strategi pengembangan instalasi farmasi berbasis …repository.setiabudi.ac.id/640/2/thesis achmad...

113
STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS EVALUASI AKREDITASI MANAJEMEN PENGGUNAAN OBAT (MPO) DENGAN METODE HANLON DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN KALIMANTAN SELATAN TESIS Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mencapai derajat Sarjana Strata-2 Program Pascasarjana Ilmu Farmasi Diajukan oleh: Achmad Syahbana SBF 141540310 PROGRAM PASCASARJANA ILMU FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SETIA BUDI SURAKARTA 2016

Upload: others

Post on 16-Jul-2020

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS …repository.setiabudi.ac.id/640/2/THESIS ACHMAD SYAHBANA FIX.pdf · 2. Bagi petugas pelayanan farmasi, penelitian diharapkan dapat

i

STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS

EVALUASI AKREDITASI MANAJEMEN PENGGUNAAN OBAT

(MPO) DENGAN METODE HANLON DI INSTALASI FARMASI

RUMAH SAKIT DR. H. MOCH. ANSARI SALEH

BANJARMASIN KALIMANTAN SELATAN

TESIS

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mencapai

derajat Sarjana Strata-2

Program Pascasarjana Ilmu Farmasi

Diajukan oleh:

Achmad Syahbana

SBF 141540310

PROGRAM PASCASARJANA ILMU FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SETIA BUDI

SURAKARTA

2016

Page 2: STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS …repository.setiabudi.ac.id/640/2/THESIS ACHMAD SYAHBANA FIX.pdf · 2. Bagi petugas pelayanan farmasi, penelitian diharapkan dapat

PENGESAHAN TESIS

dengan judul:

STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS

EVALUASI AKREDITASI MANAJEMEN PENGGUNAAN OBAT

(MPO) DENGAN METODE HANLON DI INSTALASI FARMASI

RUMAH SAKIT DR.H. MOCH. ANSARI SALEH

BANJARMASIN KALIMANTAN SELATAN

Oleh:

Achmad Syahbana

SBF 141540310

Dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Tesis

Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi

Pada tanggal : 2016

Mengetahui,

Fakultas Farmasi

Universitas Setia Budi

Dekan,

Prof. Dr. R.A. Oetari, SU.,MM., M.Sc., Apt

Pembimbing Utama

Prof. Dr. R.A. Oetari, SU., MM., M.Sc., Apt

Pembimbing Pendamping

Dr. Gunawan Pamudji Widodo, M.Si., Apt

Dewan Penguji:

1. Prof. Dr. Ediati Sasmito, S.E., Apt 1. ......................

2. Drs. Mujiana, Sp. FRS., Apt 2. .....................

3. Dr. Gunawan Pamudji Widodo, M.Si., Apt 3. .....................

4. Prof. Dr. R.A. Oetari, SU., MM., M.Sc., Apt 4. ......................

Page 3: STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS …repository.setiabudi.ac.id/640/2/THESIS ACHMAD SYAHBANA FIX.pdf · 2. Bagi petugas pelayanan farmasi, penelitian diharapkan dapat

HALAMAN PERSEMBAHAN

Artinya :

Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-

orang yang diberi ilmupengetahuan beberapa derajat (Q.s. al-Mujadalah : 11)

CARILAH KESEMPATAN

JANGAN TOLAK KESEMPATAN

REBUTLAH KESEMPATAN

CIPTAKAN KESEMPATAN

ALHAMDULILLAH KUPERSEMBAHKAN KARYA INI :

ABAH, MAMA, YANG SELALU DUKUNG LEWAT SEMANGAT,DOA, MORAL DAN

TENAGA, KAKA INTAN, KAKA DEWI DAN KEMBARAN KU BANI YANG SELALU

BANGGA DENGAN KERJA KERAS SAUDARANYA. ULUN SAYANG BUHAN PIAN.

JAJARAN YAYASAN DAN SELURUH PEJABAT, DOSEN, KARYAWAN INSTITUSI

AKBID BK. TERIMA KASIH ATAS KESEMPATANNYA.

KAWAN-KAWAN ANGKATAN 2014 GENAP. S2 ILMU FARMASI USB. TERIMA

KASIH BANTUAN DAN SEMANGAT SELAMA INI… JANJI… HARUS SUKSES

SEMUA YA!!!

Page 4: STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS …repository.setiabudi.ac.id/640/2/THESIS ACHMAD SYAHBANA FIX.pdf · 2. Bagi petugas pelayanan farmasi, penelitian diharapkan dapat

PERNYATAAN

Saya menyatakan penelitian ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri dan

tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di

suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau

pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara

tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila tesis ini merupakan jiplakan dari penelitian, karya ilmiah, skripsi

atau tesis orang lain yang pernah ada, maka saya siap menerima sanksi baik secara

akademis maupun hukum.

Surakarta, Juli 2016

Penulis,

Achmad Syahbana

Page 5: STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS …repository.setiabudi.ac.id/640/2/THESIS ACHMAD SYAHBANA FIX.pdf · 2. Bagi petugas pelayanan farmasi, penelitian diharapkan dapat

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya sehingga

penulis memperoleh kesehatan, kekuatan, semangat dan kemampuan untuk

menyelesaikan tesis yang berjudul “STRATEGI PENGEMBANGAN

INSTALASI FARMASI BERBASIS EVALUASI AKREDITASI

MANAJEMEN PENGGUNAAN OBAT (MPO) DENGAN METODE

HANLON DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT DR.H. MOCH.

ANSARI SALEH BANJARMASIN KALIMANTAN SELATAN”

. Tesis ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar strata

2 pada Program Studi S2 Ilmu Farmasi Universitas Setia Budi.

Penulis menyadari bahwa dalam penyususnan tesis ini telah mendapat

banyak bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan

terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Djoni Tarigan, MBA., selaku rektor Universitas Setia Budi, Surakarta

yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada penulis.

2. Prof. Dr. R.A. Oetari, SU., MM.,M.Sc, Apt. Selaku Dekan Fakultas Farmasi

Universitas Setia Budi Surakarta dan sekaligus pembimbing utama yang telah

mengarahkan, membimbing, memberi masukan dan menyisihkan waktu dalam

penyusunan tesis ini.

3. Dr. Gunawan Pamudji Widodo, M.Si., Apt. Selaku ketua Program

Pascasarjana Ilmu Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta

sekaligus sebagai pembimbing serta yang telah meluangkan waktu, perhatian

dan keikhlasannya dalam memberikan masukan, ilmu dan bimbingan sehingga

terselesaikannya penyusunan tesis ini

4. Tim Penguji Prof. Dr. Ediati Sasmito, SE., Apt dan Drs. Mujiana, Sp.FRS.,

Apt. yang telah menyediakan waktu untuk menguji dan memberi masukan

kepada penulis dalam menyempurnakan penyusunan tesis ini.

Page 6: STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS …repository.setiabudi.ac.id/640/2/THESIS ACHMAD SYAHBANA FIX.pdf · 2. Bagi petugas pelayanan farmasi, penelitian diharapkan dapat

5. Seluruh Dosen Pascasarjana Fakultas Farmasi Minat Manajemen Farmasi

yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan dan pengalaman kepada

penulis selama di bangku kuliah.

6. Segenap pihak Rumah Sakit dan Instalasi Farmasi Rumah Sakit Dr. H. Moch.

Ansari Saleh Banjarmasin Kalimantan Selatan yang telah memberi izin untuk

melakukan penelitian dan membantu penulis dalam memberikan informasi

yang dibutuhkan.

7. Mama Abah, Kaka, ading, dan keluarga penulis yang tercinta yang selalu

memberikan doa, dukungan, serta semangat kepada penulis selama menempuh

pendidikan dan penyusunan tesis ini.

8. Yayasan dan Institusi Akbid Bunga Kalimantan yang selalu suport

9. Sahabat dan teman-teman kuliah S2 Ilmu Farmasi minat Manajemen Farmasi

Angkatan 2014, yang selalu memberi motivasi dan semangat kepada penulis

dalam menyelesaikan tesis ini.

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

memberikan bantuan dalam penyusunan tesis ini.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih memiliki banyak kekurangan.

Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat

membangun dalam upaya penyempurnaan penulisan tesis ini dan menjadi lebih

baik di masa yang akan datang. Akhir kata, penulis berharap semoga apa yang

telah penulis persembahkan dalam karya ini akan bermanfaat bagi semua pihak,

khususnya bagi penulis umumnya bagi para pembaca.

Page 7: STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS …repository.setiabudi.ac.id/640/2/THESIS ACHMAD SYAHBANA FIX.pdf · 2. Bagi petugas pelayanan farmasi, penelitian diharapkan dapat

Penulis dengan tulus hati memohon semoga Allah SWT selalu

memberikan berkat dan rahmat yang melimpah kepada pihak yang telah banyak

membantu sehingga Tesis ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Mengingat terbatasnya kemampuan dan pengetahuan yang ada pada

penulis, maka penulis menyadari bahwa tesis ini masih terdapat kekurangan. Oleh

karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari

pembaca sehingga tesis ini dapat lebih bermanfaat.

Akhirnya penulis berharap semoga tesis ini dapat berguna dan bermanfaat

bagi pihak yang berkepentingan.

Surakarta, Juli 2016

Penulis,

Achmad Syahbana

Page 8: STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS …repository.setiabudi.ac.id/640/2/THESIS ACHMAD SYAHBANA FIX.pdf · 2. Bagi petugas pelayanan farmasi, penelitian diharapkan dapat

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xi

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... v

BAB I PENDAHULIAN......................................................................................... 1

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1

B. Perumusan Masalah.............................................................................. 3

C. Tujuan Penelitian.................................................................................. 4

D. Manfaat Penelitian................................................................................ 4

E. Keaslian Penelitian ............................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 8

A. Gambaran Umum Rumah Sakit Dr. Moch. Ansari Saleh .................... 8

1. Visi dan Misi ................................................................................... 8

B. Akreditasi Rumah Sakit ..................................................................... 10

C. Standar Akreditasi Kegiatan Pelayanan Instalasi ............................... 19

D. Unit Pelayanan Farmasi ..................................................................... 24

E. Strategi ............................................................................................... 31

F. Uji Perbaikan Manajemen dengan Hanlon......................................... 33

G. Perencanaan ........................................................................................ 39

H. Audit Mutu Internal ............................................................................ 42

I. Evaluasi .............................................................................................. 45

J. Penyempurnaan Mutu ........................................................................ 46

K. Regulasi .............................................................................................. 46

Page 9: STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS …repository.setiabudi.ac.id/640/2/THESIS ACHMAD SYAHBANA FIX.pdf · 2. Bagi petugas pelayanan farmasi, penelitian diharapkan dapat

L. Landasan Teori ................................................................................... 47

M. Kerangka Konsep ............................................................................... 49

BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 50

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ......................................................... 50

B. Lokasi dan Waktu Penelitian.............................................................. 50

C. Subyek Penelitian ............................................................................... 50

D. Instrumen Penelitian ........................................................................... 51

E. Jalannya Penelitian ............................................................................. 51

F. Analisis Data ...................................................................................... 53

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 57

A. Karakteristik Responden dan Penelitian 57

B. Uji Validitas Instrumen 58

C. Pencapaian Standar Akreditasi dan Pembahasan di

RSUD DR.H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin 59

D. Kerangka Usulan Perbaikan Strategi Pengembangan Pelayanan 77

E. Keterbatasan Penelitian 84

BAB V Kesimpulan dan Saran 85

A. Kesimpulan 85

B. Saran 86

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 88

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... 93

Page 10: STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS …repository.setiabudi.ac.id/640/2/THESIS ACHMAD SYAHBANA FIX.pdf · 2. Bagi petugas pelayanan farmasi, penelitian diharapkan dapat

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Bagan Kerangka Konsep ..................................................................... 49

Gambar 2. Skor penilaian kuisioner standar organisasi dan manajemen .............. 62

Gambar 3. Skor penilaian kuisioner standar seleksi dan pengadaan .................... 65

Gambar 4. Skor penilaian kuisioner standar penyimpanan ................................... 68

Gambar 5. Skor penilaian kuisioner standar pemesanan dan pencatatan.............. 70

Gambar 6. Skor penilaian kuisioner standar persiapan dan penyaluran ............... 73

Gambar 7. Skor penilaian kuisioner standar tandar pemberian ............................ 75

Gambar 8. Skor penilaian kuisioner standar pemantauan ..................................... 77

Page 11: STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS …repository.setiabudi.ac.id/640/2/THESIS ACHMAD SYAHBANA FIX.pdf · 2. Bagi petugas pelayanan farmasi, penelitian diharapkan dapat

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Keaslian Penelitian .................................................................................... 5

Table 2. karakteristik subjek penelitian ............................................................... 57

Tabel 3. Hasil uji validitas .................................................................................... 58

Table 4. Hasil uji reabilitas ................................................................................... 58

Table 5. Presentasi nilai hasil ................................................................................ 78

Table 6. Presentasi nilai selisih ............................................................................. 79

Tabel 7. Penentuan skala prioritas ........................................................................ 80

Table 8. Masalah dan Strategi pengembangan ...................................................... 81

Page 12: STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS …repository.setiabudi.ac.id/640/2/THESIS ACHMAD SYAHBANA FIX.pdf · 2. Bagi petugas pelayanan farmasi, penelitian diharapkan dapat

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian ......................................................................... 96

Lampiran 2. Pedoman Wawancara .....................................................................113

Page 13: STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS …repository.setiabudi.ac.id/640/2/THESIS ACHMAD SYAHBANA FIX.pdf · 2. Bagi petugas pelayanan farmasi, penelitian diharapkan dapat

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah sakit merupakan suatu sarana kesehatan dan merupakan rujukan

pelayanan kesehatan. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 tahun 2014 tentang

standar pelayanan farmasi rumah sakit menyebutkan bahwa pelayanan farmasi

rumah sakit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan

kesehatan rumah sakit yang utuh dan berorientasi kepada pelayanan pasien,

penyediaan obat yang bermutu dan pelayanan farmasi klinik yang terjangkau bagi

semua lapisan masyarakat (Kepmenkes RI, 2014).

Seperti kita ketahui program akreditasi rumah sakit yang merupakan

program departemen kesehatan dan diselenggarakan oleh komite akreditasi rumah

sakit (KARS) merupakan salah satu instrumen penilaian mutu pelayanan yang

menilai apakah pelayanan di rumah sakit tersebut telah memenuhi standar

minimal pelayanan. Tujuan dari akreditasi rumah sakit adalah mendapatkan

gambaran seberapa jauh rumah sakit di Indonesia telah memenuhi berbagai

standar yang ditetapkan, dengan demikian mutu pelayanan rumah sakit dapat di

pertanggungjawabkan. Disamping itu akreditasi rumah sakit dimaksudkan untuk

memberi jaminan dan kepuasan kepada pelanggan (pasien dan karyawan) dan

masyarakat bahwa pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit diselenggarakan

sebaik mungkin dengan mutu pelayanan yang baik (Depkes RI, 2012).

Page 14: STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS …repository.setiabudi.ac.id/640/2/THESIS ACHMAD SYAHBANA FIX.pdf · 2. Bagi petugas pelayanan farmasi, penelitian diharapkan dapat

2

Salah satu strategi untuk meningkatkan mutu sarana pelayanan kesehatan,

termasuk rumah sakit adalah dengan melibatkan lembaga eksternal dalam bentuk

kegiatan akreditasi. Program akreditasi dianggap berhasil bila dapat meningkatkan

mutu organisasi dengan cara merangsang motivasi dan komitmen internal

terhadap self assessment dan perubahan (Shaw, 2004)

Persepsi staf rumah sakit digunakan untuk mengukur dampak akreditasi

antara lain dan meningkatkan komitmen terhadap standar atau acuan, perawatan

pasien terhadap diterapkannya prosedur yang lebih baik, proses komunikasi dan

meningkatkan komitmen terhadap standar atau acuan, perawatan pasien

(Greenfield & Braithwaite, 2008).

Menilai efektivitas akreditasi melalui perspektif rumah sakit yaitu dengan

menilai pengalaman atau persepsi individu atau staf rumah sakit setelah mengikuti

dan mempunyai gambaran mengenai manfaat program akreditasi yang diikuti dan

juga menggunakan indikator objektif yang dapat dibandingkan secara statistik

sebelum dan sesudah menerapkan standar akreditasi (Shaw, 2001).

Metode Hanlon merupakan salah satu alat yang digunakan untuk

membandingkan berbagai masalah kesehatan yang berbeda-beda dengan cara

relative dan bukan absolute, framework, seadil mungkin dan objektif. Cara yang

digunakan untuk menentukan prioritas masalah dengan menggunakan empat

kelompok kriteria, yakni: besarnya masalah (magnitude), kegawatan masalah

(emergency), kemudahan penanggulangan masalah (causability), faktor yang

menentukan dapat tidaknya program dilaksanakan (PEARL factor).

Page 15: STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS …repository.setiabudi.ac.id/640/2/THESIS ACHMAD SYAHBANA FIX.pdf · 2. Bagi petugas pelayanan farmasi, penelitian diharapkan dapat

3

Ketertarikan peneliti untuk melakukan penelitian di Instalasi Farmasi

RSUD Dr. H. Moch.Ansari Saleh Banjarmasin Provinsi Kalimantan Selatan

adalah untuk melihat perkembangan dengan meninjau dari segi mutu pelayanan

yang telah dijalankan di Instalasi Farmasi RSUD Dr. H. Moch.Ansari Saleh dan

mengadakan suatu strategi pengembangan dengan berdasarkan analIsis Hanlon.

Hasil penelitian diharapkan Instalasi Farmasi RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh

Banjarmasin Provinsi Kalimantan Selatan mampu meningkatkan eksistensinya

dan memberikan pelayanan yang berkualitas bagi masyarakat.

Selain itu juga RSUD Dr. H. Moch.Ansari Saleh Banjarmasin sudah

mendapatkan akreditasi paripurna dengan klasifikasi B, dimana hal ini sangat

menunjang pelayanan kesahatan di IFRSUD Dr. H. Moch Ansari Saleh

Banjarmasin, serta dengan adanya penelitian ini pula sebagai bahan pertimbangan,

informasi dan evaluasi bagi IFRSUD Dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin

untuk semakin meningkatkan nilai akreditasinya sehingga dimaksimalkan untuk

mengarah ke akreditasi standar JCI.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka dapat ditarik

perumusan masalahnya adalah:

1. Bagaimana tingkat kesesuaian tujuh standar akreditasi di Instalasi Farmasi

RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin Provinsi Kalimantan Selatan

yaitu standar organisasi dan manajemen, standar seleksi dan pengadaan,

Page 16: STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS …repository.setiabudi.ac.id/640/2/THESIS ACHMAD SYAHBANA FIX.pdf · 2. Bagi petugas pelayanan farmasi, penelitian diharapkan dapat

4

standar penyimpanan, standar pemesanan dan pencatatan, standar persiapan

dan penyaluran, standar pemberian, standar pemantauan?

2. Bagaimana strategi pengembangan pelayanan di Instalasi Farmasi

berdasarkan analisis prioritas dengan metode Hanlon ?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui tingkat kesesuaian tujuh standar akreditasi di Instalasi Farmasi

RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin Provinsi Kalimantan Selatan

yaitu standar organisasi dan manajemen, standar seleksi dan pengadaan,

standar penyimpanan, standar pemesanan dan pencatatan, standar persiapan

dan penyaluran, standar pemberian, standar pemantauan

2. Mengetahui strategi pengembangan pelayanan di Instalasi Farmasi berdasarkan

analisis prioritas dengan metode Hanlon

D. Manfaat penelitian

Pengetahuan yang diperoleh dari hasil penelitian ini diharapkan dapat

bermanfaat untuk:

1. Bagi Stakeholder, penelitian ini diharapkan sebagai bahan informasi dan

pertimbangan bagi stakeholder di unit pelayanan farmasi dari RSUD Dr. H.

Moch. Ansari Saleh Banjarmasin Provinsi Kalimantan Selatan dalam

mengatur strategi dan rencana pengembangan pelayanan farmasi.

Page 17: STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS …repository.setiabudi.ac.id/640/2/THESIS ACHMAD SYAHBANA FIX.pdf · 2. Bagi petugas pelayanan farmasi, penelitian diharapkan dapat

5

2. Bagi petugas pelayanan farmasi, penelitian diharapkan dapat merangsang

profesi di unit palayanan farmasi untuk meningkatkan mutu pelayanan melalui

pemberian pelayanan sesuai dengan standar.

3. Bagi staf rumah sakit, penelitian diharapkan sebagai contoh evaluasi

pelaksaan kegiatan pelayanan standar untuk standar pelayanan lainnya.

4. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan penulis

dalam pelaksanakan tujuh standar pelayanan farmasi.

5. Bagi pembaca, penelitian diharapkan memberikan informasi kepada pembaca,

bahwa pentingnya pelaksaan tujuh standar pelayanan farmasi sebagai ujung

tombak rumah sakit di dalam memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian tentang strategi pengembangan instalasi farmasi rumah sakit

berbasi evaluasi akreditasi di RSUD Dr. H. Moch.Ansari Saleh Banjarmasin

Provinsi Kalimantan Selatan belum pernah dilakukan. Penelitian sebelumnya

yang berkaitan dengan tingkat kesesuaian standar akreditasi terhadap strategi dan

rencana pengembangan pelayanan

Tabel 1. Keaslian penelitian PENELITI METODE SAMPEL TEMPAT KESIMPULAN

Hasanuddin

(2014)

Analisis

Metode

Matrik

29

Responden

RSUP Dr.

Wahidin

Sudirohusodo

Makasar

(Sul-Sel)

Terdapat selisih hasil

penilaian standar

akreditasi antara

manajemen dan

penggunaan obat staf

IFRS (98,57%)

dengan hasil

observasi (89,04%).

Page 18: STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS …repository.setiabudi.ac.id/640/2/THESIS ACHMAD SYAHBANA FIX.pdf · 2. Bagi petugas pelayanan farmasi, penelitian diharapkan dapat

6

Penanganan masalah

perlu meningkatkan

kinerja sesuai dengan

standar akreditasi.

Perlu Strategi dan

rencana

pengembangan yaitu

pengembangan staf

dan program

pendidikan,

meningkatkan

evaluasi dan

monitoring terhadap

semua standar

kinerja,

menempatkan

apoteker penanggung

jawab di setiap

bangsal, pelaporan

kesalahan

pengobatan, serta

meningkatkan

kerjasama dan

komunikasi antara

dokter, apoteker,

perawat yang berada

di bangsal untuk

meningkatkan

keselamatan pasien.

Ningrum

(2014)

Analisis

Metode

Matrik

22

Responden

RSUD

Kraton

Pekalongan

(Jateng)

Terdapat selisih hasil

penilaian standar

akreditasi antara

manajemen dan

penggunaan obat staf

IFRS (74,28%)

dengan hasil

observasi (79,5%).

Penanganan masalah

Page 19: STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS …repository.setiabudi.ac.id/640/2/THESIS ACHMAD SYAHBANA FIX.pdf · 2. Bagi petugas pelayanan farmasi, penelitian diharapkan dapat

7

adalah standar II

yaitu standar seleksi

dan pengadaan.

Perlu melakukan

peningkatan kinerja

sesuai dengan standar

akreditasi, upaya

strategi dan rencana

harus segera

dilakukan untuk

mengarah ke

akreditasi yang lebih

tinggi (JCI).

Perbedaan pada penelitian ini dengan penelitian yang telah dilakukan

sebelumnya adalah adanya prioritas penanganan masalah pada pelayanan farmasi,

karakteristik lokasi dan fokus pada penilaian elemen instrumen MPO dengan

metode Hanlon.

Page 20: STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS …repository.setiabudi.ac.id/640/2/THESIS ACHMAD SYAHBANA FIX.pdf · 2. Bagi petugas pelayanan farmasi, penelitian diharapkan dapat

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Gambaran Umum RSUD DR. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin

Provinsi Kalimantan Selatan

1. Visi dan Misi

Visi adalah merupakan cermin dan cara pandang ke depan tentang yang

ingin di capai, tercapainya visi misi kedepan mengandung konsep masa depan

yang ideal. Visi juga merupakan pandangan jauh ke depan, kemana dan

bagaimana instansi pemerintah harus dibawa dan berkarya agar konsisten dapat

eksis, antisipatif, inovatif serta proaktif. Visi tidak lain adalah suatu gambaran

yang menantang tentang keadaan masa depan berisikan citra dan citra yang ingin

diwujudkan oleh instansi pemerintah.

a. Visi

Menjadikan RSUD DR. H. Moch.Ansari Saleh Banjarmasin Provinsi

Kalimantan Selatan sebagai rumah sakit rujukan yang berkualitas dan terjangkau.

Makna pokok yang terkandung dalam visi RSUD DR. H. Moch. Ansari Saleh

Banjarmasin Provinsi Kalimantan Selatan tersebut adalah:

Terwujudnya pelayan Prima (Exellent Service) bagi masyarakat Kalimantan

Selatan.

b. Misi

Untuk memenuhi visi tersebut, RSUD DR. H. Moch.Ansari Saleh

Banjarmasin Provinsi Kalimantan Selatan mencanangkan misi. Misi adalah suatu

Page 21: STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS …repository.setiabudi.ac.id/640/2/THESIS ACHMAD SYAHBANA FIX.pdf · 2. Bagi petugas pelayanan farmasi, penelitian diharapkan dapat

9

yang harus dilaksanakan oleh organisasi (instansi pemerintah) agar tujuan

organisasi dapat tercapai dan berhasil dengan baik. Dengan pernyataan misi yang

ditetapkan ini diharapkan seluruh pegawai dan pihak yang berkepentingan dapat

mengenal RSUD DR. H. Moch.Ansari Saleh Banjarmasin Provinsi Kalimantan

Selatan dan mengetahui alasan keberadaan dan perannya lebih dalam.

Misi yang ditetapkan adalah sebagai berikut:

1) Mengembangkan pusat rujukan pelayanan kesehatan dengan unggulan

penyakit syaraf, penyakit infeksi, dan penyakit tropik di Provinsi Kalimantan

Selatan

2) Mengembangkan aspek pendidikan dan penelitian bagi tenaga medik dan

tenaga kesehatan lainnya.

3) Mengembangkan dan meningkatkan kualiatas sumber daya manusia.

c. Tujuan, sasaran dan program

RSUD DR. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin Provinsi Kalimantan

Selatan menetapkan tujuan strategi berdasarkan visi, misi dan faktor-faktor kunci

keberhasilan. Sasaran-sasaran strategi RSUD DR. H. Moch. Ansari Saleh

Banjarmasin Provinsi Kalimantan Selatan yang merupakan sebagian integral

dalam proses perencanaan strategi organisasi dirumuskan untuk masing-masing

tujuan yang ditetapkan.

Keberhasilan tujuan strategi berdasarkan visi, misi RSUD DR. H. Moch.

Ansari Saleh Banjarmasin Provinsi Kalimantan Selatan yang dilaksanakan adalah:

Pelayanan medis: pelayanan dokter umum, pelayanan dokter gigi, pelayanan

Page 22: STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS …repository.setiabudi.ac.id/640/2/THESIS ACHMAD SYAHBANA FIX.pdf · 2. Bagi petugas pelayanan farmasi, penelitian diharapkan dapat

10

penunjang: laboratorium, pelayanan gizi dan farmasi, fasilitas: UGD 24 jam,

rawat jalan, rawat inap

Tujuan dan sasaran strategi yang ditetapkan dapat diuraikan sebagai

berikut:

1) Meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata, adil dan

terjangkau oleh masyarkat

2) Mendorong masyarakat untuk memanfaatkan RSUD DR. H. Moch. Ansari

Saleh Banjarmasin Provinsi Kalimantan Selatan menjadi mitra keluarga

3) Melaksanakan dan mengembangkan managemen rumah sakit

4) Pengembangan sumber daya manusia tenaga kesehatan dibidangnya menuju

tercapainya pelayanan yang profesionalisme

B. Akreditasi Rumah Sakit

Menuurut WHO (1999), rumah sakit merupakan suuatu organisasi

integrasi yang berfungsi menyediakan pelayanan kesejahtraan lengkap bagi

masyarakat. Pelayanan tersebut dapat bersifat diagnostik, kuratif, promotif,

rehabilitatif, maupun preventif, pelayanan dalam dan luar sampai kepada keluarga

dan lingkungan serta sebagai pusat pendidikan bagi petugas-petugas di bidang

kesehatan serta sosial.

Akreditasi rumah sakit adalah suatu pengakuan dari pemerintah yang

diberikan kepada rumah sakit yang telah memenuhi standar pelayanan. Melalui

akreditasi ini diharapkan mutu pelayanan rumah sakit dapat

dipertanggungjawabkan karena pelayanan tersebut telah memenuhi standar yang

Page 23: STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS …repository.setiabudi.ac.id/640/2/THESIS ACHMAD SYAHBANA FIX.pdf · 2. Bagi petugas pelayanan farmasi, penelitian diharapkan dapat

11

ditentukan. Pelayanan yang sesuai dengan standar tersebut tentunya akan memberi

rasa aman kepada dokter, perawat maupun pasien. Namun harus diakui upaya

pemenuhan standar pelayanan rumah sakit tersebut bukanlah hal yang mudah,

rumah sakit perlu menyiapkan dirinya agar mendapatkan status akreditasi penuh.

Persiapan rumah sakit semakin diperlukan dengan adanya kebijakan Departemen

Kesehatan bahwa secara bertahap rumah sakit di Indonesia baik rumah sakit

umum, swasta dan rumah sakit jiwa akan diakreditasi standar pelayanannya

(Luwirhasih, 2002).

Sesungguhnya outcome dari pelayanan program akreditasi itu adalah

meningkatnya mutu pelayanan rumah sakit sebagai hasil dari upaya rumah sakit

untuk memenuhi standar pelayanan. Karena upaya peningkatan mutu harus selalu

berorientasi pada pelanggan, maka manfaat akreditasipun harus dirasakan oleh

pelanggan. Pelanggan disini yang dimaksud bukan hanya pasien sebagai

pelanggan eksternal, tetapi juga pihak lain yang berkepentingan terhadap mutu

pelayanan termasuk di dalamnya pelanggan internal, yaitu rumah sakit dan

pegawainya (Djojosugito, 2000).

Untuk sampai kepada pengakuan rumah sakit melalui suatu proses

penilaian yang didasarkan pada Standar Nasional Perumahsakitan. Penilaian

dilakukan berulang dengan interval yang reguler dan diawali dengan kegiatan

kajian mandiri (self assesment) oleh rumah sakit yang dinilai. Survei akreditasi ini

dilakukan oleh badan yang terlegitimasi dan di Indonesia adalah Komite

Akreditasi Rumah Sakit dan sarana kesehatan lainnya (KARS) sedangkan

Page 24: STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS …repository.setiabudi.ac.id/640/2/THESIS ACHMAD SYAHBANA FIX.pdf · 2. Bagi petugas pelayanan farmasi, penelitian diharapkan dapat

12

sertifikasi diberikan oleh Dirjen Pelayanan Medik Depkes RI berdasarkan

rekomandasi KARS (Depkes RI, 2012).

Dasar hukum akreditasi rumah sakit adalah sebagai berikut:

1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.012 tahun 2012 tentang

Akreditasi Rumah Sakit

2. UU No. 44/2009 tentang Rumah Sakit Pasal 40

a. Dalam upaya peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit wajib dilakukan

akreditasi secara berkala minimal 3 tahun sekali.

b. Akreditasi Rumah sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan

oleh suatu lembaga independen baik dari dalam maupun dari luar negeri

berdasarkan standar akreditasi yang berlaku.

c. Lembaga independen sebagaimana dimaksud ayat (2) ditetapkan oleh

menteri.

d. Ketentuan lebih lanjut mengenai akreditasi Rumah Sakit sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri.

3. Permenkes no. 159b/88 tentang rumah sakit, pasal 26 mengatur tentang

akreditasi rumah sakit.

4. SK Menkes 436/93 menyatakan berlakunya standar pelayanan rumah sakit dan

standar pelayanan medis.

Pada dasarnya tujuan utama akreditasi rumah sakit adalah agar kualitas

pelayanan yang diberikan terintegrasi dan menjadi budaya sistem pelayanan di

rumah sakit. Secara khusus tujuan akreditasi adalah agar :

Page 25: STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS …repository.setiabudi.ac.id/640/2/THESIS ACHMAD SYAHBANA FIX.pdf · 2. Bagi petugas pelayanan farmasi, penelitian diharapkan dapat

13

1. Memperoleh gambaran seberapa jauh rumah sakit di Indonesia telah

memenuhi berbagai standar yang ditentukan sehingga mutu pelayanan rumah

sakit dapat dipertanggungjawabkan.

2. Memberikan pengakuan dan penghargaan kepada rumah sakit yang telah

mencapai tingkat pelayanan sesuai dengan standar yang ditetapkan.

3. Memberikan jaminan kepada petugas rumah sakit bahwa semua fasilitas,

tenaga dan lingkungan yang diperlukan tersedia sehingga dapat mendukung

upaya penyembuhan dan pengobatan pasien dengan sebaiknya.

Memberikan jaminan dan kepuasan kepada individu, keluarga dan

masyarakat sebagai pelanggan bahwa pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit

diselenggarakan dengan baik (Poerwani dan Sopacua, 2004).

Survei akreditasi dilaksanakan dalam beberapa tahap yaitu tahap

persiapan, tahap pelaksanaan survei akreditasi dan tahap pascasurvei akreditasi.

1. Tahap persiapan

Kegiatan yang dilaksanakan disini adalah self assessment (kajian

mandiri) yang dilakukan oleh rumah sakit yang akan dinilai menggunakan

instrumen survei akreditasi rumah sakit. Kajian mandiri dilaksanakan oleh

timakreditasi rumah sakit yang terdiri dari beberapa kelompok kerja, sesuai

dengan pelayanan yang akan dinilai. Misalnya bila rumah sakit memilih untuk

akreditasi tingkat dasar maka tim akreditasi rumah sakit terdiri dari 5

kelompok kerja.

Langkah-langkah persiapan survei akreditasi di rumah sakit adalah

sebagai berikut:

Page 26: STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS …repository.setiabudi.ac.id/640/2/THESIS ACHMAD SYAHBANA FIX.pdf · 2. Bagi petugas pelayanan farmasi, penelitian diharapkan dapat

14

a. Pimpinan, pemilik dan seluruh pegawai sepakat melaksanakan persiapan

survei akreditasi rumah sakit dengan sosialisasi pada setiap kesempatan

dengan menjelaskan kaitan akreditasi dengan mutu pelayanan di rumah

sakit.

b. Tim akreditasi rumah sakit perlu dibentuk dengan surat keputusan

direktur.

c. Ubah pola kerja menjadi kerja tim, saling terbuka dan menghargai.

d. Sosialisasikan apa yang dimaksud dengan akreditasi dan makna yang

terkandung di dalamnya, kepada seluruh jajaran rumah sakit mulai dari

manajer puncak hingga pelaksana di lapangan termasuk satpam, tukang

kebun, juru masak dan lainnya.

Tim akreditasi rumah sakit terdiri atas kelompok kerja yang sesuai

dengan instrumen kajian mandiri serta mempunyai uraian tugas yang jelas

berdasarkan SK direktur rumah sakit. Tim akreditasi bersifat terbuka,

koordinasi sangat diperlukan dalam tim karena banyak hal menjadi lebih

efisien bila dikerjakan secara tim.

2. Tahap pascasurvei akreditasi

Kegiatan pada paska survei akreditasi berupa pembinaan yang bertujuan

mendorong manajemen rumah sakit untuk memantau pelaksanaan

rekomendasi hasil survei, memberikan arahan untuk dapat memenuhi

rekomendasi, melakukan evaluasi terhadap penerapan standar yang

berdampak pada peningkatan mutu pelayanan di rumah sakit serta

Page 27: STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS …repository.setiabudi.ac.id/640/2/THESIS ACHMAD SYAHBANA FIX.pdf · 2. Bagi petugas pelayanan farmasi, penelitian diharapkan dapat

15

meningkatkan interaksi antara rumah sakit, dinas kesehatan provinsi dan

KARS.

Kegiatan pembinaan paska akreditasi dilakukan paling cepat 12 bulan

setelah dilakukan survei akreditasi oleh KARS. Hasil pembinaan dalam

bentuk laporan sebagai umpan balik terhadap upaya rumah sakit untuk

memenuhi rekomendasi hasil survei kepada pimpinan rumah sakit.

Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS) mempunyai fungsi perencanaan,

pelaksanaan, pengembangan, pembimbingan dan pelatihan serta monitoring dan

evaluasi dalam bidang akreditasi rumah sakit di Indonesia, sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan dan perkembangan akreditasi rumah

sakit secara internasional. Masa bakti Komisi Akreditasi Rumah Sakit adalah 5

tahun untuk pelaksana akreditasi (surveyor).

Tugas pokok dan fungsi KARS adalah:

1. Merumuskan kebijakan dan tata laksana akreditasi rumah sakit

2. Menyusun rencana strategis akreditasi rumah sakit

3. Menyusun peraturan internal KARS

4. Menyusun standar akreditasi

5. Menetapkan status akreditasi rumah sakit

6. Menyelenggarakan pendidikan, pelatihan dan pembimbingan serta

pengembangan di bidang akreditasi dan mutu layanan rumah sakit

7. Mengangkat dan memberhentikan tenaga surveyor

Page 28: STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS …repository.setiabudi.ac.id/640/2/THESIS ACHMAD SYAHBANA FIX.pdf · 2. Bagi petugas pelayanan farmasi, penelitian diharapkan dapat

16

8. Membina kerja sama dengan institusi di dalam negeri maupun di luar negeri

yang berkaitan dengan bidang akreditasi dan peningkatan mutu layanan rumah

sakit

9. Melakukan sosialisasi dan promosi kegiatan akreditasi

10. Melakukan monitoring dan evaluasi dalam bidang akreditasi rumah sakit

11. Melakukan pencatatan dan pelaporan kegiatan akreditasi rumah sakit (Depkes

RI, 1998).

Embrio instrumen survei akreditasi adalah format penilaian penampilan

rumah sakit yang dilaksankan setiap tahun dalam rangka hari kesehatan nasional

yang dikembangkan tahun 1984. Pengembangan dan penyempurnaan indikator

penilaian dilakukan berkala setiap 2 tahun sekali. Format penilaian penampilan

rumah sakit ini dikembangkan Dirjen Pelayanan Medik bersama Pusat Penelitian

dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan di Surabaya dan hingga tahun 1994

menjadi instrumen untuk survei akreditasi. Instrumen survei akreditasi mengalami

perbaikan hingga tahun 2003 sebagai instrumen kajian mandiri yang digunakan

sampai saat ini (Poerwani dan Sopacua, 2004).

Pelayanan yang dinilai dalam instrumen survei akreditasi mengacu pada

SK Menkes pada tahun 1993 tentang standar pelayanan rumah sakit. Pada tahun

1999 dilakukan revisi sehingga terdiri dari 20 kegiatan pelayanan. Standar

pelayanan rumah sakit tersebut meliputi Administrasi dan Manajemen, Pelayanan

Medis, Pelayanan Keperawatan, Pelayanan Gawat Darurat, Rekam Medik,

Farmasi, Radiologi, Kamar Operasi, Pengendalian Infeksi, Pelayanan Resiko

tinggi, Laboratorium dan Keselamatan Kerja, Kebakaran dan Kewaspadaan

Page 29: STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS …repository.setiabudi.ac.id/640/2/THESIS ACHMAD SYAHBANA FIX.pdf · 2. Bagi petugas pelayanan farmasi, penelitian diharapkan dapat

17

Bencana ditambah Pelayanan Intensif, Pelayanan Transfusi Darah, Pelayanan

Rehabilitasi Medik dan Pelayanan Gizi, Sterilisasi sentral, Pemeliharaan sarana,

Pelayanan Anestesi dan Perpustakaan (Poerwani dan Sopacua, 2004).

Dalam perkembangannya, instrumen survei akreditasi pada tingkat

lengkap setelah melalui pembahasan menjadi 16 kegiatan pelayanan saja, karena

ada beberapa kegiataan pelayanan yang dapat digabungkan. Pelayanan

perpustakaan dimasukkan di pelayanan administrasi dan manajemen, pelayanan

pemeliharaan sarana dimasukkan juga ke pelayanan administrasi dan manajemen,

pelayanan anestesi dimasukkan dalam pelayanan kamar operasi.

Akreditasi dibedakan menjadi 4 yaitu :

1. Tingkat Dasar

Empat bab digolongkan Major, nilai minimum setiap bab harus 80 % :

Sasaran keselamatan pasien rumah sakit, hak pasien dan keluarga (HPK),

pendidikan pasien dan keluarga (PPK), dan peningkatan pelayanan mutu dan

keselamatan pasien. Sebelas bab digolongkan Minor, nilai minimum setiap bab

harus 20%: Millenium Development Goal’s (MDG’S), akses pelayanan dan

komunitas pelayanan, asesment pasien, pelayanan pasien pelayanan anastesi dan

bedah, manajemen penggunaan obat, manajemen komunikasi dan informasi,

kualifikasi dan pendidikan staff, pencegahan dan pengendalian infeksi, tata kelola

kepemimpinan dan pengarahan, manajemen fasilitas dan keselamatan.

2. Tingkat Madya

Delapan bab digolongkan Major, nilai minimum setiap bab harus 80% :

Sasaran keselamatan pasien rumah sakit, hak pasien dan keluarga, pendidikan

Page 30: STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS …repository.setiabudi.ac.id/640/2/THESIS ACHMAD SYAHBANA FIX.pdf · 2. Bagi petugas pelayanan farmasi, penelitian diharapkan dapat

18

pasien dan keluarga, peningkatan mutu dan keselamatan pasien, millenium

development goal’s, akses pelayanan dan kontinuitas pelayanan, asesment pasien,

dan pelayanan pasien.

Tujuh bab digolongkan Minor, nilai minimum setiap bab harus 20% :

Pelayanan anastesi dan bedah, manajemen penggunaan obat, manajemen

komunikasi dan informasi, kualitas dan pendidikan staff, pencegahan dan

pengendalian infeksi, tata kelola kepemimpinan dan pengarahan , manajemen

fasilitas dan keselamatan.

3. Tingkat Utama

Duabelas bab digolongkan Major, nilai minimum setiap bab harus 80%:

sasaran keselamatan pasien rumah sakit, hak pasien dan keluarga, pendidikan

pasien dan keluarga, peningktanan mutu dan keselamatan pasien, millenium

development goal’s, akses pelayanan dan kontinuitas pelayanan, asesment pasien,

dan pelayanan pasien, pelayanan anastesi dan bedah, manajemen penggunaan

obat, manajemen komunikasi dan informasi, kualitas dan pendidikan staff.

Tiga bab digolongkan Minor, nilai minimum setiap bab harus 20% :

Pencegahan dan pengendalian infeksi, tata kelola kepemimpinan dan pengarahan ,

manajemen fasilitas dan keselamatan.

4. Tingkat Paripurna

Limabelas (semua) bab digolongkan Major, nilai minimum setiap bab

harus 80% : Sasaran keselamatan pasien rumah sakit, hak pasien dan keluarga,

pendidikan pasien dan keluarga, peningktanan mutu dan keselamatan pasien,

millenium development Goal’s, akses pelayanan dan kontinuitas pelayanan,

asesment pasien, dan pelayanan pasien, pelayanan anastesi dan bedah, manajemen

Page 31: STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS …repository.setiabudi.ac.id/640/2/THESIS ACHMAD SYAHBANA FIX.pdf · 2. Bagi petugas pelayanan farmasi, penelitian diharapkan dapat

19

penggunaan obat, manajemen komunikasi dan informasi, kualitas dan pendidikan

staff, Pencegahan dan pengendalian infeksi, tata kelola kepemimpinan dan

pengarahan, manajemen fasilitas dan keselamatan (KARS, 2012).

Untuk sampai kepada pengakuan rumah sakit melalui suatu proses

penilaian yang didasarkan pada Standar Nasional perumahsakitan. Penilaian

dilakukan berulang dengan interval yang reguler dan diawali dengan kegiatan

kajian mandiri (self assessment) oleh rumah sakit yang dinilai. Survei akreditasi

ini dilakukan oleh badan yang terlegitimasi dan di Indonesia adalah Komite

Akreditasi Rumah Sakit dan sarana kesehatan lainnya (KARS) sedangkan

sertifikasi diberikan oleh Dirjen Pelayanan Medik Depkes RI berdasarkan

rekomendasi KARS.

C. Standar Akreditasi Kegiatan Pelayanan Farmasi

Ada 7 standar pelayanan farmasi yang harus dipenuhi dalam akreditasi nasional

rumah sakit yaitu (KARS, 2011):

1. Organisasi dan Manajemen

Obat sebagai suatu sumber penting dalam pelayanan pasien, harus

diorganisir secara efektif dan efisien. Manajemen obat bukan hanya

tanggungjawab dari pelayanan farmasi tetapi juga dari para manajer dan praktisi

asuhan klinis. Pengaturan pembagian tanggungjawab tergantung pada struktur

organisasi dan staffing. Pada saat apoteker tidak hadir, obat-obat bisa dikelola

oleh setiap unit klinis tergantung kebijakan rumah sakit. Pada kasus lain, dimana

terdapat suatu sentral farmasi yang besar, bagian farmasi dapat mengorganisir dan

Page 32: STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS …repository.setiabudi.ac.id/640/2/THESIS ACHMAD SYAHBANA FIX.pdf · 2. Bagi petugas pelayanan farmasi, penelitian diharapkan dapat

20

mengendalikan obat yang diberlakukan di seluruh rumah sakit. Manajemen obat

yang efektif mencakup semua bagian dalam rumah sakit, unit rawat inap, rawat

jalan maupun unit khusus. Undang-undang dan peraturan yang berlaku

dimasukkan ke dalam struktur organisasi dan operasional sistem manajemen obat

di rumah sakit.

2. Seleksi dan Pengadaan

Setiap rumah sakit harus menetapkan obat mana yang harus tersedia untuk

diresepkan dan dipesan oleh praktisi pelayanan kesehatan. Keputusan ini

didasarkan pada misi rumah sakit sakit, kebutuhan pasien, dan jenis pelayanan

yang disiapkan. Rumah sakit mengembangkan suatu daftar (formularium) dari

semua obat yang ada di stok atau sudah tersedia, dari sumber luar. Dalam

beberapa kasus, undang-undang atau peraturan bisa menentukan obat dalam daftar

atau sumber obat tersebut. Pemilihan obat adalah suatu proses kerja

sama/kolaboratif yang mempertimbangkan baik kebutuhan dan keselamatan

pasien maupun kondisi ekonomisnya. Kadang-kadang terjadi kehabisan obat

karena terlambatnya pengiriman, kurangnya stok nasional atau sebab lain yang

tidak diantisipasi dalam pengendalian inventaris yang normal. Ada suatu proses

untuk mengingatkan para pembuat resep tentang kekurangan obat tersebut dan

saran substitusinya.

Page 33: STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS …repository.setiabudi.ac.id/640/2/THESIS ACHMAD SYAHBANA FIX.pdf · 2. Bagi petugas pelayanan farmasi, penelitian diharapkan dapat

21

3. Penyimpanan

Obat bisa disimpan dalam tempat penyimpanan, di dalam

pelayananfarmasi atau kefarmasian, atau di unit asuhan pasien pada unit-unit

farmasi atau di

nurse station dalam unit klinis. Standar MPO.1 menyiapkan mekanisme

pengawasan bagi semua lokasi dimana obat disimpan. Dalam semua lokasi tempat

obat disimpan, hal berikut ini adalah jelas:

a. Obat disimpan dalam kondisi yang sesuai untuk stabilitas produk;

b. Bahan yang terkontrol (controlled substances) dilaporkan secara akurat sesuai

undang-undang dan peraturan yang berlaku

c. Obat-obatan dan bahan kimia yang digunakan untuk mempersiapkan obat

diberi label secara akurat menyebutkan isi, tanggal kadaluwarsa dan

peringatan;

d. Elektrolit pekat konsentrat tidak disimpan di unit asuhan kecuali merupakan

kebutuhan klinis yang penting dan bila disimpan dalam unit asuhan

dilengkapi dengan pengaman untuk mencegah penatalaksanaan yang kurang

hati-hati (diberi nilai pada Sasaran Keselamatan Pasien III, EP 1 dan 2).

e. Seluruh tempat penyimpanan obat diinspeksi secara periodik sesuai kebijakan

rumah sakit untuk memastikan obat disimpan secara benar; dan

f. Kebijakan rumah sakit menjabarkan cara identifikasi dan penyimpanan obat

yang dibawa oleh pasien

Page 34: STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS …repository.setiabudi.ac.id/640/2/THESIS ACHMAD SYAHBANA FIX.pdf · 2. Bagi petugas pelayanan farmasi, penelitian diharapkan dapat

22

4. Pemesanan dan Pencatatan (ordering & transcribing)

Peresepan, pemesanan dan pencatatan yang aman diarahkan olehkebijakan

dan prosedur rumah sakit.Para staf medis, perawatan, farmasi danadministratif

berkolaborasi untuk mengembangkan dan memonitor kebijakan danprosedur.Staf

yang terkait dilatih untuk praktek penulisan resep, pemesanan danpencatatan yang

benar.Karena peresepan obat yang tidak terbaca atau pemesananyang

mengacaukan keselamatan pasien bisa menunda pengobatan, makakebijakan

rumah sakit mengatur tindakan untuk mengurangi tidak terbacanyaresep.Ada

daftar dari semua obat terkini dicatat dalam status pasien dan tersediadi farmasi,

keperawatan dan dokter. Rumah sakit menetapkan suatu proseduruntuk

membandingkan daftar obat pasien yang diminum sebelum masuk rawatinap

terhadap order pertama obat.

5. Persiapan dan Penyaluran (dispensing)

Pelayanan farmasi atau kefarmasian menyiapkan dan mengeluarkan obat

dalam lingkungan yang bersih dan aman sesuai undang-undang, peraturan dan

standar praktek profesional. Rumah sakit mengidentifikasi standar praktek bagi

lingkungan penyiapan dan penyaluran obat yang aman dan bersih. Obat yang

disimpan dan dikeluarkan dari area di luar farmasi (misalnya unit pelayanan

pasien, harus memenuhi langkah-langkah yang sama dalam hal keamanan dan

kebersihan). Staf yang mempersiapkan produk campuran yang steril (seperti i.v.

dan epidural) dilatih dalam prinsip-prinsip teknik aseptik. Demikian pula, tersedia

Page 35: STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS …repository.setiabudi.ac.id/640/2/THESIS ACHMAD SYAHBANA FIX.pdf · 2. Bagi petugas pelayanan farmasi, penelitian diharapkan dapat

23

lubang angin yang bertudung dan digunakan bilamana dibutuhkan untuk praktek

profesional (misalnya mencampur obat cytotoxic).

6. Pemberian (administration)

Pemberian obat untuk mengobati seorang pasien membutuhkan

pengetahuan dan pengalaman yang spesifik. Setiap rumah sakit bertanggungjawab

untuk mengidentifikasi petugas dengan pengetahuan dan pengalaman sesuai

persyaratan dan yang juga diijinkan berdasarkan lisensi, sertifikasi, undang-

undangatau peraturan untuk pemberian obat.Suatu rumah sakit bisa membuat

batasan bagi petugas dalam pemberian obat, seperti bahan yang diawasi atau

radioaktif dan obat investigatif. Dalam situasi emergensi, rumah sakit

mengidentifikasi setiap petugas tambahan yang diijinkan untuk memberikan obat.

7. Pemantauan (monitoring)

Pasien, dokternya, perawat dan praktisi pelayanan kesehatan lainnya

bekerja bersama untuk memantau pasien yang mendapat obat. Tujuan monitoring

adalah untuk mengevaluasi efek pengobatan terhadap gejala pasien

ataupenyakitnya, demikian juga hitung darah, fungsi ginjal, fungsi hati dan

monitoringlain untuk obat yang selektif, dan untuk mengevaluasi pasien terhadap

KTD. Berdasarkan monitoring, dosis atau jenis obat dapat disesuaikan, bila perlu.

Sudah seharusnya memonitor secara ketat respons pasien terhadap dosis pertama

obatyang baru diberikan kepada pasien. Monitoring demikian dimaksudkan

untukmengidentifikasi respons terapetik yang diantisipasi maupun reaksi alergik,

Page 36: STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS …repository.setiabudi.ac.id/640/2/THESIS ACHMAD SYAHBANA FIX.pdf · 2. Bagi petugas pelayanan farmasi, penelitian diharapkan dapat

24

interaksi obat yang tidak diantisipasi, adanya perubahan dalam keseimbangan

pasien yang akan meningkatkan risiko jatuh dan lain-lain.

Memonitor efek obat termasuk mengobservasi dan mendokumentasikan

setiap KTD. Rumah sakit mempunyai kebijakan yang mengidentifikasi semua

KTD yang harus dicatat dan yang harus dilaporkan. Rumah sakit membangun

suatu mekanisme pelaporan dari KTD bila perlu dan kerangka waktu untuk

pelaporan (Kars, 2011).

D. Unit Pelayanan Farmasi

1. Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah suatu unit/bagian di rumah

sakit tempat atau fasilitas penyelenggaraan semua fungsi pekerjaan kefarmasian

yang mengelola semua aspek obat mulai dari produksi, pengembangan, pelayanan

farmasi untuk semua individu pasien, profesional kesehatan dan program rumah

sakit (Permenkes, 2014).

Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) dapat didefinisikan sebagai suatu

departemen atau unit atau bagian di suatu rumah sakit di bawah pimpinan

seoarang apoteker dan dibantu oleh beberapa orang apoteker yang memenuhi

persyaratan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan kompeten secara

profesional, tempat atau fasilitas penyelenggaraan yang bertanggungjawab atas

seluruh pekerjaan serta pelayanan kefarmasian yang terdiri atas pelayanan

paripurna, mencakup perencanaan, pengadaan, produksi,penyimpanan perbekalan

kesehatan atau sediaan farmasi, dispensing obat berdasarkan resep bagi penderita

Page 37: STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS …repository.setiabudi.ac.id/640/2/THESIS ACHMAD SYAHBANA FIX.pdf · 2. Bagi petugas pelayanan farmasi, penelitian diharapkan dapat

25

rawat tinggal dan rawat jalan, pengendaliaan mutudan pengendaliaan distribusi

dan penggunaan seluruh perbekalan di rumah sakit; pelayanan farmasi klinik

umum dan spesialis, mencakup pelayanan langsung pada penderitadan pelayanan

klinis yang merupakan program rumah sakit secara keseluruhan (Permenkes,

2014).

Definisi IFRS tersebut diatas menyatakan secara jelas tanggungjawab yang

luas dari apoteker rumah sakit.Untuk bisa hidup, tumbuh, dan berkembang dalam

melaksanakan seluruh tanggungjawab tersebut, IFRS harus mengadopsi suatu

strategi luas yang memberikan keuntungan kompetitif yang berkelanjutan.Untuk

itu, IFRS perlu mengadopsi strategi biaya, yang berusaha meningkatkan efisiensi

dan pengendalian biaya di seluruh rantai biaya kegiatan IFRS, yaitu biaya

kegiatan pemasokan, biaya kegiatan internal, dan biaya kegiatan

distribusi.Disamping itu, IFRS juga perlu mengadopsi strategi diferensiasi, yaitu

berupaya menambah nilai pada produk dan pelayanan sebagaimana ditetapkan dan

diharapkan konsumen internal, mencakup staf profesional, pimpinan rumah sakit,

warga rumah sakit, dan lain-lain. Serta konsumen eksternal mencakup penderita,

masyarakat umum, masyarakat ilmiah, masyarakat pendidik, masyarakat

profesional, dan sebagainya. Strategi ini secara khas memerlukan pencapaian

keunggulan teknologi, memberikan pelayanan dukungan lebih banyak dan lebih

baik kepada konsumen (Siregar dan Amalia, 2004).

Pelayanan oleh Instalasi Farmasi selain difokuskan terhadap konsumen,

juga ditujukan pada pihak yang berkaitan, yaitu anggota masyarakat rumah sakit,

pemilik rumah sakit dan stakeholders. Untuk mencapai kebutuhan dan harapan

Page 38: STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS …repository.setiabudi.ac.id/640/2/THESIS ACHMAD SYAHBANA FIX.pdf · 2. Bagi petugas pelayanan farmasi, penelitian diharapkan dapat

26

konsumen serta pihak lain, instalasi farmasi harus mempertimbangkan,

mengidentifikasi kebutuhan dan harapan, menerjemahkan kebutuhan dan harapan

menjadi persyaratan serta mengomunikasikan persyaratan tersebut pada seluruh

tingkat personel di IFRS dan mengembangkan seluruh proses untuk menciptakan

nilai bagi pihak yang berkepentingan tersebut.

2. Tugas dan tanggungjawab Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Tugas utama IFRS adalah pengelolaan mulai dari perencanaan, pengadaan,

penyimpanan, penyiapan, peracikan, pelayanan langsung kepada penderita sampai

dengan pengendalian semua perbekalan kesehatan yang beredar dan digunakan

dalam rumah sakit baik untuk penderita rawat inap, rawat jalan maupun untuk

semua unit termasuk poliklinik rumah sakit. Berkaitan dengan pengelolaan

tersebut, IFRS harus menyediakan terapi obat yang optimal bagi semua penderita

dan menjamin pelayanan bermutu tinggi dan yang paling bermanfaat dengan

biaya yang minimal Jadi, IFRS adalah satu-satunya unit di rumah sakit yang

bertugas dan bertanggung jawab sepenuhnya pada pengelolaan semua aspek yang

berkaitan dengan obat atau perbekalan kesehatan yang beredar dan digunakan di

rumah sakit tersebut. IFRS bertanggung jawab mengembangkan suatu pelayanan

farmasi yang luas dan terkoordinasi dengan baik dan tepat, untuk memenuhi

kebutuhan berbagai bagian atau unit diagnosis dan terapi, unit pelayanan

keperawatan, staf medik, dan rumah sakit keseluruhan untuk kepentingan

pelayanan penderita yang lebih baik (Siregar dan Amalia, 2004).

Visi Instalasi Farmasi Rumah Sakit yang hendak dicapai adalah pelayanan

farmasi profesional didasari aspek manajemen maupun klinik dengan orientasi

Page 39: STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS …repository.setiabudi.ac.id/640/2/THESIS ACHMAD SYAHBANA FIX.pdf · 2. Bagi petugas pelayanan farmasi, penelitian diharapkan dapat

27

kepada kepentingan pasien sebagai individu, berwawasan lingkungan, dan

keselamatan kerja berdasarkan kode etik.

Misi Instalasi Farmasi Rumah Sakit yang hendak dibangun bertanggung

jawab atas pengelolaan farmasi Rumah Sakit yang berdasar guna dan berhasil

guna, melaksanakan pelayanan kefarmasian yang berorientasi pada tercapainya

hasil pengubahan yang optimal bagi pasien dan berperan serta dalam program

pelayanan kesehatan di Rumah Sakit untuk meningkatkan kesehataan seluruh

lapisan masyarakat, baik pasien maupun tenaga kerja rumah sakit( Siregar, 2004).

3. Fungsi Rumah Sakit

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009

Pasal 5, disebutkan bahwa untuk menjalankan tugas rumah sakit mempunyai

fungsi:

a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai

dengan standar pelayanan rumah sakit.

b. Pemeliharaan dan peningkatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang

paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.

c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam

rangka peningkatan kemampuan dalam memberikan pelayanan kesehatan.

d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi

bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan

memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

Fungsi dari Rumah Sakit, yaitu:

Page 40: STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS …repository.setiabudi.ac.id/640/2/THESIS ACHMAD SYAHBANA FIX.pdf · 2. Bagi petugas pelayanan farmasi, penelitian diharapkan dapat

28

3.1. Menyelenggarakan pelayanan medik. Pelayanan medik terdiri dari

pelayanan medik dasar, spesialistik dan sub spesialistik. Pelayanan spesialistik

dasar adalah pelayanan medik spesialistik penyakit dalam, kebidanan, kandungan,

kesehatan anak dan bedah. Pelayanan medik spesialistik luas adalah pelayanan

medik spesialistik dasar ditambah dengan pelayanan spesialistik THT, mata,

syaraf, jiwa, kulit dan kelamin, jantung, paru radiologi, anastesi, rehabilitasi

medik, patologi klinik, patologi anatomi. Pelayanan sub spesialistik luas adalah

pelayanan sub spesialistik di setiap spesialistik yang ada. Spesialistik luas

sekurang-kurangnya terdapat sebelas permintaan dari spesialis yang ada di Rumah

Sakit Umum yaitu thorax, bedah anak, nefrologi, imunologi, nefrologi anak,

bedah digestif, infertility serologi, oncology, hematologi, dan lain- lain. Pelayanan

medik dasar meliputi pelayanan medik umum dan gigi.

3.2. Menyelenggrakan pelayanan penunjang medik dan non medik.

Pelayanan penunjang medik mencakup: radiologi, anastesiologi, patologi klinik,

patologi anatomi, gizi, farmasi dan rehabilitasi medik. Sedang penunjang non

medik mencakup binatu, pemeliharaan sarana rumah sakit dan pemulasaraan

jenasah. Pelayanan umum dan keuangan meliputi: pencatatan medik, penyusunan

anggran dan pembendaharaan, sekretariat, akuntansi dan mobilisasi dana.

3.3. Menyelenggarakan pelayanan rujukan. Pelayanan rujukan adalah

suatu upaya penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan

pelimpahan tanggung jawab timbal balik atas kasus atau masalah yang timbul,

baik secara vertikal maupun secara horizontal kepada pihak yang mempunyai

fasilitas lebih lengkap dan mempunyai kemampuan yang lebih tinggi.

Page 41: STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS …repository.setiabudi.ac.id/640/2/THESIS ACHMAD SYAHBANA FIX.pdf · 2. Bagi petugas pelayanan farmasi, penelitian diharapkan dapat

29

3.4. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan. Pendidikan dan

pelatihan sebagai suatu fungsi rumah sakit yang terdiri atas dua bentuk utama

yaitu: (1) pendidikan dan/atau pelatihan profesi kesehatan yang mencakup dokter,

apoteker, perawat, pekerja sosial pelayanan medik, personal rekaman medik, ahli

gizi, teknisi sinar X, laboratorium, teknologis medik, terapis pernapasan,

okupasional dan administrator rumah sakit. Program pendidikan sangat penting

karena hanya di rumah sakit tersedia fasilitas terkonsentrasi demikian untuk

memberikan pengalaman pembelajaran praktek yang perlu dalam penyelamatan

hidup manusia, (2) Pendidikan atau latihan pelatihan penderita, merupakan suatu

fungsi rumah sakit yang penting dalam suatu lingkup yang jarang disadari oleh

masyarakat, hal itu mencakup pendidikan umum bagi anak-anak yang terikat

hospitalisasi jangka panjang, pendidikan khusus dalam bidang rehabilitasi, dalam

perawatan kesehatan yang membutuhkan reorientasi. Pendidikan tentang obat

sangat penting diberikan kepada penderita yaitu untuk meningkatkan kepatuhan,

mencegah penyalahgunaan obatdan salah penggunaan obat, dan untuk

meningkatkan hasil terapi yang optimal dengan penggunaan obat yang sesuai dan

tepat.

3.5. Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan. Rumah Sakit

sebagai fungsi vital penelitian dan pengembangan bermaksud untuk memajukan

pengetahuan medik tentang penyakit, peningkatan atau perbaikan pelayanan

rumah sakit, hal tersebut bertujuan sebagai dasar pelayanan kesehatan yang lebih

baik bagi pasien.

Page 42: STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS …repository.setiabudi.ac.id/640/2/THESIS ACHMAD SYAHBANA FIX.pdf · 2. Bagi petugas pelayanan farmasi, penelitian diharapkan dapat

30

3.6. Menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan. Pelayanan

administrasi umum dan keuangan meliputi: pencatatan medik, anggaran dan

pembendaharaan, sekretariat, akuntansi dan mobilisasi dana (Depkes RI, 2009).

4. Klasifikasi Rumah Sakit

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 56 Tahun 2014

tentang Klasifikasi Rumah Sakit, Rumah Sakit Pemerintah Pusat dan Daerah

diklasifikasikan menjadi Rumah Sakit Umum kelas A, B, C, dan D. klasifikasi

tersebut didasarkan pada unsur pelayanan, ketenagaan, fisik, dan peralatan:

a. Rumah Sakit Umum kelas A, yaitu Rumah Sakit Umum yang mempunyai

fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) pelayanan

medik spesialis dasar, 5 (lima) pelayanan spesialis penunjang medik, 12 (dua

belas) pelayanan medik spesialis lain dan 13 (tiga belas) pelayanan medik sub

spesialis.

b. Rumah Sakit Umum kelas B, yaitu Rumah Sakit Umum yang mempunyai

fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) pelayanan

medik spesialis dasar, 4 (empat) pelayanan spesialis penunjang medik, 8

(delapan) pelayanan medik spesialis lainnya dan 2 (dua) pelayanan medik sub

spesialis dasar.

c. Rumah Sakit Umum kelas C, yaitu Rumah Sakit Umum yang mempunyai

fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) pelayanan

medik spesialis dasar, dan 4 (empat) pelayanan spesialis penunjang medik.

Page 43: STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS …repository.setiabudi.ac.id/640/2/THESIS ACHMAD SYAHBANA FIX.pdf · 2. Bagi petugas pelayanan farmasi, penelitian diharapkan dapat

31

d. Rumah Sakit Umum kelas D, yaitu Rumah Sakit Umum yang mempunyai

fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 2 (dua) pelayanan

medik spesialis dasar.

Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan, Rumah Sakit dikelompokkan

menjadi:

a. Rumah Sakit Umum (general hospital). Rumah Sakit Umum adalah Rumah

Sakit yang memberikan pelayanan kesehatan kepada semua jenis penyakit dari

yang bersifat dasar, spesialistik, dan subspesialistik. Rumah Sakit yang bersifat

dasar meliputi: pelayanan umum dan gigi. Subspesialistik dasar mempunyai 4

dokter ahli (penyakit dalam, obstetik-ginekologik, bedah, dan kesehatan anak),

dan subspesialistik luas meliputi pelayanan medik spesialis dasar ditambah

dengan pelayanan spesialistik telinga, hidung dan tenggorokan, mata, syaraf,

jiwa, kulit dan kelamin, jantung, paru, radiologi, anestesi, rehabilitasi medik,

patologi klinik, patologi anatomi dan pelayanan spesialistik lain sesuai dengan

kebutuhan.

b. Rumah Sakit Khusus (Special Hospital). Rumah Sakit Khusus adalah Rumah

Sakit yang memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis

penyakit tertentu, berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ atau jenis

penyakit (Kepmenkes, 2014).

E. Strategi

Strategi adalah langkah utama bagi jalan untuk mencapai objektif atau

menyusun sasaran seperti dimaksudkan dalam manajemen strategi. Apabila

Page 44: STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS …repository.setiabudi.ac.id/640/2/THESIS ACHMAD SYAHBANA FIX.pdf · 2. Bagi petugas pelayanan farmasi, penelitian diharapkan dapat

32

dimaksudkan dalam kontek organisasi keseluruhan, strategi adalah suatu cara

untuk mengejar tujuan-tujuan yang diberikan terhadap adanya tantangan-

tantangan, peluang-peluang berkaitan dengan lingkungan dan sumber daya dan

kemampuan organisasi (Wijono, 1999).

Mengacu pada penyelesaian, maka strategi strategi dipengaruhi oleh tiga

faktor utama, yaitu lingkungan ekstern, sumber daya interna dan tujuan-tujuan

yang dikejar. Dengan demikian strategi organisasi menyediakan pengertian dasar

bagaimana organisasi akan memperdayakan lingkungan dan sumber daya alam

dalam mencapai tujuan.

Strategi adalah serangkaian aksi yang terintegrasi dan diarahkan untuk

meningkatkan kesejahteraan dan kekuatan perusahaan dalam jangka panjang.

Pengamatan menunjukkan bahwa berbagai rumah sakit telah menyusun rencana

strategis. Akan tetapi, rencana strategis tersebut ternyata tidak meningkatkan

kinerja. Dokumen rencana strategi smenjadi dokumen yang tidak dipergunakan

dalam pelaksanaan. Keadaan ini muncul apabila rencana strategis merupakan

dokumen yang harus ada karena dibutuhkan dalam penilaian atasan, akreditasi,

ataupun hasil suatu pelatihan. Dalam hal ini terjadi apa yang disebut rencana

diatas kertas. Terdapat jurang pemisah antara rencana dengan pelaksanaan

dilapangan. Apabila hal ini ditelusuri lebih lanjut, rencana strategis tersebut tidak

berhubungan dengan system penganggaran, pelaksanaan, dan pengendalian

kegiatan. Bahkan, lebih lanjut rencana strategis tidak terkait dengan penyusunan

struktur, staffing, pelaksanaan, dan pembangunan fasilitas fisik (Brickerhoff,

2000).

Page 45: STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS …repository.setiabudi.ac.id/640/2/THESIS ACHMAD SYAHBANA FIX.pdf · 2. Bagi petugas pelayanan farmasi, penelitian diharapkan dapat

33

F. Uji Perbaikan Manajemen dengan Metode Hanlon

Metode ini disebut metode Hanlon and Basic Priority Rating System

(BPRS), didefinisikan dalam Public Health: Administrasion and Practive (Hanlon

and Hyman, Aspen Publishers).

Metode Hanlon merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan untuk

menentukan prioritas masalah dengan menggunakan 4 kelompok kriteria, yakni:

1. Besarnya masalah (magnitude).

2. Kegawatan masalah (emergency).

3. Kemudahan penanggulangan masalah (causability).

4. Faktor yang menentukan dapat tidaknya program dilaksanakan (PEARL

factor).

PEARL factor terdiri atas:

1. P = Kesesuaian (Propiety).

2. E = Murah secara ekonomi (Economic Feasibility).

3. A = Dapat diterima (Acceptability).

4. R = Ketersediaan sumber daya manusia (Resource availability)

5. L = Legalitas (Legality).

Uji setiap masalah dengan factor PEARL hanya 2 jawaban “Ya = 1” “tidak = 0”.

Metode ini merupakan alat yang digunakan untuk membandingkan

berbagai masalah kesehatan yang berbeda-beda dengan cara relative dan bukan

absolute, framework, seadil mungkin dan objektif

Metode ini memiliki 3 tujuan utama yaitu:

Page 46: STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS …repository.setiabudi.ac.id/640/2/THESIS ACHMAD SYAHBANA FIX.pdf · 2. Bagi petugas pelayanan farmasi, penelitian diharapkan dapat

34

1. Agar pembuat keputusan dapat mengidentifikasikan faktor-faktor eksplisit

untuk dapat dipertimbangkan dalam menetapkan prioritas.

2. Untuk mengelola faktor-faktor tersebut kedalam kelompok-kelompok yang

dianggap relatif sama satu dengan yang lainnya (weighted relative to each

other)

3. Agar faktor-faktor tersebut dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan dan

dinilai secara individual.

BASIC PRIORITY RATING FORMULA

Formula dasar penilaian prioritas, dilakukan dengan memberikan skor atas

serangkaian kriteria A, B, C dan D (PEARL).

A = Besar masalah yaitu % atau jumlah atau kelompok penduduk yang terkena

masalah serta keterlibatan masyarakat dan instansi terkait. Skor 0-10

(kecil-besar).

B = Tingkat keseriusan masalah. Skor 0-10 (tidak serius-sangat serius).

C = Efektifitas atau kemudahan penanggulangan masalah, dilihat dari hasil

atau manfaat penyelesaiaan masalah yang akan diperoleh dengan sumber

daya (biaya, sarana dan cara) untuk menyelesaikan masalah. Skor 0-10

(sulit-mudah).

D = PEARL

Berbagai pertimbangan dalam kemungkinan pemecahan masalah.

Skor 0 = tidak dan 1 = ya.

P = Propriety yaitu kesesuaian masalah dengan prioritas berbagai

kebijaksanaan/ program/ kegiatan instansi/ organisasi terkait.

Page 47: STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS …repository.setiabudi.ac.id/640/2/THESIS ACHMAD SYAHBANA FIX.pdf · 2. Bagi petugas pelayanan farmasi, penelitian diharapkan dapat

35

E = Economic feasibility yaitu kelayakan dari segi pembiayaan.

A = Acceptability yaitu situasi penerimaan masyarakat dan instansi terkait/

instansi lainnya.

R = Resource availability yaitu ketersediaan sumber daya untuk memecahkan

masalah (tenaga, sarana/ peralatan, waktu).

L = Legality yaitu dukungan aspek hukum/ perundang-undangan/ peraturan

terkait seperti peraturan pemerintah/ juklak/ juknis/ protap.

Setelah kriteria tersebut berhasil diisi, maka menghitung nilai Basicc Priority

Rating(BPR) dan Overall Priority Rating (OPR) dengan rumus sebagai berikut:

BPR (Basicc Priority Rating) = (A + B) C/3

OPR (Overall Priority Rating) = [(A + B) C/3] x D

Prioritas pertama adalah masalah dengan skor Overall Priority Rating (OPR)

tertinggi.

Prioritas

Pemilihan suatu metode berkaitan erat dengan proses penetapan prioritas.

Manajer program harus memilih atau merekomondasikan suatu metode untuk

mencapai suatu tujuan khusus. Ini harus dilakukan di dalam kerangka politis

untuk meninjau prioritas masyarakat. Adakalanya pemimpin masyarakat, Negara

bagian, atau pemimpin Negara yang dipilih memiliki prioritas-prioritas yang pasti,

seperti yang terjadi dengan dikeluarkannya the National Health Planing and

Resources Develoment Act of 1974. Manajer program atau administrator lembaga

sering kali membawa analisis masalah dan prioritas ke suatu badan pembuat

keputusan, seperti komisi daerah atau gubernur dan badan legalistif. Ada sejumlah

Page 48: STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS …repository.setiabudi.ac.id/640/2/THESIS ACHMAD SYAHBANA FIX.pdf · 2. Bagi petugas pelayanan farmasi, penelitian diharapkan dapat

36

cara untuk menganalisis prioritas: metode simpleks, proses kelompok nominal,

pembobotan kriteria, evaluasi rasional alternatif keputusan, dan proses pengurutan

prioritas.

Proses pengurutan prioritas memiliki beberapa manfaat dari sekian banyak

teknik lain dan bertindak sebagai proses pembelajaran yang efektif bagi

partisipan. Seperti pada prosedur lain, proses ini membuahkan hasil relatife yang

berguna untuk memperbandingkan program yang berbeda dan bersaing atau

metode alternatif untuk mencapai tujuan yang sama. Proses ini tidak dapat

diterapkan dalam program tunggal sebagai suatu metode evaluasi. Para anggota

kelompok harus bekerja sama sepanjang proses cenderung unik untuk tiap-tiap

kelompok kerja. Konsistensi sepanjang ruang lingkup program dipandang perlu

untuk mendapatkan peringkat yang relatif berguna.

Langkah pertama adalah partisipan diminta mendata setiap kegiatan atau program

yang sedang dipertimbangkan. Daftar itu dengan mudah dapat berjumlah ratusan.

Kelompok itu kemudian menganalisis tiap program dengan menggunakan rumus

dinamis yang mengandung empat komponen yaitu:

Komponen A : besarnya masalah

Komponen B : keseriusan masalah

Komponen C : kefeeektifan intervensi

Komponen D : kesesuaian, ekonomi, keberterimaan, sumber daya, dan legalitas

(propriety, economice, acceptability, resource, legality, PEARL)

Rumus penilaian prioritas dasar (basic priority rating, BPR) adalah:

Penilaian prioritas dasar (BPR) =

Page 49: STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS …repository.setiabudi.ac.id/640/2/THESIS ACHMAD SYAHBANA FIX.pdf · 2. Bagi petugas pelayanan farmasi, penelitian diharapkan dapat

37

Kisaran skor untuk masing-masing dari empat unsur di atas adalah:

A: 0 hingga 10

B: 0 hingga 20

C: 0 hingga 10

D: 0 atau 1

Hasil perolehan maksimum komponen (A, B, dan C) di atas adalah 300.

Dengan pembagian sembarang hasil maksimum dengan 3, skor maksimum

menjadi 100. Setiap peringkat kemudian akan berada pada kisaran 0 sampai 100.

Unsur D, atau PEARL menjadi 0 atau 1, seperti ditunjukkan nanti.

Seperti dalam banyak kasus prosedur evaluasi, unsur subyektif yang besar

masuk dalam latihan ini. Pilihan dan defisiensi komponen dalam rumus tersebut

dan bobot relatif yang dibebankan pada tiap-tiap komponen tersebut dan bobot

relatif yang dibebankan pada tiap-tiap komponen tersebut didasarkan pada

kesepakatan kelompok. Sebagian kendali dapat diperoleh melalui penggunaan

definisi yang tepat dari berbagai istilah yang ada, penjelasan prosedur urutan yang

tepat, dan penggunaan data statistik untuk memandu penilaian jika

memungkinkan.

Komponen A: besarnya masalah. Untuk menentukan prioritas, besarnya masalah

dapat dinilai dengan menggunakan angka atau persentase dari total penduduk

yang beresiko terhadap masalah yang sedang dipertimbangkan. Banyak masalah

akan ditentukan untuk sebagian kecil kelompok penduduk, dengan membuat

angka prevalensi atau insidensi per 100.000 orang yang beresiko sebagai

pendekatan yang bermanfaat.

Page 50: STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS …repository.setiabudi.ac.id/640/2/THESIS ACHMAD SYAHBANA FIX.pdf · 2. Bagi petugas pelayanan farmasi, penelitian diharapkan dapat

38

Penggunaan insidensi atau prevalensi bergantung pada apakah program

itu dirancang untuk mencegah terjadinya masalah atau mengurangi prevalensi

masalah melalui teknik-teknik pencegahan sekunder atau bahkan tersier.

Komponen B: keseriusan masalah. Keseriusan masalah ditentukan oleh empat

faktor urgenasi: urgensi, keparahan, kerugian ekonomis, dan keterlibatan orang

lain. “Kesesuaian” ditetapkan pada kisaran 0 hingga 20 dalam rumus, dan masing-

masing dari keempat faktor itu ditetapkan pada kisaran 0 hingga 10. Skor 40, yang

tentunya melebihi kisaran, bisa saja didapat, tetapi jarang bahwa gabungan faktor-

faktor itu berakumulasi hingga taraf tersebut. Masalah yang paling mendesak dan

parah biasanya masalah perorangan yang tidak melibatkan gangguan masyarakat

yang signifikan. Istilah-istilah tersebut semuanya subjektif, dan beberapa iterasi

proses akan diperlukan sebelum kelompok itu dapat mulai menyepakati penilaian.

Urgensi atau (desakan) dapat digunakan untuk menjelaskan sifat permasalahan

yang darurat, seperti respons darurat atas kecelakaan mobil atau rasa urgensi

masyarakat jika bahan kimia yang tidak diketahui ditumpahkan oleh truk tanki.

Keparahan dapat mencakup estimasi angka fatalitas kasus atau tingkat keparahan

disabilitas jika massalahnya tidak fatal. Kerugian ekonomis berkaitan dengan

keparahan dan dapat mencerminkan biaya atau kerugian masyarakat dan biaya

keluarga. Keterlibatan orang lain juga berkaitan dengan faktor lain dan yang

paling sering menjadi persoalan dalam kasus penyakit yang cepat menular seperti

campak pada masyarakat yang tidak diimunisasi. Jika skor totalnya melebihi 20,

secara sembarang terpotong ke level tersebut.

Page 51: STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS …repository.setiabudi.ac.id/640/2/THESIS ACHMAD SYAHBANA FIX.pdf · 2. Bagi petugas pelayanan farmasi, penelitian diharapkan dapat

39

Komponen C: keefektifan intervensi. Keefektifan intervensi seringkali sulit

diukur. Efisiensi kebanyakan vaksin telah diukur dengan sangat teliti, tetapi

intervensi lain, seperti pengobatan rumah sakit terhadap pasien sakit jiwa atau

pemberian nutrisi tambahan bagi ibu hamil berisiko tinggi dan berpenghasilan

rendah, kuarng dievaluasi dengan baik. Sebagian besar kelompok secara nalar

dapat membuat perkiraan yang berguna, terutama jika anggotanya memiliki

program-program yang berkompetisi, karena mereka akan saling

mempertandingkan klaim yang tidak realistis berkaitan dengan keefektifan. Jika

program hanya mencapai 20% dari mereka yang bermasalah dan hanya 70% yang

efektif, keefektifannya adalah 0,20 x 0,70 = 0,14, atau 14% dan peringkat ini

menjadi benar-benar rendah. Keefektifan merupakan pengganda dalam rumus

pemberian peringkat prioritas dasar sehingga pengaruhnya sangat kuat.

Komponen D: kepatutan, ekonomi, akseptabilitas, sumber daya, dan legalitas

(PEARL). PEARL terdiri dari sekelompok faktor yang tidak berhubungan secara

langsung dengan kebutuhan aktual atau keefektifan investasi yang diusulkan,

tetapi yang menentukan apakah program tertentu benar-benar dapat dilaksanakan

(Maftuhah, 2009).

G. Perencanaan

Perencanaan adalah pekerjaan yang menyangkut penyusunan konsep

kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan

demi masa depan yang lebih baik (Azwar, 1996).

Perencanaan yang baik mempunyai beberapa ciri yang harus diperhatikan,

Page 52: STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS …repository.setiabudi.ac.id/640/2/THESIS ACHMAD SYAHBANA FIX.pdf · 2. Bagi petugas pelayanan farmasi, penelitian diharapkan dapat

40

ciri- ciri yang dimaksud dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Bagian dari sistem administrasi

Suatu perencanaan yang baik adalah yang berhasil menempatkan pekerjaan

perencanaan sebagai bagian dari administrasi secara keseluruhan.

2. Dilaksanakan secara terus menerus dan berkesinambungan

Suatu perencanaan yang baik adalah yang dilakukansecara terus menerus dan

berkesinambungan, perencanaan penting untuk pelaksanaan yang apabila

hasilnya telah dinilai, dilanjutkan lagi dengan perencanaan. Demikianlah

seterusnya sehingga terbentuk suatu spiral yang tidak mengenal titik akhir.

3. Berorientasi pada masa depan

Suatu perencanaan yang baik adalah yang berorientasi pada masa depan.

Artinya, hasil dari pekerjaan tersebut, apabila dapat dilaksanakan, akan

mendatangkan berbagai kebaikan tidak hanya pada saat ini tetapi juga pada

masa yang akan datang.

4. Mampu menyelesaikan masalah

Suatu perencanaan yang baik adalah yang mampu menyelesaikan masalah dan

ataupun tantangan yang dihadapi. Penyelesaian masalah dan ataupun

tantangan yang dimaksud disini tentu harus disesuaikan dengan kemampuan.

5. Mempunyai tujuan

Suatu perencanaan yang baik adalah yang mempunyai tujuan yang

dicantumkan jelas. Tujuan yang dimaksudkan disini biasanya dibedakan atas 2

macam, yaitu tujuan umum yang berisikan uraian secara garis besar, serta

tujuan khusus yang berisikan uraian yang lebih spesifik.

Page 53: STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS …repository.setiabudi.ac.id/640/2/THESIS ACHMAD SYAHBANA FIX.pdf · 2. Bagi petugas pelayanan farmasi, penelitian diharapkan dapat

41

6. Bersifat mampu kelola

Suatu perencanaan yang baik adalah yang bersifat mampu kelola, dalam arti

yang wajar, logis, objektif, jelas, fleksibel serta telah disesuaikan dengan

sumber daya (Azwar, 1996).

Perencanaan strategis diawali dari komitmen dan leadership yang kuat

serta mempunyai implikasi pengembangan system dalam fungsi-fungsi

manajemen. Secara logis, rencana strategis rumah sakit atau unit-unit kerjanya

akan diikuti dengan pengembangan sistem manajemen. misalnya, rumah sakit

mempunyai strategi pengembangan berupa penambahan berbagai pelayanan baru

dan peningkatan mutu pelayanan. Strategi ini diikuti dengan pengembangan

system operasional klinik maupun non klinik, pengembangan sistem informasi,

pengembangan sistem keuangan, pengembangan sumber daya manusia hingga

pengembangan fasilitas fisik. Setiap aspek pengembangan ini diharapkan

mempunyai peran dalam peningkatan kinerja (Siregar dan Amalia, 2004).

1. Perencanaan strategi IFRS

Pimpinan IFRS dan Apoteker rumah sakit bersama-sama menetapkan

visi masa depan IFRS dan mengembangkan prosedur opersional guna

mencapai masa depan itu. Visi keadaan masa depan IFRS memberi arah

kepada IFRS bergerak dan energi memulai gerakan itu. Perencanaan strategis

memerlukan penetapan sasaran dan tujuan IFRS yang jelas serta pencapaian

sasaran dan tujuan tersebut, selama periode yang ditetapkan untuk mencapai

keadaan masa depan yang direncanakan (Permenkes, 2014).

Dalam proses perencanaan strategi itu, ada beberapa tahap yang perlu

Page 54: STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS …repository.setiabudi.ac.id/640/2/THESIS ACHMAD SYAHBANA FIX.pdf · 2. Bagi petugas pelayanan farmasi, penelitian diharapkan dapat

42

dilakukan antara lain: analisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman

(SWOT analysis), menetapkan tujuan jangka panjang, analisis celah serta

perencanaan tindakan dan penerapan terpadu (Permenkes, 2014).

Menetapkan visi adalah suatu tindakan kreatif dan perlu

dikomunikasikan sedemikian agar seluruh staf IFRS dan Rumah sakit

mengerti dan menganggap itu sebagai suatu sasaran yang dapat dicapai

(Permenkes, 2014).

Salah satu yang penting dalam perencanaan strategis adalah

pengembangan suatu misi, yaitu suatu pernyataan jelas dan singkat, tentang

alasan dari eksistensi, maksud atau fungsi IFRS yang diinginkan. Pernyataan

misi memberi suasana untuk memformulasi berbagai garis tertentu dari semua

upaya yang akan dilakukan IFRS dan strategi yang digunakan IFRS beroperasi

Fokus misi adalah internal IFRS dan fokus visi adalah stakeholders eksternal

IFRS (Brown, 1992).

H. Audit Mutu Internal

Audit adalah kegiatan mengumpulkan data dan informasi yang bersifat

faktual, signifikan dan relevan melalui pemeriksaan, pengukuran dan penilaian

secara sistematis, objektif dan terdokumentasi yang berorientasi pada azas

manfaat (Susilo, 2003).

Auditing adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan

mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan tentang kegiatan dan

kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuian antara

pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta

Page 55: STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS …repository.setiabudi.ac.id/640/2/THESIS ACHMAD SYAHBANA FIX.pdf · 2. Bagi petugas pelayanan farmasi, penelitian diharapkan dapat

43

menyampaikan hasil kepada pemakai yang berkepentingan (Mulyadi, 2001).

Audit mutu internal merupakan suatu pemeriksaan sistematik dan tidak

memihak, untuk menetapkan kesesuian kegiatan mutu dan hasil yang berkaitan,

terhadap pengaturan yang telah ditetapkan serta memeriksa pengaturan tersebut

telah dilaksanakan secara efektif dan sesuai untuk mencapai tujuan. Instalasi

farmasi harus menetapkan proses audit mutu internal untuk menilai kekuatan dan

kelemahan sistem manajemen mutu (Siregar dan Amalia, 2004).

Tujuan audit internal adalah untuk memastikan kegiatan Sistem

manajemen mutu telah dijalankan sesuai dengan persyaratan standar secara efektif

mencapai maksud dan tujuan yang telah direncanakan atau yang telah dijadikan

komitmen dan kebijakan serta tertuang dalam sasaran mutu organisasi. Manfaat

audit mutu terbagi 7 bagian:

1. Manfaat audit mutu bagi pucuk pimpinan

Hasil audit mutu internal dapat menjadi masukan berharga untuk referensi

dalam membuat keputusan atau mengambil kebijakan mutu sehingga

pengelolaan mutu dapat lebih sesuai dengan perencanaan organisasi jangka

panjang.

2. Manfaat audit mutu untuk unit yang diteliti

Audit mutu membantu para pimpinan unit yang diteliti untuk mengidentifikasi

permasalahan yang dihadapi oleh unit secara keseluruhan maupun secara

spesifik, sehingga setiap pimpinan unit dapat mengambil langkah langkah

yang tepat untuk melakukan perbaikan yang diperlukan sesuai masukan dan

rekomendasi auditor.

Page 56: STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS …repository.setiabudi.ac.id/640/2/THESIS ACHMAD SYAHBANA FIX.pdf · 2. Bagi petugas pelayanan farmasi, penelitian diharapkan dapat

44

3. Manfaat audit mutu bagi unit pengelola mutu

Audit unit mutu internal bermanfaat untuk mambantu dalam pengendalian

mekanisme jaminan mutu baik pada tahap input, proses maupun output.

4. Manfaat audit mutu bagi karyawan

Audit mutu internal dapat dipandang sebagai proses pembelajaran dan

pertumbuhan serta pembangunan budaya rumah sakit seperti budaya mutu,

budaya disiplin, budaya taat prosedur, budaya perbaikan, budaya kerja

sistematis. Hal ini dimunkinkan karena hasil audit mutu internal sebagai

feedback secara konsisten disampaikan kepada unit penanggungjawab untuk

ditindak lanjuti.

5. Manfaat bagi auditor

Audit mutu bagi auditor merupakan proses pembelajaran dan pertumbuhan

yang tidak ternilai harganya. Interaksi auditor dengan audite pada berbagai

fungsi dan kegiatan dan pengungkapan permasalahan dan pembahasan

solusinya merupakan proses pengkaderan dan pematanganauditor sebagai

tenaga profesional.

6. Manfaat bagi mutu pasien dan pemakai pelayanan memberikan kepuasan

kepada pasien, proses pendektesian segala kemungkinan yang dapat

menciptakan ketidakpuasan pasien dan dilanjutkan dengan tindakanperbaikan

dan pencagahan sehingga komitmen untuk memberikan kepuasan kepada

pasien dapat benar-benar tercapai.

7. Manfaat audit mutu bagi pemasok.

Dengan adanya kegiatan audit pada aspek terkait dengan kegiatan, pemasok

Page 57: STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS …repository.setiabudi.ac.id/640/2/THESIS ACHMAD SYAHBANA FIX.pdf · 2. Bagi petugas pelayanan farmasi, penelitian diharapkan dapat

45

dapat memberikan sedikit atau banyak umpan balik terhadap kinerja pemasok

dari sudut pandang rumah sakit yang berkepentingan untuk menjamin barang

yang dipasok memenuhi semua persyaratan (Susilo, 2003).

I. Evaluasi

Evaluasi adalah kegiatan untuk membandingkan antara hasil yang dicapai

dengan rencana yang telah ditentukan. Penilaian merupakan alat penting untuk

membantu pengambilan keputusan sejak tingkat perumusan kebijakan maupun

pada tingkat pelaksanaan program (Wijono, 1999).

Menurut WHO, evaluasi adalah suatu cara yang sistematis untuk

mempelajari berdasarkan pengalaman dan menggunakan pelajaran yang dipelajari

untuk memperbaiki kegiatan kegiatan yang sedang berjalan serta meningkatkan

perencanaan yang lebih baik dengan seleksi yang seksama untuk semua kegiatan

masa datang. Tujuan evaluasi program kesehatan adalah untuk memperbaiki

program program kesehatan dan pelayananya untuk mengantarkan dan

mengarahkan alokasi tenaga dan dana untuk program dan pelayanan yang sedang

berjalan dan yang akan datang. Evaluasi adalah sebagai perbedaan apa yang ada

dengan suatu standar untuk mengetahui apakah ada selisih. Evaluasi merupakan

suatu proses yang dilakukan dalam rangka menentukan kebijakan (Tayibnapis,

2008).

Page 58: STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS …repository.setiabudi.ac.id/640/2/THESIS ACHMAD SYAHBANA FIX.pdf · 2. Bagi petugas pelayanan farmasi, penelitian diharapkan dapat

46

J. Penyempurnaan Mutu

Mutu adalah faktor keputusan mendasar dari pelanggan. Mutu adalah

penentuan pelanggan, bukan ketetapan insinyur, pasar atau ketetapan manjemen.

Tetapi berdasarkan atas pengalaman nyata pelanggan terhadap produk dan jasa

pelayanan, mengukurnya, mengharapkannya, dijanjikan atau tidak, sadar atau

hanya dirasakan operasional teknik atau subjektif sama sekali dan selalu

menggambarkan target yang bergerak dalam pasar kompetitif (Wijono, 1999).

Berbagai upaya penting untuk meningkatkan mutu pelayanan IFRS adalah

menyempurnakan produksi, pengembangan dan pelayanan farmasi klinik.Sistem

organisasi produksi diperbaiki agar menjadi lebih produktif, efisien, terkendali,

menguntungkan penderita dan rumah sakit keseluruhan. IFRS adalah suatu

organisasi pelayanan yang karakteristik utamanya adalah berkontak langsung pada

titik temu dengan penderita, profesional kesehatan dan masyarakat. Makin baik

dan produktif kontak langsung ini makin bermutu pelayanan IFRS tersebut

(Siregar dan Amalia, 2004).

K. Regulasi

Regulasi adalah pengendalian yang berkesinambungan dan terfokus yang

dilakukan oleh lembaga publik terhadap kegiatan pelayanan yang dibutuhkan oleh

masyarakat berpendapat bahwa regulasi pelayanan kesehatan merupakan upaya

publik untuk memberikan pengaruh secara langsung atau tidak langsung terhadap

perilaku dan fungsi organisasi maupun perorangan yang menyediakan pelayanan

kesehatan (Hafez Cit Koentjoro, 2007).

Page 59: STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS …repository.setiabudi.ac.id/640/2/THESIS ACHMAD SYAHBANA FIX.pdf · 2. Bagi petugas pelayanan farmasi, penelitian diharapkan dapat

47

Pada dasarnya kegiatan regulasi diperlukan untuk mengendalikan kegiatan

pelayanan kesehatan agar dilaksanakan sesuai persyaratan yang berlaku, yang

dapat dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat.

Peran pemerintah dalam regulasi dibedakan menjadi 3 peran sebagai

pengarah, peran sebagai regulator, dan peran sebagai pelaksana pelayanan yang

diregulasi. Sebagai pengarah dalam regulasi pelayanan kesehatan, pemerintah

menetapkan, melaksanakan dan memantau aturan main sistem pelayanan

kesehatan, menjamin keseimbangan berbagai pihak yang terlibat dalam pelayanan

kesehatan, dan menyusun rencana strategik untuk keseluruhan sistem kesehatan.

Sebagai regulator, pemerintah melakukan pengawasan untuk menjamin agar

organisasi pelayanan kesehatan memberikan pelayanan yang bermutu, pemerintah

berperan sebagai pelaksana melalui sarana sarana pelayanan kesehatan milik

pemerintah, pemerintah wajib menyediakan pelayanan kesehatan yang bermutu

dan efisien (Utarini Cit Koentjoro, 2007).

L. Landasan Teori

Mutu pelayanan kesehatan rumah sakit sangat dipengaruhi kualitas sarana

fisik, jenis tenaga yang tersedia, obat dan alat kesehatan serta sarana penunjang

lainnya. Proses pemberian pelayanan perlu ditingkatkan melalui peningkatan mutu

dan profesionalisme serta sumber daya kesehatan. Namun sangat didasari bahwa

dengan semakin tingginya pendidikan dan kesejahteraaan masyarakat, tuntutan

akan mutu pelayanan semakin meningkat. Di pihak lain dengan semakin

Page 60: STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS …repository.setiabudi.ac.id/640/2/THESIS ACHMAD SYAHBANA FIX.pdf · 2. Bagi petugas pelayanan farmasi, penelitian diharapkan dapat

48

berkembangnya asuransi kesehatan pelayanan rumah sakit yang sesuai standar

semakin dibutuhkan sehingga pelaksanaan akreditasi menjadi penting.

Salah satu strategi untuk meningkatkan mutu sarana pelayanan kesehatan,

termasuk di rumah sakit adalah dengan melibatkan lembaga eksternal dalam

bentuk kegiatan sertifikasi dan akreditasi (Shaw, 2001). Di Indonesia akreditasi

rumah sakit diwajibkan oleh pemerintah melalui UU No 44Tahun 2009 dengan

tujuan untuk memberikan jaminan kepada masyarakat akan mutu pelayanan yang

diharapkan dan untuk melindungi petugas kesehatan dari tuntutan hokum melalui

pelayanan yang sesuai dengan standar dan prosedur (Koentjoro, 2007 ; Soepojo, et

al. 2002). Program akreditasi di Indonesia telah dimulai sejak tahun 1996,

dilakukan oleh KARS (Komite Akreditasi Rumah Sakit) menggunakan standar

atau instrumen akreditasi pelayanan rumah sakit yang terdiri dari 5, 12 dan 16

pelayanan dimana penilaian dilakukan oleh tim surveyor yang telah dilatih dan

memenuhi persyaratan sebelumnya.

Di banyak negara, meski akreditasi telah menjadi elemen penting dalam

kegiatan peningkatan mutu pelayanan, namun systematic review oleh Greenfield

dan Braithwaite (2008) menemukan bahwa hubungan antara akreditasi dengan

dampak peningkatan mutu sangat beragam, dampak akreditasi terlihat jelas pada

kategori mendorong terjadinya perubahan dan pengembangan profesional, namun

dampak terhadap organisasi, sikap para profesional, keuangan, peningkatan mutu

menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Lebih lanjut Greenfield dan Braithwaite

mengidentifikasi permasalahan berupa sifat akreditasi yang birokratis dan proses

Page 61: STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS …repository.setiabudi.ac.id/640/2/THESIS ACHMAD SYAHBANA FIX.pdf · 2. Bagi petugas pelayanan farmasi, penelitian diharapkan dapat

49

akreditasi yang memakan banyak waktu serta anggapan dokter yang merasa

akreditasi sebagai beban.

Berdasarkan berbagai permasalahan tersebut di atas maka WHO

mengeluarkan beberapa panduan dan rekomendasi untuk meningkatkan efektifitas

program akreditasi. Rekomendasi tersebut antara lain bahwa: (1) Program

akreditasi harus memiliki standar akreditasi yang baik, (2) Lembaga akreditasi

nasional harus memiliki otonomi, sumber daya manusia yang terampil serta

sumber keuangan yang cukup agar dapat beroperasi secara efektif dan mapan, (3)

Akreditasi harus memperhatikan rangkaian proses perawatan yang berkelanjutan

(Continuum of Care) dan memperhatikan batasan-batasan dalam penyediaan

perawatan dan pelayanan terhadap pasien, (4) Akreditasi harus berpatokan pada

kebutuhan pasien dan juga penyedia layanan kesehatan dan dapat menciptakan

budaya yang terbuka untuk belajar dan perbaikan. Pedoman dan rekomendasi

tersebut telah dijabarkan oleh The International Society for Quality in Health

Care (ISQua) dalam bentuk International Accreditation Program (IAP).

M. Kerangka Konsep

Berdasarkan tinjauan pustaka dan landasan teori maka dapat dirumuskan

kerangka konsep penelitian sebagai berikut:

Gambar 1. Bagan kerangka konsep

Standar

pelayanan

farmasi RS

Analisis

Hanlon

Strategi

pengembangan

Kenyataan

Page 62: STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS …repository.setiabudi.ac.id/640/2/THESIS ACHMAD SYAHBANA FIX.pdf · 2. Bagi petugas pelayanan farmasi, penelitian diharapkan dapat

50

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan rancangan penelitian non eksperimental di

IFRSUD DR. H. Moch.Ansari Saleh Banjarmasin Provinsi Kalimantan Selatan.

Data di analisis secara kuantitatif dan kualitatif. Cara pengumpulan data dilakukan

dengan menggunakan instrumen kuesioner self assessment apoteker dan TTK

yang terlibat dalam proses akreditasi berupa hasil hitungan dari jawaban respon

pada kuesioner. Observasi juga dilakukan untuk melihat keberadaan dan

kelengkapan data/konsumen, SOP, fasilitas di pelayanan farmasi. Data yang

diperoleh tersebut untuk mendukung wawancara secara mendalam, di dalam

menggali hal-hal yang berhubungan dengan standar akreditasi pelayanan farmasi,

kesiapan proses akreditasi dan strategi rencana pengembangan pelayanan farmasi.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian adalah IFRSUD DR. H. Moch.Ansari Saleh Banjarmasin

Provinsi Kalimantan Selatan. Penelitian ini mulai dilakukan pada tanggal 15

Maret 2016 sampai dengan 15 April 2016

C. Subjek Penelitian

Subyek pada penelitian ini adalah seluruh Apoteker dan TTK IFRS yang

memiliki peranan penting di instalasi farmasi RSUD DR. H. Moch.Ansari Saleh

Banjarmasin Provinsi Kalimantan Selatan.

Page 63: STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS …repository.setiabudi.ac.id/640/2/THESIS ACHMAD SYAHBANA FIX.pdf · 2. Bagi petugas pelayanan farmasi, penelitian diharapkan dapat

51

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan kuesioner yang daftar pertanyaan

terstruktur untuk mendapatkan informasi tentang tingkat kesesuaian pelaksanaan 7

standar akreditasi pelayanan farmasi di RSUD DR. H. Moch. Ansari Saleh

Banjarmasin Provinsi Kalimantan Selatan. Instrumen penelitian ini akan

dilakukan lagi uji validitas dan realibilitas agar mengetahui sejauh mana suatu alat

pengukur dapat diandalkan dan dapat memperoleh informasi yang mampu

mengungkap informasi sebenarnya di lapangan. Setiap pertanyaan juga dilengkapi

dengan definisi operasional yang memudahkan seseorang untuk menjawab

pertanyaan kuesioner

Penelitian ini ditujukan kepada Pegawai di IFRS, disamping itu juga

penulis melakukan pedoman wawancara untuk menambah informasi data yang

diperlukan dalam penulisan penelitian ini serta melakukan observasi untuk

melihat keberadaan dan kelengkapan data/dokumen.

E. Jalannya Penelitian

Penelitian dibagi dalam beberapa tahap tahap persiapan, pelaksanaan

(pengumpulan data dan analisis data), dan tahap penyusunan laporan yaitu:

1. Tahap persiapan

a. Dilakukan studi pendahuluan untuk mendapatkan data sesuai dengan

kebutuhan penelitian

Page 64: STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS …repository.setiabudi.ac.id/640/2/THESIS ACHMAD SYAHBANA FIX.pdf · 2. Bagi petugas pelayanan farmasi, penelitian diharapkan dapat

52

b. Menyusun instrumen penelitian berupa kuesioner sesuai dengan variabel

dalam penelitian

2. Tahap Pelaksanaan

a. Kuesioner dibagikan dan disebarkan kepada responden

b. Data diseleksi untuk menghindari terjadinya kesalahan, jika ditemukan

kejanggalan dilakukan cek ulang di lapangan

c. Responden diajarkan cara menjawab kuesioner dengan bantuan definisi

Operasional (DO) dari setiap pertanyaan, sehingga dapat mempermudah

responden untuk menjawab dan memperkecil kesalahan di dalam

menjawab kuesioner.

d. Seluruh jawaban yang masuk dibuktikan dengan dokumentasi, wawancara,

selanjutnya data dimasukkan dalam komputer secara otomatis.

e. Perbaikan Manajemen dengan Metode Hanlon

1. Mengidentifikasi masalah dan solusi manajemen obat yang terdiri atas

seleksi, perencanaan, pengadaan, penyimpanan, distribusi dan

penggunaan.

2. Memberikan skors (bobot maximum) atas serangkaian kriteria A, B, C

dan D (PEARL).

3. Setelah serangkaian kriteria tersebut berhasil diisi, maka selanjutnya

menghitung nilai Basicc Priority Rating (BPR) dan Overall Priority

Rating (OPR) dengan rumus: BPR (Basicc Priority Rating) = (A + B)

C/3 dan OPR (Overall Priority Rating) = [(A + B) C/3] x D

Page 65: STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS …repository.setiabudi.ac.id/640/2/THESIS ACHMAD SYAHBANA FIX.pdf · 2. Bagi petugas pelayanan farmasi, penelitian diharapkan dapat

53

4. Skor dengan nilai Overall Priority Rating (OPR) tertinggi adalah

prioritas pertama penanganan masalah.

5. Penilaian untuk A (besar permasalahan), B (kegawatan masalah), C

(kemudahan masalah).

6. Dilakukan wawanacara mendalam dengan Pegawai Instalasi Farmasi

Rumah Sakit

7. Hasil wawancara dan diskusi mendalam dengan Pegawai Instalasi

Farmasi Rumah Sakit dan mendapatkan persetujuan terhadap angka

yang akan diberikan oleh setiap permasalahan yang terjadi.

8. Tahap penyusunan laporan

Data yang telah dianalisis, disajikan berupa hasil pengelolaan data

dalam bentuk laporan hasil pengolahan data sesuai dengan hasil

temuan.

F. Analisis Data

1. Pengolahan data dilakukan dengan melakukan tahapan sebagai berikut :

a. Editing yaitu melakukan pemeriksaan kelengkapan maupun kesalahan

jawaban pada kuesioner

b. Koding yaitu pemberian kode pada jawaban responden di kuesioner

c. Tabulasi yaitu melakukan pengelompokan dan penghitungan data sesuai

dengan variabel dan sub variabel

d. Penyajian data yaitu menyajikan data yang telah ditabulasi ke dalam tabel

grafik/diagram

Page 66: STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS …repository.setiabudi.ac.id/640/2/THESIS ACHMAD SYAHBANA FIX.pdf · 2. Bagi petugas pelayanan farmasi, penelitian diharapkan dapat

54

2. Data dianalisis dengan menggunakan analisis data univariat

Dalam analisis ini variabel-variabel penelitian disusun secara deskriptif

dalam bentuk tabel frekuensi.Tabel frekuensi memuat falsafah dan tujuan,

administrasi dan pengelolaan, staf dan pimpinan, fasilitas dan peralatan,

kebijakan dan prosedur, pengembangan staf dan program pendidikan serta

evaluasi dan pengendalian mutu.Dari hasil jawaban responden dari masing-

masing pertanyaan pada tiap standar dilihat jawaban yang banyak keluar

(modus), kemudian dari modus setiap masing-masing pertanyaan tersebut

dijumlahkan (jumlah nilai). Jumlah nilai dikalikan 100% dibagi jumlah

parameter yang dinilai dikali 5 sehingga didapat rata-rata persentase

pencapaian standar pada kegiatan pelayanan tersebut. Dilihat apakah hasil

tersebut sudah sesuai dengan skor standar yang telah ditentukan atau belum.

Data kuantitatif yang didapat tersebut digunakan untuk mendukung

data kualitatif yang didapat dari wawancara mendalam, dokumen, literatur,

buku laporan, catatan dan laporan kasus.

Analisis data pada penelitian kualitatif ini menggunakan metode

perbandingan tetap (constant comparative method). Tahap analisis data adalah

sebagai berikut:

a. Mengumpul hasil wawancara mendalam dan metafora berupa rekaman,

dokumen, literatur, foto, buku laporan selanjutnya dari data yang sudah

terkumpul dilakukan pentranskripan

b. Menyederhanakan/ mereduksi data, yaitu mengidentifikasi satuan bagian

terkecil yang ditemukan dalam data yang mempunyai koding untuk

Page 67: STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS …repository.setiabudi.ac.id/640/2/THESIS ACHMAD SYAHBANA FIX.pdf · 2. Bagi petugas pelayanan farmasi, penelitian diharapkan dapat

55

mempermudah penelusuran data, pada tahap awal, pengkodingan disebut

open coding karena bersifat mendekat pada aslinya.

c. Kategori yaitu memilah-milah data “open coding“ ke dalam bagian yang

memiliki kesamaan

d. Sintesisasi yaitu mencari kaitan antara satu kategori dengan kategori lain

e. Membuat rumusan data sesuai dengan pernyataan informan yang

proporsional sebagai kategori utama, selanjutnya diinterpretasikan dalam

laporan penelitian.

f. Memeriksa keabsahan data, yaitu dengan memeriksa dan membanding

kembali data yang didapat dari berbagai sumber yang berbeda dari

informan penelitian, baik itu perawat, dokter, administrasi maupun

direktur.

g. Menyajikan secara naratif data yang diperoleh dari setiap fokus penelitian,

selanjutnya menarik kesimpilan hasil penelitian.

3. Perbaikan Manajemen dengan Metode Hanlon

1. Mengidentifikasi masalah dan solusi manajemen

2. Memberikan skor (bobot) atas serangkaian kriteria A, B, C dan D

(PEARL).

3. Setelah serangkaian kriteria tersebut berhasil diisi, maka selanjutnya

menghitung nilai Basic Prioritas Rating (BPR) dan Overall Priority

Rating (OPR) dengan rumus sebagai berikut:

BPR (Basic Priority Rating) = (A + B) C/3

OPR (Overall Priority rating) = [(A + B) C/3] x D

Page 68: STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS …repository.setiabudi.ac.id/640/2/THESIS ACHMAD SYAHBANA FIX.pdf · 2. Bagi petugas pelayanan farmasi, penelitian diharapkan dapat

56

Keterangan:

A = skor 0 – 10 (kecil – besar)

B = skor 0 – 10 (tidak serius – sangat serius)

C = skor 0 – 10 (sulit – mudah)

D = skor 0 (ya) dan 1 (tidak)

4. Skor dengan nilai Overall Priority Rating (OPR) tertinggi adalah prioritas

pertama penanganan masalah.

5. Penilaian untuk A (besar permasalahan), B (kegawatan masalah), C

(kemudahan masalah).

Page 69: STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS …repository.setiabudi.ac.id/640/2/THESIS ACHMAD SYAHBANA FIX.pdf · 2. Bagi petugas pelayanan farmasi, penelitian diharapkan dapat

57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Responden dan Penelitian

Penelitian dengan judul Strategi pengembangan instalasi farmasi berbasis

evaluasi akreditasi di RSUD DR.H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin dengan

metode Hanlon menggunakan sebanyak 30 responden yang berstatus pegawai

tetap di RSUD DR.H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin. Data karakteristik

responden meliputi umur, pendidikan terakhir dan lama bekerja.

Tabel 2. Karakteristik Subjek Penelitian

NO Karakteristik Responden (n = 30)

1 Umur

a. 20-25

b. 26-30

c. 31-35

d. 36-40

e. › 41 thn

6

12

8

2

2

2 Pendidikan

a. Apoteker

b. S1 Farmasi

c. D3 Farmasi

d. SMF

e. Lain-lain*

10

4

8

8

-

3 Lama Bekerja

a. ›1 tahun

b. 1-2 tahun

c. 2-3 tahun

d. 3-5 tahun

e. ›5 tahun

8

2

-

8

12 Sumber : Data mentah yang diolah

Keterangan :

n = jumlah

Responden penelitian adalah tenaga farmasi yang bekerja di instalasi

farmasi RSUD DR.H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin sebanyak 30 orang.

Page 70: STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS …repository.setiabudi.ac.id/640/2/THESIS ACHMAD SYAHBANA FIX.pdf · 2. Bagi petugas pelayanan farmasi, penelitian diharapkan dapat

58

Dimana rata-rata umur responden yang paling banyak mengisi kuisioner yaitu

berumur sekitar 26-30 tahun, dari latar pendidikan responden terbanyak yaitu

apoteker, dan lamanya responden bekerja dirumah sakit rata-rata 3-5 tahun.

Karakteristik subjek penelitian secara keseluruhan dapat terlihat pada tabel 1.

B. Uji Validitas Instrumen

Tabel 3. Hasil Uji Validitas Instrumen

Variabel Item pertanyaan Corrected item

pertanyaan total

correlation

r tabel Ket.

MPO 1 1

2

3

4

0.573

0.432

0.573

0.545

0.374

0.374

0.374

0.374

Valid

Valid

Valid

Valid

MPO 2 5

6

7

0.539

0.539

0.529

0.374

0.374

0.374

Valid

Valid

Valid

MPO 3 8

9

10

11

0.439

0.543

0.573

0.394

0.374

0.374

0.374

0.374

Valid

Valid

Valid

Valid

MPO 4 12

13

14

0.394

0.394

0.387

0.374

0.374

0.374

Valid

Valid

Valid

MPO 5 15

16

17

0.423

0.442

0.442

0.374

0.374

0.374

Valid

Valid

Valid

MPO 6 18

19

20

21

0.417

0.527

0.524

0.494

0.374

0.374

0.374

0.374

Valid

Valid

Valid

Valid

MPO 7 22

23

24

0.421

0.552

0.542

0.374

0.374

0.374

Valid

Valid

Valid

Sumber: Data output SPSS yang diolah tahun 2016

Tabel 4. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen

Cronbach’s Alpha N of Item

.893 24

Page 71: STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS …repository.setiabudi.ac.id/640/2/THESIS ACHMAD SYAHBANA FIX.pdf · 2. Bagi petugas pelayanan farmasi, penelitian diharapkan dapat

59

Hasil uji validitas dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung dan

nilai r tabel. Berdasarkan data tabel 3. di atas menunjukkan bahwa 24 item

pertanyaan memiliki hasil r hitung lebih besar dari pada r tabel 0, 374. Dari hasil

uji validitas tersebut dinyatakan bahwa kuisioner layak digunakan oleh peneliti,

sehingga penelitian dapat dilanjutkan.

Sedangkan hasil uji reliabilitas dapat dilihat pada tabel 4. dimana output

diketahui bahwa nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,893. Karena apabila

Cronbach’s Alpha > 0,80, maka dapat disimpulkan bahwa 24 item pertanyaan

mempunyai konsistensi yang sangat tinggi.

C. Pencapaian Standar Akreditasi dan Pembahasan di RSUD DR. H.

Moch. Ansari Saleh Banjarmasin

Penelitian dilakukan mulai dari tanggal 15 Maret 2016 sampai dengan 15

April 2016. Kuisioner standar akreditasi disebarkan kepada pegawai di instalasi

farmasi untuk mengetahui penilaian standar akreditasi oleh pegawai di instalasi

farmasi. Biasanya staf di instalasi farmasi hanya melakukan pekerjaan rutinitas

saja tetapi tidak mengetahui apakah pelayanan yang diberikan sudah sesuai

standar atau belum, dan apakah yang dilakukam mengalami peningkatan atau

tidak. Setelah kuisioner tersebut telah dibuat selanjutnya dilakukan uji validitas.

Hasil uji validitas memperlihatkan bahwa semua item pertanyaan dalam

kuesioner semuanya dinyatakan valid. Dari penyebaran kuisioner kepada

pegawai instalasi farmasi yang berjumlah 30 responden, peneliti menemukan hasil

skor penilaian rata-rata dari setiap standar akreditasi. Hasil skor penilaian rata-rata

Page 72: STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS …repository.setiabudi.ac.id/640/2/THESIS ACHMAD SYAHBANA FIX.pdf · 2. Bagi petugas pelayanan farmasi, penelitian diharapkan dapat

60

diambil untuk menentukan banyaknya jawaban yang sama terhadap suatu

pertanyaan penilaian standar akreditasi oleh pegawai instalasi farmasi, yang

mengetahui keadaan instalasi farmasi baik dalam pelayanan maupun administrasi.

Berdasarkan hasil penelitian, terdapat hal – hal pendukung dalam seluruh

staf melakukan aktivitas kefarmasian. Berdasarkan hasil respon 30 responden

sebagai berikut :

a. Organisasi dan Manajemen

Standar organisasi dan manajemen terdiri dari empat pertanyaan,

yaitu : MPO1.P1, apakah rumah sakit mengidentifikasi petugas kompeten yang

diberi izin untuk mensupervisi pelayanan kefarmasian?. Petugas yang secara

langsung mensupervisi aktivitas pelayanan kefarmasian yang mebutuhkan

pengetahuan dan pengalaman yang spesifik serta memiliki ijin dan sertifikat

terlatih, dari jumlah responden 30 orang, yang menjawab poin F (ada petugas

yang kompeten, memiliki ijin, sertifikat, dan terlatih untuk mensupervisi semua

aktivitas pelayanan kefarmasian) berjumlah 22 responden. Dan poin E ( ada

petugas yang kompeten, memiliki ijin, sertifikat, dan terlatih untuk mensupervisi

sebagian aktivitas pelayanan kefarmasian) berjumlah 8 responden. Respon ini

seimbang dengan hasil wawancara dimana RSUD DR.H. Moch. Ansari Saleh

Banjarmasin mempunyai petugas kompeten yang memiliki ijin untuk

mensupervisi semua aktivitas kefarmasian, yang dituangkan dalam kebijakan

rumah sakit itu sendiri, hal ini jelas sangat membantu dalam segala aktivitas

kefarmasian yang terjamin.

Page 73: STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS …repository.setiabudi.ac.id/640/2/THESIS ACHMAD SYAHBANA FIX.pdf · 2. Bagi petugas pelayanan farmasi, penelitian diharapkan dapat

61

MPO1.P2, Apakah ada keputusan (perencanaan atau kebijakan atau

dokumen lain) dalam mengidentifikasi bagaimana penggunaan obat diorganisir

dan dikelola di rumah sakit?. Dari jumlah responden 30 orang, yang menjawab

poin F (ada keputusan tertulis, dijalankan sesuai prosedur dan sudah

disosialisasikan kepada seluruh pegawai farmasi) berjumlah 30 responden atau

seluruhnya. Hal ini seimbang dengan hasil wawancara dimana semua kebijakan

dan prosedur yang ada di Instalasi Farmasi RSUD DR.H. Moch. Ansari Saleh

Banjarmasin harus tertulis dan dicantumkan tanggal dikeluarkannya peraturan

tersebut. Bahkan kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah dan harga perbekalan

farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, untuk menghindari

kekosongan obat, dan dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan antara lain

konsumsi, epidemiologi, kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi

disesuaikan dengan anggaran yang tersedia.

MPO1.P3, Apakah pelayanan farmasi dan penggunaan obat di rumah sakit

sesuai dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku?. Pelayanan farmasi

adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang

berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk

meningkatkan mutu kehidupan pasien. Dari jumlah responden 30 orang yang

menjawab poin F (ada pelayanan farmasi dan penggunaan obat sesuai dengan

undang-undang dan peraturan yang berlaku dan dijalankan sesuai prosedur)

berjumlah 30 responden atau seluruhnya. Hal ini seimbang dengan hasil

wawancara dimana Instalasi Farmasi RSUD DR.H. Moch. Ansari Saleh

Banjarmasin yang sudah mengikuti dasar undang-undang PERMENKES RI

Page 74: STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS …repository.setiabudi.ac.id/640/2/THESIS ACHMAD SYAHBANA FIX.pdf · 2. Bagi petugas pelayanan farmasi, penelitian diharapkan dapat

62

Nomor 58 tahun 2014 tentang standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit,

karena undang-undang sebagai tolak ukur dan pedoman bagi tenaga kefarmasian

dalam menyelenggarkan palyanan kefarmasian.

MPO1.P4. Apakah sumber informasi obat yang tepat selalu tersedia bagi

semua yang terlibat dalam penggunaan obat?. Sumber informasi obat merupakan

salah satu informasi yang digunakan untuk memperoleh suatu pengetahuan

mengenai objek yang diuraikan secara ilmiah dan terekomendasi dari segi

farmakologi, toksikologi, dan penggunaan terapi obat, serta informasi obat baik

bersifat aktif maupun pasif. Dari jumlah responden 30 orang yang menjawab poin

F (ada sumber informasi obat yang tepat selalu tersedia disosialisasikan, dan

dijalankan). Berjumlah 30 responden atau seluruhnya. Hal ini seimbang dengan

hasil wawancara dimana sumber informasi selalu tersedia melalui pustaka atau

melalui lisan apoteker langsung disetiap tempat penggunan obat.

Gambar 2. Skor penilaian Kuisioner Standar Organisasi dan Manajemen dari petugas

instalasi farmasi

Page 75: STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS …repository.setiabudi.ac.id/640/2/THESIS ACHMAD SYAHBANA FIX.pdf · 2. Bagi petugas pelayanan farmasi, penelitian diharapkan dapat

63

b. Standar Seleksi dan Pengadaan

Standar seleksi dan pengadaan terdiri dari 3 pertanyaan yaitu: MPO2.P1,

apakah ada metode untuk mengawasi penggunaan obat di rumah sakit. Metode

yang dimaksud berupa kebijakan pengawasan penggunaan obat yang dibuat oleh

rumah sakit atau PFT. Dari jumlah responden 30 orang yang menjawab poin F

(ada metode / cara untuk mengawasi penggunaan obat dan ditetapkan oleh

pimpinan rumah sakit, diketahui oleh seluruh anggota). Sebanyak 30 responden,

hal ini seimbang dengan hasil wawancara dimana rumah sakit mempunyai

metode/cara untuk mengawasi penggunaan obat, seperti penunjukan komite,

untuk menjaga dan memonitor daftar obat serta penggunan obat dalam proses

pemesanan, penyaluran, pemberian dan monitoring obat itu sendiri. (Mustika ;

Danu 2014) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa ketersediaan obat pada

setiap rumah sakit juga tergantung pada manajemen pendistribusian obat.

Perencanaan yang tepat belum menjamin ketersediaan yang baik apabila

distribusi obat tidak berjalan baik. Berapa pun besarnya anggaran obat tersedia

namun apabila distribusi buruk, maka ketersediaan obat akan terganggu.

MPO2.P2, apakah ada proses persetujuan dalam pengadaan obat yang

dibutuhkan tetapi tidak ada dalam persediaan atau tidak tersedia dalam rumah

sakit?. Pengadaan obat merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang

telah direncanakan dan disetujui, melalui proses pembelian, produksi atau hibah.

Dari jumlah 30 responden yang menjawab poin F (ada proses persetujuan dalam

pengadaan obat, diketahui seluruh anggota disertai adanya evaluasi). Sebanyak 30

responden atau seluruhnya. Hal ini seimbang dengan hasil wawancara dimana

Page 76: STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS …repository.setiabudi.ac.id/640/2/THESIS ACHMAD SYAHBANA FIX.pdf · 2. Bagi petugas pelayanan farmasi, penelitian diharapkan dapat

64

adakalanya obat tidak dalam persediaan atau tidak tersedia dalam stok di rumah

sakit saat dibutuhkan. Maka dalam hal ini perlunya pengadaan obat yang disetujui

dan diketahui oleh seluruh anggota, dan prosedur ini pernah dilakukan dalam

lingkungan RSUD. Dr. H.Moch Ansari Saleh Banjarmasin.

MPO1.P3, apakah staf terkait melakukan seleksi obat dan memahami

prosesnya untuk pemesanan dan peresepan yang benar?. Rumah sakit harus

menetapkan obat mana yang harus tersedia untuk diresepkan dan dipesan oleh staf

terkait dalam melakukan proses seleksi obat. Rumah sakit harus mengembangkan

suatu daftar (formularium) dari semua obat yang ada di stok atau dari sumber lain.

Dari jumlah 30 responden yang menjawab poin F (Ada proses seleksi obat,

dilakukan oleh staf terkait yang memahami proses seleksi obat dengan benar

sepenuhnya) sebanyak 30 responden atau seluruhnya. Hal ini sesuai dengan hasil

wawanara dimana IFRS Ansari Saleh Banjarmain telah membuat daftar

formularium yang di anggap sebagai acuan dalam peresepan dimana pemilihan

obat yang mempertimbangkan baik kebutuhan pasien maupun kondisi

ekonominya.

Page 77: STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS …repository.setiabudi.ac.id/640/2/THESIS ACHMAD SYAHBANA FIX.pdf · 2. Bagi petugas pelayanan farmasi, penelitian diharapkan dapat

65

Gambar 3. Skor penilaian standar seleksi dan pengadaan dari petugas instalasi farmasi

c. Standar Penyimpanan

Standar penyimpanan terdiri dari empat pertanyaan, yaitu: MPO3.P1,

apakah kebijakan rumah sakit menjabarkan cara penyimpanan yang tepat bagi

produk nutrisi?. Persyaratan kefarmasian meliputi: Stabilitas dan keamanan,

cahaya, kelembaban, ventilasi, dan penggolongan jenis sediaan farmasi, Ada

beberapa jenis obat yang karena resikonya tinggi (obat-obatan radioaktif),

kemungkinan untuk penyalahgunaan, misalnya obat emergensi atau sifat yang

khusus (produk nutrisi), perlu didukung kebijakan sebagai pedoman untuk

penyimpanan dan pengendalian dalam penggunaannya, dari jumlah responden 30

orang yang memilih poin F (Semua penyimpanan sesuai dengan kebijakan rumah

sakit, menjabarkan cara penyimpanan produk nutrisi dan dikendalikan dengan

baik) sebesar 29 responden, dan yang memilih poin E (Kebijakan rumah sakit

menjabarkan cara penyimpanan produk nutrisi dan dikendalikan dengan baik)

Page 78: STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS …repository.setiabudi.ac.id/640/2/THESIS ACHMAD SYAHBANA FIX.pdf · 2. Bagi petugas pelayanan farmasi, penelitian diharapkan dapat

66

sebanyak 1 orang. Hal ini seimbang dengan wawancara dimana setelah barang

diterima di instalasi farmasi dilakukan penyimpanan sebelum dilakukan

pendistribusian. Penyimpanan harus dapat menjamin kualitas dan keamanan

Sediaan Farmasi yang sudah di standarkan oleh rumah sakit tersebut dituangkan

dalam kebijakan penyimpanan obat.

MPO3.P2, Apakah kebijakan rumah sakit menetapkan bagaimana obat

emergensi disimpan, dijaga dan dilindungi dari kehilangan atau pencurian?.

Dimaksudkan apabila terjadi kegawatdaruratan pasien, akses cepat terhadap obat

emergensi yang tepat adalah sangat penting/kritis. Setiap rumah sakit

merencanakan lokasi obat emergensi dan obat yang harus disuplai ke lokasi, dari

jumlah responden 30 orang yang menjawab poin F (Tersedia obat emergensi, ada

kebijakan bagaimana obat emergensi disimpan, dijaga, dan dilindungi, serta aman

bilamana disimpan di luar farmasi dari kehilangan atau pencurian). Sebanyak 29

responden dan yang menjawab poin D (Tersedia obat emergensi, ada kebijakan

bagaimana obat emergensi disimpan dan dijaga, tetapi tidak dilindungi dari

kehilangan atau pencurian) sebanyak 1 responden, hal ini sesuai dengan hasil

wawancara dimana rumah sakit memastikan akses obat emergensi bilamana

diperlukan, rumah sakit sudah menyusun suatu prosedur untuk mencegah

penyalahgunaan, pencurian atau kehilangan terhadap obat yang dimaksud,

prosedur ini memastikan bahwa obat diganti bilamana digunakan, rusak atau

kadaluwarsa.

MPO3.P3, apakah rumah sakit memiliki kebijakan dan prosedur yang

mengatur pemusnahan obat yang diketahui kadaluwarsa atau ketinggalan jaman?,

Page 79: STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS …repository.setiabudi.ac.id/640/2/THESIS ACHMAD SYAHBANA FIX.pdf · 2. Bagi petugas pelayanan farmasi, penelitian diharapkan dapat

67

Pemusnahan dan penarikan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis

habis pakai yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan dengan cara yang

sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dari jumlah responden 30 orang yang

menjawab poin F (Ada kebijakan, dilaksanakan sesuai prosedur dan dilakukan

oleh petugas yang kompeten, dimonitoring dan diganti secara berkala) sebanyak

26 responden dan yang menjawab poin E (Ada kebijakan, dilaksanakan sesuai

prosedur dan dilakukan oleh petugas yang kompeten) 3 responden. Dalam

wawancara sudah disebutkan rumah sakit mempunyai proses untuk

mengidentifikasi, menarik, mengembalikan, memusnahkan dengan cara yang

aman dan benar.

MPO3.P4, Apakah rumah sakit sudah melakukan prosedur penyimpanan

obat dan diinspeksi secara berkala sesuai kebijakan rumah sakit untuk memastikan

obat disimpan secara benar?. Penyimpanan obat adalah kegiatan dan usaha untuk

melakukan pengurusan, penyelenggaraan dan pengaturan barang persediaan di

dalam ruang penyimpanan agar aman (tidak hilang), terhindar dari kerusakan fisik

maupun kimia dan mutunya tetap terjamin. Dari jumlah 30 responden yang

menjawab poin F (Ada prosedur penyimpanan obat dan inspeksi berkala,

ditetapkan oleh pimpinan rumah sakit, diketahui oleh sebagian anggota dan

dijalankan sepenuhnya) sebesar 28 responden dan yang menjawab poin E (Ada

prosedur penyimpanan obat dan inspeksi berkala, ditetapkan oleh pimpinan rumah

sakit, diketahui oleh sebagian anggota dan dijalankan sebagian) sebesar 2

responden. Dimana hal ini sesuai dengan hasil wawancara, prosedur

penyimpanan, pengaturan persediaan berdasarkan bentuk/jenis obat yang

Page 80: STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS …repository.setiabudi.ac.id/640/2/THESIS ACHMAD SYAHBANA FIX.pdf · 2. Bagi petugas pelayanan farmasi, penelitian diharapkan dapat

68

disimpan, serta system penyimpanannya sudah di atur sesuai kebijakan dan

adanya inspeksi berkala triwulan yang dilakukan RSUD Dr. H. Moch. Ansari

Saleh Banjarmasin.

Gambar 4. Skor penilaian Kuisioner Standar Penyimpanan dari petugas instalasi farmasi

d. Pemesanan dan Pencatatan

Standar pemesanan dan pencatatan terdiri dari tiga pertanyaan, yaitu:

MPO4.P1, apakah pemesanan obat atau penulisan resep yang akseptabel sesuai

dengan kebijakan rumah sakit?. Untuk mengurangi variasi dan meningkatkan

keselamatan pasien, rumah sakit dalam kebijakannya menetapkan elemen-elemen

suatu permintaan atau resep yang lengkap dan dapat diterima. Dari jumlah 30

responden yang menjawab poin F (Ada kebijakan dan dilaksanakan, pemesanan

obat sesuai elemen secara keseluruhan) sebanyak 29 responden dan yang

menjawab poin E (ada kebijakan dan dilaksanakan, pemesanan obat sesuai

Page 81: STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS …repository.setiabudi.ac.id/640/2/THESIS ACHMAD SYAHBANA FIX.pdf · 2. Bagi petugas pelayanan farmasi, penelitian diharapkan dapat

69

elemen, tapi tidak sepenuhnya). Dalam hasil wawancara seluruh elemen yang

dimaksud sudah berjalan sesuai prosedur yang ada untuk tetap menjaga mutu

dalam peresepan yang sesuai kebijakan rumah sakit, dan menghindari keselahan

dalam peresepan di luar dari kebijakan.

MPO4.P2, apakah rumah sakit mengidentifikasi petugas yang kompeten

yang diizinkan untuk menulis resep atau memesan obat. Seleksi obat untuk

pengobatan pasien membutuhkan pengetahuan dan pengalaman yang spesifik,

setiap rumah sakit bertanggung jawab untuk mengidentifikasi petugas

berpengetahuan dan berpengalaman yang disyaratkan dan juga diizinkan dengan

lisensi, sertifikat, hukum, atau peraturan untuk menuliskan resep atau pemesanan

obat. dari jumlah 30 responden yang menjawab poin F sebanyak 30 responden

atau seluruhnya. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dimana rumah sakit

membuat peraturan persyaratan untuk ijin penulisan resep bagi yang berlisensi

dan menentukan batasan sampai berapa kali seseorang boleh melakukan

peresepan seperti misalnya zat – zat yang dikontrol ketat, agen kemoterapi, atau

obat – obatan radioaktif dan investigasional.

MPO4.P3, apakah obat beserta dosis yang diresepkan dicatat dalam rekam

medis pada setiap pasien?. Dari jumlah 30 responden yang menjawab poin F (obat

dicatat semua direkam medis setia pasien) sebanyak 30 responden atau

seluruhnya. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dimana setiap pasien yang

menerima obat, rekam medisnya berisi daftar obat yang diresepkan untuk pasien

beserta dosis dan berapa kali obat diberikan dicatat dalam rekam medis. Termasuk

pula obat yang diberikan “bila perlu”. Bila informasi ini dicatat pada lembaran

Page 82: STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS …repository.setiabudi.ac.id/640/2/THESIS ACHMAD SYAHBANA FIX.pdf · 2. Bagi petugas pelayanan farmasi, penelitian diharapkan dapat

70

obat yang terpisah, maka lembaran tersebut diselipkan dalam rekam medis pasien

saat dipulangkan atau di pindahkan.

Gambar 5. Skor penilaian Kuisioner Standar Pemesanan dan Pencatatan dari petugas

instalasi farmasi

e. Standar Persiapan dan Penyaluran

Standar persiapan dan penyaluran terdiri dari tiga pertanyaan, yaitu:

MPO5.P1, apakah setiap resep atau pesanan obat ditelaah ketepatannya sebelum

diberikan kepada pasien?. Dari jumlah 30 responden yang menjawab poin F

(Ditelaah ketepatannya sebelum diberikan kepada pasien serta meliputi seluruh

elemen) sebesar 30 responden atau seluruhnya. Hal ini seimbang dengan hasil

wawancara dimana setiap reserp yang masuk ditelaah oleh apoteker yang

berwenang di setiap depo.

MPO5.P2, apakah ada sistem yang seragam di rumah sakit dalam

penyaluran dan pendistribusian obat?. Pendistribusian merupakan suatu rangkaian

Page 83: STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS …repository.setiabudi.ac.id/640/2/THESIS ACHMAD SYAHBANA FIX.pdf · 2. Bagi petugas pelayanan farmasi, penelitian diharapkan dapat

71

kegiatan dalam rangka menyalurkan/menyerahkan Sediaan Farmasi, Alat

Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dari tempat penyimpanan sampai pada

unit pelayanan/pasien dengan tetap menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah, dan

ketepatan waktu, dari jumlah 30 responden yang menjawab poin F (ada sistem

penyaluran dan pendistribusian obat yang seragam dan dilaksanakan secara akurat

dan tepat waktu) sebanyak 7 responden dan yang menjawab poin E (sistem

penyaluran dan pendistribusian obat yang seragam dan dilaksanakan) sebanyak 23

responden, menurut Fauzar (2013) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa

pencatatan obat di rumah sakit harus dilakukan rutin setiap ada obat yang masuk

maupun ke luar dari gudang dengan mencantumkan nama, jumlah obat serta

jenis obat yang ada. Kolom-kolom pada kartu stok diisi meliputi nama obat,

isi kemasan, tanggal penerimaan dan pengeluaran, sumber asal obat atau

kepada siapa obat dikirim, tanggal kadaluarsa, jumlah penerimaan dan

pengeluaran serta paraf petugas yang mengerjakan. Hal ini dilakukan dengan

tujuan untuk menjaga mutu obat agar tidak tidak terjadi pembuangan obat

cuma-cuma sehingga dapat berakibat pada kurangnya stok obat, pada hasil

wawancara yang dilakukan kepada Kepala IFRS Dr.H.Moch. Ansari Saleh

Banjarmasin sudah dibuat sistem penyalurkan obat dalam bentuk pengisian

formulir atau kartu penyimpanan, kartu pendistribusian, dan kartu stok setelah

penerimaan sediaan farmasi maupun alkes, dengan tujuan untuk memperkecil

kemungkinan terjadinya kesalahan dalam pendistribusian dan pemberian. Namun

dalam soal ini 80% responden menjawab belum semuanya tepat waktu, hal ini

dibenarkan oleh Kepala IFRS Dr.H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin, beberapa

Page 84: STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS …repository.setiabudi.ac.id/640/2/THESIS ACHMAD SYAHBANA FIX.pdf · 2. Bagi petugas pelayanan farmasi, penelitian diharapkan dapat

72

faktor yang membuat ketidaktepatan waktu dalam pendistribusian dalam hal ini

adalah ; 1). menumpuknya barang datang, dikarenakan barang yang dipesan

datang di saat bersamaan, sehingga diperlukan pengecekan, pembongkaran,

penghitungan kembali secara bersamaan, 2). Keterbatasan tenaga gudang, dimana

apabila barang datang secara bersamaan perlu waktu lama untuk pengecekan

ulang dengan keterbatasan tenaga, dan 3). Sediaan farmasi dan alat kesehatan

yang belum bisa dipesan secara mendadak, dikarenakan anggaran dari bagian

keungan belum bisa dikeluarkan secara mendadak, sehingga penyaluran

permintaan belum bisa tepat waktu.

MPO5.P3, apakah staf yang menyiapkan produk steril dilatih dalam hal

teknik aseptik?. Teknik aseptis atau steril adalah suatu sistem cara bekerja atau

praktek yang menjaga sterilitas ketika menangani pengkulturan mikroorganisme

untuk mencegah kontaminasi terhadap kultur mikroorganisme yang diinginkan,

dari jumlah 30 responden yang menjawab poin F (ada pelatihan, staf penyiapan

produk steril yang mengikuti, dijalankan sesuai prosedur). Sebanyak 15 responden

dan yang menjawab poin D (ada pelatihan, staf penyiapan produk steril yang

mengikuti tetapi tidak dijalankan). Sebanyak 15 responden, di soal ini ada 50%

responden menyatakan kegiatan ini tidak dijalankan walaupun sudah dilakukan

pelatihan dan yang mengikuti pelatihan dari staf aseptis itu sendiri, menurut hasil

wawancara dimaksudkan dari 50% responden yang menjawab belum dijalankan

teknik aseptis adalah dalam hal penggunaan cangkir untuk obat, dimana kadang

pemberian obat dan cuci tangan aseptis yang mencakup bagian aseptis medis,

kurangnya pemahaman karyawan tentang arti penting cuci tangan salah satu

Page 85: STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS …repository.setiabudi.ac.id/640/2/THESIS ACHMAD SYAHBANA FIX.pdf · 2. Bagi petugas pelayanan farmasi, penelitian diharapkan dapat

73

faktor teknik aseptis ini tidak berjalan dengan baik, meskipun ada penjelasan rinci

tentang arti penting cuci tangan dan disediakan handsanitizer di setiap bangsal

rumah sakit.

Gambar 6. Skor penilaian Kuisioner Standar Persiapan dan Penyaluran dari petugas

instalasi farmasi

f. Pemberian

Standar pemberian terdiri dari empat pertanyaan, yaitu: MPO6.P1, apakah

obat, jumlah dosis obat, dan rute pemberian obat selalu dilakukan verifikasi

berdasarkan resep atau pesanan. Dari jumlah 30 responden yang menjawab poin F

(Dilakukan verifikasi secara menyeluruh oleh petugas yang kompeten) sebanyak

28 responden dan yang menjawab poin E (Dilakukan verifikasi menyeluruh tetapi

bukan olehstaf yang kompeten) sebanyak 2 responden. Seimbang dengan hasil

wawancara dimana proses verifikasi terhadap resep atau pesanan dilakukan oleh

Page 86: STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS …repository.setiabudi.ac.id/640/2/THESIS ACHMAD SYAHBANA FIX.pdf · 2. Bagi petugas pelayanan farmasi, penelitian diharapkan dapat

74

petugas yang kompeten dan ditentukan oleh Kepala Instalasi Farmasi RSUD. Dr.

H.Moch Ansari Saleh Banjarmasin berdasarkan kebijakan rumah sakit.

MPO6.P2, apakah kebijakan dan prosedur diimplementasikan untuk

mengatur pendokumentasian dan pengelolaan setiap obat yang di bawa ke dalam

rumah sakit untuk atau oleh pasien?. Dari jumlah 30 responden yang menjawab

poin F (kebijakan dan prosedur diimplementasikan untuk dokumentasi dalam

seluruh pengelolaan obat) sebanyak 29 responden dan yang menjawab poin E

(kebijakan dan prosedur diimplementasikan untuk dokumentasi tetapi hanya

sebagian pengelolaan obat) sebanyak 1 responden, seimbang dengan hasil

wawancara dimana pendokumentasian dan pengelolaan setiap obat yang dibawa

ke dalam rumah sakit untuk atau oleh pasien sesuai dengan kebijakan dan

prosedur rumah sakit dan dijalankan dengan baik namun masih perlu evaluasi dan

monitoring.

MPO6.P3, apakah rumah sakit mengidentifikasi petugas, mellui uraian

jabatannya atau proses pemberian kewenangan, mendapatkan otorisasi untuk

memberikan obat?. Dari jumlah 30 responden ada 30 orang atau seluruhnya yang

menjawab poin F (ada identifikasi, kualifikasi sudah memenuhi, mendapatkan

otorisasi dan berpengalaman) dimana sudah sesuai dengan hasil wawancara

dimana penerimaan, identifikasi dan penyerahan dilakukan oleh apoteker

berpengalam, dimana dengan ketentuan apoteker minimal 2 tahun masa kerja.

MPO6.P4, apakah obat diberikan sebagaimana diresepkan dan dicatat

dalam status pasien? Dari jumlah 30 responden yang menjawab poin F (obat

diberikan sebagaimana diresepkan dan dicatat sepenuhnya dalam status pasien,

Page 87: STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS …repository.setiabudi.ac.id/640/2/THESIS ACHMAD SYAHBANA FIX.pdf · 2. Bagi petugas pelayanan farmasi, penelitian diharapkan dapat

75

serta dilakukan evaluasi) sebanyak 27 responden dan yang menjawab poin E (obat

diberikan sebagaimana diresepkan dan dicatat sepenuhnya dalam status pasien)

sebanyak 3 responden, hal ini sesuai dengan hasil wawancara dimana obat yang

disiapkan seluruhnya sesuai dengan resep dan dicatat dalam status pasien, hal ini

juga untuk mempermudah evaluasi dikemudian hari.

Gambar 7. Skor penilaian standar pemberian dari petugas Instalasi farmasi

g. Pemantauan

Standar pemberian terdiri dari tiga pertanyaan, yaitu: MPO7.P1, apakah

Rumah Sakit menggunakan informasi pelaporan kesalahan obat dan KNC untuk

memperbaiki proses penggunaan obat dalam kurun waktu yang ditetapkan?, dari

jumlah 30 responden yang menjawab poin F (menggunakaninformasi pelaporan

kesalahan obat dan dievaluasi dalam waktu yang ditetapkan) sebanyak 30

responden atau seluruhnya, hal ini sesuai dengan hasil wawancara dimana rumah

sakit mempunyai proses untuk mengidentifikasi dan melaporkan kesalahan obat

Page 88: STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS …repository.setiabudi.ac.id/640/2/THESIS ACHMAD SYAHBANA FIX.pdf · 2. Bagi petugas pelayanan farmasi, penelitian diharapkan dapat

76

dan Kejadian Nyaris Cidera (KNC) (near misses). Tahapan yang dilakukan;

pengumpulan data, identifikasi masalah terkait obat, rekomendasi penyelesaian

masalah terkait obat, pemantauan, dan tindak lanjut.

MPO7.P2, apakah efek pengobatan terhadap pasien dimonitoring,

termasuk efek yang tidak diharapkan (adverse effect)? Dari 30 responden yang

menjawab poin F (ada monitoring terhadap pasien, dilakukan oleh dokter, perawat

dan, apoteker secara rutin dan ada evaluasi) sebanyak 24 responden, dan yang

menjawab poin E (ada monitoring terhadap pasien, dilakukan oleh dokter,

perawat, dan apoteker secara rutin) sebanyak 6 responden. yang dimaksud

monitoring adalah kegiatan pemantauan setiap respon terhadap obat yang

merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang digunakan

pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis, dan terapi. Dari hasil kuisioner

ada 6 responden yang menyatakan tidak rutin di evaluasi walau sudah dilakukan

monitoring rutin, hal ini sesuai dengan hasil wawancara dimana monitoring sudah

dilakukan rutin dilingkungan RSUD Dr.H.Moch. Ansari Saleh Banjarmasin.

hanya perlu meningkatkan rutinitas evaluasi monitoring.

MPO7.P3, apakah rumah sakit mempunyai kebijakan mengidentifikasi

efek obat yang tidak diharapkan yang harus dicatat dalam status pasien dan yang

harus dilaporkan ke rumah sakit?, dari jumlah 30 responden yang menjawab poin

F (ada kebijakan, diidentifikasi, dicatat dalam status pasien dan dilaporkan

sepenuhnya ke rumah sakit). Sebanyak 29 responden, dan yang menjawab poin E

(ada kebijakan, diidentifikasi, dicatat dalam status pasien, hanya dilaporkan

sebagian ke rumah sakit). Sebanyak 1 responden. Sesuai dengan hasil wawancara

Page 89: STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS …repository.setiabudi.ac.id/640/2/THESIS ACHMAD SYAHBANA FIX.pdf · 2. Bagi petugas pelayanan farmasi, penelitian diharapkan dapat

77

dimana RSUD Dr.H.Moch. Ansari Saleh Banjarmasin sudah menerapkan sistem

pelaporan reaksi obat tidak diharapkan (adverse drug reactions) Selain itu,

dimasukkan sebagai IKP (insiden keselamatan pasien) dan dicatat dalam rekam

medis. Pelaporan dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku

0

5

10

15

20

25

30

MPO7P1 MPO7P2 MPO7P3

Series 1

Series 2

Series 3

Series 4

Series 5

Series 6

Gambar 8. Skor penilaian standar Pemantauan dari petugas Instalasi farmasi

D. Kerangka Usulan Perbaikan Strategi Pengembangan Pelayanan

Strategi dan rencana pengembangan pelayanan Instalasi Farmasi dilakukan

berdasarkan hasil kuisioner dan wawancara dengan standar yang ditetapkan oleh

Departemen Kesehatan untuk pencapaian standar akreditasi di Instalasi Farmasi.

Untuk pencapaian standar akreditasi tersebut harus dilakukan

pembenahan/perbaikan terhadap kekurangan yang dimiliki pada tiap-tiap

Page 90: STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS …repository.setiabudi.ac.id/640/2/THESIS ACHMAD SYAHBANA FIX.pdf · 2. Bagi petugas pelayanan farmasi, penelitian diharapkan dapat

78

standar akreditasi, yang nilai dibawah standar akreditasi yaitu: < 80%. Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Persentasi nilai akreditasi di Instalasi Farmasi RSUD Dr.H. Moch. Ansari Saleh

Banjarmasin dengan standar yang ditetapkan oleh Departeman Kesehatan untuk

pencapaian akreditasi maksimal

No. Standar Pelayanan

Farmasi

Pencapaian

(100% )

Besar

Masalah

(100%)

1. Organisasi dan Manajemen 98,65 1,35

2. Seleksi dan Pengadaan 100 0

3. Penyimpanan 98,59 1,41

4. Pemesanan dan Pencatatan 99,53 0,47

5. Persiapan dan penyaluran 89,96 10,04

6. Pemberian 100 0

7. Pemantauan 96,33 3,67

Skor akreditasi dan rata-

rata pencapaian 97,58 2,42

Sumber : Data mentah yang diolah

Pada tabel 2 menunjukkan bahwa ada 2 standar pelayanan farmasi yang

memenuhi standar akreditasi nasional secara penuh yaitu standar seleksi dan

pengadaan dengan angka 100%. Sedangkan untuk 6 standar pelayanan farmasi

lainnya sudah memenuhi standar akreditasi nasional yang ditetapkan Departemen

Kesehatan.

Hasil tersebut menunjukkan bahwa pelayanan farmasi RSUD Dr.H.Moch

Ansari Saleh Banjarmasin sudah memenuhi standar akreditasi nasional yaitu

diatas 80% secara keseluruhan standar, akan tetapi masih harus adanya

peningkatan mutu dalam upaya pengembangan dan peningkatan pelayanan

farmasi rumah sakit sesuai dengan yang diharapkan masyarakyat, maka ada

beberapa standar akreditasi yang perlu dilakukan pembenahan dan uji perbaikan

dengan metode Hanlon.

Page 91: STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS …repository.setiabudi.ac.id/640/2/THESIS ACHMAD SYAHBANA FIX.pdf · 2. Bagi petugas pelayanan farmasi, penelitian diharapkan dapat

79

Tabel 6. Persentasi nilai Selisih pencapaian hasil kegiatan dengan pencapaian 100%

No Mpo Pencapaian

(<100) %

Besarnya masalah

(100% - % pencapaian)

1 Petugas kompeten mensupervisi

pelayanan kefarmasian

94,6 5,4

2 Perencanaan Obat 100 0

3 Pelaksanaan pelayanan farmasi &

penggunaan obat

100 0

4 Pelayanan informasi penggunaan obat 100 0

5 Pengawasan Obat 100 0

6 Pengadaan obat 100 0

7 Seleksi obat 100 0

8 Penyimpanan produk nutrisi 99,3 0,7

9 Obat emergensi 98,66 1,34

10 Pemusnahan obat yang kadaluwarsa 99,13 0,87

11 Penyimpanan obat 97,3 2,7

12 Pemesanan obat atau penulisan resep

akseptabel

99,3 0,7

13 Identifikasi petugas berkompeten 100 0

14 Pencatatan obat di rekam medis 99,3 0,7

15 Menelaah ketepatan pada pesanan obat 100 0

16 Sistem penyaluran dan pendistribusian

obat

84,6 15,4

17 Penyiapan produk steril 85,3 14,7

18 Obat, jumlah dosis obat dan route

pemberian

100 0

19 Pendokumentasian dan pengelolaan

setiap obat yang dibawa kedalam rumah

sakit

100 0

20 Mengidentifikasi petugas untuk

melakukan pemberian obat

100 0

21 Pemberian obat yang diresepkan dan

dicatat dalam status pasien

100 0

22 Pelaporan kesalahan obat dan KNC 100 0

23 Monitoring efek obat (adverse effect) 96 4

24 Pencatatan efek obat yang tidak 93 7

Page 92: STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS …repository.setiabudi.ac.id/640/2/THESIS ACHMAD SYAHBANA FIX.pdf · 2. Bagi petugas pelayanan farmasi, penelitian diharapkan dapat

80

diharapkan dalam status pasien dan

dilaporkan ke rumah sakit

Nilai terbesar : 100

Ninali terkecil : 84,6

Selisih : 15,4

Tabel 7. Penentuan Skala Prioritas Penanganan Masalah dengan Metode Hanlon

Standar Kriteria dan Bobot Maksimum

PEARL *OPR Proritas

Masalah A B C *BPR

MPO1P1 2 1 8 8 11111 8 4

MPO5P2 3 4 6 14 11111 14 1

MPO5P3 3 4 6 14 11111 14 2

MPO7P2 1 1 8 5,3 11111 5,3 5

MPO7P3 2 1 8 8 11111 8 3

Dari hasil pembobotan yang dilakukan dengan metode Hanlon pada tabel ,

Sebernarnya masalah yang terjadi di RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh

Banjarmasin tidak terlalu besar, hanya ada kekurangan di sebagian proses yang

sudah dijalankan, Namun pengembangan akan tetap dilakukan demi mencapai

nilai akreditasi yang maksimal.

Skala prioritas yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah yang

dihadapi dalam lingkup IFRS. dimana pembobotan ini dimaksudkan agar

IFRS dapat mengatasi permasalahan secara bertahap sesuai dengan hasil skala

prioritas dengan metode Hanlon (Maftuhah 2009).

Dari persentase nilai OPR pada tabel , diperoleh skala prioritas yang dapat

dilakukan untuk mengatasi masalah di tiap standar pelayanan farmasi, prioritas

pertama adalah masalah dengan skor Overall Priority Rating (OPR) tertinggi.

Berdasarkan hasil skoring dalam penetuan skala prioritas kemungkinan IFRS

untuk menentukan mana yang terjadi. Dengan adanya prioritas masalah ini maka

Page 93: STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS …repository.setiabudi.ac.id/640/2/THESIS ACHMAD SYAHBANA FIX.pdf · 2. Bagi petugas pelayanan farmasi, penelitian diharapkan dapat

81

IFRS mampu untuk melaksanakan perbaikan dan pengembangan mutu pelayanan

farmasi.

Pada metode Hanlon proses perbaikan yang terjadi setelah proses audit

observasional, melibatkan langkah-langkah berikut : persentasi hasil audit kepada

tim, klarifikasi isu perhatian, menggunakan masukan dari semua anggota

tim; persiapan dari diagram afinitas (alat yang digunakan untuk mengindentifikasi

dan mengatasi berbagai masalah secara bersamaan, dengan penataan dan

mengklasifikasikannya, pengelompokan ketidaksesuaian diamati oleh jenis

masalah, dan pengembangan proritas untuk membantu menetapkan besarnya

masalah dan ketidaksesuaian harus ditangani terlebih dahulu (Ghenadenik et al.,

2012).

Tabel 8. Masalah dan Strategi Pengembangan pelayanan farmasi

Nilai skor yang belum

memenuhi standar

akreditasi

Masalah Solusi manajemen

Standar Akreditasi

Organisasi dan

Manajemen

MPO1P1:

Identifikasi Petugas

Kompeten

Rumah sakit telah melakukan

identifikasi terhadap yang diberi

ijin untuk mensupervisi

pelayanan kefarmasian, namun

syarat baik secara akademis dan

teknis dari petugas tersebut

hanya sebagian yang memenuhi

kriteria.

Perlu dilakukan evaluasi dan

monitoring terhadap petugas

supervisi agar sering mengikuti

pelatihan dalam bidang

manajemen rumah sakit/

manajemen kefarmasian/

pelayanan kefarmasian, agar

memilki pengetahuan dan

pengalaman yang lebih spesifik.

Persiapan dan

Penyaluran

MPO5P2: Sudah ada sistem dan sudah Perlu monitoring terhadap sistem

Page 94: STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS …repository.setiabudi.ac.id/640/2/THESIS ACHMAD SYAHBANA FIX.pdf · 2. Bagi petugas pelayanan farmasi, penelitian diharapkan dapat

82

Nilai skor yang belum

memenuhi standar

akreditasi

Masalah Solusi manajemen

Sistem penyaluran dan

pendistribusian obat

MPO5P3 :

Staf yang menyiapkan

produk streril

dijalankan tetapi belum

maksimal.

Ada pelatihan dan di ikuti staf

penyiapan produk steril tapi

tidak dijalankan

keseragaman rumah sakit dalam

penyaluran agar dijalankan secara

maksimal.

Dijalankan sistem teknik aseptik

dan dikontrol secara rutin serta

dilakukan monitoring, dan ada

laporan evaluasi

Pemantauan

MPO7P2: Ada monitoring,dilakukan oleh

dokter,perawat, dan apoteker

secara rutin tetapi belum pernah

ada evaluasi

Ada kebijakan, di identifikasi,

dicatat dalam status pasien

tetapi hanya sebagian yang

dilaporkan

Perlu adanya evaluasi dalam

monitoring efek obat yang tidak

diharapkan. Dalam hal ini

membantu dalam perbaikan

setelah monitoring serta tindak

lanjut.

Dengan adanya pelaporan hasil

identfikasi secara keseluruhan

akan menunjang evaluasi dalam

monitoring

Monitoring efek obat

yang tidak diharapkan

MPO7P3:

Identifikasi efek obat

yang tidak diharapkan

Keterangan :

MPO : Manajemen penilaian obat

P : Pertanyaan

Tahapan penyelesaian masalah disetiap standar pelayanan farmasi

berdasarkan persentase skala prioritas yang dilakukan dengan metode Hanlon

dapat disusun sebagai berikut :

1. Persiapan dan penyaluran

a). Rumah sakit menjabarkan informasi pasien yang spesifik apa saja yang

dibutuhkan agar efektif terhadap pemesanan obat atau penulisan resep.

Page 95: STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS …repository.setiabudi.ac.id/640/2/THESIS ACHMAD SYAHBANA FIX.pdf · 2. Bagi petugas pelayanan farmasi, penelitian diharapkan dapat

83

b). Perlu dievaluasi dan dimonitoring secara rutin oleh profesional yang

terlatih.

c). Perlu kerjasama antara petugas farmasi dan petugas lainnya.

2. Pemantauan

a). Perlu kerjasama dalam penyusunan pedoman tentang kesalahan obat.

b). Perlu mengidentifikasi petugas yang melakukan dan yang melaporkan

kejadian kesalahan obat dan terus melakukan perbaikan proses

penggunaan obat berdasarkan evaluasi, informasi dan pelaporan kesalahan

obat.

3. Organisasi dan manajemen

a). Perlu dilakukan monitoring terhadap petugas supervisi, sebaiknya sering

mengikuti pelatihan dalam bidang manajemen rumah sakit atau

manajemen kefarmasian atau pelayanan kefarmasian.

b). Petugas yang diidentifikasi harus memenuhi syarat atau kriteria baik

secara akademis maupun teknis.

Shaw (2014) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa akreditasi dan

sertifikasi rumah sakit berkaitan erat dengan kualitas pelayanan rumah sakit

yang bertujuan untuk meningkatkan keselamatan pasien. Akreditasi secara luas

digunakan sebagai sarana penilaian untuk menjamin dan meningkatkan kualitas

pelayanan di rumah sakit. Pooyan (2011) dalam penelitiannya menjelaskan

bahwa akreditasi dapat mempengaruhi kinerja karyawan. Program akreditasi

dapat digunakan dan dimanfaatkan untuk menilai kinerja karyawan untuk

meningkatkan kualitas pelayanan.

Page 96: STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS …repository.setiabudi.ac.id/640/2/THESIS ACHMAD SYAHBANA FIX.pdf · 2. Bagi petugas pelayanan farmasi, penelitian diharapkan dapat

84

E. Keterbatasan Penelitian

Adapun keterbatasan penelitian ini yaitu dalam melakukan wawancara dan

pengembalian kuisoner tidak sesuai dengan waktu yang ditentukan. Hanya sebatas

menggunakan kuisioner, dan peneliti hanya menggunakan 24 elemen,sehingga

tidak dapat menyimpulkan secara keseluruhan keadaan dilapangan berdasarkan

KARS.

Page 97: STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS …repository.setiabudi.ac.id/640/2/THESIS ACHMAD SYAHBANA FIX.pdf · 2. Bagi petugas pelayanan farmasi, penelitian diharapkan dapat

85

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pelayanan farmasi di

RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin dengan skor pencapaian

masing-masing standar akreditasi, sebagai berikut :

a. Standar organisasi dan manajemendengan skor 98,65%.

b. Standar seleksi dan pengadaan mencapai skor 100%.

c. Standar penyimpanan mencapai skor 98,59%.

d. Standar pemesanan dan pencatatan mencapai skor 99,53%.

e. Standar persiapan dan penyaluran mencapai skor 89,96%.

f. Standar pemberian mencapai skor 100%.

g. Standar pemantauanmencapai skor 96,33%.

2. Adapun strategi pengembangan pelayanan di instalasi farmasi RSUD Dr. H.

Moch. Ansari Saleh Banjarmasin yaitu perlu dilakukan monitoring terhadap

petugas supervisi, sebaiknya sering mengikuti pelatihan dalam bidang

manajemen rumah sakit atau manajemen kefarmasian atau pelayanan

kefarmasian,petugas yang diidentifikasi harus memenuhi syarat atau kriteria

baik secara akademis maupun teknis, perlu kerjasama dalam penyusunan

pedoman tentang kesalahan obat, perlu mengidentifikasi petugas yang

melakukan dan yang melaporkan kejadian kesalahan obat dan terus melakukan

perbaikan proses penggunaan obat berdasarkan evaluasi, informasi dan

Page 98: STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS …repository.setiabudi.ac.id/640/2/THESIS ACHMAD SYAHBANA FIX.pdf · 2. Bagi petugas pelayanan farmasi, penelitian diharapkan dapat

86

pelaporan kesalahan obat, perlu dilakukan monitoring penggunaan dan

pengawasan obat yang ketat terhadap penggunaan obat agar terkontrol/terjaga

dengan baik, agar tidak terjadi kehilangan obat, perlu adanya proses

persetujuan dalam pengadaan obat, jumlah obat dalam persediaan stok harus

diperhitungkan dan direncanakan dengan baik, rumah sakit menjabarkan

informasi pasien yang spesifik apa saja yang dibutuhkan agar efektif terhadap

pemesanan obat atau penulisan resep, perlu kerjasama antara petugas farmasi

dan petugas lainnya, perlu monitoring didukung kebijakan sebagai pedoman

untuk penyimpanan dan pengendalian dalam penggunaannya sesuai peraturan

yang berlaku, obat emergensi dimonitor dan diganti secara tepat waktu sesuai

kebijakan rumah sakit, perlu dilakukan kontrol secara rutin sistem penarikan

kembali dalam hal ini obat-obat kadaluwarsa baik di gudang, di depo-depo

farmasi atau di bangsal, dan perlu monitoring dalam mengidentifikasi setiap

petugas yang diijinkan untuk penulisan resep, pencatatan dan pemesanan obat.

B. Saran

1. Instalasi farmasi :

Perlu penambahan tenaga farmasi, melakukan monitoring atau visite secara

rutin terhadap pasien dan kerja sama yang baik antara pegawai, baik itu

dokter maupun perawat.

2. Rumah Sakit :

a. Direktur, komite medik, komite akreditasi perlu peningkatan komitmen

yang kuat di dalam meningkatkan pelayanan dan keselamatan pasien

sesuai dengan standar akreditasi KARS.

Page 99: STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS …repository.setiabudi.ac.id/640/2/THESIS ACHMAD SYAHBANA FIX.pdf · 2. Bagi petugas pelayanan farmasi, penelitian diharapkan dapat

87

b. Perlu melengkapi setiap pelaporan, dokumen dan selalu dilakukan evaluasi

secara rutin di instalasi farmasi.

c. Perlu dilakukan evaluasi secara berkala dan berkesinambungan terhadap

standar akreditasi KARS. Agar terus dapat dikembangkan dan

dipertahankan.

3. Peneliti yang lain :

Perlu dilakukan uji reliabilitas dan validitas terhadap instrumen penelitian.

Soal kuisioner perlu di tambahkan dengan berdasarkan elemen-elemen MPO

itu sendiri.

Page 100: STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS …repository.setiabudi.ac.id/640/2/THESIS ACHMAD SYAHBANA FIX.pdf · 2. Bagi petugas pelayanan farmasi, penelitian diharapkan dapat

88

BABVI

RINGKASAN

Rumah sakit merupakan suatu sarana kesehatan dan merupakan rujukan

pelayanan kesehatan. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 tahun 2014 tentang

standar pelayanan farmasi rumah sakit menyebutkan bahwa pelayanan farmasi

rumah sakit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan

kesehatan rumah sakit yang utuh dan berorientasi kepada pelayanan pasien,

penyediaan obat yang bermutu dan pelayanan farmasi klinik yang terjangkau bagi

semua lapisan masyarakat (Kepmenkes RI, 2014).

Akreditasi rumah sakit adalah suatu pengakuan dari pemerintah yang

diberikan kepada rumah sakit yang telah memenuhi standar pelayanan. Melalui

akreditasi ini diharapkan mutu pelayanan rumah sakit dapat

dipertanggungjawabkan karena pelayanan tersebut telah memenuhi standar yang

ditentukan. Pelayanan yang sesuai dengan standar tersebut tentunya akan memberi

rasa aman kepada dokter, perawat maupun pasien. Namun harus diakui upaya

pemenuhan standar pelayanan rumah sakit tersebut bukanlah hal yang mudah,

rumah sakit perlu menyiapkan dirinya agar mendapatkan status akreditasi penuh.

Persiapan rumah sakit semakin diperlukan dengan adanya kebijakan Departemen

Kesehatan bahwa secara bertahap rumah sakit di Indonesia baik rumah sakit

umum, swasta dan rumah sakit jiwa akan diakreditasi standar pelayanannya

(Luwirhasih, 2002).

Page 101: STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS …repository.setiabudi.ac.id/640/2/THESIS ACHMAD SYAHBANA FIX.pdf · 2. Bagi petugas pelayanan farmasi, penelitian diharapkan dapat

89

Ketertarikan peneliti untuk melakukan penelitian di Instalasi Farmasi

RSUD Dr. H. Moch.Ansari Saleh Banjarmasin Provinsi Kalimantan Selatan

adalah untuk melihat perkembangan dengan meninjau dari segi mutu pelayanan

yang telah dijalankan di Instalasi Farmasi RSUD Dr. H. Moch.Ansari Saleh dan

mengadakan suatu strategi pengembangan dengan berdasarkan analIsis Hanlon.

Hasil penelitian diharapkan Instalasi Farmasi RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh

Banjarmasin Provinsi Kalimantan Selatan mampu meningkatkan eksistensinya

dan memberikan pelayanan yang berkualitas bagi masyarakat.

Selain itu juga RSUD Dr. H. Moch.Ansari Saleh Banjarmasin sudah

mendapatkan akreditasi paripurna dengan klasifikasi B, dimana hal ini sangat

menunjang pelayanan kesahatan di IFRSUD Dr. H. Moch Ansari Saleh

Banjarmasin, serta dengan adanya penelitian ini pula sebagai bahan pertimbangan,

informasi dan evaluasi bagi IFRSUD Dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin

untuk semakin meningkatkan nilai akreditasinya sehingga dimaksimalkan untuk

mengarah ke akreditasi standar JCI.

Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui tingkat kesesuaian tujuh

standar akreditasi di Instalasi Farmasi RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh

Banjarmasin Provinsi Kalimantan Selatan yaitu standar organisasi dan

manajemen, standar seleksi dan pengadaan, standar penyimpanan, standar

pemesanan dan pencatatan, standar persiapan dan penyaluran, standar pemberian,

standar pemantauan dan strategi pengembangan yang dilakukan IFRS Dr. H.

Moch. Ansari Saleh Banjarmasin.

Page 102: STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS …repository.setiabudi.ac.id/640/2/THESIS ACHMAD SYAHBANA FIX.pdf · 2. Bagi petugas pelayanan farmasi, penelitian diharapkan dapat

90

Metode Hanlon merupakan salah satu alat yang digunakan untuk

membandingkan berbagai masalah kesehatan yang berbeda-beda dengan cara

relative dan bukan absolute, framework, seadil mungkin dan objektif. Cara yang

digunakan untuk menentukan prioritas masalah dengan menggunakan empat

kelompok kriteria, yakni: besarnya masalah (magnitude), kegawatan masalah

(emergency), kemudahan penanggulangan masalah (causability), faktor yang

menentukan dapat tidaknya program dilaksanakan (PEARL factor).

Penelitian ini merupakan rancangan penelitian non eksperimental di

IFRSUD DR. H. Moch.Ansari Saleh Banjarmasin Provinsi Kalimantan Selatan.

Data di analisis secara kuantitatif dan kualitatif. Cara pengumpulan data dilakukan

dengan menggunakan instrumen kuesioner self assessment apoteker dan TTK

yang terlibat dalam proses akreditasi berupa hasil hitungan dari jawaban respon

pada kuesioner. Observasi juga dilakukan untuk melihat keberadaan dan

kelengkapan data/konsumen, SOP, fasilitas di pelayanan farmasi. Data yang

diperoleh tersebut untuk mendukung wawancara secara mendalam, di dalam

menggali hal-hal yang berhubungan dengan standar akreditasi pelayanan farmasi,

kesiapan proses akreditasi dan strategi rencana pengembangan pelayanan farmasi.

Penelitian ini mulai dilakukan pada tanggal 15 Maret 2016 sampai dengan 15

April 2016.

No. Standar Pelayanan

Farmasi

Pencapaian

(100% )

Besar

Masalah

(100%)

1. Organisasi dan Manajemen 98,65 1,35

2. Seleksi dan Pengadaan 100 0

3. Penyimpanan 98,59 1,41

4. Pemesanan dan Pencatatan 99,53 0,47

5. Persiapan dan penyaluran 89,96 10,04

Page 103: STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS …repository.setiabudi.ac.id/640/2/THESIS ACHMAD SYAHBANA FIX.pdf · 2. Bagi petugas pelayanan farmasi, penelitian diharapkan dapat

91

6. Pemberian 100 0

7. Pemantauan 96,33 3,67

Skor akreditasi dan rata-

rata pencapaian 97,58 2,42

Sumber : Data mentah yang diolah

Hasil tersebut menunjukkan bahwa pelayanan farmasi RSUD Dr.H.Moch

Ansari Saleh Banjarmasin sudah memenuhi standar akreditasi nasional yaitu

diatas 80% secara keseluruhan standar, akan tetapi masih harus adanya

peningkatan mutu dalam upaya pengembangan dan peningkatan pelayanan

farmasi rumah sakit sesuai dengan yang diharapkan masyarakyat, maka ada

beberapa standar akreditasi yang perlu dilakukan pembenahan dan uji perbaikan

dengan metode Hanlon.

Tabel 6. Persentasi nilai Selisih pencapaian hasil kegiatan dengan pencapaian

100%

No Mpo Pencapaian

(<100) %

Besarnya masalah

(100% - %

pencapaian)

1 Petugas kompeten mensupervisi

pelayanan kefarmasian

94,6 5,4

2 Perencanaan Obat 100 0

3 Pelaksanaan pelayanan farmasi &

penggunaan obat

100 0

4 Pelayanan informasi penggunaan

obat

100 0

5 Pengawasan Obat 100 0

6 Pengadaan obat 100 0

7 Seleksi obat 100 0

8 Penyimpanan produk nutrisi 99,3 0,7

Page 104: STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS …repository.setiabudi.ac.id/640/2/THESIS ACHMAD SYAHBANA FIX.pdf · 2. Bagi petugas pelayanan farmasi, penelitian diharapkan dapat

92

9 Obat emergensi 98,66 1,34

10 Pemusnahan obat yang

kadaluwarsa

99,13 0,87

11 Penyimpanan obat 97,3 2,7

12 Pemesanan obat atau penulisan

resep akseptabel

99,3 0,7

13 Identifikasi petugas berkompeten 100 0

14 Pencatatan obat di rekam medis 99,3 0,7

15 Menelaah ketepatan pada pesanan

obat

100 0

16 Sistem penyaluran dan

pendistribusian obat

84,6 15,4

17 Penyiapan produk steril 85,3 14,7

18 Obat, jumlah dosis obat dan route

pemberian

100 0

19 Pendokumentasian dan

pengelolaan setiap obat yang

dibawa kedalam rumah sakit

100 0

20 Mengidentifikasi petugas untuk

melakukan pemberian obat

100 0

21 Pemberian obat yang diresepkan

dan dicatat dalam status pasien

100 0

22 Pelaporan kesalahan obat dan

KNC

100 0

23 Monitoring efek obat (adverse

effect)

96 4

24 Pencatatan efek obat yang tidak

diharapkan dalam status pasien

dan dilaporkan ke rumah sakit

93 7

Nilai terbesar : 100

Page 105: STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS …repository.setiabudi.ac.id/640/2/THESIS ACHMAD SYAHBANA FIX.pdf · 2. Bagi petugas pelayanan farmasi, penelitian diharapkan dapat

93

Ninali terkecil : 84,6

Selisih : 15,4

Tabel 7. Penentuan Skala Prioritas Penanganan Masalah dengan Metode

Hanlon

Standar Kriteria dan Bobot Maksimum

PEARL *OPR Proritas

Masalah A B C *BPR

MPO1P1 2 1 8 8 11111 8 4

MPO5P2 3 4 6 14 11111 14 1

MPO5P3 3 4 6 14 11111 14 2

MPO7P2 1 1 8 5,3 11111 5,3 5

MPO7P3 2 1 8 8 11111 8 3

Pada metode Hanlon proses perbaikan yang terjadi setelah proses

audit observasional, melibatkan langkah-langkah berikut : persentasi hasil audit

kepada tim, klarifikasi isu perhatian, menggunakan masukan dari semua

anggota tim; persiapan dari diagram afinitas (alat yang digunakan untuk

mengindentifikasi dan mengatasi berbagai masalah secara bersamaan, dengan

penataan dan mengklasifikasikannya, pengelompokan ketidaksesuaian diamati

oleh jenis masalah, dan pengembangan proritas untuk membantu menetapkan

besarnya masalah dan ketidaksesuaian harus ditangani terlebih dahulu

(Ghenadenik et al., 2012).

Tabel 8. Masalah dan Strategi Pengembangan pelayanan farmasi

Nilai skor yang

belum memenuhi

standar akreditasi

Masalah Srategi manajemen

Standar Akreditasi

Organisasi dan

Manajemen

MPO1P1: Rumah sakit telah Perlu dilakukan evaluasi

Page 106: STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS …repository.setiabudi.ac.id/640/2/THESIS ACHMAD SYAHBANA FIX.pdf · 2. Bagi petugas pelayanan farmasi, penelitian diharapkan dapat

94

Nilai skor yang

belum memenuhi

standar akreditasi

Masalah Srategi manajemen

Identifikasi Petugas

Kompeten

melakukan identifikasi

terhadap yang diberi ijin

untuk mensupervisi

pelayanan kefarmasian,

namun syarat baik secara

akademis dan teknis dari

petugas tersebut hanya

sebagian yang memenuhi

kriteria.

dan monitoring terhadap

petugas supervisi agar

sering mengikuti pelatihan

dalam bidang manajemen

rumah sakit/ manajemen

kefarmasian/ pelayanan

kefarmasian, agar memilki

pengetahuan dan

pengalaman yang lebih

spesifik.

Persiapan dan

Penyaluran

MPO5P2: Sudah ada sistem dan

sudah dijalankan tetapi

belum maksimal.

Ada pelatihan dan di ikuti

staf penyiapan produk

steril tapi tidak dijalankan

Perlu monitoring terhadap

sistem keseragaman rumah

sakit dalam penyaluran agar

dijalankan secara maksimal.

Dijalankan sistem teknik

aseptik dan dikontrol secara

rutin serta dilakukan

monitoring, dan ada laporan

evaluasi

Sistem penyaluran

dan pendistribusian

obat

MPO5P3 :

Staf yang

menyiapkan produk

streril

Pemantauan

MPO7P2: Ada monitoring,dilakukan

oleh dokter,perawat, dan

apoteker secara rutin tetapi

Perlu adanya evaluasi dalam

monitoring efek obat yang

tidak diharapkan. Dalam hal

Monitoring efek

obat yang tidak

Page 107: STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS …repository.setiabudi.ac.id/640/2/THESIS ACHMAD SYAHBANA FIX.pdf · 2. Bagi petugas pelayanan farmasi, penelitian diharapkan dapat

95

Nilai skor yang

belum memenuhi

standar akreditasi

Masalah Srategi manajemen

diharapkan

MPO7P3:

Identifikasi efek

obat yang tidak

diharapkan

belum pernah ada evaluasi

Ada kebijakan, di

identifikasi, dicatat dalam

status pasien tetapi hanya

sebagian yang dilaporkan

ini membantu dalam

perbaikan setelah

monitoring serta tindak

lanjut.

Dengan adanya pelaporan

hasil identfikasi secara

keseluruhan akan

menunjang evaluasi dalam

monitoring

Keterangan :

MPO : Manajemen penilaian obat

P : Pertanyaan

Tahapan penyelesaian masalah disetiap standar pelayanan farmasi

berdasarkan persentase skala prioritas yang dilakukan dengan metode Hanlon

dapat disusun sebagai berikut :

1. Persiapan dan penyaluran

a). Rumah sakit menjabarkan informasi pasien yang spesifik apa saja yang

dibutuhkan agar efektif terhadap pemesanan obat atau penulisan resep.

b). Perlu dievaluasi dan dimonitoring secara rutin oleh profesional yang

terlatih.

c). Perlu kerjasama antara petugas farmasi dan petugas lainnya.

2. Pemantauan

a). Perlu kerjasama dalam penyusunan pedoman tentang kesalahan obat.

Page 108: STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS …repository.setiabudi.ac.id/640/2/THESIS ACHMAD SYAHBANA FIX.pdf · 2. Bagi petugas pelayanan farmasi, penelitian diharapkan dapat

96

b). Perlu mengidentifikasi petugas yang melakukan dan yang melaporkan

kejadian kesalahan obat dan terus melakukan perbaikan proses

penggunaan obat berdasarkan evaluasi, informasi dan pelaporan kesalahan

obat.

3. Organisasi dan manajemen

a). Perlu dilakukan monitoring terhadap petugas supervisi, sebaiknya sering

mengikuti pelatihan dalam bidang manajemen rumah sakit atau

manajemen kefarmasian atau pelayanan kefarmasian.

b). Petugas yang diidentifikasi harus memenuhi syarat atau kriteria baik

secara akademis maupun teknis.

Shaw (2014) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa akreditasi dan

sertifikasi rumah sakit berkaitan erat dengan kualitas pelayanan rumah sakit

yang bertujuan untuk meningkatkan keselamatan pasien. Akreditasi secara luas

digunakan sebagai sarana penilaian untuk menjamin dan meningkatkan kualitas

pelayanan di rumah sakit. Pooyan (2011) dalam penelitiannya menjelaskan

bahwa akreditasi dapat mempengaruhi kinerja karyawan. Program akreditasi

dapat digunakan dan dimanfaatkan untuk menilai kinerja karyawan untuk

meningkatkan kualitas pelayanan.

Page 109: STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS …repository.setiabudi.ac.id/640/2/THESIS ACHMAD SYAHBANA FIX.pdf · 2. Bagi petugas pelayanan farmasi, penelitian diharapkan dapat

97

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, A. 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan. Binarupa Aksara.

Bates, DW, Boyle DL, Vander Vliet MB, Schneider J, Leape LL. 1995.

Relationship Between Medication Errors and Adverse Drug Events. J Gen

Intern Med. Vol 10: 199-205.

Chriswardani. 2010. Metode Penentuan Prioritas Masalah. Bahan Kuliah

Perencanaan dan Evaluasi Kesehatan , Fakultas Kesehatan Masyarakat,

Universitas Diponegoro.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009. UU No. 44 Tahun 2009

Tentang Rumah Sakit. Jakarta: Depkes RI.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009.Pedoman Pemantauan Terapi

Obat. Jakarta: Depkes RI.

Fosmari. 2003. The Business Case for Medication Safety.

Hanlon and Hyman. Hanlon and Basic Priority Rating System (BPRS). Public

Health:Administrasion and Practive (Hanlon and Hyman, Aspen

Publishers).

Hansen, Don, R dan Mowen, Maryanne, M. 1994. Management Accounting(third

Edition). Ohio: South Western Publishing Co.

Herijulianti E, Indriani S, Artini S. 2001. Pendidikan Kesehatan Gigi. Jakarta:

EGC.

Indrajit, R.E, dan Djokropranoto, R., 2003. Manajemen Persediaan. Gramedia

Widiasarana. Jakarta.

Jepson, M.H., 1990. Patient Compliance and Counselling. In: D.M. Collett and

M.E. Aulton (Eds.). Pharmaceutical Practice, Edinburgh: Churchill

Livingstone,p.339-341.

Kaplan, R.S., Norton, D.V. 2004. Strategy Maps: Converting Intangible Assets

Inti Tangible Outcome.

Page 110: STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS …repository.setiabudi.ac.id/640/2/THESIS ACHMAD SYAHBANA FIX.pdf · 2. Bagi petugas pelayanan farmasi, penelitian diharapkan dapat

98

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jendral Bina Upaya

Kesehatan RI Dengan KARS 2011. Standar Akreditasi Rumah Sakit:

Jakarta.

Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS). 2012. Instrumen Akreditasi Rumah

Sakit Standar Akreditasi Versi 2012Edisi -1 Tahun 2012.

Kongres PERSI. 2007. Perhimpunan Rumah Sakit Indonesia: Jakarta.

Kozier, Erb. 2009.Buku Ajar Keperawatan Klinis Kozier & Erb. Edisi 5. Jakarta:

EGC.

Kron, Thora, Gray, Anne. 1987. The Management of Patient Care; Putting

Leadeship Skills Work. Sixth Edition: W.b. Saunders Company.

Kumorotomo, dan Wahyudi. 2004. Sistem Informasi Manajemen dalam

Organisasi. Organisasi Publik. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Laksono Trisnantoro. 2005. Aspek strategis dalam Manajemen Rumah Sakit.

Cetakan Pertama. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Leape LL, Bates DW, Cullen DJ, et al. 1995.Systems Analysis of Adverse Drug

Events. JAMA. ;274: 35-43.

Liliek, S. 1998. Evaluasi Manajemen Obat di Rumah Sakit Umum Daerah

Wangaya Kota Madya Dati II. Denpasar. Tesis. Magister Manajemen

Rumah Sakit, Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Maftuhah, N. 2009. 4 Faktor Penting Penetapan Prioritas Masalah Kesehatan

Masyarakat (Metode Hanlon). Jurnal Penetapan Prioritas dan Metode

Hanlon, Vol.3, hal.45-56.

Mulyadi. 2002. Auditing. Jakarta: Salemba Empat.

Nadeem, H., 2001, A Survey of Prescription Errors in General Practice, Pharm

J: Vol 267, hal 55-60

National Association of Country & City Health Officials (NACCHO), 2010, The

National Connection for Local Public Health.

NCC MERP. Index for Categorizing Medication Errors.http://www/nccmerp.org.

Page 111: STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS …repository.setiabudi.ac.id/640/2/THESIS ACHMAD SYAHBANA FIX.pdf · 2. Bagi petugas pelayanan farmasi, penelitian diharapkan dapat

99

Noegrohowati, T. 2002. Alergi Obat pada Bayi dan Anak, dalam Boedardja, S.A,

Widaty, S. Rihatmaja, R. Edisi Alergi Kulit pada Bayi dan Anak. Masalah

dan Penanganan. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.

Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nurbeti, M. 2009.Panduan penetapan prioritas masalah kesehatan masyarakat.

Aneka ilmu: Jakarta.

Peraturan Pemerintah Indonesia. 2006. Tentang Tata Cara Pengendalian dan

Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan No. 39 tahun 2006.

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Tentang Kebijakan Dasar

Pusat Kesehatan Masyarakat No. 128 tahun 2008. Depkes RI.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2012. Tentang Akreditasi

Rumah Sakit No. 012 tahun 2012. Depkes RI.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Tentang Klasifikasi dan

Perizinan Rumah Sakit No. 56 Tahun 2014. Depkes RI.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Tentang Standar

Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit No. 58 Tahun 2014. Depkes RI.

Poerwani SK dan Sopacua E. 2004. Upaya Pemerintah dalam Penataan

Perumahsakitan di Indonesia Melalui Kegiatan Akreditasi. Makalah dalam

Simposium I Badan Litbangkes. Jakarta.

Prodlove, N, C & Boaden. R. 2005. Using operational information and

information systems to improve in- patient flow in hospitals, Journal of

Health Organization and Management 2005, Vol 19 (6): 466-477.

Quick, J.P., Rankin, J.R., Laing, R.O., O’Cornor, R.W. 2012. Managing Drug

Supply, The Selection, Procurement, Distribution and Use of

Pharmaceutical, third edition, USA: Kumarin Press. Conecticus.

Quinn. 1999. Diagnosing and Changing Organizational Culture: Based on the

Competing Values Framework. Reading, Massachusetts: Addison Wesley.

Rantucci, MJ. 2007. Pharmacist Talking with Patients: A Guide to Patient

Counseling, Williams& Wilkins.

Page 112: STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS …repository.setiabudi.ac.id/640/2/THESIS ACHMAD SYAHBANA FIX.pdf · 2. Bagi petugas pelayanan farmasi, penelitian diharapkan dapat

100

Rock, CL. 2004. Carotenoids and Cancer in: Britton G., Liaaen-Jensen, S,

Pfander, H (Eds). Carotenoids in Health and Disease. Marcel Dekker,

Basel, Switzerland, pp. 269-286.

Sahab, 1997. Teknik Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT.

Bina Sumber Daya Manusia.

Sampurno. 2011. Manajemen Pemasaran Farmasi. Yogyakarta: UGM Press.

Sari, L. O. R. K. 2006. Pemanfaatan Obat Tradisional Dengan Pertimbangan

Manfaat dan Keamanannya. Universitas Jember. Majalah Ilmu

Kefarmasian , Vol. 3 (1): 01-07.

Satibi. 2015. Manajemen Obat di Rumah Sakit. Gadjah Mada University Press.

Yogyakarta.

Schnipper, JL, Jennifer, LK, Michael, CC, Stephanie, AW, Brandon, AB, Emily,

T,Allen, K, Mark, H, Christoper, LR, Sylvia, CM, David, WB. 2006. Role

of Pharmacist Counseling in Preventing Adverse Drug Events After

Hospitalization. USA: Archives of Internal Medicine. Vol 166.565-571.

Shaw, C, D. 2001. External Assessment of Health Care . BMJ (Clinical Research

Ed.)

Shaw, C, D. 2004. Toolkit for Accreditation Program. The National Society for

Quality in Health Care.

Shaw, C, D et al. 2014. The effect of certification and accreditation on quality

manajement in 4 clinical services in 73 European hospitals, International

Journal for Quality in Health Care 2014 (26): 100-107.

Shofari, dan Bambang. 2005. Pengelolaan Sistem Rekam Medis. Perhimpunan

Organisasi Profesional Perekammedisan. Informatika Kesehatan

Indonesia. Semarang.

Singarimbun, M. dan Effendi, S. 2006.Metode Penelitian Survei. Cetakan

Kedelapanbelas, Penerbit Pustaka LP3ES, Jakarta.

Siregar Ch, J.P., dan Amalia, L. 2004. Teori dan Penerapan Farmasi Rumah Sakit.

Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran. EGC.

Page 113: STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI BERBASIS …repository.setiabudi.ac.id/640/2/THESIS ACHMAD SYAHBANA FIX.pdf · 2. Bagi petugas pelayanan farmasi, penelitian diharapkan dapat

101

Suastika K. 1992.Pengaruh Malnutrisi Terhadap Berbagai System dan

OrganTubuh. Dalam: Majalah Ilmu Penyakit Dalam. Vol 18, No 3, Juli-

September, Hlm163 – 170.

Sugian, S. 2006. Kamus Manajemen (Mutu). Jakarta: Gramedia.

Sutapa, G. 2011. Sistem Penjaminan Mutu Internal Perguruan Tinggi. Jakarta:

Kementerian Pendidikan Nasional.

Tayipnapis. FS. 2008. Evaluasi Program. Jakarta. PT Rineka Cipta.

Tohirin. 2012. Metode Penelitian Kualitatif Dalam Pendidikan dan Bimbingan

Konseling. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Vardiansyah, Dani. 2008. Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Indeks,

Jakarta.

WHO Consultative Group. 1997. The Role of the Pharmacist in the Health-Care

System-Preparing the Future Pharmacist: Curricular Development.

Vancouver. Canada

Wijono, D. 1999. Manajemen mutu pelayanan kesehatan, teori, strategi dan

aplikasi, vol 1. Surbaya: Airlangga University Press.