strategi pengembangan mitra dhuafa...
TRANSCRIPT
STRATEGI PENGEMBANGAN MITRA DHUAFA LENTENG AGUNG
PADA POLA GRAMEEN BANK DITINJAU DARI ANALISIS SWOT
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
OLEH :
PUPUT TRI ASTUTI
1113046000125
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2017 M
ii
STRATEGI PENGEMBANGAN MITRA DHUAFA LENTENG AGUNG
PADA POLA GRAMEEN BANK DITINJAU DARI ANALISIS SWOT
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Oleh :
PUPUT TRI ASTUTI
1113046000125
Pembimbing
Dr. H. Abdul Malik, MM
NIP. 19500702197831003
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2017 M
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Hari ini Senin, 31 Juli 2017 telah dilakukan Ujian Skripsi atas Mahasiswi:
1. Nama : Puput Tri Astuti
2. NIM : 1113046000125
3. Jurusan : Ekonomi Syariah
4. Judul Skripsi : Strategi Pengembangan Mitra Dhuafa Lenteng Agung
Pada Pola Grameen Bank ditinjau dari Analisis SWOT
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan serta kemampuan yang
bersangkutan selama proses Ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswi
tersebut dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (S.E) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 31 Juli 2017
PANITIA UJIAN SKRIPSI
1. ketua
:A.M Hasan Ali, M.A
NIP. 19751201 200501 1 005
2. Sekertaris
:Dr. Abdurrauf, LC, M.A
NIP. 19731215 200501 1 002
3. Pembimbing
:Dr. H. Abdul Malik, MM
NIP. 19500702197831003
4. Penguji I
:Achmad Chairul Hadi, M.A
NIP. 19720531 200710 1 002
5. Penguji II
:H. Muh. Fudhail Rahman, Lc., MA
NIP. 19750810 200912 100 1
iv
LEMBAR PERNYATAAN
KEASLIAN KARYA ILMIAH
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta,31 Juli 2017
Puput Tri Astuti
v
ABSTRAK
Puput Tri Astuti. Judul skripsi “Strategi Pengembangan Mitra Dhuafa
Lenteng Agung pada Pola Grameen Bank ditinjau dari Analisis SWOT ”. Strata
Satu (S1) Jurusan muamalat (Ekonomi Syariah) konsentrasi Perbankan Syariah
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta. 1438 H/2017 M.
Penelitian ini dilakukan guna mengetahui strategi pengembangan Koperasi
Mitra Dhuafa, dalam melaksanakan system Grameen Bank dalam
memperdayakan kaum perempuan, dengan menggunakan analisis SWOT untuk
mengukur pada strategi Koperasi Mitra Dhuafa dengan melihat elemen internal
yaitu kekuatan dan kelemahan dan elemen eksternal yaitu peluang dan ancaman
pada Koperasi Mitra Dhuafa agar semua kalangan masyarakat mengetahui apa itu
system Grameen Bank.
Tipe penelitian ini deskriptif kualitatif yang bersifat eksploratif yaitu
tujuannya untuk memberikan sedikit definisi atau penjelasan mengenai konsep
atau pola yang digunakan dalam penelitian dan untuk menjadikan topic baru lebih
dikenal masyarakat luas. jenis data yang dikumpulkan yaitu data primer dan
skunder, Dengan cara melakukan penelitian lapangan (field research), dan
melakukan wawancara.
Dari hasil penelitian, penulis menyimpulkan bahwa Koperasi Mitra
Dhuafa dinilai cukup berhasil dalam pengembangan pada pola Grameen Bank
tersebut, karena Koperasi Tersebut sudah memiliki 150 cabang seluruh Indonesia
terdiri dari 11 provinsi mulai dari Aceh hingga Nusa Tenggara Timur (NTT).
Pelaksanaan Grameen cukup efektif hal ini menunjukan, bahwa KOMIDA dapat
menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang yaitu kualitas mekanisme
pembiayaan memperbesar market share. Mengatasi kelemahan dengan
memanfaatkan peluang yaitu memanfaatkan kualitas program Grameen Bank.
Menggunakan kekuatan untuk menghindari ancaman yaitu mempertahankan
kualitas produk. Meminimalkan kelemahan serta menghidari ancaman yaitu
meningkatkan kualitas SDM dan Mempertahankan kepercayaan terhadap lembaga
lain.
Kata kunci: Grameen Bank, analisis SWOT, strategi pengembangan
Pembimbing: Dr. H. Abdul Malik, MM
Daftar pustaka: 1988 s.d. 2016
vi
ABSTRACT
Puput Tri Astuti. Title thesis "Development Strategy Dhuafa Lenteng
Agung Partner on Grameen Bank Pattern in terms of SWOT Analysis". Strata One
(S1) Department of Muammalat (Sharia Economics) concentration Sharia
Banking Faculty of Shariah and Law State Islamic University Syarif Hidayatullah
Jakarta. 1438 H / 2017 M.
This research was conducted to find out the strategy of cooperative
development of Mitra Dhuafa, in implementing Grameen Bank system in
empowering women, by using SWOT analysis to measure on Cooperative Partner
strategy Dhuafa by looking at internal element that is strength and weakness and
external element that is opportunity and threat at Cooperative Partner Dhuafa for
all circles of society to know what is the Grameen Bank system.
This type of descriptive qualitative research is explorative ie the purpose
to provide a little definition or explanation of the concepts or patterns used in
research and to make the new topic more widely known to the public. type of data
collected that is primary and secondary data, by doing field research (field
research), and do interview.
From the result of the research, the writer concludes that Cooperative
Mitra Dhuafa considered quite successful in development on Grameen Bank
pattern, Grameen Implementation is quite effective it shows that KOMIDA can
use the power to exploit opportunity that is quality of financing mechanism
enlarge market share. Overcome the weakness by taking advantage of
opportunities that utilize the quality of Grameen Bank programs. Use the power
to avoid the threat of maintaining product quality. Minimize weakness and avoid
the threat of improving the quality of human resources and maintaining trust in
other institutions.
Keywords: Grameen Bank, SWOT analysis, development strategy
Advisor: Dr. H. Abdul Malik, MM
References: 1988 s.d. 2016
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT atas karunia, hidayah,
rahmat, dan kasih sayang-Nya yang diberikan kepada kita semua. Shalawat dan
salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga
dan sahabat-sahabatnya.
Seiring berjalannya waktu, syukur alhamdulillah atas kasih sayang yang
Allah SWT berikan penulis dapat menyelesaikan tugas akhir pembuatan skripsi
yang berjudul “Strategi Pengembangan Mitra Dhuafa Lenteng Agung pada Pola
Grameen Bank ditinjau dari Analisis SWOT ”. Dimana skripsi ini merupakan
salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana Ekonomi dalam Jurusan Muamalat
(Ekonomi Islam) konsentrasi Perbankan Syariah di Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis penyadari isi dari penelitian skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, mengingat keterbatasan, kemampuan dan pengetahuan yang
dimiliki, namun penulis berusaha semaksimal mungkin untuk menyusun skripsi
ini dengan baik.
Penulis juga menyadari bahwa sejak awal penyusunan hingga
terselesaikannya pembuatan skripsi ini telah banyak pihak yang membantu dan
memberikan dukungan. Tak lupa peneliti mengucapkan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan skripsi ini:
1. Allah SWT atas segala karunia, nikmat, hidayah, rahmat serta kasih sayang-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
2. Bapak Dr. Phil. Asep Saepudin Jahar, M.A. selaku Dekan Fakultas Syariah
dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Dr. Arif Mufraini, Lc., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak AM. Hasan Ali, M.A. selaku Ketua Prodi Muamalat (Ekonomi Islam)
Fakultas Syariah dan Hukum yang selalu memberikan motivasi dan
pengarahan kepada penulis untuk menjadi mahasiswa yang berhasil. Bapak
viii
5. H. Abdurrauf, Lc., M.A. selaku Sekertaris Prodi Muamalat Fakultas Syariah
dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Terimakasih untuk Koperasi Mitra Dhuafa yang telah mengizinkan saya
untuk menjadi objek tempat penelitian saya.
7. Ayah dan ibuku tercinta yang senantiasa memberikan motivasi, arahan serta
doa yang tak henti-hentinya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Kakaku Mba Dewi dan mba fajar dan kakak iparku kak Jack serta
keponakanku tersayang Kayyisah yang selalu menemani, menghibur,
memotivasi dan memberikan dukungannya kepada penulis.
8. Bapak Dr. H. Abdul Malik, MM selaku pembimbing yang telah besedia
meluangkan waktu serta sabar dalam memberikan pengarahan dan bimbingan
dalam proses penyususan skripsi ini.
9. Seluruh dosen dan pegawai Fakultas Syariah dan Hukum yang selama ini
memberikan arahan ilmunya serta fasilitas yang diberikan kepada penulis.
10. Buat sahabat-sahabat seperjuanganku Fitri Eka Putri, Ulfi Fazariski, Nur
Kholilah, Sarah Hilfiya Terimakasih atas doa, semangat dan bantuannya
selama ini. Penulis tidak bisa membalasnya semoga Allah selalu memberikan
yang terbaik dan semoga persahabatan kita abadi, Aamiin.
11. Sahabat-sahabatku di Lisensi Isti Rohmah, Syifa Fauziyah dan yang lainnya
terima kasih atas doa, motivasi, dan candanya selama ini, dan teman-teman
Muamalat D dan Perbankan syariah yang tidak dapat saya sebutkan satu
persatu, makasih atas kebersamaannya selama ini
Atas jasa-jasa mereka semua, penulis tidak bisa memberi apa-apa
kecuali Jazakumullah Khoiron Kasiron, semoga Allah membalas kebaikan
mereka semua dengan sebaik-baiknya.
Ciputat, 31 Juli 2017
Penulis
Puput Tri Astuti
NIM 1113046000125
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ............................................................................... iii
LEMBAR PERNYAAN KEASLIAN KARYA ILMIYAH .......................................................... iv
ABSTRAK ...................................................................................................................................... v
ABSTRACT ..................................................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR .................................................................................................................. vii
DAFTAR TABEL ......................................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................................................... 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ........................................................................................... 6
1. Identifikasi Masalah ...................................................................................................... 7
2. Pembatasan Masalah ..................................................................................................... 7
3. Rumusan Masalah ......................................................................................................... 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................................................... 7
D. Metode Penelitian................................................................................................................ 8
E. Kerangka Teori.................................................................................................................. 11
F. Review Studi Terdahulu .................................................................................................... 17
G. Sistematika Penulisan ....................................................................................................... 25
BAB II LANDASAN TEORI ....................................................................................................... 27
A. Strategi Pengembangan Mitra Dhuafa Lenteng Agung .................................................... 27
1. Pengertian Pengembangan .......................................................................................... 27
2. Pengertian Pemasaran ................................................................................................. 28
3. Strategi Pemasaran Secara Umum .............................................................................. 28
4. Pengertian Efektifitas .................................................................................................. 41
x
B. Grameen Bank ................................................................................................................... 42
1. Pertumbuhan Grameen Bank ...................................................................................... 42
2. Aturan- Aturan Grameen Bank ................................................................................... 44
3. Ciri- Ciri Sistem Grameen Bank ................................................................................. 45
4. Produk dan Layanan Keuangan Grameen Bank ......................................................... 46
5. Pola Kredit Grameen Bank ......................................................................................... 50
6. Tata Cara Pinjaman dalam Program Grameen Bank .................................................. 50
7. Mekanisme Pembayaran Grameen Bank .................................................................... 51
8. Faktor- Faktor yang Melatarbelakangi Keberhasilan di Bangladesh
dengan Pola Grameen Bank ........................................................................................ 52
9. Tahap Pelaksanaan Penyaluran Program Grameen Bank ........................................... 53
C. Analisis SWOT ................................................................................................................. 57
1. Pengertian Analisis SWOT ......................................................................................... 57
2. Tahap Formulasi Strategis .......................................................................................... 59
3. Fungsi, Manfaat, dan Tujuan Analisis SWOT ............................................................ 62
4. Mekanisme Analisis SWOT ........................................................................................ 63
BAB III METODE PENELITIAN................................................................................................ 65
A. Jenis penelitian .................................................................................................................. 65
B. Subjek dan Objek Penelitian ............................................................................................. 67
1. Subjek Penelitian ......................................................................................................... 67
2. Objek Penelitian .......................................................................................................... 71
C. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data........................................................................ 75
1. Data Analisis SWOT Koperasi Mitra Dhuafa ............................................................. 75
2. Manajemen Strategis Koperasi Mitra Dhuafa ............................................................. 84
D. Tehnik Penulisan Skripsi .................................................................................................. 85
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN ................................................................................. 86
A. Strategi Pengembangan Pola Grameen Bank .................................................................... 86
B. Strategi Pemasaran Pada Mitra Dhuafa............................................................................. 89
C. Evektifitas Pengembangan Grameen Bank Pada Mitra Dhuafa ....................................... 92
xi
BAB V PENUTUP ........................................................................................................................ 95
A. Kesimpulan ....................................................................................................................... 95
B. Saran ................................................................................................................................. 97
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 98
LAMPIRAN ............................................................................................................................... 102
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 UU Tahun 2008 tentang kriteria usaha mikro, kecil, menengah ................................ 2
Tabel 1.2 Review Studi Terdahulu ........................................................................................... 21
Tabel 2.1 perbedaan system klasik (GB-1) dan system generalisasi (GB-2) ............................ 46
Tabel 2.2 Matrik IFAS (Internal Factors Analysis Strategic) ................................................... 59
Tabel 2.3 Matris EFAS ( Eksternal Factors Analysis Strategic) ............................................... 60
Tabel 2.4 Matrik TOWS/ SWOT .............................................................................................. 61
Tabel 3.1 Faktor Eksternal Mitra Dhuafa ................................................................................. 77
Tabel 3.2 Faktor Internal Mitra Dhuafa .................................................................................... 80
Tabel 3.3 Mencocokan IFAS DAN EFAS Mitra Dhuafa ......................................................... 82
Tabel 3.4 MATRIKS SWOT Mitra Dhuafa .............................................................................. 83
Tabel 4.1 Analisis SWOT Strategi Pengembangan Pola Grameen Bank ................................. 88
Tabel 4.2 Analisis SWOT Strategi Pemasaran Koperasi Mitra Dhuafa ................................... 91
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Proses pemasaran .................................................................................................. 37
Gambar 2.2 Tahapan Pelaksanaan Program Penyaluran Kredit GB ......................................... 53
Gambar 3.1 Struktur Organisasi Koperasi Mitra Dhuafa.......................................................... 74
Gambar 4.1 Jumlah Total Anggota Koperasi Mitra Dhuafa ..................................................... 86
Gambar 4.2 total simpanan Koperasi Mitra Dhuafa ................................................................. 93
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pengembangan sektor keuangan memiliki pengaruh yang luas
dalam menstimulasi perekonomian sektor rill, dimana penyebaran kredit
dapat terdistribusi secara merata melalui optimalisasi fungsi intermediasi
lembaga keuangan. Perkembangan sektor keuangan di Indonesia telah
mengalami segmentasi diantara sektor keuangan formal dan informal, hal
ini diakibatkan karena ketidakmampuan sektor keuangan formal (
perbankan) dalam memberi fasilitas jasa keuangan bagi masyarakat
lapisan bawah (miskin). Terdapat berbagai alasan sosial dan ekonomis
yang mendasari sektor formal kesulitan untuk mengakses sektor informal,
seperti : tingginya resiko kredit dan ketidaktersediaan jaminan (collateral)
yang cukup untuk melapisi kredit. Selain itu tingginya biaya transaksi
serta hambatan sosial dan budaya seperti tingkat pendidikan yang rendah.1
Dalam konteks pembangunan ekonomi Indonesia saat ini, Usaha
Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan kelompok yang sangat
penting perannya. Sementara persoalan terbesar UMKM adalah kesulitan
mengakses permodalan terlebih lagi UMKM di Perdesaan dan disektor
pertanian. Hal ini disebabkan oleh adanya scale gap, artinya kebutuhan
kredit / pembiayaan bagi usaha kecil menengah (UKM) pada umumnya
masih lebih kecil dari minimal kredit/ pembiayaan yang disediakan oleh
bank.
Menurut UU No.20 tahun 2008 tentang UMKM, yang disebut
dengan usaha mikro, kecil, menengah, dan besar adalah sebagai berikut:
1Eli Siswanto, Jurnal “Strategi Pengembangan BMT (Baitu Mal Wa Tamwil)Dalam
Memberdayakan Usaha Kecil Menengah”, h.1
2
Kriteria Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Besar menurut UU Tahun
2008 tentang Usaha, Mikro, Kecil, dan Menengah
Tabel 1.1 UU Tahun 2008 tentang kriteria usaha mikro, kecil, menengah
Jenis usaha Kriteria Jumlah unit (s/d 2012)
Mikro -Asset s/d 50 juta
rupiah
-omzet /tahun s/d 300
juta rupiah
55,856.176
98,79%
Kecil -Asset >50 juta s/d
500 juta rupiah
-omzet >300 juta s/d
2,5 milyar rupiah
629,418
1,11%
Menengah -Asset >500 juta s/d
10 milyar rupiah
-omzet >2,5 milyar s/d
50 milyar rupiah
48,997
0,09%
Besar -Asset >10 milyar
rupiah
-omzet >50 milyar
rupiah
4,968
0,01%
UMKM adalah basis ekonomi kerakyatan, oleh karena itu sangat
penting perannya dalam pembangunan ekonomi nasional karena mampu
memperluas lapangan pekerjaan dan memberikan pelayanan ekonomi
secara luas kepada masyarakat, berperan dalam proses pemerataan dan
peningkatan pendapatan masyarakat, mendorong pertumbuhan ekonomi,
dan berperan dalam mewujudkan stabilitas nasional. Dengan demikian
UMKM adalah salah satu pilar utama ekonomi nasional yang harus
memperoleh kesempatan utama, dukungan, perlindungan dan
pengembangan seluas-luasnya sebagai wujud keberpihakkan yang tegas
3
kepada kelompok usaha ekonomi rakyat, tanpa mengabaikan peranan
usaha besar dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). UMKM memiliki
beberapa bentuk lembaga keuangan mikro syariah diantaranya : bait al-
maal wa at-tamwil (BMT), koperasi, koperasi jasa keuangan syariah
(KJKS), grameen bank.2
Salah satu model lembaga keuangan mikro yang berhasil dan
sudah banyak diadopsi oleh banyak negara di dunia adalah Grameen Bank.
Model ini sudah dikenal secara luas sebagai salah satu lembaga keuangan
mikro tersukses di dunia dalam mengurangi kemiskinan yang ada,
dikarenakan cepatnya ekspansi dan jangkauan yang luas terhadap
masyarakat miskin dengan dampak positif pada pendapatan, pekerjaan,
konsumsi, tabungan dan aset dari pesertanya (Sinha, 1996, Khandker et
al., 1998, dalam Mahmudul Hassan, 2006).3
Bank Grameen adalah sebuah organisasi kredit mikro yang
memberikan pinjaman kecil kepada orang yang kurang mampu tanpa
membutuhkan collateral atau jaminan. Kredit ini memiliki perbedaan
dengan kredit lain pada umumnya, di mana pinjaman disalurkan kepada
kelompok wanita produktif yang berada dalam status sosial miskin..4
Oleh karena Grameen Bank mengutamakan orang yang termiskin
diantara kelompok orang miskin, maka sistem pemberian kredit dimulai
dengan memilih dua orang yang termiskin dari kelompok. Setelah 10
minggu, 2 orang pertama tersebut mendapatkan kredit dan cicilannya
lancar. maka 2 orang berikutnya akan mendapatkan kredit. Ketentuan ini
menyebabkan semua anggota kelompok mengawasi dan bertanggung
jawab atas penggunaan kredit. Setelah 10 minggu kemudian, jika
2Euis Amalia, Keuangan Mikro Syariah (Bekasi :Gramata Publishing, 2016), h.1&19
3Yopi Saleh dkk, Jurnal“Strategi Pengembangan Lembaga Keuangan Mikro Mendukung
Pengentasan Kemiskinan di Perdesaan” vol. 7. No.1, 2011 : h.66-81 4Ragnar Nurkse Dalam Mudrajad Kuncoro. Grameen bank dan Keuangan Mikro.
Kedaulatan Rakyat, 2008
4
pengembaliannya lancar, satu orang terakhir, yaitu ketua kelompok baru
mendapatkan pinjaman kredit.5
Lembaga Keuangan Mikro model Grameen Bank dari Bangladesh
kini di contoh banyak negara. Bagaimana dengan indonesia?Barang baru
yang dianggap punya nilai lebih biasanya banyak diburu dan ditiru. Begitu
sang pecetus Grameen Bank, Muhammad Yunus, meraih Nobel
Perdamaian tahun 2006, model Grameen Bank langsung diburu banyak
negara. Sistem perkeditan yang ada pada bank pedesaan ini kemudian
diadopsi. Bahkan, boleh jadi dicontoh. Data terakhir, pola Grameen Bank
telah dikembangkan di 114 negara, termasuk Indonesia.
Perkembangan sekarang, Grameen Bank telah tumbuh sebagai
bank raksasa. Omsetnya mencapai US$ 6 miliar dengan jumlah nasabah
peminjam tak kurang dari 7 juta orang miskin di 73.000 desa di
Bangladesh. Hebatnya lagi, Grameen Bank juga menjadi pemilik
perusahaan ponsel terbesar di Bangladesh. Bank ini terpilih sebagai
penerima Penghargaan Perdamaian Nobel (bersama dengan Muhammad
Yunus) pada tahun 2006.6 Di indonesiapun juga sudah banyak yang
menerapkan pola grameen bank salah satunya yaitu koperasi mitra dhuafa.
Koperasi mitra dhuafa adalah suatu Institusi yang aktif dalam
kegiatan untuk penguatan masyarakat miskin melalui Pendampingan
Pembiayaan Mikro khusus Perempuan dengan Sistem Grameen Bank.
Awal berdiri pada tahun 2004, Yayasan Mitra Dhuafa ( YAMIDA) adalah
Lembaga yang berkelanjutan dengan manajemen yang serius untuk
melayani Perempuan miskin dengan system grameen bank. Pendirian
Lembaga ini berdasarkan pada pentingnya penguatan masyarakat miskin
khusus Perempuan melalui pengembangan Profesionalisme dan
berkelanjutan dari program tersebut.
5Teuku Syariaf, Grameen Bank Membuktikan Perempuan dan Orang Termiskin dari yang
Miskin Punya Potensi untuk Diberdayakan, Infokop No.29 tahun XXII, 2006 6Penerapan Pola Grameen Bank, dikases pada 12/2009 dari http://ekonomi-
perbankan.blogspot.co.id/2009/12/grameen-bank.html
5
pada tahun 2008, karena yayasan tidak boleh mempunyai program
simpan pinjam, oleh karena itu YAMIDA memilih untuk bergerak di
bidang pelatihan, pendampingan dan pemberdayaan masyarakat khususnya
perempuan miskin dalam mengelola usaha, keuangan, kesehatan dan isu-
isu masyarakat lainnya dalam upaya meningkatkan pengetahuan
masyarakat. Dengan pengalaman lebih dari 8 tahun, YAMIDA
berkomitmen menjalankan kegiatan kegiatan yang berkaitan dalam
pengembangan SDM Lembaga Keuangan Mikro bagi nasional maupun
internasional dengan replikasi Grameen Sistem secara professional yang
berorientasi dalam meningkatkan pendapatan masyarakat miskin di
Indonesia.7
Koperasi wanita atau koperasi yang dikelola dan beranggotakan
perempuan atau biasa disebut bank grameen, bukanlah organisasi asing
bagi masyarakat Indonesia. Tetapi jarang untuk yayasan yang mengelola
konsep grameen, padahal konsep ini sangat berpeluang dan berperan
penting untuk memberikan kredit mikro. Namun tingkat kepercayaan bank
terhadap yayasan secara umum masih menjadi penghalang bagi yayasan
dengan konsep grameen ini untuk berperan. Andaikan perbankan
menyadari kemampuan dan peran konsep grameen ini dalam
keikutsertaanya dalam upaya penanggulanan kemiskinan. Niscaya banyak
koperasi maupun yayasan akan lebih berperan dalam penyaluran kredit
mikro bagi usaha perempuan. Sehingga penulis akan menyelesaikan
permasalahan dengan cara melihat strategi pengembangannya, Untuk
mengetahui strategi pengembangan pola grameen di yayasan mitra dhuafa
maka diperlukan suatu metode atau cara untuk menganalisis pola tersebut.
Pada penelitian ini, penulis menggunakan analisis SWOT untuk
mengetahui pengembangan yayasan mitra dhuafa dan melihat factor
internal dan eksternal apa saja yang dihadapi saat ini.
7Profil Mitra Dhuafa, diakses dari http://mitradhuafafoundation.org/index.php/profile
6
Analisis SWOT merupakan analisis yang digunakan untuk
mengetahui posisi atau kondisi perusahaan.8 Dengan mengunakan analisis
SWOT koperasi dapat mengetahui bagian-bagian yang perlu ditambah dan
dikembangkan, selain analisis SWOT digunakan untuk mengetahui
peluang serta ancaman yang mengintai kinerja perusahaan. Dari hasil
pemetaan SWOT, perusahaan dapat mengevaluasi kinerja karyawan dan
manajemen. Sehingga perusahaan dapat bekerja secara professional dan
optimal.
Berdasarkan penjelasan tersebut diatas, penulis ingin menganalisis
bagaimana proses pengembangan pola grameen bank pada Mitra Dhuafa
dengan analisis SWOT, karena masih banyak masyarakat yang kekurangan
dalam segi ekonominya, terutama bagi perempuan yang cenderung tinggi
untuk jatuh kedalam kemiskinan, tetapi mereka memiliki dampak
langsung bagi keluarganya. Sehingga para ibu rumah tangga bisa memiliki
sarana yaitu Grameen Bank yang dapat mengubah kemiskinan.
Oleh karena itu dari permasalahan diatas, perlu kiranya penulis
menganalisis lebih dalam lagi permasalahan dan dari pemaparan diatas
menjadi sangat menarik untuk dikaji yang terangkum dalam judul
“Strategi Pengembangan Mitra Dhuafa Lenteng Agung pada Pola
Grameen Bank ditinjau dari Analisis SWOT ”
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian diatas dapat di identifikasikan permasalahan
sebagai berikut :
a. Banyak Lembaga Keuangan Mikro Syariah yang tidak dapat
melayani lebih banyak orang miskin
b. Bank tidak melayani pengajuan kredit yang tidak memiliki
agunan/ jaminan
8Freddy Rangkuti, SWOT Balanced Scorecard (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
2013), h.25
7
c. Keterbatasan akses masyarakat miskin untuk menjangkau
lembaga keuangan Automatic Teller Machine (ATM)
2. Pembatasan Masalah
Pembatasan Masalah dimaksudkan untuk memperoleh
pemahaman yang sesuai dengan tujuan yang ditetapkan agar masalah
yang akan diteliti tidak terlalu meluas. Dalam hal ini penulisan dibatasi
hanya pada penggunaan analisis SWOT dan manajemen strategi dalam
pengembangan pola grameen bank yang diterapkan di Mitra Dhuafa
pada 21 Maret 2017 di Mitra Dhuafa Lenteng Agung.
3. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah,
penulis merumuskan masalah:
a. Bagaimanakah strategi pengembangan pola grameen bank pada
Mitra Dhuafa?
b. Bagaimana strategi pemasaran pada Mitra Dhuafa?
c. Bagaimanakah efektivitas pengembangan grameen bank pada
Mitra Dhuafa?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin di capai dalam penelitian ini adalah
a. Untuk mengetahui strategi pengembangan pola grameen bank yang
diterapkan di Mitra Dhuafa ditinjau dengan analisis SWOT
b. Untuk mengetahui strategi pemasaran pada Mitra Dhuafa
c. Untuk mengetahui efektivitas pengembangan pola grameen bank
pada Mitra Dhuafa
2. Manfaat Penelitian
a. Bagi peneliti: peneliti dapat menambah pengetahuan dan melatih
kemampuan untuk menganalisis strategi pengembangan dengan
menggunakan analisis SWOT pada Mitra Dhuafa.
8
b. Bagi institusi: diharapkan Mitra Dhuafa tetap menerapkan pola
grameen bank ini, sehingga mempermudah kaum miskin untuk
mengajukan pengkreditan tanpa adanya agunan, agar terhindarnya
dari kemiskinan.
c. Bagi masyarakat: hasil dari penelitian ini dapat memberikan
informasi bagi masyarakat khususnya mahasiswa dalam rangka
memperluas pengetahuan mengenai pengkreditan untuk kaum
miskin khususnya perempuan yang biasa disebut dengan grameen
bank.
D. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian
sebagai berikut :
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi
adalah metode kualitatif yaitu jenis pendekatan yang berdasarkan kata-
kata atau berdasarkan atas apa yang dinyatakan oleh narasumber secara
lisan pada objek alamiah, yang menghasilkan data deskriptif dan
tertulis melalui informasi dari orang yang terlibat didalam objek
tersebut. Adapun jenis penelitiannya yaitu deskriptif yang bersifat
eksplotarif, maksud dari eksploratif disini adalah salah satu jenis
penelitian social yang tujuannya untuk memberikan sedikit definisi
atau penjelasan mengenai konsep atau pola yang digunakan dalam
penelitian.
Dalam penelitian ini, peneliti belum memiliki gambaran akan
definisi. Peneliti akan menggali informasi lebih jauh. Sifat dari
penelitian ini adalah kreatif, fleksibel, terbuka, dan semua sumber
dianggap penting sebagai sumber informasi. Tujuan dari penelitian ini
9
adalah untuk menjadikan topic baru lebih dikenal masyarakat luas,
memberikan gambaran dasar mengenai topic bahasan.9
Jenis penelitian deskriptif, yaitu metode masalah yang
memandu peneliti untuk mengeskplorasi dan atau memotret situasi
yang akan diteliti secara menyeluruh, luas dan mendalam. Tujuannya
adalah untuk menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara
berjalan pada saat penelitian dilakukan dengan mengumpulkan,
menyusun, dan mendeskripsikan berbagai dokumen, data, dan
informasi yang aktual agar dapat menemukan jawaban dari
permasalahan yang dibahas. Teknik yang digunakan dalam penelitian
ini adalah studi kepustakaan (library research) dan studi lapangan
(field research).10
2. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data
yang bersifat kualitatif dengan menggunakan dua sumber data, yaitu:
a. Data Primer
Merupakan data yang langsung diperoleh dari hasil
wawancara. Wawancara dapat dipandang sebagai metode
pengumpulan data sepihak yang dikerjakan secara sistematis
berlandaskan tujuan penelitian.11
Wawancara dilakukan untuk
memperoleh data dengan tanya jawab yang dikerjakan
berlandaskan pada tujuan penelitian dengan menggunakan
panduan wawancara.12
Data primer yang penulis peroleh adalah
mewawancarai bagian Manajemen Oprasional Mitra Dhuafa.
9Penelitian Eksploratif, diakses pada 6 Februari 2016 dari
https://id.m.wikipedia.org/wiki/penelitian_eksploratif 10
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: CV.
Alfabeta, 2009), Cetakan Ke-8, h.205 11
Sutrisno Hadi, Metodelogi Research, (Yogyakarta: Andi, 2004), Cet, 1, h.193. 12
Moh Nazir, Metode Penelitian, Cet.1, (Bandung: Ghalia Indonesia, 2003), h.193
10
b. Data Sekunder
Yaitu data yang diperoleh dalam bentuk sudah jadi, dan
sudah dikumpulkan.13
Dalam hal ini penulis memperoleh data
atau informasi melalui buku, jurnal, artikel media internet dan
bahan informasi lainnya yang memiliki relevansi dengan
masalah sebagai bahan penunjang penelitian.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini,
adalah sebagai berikut :
a. Observasi
Observasi adalah suatu cara pengumpulan data dengan jalan
pengamatan secara langsung mengenai objek penelitian. Metode
ini penulis gunakan sebagai langkah awal untuk mengetahui
kondisi objektif mengenai objek penelitian. Observasi dilakukan
dengan secara langsung mengamati bagaimana manajemen strategi
dalam pengembangan pola grameen bank di Mitra Dhuafa.
b. Wawancara
Interview (Wawancara) dalam hal ini adalah teknik tanya
jawab secara lisan yang diarahkan kepada masalah tertentu untuk
mendapatkan informasi yang selengkap-lengkapnya tanpa unsur
paksaan kepada para informan yang mengetahui dan berkecimpung
langsung pada pihak yang bersangkutan. Untuk pengumpulan data
primer, digunakan teknik wawancara yang dilakukan terhadap
Manajemen Oprasional Mitra Dhuafa.
c. Dokumentasi
Yaitu dokumen yang merupakan catatan dari peristiwa yang
sudah berlalu.14
Peneliti meminta data-data yang sesuai dengan
kebutuhan penelitian terkait lembaga yang diteliti, dalam hal ini
pada Mitra Dhuafa.
13
Muhammad, Metedologi Penelitian Ekonomi Islam, h. 5. 14
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: CV.
Alfabeta, 2009), Cetakan Ke-8, h.240.
11
d. Studi Kepustakaan
Yaitu dengan membaca buku-buku serta menelusuri
berbagai literatur yang relevan dengan topik masalah dalam
penelitian ini yang dapat dijadikan sumber rujukan untuk
menyusun karya ilmiah ini.
4. Teknik Analisis Data
Data penelitian yang telah diperoleh dapat dianalisa dengan
metode analisis deskriptif, yaitu menggambarkan dan menjelaskan data
yang didapat dari teori maupun hasil penelitian di lapangan sehingga
mampu menjawab permasalahan yang ada, dan mendeskripsikan
masalah ini. Teknik untuk membuat gambaran mengenai situasi atau
kejadian yang menerangkan hubungan, membuat prediksi, serta
mendapatkan makna dan implikasi dari suatu masalah yang ingin
dipecahkan.15
Alat analisis yang digunakan adalah analisis kualitatif
deskriptif yang bersifat eksploratif.
E. Kerangka Teori
1. Manajemen Strategi
a. pengertian Manajemen Strategi
Manajemen Strategi dapat didefinisikan sebagai ilmu
tentang perumusan, pelaksanaan, dan evaluasi keputusan-
keputusan lintas fungsi yang memungkinkan organisasi
mencapai tujuannya, sebagaimana tersirat dalam definisi
tersebut, manajemen strategi terfokus pada upaya memadukan
manajemen pemasaran, keuangan akuntansi, produksi/operasi,
penelitian dan pengembangan, serta system informasi computer
untuk mencapai keberhasilan organisasi.
Tujuan manajemen strategi adalah memanfaatkan dan
menciptakan peluang-peluang baru dan berbeda dimasa
mendatang sebaliknya perencanaan jangka panjang, mencoba
15
Moh Nazir, Metode Penelitian, ( Bogor : Ghalia Indonesia, 2011), h. 55
12
mengoptimalkan kecenderungan saat ini untuk masa depan.
Istilah perencanaan strategis muncul pada tahun 1950-an dan
sangat popular di pertengahan tahun 1960-an sampai
pertengahan tahun 1970-an. Di tahun-tahun tersebut
perencanaan strategis di yakini oleh masyarakat sebagai
jawaban untuk semua masalah. Di tahun 1980-an perencanaan
strategis mulai di tinggalkan karena berbagai model
perencanaan tidak menghasilkan keuntungan yang lebih besar.
Namun pada tahun 1990-an perencanaan strategis muncul lagi,
dan proses tersebut sekarang ini di praktikan secara luas di
dunia bisnis.16
b. Tahap-Tahap Manajemen Strategi
Proses manajemen strategi terdiri dari tiga tahap
diantaranya, perumusan strategi, pelaksanaan strategi, dan
evaluasi strategi.
1) Perumusan strategi, mencakup kegiatan
mengembangkan visi dan misi organisasi,
mengidentifikasi peluang dan ancaman external
organisasi, menentukan kekuatan dan kelemahan
internal organisasi, menetapkan tujuan jangka panjang
organisasi, membuat sejumlah strategi alternative untuk
organisasi, dan memilih strategi untuk digunakan.
2) Pelaksanaan strategi
Mengharuskan perusahaan untuk menetapkan
sasaran tahunan, membuat kebijakan, memotivasi
karyawan, dan mengalokasikan sumber daya sehingga
perumusan strategi dapat dilaksanakan. Pelaksanaan
strategi mencakup pengembangan budaya yang
mendukung strategi, menciptakan struktur organisasi
yang efektif, pengarahkan kembali usaha-usaha
16
Freed R. David Manajemen Strategis, (PT. Indeks Kelompok Gramedia, 2003) h.5-6
13
pemasaran, penyiapkan anggaran, pengembangan dan
pemanfaatan system informasi, serta menghumbungkan
kompensasi untuk karyawan dengan kinerja organisasi.
3) Evaluasi strategi
Tahap akhir dalam manajemen strategi, para
manajer harus benar-benar mengetahui alasan strategi-
strategi tertentu tidak dapat dilaksanakan dengan baik.
Tiga kegiatan pokok dalam mengevaluasi strategi
adalah
a) Mengkaji ulang factor-faktor eksternal dan
internal yang menjadi landasan perumusan
strategi yang diterapkan sekarang ini
b) Mengukur kinerja, dan
c) Melakukan tindakan-tindakan korektif.17
c. Perencanaan Strategi
Para perencanaan strategi adalah orang-orang yang
paling bertanggung jawab atas keberhasilan atau kegagalan
suatu organisasi. Para perencana strategi mempunyai berbagai
nama jabatan seperti CEO (chief executive officer), presiden,
pemilik, ketua dewan, direktur eksekutif, rektor, dekan atau
pengusaha. Para perencana strategi membantu organisasi dalam
mengumpulkan, menganalisis dan mengorganisasi informasi.
Mereka menelusuri industry dan tren-tren persaingan,
membuat model-model peramalan dan skenario analisis-
analisis, mengevaluasi kinerja korporat dan divisi, mengenal
peluang-peluang pasar yang baru muncul serta membuat
rencana kinerja yang kreatif. Para perencanaan strategi berbeda
sebagaimana organisasi itu sendiri, perbedaan tersebut harus
dipertimbangkan dalam perumusan strategi, pelaksanaan dan
evaluasi strategi. Sebagian perencanaan strategi tidak
17
Freed R. David Manajemen Strategis, (PT. Indeks Kelompok Gramedia, 2003), h.6-7
14
mempertimbangkan beberapa jenis strategi karena keyakinan
mereka pribadi. Mereka juga mempunyai perbedaan dalam
sikap, nilai, etika, dan kesediaan untuk mengambil resiko.18
2. Grameen Bank
a. Latar Belakang Grameen Bank
Bangladesh termasuk salah satu Negara miskin di
kawasan asia selatan. Negara ini merdeka pada tahun 1971.
Bangladesh adalah Negara yang awalnya merupakan bagian
dari Negara Pakistan wilayah timur yang kemudian
memisahkan diri melalui peperangan yang didukung oleh india
karena pemerintah di wilayah barat kurang memperdulikan
wilayah timur.
Awalnya grameen bank hanyalah sebuah unit usaha
kredit yang khusus ditujukan kepada kaum miskin. Namun
seiring berjalannya waktu, unit usaha kredit ini berkembang
pesat menjadi sebuah bank yang nyatanya dapat meminimalisir
bahkan menghaus kemiskinan di Bangladesh. Grameen bank
tidak hanya beroperasi di Bangladesh saja namun juga telah
berkembang sangat pesat dan diadopsi oleh lebih dari 100
negara di dunia.19
Bangladesh dianggap sebagai pelopor di dunia untuk
menerapkan dan mencapai keberhasilan dalam pengembangan
lembaga keuangan mikro untuk pengentasan kemiskinan.
Faktanya bahwa industri keuangan mikro telah mampu
menyediakan akses kredit bagi orang miskin.20
Replikasi
Grameen Bank di Indonesia diantaranya yang sudah
menerapkan pola grameen bank yaitu Mitra Dhuafa.21
18
Freed R. David Manajemen Strategis, (PT. Indeks Kelompok Gramedia, 2003), h.11 19
Euis Amalia, Keuangan Mikro Syariah, (Bekasi: Gramata Publish, 2016), h.49-50 20
Yopi Saleh, dkk, Jurnal“Strategi Pengembangan Lembaga Keuangan Mikro Mendukung
Pengentasan Kemiskinan di Perdesaan” vol. 7. No.1, 2011 : h.66-81 21
Fitri Sagantha “Pola Modifikasi Penerapan Model Grameen Bank di Indonesia (Skripsi
S-1 Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014), h. 31
15
3. Koperasi Mitra Dhuafa
Yayasan Mitra Dhuafa (YAMIDA) adalah suatu Institusi yang
aktif dalam kegiatan untuk penguatan masyarakat miskin melalui
Pendampingan Pembiayaan Mikro khusus Perempuan dengan Sistem
Grameen Bank. Awal berdiri pada tahun 2004, Yayasan Mitra Dhuafa
( YAMIDA) adalah Lembaga yang berkelanjutan dengan manajemen
yang serius untuk melayani Perempuan miskin dengan system grameen
bank. Pendirian Lembaga ini berdasarkan pada pentingnya penguatan
masyarakat miskin khusus Perempuan melalui pengembangan
Profesionalisme dan berkelanjutan dari program tersebut.
Pada tahun 2009 YAMIDA memiliki perubahan badan hukum
menjadi Koperasi bernama Koperasi Mitra Dhuafa (KOMIDA)
DENGAN No: 849/BH/MENEG/VII/2009. KOMIDA memulai
kegiatan simpan pinjam untuk korban tsunami di Aceh dengan
membuka kantor cabang pertama di Darussalam, Banda Aceh.
KOMIDA telah tumbuh menjadi salah satu lembaga keuangan
Mikro yang besar di Indonesia melayani perempuan berpendapatan
rendah, KOMIDA memberikan harapan kepada kaum perempuan
berpendapatan rendah untuk berkembang serta memiliki kemandirian
dalam menciptakan peluang menambah penghasilan keluarganya.
Selain sebagai penyedia modal keuangan masyarakat, KOMIDA juga
berperan sebagai penyedia kebutuhan layanan non-keuangan
masyarakat. Beberapa produk telah diluncurkan mulai pembiayaan
pendidikan, air dan sanitasi, alat rumah tangga dan micro bisnis.
Koperasi Mitra Dhuafa (KOMIDA) berupaya membantu
tumbuhnya lembaga keuangan mikro yang melayani masyarakat
miskin melalui berbagai kegiatan antara lain :
a. Mendirikan lembaga keuangan mikro untuk perempuan miskin.
b. Melakukan pelatihan bagi lembaga keuangan mikro lain.
c. Melakukan pendampingan atau technical assistance kepada
lembaga yang berminat membuka lembaga keuangan mikro.
16
Seiring dengan itu KOMIDA juga senantiasa menjalankan
program sosial secara terprogram dan terstruktur, sebagai perwujudan
dari kepedulian serta tanggung jawab terhadap masyarakat.22
4. Analisis SWOT
Matriks SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, threats)
merupakan perangkat pencocokan yang penting yang membantu
manajer mengembangkan empat tipe strategi : SO (strengths,
opportunities), strategi WO (weaknesses, opportunities), strategi ST
(strengths, threats), dan strategi WT (weaknesses, threats).
Mencocokkan factor-faktor eksternal dan internal kunci merupakan
bagian yang sangat sulit dalam mengembangkan matriks SWOT dan
memerlukan penilaian yang baik dan tidak ada sekumpulan kecocokan
yang paling baik.
Strategi SO atau strategi kekuatan-peluang menggunakan
kekuatan internal perusahaan untuk memanfaatkan peluang eksternal.
Semua manajer menginginkan organisasi mereka berada dalam posisis
dimana kekuatan internal dapat dipakai untuk memanfaatkan trend dan
peristiwa eksternal. Organisasi umumnya akan menjalankan strategi
WO,ST, atau WT supaya mereka dapat masuk kedalam situasi di mana
mereka dapat menerapkan strategi SO.
Strategi WO atau strategi kelemahan-peluang bertujuan untuk
memperbaiki kelemahan dengan memanfaatkan peluang eksternal.
Kadang-kadang peluang eksternal yang besar ada, tetapi kelemahan
internal sebuah perusahaan membuatnya tidak mampu memanfaatkan
peluang itu. Strategi WO alternative adalah memperkerjakan dan
melatih orang untuk memiliki kemampuan teknis yang diperlukan.
Strategi ST atau strategi kekuatan-ancaman menggunakan
kekuatan perusahaan untuk menghindari atau mengurangi dampak
22
Profil Mitra Dhuafa, diakses dari http://mitradhuafafoundation.org/index.php/profile
17
ancaman eksternal. Hal ini tidak berarti bahwa organisasi yang kuat
pasti selalu menghadapi ancaman frontal dalam lingkungan eksternal.23
Strategi WT atau strategi kelemahan-ancaman merupakan
taktik defensive yang diarahkan untuk mengurangi kelemahan internal
dan menghindari ancaman eksternal. Sebuah organisasi yang
dihadapkan pada berbagai ancaman eksternal dan kelemahan internal,
sesungguhnya dalam posisi yang berbahaya. Faktanya perusahaan
yang seperti itu mungkin harus berjuang agar dapat bertahan, atau
melakukan merger, rasionalisasi, menyatakan pailit atau memilih di
likuidasi.
Ketika suatu organisasi mempunyai sumber daya modal dan
manusia yang diperlukan untuk mendistribusikan produknya sendiri
(kekuatan internal) dan distributor tidak dapat diandalkan, mahal, atau
tidak mampu memenuhi kebutuhan perusahaan (ancaman eksternal),
maka integrasi kedepan merupakan strategi ST yang menarik. Ketika
sebuah perusahaan mempunyai kapasitas produk berlebihan
(kelemahan internal) dan penjualan tahunan dan laba industry dasarnya
turun (ancaman eksternal), maka diseversifikasi konsentrik dapat
merupakan strategi WT yang efektif.
F. review Studi Terdahulu
Beberapa peneliti telah melakukan penelitian tentang grameen
bank, hasil dari beberapa peneliti akan digunakan sebagai bahan referensi
dan perbandingan dalam penelitian ini. Beberapa studi terdahulu (literature
review) yang diambil dari beberapa jurnal yang didapatkan antaranya
Enny Syafrida Marpaung, Ma’mun Sarma, dan Wilson Halomoan
L. dampak pemberian kredit pola grameen bank terhadap peningkatan
pendapatan usaha kecil masyarakat pesisir oleh koperasi lembaga ekonomi
pengembangan pesisir mikro mitra mina di kabupaten tuban. Tujuan
penelitin ini untuk (1) mengetahui proses penerapan sebagai gambaran
23
Fred R david, Manajemen Strategis (PT. Indeks Kelompok Gramedia, 2003), h.288
18
umum pemberian kredit pola grameen bank oleh koperasi LEPP-M3
Tuban. (2) mengidentifikasi kendala-kendala apakah yang dihadapi dalam
pemberian kredit pola grameen bank. (3) mengidentifikasi tingkat
pengetahuan, peranan dan manfaat apakah yang didapat dalam penerapan
pemberian kredit pola grameen bank. (4) menganalisis pengaruh
pemberian kredit pola grameen bank terhadap peningkatan pendapatan
usaha kecil masyarakat pesisisr sebelum dana sesudah pelaksanaan pola
grmeen bank. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisis regresi linier berganda dan pengujian hipotesis. Deskriptif
statistic dan analisis regresi linier berganda untuk mengetahui tingkat
pengetahuan anggota, tingkat penerapan program dan tingkat manfaat
yang didapat anggota. Hasil penelitian menunjukan bahwa koperasi LEEP-
M3 pola grameen bank sangat baik, penerapa kredit pola grameen bank
sangat membantu masyarakat dalam meningkatkan usahanya dengan
syarat-syarat yang tidak memberatkan anggotanya, sedangkan manfaat
yang didapat dari pemberian kredit pola grameen bank bagi anggota bisa
untuk menambah permodalan dengan adanya bantuan kredit, disamping itu
dibiasakan untuk menabung.
Sriyanto, Wiwin Widyastuti. Model lembaga keuangan mikro pola
grameen bank untuk penguat klaster. Tujuan penelitian ini untuk
mengidentifikasikan struktur rantai kegiatan, reqirements modal, lembaga
keuangan dan model peran pola keuangan mikro lembaga grameen untuk
memeprkuat cluster. Hasil dari penelitian ini bahwa karakteristik cluster
bervariasi berpengaruh oleh factor social budaya setempat . Kegiatan
struktur cluster berbeda. kebutuhan modal yang relatif kecil, kurang dari
Rp 5 juta sebanyak 80,00%. lembaga keuangan non formal terdekat PNPM
Mandiri. Mempengaruhi faktor: manajemen, solidaritas, dan anggota
loyalitas dan saling percaya (saling percaya dalam kelompok).
R Afridha. Analisis kinerja unit pengelola kegiatan (UPK) simpan
pinjam perempuan (SPP) program nasional pemberdayaan masyarakat
mandiri pedesaan (PNPM-Mpd) kecamatan ampek angkek kabupaten
19
agam. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana kinerja unit
pengelola kegiatan (UPK) dalam melaksanakan program simpan pinjam
perempuan yang merupakan salah satu kegiatan dari program nasional
pemberdayan masyarakat mandiri pedesaan (PNPM-Mpd). Metode
penelitian yang digunakan analisis deskriptif kualitatif, data yang
diganakan adalah data primer dari anggota kelompok penerima simpan
pinjam perempuan di kecamatan ampek angkek yang berjumlah 30 orang.
Hasil dari penelitian ini adalah diketahui bahwa kinerja UPK SPP masuk
dalam katagori baik dimana semua pengurus UPK sudah mengerjakan
tugas dan tanggung jawabnya masing-masing. Kinerja dari sisi keuangan
UPK dinilai sudah sangat ekonomis, sangat efisien dan efektif. Untuk
indikator output program SPP yang dikelola oleh UPK sudah bisa
mencapai output yang diinginkan, kecuali untuk penguatan kelembagaan
SPP oleh kaum perempuan, karena kelompok belum bisa mandiri dalam
keuangan kelompok dan masih bergantung pada pinjaman SPP. Pengaruh
kinerja koperasi terhadap peningkatan usaha pada koperasi jasa keuangan
pemberdayaan ekonomi masyarakat kelurahan rambutan. Tujuan dari
penelitian ini untuk mengetahui pengaruh kinerja koperasi terhadap
peningkatan usaha pada koperasi jasa keuangan pemberdayaan masyarakat
kelurahan rambutan, besar pengaruh kinerja koperasi terhadap peningkatan
usaha pada koperasi jasa keuangan pemberdayaan masyarakat kelurahan
rambutan. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatifJumlah sampel
sebanyak 100 orang yang terdiri dari, anggota yang tepat waktu mengansur
pinjamanannya setiap bulan, berdasarkan buku registrasi anggsuran
anggota dan anggota kelompok usaha bersama yang baik usahanya.
Penentuan ukuran sampel dengan menggunakan rumus slovin.Berdasarkan
pada uji korelasi, Kinerja Koperasi memiliki hubungan yang kuat dan
positif terhadap Peningkatan Usaha Anggota Koperasi Jasa Keuangan
PEMK Rambutan yaitu sebesar 70.1%. Berdasar hasil perhitungan pada
koefisien regresi dengan taraf diperoleh nilai t hitung sebesar 9,717.
Sedangkan nilai t tabel berdasarkan pada tabel t dengan jumlah sampel
20
sebanyak 100, dimana dk (derajat kebebasan) = n-2, dk = 100-2 = 98.
Berdasarkan nilai dk 98 dengan taraf diperoleh nilai t tabel sebesar 1.995.
Karena nilai t hitung lebih besar daripada t tabel., maka keputusan pengujian
tersebut menolak H0 dan menerima Ha. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa hipotesis yang menduga terdapat pengaruh antara
kinerja koperasi terhadap peningkatan usaha anggota Koperasi Jasa
Keuangan PEMK Rambutan terbukti secara signifikan atau dapat diterima
secara statistik.
Siti Rohmah. Model pemberdayaan ekonomi perempuan melalui
grassroot microfinance syariah. Tujuan dari penelitian ini untuk
mengetahui untuk menganalisis model pemberdayaan perempuan di area
kerja DPU Daarut Tauhid London dan Pengaruhnya untuk meningkatkan
keluarga pendapatan. Adanya penelitian ini diharapkan pengetahuan
tentang model pemberdayaan perempuan sebagai upaya untuk
meningkatkan perempuan ekonomi meskipun dapat dijual di wilayah lain
Indonesia. Hasil dari dari penelitian ini menunjukkan bahwa model
pemberdayaan perempuan di DPU Daarut Tauhid adalah Model semi-
langsung iman mentoring berbasis. Keberadaan sebuah upaya
pemberdayaan berdampak pada peningkatan kualitas hidup dengan
motivasi untuk berubah menjadi lebih baik sehingga meningkatkan
pendapatan keluarga, budaya menabung, serta kerjasama antar
anggotanya.
Ely Siswanto. Strategi pengembangan BMT dalam
memberdayakan usaha kecil menengah. Tujuan dari penelitian ini untuk 1.
model bmt diidentifikasi dan analis yang dapat mengembangkan potensi
enterprice usaha kecil. 2. untuk menggambarkan bmt upaya untuk
mengembangkan potensi enterprice usaha kecil. Metode penelitian yang
digunakan kualitatif deskriptif dengan cara wawancara. Hasil penelitian ini
bahwa strategi pengembangan bmt cenderung kelayakan finansial
berorientasi, kesehatan kelembagaan berorientasi dan efek sosial yang
berorientasi.
21
Dibawah ini merupakan kumpulan penelitian terdahulu yang
disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut :
Tabel 1.2 Review Studi Terdahulu
NO PENELITI JUDUL PENELITI PERBEDAAN DENGAN
PENULIS
1 Enny Syafrida
Marpaung, Ma’mun
Sarma, dan Wilson
Halomoan L.
dampak pemberian kredit pola
grameen bank terhadap
peningkatan pendapatan usaha
kecil masyarakat pesisir oleh
koperasi lembaga ekonomi
pengembangan pesisir mikro
mitra mina di kabupaten tuban.
Koperasi LEEP-M3 pola
grameen bank sangat baik,
penerapa kredit pola
grameen bank sangat
membantu masyarakat
dalam meningkatkan
usahanya dengan syarat-
syarat yang tidak
memberatkan anggotanya,
sedangkan manfaat yang
didapat dari pemberian
kredit pola grameen bank
bagi anggota bisa untuk
menambah permodalan
dengan adanya bantuan
kredit, disamping itu
dibiasakan untuk menabung.
Peneliti yang penulis buat
membahas lebih ke
manajemen strategi
pengembangan dalam
menerapkan pola grameen
bank bukan dampaknya
pemberian pola grameen
bank.
22
2 Sriyanto, Wiwin
Widyastuti
Model lembaga keuangan mikro
pola grameen bank untuk penguat
klaster.
Karakteristik cluster
bervariasi berpengaruh oleh
factor social budaya
setempat . Kegiatan struktur
cluster berbeda. Kebutuhan
modal yang relatif kecil,
kurang dari Rp 5 juta
sebanyak 80,00%. Lembaga
keuangan non formal
terdekat PNPM Mandiri.
Mempengaruhi faktor:
manajemen, solidaritas, dan
anggota loyalitas dan saling
percaya (saling percaya
dalam kelompok). Peneliti
yang penulis buat hanya
membahas tentang
pengembangan pola
grameen bank yang
diterapkan di Mitra Dhuafa
dengan menggunakan
metode kualitatif deskriptif
sedangkan penelitian ini
menggunakan metode
klaster
23
3 R Afridha Analisis kinerja unit pengelola
kegiatan (UPK) simpan pinjam
perempuan (SPP) program
nasional pemberdayaan
masyarakat mandiri pedesaan
(PNPM-Mpd) kecamatan ampek
angkek kabupaten agam
hipotesis yang menduga
terdapat pengaruh antara
kinerja koperasi terhadap
peningkatan usaha anggota
Koperasi Jasa Keuangan
PEMK Rambutan terbukti
secara signifikan atau dapat
diterima secara 23tatistic.
Peneliti yang penulis buat
menganalisis menggunakan
metode kualitatif deskriptif
sedangkan penelitian ini
menggunakan metode
kuantitatif Jumlah sampel
sebanyak 100 orang yang
terdiri dari, anggota yang
tepat waktu mengansur
pinjamanannya setiap bulan,
berdasarkan buku registrasi
anggsuran anggota dan
anggota kelompok usaha
bersama yang baik
usahanya.
4 Siti Rohmah Model pemberdayaan ekonomi
perempuan melalui grassroot
microfinance syariah
model pemberdayaan
perempuan di DPU Daarut
Tauhid adalah Model semi-
langsung iman mentoring
berbasis. Keberadaan
sebuah upaya pemberdayaan
berdampak pada
24
peningkatan kualitas hidup
dengan motivasi untuk
berubah menjadi lebih baik
sehingga meningkatkan
pendapatan keluarga,
budaya menabung, serta
kerjasama antar anggotanya.
Peneliti yang penulis buat
sama-sama membahas
tentang model
pemberdayaan ekonomi
perempuan dengan pola
grameen bank syariah
sedangkan penelitian ini
menggunakan pola grassroot
microfinance syariah.
5. Ely Siswanto Strategi pengembangan BMT
dalam memberdayakan usaha
kecil menengah.
strategi pengembangan bmt
cenderung kelayakan
finansial berorientasi,
kesehatan kelembagaan
berorientasi dan efek sosial
yang berorientasi. Peneliti
yang penulis buat sama
sama membahas strategi
pengembangan tetapi
penulis pembahas startegi
pengembangan pola
grameen bank untuk
memberdayakan kaum
miskin sedangkan penelitian
25
yang lain membahas
pengembangan BMT dalam
memberdayakan usaha kecil
menengah.
G. Sistmatika Penulisan
Untuk mendapatkan hasil penulisan yang terstruktur dan sesuai
dengan kaidah penulisan, maka sistematika tulisan ini disusun sebagai
berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi
masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian, review studi terdahulu, dan sistematika
penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Pada bab ini akan dibahas lebih mendalam tinjauan pustaka
atau studi literature dan teori-teori yang berkaitan dengan
masalah dalam penelitian ini.
BAB III METODE PENELITIAN
Dalam bab ini akan diuraikan unit analisis berupa data yang
digunakan dalam penelitian, metode dan desain penelitian
yang akan dipergunakan untuk membahas dan menjawab
permasalah yang ada, pengukuran dan instrument
penelitian, teknis analisis dan yang berkaitan dengan
penelitian.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi deskripsi hasil penelitian, pengujian
hipotesis, dan pembahasan hasil penelitian.
26
BAB V PENUTUP
Pada bab ini penulis mencoba membuat kesimpulan dari
pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya
dan memberikan saran-saran yang kiranya bermanfaat bagi
pihak-pihak yang berkepentingan.
27
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Strategi Pengembangan Mitra Dhuafa Lenteng Agung
1. Pengertian Pengembangan
Philip Kotler (1997), Pengembangan adalah suatu usaha untuk
meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, konspetual, dan moral
karyawan sesuai dengan kebutuhan pekerjaan/ jabatan melalui
pendidikan dan latihan. Pendidikan meningkatkan keahlian teoritis,
konseptual, dan moral karyawan, sedangkan latihan bertujan untuk
menigkatkan ketrampilan teknis pelaksanaan pekerjaan karyawan,
workshop bagi karyawan dapat meningkatkan pengetahuan lebih lagi
di luar perusahaan.24
Menurut Fred R David (2004), strategi pengembangan menjadi
bagian dalam strategi intensif, yakni strategi yang terdiri atas penetrasi
pasar, pengembangan pasar dan pengembangan produk. Strategi
penetrasi pasar dilakukan dengan meningkatkan pangsa pasar produk
atau jasa yang telah ada. Upaya yang dapat dilakukan adalah
melakukan promosi penjualan, menambah biaya iklan dan publisitas
lainnya.
Pengembangan pasar merupakan cara yang digunakan dalam
memperkenalkan produk atau jasa ke wilayah baru. Sementara
pengembangan produk adalah strategi meningkatkan penjualan. Yang
dapat dilakukan dengan memperbaiki, memodifikasi, atau membuat
inovasi produk atau jasa yang telah ada.25
24
Philip Kotler. Manajemen Pemasaran Analisis, Perencanaan, Implementasi dan
Control (perpustakaan Nasional: katalog dalam terbitan (KDT)1997), h. 286
25Fred R. David, Manajemen Strategis, Konsep-Konsep (Indonesia: PT. Indeks, 2004),
Ed. Kesembilan, h.239-241
28
2. Pengertian pemasaran
Pemasaran dalam arti sempit oleh para pengusaha sering
diartikan sebagai pendistribusian, termasuk kegiatan yang dibutuhkan
untuk menempatkan produk yang berwujud pada tangan konsumen
rumah tangga dan pemakaian industry. Pengertian ini tidak mencakup
kegiatan mengubah bentuk barang. Akan tetapi, pengertian tentang
pemasaran sebenarnya lebih luas dari kegiatan tersebut. Dari
pandangan lain, pemasaran diartikan sebagai kegiatan penciptaan dan
penyerahan tingkat kesejahteraan hidup kepada anggota masyarakat.26
Pemasaran telah didefinisikan dalam berbagai pengertian,
seperti telah diutarakan diatas. Menurut American marketing
association, pemasaran diartikan sebagai hasil prestasi kerja kegiatan
usaha yang langsung berkaitan dengan mengalirnya barang atau jasa
dari produsen ke konsumen. Pengertian ini hampir sama dengan
kegiatan distribusi, sehingga gagal menunjukan asas-asas pemasaran,
terutama dalam menentukan barang atau jasa apa yang akan
dihasilkan. Disamping pengertian yang telah disebutkan, terdapat
pengertian yang sering digunakan dalam pembahasan tentang
pemasaran, pengertian tersebut menyatakan pemasaran sebagai
kegiatan manusia yang diarahkan untuk memenuhi dan memuaskan
kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran. Berdasarkan
pengertian ini, pembahasan tentang pemasaran dapat lebih jelas dan
terbatas dalam pembatasan yang tegas, terkait dengan kegiatan
pemasaran yang berlaku universal.
3. Strategi Pemasaran Secara Umum
a. Perkembangan pemasaran
Pemasaran sudah ada sejak zaman rosulullah, dimana
rasulullah mengajarkan untuk berniaga, menjual dan membeli. Tapi
pada zaman itu bertransaksi tidak menggunakan dengan mata uang
26
Assauri Sofjan. Manajemen Pemasaran, Dasar Konsep dan Strategi (PT. Raja Grafindo
Persada, 2004), h. 4
29
yaitu membeli barang dan membayarnya dengan mata uang. tetapi
pada zaman itu menjual barang dengan barang contohnya seperti si
A membutuhkan beras dan dia mempunyai kelebihan gula maka
dari itu si A memberikan gulanya kepada si B untuk mendapatkan
beras disebut dengan barter.
Kegiatan pemasaran sebenarnya berkembang sejak adanya
kebutuhan manusia dan usaha untuk memenuhi kebutuhan manusia
itu melalui pertukaran. Perkembangan peradaban manusia
menimbulkan perkembangan penggunaan alat pertukaran. Dengan
adanya perkembangan tersebut mulailah dikenal transaksi jual beli.
Pada masa itu pemasaran barulah merupakan kegiatan transaksi
jual beli dimana seluruh barang-barang yang dihasilkan atau
diproduksikan dengan mudah dapat terjual. Masalah yang
diutamakan pada saat itu bagaimana menghasilkan suatu barang.
Hal ini terutama disebabkan barang apapun yang dihasilkan akan
dapat terjual. Oleh karena itu, orientasi pemikiran manajemen pada
saat itu adalah orientasi produksi.27
Assauri Sofjan menyatakan Secara singkat bahwa
manajemen pemasaran mencakup seluruh falsafat, konsep, tugas,
dan proses manajemen pemasaran. Perkembangan pendekatan
dalam manajemen pemasaran dilandasi oleh konsep yang
merupakan dasar dari pimpinan perusahaan atau organisasi lainnya
dalam menjalankan kebijakan dan strategi pemasaran yang akan
dilakukannya. Hal ini karena manajemen pemasaran merupakan
usaha-usaha yang dilakukan untuk mencapai hasil yang diingikan
pada pasar yang dituju (sasaran).
b. Konsep pemasaran
Konsep pemasaran merupakan orientasi manajemen yang
menekankan bahwa kunci pencapaian tujuan organisasi terdiri dari
27
Assauri Sofjan. Manajemen Pemasaran, Dasar Konsep dan Strategi (PT. Raja Grafindo
Persada, 2004), h.5-6
30
kemampuan perusahaan/ organisasi menentukan kebutuhan dan
keinginan pasar yang dituju (sasaran) dan kemampuan perusahaan/
organisasi tersebut memenuhinya dengan kepuasan yang
diinginkan secara lebih efektif dan efisien dari para saingan. Ada
tiga landasan yang penting dari konsep pemasaran, yaitu:
1) Konsumen dapat dikelompokan ke dalam segment pasar yang
berbeda tergantung dari kebutuhan dan keinginannya.
2) Konsumen dalam suatu segment pasar tertentu lebih
menyenangi atau tertarik akan apa yang ditawarkan
perusahaan/ organisasi yang dapat berlangsung memenuhi
kepuasan dan keinginan tertentu dari mereka.
3) Tugas organisasi adalah untuk meneliti dan memilih pasar yang
dituju (sasaran) dan berusaha mengembangkan usaha- usaha
penawaran dan program-program pemasaran sebagai kunci
untuk menarik dan mempertahankan/ membina langganan.28
Konsep inti dalam pemasaran adalah memahami
kebutuhan, keinginan dan permintaan. Tidak semua orang
mempunyai keinginan dan kebutuhan yang sama, oleh karena itu
perusahaan harus membagi-bagi pasar ke dalam segmen-segmen.
Tiga strategi yang harus digunakan dalam pemasaran.29
Pertama, targeting. Ada tiga kriteria untuk melakukan
targeting, yaitu:
a. Memastikan bahwa segmen yang akan dimasuki pasarnya
cukup besar (market size), atau masih kecil tapi memiliki
potensi yag besar di masa yang akan datang (market growth).
b. Perusahaan harus memiliki kekuatan daya saing (competitive
advantages) untuk medominasi pasar yang akan dimasuki.
28
Assauri Sofjan. Manajemen Pemasaran, Dasar Konsep dan Strategi (PT. Raja Grafindo
Persada, 2004), h.77-78 29
Assauri Sofjan. Manajemen Pemasaran, Dasar Konsep dan Strategi (PT. Raja Grafindo
Persada, 2004), h.13
31
c. Mengoptimalkan segala usaha agar efektif dan efisien di tengah
persaingan (competitive situation).
Apabila persaingan semakin ketat sampai para konsumen
sulit untuk membedakan keunggulan dari suatu produk karena
masing-masing produk memiliki kualitas yang hampir sama dan
tidak ada perbedaan yang signifikan, maka langkah yang akan
ditempuh oleh perusahaan syariah adalah membidik hati dan jiwa
konsumen. Strategi ini bertujuan untuk mengikat hati dan jiwa
konsumen pada suatu produk atau perusahaan agar setia dalam
waktu panjang.30
Kedua, positioning. Dalam Legacy Marketing, Positioning
dilakukan setelah kita melakukan Segmentasi dan Targeting.
Positioning ini maksudnya bukan peringkat produk itu di pasar.
Masih ada yang keliru soal ini. Dikiranya kalau bicara soal
positioning berarti bicara soal ada di posisi nomor berapa produk
itu di pasar. Bukan itu definisi positioning. Positioning adalah apa
yang kita inginkan ada di benak konsumen ketika mereka
mendengar brand kita. Positioning ini berkaitan dengan persepsi.
Persepsi ini harus bisa unik sehingga pelanggan bisa langsung
membedakan antara brand kita dan brand pesaing kita. Misalnya
saja Volvo, BMW, dan Mercedes-Benz. Ketiganya merupakan
produk yang berada dalam satu kategori dan juga menyasar segmen
pasar yang relatif sama. Namun, positioning-nya bisa berbeda.
Kalau ingat Volvo kita ingat ”safety”, sementara BMW adalah ”the
ultimate driving machine” dan Mercedes-Benz merupakan ”a
symbol of luxury”. Itulah positioning dari ketiga brand mobil
mewah tersebut.31
Menurut Fanggidae (2006), positioning adalah suatu
strategi dalam kegiatan pemasaran yang bertujuan untuk
30
Ibid 31
Materi kuliah Dr. Abdul Malik, MM
32
menciptakan perbedaan (differents), keuntungan (advantages),
manfaat (benefit) yang membuat konsumen selalu ingat dengan
suatu produk. Dengan kata lain positioning berkenaan dengan
upaya identifikasi, pengembangan dan kemunikasi keunggulan
yang bersifat khas dan unik sedemikian rupa sehingga produk dan
jasa perusahaan dipersepsikan lebih superior dan khusus. Jadi,
focus utama positioning adalah pada persepsi pelanggan dan bukan
sekedar produk fisik yang dihasilkan.32
Menurut Kotler (1997:262) “ positioning is the act of
designing the companys offer so that is occupies a distinct and
value placed in the target customer mind” maknanya, mencapai
“posisi” didalam pasar, langkah ini dilakukan setelah menentukan
strategi segmentasi yang dipakai. Dengan kata lain positioning
adalah suatu tindakan atau langkah-langkah dari produsen untuk
mendesain citra perusahaan dan penawaran nilai dimana konsumen
didalam suatu segmen tertentu mengerti dan menghargai apa yang
dilakukan suatu segmen tertentu, mengerti dan menghargai apa
yang dilakukan suatu perusahaan, dibandingkan dengan
pesaingnya.
Dalam proses positioning selalu dimulai product
positioning. Pendapat ini dikemukakan oleh Regis Mc Kenna
(1985:37), yang juga mengemukakan definisi produk positioning
the positioning process should begin with the product themselves.
To gain a strong product positioning, a company must differentiate
its product from all other products on the market. The goals is so
give the product a unique position in the market place” dari definisi
diatas mengandung pengertian bahwa proses positioning harus
dimulai dengan produk itu sendiri. Untuk mencapai produk
positioning yang kuat suatu perusahaan perlu dilakukan
32
Fandy Tjiptono, Strategi Pemasaran (Yogyakarta: Penerbit Andi, 1997), h. 78
33
diferensiasi dalam banyak factor yaitu: teknologi, harta, kualitas,
saluran distribusi atau sasaran konsumennya.
Produk positioning sangat berhubungan dengan segmentasi
pasar karena menempatkan produk tersebut ditunjukan melayani
target market tertentu. Oleh karena itu, pengertian strategi product
positioning sebagai suatu strategi yang digunakan untuk
menanamkan suatu citra produk dibenak konsumen sehingga
produk tersebut terlihat menonjol dibandingkan dengan produk
pesaing.
Focus utamanya adalah bagaimana caranya sehingga
konsumen mempunyai persepsi yang sama dengan yang
diharapkan produsen tentang produk yang ditawarkan. Kembali
Kotler (1997:265) menjelaskan beberapa cara product positioning
yang dapat dilakukan pemasaran dalam memasarkan produk
kepada konsumen yang dituju, antara lain:
1) Penentuan posisi menurut atribut
Ini terjadi bila suatu perusahaan memposisikan dengan
menonjolkan atribut produk yang lebih unggul dibandingkan
pesaingnya, seperti ukuran, lama keberadaanya, dan seterusnya.
2) Penentuan posisi menurut manfaat
Dalam pengertian ini produk diposisikan sebagai pemimpin
dalam suatu manfaat tertentu.
3) Penentuan poisisi menurut penggunaan atau penerapan
seperangkat nilai-nilai pengunaan atau penerapan inilah yang
digunakan sebagai unsur yang ditonjolkan dibandingkan
pesaingnya.
4) Penentuan posisi menurut pemakai
Ini berarti memposisikan produk sebagai yang terbaik untuk
sejumlah kelompok pemakai. Dengan kata lain pasar sasaran
lebih ditunjukan pada sebuah atau lebih komunitas, baik dlam
arti sempit maupun dalam arti luas.
34
5) Penentuan posisi menurut pesaing
Disini produk secara keseluruhan menonjolkan nama mereknya
secara utuh dan diposisikan lebih baik dari pada pesaing.
6) Penentuan posisi menurut kategori produk
Disini produk diposisikan sebagai pemimpin dalam suatu
kategori produk.
7) Penentun posisi harga atau kualitas
Disini produk diposisikan sebagai menawarkan nilai terbaik
untuk harga.33
Tujuan dari positioning pasar adalah untuk menciptakan citra
yang berbeda guna memperkenalkan bisnis dan produk anda di
benak para konsumen.34
Ketiga, diverensiasi. Setelah mengidentifikasi segmen
pasar, maka sebuah perusahaan juga harus mengidentifikasi cara-
cara spesifik yang dapat mendiferensiasikan produknya dan
memilih “competitive positioning” Pada dasarnya diferensiasi
adalah tindakan merancang satu set perbedaaan yang berarti untuk
membedakan penawaran perusahaan dari penawaran pesaing
(Kotler, 1997). Diferensiasi dapat dilakukan melalui lima dimensi
berikut ini:
a. Diferensiasi Produk, membedakan produk utama berdasarkan
keistimewaan, kinerja, kesesuaian, daya tahan, keandalan,
kemudahan untuk diperbaiki, gaya dan rancangan produk.35
b. Diferensiasi Pelayanan, jika produk fisik tidak bisa diferensiasi
secara mudah, kunci untuk mencapai keberhasilan kompetitif
terletak pada penambahan layanan bernilai tambah dan
33
Jurnal Manajemen, “Peran Positioning Dalam Strategi Pemasaran” diakses dari
http://jurnal-sdm.blogspot.co.id/2009/04/peran-positioning-dalam-strategi.html 34
Paul N. Bloom & Louise N. Boone. Strategi Pemasaran Produk 18 Langkah
Membangun Jaring Pemasaran Produk yang Kokoh ( Prestasi Pustakaraya- Jakarta- Indonesia
2006), h. 57 35
Diferensiasi dan Positioning diakses dari
http://manajemenuh.blogspot.co.id/2013/01/diferensiasi-dan-positioning.html
35
meningkatkan kualitas layanan tersebut. Factor diferansiasi
layanan yang utama, antara lain kemudahan pemesanan,
penyerahan, pemasangan, pelatihan pelanggan, konsultasi
pelanggan dan perawatan dan perbaikan.36
c. Diferensiasi Personil, membedakan personil perusahaan
berdasarkan kemampuan, kesopanan, kredibilitas, dapat
diandalkan, cepat tanggap dan komunikasi yang baik.
d. Diferensiasi Saluran, langkah pembedaan melalui cara
membentuk saluran distribusi, jangkauan, keahlian dan kinerja
saluran-saluran tersebut.
e. Diferensiasi Citra, membedakan citra perusahaan berdasarkan
perbedaan identitas melalui penetapan posisi, perbedaan
lambang dan perbedaan iklan.37
c. Ruang lingkup Strategi pemasaran
1) Pengertian strategi pemasaran
Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan. Dalam
perkembangannya konsep mengenai strategi terus berkembang.
Definisi strategi yang dikemukakakan oleh Chandler
menyebutkan bahwa “strategi adalah tujuan jangka panjang
dari suatu perusahaan, serta pendayagunaan dan alokasi semua
sumber yang penting untuk mencapai tujuan tersebut”
pemahaman yang baik mengenai konsep strategi dan konsep-
konsep lain yang berkaitan, sangat menentukan suksesnya
strategi yang disusun.
Arti kata strategi “seni umum” yang berasal dari kata
yunani kuno untuk umum “strategos” sebelum napoleon
memiliki konotasi militer menyiratkan seni dan ilmu
36
Philip Kotler, Swee Hoon Ang dkk Manajemen Pemasaran Sudut Pandang Asia (PT.
INDEKS kelompok GRAMEDIA 2004) , h.365 37
Diferensiasi dan Positioning diakses dari
http://manajemenuh.blogspot.co.id/2013/01/diferensiasi-dan-positioning.html
36
mengarahkan pasukan militer untuk megalahkan musuh atau
untuk mengurangi hasil kekalahan.38
Dalam sebuah perusahaan, strategi merupakan salah
satu factor terpenting agar perusahaan dapat berjalan dengan
baik. Strategi menggambarkan arah bisnis yang mengikuti
lingkungan yang dipilih dan merupakan pedoman untuk
mengalokasikan sumber daya usaha sutau organisasi. Atau
suatu cara mencapaian tujuan dari sebuah perusahaan.39
Setiap perusahaan mempunyai tujuan untuk dapat tetap
hidup dan berkembang, tujuannya tersebut hanya dapat dicapai
melalui usaha mempertahankan dan meningkatkan tingkat
keuntungan atau laba perusahaan. Usaha ini hanya dapat
dilakukan apabila perusahaan dapat mempertahankan dan
meningkatkan penjualannya.
Strategi pemasaran pada dasarnya adalah rencana yang
menyeluruh, terpadu dan menyatu di bidang pemasaran, yang
memberikan panduan tentang kegiatan yang akan dijalankan
untuk dapat tercapainya tujuan pemasaran suatu perusahaan.
Dengan kata lain strategi pemasaran adalah serangkaian tujuan
dan sasaran, kebijakan dan aturan yang memberi arah kepada
usaha-usaha pemasaran perusahaan dari waktu ke waktu, pada
masing-masing tingkatan dan acuan serta alokasinya, terutama
sebagai tanggapan perusahaan dalam menghadapi lingkungan
dan keadaan persaingan yang selalu berubah. Oleh karena itu,
penentuan srategi pemasaran harus didasarkan atas analisis
lingkungan dan internal prusahaan melalui analisis keunggulan
dan kelemahan perusahaan, serta analisis kesempatan dan
ancaman yang dihadapi perusahaan dari lingkungannya.
38
Arthur meidan. Marketing Strategies, Organization and Performance Control In
Insurance (the journal of risk and insurance, vol.49 No.3 h.1 (sep, 1982) diakses dari
www.jstor.org 39
Fandy Tjiptono, Strategi Pemasaran, (yogyakatra:Andi,2002),edisi ke 2, hal.3
37
Disamping itu strategi pemasaran yang telah ditetapkan
dan dijalankan, harus dinilai kembali, apakah masih sesuai
dengan keadaan atau kondisi pada saat ini. Penilaian atau
evaluasi ini menggunakan analisis keunggulan, kelemahan,
kesempatan, dan ancaman. Hasil penilaian atau evaluasi ini
digunakan sebagai dasar untuk menentukan apakah strategi
yang sedang dijalankan perlu diubah, sekaligus digunakan
sebagai landasan untuk mneyusun atau menentukan strategi
yang akan dijalankan pada masa yang akan datang.40
Gambar 2.1 Proses pemasaran
Dalam proses pemasaran, tahap pertama yang
dilakukan adalah menganalisis kesempatan/ peluang pasar yang
dapat di manfaatkan dalam usaha yang dilakukan perusahaan
untuk mencapai tujuannya.
40
Assauri Sofjan. Manajemen Pemasaran Dasar, Konsep,& Strategi (PT. Raja Grafindo
Persada, 2011), h. 168-169
analisis peluang/
kesempatan pasar
Pengembangan system
pemasaran
Pengembangan/penyus
usnan pencana
pemasaran
Pemilihan/
penetapan sasaran
pasar
Ptrategi peningkatan
posisi persaingan Penerapan rencana dan
pengendaliannya
38
Tahap kedua adalah penentuan sasaran pasar, yang akan
dilayani oleh perusahaan. Suatu perusahaan akan sulit sekali
untuk melayani seluruh pasar yang ada, karena setiap pasar
terdiri dari kelompok konsumen yang berbeda, kebutuhan dan
keinginan yang berbeda serta kebiasaan dan reaksi yang
berbeda pula.
Tahap ketiga dari proses pemasaran ini adalah menilai
kedudukan dan menetapkan strategi peningkatan posisi atau
kedudukan perusahaan dalam persaingan pada sasaran pasar
yang dilayani. Dalam tahap ini perusahaan harus mempunyai
pandangan atau keputusan mengenai produk (barang atau jasa)
apa yang akan ditawarkan kepada sasaran pasar, dalam
hubungannya dengan bidang usaha perusahaan yang telah
ditentukan sebelumnya.
Tahap keempat dari proses pemasaran adalah
mengembangkan system pemasaran dalam perusahaan. Yang
dimaksudkan dengan mengembangkan system pemasaran
dalam hal ini adalah tugas untuk mengembangkan organisasi
pemasaran, system informasi pemasaran, system perencanaan,
dan pengendalian pemasaran yang dapat menunjang
tercapainya tujuan perusahaan dalam melayani sasaran pasar.
Tahap kelima dari proses pemasaran ini adalah
mengembangkan rencana pemasaran, usaha pengembangan ini
diperlukan karena keberhasilan perusahaan terletak pada
kualitas rencana pemasaran yang bersifat jangka panjang dan
jangka pendek (tahunan, triwulan, dan bulanan) yang
diperlukan untuk mengarahkan kegiatan untuk mencapai
sasaran pasar. Dalam rencana pemasaran hendaknya dirinci
tujuan, strategi, dan taktik yang digunakan untuk
mempertahankan dan meningkatkan posisi perusahaan dalam
39
menghadapi saingan. Untuk mencapai tujuan pemasaran, perlu
ditentukan strategi pemasaran yang akan digunakan.
Tahap keenam dari proses pemasaran adalah
menerapkan atau melaksanakan rencana pemasaran yang telah
disusun dan mengendalikannya. Penerapan atau pelaksanaan
rencana harus mempertimbangkan situasi dan kondisi pada saat
itu, sehingga perlu lebih pempunyai taktik yang dijalankan, dan
untuk keberhasilannya taktik yang dijalankan dapat berbeda
antara satu saat/ waktu dengan saat/ waktu lainnya, serta dapat
berbeda pula antara satu daerah/ wilayah dengan daerah/
wilayah pemasaran lainnya.41
2) Proses Perencanaan Strategi Pemasaran
a) Analisis Hasil Prestasi Kegiatan Pemasaran
Dalam analisis ini dilakukan pengkajian
mengenai perkembangan hasil penjualan dan realisasi
kegiatan yang dilakukan dalam bidang pemasaran.
Analisis ini harus dapat memberikan kesimpulan
tentang sebab-sebab naik atau turunnya hasil penjualan
khususnya dan pemasaran umumnya.
b) Analisis SWOT Pemasaran Perusahaan
Dalam analisis ini dilakukan pengkajian atas
keadaan lingkungan pemasaran perusahaan terutama
perkembangan ekonomi, sosial, budaya, teknologi dan
pemerintah. Pengaruh pertumbuhan ekonomi
masyarakat terhadap kemungkinan potensi pasar.
Faktor- faktor di dalam perusahaan yang dapat
menimbulkan keunggulan dan kelemahan perusahaan,
Sebagai contoh kemampuan sumber daya manusia dan
dana yang dimiliki perusahaan.
41
Manajemen Pemasaran, h.171-175
40
c) Penentuan Tujuan (Objek) Pemasaran
Dalam hal ini perusahaan harus menetapkan
tujuan yang ingin dicapai dalam bidang pemasaran,
apakah tingkat penjualan ataupun tingkat laba yang
diharapkan.
d) Penetapan Strategi Pemasaran
Strategi pemasaran yang ditetapkan didasarkan
atas sasaran pasar (target market) dan tujuan (objektif)
perusahaan. Strategi perusahaan yang ditetapkan
mencakup strategi harga, produk, penyaluran atau
distribusi dan promosi.
e) Penetapan Target Pemasaran
Berdasarkan pertimbangan hasil keempat
langkah di atas, kemudian ditetapkanlah target
pemasaran. Target pemasaran yang ditetapkan dapat
dinyatakan dalam volume penjualan (unit) atau nilai
penjualan (rupiah) maupun laba.
f) Penyusunan Rencana Pemasaran
Setelah target pemasaran ditetapkan, langkah
selanjutnya adalah penyusunan rencana pemasaran.
Rencana pemasaran yang disusun menggambarkan
kegiatan yang dilakukan dalam bidang pemasaran.
g) Penyusunan Program Pemasaran
Berdasarkan rencana pemasaran tersebut,
kemudian disusun rincian kegiatan yang akan dilakukan
yang dikaitkan atas waktu, tempat, dan oleh siapa
dilaksanakan. Rincian kegiatan ini disebut program
pemasaran.
h) Penyusunan Anggaran Pemasaran.
Langkah terakhir dalam perencanaan pemasaran
adalah penyusunan anggaran pemasaran. Anggaran
41
pemasaran yang disusun hendaklah didasarkan atas
program pemasaran yang telah ditetapkan. Hal ini
karena akan terjadi kebutuhan anggrana yang berbeda
apabila waktu dan tempat pelakasanaan kegiatan
berbeda. Sehingga dalam penyusunan anggaran
pemasaran selain diperhatikan produknya juga perlu
diperhatikan waktu dan pelakasaaan.42
4. Pengertian Efektivitas
Efektivitas berasal dari Bahasa inggris, yaitu effectiveness yang
berarti efektivitas, keefektifan, kemujaraban, kemanjuran, dan
keampuhan. Effectiveness erat kaitannya dengan kata effect dan
effective, effect berarti efek, akibat, kesan, kemanjuran, dampak, dan
pengaruh. Adapun effective berarti efektif, manjur, ampuh, berlaku,
mujarab, berpengaruh, dan berhasil guna.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, efektif berarti ada
efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya), manjur atau mujarab,
dapat membawa hasil, sedangkan efektivitas adalah sesuatu yang
memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa
hasil, dan merupakan keberhasilan dari suatu usaha atau tindakan.
Efektivitas merujuk pada kemampuan untuk memiliki tujuan
yang tepat atau mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Efektivitas juga
berhubungan dengan masalah cara pencapaian tujuan atau hasil yang
diperoleh, kegunaan atau manfaat dari hasil yang diperoleh, tingkat
daya fungsi unsur atau komponen, serta masalah tingkat kepuasan
penggunaan / client.43
Efektivitas menunjukan kemampuan suatu perusahaan dalam
mencapai sasaran hasil akhir yang telah ditetapkan secara tepat.
Pencapaian hasil akhir yang sesuai dengan target waktu yang telah
42
Proses Perencanaan Pemasaran diakses pada 15 April 2011 dari
https://mara04sweet.wordpress.com/2011/04/15/proses-perencanaan-strategi-pemasaran/ 43
Mia Lasmi Wardiah, Jurnal “Teori Perilaku dan Budaya Organisasi” (Bandung: CV
Pustaka Setia, 2016), h.243-244
42
ditetapkan dan ukuran maupun standar yang berlaku mencerminkan
suatu perusahaan tersebut telah memperhatikan efektivitas
oprasional.44
Untuk melihat tercapai atau tidaknya nilai kefektivan, berikut
adalah syarat-syarat dan ukuran yang harus dipenuhi, diantaranya:
a. Kegunaan, yakni agar berguna bagi manajemen dalam
pelaksanaan fungsi-fungsinya yang lain, suatu rencana harus
fleksibel, stabil, berkesinambungan dan sederhana.
b. Ketetapan dan objektivitas, maksudnya semua rencana harus
dievaluasi untuk mengetahui apakah jelas, ringkas, nyata, dan
akurat.
c. Ruang lingkup, yakni perlu memperhatikan prinsip-prinsip
kelengkapan (comprehenciveness), kepaduan (unity), dan
konsistensi (consistency).
d. Efektivitas biaya, dalam hal ini efektivitas biaya menyangkut
waktu, usaha dan aliran emosional.
e. Akuntabilitas, terdapat dua aspek akuntabilitas, pertama
tanggung jawab atas pelaksanaan, kedua tanggung jawab
implementasi.
f. Ketepatan waktu, yakni suatu perencanaan, perubahan-
perubahan yang terjadi sangat cepat akan dapat menyebabkan
rencana tidak tepat atau sesuai untuk berbagai perbedaan
waktu.45
B. Grameen Bank
1. Pertumbuhan Grameen Bank
Bangladesh termasuk salah satu Negara miskin dikawasan asia
selatan. Negara ini merdeka pada tahun 1971. Bangladesh adalah
Negara yang awalnya merupakan bagian dari Negara Pakistan wilayah
44
Amirullah, dan Haris Budiyono “Pengantar Manajemen” (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2004), h.8 45
Hani Handoko, “Manajemen “ (Yogyakarta: BPPE, 2003), h.103-105
43
timur yang kemudian memisahkan diri melalui peperangan yang
didukung oleh india karena pemerintahan di wilayah barat kurang
memperdulikan wilayah timur.
Pada awal berdirinya, Negara Bangladesh tidak memiliki
fundamental ekonomi yang kuat dan belum memiliki system
pemerintahan yang mapan. Tahun 1974 merupakan tahun yang sulit
bagi Bangladesh, sebab pada tahun ini Bangladesh menghadapi
bencana kelaparan yang mengakibatkan banyak rakyatnya yang mati
kelaparan. Sebagai Negara kecil yang baru meraih kemerdekaan
disertai perekonomian dan perpolitikan yang belum stabil, tentu saja
Bangladesh harus menghadapi bencana ini dengan berat.
Pada saat masa-masa tersulit itu akhirnya muncul seorang
professor dari fakultas ekonomi universitas Chittagong bernama
Muhammad yunus, membawa konsep prekonomian mikro yang
kemudian sangat fenomenal hingga saat ini, karena berpengaruh sangat
signifikan dalam merubah sebagian besar kehidupan rakyat miskin di
negaranya kea rah yang lebih baik. Pendekatan kredit mikro yang
diterapkan oleh muhhamad yunus melalui gameen bank atau bank
untuk kaum miskin ini akhirnya banyak dicontoh oleh Negara-negara
berkembang dalam mengatasi kemiskinan.
Awalnya, grameen bank hanyalah sebuah unit usaha kredit
yang khusus ditujukan kepada kaum miskin. Namun, seiring
berjalannnya waktu, unit usaha kredit ini berkembang pesat menjadi
sebuah bank yang nyatanya dapat meminimalisir bahkan menghapus
kemiskinan di Bangladesh. Dewasa ini, grameen bank tidak hanya
beroperasi di Bangladesh saja namun juga telah berkembang sangat
pesat dan diadopsi oleh lebih dari 100 negara di dunia.46
Grameen
bank tidak melihat perbedaan ideology, ekonomi, hukum, bahkan
politik, tetapi hanya berfokus pada satu hal, yakni kemiskinan sebab
menurut grameen bank, kemiskinan merupakan indikasi utama dari
46
Euis Amelia, Keuangan Mikro Syariah, (Bekasi, Gramata Publish, 2016), h.49
44
buruknya perekonomian dan kesejahteraan Negara.(accountant
120790, 2009).
2. Aturan- aturan Grameen Bank
Adapun aturan-aturan dari program pengkreditan Grameen
Bank adalah sebagai berikut, menurut YMU (Yayasan Mitra Usaha):
a. Hanya orang-orang yang sangat miskin yang memenuhi tolak ukur
yang ditetapkan oleh bank dapat menjadi anggota/ nasabah dan
memperoleh pinjaman dari bank.
b. Pinjaman diberikan tanpa agunan ataupun penjamin
c. Prosedur pinjaman dibuat sederhana
d. Pinjaman digunakan untuk kegiatan produktif
e. Pinjaman yang diberikan adalah relative kecil dengan angsuran
mingguan selama satu tahun
f. Pinjaman diorganisasikan dalam kelompok yang terdiri dari lima
orang
g. Pinjaman diberikan secara berurutan, yaitu mula-mula dua orang
anggota paling membutukan diberi prioritas pertama untuk
menerima pinjaman, kemudian menyusul dua anggota lainnya
menerima pinjamannya dan yang terakhir menerima pinjaman
anggota kelima. Penentuannya ditetapkan sendiri oleh kelompok.
h. Pengawasan dilakukan dalam penggunaan pinjaman.
i. Peminjam diberi kemungkinan meminjam kembali setelah
pinjamannya lunas.
j. Setiap peminjam dipotong 5% untuk dana tabungan kelompok, dan
setiap minggu anggota menabung 1 taka (kira-kira 50 rupiah
pertahun 1996) yang dimasukkan ke dalam dana tabungan
kelompok
k. Setiap anggota membayar sejumlah uang sebesar 25% dari bunga
yang dibayar untuk disetor ke dalam dana darurat. Pada dasarnya
dana ini merupakan dana untuk asuransi terhadap kemacetan
peminjam, kematian, cacat tubuh dan kecelakaan.
45
l. Bunga pinjaman ditarik menjelang akhir masa pinjaman sebagai
dua angsuran terakhir.
m. Sejumlah kelompok di desa yang sama terdiri dari enam sampai
delapan kelompok mengadakan rapat mingguan bersama.
Pertemuan atau rapat ini dikenal sebagai rapat pusat atau “centre”
n. Semua transaksi grameen bank dengan anggota kelompok
dilaksanakan pada waktu rapat mingguan dari pusat. Petugas
grameen bank menghadiri rapat tersebut untuk menerima angsuran
pinjaman dan menghimpun dana tabungan kelompok dan dana
darurat untuk disimpan di bank. Semua urusan pinjaman dibahas
dengan petugas dalam rapat tersebut.
3. Ciri- ciri Sistem Grameen Bank
Berikut adalah ciri-ciri dari system Grameen Bank,(elsppat, 1998)
a. Grameen Bank memberikan kredit kecil tanpa agunan yang
dapat digunakan untuk kegiatan produksi maupun yang
berkaitan dengan perumahan
b. Sasaran nasabah Grameen Bank adalah masyarakat miskin
dengan pemberian pinjaman tanpa agunan. Sebagian besar dari
masyarakat miskin tersebut adalah perempuan
c. Grameen Bank hanya mengenal tiga jenis kredit, yaitu kredit
untuk kegiatan produktif, kredit untuk membangun rumah, dan
kredit musiman untuk menanam tanaman musiman.
d. Pembentukan kelompok, satu kelompok terdiri dari lima orang
peminjam sehingga terjadi tanggung renteng
e. Suku bunga yang wajar, yaitu sekitar 20% per tahun
f. Grameen Bank tidak melakukan ekspansi besar-besaran.
Meskipun memiliki cabang dimana-mana, akan tetapi Grameen
Bank tetap menjaga plafon kredit bagi setiap peminjam.
46
4. Produk dan Layanan Keuangan Grameen Bank
a. Pinjaman
1) Jangka waktu tiga bulan sampai tiga tahun tidak ada
potongan pinjaman mulai tahun 2007
2) Pencairan pinjaman dapat dilakukan bertahap
b. Simpanan
1) Dana pension
2) Setoran tetap
3) Setoran pendapatan bulanan47
Produk pinjaman dalam sistem klasik versus system
generalisasi Grameen Pada pertegahan 1999 Garmeen bank mengalami
masalah serius dengan kredit macet dengan bersekala besar di wilayah
tertentu negeri Bangladesh. Yang mengharuskan Grameen Bank untuk
memperbaiki peraturan-peraturan dan program-program. Dan pada
akhirnya di penghujung tahun 2001 Grameen Bank berubah ke system
baru yang lebih maju, yang dinamai Grameen II.
Berikut merupakan gambaran yang dapat menjelaskan berbagai
perbedaan mendasar dari berbagai produk pinjaman yang ditawarkan
berdasarkan system klasik Grameen (GB-I) dan system generalisasi
Grameen (GB-II), yang merupakan evolusi dari system klasik dan
mulai diimplementasikan pada pertengahan tahun 2000.(mouhiddin,
A.S.M.,2005)
Tabel 2.1 perbedaan system klasik (GB-1) dan system generalisasi (GB-2)
System Klasik Grameen (GB-I) Sistem Generalisasi Grameen
(GB-II)
1. Berbagai jenis produk pinjaman Satu buah produk pinjaman
utama – pinjaman dasar
2. Sebagian pinjaman untuk satu
tahun- dengan beberapa
Jangka waktu pinjaman bervariasi
dari tiga bulan hingga tiga tahun
47
Sulikah Asmorowati, Jurnal “Dampak Pemberian Kredit Mikro Untuk Perempuan:
Analisis Pengadopsian Model Grameen Bank di Indonesia, h.55-57
47
pengecualian
3. Besarnya cicilan pinjaman
bersifat tetap
Besarnya cicilan bervariasi
selama waktu pinjaman dan dapat
disesuaikan dengan kebutuhan
para peminjam
4. Pembayaran sekaligus dan
pembayaran satu kali tidak
diperkenakan
Pembayaran kembali harus
didiskusikan terlebih dahulu
antara staf dan peminjam setiap
waktu, walaupun jumlah
pembayaran minimum tergantung
pada jangka waktu pinjaman
5. Pembagian pinjaman secara
bergiliran dengan dua orang
anggota menerima pinjaman
terlebih dahulu, kemudian
diikuti oleh dua orang lagi
sesudah tiga minggu, dan
akhirnya (sebagian besar) ketua
kelompok menerima bagian
pinjamannya dua minggu
sesudahnya.
Para anggota dapat menerima
pinjaman kapan saja terlepas dari
apapun yang dilakukan oleh
anggota lain
6. Tidak diperkenakan mengambil
pinjaman baru hingga pinjaman
sebelumnya lunas
Para anggota dapat meminjam
sejumlah yang telah dibayarkan
dalam waktu enam bulan pertama
tanpa harus melunasi terlebih
dahulu pinjaman yang ada saat ini
7. Pencairan pinjaman dilakukan
langsung dalam satu paket
Pencairan pinjaman dapat
dilakukan dalam bentuk tahapan
8. Batas atas pinjaman normal
diberlakukan pada semua
Para peminjam masing-masing
memiliki limit pinjaman, dan
48
cabang berdasarkan atas tabungan dan
kinerja kelompok mereka, sentra
dan cabang, maka jumlah ini
dapat ditambah
9. Tidak ada peraturan yang kaku
mengenai pengurangan batas
atas pinjaman
Batas atas pinjaman dapat
diturunkan berdasarkan atas
kinerja peminjam (misalnya:
absen pada pertemuan sentra atas
pembayaran cicilan)
10. Bagian dari pinjaman (5%)
diwajibkan untuk disetorkan ke
dalam rekening tabungan wajib
(dana kelompok) yang diatur
oleh kelompok
Tidak ada potongan dari
pinjaman mulai tahun 2007
11. Keluarga bertanggung jawab
atas pinjaman dari peminjam
yang meninggal dunia dan
peminjam perempuan
bertanggung jawab atas
pinjaman yang tersisa jika
terjadi kematian pasangan
Dengan memberikan kontribusi
pada rekening tabungan khusus
memberikan kesempatan pada
para peminjam untuk memastikan
bahwa pinjaman yang tersisa
akan dilunasi setelah kematian
mereka, dan tambahan kontribusi
akan memungkinkan para
peminjam perempuan untuk
membayar pinjaman yang tersisa
jika terjadi kematian peminjam
12. Peminjam menjadi penunggak
jika ia tidak dapat melunasi
peminjam dalam waktu 52
minggu
Peminjam menjadi penunggak
jika tidak mampu membayar
cicilan pinjaman yang telah
disepakati dalam waktu enam
bulan bagi pinjaman dasar
49
13. Peminjam akan menjadi
penunggak jika gagal dalam
melakukan setoran tepat waktu
ke dalam rekening tabungan
Peminjam yang gagal melakukan
empat kali pembayaran secara
berturut-turut terhadap setoran
bulanan akan dianggap sebagai
penunggak
14. Peminjam tidak mampu
meminjam dengan
menggunakan tabungan sebagai
jaminan
Peminjam bebas untuk
melakukan pinjaman berdasarkan
atas tabungan
15. Penunggak dapat meminjam dari
dana kelompok
Penunggak tidak dapat meminjam
dari rekening tabungan hingga
semua tunggakan telah terlunasi
16. Tidak ada program khusus bagi
kaum hardcore poor (pengemis)
Program khusus dengan
persyaratan pinjaman yang lebih
mudah dan fleksibel, persyaratan
tabungan dan persyaratan
pembayaran bagi para pengemis
17. Dana pencairan bagi cabang
bank yang baru dipinjamkan dari
kantor pusat dengan tingkat suku
bunga 12%
Berbagai cabang baru dapat
membiayai diri sendiri dari
permulaan dengan
mengumpulkan tabungan dari
para anggota dan non-anggota
sebelum melakukan pencairan
kredit
a. Produk tabungan Grameen Bank dan dana pension
Tabungan berperan penting dalam system kredit Grameen
Bank. Tabungan memfasilitasi pembentukan asset dan berfungsi
sebagai alat penyelamat bagi para anggota ketika mereka
mengalami kondisi yang memprihatinkan. Mencari tempat yang
aman untuk menyimpan tabungan bukanlah hal yang mudah bagi
50
kaum miskin di perdesaan. Karena alasan inilah, sangat penting
untuk menyediakan layanan tabungan selain pinjaman untuk
kegiatan usaha. Oleh karena itu Grameen Bank menawarkan
beberapa jenis produk tabungan dengan tingkat suku bunga yang
menarik bagi para anggotanya serta masyarakat umum.
5. Pola Kredit Grameen Bank
Pola kredit yang diberikan oleh Grameen Bank tidak sama
dengan pola yang dilakukan oleh bank konvensional.(Teuku Syarif)
a. Pendekatan emosional dengan anggota, bukan bisnis semata
b. Penetapan bunga 20% pertahun
c. Penambahan 1taka setiap pembayaran cicilan saham anggota
yang bernilai 100 taka persaham
d. Simpanan asuransi 1% dari pinjaman
e. Dana pension 0,625% (50 taka) setiap bulan bagi yang
memiliki pinjaman lebih dari 800 taka
f. Simpanan khusus 1% dari pinjaman (tidak boleh diambil
sebelum tiga tahun pertama)48
Pola pengkreditan Grameen Bank tidak sama dengan prinsip-prinsip
bank komersial. Transaksi dibuat sesederhana mungkin.49
6. Tata Cara Pinjaman dalam Program Grameen Bank antara lain:
a. Mengajukan usulan
b. Kredit dibagikan setelah calon anggota mengikuti latihan wajib
kumpul (LWK)
c. Kredit diberikan secara perorangan dan harus tergabung dalam
kelompok (satu kelompok terdiri dari lima orang)
d. Kredit diberikan dengan system 2:2:1, yakni pada pertemuan
minggu (minggu pertama) dua pinjaman dari satu kelompok
mendapatkan pinjamannya. Setelah dua pinjaman pertama
membayar dan dilihat perkembangan membayarnya selama
48
Euis Amalia, Keuangan Mikro Syariah, (Bekasi: Gramata Publish, 2016), h.58-59 49
Yunus, Kaum Miskin, h.65
51
satu bulan atau dua bulan, baru dua peminjam selanjutnya
medapatkan pinjaman, dan yang terakhir adalah satu pinjaman.
Penentuan siapa yang mendapat pinjaman diawal berdasarkan
kesepakatan atau musyawarah antar anggota kelompok, namun
biasanya pinjaman terakhir diberikan kepada ketua kelompok.
e. Angsuran kredit dibayarkan setiap minggu dalam suatu
pertemuan
f. Adanya pertemuan diadakan setiap minggu dan dihadiri oleh
seluruh anggota
g. Pada setiap minggu, setiap anggota harus memberi hormat dan
melakukan upacara militer
h. Pada awal setiap minggu anggota Grameen Bank harus
mengucapkan ikrar sejumlah 16 item agar ikrar Grameen Bank
tersebut tertanam kuat oleh anggota Grameen Bank.
i. Pembayaran angsuran dilakukan dimana staff lembaga yang
mendatangi rumah anggota (peminjam) bukan anggota yang
mengantar ke lembaga sehingga mudah bagi peminjam untuk
menjalankan usaha dirumah, dibandingkan mereka harus
datang ke lembaga
j. Anggota tidak diperbolehkan mengangsur secara double.50
7. Mekanisme Pembayaran Grameen Bank (menurut Yunus, kaum
miskin)
a. Masa pinjaman 1 tahun.
b. Cicilan dibayar tiap minggu.
c. Pembayaran cicilan dimulai satu minggu setelah pinjaman
dikucurkan.
d. Tingkat sukubunga 20 persen.
e. Besarnya cicilan sebanyak 2 persen dari total pinjaman
perminggu selama 50 minggu.
50
Fitri Sagantha, “Pola Modifikasi Penerapan Model Grameen Bank di Indonesia”
(Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014)
52
f. Pembayaran bunga sebesar 20 taka perminggu untuk setiap
pinjaman sebesar 1.000 taka
Ada empat suku bunga untuk pinjaman dari Grameen Bank:
20% untuk menghasilkan pendapatan kredit, 8% untuk pinjaman
perumahan, 5% untuk siswa kredit, dan 0% (interest-free) kredit untuk
berjuang Anggota (beggars). Semua kepentingan yang sederhana
bunga, dihitung pada metode saldo menurun. Artinya, jika nasabah
yang mengambil pendapatan pinjaman berkata, Tk 1000, dan
membayar kembali jumlah keseluruhan dalam satu tahun di mingguan,
dia akan membayar total jumlah Tk 1100, yakni 1.000 Tk sebagai
pokok, ditambah Tk 100 sebagai bunga untuk tahun atau setara dengan
harga rata-rata 10%.51
8. faktor-faktor yang melatarbelakangi keberhasilan di Bangladesh
dengan pola Grameen Bank-nya (Menurut David S. Gibbons, dalam
Djumilah Zain (1996), adalah:
a. Adanya hubungan yang erat antara Grameen Bank dengan
anggota yang dibina dan antara sesama anggota binaan itu
sendiri.
b. Kontrol dan solidaritas kelompok untuk meminimalisir peluang
terjadinya pelanggaran terhadap aturan bersama.
c. Kesungguhan dalam mendekati rumah tangga miskin.
d. Pembentukan dan pengkondisian kelompok memerlukan waktu
yang cukup lama.
e. Ketekunan dan kesabaran sebagai modal Grameen Bank.
f. Manajer Grameen Bank mampu menciptakan kesan yang baik
di lingkungannya.
Bangladesh dianggap sebagai pelopor di dunia untuk
menerapkan dan mencapai keberhasilan dalam pengembangan
51
Yunus, Kaum Miskin, h.66
53
lembaga keuangan mikro untuk pengentasan kemiskinan. Faktanya
bahwa industri keuangan mikro telah mampu menyediakan akses
kredit bagi orang miskin.52
9. Tahapan Pelaksanaan Penyaluran Program Grameen Bank
Mekanisme penyaluran kredit program Grameen Bank yang dilakukan
beberapa tahapan pelaksanaan, berikut ini
Gambar 2.2 Tahapan Pelaksanaan Program Penyaluran Kredit Grameen Bank
1) Survei wilayah
Survei wilayah adalah kegiatan untuk menentukan daerah
yang dianggap tepat untuk melaksanakan kegiatan. Survei
dilakukan dengan dua acara, pertama dengan mendapatkan data-
data dari instansi terkait termasuk kantor pemerintah daerah
setempat. Kedua melakukan observasi secara langsung kelapangan
berdasarkan data skunder.
Hal yang menjadi indicator dalam kegiatan survei ini
adalah jumlah penduduk, jenis usaha penduduk, sarana dan
prasarana pendukung serta topografi wilayah. Kriteria yang
dipergunakan untuk menentukan lokasi operasi program
diantaranya:
a) Desa/ kampung dengan 20 persen atau lebih rumah tangga
tergolong penduduk miskin
52
Yopi Saleh, dkk. Strategi Pengembangan Lembaga Keuangan Mikro Mendukung
Pengentasan Kemiskinan di Perdesaan. vol. 7. No.1, 2011 : h.66-81
Survei
wilayah
Pertemuan
umum/
sosialisasi
Pra-LWK:
membentuk
kelompok
LWK
Rembug
pusat
Pertemuan
mingguan
54
b) Desa/ kampung penduduk golongan miskin memiliki usaha
kecil
c) Desa tersebut tidak dalam/ sedang terlibat dalam program
kredit formal (bank) atau pembiayaan lainnya yang bermasalah
d) Desa/ kampung yang dipilih mudah transportasinya (minimal
dapat dilalui motor)
2) Pertemuan umum
Pertemuan umum adalah rapat umum yang dilaksanakan di
desa yang sebelumnya telah diadakan survei dan telah dinyatakan
sebagai wilayah yang sesuai dengan kriteria.
Pertemuan umum adalah kegiatan sosialisasi program kepada para
peserta/ undangan yang terdiri dari apparat daerah setempat, tokoh
masyarakat, tokoh agama, dan masyarakat desa calon anggota
program. Pertemuan ini bertujuan memberikan informasi secara
tepat dan benar mengenai program, sekaligus sebagai media dari
calon anggota untuk mendaftarkan diri sebagai anggota, setelah
mereka memahami keuntungan yang didapat.
Beberapa materi yang disampaikan adalah sebagai berikut
a) Memperkenalkan organisasi
b) Menjelaskan prinsip-prinsip pinjaman
c) Syarat-syarat pinjaman
d) Tata cara pinjaman
3) Uji kelayakan
Proses ini berupa wawancara yang dilakukan oleh petugas
lapangan untuk mengetahui keadaan social ekonomi calon anggota.
Kegiatan uji kelayakan ini dibatasi pada 4 indikator pokok, yaitu
indeks rumah, indeks pendapatan, indeks asset, dan indeks tanah.
a) Indeks rumah (IR)
Indeks rumah diperlukan karena mencerminkan status social
ekonomi calon nasabah, ciri-ciri rumah diantaranya status
rumah, luas tanah, jenis atap rumah, jenis dinding rumah,
55
sanitasi dan air dan lain-lain yang menjadi dasar penilaian
indeks rumah.
b) Indeks pendapatan (IP)
Pendapatan yang dimaksud adalah jumlah penghasilan yang
perhari/ perbulan dalam suatu keluarga atau perorangan.
Perhitungan dilakukan terhadap besarnya pendapatan utama,
pendapatan bersih lainnya, pendapatan perkapita, biaya
oprasional dan tersisa.
c) Indeks asset (IA)
Indeks ini memperhitungkan nilai nominal berbagai asset yang
dimiliki oleh calon peminjam dan mendukung dalam kegiatan
usaha yang dijalankan, nilai ditentukan atas dasar harga
sekarang (harga beli- kaumulasi penyusutan). Asset yang
didapat diperhitungkan adalah berupa kepemilikan atas
berbagai alat transportasi, alat rumah tangga, hasil garapan, dan
lainnya.
d) Indeks tanah (IT)
Indeks tanah adalah maksimum pemilikan tanah calon anggota.
Ukuran yang digunakan memakai indeks maksimum, berada
dengan lembaga keuangan lain yang memakai indeks minimal.
Seluruh data yang diperoleh menjadi acuan apakah calon
anggota layak mendapatkan pinjaman atau tidak.
4) Pra- latihan Wajib Kumpul
Tahapan selanjutnya adalah pra-LWK, dimana petugas lapangan
megumpulkan calon peserta yang telah dinyatakan lulus uji
kelayakan untuk membentuk kelompok. Dalam pembentukan
kelompok, calon peserta dipersilahkan untuk menentukan
kelompok masing-masing sesuai keinginan calon anggota.
Kelompok terdiri dari 5 orang, kecilnya kelompok diharapkan akan
lebih mendekat anggota satu sama lainnya dan akan menangkap
informasi yang lebih baik dari pada kelompok yang besar.
56
Kelompok harus dibentuk sendiri oleh anggotanya, sebab
solidaritas didalam kelompok akan lebih kuat apabila mereka
membentuknya sendiri. Dalam satu kelompok tidak diperkenankan
adanya hubungan ibu-anak atau hubungan saudara kandung dan
para anggota kelompok tersebut memiliki rumah yang saling
berdekatan atau tinggal dalam satu Desa dalam lingkungan yang
berjarak Radius 300 meter. Kelompok berfungsi sebagai perekat.
Konsep solidaritas kelopmok merupakan ciri khusus Grameen
Bank.
5) Latihan Wajib kelompok (LWK)
Kegiatan LWK adalah kegiatan latihan untuk semua calon nasabah
sebagai jaminan bahwa calon nasabah mengerti prinsip dan
prosedur bauran kredit yang dilaksanakan. Pelatihan ini dilakukan
selama 9 hari berturut-turut ditempat khusus. LWK dimaksudkan
untuk menanamkan pada diri calon anggota untuk: meningkatkan
keinginan berprestasi, memperbaiki tingkat hidup kesejahteraan
dan harga diri. Dalam kegiatan ini, diangkat materi-materi berupa
visi, misi program, tujuan dan kegunaan LWK, peraturan dan
sanksi, prosedur mendapatkan dan mengembalikan pinjaman, hak
dan kewajiban sebagai anggota, pembentuk kelompok, konsolidasi
kelompok dan ujian pengesahan kelompok.
6) Rembug pusat
Rembug pusat yaitu kumpulan 2-8 kelompok, dalam dilaksanakan
beberapa kegiatan yang meliputi
a) Pengajuan kredit, prosedur dimana pemohon mendapatkan
kredit yang diajukan baik bagi pinjaman lama maupun
pinjaman baru
b) Pencairan kredit, proses dimana penyerahan dana yang
disetujui untuk dipinjamkan kepada nasabah bersangkutan,
pencairan dilakukan dalam bentuk tunai disertai bukti transaksi
57
c) Pengembalian cicilan pinjaman, proses dimana penerimaan
uang yang merupakan pinjaman yang diterima, jumlah
angsuran setiap minggunya telah ditetapkan berdasarkan
jumlah pinjaman yang didapat
d) Transaksi tabungan, adalah penerimaan tabungan dari nasabah
yang bersangkutan menyerahkan atau mengambil dana
tabungannya
e) Pembinaan anggota, adalah kegiatan penyuluhan yang
ditunjukan bagi kemajuan usaha yang dijalankan para
nasabah.53
C. Analisis SWOT
1. Pengertian Analisis SWOT
(kutipan hasil dari materi kuliah Dr. Abdul Malik), SWOT
adalah singkatan dari Strengths, Weaknesses, Opportunities dan
Threats. Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor untuk
merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada
Strengths (kekuatan), Weaknesses (kelemahan), Opportunities
(peluang), dan Threat (ancaman).54
SWOT adalah analisis internal maupun eksternal organisasi
yang selanjutnya akan digunakan sebagai dasar untuk merancang
strategi dan program kerja. Analisis SWOT meliputi elemen internal
yaitu kekuatan dan kelemahan dan elemen eksternal yaitu peluang dan
ancaman. Keempat elemen dari analisis SWOT tersebut merupakan
penjabaran dari manajemen strategic. Manajemen strategik gaya baru
(modern) ukurannya dilihat dari produktivitas termasuk kualitasnya
53
Fitri Sagantha, “Pola Modifikasi Penerapan Model Grameen Bank di Indonesia”
(Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014) 54
Materi kuliah Dr. Abdul Malik, MM
58
dan kemampuan memberikan pelayanan berkualitas secara
berkesinambungan.55
Peluang dan ancaman sebagian besar diluar kemampuan dan
kendali sebuah perusahaan, oleh karena itu digunakan istilah eksternal.
Adapun kekuatan dan kelemahan internal adalah segala kegiatan dalam
kendali organisasi yang bisa dilakukan dengan sangat baik atau
buruk.56
Analisis dalam penelitian ini menggunakan matrik SWOT dan
tujuan dari penelitian itu sendiri yaitu untuk mengetahui strategi Mitra
Dhuafa dalam mengembangkan bisnisnya.
Matrik ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana
peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat
disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matrik
ini dapat menghasilkan empat kemungkinan alternative strategis.57
a. Factor Eksternal
EFAS, Eksternal Strategic Factory Analysis Summary
dengan kata lain factor-faktor strategis eksternal suatu perusahaan
disusun untuk merumuskan factor-faktor eksternal dalam kerangka
opportunities and threaths.
1) Peluang (opportunities)
Peluang adalah situasi atau kecenderungan utama yang
menguntungkan dalam lingkungan perusahaan.
2) Ancaman (threath)
Ancaman adalah situasi atau kecenderungan utama yang tidak
menguntungkan dalam lingkungan perusahaan.
b. Factor Internal
IFAS, Internal Strategic Factory Analysis Summary dengan
kata lain factor-faktor strategis internal suatu perusahaan disusun
55
Hadari Nawawi. Manajemen SDM untuk Bisnis yang Kompetitif (Jakarta UGM
Press,2004), h.18 56
Fred R. David. Manajemen Srategis (PT. Indeks, 2004), h.13-14 57
Freddy Rangkuti. ANALISIS SWOT Tekhnik Membedah Kasus Bisnis Reorientasi
Konsep Perencanaa Strategi Untuk Menghadapi Abad 21 (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama,2004), h. 31
59
untuk merumuskan factor-faktor internal dalam kerangka strength
and weakness.
1) Kekuatan (Strength) merupakan sumber atau kemampuan yang
dikuasai atau yang tersedia bagi perusahaan dan memberikan
keuntungan dibandingkan dengan para pesaingnya dalam
melayani kebutuhan para pelanggan.selain itu kekuatan
(strength) juga diartikan sebagai sumber daya atau kapabilitas
yang dikendalikan oleh atau tersedia bagi suatu perusahaan
yang membuat perusahaan relatif
2) Kelemahan (weakness) merupakan keterbatasan atau
kekurangan dalam salah satu sumber daya atau kemampuan
perusahaan dibandingkan dengan para pesaingnya yang
meciptakan kerugian dalam usaha memenuhi kebutuhan para
pelanggan secara efektif.58
2. Tahap Formulasi Strategis (kutipan dari hasil materi kuliah Dr. Abdul
Malik)
a. Tahap Pengumpulan Data
1) Evaluasi Faktor Internal atau Internal Factor Evaluation (IFE).
Tabel 2.2 Matrik IFAS (Internal Factors Analysis Strategic)
Faktor-faktor strategi
eksternal
Bobot rating bobotX
rating
komentar
Kekuatan :
= Budaya kualitas
= Pengalaman top manajer
= Integrasi vertikal
=Hubungan yang baik dg
SDM
=Memilih orientasi
internasionl
0,15
0,15
0,10
0,05
0,15
4
4
4
3
3
0,60
0,60
0,40
0,15
0,45
58
Jusuf Udaya dkk. Manajemen Strategic (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), h.41-42
60
Kelemahan :
= Proses produksi R & D
= Saluran distribusi
=Dukungan keuangan kurang
baik
= Posisi global sangat kurang
= Fasilitas manufaktur
0,05
0,05
0,15
0,10
0,05
2
2
2
1
1
0,10
0,10
0,30
0,10
0,05
JUMLAH
1.00
2,85
2) Evaluasi Faktor Eksternal atau External Factor Evaluation
(EFE).
Tabel 2.3 Matris EFAS ( Eksternal Factors Analysis Strategic)
Faktor-faktor strategi
eksternal
Bobot Rating bobot X
rating
komentar
Peluang :
= Integrasi ekonomi Eropa
=Perubahan struktur
demografi
=Pembangunan Ekonomi
Asia
= Terbukanya Eropa Timur
= Kecenderungan superstores
0,20
0,15
0,15
0,20
0,10
4
4
4
3
3
0,80
0,60
0,60
0,60
0,30
Ancaman :
= Meningkatnya PP
= Meningkatnya persaingan
= Electrolux menjadi global
= Munculnya teknologi baru
= Perusahaan Jepang
0,02
0,05
0,05
0,05
0,03
2
2
2
1
1
0,04
0,10
0,10
0,05
0,03
61
JUMLAH 1.00 3,17
b. Tahap Analisis
1) Matrik TOWS/ SWOT
Tabel 2.4 Matrik TOWS/ SWOT
Faktor Internal
Faktor Eksternal
KEKUATAN/STRENGTHS (S)
1
2
3
4 Tulis beberapa
5 kekuatan
KELEMHN/WEAKNESSES
(W)
1
2
3 tulis beberapa kelemahan
4
5
PELUNG/OPPORTUNIT
IES (O)
1
2
3
4 Tulis beberapa
5 peluang
STRATEGI (SO)
1
2
3 Gunakan kekuatan
4 untuk memanfaatkan
5 peluang
STRATEGI (WO)
1
2 Atasi kelemahan dengan
3 memanfaatkan peluang
4
5
ANCAMAN/THREATS
(T)
1
2
3
4 Tulis beberapa
5 ancaman
STRATEGI (ST)
1
2
3 gunakan kekuatan
4 untuk menghindari
5 ancaman
STRATEGI (WT)
1
2
3 Minimalkan kelemahan
4 dan hindari ancaman
62
Penjelasan
a) SWOT Metrix adalah alat untuk mencocokan yang penting
yang membantu manajer mengembangkan empat tipe strategi.
b) Strategi SO menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk
memanfaatkan peluang eksternal
c) Strategi WO bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal
dengan memanfaatkan peluang eksternal.
d) Strategi ST menggunakan kekuatan perusahaan untuk
menghindari atau mengurangi pengaruh dari ancaman
eksternal
e) Strategi WT adalah taktik defensif yang diarahkan pada
pengurangan kelemahan internal dan menghindari ancaman
eksternal.
3. Fungsi, Manfaat dan Tujuan Analisis SWOT
Secara umum analisis SWOT sudah dikenal sebagaian besar
tim teknis penyusunan perencanaan perusahaan. Sebagian dari
pekerjaan perencanaan strategi terfokus kepada apakah perusahaan
mempunyai sumber daya dan kapabilitas yang memadai untuk
menjalankan misinya dan mewujudkan visinya. Fungsi analisis SWOT
adalah menganalisis kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan
yang dilakukan melalui telaah terhadap kondisi internal perusahaan,
serta analisis mengenai peluang dan ancaman yang dihadapi
perusahaan yang dilakukan melalui telaah terhadap kondisi eksternal
perusahaan.
Analisis SWOT bermanfaat apabila telah jelas telah jelas
ditentukan, dalam bisnis apa perusahaan beroprasi, dan kearah mana
perusahaan menuju masa depan serta ukuran apa saja yang digunakan
untuk menilai keberhasilan manajemen perusahaan dalam menjalankan
misinya dan mewujudkan visinya. Dari hasil analisis akan memetakan
posisi perusahaan terhadap lingkungannya dan menyediakan pilihan
strategi umum yang sesuai serta dijadikan dasar dalam menetapkan
63
sasaran-sasaran perusahaan dalam waktu 3-5 tahun kedepan untuk
memenuhi kebutuhan dan harapan dari para stokeholder.59
Metode analisis SWOT paling sering digunakan dalam metode
evaluasi bisnis untuk mencari strategi yang akan dilakukan. Analisis
SWOT hanya menggambarkan situasi yang terjadi bukan pemecahan
masalah. Kinerja perusahaan dapat ditentukan oleh kombinasi factor
internal dan eksternal. Kedua factor tersebut harus dipertimbangkan
dalam analisis SWOT. Analisis SWOT membandingkan antara factor
eksternal peluang (opportunities) dan ancaman (threats) dengan factor
internal kekuatan (strenghts) dan kelemahan (weaknesses).60
4. Mekanisme Analisis SWOT
SWOT adalah singkatan dari strenghts, weakness,
opportunities, dan threats. Analisis SWOT adalah metode perencanaan
strategi yang digunakan untuk mengevaluasi atau menilai kekuatan,
kelemahan, peluang,dan ancaman yang dimiliki oleh organisasi atau
perusahaan. Mekanisme penggunaan analisa SWOT adalah dengan
mengevaluasi masing- masing unsur dalam SWOT, menurut freddy
rangkuti (2006), yaitu:
a. Kekuatan: menganalisa kekuatan yang dimiliki organisasi
sehingga dapat diketahui secara pasti factor-faktor internal apa
saja yang terjadi kekuatan organisasi.
b. Kelemahan: harus mengenali secara tepat apa yang menjadi
kelemahan yang mungkin terdapat dalam perusahaan.
Kelemahan tersebut misalnya kelemahan manajerial,
fungsional, struktural, atau yang bersifat psikologis.
c. Peluang: harus diketahui peluang apa saja yang bisa
dimanfaatkan, terutama dengan mengembangkan faktor-faktor
59
Freddy Rangkuti. ANALISIS SWOT Tekhnik Membedah Kasus Bisnis Reorientasi
Konsep Perencanaa Strategi Untuk Menghadapi Abad 21 (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama,2004), h.80 60
Husein Umar. Strategic Management in Action, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,
2008), h. 225
64
pendukung dan mengubah potensi memiliki keunggulan
kompetitif tang dapat diandalkan.
d. Ancaman: harus diketahui ancaman bagi perusahaan,
ketidakmampuan manfaat peluang juga akan menjadi suatu
ancaman dari dalam, karena pesaing akan mengambil manfaat
atas kelemahan tersebut.61
61
Freddy Rangkuti, Teknik Membedah Kasus Bisnis Melalui Analisa SWOT, (PT.
Gramedia Pustaka Utama Jakarta, 2006), hal.31-32
65
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Metode merupakan suatu kerangka kerja untuk melakukan suatu
tindakan atau suatu kerangka berpikir menyusun gagasan yang beraturan,
berarah, sesuai dengan konteks dan relevan dengan maksud dan tujuan.
Sementara itu, penelitian adalah suatu kegiatan mengkaji secara teliti dan
teratur dalam suatu bidang ilmu menurut kaidah tertentu. Kaidah yang
dimaksud dalam definisi penelitian ini adalah metode. Sehingga jika suatu
penelitian dilakukan dengan tidak menggunakan metode, maka hasil
penelitian tersebut patut dipertanyakan karena tidak sesuai dengan kaidah
penelitian.62
Pada umumnya penelitian dibagi menjadi dua jenis penelitian,
yaitu penelitian kuantitatif dan kualitatif. Adapun jenis penelitian ini
adalah penelitian kualitatif. Menurut Bogdan dan Guba penelitian
kualitatif yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
dapat diamati.
Selain itu Fraenkel dan Wallen menyatakan bahwa penelitian yang
mengkaji kualitas hubungan, kegiatan, situasi, atau material disebut
penelitian kualitatif, dengan penekanan kuat pada deskripsi menyeluruh
dalam menggambarkan rincian segala sesuatu yang terjadi pada suatu
kegiatan atau situasi tertentu.63
Pada penelitian kualitatif, tujuan penelitian
lebih bersifat terbuka. Peneliti kualitatif melakukan pengumpulan data
dengan bertanya atau melakukan wawancara dengan pertanyaan yang
62
Hendri Tanjung dan Abrista Devi, Metode Penelitian Ekonomi Islam (Jakarta, Gramata
Publishing, 2013), h.73-74 63
Hendri Tanjung dan Abrista Devi, Metode Penelitian Ekonomi Islam (Jakarta, Gramata
Publishing, 2013), h.181
66
terbuka dan bervariasi agar kompleksitas dan keutuhan data dapat
diperoleh secara lebih optimal.64
Jadi dalam penelitian kualitatif ini bukan hanya menyajikan data
apa adanya melainkan juga berusaha menginterprestasikan korelasi
sebagai factor yang ada yang berlaku meliputi sudut pandang atau proses
yang sedang berlangsung. Berpijak dari penelitian diatas penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui:
1. strategi pengembangan pola Grameen Bank yang diterapkan di
koperasi Mitra Dhuafa.
2. Strategi pemasaran pada Koperasi Mitra Dhuafa
3. Bagaimana efektivitas pengembangan Grameen Bank pada Koperasi
Mitra Dhuafa
Jenis penelitian yang digunakan yaitu deskriptif yang bersifat
eksploratif maksud dari eksploratif disini adalah salah satu jenis penelitian
social yang tujuannya untuk memberikan sedikit definisi atau penjelasan
mengenai konsep atau pola yang digunakan dalam penelitian. Dalam
penelitian ini, peneliti belum memiliki gambaran akan definisi. Peneliti
akan menggali informasi lebih jauh. Sifat dari penelitian ini adalah kreatif,
fleksibel, terbuka, dan semua sumber dianggap penting sebagai sumber
informasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjadikan topic baru
lebih dikenal masyarakat luas, memberikan gambaran dasar mengenai
topic bahasan.65
Dari eksplorasi tersebut, peneliti kualitatif dapat lebih
memahami fenomena yang diteliti secara lebih detail.66
Jenis penelitian deskriptif, yaitu metode masalah yang memandu
peneliti untuk mengeskplorasi dan atau memotret situasi yang akan diteliti
secara menyeluruh, luas dan mendalam. Tujuannya adalah untuk
menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara berjalan pada saat
64
Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kulitatif Untuk Ilmu-Ilmu Social (Jakarta,
Salemba Humanika, 2010), h. 89 65
Penelitian Eksploratif, Diakses Pada 6 Februari 2017 dari
https://id.m.wikipedia.org/wiki/penelitian_eksploratif 66
Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kulitatif Untuk Ilmu-Ilmu Social (Jakarta,
Salemba Humanika, 2010), h.87
67
penelitian dilakukan dengan mengumpulkan, menyusun, dan
mendeskripsikan berbagai dokumen, data, dan informasi yang aktual agar
dapat menemukan jawaban dari permasalahan yang dibahas. Teknik yang
digunakan dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan (library research)
dan studi lapangan (field research).67
B. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek penelitian
Subjek penelitian merupakan sumber data yang dimintai informasinya
sesuai dengan masalah penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada
Koperasi Mitra Dhuafa, karena KOMIDA ini merupakan lembaga
yang menerapkan pola Grameen Bank sudah lama sejak tahun 2005.
Subjek penelitian ini bersumber dari beberapa data, yaitu:
a. Data primer
1. wawancara
Metode pengumpulan data melalui wawancara dalam
penelitian kualitatif umumnya dimaksudkan untuk mendalami dan
lebih mendalam suatu kejadian dan atau kegiatan subjek penelitian.
Oleh karena itu, dalam penelitian kualitatif diperlukan suatu
wawancara mendalam (in-depth interview), baik dalam suatu
situasi maupun dalam beberapa tahapan pengumpulan data. Dalam
penelitian kualitatif, wawancara menjadi metode pengumpulan data
yang utama. Sebagian besar data diperoleh melalui wawancara.68
Wawancara pada dasarnya merupakan percakapan, namun
percakapan yang bertujuan. Wawancara amat diperlukan dalam
penelitian kualitatif, karena banyak hal yang tidak mungkin dapat
diobservasi langsung, seperti perasaan, pikiran, motif, serta
pengalaman masa lalu responden/informan. Oleh karena itu,
67
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: CV.
Alfabeta, 2009), Cetakan Ke-8, h.205 68
Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial ( Penerbit
Salemba Humanika, 2010), h.118
68
wawancara dapat dipandang sebagai cara untuk memahami atau
memasuki perspektif orang lain tentang dunia dan kehidupan social
mereka.69
Dalam wawancara penulis dihadapkan kepada dua hal.
Pertama, harus secara nyata mengadakan interaksi dengan
responden yaitu kepada Manajemen Oprasional KOMIDA. Kedua,
menghadapi kenyataan, adanya pandangan orang lain yang
mungkin berbeda dengan pandangan peneliti. Masalah yang hadapi
ialah bagaimana cara berinteraksi dengan orang lain, dan
bagaimana peneliti mengolah pandangan yang mungkin berbeda
itu.70
Wawancara dilakukan untuk memperoleh data dengan
tanya jawab yang dikerjakan berlandaskan pada tujuan penelitian
dengan menggunakan panduan wawancara.71
Adapun dalam
pengumpulan data, peneliti melakukan wawancara bersama kepala
bagian Manajemen Oprasional Koperasi Mitra Dhuafa. Hal
demikian dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh data secara
akurat, luas dan menyeluruh sesuai kondisi saat ini, dengan cara
bertatap muka antara penulis dan responden yaitu bagian
manajemen oprasional KOMIDA dengan menggunakan alat
dinamakan interview guide (panduan wawancara).
Adapun hasil dari wawancara bersama Manajemen
Oprasional KOMIDA salah satu diantaranya yaitu perkembangan,
tujuan dan produk KOMIDA. Bahwa KOMIDA adalah sebuah
lembaga yang mendirikan system Grameen sejak 2005, memulai
kegiatan simpan pinjam untuk korban tsunami di Aceh dengan
membuka kantor cabang pertama di Darussalam, Banda Aceh.
69
Uhar Suharsaputra, Metode Penelitian Kuantitaif, Kualitatif, dan Tindakan, (Bandung:
PT. Refika Aditama), cetakan ke-1, h.213-214 70
Nasution, M.A, Metode Penelitian Naturalistic Kualitatif,(Bandung: PT. Tarsito
Bandung, 1988), h.69 71
Moh Nazir, Metode Penelitian, Cet.1, (Bandung: Ghalia Indonesia, 2003), h.193
69
Tujuan dari Mitra Dhuafa ini pada program Grameen yaitu Untuk
mengentaskan kemiskinan serta membangun masyarakat
khususnya masyarakat miskin terutama para kaum wanita yang
ditinggal oleh suaminya. koperasi Mitra Dhuafa ini 100%
anggotanya wanita. Produk yang diberikan oleh KOMIDApun
sesuai dengan kebutuhan masyarakat diantaranya ada produk
pembiayaan dan simpanan.72
2. Observasi
Observasi adalah sebuah pengamatan langsung
ketempat yang dituju dengan maksud pengumpulan data,
dengan melihat langsung kegiatan-kegiatan dan kejadian yang
dilakukan lembaga tersebut. selain itu dibutuhkan juga
seseorang yang membantu untuk menjawab pertanyaan yang
dibutuhkan oleh pengamat supaya data yang diinginkan
lengkap dan valid.
Burhan Bungin (2008), Observasi atau pengamatan
adalah kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan
pancaindra mata sebagai alat bantu utamanya selain pancaindra
lainnya seperti telinga, penciuman, mulut, dan kulit. Karena itu,
obsevasi adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan
pengamatannya melalui hasil kerja pancaindra mata serta
dibantu dengan pancaindra lainnya.73
Observasi terbagi menjadi tiga diantaranya observasi
partisipatif, observasi terus terang atau tersamar, dan observasi
tak berstruktur. Dalam penelitian ini penulis menggunakan
metode observasi yang terus terang atau tersamar karena, dalam
penelitian ini pada pengumpulan data menyatakan terus terang
kepada sumber data yaitu Koperasi Mitra Dhuafa, bahwa
72
Hasil wawancara kepada bagian Manajemen Oprasional KOMIDA 73
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Public, dan
Ilmu Social Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2008), h.115
70
penulis sedang melakukan penelitian. Jadi mereka yang diteliti
mengetahui sejak awal sampai akhir tentang aktivitas peneliti.74
3. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah
berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-
karya monumental dari seseorang. Hasil penelitian dari
observasi atau wawancara akan semakin kredibel apabila
didukung oleh foto-foto atau karya tulis akademik dan seni
yang telah ada.75
Disini penulis meminta data-data yang sesuai
dengan kebutuhan penelitiannya kepada lembaga yang diteliti
yaitu pihak KOMIDA diantaranya data total anggota
KOMIDA, total pencairan yang diberikan KOMIDA kepada
anggotanya, serta total simpanan yang dimiliki anggota
KOMIDA. Selain itu penulis juga berusaha untuk mengambil
momen pada saat wawancara dan observasi dengan
mengabadikan foto bersama dengan pihak yang di wawancarai
yaitu pada bagian manajemen oprasional Koperasi Mitra
Dhuafa.
b. Data Sekunder
Yaitu data yang diperoleh dalam bentuk sudah jadi, dan
sudah dikumpulkan. Dalam hal ini penulis memperoleh data atau
informasi melalui buku, jurnal, artikel media internet dan bahan
informasi lainnya yang memiliki relevansi dengan masalah sebagai
bahan penunjang penelitian.76
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kekuatan,
kelemahan, ancaman, peluang pola Grameen pada Mitra Dhuafa
oleh karena itu dibutuhkan subjek yang memenuhi parameter yang
dapat mengungkapkan hal diatas sehingga memungkinkan data
74
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, ( Bandung:
ALFABETA, 2007), h.226-228 75
Ibid, h.240 76
Muhammad, Metedologi Penelitian Ekonomi Islam, h. 5.
71
dapat diperoleh dan diolah selanjutnya. Parameternya adalah
sebagai berikut:
1) Strategi pengembangan pola grameen bank
2) Strategi pemasaran pada Mitra Dhuafa
3) Efektivitas pengembangan grameen bank pada mitra dhuafa
2. Objek Penelitian
Objek penelitian menjelaskan tentang apa yang atau siapa yang
menjadi objek penelitian dilakukan. Bisa juga ditambah dengan hal-hal
lain yang dianggap perlu.77
Objek penelitian pada penelitian ini adalah
pada Mitra Dhuafa dalam pengembangan pola Grameen Bank.
a. Perkembangan Koperasi Mitra Dhuafa
(Koperasi Mitra Dhuafa, 2016). Yayasan Mitra Dhuafa
(YAMIDA) adalah suatu Institusi yang aktif dalam kegiatan untuk
penguatan masyarakat miskin melalui Pendampingan Pembiayaan
Mikro khusus Perempuan dengan Sistem Grameen Bank. Awal
berdiri pada tahun 2004, Yayasan Mitra Dhuafa ( YAMIDA)
adalah Lembaga yang berkelanjutan dengan manajemen yang
serius untuk melayani Perempuan miskin dengan system grameen
bank. Pendirian Lembaga ini berdasarkan pada pentingnya
penguatan masyarakat miskin khusus Perempuan melalui
pengembangan Profesionalisme dan berkelanjutan dari program
tersebut.pada tahun 2009 YAMIDA perubahan badan hukum
menjadi koperasi bernama Koperasi Mitra Dhuafa (KOMIDA)
dengan No: 849/BH/MENEG/VII/2009.
Koperasi Mitra Dhuafa (KOMIDA) didirikan pada tahun
2009, memulai berbadan hukum Koperasi bernama Koperasi Mitra
Dhuafa (KOMIDA). Sekitar pertengahan Agustus 2005, KOMIDA
mulai beroperasi di NAD (Nanggroe Aceh Darussalam) khususnya
untuk korban tsunami dengan kapasitas yang begitu
terbatas. Kondisi Aceh pasca Tsunami sangat bergelimpangan
77
Husein umar, Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Ed. Baru. Cet.6 hal.32
72
bantuan dari berbagai pihak sehingga membuat KOMIDA sangat
perlu berhati-hati dalam memberikan pemahaman tentang seperti
apa sistem yang akan diterapkan dalam mendampingi mereka
nantinya, karena yang akan diberikan itu Pinjaman bukan bantuan
cuma-cuma. Pada tahap awal kegiatan KOMIDA dimulai di
Kecamatan Baitusalam tepatnya didesa Miruk Lamreudeup diawali
dengan mengadakan pertemuan umum di sebuah meunasah
sederhana. Dengan mengundang beberapa para pemuka
masyarakat, kepala kampung, serta seluruh masyarakat baik itu
kaum perempuan maupun laki-laki. Pada saat itu pula di jelaskan
secara umum tentang seperti apa kegiatan KOMIDA. Dengan
anggota yang kami dapat untuk pertama kalinya berjumlah 15
orang dan semuanya harus kaum perempuan. Namun saat ini,
KOMIDA mempunyai 150 kantor cabang diseluruh Indonesia,
terdiri dari 11 provinsi mulai dari Aceh hingga NTT.
b. Visi dan Misi Koperasi Mitra Dhuafa
1) Visi Koperasi Mitra Dhuafa
menjadi lembaga keuangan mikro koperasi simpan
pinjam terkemuka yang mampu memberikan bantuan keuangan
dan non keuangan secara efisien dan tepat waktu bagi
perpempuan berpendapatan rendah untuk mencapai kehidupan
yang lebih baik berupa peningkatan pendapatan rumah tangga,
serta peningkatan kesehatan dan pendidikan bagi anak-anak
anggota.
2) Misi Koperasi Mitra Dhuafa
a) Memberikan bantuan keuangan berupa pelayanan simpan
pinjam kepada anggota.
b) Menyediakan pelayanan non- keuangan berupa pelatihan
kesehatan, memotivasi pendidikan bagi anak anggota,
pengelolaan keuangan keluarga
73
c) Memberikan pelayanan yang berkualitas kepada anggota
melalui staf yang kompeten dan berintegrasi tinggi78
c. Produk Koperasi Mitra Dhuafa
1) Pembiayaan (modal usaha)
a) Pembiayaan umum
b) Pembiayaan pembuatan sanitasi
c) Pembiayaan pendidikan
d) Pembiayaan micro bisnis
e) Pembiayaan instalasi listrik
2) Tabungan
a) Simpanan hari raya
b) Simpanan sukarela79
78
Diakses dari www.mitradhuafa.com 79
Diakses dari www.mitradhuafa.com
74
d. Struktur Organisasi Koperasi Mitra Dhuafa8080
Gambar 3.1 Struktur Organisasi Koperasi Mitra Dhuafa
80
https://raesita1994.wordpress.com/2013/10/03/analisa-koperasi-di-indonesia-koperasi-
mitra-dhuafakomida-2/
Annual member meeting
Advisory board Supervisory board Board
Managing directur
HRD and financial
director
Operational
director
Finance
manage
r
HR
manager
general
manager
Accounting
staff
ADM
staff
HR staff General staff
Training &
reporting
manager
Operational
manager
MIS
manager
Internal
audit
Ragional
manager b
Ragional
manager A
Ragional
manager c
Training&
reporting
staff
MIS staff Staff
audit
Branch
manager
Branch
manager Branch
manager
75
C. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data
Berdasarkan seluruh teori pada tahap analisis, penulis hanya
menggunakan analisis SWOT sebagai alat untuk mengukur pada strategi
Koperasi Mitra Dhuafa dengan melihat elemen internal yaitu kekuatan dan
kelemahan dan elemen eksternal yaitu peluang dan ancaman.
1. Data Analisis SWOT Koperasi Mitra Dhuafa
SWOT adalah analisis internal maupun eksternal organisasi
yang selanjutnya akan digunakan sebagai dasar untuk merancang
strategi dan program kerja. Analisis SWOT meliputi elemen internal
yaitu kekuatan dan kelemahan dan elemen eksternal yaitu peluang dan
ancaman. Keempat elemen dari analisis SWOT tersebut merupakan
penjabaran dari manajemen strategic. Manajemen strategik gaya baru
(modern) ukurannya dilihat dari produktivitas termasuk kualitasnya
dan kemampuan memberikan pelayanan berkualitas secara
berkesinambungan.81
Peluang dan ancaman sebagian besar diluar kemampuan dan
kendali sebuah perusahaan, oleh karena itu digunakan istilah eksternal.
Adapun kekuatan dan kelemahan internal adalah segala kegiatan dalam
kendali organisasi yang bisa dilakukan dengan sangat baik atau
buruk.82
Analisis dalam penelitian ini menggunakan matrik SWOT dan
tujuan dari penelitian itu sendiri yaitu untuk mengetahui strategi Mitra
Dhuafa dalam mengembangkan pola Grameen Bank. Dengan
memanfaatkan kekuatan (strenghts) Koperasi Mira Dhuafa untuk
merebut dan memanfaatkan peluang (opportunities) sebesar-besarnya
dan juga untuk mengatasi ancaman (threats). Dan memanfaatkan
peluang (opportunities) yang ada dengan cara meminimalkan
kelemahan (weaknesses) Koperasi Mitra Dhuafa serta berusaha
menghindari ancaman (threats).
81
Hadari Nawawi. Manajemen SDM untuk Bisnis yang Kompetitif (Jakarta UGM
Press,2004), h.18 82
Fred R. David. Manajemen Srategis (PT. Indeks, 2004), h.13-14
76
a. Eksternal Koperasi Mitra Dhuafa
Eksternal Strategic Factory Analysis Summary dengan kata
lain factor-faktor strategis eksternal suatu perusahaan disusun
untuk merumuskan factor-faktor eksternal dalam kerangka
opportunities and threaths.
1) opportunities (Peluang) Koperasi Mitra Dhuafa.
Peluang adalah situasi atau kecenderungan utama yang
menguntungkan dalam lingkungan perusahaan.83
Didalam
KOMIDA memiliki Peluang yang baik dalam penerapan
Grameen Bank ini, karena dengan pola ini KOMIDA dapat
mengurangi tingkat kemiskinan. Persyaratan pada program
inipun tidak sulit, karena biasanya bank-bank jika memberikan
pembiayaan mereka mengunakan persyaratan salah satunya
dengan adanya jaminan, tetapi dengan pola ini tidak di
persyaratkan harus diadakannya jaminan, sehingga membuat
masyarakat sangat antusias untuk mengikuti program ini, agar
mereka bisa mendapatkan pemasukan lebih dari biasanya,
karena mereka mengajukan pembiayaan untuk membuka usaha
baru.
Dengan memanfaatkan peluang tersebut KOMIDA
memiliki anggota sebanyak 392.000 dari 162 cabang diseluruh
Indonesia adapun cabang terbesar di Purwakarta anggotanya
kurang lebih 6.000 anggota. Dan juga populasi yang banyak
diminati yaitu di daerah jawa barat.
2) Threath (Ancaman) Koperasi Mitra Dhuafa.
Ancaman adalah situasi atau kecenderungan utama
yang tidak menguntungkan dalam lingkungan perusahaan.84
Salah satu ancaman yang dimiliki KOMIDA yaitu SDM yang
kurang kompeten, selain itu juga memiliki tantangan jangkauan
83
Jusuf Udaya dkk. Manajemen Strategic (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), h.41 84
Jusuf Udaya dkk. Manajemen Strategic (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013)
77
untuk mengakses ATM, apalagi yang berada didaerah pelosok
dan jangakaun untuk mengakses ATMpun sulit harus melewati
sungai dahulu. Selain itu margin yang terlalu besar sehingga
mengakibatkan terjadinya anggota yang mengeluh dan berhenti
menjadi anggota KOMIDA.
Tabel 3.1 Faktor Eksternal Mitra Dhuafa
Faktor-faktor strategi
eksternal
Bobot Rating bobot X rating Komentar
Peluang :
1. tidak adanya
agunan (jaminan)
2. dapat mengurangi
tingkat kemiskinan
0,25
0,25
3
4
0,75
1,0
Dalam analisis lingkungan
eksternal organisasi factor ke-2
peluang yang lebih penting
dibandingkan factor ke-1 terhadap
permasalahan yang sedang dikaji.
Ancaman :
1. SDM yang kurang
berkompeten
2. jangkauan untuk
mengakses ATM
di Pedesaan
3. margin yang
terlalu tinggi
0,05
0,20
0,25
3
2
1
0,15
0,40
0,25
Dalam analisis lingkungan
eksternal organisasi factor ke-2
ancaman yang lebih penting dan
harus segera di atasi, setelah itu
faktor ke-3 dan terakhir factor ke-
1 terhadap permasalahan yang
sedang dikaji.
JUMLAH
1.00
2,55
berdasarkan pada pengaruh factor
tersebut terhadap pengembangan
pola Grameen di KOMIDA,
Dengan jumlah bobot dan rating
maka dikatakan bahwa ancaman
yang terjadi pada KOMIDA
sangat signifikan sehingga harus
segera diatasi dengan peluang
78
Yimmy Kurniawan (2011), Beri bobot masing-masing faktor
dalam kolom 2, mulai dari 1,0 (sangat penting) sampai dengan 0,0
(sangat tidak penting). Semua bobot tersebut jumlah/skor totalnya
harus 1,00 (100%). Nilai-nilai tersebut secara implisit
menunjukkan angka persentase tingkat kepentingan faktor tersebut
relatif terhadap faktor-faktor yang lain. Angka yang lebih besar
berarti relatif lebih penting dibanding dengan faktor yang lain.
Yimmy Kurniawan (2011), Beri rating (dalam kolom 3) untuk
masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4
(sangat tinggi) sampai dengan 1 (sangat rendah) berdasar pada
pengaruh faktor tersebut terhadappengembangan kawasan industri
di kabupaten tersebut. Pemberian rating untuk faktor peluang
bersifat positif (peluang yang besar di berirating + 4, sedangkan
jika peluangnya kecil diberi rating + 1). Pemberian rating ancaman
adalah kebalikannya, yaitu jika ancamannya sangat besar diberi
rating 1 dan jika ancamannya kecil ratingnya 4.
Freddy Rangkuti (1997), Kalikan bobot pada kolom 2 dengan
rating pada kolom 3, untuk memperoleh factor pembobotan dalam
kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing
factor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0 (outstanding) sampai
dengan 1,0 (poor).
Freddy Rangkuti (1997), Gunakan kolom 5 untuk memberikan
komentar atau catatan mengapa factor-faktor tertentu dipilih dan
bagaimana skor pembobotannya dihitung.
yang ada, supaya tidak terjadi
penurunan tingkat efektifitas pada
system Grameen di KOMIDA.
79
b. Internal Koperasi Mitra Dhuafa.
Internal Strategic Factory Analysis Summary dengan kata
lain factor-faktor strategis internal suatu perusahaan disusun untuk
merumuskan factor-faktor internal dalam kerangka strength and
weakness.85
Kekuatan dan kelemahan internal adalah segala
kegiatan dalam kendali organisasi yang bisa dilakukan dengan
sangat baik atau buruk.
Mengenali dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan
internal organisasi di bidang-bidang fungsional dari bisnis
merupakan kegiatan manajemen strategis yang penting. Setiap
organisasi berusaha menerapkan strategi yang menonjolkan
kekuatan internal dan berusaha menghapus kelemahan internal.
Kekuatan dan kelemahan dapat ditentukan dengan bercermin pada
para pesaing. Kekuatan dan kelemahan juga dapat lebih ditentukan
oleh unsur keberadaan dari pada kinerja.
1) Strength (kekuatan) Koperasi Mitra Dhuafa.
Kekuatan merupakan sumber atau kemampuan yang
dikuasai atau yang tersedia bagi perusahaan dan
memberikan keuntungan dibandingkan dengan para
pesaingnya dalam melayani kebutuhan para pelanggan.
Kekuatan yang dimiliki KOMIDA ini yaitu adanya
mekanisme pengajuan pembiayaan dengan cara
pengelompokan. Dari mekanisme seperti ini memudahkan
anggota untuk mengajukan pembiayaan. selain dari
mekanisme pengelompokan KOMIDA juga memiliki
produk unggulan yaitu simpanan, sanitasi, dan pembiayaan
listrik, produk ini menjadi kekuatan di KOMIDA karena
produk ini dikatakan unggul sebagai pembeda dengan
koperasi lain dari segi produknya.
85
Op Cit
80
2) Weaknesses (Kelemahan) Koperasi Mitra Dhuafa.
Kelemahan merupakan keterbatasan atau
kekurangan dalam salah satu sumber daya atau kemampuan
perusahaan dibandingkan dengan para pesaingnya yang
meciptakan kerugian dalam usaha memenuhi kebutuhan
para pelanggan secara efektif.86
Walaupun KOMIDA
memiliki kekuatan tetapi disisi lain KOMIDA juga
memiliki kelemahan yang mengakibatkan terjadinya
kendala di factor internal yaitu SDM.
Banyak para staff yang mengeluh adanya system
perolingan tempat. Contohnya staff yang berasal dari
daerah Bekasi tetapi dia di tempatkan di cianjur. Selain itu
KOMIDA juga memiliki kelemahan disisi permodalan,
karena dana yang diputarkan hanya dari para nasabah saja
total asset yang dimiliki hanya 30% sehingga KOMIDA
harus memikirkan bagaimana cara untuk menutup sisanya
tersebut.
Tabel 3.2 Faktor Internal Mitra Dhuafa
Faktor-faktor strategi internal Bobot Rating bobotX rating Komentar
Kekuatan :
1. mekanisme pengajuan
pembiayaan dengan
cara pengelompokan
2. produk unggulan
0,15
0,35
4
4
0,60
1,40
Dalam analisis lingkungan
internal organisasi factor ke-2
kekuatan yang lebih penting
dibandingkan factor ke-1
terhadap permasalahan yang
sedang dikaji.
Kelemahan :
1. Para staff yang
mengeluh adanya
0,20
3
0,60
Dalam analisis lingkungan
internal organisasi factor ke-2
kelemahan yang lebih penting
86
Jusuf Udaya dkk. Manajemen Strategic (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), h.14
81
system perolingan
2. dukungan keuangan
kurang baik.
0,30
4
1,20
dan harus segera di atasi,
dibandingkan dengan factor
ke-1 terhadap permasalahan
yang sedang dikaji.
JUMLAH
1.00
3,80
berdasarkan pada pengaruh
factor tersebut terhadap
pengembangan pola Grameen
di KOMIDA, Dengan jumlah
bobot dan rating maka
dikatakan bahwa kekuatan
yang dimiliki KOMIDA dapat
mengatasi kelemahan yang
terjadi pada KOMIDA.
Yimmy Kurniawan (2011), Beri bobot masing-masing faktor
dalam kolom 2, mulai dari 1,0 (sangat penting) sampai dengan 0,0
(sangat tidak penting). Semua bobot tersebut jumlah/skor totalnya
harus 1,00 (100%). Nilai-nilai tersebut secara implisit
menunjukkan angka persentase tingkat kepentingan faktor tersebut
relatif terhadap faktor-faktor yang lain. Angka yang lebih besar
berarti relatif lebih penting dibanding dengan faktor yang lain.
Beri rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan
memberikan skala mulai dari 4 (sangat tinggi) sampai dengan 1
(sangat rendah) berdasar pada pengaruh faktor tersebut terhadap
pengembangan kawasan industri di kabupaten tersebut.
Freddy Rangkuti (1997), Kalikan bobot pada kolom 2 dengan
rating pada kolom 3, untuk memperoleh factor pembobotan dalam
kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing
factor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0 (outstanding) sampai
dengan 1,0 (poor).
82
Freddy Rangkuti (1997), Gunakan kolom 5 untuk memberikan
komentar atau catatan mengapa factor-faktor tertentu dipilih dan
bagaimana skor pembobotannya dihitung.
Tabel 3.3 Mencocokan IFAS DAN EFAS Mitra Dhuafa
FAKTOR INTERNAL
KUNCI
FAKTOR EKSTERNAL KUNCI HASIL STRATEGI
Produk unggulan + tidak adanya jaminan (peluang = mengembangkan produk baru
(kekuatan internal) eksternal) tanpa adanya jaminan
Dukungan keuangan + dapat mengurangi tingkat = menambahkan bantuan modal
Kurang baik (kelemahan kemiskinan (peluang eksternal) agar dapat memenuhi pendapa-
Internal) tan anggota
Mekanisme pengajuan + SDM yang kurang berkompeten = memudahkan pengajuan pembi-
pembiayaan dengan cara (ancaman eksternal) ayaan dengan berkelompok
pengelompokan (kekuatan agar terciptanya SDM yang
internal) berkualitas
Para staff yang mengeluh + jangkauan untuk mengakses = menabahkan pendapatan bagi
Adanya system rolingan ATM dipedesaan (ancaman staff
Kelemahan internal) eksternal)
83
Tabel 3.4 MATRIKS SWOT Mitra Dhuafa
Faktor Internal
Factor Eksternal
Kekuatan/ strengths (S)
1. Mekanisme pengajuan
pembiayaan dengan cara
pengelompokan.
2. Produk unggulan
(simpanan, sanitasi,
pembiayaan listrik)
Kelemahan/ weaknesses (W)
1. Kurangnya masyarakat yang
ikut serta dalam program
Grameen Bank
2. dukungan keuangan yang
kurang baik
3. SDM (staff yang mengeluh
adanya system rolingan)
Peluang/ opportunities (O)
1. tidak adanya
agunan
2. program Grameen
yang dapat
mengurangi
tingkat kemiskinan
Strategi (SO)
1. mekanisme pengajuan
pembiayaan dengan cara
pengelompokan serta
tidak adanya agunan
2. dengan adanya produk
unggulan (simpanan,
sanitasi, pembiayaan
listrik) dapat membuat
anggota untuk ikut serta
dalam program Grameen
agar dapat mengurangi
tingkat kemiskinan.
Strategi (WO)
1. dengan adanya pengajuan
pembiayaan tanpa agunan
(jaminan) dapat membuat
masyarakat ikut serta dalam
mekanisme Grameen ini
2. dengan adanya program
Grameen yang dapat
mengurangi tingkat
kemiskinan sehingga
masyarakat ikut serta
program ini maka dapat
diatasi minimnya keuangan
sehingga dapat
meminimalkan kredit macet.
Ancaman/ threats (T)
1. SDM yang kurang
Strategi (ST)
1. Dengan adanya
Strategi (WT)
1. Mengatasi staff yang
84
berkompeten
2. Meningkatnya
pesaing yang
menggunakan
program Grameen
Bank
3. Jangkauan untuk
mengakses ATM
dipedesaan
pengelompokan dalam
pengajuan pembiayaan
dapat menjadikan SDM
yang berkompeten
2. Dengan adanya produk
unggulan ( simpanan,
sanitasi, pembiayaan
listrik), dapat mengurangi
tingat pesaing.
mengeluh karena adanya
system rolingan serta
menghindari dari adanya
SDM yang kurang
berkompeten
2. Meningkatkan keuangan
yang kurang baik serta
menguraingi pesaing yang
ada.
2. Manajemen Strategi Koperasi Mitra Dhuafa
a. Manajemen Strategi
Manajemen Strategi dapat didefinisikan sebagai ilmu
tentang perumusan, pelaksanaan, dan evaluasi keputusan-
keputusan lintas fungsi yang memungkinkan organisasi
mencapai tujuannya, sebagaimana tersirat dalam definisi
tersebut, manajemen strategi terfokus pada upaya memadukan
manajemen pemasaran, keuangan akuntansi, produksi/operasi,
penelitian dan pengembangan, serta system informasi computer
untuk mencapai keberhasilan organisasi.87
Untuk meningkatkan keunggulan diantara koperasi
yang lain, maka KOMIDA memiliki strategi untuk
meningkatkan keunggulan bersaing, KOMIDA memiliki tim
survey fungsinya untuk melihat apa saja yang dibutuhkan
masyarakat dengan cara turun langsung ke lapangan sehingga
nantinya KOMIDA akan mengadakan produk baru untuk
meningkatkan kualitas produk.
Selain itu KOMIDA juga selalu berupaya untuk
meningkatkan kualitas pelayanan yang baik terhadap
anggotanya, agar mereka nyaman dengan pelayanan yang
87
Freed R. David Manajemen Strategis, (PT. Indeks Kelompok Gramedia, 2003), h.5-6
85
KOMIDA berikan dan KOMIDA juga harus memiliki tingkat
pendekatan dan komunikasi masyarakat yang baik. Semua ini
tergantung para staff yang menjalankannya maka dari itu para
staff harus memiliki skill yang tinggi.
Konsep strategi yang di lakukan KOMIDA yaitu
dengan cara melakukan pemetaan terhadap masalah-masalah
dan kebutuhan-kebutuhan anggota baru dari situlah KOMIDA
mengambil kesimpulan untuk menghasilkan produk apa yang
dibutuhkan masyarakat.
b. Strategi Pemasaran
Setiap perusahaan mempunyai tujuan untuk dapat tetap
hidup dan berkembang, tujuannya tersebut hanya dapat dicapai
melalui strategi pemasaran yang baik. Usaha ini hanya dapat
dilakukan apabila perusahaan dapat mempertahankan dan
meningkatkan penjualannya. Begitu pula KOMIDA untuk
terciptanya tujuan yang diinginkan maka KOMIDA sendiri
memiliki strategi pemasaran yang baik agar KOMIDA tetap
hidup dan berkembang.
Strategi pemasaran yang dimiliki KOMIDA yaitu
dengan bersosialisasi kepada masyarakat terutama ke desa lalu
ke RT, dengan menjelaskan kami dari KOMIDA dengan tujuan
seperti ini setelah itu kami meminta data setelah itu melakukan
pertemuan untuk bersosialisasi kepada masyarakat. Selain itu
KOMIDA juga memberikan brosur kepada calon-calon
anggotanya.
D. Tehnik Penulisan Skripsi
Teknik penulisan skripsi ini merujuk pada buku pedoman penulisan skripsi
Fakultas Syariah Dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang diterbitkan
oleh Fakultas Syariah Dan Hukum tahun 2016.
86
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Strategi Pengembangan Pola Grameen Bank
Dalam mengembangkan pola Grameen Bank, Koperasi Mitra
Dhuafa menerapkan strategi pengembangan, yaitu dengan pengembangan
pasar dan pengembangan produk. Adapun strategi tersebut antara lain
pertama, meningkatkan promosi Grameen Bank. Strategi yang dilakukan
yaitu dengan meningkatkan kualitas Grameen Bank yang dapat membantu
masyarakat miskin keluar dari kemiskinannya melalui pemberian layanan
keredit mikro. Selain itu masyarakat juga dapat membuka usaha untuk
menambahkan penghasilan mereka terutama bagi perempuan karena pola
Grameen Bank yaitu dikhususkan bagi perempuan. Strategi Kedua,
meningkatkan pelayanan yang baik, hanya membutuhkan modal
kepercayaan dengan tingkat pendekatan dan komunikasi masyarakat
dengan KOMIDA harus terjalin dengan baik. Dengan memberikan
pelayanan yang baik terhadap anggotanya KOMIDA dapat meningkatkan
jumlah anggota yang signifikan dari tahun ke tahun.
Gambar 4.1 Jumlah Total Anggota Koperasi Mitra Dhuafa88
+ 37.1%
88
Hasil Observasi Koperasi Mitra Dhuafa
0
50
100
150
200
250
300
350
400
12 13 14 15 16
87
Sudah jelas pada diagram diatas bahwa Dalam peningkatan jumlah
anggota cukup signifikan. Hal ini menunjukan, bahwa pelayanan
KOMIDA semakin luas diterima dengan baik oleh masyarakat,
sebagaimana data yang diperoleh langsung dari pihak KOMIDA bahwa
rata-rata pertumbuhan 37.1% pertahun.
Penulis menemukan bahwa pengembangan pada pola Grameen ini
tidak terlepas dari kebutuhan-kebutuhan masyarakat yang menjadi
pengambilan manfaat dari pola Grameen ini. Promosi lain dapat dilakukan
dengan meningkatkan penetrasi pasar dari berbagai produk diantaranya
terbagi menjadi dua diantaranya pembiayaan dan tabungan. Produk
pembiayaan yaitu ada pembiayaan umum, pembiayaan sanitasi,
pembiayaan pendidikan, pembiayaan mikro bisnis, pembiayaan instalasi
listrik, dan produk tabungan diantaranya simpanan hari raya, dan simpanan
sukarela.
Dalam pengembangan pasar lainnya KOMIDA melakukan promosi
seperti bersosialisasi kepada masyarakat terutama ke Desa yang dituju
dengan menjelaskan bahwa KOMIDA adalah sebuah lembaga yang
memberikan kredit mikro bagi perempuan dengan tidak menyertakan
jaminan supaya memudahkan bagi anggota dalam melaksanakan
peminjaman, program ini sudah terbukti mampu meningkatkan
pertumbuhan ekonomi masyarakat perempuan miskin secara signifikan.
Selain itu KOMIDA juga memberikan brosur kepada calon-calon
anggotanya.
Dalam menganalisa pada penelitian ini penulis menggunakan
analisis SWOT, adapun analisis SWOT dari strategi pengembangan pada
pola Grameen Bank pada KOMIDA yaitu
88
Tabel 4.1 Analisis SWOT Strategi Pengembangan Pola Grameen Bank
Faktor Internal
Factor Eksternal
Kekuatan/ strengths (S)
1. Mekanisme pengajuan
pembiayaan dengan
cara pengelompokan.
2. Produk unggulan
(simpanan, sanitasi,
pembiayaan listrik)
Kelemahan/ weaknesses (W)
1. Kurangnya masyarakat
yang ikut serta dalam
program Grameen Bank
2. dukungan keuangan yang
kurang baik
3. SDM (staff yang
mengeluh adanya system
rolingan)
Peluang/ opportunities
(O)
1. tidak adanya
agunan
2. program Grameen
yang dapat
mengurangi
tingkat
kemiskinan
Strategi (SO)
1. meningkatkan kualitas
mekanisme
pembiayaan
memperbesar market
share
Strategi (WO)
1. meningkatkan efisiensi
2. memanfaatkan kualitas
program Grameen
Ancaman/ threats (T)
1. SDM yang
kurang
berkompeten
2. Meningkatnya
pesaing yang
menggunakan
program Grameen
Strategi (ST)
1. Memaksimalkan
kualitas SDM
2. Mempertahankan
kualitas produk
Strategi (WT)
1. Meningkatkan kualitas
SDM
2. Mempertahankan
kepercayaan terhadap
lembaga lain
89
Bank
3. Jangkauan untuk
mengakses ATM
dipedesaan
B. Strategi Pemasaran Pada Mitra Dhuafa
Suatu organsasi dikatakan berhasil dapat dilihat dari bagaimana
kegiatan pemasarannya, suatu perusahaan akan mengalami kegagalan jika
perusahaan tidak mengetahui strategi yang tepat untuk memasarkan
produknya. Oleh sebab itu, pihak manajemen dituntut untuk untuk
mengetahui fenomena yang terjadi disekitar perusahaan, sehingga dapat
mengantisipasi perkembangan dengan cepat dan tepat.
Hal yang paling mendasar dalam strategi pemasaran adalah
bagaimana cara dan upaya untuk menarik minat masyarakat agar dapat
bertahan ataupun meningkatkan jumlah anggotanya. pesaing memiliki
posisi yang lebih baik dan lebih kuat untuk melayani beberapa segmen
pasar tertentu, sedangkan perusahaan sendiri dari pada bersaing dimana
saja lebih baik menetapkan bagian mana yang paling menarik untuk
dimasuki secara efektif.
Jantung dari pemasaran strategi modern dapat diterapkan sebagai
pemasaran segmenting (segmentasi), positioning (penentuan posisi pasar),
dan Diferensiasi.89
1. Segmentasi Pasar
Pasar terdiri dari penjual dan pembeli, dan pembeli berbeda-
beda keinginan dalam satu atau lebih hal. daya beli, lokasi geografis,
perilaku pembelian, dan praktek pembelian mereka. Setiap variabel ini
dapat digunakan untuk mensegmentasi suatu pasar.90
Begitu halnya
seperti pada Koperasi Mitra Dhuafa untuk mengatasi pesaing
89
Philip Kotler, “Manajemen Pemasaran Analisis, Perencanaan, Implemntasi dan
Pengendalian” (PT. Glora Aksara Pratama, 1988), h.370 90
Philip Kotler, “Manajemen Pemasaran Analisis, Perencanaan, Implemntasi dan
Pengendalian” (Salemba Empat, 1995), h. 316. terjemahan Ancella Anitawati Hermawan
90
bermacam-macam KOMIDA mensegmentasinya dengan melakukan
pembeda terhadap Koperasi lainnya. Seperti letak geografisnya dimana
KOMIDA membuka cabang cabang didaerak pelosok yang dimana
warganya masih membutuhkan pengkreditan dengan persyaratan tanpa
adanya agunan. Selain itu KOMIDA menggunakan metode jemput
bola dimana pegawainya mendatangi langsung kepada warga untuk
ikut serta dalam lembaga ini dengan metode perilaku seperti ini warga
akan senang jika pegawainya memiliki sopan santun yang baik.
2. Positioning
Positioning dilakukan setelah melakukan segmentasi dan
targeting, maksud dari positioning disini yaitu bukan peringkat posisi
keberapa produk tersebut, tetapi Menurut Fanggidae (2006), suatu
strategi dalam kegiatan pemasaran yang bertujuan untuk menciptakan
pembeda, keuntungan, manfaat yang membuat konsumen selalu ingat
dengan suatu produk.91
Pada strategi positioning KOMIDA memiliki
produk unggulan yang menjadi pembeda dengan lembaga yang lain
yaitu pembiayaan umum sekitar 94% minat masyarakat mengajukan
pembiayaan umum karena produk ini memiliki sifat yang global.
Selain itu ada produk sanitasi 2,6% dan untuk pembiayaan mikro
bisnis 0,05%.
3. Diverensiasi
Untuk dapat mengembangkan strategi positioning yang efektif,
pemasaran harus mengidentifikasi atau mengembangkan terlebih
dahulu keunikan produknya, yang membedakan dengan merek-merek
pesaing, dan keunikan tersebut memang dibutuhkan atau bernilai bagi
konsumen.
Diverensiasi adalah tindakan merancang serangkaian keunikan
yang bermakna membedakan tawaran perusahaan dengan yang
ditawarkan para pesaing dikategorikan produk yang sama. Unik adalah
berbeda, sedangkan bermakna artinya penting dan bermanfaat menurut
91
Fandy Tjiptono, Strategi Pemasaran (Yogyakarta: Penerbit Andi, 1997), h.78
91
persepsi konsumen. Jadi, diferensiasi tidak sekedar unik, tetapi harus
juga bermakna, selain unik dan bermakna, diferensiasi produk
sebaiknya memenuhi juga empat factor lainnya, yaitu sulit ditiru,
terjangkau, dan menguntungkan.92
Produk yang dimiliki KOMIDA yang memenuhi factor
diferensiasi yaitu pada produk pembiayaan pendidikan, karena banyak
anak-anak sekarang yang berhenti sekolah dan banyak remaja yang
memutuskan untuk menikah dini, setelah adanya produk pembiayaan
pendidikan sejak tahun 2015 anggota KOMIDA sudah tidak ada lagi
anak yang putus sekolah. Disisi lain produk ini sangat bermakna bagi
anak-anak dan juga menguntungkan bagi para anggota yang memiliki
anak, sehingga mereka dapat menyekolahkan anaknya sampai tinggi.
Selain itu ada produk sanitasi, yaitu karena pola kesehatan
masyarakat khususnya pedesaan hampir 35% anggota KOMIDA tidak
mempunyai WC, jadi kalau mereka ingin membuang air pergi ke
sawah ataupun ke sungai jarang masyarakat sana memiliki WC.
Produk inilah menjadi produk unggul yang diminati masyarakat.
Sehingga Produk ini memiliki anggota kurang lebih 10.000 orang.
Dalam menganalisa strategi pemasaran pada penelitian ini penulis
menggunakan analisis SWOT, adapaun analisis SWOT dari strategi
pemasaran pada Koperasi Mitra Dhuafa yaitu
Tabel 4.2 Analisis SWOT Strategi Pemasaran Koperasi Mitra Dhuafa
Faktor Internal
Factor Eksternal
Kekuatan/ strengths (S)
1. Memiliki produk
unggulan
2. SDM yang
berkompeten
Kelemahan/ weaknesses
(W)
1. Dukungan keuangan
yang kurang baik
2. Tingkat Persaing
yang tinggi
92
Ujang Sumarwan, “Pemasaran Strategic, Perspektif Perilaku Konsumen dan Marketing
Plan” (PT. Penerbit IPB Press, 2015), h. 35
92
Peluang/ opportunities
(O)
1. Pemasukan
modal dari
lembaga lain
2. Memiliki
produk yang
dapat
menguntungka
n anggota
Strategi (SO)
1. Memberikan
kepercayaan kepada
lembaga lain
2. Menjaga kualitas
produk
Strategi (WO)
1. Memanfaatkan
modal yang ada
dengan
mempermudah
pengajuan
pembiayaan
2. Mempertahankan
produk unggulan
Ancaman/ threats (T)
1. Terjadinya
tingkat
kemacetan
2. Adanya bank
keliling
Strategi (ST)
1. Menjaga kualitas
produk
2. Mempertahankan dan
menjaga kualitas staff
Strategi (WT)
1. Memanfaatkan
modal dari lembaga
lain
2. Meningkatkan
kualitas produk
C. Evektifitas Pengembangan Grameen Bank Pada Mitra Dhuafa
Kegiatan pemasaran merupakan hal yang perlu dilakukan bagi
setiap pelaku bisnis, termasuk Koperasi Mitra Dhuafa. Dalam melakukan
kegiatan pemasaran, Koperasi Mitra Dhuafa menyusun strategi-strategi
agar bisa berjalan efektif. Penentuan target pasar merupakan hal penting
yang perlu dilakukan agar kegiatan pemasaran mencapai target yang telah
direncanakan sebelumnya, Koperasi Mitra Dhuafa telah memilih target
pasar, meskipun tidak dijabarkan secara tertulis segmentasinya. Berikut
segmentasi pasar yang dituju oleh Koperasi Mitra Dhuafa:
a. Secara geografis : 1) masyarakat yang tinggal di Indonesia
2) Masyarakat yang berdomisisli di daerah
pedesaan
b. Secara demografis : 1) perempuan
2) Perempuan yang sudah berumah tangga
93
c. Psikografis : 1) keinginan untuk memperbaiki keuangan
2) Bersungguh-sungguh mengikuti program
Grameen
Segmentasi pasar dilakukan agar kegiatan pemasaran bisa berjalan sesuai
dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya dan secara tidak langsung agar
berpengaruh pada penjualan produk KOMIDA.
Strategi yang digunakan oleh KOMIDA berjalan baik meskipun dalam
beberapa hal masih belum berjalan dengan sempurna. Keberhasilan kegiatan
pemasaran yang telah dilakukan dapat dilihat dengan adanya anggota yang ikut
berpartisipasi mengikuti program Grameen Bank. Dari data yang didapat pada
laporan total simpanan.
Gambar 4.2 total simpanan Koperasi Mitra Dhuafa
+ 54.4%
Salah satu yang bisa menunjukan tingkat kepercayaan anggota semakin
besar untuk menabung di KOMIDA. Tahun 2016 pertumbuhan tabungan anggota
adalah sebesar 54.4%, ini menunjukan kesejahteraan anggota meningkat.93
Efektivitas menunjukan kemampuan suatu perusahaan dalam mencapai
sasaran-sasaran (hasil akhir) yang telah ditetapkan secara tepat. Secara Bahasa
efektivitas diambil dari kata “efek” yang berarti akibat atau pengaruh, sedangkan
“efektif” berarti adanya pengaruh atau adanya akibat serta penekanannya, jadi
93
Hasil Observasi Koperasi Mitra Dhuafa
0
50
100
150
200
12 13 14 15 16
94
suatu “efektivitas” berarti keberpengaruhan atau keadaaan berpengaruh
(keberhasilan setelah melakukan sesuatu).94
Pengaruh yang diberikan KOMIDA yang menyebabkan keberhasilan yaitu
Dari segi produk dan layanan yang diberikan KOMIDA. KOMIDA pun memiliki
struktur organisasi yang berguna untuk pembagian kerja bagi karyawan lembaga.
Setiap karyawan bertanggung jawab dalam divisinya masing-masing serta
berpartisipasi guna mencapai tujuan yang sama. Pelayanan karyawan
mempengaruhi tingkat kepercayaan anggota sehingga KOMIDA memiliki
efektivitas yang baik bagi lembaganya.
Kegiatan-kegiatan pemasaran yang dilakukan KOMIDA selama ini sudah
efektif, berdasarkan kriteria strategi yang berjalan efektif menurut amirullah dan
Haris Budiyono dalam bukunya yang berjudul pengantar manajemen, maka
strategi pemasaran yang mereka lakukan adalah :
1. Telah mampu dilaksanakan dengan tepat dengan mencapai target
permintaan produk KOMIDA
2. Pemasaran yang memusatkan pada promosi baik brosur maupun
bersosialisasi kepada masyarakat mampu menarik calon anggota untuk
mengetahui dan berpartisipasi dalam program Grameen Bank
3. Memiliki struktur organisasi sebagai acuan tanggung jawab dan wewenang
setiap individu dalam bekerja.
94
Tim Penyusun Kamus Besar Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (PEB) Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), h.250
95
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Perkembangan Koperasi Mitra Dhuafa selama menerapkan pola
Grameen Bank mengalami peningkatan lima tahun trakhir (2012-
2016). Hal ini terjadi karena KOMIDA berhasil menerapkan pola
Grameen Bank dilihat dari total anggotanya mengalami peningkatan
37.1%. dari total pencairan mengalami peningkatan 57%. Dari total
simpanan mengalami peningkatan 54.4%. Selain itu KOMIDA juga
meningkatkan kualitas serta memberikan pelayanan yang baik terhadap
anggotanya.
2. Ada beberapa strategi yang digunakan Koperasi Mitra Dhuafa dalam
memasarkan produknya, diantaranya
a. KOMIDA dalam menetapkan strategi positioningnya yaitu
KOMIDA memberikan produk unggulan diantaranya biaya umum,
biaya sanitasi, dan biaya mikro bisnis yang menjadi pembeda
dengan lembaga yang lain.
b. Koperasi Mitra Dhuafa juga menggunakan strategi diferensiasi
yaitu pada produk pembiayaan pendidikan dan produk sanitasi.
c. Promosi Koperasi Mitra Dhuafa dengan cara menyebarkan brosur
serta bersosialisasi kepada calon-calon anggota
d. Koperasi Mitra Dhuafa menggunakan strategi andalannya dengan
cara memberikan pelayanan serta menjalin hubungan yang baik
terhadap anggotanya, serta memberikan kualitas produk yang
dibutuhkan oleh anggotanya.
3. Pengaruh yang diberikan KOMIDA yang menyebabkan keberhasilan
yaitu Dari segi produk dan layanan yang diberikan KOMIDA.
KOMIDA pun memiliki struktur organisasi yang berguna untuk
pembagian kerja bagi karyawan lembaga. Setiap karyawan
bertanggung jawab dalam divisinya masing-masing serta berpartisipasi
96
guna mencapai tujuan yang sama. Pelayanan karyawan mempengaruhi
tingkat kepercayaan anggota sehingga KOMIDA memiliki efektivitas
yang baik bagi lembaganya dilihat dari strategi pemasaran yang
mereka lakukan adalah :
a. Telah mampu dilaksanakan dengan tepat dengan mencapai target
permintaan produk KOMIDA
b. Pemasaran yang memusatkan pada promosi baik brosur maupun
bersosialisasi kepada masyarakat mampu menarik calon anggota
untuk mengetahui dan berpartisipasi dalam program Grameen Bank
c. Memiliki struktur organisasi sebagai acuan tanggung jawab dan
wewenang setiap individu dalam bekerja.
97
B. Saran
1. Para staff harus giat dalam memasarkan produknya. Angka kontribusi
Koperasi Mitra Dhuafa dalam perkembangannya masih jauh
dibandingkan dengan lembaga lainnya.
2. Melihat jumlah lembaga yang banyak menggunakan pola Grameen
Bank ini, staff Koperasi Mitra Dhuafa harus mampu mengembangkan
skill serta produknya lebih baik lagi guna memperoleh anggota yang
lebih tinggi.
3. Diharapkan KOMIDA mampu memberikan benefit terhadap
lembaganya, dan dalam melakukan pemasarannya berinovatif tidak
hanya melakukan pengembangan produknya yang sudah ada
melainkan menciptakan suasana produk yang baru yang lebih menarik
perhatian masyarakat.
98
DAFTAR PUSTAKA
1. Sumber : Buku dan Jurnal
Amirullah, dan Haris Budiyono “Pengantar Manajemen” (Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2004)
Assauri sofjan. Manajemen Pemasaran, Dasar Konsep dan Strategi (PT. Raja
Grafindo Persada, 2004)
Burhan Bungin, penelitian kualitatif: komunikasi, ekonomi, kebijakan public, dan
ilmu social lainnya, (Jakarta: Kencana, 2008)
Euis Amalia, keuangan mikro syariah (bekasi :gramata publishing, 2016)
Eli Siswanto, Jurnal “Strategi Pengembangan BMT (Baitu Mal Wa
Tamwil)Dalam Memberdayakan Usaha Kecil Menengah”
Fandy Tjiptono, Strategi Pemasaran, (yogyakatra:Andi,2002),edis ke 2
Fitri sagantha “pola modifikasi penerapan model grameen bank di indonesia
(skripsi s-1 fakultas syariah dan hokum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2014)
Freddy Rangkuti. ANALISIS SWOT Tekhnik Membedah Kasus Bisnis Reorientasi
Konsep Perencanaa StrategI Untuk Menghadapi Abad 21 (Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama,2004)
Freddy Rangkuti, SWOT balanced scorecard (Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama. 2013)
Freddy Rangkuti, Teknik Membedah Kasus Bisnis Melalui Analisa SWOT, (PT.
Gramedia Pustaka Utama Jakarta, 2006)
Freed R. David Manajemen strategis, (PT. Indeks kelompok gramedia, 2003)
Fred R. David, manajemen strategis, konsep-konsep (Indonesia: PT. Indeks,
2004), Ed. Kesembilan
Hadari Nawawi. Manajemen SDM untuk Bisnis yang Kompetitif (Jakarta UGM
Press,2004)
99
Hani Handoko, “manajemen “ (Yogyakarta: BPPE, 2003)
Haris Herdiansyah, metodologi penelitian kulitatif untuk ilmu-ilmu social (Jakarta,
Salemba Humanika, 2010)
Hasil Observasi Koperasi Mitra Dhuafa
Hasil wawancara kepada bagian Manajemen Oprasional KOMIDA
Hassanain Haykal, jurnal “system Grameen Bank dalam upaya meningkatkan
pangsa pasar wanita”
Hendri tanjung dan abrista devi, Metode Penelitian Ekonomi Islam (Jakarta,
Gramata Publishing, 2013)
Husein umar, Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Ed. Baru. Cet.6
Husein Umar. Strategic Management in Action, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama, 2008)
Jurnal manajemen, “peran positioning dalam strategi pemasaran” diakses di
http://jurnal-sdm.blogspot.co.id/2009/04/peran-positioning-dalam-
strategi.html
Jusuf udaya dkk. Manajemen Strategic (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013)
Moh Nazir, Metode Penelitian, Cet.1, (Bandung: Ghalia Indonesia, 2003)
Muhammad, Metedologi Penelitian Ekonomi Islam
Moh Nazir, Metode Penelitian, Cet.1, (Bandung: Ghalia Indonesia, 2003)
Materi kuliah Dr. Abdul Malik, MM
Mia Lasmi Wardiah “Teori Perilaku dan Budaya Organisasi” (Bandung: CV
Pustaka Setia, 2016)
Mega Indah Cinderakasih, program Pemberdayaan Perempuan Bakrie
Microfinance (sebuah studi penerapan Grameen Bank di Indonesia)
100
Nasution, M.A, metode penelitian naturalistic kualitatif,(Bandung: PT. Tarsito
Bandung, 1988)
Paul N. Bloom & Louise N. Boone. Strategi Pemasaran Produk 18Llangkah
Membangun Jaring Pemasaran Produk yang Kokoh ( prestasi
pustakaraya- Jakarta- Indonesia 2006)
Philip Kotler, swee hoon ang dkk manajemen pemasaran sudut pandang asia (PT.
INDEKS kelompok GRAMEDIA 2004)
Philip Kotler. Manajemen Pemasaran Analisis, Perencanaan, Implementasi dan
Control (perpustakaan Nasional: katalog dalam terbitan (KDT)1997).
Philip Kotler, “manajemen pemasaran analisis, perencanaan, implemntasi dan
pengendalian” (salemba empat, 1995). terjemahan Ancella Anitawati
Hermawan
Ragnar nurkse dalam mudrajad kuncoro. Grameen bank dan keuangan mikro.
Kedaulatan rakyat, 2008
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: CV.
Alfabeta, 2009), Cetakan Ke-8
Sulikah Asmorowati, jurnal “dampak pemberian kredit mikro untuk perempuan:
analisis pengadopsian model Grameen Bank di Indonesia.”
Sutrisno Hadi, Metodelogi Research, (Yogyakarta: Andi, 2004), Cet, 1
Teuku Syariaf, Grameen bank membuktikan perempuan dan oang termiskin dari
yang miskin punya potensi untuk diberdayakan, infokop No.29 tahun
XXII, 2006
Tim penyusun kamus besar pembinaan dan pengembangan Bahasa (PEB)
departemen pendidikan dan kebudayaan, kamus besar bahasa indonesia
(Jakarta: Balai Pustaka, 1995)
Uhar Suharsaputra, metode penelitian kuantitaif, kualitatif, dan tindakan,
(Bandung: PT. Refika Aditama), cetakan ke-1
101
Ujang Sumarwan, “pemasaran strategic, perspektif perilaku konsumen dan
marketing plan” (PT. Penerbit IPB Press, 2015)
Yopi Saleh, dkk. Strategi Pengembangan Lembaga Keuangan Mikro Mendukung
Pengentasan Kemiskinan di Perdesaan. vol. 7. No.1, 2011
2. Sumber : Website dan Majalah
Arthur meidan. Marketing Strategies, Organization and Performance Control In
Insurance (the journal of risk and insurance, vol.49 No.3 h.1 (sep, 1982)
diakses dari www.jstor.org
Diferensiasi dan positioning diakses pada 01/ 2013 dari
http://manajemenuh.blogspot.co.id/2013/01/diferensiasi-dan-
positioning.html
Diakses dari www.mitradhuafa.com
https://raesita1994.wordpress.com/2013/10/03/analisa-koperasi-di-indonesia-
koperasi-mitra-dhuafakomida-2/ diakses pada 03 Oktober 2013
penelitian eksploratif diakses pada 6 Februari dari
https://id.m.wikipedia.org/wiki/penelitian_eksploratif
Profile Mitra Dhuafa Diakses dari
http://mitradhuafafoundation.org/index.php/profile
Penerapan pola grameen bank, dikases pada 12/2009 dari http://ekonomi-
perbankan.blogspot.co.id/2009/12/grameen-bank.html
Proses perencanaan pemasaran diakses pada 15 april 2011 dari
https://mara04sweet.wordpress.com/2011/04/15/proses-perencanaan-
strategi-pemasaran/
LAMPIRAN
A. Data pertanyaan strategi pengembangan pada Mitra Dhuafa
1. Apa visi, misi dan fungsi didirikannya Mitra Dhuafa?
2. Apa tujuan dan prinsip oprasional Mitra Dhuafa?
3. Produk-produk apa saja yang ditawarkan oleh Mitra Dhuafa?
4. Bagaimana pola pengembangan strategi Mitra Dhuafa?
5. Factor-faktor apa saja yang mempengaruhi pengembagan produk pada
Mitra Dhuafa?
6. Bagaimana strategi Mitra Dhuafa dalam meningkatkan keunggulan
bersaing pada produk yang dipasarkan?
7. Apa saja peluang dan ancaman dalam mengembangkan produk pada
Mitra Dhuafa agar tetap mempertahankan keunggulannya?
8. Bagaimana konsep strategi produk yang ada pada Mitra Dhuafa ini?
9. Strategi produk apa yang dipilih dan dilakukan untuk mengembangkan
produk-produk Mitra Dhuafa?
10. Siapa yang menjadi sasaran utama dalam pengembangan produk-
produk Mitra Dhuafa?
11. Media dan sasaran apa saja yang digunakan pada Mitra Dhuafa dalam
mengembangkan produk-produknya?
12. Bagaimana sikap pengelola Mitra Dhuafa ini dalam menghadapi
pesaing?
B. Penerapan pola Grameen Pada Mitra Dhuafa
1. Sejak kapan Mitra Dhuafa menerapkan pola grameen?
2. Akad apa yang digunakan dalam penerapan pola grameen di Mitra
Dhuafa?
3. Bagaimana prosedur peminjaman program Grameen di Mitra Dhuafa?
4. Permasalahan apa saja yang pernah dihadapi dalam penerapan pola
Grameen di Mitra Dhuafa ini?
5. Jika ada permasalah, bagaimana bapak/ ibu menyelesaikan
permasalahan ini?
6. Jika tidak, factor-faktor apa yang melatarbelakangi keberhasilan dari
penerapan pola Grameen di Mitra Dhuafa ini?
7. Produk apa saja yang diterapkan dalam program Grameen di Mitra
Dhuafa ini?
8. Produk apa yang unggul dalam program Grameen di Mitra Dhuafa ini?
9. Bagaimana mekanisme pembayaran pada pola Grameen di Mitra
Dhuafa?
C. Data Pertanyaan analisis SWOT Pola Grameen Bank koperasi Mitra
Dhuafa
Kekuatan
1. Bagaimana dengan keunggulan mekanisme kerja Grameen di Mitra
Dhuafa?
2. Seberapa besar keuntungan yang didapat dari mekanisme kerja
Grameen di Mitra Dhuafa?
3. Produk unggulan apa yang dimiliki Mitra Dhuafa?
4. Bagaimana dengan hal lain yang menjadi keunggulan pembeda dengan
koperasi lain?
Kelemahan
1. Bagaimana kelemahan pada mekanisme kinerja di Mitra Dhuafa?
2. Bagaimana cara bapak/ibu mengatasi kelemahan tersebut?
3. Apakah tingkat NPF atau kredit macet pada Mitra Dhuafa memiliki
tingkat yang sangat tinggi atau rendah dengan menggunakan pola
Grameen?
4. Apakah modal yang dimiliki Mitra Dhuafa cukup untuk menyalurkan
pembiayaan kepada para nasabah serta kegiatan oprasional Mitra
Dhuafa?
Peluang
1. Dengan jumlah penduduk Indonesia berjumlah 252 juta penduduk dan
75% penduduk Indonesia memiliki tingkat pendapatan Rp.50.000/hari,
bagaimana Mitra Dhuafa memanfaatkan kesempatan yang tersedia?
2. Lebih dari 50% penduduk Indonesia masih belum memiliki
pengetahuan mengenai perbankan maupun lembaga keuangan mikro,
bagaimana cara Mitra Dhuafa memperkenalkan lembaga keuangan
mikro kepada masyarakat?
3. Potensi serta komoditas apa yang dimanfaatkan Mitra Dhuafa untuk
mengembangkan usaha para nasabah?
4. Jumlah penduduk di daerah kerja Mitra Dhuafa setiap tahun
meningkat, bagaimana strategi Mitra Dhuafa untuk menambah jumlah
nasabah?
Ancaman
1. Apa yang menjadi ancaman bagi keberlangsungan Mitra Dhuafa?
2. Bagaimana strategi Mitra Dhuafa dalam menghadapi bank keliling
atau bank pasar?
3. Selain bank keliling, bagaimana strategi Mitra Dhuafa menghadapi
persaingan dengan koperasi-koperasi lainnya?
4. Bagaimana cara Mitra Dhuafa mengatasi nasabah yang gagal melunasi
pinjaman yang telah diberikan?
Jawaban Wawancara Koperasi Mitra Dhuafa
A. Pengembangan Koperasi Mitra Dhuafa
1. Visi
menjadi lembaga keuangan mikro koperasi simpan pinjam
terkemuka yang mampu memberikan bantuan keuangan dan non
keuangan secara efisien dan tepat waktu bagi perpempuan
berpendapatan rendah untuk mencapai kehidupan yang lebih baik
berupa peningkatan pendapatan rumah tangga, serta peningkatan
kesehatan dan pendidikan bagi anak-anak anggota.
Misi
1. Memberikan bantuan keuangan berupa pelayanan simpan pinjam
kepada anggota.
2. Menyediakan pelayanan non- keuangan berupa pelatihan
kesehatan, memotivasi pendidikan bagi anak anggota, pengelolaan
keuangan keluarga
3. Memberikan pelayanan yang berkualitas kepada anggota melalui
staf yang kompeten dan berintegrasi tinggi
2. Tujuan dan prinsip oprasional Mitra Dhuafa
Tujuan dari Mitra Dhuafa ini pada program Grameen yaitu
Untuk mengentaskan kemiskinan, awal mula program grameen ini
diterapkan di Aceh pasca Tsunami, membangun masyarakat khususnya
masyarakat miskin terutama para kaum wanita yang ditinggal oleh
suaminya. koperasi Mitra Dhuafa ini 100% anggotanya wanita.
3. Produk-produk di Koperasi Mitra Dhuafa
a. Pembiayaan (modal usaha)
1. Pembiayaan umum
2. Pembiayaan pembuatan sanitasi, karena pola kesehatan
masyarakat khususnya pedesaan hamper 35% anggota
KOMIDA tidak mempunyai WC, jadi kalau mereka ingin
membuang air pergi ke sawah ataupun ke sungai jarang
masyarakat sna memiliki WC. Prodak inilah menjadi prodak
unggul nomer 2 setelah pembiayaan umum yang diminati
masyarakat. Produk ini memiliki anggota kurang lebih 10.000
orang
3. Pembiayaan pendidikan, dengan harapan dengan meningkatnya
SDM tidak memutus rantai kemiskinan, banyak para anak-anak
yang berhenti sekolah dan banyak remaja yang memutuskan
untuk nikah dini, sejak tahun 2015 anggota komida sudah tidak
ada lagi anak yang putus sekolah, dengan adanya produk
pembiayaan ini.
4. Pembiayaan micro bisnis, tujuan untuk mengakses pinjaman
yang lumayan besar
5. Pembiayaan instalasi listrik, karena kebutuhan masyarakat
sangat tinggi, kebanyakan para masyarakat masih meminjam
speedometer, maka dari itu KOMIDA membuka produk baru
ditahun 2017 ini yaitu pembiayaan instalasi listrik.
b. Simpanan (Tabungan)
1. Simpanan hari raya
2. Simpanan sukarela, fungsinya untuk memenuhi kebutuhan
mereka sewaktu-waktu mereka membutuhkannya.
4. Pada prinsipnya bahwa Koperasi ini akan berjalan jika ditunjang
dengan SDM yang cukup, dengan cara mendidik para karyawan
dengan memberikan training agar pelayanan mereka bagus, karena
pelayanan merupakan hal yang sangat mutlak bagi KOMIDA.
5. Dari SDM, diadakan prodak tersebut dari rapat anggota, karena setiap
tahun RAT setiap 19 maret. Shareing dengan para anggota produk
-produk apa yang kami luncurkan 392.000 anggota dengan 162
cabang, 11 provinsi.
6. Melihat apa saja yang dibutuhkan masyarakat, dilaksanakan dengan
tim survey, berupaya meningkatkan kualitas melalui pelayanan-
pelayanan, tergantung para staf juka stafnya mempunyai skill yang
tinggi
7. Ancaman terbesar belum ada, karena memang saat unit kompetisi
cukup banyak, tapi kami bahwa merasa yang paling dulu masa iya
merasa tersaingi, itu bukan tantangan tapi itu motiviasi bagi kami
karena pada prinsipnya sama ingin menghapus tingkat kemiskinan.
8. Konsepnya hanya melakukan pemetaan terhadap masalah-masalah dan
kebutuhan-kebutuhan anggota baru dari situlah kami mengambil
kesimpulan untuk mengasilkan produk apa yang diinginkan
masyarakat.
9. Strategi paling unggul yaitu dengan cara pelayanan yang baik, hanya
membutuhkan modal kepercayaan dengan tingkat pendekatan dan
komunikasi masyarakat dengan kami harus bagus.
10. 100% perempuan
11. Dengan bersosialisasi kepada masyarakat terutama ke desa lalu ke RT,
dengan menjelaskan kami dari KOMIDA dengan tujuan seperti ini
setelah itu kami meminta data setelah itu melakukan pertemuan untuk
bersosialisasi kepada masyarakat. Memakai brosur juga lalu dikasih ke
calon-calon ke anggotanya.
12. Kami tidak terlalu memikirkan, bawa masyarakatlah yang memilih
mana yang dia ingin ambil dilihat dari keunggulannya.
B. Peneraan Pola Grameen
1. Pada tahun 2015, cabang pertama di aceh pasca tsunami
System grameen yaitu perempuan-miskin-hidup
Rumahnya harus berdekatan, pembuatan kelompok min 5 orang dan
itu minimal harus membentuk 2 kelompok. Karena dengan jumlah
segitu menjadi cukup efisien beda dengan door to door. Kenapa seperti
ini karena yang pertama ingin melatih kebersamaan mereka, kedua
dampak psikologisnya maupun tuntutan emosionalnya itu lebih kena
jadi mau tidak mau anggota harus membayarnya maka dari itu ketika
penarikan itu harus ngumpul dengan kelompok setiap minggu. Dan
didalamnya ada pendamping untuk memberikan informasi tentang
keilmuan, kesehatan dll, karena di komida ini tidak hanya sekedar
memberikan pinjaman tetapi juga ada pelatihan seperti cara mengelola
keuangan. Di komida ini ada divisi komdev (komodity development),
tugas mereka yaitu memberikan pengarahan kepada anggota. Misalnya
mengenai kinerja, mengelola keuangan yg baik, kesehatan dll
2. Secara legalitas memang masuknya konvensional, tetapi praktek
lapangannya dengan system syariah, dengan akad Mudhorobah dan
uniknya lagi ketika mereka melakukan pengajuan pembiayaan mereka
harus berdiri memperkenalkan diri, untuk melatih mental mereka
Pembiayaan umum akad mudhorobah wal wakalah
Pembiayaan sanitasi dan pertanian akad istishna
3. Perempuan, miskin, hidup
PU, pertemuan umum dengan ketua RT
Harus PK pembentuk kelompok, 5 orang minimal 2 kelompok.
UK yaitu pendataan dulu dengan melihat kriteria miskinnya
LWK, yaitu latihan wajib kelompok, dilakukan selama 5 hari paling
lama 1 hari 1 jam, kenapa sperti itu supaya belajar mendisiplinkan
para anggota
UPK, ujian pengesahaan kelompok. Setelah pelatihan LWK maka diuji
oleh manajer cabang untuk mengtahui kelulusannya, jika tidak lulus
maka anggota akan ditambahkan lagi LWKnya baik sehari maupun
dua hari. salain diuji kita juga mengadakan tes kepercayaan dengan
cara saat pertemuan anggota mambawa uang 2000 tujuannya untuk
meningkatkan rasa tanggung jawab
Dengan peminjaman yang bervariasi yaitu bebas mau minjam berapa,
sesuai dengan kebutuhan masing-masing anggotanya
Jangka waktu tergantung produk seperti pembiayaan umum 1 th
Pendidikan 3 th max
Sanitasi 1 th setengah
Yang paling diminat yaitu pembiayaan umum, diusahakan untuk
modal usaha
Mekanisme 4:1
4. Permasalahan utama dalam mekanisme ini yaitu anggota yang telat dan
gagal bayar, maksud dari gagal bayar disini memiliki banyak arti yaitu
ada anggota yang kabur, ada yang benar-benar tidak bayar. Kenapa
terjadi permasalahan seperti ini karena staff yang kurang disiplin,
karena skill staff sangat mempengaruhi baik buruknya program di
Koperasi Mitra Dhuafa ini .
5. dari permasalahan ini dapat teratasi dengan konsep jemput bola, sejak
konsep ini diterapkan mendapati penurunan jumlah anggotayang tidak
mau membayar diantaranya dari 392.000 anggota hanya 1.121 anggota
yang tidak bayar, karena anggota memiliki dampak psikologis baik
sehingga mereka mau bertanggung jawab atas apa yang mereka
perbuat. Selain itu juga memberikan motivasi dengan cara kunjungan
kepada para anggota menanyakan kabar dan alasan mengapa tidak
hadir, karena di KOMIDA ini diantara persyaratan ini yaitu harus
hadir, karena adanya kehadiran bisa mempermudah pengajuan
pembiayaan, selain itu jika tidak hadir ditakutkan akan terjadi kesalah
pahaman. Seperti penitipan pembayaran tetapi tidak di sampaikan oleh
temannya maka terjadi permasalahan.
6. Kunci jika tidak ada permasalahan yaitu dari staff lapangan, jika skill
mereka baik dan rajin unutuk menjemput bola maka tidak
dimungkinkan terdapat masalah didalam mekanisme ini.
7. Produk tabungan, dari di ajukannya pembiayaan anggota harus
menabung 5%, diantaranya;
a. 3% simpanan wajib, sukarela dan hari raya, simpanan ini diadakan
setiap minggu. simpanan ini boleh diambil jika anggota sudah
keluar dari anggota KOMIDA. Untuk pencairan dari simpanan
wajib yaitu 3%
1. Simpanan sukarela
2. Simpanan hari raya
b. 1% dana resiko,
c. dan 1% dana pension
8. produk yang unggul sampai saat ini yang diminati para anggota yaitu
pembiayaan umum sekitar 94%, karena memiliki sifat yang global.
2,6% untuk pembiayaan sanitasi, 0,05% untuk pembiayaan mikro
bisnis.
9. Diadakan setiap mingguan dan wajib hadir pada setiap kelompoknya
Pengajuan pembiayaan Tahun pertama maksimal sebanyak 2juta,
Pinjaman kedua mak 3jt, dan Ketiga max 4jt
C. Analisis SWOT
Kekuatan
1. Keunggulan mekanisme dengan cara perkelompokan sebagai
kekuatan mekanisme di KOMIDA ini
2. Dana pinjaman yang di dapat dari bank, karena KOMIDA bekerja
sama dengan bank. Bank memberi bunga sekitar 14% sementara
KOMDA memberikan pembiayaan kepada anggota 25% bank
mengambil bunga 14% dari 25% maka laba bersihnya 11%
(keuntungan KOMIDA) itu belom termasuk gaji karyawan, ATK,
dll. Kalau modal murni dari KOMIDA tidak mungkin mengambil
bunga 25% paling hanya 10%.
Jumlah tabungan anggota sekitar 30% dari total asset untuk
menutupi 70% maka KOMIDA mendapatkan pinjaman dari bank.
3. Pembiayaan umum dan sanitasi
4. Keunggulan pembeda dengan koperasi lain produk simpanan,
sanitasi dan pembiayaan listrik.
Kelemahan
1. Salah satu kelemahan yang dihadapi oleh KOMIDA yaitu SDM,
saat ini KOMIDA sangat kesulitan mencari SDM Karena staff
yang yang banyak mengeluh karena peraturan rolingan, missal staff
berasal dari daerah Bekasi di roling ke Cianjur sehingga kurangnya
peminat untuk menjadi staff di KOMIDA.
2. Mengatasi permasalahan tersebut dengan cara bekeja sama dengan
Sekolah SMA sederajat, missal jika ada cabang di Bekasi maka
diambil staffnya anak lulusan SMA daerah Bekasi, dan kami
KOMIDA tidak menerima begitu saja untuk menjadi staff
KOMIDA, kami melakukan pelatihan dan seleksi terlebih dahulu.
3. PAR di KOMIDA dalam system Grameen ini sangat rendah,
karena kami memiliki anggota sebanyak 392.000, sedangkan yang
macet hanya 1.121 anggota. Diitung tingkat kemacetan dari
misalnya hari ini seharusnya setor tetapi dia telat bayar itu sudah
disebut kredit macet (tingkat kemacetan). 0,031% kredit macet.
Portopolio 520.
4. Terkait masalah modal, jika tidak dapat bantuan dari bank tidak
mencukup. Jika Murni dana nasabah tidak cukup, maka dari itu
kami bekerja sama dengan bank-bank nasional. Karena kami
bekerkasama dengan bank maka modal yang kami miliki sangat
cukup untuk mensuport anggota.
Mitra Dhuafa ini memiliki modal yang sangat cukup, karena kami
bekerja sama dengan bank. Jika kami hanya memutarkan dananya
dari anggota saja sangat tidak cukup karena total asset anggota
hanya 30% untuk menutupi 70%nya maka kami bekerja sama
dengan bank diantaranya ada BSM, BNIS, MUAMALAT dll.
Peluang
1. Sangat berpotensi sekali, karena dari jumlah penduduk yang sekian
banyak dan hanya 75% penduduk memiliki tingkat penghasilan
Rp.50.000/ hari, maka KOMIDA sangat memiliki kesempatan atau
peluang yang bagus untuk mengurangi tingkat kemiskinan
masyarakat. Dengan adanya system Grameen ini KOMIDA bisa
mengurangi tingkat kemiskinan untuk kaum perempuan, buktinya
KOMIDA sudah memiliki anggota sebanyak 392.000
2. Terkait masalah pengetahuan masalah UKM sangat minim sekali
3. Potensi produk yang di manfaatkan KOMIDA ini adalah di bidang
pertanian, dan mikro bisnis (pengrajin, warung). Anggota di bidang
pertanian yaitu 0,02%. Jarang bank yang melirik di bidang
pertanian karena resiko yang sangat besar.
Mulai saat ini kami bekerja sama dengan Bank BCA untuk
mencover di bidang pertanian.
Produk Renovasi rumah masih comingsoon masih mencari vendor,
penyuplay dana.
4. Dilihat dari pertumbuhan anggotanya, kalau cabang baru pasti
meningkat kalau cabang lama tidak meningkat terlalu tajam.
Untuk peningkatan anggota dilihat dari pertumbuhan anggota di
kawasan tersebut. Kalau cabang lama anggotanya biasa saja tidak
ada peningkatan, tetapi kalau cabang baru banyak sekali
peminatnya apalagi daerah yang jauh dari jangkauan ases untuk ke
bank.
Kami memiliki 162 cabang diseluruh Indonesia, cabang terbesar di
purwakarta aggota hampir 6.000 anggota. Populasi di Jawa barat
paling tinggi minatnya.
Ancaman
1. Salah satu ancamannya yaitu SDM yang kurang berkompeten,
karena dia akan mengrogoti. tantangan akses ke ATM harus
melewati sungai dulu.
Dalam keberlangsungan KOMIDA ini memilik berbagai ancaman
diantaranya SDM yang kurang kompeten dan perampokan.
2. Bagaimana bank keliling itu bergeser, bukan sebagai ancaman bagi
kami
Tanggapan kami dengan adanya bank keliling, sebenarnya bagi
kami bank keliling itu bukan sebuah ancaman bagi kami karena
tergantung dari masyarakatnya menilai baik buruknya bank
keliling, tatapi kami menanggapinya bagaimana cara
menghilangkan bank keliling itu sendiri karena adanya bank
keliling membuat para masyarakat memiliki kerugian, karena bank
keliling memiliki bunga yang besar dan setiap pembayaran yang
telat berturut turut maka bunganya dinaikkan.
3. Banyak koperasi-koperasi yang berkembang menggunakan system
grameen, dalam mengahdapi pesaing kami sebagai KOMIDA
memiliki strategi yang unggul dalam mengahadapi pesaing dengan
meningkatkan pelayanan dan pengembangan produk, karena jika
staff kami memberikan pelayanan yang baik kepada anggota maka
anggota menyukainya.
4. Kita mempunyai cadangan kerugian, ada setiap tahun kaluar benar
benar gk bisa diakses dan bener-bener tidak bisa di tagih.
Langkah kedua yaitu kami tidak mengambil full, hanya mengambil
pokoknya saja, margin yang kami ambil 250, jika mereka benar
benar gagal usahanya.
Setiap pembiayaan pasti ada aja masalah yang gagal bayar, cara
mengatasi masalah itu KOMIDA hanya mengambil pokoknya saja,
jika ada salah satu anggota yang mengalami kebangkrutan dalam
bisnisnya maka kami hanya menerima pokok pembiayaannya saja
tanpa bunga, selain itu kami juga memiliki cadangan kerugian
piutang (setiap tahun).