikian

mereka memperoleh keuntungan pertarungan dalam debat-debat pada

beberapa kelompok sasaran.

81

Satu masalah lain dalam hal kompleksitas dalam pengambilan keputusan adalah

bahwa tingkat kesulitan atau kompleksitas bukanlah merupakan sifat objektif dari

sebuah sistem, melainkan diinterpretasikan secara objektif. Pengambil keputusan

biasanya sudah cukup mahir untuk tidak tenggelam dalam padatnya informasi,

dengan pengalaman yang meningkat yang disebut sebagai tanda yang kuat.34 Tanda

yang kuat mencakup informasi-informasi tertentu yang berbasis pengalaman, yang

tentu saja subjektif dan dengan demikian dapat mengandung kesalahan interpretasi.

2. Sifat Sistem yang Dinamis Sistem yang diamati ini, yang di dalamnya efek-efek yang diinginkan harus dicapai

melalui keputusan-keputusan strategis, berkembang terus menerus tanpa

keikutsertaan dari pengambil keputusan. Dalam sebuah pengambilan keputusan

perkembangan tersebut harus diperhatikan dengan besaran-besaran perubahannya,

dengan demikian tindakan-tindakan yang diambil tidak selalu terlambat dan tidak

berhasil, karena sistem tersebut tidak bisa diubah lagi oleh tindakan-tindakan

tertentu. Dengan demikian fenomena dinamika semacam ini menghasilkan tekanan

waktu bagi para pengambil keputusan. Dan tekanan waktu ini menyebabkan

besaran-besaran perubahan hanya dapat dikira-kira bahwa kumpulan informasi

tersebut tidak lengkap dan dengan demikian keputusan-keputusan itu masuk ke

dalam kabut ketidaktahuan. Hal tersebut membuat pengambilan keputusan menjadi

sebuah risiko besar dengan kemungkinan kerugian yang besar pula.

Contoh: ketika pada tahun 2010 yang lalu hutang Yunani yang sangat besar

menyebabkan krisis bagi mata uang bersama Eropa, Euro. Pada suatu

akhir pekan – artinya saat bursa sedang tutup – menteri-menteri keuangan

Eropa harus mengambil keputusan yang memiliki arti yang sangat luas.

Dalam situasi tersebut tidak ada tanda yang super maupun informasi yang

cukup, yang bisa dipakai untuk mengambil keputusan yang strategis.

Tekanan waktunya sedemikian besar, karena para menteri keuangan dan

34

Dengan kesadarannya manusia memiliki kemampuan untuk menyimpulkan tanda-tanda elementer

menjadi tanda yang super. Unsur-unsur informasi ditautkan oleh hal-hal yang kompleks, kelas-kelas atau relasi-

relasi menjadi kesatuan yang baru. Tanda yang super dapat diinterpretasikan sebagai informasi yang tahan bocor,

yang misalnya dapat berfungsi di dalam kognisi tentang bahaya.

82

pemerintah mereka harus mencapai suatu kesepakatan sebelum dibukanya

bursa efek pada hari Senin.

Situasi semacam ini terjadi karena informasi yang sudah diketahui disimpan

sedemikian lama dan karena alasan-alasan politis keseluruhan fakta ditutup-tutupi,

agar tidak terjadi keributan yang tidak perlu akibat pengumuman yang terlalu dini.

Yang masuk akal di sini adalah sebuah rencana pertahanan yang proaktif terhadap

bahaya, yang dimainkan secara tenang dalam berbagai skenario dan kemudian

rencana itu digulirkan sedemikian rupa, sehingga dinamika sistem dalam arti

pengambil keputusan berkembang.

Langkah-langkah penting semacam ini sebenarnya tidak mungkin terjadi dalam

sistem politik dengan partai-partai yang saling bersaing dan media yang selalu

tampil, kecuali bahwa usaha tersebut dilakukan untuk merencanakan politik secara

strategis dan dengan demikian mengimplementasikan tindakan-tindakan keamanan

terkait dengan perlindungan atas strategi-strategi yang ada.

3. Ketiadaan transparansi Satu malasah mendasar lainnya dalam pengambilan keputusan adalah ketiadaan

transparansi yang sesungguhnya atau instransparansi sistem akibat kesalahan

sendiri. Situasi sebenarnya dari suatu sistem menjadi tidak teridentifikasi dengan

jelas. Ini bisa terjadi karena informasi-informasi tertentu tidak terkumpul secara

memadai dan kaitan antara variabel-variabel tidak cukup dianalisis. Hal itu juga bisa

terjadi karena, akibat alasan-alasan politik, data-data dan informasi-informasi

tersebut secara sadar dipalsukan atau ditahan. Tentu saja hal tersebut

mengakibatkan ketidakpastian dalam situasi perencanaan dan pengambilan

keputusan.

Contoh:

keputusan parlemen Inggris untuk ikutserta dalam Perang Irak

tahun 2003 dibuat atas dasar sebuah berita dari seorang agen rahasia

dan kata-kata yang sudah dikomentari oleh Tony Blair: “Irak memiliki

senjata kimia dan senjata biologis. Roket-roket mereka sudah siap

83

dalam waktu 45 menit.” Sekarang pihak-pihak yang berkepentingan

mengetahui bahwa berita itu ternyata keliru dan bahwa masyarakat

dan parlemen telah sampai pada sebuah keputusan berdasarkan

informasi yang keliru tersebut, yang berdasarkan intransparansi situasi

tersebut.

4. Informasi yang Tidak Memadai dan Ketidaktahuan Mengenai Struktur

Satu problem besar lain dalam pengambilan keputusan adalah ketidaktahuan para

pengambil keputusan mengenai struktur, terutama berkenaan dengan tidak

diketahuinya bagaimana variabel-variabel di dalam sebuah sistem saling bergantung,

bukan hanya menyangkut pertalian linear, melainkan juga menyangkut pertalian

dengan fungsi-fungsi matematika yang rumit.

Fungsi-fungsi tersebut hanya jarang dikenal dan dengan demikian tentu saja

mempengaruhi model realitas, yang dianggap diperlukan sebagai dasar untuk

pengambilan keputusan. Akibat ketidakpastian di dalam model tersebut para politisi

cenderung untuk menggunakan model realitas secara implisit. Hal itu berarti bahwa

mereka tidak mengetahui mengapa mereka mengambil sebuah keputusan,

melainkan mereka menetapkan sebuah keputusan secara intuitif, sesuai dengan

intuisi mereka. Sebuah model realitas yang eksplisit sebaliknya dapat diuji setiap

saat, dapat dikomunikasikan dan disadari oleh pengambil keputusan.

5. Asumsi yang Salah dan Sudah Meluas tentang Dampak dari Sistem Sebuah model realitas semacam ini dapat saja “benar” atau “salah”. Di dalam politik

para politisi tidak begitu melihat apakah model-model realitas tersebut benar atau

salah, melainkan lebih dinilai sesuai dengan gambaran dunia mereka sendiri, dengan

demikian berarti sesuai dengan ide-ide politik mereka atau ideologi dari partai

mereka. Realitas dibengkokkan selama realitas tersebut dapat digolongkan dan

dibuktikan salah. Namun kemudian banyak pengambil keputusan yang merasa sulit

84

melepaskan diri dari model-model keliru yang selama ini sudah dikenal. Sikap ini

dalam bidang psikologi sosial dikenal dengan istilah “disonansi kognitif”.35

Di dalam perdebatan-perdebatan besar tentang masa depan menyangkut energi,

iklim, sumber daya alam dan sebagainya model-model realitas semacam ini

memegang peranan penting. IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change)

memegang peranan penting dalam perkembangan berita-berita semacam itu. Dan

lembaga yang telah mendapat hadiah Nobel ini telah dikritik dalam kaitannya dengan

pemberitaan kondisi tertentu.36 Karena pemberitaan tentang kondisi khusus

semacam itu merupakan dasar bagi keputusan-keputusan strategis dalam bidang

politik, berarti pula sebenarnya merupakan sebuah perselisihan tentang kualitas dari

analisis sistem, yang kembali hanya dapat diputuskan secara intuitif, yang dapat saja

berdampak merugikan terhadap negara-negara dan manusianya. Apakah di sini

dapat atau harus dilakukan menurut metode yang tersedia dalam perencanaan

strategi, yaitu penggunaan “worst case scenarios” (skenario terburuk), hal ini dapat

menjadi perdebatan sengit mengingat dampak-dampaknya terhadap perekonomian

rakyat dan masyarakat.

6. Formulasi Sasaran yang Tidak Memadai Dalam mendefinisikan sasaran-sasaran strategis utama terdapat serangkaian

tantangan yang harus ditaklukkan. Di dalam ranah politik, para politisi dan juga para

aktivis NGO di dalam program-program mereka cenderung untuk menformulasikan

sasaran-sasaran mereka sedemikian rupa sehingga keberhasilan atau

ketidakberhasilan mereka tidak dapat terukur.

Kemudian harus dibedakan antara sasaran-sasaran negatif dan sasaran-sasaran

positif. Dalam hal sasaran positif harus dipaparkan secara jelas apa saja yang harus

35

Dalam fabel karya Aesop yang berjudul „Sang Rubah dan Buah Anggur“ , sang rubah ingin melahap

anggur tersebut, namun ia tidak mampu menjangkaunya. Alih-alih mengakui kegagalannya, sang rubah

mengatakan bahwa anggur tersebut „rasanya terlalu asam dan tidak berharga untuk diperoleh“. 36

Pekerjaan IPCC terkait dengan kontroversi tentang pemanasan global dipandang secara kiritis, yang

disampaikan dari berbagai aspek baik maupun buruk. Setelah terkuaknya kesalahan dalam laporan IPCC tahun

2007 tentang kecepatan melelehnya gletser di Himalaya, muncul dorongan yang kuat untuk mereformasi

gremium tersebut beserta mekanisme pengawasannya. Pada Februari 2010 IPCC menyampaikan adanya

gremium independen yang terdiri dari para pakar yang bertugas memverifikasi isi dari laporan bidang khusus

keempat. Selain itu proses pembuatan laporan harus diuji berdasarkan kaidah-kaidah standar ilmu pengetahuan.

Konflik kepentingan dulu dibahas karena adanya pengaruh politik dalam redaksi akhir pembuatan

kesimpulan. Sehubungan dengan laporan bidang khusus keempat itu diketahui bahwa beberapa pemerintahan

(antara lain Amerika Serikat dan China) telah jelas-jelas melakukan pelanggaran dalam pembuatan laporan yang

telah disusun oleh para ilmuwan.

85

dicapai. Dengan demikian menjadi jelas pula apa yang harus diperjuangkan dan

analisa fakta akan menunjukkan di tempat mana saja strategi harus dijalankan untuk

meraih keberhasilan. Sebaliknya sasaran negatif akan terlihat berbeda sekali.

Contohnya misalnya untuk mengatasi situasi yang serba kekurangan.

Penanggulangan kelaparan dan kemiskinan, mencegah peningkatan suhu udara

dalam iklim, pengentasan pengangguran, penghapusan diskriminasi terhadap

perempuan dan sebagainya. Semua sasaran ini senantiasa diangkat dalam

perdebatan terbuka, masalah-masalah tersebut merupakan bahan setiap diskusi

dalam institusi-institusi global, seperti UNO, OSZE dan sebagainya. Dan sasaran-

sasaran tersebut sesuai dengan sasaran dari berbagai NGO, seperti yang misalnya

diangkat sebagai tema dalam konferensi tentang iklim di Kopenhagen.

Georg Christoph Lichtenberg37 pernah mengucapkan sebuah kalimat yang sangat

bermakna tentang masalah yang ada pada sasaran-sasaran negatif tersebut. Beliau

mengatakan: “Saya tidak dapat dengan bebas mengatakan apakah akan menjadi

lebih baik, bila terjadi hal yang berbeda; namun saya dapat mengatakan, hal itu

harus menjadi berbeda, bila hal itu harus menjadi baik.” Sebuah sasaran negatif

kebanyakan menanggung beban moral yang tinggi, yang diikuti dengan maksud

untuk menimbulkan dampak edukatif dan untuk dilihat sebagai pencapaian hal yang

konkret. Sasaran-sasaran negatif sebagai penghindaran sasaran-sasaran seringkali

terlalu global dan terlalu umum untuk digunakan sebagai pedoman bagi rencana dan

tindakan yang konkret. Karena itu sasaran-sasaran negatif tersebut harus diubah

menjadi sasaran-sasaran yang positif.

Kita dapat membagi perumusan sasaran dalam kriteria-kriteria berikut:

Positif Negatif

Spesifik Umum

Jelas Tidak jelas

Masing-masing Beberapa

Eksplisit Implisit

Tabel: Jenis-jenis perumusan sasaran

Di atas sudah disinggung beberapa hal tentang sasaran-sasaran positif maupun

negatif. Tentu saja akan lebih bermakna bagi pengembangan strategi yang berhasil

37

Georg Christoph Lichtenberg, sastrawan Jerman, kritikus seni dan fisikawan (1742-1791)

86

jika kita mengubah sasaran penghindaran (sasaran negatif) menjadi sasaran positif.

Dalam perubahan ini kita akan menetapkan, bahwa di balik sebuah sasaran negatif

tersembunyi sejumlah besar sasaran-sasaran positif. Sekumpulan sasaran ini harus

dilihat menurut skala prioritas, agar dapat dikelola dengan baik.

Contoh: Sebuah sasaran penghindaran yang klasik adalah: pengentasan

pengangguran. Dalam perubahan menjadi sasaran positif maka

keanekaragaman kemungkinan menjadi jelas. Sasaran-sasaran positif (di sini

contohnya tidak dapat dihitung) bisa saja berupa: penciptaan lapangan kerja

baru, penempatan lokasi perusahaan-perusahaan dengan lapangan kerja,

mempertahankan lapangan kerja yang terancam, pembagian pekerjaan

kepada beberapa orang, kualifikasi dari beberapa kelompok sasaran untuk

pekerjaan, pengurangan jam kerja dan sebagainya. Di balik sasaran-sasaran

positif ini terdapat konsep-konsep politik yang berbeda. Karena itu di dalam

bidang politik harus diputuskan, dengan prioritas yang mana tugas tersebut

harus didekati.

Sistem Meilenstein

Kelompok kedua dari pendefinisian sasaran

adalah sasaran- sasaran yang umum atau global

dan sasaran-sasaran yang spesifik. Sasaran-

sasaran yang umum harus lebih dikonkretkan dan

karena itu diubah menjadi sasaran yang spesifik.

Dalam situasi yang kompleks hal itu kadang-

kadang sulit untuk diselesaikan. Sasaran semacam

itu misalnya berbunyi sebagai berikut: “Kami, Partai

A, ingin dalam waktu 10 tahun mengambil alih pemerintahan di Negara V.” Maksud

tersebut memang konkret dan dinyatakan secara positif. Namun ia merupakan tujuan

jangka panjang. Tujuan semacam itu haruslah dikonkretkan dengan peletakan batu-

batu tonggak (milestones). Rainer Oesterreich38 mengacu kepada langkah antara

yang harus menunjukkan perbedaan efisensi yang tinggi. Hal itu berarti bahwa harus

38

Rainer Oesterreich: Handlungsregulation und Kontrolle. München: Urban & Schwarzenberg, 1981.

87

diciptakan sebanyak mungkin pilihan dengan kemungkinan efisiensi yang tinggi. Bila

dalam rangka sebuah strategi jangka panjang batu-batu tonggak dievaluasi kembali

setelah waktu yang telah ditetapkan, sasaran utama yang global menjadi penanda

orientasi yang dapat dicapai dengan berbagai cara. Itu sebabnya hal ini menjadi

penting adanya, karena dalam pencapaian tujuan bukan hanya pemilik strategi yang

aktif, melainkan juga situasi sekeliling dan aksi-aksi musuh strategi juga selalu

berubah.

Kelompok ketiga dari pendefinisian sasaran muncul melalui sasaran-sasaran yang

jelas atau yang tidak jelas. Perkembangan ini sering terjadi jika sasaran dengan

istilah-istilah perbandingan dapat ditetapkan. “Pemerintahan yang lebih dekat

dengan masyarakat”, “Kota yang lebih bersahabat untuk anak-anak”, “Perpustakaan

yang lebih bersahabat bagi penggunanya”, “komunikasi internal yang lebih baik”.

Dalam sasaran-sasaran semacam ini selain ketidakjelasan terdapat pula sasaran

yang berlipat ganda. Sasaran semacam ini bukan hanya dapat digunakan untuk

perencanaan strategi yang baik dan karena itu harus didekomposisi, ia juga dapat

menghasilan sejumlah besar sasaran yang berbeda-beda pada tempat berbeda dan

pada waktu yang berbeda. Seringkali sasaran-sasaran itu pun terjalin dan orang

mengenali jalinan tersebut baru setelah adanya dekomposisi.

Dekomposisi dari Sasaran-sasaran yang Tidak Jelas

Jika dilakukan dekomposisi, maka untuk itu harus dibuat juga pembentukan prioritas

dengan tujuan masing-masing yang jelas dan harus dikembangkan pula sebuah

88

scanning waktu. Ini terutama berlaku untuk sasaran-sasaran yang saling terjalin.

Selain itu diperlukan pula sasaran sentral untuk mengidentifikasi pemecahan

masalah karena sasaran tersebut harus ditangani terlebih dulu dan kadang-kadang

memecahkan banyak masalah lain. Di sini juga dibicarakan tentang sasaran-sasaran

yang terkait dengan masalah “leher botol” (bottle neck) sebab di beberapa kasus

pemecahan sebuah masalah yang berlapis-lapis dan kompleks kadang hanya

tergantung pada satu masalah sentral yang disebut “leher botol”.

Contoh sasaran yang berupa kumpulan masalah: penurunan angka kriminalitas,

pemberantasan korupsi, pengentasan pengangguran. Untuk setiap sasaran

tersebut semua partai politik dan masyarakat akan memberi sinyal

persetujuan. Namun ke arah yang mana dan sasaran tunggal yang mana

yang akan diatasi, tidak didenisikan lebih dulu dan karena itu tindakan dan

hasilnya tidak akan dituntut.

Kategori terakhir dari pendefinisian sasaran adalah sasaran implisit dan sasaran

eksplisit. Semantara di satu pihak sasaran implisit tidak segera dijelaskan, di lain

pihak sasaran eksplisit mudah dikenali.

Untuk itu ada sebuah contoh: bagi seorang manusia yang sehat

kesehatan itu tentu saja penting, namun kesehatan menggambarkan

sebuah sasaran yang implisit, karena sasaran tersebut tidak terletak di

pusat kepentingan yang aktual. Sebaliknya bagi seorang yang sakit hal

itu merupakan sasaran yang eksplisit, karena kesehatan baginya

mempunyai makna yang penting bagi kelangsungan hidupnya.

Pertanyaan tentang sasaran implisit dan eksplist muncul terutama dalam nilai-nilai

post-material. Tentu saja kebebasan, perdamaian, keadilan, transparansi dan

partisipasi merupakan sasaran-sasaran penting, sasaran-sasaran tersebut selalu

hanya bersifat implisit, jika sebuah cacat tidak tampak jelas. Masalah ini terlihat di

beberapa kampanye pemilu jika suatu partai mengutamakan menawarkan sasaran

yang implisit dan dengan demikian tidak mengena pada pemikiran pemilihnya, atau

hanya mengena pada sedikit pemilih yang sensibilitasnya tinggi.

89

7. PENGUMPULAN FAKTA

Masalah yang berulang kali muncul dalam pengumpulan fakta adalah bahwa

informasi yang tersedia terlalu sedikit atau terlalu banyak, tapi informasi tersebut

tidak menyediakan cukup fakta. Pengumpulan fakta diperlukan untuk

mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dalam melaksanakan sebuah misi. Oleh

karena itu, pengumpulan fakta harus dilakukan secara terarah. Selain itu perlu

diupayakan untuk menggunakan dan mempertanyakan secara cermat fakta-fakta

khusus untuk mengetahui fakta-fakta yang lupa dipresentasikan oleh para pihak

yang terlibat dalam kegiatan ini, baik karena alasan kelalaian maupun yang dengan

sengaja tidak diungkapkan oleh peserta yang terlibat dalam diskusi perencanaan.

Untuk mengelola informasi, ada dua metode yang dapat dipakai: analisa dan sintesa.

Profesor Eduardo Morato dari Asian Institute of Management mendeskripsikan kedua

metode ini secara lebih detail dalam kaitannya dengan perencanaan strategi.

Menurutnya:

"Apabila kita memilah setumpuk informasi untuk menemukan hal-hal penting yang

diperlukan dalam evaluasi dan pengambilan keputusan tanpa menggunakan sebuah

'saringan', jelas akan menjadi sangat sulit. Ada dua latihan mental yang diperlukan

untuk proses penelaahan ini. Latihan yang pertama adalah analisa, yang membagi

informasi ke dalam beberapa bagian, yang kemudian dipresentasikan berdasarkan

relevansi, ukuran, kepentingan, dan urgensinya. Latihan yang kedua adalah sintesa,

yang menggabungkan informasi-informasi tunggal ke dalam unit yang lebih besar

dan lebih signifikan, sehingga tercipta sebuah gambaran utuh dan signifikansi

informasi tersebut menjadi jelas. Latihan yang terakhir didukung melalui

pembentukan pola, hubungan dan kecenderungan data-data, untuk dapat

memutuskan bagaimana data-data ini saling berhubungan dan bagaimana kira-kira

gambaran skenario data ini kedepannya. Analisa dan sintesa merupakan sebuah

kontribusi bagi seni berpikir secara kritis. Secara singkat, pemikiran kritis

memisahkan hal yang penting dan yang tidak penting. Hal ini memungkinkan adanya

konsentrasi yang jelas dan berkembangnya pengetahuan.

90

Untuk memulai dengan bagian analitis, pertama-tama data harus diklasifikasikan

secara akurat. Setiap usulan yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang

lingkungan eksternal dapat diterapkan. Setelah data-data tersebut disortir, maka

"saringan" data dapat digunakan dengan mempertimbangkan relevansi kriteria,

ukuran, kadar kepentingan dan urgensinya.

Relevansi menggambarkan hubungan antara informasi dan misi, dengan penjelasan

logis atas sebuah topik atau sebuah situasi dari sudut pandang institusi atau

organisasi. Sebagai contoh, sebuah kelompok yang bergerak di bidang perlindungan

hutan alam dan memiliki misi yang berhubungan dengan masalah itu, akan

mempertimbangkan data yang relevan bagi mereka, yaitu data-data yang

berhubungan dengan perusakan atau reboisasi lahan hutan, atau mengenai

kebijakan pemerintah tentang pemanfaatan hutan, atau apa yang dilakukan

masyarakat sekitar hutan dengan properti miliknya, atau data-data mengenai

ekosistem yang didukung oleh hutan. Oleh karena itu, data-data menjadi relevan jika

berhubungan dengan alasan eksistensi dan sasaran dasar organisasi tersebut.

Pada saat pemilu, data-data yang relevan adalah data yang berhubungan dengan

sistem pemilu, pembagian pemilih, pertimbangan pemungutan suara yang muncul

sebelumnya, dan sebagainya.

Ukuran menggambarkan dimensi kuantitatif dan pengaruh yang dimiliki faktor-faktor

tertentu atas sebuah isu atau permasalahan. Ukuran atau penyebaran adalah

perangkat operatif pengukuran. Sebagai contoh, dalam pengujian kapasitas produksi

suatu wilayah tertentu, ukuran kuantitas yang relevan adalah yang berhubungan

dengan jumlah manusia yang mampu bekerja dan dapat dipekerjakan. Atau dalam

penyediaan pendidikan gratis sekolah dasar, ukuran yang menentukan adalah

jumlah anak-anak usia sekolah dasar.

Dalam sebuah kampanye politik yang melibatkan sukarelawan, jumlah sukarelawan

dan penyebarannya di daerah kampanye menjadi parameter yang signifikan.

Kadar kepentingan menggambarkan tingkat kualitatif pengaruh yang dimiliki faktor-

faktor tertentu atas sebuah situasi tertentu. Sebagai contoh, kepercayaan religius

91

bisa memiliki kontribusi yang penting bagi sistem nilai manusia. Tingkat pemasukan

sangat menentukan daya beli masyarakat. Jenis iklim dapat menjadi sangat penting

dalam memanen produk pertanian tertentu. Oleh karena itu, kadar kepentingan

ditentukan oleh dampak signifikan atau kedalaman pengaruh yang dimiliki oleh satu

faktor lingkungan atas faktor lainnya.

Urgensi berhubungan dengan data-data yang tergantung pada waktu atau yang

membutuhkan jawaban atas sebuah problem tertentu dalam kurun waktu tertentu.

Sebagai contoh, gempa bumi besar yang jarang terjadi (tingkat frekuensinya rendah)

bukanlah merupakan hal yang menentukan bagi kekayaan sebuah bangsa (tingkat

pengaruhnya rendah apabila hanya muncul secara terbatas); dan bukan pula

menjadi kegiatan utama bagi sebuah pemerintahan (relevansinya rendah), tapi

semua perhatian dan mesin pemerintahan harus dicurahkan pada peristiwa gempa

bumi ini, karena ada urgensi yang tinggi untuk menyelamatkan jiwa dan materi.

Jika terjadi pecah perang (kerusuhan yang bersifat massif) pada saat pelaksanaan

pemilu, maka fakta tersebut memiliki urgensi yang tinggi, dan dengan demikian

menjadi fakta yang penting.

Sintesa menyatukan bagian-bagian tersebut. Sebuah perangkat untuk melakukan

hal itu adalah meneliti masa lalu, memanfaatkan analisa tentang kecenderungan

yang ada, serta membuat proyeksi atau prakiraan masa depan. Berangkat dari

analisa data, kita sampai pada sintesa dengan cara mengembangkan skenario

keseluruhan dari masa lampau, masa sekarang dan masa depan. Dengan sintesa

kita juga dapat membuat pola dari data-data yang dianalisa, seperti sebuah mosaik

yang membawa kita kepada pandangan-pandangan baru. Kita mulai mengenali

sebab-akibat, korelasi atau kurangnya korelasi, urutan dan rantai kejadian serta

paralel-paralel. Sintesa dapat dicapai melalui proses pemikiran yang rasional atau

melalui lebih banyak percobaan intuitif. Yang pertama membutuhkan penerapan

logika, sementara yang kedua membutuhkan loncatan intelektual dan penemuan

yang kreatif. Oleh karena itu, perangkat-perangkat sintesa mencakup teknik

perkiraan, penelitian tentang sebab-akibat, integrasi data melalui pembentukan pola,

pembentukan rangkaian kejadian-kejadian dengan menggunakan parameter waktu

92

atau melalui tingkat pengaruh atau dampaknya, korelasi dan proses kreatif termasuk

pembentukan skenario baru, pemikiran inovatif dan intuisi atau loncatan mental."

7.1. Membuat penggambaran

Agar dapat mengelola secara efektif data-data dari analisis, disarankan untuk

mengubah pengetahuan di dalam gambar-gambar atau rumus-rumus untuk

memahami sistemnya. Hanya jika penyebab dan akibatnya dapat dikenali, jika

ketergantungannya terlihat, maka lokasi regulator yang tepat dapat diputar untuk

sebuah strategi yang berhasil. Penemuan regulator dalam proses pembentukan

strategi merupakan salah satu dari tugas-tugas penting. Berikut ini akan ditunjukkan

beberapa gambar, yang muncul dalam konsultasi praktis dan akan diinterpretasikan

keterkaitannya.

7.1.1 Kasus I: Pembukaan sebuah Pasar Pemilih di Afrika Selatan

Contoh pertama berasal dari konsultasi Democratic Alliance (DA) di Afrika Selatan.

Harus dipahami bagaimana DA dapat berhasil membangun potensi pemilih mereka

di dalam sebuah desa yang hampir 100 persen penduduknya adalah masyarakat

berkulit hitam. Dalam situasi normal yang mendominasi di desa tersebut adalah

African National Congress (ANC) dan sebagai sebuah partai yang memiliki image

sebagai “partai kulit putih” DA seharusnya memperoleh hasil yang sedikit. Di dalam

gambar tersebut terlihat gambaran pemilih di dalam sebuah desa yang dipengaruhi

sangat kuat oleh ANC. Karena kekecewaan terhadap pemerintahan ANC dan karena

administrasi pemerintahan komunal yang buruk dari ANC menyediakan potensi yang

93

cukup besar yang sebenarnya dituju oleh DA. Dalam gambar di atas kita melihat DA

dengan penawaran mereka, yang merupakan perpaduan dari image, tawaran pribadi

dan tawaran untuk menyampaikan beberapa jasa pelayanan. Kita menyebut

kombinasi tersebut sebagai produk dari DA. Jika produk tersebut dibentuk

sedemikian rupa, bahwa sesuatu yang menarik dipaparkan untuk pemilih DA yang

potensial, pesan tentang produk dapat mencapai pemilihnya. Hal itu berarti bahwa

produk harus dikomunikasikan. Komunikasi tersebut hanya berarti dan efektif jika

berlangsung di tingkat kepercayaan. Kepercayaan tersebut harus dibangun dengan

kehadiran atau kemunculan yang sering di daerah pemilihan, dengan cara

menunjukkan keterlibatan dengan masalah-masalah para pemilih dan melalui

keyakinan dari pengambil keputusan di dalam lingkungan sosial tersebut.

Melalui penggambaran di atas maka terlihat jelas di mana sekarang kekurangannya.

DA tadinya hanya secara sporadis datang ke daerah pemilihan dan tidak mencoba

membangun kepercayaan secara berkelanjutan. Mereka mengikuti “strategi invader”

(penyerangan), yang tidak berhasil membawa mereka pada hasil yang baik. Strategi

tersebut kemudian diganti dengan “strategi residen”, yang jelas-jelas memperbaiki

hasilnya. Setelah presentasi gambar tersebut dalam komite pengambil keputusan,

lebih mudah bagi para konsultan untuk meyakinkan para pengambil keputusan

tentang kelebihan dari strategi residen.

7.1.2 Kasus 2: Rumus untuk Pemberantasan Korupsi

Sebagai pengganti gambar di sini digunakan sebuah rumus yang menggambarkan

hubungan sebab akibat. Dengan bantuan rumus ini sekarang titik-titik intervensi

(regulator) dapat dikenali dan strategi dapat diterapkan pada regulator-regulator

tersebut. Rumus ini memaparkan bagaimana korupsi dapat dipengaruhi. Rumus ini

didasarkan pada rumus yang dikembangkan secara signifikan oleh Robert

Klitgaard39, yang di sini diubah sedikit oleh penulis.

39

Robert Klitgaard: Controlling Corruption (University of California Press, 1988).

94

Rumus Klitgaard yang divariasikan

Kemudian, tingkat korupsi itu mulanya tergantung dari situasi monopoli (M) yang di

dalamnya terdapat pengambil keputusan. Jika monopoli dihentikan sirna pula

kemungkinan untuk melakukan tindak korupsi. Ruang gerak untuk pengambilan

keputusan dari pengambil keputusan (D) meningkatkan pula kemungkinan untuk

korupsi yang lebih banyak karena pelaku korupsi dapat mempertahankan posisinya

melalui tindak korupsi di dalam ruang gerak bagi pengambilan keputusan. Maka

akan semakin sedikit kasusnya jika semakin banyak transparansi (T) yang

dipraktekkan. Bila proses benar-benar terbuka dan transparan, maka korupsi tidak

mungkin dan tidak perlu dilakukan. Dalam korupsi yang berperan penting adalah

kemungkinan untuk tidak ketahuan dan tidak dapat dimintai pertanggungjawaban

(A). Semakin besar kemungkinannya bahwa korupsi tersebut dapat terbongkar dan

benar-benar dapat dihukum maka akan semakin rendah godaan untuk bertindak

korup.

Berdasarkan hal tersebut penulis telah merancang sebuah strategi anti korupsi bagi

Kementerian Keuangan di Macedonia. Ancaman melalui strategi yang muncul bagi

politisi yang terlibat korupsi sedemikian tinggi sehingga menteri Keuangan kemudian

dijauhkan dari jabatannya.

7.1.3 Kasus 3: Regulasi untuk Perjuangan Melawan Terorisme

Gambar ini dikembangkan terkait dengan saran yang diberikan oleh para politisi.

Tujuannya adalah untuk memberikan informasi tentang instrumen-instrumen yang

efektif untuk mencegah terorisme, sehingga hal tersebut pada akhirnya akan sejalan

dengan agenda politik mereka.

95

Pemberantasan Terorisme

Dalam gambar di atas ditunjukkan regulator-regulator untuk melawan terorisme.

Regulator yang penting adalah pemisahan, artinya kemungkinan pembatasan (Kami

– Mereka). “Kami” menggambarkan sarang teroris, sementara “mereka” adalah

masyarakat umumnya. Jika pembatasan tersebut sulit atau tidak mungkin, maka

dampak-dampak yang merugikan akan berefek terhadap sarang teroris. Regulator-

regulator berikutnya adalah harapan dan keyakinan akan sesuatu hal atau sebuah

ajaran dan kesetiaan yang teguh pada pimpinan. Karena tanpa elemen-elemen

tersebut para pendukung yang diperlukan teroris sebenarnya (T) menjadi tidak yakin

dan mungkin akan berbalik meninggalkan sarang teroris. Jumlah pendukung

tergantung dari situasi masyarakat untuk lingkungan sosial sekitarnya. Semakin

banyak keraguan, paksaan dan kondisi sosial yang buruk, maka semakin besar

dukungan dari masyarakat dan semakin banyak anggota masyarakat yang

bergabung ke sarang teroris. Regulator yang selanjutnya adalah jumlah sumber daya

yang tersedia. Perbekalan sumber daya dengan demikian memegang peranan

penting untuk memfungsikan aksi-aksi tersebut. Dari sisi masyarakat, persepsi publik

dan gema media terhadap aksi-aksi teroris merupakan faktor keberhasilan yang

penting bagi terorisme. Tanpa gema media aksi teroris akan kehilangan dampak riil

mereka. Dampak dari “propanda perbuatan” tersebut telah digambarkan oleh Michail

Bakunin dalam kalimat berikut: “Kita harus menyebarluaskan prinsip-prinsip kita

96

bukan dengan kata-kata, melainkan dengan perbuatan, karena ini adalah bentuk

yang paling populer, paling kuat dan paling menarik dari sebuah propaganda.”40

Pembuatan gambar dari situasi tersebut menyebabkan keterkaitan dan

ketergantungan bisa dikenali lebih awal dan dengan demikian mengcegah

diambilnya keputusan yang tidak berdasarkan fakta. Sejauh ini seorang perencana

strategi yang tidak memiliki kemampuan untuk merancang sebuah gambar dari

sebuah situasi, hanya dapat mengembangkan sebuah strategi yang sukses berkat

keberuntungan, sementara rancangan sebuah gambar dengan keterkaitan yang

sungguh-sungguh akan berujung pada kuota keberhasilan yang lebih tinggi secara

signifikan. Rancangan gambaran-gambaran seperti ini mensyaratkan dilakukannya

pengumpulan fakta yang luas dan bahwa sistem tersebut harus dipahami. Dalam

melampaui batas-batas lingkup budaya terkadang gambar-gambar yang benar-benar

salah menghantui kepala para konsultan, yang sudah dipastikan menyebabkan

munculnya sebuah kekeliruan.

Contoh: Seorang konsultan Barat, yang selama ini lebih banyak bekerja untuk

partai-partai yang berorientasi program di Eropa Tengah, akan

mengalami kegagalan dalam menangani negara-negara yang berorientasi

suku bangsa atau klan di Afrika atau di negara-negara Barat, karena di

sana keputusan dalam pemilu dipengaruhi oleh kriteria-kriteria yang

berbeda, dan bukan oleh kriteria yang berdasarkan program dan ideologi.

Perubahan ke gambar yang lain kadang-kadang bertabrakan dengan

gambaran dunia sendiri. Siapa yang tidak siap untuk menyerahkan

gambaran dunianya sendiri dan membuat gambaran yang efektif untuk

dasar sebuah keputusan strategis, sebaiknya menjadi missionaris saja dan

tidak menjadi perencana strategi.

7.2. Pengumpulan fakta – beberapa faktor

Pengumpulan fakta dimulai dengan analisa internal, yaitu analisa situasi organisasi

sendiri. Biasanya kita memiliki cukup banyak informasi tentang organisasi kita.

40

Michael Bakunin, Anachist, 1814 – 1876 in „Letter to a Frenchman on the Present Crisis”, 1870

97

Problem yang dihadapi dalam pengumpulan informasi biasanya terdapat dalam

informasi tentang persepsi eksternal (citra) terhadap partai dan individu. Ini terjadi

bila tidak ada survei yang cukup atau survei yang dilakukan tidak memadai. Dalam

kasus seperti ini, sebaiknya dilakukan penilaian dengan bantuan pihak luar

(multiplikator, pembentuk opini, dsb.).

7.3. Produk: Profil, individu, program, kompetensi, kinerja

Kutipan: Masyarakat umum membeli nama dan wajah – bukan program

partai. Dan seorang kandidat pejabat publik harus diperdagangkan dengan

cara serupa seperti produk-produk lainnya (Richard Nixon, 1957).

Dalam strategi politik, kita juga bicara tentang sebuah produk yang perlu

diperdagangkan dan ditawarkan di pasar pemilih. Hal ini juga berlaku untuk strategi

yang tidak secara langsung berorientasi pada hari pemungutan suara, tapi lebih

berhubungan dengan pelaksanaan aktivitas politik.

Produk terdiri dari beberapa komponen yang dapat memiliki bobot yang berbeda,

tergantung dari jenis strategi yang direncanakan, lingkungan dan budayanya. Bagi

sebuah partai, sebuah kelompok politik atau seorang figur, produk yang dapat

bersaing dengan produk-produk lainnya mencakup:

Program Profil

Produk

Kinerja Kompetensi

Figur Individu

98

Profil

Dalam banyak hal, profil merupakan citra sebuah organisasi atau figur individu. Di

sini terdapat ciri-ciri tertentu yang dapat dikenali publik dan dikategorikan penting.

Bila sebuah profil yang jelas tidak dikembangkan, maka menjadi sulit bagi khalayak

umum untuk menemukan elemen-elemen yang menonjol dan menyimpannya dalam

ingatan mereka. Karena itulah organisasi-organisasi tanpa profil yang jelas

kebanyakan sama sekali tidak dikenal.

Individu

Individu memegang peranan yang penting dalam pendeskripsian sebuah produk,

tetapi hal ini juga tergantung pada lingkungan budaya atau pengaruh sistem pemilu

setempat. Sebagai contoh, perhatian yang lebih kuat ditekankan pada seorang

individu untuk pembentukan sebuah produk dalam sistem pemilu langsung –

dibandingkan sistem pemilu proporsional yang menggunakan daftar calon. Personil

kunci juga dapat memainkan peran yang menentukan – bahkan dalam strategi-

strategi yang tidak memfokuskan diri pada pemilu, tetapi bertujuan untuk

mengimplementasikan kebijakan-kebijakan tertentu, karena mereka seringkali

menginspirasi pembentukan kepercayaan diri dalam kegiatan-kegiatan yang akan

dilakukan.

Program

Produk secara signifikan dibentuk oleh agenda politik (program partai, manifesto

pemilu) dari sebuah organisasi politik atau seorang kandidat, atau oleh paket

langkah-langkah yang diusulkan untuk diimplementasikan oleh partai tersebut, tentu

saja di tempat-tempat yang masyarakatnya memiliki orientasi program.

Kompetensi

Dalam pembuatan produk, kompetensi perlu diperhatikan secara khusus. Tidaklah

cukup hanya memiliki program yang bagus atau calon yang bagus saja jika ada

99

keraguan bahwa kelompok politik yang bersangkutan mampu mewujudkan program-

programnya.

Kinerja

Yang dimaksud dengan kinerja di sini bukanlah kinerja di masa yang akan datang,

melainkan kinerja masa lalu sebuah kelompok politik atau kandidat. Kinerja yang

telah dicapai sebelumnya adalah bagian dari produk, meskipun pengaruhnya

terhadap organisasi politik seringkali dinilai terlalu tinggi. Kinerja di masa lalu dapat

dimanfaatkan sebagai faktor citra yang membangun kepercayaan untuk

meningkatkan kompetensi.

Karena itu, produk sebuah partai politik, sebuah organisasi atau seorang kandidat

terdiri atas lima komponen – yang akan dinilai dan dievaluasi oleh pasar di mana

mereka memiliki kompetensi. Dalam hal ini, penilaian terhadap produk sangat

melekat dengan keuntungan yang dapat ditarik oleh calon pemilih, pembeli atau

pendukung dari produk tersebut. Produk tersebut akan mendapat dukungan atau

penolakan, akan mendorong pemilih partai atau kandidat untuk memilih atau

menolaknya, menarik simpati atau antipati terhadap pemerintah, walikota, para

pejabat pemerintahan, atau bahkan serikat buruh, gereja, dsb.

Faktor yang akan sangat mendukung keputusan strategis yang akan diambil

kemudian muncul pada titik ini: bahwa sebuah produk yang telah ditetapkan tidak

pernah menimbulkan reaksi yang sama di semua pasar, namun akan dinilai secara

berbeda di berbagai segmen pasar.

Dengan pembentukan produk tersebut strategi itu juga mengembangkan sesuatu

yang membantu strategi tersebut untuk dapat mengontrol cara-cara bertindak dari

orang-orang yang dituju. Kontrol ini kebanyakan tidak menimbulkan argumentasi

yang benar-benar rasional, karena orang-orang yang dituju memutuskan secara

emosional dalam situasi-situasi yang kompleks41. Karena itu keputusan tersebut juga

harus didukung oleh argumentasi emosional.

41

Mengenai tema pengambilan keputusan rasional atau emosional lihat Bab 15.3.

100

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

mo

de

rn

ba

ru

terk

en

al

so

sia

l

ko

ns

erv

ati

f

lib

era

l

se

riu

s

da

pa

t d

ipe

rca

ya

Partai A

Partai B

Partai C

7.3.1. Profil

Profil meliputi nilai citra secara umum yang berhubungan dengan sebuah organisasi.

Profil ini biasanya diperoleh melalui survei. Nilai citra ini kerap digabung secara

berpasangan, sehingga organisasi tersebut berada di antara dua posisi ekstrem

dalam sebuah skala. Beberapa tipe pasangan profil yang khas adalah: lama – baru;

solid – tidak solid; terkenal – tidak terkenal; maju – terbelakang; sosial – asosial;

dapat dipercaya – tidak dapat dipercaya; jujur – korup; dsb.

3 2 1 0 1 2 3

Lama X Baru

Solid X Tidak solid

Terkenal X Tidak terkenal

Jujur X Korup

Dapat dipercaya X Tidak dapat dipercaya

Sosial X Asosial

Apabila survei menghasilkan fakta-fakta seperti yang ditunjukkan dalam tabel di atas,

maka organisasi yang bersangkutan merupakan organisasi yang memiliki profil yang

jelas. Organisasi ini dianggap sebagai organisasi yang telah lama berdiri, terkenal,

tidak serius, korup, dan tidak dapat dipercaya. Ini berarti bahwa organisasi tersebut

memiliki profil yang jelas, tapi sayangnya yang lebih menonjol adalah faktor-faktor

yang negatif.

Profil yang jelas tentu menarik apabila diperbandingkan dengan profil organisasi lain

yang bergerak di pasar yang sama. Perbandingan semacam itu ditunjukkan oleh

grafik hasil sebuah survei dalam gambar berikut:

101

Di sini ditunjukkan bahwa partai C secara jelas memiliki profil yang berbeda dari

partai A dan partai B. Kesimpulan yang dapat ditarik dari sini harus ditetapkan

melalui analisa kekuatan dan kelemahan (lihat Bab bersangkutan) dalam

hubungannya dengan informasi yang berasal dari analisa lingkungan eksternal.

7.3.2. Individu

Peran individu atau perorangan tampak dengan jelas dalam suatu pemilu individual,

yaitu dalam pemilu langsung di suatu daerah pemilihan. Dalam hal ini, individu atau

orang yang bersangkutan seringkali memegang peranan yang menentukan. Dalam

pembuatan produk, peran komponen-komponen lain berada dibawahnya.

Dalam pemilu (tak langsung) yang menggunakan daftar calon pun, individu-individu

yang mewakili sebuah organisasi merupakan bagian yang penting dari produk.

Dalam sebuah proses politik dan dalam pemungutan suara, mereka memiliki

peranan yang penting sebagai pengemban kepercayaan. Sebagian besar

pemungutan suara didorong oleh keyakinan akan kapabilitas, kesediaan dan

integritas pribadi orang yang bersangkutan. Hal ini tampak lebih jelas pada pemilihan

langsung dibandingkan dalam pemilihan yang menggunakan daftar calon. Tetapi,

dalam pemilihan yang menggunakan daftar calon pun, sebagian besar pemilih juga

ingin melihat satu atau lebih figur yang dapat mereka percaya.

Berkaitan dengan kelesuan politik – yang biasanya bukan disebabkan oleh

kekecewaan terhadap politik itu sendiri melainkan lebih dikarenakan sikap para

102

politisi, komponen pribadi dari produk sebuah organisasi politik justru semakin

penting.

Pemilihan individu dalam organisasi dan partai yang memiliki struktur demokratis

biasanya didasarkan pada proses pemilihan internal. Karena itu, pengaruh kriteria

strategis terhadap pemilihan individu ini biasanya relatif kecil. Ini berarti bahwa

individu atau kelompok individu yang dipilih dalam proses demokratis adalah orang

yang harus diajak bekerjasama, terlepas dari apakah mereka akan meningkatkan

peluang produk di pasaran atau tidak. 42

Untuk menilai individu atau perorangan, dibutuhkan faktor-faktor berikut ini:

Tingkat popularitas

Di sini harus dibedakan antara tingkat popularitas di antara penduduk

yang kritis terhadap sebuah keputusan atau tingkat popularitas di

segmen pasar tertentu di lingkungan tersebut.

Citra

Citra memberikan informasi mengenai karakter seseorang yang

ditangkap oleh masyarakat umum. Yang perlu diperhatikan di sini

adalah bahwa tingkat popularitas memiliki pengaruh besar terhadap

pembentukan citra dan bahwa citra dapat sangat berbeda dalam

berbagai segmen pasar.

Pada skala popularitas dengan nilai -5 (penolakan) sampai +5

(persetujuan/dukungan), seorang kandidat yang memiliki nilai 0 dapat

memperoleh penilaian yang sangat positif dalam segmen pasarnya,

tetapi memperoleh penilaian yang sangat negatif dalam segmen pasar

lawan. Ini mengidentifikasikan bahwa reputasi sang kandidat memiliki

hubungan yang sangat erat dengan kelompok pemilihnya. Di lain pihak,

nilai 0 juga menunjukkan bahwa sang kandidat tidak memiliki profil

yang jelas dan relatif kurang populer. Oleh karena itu, penilaian yang

hanya dikumpulkan dari faktor-faktor citra (lihat juga Bab mengenai

42

Mengenai cara untuk menempatkan seseorang ke dalam strategi, lihat Bab 12 tentang Pemilihan

Strategi dan Bab 15 tentang Citra yang Diinginkan.

103

survei) tidaklah cukup. Analisa harus pula diperluas ke segmen pasar

yang berbeda-beda.

Seorang kandidat yang memiliki simpati tertinggi dalam mayoritas masyarakat

seringkali justru merupakan kandidat yang buruk, karena ia tidak memiliki

kekuatan yang cukup untuk menentukan atau menerjemahkan luasnya simpati ke

dalam pemungutan suara.

Contoh-contoh khas untuk ini ditemui pada banyak menteri luar negeri

Jerman. Kebanyakan dari mereka memiliki tingkat popularitas yang tinggi,

karena mereka sering muncul di televisi dan di media-media massa lainnya.

Namun mereka kebanyakan tidak melibatkan diri dalam politik dalam negeri

Jerman dan tidak memposisikan diri di wilayah-wilayah yang relevan untuk

sebuah keputusan pemilu. Jika seorang menteri luar negeri memasuki wilayah

politik dalam negeri, maka nilainya dalam jajak pendapat akan turun secara

drastis.

Penerimaan/dukungan internal

Citra yang dimiliki seseorang dalam organisasi sangat penting untuk

memperoleh dukungan yang terus-menerus dari barisan sendiri

(internal), dan dalam jangka panjang juga akan mempengaruhi produk

yang dihasilkan. Ada beberapa pertanyaan yang perlu dijawab di sini,

seperti:

Apakah orang ini memperoleh dukungan dari segenap organisasi atau

anggota, atau para staff di dalam organisasi itu terbagi antara yang

mendukung dan menentang?

Apakah ada keraguan di dalam organisasi terhadap kredibilitas orang

ini?

104

Apakah ada keraguan terhadap keberhasilan yang dapat dicapai oleh

orang ini?

Pertanyaan yang terakhir sering menimbulkan situasi yang sulit dalam

pembuatan produk, terlebih jika anggota atau staff organisasi sendiri berdebat di

depan publik tentang apakah kandidat mereka memiliki peluang ataukah ia justru

merupakan seorang pecundang.

7.3.3. Program

Ketika berhubungan dengan organisasi politik, ada asumsi bahwa setiap program

politik partai atau organisasi politik akan sangat mempengaruhi produk. Tapi

sebenarnya tidaklah selalu demikian. Di negara-negara yang memiliki orientasi tinggi

terhadap figur (ketokohan individu), program politik menjadi bagian yang tidak

signifikan bagi sebuah produk.

Di negara-negara yang lebih berorientasi pada platform dan 'partai-partai ideologis',

program partai menjadi sangat penting untuk pembuatan sebuah produk. Yang dapat

dijadikan contoh di sini adalah partai-partai sosialis, sosial-demokrat, liberal,

konservatif atau juga partai ekologis. Dengan demikian, produk sangat kuat diwarnai

oleh ideologi partai yang besangkutan.

Kebijakan partai karenanya berorientasi pada pola-pola politik tersebut. Dalam

produk-produk politik semacam ini, individu hanya berperan sebagai penyedia jasa

bagi pencapaian sasaran politik.

Dalam menganalisa fakta, perlu ditelaah arah politik seperti apa yang dimiliki oleh

sebuah organisasi, politik khusus mana yang ia wakili, persoalan politik apa saja

yang hendak dijawab oleh program partai ini.

105

Sebuah platform partai menentukan karakter partai tersebut. Berdasarkan hal itu,

partai-partai politik dapat dikategorikan sebagai berikut:

Partai fasis

Partai ekstrem kanan

Partai konservatif

Partai liberal

Partai sosial-demokrat

Partai sosialis

Partai komunis

Partai ekologis

Partai keagamaan

Partai etnis

Demarkasi antara partai-partai tersebut biasanya berubah-ubah, sehingga sulit

ditarik perbedaannya secara jelas.43

7.3.4. Kompetensi

Kompetensi dalam pemecahan masalah yang dianggap penting oleh warga memiliki

pengaruh yang sangat besar bagi penilaian terhadap sebuah partai atau seorang

kandidat, karena kompetensi membangun keyakinan dan tingkat keyakinan dalam

sebuah organisasi atau seorang kandidat merupakan faktor yang penting dalam

pemungutan suara.

Kemampuan pemecahan masalah juga memegang peranan penting dalam hal

dukungan kelompok inisiatif dan dalam pengumpulan dana. Kemampuan

pemecahan masalah biasanya dapat diketahui melalui sebuah survei yang

representatif.

Apabila sebuah partai atau seorang kandidat dianggap tidak kompeten dalam suatu

bidang politik tertentu, tidaklah berguna mengadakan kampanye pemilu dalam

43

Lihat juga Bab 25 mengenai Partai dan Sistem Kepartaian, yang mencoba untuk membuat

penggolongan yang lebih jelas.

106

bidang tersebut. Jika memiliki kekurang-mampuan dalam pemecahan masalah, hal

ini dapat diatasi dengan melakukan pekerjaan-pekerjaan kehumasan secara intensif.

Tetapi langkah ini hanya dapat berhasil jika dilakukan secara perlahan-lahan dan

harus dimulai cukup awal.

Biasanya sebuah daftar isu digunakan dalam survei terhadap persepsi kompetensi.

Kepada pihak-pihak yang diwawancara, akan diajukan pertanyaan-pertanyaan

seperti, "Partai mana yang menurut anda paling mampu menyelesaikan masalah?"

atau "Politisi mana yang menurut anda paling mampu menyelesaikan masalah yang

ada?". Biasanya lembaga-lembaga survei akan berkonsentrasi pada pertanyaan

tentang hal-hal atau persoalan yang dianggap paling penting oleh mayoritas publik.

Contoh 1: Hasil survei tentang isu-isu penting:

Pertanyaan: Dari daftar isu yang diajukan berikut ini, isu mana

yang menurut anda sangat penting atau penting?

Isu/Tema Sangat penting Penting

Jaminan lapangan kerja 78,1 19,5

Stabilitas harga 75,8 21,7

Penanganan kriminalitas 61,4 20,9

Pemberantasan korupsi 50,3 10,8

Kebijakan pendidikan 20,9 19,9

Perlindungan lingkungan hidup 17,9 24,3

Aborsi 5,9 14,1

Pertanyaan: Partai mana yang menurut anda paling mampu mengatasi problem yang muncul

sehubungan dengan isu yang diajukan di atas?

Isu/Tema Partai

A

Partai

B

Partai

C

Partai

D

Tdk tahu

Jaminan lapangan kerja 20,5 47,3 3,6 7,9 8,9

Stabilitas harga 55,1 27,2 1,4 9,8 7,5

Penanganan kriminalitas 49,2 23,1 9,9 14,5 3,3

107

Pemberantasan korupsi 14,1 13,5 4,6 35,7 32,1

Kebijakan pendidikan 22,2 23,4 5,6 41,2 7,6

Perlindungan lingkungan hidup 15,9 31,8 10,7 29,8 11,8

Aborsi 2,8 9,6 80,1 0,4 6,9

Dalam contoh 1, tabel pertama menunjukkan isu apa yang dianggap sangat penting

atau penting oleh masyarakat secara umum, di mana tampak perbedaan yang

menyolok. Isu "Jaminan lapangan kerja" dianggap sangat penting atau penting oleh

97,6% penduduk, sementara tema "Aborsi" dianggap sangat penting atau penting

hanya oleh 20% penduduk.

Dalam tabel kedua, pertanyaan yang diajukan dalam survei adalah mengenai

kompetensi dalam memecahkan masalah. Di sini terlihat jelas bahwa Partai A

memiliki kompetensi dalam pengendalian stabilitas harga dan penanganan

kriminalitas. Kedua isu tersebut juga merupakan isu yang dianggap penting oleh

penduduk. Partai B memiliki kompetensi dalam penyediaan lapangan kerja serta

setidaknya menunjukkan kompetensi dalam bidang perlindungan lingkungan hidup.

Partai C tidak memiliki kompetensi apapun dalam bidang-bidang yang dianggap

sangat penting atau penting oleh masyarakat; partai ini hanya menunjukkan

kemampuan di bidang aborsi – sebuah isu yang dianggap sangat penting atau

penting hanya oleh 20% penduduk saja. Partai D memiliki kompetensi dalam

memecahkan permasalahan di bidang kebijakan pendidikan dan pemberantasan

korupsi. Ada peluang pula bagi partai ini untuk meningkatkan kompetensi di bidang

perlindungan lingkungan hidup.

Survei di atas menunjukkan data tentang persepsi kompetensi yang dimiliki partai A,

B, C dan D. Semua partai, terutama partai A dan B, memiliki peluang yang baik

dalam pasar pemilu. Partai C memiliki satu kompetensi khusus dalam satu pasar

tertentu. Oleh karena itu, partai C harus mengambil kebijakan 'Niche'44 dalam

menempatkan diri di pasar pemilu.

Contoh 2: Kompetensi pemerintah dan oposisi 44

Lihat juga Bab 13.4.4.

108

Pertanyaan: Siapakah yang paling mampu menangani problem di bawah

ini secara memuaskan menurut ukuran Anda: pemerintah, oposisi,

keduanya atau tidak kedua-duanya?

Isu/Tema Pemerintah Oposisi Keduanya Tidak kedua-duanya

Jaminan lapangan kerja

39,4 27,3 14,6 16,7

Penanganan kriminalitas

39,1 20,3 23,8 14,9

Peningkatan ekonomi

50,3 21,2 18,6 8,1

Perlindungan lingkungan hidup

27,7 39,8 18,4 12,4

Keamanan sosial 39,8 26,2 19,8 12,4

Perlindungan data 32,6 27,8 23,6 14,2

Pengendalian inflasi

47,6 20,2 20,5 9,7

Pengurangan hutang negara

49,1 18,7 17,1 13

Dalam sistem dua partai dan juga dalam koalisi pemerintahan atau koalisi antara

pemerintah dan oposisi, kompetensi terbagi antara pemerintah dan oposisi. Dalam

contoh 2 terlihat bahwa pemerintah menunjukkan kompetensinya di semua bidang–

kecuali pada isu perlindungan lingkungan hidup. Di beberapa bagian, pemerintah

memiliki keunggulan kompetensi yang jauh lebih menonjol dibandingkan oposisi.

Hasil survei semacam ini seringkali terlihat saat menjelang pemilu, karena di

sebagian besar kasus, oposisi jarang sekali memperoleh peluang untuk

menunjukkan kompetensinya, sementara pemerintah – yang selama periode

pemerintahannya secara terus-menerus selalu disorot oleh media – dapat

meningkatkan persepsi kompetensinya.

109

7.3.5. Kinerja

Sebagai bagian dari produk, kinerja – pertama-tama dan terutama harus

menunjukkan kemampuan untuk merealisasikan dan melaksanakan hal-hal yang

ingin dicapai. Yang harus dipahami di sini adalah mengenali kinerja sebagai indikator

kompetensi, dan bukan kinerja sebagai pencapaian sesuatu di masa lalu. Karena

apa-apa yang telah dicapai bukanlah merupakan hal yang mempengaruhi keputusan

pemungutan suara di kemudian hari dan dengan menciptakan rasa percaya.

Contoh: sebuah partai pemerintah telah berhasil menerapkan reformasi

pajak dengan menurunkan pajak pada periode pemerintahan mereka

sebelumnya; suatu hasil yang dapat diamati dan dirasakan oleh warga.

Partai ini sekarang ingin membangun kampanye pemilu mereka dengan

menggunakan pencapaian kinerja ini.

Adalah keliru untuk menjual prestasi penurunan pajak ini guna memperoleh suara

lebih banyak pada pemilu berikutnya. Para pemilih tidaklah tertarik pada apa yang

telah perah dicapai oleh sebuah partai, melainkan pada apa yang akan dapat

mereka raih di kemudian hari. Pencapaian prestasi di masa lalu hanya dapat

dijadikan penunjang untuk meningkatkan rasa percaya diri dan persepsi kompetensi.

Semboyan strategis: Pemilih tidak tahu berterima kasih

Ini berarti bahwa pengumpulan fakta tentang prestasi dimasa lalu tidak terpusat pada

apakah pencapaian individu dipandang sebagai sesuatu yang positif oleh pemilih

dalam kaitannya dengan nilai mereka. Pencapaian prestasi hanya relevan dalam

kompetensi dan pembangunan rasa percaya diri. Karena itu, penilaian prestasi –

betapapun berlebihannya – sulit untuk menghapus pandangan tersebut dan

karenanya harus dibentuk dengan sasaran yang telah disebutkan di atas.

110

7.3.6. Problem keselarasan

Masing-masing komponen produk (individu, profil, kompetensi, program dan kinerja)

sebisa mungkin harus selaras satu sama lain. Keselarasan ini harus menjadi bagian

dari pengumpulan fakta. Untuk itu, pertanyaan-pertanyaan berikut perlu diajukan:

1. Apakah profil individu (sang kandidat) selaras dengan program yang

dipresentasikan? Apakah individu tersebut dapat menjelaskan program secara

meyakinkan atau apakah ada persoalan dengan dirinya? Apabila isu pemberantasan

korupsi menjadi isu utama yang diangkat dalam kampanye sementara sang kandidat

memiliki citra sebagai politisi yang korup, maka kredibilitas keputusan organisasi

terancam bahaya besar. Atau apabila yang diangkat adalah isu perlindungan

lingkungan hidup sementara sang kandidat dikenal memiliki pabrik-pabrik yang

merusak lingkungan, maka masalah serupa itu pun akan muncul.

2. Apakah program yang dipresentasikan partai selaras dengan kompetensi yang

dimiliki dan prestasinya? Sebuah partai yang dikenal memiliki citra yang sangat

berorientasi ekonomi karena partai tersebut memiliki kompetensi yang tinggi dan

memiliki catatan yang baik di bidang ekonomi pasar, maka partai tersebut akan

mendapat kesulitan untuk menampilkan dirinya sebagai “partai sosial” yang

melindungi kaum lemah, khususnya jika partai tersebut juga terlihat sangat dekat

dengan para pengusaha.

3. Apakah para kandidat memiliki kompetensi yang cukup untuk mewakili partai

dalam isu-isu yang dipilih?

Masalah-masalah dalam hal keselarasan ini dapat sangat menjatuhkan – jika

kredibilitas isu-isu tersebut menjadi titik perhatian. Dan masalah-masalah tersebut

juga dapat memberikan peluang kepada lawan untuk menyerang.

7.4. Multiplikator, aliansi

Dalam konteks komunikasi politik, multiplikator sama dengan „multiply“ – yang berarti

„pengganda“ atau „penyebar“ sebuah pesan politik.

111

Sementara aliansi adalah kelompok atau organisasi – yang ingin mencapai sasaran

bersama dengan organisasi kita; dan, oleh karena itu, mereka bekerja sama dengan

kita.

Peran aliansi tidak boleh diremehkan dan memegang peranan yang bertambah

penting. Dalam banyak kasus dipakai istilah aliansi-aliansi strategis. Yang paling

terkenal adalah aliansi dari perusahaan-perusahaan penerbangan internasional,

seperti Star Alliance, One World, Skywards atay Flying Blue. Aliansi-aliansi atau

jejaring semacam itu saat ini disetarakan sebagai sumber daya dan sebaiknya juga

diperlakukan seperti itu.45

Multiplikator adalah orang-orang yang melalui pekerjaannya atau keanggotaannya

dalam sebuah organisasi seperti klub, perhimpunan, perkumpulan, gereja, serikat

pekerja, inisiatif warga, tetangga, keluarga, dan kerabat, atau melalui kerjasama

dalam sebuah tim dan sebagainya – banyak bertemu dengan orang-orang lain dan

dengan demikian banyak berkomunikasi.

Multiplikator juga bisa merupakan wakil-wakil organisasi profesional yang

pekerjaannya menyebarkan informasi atau gagasan-gagasan, misalnya, orang-orang

dari media atau para pekerja dari biro humas atau biro iklan.

Selain itu, multiplikator juga dapat merupakan wakil aliansi yang bersama organisasi

kita ingin mencapai sasaran bersama, dan oleh karenanya bersedia menyebarkan

pesan-pesan kita. Sebagai contoh adalah partai-partai aliansi, tapi juga inisiatif

warga atau inisiatif pemilih.

Sebuah daftar multiplikator dan partai aliansi yang ada perlu dibuat pada saat

melakukan pengumpulan fakta. Dalam berbagai kasus tampak jelas bahwa untuk

berbagai strategi politik dan bahkan strategi kampanye, jumlah multiplikator yang

dapat diandalkan sangat sedikit.

45

Lihat bab 7.5.4

112

Kuesioner berikut dapat digunakan untuk memperoleh penilaian yang akurat dan

kualitatif atas seorang multiplikator:

1. Apakah nama, alamat, nomor telepon (kantor dan rumah) sang multiplikator

tersedia? (jika tidak, maka multiplikator tersebut tidak dapat digunakan).

2. Apakah ada komunikasi yang rutin dengan multiplikator? (jika tidak, bagaimana

hubungan ini dapat dipelihara dan bagaimana sang multiplikator tetap dapat

memperoleh informasi aktual sehubungan dengan pekerjaannya sebagai penyebar

pesan?).

3. Apakah ada seorang penghubung dari organisasi kita yang bertanggung jawab

atas multiplikator ini?

4. Apakah sang multiplikator sudah pernah bekerja bagi kita?

5. Apakah ada laporan pengalaman sehubungan dengan pekerjaannya tersebut?

6. Apakah pengalaman yang diperoleh merupakan pengalaman yang positif?

Apabila pertanyaan 1 sampai 3 dapat dijawab dengan "ya", maka multiplikator

tersebut dapat dimasukkan ke dalam daftar multiplikator. Apabila pertanyaan-

pertanyaan berikutnya juga dapat dijawab dengan "ya", maka multiplikator tersebut

adalah multiplikator yang efektif dan aktif.

7.4.1 Motivasi/ketertarikan

Ketika melakukan penilaian terhadap para multiplikator, motivasi mereka juga perlu

diuji. Apabila sang multiplikator merupakan multiplikator yang profesional,

motivasinya biasanya ditentukan dengan imbalan finansial. Hal ini umumnya

diterapkan pada para pekerja partai atau orang yang bekerja di sebuah biro iklan,

biro humas/PR, dsb.

Motivasi yang dimiliki oleh multiplikator-multiplikator lainnya tidak selalu dapat

dikenali secara langsung. Tetapi motivasi mereka itu perlu diperiksa secara lebih

cermat, untuk mengetahui apakah dalam kondisi tertentu motivasi itu akan tetap

mendukung sasaran kita. Motivasi yang dimiliki seseorang untuk menawarkan dirinya

sebagai multiplikator bisa saja dipicu oleh adanya kepentingan bahwa partai lawan

ingin memperoleh informasi yang berguna dari kita, atau mereka ingin memiliki

113

informasi sejak dini tentang argumentasi-argumentasi kita. Apabila motivasi mereka

didorong oleh keyakinan politik atau karena mereka memiliki sasaran yang sama

dengan kita, maka penting bagi kita untuk menjaga hubungan dengan multiplikator

tersebut.

7.4.2. Efektivitas

Pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan penelaahan terhadap efektivitas para

multiplikator dan organisasi mereka sudah semestinya diajukan. Seringkali banyak

waktu dan uang yang diinvestasikan untuk mereka – yang sebenarnya sejak awal

kinerjanya tidak efektif atau sudah tidak efektif lagi.

Sebagai contoh: Pada tahun 70-an, dalam kampanye pemilu di Jerman

dan beberapa negara lainnya muncul apa yang disebut dengan "inisiatif

pemilih", yang memiliki sejumlah besar multiplikator aktif untuk mendukung

partai. Pada saat itu inisiatif pemilih seperti ini cukup efektif. Tetapi kini,

karena terlalu banyak yang harus diinvestasikan untuk keperluan ini,

efektivitasnya tidak lagi terlihat – setidaknya di negara Jerman.

Terkadang efektivitas para multiplikator juga berkurang karena ada isu tertentu yang

tidak lagi penting, sehingga hubungannya dengan kelompok target tertentu menjadi

tidak diperlukan lagi.

Misalnya: Karena terjadi perubahan struktur, kelompok target para

peternak di Uruguay terkikis tingkat kepentingannya. Di masa lalu,

perkembangan politik hampir tidak dimungkinkan tanpa keberadaan

kelompok ini, sehingga jasa multiplikator di antara para peternak di sana

menjadi sangat penting. Setelah terjadi perubahan struktur masyarakat

menuju masyarakat jasa dan masyarakat komunikasi, sektor peternakan

tersebut menjadi sangat tidak signifikan sehingga keberadaan para

multiplikator di sana kehilangan efektivitasnya.

114

7.4.3. Biaya

Biaya yang dikeluarkan untuk para multiplikator profesional, dapat mudah dipahami.

Biaya yang dikeluarkan ini adalah biaya untuk para agen dan biro iklan. Biaya ini

harus dilihat secara kritis, apakah seimbang dengan pekerjaan yang dilakukan oleh

para multiplikator atau tidak.

Bagi multiplikator media (wartawan), seharusnya tidak ada biaya yang perlu

dikeluarkan. Tetapi di berbagai negara, seringkali partai, pemerintah, dsb. melakukan

pendekatan dengan para wartawan untuk mendorongnya melakukan pekerjaan

multiplikator dengan imbalan uang. Hal ini tentu saja salah, karena setelah sistem ini

diperkenalkan dan kemudian berkembang, ternyata sulit untuk dihapuskan. Dengan

demikian, alokasi pembiayaan untuk multiplikator ini harus ditinjau kembali.

Di sisi lain, biaya yang biasanya diukur secara material dalam jumlah uang – yang

seharusnya dialokasikan bagi para multiplikator – kemungkinan akan dituntut oleh

para multiplikator tersebut setelah pemilu usai. “Tuntutan” atau “penagihan

pembayaran” (dalam bentuk lain) ini biasanya dilakukan oleh para multiplikator yang

tidak dibayar (para sukarelawan). Dengan demikian banyak aktivis yang

sesungguhnya hanya aktif karena ingin memiliki peluang untuk memperoleh

pekerjaan yang lebih baik atau bahkan sekedar ingin memiliki pekerjaan setelah

pemilu. Kasus lain yang juga muncul adalah jika para multiplikator dari organisasi-

organisasi dengan kepentingan tertentu ikut aktif. Dalam kasus ini, “tuntutan politis” –

yang menghendaki didukungnya kebijakan-kebijakan tertentu atau dihentikannya

suatu kebijakan tertentu – biasanya diajukan setelah sebuah pemilu yang sukses,

meskipun hal itu bukan merupakan kepentingan partai atau politisi yang

bersangkutan.

Contoh: Dukungan yang diberikan gereja Katolik kepada sebuah partai

kerap membawa akibat; sesudah (pemberian dukungan) itu, gereja

menuntut diambilnya sikap atas isu-isu moral atau etika yang sesuai

dengan pandangan gereja, misalnya sikap yang berkaitan dengan

permasalahan aborsi, dsb.

115

7.5. Sumberdaya

Yang dimaksud sumberdaya di sini adalah:

1. Sumberdaya manusia

2. Sumberdaya keuangan

3. Sumberdaya organisatoris

Dalam berbagai kegiatan politik dan strategi, sumberdaya menentukan peluang

untuk menang. Tapi kurangnya sumberdaya keuangan seringkali hanya dijadikan

alasan atas kelemahan-kelemahan lain dalam organisasi politik. Uang tentu saja

penting, namun tidak selalu menentukan kemenangan atau kekalahan. Dan yang

lebih penting, kekurangan uang bukan merupakan hambatan untuk melakukan kerja-

kerja politik.

7.5.1. Sumberdaya manusia

Sumberdaya manusia terdiri dari anggota-anggota organisasi, pemegang jabatan

dan para pekerja penuh waktu (full-time), pekerja kehormatan atau pekerja paruh

waktu (part-time). Tingkat pendidikan dan motivasi juga penting dalam penilaian

sumberdaya manusia ini. Apa gunanya memiliki banyak anggota jika mereka tidak

memiliki motivasi? Atau apa gunanya kita memiliki banyak personil atau pegawai

apabila mereka tidak bisa menjalankan tugas?

Anggota

Dalam pengumpulan fakta, masalah keuangan dan jumlah anggota seringkali tidak

diungkapkan secara jujur. Oleh karena itu kedua sumber daya ini perlu didiskusikan

secara detail dan dinilai secara realistis. Dalam banyak kasus, yang disebut sebagai

jumlah anggota biasanya adalah jumlah pemilih – dan terkadang bahkan dilebih-

lebihkan.

Dalam berbagai diskusi dengan para fungsionaris partai, kami mengembangkan

sebuah sistem keanggotaan partai yang kami nilai paling baik, dengan menggunakan

116

sistem yang berlaku di Amerika Latin. Di sana ada 3 kelompok anggota, yaitu

militantes, afiliados, dan coreligionarios.

Kaum militantes Kelompok ini terdiri dari aktivis partai atau "pejuang partai". Kelompok ini siap

setiap saat memenuhi tugas yang diberikan kepada mereka. Organisasi dapat

mengandalkan mereka sepenuhnya.

Kaum afiliados Mereka adalah anggota yang pernah menandatangani formulir penerimaan

anggota baru dan memenuhi kewajiban mereka yang kerap tidak lebih dari

sekedar membayar iuran anggota. Tapi ada beberapa tingkatan dalam

kelompok ini: anggota yang pada suatu waktu bersedia melakukan sesuatu

demi partainya, atau setidaknya menyebarkan pesan partai kepada orang-

orang di lingkungan mereka.

Kaum coreligionarios Dalam banyak pengertian, kaum coreligionarios berkaitan dengan pemilih

tetap partai. Keanggotaan semacam ini tampak jelas di tempat-tempat di

mana pemilih harus mendaftarkan diri terlebih dahulu agar masuk dalam suatu

daftar pemilih untuk dapat berpartisipasi dalam pra-pemilu partai. Di sini

mereka harus memutuskan partai mana yang mereka pilih. Pencatatan dalam

daftar pemilih ini dalam beberapa kasus tertentu kemudian akan

diperbandingkan dengan daftar pemilih tetap pemilu.

Di beberapa tempat, terkadang ada keharusan tertentu untuk dapat dicatat dalam

daftar pemilih tetap pemilu – misalnya dengan menunjukkan bukti identitas diri (KTP,

dsb.). Hal ini dapat berakibat bahwa akan ada lebih banyak anggota yang tercatat

dalam daftar partai, dibandingkan yang tercatat secara resmi dalam daftar pemilih

tetap Komisi Pemilihan Umum (KPU).

Dalam pengumpulan fakta, sangat penting megetahui secara pasti dan mencatat

jumlah pemilih tetap yang terdaftar di KPU. Apabila anggota partai tidak tercatat

dalam daftar pemilih tetap KPU karena satu dan lain hal, maka mereka nantinya juga

tidak dapat memilih, dan dengan demikian akan menurunkan prospek partai untuk

menang.

117

Sementara itu, dalam proses pengumpulan data anggota, fakta-fakta di bawah ini

juga penting diperhatikan:

Berapa jumlah rasio pemilih yang menjadi anggota partai di tingkat regional? Atau, di

manakah area yang masih kosong di dalam peta (di mana partai belum memiliki

anggota) dan mengapa?

Bagaimana keterwakilan kelompok-kelompok masyarakat dalam partai? Apakah

prosentase jumlah remaja, perempuan dan sebagainya cukup seimbang dengan

komposisi mereka dalam masyarakat pemilih? Jika tidak, di manakah letak

selisihnya?

Apakah ada penjelasan untuk itu?

Bagaimana komposisi keagamaan dan kesukuan dalam partai? Apakah ada hal

yang menonjol? Apakah ada fluktuasi keanggotaan yang tinggi?

Pemegang jabatan

Pemegang jabatan adalah orang yang dipilih atau ditunjuk (dalam partai yang

struktur organisasinya tidak mengharuskan adanya pemilihan untuk menetapkan

setiap posisi atau jabatan), pemegang jabatan adalah individu yang diangkat atau

dipekerjakan untuk melakukan tugas-tugas tertentu bagi partai. Contohnya adalah:

Pimpinan sebuah Dewan Pimpinan Daerah

Anggota Dewan Pimpinan di berbagai tingkatan

Delegasi, dalam partai yang menggunakan sistem delegasi

Pemegang jabatan biasanya menduduki jabatan sukarela di dalam partai. Oleh

karena itu, dalam melakukan penilaian terhadap pemegang jabatan, faktor-faktor

berikut ini penting untuk diperhatikan:

1. Apakah setiap posisi diduduki oleh pemegang jabatan, atau apakah ada banyak

posisi yang kosong? Apabila ya, mengapa?

2. Apakah pemegang jabatan tersebut dipilih untuk menduduki sebuah jabatan, atau

mereka ditunjuk oleh pejabat yang lebih tinggi dalam hirarki organisasi?

3. Seberapa tinggi tingkat keaktifan pemegang jabatan?

118

4. Apakah oposisi di dalam partai juga duduk dalam dewan pimpinan, atau apakah

partai tersebut memiliki struktur yang berbeda-beda sesuai dengan keragaman

sayapnya?

5. Seberapa banyak posisi yang diatur dalam penentuan pos-pos jabatan mana yang

lebih penting dari yang lain?

Dalam mengidentifikasi situasi internal di dalam organisasi seringkali dapat

ditunjukkan melalui tingkat nasional bahwa terdapat kepemimpinan yang lemah di

level menengah dan di level bawah. Pernyataan ini harus ditelusuri secara intensif.

Ada beberapa alasan khas tentang kepemimpinan yang lemah ini dan seringkali

kondisi tersebut sesuai dengan ungkapan berikut: „Bau busuk ikan selalu bermula

dari kepalanya.“ Maksudnya, perbuatan buruk dalam level menengah dan level

bawah hampir selalu diakibatkan oleh kesalahan manajemen di level yang lebih

tinggi. Sangat sering terjadi bahwa terdapat kepemimpinan yang lemah di level yang

tertinggi, atau tidak berfungsinya komunikasi internal dengan baik, atau bisa juga

kepempinan level menengah dan level bawah merasa ditinggalkan sendirian oleh

level yang tertinggi.

Para pemegang mandat yang terpilih – seperti anggota legislatif atau pejabat di

berbagai tingkat pemerintahan, memiliki peran khusus bagi para pemegang jabatan.

Untuk itu, data-data berikut perlu dikumpulkan untuk mengetahui kasus semacam ini:

1. Seberapa besar kekuatan para pemegang mandat mewakili partai di berbagai

tingkatan?

2. Apakah ada kerjasama yang erat antara pemegang mandat dan partai?

3. Apakah para pemegang mandat terorganisir di dalam fraksi-fraksi, dan apakah

mereka berperan dalam pengambilan keputusan?

Pemegang jabatan dan pemegang mandat partai di berbagai tingkat sangat penting

untuk proses evaluasi strategi, karena mereka sangat berpengaruh dalam

menentukan citra partai. Pada saat-saat di luar masa kampanye pemilu, merekalah

yang memonopoli citra partai di lingkungan eksternal.

Pekerja inti, pekerja kehormatan dan pekerja paruh-waktu

119

Berapa jumlah pekerja inti (full-timer), pekerja kehormatan dan pekerja paruh waktu

(part-timer) yang tersedia? Di manakah para personil ini menempati posisinya?

Apakah mereka langsung dikontrak, ataukah disediakan oleh sebuah institusi lain?

Berapa jumlah uang harian/mingguan yang tersedia untuk membayar mereka?

Di sini timbul pertanyaan, personil mana yang perlu dibiayai dan seberapa besar?

Fakta-fakta ini kelak diperlukan untuk memeriksa apakah personil yang ada cukup

untuk menempati posisi-posisi yang diperlukan guna memenuhi tugas yang ada.

Contoh sebuah daftar personil/pegawai:

Nama pegawai Lokasi Bagian/Unit

Kualifikasi Pendidikan Pelatihan

Jam kerja Status/ Biaya

Nomor Pegawai

Heber, Hermann

Dewan Pimpinan Daerah - Humas

Wartawan Pelatihan sebagai moderator radio

Sepanjang hari/full time

Jabatan utama Pegawai partai 40.000 Euro /thn

17-003

Seeman, Frauke

Dewan Pimpinan Wilayah Kantor Cabang Kota xy

Pengalaman di bidang kesekretariatan

4 jam/minggu Sukarelawan 5000 Euro/thn

356-001

Aller, Klaus

Dewan Pimpinan Wilayah Kota xy - Humas

Guru Seminar 2,5 hari tentang kehumasan

Sesuai kebutuhan Sekitar 3 jam/ minggu

Anggota Dewan Pimpinan Sukarelawan Tanpa biaya

356-002

120

Partai-partai seringkali mengalami kekurangan jumlah tenaga profesional. Hal ini

disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor pertama, penempatan kantor pusat dan

kantor-kantor cabang partai tersebut tidak dilihat sebagai tugas yang permanen; di

mata para pimpinan partai kantor-kantor itu hanya dianggap berperan penting

selama masa-masa kampanye Pemilu saja. Di luar masa kampanye partai tersebut

mencoba untuk menjalankan partai dengan tenaga yang minimal, yang berakibat

sangat diabaikannya tugas-tugas utama partai, seperti konsolidasi struktur regional,

usaha keuangan, kualifikasi dan pembinaan SDM, perekrutan anggota,

perkembangan politik dan pengamatan pasar.

Faktor lainnya yang seringkali terjadi adalah bahwa setelah Pemilu sebagian besar

tenaga yang berkualifikasi tinggi diserap oleh fraksi atau oleh pemerintahan yang

sedang dibentuk. Kejadiannya selalu begitu, bahwa meskipun mereka adalah staf di

dalam partai, namun mereka menganggap bahwa partai adalah batu loncatan untuk

karir yang lebih tinggi. Alasan lainnya adalah kondisi keuangan partai yang seringkali

buruk, yang menyebabkan partai tersebut di luar masa kampanye tidak mampu

menjalankan administrasi secara aktif. Bila terjadi situasi seperti itu, maka tugas-

tugas manajemen partai biasanya menjadi beban dari pimpinan partai. Masalahnya,

seringkali politisi yang berkualifikasi tinggi belum tentu adalah manajer yang

berkualifikasi baik. Akibatnya kualitas kepemimpinan dan kepengurusan partai

menjadi tidak baik pula.

Tingkat pendidikan

Ketersediaan sumberdaya manusia semata tidaklah cukup; tingkat pendidikan atau

kualifikasi keahlian tertentu juga penting dipertimbangkan. Hal ini terutama berlaku

bagi pekerja kehormatan dan pekerja paruh-waktu. Tapi hal ini juga bisa

diberlakukan bagi pekerja inti.

Jadi pada tahap pengumpulan fakta ini, perlu dibuat sebuah daftar personil di

berbagai lokasi, sekaligus dengan kualifikasi pendidikan mereka. Kebutuhan akan

kualifikasi ini biasanya baru muncul setelah strategi selesai disusun dan setelah

diketahui tugas-tugas apa saja yang perlu dilakukan. Setelah itu daftar

121

personil/kualifikasi perlu diperhadapkan sekali lagi dengan strategi yang telah

disusun, untuk melihat kemungkinan adanya kekurangan-kekuarangan.

Motivasi

Motivasi pekerja inti, pekerja kehormatan dan pekerja paruh-waktu merupakan

aspek-aspek penting dalam mengimplementasikan strategi. Karena itu saat

melakukan pengumpulan fakta, tingkat motivasi juga perlu dinilai. Tujuan utama

penilaian ini adalah untuk mengidentifikasi masalah motif yang nantinya harus

diralat, serta tingkat dan jenis motivasi yang ada.46

Fluktuasi dan penyebabnya

Fluktuasi keanggotaan dapat menjadi indikator kecocokan dan motivasi anggota

sebuah organisasi.

Tingginya fluktuasi, baik yang terjadi di kalangan anggota maupun personil biasanya

menunjukkan adanya permasalahan dalam kepemimpinan, sasaran, ataupun

komunikasi.

Fluktuasi yang rendah dapat terjadi karena berbagai sebab. Hal ini bisa dikarenakan

adanya permasalahan internal organisasi, sehingga tidak ada jumlah anggota yang

masuk ataupun keluar. Atau bisa jadi organisasi tersebut merupakan organisasi yang

berjalan dengan baik di mana para anggotanya puas dan tatanan organisasinya

optimal.

Tingkat fluktuasi di kalangan pegawai inti dan pekerja paruh-waktu dapat diukur

melalui penerimaan pekerja baru dan jumlah pekerja yang berhenti dalam 12 bulan

terakhir. Sementara fluktuasi di kalangan pekerja kehormatan atau sukarelawan,

yang biasanya keluar dari keanggotaan partai, diukur melalui masuknya anggota

baru dan jumlah anggota yang keluar dalam 12 bulan terakhir. Tapi alasan keluarnya

anggota ini perlu dianalisa secara hati-hati. Apakah disebabkan oleh a) kepindahan,

b) kematian, atau c) pernyataan mundur dari organisasi. Hanya dengan analisa inilah

46

Untuk panduan bagi sukarelawan dan dukungan motivasi lihat bab 19.1.4.

122

penjelasan tentang motivasi keterlibatan anggota dalam sebuah organisasi dapat

diketahui.

7.5.2. Sumberdaya finansial

Kurangnya sumberdaya finansial seringkali dijadikan alasan kegagalan atas

pencapaian tujuan dalam strategi politik. Tentu saja kurangnya dana memiliki

pengaruh dalam suatu kegagalan, tetapi hal ini tidaklah selalu menjadi alasan yang

menentukan. Ada banyak strategi politik yang tidak memerlukan banyak dana, atau

dapat sukses tanpa sarana keuangan yang memadai. Sebaliknya ada pula strategi-

strategi yang meskipun didukung banyak dana tetapi tetap gagal, karena kerangka

persyaratan lainnya tidak terpenuhi.

Ada banyak kampanye pemilu yang gagal karena partai atau kandidatnya lemah dan

bukan karena tidak tersedianya dana yang memadai. Tetapi seringkali juga ada

korelasi di sini. Tidak akan ada yang mau menginvestasikan uangnya untuk kandidat

yang lemah atau sebuah partai yang tidak solid, karena tidak ada orang yang

berharap bahwa partai atau kandidat tersebut dapat menang.

Keuntungan yang dapat diperoleh atas tersedianya sumberdaya finansial yang cukup

yang dimiliki oleh organisasi adalah bahwa mereka dapat melakukan kompensasi

atau menutupi kelemahan-kelemahan lainnya. Sebuah organisasi yang lemah,

misalnya, dapat membeli jasa eksternal jika memiliki cukup uang. Apabila para

anggota kurang memiliki motivasi, ketersediaan uang yang cukup dapat digunakan

untuk melakukan serangkaian kegiatan PR – yang dapat menutupi kekurangan

tersebut.

Di masa kini, sumberdaya finansial sangatlah penting, tetapi tidak menentukan

segalanya. Dan karena bersifat sangat penting, komponen ini harus diperiksa secara

cermat dan teliti. Dalam pemeriksaan ini, seringkali muncul kesulitan karena adanya

resistensi dari kandidat dan partai yang tidak mau membuka kartu mereka – yang

menolak untuk diperiksa jumlah serta asal-usul uang yang dimilikinya. Hal ini tentu

saja sangat menyulitkan perencanaan sebuah strategi yang baik, karena informasi

penting yang diperlukan untuk implementasi strategi tersebut tidak cukup.

123

Dalam hal pemeriksaan terhadap pemerintah, gubernur dan walikota akan jauh lebih

mudah, karena sarana yang ada pada mereka adalah sejumlah anggaran belanja

yang memang sudah dialokasikan. Dan, meskipun klarifikasi yang diperlukan tidak

selalu diberikan, tetapi penelusuran bisa dilakukan lebih mendalam, karena

sumberdaya keuangannya benar-benar jelas dan telah terdefinisikan sejak awal.

Penggalangan dana (fund-raising)

Bab 24 akan membahas lebih lanjut masalah penggalangan dana (fund-raising) dan

pendanaan kampanye pemilu. Di sini hanya akan diberikan gambaran singkat untuk

keperluan pengumpulan fakta.

Berapa besar aset yang dimiliki organisasi termasuk di kas dan di bank?

Berapa besar volume kredit yang tidak digunakan?

Sampai akhir kampanye, berapa besar pemasukan yang diharapkan dari:

1. Iuran anggota

2. Iuran penerimaan anggota

3. Sumbangan

4. Pendanaan oleh negara (uang yang diterima dari negara)

5. Kegiatan usaha organisasi

Adakah sumbangan material atau pemasukan lain? Dalam bentuk apa? Apakah para

personil sudah didayagunakan?

Langkah pertama yang perlu dilakukan dalam pengumpulan fakta adalah yang terkait

dengan sumber-sumber keuangan dalam penggalangan dana. Seperti telah

dikemukakan sebelumnya, dalam pengumpulan fakta seringkali muncul kesulitan

karena sang sumber data tidak bersedia atau menghindari penyampaian fakta.

Dalam kasus semacam ini, yang perlu digali adalah hal-hal yang diuraikan dalam

peraturan atau AD/ART (misalnya jumlah dan pemanfaatan kontribusi anggota, iuran

penerimaan anggota, alokasi dari pemegang mandat atau anggota pemerintah) saja,

atau hal-hal yang memang harus dikemukakan berdasarkan peraturan keuangan

partai.

124

Kerangka hukum

Undang-undang tentang partai politik dan pemilu harus dianalisa secara cermat

sehingga benar-benar ada kejelasan dalam segi finansial. Undang-undang tersebut

berisi peraturan-peraturan yang berkaitan dengan sarana-sarana yang diijinkan dan

batas-batas mengenai pendanaan partai. Sebagai contoh, di beberapa negara, partai

atau wakil partai di dalam parlemen memperoleh dana yang cukup besar dari

negaranya, tapi ada juga negara lain yang pemerintahnya sama sekali tidak

memberikan bantuan dana bagi partai.

Namun begitu, biasanya negara-negara semacam ini memberi kemungkinan bagi

partai untuk melakukan kegiatan usaha, seperti menyelenggarakan lotere, dsb.

Beragamnya jenis pendanaan tentu saja mempengaruhi sikap partai di hadapan

publik dan karenanya mempengaruhi kerangka strategis.

Lebih dari itu, yang didokumentasikan dalam undang-undang politik tidak terbatas

pada peraturan finansial semata, tetapi juga termasuk hak-hak partai politik untuk

memperoleh fasilitas bebas biaya atas siaran gratis di radio dan televisi, akses ke

media-media tertentu, memperoleh ruang iklan atau tempat untuk menempelkan

poster, dsb.

Penggunaan dana

Aspek ketiga yang perlu diperiksa dari perspektif strategis adalah penggunaan dana.

Untuk apa saja organisasi menggunakan dananya? Apakah lebih untuk biaya tetap

seperti menggaji personil, biaya administrasi dan biaya lain (misalnya bunga

pinjaman, pelunasan pembelian, dsb.), atau untuk sarana kampanye? Berapa jumlah

dana yang dikeluarkan untuk kampanye sebelumnya, berapa biaya untuk kegiatan,

aksi dan cetak alat kampanye?

Dalam memeriksa penggunaan dana, yang terutama perlu dicermati adalah apakah

perubahan cost break-up dimungkinkan atau tidak.

Administrasi keuangan

125

Aspek keempat yang perlu diperiksa secara cermat adalah bagaimana administrasi

keuangan dikelola. Apakah ada administrasi keuangan yang terpusat atau

terdesentralisir, dan kompetensi apakah yang ada di berbagai tingkatan yang

berbeda?

Apakah administrasi keuangan memiliki komponen-komponen seperti:

1. Akuisisi

2. Rencana anggaran

3. Pembukuan?

7.5.3. Struktur

Struktur seperti apakah yang dimiliki organisasi yang akan dibuatkan perencanaan

strategisnya? Di sini kita perlu membedakan antara struktur administratif dan struktur

politis. Yang dimaksud dengan struktur di sini adalah struktur organisasi politik.

Struktur organisasi politik termasuk hal-hal yang berkaitan dengan hirarki organisasi,

hak berpartisipasi di dalam organisasi, identifikasi pusat kekuasaan organisasi, serta

struktur mekanisme pengambilan keputusan dan pemilu.

Data-data ini bisa dijadikan informasi untuk implementasi strategi, atau untuk

kebutuhan mempertimbangkan akan melibatkan atau tidak melibatkan orang-orang

atau fungsi tertentu di dalam proses perencanaan.

Organisasi

Yang dimaksud dengan organisasi adalah struktur administratif, yang menyangkut

perlengkapan fisik administratif, kantor-kantor cabang, departemen, dan fungsi-

fungsi beserta cakupan luas dan kedalamannya.

Struktur administratif diperlukan untuk merealisasikan kegiatan-kegiatan yang telah

direncanakan. Jika tidak dimungkinkan melakukan itu semua, pelaksanaan kegiatan

harus didelegasikan. Dalam kasus semacam ini, tidak adanya atau tidak

126

berfungsinya struktur dalam sebuah organisasi, dapat dikompensasikan atau diatasi

dengan uang.

Pembentukan organisasi

Untuk meninjau bagaimana sebuah organisasi dibangun, terlebih dahulu perlu dilihat

tingkat kedalaman hirarkis yang dimiliki organisasi tersebut. Hal ini dapat dilakukan

dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut:

Ada berapa tingkat hirarki di dalam organisasi itu?

Bagaimana masing-masing tingkatan tersebut berhubungan dengan tingkatan

lainnya?

Apakah ada struktur yang jelas antara tingkatan yang lebih tinggi dan lebih rendah?

Apakah struktur tersebut dapat diterima oleh berbagai tingkatan yang berbeda?

Satu contoh lain ditampilkan oleh apa yang dikenal dengan istilah organisasi induk.

Organisasi induk ini didirikan oleh satuan-satuan organisasi yang independen, yang

kemudian bergabung di bawah satu payung, yang biasanya dimaksudkan untuk

mewakili kepentingan mereka. Secara tradisional, organisasi induk semacam ini

lemah dalam mewujudkan sasaran organisasi-organisasi anggotanya. Selain itu,

perencanaan yang dibuat oleh organisasi induk seringkali ditentang atau diboikot

oleh „anak organisasi mereka“. Apabila ada persoalan yang muncul dari struktur-

struktur semacam ini, maka kegiatan internal yang harus semakin digiatkan adalah

yang bertujuan meyakinkan para penentang itu.

Dalam sebuah organisasi klasik, sangatlah penting memeriksa apakah kebutuhan

akan pimpinan sudah cukup memadai, sehingga mekanisme pengawasan

terbentang secara optimal. Untuk mengetahui hal ini, sebaiknya digunakan analisa

yang dapat mengetahui berapa jumlah pekerja atau berapa departemen yang

dipimpin oleh satu orang. Apabila seorang pemimpin membawahi lebih dari delapan

staff, maka kita dapat mengasumsikan bahwa pimpinan ini seringkali dipaksa bekerja

melampaui kapasitasnya. Dan dengan demikian, pendelegasian tugas yang rasional

atau mekanisme pengawasan terhadap pendelegasian tugas ini akan menjadi tidak

maksimal.

127

Partai-partai politik biasanya memiliki sebuah persoalan khusus yang terkait dengan

mekanisme demokrasi internal organisasi. Apabila organisasi menerapkan

demokrasi internal, maka biasanya dewan pimpinan dalam sebuah wilayah atau

tingkatan akan dipilih oleh rapat anggota atau badan-badan yang tingkatannya lebih

rendah. Di tingkat-tingkat yang lebih tinggi, sidang partai yang terdiri dari delegasi-

delegasi yang mewakili dewan pimpinan tingkat di bawahnya akan bertemu.

Delegasi ini pun memiliki hak untuk memilih dewan pimpinan, menetapkan prioritas

kerja-kerja politik, dan menetapkan kandidat untuk sebuah pemilu. Yang dimaksud di

sini adalah sebuah organisasi yang kekuasaannya berkembang dari bawah ke atas

(bottom-up). Organisasi semacam ini sulit dipimpin, karena ada masa-masa tertentu

dalam kampanye pemilu – di mana berlaku prinsip komando (dari atas) yang harus

ditaati secara mutlak (dari bawah). Sasaran strategis dan taktis yang harus dicapai

oleh dewan pimpinan di atasnya harus ditetapkan. Sasaran-sasaran ini tidak dapat

didiskusikan secara panjang-lebar dengan melibatkan semua pihak, karena segala

daya upaya harus dikerahkan untuk mencapai sasaran tersebut. (Siapa pun pasti

belum pernah melihat adanya diskusi demokratis pada saat pemadam kebakaran

sedang beraksi menjalankan tugasnya, di mana para anggota pemadam kebakaran

berdiskusi terlebih dahulu dan kemudian memutuskan secara demokratis bagaimana

seharusnya api dipadamkan, bukan?). Karena itu dalam mengimplementasikan

sebuah strategi tidak ada ruang untuk diskusi dan pengambilan keputusan

berdasarkan suara terbanyak, melainkan harus didasarkan pada sebuah prinsip,

bahwa pimpinanlah yang memutuskan dan setelah penetapan strategi tersebut

pimpinanlah yang harus bertanggung jawab atas keputusan yang diambil.

Pertentangan antara fase pembentukan kehendak secara demokratis dan fase

ketaatan ini seringkali melemahkan kemampuan banyak partai untuk bertindak.

Proses operasional

Mengatur berbagai proses seperti pembagian tugas, pembagian kewenangan,

proses kerja dan komunikasi, penting untuk menentukan keberhasilan implementasi

strategi. Dalam kampanye, dalam mengimplementasikan strategi dan pemilu, akan

ada tuntutan-tuntutan tambahan dan spesifik untuk proses operasional. Dan

biasanya di sinilah struktur organisasi klasik mengalami kegagalan, karena roda

organisasi dijalankan secara rutin. Tetapi, aktivitas yang dilakukan berdasarkan

128

strategi politik yang telah direncanakan, biasanya tidak menjadi sebuah rutinitas.

Oleh karena itu, seringkali dibutuhkan keterlibatan organisasi-organisasi pelaksana.47

Untuk menjamin proses pelaksanaan berjalan lancar dan optimal, perlu dilakukan

penilaian atas semua proses operasional dan rangkaian pekerjaan. Adanya

gangguan dapat mengakibatkan penundaan yang membahayakan dan hilangnya

informasi.

7.5.4. Jejaring

Jejaring termasuk juga ke dalam sumberdaya. Yang dimaksud jejaring di sini adalah

„social networks“. Hal ini akan dijelaskan lebih lanjut di bab 16.7. Jejaring yang

digambarkan di sini terdiri dari kerjasama yang tidak bersifat ekonomis di antara

organisasi-organisasi yang berbeda.

Jejaring strategis timbul sebagai hasil dari perbedaan-perbedaan yang melampaui

batas-batas organisasi dan integrasi dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan di dalam

institusi-institusi yang terorganisir di dalamnya. Dasarnya adalah pemfokusan

organisasi-organisasi tersebut dalam kompetensi-kompetensi utamanya. Seluruh

kegiatan yang berada di luar kompetensi utama tersebut, diambil alih oleh rekan

jejaringnya. Motif utama dari kerjasama di dalam jejaring strategis ini adalah

pemanfaatan potensi keuangan dan potensi sinergi yang fungsional dengan

fleksibilitas yang tinggi, agar dapat bereaksi dengan cepat atas syarat-syarat

persaingan yang berubah. Keterikatan terhadap organisasi yang formal dan

ketergantungan di dalam jejaring tersebut bisa membatasi fleksibilitas di atas.

Organisasi-organisasi yang terlibat mengambil peran-peran yang berbeda di dalam

jejaring tersebut. Bisa terdiri dari satu atau beberapa organisasi, yang disebut

dengan organisasi utama, yang memegang tampuk kepemimpinan strategis.

Organisasi tersebut memiliki pengaruh yang lebih kuat dibandingkan dengan

organisasi lainnya terhadap:

situasi pasar, di mana jejaring tersebut bergerak

metode dan kandungan visi yang diwakili bersama dan tujuan-tujuan

konkretnya

strategi pengolahan pasar serta

47

Lihat bab 23.4.

129

bentuk dan isi dari relasi-relasi antar organisasi.

Jika sebuah organisasi utama seperti itu aktif, maka orang benar-benar dapat

berbicara tentang sebuah bentuk yang efektif dari suatu jejaring yang strategis.

Banyaknya jejaring di dalam lembaga-lembaga NGO, yang bekerjasama di bawah

istilah “networking”, seringkali merupakan sebuah jaringan bersama dari organisasi-

organisasi, yang saling tukar menukar informasi, namun mereka tidak dapat

disatukan menjadi sebuah organisasi satu atap yang berpengaruh besar.

Ada tujuh langkah yang diperlukan untuk membangun sebuah jejaring, yang

dideskripsikan dalam grafik berikut ini:

Langkah-langkah membangun suatu jejaring

Pertama-tama harus didefinisikan secara jelas tujuan yang akan dicapai oleh

organisasi utama. Hal ini biasanya sudah diperoleh dari sasaran strategis utama.

Kemudian kekurangan-kekurangan yang terdapat di dalam organisasi tersebut harus

dideskripsikan, dengan demikian agar menjadi jelas, profil seperti apa yang dituntut

oleh organisasi itu. Kekurangan itu biasanya adalah bidang-bidang yang berada di

luar kompetensi utama organisasi tersebut. Bisa saja itu adalah divisi think-tank,

pemangku jabatan tertentu, perhimpunan, perkumpulan, organisasi-organisasi garis

depan, institusi-institusi pendidikan dan sebagainya. Selanjutnya organisasi-

organisasi tersebut diidentifikasi, mana di antara mereka yang memberikan

penawaran yang sesuai tetapi tidak mengambil kesempatan untuk menggunakan

penawaran itu dan juga kemudian tidak membayarnya. Di sini lebih diperlukan untuk

mencari organisasi-organisasi lain yang dalam kondisi saling memberi manfaat juga

bisa meraih keuntungan, bahwa mereka bisa bekerjasama dengan organisasi yang

utama. Jika saja hasil kerjasama dari organisasi tersebut dikalkulasi dengan uang,

maka kita melihat sebuah relasi pasar yang jelas antara pelaksana tugas dan

130

pemberi tugas. Dalam membangun sebuah jejaring selalu diperlukan pemikiran

tentang bagaimana menciptakan situasi yang saling menguntungkan.

Setelah proses identifikasi, harus dilakukan analisis terhadap mitra yang dianggap

potensial, untuk mengetahui, apakah mitra tersebut cocok dengan kita dalam hal

cara dan metode yang mereka definisikan, dalam penampilan mereka dan juga

tujuan mereka. Kemudian dalam bentuk yang lebih menyeluruh harus dijelaskan,

keuntungan non material dan keuntungan material apa yang diperoleh dari mitra

tersebut dalam kerjasama di dalam jejaring. Di sini berlaku pula prinsip dari dunia

marketing secara umum: “Tidak seorangpun akan melakukan sesuatu, tanpa ia

memperoleh imbalan untuk itu.” Dalam jejaring, pencarian untuk meraih keuntungan

non-material dan efek sinergi yang saling menguntungkan kedua pihak memegang

peranan penting, karena hanya dalam situasi khusus sebuah relasi ekonomis yang

sungguh-sungguh dengan mitra kerja dapat tercipta.

Bila seluruh pertanyaan awal sudah terjawab, berikutnya adalah penentuan cara

kerjasama. Hal ini berarti pembuatan model dari jejaring dengan segala prosedur

dan aturan mainnya. Di sini harus jelas bagaimana kerjasama yang diinginkan,

bagaimana kerjasama tersebut diupayakan, dan di mana batas-batas kerjasama itu,

yang berarti, kapan kerjasama tersebut harus diakhiri.

7.6. Kepemimpinan

Peran pimpinan sangat penting dalam implementasi sebuah strategi politik.

Lemahnya kepemimpinan dapat mengakibatkan keraguan dalam pelaksanaan, dan

dapat membawa akibat buruk – tidak saja terhadap timing, tetapi juga bagi motivasi

orang-orang yang dipimpin. Hilangnya kepercayaan terhadap pimpinan dapat

menghapuskan segala upaya strategis yang telah dijalankan dan mengarah kepada

gagalnya aktivitas yang telah direncanakan, atau, lebih jauh, mengakibatkan

kekalahan dalam pemilu.

Oleh karena itu kita perlu menguji, apakah pimpinan kita memiliki kemampuan

manajerial untuk memimpin pelaksanaan di unit-unit taktis. Lebih jauh perlu

131

ditemukan juga, apakah selain memiliki kemampuan memimpin, ia juga memiliki latar

belakang profesional yang dibutuhkan dan dapat diterima.

Sun Tzu menyebutkan lima kualifikasi yang perlu dimiliki oleh pemimpin dan lima

sifat negatif yang merugikan. Suatu evaluasi yang menggunakan kriteria-kriteria di

bawah ini dapat membantu dalam menilai pemimpin organisasi.

Menurut Sun Tzu, sifat-sifat positif adalah lima kebajikan, yaitu kebijaksanaan,

kejujuran, kemurahan hati, keberanian dan ketegasan.

1. Kebijaksanaan

Kebijaksanaan maksudnya adalah bahwa pemimpin tidak hanya memiliki

pengetahuan tentang situasi yang terjadi, melainkan juga mampu memahami hal-hal

yang sedang terjadi dan dapat memprediksi perkembangan masa depan dari strategi

yang dilakukannya. Maka gambar-gambar dan skenario-skenario yang telah dibahas

di bab-bab sebelumnya menjadi penting. Di lain pihak pengetahuan dan pengalaman

merupakan persyaratan untuk memperoleh kepercayaan dari para anggota. Selain

itu pemimpin harus siap sedia untuk menghabiskan waktu dan mengumpulkan

informasi, baik dengan rekan sesama pemimpin maupun dengan anak buahnya. Dari

sini dapat diketahui bagaimana perasaaan para anak buah dan merupakan sistem

peringatan dini yang memungkinkan pimpinan untuk melakukan tindakan yang

proaktif.

2. Kejujuran

Pempimpin harus berupaya untuk memotivasi anak buahnya untuk meraih tujuan

yang telah ditetapkan dan tidak menghilangkan motivasi mereka dengan berbagai

ancaman. Karena itu, pemimpin harus segera mendeteksi siapa saja yang memiliki

keberatan atau bahkan menentang, mencoba untuk merangkul mereka dan memberi

mereka tanggung jawab yang lebih besar dibandingkan anak buah lainnya dalam

melaksanakan strategi. Maka dibutuhkan pengumpulan dan penggunaan informasi,

yang diperoleh pimpinan dari berbagai sumber. Hal-hal tersebut harus digunakan

untuk menjamin implementasi strategi dan bukan digunakan untuk mengancam anak

buah dan memarahi mereka habis-habisan. Kejujuran juga berarti, bahwa pimpinan

secara terbuka memberhentikan anak buahnya yang tidak siap untuk bekerja meraih

132

tujuan bersama. Bila pemimpin mulai melakukan mobbing, maka itu berarti

pempimpin tersebut tidak melaksanakan kejujuran.

3. Kerendahan hati

Di sini terkait dengan keramahan dan cara memperlakukan anak buah. Iklim di

dalam satuan kerja sebuah organisasi yang merupakan tanggung jawab pimpinan

harus baik. Berarti pimpinan harus memberi perhatian kepada anak buahnya,

pimpinan harus memperlakukan anak buah sebagai manusia dengan segala

problema dan masalah yang dihadapinya, namun pimpinan juga tidak boleh diperas

oleh anak buahnya. Prinsip yang disukai dari pendelegasian ke atas membuat

pimpinan menjadi staf dan membuat anak buah menjadi pimpinan.

4.Keberanian

Kemampuan untuk mengatakan „tidak“ menuntut keberanian dari banyak pemimpin,

karena banyak dari mereka yang tidak bisa melakukannya. Namun pemimpin yang

tidak mampu untuk mengatakan „tidak“, semakin lama akan semakin ditimbuni

pekerjaan sehingga menjadi tidak efektif bekerja atau mereka tidak mampu lagi

meraih tujuan mereka.

Ketika Steve Jobs, sebagai iCEO48 perusahaan Apple di tahun 1997 kembali ke

perusahaannya, ia menemukan sebuah paket produk yang terlalu luas dan tampak

sia-sia. Ia harus mengembalikan Apple pada kompetensi utama mereka. Untuk itu

diperlukan banyak keberanian, terutama keberanian untuk mengatakan „tidak“

kepada produk-produk yang dianggap menghambat pembentukan fokus utama.49

5. Ketegasan

Para anak buah, baik yang tetap maupun yang sukarelawan, mengharapkan

kejelasan dan ketegasan dari pimpinan, Jika pimpinan senantiasa ragu-ragu dan

menunjukkan disiplin yang rendah, maka akibatnya akan terjadi pula

ketidakdisiplinan di tingkat yang lebih rendah. Bila petunjuk dan perintah tidak

48

iCEO = CEO interim 49

Leander Kahney „Steve Jobs‘ kleines Weißbuch“, 2008, Finanzbuchverlag München, ISBN 978-3-

89879-351-3 , judul asli „Inside Steve’s Brain“ diterbitkan oleh Portfolio.

133

dilaksanakan dan tidak ada hukuman untuk itu, maka merupakan pertanda bahwa

orang tidak harus taat kepada perintah. Bila peraturan selalu dilanggar oleh

pemimpin itu sendiri, maka organisasi tersebut tidak memiliki aturan dan hal itu

menjadi bagian dari tindakan sehari-hari.

Sifat-sifat negatif adalah:

1. Nekat (pemimpin dapat membahayakan seluruh strategi dan mudah masuk

perangkap atau mudah dijebak).

2. Pengecut (pemimpin akan dipermainkan oleh lawan, karena ia senantiasa

berusaha menghindari serangan lawan).

3. Gampang marah (pemimpin akan mudah diprovokasi dan dalam bereaksi seperti

itu, ia akan membuat kesalahan yang tidak perlu).

4. Sensitif (pemimpin mudah dilecehkan dan cepat tersinggung), dikendalikan oleh

emosi dan karena itu sering melakukan kesalahan.

5. Terlalu banyak berempati (pemimpin mengalihkan perhatian dari berbagai hal

penting), karena itu kehilangan fungsinya sebagai pimpinan.

Tetapi karena pimpinan politik biasanya tidak mengejar sasaran jangka panjang

melainkan berorientasi pada keberhasilan jangka pendek, maka cara mereka

menangani 'human capital' (sumberdaya manusia) seringkali bersifat boros dan tidak

ada upaya untuk merawat dan meningkatkan kualifikasi mereka. Ini alasan lain

mengapa politisi sebaiknya tidak menjabat sebagai pimpinan kampanye pemilu atau

pelaksana kebijakan. Perlu diuji apakah ada pemisahan secara konsekuen antara

pimpinan politis (raja, pimpinan partai, menteri) dan pimpinan strategis (jenderal,

sekjen, pejabat, dsb.) dan hal tersebut harus dilaksanakan.

7.7. Komunikasi

Kondisi dan mekanisme komunikasi internal sebuah organisasi menentukan

bagaimana informasi, perintah, dan umpan-balik (feedback) disampaikan. Dalam

situasi tertentu seperti kampanye pemilu atau kampanye lainnya, komunikasi vertikal

sangat penting. Pertanyaan-pertanyaan berikut ini perlu diajukan:

134

1. Melalui jalur mana komunikasi dilakukan, dan berapa biaya yang diperlukan untuk

mencapai tingkat berikutnya?

2. Seberapa jauh jangkauan komunikasi?

3. Seberapa amankah komunikasi yang dilakukan?

4. Adakah jalur komunikasi yang tertutup dan aman dari penyadapan?

5. Apakah jalur komunikasi tersebut teruji atau perlu dirombak ulang?

6. Seberapa cepat feedback (umpan-balik) yang diterima dari tingkat terendah ke

tingkat puncak? Apakah di sini terdapat filter yang dapat menyaring pesan negatif

kepada pengambil keputusan dan dengan demikian dapat mencegah mereka

mengambil keputusan yang salah diakibatkan oleh adanya kesalahan informasi?

Komunikasi horizontal juga diperlukan dalam pelatihan jaringan dan pada saat

dilakukan kerjasama dengan aliansi. Untuk itu, pertanyaan-pertanyaan berikut perlu

dijawab:

1. Apakah sistem komunikasi yang digunakan antara peserta atau pihak-pihak yang

terlibat cukup selaras?

2. Apakah para mitra komunikasi (pengirim dan penerima) terdefinisikan dengan

jelas?

3. Apakah para mitra komunikasi tersebut juga terjamin keamanannya?

7.8. Sasaran-sasaran

Sasaran-sasaran yang sebenarnya dari sebuah organisasi sudah didefinisikan di

dalam pernyataan misi.50 Tapi masih ada yang perlu ditelaah, apakah masih ada

"hidden agenda" atau agenda terselubung yang tidak dinyatakan secara terbuka.

Apabila ada sasaran-sasaran semacam itu, hal ini akan dapat membahayakan

seluruh strategi yang telah disusun. Dalam dunia politik maupun dalam dunia

ekonomi kita sering menemukan agenda terselubung semacam ini dari pihak internal

saingan kita. Berbagai agenda pribadi dari jajaran pimpinan akan memblokade

seluruh proses penyusunan strategi atau mengakibatkan blokade dalam

implementasinya.

Ini adalah contoh yang diambil dari pengalaman praktis: ada tujuan

terselubung dalam satu pemilihan tertentu di mana partai mengalami

50

Lihat bab 6.3. Masalah dalam mendefinisikan sasaran utama.

135

kekalahan berturut-turut. Kekalahan ini sesungguhnya bertujuan untuk

mengalihkan motivasi anggota dan para pemilih pada pemilu berikutnya,

dengan harapan partai dapat memperoleh kemenangan yang lebih besar.

Kita bisa mencurigai adanya agenda terselubung semacam itu, apabila berulang kali

ditemukan blokade atau hambatan secara finansial maupun pribadi, atau apabila

jadwal-jadwal pertemuan tidak ditepati, dsb., jika selalu terdapat sebuah alasan baru

untuk menentang tugas yang sesuai dengan langkah-langkah strategis. Namun

pengkhianatan terhadap strategi atau pembocoran sebagian dari strategi kepada

pihak lawan atau kepada masyarakat termasuk ke dalam cara-cara dari mereka yang

ingin melaksanakan sasarannya sendiri dan melawan sasaran strategi. Tidak perlu

dipertanyakan lagi, apakah seorang perancang strategi harus mundur atau harus

melindungi seluruh komplotan. Namun melalui proses ini terlalu banyak amunisi yang

dinyalakan, sehingga sebuah kerja lanjutan yang berarti tidak dimungkinkan lagi.

Dalam situasi semacam ini tentu saja si perencana strategi sebaiknya

mengundurkan diri dari posisinya.

136

8. PENGUMPULAN FAKTA: FAKTA-FAKTA TENTANG PESAING

8.1. Fakta-fakta tentang pesaing politik

Pertama-tama perlu dijelaskan lebih dulu, siapakah pesaing kita sebenarnya? Istilah

lain untuk pesaing antara lain adalah 'lawan', atau, dalam kasus-kasus tertentu

bahkan dapat disebut 'musuh'. Hal ini tergantung pada iklim politik dan senantiasa

dapat berubah seiring dengan berjalannya waktu.

Berkaitan dengan kampanye pemilu, cukuplah mudah mendefinisikan pesaing, yakni

setiap kandidat atau kelompok (partai, kelompok pemilih, dsb.) yang mencoba

mendapatkan bagian dalam pasar pemilih. Di suatu negara atau daerah di mana

ketegangan-ketegangan etnis atau keagamaan cukup kuat, kelompok-kelompok

seperti perhimpunan gereja, suku, dsb. dapat juga menjadi lawan. Mereka mungkin

tidak secara langsung menjadi pesaing dalam pasar pemilih, tetapi sikap

bermusuhan mereka dapat mempengaruhi hasil akhir.

Dalam hal di mana suatu kebijakan tertentu ingin diberlakukan di tengah masyarakat,

pesaing atau lawan dapat sangat beragam – tergantung pada isu dan dampak yang

mungkin ditimbulkannya.

Contoh: Pemberantasan korupsi. Lawan dalam kasus ini adalah setiap

pihak yang selama ini memperoleh keuntungan dari korupsi, baik secara

aktif maupun pasif. Tetapi partai atau kandidat lawan yang tidak

menghendaki keberhasilan pemerintah dalam penanganan korupsi – juga

dapat menjadi lawan.

Contoh: Privatisasi. Argumen yang muncul dalam kasus privatisasi

biasanya bersifat ideologis dan tergantung pada orientasi politik. Karena

itu perlu diantisipasi bahwa partai-partai politik yang tidak menyetujui ide

privatisasi haruslah dipandang sebagai lawan. Selain itu, serikat buruh dan

buruh-buruh perusahaan terkait yang terancam pemutusan hubungan

kerja atau mutasi juga harus diidentifikasi sebagai lawan.

137

Contoh: Pemberlakuan kebijakan untuk perlindungan lingkungan hidup.

Sangat jelas bahwa mereka yang selama ini mendapat keuntungan dari

eksploitasi alam secara tidak terbatas, perlu digolongkan sebagai lawan.

Jika dalam hal ini penduduk juga terkait secara langsung, mereka yang

'apatis' dan 'tidak peduli' juga bisa digolongkan sebagai pesaing.

Contoh: Meningkatkan komitmen sosial para sukarelawan dalam kegiatan-

kegiatan tanpa bayaran atau meningkatkan motivasi anggota partai untuk

berperan serta dalam kampanye pemilu. Dalam kasus semacam ini,

biasanya tidak ada pesaing langsung. Yang harus dilawan sesungguhnya

adalah kemalasan, bekerja hanya untuk mengisi waktu luang, ikatan

kekeluargaan, dsb.

Sebelum memutuskan faktor-faktor mana saja yang diperlukan, identifikasi "musuh"

harus diketahui terlebih dahulu. Proses mempertimbangan siapa saja yang akan

menyukai atau menentang sebuah tujuan tertentu merupakan latihan strategis yang

penting bagi kita, karena hal ini dapat melindungi diri dari kemungkinan terjadinya

serangan lawan secara tiba-tiba atau tak terduga.

Menyusun daftar pihak-pihak yang potensial menjadi pesaing, lawan atau musuh,

merupakan latihan strategis yang sangat berguna, tetapi hal ini tidak mengharuskan

kita untuk mengumpulkan fakta-fakta yang berhubungan dengan semua kelompok

tersebut. Beberapa kelompok bisa diabaikan, karena mereka tidak terlalu

berpengaruh terhadap hasil yang ingin kita capai.

Jika suatu partai liberal tampil dalam kampanye pemilu di suatu negara

yang sangat kuat dipengaruhi oleh partai-partai ideologis, ia dapat

mengenyampingkan partai ekstrem kiri dan ekstrem kanan dalam

pengumpulan fakta, karena partai-partai tersebut tidak bergerak di segmen

pasar pemilih yang sama dengan partai liberal.

138

Saingan dan musuh

Untuk memperkirakan partai-partai mana saja yang benar-benar berbahaya bagi

posisi kita dan dalam proses Pemilu maka perlu dipertimbangkan partai mana yang

memiliki visi yang mirip dengan partai kita sendiri. Secara umum berlaku aturan

bahwa partai-partai dan kelompok-kelompok yang sangat mirip merupakan saingan

terberat kita (W). Sebab bagi pemilih tidak banyak bedanya untuk memilih di antara

kedua partai yang sangat mirip tersebut. Karena itu di antara pesaing yang berat

seringkali terjadi pertukaran pemilih besar-besaran.

Makin berbeda visi yang dimiliki sebuah partai dari partai yang lainnya, maka makin

sedikit pula terjadi pertukaran pemilih. Untuk melakukan positioning seperti ini, kita

tidak perlu melawan musuh-musuh kita (F), karena hal tersebut malahan bisa

memberikan publisitas tambahan kepada mereka. Sebaiknya kita harus

memperhatikan kelompok pemilih yang telah diinformasikan dan menunjukkan

perbedaan yang menarik di antara partai-partai yang saling „berdekatan“ tadi.

Apabila perbedaan yang menarik di antara kedua partai tidak terlihat, maka pemilih

cenderung akan memilih partai yang lebih besar, karena mereka mengharapkan

kemampuan yang lebih banyak dari partai besar tersebut.

Jika ada banyak partai-partai pecahan kecil yang berkompetisi di sebuah

pemilu, partai-partai ini dapat diabaikan sepanjang mereka tidak

menyatakan penolakannya secara eksplisit terhadap partai kita.

139

Jika ada banyak NGO atau kelompok inisiatif warga yang menolak

dilaksanakannya suatu kebijakan tertentu, tidak diperlukan pengumpulan

fakta tentang masing-masing organisasi tersebut. Usaha yang harus kita

lakukan adalah membuat kategori kelompok-kelompok lawan tersebut

sebagai satu kesatuan dan mengidentifikasi kesamaan fakta yang dimiliki

oleh seluruh organisasi tersebut.

Pengumpulan fakta tentang pesaing sama dengan struktur pengumpulan fakta untuk

organisasi atau kandidat kita sendiri. Fakta-fakta tersebut dapat dikelompokkan

seperti berikut:

Produk

Multiplikator, aliansi

Sumberdaya

Struktur

Kepemimpinan

Komunikasi

Sasaran-sasaran

8.2. Mendapatkan informasi tentang lawan/pengumpulan data intelijen

Mendapatkan informasi tentang pesaing adalah salah satu tugas terpenting dalam

mempersiapkan perencanaan strategi. Ketidaktahuan atau kesalahan penilaian

tentang maksud, rencana, kekuatan dan kelemahan pesaing akan mengakibatkan

kesalahan estimasi yang tinggi dalam perencanaan strategi politik. Tidak ada

perusahaan yang akan berani mengambil risiko untuk melepas suatu produk ke

pasar tanpa melakukan analisa pasar dan tanpa memiliki pengetahuan yang akurat

tentang pesaing. Partai politik dan pemerintahan melakukan hal ini setiap harinya –

dan sebagian besar dilakukan berdasarkan penilaian sendiri secara berlebihan.

Sikap seperti ini tentunya membawa akibat yang buruk dan sangat disayangkan,

terutama jika suatu pemerintah akan menerapkan kebijakan-kebijakan yang

sebenarnya baik – tetapi mereka tidak berhasil mewujudkan kebijakan itu (hanya)

karena kekurangan informasi tentang lawan. Hal ini juga terjadi pada banyak NGO

yang bermaksud baik, yang sama sekali tidak memahami mengapa ada pihak-pihak

yang menolak maksud "baik" mereka.

140

Sun Tzu berpendapat: Jika kamu mengenal dirimu sendiri dan orang lain

secara mendalam, dalam seratus peperangan pun kamu tidak akan

berada dalam bahaya; jika kamu mengenal dirimu sendiri tetapi tidak

mengenal orang lain, kamu akan sesekali menang dan sesekali kalah; jika

kamu tidak mengenal dirimu sendiri dan juga tidak mengenal orang lain,

maka kamu akan hancur di setiap peperangan.

Metode-metode umum untuk mendapatkan informasi dan pengumpulan data

intelijen51 adalah sebagai berikut:

1. Informasi dari kubu pesaing

2. Spionase

3. Analisa survei

4. Analisa media

5. Pengumpulan data dari aliansi pesaing

51

Tentang berbagai metode untuk memperoleh informasi dibahas secara jelas dalam Bab 18 tentang

Pengendalian Strategi.

141

9. PENGUMPULAN FAKTA: FAKTA-FAKTA LINGKUNGAN EKSTERNAL

9.1. Struktur masyarakat

Pengetahuan tentang masyarakat mana, di mana, bagaimana, dan apa tujuan yang

hendak dicapainya – merupakan hal yang sangat penting dan menentukan di dalam

perencanaan strategi. Karena itu, penting untuk memiliki data tentang jumlah

penduduk, penyebaran penduduk secara regional, komposisi etnis, jenis kelamin,

agama serta usia, hal mana mempengaruhi situasi politik, antisipasi, harapan,

kebutuhan dan sikap berbagai kelompok masyarakat.

Sebagaimana halnya dalam pengetahuan tentang pesaing, dalam situasi

perencanaan strategi selalu dapat disimpulkan bahwa ada kekurangan informasi

tentang keadaan masyarakat.

Kekurangan pengetahuan tentang keadaan dan 'situasi‘ penduduk sering

dapat dilihat dengan jelas dalam penerapan ketentuan IMF. Kita ambil saja

contoh kasus kenaikan harga bahan pokok; pemerintah baru menyadari

kuatnya reaksi masyarakat atas hal tersebut setelah kebijakan tersebut

diberlakukan. Dalam kasus ini sebenarnya pemberontakan dan

demonstrasi dapat dihindari jika sejak semula situasi telah dikenali dan

diantisipasi secara tepat.

Yang juga sering tidak diketahui adalah kebutuhan kelompok-kelompok masyarakat

tertentu, yang tidak dapat dikenali lagi dari hasil-hasil survei. Ini disebabkan karena

ukuran sampling penduduk yang disurvei makin lama makin mengecil, sehingga sulit

dilakukannya diferensiasi. Selain itu, pengurangan jumlah pertanyaan survei akan

menyulitkan upaya mengaitkan dan melakukan korelasi dengan data-data penting

lainnya. Survei kuantitatif tidak lagi menampilkan data-data yang penting – yang

diperlukan untuk menilai suasana hati berbagai kelompok masyarakat yang berbeda.

Untuk itu, survei semacam ini harus dilengkapi dengan survei yang mampu

142

menampilkan data-data kualitatif dari kelompok masyarakat tertentu (survei Delphi

atau survei kelompok fokus).52

9.1.1. Penduduk/Pemilih

Pertama-tama perlu ditelaah, bagaimana penyebaran penduduk di negara atau di

daerah-daerah kampanye. Rasio penyebaran penduduk di daerah perkotaan dan

pedesaan memegang peranan penting. Demikian pula konsentrasi penduduk di

daerah tertentu suatu negara, penyebaran perkampungan etnis/suku dan agama

haruslah dicatat, sepanjang data-data tersebut relevan dengan misi. Dalam

kampanye pemilu, pengelompokan penduduk berdasarkan usia sangatlah penting.

Jika ada data tentang pekerjaan, pendidikan formal, status perkawinan dan tingkat

penghasilan, data-data ini harus dipresentasikan selengkap-lengkapnya bersama

dengan tingkat pendaftaran di dalam registrasi Pemilu. Dalam pengumpulan data-

data tersebut, kriteria pilihan dari penyaringan data (Bab 7) yaitu relevansi, ukuran,

tingkat kepentingan dan urgensi haruslah sungguh-sungguh diperhatikan; karena jika

tidak, jumlah data yang terkumpul akan terlalu luas.

Untuk beberapa negara yang penduduknya banyak yang berdiam di luar negeri, data

tentang penduduk tersebut sangat besar artinya dalam pemilu – dan juga dalam

pengumpulan dana. Karena itu, data-data mereka sangat perlu dipresentasikan.

9.1.2. Perilaku

Selama komponen penduduk secara umum menjadi titik perhatian, ragam sikap

warga menjadi relevan.

Dalam pemilu, perilaku-perilaku pada pemilu sebelumnya memegang peranan

penting, misalnya:

1. pembagian pemilih dalam partai-partai

2. tren dalam partisipasi pemilu

3. sikap warga yang tidak memilih (golput)

52

Mengenai survei lihat Bab 20.1.1 dst.

143

4. perpindahan pemilih

5. perilaku pemilih tetap dan pemilih musiman

6. alasan-alasan untuk menentukan pilihan.

Strategi untuk penerapan kebijakan terkait dengan:

1. Sikap dan penempatan diri dalam bidang politik,

2. Tingkat potensial mobilisasi, yaitu jumlah penduduk yang dapat dimobilisasi/

digerakkan sedemikian rupa untuk mendukung ataupun menentang rencana

perubahan kebijakan, sehingga mereka dapat saja melakukan aksi-aksi tertentu

(demonstrasi, mogok, melakukan tindak kekerasan).

Secara umum, hal di atas berhubungan dengan sikap dalam situasi konflik,

ketegangan etnis atau agama, serta sikap dalam situasi politik dan sosial tertentu.

9.1.3. Kebutuhan

Kebutuhan adalah rasa kekurangan dari keadaan yang dialami, yang berhubungan

dengan upaya peningkatan atau pemuasan. Istilah ini berasal dari bidang psikologi

motivasi, dan, karenanya memiliki peranan yang penting dalam memahami sikap

pemilu atau sikap dalam masyarakat. Berdasarkan teori, perbedaan antara

kebutuhan primer seperti pangan, pertahanan diri, dsb. merupakan kebutuhan yang

dibawa sejak lahir, sementara kebutuhan sekunder (pengakuan, kepentingan sosial

dan religius) muncul karena ada kebutuhan sosial atau lingkungan.

Maslow mengembangkan suatu model hirarki kebutuhan dengan tingkatan-tingkatan

sebagai berikut53:

Aktualisasi diri

Penghargaan

Cinta dan kebutuhan memiliki

Rasa aman, dan

Kebutuhan fisiologis

53

Penggunaan piramida kebutuhan dan penerjemahannya ke dalam kategori politik dibahas dalam Bab

15.4

144

Strategi politik harus mengidentifikasi kebutuhan warga, terutama pada saat

menyusun perencanaan pemilu. Sebagian besar dasar keputusan dalam memilih

berhubungan dengan harapan akan dipenuhinya kebutuhan-kebutuhan tersebut.

Dalam strategi yang lebih berhubungan dengan penerapan kebijakan, yang

diperlukan adalah mengenali sejak awal dampak dari dikeluarkannya suatu kebijakan

tertentu bagi masyarakat, yang terkait dengan kebutuhan mereka. Misalnya,

kebutuhan apa saja yang akan terkena dampak dan kemungkinan terancam bahaya

dan kebutuhan-kebutuhan baru apa saja yang akan diciptakan.

9.2. Perubahan masyarakat

Di sebagian besar negara, masyarakat mengalami proses perubahan secara terus-

menerus. Beberapa perubahan terjadi dengan tersendat-sendat dan hampir tidak

terlihat. Di beberapa kasus, terutama setelah revolusi, perang, dan dekolonialisasi,

proses perubahan terjadi sangat cepat. Teknologi komunikasi modern berpengaruh

besar terhadap perubahan masyarakat, karena memungkinkan tersedianya informasi

dari segenap penjuru dunia dalam waktu singkat dan dengan demikian dapat

membangkitkan kebutuhan dan emosi. Karena itu beberapa negara mencoba untuk

melarang akses ke internet dan media sosial atau setidaknya mencoba

menghalanginya. Mengenali perubahan semacam ini sedini mungkin di berbagai

tingkat dan bidang, mampu memanfaatkan keadaan dan mempercepat atau

memperlambat perubahan-perubahan tersebut, adalah ciri dan tugas dari sebuah

kebijakan sosial yang aktif. Dan dengan demikian, juga menjadi tugas yang harus

dikuasai oleh perencana strategi.

Kecenderungan dalam perubahan masyarakat juga merupakan dasar bagi partai-

partai politik untuk menempatkan diri – apakah lebih cenderung ke garis konservatif

atau progresif. Sebab setiap perubahan – atau yang secara umum diistilahkan

sebagai "modernisasi" – mengakibatkan adanya pihak yang menang dan pihak yang

kalah dalam proses modernisasi tersebut. Di era informasi sekarang – dengan

kecenderungan globalisasi, tingkat migrasi yang tinggi dan pembauran agama serta

sistem nilai, muncul skala yang sangat luas untuk strategi-strategi bagi yang pro dan

kontra dalam perubahan masyarakat. Kondisi ini dapat dimanfaatkan oleh berbagai

kelompok masyarakat untuk kepentingannya masing-masing. Beberapa contoh

145

akibat adalah timbulnya fundamentalisme, perang etnis dan agama, tindakan

kekerasan, penurunan nilai-nilai, isolasi dan penelantaran.

9.2.1. Perubahan nilai

Perubahan nilai berarti perubahan norma dan aturan yang digariskan oleh

masyarakat, serta perubahan larangan yang dipengaruhi oleh agama serta etnis

maupun nilai-nilai individual serta nilai-nilai keteladanan lainnya.

Sebagai contoh, masyarakat sekarang mulai mempertanyakan struktur

otoritas tradisional seperti prinsip berprestasi dan tingkat pertumbuhan

ekonomi. Di sisi lain, bentuk-bentuk kehidupan yang berorientasi pada

keadilan sosial dan ekologi juga mendapat kemajuan.

Dalam masyarakat lain, sistem sosialis dengan ekonomi terencananya, ide

internasionalismenya dan solidaritas yang diatur negara, mulai mengalami

keruntuhan. Sistem ini digantikan oleh bentuk perekonomian kapitalis dan

kemajuan bagi individu-individu.

Di negara-negara lain meningkat menjadi kelahiran kembali

sosialisme. Setelah terjadinya krisis perekonomian global,

kapitalisme dan seluruh elemennya menimbulkan keraguan dan

membentuk kelompok-kelompok besar masyarakat yang mencari

bentuk baru perekonomian atau setidaknya menolak dengan

keras segala bentuk perekonomian kapitalistis.

Di beberapa tempat, gerakan sosial mendobrak struktur-struktur lama:

perempuan berhasil menempatkan dirinya dalam masyarakat, dan

perlindungan lingkungan hidup, menjadi orientasi dalam melakukan

kegiatan ekonomi.

Pada saat yang sama, di negara-negara lain bangunan konsep nasionalis

mulai runtuh, dan terjadi pergerakan kembali ke ide kesukuan atau lingkup

masyarakat yang lebih kecil. Susunan "kuno" kembali ditegakkan.

146

Hilangnya kekuasaan gereja yang mapan dan hilangnya orientasi serta

arahan dijawab oleh munculnya norma-norma yang dapat diterima

masyarakat – dengan mencari pelarian atau tempat perlindungan di dalam

sekte-sekte dan gerakan fundamentalis yang memberikan aturan serta

komando hirarkis yang jelas kepada para anggotanya.

Pengetahuan tentang proses perubahan nilai yang telah terjadi sebelumnya dalam

suatu masyarakat sangat penting bagi rencana-rencana politik dan juga bagi proses

perubahan itu sendiri. Ketidakmampuan pemerintah untuk menangani gerakan-

gerakan fundamentalis dan sekte-sekte tertentu menunjukkan betapa jarangnya

pemerintah bereaksi terhadap perubahan nilai secara strategis. Dan mereka

seringkali hanya mengembangkan strategi defensif, yang dalam praktiknya hanya

sedikit atau bahkan sama sekali tidak berguna.

9.2.2. Perubahan struktural

Jika perubahan nilai didasari oleh perubahan norma dan aturan sosial, perubahan

struktur seringkali disebabkan oleh perubahan ekonomis. Perubahan dari

masyarakat agraris ke masyarakat industri, dan perubahan ke arah masyarakat jasa

dan informatika mendasari perubahan struktural yang substansial, yang terkait

dengan penghapusan lapangan kerja secara besar-besaran di beberapa tempat, dan

pengadaan lapangan kerja baru di tempat lain.

Perubahan struktural dapat disebabkan oleh persaingan global dan tersingkirnya

produk domestik dari pasar dunia, seperti yang dapat diamati pada produksi tekstil,

pembuatan kapal dan industri baja.

Proses perubahan struktural semacam ini harus dihadapi secara strategis. Tetapi,

yang lebih penting lagi adalah menciptakan produksi alternatif di daerah-daerah yang

kalah, atau, setidaknya, partai atau kandidat harus mengambil posisi yang tepat

dalam proses perubahan struktural tersebut.

147

Perubahan struktur besar-besaran dalam demografi di dalam banyak masyarakat

ditandai dengan banyaknya penduduk lansia. Sebagian disebabkan oleh kebijakan

politik ‘hanya satu anak’ seperti yang terjadi di Cina atau karena dilaksanakannya

program keluarga berencana. Dislokasi yang sangat besar terjadi di dalam komposisi

masyarakat disebabkan oleh banyaknya penduduk usia produktif yang meninggal

karena terkena HIV. Akibatnya adalah peningkatan jumlah anak-anak yatim piatu

korban AIDS.

9.2.3. Perubahan sikap

Perubahan sikap dalam memilih tentu ada sebabnya. Entah tidak adanya tawaran

akan pemenuhan kebutuhan bagi kelompok pemilih, atau kelompok dan partai lain

memberi tawaran-tawaran yang lebih kompeten dan lebih dapat dipercaya.

Perubahan pola atau sikap memilih dari kelompok tertentu – misalnya kelompok

pemuda, kelompok profesi atau kelompok gaya hidup dapat menjadi sinyal positif

ataupun negatif. Hal ini perlu dipahami secara jernih agar keputusan yang tepat

dapat diambil.

Contoh: Sikap agresif beberapa bangsa terhadap warga asing dan pencari

suaka – yang berkembang pada saat meningkatnya ketidak-pastian akan

peluang kerja dan masa depan, merupakan fakta yang harus dipandang

penting dalam perencanaan strategi.

Fenomena penting berikutnya yang terjadi di dalam masyarakat

yang sudah memiliki pengalaman demokrasi lebih panjang

adalah penyimpangan ikatan pemilih dan munculnya swing

voters. Kelompok swing voters ini dapat digerakkan oleh

peristiwa-peristiwa kecil untuk meninggalkan partai pilihannya

dan memilih partai-partai yang tidak jelas profilnya, seperti

munculnya Partai Bajak Laut dalam Pemilu Parlemen Eropa

tahun 2009 lalu.

Perubahan sikap di bidang kriminalitas dan penggunaan kekerasan adalah tanda

perubahan dalam masyarakat, dan dapat digunakan oleh kelompok atau partai

148

politik. Di lain pihak, hal ini dapat pula memberi peluang bagi pemerintah dan

pemegang kekuasaan lainnya untuk mengambil tindakan.

9.2.4. Perubahan dalam kebutuhan

Perubahan dalam kebutuhan tergantung dari perkembangan psikologis individu dan

juga jumlah kelompok masyarakat. Perubahan ini sangat dipengaruhi dan didasari

oleh perubahan struktur ekonomi dan perubahan sistem jaminan sosial. Semakin

baik kebutuhan dasar yang dimiliki suatu kelompok masyarakat, dan kebutuhan akan

keamanan serta sosialnya juga terpenuhi, kelompok tersebut akan semakin

cenderung menuntut pemenuhan kebutuhan yang lebih tinggi daripada sekedar

materi (kebutuhan post-material). Proses semacam ini hendaknya tidak diabaikan,

karena bisa mengakibatkan hilangnya peluang. Dalam hal ini harus disadari bahwa

data makro tidak memberikan gambaran yang benar mengenai situasi masyarakat.

Permintaan yang tinggi akan kebutuhan post-material belum tentu berarti bahwa

kebutuhan dasar mereka telah terpenuhi dengan baik dan merata, terutama apabila

dalam masyarakat tersebut tidak terdapat golongan kelas menengah. Dalam setiap

masyarakat selalu ada pihak-pihak yang memiliki status tertentu, dan status ini

menentukan pula orientasi pemenuhan kebutuhan tertentu bagi pihak tersebut. Hal

ini berlaku baik di negara berkembang maupun di negara maju.

Suatu perubahan orientasi akan kebutuhan haruslah diteliti dengan cermat:

bagaimana perubahan ini dapat terjadi, apa penyebabnya dan sampai sejauh mana

perubahan tersebut dapat diamati sebagai sesuatu yang stabil. Menyebut beberapa

contoh, kestabilan tergantung dari faktor-faktor penyebab – dapat berupa peristiwa

aktual maupun kejadian-kejadian yang baru muncul (bencana seperti Chernobyl,

peristiwa kriminal tertentu seperti penembakan membabi-buta di sebuah sekolah

menengah di Amerika, serangan teroris, kekacauan iklim dsb.), yang mempengaruhi

kebutuhan untuk waktu yang singkat ataupun lama.54

54

Keterangan lebih lanjut tentang perubahan dan kenapa perubahan terhadap isu harus dilakukan, dapat

dilihat pada Bab 13.4.4. tentang Pemilihan Isu Yang Tepat.

149

9.2.5. Perubahan teknologi

Perubahan teknologi yang paling jelas terlihat adalah yang terkait dengan teknologi

informasi. Dulu, untuk memonopoli informasi hanya diperlukan pendudukan atas

stasiun radio suatu negara. Sekarang hal seperti itu sudah menjadi masa lalu. Kini

manusia dan negara tidak lagi dapat dipisahkan dari informasi. Telepon genggam,

satelit dan internet membuat peristiwa regional tidak lagi terpisahkan dari perhatian

dunia luas.

Apakah pemberontakan yang dilakukan para biarawan di

Myanmar, tekanan terhadap penyebaran informasi di Cina, atau

percobaan kudeta di Moskow diikuti dengan pendudukan

„Gedung Putih“? Berkat telefon seluler hal-hal tersebut

diinformasikan ke seluruh dunia. Semuanya menjadi tontonan

dunia dan masyarakat menjadi saksi serta pengawas seluruh

peristiwa.

Demikian pula bagi komunikasi internal dari organisasi-organisasi dan partai-partai di

negara-negara di mana pos dan telepon tidak berfungsi, maka teknologi modern

menjadi sarana untuk memberikan informasi ke bawah dan dari bawah ke atas, dan

dengan demikian merupakan syarat penting untuk mengimplementasikan strategi.

9.3. Kecenderungan/tren-tren politik

Kecenderungan atau tren-tren politik mempengaruhi hasil akhir suatu pemilu atau

proses-proses kompetitif lainnya – jauh melebih sebuah strategi yang dirumuskan

sebagai sebuah hasil atau sebagai jawaban atas kecenderungan-kecenderungan

tersebut. Dalam karyanya, Sun Tzu kembali menekankan bahwa timing (waktu yang

tepat) dan momentum memiliki pengaruh yang besar bagi hasil akhir.

Mengenai hal itu Sun Tzu berpendapat: Jika serangan elang berhasil

mematahkan tulang belakang mangsanya, itu disebabkan karena

ketepatan waktu yang sempurna.

150

Soal dorongan, Sun Tzu berpendapat: Jika air bah dapat menggeser

cadas bebatuan, itu disebabkan karena momentumnya.

Strategi yang sangat baik sekalipun, tidak akan dapat melawan tren politik, timing

dan momentum yang ada. Oleh sebab itu, terkadang masuk akal untuk tidak

berusaha mencapai suatu sasaran tertentu pada waktu yang tidak tepat dan dengan

melawan tren politik, karena hal ini hanya akan menyebabkan hancurnya sasaran

dan hilangnya kredibilitas. Karena itu analisa tentang tren ini sangat menentukan

dalam memprediksi apakah suatu strategi akan berhasil atau tidak. Terkadang ada

baiknya juga sedikit menunggu dan menggunakan terjadinya perubahan tren politik,

daripada harus berupaya keras berperang melawan arus dan mengalami kekalahan.

Strategi jangka panjang diperlukan untuk dapat mengantisipasi tren yang sesuai

dengan harapan – untuk kemudian dapat menggunakannya secara optimal.

Contoh: Suatu kecenderungan yang dapat dikalkulasi oleh partai

pemerintah yang berkuasa di tingkat nasional adalah bahwa mereka

biasanya akan memiliki citra yang buruk pada pertengahan periode

pemerintahannya, karena banyak harapan dari para pendukungnya yang

tidak terpenuhi. Kecenderungan yang dapat dikalkulasi ini dapat

dipergunakan oleh pihak oposisi untuk mengambil keuntungan pada

pemilu regional yang dilakukan di tengah periode pemerintahan tersebut.

Contoh: Suatu pemerintahan yang telah mengetahui bahwa ia akan

mengalami kesulitan di masa depan karena kejadian-kejadian atau

rencana tertentu – dan karenanya juga akan kehilangan dukungan pemilih,

harus mencegah terjadinya kecenderungan-kecenderungan tersebut.

Untuk itu, misalnya pada saat yang tepat pemerintah yang bersangkutan

harus dapat menciptakan musuh eksternal atau memanfaatkan peristiwa

eksternal yang terjadi (bencana alam, peristiwa-peristiwa di negara-negara

yang jauh, dsb.) yang dapat mengalihkan perhatian orang-orang dari

kecenderungan yang ada, sehingga oposisi tidak dapat memanfaatkan

kecenderungan ini demi keuntungannya sendiri.

151

Keberhasilan dalam memanfaatkan tren hanya akan terjadi jika tren-tren tersebut

telah terlebih dahulu dikenali dan dianalisa sebelum dikembangkan.

9.4. Komunikasi

Pengumpulan fakta tentang komunikasi meliputi jenis-jenis dan cara komunikasi

dengan masyarakat dan bagian-bagian dalam kelompok masyarakat. Setiap

kemungkinan adanya akses ke kelompok target beserta biaya dan ketersediaan

kebutuhan, haruslah dianalisa pada saat yang tepat.

Berikut ini adalah kelompok-kelompok akses utama beserta sub-kategorinya:

Akses media:

Media cetak

Media elektronik

Iklan di luar ruang (outdoor)

Akses formal:

Asosiasi

Multiplikator

Akses informal:

Aktivitas pemimpin opini

Aktivitas tatap muka (face-to-face)

Akses jejaring

Aktivitas jejaring sosial

Pengetahuan tentang berbagai akses komunikasi dan biayanya sangat penting untuk

keputusan strategis dan taktis. Misalnya di beberapa negara, partai oposisi tidak

memiliki akses ke media, baik surat kabar, program televisi maupun radio, karena

sarana-sarana tersebut dikontrol oleh negara. Akses alternatif untuk menyebarkan

informasi harus ditemukan, sehingga komunikasi dapat dilakukan melalui jalur

informal.

Pengetahuan tentang biaya penggunaan berbagai media dan ketersedian waktu

yang kita miliki sangat diperlukan untuk menyusun anggaran dan perencanan waktu

serta operasional.

152

Di samping jalur informasi yang umum dikenal, ada pula berbagai sistem komunikasi

informal yang digunakan masyarakat, dan sistem-sistem ini memiliki efek yang

sangat mengagumkan. Rumor, misalnya, dan berbagai info sejenis, dapat

disebarkan melalui saluran-saluran informasi tertentu yang tidak dapat diatur atau

disadap. Posisi sebagai penyebar berita dalam sistem informal ini menjadi sangat

penting, karena dapat memberikan kemungkinan untuk menghindar dari sistem

informasi formal.

9.5. Kerangka persyaratan

9.5.1. Peraturan atau undang-undang

Peraturan atau undang-undang sangat penting dalam kerangka kerja eksternal. Di

sebagian besar negara, hampir semua keputusan yang memiliki arti strategis

dipengaruhi oleh undang-undang.

Jika suatu strategi politik tentang privatisasi direncanakan dan akan dilaksanakan,

undang-undang tentang hak milik, peralihan hak milik, undang-undang sosial serta

banyak peraturan-peraturan lainnya menjadi sangat penting.

Jika kita akan menjadi peserta pemilu, pengetahuan tentang undang-undang pemilu,

undang-undang partai dan pendanaan partai serta undang-undang tentang media

dan penggunaan media sangatlah penting. Oleh karena itu, semua upaya kreatif

dalam pengembangan sebuah strategi haruslah terlebih dahulu ditelaah dasar

hukumnya, karena peraturan dan undang-undang ini kerap menentukan

keberhasilan atau kegagalan suatu strategi. Peraturan-peraturan tersebut terkait

dengan hal-hal yang telah sering disinggung Sun Tzu di berbagai kesempatan.

Contoh: Perencanaan strategi bergantung pada hal-hal yang menentukan,

antara lain, apakah sistem pemilu yang digunakan adalah sistem pemilu

yang berlaku sebelumnya (apakah sistem distrik atau proporsional, atau

sistem lain yang tercantum dalam undang-undang pemilu); bagaimana

153

bentuk dan rupa kertas pemungutan suara; bagaimana akses ke media,

bagaimana aturan pendanaan yang mungkin bagi partai, dsb.

Berikut ini adalah peraturan-peraturan yang relevan untuk aktivitas politik:

1. Konstitusi/UUD

2. Undang-undang tentang partai politik

3. Undang-undang tentang pemilu

4. Undang-undang tentang pers dan media

5. Undang-undang lainnya yang terkait dengan strategi politik yang bermasalah.

Versi terbaru dari peraturan atau undang-undang terkait harus selalu digunakan

dalam menganalisa peraturan atau undang-undang. Untuk perencanaan strategi,

yang harus digunakan adalah versi asli undang-undang tersebut – dan bukan yang

berasal dari pemberitaan atau pengamatan semata. Kemampuan untuk

memanfaatkan peraturan dan undang-undang secara optimal bergantung pada

kemampuan untuk menguasai pasal-pasal dan ayat-ayat serta rinciannya.

Menganalisa situasi perundang-undangan harus mencakup pula pengujian apakah

undang-undang tersebut benar-benar diterapkan. Beberapa masalah dapat timbul

dari sana, seperti kecurangan Pemilu, tekanan dari partai-partai oposisi dsb.

9.5.2. Ancaman

Memperhatikan ancaman pada saat implementasi strategi politik atau strategi

kampanye penting dalam memprediksikan kemungkinan dukungan yang diperoleh:

apakah sikap pasif masyarakat ataukah sikap penolakan yang disebabkan oleh rasa

takut.

Contoh: Suatu situasi yang khusus terjadi di Amerika berkenaan dengan

undang-undang aborsi. Di sana sering terjadi ancaman pribadi yang serius

– tidak hanya terhadap politisi, tetapi juga terhadap seluruh pekerja klinik

aborsi dan juga pendukung undang-undang aborsi. Ancaman tersebut

sedapat mungkin harus dijadikan bagian dari pengumpulan fakta dalam

strategi, agar situasi semacam itu dapat diantisipasi sedini mungkin.

154

Ancaman dalam kampanye pemilu dapat muncul dalam berbagai bentuk. Di

beberapa negara, anggota partai oposisi diancam secara fisik oleh kekuatan negara,

dimasukkan ke dalam penjara atau mendapat tekanan lainnya. Di negara lain,

berbagai kelompok politik yang berbeda-beda dan sangat militan saling mengancam

satu sama lain, sehingga pembunuhan terus-menerus terjadi – misalnya antar

berbagai kelompok etnis atau kelompok agama yang berbeda, atau juga antar

anggota keluarga para kandidat.

Di negara-negara tertentu, sejumlah pembunuhan politik saat pemilu merupakan

bukti adanya ancaman-ancaman tersebut. Situasi keamanan saat kampanye pemilu,

pelaksanaan pemilu serta keamanan para kandidat harus diperhatikan sejak dini –

agar dapat diambil langkah-langkah penanganan yang tepat, atau sebuah lembaga

keamananan dapat dibentuk oleh organisasi kita sendiri.

Contoh: Dalam pemilu lokal di Sri Lanka tahun 1997, terjadi 6

pembunuhan, 2 percobaan pembunuhan, 40 tindakan kekerasan, 519

serangan, 242 intimidasi, 53 perampokan, 50 pembakaran, 733 ancaman,

249 perusakan properti.55

Dalam pemilu regional di propinsi Barat Laut Sri Lanka tahun 1999, di

propinsi tersebut terjadi 3 pembunuhan, 11 percobaan pembunuhan, 45

tindakan kekerasan, 215 serangan, 119 intimidasi, 52 perampokan, 22

pembakaran, 194 ancaman, dan 110 perusakan properti.56

9.5.3. Intervensi

Jika dalam strategi politik ancaman didefinisikan sebagai sesuatu yang berasal dari

dalam negara, maka intervensi adalah faktor yang berasal dari luar. Intervensi sering

berasal dari negara-negara tetangga, tetapi sering juga dari negara-negara yang

ingin mempengaruhi negara-negara lain.

55

Sumber: Center for Monitoring Election Violence (CMEV, Pusat Pengawasan Kekerasan Pemilu):

Final Report of Election Related Violence During the Local Government Election Campaign 1997 (laporan akhir

tentang kekerasan sehubungan pemilu selama kampanye pemerintahan lokal 1997), ISBN 955-9537-00-8. 56

Sumber: Center for Monitoring Election Violence (CMEV, Pusat Pengawasan Kekerasan Pemilu):

Final Report on the North-Western Provincial Council Elections (laporan akhir tentang pemilihan Dewan

Propinsi Barat laut 1999).

155

Intervensi semacam ini sudah sering terjadi dan tidak jarang pula menimbulkan

perang. Terkadang intervensi tersebut bersifat terbuka dan ancamannya dilakukan

secara langsung.

Contoh: Jepang menamakan tekanan Amerika Serikat yang melebihi batas

– agar Jepang membuka pasarnya terhadap barang-barang Amerika

Serikat – sebagai "Kembalinya sang kapal hitam". Sebutan ini berasal dari

peristiwa tahun 1853 saat Admiral Matthew C. Percy dengan kapal perang

hitamnya meyakinkan para shogun untuk membuka pasar Jepang

terhadap perdagangan Amerika Serikat.

Terkadang ancaman dilakukan secara terselubung atau sering juga sama sekali

tidak terlihat, tetapi ancaman tersebut tetap mampu mempengaruhi kejadian-

kejadian – sehingga hasil yang diinginkan dari ancaman tersebut dapat tercapai. Hal

ini berlaku baik dalam pemilu maupun dalam penerapan suatu kebijakan .

Contoh: Dalam pemilihan presiden di Guatemala, anggota suatu tim

perencana strategi menyampaikan kepada saya bahwa yang dapat

menjadi presiden Guatemala hanyalah orang yang memperoleh dukungan

dari kedutaan Amerika, militer dan "sector privado." Saat pemilu

berlangsung, saya akhirnya menyaksikan sendiri kebenarannya.

Contoh: Saat pemilihan presiden di Taiwan tahun 1995, seorang kandidat

DPP (Democratic Progressive Party) menerapkan kebijakan yang

menentang penyatuan kembali Taiwan dengan Cina daratan. Sebagai

reaksi atas hal itu, Cina mengirimkan banyak sekali kapal perang ke

Formosa Street, hal mana menimbulkan ketakutan di pihak Taiwan,

sehingga kandidat Kuomingtang terpilih ulang.

9.5.4. Jadwal-jadwal tetap

Jadwal-jadwal tetap tidak memiliki pengaruh yang jelas dalam strategi politik, tetapi

jadwal-jadwal tersebut termasuk penting dan dapat mendukung ataupun

menghalangi keberadaan kelompok-kelompok politik tertentu. Jadwal-jadwal itu pun

156

menawarkan kesempatan kepada negara-negara tertentu untuk melakukan hal-hal

yang selama ini tidak mungkin dilaksanakan. Contohnya adalah peristiwa-peristiwa

yang memicu perhatian dari seluruh dunia, seperti Olimpiade atau Kejuaraan Dunia

Sepak Bola dsb.

Terjadinya kerusuhan di Tibet sebelum Olimpiade musim panas di Beijing pada

tahun 2008 adalah salah satu contohnya. Seandainya tidak ada pertandingan

Olimpiade, mungkin reaksi pemimpin Cina akan jauh lebih keras dan terutama media

akan lebih sedikit memberitakan peristiwa tersebut sesaat sebelum Olimpiade

berlangsung.

Yang dimaksud jadwal-jadwal tetap terutama adalah hari-hari libur yang dapat

mempengaruhi strategi yang telah direncanakan sebelumnya.

Contoh: Hari-hari libur yang panjang seperti libur Natal dan tahun baru

akan menginterupsi dan dapat sangat menganggu jalannya kampanye, jika

kampanye tersebut tidak direncanakan sedemikian rupa pada waktu yang

tepat. Hal ini terjadi pada sebuah pemilu di Jerman, yang jatuh pada bulan

Januari. Langkah-langkah yang diperlukan harus diambil untuk

memastikan agar bangunan dan teknik kampanye dapat mengarah pada

tujuan yang diinginkan.

Hal yang sama terjadi pula di negara muslim pada bulan Ramadhan.

Selain jadwal-jadwal tetap berupa hari libur atau waktu senggang, peristiwa olahraga

dan peristiwa politik besar atau kejadian-kejadian besar lainnya juga sangat

signifikan untuk perencanaan strategi. Jadwal-jadwal semacam ini kadang membawa

kerugian, karena lawan politik dapat menggunakan hal tersebut secara cermat dan

lebih baik, atau karena perhatian sebagian besar warga teralihkan. Mereka lebih

suka memberikan perhatian pada sepak bola, NBA-Playoffs, kejuaraan dunia criket

(Cricket-World-Cup) atau basket daripada politik. Di sisi lain, peristiwa-peristiwa

tersebut juga memberikan peluang yang tidak boleh dibiarkan berlalu begitu saja

tanpa dimanfaatkan.

157

10. MENGIDENTIFIKASI KEKUATAN DAN KELEMAHAN

Fakta yang diperoleh dalam pengumpulan fakta berkaitan erat dengan misi untuk

menetapkan kekuatan dan kelemahan. Ini berarti bahwa setiap data yang

terdokumentasi akan dikontraskan dengan misi, dengan mengajukan pertanyaan:

Apakah fakta tersebut mendukung pencapaian seluruh sasaran yang diformulasikan

dalam misi ataukah tidak?

10.1. Kekuatan-kekuatan

Jika sebuah fakta mendukung dicapainya misi, maka fakta tersebut merupakan

kekuatan. Sebaliknya, jika sebuah fakta menghalangi pencapaian sasaran-sasaran

misi, maka fakta tersebut merupakan kelemahan. Mari pertama-tama kita bahas

kekuatan terlebih dulu. Kekuatan dapat dikelompokkan dalam beberapa kategori

yang berbeda. Beberapa contoh misalnya:

Jika struktur organisasi partai kita benar-benar efisien dan berfungsi

dengan baik, ini adalah kekuatan partai.

Kekuatan semacam ini datang dari dalam organisasi sendiri dan tidak dapat

dirampas. Paling jauh, lawan dapat berusaha menyamai kita dengan cara

memperbaiki struktur organisasinya sendiri. Namun demikian, kekuatan kita tetap

tidak tersentuh.

Jika kita dapat mengandalkan basis keanggotaan dan sukarelawan yang

aktif yang memiliki antusiasme sangat tinggi selama kampanye pemilu, ini

merupakan kekuatan yang muncul dari organisasi kita sendiri.

Kita dapat mengendalikan kekuatan ini. Tapi, bagaimanapun, kekuatan haruslah

selalu dijaga dan dipertahankan, karena motivasi anggota dan para sukarelawan

dapat dilunturkan oleh tindakan-tindakan lawan. Jika kekuatan kita menimbulkan

kelemahan yang riil bagi lawan, haruslah diperhitungkan bahwa lawan akan

mencoba menghancurkan kekuatan kita dengan menggunakan strategi khusus.

158

Jika program partai kita lebih baik dan lebih lengkap terkait dengan suatu

isu yang menarik bagi suatu kelompok target tertentu, maka kita memiliki

kekuatan – dibandingkan lawan kita.

Dalam konflik dengan pesaing-pesaing politik, kekuatan semacam ini harus

dimanfaatkan seoptimal mungkin, karena tak seorang pun dapat menghalangi pihak

lawan untuk menyajikan program-program yang tak kalah menarik dari program kita.

Jika partai pemerintah sebagai lawan kita menunjukkan kinerja yang buruk

dan dinilai buruk oleh masyarakat, ini berarti kelemahan bagi partai

pemerintah dan kekuatan bagi kita.

Kelemahan lawan menjadi kekuatan kita, jika kita dapat memanfaatkan kelemahan

lawan tersebut. Kita dapat memperoleh kekuatan dari lawan kita yang lemah, jika kita

mampu memanfaatkan kelemahan-kelemahan tersebut. Tetapi hal ini sangat rentan

terhadap kesalahan prediksi. Dengan demikian, kesalahan yang dibuat partai

pemerintah misalnya, merupakan kelemahan pemerintah. Tetapi jika partai oposisi

tidak mampu mempergunakan kelemahan ini dengan cara mempresentasikan solusi

yang lebih atraktif kepada masyarakat pemilih, kelemahan tersebut tidak dapat

dimanfaatkan. Kritik negatif terhadap suatu kebijakan yang menjadi kelemahan pihak

lawan, tidak selalu menghasilkan kekuatan bagi pihak kita.

10.2. Kelemahan-kelemahan

Sekarang akan kita bahas mengenai kelemahan-kelemahan kita. Seperti halnya

kekuatan, kelemahan juga dapat dikategorisasikan. Beberapa contoh untuk

menggambarkannya misalnya:

Jika sistem komunikasi internal kita tidak berfungsi, berarti kita memiliki

kelemahan yang akan menghalangi pencapaian sasaran. Karena itu, kita

harus berusaha untuk menghapus atau mengurangi kelemahan ini.

Kelemahan yang ada pada pihak kita ini hanya dapat dihilangkan oleh kita sendiri

tanpa pengaruh pihak lawan. Lawan juga tidak mungkin mampu menghambat proses

tersebut.

159

Jika terjadi konflik internal tentang satu isu politik di dalam organisasi kita,

setiap saat lawan selalu dapat menggunakan konflik tersebut untuk

menyerang kita, dan akan menggoyahkan kredibilitas kita atas isu itu di

depan publik.

Kelemahan kita itu dapat memberikan kekuatan kepada lawan, jika lawan mampu

memanfaatkannya. Agar kita yakin bahwa lawan tidak mampu melakukan serangan

terhadap kita, kita harus menemukan solusi strategis untuk mengamankan titik lemah

kita tersebut.

Jika lawan politik kita memiliki hubungan yang kuat dengan serikat buruh

dan dukungan serikat buruh tersebut cukup signifikan, berarti kita memiliki

kelemahan yang berasal dari kekuatan lawan.

Kelemahan semacam ini hanya bisa dihilangkan dengan cara mengurangi kekuatan

lawan.

10.3. Fakta-fakta yang bukan merupakan kekuatan maupun kelemahan

Tentu saja terdapat banyak fakta – yang bukan merupakan kekuatan maupun

kelemahan. Fakta-fakta ini sering terkait dengan kerangka prasyarat – yang

selanjutnya bisa relevan pada saat dirumuskannya rencana-rencana taktis atau

rencana waktu dan operasional. Karena itu fakta-fakta ini dikumpulkan bukannya

tanpa alasan.

Jika pemilu diadakan pada saat dilangsungkannya Olimpiade, fakta ini

bukanlah merupakan kekuatan ataupun kelemahan bagi pencapaian

keseluruhan sasaran misi. Tetapi, bagaimanapun, kegiatan-kegiatan

penting dalam Olimpiade haruslah dipertimbangkan dalam perencanaan,

karena perhatian pemilih akan teralihkan dari konflik-konflik politik.

160

10.4. Kelemahan yang tidak relevan dengan misi atau tidak dapat diubah

Kelemahan dapat memiliki arti penting, tetapi dapat pula diabaikan jika tidak penting

bagi misi kita.

Contoh: “Kekurangan dana” bukan merupakan kelemahan yang penting

jika sebuah partai bermaksud menetapkan suatu program baru. Tetapi di

lain pihak, kekurangan dana menjadi kelemahan besar bagi partai dalam

pelaksanaan kampanye pemilu.

Kelemahan lain bisa jadi memiliki relevansi, tetapi kelemahan-kelemahan tersebut

tidak dapat diperbaiki. Ini berarti bahwa tingkat pengaruh terhadap suatu kelemahan

dapat bervariasi.

Contoh: Tujuan untuk menghapuskan kelemahan pada "struktur-struktur

organisasi yang tidak demokratis" melalui sebuah "reformasi yang

demokratis" dapat diwujudkan karena wewenang ini masih berada dalam

pengaruh kita.

Tujuan sebuah partai oposisi untuk mengubah undang-undang pemilu

yang tidak menguntungkan mereka adalah sesuatu yang tidak mungkin –

karena masalah tersebut tidak berada dalam pengaruh mereka.

Oleh karena itu, dalam menganalisa kelemahan dan kekuatan, pertama-tama perlu

diuji apakah kelemahan dan kekuatan tersebut memang penting untuk pencapaian

keseluruhan sasaran; apakah kelemahan tersebut dapat kita perbaiki, dan apakah

kekuatan yang kita miliki dapat diubah oleh pihak lain.

10.5. Matriks kekuatan dan kelemahan

Untuk dapat mengenali situasi, maka perlu dibuat klasifikasi:

1. Kekuatan ditempatkan dalam sebuah raster/koordinat di mana sumbu X

menggambarkan pengaruh yang dimiliki lawan terhadap kekuatan kita – yaitu tingkat

ancaman terhadap kekuatan kita, dan sumbu Y menggambarkan signifikansi

kekuatan-kekuatan yang dimiliki untuk pencapaian misi.

161

2. Kelemahan ditempatkan dalam sebuah raster/kordinat di mana sumbu X

menggambarkan pengaruh yang kita miliki untuk mengubah kekurangan kita, dan

sumbu Y menggambarkan siignifikansi kelemahan-kelemahan yang dimiliki untuk

diperhadapkan dengan misi kita.

Kekuatan-kekuatan dibagi ke dalam bidang-bidang berikut:

Bidang aa menggambarkan: Kekuatan yang sangat signifikan, yang tidak

dapat dipengaruhi oleh lawan (tidak terancam bahaya)

Bidang ab menggambarkan: Kekuatan yang sangat signifikan, yang dapat

dipengaruhi lawan secara terbatas (terancam bahaya sebagian)

Bidang ac menggambarkan: Kekuatan yang sangat signifikan, yang dapat

sepenuhnya dipengaruhi lawan (terancam bahaya)

Bidang ba menggambarkan: Kekuatan yang signifikan, yang tidak dapat

dipengaruhi lawan (tidak terancam bahaya)

Bidang bb menggambarkan: Kekuatan yang signifikan, yang dapat

dipengaruhi lawan secara terbatas (terancam bahaya sebagian)

Bidang bc menggambarkan: Kekuatan yang signifikan, yang dapat

sepenuhnya dipengaruhi lawan (terancam bahaya)

Bidang ca menggambarkan: Kekuatan yang tidak signifikan, yang tidak dapat

dipengaruhi lawan (tidak terancam bahaya)

Bidang cb menggambarkan: Kekuatan yang tidak signifikan, yang dapat

dipengaruhi lawan secara terbatas (terancam bahaya sebagian)

Bidang cc menggambarkan: Kekuatan yang tidak signifikan, yang dapat

dipengaruhi lawan sepenuhnya (terancam bahaya)

sangat signifikan

aa

ab

ac

ba

bb

bc

ca

tidak signifikan

tidak terancam bahaya

cb

cc

terancam bahaya

162

Kelemahan-kelemahan dibagi ke dalam bidang-bidang berikut:

Bidang AA menggambarkan: Kelemahan yang sangat signifikan yang secara

umum masih bisa dipengaruhi.

Bidang AB menggambarkan: Kelemahan yang sangat signifikan, yang dapat

dipengaruhi secara terbatas.

Bidang AC menggambarkan: Kelemahan yang sangat signifikan yang tidak

dapat diubah.

Bidang BA menggambarkan: Kelemahan yang agak signifikan, yang secara

umum bisa dipengaruhi.

Bidang BB menggambarkan: Kelemahan yang agak signifikan, yang cukup

dapat dipengaruhi.

Bidang BC menggambarkan: Kelemahan yang agak signifikan yang tidak

dapat diubah.

Bidang CA menggambarkan: Kelemahan yang tidak signifikan, yang secara

umum bisa dipengaruhi.

Bidang CB menggambarkan: Kelemahan yang tidak signifikan, yang cukup

dapat dipengaruhi.

Bidang CC menggambarkan:Kelemahan yang tidak signifikan yang tidak dapat

diubah.

sangat signifikan

AA

AB

AC

BA

BB

BC

CA

tidak signifikan

dapat diubah

CB

CC

tidak dapat diubah

Raster yang digunakan dalam pengumpulan fakta dapat memberikan bantuan dalam

menganalisa kekuatan dan kelemahan. Karena itu, kelemahan-kelemahan dinilai

163

berdasarkan signifikansinya, dengan menggunakan kriteria yang relevan, ukuran,

dan urgensi – kemudian ditempatkan dalam matriks kelemahan.

10.6. Analisa matriks

Jika dalam analisa ini ditemukan bahwa kelemahan-kelemahan yang tidak dapat

diubah sangat banyak dan signifikan bagi pencapaian misi (bidang AC dan BC),

maka kita tidak akan mampu mencapai sasaran misi yang telah kita tetapkan.

Dengan demikian, keseluruhan sasaran haruslah dimodifikasi atau setidaknya

dikurangi, dan ini akan berpengaruh pada kelemahan-kelemahan itu sendiri.

Hasilnya, sebagian kelemahan akan hilang, sementara signifikansi kelemahan

lainnya akan berubah dan menjadi tidak relevan.

sangat signifikan

4

17

1,2,3,5,7,16

18

9,10,13

6,8,12,15,19,20

tidak signifikan

dapat diubah

tidak dapat diubah

Grafik di atas menggambarkan keadaan yang dibahas dalam paragraf sebelumnya.

Ada banyak kelemahan yang tidak dipengaruhi oleh organisasi kita, sehingga tidak

dapat kita pengaruhi atau kita ubah. (Kelemahan 1,2,3,5,6,7,8,12,15,16,19,20). Di

sisi lain, kelemahan-kelemahan ini signifikan. Melalui analisa awal, kita sudah dapat

mengetahui apakah keseluruhan sasaran yang dijabarkan dalam misi dapat dicapai

seluruhnya atau tidak. Apabila keseluruhan sasaran tidak akan dapat dicapai, isu ini

harus didiskusikan secara terbuka, agar tidak menyia-nyiakan sumberdaya untuk

hal-hal yang tak perlu.

Apabila situasi tampak seperti apa yang ditampilkan di dalam matriks, kita harus

mengurangi skala misi. Jika situasi semacam ini sudah dapat dikenali sepenuhnya,

164

maka tindakan mempertahankan misi yang ada merupakan tindakan yang tidak

bertanggung jawab. Dalam situasi semacam itu, seorang pimpinan yang berpikiran

sehat akan bersedia mengurangi sasarannya, agar tidak mengalami kekalahan atau

kegagalan yang tidak perlu.

Pengamatan seperti yang digambarkan di sini hanya berlaku apabila organisasi

tersebut memegang teguh undang-undang dan peraturan-peraturan yang berlaku. Di

beberapa negara dan dalam situasi tertentu organisasi-organisasi tersebut kerapkali

melanggar aturan-aturan dan undang-undang, untuk mencapai sebuah misi strategis

utama. Hal ini mungkin saja terjadi dan dapat diterima bahwa dalam sebuah

pemerintahan diktatur aturan-aturan yang berlaku harus dilanggar dengan tujuan

untuk melawan diktatur tersebut dan sedapat mungkin menghapuskannya.

Di dalam konstitusi negara Jerman, yaitu pada pasal 20 ayat 4,

ada pernyataan mengenai hak untuk melakukan perlawanan.

Bunyi ayat tersebut adalaIah: “Semua warga Jerman berhak

untuk melakulan perlawanan terhadap siapapun yang berbuat

sesuatu untuk mengganggu ketertiban, jika cara lain tidak

memungkinkan.„

Memang di beberapa negara misalnya di dalam kampaye terjadi tindakan-tindakan

yang menggunakan kekerasan yang tidak sah, contohnya adalah pembunuhan

terhadap kandidat lawan, pembakaran, penyerangan-penyerangan dsb. Seberapa

jauh sebuah partai dapat bertindak dengan sistem represif seperti ini, hal tersebut

harus diputuskan oleh pimpinan partai setelah melalui debat yang intensif.

Sebaliknya, apabila dalam analisa ini ditetapkan bahwa organisasi dapat

mempengaruhi kelemahan-kelemahan yang signifikan tapi tidak dapat mengubah

kelemahan yang tidak signifikan, maka kemungkinan bahwa sasaran yang telah

ditetapkan dalam misi dapat tercapai, sangatlah besar. Situasi ini akan ditunjukkan

dalam matriks berikut.

Dalam matriks ini, semua kelemahan yang signifikan ada dalam cakupan kekuasaan

atau pengaruh organisasi kita, sehingga misi dapat tercapai. Bahkan dapat

165

dikatakan, apabila dalam kasus seperti ini misi tidak dapat dicapai, hal ini semata-

mata disebabkan oleh kesalahan organisasi sendiri – karena tidak ada keinginan

atau tidak mampu mengatasi kelemahan-kelemahannya.

Seringkali kita tidak memperoleh gambaran yang jelas seperti yang ditunjukkan oleh

matrik di atas ini. Ada banyak bentuk campuran, di mana keputusan untuk

mengurangi atau mempertahankan sebuah misi tergantung pada penilaian subyektif

seorang perencana strategi.

sangat signifikan

1,4,8,15

9,10,18

2,3,13,14

7,16,17

5,6

11,12

19

tidak signifikan

dapat diubah

20

tidak dapat diubah

Dalam matriks di atas, keputusan dapat dilakukan secara terbuka. Ada beberapa

kelemahan yang signifikan, yang tidak dapat diatasi oleh organisasi. Apakah hal ini

menentukan atau tidak, harus kita serahkan kepada penilaian sang perencana

sangat signifikan

1,2,3,12,16

4,6,13,18

5,14,19

9,10,11,20

7,8,15,17

tidak signifikan

dapat diubah

tidak dapat diubah

166

strategi. Dalam kasus ini, tidak ada orang yang dapat memastikan apakah misi dapat

dicapai atau tidak.

Dalam hal di mana jalan keluarnya terbuka, analisa matriks kekuatan perlu

dilakukan. Apabila kita memiliki kekuatan dalam bidang yang tidak dimiliki oleh

lawan, atau kekuatan lawan sangat terbatas, ini artinya kekuatan kita tidak dapat

dipengaruhi atau tidak terancam bahaya. Dengan demikian, peluang untuk meraih

keberhasilan juga semakin besar. Tetapi jika sebagian besar kekuatan kita terancam

bahaya, maka peluang untuk meraih keberhasilan juga semakin menurun.

Distribusi kekuatan yang baik untuk mencapai keseluruhan sasaran:

sangat signifikan

1,3,7

8,11

10

2,4

5,6,9

tidak signifikan

tidak terancam bahaya

terancam bahaya

Distribusi kekuatan yang buruk untuk mencapai keseluruhan sasaran:

sangat signifikan

1,3,4,6,10,11

7,9

2,5,8

tidak signifikan

tidak terancam bahaya

terancam bahaya

167

Serangkaian strategi yang berhasil dapat berakibat bahwa kelemahan-kelemahan

yang banyak atau yang cukup kita pengaruhi bisa lenyap seiring berjalannya waktu.

Dalam kasus seperti ini, kelemahan-kelemahan yang tersisa hanyalah kelemahan-

kelemahan yang tidak dapat kita pengaruhi. Analisa dari matriks kelemahan

semacam ini dapat menghasilkan asumsi yang keliru – bahwa keseluruhan sasaran

tidak akan dapat kita capai. Tetapi yang sering terjadi adalah hal yang sebaliknya,

karena kelemahan-kelemahan yang bisa kita pengaruhi telah teratasi. Di sini jelas

terlihat bahwa dalam menilai situasi, matriks kekuatan juga perlu dipertimbangkan.

Matriks kelemahan:

sangat signifikan

1,2,3,5,7,16

6,8,12,15,19,20

tidak signifikan

dapat diubah

tidak dapat diubah

Matriks kekuatan:

sangat signifikan

1,3,7

8,11

10

2,4

5,6,9

tidak signifikan

tidak terancam bahaya

terancam bahaya

168

10.7. Keunggulan strategis berdasarkan kekuatan adalah relatif

Kekuatan yang kita miliki memungkinkan kita untuk menyerang lawan. Tetapi ini

hanya dapat dilakukan apabila kita memiliki keunggulan strategis atas lawan.

Maksudnya, apabila kekuatan yang kita miliki terletak dalam suatu bidang tertentu,

maka dalam bidang itulah kita harus unggul atas lawan. Apabila lawan kita juga

memiliki kekuatan dalam bidang yang sama, atau memiliki perlawanan yang baik,

maka sebuah konflik atau perdebatan tidak ada gunanya. Dalam kasus seperti ini,

kita tidak akan dapat memanfaatkan kekuatan kita, karena situasinya berimbang.

Apabila kekuatan kita merupakan kelemahan lawan, maka kita sudah memiliki

keunggulan strategis. Oleh karena itu, kekuatan ini harus dimanfaatkan secara

intensif dan tidak boleh disia-siakan.

Contoh: Bila kita tahu bahwa ada perselisihan internal di pihak lawan

dalam bidang politik di mana kita lebih kuat dan unggul, kita harus

melakukan penyerangan. Keuntungan strategis semacam ini tidak boleh

disia-siakan.

10.7.1. Analisa kekuatan untuk menetapkan manfaat strategis

Semua kekuatan yang telah kita kenali perlu diuji untuk mengetahui apakah

kekuatan-kekuatan ini memang dapat dimanfaatkan secara strategis terhadap lawan

atau pesaing kita. Kita perlu tahu lebih dulu, apakah ada keunggulan strategis yang

kita miliki, dan jika ada, di mana letak keunggulan strategis tersebut. Untuk itu, perlu

diajukan pertanyaan-pertanyaan seperti berikut, berdasarkan jenis kekuatan yang

kita miliki:

Organisasi dan kepemimpinan siapa yang lebih baik?

Isu-isu mana yang lebih kuat, dan siapa yang lebih berkompeten dalam isu

tersebut?

Siapa yang memiliki aliansi yang lebih stabil?

Siapa yang memiliki tim dengan kualifikasi yang lebih baik?

Siapa yang memiliki disiplin lebih baik?

Siapa yang memiliki motivasi lebih baik?

169

Siapa yang memiliki isu-isu yang lebih cocok dengan tren masyarakat?

Siapa yang lebih dapat menangkap peluang?

Gambar berikut kiranya dapat memperjelas permasalahan analisa kekuatan:

Kekuatan yang dimiliki melalui kelemahan lawan

Apa yang dapat kita lakukan? Keunggulan?

Lawan memiliki kandidat yang lemah

Apakah kita memiliki kandidat yang lebih baik?

?

Lawan berselisih dalam permasalahan/isu tertentu

Apakah kita memiliki suara bulat mengenai permasalahan ini, atau apakah kita pun tidak solid?

?

Lawan memiliki krisis kepemimpinan

Apakah kita memiliki pimpinan yang solid?

?

Lawan kehilangan mitra aliansi Apakah kita dapat mengambil- alih mitra aliansi tersebut?

?

Kekuatan yang berasal dari kelemahan lawan dapat dimanfaatkan hanya jika

organisasi kita tidak menunjukkan kelemahan serupa, melainkan –setidaknya– dapat

menunjukkan adanya keunggulan strategis.

Kekuatan sendiri Situasi lawan Keunggulan?

Kita memiliki kandidat yang baik Apakah lawan memiliki kandidat yang lebih lemah?

?

Kita memiliki posisi yang kuat di kota X

Apakah lawan juga memiliki posisi yang kuat di kota X?

?

Kita memiliki program baru yang baik

Apakah ada kelemahan dalam program atau platform lawan?

?

Kita memiliki juru kampanye yang bermotivasi tinggi

Apakah juru kampanye pihak lawan juga memiliki motivasi yang tinggi?

?

Susunan ini menunjukkan bahwa kekuatan yang kita miliki hanya dapat

dimanfaatkan apabila kekuatan tersebut merupakan kontra dari kelemahan lawan.

170

Oleh karena itu, tidak disarankan untuk mengandalkan kekuatan yang kita miliki

apabila kekuatan ini sebanding dengan kekuatan lawan.

Karenanya, untuk keperluan perencanaan strategi, kekuatan sendiri dan kekuatan

lawan menjadi tidak begitu signifikan dibandingkan dengan kelemahan sendiri dan

kelemahan pihak lawan.

Sun Tzu berpendapat: Kemampuan mempertahankan diri dari kekalahan

ada di tangan kita sendiri; dan peluang untuk mengalahkan musuh ada di

tangan musuh itu sendiri. Mereka yang terlatih dalam seni berperang dapat

menjadikan dirinya tak terkalahkan, tetapi mereka tidak dapat memastikan

kekalahan musuh.

Karena itu, yang pertama kali perlu dilakukan adalah mengatasi setiap kelemahan

sendiri untuk menghindari serangan yang tidak perlu, dan menjadi pihak yang "tak

terkalahkan." Setelah itu kita harus menggunakan kekuatan-kekuatan yang dapat

mengeksploitir kelemahan lawan. Jelaslah bahwa mendapatkan informasi tentang

lawan merupakan prasyarat untuk memanfaatkan kekuatan secara strategis. Tanpa

mengenali kelemahan lawan, kita tidak dapat menggunakan kekuatan secara efektif.

171

11. UMPAN-BALIK DAN MISI – FASE KRITIS DALAM PERENCANAAN

Salah satu tugas tersulit bagi seorang perencana strategi adalah memberikan

umpan-balik (feedback) atas hasil penilaian situasi dan mengkontraskannya dengan

misi untuk kemudian menetapkan hal-hal berikut ini:

1. apakah misi dapat dicapai atau tidak ?

2. sejauh mana suatu perubahan harus dilakukan, sehingga memiliki kemungkinan

untuk mencapai keberhasilan ?

3. apakah keseluruhan sasaran yang dibuat di awal perumusan misi sebaiknya

dimasukkan ke dalam strategi jangka panjang, dan misi yang sesungguhnya

dimodifikasi untuk mempertahankan keberadaan strategi yang sudah ada ?

Tentu saja metode-metode yang telah dijelaskan dalam Bab 2 turut membantu untuk

lebih memahami situasi. Namun ada banyak penilaian yang tetap bersifat subyektif,

baik di sisi perencana strategi maupun di sisi pihak yang mengembangkan strategi

tersebut. Ini berarti bahwa, meskipun telah dilakukan analisa yang mendalam,

kemenangan ataupun kekalahan tak pernah bisa diprediksikan seratus persen

secara tepat. Memang ada indikasi yang mengarah pada salah satu atau lainnya,

tapi kebenaran yang mutlak tidak dapat diperkirakan.

11.1. Peran perencana strategi dalam proses perencanaan

Meskipun perencanaan strategi dapat lebih memberikan kepastian, namun perasaan

terhadap situasi dan intuisi tetap memainkan peranan. Tolok ukur yang sangat

subyektif – yang juga dipengaruhi oleh perasaan dan emosi ini mengubah teknokrat

perencana strategi yang mekanis menjadi seorang perencana strategi yang berhasil.

Dengan demikian, "perencanaan konseptual" memang sangat membantu untuk

merencanakan langkah demi langkah secara logis, dan ini berlaku untuk berbagai

langkah perencanaan. Namun dalam fase-fase evaluasi, perumusan strategi dan

umpan-balik berdasarkan analisa situasi lebih bergantung pada naluri sang

perencana strategi.

172

Langkah ini juga sangat sulit untuk berbagai alasan lainnya. Seringkali si perencana

strategi harus mengakomodir pandangan si pemberi tugas (klien) – terutama para

"Do-gooder" (pelaku kebaikan) yang terlibat dalam aktivitas NGO, dsb. – untuk

memperhatikan situasi nyata yang mereka hadapi. Banyak organisasi tiba-tiba

menyadari bahwa pekerjaan yang mereka lakukan selama bertahun-tahun ternyata

sia-sia, dan lebih parah lagi, tidak bertujuan. Dengan demikian, berbagai organisasi

yang pada awalnya tidak menempatkan tindakan konkret tetapi hanya merumuskan

perubahan status quo sebagai tujuan organisasi mereka, merasa terpana dan tak

berdaya saat menemukan kenyataan bahwa mereka tak mampu memberikan

pengaruh apa-apa.

Ketika memberikan umpan-balik terhadap misi, adalah bijak untuk pertama-tama

membiarkan pihak-pihak yang terlibat menilai sendiri situasi yang mereka hadapi dan

memberikan usul-usul bagaimana mereka dapat mengubah misi yang dianggap

perlu. Tetapi jika pihak-pihak yang terlibat tidak bersedia melakukan introspeksi dan

refleksi seperti itu, maka tugas perencana strategi adalah mengikis ilusi-ilusi,

membongkar impian-impian yang ada dan memberikan saran-saran kepada mereka.

Proses ini dapat mengguncang organisasi, karena menyentuh substansi dan dapat

menimbulkan konflik antara si perencana strategi dan pihak-pihak lain yang terlibat.

Jika konflik semacam ini timbul, perencana strategi harus memikirkan kembali

perannya dalam proses perencanaan, dan jika diperlukan, ia bisa keluar atau

berhenti dari proses tersebut. Langkah ini perlu diambil terutama jika kepercayaan

terhadap perencana strategi telah rusak dan terkikis.

Biasanya, partai-partai politik, pemerintah dan organisasi-organisasi lainnya baru

akan menghubungi seorang perencana strategi ketika mereka menyadari bahwa

mereka tidak mampu mencapai sasaran-sasaran tertentu, atau apabila eksistensi

mereka yang sangat kuat terancam bahaya. Tak banyak organisasi dalam bidang

politik yang memandang ke depan dan merencanakan tujuan yang jelas bagi masa

depan mereka. Oleh karena itu perencana strategi seringkali diharapkan dapat

menyelamatkan mereka dari situasi yang sulit. Tak heran jika sang perencana

memperoleh citra sebagai "Guru," yang dinikmati oleh beberapa rekannya di

organisasi tersebut. Sikap ini berbahaya bagi organisasi sendiri, karena terlalu

bergantung kepada sang perencana strategi – yang diharapkan akan membawa

173

keberhasilan dan keajaiban. Padahal sebenarnya, keberhasilan hanya dapat dicapai

jika organisasi itu sendiri mengambil tindakan.

Masalah lain yang perlu dibahas di sini adalah bahwa ada kemungkinan sang

perencana strategi mengidentifikasikan diri mereka terlalu dekat dengan rencana-

rencana (misi) si pemberi tugas (klien). Apabila perencana strategi tidak menjaga

jarak dengan si pemberi tugas, maka sang perencana tidak lagi menjadi pendamping

proses yang obyektif, melainkan hanya akan menjadi protagonis sebuah ide. Jika itu

terjadi, berarti ia membatasi kemampuannya dalam memberikan penilaian, dan lebih

jauh akan membahayakan penilaian atas peluang untuk mencapai keseluruhan

sasaran sebuah misi.

174

12. PEMILIHAN STRATEGI DAN PERUMUSAN TUGAS-TUGAS STRATEGIS

Langkah terpenting dalam merencanakan strategi politik adalah memilih sub-strategi

sebagai jalan keluar dari kelemahan yang telah diidentifikasi, dan memilih kekuatan

yang akan digunakan untuk menyerang kelemahan lawan. Pada dasarnya, selalu

ada sub-strategi yang khusus dikembangkan bagi tiap-tiap kelemahan, dan tentu

saja ada beberapa solusi yang tersedia untuk setiap kelemahan tersebut sehingga

respon yang tersedia tidak terbatas pada satu jawaban saja, melainkan ada

beberapa alternatif lain.

Pemilihan strategi berkisar pada penemuan solusi yang efektif dan sehemat mungkin

memanfaatkan sumberdaya – yang besar kemungkinannya untuk dapat diterapkan

dalam praktik. Lebih jauh, solusi ini juga harus bisa mengintegrasikan sub-strategi ke

dalam strategi secara keseluruhan – dan tidak saling bertentangan.

12.1. Perumusan tugas (sub-strategi)

Bertolak dari kelemahan-kelemahan yang sedang berubah dari organisasi kita, perlu

diupayakan solusi-solusi untuk mengatasi kelemahan tersebut, yang jika mungkin

seharusnya dicapai dengan kekuatan kita sendiri.

Saat mencari solusi untuk mengatasi kelemahan-kelemahan yang dapat diubah oleh

organisasi kita, sebisa mungkin kita harus memanfaatkan kekuatan kita sendiri.

Kelemahan yang dapat kita ubah ini dapat kita lihat dalam matriks kelemahan dalam

bidang AA, AB, BA dan BB57. Kelemahan yang terdapat dalam bidang AC dan BC

tidak dapat kita ubah sendiri, karena memang tidak dapat kita pengaruhi. Oleh

karena itu, kita tidak akan berusaha mencari solusi bagi kelemahan ini. Kelemahan

yang terdapat dalam bidang CA, CB dan CC tidak signifikan dan tidak masuk dalam

prioritas untuk dicarikan jalan keluarnya dalam waktu yang segera. Pada saat

merumuskan tugas, hendaknya kita fokuskan ke arah mana kita akan menggerakkan

keadaan A dari kelemahan m ke keadaan baru B, dengan bantuan kekuatan y dan z.

57

Lihat Bab 10.5 tentang Matriks Kekuatan dan Kelemahan

175

Contohnya, jika yang menjadi kelemahan adalah "terlalu sedikitnya sumberdaya

finansial", maka ada banyak kemungkinan untuk dapat merumuskan tugas. Tugas

dasar dapat berbunyi: "mencukupkan sumberdaya finansial". Tugas ini dapat

dijalankan dengan beberapa cara, misalnya:

1. Kita mengetuk para pengusaha yang menjadi kontak kita untuk memperoleh

dukungan finansial yang cukup (strategi pendanaan eksternal).

2. Kita memperoleh sumberdaya finansial yang cukup melalui iuran dan kontribusi

anggota (strategi pendanaan internal).

3. Kita mengalokasikan kembali pengeluaran-pengeluaran sebelumnya, dan dengan

demikian tersedia sumberdaya yang dapat digunakan (strategi restrukturisasi).

4. Kita memperoleh subsidi negara untuk mendanai program kita (strategi subsidi

negara).

5. Kita mendiskreditkan pesaing melalui media, dengan cara mempertanyakan

sumber finansial mereka (strategi pendiskreditan/merusak nama baik).

Semua solusi ini terkait dengan pendekatan hukum. Pengalaman menunjukkan

bahwa beberapa partai atau organisasi politik berhasil menemukan jalan keluar

strategis lain untuk masalah finansial yang mereka hadapi. Solusi-solusi yang

dimaksud, antara lain adalah:

KELEMAHAN KEKUATAN

k m o

g u x

A B

A B C

c

t

A

B

C

Matrik

s

y, z

176

1. Sebagai partai pemerintah, kami menggunakan keuangan negara untuk memiliki

sumberdaya finansial yang cukup.

2. Kami terpaksa terlibat dalam tindakan kriminal untuk memperoleh sumberdaya

finansial.

3. Kami menerima dana dari hasil perdagangan obat bius dan mafia.

Contoh di atas menggambarkan dengan jelas bahwa cara yang ilegal juga dapat

digunakan untuk mengatasi kelemahan. Sejauh mana bentuk-bentuk semacam

itu diterapkan dalam praktik politik, tergantung pada keputusan kelompok yang

merencanakannya dan tergantung pada hati nurani kelompok itu sendiri. Selain

itu, budaya politik setempat juga turut mempengaruhi.

12.1.1. Perumusan tugas untuk kelemahan yang sama dan berulang dalam

situasi persaingan terbuka

Dalam melakukan kegiatan strategis yang melibatkan partai-partai politik, NGO

dan pemerintahan, kelemahan-kelemahan yang serupa cenderung berulang atau

muncul kembali dari waktu ke waktu. Untuk mengatasi kelemahan yang terus

berulang ini dikembangkanlah suatu solusi standar yang dijadikan pedoman.

Untuk itu, pertama-tama semua solusi ilegal harus dikesampingkan, dan hanya

solusi yang tidak berdampak buruk pada budaya politik dalam jangka waktu

panjang saja yang ditawarkan. Ini berarti bahwa, dalam situasi tertentu ada solusi

lain yang lebih masuk akal dan lebih baik. Selain itu masih ada solusi-solusi legal

lainnya yang tidak disebut-sebut di sini, karena tidak lazim atau tidak digunakan

secara luas. Dalam tabel berikut „I“ adalah kelemahan internal, „K“ adalah

kelemahan yang berkembang akibat dari kekuatan pesaing dan „E“ adalah

kelemahan yang berasal dari lingkungan sekitar.

No. urut

Deskripsi situasi yang dihadapi Deskripsi tugas strategis

I-001 Terdapat kekurangan/kelemahan dalam program.

Kita propagandakan hanya program unggulan yang kita kuasai dengan baik di depan publik. Alternatif lainnya: Kita memperbaiki kekurangan yang kita miliki melalui kerja program – jika memang itu yang diharapkan oleh

177

No. urut

Deskripsi situasi yang dihadapi Deskripsi tugas strategis

kelompok target kita.

I-002 Citra yang diinginkan tidak jelas atau komponen citra yang dimiliki buruk.

Kita membangun citra yang lebih baik. Alternatif lainnya: Kita biarkan citra yang negatif – yang disukai oleh kelompok target kita, atau, Kita menerima adanya penyebaran citra yang tidak jelas untuk menghindari ditonjolkannya perbedaan yang ada.

I-003 Tidak ada motivasi. Kita bangun motivasi di antara para anggota dan pemegang jabatan (strategi Niche). Alternatif lainnya: Kita buat sebuah rencana kampanye yang tidak bergantung pada motivasi anggota dan pemegang jabatan (strategi defensif).

I-004 Sumberdaya manusia (anggota) terlalu sedikit.

Kita merekrut anggota baru dan meningkatkan partisipasi sukarelawan atau pegawai honorer. Alternatif lainnya: Kita buat sebuah rencana kampanye yang tidak mengandalkan anggota dan pemegang jabatan.

I-005 Tidak ada pelatihan bagi anggota atau pemegang jabatan.

Kita mengadakan pelatihan bagi anggota dan pemegang jabatan. Alternatif lainnya: Kita buat sebuah rencana kampanye yang tidak mengandalkan anggota dan pemegang jabatan.

I-006 Sumberdaya finansial yang tersedia terlalu sedikit.

Kita mengupayakan agar sumberdaya finansial yang tersedia mencukupi. Alternatif lainnya: Kita meninjau kembali neraca anggaran (antara rencana dan pengeluaran), Atau, Kita mempermasalahkan dana yang diterima lawan bersumber dari kegiatan kriminal.

I-007 Organisasi tidak berfungsi. Kita memberdayakan organisasi agar berfungsi. Alternatif lainnya: Kita sub-kontrakkan kegiatan organisasi kepada pihak lain, atau, Kita membentuk unit organisasi baru.

178

No. urut

Deskripsi situasi yang dihadapi Deskripsi tugas strategis

I-008 Tidak ada kepemimpinan, atau kepemimpinan yang ada terlalu lemah.

Kita mengganti pimpinan. Alternatif lainnya: Kita mengkualifikasi pimpinan, atau, Kita memindahkan kewenangan pengambilan keputusan kepada organ atau individu yang bersedia memimpin.

I-009 Ada perebutan kekuasaan internal menyangkut kepemimpinan.

Kita menciptakan “musuh bersama” yang jelas – yang berasal dari luar dan dapat dikenali. Alternatif lainnya: Kita memindahkan kewenangan pengambilan keputusan kepada organ atau individu yang mampu, atau, Kita eliminir sebagian pimpinan yang ada.

I-010 Anggota yang dimiliki terlalu beragam (tidak ada homogenitas internal).

Kita menciptakan “musuh bersama” yang jelas – yang berasal dari luar dan dapat dikenali di tengah rakyat jelata. Alternatif lainnya: Kita menyatukan sayap-sayap partai (jika perlu melalui pembagian hasil).

I-011 Kurangnya demokrasi di dalam struktur internal organisasi.

Kita ciptakan struktur internal yang demokratis. Alternatif lainnya: Kita tidak mengubah struktur yang ada, tetapi menciptakan sebuah sistem partisipasi semu, atau, Kita menampilkan sosok seorang pimpinan yang meyakinkan dan karismatik.

I-012 Sistem komunikasi internal tidak berfungsi.

Kita membangun sebuah jaringan komunikasi internal yang fungsional. Alternatif lainnya: Kita merencanakan sebuah kampanye pemilu yang tidak mengandalkan anggota dan pemegang jabatan.

K-001 Pihak lawan memiliki tawaran program/platform yang lebih baik.

Kita hanya mengembangkan sebuah program yang baru. Alternatif lainnya: Kita mempropagandakan bidang program yang kita kuasai dengan baik di depan publik. Atau, Kita berargumentasi bahwa program

179

No. urut

Deskripsi situasi yang dihadapi Deskripsi tugas strategis

yang ditawarkan lawan bertentangan dengan kepentingan kelompok target kita.

K-002 Pihak lawan memiliki personil yang lebih baik.

Kita mengganti personil kita. Alternatif lainnya: Kita memperbaiki citra yang dimiliki personil kita, atau, Kita buat citra personil lawan menjadi buruk dengan memanfaatkan bantuan pihak ketiga (kekuatan tidak langsung, kampanye negatif), Atau, Kita membangun sebuah citra yang bertentangan dengan lawan, yang dapat diterima oleh kelompok target kita.

K-003 Pihak lawan memiliki kompetensi yang lebih baik.

Kita membangun citra yang kompeten. Alternatif lainnya: Kita buat agar kompetensi lawan menjadi diragukan (sebaiknya dengan bantuan pihak ketiga), atau, Kita membangun citra bahwa kitalah pihak yang mewakili "akal sehat" manusia.

K-004 Pihak lawan memiliki citra yang lebih baik.

Kita membangun citra yang lebih baik (sesuai harapan kelompok target). Alternatif lainnya: Kita buat bahwa citra lawan menjadi buruk dengan memanfaatkan bantuan pihak ketiga (kampanye negatif), atau, Kita menampilkan faktor-faktor citra yang positif – dibandingkan dengan kelemahan citra lawan.

K-005 Lawan lebih mengikuti tren. Kita menciptakan isu-isu baru yang sesuai dengan kelompok target kita. Alternatif lainnya: Kita abaikan tren baru yang sedang hangat dibicarakan di masyarakat, tapi menggugah emosi masyarakat terhadap isu lain di luar isu aktual, Atau, Seperti halnya kelompok target kita, kita tidak mengurusi tren-tren baru, atau, Kita mengembangkan kompetensi yang tinggi dalam bidang-bidang yang

180

No. urut

Deskripsi situasi yang dihadapi Deskripsi tugas strategis

sedang menjadi pembicaraan yang hangat di masyarakat.

E-001 Kita memiliki prestasi kerja yang buruk berdasarkan survai.

Kita mempertanyakan kredibilitas survai yang dilakukan. Alternatif lainnya: Kita memusatkan diri dan menggiatkan pekerjaan kehumasan bagi kelompok target. Alternatif: Kita melakukan survai sendiri dengan hasil yang lebih bagus.

E-002 Tidak ada akses ke media. Kita membangun hubungan dengan media yang bebas dari pengaruh dan memanfaatkannya. Alternatif lainnya: Kita memanfaatkan media yang dapat dipengaruhi, atau, Kita merencanakan sebuah kampanye yang tidak bergantung pada media, atau, Kita membangun media sendiri.

E-003 Tidak ada akses ke asosiasi dan organisasi-organisasi di luar partai.

Kita membangun hubungan dengan asosiasi-asosiasi dan organisasi di luar partai kita. Alternatif lainnya Kita menghancurkan aliansi lawan, atau, Kita menampilkan "independensi" kita dari afiliasi.

E-004 Tidak memiliki pemilih potensial. Kita mendefinisikan pemilih potensial kita dan membangun potensi ini. Alternatif lainnya: Kita merumuskan kembali misi kita, misalnya dengan tidak ikut serta dalam pemilu berikutnya.

E-005 Tidak memiliki pemilih tradisional atau pemilih tetap.

Kita mengintensifkan aktivitas kita dalam kelompok target, dan menawarkan hubungan keterikatan yang lebih erat. Alternatif lainnya: Kita menargetkan pemilih-pemilih musiman (yang tidak secara tetap memilih satu partai tertentu atau tidak setia kepada satu partai saja).

E-006 Peraturan atau undang-undang yang membatasi (undang-undang partai, undang-undang pemilu).

Kita berusaha untuk dilakukan perubahan terhadap peraturan atau undang- undang yang ada.

181

No. urut

Deskripsi situasi yang dihadapi Deskripsi tugas strategis

Alternatif lainnya: Kita mengelak dari peraturan atau undang-undang yang ada, atau, Dari luar kita menekan legislatif atau pembuat undang-undang, atau, Kita mencari celah di dalam sistem.

12.1.2. Perumusan tugas untuk kelemahan yang terus berulang dalam situasi

tidak adanya persaingan terbuka

No. urut

Deskripsi keadaan yang dihadapi Deskripsi tugas strategis

A-001 Tidak ada citra yang jelas atau komponen citra yang dimiliki buruk.

Kita membangun citra yang lebih baik. Alternatif lainnya: Kita biarkan saja citra negatif kita yang disukai oleh kelompok target.

A-002 Para pekerja tidak memiliki motivasi. Kita memotivasi para pekerja. Alternatif lainnya: Kita mengganti para pekerja yang tidak memiliki motivasi.

A-003 Pimpinan tidak memiliki motivasi. Kita memotivasi pimpinan. Alternatif lainnya: Kita memodifikasi misi yang telah kita tetapkan.

A-004 Sumberdaya manusia (anggota, personil) terlalu sedikit.

Kita merekrut anggota baru dan meningkatkan komitmen para sukarelawan. Alternatif lainnya: Kita melakukan kerjasama dengan organisasi lain, atau, Kita sub-kontrakkan aktivitas kita kepada pihak lain.

A-005 Tidak ada pelatihan bagi anggota atau pekerja.

Kita mengadakan pelatihan bagi anggota dan pekerja. Alternatif lainnya: Kita buat sebuah rencana kampanye yang tidak melibatkan anggota dan pekerja.

A-006 Tidak ada disiplin. Kita ciptakan sebuah sistem yang memberikan hukuman dan ganjaran. Alternatif lainnya:

182

No. urut

Deskripsi keadaan yang dihadapi Deskripsi tugas strategis

Kita bangun motivasi yang tinggi, atau, Kita membuat sistem kontrol dan pengawasan.

A-007 Sumberdaya finansial yang tersedia terlalu sedikit.

Kita meningkatkan pemasukan. Alternatif lainnya: Kita memperbaiki neraca keuangan, atau, Kita memusatkan penggunaan dana untuk kampanye, atau, Kita memodifikasi misi yang telah kita tetapkan.

A-008 Organisasi tidak berfungsi. Kita buat organisasi agar berfungsi. Alternatif lainnya: Kita sub-kontrakkan aktivitas organisasi ke pihak lain, atau, Kita membentuk unit-unit organisasi baru.

A-009 Tidak ada pimpinan, atau pimpinan yang ada terlalu lemah.

Kita mengganti pimpinan. Alternatif lainnya: Kita bina pimpinan, atau, Kita memindahkan kewenangan pengambilan keputusan kepada organ atau individu yang bersedia memimpin.

A-010 Ada perebutan kekuasaan internal menyangkut kepemimpinan.

Kita memindahkan kewenangan pengambilan keputusan kepada organ atau individu yang bersedia. Alternatif lainnya: Kita memperbaiki misi, atau, Kita memastikan bahwa permasalahan yang menyangkut kepemimpinan sudah diputuskan.

A-011 Kurangnya fleksibilitas. Kita menerapkan daftar sasaran dan pengawasan. Alternatif lainnya: Kita buang perencanaan yang sudah dibuat, atau, Kita kurangi peraturan yang berlebihan.

A-012 Kelompok target menunjukkan apatisme.

Kita membangun ketertarikan kelompok target. Alternatif lainnya: Kita mengganti kelompok target

183

No. urut

Deskripsi keadaan yang dihadapi Deskripsi tugas strategis

atau, Kita memperbaiki misi.

12.1.3. Urutan langkah dalam perumusan tugas

Karena kita tidak selalu memiliki kekuatan untuk mengeliminir kelemahan, terkadang

ada gunanya juga bila kita membuat beberapa langkah-antara. Untuk menjalankan

konsep yang dihasilkan dari perumusan misi, sebaiknya disiapkan kerangka waktu,

dan bersamaan dengan itu perlu ditetapkan pula sebuah daftar yang berisi jadwal

kegiatan dan perencanaan waktu. Di sini tidak ada gunanya memulai suatu

pekerjaan untuk memperbaiki citra apabila tingkat popularitas masih rendah. Contoh

sebuah perencanaan waktu yang berguna untuk kasus seperti ini adalah:

1. Meningkatkan tingkat popularitas dan

2. Memperbaiki faktor citra Z.

Karena itu, cara kita merumuskan tugas dapat mengarahkan jenis solusi untuk

mengatasi permasalahan. Seperti telah diungkapkan sebelumnya, sekurang-

kurangnya ada dua cara, bahkan seringkali lebih. Input strategis yang riil dari

seorang perencana strategi merupakan saran dalam menentukan pilihan atas

kemungkinan-kemungkinan yang tepat dan menyiapkan beberapa solusi yang

potensial.

Solusi yang kita targetkan untuk memecahkan permasalahan haruslah realistis

dalam cakupan, jenis dan skala waktu. Setiap kesalahan – terutama jika ada

penilaian yang terlalu tinggi dan menggelikan – dapat menimbulkan bencana di

kemudian hari.

12.2. Prinsip-prinsip dasar perumusan strategi

Dalam karyanya tentang perumusan strategi, Sun Tzu menjelaskan bahwa pemilihan

strategi harus berlandaskan pada prioritas-prioritas tertentu.

184

Sun Tzu: "Bentuk yang tertinggi dari kepemimpinan adalah menyerang

strategi musuh; yang terbaik kedua adalah mengacaukan persekutuannya;

yang terbaik berikutnya adalah menyerang tentara musuh; dan kebijakan

yang paling buruk adalah mengepung kota-kota berbenteng." Lakukan

yang terakhir ini hanya jika tidak ada pilihan lain.

Untuk dapat menyerang strategi lawan, penting untuk mengenalinya terlebih dahulu

strategi mereka. Oleh karena itu, memperoleh informasi dari pihak lawan menjadi

sangat penting pula bagi kita. Jika tidak, bagaimana mungkin kita akan dapat

mengetahui rencana-rencana mereka. Menyerang strategi lawan berarti menggangu

langkah-langkah pelaksanaan strategi mereka secara terus-menerus – sehingga

mereka tidak dapat merealisasikan rencana-rencananya. Dalam sepak bola, cara ini

dikenal dengan istilah gangguan dini – yang menyebabkan pola permainan lawan

tidak dapat dibangun.

Jika tidak ada informasi yang tersedia mengenai strategi lawan, atau informasi yang

ada sangat tidak menyakinkan, maka aliansi lawan harus dihancurkan atau

setidaknya diganggu. Apabila lawan memiliki hubungan yang baik dan berpengaruh

dengan kelompok-kelompok masyarakat (misalnya serikat buruh, gereja, asosiasi

industri, tentara, partai-partai lain, dsb.) maka ikatan-ikatan ini harus diputus atau

direnggangkan. Hal yang dapat dilakukan adalah, antara lain, dengan membuat

tawaran yang menarik atau dengan merusak kredibilitas lawan, atau merusak

kepercayaan aliansi mereka terhadap lawan.

Pertarungan politis (isu, pribadi, dsb.) sebaiknya hanya dilakukan jika langkah-

langkah lain tidak lagi efektif (seperti misalnya, strategi maupun aliansi mereka tidak

dapat diserang). Isu-isu yang dipilih pun sebaiknya adalah isu yang membawa

keuntungan, atau isu yang diabaikan lawan.

Pilihan terburuk adalah menduduki daerah kekuatan lawan. Dengan demikian, isu

yang diserang janganlah isu yang menjadi kekuatan lawan.

185

12.3. Jenis-jenis strategi

Untuk dapat menetapkan pilihan yang tepat, kita harus memiliki kemampuan untuk

mengenali pola dasar strategi yang diperlukan. Setelah pola dasar strategi dibangun,

ada satu pilihan dari sederetan srtategi tunggal, di mana pilihan ini dipengaruhi oleh

syarat-syarat kerangka kerja, target image serta sasaran-sasaran organisasi. Secara

umum ada perbedaan antara strategi ofensif (menyerang) dan strategi defensif

(bertahan). Strategi ofensif dibagi lagi menjadi strategi untuk memperluas pasar dan

strategi untuk menembus pasar. Sementara strategi defensif menyangkut strategi

untuk mempertahankan pasar dan strategi menutup atau menyerahkan pasar.

Strategi ofensif Strategi defensif

Strategi memperluas pasar (strategi persaingan).

Strategi mempertahankan pasar (strategi pelanggan, strategi multiplikator).

Strategi menembus pasar (strategi pelanggan)

Strategi menutup/menyerahkan pasar (strategi lingkungan sekitar).

12.4. Strategi ofensif

Strategi ofensif selalu diperlukan jika partai ingin meningkatkan jumlah pemilihnya,

atau jika seorang eksekutif ingin mengimplementasikan sebuah proyek. Dalam

kedua kasus tersebut, kampanye dapat berhasil hanya jika ada lebih banyak orang

yang memiliki pandangan positif terhadap partai atau proyek tersebut – dibandingkan

sebelumnya.

Yang termasuk strategi ofensif adalah “strategi memperluas pasar” dan “strategi

menembus pasar.” Pada dasarnya, semua strategi ofensif yang diterapkan saat

kampanye pemilu harus menampilkan perbedaan yang jelas dan menarik antara kita

dan partai-partai pesaing yang kelompok pemilihnya akan kita rebut. Strategi ofensif

yang digunakan untuk menerapkan kebijakan harus menjual atau menampilkan

perbedaan terhadap status quo atau keadaan yang berlaku saat itu dan menyoroti

keuntungan-keuntungan yang diharapkan darinya.

186

12.4.1. Strategi perluasan pasar

1. Dalam kampanye pemilu

Strategi perluasan pasar yang ofensif dalam sebuah pemilu bertujuan untuk

membentuk kelompok pemilih baru di samping para pemilih tradisional (tetap) yang

telah ada. Oleh karena itu harus ada penawaran baru atau penawaran yang lebih

baik bagi para pemilih yang selama ini memilih partai pesaing. Jadi yang dimaksud di

sini adalah strategi persaingan yang faktual, di mana berbagai partai yang berbeda

saling bertarung untuk segmen kelompok pemilih dalam sebuah kompetisi.

Strategi semacam ini perlu dipersiapkan melalui sebuah kampanye pengantar, untuk

menjelaskan kepada publik tentang penawaran baru apa saja dan penawaran mana

saja yang lebih baik, dibandingkan dengan penawaran partai-partai lainnya. Untuk

merumuskan penawaran baru ini, adalah bijak apabila memanfaatkan perubahan

nilai atau perubahan struktur yang terjadi di dalam masyarakat. Perluasan pasar

tidak mungkin dicapai dengan mengangkat isu-isu yang tidak laku dijual.

Bagi partai sendiri, persyaratan-persyaratan berikut harus dipenuhi dan

konsekuensinya harus dipertimbangkan:

1. Platform partai harus disertakan dan melengkapi program yang baru.

2. Bersamaan dengan ditampilkannya program yang baru, profil partai juga akan

berubah. Karena itu, profil yang baru harus tetap dapat diterima oleh pemilih lama –

sehingga bertambahnya jumlah pemilih baru tidak diiringi oleh hilangnya pemilih

lama, atau jumlah pemilih seluruhnya makin berkurang dari jumlah semula.

3. Orang-orang tertentu harus selaras dengan program tertentu. Orang-orang

tersebut harus menampilkan keselarasan program dan individu.

4. Program atau isu baru tidak dapat dimunculkan secara tiba-tiba. Sebelumnya,

para pemegang jabatan atau wakil rakyat yang terpilih harus sudah dipersiapkan

melalui program pengembangan SDM.

Contoh: Dalam sebuah kejadian konkret, Sekjen sebuah partai

mengumumkan ide program baru kepada publik. Ide ini diterima

dengan antusias dan disebarluaskan oleh berbagai media.

Sayangnya anggota dan para pejabat partai sama sekali tidak

187

dipersiapkan. Karena ketidaksiapan itu, lalu muncul bantahan dari

para pejabat partai terhadap berita-berita media. Lebih dari itu,

anggota partai tidak dapat memobilisasi dukungan dari lingkungan

sekitar mereka terhadap ide ini, karena mereka tidak memiliki

informasi yang cukup. Akhirnya rencana ini terhenti dan tidak dapat

dihidupkan kembali.

Sebuah kampanye untuk memperluas pasar juga selalu memberikan peluang untuk

menarik anggota baru. Oleh karena itu, organisasi harus dipersiapkan untuk

menghadapi kelompok target baru ini. Harus dipastikan bahwa anggota-anggota

baru ini dirawat dan dijaga, dan mampu berpartisipasi. Untuk itu perlu dilakukan

investasi dalam bidang pengembangan (program), bidang pengembangan pribadi

(pelatihan atau pembinaan), dan bidang humas/PR.

2. Dalam penerapan kebijakan

Dalam hal ini, produk baru yang ditawarkan – yakni kebijakan baru atau lebih

tepatnya keuntungan yang dihasilkan oleh kebijakan baru tersebut, perlu

dipropagandakan. Untuk itu, pertama-tama kebijakan tersebut harus dirumuskan

secara jelas. Kebijakan yang belum rampung sama tidak menariknya dengan produk

yang belum rampung. Para eksekutif seringkali salah bertindak karena produk dan

keuntungan yang ditawarkannya tidak dirumuskan secara jelas, sehingga tidak dapat

dimengerti oleh warga. Karena itu, sebelum pelaksanaan, perlu dilakukan pekerjaan

kehumasan yang cukup. Jika tidak, proyek tersebut dapat dicurigai dan diserang.

Terjadi banyak upaya implementasi politik yang gagal, baik yang dilakukan

oleh pemerintah maupun oleh organisasi-organisasi lainnya. Contohnya di sini

adalah berbagai upaya privatisasi yang gagal, demikian juga strategi IMF yang gagal

dalam hal mengurangi angka kemiskinan atau politik narkotika yang gagal di Amerika

Serikat. Politik-politik tersebut ditampilkan tidak utuh, diimplementasikan secara

tidak lengkap dan harus dikoreksi sebagian akibat munculnya perlawanan-

perlawanan atau benar-benar harus ditarik semuanya.

Perluasan pasar tidak mungkin dilakukan dengan menjual produk lama dalam

kemasan lama. Produk atau kebijakan yang sejak lama sudah ada di pasaran dan

188

belum berhasil dijalankan, atau bahkan gagal, tidak dapat dijual di bawah nama yang

sama.58 Produk tersebut perlu dikemas dalam bungkus yang baru, diberi nama baru

dan diberi penjelasan tentang keuntungan-keuntungan baru yang ditawarkan.

Pertentangan internal perlu diatasi, dan sedapat mungkin dijauhkan –sejauh-

jauhnya– sebelum dilakukannya kampanye terbuka atas produk atau kebijakan

tersebut.

Dalam perluasan pasar yang berperan penting adalah apakah orang-orang yang

dituju mengerti tawaran tersebut dan mengetahui keuntungan-keuntungannya.

Dalam upaya perluasan pasar ini, baik itu di dalam partai atau di dalam

pemerintahan, terdapat kekurangan kualitas. Seringkali tawaran-tawaran tersebut

tidak dipahami, seringkali tawaran tersebut menentang semua konsep lama tanpa

mempertimbangkan bagaimana tawaran baru tersebut berpengaruh terhadap orang-

orang yang dituju. Secara keseluruhan dapat ditentukan bahwa para aktor politik

diharapkan menelurkan program yang berkualitas. Dalam hal perluasan pasar ini

perhatian lebih harus diberikan pada manajemen kualitas.

12.4.2. Strategi menembus pasar

Strategi menembus pasar bukan menyangkut ditariknya pemilih lawan atau warga

yang selama ini tidak aktif dengan memberikan penawaran yang lebih baik atau

baru, melainkan penggalian potensi yang sudah ada secara lebih optimal, atau

penggalian bagian yang dimiliki dalam kelompok target di mana keberhasilan telah

diraih sebelumnya. Sasaran yang mungkin ditargetkan misalnya adalah,

diperolehnya hasil yang lebih baik dalam sebuah kelompok target (misalnya dahulu

30%, sekarang 50%). Hal ini menyangkut pemasaran program secara lebih baik dan

peningkatan keselarasan antara program dan individu, seperti halnya memperbesar

tekanan terhadap kelompok target. Bagi organisasi, ini berarti:

1. Peningkatan motivasi para multiplikator dan pemegang jabatan melalui pemasaran

dan keuntungan-keuntungan yang lebih baik.

2. Pemanfaatan jalur komunikasi yang baru

58

Di Sri Lanka pada tahun 1980an istilah „privatisation“ (privatisasi) berhasil digantikan dengan istilah „peoplisation“ (perakyatan).

189

3. Mengadakan pelatihan atau pembinaaan agar “para penjual” kita memiliki

kemampuan yang lebih baik untuk meyakinkan “para pembeli”.

4. Penggerakan emosi kelompok target dengan memanfaatkan keadaan tertentu

atau dengan menciptakan “musuh eksternal”.

Investasi diutamakan untuk bidang kehumasan dan pelatihan.

12.5. Strategi defensif

Strategi defensif akan muncul ke permukaan jika partai pemerintah atau sebuah

koalisi pemerintahan yang terdiri atas beberapa partai ingin mempertahankan

mayoritasnya atau jika pangsa pasar ingin dipertahankan. Selain itu, strategi defensif

juga dapat muncul apabila sebuah pasar tidak akan dipertahankan lebih lanjut atau

ingin ditutup, dan penutupan pasar ini diharapkan dapat membawa keuntungan

sebesar-besarnya.

12.5.1. Strategi mempertahankan pasar

Strategi ini adalah tipikal strategi yang digunakan oleh pemerintah untuk

mempertahankan mayoritasnya. Partai pemerintah akan merawat pemilih tetap

mereka dan berusaha memperkuat pemahaman para pemilih musiman yang

sebelumnya memilih mereka. Dalam merespon partai oposisi yang menyerang,

partai pemerintah akan berusaha mengaburkan perbedaan yang ada dan membuat

perbedaan tersebut tidak dapat dikenali lagi. Pada akhirnya akan banyak ragam

strategi yang digunakan, dan di antara yang banyak itu ada satu strategi yang

disebut strategi disinformasi59. Partai yang ingin mempertahankan pasar, akan

mengambil sikap yang bertentangan dari partai-partai yang menerapkan strategi

ofensif. Bila partai-partai lain berusaha menonjolkan perbedaan untuk dapat

memberikan tawaran yang lebih menarik, sebaliknya partai-partai yang menerapkan

strategi defensif justru berupaya agar perbedaan yang ada tidak dikenali.

Dalam hubungannya dengan multiplikator dan aliansi, partai-partai yang menerapkan

strategi defensif akan berinteraksi secara intens dengan multiplikator dan

59

Lihat Bab 13.2.10 tentang Strategi Desinformasi.

190

menawarkan insentif kepada mereka. Data-data tentang keberhasilan yang diperoleh

disebarluaskan. Investasi terutama dilakukan dalam bidang kehumasan/PR. Di

dalam organisasi, proses semakin dipermudah dan rutinitas dikembangkan untuk

menekan pengeluaran.

12.5.2. Strategi melepas atau menyerahkan pasar

Strategi melepas pasar dapat memiliki dua arti. Pertama, sebuah partai ingin

menyerah dan dalam keadaan tertentu ingin melebur dengan partai lain. Kasus ini

tidak terlalu sering terjadi. Yang lebih sering terjadi adalah kasus kedua. Dalam

pemilu yang menggunakan kertas suara, di mana ada pemungutan suara putaran

kedua yang hanya diikuti oleh kandidat-kandidat terkuat dalam pemilu tahap

pertama, penyerahan pasar sementara waktu kepada pihak ketiga adalah sebuah

langkah yang sangat sering terjadi.

Sebagai contoh, jika dua minggu setelah pemungutan suara putaran pertama

diadakan pemungutan suara putaran kedua – dimana pemungutan suara kedua ini

hanya boleh diikuti oleh dua kandidat yang memperoleh suara terbanyak dalam

pemungutan suara pertama, maka para kandidat lainnya dihadapkan pada

pertanyaan: strategi apa yang akan mereka terapkan dalam 14 hari kedepan?

Dalam hal ini tidak ada pasar yang dipertahankan dan tidak ada pula strategi ofensif

yang dapat diterapkan.

Tetapi jika para kandidat terpaksa menyerahkan pasarnya, mereka harus

mempertegas ketidak-ikutsertaan mereka dengan memberikan alasan yang

mendasar dan mengusulkan pilihan lain kepada para pemilih mereka. Dalam usulan

inilah terdapat posisi strategis yang dapat dimanfaatkan untuk memberikan tawaran

kepada kandidat lain. Syarat-syarat yang diajukan kepada kandidat yang akan

menerima “pasar” kita itu dapat bervariasi – dari konsesi politik hingga pembagian

kekuasaan. Dan, setiap ada perubahan atau kemajuan, sudah seharusnya disertai

dengan sebuah kampanye informasi untuk para multiplikator.

191

Apabila diputuskan untuk sepenuhnya menutup pasar dan bermaksud melakukan

peleburan, hal-hal seperti pengalihan anggota, pemasaran sumberdaya yang tersisa

dan perombakan atau penyerahan organisasi perlu direncanakan secara strategis.

Penutupan pasar juga terjadi dalam keadaan yang berbeda. Pemerintah di semua

tingkatan, memutuskan untuk menarik diri dari sebuah kegiatan yang semula

dijalankan oleh negara. Privatisasi dalam bentuknya yang tipikal dapat dijadikan

contoh di sini. Fakta yang sulit dibantah bahwa korupsi memperoleh porsi yang

sangat besar dalam proses privatisasi ini memperjelas tidak adanya perencanaan

strategi dalam langkah-langkah implementasinya. Dalam berbagai kasus, tidak

disiapkannya strategi seperti ini mengakibatkan seluruh proses menjadi tercemar.

Privatisasi, dengan begitu, bukan sekedar penjualan atau penyerahan sebuah

aktivitas semata, melainkan penyerahan sebuah pasar atau sebagian pasar yang

perlu direncanakan secara strategis, dengan mengikuti aturan-aturan tertentu.

12.5.3. Tinjauan tentang pendekatan-pendekatan dalam berbagai strategi

Faktor-faktor yang mempengaruhi

perilaku

Strategi ofensif memperluas

pasar

Strategi ofensif menembus

pasar

Strategi defensif mempertahankan

pasar

Strategi defensif menutup pasar

Pemilih Menarik kelompok pemilih baru

Memanfaatkan potensi yang ada agar lebih efektif

Memelihara pemilih tetap/ pemilih tradisional, memperkuat pemilih musiman

Memberikan alasan atas ketidakikutsertaan, mengusulkan pilihan yang lain

Partai pesaing Memberi tawaran yang lebih baik (baru) bagi para pemilih kelompok pesaing

Merangkul pemilih partai pesaing

Mengaburkan perbedaan

Merundingkan syarat-syarat untuk usulan pemilihan

Multiplikator, perekrut, penasehat

Melakukan kampanye pengantar

Target-target untuk pembagian suara, insentif untuk berprestasi

Insentif, memelihara multiplikator

Kampanye informasi bagi multiplikator

Lingkungan eksternal

Memanfaatkan perubahan nilai, perubahan struktural, teknologi komunikasi baru

Memanfaatkan teknologi komunikasi baru, memanfaatkan iklim yang ada.

Memanfaatkan data pemilih tetap, memanfaatkan data-data tentang keberhasilan.

192

Faktor-faktor yang mempengaruhi

perilaku

Strategi ofensif memperluas

pasar

Strategi ofensif menembus

pasar

Strategi defensif mempertahankan

pasar

Strategi defensif menutup pasar

Produk, Personil, Profil

Program baru yang melengkapi, perubahan dalam profil, mewujudkan keselarasan program/personal

Pemasaran program yang sudah ada, mengintensifkan keselarasan program/personal

Pemasaran program yang sudah ada, menunjukkan keselarasan program-individu

Membatalkan langkah-langkah penarikan diri atau membatasi ruang waktu penarikan diri

Anggota, Pemegang jabatan

Perekrutan anggota/ pengembangan SDM

Memberi pelatihan, meningkatkan motivasi

Memberikan kompensasi untuk kemerosotan anggota

Menjamin pengalihan anggota atau menenangkan anggota jika penarikan melebihi batas waktu

Keuangan Investasi dalam bidang pengembangan dan humas

Investasi dalam bidang humas

Investasi dalam bidang humas

Menghentikan investasi, memasarkan sumber daya yang tersisa sebaik mungkin

Organisasi Mempersiapkan organisasi untuk kelompok target baru, memfasilitasi partisipasi kelompok target baru, memelihara anggota baru

Mengoptimalkan proses operasional, memperluas aplikasi teknologi informasi

Mempermudah proses, mengembangkan rutinitas, menurunkan biaya

Membongkar organisasi tahap demi tahap

12.5.4. Campuran strategi defensif dan ofensif

Dalam keadaan tertentu, suatu partai bisa saja menerapkan strategi ofensif dan

defensif sekaligus. Meskipun secara strategis keputusan ini selalu berisiko, tapi

adakalanya cara ini membawa keberhasilan yang signifikan. Ada beberapa syarat

penting untuk penerapan strategi kombinasi seperti ini, yakni bahwa strategi harus

diarahkan secara tepat pada satu partai dalam waktu tertentu tanpa ambisi apa pun,

terlepas dari apakah yang diambil sikap ofensif atau defensif.

Sebuah strategi campuran dapat terjadi, jika salah satu partai dalam koalisi

pemerintahan menerapkan strategi defensif terhadap partai oposisi, dan pada saat

yang sama, di dalam koalisi ia melakukan strategi ofensif terhadap mitra koalisinya.

Strategi "kampanye pemilu internal" dalam koalisi biasanya dilakukan oleh mitra

193

koalisi yang lebih kecil terhadap partner koalisinya yang lebih besar, dan seringkali

membawa manfaat dan keberhasilan bagi partner koalisi yang kecil tersebut.

Masalah bisa saja timbul jika upaya-upaya yang dilakukan terlalu berfokus pada hal-

hal yang tidak jelas, sehingga kampanye penyerangan melawan partai oposisi jadi

terabaikan.

Sebuah contoh khusus dapat diambil dari ‘undang-undang pemilu

khusus’ Ley de Lemas60. Dalam undang-undang ini, sebuah partai bisa

menempatkan beberapa kandidat di posisi yang sama, misalnya sebagai

presiden. Usai pemilu, suara yang dihitung terlebih dahulu adalah jumlah

suara keseluruhan yang diperoleh oleh setiap partai untuk semua

kandidatnya. Dari hasil perhitungan ini bisa diketahui partai mana yang

dapat menominasikan seorang presiden. Setelah itu, internal partai akan

menentukan: siapa yang memperoleh suara terbanyak, dialah yang

ditetapkan menjadi presiden. Jadi di sini harus ada perjuangan – baik di

luar maupun di dalam – di mana dalam perjuangan di luar partai,

pemerintah mengambil posisi defensif dan partai oposisi mengambil sikap

ofensif. Selain itu masih ada pertarungan di dalam, yang mengharuskan

setiap kandidat, kecuali penjabat presiden (apabila pencalonan kembali

incumbent diperbolehkan), bertarung secara ofensif satu sama lain.

12.6 Pekerjaan dengan Faktor-faktor Penarik dan Pendorong (kampanye positif

dan kampanye negatif)

Pertanyaan tentang strategi ofensif erat kaitannya dengan pertanyaan bagaimana

strategi tersebut dapat berhasil untuk meraih pemilih atau pendukung dari partai-

partai atau organisasi-organisasi lain. Seperti yang sudah dipaparkan dalam bab ini,

hal tersebut terkait dengan tawaran-tawaran yang menarik kepada para pemilih,

yang didekati dengan cara-cara perluasan pasar atau penetrasi pasar. Strategi ini

didasarkan pada faktor-faktor penarik untuk mendekati para pemilih. Terutama dalam

pemilihan kandidat seringkali yang dipentingkan bukanlah untuk meraih suara yang

banyak bagi calon tersebut, melainkan bisa saja untuk membuat kandidat lawan atau

partai pesaing memperoleh suara yang lebih sedikit dari kandidat kita atau partai

60

Lihat Bab 26.2.6 tentang Ley de Lemas.

194

kita. Kadang-kadang berpengaruh pula jika kita menempatkan seorang kandidat

bayangan yang memiliki tawaran yang sama dengan kandidat yang ingin kita

kalahkan. Dalam kasus seperti ini kandidat bayangan tersebut akan meraih

beberapa suara dari kandidat-kandidat lainnya dan dengan demikian melemahkan

mereka. Apabilai pelemahan ini berhasil, maka kita dengan hasil yang lebih sedikit

relatif dapat lebih kuat dibandingkan dengan saingan kita.

Metode yang paling sering digunakan adalah kampanye negatif, yang dikenal juga

dengan istilah kampanye kotor. Dalam kasus ini disampaikan hal-hal yang benar dan

yang tidak benar dari kandidat saingan kita. Yang penting adalah pandangan orang

terhadap image kandidat tersebut dirusak dan dengan demikian pemilih akan

menjauhkan diri dari kandidat tersebut atau memisahkan diri darinya. Dampak dari

kampanye negatif ini adalah media, dan juga pemilih, memiliki minat yang lebih

besar terhadap berita-berita yang negatif dibandingkan dengan berita-berita yang

bernada positif. Motto dari dunia jurnalistik adalah: „Bad news are good news“,

adalah dampak yang terlihat di sini. Bagi partai-partai yang ingin melakukan

kampanye negatif seperti ini, mereka pertama-tama harus mengawasi kandidat

saingan mereka serta menguntitnya dan selain itu mereka juga harus mengulik masa

lalunya. Selinting ganja di masa sekolah sudah dapat mengakhiri karir politik

seseorang.

Dampak dari faktor-faktor penarik dan pendorong

Faktor-faktor pendorong juga menjauhkan pemilih dari partai-partai atau kandidat-

kandidat saingan, namun tidak jelas bagaimana kemudian para pemilih tersebut

bertindak. Mereka bisa saja menjadi pemilih golput, karena partai mereka selama ini

telah kehilangan daya tarik melalui faktor-faktor pendorong. Mereka bisa juga

195

kemudian memilih partai lain. Pilihan mereka tidak secara otomatis diberikan kepada

partai yang telah melancarkan faktor-faktor pendorong itu. Hal ini berarti bahwa

tanpa faktor-faktor penarik tidak mungkin sebuah Pemilu dimenangkan.

Masalah berikutnya adalah, pengirim faktor-faktor pendorong dapat memegang

peranan penting dalam upaya meraih hasil. Apabila faktor-faktor pendorong (dalam

hal ini informasi-informasi negatif ataupun hanya berupa gosip) dilancarkan oleh

partai pesaing atau dari kandidat lawan, dapat menimbulkan efek-efek yang tidak

diinginkan. Efek yang paling terkenal disebut dengan efek „Wagenburg“ (barikade

kereta).

Untuk menjelaskan mengenai efek barikade kereta ini kita harus

mengingat film-film cerita koboy jaman dulu. Saat itu biasanya

dibuat jalur yang panjang dari wilayah Timur ke wilayah Barat. Di

dalam jalur tersebut terdapat banyak konflik di antara para

pelakunya. Bisa disebabkan karena masalah siapa yang berhak

memimpin, masalah perampokan dan masalah perebutan

perempuan. Anggota jalur tersebut seringkali bertindak agresif

terhadap anggota jalur yang lainnya. Namun bila tiba-tiba orang

Indian menyerang jalur mereka, maka mereka akan membentuk

barikade kereta dan secara bersama-sama berjuang melawan

orang Indian. Kontan segala pertentangan internal dilupakan,

karena mereka berjuang ke luar kelompok mereka.

Hal ini terjadi di dalam dunia politik ketika sebuah partai diserang oleh partai lainnya

dengan sebuah kampanye negatif. Para anggota dan pemilih partai tersebut segera

bergabung bersama dan mempertahankan partai "mereka" – meskipun sebelumnya

banyak pemilih yang sudah kecewa dengan partai mereka dan sebenarnya mereka

sudah berniat untuk pindah ke partai-partai lainnya. Bagi orang Indian – demikian

juga bagi partai yang menyerang – akan jauh lebih baik jika mereka menunjukkan

daya tarik mereka yang atraktif (dalam kasus orang Indian: daging segar, air bersih

dan produk-produk lainnya, yang menarik bagi pengendara kereta) dan dengan

demikian akan menarik perhatian pemilih, bahkan juga perhatian pengendara kereta.

196

Apabila kita ingin melakukan kampanye negatif yang berhasil, seperti yang

diperlihatkan di beberapa kampanye Pemilu belakangan ini, partai tersebut

sebaiknya tidak secara terang-terangan terlibat di dalamnya. Partai tersebut harus

membuat semacam "satuan tugas khusus", yang bertugas untuk mengumpulkan

gosip-gosip dan informasi negatif lainnya dan kemudian menyebarluaskannya.

Pimpinan partai harus setiap saat mampu untuk mengambil jarak dari kegiatan

kampanye negatif tersebut.

Apa yang harus dilakukan untuk melawan kampanye negatif, apalagi partai kita yang

diserang?

Reaksi normal dari partai-partai dan para kandidat adalah menyangkalnya. Sudah

pasti cara tersebut adalah cara yang salah, karena dengan demikian informasi yang

negatif itu akan diulang kembali dan dengan cara yang defensif seperti itu tidak akan

dapat menang. Karena sebagian besar masyarakat memiliki pandangan dasar yang

buruk terhadap politisi, maka kepercayaan terhadap penyangkalan itu akan lebih

lemah daripada berita negatif tersebut. Dalam beberapa tuduhan kadang-kadang

bahkan lebih baik untuk menyerah saja. Lihat juga bab 13.2.11 Strategi untuk

menyerah – upaya pembebasan.

Meskipun terdengar tidak elok, seorang perencana strategi harus mengetahui bahwa

strategi terbaik untuk melawan sebuah kampanye negatif adalah dengan memiliki

kampanye negatif yang lebih baik. Hal ini berarti bahwa untuk berjaga-jaga,

sebelumnya kita harus mengumpulkan data-data tentang kandidat lawan, sehingga

jika terjadi kasus penyerangan kampanye negatif, kita dapat menyerang balik.

Semboyan strategi: strategi terbaik melawan kampanye negatif adalah:

lebih baik lagi dalam berkampanye negatif.

Metode untuk melawan kampanye negatif dengan melancarkan kampanye negatif

memiliki kemiripan dengan metode api melawan api. Dengan menyalakan api lawan

untuk memadamkan api, maka bahan untuk mematikan api terambil. Metode ini

memang berbahaya namun metode tersebut efektif.

197

Pada dasarnya kampanye negatif lama kelamaan dapat merugikan kultur

politik suatu negara dan sedapat mungkin harus dihindari. Di sisi lain

pihak-pihak yang tidak ingin melakukan provokasi dengan melancarkan

kampanye negatif tidak boleh menggunakan kampanye negatif semacam

ini dan dengan demikian menghambat keberhasilan dalam Pemilu.

Masalah sesungguhnya terletak pada pemilih, mereka mempunyai minat

yang sangat besar secara emosional untuk memperoleh gosip-gosip dan

berita-berita negatif, dibandingkan program kerja dan rangkaian

argumentasi yang rasional.

198

13. POLA-POLA STRATEGIS KHUSUS

Untuk situasi-situasi khusus, hanya pola-pola strategi tertentu saja yang bisa

diterapkan, yang pada gilirannya ditentukan oleh berbagai pertimbangan strategis.

Teori permainan (Spieltheorie)61 memiliki relevansi khusus dalam proses ini.

13.1. Strategi untuk yang memimpin (leaders) dan yang membuntuti

(followers)

Strategi pemenangan bagi pemimpin (pihak yang unggul di depan) dan pengekor

(pihak yang membayangi/membuntuti di belakang) dapat dibatasi oleh aturan berikut

– dalam hal ada dua pihak yang bersaing:

Contoh: Seorang kandidat yang memimpin hendaknya tidak memberi

kesempatan pengekornya untuk menunjukkan perbedaan yang ada,

karena ia dapat dibahayakan oleh adanya perbedaan ini. Sedapat mungkin

ia hendaknya menyatakan bahwa program-program yang diajukannya

telah memenuhi semua hal yang ditawarkan lawannya di pasar.

Seorang kandidat yang berada di posisi mengejar, hendaknya menunjukkan

perbedaan tawaran yang menarik – yang tidak ditawarkan oleh lawannya kepada

para pemilih. Karena jika tidak, pihak yang memimpin tentu akan terus berada di

posisi depan hingga saat pemungutan suara tiba. Jika pihak yang memimpin terus

menerus berusaha untuk meniru pihak yang mengejar, maka pihak yang mengejar

harus terus menerus mencari bidang yang baru untuk dapat menunjukkan

perbedaan yang ia tawarkan, bahkan meskipun ia harus mengambil posisi yang

ekstrim – yang tidak mungkin dapat ditiru oleh pihak yang memimpin – tanpa

membuat para pemilih meragukannya.

61

Literatur tentang teori permainan yang mudah dimengerti dibandingkan literatur lain yang biasanya

lebih sulit: Dixit, Nalebuff: Spieltheorie für Einsteiger (Teori permainan untuk pemula), Schaeffer-Poeschel-

Verlag, Stuttgart.

Semboyan strategi: Pihak yang memimpin harus meniru pihak yang membuntuti atau pihak yang berusaha mengejar atau yang berusaha mengalahkannya, sementara pihak yang mengekor harus melakukan sesuatu yang lain dari pihak yang memimpin.

199

Dalam realitas, kita acap menemukan bahwa pihak yang mengejar justru berusaha

untuk menyesuaikan diri atau mengikuti sikap yang diambil pihak yang memimpin,

karena ia berharap bahwa dengan demikian ia memperbesar peluang untuk dapat

dipilih. Tapi sebenarnya, justru langkah yang sebaliknyalah yang dapat memberikan

kemenangan yang lebih besar baginya.

Tapi perlu dicatat, bahwa ketentuan-ketentuan tersebut hanya berlaku jika ada dua

pihak utama saja yang bersaing. Apabila ada lebih dari dua pesaing utama yang

setara keunggulannya, mengambil sikap meniru sang pengekor kerap kali tidak

dimungkinkan, karena kedua pengejar bisa memutuskan untuk mengambil jalan

yang bersimpangan.

Contoh: Seorang kandidat liberal memimpin satu bidang dalam kampanye

pemilu. Pengejar-pengejarnya adalah seorang politisi yang konservatif dan

seorang yang sosialis – dan keduanya berusaha untuk menunjukkan

perbedaan masing-masing dalam bidang favorit mereka – atau bidang

yang paling mereka kuasai. Dengan demikian, ekonomi pasar

diperhadapkan dengan ekonomi terpimpin, dan sektor privat

diperhadapkan dengan sektor publik. Dalam kasus semacam ini, pihak

yang memimpin akan sulit meniru pihak yang mengejar.

Dalam situasi semacam ini, sebaiknya diterapkan strategi yang lain, yang dikenal

dengan nama strategi disinformasi62.

Sebuah contoh disinformasi ini bisa ditunjukkan seperti yang dilakukan

Ludwig Ehrhardt di Jerman, saat ia menemukan istilah "ekonomi pasar

sosial" dalam kehumasan. Ia memunculkan istilah baru ini ke dalam

diskusi – di mana bisa ditafsirkan oleh setiap orang sebagaimana mereka

ingin menafsirkannya.

62

Lihat Bab 11.2.10 Strategi Disinformasi.

200

13.2. Strategi yang bergantung pada urutan kejadian

Ada situasi di mana pihak “protagonis” mengambil langkah-langkah mereka secara

berurutan, dan dengan demikian memiliki kesempatan untuk mengevaluasi langkah

yang diambil oleh pihak pendahulu – dan sengaja membiarkan hal ini mempengaruhi

keputusan mereka. Sikap ini dikenal sebagai keputusan dengan langkah-langkah

yang berurutan. Tetapi jika langkah-langkah tersebut diambil secara bersamaan

tanpa diketahui oleh pihak lainnya, sikap ini disebut sebagai keputusan strategis

dengan langkah-langkah simultan.

13.2.1. Keputusan strategis menggunakan kejadian-kejadian berurutan

Pada dasarnya, dalam keputusan strategis yang menggunakan kejadian-kejadian

yang berurutan adalah bahwa setiap pihak yang terlibat hendaknya berusaha

mencari respon yang diberikan oleh lawannya. Berdasarkan respon itu, ia dapat

memutuskan langkah berikutnya yang paling menguntungkan bagi dirinya dalam

situasi yang ada.

Dengan kata lain, jika kita mengetahui bagaimana lawan akan bereaksi dalam situasi

tertentu, kita dapat merencanakan kegiatan sendiri dengan lebih baik.

Keputusan bertahap semacam ini terkadang diperjelas dengan bantuan „pohon

keputusan“, yang menampilkan titik-titik keputusan atau persetujuan – yang ditandai

dengan berbagai alternatif keputusan yang dapat diambil (terkadang dengan sebuah

probabilitas yang berkemungkinan besar dapat dijalankan).

Sebuah contoh yang khas adalah kesepakatan pemilu antar fraksi dalam

sebuah parlemen. Untuk pemilu mendatang, dua partner bersepakat saling

menjalin aliansi sementara – agar mereka dapat saling membantu untuk

memperoleh mayoritas dalam parlemen.

Peraturan dasarnya berbunyi: melihat ke depan dan mengambil keputusan.

201

Grafik tersebut menunjukkan proses pengambilan keputusan. Dalam D1 partai A

memutuskan apakah ia akan membantu partai B untuk mencapai mayoritas atau

tidak. Dalam kasus tersebut partai A harus memikirkan apa yang akan terjadi apabila

partai B berhasil mencapai mayoritas seperti yang nampak dalam D2. Karena

setelah itu, partai B harus memutuskan, apakah kini ia sebaiknya akan membantu

partai A. Apabila tidak ada rencana kerjasama selanjutnya dan tidak ada pemilu

berikutnya yang berhubungan dengan kesepakatan ini, ada kemungkinan besar

bahwa partai B tidak akan menaati kesepakatan yang dibuat, karena partai B sudah

mencapai tujuannya, yakni menjadikan kandidatnya sebagai kandidat yang terpilih.

Tetapi, dalam keadaan seperti ini, kemungkinan bahwa partai B bisa meloloskan

kandidatnya sangatlah kecil. Oleh karena itu, partai A dalam keputusan D1

sebaiknya tidak menolong partai B atau mengambil tindakan pencegahan lainnya,

sehingga partai B dalam D2 terpaksa memilih kandidat partai A. Hal ini dapat terjadi

dengan cara membuat persetujuan untuk perjanjian di masa mendatang, di mana

partai B kembali akan diuntungkan.

13.2.2. Keputusan strategis menggunakan langkah-langkah simultan

Contoh langkah-langkah simultan yang paling terkenal adalah yang disebut dengan

dilema tahanan. Situasi ini ditandai dengan kejadian dimana tindakan rasional yang

dilakukan setiap individu untuk memanfaatkan hasil pribadi mereka secara maksimal

akan mengakibatkan kemungkinan terburuk bagi keseluruhan sasaran.

D1

A menolong B D2

B menolong A

A tidak menolong B

B tidak menolong A

202

Contoh situasi ini adalah sebagai berikut: Dua orang tahanan dicurigai

bahwa mereka secara bersama-sama telah melakukan sebuah tindakan

kejahatan. Hukuman terberat atas tindak kejahatan itu adalah lima tahun

penjara. Hakim memberikan tawaran kepada keduanya: "Jika anda

membongkar kejahatan ini, anda akan bebas dari hukuman dan kawanmu

sendirilah yang harus menanggung hukuman selama lima tahun penjara.

Jika kalian berdua tutup mulut, maka kami memiliki cukup bukti untuk

menghukum kalian dengan dua tahun penjara. Jika kalian berdua

mengaku, maka masing-masing kalian akan menjalani hukuman empat

tahun penjara.”

Kedua tahanan tersebut tidak memiliki kesempatan untuk berkomunikasi satu sama

lain untuk membuat kesepakatan. Bagaimana mereka akan mengambil keputusan?

Setiap tahanan memiliki dua kemungkinan: tutup mulut atau mengaku. Dari sudut

pandang tahanan lainnya, ia dapat bekerjasama (dalam arti tutup mulut), atau tidak

bekerjasama (dalam arti mengaku). Situasi tahanan ini dapat diperjelas dalam

sebuah payoff-matriks yang biasanya digunakan dalam teori permainan.

A/B B tutup mulut B mengaku

A tutup mulut (-2,-2) (-5,0)

A mengaku (0,-5) (-4,-4)

Tabel tersebut menunjukkan payoff matriks untuk situasi yang telah dijelaskan di

atas. Waktu yang dihabiskan dalam penjara dinyatakan dalam bilangan negatif.

Apabila kita menempatkan diri dalam posisi para tahanan, kita dapat mengerti

mengapa hasil-hasil yang telah diprediksikan oleh teori permainan akan menjadi

kenyataan.

Tahanan A mengetahui bahwa tahanan B akan mengaku atau tetap tutup mulut.

Apabila B mengaku dan A tetap tutup mulut, maka A akan dihukum 5 tahun penjara.

Tapi ia hanya akan dihukum 4 tahun penjara jika ia juga mengaku. Jadi

bagaimanapun juga, bagi A akan lebih baik apabila ia mengaku. Jika B tutup mulut

dan A juga tutup mulut, ia hanya akan dihukum 2 tahun penjara. Tapi ia mendapat

203

peluang untuk bebas kalau ia mengaku. Jadi, lagi-lagi, bagi A lebih baik bila ia

mengaku. Karena itu, strategi yang dominan bagi A adalah mengaku. Dalam setiap

keputusan, strategi dominan akan memberi hasil yang lebih baik bagi pemain.

Di sel yang lain, B juga memikirkan hal yang sama dan tiba pada keputusan yang

sama. Jadi pada akhirnya mereka berdua akan mengaku, dan dengan demikian tidak

menerima hasil akhir yang paling menguntungkan bagi keduanya (yaitu 2 tahun

penjara). Mereka berdua akan memperoleh hasil terburuk kedua – yaitu 4 tahun

penjara. Dari segi jumlah masa tahanan bagi keduanya, ini bahkan merupakan hasil

yang paling buruk.

Suatu contoh tipikal muncul dalam perundingan tentang perlucutan

senjata. Setiap pihak tentu lebih menginginkan agar pihak lainnya melucuti

senjatanya, sementara pihaknya sendiri dapat mempertahankan sejatanya

atas dasar “kemananan". Yang terburuk bagi salah satu pihak adalah

apabila ia melucuti senjatanya sementara pihak lain mempertahankan

senjatanya. Oleh karena itu, hasil yang dicapai dari perundingan itu justru

bukan perlucutan senjata itu sendiri, melainkan dipertahankannya sistem

senjata yang dimiliki – dan acap kali bahkan masing-masing pihak pada

akhirnya justru berlomba melengkapi persenjataannya. Biasanya kedua

pihak tersebut tidak berhasil memilih strategi yang terbaik kedua bagi

mereka.

Dengan alasan ini perlucutan senjata nuklir yang dahulu disepakati antara NATO dan

Republik Uni Sovyet (dahulu) juga tidak dapat diarahkan pada kesepakatan dengan

langkah-langkah simultan, melainkan terjadi karena dari sudut ekonomis Uni Sovyet

tidak mampu mengimbangi perlengkapan persenjataan seperti yang telah

dipersiapkan Barat melalui sikap ofensifnya. Di sini keputusan-keputusan dengan

langkah-langkah simultan diubah menjadi keputusan-keputusan dengan langkah

sekuensial.63

Dilema klasik tahanan ditandai oleh empat batasan:

1. Tidak ada komunikasi antara pihak-pihak yang terlibat.

63

Lihat Bab 11.2.4 tentang Langkah-langkah Strategis

204

2. Permainan tidak akan diulang.

3. Hanya ada dua alternatif untuk bertindak (bekerjasama atau bertentangan)

4. Hanya ada dua pihak yang terlibat.

Tapi, pada kenyataannya batasan ini dapat diubah.

Variasi 1:

Pihak yang terlibat diperbolehkan berkomunikasi. Apabila para pemain dapat

berkomunikasi, sangatlah mungkin bahwa kedua tahanan bersepakat untuk

mengingkari kejahatan mereka. Tapi juga sangat mungkin bahwa salah satu di

antara mereka atau bahkan keduanya melanggar kesepakatan yang telah mereka

buat.

Dalam sejarah OPEC terdapat berbagai kesepakatan tentang pembatasan

jumlah produksi minyak yang bertujuan untuk menstabilkan atau

meningkatkan harga minyak. Biasanya kesepakatan-kesepakatan ini acap

dilanggar oleh negara-negara anggotanya sendiri untuk memperoleh

keuntungan bagi dirinya sendiri.

Oleh karena itu, menurut Rapoport64, sebuah kesepakatan harus dapat diberlakukan

dan dapat dituntut pelaksanaannya. Untuk itu sanksi atau hukuman yang diberikan

harus dapat mengubah matriks pembayaran (payoff-matriks) sedemikian rupa

sehingga apabila salah satu pihak melanggar perjanjian tersebut, ia akan

memperoleh hasil yang jauh lebih buruk dibandingkan dengan jika ia menaati

kesepakatan.

Variasi 2:

Jika batasan jumlah permainan dihapuskan, maka akan memungkinkan adanya

kesepakatan tidak langsung, karena setiap pihak yang terlibat memiliki peluang

untuk belajar dan menarik kesimpulan dari sikap yang diambil pihak lainnya dalam

permainan sebelumnya. Dalam dilema tahanan yang terus berulang ini (dilema

iteratif tahanan), reaksi masing-masing pemain diprediksikan, dan pada saat yang

sama situasi permainan di masa depan perlu dipertimbangkan.

64

Rapoport, Anatol dan Chamnah, Albert M: Prisoners Dilemma (Dilema Tahanan), Michigan 1963,

halaman 25 dan 26.

205

Contoh klasik untuk sebuah dilema iteratif tahanan yang melibatkan

banyak pihak adalah pemanfaatan benda bebas. Dalam sebuah artikel

yang dimuat di majalah "Science", sang biolog Gernold Harding65 menulis:

"Bayangkan adanya sebuah padang rumput yang terbuka bagi semua

orang. Dapat dibayangkan di sini bahwa setiap gembala akan berusaha

untuk mempertahankan sebanyak mungkin ternak di padang rumput milik

bersama ini. ...Di sinilah letak sisi tragisnya. Setiap orang terperangkap

dalam sebuah sistem yang memaksanya untuk memperbesar kawanan

ternaknya tanpa batas – dan ini terjadi di sebuah dunia yang jelas-jelas

memiliki keterbatasan. Dalam sebuah masyarakat yang percaya akan

"kebebasan milik bersama" ini, setiap orang akan menghampiri

kejatuhannya sendiri dan masing-masing orang hanya memikirkan

kepentingannya sendiri.

Situasi ini secara ekologis disebut dilema sosial. Situasi ini seringkali muncul dan

dapat ditemui di berbagai bidang, seperti: pencemaran lingkungan hidup, populasi

berlebihan, penangkapan ikan secara besar-besaran, eksploitasi sumberdaya alam,

dsb.

Karena para pemain ekonomi senantiasa berkecimpung dalam bidang-bidang

tersebut, kita dapat mengasumsikan adanya sebuah dilema tahanan iteratif. Dengan

demikian, harus tetap dibuat keputusan strategis baru yang diambil untuk

mempertimbangkan pemain lainnya secara konsisten. Rapoport dan ahli lainnya66

telah mengumpulkan berbagai strategi standar dan mengomentarinya.

Untuk masing-masing langkah ada empat hasil yang dapat diperoleh, dengan nilai

yang berbeda:

Jika keduanya bekerjasama, akan ada imbalan R(eward) dan keduanya memperoleh

3 poin.

65

Harding, G. R. (1968) The Tragedy of the Commons (Tragedi Orang-orang Biasa). Science, 162, 1243-

1248. 66

Robert Axelrod 1988, Die Evolution der Kooperation (Evolusi Kooperasi), München: Oldenbourg.

Mathieu, P.Delahaye, J.P. Our Meeting with Gradual: a Good Srategy for the Iterated Prisoners Dilemma

(Pertemuan dengan tahapan: Strategi yang tepat untuk Dilema Tahanan Iteratif)

206

Jika keduanya tidak bekerjasama, akan ada hukuman P(unishment) dan keduanya

memperoleh 1 poin.

Jika salah satu bekerjasama dan yang lainnya tidak, maka pihak yang bekerjasama

adalah pihak yang bodoh S(ucker). Ia memperoleh 0 poin dan pihak yang tidak

bekerjasama – yang telah menggodanya T(emptation) memperoleh 5 poin.

Dengan demikian, payoff-matriks bagi dilema tahanan akan terlihat sebagai berikut:

A/B B bekerja sama B tidak bekerja sama

A bekerja sama R (3,3) S (0,5)

A tidak bekerja sama T (5,0) T(1,1)

Di bawah ketentuan-ketentuan ini dihasilkan sebelas strategi utama yang akan

dijelaskan sebagai berikut:

1. Strategi "Defect", berarti: Menolak untuk bekerjasama dalam setiap langkah yang

diambil.

"Defect" merupakan sebuah strategi yang sangat sederhana, yang senantiasa

menolak untuk bekerjasama secara buta namun sekaligus mengejar sasaran

T. Jelas terlihat bahwa "Defect" tidak dapat dikalahkan. Tidak ada strategi lain

yang apabila dibandingkan secara langsung dapat mengumpulkan lebih

banyak poin dibandingkan "Defect", karena lawan hanya dimungkinkan untuk

memperoleh hasil S (0 poin) atau P (1 poin).

2. Strategi "Cooperate" berarti: Bekerjasama dalam setiap langkah yang diambil.

Strategi ini merupakan lawan dari strategi "Defect" dan memiliki sifat-sifat yang

berlawanan. "Cooperate" tidak dapat menang karena ia hanya bisa mencapai

R (3 poin) atau S (0 poin), di mana dalam kedua kasus ini poin yang diperoleh

tidak dapat lebih banyak daripada poin lawan. Apabila lawan mau bekerja

sama, maka strategi ini tidak akan merugikan, namun karena strategi buta ini,

"Cooperate" sangat mudah "dimanfaatkan".

3. Strategi "Random" berarti: Ambillah satu angka secara acak, 0 atau 1. Apabila

angka yang diperoleh 0, maka itu berarti bekerjasama dan bila memperoleh 1 berarti

menolak untuk bekerjasama.

207

"Random" memainkan "Defect" atau "Cooperate" dengan probabilitas yang

sama. Tidak ada strategi yang bertujuan melakukan kerjasama secara

permanen dapat berhasil dengan menggunakan langkah "Random". Jadi

apabila strategi ini tidak dimainkan secara buta, ia tidak akan mudah

bekerjasama. Dengan demikian, adalah mustahil untuk mencapai R secara

konsisten.

4. Strategi "Per kind" berarti: Bermainlah dengan sebuah pola (bekerjasama,

bekerjasama, menolak bekerjasama).

Strategi ini berusaha membuai lawan dalam perasaan aman, dan kemudian

menyerangnya – dengan harapan bahwa ia akan menerima penolakan untuk

bekerjasama dalam hal yang terjadi pada saat itu, untuk kemudian mau diajak

bekerja sama kembali.

5. Strategi "Per nasty" berarti: Bermainlah dengan sebuah pola (menolak

bekerjasama, menolak bekerjasama, bekerjasama).

Sama halnya dengan prinsip "Per kind," "per nasty" berusaha untuk menjerat

strategi-strategi yang bersedia bekerjasama untuk meraih T.

6. Strategi "Spite" berarti: Bekerjasama dalam langkah yang pertama, kemudian

bekerjasama selama lawan belum menolaknya, setelah itu selalu menolak

bekerjasama.

Ini adalah strategi pertama yang mempertimbangkan respon lawan. Strategi

ini adalah strategi yang bersahabat yang menawarkan kooperasi, tetapi

kemudian segera mengubah sikapnya ketika lawan tidak lagi kooperatif.

Strategi ini dapat dideskripsikan dengan kata "Cooperate" – dengan

mekanisme pertahanan untuk mencegah terjadinya eksploitasi atau

pemanfaatan. Namun "Spite" tidak berusaha memperoleh kerjasama pihak

lawan – yang kerap berusaha untuk mencapai T. Ada variasi "Spite" di mana

perubahan sikap baru diambil setelah lawan melakukan dua atau lebih upaya

penipuan.

7. Strategi "Soft-majority" berarti: Mainkan langkah yang paling sering dilakukan oleh

lawan. Jika langkah yang diambil serupa, bekerjasamalah.

Strategi ini berusaha menghindari pemanfaatan yang terus-menerus, dengan

cara merespon tindakan lawan yang cenderung tidak mau bekerjasama,

antara lain dengan terang-terangan menolak untuk bekerjasama. Langkah ini

memiliki keuntungan dengan diteruskannya kerjasama dengan pihak lawan –

208

yang siap untuk bekerjasama. Tapi kerugiannya adalah bahwa kita cenderung

mudah ditipu, misalnya melalui langkah "Per nasty."

8. Strategi "Tit for tat" berarti: Bekerjasamalah dalam langkah yang pertama; dan

dalam setiap langkah berikutnya, mainkan langkah yang terakhir kali digunakan

lawan.

Strategi ini adalah, salah satu yang mau bekerjasama tetapi bertahan dengan

melawan usaha-usaha pemanfaatan yang dilakukan lawan. Pada saat yang

sama, strategi ini tidak bersifat mendendam melainkan menjawab kesediaan

bekerjasama kembali jika ada tawaran untuk bekerjasama lagi. "Tit for tat"

tidak dapat menang karena tidak pernah menolak kerjasama tanpa motivasi,

dan dengan demikian tidak pernah berusaha mencapai T (5 poin). Di lain

pihak, strategi ini juga tidak dapat ketinggalan lebih dari 5 poin, karena ia

hanya membiarkan dirinya dimanfaatkan satu kali saja.

9. Strategi "Mistrust" berarti: Menolak bekerjasama dalam langkah yang pertama,

kemudian mainkan hal yang sama dengan "Tit for tat".

"Mistrust" sama sekali tidak membiarkan dirinya dipermainkan, karena strategi

ini sejak awal sudah menolak untuk bekerjasama. Oleh karena itu, "Mistrust"

bergantung pada inisiatif lawan untuk memulai sebuah kerjasama. Seterusnya

sama dengan "Tit for tat".

10. Strategi "Prober" berarti: Mainkan tiga langkah awal (bekerjasama, menolak

bekerjasama, menolak bekerjasama), kemudian menolak untuk bekerjasama dalam

setiap langkah berikutnya – jika lawan bekerjasama dalam langkah kedua dan

ketiga.

Di sini strategi lawan akan diuji terlebih dahulu. Jika strategi lawan

membiarkan dirinya untuk dimanfaatkan, "Prober" mengambil langkah lebih

lanjut untuk menolak bekerjasama. Langkah ini akan mengarah pada suatu

sikap dasar yang agresif, yang, bagaimanapun, akan berubah menjadi sikap

yang kooperatif – apabila lawan tampil lebih cerdik ("Tit for tat"), karena jika

tidak, hanya poin P (1 poin) saja yang dapat diperoleh.

11. Strategi "Pavlov" berarti: Bekerjasama hanya dalam langkah pertama, setelah itu

bekerjasama hanya apabila kedua pemain mengambil langkah yang sama.

"Pavlov" memiliki dasar pemikiran yang sama seperti "Tit for tat", tetapi

memiliki tuntutan yang lebih tinggi terhadap kesediaan diri sendiri untuk

bekerjasama. Hanya jika kerjasama yang telah dilakukan berhasil, maka akan

209

dilakukan kerjasama lebih lanjut. Ini berarti, jika ada upaya pemanfaatan yang

dilakukan lawan, strategi akan bereaksi dengan tidak mau bekerjasama, dan

selanjutnya tidak akan melakukan upaya untuk kembali bekerjasama.

Variasi 3:

Melakukan pembatasan untuk bertindak menjadi hanya dua alternatif saja, yang

dimaksudkan untuk mempermudah proses berpikir. Memperbanyak alternatif

bertindak tidak akan mengubah metode yang ada.

Variasi 4:

Pembatasan jumlah pemain menjadi dua, merupakan pembatasan yang penting jika

salah satu pihak ingin mentrasfer model tahanan di atas menjadi kenyataan. Dengan

kelompok yang lebih besar, muncul persoalan yang dikenal dengan nama 'problem

pembonceng’ – atau orang yang selalu ingin mendapatkan sesuatu secara cuma-

cuma. Persoalan ini terjadi apabila ada peningkatan keuntungan bagi setiap orang

melalui aksi-aksi yang dilakukan oleh kelompoknya. Dalam kasus seperti ini, setiap

orang yang terlibat dalam kelompok akan menimbang-nimbang, apakah ia perlu

memberikan kontribusinya secara sukarela terhadap aksi kolektif – karena tanpa

memberi kontribusi apa pun ia sudah dapat menikmati keuntungan yang dihasilkan

oleh kelompoknya. Dengan demikian, jika setiap orang bersikap seperti itu, tentu

saja tidak ada seorang pun yang mau memberikan kontribusi.

Contoh: sebuah lingkungan tetangga diserang hama. Para tetangga

bersepakat untuk memberantas hama ini bersama-sama, dan untuk itu

setiap orang harus membayar sejumlah uang. Namun ada satu orang yang

tidak mau ikut membayar. Karena proyek ini diharapkan tidak gagal hanya

karena satu orang, maka yang lain akan tetap bekerjasama dan menerima

penolakan satu orang tersebut. Pada kenyataannya, sikap ini

menimbulkan 'problem pembonceng” yang akan mengakibatkan tidak ada

lagi orang yang mau membayar sumbangan.

13.2.3. Strategi yang muncul dari dilema tahanan

Jalan keluar dari dilema tahanan ada dalam langkah-langkah strategi berikut:

210

1. Mencapai kerjasama

2. Membongkar penipuan

3. Menghukum penipu

4. Tit-for-tat

Persetujuan kerjasama pada umumnya dicapai melalui negosiasi. Contoh khas yang

berhubungan dengan hal ini adalah perjanjian internasional tentang perlindungan

flora dan fauna tertentu, larangan pemakaian bahan-bahan tertentu, embargo, hal-

hal yang berkenaan dengan bea cukai, dsb. Problem terbesar adalah usaha untuk

menemukan pihak yang melanggar perjanjian tersebut.

Contoh: Setiap embargo – terutama yang menyangkut larangan

pemasokan senjata – telah dilanggar. Suplai senjata tersebut memang

tidak lagi dilakukan secara langsung, tetapi yang dilakukan justru ekspor

pabrik senjata – yang hanya berubah istilah saja.

Contoh: Setiap perjanjian yang terkait dengan penurunan bea cukai

dihindari. Pengawasan sangat sulit dilakukan. Ketentuan tentang bea cukai

memang tidak dilanggar secara jelas, tetapi dalam merespon tekanan-

tekanan melalui berbagai lobi, sistem perdagangan lainnya menjadi

terhambat: dari pembatasan-pembatasan teknis hingga meluas ke

masalah standar, prosedur birokratis, peraturan kuota, dsb.

Kesepakatan, perjanjian, peraturan dan ketentuan yang mengarah pada sebuah

kerjasama senantiasa terancam, karena kecenderungan untuk melakukan

kecurangan sangatlah besar, dan orang selalu berupaya melanggar peraturan atau

kesepakatan tersebut.

Banyak perjanjian yang gagal sebagai akibat dari strategi tit-for-tat yang biasa

ditemukan dalam dilema tahanan dan karena adanya "pembonceng". Atau ada

peraturan-peraturan yang dikeluarkan, tetapi tidak pernah dieksekusi. Persoalan

pemberantasan korupsi dalam skala besar atau massal juga berakar dalam sindrom

ini. Dalam skenario seperti ini, pelanggaran ketentuan secara massal biasanya

dipandang sebagai hal sepele. Secara umum ada anggapan bahwa tidak ada solusi

211

dalam kasus-kasus di mana kerjasama yang hanya berlangsung satu kali perlu

diamankan. Penerapan hukuman atau kemungkinan adanya harapan akan sebuah

kerjasama lebih lanjut hanya dapat terjadi dalam sebuah kerjasama yang sedang

berjalan saja.

Karena itu, membangun kepercayaan dan kredibilitas di antara pihak-pihak yang

terlibat dan diterapkannya hukuman yang konsisten atas kecurangan-kecurangan

serta pelanggaran adalah prasyarat untuk suatu kerjasama jangka panjang.

Rusaknya suatu kerjasama secara otomatis akan mengakibatkan hilangnya

keuntungan yang dapat diperoleh di masa depan (harga yang harus dibayar). Jika

harga yang harus dibayar ini cukup besar dan menyakitkan, intensitas kecurangan

akan diredam dan kerjasama yang ada akan dipertahankan.

Contohnya: Daimler Benz menyetujui untuk membayar denda sejumlah 185

juta US Dollar, karena dalam pengadilan di Amerika Serikat terbukti

melakukan korupsi di 22 negara, agar dapat mempertahankan penilaian yang

baik di bursa Wallstreet. Penilaian yang baik ini penting bagi perusahaan

multinasional tersebut dan akan memberikan keuntungan yang besar,

sehingga jumlah denda yang harus dibayar dapat tertutup.

Tetapi langkah ini hanya dapat berfungsi jika hilangnya suatu kerjasama terkait

dengan harga yang sangat tinggi. Barang-barang bebas dikecualikan dari

pertimbangan ini, dan, karena itu, hal-hal yang telah diungkapkan di sini tidak berlaku

untuk elemen barang bebas.

Bahkan prinsip umum pun memiliki dua batasan.

1. Jika menyangkut suatu hal yang dapat diketahui akhirnya, misalnya dengan

berakhirnya sebuah periode legislatif: Ini berarti bahwa jumlah interaksi terbatas,

atau menyangkut suatu hal yang dapat diketahui akhirnya, misalnya, dengan kata

lain, ada masa di mana hukuman tidak lagi dapat diberikan67 sehingga kerjasama

tersebut dapat diingkari – setidaknya dalam kasus ini. Jadi permainan terakhir akan

berakhir dengan "tidak bekerjasama". Jika hasil akhir permainan terakhir tidak dapat

dipengaruhi, maka secara otomatis permainan sebelum permainan terakhirlah yang

67

Lihat contoh dalam Bab 11.2.1 tentang Keputusan strategis dengan langkah-langkah

bertahap/sekuensial

212

menjadi permainan terakhir. Dan di sinilah kecurangan-kecurangan atau penolakan

untuk bekerjasama, dsb., dsb., akan terjadi.

2. Apabila keuntungan yang diperoleh dari kecurangan didapat sebelum kerjasama

tersebut berakhir – yakni sebelum ada harga yang harus dibayar: Maksudnya, yang

satu adalah keadaan sekarang, yang lainnya merupakan masa depan. Dalam politik,

perbedaan antara keadaan sekarang dan masa depan sangatlah subyektif. Dalam

sebagian besar kasus, keuntungan yang diperoleh pada saat ini akan dimanfaatkan

segera untuk pemilu, sehingga perhatian tidak lagi terarah pada keuntungan-

keuntungan di masa depan – sesudah pemilu diadakan. Dalam keadaan seperti ini,

kerjasama sangat sulit dicapai. Pemerintahan-pemerintahan koalisi mengalami satu-

dua hal semacam itu.

Dalam kasus yang menyangkut barang bebas atau milik bersama – misalnya udara,

air, ikan serta bahan mentah, dsb., kerjasama yang ada semakin dipersulit karena

hancurnya kerjasama ini tidak terkait dengan harga yang perlu dibayar. Dilema

sosial-ekologis muncul justru karena keuntungan perseorangan dapat diraih pada

saat hancurnya kerjasama. Tentu saja, hal ini hanya berlaku sampai sumberdaya

tersebut habis terpakai.

Dilema sosial ekologis memiliki dua sisi yang berkaitan erat. Di satu sisi, para pihak

yang terlibat hanya memanfaatkan sumberdaya yang alami – yang dapat melakukan

regenerasi sendiri. Sumberdaya tersebut akan bertambah banyak sesuai dengan

hukum alamnya, yang sebelumnya tidak dapat diketahui oleh para pihak yang

terlibat. Pemanfaatan yang dilakukan hanya terbatas pada kemampuan sumberdaya

tersebut untuk meregenerasi dirinya. Apabila pemanfaatan yang dilakukan terlalu

berlebihan, maka sumberdaya ini dapat mengalami kerusakan yang berat atau

bahkan permanen. Hal ini masih ditambah lagi dengan fakta bahwa keuntungan

yang diperoleh dari pemanfaatan tersebut langsung dapat diperoleh, sementara

kerugian yang ditimbulkan akibat dirusaknya kemampuan regenerasi sumberdaya

tersebut baru akan tampak dalam tempo tertentu. Umpan-balik atas tindakan yang

dilakukan – yang baru akan tampak setelah masa tertentu – akan mempersulit

situasi yang dialami manusia, karena hal ini sulit diperkirakan dan memancing

sebuah sikap yang tidak sepantasnya.

213

Selain itu masih ada aspek lain yang perlu diperhatikan: keuntungan yang diperoleh

dari pemanfaatan sumberdaya akan dirasakan oleh setiap individu itu sendiri,

sementara kerugian akibat eksploitasi akan ditanggung oleh setiap pihak yang

terlibat. Pada dasarnya keuntungan sesaat yang diperoleh individu lebih tinggi

daripada kerugian yang kelak harus ia tanggung, sehingga perilaku individu-individu

yang sangat merugikan lingkungan hidup dan masyarakat justru tampak menarik

ketika dihadapkan dengan persaingan.68 69

Harding tiba pada kesimpulan bahwa satu-satunya strategi untuk mengatasinya

adalah kesadaran untuk membatasi kebebasan keputusan individu dan menerima

tekanan masyarakat yang telah disepakati bersama.

Solusi favorit para ekonom adalah mewujudkan adanya hak kepemilikan. Solusi-

solusi lain adalah internalisasi biaya eksternal, sebagaimana yang dikembangkan

dalam ekonomi pasar ekologis.70

13.2.4. Langkah-langkah strategis

Langkah-langkah strategis berguna untuk mengubah perkiraan dan tindakan pihak

lain sedemikian rupa sehingga membawa keuntungan bagi kita sendiri. Yang khas

dari langkah strategis ini adalah bahwa ia membatasi kebebasan kita untuk

bertindak.

Ada tiga bentuk langkah strategis yang berbeda:

68

Ernst, Andreas M. dan Spada, Hans : "Ökologisches Handeln im Konflikt. Die Allmende-Klemme"

(Tindakan Ekologis dalam Konflik. Jebakan Barang Bebas) dalam P. Day, U. Fuhrer, dan U. Laucken (penerbit)

Umwelt und Handeln (halaman 63-85) Tübingen. Attempto. 69

Spada ,H. dan Ernst A.M: Wissen, Motivation und Verhalten in einem ökologisch-sozialen Dilemma

(Pengetahuan, Motivasi dan Perilaku dalam Sebuah Dilema Sosial Ekologis). Dalam K Pawlik dan K.-H. Stapf

(penerbit), Umwelt und Verhalten. Bern: Huber, 1991. 70

Knüppel, Hartmut: Umweltpolitische Instrumente: Analyse der Bewertungskriterien und Aspekte einer

Bewertung (Instrumen Politik Lingkungan Hidup: Analisa Kriteria Penilaian dan Aspek-aspek Sebuah

Penilaian), Nomos Verlagsgesellschaft, Baden-Baden.

214

13.2.5. Langkah tanpa syarat

Langkah tanpa syarat adalah sebuah aturan jawaban (apa yang akan saya lakukan,

bila...), di mana kita sendiri mengambil langkah pertama. Oleh karena itu, kita juga

menamakan langkah ini sebagai langkah inisiatif. Dalam langkah ini kita mengubah

situasi yang simultan, di mana para pesaing bisa sekaligus memulai sebuah aksi

dalam sebuah situasi yang sekuensial, sementara kita sendiri mengambil inisiatif

untuk memancing reaksi dari pihak lainnya.

Dalam sebuah langkah tanpa syarat, kandidat presiden A berjanji untuk

tidak meningkatkan pajak melainkan justru akan menurunkan pajak jika

terpilih. Pernyataan ini dibuat tanpa syarat. Pernyataan ini menimbulkan

sebuah diskusi yang ramai, termasuk pembahasan tenntang sikap apa

yang kira-kira akan diambil oleh kandidat pesaing. Langkah tanpa syarat

yang diambil oleh kandidat presiden A akan memaksa kandidat B untuk

turut mengambil langkah. Apabila isu "pajak" memainkan peranan dalam

kampanye pemilu, maka kandidat A akan memimpin, karena kandidat B

juga terpaksa menjanjikan penurunan pajak. Tetapi dengan begitu,

kandidat B membuat kesalahan strategis bahwa ia tidak melakukan

pembatasan melainkan hanya meniru. Dengan demikian, kemungkinan

menang yang dimiliki kandidat B akan semakin menurun, karena ia tidak

menunjukkan perbedaan yang menarik antara dirinya dan kandidat A.

Kandidat A telah menempatkan dirinya dalam posisi yang lebih baik

melalui langkah tanpa syaratnya.

Langkah strategis

Dengan syarat Tanpa syarat

Inisiatif

Ancaman Janji

215

Persoalan dengan langkah tanpa syarat dalam situasi semacam ini adalah

kurangnya kredibilitas para politisi. Meskipun seorang politisi mengeluarkan sebuah

pernyataan tanpa syarat, namun janjinya untuk menurunkan pajak dapat ia tarik

kembali begitu pemilu selesai. Untuk membuat langkah-langkah strategis yang dapat

dipercaya, perlu diambil langkah-langkah yang mendukung. Dalam kasus seperti ini,

misalnya dengan memanggil staf ahli yang duduk dalam komisi penasihat pajak,

yang setidaknya dapat menimbulkan kesan bahwa sang kandidat serius dengan

janjinya.

Satu contoh lain berasal dari Pemilu legislatif tahun 2002 di

Jerman. Saat itu dalam sebuah kampanye pemilu yang sulit bagi

dirinya, kanselir Jerman Schröder tanpa ditanya telah melakukan

inisiatif, bahwa secara tegas Jerman tidak ikut bergabung dalam

perang Irak. Dengan demikian ia menggiring penantangnya,

Stoiber, ke dalam situasi strategis yang sulit, karena lawannya itu

harus dapat menunjukkan perbedaan terhadap kanselir

Schröder. Itu berarti keikutsertaan Jerman dalam perang Irak,

yang sesungguhnya telah ditolak oleh lebih dari 80% pemilih.

Ancaman dan janji

Ancaman dan janji bisa mulai dipakai jika kita sudah akan mengambil langkah kedua,

dan lawan sudah mengumumkan aturan jawabannya (saya akan melakukan ini,

apabila anda melakukan itu). Bentuk langkah strategis ini, baik dalam bentuk

ancaman maupun janji, sudah kita kenal sejak kecil dan juga kita terapkan kepada

anak-anak kita. "Kalau kamu menghabiskan makananmu, kita akan pergi berenang."

Atau "Kalau kamu tidak menghabiskan sayur bayammu, kamu tidak akan

memperoleh hidangan pencuci mulut." Hal ini berarti bahwa aturan jawaban di sini

telah ditetapkan sebelum lawan mengambil dan menjalankan keputusannya. Apabila

pihak lain mengambil langkahnya, kita sendiri bertindak menurut bentuk aturan yang

telah diumumkan sebelumnya.

Dalam masa perang dingin, Amerika Serikat mengancam Uni Sovyet akan

menggunakan bom atom jika Sovyet menyerang salah satu negara NATO.

216

Ancaman ini, yang pada saat bersamaan juga dilontarkan oleh Uni Sovyet, berhasil

mencegah terjadinya konflik bersenjata selama bertahun-tahun (Strategi

penangkisan dan keseimbangan persepsi ancaman).

Contoh: Dalam melakukan aksi penyanderaan, para teroris biasanya

menggunakan instrumen ancaman. Jika tuntutan mereka tidak dipenuhi

sampai batas waktu yang ditetapkan, mereka mengancam akan

menembak para penumpang yang berada di pesawat terbang yang

mereka bajak.

Strategi ancaman dapat digagalkan atau dicegah melalui sebuah strategi lain. Dalam

kasus penyanderaan di atas, pemerintah setempat mengumumkan bahwa ia akan

menyerang dan membunuh semua penyandera tersebut, tanpa mempertimbangkan

kerugian yang akan mereka peroleh. Di sini, pemerintah memberikan ancaman yang

lebih kuat dibandingkan ancaman yang mereka terima. Tetapi ancaman ini hanya

akan berfungsi jika pemerintah memiliki kredibilitas – dan para penyandera

mempercayai bahwa pemerintah benar-benar akan melaksanakan ancaman

tersebut. Untuk itu, sebelumnya sudah harus ada kasus yang dapat dijadikan

preseden, yang menegaskan kesungguhan ancaman ini.

Kategori lain dari aturan jawaban adalah janji. Di sini kita memberitahukan kepada

lawan, apa yang akan kita berikan kepadanya jika ia merespon dengan sikap

tertentu.

Contoh: Strategi ini digunakan dalam peraturan saksi mahkota. Jika

seorang tertuduh memberi keterangan yang membantu dipecahkannya

sebuah kasus, ia dapat dibebaskan atau dikurangi hukumannya.

Peraturan saksi mahkota juga membutuhkan suatu kredibilitas. Karena itu, biasanya

masalah ini bahkan diatur dalam undang-undang. Jadi langkah strategis selalu

mengandung dua elemen: sebuah rencana aksi dan ikatan.

Dalam beberapa kasus tertentu, ancaman dan janji diungkapkan bersamaan tanpa

ada kejelasan mana yang akan diterapkan.

217

Suatu contoh yang khas adalah pemerasan dengan menarik uang

perlindungan. Di sini pihak yang satu memberitahu pihak lainnya bahwa

mereka bersedia melindungi hak milik pihak lainnya (misalnya sebuah

restoran) dari serangan kelompok-kelompok tertentu, apabila mereka

bersedia membayar sejumlah uang tertentu secara teratur.

Dalam kasus seperti itu, batas antara ancaman dan janji menjadi kabur karena

keduanya dapat ditemukan dalam aturan jawaban tersebut.

13.2.5. Strategi bumi hangus

Strategi bumi hangus merupakan strategi yang terkenal untuk "langkah-langkah

strategis".

"Kita harus mengorganisir sebuah pertempuran tanpa ampun. Musuh kita

tidak boleh mendapatkan sepotong roti pun, setetes bensin pun. Para

peternak dan petani harus membawa pergi ternaknya dan membawa pergi

hasil panennya. Apa yang tidak bisa dibawa pergi harus dihancurkan.

Jembatan dan jalan harus diledakkan. Hutan dan lumbung harus dibakar

habis. Kita harus membuat kondisi yang tidak dapat ditanggung oleh

lawan." Josef Stalin, 3 Juli 1941, saat mengumumkan strategi bumi

hangusnya.

Komitmen strategis Josef Stalin untuk meninggalkan pasukan Jerman hanya dengan

menyisakan bumi hangus memperoleh kepercayaan ketika ladang-ladang tersebut

betul-betul dibakar.

Dalam perekonomian pun bahkan ada banyak upaya untuk melakukan aksi bumi

hangus, terutama pada saat pengambil-alihan perusahaan kompetitor. Di sini para

pimpinan perusahaan berupaya melawan pengambil-alihan tersebut dengan cara

merusak hal-hal berharga perusahaan (misalnya perjanjian dengan para pengarang

buku dalam sebuah penerbit), sehingga pihak yang merencanakan akan mengambil-

alih perusahaan tersebut tidak akan memperoleh keuntungan.

218

13.2.6. Strategi langkah-langkah kecil

Dalam strategi langkah-langkah kecil, tindakan yang akan diambil direncanakan

sedemikian rupa sehingga jumlah lawan tetap dapat dikendalikan dan tindakan-

tindakan yang diperlukan dapat dilaksanakan secara bertahap tanpa memperoleh

perlawanan yang berarti.

Contoh: Sebuah pemerintahan merencanakan pengurangan subsidi besar-

besaran. Apabila mereka melaksanakan rencana ini hanya dalam satu

langkah, maka setiap warga akan terkena dampaknya – dan karenanya

rencana ini tidak dapat diwujudkan.

Strategi langkah-langkah kecil ini merupakan upaya untuk melakukan proses

pengurangan subsidi secara bertahap. Pertama-tama, beberapa subsidi kecil yang

menyangkut kelompok-kelompok yang tidak memiliki kepentingan bersama

dihapuskan. Hal ini dilakukan karena kelompok-kelompok tersebut tidak memiliki

kepentingan bersama dan dengan demikian tidak dapat bersatu. Setelah itu, langkah

tersebut disusul dengan gelombang kedua penghapusan subsidi, dan seterusnya.

Apabila kita semakin mendekati tahap penghapusan subsidi yang besar atau yang

berdampak kuat (misalnya yang menyangkut kepentingan orang banyak) – maka

dukungan yang kita peroleh dari orang-orang yang sudah terlebih dahulu terkena

dampak penghapusan subsidi dan yang menginginkan keadilan akan bertambah

besar – karena mereka tentu menginginkan agar pengurangan subsidi ini juga harus

dirasakan oleh kelompok-kelompok lain.

Hal yang sama berlaku dalam meningkatkan pajak. Sepanjang peningkatan pajak

dilakukan melalui strategi langkah-langkah kecil secara bertahap, maka potensi

untuk melancarkan protes dan emosi untuk mengajukan perlawanan menjadi

terkendali. Orang-orang tidak akan berdemonstrasi hanya karena peningkatan pajak

sejumlah 10 DM (sekitar 5 Euro) per bulan. Tetapi jika peningkatan pajak langsung

ditetapkan 100 DM per bulan, tentu akan ada banyak orang yang termotivasi untuk

melancarkan demonstrasi – untuk menyikapi peningkatan pajak ini.

219

Untuk kenaikan pajak 10 Euro per bulan masyarakat belum akan berdemonstrasi di

jalanan. Namun jika masyarakat harus membayar kenaikan pajak 100 Euro per

bulan, maka akan banyak orang yang termotivasi untuk ikut serta dalam aksi-aksi

menentang kenaikan pajak.

Jika harga pangan dinaikkan sekitar 2% per bulan, maka kemungkinan besar tidak

akan ada protes yang dilancarkan. Dalam 12 bulan, peningkatan ini sudah akan lebih

dari 26%. Apabila jumlah ini dinaikkan sekaligus, tentu program ini tidak dapat

diwujudkan karena adanya protes masyarakat.

Contoh: Banyak negara seperti Tunisia, Indonesia, Thailand, dsb. memiliki

pengalaman soal peningkatan harga pangan secara radikal akibat tekanan

IMF atau Bank Dunia. Sebuah strategi langkah-langkah kecil seharusnya

dapat mencegah terjadinya kerusuhan dan konfrontasi.

13.2.7. Permainan jurang – Brinkmanship

Sebuah contoh Brinkmanship yang paling terkenal adalah krisis Kuba pada

tahun 1962. Pada saat itu, John F. Kennedy mengumumkan suatu blokade

laut terhadap Kuba, setelah ia mengetahui bahwa Uni Sovyet hendak

menempatkan stasiun untuk roket bom atom di Kuba, dan bahwa mereka

bahkan telah membangun tempat penyimpanan roket.

Seandainya Uni Sovyet di bawah pimpinan Nikita Khruschtschev menerima

tantangan, maka krisis yang terjadi dapat meningkat dan akan menjadi perang nuklir.

Ada beberapa pilihan terbuka bagi kedua belah pihak untuk bertindak. Beberapa

pilihan akan mengarah pada situasi yang aman – misalnya seperti Amerika yang

memilih tidak bertindak, atau Rusia yang membongkar roket-roket yang ditempatkan

di Kuba. Beberapa pilihan lainnya memiliki tingkat bahaya yang berbeda-beda,

misalnya tindakan menghentikan pengangkut roket di Atlantik, pematahan blokade

laut, atau serangan preventif terhadap Amerika Serikat. Tidak seorang pun dapat

memprediksi letak titik kritis aksi ini.

220

Pemikiran yang ada di balik strategi Brinkmanship adalah mengarahkan lawan ke

ambang bencana untuk memaksanya mundur. Kunci untuk memahami strategi

Brinkmanship ini adalah dengan memahami bahwa lawan bukan didorong menuju ke

jurang curam yang tegak lurus, melainkan lebih ke sebuah turunan yang makin jauh

makin bertambah curam. Ini berarti bahwa kita pun bisa tergelincir dan ikut jatuh ke

dalam jurang tersebut bersama lawan.

Jadi inti strategi Brinkmanship adalah menciptakan sebuah risiko dengan sengaja.

Risiko tersebut haruslah tidak dapat ditanggung oleh lawan sehingga ia terpaksa

menghindari bahaya tersebut dan mengubah sikapnya. Sebuah ancaman murni tidak

dapat memiliki efek yang sama dengan Brinkmanship, karena dalam Brinkmanship

risiko kegagalan manusia yang tak dapat diperhitungkan atau sikap yang didasari

emosi semata dapat mengubah bahaya yang ada menjadi kenyataan.

Apabila kita menerapkan Brinkmanship, maka situasi yang ada dapat benar-benar

berubah menjadi bencana – seperti terperosok ke dalam jurang yang curam.

Sebuah contoh adalah pembantaian mahasiswa Cina yang terjadi pada

tahun 1989 di lapangan Tiannanmen di Peking. Di sini, para mahasiswa

berhadapan dengan garis keras pemerintahan dalam sebuah konfrontasi.

Pilihan yang ada hanyalah: garis keras tersebut harus kehilangan

kekuasaannya, atau mahasiswa harus berkompromi dengan tuntutan yang

mereka ajukan. Kita tentu sudah mengetahui bagaimana akhir cerita ini.

Lain halnya dengan aksi yang terjadi di bekas Jerman Timur dan Cekoslowakia,

berupa protes-protes demokratis. Di sini para pimpinan politik memutuskan untuk

mengalah. Tapi seperti yang diketahui kemudian, keputusan tentang cara yang

dipakai untuk menangani para demonstran di Leipzig ini seperti telur di ujung tanduk,

yang sebenarnya dapat saja berakhir dengan sebuah kejatuhan pemerintah ke

dalam jurang.

Satu contoh lain tentang Brinkmanship yang berhasil adalah permainan

yang dilakukan Perancis di Uni Eropa, terkait dengan jabatan Presiden

Bank Sentral Eropa. Di sini, Perancis mempertaruhkan lahirnya Euro pada

221

detik terakhir, untuk mempersingkat masa jabatan M. Duisenberg.

Memang hal ini tidak berhasil secara resmi, tapi pada kenyataannya,

tampaknya Duisenberg tidak akan menjalani seluruh masa jabatannya

sampai selesai.

Kita bisa menemukan berbagai contoh Brinkmanship ini, meskipun tidak semuanya

membawa kiamat dunia atau membahayakan penerapan mata uang Euro. Sebagai

contoh, antara lain adalah:

Pengusaha dan serikat buruh menghadapi sebuah pemogokan yang dapat

membawa akibat buruk bagi kedua belah pihak.

Pasangan suami-istri yang keras kepala dan tidak mau saling mengalah, dan

mengambil risiko untuk bercerai .

Parlemen melancarkan blokade anggaran dan menyebabkan risiko pemerintahan

mereka bangkrut.

Dalam kasus-kasus semacam itu, pihak-pihak yang terlibat sengaja melakukan dan

memanipulasi risiko yang dapat membawa akibat yang buruk bagi kedua belah

pihak. Melalui cara ini, mereka berusaha memaksa pihak lainnya untuk mengubah

langkahnya.

13.2.8. Strategi dalam permainan jumlah nol dan permainan non-jumlah nol

Ada berbagai situasi politik yang berupa permainan jumlah nol (zero-sum game). Ini

artinya, jika pihak yang satu menang, pihak lainnya pasti kalah. Jika pihak yang satu

memperoleh kekuasaan, pihak lainnya harus menyerahkan kekuasaan. Jika pihak

yang satu membayar pajak lebih sedikit, pihak lainnya harus membayar pajak lebih

banyak (setidaknya jika anggaran belanja pemerintah harus dibuat berimbang).

Apabila yang satu hendak mewujudkan suatu proyek baru, maka harus ada

penghematan di pihak lain, atau pihak yang lain harus membayar lebih; atau

generasi yang satu berhutang, generasi berikutnya harus membayar hutang ini.

Dalam kampanye pemilu, hal-hal seperti ini sudah jamak terjadi. Kebijakan dapat

dilihat dari sudut pandang yang berbeda. Jika kita melakukan pendekatan sektoral

222

terhadap sebuah kebijakan, ada berbagai proses politik berupa permainan jumlah

nol. Tetapi, permainan jumlah nol bisa berubah menjadi permainan non-jumlah nol,

jika kita menggunakan pendekatan holistik untuk menyikapi kebijakan tersebut

dengan mempertimbangkan lingkungan eksternal atau struktur sosial. Kasus seperti

ini ditunjukkan oleh problem dilema sosial ekologis.

Strategi-strategi permainan jumlah nol lebih mudah daripada strategi yang diterapkan

dalam kasus-kasus lainnya. Dalam permainan jumlah nol, yang penting hanyalah

kemenangan, atau dengan kata lain, merebut sesuatu dari lawan (misalnya suara

pemilih, kekuasaan, pengaruh, uang, dsb.). Dalam permainan non-jumlah nol, yang

diutamakan adalah dicapainya hasil yang paling optimal bagi semua pihak yang

terlibat. Ini artinya, harus ada kerjasama, tawar-menawar ataupun kesepakatan

bersama. Yang terpenting di sini adalah strategi-strategi yang menghasilkan win-win

solution (keuntungan yang sama bagi kedua belah pihak).

13.2.9. Strategi tak terduga

Strategi tak terduga (unpredictability) bisa berhasil karena strategi ini mengejutkan

lawan dengan sesuatu yang sama sekali tidak ia harapkan. Oleh karena itu, strategi

'tak terduga' ini adalah strategi untuk menandingi strategi 'keputusan dalam langkah-

langkah sekuensial' dan strategi 'memandang ke depan dan menyimpulkan.'

Contoh: Katakanlah, pemerintah merencanakan program privatisasi

secara besar-besaran. Secara umum, kita dapat berasumsi bahwa

tindakan ini akan menimbulkan konflik antara pemerintah dengan serikat

buruh – yang berpotensi dimanfaatkan oleh partai-partai oposisi. Dengan

kata lain, pihak oposisi memandang ke depan dan mengharapkan

adanya sebuah konflik, dan setelah itu menarik kesimpulan dan

mempersiapkan diri untuk terjadinya konflik ini.

Secara strategis, adalah tepat jika pemerintah membangun ikatan kerja dengan

serikat buruh. Ikatan ini hendaknya mengikat serikat buruh sedemikian rupa,

sehingga saat pemerintah akan menerapkan privatisasi, mereka akan sulit

melepaskan diri dari ikatan ini. Perkembangan semacam ini tidak diduga oleh pihak

223

oposisi, sehingga kemungkinan besar mereka akan mengambil keputusan strategis

yang keliru.

Contoh-contoh lain menunjukkan bahwa dalam sebuah kejadian yang tidak terduga,

pihak yang terkena dampak dari kejadian ini akan terlambat bereaksi – sehingga

hasil yang hendak dicapai oleh inisiator strategi sudah dapat diraih sebelum pihak

lawan dapat memberikan perlawanan. Dalam konteks militer, hal ini dapat

disamakan dengan serangan mendadak.

Contoh: Saat Tony Blair menjabat sebagai kepala pemerintahan, ia

menetapkan program untuk meningkatkan biaya kuliah. Tidak ada seorang

pun yang menduga bahwa ia akan melakukan hal tersebut, karena

tindakannya itu dapat dianggap tidak ramah terhadap calon tenaga kerja di

masa depan. Tidak akan ada pemerintahan konservatif yang dapat

melakukan hal yang sama tanpa memperoleh protes yang hebat. Tapi,

Tony Blair dengan mudah dapat mewujudkannya.

13.2.10. Strategi disinformasi

Strategi disinformasi dapat diterapkan secara ofensif maupun defensif. Saat

melakukan pertahanan, strategi ini menggunakan dua pendekatan: yang pertama

memberi informasi yang salah (penipuan), dan yang kedua, memberi informasi

secara berlebihan (banjir informasi) – sehingga tidak dapat ditelaah lagi mana

informasi yang benar dan mana yang tidak.

Pendekatan ofensif – penyebarluasan informasi yang salah.

Penyebarluasan informasi yang salah sengaja dilakukan dengan tujuan agar

masyarakat atau pihak lawan salah menginterpretasikan informasi tersebut,

sehingga, akibatnya, mereka menangkap isu-isu yang tidak benar.

Strategi ini dipopulerkan oleh agen-agen rahasia yang biasanya menggunakan

dokumen, surat, foto, isu dan laporan palsu – yang bertujuan meningkatkan

ketegangan politik dalam negeri negara-negara tertentu – guna menyingkirkan

pemerintahan yang tidak mereka sukai atau memancing munculnya aksi-aksi

224

revolusioner. Yang berhasil menerapkan strategi ini antara lain adalah KGB, FBI, CIA

dan berbagai dinas rahasia lainnya.

Laporan-laporan palsu seperti itu juga sering digunakan dalam aktivitas partai politik

sehari-hari. Di negara-negara tertentu, laporan-laporan palsu semacam ini sering

digunakan dalam kampanye pemilu, dan dikenal dengan kampanye hitam (black

campaign).

Pendekatan defensif – penyebarluasan informasi yang salah.

Strategi ini dapat digunakan untuk menutup-nutupi informasi yang tidak

menyenangkan dan menyingkirkan kerugian-kerugian strategis yang ada. Dalam

kasus semacam ini, strategi disinformasi merupakan bentuk strategi defensif, yang

dipakai untuk menghadapi serangan lawan.

Contoh: Dalam perjalanan karirnya, seorang politisi terjebak dan menerima

sejumlah uang untuk melakukan suatu tindakan politis tertentu. Ternyata

lawannya memperoleh informasi tentang hal itu, dan bermaksud

membocorkannya di depan umum.

Secara umum, perbuatan yang dilakukan politisi tersebut dapat digolongkan sebagai

tindak korupsi. Jika ada gejala kejadian ini akan diketahui oleh publik, maka perlu

disiapkan sebuah kampanye disinformasi untuk mengaburkan masalah ini. Untuk itu,

beberapa kasus korupsi yang pernah terjadi sebelumnya perlu direkonstruksi dan

disebarluaskan kepada masyarakat. Bahan-bahan yang dapat membuktikan bahwa

tuduhan korupsi tersebut tidak beralasan sudah dipersiapkan. Dalam kekacauan

informasi ini, satu-satunya informasi yang 'benar' justru akan tenggelam.

Film "Wag the Dog" yang dimainkan oleh Dustin Hoffmann dan Robert de Niro

memperkenalkan sebuah strategi disinformasi yang sangat berhasil. Seorang gadis

yang masih sekolah mengancam akan memberitakan bahwa presiden Amerika

Serikat telah "mendekatinya" saat ia berkunjung ke Gedung Putih. Untuk menutupi

hal ini, direkayasalah sebuah perang dengan Albania, yang diberitakan secara

gencar di berbagai media. Hasilnya, sang kandidat akhirnya memenangkan pemilu.

225

Perintah untuk membombardir Irak oleh Amerika – yang diumumkan pada saat

kasus Lewinsky sedang ramai dibicarakan, dikomentari oleh berbagai wartawan

dengan mengacu pada film "Wag the Dog" itu.

Pendekatan defensif – penyebarluasan informasi secara berlebihan.

Disinformasi juga dapat diterapkan sebagai pertahanan atas penyerangan sebuah

isu yang menguntungkan pihak lawan secara strategis.

Contoh: Dalam suatu kampanye pemilu, seorang kandidat memiliki

keuntungan strategis dengan mengangkat sebuah isu. Dapat diduga,

keuntungan strategis yang ia miliki sedemikian kuatnya sehingga dapat

membuatnya memenangkan pemilu.

Dalam kasus semacam itu, keuntungan strategis yang ada perlu disamarkan melalui

suatu “debat teknis”. Ini berarti, bahwa partai atau kandidat lawan harus masuk ke

dalam sebuah debat tentang rincian-rincian teknis, tentang keberhasilan dan

kegagalan, tentang kemungkinan dan ketidakmungkinan dilaksanakannya hal

tersebut, perlunya peraturan-peraturan legal, dibutuhkannya personil-personil yang

bisa mewujudkan rencana tersebut, dsb., dsb. – sehingga di bawah banjir informasi

yang sedemikian rupa, pemilih diharapkan tidak dapat mengenali keuntungan

strategis yang ada.

13.2.11. Strategi “mengaku” – clearance

Strategi “mengaku” (juga dikenal dengan sebutan clearance kick) adalah sebuah

strategi defensif. Strategi ini digunakan untuk mengakhiri perdebatan yang tidak

mengenakkan. Dalam aksi black campaign seringkali dilontarkan berbagai tuduhan

yang sangat sulit untuk dibantah.

Sebuah tuduhan yang kerap dilontarkan adalah bahwa seorang kandidat

memiliki anak di luar nikah, atau memiliki kekasih gelap.

Tuduhan-tuduhan ini biasanya tetap dibiarkan kabur – sehingga sulit untuk dibantah

atau dibuktikan dengan pembuktian terbalik. Apabila kelompok target tidak terlalu

226

“terganggu” dengan munculnya tuduhan-tuduhan semacam itu, maka akan lebih baik

bagi sang kandidat untuk mengakuinya terus terang, karena pengakuan tersebut

akan mengakhiri debat yang terjadi. Di Amerika Latin, tuduhan semacam ini tidak

terlalu berakibat merugikan sang kandidat. Setelah kasus Clinton terjadi, masyarakat

Amerika Utara yang lebih konservatif sekali pun bisa menjadi terbiasa dengan

tuduhan semacam itu. Tetapi kita harus benar-benar dapat menimbang, apakah

tuduhan itu dapat diterima oleh kelompok target atau tidak. Sebagai contoh, tuduhan

homoseksual terhadap seorang kandidat benar-benar tidak dapat diterima di

beberapa negara tertentu, sehingga “strategi mengaku” dalam hal ini menjadi tidak

tepat karena akan menjadi bumerang baginya.

Sebuah situasi yang lain terjadi tatkala suatu partai pemerintah dituduh telah

melakukan kesalahan dalam politik. Di sini, strategi mengaku dapat menjadi suatu

“pembebasan” bagi dirinya. Dalam kasus semacam ini, adalah bijak untuk membuat

daftar yang memuat semua kesalahan yang pernah kita lakukan, dan kemudian

mempresentasikannya di depan publik dengan menyatakan bahwa kita telah

mengidentifikasi kesalahan-kesalahan kita selama ini, dan tidak akan pernah

mengulanginya lagi. Dengan demikian, oposisi tidak memiliki kesempatan untuk

mengungkit-ungkit dan membahas kesalahan itu di depan umum.

Karena pemilih selalu lebih tertarik memandang ke depan dibanding ke belakang,

maka proses ini sesuai dengan harapan pemilih. Sayangnya para politisi sangat sulit

diyakinkan untuk menggunakan strategi ini.

Dalam dunia bisnis, semakin banyak kampanye yang menggunakan

pengakuan ini sebagai perangkat pembentukan kepercayaan publik. Suatu

contoh yang khas adalah iklan suatu perusahaan otomotif yang

menyatakan: "Kami mengerti."

13.3. Prioritas untuk sub-strategi

Prioritas dalam sub-strategi berorientasi pada misi yang telah dirumuskan. Kekuatan-

kekuatan yang ada harus digabungkan sedemikian rupa sehingga misi tersebut

dapat dijalankan tanpa mengalami kerugian yang besar, yakni dengan menggunakan

227

seminimal mungkin sumberdaya. Dengan begitu, yang dipentingkan di sini adalah

meraih kemenangan dengan keuntungan yang sebesar-besarnya.

Sun Tzu berpendapat: Yang terbaik dari segala hal adalah merebut semua

negara musuh dalam keadaan utuh.

Mengacu pada strategi politik, ini berarti bahwa budaya politik yang ada tidak boleh

dihancurkan selama berlangsungnya pemilu, agar sebuah negara tetap dapat

diperintah secara demokratis. Karena itu, kita harus selalu memilih strategi yang

sesedikit mungkin memiliki pengaruh negatif terhadap budaya politik.

Sun Tzu juga berkata: pimpinan yang cakap dapat menaklukkan pasukan

musuh tanpa pertempuran apa pun; ia rebut kota-kota musuh tanpa

serangan yang berkepanjangan.

Fokus yang ditekankan di sini adalah pemanfaatan sumberdaya. Sasaran harus

dicapai dengan menggunakan sesedikit mungkin sumberdaya, yang artinya bahwa

kita seharusnya hanya aktif dalam bidang-bidang di mana kita bisa meraih

keberhasilan yang nyata dalam jangka waktu yang singkat. Ini juga berarti bahwa

kita hendaknya tidak melakukan segala sesuatu yang dapat dilakukan, melainkan

hanya melakukan hal-hal yang paling mudah – yang menjanjikan keberhasilan.

Oleh karena itu, sub-strategi – atau solusi-solusi untuk menangani kelemahan atau

bidang-bidang yang dipergunakan untuk menyerang – harus diklasifikasi dan

ditelaah berdasarkan prioritas tertentu. (Sub)sasaran-sasaran strategi itu harus

benar-benar dapat dicapai secara nyata, dan setiap strategi harus meraih

keuntungan-keuntungan atau keberhasilan-keberhasilan yang penting untuk

pencapaian misi secara keseluruhan.

Lalu bagaimana kita harus menyusun prioritas yang dimaksud itu?

Kata Sun Tzu: "Bentuk yang tertinggi dari kepemimpinan adalah

menyerang strategi musuh; yang terbaik kedua adalah mengacaukan

persekutuannya; yang terbaik berikutnya adalah menyerang tentara

228

musuh; dan kebijakan yang paling buruk adalah mengepung kota-kota

berbenteng." Lakukan yang terakhir ini hanya jika tidak ada pilihan lain.

13.3.1. Menyerang strategi lawan

Apa implikasi pernyataan ini bagi perencanaan strategi yang praktis? Yang pertama-

tama perlu dipertanyakan adalah, bagaimana kita dapat menyerang strategi lawan?

Untuk itu, tentu saja terlebih dahulu kita perlu mengenali seperti apa strategi mereka.

Langkah ini dapat dilakukan dengan mengamati lawan dan juga memata-matainya.71

Selain itu, dapat pula dilakukan dengan melihat ke depan dan menarik kesimpulan.72

Jika kita telah mengenal strategi lawan, atau dapat memperkirakan dengan pasti

strategi mana yang akan ia pilih, kita dapat menyerang strategi tersebut dengan lebih

mudah. Tujuan penyerangan adalah untuk mengganggu lawan sejak awal, sehingga

ia tidak memiliki kesempatan untuk menggunakan kekuatan yang ia miliki.

Contoh 1: Jika lawan ingin mengubah penawaran produknya sesuai

dengan strategi yang ia gunakan, dan memperkenalkan ke pasar suatu

produk baru yang menarik, maka sebisa mungkin kita harus

mendahuluinya. Ini dapat kita lakukan dengan cara melemparkan produk

yang sama atau yang sangat mirip dengan produk lawan ke pasaran

sekitar sepuluh hari sebelum lawan melakukannya. Dengan demikian,

lawan hanya memiliki pilihan untuk melemparkan “tiruan” produk tersebut

ke pasaran, atau memutuskan untuk tidak meluncurkan produk itu sama

sekali.

Untuk diperhatikan: selalu ada risiko bahwa lawan merencanakan strategi-strategi –

sebagai tipu muslihat. Oleh karena itu, kita harus memastikan bahwa strategi yang

diterapkan lawan benar-benar merupakan strategi yang riil, dan bukan sebuah

strategi tipuan yang direncanakan untuk menjebak kita, agar kita mengambil langkah

yang salah.

71

Lihat Bab 18.1.5 tentang Spionase. 72

Lihat Bab 11.2.1 tentang Keputusan Strategis dengan Langkah-langkah Bertahap/Sekuensial

229

Contoh 2: Jika lawan bermaksud membentuk sebuah kelompok target

baru, maka kita harus mendahuluinya dalam segmen pasar yang sama.

Semakin dini kita menduduki segmen pasar tersebut, semakin sulit bagi

lawan untuk dapat menempatkan dirinya di sana.

Sun Tzu berpendapat: siapa yang mencapai dan menduduki medan

pertempuran lebih dulu dan menunggu kedatangan musuh akan bisa

bertempur dalam keadaan bugar karena memiliki waktu untuk istirahat.

Mereka yang terlambat tiba harus tergesa-gesa melibatkan diri dalam

pertempuran, sementara masih lelah dan kehabisan nafas.

Contoh 3: Jika lawan ingin menyerang kita di satu titik tertentu, kita dapat

memperkuat pertahanan kita di bagian tersebut. Mungkin kita bahkan

dapat mengorbankan satu medan pertempuran yang tidak terlalu penting,

dan membiarkan lawan menyerang tempat yang kosong.

Sistem pengamatan yang baik diperlukan untuk menyerang strategi lawan. Untuk itu,

sebuah organisasi atau partai harus mengambil langkah pro-aktif. Karena biasanya

mayoritas partai tidak bertindak seperti itu dan cenderung bertindak reaktif, langkah

pro-aktif ini sangat efektif, tapi sayangnya sulit diwujudkan dalam dunia politik.

13.3.2. Menghancurkan aliansi lawan

Dalam politik ada berbagai aliansi, mulai dari kerjasama tertutup antar tokoh-tokoh

berpengaruh sampai pada dukungan terbuka yang diberikan oleh gereja, serikat

buruh, dan dewan pimpinan organisasi-organisasi penting kepada partai-partai dan

kandidat, dsb.

Dukungan gereja pada beberapa kandidat tertentu sangat berpengaruh pada hasil

pemilu. Bukan hanya gereja-gereja besar, melainkan terkadang sekte-sekte dan

kelompok-kelompok sekte kecil yang sangat efektif.

Dalam pemilihan presiden di Guatemala, seorang kandidat bernama

Serrano yang tadinya tidak terlalu populer dalam berbagai survai – berhasil

230

menjadi presiden setelah ia memperoleh dukungan sekte-sekte Kristen di

Guatemala.

Pengaruh yang dimiliki serikat buruh terhadap hasil pemilu dapat dilihat secara jelas

di berbagai negara.

Dalam pemilu tahun 1998 di Jerman, serikat-serikat buruh yang ada

secara terang-terangan memihak kandidat kanselir dari partai sosial

demokrat, dan mereka memberikan kontribusi substantif terhadap

kemenangan partai tersebut.

Selain itu kita juga mengenal pengaruh serikat buruh dalam mencegah

diterapkannya kebijakan-kebijakan tertentu, misalnya privatisasi

perusahaan negara di Uruguay di bawah presiden Lacalle.

Sebuah contoh aliansi politis juga ada pada OPEC. Tetapi aliansi ini

senantiasa menjadi lemah karena masing-masing anggotanya dapat diadu

domba atau karena beberapa anggota memperoleh janji tertentu secara

masif, sehingga mereka menghianati anggota aliansi lainnya. OPEC, tentu

saja, mengalami penderitaan akibat dari masalah yang ditimbulkan oleh

dilema tahanan.73

Aliansi seringkali bersikap kritis terutama bila menyangkut soal pendanaan

kampanye. Pada saat yang sama, mereka bisa memberi pengaruh untuk

menggagalkan diterapkannya suatu kebijakan tertentu, sesuai dengan keinginan

mereka.

Ssuatu contoh kasus yang khas adalah hubungan dekat antara "National

Rifle Association" dengan politisi-politisi tertentu di Amerika Serikat.

Berbagai pemerintahan senantiasa menghadapi protes keras dari National

Rifle Association ketika mereka melakukan upaya membatasi ijin dan

kepemilikan senjata. Rifle Association memiliki kemampuan untuk

memberikan pengaruh yang kuat atas pembuatan keputusan-keputusan

politik – karena adanya aliansi antara mereka dengan politisi-politisi

tertentu di sana.

73

Lihat Bab 11.2.2 tentang Keputusan strategis dengan langkah-langkah simultan

231

Satu-satunya strategi tandingan yang dimungkinkan dalam kasus ini adalah

membangun sebuah aliansi penentang senjata yang lebih kuat dan berkuasa, yang

dapat mengendurkan jeratan Rifle Association – dengan dukungan sumber-sumber

keuangan yang baru dan para pemilih yang baru pula.

Beberapa strategi untuk merespon aliansi seperti itu, adalah:

1. Menghalangi pembentukan aliansi melalui manuver gangguan – dengan cara

mendiskreditkan atau memberikan tawaran yang lebih menarik dan lebih baik

kepada mitra aliansi yang mereka incar. Langkah ini bisa diteruskan dengan upaya

memecah-belah mitra aliansi yang potensial tersebut – dan dengan demikian

memperlemahnya sedemikian rupa sehingga si calon mitra membatalkan bergabung

ke dalam aliansi.

2. Menggangu kesepakatan antar-pihak yang telah dibangun di dalam sebuah

aliansi. Langkah ini dapat dilakukan dengan menanam pengganggu-pengganggu di

dalam aliansi, dengan menyebar rumor dan mendiskreditkan pimpinan mitra aliansi.

Tetapi langkah lainnya yang juga efektif adalah dengan memberikan tawaran-

tawaran yang menguntungkan kepada pimpinan mitra aliansi. Pada masa lalu,

perkawinan juga digunakan untuk mempererat ikatan aliansi – yang bertujuan untuk

melawan serangan yang memecah-belah mereka. Dengan demikian, mitra aliansi

tidak hanya diikat melalui kontrak, tetapi juga melalui ikatan kekeluargaan. "Tu Felix

Austria Nube74" merupakan pernyataan yang paling terkenal – yang mendasari

prinsip ini.

3.Membentuk aliansi sendiri untuk mencegah pengaruh aliansi lainnya.

Suatu contoh pembentukan aliansi dapat kita temui di pasar

telekomunikasi global. Gagalnya pembentukan aliansi antara Deutsche

Telecom dan Telekom Italia merupakan sebuah manuver pencegahan

strategis.

74

Bella gerant alii, tu felix Austria nube! "Biarkan yang lain berperang, engkau – Austria yang

berbahagia – Menikahlah!"

232

Salah satu perkembangan terbaru dalam aliansi strategis dapat

kita temui dalam bidang penerbangan. Di sini selain Star-Alliance

yang terdiri dari Lufthansa, United Airlines, terdapat pula aliansi

strategis lainnya dari KLM dan Air France. Di sini gangguan-

gangguan dan upaya-upaya untuk menghambat aliansi-aliansi

semacam ini sudah menjadi hal yang lazim.

13.3.3. Menyerang lawan

Dalam strategi politik, menyerang lawan berarti:

1. Merebut sumberdaya lawan,

2. Merebut para pemilih lawan dengan memberikan tawaran yang lebih baik, atau

3. Menghancurkan moral pendukung lawan.

Merebut sumberdaya lawan dapat dilakukan dengan cara:

Merebut pekerja inti dan ahli-ahli yang dimiliki lawan. Perusahaan Headhunting

dapat dipercaya untuk melakukan langkah ini. Mitra aliansi sering digunakan untuk

tujuan ini, karena peralihan pekerja secara langsung ke pihak lawan biasanya

dilakukan selangkah lebih maju. Dalam bidang politik, pengambil-alihan pekerja

humas, perencana strategi, ahli logistik dan tokoh-tokoh kunci yang memiliki

spesialiasi dalam isu-isu politik tertentu dapat memperlemah lawan. Politik dagang

sapi antar-fraksi di parlemen adalah contoh metode lain yang cukup poluler untuk

kasus ini.

Mengganggu cash-flow (anggaran) lawan. Sekali lagi, ada banyak cara untuk

melakukan langkah ini. Melakukan tekanan terhadap bank atau penyandang dana

lainnya, membongkar kesalahan manajemen dan skandal keuangan yang terjadi di

pihak lawan, menyangsikan kelayakan kredit yang diperoleh lawan, dan

mempertanyakan kemungkinan lawan untuk menang dalam pemilu.

Dalam kampanye pertama untuk pemilihan presiden, tim pemenangan

Clinton mengalami kehancuran sumberdaya. Hal ini terjadi karena

penampilan kandidat Ross Perot secara jelas telah mengurangi semangat

Clinton untuk menang. Untuk pertama kalinya dalam sejarah kampanye

233

pemilu di Amerika Serikat, Clinton perlu mengambil kredit bank untuk

dapat meneruskan kampanyenya.

Penawaran yang lebih baik

Memberi tawaran yang lebih baik untuk merebut pemilih lawan adalah bentuk

penyerangan yang paling jujur. Berbagai produk berbeda saling berkompetisi di

pasar pemilih. Para pemilih punya pilihan, dan yang memberikan penawaran terbaik

bagi target pemilih yang tepatlah yang akan menang.

Tetapi ada banyak nuansa juga di sini. Tak jarang para kandidat memberikan

harapan untuk hal-hal yang lebih baik dan memberikan berbagai tawaran yang lebih

menarik – tetapi menjadi tidak realistis. Mereka memberi janji-janji muluk, meskipun

sebenarnya tahu bahwa tak mungkin dapat memenuhi semua janji itu.

Sekarang mari kita bahas strategi populis.

Apa itu populisme? Istilah ini diperdebatkan di kalangan ahli politik dan karena itu

seringkali digunakan sebagai pencemaran nama baik sebagai akibat dari

ketidakpastian dalam menghadapi lawan-lawan politik yang tidak disukai. Istilah

populis dipakai oleh politisi yang tidak bertindak populis, namun melakukan tindakan

yang tidak menyenangkan bagi partai-partai lawan. Di sini kata populis digunakan

sebagai upaya diskriminasi.

Terlepas dari kesulitan untuk mendefinisikannya, ada sebuah cara bertindak tertentu

yang ditemukan di dalam komunikasi politik yang kita bisa katakan di sini sebagai

populisme.

Populisme menggambarkan sebuah upaya politik untuk mendekati rakyat, yang

menggunakan ketidakpuasan, ketakutan dan konflik-konflik aktual sebagai

tujuannya. Dengan demikian populisme menyapa dengan perasaan,

memperkenalkan solusi-solusi yang mudah dan bekerja dengan gambaran musuh

yang jelas. Realisasi dari solusi-solusi tersebut tidak dianggap penting. Dengan

strategi seperti ini populisme meraih sukses di dalam masyarakat dengan

perkembangan yang cepat, dengan situasi yang kompleks dan dikombinasikan

dengan seorang pemimpin yang karismatik. Kelompok sasaran dari populisme

234

biasanya ada lapisan-lapisan sosial dan kelompok-kelompok masyarakat yang

diabaikan oleh sistem sosial, sistem ekonomi dan sistem politik yang berlaku

maupun oleh perkembangan ketiga sistem tersebut..

Dalam ekonomi politik yang baru populisme digambarkan menjadi trend bagi partai-

partai dan politisi untuk meraih kelas sosial menengah. Kecenderungan ini muncul

akibat adanya reduksi terhadap penyelesaian masalah dengan cara-cara yang

sederhana, sehingga pesaing yang memiliki posisi menengah yang ideal seperti ini

dapat memperoleh suara mayoritas. (Model pemilih median)75

Model pemilih medianl76

Model pemilih median terutama akan menjadi masalah bagi politisi ketika mereka

harus mengikuti suatu pemilihan kandidat (konvensi).

Contoh: Seorang kandidat dari Partai Demokrat di Amerika

Serikat dalam pemilihan kandidat (konvensi) harus benar-benar

menunjukkan dirinya lebih kiri dibandingkan saat dalam Pemilu

sesungguhnya. Hal ini disebabkan karena median dari anggota

dan simpatisan Partai Demokrat terletak jauh lebih kiri

dibandingkan dengan anggota Partai Republik. Apabila

kemudian kandidat tersebut dipilih dalam pemilihan kandidat,

maka ia harus bergeser ke kanan, agar ia dapat mendekati

pemilih median dari segenap masyarakat. Median ini telah

digeser ke kanan oleh pemilih Partai Republik.

75

Roger Congleton: The Median Voter Model . In: Rowley, R. K.; Schneider, F. (Hrsg.): The Encyclopedia of Public

Choice. 2002. 76

aus: http://de.wikipedia.org/wiki/Datei:Median_voter_model.png#file

235

Strategi yang perlu dilakukan oleh populisme adalah tentu saja melakukan

komunikasi dan menyampaikan misi. Yang penting dalam strategi populisme adalah

emosi yang dibangun dan penyederhanaan terhadap masalah-masalah yang

kompleks. Masalah ini akan kita bahas lebih rinci di bab 15.3, apabila berkaitan

dengan gambaran pengambilan keputusan pada pemilih. Di sini ada jawaban

tentang keberhasilan strategi populis. Dalam situasi-situasi yang rumit dan terutama

bila rasa takut berperan penting, pengambilan keputusan selalu dikendalikan oleh

emosi dan bersifat irasional. Karena itu sebenarnya tidak ada strategi yang sukses

dalam Pemilu yang sedang berlangsung untuk menghentikan politisi dan partai yang

populis. Yang berpengaruh buruk di sini adalah ketertarikan media terhadap politisi-

politisi dan partai-partai populis, karena media memberikan perhatian yang sangat

besar pada mereka.77 Untuk melawan partai-partai dan politisi-politisi populis ini yang

perlu dilakukan adalah strategi jangka panjang dengan cara pendewasaan dan

pendidikan politik, yang isinya menjelaskan bahwa politik tidak boleh hanya dilihat

sebagai satu faktor dan harus dibayangkan pada posisi pemilih untuk dapat

memahami sistem yang rumit. Di seluruh dunia hingga saat ini lebih dari 95%

pemilih masih jauh dari kondisi yang diharapkan tersebut. Memang partai-partai non

populis harus dituntut untuk menguji komunikasi politik mereka agar dapat diterima

pemilih.

Pengalaman dengan strategi populis menunjukkan bahwa sang populis biasanya

menang. Ini menyebabkan para kandidat dan partai yang sebetulnya tidak ingin

menggunakan strategi ini, terpaksa mengeluarkan janji yang lebih muluk – lebih dari

apa yang dapat mereka tepati.

Penghancuran Moral Pendukung Lawan

Penghancuran moral pendukung lawan dapat menjadi sebuah instrumen yang

penting jika lawan bergantung pada anggota atau pendukungnya. Kita dapat

menemukan tindakan seperti ini di negara-negara di mana media dikendalikan oleh

pemerintah. Di sini partai oposisi kemudian berusaha mengadakan suatu kampanye

melalui anggota mereka dengan menerabas media resmi – dan juga menelan biaya

yang relatif tidak mahal.

77

Thomas Meyer (2006): Populismus und Medien. VS-Verlag Wiesbaden

236

Dalam situasi semacam ini, partai-partai pemerintah mengintimidasi para pendukung

oposisi untuk menghancurkan dukungan mereka terhadap partai oposisi tersebut.

Contoh: Di Kenya, partai pemerintah KANU, yang merupakan partai sang

presiden Arab Moi, berusaha mengintimidasi pendukung kandidat dari

partai oposisi. Tindakan ini mereka lakukan dengan cara mengancam akan

menarik semua bantuan pemerintah di setiap daerah yang memilih

kandidat oposisi. Langkah pemerintah ini tentu saja akan menghancurkan

sistem pendidikan, kesehatan dan sistem jaminan sosial mereka.

Di negara-negara lain, misalnya di Cekoslovakia di bawah pemerintahan

Meciar, pendukung partai oposisi diancam secara hebat melalui berbagai

serangan, sehingga sangat sulit bagi partai oposisi untuk tampil di depan

publik.

Di Kamboja rumah-rumah mereka yang mengaku anggota dibakar atau

anggota tersebut langsung dibunuh.

Karena itu di beberapa negara dilaksanakan kampanye oleh partai-partai non-

partisan untuk melakukan Pemilu yang bebas dan adil, yang bersama dengan

tindakan lainnya memang tidak selalu berhasil karena adanya ancaman, namun

makin sering menjamin keberhasilan yang diperlukan pihak oposisi.

Oleh karena itu, di Cekoslovakia dibangun sebuah gerakan yang menolak afiliasi

dengan partai mana pun juga (non-partisan), untuk penyelenggaraan pemilu yang

bebas dan adil.78 Gerakan ini dimaksudkan untuk menjamin keberhasilan oposisi

dengan memanfaatkan sarana-sarana alternatif, meskipun ada ancaman-ancaman.

78

Laporan: Campaign of non-governmental organization for free and fair elections OK'98 (Kampanye

organisasi non-pemerintah untuk pemilu yang bebas dan adil OK'98). Bratislava 1999, Partners for Democratic

Change (Partner bagi Perubahan Demokratis).

237

Cara lain yang dapat digunakan untuk merusak moral pendukung adalah dengan

mendiskreditkan pimpinan partai yang mereka dukung. Banyak kampanye, dan

biasanya berbentuk "black campaign”,79 yang dilakukan untuk tujuan ini.

13.3.4. Menduduki benteng lawan

Sun Tzu menggolongkan strategi ini sebagai bentuk strategi yang terburuk. Strategi

ini hendaknya dihindari, kecuali tidak ada pilihan lain.

Dalam hal ini, benteng lawan bisa berarti isu-isu politik yang amat dikuasai oleh

lawan – di mana lawan memiliki kompetensi dan keuntungan strategis – sehingga ia

tentu akan mempertahankannya dengan segala cara. Benteng lawan juga dapat

berupa kelompok-kelompok target yang sangat loyal terhadap pihak lawan, dan

lawan pun terorganisir dengan baik. Kelompok-kelompok target ini tentunya juga

akan mereka pertahankan dengan segala cara, dan dengan demikian mereka

memiliki keuntungan yang strategis.

Jika benteng-benteng ini diserang, diperlukan sumberdaya yang besar, dan harus

diperhitungkan bahwa hal ini akan memakan waktu yang panjang sebelum hasilnya

dapat dilihat. Biasanya organisasi politik tidak memiliki energi yang cukup untuk

waktu yang selama itu.

Tapi jika setelah melalui suatu pertimbangan yang matang kita tetap sampai pada

kesimpulan perlu menyerang sebuah isu atau kelompok target, konfrontasi yang

dilakukan sebaiknya jangan berupa konfrontasi terbuka, karena kita sudah pasti akan

kalah. Strategi yang perlu diterapkan di sini adalah strategi menyusup dan taktik

perang gerilya. Selain itu, orang-orang tertentu dapat disusupkan ke dalam sistem

(benteng) lawan untuk melakukan sabotase, spionase, disinformasi dan

penghancuran.

13.4. Merumuskan strategi

Ada empat prinsip yang perlu diperhatikan dalam merumuskan strategi.

79

Lihat Bab 11.2.10 tentang Strategi Disinformasi.

238

1. Prinsip memilih medan pertempuran atau memilih isu yang ingin kita

konfrontasikan dengan lawan. Yang perlu dilakukan di sini adalah mengidentifikasi

wilayah-wilayah yang dapat memberikan keuntungan strategis bagi kita, atau

wilayah-wilayah yang diabaikan lawan. Dan yang juga penting adalah mengenali

karakteristik khusus medan pertempuran.

2. Prinsip pemusatan kekuatan. Kekuatan dikonsentrasikan untuk memenangkan

suara mayoritas dengan cara melakukan manuver-manuver tipuan untuk

mengarahkan lawan ke tempat-tempat yang salah, dan menjamin keamanan bagi

rencana pertempuran yang sesungguhnya.

3. Prinsip penyerangan. Jika sebuah pertempuran perlu dihindari, misalnya karena

serangan terhadap strategi lawan atau penghancuran aliansi lawan mengalami

kegagalan atau tidak dimungkinkan, maka perlu ditetapkan jenis penyerangan yang

akan dilakukan. Ini menyangkut pula kemungkinan untuk menerapkan politik niche –

yakni politik mencari celah – untuk bertahan.

4. Prinsip pemanfaatan kekuatan langsung dan tidak langsung. Di luar kekuatan

partai atau organisasi yang eksis dan dikenali orang, masih ada kekuatan

tersembunyi – yang tidak dapat secara langsung diperhitungkan sebagai bagian dari

partai atau organisasi. Tetapi kekuatan yang tersembunyi ini bisa – dan dalam

kenyataannya harus – menggunakan pengaruhnya. Mereka dapat ikut ambil bagian

dalam pertempuran dan menggeser titik fokus perhatian, memindahkan serangan

dan memperlemah pertahanan.

13.4.1. Pemilihan isu

Pemilihan isu yang strategis dilakukan secara bertahap. Langkah pertama adalah

pengumpulan isu-isu yang dapat ditawarkan partai dalam kampanye pemilu, dan

yang sesuai dengan prinsip-prinsip dasar partai. Untuk itu, program partai juga dapat

dijadikan dasar pemilihan isu.

Jika ada situasi di mana sebuah kebijakan diterapkan oleh badan eksekutif seperti

pemerintah atau walikota, isu-isu yang dikumpulkan hendaknya yang berhubungan

dan disatukan dengan isu utama.

Dalam sebuah program desentralisasi, kompilasi isu dapat berupa:

Aparat pemerintahan yang dekat dengan lingkungan setempat,

239

Pembuatan keputusan yang cepat,

Penurunan biaya,

Peningkatan kesempatan bagi warga untuk berpartisipasi dan memberi pengaruh

terhadap proses-proses kebijakan,

dan sebagainya.

Dalam sebuah program privatisasi, daftar kompilasi isu dapat berupa:

Menyeimbangkan anggaran belanja dengan menjual perusahaan milik negara

Meningkatkan pelayanan yang efisien yang disediakan oleh sektor swasta

Mundurnya negara dari bidang-bidang yang bukan menjadi tugas pokoknya

Pelayanan dengan harga terjangkau

Lebih fleksibel dalam menyediakan pelayanan dan menciptakan persaingan

Memperkuat kelas menengah atau sektor swasta

Meningkatkan kelangsungan sektor swasta tersebut di masa depan

Setelah isu-isu yang diperlukan selesai dikumpulkan, isu-isu itu perlu disaring

dengan menggunakan empat filter, yaitu:

1. Filter Ketertarikan/Kepentingan: Apakah isu itu menarik bagi semua orang atau

bagi kelompok tertentu, atau hanya dirasa penting oleh sang perencana strategi itu

sendiri? Isu haruslah berkaitan dengan kepentingan, wilayah-wilayah minat dan

kebutuhan masyarakat. Semboyan yang harus diingat: umpan yang diberikan harus

dirasa enak oleh ikan, dan bukan oleh si pemancing.

2. Filter Keuntungan strategis: Karena pertempuran di wilayah di mana kita tidak

memiliki keuntungan strategis tidak ada gunanya, maka isu-isu yang tidak

menjanjikan keberhasilan sebaiknya dikesampingkan – karena kita terlalu lemah

dalam wilayah ini. Keuntungan strategis ini hanya ada jika isu itu sendiri membawa

keuntungan yang jelas, atau jika isu tersebut diabaikan oleh lawan, atau jika medan

pertempuran tempat dilakukannya konfrontasi memberi keuntungan bagi kita.

3. Filter Perbedaan: Strategi ofensif mengutamakan adanya perbedaan yang jelas

antara kita dengan lawan. Jika perbedaan-perbedaan ini tidak dapat ditunjukkan,

maka kita harus mengganti isu atau mengubah presentasi isu sedemikian rupa,

sehingga perbedaan-perbedaannya dapat dibuat menjadi nyata.

4. Filter Kejelasan: Salah satu kriteria penting dalam penyaringan isu adalah isu itu

harus mengandung argumen-argumen yang dapat dipahami dengan mudah. Warga,

240

yakni pihak yang kita targetkan sebagai penerima pesan, hendaknya dapat

memahami alasan-alasan dan isi tentang isu yang disampaikan. Jika isu itu tidak

dapat disampaikan secara jelas, maka ia menjadi tidak tepat untuk digunakan. Tentu

saja, emosionalisasi sebuah isu dapat menutupi kekurangjelasan. Dalam kata lain,

jangan berseru kepada "homo sapiens," tetapi berserulah kepada "hormo sapiens."

Untuk melihat emosionalisasi argumentasi lihat lebih jelas di bab 15.3.

Tabel berikut ini menggambarkan proses pengujian sebuah tema menurut

kegunaannya.

Tema (x)

Apakah tema tersebut konkret

dan menarik bagi kelompok

warga tertentu?

Ya/Tidak Kelompok warga, pro dan

kontra:

Apa keuntungannya bagi

warga?

Keuntungan 1: Keuntungan 2:

Bagaimana dan dengan siapa

tema atau solusi tersebut

membedakan kita?

Pesaing:

Apakah tema kita dapat

dipercaya, emosional dan

dipahami?

Ya/Tidak

Isu-isu dengan keuntungan strategis yang jelas

Isu-isu bisa disebut memiliki keuntungan strategis yang jelas, jika:

Kita menjadi pihak yang pertama kali mengangkat isu tersebut, dan karena itu kita

memperoleh kompetensi dan status sebagai pemimpin opini;

Isu-isu tersebut memenuhi struktur kebutuhan masyarakat;

Kita dapat menunjukkan aliansi yang khusus dan stabil dengan kelompok-

kelompok masyarakat, dan oleh karena itu dapat berakar dalam masyarakat;

Kita memiliki ahli-ahli yang handal – yang kompeten mengolah isu tersebut, dan

memiliki kelompok-kelompok ahli yang mampu mewujudkan isu tersebut secara

umum;

241

Kita mampu menggunakan isu tersebut untuk menarik sumberdaya dana dan

sumberdaya manusia;

Isu tersebut didukung oleh media, biasanya karena berkaitan dengan sebuah

kejadian yang baru saja terjadi.

Isu-isu yang diabaikan Lawan

Isu-isu yang diabaikan lawan tidak sama dengan isu-isu yang memiliki keuntungan

strategis. Kita dapat memastikan bahwa isu-isu dengan keuntungan strategis akan

selalu menimbulkan konfrontasi langsung dengan pesaing, karena mereka juga akan

berusaha merebut posisi itu. Untuk isu-isu yang sudah diabaikan lawan, konfrontasi

semacam itu tidak akan terjadi, setidaknya di saat-saat awal. Yang dimaksud di sini

adalah isu-isu yang menarik bagi beberapa kelompok target – tetapi karena satu dan

lain alasan belum terangkat ke permukaan. Di sini kita tidak perlu berusaha terlalu

keras, karena kita sudah punya wilayah sendiri. Upaya kecil sudah cukup untuk

menggarap isu itu seorang diri.

Sun Tzu berkata: Kekuatan sebuah pasukan tidak tergantung pada jumlah

tentaranya, tetapi lebih pada kemampuan menyerang. Keberhasilan ada di

tangan kita, jika kita hanya menyerang tempat-tempat yang tidak dijaga

oleh musuh.

13.4.2. Karakteristik medan pertempuran

Mengenali secara jelas medan pertempuran di mana kita akan melakukan

konfrontasi sangatlah penting untuk memilih medan di mana kita akan menyerang

lawan politik (kata medan di sini dipakai sebagai sinonim dari bidang aksi politik).

Jenis medan dapat sangat mempengaruhi strategi yang diterapkan. Dengan

mengenali medan pertempuran, kita dapat mengenali kekuatan dan kelemahan yang

dipengaruhi oleh keputusan kita sendiri. Keputusan ini adalah keputusan yang

didasari oleh penilaian, apakah ada peluang untuk menerapkan strategi ofensif, atau

apakah ada peluang bagi kita untuk memperoleh kemenangan dengan kekuatan

sendiri atau harus dengan bantuan orang lain, atau apakah konfrontasi di daerah

seperti itu ada manfaatnya bagi kita. Oleh karena itu, uji medan merupakan tugas

yang sangat penting dalam strategi politik.

242

Dalam bukunya “Art of War,” Sun Tzu mendefinisikan beberapa jenis medan perang,

yang dapat diterapkan dalam proses pasar ekonomi dan konfrontasi politik.

Memecah medan sendiri

Sun Tzu berkata: "Jangan bertempur di medan sendiri yang terpecah-

belah. Jika berperang di medan yang terpecah-belah, satukan pasukan

dalam satu tujuan.”

Sun Tzu mengajarkan bahwa pertama-tama sebaiknya perang tidak dilakukan di

wilayah atau medan sendiri, melainkan di medan lawan. Jadi strategi yang

diterapkan sebaiknya adalah strategi ofensif, dan bukan defensif. Pada praktiknya,

ini berarti bahwa kita harus berupaya menemukan lapisan pemilih baru, atau

menembus lebih dalam lapisan pemilih yang sudah ada. Kita bawa pertempuran

menjauh dari medan kita sendiri.

Tetapi tentu saja langkah ini tidak selalu dimungkinkan, terutama dalam situasi di

mana kita sedang berada pada posisi sebagai partai pemerintah – yang secara

otomatis bersikap sebagai pihak yang defensif.

Memindahkan lokasi pertempuran ke daerah lawan merupakan langkah yang sangat

penting jika medan kita sendiri telah terpecah, misalnya di dalam partai kita ada

beberapa fiksi yang berselisih mengenai sebuah isu. Kasus ini sangat sering terjadi

dalam praktek politik. Ada berbagai contoh yang dapat menunjukkan hal ini.

Sebuah contoh yang khas adalah pertengkaran partai liberal Jerman pada

tahun 1994 tentang penyadapan yang dilakukan di berbagai rumah guna

menangani kriminalitas. Partai tidak dapat mencapai kesepakatan tentang

hal tersebut, dan karenanya masalah ini menyebabkan mereka tidak dapat

mewakili isu klasik mereka – yakni negara hukum – secara meyakinkan,

sehingga akhirnya mereka kalah dalam pemilu. Mengenai hal ini Sun Tzu

berkata, bahwa pasukan harus bersatu dalam tujuan.

243

Contoh kasus yang lain adalah upaya pemerintah untuk menjalankan program anti-

korupsi. Langkah ini biasanya tidak akan berhasil jika pemerintahan tersebut telah

lama berkuasa, karena pertempuran yang terjadi berlangsung di medan sendiri.

Yang kedua adalah bahwa organisasi sendiri akan terpecah-pecah – karena ada

banyak orang dalam yang ikut menikmati hasil korupsi, dan karenanya mereka tidak

satu suara dalam satu tujuan bersama.

Pertempuran di medan sendiri yang terpecah-pecah merupakan pertempuran yang

khas dalam kampanye pemilu di negara-negara yang memiliki sistem parlementer,

dalam pemerintahan koalisi, dan baru-baru ini semakin sering ditemui dalam sistem

presidensial dengan koalisi atau sistem sejenis. Oleh karena itu muncul pula

kampanye pemilu koalisi, di mana keseluruhan sasaran dalam masa kampanye

adalah keberlanjutan hubungan (kerjasama) koalisi tersebut. Namun pencarian jati

diri yang dilakukan di dalam koalisi itu sendiri, dapat mengakibatkan terjadinya erosi

berat pada masing-masing mitra koalisi.

Medan yang mudah tapi nilainya kecil

Sun Tzu berkata: “Jangan biarkan pasukanmu terpisah. Jaga

pertahananmu dengan ketat. Jadilah pihak pertama yang menempati

posisi yang lebih tinggi dan ‘disinari matahari’, dan jagalah jalur

pasokanmu dengan hati-hati, sehingga engkau unggul dalam

pertempuran.”

Dalam medan yang dapat dimasuki dan ditinggalkan dengan mudah oleh setiap

orang, kita dapat menemukan isu-isu yang diarahkan kepada kebutuhan mayoritas

masyarakat, misalnya pemenuhan kebutuhan dasar, keamanan sosial, dsb. Isu-isu

ini dijanjikan oleh semua partai. Dalam hal ini, politik sosial memainkan peranan

yang sangat menentukan. Tawaran-tawaran yang diberikan hampir tidak ada

bedanya – sehingga persaingan yang ada menjadi sangat ketat, dan kita bisa

terdepak keluar dari pasar.

Lalu, apa maksudnya menempati posisi yang tinggi dan ‘disinari matahari’? Siapa

pun yang berhasil menyatukan diri dengan kelompok masyarakat yang besar –

seperti serikat buruh, gereja dan kelompok-kelompok penting lainnya, memiliki posisi

244

awal yang lebih menguntungkan. Jalur pasokan (multiplikator) dan pertahanan

menjadi sangat penting.

Ketika diterjemahkan ke dalam suatu strategi ofensif, ini berarti bahwa hubungan

antara partai-partai yang saling berlawanan dan multiplikatornya serta rekan-rekan

aliansinya harus dilemahkan dan dipatahkan. Langkah ini bahkan bisa berujung pada

terpecahnya partai-partai tersebut. Sementara untuk strategi defensif, ini berarti

bahwa hubungan-hubungan tersebut harus dirawat dan dijaga.

Contoh lain juga dapat ditemukan dalam keyakinan beragama, nasionalisme dan

pelestarian budaya. Partai-partai konservatif cenderung kuat dalam bidang-bidang

ini, dan relatif aman dalam menjalankan aktivitasnya melalui hubungan yang erat

dengan kelompok-kelompok masyarakat.

Medan perbatasan

Mengenai hal ini Sun Tzu berkata: “Jangan berhenti di medan musuh yang

mudah. Jagalah pasukan secara ketat.”

Bidang politik baru dan solusi baru untuk memecahkan masalah politik perlu diuji

terlebih dahulu, baik secara regional maupun secara spesifik sesuai kelompok target.

Hal ini bisa dilakukan melalui upaya-upaya lokal yang hampir tidak diperhatikan oleh

pusat (tingkat nasional) – untuk membangun sebuah jembatan awal. Tetapi hal ini

juga dapat dilakukan melalui sebuah pendekatan yang spesifik kepada kelompok-

kelompok target, yang kemudian dapat dicoba di daerah-daerah penting yang dipilih.

Jika jembatan awal telah selesai dibangun, partai-partai lain atau pemerintah yang

berkuasa akan ikut masuk dan mengambil alih semua daerah, sekaligus

memanfaatkan jalur komunikasi dan kontak-kontak yang sudah dibangun.

Suatu solusi politik baru untuk sebuah persoalan lingkungan hidup, atau

dihapuskannya suatu struktur transfer sosial lama dan digantikan dengan yang baru

(misalnya pajak pemasukan negatif) – adalah beberapa contoh di mana pendekatan

seperti itu dapat diterapkan. Jika tiga atau empat persoalan muncul sekaligus, dapat

dilakukan pengujian terhadap solusi baru dengan cara yang berbeda-beda.

245

Yang penting dalam strategi politik seperti ini, pertama adalah bahwa produk

tersebut (ide politik baru) telah benar-benar siap dan bukan masih berada dalam

tahap pengembangan; dan kedua, bahwa organisasi atau partai secara keseluruhan

telah siap untuk bergerak pada saat yang menentukan untuk meneruskan

pembangunan awal jembatan. Yang tidak kalah penting adalah bahwa organisasi

atau partai tersebut kompak dalam bertindak, tidak ragu-ragu dan tidak terpecah-

belah karena munculnya tuntutan baru.

Medan dengan jebakan

Sun Tzu berkata: “Jika musuh telah siap menyambut kedatanganmu dan

engkau gagal menaklukkannya dan tak mungkin lagi berbalik arah, maka

bencana akan terjadi.”

Di tingkat makro, beberapa program kesejahteraan sosial menjadi jebakan bagi

pemerintah, dan menyulitkan mereka untuk bangkit kembali. Masyarakat Eropa dan

Amerika Utara dipenuhi dengan berbagai contoh semacam ini. Sebagai contoh,

Amerika Serikat menghadapi perlawanan yang keras ketika berupaya mengurangi

biaya kesejahteraan sosial – terutama yang dikeluarkan bagi manula dan

penggangguran, terlepas dari usaha keras Reagan untuk menekan pengeluaran

negara. Di Inggris, Perdana Menteri Margaret Thatcher membutuhkan waktu

bertahun-tahun sebelum ia berhasil memotong pengeluaran kesejahteraan sosial.

Sementara saat pemerintah Perancis berusaha menarik kembali program-program

sosial mereka, langkah ini disambut dengan mogok umum yang berlangsung selama

berminggu-minggu. Tak ayal lagi, program kesejahteraan sosial mudah untuk

dimulai, tetapi sangat sulit dihentikan tanpa kehilangan dukungan politik yang besar.

Medan sempit

Sun Tzu berkata: “Ciptakanlah tipu-muslihat. Jadilah yang pertama

menempati titik-titik strategis dan nantikanlah musuh. Jangan menyerang

jika titik-titik penting diduduki oleh musuh. Seranglah hanya jika

pertahanan musuh di titik-titik yang didudukinya itu lemah. Blokirlah jalan

masuk dan keluar.”

246

Medan sempit dapat dikenali berdasarkan fakta bahwa kita sulit memasukinya, tetapi

juga sulit untuk keluar lagi. Ini selalu terjadi ketika sebuah wilayah politik baru dibuka

dan solusi atas masalah-masalah yang muncul perlu disiapkan terlebih dahulu. Di

sini partai menginvestasikan sarana pribadi dan bahkan juga sumberdaya keuangan,

untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang baru muncul dan belum teruji. Saat

ini, isu-isu seperti ini mencakup usulan-usulan tentang penanganan manipulasi

genetika, bahaya yang ditimbulkan oleh terbukanya pasar informasi, perubahan iklim

dsb. Dalam hal ini tidak ada pengalaman sebelumnya yang dapat dijadikan rujukan,

dan untuk memperoleh pengetahuan serta keahlian teknis guna memahami

persoalan-persoalan tersebut membutuhkan sumberdaya yang besar. Oleh karena

itu medan ini sulit ditembus. Tetapi karena partai sudah mengeluarkan investasi

besar, mereka akan merasa sulit untuk meninggalkan pasar ini. Pada saat yang

sama, ada bahaya bahwa unit-unit kecil (kelompok ahli, komite teknis, dsb.)

menemukan solusi baru yang lebih baik dan radikal, dan karenanya dalam sekejap

meniadakan keuntungan kompetitif – yang selama ini bisa diperoleh dengan

menggunakan solusi lama, di mana investasi telah banyak dikeluarkan untuk

menyiapkan solusi tersebut.

Untuk dapat bertahan dalam medan semacam itu, selalu dibutuhkan solusi inovatif

yang diperoleh dari hasil kerja unit-unit kerja kecil (think tank). Untuk itu, Sun Tzu

menyarankan perang tipu-muslihat. Perang yang dimaksud mencakup pekerjaan

memata-matai solusi yang disiapkan oleh lawan dan mempublikasikannya secara

luas. Sekali lagi, pengumpulan data dengan metode intelijen di kubu lawan dan

organisasi-organisasi aliansinya ini memainkan peranan penting.

Selanjutnya disarankan juga untuk tidak menyerang lawan apabila ia memiliki

keuntungan kompetitif yang tidak dapat dikompensasikan dengan solusi yang lebih

efektif dan lebih meyakinkan. Karena itu, lawan hanya boleh diserang jika

pertahanannya lemah, atau jika solusi yang mereka siapkan lebih buruk dan tidak

efektif dibandingkan dengan solusi yang kita miliki.

Medan yang diperebutkan

Sun Tzu berkata: "Dalam medan yang terjal, saya harus menjadi orang

pertama yang menempati puncak yang cerah bermandikan sinar matahari,

247

untuk menanti kedatangan musuh. Jika musuh telah lebih dulu menempati

medan tersebut, janganlah mengikuti langkahnya, tapi mundurlah untuk

memancingnya keluar." "Jangan serang musuh di medan yang

diperebutkan. Di medan itu, kumpulkan pasukanmu dan semua unsur lain

di belakangmu."

Medan yang diperebutkan merupakan medan yang juga diharapkan oleh pesaing

karena dapat membawa keuntungan bagi mereka. Biasanya ini berupa isu-isu yang

tiba-tiba menjadi titik perhatian publik akibat suatu kejadian besar (Chernobyl,

bencana alam, perubahan iklim, dsb.), atau isu-isu yang diangkat oleh media dan

dibubuhi nuansa emosional. Kejadian atau laporan ini dapat mengubah konstelasi

nilai warga untuk kurun waktu tertentu. Sebenarnya semua partai akan

memperebutkan isu-isu ini karena mereka berharap memperoleh keuntungan dari

munculnya pasar baru. Sun Tzu menasihatkan agar kita tidak menyerang lawan

yang sudah menguasai isu itu lebih dulu, dan, karenanya, mereka telah memiliki

keuntungan kompetitif. Jika isu ini merupakan isu penting bagi lawan, tentu ia akan

mempertahankan posisi ini dengan segala cara. Sehingga jika kita berusaha untuk

merebutnya, akan dapat menimbulkan kerugian yang besar dan hasilnya pun tak

jelas. Strategi terbaik dalam kasus ini adalah jangan menyerang lawan, tetapi

mundurlah untuk mengalihkan perhatian, dan jika mungkin arahkan agar mereka

melakukan kesalahan.

Tetapi bagaimanapun juga, pada saat yang sama penting pula memperbaiki faktor-

faktor pendukung, seperti misalnya membuat tawaran yang lebih spesifik, lebih

mudah dimengerti, lebih dekat dengan persoalan warga – sehingga produk dan

pesan yang disiapkan menjadi lebih baik dan lebih optimal untuk pasar pemilu.

Dengan langkah ini setidaknya sebagian segmen pasar (niche) dapat berhasil

dicapai.

Medan terkepung

Sun Tzu berkata: "Tenteramkan kota-kota tetangga." Dan "Konsolidasikan

sekutumu."

248

Situasi ini banyak terdapat di negara-negara yang memiliki sistem represif atau

mekanisme penindasan terhadap partai-partai oposisi, terutama di negara-negara di

mana partai pemerintah berada di bawah tekanan dunia – dan dipaksa untuk

menggunakan sistem multi-partai. Tindakan represif pemerintah, intervensi militer

dan para eksekutif membatasi ruang gerak para politisi dan aktivis partai oposisi dan

partai oposisi itu sendiri. Mereka terkepung dan terisolasi sehingga tidak dapat

berkutik.

Dalam situasi semacam ini, yang pertama-tama perlu dilakukan adalah

menenteramkan kelompok-kelompok masyarakat (kota tetangga), sehingga dapat

menghentikan mereka dari tindakan agresif menentang partai – untuk kemudian

mencapai kesepakatan gencatan senjata. Yang lebih penting lagi adalah

menemukan sekutu. Sekutu ini dapat berupa organisasi-organisasi internasional

seperti Amnesty International, Bank Dunia, organisasi-organisasi PBB, duta besar

dari negara-negara yang memiliki jarak dengan rezim penguasa, kelompok eksil,

dsb. Hubungan dengan media, radio dan televisi internasional juga termasuk di sini.

Apabila kita dapat merangkul organisasi-organisasi ini untuk mendukung kita, maka

tekanan isolasi akan mengendur. Pada saat yang sama, akses ke sumberdaya yang

diperlukan juga menjadi lebih mudah dicapai.

Medan yang sulit

Mengenai hal ini Sun Tzu berkata: "Bergeraklah dengan cepat… Jangan

berkemah… Lakukan desakan sepanjang jalan."

Ciri-ciri suatu wilayah daerah yang sulit adalah bahwa bahaya yang timbul di wilayah

itu tidak dikenal, dan partai terancam oleh bahaya-bahaya ini. Situasi semacam ini

tidak didapat melalui perencanaan seperti dalam medan sempit, melainkan melalui

suatu kebetulan, melalui gerakan yang tiba-tiba membawa kita masuk ke dalam

medan ini.

Ini berarti bahwa bahaya yang ada di medan ini muncul secara tiba-tiba – tanpa kita

sempat mempersiapkan diri. Contohnya dapat terjadi dalam diskusi antar politisi di

mana tiba-tiba kita menyadari bahwa kita tidak kompeten dalam isu yang dibahas,

tidak memiliki informasi, dan sewaktu-waktu dapat dijebak dan diserang.

249

Hal lain yang juga dapat terjadi adalah bahwa sebuah isu yang tidak disadari dan

tidak begitu diperhatikan oleh partai tiba-tiba menjadi isu penting yang dibahas

masyarakat. Dalam situasi semacam ini, yang paling penting dilakukan adalah

sesegera mungkin mengganti isu. Janganlah berkemah (jangan berhenti pada isu

tersebut) dan lakukan desakan sepanjang jalan. Itulah saran yang diberikan Sun

Tzu.

Medan yang sulit dilalui tidaklah selalu harus dihindari. Pendekatan yang sebaiknya

dilakukan adalah mengembangkan isu melalui pengamatan dan pengumpulan

informasi, sehingga kita dapat meningkat ke posisi utama kita.

Medan tandus

Mengenai hal ini Sun Tzu berkata: "Jangan menetap di medan tandus."

Medan semacam ini timbul apabila isu-isu tertentu kehilangan relevansinya akibat

tindakan politik atau perubahan masyarakat, atau apabila suatu persoalan sudah

berhasil dipecahkan. Terkadang partai tidak mengenali perubahan ini tepat pada

waktunya, atau mereka tetap mempertahankan isu-isu seperti ini dengan alasan

nostalgia – meskipun isu-isu ini tidak lagi menarik perhatian siapa pun – kecuali

mungkin sekelompok kecil orang saja – atau bahkan mungkin hanya sebagian kecil

orang di dalam partai sendiri.

Contoh-contoh khas untuk kasus semacam itu adalah perubahan yang terjadi dari

masyarakat agraris – yang menempatkan sektor peternakan pada posisi tinggi –

menjadi masyarakat industri, masyarakat jasa atau bahkan masyarakat informatika.

Dalam sebuah masyarakat modern, setiap orang yang berjuang untuk para peternak,

berarti ia berada dalam medan yang tandus dan akan kalah dalam pertempuran –

karena ia memperjuangkan kepentingan minoritas dan harus melawan mayoritas.

Di Jerman, dulu ada kebijakan “reunifikasi” atau penyatuan kembali

Jerman merupakan contoh untuk kasus serupa. Setelah tembok Berlin

runtuh dan Jerman bersatu, politisi-politisi yang menempatkan dirinya

sebagai spesialisasi dalam bidang ini tidak lagi memiliki relevansi dan

250

harus mengubah orientasi mereka, atau bahkan keluar dari gelanggang

politik.

Medan berbahaya

Sun Tzu berkata: "Rampaslah sumberdaya musuh, dan lindungi jalur

pasokanmu untuk menjamin arus perbekalan agar tidak terputus."

Situasi ini muncul ketika sebuah partai politik berspekulasi memasuki medan lawan,

atau dalam kata lain, isu-isu yang dipertahankan oleh lawan. Aspek yang penting di

sini adalah tetap menjaga sebuah ikatan yang kuat dengan basis partai dan

sekaligus mengambil alih para pakar yang selama ini bekerja untuk lawan –

sehingga dengan demikian kita merebut “kekuatan” lawan atau melepaskan ikatan

lawan dengan para pakar andalannya.

Jika suatu partai – yang selama ini nyaris hanya mengurusi persoalan hukum dan

HAM – berani memasuki wilayah politik ekonomi, maka mereka harus memastikan

bahwa partai mereka memahami dan mendukung aksi ini (mengamankan suplai

tambahan). Ia juga harus memastikan bahwa langkahnya ini akan memperlemah

lawan dengan mengambil-alih beberapa pakar atau tokoh-tokoh kunci mereka

(menjarah sumberdaya) untuk dapat tampil sebagai kekuatan yang diperhitungkan

dalam wilayah tersebut. Kejenuhan akan banyaknya jumlah pemimpin opini dan

multiplikator mungkin terjadi dalam hal ini.

Sun Tzu melanjutkan dan berkata bahwa seorang jenderal yang arif membiarkan

pasukannya diberi makan oleh musuh, karena suplai logistik dalam jangka waktu

panjang dapat membawa mereka pada kemiskinan. Dalam politik, ini berarti bahwa

pada saat menjejakkan kaki dalam sebuah wilayah baru yang sangat berbeda dari

bidang sebelumnya, maka sebaiknya keahlian, personil serta sumberdaya lainnya

disiapkan secara "lokal”, yakni langsung diambil dari bidang atau wilayah itu sendiri,

dan bukan melalui pengalihan sumberdaya kita.

Jika partai tidak berhasil dalam kegiatan-kegiatan baru, ia harus kembali ke bidang

utama tempat di mana ia berada sebelumnya (medan sendiri), tetapi tentu saja

251

secara signifikan ia akan kehilangan citra. Oleh karena itu, kasus seperti ini dikenal

sebagai medan berbahaya.

Medan terpencil

Mengenai hal ini Sun Tzu berkata: "Hindari pertempuran di medan

terpencil yang hanya dapat membawa keuntungan kecil bagi kedua belah

pihak."

Dalam medan yang terpencil, kedua belah pihak berada jauh dari pusat kediaman

mereka. Sebaiknya konfrontasi di medan seperti ini dihindari. Sebagai contoh adalah

situasi-situasi di mana dua pihak atau lebih berjuang melawan sebuah partai yang

memiliki kekuasaan berlebihan. Situasi semacam ini terjadi dalam fase penurunan

Pinochet di Chili. Pada saat itu, partai-partai oposisi yang ada berusaha

meminimalisir konflik antar mereka untuk bersatu dalam sebuah aliansi “Commando

por el no" agar dapat berjuang bersama. Setiap partai bisa saja memperoleh

keuntungan-keuntungan kecil seandainya mereka meninggalkan aliansi ini, tetapi

tujuan besar mereka tak mungkin dapat tercapai. Sebuah contoh kasus serupa dapat

kita temui juga di Nikaragua, saat perhimpunan oposisi "UNO" dibentuk untuk

melawan para Sandinis. Demikian juga pada saat pembentukan "SDK" yang terdiri

dari berbagai partai di Republik Slovakia, untuk menurunkan Meciar.

Medan mematikan

Sun Tzu berkata: "Berjuanglah,"... dan "Nyatakan secara jelas bahwa tidak

ada peluang untuk bertahan hidup kecuali dengan berjuang."

Medan semacam ini jarang sekali ditemui, karena para pihak biasanya selalu

memiliki kemungkinan untuk lari atau membelot. Medan semacam ini biasanya

terbentuk apabila tekanan terhadap kegiatan politik menjadi sedemikian besarnya,

sehingga tidak ada kemungkinan untuk lari, dan yang tersisa hanyalah kemungkinan

untuk melakukan konfrontasi secara langsung.

Sistem represif yang melarang bepergian, sistem diktatur dan bentuk penindasan

lainnya dapat berhadapan dengan hak warga untuk melawan – untuk menjatuhkan

rejim penguasa – sekalipun harus menggunakan kekerasan.

252

13.4.3. Pemusatan kekuatan

Syarat penting dalam mengembangkan strategi ofensif yang efektif adalah

pemusatan segenap kekuatan hanya pada beberapa isu yang potensial saja, dan

tidak mencoba-coba menyerang atau mempertahankan semua bidang sekaligus –

karena biasanya sumberdaya yang ada tidak mencukupi. Pemusatan perhatian pada

tiga atau empat bidang yang digunakan untuk menyerang satu atau lebih pesaing,

akan memudahkan pemilih untuk melihat dan mengerti bidang konflik atau isu yang

dipertarungkan. Di samping itu, langkah ini akan lebih memungkinkan pemanfaatan

sumberdaya secara terencana.

Menangnya superioritas relatif

Setelah ada pengurangan isu-isu, kemenangan superioritas atau keunggulan relatif

setiap isu menjadi penting diperhatikan. Superioritas relatif ini dapat direncanakan

dengan membatasi isu-isu yang akan dikonfrontasikan – sebagaimana kita dapat

memilih medan pertempuran, meskipun melalui penipuan.

Jika lawan terpaku sedemikian rupa dan tidak dapat atau tidak mau melakukan

perubahan apa pun pada isu-isu tertentu, isu itu dapat kita pilih – jika benar-benar

akan membawa keuntungan bagi kita.

Sebuah contoh yang penting sehubungan dengan hal ini adalah pemilihan

umum di tingkat federal untuk memilih anggota DPR Federal Jerman pada

tahun 1998, di mana kandidat kanselir dari Partai Sosial Demokrat (SPD),

Schröder berhadapan dengan kanselir dari Partai Demokrat Kristen (CDU),

Kohl. Setelah Kohl menjabat sebagai kanselir selama 16 tahun, para

pemilih Jerman menginginkan suatu perubahan. Ketika CDU memutuskan

untuk kembali mengajukan Kohl sebagai kandidat kanselir, SPD

memusatkan seluruh daya upaya untuk menampilkan kanselir yang "baru”

dan lebih "muda", untuk menggantikan kanselir yang "tua." Di samping itu

SPD tidak menyibukkan diri dengan isu-isu lainnya. SPD berhasil

mengenali superioritas relatif yang mereka miliki dalam bidang tersebut,

253

dan menggunakannya secara konsisten. Strategi ini akhirnya membawa

SPD pada kemenangan.

Superioritas relatif ada pada bidang-bidang di mana kita memiliki mitra aliansi yang

kuat, atau bidang yang kita pilih adalah bidang yang sudah kita kuasai lebih dulu,

atau kita memiliki kompetensi yang tinggi di sana.

Contoh: Jika kita memiliki mitra aliansi serikat buruh, kita berada pada

posisi untuk memasuki isu "memerangi pengangguran." Setidaknya

pemilih awam akan berpikir demikian.

Contoh: Jika kita ingin memasuki bidang pertempuran "Penciptaan

lapangan kerja baru," maka mitra aliansi "pengusaha" dapat membantu

kita untuk memperoleh superioritas relatif.

Contoh: Jika partai ingin mengangkat isu "Penghapusan pusat pembangkit

listrik tenaga nuklir," partai harus sudah sejak lama berkecimpung dan

kompeten dalam mempromosikan sumber energi alternatif lainnya,

sehingga ia memiliki superioritas relatif dibandingkan dengan partai-partai

lain yang belum memiliki keahlian dalam bidang ini.

Superioritas relatif juga dapat dicapai jika lawan tidak dibiarkan tahu, dan terlebih jika

secara sadar kita bisa mengelabui mereka – bidang mana yang sebenarnya akan

kita serang.

Pengamanan rencana pertempuran sendiri80 dan manuver tipuan

Manuver tipuan kita gunakan untuk dengan sengaja mengarahkan lawan ke suatu

bidang yang sama sekali tidak akan kita serang. Lawan hanya bisa ditipu jika ia tidak

menyadari rencana kita sesungguhnya.

Tentang hal ini Sun Tzu berkata: "Musuh tidak boleh tahu titik mana yang

akan kita serang. Karena jika mereka tidak tahu, mereka terpaksa harus

mempertahankan banyak tempat. Semakin banyak tempat yang mereka

80

Lihat Bab 21.4. Keamanan dan perlindungan informasi

254

pertahankan, akan semakin terpecah kekuatannya dan semakin lemah

pulalah kekuatannya di setiap titik."

Pengamanan rencana tempur secara rahasia seringkali menjadi persoalan besar

bagi partai-partai dan pemerintahan demokratis. Karena biasanya rencana

pengamanan ini dibuat dalam sebuah proses yang demokratis, atau setidaknya

disahkan melalui keputusan sebuah organ partai, terlalu banyak orang mengetahui

rencana-rencana “rahasia” ini. Dan dengan demikian, kerahasiannya tidak lagi

terjaga.

Terkadang strategi sebuah partai diulas di koran-koran. Tentu saja cara ini

memberikan peluang yang besar kepada lawan untuk menghentikan

strategi itu sejak awal, karena mereka lebih memilih menyerang dan

merusak strategi – dibandingkan dengan menggempur partai.81

Satu kasus lain lagi ditampilkan oleh apa yang disebut dengan strategi

pengumuman, yang sangat digemari di kalangan politisi dan pemerintah. Dalam

strategi ini, sebuah kebijakan tidak dijalankan, melainkan hanya diumumkan saja. Di

sini, para politisi/pemerintah mengumumkan bahwa mereka akan menerapkan suatu

kebijakan dengan menggunakan strategi tertentu. Setelah pengumuman itu, tidak

akan banyak tindak lanjut yang dilakukan. Pada banyak kasus, sering terjadi langkah

strategi yang telah diumumkan tidak pernah dilaksanakan.

Contoh: Sebuah partai mengumumkan bahwa ke depan mereka akan

menjauh dari mantan mitra koalisinya. Pada kenyataannya mereka

menggunakan pengumuman ini sebagai fakta bahwa mereka tidak benar-

benar melakukan tindakan “menjauh”. Niat yang diumumkan ini

merupakan tindakan yang salah.

Pada dasarnya hampir tak ada strategi dalam bidang politik yang benar-benar

dirahasiakan. Alasannya telah disebutkan di atas, yaitu bahwa ada terlalu banyak

orang yang turut ambil bagian dalam sebuah proses pembentukan yang seolah-olah

demokratis. Alasan kedua adalah tekanan internal yang dilakukan para politisi untuk

memperkenalkan strategi yang lahir dari pemikiran yang matang ini kepada media.

81

Lihat Bab 11.3 tentang Prioritas dalam Sub-strategi.

255

Alasan ketiga adalah bahwa di dalam suatu partai atau pemerintahan sendiri

senantiasa ada perbedaan pendapat, sehingga pihak yang berbeda pendapat ini

membocorkan strategi kepada lawan untuk menghancurkan pihaknya sendiri.

Biasanya peraturan dan disiplin yang ada tidak mampu menghukum pelaku atau

pengkhianat yang membocorkan strategi – untuk membuat takut atau mencegah

terjadinya hal semacam itu.

13.4.4. Politik penyerangan

Sun Tzu berkata: "Mereka yang tidak dapat menang harus bertahan;

mereka yang bisa menang harus menyerang.

Ketangguhan dalam pertahanan tergantung pada upaya sendiri,

sementara peluang untuk menaklukkan musuh ada pada musuh itu

sendiri."

Di sini jelas bahwa kemenangan tidak dapat diperoleh tanpa ada penyerangan

terhadap lawan. Banyak kelompok politik dan kelompok sosial yang percaya bahwa

mereka dapat membawa perubahan dalam masyarakat tanpa perlu menyerang

lawan. Ini terutama dilakukan oleh organisasi-organisasi non-pemerintah yang

melakukan hal-hal yang "baik" dalam bidang mereka, tetapi juga terjadi pada partai-

partai yang menolak menggunakan metode “menciptakan musuh” – karena mereka

percaya bahwa "kebaikan" program partai mereka dapat berhasil tanpa melalui

sebuah pertempuran dengan lawan.

Dalam kasus-kasus di mana hal seperti itu benar-benar terjadi, selalu ada pihak lain

yang berkonfrontasi – dan NGO atau partai hanya mengambil keuntungan saja

darinya. Pada kenyataannya, pihak yang kalah biasanya adalah mereka yang tidak

mau menyerang.

Sebuah contoh yang diambil dari luar dunia politik – yang dapat

menggambarkan pentingnya sebuah penyerangan – adalah permainan

sepak bola. Kita hanya dapat memenangkan pertandingan apabila kita

berusaha menyerang dan menyarangkan bola kita ke gawang lawan.

256

Kemenangan ini tidak akan dapat dicapai jika kita hanya mempertahankan

atau menjaga gawang sendiri.

Berbagai perubahan – misalnya proses produksi, produsen, neraca perdagangan,

arus impor dan ekspor, dsb. – menuntut pemerintah untuk bertindak secara agresif,

tetapi, tuntutan ini biasanya kurang berkembang dan justru menghasilkan sikap

defensif yang merugikan negara.

Sikap defensif ini biasanya ditunjukkan oleh pemerintah pada saat mereka

membuat aturan-aturan pembatasan perdagangan seperti menolak impor,

menetapkan bea cukai dan pembatasan-pembatasan lainnya, seperti yang

dilakukan Uni Eropa dalam bidang agraria, atau pada saat mereka

menuntut subsidi untuk mendorong ekspor di saat mereka mengalami

kesulitan ekspor. Di sini pemerintah alih-alih mengambil sikap ofensif yang

menuntut produsen ekspor memasok produk baru yang lebih kompetitif ke

pasar, mereka justru menyikapinya secara defensif.

Sikap yang sama juga tampak nyata pada saat partai mengembangkan

kebijakan-kebijakan baru, yang biasanya hanya berupa perbaikan-

perbaikan kecil terhadap sistem keamanan sosial. Mereka tidak memiliki

keberanian untuk menangani kesulitan secara ofensif, yaitu dengan

mengusulkan sebuah reformasi mendasar secara menyeluruh.

Produk-produk baru yang cocok untuk kebijakan ofensif hanya dapat dihasilkan

melalui langkah-langkah inovatif. Produk-produk dan solusi politik yang usang akan

terdesak ke dalam posisi defensif secara otomatis, seiring berjalannya waktu.

"Usang" dan "baru" di sini tidak mengacu pada “waktu” disaat sebuah produk dibuat

atau dikembangkan. "Usang" berarti "sudah pernah diterapkan dan tidak lagi

berhasil," sementara "baru" berarti "belum pernah diperkenalkan dan belum pernah

diterapkan." Sementara produk itu sendiri bisa saja merupakan sebuah produk yang

sudah lama diciptakan.

Kebutuhan untuk menyerang seringkali salah dimengerti, karena orang percaya

bahwa untuk itu lawan harus difitnah dan sebuah kampanye negatif perlu

dilancarkan. Ini merupakan kesalahan besar. Dalam politik, penyerangan adalah

257

sebuah tindakan seperti membujuk pemilih atau pendukung lawan untuk

meninggalkan lawan dan beralih kepada kita. Langkah ini tidak dapat dicapai melalui

sebuah kampanye negatif. Mungkin saja kelompok pemilih partai lawan bisa

dipecah-belah, tetapi cara ini belum tentu berarti bahwa mereka akan memilih kita.

Hasil sebuah kampanye negatif biasanya memiliki apa yang disebut dengan "wagon

circle efect” atau “efek iring-iringan kereta kuda”.

Untuk dapat memahami “wagon circle efect” ini, kita harus mengingat film-

film koboi kuno tentang daerah barat yang liar (Wild West). Pada saat itu

ada banyak rombongan besar yang pindah dari daerah Timur menuju

Barat. Dalam rombongan-rombongan ini selalu terjadi berbagai macam

konflik, baik menyangkut masalah kepemimpinan, pencurian maupun

perempuan. Para anggota rombongan seringkali bertindak agresif satu

sama lain. Tetapi jika sebuah rombongan tiba-tiba diserang oleh orang-

orang Indian, maka iring-iringan kereta kuda mereka langsung membentuk

sebuah lingkaran tertutup, dan secara bersama-sama mereka melawan

orang-orang Indian itu. Seketika itu juga, mereka melupakan segala

gesekan internal yang terjadi di antara mereka, dan berperang melawan

musuh eksternal.

Kasus ini juga terjadi dalam politik pada saat sebuah partai diserang melalui

kampanye negatif. Anggota dan pemilih segera bersatu dan membela partai;

pembelaan ini bahkan bisa terjadi meskipun beberapa pemilih sebelumnya telah

merasa tidak puas dengan prestasi partai dan telah beramai-ramai menyeberang ke

partai lain. Bagi orang-orang Indian – sebagaimana juga bagi partai yang menyerang

–lebih baik menunjukkan kelebihan atau sisi yang menarik (dalam kasus orang-orang

Indian: daging segar, air segar dan produk lain yang menarik bagi rombongan),

sehingga dapat menjadi magnet bagi para pemilih (dan juga anggota rombongan).

Lihat juga bab 12.6.

13.4.5. Politik niche (celah)

Berlawanan dengan strategi ofensif – yang dilakukan melalui konfrontasi langsung

dengan lawan politik, sebuah partai kecil juga dimungkinkan menggunakan strategi

258

yang menghindari konfrontasi langsung, yakni politik niche (celah). Di sini partai kecil

mencari sebuah celah politik yang sangat signifikan bagi kelompok masyarakat

tertentu yang terbatas secara kuantitatif, tapi selama ini tidak menarik minat partai-

partai besar. Politik niche adalah bentuk yang tepat untuk strategi pertahanan partai-

partai tertentu dalam pergolakan politik secara besar-besaran.

Contoh untuk kasus ini adalah sikap partai demokrat (Democratic Party,

DP) di Afrika Selatan setelah penggulingan pemerintahan apartheid. DP–

sebuah partai yang didominasi orang kulit putih – yang selalu konsisten

menentang praktek apartheid, pada pemilu bebas yang pertama harus

puas dengan hasil perolehan suara yang sangat kecil dan

mengecewakan, walaupun DP sebenarnya percaya mereka dapat

meraih kemenangan mutlak. Kemenangan tidak dapat mereka peroleh

karena penduduk kulit hitam telah memiliki partai sendiri (ANC dan

Inkatha), dan penduduk kulit putih lebih tertarik pada pihak yang

membela dan berjuang bagi kaum kulit putih. Nilai liberal dan demokratis

pada saat itu tidaklah diinginkan karena tampaknya nilai-nilai ini telah

berhasil dicapai. Karena itu, langkah DP untuk memilih strategi niche

pada saat itu sangatlah tepat, dan dengan demikian mereka dapat

bertahan. Dalam pemilu 1999 DP menjadi partai oposisi terkuat melawan

ANC.

13.4.6. Pergantian antara kekuatan-kekuatan langsung dan tidak langsung

Dalam perencanaan strategi dapat dibedakan antara kekuatan-kekuatan langsung

dan tidak langsung. Kekuatan langsung adalah aktivitas dan langkah-langkah partai

atau organisasi yang dikenali sebagai tindakan partai yang bersangkutan. Di

samping kekuatan langsung, ada pula kemungkinan untuk menggunakan kekuatan

tidak langsung, yakni aktivitas partai atau organisasi yang oleh pihak luar tidak dapat

langsung dikenali sebagai aksi partai tersebut.

Aksi-aksi itu misalnya dilakukan oleh organsiasi-organisasi aliansi seperti inisiatif

pemilih, mitra aliansi, organisasi pemuda dan beberapa perhimpunan serta

259

perkumpulan yang dibentuk jauh sebelum pemilu, untuk kemudian dibangkitkan dan

digerakkan untuk melakukan aksi-aksi pada saat kampanye pemilu.

Seperti yang telah dijelaskan dalam sub-bab sebelumnya, tidak ada gunanya partai

menyerang lawan secara langsung dengan melancarkan kampanye-kampanye

negatif. Kampanye negatif atau kampanye kotor hanya boleh dilakukan oleh sebuah

kekuatan tidak langsung – yang tidak dapat dikenali oleh pihak lawan sebagai bagian

dari partai kita.

Sebagai contoh adalah bentuk-bentuk seperti "Aliansi untuk Politik yang

Bersih", "Perhimpunan untuk Memerangi Korupsi", "Yayasan bagi Moral

dan Etika dalam Politik", "Gerakan Perjuangan Demokrasi", dsb.

Organisasi-organisasi tersebut dijalankan secara rahasia oleh kekuatan-kekuatan

partai. Mereka mengangkat isu-isu tertentu, melakukan kampanye negatif terhadap

partai dan politisi lain, dan melakukan tindakan-tindakan yang tidak dapat dilakukan

oleh partai itu sendiri – karena hal ini dapat membawa akibat buruk bagi partai.

Terkadang tipuan ini bahkan dapat berkembang sedemikan meluasnya, sehingga di

mata publik, partai yang menyerang (kekuatan langsung) (seolah-olah) melindungi

pihak yang diserang oleh organisasi terselubung (kekuatan tidak langsung) tersebut.

Padahal dialah (kekuatan langsung) yang sesungguhnya memulai dan (seharusnya)

bertanggung jawab atas penyerangan itu sendiri.

Kerjasama antara kekuatan langsung dan tidak langsung dapat sangat beragam dan

seringkali tumpang tindih, sehingga warga tidak dapat mengenali bahwa ini

merupakan aksi bersama.

13.5. Evaluasi perumusan strategi

Setelah strategi-strategi dipilih dan dirumuskan, strategi tersebut harus dievaluasi.

Langkah pertama yang perlu dinilai adalah apakah strategi-strategi yang dipilih

memiliki hubungan langsung dengan kemenangan atau pencapaian misi, atau

apakah langkah-langkah strategis tertentu tidak terkait sama sekali dengan misi.

260

Dalam proses pengembangan dan perumusan strategi, sering ditemukan adanya

strategi yang tidak efektif – yang digunakan untuk isu utama. Padahal, seharusnya,

strategi tersebut lebih relevan untuk isu-isu sampingan atau untuk beberapa anggota

perencana saja.

Contoh: Berbagai upaya dilakukan untuk mereorganisasi sebuah partai

bertepatan dengan berlangsungnya pemilu. Kedua hal itu tidak saling

berhubungan, sehingga, sebaiknya dijalankan sebagai bagian yang

terpisah, dan pada waktu yang berbeda dengan masa kampanye pemilu.

Contoh: Usaha-usaha dilakukan secara terus-menerus untuk mengaitkan

program pendidikan umum bagi warga dengan kampanye pemilu. Dalam

banyak kasus, upaya ini justru menjadi kontra-produktif, karena pada saat

pemilu, pemilih tidak suka digurui oleh orang-orang yang akan dipilihnya

(pemilu adalah saat di mana para pemilih merasa memiliki kekuasaan atas

para politisi). Oleh karena itu, segenap kekuatan lebih baik dipusatkan

untuk pencapaian misi dan sasaran kampanye pemilu.

Contoh: Dalam kampanye pemilu seringkali dilakukan aksi penyelesaian

masalah, sementara yang penting sebenarnya hanyalah membangkitkan

harapan para pemilih, bahwa ada solusi atas permasalahan mereka.

Misalnya partai X membangun tempat bermain anak. Pada kenyataannya

tindakan itu adalah hanya untuk membangkitkan harapan akan adanya

penyelesaian. Jadi para pemilih tidak perlu dibujuk dengan “iming-iming”

tindakan penyelesaian masalah, melainkan cukup dengan memberikan

harapan akan ada penyelesaian.

Oleh karena itu, yang perlu ditelaah adalah apakah semua sub-strategi yang dipilih

mengikuti keseluruhan sasaran dari induk strategi, atau apakah ada upaya untuk

mencapai sasaran-sasaran lain di luar itu.

13.5.1. Evaluasi subyektif untuk menetapkan pencapaian misi

Evaluasi subyektif atas pencapaian misi – apakah misi yang ditargetkan sudah

tercapai atau belum, tergantung pada penilaian subyektif yang dilakukan oleh

261

perencana strategi: apakah masing-masing sub-strategi cocok satu sama lain, atau

apakah ada keuntungan strategis yang dimiliki dan apakah timing yang ada sudah

sejalan. Penilaian semacam ini tidak dapat dilakukan secara ilmiah. Ada berbagai

faktor yang membantu sang perencana strategi untuk membuat suatu penilaian.

Pengalaman, perasaan, intuisi untuk menentukan strategi yang tepat, peluang untuk

mewujudkan strategi – semua itu berperan penting di sini, selain juga kemampuan

membaca reaksi lawan dan semua pihak terkait.

Oleh karena itu, penilaian subyektif tidak dapat dibahas secara detail dalam buku ini,

karena sangat tergantung pada situasi yang ada dan intuisi serta perasaan sang

perencana strategi sendiri. Dengan demikian, ada strategi yang sebelumnya sudah

pernah berhasil diterapkan sang perencana strategi dengan penuh keberhasilan,

tetapi tidak ingin ia terapkan saat ini, karena ia merasa bahwa strategi ini tidak akan

berhasil kali ini. Dalam kasus lain, si perencana strategi yang sebelumnya bersiteguh

tidak mau menerapkan suatu strategi tertentu, tetapi kali ini ia yakin bahwa strategi

tersebut akan berhasil.

Ada beberapa pertanyaan yang perlu dijawab dalam melakukan penilaian subyektif,

yaitu:

1. Apakah masing-masing sub-strategi cocok satu sama lain?

2. Apakah dalam setiap sub-strategi ada peluang untuk meraih keuntungan

strategis?

3. Apakah setiap sub-strategi bisa dikoordinasikan dalam sebuah kerangka waktu,

dan apakah kerangka waktu tersebut sesuai dengan waktu yang tersedia di

lingkungan eksternal?

13.5.2. Evaluasi obyektif

Evaluasi obyektif lebih didasarkan pada data yang dapat diukur. Di sini intuisi

subyektif perencana strategi tidak berperan. Pertanyaan-pertanyaan yang perlu

diajukan dalam melakukan evaluasi obyektif adalah sebagai berikut:

1. Apakah kita mengenali ruang gerak kita dalam setiap isu yang kita pilih?

2. Apakah kesulitan finansial yang ada sebanding dengan hasil yang diinginkan?

3. Apakah kesulitan individu yang ada sebanding dengan hasil yang diinginkan?

262

4. Apakah kekuatan para pesaing terbagi sedemikian rupa sehingga peluang

keberhasilan atau ketidakberhasilan dapat diperhitungkan?

5. Apakah strategi yang dipilih dapat diimplementasikan?

Jika pertanyaan-pertanyaan pada penilaian subyektif dan penilaian obyektif dapat

dijawab dengan positif, kita dapat mengasumsikan bahwa strategi yang kita pilih

akan efektif dan misi yang telah ditetapkan akan dapat dicapai. Di lain pihak, jika

evaluasi menimbulkan keraguan dan pertanyaan-pertanyaan yang penting tidak

dapat dijawab, maka strategi tersebut harus kembali dirumuskan.

Jika perumusan yang baru juga tidak dapat memberikan jawaban yang memuaskan

atas pertanyaan-pertanyaan di atas, kita bisa menyimpulkan bahwa misi kita tidak

akan dapat dicapai. Dalam kasus semacam ini, kita perlu melakukan uji-balik

terhadap misi dan harus merumuskan ulang misi tersebut.

Adalah tanggung jawab perencana strategi untuk mencegah kliennya agar tidak

keras kepala atau bertindak secara membabi buta. Karena jika strategi yang telah

diketahui kegagalannya itu tetap diimplementasikan, langkah ini dapat

membahayakan berbagai sumberdaya, keuangan dan citra yang bersangkutan.

Tentang hal ini Sun Tzu berkata: "Perang adalah hal yang sangat vital bagi

negara. Perang menyangkut hidup dan matinya rakyat, dan mempengaruhi

keberlangsungan atau keruntuhan suatu negara. Perang harus dipelajari

dengan sungguh-sungguh dan mendalam, dan tak boleh diabaikan."

Setelah memilih, merumuskan dan mengevaluasi semua sub-strategi, langkah

berikutnya yang juga penting adalah mengimplementasikan strategi. Ada dua

alternatif untuk implementasi ini. Alternatif pertama adalah penerapan berdasarkan

sasaran-sasaran yang telah diraih dari berbagai tindakan yang dilakukan (lihat Bab

12), dan kedua adalah implementasi berdasarkan target image (lihat Bab 13).

263

14. MENDEFINISIKAN SASARAN-SASARAN

Implementasi sub-strategi berdasarkan sasaran dilakukan melalui penetapan

sasaran-sasaran yang dikembangkan dari masing-masing sub-strategi. Untuk itu,

sebuah sub-strategi dapat dipecah menjadi sasaran-sasaran. Yang terpenting adalah

bahwa sasaran yang ditargetkan benar-benar sejalan dengan sub-strategi tersebut.

14.1. Merumuskan sasaran

Perumusan sasaran terkadang sulit dilakukan, meskipun pada prinsipnya sangatlah

mudah. Sasaran merupakan deskripsi sebuah keadaan yang dicapai setelah

melakukan serangkaian tindakan. Dalam sebuah sasaran, selalu ada satu komponen

kuantitatif yang disertai oleh deadline (batas waktu). Di sini juga penting memastikan

bahwa komponen kuantitatif tersebut dapat diukur. Sasaran-sasaran yang tidak

dapat diukur, tidak dapat diterima sebagai sasaran. Selain itu juga berlaku bahwa

perencana strategi hanya dapat merumuskan sasaran yang pencapaiannya dapat

dipertanggung-jawabkan. Oleh karena itu, unit taktis yang bertanggung jawab juga

harus disebutkan.

Sasaran-sasaran diambil dari sub-strategi sub-strategi. Seperti yang telah dibahas

sebelumnya, sub-strategi itu sendiri diperoleh dari kelemahan atau kekuatan. Dari

situ, kita dapatkan skema berikut ini:

Kelemahan Sub-strategi Sasaran

Tidak cukup dana Kita galang dana dari para pengusaha dengan dukungan kompetensi isu ekonomi yang kita miliki.

Hingga tanggal 1.10.xx kita telah memperoleh dana sejumlah US$ 200.000 (kelompok penggalang dana /fund raising)

Motivasi anggota kurang Kita kembangkan motivasi para anggota.

Hingga tanggal 1.7.xx 40% dari anggota kita telah menyatakan kesediaannya untuk berpartisipasi dalam kampanye (bagian komunikasi internal)

Program di bidang kesehatan sudah usang

Kita kembangkan sebuah program kesehatan yang

Hingga tanggal 1.3.xx, kita telah mengembangkan program kesehatan yang sudah

264

Kelemahan Sub-strategi Sasaran

modern memperoleh persetujuan (bagian program)

Dalam skema tersebut digambarkan bagaimana sebuah sub-strategi dikembangkan

dari kelemahan, dan bagaimana sub-strategi ini seterusnya ditransformasikan

menjadi sebuah sasaran taktis. Dalam contoh kasus yang diberikan, semua sasaran

yang ditargetkan mudah diukur. Dalam praktiknya, terkadang muncul situasi yang

sulit diukur, atau dapat diukur hanya dengan usaha yang keras.

Kelemahan Sub-strategi Sasaran

Kurangnya kehadiran atau kemunculan di media akibat buruknya kerja bagian media.

Kita perbaiki relasi media kita

Alternatif 1:

Mulai sekarang kita menurunkan dua press release setiap harinya, berlaku segera (bagian media)

Alternatif 2:

Kita akan tampil/diberitakan dalam koran A,B, ...E sekurang-kurangnya tiga kali seminggu, dengan berita yang kita prakarsai sendiri (bagian media)

Aternatif 3:

Kita akan tampil/diberitakan dalam koran A,B, ...E sekurang-kurangnya tiga kali seminggu (bagian media)

Ulasan atas alternatif-alternatif yang ditawarkan:

Alternatif 1 menetapkan sebuah sasaran untuk pekerjaan kita. Kita dapat mengukur

apakah setiap hari ada dua press release yang dikeluarkan oleh pihak yang

bertanggung jawab untuk urusan media. Tetapi hal ini belum menyentuh soal

kualitas atau tingkat keberhasilannya. Bisa saja terjadi bahwa di antara press release

yang diserahkan ini tidak satu pun dimuat di media massa.

265

Alternatif 2 berorientasi pada keberhasilan. Di sini jumlah press release yang dicetak

di media-media tertentu dapat diukur dan dilihat asal-usulnya atau siapa

penyusunnya. Sasaran pada alternatif 2 ini dirumuskan dengan tepat, dan jika ini

tercapai, akan dapat memberikan informasi apakah kelemahan-kelemahan telah

berhasil diatasi.

Alternatif 3 berorientasi pada jumlah berita yang muncul, tanpa mempertimbangkan

asal-usul atau si pembuat berita. Jadi jika sebuah partai dikenal dengan perselisihan

internalnya – dan karenanya setiap hari muncul di media dengan berita yang negatif,

maka sasaran yang ditargetkan (diberitakan dalam koran A,B, ...E sekurang-

kurangnya tiga kali seminggu) sudah berhasil dipenuhi. Tetapi jelas bahwa,

keberhasilan ini tidak mencerminkan keberhasilan kita dalam mengatasi kelemahan

dan sub-strategi yang ada. Di sini kita juga dapat melihat bahwa bagian media

sebagai unit taktis hanya memiliki otoritas yang terbatas, dan oleh karena itu tidak

bisa dituntut tanggung jawabnya dalam hal ini.

Kelemahan Strategi Satuan Sasaran

Kita memiliki komponen citra yang negatif, yaitu "perselisihan internal partai"

Kita ubah citra kita menjadi partai yang "solid"

Alternatif 1:

Sampai tanggal 1.9.xx, 40% dari para pemilih percaya bahwa kita merupakan partai yang solid (bagian humas)

Alternatif 2:

Sampai tanggal 1.9.xx, 80% dari calon pemilih potensial percaya bahwa kita merupakan partai yang solid (bagian humas)

Alternatif 3:

Sampai tanggal 1.5.xx, kita telah mengatasi semua perselisihan dalam partai (Dewan Pimpinan Partai)

Alternatif 1 memberikan petunjuk yang benar. Komponen "solid" (keutuhan partai)

diterima oleh 40% dari pemilih. Jika angka ini merupakan sebuah peningkatan

dibandingkan hasil yang dicapai sebelumnya, maka sasaran yang ditargetkan –

266

dalam kaitannya dengan sub-strategi (bagian humas) – dapat dianggap telah

berhasil dicapai.

Alternatif 2 menunjukkan sebuah sasaran dengan implementasi sub-strategi yang

lebih baik, karena yang dijadikan dasar di sini adalah para pemilih potensial, yang

pada akhirnya memang menjadi pihak yang menentukan. Tetapi hasil semacam ini

sulit diketahui dari survai-survai biasa. Oleh karena itu, jika kita tidak memiliki

rencana untuk melakukan survai, sebaiknya alternatif 1 yang dipilih.

Alternatif 3 bukan merupakan sebuah sasaran dalam pengertian sub-strategi. Sub-

strategi hanya dituntut untuk melakukan perbaikan citra, dan bukan melakukan

perbaikan realita. Artinya, kita bisa saja menampilkan partai sebagai organisasi yang

solid, walaupun pada kenyataannya tidak demikian (jadi yang penting di sini

bukanlah kondisi yang sebenarnya, tetapi lebih pada apa yang diyakini oleh

masyarakat). Di lain pihak, meskipun konflik internal partai bisa diatasi, tetapi citra

partai tidak menjadi bertambah baik dengan penyelesaian ini.

Kelemahan Sub-strategi Sasaran

Pemilih potensial yang kita miliki tidak cukup

Kita memperluas potensi dengan memperkuat kerja di bidang "kebijakan sosial".

Alternatif 1: sampai tanggal 1.8.xx pemilih potensial kita bertambah 10% (bagian humas)

Alternatif 2: sampai tanggal 1.8.xx kita memiliki pemilih potensial sebesar 60% (bagian humas)

Alternatif 3: sampai tanggal 1.8.xx, 30% pemilih mengetahui komitmen kita dalam bidang kebijakan sosial.

Alternatif 1 fokus pada penambahan pemilih potensial. Meskipun jumlah pemilih

potensial bertambah, tetapi tidak ada indikasi apakah peningkatan ini memenuhi

strategi kita. Selain itu, di sini tidak dibangun hubungan dengan lahan politik

“kebijakan sosial”.

267

Alternatif 2 menetapkan target 60%, dan target ini bisa diukur melalui survai. Oleh

karena itu sasaran ini dirumuskan dengan tepat dalam pengertian sub-strategi,

namun tidak menunjukkan hubungan dengan pekerjaan yang dituntut oleh sub-

strategi dalam bidang kebijakan sosial.

Alternatif 3 menyatakan ada kejelasan terhadap pekerjaan yang kita lakukan dalam

bidang kebijakan sosial dan tentang efek terhadap pemilih potensial. Dengan

demikian sasaran itu telah dirumuskan dengan tepat dalam pengertian sub-strategi.

14.2. Sasaran-sasaran sebagai peralihan dari strategi menuju taktik

Sasaran merupakan garis penghubung antara strategi dan taktik. Kita sering

menyebutnya sebagai sasaran "taktis". Ini artinya, bersamaan dengan

dirumuskannya sasaran, sebuah penugasan harus didistribusikan kepada unit-unit

taktis82. Unit taktis adalah unit organisasional yang bertanggungjawab untuk

mencapai sasaran. Apabila dalam kasus khusus unit tersebut tidak dapat

ditunjukkan, maka unit itu diusulkan sebagai bentuk organisasi dari sebuah kelompok

proyek.

Dalam organisasi-organisasi yang memiliki departemen khusus, unit taktis ditetapkan

melalui uraian kerjanya (job description).83 Ada yang bertanggung jawab atas logistik,

keuangan, media, humas, pengembangan program, pengelolaan perlengkapan, dsb.

Setiap unit menerima tugas berdasarkan sasaran taktis. Bagi perencana strategi, ini

berarti bahwa sasaran harus dibuat sedemikian rupa sehingga sasaran-sasaran

tersebut bisa dicapai oleh masing-masing unit taktis secara mandiri. Apabila ada

beberapa unit taktis yang bertanggungjawab dalam pencapaian satu sasaran yang

sama, maka sasaran itu harus dipecah dan harus jelas siapa yang

bertanggungjawab – sehingga sasaran yang tidak jelas dapat didefinisikan. Dalam

organisasi kecil bisa terjadi bahwa beberapa unit taktis digabungkan dan berada di

bawah tanggung jawab satu orang.

82

Lihat juga Bab 3.2.1.tentang Pembatasan antara perencanaan taktik dan perencanaan strategi 83

Lihat juga Bab 23 tentang Organisasi Partai, Kampanye dan Kampanye Menjelang Pemilihan

268

Dalam petunjuk berikutnya, pelaksanaan kegiatan dan tindakan-tindakan dilakukan

dengan mengacu pada elemen lain seperti kelompok-kelompok target, instrumen

kunci dan saluran komunikasi. Pada akhirnya ini menghasilkan sebuah rencana

waktu (timetable) yang lengkap – yang diturunkan dari rencana-rencana operasional

(masterplan)84.

14.3. Evaluasi perumusan sasaran

Seperti halnya sub-strategi, perumusan sasaran juga harus dievaluasi. Tujuan utama

evaluasi ini adalah untuk menjaga perspektif realistis.

Untuk itu kita perlu menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut:

1. Apakah sasaran tersebut sudah dirumuskan dengan benar? Apakah ada batas

waktu, komponen kuantitatif dan unit taktis yang bertanggungjawab?

2. Apakah sasaran tersebut dapat dicapai secara realistis dalam waktu yang telah

ditetapkan?

3. Apakah aspek kuantitaf dari sasaran tersebut juga dapat dicapai?

4. Dapatkah sasaran tersebut dicapai sendiri oleh unit taktis tanpa bantuan pihak

lain?

5. Apakah batas waktu untuk pencapaian sasaran tersebut realistis dan sejalan

dengan jadwal yang lain?

6. Apakah pencapaian sasaran tersebut telah ditugaskan kepada unit taktis yang

tepat?

84

Lihat juga Bab 22 tentang Perumusan tindakan dari tujuan.

269

15. TARGET IMAGE (CITRA YANG DIINGINKAN)

Jalan kedua untuk menerapkan strategi adalah melalui target image (citra yang

diinginkan). Di sini kita terutama akan fokus pada isu-isu dan medan pertempuran

yang dipilih, yakni kekuatan-kekuatan. Dengan target image ini kita merencanakan

serangan kita, karena kita ingin membangun citra tentang kita di dalam benak para

pemilih. Citra itu harus lebih baik dari citra saingan kita, dengan tema yang lebih

baik, solusi yang lebih, dengan penawaran figur yang lebih baik dan dengan

kompetensi yang lebih baik pula.

15.1. Fungsi target image

Setiap organisasi, setiap partai dan setiap kandidat memiliki citra tersendiri di

lingkungan di mana ia bergerak. Citra tersebut merupakan gambaran yang ada

dalam bayangan masyarakat atau para pemilih tentang organisasi, partai, atau

kandidat, pada periode waktu tertentu. Terkadang gambaran ini masih kosong. Itu

artinya bahwa masyarakat atau pemilih belum mengenal organisasi atau kandidat

tersebut, sehingga mereka tidak bisa membuat gambaran tentang organisasi atau

kandidat yang bersangkutan.

Jadi di sini, popularitas merupakan prasyarat untuk membangun sebuah citra. Tetapi

di lain pihak, tentu saja, persepsi publik terhadap orang yang terkenal bisa saja tidak

menguntungkan. Salah atau benar, elemen-elemen tertentu yang tidak

menguntungkan organisasi atau kandidat bisa menjadi bagian yang merugikan

aktivitas di masa depan.

Seorang kandidat yang memiliki citra sebagai seorang yang gila karir

tanpa mempedulikan siapa-siapa, akan sulit ditampilkan sebagai seorang

politisi penuh kasih yang berpikiran panjang.

Sebuah organisasi yang memiliki citra sebagai organisasi yang dekat

dengan skandal dan tindakan kriminal, sangatlah sulit ditampilkan sebagai

organisasi garda depan pemberantas korupsi.

270

Jadi, citra yang diinginkan – atau bisa juga disebut sebagai citra yang diidamkan,

adalah citra yang ingin kita ciptakan di kepala para pelanggan, para pemilih atau

kelompok target tertentu. Citra yang diidamkan ini berbeda dengan "gambaran

sesungguhnya" yang ada saat ini, karena citra yang diidamkan tidak lagi memiliki

komponen negatif.

Dengan demikian, citra yang diinginkan adalah gambaran yang hendak ditanamkan

ke dalam benak setiap target melalui serangkaian kegiatan dan pekerjaan

kehumasan atau PR. Citra ini harus bersifat positif karena harus mendukung

pencapaian misi, tetapi tidak boleh terlalu jauh atau berbeda sama sekali dengan

“citra yang sebenarnya" – sehingga kandidat atau organisasi tidak menjadi ilusif.

Mengubah gambaran yang ada di benak orang-orang merupakan pekerjaan yang

sangat sulit. Perubahan hanya bisa dicapai melalui ketekunan dan pengulangan

pesan-pesan yang sama secara terus-menerus dan menembus ke dalam pikiran

target. Pada saat pertama kali membentuk citra, hendaknya harus dibangun tingkat

popularitas dan komponen-komponen citra tertentu. Dalam tahap ini perlu diingat

untuk tidak memberikan gambaran yang salah – hanya sekedar ingin meraih

popularitas yang lebih tinggi. Dalam prakteknya, kesalahan ini sangat sering

dilakukan. Pada awalnya, organisasi atau kandidat ingin agar mereka dikenal oleh

publik. Untuk itu mereka menghalalkan segala cara. Mereka mengangkat isu-isu

yang dipastikan akan diulas secara luas oleh media, karena pernyataan-pernyataan

mereka kontroversial atau kegiatan-kegiatan mereka menampilkan “pertunjukan”

yang foto-fotonya sudah pasti akan dimuat oleh media. Tetapi isu dan aksi ini

seringkali tidak sesuai dengan citra yang diharapkan oleh partai atau kandidat di

kemudian hari.

Sebagai contoh adalah sebuah partai di Turki – di bawah pimpinan

seorang pengusaha terkenal – yang dalam waktu singkat berhasil menarik

perhatian besar kelompok masyarakat melalui isu-isu kemiliteran,

persoalan kaum Kurdi, dsb. Meskipun langkah ini menghasilkan posisi dan

citra yang sangat jelas bagi partai tersebut, tetapi dampaknya buruk bagi

perolehan suara mereka saat pemilu. Mereka memang memiliki citra

sebagai partai yang ramah terhadap kaum Kurdi, tetapi mereka sendiri

271

bukanlah partai Kurdi, sehingga menimbulkan kecurigaan masyarakat

Turki.

15.2. Penempatan diri (positioning)

Citra yang diinginkan harus dapat menempatkan organisasi atau kandidat secara

jelas di lingkungan di mana mereka berada. Itu artinya, kandidat atau organisasi

yang akan diposisikan di tempatnya tersebut dapat dikenali melalui citra yang

diinginkannya. Ada tiga aspek untuk positioning ini, yaitu:

1. Melebarkan posisi partai atau kandidat. Di sini penting mengidentifikasi

organisasi secara jelas, mengenali nilai-nilai yang dimilikinya, mengetahui di mana

posisi organisasi: apakah organisasi berada di dalam struktur pemerintah atau

oposisi, atau apakah ia sebagai kelompok yang berada di luar spektrum politik.

2. Visi mencerminkan pandangan ke depan. Visi dibatasi pada beberapa elemen

kunci (maksimal empat bidang politik), dan ketika digunakan pendekatan ofensif – ia

menampilkan perbedaan yang jelas dengan para pesaing. Visi menggambarkan

kondisi yang ingin dicapai oleh organisasi atau kandidat. Visi ini harus mendukung

keputusan pemilu atau keputusan untuk mengambil tindakan politik tertentu. Untuk

itu, pihak yang membuat keputusan harus mampu melihat keuntungan yang

diperoleh.

3. Membangun kepercayaan diri. Aspek ini mencerminkan figur, kelompok atau

kandidat itu sendiri. Penggambaran ini harus menstimulir timbulnya keyakinan diri

akan kompetensi yang dimiliki.

Dalam pendekatan ofensif, seluruh elemen citra yang diinginkan harus mengarah

pada penegasan perbedaan antara "kita" dengan para pesaing, tanpa menunjukkan

sisi negatif mereka. Kita harus fokus pada penempatan diri sendiri secara positif –

sebagai penentang pesaing atau lawan.

15.3 Pengambilan keputusan: rasional atau emosional

Dengan target image ini kita ingin mempengaruhi keputusan yang diambil para

penentu keputusan. Karena itu kita harus berkutat dengan pertanyaan, bagaimana

keputusan tersebut diambil dan bagaimana proses persiapan pengambilan

272

keputusan dan bagaimana akhirnya keputusan final ditentukan di dalam otak

manusia dan bagaimana keputusan itu diubah dalam bentuk tindakan.

15.3.1. Pengambilan Keputusan

Dalam berbagai publikasi selalu dikatakan bahwa manusia memutuskan sesuatu dan

bertindak berdasarkan akal budi dan pikirannya. Menurut ajaran ini – yang dikenal

juga dengan sebutan « Rational Choice Theory » - manusia melakukan perhitungan

untung rugi yang matang dan dikendalikan oleh prinsip keuntungan maksimal.

Manusia berupaya untuk meraih sukses yang maksimal, kegunaan atau kesenangan

yang maksimal pula.

Tindakan manusia memang terjadi atas perhitungan untung rugi, namun tentunya

mempertimbangkan aspek rasionalitas dan afeksi. Hal ini berarti bahwa ketika

memutuskan sesuatu manusia bertindak layaknya Homo oeconomicus85, namun

keputusan yang diambil pada akhirnya toh tetap bersifat afektif menurut pandangan

efek kepemilikan dan penghindaran akan risiko. Dengan demikian pengambil

keputusan yang hanya berorientasi pada keuntungan semata, sebenarnya tidak ada

dalam ajaran tersebut. Namun demkian tetap saja pertimbangan untuk meraih

keuntungan berperan penting, tetapi tidak hanya itu saja.

Dalam efek kepemilikan86 – disebut juga dengan efek Endowment – nilai sebuah

benda yang dimiliki manusia dianggap lebih tinggi dibandingkan dengan benda yang

tidak dimiliki manusia, meskipun nilai kedua benda itu secara obyektif sama saja. Itu

sebabnya pemilik barang sangat berusaha mempertahankan miliknya, dan dalam

situasi politik, misalnya ketika subsidi dikurangi atau pajak dinaikkan, maka reaksi

yang ditunjukkan berlebihan dan emosional. Sebenarnya reaksi tersebut tidak sesuai

dengan nilai barang tersebut.

Kemudian faktor kedua adalah ketakutan terhadap risiko. Ini berarti bahwa manusia

akan melanjutkan tindakannya, juga ketika biaya meningkat, apabila dalam kaitan ini

85

Dalam bukunya „Psychologie der Typenlehre“ , Eduard Spranger pada tahun 1914 menjelaskan bahwa homo oeconomicus adalah bentuk kehidupan dari Homo sapiens dan menjelaskan sebagai berikut: „Manusia ekonomis pada dasarnya adalah siapapun yang dalam semua relasi kehidupannya mensyaratkan nilai kegunaan. Bagi manusia ini, semuanya adalah sarana untuk mempertahankan hidup, perjuangan alamiah akan eksistensinya dan kehidupan yang layak. 86

Jack L. Knetsch: The Endowment Effect and Evidence of Nonreversible Indifference Curves. Dalam: The American Economic Review. Jilid. 79, No. 5 Des. 1989, hal . 1277–1284

273

mereka melihat risiko yang tidak dapat dikalkulasi lebih dulu. Biasanya dalam hal ini

adalah tindakan manusia dalam jangka pendek, untuk melanjutkan tindakan

sebelumnya. Di sini peristiwa yang lebih dekat akan terjadi lebih penting daripada

peristiwa yang masih lama terjadinya. Karena itu sasaran-sasaran jangka pendek

lebih diikuti daripada sasaran jangka panjang, meskipun terdapat argumentasi-

argumentasi yang meyakinkan untuk sasaran jangka panjang tersebut. Demikian

juga imbalan atau janji-janji sasaran jangka pendek ini lebih hebat daripada sasaran

jangka panjang, meskipun sasaran jangka panjang ini jauh lebih besar pula.

Tindakan ini memperoleh dimensi dramatik apabila di dalam dunia politik dikaitkan

dengan reformasi besar-besaran yang melalui proses adaptasi yang berlangsung

lama. Hal tersebut biasanya tidak dapat dilakukan di dalam masyarakat partisipatif

dengan pemilih tetap, kecuali semua partai sepakat untuk mendekati warga dan

melakukan reformasi yang perlu. Namun hal ini benar-benar sesuatu yang jarang

terjadi, karena partai-partai melirik setelah kemenangan pemilu dalam waktu yang

singkat dan dengan demikian kehilangan sasaran masyarakat jangka panjang.

Contohnya: Kemampuan manusia untuk mengembangkan visi

masa depan dan perubahan mendasar yang dibawanya sangat

sedikit berkembang. Demikian keluhan Henry Ford ketika ia

mengatakan, apabila ia bertanya kepada orang-orang, apa yang

mereka inginkan, mereka menjawab: « kuda-kuda yang lebih

cepat », namun mereka tidak pernah mengatakan « sebuah

mobil ».

Untuk memahami perbedaan mendasar antara mobil dan kuda,

para pelanggan tersebut harus berhenti membandingkan antara

keduanya. Barulah setelah itu mereka mampu untuk benar-

benar mengerti keunggulan dari kedua hal tersebut. Bahwa kuda

sampai sekarang tidak punah membuktikan bahwa mobil

bukanlah kuda yang lebih baik ; mobil memang adalah mobil 87.

Hal ini mirip dengan politisi-politisi masa kini yang ingin

menghapus sistem perpajakan yang sangat rumit yang mengandung

banyak transfer sosial dan menggantinya dengan „pajak

87

Jörg Gerschlauer dalam http://www.boersenblatt.net/350172/template/bb_tpl_blog_libreka/

274

penghasilan negatif.“ Hal ini tidak dapat dibayangkan oleh

warga, karena mereka pertama-tama selalu memikirkan hak

milik mereka, yaitu semua transfer sosial, dan mereka ingin

melindunginya. Sistem pajak penghasilan negatif tidak dapat

dibandingkan dengan sistem pajak yang rumit dan transfer

sosial, melainkan sistem tersebut mempunyai suatu kualitas

baru. Namun selama warga (dan juga politisi) tidak siap untuk

mencegah sebuah perbandingan, maka alasan-alasan yang

sudah disebutkan sebelumnya tidak dapat dilaksanakan.

Psikolog perilaku Prof. Gerhard Roth memaparkan dalam bukunya yang berjudul

„Aus der Sicht des Gehirns“88 (« Dari sudut pandang otak ») berikut ini:

« Rasionalitas terletak dalam struktur dasar affektif dan emosional tingkah laku;

sistem saraf tepi menentukan dalam tahap apa akal budi dan pikiran berfungsi.

Letak sistem saraf tepi

Bukan optimatisasi dari relasi biaya dan keuntungan yang merupakan kriteria

terpenting dari keputusan dan tindakan yang dilakukan manusia, melainkan

penegakan sebuah situasi emosional yang diusahakan stabil dan tidak kontradiktif

dari manusia yang bertindak.“

88

(2009) Gerhard: Roth: Aus Sicht des Gehirns. Suhrkamp, Frankfurt ISBN 978-3-518-29515-1

275

Apabila kita menerapkan pengetahuan ini pada sikap memilih dan formulasi

penawaran kita di dalam target image, maka dihasilkan konsekuensi-konsekuensi

berikut ini:

1. Karena pertimbangan biaya dan keuntungan pada dasarnya ada, maka harus

ada penawaran yang konkret. Tanpa sasaran yang jelas dengan

penawarannya maka tidak akan sampai pada sebuah pertimbangan yang

rasional, yang merupakan prasyarat untuk penilaian emosional dan affektif.

2. Dalam sebuah perubahan yang direncanakan dari situasi dewasa ini, harus

diinformasikan apakah pemilih merasa terancam dalam hal hak-hak

kepemilikan mereka. Perubahan itu harus diformulasikan sedemikian rupa,

sehingga sedapat mungkin keuntungan yang diraih dalam waktu singkat,

meskipun hanya kecil, harus dipaparkan.

3. Sebagian besar pemilih pada umumnya tidak senang mengambil risiko atau

hanya berani sedikit berisiko. Karena itu penawaran-penawaran yang terkait

dengan risiko yang tidak bisa dikalkulasi tidak menarik bagi warga

kebanyakan. Apabila risiko-risiko tersebut diutarakan secara terbuka,

kompetensi partai atau kompetensi politisinya menjadi penting untuk

dinyatakan dalam mengatasi permasalahan tanpa risiko. Ketika mengambil

keputusan memberikan suaranya dalam Pemilu, pemilih ingin dibimbing dan

dipimpin dengan aman. Karena itu pemilih memerlukan mercu suar (atau

orientasi penunjuk) dan pemimpin-pemimpin yang ia percayai, bahwa mereka

itu dapat membimbingnya melalui situasi-situasi bermasalah yang rumit, yang

ia tidak pahami lagi. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka expektasi

terhadap unsur-unsur keamanan meningkat. Di dalamnya termasuk:

1. Kepercayaan

2. Dapat diandalkan

3. Kredibilitas

Karena dalam keadaan normal pemilih biasanya memiliki perasaan bahwa dalam

situasi masalah yang rumit ia tidak memiliki dasar-dasar yang penting untuk

mengambil keputusan (informasi, kaitannya, pengetahuan akan alternatif dan

efeknya terhadap lingkungan sosialnya), maka ia memiliki keterbatasan dalam

mengambil keputusan alternatif. Dengan demikian pemilih dengan prasangka dan

pengalaman sebelumnya – meskipun hal itu mungkin saja salah – dapat melarikan

276

diri ke dalam sebuah citra dunia yang stabil dan tidak kontradiktif. Solusi-solusi

sederhana semacam ini ditawarkan oleh partai-partai yang ditandai dengan

radikalisme, sikap bermusuhan terhadap orang asing dan kebencian terhadap kaum

minoritas. Di sini ditampilkan kambing hitam yang dianggap bertanggungjawab atas

masalah-masalah yang terjadi dan dilihat sebagai penyebab satu-satunya yang

menentukan. Apabila pemilih berada dalam situasi ini, maka ia sulit dijangkau melalui

suatu komunikasi yang berbeda antara politisi dan warga. Visi dari target image kita

hampir tidak mampu meyakinkannya untuk memperbarui tindakannya tersebut.

Pilihan lain adalah pendekatan pada opinion leader. Orang-orang ini mendukung

sebagai „pakar“ dalam proses komunikasi massa secara umum. Lihat pula bab 16.8.

Opinion leader tersebut dicari dan dimintakan bimibingannya oleh para pemilih yang

mengalami disorientasi di lapisan sosialnya sendiri, dan pendapat mereka akan

didengar dan bahkan diterima sebagai rekomendasi bagi langkah aksi mereka.

Apabila suatu jejaring opinion leader yang tertutup dapat dibangun atau dipelihara,

maka upaya menciptakan orientasi pada suatu arahan tindakan tertentu bahkan

dapat dilakukan di dalam kelompok-kelompok yang tidak mampu memahami

keterkaitan dari suatu sistem yang kompleks. Jejaring dari opinion leader ini juga

sangat berperan penting di negara-negara dengan tingkat buta aksara yang tinggi, di

mana tidak ada komunikasi yang terbuka dan akses terhadap informasi sangat sulit.

Dengan demikian, adalah tugas dari partai-partai dan para politisi untuk membangun

jejaring opinion leader semacam ini dan memeliharanya secara intensif untuk jangka

waktu yang lama.

15.4. Mendukung motif-motif untuk pengambilan keputusan

Setiap orang yang memutuskan untuk melakukan suatu tindakan – apakah

mendukung atau bahkan bergabung dengan sebuah organisasi atau memilih sebuah

partai atau seorang kandidat, tentu memiliki alasan yang mendorongnya untuk

mengambil keputusan tersebut. Tidaklah penting apakah ia menyadari motivasinya

tersebut atau tidak. Dalam pemilu, seperti yang sudah dipaparkan di bab

sebelumnya, keputusan yang diambil seseorang pada umumnya justru lebih bersifat

emosional daripada rasional.

277

Citra yang diinginkan secara jelas harus mendukung alasan untuk melakukan

tindakan politik atau membuat keputusan pemilu. Untuk itu, faktor yang mendasari

diambilnya sebuah keputusan sebelumnya harus dianalisa dengan cermat, dengan

menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut:

1. Alasan apa yang membuat warga memilih seorang kandidat, partai atau

organisasi?

2. Bagaimana alasan tersebut dapat didukung?

Pada umumnya, faktor-faktor yang mendasari pengambilan sebuah tindakan politik

dapat dilihat dalam daftar di bawah ini. Di sini dapat kita bedakan antara sikap yang

dipengaruhi oleh pihak eksternal dengan sikap yang dimotivasi oleh kehendak

sendiri.

1. Perilaku tradisional yang terbentuk oleh pola dalam lingkungan sosial (keluarga,

suku, dsb.).

2. Perilaku yang dipengaruhi oleh multiplikator atau figur pimpinan.

3. Perilaku perlawanan terhadap struktur sosial dan figur pimpinan atau lingkungan

sosial (pemilih yang memilih atas dasar protes).

4. Keyakinan diri seseorang atau organisasi dalam kompetensi untuk menyelesaikan

masalah yang menjadi perhatian target individual.

5. Keuntungan material bagi diri sendiri atau lingkungan sosial terdekat.

6. Meningkatkan citra di lingkungan sosial melalui tindakan tertentu.

7. Meningkatkan harga diri saat terjadi keselarasan dengan perintah dan larangan

yang sudah terinternalisir.

8. Persetujuan atas citra diri sendiri.

9. Pengakuan atas pencapaian target pribadi.

10. Kekhawatiran terhadap tekanan.

Dasar pengambilan keputusan bagi seseorang, partai atau organisasi atau suatu

kegiatan tertentu, sangat berbeda dalam berbagai budaya dan masyarakat,

tergantung dari sistem pendidikan, pengalaman dan ikatan sosial setempat. Karena

itu, mengetahui faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan merupakan

latihan analitis yang sangat penting sebelum merencanakan dan menerapkan

strategi politik.

278

Analisa dasar pengambilan keputusan seringkali dirahasiakan, terutama dalam

proses politik yang diarahkan untuk menentang sebuah ide politik baru dan asing.

Pihak elit terkait acap menyembunyikan rintangan budaya terhadap ide tersebut atau

tidak mau mendiskusikannya secara terbuka.

Ini terjadi jika, misalnya, sebuah sistem partai pluralistis runtuh karena

keputusan-keputusan yang diambil didasarkan pada ikatan kesukuan, atau

jika pembelian suara dapat diterima secara budaya atau sudah

membudaya – atau bahkan menjadi hal yang sangat penting dalam

praktik, atau apabila pengenalan ekonomi pasar gagal karena tidak

adanya motivasi untuk meraih keuntungan.

Untuk mengetahui dasar pengambilan keputusan pemilih atau masyarakat, survai

dan diskusi dengan para elit lulusan Barat tidak banyak membantu, bahkan

cenderung merugikan. Pemahaman akan motif-motif pengambilan keputusan itu

dapat diperoleh sendiri dengan terjun langsung ke masyarakat dan melakukan

percakapan terbuka dengan para “analis” setempat. “Analis” setempat bukanlah para

sosiolog atau ahli politik, melainkan supir taksi, dokter, pelayan restoran, dsb.

15.5. Argumen pemenuhan kebutuhan

Pemenuhan kebutuhan menjadi alasan penting untuk pengambilan keputusan.

Orang-orang yang akan digerakkan ke suatu tindakan politik tertentu (pemilu,

komitmen, partisipasi, dsb.) memiliki kebutuhan yang berbeda-beda. Kebutuhan ini

tergantung pada latar belakang pendidikan – baik formal maupun informal, situasi

sosial dan berbagai faktor lainnya. Pada dasarnya kita dapat menyimpulkan bahwa

sebagai individu, setiap manusia memiliki kebutuhan yang berbeda dengan

intensitas yang berbeda pula. Dalam masyarakat ada kelompok-kelompok yang

memiliki struktur kebutuhan yang sama – yang dapat dirangkul dengan argumen-

argumen yang dapat memenuhi kebutuhan mereka.

15.5.1. Hirarki kebutuhan Maslow

279

Seorang psikolog Amerika, A.H. Maslow,89 meneliti hubungan antara kebutuhan-

kebutuhan yang dimiliki manusia. Maslow mengembangkan suatu model hirarki

kebutuhan. Dalam model ini aktualisasi diri berada di tingkat paling atas, dan

kebutuhan yang paling mendasar untuk bertahan hidup – yaitu pemenuhan

kebutuhan fisiologis – berada di tingkat paling bawah. Jika kebutuhan di satu tingkat

telah dipenuhi, kebutuhan di tingkat berikutnya akan mendesak untuk dipenuhi. Ada

berbagai teori tentang struktur kebutuhan, mulai dari asumsi tentang komposisi

mosaik bagi masing-masing kebutuhan sampai ke sistem kebutuhan individual yang

holistik, di mana setiap kebutuhan dipandang sebagai elemen-elemen yang berbeda

dari kebutuhan90 individual yang ada. Maslow merumuskan sebuah hirarki kebutuhan

yang dibuat dalam sebuah piramida.

Tingkat paling bawah terdiri dari kebutuhan fisiologis, yaitu makan, minum, tidur,

seks dan segala hal yang berhubungan dengan pertahanan hidup secara fisik. Di

89

Prof. Abraham Harold Maslow, 1908-1970; Hierachy of the Prepotency of Human Needs (Hirarki

Kebutuhan Potensial Manusia), USA; Motivation and Personality (Motivasi dan Kepribadian), New York, 1970;

Psychologie des Seins (Psikologi Keberadaan), München, 1973. 90

Clark Leonhard Hull, psikolog Amerika, 1884-1952.

Kebutuhan akan penghargaan

Kebutuhan kepemilikan

Kebutuhan perlindungan dan keamanan

Kebutuhan fisiologis

Kebutuhan aktualisasi diri

280

tingkat kedua terdapat kebutuhan perlindungan dan keamanan, yaitu papan,

kesejahteraan dan keamanan fisik.

Tingkat ketiga adalah kebutuhan akan cinta dan kepemilikan, yakni hubungan sosial,

pertemanan, rasa memiliki, penerimaan. Kebutuhan-kebutuhan ini berkaitan erat

dengan kebutuhan lainnya yang diperlukan untuk pertahanan psikologis. Di tingkat

keempat adalah kebutuhan penghargaan yang mencakup pengakuan, kekuasaan,

wibawa dan status. Setelah itu barulah muncul yang disebut dengan tujuan mulia

manusia, seperti kebutuhan intelektual, estetika dan aktualisasi diri. Kebutuhan ini

mencakup pengetahuan, belajar, pengertian, keindahan, kreativitas, aktualisasi diri

dan pernyataan diri.

15.5.2. Fokus pada tiga tingkat kebutuhan politik

Pada saat menerjemahkan kebutuhan yang dapat dipenuhi melalui kegiatan dan

program-program politik, hirarki kebutuhan sebaiknya direduksi menjadi tiga tingkat.

Dengan demikian gambaran yang dimiliki menjadi lebih sederhana dan lebih mudah

diterapkan dalam perencanaan strategi, tanpa harus melakukan pengurangan yang

berarti dalam penerapan prinsip Maslow.

Dipandang dari aspek keterjangkauan politis, kebutuhan dapat digolongkan menjadi

tiga kategori utama, yaitu: kebutuhan dasar, kebutuhan sosial dan kebutuhan post-

material.

Kebutuhan dasar

Kebutuhan dasar adalah semua kebutuhan vital, baik langsung maupun tak

langsung, yang dibutuhkan manusia untuk bertahan hidup. Kebutuhan dasar ini

adalah:

1. Makan

2. Minum

3. Tidur

Tetapi dalam masyarakat yang berbasis kerja seperti sekarang ini, kebutuhan dasar

masih ditambah dengan aspek-aspek seperti:

281

1. Kerja sebagai sarana untuk mencukupi kebutuhan hidup dan untuk bertahan

hidup, baik bagi diri sendiri maupun bagi keluarga.

2. Tempat tinggal sebagai tempat untuk hidup dan tidur.

3. Perlindungan dari serangan terhadap hidup dan harta milik yang dibutuhkan

manusia untuk bertahan hidup.

Karena itu, kata kunci politis yang berhubungan dengan kebutuhan dasar adalah:

1. Ketersediaan bahan pangan dengan harga dan tempat yang terjangkau oleh

semua orang.

2. Ketersediaan air dalam jumlah dan kualitas yang cukup, dengan harga dan tempat

yang terjangkau oleh semua orang.

3. Ketersediaan tempat tinggal dalam jumlah dan kualitas yang cukup, dengan harga

dan tempat yang terjangkau oleh semua orang.

4. Pemberantasan kemiskinan, jika pemenuhan kebutuhan dasar merupakan

masalah kemiskinan.

5. Penyediaan lapangan kerja bagi mereka yang membutuhkan.

6. Pencegahan kriminalitas sebagai perlindungan hidup dan hak milik.

Jika masalah pemenuhan kebutuhan dasar masih ditemukan dalam masyarakat atau

bagian penting dari masyarakat, masalah-masalah ini sekurang-kurangnya harus

dikenali. Tetapi akan jauh lebih baik jika masalah ini menjadi perhatian utama.

Kebutuhan sosial

Kebutuhan sosial adalah semua kebutuhan yang berkaitan dengan kehidupan

bersama dalam masyarakat. Bagi orang-orang yang tidak tinggal di sebuah negara

moderen yang menyediakan dan menjamin sistem keamanan sosial, kehidupan

bersama dalam masyarakat ini meliputi dipenuhinya suatu keamanan tertentu. Oleh

karena itu, untuk memenuhi kebutuhan sosial, pertanyaan-pertanyaan berikut perlu

dijawab:

1. Apa yang akan terjadi jika seseorang menjadi tua dan tidak mampu mengurus diri

mereka sendiri?

282

2. Apa yang akan terjadi jika seseorang jatuh sakit atau mengalami kecelakaan

sehingga untuk waktu tertentu atau sepanjang hidupnya ia tidak lagi dapat mengurus

dirinya sendiri?

3. Apa yang akan terjadi jika seseorang tidak memiliki pekerjaan dan karenanya tidak

dapat mengurus dirinya sendiri?

4. Apa yang akan terjadi jika orang sakit? Apakah mereka akan dirawat?

5. Apa yang akan terjadi jika orang tua tunggal harus tinggal sendiri dengan anak-

anaknya karena pasangannya menghilang atau menceraikannya?

Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan di atas sangat beragam dalam masyarakat

yang berbeda, tergantung pada –misalnya– apakah struktur keluarga masih lengkap,

atau apakah ada sistem keamanan sosial dalam suku-suku atau organisasi sejenis

himpunan pekerja. Dalam masyarakat yang memiliki fungsi sub-sistem sosial seperti

keluarga besar atau struktur kesukuan yang efektif, biasanya yang tersisa dari

pertanyaan-pertanyaan di atas hanyalah permasalahan kesehatan, yang dibebankan

pada tingkat politis.

Tetapi jika sistem sosial yang dimaksudkan itu sudah mengalami kerusakan yang

parah atau kelangsungannya terancam akibat adanya sistem tandingan yang

ditawarkan pemerintah, pertanyaan-pertanyaan di atas berubah menjadi faktor

kebutuhan yang memerlukan sebuah jawaban politis.

Karena itu, slogan politik dalam hubungannya dengan kebutuhan sosial menjadi:

1. Jaminan hari tua, pensiun dan perawatan orang tua.

2. Asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan atau sistem perawatan kesehatan.

3. Asuransi pengangguran, bantuan sosial, penyediaan lapangan kerja bagi tenaga

produktif.

4. Sistem kesehatan masyarakat, rumah sakit umum (negara).

5. Bantuan bagi orang tua tunggal, jaminan secara hukum.

Meskipun kebutuhan sosial menjadi hal yang penting dalam berbagai lapisan

masyarakat, pemenuhan kebutuhan dasar masih menjadi prioritas utama. Artinya,

dalam masyarakat yang memiliki persoalan besar terkait dengan pemenuhan

kebutuhan dasar, kebutuhan sosial menjadi prioritas kedua dalam kesadaran

283

mereka, jika sistem sosial (baik pemerintah ataupun swasta) tidak mampu memenuhi

kebutuhan dasar tersebut.

Contoh berikut menggambarkan situasi tersebut. Bagi seseorang yang

kelaparan – yang pasti akan mati dalam waktu dekat jika ia tidak

memperoleh makanan, kebutuhan akan sistem kesehatan menjadi

prioritas kedua, karena sistem ini tidak akan membantunya dalam

memenuhi kebutuhan dasarnya.

Kebutuhan post-material

Kebutuhan post-material merupakan kebutuhan yang muncul setelah kebutuhan

fisiologis dan psikologis terpenuhi. Banyak isu, terutama yang diangkat oleh partai-

partai liberal, termasuk dalam kategori ini:

1. Negara hukum

2. Konstitusi

3. Kedamaian

4. Kebebasan

5. Keadilan

6. Perlindungan sumberdaya alam (karena alam merupakan sumber utama bagi

kebutuhan dasar hidup manusia)

7. Partisipasi

8. Pendidikan

9. Aktualisasi diri

10. Demokrasi

Daftar rangkaian isu-isu ini masih bisa diteruskan. Dalam kebutuhan post-material

terdapat berbagai fenomena, bahwa dalam keadaan tertentu, kebutuhan ini dapat

berubah tempat dan bahkan dapat berubah menjadi kebutuhan dasar. Dalam kasus

tertentu, perubahan ini mudah untuk diperkirakan, sementara dalam kasus lain bisa

lebih sulit.

Kasus yang jelas antara lain adalah yang menyangkut masalah perdamaian. Jika

tidak ada perdamaian – artinya ada pertempuran dan peperangan – masalah ini

284

menjadi persoalan serius karena kelangsungan hidup pihak-pihak yang terkait

menjadi terancam. Dalam kasus ini, kebutuhan post-material akan perdamaian

berubah menjadi kebutuhan dasar. Tetapi, bagaimanapun, tidak semua pihak yang

terlibat beranggapan demikian. Karena jika perdamaian dianggap sebagai kebutuhan

dasar bagi semua pihak, tidak akan mungkin terjadi pertikaian menahun dan tidak

mungkin ada dukungan politik terhadap pihak-pihak yang berperang.

Isu yang jauh lebih sulit adalah perlindungan sumberdaya alam, termasuk di

dalamnya perlindungan lingkungan hidup.

Jika di suatu tempat terjadi pencemaran lingkungan hidup yang begitu

parah sehingga air minum tidak dapat diperoleh lagi, isu perlindungan

lingkungan hidup di wilayah setempat akan bergeser menjadi sebuah

kebutuhan dasar, karena elemen penting bagi kehidupan tersebut tidak

tersedia lagi di sana.

Berbeda halnya dengan yang dialami orang-orang miskin yang tinggal di daerah

hutan hujan tropis. Mereka akan sangat sulit diyakinkan akan pentingnya

perlindungan lingkungan hidup, karena perhatian mereka tertuju pada kelangsungan

hidup mereka beserta keluarganya. Oleh karena itu, kebutuhan dasar mereka tentu

jauh lebih penting dari perlindungan lingkungan hidup.

Hal yang sama terjadi jika sebuah perusahaan ditutup karena telah merusak

lingkungan hidup. Para pekerja – termasuk juga serikat buruh yang terancam

pengangguran akan mempertahankan kebutuhan dasar atau sosial mereka dengan

melakukan protes menentang kebijakan yang penting bagi keberlanjutan lingkungan

hidup tersebut.

Ada aspek menarik untuk pemenuhan kebutuhan dasar dalam situasi di mana ada

perjuangan menentang sistem otoritarian – untuk memperoleh kebebasan dan

demokrasi. Orang yang berjuang melawan sistem diktatur, memiliki alasan yang

sangat pribadi yang berhubungan erat dengan keselamatan jiwa dan harta mereka.

Dengan demikian, perjuangan mereka untuk memperoleh kebebasan dan demokrasi

285

merupakan perjuangan yang mendasar untuk memenuhi kebutuhan post-material.

Sebenarnya, di balik kebutuhan yang muncul ke permukaan itu, seringkali ada

kebutuhan material atau sosial lainnya. Apabila sistem diktatur yang ditentang itu

telah berakhir, skenario yang ada akan langsung berubah. Demokrasi dan

kebebasan akan kembali bergeser menjadi kebutuhan post-material, dan perjuangan

untuk memperoleh kebutuhan dasar dan kebutuhan sosial akan kembali menjadi

perhatian utama.

Komunikasi dan kebutuhan

Struktur kebutuhan sangat signifikan dalam komunikasi politik. Vera F. Birkenbihl

menggambarkan pengaruh ini secara jelas dalam berbagai bukunya91. Selama

kebutuhan-kebutuhan di tingkat dasar tidak terpenuhi, maka komunikasi di tingkat

atas akan terganggu atau bahkan tidak dimungkinkan. Ini berarti bahwa, seseorang

yang kelaparan akan sulit diajak untuk berdialog mengenai demokrasi dan undang-

undang pemilu, karena baginya ada hal-hal lain yang lebih penting, yakni kebutuhan

untuk bertahan hidup.

Komunikasi dengan pemilih harus dibuat perencanaannya dan sesuai dengan

struktur kebutuhan dan kepentingan mereka, dan sejalan pula dengan maksud

tujuan kita (program partai atau orientasi kandidat). Langkah ini harus dilakukan jika

kita ingin memiliki kesempatan untuk melakukan komunikasi dalam proses politik,

debat-debat politik maupun dalam kampanye pemilu.

15.5.3. Problem masyarakat heterogen

Seperti yang telah diraikan di atas, seiring dengan berjalannya waktu, kebutuhan

juga akan berubah sesuai dengan perubahan yang terjadi dalam struktur

masyarakat. Perubahan ini tidak selalu berdampak sama bagi semua kelompok

masyarakat. Adanya perbedaan kebudayaan di berbagai masyarakat, menyebabkan

munculnya berbagai kombinasi kebutuhan di masing-masing negara. Ini berarti

bahwa di setiap masyarakat ada kelompok-kelompok yang lebih mementingkan

pemenuhan kebutuhan dasar mereka, sementara kelompok lainnya lebih tertarik

91

Vera F. Birkenbihl, Kommunikationstraining (Latihan Komunikasi), moderne verlaggesellschaft mbH.

286

pada pemenuhan kebutuhan sosial, dan yang lainnya lagi menghendaki pemenuhan

kebutuhan post-material. Perbedaan orientasi kebutuhan yang terdapat di

masyarakat perlu dipertimbangkan dalam menyusun perencanaan strategi

kampanye. Semakin besar kelompoknya, semakin beragam kebutuhannya. Di

bawah ini akan diberikan beberapa contoh masyarakat yang berbeda-beda.

Contoh 1:

Sebuah negara yang belum berkembang, yang memiliki struktur keluarga besar dan

ikatan kesukuan yang kuat, berbentuk pedesaan yang agraris, tingkat urbanisasi

rendah, di wilayah-wilayah perkotaannya terdapat dinas pelayanan jasa,

perdagangan dan lembaga pemerintahan. Akibat pertumbuhan penduduk yang pesat

di daerah pedesaan, migrasi ke pusat kota menjadi meningkat.

Dalam masyarakat semacam itu, kita dapat menemukan struktur-struktur kebutuhan

seperti berikut ini:

1. Fokus pada kebutuhan dasar bagi masyarakat di daerah pedesaan dan daerah

perkotaan yang menjadi pusat migrasi.

2. Fokus yang rendah dilekatkan pada kebutuhan-kebutuhan sosial bagi masyarakat

di daerah pedesaan (kecuali untuk sistem pelayanan kesehatan), karena adanya

struktur keluarga luas dan kesukuan tidak memungkinkan defisit sosial muncul ke

permukaan. Meningkatnya fokus pada kebutuhan sosial di daerah perkotaan akibat

tingginya angka pengangguran dan tidak adanya sistem jaminan sosial di mana

kontak dengan struktur kesukuan sudah terputus.

3. Kebutuhan post-material mendominasi di kalangan elit pemerintahan dan elit

pengusaha di wilayah perkotaan. Orientasi kebutuhan post-material yang masih

rendah dan baru muncul di pedesaan yang dipicu oleh kritik NGO terhadap sistem

pendidikan dan infrastruktur.

Contoh 2:

Negara industri maju dengan sistem jaminan sosial yang efektif tetapi ada

peningkatan pengangguran, transfer sosial yang tinggi, beban pajak yang tinggi dan

sistem jaminan sosial, berada pada posisi yang terancam akibat beban yang

berlebihan. Tingkat urbanisasi tinggi, tetapi tidak ada konflik sosial regional.

287

Mayoritas warga terdiri dari keluarga kecil dan orang-orang yang hidup tanpa

pasangan.

Dalam masyarakat seperti ini, ditemukan struktur kebutuhan sebagai berikut:

1. Fokus yang rendah pada kebutuhan dasar, terutama dalam kelompok masyarakat

pinggiran dan pengangguran, dan tercermin terutama pada kondisi perumahan

mereka.

2. Kebutuhan sosial yang sudah maju yang memiliki konotasi eksistensial – karena

sistem jaminan sosial terancam – menjadi ancaman bagi kebutuhan dasar. Pajak

yang tinggi dan ancaman terhadap jaminan hari tua mempengaruhi sebagian besar

penduduk.

3. Terdapat fokus pada kebutuhan post-material yang maju di kalangan yang tidak

terancam atau tidak terkena pengaruh oleh masyarakat pinggiran atau oleh

pengangguran. Kelompok ini mencakup pejabat publik, kaum profesional, dan

sebagian besar kaum muda.

Contoh 3:

Bekas negara sosialis yang sedang dalam masa transisi.

Dalam masyarakat seperti ini, ditemukan struktur kebutuhan sebagai berikut:

1. Orientasi kebutuhan dasar tinggi karena tingkat pengangguran tinggi dan sistem

jaminan sosial runtuh.

2. Orientasi pemenuhan kebutuhan sosial tinggi karena semua sistem jaminan sosial

yang berhubungan dengan pekerjaan runtuh dan struktur keluarga tidak lagi utuh

(karena dalam sistem sosialis keluarga sengaja dipisah-pisah).

3. Orientasi kebutuhan post-material rendah dan biasanya hanya ditemui di kalangan

elit politik kecil tertentu, elit administratif dan elit pengusaha yang dalam proses

melakukan konsolidasi atas posisinya.

Contoh 4:

Negara belum berkembang dengan tingkat urbanisasi tinggi, banyak perkampungan

miskin yang muncul akibat urbanisasi, penduduk terlalu padat, tingkat pengangguran

tinggi.

1. Kebutuhan dasar berkembang pesat, terutama di daerah perkampungan miskin di

kota-kota dan di daerah pedesaan.

288

2. Kebutuhan sosial berkembang pesat karena sistem jaminan sosial alami seperti

jaminan keluarga, dsb. hilang. Hal ini terjadi di daerah perkampungan miskin di kota-

kota.

3. Orientasi kebutuhan post-material hampir tidak berkembang, kecuali yang terdapat

dalam sekelompok kecil kaum elit.

15. 5.4. Pemilihan isu-isu yang tepat

a. Isu-isu masyarakat

Pemilihan isu untuk target image (citra yang diinginkan) dipengaruhi oleh berbagai

kriteria. Pertama-tama, isu ditentukan berdasarkan orientasi kebutuhan penduduk

setempat. Karena adanya perbedaan orientasi dari berbagai kelompok warga,

pemilihan isu akan selalu berpengaruh terhadap efektivitas pemilihan kelompok-

kelompok sasaran serta upaya meyakinkan dan menjangkau kelompok-kelompok

tersebut. Kemampuan mengkomunikasikan tema-tema yang telah diinformasikan

sebelumnya kepada kelompok sasaran sangat penting untuk kemampuan

menanamkan keyakinan di dalam kelompok-kelompok tersebut. Isu yang dimaksud

di sini adalah isu-isu warga atau sedikitnya isu-isu yang menarik bagi kelompok-

kelompok warga.

Contoh: apabila suatu partai ingin membuat tema pengurangan

pajak sebagai tema yang penting, maka partai tersebut harus

mengetahui bahwa hanya pembayar pajaklah yang didekati.

Warga yang lainnya mungkin tidak tertarik atau sebagian dari

mereka sejak awal menentang hal tersebut, karena mereka

mengkhawatirkan pembiayaan fasilitas negara untuk mereka.

Untuk memperjelas dimensi ini, misalnya di Jerman dari 84 juta

penduduk hanya kira-kira seperempatnya yang membayar pajak

pendapatan dan penghasilan.

b. Isu-isu media

Kelompok potensial isu yang kedua ditentukan oleh media. Isu-isu ini seringkali tidak

berhubungan dengan kebutuhan riil warga, tetapi karena ada tekanan yang terus-

menerus dari media, isu tersebut menjadi isu yang penting dan menyebabkan

289

perubahan sikap warga. Penelitian empiris di Amerika Serikat92 menunjukkan bahwa

krisis berkesinambungan (Afghanistan, Irak, konflik antar ras), krisis simbolis

(Watergate, narkoba, pencemaran lingkungan dan kemiskinan), problem yang sering

berdampak pada warga (inflasi, pengangguran) dan perilaku menyimpang yang

berkesinambungan (kriminalitas) paling menggugah minat publik – dan karenanya

selalu menjadi masalah permanen dalam agenda mereka.93

Dalam proses menarik perhatian publik, suatu isu harus menjalani beberapa fase

(tahapan) yang dalam literatur Amerika dikenal sebagai "issue attention cycle."94

Menurut model ini, isu-isu ini mengalami:

1. Fase awal, tematisasi isu;

2. Fase penemuan;

3. Titik puncak;

4. Fase penurunan, dan

5. Fase paska-masalah.

0

20

40

60

80

Phase 1 Phase 2 Phase 3 Phase 4 Phase 5

Aufmerksamkeit

Tugas perencana strategi adalah mengenali sedini mungkin isu-isu yang diproduksi

oleh media, dan menguasainya. "Siapa pun yang menguasai isu yang memiliki nilai

politis, ia berada selangkah lebih maju dibandingkan lawannya; ia memiliki peluang

yang lebih besar untuk meyakinkan publik akan penilaiannya terhadap isu-isu yang

diperdebatkan – yang menjadi opini mayoritas."95 Peran aktor politik biasanya tidak

seperti yang diharapkan. Banyak politisi baru mulai mengangkat sebuah isu ketika

92

W. Russel Neumann, The Treshold of Public Attention (Ambang Batas Perhatian Publik), Public

Opinion Quarterly, 54 (1990). 93

Barbara Pfertsch: Themenkarrieren und politische Kommunikation (Karir Tema dan Komunikasi

Politik), dalam Politik und Zeitgeschichte B39/94, 30.9. 94. 94

Anthony Downs, Up and Down with Ecology: The Issue Attention Cycle (Pergolakan Ekologi: Siklus

Perhatian Terhadap Isu), dalam: The Public Interest 28 (1972). 95

Wolfgang Bergsdorf, Probleme der Regierungskommunikation (Permasalahan Komunikasi

Pemerintah), dalam: Communication, 12 (1986) 3.

290

ada pihak lain yang telah melakukan hal ini sebelumnya – ketika titik puncak

perhatian sudah tidak terpusat lagi pada isu tersebut. Dalam kasus seperti ini, secara

strategis lebih penting mengangkat isu yang baru dibandingkan meneruskan sebuah

isu yang sudah mulai usang.

Apabila suatu partai, seorang kandidat atau suatu kelompok berhasil menempatkan

di media tema-tema yang didiskusikan di masyarakat melalui sebuah tindakan yang

strategis dan menentukan debat tersebut dalam masyarakat, maka proses ini disebut

dengan “agenda yang disetting”. Agenda yang disetting ini biasanya ditampilkan di

media. Bisa saja partai atau kandidat tersebut berhasil mempengaruhi media dengan

agenda yang disetting tersebut.

c. Isu-isu Partai

Kelompok isu yang ketiga ditetapkan oleh pemerintah, oposisi, atau oleh partai yang

aktif. Kelompok yang ketiga ini, sekali lagi, seringkali tidak berhubungan dengan isu

yang menjadi kebutuhan warga (isu warga) maupun isu yang ditetapkan oleh media

(isu media), melainkan isu yang digunakan oleh para aktor politik untuk menjanjikan

keuntungan strategis (isu partai). Terkadang isu-isu ini hanya diangkat untuk

mengalihkan perhatian publik dari isu lainnya.

Partai pemerintah dan pemerintah tidaklah pasif dalam memperkenalkan isu-isu

baru. Nyatanya, dalam upaya mereka menetapkan agenda politik, biasanya mereka

menikmati suatu keuntungan strategis. Dibandingkan dengan partai-partai lawannya,

mereka memiliki sumberdaya material yang lebih besar, dan jika ini dikombinasikan

dengan kompetensi mereka dalam mengambil keputusan, mereka akan memiliki

keunggulan dalam menentukan isu.96 Tentu saja, syaratnya adalah bahwa agenda

politik mereka harus direncanakan secara strategis. Partai oposisi secara jelas tidak

memiliki keuntungan strategis dalam hal tematisasi, karena isu yang mereka angkat

biasanya tidak memiliki kekuatan keputusan yang mengikat, melainkan hanya

mewakili alternatif politik saja. Situasi akan berubah jika pihak oposisi menjadi

mayoritas di parlemen atau di kamar-kamar lain dalam sistem presidensial, atau jika

96

Franz Ronneberger, Die Rolle von Public Relations im politischen Entscheidungsprozess (Peranan

Humas dalam Proses Pengambilan Keputusan Politik) dalam Frank E. Böckelmann (penerbit), Medienmacht und

Politik, Berlin 1989, halaman 151.

291

mereka memiliki mayoritas di propinsi-propinsi dalam sebuah sistem parlemen

federal.

Isu-isu yang tidak populer di masyarakat, yakni yang tidak diinginkan oleh

masyarakat atau yang tidak pernah menggugah minat masyarakat, tidak cocok

digunakan untuk melakukan pendekatan dengan warga. Keputusan strategis harus

diambil berdasarkan konstelasi yang ada, karena, tentu saja, keseluruhan sasaran

strategi adalah untuk mendidik dan mengembangkan masyarakat politis (para

pemilih). Hasil yang optimal hanya dapat dicapai jika perencanaan strategi

mempertimbangkan masyarakat sebagaimana adanya mereka, dan tidak berusaha

mengubah mereka terlebih dahulu sebelum mereka mengenali dan menghargai

tawaran yang diberikan oleh partai atau kandidat. Sungguh menakjubkan melihat

kekecewaan yang dialami partai dan kandidat saat menyadari bahwa isu

kesayangan mereka (demokrasi, ekonomi pasar, dsb.) tidak menarik minat pemilih.

Kita harus bertanya, seberapa banyak para politisi ini yang mengenal warganya;

seberapa besar jarak yang ada antara tawaran dan permintaan.

15.6. Argumen kompetensi

Meskipun partai atau kandidat telah melakukan studi tentang struktur kebutuhan

masyarakat dan mereka sudah menemukan isu-isu yang tepat untuk membangun

komunikasi dengan pemilihnya, mereka harus melakukan tindakan yang lebih dari

itu untuk keberhasilan strategi mereka. Pengenalan atas struktur kebutuhan para

pemilih harus dikombinasikan dengan sebuah kompetensi yang dapat mengatasi

persoalan kebutuhan tersebut. Ini berarti bahwa citra sebuah partai atau citra

seorang kandidat harus menunjukkan kompetensi untuk mengatasi persoalan.

Partai yang sebelumnya dikenal sebagai partai komunis atau sosialis tidak akan

dianggap kompeten dalam isu ekonomi pasar. Sebuah partai di mana para politisinya

terlibat dalam skandal korupsi besar, tidak akan dipercaya dalam memberantas

korupsi. Seorang kandidat yang perusahaannya baru saja dinyatakan pailit tidak

akan dipercaya sebagai orang yang berkompeten dalam kebijakan ekonomi. Dan

seorang pengusaha yang telah rusak namanya karena melakukan kegiatan asosial,

ia tidak memiliki kompetensi dalam kebijakan sosial-kemanusiaan.

292

Dengan demikian, argumen kompetensi sangat bergantung pada citra yang telah

diperoleh sebelumnya. Sebagian citra itu bisa saja benar, tetapi juga bisa

mengandung penilaian yang tidak adil terhadap kompetensi seseorang atau

organisasi. Di sini bisa muncul pertanyaan, bagaimana seorang guru bisa menjadi

menteri ekonomi, atau seorang petani menjadi menteri riset dan teknologi? Karena

warga seringkali memiliki pengalaman buruk dengan pemerintah, asumsi mereka

tentang kompetensi politisi seringkali juga negatif. Oleh karena itu, membangun

kompetensi di berbagai bidang politik menjadi hal yang penting bagi partai atau

politisi. Jika tidak, warga tidak akan percaya pada kemampuan dan kemauan

beprestasi dari sang kandidat.

Di seluruh dunia dapat dirasakan munculnya suatu tren yang ditandai dengan

hilangnya kepercayaan pada partai-partai dan politisi-politisi. Pemilih kecewa

terhadap politisinya, padahal mereka sudah menaruh harapan pada politisi tersebut

bahwa para politisi akan menyelesaikan masalah mereka. Namun kinerja politik

mereka selalu berkurang. Hal tersebut dikarenakan masalah-masalah yang ada

semakin rumit dan sulit, yang tidak lagi dapat diselesaikan hanya secara nasional

atau lokal saja, melainkan lebih terhubungkan dan dipengaruhi oleh peristiwa-

peristiwa internasional, seperti yang diperlihatkan dalam krisis ekonomi global yang

dipicu oleh kegagalan bisnis properti di Amerika Serikat. Pemilih mempunyai kesan,

bahwa politisi mereka tidak mampu, atau bahkan lebih parah lagi, para politisi

tersebut tidak memiliki keinginan untuk menangani masalah-masalah warganya.

Tambahan lagi, beberapa politisi benar-benar kurang berminat memecahkan

masalah, melainkan lebih suka menancapkan kekuasaan yang tidak terkontrol,

melakukan korupsi dan memperkaya diri sendiri.

Secara keseluruhan demokrasi perwakilan menimbulkan bahaya besar, karena

apabila pemilih kecewa terhadap partai dan politisi dan berbalik meninggalkan

mereka, maka demokrasi perwakilan sudah tidak berfungsi lagi dengan baik. Politik

terlepas dari institusi-institusi yang seharusnya bekerja sama dengan mereka, seperti

ditetapkan di dalam undang-undang. Politik menempati ruang-ruang yang tidak diatur

dan ditentukan di dalam undang-undang. Contoh-contoh dari pelanggaran undang-

293

undang adalah munculnya diktator atau presiden dengan kekuasaan seumur hidup,97

serta peralihan menuju diktator dunia maya, yakni pengambilan kekuasaan melalui

gerakan massa dalam Web 2.098,99.

Dengan demikian hal itu tergantung pada bagaimana pengamanan suatu komunikasi

yang berjalan baik antara politik dan pemilih mampu menciptakan kepercayaan.

Setiap komunikasi untuk menyampaikan target image pasti akan gagal apabila

sasaran yang dituju sejak awal menganggap bahwa pesan yang diterimanya itu tidak

dapat dipercaya dan dianggap sebagai kebohongan.

Sosiolog Niklas Luhmann menjelaskan, bahwa kepercayaan itu merupakan

“mekanisme untuk mereduksi kompleksitas sosial” dan selain itu merupakan “timbal

balik yang riskan“.100 Selalu saja, apabila pertimbangan rasional terhadap informasi

tidak dimungkinkan akibat adanya kompleksitas, akibat kekurangan waktu atau

karena tidak adanya informasi, seseorang tetap mampu memutuskan atas dasar

instuisi dan emosi semata. Orang yang percaya berharap dari orang yang ia percayai

itu bahwa orang tersebut mempunyai kebebasan dan memiliki potensi dalam

melakukan tindakannya, seperti yang sudah ia utarakan sebelumnya. Hal ini berarti

bahwa orang yang percaya itu tidak harus berkutat dengan pertimbangannya sendiri,

melainkan mempercayakannya pada orang lain. Menurut Luhmann, di sinilah terjadi

timbal balik yang riskan, karena bisa saja terjadi bahwa orang yang dipercaya itu

memanfaatkan kepercayaan tersebut dan bertindak berbeda dari apa yang sudah ia

janjikan sebelumnya.

Kepercayaan adalah dasar bagi sistem demokrasi perwakilan, seperti yang sudah

dipaparkan sebelumnya. Karena itu harus ada sasaran yang jelas dari partai dan

politisi untuk menciptakan kepercayaan dan menjaganya. Bisa diandalkan dan

keyakinan termasuk dalam kepercayaan. Orang harus mempercayai tindakan

tersebut. Selain itu orang harus tahu atau paling tidak merasa, bagaimana seseorang

97

Oliver Diehl, Wolfgang Muno (Ed.): Venezuela unter Chávez – Aufbruch oder Niedergang? Vervuert 2005. 98

Minha Kim: Cyberculture of Postmaterialism and political participation, Review of Korean Studies,

Volume 10 Number 4 (December 2007) 99

Dalton, Russell J.: „The Decline of Party Identifications“ . Dalam Parties without Partisans: Political

Change in Advanced Industrial Democracies, Oxford University Press, 2000 100

Niklas Luhmann: Vertrauen. Ein Mechanismus der Reduktion sozialer Komplexität. UTN, Stuttgart

2000, ISBN 3825221857, hal. 27

294

atau partai bertindak dalam situasi tertentu. Apabila tindakan tersebut pada

kenyataannya tidak terbuka dan tidak mudah untuk dilihat, maka itu merupakan

kewajiban orang yang dipercaya tersebut untuk membuat tindakannya itu transparan

serta menjelaskannya.

15.7. Argumen fungsional

Faktor selanjutnya yang menentukan keputusan warga adalah fungsi sebuah partai

dalam iklim politik di masa datang. Dalam sistem parlementer khususnya, keputusan

untuk berkoalisi memegang peranan penting. Beberapa segmen pemilih akan

memilih dengan teramat taktis berdasarkan faktor ini. Karena itu, pemilu bergantung

pada peran yang akan dimainkan oleh partai terpilih di masa depan, dan bergantung

pula pada, apakah partai ini akan mendukung partai yang sebenarnya dikehendaki

oleh pemilih untuk memegang tampuk kekuasaan, atau akan memperkokoh

kekuasaan mereka. Pemilih-pemilih seperti ini, yang disebut juga pemilih koalisi atau

pemilih situasional, tidak memberikan suaranya berdasarkan keyakinan politik

mereka, melainkan berdasarkan pemikiran aritmatis-koalisi.

Jika dijabarkan, pemikiran-pemikiran seperti itu bisa bervariasi:

1. Dengan memberikan suara saya kepada partai X, saya akan membantu partai ini

untuk melewati ambang batas pemilihan (electoral treshold), karena partai X inilah

yang akan mendukung partai favorit saya.

2. Saya memilih partai X karena ia berkoalisi dengan partai saya, dan ini

mengcengah kekuasaan tunggal serta penyalahgunaan kekuasaan yang mungkin

dilakukan oleh partai saya.

3. Saya memilih partai X karena partai ini berencana untuk berkoalisi dengan partai

Y yang tujuan-tujuannya saya benci. Hal ini dapat mencegah Partai Y dalam meraih

tujuan buruknya. Saya melakukan hal ini karena saya tahu bahwa partai favorit saya

tidak mungkin memperoleh mayoritas suara.

Argumen-argumen fungsional semacam ini tidak menunjukkan suatu keterikatan

yang nyata terhadap partai yang akan dipilih. Argumen ini bisa menjadi tidak relevan

jika diterapkan pada situasi yang berbeda dalam pemilu berikutnya, dan dapat

membawa kerugian yang besar bagi partai. Ini berarti bahwa, meskipun argumen

295

fungsional dapat berperan sangat penting dalam tahap ini, tapi kita perlu mengikat

para pemilih tradisional (pemilih tetap) partai melalui argumen kebutuhan dan

kompetensi serta dengan membangun kepercayaan partai/kandidat, dan bukan

melalui argumen fungsional. Bagaimanapun, argumen fungsional tetap dapat

memainkan peranan penting dalam mengoptimalkan hasil, terutama dalam fase akhir

kampanye.

15.8. Argumen kepribadian

Kepribadian seseorang seringkali dapat menentukan hasil akhir pemilu, terutama

dalam masyarakat di mana politik dipandang sebagai sebuah produk dari beragam

kepribadian.

Di negara-negara di mana figur lebih diutamakan dibandingkan program dan partai,

yang paling utama adalah memposisikan kandidat secara positif. Ini terjadi di hampir

semua negara yang memiliki sistem presidensial, tetapi juga di negara di mana

masyarakatnya dipengaruhi budaya patron-client. Di sini, argumen fungsional

sepenuhnya tak berguna dan argumen pemenuhan kebutuhan pun tidak relevan lagi.

Di lain pihak, argumen kompetensi memegang peranan yang sangat penting tetapi

tidak sekuat seperti dalam kombinasinya dengan elemen-elemen program. Yang

lebih diutamakan di sini adalah kompetensi umum yang mengarah kepada

dipercayainya para politisi – bahwa mereka kompeten memerintah suatu negara dan

memperoleh kepercayaan untuk itu.

Argumen kepribadian terutama berkisar sekitar kredibilitas atau dapat dipercayanya

seorang kandidat. Oleh karena itu, dalam target image perlu dipaparkan semua

komponen yang diperlukan untuk membangun kredibilitas dan kepercayaan tersebut.

Dengan dicantumkannya argumen pribadi di dalam target image, kita dapat

menggunakannya untuk memperhadapkan kandidat kita dengan kandidat pesaing.

Di sini berlaku langkah-langkah strategi ofensif dan defensif. Dalam kasus ofensif,

kita harus menunjukkan perbedaan yang jelas antara kandidat kita dengan kandidat

lainnya. Dalam kasus defensif, sedapat mungkin kita harus berusaha untuk meniru

kandidat lawan. Karakteristik pribadi yang penting mencakup:

Kompetensi

296

Kejujuran

Keterikatan

Sifat-sifat pribadi

Kemampuan khusus

Dalam hal kompetensi, perlu diputuskan kompetensi mana yang akan ditonjolkan:

kompetensi profesional, kompetensi manajerial, kompetensi inter-personal,

kompetensi komunikatif, atau kompetensi berdasarkan akal sehat. Dalam hal ini tidak

terlalu penting apakah sang kandidat memiliki kompetensi itu atau tidak, karena

melalui pekerjaan kehumasan, kompetensi relatif mudah dibentuk dan ditampilkan.

Kejujuran lebih banyak menimbulkan masalah, terutama karena di mata publik

biasanya politisi dipandang sebagai pribadi yang tidak jujur, korup dan hanya

mementingkan diri sendiri. Citra para politisi di mata sebagian besar pemilih sangat

buruk, dan ini menjadi alasan mengapa argumen-argumen anti-korupsi yang

dilancarkan partai dan politisi dalam pemilu biasanya tidak dianggap serius, dan oleh

karena itu tidak dapat dijadikan argumen yang dapat menentukan hasil pemilu. Tapi

tentu saja sebenarnya para pemilih menginginkan politisi yang jujur dan tidak korup.

Oleh karena itu pernyataan mengenai kejujuran ini sangatlah penting, meskipun para

pemilih tidak mempercayai pernyataan-pernyataan tersebut. Dan karenanya, isu

korupsi dan ketidakjujuran sebaiknya tidak digunakan untuk menghadapi kandidat

lawan.

Sebagai contoh adalah kampanye-kampanye pemilihan presiden di

Venezuela, di mana sudah jelas bahwa seorang kandidat merampas

negaranya dan memperoleh banyak uang melalui tindakan korupsi yang

dilakukannya. Tapi pada akhirnya kandidat ini terpilih kembali.

Sebaliknya, keterikatan dengan kelompok-kelompok masyarakat atau daerah

pemilihan tertentu memainkan peranan yang sangat penting. Banyak pemilih

menginginkan kandidat berasal dari atau menjadi bagian dari mereka. Sang kandidat

harus mengenali persoalan-persoalan yang dihadapi oleh kelompok masyarakat atau

daerah pemilihannya. Ia harus memiliki empati terhadap para pemilihnya. Oleh

karena itu, dalam distrik pemilihan langsung, akan sangat tidak menguntungkan jika

297

kandidat yang diajukan bukan berasal dari distrik pemilihan tersebut. Tetapi jika ini

tak dapat dihindari, perlu dilakukan upaya untuk membangun beberapa jaringan

dengan daerah terkait (misalnya tempat tinggal sebelumnya, tempat kerja, keluarga,

keanggotaan dalam perkumpulan, dsb.).

Jika sifat-sifat pribadi menjadi perhatian, perlu diputuskan kelompok target mana

yang akan diraih, dan apa yang dibayangkan kelompok tersebut mengenai kandidat

yang ideal. Di sini kita dapat menggunakan elemen-elemen seperti "figur bapak” atau

“kepala rumah tangga" (semua pasti mengenal gambaran tentang kandidat yang

memiliki istri dan anak), sportif (seperti Clinton yang senang jogging), "memiliki

keterikatan dengan daerah asalnya" (misalnya seorang kandidat dari Bavaria yang

mengenakan pakaian adatnya – yakni celana kulit yang khas dikenakan orang

setempat), atau "berani", "berpengalaman", "sukses", "selalu berpakaian rapi", dsb.

Selain itu masih ada sifat-sifat atau kemampuan khusus yang bisa menentukan

hasil pemilu – terutama bagi para pemilih yang tidak memiliki minat politik tertentu,

atau jika tawaran yang diberikan masing-masing kandidat tidak terlalu berbeda.

Yang dimaksud di sini adalah dimilikinya popularitas tertentu, misalnya

sebagai penyanyi (Ruben Blades sebagai kandidat di Panama), sebagai

aktor (Ronald Reagan di Amerika Serikat), sebagai pembalap formula 1

(Reuttemann di Argentina), sebagai astronot, pemain tenis, dsb., bahkan

terkadang sebagai anggota keluarga tertentu pun sudah cukup

menunjang.

Nama keluarga seringkali menjadi ciri pengenal, terutama di negara-negara di mana

sebuah keluarga politisi pernah berkuasa.

Keluarga Gandhi di India, keluarga Bandaranaike di Sri-Lanka, keluarga

Zavalía dari provinsi Santiago de Estero di Argentina, keluarga Bhutto di

Pakistan adalah beberapa contoh pewaris nama keluarga dalam politik.

Di beberapa negara tertentu, ada nama keluarga yang meskipun tidak begitu

terkenal tetapi cukup membantu untuk memenangkan pemilu dalam distrik

298

pemilihan, misalnya di Korea Selatan atau Filipina. Menjadi bagian dari suatu suku

atau klan tertentu juga bisa cukup menguntungkan. Tidak hanya di Afrika atau

negara-negara Arab saja keanggotaan suku atau etnis menjadi faktor penentu bagi

seseorang untuk dipilih, tetapi juga di negara-negara yang memiliki ciri etnis yang

kuat. Tetapi bisa juga terjadi sebaliknya: apabila seorang kandidat berasal dari suku

yang terlalu kecil, bisa jadi ia tidak akan pernah dipilih. Hubungan etnis di berbagai

masyarakat nampak dominan dan mengaburkan perbedaan politik yang ada. Hal

itulah yang menyebabkan sebuah partai multi-etnis tidak berhasil didirikan di Bosnia-

Herzegovina, meskipun ada dukungan yang besar dari negara-negara luar terhadap

partai semacam itu.

15.9. Penyesuaian citra terhadap citra yang diinginkan masyarakat

Untuk memastikan citra pribadi yang ideal di mata masyarakat dan untuk

memperoleh informasi yang lebih baik tentang faktor-faktor citra para kandidat, dapat

dilakukan sebuah survai. Survai ini biasanya menunjukkan hasil yang memuaskan,

jika tingkat popularitas kandidat cukup besar di daerah pemilihan setempat.

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Ko

mp

ete

n

Berp

en

gala

man

So

sia

l

Berk

om

itm

en

Kandidat 1

Kandidat 2

Kandidat 3

Ideal

299

Grafik di atas merupakan hasil survey yang diadakan dalam sebuah kampanye

pemilihan presiden. Seperti yang dapat kita lihat, perbedaan kandidat 1 dengan

sosok presiden ideal yang diinginkan masyarakat hanya terdapat dalam bidang

kompetensi. Oleh karena itu, perlu dilakukan perbaikan untuk meningkatkan nilai

kompetensi ini. Para kandidat lainnya memiliki jurang perbedaan yang besar dari

sosok ideal masyarakat hampir di semua bidang. Dalam kampanye pemilu, mereka

perlu disarankan untuk menggunakan sebuah strategi yang khusus ditujukan untuk

pembangunan citra pribadi.

15.10. Target image – internal

Di samping target image eksternal (di luar organisasi), perlu dibangun pula target

image di dalam organisasi (internal). Langkah ini untuk memenuhi tuntutan para

anggota dan fungsionaris partai, atau tuntutan dan harapan para pekerja organisasi

dan pemerintah.

Tentu saja target image eksternal tidak boleh terlalu bertentangan dengan target

image internal. Citra yang diinginkan di dalam organisasi merupakan pelengkap citra

yang diinginkan di luar organisasi. Citra yang diinginkan di dalam organisasi ini

digunakan sebagai bagian dari kampanye internal dan menggambarkan tujuan

organisasi, suasana dalam lingkungan organisasi, kerjasama dengan pimpinan atau

kandidat dan gaya manajemennya, dsb. Dengan demikian, yang harus diutamakan

dalam target image internal adalah hal-hal seperti tradisi atau situasi organisasi,

gaya dan perilaku, partisipasi, disiplin, upah dan penghargaan, harapan untuk

menang, diperkuatnya rasa percaya diri, dsb.

Sama halnya dengan kampanye motivasi internal, target image internal seringkali

diabaikan dalam kegiatan-kegiatan politik yang sebetulnya merugikan partai sendiri.

Padahal, target image internal bahkan lebih penting – terutama di dalam partai yang

menginginkan atau wajib mengikuti pemilihan internal yang terbuka. Setelah

pemilihan internal usai, adalah menjadi tugas yang sangat penting untuk menyatukan

kembali berbagai sayap yang berbeda agar bisa kembali dibangun kerjasama antar-

pihak, dan ini hanya dapat dicapai melalui target image internal.

300

15.11. Mengevaluasi target image

Seperti halnya sub-strategi dan sasaran, target image juga harus dievaluasi. Ada

metode khusus evaluasi yang dapat menentukan keselarasan antara target image

ini dengan keseluruhan strategi kita. Untuk itu, hal-hal di bawah ini perlu diperiksa:

1. Apakah target image selaras dengan misi strategi?

2. Apakah titik-titik serangan yang ditetapkan dalam sub-strategi terbangun secara

kuat dalam target image?

3. Apakah titik-titik serangan terkait dengan keuntungan strategis, dan apakah

argumen-argumennya terfokus pada pemenuhan kebutuhan, kompetensi,

fungsionalitas atau pada pribadinya?

4. Apakah target image dapat dibangun dalam masa kampanye dan dalam jangka

waktu yang tersedia? Perlu diperiksa di sini, seberapa jauh jarak antara citra yang

diinginkan dengan citra organisasi atau citra pribadi berdasarkan realita. Apabila

jarak yang ada terlalu besar dan tidak lagi realistis, maka citra yang hendak dicapai

melalui kampanye yang terencana tidak lagi bisa dicapai. Dalam keadaan seperti ini,

lebih baik jika citra yang diinginkan lebih didekatkan dengan citra yang sebenarnya.

Evaluasi target image yang kedua lebih terfokus pada pertanyaan-pertanyaan formal

seperti di bawah ini:

1. Apakah pernyataan tentang target image (citra yang diinginkan) terlalu panjang

atau terlalu pendek? Sebuah target image sebaiknya sepanjang satu halaman ketik.

Seandainya target image internal juga disertakan di sini, total halaman tidak boleh

melebihi satu seperempat halaman. Target image yang terlalu panjang memuat

terlalu banyak informasi, yang dalam kampanye akan sulit ditransfer ke dalam pikiran

warga atau pemilih. Jika target image terlalu pendek (kurang dari setengah

halaman), dapat diduga bahwa argumen yang dikemukakan tidak mencukupi.

2. Apakah target image sudah dirumuskan sedemikian rupa menurut sudut pandang

penerima? Citra yang diinginkan haruslah diformulasikan seperti seolah-olah

seorang warga biasa mendeskripsikan sebuah partai, pemerintah atau sang

kandidat.

301

3. Apakah bahasa yang dipakai dalam citra yang diinginkan mudah dimengerti?

Apakah bahasa yang dipakai selaras dengan bahasa yang digunakan warga, atau

justru bahasa tipikal politisi, bahasa yang digunakan oleh para birokrat dalam pidato-

pidato mereka, atau bahasa yang penuh dengan jargon-jargon partai? Harus

diperiksa secara cermat, apakah setiap istilah dapat dimengerti oleh semua pihak,

ataukah terdapat istilah teknis asing yang hanya dapat dimengerti oleh pihak-pihak

dengan keahlian tertentu saja.

4. Apakah target image cukup memiliki unsur emosional atau mampu menggugah

emosi? Citra yang diinginkan tidak boleh terkesan dingin, rasional dan teknorat,

melainkan harus mengandung elemen emosional sejauh dimungkinkan. Perlu diingat

bahwa sebagian besar keputusan manusia – dan terutama keputusan pilihan dalam

pemilu diambil bukan berdasarkan pertimbangan rasional melainkan berdasarkan

pertimbangan emosional. Agar dapat meraih tingkat keputusan semacam ini dengan

lebih mudah, faktor emosional dalam target image haruslah dapat dirasakan oleh

para pemilih.

5. Apakah di dalam pernyataan target image digunakan tanda-tanda pangkat dan

gelar yang tepat dan apakah terhindar dari istilah-istilah diskriminatif yang

berkonotasi tidak menyenangkan? Setiap kata di sini perlu dievaluasi. Apakah ada

penggunaan gelar-gelar dan apakah pemakaiannya sudah tepat? Apakah nama-

nama organisasi dan singkatan yang dipakai benar? Apakah pemilihan kata yang

digunakan secara tidak sengaja mendiskreditkan seseorang? Apakah ada konotasi

kata tertentu yang dalam lingkungan budaya tertentu akan menimbulkan reaksi

negatif?

Dalam evaluasi target image tidak boleh ada kompromi. Karena target image

nantinya akan menjadi landasan bagi semua tindakan dalam pekerjaan kehumasan,

kesalahan target image akan dapat menghancurkan seluruh kampanye yang

dilakukan.

15.12. Contoh

Dalam contoh-contoh berikut, pertama-tama akan ditampilkan empat target image

dari pengalaman empiris yang diperoleh penulis. Nama-nama pribadi, tempat dan

302

organisasi-organisasi yang bersangkutan tentu saja disamarkan. Setiap bagian dari

target image dikomentari dan masing-masing diberi alasan.

15.12.1. Contoh: target image Partai Neue Weg

Partai Jalan Baru (Neue Weg Partei, NWP) adalah partai yang memimpin di dalam

sebuah pemerintahan koalisi dan menjadi faktor stabilitasi di Nordland. Sejak

kemerdekaan, NWP telah berhasil mengambil tanggung jawab atas kebebasan,

kemajuan dan peralihan dari dominasi komunis dalam pemerintahan. NWP

merupakan partai yang kuat, yang baru-baru ini meremajakan dirinya bersama

seorang pemimpin yang muda dan dinamis serta memiliki ide-ide yang kreatif.

NWP ingin membawa Nordland menuju masa depan yang penuh kemakmuran. Oleh

karena itu NWP ingin berinvestasi dalam bidang-bidang yang membawa kehidupan

yang lebih baik bagi orang-orang di Nordland:

Pendidikan yang lebih baik untuk memperoleh peluang yang lebih besar dalam

memperoleh pekerjaan yang menarik.

Kesempatan yang lebih baik bagi masyarakat untuk mampu menghidupi dirinya

sendiri serta keluarganya.

Infrastuktur dan investasi yang lebih baik untuk menghapus jarak antara upah dan

biaya hidup.

Untuk membuka kesempatan-kesempatan masa depan seperti ini, NWP juga siap

menerima defisit anggaran belanja.

NWP merupakan satu-satunya partai yang menghendaki integrasi ke dalam Uni

Eropa. Partai ini ingin memberi kesempatan kepada penduduk Nordland untuk

menikmati keamanan dan perlindungan yang diberikan Eropa, dan membuka pasar

yang lebih besar yang memberi lebih banyak kesempatan untuk membuka lapangan

kerja baru yang lebih baik.

NWP ingin membuat sistem politik baru yang lebih transparan, terbuka, menawarkan

partisipasi serta adil. NWP berjuang melawan monopoli negara yang tak terkontrol,

yang menghancurkan kemakmuran dan pertumbuhan.

303

NWP percaya bahwa hanya satu orang saja tidak akan dapat memenuhi semua

harapan yang dimiliki penduduk Nordland. NWP tahu bahwa warga harus bekerja

sama dengan kekuatan politik untuk mencapai kehidupan yang lebih baik bagi orang-

orang di Nordland.

NWP akan memperkenalkan sistem politik yang lebih transparan, terbuka, adil dan

partisipatif. NWP berjuang melawan monopoli pemerintah yang mengekang dan

yang menghancurkan kemakmuran dan pertumbuhan.

NWP percaya bahwa satu orang, sendirian, tidak akan dapat memenuhi semua

harapan yang dimiliki seluruh warga Nordland. NWP menyadari bahwa warga dan

semua kekuatan politik harus bahu-membahu, bekerja bersama demi mencapai

kehidupan yang lebih baik, untuk kepentingan seluruh penduduk Nordland.

NWP merupakan partai yang terbuka, dinamis dan bersih, dan memiliki kandidat-

kandidat yang dapat diperhitungkan, profesional, berpengalaman dan kompeten.

NWP memiliki ahli dalam semua bidang politik, dan siap mengambil-alih

pemerintahan.

NWP memiliki tim yang muda, kreatif, berpengalaman dan penuh ide-ide baru, yang

terdiri dari Harald Haraldsen sebagai kandidat perdana menteri, Knut Knudsen

sebagai ketua partai dan Christa Christensen sebagai kandidat ketua parlemen.

Dengan komposisi ini, NWP akan mampu memecahkan persoalan-persoalan yang

dihadapi warga Nordland, dan karenanya siap maju menuju pemilu yang berhasil.

Oleh karena itu, setiap warga Nordland yang ingin memiliki masa depan dengan taraf

kehidupan yang lebih baik harus memilih NWP dan para kandidatnya.

Pembahasan

Pendahuluan: dalam target image ini, yang dibahas adalah sebuah partai

yang baru-baru ini berada dalam krisis yang berat. Mereka memiliki konflik

internal dalam kepemimpinan dan kesediaan warga untuk memilih partai

304

ini turun drastis. Partai ini terancam terjegal aturan ambang-batas suara

5%. Jenis pemilu yang diadakan merupakan pemilu dengan sistem

proporsional murni.

Partai Jalan Baru (Neue Weg Partei, NWP) adalah partai yang memimpin di dalam

pemerintahan koalisi dan menjadi faktor stabilitasi di daerah di Nordland. Sejak

kemerdekaan, NWP telah berhasil mengambil tanggung jawab atas kebebasan,

kemajuan dan peralihan dari dominasi komunis dalam pemerintahan. NWP

merupakan partai yang kuat, yang baru-baru ini meremajakan dirinya bersama

seorang pemimpin yang muda dan dinamis serta memiliki ide-ide yang kreatif.

Paragraf pertama mendeskripsikan partai NWP. Partai tersebut merupakan

partai pemerintah, dan telah terwakili dalam pemerintahan sejak jaman

kemerdekaan. Oleh karena itu, komponen citra "faktor stabilitasi"

diatributkan pada partai. Pada saat yang sama, kata "tanggung jawab"

dihubungkan dengan partai.

Keterlibatannya yang terus-menerus dalam pemerintahan tentu saja

menyebabkan partai menjadi usang (di mata publik). Pada saat yang

sama, pecah konflik internal. Karena itu, faktor-faktor citra yang negatif ini

perlu dilawan. Itu sebabnya, hal-hal seperti "peremajaan" dengan

"pimpinan yang muda dan dinamis" dan "ide-ide kreatif" dinyatakan dalam

target image.

NWP ingin membawa Nordland menuju masa depan yang penuh kemakmuran. Oleh

karena itu NWP ingin berinvestasi dalam bidang-bidang yang membawa kehidupan

yang lebih baik bagi orang-orang di Nordland:

Pendidikan yang lebih baik untuk memperoleh peluang yang lebih besar dalam

memperoleh pekerjaan yang menarik.

Kesempatan yang lebih baik bagi masyarakat untuk mampu menghidupi dirinya

sendiri serta keluarganya.

Infrastuktur dan investasi yang lebih baik untuk menghapus jarak antara upah dan

biaya hidup.

305

Untuk membuka kesempatan-kesempatan masa depan seperti ini, NWP juga

siap menerima defisit anggaran belanja.

Pesan inti yang disampaikan di sini adalah kesediaan untuk "menerima

defisit dalam anggaran belanja" – jika hal ini dapat membawa "kehidupan

yang lebih baik bagi orang-orang di Nordland." Di sini partai menentang

partai-partai pesaing lainnya yang bersedia didikte oleh IMF dan Uni-Eropa

sekedar untuk menghindari defisit dalam anggaran belanja. Di sini NWP

jelas-jelas mengambil posisi yang berbeda dengan partai-partai lainnya.

Untuk membuat posisi ini menarik, usulan ini digabungkan dengan

keuntungan-keuntungan lainnya ("kesempatan masa depan") bagi warga,

seperti misalnya "pendidikan yang lebih baik untuk memperoleh peluang

yang lebih besar dalam memperoleh pekerjaan yang menarik”,

"menghapus jarak antara upah dan biaya hidup."

NWP merupakan satu-satunya partai yang menghendaki integrasi ke dalam Uni

Eropa. Partai ini ingin memberi kesempatan kepada penduduk Nordland untuk

menikmati keamanan dan perlindungan yang diberikan Eropa, dan membuka pasar

yang lebih besar yang memberi lebih banyak kesempatan untuk membuka lapangan

kerja baru yang lebih baik.

Dalam paragraf ini, kembali ditonjolkan sebuah ciri yang membedakan

partai NWP dengan parta-partai lainnya, yaitu integrasi ke dalam Uni

Eropa, yang dihubungkan dengan keuntungan untuk menikmati

"keamanan dan perlindungan yang diberikan Eropa", "lapangan kerja yang

baru dan lebih baik" bagi warga Nordland. Integrasi ke dalam Uni Eropa itu

sendiri terlalu lemah untuk menarik minat para pemilih, sehingga perlu

ditambah dengan keuntungan-keuntungan yang menggugah minat warga.

NWP akan memperkenalkan sistem politik yang lebih transparan, terbuka, adil dan

partisipatif. NWP berjuang melawan monopoli pemerintah yang mengekang dan

yang menghancurkan kemakmuran dan pertumbuhan.

306

Melalui paragraf ini, partai berusaha menarik batas antara dirinya dengan

partai koalisinya saat ini, dengan inisiatif menyelenggarakan kampanye

internal. Langkah ini penting, karena sebuah referendum untuk menentang

peraturan mengenai integrasi sebuah kelompok etnis asing akan

diselenggarakan pada saat berlangsungnya pemilu. Dengan pernyataan

seperti "partisipasi" dan mengambil posisi menentang "ketidak-adilan,"

partai mengambil sikap menentang referendum – yang sebagiannya

didukung oleh partai koalisinya.

Dengan merujuk pada "monopoli negara yang mengekang", partai

membatasi diri dari kebijakan privatisasi yang tersendat-sendat yang

dijalankan partner koalisinya, dan menempatkan kesalahan atas

"hancurnya kemakmuran dan pertumbuhan" di atas pundak koalisinya itu.

NWP percaya bahwa satu orang, seorang diri saja, tidak akan dapat memenuhi

semua harapan yang dimiliki seluruh warga Nordland. NWP menyadari bahwa warga

dan semua kekuatan politik harus bahu-membahu, bekerja bersama demi mencapai

kehidupan yang lebih baik, untuk kepentingan seluruh penduduk Nordland.

Paragraf ini disajikan untuk membedakan partai NWP dengan sebuah

partai yang baru dibentuk, yang dipimpin oleh seorang pemimpin yang

kharismatis, yang dikenal sebagai seorang yang tidak mampu

bekerjasama dengan pihak lain dan selalu berlebihan dalam menilai

kemampuannya sendiri.

NWP merupakan partai yang terbuka, dinamis dan bersih, dan memiliki kandidat-

kandidat yang dapat diperhitungkan, profesional, berpengalaman dan kompeten.

NWP memiliki ahli dalam semua bidang politik, dan siap mengambil alih

pemerintahan.

Paragraf ini menggarisbawahi aspek kompetensi dan menyatakan

kesediaan partai NWP untuk menjadi pemimpin dalam koalisi. "Siap

mengambil-alih pemerintahan." Pernyataan ini hanya dapat dilakukan

secara realistis, karena saat partai NWP menjadi bagian dalam

pemerintahan koalisi, ia bukan merupakan partai yang memimpin.

307

Pernyataannya untuk mengambil-alih kepemimpinan itu, menjadi lebih

realistis dengan adanya berbagai survai data.

NWP memiliki tim yang muda, kreatif, berpengalaman dan penuh ide-ide baru, yang

terdiri dari Harald Haraldsen sebagai kandidat perdana menteri, Knut Knudsen

sebagai ketua partai dan Christa Christensen sebagai kandidat ketua parlemen.

Dengan komposisi ini, NWP akan mampu memecahkan persoalan-persoalan yang

dihadapi warga Nordland, dan karenanya siap maju menuju pemilu yang berhasil.

Dengan menampilkan trio-tunggal (ketiga-tiganya merupakan orang yang

dulu tidak pernah cocok dan saling bertengkar secara internal), partai

berupaya mengatasi citra negatif sebagai partai yang tidak solid. Tim yang

ditampilkan diposisikan sebagai "muda, kreatif dan berpengalaman."

Paragraf ini tampil paling baik dalam sebuah poster bersama ketiga

kandidat.

Oleh karena itu, setiap warga Nordland yang ingin memiliki masa depan dengan taraf

kehidupan yang lebih baik harus memilih NWP dan para kandidatnya.

Target image ini ditutup dengan ajakan untuk memilih, dan kembali

mengulang aspek kualitatif dari misi strategis. Ajakan memilih ini harus

selalu dirumuskan dalam sebuah target image kampanye, karena ia

merupakan bagian yang penting dari pesan yang ingin disampaikan.

15.12.2. Contoh: Target image untuk sebuah pemilihan walikota di Herwald

Asosiasi Pemilih Bebas Herwald (Freie Wählergemeinschaft Herwald, FWG) adalah

sebuah kelompok independen yang mewakili warga di dalam dewan kota Herwald.

Kelompok ini terbuka bagi seluruh warga kota Herwald. FWG akan maju dalam

pemilu mendatang, dengan mengusung pimpinan fraksinya, Heinz Roser, sebagai

kandidat walikota. Tujuannya adalah untuk menghapuskan nepotisme di Herwald

dan mempersiapkan kota beserta wilayah-wilayah di dalamnya untuk menyongsong

masa depan.

308

Heinz Roser dan FWG akan membebaskan warga dari belenggu birokratis dan

peraturan-peraturan yang tidak berguna, sehingga warga bisa bebas bertindak

sedemikian rupa dan karenanya dapat membawa keuntungan bagi mereka dan

seluruh kota. Untuk itu Heinz Roser dan FWG ingin memodernisir pemerintahan

sebaik mungkin, membuat warga menjadi ramah dan hemat, agar dengan demikian

pajak dan iuran dapat ditekan.

Heinz Roser dan FWG akan mengakhiri diktator ekologis, membuat lalu lintas

kembali lancar dan membawa perdagangan serta ekonomi semakin berkembang,

sehingga, sekali lagi, menjadikan Herwald sebagai tempat yang menarik untuk

bekerja, berbelanja dan menjalani hidup. Untuk itu Heinz Roser dan FWG juga akan

memperjuangkan peningkatan kebersihan dan keamanan warga.

Heinz Roser dan FWG akan memberi kesempatan masa depan yang lebih baik bagi

kaum remaja dengan mengurangi jam pelajaran kosong di sekolah, meningkatkan

tawaran dalam bidang olahraga, budaya dan kegiatan-kegiatan diwaktu senggang,

dengan menyediakan tempat-tempat pelatihan dan lapangan kerja yang lebih

banyak.

Kandidat walikota Heinz Roser lahir di Herwald dan merupakan seorang pengusaha

yang sukses. Dengan pengetahuan di bidang hukum dan kemampuan dalam

manajemen, ia memiliki semua kualitas yang dibutuhkan untuk menduduki jabatan

sebagai kepala administratif yang kompeten. Ia sejak lama juga sudah terlibat dalam

kerja-kerja sosial dan sukarela serta memperoleh kepercayaan dari setiap orang

yang membutuhkan bantuan profesional.

Kandidat-kandidat FWG merupakan wakil-wakil yang kompeten dan berkomitmen di

daerah mereka. Untuk itu setiap warga yang ingin agar Herwald beserta warganya

memiliki masa depan yang lebih baik harus memilih kandidat-kandidat FWG sebagai

anggota dewan kota dan Heinz Roser sebagai walikota.

Pembahasan

309

Pendahuluan: yang dibahas di sini adalah pemilihan langsung untuk

jabatan walikota. Untuk menang dalam pemilu, seorang kandidat

memerlukan lebih dari 50% suara dalam pemilu putaran pertama atau

mengumpulkan lebih dari 50% suara dalam pemilu putaran kedua.

FWG bukan merupakan partai yang mapan melainkan sebuah

perkumpulan di tingkat kota yang serupa dengan partai. FWG sudah

duduk di dewan kota sebagai oposisi.

Asosiasi Pemilih Bebas Herwald (Freie Wählergemeinschaft Herwald, FWG) adalah

sebuah kelompok independen yang mewakili warga di dalam dewan kota Herwald.

Kelompok ini terbuka bagi seluruh warga kota Herwald. FWG akan maju dalam

pemilu mendatang, dengan mengusung pimpinan fraksinya, Heinz Roser, sebagai

kandidat walikota. Tujuannya adalah untuk menghapuskan nepotisme di Herwald

dan mempersiapkan kota beserta wilayah-wilayah di dalamnya untuk menyongsong

masa depan.

Dalam paragraf pertama, diperkenalkan kandidat beserta keseluruhan

sasaran kualitatifnya yang disimpulkan dari misi strategisnya, yakni

"menghapuskan nepotisme" dan " mempersiapkan kota beserta wilayah-

wilayah di dalamnya.” Sebuah isu (menghapuskan nepotisme) – yang

biasanya menjadi tugas partai diangkat. Dengan demikian, FWG sebagai

sebuah asosiasi pemilih membedakan dirinya secara jelas dari partai-

partai yang mapan. Isu yang kedua (kota dan wilayahnya) menunjukkan

orientasi asosiasi tersebut. Ini penting untuk mewakili isu warga di wilayah-

wilayah kota dan bukan di dalam politik yang berorientasi partai. Di sini

perbedaan yang jelas dengan partai-partai mapan kembali terlihat.

Heinz Roser dan FWG akan membebaskan warga dari belenggu birokratis dan

peraturan-peraturan yang tidak berguna, sehingga warga bisa bebas bertindak

sedemikian rupa dan karenanya dapat membawa keuntungan bagi mereka dan

seluruh kota. Untuk itu Heinz Roser dan FWG ingin memodernisir pemerintahan

sebaik mungkin, membuat warga menjadi ramah dan hemat, agar dengan demikian

pajak dan iuran dapat ditekan.

310

Paragraf ini mengarah langsung pada isu "deregulasi", yang ditunjukkan

melalui pernyataan seperti "pembebasan warga dari belenggu birokratis

dan peraturan-peraturan yang tidak berguna" yang secara langsung

merangkul warga. Untuk semakin memperjelas keuntungan ini,

diperkenalkanlah sebuah reformasi administratif yang tidak berdiri sendiri

melainkan disertai keuntungan-keuntungan tambahan seperti "warga yang

ramah", dan terlebih lagi "menekan pajak dan iuran" – yang sejalan

dengan kebijakan reformasi. Dengan isu-isu ini FWG dapat menampilkan

dirinya sebagai organisasi politik yang berbeda dengan partai-partai yang

sedang berkuasa, karena partai-partai inilah yang bertanggung jawab atas

birokrasi dan pajak serta iuran yang terlalu tinggi.

Heinz Roser dan FWG akan mengakhiri diktatur ekologis, membuat lalu lintas

kembali lancar dan membawa perdagangan serta ekonomi semakin berkembang,

sehingga, sekali lagi, menjadikan Herwald sebagai tempat yang menarik untuk

bekerja, berbelanja dan menjalani hidup. Untuk itu Heinz Roser dan FWG juga akan

memperjuangkan peningkatan kebersihan dan keamanan warga.

Kata "diktatur ekologis" merupakan suatu kata yang jarang dipakai, dan

karenanya menarik perhatian. Paragraf ini menyerang langsung sebuah

koalisi dari dua partai, di mana partai ekologis telah berhasil mewujudkan

serangkaian peraturan yang menghancurkan lalu lintas dan menimbulkan

persoalan dalam industri dan perdagangan. “Diktatur ekologis” perlu

dihapuskan untuk membuat kota tersebut kembali menjadi “tempat yang

menarik untuk menjalani hidup”, di mana orang dapat "berbelanja" dan

"bekerja". Paragraf ini berhasil membuat batasan emosional yang jelas

dengan kedua partai yang harus bertanggung jawab.

Heinz Roser dan FWG akan memberi kesempatan masa depan yang lebih baik bagi

kaum remaja dengan mengurangi jam pelajaran kosong di sekolah, meningkatkan

tawaran dalam bidang olahraga, budaya dan kegiatan-kegiatan diwaktu senggang,

dengan menyediakan tempat-tempat pelatihan dan lapangan kerja yang lebih

banyak.

311

Kata kunci yang dipakai dalam paragraf ini adalah "jam pelajaran kosong

di sekolah". Isu ini akan sangat menggugah emosi orang tua karena

mereka melihat bahwa pendidikan anak-anak mereka – dan masa depan

anak mereka terancam. Semua kandidat lawan yang berprofesi sebagai

"guru" harus menanggung sebagian kesalahan, karena menyebabkan jam

pelajaran kosong.

Kandidat walikota Heinz Roser lahir di Herwald dan merupakan seorang pengusaha

yang sukses. Dengan pengetahuan di bidang hukum dan kemampuan dalam

manajemen, ia memiliki semua kualitas yang dibutuhkan untuk menduduki jabatan

sebagai kepala administratif yang kompeten. Ia sejak lama juga sudah terlibat dalam

kerja-kerja sosial dan sukarela serta memperoleh kepercayaan dari setiap orang

yang membutuhkan bantuan profesional.

Paragraf ini pertama-tama mengukuhkan keterikatan sang kandidat

dengan kota setempat, melalui pernyataan "lahir di Herwald". Di bagian

lainnya dipromosikan kompetensi sang kandidat dan kepercayaan orang

terhadap dirinya.

Kandidat-kandidat FWG merupakan wakil-wakil yang kompeten dan berkomitmen di

daerah mereka. Untuk itu setiap warga yang ingin agar Herwald beserta warganya

memiliki masa depan yang lebih baik harus memilih kandidat-kandidat FWG sebagai

anggota dewan kota dan Heinz Roser sebagai walikota.

Paragraf ini sekali lagi menunjukkan pentingnya seruan kepada para

pemilih dan dimasukkannya para kandidat di dalamnya, untuk daerah

pemilihan dalam pemilu walikota.

15.12.3. Contoh: Target image untuk kota Santa Mar

Santa Mar adalah ibukota Surland. Surland merupakan jantung Mercosur yang

menawarkan perekonomian yang paling terbuka dengan peraturan yang minim,

peluang yang tak terbatas bagi pengusaha, dengan program bantuan finansial yang

312

luas dan pajak yang rendah. Surland menawarkan biaya kerja yang rendah, sistem

keamanan sosial serta biaya energi yang murah.

Santa Mar merupakan kota yang aman tanpa kerusuhan etnis, yang memiliki

jaringan komunikasi yang berkembang baik, sistem sekolah yang sangat baik, dan

fasilitas transportasi yang baik.

Pemerintah kota Santa Mar memiliki proyek-proyek yang menarik bagi investor,

perusahaan dan NGO dari seluruh dunia, termasuk Surland. Proyek-proyek ini

menitikberatkan pada pembangunan infrastuktur yang lebih baik dan meningkatkan

kualitas hidup warga Santa Mar.

Pemerintah kota Santa Mar merupakan zona yang bebas korupsi. Ia membantu para

investor dan perusahaan untuk menemukan jalan mereka, menerabas hutan rimba

birokrasi pemerintah pusat. Kantor promosi investasi mereka sangat berpengaruh

dan menyediakan nformasi yang lengkap. Setiap masalah dan pertanyaan yang

muncul berkaitan dengan proyek dapat langsung dijawab dan dijelaskan di sana.

Walikota Santa Mar beserta timnya sangat terbuka, kreatif dan modern. Pandangan

pragmatis mereka akan masa depan membuka jalan bagi keputusan-keputusan yang

mudah, tidak birokratis dan cepat.

Adalah ide yang baik untuk mempertimbangkan tawaran yang diberikan oleh

pemerintah kota Santa Mar dan ikut ambil bagian di dalamnya. Dapat dipastikan

anda akan bisa memperoleh hasil yang baik dan bagi para investor swasta akan

memperoleh keuntungan yang layak.

Pembahasan

Pendahuluan: target image ini dibuat untuk sebuah kota, dalam usahanya

untuk menarik sebuah kelompok target tertentu, yakni investor potensial.

Tujuan kota ini adalah menarik para investor untuk tampil dalam even-

even nasional maupun internasional. Untuk tujuan tersebut, digunakan

sebuah strategi ofensif.

313

Santa Mar adalah ibukota Surland. Surland merupakan jantung Mercosur yang

menawarkan perekonomian yang paling terbuka dengan peraturan yang minim,

peluang yang tak terbatas bagi pengusaha, dengan program bantuan finansial yang

luas dan pajak yang rendah. Surland menawarkan biaya kerja yang rendah, sistem

keamanan sosial serta biaya energi yang murah.

Pertama-tama, kota beserta lokasi dan situasi kondisinya diperkenalkan.

Ini adalah sebuah kota di salah satu negara Amerika Latin yang

merupakan bagian Mercosur. Setelah itu disusul dengan ditunjukkannya

banyak hal yang menarik bagi kelompok target seperti "ibukota",

"perekonomian yang terbuka dengan peraturan minim," serta "biaya kerja

yang rendah dan energi yang murah." Perbedaan-perbedaan yang jelas

dengan pesaing-pesaing lainnya diungkapkan di sini.

Santa Mar merupakan kota yang aman tanpa kerusuhan etnis, yang memiliki

jaringan komunikasi yang berkembang baik, sistem sekolah yang sangat baik, dan

fasilitas transportasi yang baik.

Paragraf ini menempatkan Santa Mar sebagai kota yang berbeda dari

kota-kota lainnya, dengan mengacu pada "keamanan" dan "tidak adanya

kerusuhan etnis." Hal-hal positif lainnya yang ditawarkan adalah "sistem

sekolah, jaringan komunikasi, dan fasilitas transportasi."

Pemerintah kota Santa Mar memiliki proyek-proyek yang menarik bagi investor,

perusahaan dan NGO dari seluruh dunia, termasuk Surland. Proyek-proyek ini

menitikberatkan pada pembangunan infrastuktur yang lebih baik dan meningkatkan

kualitas hidup warga Santa Mar.

Dalam paragraf ini, para investor dihubungkan secara langsung dengan

proyek-proyek yang membawa pengaruh positif bagi masyarakat di negara

tersebut. Dengan demikian, kepentingan para investor – yakni

menanamkan uangnya dalam sektor usaha yang menguntungkan

314

terpenuhi. Pada saat yang sama, citra "berbuat baik" juga dilekatkan di

sini.

Pemerintah kota Santa Mar merupakan zona yang bebas korupsi. Ia membantu para

investor dan perusahaan untuk menemukan jalan mereka, menerabas hutan rimba

birokrasi pemerintah pusat. Kantor promosi investasi mereka sangat berpengaruh

dan menyediakan nformasi yang lengkap. Setiap masalah dan pertanyaan yang

muncul berkaitan dengan proyek dapat langsung dijawab dan dijelaskan di sana.

Di sini kebutuhan-kebutuhan penting para investor seperti "zona bebas korupsi, pimpinan

yang “menerabas birokrasi” dan “partner yang kompeten” dapat terpenuhi.

Walikota Santa Mar beserta timnya sangat terbuka, kreatif dan modern. Pandangan

pragmatis mereka akan masa depan membuka jalan bagi keputusan-keputusan yang

mudah, tidak birokratis dan cepat.

Pemenuhan kebutuhan para investor juga dilengkapi dengan komponen pribadi.

"Walikota Santa Mar beserta timnya" bersifat "pragmatis" serta "membuka jalan".

Adalah ide yang baik untuk mempertimbangkan tawaran yang diberikan oleh

pemerintah kota Santa Mar dan ikut ambil bagian di dalamnya. Dapat dipastikan

anda akan bisa memperoleh hasil yang baik dan bagi para investor swasta akan

memperoleh keuntungan yang layak.

Paragraf ini berisi seruan untuk bertindak, sama halnya seperti seruan

untuk memilih. Ini merupakan aspek yang penting, karena tidaklah cukup

bagi kita hanya memberikan citra yang baik saja, jika kelompok target yang

kita tuju tidak mengetahui secara konkret apa yang harus mereka lakukan.

15.12.4. Contoh: Target image untuk sebuah pemerintahan

Pemerintahan Alberto Rubin (Regierung Alberto Rubin, RAR) adalah pemerintahan

Mittelland yang dipilih secara demokratis dan sesuai hukum. Pemerintahan aliansi

315

nasional yang dipimpin oleh partai pembangunan ini menghendaki adanya kesatuan

dan rekonsiliasi nasional. RAR mengundang setiap orang yang ingin membantu

dalam membangun kembali negara, dan tidak akan menolak siapapun juga.

RAR memiliki komitmen dalam mendukung kebebasan dan toleransi, inisiatif pribadi

dan bersikap adil untuk membangun negara ini secara damai, karena sebelumnya

ada penyalahgunaan kekuasaan di negara ini melalui eksploitasi, kepentingan

pribadi, penganiayaan dan sikap merendahkan.

RAR berjuang memberantas korupsi dan melindungi hak milik pribadi di Mittelland.

RAR kembali menegakkan hukum dan peraturan setelah ketidak-adilan merajalela

selama bertahun-tahun tanpa ada yang bertindak, dan dengan demikian kembali

memberi keamanan dan keadilan kepada penduduk negara ini.

RAR memanfaatkan kemajuan ekonomi dan pengembangan jasa masyarakat untuk

menawarkan keamanan yang lebih baik bagi keluarga-keluarga di Mittelland dalam

perjuangan sehari-hari mereka untuk bertahan hidup, dan untuk meningkatkan

kualitas hidup penduduknya.

RAR menyadari bahwa mantan penguasa akan melawan semua usahanya dengan

segala cara. Bekas penguasa ini hanya ingin melindungi kenyamanan mereka

sendiri, dan terus mengeksploitasi warga Mittelland demi kepentingan mereka.

RAR berani. RAR tidak akan gentar dan membiarkan dirinya ditakut-takuti melalui

kekerasan, ancaman dan manipulasi dalam perjuangannya menghapuskan

keuntungan pribadi, membongkar monopoli yang eksploitatif dan menciptakan

lingkungan yang aman dan adil.

Di tangan Arturo Rubin, RAR memiliki seorang presiden, dan bersama rakyatnya

semua memusuhi pemerintahnya. Ia, bersama menteri-menterinya yang kompeten

dan jujur akan membawa Mittelland menuju masa depan yang lebih baik. RAR layak

memperoleh dukungan rakyat dalam perjuangannya sehari-hari melawan wakil-wakil

penguasa masa lampau dan dalam setiap pemilu di masa mendatang.

316

Pembahasan

Pendahuluan: Target image ini dibuat untuk pemerintahan yang berada di

bawah tekanan yang kuat dari pemerintahan sebelumnya. Di negara

demokrasi presidensial ini, presiden dipilih melalui koalisi beberapa partai

untuk menggantikan kelompok penguasa terdahulu. Di bawah tekanan dan

ancaman dari para mantan penguasa, pemerintahan menunjukkan tanda-

tanda perpecahan.

Pemerintahan Alberto Rubin (Regierung Alberto Rubin, RAR) adalah pemerintahan

Mittelland yang dipilih secara demokratis dan sesuai hukum. Pemerintahan aliansi

nasional yang dipimpin oleh partai pembangunan ini menghendaki adanya kesatuan

dan rekonsiliasi nasional. RAR mengundang setiap orang yang ingin membantu

dalam membangun kembali negara, dan tidak akan menolak siapapun juga.

Paragraf ini dimaksudkan untuk menjelaskan bahwa pemerintahan yang

berkuasa sekarang merupakan pemerintahan yang "dipilih secara

demokratis". Di sini juga ditegaskan bahwa tidak ada seorang pun yang

akan ditolak, dan bahwa tangan pemerintah terbuka bagi siapa pun juga.

Ini berbeda dengan yang diterapkan rezim sebelumnya, di mana terjadi

pembatasan dan penganiayaan.

RAR memiliki komitmen dalam mendukung kebebasan dan toleransi, inisiatif pribadi

dan bersikap adil untuk membangun negara ini secara damai, karena sebelumnya

ada penyalahgunaan kekuasaan di negara ini melalui eksploitasi, kepentingan

pribadi, penganiayaan dan sikap merendahkan.

Paragraf ini menggunakan serangkaian kata kunci yang dinilai penting oleh

masyarakat melalui sebuah survai: "kebebasan," "toleransi," "keadilan,"

dan "kedamaian." Istilah-istilah seperti "eksploitasi," "pemanfaatan untuk

kepentingan pribadi," "penganiayaan" dan "sikap merendahkan" terbukti

membawa kesan yang sangat negatif terhadap masa lalu. Dengan sikap

yang kontras ini, pemerintahan yang baru menarik batas secara tegas

antara dirinya dengan pemerintahan yang lama.

317

RAR berjuang memberantas korupsi dan melindungi hak milik pribadi di Mittelland.

RAR kembali menegakkan hukum dan peraturan setelah ketidak-adilan merajalela

selama bertahun-tahun tanpa ada yang bertindak, dan dengan demikian kembali

memberi keamanan dan keadilan kepada penduduk negara ini.

Di sini, sekali lagi, keuntungan-keuntungan bagi warga kembali

dimunculkan. Fokus utama yang ditekankan adalah "keamanan", karena

aspek ini menjadi kebutuhan yang sangat penting bagi mayoritas warga

saat ini.

RAR memanfaatkan kemajuan ekonomi dan pengembangan jasa masyarakat untuk

menawarkan keamanan yang lebih baik bagi keluarga-keluarga di Mittelland dalam

perjuangan sehari-hari mereka untuk bertahan hidup, dan untuk meningkatkan

kualitas hidup penduduknya.

Dalam paragraf ini, pemerintah menjelaskan bagaimana mereka akan

memenuhi kebutuhan dasar warganya. Pemerintah merumuskan sebuah

pernyataan dramatik melalui kalimat "dalam perjuangan sehari-hari mereka

untuk bertahan hidup," yang menggugah emosi.

RAR menyadari bahwa mantan penguasa akan melawan semua usahanya dengan

segala cara. Bekas penguasa ini hanya ingin melindungi kenyamanan mereka

sendiri, dan terus mengeksploitasi warga Mittelland demi kepentingan mereka.

Sebuah gambaran musuh bersama dibangun dalam paragraf ini. Yang

dilakukan di sini adalah menempatkan pemerintah dan warga dalam kubu

yang sama, dan menyalahkan kekuatan lama atas segala agresi yang

terjadi.

RAR berani. RAR tidak akan gentar dan membiarkan dirinya ditakut-takuti melalui

kekerasan, ancaman dan manipulasi dalam perjuangannya menghapuskan

keuntungan pribadi, membongkar monopoli yang eksploitatif dan menciptakan

lingkungan yang aman dan adil.

318

Paragraf ini menjawab pertanyaan atas agresi yang terjadi. Pemerintah

yang baru "berani," dan tidak membiarkan dirinya "ditakut-takuti." Pesan

yang ingin disampaikan kepada warga adalah bahwa mereka tidak perlu

takut. Pemerintah akan selalu "berjuang" dan akan mematahkan semua

serangan.

Di tangan Arturo Rubin, RAR memiliki seorang presiden, dan bersama rakyatnya

semua memusuhi pemerintahnya. Ia, bersama menteri-menterinya yang kompeten

dan jujur akan membawa Mittelland menuju masa depan yang lebih baik. RAR layak

memperoleh dukungan rakyat dalam perjuangannya sehari-hari melawan wakil-wakil

penguasa masa lampau dan dalam setiap pemilu di masa mendatang.

Dalam paragraf ini kembali ingin ditegaskan bahwa rakyat dan pemerintah

berada di satu kubu, dan bahwa ada "masa depan yang lebih baik"

menanti rakyat. Untuk itu, rakyat harus "mendukung" pemerintah.

15.12.5. Contoh: Perumusan target image yang mestinya tidak dilakukan

LFP merupakan sebuah partai di Mülldorf. LFP adalah sebuah partai yang akan

membangunkan warga Mülldorf dari tidurnya, sehingga kota itu pada akhirnya

berhasil mengejar ketertinggalannya dari kota lain. LFP mengajukan Ronald Mayer

sebagai kandidat.

Ronald Mayer adalah seorang konsultan perusahan yang tahu apa yang harus

dilakukan di Mülldorf, untuk memperbaiki kembali kondisi keuangan kotamadyanya.

Dengan pengalaman manajemennya dan keberhasilannya dalam merehabilitasi

perusahaan-perusahaan yang bangkrut, ia telah membuktikan bahwa ia tahu

bagaimana caranya bisa mengatasi rintangan dan mewujudkan apa yang menjadi

rencananya.

Ronald Mayer mengenali keprihatinan dan kebutuhan kota Mülldorf dan mengetahui

bahwa keputusan-keputusan yang diambil saat ini sangat penting bagi masa depan

319

kota. Bersama Ronald Mayer, Mülldorf akan menciptakan kobaran di segenap

wilayah dan negara bagian setempat.

Ronald Mayer dan LFP ingin mengakhiri omong kosong mengenai perlindungan

lingkungan hidup dan monumen peringatan tentang konservasi yang hanya akan

menghalangi proses penataan kembali kota.

Ronald Mayer dan LFP ingin kembali menyeimbangkan anggaran belanja rumah

tangga kotanya. Mereka akan mengambil dana kompensasi negara bagian dan

sekaligus menerapkan kebijakan penghematan secara tegas bagi Mülldorf. Untuk itu,

pajak dan iuran harus ditingkatkan. Karena itu, rencana-rencana yang ambisius yang

dilancarkan koalisi SWP dan ARD untuk membangun kompleks olah raga lengkap

dengan kolam renang dan aula senam harus dihentikan.

Kita ingin menunjukkan kepada warga bahwa mereka dapat mengurus dirinya sendiri

dan tidak perlu senantiasa menuntut bantuan dari masyarakat.

Kandidat-kandidat LFP yang kompeten dan memiliki komitmen mendukung ide

bahwa warga harus menurunkan tuntutannya terhadap kota. Oleh karena itu semua

warga yang menghendaki sebuah masa depan yang realistis bagi Mülldorf dan

masyarakatnya harus memilih LFP dan Ronald Mayer sebagai walikota.

1.1.1.1. Diskusi

Contoh yang dimunculkan di sini adalah sebuah target image yang fiktif,

yang hanya digunakan untuk menunjukkan kesalahan-kesalahan dalam

merumuskan sebuah target image.

LFP merupakan sebuah partai di Mülldorf. LFP adalah sebuah partai yang akan

membangunkan warga Mülldorf dari tidurnya, sehingga kota itu pada akhirnya

berhasil mengejar ketertinggalannya dari kota lain. LFP mengajukan Ronald Mayer

sebagai kandidat.

320

Penempatan diri LFP di Mülldorf dalam kalimat pertama tidak tepat.

"Sebuah partai" adalah kata yang tidak memberikan kesan dan tidak

membatasi diri dengan pihak lain.

Dalam kalimat kedua, partai dirumuskan secara lebih jelas, tetapi dengan

menyerang warga dan kota melalui penggunaan kata "tertidur" dan

"membangunkan warga". Pernyataan ini melukai perasaan harga diri

banyak warga, dan dapat menimbulkan reaksi negatif.

Bahkan pernyataan yang merujuk pada perkembangan kota-kota lain yang

ingin dikejar pun tidak membangkitkan rasa bangga dan harga diri.

Kandidat Ronald Mayer diperkenalkan dalam kalimat terakhir. Tapi untuk

jabatan apa?

Ronald Mayer adalah seorang konsultan perusahan yang tahu apa yang harus

dilakukan di Mülldorf, untuk memperbaiki kembali kondisi keuangan kotamadyanya.

Dengan pengalaman manajemennya dan keberhasilannya dalam merehabilitasi

perusahaan-perusahaan yang bangkrut, ia telah membuktikan bahwa ia tahu

bagaimana caranya bisa mengatasi rintangan dan mewujudkan apa yang menjadi

rencananya.

Paragraf ini menguraikan kandidat secara lebih detail, tetapi

kompetensinya digambarkan sebagai sebuah ancaman bagi warga. "Ia

tahu apa yang harus ia lakukan." Tapi apa sebenarnya yang akan

dilakukan tidak dijelaskan, sehingga masa depan yang dijanjikan akan

seperti apa masih tidak jelas. Ia juga dinyatakan "bisa mengatasi

rintangan". Pertanyaannya adalah, siapakah yang menjadi rintangan?

Apakah yang dimaksudkan termasuk warga di dalamnya?

Ronald Mayer mengenali keprihatinan dan kebutuhan kota Mülldorf dan mengetahui

bahwa keputusan-keputusan yang diambil saat ini sangat penting bagi masa depan

kota. Bersama Ronald Mayer, Mülldorf akan menciptakan kobaran di segenap

wilayah dan negara bagian setempat.

321

Paragraf ini menitik-beratkan pada masa depan kota dan bukan pada

warganya. Ia tidak prihatin pada kesejahteraan warga melainkan pada

"kobaran" yang akan "diciptakan".

Ronald Mayer dan LFP ingin mengakhiri omong kosong mengenai perlindungan

lingkungan hidup dan monumen peringatan tentang konservasi yang hanya akan

menghalangi proses penataan kembali kota.

Ini adalah serangan langsung dan negatif terhadap kelompok-kelompok

warga tertentu. Tidak digambarkan secara positif di sini, apakah yang akan

terjadi setelah itu. Keuntungan apa yang akan diperoleh warga? Kalimat

"penataan kembali kota" tidak memiliki nilai kualitatif dan perumusannya

terlalu dingin.

Ronald Mayer dan LFP ingin kembali menyeimbangkan anggaran belanja rumah

tangga kotanya. Mereka akan mengambil dana kompensasi negara bagian dan

sekaligus menerapkan kebijakan penghematan secara tegas bagi Mülldorf. Untuk itu,

pajak dan iuran harus ditingkatkan. Karena itu, rencana-rencana yang ambisius yang

dilancarkan koalisi SWP dan ARD untuk membangun kompleks olah raga lengkap

dengan kolam renang dan aula senam harus dihentikan.

Dalam paragraf ini kita dapat menemukan kesalahan yang sering dibuat.

Sebenarnya memperbaiki kembali kondisi anggaran belanja merupakan

hal positif. Tetapi pernyataan ini tidak memiliki nilai jual yang positif, karena

dibubuhi kalimat "meningkatkan pajak dan iuran" dan menghentikan

pembangunan “kompleks olahraga". Meskipun ada kejujuran dalam

paragraf ini, tetapi hanya menyebutkan aspek-aspek negatif yang akan

mengakibatkan para pemilih tidak mau memilih partai ini, karena hanya

menawarkan peningkatan pajak dan tidak memenuhi kebutuhan mereka.

Kesalahan berikutnya adalah digunakannya kata-kata yang tidak memiliki

makna apa-apa bagi warga seperti "dana kompensasi negara bagian".

Pada dasarnya berlaku ketentuan bahwa di dalam target image, sebaiknya

kita tidak menyebut-nyebut partai lawan. Dalam kasus di atas bahkan lebih

322

parah, karena partai-partai lawan justru disebutkan dalam kaitannya

dengan “kompleks olah raga” yang jelas-jelas menjadi harapan warga.

Kita ingin menunjukkan kepada warga bahwa mereka dapat mengurus dirinya sendiri

dan tidak perlu senantiasa menuntut bantuan dari masyarakat.

Ada dua kesalahan klasik di sini: pertama, bahwa paragraf ini tidak

dirumuskan dari sudut pandang warga. Kata "Kita" harus diganti dengan

"Ronald Mayer dan LFP". Kedua, dengan menggunakan kalimat seperti

"terus menuntut dari masyarakat", paragraf ini menggambarkan warga kota

secara negatif. Pernyataan ini akan menjauhkan warga dari partai dan

dapat mengurangi probabilitas perolehan suara secara dramatis.

Kandidat-kandidat LFP yang kompeten dan memiliki komitmen mendukung ide

bahwa warga harus menurunkan tuntutannya terhadap kota. Oleh karena itu semua

warga yang menghendaki sebuah masa depan yang realistis bagi Mülldorf dan

masyarakatnya harus memilih LFP dan Ronald Mayer sebagai walikota.

Dalam paragraf ini pandangan negatif para kandidat terhadap warga

kembali mengemuka. Para kandidat LFP "kompeten" dalam "menurunkan

tuntutan warga."

Dalam kalimat terakhir baru jelas bahwa Ronald Mayer adalah kandidat

LFP untuk jabatan walikota.

Bagaimana target image tersebut dapat dirumuskan secara benar dan positif tanpa

mengubah agenda politisnya?

Partai Kebebasan Liberal (Liberale Freiheitspartei, LFP) adalah sebuah partai warga

yang independen di Mülldorf. Partai ini menjamin bahwa Mülldorf akan memperoleh

penghargaan yang layak di mata masyarakat. Bersama warga, LFP berinisiatif

mengambil-alih kepemimpinan di wilayah ini. LFP akan mengajukan Ronald Mayer

sebagai kandidat walikota.

323

Ia adalah seorang konsultan manajemen independen, yang tahu bagaimana caranya

membuka lapangan kerja, meningkatkan pemasukan dan bagaimana kotamadya ini

dapat diperbaiki melalui sebuah reformasi administratif. Dengan pengalaman

manajemennya dan pengalamannya dalam menangani perusahaan yang terancam

hancur, ia telah membuktikan bahwa rehabilitasi dapat dilakukan secara manusiawi

dan dapat pula diterima secara sosial.

Ronald Mayer mengenali keprihatinan dan kebutuhan kota ini, dan tahu bahwa

keputusan yang diambil pada saat ini akan sangat penting bagi masa depan kota,

bagi warganya dan terutama bagi kaum remaja. Bersama Ronald Mayer sebagai

walikota, Mülldorf akan memperoleh reputasi yang terpandang – sehingga

masyarakatnya bangga akan kota mereka.

Ronald Mayer dan LFP akan mengakhiri peraturan yang berlebihan, yang

menghambat warga dan kota dalam menata kota sedemikian rupa, sehingga lalu

lintas bisa kembali lancar, industri dan perdagangan kembali berkembang dan orang-

orang di Mülldorf bisa kembali bekerja, berbelanja dan hidup di lingkungan yang

menarik.

Ronald Mayer dan LFP ingin melakukan reformasi anggaran belanja kotanya dengan

meningkatkan pemasukan dari negara bagian, melalui perolehan pajak yang lebih

besar – yang ditarik dari industri yang berjalan dengan baik, dan melalui harga-harga

yang pantas dari jasa yang berkualitas dan efisien yang ditawarkan oleh kota. Pada

saat yang sama, partai ingin mengambil jarak dari proyek-proyek prestise, yang

hanya melayani reputasi para politisi dan tidak melayani mayoritas warga Mülldorf.

Langkah ini menjawab kebutuhan akan cadangan finansial yang diperlukan Mülldorf

untuk melakukan tugas-tugas yang benar-benar diperlukan oleh kota.

Ronald Mayer dan LFP ingin membebaskan warga dari subordinasi pemerintah dan

birokrasi. Ronald Mayer dan LFP akan memberikan kebebasan yang dibutuhkan

warga untuk dapat mengembangkan inisiatif pribadi mereka, untuk keuntungan

mereka sendiri dan untuk lingkungan sekitar serta wilayah-wilayah kota di mana

mereka tinggal.

324

Kandidat-kandidat LFP merupakan wakil-wakil rakyat yang kompeten dan memiliki

komitmen, dan disiapkan untuk mengambil tanggung jawab demi pembangunan kota

yang dinamis. Untuk itu, semua warga yang menghendaki masa depan yang lebih

baik bagi Mülldorf dan warganya, harus memilih para kandidat LFP dan Ronald

Mayer sebagai walikota.

325

16. KELOMPOK TARGET

Kelompok target adalah kelompok dari bagian masyarakat umum secara

keseluruhan. Kelompok target berguna untuk mengarahkan proses komunikasi

sedemikian rupa, sehingga dengan menekan kemungkinan tercecernya informasi

serendah mungkin, kita dapat meraih hasil yang maksimal.

Pengertian "masyarakat umum" yang digunakan dalam percakapan sehari-hari

merupakan perumusan yang terlalu luas, karena tidak semua orang tertarik pada

pesan yang ingin disampaikan sebuah partai (citra yang diinginkan), dan oleh karena

itu usaha untuk menarik semua orang merupakan usaha yang sia-sia.

Anak-anak dan remaja yang belum berhak memilih atau orang asing yang tidak

berhak mengikuti pemilu, bukan kelompok target yang layak bagi partai untuk

merumuskan sebuah strategi kampanye. Isu-isu yang berkaitan dengan kelompok

ini dapat saja memainkan peranan, tetapi mereka tetap tidak dapat dijadikan

kelompok target.

Organisasi politik dan para kandidat harus paham bahwa setiap usul yang mereka

ajukan akan menimbulkan reaksi, baik yang berupa penerimaan maupun penolakan

secara tegas.101 Kelompok yang secara negatif menentang ide-ide politik yang

diajukan, tidak dapat dijadikan kelompok target dalam sebuah kampanye pemilu.

Tetapi situasi ini bisa berbeda untuk sebuah strategi jangka panjang dan untuk

kampanye yang bertujuan meyakinkan dan merubah keyakinan masyarakat. Dalam

kasus semacam ini, kelompok yang menolak sekalipun dapat dijadikan kelompok

target, karena kita berupaya mempengaruhi persepsi mereka dalam jangka panjang

melalui pendidikan.

Karenanya, komunikasi dengan kelompok target berarti mengumpulkan energi dan

kekuatan sehingga memungkinkan kita meraih keberhasilan dan menghemat

sumberdaya.

101

Lihat bab 3.1 tentang Pertarungan untuk Memperoleh Kekuasaan dan Pengaruh

326

Lalu bagaimana kita dapat menemukan kelompok target? Siapakah yang secara

khusus tertarik pada pernyataan-pernyataan yang akan disebar oleh partai?

Siapakah yang tertarik pada produk yang ditawarkan oleh partai, kandidat,

pemerintah atau organisasi lainnya?

Satu cara yang dapat dilakukan untuk menetapkan kelompok sosial masyarakat

yang paling tertarik pada pernyataan yang tercantum dalam citra yang diinginkan

adalah dengan mengamatinya. Survai pasarlah yang bertugas untuk melakukan

pengamatan ini secara terus-menerus.102

Kelompok target adalah sekelompok atau beberapa kelompok orang yang memiliki

karakter yang jelas. Kita menyebut mereka sebagai kelompok sosial, atau bisa juga

sebagai kelompok gaya hidup. Kelompok-kelompok target ini pada dasarnya dapat

diakses melalui empat pendekatan, yakni:

1. Pendekatan formal (organisasi, asosiasi, perkumpulan, dsb.),

2. Pendekatan informal (tempat kediaman),

3. Pendekatan melalui media (berbagai media), dan

4. Pendekatan elektronik (internet, Web 2.0., social media)

Pihak yang mengakses pendekatan di atas dapat menjadi kelompok target. Dalam

pendekatan formal, perhatian harus difokuskan pada kegiatan yang berkaitan

dengan organisasi-organisasi eksternal seperti asosiasi, perkumpulan, dsb.

Pendekatan informal lebih banyak menggunakan kegiatan kehumasan, dan

pendekatan media berarti menjaga hubungan dengan wakil-wakil dari media.

102

Perangkat-perangkat survai pasar dijelaskan lebih lanjut dalam bab 20.1 tentang Penjelasan dan

Pengadaan Informasi.

327

16.1. Kelompok target sosial

Para sosiodemograf membagi masyarakat dalam sektor-sektor sosiodemografis.

Sektor-sektor ini mewakili kelompok target. Sektor-sektor ini ukurannya beragam,

baik besar maupun kecilnya tergantung pada parameter yang digunakan. Kriteria

untuk menggolongkan sektor-sektor ini adalah:

Penggolongan berdasarkan gender: laki-laki, perempuan

Penggolongan berdasarkan usia: orang-orang dalam berbagai golongan usia, misalnya 11-20 tahun, 21-30 tahun, dan seterusnya. Atau kategori umum seperti anak-anak, remaja, manula.

Penggolongan berdasarkan lokasi tempat tinggal: orang-orang yang tinggal di

desa, kota-kota besar, kota kecil, atau di daerah pinggiran kota.

Penggolongan berdasarkan profesi: kelompok pekerja, pengangguran,

pengangguran terselubung, pekerja paruh waktu, buruh, pegawai, pegawai negeri,

wiraswasta, anggota keluarga yang mencari nafkah atau pemasukan sampingan.

Penggolongan berdasarkan pemasukan: tingkat pemasukan/ gaji.

Penggolongan berdasarkan agama: Kristen, Muslim, Budha, Protestan atau

Katolik, dsb., anggota sekte, tidak beragama.

Penggolongan berdasarkan status perkawinan: menikah, lajang, cerai, menjanda,

memiliki anak, tidak memiliki anak.

Penggolongan berdasarkan keanggotaan: anggota serikat buruh, anggota partai,

anggota asosiasi dan perkumpulan, dsb.

Penggolongan berdasarkan tingkat pendidikan: tamat sekolah, pendidikan

kejuruan, pendidikan lebih lanjut.

Kelompok

target sosial

Kelompok

target gaya

hidup

Pendekatan

formal

Pendekatan

informal

Pendekatan

media

328

Kelompok-kelompok tersebut dapat dipersempit dan lebih dikhususkan lagi dengan

mengombinasikan sektor-sektor yang ada, dengan menggunakan kata „DAN“.

Penggolongan baru dengan kombinasi ini dapat dilihat seperti berikut:

Tingkat 1: Perempuan

Tingkat 2: Perempuan, cerai

Tingkat 3: Perempuan, cerai, memiliki satu anak

Tingkat 4: Perempuan, cerai, memiliki satu anak, bekerja paruh waktu

sebagai pegawai negeri

Tingkat 5: Perempuan, cerai, memiliki satu anak, bekerja paruh waktu

sebagai pegawai negeri, tinggal di kota besar

Dengan demikian kita dapat mengembangkan berbagai kelompok target secara

spesifik untuk kebutuhan yang lebih spesifik pula. Jika kita dapat mengakses

kelompok target yang spesifik seperti ini, kita dapat menyampaikan pesan-pesan

kepada kelompok ini tanpa perlu mengkhawatirkan adanya pesan yang tercecer atau

berkurang maknanya.

Atau kita dapat pula menggunakan kombinasi kelompok-kelompok target dengan

persamaan kebutuhan. Terkadang dokter, apoteker atau pekerja-pekerja di bidang

medis lainnya memiliki kebutuhan dan kepentingan yang sama. Bahkan, kelompok-

kelompok profesional tertentu yang bekerja lepas juga dapat digabungkan jika

mereka memiliki kepentingan yang sama. Sebagai contoh adalah kelompok

pengacara, dokter dan arsitek yang memiliki persoalan yang sama menyangkut

pajak, tetapi mereka tidak dapat digabungkan dalam kategori umum sebagai pekerja

lepas, karena kelompok pekerja lepas tertentu seperti seniman, memiliki kepentingan

yang berbeda.

Kita dapat mengasumsikan bahwa kelompok target yang terdefinisikan secara jelas

memiliki struktur kepentingan yang mirip atau bahkan serupa, atau memiliki harapan

bersama yang menyangkut masa depan atau menyangkut politisi dan pemerintah.

Kelompok target yang besar cenderung memiliki lebih banyak ragam struktur

kebutuhan dan harapan. Oleh karena itu, kelompok target sosial yang besar

hendaknya tidak dipertimbangkan sebagai perangkat untuk menyampaikan pesan

yang menyangkut pemenuhan kebutuhan atau harapan.

329

Contoh: Kelompok perempuan secara keseluruhan memiliki orientasi

kebutuhan dan harapan yang sangat beragam. Mereka memiliki

perbedaan yang besar dalam hal nilai atau norma yang mereka anut, yang

dipengaruhi oleh lingkungan sosial mereka. Dengan demikian, perempuan

yang pernah kuliah akan memiliki tanggapan yang berbeda tentang isu

persamaan gender, dibandingkan dengan perempuan yang tinggal di desa

– yang terdidik dalam budaya masyarakat tradisional. Satu isu yang tidak

menimbulkan masalah dan bisa memperoleh persetujuan secara mudah

dari kelompok yang satu, bisa jadi menimbulkan kecemasan dan

penolakan dari kelompok lainnya.

Persoalan seperti ini juga bisa ditemukan di kalangan remaja yang digolongkan

dalam satu kelompok. Di sini faktor-faktor seperti tingkat sosial, pendidikan,

pekerjaan, lingkungan sosial, dan sebagainya memberikan pengaruh yang besar

dalam menentukan pandangan mereka terhadap politik dan keputusan politik.

Persoalan serupa lagi-lagi juga dapat ditemukan dalam golongan manula, jika

mereka digolongkan dalam satu kelompok. Dengan adanya perbedaan-perbedaan

pandangan dan kebutuhan di dalam satu golongan, kampanye massa yang ditujukan

untuk perempuan atau pemuda secara umum selalu menghasilkan petaka besar

bagi partai atau pemerintah. Hasil yang ditargetkan tidak dapat dicapai, karena

pesan yang disampaikan sangat tidak fokus, dan struktur kebutuhan yang ditawarkan

hanya mengena pada sebagian kecil dari kelompok target secara keseluruhan.

16.2. Kelompok target gaya hidup

Persoalan perbedaan nilai yang muncul dalam kelompok-kelompok target sosial

yang besar, dapat diatasi dengan menggunakan konsep kelompok target gaya hidup.

Penelitian terhadap gaya hidup dan lingkungan pergaulan/milieu merupakan

penelitian yang masih cukup baru, yang cocok diterapkan untuk menjawab persoalan

yang muncul di dalam masyarakat heterogen dan pluralistis. Pendekatan ini

memperluas jangkauan pengamatan ke kelas-kelas sosial, untuk memperoleh

330

orientasi. Istilah gaya hidup103 ini berasal dari Max Weber. Definisi modern tentang

gaya hidup berasal dari Stefan Hradil, yang berpendapat bahwa lingkungan

pergaulan masyarakat dibedakan berdasarkan gaya hidup.

Dengan demikian milieu sosial seperti kalangan bawah, kalangan bawah menengah,

kalangan menengah, kalangan menengah atas dan kalangan atas, dikombinasikan

dengan orientasi nilai seperti orientasi dasar tradisional “mempertahankan,“ orientasi

dasar material “memiliki,” hedonisme “menikmati,” post-materialisme “menjadi,” dan

postmodernisme “memiliki, menjadi, menikmati.”104

Model berikut memiliki deskripsi lingkungan pergaulan (milieu):

Dengan model lingkungan pergaulan semacam ini, isu-isu politik lebih mudah

disampaikan kepada kelompok target yang tepat. Kategori gaya hidup yang

ditampilkan di sini hanya sebagai contoh. Institusi lain menggunakan cara lain untuk

103

Andreas Klocke: Sozialer Wandel, Sozialstruktur und Lebenstile in der Bundesrepublik Deutschland

(Perubahan sosial, struktur sosial dan gaya hidup di republik federal Jerman), 1993 104

Sumber: Sinus Heidelberg 1994

Lapisan atas

Lapisan menengah

atas

Lapisan menengah

Lapisan menengah

bawah

Lapisan bawah

Orientasi tradisional "memper-tahan-kan"

Hedonisme "menikmati"

Orientasi material

"memiliki"

Post-materialism

e "menjadi"

Post-modernisme

"memiliki, menjadi,

menikmati“

Kalangan atas konservatif

Kalangan teknokratis liberal kalanga

nalternatif

Kalangan berorientasi peningkatan

Kalangan borjuis picik

Kalangan pekerja tradisional

kalangan pekerja tanpa tradisi

kalangan hedonis

kalangan pekerja

baru

331

mendeskripsikan gaya hidup, dan Thomas Gensicke105 menggambarkannya seperti

berikut:

Materialis yang berorientasi profesionalitas. Orang dalam kategori ini memusatkan

diri sepenuhnya untuk meraih keberhasilan dalam pekerjaannya melalui

kemandirian, untuk meloncat ke jenjang karir yang lebih tinggi. Penghasilan yang

tinggi diharapkan dapat menjadi jaminan hari tua. Pengembangan diri, hedonisme,

kehidupan keluarga dan anak menjadi prioritas kedua di sini.

Idealis yang memiliki komitmen. Orang dalam golongan ini termotivasi untuk terlibat

aktif dalam bidang politik dan budaya, karena langkah ini dapat menghasilkan

penurunan kualitas hidup sementara ia dapat berusaha mewujudkan kondisi

masyarakat menjadi lebih layak dan manusiawi.

Hedonis individualistis. Kategori ini memiliki kecenderungan yang mengarah pada

mobilitas wilayah dan pekerjaan. Perhatian mereka lebih mengarah pada

keberhasilan meraih penghasilan di atas rata-rata – daripada meningkatkan status

sosialnya. Ini merupakan strategi yang esensial untuk menghindari persoalan tanpa

meningkatkan upaya dan tuntutan profesional. Pendekatan hedonistis dan ruang

privat menjadi pembelaannya.

Putus asa dan menarik diri. Orang yang tergolong dalam kelompok ini menarik diri

dari kehidupan sosial dan dunia kerja, dan tuntutan yang dimilikinya pun berkurang

kecuali harapan untuk memperoleh transfer uang.

Realis yang aktif. Kategori ini menunjukkan aktifitas yang selalu meningkat di setiap

bidang. Pekerjaan, budaya, politik, dan aktifitas di waktu senggang semua berjalan

beriringan. Kebutuhan utamanya adalah memikul tanggung jawab sendiri dan

mengembangkan diri.

Klasifikasi lain untuk kelompok gaya hidup lebih-kurang didasari pada kelompok usia

dalam masyarakat. Jenis-jenis di bawah ini adalah kelompok yang teridentifikasi:

Kaum muda yang beorientasi untuk naik ke jenjang yang lebih tinggi

Kaum kiri, orang-orang yang berpandangan liberal, post-materialistis yang

terintegrasi

Pekerja yang tidak menonjol dan cenderung pasif

Warga biasa yang terbuka dan mudah beradaptasi

105

Thomas Gensicke: Lebenskonzepte im Osten Deutschland (Konsep hidup di Jerman Timur), BISS

public, Karya ilmiah dari Berliner Institut für sozialwissenschaftliche Studien (institut ilmu sosial Berlin), 9/92

332

Kaum konservatif berkedudukan tinggi

Kaum manula yang terintegrasi

Post-materialis, kelompok alternatif, kaum muda yang berhaluan kiri

Pekerja yang taat pada kewajiban dan berpandangan konvensional

Kaum manula yang terisolasi

Sebuah survey106 tentang kelompok gaya hidup berdasarkan kesukaannya dapat

ditunjukkan oleh survai pasar yang dilakukan oleh sebuah lembaga survai RISC di

Jerman. Kelompok gaya hidup tersebut ditetapkan sebagai berikut:

Pecinta budaya: seimbang, mandiri, berkomitmen secara etis, mayoritas

wiraswasta, manajer dan pejabat tinggi dalam pemerintahan, berpenghasilan tinggi,

6,2% dari jumlah penduduk.

Pribumi: memiliki nilai etika yang kuat, mayoritas wiraswasta, manajer dan pejabat

tinggi dalam pemerintahan, berpenghasilan menengah ke atas, 8,7% dari penduduk.

Penikmat: individualistis-hedonis, mayoritas wiraswasta, berpenghasilan tinggi,

3,2% dari jumlah penduduk.

Warga sipil baru: konvensional, borjuis, pekerja yang berada di posisi pimpinan,

pegawai negeri, wiraswasta, berpenghasilan menengah ke atas, 13,2% dari jumlah

penduduk.

Kaum trendi: impulsif-hedonistis, pelajar, mahasiswa, wiraswasta golongan kecil

dan menengah, berpenghasilan menengah, 5,4% dari jumlah penduduk.

Para pencari: anomis (kurang terintegrasi dalam masyarakat, tanpa aturan),

tercerabut dari akarnya, tidak fokus dalam menjalankan pekerjaan, berpenghasilan

menengah, 16% dari jumlah penduduk.

Kaum moralis: kaku dalam mempertahankan tradisi, mayoritas pegawai rendahan

dan pekerja kasar, umumnya berpenghasilan rendah, 14,9% dari jumlah penduduk.

Kaum sederhana: terisolasi, membutuhkan keamanan, mayoritas pekerja kasar

atau pensiunan, berpenghasilan rendah sampai menengah, 32,4% dari jumlah

penduduk.

106

Sumber: Typologie der Wünsche (Tipologi Harapan), Intermedia 96/97 II, dipublikasikan dalam

majalah Focus 50/1996

333

Dari contoh yang bisa kita lihat di Jerman, pembagian kelompok gaya hidup dari

sudut pandang ilmu sosial pun masih sangat sewenang-wenang dan subyektif.

Belum ada standarisasi dalam pembagian kelompok gaya hidup.

Di beberapa negara ada analisa kelompok target gaya hidup, tetapi di sebagian

besar negara hampir tidak ada studi semacam itu. Hal ini tidak menjadi masalah, jika

kita ingin menggunakan konsep gaya hidup. Sebuah studi yang intensif mengenai

perbedaan gaya hidup dalam masyarakat dan penggolongan kebutuhan dasar sosial

dan keamanan ke dalam gaya hidup ini cukup mudah jika kita mengenal dengan baik

masyarakat di mana kita tinggal. Pengamatan akan menjadi lebih sulit jika kita ingin

mengetahui secara pasti pola perilaku kelompok target dan struktur kebutuhan post-

material mereka.

16.3. Memperoleh kelompok target dari target image dan sasaran-sasaran

Kelompok target tidak dipilih begitu saja secara acak, melainkan disimpulkan dan

dibentuk berdasarkan citra yang diinginkan (target image) serta sasaran yang telah

ditetapkan. Dalam menarik kesimpulan dari target iamge, terlebih dahulu kita harus

menganalisa setiap kalimat yang termaktub dalam target image untuk menetapkan

kelompok manakah yang kira-kira tertarik pada kalimat pernyataan tersebut.

Sementara dalam menarik kesimpulan dari sasaran, setiap sasaran harus diperiksa

dan dianalisa untuk menentukan siapa yang dapat berperan dalam pencapaian

sasaran yang telah ditetapkan. Dari analisa-analisa ini, kita dapat mengidentifikasi

kelompok-kelompok target yang perlu kita garap.

16.3.1. Contoh penyimpulan kelompok target yang diambil dari citra yang

diinginkan

Sebagai contoh kita akan memeriksa beberapa kalimat yang diambil dari citra yang

diinginkan oleh calon walikota di Herwald.

Kalimat dari Citra yang diinginkan Kelompok Target

Heinz Roser beserta FWG akan

membebaskan warga kota dari belenggu

Warga yang memiliki pengalaman buruk

dengan adanya peraturan yang berlebihan,

334

Kalimat dari Citra yang diinginkan Kelompok Target

birokrasi dan peraturan yang tak berguna,

sehingga tiap warga dapat bergerak

bebas mencari cara untuk dapat

membawa keuntungan, baik bagi dirinya

sendiri maupun untuk kota.

terutama orang-orang yang akan

membangun rumah, pemilik rumah, orang

yang berwiraswasta dan para pengusaha,

pemilik tanah, pengunjung atau pengguna

fasilitas umum, pembayar pajak.

Oleh karena itu, Heinz Roser bersama

FWG ingin memperbaharui pemerintahan

yang ada sedemikian rupa, agar lebih

ramah warga dan lebih hemat, sehingga

pajak dan iuran juga dapat ditekan.

Pengguna fasilitas umum, pembayar pajak,

pembayar berbagai iuran, pengusaha dan

wiraswasta.

Heinz Roser dan FWG akan mengakhiri

diktatur ekologis, sehingga lalu lintas bisa

kembali lancar dan perdagangan serta

perekonomian juga berkembang kembali.

Dengan demikian Herwald bisa kembali

menjadi tempat menarik untuk bekerja,

berbelanja dan menjalani kehidupan.

Pengendara mobil, orang yang tinggal di

kawasan yang macet, orang yang

menjalankan usaha, pemilik toko,

penganggur, pembeli.

Untuk itu Heinz Roser bersama FWG

akan berjuang untuk menyediakan

leingkungan yang lebih bersih dan aman

bagi warga.

Orang yang tinggal di dekat taman atau

jalan di mana ada banyak gelandangan

yang berkeliaran, para pemilik rumah.

Heinz Roser bersama FWG memberikan

kesempatan bagi kaum remaja untuk

meraih masa depan yang lebih baik. Hal

ini dilakukan dengan cara menyediakan

pendidikan yang lebih baik, memberi

lebih banyak penawaran di bidang

olahraga, budaya dan kegiatan diwaktu

senggang, serta membuka lebih banyak

lapangan kerja dan pendidikan.

Remaja yang berorientasi masa depan,

pelajar yang sudah akan lulus sekolah,

orang tua, guru, anggota perhimpunan

olahraga, sarana budaya dan rekreasi.

16.3.2. Contoh yang menggambarkan bagaimana menarik kelompok target dari

sasaran-sasaran

335

Sebagai contoh, kita menggunakan sasaran-sasaran yang sudah dibahas dalam Bab

13.1.

Sasaran Kelompok Target

Hingga tanggal 1.10.xx kita sudah

menerima sumbangan sebesar 200.000

US$ (Kelompok Fund-Raising)

Pengusaha, para mantan donatur /

kontributor

Hingga tanggal 1.7.xx, 40% anggota kita

sudah mendaftarkan dirinya untuk

berpartisipasi secara sukarela dalam

kegiatan kampanye (bagian komunikasi

internal).

Kelompok target internal: anggota yang

tidak aktif.

Hingga tanggal 1.3.xx, kita telah

mengembangkan program kesehatan

yang modern, yang sudah disetujui

pelaksanaannya (bagian program).

Ahli di bidang kebijakan kesehatan,

anggota yang tertarik bekerja di bidang

kebijakan kesehatan.

Setelah disimpulkan siapa yang akan menjadi kelompok target, perlu diputuskan

cara apa yang akan digunakan untuk meraih kelompok target tersebut. Untuk itu ada

empat cara:

Akses formal

Akses informal

Akses medial

Akses elektronik

16.4. Akses formal ke kelompok target

Akses formal ke kelompok target yang sudah ditetapkan bisa diperoleh melalui

organisasi, institusi, asosiasi, perusahaan dan lembaga-lembaga formal lainnya

yang–misalnya–memiliki AD/ART, struktur yang jelas, alamat yang dapat dihubungi

atau wilayah kerja yang jelas, dsb. Kelompok target formal ini dapat ditemukan di

setiap tingkatan, yaitu di tingkat nasional, regional, seringkali juga di tingkat lokal dan

terkadang bahkan di tingkat internasional. Ini berarti bahwa, akses untuk

336

berhubungan dengan kelompok-kelompok target ini tidak terbatas di tingkat-tingkat

tertentu saja. Dengan demikian, seorang kandidat dapat berhubungan dan

mendekati kelompok target formal di daerah pemilihannya sendiri, seperti halnya

yang dilakukan partai nasional – yang memiliki akses ke tingkat nasional atau

bahkan internasional.

Akses-akses formal dapat ditemukan dengan cara memeriksa kelompok target sosial

atau kelompok gaya hidup yang telah ditetapkan, dan kemudian melihat organisasi

mana yang mewakili kelompok target ini.

Kelompok target sosial atau gaya hidup Akses formal

Pembayar pajak, pembayar berbagai iuran Ikatan pembayar pajak, asosiasi pemilik rumah,

asosiasi penyewa, asosiasi pengusaha, kamar

dagang dan industri, lembaga konsumen, dsb.

Pengusaha, wiraswasta Kamar dagang dan industri, korporasi

pengrajin, asosiasi pengusaha, dsb.

Pengendara mobil Klub otomotif, asosiasi supir taxi

Guru Perhimpunan guru, Serikat buruh untuk

pendidikan dan ilmu pengetahuan, dsb.

Kelompok target formal klasik, antara lain adalah:

Pemerintah, parlemen, lembaga-lembaga administratif

Institusi-institusi militer

Kedutaan-kedutaan Besar

Partai, gerakan politik

Organisasi Internasional (Amnesty Internasional, Green Peace, PBB, dsb.)

Organisasi non-pemerintah (Non-Governmental Organization/NGO)

Gereja dan organisasi keagamaan lainnya

Organisasi ilmu pengetahuan dan riset

Organisasi pendidikan dan pelatihan

Organisasi seni dan budaya

Serikat buruh

Organisasi profesi

337

Asosiasi pemberi kerja

Perhimpunan pegawai negeri

Lembaga konsumen

Organisasi perempuan

Organisasi remaja

Organisasi etnis

Organisasi sosial

Setiap organisasi politik dan kandidat harus memiliki data tentang kelompok-

kelompok target formal yang berisikan daftar nama, orang-orang yang bisa

dihubungi, alamat dan nomor-nomor telepon mereka. Untuk dapat memperoleh

keuntungan dari hubungan-hubungan ini, dibutuhkan upaya agar dapat memperoleh

kepercayaan mereka terlebih dahulu, dengan cara menjaga dan membangun

hubungan jangka panjang. Pertukaran informasi dan kontak yang teratur adalah

syarat untuk dapat memanfaatkan kelompok target secara optimal.

Hasil dan keuntungan yang dapat diperoleh dari kerja yang efektif dengan kelompok

target formal dapat dilihat dalam hal-hal berikut:

1. Menemukan pemimpin opini (opinion leader) dan multiplikator, yang dapat

meneruskan pesan yang disampaikan langsung kepadanya.

2. Akses ke pertemuan-pertemuan dan kegiatan yang diselenggarakan oleh

perhimpunan-perhimpunan dan organisasi, untuk memperoleh kontak langsung

dengan anggota-anggota mereka.

3. Akses ke media yang dimiliki organisasi dan asosiasi, untuk menyebarkan pesan

melalui jalur media mereka.

4. Memanfaatkan jalur komunikasi dan logistik yang dimiliki oleh organisasi atau

lembaga-lembaga semacamnya.

Dalam beberapa kasus, hubungan semacam itu dibutuhkan untuk berbagai alasan

yang sangat beragam. Misalnya di negara-negara di mana peran militer sangat

dominan, kontak dengan institusi militer dibutuhkan untuk dapat mengetahui batasan

yang masih bisa ditolerir oleh militer yang berkuasa, dan sejauh apa kita dapat

mengajukan tuntutan tanpa risiko dianggap ingin melakukan kudeta untuk

mengambil-alih kekuasaan.

338

Dalam kasus-kasus lain, kegiatan-kegiatan politik di tingkat internasional juga perlu

didokumentasikan, karena bukan saja dapat digunakan untuk memperoleh reputasi

internasional, tetapi dapat pula digunakan untuk membangun jaringan perlindungan

internasional bagi para politisi dalam situasi kritis. Hubungan dengan organisasi-

organisasi internasional dan kedutaan-kedutaan besar di negara kita dapat dijadikan

jembatan untuk membangun jaringan internasional tersebut.

Akses kelompok target formal juga sangat berguna untuk menghemat biaya

kampanye, karena pemberian informasi kepada multiplikator di sebuah organisasi

seringkali sudah cukup efektif – dimana sang multiplikator akan meneruskan

informasi tersebut kepada para anggotanya.

16.5. Akses informal ke kelompok target

Akses informal ke kelompok target memerlukan konsentrasi ke wilayah dan

kelompok yang disatukan oleh persamaan kepentingan – yang menyatukan mereka

pada waktu dan tempat yang sama. Kelompok-kelompok ini sangat sulit ditemui di

tempat lain, dan karena itu, mereka perlu didekati secara langsung di lokasi yang

“mempertemkuan” mereka.

Kelompok target informal biasanya adalah kelompok-kelompok yang memiliki

karakter lokal atau regional, dan karenanya mereka hanya dapat diakses secara

lokal. Oleh karena itu, pekerjaan mendekati kelompok target informal semacam ini

biasanya dibebankan kepada unit organisasi setempat.

Contoh kelompok target informal adalah pengunjung suatu acara olahraga. Mereka

berada di tempat yang sama pada saat yang sama, dan memiliki minat yang serupa.

Akses informal dapat ditarik dari kelompok target sosial, sebagaimana halnya akses

formal yang telah kita bahas di atas.

Kelompok target sosial atau gaya hidup Akses informal

339

Kelompok target sosial atau gaya hidup Akses informal

Pembayar pajak, pembayar berbagai iuran Pengunjung kantor pajak, aksi demonstrasi

yang dilakukan oleh pembayar pajak,

pertemuan para penyewa rumah, dsb.

Pengusaha, wiraswasta Pertemuan atau acara-acara berbagai

perkumpulan, seperti Rotary club, dsb.

Pengendara mobil Jalanan yang macet, pompa bensin, pangkalan

taksi, show room mobil, dsb.

Guru Sekolah, pertemuan guru-guru, program

pendidikan lanjutan bagi guru, dsb.

16.6. Akses medial ke kelompok target

Akses ke kelompok target melalui media merupakan bentuk yang lazim digunakan.

Ada kompensasi biaya maupun tidak dalam memanfaatkan media di sini, tergantung

dari kebutuhan dan tingkat yang berbeda, untuk mengontrol hasil yang diperoleh.

Akses tanpa biaya digunakan untuk mempengaruhi isi editorial media tersebut,

sementara akses dengan kompensasi biaya digunakan untuk penyebar-luasan

pesan – dalam arti untuk membeli spot waktu atau kolom media yang kita pakai.

Sekarang mari kita lihat bagaimana kelompok target sosial yang sama seperti di atas

dapat diakses melalui media.

Kelompok target sosial atau gaya hidup Akses medial

Pembayar pajak, pembayar berbagai iuran Koran untuk para pemilik properti, koran yang

dikeluarkan oleh para pengembang/ developer,

koran perlindungan konsumen, program televisi

dan radio yang berkaitan dengan pajak dan

iuran, dsb.

Pengusaha, wiraswasta Koran ekonomi, koran yang memiliki ruang

besar untuk artikel-artikel ekonomi, koran

niaga, program perekonomian di radio dan

televisi, koran kamar dagang dan industri, dsb.

340

Pengendara mobil Koran khusus untuk para pemilik kendaraan,

koran otomotif, program radio dan televisi yang

membahas soal otomotif dan topik-topik terkait

lainnya, dsb.

Guru Koran yang menyediakan informasi pendidikan,

koran sekolah, koran yang diterbitkan oleh

perhimpunan guru, dsb.

16.7 Jejaring sosial dan Web 2.0

Akses pada kelompok sasaran yang belakangan ini semakin berkembang di dalam

bidang komunikasi elektronik adalah kemungkinan untuk melakukan kontak langsung

melalui media sosial. Media sosial semacam ini misalnya ada lebih dari 150 jejaring

besar, yang paling terkenal adalah Facebook, who knows who, myspace, StudiVZ,

SchuelerVZ, Xing, Stayfriends dan Twitter. Di dalam jejaring media sosial yang besar

ini terdapat sub-sub kelompok, yang dapat disusun dalam kelompok-kelompok

sasaran tertentu. Di dalam jejaring yang lebih kecil dan terisolasi sejak awal jejaring

itu terdiri dari kelompok sasaran yang dituju.

Kelompok sosial atau kelompok gaya hidup Akses elektronik

Pembayar pajak, pembayar iuran Sub kelompok pada jejaring yang besar seperti Facebook, Xing, juga Steuerzahler.de, steuerbar.de, jejaring penyewa regional dsb.

Pengusaha, wirausahawan Xing.de, powerbusiness.us, jejaring berdasarkan kompetensi, Freiberuflernetzwerk.com, aneka jejaring pengusaha regional, dsb

Pengendara mobil Blog pengendara mobil, jejaring olahraga otomotif, Verkehrssicherheit.de dsb.

Guru Sub kelompok pada jejaring yang besar seperti Facebook, Linkedin, studiVZ, juga jejaring seperti Barinboom, teachernetwork, jejaring guru musik, forum guru, dsb.

16.8. Multiplikator dan pemimpin opini (opinion leader)

Multiplikator dan pemimpin opini memiliki peranan penting dalam mempengaruhi

kelompok target, baik melalui akses formal maupun akses informal.

341

Perdebatan tentang konsep kepemimpinan opini dimulai dengan penelitian tentang

pengaruh media cetak dan radio terhadap pendapat pemilih pada pemilihan presiden

Amerika tahun 1940. Berlawanan dengan pendapat umum, pengaruh media massa

terhadap perilaku pemilih lebih kecil dibandingkan pengaruh yang diberikan oleh

kawan, sahabat, kenalan dan rekan kerja. Ini membuktikan bahwa pendapat, saran,

dan sikap orang tertentu dapat berpengaruh besar terhadap pendapat orang-orang di

lingkungan mereka. Orang semacam ini oleh von Lazarfeld107 disebut sebagai

opinion leader (pemimpin opini). Penemuan ini mengarah pada model arus

komunikasi dua tahap. Berdasarkan model ini, informasi dari media massa diserap

oleh pemimpin opini pada tahap pertama, dan setelah itu diteruskan kepada anggota

kelompok yang kurang aktif melalui pendekatan pribadi – di dalam kelompok-

kelompok yang setara atau yang memiliki pandangan dan kepentingan yang sama.

Konsep kepemimpinan opini pertama-tama menyadari bahwa individu sebagai

anggota kelompok yang setara – terintegrasi dalam sebuah jaringan interaksi sosial

di mana peran media massa memberikan dampak yang sangat besar.

Istilah lain yang memiliki pengertian serupa, yang digunakan untuk menyebut istilah

opinion leader atau pemimpin opini memperjelas cakupan dan sebaran komunikasi

jenis ini. Contohnya adalah istilah pembentuk opini, opinion givers, penasihat,

multiplikator, influentials, individu yang kharismatis, gate keepers, inovator,

trendsetter, fashion leaders, taste makers, induktor, dan exchanger.

Penelitian tentang gaya komunikasi yang berhubungan dengan opini masyarakat

menghasilkan pandangan-pandangan seperti yang diuraikan di bawah ini:

107

Lazarfeld et.al., The People Choice (Pilihan Rakyat), New York 1948.

Media massa Pemimpin opini Resipien yang kurang aktif

Model arus komunikasi duatahap

342

1. Tidak ada hubungan yang jelas antara ciri-ciri demografis dan psikologis dengan

kepemimpinan opini. Pemimpin opini dibedakan berdasarkan segmen produk dan

secara umum tidak memiliki perbedaan status sosial atau tingkat usia dari para

pengikut opininya.

2. Setiap segmen produk dan jasa memiliki struktur pemimpin opininya sendiri.

3. Pemimpin opini memegang peranan penting dalam segmen-segmen produk yang

terkait dengan risiko pembelian yang relatif tinggi, atau produk yang memiliki nilai

tertentu. Keanggotaan dalam sebuah organisasi yang berorientasikan nilai (partai)

atau pemilihan terhadap sebuah partai tertentu juga termasuk dalam hal ini. Berbagai

jenis kompetensi yang berbeda – yang diatributkan kepada pemimpin opini

memainkan peranan di sini, yakni kompetensi praktis (teknis dan fungsional) atau

kompetensi sosial (yang berkaitan dengan norma dan nilai).

4. Proses penyampaian informasi atau proses mempengaruhi tidak diarahkan dari

atas ke bawah. Secara umum seringkali muncul asumsi yang keliru, bahwa orang

yang memiliki status sosial yang lebih tinggi akan mempengaruhi orang yang

memiliki status sosial yang lebih rendah. Jarak sosial antara pemimpin opini dan

pengikut opini sebenarnya tipis. Komunikasi mendasar antar-pribadi biasanya

berlangsung antara orang-orang yang memiliki status sosial yang sama.

5. Pemimpin opini cenderung tersebar secara merata dalam setiap segmen

demografis penduduk.

6. Pemimpin opini tidak identik dengan inovator, atau orang pertama yang

menemukan sebuah ide baru di sebuah lingkungan masyarakat.

343

Tesis tentang arus informasi satu arah dalam proses komunikasi dua tahap perlu

dipersempit (pemimpin opini = multiplikator). Sang pemimpin opini tidak dapat secara

sepihak dianggap sebagai multiplikator, karena dalam posisi yang hampir setara, ia

sekaligus juga merupakan penyebar informasi dan pencari informasi. Hubungan

yang sangat penting ini digambarkan dalam skema di atas, di mana nampak jelas

bahwa pemimpin opini juga dipengaruhi oleh "para pakar" atau "perantara

profesional". Apabila dalam proses komunikasi sebuah organisasi ingin berpengaruh

atas sebuah kelompok sasaran dalam jangka waktu yang lama, maka disarankan

agar organisasi tersebut mengidentifikasi pembuat opini untuk kelompok sasaran

tersebut dan mengikat pemimpin opini tersebut dengan pakar-pakar mereka dan

membimbingnya. Karena itu tidak perlu menjadikan pembuat opini tersebut sebagai

anggota partai, karena mereka akan kehilangan karakter mereka yang netral dan

dapat dipercaya, dan bisa menghilangkan pengaruh terhadap pengikut setianya.

Pada saat yang sama harus diperhatikan bahwa pembuat opini bisa kehilangan

Arus informasi

satu tahap

Proses mempengaruhi

dua tahap

Pernyataan

komunikasi massa

Para pakar, perantara

profesional

Pemimpin opini

Dikutip dari

Rosenstiel dan Ewald 1979

Psikologi Pasar, Kohlhammer

Para pengikut

Tahap 2

Tahap

1

Pemberian

pengaruh

Defisit

informasi,

Pencarian

kontak

Pencarian

kontak

Pemberian

pengaruh

344

kepercayaan dan pengaruh dari pengikut setianya, apabila ia membuat usulan yang

salah. Karena itu sebuah partai sebaiknya tidak pernah menuntut dari pemimpin

opini tersebut untuk mewakili sesuatu yang di kemudian hari terbukti sebagai

informasi yang salah. Pemimpin opini memang bukan multiplikator yang meneruskan

pesan secara komersial, melainkan mereka harus meyakinkan dengan pesan yang

mereka bawa.

16.9. Menentukan preferensi nilai kelompok target

Politik dalam bentuknya sebagai partai politik atau politik seperti yang dijalankan

pemerintah selalu berhubungan dengan preferensi nilai dan harapan. Oleh karena itu

bisa saja terjadi bahwa kebijakan atau keuntungan tertentu yang ditawarkan – yang

akan menarik perhatian kelompok target tertentu – tetapi karena preferensi nilai

kelompok ini secara keseluruhan tidak cocok dengan yang dimiliki partai, kelompok

ini harus dikesampingkan sebagai kelompok target.

Sebagai contoh: Sebuah partai sosialis yang memiliki pandangan ortodoks

klasik dan taat aturan, dalam sebuah kasus tertentu mengambil posisi

liberal (misalnya yang menyangkut masalah "perkawinan sesama jenis").

Meskipun partai ini dinilai secara positif oleh sebuah kelompok target

liberal tertentu, tetapi kelompok target ini tidak akan bisa diraih oleh partai

sosialis tersebut, karena orientasi nilai yang mereka miliki dalam isu-isu

lainnya (misalnya dalam kebijakan ekonomi) terlalu berbeda dari orientasi

nilai yang dimiliki oleh kelompok liberal tersebut.

345

Analisa ini digunakan untuk memperkirakan jarak yang ada antara preferensi nilai

kelompok target dengan preferensi nilai yang dimiliki pemerintah atau partai. Dari sini

akan dapat dinilai apakah kelompok target tersebut perlu didekati, atau apakah

kelompok target tersebut memiliki rasa antipati yang besar terhadap organisasi

beserta semua apa yang ditawarkannya.

Sebuah bentuk tampilan lain yang dapat digunakan untuk menggambarkan adanya

persetujuan dan penolakan dengan menggunakan diagram batang.

Kategori 1

Persetujuan penuh

Pandangan positif

Kategori 2

Persetujuan kuat

Kategori 3

Persetujuan sebagian

Kategori 4

Persetujuan lemah

Pandangan negatif

Kategori 6

Penolakan kecil

Kategori 8

Penolakan kuat

Kategori 7

Penolakan sebagian

Kategori 9

Penolakan total

Kategori 5

Netral

Menentukan preferensi nilai dengan bantuan lingkaran konsentris

346

-150

-100

-50

0

50

100

150

Persetujuanpenuh

Persetujuankuat

Persetujuansebagian

Persetujuanlemah

Netral

Penolakanlemah

Penolakansebagian

Penolakankuat

Penolakantotal

Jika analisa yang kita lakukan menyatakan bahwa sebuah kelompok target

cenderung memberikan penolakan yang besar tetapi tertarik pada sebagian

penawaran kita, kita perlu mempertimbangkan kembali apakah kelompok target

tersebut akan dilibatkan dalam proses komunikasi.

Stakeholders analysis atau analisa yang dilakukan oleh para pemegang jabatan,

yang merupakan metode untuk mengidentifikasi kelompok yang menyetujui proyek

tertentu, juga cocok digunakan sebagai metode untuk menggambarkan situasi dan

dapat pula dipakai sebagai bagian dari analisa situasional.

16. 9.1. Problem irisan

Fenomena lain yang muncul berkenaan dengan analisa stakeholder adalah

ketidakcocokan antara isu dan/atau kelompok target.

Contoh: Sebuah partai ingin menggunakan isu perlindungan terhadap

kaum minoritas sebagai isu kampanyenya. Keputusan ini tidak menjadi

soal selama mereka tidak menentukan isu-isu atau kelompok-kelompok

347

tertentu secara khusus. Tetapi isu itu sendiri cenderung dibuat menjadi

lebih khusus. Jika partai tersebut kemudian memutuskan mengangkat tiga

isu utama yang berhubungan dengan kaum minoritas, misalnya

perlindungan kaum homoseksual, perbaikan pelaksanaan hukuman dan

legalisasi konsumsi obat terlarang, problem irisan akan muncul di sini.

Karena tidak semua kaum homoseksual menerima konsumsi obat terlarang, tidak

semua tahanan menerima homoseksualitas, dan tidak semua konsumen obat

terlarang mendukung kebebasan-kebebasan tertentu dalam masa tahanan, maka

kaum minoritas tidak dapat digabungkan. Di sini menjadi jelas bahwa selalu hanya

ada sebagian kecil minoritas yang menerima kepentingan kaum minoritas lainnya,

seperti yang ditampilkan dalam skema di atas.

Persoalan yang dihadapi partai adalah bahwa persetujuan yang diperoleh dari tiga

kelompok minoritas tersebut menyusut menjadi irisan 4 – yang jauh lebih kecil

daripada jumlah masing-masing kelompok minoritas.

Pendukung

konsumsi obat

terlarang

Pendukung

homoseksualitas

Pendukung perbaikan

pelaksanaan hukuman

Irisan 1:

Pendukung perbaikan pelaksanaan

hukuman

Irisan 2:

Pendukung konsumsi obat

terlarang

Irisan 3:

Pendukung konsumsi obat

terlarang dan perbaikan

pelaksanaan hukuman

Irisan 4:

Pendukung homoseksualitas,

perbaikan pelaksanaan hukuman

dan konsumsi obat terlarang

348

16.10. Aksesibilitas ke kelompok target

Aksesibilitas kelompok target terkadang menimbulkan persoalan di dalamnya. Ada

banyak kelompok target yang ditetapkan melalui analisa target image yang pada

akhirnya tidak dapat diidentifikasi atau tidak dapat dijangkau.

Contoh: Keamanan dalam kota ditetapkan sebagai sebuah isu, dan untuk

itu perlu dilakukan identifikasi kelompok target. Kelompok target "orang-

orang yang takut" tentu saja merupakan kelompok target yang cocok untuk

isu ini, tetapi deskripsi tentang kelompok target ini tidak mencukupi karena

kelompok ini tidak memiliki persamaan ciri yang nyata. Kelompok ini tidak

akan dapat diraih – baik melalui akses formal, informal, media, maupun

elektronik.

Kelompok target harus didefinisikan dan dipilih sedemikian rupa, sehingga mereka

dapat diraih. Dalam contoh kasus di atas, kelompok manula yang mudah merasa

terancam, atau pemilik rumah yang takut terhadap pencuri dapat diidentifikasi

sebagai kelompok target. Identifikasi ini lebih jelas untuk menetapkan kelompok

target yang hasilnya juga dapat diraih.

Aturan dasarnya adalah: Sebuah kelompok target yang tidak dapat diraih/dijangkau,

bukan merupakan kelompok target.

16.11. Evaluasi terhadap kelompok target dari target image

Seperti dalam setiap langkah strategis lainnya, pemilihan kelompok target pun harus

dievaluasi. Untuk itu, pertanyaan-pertanyaan di bawah ini harus dijawab:

1. Apakah ada keuntungan yang memadai bagi kelompok target?

2. Apakah kelompok target menempatkan dirinya dalam kategori nilai antara 1-6?

3. Apakah kelompok target tersebut bisa diraih?

4. Apakah ada jalur yang cukup untuk mengakses kelompok target, atau kelompok

target hanya dapat diakses melalui satu saluran saja (informal, formal, media,

elektronik), dan apakah saluran-saluran tersebut terbuka bagi kita?

349

5. Seberapa besarkah kelompok target tersebut?

6. Seberapa besar perpotongan antara kelompok-kelompok target tersebut?

7. Apakah ada problem irisan/perpotongan antara kelompok target dan isu?

16.12. Umpan-balik terhadap sasaran

Pada saat kelompok target disimpulkan dari sasaran yang kita miliki, sekali lagi kita

perlu mengevaluasi apakah kelompok-kelompok target tersebut cocok satu sama

lain, dan apakah pekerjaan kehumasan yang dibangun berdasarkan target image

selaras dengan kelompok target yang diperoleh dari sasaran tersebut.

Contoh: Jika kita ingin memperoleh uang dari para pengusaha sementara

dalam target image ada kalimat yang menyatakan bahwa pekerja harus

dikurangi beban pajaknya sebagai akibat dari peningkatan pajak

perusahaan, dapat dipastikan bahwa kita tidak mungkin bisa memperoleh

dukungan keuangan dari perusahaan.

Dari contoh di atas kita dapat melihat bahwa pernyataan yang terdapat dalam target

image tidak cocok dengan kelompok target pengusaha.

Dalam evaluasi, kita perlu menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini:

1. Apakah pernyataan yang terdapat dalam target image cocok dengan kelompok

target yang disimpulkan dari sasaran yang kita miliki?

2. Setelah kelompok target ditetapkan, apakah sasaran yang kita miliki realistis

dalam segi jangkauan dan waktu?

16.13. Umpan-balik terhadap misi

Umpan-balik terhadap misi pada dasarnya dilakukan untuk menetapkan apakah

kelompok target yang telah ditentukan – yang juga menampilkan kelompok potensial

yang ingin kita raih akan cukup untuk mencapai sasaran kuantitatif dari misi (dalam

arti kita berasumsi pada keberhasilan yang realistis).

350

Jika seorang kandidat telah menetapkan kelompok target dan dapat meraih potensi

maksimal sebesar 40% dari jumlah pemilih melalui kelompok target tersebut, ia akan

sangat sulit untuk dapat mengumpulkan 51% suara pemilih agar ia dapat menjadi

presiden. Penting di sini untuk menilai apakah besaran kelompok target yang ia raih

sesuai dengan sasaran misi.

351

17. PESAN KELOMPOK TARGET

17.1. Pesan yang didefinisikan untuk masing-masing kelompok target

Pada saat memilih kelompok target, ada bagian-bagian tertentu dari target image

yang perlu diperiksa. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kelompok masyarakat

mana yang terkesan pada bagian-bagian tertentu dari citra yang kita inginkan

tersebut. Dengan kata lain, kita harus mengidentifikasi keuntungan-keuntungan

mana yang dinilai positif oleh kelompok-kelompok tertentu.

Jika komponen-komponen dalam target image sudah dikategorisasikan sesuai

dengan kehendak kelompok target, tugas berikutnya adalah menentukan target

image yang lebih spesifik untuk setiap kelompok target yang berbeda.

Dalam Bab 14.3. kita telah menyusun kelompok target berdasarkan citra yang

diinginkan kandidat walikota Herwald. Salah satu kelompok target untuk kampanye

kandidat walikota ini adalah "pengusaha”. Bab ini akan membahas target image

seperti apakah yang perlu ditampilkan atau yang sesuai dengan kelompok

pengusaha.

Untuk itu, pertama-tama kita perlu menelaah paragraf-paragraf yang bersifat umum,

yaitu paragraf 1, 5 dan 6.

Paragraf 1:

Asosiasi Pemilih Bebas Herwald (Freie Wählergemeinschaft Herwald, FWG) adalah

sebuah kelompok independen yang mewakili warga di dalam dewan kota Herwald.

Kelompok ini terbuka bagi seluruh warga kota Herwald. FWG akan maju dalam

pemilu mendatang, dengan mengusung pimpinan fraksinya, Heinz Roser, sebagai

kandidat walikota. Tujuannya adalah untuk menghapuskan nepotisme di Herwald

dan mempersiapkan kota beserta wilayah-wilayah di dalamnya untuk menyongsong

masa depan.

Paragraf 5:

352

Kandidat walikota Heinz Roser lahir di Herwald dan merupakan seorang pengusaha

yang sukses. Dengan pengetahuan di bidang hukum dan kemampuan dalam

manajemen, ia memiliki semua kualitas yang dibutuhkan untuk menduduki jabatan

sebagai kepala administratif yang kompeten. Ia sejak lama juga sudah terlibat dalam

kerja-kerja sosial dan sukarela serta memperoleh kepercayaan dari setiap orang

yang membutuhkan bantuan profesional.

Paragraf 6:

Kandidat-kandidat FWG merupakan wakil-wakil yang kompeten dan berkomitmen di

daerah mereka. Untuk itu setiap warga yang ingin agar Herwald beserta warganya

memiliki masa depan yang lebih baik harus memilih kandidat-kandidat FWG sebagai

anggota dewan kota dan Heinz Roser sebagai walikota.

Paragraf-paragraf di atas memberikan informasi umum tentang FWG dan Heinz

Roser. Sementara itu, paragraph yang khusus dan yang menarik bagi para

pengusaha adalah paragraf-paragraf berikut ini. Analisa terhadap paragraf-paragraf

di bawah ini telah dibahas dalam bab 14.3.

Paragraf 2:

Heinz Roser dan FWG akan membebaskan warga dari belenggu birokratis dan

peraturan-peraturan yang tidak berguna, sehingga warga bisa bebas bertindak

sedemikian rupa dan karenanya dapat membawa keuntungan bagi mereka dan

seluruh kota. Untuk itu Heinz Roser dan FWG ingin memodernisir pemerintahan

sebaik mungkin, membuat warga menjadi ramah dan hemat, agar dengan demikian

pajak dan iuran dapat ditekan.

Paragraf 3, kalimat 1:

Heinz Roser dan FWG akan mengakhiri diktator ekologis, membuat lalu lintas

kembali lancar dan membawa perdagangan serta ekonomi semakin berkembang,

sehingga, sekali lagi, menjadikan Herwald sebagai tempat yang menarik untuk

bekerja, berbelanja dan menjalani hidup.

353

Paragraf-paragraf umum untuk kelompok target "para pengemudi," adalah paragraf

1, 5 dan 6, sementara paragraf 3 kalimat 1 merupakan paragraf khusus yang relevan

untuk kelompok ini.

Heinz Roser dan FWG akan mengakhiri diktator ekologis, membuat lalu lintas

kembali lancar dan membawa perdagangan serta ekonomi semakin berkembang,

sehingga, sekali lagi, menjadikan Herwald sebagai tempat yang menarik untuk

bekerja, berbelanja dan menjalani hidup.

Bagi kelompok target "orang tua," paragraf 1,5 dan 6 lagi-lagi merupakan paragraf

umum, sementara paragraf 4 adalah paragraf khusus yang memberikan harapan

kepada mereka.

Heinz Roser dan FWG akan memberi kesempatan masa depan yang lebih baik bagi

kaum remaja dengan mengurangi jam pelajaran kosong di sekolah, meningkatkan

tawaran dalam bidang olahraga, budaya dan kegiatan-kegiatan diwaktu senggang,

dengan menyediakan tempat-tempat pelatihan dan lapangan kerja yang lebih

banyak.

17.2. Pesan kelompok target untuk kelompok target yang disimpulkan dari

sasaran

Target image juga perlu dikembangkan bagi kelompok-kelompok target yang

disimpulkan/ditarik dari sasaran. Target image ini dapat disederhanakan menjadi

komponen-komponen target image atau disesuaikan secara lebih spesifik bagi

masing-masing kelompok target.

Di sini kita masih menggunakan contoh kelompok target “pengusaha”; di satu sisi

mereka telah ditetapkan sebagai kelompok target pemilih, dan di sisi lain, kelompok

ini juga dapat ditemukan saat FWG menetapkan sasaran mereka yang menyangkut

pengadaan dana108.

108

Lihat bab 16.3.2 tentang Contoh Penyimpulan Kelompok Target dari Tujuan

354

Selain pesan kelompok target untuk pengusaha yang sudah kita bahas dalam Bab

sebelumnya, kita masih memerlukan pesan yang spesifik – yang dapat

menggerakkan para pengusaha agar bersedia menyumbangkan dananya. Untuk itu,

kita perlu menambahkan sebuah pesan yang spesifik seperti ini:

"FWG dan Heinz Roser membutuhkan dana untuk kampanye, sehingga mereka

benar-benar dapat memenuhi tugas untuk membantu para pengusaha di kota ini.

Tidak adanya sumberdaya keuangan tentu akan sangat berbahaya karena partai

ABC bisa meraih suara mayoritas, dan kemenangan mereka dapat merugikan para

pengusaha di kota ini. Heinz Roser sendiri adalah seorang pengusaha, dan ia layak

menerima solidaritas dari para pengusaha di Herwald."

17.3. Problem insentif tambahan dan tumpang-tindihnya pasar informasi

Semakin banyak pemerintah, partai atau kandidat menunjukkan keuntungan-

keuntungan dan elemen-elemen yang relevan bagi sebuah kelompok target, semakin

kuat pulalah dukungan yang akan diterima dari kelompok target ini. Hal ini sering

menimbulkan godaan untuk memberikan keuntungan-keuntungan tambahan dengan

memberikan janji-janji hanya kepada satu kelompok target tertentu. Sebagaimana

yang telah dibahas dalam Bab 5.8. dengan contoh kenaikan gaji yang dijanjikan

secara khusus kepada para guru, tawaran insentif seperti ini berisiko. Karena jika

pegawai negeri lainnya mendengar tawaran ini, bisa jadi mereka juga akan

menuntut hal yang sama. Jika ini terjadi, kita akan cepat terperosok ke dalam

bahaya: mengumbar janji sebanyak-banyaknya, tetapi tak satu pun yang bisa kita

penuhi.

Insentif tambahan yang berkembang pada akhir pemilu – atau yang bisa disebut juga

sebagai “kado pemilu” – kepada kelompok pemilih tertentu (biasanya para

pensiunan, pegawai negeri dan orang-orang yang bekerja di kantor-kantor pelayanan

publik), merupakan hal yang lazim. Tetapi ini tak selalu membawa keberhasilan,

karena para pesaing biasanya juga ikut memberikan tawaran ini dan bisa kembali

menyeimbangkan posisi.

355

Oleh karena itu, partai dan politisi harus selalu menggunakan jalur tertutup jika ingin

memberikan insentif khusus, agar tidak didengar atau tidak membuat kelompok

target lain marah109.

Contoh: Dalam kampanye pemilu di tingkat federal Jerman pada tahun

1980, sebuah partai berusaha meraih kelompok target kaum homoseksual

(sekitar 6%-8% pemilih), dengan cara menjanjikan perubahan undang-

undang pidana. Janji ini hanya diiklankan melalui media kaum

homoseksual. Dengan demikian diasumsikan bahwa pesan ini hanya

ditujukan secara terbatas untuk kalangan homoseksual saja, sementara

kelompok mayoritas heteroseksual tidak termasuk yang diagitasi.

Beberapa hari sebelum pemilu berlangsung, kampanye “rahasia” ini

menjadi berita utama di sebuah tabloid beroplah besar. Ternyata seorang

pendeta yang marah membongkar fakta ini.

Contoh ini menunjukkan bahwa kita tidak bisa mengandalkan jalur tertutup atau

media komunikasi. Akses informasi selalu dimungkinkan, bahkan melalui cara

"hacking”/memasuki sistem komputer orang lain – seperti yang terjadi di era

komputer sekarang ini. Tapi jangan lupa, bahwa kita selalu perlu memperhitungkan

"efek tumpah-ruah."

17.4. Mengevaluasi target image kelompok target

Evaluasi terhadap pesan kelompok target relatif mudah. Berikut ini pertanyaan-

pertanyaan yang perlu diajukan:

1. Apakah pesan-pesan yang disampaikan sudah lengkap?

2. Apakah ada perbedaan pesan untuk kelompok target yang berbeda? Jika tidak,

kita tak perlu mengadakan kampanye untuk kelompok target secara terpisah.

Kelompok target yang ada dapat disatukan dengan penghubung "atau".

3. Apakah insentif tambahan hanya disediakan jika tidak ada kemungkinan lain untuk

meningkatkan daya tarik partai?

4. Apakah jumlah insentif dan pesan-pesan yang disiapkan sesuai dengan citra yang

diinginkan?

109

Lihat bab 16.8 dan 16.8.1 mengenai Ketidakcocokan Kelompok Target.

356

18. INSTRUMEN-INSTRUMEN KUNCI

Dalam tahap perencanaan ini kita menentukan instrumen-instrumen yang akan

digunakan untuk mencapai sasaran kita. Di sini kita ditentukan tingkat agresi yang

diinginkan, jenis aksi yang kita rencanakan, bagaimana komunikasi akan dilakukan

dan sarana komunikasi apa yang akan kita gunakan. Karena itu, instrumen-

instrumen dalam konteks ini berarti aksi dan sarana.

Keduanya mencakup spektrum yang luas: distribusi materi informasi dan

penggunaan media massa, percakapan pribadi, demonstrasi, mogok, pendudukan

gedung, sampai aksi kelompok militan dan perang sipil.

Kita bedakan menjadi:

1. Instrumen komunikasi

2. Aksi tanpa kekerasan

3. Aksi dengan kekerasan

18.1. Perilaku komunikatif kelompok politik

Komunikasi110 antar kelompok politik (partai, legislatif, eksekutif, di berbagai

tingkatan, inisiatif warga, NGO, dsb.) di satu pihak dan warga serta pemilih di pihak

lain, berjalan dalam berbagai model. Model-model ini terkadang terencana, tetapi

yang sering terjadi justru tidak terencana. Komunikasi internal di dalam kelompok

politik dan komunikasi juga mengikuti pola yang sama. Dalam komunikasi politik,

secara garis besar ada tiga bentuk komunikasi, yaitu:

1.Propaganda

2.Iklan

3.Hubungan masyarakat (public relation)

110

Terdapat begitu banyak literatur mengenai teori komunikasi. Kami menyarankan: J. Habernas. Theorie

des kommunikativen Handeln (Teori Tindakan Komunikatif) 2 Bde.1982.

357

18.1.1. Propaganda

Istilah propaganda berasal dari "Congregatio de propaganda fide"111. Menurut

ensiklopedi Brockhaus, propaganda adalah sebuah bentuk iklan untuk tujuan

spiritual tertentu dan keyakinan politik serta keagamaan. Pada masa revolusi

Perancis, istilah "propaganda" dengan konotasinya yang positif memperoleh

relevansi politis, di saat konotasi negatif tentang hal ini sedang meningkat. Setelah

tahun 1848, istilah propaganda menjadi slogan anarkis politik. Pada perang dunia I,

propaganda perang (propaganda kekejaman) menjadi instrumen kunci dalam

pertempuran. Rejim sosialisme nasional di Jerman menggunakan propaganda

sebagai alat indoktrinasi untuk menyeragamkan warga, setelah saluran komunikasi

umum mereka kuasai.

Organisasi menggunakan propaganda untuk menentukan dirinya sebagai sesuatu

yang berada di luar sistem, dan berusaha untuk mengarahkan opini publik ke satu

cara pandang tertentu. Semua informasi yang dikirim ke sistem hanya dimaksudkan

untuk melayani tujuan ini. Karena itu, umpan-balik dan diskusi tidak dimungkinkan di

sini.112

111

Kongregasi untuk perluasan kepercayaan 112

Mengenai hal ini lihat bab 24.1.1 tentang Rezim Totaliter.

Masyarakat

Organisasi

Propaganda

358

18.1.2. Iklan

Seperti halnya dalam propaganda, dalam iklan pun organisasi juga mendefinisikan

dirinya berada di luar sistem. Di sini, secara sekilas diskusi mengenai produk juga

tidak dimungkinkan. Umpan-balik bisa terjadi, tetapi setelah iklan selesai ia tidak lagi

bisa mempengaruhi pesan. Berbeda dari propaganda, yang dimanipulasi dalam iklan

bukanlah seluruh masyarakat melainkan hanya kelompok-kelompok masyarakat

tertentu saja. Iklan hanya ditujukan untuk mempengaruhi pilihan atas pembelian

produk atau pemberian suara suatu kelompok tertentu, atau mempengaruhi

keputusan atas komitmen atau pemberian kontribusi dana mereka sesuai dengan

keinginan organisasi. Bentuk komunikasi ini digunakan dalam tahap akhir setiap

kampanye. Satu-satunya tujuan iklan adalah untuk memobilisasi potensi-potensi

yang telah dibuat sebelumnya.

18.1.3. Hubungan masyarakat (Public Relations/PR)

Kegiatan PR digunakan oleh sebuah organisasi untuk mendefinisikan dirinya sebagai

bagian dari sistem. Organisasi mengirimkan informasi ke luar, tetapi juga terbuka

terhadap umpan-balik dari luar dan dengan demikian selalu mengalami perubahan

dalam proses komunikasi. Jenis komunikasi ini dapat diterapkan dalam tahap pra-

kampanye, tetapi tidak dalam masa-masa 'panas', karena produk yang senantiasa

berubah tidak dapat dijual.

Masyarakat

Kelompok target

Iklan

Organisasi

359

18.2. Media komunikasi

Ada banyak jenis media komunikasi dan efektivitasnya dipengaruhi oleh berbagai

faktor. Perilaku komunikatif dalam berbagai budaya memiliki peran penting. Di

banyak negara, komunikasi cenderung dilakukan secara langsung, kebanyakan

melakui tatap muka (face-to-face). Di negara lainnya, media cetak memiliki peran

yang lebih besar, dan efektivitas mereka sangat bergantung pada tingkat melek huruf

(kemampuan baca-tulis) masyarakat setempat. Di negara-negara lainnya lagi, media

elektronik seperti televisi, radio dan internet memberikan pengaruh yang sangat

berarti dalam komunikasi. Tentu saja ada beragam kombinasi, permutasi (perubahan

urutan) dan transisi lainnya di antara media-media ini di berbagai negara. Faktor

lainnya adalah perbedaan biaya media komunikasi yang sangat bervariasi. Lebih dari

itu, undang-undang yang mengatur akses ke media dan/atau batasan-batasannya

sangat ditentukan oleh negara yang bersangkutan, yang tentu saja sangat berbeda

antara negara yang satu dengan negara lainnya.

Oleh karena itu tidak mungkin membuat pernyataan mendasar atau pernyataan yang

dapat diaplikasikan secara universal mengenai efektivitas, manfaat iklan, seleksi

sarana iklan dan sarana komunikasi, atau kombinasi antara instrumen-instrumen

tersebut.

Meskipun pernyataan mendasar tersebut tidak mungkin dibuat untuk masing-masing

bentuk media, tetapi ini sangat mungkin untuk jenis media tertentu. Dalam

komunikasi, harus dibedakan antara media berbayar dengan media tak berbayar.

Masyarakat

Organisasi

Hubungan

masyarakat

360

18.2.1. Media berbayar

Media berbayar menyampaikan pesan kita apa adanya – sebagaimana yang kita

kirimkan kepada mereka. Contoh media seperti ini adalah iklan, spot televisi dan

radio, poster, brosur, situs web kita sendiri, email dan blog – di mana kita dapat

merumuskan pesan kita sendiri. Keunggulan yang ditawarkan media jenis ini adalah

penyampaian pesan yang akurat dan sama persis seperti yang kita inginkan.

Kelemahannya adalah, media jenis ini mahal dan kredibilitas mereka sangat terbatas

di antara orang-orang yang menjadi target kita.

18.2.2. Media tidak berbayar

Media tidak berbayar adalah kontribusi redaksional untuk surat kabar, berita di

televisi dan radio, pernyataan yang dibuat oleh multiplikator dan pemimpin opini

(opinion leader), dan juga komunikasi yang dilakukan anggota partai di lingkungan

sosialnya.

Termasuk di dalamnya adalah berbagai fasilitas komunikasi dalam bidang elektronik,

karena manusia dapat dijangkau dengan media elektronik ini dan media sosial yang

menjadi wilayah sosial anggotanya harus diperhitungkan.

Keunggulan media jenis ini adalah sangat murah. Selain itu, media jenis ini juga

memiliki kredibilitas yang tinggi. Kepercayaan pemilih terhadap iklan di surat kabar

jauh lebih kecil dibandingkan dengan kepercayaan mereka atas editorial atau

redaksional – yang letaknya berdampingan persis dengan sebuah iklan.

Kelemahan media ini adalah bahwa pengirim pesan tidak pernah yakin pesannya

akan disampaikan secara akurat.

Secara umum dapat disimpulkan bahwa, campuran media (media mix) akan

bergeser ke arah media tak berbayar ketika sebuah organisasi menghadapi masalah

keterbatasan dana dan akses mereka ke media formal seperti koran, televisi dan

radio juga dipersulit atau dibatasi.

361

18.2.3. Media campuran

Dengan munculnya berbagai media komunikasi di bidang elektronik seperti internet,

Web 2.0 dan bentuk-bentuk interaktif lainnya, media berbayar dan media tak

berbayar telah bercampur dan tampil dalam bentuk yang hibrid. Misalnya yang

termasuk di dalamnya adalah „marketing viral“. Ini adalah suatu bentuk pemasaran

yang menggunakan jejaring sosial dan media, untuk menyampaikan berita-berita

yang tidak biasa tentang sebuah merek, sebuah produk atau suatu kampanye.

Tujuan dari kampanye marketing viral ini adalah menyebarluaskan informasi tersebut

melalui penggunanya kepada teman-teman dan kenalan mereka. Lalu mereka ini

kembali akan meneruskan kepada kenalan mereka. Dengan demikian akan muncul

efek menyerupai virus113. Kampanye tersebut memang harus menawarkan aspek

hiburan, sehingga penggunanya mempunyai alasan untuk menyebarluaskannya114.

Penyebaran berita secara epidemik mirip dengan propaganda lisan, namun tidak

dapat dibandingkan dengan prinsip marketing viral. Dalam propaganda lisan inisiatif

dari pelaku yang biasanya netral hilang. Dalam marketing viral tersembunyi strategi

sebuah organisasi. Informasi dalam marketing viral disampaikan dalam waktu yang

singkat, sama seperti penyebaran virus biologis dari manusia satu ke manusia

lainnya. Penyebaran informasi dimulai dengan „Seeding“. Ini adalah sebuah cara

strategis dan terarah ke sasaran untuk menempatkan dan menyebarluaskan pesan

viral dalam ranah online dan minat. Penempatan pesan dilakukan melalui portal

Videosharing atau Picture-sharing, seperti YouTube, Flickr, demikian juga melalui

blog-blog yang temanya relevan, forum-forum dan situs-situs Internet. Bentuk yang

paling sering digunakan untuk ini adalah media yang cepat, seperti Chats, Instant

Messenger dan email.

18.3. Instrumen komunikasi

Instrumen-instrumen komunikasi akan didaftar satu persatu di bawah ini. Daftar ini

bukanlah daftar yang berdasarkan urutan prioritas.

113

Dalam bukunya: “The Tipping Point: How little things can make a big difference,” Macolm Gladwell

meneliti dampak dari penyebaran berita secara epidemik, tanpa memasukkan komponen-komponen elektronik.

Penerbit Little, Brown and Company, Boston, New York, London. 114

Mengenai nilai hiburan dari tokoh iklan yang diciptakan T-Mobile, Chad Kroski, perusahaan Telekom

Jerman tidak dapat lagi tertawa ketika pengguna di dalam internet memberikan otonomi kepada figur tersebut

dan mengatakan hal-hal yang tidak benar tentang sifat-sifat yang tidak menyenangkan dari figur tersebut.

362

18.3.1 Kontak langsung dengan warga

Kontak langsung dengan cara pembicaraan pribadi antara wakil-wakil sebuah partai

(kandidat, pejabat, anggota biasa) dengan warga atau pemilih secara kualitatif

merupakan bentuk terbaik dalam berkomunikasi. Selain itu terdapat banyak

kesempatan dan metode lainnya.

Penggunaan kontak sosial sehari-hari

Suatu cara untuk memperbaiki komunikasi, tidak tergantung apakah media tersebut

positif atau negatif, adalah mengikutsertakan anggota di dalam komunikasi dengan

pemilihnya. Anggota partai berperan sebagai tenaga penjual, apabila partai

mengijinkan hal tersebut. Dalam ranah sosial mereka memiliki banyak sekali kontak.

Percakapan sehari-hari dengan tetangga, kontak dengan penata rambut atau

dengan tukang roti, pembicaraan dengan rekan-rekan kerja atau dengan klien, dan

kontak-kontak di malam hari dengan teman-teman dan kerabat. Rata-rata setiap

manusia melakukan 20 sampai 30 kontak per harinya. Memang tidak mungkin

memanfaatkan seluruh kontak ini untuk sebuah percakapan bersifat politis. Namun

tetap saja terdapat banyak kemungkinan untuk melontarkan sebuah kalimat tentang

partai. Dan semakin dekat dengan hari Pemilu, maka orang akan lebih sering

berbicara tentang tema-tema politik.

Pertanyaanya sekarang adalah tema apa yang dibicarakan anggota tersebut.

Banyak anggota yang mengalami hambatan untuk menyampaikan sebuah tema

tertentu. Beberapa yang lain tidak bermasalah mencari tema pembicaraan, namun

mereka tidak mudah untuk mengajak orang mengobrol begitu saja. Memang strategi

ini belum tentu cocok untuk semua anggota. Agar para anggota dapat

menyampaikan pesan-pesan dalam kampanye pemilu dengan cara yang strategis,

ada sebuah instrumen yang dapat membantu, yang disebut dengan „lima kartu

alasan“. Kartu tersebut berukuran kira-kira sebesar kartu nama, di satu sisi dituliskan

lima alasan mengapa memilih partai tersebut. Di sisi sebaliknya dituliskan lima

alasan mengapa tidak memilih partai-partai yang lain atau paling tidak mengapa

menentang partai lawan. Berikut ini adalah contoh kartu semacam ini:

Program unggulan partai sendiri Alasan tidak memilih partai lain

363

Pada sisi kiri adalah argumentasi-argumentasi untuk partai sendiri, yang berkaitan

dengan strategi yang direncanakan. Di bagian ini ditampilkan penawaran-penawaran

positif dari partai. Pada sisi kanan yang dipampang adalah argumentasi-argumentasi

yang sesuai untuk melawan partai-partai lain. Lima kartu alasan ini berfungsi seperti

mata uang yang memiliki dua sisi.

Ada beberapa elemen keuntungan dari „cara beriklan“ seperti ini. Yang pertama

adalah, partai memberikan orientasi kepada anggotanya, tema-tema apa saja yang

harus dimanfaatkan secara intensif oleh partai tersebut dan bagaimana partai

tersebut membedakan diri dengan partai-partai lainnya. Elemen kedua yang menarik

adalah singkatnya pesan yang disampaikan. Dalam kartu ini pesan-pesan tidak

disampaikan dengan jumlah halaman yang banyak, namun partai tersebut langsung

menuju pokok permasalahan. Hal ini sangat berarti bagi siapa saja yang kebetulan

sedang melakukan komunikasi politik. Elemen ketiga yang menguntungkan adalah

para anggota partai dapat menyesuaikan diri dengan visi dari kartu tersebut dalam

berkomunikasi dengan rekannya. Maka seorang profesor di universitas, misalnya,

ketika berbincang dengan rekan kerjanya akan memformulasikan dengan cara yang

berbeda dibandingkan dengan seorang penata rambut yang terlibat pembicaraan

ringan dengan pelanggannya, meski semuanya berbicara tentang permasalahan

yang sama.

Komunikasi anggota partai karenanya sangat penting dan berbobot, karena hal itu

terkait dengan pembicaan bersifat pribadi yang jauh lebih berdampak daripada

poster atau selebaran apapun, daripada spot iklan di televisi dan iklan apapun juga.

Pertukaran informasi secara tatap muka ini menciptakan kepercayaan dan

keyakinan.

Setiap partai harus memastikan bahwa komunikasi internal tentang strategi partai,

antara pengambil keputusan dan anggota sebagai tenaga penjual produk partai,

364

berfungsi dengan baik jika partai ingin menjadikan anggotanya sebagai unsur

penting dalam komunikasi. Selain itu anggota tersebut jangan sampai dibebani

terlalu berat. Apabila tema-temanya terlalu rumit, maka tema-tema tersebut harus

dijelaskan sehingga semua anggota memahaminya, atau tema-tema tersebut harus

dipermudah. Keberhasilan di dalam komunikasi bukan hanya milik mereka yang

memiliki serangkaian argumentasi yang paling rumit, melainkan milik mereka yang

bisa menjelaskan dengan sedikit kata-kata tentang permasalahan yang

dikemukakan.

Canvassing, kunjungan ke rumah-rumah

Cara-cara tradisional untuk melakukan kontak langsung dengan warga atau di dalam

masa kampanye untuk mendekati pemilih biasa disebut canvassing. Canvassing

berarti „mengiklankan sesuatu“ atau „menggarap suatu daerah pemilihan.“ Kita dapat

membedakan beberapa bentuk, yang disesuaikan dengan kebiasaan dan adat

istiadat di wilayah kebudayaan yang berbeda serta tergantung dari ritme kehidupan

sehari-hari manusianya. Bentuk-bentuk yang disampaikan di sini merupakan bentuk

yang khas untuk wilayah Eropa Tengah. Gaya canvassing ini bisa juga tergantung

dari cara menunaikan hak memilih, karena itu harus disesuaikan pula.

{ Kunjungan dari rumah ke rumah

Kunjungan dari rumah ke rumah ini dapat dilakukan dengan berbagai cara,

tergantung dari apa tujuan yang hendak dicapai dengan cara tersebut.

Cara klasik

Kunjungan dari rumah ke rumah secara klasik ini bertujuan untuk memperkenalkan

seorang anggota dan menciptakan suatu kontak langsung dengan pemilik. Cara

seperti ini relatif mudah. Pertama-tama partai mengidentifikasi wilayah di mana

kontak dengan pemilih akan dilakukan. Wilayah-wilayah yang dipilih adalah wilayah

yang sampai sekarang telah membawa hasil yang baik untuk partai itu atau wilayah

yang memiliki struktur sosial yang khusus untuk elektabilitas partai. Setelah partai

mengidentifikasi wilayah tersebut, lalu disiapkan sebuah pesan. Kita harus membuat

pertanyaan, apa yang dipikirkan orang-orang setelah bertemu dengan kita dan apa

yang seharusnya mereka ingat tentang kita.

365

Bagi sebagian besar kandidat hal ini merupakan kontak pertama dengan pemilih.

Karena itu upaya memperkenalkan diri menjadi unsur yang terpenting. Dengan

demikian perkenalan dengan nama dan fungsi anggota tersebut adalah pesan

pertama yang disampaikan. Untuk memperkuat pesan tersebut, pemberian kartu

nama – baik dengan foto maupun tanpa foto – sangatlah penting. Mungkin saja

kandidat tersebut juga memiliki brosur tentang tujuan-tujuan politiknya. Brosur

tersebut dapat dibagikan pada masa kampanye selanjutnya. Kartu nama ini menjadi

sangat penting karena kandidat seharusnya menawarkan kepada warga untuk

mengontak dirinya apabila warga memiliki masalah. Untuk itu warga memerlukan

data-data kandidat seperti nomer telepon (ponsel) dan alamat email, tentu juga

beserta alamat posnya. Hati-hati! Penawaran seperti ini dapat dilakukan apabila

kandidat tersebut memang benar-benar bersedia menyediakan dirinya untuk

keperluan yang dimaksud.

Sekarang apabila menyangkut kandidat yang sudah mempunyai tingkat popularitas

yang lebih tinggi, maka yang efektif adalah sebuah pesan berupa misi untuk wilayah

tertentu dalam sebuah kota atau mungkin untuk sebuah jalan. Hal ini berarti:

kandidat harus mempunyai wawasan yang cukup tentang wilayah tempat ia

melakukan kunjungan dan harus benar-benar siap menguasai permasalahan

wilayah tersebut.

Hal terpenting dalam kunjungan ini selain menjalin kontak adalah meraih

kepercayaan. Artinya kandidat tersebut dalam penampilannya harus memiliki

penampilan yang meyakinkan atau pidatonya mampu meraih kepercayaan warga. Di

sini kemampuan untuk mendengarkan sangat penting. Kandidat tersebut harus

memberi keyakinan kepada warga, bahwa ia akan berbuat segala sesuatunya

dengan cara dan metode yang sama yang dianggap penting oleh warga, dan

kandidat tersebut bersedia untuk berdiri di tengah-tengah permasalahan warga.

Tentu saja kandidat tersebut tidak boleh menjalankan peran sebagai seorang

misionaris atau seorang penjual permadani dan ingin menjual sesuatu, yang

sebenarnya tidak diinginkan oleh warga.

Tahap berikutnya adalah menentukan waktu pelaksanaan kunjungan. Kegiatan

tersebut harus disesuaikan dengan ritme kehidupan warga di wilayah yang dijadikan

366

sasaran. Mungkin diusulkan pada hari Sabtu pagi, karena banyak orang sudah

bekerja di kebunnya. Mungkin saja hari Sabtu pagi tidak tepat, karena banyak orang

yang ingin tidur lebih lama. Pada dasarnya aturan-aturan berikut ini harus ditaati

untuk melakukan kunjungan di wilayah Eropa Tengah. Di wilayah lainnya aturannya

bisa saja sangat berbeda.

1. Kunjungan hanya dilakukan pada siang hari atau saat hari masih terang

benderang dan tidak di saat gelap ketika matahari sudah terbenam

2. Waktu yang terbaik adalah antara pk 17.00 hingga pk 20.00. Tidak melampaui

jam siaran berita pk 20.00, karena warga akan merasa terganggu.

3. Pada akhir pekan lebih baik dilakukan hari Sabtu dan bukan pada hari

Minggu.

4. Sedapat mungkin tidak melakukan perjalanan keliling pada saat cuaca buruk,

karena di luar waktu itu warga hampir tidak mungkin menolak kunjungan yang

datang ke rumah-rumah.

Berdasarkan paparan di atas tampak jelas bahwa kandidat tidak memiliki banyak

waktu ketika melakukan kunjungan. Dengan demikian, kandidat harus

memanfaatkan waktunya dengan optimal. Konsekuensinya, kandidat sebaiknya

menghindari untuk memasuki setiap rumah atau apartemen yang ia kunjungi. Hal itu

membutuhkan waktu terlalu lama, warga yang dikunjungi memiliki hak di rumahnya

dan dengan demikian sangat mengatur proses kunjungan tersebut. Selain itu ada

pula warga yang memiliki kekurangan dalam menjalin kontak sosial. Mereka ini akan

mencoba untuk menahan para kandidat dan menghabiskan waktu bersamanya

selama mungkin. Untuk mengatasi semua ini ada aturan yang berlaku bahwa

kandidat sebaiknya bicara dengan warga hanya di pintu saja dan setiap pembicaraan

tersebut dibatasi hanya 4-5 menit saja.

Kunjungan sebagai wakil wilayah kota

Karena wakil wilayah kota (disebut juga dengan penanggungjawab wilayah kota atau

penasehat daerah pemilihan) mempunyai fungsi jangka panjang, maka mereka

dapat melakukan kunjungan dalam waktu yang lama dan tidak terlalu dikejar-kejar

waktu seperti para kandidat. Dalam melakukan kunjungan, wakil wilayah kota harus

mengedepankan fungsinya sebagai pelayan warga. Hal ini berkaitan dengan fungsi

367

sebagai mitra bicara di wilayah kota, tergantung dari banyak atau sedikitnya jumlah

wakil kota yang ada. Tujuannya adalah, pada akhir masa suatu periode, wakil

wilayah kota tersebut sudah dikenal oleh warga dan pemilih sehingga ia dapat maju

sebagai kandidat dan telah memiliki popularitas yang tinggi di wilayah kotanya, yang

terkait dengan tingkat kepercayaan yang diraihnya.

Kunjungan dalam formasi tim

Cara ini adalah versi yang paling merepotkan, namun cara tersebut meninggalkan

kesan yang melekat lama. Dalam versi ini dibutuhkan tiga pihak, yakni pengebel,

kandidat dan penyalin. Pertama-tama pengebel pergi sendiri dan berupaya untuk

menjalin kontak. Maka ia berfungsi sebagai pembuka pintu yang bertugas mengebel

dan mengumumkan kedatangan kandidat. Setelah ia membuka pintu, maka muncul

kandidat yang memperkenalkan dirinya dengan singkat dan bertanya kepada warga

tentang masalah yang mereka hadapi, tentang perkembangan positif maupun negatif

di lingkungan tempat tinggalnya. Si pengebel sementara itu telah meninggalkan

rumah warga tersebut dan masuklah si penyalin. Penyalin ini mencatat semua

keluhan, harapan dan saran yang dilontarkan warga.

Beberapa saat setelah pertemuan itu, kandidat mohon pamit dan menyatakan bahwa

sekarang warga berada di tangan orang yang baik, yaitu penyalin yang mencatat

semua keluhan mereka. Kandidat berjanji akan menindaklanjuti semua masalah dan

keluhan warga yang telah tercatat itu. Pengalaman menunjukkan, bahwa setelah

kandidat meninggalkan lokasi, omelan-omelan dari warga segera mereda, sehingga

penyalin dapat segera mengikuti kandidat ke pintu rumah warga berikutnya. Setelah

wilayah dijadikan sasaran ditangani dengan cara seperti ini, pengebel, kandidat dan

penyalin duduk bersama-sama dan membahas apa yang dapat mereka mulai

lakukan dengan informasi yang sudah diperoleh. Ada beberapa kemungkinan

sebagai berikut:

Warga mengutarakan bahwa mereka berharap memperoleh informasi yang lebih

banyak, misalnya mengenai program partai. Kemudian warga mendapatkan program

partai disertai dengan profil singkat dari kandidat, yang berterima kasih atas waktu

368

yang telah dikorbankan warga dan mengirimkan program atau dokumen lainnya

yang diinginkan warga.

Apalagi warga mengutarakan keluhan-keluhan, maka kandidat menulis surat kepada

pihak yang berwenang dan dengan demikian meneruskan keluhan tersebut kepada

pihak-pihak yang lebih kompeten. Dalam surat tersebut dinyatakan bahwa pihak

kandidat akan terus mengawal kelanjutan pengaduan tersebut. Kandidat harus

mengirim salinan dari surat tersebut disertai dengan sepucuk surat dari kandidat

kepada warga yang telah didatangi, di mana ia berterima kasih atas waktu yang telah

dikorbankan warga dan atas inisiatif mereka.

Apabila warga telah menyampaikan usulan-usulan, mereka pun akan akan

menerima surat di mana di dalamnya kandidat tersebut akan mempertimbangkan

usulan itu.

Apapun pilihan caranya, sebuah surat harus ditulis dan dikirimkan satu hari

setelahnya ke wilayah tempat kunjungan dilakukan. Tahap akhir ini membuat

kunjungan itu berhasil, karena warga melihat bahwa kandidat tersebut dapat

diandalkan dan dengan demkian telah dibangun suatu kepercayaan. Apabila

kandidat tidak siap untuk melakukan bagian kedua dari kunjungan ini – yaitu cara

yang memerlukan pekerjaan lebih intensif - maka akan lebih baik bila canvassing

yang dilakukan adalah metode yang klasik saja.

„Open house“ untuk warga

Apabila partai memiliki sebuah kantor atau kantor organisasi atau bila suatu fraksi

mempunyai ruangan-ruangan, maka disarankan untuk menyediakan jam bicara tetap

bagi warga, dengan demikian warga dapat mengutarakan permasalahan dan

kesulitan mereka. Karena itu dengan cara komunikasi yang pas dengan partai, perlu

diberitahukan jam bicara tersebut bagi warga. Apakah partai memuat jam bicara itu

di surat-surat kabar lokal, di situs partai atau bahkan dengan menggunakan poster-

poster, tergantung dari situasi setempat. Bagi para wakil rakyat jam bicara seperti ini

adalah instrumen yang tepat agar mereka tidak kehilangan kontak dengan warga

dan membangun kepercayaan serta memantapkannya.

369

Pertemuan-pertemuan di jalanan

Pertemuan-pertemuan di jalanan seperti ini dilakukan oleh politisi atau partai di

tempat-tempat yang mereka duga mereka bisa menjumpai pemilih mereka. Entah itu

di sebuah pasar mingguan, di mana seorang kandidat atau perkumpulan lokal dapat

menjalin kontak dengan warga, ataukah di sebuah tempat umum, di mana kita bisa

menemui banyak orang. Bisa juga kita pergi di akhir pekan ke sebuah taman yang

ramai dikunjungi warga dan di sana mencoba membangun kontak dengan mereka.

Gerai informasi di jalan atau di pameran-pameran

Gerai informasi adalah instrumen yang ideal apabila kita ingin mengajak warga untuk

membahas tema tertentu atau secara umum ingin berbincang-bincang dengan

mereka. Namun kita harus pergi ke lokasi yang menjadi kerisauan warga. Misalnya

dalam masalah polusi suara, kita harus pergi ke tempat di mana terjadi polusi suara

karena keramaian lalu lintas. Atau dalam masalah kemacetan yang terus menerus,

maka kita pergi ke tempat terjadinya macet, dalam masalah di sebuah sekolah kita

pergi ke depan sekolah tersebut dan tidak pergi ke halaman stasiun atau pergi ke

pasar. Seringkali orang pergi ke lokasi yang salah, karena kantor walikota hanya

memberi ijin untuk mendirikan sebuah gerai informasi di lokasi tersebut, namun

lokasi tersebut tidak diperbolehkan menjadi pusat perhatian warga. Karena itu orang

beralasan dan khawatir bahwa ijin untuk lokasi lainnya tidak akan diperoleh. Memang

bisa saja benar adanya, namun apakah sebuah gerai informasi harus kelihatan

seperti layaknya sebuah gerai informasi? Cukup dengan meja, payung besar dan

bahan-bahan informasi tentang partai, atau kalau hal tersebut tidak cukup, gerai

tersebut bisa didampingi oleh anggota-anggota partai yang berdiri di depan sebuah

mobil, yang ditempeli dengan poster-poster. Maka lokasi tersebut bukan merupakan

gerai informasi yang tidak wajib memiliki ijin.

Sebuah bentuk lain dari gerai informasi adalah presentasi suatu partai dalam pekan

industri, pameran-pameran, dan event lainnya. Dalam kasus ini partai itu menyewa

sebuah stand dan membaurkan diri dengan peserta pameran atau pengunjung

pameran. Jenis stand informasi seperti ini memerlukan sebuah keahlian khusus,

karena baik penampilan visual maupun pesan dan bahan informasi yang dibagikan

harus berkualitas tinggi.

370

Pesta-pesta di lingkungan warga

Pesta-pesta di lingkungan warga terdapat dalam dua versi. Versi pertama adalah

perayaan-perayaan yang ada (ulang tahun, hari jadi, dsb) yang dimanfaatkan, di

mana seorang kandidat partai mengundang atau diundang ke perayaan tersebut.

Sehubungan dengan pesta tersebut, sang kandidat dapat memperkenalkan dirinya.

Kandidat tersebut tidak perlu menyampaikan pidato resmi, mungkin kehadirannya itu

cukup disebutkan secara tidak mencolok oleh tuan rumah. Namun sang kandidat

harus berinisiatif melakukan obrolan ringan small talk atau melakukan juga

pembicaraan politik di sana-sini dalam pesta tersebut.

Versi kedua adalah versi yang telah diatur sebelumnya. Di sini partai, dengan alasan

apapun tidaklah penting, mengundang lingkungan tetangga ke sebuah pesta dan

berupaya untuk memasarkan kandidat dan program-programnya. Menurut

pandangan efisiensi dan keterbatasan sumber daya yang umumnya dimiliki partai,

tampaknya versi pertama lebih menarik.

Stammtisch

Stammtisch adalah sebuah kelompok yang terdiri dari beberapa orang yang secara

berkala bertemu di sebuah bar, bisa pula berarti sebuah meja (biasanya meja besar

berbentuk lingkaran), di mana kelompok tersebut duduk mengelilinginya.

Stammtisch adalah pertemuan-pertemuan yang tidak diorganisir dan dengan

demikian pertemuan tersebut bersifat sukarela, namun para anggotanya tetap

memiliki kewajiban. Meja yang mereka pakai ditandai dengan sebuah atau beberapa

label yang dibentuk secara tradisional dan dengan demikian dipesan untuk acara

Stammtisch yang bertemu dalam rentang waktu tertentu.

Biasanya Stammtisch di sebuah desa sampai pertengahan abad ke-20 terutama

terdiri dari warga terhormat, seperti walikota, dokter, apoteker, guru, petugas

kehutanan dan petani kaya. Undangan menghadiri Stammtisch di sebuah tempat

yang asing bukan berarti bukti penghargaan. Di wilayah berbahasa Iberia (Spanyol,

Portugal, Amerika Latin dan Brasil), tradisi yang disebut „Tertulias“ ini masih terjaga

sampai sekarang.

371

Bentuk-bentuk tradisional semacam ini juga cocok untuk partai-partai yang ingin

menunjukkan keberadaan mereka dan juga untuk menjalin kontak dengan warga.

Namun di banyak negara bentuk Stammtisch ini sudah kuno. Kunjungan seperti itu

membebani, namun manfaat bagi partai sedikit sekali. Namun mungkin terdapat

sebuah bentuk baru dari Stammtisch yang dapat memenuhi kebutuhan banyak

warga untuk berkomunikasi satu sama lainnya setelah jam kerja dalam sebuah

konteks yang jelas tanpa perlu dipaksa. Model ini disebut dengan „After-work-

Stammtisch“ (AW). Apabila beberapa anggota partai berhasil untuk mengadakan

AW-Stammtisch secara teratur, bisa saja setelah beberapa saat tercipta pertemuan

yang menarik bagi kandidat, warga, rekan kerja dan teman-teman. Bentuk yang

longgar dari komunikasi yang terkait dengan tema-tema politik dan semi politik ini

adalah pelengkap yang optimal bagi program-program penyampaian informasi di

radio, televisi dan internet.

18. 3.2. Acara-acara khusus

{ Rapat umum

Rapat umum dapat menjadi kegiatan yang berarti apabila partai bisa menghadirkan

tokoh-tokoh yang benar-benar bernama besar. Sebuah rapat umum yang hanya

dihadiri oleh sedikit pendengar dampaknya bisa memalukan dan seharusnya

dihindari. Sebuah rapat umum dalam bentuk yang klasik adalah sebuah kegiatan

komunikasi satu arah. Artinya tidak ada diskusi antara pendengar dan orator utama.

Karena itu di dalam bentuk kegiatan seperti ini yang termasuk di dalamnya adalah

iklan, dan dalam komunikasi politik hal itu berlangsung pada masa akhir kampanye

pemilu. Di banyak negara kegiatan semacam ini dilihat sebagai bagian dari sebuah

rally. Hal itu merupakan urutan dari rapat umum dengan kehadiran seorang tokoh

politisi yang penting, yang dalam satu hari itu melakukan serangkaian pertemuan

akbar dan penampilan politisi tersebut menjadi acara puncak dalam setiap peristiwa

setempat.

{ Acara-acara untuk kelompok target

Apabila dalam rencana kampanye pemilu kelompok target yang dituju didefinisikan

sebagai kelompok yang bersih, maka kegiatan-kegiatan dengan tema yang menarik

bagi mereka pasti akan berhasil. Bagi pengunjung dari kelompok target diupayakan

372

agar mereka memperoleh informasi-informasi yang baru dan menarik. Sebaiknya hal

itu sudah harus diinformasikan di dalam undangan.

{ Diskusi panel

Dalam sebuah diskusi panel atau pembicaraan dengan panelis, para pakar atau

wakil-wakil dari pemangku kepentingan duduk bersama di depan banyak hadirin,

untuk memaparkan pandangan mereka dan membandingkannya di antara mereka.

Dalam kegiatan seperti ini seringkali hadirin memiliki ekspektasi yang salah dan

menjadi kecewa karenanya. Hal ini disebabkan karena hadirin berharap diskusi

tersebut bisa menghasilkan sesuatu dan dengan demikian masalah-masalah tertentu

dapat diselesaikan. Hal tersebut semaksimal mungkin dapat diraih, apabila para

pakar dalam diskusi panel tersebut memiliki tujuan yang sama untuk memecahkan

sebuah masalah bersama-sama. Wakil-wakil dari pemangku kepentingan dan wakil-

wakil dari partai pasti mempunyai tujuan yang berbeda, yakni mereka ingin

memaparkan visi dan misi dari organisasi-organisasi yang mengirim mereka, dan

dalam masa kampanye pemilu mereka ingin menunjukkan perbedaan mereka

dengan peserta diskusi panel lainnya. Di sini berlaku semboyan: “Orang duduk

bersama untuk berselisih pendapat”. Secara strategis keikutsertaan dalam sebuah

diskusi panel akan memiliki arti bagi suatu partai apabila mereka dapat menciptakan

citranya sendiri dan dinilai oleh sebagian hadirin sebagai hal yang positif.

Karena itu diskusi panel sebaiknya tidak diselenggarakan sendiri oleh partai bersama

dengan perwakilan berbagai organisasi yang erat hubungannya dengan partai

tersebut, karena diskusi panel sejenis itu selalu membosankan, biasanya dimoderasi

dengan buruk dan acara diskusi ini pasti tidak menarik bagi penonton televisi.

Apabila kegiatan diskusi diselenggarakan oleh suatu surat kabar atau oleh suatu

lembaga pendidikan atau oleh sebuah organisasi yang netral, maka pasti lebih

menarik. Di sini berlaku aturan bahwa mirip seperti dalam kampanye pemilu, hadirin

harus terbelah. Dengan demikian pada akhirnya hadirin juga ikut urun rembug

mengenai diskusi yang telah berlangsung. Bisa saja terjadi bahwa hadirin

mempunyai pendapat yang sama sekali berbeda dengan pendapat peserta diskusi

lainnya, atau hadirin menjelaskan sebuah tema yang tidak begitu penting dan

berbicara tentang tema lain yang penting untuk partai tersebut, meskipun moderator

373

diskusi menjadi tidak puas karenanya. Karena tujuan acara ini bukanlah untuk

membuat moderator bahagia, melainkan untuk mempertajam citra partai.

{ Kongres

Penyelenggaraan suatu kongres ilmiah untuk mengangkat sebuah tema tertentu

adalah kegiatan yang penting apabila kongres tersebut berhasil meyakinkan publik

yang terdiri dari para ahli dan perwakilan dari media tentang kompetensi partai dalam

menyikapi sebuah permasalahan. Dalam kongres semacam ini yang terpenting

adalah kualitas dari para penyaji makalah, di mana kehadiran mereka dalam kongres

tersebut menularkan kompetensi keahlian pada partai tersebut.

{ Kunjungan-kunjungan

Mengajak warga untuk mengunjungi sebuah obyek yang menarik dan melihat apa

yang terjadi di baliknya adalah atraksi yang menarik untuk politik taraf lokal karena

banyak warga merasa bahwa mereka tinggal berdekatan dengan obyek tersebut

namun mereka tidak bisa mengaksesnya. Apabila suatu partai ingin melakukan

kunjungan semacam itu bagi kelompok-kelompok tertentu atau dengan tema-tema

tertentu, dapat dihasilkan pengalaman yang positif maupun yang negatif. Mengapa

tidak sekali-sekali bersama-sama mengunjungi obyek-obyek budaya sebuah kota

dan kemudian dilanjutkan dengan bincang-bincang mengenai pembiayaan atraksi

budaya? Mengapa tidak sekali-sekali bersama-sama pergi ke wilayah kecamatan di

mana terdapat paling banyak coretan liar dan berdiskusi tentang bantuan dari pihak-

pihak yang bertanggungjawab? Mengapa tidak sekali-sekali mengunjungi lokasi

pembuangan limbah cair dan kemudian mempresentasikan perbandingan biaya yang

dikeluarkan kota-kota lain? Kunjungan semacam ini mendekatkan warga ke wilayah-

wilayah yang bermasalah dan titik berat tema-tema dari partai tersebut dapat lebih

diperjelas. Bentuk kunjungan yang lain adalah kunjungan pada seorang politisi atau

pada seorang tokoh terkenal. Demikian juga dengan kunjungan ke fasilitas-fasilitas

umum, perusahaan atau tempat-tempat lain, di mana jika memungkinkan sang

kandidat mengeluarkan pernyataan yang positif ataupun negatif, selalu akan menjadi

berita bagi media. Tujuan sebenarnya adalah menciptakan sebuah peristiwa agar

media menuliskannya sebagai berita.

{ Pengumpulan tanda tangan

374

Pengumpulan tanda tangan selalu merupakan bentuk aksi protes atau untuk

melawan sesuatu. Bagi partai kegiatan ini merupakan bentuk aksi yang sesuai jika

partai tersebut merupakan oposisi atau partai tersebut sangat kecil. Aksi ini

merupakan sarana untuk memotivasi warga untuk mendiskusikan sebuah tema

dengan suatu partai. Bagi suatu partai yang sedang memerintah, cara pengumpulan

tanda tangan ini tidak begitu cocok, karena malahan akan menimbulkan kesan

sebagai partai yang lemah.

18.3.3. Media cetak

Terkait sebagian dengan media yang tidak berbayar, misalnya tulisan redaksional di

surat-surat kabar atau terkait dengan media berbayar, misalnya selebaran atau

surat. Dampak dari media cetak ini tergantung sebagian besar dari tingkat

kebutaaksaraan.115 Media cetak memang tidak akan berdampak pada warga yang

buta aksara, namun di negara-negara dengan banyak penduduknya yang buta

aksara, tingkat kebutaaksaraan sekunder pun perlu diperhatikan.

{ Tulisan redaksional

Tulisan redaksional masih merupakan salah satu sarana komunikasi terpenting dari

sebuah partai. Karena itu pekerjaan yang berkaitan dengan pers dari sebuah partai

harus dikelola dengan baik. Lihat juga bab tentang peran media. Salah satu masalah

besar di banyak negara adalah konsentrasi dalam pasar surat kabar, sehingga

banyak surat kabar lokal yang mengalami kemunduran dan karenanya pemberitaan

kejadian-kejadian lokal memiliki ruang yang makin sedikit. Untuk mengisi

kekosongan ini, banyak pembuat iklan bagi perusahaan-perusahaan lokal yang

memasang iklan di brosur-brosur niaga, yang bahkan terbit beberapa kali dalam

seminggu. Brosur niaga ini biasanya memiliki redaksi yang kecil saja, sehingga

mereka akan berterimakasih atas berita-berita singkat yang ditulis dengan baik.

Partai-partai memang mengabaikan dampak media seperti ini, seperti juga mereka

mengabaikan dampak dari koran-koran wilayah kota (regional) dsb.

{ Iklan di surat kabar dan majalah

115

Kress, Gunther R. (2003). Literacy in the new media age. New York: Routledge. ISBN 0-415-25356-X.

375

Iklan merupakan sarana yang mahal dan tidak mudah dipercaya, namun mudah

untuk dikelola. Iklan menjamin penyebaran pesan dalam lingkup yang besar tanpa

perlu pekerjaan membagikannya sendiri. Isi dari iklan biasanya jarang dianggap

benar. Namun iklan merupakan sarana untuk mengingatkan dan memperjelas bahwa

partai itu eksis dan ikut serta dalam pemilu. Terkait pertanyaan apakah iklan tersebut

benar-benar dipercaya, tergantung dari formatnya, headline yang dapat dipercaya

dan diperhatikan serta dari penempatannya. Iklan politik yang bersifat umum di

kolom yang non-politis, seperti di kolom olahraga, berita duka cita atau lembar

sisipan tidak akan dipercaya, karena tidak memiliki sensibilitas. Bila dimuat di bagian

yang bersifat politis dari suatu surat kabar maka iklan tersebut akan berdampak

positif, namun kebanyakan dikalahkan oleh pemberitaan redaksional karena tulisan

seperti itu memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi.

{ Brosur dan buku

Produksi brosur dan buku biasanya merepotkan. Faktor biaya yang besar dan dalam

penyebarluasannya risiko tercecer dan kehilangannya terlalu tinggi. Apabila benar-

benar tersedia cukup bahan untuk membuat brosur atau buku, maka media tersebut

tidak dibagikan begitu saja, melainkan ditawarkan dan dijual untuk menutup biaya

pembuatannya. Hal ini bisa berhasil untuk buku-buku yang ditulis oleh pengarang-

pengarang ternama dan bisa dijual di toko buku umum. Dengan demikian partai itu

biasanya tidak menjangkau sebuah kelompok sasaran yang besar, melainkan

umumnya hanya sedikit golongan intelektual dan wakil dari media, namun mereka itu

merupakan opinion leader yang penting. Karena itu buku-buku tersebut terutama

cocok pada masa kampanye pemilu pada saat tertentu, yakni pada hari pelaksaan

pemilu. Saat itu kelompok-kelompok dengan tingkat pendidikan yang berbeda harus

didekati dan diyakinkan. Leaflet yang dibagikan untuk masyarakat umum, umumnya

tidak cukup memadai bagi mereka yang berpendidikan tinggi dan berdampak kurang

positif. Apabila leaflet tersebut dibuat sebagai pelengkap dan pengantar ke tema

sebuah buku atau sebuah brosur, maka tuntutan akan informasi dan kompetensi

untuk menyelesaikan masalah terpenuhi. Sekaligus upaya untuk mendekati warga

dengan tingkat pendidikan yang berbeda-beda akan berhasil baik.

{ Sisipan di dalam koran

376

Sisipan di dalam koran dalam bentuk leaflet atau brosur kehilangan efektivitasnya di

tengah banyaknya sisipan yang dicetak indah, baik itu dari toko-toko mebel, pusat

perbelanjaan dan dari penawar jasa lainnya. Biasanya suatu partai tidak dapat ikut-

ikutan membuat publikasi yang dibuat dengan biaya mahal dan dengan demikian

mereka kalah dalam bersaing meraih perhatian. Di lain pihak mereka dirugikan

karena pembaca potensial biasanya menjauhkan dan membuang semua sisipan di

dalam koran. Dengan demikian sejak awal sisipan tersebut tidak mendapat

tanggapan.

{ Iklan langsung

Maksudnya adalah kiriman pos yang dikirim secara pribadi ke alamat orang-orang

tertentu. Jadi biasanya berupa surat, dewasa ini juga termasuk di dalamnya surat

elektronik (email) ke alamat pribadi dan pesan singkat (SMS). Kedua jenis yang

terakhir ini akan dibahas lebih lanjut di sub bab mengenai media elektronik. Yang

dibahas di bagian ini adalah surat. Sebuah surat yang ditujukan secara pribadi

merupakan cara pendekatan yang sangat efisien, setelah pembicaraan pribadi

tentunya. Tentu saja dalam surat seperti ini karakter mengiklankan diri tidak boleh

menjadi hal terpenting. Pertama-tama harus diajukan pertanyaan sebagai berikut:

Siapa yang saya kirimi surat? Iklan secara langsung adalah bentuk iklan yang

ditujukan bagi kelompok sasaran dan dipastikan selalu bagi sebuah kelompok

sasaran yang sudah jelas. Terutama dalam mempertimbangkan apakah media

seperti ini sebaiknya digunakan, harus ditanyakan apa pesan yang ingin

disampaikan. Apakah ada sebuah pesan yang menarik bagi satu kelompok sasaran?

Bila tidak ada, maka kita tidak perlu mengirim surat kepada mereka. Bila ada, maka

kita harus mencoba untuk memperoleh data alamat yang andal. Data alamat seperti

ini dapat diperoleh dari daftar alamat atau kita buat mailing list sendiri. Bagi politisi

adalah sebuah investasi yang bagus jika mereka mengumpulkan semua data dari

semua orang yang pernah bekerjasama dengannya di periode legislatur sebelumnya

atau semua orang yang pernah dibantunya yang datanya bisa digunakan untuk

dikirimi surat pibadi sesaat sebelum pemilu.

Dalam kasus-kasus lain, misalnya dengan alamat-alamat yang dibeli atau dititipkan,

efeknya tergantung dari tingkat pendekatan pribadi yang dilakukan. Surat yang

dikirim dalam amplop dengan stiker label nama dan di dalam suratnya tidak ada

377

alamat dan kalimat sapa, melainkan hanya “Yang terhormat pemilih muda usia” dan

“Yang terhormat Ibu-ibu dan Bapak-bapak sekalian” memiliki efek yang sangat

kurang dibandingkan dengan amplop berjendela dengan alamat yang benar dan

kalimat sapa yang bersifat pribadi: “Yang terhormat Ibu Anu”. Iklan langsung ini akan

berdampak sangat efektif apabila si penerima surat untuk kedua kalinya dikirimi surat

lagi sesaat sebelum hari pelaksanaan pemilu.

18.3.4. Media untuk iklan di luar ruang

Kemunculan permanen sangat penting dalam masa kampanye pemilu. Di sebagian

besar negara kemunculan partai ini dilakukan dengan memasang iklan-iklan di luar

ruangan. Yang paling banyak dipasang selama masa kampanye adalah poster-

poster berbagai ukuran yang dipasang di tepi-tepi jalan.

Poster dalam berbagai ukuran

Poster adalah sarana yang penting selama masa kampanye pemilu. Poster yang

dipasang sendirian – dalam ukuran apapun -, yang secara terpisah ditanggapi oleh

warga, memiliki dampak bila dilengkapi dengan tindakan-tindakan lainnya.

Berlawanan dengan iklan cetak atau iklan televisi, poster tidak cocok untuk

menyampaikan pesan-pesan yang rumit dan dengan demikian juga tidak begitu

efektif untuk membangun citra yang bertahan lama.116

Kekuatan poster terletak dalam iklan yang disampaikan langsung, berupa produk-

produk politik dan tanda-tanda politik. Poster harus dikomunikasikan dalam waktu 1,5

hingga 2 detik saja.117

Sementara iklan lebih merupakan media untuk dibaca, poster

adalah media untuk dilihat. Poster tidak dibaca, melainkan dilihat.

Unsur-unsur berikut harus diperhatikan dalam poster:

{ Daya tarik yang kuat

116

Astafi ev, S.V./Shulman, G. L./Stanley, C.M./Snyder, A.Z./Van Essen, D.C./Corbetta, M.:

Functional Organization of Human Intraparietal and Frontal Cortex for Attending,

Looking, and Pointing. Journal of Neuroscience, June 1, 2003; 23(11), hal. 4689–4699 117

Barber, P. J./Cooper, S.: Poster Visibility. Technical Report for POSTAR UK Ltd., 1996

378

Poster harus menarik perhatian dalam hitungan detik ketika di pasang di luar

ruangan sehingga dapat mengalihkan perhatian konsumen dari godaan-godaan

lainnya.

{ Tanggapan

Agar poster yang dipasang mampu menyampaikan pesan dengan cepat, maka

pengamat seharusnya dapat langsung memahami pesan yang diinginkan poster

tersebut.

{ Kognisi

Poster harus memanfaatkan waktu singkat yang diberikan orang untuk melihatnya

seefisien mungkin. Pesan-pesan utama harus disampaikan secara cepat dan

sederhana, agar pesan tersebut dapat dipahami dengan baik.

{Emosi

Gambar-gambar yang mengundang emosi memiliki pengaruh positif dalam menarik

perhatian dan untuk mengingatkan orang akan produk tertentu. Demikian pula

halnya pada sarana-sarana kampanye di luar ruangan, emosi memiliki peranan

penting.

{ Branding

Poster harus lebih cepat dibandingkan media lainnya dalam mengiklankan produk

secara jelas dan detil. Hal itu dilakukan dalam waktu yang singkat tanpa ada

tumpang tindih.

{ Aksi

Perhatian yang diciptakan oleh penggunaan poster harus selalu bertujuan

menampilkan daya tarik dari produk politik yang diiklankan. Karena itu harus

dibuktikan apakah sarana kampanye ini dapat memicu suatu kegiatan dari kelompok

sasaran. Suatu dampak yang optimal ditunjukkan oleh poster-poster yang jumlahnya

kira-kira mencapai 800 buah per 100.000 penduduk, atau berjumlah 100 poster per

10.000 penduduk atau 15 poster per 1000 penduduk. Di wilayah-wilayah pedesaan

dengan lokasi yang saling berjauhan jumlah poster di atas harus disesuaikan.

379

Spanduk

Spanduk yang dipasang di sepanjang jalan sekarang bukan lagi sarana kampanye

yang mahal, karena pembuatannya sederhana dan biaya cetaknya pun tidak mahal.

Namun ijin untuk memasang spanduk ini yang agak merepotkan. Karena itu sampai

sekarang spanduk sebagai sarana kampanye tidak banyak dipakai. Sebenarnya

spanduk lebih memiliki dampak dibandingkan poster. Kombinasi dari poster dan

spanduk mungkin bisa menghasilkan efek kampanye luar ruangan yang optimal.

Iklan-iklan visual yang dipasang di berbagai sarana transportasi (halte bus, stasiun,

terminal-terminal, dsb.)

Iklan-iklan visual yang dipasang di berbagai sarana transportasi, misalnya di bis,

kereta api dan taksi merupakan sarana kampanye yang sangat efektif. Memang iklan

seperti ini tidak murah, namun keuntungan yang diperoleh dari iklan ini sangat

mencolok.

Tulisan-tulisan di rumah-rumah, di dinding-dinding, jembatan, dsb.

Di banyak negara tulisan-tulisan di rumah-rumah, dinding dan jembatan dianggap

sebagai sebuah sarana yang umum untuk kampanye luar ruangan. Di beberapa

negara, misalnya di Uruguay dan Paraguay, bahkan rumah-rumah dicat dengan

warna-warna partai yang dipilih penghuninya. Di Eropa Tengah tulisan di dinding dan

jembatan dilarang atau jarang sekali dimanfaatkan. Efek dari tulisan ini dipastikan

sama hebatnya seperti poster-poster besar.

Stiker, produk-produk merchandise

Kesiapan untuk mengakui secara terbuka dukungan terhadap partai dari para

simpatisan atau anggota partai diwujudkan secara berbeda-beda di berbagai negara.

Kadang-kadang pengakuan seperti itu terancam bahaya apabila terjadi serangan

fisik terhadap simpatisan itu atau atas harta miliknya. Di negara-negara lain citra

partai-partai sudah sedemikian buruknya sehingga hanya sedikit orang yang

mengakui secara terbuka partai mana yang ia dukung. Namun demikian tetap ada

simpatisan yang bersedia menempelkan stiker di mobilnya atau di barang-barang

miliknya yang lain, memasang bendera partai di jendela rumahnya dan memasang

atribut kampanye luar ruangan lainnya. Kesiapan tersebut tergantung pula dari

situasi dan tingkat emosi dari pesan yang disampaikan. Hal ini berlaku juga untuk t-

380

shirt dan benda-benda lainnya, yang dewasa ini dapat dicetak atau diproduksi

dengan biaya murah. Produk merchandise seperti yang dibuat oleh banyak produk

mahal dan klub-klub olahraga, memiliki dua makna bagi partai-partai yang

membuatnya. Pertama sebagai sarana untuk meningkatkan penjualan dan yang

kedua sebagai sarana untuk pembiayaan kampanye.

{ Media lingkungan (ambience media)

Media lingkungan adalah bentuk khusus dari iklan luar ruangan yang disampaikan di

dalam ranah kehidupan kelompok sasaran. Definisi yang paling tepat untuk

menggambarkan bentuk pemasaran ini adalah: „Media lingkungan adalah bentuk

media yang direncanakan untuk dikonsumsi dalam wilayah luar rumah oleh

kelompok sasaran.“ Karena itu istilah „lingkungan“ menggambarkan ranah kehidupan

yang spesifik, di mana kelompok sasaran hidup di dalamnya. Media kampanye ini

sangat cocok ditujukan kepada kelompok sasaran dengan gaya hidup tertentu. Lihat

juga bab 16.2. Setelah kelompok sasaran tersebut sulit diraih melalui cara-cara

standar, maka media lingkungan ini menemukan jalan, langsung menuju ruang

kehidupan. Ruang itu meliputi transportasi umum, demikian juga dengan pasar

swalayan dan toko bahan makanan istimewa, restoran mewah dan juga bar-bar anak

muda. Penggolongan media ini ke dalam wilayah luar rumah membedakan bentuk

media tersebut dengan pendekatan melalui telepon, kunjungan langsung ke rumah

dan media baru lainnya. Bentuk media yang dimaksudkan ini bisa berupa kartu pos

gratis yang disediakan di restoran dan cafe atau berupa tatakan gelas di bar-bar,

iklan yang dicetak di kardus pizza, pistol selang pompa di SPBU, tanda petunjuk

kamar kecil di bar-bar dan diskotik, tanda di loker penyimpanan dan kamar mandi

studio kebugaran.

18.3.5. Media elektronik

Komunikasi elektronik telah mengalami kemajuan yang sangat pesat di tahun-tahun

terakhir ini. Siapa yang bisa membayangkan 20 tahun yang lalu bahwa kita bisa

melepon teman dengan menggunakan telepon seluler serta mengirim SMS. Siapa

yang mengira bahwa kita dapat mengirim surat melalui internet dan siapa yang 20

tahun yang lalu bisa memanfaatkan internet sebagai sistem informasi yang bisa

diakses semua orang? Komunikasi telah mengalami perubahan yang drastis

belakangan ini dan akan terus berubah, baik itu melalui buku audio, podcast dan

381

blog. Namun bukan hanya sarana baru yang tersedia, media elektronik lainnya yang

sudah sejak lama dikenal tetap dapat dimanfaatkan saat ini akibat adanya

perubahan struktur harga dan persaingan yang makin ketat.

{ Iklan dan editorial televisi

Dalam komunikasi politik dewasa ini pemberitaan redaksional di televisi memegang

peranan yang penting, baik bagi politik nasional maupun internasional. Semakin

seseorang berkutat hanya di tingkat lokal, maka akses menuju media televisi akan

makin sulit. Ini karena slot untuk berita regional dan lokal di televisi hanya tersedia

sedikit, akibatnya pemberitaan lokal sulit diterima. Kalaupun pemberitaan lokal itu

ada, maka siaran tersebut selalu sudah jelas sama isinya. Jika tidak ada stasiun

televisi regional dan lokal, maka televisi tetap menjadi sarana hanya bagi pengurus

partai tingkat nasional. Berita memang memegang peranan penting dalam

menciptakan persepsi tentang kehadiran partai dari reaksi-reaksinya terhadap

peristiwa-peristiwa. Demikian pula dengan makin banyaknya talk show dan program

acara sejenis, program berita digunakan sebagai pembawa „kebenaran“.

Iklan televisi dapat dimanfaatkan dengan cara yang sangat berbeda. Di beberapa

negara terdapat aturan yang sangat membatasi penggunaannya, sedangkan di

negara lainnya aturan untuk itu longgar, namun biayanya sangat mahal. Namun

demikian banyak kampanye yang sangat mengandalkan iklan di televisi. Karena

dalam iklan televisi informasi disampaikan secara audio-visual, maka ada dua indera

yang digunakan, yakni mata dan telinga. Karenanya yang penting dalam memberi

pemahaman secara efektif adalah bahwa gambar mendominasi informasi audio.

Teks yang menyertai bahkan tidak perlu sesuai dengan gambarnya. Yang ditangkap

permirsa adalah informasi gambarnya. Karena itu dalam produksi iklan televisi

gambarlah yang menjadi fokus utama penilaian.

{ Iklan dan editorial radio

Radio memegang peranan penting di negara-negara yang belum mampu

menyediakan fasilitas televisi di seluruh wilayahnya. Radio adalah sarana informasi

yang khas untuk kawasan dengan tingkat buta aksara yang tinggi, dan dengan

demikian juga merupakan sarana yang harus diperhatikan keistimewaan bahasanya.

Radio adalah sebuah media sekunder yang khas. Artinya, radio biasanya

382

didengarkan orang ketika ia sedang mengerjakan kegiatan lainnya. Pendengar

senang dipengaruhi.

Karena itu dalam bidang redaksional berita-berita sering diulang-ulang, sehingga

akan muncul perhatian besar dan dengan demikian pendengar dipaksa

menyimaknya. Dalam iklan radio yang tidak disiarkan secara teratur, untuk mencapai

tujuan harus dengan frekuensi penyiaran yang tinggi atau sebuah partai diumumkan

melalui jingle-jingle iklan lebih dulu sebelum pesan sebenarnya disampaikan.

{ Iklan di internet dan situs web

Situs web adalah sarana pengiklanan yang sudah dipergunakan oleh banyak partai,

meskipun seringkali situs tersebut dalam kondisi yang sangat buruk, terutama dalam

hal aktualitasnya. Dalam menggunakan sarana ini harus diingat bahwa situs web

merupakan sarana yang pasif. Situs tersebut harus dibuka terlebih dulu oleh pemilih

sebelum terbangun kontak dengan partai. Hal ini berarti dalam kenyataannya situs

web itu mula-mula harus dipromosikan melalui iklan cetak atau sarana iklan lainnya.

Dengan demikian situs web tersebut harus dibuat seatraktif mungkin, agar pengguna

internet benar-benar termotivasi untuk membuka situs partai yang dimaksud.

Tuntutan lain dari sebuah situs web yang baik adalah pembaruan data secara terus

menerus sehingga pengguna situs web itu akan lebih sering melihat atau mungkin

akan mengakses situs itu dengan teratur, dan bisa merasakan manfaatnya.

Iklan di internet berarti iklan dengan bantuan banner atau sarana internet lainnya,

seperti Google AdWords, yang ditempatkan di halaman internet lainnya. Sarana iklan

seperti ini tidak terduga sangat murah biayanya dan mendukung pengaksesan ke

situs web sendiri atau kepada isi tertentu di dalam situs web.

{ Podcast

Penyiaran lewat internet sekarang juga bisa diperluas melalui Podcast, yakni data

media (audio dan video) di internet. Sebuah Podcast dengan demikian merupakan

serangkaian rekaman media (episode), yang secara otomatis dapat dilihat melalui

sebuah feed. Kita dapat menganggap Podcast sebagai siaran radio atau televisi,

yang tidak perlu lagi disimak dalam waktu tertentu.

383

Sejak tahun 2006 kanselir Jerman Angela Merkel seminggu sekali pada hari Sabtu

mempublikasikan sebuah Podcast, demikian juga dengan Presiden Amerika Serikat

Barack Obama yang menggunakan sarana ini, meskipun hanya sedikit pengguna

internet yang mengunduhnya.

{ Weblog atau blog

Perkembangan mutakhir berikutnya adalah weblog, atau yang dikenal dengan blog.

Blog ini mirip dengan sebuah buku harian digital. Blog ditulis di komputer dan

dipublikasikan di internet. Jadi blog juga merupakan sebuah situs web, yang dalam

periode tertentu memperoleh tulisan-tulisan baru. Sebuah blog adalah sarana untuk

memperkenalkan kehidupan seorang kandidat dan pendapatnya mengenai tema-

tema tertentu serta tindakan-tindakan dalam menangani tema-tema tersebut, baik

oleh partainya sendiri maupun oleh partai-partai lain. Lebih dari itu blog dapat

digunakan sebagai pertukaran informasi, pikiran dan pengalaman, dan juga sebagai

sarana komunikasi dan karenanya sangat mirip dengan forum internet.

{ Forum internet

Sebuah forum internet atau forum diskusi adalah lokasi virtual untuk tukar menukar

dan mengarsipkan pemikiran, pendapat dan pengalaman. Komunikasi tidak berjalan

secara sinkron, dengan demikian tidak dalam waktu yang riil.

Biasanya forum internet mempunyai sebuah tema utama, atau dibagi-bagi menjadi

tema dan sub-tema dalam beberapa sub-forum. Kita dapat menulis sebuah posting

yang dapat dibaca dan ditanggapi oleh peserta forum yang berminat. Beberapa

posting tentang tema yang sama disebut sebagai Thread atau topik. Dengan

membuka sebuah Thread baru maka sebuah tema diskusi dapat ditawarkan.

Di dalam forum internet banyak terdapat tema politik. Apabila sebuah partai ingin

mempengaruhi diskusi tersebut, maka perwakilan partai atau simpatisannya harus

beramai-ramai masuk ke dalam forum itu dan menyebarluaskan pendapat mereka.

Contohnya adalah cara yang dipakai tim Obama dalam menggunakan forum internet

di AS untuk tujuan kampanye pemilu.

{ E-mail

384

E-mail adalah sarana komunikasi yang paling efisien dan paling murah. Memang

produsen spam (e-mail sampah) telah mendiskreditkan sarana ini. Apabila partai

berhasil memotivasi pengguna e-mail untuk memasukkan alamat e-mail partai ke

dalam buku alamatnya, maka biasanya e-mail yang dikirimkan akan lolos dari filter

spam. E-Newsletter dan informasi elektronik tentang tema-tema tertentu dapat

dikirimkan dengan sangat cepat dan dengan biaya sangat murah.

18.4 Aksi tanpa kekerasan

Bentuk aksi tanpa kekerasan biasanya ditujukan kepada lawan yang menggunakan

kekerasan atau kepada negara yang melakukan monopoli terhadap warga atau

kelompok-kelompok warga. Karenanya, aksi tanpa kekerasan merupakan alat bantu

bagi mereka yang lebih memilih jalan tanpa kekerasan, dan sekaligus yang

menyadari bahwa bentuk komunikasi normal tidak cukup untuk meraih sasaran.

Aksi tanpa kekerasan juga berlaku antar-negara yang berbeda, yang juga digunakan

secara internasional. Aksi semacam ini penting bagi kelompok-kelompok yang

ditekan dalam sebuah sistem, dan menjadi sarana untuk menyingkirkan pimpinan

yang otoriter. Aksi tanpa kekerasan juga merupakan sebuah ekspresi konflik yang

timbul di dalam kekuasaan – yang biasanya tidak diselesaikan dengan cara-cara

kekerasan. Hal ini dapat berlaku bagi kedua belah pihak.

Ada tiga jenis aksi tanpa kekerasan, yaitu:

Protes dan persuasi

Non-kooperatif

Intervensi tanpa kekerasan

18.4.1. Metode protes dan tekanan

Metode ini pada umumnya menekankan aksi simbolis yang seringkali tidak

memberikan dampak secara langsung. Tapi secara kumulatif, pada kenyataannya

kerap meninggalkan jejak yang menekan pihak lawan ke dalam situasi di mana

mereka dituntut untuk memberikan penjelasan – terutama di mata internasional.

385

Metode ini biasanya digunakan dalam kegiatan-kegiatan kehumasan yang bertujuan

menarik perhatian.

Pernyataan formal

Pidato-pidato umum

Surat terbuka oposisi

Pernyataan sikap institusi atau organisasi

Pengumpulan tanda tangan

Pengajuan gugatan bersama/class action

Petisi

Aksi kelompok

{ Utusan, delegasi

{ Perwakilan kepentingan/lobbying

{ Aksi diam sbg aksi protes

Flash-Mob (Istilah Flashmob dipakai untuk menyebut kerumunan massa yang

datang secara mendadak dan spontan di tempat-tempat umum, di mana biasanya

orang-orang tersebut tidak saling mengenal dan melakukan hal-hal yang tidak

biasa. Flashmob diorganisir melalui komunitas online, weblog, newsgroups, e-

mail berantai atau melalui ponsel. Flashmob menjadi bentuk khusus dari

perwujudan masyarakat virtual yang menggunakan ponsel dan internet, dengan

tujuan untuk mengorganisir kegiatan kolektif secara langsung).

Aksi terbuka simbolis

Mengenakan emblem dan gambar tempel/sticker

Merusak barang milik sendiri, misalnya membakar dokumen-dokumen

Mengenakan warna-warna simbolis, misalnya warna-warna yang dikenakan untuk

menandakan duka cita

Menunjukkan cahaya simbolis, "Seribu lilin untuk…", iring-iringan membawa obor,

dsb.

Pendudukan tanah atau rumah secara simbolis

386

Bunyi-bunyi simbolis seperti bunyi lonceng, bersiul beramai-ramai, bunyi sirene

Mengheningkan cipta

Ibadah dan doa-doa bersama

Ziarah di makam-makam

Mementaskan teaterikal penguburan

Teater jalanan

Melukis di jalan-jalan

Menyanyi bersama (pembebasan Islandia diawali dengan cara ini)

Tekanan terhadap figur

Memburu pejabat dengan cara terus-menerus mengikuti mereka, menegur mereka

secara terbuka

Mengejek pejabat

Berjaga di depan rumah-rumah

Teror melalui telepon siang malam

Menyerahkan hadiah-hadiah simbolis (jeruk nipis, kaktus)

Secara terang-terangan memunggungi/membokongi figur tertentu.

Arak-arakan

Pawai

Parade

Prosesi keagamaan

Ziarah

Rally mobil atau sepeda

Perkumpulan umum

Aliansi untuk mengajukan protes

Pertemuan terselubung untuk mengajukan protes

Teach-in (diskusi di kampus-kampus)

Keluar dari kegiatan atau acara tertentu (walk-out)

387

18.4.2. Metode non-kooperatif

Metode non-kooperatif atau menolak untuk bekerjasama jauh lebih efektif

dibandingkan dengan protes terbuka. Metode inilah yang diutamakan oleh Gandhi

dan pendukungnya. Kita dapat membedakan antara non-kooperatif sosial dan non-

kooperatif ekonomis, yang muncul dalam bentuk aksi boikot dan aksi mogok.

Pengucilan seseorang

Boikot masyarakat, baik secara umum maupun selektif

Ekskomunikasi (dikeluarkan dari masyarakat keagamaan)

Boikot seksual (Lysistrata sebagai contohnya)

Larangan untuk bertemu

Dikeluarkan dari berbagai aktivitas (olahraga, kegiatan-kegiatan sosial)

Boikot kegiatan

Boikot terhadap acara, pemilu, kegiatan sosial

Menolak undangan

Tidak menaati kewajiban sosial, misalnya menolak menjalankan perintah, menolak

melakukan dinas wajib, menolak membayar pajak

Menarik diri dari institusi kemasyarakatan, aksi keluar dari institusi secara massal.

Menarik diri dari masyarakat

Tinggal di rumah

Sepenuhnya menolak bekerjasama

Bersama-sama meninggalkan daerah atau kawasan perumahan

Mencari tempat pelarian di negara-negara beragama, suaka gereja

Migrasi dilandasi protes (keluarnya Nabi Musa dari Mesir)

388

18.4.3. Metode non-kooperatif ekonomis: Boikot

Metode ini termasuk sikap menolak untuk membeli, menjual atau mengurusi produk

tertentu atau memberikan serta menerima jasa tertentu.

Aksi konsumen

Boikot konsumen terhadap produk atau perusahaan tertentu

Tidak mengkonsumsi produk tertentu

Menolak membayar sewa

Boikot konsumen internasional, tidak mau membeli barang dagangan negara-

negara tertentu (pada masa Apartheid, boikot ini dilakukan terhadap Afrika Selatan,

atau boikot anggur terhadap Perancis setelah sebuah percobaan nuklir)

Boikot nasional membeli produk dari luar negeri (kampanye “Bristish-first”)

Aksi para produsen, pekerja, pedagang, dsb.

Produsen menolak untuk menjual atau mendistribusikan produk mereka (dapat

pula hanya terhadap kelompok tertentu, misalnya orang asing, etnis tertentu atau

umat agama tertentu)

Pekerja menolak untuk bekerja dengan mengunakan produk perusahaan tertentu

Pekerja menolak memuat atau mengapalkan produk tertentu (boikot pengapalan

kopi)

Pedagang menolak menjual atau membeli produk tertentu

Pengucilan pekerja sebagai pencegahan mogok atau ancaman mogok

Aksi pemilik modal

Penarikan aset bank

Pelarian modal dari suatu negara

Menolak membayar iuran dan pajak

Menolak membayar hutang dan bunga

Menghentikan kredit

389

Menolak dukungan finansial dari pemerintah

Aksi pemerintah

Embargo

Mendaftar-hitamkan pedagang

18.4.4. Metode non-kooperatif ekonomis: Mogok

Pemogokan adalah tindakan non-kooperatif para pekerja. Tetapi istilah mogok juga

meluas ke bidang-bidang lainnya:

Mogok untuk protes

Mogok singkat

Mogok untuk peringatan

Mogok simpati

Mogok dengan titik berat tertentu

Pernyataan ijin sakit secara massal

Mogok massal

Mogok oleh mahasiswa

Mogok oleh para guru

Mogok para tahanan di penjara

18.4.5. Metode non-kooperatif politis

Metode ini menyangkut tindakan non-kooperatif warga dengan organisasi politik,

pembangkangan sipil, dan juga aksi yang dilakukan organisasi politik untuk

menentang warga serta aksi yang dilakukan organisasi politik yang satu untuk

menentang organisasi politik lainnya, baik di tingkat nasional maupun internasional.

Aksi warga melawan pemerintah

Tidak lagi loyal

390

Menolak memberikan dukungan kepada pemerintahan yang berkuasa beserta

kebijakan-kebijakannya

Seruan untuk menentang melalui tulisan-tulisan dan pidato

Memboikot untuk bekerjasama dengan pemerintah di semua tingkatan

pemerintahan, parlemen maupun pemilu

Bekerja menurut ketentuan

Pengabaian tugas, bersantai-santai apabila tidak diawasi

Sit-in (aksi duduk)

Unjuk rasa secara massal

Mejauhkan diri dari pertemuan wajib

Meneruskan informasi yang salah atau yang telah dimanipulasi

Tidak menaati peraturan-peraturan yang "tidak sah."

Aksi pemerintah melawan warga

Menarik kembali bantuan pemerintah (penghapusan bantuan secara umum, tidak

mau membayar atau menunda pemberian bantuan)

Mengurangi jumlah subsidi

Meningkatkan tekanan melalui peraturan-peraturan yang lebih banyak

Aksi antar-organisasi politik

Blokade antara badan-badan legislatif

Blokade yang dilakukan badan legislatif terhadap badan pemerintahan (tidak

mengesahkan anggaran belanja)

Blokade yang dilakukan badan pemerintahan terhadap badan legislatif (tidak

membayar uang harian untuk anggota legislatif)

Aksi antar-negara

Penggantian diplomat atau wakil-wakil lainnya

Tidak memberikan pengakuan diplomatis

Menarik diri dari organisasi internasional

Dikucilkan dari organisasi internasional

391

Menolak keanggotaan dalam organisasi internasional

Menolak pertemuan internasional

18.4.6. Metode intervensi tanpa kekerasan

Metode ini berguna untuk memberikan pengaruh langsung terhadap sebuah situasi.

Intervensi negatif dapat mengubah pola perilaku tertentu dan mematahkan pola serta

institusi. Intervensi positif dapat membentuk pola baru.

Metode-metode yang ditampilkan di sini lebih keras dan langsung dibandingkan

metode lain yang telah ditampilkan sebelumnya. Metode-metode ini lebih sulit

dilaksanakan dan terutama dalam menjaga kesinambungan aksi.

Mengecam elemen-elemen

Mogok makan

Tribunal

Paksaan tanpa kekerasan

Sit-in (aksi duduk), go-in (aksi meninggalkan tempat), dsb.

Serangan tanpa kekerasan

Invasi tanpa kekerasan

Pemutusan suplai energi dan air tanpa kekerasan

Pendudukan tanpa kekerasan

Pembentukan pola sosial baru

Pembangunan sarana sosial baru

Pembangunan sistem komunikasi baru

Agitasi dan propaganda

Pemalsuan (uang, dokumen, dsb.)

Pendudukan daerah tanpa kekerasan

Blokade jalanan

Membangun pasar gelap

Membangun sistem transportasi alternatif (aksi Rote Punkt di Jerman)

Melumpuhkan pemerintahan

Provokasi penawanan besar-besaran

Ketidaktaatan sipil bahkan terhadap peraturan-peraturan biasa

392

Membangun pemerintahan alternatif

Membangun pemerintahan eksil

18.5. Aksi dengan kekerasan

Menurut Clausewitz, "perang tidak lain adalah kelanjutan kebijakan melalui sarana

lain".118 Dalam suratnya kepada Mayor i.G. von Roeder tanggal 22 Desember 1827,

ia menerangkan secara lebih dalam kedekatan antara politik dan perang. Lenin119

secara khusus tertarik pada bab dari buku Clausewitz ini.

Mao Tse-tung dalam teori perang gerilya memiliki pendapat selangkah lebih maju

tentang penggunaan kekerasan sebagai alat politik. Pengembangan lebih lanjut dari

bentuk perang ini menuju gerilya kota dan strategi Dunia Ketiga, memberi penjelasan

tentang pentingnya penggunaan kekerasan untuk mewujudkan tujuan politik.

Terorisme adalah bentuk kekerasan yang bermotivasi politik yang dilakukan oleh

kelompok atau perseorangan yang sangat sulit dinilai secara moral. Sebagai contoh,

bagaimana kita bisa membedakan antara kelompok teroris yang memulai dengan

pejuang kebebasan yang mengakhiri – dalam menggunakan wewenangnya untuk

melawan kekerasan atas nama negara?

Konflik regional, meletusnya kekerasan antar-kelompok etnis dan keagamaan,

penggunaan kekerasan oleh kelompok fundamentalis, merupakan contoh yang

memperjelas bahwa penggunaan kekerasan telah menjadi sarana yang

dimanfaatkan sehari-hari untuk mendesakkan ideologi politis dan kekuasaan.

Puncak dari perkembangan ini ditampilkan oleh perubahan strategi NATO, dari

sebuah aliansi yang defensif dengan dukungan berbagai pihak yang berpengaruh,

berkembang menjadi sebuah organisasi ofensif yang menggunakan kekerasan untuk

mempertahankan atau memaksakan diterapkannya hak asasi manusia.

118

v. Clausewitzs: Vom Kriege (Tentang Perang), 6. Bab B. 119

W.I.Lenin : karya Clausewitz "Tentang Perang" kutipan dan catatan pinggir loc.cit hlm35 dst

393

Karena itu, aksi kekerasan bukan merupakan model strategi politik yang sudah

usang, tetapi semakin hari justru semakin berkembang.

Bentuk-bentuk aksi ini antara lain:

Serangan mendadak

Pemerasan

Penculikan perorangan atau pembajakan sarana transportasi

Serangan bom

Pembunuhan dengan latar belakang politis

Pengusiran dari sebuah negara

Perang sipil

Perang terselubung tanpa deklarasi atau perang terbuka yang dideklarasikan

18.6. Mengevaluasi pemilihan instrumen-instrumen kunci

Seperti yang tampak dalam daftar, instrumen kunci terbentang sangat luas dengan

perbedaan pengaruh yang sangat besar. Dari percakapan pribadi dengan tetangga

di satu sisi, hingga dideklarasikannya perang terbuka di sisi lain menunjukkan betapa

pentingnya untuk mempertimbangkan dan memilih instrumen-instrumen ini secara

hati-hati.

Evaluasi terhadap pemakaian instrumen-instrumen ini hendaknya mengacu pada

pertanyaan-pertanyaan berikut:

1. Apakah jangkauan instrumen yang digunakan relevan dengan misi?

2. Apakah kombinasi instrumen-instrumen yang digunakan cocok satu sama lain?

3. Apakah pemanfaatan instrumen tersebut dapat diterima dari segi budaya?

4. Apakah kombinasi instrumen-instrumen tersebut cocok dengan citra yang

diinginkan?

5. Apakah instrumen-instrumen yang dipilih dapat digunakan untuk meraih kelompok

target?

6. Apakah pemanfaatan instrumen tersebut hemat sumberdaya dan personil?

394

19. IMPLEMENTASI STRATEGI

Implementasi strategi dilakukan untuk menetapkan parameter, berdasarkan definisi

sasaran taktis dan melalui penetapan target image. Selain itu, implementasi juga

terjadi melalui partisipasi aktif di dalam menjalankan program dan aktivitas. Oleh

karena itu, keberhasilan implementasi strategi tergantung pada orang-orang yang

berkewajiban memenuhi tugas ini. Di sini, faktor manusia dan operasional

memegang peranan penting.

Seringkali, sebuah strategi yang direncanakan dengan sangat baik mengalami

kegagalan, karena implementasi strategi ini diserahkan ke tangan orang yang tidak

mampu atau orang-orang yang membuat kesalahan-kesalahan fatal dalam

pelaksanaannya, sehingga pada akhirnya mengakibatkan kegagalan strategi secara

keseluruhan.

19.1. Faktor-faktor manusia

Para pimpinan politik, manajer kampanye dan orang-orang yang bekerja bersama

para aktivis setempat memainkan peran penting dalam kaitannya dengan faktor

manusia ini. Struktur partai di dalam organisasi yang demokatis kerap menimbulkan

kebingungan. Siapa yang berwenang menetapkan pimpinan politik? Apakah institusi

demokrasi seperti dewan partai atau kongres partai yang mengambil keputusan

strategis atas nama partai melalui debat publik? Atau justru ketua partai atau

kandidat beserta sekelompok kecil fungsionaris partai yang terpilih? Siapakah yang

diasumsikan sebagai staf umum? Apakah sekjen partai dengan sebuah tim yang

terdiri dari para pekerja penuh waktu (full timer)? Ataukah orang-orang yang ditunjuk

oleh pimpinan politik atau kandidat, yang memiliki peran dalam kepemimpinan politik

dan memiliki basis kekuasaan sendiri? Dan siapakah yang disebut sebagai para

aktivis? Apakah para pimpinan lokal dan anggota – yang dalam kapasitasnya juga

bertindak sebagai pengambil keputusan di dalam partai? Apakah juga para anggota

dalam kongres partai yang berwenang memutuskan isu-isu tentang kepemimpinan

395

poltik? Siapakah pihak yang menempati posisi atas dan berwenang memberikan

tugas dan instruksi, dan siapakah yang berada di bawahnya – yang akan

melaksanakan semua instruksi tersebut? Di dalam partai politik, hal-hal seperti ini

biasanya tidak jelas, dan ini pulalah yang sering menyebabkan manajer kampanye

tidak bekerja sebagaimana mustinya.

Bab ini akan memberikan beberapa ide dasar tentang organisasi kampanye dan

prinsip-prinsip dasar yang perlu diperhatikan.

19.1.1. Kepemimpinan politik

Pimpinan politik – terlepas apakah ia pemerintah, menteri, pimpinan partai, walikota

ataupun pimpinan sebuah NGO – harus melaksanakan tugas yang diberikan kepada

mereka, baik tugas-tugas yang diatur dalam konstitusi, Undang-undang Pemilu,

AD/ART atau ketentuan-ketentuan hukum lainnya. Pimpinan politik bertanggung

jawab atas program, pemilihan kandidat, pembuatan rencana anggaran dan

menyetujui kebijakan untuk implementasi strategi. Jika ketetapan-ketetapan ini telah

dilaksanakan, pimpinan politik sebaiknya tidak lagi mencampuri keputusan yang

berkaitan dengan manajemen kampanye, kecuali pimpinan kampanye itu sendiri

yang menginginkan adanya konsultasi dengan pimpinan politik untuk keputusan-

keputusan penting yang mereka buat.

Pimpinan politik harus menunjuk manajer kampanye yang profesional. Tetapi

mereka tidak boleh mengambil semua keputusan profesional yang penting seorang

diri saja. Banyak politisi yang menilai diri mereka sendiri terlalu tinggi, sehingga

mereka selalu ingin memutuskan semua hal seorang diri, mulai dari merancang

poster sampai stiker, dari penulisan naskah iklan televisi sampai ke promosi di

media-media lainnya. Padahal, mereka biasanya bukanlah perencana strategi

ataupun ahli komunikasi, dan tidak memiliki pengetahuan mengenai ruang lingkup

serta tren periklanan, dsb.

Tentang hal ini Sun Tzu berkata: Pimpinan politik memiliki tiga

kemungkinan untuk menjerumuskan pasukannya ke dalam kesulitan, yaitu

dengan mencampuri struktur komando militer, dengan cara memerintah

396

pasukan seperti halnya ia memerintah pekerja administratif kerajaan, atau

dengan mempekerjakan pimpinan militer tanpa diskriminasi.

Tindakan ikut campur ini tidak saja sering terjadi di dalam kampanye pemilu, tetapi

juga dalam strategi politik lainnya. Tindakan seperti ini dapat menurunkan moral

manajer kampanye dan sekaligus merusak kepercayaan diri para pekerja partai

dalam proses kampanye.

Tentang hal ini Sun Tzu berkata: "Pihak yang akan menang adalah ia yang

memiliki jenderal yang cakap dan bebas dari campur tangan kepala

negara. Oleh karena itu, kepala negara yang sudah tercerahkan akan

memikirkan perencanaan secara intensif, sementara para jenderal

mengolah sumberdayanya.

Karena itu, bagi para pimpinan politik berlaku prinsip berikut:

"Pimpinan politik harus melaksanakan tugas mereka secara penuh dan tepat waktu,

dan setelah itu tidak boleh mencampuri pekerjaan manajemen kampanye secara

detail."

Persoalan lain yang juga selalu muncul adalah pada saat pengangkatan manajer

kampanye. Seringkali pengangkatan politis tidak didasarkan pada kemampuan

orang yang ditunjuk untuk mengelola kampanye, tetapi lebih pada faktor-faktor

lainnya, seperti "tunduk tanpa syarat," "loyalitas mutlak," "ikatan kekeluargaan,"

"persahabatan," dan sebagainya. Jika pengangkatan dilakukan berdasarkan hal-hal

seperti itu, efisiensi kampanye sudah terbatasi sejak awal. Penulis buku ini telah

menyaksikan dan mendampingi berbagai kampanye, di mana kerap terjadi, seorang

kandidat menempatkan anggota keluarganya sebagai pimpinan kampanye untuk

melakukan semua tugas dalam manajemen kampanye. Meskipun "pekerja partai" ini

jelas-jelas menunjukkan kinerja yang buruk, tetapi biasanya mereka tidak bisa

diganti, karena sang kandidat tidak mau mengambil risiko terjadi perang keluarga –

yang tentu akan menambah beban yang dipikulnya. Hal yang sama juga berlaku jika

teman atau kerabat dekat yang diberi tanggung jawab menempati posisi pimpinan

kampanye.

397

Penunjukan pekerja partai profesional sebagai anggota tim memiliki berbagai

keuntungan; terutama bahwa kita sewaktu-waktu dapat mengakhiri hubungan kerja

seandainya orang tersebut tidak melakukan pekerjaannya sesuai dengan harapan,

atau jika ada ketidakcocokan lainnya. Tentu saja langkah pemutusan hubungan kerja

ini harus selalu dipikirkan dengan hati-hati, mengingat seorang manajer kampanye

yang dipecat dapat menjadi sosok yang berbahaya karena ia sudah mengetahui

strategi-strategi kita.

Karena itu, prinsip berikut ini berlaku bagi pimpinan politik:

Pimpinan politik harus memilih manajer kampanye secara cermat dan seksama, dan

tuntutan kualitas yang tinggi harus selalu menjadi pertimbangan saat memutuskan.

Dengan segala cara ia harus menghindari pengangkatan secara politis atau yang

dilatarbelakangi oleh hal-hal yang bersifat pribadi.

19.1.2. Manajer kampanye pemilu

Kualifikasi apa sajakah yang perlu dimiliki seorang manajer kampanye?

1. Seorang manajer kampanye hendaknya mampu berpikir dan mengambil

keputusan secara strategis dan politis. Seorang pimpinan kampanye

bertanggungjawab untuk membuat perencanaan, tetapi terutama yang berkaitan

dengan pengambilan keputusan. Oleh karena itu, tekad atau keberanian untuk

mengambil keputusan, kebijaksanaan dan kejelasan menjadi prasyarat penting yang

harus dimiliki seorang manajer kampanye. Keputusan yang ragu-ragu dan tidak jelas

dapat membahayakan seluruh proyek. Seorang manajer kampanye tidak boleh

menunda-nunda pengambilan keputusan. Sikap mengulur-ulur waktu karena

mengumpulkan data tanpa akhir sebelum mengambil keputusan bukanlah sikap

yang cocok untuk seorang manajer kampanye.

2. Seorang manajer kampanye harus mampu mewujudkan rencana-rencana yang

sudah ditetapkan. Rencana-rencana yang telah dibuat harus dapat diterapkan dalam

praktik secara efektif. Untuk itu, harus dilakukan interaksi dan kerja sama dengan

398

orang-orang yang tepat secara berkala dan memberikan pengarahan-pengarahan

yang jelas. Melaksanakan kegiatan dengan penuh keraguan dan setengah hati serta

memberikan instruksi-instruksi yang tidak jelas, tidaklah sesuai dengan tuntutan

kualitas yang diperlukan bagi seorang manajer kampanye.

3.Seorang manajer kampanye harus mampu memotivasi dan mengelola organisasi

dan seksi-seksi di dalam organisasi yang berada di bawahnya. Untuk itu, ia harus

memiliki kemampuan untuk mendelegasikan tugas dan sekaligus memantaunya.

Selain itu ia juga harus memiliki kemampuan untuk memberikan penilaian yang adil,

dan harus mampu mengelola kritik maupun pujian yang diterimanya.

Cara terbaik untuk memeriksa ketiga kriteria ini adalah dengan menganalisa apa

yang telah dicapai oleh para calon pimpinan pemilu sejauh ini. Pemikiran strategis

dan politis, tekad untuk mewujudkan hal-hal yang direncanakan dan kemampuan

manajemen hanya dapat diperoleh melalui praktik dan tidak bisa hanya dipelajari

secara teoritis saja. Karena itu, kita harus memeriksa apa saja yang sudah dilakukan

si pelamar sampai saat ini, dan hasil-hasil apa saja yang telah ia capai.

Untuk memenuhi kriteria-kriteria di atas, seorang manajer kampanye harus memiliki

kualitas tertentu, yang membuatnya mampu mengambil tindakan yang diharapkan

darinya. Menguji kualitas dirinya ini lebih sulit daripada memeriksa pengalaman

praktis yang ia miliki.

Tentang hal ini Sun Tzu berkata: Seorang jenderal dapat bertahan karena

kebajikannya – bijaksana, tulus, baik, berani dan tegas.

Jika hal ini dianalogikan untuk sifat-sifat yang harus dimiliki seorang pimpinan

kampanye, maka sifat-sifat ini adalah:

Kebijaksanaan: Kebijaksanaan merupakan prasyarat penting untuk dapat

mengambil tindakan yang meyakinkan. Sifat ini merupakan gabungan dari

kecermatan, kewaspadaan dan kearifan.

399

Keberanian: Berani tidak berarti gegabah dan membabi-buta. Tapi terkadang dalam

kampanye atau situasi tertentu dibutuhkan keberanian untuk mengambil risiko yang

diperlukan. Ketakutan dan kepicikan tidak sejalan dengan keberanian.

Kesabaran: Seorang manajer kampanye tidak boleh cepat kehilangan kendali atau

gampang terprovokasi. Karena jika tidak, ia akan gampang mengambil keputusan

yang salah, berlebihan atau tindakannya tak lebih dari sekedar sebuah manuver.

Sikap ini akan merugikan dan menurunkan kemampuan manajemen, terutama

menurunkan motivasi unit-unit yang berada dibawahnya.

Pragmatisme: Mengambil keputusan yang pragmatis berarti realistis, tanpa

kehilangan pandangan atas sasaran strategis secara keseluruhan. Ada situasi di

mana kita sebaiknya tidak menyerang – meskipun ada tuntutan untuk ini; dan ada

pula situasi di mana serangan merupakan langkah pertahanan yang terbaik,

meskipun serangan ini tidak direncanakan sebelumnya.

Ketulusan: Ketulusan ditandai oleh kejujuran dan kelurusan hati. Sifat-sifat ini

sangat penting bagi seorang pimpinan unit yang akan melaksanakan kampanye.

Informasi mengenai situasi yang ada dan data intelijen tentang bahaya dan peluang

merupakan faktor-faktor yang penting untuk menjaga motivasi dan kredibilitas dalam

kepemimpinan. Kebohongan, pemberitaan yang palsu, penyembunyian berita-berita

negatif akan memicu keraguan terhadap kapabilitas pimpinan. Lihat juga bab 7.6.

tentang kepemimpinan.

19.1.3. Aktivis

Aktivis adalah anggota-anggota partai yang bekerja untuk kegiatan-kegiatan partai,

yang diharapkan membawa efek berita yang besar – yang tidak terbatas pada

pemanfaatan kegiatan yang diliput oleh media saja. Yang termasuk dalam golongan

aktivis ini adalah anggota-anggota partai, sukarelawan pendukung kampanye dan

fungsionaris di tingkat bawah yang berhubungan dan bekerja langsung dengan

kelompok-kelompok target. Mereka inilah yang menjadi tulang punggung partai

dalam setiap kampanye.

Untuk dapat menilai dampak atau pengaruh dari kegiatan-kegiatan yang kita

lakukan, pertama-tama kita harus memeriksa kuantitas. Jumlah pekerja atau

pendukung yang aktif dapat menentukan keberhasilan pelaksanaan sebuah

400

kampanye. Sebagai contoh, jika kita merencanakan sebuah kampanye yang

ditujukan untuk membongkar dominasi media milik pemerintah, maka keberhasilan

komunikasi massa tergantung pada jumlah pekerja atau sukarelawan yang akan

mengambil-alih komunikasi interaktif tatap-muka (face-to-face) dengan masyarakat.

Selain kuantitas, kualitas juga tak kalah penting. Komunikasi tatap muka yang

interaktif tidak akan berhasil jika para pekerja tidak terlatih dan tidak siap

menjalankan tugasnya. Dalam kampanye politik, kita kerap menyaksikan bahwa

orang-orang tertentu yang diharapkan memulai komunikasi dengan tetangga,

kerabat atau rekan kerjanya pada waktu yang ditetapkan, ternyata tidak melakukan

tugasnya karena mereka tidak terlatih.

Oleh karena itu, sangatlah penting memberi perhatian khusus untuk mengorganisir

para aktivis ini. Pertama-tama yang perlu dikelola adalah unit-unit mereka.

Pengelolaan unit-unit ini, bagaimanapun, hanya akan berhasil jika di setiap unit

diterapkan sikap disiplin, atau kepada mereka ditekankan adanya tujuan yang penuh

motivasi; dan perlu diingat bahwa penerapan disiplin ini tidak perlu dilakukan dengan

ancaman. Selain disiplin dan motivasi, perlu pula membuat para aktivis ini untuk

selalu sibuk dengan tugas-tugas mereka, agar mereka tidak membuang-buang

waktu untuk berdiam diri. Karena dengan memberi kebebasan waktu kepada

mereka, dapat mengakibatkan hilangnya disiplin dan menimbulkan kelesuan.

Tidak ada kesalahan yang lebih besar dalam sebuah kampanye pemilu selalin

melakukan pemanggilan kepada para anggota atau sukarelawan untuk melakukan

suatu pekerjaan, tapi pada kenyataannya tidak ada tugas apapun yang diberikan

kepada mereka. Di sini berlaku ketentuan bahwa pekerjaan harus selalu disiapkan

untuk para anggota dan sukarelawan – meskipun tugas-tugas itu sebenarnya tidak

terlalu penting; tapi cara ini dapat mengikat mereka, sehingga mereka selalu ada

pada saat kita perlukan.

Ketentuan lainnya yang juga penting untuk memimpin para aktivis adalah

komunikasi. Yang dimaksud di sini adalah komunikasi internal, yang harus

menjamin bahwa arus informasi dari tingkat atas bisa sampai ke bawah, tetapi juga

terbuka jalur untuk proses umpan-balik dari bawah ke atas. Untuk dapat memimpin

para aktivis ini, pastikan pula bahwa mereka senantiasa bisa memperoleh informasi

401

yang mereka butuhkan tepat pada waktunya, atau setidaknya mereka tahu di mana

bisa memperoleh informasi. Sebuah unit yang tidak memiliki informasi yang cukup,

tidak dapat bekerja dan berprestasi dengan baik.

Dalam melaksanakan strategi politik, kita selalu dapat mengamati bahwa dalam

sebuah situasi yang kurang menyenangkan, sang pimpinan seringkali "menyelam",

atau tiba-tiba memutus komunikasi tanpa informasi, atau memberikan informasi yang

salah, atau bahkan tidak memberikan informasi sama sekali. Sikap ini tentu saja

akan berpengaruh pada unit yang bertanggungjawab melaksanakan sebuah tugas

yang bergantung pada informasi tersebut. Informasi yang salah tentu saja akan

menyebabkan tindakan yang salah. Hal ini akan memicu berkembangnya berbagai

rumor yang sangat menggangu motivasi kerja.

Komponen lain yang menentukan keberhasilan dalam memimpin para aktivis ini

adalah "keyakinan," optimisme untuk menang" dan "moral" tim. Oleh karena itu,

penetapan sub-sasaran dan keberhasilan dalam pencapaiannya adalah tugas

penting seorang pemimpin. Keseluruhan sasaran strategi biasanya dibuat dengan

cakupan yang sangat luas sehingga tak dapat dicapai oleh anggota aktif biasa;

Karena itu, sebaiknya sasaran dipecah ke dalam kelompok-kelompok kecil yang

dapat dipahami. Dengan kata lain, ia harus dibagi ke dalam skala-skala yang lebih

kecil dan ditempatkan dalam kerangka waktu tertentu, sehingga para anggota

memiliki alasan untuk merayakan keberhasilan mereka dan lebih termotivasi untuk

mencapai jenjang (sasaran) berikutnya.

19. 1.4. Motivasi sukarelawan

Penghambat-penghambat motivasi yang mungkin timbul akibat kepemimpinan yang

tidak solid adalah:

{ Kurangnya sasaran-sasaran yang realistis, yang sesuai dengan tujuan para

anggota:

Apabila pimpinan tidak memiliki sasaran, maka akan sulit baginya untuk mengajak

orang lain dalam perjalanannya itu, karena tidak seorang pun tahu ke mana arah

tujuan kepergiannya. Karena itu semuanya harus dimulai dengan penjelasan

sasaran yang jelas. Tanpa ada sasaran, maka tidak ada motivasi yang digerakkan.

402

Solusi: Bagaimana kita sampai ke sasaran yang sesuai dengan sasaran para

anggota?

Kita harus mengubah sasaran yang secara mendasar terletak di balik sasaran taktis

atau sasaran strategis menjadi sasaran yang bisa menyelesaikan masalah. Anggota

di dalam sebuah perkumpulan berpikir tidak jauh dari non-anggota, kecuali dalam

perencanaan politik mereka. Karenanya kita harus memperlakukan mereka sama

seperti kita memperlakukan warga yang tidak terikat perkumpulan. Warga

menginginkan politik pertama-tama sebagai solusi permasalahan, demikian juga

pemilih mempunyai keinginan yang sama. Akan tetapi organisasi partai

menginginkan "hasil pemilu yang lebih baik", "lebih banyak pemilik mandat" dsb.

sebagai tangga pertamanya. Di sinilah perbedaan sasaran organisasi dari sasaran

politik anggota kita dan pemilih, meskipun perkumpulan tersebut dalam pemilu

datang dengan sebuah program dan telah menjanjikan solusi-solusi permasalahan.

Di dalam rapat-rapat pimpinan partai hampir tidak pernah dibicarakan tentang solusi-

solusi permasalahan. Politik, kalaupun itu memang ada, dibatasi di dalam fraksi saja.

Di dalam rapat pengurus dan pertemuan anggota yang dilakukan adalah manajemen

krisis untuk perkumpulan itu sendiri, dan selain itu anggota harus menolong relawan

lainnya. Hal itu tidak mencerminkan motivasi mereka sendiri.

{ Kurangnya komunikasi internal

Apabila anggota dan relawan lainnya tidak mengetahui bahwa mereka dimanfaatkan

untuk mencapai sasaran tertentu, bagaimana mereka bisa berpartisipasi di

dalamnya. Baru ketika mereka mempunyai perasaan bahwa dengan tindakan

mereka dapat dicapai sesuatu yang lebih baik, maka akan berkembang rasa percaya

diri yang biasanya berdampak positif terhadap relasi dengan organisasi. Kita harus

berteriak minta tolong apabila kita ingin memotivasi seseorang untuk menolong.

Solusi: bagaimana kita membangun komunikasi, agar menimbulkan motivasi?

Komunikasi harus teratur dan penuh makna. Komunikasi harus memperjelas relawan

bahwa hal ini terkait dengan pimpinan, bahwa relawan diinformasikan dan mereka

dibayangkan dalam situasi untuk memutuskan, apakah mereka ingin berpartisipasi di

dalamnya.

Hal ini berarti bahwa komunikasi tersebut menunjukkan isi sebagai berikut:

403

Apa yang ingin kita lakukan, mengapa dan kapan? Bantuan apa saja yang kita

perlukan? Bagaimana komunikasi per satuan dibangun, tergantung dari kondisi

setempat dan cara komunikasi yang khas dilakukan di dalam perkumpulan tersebut.

Selain itu komunikasi di dalam perkumpulan harus diuji. Apakah komunikasi ini

memenuhi persyaratan untuk sebuah pendekatan yang memotivasi para relawan kita

ataukah tidak?

{ Beban terlalu banyak atau beban terlalu sedikit

Anggota yang bekerja secara sukarela semuanya membawa sejumlah pengetahuan

dalam kapasitas tertentu, pengalaman dan kemampuannya. Apabila mereka merasa

dibebani terlalu banyak oleh pimpinan, maka mereka akan menolak dan melarikan

diri.

Contoh: menjaga sebuah stand informasi. Dalam hal ini untuk

banyak anggota merupakan beban yang terlalu berat, karena

mereka merasa bahwa mereka sedikit sekali memahami latar

belakang tentang politik atau bagi mereka pesan yang

disampaikan tidak jelas. Mereka takut menghadapi warga untuk

berdiskusi dengannya.

Apabila sebaliknya oleh pimpinan mereka diberi beban yang terlalu sedikit secara

intelektual, misalnya sebagai tenaga pembantu untuk kegiatan-kegiatan yang tidak

penting, maka rasa harga diri mereka bisa terluka. Mereka tidak memiliki semangat

untuk melakukan pekerjaan yang „tidak layak“ menurut pandangan mereka.

Misalnya: pekerjaan tukang dalam memasang poster. Kegiatan

tersebut ditolak oleh beberapa anggota, karena mereka

menganggap tugas itu tidak cocok bagi mereka, bahwa seorang

"kepala" (seorang intelektual) harus bekerja dengan "tangan".

Dalam kenyataannya seringkali pekerjaan tangan melampaui

juga kemampuannya dalam bertukang, yang memang kembali

lagi menjadi tema "beban yang terlalu berat".

Solusi: Bagaimana kita dapat menempatkan orang yang tepat pada posisi yang

tepat?

Untuk itu kita harus mengenal orang-orang tersebut beserta pengalaman mereka,

kemampuan mereka, tapi juga dengan ketakutan mereka, respek mereka dsb. Pada

404

kenyataannya pihak pimpinan akan merasa senang apabila mereka mengetahui

siapa nama orang-orang tersebut, di mana mereka tinggal dan kadang-kadang

bahkan mereka tahu, pekerjaan apa yang mereka lakukan. Di sini tampak model

gunung es. Kita hanya mengenal puncak gunung es, namun kita hampir tidak

mengetahui apa yang ada di bawah permukaan gunung es tadi. Itulah alasan-alasan

untuk mencari tahu tentang keikutsertaan atau pantangan mereka.

Kita mengenal banyak anggota hanya dari formulir pendaftaran keanggotaan dan

kadang-kadang melalui sebuah pertemuan. Hampir tidak seorangpun yang benar-

benar berusaha untuk mengenal siapa saja di balik para relawan tersebut. Dan

selama hal itu tidak terjadi, maka partai tidak akan berhasil memotivasi orang-orang

dan turut membantu, bahwa orang tersebut bekerja pada tempat yang tepat.

Untuk mengatasi kelemahan ini pihak pimpinan perkumpulan harus berkomunikasi

langsung dengan para anggotanya. Mereka harus mencoba untuk melihat keluar

dari lingkungan mereka sendiri untuk mengenali pribadi lingkungan yang lainnya.

Dan berdasarkan pengenalan ini mereka harus mencoba untuk memadukan sebuah

rencana integrasi bersama dan karir yang mungkin dilakukan di dalam perkumpulan.

{ Permainan kekuasaan

Sebagian pihak pimpinan memanfaatkan anggotanya untuk permainan kekuasaan

mereka. Pencapaian mayoritas dalam pertemuan-pertemuan anggota, memancing

rahasia pimpinan lainnya, dsb. Dalam permainan semacam ini para anggota yang

sebenarnya ingin mencari solusi permasalahan di dalam masyarakat kehilangan

harapan mereka sendiri dan setelah beberapa saat akan mundur akibat permainan

kekuasaan ini.

Siapa yang ingin menyalahgunakan orang lain untuk tujuan pribadinya, akan

kehilangan dukungan.

Solusi: bagaimana kita membuat para anggota tidak terikut campur dalam permainan

akal bulus untuk merebut kekuasaaan dan karir?

405

Ini adalah salah satu tugas terberat karena di dalam perkumpulan hal tersebut

memang manusiawi dan kekuasaaan serta dampaknya merupakan kebutuhan dasar

setiap manusia, pada seseorang mungkin lebih banyak, pada yang lainnya mungkin

lebih sedikit. Cara yang terbaik adalah diciptakannya loyalitas terhadap perkumpulan

tentang isi dan aksi untuk menyelesaikan masalah, agar anggota merasa dekat

dengan perkumpulannya dan tidak hanya merupakan keterikatan pada pimpinan.

{ Tidak diperhatikannya kompetensi tenaga relawan

Sebuah perbedaan mendasar antara tenaga tetap dan tenaga relawan terletak pada

pemahaman bahwa tenaga tetap memiliki kesadaran untuk mencapai tujuan.

Karenanya tenaga tetap terfokus pada tujuan, dalam hal ini untuk mencapai sasaran

strategis atau sasaran taktis dari partai. Kegiatan tenaga relawan terfokus pada

masalah. Tenaga relawan ingin menyelesaikan masalah atau ikut membantu, bahwa

masalah tersebut terselesaikan. Dalam penyelesaian masalah ini ia tampil sebagai

makhluk seutuhnya, dalam arti dengan segala kompetensi dan kemampuannya. Dan

tenaga relawan ingin menjaga perasaan baiknya dalam memecahkan masalah.

Karena itu minatnya tidak hanya terpaku pada tujuan, melainkan pada seluruh

proses. Tenaga relawan berorientasi pada proses. Apabila seseorang

memperlakukan orang lain sebagai anak di bawah umur, maka tidak mengherankan

jika mereka bertindak seperti anak di bawah umur.

Solusi. Bagaimana kita memimpin kegiatan-kegiatan bersifat kehormatan yang

dilakukan relawan agar mereka dapat memanfaatkan kompetensi mereka?

Orientasi terhadap proses menuntut dari pihak pimpinan sebuah sikap manajemen

yang harus bisa mendelegasikan tugas-tugas dengan penuh tanggung jawab.

Artinya kegiatan-kegiatan relawan bukan dimanfaatkan sebagai kepanjangan tangan;

kegiatan tersebut harus dapat mengendalikan sendiri prosesnya. Metode yang

disebut dengan “pimpinan melalui sasaran” ini menuntut sebuah instrumen yang

tidak terlalu berkembang di ranah politik. Instrumen tersebut bernama controlling.

Controlling juga membuat pekerjaan pengurus dan perkumpulan secara keseluruhan

lebih efisien. Dan ini adalah sesuatu yang diinginkan pula oleh anggota yang

bermotivasi. Anggota tersebut menginginkan bahwa waktu kerja yang diberikannya

dimanfaatkan dengan baik dan memberikan hasil.

406

Hilangnya minat dari pihak pimpinan

Seringkali pimpinan tidak memiliki minat yang sungguh-sungguh terhadap

keanggotaan yang benar-benar bermotivasi. Karena anggota yang bermotivasi tentu

saja merupakan bagian dari sistem dan karenanya mempunyai hak, tidak hanya

untuk bekerja, namun juga untuk menilai secara kritis, hasil apa saja yang diperoleh

pekerjaannya. Selain itu kita tidak dapat menyalakan dan mematikan motivasi;

motivasi adalah suatu keadaan yang juga akan didukung apabila motivasi tersebut

sudah dibangkitkan. Ini berarti bahwa pimpinan tidak dapat mengharapkan bahwa

anggota dimotivasi dengan seruan dan setelah menyelesaikan sebuah tugas,

kemudian kembali lagi menjadi lesu. Seringkali keluhan dari pimpinan tentang

minimnya motivasi anggota tidak berdasar dan hanya dianggap sebagai alasan

belaka.

19.2. Faktor-faktor operasional

Di samping faktor-faktor manusia, masih ada faktor-faktor operational yang perlu

diperhatikan untuk keberhasilan implementasi sebuah strategi.

19.2.1. Prinsip desakan waktu

Prinsip kecepatan harus diberi prioritas di sini. Berbeda dari proses perencanaan

yang berlarut-larut dan memerlukan pertimbangan yang penuh kehati-hatian,

implementasi harus berlangsung dengan cepat, karena semakin lama ditundanya

pelaksanaan sebuah perencanaan, semakin sedikit pula faktor situasional aktual

dipertimbangkan. Dengan demikian, kemungkinan terjadinya sebuah kebocoran juga

semakin besar, sehingga dapat mengakibatkan bagian-bagian dalam perencanaan

bocor ke publik dan menghambat tindakan yang akan dilakukan.

Elemen kedua yang perlu diperhatikan adalah timing120. Keberhasilan pelaksanaan

sangat tergantung pada ketepatan waktu yang dipilih. Untuk memulainya, pemilihan

waktu ini harus dikoordinasikan dengan kegiatan-kegiatan lain yang telah

direncanakan, dan harus pula selaras dengan pelaksanaan yang dilakukan oleh unit- 120

Lihat juga bab 4.2.3

407

unit taktis lainnya. Selain itu, jadwal khusus yang terjadi di luar “jangkauan kita” juga

perlu diperhatikan, seperti misalnya bulan Ramadhan di negara-negara berpenduduk

Islam, hari Natal di negara-negara mayoritas Kristen, Olimpiade, libur panjang, dan

sebagainya.

Faktor yang ketiga adalah mengikuti arus tren. Jika kita berhasil mengikuti arus yang

menarik dan membawa kita ke arah yang benar, hampir dipastikan kita dapat

menghemat sumberdaya yang cukup besar dan bisa lebih cepat melihat serta

menikmati keberhasilan tanpa harus melakukan banyak upaya. Tapi jika gelombang

arus ini menuju ke arah yang salah, dapat dipastikan bahwa segala upaya kita tidak

akan membawa keberhasilan. Oleh karena itu, pengamatan terhadap tren atau

kecenderungan yang ada di dalam masyarakat harus sudah dilakukan dalam

perencanaan strategi, dan harus diberi perhatian khusus dalam implemetasi di

tingkat taktis.

Satu hal yang harus benar-benar dihindari dalam proses pelaksanaan adalah

menunda waktu kampanye, atau lamanya masa tunggu untuk dimulainya sebuah

tindakan. Perlu dicatat, adalah penting memusatkan perhatian pada kerangka waktu

yang telah ditetapkan dan pencapaian sasaran dalam jangka waktu yang

ditargetkan. Ketika terjadi penundaan yang sangat lama untuk pelaksanaan sebuah

rencana, atau dalam kasus di mana masa kampanye diperpanjang, tanda-tanda

keletihan hampir bisa dipastikan akan terpancar dari para aktivis dan organisasi.

Bukan hanya itu, masyarakat pun akan mengalami hal serupa jika kampanye

berlangsung terlalu lama, sehingga perhatian mereka akan beralih pada hal-hal lain.

19.2.2. Prinsip penyesuaian yang fleksibel

Fleksibilitas merupakan pengenalan dan pemahaman yang lebih baik atas

tantangan atau peluang spesifik dan kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan

kondisi-kondisi ini. Fleksibilitas bukan berarti sikap sesuka hati. Perencanaan

strategis dan taktis sebisa mungkin harus dapat diwujudkan. Tetapi karena suatu

kondisi dan situasi atau karena adanya kejadian tertentu, dimungkinkan bagi kita

untuk menggeser batas waktu, atau melakukan penyesuaian dengan budaya

setempat, atau mempertimbangkan “kondisi cuaca”. Mengingat faktor-faktor ini,

408

fleksibilitas bisa dikatakan sebagai cara halus untuk menyesuaikan pelaksanaan

kampanye dengan kondisi lokal untuk mencapai tujuan yang lebih besar, dalam

kerangka waktu telah ditetapkan.

Tentang hal ini Sun Tzu berkata: Prinsip utama taktik militer seperti sifat

air. Sama seperti air yang menghindari ketinggian dan senantiasa mengalir

ke tempat yang rendah, pasukan harus menghindari pasukan tentara

lawan yang kuat beserta daerah kekuasaannya dan menggempur sisi

lemahnya.

Elemen lain untuk penyesuaian adalah langkah inovatif dalam pelaksanaan. Suatu

kegiatan atau sebuah aksi yang pernah berhasil di masa lalu tidak boleh ditiru begitu

saja, karena syarat dan situasi yang ada berbeda di satu tempat dengan tempat

lainnya dan dari waktu ke waktu. Sebuah bentuk kegiatan yang berhasil tahun lalu

belum tentu akan berhasil juga tahun ini, karena, sebagai contoh, pesaing bisa saja

memberikan tawaran yang lebih kompetitif dan lebih diminati oleh kelompok target

dibandingkan dengan produk yang kita tawarkan.

Langkah inovatif sangat diperlukan, karena repetisi aksi atau tindakan tertentu yang

terus-menerus akan membuat lawan dapat memperhitungkan langkah kita, sehingga

ia dapat bersiap-siap atau bahkan menghalangi serta menggagalkan kegiatan-

kegiatan yang telah kita rencanakan. Kebiasaan yang menjadi tipikal aktivis dalam

kampanye pemilu di tingkat lokal adalah mengulangi rencana aksi tahun

sebelumnya. Cara seperti ini dalam jangka panjang dapat membawa malapetaka

kegagalan, karena sikap manusia, konsumsi media dan teknologi senantiasa selalu

berubah. Oleh karena itu, kita harus memanfaatkan tren-tren baru yang ada dalam

masyarakat, sehingga aksi-aksi yang direncanakan dapat membangkitkan minat

mereka karena hal-hal baru yang kita tawarkan.

Sama seperti kita yang senantiasa berusaha mengejutkan lawan, akan selalu ada

situasi di mana lawan juga mengambil langkah-langkah yang sama dengan yang kita

lakukan – untuk mengejutkan kita. Dalam situasi seperti ini, kita harus meresponnya

secara fleksibel. Untuk itu, orang yang bertanggung jawab dalam menanganinya

harus memiliki kesanggupan untuk mengambil keputusan. Ada kalanya, kita perlu

409

juga menolak instruksi pimpinan politik untuk menghindari pertikaian atau

menghindari munculnya sebuah konfrontasi demi mencapai keseluruhan sasaran –

atau setidaknya sasaran kita tidak terancam bahaya. Apabila tidak ada waktu untuk

berkoordinasi dan bersepakat dengan pimpinan, maka keputusan harus diambil di

tempat yang paling tepat – di mana keputusan tersebut harus diambil yakni di tingkat

lokal.

19.2.3. Prinsip ilusi

Manuver-manuver tipuan atau ilusi dapat digunakan untuk memperoleh keuntungan

strategis. Tipuan ini untuk mengalihkan perhatian lawan dari bidang-bidang tertentu

yang tidak menguntungkan kita. Prinsip ini juga berguna agar lawan membangun

pertahanan di tempat-tempat tertentu yang sama sekali tidak akan kita serang,

sehingga pertahanannya di tempat-tempat lain menjadi lemah.

410

20. PENGENDALIAN STRATEGI

Pengendalian strategi mencakup terselesaikannya suatu perencanaan strategis,

dimulainya pemeriksaan kembali atas rencana strategi lama serta pengembangan

rencana-rencana strategi baru. Setiap kali suatu strategi diimplementasikan, kita

perlu kembali mengumpulkan data-data untuk tujuan menilai dampak dari langkah-

langkah yang diambil terhadap sasaran-sasaran taktis dan strategis kita. Data-data

yang terkumpul mungkin mengharuskan kita melakukan beberapa modifikasi.

Dengan begitu, hanya pengendalian strategi yang dapat memastikan bahwa

kebijakan yang benarlah yang dijalankan. Perubahan-perubahan yang terjadi di

dalam masyarakat dicatat dan didokumentasikan melalui instrumen pengendalian

strategi. Apabila perubahan-perubahan tersebut berakibat harus diubahnya kekuatan

atau kelemahan yang mendasari perencanaan strategi, maka strategi yang ada juga

perlu diubah sesuai dengan perubahan tersebut. Tetapi jika perubahan yang terjadi

tidak signifikan atau secara strategis tidak relevan, maka tidak perlu mengubah

strategi tersebut secara serampangan.

20.1. Pengumpulan data intelijen dan mendapatkan informasi

Mencari informasi dan pengumpulan data intelijen merupakan prasyarat penting bagi

keberhasilan sebuah strategi. Prasyarat bagi suatu perencanaan strategis adalah

pengetahuan tentang diri kita sendiri, tentang lawan kita dan tentang masyarakat di

mana strategi akan diterapkan.

Tentang hal ini Sun Tzu berkata: “Jika kamu mengenal lawanmu dan

mengenal dirimu sendiri, kemenanganmu tidak diragukan lagi. Apabila

kamu tahu mana Langit dan mana Bumi, maka kemenanganmu akan

sempurna.”

Ada banyak cara untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Metode-metode

berikut ini kerap digunakan untuk keperluan ini:

Survei representatif (studi lapangan kuantitatif)

Survei Delphi atau survei kelompok fokus (survei kelompok target kualitatif)

411

Survei Omnibus

Evaluasi terhadap media

Spionase

Pengumpulan data intelijen dari sekutu-sekutu lawan

20.1.1. Survei representatif (Survei lapangan kuantitatif)

Survei penduduk representatif merupakan instrumen klasik untuk pengumpulan data.

Apakah dan sejauh mana hasil survei semacam ini bermanfaat bagi pengembangan

suatu strategi tergantung dari berbagai faktor terkait lainnya. Akibatnya, data survei

yang dipublikasikan itu sendiri tidaklah mencukupi sebagai dasar penilaian.

Masalah yang terdapat dalam survei-survei yang dipublikasikan adalah bahwa hasil

suvey itu sendiri digunakan sebagai instrumen untuk menimbulkan perubahan sikap

dan ekspektasi. Dalam hal ini, survei merupakan alat untuk mempengaruhi politik.

Akibatnya, beberapa negara sekarang memutuskan untuk melarang

dipublikasikannya hasil survei selama kurun waktu tertentu menjelang pemilu. Tapi

dampak dari kebijakan ini sangat bervariasi, karena selama masa pelarangan itu

rumor menyebar seperti api. Hasil survei yang dipublikasikan pada hari-hari terakhir

menjelang pemilu terutama sangat penting karena dapat memicu efek

"bandwagon".121 122Efek ini terjadi atas kenyataan bahwa banyak orang yang

kemudian memberikan suaranya kepada orang yang diharapkan akan

memenangkan pemilu. Mereka ingin mendukung pihak pemenang. Efek yang juga

digambarkan sebagai "last minute swing" dapat membuat perubahan hingga 3-4 %.

Efek yang lebih dramatis bahkan bisa terjadi apabila ada aturan yang mensyaratkan

batas minimum perolehan suara suatu partai untuk dapat terwakili di parlemen.

Di Turki, misalnya, terdapat ketentuan klausul pemotongan 10% pada

pemilu nasional. Apabila survei memperlihatkan bahwa suatu partai jelas-

jelas memperoleh hasil di atas 10%, maka hal ini tidak menjadi masalah.

Tapi jika hasil yang diperoleh mendekati 10% atau bahkan kurang,

121

Band-Wagon-Effekt adalah efek orang yang ikut-ikutan. Orang berorientasi terhadap gerobak dengan

orkes musik pengiring. (Band wagon). 122

Harvey Leibenstein: “Bandwagon, Snob, and Veblen Effects in the Theory of Consumers’ Demand,”

The Quarterly Journal of Economics (May 1950).

412

maka pemilih akan beralih untuk memicu suatu efek fungsional melalui

suara mereka. Mereka akan meninggalkan suatu partai yang kemudian

terancam tidak terwakili di parlemen, dan beralih ke partai yang lebih besar

yang mereka harapkan memiliki posisi yang lebih baik untuk mencegah

masuknya suatu partai yang tidak mereka inginkan ke parlemen.

Survei kuantitatif berfungsi mengungkapkan serta mengawasi secara ketat aspirasi

pemilu, perkembangan tren politik, popularitas politisi di mata publik serta komponen

citra.

Cara terbaik memanfaatkan survei seperti ini adalah dengan menugaskan

dilakukannya suatu survei untuk asesmen diri sendiri. Dalam hal ini, cakupan serta

arah survei dapat kita tentukan sendiri. Tren-tren yang ada akan terbaca

berdasarkan pertanyaan-pertanyaan standar. Cara ini dapat pula mencegah

terjadinya kesalahan penilaian akibat pertanyaan yang dirumuskan secara tidak tepat

oleh lembaga-lembaga survei.

Apa saja persyaratan yang perlu dipenuhi agar hasil survei dapat bermanfaat?

1. Survei tersebut harus memberikan hasil yang representatif.

Karena alasan keterbatasan waktu, pengorganisasian dan keuangan tidak

mungkin menanyai semua responden di daerah geografis yang ditentukan,

maka survei pasar dan pendapat biasanya menggunakan instrumen random

(sampling acak). Timbul pertanyaan di sini apakah hal ini dimungkinkan, dan

apakah sampling acak ini sungguh-sungguh memperlihatkan pendapat

keseluruhan. Pertanyaan ini harus dijawab dengan "ya" sebab berdasarkan

"hukum angka besar"123 hal ini dimungkinkan dengan faktor probabilitas yang

tinggi. Besarnya jumlah sampel acak merupakan faktor ketepatan. Yang

penting di sini bukanlah hubungan antara sampel acak dengan keseluruhan

jumlah penduduk atau besarnya jumlah sampel. Suatu upaya dilakukan untuk

mencapai suatu kesamaan struktural antara sampel acak dan populasi dasar.

Ini artinya distribusi karakteristik yang relevan bagi survei tersebut harus

identik antara populasi dasar dan sampel acak. Apabila sampel acaknya lebih

123

Juga dikenal dengan sebutan Rumus Bernoulli. Menurut rumus ini, probabilitas (P) dengan jumlah

yang cukup besar (n), dimana frekuensi (m) dari suatu kejadian hampir sama dengan kemungkinan terjadinya

probabilitas (p) secara arbitrari mendekati satu.

413

kecil tapi representatif yang realistik terhadap populasi, maka inferensi bisa

ditarik dalam hal nilai “riil” populasi atas dasar hasil pengambilan sampel acak.

Atau dengan kata lain: sampel acak cukup representatif mewakili penduduk

secara keseluruhan.

2. Ukuran sampel harus cukup besar agar kesalahan pengambilan sampel acak

tetap minimal. Kesalahan sampling dan kesalahan pengambilan sampel acak dan

dengan demikian kesalahan dari variabel terukur tergantung pada dua besaran: pada

karakteristik variable tersebut (p) dan ukuran sampel acak (n). Secara umum dapat

dikatakan bahwa pengambilan sampel acak dengan 2000 wawancara memiliki faktor

probabilitas yang cukup tinggi. Bahkan 1000 wawancara pun sudah cukup untuk

membuat pernyataan yang mewakili suatu daerah pemilihan. Permasalahan muncul

ketika hasilnya diterapkan di tingkat regional. Sampel acak yang dibuat kurang dari

1000 wawancara jelas tidak bisa diandalkan. Tabel berikut ini memberi gambaran

tentang ketepatan hasil sebuah survei:

Hasil (p) 10% 15% 20% 25% 30% 35% 40% 45% 50%

90% 85% 80% 75% 70% 65% 60% 55% 50%

Sampel

acak (n)

1000 1,9 2,3 2,5 2,7 2,9 3,0 3,1 3,1 3,2

900 2,0 2,4 2,7 2,9 3,1 3,2 3,3 3,3 3,3

800 2,1 2,5 2,8 3,1 3,2 3,4 3,5 3,5 3,5

700 2,3 2,7 3,0 3,3 3,5 3,6 3,7 3,8 3,8

600 2,5 2,9 3,3 3,5 3,7 3,9 4,0 4,1 4,1

500 2,7 3,2 3,6 3,9 4,1 4,3 4,4 4,4 4,5

400 3,0 3,6 4,0 4,3 4,6 4,8 4,9 5,0 5,0

300 3,5 4,1 4,6 5,0 5,3 5,5 5,7 5,7 5,8

200 4,3 5,1 5,7 6,1 6,5, 6,7 6,9 7,0 7,1

100 6,0 7,1 8,0 8,7 9,2 9,5 9,8 9,9 10

Sisi kiri tabel memperlihatkan berbagai ukuran sampel acak yang

dimungkinkan, dan kolom vertikal memuat karakteristik probabilitas variabel

mulai 10 hingga 50%. Tabel ini dibuat atas dasar tingkat signifikansi sebesar

414

95,5%. Angka pertama dalam tabel menyatakan, misalnya, bahwa pada

pengambilan sampel acak 1000 kasus dan karakteristik variabel antara 10%

hingga 90% deviasi standar yang terjadi adalah 1,9%. Dengan tingkat

keyakinan sebesar 95,5%, hasilnya akan berkisar pada kisaran 88,1% dan

91,9%. Tabel ini secara jelas memperlihatkan bahwa sambil melakukan

interpretasi terhadap angka-angka yang ada, kita perlu memperhitungkan

jumlah kasus yang dikaitkan dengan nilai prosentase, karena kesalahan

sampel akan meningkat sejalan dengan menurunnya jumlah kasus.

3. Tidak boleh ada distorsi dalam pengambilan sampel acak

Distorsi dapat terjadi ketika, baik secara tidak sengaja atau akibat

kecerobohan, komposisi sampel acak tidak mencerminkan struktur populasi.

Jika misalnya, dalam survei tersebut melibatkan terlalu banyak responden

laki-laki dan terlalu sedikit responden perempuan, atau jumlah orang yang

termasuk dalam kelompok umur tertentu kebetulan terlalu besar, atau jika

survei hanya dilakukan di daerah perkotaan dan tidak mengikutsertakan

daerah pedesaan, maka kesimpulan yang ditarik dari hasil survei tersebut

adalah sesuatu yang tidak diperbolehkan. Terdapat masalah di negara-negara

yang tidak memiliki data statistik tentang penduduknya, dan dalam situasi

seperti ini kita bahkan tidak dapat menetapkan apakah survei dengan sampel

acak tersebut terdistorsi atau tidak. Oleh karena itu, risiko terjadinya distorsi

pada saat mengevaluasi data survei seperti itu juga sangat tinggi.

4. Pengukuran sampel acak harus dilakukan secara konsisten. Artinya, survei

tersebut beserta faktor-faktor pembobotannya harus diketahui untuk

menyeimbangkan distorsi yang mungkin terjadi. Akan lebih baik jika kita dapat

mengakses data mentahnya. Persyaratan-persyaratan ini biasanya tidak dipenuhi

oleh survei-survei yang dimuat di koran-koran. Dalam kasus-kasus seperti ini selalu

terdapat kemungkinan bahwa telah terjadi manipulasi dalam hal pembobotan. Ini

bahkan diakui oleh Churchill sendiri ketika menyatakan bahwa ia hanya

mempercayai statistik yang ia utak-atik sendiri.

5. Satu survei saja tidaklah cukup. Obsesi para politisi terhadap survei didasarkan

pada kenyataan bahwa mereka sesungguhnya tertarik pada jawaban atas tiga

415

pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut terkait dengan tingkat popularitas

mereka, rating citra mereka serta bagaimana pemilih akan memberikan suaranya

(disebut juga dengan “pertanyaan hari Minggu.) Ketiga pertanyaan tersebut adalah

hal-hal yang kurang penting bagi para perencana strategi. Yang jauh lebih penting

adalah daftar masalah-masalah politik, rating tentang kompetensi partai, kandidat

atau pemerintah dalam menyelesaikan persoalan yang ada. Akan tetapi, sebagai

rating yang terpisah, semua hasil tersebut tidak banyak artinya. Akan jauh lebih baik

apabila beberapa survei dilakukan beruturut-turut, dan tren di masing-masing rating

dievaluasi.

6. Kuesioner yang digunakan mempengaruhi hasil akhir suatu survei. Hasil suatu

survei tergantung pada kalimat-kalimat pertanyaan yang diajukan. Pemilihan kata

pada kalimat pertanyaan dapat merefleksikan banyak sekali kesalahan. Ketika

partai-partai merumuskan sendiri pertanyaan-pertanyaan untuk survei, seringkali

terjadi kesalahan fatal akibat penggunaan kata-kata atau pertanyaan kunci yang

salah.

7. Iklim politik juga mempengaruhi hasil akhir suatu survei.

Dalam atmosfir politik yang represif dan dipenuhi ketakutan, survei biasanya

tidak ada gunanya. Contoh yang khas dari situasi ini adalah kegagalan fatal

yang dialami lembaga-lembaga survei di Nikaragua pada pemilu tahun 1990.

Di sini, seperti juga yang terjadi di negara-negara Eropa Timur setelah

runtuhnya sosialisme, terlalu banyak kebohongan atau penyangkalan yang

sangat terang benderang sehingga hasil survei tidak lagi dapat dianggap

representatif. Memang banyak responden yang senang melakukan hal ini,

mereka secara sadar memberikan keterangan palsu untuk mengungkapkan

ketidakpuasan mereka terhadap sistem politik yang ada, atau mereka

membuat hasil lembaga survei menjadi tidak sah.

8. Cara pewawancara membawakan diri juga memainkan peranan dalam

menentukan hasil akhir suatu survei.

Akibatnya, survei-survei yang dilakukan sendiri oleh partai yang ikut

berkompetisi dalam pemilu (dengan personil-personilnya sendiri yang tidak

dilatih secara memadai), biasanya tidak ada gunanya.

416

Oleh sebab itu, evaluasi terhadap hasil survei harus dilakukan dengan sangat hati-

hati. Di sisi lain, survei yang diformulasikan dengan baik dapat dijadikan instrumen

yang sangat bagus bagi para perencana strategi.

Jenis survei yang ditampilkan di sini lebih ditujukan untuk mewakili fakta-fakta secara

kuantitatif. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan biasanya merupakan pertanyaan

tertutup yang hanya dapat dijawab dengan ya atau tidak, ataupun pertanyaan

multiple choice.124 Dalam hal ini pilihan yang tersedia adalah:

Memilih satu di antara beberapa alternatif jawaban yang tersedia, atau

Memilih dari daftar yang diberikan, atau

Memilih kartu-kartu dan kemudian menyusunnya dengan urutan tertentu, atau

Memilih dari ilustrasi gambar, atau

Mengambil sikap terhadap pilihan posisi yang ditampilkan dalam suatu lembar

dialog, atau

Mengutarakan persetujuan atau penolakan atas suatu skala pengukur.

Ada respon-respon yang disusun sebelumnya untuk setiap kasus. Jika tidak ada

jawaban yang dirasa sesuai, responden dapat menjawab dengan "tidak tahu" atau

"tidak mau menjawab." Dalam jenis survei seperti ini terdapat pula kemungkinan

mengajukan pertanyaan terbuka. Responden bebas memiliki kesempatan

memberikan jawabannya sendiri. Pertanyaan terbuka akan meningkatkan biaya

sebuah survei. Jawaban-jawaban responden pun harus dikodifikasi oleh suatu

lembaga survei agar hasil yang diperoleh dapat terwakili secara kuantitatif. Nilai dari

pertanyaan dan jawaban terbuka tergantung pada kualitas dari kodifikasi tersebut,

yang sangat sulit ditentukan.

Dengan perubahan metode survei dari metode face-to-face (langsung) menjadi

survei lewat telepon maka muncul tantangan-tantangan baru dalam penilaian survei.

124

Andreas von Kirschhofer-Bozenhardt, Gabriele Kaplitze "Der Fragebogen" (Lembar Pertanyaan)

dalam Kurt Holm, Die Befragung 1 (Survei 1), UTB 1975-1982.

417

20.1.2. Survei Delphi dan survei kelompok fokus (Survei kelompok target

kualitatif)

Survei Delphi digunakan untuk mengumpulkan pendapat para ahli dan digunakan

sebagai dasar bagi perencanaan dan asesmen tentang perkembangan mendatang di

bidang perekonomian dan politik. Anggota-anggota suatu kelompok Delphi

diwawancarai secara anonim dan terpisah, yakni tidak ada komunikasi di antara para

anggota tersebut. Setelah dikumpulkan, jawaban mereka dikirim kembali kepada

para anggota kelompok untuk ronde kedua penjajakan dan pembentukan opini.

Beberapa ronde mungkin harus dilakukan sampai tercapainya suatu konsensus

tertentu.

Di beberapa negara, survei semacam ini seringkali dilakukan secara besar-besaran

dengan melibatkan pakar-pakar dalam bidang tertentu. Ada Delphi teknologi, Delphi

soial-budaya, atau Delphi lingkungan hidup.

Suatu metodologi yang agak berbeda digunakan oleh survei kelompok terfokus

(FGD). Di sini kelompok-kelompok kecil (10-14 peserta) yang terdiri dari wakil-wakil

yang diseleksi dari kelompok target khusus diundang ke dalam sebuah diskusi

kelompok yang berlangsung sekitar tiga jam. Dalam diskusi yang dipimpin seorang

moderator profesional ini, isu-isu tertentu dibahas dengan kelompok target dan

kepada mereka diminta untuk memberikan opini. Diskusi ini direkam dan kemudian

dievaluasi.

Risalah diskusi serta hasil evaluasinya memberikan gambaran tentang sikap

emosional, evaluasi serta asosiasi pikiran. Gambaran ini jauh lebih realistis dalam

kaitannya dengan kelompok target, dibandingkan dengan hasil survei-survei

kuantitatif. Survei FGD terutama efektif dan sangat berharga untuk menguji logika

yang mendasari argumen-argumen tertentu, komponen citra serta sub-strategi

kelompok target tersebut.

418

20.1.3. Survei Omnibus

Survei Omnibus sesungguhnya adalah survei lapangan kuantitatif biasa. Yang

membedakannya dari survei biasa adalah bahwa survei ini dilakukan oleh gabungan

beberapa organisasi yang masing-masing dapat mengajukan pertanyaan dalam

jumlah terbatas. Metodologi ini memungkinkan dilakukannya survei secara lebih

sering dan murah.

20.1.4. Evaluasi Media

Media massa (koran, radio, televisi) merupakan sumber informasi yang penting.

Media harus dievaluasi secara berkala dan evaluasi tersebut harus tercakup dalam

pengendalian strategi dan perencanaan strategi. Berita media mingguan menjadi

dasar untuk pengambilan keputusan lebih lanjut. Akan tetapi tema-tema tertentu (isu-

isu kampanye) sebaiknya dilacak secara lebih ketat dan terus menerus. Informasi

yang terkumpul harus dirangkum dalam bentuk laporan khusus agar dapat dilakukan

asesmen yang lebih baik terhadap kecenderungan-kecenderungan yang ada di

lapangan. Selain itu, laporan media khusus daerah harus pula dibuat untuk dapat

mengidentifikasi defisit yang terjadi di daerah tertentu atau kegiatan-kegiatan khusus

yang dilakukan pesaing. Hal yang disebut terakhir terutama sangat penting untuk

mengetahui apakah pesaing sedang membangun “tonggak awal kemenangan”

(bridgehead) atau menjalankan kegiatan-kegiatan khusus di daerah-daerah tertentu.

Dewasa ini penilaian kelompok diskusi di dalam media internet juga merupakan

tugas penting. Memang dapat dibayangkan bahwa di dalam internet cara dan jenis

berdiskusinya berbeda dari cara yang normal karena di sana posisi yang ditempati

jauh lebih keras dan lebih tidak bertanggungjawab, namun kita mengenali beberapa

pola argumentasinya.

20.1.5. Spionase

Data intelijen yang dikumpulkan melalui spionase merupakan salah satu instrumen

terpenting untuk mengumpulkan data tentang maksud-maksud pesaing, lawan atau

kelompok target. Meskipun spionase merupakan instrumen yang biasa dipakai dan

419

diterima secara umum dalam hubungan internasional, tapi di dalam arena politik dan

ekonomi dalam negeri, kegiatan spionase masih dianggap memiliki konotasi buruk.

Bagaimanapun, pengumpulan data intelijen melalui kegiatan spionase di kubu lawan

adalah suatu metode yang efektif dan sering digunakan orang. Ada beberapa jenis

mata-mata.

Mata-mata yang direkrut

Kawan pencari data intelijen – demikian sebutan kita padanya selanjutnya – bekerja

dalam atau dengan organisasi yang kita incar informasinya. Ia harus direkrut. Orang-

orang yang cocok untuk peran tersebut adalah:

1. Orang-orang yang pernah diperlakukan dengan buruk oleh pihak lawan

2. Orang-orang yang berada di pihak lawan tapi merasa tidak puas

3. Orang-orang yang belum berhasil mencapai tujuan karir mereka

4. Orang-orang yang ingin meraih keuntungan materi atau lainnya untuk

meningkatkan kualitas hidup mereka

5. Orang-orang yang dapat diperas.

Jenis mata-mata yang direkrut ini didorong untuk mensuplai setiap informasi yang

dapat mereka akses. Menggunakan orang-orang seperti ini untuk mengumpulkan

informasi yang spesifik seringkali dapat menjadi sangat berbahaya – karena mereka

kebetulan menjadi mata-mata dadakan, sehingga tidak memiliki pengetahuan yang

diperlukan untuk mencari informasi.

"Pengkhianat" dari barisan sendiri

Agen ini ditanam dengan tujuan memberi informasi yang salah kepada lawan. Ia

berasal dari barisan kita sendiri dan ditempatkan dekat dengan tempat-tempat yang

sering didatangi pekerja-pekerja penting pihak lawan. Bisa berupa restoran atau bar,

atau fasilitas-fasilitas olahraga dan rekreasi, atau pun lingkarang sosial mereka. Para

"pengkhianat" ini adalah orang-orang “bermulut besar” yang senantiasa

menyombong bahwa mereka mengetahui segala sesuatu yang terjadi dalam

organisasi kita. Sambil minum-minum atau jika malam sudah larut mereka lalu

memberi informasi yang kira-kira menarik bagi lawan. Tentu saja informasi ini sudah

direkayasa, dan sebagian dicampur dengan informasi yang asli. Begitu sang

420

pengkhianat dari barisan sendiri ini telah memenangkan kepercayaan dari pekerja-

pekerja penting organisasi lawan, mereka akan berusaha untuk merekrutnya sebagai

mata-mata lokal. Dalam situasi yang krusial, mata-mata lokal ini akan diberi informasi

yang akan memberi keuntungan strategis bagi organisasinya sendiri, jika lawan

mempercayai informasi yang diberikannya tersebut.

Sebuah variasi lain dari agen seperti ini adalah si “mulut besar” yang sesungguhnya

di organisasi kita sendiri yang senantiasa menceritakan segala informasi yang ia

miliki. Yang penting dalam hal ini adalah memberikan informasi kepadanya

sedemikian rupa sehingga tanpa disadari ia memberikan informasi yang salah

kepada pihak lawan.

Agen aktif yang murni

Agen ini berasal dari kubu sendiri dan disusupkan secara sadar ke dalam organisasi

lawan pada saat tertentu atau di daerah tertentu, atau ia berada dalam posisi yang

secara internal menggali informasi melampaui daerah atau kegiatannya sendiri.

Yang membedakan agen murni dengan agen pasif adalah bahwa agen pasif tidak

terlibat langsung dalam pelaporan yang sebenarnya. Ia "diaktifkan" hanya apabila

dirasa ada kebutuhan akan informasi tertentu. Selebihnya ia bekerja seperti biasa di

dalam organisasi lawan, berusaha membangun kepercayaan dan memanfaatkan

jalan yang tersedia untuk meniti tangga karir untuk masuk lebih dalam ke bidang-

bidang strategis yang penting.

Agen tidak sadar

Orang-orang ini dipekerjakan oleh pihak lawan yang memiliki informasi atau

setidaknya akses pada informasi. Orang-orang inilah yang kemudian didekati oleh

mediator informasi yang berusaha memeras informasi dari mereka. Biasanya

informasi ini diberikan tanpa disadari. Ada banyak contoh yang cukup terkenal soal

ini – praktis semua pihak diuntungkan oleh kenyataan bahwa di tempat tidur tidak

lagi ada rahasia.

421

Informan

Pengumpulan data intelijen tidak selalu didasari oleh niat jahat. Pada beberapa

kasus, maksud yang mendasarinya adalah untuk memperoleh informasi yang secara

kualitatif lebih baik, misalnya, tentang sikap suatu kelompok target.

Ketika menggarap suatu kelompok target yang tidak kita kenal, misalnya

penduduk suatu daerah kumuh, sebaiknya kita merekrut seorang

penduduk yang bisa selalu dihubungi, yang secara teratur memberi

informasi kepada kita tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi di daerah

atau di dalam kelompok tersebut.

Informan-informan seperti ini di daerah-daerah perkotaan tertentu dapat menjadi

sumber informasi yang penting bagi kandidat walikota. Tapi reputasi orang-orang

seperti ini menjadi buruk di bawah rezim otoriter, karena mereka sering dimanfaatkan

sebagai pemberi informasi. Oleh karena itu, sebagai sinonim digunakan istilah

"confidante” atau orang kepercayaan. Apapun reputasi dari istilah tersebut,

instrumen ini luar biasa efektif dan bisa menjadi sangat berharga dalam memasuki

suatu kelompok target baru. Dalam keadaan tertentu, informan kita ini dapat

dimanfaatkan sebagai pemimpin opini di dalam kelompok tersebut.

20.1.6. Pengumpulan data intelijen dari sekutu lawan

Suatu bentuk lain mengumpulkan informasi tentang organisasi lawan adalah dengan

mencari data intelijen dari sekutu mereka. Mitra kita ini biasanya memiliki informasi

yang bagus tentang organisasi tersebut. Mitra-mitra seperti ini perlu dicari. Dengan

cara ini, informasi dapat diperoleh tanpa perlu melakukan penetrasi ke organisasi

lain.

20.2. Pengendalian

Pengendalian merupakan tugas yang penting dalam kerangka implementasi strategi.

Pengendalian didefinisikan sebagai sub-fungsi dari suatu operasi yang dibutuhkan

untuk pengelolaan. Pengendalian dapat diterapkan pada organisasi secara

keseluruhan atau hanya pada suatu operasi tertentu. Di sini dibedakan antara

422

pengendalian strategis dan pengendalian operasi. Biasanya salah satu anggota tim

manajemen atau staf Dewan Pimpinan Pusat (DPP) bertanggung jawab atas

pengendalian strategi. Seseorang dari tingkat operasi menengah atau bawah atau

seorang pengawas yang ditugaskan di wilayah ini bertanggungjawab atas

pengendalian operasi atau departemen.

Pengendalian atau pengawasan mencakup pengamatan apakah sasaran-sasaran

yang ditetapkan telah tercapai pada berbagai tingkatan serta memberi saran-saran

bagi pengelolaan organisasi bila terdapat kemungkinan penyimpangan dari target.

Saran dan usulan-usulan tersebut dicantumkan dalam laporan pengendalian dan

dipresentasikan kepada para manajer terkait untuk keputusan lebih lanjut.

Dalam buku ini, pembahasan tentang pengendalian pada dasarnya difokuskan pada

bidang pengendalian strategi bersama dengan pengendalian citra. Peran

pengendalian operasi dan keuangan menempati tempat kedua. Ada berbagai

literatur sekunder yang tersedia yang membahas topik-topik ini lebih mendalam.125

Pengendalian strategi memerlukan pemeriksaan apakah jalannya target yang ada

dalam sub-strategi dan sasaran-sasaran yang diambil dari sub-strategi tersebut

dapat direalisir atau tidak. Karena itu, fokusnya bukanlah pada pengendalian

tindakan-tindakan yang diimplementasikan, melainkan bahkan pada pengendalian

apakah tindakan-tindakan tersebut benar-benar membantu mencapai sasaran yang

ditetapkan.

Ambil contoh, kita memiliki suatu sasaran sebagai berikut: "Hingga tanggal 1 bulan

10 tahun xx kita telah berhasil mengumpulkan sumbangan sebesar US$ 100.000 dari

kalangan pengusaha." Tujuan dari pengendalian adalah memastikan apakah operasi

yang direncanakan atau diimplementasikan sungguh-sungguh tepat untuk mencapai

sasaran yang ditetapkan. Jika, misalnya, beberapa langkah tertentu telah diambil

tetapi hampir tidak ada reaksi dari para penyumbang, maka perlu dicari mengapa

mereka tidak tertarik sehingga perubahan yang diperlukan bisa diusulkan. Adalah

125

Jürgen Weber, Einführung in das Controlling (Pengantar Controlling), Schäfer Verlag Stuttgart 1998;

Peter Horvath, Controlling, Vahlen, München, 1998; Robert S. Kaplan; David P. Norton: Balanced Scorecard.

Strategie erfolgreich umsetzen (Pelaksanaan Strategi yang Sukses). Schäffer Verlag Stuttgart, 1997.

423

tugas departemen pengendalian untuk menyusun usulan seperti itu bersama-sama

dengan departemen terkait.

Departemen pengendalian hanya menjadi aktif ketika terjadi penyimpangan dari

sasaran yang direncanakan. Apabila data menunjukkan bahwa semua hal berjalan di

dalam koridor target, divisi pengendalian tidak perlu diaktifkan.

Selama kampanye politik, mekanisme pengedalian dihadapkan pada suatu

tantangan khusus untuk memonitor perubahan-perubahan yang terjadi dalam citra,

serta menetapkan apakah terjadi penyimpangan dari target image.

20.2.1. Instrumen pengendalian

Ada berbagai instrumen yang tersedia bagi pengendalian strategi dan citra. Dalam

hal pengendalian strategi, instrumen yang tersedia a.l.:

1. Berbagai laporan dari pengendalian operasi yang terdesentralisir, yakni laporan

dari berbagai departemen atau organisasi lokal tentang implementasi dari langkah-

langkah yang direncanakan serta keberhasilan atau kegagalan yang terjadi.

2. Asesmen terhadap media cetak atau media elektronik

3. Laporan para informan dari organisasi lawan

4. Laporan yang didapat dari sekutu-sekutu lawan

5. Survei-survei yang tersedia serta hasil dari survei-survei yang diperluas, seperti

survei Delphi dan FGD.

6. Laporan para informan dari berbagai daerah atau kelompok target.

Matriks pengendalian merupakan suatu instrumen pengendalian strategi yang

istimewa yang terutama tepat bagi pengawasan citra dan untuk memonitor mitra atau

pesaing kita. Matriks pengendalian mengumpulkan informasi dari media dan menarik

perhatian pada perubahan-perubahan yang terjadi.

Partai A Partai B Partai C Partai D Gereja Serikat Buruh

Partai A A/A B/A C/A D/A G/A SB/A

Partai B A/B B/B C/B D/B G/B SB/B

424

Partai C A/C B/C C/C D/C G/C SB/C

Partai D A/D B/D C/D D/D G/D SB/D

Gereja A/G B/G C/G D/G G/G SB/G

Serikat Buruh

A/SB B/SB C/SB D/SB G/SB SB/SB

Matriks pengendalian mencatat pernyataan yang dibuat oleh berbagai peserta

sepanjang masa kampanye. Tabel di atas menggambarkan suatu kampanye yang

diikuti oleh empat partai di mana gereja dan serikat buruh – sebagai mitra – memiliki

peranan yang penting.

Garis diagonal dari kiri atas ke kanan bawah mewakili pernyataan dari organisasi-

organisasi tentang dirinya sendiri. Kita asumsikan bahwa kita adalah partai A. Dalam

hal ini target image kita harus tercantum di kotak A/A. Kotak A/B berisi semua

informasi yang dikatakan partai A (yakni kita sendiri) tentang partai B. Kotak D/G

berisi semua informasi yang disebarluaskan oleh partai D tentang Gereja. Pada

kotak SB/A kita temukan pandangan serikat buruh terhadap partai kita.

Suatu tanggal ditetapkan sebagai awal pengumpulan data. Media, yang harus dinilai,

harus didefinisikan dengan jelas dan tidak boleh diubah lagi sepanjang waktu

pengumpulan data. Data-data hanya akan dikumpulkan apabila terjadi perubahan.

Informasi yang tercermin di dalam matriks hanya mencerminkan informasi baru dan

informasi yang berbeda dari yang sebelumnya sudah dikumpulkan.

Lalu apa saja yang bisa kita baca dari matriks tersebut?

1. Kita dapat memverifikasi apakah pekerjaan kehumasan yang dilakukan organisasi kita menciptakan target image atau tidak. Lebih jauh, kita bisa menetapkan siapa yang bertanggungjawab apabila terjadi penyimpangan dari target image. 2. Kita dapat menetapkan bagaimana organisasi-organisasi atau kelompok-kelompok

masyarakat menilai organisasi kita di depan publik dan apa dampaknya bagi citra

kita.

3. Kita dapat mengetahui apakah pihak lain, terutama pesaing kita, melakukan kerja-

kerja kehumasan yang koheren atau tidak, dan di mana letak celah atau kelemahan

pada organisasi lain yang dapat kita manfaatkan.

425

4. Kita dapat mengetahui bagaimana persepsi publik tentang hubungan di antara

para mitra dan bagaimana dalam situasi tertentu kita dapat memanfaatkan

perbedaan yang muncul.

5. Kita dapat mengetahui apakah hubungan di antara para peserta mengalami

perubahan. Misalnya kedekatan ataupun kerenggangan yang tiba-tiba terjadi di

antara mitra-mitra aliansi dapat menjadi indikator penting yang memperlihatkan

bahwa perkembangan yang secara strategis penting sedang terjadi di dalam aliansi-

aliansi dan di antara mitra-mitra aliansi.

6. Kita juga dapat menetapkan apakah organisasi kita diperhatikan atau tidak,

apakah pesaing kita sedang menyerang kita atau tidak, dan apakah organisasi kita

memenuhi pemberitaan di media.

20. 2. 2. Balanced score card

Balanced Scorecard muncul awal tahun 1990an sebagai sebuah instrumen untuk

merangkum strategi ke dalam sistem pelaporan. Hal ini terkait dengan menerapkan

strategi dalam sasaran-sasaran dan tindakan-tindakan yang terukur dan

mempresentasikannya secara ringkas kepada level pimpinan, sehingga situasi

sebuah strategi dapat dibaca setiap saat. Kaplan dan Norton126 mengembangkan ide

tersebut dengan semboyan: „Translate strategy into action“. Kemudian visi dan

strategi sebuah perusahaan dipaparkan dalam empat wilayah perspektif, yakni

perspektif keuangan, perspektif perkembangan, perspektif klien dan perspektif

proses.

Untuk suatu partai keempat wilayah perspektif tersebut disesuaikan menjadi

perspektif pemilih, perspektif program, perspektif proses dan perspektif sumber daya.

126

Robert S. Kaplan dan David P. Norton: The Balanced Scorecard - Measures that Drive Performance.

In: Harvard Business Review. 1992, January-February hal. 71-79. Dan Robert S. Kaplan dan David P.

Norton: Putting the Balanced Scorecard to work. Dalam: Harvard Business Review. 1993, September-October

hal. 134-147.

perspektif

pemilih

Partai perspektif

program perspektif

proses

perspektif

sumberdaya

426

Wilayah perspektif untuk sebuah partai

Dalam wilayah perspektif ini masing-masing sasaran, nomer-nomer kode,

tindakan/aksi yang harus dilakukan dan inisiatif dipaparkan dan dengan demikian

memberikan ringkasan tentang keadaan implementasi strategi.

Pemilih

Sasaran No. kode Tindakan Inisiatif

Program

Sasaran No. Kode Tindakan Inisiatif

Proses

Sasaran No. Kode Tindakan Inisiatif

Sumberdaya

Sasaran No. Kode Tindakan Inisiatif

Strategi/Visi

Presentasi Balanced Scorecard

20. 2.3. Laporan pengendalian

Instrumen pengendalian harus diperiksa kembali secara berkala dan setiap

penyimpangan dari sasaran dan juga perubahan pada data yang ada harus dicatat

dan digunakan untuk mengevaluasi strategi. Proses perencanaan strategi127 berakhir

dengan disusunnya laporan pengendalian tersebut

127

Lihat model perencanaan militer Sun Tzu.

427

Pertama-tama, laporan-laporan pengendalian digunakan untuk mendokumentasikan

setiap penyimpangan dari skenario-skenario terdahulu yang digunakan sebagai

dasar perencanaan strategi dan dasar pengambilan kesimpulan. Apabila kita melihat

munculnya penyimpangan yang serius yang berdampak pada kekuatan atau

kelemahan, maka strategi kita perlu dimodifikasi sesuai dengan perubahan tersebut.

Oleh sebab itulah, rencana strategi yang telah ditetapkan bukan dimaksudkan untuk

berlaku sepanjang masa. Bahkan ia harus bersifat fleksibel dan dapat disesuaikan

dengan kondisi yang berubah-ubah. Akan tetapi modifikasi hanya perlu dilakukan

apabila perubahan yang terjadi sungguh-sungguh serius dan juga cukup signifikan

dalam hal strategi. Apabila perubahan yang terjadi secara strategis tidak relevan,

maka tidak perlu mengubah strategi. Karena itu, pertimbangan yang cermat terhadap

semua aspek diperlukan di sini.

Selain itu, laporan pengendalian juga digunakan untuk mengantisipasi sejak dini

penyimpangan dari sasaran yang ditetapkan, dan untuk mengusulkan perubahan-

perubahan yang diperlukan. Tindakan seperti ini biasanya berdampak langsung

terhadap unit taktis atau unit terdesentralisir dan oleh sebab itu harus

dikoordinasikan bersama-sama dengan mereka.

20.3. Keamanan dan melindungi informasi

Pengendalian strategi tidak hanya terdiri dari pengumpulan data intelijen – yakni

mengumpulkan informasi dan mengawasinya, tetapi juga pengamanan terhadap

strategi itu sendiri. Jika pekerjaan intelijen merupakan bagian ofensif dari

pengendalian strategi, maka pengamanan strategi merupakan bagian defensifnya.

Sebab, seperti kita, pesaing kita juga akan berusaha untuk memperoleh informasi

dan mengetahui rencana strategis kita dan memanfaatkannya demi kepentingan

mereka.

Oleh karena itu rencana strategis harus diperlakukan secara hati-hati dan kita perlu

mengamankannya dari kemungkinan kebocoran – dari dalam organisasi kita sendiri.

428

20.3.1. Kerahasiaan rencana strategis

Salah satu cara yang paling penting untuk mengamankan strategi adalah dengan

merahasiakannya. Hanya pucuk pimpinan tertinggi yang boleh mengetahui rencana-

rencana tersebut. Bahkan mereka pun tidak boleh memegang salinan rencana

tersebut. Setiap salinan rencana harus selalu dikembalikan setelah dibaca. Hal ini

bukan berarti mencerminkan bahwa orang tersebut tidak dapat dipercaya. Jika

mereka tidak memegang salinan dari rencana tersebut, maka tidak ada sekretaris

atau teman yang bisa menggandakannya, dsb.

Di bawah tingkat pimpinan, tidak perlu menyebarluaskan rencana strategis, sebab

semua operasi taktis tidak dijalankan dengan mengetahui strateginya. Operasi

tersebut dijalankan berdasarkan sasaran yang diturunkan dari strategi. Seringkali

kemalasanlah yang mengakibatkan rusaknya kerahasiaan strategi. Manajemen

berdasarkan Tujuan (MbO – Management by Objectives) mensyaratkan bahwa unit-

unit taktis harus menerima penjelasan tentang sasaran-sasaran yang hanya relevan

bagi mereka. Akibatnya, sasaran-sasaran yang rumit terkadang harus dipecah untuk

memastikan agar tanggung jawab didefinisikan dengan jelas.128 Untuk menghindari

kerepotan ini, seringkali salinan dari keseluruhan strategi atau bagian-bagian yang

relevan diserahkan begitu saja kepada unit-unit taktis. Inilah yang seringkali

membuat strategi menjadi konsumsi publik.

20.3.2. Langkah pengamanan yang ketat

Di dalam politik, pelembagaan langkah-langkah pengamanan untuk melindungi

strategi sangat diremehkan. Pertama-tama, perlu ditetapkan siapa yang akan

dilibatkan dalam perencanaan strategi. Biasanya sebuah kelompok kerja kecil

dibentuk untuk keperluan tersebut. Konsultan dari luar bisa dilibatkan tapi bisa juga

tidak. Yang ditekankan di sini adalah kata "kecil". Tentu saja beberapa orang bisa

kita tugaskan untuk mencari informasi, dsb., namun mereka tidak perlu masuk ke

dalam kelompok penyusun rencana. Pada prinsipnya, anggota kelompok perencana

harus diseleksi berdasarkan asas kepercayaan atau melalui proses screening.

128

Lihat Bab 12.3. tentang Evaluasi perumusan tujuan.

429

Berikutnya, tempat kerja fisik dari kelompok perencana perlu ditentukan. Mestinya

berupa suatu tempat atau ruangan yang tidak terkait langsung dengan markas partai

atau organisasi. Pintu masuk menuju ruangan tersebut harus diamankan dan kalau

perlu kedap suara – poin terakhir ini terutama dianggap sangat penting di banyak

negara. Satu faktor penting lainnya adalah terpisahnya sistem komputer yang

digunakan untuk pengembangan strategi melalui jaringan komputer di tempat

tersebut. Termasuk juga di dalamnya adalah jaringan melalui telepon seluler,

terutama apabila jaringan media sosial dapat diraih pula. Twitter, SMS dan sumber-

sumber informasi lainnya tidak harus mencari apapun di dalam sebuah ruang di

mana strategi-strategi dikembangkan. Secara keseluruhan, aliran informasi – baik

yang masuk maupun yang keluar, harus didokumentasikan secara sistematis ketika

melintasi perbatasan.

Begitu kelompok ini mulai ditugaskan untuk mengembangkan strategi, kontrak harus

dibuat dan kode etik perilaku harus disepakati untuk menjamin agar strategi yang

disusun tetap aman dan rahasia. Kode etik ini termasuk larangan ketat untuk

membawa dokumen-dokumen ke luar dari „daerah aman“.

20.3.3. Hukuman yang memiliki efek jera

Dalam operasi-operasi militer, hukuman mati biasanya diterapkan pada pembocor

rahasia. Dalam perencanaan politik, perlu dicari hukuman yang tepat untuk tindakan

tersebut. Denda yang besar untuk pelanggaran kontrak – di samping pemecatan

langsung – adalah ancaman yang biasanya efektif dalam beberapa kasus. Tetapi di

banyak negara, pengkhianatan seringkali dihargai sangat tinggi oleh pihak lawan

sehingga menjadi godaan yang menggiurkan.

Ancaman hukuman yang diberlakukan sangat beragam antara satu negara dengan

negara lain. Oleh karena itu, di sini tidak diusulkan jenis hukuman yang tepat. Akan

tetapi hukuman apa pun yang diterapkan harus bisa memiliki efek jera.

430

20.3.4. Menciptakan mispersepsi dan situasi yang sulit diduga

(unpredictability)

Keamanan strategi dapat pula ditingkatkan dengan cara membuat langkah-langkah

strategi sebagai sesuatu yang sulit diprediksi orang. Beberapa alternatif strategi

dibuat secara serempak dan pucuk pimpinan memilih strategi mana yang dijalankan

pada waktu tertentu.

Bisa juga kita lakukan penyebarluasan informasi yang direkayasa tentang strategi

kita, atau mengembangkan strategi yang telah dipalsukan dan menyesatkan yang

kita sebarkan ke pihak lawan, melalui pembocoran sengaja di dalam organisasi kita.

431

21. MERUMUSKAN KEGIATAN-KEGIATAN DARI SASARAN-SASARAN

21.1. Kegiatan, sasaran, strategi, misi: satu kesatuan

Kita mulai menjalankan perencanaan strategi melalui perumusan sub-strategi dari

unit misi dengan mempertimbangkan kekuatan dan kelemahan kita, yang kemudian

kita gunakan sebagai dasar untuk merumuskan sasaran kita. Dari sasaran-sasaran,

target image (citra yang diinginkan) dan kerangka umum yang dibentuk oleh misi itu,

lalu ditetapkan pemilihan kelompok target dan instrumen-instrumen kuncinya.

Dengan demikian, terbentuklah kerangka taktis yang dapat kita gunakan untuk

merencanakan tindakan lebih lanjut (istilah 'tindakan' dipakai untuk memperjelas

bahwa yang dimaksud di sini tidak hanya terbatas pada kegiatan biasa, melainkan

juga mencakup aksi – untuk menyikapi suatu hal/peristiwa). Tindakan dan aksi yang

akan dilakukan tidak dapat direncanakan begitu saja, melainkan terbatas pada

kerangka taktis.

Beberapa contoh kerangka taktis, misalnya:

Contoh 1:

Unit taktis: Bagian humas dari sebuah partai

Komponen citra yang diinginkan: XY merupakan sebuah partai yang

inovatif dan dinamis.

Sasaran: 60% pemilih pemula mengenal komponen citra "inovatif" pada

saat pemilu

Kelompok target: Pemilih pemula

Instrumen kunci: Media elektronik

Contoh 2:

Unit taktis: Bagian humas departemen keuangan pemerintah ABC

Sasaran: Dalam kurun waktu 2 bulan, 70% anggota kelompok target

yakin bahwa reformasi pajak akan mengurangi beban mereka.

Kelompok target: Orang tua yang punya anak

Instrumen kunci: Media cetak, media elektronik

Contoh 3:

432

Unit taktis: Penggalang dana sebuah kelompok pecinta lingkungan

hidup.

Sasaran: Mengumpulkan sumbangan sebesar DM 30.000 dalam kurun

waktu tiga bulan.

Kelompok target: Perusahan yang mengeluarkan produk dengan label

ramah lingkungan.

Instrumen kunci: Kontak langsung.

Kerangka taktis ini harus diperhatikan oleh sang perencana aksi/kegiatan, yang

biasanya juga menjabat sebagai pimpinan unit taktis. Jadi, dalam contoh 1, media

cetak tidak boleh ikut digunakan. Dalam contoh 2, jangka waktu "dua bulan" harus

ditepati dan kelompok target yang ada tidak boleh diubah. Dalam contoh 3, unit taktis

tidak boleh menggalang dana dari organisasi seperti bank atau pemerintah. Untuk

menjamin kesatuan strategi tetap utuh, pimpinan kampanye harus merumuskan

kerangka-kerangka taktis yang diperlukan bagi setiap unit taktis.

21.2. Daftar kontrol kegiatan

Daftar kontrol (checklist) di bawah ini dibuat untuk menyusun kegiatan yang akan

dilakukan berdasarkan kerangka taktis.

Daftar Kontrol (Checklist) Kegiatan Unit Taktis: Sasaran: Kelompok Target: Instrumen kunci:

Kegiatan Tanggal Kode Penanggung jawab

OK

Data perencana personil: Data perencana keuangan:

433

21.2.1. Proses penemuan ide kreatif Langkah pertama yang harus dilakukan untuk dapat mengembangkan rencana

operasional adalah dengan mengumpulkan ide-ide atau usulan-usulan yang kreatif.

Langkah ini biasanya terjadi dalam kelompok kerja kecil atau kelompok kerja dengan

sedikit anggota. Ide-ide dari para tamu – terutama yang berasal dari kelompok target

harus ditampung, karena mereka adalah pihak yang paling mampu menilai apakah

aktivitas yang kita rencanakan dapat diterima atau tidak oleh kelompok target

tersebut.

Proses penemuan ide kreatif ini dapat dilakukan dengan berbagai metode. Di bawah

ini secara singkat akan diperkenalkan tiga metode khas. Ketiga metode ini adalah

brainstorming, brainwriting dan mindmapping.

Brainstorming

Brainstorming dapat diartikan sebagai "badai otak." Di sini para peserta dihadapkan

dengan sebuah isu yang harus direspon secara langsung, dan hasilnya akan dicatat

di atas berbagai media visualisasi (flip-chart, lembar pengumuman, papan tulis).

Metode ini sudah sangat tua dan diatur oleh empat aturan mendasar:

1. Selama proses brainstorming, para peserta tidak diperkenankan melontarkan

kritik, terutama yang bersifat negatif atau merusak. Penilaian ide akan dilakukan

kemudian dalam sebuah proses komunikasi yang terbuka. Sepanjang proses

pengumpulan ide, kritik yang dilontarkan hanya akan menghambat pembentukan ide

dan akan berdampak negatif pada proses yang sedang berlangsung.

2. Asosiasi pikiran bebas dianjurkan. Setiap orang harus dapat mengemukakan

pemikiran apapun yang terlintas di benaknya secara spontan dan tanpa hambatan,

jika muncul pertanyaan yang diajukan atau jawaban dari orang-orang lainnya

(kecuali kritik).

3. Dalam jangka waktu singkat disarankan dapat mengumpulkan ide sebanyak

mungkin, dan ide yang mengalir dengan lancar diberi prioritas. Para peserta

didorong untuk memberikan respon secara spontan, karena spontanitas mematikan

sebagian filter rasional – yang senantiasa muncul dalam pemecahan masalah.

434

Hasilnya adalah, akan muncul ide dengan kreativitas tinggi. Untuk menghindari agar

keuntungan ini tidak terhapus atau terhambat oleh permasalahan teknis – misalnya

seperti kecepatan moderator dalam mencatat ide-ide yang dilontarkan, dalam

brainstorming sebaiknya ada dua moderator yang bertanggungjawab untuk

mendokumentasikan proses ini.

4. Peserta juga perlu didorong untuk bereaksi terhadap ide yang dilontarkan oleh

peserta lainnya. Dengan cara ini, dua ide yang baik berkombinasi menjadi sebuah

ide yang cemerlang.

Problem yang dihadapi dalam brainstorming adalah fase pengolahan. Proses

penyusunan, pemilahan ide-ide yang sama, dan sebagainya sangat memakan

waktu. Biasanya proses ini menyebabkan para peserta merasa lelah, dan memicu

rasa frustrasi dan keengganan peserta untuk meneruskan proses ini.

Brainwriting

Brainwriting (juga sering dilukiskan sebagai "kartu riwayat") berusaha untuk

membebaskan proses brainstorming dari kekurangannya dengan cara mengubah

prosesnya. Sama seperti brainstorming, brainwriting juga dimulai dengan

diajukannya sebuah pertanyaan terbuka kepada para peserta. Tetapi jawaban para

peserta tidak lagi diungkapkan dan didokumentasikan secara terbuka, melainkan

langsung dicatat di atas sebuah kartu, yang nantinya akan disusun dalam bentuk

kolase.

Keuntungan yang ditawarkan oleh metode ini adalah bahwa kita terhindar dari

kebosanan untuk melakukan proses pengolahan (identifikasi/pemilahan ide-ide, dsb.)

setelah sebuah awal yang kreatif. Tetapi kerugiannya, sebagian dari spontanitas dan

asosiasi pikiran akan hilang. Terkadang, setelah peredaran kartu tahap pertama

ditulisi dan dipilah, kartu-kartu kembali diedarkan untuk mendapatkan tambahan

asosiasi pikiran yang diperoleh.

Petunjuk dalam menyusun kartu kolase (awan):

1. Kartu yang memiliki isi yang sama atau mirip akan dijadikan dalam satu kelompok. Kelompok semacam itu disebut sebagai klaster (cluster) atau blok.

435

2. Semua kartu akan ditempel di atas papan, termasuk kartu yang memiliki isi yang

sama sekalipun.

3. Judul untuk setiap klaster akan ditulis di atas sebuah kartu yang berbeda – baik

bentuk maupun warnanya.

4. Semua proses dikerjakan dalam sebuah kerjasama dengan seluruh peserta.

5.Jika sebuah kartu dirasa perlu dikelompokkan ke dalam beberapa klaster, kartu

tersebut bisa digandakan.

6.Saat isi kartu dibacakan dan ditempel di atas papan, tidak ada yang boleh

berkomentar.

Mindmapping (Pemetaan Otak)

Susunan otak manusia sangat berbeda dari sebuah komputer. Jika komputer

mengatasi permasalahan secara linear, otak manusia bekerja secara asosiatif dan

linear, dan pemikiran asosiatif ini lebih dominan. Setiap kata dan setiap ide terkait

dengan sejumlah ide dan konsep-konsep lainnya.

Tony Buzan129 telah mengembangkan metode mindmapping (pemetaan otak), yang

membuka kemungkinan bagi penggunanya untuk bekerja sesuai dengan pola otak

manusia.

Untuk membuat sebuah mindmap (peta otak/pemikiran), kita mulai dengan

mencantumkan sasaran kita di bagian tengah sebuah permukaan yang dapat ditulisi

(kertas, flip-chart, dsb.), dan kemudian memikirkan berbagai tindakan atau kegiatan

yang berbeda, yang dapat diambil. Dari tengah, kita akan bekerja ke segala arah

sehingga menghasilkan sebuah struktur yang berkembang dan terorganisir, yang

terdiri dari kata-kata kunci dan imajinasi-imajinasi.

129

Tony Buzan, Barry Buzan: Das Mind Map Buch; Die Methode zur Steigerung des geistigen Potentials

(Buku Pemetaan Otak; Metode untuk Meningkatkan Potensi Daya Pikir) moderne Verlagsgesellschaft München.

436

Contoh mind-map ini menunjukkan ide-ide yang dikumpulkan untuk mencapai

sasaran A 27, yang dikategorikan berdasarkan kegiatan promosi atau iklan di luar

ruang, di media cetak, media elektronik dan kegiatan PR/kehumasan.

21.2.2. Evaluasi ide

Setelah proses pengumpulan ide yang kreatif, dilakukan sebuah proses pengolahan

yang menggunakan kerangka taktis sebagai perangkat evaluasi. Untuk itu, diajukan

pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

1. Apakah kelompok target yang diperlukan sudah terjangkau?

2. Apakah batas waktu yang ditetapkan telah terpenuhi?

Open house

Balap sepeda

Lomba

Internet Iklan bioskop

Iklan radio

Spanduk

Iklan di

kendaraan

Reklame neon

Tujua

n

A 27

Poster

Iklan

Brosur

Selebaran

Stiker mobil

Iklan televisi

437

3. Apakah perencanaan yang dibuat cukup realistis, dalam arti bahwa perencanaan

tersebut dapat diwujudkan berdasarkan sumberdaya keuangan dan personil yang

kita miliki?

4. Apakah perencanaan tersebut hemat sumberdaya; atau, apakah kombinasi

kegiatan yang dilakukan untuk mencapai sasaran dapat dilakukan dengan cara lain

yang lebih hemat sumberdaya?

5. Apakah rencana kegiatan yang dibuat cukup efektif untuk mencapai sasaran, dan

apakah sasaran tersebut dapat dicapai sesuai dengan jumlah kegiatan yang

direncanakan? Apakah kegiatan yang direncanakan terlalu banyak, sehingga

pencapaiannya melebihi sasaran yang ditargetkan?

6. Apakah rencana kegiatan yang dibuat sesuai dengan gaya organisasi kita, dan

apakah kegiatan-kegiatan itu selaras dengan citra kita?

21.3. Rencana dan jadwal operasional

Rencana kegiatan dan jadwal waktu yang matang dirumuskan dalam unit taktis

dengan menggunakan daftar kontrol (rencana unit kegiatan) yang diisi dengan

semua sasaran yang ditetapkan. Masing-masing rencana ini perlu disatukan ke

dalam rencana keseluruhan. Rencana keseluruhan, atau disebut juga dengan

"masterplan" (rencana utama), merangkum semua kegiatan yang direncanakan oleh

masing-masing unit sesuai dengan susunan waktu yang telah dijadwalkan.

Masterplan hanya merangkum aksi dan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam

satu tingkatan saja, misalnya di tingkat dewan pimpinan pusat beserta unit-unitnya.

Rencana di tingkat daerah dirangkum dalam masterplan tingkat daerah itu sendiri,

dan dilaksanakan oleh dewan pimpinan daerah setempat.

Tanggung jawab

Setiap kegiatan dan aksi yang dijalankan, harus ada penanggungjawabnya. Secara

umum, unit taktis dan pimpinan unit tersebut bertanggungjawab untuk mencapai

sebuah sasaran. Selanjutnya, tanggung jawab dapat didelegasikan kepada bawahan

di dalam unit taktis. Secara umum berlaku ketentuan bahwa hanya ada satu orang

yang dapat menjadi penanggungjawab. Sebuah kelompok atau tim kolektif tidak

boleh dibebani tanggung jawab dalam merencanakan kegiatan. Jika sebuah

438

kelompok harus melaksanakan sebuah kegiatan, pimpinan kelompok inilah yang

harus bertanggungjawab atas kegiatan tersebut. Tidak dibenarkan adanya upaya

untuk mengarahkan ide dan semangat tim sedemikian rupa – sehingga seluruh

anggota tim harus terbebani tanggung jawab untuk pelaksanaan sebuah kegiatan.

Jika terjadi kasus seperti ini, kegiatan yang dijalankan biasanya tidak dapat

diselesaikan dalam waktu yang telah ditetapkan, atau tidak dapat dilaksanakan sama

sekali.

Kodifikasi

Semua kegiatan yang direncanakan harus diberi kode. Langkah ini merupakan satu-

satunya cara untuk mengenali unit taktis mana di tingkat yang mana, untuk mencapai

sasaran apa, dan melalui kegiatan yang mana.

Contoh: Sebuah unit taktis yang memiliki kode HQ01 merencanakan

kegiatan 001 sampai 003, dengan target mencapai sasaran nomer 29.

Kegiatan tersebut akan diberi kode: HQ01-29-001, HQ01-29-002 dan

HQ01-29-003.

Kodifikasi ini, tentu saja, sedikit berbeda antara organisasi yang satu dengan

organisasi lainnya, tergantung pada struktur organisasi yang bersangkutan,

mekanisme pembagian tugas kepada unit taktis, dan berbagai faktor lainnya. Selain

itu juga tergantung pada proses pengolahan data dan perangkat lunak apa yang

digunakan.

Tapi pada prinsipnya, kode untuk setiap kegiatan harus dibuat secara jelas untuk

pencapaian sebuah sasaran dan untuk sebuah unit taktis. Selain itu, sebuah kode

juga harus jelas menandai tahapan mana di antara susunan tahapan kegiatan yang

sedang, sudah, atau akan kita lakukan.

Sebuah rencana kegiatan untuk mencapai sebuah sasaran dapat dilihat sebagai

berikut:

Unit taktis: Bagian pengembangan politik

439

Sasaran: Mengembangkan sebuah program penyembuhan penyakit kaum manula

sampai tanggal 30.5.xx

Kegiatan Tanggal Kode Penanggung jawab OK

Pertemuan kelompok kerja program 20.04.xx HQ001-14-01 G. Meister

Pengembangan rancangan program untuk perbaikan geriatri

10.05.xx HQ001-14-02 A. Becker

Persetujuan dalam kelompok kerja program 15.05.xx HQ001-14-03 G. Meister

Persetujuan oleh dewan pimpinan 25.05.xx HQ001-14-04 M. August

Delegasi kepada bagian humas 30.05.xx HQ001-14-05 F. Herbert

21.3.1. Menggabungkan kegiatan ke dalam sebuah rencana

Sejumlah daftar kontrol yang berisi rencana-rencana kegiatan harus digabungkan

menjadi sebuah panduan besar. Masing-masing kegiatan yang telah diberi kode

dapat dirangkai menjadi satu di dalam panduan ini.

Unit Waktu 1 2 3 4 5 6 7 Biaya

Personil per unit waktu

Biaya per unit waktu

Penggalangan dana

Kegiatan-kegiatan lain

Kegiatan PR/Humas

Acara

Iklan

Pekerjaan multiplikator

Kegiatan media

Rangkaian kegiatan eksternal

Rangkaian kegiatan internal

Acara internal

Kreasi/teks/grafik

Aktivitas unit program

440

Logistik/keamanan/organisasi

Pelatihan

Komunikasi internal

Pengawasan dan Pengendalian

Biaya per unit waktu

Personil per unit waktu

Yang disebut sebagai rangkaian kegiatan adalah pekerjaan-pekerjaan yang saling

berhubungan, seperti misalnya "kegiatan media." Yang termasuk dalam kegiatan ini

adalah semua pekerjaan untuk mendapatkan liputan editorial di berbagai media.

"Pekerjaan multiplikator" mencakup semua pekerjaan yang berhubungan dengan

perhimpunan, perkumpulan dan berbagai multiplikator lainnya. Rangkaian kegiatan

"iklan" mencakup semua kegiatan yang berhubungan dengan periklanan, tanpa

membedakan jenis iklan dan media iklan tersebut. Kegiatan ini bisa terdiri dari

rangkaian iklan di televisi, iklan surat kabar, dsb. Rangkaian kegiatan "acara"

mencakup semua kegiatan eksternal. Rangkaian kegiatan "PR/Humas" mencakup

kegiatan-kegiatan kehumasan yang memiliki tingkat kreativitas yang tinggi dan

bertujuan menarik perhatian masyarakat. Rangkaian kegiatan "aksi lain" bisa

mencakup instrumen-instrumen yang dibahas dalam Bab tentang "Instrumen kunci".

Ini adalah kegiatan-kegiatan khusus yang dapat dilakukan oleh kekuatan-kekuatan

tidak langsung. Rangkaian kegiatan yang terakhir adalah "penggalangan dana” yang

mencakup semua kegiatan untuk pengadaan dana.

Di samping rangkaian kegiatan eksternal, tentu masih ada rangkaian internal.

Kegiatan-kegiatan internal ini teramat penting, karena kita tidak mungkin melakukan

kegiatan eksternal tanpa mempersiapkannya secara internal. Rangkaian kegiatan

yang pertama adalah "acara internal," yang mencakup semua rapat internal, mulai

dari rapat dewan pimpinan sampai pertemuan koordinasi internal berbagai unit taktis

yang ada. Rangkaian kegiatan "kreasi/teks/grafik" mencakup semua kegiatan yang–

misalnya–berhubungan dengan kerjasama dengan agensi atau biro iklan. Semua

rancangan, baik yang berupa teks maupun grafik diberi batasan waktu. Rangkaian

kegiatan "unit program" mencakup semua kegiatan yang berhubungan dengan

persiapan, perubahan dan pemasaran program. Rangkaian kegiatan "logistik/

441

keamanan/organisasi" mengatur semua kegiatan yang perlu diorganisir, termasuk di

dalamnya semua bidang managemen material. Kegiatan-kegiatan yang terkait

dengan kualifikasi anggota organisasi, fungsionaris dan para ahli direncanakan

dalam rangkaian kegiatan "pelatihan." Rangkaian kegiatan "komunikasi internal"

mencakup semua kegiatan yang direncanakan untuk mengumpulkan dan

mendistribusikan informasi internal. Sedangkan rangkaian kegiatan "pengawasan

dan pengendalian" mencakup semua kegiatan yang berkaitan dengan pengadaan

atau pengumpulan informasi eksternal, keamanan strategi dan pemeriksaan strategi.

Kegiatan-kegiatan yang telah ditandai dengan kode ini diisikan ke dalam skema

sesuai dengan skala waktu. Skala waktu yang dalam lembaran ini ditunjukkan

dengan angka 1 sampai 7, dapat berupa unit waktu seperti hari, minggu atau bulan,

sesuai kebutuhan atau intensitas kegiatan tersebut.

Jika semua kegiatan telah terbagi sedemikian rupa, rencana tersebut dapat dipakai

untuk membuat kalkulasi lebih lanjut, yakni perencanaan personil atau sumberdaya

manusia dan keuangan.

Perencanaan sumberdaya manusia (SDM)

Informasi yang diperoleh dari data perencanaan personil pada masing-masing daftar

kontrol dapat dipindahkan ke dalam rencana dan jadwal operasional. Semua

informasi yang terdapat di bawah unit waktu yang ada dalam rencana dan jadwal

operasional ditambahkan ke dalamnya, sehingga kita dapat mengetahui berapa

jumlah hari-personil (HP) yang dibutuhkan sebagai keseluruhan hari kerja dalam unit

waktu tersebut. Jika fluktuasi yang terjadi terlalu besar, ia dapat diseimbangkan

dengan cara menggeser beban-beban tertentu (baik dari segi waktu maupun dari

unit kerja yang satu kepada unit kerja lainnya). Apabila ini tidak dapat dilakukan, kita

perlu merekrut personil dari luar sebagai tambahan – apakah personil yang dibayar

atau sebagai sukarelawan.

Perencanaan cash-flow (keuangan)

442

Data rencana keuangan yang terdapat pada masing-masing daftar kontrol dapat kita

gunakan untuk menentukan dana yang dibutuhkan oleh setiap unit waktu yang ada

dalam rencana dan jadwal operasional (rencana cash-flow). Rencana ini digunakan

oleh bagian administrasi keuangan untuk memastikan agar sarana yang dibutuhkan

dapat disediakan tepat waktu dan digunakan untuk membuat rencana keuangan

secara menyeluruh. Selain itu, rencana dan jadwal operasional juga dapat

menyediakan informasi tentang penggunaan dana untuk berbagai rangkaian

kegiatan. Distribusi dana untuk internal dan eksternal dapat dijadikan dasar untuk

menarik kesimpulan tentang efektivitas kampanye.

Sebagai contoh, sektiar 10% dari dana kampanye eksternal akan

digunakan untuk mengadakan pelatihan dan meningkatkan motivasi

internal. Ini sangat tidak seimbang dan mengakibatkan lambannya

perubahan yang terjadi di dalam internal organisasi. Partai dan pemerintah

sering memiliki sikap yang salah dalam hal ini.

21.3.2. Evaluasi rencana dan jadwal operasional

Jika perencanaan dan jadwal operasional telah selesai disusun, perlu diuji

efektivitasnya, koordinasinya di antara unit-unit taktis yang berbeda dan

perencanaan sumberdayanya.

Sebuah kutipan dari perencanaan dan jadwal operasional yang fiktif dapat

digambarkan seperti ini:

Unit Waktu 1 2 3 4 5 6 7 Biaya

Personil per unit waktu 10 HP 30 HP 100 HP 200 HP 400 HP 500 HP 500 HP

Biaya per unit waktu 2.000 6.000 10.000 10.000 15.000 60.000 45.000 150.000

Penggalangan dana 51 56 61 1.000

Aktivitas lain 88,89 12.000

Kegiatan PR/Humas 55 60 65 80 87 5.000

Acara 59 71 78,79 86 20.000

Iklan 64 69,7 74,75, 83,84,85 100.000

443

76,77

Pekerjaan multiplikator 53,54 58 63 68 73 2.000

Kegiatan media 50 52 57 62 66,67 72 81,82 10.000

Rangkaian kegiatan eksternal

Rangkaian kegiatan internal

Acara internal 2,3 9 1.000

Kreasi/teks/grafik 4 13,14 21 14.000

Unit program 5,6,7 200

Logistik/keamanan/organisasi 10 17 22 24 26 3.300

Pelatihan 1 11 15 18 1.000

Komunikasi internal 8 16 19 23 2.000

Pengawasan dan Pengendalian 12 20 25 27 500

Biaya per unit waktu 4.000 500 10.000 2.000 2.000 2.000 1.500 22.000

Personil per unit waktu 8 HP 12 HP 10 HP 14 HP 16 HP 8 HP 15 HP

444

22. ORGANISASI PARTAI, KAMPANYE DAN PEMILU

22.1. Tugas-tugas tetap untuk partai dan pengorganisasiannya

Ada sederetan kegiatan yang harus dikerjakan oleh sebuah partai – jika partai

tersebut aktif di tingkat nasional. Salah satunya adalah seluruh bidang humas yang

tersentralisir, perencanaan dan pengendalian kebijakan, administrasi pusat dan

dukungan serta pemeliharaan cabang-cabang partai, baik di tingkat daerah maupun

di tingkat lokal (Dewan Pimpinan Wilayah, Dewan Pimpinan Daerah dan Dewan

Pimpinan Cabang).

Selain itu ada tugas-tugas yang muncul pada kesempatan tertentu atau karena

faktor-faktor tertentu di negara-negara tertentu. Tugas-tugas ini meliputi penjagaan

keamanan, pendaftaran pemilih untuk pemilu dan menempatkan orang-orang

sebagai pengawas di tempat-tempat pemungutan suara.

22.1.1. Tugas-tugas penting yang harus diselesaikan oleh sebuah partai

nasional

Tugas-tugas tersebut secara rinci dapat diuraikan sebagai berikut:

0. Manajemen

0.1. Unit media atau juru bicara

0.2. Dewan pimpinan partai

0.3. Unit controlling (pengawas)

1. Daftar pemilih

1.1. Pendaftaran pemilih

1.2. Pengadilan pemilu

1.3. Perwakilan hukum

2. Perencanaan dan pengendalian

2.1. Riset pasar

2.2. Pengembangan program

2.3. Koordinasi politik

2.4. Organisasi-organisasi garis depan

3. Public Relations/PR/Humas

445

3.1. Analisa media

3.2. Analisa media cetak

3.3. Analisa media elektronik

3.4. Analisa media internet

3.5. Kegiatan-kegiatan dan event-event

4. Komunikasi internal dan pelayanan

4.1. Komunikasi internal

4.2. Pemeliharaan data-data anggota, pemegang jabatan dan para mandataris

atau wakil-wakil yang terpilih

4.3. Pendampingan dan pemeliharaan kepada anggota-anggota partai

4.4. Pelayanan kepada anggota-anggota partai

4.5. Pelatihan

5. Administrasi

5.1. Personalia

5.2. Pengolahan data

5.3. Logistik

5.4. Pengelolaan perlengkapan (materi)

5.5. Administrasi kantor/tugas-tugas internal

6. Keuangan

6.1. Perencanaan dan pengawasan anggaran

6.2. Pembukuan

6.3. Pembayaran-pembayaran

6.4. Pengadaan dana

22.1.2. Penjabaran masing-masing tugas

0. Manajemen

Manajemen di kantor dewan pimpinan pusat partai bertanggungjawab untuk

memberikan pengarahan pada departemen-departemen berdasarkan prinsip-prinsip

manajemen (AD/ART) yang telah ditetapkan. Prinsip manajemen ini harus

diputuskan terlebih dulu. Badan pengurus pusat menugaskan pimpinan pusat

secara umum. Pimpinan pusat selanjutnya melaksanakan tugas-tugas tersebut

dengan unit-unit kerja.

446

Jadi, badan pengurus pusat adalah organ pemberi tugas dan pengawas dari pusat

partai yang mengatur semua bagian. Tetapi ia tidak memberi petunjuk secara rinci

dan tidak langsung ikut campur tangan dalam unit-unit kerja. Pimpinan sebaiknya

tidak menjadi anggota badan pengurus, karena jika begitu, berarti ia mengawasi diri

sendiri di dalam badan pengurus. Dalam banyak kasus sekretaris jendral sekaligus

juga merupakan ketua dewan pimpinan pusat partai.

0.1.Unit media

Unit media pada intinya terdiri dari juru bicara. Juru bicara ini menjadi contact person

antara anggota dewan pengurus dengan pers. Ia mengkoordinir interaksi dan

pembicaraan dengan media atas nama partai. Ia mendapat kuasa dari dewan

pengurus (atau ketua) dan dalam fungsinya sebagai juru bicara hanya

bertanggungjawab kepada pemberi kuasa tersebut. Untuk tugas-tugas operasional,

ia menggunakan unit humas/PR.

0.2. Dewan pengurus partai

Dewan pengurus partai adalah unit manajemen yang bertugas menyiapkan agenda

untuk rapat-rapat badan partai (dewan pimpinan pusat, dst.). Unit ini menggunakan

hasil-hasil riset serta input-input yang diperolehnya dari seluruh departemen untuk

memfasilitasi pimpinan dalam membuat keputusan. Unit ini juga menjadi titik sentral

bagi seluruh anggota dewan pengurus, dan bertanggungjawab – sebisa mungkin –

menjamin dipenuhinya harapan para anggota dewan pengurus. Mekanisme ini dapat

mencegah para anggota dewan pengurus ikut campur secara langsung di dalam

pekerjaan departemen-departemen partai.

0.3. Unit pengawas/pengendali

Unit pengawas atau pengendali memberikan laporan secara langsung kepada

dewan pengurus dan hanya bertanggungjawab kepada mereka. Tugasnya

mencakup pengawasan keuangan dan pengendalian strategi kebijakan.

1. Data pemilih

Di banyak negara di dunia tidak ada data pemilih secara otomatis yang direkam dari

data kependudukan, melainkan pemilih harus didaftarkan di dalam daftar pemilih. Di

negara-negara tersebut pemeliharaan data pemilih dan kepastian bahwa simpatisan

447

sebuah partai benar-benar terdaftar, merupakan hal yang penting bagi peserta

pemilu.

1.1. Pendaftaran pemilih

Unit kerja ini bertanggung jawab agar sebanyak mungkin pemilih terdaftar untuk ikut

pemilu dan bahwa data pemilih merupakan data yang mutakhir. Selain itu setiap

lapisan partai harus melakukan kampanye untuk pendaftaran pemilih dan

mendampingi proses pendaftaran tersebut. Mereka juga harus menemukan

kesalahan pendaftaran atau pemalsuan pendaftaran dan dengan bantuan perwakilan

hukum partai (lihat 1.3.) mereka harus mengelola sebuah daftar pemilih yang

disusun dengan baik. (lihat pula bab berikutnya).

1.2. Pengadilan pemilu

Perwakilan partai dalam pengadilan pemilu di sebagian besar negara memiliki

peranan yang sangat penting, karena di sini manipulasi dapat ditemukan dan di sini

pula sebuah pemilu yang adil dapat terwujud. Namun kondisi tersebut tidak menjadi

hal yang lumrah di banyak negara. Karena itu unit kerja ini harus diduduki oleh

orang-orang yang memiliki kualifikasi tertentu.

1.3. Perwakilan hukum

Di banyak negara pelaksanaan pemilu ditandai dengan serangan ilegal dari

pemerintah atau kelompok-kelompok lainnya terhadap partai. Serangan tersebut bisa

berupa manipulasi data pemilih, pemalsuan daftar pemilih hingga ancaman terhadap

juru kampanye, serangan bom dan pembunuhan. Di dalam ranah seperti ini adanya

bantuan hukum permanen sangat diperlukan. Tugas ini diambil oleh unit kerja

perwakilan hukum.

2. Perencanaan dan pengendalian kebijakan

Badan perencanaan dan pengendalian kebijakan adalah divisi pembuat kebijakan

yang paling utama bagi sebuah partai. Di sinilah tempat dikoordinasikannya

kebijakan dan perencanaan, pengembangan program dan studi/pengamatan

terhadap pasar politik.

448

2.1. Riset pasar

Tugas ini mencakup pengamatan terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh

partai-partai pesaing, agenda-agenda politik di tingkat legislatif, eksekutif dan pasar

pemilih.

2.2. Pengembangan program

Tugas ini berhubungan dengan pengembangan program-program partai dan

pengolahan kembali program-program yang sudah ada. Jenis pengembangan

program ini belum didefinisikan (kelompok-kelompok kerja, badan-badan partai,

badan-badan ahli yang bersifat terbuka atau tertutup, dsb.).

2.3. Koordinasi Politik

Koordinasi Politik bertugas mengkoordinir kegiatan-kegiatan partai di tingkat nasional

dan fraksi-fraksi (wakil partai) di parlemen atau wakil-wakil pemerintah. Yang

termasuk di sini adalah melakukan koordinasi kebijakan partai di berbagai tingkat

(pusat, wilayah dan daerah).

2.4. Organisasi-organisasi garis depan

Banyak partai menjalin kontak dengan organisasi-organisasi garis depan, yang

sebagian berada di bawah partai secara langsung, misalnya organisasi pemuda dan

organisasi perempuan, serta organisasi-organisasi dari pemilik mandat. Sebagian

lagi terikat secara longgar dengan partai, seperti misalnya organisasi mahasiswa dan

organisasi berorientasi etnis tertentu, organisasi profesi dan organisasi keagamaan.

Apabila organisasi semacam ini ada, maka mereka harus dikoordinasikan dan

dipelihara. Partai harus mampu untuk mengikat organisasi-organisasi tersebut ke

dalam strategi mereka dan menghindari konflik. Tugas dari unit kerja ini terutama

pemeliharaan kontak dan pengendalian organisasi-organisasi.

3. Public Relations atau Humas Lingkup kerja humas atau PR/public relation termasuk melakukan analisa media,

perencanaan kegiatan-kegiatan PR melalui media cetak dan elektronik, serta

perencanaan dan pelaksanaan kampanye dan acara-acara.

449

3.1. Analisa media

Fungsi utama departemen ini adalah menganalisa semua jenis media. Evaluasi ini

penting untuk pimpinan partai, juru bicara partai dan untuk riset pasar.

3.2. Pekerjaan media cetak

Pekerjaan media cetak menghasilkan pekerjaan operasional secara keseluruhan

bagi juru bicara yang terkait dengan media cetak, seperti misalnya pemeliharaan

data media dan wartawan, pengelolaan konferensi pers, pengadaan kontak-kontak

pers. Di dalamnya termasuk juga bantuan bagi setiap lapisan partai dalam

melakukan pekerjaan pers.

3.3. Pekerjaan media elektronik

Pekerjaan media elektronik mencakup semua pekerjaan operasional bagi juru bicara

yang terkait dengan media elektronik. Di sini terutama terkait dengan pernyataan

pendapat politisi partai melalui talk-show, diskusi-diskusi di radio dan televisi, tapi

juga pengelolaan peristiwa-peristiwa yang menarik. Termasuk di dalamnya lokasi

untuk pengambilan gambar televisi dan juga pengembangan pernyataan singkat di

radio.

3.4. Perkerjaan media internet

Pekerjaan media internet adalah tugas yang relatif baru di dalam pekerjaan

kehumasan. Pekerjaan di sini terkait dengan pembuatan dan pemeliharaan situs

web, namun lebih banyak berkaitan dengan pengawasan atas diskusi yang sedang

berlangsung di komunitas media sosial dan pengawasan diskusi di ruang-ruang chat

bertema politik dan di forum-forum. Dalam hal ini harus dipastikan di mana

diperlukan serangan melalui posting sendiri dan tema apa saja yang harus

dipengaruhi dalam ruang-ruang dan forum-forum tersebut.

3.5. Kegiatan-kegiatan dan event-event

Kegiatan-kegiatan dan event-event dengan karakter kehumasan dirangkum dalam

tugas ini. Ini terkait dengan perencanaan, perkembangan media segala jenis dan

pelaksanaan kegiatan dan acara-acara.

4. Komunikasi internal

450

Bidang kerja ini menyangkut semua kerja-kerja yang dibutuhkan untuk memfasilitasi

komunikasi internal, termasuk mengorganisir pelayanan dan program-program

pelatihan partai.

4.1. Komunikasi internal

Seluruh komunikasi internal dirangkum dalam bidang kerja ini, agar dapat berfungsi

sebagaimana mestinya. Divisi ini juga bertanggungjawab merencanakan dan

melaksanakan aktivitas. Yang dimaksud di sini adalah memastikan dan

mengamankan arus informasi dari atas ke bawah, dan dari bawah ke atas,

sebagaimana ia harus pula bisa mengalir secara horizontal dan lancar di tingkat

nasional.

4.2. Pemeliharaan data anggota, pemegang jabatan dan mandataris.

Pemeliharaan data tidak sama dengan pengolahan data. Bidang ini semata-mata

menjaga dan merawat data-data yang dijadikan landasan bagi unit komunikasi

internal. Yang termasuk dalam bidang ini adalah mencari secara aktif data-data yang

dibutuhkan.

4.3. Dukungan kepada anggota

Lingkup kerja bidang ini mencakup semua aktivitas yang sifatnya memberikan

“insentif” kepada para anggota, berupa ucapan selamat, penghargaan, hingga

pemberian hadiah-hadiah dalam bentuk materi (buku, perjalanan, kontak-kontak dan

lain-lain).

4.4. Pelayanan kepada cabang-cabang partai

Fungsi unit ini menjamin terjadinya pertukaran pengetahuan melalui kegiatan-

kegiatan dan inisiatif-inisiatif partai, memberikan rangsangan untuk aksi-aksi

kampanye dan berbagai kegiatan, serta menyediakan bantuan materi dan

pengetahuan.

4.5. Pelatihan

Bidang ini berfungsi mengembangkan sumberdaya manusia (SDM) partai. Program

pelatihan jangka panjang harus dikembangkan secara menyeluruh.

451

5. Administrasi

Bidang ini mencakup segala aktivitas yang menjamin berjalannya pekerjaan secara

baik agar tidak terjadi benturan dengan unit-unit kerja lain.

5.1. Personalia

Bagian ini bertugas memperkerjakan atau memecat pegawai, mengembangkan

SDM, mengurus masalah gaji dan menetapkan tugas-tugas personil.

5.2. Pengolahan data (IT)

Bagian ini bertugas menyediakan hardware (perangkat keras) dan software

(perangkat lunak) yang dibutuhkan oleh unit-unit kerja, melakukan penyimpanan dan

pengamanan data, serta membantu para pengguna.

5.3. Logistik/keamanan

Tugas bagian logistik mencakup pengadaan armada transportasi sendiri,

memastikan seluruh kendaraan yang dibutuhkan tersedia dan menyediakan

perlengkapan di tempat-tempat yang diinginkan.

Bagian keamanan memastikan bahwa baik personalia maupun harta benda milik

partai aman dari serangan-serangan (lihat juga bab berikutnya).

5.4. Pengelolaan perlengkapan (material)

Tugas bagian ini adalah menyediakan, menyimpan, mengerahkan dan

mendistribusikan seluruh perlengkapan atau material yang dibutuhkan.

5.5. Administrasi kantor/tugas internal

Tugas bidang kerja ini adalah memelihara atau merawat gedung-gedung partai,

mengurus asuransi, perjanjian sewa-menyewa, pelayanan kantin atau dapur,

membawahi sopir, pesuruh, atau personil kantor lainnya, fotokopi dan bahan-bahan

cetakan.

6. Keuangan

Tugas bagian ini membuat perencanaan anggaran belanja, mengadakan dan

mengelola dana.

452

6.1. Perencanaan dan pengawasan anggaran

Tugas bagian ini adalah merencanakan anggaran belanja dan mengawasi

penggunaannya oleh pimpinan departemen-departemen atau badan-badan partai.

6.2. Pembukuan

Tugas bagian ini melakukan pencatatan pembukuan, audit, mengumpulkan dan

menangani bukti-bukti pengeluaran dan pemasukan, menjaga neraca keuangan,

membuat laporan bulanan, tahunan, dsb.

6.3. Pembayaran-pembayaran

Tugas bagian ini adalah menyelesaikan seluruh aktivitas lalu lintas pembayaran baik

dalam bentuk kredit maupun dalam arus kas.

6.4. Pengadaan dana

Tugas bagian ini adalah menjamin likuiditas partai agar sejalan dan dapat

mendukung keputusan-keputusan dewan pengurus pusat, mencari dana

sumbangan, memastikan arus pembayaran iuran anggota, dan seterusnya.

22.2. Tugas-tugas khusus atau luar biasa

Sebuah partai mungkin perlu melakukan tugas-tugas khusus dan luar biasa seperti

menjamin keamanan, mengerjakan registrasi pemilihan (pendaftaran pemilih untuk

ikut pemilu), menempatkan orang-orang di TPS-TPS serta mengorganisir bidang-

bidang usaha partai, dsb.

1. Keamanan

Menjamin keamanan merupakan salah satu tugas khusus atau luar biasa sebuah

partai. Di setiap negara tugas ini memiliki bentuk yang berbeda. Ada negara di mana

partai dan kandidat-kandidatnya serta personilnya cukup dilindungi oleh badan-

badan pemerintah (polisi, pasukan khusus, militer), sementara di negara-negara lain

alih-alih partai oposisi mendapat perlindungan, mereka justeru menjadi korban dari

lembaga-lembaga negara setempat. Alasan ini menjadi dasar berbagai partai untuk

membentuk satgas-satgas yang melindungi tokoh-tokoh atau personil atau aset

partai. Unit-unit bersenjata bisa saja digunakan untuk tugas ini.

453

2. Mengurus daftar pemilihan

Di negara-negara di mana para pemilih tidak secara otomatis terdaftar dalam daftar

pemilih tetap (DPT), maka pihak partai – untuk kepentingan mereka sendiri – harus

memastikan bahwa registrasi pemilihan dilakukan sesuai dengan peraturan dan

bahwa simpatisan mereka – khususnya para pemilih pemula, telah terdaftar dalam

DPT. Tetapi di beberapa negara, pendaftaran pemilih sangat sulit dilakukan karena

banyaknya kendala birokratis yang sengaja dibuat – sehingga lapisan masyarakat

yang kurang berpendidikan atau masyarakat pinggiran tidak dapat mendaftarkan diri.

Jika kelompok masyarakat ini menjadi target penting bagi partai, adalah menjadi

tugas partai untuk menghilangkan ketakutan lapisan masyarakat tersebut melalui

konsultasi dan pendekatan intensif, dan menuntun mereka melewati kendala-kendala

birokratis di atas. Bagaimanapun juga, keberhasilan dalam pemilu akan sangat

tergantung pada kemampuan partai untuk melakukan tugas-tugas khusus ini. Untuk

itu dibutuhkan tambahan personil dan dana yang cukup besar, meskipun

sumberdaya ini hanya digunakan sebelum berlangsungnya pemilu.

3. Penempatan orang pada tempat-tempat pemungutan suara

Untuk menyikapi terjadinya pencurangan atau manipulasi pemilihan, pihak partai

harus menempatkan agen-agen terdidik di TPS-TPS. Di beberapa negara, tugas ini

membutuhkan pendidikan atau pelatihan dan pengorganisasian. Untuk itu harus

dibentuk unit-unit organisasi yang ditempatkan di bawah administrasi partai, khusus

untuk menangani pekerjaan ini.

4. Kegiatan-kegiatan komersial

Karena adanya aturan-aturan khusus menyangkut pendanaan partai, bisa saja

terjadi pihak partai mengelola usaha mereka sendiri yang harus dijalankan dan

dikoordinasikan. Misalnya, partai memiliki hotel sendiri, asrama atau penginapan

sendiri, pabrik dan perusahaan dagang sendiri, dsb.

Tapi ada pula kasus di mana partai menyelenggarakan undian-undian secara rutin

yang diselenggarakan oleh tenaga ahli bersama para pegawai mereka.

454

22.3. Memindahkan bidang-bidang operasional ke dalam bagan organisasi

Tugas-tugas rutin yang diuraikan di atas harus dipahami sebagai tugas yang harus

diselesaikan, bukan hanya sebagai bagan kerja saja. Dalam sub-bagian ini, tugas-

tugas tersebut digambarkan dalam bentuk bagan organisasi. Dalam bagan

organisasi ini terlihat jelas tanggung jawab masing-masing bagian, dan mana yang

menjadi atasan atau bawahan mereka; tugas-tugas diberikan kepada satu atau

beberapa orang berdasarkan volume dan kapasitasnya. Beberapa tugas juga dapat

diberikan kepada satu orang, tapi harus dari satu bidang kerja yang sama.

Selain fungsi-fungsi di dalam struktur organisasi, bagan tersebut juga

memperlihatkan unit-unit manajemen. Unit-unit harus meringankan lembaga

pimpinan, dalam hal ini dengan cara mempersiapkan pengetahuan ahli mereka dan

siap untuk memberikan konsultasi. Secara teoretis independensi mereka

memungkinkan sebuah pekerjaan yang konsepsional dan strategis tanpa peduli atas

proses organisasi dan struktur organisasi yang sudah dibawa masuk. Secara ideal

unit-unit tersebut tidak memiliki wewenang untuk memberi perintah, jadi hanya

bersifat memberikan konsultasi, namun mereka sendiri tidak boleh memutuskan.

Bagan organisasi sesuai dengan pemaparan tugas dalam struktur organisasi dengan

unit-unit manajemen:

455

22.4. Organisasi proyek

Tidak selalu semua tugas sebuah partai atau organisasi politik diatur dalam sebuah

struktur organisasi, seperti yang sudah dipaparkan di bab sebelumnya. Ini terutama

berlaku jika struktur organisasi itu telah mencapai derajat kepuasan birokratis

tertentu. Biasanya situasi tersebut dibersihkan melalui sebuah reformasi organisasi.

Pada kenyataannya reformasi semacam ini tidak terpenuhi akibat tenggang rasa

pribadi atau pertimbangan irasional lainnya. Untuk kasus-kasus semacam ini yang

seringkali cocok adalah organisasi proyek, yang dibatasi oleh waktu dan dapat

bekerja secara fleksibel. Organisasi tersebut bisa independen, namun bisa juga

terikat ke dalam sebuah struktur organisasi.

Staf Badan -

badan Partai

Pengawasan/

pengendalian

Pimpinan Unit media

Humas Perencanaan &

pengendalian

kebijakan

Pengembangan

program

Perencanaan &

pengawasan

anggaran.

Administrasi

Riset pasar Analisa media

Keuangan Komunikasi

internal, pelayanan

Humas/PR

Personalia Komunikasi

Internal

Koordinasi

politik

Kegiatan &

kampanye

Pemeliharaan

data anggota

Pelayanan

Anggota

Pelatihan/

pendidikan

Pelayanan

kantor-kantor

cabang

Pengelolaan

Materi Pengadaan Dana

Logistik Pembayaran-

Pembayaran

Pengolahan Data Pembukuan

Adm. kantor,

tugas internal

456

22.4.1. Definisi proyek

Proyek adalah kumpulan tugas yang inovatif dan kompleks, yang harus diselesaikan

dalam kurun waktu tertentu. Ini berarti:

1. Sasaran harus ditetapkan sebelumnya.

Sasaran proyek ditentukan oleh dewan pengurus melalui keputusan strategis.

Proyek harus selalu diarahkan pada pencapaian khusus sasaran-sasaran

yang ditetapkan secara tepat – yang menjadi bagian dari keseluruhan

sasaran. Selain itu, sebuah proyek juga harus memiliki skala kegiatan yang

terbatas dan telah ditetapkan.

2. Batas waktu pencapaian sasaran.

Sebuah proyek harus mempunyai kerangka waktu yang pasti. Artinya, harus

ditetapkan kapan proyek itu dimulai dan kapan berakhir. Biasanya sebuah

proyek dimulai dengan waktu persiapan yang cukup, dilanjutkan dengan masa

pelaksanaan, dan berakhir setelah penyelesaian laporan keuangan – sekitar

satu bulan setelah proyek selesai – atau sebulan setelah hari terakhir

kampanye atau pemilu.

3. Pencapaian sasaran selalu dikaitkan dengan faktor ketidakpastian dan risiko.

Proyek tidak boleh hanya berhubungan dengan kerja-kerja rutin, karena kerja

atau tugas-tugas rutin lebih baik dan lebih efektif diselesaikan dalam struktur

atau garis organisasi yang ada. Untuk menyelesaikan tugas-tugas rutin tidak

perlu membuat proyek-proyek khusus.

4. Keterlibatan beberapa departemen yang berbeda.

Karena kompleksnya sebuah proyek, dibutuhkan keterlibatan beberapa

departemen internal dan eksternal yang bekerjasama di dalam struktur

organisasi yang solid. Keterlibatan mereka ini untuk merencanakan dan

menjalankan kegiatan-kegiatan proyek sesuai aturan. Sebuah agensi atau

konsultan juga dapat dilibatkan di dalam proses perencanaan.

5. Proyek harus bersifat “unik” dan “luar biasa”.

457

Proyek harus menyelesaikan tugas-tugas inovatif – yang bisa saja berupa

tugas-tugas rutin, tetapi hanya muncul untuk pertama kali di setiap situasi

yang berbeda. Setiap kampanye pemilu bersifat “unik” karena situasi dan

kondisinya berbeda-beda, dan jarak antara pemilu yang satu ke pemilu

berikutnya terlalu lama untuk mengelola kegiatan ini secara permanen.

6. Dana terbatas

Sebuah proyek harus memiliki nilai tambah khusus, sebagai justifikasi

dikeluarkannya biaya yang dibutuhkan untuk pelaksanaan proyek. Karena itu,

setiap proyek harus dilaksanakan di dalam kerangka anggaran yang jelas,

sehingga para anggota proyek dapat mengambil keputusan sendiri

berdasarkan anggaran yang telah ditetapkan.

22.4.2. Institusi proyek

Institusi proyek ditentukan oleh dewan pengurus partai. Keputusan ini juga harus

mencakup beberapa elemen, yaitu:

Sasaran proyek

Jangkauan proyek

Kerangka waktu

Dana/keuangan

Komposisi pelaksana proyek, dan

Pimpinan proyek

Pimpinan proyek hanya menjalankan tugas-tugas yang sifatnya koordinatif. Dengan

demikian, wewenang setiap anggota pelaksana proyek dalam menjalankan tugasnya

tetap terjamin. Anggota pelaksana proyek bertanggungjawab atas tugasnya sendiri.

Ia hanya dituntut memberikan informasi kepada pimpinan proyek, pada saat setiap

tugasnya telah selesai, atau terindikasi ada kesulitan-kesulitan yang muncul pada

saat itu. Pimpinan proyek bisa menjadi anggota pelaksana proyek yang diberi

wewenang untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu.

458

22.4.3. Contoh merumuskan sebuah misi proyek oleh dewan pengurus partai

untuk kelompok pelaksana proyek

Dewan Pimpinan Pusat Partai X mengeluarkan sebuah keputusan untuk membentuk

kelompok kerja pelaksana proyek “Kampanye Pemilu”. Kelompok pelaksana proyek

mengemban misi berikut ini: Keseluruhan sasaran yang telah ditetapkan oleh DPP –

yang dinyatakan dalam strategi tertanggal ....... harus dicapai. Untuk melaksanakan

misi ini, pelaksana proyek memiliki wewenang dan tanggung jawab sebagai berikut:

1. Merencanakan seluruh kegiatan dan memastikan pelaksanaannya berdasarkan

strategi yang telah ditetapkan.

2. Kelompok kerja proyek memiliki mekanisme pengendalian yang independen

terhadap dana yang telah dialokasikan, berdasarkan rencana anggaran yang telah

diajukan sebelumnya dan telah disetujui oleh DPP.

3. Anggota kelompok kerja proyek berwenang memberikan instruksi kepada para

anggota timnya di dalam departemen mereka.

4. Kelompok kerja proyek harus bekerjasama dengan dewan-dewan pimpinan

cabang atau daerah. Apabila kegiatan proyek dilakukan secara sentral oleh DPP,

Kebijakan Logistik/Penge

lolaan materi Media

Kegiatan/

kampanye

Koordinasi

Dewan Pengurus

Pimpinan

Proyek Komunikasi internal

Keuangan Humas/PR

459

kelompok kerja proyek atau seorang anggota yang berwenang harus didahulukan

dari DPC-DPC atau struktur-struktur lain yang berada di bawahnya.

5. Setiap bulan kelompok kerja proyek memberikan laporan kemajuan proyek kepada dewan pengurus partai. DPP dapat meminta laporan sementara setiap saat. 6. Apabila kelompok kerja proyek membuat keputusan yang menyimpang dari

strategi yang telah ditetapkan, mereka harus meminta persetujuan terlebih dulu dari

dewan pengurus partai.

7. Kelompok kerja proyek diperkenankan mempekerjakan konsultan dari luar. Tetapi,

bagaimanapun, semua keputusan hanya boleh ditentukan oleh kelompok kerja

proyek.

Kelompok kerja mulai melaksanakan proyek pada tanggal ……… dan berakhir pada

tanggal ………… dengan menyerahkan laporan akhir proyek.

Kelompok kerja proyek akan dapat menghabiskan dana paling banyak sejumlah......

Kelompok kerja proyek harus melakukan tugas-tugas sebagai berikut:

1. Kebijakan

2. Media

3. Logistik/pengelolaan material

4. Komunikasi internal

5. Keuangan

6. Humas/PR

7. Kegiatan-kegiatan/kampanye

8. Koordinasi dengan dewan pengurus partai

DPP mengangkat .............. sebagai pimpinan proyek. Pimpinan proyek akan

menyiapkan daftar tetap anggota kelompok kerja proyek dalam waktu satu minggu,

dan mengangkat mereka secara resmi setelah mendapat persetujuan dari dewan

pengurus.

22.5. Deskripsi kegiatan yang harus diselesaikan di tingkat wilayah atau daerah

dalam kampanye Pemilu (struktur Dewan Kehormatan dan organisasi-

organisasi matriks)

460

DPW, DPD dan DPC yang merupakan cabang-cabang partai, terikat oleh sebuah

strategi yang ditetapkan di tingkat nasional, yakni oleh DPP. Strategi dan sasaran

yang diperoleh beserta rencana dan jadwal operasional berfungsi sebagai pedoman.

Kegiatan kampanye bertujuan untuk sedapat mungkin mencapai tujuan yang telah

ditetapkan tersebut. Semakin dekat pelaksanaan kampanye, semakin intensif

peralihan tugas dari tingkat nasional turun ke tingkat basis. Kegiatan-kegiatan di

bawah ini harus diselesaikan oleh Dewan Kehormatan Partai di tingkat wilayah dan

daerah:

1. Membentuk tim kampanye daerah

2. Memotivasi anggota untuk ikut membantu

3. Mendapatkan sumber-sumber material dan logistik di wilayah dan daerah

4. Menjamin promosi eksternal partai (poster, dsb.)

5. Memastikan pemberitaan partai di media lokal (media)

6. Menyebarkan materi cetakan, seruan atau undangan untuk hadir

7. Mengorganisir kegiatan-kegiatan lokal

8. Melaksanakan aksi-aksi kampanye (kunjungan dari rumah ke rumah, dsb.)

9. Bekerjasama dengan bagian pengendalian kampanye di tingkat nasional

Di tingkat wilayah dapat digunakan bentuk organisasi matriks. Organisasi matriks ini

menjamin bahwa unit-unit partai di daerah terlibat di dalam perencanaan dan

pelaksanaan kampanye pemilu, dan menjamin bahwa arus informasi dapat mengalir

lancar secara periodik. Kegiatan-kegiatan yang diperlukan harus dicocokkan dengan

manajer-manajer kampanye di daerah. Setiap manajer kampanye daerah memikul

tanggung jawab untuk satu wilayah, dan ia melaksanakan tugasnya dengan

bekerjasama bersama manajer kampanye daerah. Dewan pengurus partai di wilayah

dan daerah (DPW dan DPD) menjalankan program-program partai secara rutin,

seperti mengurus anggota, menerima anggota, melakukan debat-debat politik,

membuat keputusan-keputusan, dsb.

461

Tgs

Tim kampanye daerah bisa saja tim setempat atau tim dari sebuah wilayah kota,

tergantung dari luas daerahnya. Untuk wilayah-wilayah di mana partai tidak memiliki

kantor cabang atau struktur organisasi, disarankan untuk membentuk tim kampanye

terbang – yang berkedudukan di tempat lain, dan hanya datang ke lokasi setempat

bilamana perlu atau pada waktu-waktu tertentu saja.

Ketua Kampanye

Ketua

Kampanye A

Ketua

Kampanye B

Tugas 5

Tugas

1

Tugas 2

Ketua

Kampanye C

Tugas 6

Tugas 3

Tugas 4

Ketua

Kampanye D

Ketua

Kampanye F

Ketua

Kampanye E

462

Grafik yang digambarkan di atas memperlihatkan struktur organisasi di mana

manajer kampanye daerah C bertanggung jawab untuk tugas 1 (manajemen

material) untuk seluruh wilayah tersebut. Manajer kampanye daerah F mengemban

tugas 6 (perencanaan pidato fungsionaris partai) untuk daerah tersebut. Apabila

jumlah manajer kampanye lebih banyak daripada jumlah tugas, tugas-tugas itu dapat

dibagi-bagi lagi kepada para manajer yang ada. Apabila jumlah mereka lebih kecil

daripada jumlah tugas, beberapa manajer ketua kampanye harus bertanggung jawab

melakukan lebih dari satu tugas.

463

23. FUNDRAISING DAN PENDANAAN PARTAI

Istilah fundraising berasal dari Amerika Serikat, yang artinya – sesuai dengan yang

tersurat dalam istilah itu: fund (=dana) dan raising (=mendapatkan/mengumpulkan).

Fundrising bisa diartikan sebagai kegiatan pengumpulan atau pengadaan dana.

Tetapi konsep fundraising di Amerika pada dasarnya lebih luas dari yang dipahami

secara umum sebagai kampanye untuk penggalangan dana. Konsep itu menyangkut

pembuatan strategi pemasaran (marketing) untuk mendapatkan dana – khususnya

dana yang tidak diperoleh secara rutin – yang secara spesifik belum ada materi

pendukungnya.

23.1. Pendanaan kampanye

Dalam sub-bahasan ini dibahas konsep-konsep untuk berbagai organisasi, misalnya

organisasi-organisasi non-pemerintah, organisasi-organisasi non-profit, partai dan

setiap instansi di pemerintahan daerah dan negara bagian, khususnya di bidang

budaya, sosial dan lingkungan.

Kita dapat membedakan beberapa cara untuk memperoleh dana:

Bantuan dari pemerintahan negara bagian atau asosiasi negara-negara bagian,

Sumbangan-sumbangan pribadi dan perusahaan, denda dan kontribusi lainnya dari

masyarakat,

Sponsor dari perusahaan,

Dana dari hasil kerjasama dengan lembaga-lembaga atau perkumpulan-

perkumpulan, serta

Imbalan jasa.

Tiga dari donatur di atas akan diuraikan lebih jauh dalam pembahasan di bawah.

Pertama kita lihat pendanaan publik oleh pemerintah dan sponsor. Selanjutnya

adalah bentuk-bentuk klasik untuk meneliti donasi yang perlu dipelajari lebih jauh

dari perspektif fundraising.

464

23.1.1. Pendanaan dari Pemerintah

Biasanya pemerintah mendanai kegiatan-kegiatan dan proyek-proyek dari anggaran

belanja negara. Untuk itu kita harus mempelajari anggaran belanja negara dengan

seksama dan dianalisa apakah ada peluang untuk mendapatkan dana dari anggaran

tersebut. Untuk mengajukan dana ada ketentuan atau aturan-aturan yang jelas, dan

para pengambil keputusan untuk keuangan negara ini juga bisa memiliki kekuasaan

sangat besar.

Meski dana anggaran pemerintah untuk proyek-proyek tertentu telah dialokasikan,

tapi itu tak selalu menjamin bahwa kita dapat memperoleh dana tersebut, karena

mungkin sudah ada organisasi-organisasi lain yang diharapkan pemerintah akan

menerima dana tersebut, dan organisasi baru belum bisa dipertimbangkan untuk

menerimanya. Tapi meskipun begitu, proposal yang telah diajukan dalam kasus

seperti ini setidaknya akan mendapat kesempatan untuk memperoleh bantuan pada

tahun anggaran berikutnya. Di sini sangat diperlukan lobi yang intensif terhadap

departemen-departemen yang relevan, dan juga terhadap para politisi.

23.1.2. Dana sponsor (sponsorship)

Dana sponsor tentu berbeda dari sumbangan. Sponsorship adalah sebuah

keputusan bisnis atau komersial, dan, dari perspektif sponsor, artinya adalah “iklan”.

Tujuannya adalah untuk berkomunikasi dengan publik melalui kegiatan sponsorship.

Pihak sponsor memberi bantuan dalam bentuk uang, materi atau jasa, sementara

pihak yang disponsori membantu mereka agar menjadi lebih dikenal atau citranya

menjadi positif melalui kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan.

Kegiatan-kegiatan yang akan diselenggarakan harus dinegosiasikan dengan pihak

sponsor, dan bentuknya bisa bermacam-macam, tergantung dari permintaan

sponsor. Misalnya:

Menyebutkan sponsor dalam setiap kegiatan media

Menyebutkan nama sponsor dalam setiap penyelenggaraan acara-acara

Mencantumkan sponsor pada tiket, undangan, surat-menyurat, dan lain

sebagainya, misalnya dengan menempelkan logo atau nama perusahaan

465

Menyediakan ruang iklan dalam brosur-brosur program atau media-media lain

Memasang spanduk sponsor di ruang pertemuan

Memperkenalkan wakil-wakil dari perusahaan yang menjadi sponsor

Menyebutkan pihak sponsor dalam kegiatan-kegiatan PR perusahaan

Menyelenggarakan kegiatan-kegiatan di perusahaan

Individu, perkumpulan-perkumpulan, kegiatan-kegiatan lepas, proyek-proyek dari

berbagai organisasi dan institusi pemerintah – khususnya bidang lingkungan, sosial

dan budaya, semua bisa disponsori.

Bagi pihak perusahaan sendiri, ada perbedaan besar antara sumbangan dan dana

sponsor menyangkut soal pajak. Sumbangan biasanya hampir tidak dipersoalkan

masalah pajaknya dan bahkan tidak dapat dipotong sama sekali bila sumbangan itu

diberikan kepada organisasi-organisasi yang tidak mempunyai status khusus (seperti

organisasi sosial misalnya). Sementara kegiatan sponsorship dapat dicatat sebagai

pengeluaran bisnis oleh pihak perusahaan, dan jumlahnya tidak terbatas.

Sebaliknya, bagi penerima sponsor, pendapatan dari pihak sponsor harus

diperhitungkan sebagai pemasukan dana dari kegiatan bisnis, dan karena itu bisa

dikenai pajak sebagaimana semestinya.

23.1.3. Penggalangan dana

Sebuah organisasi yang perlu mendanai sendiri programnya melalui penggalangan

donasi dalam kondisi tertentu, ia harus membuat perencanaan kegiatan secara

cermat dan teliti. Dalam perencanaan kegiatan fundraising ini, pertama-tama perlu

ditentukan lebih dulu tipe donatur atau penyumbang seperti apa yang akan dijadikan

target sasaran.

Apakah kita terutama perlu melobi donor-donor besar?

Apakah donor-donor menengah dan kecil yang harus didekati?

Motivasi apa yang kiranya mendorong pihak donor sehingga ia memberikan

sumbangan kepada organisasi kita?

Imbalan atau kompensasi apa yang bisa kita tawarkan kepada pihak donor?

Bagaimana pihak donor harus didekati atau dilobi?

Instrumen apa saja yang dapat digunakan untuk keperluan ini?

466

Pada prinsipnya, harus diingat bahwa tidak ada satu pihak pun yang akan

memberikan dana tanpa ia diminta untuk itu. Itu artinya, fundraising adalah pekerjaan

yang sulit dan harus dilakukan secara intensif – dan di sisi lain juga kurang

menyenangkan – atau kurang-lebih, begitulah.

Kim Klein130, seorang fundraiser feminis yang sukses menyatakan: fundraising

adalah prinsip untuk bertanya, bertanya lagi dan lebih banyak (terus)

bertanya.

Karena fundraising berarti membiayai sebuah proyek kampanye atau kampanye

pemilu, maka kegiatan fundraising harus dilakukan secara terus-menerus dan tidak

boleh vakum. Perencanaan kegiatan ini harus sejalan dengan elemen-elemen

strategis dan taktis yang ada dalam perencanaan secara keseluruhan. Ia adalah

sebuah strategi dalam strategi. Karena itu, perencanaan fundraising harus

dirumuskan secara jelas seperti halnya perumusan strategi.

Dalam banyak petunjuk tentang fundraising, dimunculkan kesan bahwa tujuan dari

fundraising adalah menghubungi sebanyak mungkin orang dalam sebanyak mungkin

kesempatan dan melalui sebanyak mungkin cara. Ini bisa jadi benar, jika kita

memiliki banyak waktu dan uang. Tetapi kenyataannya tidak seperti itu. Karenanya,

fundraising juga perlu direncanakan secara strategis. Para penyumbang (donatur)

potensial harus dipilah dan diprioritaskan berdasarkan kemungkinan mereka

menyumbang dan jumlah yang akan mereka sumbangkan.

23.1.4. Partisipan (pihak-pihak yang terlibat)

Untuk membuat perencanaan fundraising menjadi sebuah kegiatan yang sukses,

dibutuhkan dua faktor penting: orang-orang yang kompeten dan sistem manajemen

yang baik.

130

Kim Klein: Fundraising for Social Change (Penggalangan Dana untuk Perubahan Sosial), Inverness,

CA, 1998.

467

Fundraiser (Pencari dana)

Keberhasilan dari upaya mencari dana sangat tergantung pada bakat dan

kemampuan para pencari dana (fundraiser) dalam meyakinkan pihak penyumbang.

Banyak rencana fundraising gagal karena tim pencari dananya tidak tepat, dan

mereka menghubungi pihak penyumbang yang tidak tepat serta pada waktu yang

tidak tepat pula. Agar proses pencarian dana bisa berhasil, harus ada komunikasi

yang terus-menerus antara pihak pencari dana dengan pihak penyumbang. Selain itu

harus dibangun suasana adanya saling kepercayaan. Para fundraiser harus selalu

mengikuti perkembangan tentang perencanaan proyek atau program partai, tentang

apa yang akan dilakukan organisasi ke depan, kegiatan mana yang akan dikerjakan

dan bagaimana pelaksanaannya, serta di mana dan untuk apa uang dikeluarkan.

Fundriser juga harus mengetahui sasaran proyek secara lengkap, citra yang

diinginkan dan citra riil organisasi yang ia wakili. Mereka harus dapat menjelaskan,

keuntungan apa saja yang bisa diperoleh pihak penyumbang.

Penyumbang

Sebelum rencana fundraising dilakukan, pihak fundriser harus mengenali dan

memahami pihak yang akan dimintai sumbangan. Berikut ini diuraikan beberapa

kategori, motif apa yang membuat pihak penyumbang memberikan sumbangan:

1. Nilai-nilai dan prinsip/asas kepercayaan

Kedua motif ini sangat mempengaruhi seseorang untuk memberikan bantuan.

Prinsip dan nilai ini pula yang dapat menentukan isu dan tema yang akan

digunakan sebagai bahan pembicaraan dengan pihak penyumbang. Nilai

seseorang tumbuh dari pengalaman hidupnya. Kedua faktor ini sangat

mempengaruhi komitmen sosialnya, kesadaran politiknya dan minat

pribadinya.

2. Kepentingan pribadi

Pihak penyumbang yang potensial merasa bahwa organisasi atau partai

mungkin dapat memenuhi atau dapat mempromosikan kepentingan

pribadinya.

3.Rasa kebersamaan

Kebutuhan untuk menjadi bagian dari sebuah masyarakat, kelompok sosial,

atau sebuah partai merupakan kebutuhan dasar manusia yang esensial.

468

Kebutuhan ini diungkapkan dengan kesediaannya untuk memberi

sumbangan.

4. Hubungan kedaerahan

Faktor ini juga merupakan motif yang kuat untuk menyumbang. Kedekatan

geografis dapat menimbulkan rasa positif seperti perasaan menjadi bagian

dari suatu organisasi.

5. Tekanan rekan atau kerabat

Penyumbang potensial memberikan sumbangan, karena misalnya, rekannya

juga telah menyumbang.

6. Orang yang tepat

Penyumbang memberikan sumbangan karena yang memintanya adalah

orang yang tepat.

7. Meningkatkan rasa harga diri

Banyak orang tidak memperoleh pengakuan bagi rasa harga diri mereka dari

lingkungan, kehidupan sehari-hari atau lingkungan kerja mereka. Atau mereka

menilai bahwa pengakuan material yang mereka peroleh tidak mencukupi.

Oleh karena itu, mereka berusaha memperoleh pengakuan dari sumber-

sumber lain. Kesediaan menyumbang memberikan peluang bagi mereka

untuk memperbaiki rasa harga dirinya.

8. Memberikan pengaruh

Banyak orang ingin terlibat dalam kegiatan-kegiatan penting. Sumbangan

adalah sarana bagi seseorang untuk menanamkan pengaruhnya, karena

misalnya, hanya ada sedikit ruang terbuka baginya untuk bisa berpengaruh di

bidang politik, atau ia tak memiliki waktu untuk itu. Memberikan sumbangan

adalah cara alternatif untuk bisa mendukung kandidat atau satu organisasi

tertentu. Bagi penyumbang tipe ini, kita perlu menawarkan peluang untuk ikut

menentukan (mempengaruhi) penggunaan uangnya.

9. Karena musuh atau lawan

Penyumbang potensial memberikan sumbangannya karena musuh pribadi

atau lawan bisnisnya mendukung organisasi atau partai lain. Jadi, motivasinya

menyumbang didorong oleh lawan pribadinya.

10.Merasa nyaman

Banyak orang merasa tidak nyaman dengan kenyataan bahwa mereka serba

berkecukupan, sementara yang lain kurang beruntung. Dengan memberikan

469

sumbangan, mereka merasa telah memberikan kompensasi terhadap

perasaan tidak nyaman itu.

11.Alasan nama baik keluarga

Banyak pengusaha sukses mengalami kesulitan dalam memanfaatkan

kekayaan mereka di masa-masa akhir hidup mereka. Mereka ingin

menyumbangkan sesuatu yang nantinya membuat nama mereka diingat

orang. Karena itulah mereka mendirikan yayasan atau memberikan

sumbangan kepada organisasi tertentu, sehingga mereka merasa bahwa

mereka telah melakukan hal berguna untuk menciptakan “masa depan” yang

lebih baik.

Panitia pencari dana

Panitia pencari dana adalah jantung fundraising. Badan ini harus terdiri dari orang-

orang dari semua sektor masyarakat, misalnya dari bidang ekonomi, dari berbagai

kelompok profesi, agama dan kelompok masyarakat. Dan mereka haruslah orang-

orang yang bersedia mencari sumbangan dengan segala daya upaya. Karena itu

penting untuk selalu diperhatikan, apakah komposisi panitia bisa membuat

anggotanya bekerja produktif? Apakah mereka mampu menggalang dana pada saat

organisasi membutuhkannya? Apakah semakin banyak jumlah anggota panitia akan

semakin produktif pula mereka? Atau haruskah panitia dibuat menjadi lebih kecil?

Penting bagi kita untuk mendapatkan orang-orang yang berpengaruh dan

berkemauan keras, dan tidak terbatas pada orang-orang kaya saja. Masalah

investasi waktu juga perlu diperhatikan. Seringkali panitia pencari dana memiliki

orang-orang yang memenuhi semua persyaratan sebagai fundraiser yang baik, tapi

sayangnya mereka tak punya waktu dan tak bisa memenuhi tugas yang diharapkan.

Dalam kasus semacam ini, orang-orang seperti itu harus diganti.

Personil fundraising

Jika kita menyadari bahwa fundraising merupakan tugas penting yang sangat

mendukung pencapaian sasaran strategis, kita harus menanamkan investasi ini pada

personil. Artinya, kita perlu membangun sebuah pos atau markas bagi para personil

– apakah yang bekerja penuh waktu atau para honorer, yang berfungsi sebagai

470

motor penggerak bagi panitia pencari dana untuk mengorganisir kegiatannya. Usaha

seperti ini biasanya membawa hasil.

Sistem manajemen

Sistem manajemen fundrising memiliki dua fungsi yang saling berhubungan, yaitu

membuat dan mengelola serta menjaga daftar penyumbang, dan membuat laporan-

laporan yang dibutuhkan – termasuk laporan keuangan dan hal-hal yang berkaitan

dengan peraturan-peraturan hukumnya.

Pemeliharaan data-data penyumbang ikut menentukan kecepatan dan keberhasilan

penyusunan laporan. Keberhasilan atau kegagalan kegiatan-kegiatan tertentu dapat

ditentukan secara cepat dan terpercaya melalui sebuah sistem yang berfungsi

dengan baik. Karena itu, program yang baik menjadikan fundraising lebih efektif.

23.1.5. Instrumen-instrumen fundraising

Ada enam instrumen untuk proses fundraising, yaitu:

Pertemuan pribadi

Kegiatan-kegiatan khusus seperti acara-acara komersial

Pembicaraan melalui telepon

Pengiriman surat/e-mail Himbauan-himbauan untuk menyumbang melalui media

Pembicaraan ulang

Pertemuan pribadi biasanya diterapkan terhadap penyumbang-penyumbang besar.

Sedangkan untuk penyumbang-penyumbang tingkat menengah dan kecil dipakai

pendekatan melalui kegiatan-kegiatan khusus, pembicaraan melalui telepon,

himbauan untuk menyumbang melalui media dan surat biasa atau e-mail (surat

elektronik). Pembicaraan ulang dilakukan setelah lima instrumen yang pertama

mendapat respon secara positif.

471

Pertemuan pribadi

Pencarian dana melalui pertemuan-pertemuan pribadi harus dibagi dalam dua

kategori. Ada fundrising dari donor atau penyumbang besar dan ada yang berasal

dari penyumbang menengah dan kecil. Meskipun pendekatan terhadap kedua

kategori itu dimaksudkan untuk tujuan yang sama, tapi dalam hal persiapan,

kecepatan pekerjaan dan jumlah uang yang diajukan tentu berbeda.

Karena itu, masing-masing rencana fundrising harus disiapkan untuk setiap

penyumbang besar. Rencana itu meliputi penelitian, pemilihan orang yang akan

ditugaskan sebagai penghubung, pengembangan argumentasi yang meyakinkan,

kontak awal, dan seterusnya.

Penelitian

Selain mengetahui nama penyumbang besar, alamat dan nomor telepon mereka,

perlu dikembangkan pula profil penyumbang secara detail. Profesi, pendapatan,

hobby, topik-topik yang menarik bagi mereka, sahabat, informasi tentang keluarga,

sumbangan-sumbangan yang pernah ia berikan kepada pihak lain sebelumnya, serta

semua informasi lain yang dapat membuat organisasi mengetahui motif penyumbang

untuk memberikan uang, penting sekali untuk diketahui.

Jika pihak penyumbang adalah sebuah organisasi atau perusahaan, maka

sebelumnya perlu dicari tahu siapa yang punya wewenang untuk memutuskan

masalah sumbangan dana dalam organisasi tersebut. Jika orangnya dikenal, maka

profil penyumbang perlu diteliti seperti halnya dalam kasus penyumbang pribadi. Kita

perlu selalu menyadari bahwa bukan organisasi yang membuat keputusan,

melainkan satu orang atau sekelompok orang dalam organisasi tersebut.

Semua data ini disimpan dalam data profil penyumbang. Data ini sifatnya sangat

peka dan karena itu harus dilindungi dari tangan orang-orang yang tidak

berkepentingan. Jika undang-undang perlindungan data melarang penyimpanan

data-data seperti ini, maka data-data itu harus dikumpulkan atau disimpan dalam

bentuk dokumentasi yang lain.

472

Pemilihan orang-orang yang bertindak sebagai penghubung

Begitu penelitian terhadap latar belakang penyumbang selesai dilakukan, selanjutnya

perlu dilakukan pemilihan orang-orang yang akan ditugaskan untuk menjadi

penghubung. Mereka bisa seorang teman, anggota keluarga, anggota dari sebuah

partai, anggota panitia pencari dana atau manajer kampanye. Pemilihan itu bisa

didasarkan pada pengetahuan pribadi atau relasi-relasi dengan pihak penyumbang.

Perlu diingat bahwa sebaiknya tidak menggunakan ketua partai atau kandidat partai

untuk tujuan ini. Meskipun demikian, sewaktu-waktu ketua partai atau kandidat perlu

juga mengambil alih peran penting dalam proses pencarian dana.

Pengembangan argumen-argumen yang meyakinkan

Berangkat dari hasil-hasil penelitian dan pengetahuan tentang penyumbang, perlu

dikembangkan argumen-argumen yang disesuaikan dengan pribadi penyumbang.

Untuk masalah ini, dapat dilihat juga motif-motif penyumbang yang telah diuraikan

sebelumnya dalam Bab ini.

Kontak awal

Kontak awal sebaiknya dilakukan melalui telepon atau melalui pembicaraan pribadi,

dan harus diutarakan maksud kita sesungguhnya, yakni mendapatkan dana. Apabila

calon penyumbang tertarik pada organisasi, partai atau kandidat kita, maka contact

person dapat menyepakati sebuah pertemuan antara calon penyumbang dengan

ketua partai atau kandidat – itu pun jika diminta, dan pelaksanaannya dilakukan

hanya setelah calon penyumbang menunjukkan ketertarikannya.

Follow -up

Contact person atau fundriser harus sesegera mungkin mengirimkan surat yang

isinya mengkonfirmasikan pertemuan lanjutan dan mengucapkan terima kasih atas

waktu yang telah disediakan oleh penyumbang. Dalam surat itu juga perlu

disampaikan informasi lain mengenai organisasi atau proyek beserta kemajuan-

kemajuannya.

Pihak peminta sumbangan juga harus mengirimkan surat apabila si penyumbang

belum siap melakukan pembicaraan. Dalam surat ini juga perlu diinformasikan

tentang organisasi atau proyek serta pernyataan terima kasih atas waktu yang telah

473

disediakan, agar kesempatan untuk menelpon atau kunjungan di lain waktu tetap

terbuka.

Pertemuan pribadi

Pertemuan pribadi dilakukan jika si pencari dana ingin membuat kesepakatan.

Dengan menggunakan semua informasi yang diperoleh dari data profil penyumbang,

ia melakukan tawar-menawar, membuat presentasi dan mengakhirinya dengan

himbauan langsung untuk menyumbang.

Apa yang harus kita lakukan jika pihak penyumbang mengajukan permintaan lain,

misalnya ingin bertemu dengan orang lain dari organisasi kita? Dalam kasus ini, kita

harus memutuskan apakah dengan cara itu kesediaannya menyumbang semakin

besar atau tidak. Setelah itu, kita baru bisa memutuskan langkah selanjutnya.

Pernyataan terima kasih atau follow up

Penyumbang besar merupakan sekelompok manusia yang membutuhkan

pengakuan. Begitu mereka telah memberikan sumbangannya, kita harus segera

menyatakan terima kasih. Bahkan sepucuk surat yang berisi ucapan terima kasih

atas waktu yang telah disediakan sebaiknya dikirimkan, meski mereka belum

memberikan sumbangannya.

Tentu saja para penyumbang besar itu tidak boleh dilupakan begitu saja, setelah

mereka memberikan sumbangannya untuk kegiatan kita. Mereka harus dilibatkan

dalam komunikasi atau kegiatan organisasi, agar dilain waktu bersedia membantu

lagi.

Fundrising pribadi untuk penyumbang kecil dan menengah

Untuk melakukan pendekatan kepada penyumbang menengah dan kecil, kita bisa

memanfaatkan para fundriser sukarelawan – yakni orang-orang yang biasanya

berasal dari lingkungan sosial si penyumbang. Mereka ini bukan anggota panitia

pencari dana, dan tidak memiliki posisi yang menonjol dalam organisasi. Pencari

dana seperti ini harus dilatih agar mereka mampu memberikan argumen yang tepat.

Mereka harus mengetahui prosedur dan metode-metode fundrising dan mereka juga

474

harus tahu untuk apa dan bagaimana dana atau material sumbangan itu kita

gunakan.

Kegiatan-kegiatan ekonomi (acara amal, dsb.)

Event merupakan instrumen yang sangat baik untuk mendapatkan penyumbang

tingkat menengah. Event-event itu dapat pula diatur sedemikian rupa sehingga

penyumbang besar dan kecil dapat diraih. Karena event ini merupakan instrumen

yang fleksibel, dana yang diperoleh dari kegiatan ini bisa dimanfaatkan untuk

membiayai sebagian besar anggaran.

Masalah-masalah yang mungkin terjadi

Sebelum membuat event atau kegiatan-kegiatan seperti yang dibahas di atas, perlu

dipikirkan dulu masalah-masalah yang mungkin timbul.

1. Kegiatan yang sukses membutuhkan personil sukarelawan dan waktu untuk

merencanakan dan melaksanakan kegiatan. Karena itu harus dipertimbangkan

ketersediaan waktu yang cukup.

2. Kesuksesan sebuah kegiatan juga ditentukan oleh biaya. Biaya biasanya begitu

cepat mengalir ke luar, dan konsekuensinya tentu saja mengurangi pendapatan

bersih kita. Karena itu, setiap pengeluaran harus diawasi secara cermat, dan

sebaiknya tidak menyelenggarakan kegiatan yang keuntungannya di bawah 75%

dari keseluruhan dana yang kita peroleh.

3. Harga karcis masuk harus disesuaikan dengan kemampuan kelompok target.

4. Untuk setiap kegiatan harus ditargetkan – setidaknya satu dari lima calon

penyumbang yang kita undang hadir. Sementara itu, selisih antara biaya keluar dan

pendapatan perlu diperhitungkan agar tidak terjadi kerugian. Honor para

sukarelawan harus diperhitungkan sebagai komponen biaya.

5. Setiap kegiatan harus dirumuskan strategi pemasarannya. Struktur organisasi

yang bertugas menjual karcis masuk harus diatur sedemikian rupa, sehingga para

penyumbang potensial merasa yakin untuk membelinya. Dalam setiap kegiatan,

harus selalu diupayakan untuk bisa menggunakan kesempatan seoptimal mungkin.

Misalnya, acara makan malam bisa dibagi dalam dua bagian; untuk para

penyumbang besar terlebih dahulu diadakan penyambutan khusus di mana tersedia

475

(diawali dengan) makan ringan. Cara seperti ini dapat memperbesar perolehan

sumbangan.

6. Perencanaan waktu harus dikoordinasikan dengan pimpinan organisasi, kandidat

dan cabang-cabang organisasi di bawahnya. Meskipun tidak ada jangka waktu yang

standard untuk kegiatan pencarian dana, tapi hari-hari tertentu seringkali lebih cocok

dari pada yang lainnya.

7. Hadirnya seorang pembicara yang terkenal dalam acara-acara amal tentu akan

lebih banyak menarik minat orang. Bagaimanapun, para fundriser tetap saja harus

bekerja berat untuk melobi. Kesimpulannya, seorang orator yang hebat sekalipun

bahkan tidak dapat menggantikan posisi para fundraiser.

8. Karcis masuk bisa dikirimkan kepada penyumbang, setelah ia melakukan

pembayaran.

9. Kegiatan-kegiatan dan event-event fundraising tidak dapat dipersiapkan secara

terburu-buru atau dalam waktu yang singkat. Karena itu, kesulitan keuangan yang

sifatnya mendesak tidak dapat diatasi dengan acara-acara seperti ini.

Duabelas langkah untuk mempersiapkan kegiatan fundraising

Langkah 1: Mengembangkan konsep untuk kegiatan dan menetapkan harga karcis

masuk.

Semakin menarik gagasan untuk kegiatan yang akan diselenggarakan, semakin

banyak karcis yang bisa dijual. Karena itu, kegiatan harus direncanakan sedemikian

rupa sehingga para peserta menyukai kegiatan itu.

Sebagai contoh, kelompok pencari dana membeli satu blok tempat duduk di

sebuah pertunjukan teater, dan menjual kembali karcis itu dengan harga yang

lebih tinggi. Kemudian mereka mengadakan pesta dengan para peserta

(pembeli karcis) dalam teater tersebut.

Setiap gagasan yang menarik layak didiskusikan, tetapi harus selalu diperhatikan

tujuan akhirnya, yakni pencapaian keuntungan sebesar 75%. Karena itu, aktivitas-

aktivitas fundraising bukan acara humas yang sederhana, tetapi kegiatan yang

bertujuan memperoleh dana. Jadi, jangan sekali-kali mencoba meraih dua sasaran

melalui satu kegiatan, karena itu sangat dekat dengan kegagalan.

476

Langkah 2: Menetapkan waktu dan tempat kegiatan.

Penetapan waktu dan tempat merupakan faktor penting. Seringkali terjadi

perubahan-perubahan dengan adanya perencanaan kegiatan. Karena itu, faktor

waktu dan tempat tidak boleh ditetapkan terlalu dini, karena dikhawatirkan

fleksibilitas dalam bereaksi terhadap kejadian-kejadian atau perkembangan eksternal

akan hilang.

Langkah 3: Membuat daftar penyumbang potensial

Dari daftar penyumbang umum dan penyumbang potensial, harus diseleksi nama-

nama yang kita anggap cocok untuk hadir dalam kegiatan yang akan kita

selenggarakan. Nama-nama hasil seleksi ini kita daftar dalam satu kelompok

penyumbang yang akan kita undang dalam acara itu. Nama-nama calon

penyumbang yang disarankan dari daerah perlu ditambahkan ke dalam daftar. Daftar

itu harus memuat data-data seperti berikut:

1. Nama

2. Alamat

3. Nomor telepon

4. Sumber data

5. Sumbangan terkecil/terbesar

6. Tanggal sumbangan terakhir

Langkah 4: Penilaian pasar dan pengembangan rencana pemasaran.

Ada tiga cara menjual karcis untuk sebuah kegiatan. Orang per orang, per telepon

atau per surat. Rencana pemasaran harus mencari peluang-peluang dengan biaya

yang paling efektif. Dalam rencana ini harus ditentukan juga batas waktu untuk

menyebar undangan dan membuat materi kegiatan.

Langkah 5: Menetapkan struktur organisasi untuk penjualan karcis dan memilih

orang-orang untuk penyelenggaraan kegiatan.

Sebagian besar karcis bisa terjual melalui kontak pribadi. Tergantung pada besar

dan pentingnya kegiatan, setiap orang harus dilibatkan dalam penjualan karcis dalam

jumlah tertentu, dan mereka juga harus dilibatkan dalam pengorganisasian kegiatan.

477

Langkah 6: Menyusun anggaran secara rinci untuk kegiatan.

Setiap kegiatan penggalangan dana harus memiliki anggaran yang disusun secara

rinci. Ketentuan ini sangat penting dibuat – khususnya untuk kegiatan-kegiatan yang

cenderung mengalami pembengkakan biaya jika tidak dikendalikan secara ketat.

Biaya kegiatan mencakup porto (biaya pengiriman barang, surat, dsb.), pencetakan,

telepon, biaya acara khusus seperti musik, bunga, pelayanan, dan sebagainya. Pada

saat menyusun anggaran, harus selalu dipikirkan cara untuk meminimalisir biaya.

Karena itu perlu dipikirkan kembali, pekerjaan apa saja yang dapat ditangani oleh

para sukarelawan, dan apa saja yang bisa kita lakukan dengan sumbangan-

sumbangan materi yang kita peroleh.

Langkah 7: Menyelenggarakan pertemuan pembuka.

Bagi panitia penyelenggara, penting artinya mengadakan pertemuan pembuka atau

resepsi penyambutan. Untuk itu, bagi setiap penjual karcis perlu disiapkan beberapa

kit atau paket yang berisi daftar acara, karcis, serta petunjuk-petunjuk atau

keterangan-keterangan lainnya. Jika daftar donor potensial dilampirkan di dalamnya,

penjual karcis juga harus diberi kebebasan untuk melakukan pendekatan kepada

orang lain, tetapi terlebih dahulu harus dipastikan hadir-tidaknya orang yang tertera

di dalam daftar tersebut. Kegiatan pertemuan awal ini tidak hanya bersifat

menyenangkan dan memotivasi saja, tetapi juga harus ditunjukkan betapa

pentingnya penyelenggaraan acara itu – sehingga setiap orang harus bekerja untuk

keberhasilan acara.

Langkah 8: Penjualan karcis.

Sesuai dengan ketentuan dalam konsep pemasaran, begitu acara pembuka selesai,

dimulailah kegiatan penjualan karcis. Karcis tidak seharusnya dikirim atau

diserahkan sebelum dibayar. Yang dikirim hanyalah undangan dengan formulir

pemesanan.

Jika penjualan karcis telah dimulai, harus segera diikuti dengan siaran pers yang

memberikan informasi dan keterangan-keterangan seperti ini:

Apa keistimewaan kegiatan yang akan diselenggarakan? Siapa saja yang akan hadir

(pembicara, selebriti, politisi, kandidat)? Di mana karcis dapat dibeli? Dan hal-hal

penting lainnya.

478

Langkah 9: Pengawasan penjualan karcis.

Dalam rencana pemasaran harus telah ditetapkan serangkaian deadline (batas

waktu), termasuk pula deadline penjualan karcis. Karena itu, pelaksanaannya harus

diawasi. Berkaitan dengan hal itu, perlu pula diadakan pertemuan dengan para

penjual karcis, terutama jika penjualan kurang lancar. Jika terjadi hal seperti ini,

strategi atau teknik penjualan karcis harus diubah.

Langkah 10: Pengawasan persiapan acara/kegiatan.

Langkah ini terutama menyangkut pengawasan arus biaya, dan juga memastikan

apakah persiapan telah berjalan sesuai dengan rencana.

Langkah 11: Beberapa saat sebelum acara.

Pada tahap ini dilakukan langkah-langkah pengecekan. Untuk itu dibutuhkan personil

yang cukup untuk memastikan bahwa para penyumbang potensial tidak kecewa

pada saat acara dimulai (misalnya menyangkut reservasi tempat duduk). Hal-hal

teknis pun harus benar-benar dipersiapkan (sertifikat, kwitansi atau tanda terima

sumbangan, kelengkapan alat-alat tulis, dsb.).

Langkah 12: Segera setelah acara usai.

Pihak penyelenggara harus memastikan bahwa para penyumbang telah menerima

tanda bukti pemberian sumbangan dan surat ucapan terima kasih – segera setelah

acara selesai. Di beberapa tempat, kepada para penyumbang adakalanya juga

disediakan sertifikat. Penghitungan biaya dan perolehan laba pun harus segera

dilakukan. Jika acara itu berakhir dengan sukses, perlu direncanakan untuk

mengadakan acara serupa tahun berikutnya.

Fundraising melalui telepon.

Pembicaraan melalui telepon bisa jadi merupakan satu metode yang efektif dan

relatif murah untuk meraih sejumlah besar penyumbang kecil dan menengah.

Metode ini biasanya digunakan dalam empat variasi yang berbeda, yakni tindak-

lanjut (follow up) melalui telepon – setelah pengiriman surat, menghubungi para

penyumbang kecil yang telah diseleksi sebelumnya, menghubungi kembali para

479

penyumbang, dan mengingatkan mereka yang telah menyatakan komitmennya

untuk menyumbang.

1. Tindak-lanjut per telepon setelah pengiriman surat.

Bank data telepon dapat digunakan untuk membuat percakapan pribadi

secara langsung dengan para penyumbang, sebelum atau seusai

pelaksanaan acara. Meskipun mereka tidak hadir dalam kegiatan kita,

upaya pendekatan untuk mendapatkan dana atau kontribusi lainnya tetap

bisa dilakukan dengan cara ini.

2. Menghubungi para penyumbang kecil yang telah diseleksi sebelumnya.

Kita juga bisa menggunakan sarana telepon untuk menghubungi para

penyumbang kecil yang pernah memberikan kontribusi kepada kita

sebelumnya. Surat atau hubungan per telepon – atau kombinasi dari

keduanya sering dipakai untuk mengingatkan mereka.

3. Menghubungi kembali mantan penyumbang besar dan menengah.

Langkah ini menekankan perlunya hubungan telepon, untuk membuat janji

atau menetapkan waktu pertemuan. Perlu diingat, bahwa sumbangan

besar tidak mudah diperoleh melalui telepon.

4. Mengingatkan penyumbang akan komitmennya.

Menggunakan telepon untuk mengingatkan komitmen penyumbang yang

telah menyepakati sejumlah sumbangan merupakan hal biasa. Cara ini

lebih baik daripada penggunaan surat, karena pembicaraan melalui

telepon lebih bersifat informal. Biasanya fundriser menerima jawaban:

“Ceknya sedang dikirim,” meskipun cek itu sebenarnya baru dibuat pada

saat pembicaraan itu dilakukan.

5. Telemarketing profesional.

Alternatif lain yang juga dapat dicoba adalah bekerjasama dengan

perusahaan marketing telepon (telemarketing) profesional. Dalam kasus

ini, pihak perusahaan merancang sebuah program khusus untuk partai

atau organisasi, yang perlu memperoleh persetujuan terlebih dahulu

sebelum diterapkan. Program ini sebaiknya hanya dipersiapkan untuk

mencoba pasar. Jika terlihat hasilnya rendah atau bahkan program itu

menimbulkan reaksi negatif, metode itu sebaiknya tidak digunakan.

(Perhatian: di beberapa negara penggalangan dana melalui telepon serta

480

telemarketing dilarang jika pihak yang dihubungi tidak menghendaki kontak

tersebut).

Direct-mail fundraising (penggalangan dana melalui surat langsung)

“Direct-mail” adalah istilah yang menjelaskan dua bentuk berbeda dari proses

pencarian dana. Versi yang lebih berhasil adalah direct-mail fundraising dengan

menghubungi kembali para penyumbang – yang tercantum dalam daftar

penyumbang. Sejauh ini, metode direct-mail adalah bentuk yang paling efektif untuk

meraih laba bersih.

Di sisi lain, direct-mail juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi penyumbang

baru. Langkah ini sudah bisa dikatakan berhasil, jika break-even-point (target)nya

sudah diraih, karena dengan begitu daftar penyumbang dapat diperluas. Syarat

untuk itu, tentu saja adalah adanya daftar dengan kelompok sasaran yang tepat.

Mengetuk untuk merangkul para penyumbang baru merupakan bentuk

pengembangan metode direct-mailing yang sangat teknis dan memerlukan

kemampuan tinggi. Teknik ini mencakup berbagai pekerjaan: memperoleh daftar,

menyeleksi nama, merancang kit atau paket informasi, pencetakan dan produksi,

test-mailing (mencoba mengirim surat untuk mengetahui apakah ada respon. ed.),

mengevaluasi hasil-hasil tes-mailing, dan selanjutnya mengirimkan surat

berdasarkan daftar yang diperoleh, untuk kemudian bisa mencapai keberhasilan.

Karena direct-mailing untuk kegiatan pencarian sumbangan biasanya sangat

berisiko, terlebih dahulu harus dijawab dua pertanyaan berikut ini:

1. Apakah kita memiliki pengetahuan yang cukup untuk mendaftar atau

menempatkan para penyumbang baru (melalui teknik direct-mailing)? Jika tidak,

mampukah kita menggunakan jasa konsultan direct-mail?

2. Apakah jumlah penyumbang potensial yang tertarik pada program kita cukup

memadai, dan siapa yang dapat dihubungi melalui direct-mail?

Terlepas dari apakah rencana perangkulan melalui direct-mail ini berskala kecil atau

besar, tujuan yang ingin dicapai selalu sama: yakni memperluas daftar penyumbang

dan meraih break-even-point. Kunci keberhasilannya adalah pemilihan kelompok

481

sasaran yang tepat dan berjalannya uji-pasar yang dilakukan. Dari semua hal yang

perlu diperhatikan, penting untuk dicatat bahwa aktivitas semacam ini sebaiknya

diserahkan kepada pihak lain. Tapi sudah tentu, pengawasan harus selalu dilakukan

oleh organisasi kita sendiri.

Desain surat dan kit/paket

Surat tersebut sebaiknya tidak ditulis oleh seseorang dari organisasi sendiri atau dari

kelompok internal, atau oleh seorang penulis pidato. Mereka semua bukanlah orang

yang tepat untuk menulis surat seperti itu. Cara terbaik adalah meminta bantuan

kepada seorang sukarelawan yang berpengalaman dalam kerja periklanan, atau

kepada orang yang profesional dalam pembuatan surat.

Jika aturan-aturan berikut ini diikuti, kemungkinan gagalnya sangat kecil:

1. Tulislah surat sedemikian rupa seolah-olah ia ditujukan kepada seseorang yang

dikenal. Cara ini mempermudah penulisan surat menjadi lebih natural, karena ada

sentuhan personal.

2. Fokus pada motivasi.

Beberapa orang akan menyumbang karena mereka secara kebetulan diminta

untuk itu. Agar dapat menghubungi penyumbang potensial dengan lebih baik,

gugahlah mereka dengan hal-hal yang bersifat mendasar bagi manusia,

seperti kebanggaan, idealisme, altruisme (mementingkan orang lain),

kewajiban dan rasa kasihan; atau dari sisi gelap kemanusiaan, seperti

ancaman, ketakutan dan egoisme.

3. Berikan informasi dan uraian tentang proyek, rencana-rencana organisasi dan

program partai.

Tulis bahwa organisasi membutuhkan dukungan melalui sumbangan untuk

mencapai tujuannya.

4. Tunjukkanlah bahwa banyak pihak yang bersedia menyumbang.

Si penerima surat harus tahu bahwa program atau kegiatan yang

direncanakan disambut masyarakat luas, dan karenanya, memberikan

sumbangan kepada organisasi kita adalah suatu keharusan.

5. Bersikaplah konkret.

Penyumbang harus tahu untuk apa dana digunakan.

6. Buatlah surat sedemikian rupa sehingga ada kesan mendesak.

482

Kesan mendesak harus dimunculkan di atas sampul surat maupun di dalam

surat, seperti: Jangan buang-buang waktu; Harap segera direspon; Sangat

mendesak, dsb. Pembuat surat tidak boleh memberi kesempatan kepada

penerima surat untuk menunda membuka surat itu.

7. Tanyakanlah berkali-kali tentang jumlah sumbangan

Dalam surat, harus selalu ditanyakan jumlah sumbangan. Pesan dalam surat

untuk memastikan pemberian sumbangan harus tegas dan jelas.

8. Buatlah paragraf-paragraf pendek dan garisbawahi kata-kata kunci.

9. Gunakan P.S. (catatan tambahan di bawah surat). P.S. merupakan bagian surat

yang paling sering dibaca.

Unsur-unsur teknis lain sebaiknya diserahkan kepada pengetik surat profesional.

Himbauan menyumbang di media

Himbauan-himbauan untuk menyumbang di radio dan televisi semakin sering

dilakukan dalam rangka mencari dana. Selain itu, di media-media cetak pun

himbauan seperti itu biasanya cukup berhasil memperoleh respon besar –

khususnya jika didukung dengan artikel-artikel dari redaksi. Pada prinsipnya,

penggunaan media sebagai instrumen penggalangan dana lebih cocok diterapkan

untuk seruan kepada penyumbang kecil atau menengah. Sumbangan dalam jumlah

besar tidak akan diperoleh melalui cara ini.

23.2. Pendanaan partai

Selain persyaratan dasar fundraising seperti yang telah diuraikan di atas, ada

beberapa aspek khusus untuk pendanaan bagi sebuah partai. Aspek-aspek ini

muncul karena adanya undang-undang kepartaian, undang-undang tentang

pendanaan partai dan undang-undang pemilu. Sederetan undang-undang ini

memberikan berbagai kemungkinan dan pembatasan untuk pendanaan partai.

Pada prinsipnya terbuka kemungkinan-kemungkinan legal dalam rangka pendanaan

partai, yaitu:

1. Iuran anggota

2. Biaya keanggotaan (penerimaan anggota) baru

483

3. Sumbangan/donasi

4. Pemberian dalam bentuk barang/materi

5. Dana dari pemerintah

6. Dana yang diperoleh melalui kegiatan bisnis partai

23.2.1. Iuran anggota

Iuran anggota biasanya dibayar secara rutin (setiap bulan, triwulan, semester atau

setiap tahun) oleh para anggota. Besarnya jumlah iuran tergantung pada pendapatan

setiap anggota partai. Asas hukum penarikan iuran seperti ini adalah anggaran dasar

partai. Dalam anggaran dasar harus diuraikan aturan-aturan keuangan yang

menjelaskan bagaimana pemasukan dari iuran anggota ini didistribusikan kepada

organ-organ partai di berbagai tingkatan.

Secara umum, setiap partai harus menarik iuran dari anggotanya. Hal ini penting dari

perspektif keuangan dan juga untuk keharmonisan internal partai. Jika sebuah partai

hanya tergantung pada sumbangan atau dana dari segelintir anggota, atau kadang-

kadang bahkan hanya pada seorang anggota saja, tentu ini sangat menyulitkan

partai, karena partai bisa menghadapi pemerasan dan tekanan yang terus-menerus

dari luar.

Penagihan dan pengumpulan iuran dapat dilakukan oleh bendahara dalam dewan

pengurus atau oleh seorang petugas yang memperoleh bagian dari persentase uang

yang dikumpulkannya. Para pengumpul uang ini bisa berperan penting dalam arus

komunikasi internal partai, karena mereka selalu berhubungan dengan para anggota.

Dengan demikian, mereka berfungsi seperti seismograf yang mencatat setiap

goncangan kecil di jajaran bawah partai dan menyampaikannya kepada para

pimpinannya.

Dalam masyarakat yang tidak lagi terbiasa membayar dengan uang tunai, proses

penagihan iuran juga dapat diserahkan kepada bank – yang menarik langsung uang

dari rekening yang bersangkutan. Cara ini memang merupakan sistem yang mudah

namun mengandung kerugian, yakni bahwa kontak langsung dengan anggota tidak

ada dan perubahan standar kehidupan anggota tidak berpengaruh terhadap

484

besarnya sumbangan yang diberikan. Karena itu banyak kasus, di mana seseorang

menjadi anggota partai dengan membayar iuran yang sedikit saat ia masih kuliah

dan belum berpenghasilan, dan sekarang sudah menjadi manajer sebuah

perusahaan dan berpenghasilan tinggi, namun tetap saja membayar iuran dengan

jumlah yang sedikit.

Besarnya jumlah iuran anggota di berbagai partai dan negara sangat beragam, mulai

dari beberapa sen per bulannya hingga dalam jumlah besar, dari tiga hingga lima

persen total pendapatan.

23.2.2. Biaya penerimaan anggota baru

Banyak partai menerapkan biaya masuk bagi anggota baru. Dana yang diperoleh

dari mekanisme ini tidak begitu penting, karena biaya ini khususnya hanya

diperuntukkan sebagai biaya penerimaan, dan bukan merupakan pendapatan rutin

partai.

23.2.3. Sumbangan

Jangkauan dan bentuk pencarian sumbangan diatur dalam undang-undang

kepartaian yang relevan dan juga undang-undang pemilu. Dalam undang-undang itu

diatur sederetan pembatasan terhadap sumber dan besarnya jumlah sumbangan.

1. Sumbangan dari luar negeri.

Di sebagian besar negara dilarang menerima sumbangan dari luar negeri.

Tujuannya agar partai tidak dikendalikan dari luar negeri atau agar partai tidak

tergantung pada sekelompok orang asing jika partai tersebut harus membuat

keputusan nasional.

Peraturan ini biasanya diakali dengan menerima transfer dari luar negeri

melalui saluran lain dan kemudian muncul penyumbang dalam negeri. Cara

yang lain diperuntukkan bagi asosiasi internasional partai-partai – yang

biasanya menyediakan jasa atau kontribusi materi, atau dengan membiayai

jasa luar negeri yang dialihkan sebagai jasa dalam negeri melalui perwakilan

485

agensi internasional. Cara-cara ini sering dilakukan di antara para konsultan

dan agensi, dan bukan merupakan langkah yang sulit bagi agensi yang

memiliki perwakilan-perwakilan internasional.

2. Larangan pendanaan partai oleh perusahaan publik.

Berbeda dengan pendanaan partai oleh pemerintah – yang lazim di banyak

negara, pemberian dana dari perusahaan publik kepada partai dilarang di

banyak negara. Larangan ini terutama disebabkan karena adanya praktik

memprioritaskan partai-partai tertentu–biasanya partai-partai yang berkuasa–

secara sepihak, dengan cara memberikan kontribusi secara tidak merata.

Tentu saja praktik itu bisa memberikan peluang yang berbeda bagi partai-

partai yang ada.

Pada kenyataannya, fakta menunjukkan bahwa jumlah dana yang diperoleh

partai dari kas publik itu sangat besar. Ada contoh-contoh kasus di mana

partai mendanai kampanye pemilunya dari dana pensiun – sehingga pada

akhirnya uang pensiun tidak bisa dibayar lagi. Dalam konteks ini perlu

didiskusikan, seberapa jauh partai pemerintah atau partai yang berkuasa

boleh mengambil untung dari „mesin uang publik“, atau seberapa jauh mereka

boleh menggunakan sarana dan fasilitas negara untuk kampanye pemilu

mereka. Di Jerman, Mahkamah Konstitusi Federal131 telah membuat

keputusan yang memberikan batasan-batasan ketat untuk mengatasi

masalah ini.

3. Batas dana terbesar atau larangan sumbangan dari perusahaan swasta dan

kewajiban untuk mengumumkan sumbangan.

Di sejumlah negara ada larangan untuk menerima sumbangan dari pribadi-

pribadi atau badan-badan hukum (Juristischen Personnen: pribadi atau

organisasi yang berbadan hukum, dalam hal ini termasuk menteri, gereja,

perusahaan, Ed.), sementara sumbangan dari perseorangan (natürlichen

Personnen) diperbolehkan.

131

Keputusan Pengadilan Konstitusi Federal Republik Federal Jerman tertanggal 2 Maret 1977 tentang

humas lembaga-lembaga pemerintah.

486

Tetapi, di sebagian besar negara tidak ada larangan menerima sumbangan

dari pribadi-pribadi dan badan-badan hukum tersebut. Biasanya, pelarangan

muncul karena adanya fakta bahwa masyarakat ekonomi dan industri kerap

mempengaruhi kebijakan-kebijakan pemerintah. Padahal, jika ada batasan

jumlah dana yang boleh diberikan kepada partai, pengaruh-pengaruh yang

tidak dikehendaki itu bisa dihindari. Sebaliknya, jika tidak ada batasan

pemberian dana perusahaan kepada partai, bisa mengakibatkan timbulnya

kekuasaan perusahaan atas partai – karena perusahaan menjadi sumber

keuangan utama partai. Untuk menghindari pengaruh ini, beberapa negara

berinisiatif menerapkan aturan tentang transparansi sumbangan dalam jumlah

besar. Donasi atau sumbangan yang melampaui batas tertinggi harus

diumumkan kepada publik (melalui surat kabar, dsb.). Dengan cara ini

masyarakat diberi kesempatan untuk menemukan apakah ada

ketergantungan partai terhadap perusahaan tertentu, dan memberi

kesempatan pula kepada mereka untuk berpikir kembali pada saat

menentukan pilihannya dalam pemilu.

Bagaimanapun, banyak trik untuk mensiasati agar jumlah sumbangan

perusahaan tidak melampaui ambang batas tertinggi yang telah ditetapkan

dalam undang-undang. Sebuah perusahaan yang ingin memberikan

sumbangan dalam jumlah besar biasanya menggunakan trik dengan

membagi-bagikan dana itu ke dalam jumlah kecil-kecil kepada anak-anak

perusahaan miliknya – untuk kemudian disalurkan kepada partai. Ada pula

yang memilih memberikan sumbangan dalam bentuk barang atau materi (lihat

dalam pembahasan khusus masalah ini), atau memberikan sumbangan

anonim – yang penyumbangnya tidak dapat dikenali. Dari beberapa contoh

trik tersebut – yang bila diteruskan masih banyak trik lainnya yang bisa kita

temukan – dapat disimpulkan bahwa di bagian keuangan partai seringkali

dipikirkan cara yang paling baik untuk “mengakali” peraturan atau undang-

undang dengan cara memanfaatkan celah yang ada.

4. Larangan menghubungkan sumbangan dengan pelayanan tertentu.

Di beberapa negara ada larangan untuk menghubungkan sumbangan dengan

jasa politik partai. Atau dengan kata lain, sumbangan tidak boleh diberikan

487

karena partai membuat program sesuai dengan keinginan penyumbang.

Tentu saja peraturan ini bermasalah, karena jelaslah bahwa sebuah asosiasi

atau perusahaan akan memberikan sumbangan jika mereka tertarik pada

program, isu dan tujuan partai yang sejalan dengan kepentingan mereka.

Adanya hubungan antara sumbangan perusahaan dengan kebijakan partai

sangatlah sulit untuk dibuktikan, dan pernyataan tanpa bukti seperti ini benar-

benar spekulatif. Jika peraturan ini diterapkan, tentu akan sangat

menghambat kegiatan pencarian dana.

23.2.4. Pemberian berupa barang atau materi

Kontribusi material atau penyediaan jasa personalia adalah salah satu cara untuk

menghindari peraturan-peraturan tentang sumbangan uang. Tentu saja ini termasuk

sumbangan yang diatur dalam undang-undang yang berlaku, tapi jauh lebih sulit

untuk diusut atau dibuktikan.

Sumbangan barang bisa berupa kertas, mobil, mesin cetak, jasa cetak, pengurusan

sambungan telepon, porto, dan banyak lagi. Termasuk juga menyediakan waktu siar

untuk iklan di radio dan televisi, atau ruang iklan di surat kabar – di mana biaya untuk

semua ini ditanggung oleh pihak perusahaan penyumbang. Urusan pajaknya pun

menjadi tanggung jawab perusahaan tersebut, yang dicatat sebagai pengeluaran

operasional perusahaan.

Perusahaan juga bisa memberikan sumbangan dalam bentuk tenaga personalia,

misalnya supir, tenaga ahli, pegawai yang mengerjakan bidang khusus, sekretaris

dan lain sebagainya – yang ditugaskan untuk bekerja di kantor pusat atau kantor

cabang partai, atau sebagai staf kandidat untuk jangka waktu tertentu. Bahkan, untuk

alasan kamuflase, orang-orang tersebut bisa tetap bekerja di perusahaan, dan dari

sana mereka bekerja untuk kepentingan partai.

Masalah dirahasiakannya atau disembunyikannya pemberian berbentuk benda atau

materi ini muncul ketika ada pembatasan biaya kampanye seperti yang terjadi di

beberapa negara. Batasan seperti inilah (yang biasanya diawasi melalui lalu lintas

pembayaran dan transfer uang) yang diakali dengan cara menerima sumbangan

488

dalam bentuk barang atau tenaga personalia. Di sini jelas terlihat bahwa upaya untuk

membatasi biaya kampanye pemilu melalui peraturan-peraturan seperti itu telah

gagal.

23.2.5. Pendanaan oleh Pemerintah

Pendanaan partai oleh pemerintah merupakan hal yang jamak terjadi, meskipun

instrumen ini muncul dalam berbagai ciri dan bentuk yang berbeda. Dalam

pembahasan ini tidak akan dicoba untuk menguraikan semua sistem atau menilai

masing-masing sistem yang ada – mana yang baik dan mana yang tidak. Bahasan

ini hanya akan memberikan pandangan tentang peluang-peluang yang tersedia

untuk memperoleh dana dari pemerintah.

Konsep pendanaan partai dari pajak masyarakat adalah gagasan bahwa partai

merupakan institusi yang diperlukan untuk demokrasi. Partai berperan penting dalam

mempersiapkan dan melaksanakan pemilu serta dalam membentuk kehendak

rakyat. Dalam sebuah masyarakat yang besar, demokrasi tanpa partai adalah

mustahil. Persiapan kandidat dan kandidatur (proses pencalonan kandidat. Ed.) serta

langkah-langkah alternatif untuk menyelesaikan masalah-masalah sosial merupakan

bagian yang tak terpisahkan dari proses demokrasi. Bagaimanapun peran ini tetap

harus diakui, terlepas dari banyaknya partai dan politisi yang sering menjadi sasaran

kritik.

Bentuk-bentuk umum bantuan dana dan sarana pemerintah untuk partai adalah:

Mengalokasikan dana untuk biaya administrasi partai (secara umum atau

berdasarkan jumlah anggota partai).

Pembayaran sejumlah uang sesuai dengan suara yang diperoleh partai dalam

pemilu

Penggantian (reimbursement) biaya-biaya pengeluaran yang sah Menyediakan sarana publik dan fasilitas untuk kegiatan partai

Menyediakan ruang, bantuan teknis dan personalia

Mendanai biaya-biaya fraksi

Memberlakukan bebas pajak untuk dana sumbangan dan iuran anggota yang

diterima partai

489

Mempromosikan organisasi-organisasi afiliasi partai, seperti organisasi pemuda,

organisasi perempuan, yayasan, dan lain sebagainya

Mendanai pengeluaran-pengeluaran para anggota parlemen

Mendanai biaya administrasi Partai

Dalam hal ini partai memperoleh alokasi dana dalam jumlah yang tetap (sama untuk

setiap partai), atau pemberian dana itu dibedakan berdasarkan jumlah anggota

partai. Variasi dari bentuk ini adalah gabungan dari dana tetap dan alokasi dana

berdasarkan jumlah anggota partai, yang dimaksudkan untuk menanggung biaya

administrasi partai. Jadi alokasi dana ini bukan untuk tujuan persiapan dan

pelaksanaan pemilu. Karena itu, pembayarannya pun bisa dilakukan kapan saja,

meskipun sedang tidak diselenggarakan sebuah pemilu.

Pendanaan partai sesuai dengan perolehan suara

Ada berbagai model dalam melakukan pembayaran “ganti rugi” (reimbursement)

biaya kampanye pemilu. Pada prinsipnya model-model itu didasarkan pada jumlah

perolehan suara partai. Jadi ini bukan lagi merupakan pembayaran ganti rugi biaya

kampanye, tetapi bisa disebut sebagai bonus atas keberhasilan dalam pemilu. Biaya

yang telah dikeluarkan oleh partai dapat ditutupi atau paling tidak terbantu dengan

kompensasi pemerintah ini.

Jumlah uang untuk setiap suara pemilih “dihargai” secara bervariasi di negara-

negara yang menerapkan sistem ini. Cara penghitungan suara pemilih untuk

menentukan jumlah sumbangan pun juga bisa beraneka ragam, karena hanya suara

pemilih yang benar-benar telah diperoleh dan diserahkan saja yang dapat dijadikan

dasar pembayaran. Dalam sistem-sistem lain, proses penghitungan suara pemilih

yang diraih dilakukan berdasarkan prediksi bahwa seluruh (100%) warga yang

berhak memilih menggunakan hak pilihnya. Tentu, jika partisipasi warga dalam

pemilu rendah, penghitungan ini akan “menguntungkan” partai dalam segi finansial.

Tapi jika penghitungan suara tersebut benar-benar didasarkan pada perolehan suara

490

pemilih, dalam kampanyenya partai harus berupaya menerapkan strategi yang

difokuskan pada peningkatan motivasi warga untuk menggunakan hak pilihnya.

Ganti-rugi biaya pengeluaran yang sah

Pembayaran „ganti-rugi“ atas pengeluaran yang telah dibuktikan kebenarannya (sah)

biasanya dibatasi sampai jumlah tertentu atau berdasarkan prosentase. Pengeluaran

yang dimaksud bisa berupa pengeluaran untuk kampanye pemilu atau pengeluaran

rutin administrasi.

Menyediakan sarana dan fasilitas publik untuk Partai

Yang dimaksud dengan menyediakan sarana dan fasilitas publik untuk partai ini

contohnya adalah menyediakan waktu siar (airtime) di radio dan televisi secara

cuma-cuma, dengan catatan radio dan televisi itu adalah milik negara. Alternatif lain

adalah menyediakan tempat-tempat untuk memasang poster-poster, seperti eksterior

(sisi luar) bangunan-bangunan publik, jembatan dan sebagainya untuk promosi

partai.

Menyediakan ruangan, bantuan teknis dan personalia

Pemerintah di beberapa negara menyediakan ruangan, rumah, gudang, sarana

teknis dan bahkan personil bagi partai atau fraksi di berbagai tingkat (pusat, cabang,

daerah).

Mendanai biaya pengeluaran Fraksi

Bagi organisasi-organisasi partai (fraksi) di parlemen diberlakukan berbagai aturan.

Di beberapa negara, fraksi-fraksi diperlengkapi dengan sarana penunjang yang baik,

subsidi dana untuk staf fraksi, sarana teknis, ruangan dan peralatan, bahkan mereka

diberi peluang untuk membentuk tim ahli sendiri. Dengan demikian dana untuk fraksi

bahkan bisa lebih besar dari dana partai. Dalam kasus lain hampir tidak ada

dukungan dari pemerintah, bahkan ruangan rapat untuk fraksi yang berada di dekat

gedung parlemen pun tidak tersedia.

491

Seberapa jauh dukungan yang diberikan kepada masing-masing fraksi dan

khususnya kepada fraksi oposisi, sangat tergantung pada budaya politik dan

stabilitas demokrasi serta pada besar atau tidaknya pengaruh parlemen terhadap

kekuasaan eksekutif. Dalam sistem presidensial, biasanya sarana yang diberikan

kepada fraksi jauh lebih buruk daripada dalam sistem demokrasi parlementer.

Membebaskan sumbangan dan iuran anggota dari kewajiban pajak

Salah satu bentuk dukungan pemerintah kepada partai adalah membebaskan

sumbangan dan iuran anggota dari kewajiban pajak atau memberikan kompensasi

pajak khusus terhadap pengeluaran-pengeluaran dana partai dan iuran anggota.

Melalui pembebasan pajak ini jumlah sumbangan yang diterima tentu lebih besar.

Sementara biaya pembebasan itu sendiri harus ditutupi dari anggaran pemerintah.

Dukungan terhadap organisasi-organisasi afiliasi partai

Selain bantuan langsung pemerintah kepada partai, di beberapa negara dibentuk

institusi-institusi khusus yang berafiliasi atau sealiran – atau setidaknya memiliki

orientasi yang sama dengan partai. Institusi ini termasuk organisasi-organisasi

pemuda – yang sebagian menerima subsidi atau bantuan langsung untuk kegiatan

mereka di berbagai tingkat yang berbeda, atau organisasi mahasiswa yang

memperoleh dukungan untuk kegitan-kegiatan mereka di universitas. Bantuan

serupa juga bisa diberikan untuk organisasi perempuan dari berbagai partai.

Bentuk khusus dari dukungan pemerintah adalah bantuan terhadap yayasan yang

dekat dengan partai tertentu. Melalui kegiatan mereka dalam bidang pendidikan dan

peningkatan kesadaran masyarakat, mereka bisa memberikan pengaruh langsung

dalam pembentukan opini masyarakat berdasarkan orientasi politik partai.

Pendanaan untuk biaya pengeluaran anggota parlemen

Bentuk bantuan tidak langsung oleh pemerintah adalah memberikan bantuan

finansial kepada para anggota parlemen, seiring dengan pemberian dana kepada

492

para pekerja partai di daerah pemilihan, biaya transportasi, biaya teknis, dsb. Sekali

lagi, bentuk bantuan ini sangat berbeda di setiap negara, dan perbedaan ini

menunjukkan hasil yang sama sekali lain. Ada negara yang memaksakan anggota

parlemennya untuk melepaskan profesi asalnya agar mereka bisa bekerja penuh di

parlemen sepanjang masa tugasnya, tapi pada saat yang sama, negara hanya

membayar kompensasi dalam jumlah yang sangat kecil kepada mereka. Tentu saja

ini mengakibatkan bahwa anggota parlemen yang terpilih harus ‘kehilangan’ banyak

uang.

23.2.6. Dana dari kegiatan bisnis Partai

Bentuk pendanaan partai yang lain dari bentuk-bentuk lainnya adalah adanya

peraturan dalam undang-undang kepartaian atau undang-undang pemilu yang

memperbolehkan partai melakukan kegiatan bisnis, mendirikan perusahaan sendiri,

menyelenggarakan undian dan ikut serta dalam persaingan bisnis. Pendanaan partai

seperti ini bisa menyebabkan terjadinya pembelokan dana publik ke perusahaan-

perusahaan milik partai, melalui order-order atau kontrak-kontrak yang dibuat di

antara mereka. Sistem ini juga potensial meningkatkan terjadinya praktek korupsi,

kolusi dan nepotisme.

493

24. SISTEM PEMERINTAHAN

24.1. Deskripsi

Dalam perdebatan mengenai jenis-jenis konstitusi dan sistem pemerintahan di dunia,

keberadaan sebuah parlemen seringkali dijadikan indikasi bahwa sistem

pemerintahan yang berlaku di negara tersebut adalah sebuah sistem demokratis.

Tapi asumsi ini keliru, karena istilah parlementarianisme diinterpretasikan secara

berbeda-beda dalam berbagai konteks. Pengertian parlementarianisme bisa

mencakup berbagai sistem – yang di dalamnya ada sebuah lembaga bernama

parlemen. Tapi pengertian ini belum memberi keterangan apapun mengenai tugas

dan kewenangan parlemen. Sosialisme nasional pun memenuhi persyaratan yang

diberikan oleh deskripsi ini; Uni Sovyet di bawah pemerintahan Stalin, Spanyol di

bawah Franco dan Rumania dengan Ceaucescus. Dari demokrasi Barat hingga

sistem otoriter di berbagai belahan dunia tercakup dalam pengertian ini.

Karena itu, perlu bagi kita untuk pertama-tama mengklasifikasi dan membagi semua

sistem yang ada menjadi dua kategori, yakni sistem demokratis dan non-demokratis.

Upaya untuk menemukan klasifikasi atau penggolongan ini memiliki sejarah yang

panjang. Bahkan pada jaman dulu sekali pun, Aristoteles dan Herodot sudah

mencoba mengajukan tipologi sejumlah penguasa sebagai kriteria:

Dari sini kita memperoleh tiga kategori pembagian klasik:

Monarki, bentuk pemerintahan dengan satu penguasa.

Aristokrasi, bentuk pemerintahan di mana lapisan atas berkuasa

Demokrasi, bentuk pemerintahan di mana rakyat berkuasa.

Aristoteles masih menambahkan suatu deskripsi kualitatif di samping deskripsi

kuantitatif tersebut, yang lebih menggambarkan bentuk-bentuk pemerintahan.

Sebagaimana ada bentuk pemerintahan yang baik, menurutnya ada pula bentuk

pemerintahan yang buruk.

Bentuk-bentuk pemerintahan yang baik adalah:

Monarki, kekuasaan penguasa yang “baik”.

494

Aristokrasi, kekuasaan lapisan atas yang berorientasi pada kesejahteraan

bersama.

Polity, kekuasaan rakyat.

Sementara bentuk-bentuk pemerintahan yang buruk adalah:

Tirani, kekuasaan seorang tiran atau penguasa yang menggunakan kekerasan.

Oligarki, kekuasaan sekelompok kecil yang berorientasi pada kepentingan pribadi.

Demokrasi, kekuasaan “jalanan”.

Seiring berjalannya waktu, ada berbagai usaha untuk mengembangkan tipologi-

tipologi semacam itu. K. Loewenstein132 membuat sebuah klasifikasi seperti yang ia

kembangkan dalam bukunya Verfassungslehre yang masih relevan hingga kini.

Menurutnya, bentuk konstitusionalisme dan otokrasi merupakan kumpulan konsep.

Keduanya dibedakan menjadi dua kelompok: pelaksanaan kekuasaan politik dan

kontrol atas pelaksanaan politik tersebut di satu sisi, dan kekuasaan yang terpusat

tanpa kontrol, di sisi lain.

Dewasa ini kita membedakan antara sistem totaliter, sistem otoriter dan sistem

demokratis dalam berbagai manifestasi – seperti dalam bentuk pemerintahan

parlementer dan presidensial, dan berbagai bentuk campurannya.

24.1.1. Rezim totaliter

Dalam klasifikasi ini, totalitarianisme bertentangan dengan sistem-sistem demokratis.

Sistem totaliter klasik seperti Sosialisme Nasional dan sistem Sovyet dengan gaya

Stalin, terutama ditandai oleh hal-hal berikut:

Hanya ada satu partai tunggal, yang tidak memiliki legitimasi atau tidak

memperoleh kekuasaannya melalui pemilu, dan yang tidak memandang kehendak

rakyat sebagai pengendali kekuasaannya. Partai ini justru menganggap bahwa tugas

mereka adalah membentuk kehendak rakyat sesuai dengan bayangan mereka

sendiri.

Yang menjadi dasar kekuasaannya adalah cara pandang dunia terhadap sebuah

agama, dan begitulah mereka menempatkan dirinya sebagai pihak yang “benar”. 132

Karl Loewenstein, Verfassungslehre (Ajaran Konstitusi), edisi ke 2 196, Tübingen, Mohr.

495

Dengan posisi ini, mereka tidak hanya sebatas mengenal kondisi ideal masyarakat,

melainkan juga dapat mewujudkannya dalam kurun waktu tertentu.

Dalam sistem totaliter, setiap warga harus menerima cara pandang dunia yang

dimiliki oleh para penguasa. Mereka tidak boleh mengambil jarak dan tidak diijinkan

menarik diri ke dalam ruang gerak bebas mereka.

24.1.2. Sistem otoriter

Sistem otoriter memiliki persamaan dengan sistem totaliter, yaitu bahwa keduanya

tidak demokratis. Pengertian “sistem otoriter” tidak memiliki deskripsi yang jelas,

karena mencakup berbagai rezim yang berbeda. Di dalam sistem ini, yang dikenal

secara luas antara lain adalah diktatur militer sayap kiri maupun sayap kanan, seperti

yang terwakili oleh kepemimpinan Franco di Spanyol dan Pinochet di Chili.

Dalam sistem pemerintahan semacam ini, pemilu kerap dimanipulasi. Tapi berbeda

dengan sistem totaliter, sistem otoriter tidak mewakili cara pandang dunia melainkan

lebih menekankan pada konsolidasi dalam memperketat cengkeraman atas

kekuasaan rejim mereka. Untuk menyelubungi garis politik mereka ini, pluralisme

terbatas pun diperbolehkan, tentu saja sejauh tidak mengancam sistem yang ada.

Karena tidak ada kewajiban bagi rakyat untuk memiliki “cara pandang dunia”, partai

penguasa tidak memainkan peran yang terlalu menentukan, dan kerap digantikan

oleh kelompok penguasa baru yang didasari oleh hubungan pribadi.

24.1.3. Sistem demokratis

Dalam sistem perwakilan demokratis seperti sistem parlementer atau presidensial,

rakyat tidak menjalankan kekuasaannya secara langsung, melainkan

mengalihkannya kepada badan-badan yang menjalankan pemerintahan atas nama

rakyat. Sistem pemerintahan parlementer dikenal berasal dari Inggris Raya. Amerika

Serikat dianggap sebagai prototipe sebuah sistem pemerintahan presidensial.

Pembagian sistem-sistem ini berbeda-beda di berbagai belahan dunia. Sementara

Eropa lebih banyak menerapkan sistem parlementer, di Amerika dan Afrika yang

496

dominan digunakan adalah sistem presidensial.133 Jika kita membandingkan sistem

pemerintahan presidensial dan parlementer, yang muncul adalah hasil-hasil berikut:

Dalam sistem presidensial, pemilihan presiden dan pemilihan anggota parlemen

dilakukan secara terpisah, sementara dalam sistem pemerintahan parlementer,

hanya ada satu pemilu yang menentukan komposisi parlemen dan pemerintahan –

meskipun terdapat kemungkinan adanya koalisi-koalisi antar-partai. Prinsip ini

membawa banyak kesulitan di beberapa negara, terutama jika sistem klasik dua-

partai mengalami perubahan, menjadi sistem multi-partai. Dalam sistem semacam

ini, bisa saja terjadi bahwa mayoritas di parlemen tidak mewakili presiden terpilih,

sehingga presiden harus membangun mayoritas di parlemen melalui koalisi. Koalisi

semacam ini sangat penting dibangun, terutama jika presiden membuat keputusan-

keputusan krusial, dan ia tergantung pada persetujuan parlemen untuk kepentingan

itu.

Dalam sistem parlementer, pemerintahan dibentuk dan ditetapkan oleh parlemen

dan sewaktu-waktu dapat dibubarkan kembali oleh lembaga yang sama. Dalam

sistem presidensial, biasanya parlemen tidak berhak menurunkan presiden, kecuali

jika presiden melanggar nilai-nilai konstitusi. Dalam kasus semacam ini, parlemen

bisa mengajukan prosedur impeachment. Tapi, bagaimanapun, proses impeachment

ini tidak dimungkinkan jika sekedar disebabkan oleh adanya perbedaan pandangan

politis. Jadi pada dasarnya, presiden tidak dapat diturunkan karena alasan

perbedaan pandangan politis.

Masalah pembubaran parlemen juga ditangani secara berbeda. Dalam kasus

biasa, presiden tidak dapat membubarkan parlemen, meskipun perdana menteri

Inggris berwenang untuk melakukannya. Tapi karena terdapat berbagai bentuk

campuran antara sistem presidensial dan sistem parlementer, dalam praktiknya

batasannya sangat tipis.

Dalam sistem parlementer ada pembagian eksekutif. Tugas-tugas representatif

negara dilakukan oleh seorang “presiden” atau seorang raja, sementara kekuasaan

pemerintahan yang sesungguhnya tetap terletak di tangan kepala pemerintahan

seperti perdana menteri, kanselir atau presiden negara bagian (minister president).

Dalam sistem presidensial, kedua fungsi ini dipegang oleh satu orang.

133

Untuk lebih jelasnya, lihat bab 22.1.4.

497

24.1.4. Sejumlah bentuk campuran dikembangkan dari bentuk asli sistem

Presidensial dan Parlementer. Beberapa di antaranya lebih condong ke

dalam bentuk Presidensial – seperti misalnya di Perancis, sementara yang

lainnya ke dalam bentuk Parlementer – seperti halnya di Swiss.

Pembagian sistem-sistem di dunia:

Di berbagai bagian dunia, berkembang berbagai bentuk pemerintahan yang

beragam. Terkadang bentuk-bentuk ini berbeda di satu negara dan negara lainnya –

tapi sebagiannya dikembangkan sesuai dengan karakter daerah setempat. Spektrum

sistem pemerintahan sangatlah luas, mulai dari sistem kekuasaan absolut hingga

diktatur sosialis, dan dari sistem pseudodemokrasi (demokrasi palsu) hingga sistem

demokratis. Tabel berikut akan memberikan gambaran tentang situasi yang ada saat

ini. Wilayah-wilayah yang dibahas adalah:

Eropa Barat (1)

Eropa Timur (eks negara-negara sosialis) (2)

Amerika Utara (3)

Amerika Tengah dan Amerika Selatan (4)

Afrika Utara, Timur Dekat dan Timur Tengah (5)

Afrika sebelah selatan Sahara (6)

Asia Selatan (7)

Asia Timur (8)

Australia dan Oceania (9)

Daerah Nama Negara Merdeka Sistem Pemerintahan 1 Andorra 1278 Parlementer Sejak 1993 1 Belgia 1830 Monarki parlementer Sejak 1831

1 Denmark Tradisional Monarki parlementer Sejak 1953 1 Jerman 1871 Republik federal parlementer Sejak 1949 1 Finlandia 1917 Republik parlementer Sejak 1919 1 Perancis 843 Republik parlementer Sejak 1875 1 Yunani 1830 Republik parlementer Sejak 1875 1 Inggris Raya Tradisional Monarki parlementer Sejak 1921 1 Irlandia 1921 Republik parlementer Sejak 1937 1 Eslandia 1918 Republik parlementer Sejak 1944 1 Italia 1861 Republik parlementer Sejak 1946 1 Liechtenstein 1806 Monarki parlementer Sejak 1921 1 Luxemburg 1890* Monarki konstitusional Sejak 1866 1 Malta 1964 Republik parlementer Sejak 1974 1 Monaco 1489 Monarki konstitusional Sejak 1962 1 Belanda 1648 Monarki parlementer Sejak 1848 1 Morwegia 1905 Monarike parlementer Sejak 1905

498

Daerah Nama Negara Merdeka Sistem Pemerintahan 1 Austria 1282 Republik federal parlementer Sejak 1918 1 Portugal 1640 Republik parlementer Sejak 1976 1 San Marino 885 Republik parlementer Sejak1599 1 Swedia 1523 Monarki parlementer Sejak 1809 1 Swiss 1291 Republik federal parlementer Sejak 1848 1 Spanyol 1479 Monarki parlementer Sejak 1978 1 Vatikan 1929 Monarki yang dipilih Sejak 1929 2 Albania 1912 Republik parlementer Sejak 1998 2 Bosnia-

Herzegrovina 1992 Republik Sejak 1992

2 Bulgaria 1908 Republik parlementer Sejak 1990 2 Eslandia 1991* Republik parlementer Sejak 1991 2 Georgia 1991* Republik presidensial Sejak 1995 2 Yugoslavia 1992 Republik federal Sejak 1992 2 Kroasia 1991 Republik Sejak 1991 2 Lethlania 1991* Republik parlementer Sejak 1991 2 Lithuania 1991* Republik parlementer Sejak 1991 2 Makedonia 1991 Republik Sejak 1991 2 Moldawia 1991 Republik Sejak 1991 2 Polandia 1918 Republik Sejak 1989 2 Rumania 1878* Republik Sejak 1991 2 Rusia 1918 Republik federal parlementer Sejak 1991 2 Slowakia 1993 Republik Sejak 1993 2 Slovenia 1991 Republik Sejak 1991 2 Chechnia 1993 Republik parlementer Sejak 1993 2 Ukraina 1991 Republik presidensial Sejak 1991 2 Hungaria 1918* Republik parlementer Sejak 1989 2 Belarusia 1991 Republik presidensial Sejak 1994 3 Kanada 1867 Monarki parlementer Sejak 1931 3 Amerika Serikat 1776 Republik federal presidensial Sejak 1789 4 Antigua dan

Barbados 1981 Monarki parlementer Sejak 1981

4 Argentina 1816 Republik federal presidensial Sejak 1853 4 Bahama 1973 Monarki parlementer Sejak 1973 4 Barbados 1966 Monarki parlementer Sejak 1966 4 Belise 1981 Monarki parlementer Sejak 1981 4 Bolivia 1825 Republik presidensial Sejak 1967 4 Brasil 1822 Republik federal presidensial Sejak 1988 4 Chile 1818 Republik presidensial Sejak 1925 4 Kosta Rika 1838 Republik presidensial Sejak 1949 4 Dominika 1978 Republik parlementer Sejak 1978 4 Republik

Dominika 1863 Republik presidensial Sejak 1966

4 Ekuador 1830 Republik presidensial Sejak 1978 4 El Salvador 1839 Republik presidensial Sejak 1983 4 Grenada 1974 Monarki parlementer Sejak 1974 4 Guatemala 1821 Republik presidensial Sejak 1986 4 Guayana 1966 Republik presidensial Sejak 1980 4 Haiti 1804 Republik presidensial Sejak 1987 4 Honduras 1838 Republik presidensial Sejak 1982 4 Jamaika 1962 Monarki parlementer Sejak 1962 4 Kolumbia 1819 Republik presidensial Sejak 1886 4 Kuba 1902 Republik sosialis Sejak 1959 4 Meksiko 1810 Republik federal presidensial Sejak 1917 4 Nikaragua 1838 Republik presidensial Sejak 1987 4 Panama 1903 Republik presidensial Sejak 1972 4 Paraguay 1811 Republik presidensial Sejak 1967 4 Peru 1821 Republik presidensial Sejak 1980 4 Saint Kitts dan

Nevis 1993 Monarki parlementer Sejak 1983

499

Daerah Nama Negara Merdeka Sistem Pemerintahan 4 Saint Lucia 1979 Monarki parlementer Sejak 1979 4 Saint

Vincent/Grenada 1979 Monarki parlementer Sejak 1979

4 Suriname 1975 Republik presidensial Sejak 1987 4 Trinidad dan

Tobago 1962 Republik presidensial Sejak 1976

4 Uruguay 1828 Republik presidensial Sejak 1967 4 Venezuela 1830 Republik federal presidensial Sejak 1961 5 Afghanistan 1919 Emirat Islam Sejak 1997 5 Mesir 1922 Republik presidensial Sejak 1953 5 Algeria 1962 Republik presidensial Sejak 1962 5 Armenia 1991* Republik presidensial Sejak 1991 5 Aserbaidschan 1991* Republik presidensial Sejak 1995 5 Bahrain 1971 Emirat Sejak 1971 5 Irak 1932 Republik presidensial Sejak 1980 5 Iran Tradisional Republik presidensial Islam Sejak 1979 5 Israel 1948 Republik Sejak 1948 5 Yemen 1990* Republik Sejak 1990 5 Yordania 1946 Monarki konstitusional Sejak 1952 5 Kazakstan 1991 Republik presidensial Sejak 1991 5 Qatar 1971 Monarki absolut, Emirat Sejak 1971 5 Kirgisistan 1991 Republik presidensial Sejak 1991 5 Kuwait 1961 Emirat Sejak 1962 5 Libanon 1943* Republik parlementer Sejak 1926 5 Libya 1951 Republik rakyat Islam Sejak 1976 5 Mali 1960 Republik presidensial Sejak 1960 5 Maroko 1956 Monarki konstitusional Sejak 1972 5 Mauritius 1960 Republik presidensial Sejak 1960 5 Oman 1971 Kesultanan Sejak 1744 5 Pakistan 1947 Republik Islam Sejak 1973 5 Sahara 1976 Republik Sejak 1976 5 Saudi Arabia 1932 Monarki absolut Sejak 1932 5 Syria 1946 Republik presidensial Sejak 1973 5 Tadjikistan 1991 Republik presidensial Sejak 1994 5 Tunisia 1956 Republik presidensial Sejak 1959 5 Turki 1923* Republik parlementer Sejak 1923 5 Turkmenistan 1991 Republik presidensial Sejak 1991 5 Usbekistan 1991 Republik presidensial Sejak 1992 5 Uni Emirat Arab 1971 Emirat Sejak 1971 5 Syprus 1960 Republik presidensial Sejak 1960 6 Guinea Ekuatorial 1968 Republik presidensial Sejak 1982 6 Angola 1975 Republik presidensial Sejak 1992 6 Etiopia 1896 Republik federal parlementer Sejak 1994 6 Benin 1960 Republik presidensial Sejak 1991 6 Botswana 1966 Republik presidensial Sejak 1966 6 Burkina Faso 1960 Republik presidensial Sejak 1960 6 Burundi 1962 Republik presidensial Sejak 1966 6 Cote d'Ivoire 1960 Republik presidensial Sejak 1960 6 Djibouti 1977 Republik presidensial Sejak 1977 6 Eritrea 1993 Republik presidensial Sejak 1993 6 Gabon 1960 Republik presidensial Sejak 1961 6 Gambia 1965 Republik presidensial Sejak 1970 6 Ghana 1957 Republik presidensial Sejak 1979 6 Guinea 1958 Republik presidensial Sejak 1991 6 Guinea-Bissau 1974 Republik presidensial Sejak 1984 6 Kamerun 1961 Republik presidensial Sejak 1972 6 Kep. Verde 1975 Republik Sejak 1975 6 Kenya 1963 Republik presidensial Sejak 1963 6 Komora 1975 Republik presidensial Sejak 1975 6 Kongo 1960 Republik demokrasi Sejak 1992

500

Daerah Nama Negara Merdeka Sistem Pemerintahan Brazzaville

6 Kongo 1960 Republik presidensial Sejak 1978 6 Lesotho 1966 Monarki konstitusional Sejak 1993 6 Liberia 1847 Republik presidensial Sejak 1847 6 Madagaskar 1960 Republik presidensial Sejak 1992 6 Malawi 1964 Republik presidensial Sejak 1964 6 Mauritius 1968 Republik parlementer Sejak 1968 6 Mosambik 1975 Republik presidensial Sejak 1990 6 Namibia 1990 Republik presidensial Sejak 1990 6 Niger 1960 Republik presidensial Sejak 1960 6 Nigeria 1960 Republik presidensial Sejak 1979 6 Rwanda 1962 Republik presidensial Sejak 1962 6 Sambia 1964 Republik presidensial Sejak 1964 6 Sao Tomé dan

Princ. 1975 Republik presidensial Sejak 1975

6 Senegal 1960 Republik presidensial Sejak 1963 6 Seychellen 1976 Republik presidensial Sejak 1976 6 Sierra Leon 1961 Republik presidensial Sejak 1978 6 Somalia 1960 Republik presidensial Sejak 1979 6 Afrika Selatan 1910 Republik presidensial Sejak 1961 6 Sudan 1956 Republik Islam Sejak 1986 6 Swasilan 1968 Monarki parlementer Sejak 1973 6 Tansania 1961 Republik federasi presidensial Sejak 1964 6 Togo 1960 Republik presidensial Sejak 1967 6 Chad 1960 Republik presidensial Sejak 1960 6 Uganda 1962 Republik presidensial Sejak 1967 6 Republik Afrika

tengah 1960 Republik presidensial Sejak 1986

6 Zimbabwe 1980 Republik presidensial Sejak 1980 7 Bangladesh 1971 Republik parlementer Sejak 1991 7 Butan Tradisional Monarki konstitusional Sejak 1969 7 Brunei 1984 Monarki Islam Sejak 1984 7 India 1947 Republik federal parlementer Sejak 1950 7 Indonesia 1949 Republik presidensial Sejak 1945 7 Malaysia 1957 Monarki yang dipilih parlementer Sejak 1963 7 Malediva 1965 Republik presidensial Sejak 1968 7 Myanmar 1948 Republik sosialis Sejak 1974 7 Nepal 1789 Monarki konstitusional Sejak 1990 7 Filipina 1946 Republik presidensial Sejak 1987 7 Singapur 1965 Republik parlementer Sejak 1959 7 Sri Lanka 1948 Republik presidensial Sejak 1978 7 Thailand 1782 Monarki konstitusional Sejak 1932 8 Cina 4000 SM Republik rakyat sosialis Sejak 1949 8 Jepang 660 SM Monarki parlementer Sejak 1947 8 Kambodja 1955* Monarki konstitusional Sejak 1993 8 Korea Utara 1948 Republik rakyat komunis Sejak 1948 8 Korea Selatan 1948 Republik presidensial Sejak 1948 8 Laos 1954 Republik rakyat Sejak 1975 8 Mongol 1921 Republik Sejak 1992 8 Taiwan 1912 Republik presidensial Sejak 1947 8 Vietnam 1976* Republik rakyat Sejak 1980 9 Australia 1901 Monarki federatif parlementer Sejak 1901 9 Fiji 1970 Republik Sejak 1987 9 Kiribati 1979 Republik presidensial Sejak 1979 9 Kepulauan

Marshall 1990 Republik Sejak 1990

9 Mikronesia 1990 Republik federal Sejak 1991 9 Nauru 1968 Republik parlementer Sejak 1968 9 Selandia Baru 1907 Monarki parlemener Sejak 1907 9 Palau 1994 Republik presidensial Sejak 1947

501

Daerah Nama Negara Merdeka Sistem Pemerintahan 9 Papua Nugini 1975 Monarki parlementer Sejak 1975 9 Salomon 1978 Monarki parlementer Sejak 1978 9 Samoa Barat 1962 Monarki parlementer Sejak 1962 9 Tonga 1970 Monarki konstitusional Sejak 1875 9 Tuvalu 1978 Monarki konstitusional Sejak 1978 9 Vanuatu 1980 Republik parlementer Sejak 1980

* Negara yang beberapa kali mengalami kemerdekaan. Yang dicantumkan di sini adalah tahun

kemerdekaan yang terakhir.

24.2. Pengaruh terhadap strategi

Dalam pengumpulan fakta, data-data mengenai konstitusi dan bentuk sistem

pemerintahan diklasifikasikan ke dalam data dasar lingkungan eksternal.

Konstitusi dan sistem-sistem pemerintahan bisa memberikan pengaruh yang kuat

pada strategi, jika misi strategis telah dirumuskan secara luas. Jika tujuannya

diarahkan untuk mempengaruhi kebijakan atau sebagai upaya untuk memperoleh

kekuasaan dalam sebuah sistem, sistem tersebut pertama-tama harus dianalisa dan

dipahami terlebih dulu. Bagian-bagian mana sajakah yang penting untuk

mempengaruhi kebijakan? Di mana letak pusat kekuasaan?

Terkadang pusat kekuasaan ada di parlemen, tapi adakalanya parlemen hampir

tidak memiliki kekuasaan, karena kekuasaan terpusat di tangan presiden. Dalam

sistem lain seperti di Jerman, presiden tidak memiliki banyak pengaruh terhadap

pengambilan keputusan politik. Di sana, kanselir yang dipilih oleh parlemenlah yang

memiliki kekuasaan itu. Tetapi dalam sistem semacam ini pun, parlemen tidak selalu

menjadi lembaga tertinggi. Di negara-negara yang memiliki konstitusi federal, justru

kamar-kamar legislatif negara-negara bagian atau propinsi yang memiliki peran

menentukan.

Dalam praktiknya, sistem konstitusional dan manifestasinya harus dijadikan dasar

dalam perencanaan strategi – untuk memastikan bahwa rencana-rencana kita telah

mengikuti garis yang benar. Realitas konstitusional lebih penting daripada konstitusi

itu sendiri. Di sejumlah negara, manifestasi konstitusi jauh berbeda dari aslinya. Ini

bisa terjadi ketika ada pergeseran tekanan dalam konstitusi, tapi sebagiannya terjadi

502

karena kekuatan-kekuatan yang menekannya tidak mempertimbangkan pengaruh

konstitusi dan menentukan kebijakan dari luar.

503

25. PARTAI DAN SISTEM KEPARTAIAN

Konsep “partai politik” dalam pengertiannya yang sekarang tercipta pada abad ke-19

bersamaan dengan terbentuknya demokrasi barat, dan dilaksanakannya hak pilih

secara umum di Eropa dan Amerika Serikat. Tapi fenomena semacam ini bukan baru

muncul pada masa itu. Dari periode negara kota jaman dahulu hingga abad

pertengahan, kekuatan oligarkis dan rakyat biasa telah memperebutkan kekuasaan

dan pengaruh.

Partai adalah kelompok orang-orang yang berpandangan sama, yang berjuang

memperoleh kekuasaan dan pengaruh dalam pemerintahan, untuk dapat

mempengaruhi opini publik dan mewujudkan pandangan politik mereka. Definisi

partai sangat dipengaruhi oleh pemahaman kita tentang masyarakat. Dalam

masyarakat pluralistis, terutama dalam konstitusi parlementari, partai dibentuk

berdasarkan keragaman kepentingan. Paham Marxisme-Leninisme mendefinisikan

partai sebagai organisasi politik, di mana di dalamnya bergabung berbagai kelas

untuk dapat mewakili kepentingan kelompoknya. Menurut Max Weber134, dalam

suatu masyarakat moderen, kepimpinan politik dan opini politik yang handal tidak

akan mungkin terbentuk tanpa adanya partai. Salah satu tugas partai adalah

meneruskan proses-proses keputusan di antara masyarakat dan pemerintah.

Dalam sistem demokrasi-parlementer, dasar pembentukan partai adalah prinsip

kebebasan. Berbagai sistem partai terbentuk dalam konteks sosial dan historis

spesifik. Seringkali ada dua-partai besar yang dibangun – seperti misalnya di

Amerika Serikat dan Inggris, tapi bisa juga terbentuk banyak partai seperti di Amerika

Latin. Meskipun partai-partai kecil juga ada, tapi situasinya didominasi oleh dua-

partai besar.

Kebalikan dari sistem dua-partai, jumlah partai yang benar-benar dapat

mempengaruhi formasi pemerintahan dibatasi di dalam sistem multi-partai.

Manifestasi sistem partai semacam ini sangat dipengaruhi oleh undang-undang

pemilu yang berlaku. Sementara sistem pemilu mayoritas lebih mendukung sistem

dua-partai, sistem perwakilan proporsional mendorong lahirnya beberapa partai kecil,

134

Max Weber: Wirtschaft und Gesellschaft (Ekonomi dan Masyarakat), Neuausgabe 1985.

504

kecuali aturan tentang ambang batas justru berakibat mempromosikan sistem multi-

partai.

Sistem satu partai lazim di dalam sistem diktatur dan sosialis, di mana partai komunis

memonopoli kekuasaan.

25.1. Klasifikasi partai (penggolongan tipe-tipe partai)

Ada berbagai upaya untuk membuat klasifikasi atau penggolongan partai dengan

menggunakan berbagai konsep teoritis. Tapi setiap penggolongan ini tidak

menunjukkan bentuknya, dan mereka menjadi berbeda hanya karena berkombinasi

dengan deskripsi-deskripsi lainnya.

25.1.1. Klasifikasi berdasarkan sifat dan kepentingan para pengikutnya

Partai kelompok seprofesi: Partai ini terdiri dari gabungan berbagai kelompok yang

memiliki keahlian/profesi tertentu, misalnya di bidang agraria, pengacara, dan

sebagainya. Tujuan mereka serupa dengan partai kelompok yang memiliki

kepentingan khusus, yaitu untuk memperjuangkan kepentingan anggotanya.

Partai kelompok yang memiliki kepentingan tertentu (partai minat): Partai ini

mewakili kepentingan tertentu yang dimiliki oleh berbagai kelompok sosiologis yang

berbeda, misalnya pejabat, perempuan, manula, pengungsi, dan sebagainya. Tujuan

mereka adalah untuk memperoleh keuntungan bagi kelompok spesifik masing-

masing.

Partai kelas: Partai kelas terutama terbentuk sebagai partai Marxisme-Leninisme,

yang memperjuangkan kepentingannya secara tegas dan melawan kelompok-

kelompok lainnya dalam persaingan antar-kelas, untuk mengontrol pemerintahan di

bawah kekuasaan mereka.

Partai rakyat: Partai rakyat pada dasarnya dapat digolongkan sebagai kubu yang

berlawanan dengan partai kelas. Partai ini ingin menyatukan beragam kepentingan

yang ada ke dalam satu kehendak politik bersama. Tujuan mereka adalah ingin

menyelesaikan berbagai konflik agar tercipta iklim yang harmonis di dalam partai,

dan menyatukan berbagai kelompok besar pemilih untuk kepentingan mereka.

505

Partai etnis: Relevansi tumbuhnya partai etnis adalah untuk kepentingan masing-

masing kelompok etnis. Seiring dengan berjalannya waktu, mereka dituntut untuk

memperjuangkan kepentingan kelompok etnis lainnya.

25.1.2. Klasifikasi berdasarkan struktur organisasi

Partai kepribadian: Partai jenis ini adalah asosiasi yang tidak terlalu ketat, yang

kepemimpinannya terdesentralisir dan tidak profesional. Pada pemilu parlemen,

mereka mendukung kandidat-kandidat tertentu untuk mendapatkan kursi.

Partai massa: sebagai jawaban terhadap tuntutan sosial dalam masyarakat

industri, maka dibentuklah partai-partai besar dengan banyak anggota. Dengan

sebuah kekuatan kombinasi yang cukup besar, mereka berharap dapat

mempengaruhi pemerintah dan masyarakat, dan menyatakan bahwa kekuasaan ada

dalam pengaruhnya.

Partai kader: Partai ini muncul sebagai „partai jenis baru“ dengan mengacu pada

Lenin. Cirinya adalah, mereka terorganisir secara ketat dan dipimpin oleh

sekelompok kecil kader yang berpegang pada suatu ideologi, dan melakukan

pembaharuan melalui pembersihan yang terus menerus.

25.1.3. Klasifikasi berdasarkan sasaran-sasaran politis dan strategis

Sebagaimana yang telah dibahas dalam Bab tentang program-program politik

partai135, partai juga dapat digolongkan berdasarkan sasaran-sasaran politis dan

strategisnya. Pembagian seperti itu tampak seperti di bawah ini:

Partai fasis

Partai radikal kanan

Partai konservatif

Partai liberal

Partai sosial-demokrat

Partai sosialis

Partai komunis

Partai ekologis

135

Lihat Bab 5.2.3 tentang Program.

506

Partai religius/berorientasi agama

Partai etnis

25.1.4. Klasifikasi berdasarkan tingkat institusionalisasi/pelembagaan

Perbedaan ini terutama muncul pada partai-partai yang ingin mendobrak sistem

partai yang mapan dan kemudian muncul sebagai suatu gerakan atau organisasi

yang berstruktur longgar. Di sini dapat dibedakan antara:

Partai mapan

Partai tidak mapan

25.1.5. Klasifikasi berdasarkan fungsinya dalam masyarakat

Pendaya-gunaan partai di dalam masyarakat merupakan sebuah klasifikasi yang

menarik. Klasifikasi ini dapat memberikan input-input yang sangat strategis

mengenai perilaku dalam situasi yang kritis/genting, dan oleh karena itu memiliki

relevansi khusus bagi para perencana strategi. Di sini kita bedakan antara:

Partai pelayanan warga atau partai jasa: Partai ini berusaha untuk

memberikan bantuan kepada warga, untuk dapat menyesuaikan diri/

menemukan tempatnya dalam masyarakat. Partai ini relatif a-politis, tidak

memiliki ideologi yang kuat, tapi sangat membantu dalam masyarakat dan

lingkungannya. Partai ini memelihara hubungan yang dekat dengan para

pemilihnya. Di tingkat lokal, partai ini juga menyediakan pos pelayanan dan

bantuan bagi masyarakat. Daya tarik partai ini adalah karena mereka

memberikan jasa kepada warga secara cuma-cuma, dan karena itu warga

memberikan suaranya kepada mereka. Mereka memiliki basis akar-rumput

yang kuat.

Partai jenis ini terutama muncul sebagai partai blok dalam sistem

sosialis. Partai ini tidak memiliki pengaruh politik yang besar,

tetapi dapat mengurangi penderitaan anggotanya dan para

pemilihnya dengan menawarkan berbagai keistimewaan khusus.

Tipe partai ini juga bisa ditemui di negara-negara dengan sistem

sosialis yang tidak terlalu menonjol. Biasanya partai ini

menawarkan jasa-jasa sosial, tapi juga menyediakan jasa-jasa

507

lain seperti perawatan kesehatan – dan bahkan memiliki rumah

sakit partai.

Partai proyek atau partai pemecah masalah: Partai jenis ini fokus pada agenda

tunggal atau pada proyek individu. Mereka adalah partai isu tunggal dan berorientasi

ke masa depan. Di depan publik, partai ini mempresentasikan proyek-proyeknya

secara jelas dan mengarah pada isu. Daya tarik partai ini adalah karena masyarakat

menunjukkan adanya identifikasi emosional antara mereka dengan isu-isu tertentu,

dan, karenanya, mereka memiliki komitmen untuk memberikan suaranya kepada

partai ini. Organisasi partai ini tergantung pada cabang-cabangnya untuk menyajikan

dan menyebarkan konsep proyeknya di tingkat lokal. Perkumpulan-perkumpulan

basis yang kuat merupakan transformator ide-ide proyek mereka, atau terkadang

mereka juga berperan sebagai pihak yang merealisasikan program partai.

Munculnya partai ekologis serta partai-partai lain yang

memfokuskan diri pada wilayah kebijakan adalah manifestasi

dari partai jenis ini.

Partai manajemen kebijakan atau partai fraksi/pemerintah: Partai jenis ini

memfokuskan dirinya pada manajemen dan manajemen krisis di tingkat tertinggi

pemerintahan. Mereka bekerja keras untuk menyelesaikan masalah-masalah melalui

solusi yang kompleks dan berjaring. Citra partai ini adalah sebagai “pekerja” (“doer”).

Partai ini melakukan apa yang harus dilakukan, terlepas dari bagaimana pemilihnya

menilai aksi-aksi mereka.

Partai ini sangat berorientasi pada media dan dapat menjamin kehadiran

media melalui anggotanya yang duduk dalam pemerintahan.

Hubungannya dengan para pemilih terjalin karena partai memberikan

kepercayaan kepada pemilihnya untuk mengatasi berbagai rmasalah dan

krisis yang terjadi. Pemilih memberikan suaranya kepada partai untuk

mendelegasikan tanggung jawab pribadi mereka kepada partai ini.

Organisasi ini sangat berorientasi ke pusat (sentralisasi). Keputusan

diambil secara cepat, untuk selanjutnya disahkan oleh basis partai.

Partai ideologi: Partai ini berupaya menawarkan nilai-nilai, menawarkan

penyelesaian masalah secara komprehensif dan kompleks, serta mengembangkan

berbagai alternatif. Partai ini dikenal sebagai partai yang konsisten, sangat

berorientasikan nilai-nilai atau norma, dapat diandalkan dan ideologis. Partai ini

508

menyediakan berbagai program dan bertujuan mengidentifikasi nilai dengan

kelompok pemilih tertentu. Jika ada kesesuaian identifikasi, kelompok pemilih akan

memberikan dukungannya kepada partai. Partai ideologi ditandai dengan adanya

demokrasi internal yang sangat kuat, dan tidak ada dominasi kekuasaan di

dalamnya. Partai ini sangat lambat dalam mengambil keputusan.

Gerakan atau one-person shows. Partai tipe ini bertujuan mengambil-alih pengaruh

dan kekuasaan. Untuk itu, partai membutuhkan seorang pemimpin yang kharismatis

atau Caudillo (istilah ini pada mulanya berarti kepala suku. Sejak abad ke-19, istilah

ini dilekatkan pada seorang penguasa politik di Amerika Latin, yang bisa juga berarti

diktator. Caudillo merupakan gelar resmi pimpinan pemerintahan Spanyol di bawah

Franco Bahamonde). Sang pemimpin bertanggungjawab menciptakan rasa

kepercayaan dan ketergantungan para pemilih. Gerakan ini mengetengahkan rasa

kebersamaan, perlindungan dan rasa aman. Hampir tidak ada struktur organisasi

partai. Menjelang pemilu biasanya dibentuk suatu organisasi ad-hoc serta “mesin-

mesin tempur” pemilu.

25.2. Perkembangan berbagai sistem yang berbeda

Di berbagai belahan dunia, berbagai perkembangan politik dan budaya membentuk

berbagai tipe partai yang berbeda. Mereka memiliki karakteristik tertentu yang sesuai

dengan sistem pemerintahan dan sistem pemilu. Pengetahuan dan pemahaman

terhadap fungsi dan citra diri partai memiliki pengaruh besar pada perencanaan

strategis.

Di Eropa, yang mendominasi adalah partai-partai ideologis. Mereka cenderung

membatasi dirinya secara politis dari lawan-lawan politiknya. Program yang mereka

tawarkan seringkali menjadi pusat perhatian pada saat pemilu. Sebuah pengecualian

ditunjukkan oleh sistem presidensial yang berlaku di Perancis, dan pada saat ini,

juga di Rusia. Di negara-negara ini, justru muncul gerakan-gerakan politik yang

menghilangkan profil politik yang jelas. Secara keseluruhan dapat disimpulkan

bahwa di Eropa, perhatian masyarakat terhadap figur individu terus meningkat

berbanding terbalik dengan ideologi.

509

Di Amerika Latin, perkembangan partai menempuh jalan yang berbeda. Setelah

pembagian gerakan politik ke dalam “Serviles” dan “Liberales”, berdasarkan

peraturan sistem pemerintahan presidensial, dibentuklah berbagai partai. Partai-

partai ini tidak terlalu ideologis seperti partai-partai di Eropa. Partai-partai ini lebih

memiliki karakteristik gerakan dan kerap dipimpin oleh seorang “Caudillo”. Dalam

kampanye pemilu, mereka cenderung menonjolkan figur pribadi, dan karena itu

sering membutuhkan orang-orang yang berkarakter populis. Namun demikian, bisa

diamati suatu kecenderungan di mana ideologi menjadi lebih penting daripada figur.

Di Amerika Utara, yakni di Amerika Serikat dan Kanada terbentuk sistem-sistem

yang berbeda. Dalam sistem dua-partai di Amerika Serikat (dengan sistem

pemerintahan presidensialnya) telah menyebabkan di dalam partai massa, hanya

memiliki sedikit perbedaan ideologi dan pada umumnya perbedaan ini ada pada

kandidatnya. Tidak ada perbedaan struktur dari atas sampai ke tingkat lokal.

Sebaliknya, partai-partai yang ada di Kanada dibangun berdasarkan perbedaan

ideologis, dan terutama perbedaan bahasa, yang juga dapat dinilai sebagai partai

minat khusus.

Di sebagian besar negara-negara di Afrika muncul berbagai partai yang dapat

disebut sebagai partai minat dengan latar belakang kesukuan. Dimasa lalu, mereka

memiliki partai yang mengarah ke sebuah sistem partai tunggal yang beraliran

sosialis, yang bagaimanapun, secara ideologis sebenarnya tidak sungguh-sungguh

mengarah kepada sosialis. Setelah sistem partai tunggal dibubarkan, partai-partai

kesukuan mulai bermunculan.

Di Asia Tenggara dan Asia Selatan, partai-partai regional dan keluarga memiliki

peran khusus. Partai-partai ideologis yang bisa ditemukan biasanya berhaluan kiri.

Dapat diamati adanya peningkatan jumlah partai yang berorientasi religius

(keagamaan).

Meskipun di wilayah Arab-Muslim terbentuk sistem partai pluralis, partai-partai ini

pada umumnya berorientasikan keagamaan, dan sebagian besar dari partai-partai di

sana pun memiliki latar-belakang keluarga/suku.

510

26. SISTEM PEMILU DAN PEMILU

Seperti halnya tidak ada bentuk pemerintahan yang seragam dan optimal, sistem

pemilu pun sangat beragam. Sistem-sistem pemilu ini sebagian tumbuh secara

historis – dipengaruhi oleh latar belakang masyarakat yang bersangkutan, atau

dipaksakan pemerintah kolonial untuk mencapai pengaruh-pengaruh tertentu. Dalam

analisa terhadap sistem pemilu, tidaklah penting apakah suatu sistem merupakan

perwujudan dari adanya sebuah demokrasi – atau setidaknya demokrasi semu, atau

keinginan akan terjadinya stabilitas atau pertimbangan akan kepentingan kaum

minoritas. Yang penting adalah bahwa beberapa sistem pemilu sangat sesuai

dengan mentalitas sebuah bangsa, sementara sistem lainnya dianggap asing atau

dipaksakan – dan karenanya ditolak.

26.1. Pengaruh sistem Pemilu terhadap strategi

26.1.1. Susunan dan tipe-tipe dasar sistem Pemilu

Sistem pemilu menentukan modus yang digunakan pemilih untuk memberikan

suaranya kepada kandidat atau partai pilihannya melalui surat suara dan metode

untuk menerjemahkan surat suara ke dalam mandat atau kursi. Aturan teknis yang

berlaku bagi sebuah sistem pemilu mencakup keseluruhan proses pemilu – mulai

dari pencalonan diri sebagai kandidat yang diatur dalam undang-undang pemilu

sampai pada penghitungan suara.

Sistem pemilu memiliki muatan politik yang sangat tinggi. Sistem ini mempengaruhi:

komposisi badan yang akan dipilih

struktur sistem partai

pembentukan opini dan kehendak di antara pemilih

kesediaan dan kemampuan warga untuk berpartisipasi

budaya politik

Proses pemilu yang berbeda-beda – yang dikenal ada lebih dari 300 – dapat

dikembalikan pada dua jenis sistem dasar: pemilu dengan sistem distrik dan pemilu

dengan sistem proporsional. Dalam pemilu dengan sistem proporsional murni, partai

511

akan memperoleh kursi sesuai dengan persentase suara yang mereka peroleh.

Dalam pemilu dengan sistem distrik murni, kandidat yang akan memperoleh kursi

adalah yang memperoleh suara terbanyak (baik relatif maupun absolut) di sebuah

distrik (daerah) pemilihan. Kandidat-kandidat yang memperoleh jumlah suara di

bawahnya tidak akan diperhitungkan atau suaranya menjadi hangus.

Pada umumnya, sistem pemilu dibagi menjadi empat bidang:

Pembagian daerah pemilihan

Pencalonan diri sebagai kandidat

Pemberian suara

Proses penghitungan suara

Kombinasi dari berbagai peraturan yang berbeda dalam bidang-bidang tersebut

menghasilkan sejumlah sistem pemilu yang sangat berbeda, yang sangat

mempengaruhi perencanaan strategis.

26.1.2. Pembagian ke dalam daerah-daerah pemilihan

Pada dasarnya, daerah pemilihan dibagi ke dalam distrik-distrik pemilihan yang

dibedakan berdasarkan ukurannya (jumlah wakil yang akan dipilih): distrik pemilihan

tunggal, kecil, menengah dan besar. Sangat jarang ada kasus di mana seluruh

daerah pemilihan membentuk sebuah distrik pemilihan saja, meskipun hal ini bisa

saja terjadi, khususnya dalam pemilu regional dan lokal – atau bahkan dalam kasus-

kasus tertentu, juga di tingkat nasional.

Penetapan distrik pemilihan akan sangat menentukan hasil pemilu dan dapat

dimanipulasi secara besar-besaran. Jenis manipulasi yang sewenang-wenang

terhadap penetapan distrik pemilihan – yang dilakukan untuk memberikan

keuntungan tertentu bagi sebuah partai – bahkan memiliki istilahnya sendiri yaitu

“gerrymeandering“136.

Melalui pembagian distrik pemilihan dan pembobotan setiap distrik pemilihan upaya

untuk mengamankan kehadiran parlemen di dalam masyarakat yang heterogen

136

Lihat juga Bab 24.3.2 tentang Demarkasi Daerah Pemilihan.

512

untuk kelompok etnis, penutur bahasa atau agama tertentu akan berhasil, tanpa

harus memberlakukan sebuah sistem kuota. Hal ini hanya akan berfungsi jika

wilayah domisili kelompok-kelompok tersebut jelas dan terpisah. Penentuan distrik

pemilihan secara virtual yang digunakan misalnya untuk memberikan keterwakilan di

dalam parlemen kepada warga yang tinggal di luar negeri adalah suatu hal yang bisa

terjadi namun jarang. (lihat juga bab 26.2.9 Sistem pemilihan dengan kuota).

26.1.3. Bersaing dalam pemilu

Ada berbagai cara bagaimana pemilu dikompetisikan. Pembedaan pertama adalah

antara calon tunggal dan daftar calon. Daftar calon dapat dibeda-bedakan lagi

menjadi beberapa jenis:

Daftar calon tertutup, berarti bahwa pemilih hanya dapat memberikan suaranya

tanpa bisa mengubah daftar calon yang ada. Dengan demikian, partai atau kelompok

yang menyusun dan mengajukan daftar ini akan memperoleh kekuasaan yang besar,

karena merekalah yang menetapkan nomor urut kandidat dalam daftar ini. Secara

strategis bagi para kandidat hal ini berarti bahwa mereka harus merasa mempunyai

tanggungjawab yang lebih besar dibanding pemilih. Karena hanya partai yang

menentukan apakah seseorang memperoleh tempat seperti yang sudah tertera di

dalam daftar atau tidak.

Daftar calon terbuka, berarti bahwa pemilih dapat mengubah susunan para

kandidat atau memberi suara berdasarkan preferensi atau dapat juga mencoret

kandidat dari dalam daftar. Di sini pemilih dapat mempengaruhi pemilihan kandidat

secara terbatas. Pengaruh partai dan kelompok menjadi berkurang, pengaruh

pemilih meningkat.

Daftar calon bebas berarti bahwa pemilih dapat memberikan beberapa suara

kepada seorang kandidat (kumulasi) atau memilih kandidat dari beberapa daftar

yang berbeda (panachage atau pemilihan silang). Pemilih dalam sistem seperti ini

memiliki peluang yang besar untuk memberikan pengaruh; tetapi ini juga masih

tergantung pada jumlah suara yang dapat diberikan.

513

Selain itu juga ada bentuk kombinasi daftar, seperti misalnya yang terikat pada distrik

pemilihan tertentu dan yang tidak terikat pada distrik pemilihan. Biasanya ini

menyangkut pemanfaatan suara sisa yang tidak dibutuhkan untuk sebuah kursi.

Melalui relasi ini sisa suara pada distrik pemilihan seperti itu dipindahkan kepada

distrik pemilihan yang masih membutuhkan suara untuk sebuah mandat.

26.1.4. Pemberian suara

Di sini ditetapkan jumlah suara yang dapat didaftar oleh pemilih (pemberian suara

tunggal, pemberian suara jamak). Dalam pemberian suara jamak, jumlah suara yang

diberikan sama dengan jumlah wakil yang bisa dipilih dalam sebuah distrik

pemilihan, atau kurang dari itu (pemberian suara terbatas). Dalam hubungannya

dengan peraturan mengenai pencalonan diri sebagai kandidat, pemilih berhak atas

pemberian suara preferensi atau alternatif, yakni ia dapat mengakumulasi atau

membagi suaranya (panachage) kepada beberapa kandidat. Pendataan surat suara

disusun menurut peraturan pemungutan suara atau pencalonan kandidat. Karena itu

keduanya memiliki nilai strategis yang sangat signifikan untuk penyusunan daftar

kandidat dan jalannya kampanye.

26.1.5. Rumus penghitungan suara

Rumus penghitungan suara antara lain ditentukan oleh pembagian distrik pemilihan,

prosedur pencalonan kandidat dan pemberian suara. Kesemuanya memiliki variabel-

variabel yang sangat penting dalam mempengaruhi sebuah sistem pemilu:

Hasil keputusan didasarkan pada: perwakilan distrik atau proporsional

Tingkat penghitungan: distrik pemilihan, gabungan distrik pemilihan, daerah, kota

Metode pembagi (d’Hondt) atau sistem penghitungan angka pemilu (Hagenbach-

Bischoff)

Pemanfaatan suara sisa atau suara yang berlebih

Aturan threshold (ambang batas) parlementer, alami dan buatan

Metode pembagi yang paling terkenal adalah metode d’Hondt. Suara sah yang

diperoleh akan dibagi berdasarkan deret bilangan pembagi 1,2,3,4 dan seterusnya.

514

Jumlah kursi yang tersedia dialokasikan untuk masing-masing partai berdasarkan

angka-angka tertinggi, menurut tingginya hasil pembagi yang diperoleh.

Sebuah metode angka tertinggi lainnya adalah yang diperkenalkan oleh Saint

Lague/Schepers, yang penghitungannya didasarkan pada angka tertinggi. Dalam

metode ini, suara yang diperoleh setiap partai dibagi dengan angka 0,5; 1,5; 2,5; ...n-

0,5, dan jumlah kursi yang dibagikan didasarkan pada urutan angka tertinggi yang

diperoleh.

Metode penghitungan angka pemilu yang paling populer adalah metode

Hagenbach-Bischoff. Angka pemilu di sini diperoleh dari jumlah suara sah, dibagi

dengan jumlah kursi yang tersedia di distrik pemilihan ditambah satu. Angka pemilu

menurut Hare adalah jumlah suara sah yang diperoleh, dibagi dengan jumlah kursi di

distrik pemilihan yang bersangkutan.

Sebuah variasi lain untuk metode penghitungan angka pemilu diperkenalkan oleh

ahli matematik Niemayer, yang didasarkan pada sistem proporsi matematis. Jumlah

suara sah yang diperoleh partai dikalikan dengan jumlah kursi, dan hasilnya dibagi

dengan seluruh jumlah suara sah yang diperoleh. Partai akan memperoleh kursi

sesuai dengan jumlah bilangan bulat dari hasil perhitungan tersebut. Kursis yang

tersisa akan dibagikan berdasarkan tingginya angka dibelakang koma (desimal).

Contoh pembagian kursi berdasarkan d’Hondt. Ada dua belas kursi yang

akan dibagikan. Jumlah partai yang berpartisipasi dalam pemilu adalah

empat partai. Partai A memperoleh suara 36324 suara, partai B 30972

suara, partai C 24048 suara dan partai D 7200 suara.

Pembagi Partai A K Partai B K Partai C K Partai D K

1 36324 1 30972 2 24048 3 7200

2 18162 4 15468 5 12024 7

3 12108 6 10324 8 8016 10

4 9081 9 7743 11 6012

5 7265 12 6194

6 6054

515

Pembagian kursi menurut d´Hondt

Menurut metode penghitungan d’Hondt, partai A akan memperoleh kursi

ke -1, ke-4, ke-6, ke-9 dan ke-12, jadi seluruhnya ada 5 kursi. Partai B

memperoleh mandat ke-2, ke-5, ke-8 dan ke-11, atau secara keseluruhan

4 kursi. Partai C memperoleh mandat ke-3, ke-7, dan ke-10, seluruhnya

ada 3 kursi. Partai D tidak memperoleh kursi, karena sudah ada duabelas

angka tertinggi, yang lebih tinggi dari 7200.

Berdasarkan perhitungan Hare/Niemayer, kita akan memperoleh hasil

sebagai berikut:

Partai A: 36324 x 12 : 98544 = 4,42

Partai B: 30972 x 12 : 98544 = 3,77

Partai C: 24048 x 12 : 98544 = 2,93

Partai D : 7200 x 12 : 98544 = 0,88

Jumlah kursi akan dihitung dengan cara sebagai berikut :

Partai A: 4 + 0 = 4, Partai B: 3 + 1 = 4

Partai C: 2 + 1 = 3, Partai D: 0 + 1= 1

Jadi berdasarkan metode ini, partai D memperoleh satu kursi lebih dan

partai A kehilangan satu kursi dibandingkan dengan yang ia dapatkan bila

penghitungan menggunakan metode d’Hondt.

Rumus penghitungan suara Hare identik dengan metode Niemayer.

Dalam contoh di atas, hasil pemilu berdasarkan metode Hare adalah

98544 : 12 = 8212. Ini berarti bahwa setiap 8212 suara, ada satu kursi

yang tersedia. Kursi-kursi yang tersisa kemudian dibagikan berdasarkan

urutan sisa suara tertinggi, dibagi dengan jumlah kursi yang sudah

diperoleh ditambah satu.

Metode penghitungan menurut Hagenbach-Bischoff sangat mirip dengan metode

Hare. Yang membedakan di sini hanya bilangan pembaginya.

Dalam contoh di atas, hasil suara pemilu adalah 98544 : 13 = 7580. Ini

artinya, setiap 7580 suara tersedia satu kursi. Kursi-kursi yang tersisa

516

dibagikan berdasarkan sisa suara tertinggi, dibagi dengan jumlah kursi

yang sudah diperoleh ditambah satu.

Pembagian kursi menurut Hare/Niemeyer

Sistem penghitungan suara memang memiliki dampak terhadap jumlah mandat,

yang diterima oleh partai. Maka proses d´Hondt mengutamakan sesuatu bagi partai-

partai besar, sementara proses penghitungan suara menurut Hare/Niemeyer

mengimbangi kembali kerugian yang dimiliki sistem d´Hondt untuk partai-partai kecil.

Secara strategis kedua sistem ini tidak penting untuk perencanaan kampanye

pemilu.

26. 2. Tipe-tipe sistem pemilu

26.2.1. Sistem distrik (first-past-the-post)

Secara umum dapat dikatakan bahwa dalam sistem distrik ini, kursi parlemen

dimenangkan oleh kandidat yang memperoleh jumlah suara terbanyak. Jadi tujuan

dalam pemilu dengan sistem seperti ini bukan untuk memperoleh suara mayoritas

absolut, melainkan suara mayoritas relatif.

26.2.2. Pemilu langsung dalam distrik pemilihan tunggal

Yang terjadi dalam sebuah pemilihan langsung di sebuah distrik pemilihan tunggal

adalah pemilihan individu atau figur, di mana kandidat-kandidat dari berbagai partai

517

berbeda atau kandidat independen saling bersaing di sebuah distrik pemilihan. Yang

menang adalah kandidat yang:

mengumpulkan suara terbanyak, atau

memperoleh mayoritas suara.

Dalam pemilu sistem distrik tunggal, yang menjadi fokus adalah figur kandidat

sebagai pribadi dan bukannya partai yang diwakilinya. Kandidat yang bersangkutan

harus ditampilkan sebagai seorang wakil terpercaya, yang dapat mewakili

kepentingan masyarakat di distrik pemilihan setempat. Oleh karena itu, kandidat

harus memiliki hubungan yang erat dengan konstituen di distrik pemilihan, memiliki

hubungan pribadi yang baik dengan masyarakat setempat dan memiliki pemahaman

yang kuat terhadap persoalan yang dihadapi warga di distrik pemilihan tersebut.

Kasus 1: Memperoleh mayoritas relatif atau jumlah suara terbanyak sudah cukup.

Kasus 2: Mayoritas absolut harus dicapai

Petunjuk strategis:

Dalam sistem distrik di distrik pemilihan tunggal yang tidak diiringi pemilu

putaran kedua, langkah strategis yang paling penting adalah mengumpulkan

suara terbanyak, dan jika perlu, sebisa mungkin merintangi kandidat lainnya

dalam memperoleh suara yang lebih banyak dari kandidat kita sendiri.

Langkah ini dapat dilakukan dengan menonjolkan kandidat kita dari kandidat

lawan, atau dapat juga dilakukan dengan memanfaatkan kekuatan tak

langsung, yang menggoyang kepercayaan konstituen terhadap kandidat

lawan. Alternatif lain, bisa juga dilakukan dengan menampilkan seorang

kandidat independen semu yang sengaja melakukan presentasi dalam

bidang-bidang yang sama dengan kandidat lawan utama, dengan tujuan

untuk merebut suara kandidat mereka dan dengan demikian memperlemah

kandidat lawan sehingga memungkinkan kita memperoleh suara terbanyak.

Prinsip "memecah dan berkuasa" berlaku di sini.

518

Dalam kasus ini, mayoritas absolut sudah harus dicapai dalam pemilu putaran

pertama atau kedua. Apabila kandidat yang ada lebih dari dua orang, mayoritas

absolut belum tentu dapat dicapai pada pemilu putaran pertama. Oleh karena itu,

seringkali dibutuhkan adanya pemilu putaran kedua137, yang hanya diikuti oleh dua

orang kandidat dengan suara terbanyak. Pemilu putaran kedua ini biasa diadakan

satu minggu atau empat belas hari setelah pemilu pertama (utama) dan hanya

dilakukan di distrik-distrik pemilihan di mana tidak satu pun di antara kedua kandidat

tersebut memperoleh mayoritas absolut. Karena itu harus dipastikan bahwa kandidat

tersebut menang di putaran pertama.

26.2.3. Pemilu langsung dalam distrik pemilihan jamak

Pemilu dalam distrik pemilihan jamak, dilakukan di distrik dengan konstituen yang

jumlahnya lebih besar. Yang dipilih dalam pemilu ini pun lebih dari satu kandidat.

Karenanya, masing-masing partai memiliki peluang untuk mengajukan lebih dari satu

137

Dalam teori pemilu, proses semacam ini juga dikenal dengan sebutan "ballotage" yang berasal dari

proses dimana jawaban "tidak" ditandai dengan batu hitam dan jawaban "ya" ditandai dengan batu putih.

Petunjuk strategis:

Dalam sistem pemilu ini, kita harus menelaah secara seksama apakah kita

sudah bisa menang dalam pemilu putaran pertama atau harus bersiap-siap

dengan pemilu putaran kedua. Apabila kemungkinan besar suara yang kita

butuhkan telah kita raih dalam pemilu putaran pertama, kita perlu mengambil

jarak secara tegas dengan kandidat-kandidat lain.

Jika ada kemungkinan besar kita harus mengikuti pemilu putaran kedua,

pembatasan atau jarak dengan kandidat-kandidat lain tetap harus dilakukan

meskipun dengan cara yang lebih hati-hati, karena konfrontasi yang terlalu

keras akan menjauhkan pemilih potensial dari kita dan dapat membuat

mereka enggan memberikan suaranya untuk kita dalam pemilu putaran

kedua. Dalam kasus seperti ini, penting bagi kita untuk mengidentifikasi sejak

awal, kira-kira partai atau kandidat mana yang akan tereliminiasi atau gagal –

yang suaranya akan kita ambil alih, untuk menghindari ketegangan yang tidak

perlu dengan partai atau kandidat-kandidat lawan.

519

kandidat. Tetapi kandidat-kandidat tersebut tetap merupakan kandidat tunggal dan

tidak dimasukkan dalam sebuah daftar.

Ada distrik pemilihan di mana ada tiga, empat, lima atau lebih kandidat yang dipilih.

Dalam kasus seperti ini setiap kandidat saling bersaing satu sama lain, dan yang

menang adalah kandidat yang mengumpulkan suara terbanyak.

Petunjuk strategis:

Sistem pemilu seperti ini dapat mengakibatkan “kanibalisme” – di mana kandidat-

kandidat dari partai yang sama saling memperebutkan suara dan dengan

demikian menurunkan peluang setiap kandidat dan partai secara keseluruhan.

Dalam kasus yang ekstrem bahkan dapat mengakibatkan pembunuhan apabila

sudah dipastikan sebelumnya bahwa kandidat lain mungkin memiliki lebih

banyak suara daripada kandidat itu sendiri. Dalam kasus seperti ini sebaiknya

disepakati sejak awal, kandidat mana akan menempati bidang apa, sehingga

akan ada peluang maksimal bagi kandidat-kandidat yang berasal dari partai yang

sama untuk dapat menang.

Di sini juga ada risiko “dilema tahanan”138. Apabila ada seorang kandidat yang

melanggar kesepakatan, biasanya kandidat lainnya akan melakukan hal yang

sama, dan ini akan menyebabkan sebuah hasil akhir yang buruk.

Keuntungan sistem distrik

138

Lihat Bab 11.2.2. tentang Keputusan strategis dengan langkah-langkah Simultan dan Bab 11.2.3

tentang Strategi yang berasal dari dilema tahanan.

520

Keuntungan pemilu sistem distrik adalah:

1. Kandidat langsung bertanggungjawab terhadap pemilihnya. Hubungan antara

pemilih dan wakilnya lebih langsung dan erat.

2. Kandidat lebih independen dari pengaruh pimpinan partai dan karenanya lebih

bebas dalam mengambil keputusan, karena ia tidak perlu masuk dalam daftar calon

partai.

3. Para pemilih juga lebih mudah menilai isu-isu yang diangkat di distrik pemilihan

tersebut.

4. Yang juga bisa disebut sebagai keuntungan adalah bahwa sistem ini tidak

menimbulkan perpecahan di parlemen. Partai-partai kecil juga tidak dapat

mengembangkan pengaruh besarnya139 sehingga mencegah minoritas untuk ikut

menentukan kebijakan yang dibuat oleh partai besar dalam membentuk

pemerintahan.

Kerugian sistem distrik

Kerugian pemilu sistem distrik biasanya ada pada hal-hal di bawah ini:

1. Pelaksanaan pemilu seringkali kurang memperhatikan kerja-kerja politik, dan lebih

sibuk dengan pribadi-pribadi yang mencalonkan diri – yang mempengaruhi para

pemilih melalui jaringan, ikatan kekeluargaan atau memukau mereka melalui

penampilan yang kharismatis. Akibatnya, kebijakannya sendiri seringkali diabaikan.

2. Ada bahaya bahwa kandidat-kandidat yang terpilih melalui sistem distrik tidak mendukung kebijakan berdasarkan kepentingan nasional atau lintas regional, tetapi lebih mengadopsi pendekatan „menara Gereja“140. 3. Kemandirian kandidat dari pengaruh pimpinan partainya tidak hanya dapat

dipandang sebagai suatu keuntungan tetapi juga bisa dilihat dari sisi negatifnya,

karena acap menyulitkan dalam menciptakan stabilitas dan kesinambungan

mayoritas. Para wakil yang terpilih melalui sistem distrik dapat „dibeli“ oleh pihak

eksekutif yang memerlukan persetujuan parlemen dengan imbalan tertentu. Presiden

Amerika Utara dapat dijadikan contoh berkaitan dengan pencarian dukungan

mayoritas untuk anggaran rumah tangga yang dibuatnya.

139

Hal ini sering diumpamakan sebagai jarum penunjuk sebuah timbangan. Ini merupakan gambaran yang

salah, karena jarum hanya menunjukkan sisi di mana beban berat tersebut berada dan tidak mengubah beban itu

sendiri. 140

Politik menara Gereja adalah politik di mana seseorang melupakan gambaran besar yang ada, dan

hanya memperjuangkan hal-hal yang dapat ia lihat dari menara Gerejanya sendiri.

521

4. Kerugian lainnya adalah bahwa susunan parlemen tidak selalu mewakili pendapat

atau kepentingan rakyat. Dalam sistem dua partai, minimal secara teoretis dapat saja

terjadi bahwa partai A yang memperoleh 50,1 % suara hanya memiliki satu wakil di

parlemen, sementara wakil lainnya berasal dari partai B yang hanya memperoleh

49,9% suara. Hal ini dapat terjadi apabila partai B unggul di hampir semua distrik

pemilihan kecuali satu distrik, dan partai A hanya menang di satu distrik dengan

perbandingan 90% banding 10%.

5.Kerugian lainnya lagi adalah bahwa kelompok kecil dan partai-partai kecil yang

rata-rata terdiri dari 10% warga masyarakat atau lebih tidak lagi terwakili, atau jarang

terwakili di parlemen.

26.2.4. Pemilu dengan sistem proporsional melalui daftar calon, regional atau

nasional

Pemilu dengan sistem proporsional sangat berorientasi pada partai atau kelompok-

kelompok politik, karena keterwakilan dalam parlemen sangat tergantung pada suara

yang diperoleh sebuah partai atau kelompok dalam pemilu. Bentuk pemilu dengan

sistem proporsional sangat beragam, salah satunya adalah sistem proporsional

dengan daftar tertutup. Yang membuat daftar dan menentukan nomor urut para

kandidat adalah partai. Pemilih hanya dapat memilih partai dalam sebuah daerah

pemilihan jamak, dan tidak dapat mengubah daftar yang sudah ditetapkan. Di sini

para kandidat memiliki keterikatan tertentu dengan partai dan pimpinannya atau

kepada pimpinan sayap partai yang bersangkutan jika ada pra-pemilu.

Dalam sistem dengan daftar terbuka, pemilih dapat memberikan suaranya, baik bagi

partai maupun masing-masing kandidat. Mereka juga dapat mengubah nomor urut

kandidat di dalam daftar calon.

Keuntungan sistem proporsional

1. Kekuatan sistem ini adalah bahwa partai dapat meraih komposisi yang

proporsional secara mutlak. Jika partai memperoleh 27% suara, ia juga akan

memperoleh 27%kursi di parlemen. Untuk itu setiap suara memiliki bobot yang sama.

522

2. Sistem ini juga sangat mudah bagi para pemilih karena mereka hanya perlu

memilih sekelompok kecil partai yang ada.

Kerugian sistem proporsional

1. Pemilih tidak memiliki – atau hampir tidak memiliki – pengaruh atas penetapan

para kandidat. Mereka tidak bisa ikut menentukan siapa yang akan mewakili mereka,

melainkan hanya bisa memilih partai mana yang akan duduk di parlemen dan

membentuk pemerintahan.

2. Daftar calon partai tidak menjamin keterwakilan kelompok masyarakat tradisional

yang kurang terwakili. Biasanya yang terjadi justru kebalikannya, yakni partai

berupaya membuat daftar sosio-demografis yang homogen.

3. Partai bisa menekan pendapat kaum independen atau minoritas dalam daftar

kandidat yang mereka buat. Daerah pemilihan yang sangat luas menyebabkan tidak

adanya hubungan langsung antara pemilih dan anggota parlemen, dan tanggung

jawab anggota parlemen terhadap pemilihnya juga menjadi sangat kecil.

Kumulasi

Sistem proporsional dengan daftar membuka kemungkinan untuk memberikan

beberapa suara kepada satu kandidat. Tentu saja, ada persyaratan dalam sistem

pemilu yang menyatakan bahwa para pemilih memiliki lebih dari satu suara. Dalam

beberapa kasus, pemilih memiliki suara sama banyaknya dengan jumlah kandidat

Petunjuk strategis:

Untuk dapat masuk dan duduk di parlemen, yang pertama-tama perlu

dilakukan adalah menempatkan diri di dalam daftar. Dengan demikian, nomor

urut dalam daftar menjadi sangat penting. Nomor urut ini ditetapkan oleh

partai atau pimpinannya. Oleh karena itu, dukungan pimpinan partai menjadi

signifikan dan strategis. Hubungan langsung dengan pemilih tidak diperlukan

di sini. Dengan demikian, kerja-kerja langsung di distrik pemilihan tidak lagi

relevan. Yang lebih penting adalah hal-hal seperti disiplin, kerja keras yang

intensif di dalam fraksi, dan meminimalisir konflik dengan pimpinan partai.

523

yang ada, sementara dalam kasus lain, pemilih memiliki suara yang lebih sedikit dari

jumlah kandidat yang ada. Oleh karena itu, dalam kumulasi, pemilih memiliki peluang

untuk memberikan lebih dari satu suara kepada seorang kandidat yang tercantum

dalam daftar calon. Biasanya jumlah suara yang boleh diberikan dibatasi pada tiga

suara per kandidat. Metode ini juga memungkinkan untuk mengubah nomor urut

kandidat dalam daftar calon yang dibuat oleh partai. Suara yang batal dari masing-

masing daftar partai dijumlahkan, dan kursi-kursi dibagikan kepada partai

berdasarkan metode penghitungan dan pembagian yang telah ditetapkan. Kandidat

yang memperoleh suara terbanyak dalam daftar akan duduk di parlemen.

Panacherisasi (suara silang)

Panacherisasi141 membuka kemungkinan lebih jauh bagi pemilih. Melalui sistem ini,

pemilih tidak hanya dapat mengumpulkan suara-suara yang ia miliki (setidaknya

sesuai jumlah kandidat yang mengajukan diri) dan memberikannya kepada satu

kandidat saja (kumulasi), melainkan juga dapat membagikannya kepada partai-partai

yang berbeda melalui daftar calon partai. Dengan demikian, pemilih dapat memilih

kandidat yang ia sukai dari daftar calon yang ada, sehingga akan dapat

mempengaruhi urutan kandidat di masing-masing daftar. Setelah itu, semua suara

yang telah diberikan ke masing-masing daftar dijumlahkan, dan kursi-kursi dibagikan

kepada partai. Para kandidat yang memperoleh suara terbanyak dari daftar calon

yang ada ditetapkan sebagai kandidat tepilih.

26.2.5. Hybrid form atau bentuk campuran

Hybrid form (bentuk campuran) merupakan gabungan antara sistem mayoritas

(dalam distrik pemilihan langsung) dengan sistem proporsional (daftar calon partai).

Dalam sistem yang digunakan di Jerman ini, suara pertama diberikan kepada

kandidat di sebuah daerah pemilihan, dan suara kedua diberikan kepada daftar calon

partai. Sistem perwakilan proporsional ini menjadi dominan, karena suara kedua

inilah yang menentukan komposisi di parlemen. Metode kerjanya begini: pertama,

141

Panacherisasi merupakan istilah yang diturunkan dari kata panacher (helm atau sejumput bulu yang

berwarna-warni). Berdasarkan warna bulu yang terpasang pada helm, kita dapat mengetahui ksatria tersebut

merupakan anggota pasukan yang mana. Panacherisasi pada jaman sekarang berarti memilih secara "berwarna-

warni"/ beragam.

524

jumlah perolehan suara kedua digunakan untuk menentukan jumlah kursi yang akan

diterima partai di parlemen (sistem proporsional berdasarkan metode Hare/

Niemayer). Setelah itu ditetapkan siapa saja yang menang dalam distrik-distrik

pemilihan142. Kursi-kursi inilah yang kemudian diberikan kepada partai. Sementara

itu, kursi-kursi yang tersisa akan didistribusikan berdasarkan hasil suara yang

diperoleh dari daftar calon partai (daftar cadangan). Tak jarang, sebuah partai bisa

mendapatkan kursi lebih banyak di distrik pemilihan langsung daripada jatah yang ia

peroleh melalui pembagian proporsional. Dalam kasus-kasus semacam itu, ia akan

tetap memperoleh kursi langsung sehingga jumlah kursi yang ia peroleh menjadi

bertambah sesuai dengan jumlah yang dikumpulkannya. Hasil pemilu dalam metode

pembagian kursi seperti ini bisa dipalsukan, karena sebuah partai bisa mendapat

lebih banyak kursi dari yang seharusnya ia dapatkan. Untuk mengoreksi kesalahan

ini, beberapa undang-undang pemilu mengatur ketetapan pembagian kursi, yang

dimaksudkan untuk menyeimbangkan proporsi suara di parlemen dengan proporsi

suara yang diperoleh dalam pemilu.

Untuk strategi hal tersebut berarti bahwa sebuah partai yang ingin meraih suara

mayoritas di parlemen harus memusatkan diri pada suara kedua. Karena itu citra dan

produk dari partai secara keseluruhan berada di pada posisi terpenting. Para

kandidat di dalam distrik pemilihan dapat mendukung citra tersebut secara ekstra,

namun mereka tidak dapat mempengaruhi pembagian kursi parlemen.

Salah satu sistem Hybrid lainnya yang menggabungkan sistem distrik dan sistem

proporsional adalah sistem campuran yang juga dikenal dengan sebutan sistem

paralel atau sistem pembagi. Dalam sistem ini ada dua pemilu berbeda yang sama

bobotnya, yang diselenggarakan secara bersamaan (simultan). Di daerah-daerah

pemilihan diadakan pemilu dengan sistem mayoritas yang akan mengisi setengah

dari keseluruhan kursi di parlemen. Pada saat yang bersamaan, diselenggarakan

pula sebuah pemilu dengan sistem perwakilan proporsional yang menggunakan

daftar calon partai. Setengah dari keseluruhan kursi sisanya akan dibagikan secara

proporsional sesuai dengan suara yang diperoleh oleh partai. Sistem pemilu seperti

ini tidak memberikan gambaran yang representatif dalam parlemen, karena sistem

142

Jumlah distrik pemilihan sama dengan setengah jumlah kursi keseluruhan yang tersedia di parlemen.

525

perwakilan proporsional ini terdistorsi oleh wakil-wakil yang terpilih secara langsung

dalam pemilu sistem distrik.

26.2.6. Ley de Lemas

Ley de Lemas merupakan sebuah sistem pemilu yang menggabungkan pra-pemilu

internal partai dengan pemilu utama. Partai-partai atau sayap-sayapnya dapat

menyusun berbagai daftar yang saling bersaing antar mereka, namun juga bersaing

dengan partai-partai lain. Para pemilih memiliki suara untuk memilih anggota

parlemen dan juga suara untuk memilih presiden. Dalam beberapa kasus dapat juga

pemilih hanya memiliki satu suara untuk pemilihan presiden atau calon anggota

parlemen.

Setelah pemilu selesai, yang pertama-tama dihitung adalah jumlah keseluruhan yang

diperoleh sebuah partai dari seluruh daftar yang ada. Setelah itu hasil yang diperoleh

masing-masing partai dibandingkan, dan partai yang memperoleh suara

terbanyaklah yang dapat mengajukan calon presiden. Lalu presiden ditetapkan

berdasarkan daftar partai yang menang tersebut, dan yang berhak menjadi presiden

adalah calon yang memperoleh suara terbanyak. Proses semacam ini merupakan

proses yang sangat rumit, karena biasanya melibatkan berbagai daftar yang berbeda

dalam suatu partai, yang memiliki perbedaan politis sangat tinggi dan sangat luas

cakupannya. Di antara daftar-daftar yang ada berkembang suatu ketergantungan

yang sangat rumit. Karena, apabila sebuah daftar yang beredar dalam pemilu

akhirnya ditarik kembali, partai akan kekurangan suara – yang tentu saja akan

mempengaruhi kemenangan atau kekalahan partai secara keseluruhan.

Sistem daftar tersebut sangat rumit dan bisa jadi tidak dapat dimengerti oleh para

pemilih. Di Amerika Latin, selama sistem partai yang diterapkan adalah sistem

tradisional dengan dua partai, pemilih masih dapat memahaminya. Dengan

munculnya partai-partai baru, harus diperhitungkan bahwa Ley de Lemas akan sulit

dipahami dan instalasi strategis kampanye pemilu tidak dapat direncanakan lagi.

526

Ada banyak partai yang menyukai instrumen Ley de Lemas karena hal ini dapat

membantu mereka menghindari adanya kampanye internal – yang dapat mencabik-

cabik mereka sebelum pemilu utama berlangsung. Karena jika terjadi kampanye

internal dan terjadi perpecahan dalam tubuh partai, sesudah pra-pemilu tersebut

mereka tidak perlu menyatukan dan memotivasi kembali berbagai sayap partai untuk

mengambil langkah bersama.

26.2.7. Sistem suara tunggal yang dapat dialihkan (single transferable vote,

STV)

Dalam sistem suara tunggal yang dapat dialihkan, pemilih memberikan suaranya

kepada seorang kandidat, sekaligus menetapkan nomor urut kandidat lainnya

sebagai cadangan. Jadi seandainya kandidat yang ia pilih sudah memiliki jumlah

suara yang cukup, atau gagal karena tidak memperoleh suara yang cukup, maka

suara yang telah diberikan pemilih tadi akan dialihkan kepada kandidat lainya dalam

daftar cadangan yang telah dibuat sebelumnya, sesuai dengan nomor urut yang

telah ditetapkan.

Rumus untuk menghitung jumlah suara yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:

Petunjuk strategis:

Ley de Lemas menuntut adanya kampanye ke luar secara intensif untuk

menyerang partai-partai lawan. Namun langkah ini hanya dapat berhasil

dalam sistem daftar khusus dan apabila kampanye internal di dalam partai

juga berjalan dengan sukses. Dalam sistem dua partai, pimpinan partai yang

kuat dapat menjalankan sistem dengan memanfaatkan daftar posisi yang

dapat menghasilkan dukungan yang optimal dari kondisi politik yang mana

pun juga. Tetapi hal ini juga berarti bahwa kebijakan partai secara

keseluruhan tidak dapat dan tidak boleh dijadikan alat untuk kampanye,

karena hal ini dapat menimbulkan kekecewaan besar bagi pemilih dan dalam

jangka panjang dapat merusak sistem politik yang ada.

527

Surat suara untuk Single Transferable Vote

Contoh: Dalam sebuah daerah pemilihan ada 4 orang kandidat yang dapat

dipilih. 10200 orang memberikan suaranya. Maka suara yang dibutuhkan

untuk pemilu dapat diperhitungkan sebagai berikut:

[10200/(4+1)]+ 1 = 2041

Jumlah suara yang telah diperhitungkan inilah yang harus dicapai oleh sang

kandidat. Jika ada seorang kandidat yang dipilih telah mencapai jumlah suara ini,

maka kelebihan atau sisa suara akan dihibahkan kepada kandidat-kandidat lain

sesuai dengan nomor urut yang telah dibuat oleh pemilih. Jika sisa suara tersebut

tidak mencukupi untuk memilih seorang kandidat lainnya, maka kandidat yang

Jumlah suara keseluruhan yang telah diberikan

Jumlah kursi yang dibagikan + 1

+ 1 = Jumlah suara yang dibutuhkan untuk pemilu

528

memperoleh paling sedikit suara akan dikeluarkan dari pertarungan ini, dan suara

yang ia peroleh akan dibagikan kepada kandidat lain yang telah ditargetkan.

Para kandidat memperoleh jumlah suara sebagai berikut:

A = 3410, B = 1901, C = 1440, D 0 1406, E = 1050, F = 1023.

Hanya kandidat A yang memperoleh jumlah suara yang cukup. Dengan

demikian, A menjadi kandidat yang terpilih. Kandidat A memiliki 1329

suara lebih banyak dari yang ia butuhkan. Nomor urut pilihan kedua yang

dibuat oleh ke-3410 pemilihnya adalah sebagai berikut:

B = 1526, C = 179, D = 1216, E = 40 dan F = 449.

Rumus yang digunakan untuk menghitung jumlah suara pemilih yang akan

dialihkan kepada kandidat B adalah:

Jumlah suara yang tidak diperlukan untuk memperoleh sebuah kursi

(1329) / Jumlah suara keseluruhan yang diperoleh A (3410) x Jumlah

suara preferensi yang diberikan kepada B (1526) = Jumlah suara yang

akan dialihkan (594).

Jadi suara yang akan dialihkan menurut rumus perhitungan ini adalah:

Suara yang dialihkan kepada B 594 suara = 2495 suara, kepada C 70

suara = 1510 suara, kepada D 474 suara = 1880 suara, kepada E 16

suara = 1066 suara dan kepada F 175 suara = 1198 suara.

Dengan demikian, kini B juga terpilih dan bahkan memiliki kelebihan suara

sebanyak 454 suara. Sisa suara ini akan kembali dibagikan kepada

kandidat lain, dan begitu seterusnya.

Secara strategis proses ini berarti bahwa kita pertama-tama harus mencoba sejak

awal untuk memperoleh suara yang dibutuhkan agar kita dapat terpilih. Ini akan

berlanjut apabila kita melakukan strategi ofensif, yaitu secara telak mengalahkan

kandidat-kandidat lawan. Memang sulit untuk dihargai pemilih kandidat lain sebagai

“pilihan kedua”. Apabila usaha tersebut tidak meyakinkan, maka sedapat mungkin

dalam surat suara posisi kita ditandai oleh pemilih sebagai pilihan kedua, karena

jumlah suara yang dibutuhkan untuk sebuah keberhasilan ditentukan oleh

pengalihan suara. Apabila di dalam sebuah distrik pemilihan sudah jelas bahwa

seorang kandidat dengan suara mayoritas terpilih dan dengan demikian sangat

mungkin ia mempunyai kelebihan suara, maka akan ada kemungkinan untuk

memperoleh “suara sebagai pilihan kedua”. Apabila kita tidak tahu apakah dari atas

529

(kelebihan suara) atau dari bawah (suara dari kandidat, yang ditarik mundur dari

pertarungan) asal suara yang dialihkan tersebut, kita terpaksa harus melakukan cara

halus yang tidak membangun kekalahan namun menimbulkan simpati.

26.2.8. Suara tambahan (Supplementary Vote, SV)

Sistem ini memperbolehkan para pemilih menyatakan pilihan keduanya seandainya

kandidat pertama yang dipilihnya tidak berhasil. Sistem ini tidak dapat dipakai dalam

sistem daerah pemilihan yang menerapkan sistem distrik relatif ataupun sistem

proporsional. Sistem ini menggabungkan pemilu putaran pertama dan putaran

kedua.

Surat suara untuk supplementary vote

Dalam distrik pemilihan tunggal, sistem suara alternatif ini berjalan sebagai berikut:

Pemilih menyatakan prioritas utamanya dengan menempatkan angka 1 di depan

nama sang kandidat yang dipilihnya. Pilihan/prioritas keduanya ia nyatakan dengan

cara menempatkan angka 2 di depan kandidat yang ia pilih, dan begitu seterusnya.

Jika dalam penghitungan suara pemilu pertama tidak ada kandidat yang berhasil

memperoleh mayoritas absolut, maka kandidat yang memperoleh suara paling

sedikit dalam pemilu ini akan dicoret atau tidak diikutsertakan lagi. Suara pilihan

kedua lalu akan dialihkan kepada kandidat yang tersisa. Apabila tetap tidak dapat

dicapai mayoritas absolut, maka kandidat yang memperoleh suara paling sedikit

dalam pemilu ini akan dicoret atau tidak diikutsertakan lagi dan suara pilihan

keduanya akan diberikan kepada kandidat yang tersisa. Cara ini terus dilakukan

sampai salah satu kandidat bisa memperoleh mayoritas absolut.

530

Contoh: Dalam sebuah distrik pemilihan, 5000 orang pemilih memberikan

suaranya. Dengan demikian, mayoritas absolut harus berjumlah 2501

suara. Dalam penghitungan suara pertama, hasil yang diperoleh adalah

sebagai berikut:

Kandidat 1 Kandidat 2 Kandidat 3 Kandidat 4

1980 1720 1004 296

Kini kandidat 4 yang memperoleh 296 suara dikeluarkan, dan pilihan suara

kedua yang berada di bawahnya dialokasikan kepada para kandidat lain.

Kandidat 1 Kandidat 2 Kandidat 3 Kandidat 4

1980 1720 1004 296

102 176 8

Jika dijumlahkan menjadi:

2082 1896 1112

Hingga titik ini belum ada kandidat yang memperoleh mayoritas absolut. Oleh karena itu,

kini kandidat 3 dikeluarkan, dan suara pilihan kedua para pemilih kembali dialokasikan

kepada kandidat lainnya. Dengan demikian yang diperhitungkan kini adalah suara pilihan

ketiga.

Kandidat 1 Kandidat 2 Kandidat 3

2082 1896 1112

212 900

Jika dijumlahkan menjadi:

2294 2796

Dengan demikian kandidat 2 meraih jumlah suara yang dibutuhkan, dan akhirnya ia

berhasil terpilih.

Pemilu putaran kedua sebenarnya merupakan perangkat yang sejenis. Pada

dasarnya pemilu ini memiliki efek yang sama, yaitu seorang kandidat harus terpilih

dengan suara mayoritas absolut. Setelah para pemilih memilih kandidat yang gagal,

531

mereka akan kembali memilih dengan pilihan baru, yakni dua kandidat yang berada

pada dua posisi tertinggi. Kandidat yang dipilih adalah yang memperoleh mayoritas

absolut.

Komponen strategis terpenting dalam hak pilih ini adalah, bahwa partai-partai yang

lebih kecil atau kandidat mereka bergabung bersama dan saling memberikan suara

preferensi (preference swapping). Dengan demikian mereka mengambil keuntungan

dari keluarnya masing-masing mitra ini hanya dari suara preferensi dan kandidat

tersebut dapat membahayakan kandidat-kandidat dari partai-partai besar. Sebagai

kandidat partai yang lebih besar harusnya berhasil untuk menebar perselisihan di

antara mitra aliansi, sehingga pertukaran preferensi tersebut terancam bahaya.

26.2.9 Sistem Pemilu dengan kuota

Sistem pemilu murni tanpa kuota untuk kelompok-kelompok tertentu di parlemen

biasanya mencerminkan pendapat politik pemilih. Karena itu memang penting bahwa

partai-partai mencalonkan kandidat mereka, yang dapat dikenali melalui sebuah

orientasi program politik tertentu, misalnya berorientasi konservatif, liberal, sosial

demokrat, sosialistis atau .ekologis. Partai-partai jenis ini pada umumnya ditemukan

di negara-negara yang masyarakatnya relatif homogen. Di negara-negara tersebut

dilakukan percobaan-percobaan meningkatkan keterwakilan perempuan melalui

kuota yang secara biasanya tingkat keterwakilannya rendah.

Situasi yang sangat berbeda tampak di negara-negara yang memiliki masyarakat

yang heterogen. Situasi heterogen ini bisa saja bersifat etnis, agama, linguistik

(berkaitan dengan bahasa), karena perbedaan kasta, suku bangsa atau klan. Di

negara-negara tersebut banyak terbentuk partai yang berorientasi kepada struktur

masyarakat, dengan demikian merepresentasikan latar belakang suku atau klan,

motivasi etnis, linguistik atau agama. Hal ini terkait dengan banyak kasus di mana

melalui keberadaan politik terjadi pengambilan atas sumber daya milik negara untuk

suku tertentu, klan atau kelompok agama tertentu yang diwakili.

Apabila partai-partai kecil biasanya berhasil ikut serta dalam lembaga eksekutif

melalui pembentukan koalisi, mereka dapat mencapai sasaran mereka yang

532

dimasuki melalui celah yang mereka buat. Apabila situasi di atas tidak berhasil atau

beberapa kelompok dengan sadar selalu diabaikan dalam partisipasinya untuk ikut

dalam kekuasaan, maka akan berkembang ketegangan-ketegangan yang pada

kasus ekstrem akan dapat menyebabkan situasi yang mirip dengan perang saudara.

Sebuah contoh untuk keikutsertaan dalam koalisi pemerintahan adalah

partai Schas, yang merupakan perwakilan radikal dari golongan Yahudi

orthodoks garis keras di Israel yang hampir selalu ikut dalam setiap

pemerintahan dan meraih banyak keistimewaan bagi klien mereka.

Sebuah contoh reaksi atas dikeluarkannya dari kekuasaan di Kenya

adalah upaya yang dilakukan suku Luo agar partai mereka atau

pemimpin mereka Raila Odinga dapat ikut berkuasa. Sebelumnya ayah

dari Raila Odinga, yakni Odinga Odinga dengan partainya FORD-K,

telah dijauhkan dari kekuasaan oleh Presiden Arab-Moi akibat

manipulasi yang dilakukannya dalam Pemilu. Demikian pula Raila

Odinga tidak diikutsertakan dalam kesepakatan oleh Presiden Kibaki.

Hal ini akhirnya menimbulkan perang saudara di Kenya, yang dapat

diselesaikan dengan intervensi yang masif oleh kekuatan internasional

pada tahun 2008 dan berujung pada suatu pembagian kekuasaaan.

Di dalam masyarakat heterogen seperti ini semakin keras seruan untuk memaksa

dilakukannya pemilihan parlemen dengan sistem kuota dan adanya partisipasi yang

meluas dalam pembentukan lembaga eksekutif, dengan tujuan meraih keadilan

pembagian kekuasaan yang lebih tinggi. Dalam masyarakat ini yang dibahas adalah

susunan parlemen dan pemerintah, jadi tidak terlalu terkait dengan format ideologis

dan metode politik melainkan lebih tentang pembagian sumber daya negara. Dengan

demikian parlemen dan pemerintah memperoleh tugas yang sama sekali berbeda

dibandingkan dengan situasi yang terjadi di negara-negara demokrasi Barat. Karena

itu bukan soal bagaimana politik dilakukan, melainkan yang terpenting adalah

pembagian sumber daya, baik yang tersedia maupun yang tidak tersedia. Partisipasi

dalam pengambilan keputusan tentang pembagian tersebut seringkali terikat dengan

tujuan untuk mempertajam situasi konflik dan menganjurkan persamaan

kesempatan.

Sebuah contoh untuk diskusi tentang kuota untuk mengamankan

eksistensi damai adalah diskusi tentang format undang-undang Pemilu

533

di Irak untuk pemilihan parlemen tingkat nasional tahun 2010. Di sana

sejak tahun 2004 terdapat kuota 25% untuk perempuan. Kuota ini

dipergunakan juga pada tahun 2010, sehingga setiap satu dari empat

mandat diberikan kepada perempuan. Namun di dalam undang-undang

yang baru, kuota untuk perempuan dalam pemilu berikutnya akan

dihapus. Yang tetap ada adalah kuota bagi kelompok-kelompok agama,

lima kursi untuk golongan Kristen Irak, dan masing-masing satu kursi

untuk golongan Schabak, Jesid dan Saber. Perselisihan tentang

perwakilan golongan Sunni di dalam negara yang didominasi kaum

Syiah ini mengakibatkan penambahan anggota parlemen dari 275

menjadi 325.

Di India pembagian kuota juga dilakukan dengan upaya untuk

melaksanakan nation building (pembangunan bangsa) dan memaksa

kekuatan sentrifugal di dalam masyarakat heterogen. Di India diskusi

terutama membahas kuota untuk lapisan kasta yang berbeda.

Sasaran yang ingin dicapai terkait dengan susunan parlemen dan susunan

pemerintahan ini harus jelas, sebelum kita mempertimbangkan konstruksi dari sistem

kuota tersebut dan menciptakan struktur yang taktis di dalam satuan-satuan politik.

Pada dasarnya harus dipertanyakan dulu sistem pemilunya, tipe demokrasi seperti

apa yang ingin dicapai, apakah demokrasi dengan mayoritas atau demokrasi dengan

musyawarah. Yang dimaksud demokrasi dengan mayoritas bukan sistem pemilu

dengan mayoritas, melainkan keputusan yang diambil oleh suara terbanyak atas

minoritas di dalam parlemen. Dengan demikian mayoritas itu bisa terdiri dari suara-

suara milik anggota suatu partai saja atau bisa juga merupakan suara dari koalisi

partai-partai yang ada. Mayoritas ini dalam satu periode legislatur merupakan

mayoritas permanen di dalam parlemen dan secara teratur mengalahkan partai-

partai lain yang dianggap lawan di dalam parlemen. Dengan demikian akan muncul

sebuah pola yang khas, yakni pemerintah kontra oposisi, yang di negara-negara

Barat merupakan model yang diterima dalam pengambilan keputusan. Namun pola

ini di banyak negara, terutama di Asia dan Afrika, tampaknya tidak bisa diterima.

Namun di Barat banyak terdapat kritik atas pola ini, orang membicarakannya dengan

sebutan demokrasi Guillotine. Misalnya di Jerman di tingkat komunal digunakan

534

metode yang dikenal dengan sebutan sel perencanaan143 dan prosesnya yang

bersifat multi dialogis.

Pada demokrasi dengan musyawarah, yang seringkali secara keliru dikaitkan

dengan pemilu sistem proporsional, yang mencuat adalah upaya sedapat mungkin

mengikutsertakan banyak partai yang berbeda di dalam proses diskusi dan

menciptakan semacam sebuah „meja bundar perundingan“. Demokrasi dengan

musyawarah lebih banyak berkaitan dengan kompromi dan hak-hak golongan

minoritas. Lijphart144 menggambarkan bagaimana hal tersebut dapat berfungsi dalam

model konkordansi yang ia buat. Model konkordansi memberi kesempatan kepada

perwakilan semua kelompok yang penting untuk memiliki bagian dalam pengambilan

keputusan politik. Sebagai ganti keputusan mayoritas, dalam model ini diatur

pertanyaan utama tentang kemungkinan yang disetujui kedua belah pihak dan

melalui kompromi antara kelompok dan partai yang dianggap dihormati oleh negara.

Model ini dapat memiliki format yang sangat berbeda, misalnya:

sebagai „meja bundar“, untuk perundingan antara perwakilan Jerman Barat

dan Jerman Timur menuju reunifikasi Jerman

sebagai kabinet koalisi besar, yang terdiri dari partai-partai berlatar belakang

etnis dalam sistem parlementer di Malaysia atau di Afrika Selatan

sebagai kabinet koalisi besar menurut kuota linguistik, seperti di Belgia

melalui kuota sesuai dengan kasta dalam menempatkan posisi-posisi menteri,

seperti di India

melalui perwakilan partai-partai terbesar di dalam sebuah pemerintahan yang

terdiri dari semua partai di Bundesrat (majelis perwakilan negara-negara

bagian/Kanton) di Swiss

melalui penetapan jabatan-jabatan terpenting di lembaga eksekutif sesuai

dengan keanggotaan di dalam kelompok etnis atau kelompok agama, seperti

di Libanon dan Siprus

143

Dienel, Peter C.: Die Planungszelle – Eine Alternative zur Establishment-Demokratie, 199,

Westdeutscher Verlag, Opladen 144

Lijphart, Arend, 2002: The Wave of Power-Sharing Democracy, in: Andrew Reynolds (Hg.), The Architecture of

Democracy. Constitutional Design, Conflict Management and Democracy. New York, S. 37-54.

535

Pendapat dari Lijphart ini dibantah oleh beberapa ahli politik lainnya, seperti Norris 145

dan Ghai 146. Model musyawarah atau model konkordansi terkait dengan kerangka

aturan politik dengan empat elemen dasar: pembagian kekuasaan eksekutif sesuai

dengan susunan masyarakat, sistem proporsional dalam pemberian jabatan-jabatan

publik dan kursi di parlemen, otonomi kelompok-kelompok masyarakat dan

persamaan hak dalam masalah kebudayaan, dan juga yang terakhir adalah hak veto

yang ditangguhkan bagi golongan minoritas.

Metode apa saja yang menjamin kuota di dalam sistem pemilu dan tantangan

strategis apa saja yang terikat dengannya?

Yang paling banyak menyebarluas adalah kuota perempuan. Banyak negara yang di

dalam undang-undang pemilunya mensyaratkan penguatan keterwakilan perempuan

di parlemen. Kursi di parlemen ini terwujud dengan cara-cara yang sangat berbeda.

Dari 16 negara yang telah menempatkan kuota perempuan di dalam undang-

undangnya, hanya Perancis yang berasal dari wilayah Eropa. Kebanyakan kuota ini

tercapai di negara-negara yang terletak di wilayah konflik yang sangat dipengaruhi

oleh kekuatan internasional. Misalnya di Afghanistan dan di Irak, di mana dalam

pemilu berikutnya kuota perempuan nyatanya sudah dihapus kembali, serta di

Serbia.

Pada dasarnya terdapat tiga model berikut ini digunakan dalam penentuan kuota

perempuan. Selain itu terdapat pula kuota untuk generasi muda, untuk penyandang

masalah sosial, untuk difabel dsb.

Kuota ini diperuntukkan bagi pengamanan keterwakilan tertentu untuk golongan

minoritas atau lapisan masyarakat yang didiskriminasi:

Kursi-kursi yang dicadangkan: pada kursi-kursi yang dicadangkan digunakan teknik-

teknik berikut ini:

145

Norris, Pippa, 2002: Ballots Not Bullets. Testing Consociational Theories of Ethnic Conflicts, Electoral Systems,

and Democratization, in: Andrew Reynolds (Hg.), The Architecture of Democracy. Constitutional Design Conflict

Management, and Democracy. New York, S. 206-247. 146

Ghai, Yash Pal, 2002: Constitutional Asymmetries. Communal Representation, Federalism, and Cultural

Autonomy, in: Andrew Reynolds (Hg.), The Architecture of Democracy. Constitutional Design, Conflict Management, and

Democracy. New York. S. 141-170.

536

pemungutan suara dengan dua surat suara yang terpisah, yang satu untuk

perempuan dan yang lainnya untuk laki-laki dan perempuan, seperti di

Afghanistan dan di Rwanda

Sesuai dengan hasil pemilu, partai-partai dijanjikan untuk memperoleh kursi

tambahan untuk perempuan dari kursi-kursi yang mereka miliki, seperti

misalnya di Tanzania, Bangladesh dan Pakistan.

Pengangkatan perempuan oleh presiden untuk kursi-kursi yang sudah

dicadangkan, seperti di Kenya.

Persyaratan untuk penempatan dari distrik pemilihan atau daftar kandidat. Di

dalam undang-undang pemilu terdapat banyak sekali persyaratan, bagaimana

keterwakilan perempuan dapat ditingkatkan.

Persyaratan partisipasi seperti apa harus dipenuhi oleh perempuan di

dalam daftar kandidat tanpa keterangan dari kursi terdaftar yang diminta

Persyaratan, partisipasi apa yang harus dimiliki perempuan di dalam

urutan tertentu sebuah daftar untuk sistem pemilu proporsional, seperti

misalnya LLP, LLP ..., LPL, LPL ... atau LP, LP, LP ... (L: laki-laki, P:

perempuan)

o Persyaratan di distrik pemilihan dengan banyak kandidat, berapa

jumlah perempuan yang dipilih di sini dan pengutamaan perempuan

dengan bagian suara terbanyak atas kandidat laki-laki yang mungkin

saja meraih suara lebih banyak, seperti di Jordania

o Di Meksiko terdapat persyaratan bahwa harus ada 40% kandidat

perempuan, kecuali partai-partai yang menominasikan kandidat mereka

dalam konvensi secara demokratis .147

Kuota partai secara sukarela o Di banyak kasus dan juga di Eropa terdapat banyak partai dengan

persyaratan-persyaratan yang menuntut dukungan terhadap

147

Baldez, Lisa (2007), "Primaries vs. Quotas: Gender and Candidate Nominations in Mexico, 2003", Latin American

Politics and Society, Vol. 49, No 3, pp. 69-96

537

perempuan dan kuota untuk daftar kandidat, baik untuk pemilihan

internal maupun untuk pemilihan umum. Di dalam undang-undang

pemilu kebanyakan persyaratan ini tidak ada.

26.3. Hak memilih

Hak memilih merupakan dasar keikutsertaan dalam pemilu. Setiap manipulasi atas

hak pilih ini memiliki alasan dan akibat tertentu. Oleh karena itu seringkali ada upaya

untuk mengubah mayoritas yang ada dengan mengubah hak pilih. Untuk

mengatasinya, pertama-tama perlu ada sebuah ketentuan yang berlaku, yang

mengatur hak pilih secara umum. Hal ini berarti bahwa setiap warga yang memenuhi

syarat berhak untuk memberikan suaranya, terlepas dari jenis kelamin, suku,

bahasa, pemasukan atau kepemilikan, profesi, golongan atau status, pendidikan dan

kepercayaan atau keyakinan politiknya. Syarat yang dimaksud di atas adalah yang

menyangkut usia tertentu, kewarganegaraan, tempat tinggal, kesehatan mental dan

kemampuan untuk melakukan tindakan hukum. Tetapi hal-hal inilah yang sering

dimanipulasi.

Batas usia untuk memilih di Jerman sudah diubah sebanyak dua kali. Pada

tahun 1971, batas usia memilih di sana diturunkan dari 21 tahun menjadi

18 tahun, dan pada tahun 1998 batas usia memilih dalam pemilu di tingkat

komunal diturunkan dari 18 tahun menjadi 16 tahun. Perluasan pemilih

usia muda ini memiliki latar belakang politis, yang berhubungan dengan

upaya mengumpulkan mayoritas suara bagi kelompok tertentu.

Perdebatan yang terus dilakukan adalah yang menyangkut persoalan buta huruf.

Keraguan bahwa pemilih yang buta huruf akan mampu memahami lembar kertas

suara yang rumit bukannya tidak beralasan. Adalah tugas negara untuk menyiapkan

kertas suara sedemikian rupa, misalnya dengan bantuan gambar atau simbol,

sehinggga orang yang buta huruf sekalipun dapat mengenali partai atau kandidat

yang akan dipilihnya. Undang-undang Pemilu hendaknya juga mempertimbangkan

kondisi atau kemampuan para pemilih.

538

Di berbagai negara ada pembatasan hak pilih bagi kelompok-kelompok etnis

tertentu, pemeluk agama tertentu, atau terkadang jenis kelamin tertentu. Keputusan

yang menyangkut minoritas nasional yang dikecualikan dari Undang-undang Pemilu

tentu sangat memprihatinkan.

Yang termasuk di sini antara lain adalah orang-orang Rusia yang tidak

memiliki kewarganegaraan di negara-negara Baltik. Selain itu, kasus

seperti ini juga terjadi atas sebagian etnis asli di Amerika Tengah.

Di sisi lain, sistem pemilu di beberapa negara memberikan hak pilih bagi warga

pengungsi yang memenuhi syarat untuk memilih, sementara di negara lainnya hal ini

tidak terjadi.

26.3.1. Daftar pemilih

Di berbagai negara berlaku ketentuan bahwa warga perlu mendaftarkan dirinya

sebelum ia dapat mengikuti pemilu. Pendaftaran biasanya melalui proses yang

sangat birokratis, di mana pemilih harus dapat menunjukkan identitas resminya

(misalnya dalam bentuk KTP, dsb.). Padahal ada berbagai kelompok masyarakat,

terutama kaum marginal, yang tidak memiliki identitas resmi semacam ini. Kelompok

masyarakat semacam ini biasanya tidak diperbolehkan ikut pemilu, atau dipersulit

proses pendaftarannya. Ancaman birokrasi atau partai-partai tertentu memainkan

peranan yang penting di sini. Pihak oposisi seringkali tidak berhasil mendaftarkan

pemilihnya, karena mereka terlalu dipersulit atau takut pada ancaman yang

diterimanya.

Jika sebagian besar pemilih telah terdaftar sebagai pemilih, bisa dimulai pula bentuk

baru manipulasi dan pemalsuan pemilu. Beberapa nama tertentu dikeluarkan dari

daftar pemilih, untuk kemudian dialokasikan ke tempat pemungutan suara lain.

Terkadang bahkan ada orang yang sebenarnya sudah meninggal tetapi tetap

memiliki hak pilih – agar dapat digunakan oleh pihak-pihak tertentu untuk meraih

keuntungan tertentu.

539

26.3.2. Pembatasan daerah pemilihan

Pembatasan daerah pemilihan merupakan bentuk manipulasi pemilu yang sangat

terkenal, karena pembatasan pemilihan ini dapat menghasilkan mayoritas yang jelas,

yang dapat dimanfaatkan untuk membawa keuntungan tertentu bagi kandidat atau

partai tertentu. Jika seseorang ingin agar seorang wakil rakyat kehilangan kursinya

pada pemilu berikutnya, ia dapat membuat demarkasi daerah pemilihan sedemikian

rupa dengan memasukkan daerah-daerah perumahan di mana ia memiliki posisi

yang kuat dan menghapuskan daerah-daerah lainnya yang tidak menguntungkan

baginya. Untuk itu, tentu saja pihak eksekutif yang ingin melakukan “manipulasi”

harus memiliki kekuasaan yang kuat untuk dapat mempengaruhi penetapan daerah

pemilihan. Bentuk penetapan daerah pemilihan seperti ini dinamakan

"Gerrymeandering".

Nama ini berasal dari Elbridge Gerry, seorang gubernur di Massachusetts

yang pada tahun 1811 menetapkan daerah pemilihan sedemikian rupa

sehingga ia dapat dipilih kembali, dan sikapnya ini tidak mengakhiri karir

politiknya. Sejak tahun 1812 sampai meninggal dunia pada 1814 ia

menjabat sebagai wakil presiden Amerika Serikat.

Gerrymeandering terutama berlaku di daerah pemilihan tunggal yang menetapkan

pemilu dengan sistem distrik. Dalam sistem-sistem yang menggunakan motode

peralihan suara, manipulasi semacam ini sulit dijalankan.

26.3.3. Pencalonan kandidat

Sebuah bentuk manipulasi pencalonan kandidat yang terkenal adalah pengajuan

kandidat semu yang ditujukan untuk merebut suara lawan.

Contoh: Dalam sebuah distrik pemilu tunggal, diharapkan bahwa

pembagian suara antara kandidat A dan B adalah 10.000 suara untuk

kandidat A dan 7.000 suara untuk kandidat B. Jika B kini menampilkan

kandidat lain (A1) yang memiliki program yang serupa dengan kandidat A,

maka hasil yang ada dapat berubah sebagai berikut: A memperoleh 6.000

540

suara, A1 memperoleh 4.000 suara dan B memperoleh 7.000 suara.

Dengan demikian kandidat B memenangkan pemilu tanpa harus

mengumpulkan jumlah suara yang lebih banyak dari yang ia dapatkan.

Oleh karena itu penetapan kandidat dan persyaratan untuk pencalonan diri dapat

sangat mempengaruhi hasil pemilu. Karenanya muncul berbagai upaya untuk

melakukan pembatasan terhadap pencalonan kandidat ini. Bentuk yang paling brutal

adalah larangan terhadap partai tertentu, untuk menyingkirkan partai itu dari pemilu.

Bentuk lain adalah peraturan-peraturan yang mengharuskan para kandidat

memenuhi persyaratan tertentu, misalnya berkenaan dengan jenis kelamin, umur,

tempat tinggal, jangka waktu tinggal di distrik pemilihan, agama, kewarganegaraan

atau keaqnggotaan dalam suku tertentu. Bentuk pembatasan lainnya adalah

mengharuskan penyerahan sejumlah uang sebagai uang pendaftaran atau jaminan

dalam pencalonan kandidat, yang besarnya tidak dapat dipenuhi oleh sebagian

besar kandidat atau partai.

26.4. Monitoring/pemantauan

Adalah penting untuk memeriksa kembali secara seksama setiap langkah dalam

persiapan dan pelaksanaan pemilu. Yang paling penting adalah, partai oposisi harus

memperoleh akses ke lembaga-lembaga yang berwenang menetapkan langkah-

langkah persiapan pemilu. Partai oposisi juga harus memiliki kesempatan untuk

mengikuti dan mengetahui semua proses yang terjadi.

Kita seringkali berpikir bahwa pengawasan proses pemilu hanya diperlukan dalam

hari-hari terakhir menjelang pemilu. Anggapan ini tentu keliru. Seperti yang sudah

dipaparkan di atas, manipulasi dapat dilakukan sejak awal, yakni sejak proses

pendaftaran pemilih, proses perumusan undang-undang pemilu atau penetapan

batas daerah pemilihan, dsb., yang dapat menentukan sebuah kemenangan atau

kekalahan sebuah partai dalam pemilu.

Monitoring yang efektif harus mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut

dengan jelas:

1. Bagaimana undang-undang pemilu dirancang?

541

2. Apakah ada diskriminasi dalam undang-undang pemilu?

3. Seberapa amankah daftar pemilih?

4. Apakah ada insiden yang terjadi pada saat pemilih mendaftarkan diri?

5. Apakah ada diskriminasi terhadap kandidat dan partai?

6. Partai-partai manakah yang dilarang, dan atas dasar apa?

7. Partai-partai mana saja yang tidak diperbolehkan mengikuti pemilu?, mengapa?

8. Apakah sistem pemilu dan undang-undang pemilu dapat dimengerti oleh

masyarakat?

9. Apakah ada syarat tertentu yang harus dipenuhi untuk dapat melaksanakan

kampanye pemilu? Jika ada, syarat apa sajakah itu, dan apakah syarat ini

membahayakan para pemilih atau peserta pemilu dalam memperoleh kesempatan

yang sama?

10. Berapa lama waktu yang tersedia untuk persiapan pencalonan kandidat?

11. Berapa lama waktu yang tersedia untuk melaksanakan kampanye pemilu?

12. Apakah ada akses ke media atau apakah ada kesempatan yang sama di sini?

13. Apakah para kandidat dapat bergerak bebas di daerah pemilihan?

14. Siapa yang mengelola pembuatan, pencetakan, produksi dan pendistribusian

kertas suara?

15. Apakah pimpinan tempat pemungutan suara (TPS) diatur secara jelas?

16. Apakah kotak suara disegel dan kosong?

17. Apakah proses pemberian suara di TPS bebas dari tekanan? Apakah kerahasian

pemberian suara terjamin?

18. Apakah di setiap TPS ada perwakilan dari masing-masing partai peserta pemilu?

19. Apakah pemilih harus menunjukkan kartu identitas mereka sebelum mereka

memperoleh kertas suara?

20. Apakah terjadi ancaman kekerasan atau pemerasan terhadap para pimpinan

pemilu?

21. Apakah penghitungan suara dilakukan di depan umum secara terbuka?

22. Apakah hasil pemungutan suara didokumentasi dan diteruskan sesuai peraturan

yang ada?

23. Di mana kertas suara yang telah dihitung disimpan?

24. Apakah pada waktu istirahat dalam penghitungan suara ada jaminan keamanan

bilik dan kotak suara sehingga tidak dapat diakses oleh pihak yang tidak berwenang?

542

25. Apakah keamanan sistem komputer untuk pengumpulan hasil pemungutan suara

terjamin dan bebas dari manipulasi?

26. Apakah tim pemantau pemilu menjalankan sistem pencatatan secara paralel atas

hasil pemungutan suara di masing-masing daerah pemilihan, dan apakah hasil yang

diperoleh sesuai dengan hasil yang dipublikasikan?

543

27. LAMPIRAN

1. STRATEGI MELAWAN FUNDAMENTALISME

1.1. Apa itu fundamentalisme?148

Istilah fundamentalisme belum terlalu lama melampaui batasan konotasi religius dan

non-religius, dan memperoleh makna yang terdefinisikan dengan lebih jelas. Istilah

ini biasanya digunakan sebagai istilah struktural untuk menunjuk pada suatu

pengungkungan sistem berpikir dan bertindak pribadi secara sukarela terhadap kritik

dan alternatif-alternatif. Saat ini, fundamentalisme telah mewakili orientasi teoritis

dan bentuk-bentuk praktis organisasi anti-modernisme, baik di sisi budaya maupun

politik. Timbul perdebatan tentang apakah istilah ini perlu tetap dibatasi pada

manifestasi keagamaan dari anti-modernisme ataukah perlu diperluas juga ke

bidang-bidang lain.

Dalam pengertian klasik, fundamentalisme merupakan gerakan anti terhadap

Pencerahan dan masyarakat pluralistik; terhadap praduka pikiran pribadi, tanggung

jawab pribadi, ketidak-pastian, keterbukaan dan kebutuhan akan pembenaran.

Sebagai alternatif, fundamentalisme menawarkan keamanan dan totalitas asas-asas

fundamental absolut. Karena itu, semua hal lain – termasuk hak asasi manusia –

harus dibuat menjadi relatif di hadapan mereka, sehingga asas-asas fundamental itu

sendiri tidak pernah menjadi sasaran relativisasi. Siapa pun yang menolak premis

mereka, tidak layak dipertimbangkan untuk menerima perubahan argumen-argumen,

keraguan, kepentingan serta hak-haknya.

Fundamentalisme biasanya dihubungkan dengan orientasi religius. Karena itu perlu

dibedakan antara fundamentalisme Islam, Kristen, Budha, Sikh, Yahudi, Shinto dan

Hindu.

148

Informasi mendasar mengenai fundamentalisme dapat ditemui dalam karya "The Fundamentalism

Project" sebanyak 5 jilid yang diterbitkan oleh Martin E. Marty dan R. Scott Appleby dan dipublikasikan oleh

The University of Chicago Press, Ltd., London.

544

Tetapi, bentuk fundamentalisme tidak hanya sebatas itu saja. Pada kenyataannya,

ada berbagai bentuk lain – yang dalam budaya tertentu sepenuhnya didasari oleh

latar belakang etnis semata.

Tahun-tahun terakhir ini, diskusi umumnya hanya dipusatkan pada fundamentalisme

Islam – yang tentu saja salah karena dua alasan: pertama, karena asumsi ini

mengecualikan berbagai fundamentalisme agama atau kelompok-kelompok etnis

lainnya – padahal gerakannya memiliki dampak yang sama bagi daerah setempat;

kedua, karena fundamentalisme Islam tidak terbatas pada satu bentuk saja,

melainkan memiliki berbagai faset yang terkadang saling bertentangan.

1.2. Perkembangan historis

1.2.1. Sejarah

Kata fundamentalisme pertama kali muncul dalam serangkaian tulisan keagamaan,

yang pada tahun 1910-1915 terbit di Amerika Serikat di bawah judul "The

Fundamentals." Sub judul tulisan tersebut adalah "A testimony to truth" (Sebuah

kesaksian atas kebenaran). Tahun 1919, kaum Kristen Protestan yang menerbitkan

rangkaian tulisan tersebut, mendirikan sebuah organisasi yang mendunia, yakni

"World's Christian Fundamentals Association." Dari sini, lahirlah istilah yang

digunakan untuk menggambarkan jenis kepercayaan Kristiani semacam ini, yang

dengan cepat diadaptasi dalam pembicaraan-pembicaraan ilmiah. Istilah ini baru

belakangan meluas ke agama-agama lainnya dengan manifestasi serupa, dan pada

akhirnya bahkan juga ke bentuk-bentuk orientasi dan organisasi non-agama, yang

memiliki sejarah yang panjang.

Ada empat "kebenaran dasar" (fundamentals) utama yang tidak dapat digeser, yang

menjadi ciri gerakan-gerakan ini:

1. Pesan "kebenaran" secara tertulis yang bebas dari kesalahan, seperti Alkitab, Al-Quran, Veden, Adi Granth, dsb. Dan sebuah keyakinan pasti bahwa pesan "kebenaran" ini tidak bisa salah. 2. Tidak berlakunya semua teologi modern dan pengetahuan yang menentang pesan

"kebenaran" ini.

545

3. Keyakinan bahwa siapa pun yang menyimpang dari perspektif fundamentalis, ia

bukanlah orang beriman yang sesungguhnya.

4. Keyakinan – yang dalam praktiknya biasanya lebih nyaring diserukan

dibandingkan dengan yang tertulis, bahwa pemisahan antara gereja dan Negara

harus dihapuskan, agar ketika terjadi benturan antara peraturan-peraturan politik

dengan keyakinan dasar agama, ada kontrol agama terhadap politik.

Jika dilihat berdasarkan ciri-ciri ini, fundamentalisme sudah ada jauh sebelum istilah

ini lahir, yaitu sejak awal abad ke-19. Fundamentalisme lahir di Eropa sebagai reaksi

atas filosofi Immanuel Kant yang memasukkan unsur modernisme ke dalam agama

dan teologi. Posisi modernis yang ditentang oleh fundamentalis Protestan, dan pada

akhirnya juga oleh fundamentalis Katolik, mewakili masuknya pencerahan dalam

teologi dan agama dan membatasi agama sebagai penjaga masalah-masalah moral.

Proses modernisasi yang sejak abad ke-12 sudah mulai mewarnai kebudayaan

negeri-negeri Barat secara perlahan-lahan, sejak abad ke-18 mulai mendorong

proses sekularisasi. Fundamentalisme keagamaan mencoba menjauhkan agama

dari semua ketidakpastian yang ditimbulkan oleh proses modernisasi. Ketidakpastian

yang dimaksud di sini dapat berupa ketidakpastian umum terhadap semua tuntutan

pengenalan, dan keterbukaan umum yang dimiliki semua sistem sosial terhadap

alternatif-alternatif yang tersedia. Upaya untuk menjauhkan agama dari dampak-

dampak modernisasi dilakukan melalui dogmatisasi sewenang-wenang dan dengan

memberikan semacam imunisasi buatan kepada fundamen-fundamen tertentu, agar

fundamen-fundamen ini kebal terhadap semua keraguan dan kritik yang timbul.

Studi historis keagamaan yang dilakukan oleh H. Küng menunjukkan bahwa proses

modernisasi yang serupa dapat diamati di setiap agama dunia, setidaknya sejak

abad ke-19. Di setiap tempat, fundamentalisme menjadi reaksi atas proses

keterbukaan yang terjadi. Dalam perspektif sejarah ini, fundamentalisme merupakan

upaya untuk mengikatkan paradigma lama berkenaan dengan penafsiran pribadi

suatu agama terhadap paradigma baru. Studi-studi ilmiah baru menggambarkan

bentuk-bentuk fundamentalisme Budha, Islam, Hindu, Kong-Hu-Cu, Yahudi dan

lainnya sebagai reaksi terhadap upaya atau keinginan agar agama lebih membuka

diri. Keberhasilan fundamentalisme dalam memerangi penafsiran tradisi budaya dan

546

agama modern dalam budaya yang sangat beragam dan tergantung pada gejolak

sejarah. Inti persoalannya selalu berkisar pada pemisahan antara negara dan

agama. Fundamentalisme sebagai ideologi politis atau ideologi yang aktif secara

politis, selalu ditandai oleh adanya tuntutan tertentu terhadap penyatuan negara dan

agama, walaupun intensitas tuntutan ini dapat berbeda-beda.

1.2.2. Upaya-upaya memahami fundamentalisme

Upaya-upaya untuk menjelaskan asal usul dan penyebaran fundamentalisme, baik

fundamentalisme keagamaan maupun non-keagamaan, dapat ditemui di berbagai

tingkatan yang berbeda.

Di tingkat psikologis kita dapat menemukan motif saat fundamentalisme menjadi

tempat pelarian ke sebuah kepastian yang absolut, di tengah segala ketidak-pastian

yang dibawa oleh kehidupan modern. Alasan yang mendasarinya adalah ketidak-

mampuan untuk menangani situasi yang terbuka dan beragam.

Di tingkat sosial, motif yang berkembang biasanya untuk mengamankan identitas

sosial dalam sebuah masyarakat yang pluralistis.

Di tingkat politis, bisa jadi motifnya adalah karena kurangnya kesediaan untuk

menyesuaikan diri dengan relativisme politik demokrasi.

Di tingkat antropologis juga dapat ditemukan motif yang berangkat dari anggapan

bahwa manusia tidak akan dapat eksis tanpa ada suatu alasan yang mendasari

keberadaannya.

Fundamentalisme tidak akan menimbulkan masalah sejauh gerakannya terbatas

pada upaya pribadi atau kelompok untuk memperoleh keyakinan bagi diri mereka

sendiri. Fundamentalisme akan menimbulkan masalah ketika apa yang mereka

pandang sebagai keyakinan dianggap akan benar-benar aman – apabila keyakinan

ini diberlakukan bagi semua orang, dan, jika perlu, dapat dipaksakan dengan

kekuatan.

547

Gerakan fundamentalis baru berbentuk dan berkembang jika berada di bawah

prasyarat tertentu dan disaat ada kejadian tertentu. Ini berarti bahwa,

berkembangnya dukungan massa terhadap fundamentalisme bergantung pada

faktor-faktor tertentu dan pada suatu kebetulan.

Prasyarat yang diperlukan adalah:

Retaknya identitas dan orientasi sosio-kultural yang sudah mapan.

Negara mulai diragukan akibat meningkatnya konflik, yang pemecahannya dirasa

tidak memuaskan oleh kelompok-kelompok besar, sehingga sistem pemerintahan

dengan pejabat-pejabatnya tidak lagi dapat dipercaya (hilangnya otoritas hirarki

politik, korupsi, keretakan akibat pola-pola tradisional, dsb.).

Pengalaman atau ancaman ketidak-pastian sosial.

Kecenderungan atau tren-tren politik dan ekonomi menunjukkan dampak yang

negatif, terjadi ketegangan sosial, dan golongan menengah serta golongan

bawah mengalami atau akan mengalami gangguan dan ketidakpastian, baik di

bidang ekonomi maupun sosial.

Dalam situasi semacam itu, organisasi, pimpinan atau khotbah-khotbah

fundamentalistis memberikan tawaran yang meyakinkan.

Untuk itu perlu ada sebuah pesan "kebenaran" (Alkitab, Al Quran, Veden, dsb.);

seorang "utusan" yang hidup di dalam jalan ajaran kebenaran (Nabi, Guru,

pemberi pencerahan, dsb.) atau seorang pimpinan yang kharismatis; jemaat

dan jemaat yang terisolir dari dunia luar; tempat tujuan akhir seperti Surga, Dar-

ul-Islam, Promised Land (Tanah Perjanjian), masyarakat tanpa kasta, kekuasaan

atas dunia; serta adanya pihak lain di luar jemaat yang dipandang sebagai yang

"jahat," misalnya agama lain, penguasa kolonial, suku atau bangsa-bangsa lain.

1.3. Apa kritik kaum fundamentalis terhadap berbagai negara?

Kritik utama yang dilontarkan adalah yang berkaitan dengan pemisahan antara ruang

pribadi dengan publik, sebagaimana yang dilakukan negara-negara industri Barat

dalam mengatur masyarakatnya. Pengaruh Barat ini dianggap para fundamentalis

sebagai sesuatu yang merusak. Oleh karena itu mereka menuntut agar pemisahan

ini – yang mereka rasakan sebagai sesuatu yang tidak alami dan sewenang-wenang

548

– dihapuskan kembali. Dalam supremasi hukum, pemisahan antara ruang publik dan

ruang pribadi ditegakkan melalui konsep kebebasan. Dalam demokrasi

konstitusional, konsep ini menjadi bagian dari konstitusi. Untuk memberi kebebasan

masyarakat sipil, konstitusi menjamin bahwa pemerintah tidak mencampuri urusan

pribadi warganya – terutama dalam kebebasan beragama dan hidup berdampingan

dalam perbedaan sistem nilai. Ketentuan ini menjadi landasan bagi masyarakat yang

pluralistis. Ada pembatasan yang jelas di sini: agama adalah urusan (ruang) pribadi,

sementara ruang publik bersifat sekuler.

Kombinasi antara kekuatan pasar dan negara kebangsaan mengarah kepada

sebuah organisasi masyarakat yang terdiri dari sejumlah besar manusia yang tinggal

di sebuah teritori tertentu, baik yang terdefinisikan secara jelas maupun tidak. Warga

masyarakat ini disatukan oleh ikatan-ikatan ekonomis dan patriotisme. Dalam

kelompok-kelompok yang lebih kecil, mereka juga disatukan oleh ikatan-ikatan

persahabatan, kekeluargaan dan keagamaan. Semakin kuat perlindungan atas

ikatan-ikatan pribadi ini, misalnya melalui undang-undang yang menjamin

kebebasan, akan semakin jelas pula pemisahan antara kehidupan pribadi dengan

negara. Bentuk masyarakat semacam ini, yang berkembang luas di seluruh dunia

sejak dihapuskannya kolonialisme – dan terutama sejak perang dunia kedua, tidak

dapat diterima oleh kaum fundamentalis agamis, dan dalam kasus tertentu juga oleh

para fundamentalis etnis.

1.4. Apa kritik kaum fundamentalis terhadap perekonomian?

Pandangan kaum fundamentalis terhadap perekonomian merupakan reaksi atas

sistem ekonomi yang ada serta perubahan-perubahan yang dialaminya, yang dipicu

oleh revolusi industri, meluasnya pemerintahan yang sekuler dan revolusi informasi,

yang mereka rasakan sebagai sesuatu yang tidak adil. Ada persepsi dalam

masyarakat bahwa modernisasi telah merusak pribadi, memecah-belah masyarakat,

memecah-belah pengetahuan manusia, dan menggantikan nuansa persaudaraan

yang dapat ditemui dalam perekonomian pra-modern dengan persaingan usaha

yang tidak manusiawi, atau persaingan yang getir dalam memperebutkan

sumberdaya publik. Persepsi ini dapat ditemui baik dalam masyarakat yang kaya

maupun yang miskin.

549

Tetapi, kritik ekonomis para fundamentalis terhadap sistem perekonomian ini tidak

didasari pada satu pandangan. Pandangan dan gagasan mereka terhadap

perekonomian berbeda berdasarkan asumsi-asumsi yang sangat beragam dan tidak

memiliki persamaan.

Agenda ekonomi Hindu didorong keinginan untuk mempertahankan perekonomian

tradisional india yang sangat tertutup dan terlindung dari kompetisi luar negeri, dan

mencegah terjadinya keterbukaan. Kebijakan ini memberi keuntungan pada pemilik

toko dan pengusaha, tetapi melukai kepentingan publik sebagai konsumen.

Perekonomian Islam merupakan bagian dari sebuah perjuangan yang luas – yang

bertujuan mematahkan dominasi Barat dan mengembalikan supremasi masyarakat

Islam. Berbagai kontribusi dalam perekonomian Islam belakangan ini menutupi

motivasi dasar tersebut dan berusaha memberi kesan bahwa yang ingin mereka

capai hanyalah keadilan dan efisiensi saja.

Sistem ekonomi Budha mendahulukan berbagai peraturan yang menjamin status

sosial-ekonomi para pendeta Budha. Tujuan yang mereka ungkapkan terdengar

lebih mulia, yakni bahwa yang menjadi agenda mereka adalah pembebasan individu

dari belenggu materialisme.

Konsep ekonomi Kristen Protestan berbeda dari perekenomian liberal. Kritik yang

mereka ajukan tidaklah menentang setiap pemerintahan secara mutlak, melainkan

hanya menentang pemerintahan non-Kristiani.

Walaupun gagasan ekonomi dan tujuan yang ingin dicapai kaum fundamentalis

berbeda-beda satu dari yang lainnya, tetapi mereka sepakat dalam mengritik sistem

perekonomian dunia. Semua percaya bahwa degradasi moral adalah akar dari

semua penyakit masyarakat modern. Pemerintahan yang tidak religius dan

pendidikan sekuler membiarkan egoisme tidak terbendung dan telah merusak naluri-

naluri yang mulia.

550

Pandangan kaum fundamentalis tentang perekonomian dunia mendorong manusia

untuk memikirkan kepentingan sosial dalam mengambil keputusan ekonomi, yakni

dengan memasukkan komponen moral ke dalam sistem (ekonomi).

1.5. Apa yang dikehendaki kaum fundamentalis yang aktif dalam politik?

Pada dasarnya para aktivis politik memiliki tiga agenda utama yang secara singkat

dapat disebut sebagai: "eksodus", "persatuan" dan "paksaan".

1.5.1. Eksodus

Yang dimaksud dengan „eksodus“ adalah bahwa para fundamentalis menuntut

kelompok mereka dapat memisahkan diri dari masyarakat umum – jika mereka

menginginkan hal tersebut, dan bahwa mereka tidak perlu tunduk pada norma-norma

masyarakat. "Pemisahan" ini merupakan opsi yang menarik untuk berbagai alasan.

Jika kaum fundamentalis keberatan atas diterapkannya sistem sosial yang

memisahkan ruang pribadi dengan ruang publik, akan lebih baik bagi mereka jika

meninggalkan sistem tersebut. Oleh karena itu, mereka lebih ingin tinggal di sebuah

sistem yang lebih kecil tapi homogen. Pemisahan dari masyarakat dapat terjadi

dalam berbagai bentuk – dalam wujud yang ekstrem maupun tidak terlalu ekstrem.

Yang paling ekstrem adalah pembentukan sebuah negara baru, seperti yang

diinginkan oleh kaum Sikh di Punjab atau kaum Tamil di Sri Lanka. Sang Guru Tara

Singh merumuskannya sebagai berikut: "Orang-orang Hindu membentuk Hindustan,

orang-orang Muslim membentuk Pakistan, bagaimana dengan kaum Sikh?"

Pada akhirnya bentuk-bentuk pemisahan semacam ini mengandung tujuan yang

tidak sesuai dengan konsep negara kebangsaan. Sekarang ini, kaum disiden agamis

(pengritik rezim yang secara terang-terangan menentang politik yang dijalankan

pemerintah) tidak lagi dapat membentuk sebuah negara baru seperti para pendiri

negara atau peziarah jaman dulu, melainkan harus merebut negaranya – seperti

kaum Sikh ingin merebut Punjab dari India. Di sini jelas bahwa "penarikan diri"

sebagai solusi untuk konflik agama, dan bahkan konflik etnis, merupakan sumber

perang saudara.

551

Yang tidak terlalu radikal adalah pembentukan sebuah enklaf tertentu di dalam

sebuah masyarakat sekuler. Langkah ini adalah seperti yang dilakukan kaum Amish

di Amerika dan kaum Haredim (Yahudi ultra-ortodoks) di Israel.

Tetapi enklaf ini kurang disenangi karena beberapa alasan. Negara maju

menyediakan berbagai sarana umum untuk warganya, misalnya pertahanan

nasional, jalan-jalan umum, sekolah, dan bahkan sistem pemerintahan. Kelompok

masyarakat yang memisahkan dirinya seperti kaum Amish atau Haredim menolak

memberikan kontribusi tertentu, meskipun mereka mengambil keuntungan dari

sarana-sarana tersebut. Kaum Haredim di Israel, misalnya menolak wajib militer

meskipun mereka turut menikmati perlindungan yang disediakan oleh militer di

negaranya. Kaum Amish tidak bersedia membayar sumbangan sosial atau bekerja di

dinas-dinas umum. Situasi ini tentu akan membawa ketegangan tertentu di dalam

masyarakat, dan tidak selalu dapat diatasi secara politis. Ironisnya, enklaf semacam

ini hanya dapat bertahan dalam sistem demokrasi liberal, di mana toleransi

masyarakat memberi kesempatan kepada mereka untuk tetap eksis. Dan dengan

demikian, justru sistem liberalismelah yang kerap memberi kontribusi, sehingga

musuh masyarakat pluralis ini dapat mengkonsolidasi diri dan memapankan

eksistensinya.

Solusi yang lebih tidak radikal lagi adalah pemusatan geografis yang sederhana dan

terisolir. Tapi ini biasanya hanya dapat terjadi di negara-negara besar seperti

Amerika Serikat – yang diperintah dengan asas-asas federal. Negara dengan

struktur federal seringkali dituntut untuk memberikan fasilitas yang memungkinkan

agama-agama tertentu dapat menyesuaikan diri. Sebagai contoh, tuntutan akan

peningkatan federalisme di Nigeria yang menginginkan agar kaum Muslim mendapat

lebih banyak peluang untuk berkembang. Meskipun masyarakat mungkin tidak

menentang isolasi geografis ini secara negatif, tapi daerah semacam itu tetap

menjadi hambatan dalam pembangunan menuju kebebasan komunikasi dan

teknologi transportasi. Pembangunan-pembangunan ini menembus batasan-batasan

yang ada dan mengintegrasikan kelompok penentang tersebut secara paksa.

552

1.5.2. Persatuan

Alternatif lain selain pemisahan diri adalah persatuan. Ini adalah bentuk perjuangan

untuk mengatasi pemisahan antara ruang pribadi dan ruang publik. Para pendukung

ide persatuan memperjuangkan penghapusan pemisahan ruang pribadi dan ruang

publik – yang mereka pandang sebagai sesuatu yang tidak alami dan merusak.

Mereka lebih memilih untuk mengubah sistem daripada keluar dari sistem tersebut.

Tampaknya semakin kalah mereka, semakin keras pulalah perjuangannya. Atau

dengan kata lain, mereka akan semakin meningkatkan tuntutannya manakala tingkat

pluralitas masyarakat meninggi. Karena itu, mereka berusaha untuk mengembalikan

elemen-elemen agama ke dalam wilayah publik. Kembalinya doa-doa di sekolah-

sekolah umum di Amerika Serikat bisa dijadikan contoh di sini.

Kaum Haredim di Israel juga semakin giat dalam kegiatan politik, walaupun mereka

tidak terlalu menekankan penyebarluasan keyakinan agama mereka, melainkan lebih

menaruh perhatian dengan mengkonsolidasi apa-apa yang sudah mereka capai

selama ini, yakni yang mereka anggap akan terancam keberadaannya.

Di Iran lain lagi kasusnya. Ketika Shah berkuasa di Iran, kaum Muslim merasa

bahwa tradisi mereka terancam bahaya – sehingga mereka mulai balas dendam.

Tetapi rencana mereka jauh lebih radikal dan berhasil sampai suatu tingkat tertentu.

Mereka membentuk pemerintahan Islam berdasarkan visi Khomeini, dengan

diberlakukannya hukum Islam.

1.5.3. Paksaan

Selain tuntutan "pemisahan" dan "persatuan", masih ada tuntutan lain yaitu

"paksaan". Ini adalah misi yang menuntut dihapuskannya kebebasan beragama dan

dilakukannya integrasi paksa terhadap pemeluk agama lain, atau dikucilkannya

mereka dari masyarakat. Ini benar-benar merupakan tuntutan yang paling ekstrem.

Dalam suatu masyarakat, bisa saja ditetapkan suatu agama resmi yang ikut

mempengaruhi urusan-urusan publik, tanpa membatasi kebebasan setiap pribadi

untuk mengambil keputusannya sendiri dan memeluk agama yang dipilihnya. Justru

inilah yang ditolak oleh kaum fundamentalis, sehingga mereka melakukan "paksaan-

553

paksaan." Sebagai contoh adalah apa yang terjadi terhadap kaum Baha di Iran.

Kepercayaan mereka dinyatakan sebagai sampah oleh ajaran Islam radikal kanan,

dan dijatuhi hukuman mati. Kasus lain adalah kampanye yang dilakukan terhadap

kaum Minoritas Ahmadiah di Pakistan. Sebuah Undang-undang tahun 1984

melarang mereka untuk "menyebut dirinya sebagai orang Muslim, menyatakan

agamanya sebagai Islam, menggunakan terminologi Islam, menyuarakan adzan,

dsb." Undang-undang semacam ini benar-benar menunjukkan diputuskannya

penghapusan pembatasan antara negara dan agama. Peraturan ini tidak hanya

mencampurkan agama ke dalam kehidupan publik, melainkan meniadakan ruang

pribadi secara total.

1.6. Tinjauan tentang tahap-tahap perkembangan dan manifestasi gerakan

fundamentalis

1.6.1. Tahap-tahap perkembangan

Fundamentalisme mengalami berbagai tahap perkembangan, yang masing-masing

tergantung pada beberapa faktor dan prasyarat internal. Termasuk di sini adalah

pihak-pihak yang dianggap sebagai musuh, kondisi struktur masyarakat dan

ketentuan-ketentuan internal gerakan tersebut.

Pihak-pihak yang dianggap sebagai musuh

Agama-agama mapan di lingkungan terdekat

Pemerintahan yang sekuler

Masyarakat sipil

Kompetisi agama

Kompetisi etnis-nasional

Imperialisme dan neo-kolonialisme

Kondisi struktur masyarakat

Agama

554

Agama setempat yang menjadi asal-usul fundamentalisme adalah salah satu

faktor terpenting untuk menjelaskan gerakan fundamentalistis. Di sini penting

diajukan pertanyaan, apakah agama tersebut merupakan agama yang hirarkis

seperti Gereja Katolik, semi hirarkis seperti Islam Syiah, berbentuk jemaat

(kongregasi) seperti kaum Protestan dan Islam Suni, atau tidak teratur seperti

Hindu, Sikh dan Budha. Sementara agama yang berbentuk hirarkis atau semi

hirarkis hampir tidak memungkinkan kelompok fundamentalis memisahkan diri

dari agama tersebut, agama yang memiliki bentuk kongregasional atau tidak

teratur justru membuka peluang yang besar untuk itu.

Pendidikan

Sistem pendidikan yang sekuler dan media yang menyebarkan pengetahuan

dan informasi terus-menerus mengancam agama. Karena itu, sebagai usaha

pertahanan – dan kelak juga untuk dapat memanfaatkan instrumen-instrumen

ini – kaum fundamentalis mempengaruhi sekolah-sekolah dan media, serta

berusaha untuk dapat mengontrol sistem pendidikan dan informasi.

Komunikasi

Komunikasi (surat kabar, media massa, film, televisi, dsb.) memiliki fungsi

yang berbeda terhadap gerakan fundamentalis. Pada dasarnya, akses yang

bebas ke media membantu penyebaran informasi dan mengancam standar-

standar moral serta keyakinan beragama dan penerapannya. Di kalangan

generasi yang maju, pemimpin fundamentalis dapat memanfaatkan peluang

yang disediakan oleh media (tele-evangelisation/penginjilan melalui televisi),

dibukanya bank data untuk mengirimkan surat elektronik/e-mail, penggunaan

kaset rekaman, pemanfaatan internet, dsb. Ini adalah beberapa contoh

metode yang digunakan di berbagai negara untuk menyebarkan misi mereka.

Masyarakat Sipil

Keberadaan organisasi-organisasi sipil yang kuat seperti serikat buruh yang

independen, federasi majikan, asosiasi-asosiasi dan perkumpulan, media

komunikasi yang independent dan partai-partai politik, memberi kemungkinan

untuk sebuah pemecahan sekuler atas kriris sosial. Tidak adanya organisasi

sipil atau organisasi sipil yang lemah akan mendorong pembentukan

555

kelompok fundamentalis. Harus diingat bahwa, faktanya, justru di negara-

negara Islam, masyarakat sipil seringkali diperlemah melalui intervensi

negara.

Struktur sosial

Struktur sosial dan konflik internal memberikan pengaruh terhadap peluang

untuk membentuk kelompok-kelompok fundamentalis sehingga mereka dapat

berkembang dan menjadi militan. Contoh yang cocok untuk kasus ini adalah

pemisahan antara Sephardim dan Askhenazim di Israel, yang memungkinkan

Kahane membentuk sebuah kelompok fundamentalis.

Mobilitas

Migrasi dari suatu daerah dapat menyebabkan minoritas yang tertinggal ingin

melindungi dirinya dari luar dengan cara mengisolir diri. Sikap ini dapat

membuat mereka berada dalam jalur fundamentalis. Migrasi ke suatu daerah

dapat memicu aksi dan reaksi fundamentalistis di kedua belah pihak. Misalnya

karena minoritas yang bermigrasi berusaha melindungi diri dan ingin memiliki

pengaruh di lingkungan baru yang asing, sementara penduduk setempat di

lain pihak, merasa terancam oleh pendatang-pendatang baru tersebut dan

perlu melindungi gaya hidup mereka dari pengaruh asing serta nilai-nilai baru

dengan cara-cara fundamentalistis.

Struktur etnis-linguistis-regional

Latar belakang historis yang dimiliki oleh komposisi etnis-linguistis dan

regional sebuah masyarakat memiliki pengaruh yang besar terhadap

hubungan antara kelompok etnis dan regional. Penundukan atau pemanfaatan

suatu kelompok etnis atau regional oleh kelompok lainnya, dan ketegangan

historis antar-etnis yang berlangsung dalam jangka waktu lama, dapat memicu

perasaan dendam. Perpecahan yang penuh kekerasan ikut memberikan

kontribusi yang mengakibatkan terjadinya insiden-insiden yang lebih banyak

lagi. Oleh karena itu, gerakan agamis yang militan dan perpecahan dalam

sebuah masyarakat yang heterogen seringkali diwarnai oleh karakter etnis.

Perkembangan ekonomi

556

Kekuatan-kekuatan fundamentalis biasanya dapat ditemukan di antara

mereka yang kurang berpendidikan, miskin, terbelakang, berasal dari desa,

atau lapisan masyarakat yang kurang "modern." Oleh karena itu depresi,

resesi ekonomi, inflasi, aksi mogok dan pengangguran menjadi lahan yang

subur dan potensial bagi fundamentalisme.

Legitimasi institusi pemerintah dan pimpinan

Otoritas pemerintah yang lemah serta kurangnya penerimaan terhadap

institusi dan pimpinan politik, menjadi titik target bagi kelompok fundamentalis.

Keadaan ini mereka manfaatkan untuk penyebaran ajaran mereka, berkaitan

dengan kebetulan-kebetulan lain yang muncul.

Pengaruh internasional

Pengaruh imperialisme barat (baik yang nyata maupun yang mungkin terjadi)

terhadap lahirnya fundamentalisme tidak dapat diabaikan. Perdagangan

internasional dan sektor-sektor sekuler seperti pertukaran ilmu pengetahuan,

alih-teknologi, industri modern dan sikap IMF serta Bank Dunia seringkali

dipandang sebagai aksi-aksi eksploitatif dan kolonialis kekuatan Barat

terhadap negara-negara berkembang.

Syarat-syarat gerakan

Pengalaman Sejarah

Pengalaman masa lalu sebuah kelompok, terutama yang berada dalam posisi

penuh tekanan, eksploitasi, pengejaran, dan terlebih yang kehilangan

pengaruh akibat dekolonialisasi atau demokratisasi, merupakan faktor-faktor

penentu yang mendukung pembentukan kelompok fundamentalis.

Perkembangan

Tingkat militansi kelompok fundamentalis pada umumnya tergantung pada

perkembangan mereka dan pengalaman yang mereka miliki. Keberhasilan

atau kegagalan sebuah strategi akan menentukan strategi berikutnya yang

mereka terapkan, baik yang semakin menambah ataupun yang mengurangi

penggunaan kekerasan.

557

Organisasi

Struktur internal organisasi, ikatan internal, pimpinan yang kharismatis,

otoritas dan sikap organisasi merupakan faktor-faktor yang menentukan

perkembangan kelompok fundamentalis.

Orientasi Ideologis

Orientasi millenaris: Sikap kelompok fundamentalis ditentukan oleh

pandangan mereka terhadap saat tibanya atau diungkapkannya "kebenaran."

Apabila tujuan yang diperjuangkan berada dalam kurun waktu messianik,

maka sikapnya ini tergantung pada waktu kedatangan sang messias dan

menjadi prasyarat bagi kedatangannya (pra-millenium atau post-millenium).

Apabila tujuan ini berada dalam kurun waktu historis, gerakan ini biasanya

menjadi lebih militan.

Yakin bahwa imannya benar: Untuk itu perlu adanya sebuah pesan yang

"benar" seperti Alkitab, Al Quran atau Hadits, Veden, Adi Granth, dsb., dan

penetapan atau tujuan akhir yang hendak dicapai seperti Surga atau neraka,

Dar-ul-Islam, Promised Land (Tanah Perjanjian), masyarakat tanpa kasta,

kekuasaan atau orang lainnya yang didasari chauvinisme dan sebagainya.

Isolasi: Selalu ada komunitas yang secara tegas membentengi diri mereka

dengan dunia luar. Di sini tidak ada sistem organisasi yang terbuka, karena

dapat mengancam keberadaan komunitas. Pembatasan dengan dunia luar

yang jahat, dari orang-orang "lain" (agama-agama lain, penguasa kolonial

atau penjajah, kelompok etnis lain atau kekuasaan imperial atau bangsa-

bangsa lain), merupakan salah satu instrumen ideologis yang terpenting.

Faktor-faktor ini menentukan strategi yang diterapkan oleh sebuah gerakan. Ada

empat strategi yang terkadang dapat digunakan secara berurutan, dan adakalanya

bisa dipakai secara simultan.

558

1.7. Strategi fundamentalisme

Strategi-strategi ini terdiri dari:

Strategi Penyangkal Dunia

Strategi Pencipta Dunia

Strategi Pengubah Dunia

Strategi Penakluk Dunia

1.7.1. Strategi penyangkal dunia

a. Strategi melindungi diri sendiri

Para penyangkal dunia mencari kemurnian dan perlindungan bagi diri mereka

sendiri. Mereka berusaha menarik diri dari dunia luar dan hidup dalam sebuah dunia

dengan norma-norma yang mereka ciptakan sendiri. Keberadaan kelompok seperti

ini tidak mengancam.

b. Strategi celah untuk bertahan hidup

Peran sebagai penyangkal dunia seringkali diambil oleh kelompok-kelompok yang

mengalami kegagalan atau yang strateginya tidak berhasil. Dalam kasus ini,

kebangkitan kembali kelompok mereka setelah kurun waktu tertentu perlu

diperhitungkan.

c. Strategi penolakan

Strategi penyangkal dunia juga dapat digunakan oleh kelompok yang ingin merusak

negara. Mereka menolak melakukan kewajiban-kewajibannya sebagai masyarakat

(wajib militer, membayar iuran kesehatan, membayar pajak, dsb.). Sikap-sikap

semacam ini dapat menimbulkan konflik yang berlangsung dalam jangka panjang

dalam masyarakat dan tidak boleh dianggap remeh.

1.7.2. Strategi pencipta dunia

Strategi pencipta dunia bertujuan membangun enklaf. Enklaf ini bersaing secara

langsung dengan dunia luar. Di dunia internal mereka (enklaf) berlaku norma-norma

"kebenaran". Jadi strategi pencipta dunia ingin membentuk struktur sosial dan

559

institusi alternatif secara menyeluruh (sebagai sebuah jaringan). Enklaf ini menjadi

alternatif yang jelas bagi "dunia yang telah jatuh" dan menjadi instrumen pembatas

yang diperlukan oleh gerakan tersebut untuk dapat bertahan hidup.

Dalam enklaf tersebut, disiplin merupakan syarat utama agar strategi dapat

dijalankan. Syarat kedua adalah pembatasan dengan dunia luar. Pembatasan ini

bisa berupa pembatasan rohani dan fisik. Pembatasan fisik dengan dunia luar dapat

berupa pemberlakuan kewajiban bagi anggota untuk hadir secara fisik dalam

kegiatan-kegiatan internal kelompok.

Misi mereka tidak ditujukan untuk memperluas visinya ke dunia luar, melainkan

hanya untuk kelompok internal mereka di dalam enklaf, juga untuk membentuk

institusi sendiri.

1.7.3. Strategi pengubah dunia

Strategi pengubah dunia berorientasi ke luar. Strategi ini diupayakan untuk

menginterpretasikan kembali struktur, institusi, undang-undang dan praktik-praktik

dalam masyarakat – agar mereka dapat menebarkan pengaruhnya. Oleh karena itu,

fundamentalisme menjadi semakin sulit dilawan. Selain itu, usaha untuk mempersulit

atau mempersempit ruang gerak mereka dengan menambah peraturan-peraturan

yang memarginalisir kelompok fundamentalis tersebut, juga semakin sulit dilakukan.

Pengubah dunia ini menerapkan strategi yang lebih menyenangkan dibandingkan

dengan penakluk dunia, namun mereka juga bertujuan mempengaruhi masyarakat

dengan pandangan-pandangan mereka. Mereka lebih banyak menyediakan waktu

untuk mencapai tujuan mereka. Mereka memanfaatkan instrumen-instrumen

partisipasi yang legal serta kekuatan-kekuatan dan kesempatan dalam tingkat

legislatif, eksekutif dan yudikatif. Dalam upayanya, mereka bahkan sering

memperoleh dukungan kaum liberalis dan pluralis – yang sebenarnya juga mereka

tentang dalam aksi-aksi mereka.

560

1.7.4. Strategi penakluk dunia

Strategi penakluk dunia bertujuan mengambil-alih kendali struktur-struktur

masyarakat – yang selama ini telah membantu musuh-musuh kaum fundamentalis

untuk bertahan hidup. Setelah pengambil-alihan ini berhasil, mereka akan

menciptakan masyarakat yang non-pluralis, yang sesuai dengan "kebenaran" yang

mereka yakini. Penerapan strategi penakluk dunia ini biasanya berjalan dengan

sangat militan, dan memanfaatkan kelemahan negara atau pimpinannya.

1.8. Strategi perlawanan

Dalam memerangi gerakan fundamentalis, adalah bijak untuk bertindak sedini

mungkin untuk menghambat atau menyerang strategi mereka. Untuk itu ada

berbagai tindakan yang dapat diambil, yang dapat merampas lahan subur – tempat

kelompok fundamentalis ini berpijak.

Tindakan-tindakan tersebut adalah:

1. Dukungan terhadap "good governance" 2. Memerangi korupsi, nepotisme, dsb.

3. Memperbaiki sistem pendidikan bagi masyarakat luas

4. Mendukung masyarakat sipil dalam membentuk organisasi-organisasi seperti

serikat buruh, lembaga konsumen, perhimpunan, dsb., dan

5. Mengatasi atau meminimalisir konflik sosial internal.

Tindakan-tindakan ini terutama ditujukan untuk mengambil langkah-langkah preventif

terhadap pembentukan gerakan fundamentalis. Tapi jika kelompok fundamentalis ini

sudah terbentuk atau sedang dalam proses pembentukan, sementara langkah-

langkah di atas tidak dapat diterapkan secara cepat – atau bahkan tidak dapat

diterapkan sama sekali dengan alasan apa pun juga, maka harus diterapkan strategi

lain untuk menyerang strategi yang digunakan oleh kelompok ini. Untuk itu

dibutuhkan sebuah analisa mengenai strategi yang sedang digunakan oleh mereka

pada saat itu.

Kelompok berada dalam tahap penyangkal dunia

561

Pertama-tama yang perlu dilakukan adalah mengamati sejauh mana kelompok ini

membahayakan pluralisme dan kebebasan masyarakat. Apabila tidak ada ancaman

yang signifikan, tidak perlu diambil tindakan secara langsung, karena hal ini hanya

akan menarik perhatian/minat yang besar terhadap kelompok mereka – sehingga

mereka dapat semakin mengisolir diri. Tapi, bagaimanapun, perilaku kelompok ini

harus diamati dan dipantau secara berkala, agar setiap perubahan yang ada dapat

disadari sedini mungkin.

Tetapi jika kelompok ini mengancam konsensus masyarakat, pemerintah secara

tegas harus menerapkan norma-norma dasar masyarakat. Selain itu disarankan pula

untuk tidak terlalu menganggap serius kelompok ini, dan bersikap terbuka terhadap

mereka.

Jika mereka mulai membangun enklaf, harus segera dihancurkan secara konsekuen.

Ini dapat dilakukan dengan cara mendiskriminasi pimpinannya di mata anggotanya

berdasarkan prinsip kelompok mereka, dengan bersikap membuka diri terhadap

anggota-anggotanya (tidak mengucilkan mereka) dan mengganggu struktur internal

organisasi mereka.

Kelompok berada dalam tahap pencipta dunia

Yang perlu dilakukan di sini adalah menghentikan pembangunan enklaf yang sudah

terlanjur berjalan. Prinsip yang berlaku di sini adalah: tidak mengejar popularitas dan

memberi perlakuan yang sama. Kita tidak boleh membiarkan diri tergelincir ke dalam

peran sebagai pihak yang jahat – sehingga justeru dapat memberi kesempatan

kepada kelompok tersebut untuk memperoleh citra yang “baik” dalam masyarakat.

Semua hal yang dapat menghambat pembangunan enklaf atau pemisahan kelompok

dari masyarakat umum perlu dikerahkan. Langkah ini terutama dengan memberikan

tawaran integrasi secara terus-menerus, atau dengan mencegah kelompok

fundamentalis dari dari gambaran sebagai “musuh”.

Strategi lain yang lebih maju adalah dengan meniru sepak-terjang mereka,

menyusup ke dalam kelompok mereka dan menghancurkannya dari dalam, serta

melakukan strategi disinformasi dan juga meniru pembentukan enklaf untuk

mengembangkan keraguan dan ketidak-percayaan internal.

562

Kelompok berada dalam tahap pengubah dunia

Strategi yang terbaik untuk mencegah munculnya kelompok ini adalah dengan

mengurangi kemudahan-kemudahan bagi kelompok masyarakat seperti Gereja,

perhimpunan-perhimpunan, perkumpulan, dsb. pada saat yang tepat. Pada

dasarnya, kemudahan-kemudahan yang diberikan kepada sebuah kelompok adalah

bentuk diskriminasi terhadap semua orang yang tidak menjadi bagian dari kelompok

tersebut.

Kelompok fundamentalis yang berada dalam tahap pengubah dunia, berusaha

mengajukan tuntutan akan kemudahan-kemudahan yang dimiliki kelompok-

kelompok lainnya, dan karenanya mereka menginfiltrasi masyarakat atau lembaga-

lembaga masyarakat dengan merujuk pada persamaan hak. Organisasi-organisasi

sekolah, lembaga-lembaga pendidikan, lembaga pengawasan media, dsb.

memainkan peranan khusus di sini. Kelompok fundamentalis akan berusaha

mempengaruhi setiap jalur yang ada. Mereka memanfaatkan instrumen-instrumen

partisipasi dan pengaruh kekuatan legislatif, eksekutif serta yudikatif, dan seringkali

memperoleh dukungan kaum pluralis dalam proses ini.

Desentralisasi dapat membantu mencegah serangan kelompok fundamentalis

terhadap lembaga-lembaga sosial tertentu, dengan mengurangi peraturan,

pembentukan organisasi-organisasi masyarakat sipil, dsb.

Kelompok berada dalam tahap penakluk dunia

Apabila kelompok fundamentalis mengancam norma-norma yang termaktub dalam

konstitusi, dan apabila mereka menggunakan cara-cara kekerasan, pemerintah

harus memerangi gerakan ini secara konsisten dengan memanfaatkan sarana

kekuatan dan kekuasaan negara. Bagaimanapun, sedapat mungkin harus dihindari

terjadinya situasi di mana mereka meninggal sebagai martir, karena hal ini hanya

akan memicu aksi-aksi mereka berikutnya.

Strategi lainnya yang menjanjikan keberhasilan adalah mencegah terjadinya

perubahan-perubahan ekstrem sejak dini melalui integrasi dan pembentukan

jaringan regional dan global. Solidaritas internasional dan peradilan supra-nasional

563

mendukung negara-negara dan blok regional lainnya untuk bereaksi jika terjadi

perubahan ekstrem atau serangan terhadap konstitusi.

Kelompok telah mengambil-alih kekuasaan

Apabila sebuah kelompok fundamentalis telah berhasil mengambil-alih kekuasaan

seperti di Irak, Afghanistan dan negara-negara lainnya, kepada mereka yang

memerangi kaum fundamentalis tersebut dianjurkan untuk menerapkan strategi-

strategi yang digunakan oleh kelompok tersebut, tetapi ke arah sebaliknya:

membentuk perkumpulan masyarakat yang sependirian, pembentukan enklaf,

pembentukan jaringan antar-enklaf dan melakukan penyusupan atau penghancuran

kekuasaan negara, sampai perebutan kekuasaan kembali.

Sebagai kebalikan dari strategi-strategi yang diterapkan oleh kaum fundamentalis,

strategi kaum demokrat yang dilakukan di sebuah negara yang dipimpin oleh kaum

fundamentalis jauh lebih berbahaya dan mengandung risiko, karena para aktivis

demokrat ini tidak dapat mengandalkan sistem hukum.

564

2. STRATEGI MEMERANGI KORUPSI

2.1. Upaya membuat suatu definisi

Pertama-tama haruslah dipahami bahwa tidak ada definisi korupsi yang secara

umum diterima, dan bahwa korupsi didefinisikan secara berbeda-beda oleh

masyarakat yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda. Suatu kasus yang

jelas-jelas disebut sebagai korupsi di masyarakat yang satu, di masyarakat lainnya

dapat dipandang sebagai pembayaran sah yang harus dilakukan.

Dalam ilmu politik, secara umum berlaku definisi ini:

"Korupsi merupakan penyalahgunaan jabatan dalam pemerintah, bidang usaha atau

politik, baik yang disebabkan oleh diri sendiri maupun orang lain untuk memperoleh

keuntungan pribadi, sehingga menimbulkan kerugian bagi masyarakat umum,

perusahaan atau pribadi lainnya."

Ahli-ahli ekonomi menggunakan definisi yang lebih konkret, yaitu:

"Korupsi merupakan pertukaran yang menguntungkan (antara prestasi dengan

kontraprestasi, imbalan materi atau non-materi) bagi para pihak yang terlibat, yang

terjadi secara diam-diam dan sukarela, yang melanggar norma-norma yang berlaku,

dan setidaknya merupakan penyalahgunaan jabatan atau wewenang yang dimiliki

salah satu pihak yang terlibat dalam bidang umum atau swasta."

Korupsi bukanlah hal baru

Korupsi sudah dikenal sejak dahulu kala. Korupsi dapat ditelusuri jauh ke belakang,

sejak komunitas manusia mulai terorganisir. Bukti-bukti dari tahun 1000 sebelum

Masehi menunjukkan adanya praktek suap di kalangan pejabat tinggi, contohnya di

masyarakat Mesir kuno, Babilonia, Ibrani, India kuno dan Cina kuno.

Korupsi terdapat di mana-mana

Korupsi dapat ditemukan hampir di tiap sistem politik. Korupsi terutama berkembang

dalam masyarakat yang kondisi organisasi negaranya lemah atau tidak dibangun

565

dengan baik. Yang dimaksud dengan kondisi organisasi di sini adalah adanya

pembagian kekuasaan, berfungsinya putusan hukum, proses administrasi yang jelas,

dan terutama masyarakat sipil yang memiliki organisasinya sendiri seperti media,

serikat buruh, lembaga (perlindungan) konsumen, dsb. Tapi korupsi juga muncul di

negara-negara yang telah memiliki lembaga-lembaga sipil semacam itu. Korupsi

menjadi topik yang aktual saat ini, terkait dengan tindak kriminal yang terorganisir.

Laporan-laporan kasus di media, statistik kepolisian dan mobilisasi politik serta opini

publik menimbulkan kesan bahwa korupsi telah meningkat secara tajam dan menjadi

delik khas masa kini. Sebenarnya tidak demikian halnya. Kesan ini lebih disebabkan

oleh publikasi besar-besaran atas kasus-kasus korupsi tersebut.

Korupsi seringkali tidak dipandang sebagai kriminalitas

Dari segi bahasa, kita cenderung memandang kasus korupsi bukan sebagai tindak

kriminal atau menggolongkannya sebagai tindakan kriminal biasa. Terkadang, kita

cenderung menganggapnya sebagai skandal atau affair (Lockheed, Watergate,

skandal dana partai) serta sebagai bentuk ekspresi yang khas dari suatu budaya

politik yang telah "mengalami dekadensi." Tetapi wewenang yang dimiliki penguasa

sekarang ini jauh lebih tinggi dari masa sebelumnya, sehingga sikap atau perilaku

yang dulu tidak pernah dipersoalkan, sekarang ini bisa menjadi "skandal" yang

besar. Jika jaman dulu undangan makan atau minum kopi bersama tidak

menimbulkan kecurigaan, sekarang tidak demikian halnya.

Korupsi menghancurkan budaya politik

Di mata warga, korupsi menghancurkan kepercayaan terhadap integritas negara,

institusinya dan pemegang jabatannya. Korupsi membangkitkan kecemasan

terhadap kondisi kehidupan bernegara dan ia memberi peringatan kepada

masyarakat bahwa negara dan budaya politik sedang diuji. Seringkali mereka

didapati dalam kondisi yang tidak cukup bersih. Karena itu struktur kekuasaan

menjadi sangat mudah dikritik oleh kekuatan-kekuatan sosial atas tindak korupsi

yang terjadi, dan kasus itu tidak dianggap sebagai kesalahan individu – seperti

misalnya tidak taat pajak atau penggelapan pajak – meskipun kesalahan seperti ini

566

juga menimbulkan kerugian. Oleh karena itu korupsi seringkali dimanfaatkan oleh

kelompok fundamentalis untuk menyerang sistem kekuasaan.

Korupsi di dalam sistem pemerintahan administratif modern yang demokratis, taat

hukum dan berkeadilan sosial (dalam arti bertindak secara rasional, obyektif dan

tidak memihak partai mana pun) menjadi signifikan, karena ia tidak hanya merugikan

sumberdaya utama secara eksistensial, tetapi juga merusak kredibilitas dan

legitimasi kehidupan bernegara, terutama apabila elit pimpinan terlibat di dalamnya.

Korupsi sebagai konsep tidak berbentuk

Persoalan korupsi diperhadapkan dengan ketidakjelasan istilah dan tidak adanya

bentuk yang jelas tentang pengertian ini. Istilah ini secara nyata membuka ruang

bagi munculnya berbagai keresahan dengan beragam motivasi. Korupsi didesak ke

dalam grey area antara politik dan hukum, sehingga hanya kasus-kasus atau

kelompok kasus tertentu saja yang dapat menggegerkan masyarakat dan negara

secara berkesinambungan. Contohnya adalah korupsi yang dilakukan oleh para

menteri dan penyuapan terhadap anggota parlemen. Dalam kasus seperti ini,

biasanya tidak ada korban individu secara langsung, karena yang dirugikan biasanya

adalah anggaran negara atau badan usaha. Pengamatan dan pengungkapan kasus

ini tergantung pada struktur, intensitas dan pengawasan internal institusi yang

dirugikan, juga hukuman yang dijatuhkan. Oleh karena itu masih terus diperdebatkan

apakah kasus korupsi memang benar-benar meningkat atau apakah hal ini dirasakan

demikian karena kepekaan masyarakat umum telah berubah.

2.2. Faktor-faktor yang mendorong korupsi

Konstelasi yang cenderung mendukung terjadinya korupsi adalah:

1. Kedekatan sistemik dan kontak yang intensif antara kelompok pengusaha dan

pemerintah.

2. Arus informasi yang tidak terbuka dan disampaikan hanya kepada orang-orang

tertentu

3. Wewenang dan keleluasaan yang terlalu besar yang dipercayakan kepada

karyawan

567

4. Batasan yang kabur antara hal-hal yang dapat diterima masyarakat dan perbuatan

yang melanggar hukum

5. Kurangnya kesadaran korban (pihak yang dirugikan) bahwa mereka diperlakukan

tidak adil.

Tidak adanya kesadaran akan ketidakadilan ini – dalam kasus-kasus pidana

sekalipun – oleh beberapa pengamat dijadikan indikator mengenai penurunan

standar nilai yang dapat diamati di dalam masyarakat. Departemen-departemen

yang dianggap sebagai tempat utama terjadinya tindak korupsi adalah departemen

yang berhubungan dengan pengadaan tender, pemberian ijin serta pengadaan

barang.

Jelaslah bahwa, risiko korupsi meningkat di tempat-tempat di mana mekanisme

pengawasan di tingkat pemerintahan sangat terbatas atau tidak berfungsi sama

sekali. Lebih jauh dapat dipastikan bahwa korupsi sangat subur di tempat-tempat di

mana beredar sejumlah besar dana dan terdapat ketergantungan eskternal di sana.

Hal ini dapat terjadi, jika:

1. Direncanakan proyek besar yang terkait dengan modal yang besar;

2. Penyandang dana Internasional (IMF, Bank Dunia, Uni Eropa, dsb.) memulai

proyek-proyek pembangunan yang besar, sementara negara penerima belum siap;

3. Negara merupakan satu-satunya penerima atau konsumen produk tertentu,

misalnya perelengkapan militer.

Batasan antara korupsi dan perilaku yang dapat diterima masyarakat sangat tipis

Dalam konteks ini, rumusan yang terkandung dalam undang-undang pidana bisa

sangat bermasalah. Contohnya adalah, di berbagai negara, pendekatan langsung

kepada perusahaan tertentu untuk memberikan suatu tugas tertentu dapat diancam

hukum pidana, sementara pemberian “insentif” atau “pembayaran di muka” tidak

dianggap sebagai suatu kesalahan. Pemberian “insentif” di sini bisa berupa

“pembayaran” dalam berbagai bentuk tanpa ada kesepakatan bahwa “pembayaran”

itu dimaksudkan untuk imbalan atau kontraprestasi atas jasa yang telah diberikan

sebelumnya. Hal-hal semacam itu, yang dilakukan untuk memperoleh preferensi

pihak lain, seringkali menjadi awal korupsi yang sesungguhnya. Karena itu, batasan

568

antara tindakan-tindakan yang diancam hukum pidana dan yang tidak – walaupun

seringkali tidak etis – sangatlah tipis, sehingga pengawasan makin sulit dilakukan.

Termasuk di dalamnya praktik suap terhadap anggota parlemen, yang biasanya

diancam hukum pidana.

Praktik lobi, di lain pihak, tidak saja diijinkan secara resmi, tetapi bahkan disertai

dengan kemudahan-kemudahan tertentu (akses bertemu anggota parlemen

dipermudah, dsb.). Lobi adalah bentuk partisipasi dalam kegiatan politik sebuah

pemerintahan yang tidak diatur dalam konstitusi. Lobi dilakukan dengan cara

mempengaruhi pihak-pihak yang secara konstitusional memiliki wewenang untuk

turut menentukan kehendak politik serta menjalankan keputusan yang diambil.

Sekarang ini pelobi jarang sekali berasal dari warga biasa, tetapi pada umumnya

merupakan wakil-wakil institusi atau organisasi tertentu (kelompok kepentingan,

serikat buruh, gereja, yayasan, dan perusahaan-perusahaan besar). Para pelobi ini

biasanya melakukan pendekatan langsung kepada anggota-anggota parlemen,

pejabat pemerintah, hakim, dsb.

Praktik lobi dapat ditemui di setiap tingkatan di mana keputusan-keputusan politik

diambil dan suatu kebijakan akan diterapkan, yakni di tingkat pemerintahan lokal,

regional, nasional dan bahkan supra-nasional.

Lobi dapat ditemui dalam setiap sistem politik. Para pelobi yang berada dalam

sebuah sistem politik yang demokratis dan pluralistis biasanya bukan orang yang

termasuk dalam struktur aparat pemerintahan, sementara dalam sistem politik yang

otoriter, para pelobi biasanya adalah justru orang-orang yang menjadi bagian dari

hirarki dalam kekuasaan itu sendiri.

Para pelobi dapat memberikan pengaruh melalui pemberian uang (baik secara

langsung maupun tidak langsung), janji tertentu atau tekanan politik. Lobi biasanya

dilakukan di tempat-tempat yang dianggap sebagai pusat kekuasaan. Oleh karena

itu, lobi, misalnya, dapat bergeser dari parlemen ke birokrasi.

Praktik lobi bisa memiliki pengaruh yang terutama merusak, dan kedekatannya

dengan tindak korupsi lebih tampak pada negara-negara kesejahteraan. Berbeda

569

dengan negara minimal atau “negara penjaga malam”, – yang tugasnya hanyalah

memastikan bahwa hukum ditegakkan, di negara-negara kesejahteraan, praktik lobi

bermuara pada terlibatnya negara di dalam perebutan alokasi-alokasi di dalam

masyarakat. Hal ini bisa melemahkan posisi pihak yang berwenang.

. Korupsi tidak terlalu setara dan bidang-bidang korupsi bisa sangat beragam

Praktik suap dan pemberian preferensi di kantor-kantor publik hampir dipastikan

merupakan tindak pidana. Tapi ada perbedaan yang serius dalam skala dan

jangkauan antara pemberian sejumlah kecil uang untuk memperlancar urusan

tertentu (misalnya saat memperpanjang paspor agar lebih cepat mendapat

pelayanan), dengan penyuapan partai secara besar-besaran atau penyogokan

pejabat negara. Oleh karena itu, jika sebuah kasus korupsi muncul ke permukaan,

akan dibedakan apakah kasus ini merupakan kasus korupsi ringan atau berat, dan

apakah kasus ini terjadi di bidang publik atau swasta atau yang disebut juga sebagai

korupsi di bidang ekonomi. Sejak kegiatan-kegiatan olahraga dikomersialkan pun,

tidaklah mengherankan jika kasus korupsi juga dapat ditemui di wilayah ini (FIFA,

UEFA, IOC, dsb.).

Di bidang politik, sebuah kasus digolongkan sebagai korupsi jika kasus tersebut

merupakan pelanggaran terhadap kepentingan umum yang dilakukan dalam sebuah

jabatan yang harus dipertanggungjawabkan secara publik. Dewasa ini, pelanggaran

semacam itu menjadi fokus utama dalam masalah korupsi. Pembatasan antara hal-

hal yang biasa dan pantas dilakukan (misalnya pemberian perhatian kepada rekan

bisnis) dengan hal-hal yang tergolong tindak pidana lebih sulit dilihat di bidang

swasta dibanding di bidang publik. Tingkat korupsi di bidang swasta masih

diperselisihkan, dan lebih jauh perlu dipertimbangkan, bahwa kasus korupsi di

bidang ini biasanya merupakan hubungan timbal-balik yang bersifat sukarela, dan

bukan sesuatu yang dipaksakan dengan menggunakan kekerasan. Meskipun begitu,

tetap ada kasus di mana hubungan ini berubah menjadi pemerasan dan tindak

kekerasan melalui kejahatan yang terorganisir.

570

2.3. Bidang-bidang yang memungkinkan perilaku korup

Korupsi di bidang administrasi publik tidak ditemukan dalam politik atau administrasi

itu sendiri, tetapi ada pada bidang perpotongan antara sektor swasta dan sektor

usaha. Kemunculan korupsi di bidang perpotongan ini sudah dapat diduga, sehingga

bidang-bidang perpotongan ini sebaiknya diperiksa lebih lanjut. Perilaku di sektor

publik dan sektor swasta dalam bidang-bidang ini sebaiknya juga ditelaah lebih

seksama.

Di sektor publik, pertama-tama kita perlu memperhatikan tiga penyangga kekuasaan

negara (eksekutif, legislatif, yudikatif). Ketiga penyangga ini berpotongan dengan

sektor swasta dalam berbagai bentuk, dan beragam jenis korupsi dapat terjadi di

setiap bentuk tersebut.

Kini mari kita tinjau pihak eksekutif terlebih dulu, karena pihak eksekutif inilah yang

paling banyak berhubungan dengan sektor swasta.

Bidang-bidang perpotongannya adalah sebagai berikut:

Pihak eksekutif sebagai penyedia jasa

Pihak eksekutif sebagai pembeli

Pihak eksekutif sebagai pemberi kerja

Pihak eksekutif sebagai penegak hukum

Pihak eksekutif sebagai pemilik aset (barang, mesin), dan

Pihak eksekutif sebagai badan yang mengeluarkan izin.

Contoh-contoh korupsi yang terjadi dalam bidang perpotongan pihak eksekutif:

Bidang perpotongan Bentuk korupsi Tampak dalam bentuk Pihak yang terlibat

Pihak eksekutif sebagai penyedia prestasi/jasa

Meminta bayaran. Jika tidak, menolak untuk memberikan prestasi

Tidak memberikan perawatan di rumah sakit, apabila pasien tidak menyatakan kesediaan menjadi donor darah.

Orang-orang yang bekerja di bagian administrasi rumah sakit Pasien atau keluarganya

Meminta bayaran. Jika tidak, menolak untuk memberikan prestasi

Tidak mau mengangkut sampah

Pekerja dinas kebersihan Pembayar iuran

Tidak mau menyediakan formulir

Birokrat Warga

Siswa hanya naik kelas apabila disertai pembayaran sejumlah

Guru Orang tua

571

Bidang perpotongan Bentuk korupsi Tampak dalam bentuk Pihak yang terlibat

uang

Manipulasi pajak Pajak akan diturunkan apabila pejabat dinas pajak memperoleh bagian, pengalihan pajak

Pegawai pajak Pembayar pajak

Pihak eksekutif sebagai pembeli

Meminta bayaran, barang atau jasa, jika tidak, tidak mau membeli

Pembayaran sejumlah uang dalam bentuk tunai atau lainnya

Pembeli Penjual

Sebagian barang yang dibeli dikirim ke alamat yang lain

Pembeli Penjual

Jasa dalam bentuk lain Pembeli Penjual Penyedia jasa

Keuntungan bagi kedua belah pihak berupa uang

Kualitas pemberian jasa atau spesifikasi barang yang dibeli tidak diuji

Pembeli Penjual

Pihak eksekutif sebagai pemberi kerja

Kolusi dan nepotisme Mempekerjakan sanak saudara dan kenalan

Bagian personalia atau pimpinan Keluarga/teman

Jasa tambahan secara sukarela atau dengan paksaan

Naik pangkat setelah memberikan bayaran atau jasa

Bagian personalia Karyawan

Diterima bekerja dengan memberikan bayaran atau jasa

Bagian personalia Pencari kerja

Transfer dana umum ke dalam kas pribadi

Mempekerjakan pekerja bayangan (yang sebenarnya tidak ada)

Bagian personalia Penerima

Menggunakan tenaga kerja yang ada untuk urusan pribadi

Pimpinan Pekerja

Pihak eksekutif sebagai penegak hukum

Pembayaran tambahan ilegal yang dipaksakan

Membayar sejumlah uang agar dibebaskan dari tuduhan palsu yang dilontarkan polisi

Polisi Warga

Perlindungan preventif dari ancaman setelah membayar sejumlah uang

Pembayaran uang keamanan kepada polisi

Pembayaran tambahan ilegal secara sukarela

Bebas dari pemeriksaan setelah membayar sejumlah uang

Polisi, Bea cukai, Pengawas, Warga

Pihak eksekutif sebagai pemilik barang dan mesin

Pemanfaatan barang milik negara untuk kegunaan pribadi

Pemanfaatan barang dan mesin untuk keuntungan pribadi

Pimpinan Penanggung jawab barang dan mesin Pengguna

Penjualan harta benda secara ilegal

Menjual harta benda dibawah harga yang pantas

Pihak yang bertugas untuk menjual Pembeli

Pihak eksekutif sebagai badan yang mengeluarkan izin.

Penolakan pemberian izin yang dilakukan secara ilegal

Menolak untuk mengeluarkan SIM apabila tidak disertai pembayaran

Penguji SIM Guru mengemudi Peserta sekolah mengemudi

Pemberian izin secara ilegal

Memberi izin ekspor barang yang seharusnya tidak

Pekerja di bidang yang bersangkutan Warga

572

Bidang perpotongan Bentuk korupsi Tampak dalam bentuk Pihak yang terlibat

diperbolehkan, setelah menerima pembayaran

Pemberian preferensi dalam memberikan izin atau lokasi

Memperoleh lokasi penjualan yang lebih baik di pasar setelah membayar sejumlah uang

Pengawas pasar Calon penjual

Memperoleh sebuah lisensi setelah membayar sejumlah uang

Pemberi lisensi Penerima lisensi

Pihak legislatif juga memiliki bidang perpotongan dengan sektor publik, baik yang

berbeda maupun yang serupa dengan yang telah disebutkan di atas.

Pihak legislatif sebagai pembuat undang-undang

Pihak legislatif sebagai mitra pihak eksekutif

Pihak legislatif sebagai pemberi kerja

Pihak legislatif sebagai perkumpulan politisi yang dipilih

Pihak legislatif sebagai pengesah anggaran

Contoh korupsi yang terjadi dalam bidang perpotongan pihak legislatif:

Bidang perpotongan Bentuk korupsi Tampak dalam bentuk Pihak yang terlibat

Pihak legislatif sebagai pembuat peraturan

Memberikan pengaruh melalui pemberian prestasi tertentu

Memberikan sejumlah uang atau jasa lainnya untuk mempengaruhi pengambilan suara

Anggota parlemen Pelobi

Memberi pengaruh dengan cara memeras

Memberi tekanan untuk mengubah pengambilan suara

Anggota parlemen Pemeras Kelompok minat

Pihak legislatif sebagai mitra pihak eksekutif

Memberi pengaruh melalui pihak eksekutif

Memberi tekanan atau bujukan melalui pihak eksekutif untuk mengubah pengambilan suara

Anggota parlemen Wakil pihak eksekutif

Bujukan untuk mengabaikan fungsi kontrol

Anggota parlemen Wakil pihak eksekutif

Pihak legislatif sebagai pemberi kerja

(Lihat eksekutif) (Lihat eksekutif) Anggota parlemen, (selain itu lihat eksekutif)

Pihak legislatif sebagai perkumpulan politisi yang akan dipilih

Menjanjikan suatu prestasi kepada para pemilih

Janji pemilu yang menawarkan keuntungan materiil

Kandidat Pemilih

Praktek pembelian suara

Kandidat Pemilih

Pihak legislatif sebagai pengesah anggaran

Memberikan pengaruh melalui pemberian sejumlah uang atau

Mempengaruhi diskusi dan pengambilan suara yang akan berdampak

Anggota parlemen Pelobi Pihak eksekutif

573

prestasi tertentu pada jatah pengeluaran pihak eksekutif

Bahkan pihak yudikatif pun memiliki bidang perpotongan dengan sektor swasta.

Bidang-bidang perpotongannya adalah seperti berikut:

Pengadilan sebagai lembaga yurisdiksi dalam masalah pidana dan perdata

Pengadilan sebagai lembaga yurisdiksi dalam masalah perpajakan, administratif,

pemilu dan konstitusi

Hakim sebagai pribadi yang perlu ditunjuk atau dipilih

Contoh korupsi yang terjadi di bidang perpotongan pihak yudikatif

Bidang perpotongan Bentuk korupsi Tampak dalam bentuk Pihak yang terlibat

Pengadilan sebagai organ yurisdiksi dalam masalah pidana dan perdata

Memberikan pengaruh melalui pemberian prestasi tertentu

Membayar sejumlah uang atau memberikan jasa tertentu untuk mengubah putusan yang dijatuhkan

Hakim Dewan juri Partai-partai yang bertikai Pelaku

Memberi pengaruh melalui ancaman atau pemerasan

Memberi tekanan untuk mengubah putusan

Hakim Dewan juri Partai-partai yang bertikai Pelaku

Pengadilan sebagai organ yurisdiksi dalam masalah pajak, administrasi, pemilu dan konstitusi

Memberi pengaruh melalui pemberian prestasi

Menjanjikan suatu karir apabila putusan yang dijatuhkan, diubah

Hakim Eksekutif Legislatif Partai-partai yang bertikai

Memberi pengaruh melalui ancaman atau pemerasan

Memberi tekanan untuk mengubah putusan

Hakim Eksekutuf Legislatif Partai-partai yang bertikai

Hakim sebagai pribadi yang perlu diangkat atau dipilih

Memberikan janji akan suatu prestasi tertentu kepada pemilih atau pelantik

Janji pemilu yang berhubungan dengan karir

Hakim Pemilih atau Pelantik lainnya

2. 4. Sumber penyebab perilaku korup

Korupsi hanya merupakan manifestasi dari kehancuran sebuah institusi. Daftar

perilaku yang korup mencakup hal-hal seperti suap, pemerasan, jual-beli pengaruh,

nepotisme, penipuan, uang panas, ketidaksetiaan, dan sebagainya. Meskipun kita

selalu beranggapan bahwa korupsi merupakan tindakan yang dilakukan oleh

574

pemerintah atau sektor publik, tetapi tentu saja sektor swasta juga ikut berperan di

dalamnya.

Korupsi terjadi menurut rumus berikut ini:

C = M + D – A149

Tingkat korupsi (C) adalah sama dengan tingkat monopoli (M) ditambah dengan

banyaknya kebijakan/aturan serta luasnya ruang pengambilan keputusan (D)

dikurangi tanggung jawab (A). Ini artinya:

1. Sumber utama penyebab korupsi adalah karena monopoli yang dimiliki negara

terlalu luas, atau secara singkat dapat dikatakan bahwa negara terlalu mengurusi

banyak hal.

2. Terlalu banyak kebijakan atau aturan, sehingga kurang ada transparansi.

3. Ruang pengambilan keputusan dan kebijakan terlalu luas, sehingga proses

pengambilan keputusan tidak jelas atau sama sekali tidak ada aturan, atau

keputusan-keputusan yang diambil tidak dapat diverifikasi.

4. Kurangnya tanggung jawab, sehingga risiko yang dipikul tidak terlalu tinggi dan

keuntungan yang diperoleh lebih besar dari tanggung jawabnya.

Selain rumus dasar di atas, masih ada dua sumber penyebab korupsi lainnya:

1. Untuk memperoleh keuntungan dari pemerintah

2. Untuk menghemat biaya

Pada saat melakukan diagnosa terhadap kasus korupsi yang sesungguhnya, kita

sering mendapati penyebab-penyebab di bawah ini, yang dapat dipandang sebagai

penyebab lain yang lebih rinci:

1. Kurangnya tanggung jawab dan transparansi

Jika setiap orang tahu bahwa ia tidak harus mempertanggungjawabkan

sikapnya yang korup, tak seorang pun akan merasa terdesak untuk tidak

melakukan tindak korupsi. Jika tidak ada transparansi yang digalakkan melalui

149

Rumusan ini dibuat oleh Robert Klitgaard dan dimuat dalam bukunya "Controlling Corruption"

(Mengawasi Korupsi), Berkeley, University of California Press, 1988.

575

sebuah pengawasan dan kontrol yang efektif – misalnya oleh pengadilan,

Badan Pemeriksa Keuangan atau publikasi yang luas, maka akan ada banyak

orang yang memanfaatkan ketertutupan ini untuk mengambil keuntungan bagi

dirinya.

2. Sentralisasi pemerintahan yang berlebihan

Semakin banyak tugas yang diambil negara, semakin besar pula bidang

perpotongan antara sektor publik dengan sektor swasta atau sektor usaha.

Lebih dari itu, semakin besar bidang perpotongannya, semakin besar pulalah

peluang untuk melakukan tindak korupsi. Jika proses pengambilan keputusan

banyak dibuat oleh pusat, maka instansi pemerintahan yang terlibat di dalam

proses pembuatan keputusan tersebut juga semakin banyak, dan karenanya

potensi untuk korupsi juga akan semakin meningkat.

3. Intervensi melalui peraturan yang berlebihan atau perpotongan lain oleh

pemerintah

Semakin banyak peraturan, berarti semakin banyak pula izin yang diperlukan.

Seringnya kontak yang dilakukan dengan instansi pemerintah akan semakin

meningkatkan peluang untuk berperilaku korup.

4. Penghasilan/gaji pegawai pemerintah terlalu kecil

Jika pegawai pemerintah mendapat gaji yang terlalu kecil, mereka cenderung

akan berusaha meningkatkan penghasilan dari pemasukan sampingan yang

diperoleh melalui pengambilan keputusan atau kebijakan yang mereka buat.

5. Kurangnya komitmen dan tanggung jawab moral

Jika pimpinan politik dan pejabat publik lainnya menunjukkan komitmen yang

rendah dalam memerangi korupsi, para pelaku korupsi yang potensial akan

merasa aman dalam menjalankan praktik korupsinya.

6. Penegakan hukum dan peraturan yang tidak efektif

Semakin sedikit hukum dan peraturan yang diberlakukan dan ditegakkan,

dan pelaksanaannya tidak mendapat pengawasan memadai, perilaku

korupsi akan semakin meluas dan akan menjadi sesuatu yang dianggap

lazim – terutama karena ia – bahkan – bisa merasuk ke dalam hukum atau

peraturan yang baru dikeluarkan.

576

2.5. Pengaruh korupsi

Korupsi memiliki berbagai dampak yang berbeda. Pertama-tama korupsi akan

menimbulkan kerugian yang ditanggung oleh masyarakat umum maupun individu.

Kerugian ini biasanya berupa kerugian material, misalnya dalam kasus penggelapan

uang, penggelapan barang, dsb. Korupsi sangat merugikan masyarakat dan

seringkali menjadi sumber penyebab terhambatnya pembangunan, atau terjadinya

pembangunan yang salah arah.

Korupsi yang terjadi di tingkat menengah dan di tingkat bawah menyebabkan

rusaknya pengaruh hukum, peraturan dan prosedur, serta menyebabkan kerugian

atas keputusan yang diambil. Di sini pun, perekonomian masyarakat secara umum

ikut dirugikan.

Semua bentuk korupsi, bagaimanapun, memberikan dampak dalam penghancuran

budaya politik, lembaga-lembaga politik, dan kepercayaan warga terhadap pimpinan

dan pemerintah.

2.6. Pendekatan strategis dalam memerangi korupsi

Pendekatan umum

Jika definisi yang dibuat Klitgaard benar, bahwa tingkat korupsi sama dengan tingkat

monopoli ditambah dengan banyaknya kebijakan/peraturan dikurangi tanggung

jawab, maka langkah strategis untuk mengatasi persoalan ini juga dapat ditarik dari

rumus ini.

Berdasarkan rumus ini, monopoli perlu dibatasi, transparansi perlu diterapkan,

kebijakan dan peraturan harus dikurangi, dan kemungkinan untuk meminta

pertanggungjawaban – baik secara politis maupun hukum harus diperkuat.

Sikap berbagai negara dalam menghadapi korupsi biasanya tidak terlalu berbeda.

Yang berbeda biasanya justru ukuran yang dimiliki pejabat pemerintah dalam

menjalankan fungsinya. Di banyak negara, pihak legislatif, yudikatif, pelayanan

577

umum dan sistem pemilunya tidak berkembang atau bahkan sangat ketinggalan.

Badan legislatif dan yudikatif perlu diperkuat untuk menjamin kemandirian mereka

dari pihak eksekutif. Seringkali cabang-cabang kekuasaan ini terikat pada satu partai

tertentu, sehingga kredibilitas dan kejujuran mereka sangat diragukan.

Ada banyak negara yang tidak memiliki sistem pembagian kekuasaan yang jelas,

terutama negara yang tidak memiliki batasan efektif antara eksekutif dan legislatif.

Dalam sistem presidensial khususnya, wewenang eksekutif jauh melampaui

wewenang legislatif, sehingga kontrol pihak legislatif atas eksekutif tidak mungkin

lagi efektif. Kepala pemerintahan memiliki kontrol hampir atas semua hal: militer,

institusi pendidikan, pelayanan umum, bahkan juga lembaga yurisdiksi dan tak

jarang juga media.

Sistem semacam ini tidak menyediakan ruang bagi tanggung jawab para politisi dan

pejabat pemerintah. Oleh karena itu, perlu ditetapkan ketentuan-ketentuan

konstitusional yang dapat menggerakkan sebuah perang terhadap korupsi secara

efektif.

2.6.1. Checks and balances: mekanisme untuk memastikan

pertanggungjawaban

Fokus utama dalam memerangi korupsi pertama-tama perlu diarahkan pada kritik

terhadap institusi-institusi nasional. Struktur-struktur ini mencakup peradilan yang

independen, parlemen yang berfungsi dengan benar dan bebas dari pengaruh luar

serta dari tekanan pihak eksekutif dan partai yang berkuasa, pers yang independen

dan kritis, dan komitmen dari penguasa yang bertanggungjawab. Mekanisme ini

mendudukkan aktivitas dinas pelayanan umum berada di bawah pengawasan

eksternal, agar pada saat yang bersamaan aktivitas mereka dapat diukur

berdasarkan efektivitas (pertanggungjawaban politik) atau ketentuan yang berlaku –

sehingga langkah ini diharapkan dapat melekat pada pejabat pemerintah.

578

Pertanggungjawaban politik

Bentuk pengawasan pertanggungjawaban politik sangat beragam. Bentuk yang

paling lazim digunakan untuk membuat seseorang bertanggungjawab adalah melalui

mekanisme pemilu. Dalam sebuah negara demokratis yang menerapkan pemilu,

warga memiliki mekanisme reguler dan terbuka untuk memberi hukuman atau

penghargaan kepada mereka yang menduduki jabatan publik. Seberapa hebat pun

sebuah teknik anti-korupsi dibuat, teknik ini hanya akan efektif selama mekanisme

pertanggungjawaban dapat berjalan dengan benar. Bagaimanapun, urgensi

memuaskan kehendak satu kelompok pemilih merupakan suatu instrumen yang

terlalu tumpul untuk dapat dimanfaatkan sendiri secara terpisah. Pada saat yang

bersamaan, tak seorang pun yakin bahwa para wakil yang baru terpilih tidak akan

terlibat dalam tindakan korupsi.

Suatu instrumen yang jauh lebih baik adalah memiliki dua cabang yang harus saling

mengawasi satu sama lain. Tetapi, di berbagai negara, kekuasaan eksekutif dan

legislatif seringkali tidak dibedakan atau tidak diatur secara hirarkis. Dalam kasus

semacam ini, tidak terjadi pengurangan konsentrasi kekuasaan, yang menurut

Klitgaard berperan cukup besar dalam masalah korupsi. Prinsip yang diterapkan di

sini adalah bahwa kedua kekuasaan harus saling diperhadapkan, sehingga

persaingan dan konflik yang setara dipastikan akan melahirkan suatu pengawasan

yang setara pula.

Pemisahan antara lembaga yang menyediakan uang dan merencanakan anggaran

belanja dengan lembaga yang membelanjakan uang, membantu menjamin

kepentingan publik. Ada beragam metode di mana pemerintah memberikan laporan

kepada parlemen dan setiap laporan harus diawasi melalui sesi tanya jawab hingga

komite pemeriksaan di parlemen. Dengan demikian, pihak eksekutif sadar bahwa

perilaku mereka sehari-hari senantiasa berada di bawah pengawasan sebuah

institusi yang memiliki kapasitas dan perangkat yang memadai untuk melakukan

pemeriksaan secara seksama, dan bukan sekedar berada di bawah pengawasan

periodik para pemilih – yang tidak mungkin mengawasi perilaku para pejabat sehari-

hari. Bentuk kompetisi semacam ini juga mendorong pihak eksekutif berusaha

579

menjelaskan bilamana anggota parlemen mulai menyimpang dari jalan yang benar

dan membiarkan mereka terlibat dalam kasus korupsi melalui penyuapan pasif.

Konflik institusional semacam itu, di mana lembaga eksekutif dan legislatif saling

mengawasi, menuntut lebih dari sekedar kesepakatan kedua belah pihak.

Peraturannya harus tertulis dalam konstitusi yang menetapkan tugas dan tanggung

jawab kedua lembaga tersebut. Untuk itu, tidak boleh ada salah satu lembaga yang

berada dalam posisi yang lebih rendah atau lebih tinggi.

Pertanggungjawaban hukum

Dalam sebuah negara yang memiliki konstitusi, konstitusi inilah yang akan mengatur

kegiatan-kegiatan korporasi dan institusi, menyediakan kerangka hukum untuk

undang-undang dan urusan pemerintahan. Oleh karena itu, tidak ada seorang

pejabat pemerintah pun yang boleh melanggar ketentuan konstitusi ini, atau

melanggar peraturan yang dibuat berdasarkan konstitusi tersebut. Konstitusi ini

menetapkan standar pertanggungjawaban yang jelas, meskipun penerapan standar

ini tergantung pada kapasitas putusan peradilan.

Ada tiga faktor yang dapat menghambat efektivitas pengawasan hukum:

1. Kurangnya independensi peradilan dalam mengambil keputusan. Jika lembaga ini

tidak benar-benar independen, maka anggota badan eksekutif pada khususnya, tidak

akan menganggap serius dan akan menggerogoti tanggung jawab hukum yang

seharusnya mereka pikul. Hakim harus berani mengambil keputusan, sekalipun yang

menentang anggota badan eksekutif, tanpa perasaan takut maupun bermurah hati.

Mekanisme seperti jabatan seumur hidup, jaminan gaji yang tetap jumlahnya dan

tidak dapat dipotong atau ditahan, merupakan bagian penting untuk menjamin

independensi peradilan.

2. Persoalan kedua adalah korupsi yang muncul dalam pengambilan keputusan dan

korupsi yang terjadi antara pihak yudikatif dan eksekutif. Oleh karena itu, peradilan

juga harus diawasi secara ketat, baik melalui proses berlapis atau melalui badan

disiplin internal.

3. Permasalahan ketiga dapat disebabkan oleh kurangnya penghargaan terhadap

putusan peradilan, baik dari pihak eksekutif maupun legislatif, tetapi tak jarang pula

580

dari masyarakat secara keseluruhan. Karena pengadilan tidak memiliki polisi atau

pasukan militer sendiri, eksekusi putusan pengadilan hanya dapat diterapkan jika

pihak-pihak eksekutif tunduk pada putusan pengadilan tersebut.

2.6.2. Pembatasan dan desentralisasi kekuasaan pusat

Metode yang penting untuk mengatasi korupsi dalam sebuah pemerintahan adalah

dengan membatasi wewenang pemerintah. Peluang untuk melakukan korupsi akan

semakin besar jika keputusan pembagian barang persediaan publik hanya terpusat

di satu instansi dan stok persediaan barang mulai menipis. Oleh karena itu perlu

dipastikan bahwa barang persediaan publik selalu tersedia bagi semua orang.

Langkah yang paling baik dilakukan adalah melalui desentralisasi wewenang dan

pembagian tugas yang jelas antara kekuasaan pusat dan pengemban tugas di

tingkat daerah. Dengan demikian, eksistensi pemerintah daerah dan partisipasi serta

pengawasan parlemen lokal menjadi langkah penting dalam penghapusan korupsi

yang dilakukan pemerintah.

2.6.3. Mekanisme pengawasan eksternal

Keberhasilan pelaksanaan tanggung jawab politik dan hukum membutuhkan

dukungan dan pengawasan dari orang-orang di luar aparat pemerintahan. Selain itu

dibutuhkan akses untuk mendapatkan informasi dan pertukaran pikiran secara

terbuka. Transparansi dan kebebasan berbicara merupakan dua syarat yang prinsipil

untuk memerangi korupsi.

Masyarakat sipil

Mekanisme untuk menetapkan tanggung jawab hukum menuntut adanya masyarakat

sipil yang aktif – yang beranggotakan pribadi-pribadi, asosiasi, perhimpunan, serikat

buruh dan kelompok-kelompok lainnya. Negara harus menjamin adanya hak untuk

berkumpul dan berserikat, kebebasan berbicara dan kebebasan pers. Kondisi

masyarakat sipil yang kondusif, keberanian untuk tampil sebagai "anjing penjaga"

(watchdog) dan ketidak-taatan sipil seringkali lebih jitu dalam mencegah terjadinya

korupsi dibandingkan undang-undang.

581

Media yang independen dan pers yang bebas

Akses memperoleh informasi dan sikap kritis terhadap informasi tersebut merupakan

prasyarat bagi media yang terbuka – yang berfungsi sebagai penjaga tanggung

jawab pihak penguasa dan pihak-pihak yang memerangi korupsi. Langkah-langkah

di bawah ini bisa membantu menjamin pers yang bebas:

1. Undang-undang yang menjamin kemudahan dan keterbukaan informasi.

2. Penyesuaian pasal-pasal dalam undang-undang yang menyangkut pencemaran

nama baik dan penghinaan, untuk melindungi pers dan masyarakat umum.

3. Meniadakan sensor politik .

4. Standar profesional yang lebih tinggi bagi para wartawan.

5. Mengakhiri diskriminasi melalui pelarangan dan manipulasi jika muncul kritik

terorganisir terhadap pemerintah atau partai yang berkuasa.

6. Penetapan standar profesional, independensi dan tanggung jawab karyawan yang

bekerja di media pemerintah.

Semua tindakan yang diambil untuk memperkuat kebebasan pers bermanfaat untuk

meningkatkan transparansi dan meningkatkan peluang untuk mengambil tindakan

yang arif.

582

3. STRATEGI PENGELOLAAN KONFLIK

3.1. Definisi konflik

Konflik adalah pertentangan dua atau lebih posisi yang berbeda yang dialami

seseorang (pertentangan internal berkenaan dengan motif, keinginan, ambisi dan

nilai-nilai etika) atau yang terjadi antara beberapa pihak atau antar kelompok, negara

dan komunitas lainnya.

Ada beragam teori mengenai terjadinya konflik :

1. Peneliti perilaku biologis (K. Lorenz150) berangkat dari asumsi mengenai dorongan biologis manusia yang selalu muncul. Ia juga mengasumsikan adanya potensi umum untuk melakukan tindakan agresif, dan dengan demikian menyimpulkan bahwa konflik merupakan suatu peristiwa sosial yang alami. 2. Dari sudut pandang psikologi sosial, konflik berasal dari pertentangan antara

dorongan dan motivasi psikologi manusia di satu sisi dan tuntutan norma masyarakat

di sisi lain.

3. Dahrendorf151 memandang masyarakat terbentuk dan tetap terjaga keberadaannya bukan berdasarkan kesepakatan melainkan berdasarkan keharusan. Karena itu, di mana pun manusia membentuk suatu ikatan sosial, di situ akan terjadi konflik. 4. Dari sisi Marxisme, konflik disebabkan oleh (perbedaan dalam) kepemilikan.

3.2. Pengelolaan konflik

Pengelolaan konflik mencakup:

Mengenali situasi

Asimilasi

Penyelesaian konflik

Akibat dari konflik.

Pengelolaan konflik bertujuan mengurangi perbedaan yang menjadi dasar motivasi

konflik tersebut. Ini berarti bahwa, pengelolaan konflik sebisa mungkin didasari pada

akar penyebab konflik itu sendiri.

150

Konrad Lorenz, peneliti perilaku, 1903-1989. 151

Prof. Ralf Dahrendorf, ahli sosiologi dan politisi, *1929.

583

Untuk mengelola konflik, ada dua strategi dasar:

Strategi asosiatif

Strategi disosiatif

Dalam strategi asosiatif, dua kubu yang berkonflik digerakkan untuk saling mendekati

satu sama lain dan saling mengerti tuntutan masing-masing untuk menemukan

kompromi. Sementara dalam strategi disosiatif, pihak-pihak yang bertikai diupayakan

untuk terpisah satu sama lain, dan segala bentuk kontak antar pihak dicegah.

Strategi asosiatif menggunakan instrumen-instrumen seperti berikut:

Penghapusan gangguan-gangguan komunikasi

Membangun kesepakatan

Kompromi melalui mediasi

Strategi win-win

Mentransformasi posisi menjadi kebutuhan

Pendelegasian kepada hakim (arbitrasi)

Membangun adanya saling ketergantungan

Instrumen yang tersedia untuk strategi disosiatif adalah:

Keputusan berdasarkan suara mayoritas

Tidak ada campur tangan

Perceraian

Pemisahan geografis

Pembagian wewenang

Ancaman kekerasan

Perang, perlawanan

Akibat konflik dapat berupa :

Kekacauan

Hancurnya salah satu pihak

Kesepakatan atau kompromi

Melanjutkan konflik

584

3.2.1. Pengelolaan konflik individual

Pengelolaan konflik jenis ini sebenarnya tidak terlalu terkait dengan perencanaan

strategi dan lebih pada persoalan psikologi. Tetapi karena konflik ini seringkali

muncul dalam perencanaan karir politisi dan dapat diamati dalam perilaku para

politisi, pemahaman akan konflik ini juga penting untuk keperluan konsultasi

strategis. Resolusi konflik di sini, tentu saja tetap menjadi tugas psikolog. Dalam

psikologi ada beragam pendekatan untuk penanganan konflik, dan berbagai mazhab

pemikiran tentang teori-teori konflik.

Teori penyelesaian konflik

Menurut teori ini, konflik muncul jika ada sebuah kekuatan yang bersaing untuk

memperjuangkan keinginan, tujuan dan tuntutan (bidang-bidang konflik). Di sini ada

beberapa jenis konflik:

Konflik „pendekatan-pendekatan“

Di sini seseorang harus memilih satu dari dua alternatif positif. Pada umumnya, pihak

yang berkonflik cenderung mengambil keputusan akhir berdasarkan preferensi

subyektif.

Sebagai contoh, ada pilihan antara menerima posisi sebagai pejabat pemerintah atau

menduduki posisi pimpinan di dunia bisnis. Intinya, ada keinginan untuk membangun

sebuah karir sendiri. Keinginan ini bisa dipenuhi oleh kedua tawaran tersebut – antara

menjadi pejabat pemerintah atau menduduki suatu posisi di sebuah perusahaan. Pihak

yang bersangkutan mengambil keputusan secara subyektif, berdasarkan posisi mana yang

lebih menguntungkan bagi dirinya. Dalam keputusan ini, aspek-aspek seperti tuntutan

partai akan keberlanjutan atau tanggung jawab terhadap pemilih seringkali diabaikan.

Konflik „penghindaran-penghindaran“

585

Di sini seseorang harus memilih satu dari dua alternatif yang sama-sama tidak enak.

Pertama-tama pihak yang menghadapi konflik ini akan berusaha mengelak atau

menghindari pilihan ini. Jika cara itu tidak dimungkinkan dan ia harus mengambil

keputusan, yang bersangkutan akan memilih alternatif yang paling ringan tingkat

ketidaknyamanannya (menurut pandangan subyektifnya).

Untuk mencapai suatu tujuan, seorang politisi harus pindah dari tempat

tinggalnya dan terpisah dari keluarganya atau akan mengalami kerugian

finansial dalam jumlah besar. Politisi ini pertama-tama akan berusaha

mencapai tujuannya tanpa memilih salah satu dari dua opsi tersebut. Jika

hal itu tidak dimungkinkan, bagaimanapun ia akan memilih opsi yang

secara subyektif ia nilai paling ringan tingkat ketidaknyamanannya.

Konflik “pendekatan-penghindaran”

Ini adalah konflik untuk mencapai suatu tujuan yang mengandung keuntungan

maupun kerugian. Dalam situasi seperti ini, pihak-pihak yang berkonflik dihadapkan

pada sebuah keputusan yang sangat tidak meyakinkan.

Sebuah keputusan harus diambil untuk menerima sebuah jabatan tinggi

dalam pemerintahan. Keuntungan yang diperoleh dari jabatan ini misalnya

adalah, memiliki kekuasaan yang lebih besar. Sementara kerugiannya,

posisi ini berisiko tinggi terhadap keamanan diri dan bisa menimbulkan

masalah keluarga. Dalam situasi seperti ini akan timbul ketidakyakinan,

yakni pengambilan keputusan yang menyiksa.

Teori disonansi kognitif (Leon Festinger152)

Teori ini didasarkan pada pemikiran bahwa konflik terjadi jika terdapat disonansi

antara keyakinan dan tindakan seseorang. Orang tersebut kemudian

mengembangkan strategi untuk menyelesaikan kontradikisi ini. Arah dari strategi

tersebut bersifat terbuka.

152

Leon Festinger, psikolog, 1919-1989.

586

Misalnya, seseorang yang mengalami konflik tentang persepsinya

terhadap dunia dengan realita cenderung memahami realita secara

berbeda dari yang sebenarnya. Bukan saja terjadi pergeseran realitas tapi

sebagian juga dipahami sebagai kebalikan dari yang sebenarnya

(disonansi kognitif).

Model konflik psikoanalitis (Sigmund Freud153)

Menurut model konflik psikoanalitik, kebutuhan dan dorongan-dorongan yang

ditentukan oleh „prinsip kesenangan“ menuntut pemuasan segera, sementara

lingkungan (masyarakat) menuntut orang untuk tidak mengikuti dorongan-dorongan

tersebut atau mengikuti bentuk-bentuk pemuasan yang telah ditentukan.

Ketidaksesuaian ini menimbulkan tekanan dan konflik internal. Solusi untuk orang

yang bersangkutan adalah berkompromi. Kompromi-kompromi ini dapat berupa:

Menunda dorongan atau keinginan

Meningkatkan toleransi terhadap rasa frustasi

Bentuk-bentuk pemuasan baru

Apabila "Aku" tidak siap untuk melakukan kompromi, konflik neurotis dapat

berkembang.

Komunikasi antar-pribadi dan pengelolaan konflik

Menurut Watzlawick154 semua sikap dan tindakan manusia merupakan pesan dalam

sebuah proses komunikasi. Oleh karena itu, konflik makin menguat atau mereda

selama berjalannya proses komunikasi, dan dapat pula hanya teratasi melalui

komunikasi itu sendiri. Komunikasi mencakup aspek isi dan hubungan. Kedua aspek

tersebut mengirim informasi yang kemudian diinterpretasikan. Analisis diperlukan

untuk mengevaluasi komunikasi tersebut dan situasi konfliknya (analisa transaksi

dan analisa penghargaan diri).

Konflik seperti itu dapat berupa:

153

Sigmund Freud, doktor ahli syaraf Austria, 1856-1939. 154

Paul Watzlawick, Ahli Psikoterapi dari Austria, *1921

587

Konflik antar pasangan

Konflik antar rekan sekerja – dalam pertentangan kelompok dan dalam

pertentangan hirarkis

Yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan konflik pada tataran isi adalah:

Wacana yang rasional

Melakukan kompromi dengan mengidentifikasi tujuan-tujuan baru

Melibatkan otoritas arbitrase

Yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan konflik pada tataran hubungan adalah:

Melakukan restruksturisasi

Membubarkan hubungan tersebut

Menurut A. Rapoport,155 perkelahian, permainan dan perdebatan digunakan selama

konflik tersebut. Perkelahian merupakan upaya untuk menundukkan atau

menghancurkan pasangan konflik. Permainan merupakan upaya untuk bekerjasama

dengan peraturan-peraturan, meskipun tipu-muslihat pun digunakan untuk

mengalahkan pihak lain. Sedangkan perdebatan merupakan pertukaran argumen.

3.2.2. Konflik peranan

Kita membedakan antara konflik inter-peranan (konflik yang terjadi dalam satu

peranan karena adanya perbedaan ekspektasi), misalnya ekspektasi yang dimiliki

warga terhadap politisi yang dipilih dan ekspektasi yang dimiliki partai terhadap

politisi yang bersangkutan, serta konflik antar-peranan (konflik yang terjadi antar

peran-peran yang berbeda), misalnya antara peran keluarga dan peran karir.

Pengelolaan konflik dapat dilakukan di tingkat pribadi maupun di tingkat sosial.

Di tingkat pribadi dapat dilakukan oleh:

Memilih sebuah peran

Menerima ketegangan-ketegangan

Mengambil jarak dengan peranan (menarik komitmen/keterlibatan)

155

Anatol Rapoport, lihat juga catatan kaki no. 42 mengenai dilema tahanan.

588

Di tingkat sosial oleh:

Toleransi terhadap sikap ambigu orang

Mengubah deskripsi peranan

3.2.3. Konflik antar-kelompok

Konflik kelompok dapat diakibatkan oleh kurangnya komunikasi di tingkat substansi

dan tingkat hubungan, dan dapat pula menjadi konflik peranan dan ritualisasinya.

Ritualisasi seringkali terjadi antar fraksi-fraksi dalam parlemen, atau antara

pemerintah dan oposisi. Ritualisasi juga menyangkut perkembangan perasaan akan

“Kita”, yang dianggap penting dari perspektif dinamika kelompok dan untuk

menampilkan perbedaan-perbedaan dengan kelompok-kelompok lain.

Perkembangan-perkembangan ini dapat – tapi tidak selalu – memicu permusuhan,

dan menjadi signifikan apabila kelompok-kelompok yang ada saling bersaing dan

kelompok yang satu bisa menang hanya jika pihak lainnya kalah. Contohnya adalah

pertandingan sepakbola atau olahraga kelompok (tim) lainnya. Ketika pertandingan

sepakbola dikelola dan dibatasi dengan aturan-aturan dan perwasitan, tidak

demikian halnya dengan kelompok penggemar sepak bola yang tidak terikat pada

peraturan apa pun, dan keadaan ini kerap memicu konflik masif. Konflik kelompok

semacam ini dapat diselesaikan dengan mudah melalui demarkasi zona tempat

duduk dan peraturan-peraturan (undang-undang) lainnya.

3.2.4. Konflik sosial

Strategi untuk resolusi konflik sosial sebagian besar tergantung pada pandangan

masyarakat tentang sosio-filosofis .

Th. Hobbes156 percaya bahwa perang 'semua melawan semua' merupakan kondisi

sifat manusia. Untuk resolusi konflik, ia menyarankan bahwa:

Negara harus memiliki otoritas untuk mengendalikan konflik,

Negara harus memiliki monopoli kekuasaan (polisi, militer),

156

Thomas Hobbes, seorang filsuf Inggris, 1588 – 1679.

589

Negara harus bertanggungjawab dalam hal legislasi (perundang-undangan) dan

menyeleranggarakan peradilan.

Menurut Karl Marx, konflik muncul sebagai akibat dari perebutan alokasi yang terus

meningkat antara kelas penguasa dan kelas berpunya di satu sisi, dengan kelas

miskin dan tertindas di sisi lainnya. Oleh karena itu, menurut Marx, cara untuk

menyelesaikan konflik ini adalah dengan membentuk masyarakat tanpa kelas.

Hobbes dan Marx memandang konflik sebagai hal negatif yang perlu diatasi. Di lain

pihak, Dahrendorf merujuk pada sisi positif sebuah konflik. Menurut Dahrendorf,

hidup berdampingan secara damai ditandai oleh adanya paksaan dan kekuasaan.

Sementara paksaan dan kekuasaan dapat menangani konflik-konflik tertentu, tapi

keduanya juga memicu timbulnya konflik baru. Dahrendorf memandang kemampuan

mayarakat dalam menghadapi konflik sebagai simbol dan tolok ukur kapabilitas

sebuah sistem sosial untuk memodernisir dirinya sendiri.

Sistem-sistem yang kaku memindahkan konflik ke luar (misalnya mencari kambing

hitam atau „musuh bayangan“, bahkan bisa memuncak sampai pada peperangan).

Sistem yang terbuka dan bergerak akan berubah diri seiring dengan konflik. Konflik

sosial biasanya tidak dapat diatasi sepenuhnya, melainkan hanya dapat dikurangi ke

tingkat minimum. Instrumen-instrumen seperti penggeseran konflik dan pengaburan

konflik diterapkan di sini.

Dua strategi tipikal untuk proses politis adalah:

Pencapaian kompromi (asosiatif) dan

Tidak ditemukan sebuah solusi (solusi disosiatif), karena kontradiksinya terlalu

besar

Strategi mobilisasi dalam bentuk-bentuk demonstrasi, aksi mogok atau bentuk

perlawanan lainnya digunakan dalam penyelesaian kasus semacam itu.

590

3.2.5. Konflik internasional

Berbeda dengan konflik pribadi atau konflik sosial, dalam konflik internasional

biasanya tidak ada instansi tingkat tinggi yang dapat menengahi atau meredam

konflik. Bangsa-bangsa yang berada di dalam "tatanan kekuasaan anarkis"

berkepentingan untuk dilindungi atau perlu untuk (tetap) diselenggarakan. Untuk itu

dapat digunakan strategi defensif maupun ofensif.

Sikap defensif menyangkut:

Pendirian kukuh (Israel terhadap negara-negara Arab) dan tidak mau

menyesuaikan diri (Tibet terhadap Cina)

Sikap ofensif menyangkut:

Perluasan wilayah (Jerman pada masa perang dunia kedua)

Perluasan daerah kekuasaan (Argentina pada masa perang Falkland)

Perluasan bidang pengaruh (berbagai intervensi Amerika Serikat di Amerika

Tengah, seperti Republik Dominika, Nikaragua, Panama, dan sebagainya).

Konflik internasional yang menyangkut teritori biasanya berlangsung dengan

menggunakan kekerasan. Fakta-fakta di bawah ini penting diperhatikan:

Konflik teritori merupakan "permainan jumlah nol"

Negara kebangsaan menetapkan eksistensi melalui hak kepemilikan teritorial

Dalam era pra-industri, kepemilikan teritori secara langsung merefleksikan

kekayaan dan kekuasaan negara.

3.2.6. Strategi untuk mengurangi penggunaan kekerasan dalam konflik

internasional

Berbagai strategi telah dikembangkan untuk mencegah munculnya kekerasan secara

spontan dalam konflik internasional, yakni:

Negara yang berkuasa mendeklarasikan dirinya sebagai wasit atau polisi dunia

untuk tatanan perdamaian regional atau global (Pax Romana, Pax Americana)

Menciptakan sebuah bentuk pemerintahan dunia yang supra-nasional (Liga

Bangsa-Bangsa, PBB, tapi juga WTO dan sebagainya).

591

Menciptakan bentuk penyelesaian konflik tanpa kekerasan, seperti

1. Menciptakan saling ketergantungan, seperti integrasi Uni-Eropa atau asosiasi

regional lainnya.

2. Intimidasi melalui ancaman kekerasan (perang dingin, keputusan untuk

melengkapi persenjataan, dsb.).

3. Kerjasama antagonis (Perjanjian INF, perjanjian perlucutan senjata, KSZE-OSZE,

pembentukan kepercayaan)

4. Strategi disosiatif dalam konflik Utara-Selatan, seperti misalnya non-intervensi

atau membangun kekuatan sendiri.

5. Penetapan hukum internasional dan undang-undang perang internasional.

3.3. Prinsip-prinsip dasar resolusi konflik

Solusi konflik ada yang baik dan ada yang buruk. Solusi konflik yang dianggap baik

oleh satu partai seringkali sdianggap buruk oleh parai lainnya. Dua kriteria utama

yang dapat digunakan untuk menilai manfaat solusi sebuah konflik adalah:

1. kualitas (kriteria logis)

2. akseptabilitas/dapat diterimanya solusi (kriteria psikhologis)

Resolusi konflik akan semakin berguna jika sebanyak mungkin ia dapat memenuhi

tuntutan logis dan rasional, misalnya yang berkaitan dengan biaya yang timbul, dan

jika solusi ini dapat diterima tanpa syarat oleh semua yang terlibat.

Kesimpulan ini hanya merupakan sebagian dari beberapa temuan yang didapat dari

riset tentang konflik. Pemutusan konflik merupakan salah satu dari sub-bidang yang

penting dari temuan-temuan tersebut. Untuk menilai pencapaian dari pemutusan

konflik, ada dua aspek yang sangat penting yang dapat digunakan:

1. Proses resolusi konflik dengan berbagai tahapannya

2. Berbagai hasil yang mungkin diperoleh dari resolusi konflik

Proses resolusi konflik pada dasarnya ditentukan oleh dua variabel: pertama, melalui

kategori nilai, yaitu nilai material atau non-material dari kebaikan yang menjadi tujuan

resolusi konflik. Kedua, melalui kemungkinan penyeimbangan kepentingan, baik

592

yang ada maupun yang tidak. Skema berikut ini menunjukkan proses resolusi konflik

dari sudut pandang kedua variabel ini.

Kemungkinan penyeimbangan kepentingan

…tidak ada ….ada

Tingkat nilai Perlu ada kesepakatan Tidak perlu ada

kesepakatan

Tinggi Instansi tingkat tinggi (kemenangan/kekalahan)

Mundur, keluar meninggalkan medan

Mencari solusi bersama

Menengah Hakim bijaksana, mediator

Pembagian kompetensi

Tawar-menawar (menerima/memberi)

Rendah Undian/kebetulan Fiksi mengenai tidak adanya konflik

Koeksistensi yang damai

Skema ini menunjukkan hasil pengamatan yang nyata terhadap perilaku pihak-pihak

yang berkonflik dalam mencari solusi.

3.3.1. Diskusi tentang skema

Kasus yang paling sulit dipecahkan, tentu saja, adalah kasus yang memiliki tingkat

nilai yang tinggi di mata semua pihak yang terlibat, dan di mana tidak dapat dicapai

keseimbangan kepentingan, misalnya melalui jalan kompromi.

Jika tidak ada instansi yang lebih tinggi yang dapat menjadi wasit, konflik ini

biasanya mengarah pada penggunaan kekerasan – dan diakhiri dalam kemenangan

atau kekalahan, atau dalam penerimaan instansi yang lebih tinggi sebagai

penengah, jika pihak-pihak yang berkonflik sudah sangat lelah.

Apabila ada instansi yang lebih tinggi, tentu bisa diminta untuk menjadi mediator dan

membuat keputusan. Jika konflik memiliki nilai yang tinggi bagi kedua belah pihak,

keputusan yang diambil harus menghasilkan kemenangan bagi pihak yang satu, dan

kekalahan bagi pihak lainnya. Kualitas keputusan ini akan bernilai tinggi, apabila

pihak yang kalah dapat menerimanya.

Apabila konflik memiliki nilai menengah bagi pihak-pihak yang terlibat, akan lebih

efektif jika diselesaikan dengan bantuan mediator. Tugas mediator adalah meneliti

593

dan mempertimbangkan kepentingan masing-masing pihak sedemikian rupa,

sehingga keputusan yang diambil sedapat mungkin memberi keuntungan kepada

kedua belah pihak (win-win solution). Atau, alternatif lain, dapat juga digunakan

"kurva kerugian minimum" untuk menemukan sebuah solusi.

Apabila sebuah kasus memiliki tingkat nilai rendah bagi para pihak yang berkonflik

dan perlu dicapai kesepakatan – sementara penyeimbangan kepentingan tidak

dimungkinan, maka keputusan random (melalui undian) bisa dilakukan.

Pengambilan keputusan melalui random (dengan menggunakan koin, misalnya)

dapat dimungkinkan, dan dapat diterima, dalam menentukan sisi lapangan

sebelum pertandingan sepakbola dimulai. Tapi cara ini tidak mungkin digunakan

dalam tendangan penalti, karena nilai penalti terlalu tinggi bagi kedua belah

pihak.

Keputusan yang tidak memerlukan kesepakatan, agak berbeda bentuknya. Konflik

yang memiliki tingkat nilai yang tinggi dapat menyebabkan salah satu pihak

meninggalkan „medan pertempuran“ atau „bidang konflik“, atau dikeluarkan

(dipecat) dari keterlibatannya. Apabila tingkat nilai konfliknya rendah, sebagai solusi,

konflik itu dianggap tidak ada (fiktif). Biasanya solusi seperti ini kurang memuaskan,

karena cepat atau lambat konflik itu bisa kembali muncul atau akan muncul dalam

bentuk/bidang lainnya.

Solusi yang sesungguhnya dapat terlihat dalam kasus-kasus lain di mana

dimungkinkan adanya penyeimbang kepentingan. Untuk konflik yang memiliki tingkat

nilai tinggi, pencarian solusi dapat dilakukan bersama-sama atau dengan bantuan

seorang mediator. Dalam konflik dengan tingkat nilai menengah, strategi win-win

dapat ditawarkan dan kesepakatan yang dihasilkan dapat bertahan lama. Sementara

itu, konflik dengan tingkat nilai rendah dapat diselesaikan dengan koeksistensi

damai. Koeksistensi damai ini juga dapat digunakan dalam kasus-kasus di mana

tingkat nilainya sangat tinggi dan tidak ada kemungkinan penyimbangan

kepentingan. Tapi solusi ini hanya dapat berjalan secara efektif sampai ada salah

satu pihak yang merasa berada pada posisi yang lebih kuat dan memiliki keuntungan

strategis.

594

3.4 Situasi-situasi paska konflik dan pencegahan konflik

Di dalam suatu situasi paska konflik kita harus beranggapan bahwa menurut kategori

pemikiran Clausewitz konflik tersebut dapat diselesaikan. Karena itu Clausewitz

berpendapat bahwa sebuah konflik berakhir dengan suatu kemenangan atau

kekalahan. Dengan suatu kemenangan lawan dipaksa untuk mengikuti keinginan

pemenang dan dengan demikian politik sang pemenang dipertahankan. Masalahnya

di dalam situasi pasca konflik dewasa ini yang terjadi adalah hampir tidak ada

kemenangan maupun kekalahan. Melalui intervensi internasional baik pada konflik

internasional maupun konflik nasional, regional dan etnis, kemungkinan

penyelesaian konflik (kemenangan dan kekalahan) dihentikan sebelum ada hasil

yang final. Sebuah kapitulasi tanpa syarat, seperti yang dilakukan Jerman setelah

Perang Dunia Kedua bukan lagi merupakan tujuan dari perselisihan yang bersifat

konflik. Penyelesaian konflik lebih banyak dihentikan dari luar melalui intervensi dan

mengakibatkan situasi yang tidak seimbang, alih-alih situasi yang membawa

kemenangan atau kekalahan. Maka terjadi sebuah akhir konflik yang sebenarnya

bersifat fiktif belaka, namun sesungguhnya tidak terjadi penyelesaian konflik.

Apabila kita menganggap pendapat ini benar adanya, maka hasilnya adalah, di

dalam sebuah situasi paska konflik, situasi asal yang menyebabkan konflik akan

muncul kembali. Kalimat yang berbunyi, "siapa yang ingin perdamaian, maka ia

harus mengerti perang" membuka akses menuju strategi paska konflik. Hal ini

berarti, bahwa harus diselidiki apa yang menjadi pemicu konflik atau lebih baik lagi

mencari alasan timbulnya konflik itu. Penyebab konflik ini harus diolah dan diteliti,

untuk menemukan penyelesaian konflik baik secara psikologis maupun logis.

Pendekatan yang mungkin dilakukan adalah upaya untuk menghindari konflik. Di

sini pendekatan strategisnya adalah mempengaruhi situasi, bahwa penyebab konflik

diatasi atau paling tidak diminimalisir.

Jika, misalnya, konflik tersulut karena akses untuk mendapatkan air, maka

permasalahan tentang air harus dikerjakan dan situasi diubah sedemikian rupa,

dengan demikian sikap dan pandangan pihak-pihak yang bertikai pun berubah.

Dalam kasus ini harus diupayakan agar air tambahan tersedia atau pengambilan air

diatur oleh kedua belah pihak. Dalam menyelidiki apa sebenarnya penyebab perang

595

dan konflik itu akan menjadi jelas bahwa penyebab terjadinya

konflik kebanyakan adalah masalah akses terhadap sumber

daya. Demikian juga diberitakan tentang situasi serupa, bahwa

konflik di Jugoslavia dipicu oleh pembagian energi yang

dianggap "tidak adil" bagi sebagian wilayah. Untuk pengamat

dari luar, mereka melihat bahwa konflik tersebut pecah lebih

disebabkan oleh masalah etnik dan agama.

Pendekatan kedua adalah pencegahan konflik. Dalam pendekatan ini sebuah

akibat atas pihak-pihak yang berkonflik ditarik dan diteliti untuk mengubah sikap dan

pandangan mereka. Ini terkait suatu proses atau pencegahan yang berorientasi

pelaku.

Perbedaan kedua bentuk manajemen konflik ini tampaknya masuk akal.

Pencegahan yang berorientasi pada penyebab ingin mendekati penyebab-penyebab

yang terletak jauh di dalam, struktur dan sarana pembiakan perkembangan yang

menyuburkan kekerasan dan ingin mencapai pembentukan stabilitas jangka panjang.

Sedangkan pencegahan yang berorientasi pada proses bersifat jangka pendek dan

menengah menciptakan pengaruh politik perdamaian terhadap sikap pelaku konflik

yang siap menyebarkan kekuatan di dalam situasi krisis. Dalam pendekatan ini

namun biasanya penyebab konflik sebenarnya tidak ditangani.

Konsep pencegahan berikutnya adalah model siklus yang dilontarkan oleh Uni

Eropa. Model ini melakukan pendekatan dengan tindakan-tindakan pencegahan atas

kontinuitas dari proses eskalasi dan de-eskalasi. Dampak jangka panjang dari model

siklus ini tampaknya diragukan, karena biasanya tindakan pencegahan dimulai

dengan perawatan dan pembangunan kembali setelah perselisihan penuh kekerasan

berakhir. Secara hal itu berjalan muncul kondisi-kondisi yang menguntungkan,

namun alasan yang terpenting adalah bahwa pihak-pihak yang bertikai merasa

sangat lelah.

596

Model siklus pencegahan dari Uni Eropa

597

Daftar Pustaka

Altendorfer, Otto; Wiedemann, Heinrich; Mayer, Hermann (Hsg): Der moderne

Medienwahlkampf, 2000 Media-Plus Verlag, Eichstätt, ISBN: 3-00-007039-7

Astafi ev, S.V./Shulman, G. L./Stanley, C.M./Snyder, A.Z./Van Essen, D.C./Corbetta,

M.:Functional Organization of Human Intraparietal and Frontal Cortex for Attending,

Looking, and Pointing. Journal of Neuroscience, June 1, 2003; 23(11), hal. 4689–4699

Bakunin, Mikhail, Letter to a Frenchman on the present Crisis, September 1870 dalam

“Bakunin on Anarchy” 1971

Barber, P. J./Cooper, S.: Poster Visibility. Technical Report for POSTAR UK Ltd., 1996

Bergsdorf ,Wolfgang: Probleme der Regierungskommunikation, dalam: Communications, 12

(1986) 3.

Buckley-Zistel, Susanne: Ethnographic Research after Violent Conflicts. Journal of Peace,

Conflict and Development (10), 2007

Tony Buzan, Barry Buzan: Das Mind Map Buch; Die Methode zur Steigerung des geistigen

Potentials, moderne Verlagsgesellschaft München.

Clausewitz, Carl von, Vom Kriege, 19. Auflage; Ferdinand Dümmlers Verlag, Bonn ISBN 3-

427-82019-X

Congleton, Roger: The Median Voter Model . In: Rowley, R. K.; Schneider, F. (Peny.): The

Encyclopedia of Public Choice. 2002.

Costy, Alexander dan Gilbert, Stefan: Conflict Prevention and the European Union. Mapping

the Actors, Instruments and Institutions, lonon, International alert, Juli 1998

Dalton, Russell J.: „The Decline of Party Identifications“ In Parties without Partisans:

Political Change in Advanced Industrial Democracies, Oxford University Press, 2000

Diehl, Oliver, Muno, Wolfgang (Peny.): Venezuela unter Chávez – Aufbruch oder

Niedergang? Vervuert 2005.

Dixit, Avinash K. dan Nalebuff, Barry J., Spieltheorie für Einsteiger, Schaeffer Poschel

Verlag, Stuttgart 1995, ISBN 3-7910-0913-3

Ernst, Andreas M. dan Spada, Hans: „Ökologisches Handeln im Konflikt. Die Allmende-

Klemme” in P.Day, U.Fuhrer & U.Laucken (Hrsg.) Umwelt und Handeln (S. 63-85)

Tübingen.Attempto.

Gladwell, Malcolm, The Tipping Point. Wie kleine Dinge Großes bewirken können.

Burlington 2002, ISBN 978-3442-1278-01

Godin, Seth: Unleshing the Ideavirus. 2001 ISBN 978-0786887170

Grant, Robert M. (2002) Contemporary Strategy Analysis, concepts, Techniques,

Applications; 4th ed. Blackwell Publishers Inc, Oxford. ISBN 0-631-23135-8

Griffith, S.B., Sun Tzu, The Art of War, Oxford University Press, Oxford

Hahlberg, Werner (Peny.): Lehrmeister des kleinen Krieges. Von Clausewitz bis Mao tse

Tung und Che Guevara, 1968

Hardin, Garrett James, The tragedy of the commons, Science, 162, 1243-1248 (1968)

IBM: Unternehmensführung in einer komplexen Welt, 2010 www.ibm.com/ceostudy/de

Jackson, Richard: Writing the War on Terrorism. Language, Politics and Counter-Terrorism.

Manchester United Press, Manchester/New York 2005, ISBN 0-7190-7121-6

Kahneman, Daniel; Renshon Jonathan: „Why Hawks win?“ in Foreign Policy Jan/Feb

2007, Washington

Kahney, Leander, Steve Jobs’ kleines Weißbuch, 2008, München, ISBN 978-3-89879-351-3

judul asli “Inside Steve’s Brain” diterbitkan Portfolio ISBN 978-1-59184-198-2

Kaplan, Robert S.; Norton, David P.: The Balanced Scorecard - Measures that Drive

Performance. In: Harvard Business Review. 1992, January-February hal. 71-79.

598

Khoo, Kheng-Hor, Sun Tzu and Management, Pelanduk Publications, Petaling Jaya, Malaysia

ISBN 967-978-424-X

Khalizad, Zalmay M. dan Ochmanek, David A., Strategic appraisal 1997, Strategy and defense

planning for the 21st century, 1997, ISBN 0-8330-2456-6

Kirby, Justin; Marsden, Paul: Connected Marketing: The Viral Buzz and Word of Mouth

Revolution, 2005, New York, ISBN 978-0750-6663-43

Klein, Kim: Fundraising for Social Change, Inverness, CA, 1988.

Klitgaard, Robert: Controlling Corruption, University of California Press, 1988, ISBN 978-0-

520-07408-8

Knetsch, Jack L.: The Endowment Effect and Evidence of Nonreversible Indifference

Curves. In: The American Economic Review. Jilid. 79, No. 5 Dez. 1989, hal. 1277–1284

Kim,Minha: Cyberculture of Postmaterialism and political participation, Review of Korean

Studies, Volume 10 Number 4 (December 2007)

Knüppel, Hartmut: Umweltpolitische Instrumente: Analyse der Bewertungskriterien und

Aspekte einer Bewertung, Nomos Verlagsgesellschaft, Baden-Baden, 1989

Kotler et al: The New Competition. Prentice Hall: New Jersey, Englewood Cliffs(1985)

Kotzur, Markus: "Krieg gegen den Terrorismus" – politische Rhetorik oder neue Konturen

des "Kriegsbegriffs" im Völkerrecht? Dalam: Archiv des Völkerrechts (AVR). Jilid ke- 40,

2002, hal. 454-479.

Kress, Gunther R.: Literacy in the new media age. New York: Routledge. ISBN 0-415-25356-

X. (2003).

Labrousse, Alain: Die Tupamaros: Stadtguerilla in Uruguay. München: Hanser 1971. ISBN 3-

446-11419-X

Laughton, John Knox: The Defeat of the Spanish Armada 1588. State Papers, Suffolk 1987

Lazarsfeld et al.: The people’s choice, New York 1048

Leibenstein, Harvey: “Bandwagon, Snob, and Veblen Effects in the Theory of Consumers’

Demand,” The Quarterly Journal of Economics (May 1950).

Loewenstein, Karl: Verfassungslehre . Cet. ke- 2. 1969, Tübingen, Mohr.

Luhmann, Niklas: Vertrauen. Ein Mechanismus der Reduktion sozialer Komplexität. UTN,

Stuttgart 2000, ISBN 3825221857, S. 27

Mao tse Tung, Theorie des Guerilla-Krieges, 1967, rororo Taschenbuch 886

Machiavelli, Niccolò, Der Fürst; Alfred Kröner Verlag, Stuttgart 1978 ISBN 3-520-23506-4

Machiavelli, Niccolò, Politische Schriften, Fischer Taschenbuch-Verlag 1990 ISBN 3-596-

10248-0

Marty, Martin E; Appleby, R. Scott (Peny.):„The fundamentalism project” The University of

Chicago Press, Ltd., London.

Maslow, A. (1943). A theory of human motivation. Psychological Review, 50, 370-396.

Maslow, A. (1954). Motivation and personality. New York: Harper.

Maslow, A. (1971). The farther reaches of human nature. New York: The Viking Press.

Mény, Yves / Sure, Yvesl (Peny.): Democracies and the Populist Challenge. Hounds-mill/New

York 2002.

Merz, Manuel: Wahlkampf im Internet, LIT-Verlag Berlin 2006, ISBN 3-8258-9262-X

Meyer, Thomas: Populismus und Medien. Dalam: Frank Decker (Pen.): Populismus in

Europa. VS-Verlag Wiesbaden. ISBN 3-89331-680-9 (2006)

Mintzberg, Henry, The rise and fall of strategic planning, The free press, New York ISBN 0-

02-921605-2

Musashi, Miyamoto: Das Buch der fünf Ringe, Piper-Verlag, München, ISBN 978-3-492-

04962-7

Neumann, W. Russell, The Threshold of Public Attention, Public Opinion Quarterly, 54

(1990).

599

Oesterreich, Rainer: Handlungsregulation und Kontrolle. München: Urban & Schwarzenberg

1981.

Peacock, W.E., Coporate Combat: Maple Vail, London

Pfertsch, Barbara: Themenkarrieren und politische Kommunikation, Aus Politik und

Zeitgeschichte B39/94, 30.9.94.

Priester, Karin: Populismus. Historische und aktuelle Erscheinungsformen, 228 S. Campus

Verlag, Frankfurt/New York 2007, ISBN 978-3-593-38342-2

Rapoport, Anatol dan Chamnah, Albert M.: Prisoners Dilemma, Michigan 1963, ISBN 978-

0-47206-165-5

Ronneberger, Franz: Die Rolle von Public Relations im politischen Entscheidungs-prozess, in

Frank E. Böckelmann (Peny.), Medienmacht und Politik, Berlin 1989, hal. 151.

Rosen, Emanuel: The Anatomy of Buzz: How to create Word of Mouth Marketing, 5005 New

York, ISBN 978-0385496681

Roth,Gerhard: Aus Sicht des Gehirns, suhrkamp, 2009, ISBN 978-3-518-29515-1

Roth,Gerhard: Das Gehirn und seine Wirklichkeit, suhrkamp, 1997, ISBN 3-518-28875-X

Roth, Gerhard: Persönlichkeit, Entscheidung und Verhalten. Warum es so schwierig ist, sich

und andere zu ändern. Klett-Cotta 2009, ISBN 978-3-608-94490-7

Schelling, Thomas: The Strategy of Conflict. Harvard University Press, Cambridge

1980, ISBN 9780674840317.

Sommer, Gert; Fuchs, Albert (Peny.): Krieg und Frieden. Handbuch der Konflikt- und

Friedenspsychologie. Weinheim 2004.

Spada, H. & Ernst A.M. : Wissen, Motivation und Verhalten in einem ökologisch-sozialen

Dilemma. In K. Pawlik & K.-H. Stapf (Peny.), Umwelt und Verhalten. Bern: Huber, 1991.

Stahel, Albert A. Klassiker der Strategie – Eine Bewertung (2004) vdf Hochschulverlag ETH

Zürich, ISBN 3-7281-2920-8

Sun Tzu, Wahrlich siegt, wer nicht kämpft: Die Kunst der richtigen Strategie. Verlag

Hermann Bauer KG, Freiburg. ISBN 3-7626-0384-7

Weber, Max: Wirtschaft und Gesellschaft, edisi baru 1985

Wee Chow Hou, Sun Tzu: War and Management, Addison Wesley Publishing Company

Singapore 1991 ISBN 0-201-50965-2

Wylie, J.C., Military Strategy: A General Theory of Power Control, Rutgers University Press,

USA

Yamamoto, Tsunetomo: Hagakure, Der Weg des Samurai, 2007, Piper-Verlag, München,

ISBN 978-3-8225-0644-8

600

Indeks

Ambient Media .......................................................................................................................... 362

Balanced Scorecard ................................................................................................................... 405

Besitztumseffekt ........................................................................................................................ 261

Blog ........................................................................................................................................... 365

Entscheidungsfindung ............................................................................................................... 260

Homo oeconomicus ................................................................................................................... 261

Internetforen .............................................................................................................................. 365

Klitgaard ...................................................................................................................................... 89

Komplexität ............................................................................................................................... 281

Terrorismus ................................................................................................................................. 90

Vertrauen ................................................................................................................................... 281

Wahlentscheidungen ................................................................................................................. 260

Wählermarkt ................................................................................................................................ 90

Wahlsysteme ................................................................................................................................... Quoten ........................................................................................................................................................................................ 505

Zugang zu Zielgruppen ................................................................................................................... Soziale Netzwerke ....................................................................................................................................................................... 325

601

Peter Schröder, Konsultan Komunikasi dan Strategi Politik.

Setelah menamatkan kuliahnya di Christian Albrechts Universität di Kiel, sejak tahun

1971 ia menjabat sebagai Manajer Utama Kantor Pusat FDP (Free Democratic

Party) di negara bagian Schleswig-Holstein. Setelah itu ia pindah ke kantor pusat

federal di Bonn dan menjabat sebagai Kepala Bagian "Komunikasi dan Jasa," dan

pindah lagi ke Friedrich-Naumann-Stiftung dan menjabat sebagai Kepala Bagian

"Program dan Pelatihan." Sejak tahun 1983 sampai 1987, ia menjadi mitra sebuah

agen marketing sosial di Bonn. Setelah itu ia berperan sebagai konsultan lepas di

bidang komunikasi dan strategi politik, dan menjabat sebagai Direktur Institut für

Kommunikationsforschung e.V. (Institut Penelitian Komunikasi) di Sankt Agustin.

Peter Schröder adalah konsultan strategi kampanye, manajemen konflik, dan strategi

negosiasi serta proyek, yang bekerja untuk partai, pemerintah, walikota dan

organisasi non-pemerintah. Ia memiliki pengalaman di lebih dari 60 negara di seluruh

dunia.