strategi pengembangan skema load balancing multicarrier...
TRANSCRIPT
245
Strategi Pengembangan Skema Load
Balancing Multicarrier Trafik Data pada
Jaringan Heterogen Setiyo Budiyanto#1, Fajar Rahayu*2, Dadang Gunawan#3, Arissetyanto Nugroho#4
#Teknik Elektro - Universitas Mercu Buana, Jakarta
Jl. Meruya Selatan No.1, Kembangan, Jakarta Barat 11650 [email protected]
[email protected] *Teknik Elektro – Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”, Jakarta
Jl. Rs. Fatmawati, Pondok Labu, Jakarta Selatan 12450 @Teknik Elektro – Universitas Indonesia
Kampus UI, Depok, Jawa Barat 16424
Abstrak— Semakin berkembangnya teknologi informasi
saat ini, operator penyedia layanan telekomunikasi
berlomba-lomba memberikan pelayanan terbaik.
Operator sudah menambahkan jumlah frekuensi 3rd
carrier dengan frekuensi yang berbeda. Tujuan dari
penambahan tersebut untuk meningkatkan jumlah
traffic payload. Namun pada kenyataanya setelah adanya
penambahan 3rd carriertidak meningkatkan jumlah
traffic payload tersebut. Dikarenakan traffic payload pada
sisi 3rd carrier tidak dapat mengimbangi jumlah traffic
payload1st &2nd carrier.Pada penelitian ini, analisa yang
dilakukan adalah bagaimana cara meningkatkan jumlah
traffic payload pada 3rd carrier sehingga dapat
mengimbangi 1st &2nd carrier. Pada penelitian yang
dilakukan, digunakan pengujian lapangan pada operator
Telkomsel area Regional 3 JABODETABEK, sehingga di
cari solusi pada permasalahan tersebut. Setelah
melakukan penelitian ini, dapat di ambil kesimpulan
bahwa masih ada beberapa parameter saat
mengimplementasikan 3rd carrier yang belum maksimal.
Sehingga perlu memaksimalkan parameter tersebut
dengan cara menambah nilai sesuai yang disepakati.
Untuk menambah nilai tersebut digunakanscript yang
terdapat pada software Operation and Maintanance
U2000 PT. Huawei Tech Investment, dengan melihat
terlebih dahulu index KPI dan parameter pendukung
lainnya.Dari hasil penelititan ini didapatkan nilai
kenaikan jumlah traffic payload pada 3rd carrier yang
sebelumnya traffic 500,000 Erl menjadi 600,000 Erl,
payload PS29 Mb menjadi 30Mb dan payload HSDPA
600 Tb menjadi 900 Tb sehingga dapat mengimbangi
jumlah traffic payload 1st & 2nd carrier.Dengan begitu
para pengguna jaringan telekomunikasi dapat
merasakan optimalnya penambahan 3rd carrier.
Kata kunci — KPI, Accessibility, Retainability, Mobility,
TrafficdanPayload
I. PENDAHULUAN
Semakin berkembangnya teknologi informasi
saat ini, operator penyedia layanan telekomunikasi
berlomba-lomba memberikan pelayanan terbaik.Sejak
ahun 2008, mulai hadir smartphone yang memerlukan
akses data wireless yang lebih besar dibanding
perangkat handphone biasa. Smartphone memiliki
lebih banyak fitur terbaru dan didukung oleh hardware
dan software yang semakin canggih. Namun,
smartphone tidak akan dapat berfungsi dengan
maksimal jika tidak didukung oleh infrastruktur yang
baik pula. Oleh karena itu, operator seluler di
Indonesia mulai melakukan modernisasi perangkat
Base Transceiver Station (BTS) dan menambah BTS-
BTS baru, serta menerapkan teknologi 3,5 G yaitu
High Speed Packet Access (HSPA) pada BTS-BTS
barunya [1- 3].
Dewasa ini para pengguna Smartphone dapat
lebih mudah mengunggah tulisan, gambar, maupun
video ke blog pribadi ataupun situs seperti YouTube
dalam waktu beberapa detik saja, karena pada jaringan
HSPA kecepatan downlink dapat mencapai 14,4 Mbps.
Sedangkan proses uplink mencapai 5,76 Mbps.
Dengan kecepatan High Speed Downlink Packet
Access (HSDPA), pengguna perangkat bergerak dapat
menerima data yang berukuran besar seperti lampiran
pada e-mail, presentasi dalam bentuk Power Point,
atupun dapat membuka halaman website yang sama
tampilannya seperti ketika dibuka di komputer. Pada
High Speed Uplink Packet Access (HSUPA) dapat
mempermudah melakukan video streaming dengan
kualitas DVD, video conference, game real-time, e-
mail dan MMS. Saat terjadi kegagalan dalam
pengiriman data, HSUPA dapat melakukan pengiriman
ulang (resend) [4-7].
Seiring dengan perkembangan teknologi
smartphone yang canggih dan penambahan jumlah
pengguna smartphone yang pesat akibat
bermunculannya social network yang real time update
dan membutuhkan bandwidth yang besar, maka traffic
menjadi meningkat sehingga akan mengancam
kehandalan jaringan operator jika jaringan tersebut
tidak diperbaharui. Sebagai salah satu solusi untuk
Prosiding Seminar Nasional Teknik Elektro (FORTEI 2017) ISBN 978-602-6204-24-0
Fakultas Teknik Universitas Negeri Gorontalo, 18 Oktober 2017
246
mengamankan kehandalan jaringan yaitu dengan
meningkatkan kapasitas dan kecepatan akses data user
dengan implementasi penambahan channal/carrier
baru. Saat ini operator-operator telekomunikasi di
Indonesia sudah memiliki 3 carrier 3G di frekuensi
2100 MHz [8-10].
II. TINJAUAN PUSTAKA
Universal Mobile Telephone Standard (UMTS)
yang dikenal sebagai Release 99 dengan kecepatan
downlink 384 Kbps dan uplink 384 Kbps adalah
generasi ketiga pertama yang muncul. Dilanjutkan
dengan release 4 dengan spesifikasi kecepatan yang
dapat mencapai 2 Mbps, dilanjutkan dengan sistem
High Speed Packet Data (HSPA) release 5 dan 6.
HSPA+ release 7 sampai 10, hingga sekarang Long
Term Evolution (LTE) sebagai generasi keempat (4G)
yang diperkenalkan pada release 8 dengan kecepan
Downlink hingga 150 Mbps, dan Uplink 75 Mbps [11-
14].
a. Elemen jaringan dari UMTS Phase 1
Suatu RAN yang baru disebut dengan UTRAN
harus dikenalkan dengan UMTS. Hanya proyeksi
modifikasi, seperti alokasi dari trnascoder (TC)
berfungsi untuk penekanan suara pada CN, dibutuhkan
dalam CN untuk mengakomodasi perubahan itu.
Fungsi TC adalah digunakan bersama dengan
interworking function (IWF) untuk konversi protokol
antara interface A dan Iu-CS.
b. UTRAN
Standar UMTS dapat dilihat debagai suatu
perluasan dari jaringan yang ada. Dua elemen jaringan
baru telah diperkenalkan dalam UTRAN, RNC, dan
Node B. UTRAN dibagi lagi dalam radio network
system (RNSs) yang individual, dimana masing-
masing RNS adalan dikontrol oleh RNC. RNC
dihubungkan ke suatu set dari elemen Node B, yang
mana masing-masing Node B dapat melayani satu atau
beberapa sel. Elemen jaringan yang ada, seperti MSC,
SGSN, dan HLR, dapan diperluas untuk mengadopsi
persyaratan UMTS, tapi RNC, Node B, dan handset
harus didesain baru semua. RNC akan menjadi
pengganti untuk BSC, dan Node B akan berfungsi
hampir sama seperti BTS. Jaringan GSM dan GPRS
akan dikembangkan dan layanan baru akan terintegrasi
ke dalam keseluruhan jaringan yang keduanya berisi
interface yang sudah ada seperti A, Gb, dan Abis, dan
termasuk Iu yang merupakan interface baru,
interfaceUTRAN antara Node B dan RNC (Iub), dan
interfaceUTRAN antara dua RNCs (Iur).
c. Radio Resource ControlSuccess Rate (RRC SR)
Parameter ini dapat digunakan untuk
mengevaluasi nilai keberhasilan signaling yang
dilakukan user. RRC Success Rate didapatkan dari
keberhasilan user melakukan signaling dibagi dengan
seluruh signaling yang ada pada waktu tersebut
dikalikan 100%, seperti pada persamaan 2.1 di bawah
ini :
𝑅𝑅𝐶 𝑆𝑢𝑐𝑐𝑒𝑠𝑠 𝑅𝑎𝑡𝑒 =𝑅𝑅𝐶 𝑆𝑢𝑐𝑐𝑒𝑠𝑠 𝑓𝑜𝑟 𝑆𝑒𝑟𝑣𝑖𝑐𝑒
𝑅𝑅𝐶 𝐶𝑜𝑛𝑛𝑒𝑐𝑡𝑖𝑜𝑛 𝐴𝑡𝑡𝑒𝑚𝑝𝑡 𝑓𝑜𝑟 𝑆𝑒𝑟𝑣𝑖𝑐𝑒∗ 100%
d. Call Setup Success Rate Circuit Switch (CSSR
CS)
Parameter ini digunakan untuk mengevaluasi
keberhasilan user dalam menduduki kanal untuk
layanan circuit switch hingga user
melakukanpembicaraan. CSSR CS didapatkan dari
panggilan yang berhasil dibagi dengan semua
percobaan panggilan dikali 100%.
𝐶𝑆𝑆𝑅 𝐶𝑆 = 𝑅𝑅𝐶 𝑆𝑅 ∗𝐶𝑎𝑙𝑙 𝑆𝑢𝑐𝑐𝑒𝑠𝑠 𝑉𝑜𝑖𝑐𝑒
𝐶𝑎𝑙𝑙 𝐴𝑡𝑡𝑒𝑚𝑝𝑡 𝑉𝑜𝑖𝑐𝑒∗ 100%
e. Call Setup Success Rate Packet Switch (CSSR
PS)
Parameter ini digunakan untuk mengevaluasi
keberhasilan user dalam menduduki kanal untuk
layanan packet switch hingga user melakukan
panggilan. CSSR PS didapatkan dari panggilan untuk
data yang berhasil dibagi dengan semua percobaan
panggilan untuk data dikali 100%,
𝐶𝑆𝑆𝑅 𝑃𝑆 = 𝑅𝑅𝐶 𝑆𝑅 ∗𝐶𝑎𝑙𝑙 𝑆𝑢𝑐𝑐𝑒𝑠𝑠 𝑃𝑆
𝐶𝑎𝑙𝑙 𝐴𝑡𝑡𝑒𝑚𝑝𝑡 𝑃𝑆∗ 100%
f. Call Setup Success Rate High Speed Downlink
Access (CSSR HSDPA)
Parameter ini digunakan untuk mengevaluasi
keberhasilan user dalam menduduki kanal dengan
layanan HSDPA hingga user melakukan panggilan
pada layanan yang digunakan. CSSR HSDPA
didapatkan dari panggilan yang berhasil dibagi dengan
semua percobaan panggilan dikali 100% digunakan
pada layanan HSDPA.
𝐶𝑆𝑆𝑅 𝐻𝑆𝐷𝑃𝐴 = 𝑅𝑅𝐶 𝑆𝑅 ∗𝐶𝑎𝑙𝑙 𝑆𝑢𝑐𝑐𝑒𝑠𝑠 𝐻𝑆𝐷𝑃𝐴
𝐶𝑎𝑙𝑙 𝐴𝑡𝑡𝑒𝑚𝑝𝑡 𝐻𝑆𝐷𝑃𝐴∗ 100%
g. Call Drop Rate Circuit Switch (CDR CS)
Parameter ini digunakan untuk mengevaluasi
panggilan yang gagal pada layanan circuit switch yang
sedang berlangsung sebelum user mengakhiri
sambungan. Panggilan gagal terjadi akibat adanya
keadaan tidak normal pada RNC yang disebabkan oleh
RAB release request dikali 100%, seperti pada
persamaan 2.5
𝐶𝐷𝑅 𝐶𝑆 =𝐶𝑆 𝑅𝐴𝐵 𝐴𝑏𝑛𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙 𝑅𝑒𝑙𝑒𝑎𝑠𝑒
𝐶𝑆 𝑅𝐴𝐵 𝑅𝑒𝑙𝑒𝑎𝑠𝑒∗ 100%
h. Call Drop Rate Packet Switch(CDR PS)
Parameter ini dapat digunakan untuk
mengevaluasi rasio panggilan yang gagal yang ada di
layanan packet switch yang sedang berlangsung
Prosiding Seminar Nasional Teknik Elektro (FORTEI 2017) ISBN 978-602-6204-24-0
Fakultas Teknik Universitas Negeri Gorontalo, 18 Oktober 2017
247
sebelum user mengakhiri sambungan. Panggilan gagal
terjadi akibat adanya keadaan tidak normal pada
RNCyang disebabkan oleh RAB release request dikali
100%, seperti pada persamaan 2.6
𝐶𝐷𝑅 𝑃𝑆 =𝑃𝑆 𝑅𝐴𝐵 𝐴𝑏𝑛𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙 𝑅𝑒𝑙𝑒𝑎𝑠𝑒
𝑃𝑆 𝑅𝐴𝐵 𝑅𝑒𝑙𝑒𝑎𝑠𝑒∗ 100%
i. Call Drop Rate HSDPA (CDR HSDPA)
Parameter ini dapat digunakan untuk
mengevaluasi rasio panggilan yang gagal yang ada di
layanan HSDPA yang sedang berlangsung sebelum
user mengakhiri sambungan. Panggilan gagal terjadi
akibat adanya keadaan tidak normal pada RNC yang
disebabkan oleh RAB release request dikali 100%,
seperti persamaan 2.7
𝐶𝐷𝑅 𝐻𝑆𝐷𝑃𝐴 =𝐻𝑆𝐷𝑃𝐴_𝑅𝐴𝐵𝐴𝑏𝑛𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙𝑅𝑒𝑙𝑒𝑎𝑠𝑒
𝐻𝑆𝐷𝑃𝐴_𝑅𝐴𝐵𝑅𝑒𝑙𝑒𝑎𝑠𝑒∗ 100%
j. Metode Optimasi KPI
Metode optimasi yang dilakukan untuk
suksesnya implementasi 3rd carrier adalah dengan
memperhatikan planning yang telah dilakukan
sebelumnya. Dari planning dikenal dengan istilah
segitiga CQC ( Capacity, Quality, dan Coverage)
Pada gambar A = quality , B = Capacity, dan C
= Coveragejika ditarik titik A ke atas maka titik C atau
B akan ikut tertarik (memendek) , bila titik B ditarik
maka A dan C pun juga mengikuti dan begitu pula
dengan titik C. Ketiga hal tersebut saling
bergantungan. Bila diinginkan quality ditingkatkan
hingga nilai KPI tertentu maka capacity atau coverage
yang akan berkurang.
Dalam 3G dan teknologi selanjutnya sulit untuk
mendapatkan CQC yang bernilai tinggi (Quality
tinggi, coverage luas dan capacity banyak), jadi
diperlukan pertimbangan yang matang untuk
merencanakan atau membuat suatu jaringan 3G harus
memperhatikan coverage, capacity, quality secara
bersamaan. Penambahan 3rd carrier ini dimaksudkan
agar kapasitas/capacity dapat bertambah. 3rd carrier
ini juga bisa difungsikan untuk memperbaiki kualitas
dan kecepatan akses data. Hal tersebut dapat terjadi
karena di setiap carrier yang diimplementasikan
tersebut bisa diaktifkan fitur-fitur yang lebih canggih
seperti teknologi HSPA+. Jika update fitur dilakukan
maka performance Node B secara keseluruhan akan
mengalami peningkatan. HSPA+ memiliki fitur untuk
cara akses dengan agregatemulti-carrier sehingga
dengan bandwidth sebesar 5 MHzdapat memiliki
output tergantung dengan jumlah carrier yang dipakai
dalam Node B tersebut. Jadi, penambahan 3rd
carrier/frekuensi baru ini pada awalnya memang
hanya untuk menambah kapasitas atau menampung
traffic yang sudah padat, akan tetapi jika sudah
diaktifkan fitur lainnya maka akan lebih banyak
manfaat yang dapat diterima.
III. METODE PENELITIAN
Gambar 1 Diagram Alur Load Balancing Multicarrier Strategic
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Performance final update (01/01/2014 - 19/12/2014)
4.1 Remark per KPI
A. Accessibility
Gambar 2.RRC SR (%) #4
Remark:
Setelah CR2, RRC menjadi lebih stabil dan cenderung
meningkat trendnya dibanding hari-hari sebelumnya.
Gambar 3. CSSR CS (%)
Prosiding Seminar Nasional Teknik Elektro (FORTEI 2017) ISBN 978-602-6204-24-0
Fakultas Teknik Universitas Negeri Gorontalo, 18 Oktober 2017
248
Remark:
Call Setup Success Rate Circuit Switch (CSSR CS)
didapatkan dari keberhasilan user dalam menduduki
channel voice. Tampak pada gambar kondisi CSSR CS
mengalami peningkatan jika dilihat pada hari
sebelumnya.
Gambar 4. CSSR PS (%)
Remark:
Call Setup Success Rate Packet Switch (CSSR PS)
didapatkan dari keberhasilan user dalam menduduki
channel PS. Tampak pada gambar kondisi CSSR PS
masih normal jika dilihat pada hari sebelumnya.
Gambar 5. CSSR HSDPA (%)
Remark:
Call Setup Success Rate High Speed Downlink Packet
Access (CSSR HSDPA) didapatkan dari keberhasilan
user dalam menduduki channel HSDPA. Tampak pada
gambar, kondisi CSSR HSDPA masih normal jika
dilihat pada hari sebelumnya.
B. Retainability
Gambar 6.CCSR CS (%)
Remark:
Call Completion Success Rate Circuit Switch (CCSR
CS) didapatkan dari panggilan yang berhasil pada
layanan voice yang sedang berlangsung sebelum user
mengakhiri sambungan. Tampak pada gambar, kondisi
CCSR Voice masih normal jika dilihat pada hari
sebelumnya.
Gambar 7.CCSR HSDPA (%)
Remark:
Call Completion Success Rate High Speed Downlink
Packet Access (CCSR HSDPA) didapatkan dari
panggilan yang berhasil pada layanan HSDPA yang
sedang berlangsung sebelum user mengakhiri
sambungan. Tampak pada gambar, kondisi CCSR
HSDPA masih normal jika dilihat pada hari
sebelumnya.
C. Mobility
Gambar 8.SHO SR (%)
Remark:
Soft Handover Success Rate (SHO SR) didapatkan dari
keberhasilan perpindahan cell pada system 3G yang
sama frekuensinya. Tampak pada gambar, kondisi
SHO SR masih normal jika dilihat pada hari
sebelumnya.
Gambar 9.ISHO SR (%)
Remark:
Inter System Handover Circuit Switch Success Rate
(ISHO SR) didapatkan dari keberhasilan perpindahan
cell pada system 3G ke 2G untuk service voice dan
Prosiding Seminar Nasional Teknik Elektro (FORTEI 2017) ISBN 978-602-6204-24-0
Fakultas Teknik Universitas Negeri Gorontalo, 18 Oktober 2017
249
service data. Tampak pada gambar, ISHO SR masih
normal jika dilihat pada jam yang sama hari
sebelumnya.
Gambar 10.IFHO SR (%)
Remark:
Inter Frequency Handover Success Rate (IFHO SR)
didapatkan dari keberhasilan perpindahan cell pada
system 3G yang beda frekuensi. Tampak pada gambar,
IFHO SR masih normal jika dilihat pada hari
sebelumnya.
D. Feature
Gambar 11. DRD SR (%)
Remark:
Direct Retry Decision Success Rate (DRD SR)
merupakan fitur untuk mempertahankan percobaan
panggilan user ke satu cell saat proses signaling.
Tampak pada gambar, DRD SR mengalami kenaikkan
jika dilihat pada hari sebelumnya.
E. Traffic & Payload
Gambar 12.Traffic Voice (Erl)
Remark:
Tampak pada gambar, kondisi Voice Traffic
mengalami keseimbangan beban pada masing-masing
frekuensi, baik itu 1st Carrier, 2nd Carrier dan 3rd
Carrier pada hari sebelumnya.
Gambar 13.Payload PS (Mb)
Remark:
Tampak pada gambar, kondisi Packet Switch
mengalami keseimbangan beban pada masing-masing
frekuensi, baik itu 1st Carrier, 2nd Carrier dan 3rd
Carrier pada hari sebelumnya.
Gambar 14.PayloadHSDPA (Mb)
Remark:
Tampak pada gambar, kondisi Payload High Speed
Downlink Packet Access mengalami keseimbangan
beban pada masing-masing frekuensi, baik itu 1st
Carrier, 2nd Carrier dan 3rd Carrier pada hari
sebelumnya.
4.2 Final Description
Setelah melakukan load balancing multicarrier dari sisi
parameter yang dibagi dalam setiap batch (batch 0, 1,
2, 3 & 4) dalam periode tertentu, didapat hasil yang
cukup bagus dengan meningkatnya traffic & data.
Untuk KPI Accesbility, Retanbility dan Mobility dapat
di katakan dalam kondisi stabil sedangkan untuk DRD
SR mengalami penurunan. Hal tersebut sudah di
monitoring hingga akhir Desember 2014.
4.3Summary KPI Daily & Additional
Monitoring dan Optimisasi KPI sudah dilakukan
hingga tercapainya target balancing traffic & payload
untuk semua carrier baik itu 1ST Carrier, 2nd
Carrier&3rd Carrier. Sehingga dengan balancing
traffic & data dari sisi revenue meningkat dan
meningkatnya total traffic & payload.
Prosiding Seminar Nasional Teknik Elektro (FORTEI 2017) ISBN 978-602-6204-24-0
Fakultas Teknik Universitas Negeri Gorontalo, 18 Oktober 2017
250
TABEL I KPI ACHIEVEMENT
V. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Implementasi 3rd carrier perlu adanya
pengaturan load balancing trafficpayload antar
semua carrier.
2. Dengan adanya load balancing antar carrier
maka akan didapatkan efektifitas capacity dan
akan meningkatkan revenue disisi operator.
3. Load balancing traffic dan payload dapat
dilakukan dengan optimasi disisi parameter cell
level.
4. Optimasi load balancing disisi parameter
handover juga dapat mengatasi permasalahan
handover yang diakibatkan oleh belum adanya
kontinuitas coverage 3rd carrier.
5. Hal Terpenting dari Optimisasi Load balancing
adalah perlu memperhatikan DRD perfomance
(handover sesama cell beda frequency dalam satu
sektor) yang saat ini belum maksimal,
Saran
1. Sebaiknya implementasi 3rd carrier harus
memperhatikan parameter-parameter yang
berhubungan dengan traffic payload, agar terjadi
load balancing di setiap carrier yang ada
2. Untuk lebih memaksimalkan load balancing pada
3rd carrierperlu memperhatikan DRD
perfomance (handover sesama cell beda
frequency dalam satu sektor) yang saat ini belum
maksimal.
3. Perlu ada penerapan standard parameter dari
awal implementasi agar traffic payload lebih
maksimal dan balancing disetiap carrier.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Wardhana, Lingga. 2011,2G/3G RF Planning and Optimization forConsultant. Yogyakarta : Nulis Buku
[2] Huawei.2015, Sharing Session 3rd Carrier Planning and
Optimization Strategy, Tangerang [3] Huawei. 2015, Sharing Session OSS KPI Formula, Tangerang
[4] Huawei. 2013,Hedex Library 2013. China : Huawei
[5] Dahlman, et al. 2007,3G Evolution : HSPA and LTE for Mobile Broadband.England: Academic Press.
[6] Kreher, Ralf. 2006,UMTS Performance Measurement–A
Practical Guideto KPIs for the UTRAN Environment. USA: John Wiley & Sons Inc.
[7] Klas Johansson, et al. 2009. Multi-Carrier HSPA
Evolution.Stockholm:Ericsson. [8] Hidayat, Rahmat. 2010. "Jurnal Penggelaran Teknologi
HSPA+".
[9] Tri, Utomo Dyan. 2012, Analisa Key Performance Indicator (KPI) 3rd Carrier Cell Pada Jaringan 3G, Universitas
Mercubuana, Jakarta
[10] Murphy Hadi, Haris. 2011, Analisis Unjuk Kerja Jaringan 3G di Area Cluster,Tugas Akhir: UI Depok
[11] Rizky Deviani, Karina. 2012, Analisis
PerformansiAccesibility Terhadap ImplementasiSecond Carrier, ISTN, Jakarta
[12] Laiho, Jaana, Achim Wacker and Tomas Novosad. 2006,
Radio Network Planning and Optimisation for UMTS, John Wiley & Sons, Ltd.
[13] WCDMA Multi-Carrier Support: Deployment & Parameter
Settings Guidelines. Quallcom. 2007 [14] Telkomsel 3rd Carrier Strategy. Huawei Technologies co.ltd.