strategi pengembangan klaster usaha kecil ...repository.ub.ac.id/4012/1/kinanti trisnaningtyas.pdfi...

133
i STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE K-MEANS CLUSTERING DAN FUZZY ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (FAHP) (Studi Kasus UKM Keripik Tempe Sanan, Kota Malang) SKRIPSI Oleh KINANTI TRISNANINGTYAS NIM 135100300111075 Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017

Upload: others

Post on 02-Dec-2020

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

i

STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL

DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

K-MEANS CLUSTERING DAN FUZZY ANALYTICAL

HIERARCHY PROCESS (FAHP)

(Studi Kasus UKM Keripik Tempe Sanan, Kota Malang)

SKRIPSI

Oleh

KINANTI TRISNANINGTYAS

NIM 135100300111075

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Teknologi Pertanian

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2017

Page 2: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

ii

Page 3: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

iii

Page 4: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

iv

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kediri pada tanggal 31

Juli 1994 dari ayah yang bernama Mastur

dan Ibu Sri Yuliani.

Penulis menempuh pendidikan Sekolah

Dasar di SDN Jabaran 1 Sidoarjo hingga

tahun 2004, kemudian melanjutkan di SDN

Sambiresik Kediri hingga tahun 2006,

melanjutkan Sekolah Menengah Pertama di

SMPN 1 Ngasem Kediri dengan tahun

kelulusan 2010 dan menyelesaikan Sekolah Menengah Atas di

SMAN 1 Kediri pada tahun 2013. Pada tahun 2013 penulis

terdaftar sebagai mahasiswa S1 Jurusan Teknologi Industri

Pertanian Universitas Brawijaya melalui jalur SBMPTN.

Pada tahun 2017 penulis telah berhasil menyelesaikan

pendidikannya di Universitas Brawijaya di Jurusan Teknologi

Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian. Pada masa

pendidikannya penulis pernah mengikuti kegiatan kepanitiaan

sebagai divisi konsumsi pada Pekan Keakraban Mahasiswa

tahun 2014.

Page 5: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

v

Alhamdulillah, Terimakasih ya Allah

Karya ini aku persembahkan kepada

Kedua orang tuaku, kakak dan adik tercinta

Orang spesial tercinta

Teman-temanku tersayang

Page 6: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

vi

PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : Kinanti Trisnaningtyas

NIM : 135100300111075

Jurusan : Teknologi Industri Pertanian

Fakultas : Teknologi Pertanian

Judul Tugas Akhir : Strategi Pengembangan Klaster Usaha

Kecil dan Menengah Keripik Tempe

dengan Metode K-Means Clustering dan

Fuzzy Analytical Hierarchy Process

(FAHP) (Studi Kasus UKM Keripik Tempe

Sanan, Kota Malang)

Menyatakan bahwa,

Tugas Akhir dengan judul di atas merupakan karya asli penulis

tersebut di atas. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini

tidak benar saya bersedia dituntut sesuai hukum yang berlaku.

Malang, 7 September 2017

Pembuat Pernyataan

Kinanti Trisnaningtyas

NIM 135100300111075

Page 7: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

vii

KINANTI TRISNANINGTYAS. 135100300111075. Strategi

Pengembangan Klaster Usaha Kecil dan Menengah Keripik

Tempe dengan Metode K-Means Clustering dan Fuzzy

Analytical Hierarchy Process (FAHP) (Studi Kasus UKM

Keripik Tempe Sanan, Kota Malang). TA. PEMBIMBING: Dr.

Siti Asmaul Mustaniroh, STP, MP. dan Riska Septifani, STP,

MP.

RINGKASAN

Kota Malang adalah daerah padat karya yang didominasi

industri kecil dan menengah dengan sedikit industri manufaktur.

Keripik tempe merupakan produk pangan lokal yang menjadi

produk unggulan Kota Malang. Keripik tempe adalah makanan

yang terbuat dari tempe yang diiris tipis kemudian digoreng

dengan menggunakan tepung yang telah dibumbui. Saat ini di

Kota Malang terdapat organisasi Primer Koperasi Produsen

Tempe dan Tahu Indonesia (Primkopti) Bangkit Usaha Kota

Malang. Dulu para pemilik UKM keripik tempe di Kota Malang

bergabung dengan organisasi tersebut namun saat ini banyak

yang sudah tidak bergabung lagi karena dianggap kurang efektif

sehingga pemilik UKM keripik tempe dalam pengembangan

usahanya dilakukan secara individual. Selain itu terdapat

hambatan lain seperti permodalan pengetahuan bisnis dan

strategi pemasaran yang masih lemah. Oleh karena itu perlu

adanya pembentukan klaster industri pada UKM keripik tempe

untuk meningkatkan daya saing UKM keripik tempe di Kota

Malang dengan menggunakan metode k-means clustering dan

pemilihan strategi pengembangan klaster UKM yang terbentuk

menggunakan metode Fuzzy Analytical Hierarchy Process

(FAHP).

Page 8: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

viii

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam K-means

Clustering yaitu teknik voluntary sejumlah 9 UKM, yaitu UKM

Purnama, Deny, Amangtiwi, Amel, Sri Bawon, Arin, Karina, Putra

Ridho dan Delima. Variabel yang digunakan dalam metode K-

means Clustering adalah kapasitas produksi perbulan, lama

usaha, rata-rata nilai penjualan perbulan, nilai investasi, jumlah

tenaga kerja. Berdasarkan hasil analisis k-means clustering

dibentuk 2 klaster UKM. Klaster 1 merupakan UKM keripik tempe

yang termasuk klasifikasi usaha mikro dengan beranggotakan

UKM Amangtiwi dan Delima. Klaster 2 merupakan UKM keripik

tempe yang termasuk klasifikasi usaha kecil dengan

beranggotakan UKM Purnama, Deny, Amel, Sri Bawon, Arin,

Karina dan Putra Ridho. Berdasarkan metode FAHP didapatkan

hasil strategi pengembangan klaster yang menjadi prioritas untuk

diterapkan pada klaster 1 adalah standarisasi produk serta

pelatihan dan pembinaan pemilik UKM mengenai

pengembangan bisnis. Strategi pengembangan klaster yang

menjadi prioritas untuk diterapkan pada klaster 2 yaitu

standarisasi produk serta promosi dan penjualan dengan media

yang lebih modern.

Kata Kunci: Keripik Tempe, Klaster Industri, Strategi

Pengembangan Klaster Industri.

Page 9: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

ix

KINANTI TRISNANINGTYAS. 135100300111075. Small and

Medium Business Cluster Development Strategy of Tempe

Chips with K-Means Clustering Method and Fuzzy Analytical

Hierarchy Process (FAHP) (Case Study of SME Chips Tempe

Sanan, Malang). TA. Supervisor: Dr. Siti Asmaul Mustaniroh,

STP, MP. Co-Supervisor: Riska Septifani, STP, MP.

SUMMARY

Malang is a labor-intensive area dominated by small and medium-

sized industries with few manufacturing industries. Tempe chip is

a local food product that became a superior product of Malang.

Tempe chip made from thinly sliced tempe with flour that has

been seasoned then fried. Currently in the city of Malang there is

an organization Primer Koperasi Produsen Tempe dan Tahu

Indonesia (Primkopti) Bangkit Usaha Kota Malang. Previously the

owners of SMEs tempe chips in Malang joined the organization

but now many are no longer join because it is considered less

effective so that the owner of SMEs tempe chips in the

development of their business is done individually. In addition

there are other obstacles such as capital of business knowledge

and marketing strategies that are still weak. Therefore, it is

necessary to establish industrial clusters on SMEs tempe chips

to improve the competitiveness of SMEs tempe chips in Malang

by using k-means clustering method and selection of SME cluster

development strategy that is formed using Fuzzy Analytical

Hierarchy Process (FAHP) method.

The sampling technique used in K-means Clustering is

voluntary technique of 9 SMEs, namely Purnama, Deny,

Amangtiwi, Amel, Sri Bawon, Arin, Karina, Putra Ridho and

Delima. Variables used in the K-means Clustering method are

monthly production capacity, age of business, average monthly

Page 10: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

x

sales value, investment value, number of labor. Based on the

result of k-means clustering analysis, 2 clusters of SMEs were

formed. Clusterr 1 is an SME chips tempe that belongs to the

classification of micro business, it members are Amangtiwi and

Delima. Cluster 2 is an SME of tempe chips that belong to the

classification of small businesses it members are Purnama, Deny,

Amel, Sri Bawon, Arin, Karina and Putra Ridho. Based on the

FAHP method, the result of cluster development strategy priority

to be applied to cluster 1 are product standardization and training

and development of SME owners on business development.

Cluster development strategy priority to be applied to cluster 2

that are standardization of product and promotion and sale with

more modern media.

Keywords: Tempe Chips, Industrial Cluster, Industrial Cluster

Development Strategy.

Page 11: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

xi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat

dan anugerahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

dengan judul “Strategi Pengembangan Klaster Usaha Kecil

Dan Menengah Keripik Tempe Dengan Metode K-Means

Clustering Dan Fuzzy Analytical Hierarchy Process (FAHP)

(Studi Kasus UKM Keripik Tempe Sanan, Kota Malang)”

dengan baik. Penyusunan tugas akhir ini merupakan salah satu

syarat untuk mencapai gelar Sarjana Teknologi Pertanian. Pada

kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada:

1. Ibu Dr. Siti Asmaul Mustaniroh, STP., MP. sebagai dosen

pembimbing pertama, Ibu Riska Septifani, STP., MP

sebagai dosen pembimbing kedua dan Bapak Dr. Ir, Imam

Santoso, MP sebagai dosen penguji yang telah meluangkan

waktu dan membimbing penulis sehingga dapat

menyelesaikan tugas akhir ini.

2. Bapak Dr. Sucipto STP., MP., selaku ketua jurusan Teknologi

Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas

Brawijaya.

Page 12: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

xii

3. Sentra UKM Keripik Tempe Sanan Kota Malang, Dinas Industri

Kota Malang, dan Dinas Koperasi dan UKM Kota Malang yang

telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

melakukan penelitian tugas akhir.

4. Orang tua, teman-teman dan Michael yang memberikan

dukungan untuk menyelelesaikan tugas akhir ini

Penulis menyadari keterbatasan pengetahuan, referensi, dan

pengalaman dalam penyusunan skripsi ini, oleh karena itu kritik

dan saran sangat dibutuhkan agar proposal ini lebih baik.

Semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun

semua pihak yang membutuhkan.

Malang, 7 September 2017

Penulis,

Kinanti Trisnaningtyas

Page 13: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

xiii

DAFTAR ISI

Page 14: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

xiv

Page 15: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

xv

Page 16: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

xvi

Page 17: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

xvii

Page 18: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

xviii

Page 19: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

xix

Page 20: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

xx

Page 21: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kota Malang merupakan salah satu kota yang berpotensi

dalam peningkatan pertumbuhan dan perdagangan di Jawa

Timur. Kota Malang sebagai salah satu kota di Jawa Timur yang

memiliki perkembangan jumlah unit usaha yang relatif sangat

baik. Kota Malang adalah daerah padat karya yang didominasi

industri kecil dan menengah dengan sedikit industri manufaktur.

Menurut Disperindag Kota Malang (2014), sentra industri yang

berpotensi untuk dikembangkan di Kota Malang yaitu sentra

saniter, sentra keramik, sentra rotan, sentra mebel, sentra

gerabah, sentra maning jagung, dan sentra keripik tempe.

Menurut Pemkot Malang Kota (2016), keripik tempe merupakan

produk pangan lokal yang menjadi produk unggulan Kota Malang.

Berdasarkan data Disperindag Kota Malang (2012), jumlah UKM

di sentra keripik tempe Sanan yang memproduksi keripik tempe

dan tempe 308 unit, sedangkan UKM yang hanya memproduksi

keripik tempe saja sebanyak 38 unit. Hasil survey pendahuluan

tahun 2017, UKM yang masih aktif memproduksi keripik tempe

berjumlah 18 unit dan UKM yang bersedia menjadi responden

sebanyak 9 unit.

Keripik tempe adalah makanan yang terbuat dari tempe yang

diiris tipis kemudian digoreng dengan menggunakan tepung yang

Page 22: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

2

telah dibumbui. Lokasi sentra industri keripik tempe terletak di

Jalan Sanan, Kelurahan Purwantoro, Kecamatan Blimbing, Kota

Malang. UKM keripik tempe di Kota Malang secara umum

menggunakan bahan baku tempe yang diproduksi sendiri

maupun kerjasama dengan UKM tempe lainnya. Keripik tempe

secara umum dijual sebagai oleh-oleh khas Kota Malang. Harga

jual keripik tempe rata-rata Rp3.000,00 perkemasan 100 gram.

Salah satu solusi untuk meningkatkan daya saing industri

daerah yang disebabkan oleh jumlah pelaku UKM keripik tempe

yang semakin banyak yaitu melalui pembentukan klaster industri.

Menurut Bappenas (2005), klaster industri adalah kelompok

usaha industri yang saling terkait. Menurut Lestari (2010),

pengembangan klaster industri dan jaringan bisnis diyakini akan

dapat meningkatkan kemampuan dan daya saing UKM.

Pembentukan klaster dan jaringan akan mengatasi keterbatasan

yang dialami UKM dalam menangkap peluang pasar yang

membutuhkan jumlah volume produksi yang besar, standar yang

homogen, serta produksi dan distribusi yang teratur. Klaster

mempunyai dua elemen kunci, yaitu perusahaan dalam klaster

harus saling berhubungan dan berlokasi di suatu tempat yang

saling berdekatan, yang mudah dikenali sebagai suatu kawasan

industri. Menurut Marshall (2000) dalam Kuncoro (2003),

pembentukan klaster industri dapat membantu industri kecil

untuk meningkatkan daya saing karena dengan adanya

aglomerasi perusahaan-perusahaan sejenis yang mempunyai

Page 23: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

3

kesamaan maupun keterkaitan aktivitas sehingga akan

membatasi eksternalitas ekonomi yang dihasilkan dan akan

mengurangi atau menurunkan biaya produksi perusahaan yang

tergabung dalam klaster.

Saat ini di Kota Malang terdapat organisasi Primer Koperasi

Produsen Tempe dan Tahu Indonesia (Primkopti) Bangkit Usaha

Kota Malang. Primkopti Bangkit Usaha Kota Malang berdiri pada

9 Januari 1981 di Jalan Sanan 46 Purwantoro, Kelurahan

Blimbing Kota Malang. Tujuan utama Primkopti Bangkit Usaha

Kota Malang adalah menyediakan wadah untuk menghimpun,

membina usaha dan kesejahteraan para pengrajin tempe dan

tahu. Dulu para pemilik UKM keripik tempe di Kota Malang

bergabung dengan organisasi tersebut namun saat ini banyak

yang sudah tidak bergabung lagi karena dianggap kurang efektif

sehingga pemilik UKM keripik tempe dalam pengembangan

usahanya dilakukan secara individual. Selain itu banyak pemilik

UKM keripik tempe di Kota Malang mengakui bahwa terdapat

hambatan permodalan karena minimnya modal yang dimiliki

serta sulitnya mendapatkan pinjaman modal dari koperasi

sehingga dapat menghambat kelancaran dalam

mengembangkan usahanya. Permasalahan lain yang terdapat

pada UKM keripik tempe di Kota Malang yaitu pengetahuan

bisnis dan strategi pemasaran yang masih lemah karena

kurangnya sosialisasi dari pemerintah maupun organisasi lain

tentang strategi pengembangan UKM. Oleh karena itu perlu

Page 24: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

4

adanya pembentukan klaster industri pada UKM keripik tempe

untuk meningkatkan daya saing UKM keripik tempe di Kota

Malang dengan menggunakan metode k-means clustering dan

pemilihan strategi pengembangan klaster UKM menggunakan

metode Fuzzy Analytical Hierarchy Process (FAHP).

Tujuan analisis klaster adalah mengelompokkan obyek atas

dasar karakteristik yang dimiliki (Simamora, 2005). K-means

adalah suatu teknik pengklasteran yang mana keberadaannya

tiap titik data dalam suatu klaster ditentukan oleh derajat

keanggotaan (Bastilah, 2013). Metode k-means digunakan

karena memiliki kesesuaian dengan permasalahan yang terjadi

dan meringkas obyek dari jumlah besar sehingga lebih

memudahkan untuk mendeskripsikan sifat-sifat atau karakteristik

dari masing-masing kelompok. Menurut Irwansyah dan Faisal

(2015), Metode k-means merupakan metode clustering yang

paling sederhana dan umum karena mempunyai kemampuan

mengelompokkan data dalam jumlah yang cukup besar dengan

waktu komputasi yang cepat dan efisien. Pengambilan keputusan

strategi pengembangan klaster dilakukan dengan metode Fuzzy

Analytical Hierarchy Process (FAHP). Prinsip kerja AHP adalah

penyederhanaan suatu persoalan kompleks yang tidak

terstruktur, strategik dan dinamik menjadi bagian-bagiannya

serta menata dalam suatu hirarki (Marimim, 2004). Fuzzy AHP

merupakan suatu metode analisis yang dikembangkan dari AHP

namun fuzzy AHP dianggap lebih baik dalam mendeskripsikan

Page 25: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

5

keputusan yang samar-samar daripada AHP (Wahyuni dan

Hartati, 2012).

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini didasarkan pada latar

belakang yaitu pemilik UKM keripik tempe mengembangkan

usahanya secara individual. Selain itu terdapat permasalahan

lain pada UKM keripik tempe di Kota Malang meliputi

permodalan, pemasaran dan pengetahuan pengembangan

bisnis yang masih lemah. Oleh karena itu, diperlukan

pembentukan klaster pada UKM keripik tempe untuk

meningkatkan daya saing dan menentukan strategi

pengembangan klaster UKM yang terbentuk.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Menentukan model klaster pada UKM keripik tempe di Kota

Malang dengan metode k-means clustering.

2. Menentukan prioritas strategi pengembangan yang sesuai

untuk diterapkan pada tiap klaster UKM keripik tempe yang

terbentuk dengan metode Fuzzy Analytical Hierarchy Process

(FAHP) yang ditujukan kepada UKM dan Dinas terkait.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagi UKM keripik tempe di Kota Malang yang bersangkutan

adalah untuk membentuk klaster UKM keripik tempe dan

Page 26: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

6

memberikan informasi untuk UKM keripik tempe di Kota

Malang dan Dinas terkait agar dapat dijadikan sebagai bahan

pertimbangan pengambilan keputusan.

2. Bagi bidang akademik dan keilmuan adalah untuk

mengembangkan ilmu pengetahuan mengenai klaster dalam

manajemen agroindustri.

Page 27: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keripik Tempe

Keripik tempe adalah jenis makanan ringan hasil olahan

tempe yang diiris tipis dan dicampur dengan bahan tambahan lain

kemudian digoreng hingga kering. Kadar protein keripik tempe

cukup tinggi yaitu berkisar antara 23% - 25% (Margono et al,

2000). Menurut SNI 01-2602-1992, keripik tempe adalah

makanan yang dibuat dari tempe kedelai berbentuk

lempengan/irisan tipis yang digoreng dengan atau tanpa

penambahan tepung dan bumbu. Syarat mutu keripik tempe

dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Keripik tempe merupakan makanan khas tradisional yang

memiliki nilai strategis karena menjadi makanan ringan bergizi,

dimana industri keripik tempe menyerap tenaga kerja di sektor

informal dan menjadi sumber penghasilan masyarakat daerah

penghasil tempe dan keripik tempe (Masrukhi dan Arsil, 2008).

Menurut Yuyun (2010), pasar keripik tempe terbuka lebar karena

disukai sebagian besar masyarakat. Faktor lain yang mendukung

adalah kemudahan memperoleh bahan baku, peralatan yang

dibutuhkan sederhana, proses pengolahan yang mudah, serta

populer di masyarakat.

Page 28: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

8

Tabel 2. 1 Tabel Syarat Mutu Keripik Tempe

No Kriteria uji mutu Satuan Persyaratan

1 Keadaan 1.1 Penampakan - kering 1.2 Ukuran - seragam 1.3 Bagian yang tidak

utuh (% b/b) - maks. 5

1.4 Tekstur - Renyah 1.5 Warna - Kuning sampai

kuning kecoklatan

1.6 Ganda rasa - Normal 2 Jamur - tidak ternyata 3 Air (% b/b) - maks. 3 4 Protein (% b/b) - min. 20 5 Asam lemak

bebas dihitung sebagai asam laurat (% b/b)

- maks. 1

6 Abu (% b/b) - maks. 3,0 7 Serat kasar (%

b/b) - maks. 3,0

8 Cemaran logam 8.1 Pb mg/kg maks. 0,5 8.2 Cu mg/kg maks. 5 8.3 Zn mg/kg maks. 40 8.4 Raksa (Hg) mg/kg maks. 0,01 8.5 Timah (Sn) (bila

dikemas dalam kaleng)

mg/kg maks. 150

9 Arsen mg/kg maks. 0,5 10 Cemaran logam 10.1 Total bakteri koloni/g maks. 105 10.2 E. coli koloni/g maks. 0

10.3 Kapang/khamir koloni/g maks.

Sumber: BSN (1992)

Page 29: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

9

2.2 Klaster Industri

Klasterisasi adalah sebuah proses untuk mengelompokkan

data ke dalam beberapa klaster/kelompok sehingga data dalam

satu klaster memiliki tingkat kemiripan yang maksimum dan data

antar klaster memiliki kemiripan yang minimum. Klasterisasi

banyak digunakan dalam berbagai aplikasi seperti bidang bisnis,

pengenalan pola citra, pencarian web, ilmu biologi dan sistem

keamanan (Irwansyah dan Faisal, 2015). Menurut Wang dan

Ching (2010), klaster industri adalah suatu sistem industri (yang

bisa disebut sebagai sistem pendek dalam industri), dimana

dalam klaster industri ini dapat terdiri dari beberapa industri.

Fungsi dari klaster industri adalah mengelompokkan suatu

industri yang didasarkan pada beberapa kriteria yang harus

diperhatikan. Menurut Porter (2000) dalam Papilo dan Bantacut

(2016), klaster industri merupakan sekumpulan perusahaan dan

lembaga-lembaga terkait di bidang tertentu yang berdekatan

secara geografis dan saling terkait.

Klaster industri direncanakan sebagai suatu bentuk

pengembangan jangka panjang yang dianggap sebagai suatu

pendekatan yang dipercaya dapat meningkatkan produktivitas

dan daya saing industri. Dengan adanya klaster maka kebutuhan

UKM dalam mengakses sumber daya efektif, seperti informasi,

teknologi, kapital, sumber daya manusia, atau sumber daya

lainnya dapat terkonsentrasi, sehingga mampu untuk

meminimalisir biaya (Agustina et al, 2011). Pada suatu klaster

Page 30: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

10

industri mempertimbangkan kedekatan produk dimana

kedekatan produk dari perusahaan-perusahaan ini dapat

memacu kompetisi yang mendorong adanya spesialisasi,

peningkatan kualitas, serta mendorong inovasi dalam diferensiasi

pasar (Ayu et al, 2013).

Manfaat yang didapatkan dari pengembangan klaster industri

antara lain (Andriyanto et al, 2015):

1. Menciptakan manfaat ekonomi dan daya saing.

2. Meningkatkan efisiensi dan produktivitas bagi perusahaan di

dalam klaster serta peningkatan kemampuan inovasi yang

melibatkan lembaga penelitian.

3. Mengurangi biaya transportasi dan transaksi, meningkatkan

efisiensi, menciptakan asset secara kolektif dan

memungkinkan terciptanya inovasi yang pada akhirnya akan

meningkatkan daya saing.

4. Memiliki keunggulan dalam memanfaatkan asset

sumberdaya secara kolektif untuk mendorong diversifikasi

produk dan meningkatkan terciptanya inovasi.

5. Mendorong terjadinya spesialisasi produksi sesuai dengan

kompetensi inti dan mendorong transformasi keunggulan

komperatif menjadi suatu keunggulan yang kompetitif.

Menurut Scorsone (2002) dalam Nugroho (2011), keuntungan

UKM dengan adanya klaster adalah sebagai berikut:

1. Lokalisasi ekonomi. Melalui klaster, dengan memanfaatkan

kedekatan lokasi, UKM yang menggunakan input (informasi,

Page 31: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

11

teknologi atau layanan jasa) yang sama dapat menekan biaya

perolehan dalam penggunaan jasa tersebut.

2. Pemusatan tenaga kerja. Klaster akan menarik tenaga kerja

dengan berbagai keahlian yang dibutuhkan klaster tersebut

sehingga memudahkan UKM untuk memenuhi kebutuhan

tenaga kerja dan mengurangu biaya pencarian tenaga kerja.

3. Akses pada pertukaran informasi dan patokan kinerja. UKM

yang tergabung dalam klaster dapat memonitor dan bertukar

informasi mengenai kinerja pemasok dan nasabah potensial

dengan mudah. Doraongan untuk inovasi dan teknologi akan

berdampak pada peningkatan produktivitas dan perbaikan

produk.

4. Produk komplemen. Kedekatan lokasi menyebabkan produk

dari satu pelaku klaster dapat memiliki dampak penting bagi

aktivitas UKM lainnya. Disamping itu kegiatan yang saling

melengkapi ini dapat bergabung dalam pemasaran yang

sama.

2.3 Pengelompokan Usaha Kecil dan Menegah (UKM)

Menurut Sa’adah et al (2015), usaha mikro mempunyai peran

yang penting dalam pembangunan ekonomi, karena intensitas

tenaga kerja yang relatif lebih tinggi dan investasi yang lebih kecil,

sehingga usaha mikro lebih fleksibel dalam menghadapi dan

beradaptasi dengan perubahan pasar. UKM adalah pelaku

ekonomi yang secara nyata berperan strategis dalam ekonomi

yang karena itu harus dikelola dan dikembangkan secara proakif

Page 32: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

12

mengikuti perubahan-perubahan dalam tata ekonomi global.

Secara umum karakter usaha kecil dan menengah (UKM) dapat

dikenali sebagai unit usaha yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut

(Taufiq, 2004) dalam (Indrawati dan Laut ,2006):

1. Skala usaha kecil, mengacu pada argumentasi bahwa salah

satu sumber keunggulan adalah melalui economies of scale,

maka akan sulit untuk bersaing dengan usaha berskala besar

dalam suatu aktivitas bisnis yang sama

2. Padat karya, kegiatan produksi yang melibatkan banyak

tenaga kerja sebagai konsekuensi dari aktivitas yang

menghasilkan produk yang berciri handmade

3. Berbasis sumber daya lokal dan sumber daya alam, orientasi

UKM pada umumnya lebih kepada upaya melakukan aktivitas

apa yang bisa dilakukan dengan sumberdaya yang ada

4. Pelaku banyak , karena hampir tidak ada barrier to entry pada

aktivitas UKM sehingga banyak persaingan UKM

5. Menyebar, aktivitas bisnis UKM dapat dijumpai hampir

seluruh pelosok tanah air dan di berbagai sektor.

Pelaku UKM dalam melakukan usahanya terdapat beberapa

permasalahan yang dihadapi. Permasalahan umum yang

dihadapi oleh UKM adalah (1) Kurang permodalan, (2) Kesulitan

dalam pemasaran, (3) Persaingan usaha ketat, (4) Kesulitan

bahan baku, (5) Kurang teknis produksi dan keahlian, (6)

Keterampilan manajerial kurang, (7) Kurang pengetahuan

manajemen keuangan, dan (8) Iklim usaha yang kurang kondusif

Page 33: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

13

(perijinan,aturan/perundangan) (Sukesti dan Nurhayati, 2015).

Dalam perspektif perkembangannya, UKM dapat diklasifikasikan

menjadi 4 (empat) kelompok yaitu (Meliala et al, 2014):

1. Livelihood Activities, merupakan UKM yang digunakan

sebagai kesempatan kerja untuk mencari nafkah, yang lebih

umum dikenal sebagai sektor informal. Contohnya adalah

pedagang kaki lima

2. Micro Enterprise, merupakan UKM yang memiliki sifat

pengrajin tetapi belum memiliki sifat kewirausahaan

3. Small Dynamic Enterprise, merupakan UKM yang telah

memiliki jiwa kewirausahaan dan mampu menerima

pekerjaan subkontrak dan ekspor

4. Fast Moving Enterprise, merupakam UKM yang telah memiliki

jiwa kewirausahaan dan akan melakukan transformasi

menjadi Usaha Besar (UB).

2.4 Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah

(UKM)

UKM berperan penting dalam menyokong perekonomian di

masa datang, sehingga dibutuhkan strategi-strategi

pengembangan potensi usaha dalam mengembangkan sektor

usaha kecil dan menengah (Evelina dan Soegiharta, 2013). Salah

satu strategi pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM)

yang sangat baik untuk diterapkan di negara berkembang adalah

dengan pengelompokan/clustering. Kerjasama dan persaingan

antar UKM di sektor yang sama di dalam suatu kelompok akan

Page 34: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

14

meningkatkan efisiensi bersama dalam proses produksi,

spesialisasi yang fleksibel dan pertumbuhan yang tinggi

(Tambunan,2002) dalam (Setiawan, 2004).

Strategi pengembangan usaha adalah suatu rencana yang

digunakan untuk mencapai sasaran dan tujuan dari suatu usaha.

Strategi pengembangan usaha diperlukan agar target-target dan

sasaran-sasaran usaha dapat dikembangkan dengan lebih

spesifik dan bias tercapai (Ambadar et al, 2006). Menurut Hamid

dan Susilo (2011), kebijakan dan strategi dalam pengembangan

UKM antara lain:

1. Berbagai pelatihan dalam pengembangan produk yang lebih

variatif dan beorientasi kualitas dengan berbasis sumber

daya lokal

2. Dukungan pemerintah pada pengembangan proses produksi

dengan revitalisasi mesin dan peralatan yang lebih modern

3. Pengembangan produk yang berdaya saing tinggi dengan

muatan ciri khas lokal

4. Kebijakan kredit oleh perbankan dengan bunga lebih murah

dan proses lebih sederhana sehingga akan mendukung

percepatan proses revitalisasi proses produksi

5. Peningkatan kualitas infrastruktur fisik maupun nonfisik untuk

menurunkan biaya distribusi sehingga produk UKM akan

memiliki daya saing lebih tinggi

Page 35: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

15

6. Dukungan kebijakan pengembangan promosi ke pasar

ekspor maupun domestik dengan berbagai media yang lebih

modern dan bervariatif.

2.5 Metode K-means Clustering

Analisis klaster dibagi dalam dua metode yaitu metode hierarki

metode non-hierarki. Metode hierarki adalah metode dalam

analisis klaster dimana pengelompokkan dimulai dengan dua

atau lebih objek yang mempunyai kesamaan paling dekat.

Kemudian diteruskan ke objek lain yang mempunyai kedekatan

kedua. Demikian seterusnya sehingga klaster akan membentuk

semacam pohon di mana ada hierarki (tingkatan) yang jelas antar

objek, dari yang mirip sampai paling tidak mirip (Santoso, 2010).

Metode non hierarki adalah metode clustering yang dimulai

dengan menentukan terlebih dahulu jumlah klaster yang

diinginkan (dua klaster, tiga klaster atau yang lain). Setelah

jumlah klaster diketahui, baru proses klaster dilakukan tanpa

mengikuti proses hierarki (Santoso, 2007).

Metode K-means merupakan metode clustering yang paling

sederhana dan umum. Hal ini dikarenakan k-means mempunyai

kemampuan mengelompokkan data dalam jumlah yang cukup

besar dengan waktu komputasi yang cepat dan efisien

(Irwansyah dan Faisal, 2015). K-means adalah metode clustering

berbasis jarak yang membagi data ke dalam sejumlah klaster dan

algoritma ini hanya dapat bekerja pada atribut numerik. Algoritma

k-means sangat terkenal karena kemudahan dan

Page 36: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

16

kemampuannya untuk mengklaster data sangat besar dan data

outlier dengan sangat cepat. Dalam algoritma k-means setiap

data harus termasuk ke dalam klaster tertentu dan dimungkinkan

bagi setiap data yang termasuk pada klaster tertentu pada suatu

tahapan proses, pada tahapan berikutnya berpindah pada klaster

lainnya (Matisen et al, 2015).

2.6 Variabel K-means Clustering

Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu

yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut yang

terkait dengan penelitian kemudian ditarik kesimpulannya

(Lusiana et al, 2015). Variabel yang bisa dianalisis dengan Non-

Hierarchy Cluster adalah kuantitatif (interval,rasio) (Hidayat dan

Istiadah, 2011). Pada penelitian ini variabel kuantitatif yang

digunakan adalah kapasitas produksi perbulan, lama usaha, rata-

rata nilai penjualan perbulan, nilai investasi, jumlah tenaga kerja.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini didasarkan pada

variabel-variabel yang digunakan untuk mengklasifikasikan suatu

industri oleh beberapa sumber seperti BPS, Bank Indonesia

mengenai batasan atau kriteria yang mengklasifikasikan suatu

industri (Hermayudi, 2004).

Kapasitas adalah tingkat output maksimum dari suatu proses.

Karakteristik ini diukur dalam unit output per unit waktu

(Gaspersz, 1998). Kapasitas produksi adalah hasil produksi,

volume pemrosesan atau jumlah unit yang dapat diproduksi oleh

Page 37: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

17

sebuah fasilitas dalam periode waktu tertentu. Kapasitas

produksi ditentukan oleh kapasitas sumber-sumber yang dimiliki

oleh suatu industri seperti kapasitas mesin, kapasitas tenaga

kerja, kapasitas bahan baku, dan kapasitas modal (Putra et al,

2015).

Lama usaha merupakan lama waktu suatu usaha beroperasi

diukur dengan menggunakan skala ordinal (Kristiningsih, 2014).

Lama usaha merupakan lamanya pedagang berkarya pada

usaha perdagangan yang sedang di jalani saat ini (Asmie, 2008)

dalam (Wardani et al, 2015). Lamanya suatu usaha dapat

menimbulkan pengalaman berusaha, dimana pengalaman dapat

mempengaruhi pengamatan seseorang dalam bertingkah laku

(Sukirno, 1994) dalam (Wardani et al, 2015).

Nilai penjualan adalah penjualan atau pendapatan yang

diperoleh suatu organisasi dalam periode tertentu dan dinyatakan

dalam mata uang. Rata-rata penjualan adalah jumlah produk

yang dapat terjual pada suatu periode tertentu. Rata-rata

penjualan menentukan laba dari suatu usaha (Soemohadiwidjojo,

2015).

Nilai investasi adalah sesuatu yang dikeluarkan di awal untuk

memulai usaha dan membeli barang pokok yang akan digunakan

(Lestari, 2009). Menurut Sukirmo (2004) dalam Wardani et al

(2015), investasi adalah pengeluaran atau pengeluaran para

investor atau penanam modal perusahaan untuk membeli

barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi

Page 38: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

18

untuk menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan

jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian. Investasi dalam

sebuah perusahaan biasanya terkait erat dengan pengembangan

kapasitas produksi yang antara lain dengan melakukan

pembelian mesin-mesin baru (Tambunan, 2008).

Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan

pekerjaan guna menghasilkan barang dan jasa baik untuk

memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat

(Agusmidah, 2010). Menurut Mulyadi (2003) dalam Jati (2013),

tenaga kerja adalah penduduk dalam usia kerja (berusia 15 - 64

tahun) atau jumlah seluruh penduduk dalam suatu negara yang

dapat memproduksi barang dan jasa. Jika ada permintaan

terhadap tenaga mereka, dan jika mereka mau berpartisipasi

dalam aktivitas tersebut.

2.7 Metode Fuzzy Analitycal Hierarchy Process (FAHP)

Fuzzy AHP merupakan suatu metode analisis yang

dikembangkan dari AHP. Walaupun AHP biasa digunakan dalam

menangani kriteria kualitatif dan kuantitatif namun fuzzy AHP

dianggap lebih baik dalam mendeskripsikan keputusan yang

samar-samar daripada AHP (Wahyuni dan Hartati, 2012). Model

fuzzy AHP mampu menerjemahkan suatu besaran yang

diekspresikan menggunakan bahasa verbal ke dalam nilai

numerik (Astuti dan Retantyo, 2014).

Kelemahan metode FAHP dengan metode AHP yaitu proses

pembobotan kriteria atau sub kriteria dengan metode FAHP

Page 39: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

19

membutuhkan waktu yang relatif lebih lama dibanding proses

pada metode AHP, akan tetapi metode FAHP memiliki

keunggulan lebih cepat pada saat proses pembobotan alternatif.

Metode FAHP memiliki tingkat akurasi yang lebih tinggi yaitu

sebesar 84,62% daripada metode AHP yang hanya sebesar

23,08% dalam hal ketepatan hasil sistem dengan rekomendasi

pakar (Faisol et al, 2014). Fuzzy Analytic Hierarchy Process

adalah metode Analytical Hierarchy Process (AHP) yang

dikembangkan dengan teori logika fuzzy, khususnya triangular

fuzzy. Langkah penyelesaian masalah dengan metode Fuzzy

AHP hampir sama dengan metode AHP. Hanya saja metode

Fuzzy AHP mengubah skala AHP ke dalam skala triangular fuzzy

untuk memperoleh prioritas. Selanjutnya data yang telah diubah

tersebut diproses lebih lanjut dengan extent analysis (Andyana et

al, 2016).

2.8 Kriteria dan Alternatif pada Struktur Hierarki FAHP

Menurut Saaty (1994), hirarki adalah gambaran yang

kompleks dalam struktur dimana tingkat paling atas adalah tujuan

dan diikuti oleh tingkat kriteria, subkriteria sampai tingkat

terbawah adalah alternatif. Pembuatan struktur hierarki diawali

dengan penetapan tujuan umum dari pembuatan hierarki.

Kemudian dilanjutkan dengan kriteria-kriteria, subkriteria dan

alternatif-alternatif. Permasalahan yang akan diselesaikan

dengan AHP diuraikan menjadi unsur-unsur yaitu kriteria dan

alternatif kemudian disusun menjadi struktur hierarki. Kemudian

Page 40: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

20

kriteria dan alternatif tersebut dinilai melalui perbandingan

berpasangan (Marimim, 2004).

Struktur hierarki yang digunakan dalam penelitian ini dapat

dilihat pada gambar 3.3 dan gambar 3.4. Faktor yang digunakan

dalam penelitian ini yaitu klaster industri, pemerintah dan industri

pendukung. Kriteria yang digunakan dalam penelitian ini adalah

peningkatan teknologi produksi, pengembangan sumber daya

manusia, meningkatkan produksi dan meningkatkan penjualan.

Alternatif yang digunakan adalah peningkatan kualitas produk,

pelatihan dan pembinaan pemilik dan karyawan UKM, akses

permodalan dan peningkatan kemitraan. Alternatif tersebut

disesuaikan dengan hasil wawancara dengan pemilik UKM.

Kualitas produk adalah tingkat atau kesesuaian produk

dengan standar yang telah dipakai (Darsono, 2013). Kualitas

adalah kesesuaian antara produk (barang maupun jasa) dengan

spesifikasi kebutuhan pelanggan. Jika perusahaan melakukan

suatu hal yang tidak sesuai dengan harapan pelanggan berarti

perusahaan tersebut tidak memberikan kualitas yang baik.

Perbaikan dan pengukuran kualitas secara terus-menerus,

karyawan diberdayakan untuk memecahkan masalah (dengan

catatan manajemen menyediakan alat-alat yang cocok), maka

kualitas dapat disempurnakan (Hartini, 2012). Salah satu cara

untuk meningkatkan kualitas adalah dengan melakukan

standarisasi produk. Standarisasi adalah suatu ukuran tingkat

mutu suatu produk dengan menggunakan standar warna, ukuran

Page 41: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

21

atau volume, bentuk, susunan, ukuran jumlah dan jenis unsur-

unsur kandungan, kekuatan atau ketahanan, kadar air, rasa,

tingkat kematangan, dan berbagai kriteria lainnya yang dapat

juga dijadikan standar dasar mutu produk (Faqih, 2010).

Standarisasi produk akan membuat produk-produk yang

dihasilkan semakin berkualitas sehingga mampu bersaing

dengan produk dengan merk-merk ternama kemudian akses

pasar akan memberikan keuntungan bagi usaha kecil dalam

memasarkan produknya secara luas (Frisdiantara dan Mukhklis,

2016).

Pelatihan adalah prosedur yang direncanakan dan dirancang

untuk meningkatkan efektivitas pekerja di tempat kerja (Pardey,

2007). Menurut Suprihanto (2001), pelatihan adalah kegiatan

untuk memperbaiki kemampuan karyawan dengan cara

meningkatkan pengetahuan dari keterampilan operasional dalam

menjalankan suatu pekerjaan. Menurut Rasyid et al (2002) dalam

Alhempi dan Harianto (2013), pembinaan adalah suatu proses

atau pengembangan yang mencakup urutan-urutan pengertian,

diawali dengan mendirikan, menumbuhkan, memelihara

pertumbuhan tersebut yang disertai usaha-usaha perbaikan,

menyempurnakan, dan mengembangkannya. Peningkatan

pelatihan dan pembinaan, secara bersama-sama berdampak

terhadap peningkatan perkembangan usaha kecil dan sebaliknya

penurunan pelatihan dan pembinaan berdampak pula terhadap

penurunan perkembangan usaha kecil (Alhempi dan Harianto,

Page 42: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

22

2013). Pemberian pelatihan dapat diselenggarakan oleh pihak

pemerintah, hal ini dilakukan untuk mengembangkan inovasi

produk, pemanfaatan teknologi, serta bidang pemasaran.

Modal adalah segala sumber daya hasil produksi yang tahan

lama, yang dapat digunakan sebagai input produktif dalam

proses produksi berikutnya. Modal merupakan salah satu faktor

dalam proses produksi (Alam, 2006). Pentingnya peran modal

kerja dalam sebuah UKM digunakan untuk membiayai kegiatan

operasionalnya dan mengembangkan bisnis adalah solusi

mengenai permasalahan umum yang dihadapi UKM (Sukesti dan

Nurhayati, 2015).

Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang

digunakan individu, rumah tangga maupun organisasi untuk

memperoleh kebutuhan dan keinginannya dengan cara

menukarkan produk dan nilai dengan pihak lain (Simamora,

2003). Pemasaran merupakan suatu perpaduan dari aktivitas-

aktivitas yang saling berhubungan untuk mengetahui kebutuhan

konsumen melalui penciptaan, penawaran dan pertukaran

produk dan jasa yang bernilai serta mengembangkan promosi,

distribusi, pelayanan dan harga agar kebutuhan konsumen dapat

terpuaskan dengan baik pada tingkat keuntungan tertentu.

Pemasaran memiliki fungsi-fungsi yaitu (Oentoro, 2012):

1. Fungsi Pertukaran. Pembeli dapat membeli produk dari

produsen baik dengan menukar uang dengan produk maupun

barter.

Page 43: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

23

2. Fungsi Distribusi Fisik. Distribusi fisik suatu produk dilakukan

dengan cara mengangkut serta menyimpan produk.

3. Fungsi Perantara Penyampaian produk dari tangan produsen

ke konsumen dilakukan melalui perantara pemasaran yang

menghubungkan aktivitas pertukaran dengan distribusi fisik.

Promosi adalah bagian dari bauran pemasaran yang besar

peranannya. Promosi merupakan kegiatan-kegiatan yang secara

aktif dilakukan perusahaan untuk mendorong konsumen membli

produk yang ditawarkan. Kegiatan dalam promosi ini pada

umumnya adalah periklanan, personal selling, promosi

penjualan, pemasaran langsung, serta hubungan masyarakat

dan publisitas (Fuad et al, 2000). Tujuan diadakannya promosi

adalah membuat orang mengetahui adanya suatu usaha yang

berikutnya diusahakan agar mereka membeli barang atau

menggunakan jasa kita. Oleh karena begitu pentingnya, promosi

menjadi bagian yang menentukan hidup matinya perusahaan

(Sarosa, 2003).

Kemitraan adalah kerja sama antara usaha kecil termasuk

koperasi dengan usaha menengah atau usaha besar disertai

pembinaan dan pengembangan oleh usaha menengah atau

usaha besar dengan memperhatikan prinsip saling

menguntungkan, saling memerlukan dan saling memperkuat

(Tohar, 2007). Kemitraan adalah sebuah kegiatan kerjasama

antara usaha kecil dan menengah dengan usaha besar dimana

sesuai Peraturan Pemerintah nomor 44 tahun 1997 bentuk dari

Page 44: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

24

kemitraan yang ideal adalah saling memperkuat, saling

menguntungkan, dan saling menghidupi. Jadi kemitraan

bertujuan untuk meningkatkan pendapatan, kesinambungan

usaha, jaminan suplai jumlah, kualitas produk, meningkatkan

kualitas kelompok mitra, dan peningkatan usaha dalam rangka

menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan kelompok usaha

yang mandiri (Sumardjo et al, 2004).

2.9 Penelitian Terdahulu

Penelitian ini juga menggunakan hasil penelitian terdahulu

sebagai bahan studi literatur. Hasil penelitian terdahulu dapat

dilihat pada Tabel 2.2

Tabel 2. 2 Penelitian Terdahulu

No Nama Jurnal Hasil

1. Papilo, P dan Banta-cut, T

Jurnal Teknik Industri, Volume XI, Nomor 2, Mei 2016, Hala-man 87-96

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang dampak dari pelaksanaan program klaster industri terhadap peningkatan daya saing industri bioenergi berbasis kelapa sawit nasional. Program klaster industri telah memberikan pengaruh yang positif. Namun, diperlukan berbagai langkah nyata dengan melibatkan berbagai peran kelembagaan yang berkepentingan. Namun, untuk meningkatkan daya saing, diperlukan pula berbagai langkah nyata dengan melibatkan berbagai peran kelembagaan yang berkepentingan. Evaluasi dan perbaikan berkelanjutan terhadap berbagai aspek, menjadi tonggak utama dalam upaya peningkatan daya saing agroindustri nasional secara berkelanjutan.

Page 45: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

25

Tabel 2. 2 Penelitian Terdahulu (Lanjutan)

No Nama Jurnal Hasil

2. Setya-ningsih, S

Elsiver Proce-dia Econo-mics and Finance Vol. 4, 2012 Page 286-298

Hasil penelitian menunjukkan jumlah klaster UKM dengan kinerja yang sukses terdapat empat klaster yang memiliki karakteristik berbeda. Klaster 1 lebih berorientasi pada dinamika perusahaan, klaster 2 berorientasi pada dinamika perusahaan dan manajemen kinerja, klaster 3 berorientasi pada keberhasilan UKM yang dilihat dari lama berdirinya dan penjagaan kelancaran bisnis, sedangkan klaster 4 lebih berorientasi pada manajemen kinerja.

3. Prian-to, F

Jurnal JEAM Vol. 10 No. 1 2011 Hal. 48 – 71

Hasil penelitian dengan menggunakan metode K-means Menunjukkan hasil bahwa terbentuk 4 klaster. Klaster 1 menunjukkan kelompok perusahaan dengan skala usaha besar, wilayah pemasaran regional dan menggunakan bahan baku lokal. Klaster 2 menunjukkan kelompok perusahaan dengan skala kecil, jumlah tenaga kerja kecil dan menggunakan bahan baku lokal. Klaster 3 menunjukkan perusahaan dengan skala kecil, jumlah tenaga kerja kecil serta menggunakan bahan baku lokal dan internasional. Klaster 4 menunjukkan, bahan baku regional dan pemasaran hingga internasional.

Page 46: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

26

Tabel 2. 2 Penelitian Terdahulu (Lanjutan)

No Nama Jurnal Hasil

4. Sugiar-to, D., Ma’arif, M. S., Sailah, I., Sukardi dan Hong-goku-sumo, H.

Jurnal Tekno-logi Industri Pertanian, Volume 20, Nomor 2, Hala-man 89-100

Penelitian ini menyajikan model pemilihan strategi pengembangan klaster dan pemilihan strategi manajemen pengetahuan dengan studi kasus pada klaster agroindustri barang celup lateks skala kecil dan menengah di Propinsi Jawa Barat dan Banten. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah fuzzy analytical hierarchy process. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi inovasi dan teknologi adalah strategi terpenting untuk mengembangkan klaster dengan aktor utama adalah lembaga pendukung. Strategi manajemen pengetahuan yang paling penting untuk mendukung strategi inovasi dan teknologi adalah strategi kombinasi antara kodifikasi dan personalisasi.

Page 47: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

27

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Penelitian ini dilaksanakan di sentra UKM Keripik Tempe

Sanan Kota Malang. Pengolahan data dilakukan di Laboratorium

Manajemen Agroindustri, Jurusan Teknologi Industri Pertanian,

Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya. Penelitian

dan pengolahan data dilakukan mulai bulan April 2017 sampai

Agustus 2017.

3.2 Batasan Masalah

Batasan masalah dilakukan untuk menyederhanakan ruang

lingkup masalah penelitian. Batasan masalah pada penelitian ini

adalah:

1. Variabel yang diambil untuk pengelompokkan UKM keripik

tempe adalah kapasitas produksi perbulan (kg), lama UKM

berdiri (tahun), rata-rata pendapatan perbulan (Rp) , nilai

investasi (Rp) dan jumlah tenaga kerja (orang).

2. Faktor yang digunakan dalam penyusunan strategi

pengembangan industri meliputi klaster industri, pemerintah,

serta industri terkait dan pendukung.

3. Penelitian ini hanya sampai pada penentuan prioritas strategi

pengembangan yang tepat bagi klaster UKM keripik tempe

Page 48: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

28

Kota Malang, serta tidak membahas tahap implementasi dan

evaluasi strategi pengembangan.

3.3 Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian merupakan urutan dari pengerjaan

penelitian yang terdiri dari tahap-tahap pelaksanaan yang saling

berkaitan. Penelitian ini dimulai dengan survey pendahuluan,

perumusan masalah dan penetapan tujuan, studi literatur,

identifikasi variabel, penentuan sampel, pengumpulan data.

Prosedur penelitian ini dilakukan berdasarkan tahapan penelitian

yang digambarkan pada Gambar 3.1.

3.3.1 Survey Pendahuluan

Survey pendahuluan dilakukan dengan kunjungan ke seluruh

UKM keripik tempe Sanan Kota Malang yang terdaftar pada

Dinas Koperasi dan UKM Kota Malang, dan Dinas Industri Kota

Malang. Survey pendahuluan dilakukan untuk mengetahui

kondisi nyata dari objek penelitian sehingga dapat mengetahui

permasalahan yang ada.

Page 49: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

29

Mulai

Survey pendahuluan

Perumusan masalah

Penetapan tujuan

Studi literatur

Identifikasi variabel

Penentuan responden

Pembuatan kuisioner

Analisis pengolahan data K-means dan

Fuzzy Analytical Hierarchy Process

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Valid

Pengisian kuisioner

Tidak

Ya

Pengumpulan data

Face validity

Gambar 3. 1 Diagram Alir Prosedur Penelitian

Page 50: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

30

3.3.2 Perumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini didasarkan pada latar

belakang yaitu pemilik UKM keripik tempe dalam

mengembangkan usahanya secara individual. Selain itu terdapat

permasalahan lain pada UKM keripik tempe di Kota Malang

meliputi permodalan, pemasaran dan pengetahuan

pengembangan bisnis yang masih lemah. Oleh karena itu,

diperlukan pembentukan klaster pada UKM keripik tempe untuk

meningkatkan daya saing dan menentukan strategi

pengembangan klaster UKM yang terbentuk.

3.3.3 Penetapan Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah

menentukan model klaster pada UKM keripik tempe di Kota

Malang dengan metode k-means clustering dan menentukan

strategi pengembangan yang sesuai untuk diterapkan pada tiap

klaster UKM keripik tempe yang terbentuk dengan metode Fuzzy

Analytical Hierarchy Process (FAHP).

3.3.4 Studi Literatur

Studi literatur dilakukan dengan cara mengumpulkan dan

mempelajari literatur-literatur yang berkaitan dengan materi

penelitian. Studi literatur bertujuan untuk menunjang materi-

materi yang diperlukan dalam penelitian. Literatur yang dapat

digunakan dalam menunjang penelitian ini dapat berupa buku-

buku mengenai analisis klaster dan strategi pengembangan

Page 51: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

31

usaha, jurnal serta artikel mengenai analisis klaster dan strategi

pengembangan usaha, e-book, artikel-artikel di internet, data-

data dinas terkait.

3.3.5 Identifikasi Variabel

UKM Keripik Tempe Sanan Kota Malang yang menjadi objek

penelitian akan dikelompokkan menggunakan beberapa kriteria

yang dianggap penting untuk diketahui dan dijadikan sebagai

variabel penelitian. Variabel penelitian adalah objek penelitian

yang dapat diukur. Variabel-variabel penelitian yang digunakan

dalam pengelompokan UKM keripik tempe dapat dilihat pada

tabel 3.1.

Tabel 3. 1 Variabel Pengelompokan UKM Keripik Tempe

Simbol Variabel Definisi Operasional

X1 Kapasitas produksi perbulan

Jumlah produk yang dihasilkan UKM perbulan dalam satuan kilogram

X2 Lama UKM berdiri

Lama waktu UKM berdiri hingga saat ini masih berproduksi dalam satuan tahun

X3 Rata-rata nilai penjualan perbulan

Jumlah pendapatan perbulan dari produk yang dapat terjual dalam satuan rupiah

X4 Nilai investasi

Biaya awal usaha yang dikeluarkan untuk mendirikan UKM dalam satuan rupiah

X5 Jumlah tenaga kerja

Banyaknya tenaga kerja yang dimiliki UKM dalam satuan orang

Page 52: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

32

3.3.6 Metode Pengambilan Sampel

Populasi dari penelitian pengelompokan UKM Keripik Tempe

Sanan Kota Malang ini adalah seluruh UKM keripik tempe yang

masih aktif dan tidak memproduksi bahan baku tempe sendiri di

Sanan Kota Malang yang berjumlah 18 UKM. Data tersebut hasil

survey pendahuluan ke lokasi UKM. Teknik sampling yang

digunakan yaitu teknik non-probability sampling. Teknik

pengambilan sampel yang digunakan yaitu teknik voluntary

sejumlah 9 UKM, yaitu UKM Purnama, Deny, Amangtiwi, Amel,

Sri Bawon, Arin, Karina, Putra Ridho dan Delima. Teknik

voluntary adalah teknik yang dilakukan jika satuan sampling

dikumpulkan atas dasar sukarela.

Responden yang digunakan untuk mengisi kuisioner

pengelompokan UKM Keripik Tempe Sanan Kota Malang yaitu

masing-masing pemilik UKM keripik tempe yang dijadikan sampel

pada penelitian ini. Hal ini dikarenakan pemilik UKM dianggap

mengetahui kondisi nyata dan permasalahan yang dimiliki UKM

Keripik Tempe Sanan Kota Malang. Responden yang digunakan

untuk mengisi kuisioner strategi pengembangan UKM Keripik

Tempe Sanan Kota Malang yaitu 1 orang karyawan Seksi

Pembinaan & Pengembangan Industri Makanan Minuman Dinas

Industri Kota Malang, 1 orang karyawan Bidang Usaha Kecil dan

Menengah Dinas Koperasi dan UKM Kota Malang, serta

salahsatu pemilik UKM. Responden tersebut dipilih berdasarkan

pengalaman kerja dan dianggap mengetahui strategi

Page 53: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

33

pengembangan UKM Keripik Tempe Sanan Kota Malang yang

akan diberikan.

3.3.7 Pembuatan Kuisioner

Kuisioner pengelompokkan UKM bertujuan untuk mengetahui

profil UKM serta variabel-variabel yang akan digunakan untuk

analisis k-means clustering. Kuisioner tersebut berupa kuisioner

dengan pertanyaan terbuka dan ditujukan untuk pemilik UKM.

Kuisioner yang digunakan untuk strategi pengembangan UKM

berupa kuisioner perbandingan berpasangan. Sebelum kuisioner

tersebut diberikan untuk diisi, maka dilakukan face validity

terhadap kuisioner karena untuk mengetahui apakah kuisioner

yang disusun mudah dipahami oleh responden.

3.3.8 Pengumpulan Data

a. Sumber Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah beberapa

data yang hanya diketahui oleh pihak internal perusahaan.

Pengumpulan data dilakukan untuk menunjang analisis data.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Data Primer

Data primer yang digunakan adalah data yang diperoleh

dari melakukan pengamatan langsung di lapangan dan

hasil data dari responden. Pada metode K-means data

primer diperoleh dari hasil kuisioner yang telah diisi oleh

pemilik UKM Keripik Tempe Sanan Malang. Pada metode

Page 54: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

34

Fuzzy Analytichal Hierarchy Process, data primer didapat

dari hasil kuisioner yang telah diisi oleh responden yang

kompeten dalam kriteria dan karakteristik pemilihan

strategi pengembangan UKM Keripik Tempe Sanan

Malang yaitu 1 orang karyawan Seksi Pembinaan dan

Pengembangan Industri Makanan Minuman Dinas Industri

Kota Malang, dan 1 orang karyawan Bidang Usaha Kecil

dan Menengah Dinas Koperasi dan UKM Kota Malang.

2. Data Sekunder

Data sekunder yang digunakan diperoleh melalui informasi

dan data dari Dinas Koperasi dan UKM Kota Malang, dan

Dinas Industri Kota Malang berupa jumlah UKM keripik

tempe yang terdaftar dalam dinas tersebut. Data sekunder

juga diperoleh dari skripsi, jurnal, buku-buku, dan internet.

b. Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian

ini antara lain:

1. Observasi

Observasi adalah melakukan pengamatan secara langsung

terhadap objek yang dikaji untuk memperoleh data yang

sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. Observasi

dilakukan untuk mengetahui kondisi dan situasi pada sentra

UKM Keripik Tempe Sanan Kota Malang.

Page 55: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

35

2. Wawancara

Wawancara dilakukan dengan cara berkomunikasi secara

langsung kepada pihak-pihak yang terkait dengan

penelitian. Wawancara dilakukan kepada para pemilik UKM

Keripik Tempe Sanan Malang yang berupa wawancara

terstruktur dengan pertanyaan yang terbuka dan terbatas

tentang kondisi UKM.

3. Dokumentasi

Metode dokumentasi dilakukan untuk memperoleh data

sekunder maupun tambahan informasi yang relevan

dengan permasalahan penelitian. Data-data sekunder yang

mendukung penelitian dipelajari, dicatat atau

didokumentasikan.

3.3.9 Analisis Pengolahan Data K-Means Clustering

Analisis pada penelitian ini yaitu analisis data kriteria dari

internal yang berpengaruh terhadap pengelompokkan UKM

keripik tempe Sanan Malang. Metode analisis data yang

digunakan yaitu K-means Clustering dan diproses menggunakan

SPSS 17. Diagram alir dalam analisis klaster metode K-means

denngan SPSS 17 dapat dilihat pada Gambar 3.2.

Page 56: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

36

Mulai

Buka File Data

Tentukan banyaknya cluster k

Normalisasi data input

Penentuan centroid

Perhitungan jarak objek dengan

centroid

Alokasi objek

Selesai

Posisi centroid sama

Interpretasi dan profiling

Tidak

Ya

Gambar 3. 2 Diagram Alir K-Means Clustering dengan SPSS 17

(Septioko, 2012)

Pada penelitian ini penetapan jumlah klaster dilakukan

dengan cara trial and error, yaitu mencoba terlebih dahulu

Page 57: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

37

mengelompokkan responden ke dalam klaster untuk kemudian

dianalisis jumlah klaster yang tepat dalam penelitian.

1. Normalisasi Data

Normalisasi data dilakukan pada hasil kuisioner, dengan

tujuan untuk menyesuaikan range dalam pembuatan matrik. Nilai

kuadrat input harus berada pada range 0 sampai 1, sehingga

range input yang memenuhi syarat akan berada pada nilai

tersebut. Rumus yang digunakan untuk mentransformasi data

pada nilai interval tersebut adalah:

𝑋1=

( 𝑋−𝑎)

( 𝑏−𝑎 )........................................................................................(1)

Keterangan:

𝑋1 : Data yang sudah dinormalisasi

𝑋 : Data hasil jawaban responden

𝑎 : Data minimum

𝑏 : Data maksimum

2. Penentuan Centroid

Penentuan nilai centroid pada tahap awal dilakukan secara

random, sedangkan pada tahap iterasi digunakan rumus seperti

berikut:

𝑣𝑖𝑗= ∑ 𝑋𝑘,𝑗

𝑁𝑖𝑘=1

𝑁𝑖 ….......................................................................(2)

Keterangan:

𝑣𝑖𝑗 : centroid cluster ke- i

𝑁𝑖 : jumlah data yang menjadi anggota klaster i

Page 58: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

38

𝑥𝑘𝑗 : Data baris ke-k kolom ke-j

3. Perhitungan Jarak Objek dengan Centroid

Perhitungan jarak centroid dengan data point dapat

digunakan rumus Ecludian Distance. Ecludian Distance dapat

dihitung dengan menggunakan rumus:

𝐷(𝑖,𝑗) = √(𝑋1𝑖 − 𝑋1𝑗)2 + (𝑋2𝑖 − 𝑋2𝑗)2 + ⋯ + (𝑋𝑘𝑖 − 𝑋𝑘𝑗)2.....(3)

Keterangan:

𝐷(𝑖,𝑗) : Jarak data ke-i ke pusat cluster j

𝑋𝑘𝑖 : Data ke-i pada atribut data ke-k

𝑋𝑘𝑗 : Titik Pusat ke-j pada atribut ke-k

4. Mengalokasikan Objek

Setelah jarak objek dengan centroid diketahui maka masing-

masing objek dialokasikan pada centroid yang memiliki jarak

paling dekat. Objek-objek yang memiliki jarak terdekat dengan

centroid akan menjadi satu klaster begitupula dengan objek-

objek yang jauh dari centroid.

5. Ketetapan Posisi Centroid

Jika pada perhitungan jarak diketahui posisi centroid masih

berubah-ubah, maka harus kembali pada langkah 3. Hal tersebut

akan dilakukan jika posisi centroid baru tidak sama.

6. Interpretasi dan Profiling

Interpretasi dan pembuatan profil klaster merupakan tahapan

dimana hasil klaster yang terbentuk dideskripsikan sesuai

dengan karakteristiknya. Output dari analisis data menggunakan

Page 59: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

39

metode K-means Clustering adalah jumlah data dan data mana

saja yang masuk pada klaster yang sama.

3.3.10 Analisis Data Fuzzy Analytical Hierarchy Process

Berdasarkan data yang telah diperoleh dari hasil kuisioner

perbandingan berpasangan, kemudian dilakukan rumus fuzzy

perhitungan manual dan pembobotan menggunakan Analytical

Hierarchy Proses. Langkah-langkah penyelesaian penelitian

menggunakan Fuzzy Analytical Hierarchy Process adalah

sebagai berikut:

1. Membuat struktur hirarki.

Tujuan yang ditetapkan dari penggunaan metode Fuzzy –

AHP ini adalah untuk mendapatkan strategi pengembangan yang

tepat untuk diterapkan pada tiap-tiap klaster yang terbentuk pada

UKM Keripik Tempe Sanan Kota Malang. Penyusunan struktur

hirarki untuk klaster 1 yang terbentuk dalam penelitian ini dapat

dilihat pada Gambar 3.3 dan struktur hirarki untuk klaster 2 yang

terbentuk dapat dilihat pada Gambar 3.4.

Page 60: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

40

Strategi Pengembangan UKM Keripik

Tempe Malang

Strategi Pengembangan UKM Keripik

Tempe Malang

Klaster Industri PemerintahIndustri Terkait dan

Pendukung

Meningkatan

Kualitas Produk

Pengembangan

Sumber Daya

Manusia

Meningkatkan

Penjualan Produk

Peningkatan

Kemudahan Akses

Pinjaman Modal

Pelatihan dan

Pembinaan Pemilik

UKM mengenai

pengembangan

bisnis

Peningkatan

Kemitraandengan

retailer untuk

Pemasaran Produk

Standarisasi produk

Tujuan

Faktor

Kriteria

Alternatif

Gambar 3. 3 Hirarki Strategi Pengembangan Klaster 1 UKM Keripik

Tempe Sanan Kota Malang

Page 61: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

41

Strategi Pengembangan UKM Keripik

Tempe Malang

Strategi Pengembangan UKM Keripik

Tempe Malang

Klaster Industri PemerintahIndustri Terkait dan

Pendukung

Meningkatan

Kualitas Produk

Pengembangan

SDM

Meningkatkan

Penjualan Produk

Menjalin Kemitraan

dengan Pemasok

Bahan Baku

Promosi dan

Penjualan dengan

Media yang Lebih

Modern

Pelatihan dan

Pembinaan Pemilik

UKM mengenai

pengembangan

bisnis

Standarisasi produk

Tujuan

Faktor

Kriteria

Alternatif

Gambar 3. 4 Hirarki Strategi Pengembangan Klaster 2 UKM Keripik

Tempe Sanan Kota Malang

Penyusunan hirarki pada masing-masing klaster yang dibuat

berbeda karena karakteristik klaster 1 dan 2 berbeda sehingga

strategi yang akan diberikan juga akan berbeda. Struktur hirarki

pada Gambar 3.3 merupakan strategi yang ditujukan kepada

klaster 1 yaitu usaha mikro. Struktur hirarki pada Gambar 3.4

ditujukan kepada klaster 2 yaitu usaha kecil.

2. Matriks perbandingan berpasangan

Langkah awal untuk menentukan susunan prioritas elemen

adalah menyusun perbandingan berpasangan. Misalnya kriteria

Page 62: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

42

C memiliki beberapa elemen di bawahnya, yaitu A1, A2,.., An.

Elemen C adalah kriteria yang digunakan sebagai dasar

perbandingan. A1, A2,.., An adalah elemen-elemen pada satu

tingkat dibawah C. Elemen kolom sebelah kiri selalu

dibandingkan dengan elemen baris kanan atas. Nilai kebalikan

diberikan kepada elemen baris ketika tampil sebagai elemen

kolom dan elemen kolom tampil sebagai elemen baris. Matriks ini

terdapat perbandingan elemen itu sendiri maka akan bernilai 1.

Skala perbandingan tingkat kepentingan dapat dilihat pada Tabel

3.2 dan contoh matriks perbandingan berpasangan dapat dilihat

pada Tabel 3.3

Tabel 3. 2 Skala Perbandingan Tingkat Kepentingan

Tingkat Kepentingan

Definisi Keterangan

1 Sama penting Kedua elemen memiliki pengaruh sama besar

3 Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada yang lainnya

Pengalaman dan penilaian sedikit mendukung satu elemen

5 Elemen yang satu lebih penting dari elemen lainnya

Pengalaman dan penilaian dengan kuat mendukung satu elemen

7 Sangat penting Satu elemen yang kuat disokong dan dominan

9 Paling penting Bukti yang mendukung elemen satu dengan elemen lain memiliki tingkat penegasan tinggi

Sumber: Saaty (2008)

Page 63: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

43

Tabel 3. 3 Matriks Perbandingan Berpasangan

C A1 A2 ...... An

A1

A2

.....

An

3. Menghitung vektor prioritas untuk kriteria utama

a. Nilai yang terdapat dalam satu kolom dijumlahkan dan

diberi nama total kolom.

b. Setiap entri matriks dibagi dengan total kolomnya.

c. Rata-rata dari entri-entri matriks yang terdapat dalam satu

baris dihitung dan dinyatakan hasilnya sebagai vektor

prioritas.

4. Menghitung rasio konsistensi (CR)

a. Matriks perbandingan berpasangan dilakukan dengan

vektor prioritas. Vektor baru tersebut dinyatakan sebagai

vektor jumlah.

b. Entri dari vektor jumlah bobot dibagi dengan entri yang

berpasangan dari vektor prioritas dan dinyatakan hasilnya

sebagai bobot prioritas.

c. Menghitung rata-rata dari nilai bobot prioritas dan hasilnya

dinotasikan dengan 𝜆𝑚𝑎𝑥. Rumus perhitungan 𝜆𝑚𝑎𝑥 atau

nilai eigen adalah sebagai berikut:

Page 64: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

44

𝜆 maks = 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑝𝑟𝑖𝑜𝑟𝑖𝑡𝑎𝑠

𝑛....................................................(4)

Keterangan:

𝑛: jumlah krtieria

d. Menghitung Consistensy Index (CI). Rumus CI adalah

sebagai berikut:

CI = 𝜆𝑚𝑎𝑘𝑠−𝑛

𝑛−1...................................................................(5)

Keterangan:

𝜆𝑚𝑎𝑘𝑠 : Rata-rata nilai bobot prioritas atau nilai Eigen

𝑛 : jumlah kriteria

e. Menghitung Consistency Ratio (CR). Suatu matriks

perbandingan berpasangan dinyatakan konsisten apabila

nilai CR ≤ 10%. Rumus perhitungan CR adalah sebagai

berikut:

CR = 𝐶𝐼

𝑅𝐼

........................................................................................ (6)

Keterangan:

CI : Consistensy Index

RI : Random Index, nilai RI dapat dilihat pada tabel 3.4.

Tabel 3. 4 Tabel Random Index (RI)

N 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

RI 0,00 0,00 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49

Sumber : Saaty (1994)

5. Matriks perbandingan berpasangan Fuzzy. Skala AHP diubah

menjadi bilangan TFN. Bilangan TFN dapat dilihat pada tabel

3.5.

Page 65: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

45

Tabel 3. 5 Skala TFN

Skala AHP Skala Linguistik Skala TFN

(l,m,u)

1 Sama Penting (1; 1; 3)

3 Sedikit Lebih Penting (1; 3; 5) 5 Lebih Penting (3; 5; 7) 7 Sangat Lebih Penting (5; 7; 9) 9 Mutlak Lebih Penting (7; 9; 9)

Sumber: Faisol et al, 2013

6. Menghitung nilai ∑ 𝑀𝑔𝑖1 = ∑ 𝑙𝑗𝑚

𝑗=1𝑚𝑗=𝑖 , ∑ 𝑚𝑗𝑚

𝑗=1 , ∑ 𝑢𝑗𝑚𝑗=1

dengan operasi penjumlahan pada tiap-tiap triangular fuzzy

number dalam setiap baris.

Keterangan:

𝑀 : bilangan triangular fuzzy number

𝑚 : jumlah kriteria

𝑗 : kolom

𝑖 : baris

𝑔 : parameter ( l, m, u)

7. Nilai Fuzzy synthetic extent. Menurut Chang (1996) dalam

Kulak dan Kahraman (2005), rumus dalam menghitung nilai

fuzzy synthetic extent yaitu:

𝑆𝑖 = ∑ 𝑀𝑖𝑗 𝑥

1

∑ ∑ 𝑀𝑖𝑗𝑚

𝑗=1𝑛𝑖=1

𝑚𝑗=1

∑ 𝑀𝑗𝑖𝑚

= ∑ 𝑙𝑗 , ∑ 𝑚𝑗

, ∑ 𝑢𝑗 𝑚

𝑚

𝑚

1

∑ ∑ 𝑀𝑖𝑗𝑚

𝑗=1𝑛𝑖=1

= 1

∑ 𝑢𝑖,∑ 𝑚𝑖, ∑ 𝑙𝑖𝑛𝑖=1

𝑚𝑗=1

𝑛𝑖=1

......................................(8)

Keterangan:

𝑀 : bilangan triangular fuzzy number

𝑗 : kolom

Page 66: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

46

𝑖 : baris

𝑙 : nilai lower

𝑚 : nilai medium

𝑢 : nilai upper

8. Menentukan nilai vektor (V) dan nilai ordinat defuzzyfikasi

(𝑑′).

Jika hasil yang diperoleh pada setiap matriks fuzzy, 𝑀2 ≥

𝑀1 (𝑀2 = 𝑙2, 𝑚2, 𝑢2) dan (𝑀1 = 𝑙1, 𝑚1, 𝑢1) maka nilai vektor

dapat dirumuskan sebagai berikut:

𝑉(𝑀2 ≥ 𝑀1) =

sup[min 𝑢𝑀1(𝑥) , min 𝑢 𝑀2(𝑦)]...........................................(9)

Tingkat kemungkinan untuk bilangan fuzzy dapat diperoleh

dengan persamaan berikut:

𝑉(𝑀2 ≥ 𝑀1) =

{

1 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑚2 ≥ 𝑚1,

0 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑙1 ≥ 𝑢2𝑙1−𝑢2

(𝑚2− 𝑢2)−(𝑚1− 𝑙1 𝑙𝑎𝑖𝑛𝑛𝑦𝑎

......................(10)

Jika hasil nilai fuzzy lebih besar dari 𝑘 , 𝑀𝑖(𝑖 = 1,2, … , 𝑘) maka

nilai vektor dapat dhitung sebagai berikut:

𝑉(𝑀 ≥ 𝑀1,𝑀2, … , 𝑀𝑘)

= 𝑉 (𝑀 ≥ 𝑀1); 𝑉 (𝑀 ≥ 𝑀2) 𝑑𝑎𝑛 𝑉 (𝑀 ≥ 𝑀𝑘)

= 𝑉 (𝑀 ≥ 𝑀𝑖), .............................(11)

Maka : 𝑑′(𝐴𝑖) = min 𝑉 (𝑆𝑖 ≥ 𝑆𝑘) ..........................................(12)

Page 67: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

47

Untuk 𝑘 = 1, 2, … , 𝑛; 𝑘 ≠ 𝑖 , maka diperoleh nilai bobot vektor

sebagai berikut:

𝑊′ = (𝑑′(𝐴1), 𝑑′(𝐴2), … , 𝑑′(𝐴𝑎𝑛))𝑇 ...................................(13)

Keterangan:

𝐴𝑖 = 1, 2, ..., 𝑛 adalah 𝑛 elemen

𝑛′(𝐴𝑖) = nilai yang menggambarkan pilihan relatif masing-

masing atribut keputusan.

9. Normalisasi nilai bobot vektor fuzzy (W).

Jika vektor bobot tersebut dinormalisasikan maka akan

diperoleh vektor bobot sebagai berikut:

𝑊′ = (𝑑′(𝐴1), 𝑑′(𝐴2), … , 𝑑′(𝐴𝑛))𝑇

Maka rumus normalisasi adalah:

𝑑(𝐴𝑛) = 𝑑′(𝐴𝑛)

∑ 𝑑′(𝐴𝑛)𝑛𝑖=1

.........................................................(14)

3.3.11 Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan merupakan bagian terakhir yang digunakan untuk

menjawab rumusan masalah penelitian yang telah ditetapkan

terkait dengan strategi pengembangan klaster UKM Keripik

Tempe Sanan Kota Malang. Penulisan kesimpulan didasarkan

hasil-hasil penelitian yang diperoleh serta teori yang mendukung.

Saran pada penelitian ini diharapkan menjadi pertimbangan

dalam strategi pengembangan UKM Keripik Tempe Sanan

Malang, dinas terkait dan penelitian selanjutnya.

Page 68: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

48

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Profil Sentra UKM Keripik Tempe Sanan Kota Malang

Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014, perkotaan

adalah wilayah dengan batas-batas tertentu dimana

masyarakatnya mempunyai kegiatan utama di bidang industri

dan jasa. Daerah perkotaan mempunyai ciri-ciri yaitu

penduduknya cenderung berpola hubungan rasional, ekonomis

dan individualistis, jumlah penduduk relatif banyak, sektor agraria

sedikit atau bahkan tidak ada serta memiliki kemudahan dalam

akses baik akses informasi maupun transportasi. Kota Malang

merupakan salahsatu kota di Provinsi Jawa Timur. Kota Malang

yang terletak pada ketinggian antara 440 – 667 meter diatas

permukaan air laut, merupakan salah satu kota tujuan wisata di

Jawa Timur karena potensi alam dan iklim yang dimiliki. Menurut

Permendagri No.66 Tahun 2011, luas wilayah Kota Malang

adalah 145,28 km² yang terbagi menjadi 5 kecamatan dan 57

kelurahan. Batas-batas wilayah Kota Malang sebelah utara

adalah Kecamatan Singosari dan Kecamatan Karangploso

Kabupaten Malang, sebelah timur dibatasi oleh Kecamatan Pakis

dan Kecamatan Tumpang Kabupaten Malang, sebelah selatan

dibatasi oleh Kecamatan Tajinan dan Kecamatan Pakisaji

Kabupaten Malang dan sebelah barat dibatasi oleh Kecamatan

Wagir dan Kecamatan Dau Kabupaten Malang. Kota Malang

sebagai salah satu kota di Jawa Timur yang memiliki

Page 69: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

49

perkembangan jumlah unit usaha yang relatif sangat baik. Kota

Malang adalah daerah padat karya yang didominasi industri kecil

dan menengah dengan sedikit industri manufaktur (Pemkot

Malang, 2017).

Salah satu lokasi sentra industri keripik tempe di Kota Malang

adalah di Jalan Sanan Kelurahan Purwantoro Kecamatan

Blimbing Kota Malang. Di daerah tersebut hampir seluruh

penduduknya memiliki usaha untuk memproduksi keripik tempe,

tempe maupun keduanya. Menurut Undang-Undang yang

mengatur tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Nomor 20

Tahun 2008, sebuah perusahaan yang digolongkan sebagai

UKM adalah perusahaan kecil yang dimiliki dan dikelola oleh

seseorang atau dimiliki oleh sekelompok kecil orang dengan

jumlah kekayaan dan pendapatan tertentu. UKM keripik tempe

yang berada di Jalan Sanan memiliki skala usaha mikro dan kecil.

UKM dilakukan oleh perorangan dan berlokasi di sekitar rumah

pemilik UKM. UKM keripik tempe di Jalan Sanan memiliki

keterkaitan dengan beberapa pihak yang mendukung dalam

kelancaran kegiatan industri. Keterkaitan UKM dengan beberapa

pihak digambarkan pada profil klaster industri keripik tempe di

Jalan Sanan Kota Malang pada Gambar 4.1.

Page 70: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

50

Gambar 4. 1 Profil Klaster Industri Keripik Tempe Sanan Kota Malang

Tabel 4. 1 Peran Industri dan Institusi Terkait terhadap Pengembangan

Klaster Industri Keripik Tempe Sanan

No Jenis Industri/Institusi

Anggota Kelompok

Fungsi

1 Industri Inti Industri olahan

keripik tempe

Industri yang melakukan kegiatan produksi pada olahan kedelai yaitu berupa tempe yang diolah lagi menjadi keripik tempe

2 Industri terkait Pemasok kedelai,

pemasok tempe

Industri yang terdiri dari beberapa pemasok kedelai dari petani, pedagang dan pengepul, pemasok tempe, yang mendistribusikan kedelai atau tempe ke UKM keripik tempe di Kota Malang

Page 71: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

51

Tabel 4. 1 Peran Industri dan Institusi Terkait terhadap Pengembangan

Klaster Industri Keripik Tempe Sanan (Lanjutan)

No Jenis Industri/Institusi

Anggota Kelompok

Fungsi

3 Industri pendukung

Pemasok bahan

tambahan, kemasan, distributor

Industri yang menyediakan dan memasok bahan pendukung untuk produksi keripik tempe seperti kemasan, bahan tambahan, bahan pembantu, bahan tambahan pangan, dan jasa distribusi.

4 Institusi pendukung

Dinas Industri,

Diskop dan UKM

Dinas Industri berfungsi untuk memberikan pelatihan, membina sekaligus memfasilitasi pengembangan klaster UKM. Dinas Koperasi dan UKM berfungsi untuk memberikan fasilitas pengembangan UKM, perijinan UKM, serta memberikan akses permodalan untuk UKM

Sumber: Data Primer (2017)

Berdasarkan Gambar 4.1 dapat diketahui hubungan antara

industri inti (olahan keripik tempe), industri terkait (pemasok

kedelai dan tempe), industri pendukung (bahan tambahan,

kemasan dan distributor) serta institusi pendukung (Dinas

Industri, Dinas Koperasi dan UKM). Suatu industri pasti memiliki

hubungan keterkaitan dengan industri lain dan institusi

pendukung dalam melaksanakan kegiatannya. Hubungan

keterkaitan ini akan berpengaruh terhadap kelancaran dan

Page 72: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

52

kesuksesan suatu industri. Peran industri dan institusi terkait

dapat dilihat pada Tabel 4.1. Industri dan institusi terkait memiliki

peran masing-masing untuk mendukung kegiatan UKM. Peran

pemerintah adalah sebagai fasilitator dan regulator. Pemerintah

sebagai fasilitator memiliki tanggung jawab menyediakan sarana

publik yang memadai seperti akses transportasi, listrik, dan air,

sedangkan pemerintah sebagai regulator memainkan peran

dalam mendukung berjalannya sistem dalam klaster dalam

bentuk kebijakan (Bank Indonesia, 2017). Klaster industri

berkonsentrasi geografis perusahaan yang saling berhubungan,

pemasok, penyedia jasa, perusahaan-perusahaan di industri

terkait, dan lembaga-lembaga terkait (misalnya universitas,

lembaga standar, dan asosiasi perdagangan) di bidang-bidang

tertentu yang bersaing tetapi juga bekerja sama (Porter, 1998).

Industri inti yang digunakan dalam penelitian ini adalah 9 UKM

keripik tempe yang berada di Jalan Sanan, Kelurahan

Purwantoro, Kecamatan Blimbing, Kota Malang. Masing-masing

UKM tersebut memiliki karakteristik yang berbeda-beda. UKM

yang dijadikan objek penelitian yaitu UKM Purnama, Deny,

Amangtiwi, Amel, Sri Bawon, Arin, Karina, Putra Ridho, dan

Delima. Profil masing-masing UKM dilihat pada Tabel 4.2

Page 73: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

53

Tabel 4. 2 Profil UKM Keripik Tempe di Sanan Kota Malang

Sumber: Data Primer (2017)

1. Purnama

UKM Purnama berlokasi di Jalan Sanan Nomor 44 , Kelu

rahan Purwantoro Kecamatan Blimbing Kota Malang. Nama

pemilik UKM ini adalah Bapak Priyo. Jumlah tenaga kerja yang

dimiliki UKM ini adalah 6 orang dengan sistem kerja borongan

sehingga jam kerja pada UKM ini tergantung jumlah tempe yang

diproduksi. Tenaga kerja tersebut dibagi menjadi tiga bagian

deskripsi kerja yaitu bagian pengirisan tempe sebanyak 2 orang,

bagian menggoreng keripik tempe sebanyak 2 orang dan bagian

pengemasan sebanyak 2 orang.

UKM Purnama memproduksi keripik tempe dengan variasi

rasa seperti barbeque, original, bawang, balado, pedas manis,

jagung dan pizza. Kemasan yang digunakan yaitu kemasan

plastik dengan ukuran 1,8 ons. Harga jual produk tersebut yaitu

Nama UKM

Kapasitas Produksi Perbulan

(kg)

Lama Berdiri

(th)

Rata-rata Penjualan Perbulan

(Rp)

Investasi Awal (Rp)

Jumlah Tenaga Kerja

(orang)

Purnama 3.500 28 45.000.000 10.000.000 6

Deny 2.700 19 86.400.000 4.500.000 9

Amangtiwi 1.000 11 3.000.000 5.000.000 3

Amel 3.000 13 90.000.000 3.000.000 11

Sri Bawon 2.500 32 80.000.000 7.000.000 6

Arin 3.000 6 45.000.000 2.500.000 7

Karina 3.000 20 40.000.000 2.000.000 5

Putra Ridho 3.900 17 80.000.000 5.000.000 12

Delima 900 17 2.700.000 5.000.000 4

Page 74: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

54

Rp 5.500,00 perkemasan 1,8 ons. Area pemasaran keripik tempe

yaitu Kota Malang dan sekitarnya, Batu, Lamongan, Blitar, Kediri,

Tulungagung, Jakarta. Penjualan keripik tempe melalui

distributor dan penjualan langsung oleh pemilik di toko yang

dimiliki. Selain itu Pemilik menjalin kerjasama dengan beberapa

toko oleh-oleh di daerah wisata Kota Batu.

2. Deny

UKM Deny berlokasi di Jalan Sanan Gang III Nomor 219,

Kelurahan Purwantoro Kecamatan Blimbing Kota Malang. Nama

pemilik UKM Deny adalah Bapak Sentot Bachtiar. Jumlah tenaga

kerja yang dimiliki UKM ini adalah 9 orang dengan jam kerja 8

sampai 10 jam. Tenaga kerja tersebut dibagi menjadi tiga bagian

deskripsi kerja yaitu bagian mengiris tempe sebanyak 2 orang,

bagian menggoreng sebanyak 3 orang dan bagian pengemasan

sebanyak 4 orang. Teknologi yang digunakan pada proses

produksi keripik tempe yaitu secara manual.

UKM Deny memproduksi keripik tempe dengan variasi rasa

seperti barbeque, original, bawang, balado, pedas manis, jagung.

Kemasan yang digunakan yaitu kemasan plastik dengan ukuran

1 ons, 1,5 ons dan 2 ons. Harga jual produk tersebut yaitu

bervariasi mulai Rp 4.000,00, Rp 5.500,00 dan Rp 7.000,00

sesuai ukurannya. Area pemasaran keripik tempe yaitu Kota

Malang dan sekitarnya. Penjualan keripik tempe melalui

distributor dan penjualan langsung oleh pemilik.

Page 75: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

55

3. Amangtiwi

UKM Amangtiwi berlokasi di Jalan Sanan VB Nomor 31,

Kelurahan Purwantoro, Kecamatan Blimbing, Kota Malang. UKM

ini didirikan oleh Bapak Karsi pada tahun 2006. Jumlah tenaga

kerja UKM Amangtiwi adalah 3 orang. Tenaga kerja tersebut

bekerja pada bagian pengirisan, penggorengan dan

pengemasan. Jam kerja pada tenaga kerja tersebut dimulai pukul

07.00 sampai 14.00. Teknologi yang digunakan untuk

memproduksi keripik tempe yaitu teknologi secara manual.

Amangtiwi memproduksi keripik tempe dengan variasi rasa

original, pedas dan balado. Keripik tempe tersebut dikemas

dengan kemasan plastik berukuran 1 ons dan 1,5 ons. Harga jual

keripik tempe tersebut yaitu Rp 3.500,00 untuk kemasan 1 ons

dan Rp 5.000,00 untuk kemasan 1,5 ons. Pemilik memasarkan

produknya masih dengan cara konvensional yaitu hanya

menunggu pembeli datang ke rumah saja. Sehingga area

pemasarannya masih area Kota Malang saja.

4. Amel

UKM Amel berlokasi di Jalan Sanan 7 Nomor 44 , Kelurahan

Purwantoro Kecamatan Blimbing Kota Malang. Nama pemilik

UKM Amel adalah Bapak Solehudin. Jumlah tenaga kerja yang

dimiliki UKM ini adalah 11 orang dengan sistem kerja borongan.

Tenaga kerja tersebut dibagi menjadi tiga bagian deskripsi kerja

yaitu bagian pengirisan tempe sebanyak 4 orang, bagian

menggoreng keripik tempe sebanyak 4 orang dan bagian

Page 76: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

56

pengemasan sebanyak 3 orang. Tenaga kerja tersebut memulai

pekerjaannya pada pada pukul 05.00 sampai selesai. Teknologi

yang digunakan dalam UKM ini adalah teknologi manual.

UKM Amel memproduksi keripik tempe dengan variasi rasa

seperti barbeque, original, bawang, balado, pedas manis, jagung

dan lainnya. Kemasan yang digunakan yaitu kemasan plastik

dengan ukuran 1 ons dan 2 ons. Keripik tempe tersebut dijual

dengan harga Rp 3.000,00 untuk kemasan 1 ons dan Rp

6.000,00 untuk kemasan 2 ons. Pemilik UKM Amel memasarkan

produknya dengan cara menitipkan keripik tersebut di toko oleh-

oleh di toko “Rohani” serta menerima pesanan dari toko oleh-oleh

lain dan retailer lainnya. Area pemasaran UKM Amel yaitu Kota

Madiun, Malang, Bali, Surabaya hingga pernah menerima

pesanan dari Autralia.

5. Sri Bawon

UKM Sri Bawon berlokasi di Jalan Sanan Bawah Nomor 6,

Kelurahan Purwantoro, Kecamatan Blimbing, Kota Malang.

Nama pemilik UKM ini adalah Sri Bawon pada tahun 1985.

Jumlah tenaga kerja pada UKM Sri Bawon sebanyak 6 orang.

Tenaga kerja tersebut dibagi menjadi beberapa deskripsi kerja

yaitu bagian pengirisan sebanyak 2 orang, bagian penggorengan

sebanyak 2 orang dan bagian pengemasan sebanyak 2 orang.

Tenaga kerja tersebut bekerja mulai pukul 08.00 sampai 16.00.

UKM Sri Bawon memproduksi keripik tempe dengan berbagai

rasa seperti barbeque, original, bawang, balado, pedas manis,

Page 77: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

57

jagung dan lainnya. Keripik tempe tersebut dikemas dengan

kemasan plastik dengan ukuran 1 ons dan 2 ons. Keripik tempe

tersebut dijual dengan harga Rp 4.000,00 perkemasan 1 ons dan

Rp 8,000,00 perkemasan 2 ons. Pemasaran keripik tempe

dilakukan dengan cara penjualan langsung, kerjasama dengan

beberapa toko oleh-oleh dan melalui internet atau e-business.

Area pemasaran keripik tempe tersebut adalah Malang, Batu,

Pasuruan, Surabaya, Kediri, Jakarta, dan Belanda.

6. Arin

UKM Arin berlokasi di Jalan Sanan No 5 A Kelurahan

Purwantoro, Kecamatan Blimbing, Kota Malang. Nama pemilik

UKM Arin adalah Bapak. Jumlah tenaga kerja yang dimiliki UKM

ini adalah sebanyak 7 orang. Tenaga kerja tersebut dibagi

menjadi beberapa deksripsi kerja yaitu bagian penggorengan

sebanyak 2 orang, bagian pengirisan sebanyak 3 orang dan

bagian pengemasan sebanyak 2 orang. Pekerja tersebut bekerja

mulai pukul 07.00 sampai 14.00.

Keripik tempe yang diproduksi oleh UKM Arin memiliki rasa

original. Keripik tempe tersebut dikemas dengan kemasan plastik

dengan ukuran 2 ons. Harga jual keripik tempe tersebut Rp

5.000,00 perkemasan. Pemasaran tersebut dilakukan dengan

beberapa cara seperti melalui distributor, pembelian langsung,

pemesanan serta dititipkan pada toko oleh-oleh “Lancar Jaya” di

Kota Malang. Area pemasaran keripik tempe yaitu Kota Malang

dan Kota Batu.

Page 78: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

58

7. Karina

UKM Karina berlokasi di Jalan Sanan VA Nomor 7 Kelurahan

Purwantoro, Kecamatan Blimbing, Kota Malang. Nama pemilik

UKM Karina adalah Bapak Tasmuin. Jumlah tenaga kerja yang

dimiliki UKM ini sebanyak 5 orang dengan deskripsi kerja

pengirisan sebanyak 2 orang, penggorengan sebanyak 2 orang

dan pengemasan sebanyak 1 orang. Pekerja tersebut bekerja

mulai pukul 07.00 sampai 17.00.

UKM Karina memproduksi keripik tempe dengan berbagai

variasi rasa seperti original, barbeque, jagung, pizza, keju,

balado. Keripik tempe tersebut dikemas dengan kemasan plastik

ukuran 1 ons, 1,5 ons dan 2 ons. Harga jual keripik tempe

tersebut adalah Rp 3.500,00 untuk kemasan 1 ons, Rp 5.000,00

untuk 1,5 ons dan Rp 6.000,00 untuk 2 ons. Pemilik melakukan

pemasaran produknya dengan cara pemasaran langsung dan

melalui distributor. Selain itu pemilik juga memiliki toko oleh-oleh

sendiri yaitu toko “Karina”. Area pemasaran keripik tempe

tersebut adalah daerah Malang, Bali dan Balikpapan.

8. Putra Ridho

UKM Putra Ridho berlokasi di Jalan Sanan Nomor 46,

Kelurahan Purwantoro, Kecamatan Blimbing, Kota Malang.

Nama pemilik UKM Putra Ridho adalah Bapak Khosim. Jumlah

tenaga kerja yang dimiliki UKM ini sebanyak 12 orang. Pekerja

tersebut dibagi menjadi beberapa deskripsi kerja yaitu pengirisan

Page 79: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

59

sebanyak 4 orang, penggorengan sebanyak 4 orang dan

pengemasan sebanyak 4 orang. Pekerja tersebut bekerja mulai

pukul 06.00 sampai selesai.

UKM Putra Ridho memproduksi keripik tempe dengan variasi

rasa original, keju, balado, spageti, barbeque, pedas manis,

jagung bakar dan sapi panggang. Keripik tempe tersebut dikemas

dengan kemasan plastik ukuran 1 ons dan 1,8 ons. Harga jual

keripik tempe tersebut adalah Rp 3.500,00 perkemasan 1 ons

dan Rp 6.000 perkemasan 1,8 ons. Keripik tempe tersebut dijual

melalui 2 distributor, pemesanan langsung serta melalui toko

yang dimiliki UKM Putra Ridho. Area pemasaran keripik tempe

tersebut yaitu Malang, Batu, Pandaan, Jakarta, Indonesia serta

beberapa negara di luar negeri.

9. Delima

UKM Delima berlokasi di Jalan Sanan V B Nomor 32,

Kelurahan Purwantoro, Kecamatan Blimbing, Kota Malang.

Nama pemilik UKM Delima adalah Bapak Marjito. Tenaga kerja

yang dimiliki UKM ini sebanyak 4 orang. Pekerja tersebut dibagi

menjadi beberapa deskripsi kerja yaitu bagian pengirisan

sebanyak 1 orang, bagian penggorengan sebanyak 2 orang dan

bagian pengemasan sebanyak 1 orang. Mereka bekerja mulai

pukul 07.00 sampai 17.00.

Keripik tempe yang diproduksi UKM Delima adalah keripik

tempe yang memiliki rasa original. Keripik tempe tersebut

dikemas dengan kemasan plastik ukuran 1 ons. Harga jual keripik

Page 80: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

60

tempe tersebut adalah Rp 5.000,00 perkemasan. Keripik tempe

tersebut dijual secara langsung atau dengan beberapa pesanan

pembeli. UKM ini belum bekerjasama dengan distributor atau

toko oleh-oleh lainnya. Area pemasaran keripik tempe ini meliputi

area Kota Malang.

4.2 Karakteristik UKM Keripik Tempe

Responden yang digunakan dalam pengelompokan UKM

keripik tempe di Kota Malang terdiri dari pemilik UKM. Pemilihan

responden tersebut karena pemilik UKM dianggap lebih

mengetahui keadaan UKM keripik tempe. Karakteristik UKM

dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Rata-rata kapasitas produksi pada UKM keripik tempe dalam

penelitian ini yaitu mencapai 2.611,11 kg perbulan. Produksi

keripik tempe pada UKM tersebut menyesuaikan kemampuan

masing-masing UKM dalam memproduksi keripik tempe dan

menyesuaikan banyaknya permintaan produk oleh konsumen,

sehingga kapasitas produksi masing-masing UKM berbeda.

Teknologi yang digunakan oleh seluruh UKM untuk memproduksi

keripik tempe adalah teknologi manual. Kapasitas produksi

adalah salah satu tolak ukur yang penting dari suatu perusahaan.

Kapasitas produksi adalah jumlah produk yang seharusnya dapat

diproduksi oleh perusahaan untuk mencapai keuntungan

maksimal. Penentuan kapasitas produksi dipengaruhi oleh

beberapa faktor seperti jam kerja, jumlah pekerja, dan lainnya

(Putri, 2015).

Page 81: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

61

Tabel 4. 3 Karakteristik Responden UKM Keripik Tempe Kota Malang

No Variabel Rata-Rata Nilai Minimal

Nilai Maksimal

1 Kapasitas produksi perbulan (kg)

2.611,11 900 3.900

2 Lama Berdiri (tahun)

18,11 6 32

3 Penjualan perbulan (Rp)

52.455.555,56 2.700.000 90.000.000

4 Investasi Awal (Rp)

4.888.888,89 2.000.000 10.000.000

5 Jumlah tenaga kerja (orang)

7 3 12

Sumber: Data primer diolah (2017)

Rata-rata kapasitas produksi pada UKM keripik tempe dalam

penelitian ini yaitu mencapai 2.611,11 kg perbulan. Produksi

keripik tempe pada UKM tersebut menyesuaikan kemampuan

masing-masing UKM dalam memproduksi keripik tempe dan

menyesuaikan banyaknya permintaan produk oleh konsumen,

sehingga kapasitas produksi masing-masing UKM berbeda.

Teknologi yang digunakan untuk memproduksi keripik tempe

adalah teknologi manual. Kapasitas produksi adalah salah satu

tolak ukur yang penting dari suatu perusahaan. Kapasitas

produksi adalah jumlah produk yang seharusnya dapat

diproduksi oleh perusahaan untuk mencapai keuntungan

maksimal. Penentuan kapasitas produksi dipengaruhi oleh

Page 82: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

62

beberapa faktor seperti jam kerja, jumlah pekerja, dan lainnya

(Putri, 2015).

Rata-rata lama berdirinya UKM 18,11 tahun. Lamanya suatu

merupakan salah satu variabel yang dapat mempengaruhi suatu

produksi. Hal ini terkait dengan aspek pengalaman dalam

kegiatan produksi. Semakin lama suatu usaha didirikan, maka

keterampilan yang dimiliki oleh masing-masing tenaga kerja

dapat dikatakan sama rata. Lamanya usaha dapat digunakan

untuk mengetahui sejauh mana tingkat keloyalan industri untuk

menghasilkan produksinya (Farhani,2013).

Nilai penjualan perbulan dari 9 UKM keripik tempe di Kota

Malang dalam penelitian ini didapat dari data Dinas Industri serta

hasil pengisian kuisioner oleh pemilik UKM. Rata-rata penjualan

perbulan sebesar Rp 52.455.555,56. Nilai penjualan pada

masing-masing UKM berbeda karena kemampuan UKM dalam

memproduksi keripik tempe dan memasarkan produknya

berbeda-beda. UKM yang memiliki kapasitas produksi tinggi

cenderung nilai penjualannya juga tinggi. Menurut Laksana dan

Fitanto (2013), yang dapat mempengaruhi penjualan pengusaha

keripik tempe adalah modal, jumlah tenaga kerja, jaringan usaha

dan koperasi. Perbedaan nilai minimal dan maksimal yang cukup

jauh menunjukkan perbedaan kemampuan perusahaan dalam

melakukan penjualan. Semakin tinggi penjualan suatu usaha

maka akan semakin tinggi prestasi perusahaan tersebut

(Hadiyanto, 2006).

Page 83: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

63

Nilai investasi sangat penting untuk pendirian suatu usaha,

nilai investasi rata-rata UKM keripik tempe di Kota Malang

sebesar Rp 3.494.444,44. Pemilik UKM keripik tempe di Kota

Malang menggunakan sumber dana pribadi untuk investasi. Nilai

investasi merupakan jenis modal yang harus dikeluarkan pada

awal memulai usaha, dan biasanya digunakan untuk jangka

panjang. Nilai investasi di dalam sebuah usaha biasanya terkait

erat dengan pengembangan kapasitas produksi yang antara lain

dengan melakukan pembelian mesin-mesin baru (Tambunan,

2008).

Tenaga kerja yang dimiliki UKM keripik tempe di Kota Malang

sebagian besar dibagi menjadi 3 bagian deskripsi kerja yaitu

pengirisan, penggorengan keripik dan pengemasan. Rata-rata

jumlah tenaga kerja UKM keripik tempe di Kota Malang sejumlah

7 orang. Perbedaan jumlah tenaga kerja memiliki rentang yang

sangat jauh karena setiap UKM memiliki kemampuan dan

kebutuhan tenaga kerja yang berbeda. Tenaga kerja erat

kaitannya dengan proses produksi karena semua produksi

membutuhkan tenaga kerja untuk memperoleh suatu barang atau

jasa. Tenaga kerja merupakan permintaan tidak langsung,

tenaga kerja dipekerjakan oleh perusahaan dengan tujuan untuk

digunakan dalam menghasilkan barang-barang yang mereka jual

(Sukirno dalam Amri, 2013).

Page 84: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

64

4.3 Analisis Klaster

Metode yang dipilih untuk pengelompokkan UKM keripik

tempe di Kota Malang adalah metode K-means clustering.

Metode ini merupakan metode yang apabila data-datanya telah

didapatkan maka dapat dikelompokkan ke dalam beberapa

klaster berdasarkan kemiripan data tersebut. Proses ini dimulai

dengan penentuan jumlah klaster terdahulu, misal ditentukan

akan ada 2 klaster atau 3 klaster atau angka lainnya (Santoso,

2004). Jumlah klaster pada penelitian ini ditetapkan sebanyak 2

klaster agar mempersempit kemiripan sehingga didapatkan

anggota klaster yang mirip dalam satu klaster dan berbeda nyata

dengan anggota klaster yang lain.

Proses k-means clustering yaitu dengan menentukan jumlah

yang ditentukan kemudian menentukan nilai rata-rata dari data

kemudian digunakan sebagai pusat klaster untuk selanjutnya

pusat klaster itu diperbaiki secara iteratif dengan memperbaiki

jarak tiap-tiap data terhadap pusat klaster (Cardie et al, 2001).

Hasil analisis menunjukkan bahwa k-means clustering mencapai

optimal pada iterasi ke-3 dengan jarak minimum antara pusat

klaster bernilai 4,708 dimana tidak ada lagi titik pusat tidak lagi

berubah dan tidak ada data yang berpindah antar klaster. Profil

responden pada masing-masing klaster yang terbentuk dapat

dilihat pada Tabel 4.4. Hasil olah data metode k-means

clustering dapat dilihat pada Lampiran 3.

Page 85: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

65

Tabel 4. 4 Profil Responden Masing-Masing Klaster

Variabel

Klaster 1 (Amangtiwi dan Delima)

Klaster 2 (Purnama, Deny, Amel,

Sri Bawon, Arin, Karina dan Putra Ridho)

Pusat Klaster

Minimal Maksimal Pusat Klaster

Minimal Maksimal

Kapa-sitas produksi perbulan (kg)

950 900 1.000 3.085,71 2.500 3.900

Lama berdiri (thn)

14 11 17 19,28 6 32

Rata-rata penjualan perbulan (Rp)

2.850.000 2.700.000 3.000.000 66.628.571,43 40.000.000 90.000.000

Investasi (Rp)

5.000.000 5.000.000 5.000.000 6.000.000 2.000.000 10.000.000

Jumlah tenaga kerja

3,5 3 4 8 5 12

Page 86: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

66

4.3.1 Karakteristik Klaster 1

Berdasarkan data primer dan hasil analisis, pembeda

karakteristik utama pada klaster 1 dan 2 adalah kapasitas

produksi perbulan, rata-rata penjualan perbulan dan jumlah

tenaga kerja. Hal tersebut dapat dilihat pada hasil anailis data

menggunakan k-means pada Lampiran 3, dari tabel anova nilai

F yang jauh lebih besar dibanding nilai sig menunjukan variabel

pembanding utama antar klaster. UKM keripik tempe anggota

klaster 1 digolongkan sebagai usaha mikro. Hal tersebut

didukung oleh beberapa literatur yang mengklasifikasikan usaha

mikro berdasarkan nilai penjualan dan jumlah tenaga kerja.

Klaster 1 memiliki 2 anggota yaitu UKM Amangtiwi dan Delima.

Kapasitas produksi perbulan pada klaster satu memiliki rata-rata

sebanyak 950 kg. Rata-rata kapasitas produksi klaster 1 jauh

lebih kecil dari klaster 2. Kapasitas produksi dari klaster 1 masih

terkendala oleh terbatasnya modal yang dimiliki, sehingga tidak

dapat menaikkan kapasitas produksi. Selain itu, permintaan

pasar pada klaster 1 tidak banyak, sehingga pemilik memutuskan

untuk tidak menambah kapasitas produksinya. Apabila kapasitas

produksi tinggi maka biaya tetap yang dikeluarkan juga besar,

apabila pemanfaatannya sedikit, maka biaya produksi akan

mahal sehingga untuk menentukan kapasitas produksi harus

dilakukan perencanaan dan penelitian terlebih dahulu

(Mahendra, 2013).

Page 87: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

67

Rata-rata lama berdirinya UKM pada klaster 1 yaitu 14 tahun.

Lama berdiri UKM pada klaster 1 lebih kecil dibanding klaster 2,

sehingga kapasitas produksinya juga lebih kecil. Hal tersebut

karena klaster 2 lebih memiliki pengalaman dalam usaha dan

menyebabkan permintaan produk lebih tinggi sehingga rata-rata

penjualan dan kapasitas produksi juga tinggi. Lamanya

perusahaan dalam beroperasi akan mendorong perusahaan

untuk lebih maju. Lama usaha atau sering disebut umur usaha

merupakan banyaknya waktu yang ditempuh oleh usaha dalam

menjalankan usahanya dan menunjukkan kemampuan

bersaingnya (Kusnia, 2013).

Rata-rata penjualan perbulan pada klaster 1 sebanyak Rp

2.850.000,00. Pada Tabel 4.3, klaster 1 memiliki rata-rata

penjualan yang jauh lebih kecil dari klaster 2. Hal ini disebabkan

klaster 1 memiliki kapasitas produksi yang kecil pula. Selain itu,

permintaan pasar untuk klaster 1 juga masih sedikit dan hanya

menjual secara langsung tanpa adanya distributor atau kemitraan

dengan pengecer lain. Klaster 1 digolongkan sebagai usaha

mikro. Menurut Bank Indonesia, usaha mikro adalah usaha yang

memiliki hasil penjualan tahunan kurang dari Rp 300.000.000,00

(LPPI et al, 2015).

Rata-rata nilai investasi awal pada klaster 1 sebanyak Rp

5.000.000,00. Investasi yang digunakan oleh anggota klaster 1

adalah uang pribadi. Jika dibandingkan dengan klaster 2, nilai

investasi klaster 1 juga lebih besar. Keterbatasan investasi atau

Page 88: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

68

modal menjadi salah satu kendala UKM untuk mengembangkan

bisnisnya. Investasi awal atau modal merupakan faktor yang

mutlak harus disediakan oleh pelaku usaha karena permodalan

akan berdampak langsung pada industri kecil, terutama dalam

pengadaan bahan baku (Rachmawati, 2008).

Rata-rata tenaga kerja pada klaster 1 sebanyak 3,5 orang.

Rata-rata tenaga kerja pada klaster 1 jauh lebih kecil

dibandingkan dengan klaster 2. Berdasarkan jumlah tenaga kerja

yang dimiliki, klaster 1 merupakan industri mikro. Hal ini sesuai

dengan pengklasifikasian industri menurut BPS, dimana industri

mikro adalah industri yang memiliki tenaga kerja 1-4 orang

(Dongoran et al, 2016).

4.3.2 Karakteristik Klaster 2

Berdasarkan hasil analisis dan data primer, klaster 2

merupakan termasuk kategori usaha kecil. Hal tersebut didukung

oleh beberapa sumber seperti BPS, Bank Indonesia dan Meneg

Koperasi dan PKM. Klaster 2 memiliki 7 anggota yaitu UKM

Purnama, Deny, Amel, Sri Bawon, Arin, Karina dan Putra Ridho.

Klaster 2 memiliki kapasitas produksi keripik tempe perbulan rata-

rata sebanyak 3.085,71 kg. Klaster 2 memiliki kapasitas produksi

keripik tempe yang lebih besar dibanding dengan klaster 1. Hal

ini disebabkan sebagian besar anggota klaster 2 memiliki jumlah

permintaan yang lebih banyak dibanding klaster 1. Selain itu,

sebagian besar anggota klaster 2 memiliki toko sendiri ataupun

Page 89: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

69

sudah memiliki kerja sama dengan retailer dan beberapa toko

oleh-oleh yang berada di Kota Malang dan sekitarnya.

Rata-rata lama berdirinya UKM klaster 2 yaitu 19,28 tahun.

Rata-rata lama berdiri UKM klaster 2 cenderung lebih besar atau

lebih lama dari klaster 1. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata

anggota klaster 2 lebih berpengalaman dalam usaha dibanding

klaster 1. Lamanya suatu usaha dapat menimbulkan pengalaman

berusaha. Lama pembukaan usaha dapat mempengaruhi tingkat

pendapatan, lama seorang pelaku bisnis menekuni bidang

usahanya akan mempengaruhi produktivitasnya sehingga dapat

menambah efisiensi dan mampu menekan biaya produksi lebih

kecil daripada hasil penjualan. Semakin lama menekuni bidang

usaha perdagangan akan semakin meningkatkan pengetahuan

tentang selera atau perilaku konsumen (Rosetyadi dalam

Butarbutar et al, 2017).

Rata-rata penjualan perbulan klaster 2 sebesar Rp

66.628.571,43 atau dalam setahun sebesar Rp 799.542.857,2.

Rata-rata nilai penjualan perbulan klaster 2 cenderung jauh lebih

besar dibanding dengan klaster 1. Sebagian besar anggota

klaster 2 juga sudah memiliki toko sendiri, kerjasama dengan

distributor dan retailer serta beberapa toko oleh-oleh yang ada di

daerah Kota Malang. Berdasarkan dari rata-rata penjualan,

klaster 2 termasuk dalam usaha kecil. Hal ini sesuai dengan

pengelompokan usaha menurut Bank Indonesia, dimana usaha

kecil adalah suatu usaha yang memiliki omset atau penjualan

Page 90: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

70

pertahun sebanyak Rp 300.000.000,00 sampai Rp

2.500.000.000,00 (Rp 2,5 milyar) (LPPI et al, 2015). Selain itu

didukung oleh menurut BPS serta Meneg Koperasi dan PKM

yang mengelompokkan usaha kecil adalah usaha yang memiliki

penjualan pertahun kurang dari Rp 1.000.000.000,00. Menurut

undang-undang nomor 20 tahun 2008, usaha kecil memiliki

kriteria penjualan sebesar lebih dari Rp50.000.000,00 hingga Rp

500.000.000,00 (Darwanto, 2013).

Klaster 2 memiliki rata-rata nilai investasi sebesar Rp

4.888.888,89. Investasi yang digunakan oleh klaster 2 yaitu

menggunakan dana pribadi. Jika dibandingkan dengan klaster 1,

rata-rata nilai investasi klaster 2 lebih kecil. Investasi awal yang

dikeluarkan klaster 2 lebih kecil karena klaster 2 memiliki umur

usaha lebih lama dibanding klaster 1, sehingga meskipun

investasi awal yang dimiliki kecil namun klaster 2 sudah mampu

menjual produknya lebih banyak. Investasi awal adalah salah

satu faktor produksi yang sangat penting bagi setiap usaha, baik

skala kecil, menengah maupun besar. (Tambunan, 2002).

Rata-rata jumlah tenaga kerja yang dimiliki oleh klaster 2

sebanyak 8 orang. Rata-rata jumlah tenaga kerja klaster 2 lebih

besar jika dibanding dengan rata-rata jumlah tenaga kerja klaster

1. Hal ini dapat disebabkan kebutuhan tenaga kerja klaster 2 lebih

banyak karena kapasitas produksi yang dihasilkan juga

cenderung lebih banyak dibanding dengan klaster 1.

Berdasarkan jumlah tenaga kerjanya, klaster 2 digolongkan

Page 91: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

71

sebagai usaha kecil. Menurut BPS, suatu usaha yang memiliki

tenaga kerja sebanyak 5 sampai 19 orang adalah termasuk

usaha kecil (Dongoran et al, 2016). Jumlah tenaga kerja juga

berpengaruh signifikan dan positif terhadap pendapatan usaha.

Semakin banyak jumlah tenaga kerja yang aktif, maka akan

semakin mapan kegiatan usaha tersebut (Evelyn, 2007).

4.4 Strategi Pengembangan Klaster UKM

Penentuan prioritas strategi pengembangan klaster UKM

keripik tempe Kota Malang menggunakan metode Fuzzy

Analytical Hierarchy Process (FAHP). Struktur hirarki strategi

pengembangan industri klaster 1 dan klaster 2 berbeda karena

menyesuaikan perbedaan kemampuan masing-masing klaster

dalam mengembangkan usahanya. Struktur hirarki penentuan

strategi pengembangan industri terdiri dari 4 tingkatan yaitu

tujuan, faktor, kriteria dan alternatif strategi. Kuisioner yang

tersedia diisi oleh masing-masing pakar berdasarkan

pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki. Hasil jawaban dari

pengisian kuisioner kemudian diolah untuk mendapatkan hasil

yang akan digunakan dalam penelitian ini. Jawaban tersebut

diolah dengan menggunakan perhitungan Analytical Hierarchy

Process (AHP) kemudian dikonversikan ke dalam perhitungan

Fuzzy Synthetic Extent untuk mendapatkan prioritas strategi

yang sesuai bagi masing-masing klaster UKM yang terbentuk.

Page 92: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

72

4.4.1 Strategi Pengembangan Klaster 1

Penentuan prioritas strategi pengembanganan klaster UKM

keripik tempe Kota Malang menggunakan struktur hirarki yang

berbeda namun diberikan kepada responden pakar yang sama.

Struktur hirarki tersebut dibedakan karena masing-masing klaster

yang terbentuk memiliki karakter yang berbeda sehingga

alternatif strategi yang diberikan kemungkinan juga akan

berbeda. Struktur hirarki strategi pengembangan klaster 1 dapat

dilihat pada Gambar 3.3.

4.4.1.1 Hasil Perhitungan Klaster 1 dengan Metode

Analytical Hierarchy Process (AHP)

Hasil kuisioner yang telah diisi oleh para responden pakar

akan dilakukan perhitungan rasio konsistesi atau CR. Rasio

konsistensi atau CR merupakan nilai yang digunakan untuk

mengetahui tingkat konsistensi responden pakar dalam

melakukan penilaian dalam setiap kriteria kuisioner

perbandingan berpasangan. Rasio konsistensi memiliki peran

yang penting untuk mengetahui apakah hasil dari kuisioner dapat

dilanjutkan pada langkah perhitungan selanjutnya. Rasio

konsistensi pada setiap level untuk klaster 1 dapat dilihat pada

Lampiran 4. Pada struktur hirarki yang digunakan dalam

penelitian ini terbagi menjadi 3 level dengan tujuan strategi

pengembangan UKM keripik tempe Kota Malang. Level 1

merupakan faktor yang berperan dalam pengembangan UKM

keripik tempe Kota Malang terdiri dari klaster industri, pemerintah,

Page 93: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

73

dan industri terkait dan pendukung. Level 2 merupakan kriteria

yang digunakan dalam pengembangan UKM keripik tempe Kota

Malang terdiri dari meningkatkan kualitas produk,

pengembangan sumberdaya manusia dan meningkatkan

penjualan produk. Level 3 merupakan alternatif dalam mencapai

tujuan yaitu terdiri dari standarisasi produk, pelatihan dan

pembinaan pemilik UKM mengenai pengembangan bisnis,

peningkatan kemudahan akses pinjaman modal dan peningkatan

kemitraan dengan retailer untuk pemasaran produk. Berdasarkan

hasil perhitungan data kuisioner didapatkan nilai CR masing-

masing level memiliki nilai ≤ 0,1 atau ≤ 10%, maka hasil kuisioner

tersebut dinyatakan konsisten. Nilai CR dinyatakan konsisten

apabila ≤ 10%. Jika nilai CR yang didapatkan dari hasil

perhitungan kuisioner dinyatakan konsisten maka tidak perlu

dilakukan pengisian kuisioner ulang dan dapat dilanjutkan pada

perhitungan selanjutnya (Darmanto et al, 2014).

4.4.1.2 Analisis Strategi Pengembangan Klaster 1 Tiap

Komponen Struktur Hirarki

Analisis strategi pengembangan UKM klaster 1 dilakukan

pada hasil kuisioner yang diisi oleh masing-masing pakar

terhadap masing-masing faktor, kriteria dan alternatif strategi.

Analisis dilakukan untuk mengetahui faktor, kriteria dan alternatif

yang akan dijadikan prioritas strategi pengembangan. Prioritas

dipilih dengan cara memilih bobot tertinggi pada hasil perhitungan

kuisioner terhadap masing-masing komponen setiap level. UKM

Page 94: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

74

keripik tempe Kota Malang klaster 1 merupakan klaster usaha

mikro. Hirarki strategi pengembangan klaster 1 dan nilai bobotnya

dapat dilihat pada Gambar 4.2.

Strategi Pengembangan UKM Keripik

Tempe Malang

Strategi Pengembangan UKM Keripik

Tempe Malang

Klaster Industri

(0,637)

Pemerintah

(0,358)

Industri Terkait dan

Pendukung

(0,005)

Meningkatan

Kualitas Produk

(0,406)

Pengembangan

Sumber Daya

Manusia

(0,281)

Meningkatkan

Penjualan Produk

(0,550)

Peningkatan

Kemudahan Akses

Pinjaman Modal

(0,121)

Pelatihan dan

Pembinaan Pemilik

UKM mengenai

pengembangan bisnis

(0,301)

Peningkatan

Kemitraan untuk

Pemasaran Produk

(0,128)

Standarisasi produk

(0,449)

Tujuan

Faktor

Kriteria

Alternatif

Gambar 4. 2 Struktur Hirarki dan Pembobotan Strategi Pengembangan

UKM Keripik Tempe Kota Malang Klaster 1

Berdasarkan Gambar 4.2 dapat dilihat bahwa faktor yang

dapat mempengaruhi pengembangan UKM keripik tempe klaster

1 yang menjadi prioritas pertama adalah klaster industri dengan

bobot 0,637, sedangkan kriteria pengembangan UKM keripik

tempe klaster 1 yang menjadi prioritas utama adalah

meningkatkan penjualan dengan bobot 0,550, dan alternatif

strategi yang menjadi prioritas utama adalah standarisasi produk

Page 95: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

75

dengan bobot 0,449. Hasil perangkingan dari perhitungan antar

faktor dengan menggunakan FAHP dapat dilihat pada Tabel 4.5.

Tabel 4. 5 Hasil Perangkingan Perbandingan Faktor Prioritas Klaster 1

Faktor Pakar

1 Pakar

2 Pakar

3 Nilai

Agregat Rangking

Klaster Industri 0,412 0,595 0,905 0,637 1

Pemerintah 0,578 0,401 0,095 0,358 2

Industri Terkait dan Pendukung

0,010 0,004 0,000 0,005 3

Sumber: Data Primer Diolah (2017)

Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan FAHP, pada

Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa faktor yang memiliki rangking

tertinggi adalah klaster industri dengan bobot 0,637. Klaster

industri menjadi faktor yang memiliki prioritas tertinggi dapat

dikarenakan klaster industri tersebut merupakan pihak yang akan

melakukan pengembangan usahanya. Peran manajemen pemilik

usaha merupakan faktor terbesar (dominan) yang mempengaruhi

pencapaian kapasitas inovasi pengembangan usaha

(Kurniati,2014). Fungsi dari klaster industri adalah

mengelompokkan suatu industri yang didasarkan pada beberapa

kriteria yang harus diperhatikan (Yingmin, 2010). Klaster industri

dapat memiliki pengembangan yang sukses apabila terjadi aliran

formal dan informal dari pengetahuan yang didapatkan dari

hubungan antar usaha yaitu industri terkait dan pendukung serta

pemerintah (Sugiarto et al, 2010).

Peran pemerintah dalam rangka UKM memang sangat

diperlukan. Hal tersebut karena UKM merupakan salah satu

Page 96: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

76

usaha yang potensial untuk meningkatkan perekonomian serta

meningkatkan kesejahteraan masyarakat, sehingga perlu adanya

pemberdayaan dari segi sumber daya manusia sampai pada

pengadaan sarana dan prasarana. Pemerintah yang berperan

dalam pengembangan UKM keripik tempe Kota Malang yaitu

Dinas Koperasi dan UKM Kota Malang , dan Dinas Industri Kota

Malang. Dinas Koperasi dan UKM Kota Malang melakukan

berbagai upaya dalam pemberdayaan UKM antara lain

pembinaan sumber daya manusia, pembinaan dilakukan dengan

memberikan bimbingan kewirausahaan berupa pelatihan-

pelatihan terhadap UKM. Selain itu, Dinas Koperasi dan UKM

Kota Malang berperan dalam pemberian akses permodalan,

mengembangkan jaringan kerjasama bagi UKM, serta

mengadakan pengenalan produk-produk UKM melalui pameran

dan promosi (Anggraeni et al, 2013). Dinas Industri Kota Malang

bekerja sama dengan beberapa pihak dalam usaha

mengembangkan UKM keripik tempe Kota Malang. Dinas Industri

Kota Malang memberikan bantuan narasumber pada pelatihan-

pelatihan yang diadakan oleh Dinas Koperasi dan UKM Kota

Malang (Pertiwi et al,2013).

Industri terkait dan pendukung yang berperan dalam

pengembangan UKM keripik tempe Kota Malang adalah

pemasok tempe, pemasok bahan tambahan, industri kemasan,

pemasok mesin, distributor dan retailer. Pada anggota UKM

klaster 1 belum memiliki distributor dan retailer. Hal ini karena

Page 97: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

77

UKM klaster 1 menjual produknya sendiri. Industri terkait dan

pendukung merupakan mitra usaha yang menentukan tingkat

keberhasilan dari suatu usaha (Jauhari,2010). Industri terkait dan

pendukung merupakan pihak-pihak yang bekerjasama dengan

suatu usaha serta memiliki tujuan usaha yang sama (Komarudin,

2012).

Hirarki pada level 2 yaitu kriteria strategi pengembangan UKM

keripik tempe Kota Malang juga dilakukan perhitungan dengan

metode FAHP. Kriteria-kriteria yang digunakan yaitu

meningkatkan kualitas produk, pengembangan sumber daya

manusai dan meningkatkan penjualan. Hasil perangkingan

kriteria-kriteria dengan menggunakan metode FAHP dapat dilihat

pada Tabel 4.6.

Tabel 4. 6 Hasil Perangkingan Perbandingan Kriteria-Kriteria Pengembangan UKM Keripik Tempe Kota Malang Klaster 1

Kriteria Pakar

1 Pakar

2 Pakar

3 Nilai

Agregat Rangking

Meningkatkan kualitas produk

0,349 0,489 0,379 0,406 2

Pengembangan SDM

0,209 0,386 0,249 0,281 3

Meningkatkan penjualan produk

0,442 0,835 0,372 0,550 1

Sumber: Data Primer Diolah (2017)

Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan FAHP, pada

Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa kriteria yang memiliki rangking

tertinggi adalah meningkatkan penjualan produk dengan bobot

0,550. Kriteria meningkatkan penjualan produk menjadi prioritas

utama karena pada anggota klaster 1 memiliki nilai penjualan

Page 98: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

78

yang masih kecil jika dibanding klaster 2, oleh karena itu klaster

1 diharapkan dapat meningkatkan penjualan produk. Penjualan

adalah suatu usaha yang terpadu untuk mengembangkan

rencana-rencana strategis yang diarahkan pada usaha

pemuasan kebutuhan dan keinginan pembeli, guna

mendapatkan penjualan yang menghasilkan laba. Penjualan

merupakan sumber hidup suatu perusahaan, karena dari

penjualan dapat diperoleh laba serta suatu usaha memikat

konsumen yang diusahakan untuk mengetahui daya tarik mereka

sehingga dapat mengetahui hasil produk yang dihasikan (Putra

dan Widyawati, 2014). Tujuan akhir yang ingin dicapai suatu

perusahaan adalah memperoleh laba atau keuntungan yang

maksimal. Penjualan dapat mempengaruhi profitabilitas

perusahaan, semakin tingginya penjualan bersih yang dilakukan

oleh perusahaan dapat mendorong semakin tingginya laba kotor

yang mampu diperoleh, sehingga dapat mendorong semakin

tingginya profitabilitas perusahaan (Andayani et al, 2016).

Nilai bobot kriteria meningkatkan kualitas produk tidak terlalu

jauh dengan prioritas pertama. Peningkatan kualitas produk

penting untuk pengembangan suatu usaha karena kualitas

produk mempengaruhi jumlah permintaan konsumen terhadap

produk. Strategi meningkatkan kualitas produk yang diterapkan

oleh klaster 1 masih terbatas. Anggota klaster 1 memproduksi

keripik tempe dengan kualitas yang tidak pasti. Hal ini karena

tergantung kualitas bahan baku dan proses yang digunakan.

Page 99: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

79

Kualitas produk adalah tingkat atau kesesuaian produk dengan

standar yang telah dipakai (Darsono, 2013). Kualitas adalah

kesesuaian antara produk (barang maupun jasa) dengan

spesifikasi kebutuhan pelanggan. Jika perusahaan melakukan

suatu hal yang tidak sesuai dengan harapan pelanggan berarti

perusahaan tersebut tidak memberikan kualitas yang baik

(Hartini, 2012).

Kriteria pengembangan sumber daya manusia merupakan

kriteria yang memilki bobot terendah diantara lainnya.

Pengembangan sumber daya manusia merupakan kriteria yang

penting dalam pengembangan usaha. Anggota UKM klaster 1

secara tradisional dalam menjalankan usahanya. Tenaga kerja

yang digunakan tidak memiliki spesifikasi tertentu hanya

diperoleh dari hubungan keluarga atau tetangga sekitar pemilik

UKM. Kemampuan sumber daya manusia sangat berpengaruh

terhadap usaha. Pengembangan adalah suatu usaha untuk

meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, konseptual dan moral

karyawan sesuai dengan kebutuhan pekerjaan atau jabatan

melalui pendidikan dan latihan (Hasibuan, 2004).

Pengembangan UKM harus disertai dengan pengembangan

sumber daya manusia dalam berbagai aspek. Pengembangan

SDM harus dilakukan tidak hanya kepada UKM sebagai pemilik

usaha, tetapi juga para pekerjanya (Ardiana et al, 2010).

Perhitungan bobot prioritas dengan menggunakan FAHP juga

dilakukan pada struktur hirarki level 3. Level 3 tersebut

Page 100: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

80

merupakan alternatif-alternatif yang dapat dilakukan untuk

mencapai kriteria pada level 2. Alternatif-alternatif yang

digunakan yaitu standarisasi produk, pelatihan dan pembinaan

pemilik UKM mengenai pengembangan bisnis, peningkatan

kemudahan akses pinjaman modal, dan peningkatan kemitraan

dengan retailer untuk pemasaran produk. Hasil perangkingan

alternatif-alternatif dengan menggunakan metode FAHP dapat

dilihat pada Tabel 4.7.

Tabel 4. 7 Hasil Perangkingan Perbandingan Alternatif-Alternatif

Pengembangan UKM Keripik Tempe Kota Malang Klaster 1

Alternatif Pakar

1 Pakar 2 Pakar 3

Nilai Agregat

Rangking

Standarisasi produk 0.306 0.589 0.453 0.449 1.000

Pelatihan dan pembinaan pemilik UKM mengenai pengembangan bisnis

0.323 0.304 0.277 0.301 2.000

Peningkatan kemudahan akses pinjaman modal

0.114 0.107 0.142 0.121 4.000

Peningkatan kemitraan dengan retailer untuk pemasaran produk

0.257 0.000 0.128 0.128 3.000

Sumber: Data Primer Diolah (2017)

Berdasarkan perhitungan FAHP pada Tabel 4.7, dapat dilihat

bahwa alternatif yang memiliki bobot tertinggi dan menjadi

rangking pertama adalah alternatif standarisasi produk dengan

bobot 0,447. Standarisasi produk merupakan alternatif yang

sangat penting untuk klaster 1. Berdasarkan PP No 102 Tahun

2000 Tentang Standardisasi Nasional, standardisasi adalah

Page 101: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

81

proses merumuskan, menetapkan, menerapkan dan merevisi

standar yang dilaksanakan secara tertib dengan melibatkan

semua pihak. Standar merupakan acuan mutu dan keamanan

produk yang dapat dideskripsikan untuk pemenuhan keinginan

konsumen dan dapat memberikan jaminan bagi konsumen akan

keamanan produk pangan tersebut (BPOMRI, 2015). Harga jual

produk dalam pemasaran dapat mencerminkan kualitas produk

yang dipasarkan, sehingga tidak menutup kemungkinan bahwa

kualitas produk yang baik dapat menambah nilai jual produk dan

lebih diterima oleh konsumen. Konsumen tentu menginginkan

kualitas produk yang baik dengan harapan dapat puas terhadap

produk tersebut. Suatu produk memiliki kualitas apabila sesuai

dengan standar kualitas yang telah ditentukan. Standar kualitas

tersebut meliputi kualitas bahan baku, proses produksi dan

barang jadi (Resmi, 2011).

Pelatihan dan pembinaan pemilik UKM mengenai

pengembangan bisnis dibutuhkan bagi UKM klaster 1. Hal ini

agar pemilik UKM mengetahui bagaimana cara untuk

mengembangkan bisnisnya agar lebih baik lagi. Keterbatasan

sumberdaya manusia pengusaha keripik tempe klaster 1 dari segi

pendidikan formal maupun pengetahuan dan keterampilannya

sangat berpengaruh terhadap manajemen pengelolaan

usahanya, sehingga usaha tersebut sulit untuk berkembang

dengan optimal. Disamping itu, minimnya pengetahuan

mengenai teknologi akan menyulitkan mereka dalam

Page 102: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

82

meningkatkan daya saing produk yang dihasilkan. Oleh karena

itu betapa pentingnya program pembinaan dan pelatihan yang

dilakukan oleh pemerintah Kota Malang ini yang berguna untuk

memberikan bekal ilmu pengetahuan dan keterampilan dalam

mengembangkan usaha yang dijalankannya. Selama ini,

pelatihan dan pembinaan diberikan oleh pemerintah melalui

Dinas Koperasi dan UKM Kota Malang dilakukan dengan

memberikan bimbingan kewirausahaan berupa pelatihan-

pelatihan terhadap UKM seperti pelatihan peningkatan fasilitasi

Hak Kekayaan Intelektual (HKI). Pelatihan tersebut tentang

prosedur kepengurusan hak paten, hak merk, legalitas usaha,

desain produk, kewirausahaan dan manajemen. Selain itu Dinas

Industri Kota Malang selama ini juga memberikan pelatihan dan

pembinaan tentang desain kemasan, kompetensi karyawan,

pemilihan bahan baku dan bahan tambahan yang aman, dan

lainnya. Pelatihan adalah setiap usaha untuk memperbaiki

performan pekerja pada pekerjaan

tertentu yang sedang menjadi tanggung jawabnya, atau satu

pekerjaan yang ada kaitannya dengan pekerjaannya. Pelatihan

lebih berkaitan dengan peningkatan keterampilan seseorang

yang sudah menduduki suatu pekerjaan. Pelatihan merupakan

cara terpadu yang diorientasikan pada tuntutan kerja aktual,

dengan penekanan pada pengembangan skill, knowledge, dan

ability (Alhempi dan Harianto, 2013). Pembinaan adalah suatu

proses atau pengembangan yang mencakup urutan-urutan

Page 103: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

83

pengertian, diawali dengan mendirikan, menumbuhkan,

memelihara pertumbuhan tersebut yang disertai usaha-usaha

perbaikan, menyempurnakan, dan mengembangkannya.

Pembinaan yang dilakukan terus menerus diharapkan

pengusaha dan pengrajin akan menjadi lebih baik dan lebih

sesuai dengan budaya yang digunakan dalam organisasi, seperti

bekerja keras, bekerja dengan baik, mempunyai semangat yang

tinggi, memiliki mental yang kuat, mempunyai rasa kepedulian

yang tinggi terhadap prestasi (Hendriani dan Nurhaqim, 2008).

Peningkatan kemitraan dengan retailer untuk pemasaran

produk dibutuhkan oleh UKM Keripik Tempe klaster 1. Hal ini

dikarenakan klaster 1 masih menjual produknya sendiri sehingga

klaster 1 tidak menjadi pemasok bagi retailer. Berbeda dengan

klaster 2 yang sudah bekerja sama dengan retailer sehingga

penjualannya lebih luas dan lebih banyak. Kemitraan adalah

suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih

dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama

dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan.

Kemitraan merupakan strategi bisnis maka keberhasilan

kemitraan sangat ditentukan oleh adanya kepatuhan diantara

yang bermitra dalam menjalankan etika bisnis (Hafsah, 2000).

Retailer adalah perusahaan bisnis yang menjual barang atau jasa

langsung kepada konsumen akhir. Bisnis ritel memiliki fungsi dan

peran penting dalam saluran pemasaran untuk menyalurkan

produk dari produsen kepada konsumen akhir. Bisnis ritel selain

Page 104: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

84

mempunyai fungsi sebagai perantara dalam saluran pemasaran

juga mempunyai fungsi-fungsi dalam hal informasi, promosi,

negosiasi, pemesanan, pembiayaan, pengambilan risiko,

pemilikan fisik, pembayaran dan hak milik. Peran bisnis ritel

dalam saluran pemasaran bagi produsen mencakup pada

produk, pendanaan, iklan dan promosi, konsumen, dan pesaing

(Utomo, 2009).

Peningkatan kemudahan akses pinjaman modal merupakan

alternatif yang menjadi memiliki bobot terendah. Modal awal yang

digunakan oleh anggota klaster 1 adalah modal pribadi.

Permodalan adalah salah satu kendala yang terjadi di dalam

internal UKM. Menurut Budiwati (2009) dalam Alhusain (2009)

menyebutkan bahwa dalam memulai suatu usaha, modal

merupakan salah satu faktor penting disamping faktor lainnya

sehingga suatu usaha bisa terhambat aoabila tidak tersedia

modal. Hal ini menggambarkan bahwa modal dibutuhkan untuk

memulai suatu usaha. Dalam peningkatan akses permodalan,

Dinas Koperasi dan UKM Kota Malang berperan dalam

pemberian akses permodalan. Dinas Koperasi dan UKM Kota

Malang memberikan bantuan informasi bagaimana mendapatkan

modal pada pihak ke tiga yaitu perbankan dan memberikan

informasi bagaimana menyusun proposal yang baik dalam

mengajukan permodalan. Selain itu juga Dinas Koperasi dan

UKM Kota Malang juga memfasilitasi antara UKM dengan Dinas

Page 105: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

85

Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Timur dan Kementerian

Koperasi dan UKM RI untuk mendapatkan dana hibah

maupun bergulir (Pertiwi et al, 2013).

4.4.2 Strategi Pengembangan Klaster 2

Penentuan prioritas strategi pengembanganan klaster UKM

keripik tempe Kota Malang menggunakan struktur hirarki yang

berbeda namun diberikan kepada responden pakar yang sama.

Struktur hirarki tersebut dibedakan karena masing-masing klaster

yang terbentuk memiliki karakter yang berbeda sehingga

alternatif strategi yang diberikan kemungkinan juga akan

berbeda. Struktur hirarki strategi pengembangan klaster 1 dapat

dilihat pada Gambar 3.4.

4.4.2.1 Hasil Perhitungan Klaster 1 dengan Metode

Analytical Hierarchy Process (AHP)

Hasil kuisioner yang telah diisi oleh para responden pakar

akan dilakukan perhitungan rasio konsistesi atau CR. Rasio

konsistensi atau CR merupakan nilai yang digunakan untuk

mengetahui tingkat konsistensi responden pakar dalam

melakukan penilaian dalam setiap kriteria kuisioner

perbandingan berpasangan. Rasio konsistensi memiliki peran

yang penting untuk mengetahui apakah hasil dari kuisioner dapat

dilanjutkan pada langkah perhitungan selanjutnya. Rasio

konsistensi pada setiap level untuk klaster 2 dapat dilihat pada

Lampiran. Pada struktur hirarki yang digunakan dalam penelitian

Page 106: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

86

ini terbagi menjadi 3 level dengan tujuan strategi pengembangan

UKM keripik tempe Kota Malang. Level 1 merupakan faktor yang

berperan dalam pengembangan UKM keripik tempe Kota Malang

terdiri dari klaster industri, pemerintah, dan industri terkait dan

pendukung. Level 2 merupakan kriteria yang digunakan dalam

pengembangan UKM keripik tempe Kota Malang terdiri dari

meningkatkan kualitas produk, pengembangan sumberdaya

manusia dan meningkatkan penjualan produk. Level 3

merupakan alternatif dalam mencapai tujuan yaitu terdiri dari

standarisasi produk, pelatihan dan pembinaan pemilik UKM

mengenai pengembangan bisnis, menjalin kemitraan dengan

pemasok bahan baku serta promosi dan penjualan dengan media

yang lebih modern. Berdasarkan hasil perhitungan data kuisioner

didapatkan nilai CR masing-masing level memiliki nilai ≤ 0,1 atau

≤ 10%, maka hasil kuisioner tersebut dinyatakan konsisten. Nilai

CR dinyatakan konsisten apabila ≤ 10%. Jika nilai CR yang

didapatkan dari hasil perhitungan kuisioner dinyatakan konsisten

maka tidak perlu dilakukan pengisian kuisioner ulang dan dapat

dilanjutkan pada perhitungan selanjutnya (Darmanto et al, 2014).

4.4.2.2 Analisis Strategi Pengembangan Klaster 2 Tiap

Komponen Struktur Hirarki

Analisis strategi pengembangan UKM klaster 2 dilakukan pada

hasil kuisioner yang diisi oleh masing-masing pakar terhadap

masing-masing faktor, kriteria dan alternatif strategi. Analisis

dilakukan untuk mengetahui faktor, kriteria dan alternatif yang

Page 107: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

87

akan dijadikan prioritas strategi pengembangan. Prioritas dipilih

dengan cara memilih bobot tertinggi pada hasil perhitungan

kuisioner terhadap masing-masing komponen setiap level. UKM

keripik tempe Kota Malang klaster 2 merupakan klaster usaha

kecil. Hirarki strategi pengembangan klaster 2 dan nilai bobotnya

dapat dilihat pada Gambar 4.3.

Strategi Pengembangan UKM Keripik

Tempe Malang

Strategi Pengembangan UKM Keripik

Tempe Malang

Klaster Industri

(0.663)Pemerintah

(0.369)

Industri Terkait dan

Pendukung

(0.044)

Meningkatan

Kualitas Produk

(0.630)

Pengembangan

SDM

(0.238)

Meningkatkan

Penjualan Produk

(0.154)

Menjalin Kemitraan

dengan Pemasok

Bahan Baku

(0.084)

Promosi dan

Penjualan dengan

Media yang Lebih

Modern

(0.277)

Pelatihan dan

Pembinaan Pemilik

UKM mengenai

pengembangan

bisnis

(0.051)

Standarisasi produk

(0.580)

Tujuan

Faktor

Kriteria

Alternatif

Gambar 4. 3 Struktur Hirarki dan Pembobotan Strategi Pengembangan

UKM Keripik Tempe Kota Malang Klaster 2

Berdasarkan Gambar 4.3 dapat dilihat bahwa faktor yang

dapat mempengaruhi pengembangan UKM keripik tempe klaster

2 yang menjadi prioritas pertama adalah klaster industri dengan

bobot 0,663, sedangkan kriteria pengembangan UKM keripik

Page 108: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

88

tempe klaster 2 yang menjadi prioritas utama adalah

meningkatkan kualitas produk dengan bobot 0,630, dan alternatif

strategi yang menjadi prioritas utama adalah standarisasi produk

dengan bobot 0,580. Hasil perangkingan dari perhitungan antar

faktor dengan menggunakan FAHP dapat dilihat pada Tabel 4.8.

Tabel 4. 8 Hasil Perangkingan Perbandingan Faktor Prioritas Klaster 2

Faktor Pakar

1 Pakar

2 Pakar

3 Nilai

Agregat Rangking

Klaster Industri 0.603 0.792 0.594 0.663 1

Pemerintah 0.264 0.436 0.406 0.369 2

Industri Terkait dan Pendukung

0.133 0.000 0.000 0.044 3

Sumber: Data Primer Diolah (2017)

Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan FAHP, pada

Tabel 4.8 dapat dilihat bahwa faktor yang memiliki rangking

tertinggi adalah klaster industri dengan bobot 0,663.

Pengembangan UKM klaster 2 yang disesuaikan dengan faktor

klaster industri akan memiliki hasil yang lebih baik dibandingkan

dengan pengembangan UKM yang dilakukan tanpa

pengklasterkan. Hal ini dikarenakan dengan klaster industri ,

pengembangan UKM yang dilakukan akan tepat sasaran dan

sesuai dengan kondisi UKM tersebut. Pengelompokkan UKM

yang disesuaikan dengan karakteristik masing-masing UKM

dapat membantu pemerintah dalam menentukan strategi

pengembangan UKM yang tepat. Pemerintah memiliki peran

penting dalam mengatur hubungan antara UKM dengan industri

terkait dan pendukung. Tujuan utama dari pihak pemerintah

Page 109: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

89

adalah memajukan seluruh usaha yang ada pada wilayah

pemerintahanannya. Aturan yang ditetapkan pemerintah akan

membuat seluruh usaha memiliki kualitas dan standarisasi yang

sama. Klaster industri dapat membantu pemerintah dalam

memberikan dukungan teknis yang sesuai untuk pengembangan

usaha. Klaster mencangkup rangkaian industri yang saling terkait

dan memiliki skala usaha yang hampir sama (Sutopo, 2015).

Klaster industri direncanakan sebagai suatu bentuk

pengembangan jangka panjang yang dianggap sebagai suatu

pendekatan yang dipercaya dapat meningkatkan produktivitas

dab daya saing industri (Agustina et al, 2011).

Pemerintah dapat melakukan pengembangan UKM tepat

sasaran bagi klaster 2 dimana klaster 2 merupakan klaster

dengan anggota UKM skala usaha kecil. Pemerintah memiliki

peran yang besar untuk melakukan reorientasi ekonomi nasional

dengan mendorong terwujudnya iklim usaha yang akomodatif

bagi usaha (Ariani et al, 2013). Keberadaan UMKM di Indonesia

berperan penting dalam meningkatkan perekonomian bangsa

dan membantu program pemerintah karena UKMK merupaka

usaha padat karya yang membutuhkan banyak tenaga kerja

(Desiyanti, 2014).

Industri terkait dan pendukung memiliki kinerja yang baik akan

bisa mendukung pengembangan UKM keripik tempe di Sanan

Kota Malang. Pemilik UKM anggota klaster 2 harus bisa memilih

mitra usaha yang mampu memasok bahan serta peralatan yang

Page 110: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

90

memiliki kualitas baik dan mendukung kegiatan industri yang

dilakukan, karena sasaran pasar yang dicapai oleh UKM klaster

2 merupakan pangsa pasar yang luas. Kegiatan yang dilakukan

oleh suatu usaha pasti didukung oleh pihak-pihak lain seperti

industri terkait dan pendukung. Industri terkait dan pendukung

yang memiliki kualitas baik akan mempengaruhi kemajuan usaha

(Jauhari, 2010). Pengembangan hubungan kemitraan suatu

usaha dengan industri terkait dan pendukung merupakan salah

satu usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan skala

suatu usaha (Kristiningsih, 2014).

Hirarki pada level 2 yaitu kriteria strategi pengembangan UKM

keripik tempe Kota Malang juga dilakukan perhitungan dengan

metode FAHP. Kriteria-kriteria yang digunakan yaitu

meningkatkan kualitas produk, pengembangan sumber daya

manusai dan meningkatkan penjualan. Hasil perangkingan

kriteria-kriteria dengan menggunakan metode FAHP dapat dilihat

pada Tabel 4.9

Tabel 4. 9 Hasil Perangkingan Perbandingan Kriteria-Kriteria

Pengembangan UKM Keripik Tempe Kota Malang Klaster 2

Kriteria Pakar

1 Pakar

2 Pakar

3 Nilai

Agregat Ranking

Meningkatkan Kualitas Produk

0,629 0,629 0,631 0,630 1

Pengembangan SDM 0,228 0,258 0,228 0,238 2

Meningkatkan Penjualan

0,143 0,179 0,141 0,154 3

Sumber: Data Primer Diolah (2017)

Page 111: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

91

Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan FAHP, pada

Tabel 4.9 dapat dilihat bahwa kriteria yang memiliki rangking

tertinggi adalah meningkatkan kualitas produk dengan bobot

0,630. Meningkatkan kualitas produk dibutuhkan oleh klaster 2

karena setiap pemilik usaha menginginkan hal tersebut untuk

menhasilkan produk yang lebih baik lagi sehingga memiliki nilai

jual yang tinggi dan diminati banyak pembeli. Peningkatan

kualitas produk juga memungkinkan pengusaha keripik tempe

Sanan Kota Malang untuk mengembangkan produknya. Kualitas

yang lebih tinggi memungkinkan perusahaan untuk

meningkatkan kepuasan pelanggan, membuat produk laku

terjual, dapat bersaing dengan pesaing, meningkatkan pangsa

pasar dan jumlah penjualan serta dapat dijual dengan harga yang

lebih tinggi. Suatu produk berkualitas tinggi apabila di dalam

produk tidak terdapat kelemahan, tidak ada cacat sedikitpun

(Resmi, 2011).

Pengembangan sumber daya manusia merupakan kriteria

yang memiki rangking kedua. Sumber daya manusia memiliki

peran penting dalam mencapai keberhasilan, karena fasilitas

yang canggih dan lengkap belum merupakan jaminan akan

berhasilnya suatu organisasi tanpa diimbangi oleh kualitas

sumber daya manusia yang akan memanfaatkan fasilitas

tersebut. Oleh karena itu, individu-individu yang terlibat dalam

suatu usaha dapat mempengaruhi keberhasilan dari usaha

tersebut. Hasil penelitian yang dilakukan Ardianan et al (2010)

Page 112: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

92

menjelaskan bahwa kualitas sumber daya manusia yang ada di

UKM akan berpengaruh terhadap kinerja UKM. Pengembangan

sumber daya manusia merupakan kegiatan yang harus

dilaksanakan oleh organisasi, agar pengetahuan, kemampuan,

dan keterampilan yang dimiliki sesuai dengan tuntutan pekerjaan

yang dilakukan (Saydam, 2000). Pengembangan sumber daya

manusia harus dilakukan secara terus menerus dan disesuaikan

dengan perkembangan lingkungan organisasi baik secara

eksternal maupun lingkungan internal organisasi. Selain itu,

kemajuan teknologi dan kebutuhan pasar setiap waktu

mengalami perubahan sehingga sumber daya manusia harus

ditingkatkan.

Meningkatkan penjualan produk merupakan kriteria yang

memiliki rangking ketiga. Pada klaster 2 ini beranggotakan UKM

keripik tempe yang memiliki karakteristik penjualan yang sudah

baik dibandingkan dengan klaster 1. Hal ini karena anggota

klaster 2 sudah memiliki kerjasama dengan retailer atau toko

oleh-oleh yang berada di Kota Malang dan sekitarnya. Selain itu,

anggota klaster 2 sudah mampu mendistribusikan produknya di

berbagai kota di Indonesia bahkan ada yang mampu mengekspor

produknya. Namun kerjasama tersebut harus dijaga dengan baik

dan dikembangkan lagi agar penjualan produk terus meningkat

dan tidak menurun. Upaya meningkatkan penjualan dapat

memanfaatkan perantara yang dapat membantu dalam

pencarian konsumen, kegiatan promosi dan penyedia informasi.

Page 113: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

93

Semakin banyak jumlah pedagang akan mampu meningkatkan

jumlah penjualan, karena semakin banyak pedagang maka

tingkat hubungan dengan konsumen semakin tinggi, promosi

produk dan penyedia informasi juga semakin banyak (Swastha.

1998).

Perhitungan bobot prioritas dengan menggunakan FAHP juga

dilakukan pada struktur hirarki level 3. Level 3 tersebut

merupakan alternatif-alternatif yang dapat dilakukan untuk

mencapai kriteria pada level 2. Hasil perangkingan alternatif-

alternatif dengan menggunakan metode FAHP dapat dilihat pada

Tabel 4.10.

Tabel 4. 10 Hasil Perangkingan Perbandingan Alternatif-Alternatif

Pengembangan UKM Keripik Tempe Kota Malang Klaster

2

Alternatif Pakar

1 Pakar

2 Pakar

3 Nilai

Agregat Rangking

Standarisasi produk 0.482 0.640 0.618 0.580 1

Pelatihan dan pembinaan pemilik UKM mengenai pengembangan bisnis

0.043 0.021 0.087 0.051 4

Menjalin kemitraan dengan pemasok bahan baku

0.034 0.057 0.160 0.084 3

Promosi dan penjualan dengan media yang lebih modern

0.415 0.281 0.135 0.277 2

Sumber: Data Primer Diolah (2017)

Page 114: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

94

Berdasarkan perhitungan FAHP pada Tabel 4.10, dapat

dilihat bahwa alternatif yang memiliki bobot tertinggi dan menjadi

rangking pertama adalah alternatif standarisasi produk dengan

bobot 0,580. Keanekaragaman produk pangan yang sangat

banyak dan ditambah dengan masuknya produk pangan impor

ke dalam wilayah Indonesia menjadi pesaing produk keripik

tempe klaster 2. Salah satu solusi untuk memenangkan

persaingan tersebut, tantangan yang paling dominan bagi UKM

klaster 2 adalah kemampuan untuk memberikan jaminan kepada

konsumen bahwa produk pangan yang akan mereka konsumsi

bermutu dan aman, serta pada tingkat harga yang terjangkau.

Sebagai konsekuensinya, UKM klaster 2 harus mampu

menerapkan sistem jaminan mutu dan jaminan keamanan

pangan sebagai fokus kegiatan utama. Standarisasi produk

keripik tempe pada klaster 2 dibutuhkan agar produk keripik

tempe mampu bersaing dengan produk lain sehingga produk

keripik tempe dapat masuk ke pasar modern bahkan pasar

ekspor. Standardisasi makanan merupakan dasar yang dapat

dijadikan landasan bagi pengembangan produk pangan

unggulan yang berdaya saing tinggi, karena standar merupakan

acuan mutu dan keamanan produk yang dapat dideskripsikan

untuk pemenuhan keinginan konsumen dan dapat memberikan

jaminan bagi konsumen akan keamanan produk pangan

tersebut. Produk pangan unggulan yang berdaya saing tinggi

diperlukan dalam menghadapi persaingan global. Standardisasi

Page 115: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

95

makanan dapat digunakan sebagai salah satu alat kebijakan

pemerintah dalam menata struktur ekonomi secara lebih baik dan

memberikan perlindungan kepada masyarakat (BPOMRI, 2015).

Promosi dan penjualan dengan media yang lebih modern

merupakan alternatif yang menjadi rangking kedua. Promosi dan

penjualan dengan media yang lebih modern diharapkan dapat

dijadikan solusi untuk memasarkan produk dengan pasar yang

lebih luas. Promosi dan penjualan dengan media yang lebih

modern untuk UKM keripik tempe Kota Malang klaster 2 dalam

hal ini adalah dengan menggunakan media periklanan melalui

akses internet. Promosi merupakan kegiatan yang dilakukan

untuk mengkomunikasikan keunggulan produk, membujuk dan

mengingatkan konsumen untuk membeli produk. Persaingan

antar produk di pasar, mendorong produsen melakukan promosi

untuk menarik perhatian konsumen. Promosi melalui media

periklanan sangat efisien karena menggunakan biaya rendah dan

mempunyai daya bujuk (persuasif) yang kuat. Selain itu, promosi

melalui media periklanan sangat efektif karena dapat

memberikan informasi yang jelas terhadap produk pada segmen

tertentu. Iklan mengarahkan konsumen dalam menyuguhkan

produk sehingga dapat diyakini untuk memenuhi kebutuhan

pembeli (Pujiyanto, 2003).

Menjalin kemitraan dengan pemasok bahan baku dibutuhkan

oleh klaster 2 karena hal tersebut merupakan salah satu cara

untuk mempermudah anggota klaster 2 dalam mendapatkan

Page 116: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

96

bahan baku ketika permintaan tinggi. Persaingan pengusaha

keripik tempe sangat ketat ditambah dengan pesaing lain yang

membutuhkan bahan baku yang sama seperti kering tempe,

coklat tempe, maupun tempe tanpa olahan. Hal tersebut

menyebabkan semakin tinggi persaingan dalam mendapatkan

bahan baku tempe yang berkualitas. Permintaan keripik tempe

pada klaster 2 umumnya mengalami kenaikan yang sangat tinggi

ketika musim hari raya dan tahun baru, sehingga kebutuhan

bahan baku tempe juga semakin banyak. Oleh karena itu

dibutuhkan kemitraan dengan pemasok bahan baku tempe agar

anggota klaster 2 tetap berproduksi dan dapat memenuhi

kenaikan permintaan konsumen tersebut. Pemanfaatan jaringan

pemasok bahan baku dibutuhkan untuk menciptakan

kelangsungan pasokan bahan baku yang terjamin. Strategi

membangun kemitraan strategik (strategic partnership), terutama

dengan pemasok bahan baku dalam ikatan kerjasama dapat

saling menguntungkan kedua belah pihak. Dalam hal ini,

perusahaan diuntungkan dengan kelancaran pasokan bahan

baku, sehingga akan menjamin proses produksi (Suhendar et al,

2010).

Pelatihan dan pembinaan pemilik UKM mengenai

pengembangan bisnis dibutuhkan bagi UKM klaster 2. Hal ini

agar pemilik UKM mengetahui bagaimana cara untuk

mengembangkan bisnisnya agar lebih baik lagi. Sasaran dari

pelatihan pembinaan usaha kecil adalah untuk mengembangkan

Page 117: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

97

usaha kecil menjadi usaha besar. Pelatihan dan pembinaan

terhadap UKM penting untuk dilakukan karena UKM merupakan

potensi pembangunan ekonomi yang mampu menghidupi

masyarakat dan mengurangi angka pengangguran yang harus

dilestarikan. Program pembinaan diharapkan mendukung UKM

untuk berkembang, berinovasi dan mampu bersaing dengan

pasar. Pembinaan yang dilakukan terus menerus diharapkan

pengusaha dan pengrajin akan menjadi lebih baik dan lebih

sesuai dengan budaya yang digunakan dalam organisasi, seperti

bekerja keras, bekerja dengan baik, mempunyai semangat yang

tinggi, memiliki mental yang kuat, mempunyai rasa kepedulian

yang tinggi terhadap prestasi (Hendriani dan Nurhaqim, 2008).

4.5 Perbedaan Strategi Pengembangan UKM Klaster 1 dan 2

Berdasarkan hasil penelitian terbentuk 2 klaster UKM keripik

tempe di Sanan Kota Malang. Masing-masing klaster yang

terbentuk memiliki strategi pengembangan yang berbeda karena

karakteristik klaster tersebut berbeda. Klaster 1 merupakan UKM

dengan skala usaha mikro, hal tersebut diketahui dari

pendapatan kurang dari Rp 200.000.000,00 dan tenaga kerja 1-

4 orang. Selain itu kapasitas produksi klaster 1 lebih rendah

dibanding klaster 2. Klaster 2 merupakan UKM dengan skala

usaha kecil, hal tersebut dapat diketahui dari pendapatan antara

Rp 200.000.000,00 sampai Rp 1.000.000.000,00 dan tenaga

kerja 5-19 orang. Kapasitas produksi klaster 2 lebih tinggi

Page 118: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

98

dibanding klaster 1. Perbedaan strategi pengembangan klaster

dapat dilihat pada Tabel 4.11

Tabel 4. 11 Perbedaan Strategi Pengembangan UKM Klaster 1 dan

Klaster 2

No Klaster 1 Klaster 2

1 Klaster 1 merupakan anggota UKM dengan pengalaman usaha yang masih kurang dibanding klaster 2, sehingga penjualan produk juga lebih rendah. Kriteria pengembangan UKM difokuskan pada peningkatan penjualan agar kapasitas produksi dan pendapatan meningkat, jika pendapatan meningkat maka keuntungan juga akan meningkat sehingga dapat mengembangkan usahanya menjadi usaha dengan skala yang lebih besar.

Klaster 2 merupakan anggota UKM dengan pengalaman usaha yang lebih baik dan penjualan produk yang sudah jauh lebih besar dibanding klaster 1. Kriteria pengembangan UKM difokuskan pada peningkatkan kualitas produk agar kepercayaan konsumen terhadap produk tidak turun sehingga penjualan akan tetap baik, selain itu dengan kualitas produk yang semakin lebih baik lagi maka akan meningkatkan eksistensi dan daya saing.

2 Standarisasi produk pada klaster 1 ditingkatkan dengan cara pemilihan bahan baku yang berkualitas, proses produksi yang lebih baik, menggunakan bahan tambahan pangan yang aman, mencantumkan pelabelan kemasan serta mengemas produk dengan berat yang konstan. Perubahan jenis kemasan produk pada klaster 1 belum perlu ditingkatkan karena area pemasaran klaster 1 masih pada area Malang serta pendapatan yang masih rendah, sehingga perubahan pengemasan akan

Standarisasi produk pada klaster 2 ditingkatkan dengan cara pemilihan bahan baku yang berkualitas, proses produksi yang lebih baik, menggunakan bahan tambahan pangan yang aman, label kemasan, mengemas produk dengan berat yang konstan. Perubahan teknik kemasan perlu ditingkatkan untuk melindungi produk dari benturan agar produk tidak mudah remuk. Hal tersebut dibutuhkan karena area pemasaran klaster 2 sudah luas dan beberapa ada yang

Page 119: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

99

Tabel 4. 11 Perbedaan Strategi Pengembangan UKM Klaster 1 dan

Klaster 2 (lanjutan)

No Klaster 1 Klaster 2

menyebabkan pengeluaran tambahan dan menghambat produksi jika terjadi kekurangan modal.

mampu mengekspor produknya.

4.6 Implikasi Manajerial

Berdasarkan hasil penelitian terbentuk 2 klaster UKM keripik

tempe di Kota Malang. masing-masing klaster yang terbentuk

memiliki strategi yang berbeda, maka dapat diberikan implikasi

manajerial kepada UKM keripik tempe di Kota Malang diharapkan

dapat membantu pengembangan UKM sebagai berikut:

1. Standarisasi produk pada klaster 1 ditingkatkan dengan cara

pemilihan bahan baku yang berkualitas, proses produksi

yang lebih baik, menggunakan bahan tambahan pangan

yang aman, mencantumkan pelabelan kemasan seperti merk

produk, komposisi, PIRT, tanggal kadaluarsa dan tanggal

produksi, alamat UKM, serta mengemas produk dengan berat

bersih yang lebih konstan, selain itu membeli bahan baku

dengan memilih pemasok yang baik dan tidak berubah-ubah

juga dibutuhkan agar bahan baku yang dipakai kualitasnya

sama baik. Perubahan jenis kemasan produk pada klaster 1

belum perlu ditingkatkan karena area pemasaran klaster 1

masih pada area Malang serta pendapatan yang masih

rendah, sehingga perubahan pengemasan akan

Page 120: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

100

menyebabkan pengeluaran tambahan dan menghambat

produksi jika terjadi kekurangan modal. Jika standarisasi

produk diterapkan dan ditingkatkan maka diharapkan dapat

meningkatkan penjualan produk.

2. Pelatihan dan pembinaan juga dibutuhkan klaster 1 untuk

mengembangkan UKM karena klaster 1 masih memiliki

pengalaman usaha yang masih kurang, sehingga hal tersebut

dibutuhkan untuk meningkatkan kemampuan pemilik maupun

karyawan dalam melakukan standarisasi produk maupun

strategi untuk meningkatkan penjualan produk. Pelatihan dan

pembinaan difokuskan pada pelatihan dalam hal standarisasi

produk dan strategi pemasaran. Pihak Dinas Koperasi dan

UKM Kota Malang serta Dinas Industri Kota Malang

diharapkan lebih meningkatkan fasilitas dan pemantauan

dalam pengadaan pelatihan dan pembinaan bagi UKM klaster

1.

3. Standarisasi produk pada klaster 2 ditingkatkan dengan cara

pemilihan bahan baku yang berkualitas, proses produksi yang

lebih baik, menggunakan bahan tambahan pangan yang

aman, label kemasan, berat bersih produk, BPOM, halal,

mengemas produk dengan berat yang konstan dengan

menggunakan timbangan. Perubahan teknik kemasan perlu

ditingkatkan untuk melindungi produk dari benturan agar

produk tidak mudah remuk. Kemasan yang dipakai saat ini

dapat dilihat pada Gambar 4.4 , kemasan tersebut memiliki

Page 121: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

101

resiko keremukan produk sangan tinggi, kemasan dapat

diganti dengan teknik pengemasan sealing with gas filling

dapat dilihat contoh kemasan pada Gambar 4.5. Kelebihan

kemasan sealling with gas filling tersebut yaitu untuk

mengurangi resiko keremukan produk saat pendistribusian

karena area pemasaran klaster 2 sudah luas dan beberapa

ada yang mampu mengekspor produknya. Kekurangan

menggunakan kemasan tersebut antara lain dibutuhkan biaya

untuk membeli alat pengemas baru dan biaya listrik serta jika

menggunakan plastik yang tidak tembus pandang pembeli

tidak dapat melihat isi produk secara langsung, namun

kemasan sebaiknya diberi gambar contoh isi produk atau

plastik yang tembus pandang. Perbaikan kemasan yang

memiliki desain yang lebih menarik lagi serta memberikan

ikon atau kalimat yang menarik dan menjadi ciri khas merk

tersebut juga dibutuhkan. Jika strategi tersebut diterapkan

maka diharapkan dapat mencapai strategi peningkatan

kualitas produk, jika kualitas produk terus meningkat maka

dapat meningkatkan daya saing.

Page 122: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

102

Gambar 4. 4 Kemasan Keripik Tempe Sanan Kota Malang

Gambar 4. 5 Contoh Saran Perbaikan Kemasan Menggunakan

Kemasan Sealing With Gas Filling

4. Promosi dan penjualan dengan media yang lebih modern

dibutuhkan klaster 2. Strategi tersebut dilakukan dengan cara

periklanan dan penjualan melalui akses internet seperti media

Page 123: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

103

sosial dan e-commerce serta penjualan melalui pasar

modern. Hal tersebut dapat mempermudah dalam

mengenalkan produk dan dapat menjangkau area pemasaran

yang lebih luas, namun kekurangannya adalah dibutuhkan

sumberdaya manusia yang mampu untuk mengoperasikan

internet dan dibutuhkan alat elektronik pendukung seperti

gadget. Strategi ini diharapkan dapat memicu UKM untuk

terus meningkatkan kualitas produk karena teknik promosi

dan penjualan seperti ini tentu harus memiliki produk yang

berkualitas baik juga.

Page 124: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

105

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Pengelompokan 9 UKM keripik tempe di Sanan Kota Malang

menggunakan metode k-means clustering dibentuk 2 klaster

UKM berdasarkan variabel kapasitas produksi, lama berdirinya

UKM, rata-rata penjualan, investasi awal dan jumlah tenaga

kerja. Klaster 1 merupakan UKM keripik tempe yang termasuk

klasifikasi usaha mikro dengan beranggotakan UKM Amangtiwi

dan Delima. Klaster 2 merupakan UKM keripik tempe yang

termasuk klasifikasi usaha kecil dengan beranggotakan UKM

Purnama, Deny, Amel, Sri Bawon, Arin, Karina dan Putra Ridho.

Berdasarkan metode Fuzzy Analytical Hierarchy Process

(FAHP) didapatkan strategi pengembangan klaster yang menjadi

prioritas untuk diterapkan pada klaster 1 adalah standarisasi

produk serta pelatihan dan pembinaan pemilik UKM mengenai

pengembangan bisnis. Strategi pengembangan klaster yang

menjadi prioritas untuk diterapkan pada klaster 2 yaitu

standarisasi produk serta promosi dan penjualan dengan media

yang lebih modern.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka hal-

hal yang dapat disarankan yaitu sebagai berikut:

Page 125: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

106

1. Bagi UKM keripik tempe Kota Malang, diharapkan dapat

meningkatkan kerjasama agar membantu UKM untuk

mengembangkan usahanya dengan melakukan perbaikan-

perbaikan pada faktor yang kurang mendukung.

2. Bagi Dinas Koperasi dan UKM, dan Dinas Industri Kota

Malang, diharapkan semakin meningkatkan bantuan dan

fasilitasi untuk UKM dalam pengembangan bisnisnya.

Page 126: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

106

DAFTAR PUSTAKA

Agusmidah. 2010. Dinamika Hukum Ketenagakerjaan Indonesia. USU Press. Medan.

Agustina, S, Budisantoso W dan Sri G. 2011. Analisis Kebijakan

dalam Usaha Meningkatkan Pangsa Pasar Global

Suku Cadang Otomotif dengan Pendekatan

Dinamika Sistem (Studi Kasus: Klaster Industri

Logam di Ngingas, Jawa Timur). Jurnal Teknik

Industri. 1(1): 1-15.

Alam, S. 2006. Ekonomi Jilid 1. Esis. Jakarta. Alhempi, R. R dan Harianto, W. 2013. Pengaruh Pelatihan

Pembinaan terhadap Pengembangan Usaha Kecil

pada Program Kemitraan Bina Lingkungan. Jurnal

Media Riset Bisnis dan Manajemen. 13 (1): 20-38

Ambadar, J, Miranty A dan Yanty I. 2006. Mengelola Usaha dengan Tepat. Yayasan Bina Karsa Mandiri. Jakarta.

Andayani, L. Fridayana Y., dan Wayan C. 2016. Pengaruh Penjualan dan Likuiditas terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Perdagangan, Jasa dan Investasi di Bursa Efek Indonesia Tahun 2014 . e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Manajemen. 4 (6): 35-39.

Andriyanto, I dan Nurjanah. 2015. Strategi Klaster Industri

Menghadapi Pasar Global. Jurnal Bisnis dan

Manajemen Islam. 3(1): 85-114.

Andyana, T., G. K. Gandhiadi dan Desak P. 2016. Penerapan Metode Fuzzy AHP dalam Penentuan Sektor yang Berpengaruh terhadap Perekonomian Provinsi Bali. E-Jurnal Matematika. 5(2) : 59-66.

Anggraeni, Imam H., dan Ainul H. 2013. Pengembangan Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah (Umkm) Melalui Fasilitasi Pihak Eksternal Dan Potensi Internal (Studi Kasus Pada Kelompok Usaha “Emping Jagung” Di Kelurahan Pandanwangi Kecamatan

Page 127: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

107

Blimbing, Kota Malang). Jurnal Administrasi Publik. 1 (6): 1286-1295.

Ardiana, I.A. Brahmayanti, dan Subaedi . 2010. Kompetensi SDM UKM dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja UKM di Surabaya . Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan. 12 (1): 42-55.

Ardianan I, Brahmayanti I, dan Subaedi. 2010. Kompetensi SDM UKM dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja UKM di Surabaya. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan. 12(1):43-55.

Astuti, P dan Retantyo W. 2014. Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Pemenang Tender Pekerjaan Konstruksi dengan Metode Fuzzy AHP. Jurnal IJCCS. 8(1): 1-12.

Ayu, B, Hanung I dan Achdiansyah S. 2013. Analisis Nilai

Tambah pada Klaster Industri Pengolahan Ikan Teri

Kering di Pulau Pasaran Kota Bandar Lampung.

Jurnal Agribisnis. 1(3): 246-253.

Badan Standarisasi Nasional (BSN). 1992. Syarat Mutu Keripik Tempe (SNI 01-2602-1992). BSN. Jakarta.

Bappenas. 2005. Panduan Pembangunan Klaster Industri;

Untuk Pengembangan Ekonomi Daerah Berdaya

Saing Tinggi. Direktorat Pengembangan Kawasan

Khusus dan Tertinggal Bappenas.

Bastilah. 20013. Sistem Pendukung Keputusan untuk

Menentukan Pembelian Rumah dengan

Menggunakan Metode Fuzzy C-means (FCM)

Clustering. Pelita Informatika Budi Darma.5 (1).

BPOMRI. 2015. Rencana Strategis 2015 – 2019 Direktorat

Standardisasi Produk Pangan. Deputi Bidang

Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

Berbahaya Badan Pengawas Obat dan Makanan

Republik Indonesia. Jakarta.

Page 128: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

108

Darsono. 2013. Analisis Pengendalian Kualitas Produksi

Dalam Upaya Mengendalikan Tingkat Kerusakan

Produk. JURNAL EKONOMI. 20 (35): 1-17.

Disperindag Kota Malang. 2014. Sentra Industri Marning

Jagung. Disperindag Kota Malang. Malang.

Dongoran F., Khairul N., Marni S., Lusita D. P. et al. Analisis Jumlah Pengangguran Dan Ketenagakerjaan Terhadap Keberadaan Usaha Mikro Kecil Dan Menengah Di Kota Medan Jurnal EduTech.2 (2): 38-45.

Evelina, T.Yn dan Soegiharta, I. 2013. Strategi Peningkatan

Ukm Unggulan Kota Malang Dalam Rangka

Pengembangan Potensi Usaha & Kinerja

Pemasaran. Media Mahardhika 12 (1) : 175-186.

Faisol, A., Muslim, A. M., dan Suyono, H. 2014. Komparasi

Fuzzy AHP dengan AHP pada Sistem Pendukung

Keputusan Investasi Properti. Jurnal EECCIS 8 (2):

123-128.

Faqih, A. 2010. Manajemen Agribisnis. Deepublish.

Yogyakarta.

Frisdiantara, C., dan Mukhklis, I. 2016. Ekonomi Pembangunan

: Sebuah Kajian Teoritis dan Empiris. Lembaga

Penerbitan Universitas Kanjuruhan Malang. Malang.

Fuad, M., Christin, H., Nurlela, Sugiarto, dan Paulus. 2000.

Pengantar Bisnis. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Gaspersz, V. 1998. Ekonomi Manajerial Pembuatan Keputusan Bisnis. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Hafsah dan Mohammad J. 2000. Kemitraan Usaha Konsepsi dan Strategi. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.

Hamid, E. S., dan Susilo, Y. S. 2011. Strategi Pengembangan

Usaha Mikro Kecil Dan Menengah Di Provinsi

Daerah Istimewa Yogyakarta. 12 (1) : 45-55.

Page 129: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

109

Hartini, S. 2012. Peran Inovasi: Pengembangan Kualitas

Produk dan Kinerja Bisnis . Jurnal Manajemen Dan

Kewirausahaan. 14 (1): 82−88.

Hasibuan, M. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi Aksara. Jakarta.

Hermayudi. 2004. Pengelompkkan Industri Tempe Berdasarkan Klasifikasi Industri dengan Cluster Analisis (Studi Kasus di Sentra Industri Tempe Kota Malang). Jurnal Teknologi Pertanian. 5 (2): 76-86.

Hidayat, t dan Istiadah, N. 2011. Panduan Lengkap Menguasai SPSS 19 untuk Mengolah Data Statistik Penelitian. Media Kita. Jakarta Selatan.

Indrawati. L. C., dan Laut. L. T. 2006. Strategi Klaster dalam

Pengembangan UKM. 23 (2): 297-307.

Irwansyah, E. dan Faisal, M. 2015. Advanced Clustering Teori

dan Aplikasi. Deepublis. Yogyakarta.

Jati, A. 2013. Hubungan Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Produksi Industri Kerajinan Sepatu Di Kecamatan Denpasar Barat. E-Jurnal Ekonomi Pembangunan. 2 (2).

Kristiningsih. 2014. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Usaha Kecil Menengah (Studi Kasus pada UKM di Wilayah Surabaya). Jurnal Business Architecture. 2 (1) : 141-154.

Kuncoro, M. 2003. Analisis Formasi Keterkaitan, Pola Klaster

dan Orientasi Pasar: Studi Kasus Sentra Industri

Keramik di Kasongan, Kabupaten Bantuk, D.I.

Yogyakarta. Jurnal Emperika. 16 (1).

Kurniati, E.D . 2014. Pengaruh Karakteristik Manajer-Pemilik Usaha, Karakteristik Organisasi Dan Lingkungan Eksternal Terhadap Kapasitas Inovasi Dan Kinerja Usaha. Jurnal Organisasi dan Manajemen. 10 (2): 124-135.

Kusnia, G. 2013. Pengaruh Umur Perusahaan, Ukuran

Perusahaan, dan Leverage terhadap Intellectual

Page 130: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

110

capital disciosure (Studi pada Perusahaan

Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Tahun 2009-2012). Skripsi. Universitas Pasundan.

Bandung.

Lestari, E. 2010. Penguatan Ekonomi Industri Kecil dan

Menengah melalui Platform Klaster Industri. Jurnal

organisasi dan Manajemen. 6 (2): 146-157.

Lestari, I. 2009. Untung Berlipat Modal 1 Juta. Indonesia Cerdas. Yogyakarta.

LPPI, KAN dan Bank Indonesia. 2015. Profil Bisnis Usaha

Mikro, Kecil Dan Menengah (UMKM). LPPI, KAN dan

Bank Indonesia. Jakarta

Lusiana, N, Rika A dan Miratu M. 2015. Buku Ajar Metodologi

Penelitian Kebidanan. CV Budi Utama. Yogyakarta.

Margono, T., Suryati, D., dan Hartinah, S. 2000. Buku Panduan

Teknologi Pangan. Pusat Informasi Wanita dalam

Pembangunan PDII-LIPI. Jakarta.

Marimim. 2004. Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan

Kriteria Majemuk. Grafindo. Jakarta.

Masrukhi Dan Arsil, P. 2008. Kajian Mutu Keripik Tempe Di

Kabupaten Banyumas. Seminar On Application And

Resarch In Industrial Technology. 27 Agustus 2008,

Yogyakarta.

Matisen, B dan Herlina L. 2015. Analisis Clustering Menggunakan Metode K-Means dalam Pengelompokkan Penjualan Produk pada Swalayan Fadhila. Jurnal Media Infotama. 11(2): 110-118.

Meliala, A, Nazaruddin M dan Rahmi M. 2014. Strategi peningkatan Daya Saing Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Berbasis Kaizen. Jurnal Optimasi dan Sistem Industri. 13(2): 641-664.

Nugroho, B. P., 2011. Panduan Pengembangan Klaster

Industri. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

Press. Jakarta.

Page 131: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

111

Oentoro, D. 2012. Manajemen Pemasaran Modern. LaksBang

PRESSindo. Yogyakarta.

Papilo, P., dan Bantacut, T. 2016. Klaster Industri Sebagai

Strategi Peningkatan Daya Saing Agroindustri

Bioenergi Berbasis Kelapa Sawit. Jurnal Teknik

Industri. 9 (2): 87-96.

Pardey, D. 2007. Superseries Coaching and Training Your

Work Team. Institute of Leadership & Management.

Boston.

Pemkot Malang Kota. 2016. Keripik Tempe.

http://malangkota.go.id/page/2/?s=keripik+tempe.

Diakses pada 6 November 2016.

Pertiwi , Abdul J. A. G., dan Said A. 2013 . Peranan Dinas Koperasi Dan Ukm Dalam Pemberdayaan Usahakecil Menengah Kota Malang (Studi Pada Dinas Koperasi Dan UKM Kota Malang). Jurnal Administrasi Publik . 1 (2) : 213-220.

Prianto, F. 2011. Pola Pengembangan Agroindustri yang Berdaya Saing (Studi Kasus Kabupaten Malang). Jurnal JEAM. 10(1): 48 - 71.

Putra L.G.A, dan Widyawati , N. 2014. Pengaruh Penjualan dan Perputaran Piutang terhadap Laba Bersih Perusahaan Farmasi . Jurnal Ilmu dan Riset Manajemen. 3 (1): 75-89.

Putra, T dan Chairul F. 2015. Analisis Kapasitas Produksi Unit Ammonia dan Urea Pabrik 1A (Studi Kapasitas Produksi pada Industri Pupuk). Jurnal Aplikasi Manajemen (JAM). 13 (3): 410-422.

Putri, K. S. 2015. Peningkatan Kapasitas Produksi pada PT.

Adicitra Bhirawa. Jurnal Titra. 3 (1): 69-76.

Rachmawati, I.K. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia.

ANDI. Yogyakarta.

Sa’adah, M., Santoso, I., dan Mustaniroh, S. A. 2015. Analisis

Efektivitas Kinerja Dalam Klaster Agroindustri

Page 132: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

112

Makanan Ringan Di Kota Malang. Jurnal Habitat. 26

(3): 144-157.

Saaty, T.L. 1994. Fundamentals of Decision Making and

Priority Theory with the Analytic Hierarchy Process.

RWS Publication. New York.

Saaty, T.L. 2008. Decision Making With The Analytic

Hierarchy Process. University of Pittsburgh. USA.

Santoso, S. 2007. Menggunakan SPSS untuk Statistik Multivariat Seri Solusi Bisnis Berbasis IT. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Santoso, S. 2010. Statistik Multivariat Konsep dan Aplikasi dengan SPSS. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Sarosa, P. 2003. Kiat Praktis Membuka Usaha Langkah Awal

Menjadi Entrepeneur Sukses. Elex Media

Komputindo. Jakarta.

Saydam G. 2000. Sumber Daya Manusia dan Kinerja (Human Resources Management). PT. Gunung Agung. Jakarta.

Setiawan, A. 2004. Fleksibilitas Strategi Pengembangan

Usaha Kecil dan Menengah. Dinamika

Pembanagunan 1 (2).

Setyaningsih, S. 2012. Using Cluster Analysis Study to Exemine the Successful Performance Entrepreneur In Indonesia. ELSIVER Procedia Economics and Finance Vol. 4 Page 286-298.

Simamora, B. 2003. Memenangkan Pasar dengan Pemasaran

Efektif dan Profitabel. Gramedia Pustaka Utama.

Jakarta.

Simamora, B. 2005. Analisis Multivariat Pemasaran. Gramedia

Pustaka Utama. Jakarta.

Soemohadiwidjojo, A. 2015. Panduan Praktis Menyusun KPI. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sugiarto, D, Syamsul M, Illah S, Suharto, dan Suharto H. 2010. Pemilihan Strategi Pengembangan Klaster Industri dan Strategi Manajemen Pengetahuan pada Klaster

Page 133: STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL ...repository.ub.ac.id/4012/1/Kinanti Trisnaningtyas.pdfi STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH KERIPIK TEMPE DENGAN METODE

113

Industri Barang Celup Lateks. Jurnal Teknologi Pertanian. 20(1): 89-100.

Suhendar, U., Soewarno T., Soekarto dan Nurheni S. P. 2010. Kajian Strategi Pemasaran Ikan Asap (Smoked Fish) di UKM Petikan Cita Halus Citayam - Bogor. Manajemen IKM. 5 (2): 145-156.

Sukesti, F dan Nurhayati. 2015. Strategi Pengembangan Ukm

Melalui Peningkatan Modal Kerja Dengan Variabel

Intervening Pengembangan Bisnis Pada UKM

Makanan Kecil Di Kota Semarang. University

Research Coloquium, Univesitas Muhammadiyah

Semarang, pp. 207-2016.

Suprihanto, J. 2001. Penilaiaan Kinerja dan Pengembangan

Karyawan. BPFE. Yogyakarta.

Tambunan, T. 2008. Ukuran Daya Saing Koperasi dan UKM : Pusat Studi Industri dan UKM. Universitas Trisakti. Jakarta.

Utomo, T.,J . 2009. Fungsi Dan Peran Bisnis Ritel Dalam Saluran Pemasaran. Fokus Ekonomi. 4 (1): 44 – 55.

Wahyuni, S., dan Hartati, S. 2012. Sistem Pendukung

Keputusan Model Fuzzy AHP dalam Pemilihan

Kualitas Perdagangan Batu Mulia. IJCCS. 6 (1): 43-

54.

Wang, Y. M, dan Ching, K. S. 2010. Fuzzy Analytic Hierarchy Process: A Logarithmic Fuzzy Preference Programming Methodology. International Journal of Approximate Reasoning. 52 (1): 541 – 553.

Wardani, S. T., Hamzah, A. B., dan Nasir, M. 2015. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Usaha Kecil Di Kabupaten Aceh Jaya. Jurnal Ilmu Ekonomi. 3 (3): 43-55.

Yuyun, A. 2010. 38 Inspirasi Usaha Makanan Minuman Untuk

Home Industry Modal Di Bawah 5 Juta. Agromedia

Pustaka. Jakarta.