strategi pembelajaran seni lukis anak usia dini

36
PENDIDIKAN SENI ANAK PAUD Seni untuk anak-anak berbeda dengan seni untuk orang dewasa karena karakter fisik maupun mentalnya berbeda. Hal ini penting diperhatikan khususnya dalam melakukan penilaian karya anak didik, supaya hasil kreasi anak tidak diukur menurut selera dan kriteria keindahan orang dewasa. Fungsi seni dalam pendidikan berbeda dengan fungsi seni dalam kerja profesional. Seni untuk pendidikan difungsikan sebagai media untuk memenuhi fungsi perkembangan anak, baik fisik maupun mental. Sedang seni dalam kerja profesional difungsikan untuk meningkatkan kemampuan bidang keahliannya secara professional. Dalam pelaksanaan pembelajaran seni di sekolah, pengalaman belajar mencipta seni disebut sebagai pembelajaran berkarya. Sedang pengalaman persepsi, melihat, dan menghayati serta memahami seni disebut pembelajaran apresiasi. Pembelajaran berkarya seni mengandung dua aspek kompetensi, yaitu: keterampilan dan kreativitas. Di Taman Kanak-kanak kompetensi keterampilan lebih difokuskan pada pengalaman eksplorasi untuk melatih kemampuan sensorik dan motorik, bukan menjadikan anak mahir atau ahli. Sedangkan kreativitas di sini meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik yang terlihat dari produk atau hasil karya dan proses dalam bersibuk diri secara kreatif (Semiawan, Munandar, 1990: 10). Pembelajaran apresiasi disampaikan tidak hanya sebatas pengetahuan saja, namun melibatkan pengalaman mengamati, mengalami, menghayati, menikmati dan menghargai secara langsung aktivitas berolah seni. Dalam pembelajaran seni musik dan seni tari anak usia dini

Upload: operator-warnet-vast-raha

Post on 24-May-2015

5.703 views

Category:

Education


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: Strategi pembelajaran seni lukis anak usia dini

PENDIDIKAN SENI ANAK PAUD

Seni untuk anak-anak berbeda dengan seni untuk orang dewasa karena karakter fisik

maupun mentalnya berbeda. Hal ini penting diperhatikan khususnya dalam melakukan

penilaian karya anak didik, supaya hasil kreasi anak tidak diukur menurut selera dan kriteria

keindahan orang dewasa. Fungsi seni dalam pendidikan berbeda dengan fungsi seni dalam

kerja profesional. Seni untuk pendidikan difungsikan sebagai media untuk memenuhi fungsi

perkembangan anak, baik fisik maupun mental. Sedang seni dalam kerja profesional

difungsikan untuk meningkatkan kemampuan bidang keahliannya secara professional.

Dalam pelaksanaan pembelajaran seni di sekolah, pengalaman belajar mencipta seni disebut

sebagai pembelajaran berkarya. Sedang pengalaman persepsi, melihat, dan menghayati serta

memahami seni disebut pembelajaran apresiasi. Pembelajaran berkarya seni mengandung dua

aspek kompetensi, yaitu: keterampilan dan kreativitas.

Di Taman Kanak-kanak kompetensi keterampilan lebih difokuskan pada pengalaman

eksplorasi untuk melatih kemampuan sensorik dan motorik, bukan menjadikan anak mahir

atau ahli. Sedangkan kreativitas di sini meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik

yang terlihat dari produk atau hasil karya dan proses dalam bersibuk diri secara kreatif

(Semiawan, Munandar, 1990: 10). Pembelajaran apresiasi disampaikan tidak hanya sebatas

pengetahuan saja, namun melibatkan pengalaman mengamati, mengalami, menghayati,

menikmati dan menghargai secara langsung aktivitas berolah seni.

Dalam pembelajaran seni musik dan seni tari anak usia dini secara umum pendekatan

pembelajarannya ada 3 diantaranya :

1. Model Pembelajaran Apresiasi.

2. Model Pembelajaran Kreatif.

3. Model Pembelajaran Klasik.

Pengertian pendidikan seni anak adalah usaha sadar manusia dengan menggunakan medium

seni (musik, tari, dan rupa) untuk mencapai suatu tujuan yang ingin dicapai dalam

pembelajaran pendidikan seni untuk anak usia dini.

Tujuan Pendidikan Seni Musik dan Tari Anak Usia Dini :

- Melatih fisik motorik anak.

- Melatih perkembangan kognitif, afektif.

- Melatih perkembangan sosial emosi, komunikasi dan bahasa.

- Melatih minat, bakat, dan kreativitas anak.

- Menanamkan nilai-nilai pendidikan atau nilai-nilai kemanusian (kepekaan estetis).

Page 2: Strategi pembelajaran seni lukis anak usia dini

- Melestarikan Budaya Indonesia.

Kemampuan dasar fisik AUD dapat dikenali dari kemampuannya melakukan gerakan

keseimbangan, lokomotor, kecepatan, perubahan, ekspresi, teknik, mengendalikan tubuh,

gerak yang energik dan koordinasi anggota tubuh. Kemampuan dasar estetik AUD terlihat

dari kemampuannya mengungkapkan keindahan tari baik dalam kegiatan penciptaan tari

maupun dalam kegiatan menari. Kemampuan dasar kreatif AUD dapat dikenali dari

kemampuannya membuat gerak-gerak yang unik, berbeda dengan teman-temannya, bahkan

kemampuannya membuat gerak baru, serta kecepatannya menyesuaikan diri dengan teman-

temannya, apabila melakukan kesalahan pada waktu menari.

Ciri-ciri khusus pendidikan seni untuk AUD adalah musik dan tari yang sesuai dengan

kemampuan dasar anak usia AUD dari aspek intelektual, emosional, sosial, perseptual,

fisikal, estetik dan kreatif. Bermain merupakan pendekatan yang paling cocok untuk

pembelajaran musik dan tari di AUD. Ciri-ciri bentuk musik dan tari AUD adalah: musik dan

tarinya bertema, musik dan gerak tariannya bersifat tiruan (gerak imitatif), musik dan gerak

tarinya lebih variatif, bentuk penyajian musik dan tarinya kurang lebih 5 menit.

SERI RUPA INDONESIA

  A. Pengertian Seni Rupa

Seni rupa adalah cabang seni yang membentuk karya seni dengan media yang bisa ditangkap

mata dan dirasakan dengan rabaan. Kesan ini diciptakan dengan mengolah konsep garis,

bidang, bentuk, volume, warna, tekstur, dan pencahayaan dengan acuan estetika.

Seni rupa dibedakan ke dalam tiga kategori, yaitu seni rupa murni atau seni murni, kriya, dan

desain. Seni rupa murni mengacu kepada karya-karya yang hanya untuk tujuan pemuasan

eksresi pribadi, sementara kriya dan desain lebih menitikberatkan fungsi dan kemudahan

produksi.

Secara kasar terjemahan seni rupa di dalam Bahasa Inggris adalah fine art. Namun sesuai

perkembangan dunia seni modern, istilah fine art menjadi lebih spesifik kepada pengertian

seni rupa murni untuk kemudian menggabungkannya dengan desain dan kriya ke dalam

bahasan visual arts.

Page 3: Strategi pembelajaran seni lukis anak usia dini

Secara etimologi kata seni berasal dari bahasa sansekerta 'seni' artinya pemujaan, pelayanan

atau pemberian, kata ini berkaitan dengan keagamaan yang pada akhirnya disebut kesenian.

Seiring dengan perkembangan zaman para ahli mendefinisikan seni sebagai berikut:

1. Seni sebagai leterampilan

2. Seni sebagai kegiatan manusia

3. Seni sebagai karya seni

4. Seni sebagai seni indah atau seni murni

5. Seni sebagai proses kreasi

B. Macam-Macam Karya Seni

Macam karya seni berwujud kebendaan sehingga sangat tampak dan jelas. Bila seseorang

melihat, mengamati dan mengatakan serta memberi penilaian bahwa benda itu sebagai benda

seni dan dapat dibedakan menurut dimensinya. Hasil karya seni rupa ada bermacam-macam

jenis karya misalnya:

1. Karya seni gambar, ialah karya seni rupa dua dimensi yang mengutamakan unsur

sebagai jenis karya gambar antara lain

Gambar rambu-rambu biasa menggunakan gambar lambang atau tanda-tanda yang

masing-masing gambar memiliki arti

Gambar kartun ialah gambar yang dibuat lucu

Gambar reklame ialah gambar yang bersifat menjelaskan dan menawarkan suatu

produk kepada konsumen

Gambar ilustrasi ialah gambar yang memiliki sifat sebagai perangsang minat

Ekspresi ialah gambar yang prosesnya cepat atau spontan atau langsung selesai

2. Karya seni lukis ialah karya seni rupa yang mengutamakan warna, goresan, dan

tekstur, berbagai bentuk karya lukis antara lain:

Page 4: Strategi pembelajaran seni lukis anak usia dini

Lukisan yang mengambil objek berbagai kejadian benda alam disekitar kita termasuk

jenis lukisan naturalisme

Lukisan yang objeknya adalah berbagai kejadian nyata atau peristiwa yang pernah

terjadi disekitar kita maka dapat disebut karya realisme

Lukisan yang selalu memperindah dan membuat serba lebih dari aslinya maka karya

lukis ini disebut karya romantisme

3. Karya seni grafis ialah karya seni rupa dua dimensi yang proses pembuatannya

melalui teknik cetak

4. Karya seni patung ialah karya seni tiga dimensi memiliki volume

5. Karya seni kriya ialah karya seni tiga dimensi dibuat dengan berbagai proses antara

lain dibentuk, dirakit menjadi benda hiasan atau dekorasi atau menjadi benda pakai.

C. Keunikan Seni Rupa Indonesia

1. Pengaruh Lingkungan

Pembuatan karya seni berhubungan erat dengan lingkungan tempat karya seni itu

diproduksi. Pengaruh yang didapat bisa dari bahan-bahan disekitarnya, maupun jiwa dan

kebiasaan dari pencipta karya seni itu. Di daaerah peristiwa karya seni tidak lagi

konvensional, akibat tuntutan pasar dan persaingan dalam berkreatifitas. Hasil bumi, hasil

tambang, limbah industri dimanfaatkan untuk berkarya kreatif. Bentuk seni kultus, seni totim,

seni magi, seni dinamisme dipasaran direproduksi secara masal, namanya menjadi seni

kerajinan.

2. Proses perubahan fungsi

Karya seni dari seniman lokal di daerah wisata digunakan sebagai cinderamata, maka

lahirlah perubahan berikut:

a. Seni kepercayaan menjadi seni murni

b. Seni murni menjadi seni kerajinan atau kriya

Page 5: Strategi pembelajaran seni lukis anak usia dini

c. Hasil teknik seni kriya menghasilkan seni murni

Seni kepercayaan misalnya, patung abstraksi, lukisan alam dan sebagainya

D. Pembelajarn Seni Rupa di Sekolah

Pembelajaran seni rupa di sekolah mengembangkan kemampuan siswa dalam

berkarya seni yang bersifat visual dan rabaan. Pembelajaran seni rupa memberikan

kemampuan bagi siswa untuk memahami dan memperoleh kepuasan dalam menanggapi

karya seni rupa ciptaan siswa sendiri maupun karya seni rupa ciptaan orang lain.

Melalui pengalaman berkarya, siswa memperoleh pemahaman tentang berbagai penggunaan

media, baik media untuk seni rupa dwimatra maupun seni rupa trimatra. Dalam berkarya seni

rupa, siswa belajar menggunakan berbagai teknik tradisional dan modern untuk

mengeksploitasi sifat-sifat dan potensi estetik media. Melalui seni rupa, siswa belajar

berkomunikasi melalui gambar dan bentuk, serta mengembangkan rasa kebanggaan dalam

menciptakan ungkapan pikiran dan perasaannya.

Dalam pembelajaran seni rupa, peranan seni murni, kriya, maupun desain bersifat

saling melengkapi dan saling berkaitan. Pembelajaran seni rupa dapat dilakukan dengan

pendekatan studio, misalnya studio seni lukis, seni patung, seni grafis, dan kriya.

Pembelajaran seni rupa dapat juga dipisahkan menjadi kegiatan pembelajaran seni rupa

murni, kriya, dan desain.

Materi pokok seni rupa meliputi aspek apresiasi seni, berkarya seni, kritik seni, dan

penyajian seni. Apresiasi seni rupa berarti mengenal, memahami, dan memberikan

penghargaan atau tanggapan estetis (respons estetis) terhadap karya seni rupa. Materi

apresiasi seni pada dasarnya adalah pengenalan tentang konsep atau makna, bentuk, dan

fungsi seni rupa. Apresiasi seni rupa dapat mencakup materi yang lebih luas, yaitu

pengenalan seni rupa dalam konteks berbagai kebudayaan.

Page 6: Strategi pembelajaran seni lukis anak usia dini

Materi pelajaran apresiasi seni pada pendidikan Dasar dan Menengah meliputi

pengenalan terhadap budaya lokal, budaya daerah lain, dan budaya mancanegara, baik yang

bercorak primitif, tradisional, klasik, moderen, maupun kontemporer. Selain pengenalan

bentuk-bentuk seni rupa, materi apresiasi juga meliputi pengenalan tentang latar belakang

sosial, budaya, dan sejarah di mana karya seni rupa dihasilkan serta makna-makna dan nilai-

nilai pada seni rupa tersebut.

Pembahasan konsep seni rupa meliputi struktur bentuk dan ungkapan (ekspresi) dalam

seni murni dan hubungan bentuk, fungsi, dan elemen estetik dalam seni rupa terapan.

Pembahasan tentang media seni rupa meliptui ciri-ciri media, proses, dan teknik pembuatan

karya seni rupa. Selain itu, apresiasi seni juga perlu memberikan pemahaman hubungan

antara seni rupa dengan bentuk-bentuk seni yang lain, bidang-bidang studi yang lain, serta

keberadaan seni rupa, kerajinan, dan desain sebagai bidang profesi.

Berkarya seni rupa pada dasarnya adalah proses membentuk gagasan dan mengolah

media seni rupa untuk mewujudkan bentuk-bentuk atau gambaran-gambaran yang baru.

Untuk membentuk gagasan, siswa perlu dilibatkan dalam berbagai pendekatan seperti

menggambar, mengobservasi, mencatat, membuat sketsa, bereskperimen, dan menyelidiki

gambar-gambar atau bentuk-bentuk lainnya. Selain itu, siswa juga perlu dilibatkan dalam

proses pengamatan terhadap masalah pribadi, realitas sosial, tema-tema universal, fantasi, dan

imajinasi.

Mengolah media pada dasarnya adalah menggunakan bahan dan alat untuk menyusun unsur-

unsur visual seperti garis, bidang, warna, tekstur, dan bentuk. Dalam mengolah media, siswa

perlu diperkenalkan dengan teknik penggunaan berbagai bahan, dengan memperhatikan

keterbatasan-keterbatasan maupun kelebihan-kelebihannya. Dalam menyusun bentuk, siswa

perlu diberi kesempatan untuk mengembangkan bentuk sehingga menjadi gaya yang bersifat

pribadi.

Page 7: Strategi pembelajaran seni lukis anak usia dini

Dalam kritik seni, siswa dilibatkan dalam pembahasan karya sendiri maupun karya

teman atau orang lain. Pembahasan karya seni rupa di sini merupakan proses analisis kritis,

meliputi deskripsi, analisis, interpretasi, dan penilaian. Unsur yang dianalisis adalah gaya,

teknik, tema, dan komposisi karya seni rupa. Melalui kegiatan ini, siswa dapat mengasah

keterampilan pengamatan visualnya.

Pembelajaran kritik seni rupa memberikan pengenalan dan latihan menggunakan

bahasa dan terminologi seni rupa untuk mendeskripsikan dan memberikan tanggapan

terhadap karya seni rupa. Tanggapan ini berkaitan dengan sifat-sifat sensoris karya seni rupa,

seperti aspek-aspek taktil (rabaan), spasial (keruangan), dan kinestetik (gerak). Pembelajaran

kritik seni juga melatih kemampuan untuk memahami makna-makna yang disampaikan

melalui simbol-simbol visual, bentuk-bentuk, dan metafora.

Selain berkarya seni rupa, materi pokok seni rupa juga mencakup penyajian karya

seni rupa. Materi penyajian karya seni meliputi penyajian secara lisan di kelas dan pameran

di lingkungan kelas, sekolah, bahkan juga di masyarakat. Materi pokok pameran adalah

seleksi, pemajangan karya, dan publikasi. Materi pameran juga mencakup kegiatan

pengorganisasian pameran, meliputi perancangan, pelaksanaan, dan evaluasi pameran.

STRATEGI PEMBELAJARAN SENI LUKIS ANAK USIA DINI

A. Pendahuluan

1. Latar Belakang Masalah

Anak adalah masa depan bangsa yang harus ditumbuhkembangkan jiwa dan raganya

untuk menjadi anak yang cerdas, terampil dan berahlak mulia. Anak usia dini harus

dikembangkan motorik kasar dan motorik haluasnya melalui kegiatan berkesenian,

berketerampilan melalui kegiatan bermain. Bagi anak bermain adalah belajar atau belajar

seraya bermain. Bagaimana menciptakan permainan yang dapat mengembangkan

pertumbuhan fisik melalui motorik kasar dan bagaimana mengembangkan motorik halus

melalui kegiatan kesenian. Sekarang pendidikan anak usia dini dikembangkan luar biasa

Page 8: Strategi pembelajaran seni lukis anak usia dini

melalui kegiatan prasekolah maupun kegiatan lembaga seperti RT, RW, dan pemerintah

kelurahan memiliki kader dan kegiatan PAUD.

2. Kerangka Teori

a. Pengertian Pembelajaran

Menurut Winkel(1987) belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang

berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-

perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, dan nilai sikap. Perubahan itu

bersifat secara relatif konstan dan berbekas. Dari pengertian tersebut pada prinsipnya

belajar adalah perubahan perilaku manusia dari hasil pengalaman berinteraksi dengan

lingkungannya.

Pada prinsipnya mengajar adalah proses yang terjadi pada guru bagaimana

menyampaikan materi pelajaran kepada anak didiknya. Mengajar pada prinsipnya adalah

membina bagaimana belajar, berpikir, berlatih untuk penguasaan suatu pengetahuan,

keterampilan dan perubahan sikap. Mengajar menurut Zamroni (2000:61) adalah seni

untuk mentranfer pengetahuan, ketrampilan, dan nilai-nilai yang diarahkan oleh nilai-nilai

pendidikan, kebutuhan siswa. Kondisi lingkungan, dan keyakinan yang dimiliki guru.

Adapun pembelajaran seni dan keterampilan pada prinsipnya adalah pembelajaran

untuk mengembangkan apresiasi dan kreasi peserta didik. Proses penanaman nilai estetik,

terampil, dan kreatif, tekun akan lebih bermakna jika anak mengalami proses langsung

berinteraksi dengan berbagai kegiatan berkesenian. Pembelajaran seni rupa anak usia dini

memberikan apresiasi kepada anak sebagai bekal untuk pembentukan pengalaman estetik,

pengembangan kreativitas, dan keterampilan anak dalam mengaktualisasikan gagasan

sesuai bahasanya. Pembelajaran kesenian dan keterampilan pada esensinya adalah

bermain, pembelajaran melalui bermain yang baik adalah bermain yang menyenangkan

bagi anak, sehingga dapat mengembangkan imajinasi, kreasi sehingga anak dapat

berkembang dengan baik dan wajar.

b. Pembelajaran Anak Usia Dini

Pembelajaran Seni Budaya dan Keterampilan anak usia dini harus memperhatikan:

1. Perkembangan anak.

Anak akan dapat belajar dengan baik jika anak merasa aman dan senang dalam situasi

belajar. Untuk mewujudkan itu anak harus terpenuhi kebutuhan fisiknya seperti makan

dan minum yang cukup dan secara psikologis aman dan senang dalam melakukan

aktivitas. Jika proses pembelajaran anak tidak dalam kondisi yang menyenangkan niscaya

Page 9: Strategi pembelajaran seni lukis anak usia dini

akan sulit untuk mengembangkan potesi anak secara wajar, baik, dan maksimal. Tugas

pembelajaran keterampilan adalah untuk mengembangkan potensi anak melalui bermain

dengan keterampilan. Pililah jenis keterampilan yang menarik dan disenangi anak.

2. Kebutuhan Anak

Seribu anak akan memiliki seribu keinginan, apakah kita sebagai pembimbing anak

akan mampu melayani keinginan tersebut. Tugas pembimbing bukan memenuhi keinginan

anak tersebut akan tetapi memupuk, mengarahkan, dan membina anak agar keinginan

tersebut tersalurkan dalam kontek pembelajaran. Anak akan dapat bermain dan belajar

dengan baik kalau kebutuhan fisiknya tercukupi.

3. Bermain sambil belajar

Dunia anak adalah dunia bermain, jika anak bermain adalah belajar mungkin berbeda

dengan orang dewasa bermain mempunyai konotasi negatif. Anak belajar melalui

bermain, apalagi belajar seni dan keterampilan yang memiliki nilai permainan dan

rekreasi. Tugas pembimbing adalah bagaimana mengemas materi seni lukis dan

keterampilan anak usia dini yang menarik dan dapat dilakukan sambil bermain. Ini adalah

tugas pembimbing yang harus memberikan materi sesuai perkembangan anak. Bentuk

bermain anak dapat berupa bermain sosial, bermain dengan benda, dan bermain

sosiodramatis. Keterampilan anak usia dini dalam melukis banyak yang berhubungan

dengan permainan, maka siapkan permainan yang dapat mengembangkan kreativitas dan

keterampilan anak. Horal Titus dalam Gie (1996:28) mengatakan “Play is the art of the

child, and art is the play of the adult” Permainan adalah seni dari anak-anak, dan seni

adalah permainan orang dewasa.

4. Pendekatan Tematik

Pembelajaran keterampilan adalah pembelajaran bermain, anak akan bermain dan

belajar dengan baik jika tema bermain sesuai dengan perkembangan dan menyenangkan.

Untuk itu, pembimbing harus dapat memilih dan menentukan tema sesuai dengan

kehidupan anak yang paling aktual dan kontekstual.

5. Kreatif dan Inovatif

Tugas pembelajaran keterampilan adalah mengembangkan kreativitas anak, pilihlah jenis

keterampilan yang dapat menggali imajinasi dan mengembangkan kreativitas anak.

Pengembangan ide baru yang menantang dan inovatif dapat memotivasi dan

menumbuhkan kreativitas anak. Fungsi pembelajaran seni dan keterampilan adalah untuk

mengembangkan sensitivitas, kreativitas, dan keterampilan. Anak akan bermain untuk

belajar berimajinasi untuk mengembangkan kreativitas tersebut.

Page 10: Strategi pembelajaran seni lukis anak usia dini

6. Lingkungan Kondusif

Pendidikan anak usia dini dapat dikondusikan dengan lingkungan yang nyaman dan

aman untuk bermain dan belajar. Hal ini penting untuk pelalaksanaan proses belajar dan

bermain anak, lingkungan anak yang sesuai dengan dunia anak dan dapat mengembangkan

fantasi anak.

7. Mengembangkan Kecakapan Hidup

Secara umum kecakapan hidup untuk anak mencakup kecakapan personal, sosial,

akademik, dan vokasional. Pembimbing harus dapat mengembangkan kecakapan personal

dengan baik sesuai perkembangan anak. Kegiatan bermain, belajar, berketerampilan

disajikan dalam bentuk yang menyenangkan akan membantu perkembangan anak dengan

baik.

E. Fungsi seni di sekolah

Menurut Herawati (1999: 14) Fungsi pembelajaran seni ada enam yaitu: (1) sebagai

media ekspresi, (2) sebagai media komunikasi, (3) sebagai media bermain, (4) sebagai

media pengembangan bakat seni, (5) sebagai media kemampuan berpikir, (6) fungsi seni

sebagai media untuk memperoleh pengalaman estetik.

Tujuan Melukis

Tujuan yang dikembangkan Sanggar Pratista adalah mendidik anak melalui seni

lukis yaitu menjadikan anak pintar, kreatif, dan berbudi pekerti baik. Tujuan tersebut

sekaligus sebagai visi dan misi sanggar.Untuk mewujudkan itu metode yang digunakan

dengan contoh dan keteladanan. Sanggar tidak membolehkan melukis dengan tema perang

atau kekerasan karena tema tersebut akan membentuk jiwa anak menjadi keras, brutal, dan

sulit diatur. Untuk membangun percaya diri anak diterapkan metode membuat sket lukisan

dengan spidol permanen warna hitam dengan sekali gores tidak boleh diulang-ulang. Cara

ini dilakukan untuk melatih keberanian, spotanitas, dan percaya diri yang tinggi.Untuk

mewujudkan tujuan itu, kegiatan melukis dilakukan pendekatan individual yang membuat

suasana iklim sosioemosional anak dan pembimbing sangat dekat dan bersahabat sehingga

proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Selain itu, dinding tempat belajar melukis

dipenuhi dengan hiasan lukisan karya anak sehingga berkesan sangat kondusif dapat

memotivasi anak untuk belajar dengan baik.

A. Kurikulum dan Materi pembelajaran

Kurikulum adalah seperangkat program yang harus diselesaikan oleh peserta didik

untuk memperoleh kompetensi tertentu. Kurikulum Sanggar Pratista dikembangkan dalam

Page 11: Strategi pembelajaran seni lukis anak usia dini

bentuk program bimbingan dan pelatihan melukis yang terdiri dari empat jenjang pelatihan

melukis. Kurikulum dalam bentuk cetak seperrti buku memang tidak ada, tetapi kurikulum

sebagai program yang tertulis pada pikiran masing-masing pembimbing telah menyatu dan

menjiwai para pembimbing untuk mengantarkan anak-anak belajar melukis. Secara garis

besar program pelatihan melukis anak-anak ada empat jenjang melukis tersebut sebagai

berikut:

1. Tingkat Dasar, dengan materi melukis teknik kering meliputi peralatan spidol

permanen hitam, crayon, dan bahan kertas gambar. Program tingkat dasar lama

pendidikan empat bulan dengan pembimbingan dua kali dalam satu minggu.

2. Tingkat Menengah, dengan materi melukis teknik kering meliputi peralatan spidol

permanen hitam, crayon, dan bahan kertas gambar. Program tingkat menengah lama

pendidikan empat bulan dengan jam pembimbingan dua kali dalam satu minggu.

3. Tingkat Terampil, dengan materi melukis teknik kering dan teknik basah, dengan

peralatan spidol permanen hitam, crayon, dan cat air, serta media lukis kertas. Teknik

yang digunakan bervariasi sesuai perkembangan dan kebutuhan siswa. Program tingkat

terampil lama pendidikan empat bulan dengan waktu belajar seminggu dua kali.

4. Tingkat Mahir, dengan materi melukis teknik kering dan teknik basah, dengan

peralatan spidol permanen hitam, crayon, dan cat air, acrilic, serta media lukis kertas

dan kanvas. Teknik yang dikembangkan bervariasi sesuai kebutuhan siswa. Program

tingkat mahir lama pendidikan empat bulan dengan waktu belajar seminggu dua kali.

B. Pelaksanaan Pembelajaran Melukis

1. Persiapan

Persiapan sanggar dalam pelatihan melukis untuk anak usia dini meliputi persiapan

secara fisik dan mental. Persiapan fisik berupa penyiapan tempat untuk belajar dengan

sistem lesehan dengan satu siswa satu meja belajar kecil. Tempat duduk lesehan dengan

alas tikar dan disetting menghadap ke utara. Peralatan dan bahan untuk melukis disediakan

sendiri oleh perseta pelatihan, kecuali pada awal pendaftaran masuk pertama kali setiap

siswa mendapatkan satu set peralatan melukis terdiri satu sepidol permanen, satu crayon

merk Dong A, dan satu kertas gambar/buku gambar. Persiapan secara mental setiap anak

yang akan belajar melukis ditempatkan pada tempat yang telah disediakan dengan cara

duduk sesuai tempat yang dipilih atau disediakan pihak sanggar. Selanjutnya pembimbing

menyapa dan menanyakan apa kabar dan menanyakan keinginan akan menggambar apa

dan seterusnya sesuai kontek kondisi setiap anak. Secara psikis setiap siswa yang belajar

Page 12: Strategi pembelajaran seni lukis anak usia dini

sudah menyiapkan tema lukisan masing-masing, pembimbing tinggal memotivasi

bagaimana mengekspresikan idenya.

2. Strategi Pembelajaran

Pembelajaran adalah suatu proses dimana perilaku dibentuk, diubah, dan

dikendalikan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Pembelajaran melukis pada anak di

Sanggar Pratista lebih tepat disebut dengan pelatihan melukis. Hal ini karena banyak aspek

keterampilan yang diajarkan kepada anak. Keterampilan tersebut mencakup keterampilan

menemukan imajinasi, keterampilan membuat sket, keterampilan mewarnai objek, dan

keterampilan lain dalam kerangka anak mengekspresikan dirinya melalui bahasa visual.

Metode yang diterapkan sesuai wawancara dengan HK (Tgl 23-8-2007) dikatakan anak

senang dengan guru dan pekerjaan, anak dikenalkan dengan peralatan melalui bercerita

yang menyenangkan sesuai kontek pada saat melukis seperti puasa, lebaran, natal dan

sebagainya. Semua pembimbing sanggar setiap kali memulai mengajar melukis dimulai

dengan menyapa anak secara individual dengan selamat siang, apa kabar, mau melukis

apa? kepada setiap peserta yang akan mulai melukis. Para peserta hadir di kelas melukis

tidak bersamaan, siapa yang datang langsung melukis dan siapa yang sudah selesai

melukis dapat meninggalkan kelas lebih awal walaupun jam belajarnya masih ada. Model

pembelajaran yang dikembangkan dengan pendekatan individual, dengan satu

pembimbing memandu antara satu sampai tiga siswa. Dalam pelaksanaan pembelajaran

dilakukan secara santai dan bebas saling tegur sapa dan bermain antar peserta kursus.

Dalam pelaksanaan pelatihan orang tua pendamping atau pengasuh siswa dibolehkan

mendampingi langsung dalam melukis. Bahkan banyak orangtua atau pendamping ikut

dalam membimbing dan mengarahkan anaknya dalam melukis. Hal ini dibolehkan oleh

pihak sanggar selama tidak mengganggu kenyamanan proses belajar anak. Banyak anak

yang sudah mulai percaya diri dalam pembimbingan yang langsung ditangani pembimbing

sanggar, sementara orang tua atau pendamping duduk di luar ruangan.

Model pembelajaran yang dikembangkan di Sanggar Pratista adalah menggunakan

metode pemberian contoh. Metode ini disampaikan pada anak bukan untuk memberi

contoh suatu objek atau gambar untuk ditiru tetapi diberi contoh pola dasar kemudian anak

sisuruh melengkapi contoh pola tersebut sesuai idenya.

Page 13: Strategi pembelajaran seni lukis anak usia dini

Gambar 2: PE memberi contoh pada Sofa

Seperti yang dilakukan P E dalam memberikan contoh bentuk dengan spidol

permanen hitam kepada siswanya bernama Sofa. PE memberikan pola yang tidak lengkap

atau garis besar kemudian siswa melanjutkan pola tersebut, sambil memberikan pola

pembimbing memotivasi dengan ceritera, pertanyaan, dan bimbingan agar anak percaya

diri dapat mengeluarkan idenya. Setiap ada bidang yang masih kosong pembimbing

menunjukan bagian tersebut untuk diisi dengan objek sesuai pilihan siswa. Objek tersebut

misalnya awan, pohon, orang dan sebagainya. Cara itu dilakukan untuk memberikan

motivasi agar anak senang dalam melukis.

Gambar 3: PY memberikan contoh pola objek pada Diva

PY memberikan contoh pola pada kertas gambar Diva. Semua pembimbing dalam

memberikan contoh langsung digoreskan pada kertas gambar siswanya dengan spidol

permanen secara spontan, kemudian Diva melanjutkan dan melengkapi pola yang

digoreskan pembimbingnya sampai selesai dengan baik. Pemberian contoh pola dikertas

gambar anak ini untuk meyakinkan anak untuk bisa melukis dengan baik. Siswa merasa

Page 14: Strategi pembelajaran seni lukis anak usia dini

senang diberi contoh, karena dapat memperlancar proses melukis mereka. Diva melukis

dengan tema panjat pinang karena sesuai dengan perayaan lomba pada Bulan Agustus

bulan peringatan kemerdekaan RI. Anak memiliki ketajaman perasaan mampu merekam

kejadian di sekitarnya untuk diangkat sebagai tema lukisan. Kebanyakan anak mengambil

tema lukisan sesuai dengan konteks kehidupannya. Diva mampu mengekpresikan ide

panjatpinangnya dipandu PY menghasilkan karya yang cukup bagus.

Gambar 4: BR memberikan contoh pola objek kepada Kisea

Demikian juga yang dilakukan Bu R dalam membimbing siswa dengan memberikan

contoh lukisan pola bentuk global objek dengan spidol hitam. Pola ini selanjutnya

diteruskan dan dilengkapi sampai membentuk objek yang dilukis. Dalam proses meukis

kalau ada anak yang lamban, kesulitan, ramai, pembimbing langsung menegur dan

meluruskan untuk melukis dengan baik. Jika ada bidang kosong atau objek yang belum

lengkap pembimbing menunjukan dan memberikan solusi dengan menyuruh mengisi

objek tertentu dan kadang diberikan motivasi dengan contoh pola bentuk atau warna.

Media yang digunakan anak-anak dalam melukis adalah spidol hitam permanen,

crayon, kuas, kertas, dan cat air. Semua media lukis disediakan sendiri oleh peserta.

Menggunakan media spidol untuk membuat sket pola gambar bertujuan agar lukisan jelas,

spontan, dan tidak diulang-lang atau dihapus. Dengan menggunakan spidol hitam agar

anak berani dan percaya diri melakukan sekali gores menjadi bagian dari melukis.

Mengapa tidak menggunakan pensil, karena dengan pensil anak akan merasa kurang puas

dapat dihapus atau ditumpang, sehingga hasilnya kotor, tebal, dan tidak spontan. Media

spidol merupakan media membuat sket atau pola gambar sekali jadi. Cara itu dilakukan

untuk membentuk keterampilan mengekspresikan idenya agar anak menjadi percaya diri.

3. evaluasi

Page 15: Strategi pembelajaran seni lukis anak usia dini

Evaluasi yang dikembangkan Sanggar Pratista dengan cara penilaian proses dan penilaian

hasil karya. Penilaian ini dilakukan pada akhir paket pembelajaran untuk menentukan

kelulusan untuk masuk jenjang berikutnya atau tamat belajar. Penilaian secara formal tidak

dilakukan setiap akhir pembelajaran, walaupun di situ terjadi kritik, saran, perbaikan

dalam berkarya. Penilaian di sini dimaksudkan untuk memberikan skor setiap kali melukis

tidak dilaksanakan oleh pembimbing sanggar. Penilaian dilakukan pada akhir paket

pembelajaran dalam bentuk ujian akhir untuk mengisi sertipikat. Penentuan nilai akhir

yang dimasukan dalam sertipikat memperhatikan nilai harian dan nilai ujian akhir.

Penilaian setiap akhir program dilakukan dengan ujian akhir dengan kriteria penilaian

seperti yang dikemukanan P H (wawancara Tgl. 19-9 – 2007) yaitu penilaian proses

dengan indikator (1) kelancaran membuat sket, (2) penuangan ide, (3) kesiapan bahan dan

alat, (4) pemahaman tema, (5) ketekunan, (6) keseriusan, dan (7) percaya diri.

Penilaian hasil karya dengan kriteria (1) Kesesuaian tema, (2) kreativitas, (3) originalitas,

(4) pewarnaan, (5) harmoni keseluruhan. Kedua hasil penilaian ini kemudian digabung

menjadi satu menjadi nilai akhir untuk menentukan lulus atau tidak lulus. Walapun

penilaian memperhatikan aspek proses dan hasil, penilaian akhir lebih banyak

menekankan pada hasil karya yang paling menentukan.

C. Hasil Karya Siswa Sanggar Pratista

Berikut hasil karya Leone yang diberi judul “Menari” mereka ingin mengekspresikan

ide melalui lukisan tiga lukisan anak menari yang salah satunya adalah pelukisnya sendiri

sebagai tokoh sentral dalam lukisan ini. Jika ditanya mana Lione dalam lukisan mereka

menunjuk gambar penari yang paling kiri. Lukisan ini dengan latar belakang diberi

bentuk awan dan bunga yang diberi contoh oleh pembimbing, kemudian anak meneruskan

dan mewarnai sesuai keinginan siswa. Leone mengekspresikan figur penari dengan gaya,

warna, dan asesoris yang berbeda, perbedaan inilah yang membuat kesan dinamis dan

kreatif dalam lukisan ini

Page 16: Strategi pembelajaran seni lukis anak usia dini

Gambar 4: Judul “ menari” karya Lione siswa play group umur 3.6 tahun

Selanjunya lukisan karya Miming siswa TK B dengan judul “Flora dan

Fauna”,mereka menggambarkan dunia binatang yang unik. Salah satu keunikan lukisan

Miming adalah menggambarkan wajah manusia di dalam badan gajah dan jerapah. Hal ini

dilakukan karena melihat badan gajah yang lebar dan kosong kalau tidak diisi objek akan

kelihatan sepi kemudian dilukislah wajah manusia. Wajah manusia yang dilukiskan pada

gajah, jerapah, pohon, dan matahari diambarkan senyum ceria sebagai ekspresi pelukisnya

gembira dan ceria. Miming dalam melukis sudah dapat memperhitungkan perbandingan

bentuk gajah, jerapah, kera, dan kucing. Keberanian ini perlu dipupukkembangkan agar

anak lebih berani mengekspresikan dirinya dengan bahasa visual. Penggambaran itu

mungkin dapat dimaknai begitu akrab dan sayangnya manusia dengan binatang sehingga

dilukiskan menyatu. Keindahan dan keunikan lukisan anak disitulah letaknya, kadang naif,

kadang, lucu, juga rasional.

Gambar 5: “Flora Fauna karya Miming

Di Bawah ini lukisan karya “Tea” dengan judul “Takjilan”. Tema ini dilukis

karena kesan dia menikmati takjilan pada saat bulan puasa sehingga terinspirasi

pengalaman takjilan untuk dilukis. Tema ini ditentukan siswa sendiri sesuai kontek pada

saat melukis objek itu pada bulan puasa, pembimbing hanya membantu teknis

memvisualisasikan pada sebagaian kecil objek. Ketajaman anak mengabadikan peristiwa

menarik sesuai kontek dan peristiwa di lingkungannya sangatlah bagus. Hal ini perlu

dikembangkan untuk membangun kesadaran anak akan peristiwa dan pengalaman anak

Page 17: Strategi pembelajaran seni lukis anak usia dini

terhadap lingkungannya. Anak memiliki kepedulian dengan pengalaman di lingkungannya

yang mengesan dapat mengilhami karya lukisnya. Secara visual ”Tea” mengekspresikan

empat figur anak semua berbeda baik bentuk, gerak, warna walaupun menggambar

peristiwa yang sama. Anak kreatif biasanya kurang menyukai pengulangan bentuk yang

sama. Kesan stereotipe pada lukisan ini tidak nampak.

Gambar 6: Judul “Takjilan” Karya Tea

MANFAAT PENDIDIKAN SENI RUPA UNTUK ANAK USIA DINI

MANFAAT PENDIDIKAN SENI RUPA UNTUK ANAK USIA DINI

Page 18: Strategi pembelajaran seni lukis anak usia dini

Secara alamiah anak sudah memiliki seni. Dari mereka berumur 0 – 8 tahun. Anak-anak sudah bisa mengembangkan dan mempunyai imajinasi. Anak berumur 1 tahun sudah mulai mencoret-coret apa saja. Ia mulai mempelajari dan menyerap segala yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Setiap benda yang dimainkan berfungsi sesuai dengan imajinasi si anak.

Metode yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah metode deskriptif yaitu menggambarkan bagaimana cara mengajarkan pembelajaran seni rupa pada anak usia dini. Seperti yang kita ketahui setiap orang sudah mengenal tentang seni rupa. Dalam kehidupan kita untuk melengkapi dirinya dengan berbagi peralatan dan penunjang untuk menyempurnakan pekerjaannya. Seni sebagai alat terapi, ungkapan dan komunikasi. Pembelajran seni rupa pada anak usia dini memerlukan pengelolaan sesuai dengan karakteristik dan situasi social yang kondusif untuk keberhasilan belajar anak usia dini. Sehingga anak dapat mengungkapkan pengalaman-pengalaman hidup mereka sendiri.

Pengertian Seni RupaSeni rupa merupakan realisasi imajinasi yang tanpa batas dan tidak

ada batasan dalam berkarya seni. Sehingga dalam berkarya seni tidak akan kehabisan ide dan imajinasi. Dalam seni rupa murni, karya yang tercipta merupakan bentuk dua dimensi dan tiga dimensi. Sehingga objek yang dibuat merupakan hasil dari satu atau lebih dari media yang ada (sebagai catatan bahwa media atau bahan seni di dunia juga tidak terbatas).

Page 19: Strategi pembelajaran seni lukis anak usia dini

Dalam berkarya seni, tidak pernah ada kata salah dan juga tidak ada yang mengatakan salah pada karya yang telah diciptakan. Namun demikian, di dalam proses berkarya seni, karena dalam hal ini adalah proses belajar, maka harus dilakukan dengan cara yang benar, sesuai dengan tujuan dari pembelajaran. Untuk anak usia dini (0 – 8 tahun), ketika belajar tentang seni rupa tidak hanya bertujuan untuk berproses berkarya seni saja, karena selain itu juga diharapkan dapat memberikan fisik motorik, kognitif, bahasa, sosial, emosional serta kemandirian pada anak. Jadi dengan bimbingan yang tepat, seorang anak akan dapat melatih potensi-potensi yang bermanfaat.

Seni rupa atau seni yang tampak adalah salah satu bentuk kesenian visual atau tampak ada yang tidak hanya bisa diserap oleh indera penglihatan, tetapi juga bisa oleh indera peraba, maksudnya adalah teksturnya dapat dirasakan, misalnya kasar, halus, lunak, keras, lembut, dsb. Namun tidak menutup kemungkinan tekstur ini adalah tekstur maya (ada namun tidak nyata) atau tekstur ini seolah-olah ada yang dikarenakan mata kita dikelabuhi oleh sesuatu yang tampak, misalnya sebuah foto kayu : disitu seolah-olah kita melihat adanya tekstur namun kenyataannya tekstur itu tidak ada jika kita merabanya.

Pengelolaan Seni Rupa dalam Segi Pembelajaran pada Anak Usia Dini

Pendidikan anak usia dini memerlukan pengelolaan sesuai karakteristik dan situasi sosial yang kondusif untuk keberhasilan belajar anak usia dini. Sifat pembelajarannya yang kooperatif dengan sebagian kelompok kecil maupun besar, bertangung jawab, belajar menunggu giliran, bekerja tanpa mengganggu teman, membereskan alat, mengambil keputusan, memilih kegiatan, dan kesemuanya terjadi tanpa tekanan melainkan berjalan alamiah.

Anak belajar mematuhi aturan yang dibuat bersama dalam kelas, dating tepat waktu, cara mendapat perhatian dari guru, cara guru meminta perhatian dari anak. Anak dapat mengatur management atau pengelolaan kelas berarti dapat mengatur bahan dan kelompok kegiatan. Ada yang bekerja di meja, di lantai, dengan beragam instruksi untuk banyak kelompok, mengikuti kemajuan setiap anak, fleksibel, bisa juga statis atau dinamis, menjadi non produktif atau sangat produktif. Hal ini juga mempertimbangkan tumbuh kembang EQ mereka (Berliner dalam Tolopan; 1978)

Guru yang mengelola kelas yang efektif juga akan membuat anak berhasil. Dari yang tersebut di atas akan diketahui bahwa memang program TK terdiri ataspembiasaan dan perkembangan dasar. Jadi pelaksanaan perencanaan juga berorientasi kearah dua tujuan itu, dengan mengamati perkembangan individu anak. Di dalam kelas ada kelompok-kelompok sesuai kemampuan. Kemampuan anak tidak sama. Untuk itu guru perlu mengetahui perkembangan anak agar dapat memberikan kegiatan sesuai kebutuhan anak yaitu perkembangan emosi dan sosial, motorik kasar dan halus, pengamatan dan ingatan, penglihatan dan pendengaran serta mengekspresikan dan menerima bahasa.

Page 20: Strategi pembelajaran seni lukis anak usia dini

Dalam setiap macam perkembangan tersebut, anak kadang-kadang sagat cepat, sedang-sedang saja atau lamban daya tangkap atau peningkatannya. Bagi yang sudah mahir, dipersiapkan bentuk yang dapat mereka jiplak, gunting, tempel dan warnai. Tugas itu diharapkan mampu ia selesaikan. Bagi yang sedang-sedang tugas, hampir sama degan yang sudah mahir, dengan bentuk yang sudah tersedia atau boleh ia pilih sendiri yang sama. Bagi yang kurang dipersiapkan kertas yang hanya diberi garis lurus yang perlu ia gunting. Pujian juga sama diberikan kepada mereka. Di sinilah pengertian yang harus ditunjukkan agar anak merasa berhasil dalam tingkat kemampuannya (Fisher dalam Tolopan; 1991)

Pengelolaan waktu yang mereka butuhkan akan sangat bervariasi. Tidak ada jenjang pendidikan yang sangat kompleks seperti pendidikan anak usia dini. Semuanya dilakukan dengan santai tanpa menekan. Lama anak di TK bervariasi antara dua setengah sampai tiga setengah jam di sekolah. Enam hari seminggu atau melihat situasi dan tempatnya. Untuk kelompok bermain dapat diadakan tiga hari dalam seminggu. Jadwal di TK seperti pembukaan, inti, dan penutup, dapat saja untuk TK A dan B berlainan. Karena masa transisi anak TK A dan B berlainan. Bila anak di TK A dipaksakan untuk sudah mampu mengikuti program yang sama dengan kelas TK B, maka anak akan sangat tertekan dan tidak menyukai sekolah. Untuk itu maka dibutuhkan keluwesan penjadwalan, misalnya dengan ditukarnya inti dan pembukaan dengan maksud supaya anak-anak lebih bebas memilih kegiatan yang diminati dan mengendalikan emosi pada masa penyesuaian diri dengan sekolah akan lebih terbantu. Dari waktu ke waktu selama anak melaksanakan kegiatan, pasti ada saat-saat guru minta perhatian anak. Untuk itu dapat digunakan tanda guru yang tidak terlalu keras, tetapi cukup memberi tanda minta perhatian.

Pengelolaan materi tediri dari berbagai macam alat permainan edukatif : pasir, air, bangunan berbagai karya seni dan materi kreatifitas lainnya. Materi ini dikembangkan guru sesuai kebutuhan anak. Diharapkan interaksi antara guru – materi – anak semaksimal mungkin. Keluwesan ini membuat setiap anak merasa berhasil dan permasalahan dapat diatasi (Berliner dalam Tolopan; 1978)

Variasi Seni Rupa yang Memperkaya Media PendidikanPermainan untuk anak usia dini sangat banyak variasinya. Dari yang

sederhana sampai yang sulit atau benar-benar meningkatkan daya pikir anak. Kegiatan untuk anak usia dini tidak terlalu terpojokan dengan penuh masalah dan kerumitan. Pedoman utama ialah sebanyak mungkin semua dikerjakan anak, diciptakan anak tanpa terlalu banyak campur tangan. Beri kesempatan yang cukup ,interaksi guru yang berarti, komentar bukan basa-basi, beri pujian yang keluar dari hati sanubari dan bersungguh-sungguh.Macam-macam permainan misalnya : Permainan manipulatif yaitu memainkan alat-alat yang akan memberi kesempatan mengajarkan konsep dari warna, bentuk, ukuran jumlah, bilangan, sampai membandingkan, menyamakan, dll. Permainan imajinasi dini dimunculkan guru dengan mempersiapkan situasi professional dengan berbagai atribut yang dimiliki profesi tersebut.

Page 21: Strategi pembelajaran seni lukis anak usia dini

Perlunya Pembelajaran Seni Rupa Pada Anak Usia DiniMenurut Sternberg ,kualitas emosional yang tampaknya penting,

penting bagi keberhasilan kualitas ini adalah kemampuan mengenali perasaannya sendiri sewaktu perasaan atau emosi itu muncul, dan ia mampu mengenali emosinya sendiri apabila ia memiliki kepekaan yang tinggi atas perasaan mereka yang sesungguhnya dan kemudian mengambil keputusan- keputusan secara mantap. Kemampuan mengelola emosi merupakan kemampuan sesorang untuk mengendalikan perasaannya sendiri, sehingga tidak meledak dan akhirnya dapat mempengaruhi perilakunya secara wajar. (Sternberg, Saloveri dalam Tolopan; 1997)

Menurut Pitcer (1982) mengatakan kemampuan membina hubungan bersosialisasi sama artinya dengan kemampuan mengelola emosi orang lain. Dengan seni rupa akan membantu anak-anak untuk mengerti orang lain dan memberikan kesempatan dalam pergaulan sosial dan perkembangan terhadap emosional mereka. Anak-anak dengan kemampuan ini cenderung mempunyai banyak teman, pandai bergaul. Melalui belajar kelompok dituntut untuk bekerjasama, mengerti orang lain. Anak merupakan pribadi sosial yang memerlukan relasi dan komunikasi dengan orang lain untuk memanusiakan dirinya.Menurut Goleman (1995) mengatakan bahwa idealnya seseorang dapat menguasai ketrampilan kognitif sekaligus ketrampilan sosial emosional.Melalui bukunya yang terkenal “Emotional Intelligences (EQ)”, memberikan gambaran spektrum kecerdasan, dengan demikian anak akan cakap dalam bidang masing-masing namun juga menjadi amat ahli. Perkembangan Kognitif tidak datang dengan sendirinya. Untuk mendorong pertumbuhan, kurikulum yang disusun berdasarkan atas taraf perkembangan anak. Serta harus dapat memberikan pengalaman pendidikan yang spesifik yaitu melalui pendidikan senirupa di sekolah.Dari berbagai kegiatan berkarya seni, penulis mengambil beberapa kegiatan yang biasa dilakukan anak pada saat pembelajaran, yaitu :

1. MenggambarKegiatan coret mencoret adalah bagian dari perkembangan motorik

anak dan anak sangat menyenangi kegiatan ini, sehingga dengan dorongan guru dan kesempatan yang diberikan anak akan termotivasi membuat gambar.

Kegiatan menggambar merupakan salah satu cara manusia mengekspresikan pikiran-pikiran atau perasaan-perasaanya. Dengan kata lain, gambar merupakan salah satu cara manusia mengekspersikan pikiran-pikiran atau perasaan-perasaannya. Dengan kata lain, gambar merupakan salah satu bentuk bahasa.Ada 3 tahap perkembangan anak yang dapat dilihat berdasarkan hasil gambar dan cara anak menggambar:

Pertama, tahap mencoret sembarangan. Tahap ini biasanya terjadi pada usia 2-3 tahun. Pada tahap ini anak belum bisa mengendalikan aktivitas motoriknya sehingga coretan yang dibuat masih berupa goresan-goresan tidak menentu seperti benang kusut.Tahap kedua, juga pada usia 2-3 tahun, adalah tahap mencoret terkendali. Pada tahap ini anak mulai

Page 22: Strategi pembelajaran seni lukis anak usia dini

menyadari adanya hubungan antara gerakan tangan dengan hasil goresannya. Maka berubahlah goresan menjadi garis panjang, kemudian lingkaran-lingkaran.Tahap ketiga, pada anak usia 3 ½ – 4 tahun, pergelangan tangan anak sudah lebih luwes. Mereka sudah mahir menguasai gerakan tangan sehingga hasil goresannyapun sudah lebihTujuan menggambar bagi anak :1. Mengembangkan kebiasaan pada anak untuk mengekspresikan diri2. Mengembangkan daya kreativitas3. Mengembangkan kemampuan berbahasa4. Mengembangkan citra diri anak

2. Finger Painting (Lukisan Jari)Pada kesempatan kali ini, kita akan mempelajari salah satu kegiatan di area seni yaitu kegiatan melukis dengan jari tangan atau bisa dikenal dengan nama finger painting.Tujuan dari kegiatan ini adalah :- Dapat melatih motorik halus pada anak yang melibatkan gerak otot-ototkecil dan kematangan syaraf.- Mengenal konsep warna primer (merah, kuning, biru). Dari warna-warna yang terang kita dapat mengetahui kondisi emosi anak, kegembiraan dan kondisi-kondisi emosi mereka.- Mengenalkan konsep pencampuran warna primer, sehingga menjadi warna yang sekunder dan tersier.- Mengendalkan estetika keindahan warna.- Melatih imajinasi dan kreatifitas anak.Ada beberapa metode atau cara dalam kegiatan finger painting :• Menggunakan teknik basah (kertas dibasahi dulu)• Menggunakan teknik kering (kertas tidak perlu dibasahi)

3. MelukisSalah satu kebahagiaan terbesar dari pelukis bukan hanya

kesenangan tetapi juga mendapatkan berbagai banyak pengalaman dengan anak-anak selagi mereka belajar melukis. Pelajaran melukis dapat diawali oleh anak yang berusia 4-6 tahun atau usia TK. Media yang digunakan untuk melukis pada anak usia dini biasanya cat air, cat minyak, finger painting, dan lain-lain.

Dalam pembelajaran melukis anak-anak biasanya belajar sambil bercakap-cakap dengan temannya. Percakapan pertama mereka kebanyakan adalah tentang warna-warna yang mereka peroleh. Sambil bereksperimen dengan mencampurkan warna-warna, anak-anak itu bermain, bermain elemen seni ini dengan cara yang santai. Hal ini menjaga agar kuas dan semangat mereka tetap bekerja. Ini akan membuat mereka mengekspresikan sesuatu yang bersifat pribadi dalam lukisan.Berbeda dengan anak usia 7 dan 8 tahun, cirikhas kelompok umur mereka adalah dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berhubu-ngan dengan hidup mereka sendiri. Anak-anak membuat lukisan tentang suasana hati, baik yang muram, sendu atau bersemangat dan lucu. Biasanya suasana hati mereka disampaikan oleh warna. Mereka

Page 23: Strategi pembelajaran seni lukis anak usia dini

belajar bagaimana warna pelengkap dan sejalan dapat membantu mengungkapkanide-ide.

4. KolaseKolase dalam pengertian yang paling sederhana adalah penyusunan

berbagai macam bahan pada sehelai kertas yang diatur. Anak-anak di kelasbiasanya memilih dan mengatur potongan bentuk dari kertas, kain, bahan-bahan berstektur, lalu meletakkannya di tempat yang mereka suka. Sebagai bagian dari pengalaman mereka dapat membuat keputusan sendiri tentang penggunaan warna, ukuran dan bentuk.Ada beberapa macam kolase yaitu:• Kolase dengan kertas dan kain• Kolase dengan tekstur

5. MencetakMencetak dapat dilakukan anak diberbagai usia, dimulai dari anak

berusia 5 tahun. Kadang-kadang seorang anak kecil akan menemukan idenya sendiri. Entah bagaimana dengan cara apa seorang anak berusia 5 tahun dalam pembelajaran mencetak anak menemukan bahwa menepukkan spons yang sudah diberi warna di atas menghasilkan rangkaian pola yang berulang-ulang (perihal mencetak, merupakan suatu kemungkinan yang menakjubkan untuk mengulanginya). Mencetak yang formal membuthkan pelat atau stempel. Stempel tersebutmemuat gambar-gambar yang diukir atau ditimbulkan, yang diberi tinta dan kemudian dipindahkan ke kertas. Stempel cetak yang paling sederhana terbuat dari Styrofoam. Selain murah juga tidak berbahaya bagi anak didik kita.

Untuk anak-anak usia 5 tahun dan 6 tahun, penting khususnya untuk menyuruh mereka mencetak dihari yang sama. Dengan cara ini mereka sungguh-sungguh memahami prosesnya. Semua anak menikmati mengeksplorasi efek-efek yang dihasilkan tekstur ini ketika pelatnya dicetak.

6. MenjiplakSebelum membuat cetakan apapun, anak-anak dapat

menggunakannya untuk menjiplak. Mereka cukup menempatkan sehelai kertas putih diatas permukaan pelat dan dengan krayon, menggosok-gosokannya bahkan dengan keras untuk mendapatkan gambarannya. Anak-anak merasa teknik menjiplak cukup mengagumkan dan menggunakannya dengan banyak cara.

Koin-koin biasanya adalah favorit mereka. Koin adalah bahan yang sederhana dan mudah sekali didapat. Mereka dapat dengan mudah membuat banyak jiplakan yang berbeda dari obyek-obyek yang ditemukan di sekolah. Ini merupakan cara yang bagus untuk membuat anak-anak peka pada dunia sekitar mereka.

7. MembentukArti kata membentuk dapat dimaksudkan sebagai mengubah,

membangun dan mewujudkan. Membentuk dalam kaitan kegiatan seni

Page 24: Strategi pembelajaran seni lukis anak usia dini

rupa adalah terjemahan dari kata dalam bahasa Belanda “boetseren” atau bahasa Inggris “modeling”. Umumnya bahan yang dipergunakan untuk kegiatan membentuk adalah bahan-bahan lunak seperti tanah liat, plastisin, malam lilin, playdog dan sejenisnya. Tetapi dalam pengembangannya, selama tidak mengingkari maksud dari arti kata membentuk tadi, dapat dipergunakan bahan-bahan lain seperti kertas, karton atau bahan-bahan lembaran yang sekiranya dapat dibentuk.

Bahan yang tidak pernah cukup bagi mereka adalah tanah liat. Mereka tidak bosan dengan bahan yang lengket, basah dan bisa dibentuk sesuai keinginan mereka. Anak-anak akan menghabiskan hari mereka dengan tanah liat. Mereka suka menyentuh tanah liat, untuk merasakan sensualitasnya.

Peranan Seni RupaPeranan Bagi Anak Usia Dini

Bermain bagi anak merupakan kegembiraan dan kesibukan yang penting. Dalam bertanya seni rupa dapat menimbulkan kegembiraan. Kegembiraan anak nampak dan terlihat disebabkan oleh keaktifan atau kesempatan bergerak, bereksperimen, berlomba dan berkomunikasi. Dapat pula dilihat betapa senangnya anak-anak berkarya melalui seni rupa, mereka akan bergerak-gerak dengan sadar atau tidak, mencoba-coba sesuatu yang diinginkan. Dalam kelompok mereka selalu berlomba untuk menyelesaikan karyanya sesuai dengan gagasannya. Apabila anak berhasil berkarya, dengan spontan ia akan berteriak dan bergerak, menandakan kegembiraannya. Anak berkarya sesuai dengan daya fantasinya dan apa yang dicapainya perlu mendapat pemahaman/pengertian orang lain. Bermain sangat berguna bagi perkembangan anak untuk persiapan dalam kehidupan masa dewasa. Permainan dimaksudkan antara lain : Permainan “membentuk”; melatih anak untuk berkarya. Permainan “fungsi”; melatih berbagai macam aktivitas fisik. Permainan “peranan”; berguna untuk menyiapkan anak mampu melakukan peranan dalam kehidupan di kemudian hari. Permainan “menerima”; berguna untuk memupuk kemampuan menerima kebudayaan.

Peranan GuruPeranan guru di kelas adalah menyelesaikan masalah-masalah yang

dihadapinya dan memahami karakteristik siswa sebagai anak didik di kelasnya. Dalam melaksanakan kegiatan kelas guru harus menjadi pengelola, perencana, penyuluh dan perancang program yang baik dan tuntas. Guru yang simpatik, imajinatif, kreatif dan luas pengetahuannya. Adalah prasarat mutlak bagi guru sekolah dasar.

Peranan SekolahSekolah berperan sebagai tempat membina dan melatih diri melalui

pengajaran dan pendidikan untuk mengatasi segala masalah di masyarakat kelak setelah anak menyelesaikan sekolah. Di sekolah anak-anak dihadapkan pada tuntutan untuk tetap bersikap teratur berdisiplin

Page 25: Strategi pembelajaran seni lukis anak usia dini

(diam/tenang), memperhatikan petunjuk-petunjuk guru, menguasai seluruh perangkat.

KESIMPULAN1) Beberapa contoh seni rupa dalam pembelajaran anak usia dini antara lain : menggambar, melukis, tanah liat, mencetak, menjiplak, kolase dan finger painting. Hal ini memberikan perhatian praktis pada setiap segi tanggung jawab seorang guru, seperti bagaimana mengenalkan setiap materi pelajaran, bagaimana persiapan terbaik dan ruang kelas bisa disusun sedemikian rupa dapat mensuport daya eksplorasi anak. Peranan orang tua sangatlah penting untuk membantu anak-anak berkreasi seni di rumah.2) Tujuan pendidikan seni rupa di sekolah yaitu melanjutkan dan mengembangkan kesanggupan berkarya maupun pengetahuan seni rupa yang telah dimiliki anak sebelum memasuki sekolah, sehingga hal ini perludiperhatikan oleh guru dengan memberikan kesempatan yang leluasa kepada anak dalam mencipta karya seni rupa sebagai pernyataan ekspresinya.