strategi penerjemahan untuk konsep yang tidak dikenal dalam bahasa penerima

93
STRATEGI PENERJEMAHAN UNTUK KONSEP YANG TIDAK DIKENAL DALAM BAHASA PENERIMA (Sebuah Kajian tentang Strategi Penerjemahan Konsep yang tidak dikenal dari Bahasa Indonesia ke Bahasa Inggris) Oleh: Dr. Mashadi Said, M.Pd., dkk. 1

Upload: m-khoirul-fatikhin

Post on 24-Jun-2015

300 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Strategi Penerjemahan Untuk Konsep Yang Tidak Dikenal Dalam Bahasa Penerima

STRATEGI PENERJEMAHAN UNTUK KONSEP YANG TIDAK DIKENAL DALAM BAHASA PENERIMA

(Sebuah Kajian tentang Strategi Penerjemahan Konsep yang tidak dikenal dari Bahasa Indonesia ke Bahasa Inggris)

Oleh:

Dr. Mashadi Said, M.Pd., dkk.

MAGISTER SASTRAPROGRAM PASCASARJANAUNIVERSITAS GUNADARMA

JUNI 2003

1

Page 2: Strategi Penerjemahan Untuk Konsep Yang Tidak Dikenal Dalam Bahasa Penerima

RINGKASAN

STRATEGI PENERJEMAHAN UNTUK KONSEP YANG TIDAK DIKENAL DALAM BAHASA PENERIMA

(Sebuah Kajian tentang Strategi Penerjemahan Konsep yang tidak dikenal dari Bahasa Indonesia ke Bahasa Inggris)

Salah satu masalah serius yang dihadapi penerjemah dalam aktivitas

penerjemahan ialah menerjemahkan kata atau ungkapan yang mengandung unsur

sosial budaya yang sangat khas pada budaya bahasa sumber. Banyak penerjemah

pemula gagal mengungkapkan kembali makna yang terkandung dalam bahasa

sumber karena tidak memahami strategi yang dapat ditempuh untuk mengalihkan

konsep tersebut dari bahasa sumber ke bahasa penerima.

Munculnya masalah kenirpadanan dalam bahasa penerima disebabkan karena

tidak ada padanan kata atau frasa yang tepat yang langsung dapat digunakan untuk

mengungkapkan kembali isi pesan yang terkandung dalam kata atau frasa bahasa

sumber. Kata seperti rumah dalam bahasa Indonesia memiliki padanan langsung

dalam bahasa Inggris, yaitu house, tetapi kata seperti bersila tidak ditemukan dalam

bahasa Inggris. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan cara pandang, adat

istiadat, kepercayaan, perbedaan geografis, dan berbagai faktor lain.

Tujuan penelitian ini adalah menemukan strategi penerjemahan yang

ditempuh oleh penerjemah profesional dalam menerjemahkan kata atau ungkapan

yang tidak memiliki padanan langsung dalam bahasa penerima, dalam hal ini dari

bahasa Indonesia ke bahasa Inggris. Dengan menggunakan karya sastra terjemahan

bahasa Inggris dari bahasa Indonesia yang diproduksi oleh The Lontar Foundation,

2

Page 3: Strategi Penerjemahan Untuk Konsep Yang Tidak Dikenal Dalam Bahasa Penerima

Jakarta, sebagai sumber data, dan dengan menggunakan analisis kualitatif-

komparatif, strategi penerjemahan untuk kata atau konsep yang tidak memiliki

padanan langsung dari bahasa Indonesia ke bahasa Inggris, dan beberapa strategi

penerjemahan dapat terungkap.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada sejumlah kata atau ungkapan yang

tidak memiliki padanan langsung dari bahasa Indonesia ke bahasa Inggris. Kata-kata

itu adalah kata yang terkait erat dengan kebudayaan khas Indonesia (sistem religi

dan kepercayaan, sistem pelapisan sosial, sistem organisasi, mata pencaharian,

kebiasaan, artifak, dan lingkungan). Untuk mengatasi masalah tersebut, strategi yang

digunakan oleh penerjemah profesional meliputi pola khusus-umum, modifikasi

dengan ciri dan bentuk, modifikasi dengan bentuk dan fungsi, padanan budaya,

padanan deskriptif, kata serapan, pentransferan, pola umum-khusus, dan harfiah.

Ditemukan pula bahwa strategi penerjemahan yang paling umum digunakan adalah

padanan deskriptif dan budaya.

3

Page 4: Strategi Penerjemahan Untuk Konsep Yang Tidak Dikenal Dalam Bahasa Penerima

KATA PENGANTAR

Penelitian ini bertujuan untuk menemukan strategi penerjemahan untuk konsep

yang mengandung aspek sosial budaya dari suatu budaya tertentu ke dalam bahasa

penerima, yaitu dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris. Penelitian ini dapat

terlaksana dengan baik atas bantuan dari berbagai pihak. Karena itu peneliti

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Gunadarma, Jakarta.

2. Ketua Penelitian Universitas Gunadarma

3. Koordinator Program pascasarjana Universitas Gunadarma

4. Para mahasiswa Program Pasca Sarjana Universitas Gunadama yang telah

membantu dalam pengumpulan data penelitian.

Semoga bantuan mereka mendapat rahmat dari Allah SWT.

Jakarta, Juni 2003

Mashadi Said

4

Page 5: Strategi Penerjemahan Untuk Konsep Yang Tidak Dikenal Dalam Bahasa Penerima

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL …………………………………………………… 1

RINGKASAN ………………………………………………………... 2

KATA PENGANTAR ……………………………………………….. 4

DAFTAR ISI …………………………………………………………. 5

I. PENDAHULUAN …………………………………………………. 6

1.1 LATAR BELAKANG ……………………………………………. 6

1.2 RUMUSAH MASALAH …………………………………………. 7

II. KAJIAN PUSTAKA …………………………………..………….. 8

III. TUJUAN, MANFAAT HASIL PENELITIAN ………………….. 15

3.1 Tujuan …………………………………………………………….. 15

3.2 Manfaat Hasil Penelitian …………………………………………. 15

IV. METODE PENELITIAN ………………………………………… 16

4.1 Rancangan Penelitian …………………………………………….. 16

4.2 Sumber Data ………………………………………………………. 16

4.3 Data dan Jenis Data ………..……………………………………… 17

4.4 Pengumpulan Data ………………………………………………… 17

4.5 Analisis Data …………………………………………….………… 18

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………….………… 22

5.1 Hasil Penelitian ………………………………….……….……….. 22

5.2 Pembahasan …..………………………………….……….……….. 38

VI. SIMPULAN DAN SARAN ….……………….………….……….. 47

6.1 Simpulan ….…………………………………….……….………… 47

6.2 Saran …………………………………………….………………… 47

DAFTAR PUSTAKA ………………………………….……………… 49

LAMPIRAN …………………………………………………. 50

5

Page 6: Strategi Penerjemahan Untuk Konsep Yang Tidak Dikenal Dalam Bahasa Penerima

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu masalah dalam penerjemahan ialah menemukan padanan leksikal

untuk objek atau kejadian yang tidak dikenal (asing) dalam budaya bahasa penerima.

Hal ini disebabkan karena tidak ada padanan kata atau frasa dalam bahasa penerima

yang dapat digunakan untuk mengungkapkan kembali isi pesan yang terkandung

dalam kata atau frasa bahasa sumber. Konsep dalam bahasa sumber mungkin tidak

mempunyai padanan leksikal dalam bahasa penerima disebabkan karena perbedaan

cara pandang, adat istiadat, geografi, kepercayaan, dan berbagai faktor lain.

Said (1994: 50) dalam penelitian tesisnya mengungkapkan bahwa ada empat

masalah utama yang dihadapi oleh penerjemah untuk menerjemahkan konsep yang

tidak dikenal. Masalah itu adalah:

1) ide-ide yang meliputi kepercayaan, nilai, dan kelembagaan

2) prilaku yang meliputi kebiasaan dan adat istiadat,

3) produk yang meliputi produk karya seni, musik, dan artefak, dan

4) ekologi yang meliputi flora dan fauna

Jika konsep yang diterjemahkan merujuk ke sesuatu yang tidak dikenal

dalam kebudayaan sasaran, maka tugas penerjemah menjadi lebih berat. Dalam

situasi yang demikian, Larson (1984: 163) mengungkapkan:

“ Penerjemah tidak hanya harus mencari cara terbaik untuk merujuk ke sesuatu yang sudah merupakan bagian dari pengalaman pembaca sasaran, tetapi juga harus mencari cara terbaik untuk mengungkapkan konsep yang sama sekali baru kepada penutur bahasa penerima.”

6

Page 7: Strategi Penerjemahan Untuk Konsep Yang Tidak Dikenal Dalam Bahasa Penerima

B. Masalah Penelitian

Penelitian ini merupakan studi tentang strategi penerjemahan yang berfokus

pada bagaimana menerjemahkan kata atau frasa yang tidak dikenal dalam bahasa

penerima. Kata atau frasa yang tidak dikenal dalam bahasa penerima itu meliputi

kata atau frasa yang terkait dengan unsur-unsur budaya, seperti kata yang terkait

dengan ekologi, sosial budaya, artefak, dan sejenisnya.

Masalah penelitian ini meliputi dua hal yaitu:

a) Kata atau frasa apa saja yang termasuk dalam kategori yang tidak

dikenal dalam budaya bahasa penerima?

b) Strategi penerjemahan apa yang digunakan oleh penerjemah

profesional dalam menerjemahkan kata atau frasa yang tidak memiliki

padanan langsung dalam bahasa penerima, dalam hal ini dari bahasa

Indonesia ke bahasa Inggris?

c) Bagaimana persentasi penggunaan strategi penerjemahan itu?

7

Page 8: Strategi Penerjemahan Untuk Konsep Yang Tidak Dikenal Dalam Bahasa Penerima

II. KAJIAN PUSTAKA

2.1 Wujud Kebudayaan

Koentjaraningrat (1975) membagi wujud kebudayaan itu ke dalam tiga, yaitu

wujud kebudayaan berupa ide-ide, wujud kebudayaan berupa perilaku atau

kebiasaan, dan wujud kebudayaan berupa benda-benda atau produk (artifak).

Umumnya kata yang mengandung unsur kebudayaan mudah dideteksi, selama kata

itu diasosiasikan dengan bahasa tertentu. Pada dasarnya wujud kebudayaan itu

meliputi tiga, yaitu 1) wujud kebudayaan berupa ide-ide, 2) wujud kebudayaan

berupa adat istiadat, dan 3) wujud kebudayaan berupa produk kebudayaan (artefak).

Menurut Newmark (1988:95) kata atau ungkapan yang mengandung unsur

kebudayaan dapat dikategorikan menjadi 5 yaitu: ekologi, kebudayaan material

(artefak), kebudayaan sosial, organisasi, dan kebiasaan. Kata atau ungkapan yang

mengandung wujud kebudayaan itu sulit diterjemahkan ke dalam bahasa penerima

karena konsep yang terkandung di dalamnya sangat khas pada kebudayaan yang

bersangkutan.

2.2 Strategi Penerjemahan

Secara teoretis, menurut Beekman dan Callow (dalam Larson 1984:163) cara

menerjemahkan konsep yang tidak dikenal meliputi tiga alternatif, yaitu:

a) kata generik dengan frasa deskriptif

b) kata pinjaman

c) pengganti kebudayaan

8

Page 9: Strategi Penerjemahan Untuk Konsep Yang Tidak Dikenal Dalam Bahasa Penerima

Lebih lanjut Larson (1984:163-5) menjelaskan bahwa untuk menemukan

padanan leksikal yang baik, perlu diketahui hubungan bentuk dan fungsi. Ada empat

kemungkinan. Pertama, benda atau kejadian dalam satu bahasa dan kebudayaan

mungkin mempunyai bentuk dan fungsi yang sama dalam bahasa lain. Misalnya,

telinga memiliki bentuk dan fungsinya sama dalam semua budaya dan bahasa.

Kedua, bentuk mungkin sama tetapi fungsinya berbeda. Kata roti memiliki bentuk

yang sama dalam dua kebudayaan, tetapi fungsinya berbeda. Pada satu kebudayaan

roti berfungsi sebagai makanan pokok, tetapi dalam budaya yang lain berfungsi

sebagai makanan ringan. Kemungkinan ketiga, bentuk yang sama tidak terdapat

dalam bahasa penerima, tetapi ada benda atau kejadian yang mempunyai fungsi yang

sama. Misalnya, dalam satu kebudayaan, roti mungkin merupakan ‘bahan pokok

dalam kehidupan” atau makanan utama. Dalam kebudayaan lain, seperti kebanyakan

kelompok bahasa di daerah hutan tropis, ‘bahan pokok dalam kehidupan” adalah

singkong. Roti dan singkong mempunyai bentuk yang berbeda, tetapi fungsinya sama

dalam kedua kebudayaan itu. Kemungkinan keempat ialah bahwa bentuk dan fungsi

mungkin sama sekali tidak ada hubungannya. Kata itu mungkin merujuk ke sesuatu

yang tidak terdapat dalam kebudayaan sasaran, dan dalam kebudayaan sasaran tidak

ada unsur lain yang mempunyai fungsi yang sama. Dalam keadaan demikian, harus

dipakai frasa deskriptif untuk bentuk dan fungsi.

Larson (1984: 166-172) menawarkan tiga bentuk kesepadanan untuk

menerjemahkan konsep yang tidak dikenal (asing), yaitu:

a. Padanan dengan memodifikasi kata generik, yang meliputi:

9

Page 10: Strategi Penerjemahan Untuk Konsep Yang Tidak Dikenal Dalam Bahasa Penerima

(1) Dimodifikasi dengan ciri bentuk, seperti: harta benda diterjemahkan

banyak benda berharga (Mazahua, Meksiko)

(2) Dimodifikasi dengan pernyataan fungsi, seperti: kapal diterjemahkan

sesuatu yang dengannya kita dapat berjalan di atas air (Chichimeca

Pame, Meksiko)

(3) Dimodifikasi dengan bentuk dan fungsi, seperti: ani-ani diterjemahkan

pisau kecil untuk memotong padi, gandum (Inggris)

(4) Dimodifikasi dengan perbandingan, seperti: Kemudi diterjemahkan benda

seperti dayung (Sierra Otomi, Meksiko)

b. Padanan dengan memodifikasi kata asing, yang meliputi:

(1) Dimodifikasi dengan penggolong, seperti: merpati diterjemahkan burung

yang disebut merpati (Wantoat, papua Nugini)

(2) Dimodifikasi dengan pemerian bentuk, fungsi, atau keduanya, seperti:

Imam diterjemahkan imam, orang yang berhubungan dengan sesuatu

yang diberikan kepada Allah (Kalinga, Filipina). Kemenyan

diterjemahkan minyak yang mahal dan harum yang disebut kemenyan

(Aguaruna, Peru)

c. Padanan dengan pengganti kebudayaan, seperti: Kayotes diterjemahkan wolves

(Meksiko)

Strategi penerjemahan kata atau frasa asing yang ditawarkan oleh Larson di

atas, hanya cocok dengan jenis naskah naratif atau deskriptif. Naskah puisi

memerlukan pola penerjemahan lain karena pemakaian katanya hemat dan ringkas.

10

Page 11: Strategi Penerjemahan Untuk Konsep Yang Tidak Dikenal Dalam Bahasa Penerima

Selanjutnya, Newmark (1988: 81-93) menawarkan prosedur penerjemahan

secara umum, yaitu pentrasferan, naturalisasi, padanan budaya, padanan fungsi,

padanan deskriptif, sinonim, terjemahan langsung, transposisi, modulasi, terjemahan

dikenal, kompensasi, eduksi dan ekspansi, parafrasa, pencatatan, dan penambahan.

Prosedur penerjemahan yang ditawarkan oleh Newmark juga dapat menjadi acuan

bagi penerjemah untuk konsep-konsep yang tidak dikenal dalam bahasa penerima.

Prosedur itu bersifat umum. Artinya, belum dimaksudkan untuk jenis naskah

tertentu. Namun, sejauhmana prosedur itu diimplementasikan oleh penerjemah

dalam menerjemahkan konsep-konsep yang tidak dikenal dia juga tidak secara

spesifik menawarkan untuk jenis naskah apa prosedur itu dan belum diketahui

bagaimana.

Menurut Baker (1992) strategi penerjemahan untuk kata/ungkapan yang tidak

dikenal dalam bahasa penerima meliputi:

a. Penerjemahan dengan menggunakan kata yang lebih umum.

Strategi ini adalah strategi yang paling umum yang dipakai oleh penerjemah

untuk mencari padanan dari berbagai macam kata yang tidak memiliki padanan

langsung.

b. Penerjemahan dengan menggunakan kata yang lebih netral.

Strategi ini digunakan untuk mengurangi kesan negatif yang ditimbulkan oleh

kata dalam bahasa sumber, yang dikarenakan oleh makna yang dimiliki oleh kata

dalam bahasa sumber tersebut.

c. Penerjemahan dengan menggunakan pengganti kebudayaan.

11

Page 12: Strategi Penerjemahan Untuk Konsep Yang Tidak Dikenal Dalam Bahasa Penerima

Strategi penerjemahan ini adalah dengan mengganti konsep kebudayaan pada

bahasa sumber dengan konsep kebudayaan bahasa penerima yang setidaknya

memiliki makna yang menyerupai dalam bahasa sumber tersebut.

d. Penerjemahan dengan menggunakan kata serapan atau kata serapan yang disertai

dengan penjelasan.

Strategi ini sering digunakan dalam menerjemahkan kata yang berhubungan

dengan kebudayaan, konsep moderen dan kata yang tidak jelas maknanya.

e. Penerjemahan dengan parafrase

Strategi ini digunakan ketika konsep yang diungkapkan dalam bahasa sumber

memiliki makna kamus dalam bahasa penerima tetapi memiliki bentuk yang

berbeda, dan frekwensi kemunculan kata tersebut lebih sering dalam bahasa

sumber. Penerjemahan dengan parafrase ini dapat dilakukan dengan dua cara,

yaitu dengan menggunakan kata-kata yang berbeda atau menggunakan kalimat

untuk mengungkapkan makna kata yang terdapat dalam bahasa sumber.

2.3 Kata Yang Tidak Memiliki Padanan dan Beberapa Strategi Umum Untuk Mengatasinya

Kata yang tidak berpadan adalah apabila kata tersebut dalam bahasa sumber

tidak memiliki padanan langsung dalam bahasa target. Jenis dan tingkat kesulitan

dalam mencari padanan langsung dari kata tersebut tergantung pada sifat, konteks

dan tujuan penerjemahan kata tersebut. Setiap kata yang tidak memiliki padanan

langsung memiliki strategi penerjemahan yang berbeda pula.

12

Page 13: Strategi Penerjemahan Untuk Konsep Yang Tidak Dikenal Dalam Bahasa Penerima

Berikut ini adalah beberapa jenis permasalahan secara umum mengapa suatu kata

dalam bahasa sumber tidak memiliki padanan langsung dalam bahasa penerima:

a. Jika kata tersebut berhubungan dengan kebudayaan.

Kata dalam bahasa sumber kemungkinan akan mengungkapkan sebuah konsep

yang sama sekali tidak dikenal dalam kebudayaan bahasa penerima. Konsep

tersebut bersifat abstrak atau kongkret, misalnya konsep yang berhubungan

dengan kepercayaan keagamaan, adat istiadat dalam masyarakat, jenis makanan,

dan sebagainya. Konsep-konsep tersebut digolongkan dalam spesifik-

kebudayaan.

b. Jika susunan kata dalam bahasa sumber secara semantik sangat kompleks.

Hal ini sangat umum dalam penerjemahan, dimana kata tunggal yang terdiri dari

beberapa morfem yang tunggal kadang-kadang memiliki beberapa makna yang

lebih kompleks dibandingkan dengan sebuah kalimat.

c. Jika bahasa penerima tidak memiliki kata yang umum.

d. Jika bahasa penerima tidak memiliki kata yang khusus.

e. Jika terdapat perbedaan perspektif fisik.

Perspektif fisik adalah a) segala sesuatu apakah itu benda atau orang yang

berhubungan dengan orang lain atau tempat yang diungkapkan dalam sebuah

kata; b) hubungan antara penutur dalam wacana (tenor).

f. Jika terdapat perbedaan dalam mengungkapkan makna.

Mungkin ada beberapa kata dalam bahasa penerima yang memiliki makna yang

sama seperti pada bahasa sumber, namun kata tersebut menggunakan ungkapan

yang berbeda.

13

Page 14: Strategi Penerjemahan Untuk Konsep Yang Tidak Dikenal Dalam Bahasa Penerima

g. Jika terdapat perbedaan dalam bentuk kata.

Dalam bahasa penerima seringkali tidak ditemukan padanan untuk bentuk kata

tertentu dalam bahasa sumber. Misalnya awalan atau akhiran tertentu yang

meyertai kata yang membentuk suatu bentuk kata tidak memiliki padanan

langsung dalam bahasa penerima.

h. Jika bahasa sumber menggunakan kata serapan.

Penggunaan kata serapan dalam bahasa sumber akan menimbulkan permasalahan

dalam penerjemahan, karena mungkin dalam bahasa penerima belum tentu

memiliki kata serapan yang bermakna sama.

14

Page 15: Strategi Penerjemahan Untuk Konsep Yang Tidak Dikenal Dalam Bahasa Penerima

III. TUJUAN DAN MANFAAT HASIL PENLITIAN

3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk menemukan kata atau frasa yang tidak dikenal dalam bahasa

penerima.

2. Untuk mendeskripsikan strategi penerjemahan yang ditempuh oleh

penerjemah profesional dalam menerjemahkan kata atau ungkapan yang

tidak memiliki padanan langsung dalam bahasa penerima, dalam hal ini

dari bahasa Indonesia ke bahasa Inggris.

3.2 Manfaat Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan terhadap

pengembangan teori penerjemahan dan bagi praktisi penerjemahan.

a) Bagi pengembangan teori penerjemahan, hasil penelitian ini memberikan

informasi mengenai strategi penerjemahan konsep yang tidak dikenal dalam

bahasa penerima, khususnya dari bahasa Indonesia ke bahasa Inggris secara lebih

cermat dan rinci.

b) Bagi praktisi penerjemah, hasil penelitian ini, yaitu berupa strategi penerjemahan

konsep yang tidak dikenal dalam bahasa penerima, khususnya dari bahasa

Indonesia ke bahasa Inggris dapat dijadikan sebagai pedoman dalam praktek

penerjemahan.

15

Page 16: Strategi Penerjemahan Untuk Konsep Yang Tidak Dikenal Dalam Bahasa Penerima

IV. METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan kualitatif. Baik data maupun hasil

yang diperoleh dari penelitian ini adalah data verbal yang berupa kata atau frasa

yang mengandung konsep yang tidak dikenal dalam bahasa penerima (bahasa

Inggris). Tidak ada manipulasi data dalam penelitian ini. Data diperoleh dari latar

alami berupa naskah puisi yang berbahasa Indonesia dan terjemahannya dalam

bahasa Inggris.

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode komparatif, yaitu

membandingkan naskah sumber dengan naskah sasaran (hasil terjemahan). Hasil

pembandingan diharapkan diperoleh model pemadanan yang digunakan oleh

penerjemah dalam menerjemahkan puisi serta alasan mengapa penerjemah

menggunakan model tertentu untuk kata atau frasa tertentu. Perhatian peneliti

diarahkan pada konsep yang khas dalam kebudayaan Indonesia yang kemungkinan

besar tidak ditemukan dalam kebudayaan Inggris. Konsep yang khas itu berupa kata

atau frasa yang terkait erat dengan budaya bahasa sumber. Dengan kata lain, inti

unsur kebahasaan yang diambil adalah suatu kata atau frasa yang dianggap memiliki

unsur kebahasaan yang mengungkapkan konsep khas dalam kebudayaan Indonesia

yang tidak dikenal dalam bahasa Inggris (NSa).

4.2 Sumber Data

Sumber data penelitian ini adalah:

16

Page 17: Strategi Penerjemahan Untuk Konsep Yang Tidak Dikenal Dalam Bahasa Penerima

1. On Foreign Shores: Kumpulan puisi bahasa Indonesia dan terjemahannya dalam

bahasa Inggris. Ada 69 puisi yang dijadikan sebagai sumber data yang ditulis

oleh 21 penyair Indonesia. Ke 69 puisi itu diterjemahkan oleh John Mc Glynn

dan diterbitkan dalam rangka Festival Indonesia 1990-1991 di Amerika Serikat

yang diberi judul Di Negeri Asing (On Foreign Shores).

2. Trouser Doll terjemahan dari Celana yang ditulis oleh Joko Pinurbo, terjemahan

oleh Linda Owens dan Harry Aveling pada tahun 2002.

3. The Rape of Sukreni terjemahan dari Sukreni Gadis Bali yang ditulis oleh Anak

Agung Pandji Tisna, terjemahan oleh George Quinn tahun 1998.

4. The Barber terjemahan dari Buku kumpulan cerpen oleh Gus tf Sakai yang

berjudul Kemilau Cahaya dan Perempuan Buta, terjemahan oleh Justine Fitzrald,

Anna Netheim, dan Linda Owens tahun 2002.

Adapun dasar pemilihan sumber data itu adalah 1) naskah itu sarat dengan

kata atau ungkapan budaya Indonesia yang diduga tidak memiliki padanan langsung

dalam bahasa Inggris; 2) Naskah itu telah diterjemahkan oleh penerjemah

profesional; 3) Sebagian dari hasil terjemahan itu telah diikutsertakan dalam festival

kebudayaan di New York yang mencerminkan kebudayaan Indonesia melalui karya

sastra.

4.3 Data dan Jenis Data

Data penelitian ini berupa ungkapan verbal dari karya sastra berbahasa

Indonesia dan terjemahannya dalam bahasa Inggris, yaitu satu kata atau frasa yang

17

Page 18: Strategi Penerjemahan Untuk Konsep Yang Tidak Dikenal Dalam Bahasa Penerima

dianggap mengandung unsur yang mengungkap konsep kebudayaan yang tidak

dikenal dalam naskah sasaran (Nsa).

4.4 Pengumpulan Data

Adapun langkah-langkah untuk mengumpulkan data adalah sebagai berikut:

a) Pengumpulan data dimulai dengan mengidentifikasi kata atau frasa yang

mengandung konsep yang kemungkinan besar tidak dikenal dalam

kebudayaan Inggris dan tidak memiliki padanan langsung dalam bahasa

Inggris.

b) Kata atau frasa yang diidentifikasi mengandung konsep yang tidak dikenal

dalam bahasa Inggris ditandai dengan menggunakan marker, lalu dicatat

dalam kartu.

c) Langkah ketiga adalah mencari padanan kata atau frasa yang diidentifikasi

pada langkah (b) dalam karya sastra terjemahan dalam bahasa Inggris dan

mencatatnya pada kartu yang sama dengan kata atau frasa bahasa Indonesia.

4.5 Analisis Data

Terjemahan bahasa Inggris dalam karya sastra yang sama (Nsa) dianalisis

dengan menggunakan model interaktif yang disarankan oleh Miles and Huberman

(1984:23). Dalam analisis, ditempuh langkah reduksi data, penyajian data, penarikan

kesimpulan dan verifikasi.

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari

18

Page 19: Strategi Penerjemahan Untuk Konsep Yang Tidak Dikenal Dalam Bahasa Penerima

naskah sumber berupa karya sastra Indonesia dan naskah sasaran berupa terjemahan

dalam bahasa Inggris

_________________________________________________________________

_________________________________________________________________

Penyajian data dimaksudkan sebagai sajian data dalam bentuk bagan-bagan dari

hasil abstraksi. Terakhir, penarikan kesimpulan dan verifikasi, sebagai bagian dari

suatu kegiatan dari konfigurasi yang utuh, dimaksudkan sebagai usaha untuk

menentukan “makna”. Kesimpulan itu diverifikasi selama penelitian berlangsung.

Dalam kegiatan verifikasi, makna yang muncul dari data diuji kebenarannya dan

kekokohannya yang sekaligus merupakan proses validasinya.

Reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan dan verifikasi adalah

sesuatu yang jalin menjalin pada saat sebelum, selama, dan sesudah pengumpulan

data dalam bentuk yang sejajar untuk membangun wawasan umum terhadap objek

penelitian. Dalam pengertian ini, analisis data merupakan upaya yang berlanjut,

berulang-ulang dan terus-menerus. Kegiatan analisis dan kegiatan pengumpulan data

itu sendiri merupakan siklus dan bersifat interaktif (lihat diagram).

19

Pengumpulan Data

Penyajian Data

Reduksi Data

Kesimpulan:Penarikan/Verifikasi

Page 20: Strategi Penerjemahan Untuk Konsep Yang Tidak Dikenal Dalam Bahasa Penerima

Adapun langkah-langkah praktis yang ditempuh dalam analisis data adalah

sebagai berikut.

a. Data penelitian ini adalah ungkapan verbal (verbal expressions) berupa suatu

kata atau frasa yang mengungkapkan konsep yang tidak dikenal dalam

bahasa Inggris. Kata dan ungkapan itu kemudian direduksi dengan cara

mengatagorisasikan kata/ungkapan yang mengandung konsep kebudayaan

khas Indonesia ke dalam kategori budaya yang meliputi ide-ide, kebiasaan,

dan artifak. Dengan kata lain, kata yang telah diidentifikasi tidak memiliki

padanan langsung dalam bahasa Inggris dikategorisasi menurut wujud

kebudayaan.

b. Selanjutnya, data berupa terjemahan kata/ungkapan yang tidak dikenal dalam

bahasa penerima dikategorisasi menurut strategi penerjemahan yang

digunakan oleh para penerjemah. Hal ini dilakukan dengan mengunakan teori

yang dikemukakan oleh Larson, Newmark, dan Baker.

c. Hasil dari kategorisasi-kategorisasi di atas dimasukkan ke dalam matrik yang

meliputi matrik mengenai kata/ungkapan yang tidak dikenal dalam bahasa

penerima dan matrik mengenai strategi penerjemahan yang digunakan oleh

penerjemah profesional dalam menangani ketidaksepadanan.

d. Langkah selanjutnya adalah mengukuhkan kesimpulan yang telah ditarik

sejak pengumpulan dan yang sebelumnya dipegangi secara longgar, terbuka,

dan skeptis. Pengukuhan kesimpulan (verifikasi) dilakukan dengan

melakukan diskusi dengan teman sejawat. Diskusi dilakukan secara intensif

dengan memeriksa kembali setiap data dan kesesuaian kategorisasi-

20

Page 21: Strategi Penerjemahan Untuk Konsep Yang Tidak Dikenal Dalam Bahasa Penerima

kategorisasi yang telah dilakukan. Langkah ini dimaksudkan untuk

mengembangkan kesepakatan intersubjektif yang selanjutnya makna-makna

yang muncul dari data diuji kebenarannya, kekokohannya yang sekaligus

merupakan kevalidannya.

21

Page 22: Strategi Penerjemahan Untuk Konsep Yang Tidak Dikenal Dalam Bahasa Penerima

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5. 1 HASIL PENELITIAN

5.1.1 Kata/Ungkapan yang tidak Memiliki Padanan Langsung

Dari sumber data, diidentifikasi 86 kata/ungkapan yang tidak memiliki

padanan langsung dalam bahasa sasaran. Kata atau ungkapan itu dapat digolongkan

ke dalam kategori kebudayaan sebagai berikut.

5.1.1.1 Ide dan Gagasan

Wujud kebudayaan ini terdapat dalam alam pikiran manusia. Ide dan gagasan

manusia yang hidup bersama dalam suatu masyarakat memberi jiwa kepada

masyarakat itu (lampian 1).

a. Sistem Religi

Kata atau ungkapan yang termasuk dalam kategori ini adalah sebagai berikut:

tawakal, toya tirta, saptagangg, batara sri, dewa, mantera, palasik, ilmu pelintuh,

dan widi

b. Sistem pelapisan sosial

Kata atau ungkapan yang termasuk dalam kategori ini adalah sebagai berikut:

Wesia, Sateria, Jaba, Sengguhu, Orang Jaba.

c. Sistem organisasi

Hanya ada satu kata yang ditemukan dalam kategori ini yaitu arisan

22

Page 23: Strategi Penerjemahan Untuk Konsep Yang Tidak Dikenal Dalam Bahasa Penerima

d. Kesenian

Kata atau ungkapan yang termasuk dalam kategori ini adalah sebagai berikut:

bapak pocung, dandanggul, megatruh blues, dangdut, kuda lumping, sabung ayam,

megatruh.

e. Sapaan

Kata atau ungkapan yang termasuk dalam kategori ini adalah sebagai berikut:

Junjungan, emak, laki

f. Pekerjaan/mata pencaharian

Kata atau ungkapan yang termasuk dalam kategori ini adalah sebagai berikut.

tukang becak, kernet, peronda, ustad, pencari beling, kerama desa, punggawa,

tukang panjat, kaki tangan, penggawa kota, satpam, juru tulis.

5.1.1.2 Kebiasaan/Aktivitas

Aktivitas adalah tindakan berpola, digolongkan dalam wujud sistem sosial,

terdiri atas aktivitas manusia yang berinteraksi, berhubungan serta bergaul dengan

sesamanya dari waktu ke waktu menurut pola-pola tertentu (lampiran 2).

a. Upacara

Kata atau ungkapan yang termasuk dalam kategori ini adalah aben dan palebuhan

b. Tolong menolong antar warga

Kata atau ungkapan yang termasuk dalam kategori ini adalah bekerja rodi

c. Kebiasaan atau Tindakan

23

Page 24: Strategi Penerjemahan Untuk Konsep Yang Tidak Dikenal Dalam Bahasa Penerima

Kata atau ungkapan yang termasuk dalam kategori ini adalah berpupur, gengsot, dan

bersila

5.1.1.3 Artefak

Artefak adalah benda-benda hasil karya manusia (lampiran 3).

a. Peralatan

Kata atau ungkapan yang termasuk dalam kategori ini adalah guci tuak, lampu

minyak tanah, tepak sirih, jimat, keris, belati, sembilu, tungku, lampu sentir,

sanggul, gamelan, getek, badik, becak, pusaka

b. Makanan/minuman/selingan

Kata atau ungkapan yang termasuk dalam kategori ini adalah kerupuk, bayuan, arak,

rokok kretek, dan kapur sirih.

c. Pakaian

Kata atau ungkapan yang termasuk dalam kategori ini adalah senteng, bulang,

kain lepas, kebaya, kerudung, kain kafan, ikat kepala cara buleleng, dan telengkung

d. Bangunan

Kata atau ungkapan yang termasuk dalam kategori ini adalah balai-balai, balai

lumbung, lumbung, dan kedai.

5.1.1.4 Lingkungan/Ekologi

Kata/ungkapan yang mengandung konsep lingkungan/ekologi meliputi flora

dan fauna. (lampiran 4).

a. Tumbuhan

24

Page 25: Strategi Penerjemahan Untuk Konsep Yang Tidak Dikenal Dalam Bahasa Penerima

Kata atau ungkapan yang termasuk dalam kategori ini adalah daun ketapang,

manggis

gayam, kangkung, dan rotan

b. Hewan

Kata atau ungkapan yang termasuk dalam kategori ini adalah bengkarung dan

kutu busuk

c. Lingkungan/tempat

Kata atau ungkapan yang termasuk dalam kategori ini adalah Wonosari

d. Keadaan/sifat alam

Kata atau ungkapan yang termasuk dalam kategori ini adalah sundari.

5.1.2 Strategi Penerjemahan Untuk Konsep yang Tidak Dikenal

Strategi yang digunakan oleh penerjemah profesional untuk menerjemahkan

kata/ungkapan spesifik dalam kebudayaan Indonesia meliputi 10 strategi, yaitu

padanan deskriptif, padanan budaya, pola khusus-umum, kata serapan (dengan dan

tanpa modifikasi), modifikasi dengan ciri dan bentuk, penerjemahan harfiah,

modifikasi dengan pernyataan fungsi, pentransferan, modifikasi dengan bentuk dan

fungsi, dan pola umum-khusus.

5.1.2.1 Strategi penerjemahan dengan menggunakan padanan deskriptif

Strategi padanan deskriptif adalah strategi yang paling sering digunakan oleh

penerjemah profesional untuk menangani kata/ungkapan yang tidak dikenal dalam

bahasa sasaran. Dari 86 kata yang teridentifikasi tidak memiliki padanan langsung

dalam bahasa Inggris, penerjemah menggunakan pola tersebut terhadap 31 (36.04%)

25

Page 26: Strategi Penerjemahan Untuk Konsep Yang Tidak Dikenal Dalam Bahasa Penerima

kata/ungkapan untuk mengungkapkan padanannya dalam bahasa Inggris. Ke-31

kata/ungkapan yang menggunakan strategi tersebut dapat dilihat pada lampiran 5.

Contoh:

1. Tukang panjat kelapa

Teks sumber: Tukang panjat kelapa itulah yang selalu datang makan ke kedai

kecil itu.

Teks sasaran : Throughout the area the work of harvesting coconuts went on

ceaselessly, and the men who climbed the trees took their meals at the food

stall.

2. Bayuan

Teks sumber: “ Ada bayuan, Emak?” tanya seorang dengan membau-baui guci

tuak.

Teks sasaran: “ Still got some of that wine from last night?” one of them asked

Men Negara while sniffing at the wine jar.

3. Pelebuan

Teks sumber: Dari situ keduanya pun berangkat ke Karangasem akan

menyaksikan “pelebuan” yang hebat itu.

Teks sasaran: From Denpasar they set off together from Karangasem to become

spectators at the imposing spectacle of the royal cremation ceremony.

Kata/ungkapan di atas diterjemahkan secara deskriptif untuk

mengkomunikasikan makna secara akurat. Tukang panjat tidak memiliki padanan

26

Page 27: Strategi Penerjemahan Untuk Konsep Yang Tidak Dikenal Dalam Bahasa Penerima

langsung dalam bahasa Inggris sehingga diterjemahkan dengan the men who climbed

the trees. Bayuan adalah tuak yang didiamkan selama semalam diterjemahkan

dengan wine from last night. Pelebuan adalah upacara pembakaran mayat khusus

untuk orang-orang berkasta tinggi diterjemahkan dengan royal cremation ceremony,

demikian seterusnya.

5.1.2.2 Strategi Penerjemahan dengan Menggunakan Padanan Budaya

Strategi padanan budaya adalah strategi yang juga sering digunakan oleh

penerjemah profesional untuk menangani kata/ungkapan yang tidak dikenal dalam

bahasa sasaran. Dari 86 kata yang teridentifikasi tidak memiliki padanan langsung

dalam bahasa Inggris, penerjemah menggunakan pola tersebut terhadap 17 (19.76%)

kata/ungkapan untuk mengungkapkan padanannya dalam bahasa Inggris. Ke-17

kata/ungkapan yang menggunakan strategi tersebut dapat dilihat pada lampiran 6.

Contoh:

1. satpam

Teks Sumber: Seorang satpam, sejenak, seperti tertegun menatap Santi.

Teks Sasaran: A security guard glanced at her…

2. aben (mengaben)

Teks Sumber: Ia disuruh bapaknya mengundang Ida Gde, karena beberapa

hari lagi bapaknya akan mengaben.

Teks Sasaran: “Her father is going to be holding a cremation, and he asked

her to bring Ida Gde back to Manggis for the ceremony.

27

Page 28: Strategi Penerjemahan Untuk Konsep Yang Tidak Dikenal Dalam Bahasa Penerima

4. tungku

Teks Sumber: …,seperti tungku-tungku yang menjengkelkan.

Teks sasaran: …, like sputtering camp fires.

Dalam bahasa sumber, satpam adalah singkatan dari Satuan Pengamanan,

dalam bahasa Inggris padanan yang menyerupai Satpam adalah Security Guard.

Aben termasuk dalam upacara pembakaran mayat di Bali. Penerjemah menggunakan

cremation sebagai padanan untuk kata itu karena kata cremation maknanya hampir

sama dalam kebudayaan Inggris. Tungku adalah salah satu sarana dapur yang

menggunakan kayu sebagai bahan bakarnya dan berfungsi sebagai perapian untuk

memasak, sehingga diterjemahkan dengan campfire yang bentuknya mirip dengan

tungku.

5.1.2.3 Strategi Penerjemahan dengan Menggunakan Pola Khusus-Umum

Strategi pola khusus-umum digunakan oleh penerjemah profesional untuk

menangani kata/ungkapan yang tidak dikenal dalam bahasa sasaran terhadap 10

(11.62%) kata/ungkapan. Kedelapan kata/ungkapan yang menggunakan strategi

penerjemahan itu dapat dilihat pada lampiran 7.

Contoh:

1. belati

Teks Sumber: …Di mana subuh hari

di muka gedung komedi bisa bertemu

tubuh lelaki diam terbaring dengan belati

28

Page 29: Strategi Penerjemahan Untuk Konsep Yang Tidak Dikenal Dalam Bahasa Penerima

di dada.

Teks sasaran: …Where dawn outside the opera

might reveal

the outstretched body of a man, a knife

in his chest

2. Daun

Teks Sumber: …daun ketapang makin lebat berguguran…

Teks sasaran: …leaves fall more thickly…

Belati merupakan sejenis senjata tajam yang digunakan untuk membela diri

atau menyerang orang lain. “Belati” adalah salah satu senjata khas dari Indonesia

yang mungkin karena bentuk dan ukurannya, belati tidak ada padanannya dalam

bahasa Inggris, sehingga untuk kata belati, knife lebih sesuai karena knife (pisau)

adalah kata yang lebih umum dari belati. “Daun ketapang” merupakan salah satu

jenis daun yang tidak dijumpai pada lingkungan Inggris. Karena kata ini tidak

mempunyai padanan dalam bahasa Inggris, maka cara untuk menerjemahkannya

adalah dengan menggunakan kata generik yaitu leaves yang berarti daun secara

umum.

5.1.2.4 Strategi penerjemahan dengan menggunakan kata serapan

Strategi penerjemahan dengan kata serapan dilakukan oleh penerjemah

profesional dengan dua cara yaitu 1) dengan modifikasi dan 2) tanpa modifikasi.

29

Page 30: Strategi Penerjemahan Untuk Konsep Yang Tidak Dikenal Dalam Bahasa Penerima

Kata/ungkapan yang menggunakan strategi penerjemahan itu dapat dilihat pada

lampiran 8.

5.1.2.4.1 Kata Serapan dengan Modifikasi

Strategi ini hanya digunakan untuk 2 kata (2.32%), yaitu wolon dan Batara Sri.

Contoh:

wolon

Teks Sumber: Mereka menyebutnya wolon,…

Teks sasaran: They call wolon, the resting period…

Kata “wolon” diserap ke dalam bahasa Inggris sebagai bahasa sasaran,

kemudian diberi penjelasan sebagai modifikasi kata wolon.

5.1.2.4.2 Kata Serapan tanpa Modifikasi

Strategi ini digunakan untuk 8 kata/ungkapan (9.30%).

Contoh:

Segguhu, dangdut, gamelan

Teks Sumber: Dan sengguhu adalah pangkat upacara agama Wisnu.

Teks sasaran: In Visnuite ritual there is the rank of sengguhu.

Teks Sumber: “Ah, ia sedang nonton dangdut di kuburan,” monyet berkata.

Teks Sasaran: “He is probably watching a dangdut show at the cemetery,”

said the monkey.

Teks Sumber: Kaudengarkah suara gamelan

30

Page 31: Strategi Penerjemahan Untuk Konsep Yang Tidak Dikenal Dalam Bahasa Penerima

tak putus-putusnya dilantunkan…

Teks Sasaran: Can you hear the sound of the gamelan

endlessly rolling out…

Penerjemah menyerap kata/ungkapan yang tidak memiliki padanan langsung

itu secara langsung tanpa memberikan suatu penjelasan. Kata sengguhu, dangdut,

gamelan langsung diserap ke dalam naskah sasaran tanpa modifikasi.

5.1.2.5 Dimodifikasi dengan ciri dan bentuk

Strategi penerjemahan dengan menjelaskan ciri dan bentuk kata/ungkapan

digunakan oleh penerjemah profesional untuk 4 (4.65%) kata/ungkapan.

Kata/ungkapan yang menggunakan strategi penerjemahan itu dapat dilihat pada

lampiran 9.

Contoh:

Kapur sirih (mengapur sirih)

Teks Sumber: Men Negara duduk di balai, lalu mengapur sirih.

Teks Sasaran: Men Negara sat down on the sleeping platform and prepared a

wad of betel.

Kapur sirih diterjemahkan sesuai dengan ciri dan bentuknya. Demikian pula

kata lumbung, ikat kepala cara Buleleng dan sundari.

5.1.2.6 Strategi Penerjemahan Transposisi

Strategi penerjemahan transposisi digunakan oleh penerjemah profesional

untuk 4 (4.65%) kata/ungkapan. Kata/ungkapan yang menggunakan strategi

penerjemahan itu dapat dilihat pada lampiran 10.

31

Page 32: Strategi Penerjemahan Untuk Konsep Yang Tidak Dikenal Dalam Bahasa Penerima

Contoh:

1. tepak sirih

Teks Sumber: Ni Sukreni duduk di sebelah bapaknya sambil memangku

tepak sirih.

Teks Sasaran: Ni Sukreni sat beside her father holding his betel box on her

lap.

2. kuda lumping

Teks Sumber: Di dalam rumah banyak tamu asing

lagi asyik main kuda lumping.

Teks Sasaran: There were many foreign guests dancing,

trancelike, on straw horses.

Tepak sirih, kerama desa, dan sabung ayam diterjemahkan langsung secara kata per

kata dengan menyesuaikan struktur bahasa Inggris dalam bahasa sasaran.

tepak - box ; sirih - betel

Dahulu, kuda lumping terbuat dari kulit sapi atau kulit kerbau yang keras dan

telah dikeringkan. Seiring dengan perkembangan zaman, kulit sapi dan kerbau keras

itu semakin mahal untuk dijadikan sebagai bahan dasar pembuatan kuda lumping,

sehingga masyarakat menggunakan “jerami” sebagai gantinya, tetapi Kuda Lumping

tetap dinamakan Kuda Lumping, bukan Kuda Jerami. Hal inilah yang mendasari

penerjemah untuk menerjemahkan kata lumping menjadi “straw”.

32

Page 33: Strategi Penerjemahan Untuk Konsep Yang Tidak Dikenal Dalam Bahasa Penerima

5.1.2.7 Dimodifikasi dengan Pernyataan Fungsi

Strategi penerjemahan dengan modifikasi pernyataan fungsi digunakan oleh

penerjemah profesional untuk 4 (4.65%) Kata/ungkapan. kata/ungkapan yang

menggunakan strategi penerjemahan itu dapat dilihat pada lampiran 11.

Contoh:

1. Guci Tuak

Teks Sumber: Di sebelah kanan meja itu, ada meja kecil sebuah lagi, tempat

beberapa guci tuak dan beberapa botol arak.

Teks Sasaran: To its right was a smaller table, this one bearing jars of

coconut wine and bottles of rice beer.

2. Kain kafan

Teks Sumber: 1. Hanya ada seorang perempuan sedang sembahyang

berkerudung kain kafan

2. …, para serdadu berebutan kain kafan,…

Teks Sasaran: 1. There was only a woman, praying,

her head covered in funeral cloth,

2. …, soldiers fought for His burial cloth,…

Guci tuak adalah guci atau kendi yang digunakan untuk menyimpan tuak,

sehingga diterjemahkan dengan Jars of coconut wine . Kain kafan adalah sejenis

kain yang digunakan untuk pemakaman sehingga diterjemahkan dengan

funeral/burial clothe.

33

Page 34: Strategi Penerjemahan Untuk Konsep Yang Tidak Dikenal Dalam Bahasa Penerima

5.1.2.8. Strategi Penerjemahan dengan Pentransferan

Strategi penerjemahan dengan pentransferan digunakan oleh penerjemah

profesional untuk 3 (3.48%) kata/ungkapan. kata/ungkapan yang menggunakan

strategi penerjemahan itu dapat dilihat pada lampiran 12.

Contoh:

Keris

Teks Sumber: “Keris dan kain-kain itu?” tanya kawannya sambil

memperbaiki kedudukannya.

Teks Sasaran: One of the other two men shifted himself on his haunches.

“What about the kris? He asked ,”and all the pieces of

clothes? What happened to them?”

Kata “keris”, umpamanya, ditransfer ke dalam bahasa Inggris dengan

menyesuaikan pelafalan dalam bahasa Inggris, yaitu “kris”.

5.1.2.9 Dimodifikasi dengan Bentuk dan Fungsi

Strategi penerjemahan dengan modifikasi bentuk dan fungsi digunakan oleh

penerjemah profesional hanya untuk 1 (1.16%) kata/ungkapan. Kata/ungkapan yang

menggunakan strategi penerjemahan itu dapat dilihat pada lampiran 13.

Contoh:

Balai-balai

34

Page 35: Strategi Penerjemahan Untuk Konsep Yang Tidak Dikenal Dalam Bahasa Penerima

Teks Sumber: “Jadi apa gunanya kita memotong hari ini, bila takkan ada

orang datang membeli?” kata Men Negara dengan cemasnya,

lalu duduk di atas balai-balai di sebelah meja itu.

Teks sasaran: Men Negara looked anxious. “We shouldn’t have killed that

pig,” she mumbled, “not if no one is going to eat here today.”

She sat down on the sleeping platform but once stood up

again.

Balai-balai adalah sejenis bangku yang berbentuk seperti panggung dan

digunakan untuk istirahat atau tidur, sehingga diterjemahkan dengan the sleeping

platform.

5.1.2.10 Strategi Penerjemahan dengan Menggunakan Pola Umum-Khusus

Strategi penerjemahan dengan pola umum-khusus digunakan oleh

penerjemah profesional hanya untuk 2 (2.32%) kata/ungkapan. Kata/ungkapan yang

menggunakan strategi penerjemahan itu dapat dilihat pada lampiran 14.

Contoh:

Pencari beling

Teks Sumber: …mengajakmu mengenang keluarga tukang beca,

gelandangan, stasiun Senen dan pencari beling

Teks sasaran: … inveigling you to remember the families of pedicab drivers,

itinerants, Senen station and used bottle collectors

35

Page 36: Strategi Penerjemahan Untuk Konsep Yang Tidak Dikenal Dalam Bahasa Penerima

Beling mengandung makna yang lebih umum. Beling mencakup botol,

keramik, dan sejenisnya. Penerjemah hanya memilih salah satu cakupan makna

beling, yaitu botol, sehingga padanan untuk pencari beling adalah used bottle

collector.

5.1.3 Proporsi Penggunaan Strategi Penerjemahan

Menangani kata/ungkapan yang tidak dikenal dalam bahasa sasaran, dalam

hal ini dari bahasa Indonesia ke bahasa Inggris memiliki proporsi penggunaan yang

sangat bervariasi. Namun demikian, ada 3 strategi yang paling umum digunakan,

yaitu padanan deskriptif, padanan budaya, dan pola khusus-umum. Strategi

penerjemahan lainnya memiliki bobot kurang dari 10%.

Proporsi penggunaan dari kesebelas strategi tersebut dalam dilihat pada

bagan berikut.

36

Page 37: Strategi Penerjemahan Untuk Konsep Yang Tidak Dikenal Dalam Bahasa Penerima

37

Page 38: Strategi Penerjemahan Untuk Konsep Yang Tidak Dikenal Dalam Bahasa Penerima

5.2 PEMBAHASAN

Pembahasan terhadap temuan-temuan penelitian dibedakan ke dalam 2 hal,

yaitu (1) mengenai kata/ungkapan yang tidak memiliki padanan langsung dalam

bahasa sasaran dalam hal ini dari bahasa Indonesia ke bahasa Inggris dan (2)

mengenai strategi penerjemahan yang digunakan oleh penerjemah profesional dalam

menangani ketidaksepadanan dalam penerjemahan kata/ungkapan Indonesia ke

dalam bahasa Inggris. Kedua hal tersebut dikemukakan sebagai berikut.

5.2.1 Kata/Ungkapan Yang Tidak Memiliki Padanan Langsung Dalam Bahasa Sasaran

Sebagaimana disajikan di depan bahwa kata/ungkapan yang tidak memiliki

padanan langsung dalam bahasa sasaran, dalam hal ini dari bahasa Indonesia ke

bahasa Inggris dikategorikan berdasarkan kategori kebudayaan yang terdiri atas tiga

wujud, yaitu wujud kebudayaan berupa ide-ide, wujud kebudayaan berupa perilaku

atau kebiasaan, dan wujud kebudayaan berupa benda-benda atau produk (artefak).

Untuk melacak kata/ungkapan yang tidak memiliki padanan langsung dalam bahasa

sasaran, Newmark (1988:95) menambahkan unsur ekologi yang meliputi flora dan

fauna.

Temuan penelitian, berdasarkan sumber data yang telah ditentukan,

menunjukkan bahwa kata/ungkapan yang tidak memiliki padanan langsung dalam

bahasa sasaran, dalam hal ini dari bahasa Indonesia ke bahasa Inggris meliputi

keempat kategori yang dikemukakan di atas. Kenyataan itu diyakini karena karya

38

Page 39: Strategi Penerjemahan Untuk Konsep Yang Tidak Dikenal Dalam Bahasa Penerima

yang diteliti meliputi karya sastra (fiksi) yang latarnya adalah kebudayaan dan

ekologi Indonesia.

Kata/ungkapan kebudayaan Indonesia yang tidak dikenal dalam bahasa

Inggris dalam kategori ide dan gagasan meliputi sub kategori sistem religi, sistem

pelapisan sosial, sistem organisasi, kesenian, sapaan, dan pekerjaan/mata

pencaharian. Dari 6 sub kategori itu, tiga di antaranya menempati porsi yang cukup

tinggi yaitu sistem religi, kesenian, dan pekerjaan/mata pencahaian. Hal ini

diperkirakan karena (1) di Indonesia terdapat berbagai macam agama yang dianut

oleh bangsa Indonesia tidak terdapat pada kebudayaan Inggris, seperti agama Hindu,

budha, dan Islam, (2) aneka ragam kesenian rakyat yang tumbuh subur di Indonesia

ikut serta memperkaya khasanah kebudayaan Indonesia sekaligus terhadap kosa

katanya, (3) mata pencaharian masyarakat di desa zaman dahulu yang masih sangat

tradisional dan bergantung kepada alam, seperti tukang panjat, pencari beling, dan

tukang becak sangat khas bagi masyarakat Indonesia.

Kata/ungkapan yang termasuk dalam kategori kebiasaan/aktivitas, yang

meliputi sub kategori upacara, tolong menolong, dan kebiasaan atau tindakan, tidak

banyak menjadi permasalahan dalam kategori ketidaksepadanan. Pada sub-kateori

kategori ini hanya ada 6 kata/ungkapan seperti aben, bekerja rodi, berpupur, gengsot,

dan bersila.

Kata/ungkapan yang termasuk dalam kategori artefak meliputi 4 sub-kategori

yaitu peralatan, makanan/minuman/selingan, pakaian, dan bangunan. Sub-kategori

yang menempati porsi yang paling tinggi adalah peralatan dan pakaian. Padanan kata

seperti guci tuak, lampu minyak tanah, tepak sirih, jimat, keris, belati, sembilu,

39

Page 40: Strategi Penerjemahan Untuk Konsep Yang Tidak Dikenal Dalam Bahasa Penerima

gamelan, getek, badik, becak, senteng, bulang, kain lepas, kebaya, kerudung, ikat

kepala cara buleleng, dan telengkung tidak ditemukan dalam bahasa Inggris. Hal ini

disebabkan karena benda-benda kebudayaan itu sangat khas bagi kebudayaan

Indonesia.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya ketidaksepadanan

disebabkan karena karya sastra dalam hal ini fiksi Indonesia yang menjadi sumber

data penelitian ini sarat dengan ungkapan kebudayaan khas Indonesia. Karya sastra

yang menjadi sumber data menceriterakan tentang berbagai permasalahan kehidupan

di Indonesia. Sukreni Gadis Bali, umpamanya menceriterakan tentang kehidupan

seorang gadis Bali bernama Sukreni yang bernasib kurang beruntung. Mula-mula

diperkosa oleh seorang bangsawan hidung belang yang sekaligus menjabat sebagai

Mantri Polisi. Setelah itu, Sukreni masih terus menemui kepapaan sehingga akhirnya

ia hanya rela menerima nasibnya seperti yang telah ditakdirkan oleh Hyang Widhi

Wasa. Karena latar penceritaannya adalah Bali dan kebudayaan Bali, maka sudah

pasti ungkapan-ungkapan yang digunakan dalam karya fiksi ini adalah ungkapan-

ungkapan khas Bali yang kemungkinan besar tidak dimiliki oleh masyarakat di luar

Bali, khususnya dalam kebudayaan Inggris.

Temuan penelitian yang dikemukakan di depan didukung oleh teori

penerjemahan seperti yang dikemukakan oleh Baker (1992) bahwa masalah umum

yang dijumpai oleh penerjemah dalam menerjemahkan karya sastra adalah adanya

konsep yang sama sekali tidak dikenal dalam kebudayaan bahasa sasaran. Konsep

yang sama sekali tidak dikenal dalam bahasa sasaran merupakan konsep yang

menggambarkan kebudayaan khas masyarakat tertentu. Hal tersebut dperkuat pula

40

Page 41: Strategi Penerjemahan Untuk Konsep Yang Tidak Dikenal Dalam Bahasa Penerima

oleh Newmark (1988) bahwa salah satu hal yang menyebabkan terjadinya

ketidaksepadanan adalah karena teks bahasa sumber mengungkapkan unsur ekologi

yang khas pada daerah tertentu, seperti tergambar dalam data penelitian seperti daun

ketapang, manggis, bengkarung, dan kutu busuk.

5.2.3 Strategi Penerjemahan Yang Digunakan Oleh Penerjemah Profesional Dalam Menerjemahkan Kata/Ungkapan yang Tidak Memiliki Padanan Langsung

Jika konsep yang diterjemahkan merujuk ke sesuatu yang tidak dikenal

dalam bahasa sasaran, maka tugas penerjemah manjadi lebih berat. Penerjemah tidak

hanya harus mencari cara terbaik untuk merujuk ke sesuatu yang sudah merupakan

bagian dari pengalaman pembaca sasaran, tetapi juga harus mencari cara terbaik

untuk mengungkapkan konsep yang sama sekali baru kepada penutur bahasa sasaran,

demikian ungkapan Larson (1984:163).

Berdasarkan analisis data, ada 10 strategi penerjemahan yang digunakan oleh

penerjemah profesional dalam menangani konsep yang tidak dikenal dalam bahasa

sasaran yaitu, padanan deskriptif, padanan budaya, pola khusus-umum, kata serapan

(dengan dan tanpa modifikasi), modifikasi dengan ciri dan bentuk, penerjemahan

harfiah, modifikasi dengan pernyataan fungsi, pentransferan, modifikasi dengan

bentuk dan fungsi, dan pola umum-khusus.

Menentukan strategi terjemahan mana yang digunakan oleh penerjemah

dalam konteks tertentu mempunyai masalah tersendiri. Dalam setiap konteks,

penerjemah dihadapkan pada strategi penerjemahan mana yang paling tepat

41

Page 42: Strategi Penerjemahan Untuk Konsep Yang Tidak Dikenal Dalam Bahasa Penerima

digunakan untuk konsep tertentu. Dalam menerjemahkan konsep yang tidak dikenal

dari bahasa Indonesia ke bahasa Inggris, penerjemah menggunakan 3 strategi utama,

yaitu (1) padanan deskriptif (36.04%), (2) padanan budaya (19.76%), dan (3) pola

khusus-umum (11.62%).

Ungkapan “tukang panjat kelapa” umpamanya, yang dianggap tidak

memiliki padanan langsung dalam bahasa Inggris diterjemahkan dengan “the men

who climbed the trees”. Terjemahan “the men who climbed the trees” merupakan

deskripsi mengenai “tukang panjat kelapa”. Dalam hal ini penerjemah berusaha

mengungkap makna ungkapan “tukang panjat kelapa” dengan sebuah penjelasan.

Dalam ungkapan yang sama, penerjemah menerjemahkan “kelapa” dengan ungkapan

generik, yaitu “trees”. Mungkin dalam pikiran penerjemah, tukang panjat kelapa,

pekerjaannya bukan hanya memanjat kelapa, tetapi juga buah-buahan lain, seperti

cempedak, atau pinang, langsat, dan pohon-pohon buah-buahan, sehingga ungkapan

“kelapa” diterjemahkan dengan “trees”. Dalam contoh lain ungkapan “pelebuan”

diterjemahakan dengan “the royal cremation ceremony”.

Dari dua contoh di atas, dapat dijelaskan bahwa dalam menemukan padanan

bagi konsep yang tidak dikenal, penerjemah berusaha menemukan komponen makna

bahasa sumber. Setelah itu penerjemah menggunakan kata generik dan modifikasi

deskriptif.

Strategi “padanan budaya” digunakan oleh penerjemah profesional dalam

porsi yang cukup tinggi untuk menangani kata/ungkapan yang tidak dikenal dari

bahasa Indonesia ke bahasa Inggris. Dari 86 kata yang teridentifikasi tidak memiliki

padanan langsung dalam bahasa Inggris, penerjemah menggunakan pola tersebut

42

Page 43: Strategi Penerjemahan Untuk Konsep Yang Tidak Dikenal Dalam Bahasa Penerima

terhadap 17 (19.76%) kata/ungkapan. Contoh ungkapan “ satpam”, yaitu satuan

pengaman dalam budaya Indonesia diterjemahkan dengan “security guard”,

ungkapan “tungku” diterjemahkan dengan “camp fires”. Dalam budaya Indonesia,

satpam adalah singkatan dari Satuan Pengaman (One who keeps guard). Dalam

bahasa Inggris ungkapan Security Guard digunakan karena pembaca orang Inggris

lebih mengenal ungkapan security guard untuk kungkapan satuan pengaman..

“Tungku” adalah salah satu sarana dapur berupa batu atau terbuat dari tanah liat

yang digunakan sebagai penyanggah periuk atau kuali untuk memasak. Berbeda

dengan makna campfire (unggun) yang biasanya digunakan oleh anggota pramuka

menyalakan di perkehaman. Penggunaan ungkapan “campfire” adalah usaha

penerjemah untuk memberikan pemahaman kepada pembaca karena “campfire”

sudah tidak asing lagi bagi pembaca penutur bahasa Inggris.

Strategi dengan padanan budaya yang oleh Larson memiliki kekurangan

karena bisa mengakibatkan penyimpangan makna tertentu. Namun, padanan

kebudayaan juga memiliki kelebihan karena dapat membangun padanan dinamis.

Dalam menangani konsep yang tidak dikenal dalam bahasa sasaran,

penerjemah menggunakan pola khusus-umum pada 10 (11.62%) ungkapan.

Penggunaan pola khusus-umum diberlakukan pada ungkapan seperti belati, sembilu,

daun ketapang, wonosari, lampu sentir, sanggul, kebaya, gayam, bengkarung, dan

kerudung. Strategi ini merupakan strategi yang paling umum digunakan oleh

penerjemah profesional, yang oleh Baker (1992:26) disebutkan sebagai

penerjemahan dengan penggunaan kata yang lebih umum (superordinat). Salah satu

43

Page 44: Strategi Penerjemahan Untuk Konsep Yang Tidak Dikenal Dalam Bahasa Penerima

strategi umum ini digunakan untuk menangani berbagai jenis ketidaksepadanan,

khususnya pada bidang makna proposisional.

Selain dari tiga strategi umum yang digunakan oleh penerjemah profesional

dalam penelitian ini yang disebutkan didepan, penerjemah, dalam penelitian ini, juga

menggunakan strategi kata serapan tanpa dan dengan modifikasi, modifikasi dengan

ciri dan bentuk, transposisi, modifikasi dengan pernyataan fungsi, pentransferan,

modifikasi dengan bentuk dan fungsi, dan pola umum-khusus.

Strategi dengan kata serapan tanpa modifikasi digunakan oleh penerjemah

profesional dalam penelitian ini pada ungkapan seperti manggis, sapta gangga, jaba,

wesia, sateria, sengguhu, gamelan, dan dangdut. Strategi ini dipilih oleh penerjemah

profesional untuk menangani ungkapan yang menyatakan benda seni, konsep

mengenai kepercayaan/keyakinan, dan istilah lingkungan yang khas pada

kebudayaan tertentu.

Strategi dengan kata serapan disertai modifikasi dipilih oleh penerjemah

untuk menangani ungkapan seperti wolon dan batara sri. Ungkapan wolon

diterjemahkan dengan wolon, the resting period, ungakapan batara sri

diterjemahkan dengan lady sri the goddess of rice. Penerjemah menggunakan istilah

generik, kemudian menambahkan penjelasan dengan deskripsi mengenai kata

generik tersebut.

Strategi penerjemahan dengan modifikasi ciri dan bentuk dipilih oleh

penerjemah untuk menangani ungkapan seperti kapur sirih, lumbung, ikat kepala

cara buleleng, dan sundari. Ungkapan kapur sirih diterjemahkan dengan a wad of

betel, ungkapan lumbung diterjemahkan dengan the raised rice barn, ungkapan ikat

44

Page 45: Strategi Penerjemahan Untuk Konsep Yang Tidak Dikenal Dalam Bahasa Penerima

kepala cara buleleng diterjemahkan dengan a head cloth. Dalam penelitian ini

penerjemah menggunakan modifikasi ciri dan bentuk. Terjemahan the raised rice

barn menunjukkan tempat untuk menyimpan padi yang masih disertai dengan

tangkai yang biasanya diikat dalam jumlah tertentu, lalu ditempatkan di lumbung

dengan cara bersusun. Inilah yang dimaksudkan oleh penerjemah dengan raised rice.

Penerjemahan kata/ungkapan yang menggunakan strategi transposisi

digunakan oleh penerjemah untuk menangani kata/ungkapan seperti tepak sirih,

kerama desa, sabung ayam, dan kuda lumping. Menurut Newmark (1988:85),

penggunaan transposisi disarankan oleh Vinay dan Darbeltnet yaitu prosedur

penerjemahan yang melibatkan perubahan posisi kata sifat. Dalam penelitian ini

ungkapan kerama desa diterjemahkan dengan village elder dimana kerama sebagai

orang yang dituakan di desa dan desa merupakan keterangan bagi kerama. Dalam

terjemahan village elder, kata elder dan village berubah posisinya mengikuti urutan

kata pemodifikasi dan yang dimodifikasi.

Strategi penerjemahan modifikasi dengan pernyataan fungsi dipilih oleh

penerjemah untuk menerjemahkan guci tuak, kain kafan, bulang, dan senteng.

Keempat ungkapan itu masing-masing dengan jars of coconut wine, funeral/burial

clothe, breast clothe, waist cloth. Ungkapan guci tuak adalah sebuah bejana untuk

menyimpan arak. Penerjemah menggunakan ungkapan deskripsi fungsi bejana

tersebut untuk menyatakan makna guci tuak kepada pembaca.

Di samping strategi yang disebutkan di depan, penerjemah juga

menggunakan strategi pentransferan untuk menerjemahkan ungkapan keris, mantera,

dan rotan. Untuk menyampaikan makna kata-kata tersebut, penerjemah

45

Page 46: Strategi Penerjemahan Untuk Konsep Yang Tidak Dikenal Dalam Bahasa Penerima

mengkonversinya dengan menggunakan ejaan yang berbeda seperti keris menjadi

kris, mantera menjadi mantra, dan rotan menjadi rattan.

Strategi lain yang dipilih oleh penerjemah untuk menangani kata/ungkapan

khas kebudayaan Indonesia adalah modifikasi dengan bentuk dan fungsi. Kata balai-

balai diterjemahkan dengan the sleeping flatform karena balai-balai digunakan untuk

tidur-tiduran atau istirahat yang bentuknya seperti bangku yang permukaannya rata

dan selebar dengan tempat tidur, terbuat dari papan atau bambu.

Dalam penelitian ini ditemukan 10 jenis strategi yang digunakan oleh

penerjemah dalam menangani kata/ungkapan yang tidak memiliki padanan langsung

dalam bahasa sasaran. Namun, ada 1 strategi yang belum dipernah disebutkan dalam

penelitian-penelitian terdahulu, yaitu strategi penerjemahan dengan “pola umum-

khusus”. Sejauh ini strategi yang paling umum digunakan oleh penerjemah adalah

strategi dengan pola “khusus-umum” seperti “daun ketapang” diterjemahkan dengan

“leaves” dan “belati” diterjemahkan dengan “knife”. Namun, dalam penelitian ini

pola umum-khusus juga ditemukan seperti tergambar dalam penerjemahan berikut.

Teks Sumber: …mengajakmu mengenang keluarga tukang beca,

gelandangan, stasiun Senen dan pencari beling.

Teks sasaran: … inveigling you to remember the families of pedicab drivers,

itinerants, Senen station and used bottle collectors

Beling mengandung makna yang lebih umum. Beling mencakup botol,

keramik, dan sejenisnya. Penerjemah hanya memilih salah satu cakupan makna

beling, yaitu botol, sehingga padanan untuk pencari beling adalah used bottle

collector. Penerjemah mungkin berpikir bahwa para pencari beling pada dasarnya

46

Page 47: Strategi Penerjemahan Untuk Konsep Yang Tidak Dikenal Dalam Bahasa Penerima

hanya mengumpulkan botol-botol bekas yang berserakan di tempat sampah. Botol-

botol bekas itu dikumpulkan untuk dijual kembali ke pabrik-pabrik minuman yang

menggunakan botol sebagai kemasannya.

Cara menemukan padanan untuk kata/ungkapan yang tidak dikenal dalam

bahasa sasaran pada dasarnya amat bergantung pada konteks. Penerjemah harus

memikirkan kemungkinan alternatif strategi untuk menentukan strategi yang paling

tepat untuk konsep tertentu.

47

Page 48: Strategi Penerjemahan Untuk Konsep Yang Tidak Dikenal Dalam Bahasa Penerima

VI. Simpulan dan Saran

6.1 Simpulan

a. Dalam menangani kata/ungkapan yang tidak memiliki padanan langsung dalam

bahasa sasaran (dari bahasa Indonesia ke bahasa Inggris), penerjemah

profesional menggunakan strategi a) padanan deskriptif, b) padanan budaya, c)

pola khusus-umum, d) serapan, e) modifikasi dengan ciri dan bentuk, f)

transposisi, g) modifikasi dengan pernyataan fungsi, h) pentransferan, i)

modifikasi dengan bentuk dan fungsi, dan j) pola umum-khusus.

b. Untuk memilih strategi yang paling tepat untuk menemukan padanan

kata/ungkapan yang tidak dikenal dalam bahasa sasaran, penerjemah tidak

terlepas dari konteks. Konteks merupakan pertimbangan utama dalam memilih

strategi yang tepat. Namun, tujuan utama penerjemah adalah bagaimana makna

dalam bahasa sumber dapat disampaikan kepada pembaca bahasa sasaran tanpa

mengenyampingkan perinsip kejelasan dan kewajaran.

6.2 Saran

Penelitian ini belum mengungkapkan secara rinci mengenai apa saja

pertimbangan penerjemah atau dalam konteks apa saja yang menjadi bahan

48

Page 49: Strategi Penerjemahan Untuk Konsep Yang Tidak Dikenal Dalam Bahasa Penerima

pertimbangan bagi penerjemah dalam memilih strategi untuk kata/ungkapan tertentu.

Karena itu diperlukan penelitian lanjutan mengenai hal tersebut.

49

Page 50: Strategi Penerjemahan Untuk Konsep Yang Tidak Dikenal Dalam Bahasa Penerima

DAFTAR PUSTAKA

Baker, Mona (Ed.) 1998. Routlegde Encyclopedia of Translation Studies. London: TJ International Ltd.

Baker, Mona. 1992. In Other Words. New York: Routledge.

Bell, Roger T. 1991. Translation and Translating: Theory and Practice. England: Longman Group UK Ltd.

Budick, Sanford and Wolfgang Iser. 1996.The Translatability of Cultures. USA: Stanford University Press.

Duff, Alan. 1981. The Third Language: Recurrent Problems of Translation into English. England: Pergamon Press.

Hatim, Basil. 2001.Teaching and Researching Translation. London: Pearson Education Ltd.

Larson, Mildred. 1984. Meaning-Based Translation. A Guide to Cross Language Equivalence. Lanham. University Press of America.

Newmark, Peter. 1988. A Textbook of Translation. Hertfordshire: Prentice Hall International Ltd.

Newmark, Peter. 1981. Approaches to Translation. England: Pegamon Press.

Said, Mashadi. 1984. Sociocultural Problems in the Translation of Indonesian Poems into English: A Case Study on “On Foreign Shores”, Unpublished Master’s Thesis. Fakultas Pascasarjana IKIP Malang.

50

Page 51: Strategi Penerjemahan Untuk Konsep Yang Tidak Dikenal Dalam Bahasa Penerima

LAMPIRAN 1: Kata/Ungkapan Yang Tidak Dikenal Dalam Bahasa Sasaran

dalam Kategori Budaya (Ide dan Gagasan)

Sistem Religi

Sistem Pelapisan Sosial

Sistem Organisasi

KesenianSapaan

Pekerjaan/Mata Pencaharian

tawakal

toya tirta

saptagangga

batara sri

dewa

mantera

palasik

ilmu pelintuh

widi

wesia

sateria

jaba

sengguhu

orang jaba.

arisan bapak po-

cung

dandanggula

megatruh

blues

dangdut

kuda lum-

ping

sabung ayam

megatruh

junjungan

emak

laki

tukang becak

kernet

peronda

ustad

pencari beling

kerama desa

punggawa

tukang panjat

kaki tangan

punggawa kota

satpam

juru tulis

51

Page 52: Strategi Penerjemahan Untuk Konsep Yang Tidak Dikenal Dalam Bahasa Penerima

LAMPIRAN 2: Kata/Ungkapan Yang Tidak Dikenal Dalam Bahasa Sasaran

dalam Kategori Budaya (Kebiasaan/Aktivitas)

Upacara Tolong Menolong Antar

Warga

Kebiasaan/Tindakan

aben palebuhan bekerja rodi berpupur

gengsot

bersila

52

Page 53: Strategi Penerjemahan Untuk Konsep Yang Tidak Dikenal Dalam Bahasa Penerima

LAMPIRAN 3: Kata/Ungkapan Yang Tidak Dikenal Dalam Bahasa Sasaran dalam Kategori Budaya (Artefak)

Peralatan Makanan/Minuman/Selingan

Pakaian Bangunan

guci tuak

lampu minyak tanah

tepak sirih

jimat

keris

belati

sembilu

tungku

lampu sentir

sanggul

gamelan

getek

badik

becak

pusaka

kerupuk

bayuan

arak

rokok kretek

kapur sirih

senteng

bulang

kain lepas

kebaya

kerudung

kain kafan

ikat kepala ca-

ra buleleng

telengkung

balai-balai

lumbung

kedai

53

Page 54: Strategi Penerjemahan Untuk Konsep Yang Tidak Dikenal Dalam Bahasa Penerima

LAMPIRAN 4 : Kata/Ungkapan Yang Tidak Dikenal Dalam Bahasa Sasaran dalam Kategori Budaya (Lingkungan/Ekologi)

Tumbuhan Hewan Lingkungan/Tempat

Keadaan/Sifat Alam

daun ketapang

manggis

gayam

kangkung

toge

rotan

bengkarung

kutu busuk

Wonosari Sundari

54

Page 55: Strategi Penerjemahan Untuk Konsep Yang Tidak Dikenal Dalam Bahasa Penerima

LAMPIRAN 5: Strategi Penerjemahan (Strategi Penerjemahan Dengan Menggunakan Padanan Deskriptif)

Bahasa Sumber Bahasa Sasaran Bahasa Sumber Bahasa Sasaran

5. tukang panjat

6. bayuan

7. pelebuan

8. kernet

9. bersila

10. megatruh

11. bapak pocung

12. dandanggula

13. bekerja rodi

14. lampu minyak

tanah

15. panakawan

16. juru tulis

17. kaki tangan

18. ilmu pelintuh

19. telengkung

20. tawakal

the men who climbed the

trees

wine from last night

royal cremation

ceremony

driver’s assistant

cross legged/sit in lotus

position

traditional javanese blues

ancient verses

ancient song

collective task

ancient kerosene lamp

pack of clown

one who works in office

faithful servant

type of witching power

girl’s prayer robes

prepared to follow will of

God

21. toya tirta

22. orang jaba

23. rokok kretek

24. kerupuk

25. balai lumbung

26. berpupur

27. toge

28. ustad

29. palasik

30. tukang becak

31. gengsot

32. pusaka

33. arak

34. punggawa

kota

35. kutu busuk

holy water

Outer commoner caste

clove cigarette

shrimp crackers

storeroom floor

thick with face powder

bean sprout

prayer teacher

the devil worshipper

pedicab driver

chug a legs

goods and heirlooms

rice beer

town authorities

rotten parasite

55

Page 56: Strategi Penerjemahan Untuk Konsep Yang Tidak Dikenal Dalam Bahasa Penerima

LAMPIRAN 6: Strategi Penerjemahan (Strategi Penerjemahan dengan Menggunakan Padanan Budaya)

Bahasa Sumber

Bahasa Sasaran

Bahasa Sumber Bahasa Sasaran

1. satpam

2. aben

3. tungku

4. getek

5. becak

6. junjungan

7. kangkung

8. jimat

9. dewa

Security guard

Cremation

Campfires

The raft

Pedicab

Husband

spinach

amulets

god

10. samadi pasifik

11. peronda

12. arisan

13. kanda

14. peronda

15. punggawa

16. penggawa kota

17. kedai

the pacific ocean

patrolman

playing cards

dearest

patrolman

officer

town authorities

food stall

56

Page 57: Strategi Penerjemahan Untuk Konsep Yang Tidak Dikenal Dalam Bahasa Penerima

LAMPIRAN 7: Strategi Penerjemahan (Strategi Penerjemahan dengan Menggunakan Pola Khusus-Umum)

Bahasa Sumber

Bahasa sasaran

Bahasa Sumber

Bahasa sasaran

1. belati

2. sembilu

3. daun ketapang

4. wonosari

5. lampu sentir

knife

knife

leaves

indonesia

lamp

6. sanggul

7. kebaya

8. gayam

9. bengkarung

10. kerudung

hair

blouse

fruit

lizard

cover

57

Page 58: Strategi Penerjemahan Untuk Konsep Yang Tidak Dikenal Dalam Bahasa Penerima

LAMPIRAN 8: Strategi Penerjemahan (Strategi Penerjemahan Dengan Menggunakan Kata Serapan)

8a: Kata Serapan Dengan Modifikasi

Bahasa Sumber

Bahasa Sasaran

1. wolon

2. batara sri

Wolon, the resting period

lady sri, the goddess of rice

8b: Kata Serapan Tanpa Modifikasi

Bahasa Sumber Bahasa Sasaran

Bahasa Sumber

Bahasa Sasaran

1. manggis

2. saptagangga

3. jaba

4. wesia

manggis

saptagangga

jaba

wesia

5. sateria

6. sengguhu

7. gamelan

8. dangdut

sateria

sengguhu

gamelan

dangdut

58

Page 59: Strategi Penerjemahan Untuk Konsep Yang Tidak Dikenal Dalam Bahasa Penerima

LAMPIRAN 9: Strategi Penerjemahan (Dimodifikasi Dengan Ciri dan Bentuk)

Bahasa Sumber Bahasa Sasaran

kapur sirih

2. lumbung

3. ikat kepala cara buleleng

4. sundari

a wad of betel

the raised rice barn

a head cloth

a magic of bamboo singing

59

Page 60: Strategi Penerjemahan Untuk Konsep Yang Tidak Dikenal Dalam Bahasa Penerima

LAMPIRAN 10: Strategi Penerjemahan (Transposisi)

Bahasa Sumber Bahasa Sasaran

1. tepak sirih

2. kerama desa

3. sabung ayam

4. kuda lumping

betel box

village elder

cockfight

straw horse

60

Page 61: Strategi Penerjemahan Untuk Konsep Yang Tidak Dikenal Dalam Bahasa Penerima

LAMPIRAN 11: Strategi Penerjemahan (Dimodifikasi dengan Pernyataan

Fungsi)

Bahasa Sumber Bahasa Sasaran

1. guci tuak

2. kain kafan

3. bulang

4. senteng

jars of coconut wine

funeral/burial clothe

breast clothe

waist cloth

61

Page 62: Strategi Penerjemahan Untuk Konsep Yang Tidak Dikenal Dalam Bahasa Penerima

LAMPIRAN 12: Strategi Penerjemahan (Pentransferan)

Bahasa Sumber Bahasa Sasaran

1. keris

2. mantera

3. rotan

kris

mantra

rattan

62

Page 63: Strategi Penerjemahan Untuk Konsep Yang Tidak Dikenal Dalam Bahasa Penerima

LAMPIRAN 13: Strategi Penerjemahan (Dimodifikasi Dengan Bentuk dan

fungsi)

Bahasa Sumber Bahasa Sasaran

balai-balai the sleeping platform

LAMPIRAN 14: Strategi Penerjemahan (Pola Umum-Khusus)

Bahasa Sumber Bahasa Sasaran

1. (pencari) beling

2. kain lepas

bottle (collector)

sarong

63

Page 64: Strategi Penerjemahan Untuk Konsep Yang Tidak Dikenal Dalam Bahasa Penerima

64

Page 65: Strategi Penerjemahan Untuk Konsep Yang Tidak Dikenal Dalam Bahasa Penerima

65