strategi pemulihan degradasi lahan kab. jember

Upload: rokhmatullah-hadi-witono

Post on 18-Jul-2015

328 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

GERAKAN PEMULIHAN KESUBURAN LAHAN PERTANIANDI KABUPATEN JEMBER4/2/2012

DINAS PERTANIAN KABUPATEN JEMBER

I.

PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan bagian dari ekosistem tropika basah yang tergolong sangat rentan terhadap degradasi jika pengelolaannya tidak tepat. Ekosistem tropika basah meliputi areal sekitar 1,5 milyar hektar lahan dengan populasi manusia sekitar 2 milyar, yang tersebar dalam 60 negara. Dua pupuh lima persen areal tersebut terdapat di Asia. Tanah-tanah lahan kering tropika basah merupakan tanah yang rentan terhadap degradasi, selain disebabkan faktor alami juga akibat campur tangan manusia (Pujianto, 2001). Umumnya faktor-faktor penyebab degradasi tersebut baik secara alami maupun campur tangan manusia menimbulkan kerusakan dan menurunnya produktivitas tanah. Potensi wilayah Kabupaten Jember sebagian besar merupakan lahan pertanian, yang digunakan untuk lahan sawah, lahan bukan sawah untuk pertanian (tegal, ladang, perkebunan, tambak, kolam, padang pengembalaan) dan pemanfaatan lahan bukan pertanian (rumah, bangunan, hutan negara) yang terinci pada gambar berikut : Gambar 1 : Penggunaan Lahan di Kabupaten Jember Tahun 2010

Penggunaan Lahan Tahun 201023%38% Lahan Sawah

Lahan Bukan Sawah Untuk Pertanian39% Lahan Bukan Pertanian

Pengelolaan lahan dan air/Diperta/Jember

Page 2

Degradasi tanah pada umumnya disebabkan karena 2 hal yaitu faktor alami dan akibat faktor campur tangan manusia. Degradasi tanah dan lingkungan, baik oleh ulah manusia maupun karena ganguan alam, semakin lama semakin meningkat. Lahan subur untuk pertanian banyak beralih fungsi menjadi lahan non pertanian. Sebagai akibatnya kegiatankegiatan budidaya pertanian bergeser ke lahan-lahan kritis yang memerlukan infut tinggi dan mahal untuk menghasilkan produk pangan yang berkualitas (Mahfuz, 2003). Menurut Firmansyah (2003) faktor alami penyebab degradasi tanah antara lain: areal berlereng curam, tanah yang muda rusak, curah hujan intensif, dan lain-lain. Faktor degradasi tanah akibat campur tangan manusia baik langsung maupun tidak langsung lebih mendominasi dibandingkan faktor alami, antar lain: perubahan populasi, marjinalisasi penduduk, kemiskinan penduduk, masalah kepemilikan lahan, ketidakstabilan politik dan kesalahan pengelolaan, kondisi sosial dan ekonomi, masalah kesehatan, dan

pengembangan pertanian yang tidak tepat. Lima faktor penyebab degradasi tanah akibat campur tangan manusia secara langsung, yaitu : deforestasi, overgrazing, aktivitas pertanian, ekploitasi berlebihan, serta aktivitas industri dan bioindustri. Sedangkan faktor penyebab tanah terdegradasi dan rendahnya produktivitas, antara lain : deforestasi, mekanisme dalam usaha tani, kebakaran, penggunaan bahan kimia pertanian, dan penanaman secara monokultur (Lal, 2000). Faktorfaktor tersebut di Indonesia pada umumnya terjadi secara simultan, sebab deforestasi umumnya adalah langkah permulaan degradasi lahan, dan umumnya tergantung dari aktivitas berikutnya apakah ditolerenkan, digunakan ladang atau perkebunan maka akan terjadi pembakaran akibat campur tangan manusia yang tidak terkendali (Firmansyah, 2003). Pemanfaatan lahan yang ada dikabupaten jember sesuai dengan gambar diatas menunjukkan 77 % digunakan untuk aktivitas pertanian, selain memberikan nilai tambah secara ekonomi kepada masyarakat aktivitas pertanian juga mengakibatkan degradasi kesuburan lahan.

Pengelolaan lahan dan air/Diperta/Jember

Page 3

Distribusi lahan sawah irigasi di Kabupaten Jember berdasarkan Indeks Pertanaman adalah sebagai berikut : Gambar 2 : Penggunaan Lahan Sawah Tahun 2010

0%

PENGGUNAAN LAHAN SAWAH TAHUN 201019% 4% 30% A. PENGAIRAN SAWAH DITANAMI 3 KALI

B. PENGAIRAN SAWAH DITANAMI PADI 2 KALI47% C. PENGAIRAN SAWAH DITANAMI PADI 1 KALI Tidak ditanami Padi

Perkembangan lahan sawah di Kabupaten Jember pada Tahun 2010 sebesar 85.060 Ha, dengan lahan sawah yang sebagian besar dapat ditanami padi 2 3 kali sebesar 77 % maka laju degradasi lahan lebih cepat daripada lahan yang ditanami padi 1 (satu) kali, hal ini dikarenakan : 1. Hilangnnya massa tanah akibat pengolahan tanah sebelum tanam. 2. Rusaknya teksur dan struktur tanah karena kegiatan pengolahan tanah. 3. Hilanggnya unsur hara dan bahan organik tanah karena sebagian produk pertanian tidak dikembalikan ke lahan. 4. Berkurangnnya perkolasi tanah karena pada kegiatan budidaya padi menghasilkan lapisan tapak bajak yang kedap air. 5. Berkurangnnya KTK tanah, mikrobiologi tanah. Kegiatan pertanian yang selama ini diusakan petani terutama di Kabupaten Jember lebih diutamakan mengejar target produktivitas tanaman sehingga dibutuhkan input dari luar yang tinggi, penggunaan lahan yang lebih intensif, penggunaan varietas unggul yang respon tinggi terhadap pemupukan, rentan OPT., penggunaan senyawa kimia lain yang berbahaya.

Pengelolaan lahan dan air/Diperta/Jember

Page 4

Tanah yang mengalami kerusakan baik kerusakan karena sifat fisik, kimia dan maupun biologi memiliki pengaruh terhadap penurunan produksi padi mencapai sekitar 22% pada lahan semi kitis, 32 % pada lahan kritis, dan diperkirakan sekitar 38% pada lahan sangat kritis. Sedangkan untuk kacang tanah mengalami penurunan sekitar 9%, 46%, 58% masingmasing pada tanah semi kritis, kritis dan tanah yang sangat kritis. Sifat tanah yang berkorelasi nyata terhadap produksi padi adalah kedalaman solum, kandungan bahan organik (Sudirman dan Vadari, 2000). Produksi pertanian mengakibatkan unsur hara terambil dari tanah sehingga perlu dikembalikan lagi ke lahan, besarnya unsur hara yang terangkut saat panen pada beberapa varietas unggul seperti tersaji pada tabel berikut :

Tabel Rata-rata hara terangkut panen pada padi varietas unggul Unsur Hara N P K Ca Mg S Zn Si Fe Mn Cu B Total Hara Terangkut Panen (kg hara/ton bahan) Gabah Jerami Gabah + Jerami 10.5 7.0 17.5 2.0 1.0 3.0 2.5 14.5 17.0 0.5 3.5 4.0 1.5 2.0 3.5 1.0 0.8 1.8 0.02 0.03 0.05 15.0 65.0 80.0 0.20 0.30 0.50 0.05 0.45 0.50 0.09 0.003 0.012 0.005 0.010 0.015 41.68

C (%) Sumber: Puslitanak (2005)

Untuk memperbaiki degradasi lahan pertanian secara teknis dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain : 1. Mengembalikan biomassa yang diambil dari lahan setelah pemanenan. 2. Menambahkan kompos bahan organik dan unsur hara yang berimbang.

Pengelolaan lahan dan air/Diperta/Jember

Page 5

3. Melaksanakan rotasi tanaman. 4. Melakukan pengolahan tanah tidak sempurna dan mengubah-ubah kedalamanpengolahan tanah.

5. Menanam tanaman berakar dalam sebagai tanaman strip atau pagar (strip croppingatau alley cropping).

6. Menerapkan teknik mulsa vertikal dan pembuatan biopori. Pemberian kompos bahan organik dan pupuk kandang sudah seharusnya dilakukan untuk memperbaiki kesuburan lahan pertanian di Kabupaten Jember, dengan meletakkan petani sebagai pelaku utamnya dan pemerintah sebagai fasilitator, dinamisator. Kompos bahan organik sebagai alternatif solusi dapat memberikan kontribusi yang cukup besar karena jumlah jerami yang dihasilkan dari lahan dan jumlah ternak yang besar. Adapun kandungan unsur hara yang terdapat dalam beberapa pupuk kandang sebagai berikut :Tabel : Kandungan Hara Beberapa Pupuk Kandang Pupuk Kandang N P K Ca Sapi Perah 0.53 0.35 0.41 0.28 Sapi Daging Kuda Unggas Domba Sumber: Tan (1993) Tabel : Kandungan Air, Hara dan Ratio C/N Beberapa Pupuk Kandang Pupuk Kandang Kandungan Sapi Kambing Kadar air (%) 34.15 55.83 N-total (%) 0.26 0.73 P (%) 0.07 0.56 K (%) 0.19 0.47 0.65 0.70 1.50 1.28 0.15 0.10 0.77 0.19 0.30 0.58 0.89 0.93 0.12 0.79 0.30 0.59

Mg 0.11 0.10 0.14 0.88 0.19

S 0.05 0.09 0.07 0.00 0.09

Fe 0.004 0.004 0.010 0.100 0.020

Ayam 4.87 0.53 1.56 0.10

Pengelolaan lahan dan air/Diperta/Jember

Page 6

Ca (%) 0.14 Mg (%) 0.10 Na (%) 0.05 Fe (%) 43.75 Mn (%) 130.00 Cu (%) 38.00 Zn (%) 137.00 C-organik 9.46 (%) C/N 36.00 Sumber: Abdurrachman et al, (2000)

1.85 0.40 0.03 17.62 378.00 135.00 208.00 12.46 17.00

6.09 0.28 0.05 18.26 450.00 56.00 295.00 10.98 21.00

1.2.

TUJUAN

Tujuan dari Gerakan Pemulihan Kesuburan Lahan Pertanian di Kabupaten Jember adalah : 1. Memperbaiki kesuburan lahan pertanian sampai pada tingkat ideal

untuk pertumbuhan tanaman (45 % mineral, 5 % bahan organik, 20 30 % air, 20 30 % udara) terutama pada lahan sawah seluas 85.060 Ha. 2. Meningkatkan produktivitas lahan dan tanaman secara berkelanjutan. 3. Menghasilkan produk pertanian yang sehat dan aman untuk kesehatan dan lingkungan hidup. 4. Mendinamisasi kelembagaan dan ekonomi petani.

1.3.

SASARAN

Sasaran dari Gerakan Pemulihan Kesuburan Lahan Pertanian di Kabupaten Jember adalah : 1. Lahan sawah di Kabupaten Jember seluas 85.060 Ha dan lahan pertanian non irigasi.

Pengelolaan lahan dan air/Diperta/Jember

Page 7

2. Kelembagaan petani yang terdiri dari kelompok tani, Gapoktan, KTNA, HIPPA, GHIPPA/IHIPPA, PPHA. 3. Kelembagaan penyedia sarana produksi pertanian. 4. Lembaga pemerintah yang berhubungan dengan bidang pertanian mulai dari on farm sampai dengan off farm.

II.

PERMASALAHAN Permasalahan yang dihadapi dalam pemanfaatan bahan organik sebagai upaya memulihkan kesuburan lahan sawah di Kabupaten Jember adalah : 1. Petani masih belum mengetahui bahwa lahan sawah mengalami degradasi kesuburan akibat kegiatan pertanian yang semakin intensif. 2. Petani masih belum mengetahui bahwa staknasi produktivitas lahan sawah diakibatkan oleh pengambilan biomasa tanah akibat proses produksi pertanian. 3. Petani masih belum mengetahui manfaat bahan organik bagi tanah, tanaman, dan pengaruhnya terhadap hama dan penyakit. 4. Pola pikir petani telah mengalami pergeseran dari cara budidaya melalui pendekatan proses ke arah pendekatan yang lebih instan. 5. Belum optimalnya kinerja penyuluhan pertanian sehingga fungsi utama penyuluhan untuk merubah pola pikir petani kurang berhasil. 6. Perhatian dalam upaya peningkatkan produktivitas dan produksi padi lebih menekankan pada perbaikan penerapan teknologi produksi dan kurang memperhatikan penyelesaian degradasi sumber daya lahan.

Pengelolaan lahan dan air/Diperta/Jember

Page 8

7. Belum adanya regulasi di tingkat kabupaten yang mengatur pengelolaan sumber daya lahan pertanian. 8. Belum sinerginya fungsi fungsi kelembagaan pertanian meliputi kelembagaan petani, kelembagaan penyedia (produsen dan penjual) sarana pertanian, kelembagaan pengolahan dan pemasaran hasil pertanian, kelembagaan pemerintah disektor pertanian atau yang berhubungan dengan sektor pertanian, kelembagaan penelitian dan perguruan tinggi.

III.

STRATEGI DAN KEBIJAKAN 3.1. Strategi

Diperlukan rancang bangun strategi pemulihan kesuburan lahan sawah yang koprehensif dan sistimatis sehingga seluruh komponen/kelembagaan pertanian bergerak untuk melaksanakan pemanfaatan bahan organik untuk peningkatan produktivitas pertanian. Ada 3 pilar dalam strategi penggunaan bahan organik untuk pemulihan kesuburan lahan, yaitu : 1. 2. 3. 4. Membangun sistem pegelolaan lahan pertanian. Penguatan dan sinergisasi kelembagaan pertanian. Insentif dan disinsentif bagi petani/kelembagaan petani. Monitoring dan evaluasi.

Pengelolaan lahan dan air/Diperta/Jember

Page 9

3.1.1.

Membangunan sistem pengelolaan lahan pertanian Kondisi lahan pertanian kita yang sakit yang diakibatkan oleh penurunan atau degradasi kesuburan tanah memerlukan rancang bangun sistem pengelolaan lahan yang berbasis pada petani/kelompok tani sebagai pelaku utama. Sistem pengelolaan lahan pertanian terdiri dari beberapa sub sistem : 1. Infrastruktur lahan pertanian. Untuk mendukung produktivitas lahan pertanian yang tangguh diperlukan pembangunan, operasional, pemeliharaan dan rehabilitasi lahan dengan cara yang baik dan bekelanjutan. Infrastruktur pertanian kita telah dibangun dan dieksploitasi sejak lama, sehingga menyebabkan kerusakan atau degradasi kesuburan lahan (kuantitas dan kualitas) yang meluputi : a. Penurunan kandungan bahan organik tanah, unsur hara, dan lengas tanah. b. Kerusakan sifat fisik, biologi dan kimia tanah. c. Penurunan luas lahan pertanian karena alih fungsi lahan. Dengan telah terbangun dan tersedianya infrastruktur lahan pertanian maka yang mempunyai kewenangan dan kewajiban dalam mengelola adalah petani dengan difasilitasi dan dampingi oleh pemerintah.

Pengelolaan lahan dan air/Diperta/Jember

Page 10

2.

Manajemen Pengelolaan Lahan Pertanian. Manajemen atau tata kelola yang baik dan benar pengelolaan lahan pertanian perlu dirumuskan bersama oleh semua stakeholder pertanian terutama bersama petani, karena merupakan pelaku utama pengelolaan lahan pertanian. Manajemen ini merupakan suatu hasil kesepakatan yang memiliki kekuatan hukum dan mengikat baik bagi pemerintah, petani dan pengusaha di wilayah Kabupaten Jember. Bentuk dari kesepakatan ini adalah regulasi dari Pemerintah Kabupaten Jember yang merupakan blueprint pengelolaan

sumberdaya lahan pertanian. Efektifitas dari pelaksanaan regulasi ini ditentukan oleh : a. Pola pikir atau substansi materi yang ada didalamnya. b. Proses dan sejauh mana peran serta petani dalam perumusan regulasi pengelolaan lahan pertanian. Semakin besar keterlibatan petani dalam perumusan maka akan semakin efektif

implementasi regulasi yang telah dihasilkan. c. Penyadaran publik dan pendampingan petani. d. Monitoring dan evaluasi. Pedoman ini merupakan Standart Operasional Prosedur Pengelolaan lahan dimana pelaku utamanya adalah petani yang didampingi dan difasilitasi oleh pemerintah dalan pelaksanaannya.

Pengelolaan lahan dan air/Diperta/Jember

Page 11

3.

Kelembagaan Pengelolaan lahan Pertanian. Dasar dari kelembagaan pengelolaan lahan pertanian adalah petani dan kelompok taninya. Optimalisasi pengelolaan lahan yang telah dilaksanakan sangat tergantung dari kemampuan dan efektifnya petani/klompoktani menjalankan sistem yang dibangun. Untuk itu perlu pemberdayaan, pendampingan/fasilitasi, stimulasi dari

pemerintah dan pihak lain yang terkait. 3.1.2. Penguatan dan sinergisasi kelembagaan pertanian Penggerak suatu sistem adalah kelembagaan dan sumberdaya manusia yang ada didalammnya karena keduanya memiliki kewenangan dan kekuatan untuk mengatur dan mengendalikan komponen dan subsistem yang ada didalamnya. Agar kelembagaan memiliki daya dorong yang kuat menggerakan sistem maka perlu penguatan kelembagaan, yang meliputi : 1. Penguatan organisasi. 2. Penguatan teknis. 3. Penguatan pembiayaan. Agar gerak dan langkah kelembagaan pertanian mampu mencapai tujuan dari sistem yang dibangun makan perlu konsilidasi dan sinergisasi kelembagaan pertanian. Kelembagaan pertanian yang banyak dan besar tanpa konsolidasi dan gerak yang sinergis didalamnya tidak akan mampu menghasilkan output sesuai dengan tujuan yang diinginkan yaitu peningkatan produksi pertanian.Pengelolaan lahan dan air/Diperta/Jember

Page 12

Kelembagaan Pertanian secara garis besar dibagi menjadi: 1. Kelembagaan petani : Kelompok Tani, HIPPA/GHIPPA, Unit Pelayanan Jasa Alsintan, Gapoktan, KTNA, HKTI, Asosiasi dll. 2. Kelembagaan Swasta/korporasi : Kios Pertanian, Produsen Sarana Pertanian (pupuk dan Pestisida), Distributor, Tengkulak, pengusaha pengolahan hasil pertanian, Perbankan. 3. Kelembagaan Pemerintah : Dinas Pertanian, Dinas Pengairan, Dinas Peternakan dan Perikanan, Dinas Perkebunan dan Kehutanan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas UKM dan Koperasi, Dinas Pasar, Badan Konservasi Sumberdaya Alam, BPS, Pemerintah Desa. Diperlukan lembaga yang cukup kuat dan besar agar dapat

mengkosolidasi dan mensinergikan kelembagaan pertanian tersebut. 3.1.3. Insentif dan disinsentif bagi petani/kelembagaan petani. Usaha keras petani melaksanakan pengelolaan lahan pertanian sudah selayaknya mendapat pengakuan dari semua pihak terutama pemerintah, terhadap prestasi yang telah dicapai diperlukan insentif dan unprestasi yang dilakukan diperlukan disinsentif. Insentif yang diberikan pemerintah dapat berupa : a. Subsidi terhadap sarana pertanian yang dipergunakan petani, b. Kegiatan optimasi lahan, c. Kegiatan rehabilitasi jaringan irigasi,

Pengelolaan lahan dan air/Diperta/Jember

Page 13

d. Insentif Pajak Bumi, e. Dan program pembangunan lainnya. 3.1.4. Monitoring dan Evaluasi Pelaku utama pengelolaan lahan pertanian adalah petani/kelompok tani, didalam pelaksanaannya perlu adanya monitoring dan evaluasi yang dilakukan oleh pemerintah atau lembaga lain yang diberi kewenangan. 3.2. Kebijakan Implementasi strategi pengelolaan lahan pertanian adalah melalui kebijakan Pemerintah Kabuaten Jember, yang meliputi : 1. Melaksanakan workshop untuk merumuskan Keputusan Bupati Jember tentang pengelolaan lahan pertanian di Kabupaten Jember. 2. Melaksanakan pertemuan konsolidasi kelembagaan pertanian dalam perbaikan kesuburan lahan. 3. Melaksanakan sosialisasi penggunaan bahan/pupuk organik pada aktivitas budidaya tanaman, yang meliputi : a. Sosialisasi pelarangan membakar atau membuang gerami/limbah hasil pertanian dan diharuskan mengembalikan gerami/limbah hasil pertanian ke lahan. b. Manfaat produk/hasil pertanian organik bagi kesehatan dan lingkungan hidup. c. Penggunaan bahan/pupuk organik untuk perbaikan kesuburan lahan dan budidaya tanaman.

Pengelolaan lahan dan air/Diperta/Jember

Page 14

4. Melaksanakan Penguatan Kelembagaan Pertanian, melalui : a. Penguatan/revitalisasi kelembagaan petani (manajemen, organisasi dan kelembagaan). b. Pelatihan teknis pertanian dan tata guna air, meliputi pelatihan teknologi budidaya dengan SRI (System of rice intensification), pembuatan dan aplikasi pupuk organik yang dilaksanakan pada masing masing kelompok tani. c. Penguatan pembiayaan kelompok tani. 5. Memberikan insentif kepada petani/kelompok tani berupa kegiatan optimasi lahan, Pengembangan Jalan Usaha Tani, Rehabilitasi jaringan Irigasi, dan lain lain. 6. Membangun sistem sertifikasi produk pertanian organik. 7. Membangun jejaring pemasaran produk pertanian organik yang dihasilkan oleh petani.

IV.

KESIMPULAN Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Aktivitas manusia terutama kegiatan budidaya tanaman telah mengakibatkan degradasi sumberdaya lahan berupa penurunan kandungan unsur hara, bahan organik, air dan udara yang mengakibatkan penurunan produktivitas tanaman. 2. Diperlukan upaya upaya secara berkelanjutan yang terpadu dan terintegrasi dalam suatu Sistem Gerakan Pemulihan Kesuburan Lahan Pertanian.

Pengelolaan lahan dan air/Diperta/Jember

Page 15

3. Untuk menggerakkan Sistem Gerakan Pemulihan Kesuburan Lahan Pertanian diperlukan Penguatan Kelembagaan Pertanian baik petani, pemerintah dan perusahaan. 4. Pemerintah mampu berperan aktif dalam mengkosolidasikan dan

mensinergikan semua kelembagaan pertanian agar terarah dalam satu tujuan yang sama, yaitu meningkatkan pendapatan petani.

Pengelolaan lahan dan air/Diperta/Jember

Page 16