analisis dan perancangan load balancing dengan...
TRANSCRIPT
ANALISIS DAN PERANCANGAN LOAD BALANCING DENGAN METODE
ECMP MENGGABUNGKAN MODEM ADSL DAN USB PADA KANTOR
PENGOLAHAN DATA ELEKTRONIK, ARSIP, DAN DOKUMENTASI
DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH
NASKAH PUBLIKASI
diajukan oleh
Habib Burhanuddin Yusuf
12.11.5899
kepada
SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER
AMIKOM YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2016
NASKAH PUBLIKASI
ANALISIS DAN PERANCANGAN LOAD BALANCING DENGAN METODE
ECMP MENGGABUNGKAN MODEM ADSL DAN USB PADA KANTOR
PENGOLAHAN DATA ELEKTRONIK, ARSIP, DAN DOKUMENTASI
DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH
disusun oleh
Habib Burhanuddin Yusuf
12.11.5899
Dosen Pembimbing
Sudarmawan, MT
NIK. 190302035
Tanggal, 23 April 2016
Ketua Jurusan
Teknik Informatika
Sudarmawan, MT
NIK. 190302035
1
ANALISIS DAN PERANCANGAN LOAD BALANCING DENGAN METODE
ECMP MENGGABUNGKAN MODEM ADSL DAN USB PADA KANTOR
PENGOLAHAN DATA ELEKTRONIK, ARSIP, DAN DOKUMENTASI
DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH
Habib Burhanuddin Yusuf1), Sudarmawan2),
1, 2) Teknik Informatika STMIK Amikom Yogyakarta
Jl Ringroad Utara, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta Indonesia 55283 Email: [email protected]), [email protected])
Abstract - Nowadays internet connection is not a
special thing in office affairs. Local Electrical Data
Processor, Archives, and Documentation Office of
the district of Central Lombok is an office which
extremely needs an internet connection in daily
works. However, it's vital role could be a big
problem when it is getting troubled. It's current
internet network feels unreliable, because it
suffered lost connection oftentimes.
In this research, Researcher identified problem
which is suffered by object of research, and then try
to offer the alternative choice of way out about the
problem. By using Network Development Life Cycle
(NDLC) network system development with
supporting datum form field collection. Also load
balancing feature with Equal Cost Multi Path
(ECMP) method.
The answer which is produced was a prototype
from simulation which held by Researcher in order
to display an image for Local Electrical Data
Processor, Archives, and Documentation Office of
the district of Central Lombok Office to develop the
network system for the future. And the other one,
Researcher also gives some points of conclusion
and advice with the network system for the direct
implementation so the object can get better
capability and performance.
Keywords: capability and performance, internet, lost
connection, NDLC, ECMP, prototype, simulation,
conclusion, and advice
1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Ketersediaan internet kini sudah menjadi menu
pokok bagi penggelut bisnis mau pun bidang
kemasyarakatan, salah satunya adalah Kantor
Pengolahan Data Elektronik, Arsip, dan
Dokumentasi Deareah Kabupaten Lombok Tengah
ini. Perannya sudah masuk dalam kebutuhan primer
dari kantor teresebut. Sayang, jaringan internet yang
sekarang ini terasa kurang andal, karena kerap
mengalami lost connection pada jaringannya. Hal ini
cukup mengganggu dan dapat menurunkan kinerja
dari objek.
Idealnya, kantor masa kini memiliki jaringan
internet yang andal dan dapat menjalankan perannya
secara berkesinambungan. Dan dalam kasus seperti
ini, ada beberapa cara yang dapat diterapkan.
Pertama adalah dengan mengganti Internet Service
Provider (ISP) yang ada saat ini dengan yang lebih
andal, atau mengimplementasikan fitur load
balancing dari beberapa ISP.
Jika berkaca peada penelitian yang dilakukan
oleh Saudara Dwi Hermanto (2015) menyimpulkan
bahwa kinerja dari load balance sangat membantu
dalam dua penyempurnaan suatu koneksi yang lebih
stabil. Dikarenakan fungsi dari load balance itu
sendiri digunakan untuk membagi beban (load) ke
dalam beberapa jalur (link). Sehingga, Penulis
memutuskan untuk menawarkan solusi berupa
pemergeran dua ISP telekomunikasi seluler dengan
satu ISP yang memang fokus pada penyediaan jasa
internet dengan cara load balncing menggunakan
metode Equal Cost Multipath (ECMP) untuk
menyelesaikan permasalahan di atas.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang tersebut di
atas, dapat diidentifikasi permasalahan sebagai
berikut:
1. Bagaimana cara yang tepat agar
mendapatkan koneksi internet yang lebih
stabil.
2. Bagaimana fitur load balancing dengan
metode ECMP dapat menyelesaikan masalah
pada koneksi jaringan yang tidak stabil.
1.3 Manfaat dan Tujuan Penelitian
Dengan dikerjakannya penelitian ini, Penulis
tentu memiliki tujuan yang hendak dicapai baik bagi
pihak terkait maupun Penulis sendiri. Tujuannya
adalah sebagai berikut:
2
1. Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan
gelar Sarjana S1 pada jurusan Teknik
Informatika di STMIK Amikom Yogyakarta.
2. Mengatasi masalah jaringan pada Kantor
Pengolahan Data Elektronik, Arsip, dan
Dokumentasi Daerah Kabupaten Lombok
Tengah.
3. Mengimplementasikan ilmu yang dimiliki
oleh penulis sejak melakukan proses belajar
di STMIK Amikom Yogyakarta.
4. Merancang dan menganalisis penggunaan
meotde ECMP pada load balancing.
5. Dapat mengidentifikasi permasalah jaringan
komputer di lapangan serta menyediakan
solusinya.
2. Landasan Teori
2.1 Tinjauan Pustaka
Menurut Teguh, melakukan penelitian tentang
laod balancing yang diterapkan di SMK
Muhammadiyah 07 Randudongkal dengan
membandingkan Metode Nth dan PCC.
Metodologi yang digunakan olehnya adalah
metode observasi dan pengujian. Hasil dari
penelitan tersebut disimpulkan bahwa load
balancing bukan akumulasi dari dua jaringan (1 +
1 = 2), tetapi mengacu pada pembagian beban
koneksi. Selain itu ia juga menyimpulkan bahwa
metode PCC lebih unggul disbanding dengan
metode Nth. [1]
Menurut Dwi, melakukan penelitian
mengenai fitur MetaRouter yang dilakukan pada
Jaringan Global Media Solusindo yang meliputi
load balancing, manajemen QoS, dan traffic
monitoring. Dalam penilitiannya, metodologi yang
digunakan adalah PPDIOO (Prepare, Literature,
Plan, Design, Implementation, Operate,
Optimize). Akhirnya, Ia menyimpulkan bahwa
kinerja dari load balance sangat membantu dalam
penyempurnaan suatu koneksi yang lebih stabil.
Dikarenakan fungsi dari load balance itu sendiri
digunakan untuk membagi beban (load) ke dalam
beberapa jalur (link). [2]
Dan Nurul, melakukan penelitian dengan
judul Implementasi Load Balancing dan Failover
Menggunakan Mikrotik RouterOS Berdasarkan
Multihomed Gateway Pada Warung Internet
”Diga”. Di penelitian ini, poin utama yang dibahas
adalah load balancing dan failover dalam
multihomed gateway. Kemudian, Ia juga
menggunakan dua ISP lalu memisahkan jalur dari
kedua ISP teresbut untuk kebutuhan internet dan
game online berdasarkan jaringan nasional dan
internasional dengan pengaturan IP statis.
Berdasarkan hal yang tersebut di atas, Ia
menyimpulkan bahwa hipotesisnya tentang kinerja
dari multihomed gateway pada teknik load
balancing dan failover dapat dilakukan oleh
routerOS v2.9 dari Mikrotik. Selain itu, dari hasil
pengujian yang sudah Ia lakukan, membuktikan
bawha gateway dari kedua ISP yang dipakai dapat
dipisahkan berdasarkan kebutuhan bandwidth
lokal mau pun internasional. [3]
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Jaringan Komputer
Tiga abad sebelum sekarang, msaing-masing
ditandai dengan dominasi yang berbeda. Abad ke-18
didominasi oleh perkembangan sistem mekanik yang
mengiringi revolusi industry. Abad ke-19 merupakan
zaman mesin uap. Abad ke-20, teknologi radio,
televisi, dan komputer memegang peran untuk
pengumpulan, pengolaan, dan media distribusi
informasi. Abad ke-20 ini, di mana teknologi
pengembangan sistem dan teknologi yang digunakan,
penyebaran informasi melalui media internet,
peluncuran satelit-satelit komunikasi dan perangkat
komunikasi wireless/seluler, menandai awal abad
millennium. [4]
2.2.2 Load Balance
Proses load balancing sebenarnya merupakan
proses fleksibel yang dapat diciptakan dengan
berbagai cara dan metode. Proses ini tidak dapat
dilakukan oleh sebuah perangkat tertentu atau sebuah
software khusus saja. Cukup banyak cara dan pilihan
untuk mendapatkan jaringan yang dilengkapi dengan
sistem load balancing. Cara kerja dan prosesnya pun
berbeda-beda satu dengan yang lainnya. Namun, cara
yang paling umum dan banyak digunakan adalah
dengan mengandalkan konsep virtual server atau
virtual IP. [5]
2.2.3 Internet Service Provider (ISP)
Internet Service Provider (ISP) adalah
perusahaan atau badan penyedia jasa layanan internet
kepada pelanggan baik pelanggan yang sifatnya
individu mau pun ke pelanggan yang sifatnya
korporat. ISP awalnya diidentikkan dengan
perusahaan jasa telekomunikasi, karena dulu ISP
menawarkan produknya melalui jaringan telepon.
Seperti salah satunya adalah Telkomnet Instant dari
Telkom. Sekarang, dengan perkembangan teknologi,
ISP berkembang tidak hanya menggunakan jaringan
telepon tapi juga menggunakan teknologi radio atau
wireless. About.com memberikan pengertian
Internet Service Provider adalah perusahaan
3
penyuplai ke pengguna rumahan atau bisnis, mulai
dari dial-up modem tradisional sampai dedicated
T1/T3. [6]
2.2.4 MikroTik
MikroTikls [dengan trade name MikroTik®]
didirikan tahun 1995 bertujuan mengembangkan
sistem ISP dengan wireless. MikroTikls saat ini telah
mendukung sistem ISP dengan wireless untuk jalur
data internet di banyak negara, antara lain Iraq,
Kosovo, Sri Lanka, Ghana dan banyak negara
lainnya.
Pengalaman dalam melakukan instalasi di
Latvia menempa kami dengan kondisi serupa di
negara-negara pecahan Uni Soviet dan negara
berkembang lainnya. Berbagai pengembangan telah
dilakukan hingga saat ini tersedia perangkat lunak
sistem operasi router versi 2 yang menjamin
kestabilan, kontrol, dan fleksibilitas pada berbagai
media antar muka dan sistem routing dengan
menggunakan komputer standart sebagai hardware.
Perangkat lunak ini mendukung berbagai aplikasi
ISP, mulai dari RADIUS modem pool, hingga sirkuit
backbone dengan DS3. [7]
2.2.5 Network Development Life Cycle (NDLC) [8]
a. Analysis: Tahap awal ini dilakukan analisa
kebutuhan, analisa permasalahan yang
muncul, analisa kebutuhan user, dan analisa
topologi jaringan yang sudah ada saat ini.
Metode yang biasa digunakan pada tahap ini
di antaranya; (1) wawancara; (2) survei
langsung; (3) membaca blueprint; (4)
menelaah tiap data.
b. Design: dari data-data yang didapatkan
sebelumnya, tahap ini akan membuat
gambar desain topologi jaringan
interkoneksi yang akan dibangun.
Diharapkan dengan gambar ini akan
memberikan gambaran seutuhnya dari
kebutuhan yang ada. Design bisa berupa
desain struktur topologi, desain akses data,
desain tata layout pengabelan, dan
sebagainya yang akan memberikan
gambaran jelas tentang project yang akan
dibangun.
c. Simulation Prototype: beberapa networker
akan membuat dalam bentuk simulasi
dengan bantuan tools khusus di bidang
network seperti BOSON, PACKET
TRACERT, NETSIM, dan sebagainya. Hal
ini dimaksudkan untuk melihat kinerja
awal dari network yang akan dibangun dan
sebagai bahan presentasi dan sharing
dengan team lainnya.
d. Implementation: pada tahapan ini akan
memakan waktu lebih lama dari tahapan
sebelumnya. Dalam implementasi
networker akan menerapkan semua yang
telah direncanakan dan didesain
sebelumnya. Implementasi merupakan
tahapan yang sangat menentukan dari
berhasil atau tidaknya suatu project yang
akan dibangun dan di tahap inilah team
work akan diuji di lapangan untuk
menyelesaikan masalah teknis mau pun
non teknis.
e. Monitoring: setelah implementasi tahapan
monitoring merupakan tahapan yang
penting, agar jaringan komputer dan
komunikasi dapat berjalan sesuai dengan
keinginan dan tujuan awal dari user pada
tahap awal analisis, maka perlu dilakukan
kegiatan monitoring.
f. Management, di manajemen atau
pengaturan, salah satu yang menjadi
perhatian khusus adalah masalah policy,
kebijakan yang perlu dibuat untuk
membuat/mengatur agar sistem yang telah
dibangun dan berjalan dengan baik dapat
berlangsung lama dan unsur reliability
terjaga.
3. Analisis
3.1 Desain Topologi Jaringan
Penulis memilih untuk menggunakan perangkat
dari Mikrotik dengan pertimbangan aspek jangka
panjang. Dimana, Mikrotik sendiri memliki
distributor resmi di Indonesia yang berpusat di Kota
Yogyakarta. Sehingga apabila terjadi kerusakan,
objek dapat mengklaim garansi dalam rentan waktu
yang cukup singkat. Selain itu, Mikrotik juga
memiliki sebuah aplikasi remote access dengan
antarmuka pengguna yang sangat user friendly
bernama Winbox. Sehingga saat administrator
jaringa hendak melakukan penyesuaian, dapat
dilakukan dengan cara yang sangat mudah dan
sederhana.
4
Gambar 1. Perancangan Topologi Jaringan
4. Pembahasan
4.1 Simulasi Prototyping
a. Melakukan remote access dengan Winbox
Tahap pertama yang harus dilakukan adalah
melakukan remote access pada Mikrotik
RB951Ui-2nD yang akan digunakan sebagai
load balancer dengan menggunakan aplikasi
bernama WinBox.
b. Pengaturan Modem USB
Lalu masuk ke jendela interface, dan setting
dua modem USB dengan tipe “PPP Client”.
Gambar 2. PPP Client setting
c. Pengaturan NAT
Langkah ini dilakukan untuk memberikan
izin akses kepada koneksi jaringan yang sudah
terdaftar. Untuk melakukannya, buka IP >
Firewall.
Gambar 3. NAT rules
Namun jika pada jendela firewall masih
kosong atau kurang dari yang seharusnya, maka
harus dilakukan pengaturan manual. Dengan
cara menekan tombol plus berwarna biru,
kemudian pada kolom “Chain” diisi dengan
“srcnat”. Setelah itu memilih interface
luarannya. Jangan lupa untuk membuka tab
“Action” dan memilih “masquerade”.
d. Pengaturan ECMP
Setelah semua pengaturan standar koneksi ke
internet selesai, selanjutnya sudah bisa dimulai
pengaturan untuk load balance ECMP.
Tambahkan rule default gateway pada dst-
address yakni 0.0.0.0 dan gateway dari ISP
utama beserta dua ISP pembantu.
Karena sistem memiliki koneksi jaringan
internet yang berbeda kecepatan bandwidth,
buatlah perbandingan untuk membagi beban
jaringan. Pada kasus ini, kecepatan ISP utama
adalah 8,14 Mbps, kecepatan ISP pembantu 1
dan ISP pembantu 2 adalah 1,43 Mbps dan 2,24
Mbps. Sehingga didapatkan perbandingan 1:2:8.
Gambar 4. Pengaturan ECMP
e. Pengaturan IP mangle dan route
Dengan tersedianya lebih dari satu gateway,
terkadang membuat permasalahan baru pada
router, yakni paket respon untuk request yang
diterima dari interface WAN 1, bisa saja dikirim
melalui interface WAN 2. Untuk menghindari
hal tersebut, perlu dibuat aturan routing agar
koneksi outgoing pada router tetap melalui
interface yang sama dengan interface trafik
incoming-nya berasal. Untuk itu, masuklah ke
jendela “Terminal”, dan memasukkan kode
berikut.
/ip firewall mangle
add chain=input in-interface=isp-main
action=mark-connection new-connection-
mark=isp-main_conn
add chain=input in-interface=isp-backup1
action=mark-connection new-connection-
mark=isp-backup1_conn
add chain=input in-interface=isp-backup2
action=mark-connection new-connection-
mark=isp-backup2_conn
add chain=output connection-mark=isp-
main_conn action=mark-routing new-routing-
mark=ke_isp-main
5
add chain=output connection-mark=isp-
backup1_conn action=mark-routing new-
routing-mark=ke_isp-backup1
add chain=output connection-mark=isp-
backup2_conn action=mark-routing new-
routing-mark=ke_isp-backup2
/ip route
add dst-address=0.0.0.0/0
gateway=192.168.1.88 routing-mark=ke_isp-
main
add dst-address=0.0.0.0/0
gateway=120.189.44.53 routing-mark=ke_isp-
backup1
add dst-address=0.0.0.0/0
gateway=202.67.41.51 routing-mark=ke_isp-
backup2
4.2 Pengujian Sistem
a. Pengujian terhadap latency
Pada pengujian pertama, Penulis me-
monitoring sistem jaringan yang ada dengan
mengirimkan package data ke google.com
melalui command prompt (cmd). Pada tahap ini
penulis melakukan perbandingan respon paket
(latency) dari sistem jaringan sebelum
diterapkan load balance dengan sistem jaringan
yang sudah diterapkan load balance. Dan
berikut hasilnya.
Tabel 1. Tabel perbandingan latency
b. Pengujian fungsional load balancing
Pada tahap ini, Penulis melakaukan
pemantauan traffic internet pada tiap ISP yang
digunakan dengan hasil sebagai berikut.
Tabel 2. Tabel penyebaran data
c. Penguijan reliability dari load balancing
Pada pengujian terakhir ini, akan diuji
reliability dari sistem load balancing. Dimana,
pengujian merupakan simulasi terjadinya down
pada ISP utama. Hal tersebut dilakan dengan
mengirim package data sebanyak 30 paket pada
situs google.com, kemudian setelah 15 paket
pertama terkirim lalu koneksi dari/ke ISP utama
diputus pada paket ke 16 sampai paket ke 30.
Setelah itu barulah diamati keandalan dari
jaringan ini.
Gambar 6 Hasil uji keandalan jaringan
4.3 Pembahasan Pengujian
a. Pembahasan latency
Pada pembahasan latency, bisa dilihat dari
tabel perbandingan (Tabel 1) bahwa sistem
jaringan mengalami peningkatan antara sistem
yang belum dengan yang sudah diterapkan load
balance. Dilihat dari estimasi waktu pengiriman
paket, semua aspek mengalami peningkatan
mulai dari waktu minimum yang naik 256%, dan
waktu maksimum yang naik 520%. Hal ini
disebabkan karena Equal Cost Multi-Path
(ECMP) merupakan persistent per-connection
load balancing yang berarti melakukan
pembagian beban secara terus-menerus per
koneksi secara merata. Namun jika mengacu
pada International Telecommunication Union
(ITU) kemudian melihat rata-rata latency yang
masih berkisar pada 0 - 150 ms dan package loss
yang masuk berkisar 0 - 3% keduanya masih
masuk dalam kategori baik (dari tiga kategori -
Baik, cukup, dan buruk-).
b. Pembahasan fungsional load balancing
Tabel 2 menunjukkan bahwa penyebaran
data pada masing-masing ISP tidak merata.
Bahkan pada kasus yang terjadi di atas, beban
jaringan terbesar justru berada pada jalur ISP
cadangan 1. Hal tersebut memang merupakan
fungsionalitas dari ECMP dimana pembagian
beban jaringan dilakukan secara merata (equal
cost) berdasarkan perbandingan kecepatan pada
tiap jaringan. Dengan begitu jika salah satu jalur
milik ISP down atau terputus, check-gateway
akan men-knock down jalur tersebut dan
menggunakan jalur ISP lain yang masih aktif,
sehingga bisa mendapatkan efek failover.
6
c. Pembahasan reliability dan waktu
recovery sistem load balancing
Menurut data yang ditampilkan pada gambar
4.11 menunjukkan bahwa proses pengiriman 30
paket data berhasil terkirim sebanyak 29 paket
dengan persentase kehilangan paket 3%.
Hal yang tersebut di atas juga dapat dijadikan
sebagai landasan dalam mengukur waktu
recovery sistem jaringan ini. Bsa dilihat bahwa
sistem kehilangan satu paket data dari 30 paket
data yang dikirimkan. Penulis kemudian
mencoba pengujian serupa berulang-ulang agar
mendapatkan data yang konkret, dan mendapati
sistem mengalami kehilangan terkecil yakni satu
paket dan terbesar sebanyak empat paket. Jika
dalam sekali sesi request timed out secara
default adalah 4.000 milidetik atau sama dengan
empat detik, maka dalam sekali me-recovery
sistem dibutuhkan waktu 4 – 16 detik.
5. Penutup
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pemabahasan
yang disajikan pada BAB IV, Penulis dapat
menyimpulkan penelitian mengenai load balancing
dengan metode ECMP ini sebagai berikut:
1. Load balancing dengan metode ECMP tidak
mengakumulasi bandwidth tapi membagi
beban jaringan menjadi sama rata
berdasarkan perbandingan kecepatan tiap
ISP.
2. Dengan dibaginya beban secara merata tiap
jalur membuat performa jaringan secara
keseluruhan dapat turun, namun masih
dapat ditoleransi jika menggunakan
layanan dari provider-provider yang baik.
3. Load balancing ECMP merupakan
persistent per-connection, dengan begitu
jika salah satu jalur milik ISP down, check-
gateway akan memutuskan jalur tersebut
dan menggunakan jalur ISP lain yang
masih aktif.
4. ECMP memiliki tingkat keandalan
jaringan yang tinggi jika melihat dari
tingkat kehilangan data saat melakukan
efek failover. Tapi tidak pada kondisi yang
ekstrem.
5.2 Saran
Merunut dari hasil penelitian dan beberapa poin
kesimpulan yang tersebut di atas, ada beberapa saran
dalam pengimplementasian penelitian ini.
1. Jika akan menggunakan load balancing
dengan metode ECMP disarankan untuk
menggunakan open DNS.
2. ISP pembantu disarankan yang cukup baik
agar tidak terpaut sangat jauh pada ISP utama
3. Pastikan modem yang dipakai sudah
mendukung produk MikroTik.
4. Untuk implementasi di lapangan, disarankan
untuk menggunakan produk dengan seri
RB951Ui-2HnD.
Daftar Pustaka
[1] Prayitno, Teguh. 2015. Analisis Perancangan
Load Balancing 3 ISP Dengan Kombinasi
Modem ADSL dan USB Di SMK
Muhammadiyah 07 Randudongkal. Yogyakarta:
STMIK Amikom Yogyakarta.
[2] Hermanto, Dwi. 2015. Analisis dan Implementasi
Fitur MetaRouter Mikrotik Untuk Load Balance
dan QOS Menggunakan Mikrotik RB751U-
2HND Pada Jaringan Global Media Solusindo.
Yogyakarta: STMIK Amikom Yogyakarta.
[3] Zamzami, Nurul Fadilah. 2012. Implementasi
Load Balancing dan Failover Menggunakan
Mikrotik RouterOS Berdasarkan Multihomed
Gateway Pada Warung Internet ”Diga”.
Bandung: Politeknik Telkom.
[4] Syafrizal, Melwin. 2008. Pengatar Jaringan
Komputer. Yogyakarta: ANDI.
[5] Andestoni, M., dkk. 2010. Makalah Load
Balancing. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga.
[6] _______. 2011. Pengertian ISP – Internet Service
Provider. Situs: jaringankomputer.org.
[7] _______. Tentang Mikrotik. Situs: mikrotik.co.id.
[8] Stiawan, Deris. Fundamental: Internetworking
Development & Design Life Cycle. Palembang:
Universitas Sriwijaya.
Habib Burhanuddin Yusuf, memeroleh gelar
Sarjana Komputer (S.Kom), Jurusan Teknik
Informatika STMIK AMIKOM Yogyakarta, lulus
tahun 2016.
Sudarmawan, memeroleh gelar Sarjana Teknik (S.T),
Jurusan Teknik Elektro Universitas Gajah Mada
Yogyakarta, lulus tahun 1998. Memperoleh gelar Magister
Teknik (M.T) Program Pasca Sarjana Magister Teknik
Elektro Fakultas Teknik Elektro Universitas Gajah Mada
Yogyakarta, lulus tahun 2006. Saat ini menjadi Dosen di
STMIK AMIKOM Yogyakarta.