strategi nasional mewujudkan sistem ekonomi …

72
STRATEGI NASIONAL MEWUJUDKAN SISTEM EKONOMI PANCASILA BPIP Badan Pembinaan Ideologi Pancasila KEIN Komite Ekonomi dan Industri Nasional DRAFT

Upload: others

Post on 18-Oct-2021

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: STRATEGI NASIONAL MEWUJUDKAN SISTEM EKONOMI …

STRATEGI NASIONALMEWUJUDKAN

SISTEM EKONOMI PANCASILA

BPIPBadan Pembinaan Ideologi Pancasila

KEINKomite Ekonomi dan Industri Nasional

DRAFT

Page 2: STRATEGI NASIONAL MEWUJUDKAN SISTEM EKONOMI …

Mewujudkan Sistem Ekonomi Pancasila

Strategi Nasional

BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA KOMITE EKONOMI DAN INDUSTRI NASIONAL

Page 3: STRATEGI NASIONAL MEWUJUDKAN SISTEM EKONOMI …

i

IKHTISAR

Mewujudkan Sistem Ekonomi Pancasila

Indonesia kerap dipandang sebagai negara dengan potensi ekonomi yang sangat besar

dan diperkirakan untuk dapat tumbuh lebih pesat lagi (fast growing emerging economy).

Pandangan ini tak keliru. Pemerintah terus mendorong pembangunan fisik maupun

nonfisik hingga saat ini, membuat perekonomian terus tumbuh dan menjadi daya tarik

bagi para penanam modal.

Tentu kita tidak terlena dengan anggapan positif tersebut. Kita perlu bersikap kritis

dalam melihat upaya-upaya pembangunan nasional. Dalam hal ini, aspek-aspek

kesenjangan dan pemerataan pembangunan perlu menjadi perhatian. Pembangunan

yang timpang dapat berakibat buruk terhadap perwujudan keadilan sosial.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) koefisien Gini pendapatan di perkotaan

dan perdesaan adalah 0,39 di tahun 2017. Secara kasar, angka tersebut menunjukkan

bahwa pendapatan total di tahun 2017 hanya didistribusikan (dengan merata) kepada 61

persen dari seluruh rumah tangga yang ada di Indonesia, sementara 39 persen sisanya

tidak mendapatkan apa-apa. Walaupun tidak sepenuhnya seperti itu, namun ilustrasi

tersebut menunjukkan adanya ketidakadilan yang cukup mengkhawatirkan.

Distribusi pendapatan yang tidak merata serta arena permainan yang tidak imbang sejak

awal pada akhirnya terakumulasi menjadi distribusi kekayaan yang cenderung lebih

timpang dibandingkan distribusi pendapatan. Menurut Credit Suisse dalam Global

Wealth Databook 2017, di tahun 2014 sebanyak 20 persen rumah tangga terkaya di

Indonesia menguasai 64 persen total kekayaan saat itu sementara 20 persen rumah

tangga termiskin hanya menguasai 0,3 persen.

Memang benar terdapat aspek-aspek lain di samping kekayaan dan pendapatan yang

dapat digunakan sebagai indikator kesejahteraan seseorang atau sebuah keluarga,

misalnya tingkat kesehatan dan pendidikan. Walaupun demikian, pendapatan yang

layak dan kepemilikan aset kekayaan akan memberikan ruang gerak bagi individu dan

keluarga dalam menentukan pilihan-pilihan hidup, mulai dari pilihan untuk bersekolah

hingga pilihan untuk mendapatkan pekerjaan yang bermartabat.

Bagi kaum yang lemah, ruang gerak tersebut menjadi kecil. Akibatnya, menjadi sulit bagi

mereka untuk menjadi manusia Indonesia yang merdeka, yakni merdeka dari rasa takut

dan bebas dari kesengsaraan hidup.

Page 4: STRATEGI NASIONAL MEWUJUDKAN SISTEM EKONOMI …

ii

Seperti itulah semangat yang dilahirkan dari Pancasila, walaupun Indonesia telah

memasuki fase sebagai negara demokrasi. Salah satu manifestasi demokrasi bagi

Indonesia diwujudkan dalam demokrasi politik yang berlandaskan pada musyawarah

dalam mencapai mufakat. Saat ini, demokrasi politik di Indonesia diwujudkan dalam

bentuk kebebasan untuk berpartisipasi dalam berbagai hajatan demokrasi dan kebebasan

berpendapat bagi setiap warga negara.

Namun bagi Bung Hatta, demokrasi politik saja tidak cukup. Begini argumennya:

“Demokrasi politik saja tidak dapat melaksanakan persamaan dan persaudaraan. Di sebelah

demokrasi politik, harus pula berlaku demokrasi ekonomi. Kalau tidak manusia belum merdeka,

persamaan dan persaudaraan belum ada. Sebab itu cita-cita demokrasi ekonomi Indonesia ialah

demokrasi sosial, melingkupi seluruh lingkungan hidup yang menentukan nasib manusia.”

(Mohammad Hatta, “Demokrasi Kita”, 1960)

Ketika masih banyak rakyat Indonesia di bawah garis kemiskinan atau dalam keadaan

rentan miskin, sulit dikatakan bahwa kedaulatan ekonomi bagi rakyat telah terwujud.

Dengan lain kata, demokrasi ekonomi di Indonesia yang dijiwai oleh semangat

persatuan, kebersamaan dan kekeluargaan hingga kini belum terwujud seperti yang

diharapkan.

Di sinilah pentingnya mengembalikan pengelolaan ekonomi melalui Sistem Ekonomi

Pancasila. Yakni suatu tatanan hubungan antara negara dan warga negara serta

antarwarga negara dalam rangka mewujudkan cita-cita masyarakat adil dan makmur

yang disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan melalui kebijakan

yang sejalan dengan nilai dan prinsip Pancasila.

Buku putih strategi nasional ini tidak hanya berhenti hingga pentingnya Sistem Ekonomi

Pancasila, tetapi juga mengelaborasi upaya pencapaiannya yang dilandasi oleh visi:

Terwujudnya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia melalui penerapan Sistem

Ekonomi Pancasila.

Visi tersebut juga dijabarkan melalui misi dan tujuan, yang setidaknya mencakup lima

hal:

1. Terciptanya kehidupan perekonomian yang berasaskan kekeluargaan dan gotong

royong.

2. Semakin menguatnya posisi usaha rakyat dalam kehidupan perekonomian.

3. Terciptanya ekosistem usaha yang adil.

4. Pemanfaatan sumber daya alam dan energi sebagai pokok-pokok kemakmuran

rakyat.

Page 5: STRATEGI NASIONAL MEWUJUDKAN SISTEM EKONOMI …

iii

5. Terpenuhinya hak setiap warga negara atas pekerjaan dan penghidupan yang layak

bagi kemanusiaan.

Penentuan sasaran dan indikator serta inisiatif strategis dalam pelaksanaan Sistem

Ekonomi Pancasila didasarkan pada tujuan yang telah ditetapkan, baik jangka pendek,

menengah maupun panjang yang bermuara pada upaya mencapai visi dari penerapan

Sistem Ekonomi Pancasila, yaitu “Terwujudnya keadilan sosial bagi seluruh rakyat

Indonesia”. Apabila keadilan sosial dapat diwujudkan, niscaya masyarakat yang

makmur, sejahtera, bahagia, damai, dan merdeka juga dapat tercipta.

Mewujudkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bernegara membutuhkan strategi

yang komprehensif secara nasional dan terintegrasi. Ideologi Pancasila harus

menginternalisasi dalam setiap kehidupan bangsa, khususnya lingkungan pemerintah.

Dengan demikian, setiap kebijakan yang dilahirkan memiliki warna yang jelas, yaitu

semangat dari nilai-nilai Pancasila.

Karena itulah perlu dibangun strategi nasional yang terukur dan tidak hanya berdimensi

jangka pendek. Sebab pada prinsipnya, cita-cita yang terkandung dalam Pancasila yang

menjadi ideologi negara bersifat tak lekang oleh ruang dan waktu. Menciptakan

keadilan, kesejahteraan serta kebahagiaan harus menjadi cita-cita abadi.

Penyusunan buku putih strategi nasional ini bertujuan agar upaya mewujudkan cita-cita

mulia Pancasila berjalan secara berkesinambungan dan tepat sasaran. Untuk

mewujudkan hal itu, landasan yang digunakan dalam merealisasikan pelaksanaan

Sistem Ekonomi Pancasila adalah sebagai berikut: strategi regulasi, strategi pengawasan

dan evaluasi.

Page 6: STRATEGI NASIONAL MEWUJUDKAN SISTEM EKONOMI …

iv

Kerangka Kerja Buku Putih Sistem Ekonomi Pancasila

Page 7: STRATEGI NASIONAL MEWUJUDKAN SISTEM EKONOMI …

v

PENGANTAR

Ikhtiar Mewujudkan Sistem Ekonomi Pancasila

Pancasila, ideologi yang dirumuskan para pendiri bangsa ini dengan susah payah,

sejatinya menjadi panutan dalam segala aspek kehidupan bernegara. Ia menjadi arah

perjalanan bangsa, sehingga tidak tersesat dalam dinamika yang berkembang, baik di

tingkat nasional maupun internasional. Dengan begitu, tidak ada alasan menolak realitas

sejarah yang telah menjadi konsensus bangsa tersebut.

Kendati ideologi dan arah perjalanan bangsa ini sudah digariskan sejak awal Indonesia

mencecap kemerdekaan, sejatinya kemerdekaan itu sendiri merupakan kerja yang belum

selesai. Sukarno, proklamator kemerdekaan Republik Indonesia dan presiden pertama,

mengingatkan bahwa “... di dalam Indonesia Merdeka itu perjoangan kita harus berjalan

terus, hanya lain sifatnya dengan perjoangan sekarang, lain coraknya ...”

Pesan yang disampaikan pada pidato 1 Juni 1945 terkait dengan lahirnya Pancasila itu

memberikan pesan kuat kepada para penerusnya. Semangat dan nilai-nilai yang ada

dalam Pancasila harus diupayakan terus-menerus agar terwujud dalam kehidupan

berbangsa dan bernegara demi tercapainya masyarakat yang adil dan makmur.

Antusiasme yang ditekankan oleh Bung Karno dalam pidatonya itu, terutama Pancasila

akan membimbing bangsa Indonesia menuju kemerdekaan yang hakiki. Hidup menjadi

satu bangsa sebagai anggota dunia yang merdeka, penuh perikemanusiaan, menjunjung

tinggi permusyawaratan sehingga melahirkan kesejahteraan dan rasa aman dengan

berketuhanan yang luas serta sempurna.

Mohammad Hatta, proklamator yang menjadi wakil presiden pertama

mengejawantahkan pesan dan semangat Bung Karno melalui sistem kehidupan

perekonomian. Karyanya dikenal dengan istilah “Ekonomi Terpimpin” dan telah

dibukukan.

Dalam penjelasannya, Bung Hatta menyampaikan bahwa ekonomi terpimpin, terutama

merupakan reaksi terhadap paham liberalisme yang dominan di abad ke-19 di negara-

negara Barat. Kemerdekaan individu dalam bertindak dan berbuat yang menjadi napas

dalam liberalisme adalah bukan Indonesia.

Model pemahaman yang bebas tak terkendali seperti itu memberikan ekses negatif di

lingkungan masyarakat. Harmoni dalam perekonomian seakan menjadi utopia. Sekadar

menjadi harapan yang tak mungkin terwujud, karena kemakmuran adalah milik kaum

Page 8: STRATEGI NASIONAL MEWUJUDKAN SISTEM EKONOMI …

vi

sejahtera. Sementara dalam istilah Bung Hatta, kehidupan yang miskin justru makin

tertekan.

Karena itulah, paham liberalisme yang memberikan kebebasan tanpa batas kepada

individu tidak tepat menjadi panduan kehidupan di Indonesia. Perlu dikoreksi dengan

semangat yang lahir dari kearifan lokal bangsa ini, yaitu kebersamaan.

Posisi sistem perekonomian yang berpegang pada nilai-nilai dan cita-cita seperti

termaktub maupun tersirat dalam Pancasila sangat jelas. Bukan seperti istilah satire yang

dikutip ekonom Mubyarto, “ekonomi yang bukan-bukan” atau sistem ekonomi “abu-

abu” di antara kapitalisme dan sosialisme.

Pancasila memiliki wujudnya sendiri. Begitu pun dalam Sistem Ekonomi Pancasila yang

menjadi turunan nilai dari ideologi Pancasila. Semangat keadilan dan kesejahteraan

bersama yang dilandasi prinsip-prinsip ketuhanan menjadi dasar penting dalam

kehidupan ekonomi Bangsa Indonesia.

Begitu pentingnya membumikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan ekonomi, tidak

boleh berhenti pada pidato maupun dokumen: risalah rapat dan pidato maupun buku

para pendiri bangsa yang kemudian diinterpretasikan oleh para ahli.

Wujud dari nilai-nilai Pancasila harus nyata mewarnai seluruh aspek aturan dan norma

dalam kehidupan ekonomi. Karena itulah, pesan moral yang terkandung dalam

Pancasila harus menjadi ruh dalam setiap kebijakan demi menciptakan masyarakat yang

adil dan makmur.

Terkait dengan konteks inilah pentingnya Sistem Ekonomi Pancasila sebagai nilai dasar

dalam kehidupan bernegara diwujudkan dalam kelembagaan. Bentuknya yang nyata

sudah sepantasnya memandu arah kebijakan nasional dalam kehidupan ekonomi.

Dalam perjalanan mewujudkan Sistem Ekonomi Pancasila sebagai “Jalan Lurus”

kehidupan berbangsa di Tanah Air, Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN)

bersama Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) telah melakukan serangkaian urun

rembug dengan para ahli, baik dari dalam dan luar kampus maupun masyarakat umum,

dari tingkat pedagang eceran hingga pengusaha dan tokoh masyarakat.

Agenda urun rembug tersebut awalnya dibuka oleh Prof. Dr. Syafii Maarif, anggota

Dewan Pengarah BPIP, pada Februari 2018. Selanjutnya, ditutup oleh Jenderal (Pur) Try

Soetrisno, anggota Dewan Pengarah BPIP. Dalam rangkaian kegiatan, perwakilan dari

Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia,

media, serta sejumlah perwakilan dari Kementerian/Lembaga.

Page 9: STRATEGI NASIONAL MEWUJUDKAN SISTEM EKONOMI …

vii

Sementara akademisi yang terlibat dalam urun rembug, antara lain Revrisond Baswir

dari Universitas Gadjah Mada, Didin S. Damanhuri dari Institut Pertanian Bogor, Kasturi

Sukiadi dari Universitas Airlangga, Munawar dari Universitas Brawijaya, Yetty

Rochwulaningsih dari Universitas Diponegoro, Syafruddin Karimi, Nursyirwan Effendy

dan Werry Darta Taifur dari Universitas Andalas, Mukhaer Pakkana dari STIE Ahmad

Dahlan, M. Firmansyah dan Dwi Setiawan Chaniago dari Universitas Mataram, Tulus

Tambunan dari Universitas Trisakti, Acuviarta Kartabi, Hawe Setiawan dan Budi Rajab

dari Universitas Padjajajaran, serta Bambang Rudito dari Institut Teknologi Bandung.

Pertemuan dengan para ahli dari perguruan tinggi tersebut dilaksanakan di sejumlah

daerah. Dari Sumatera Barat, Nusa Tenggara Barat, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa

Timur, serta DKI Jakarta.

Selain para akademisi, dalam pertemuan-pertemuan tersebut turut pula hadir beberapa

narasumber yang merepresentasikan perwakilan dari berbagai kelembagaan untuk

memberikan masukan dan pandangan di antaranya adalah K.H. Haedar Nasir (Ketua PP

Muhammadiyah), Jimly Asshiddiqie (Ketua Dewan Penasihat Ikatan Cendekiawan

Muslim se-Indonesia - ICMI), Miyasto (Tenaga Pengkaji Bidang Ekonomi Lemhanas),

Latif Adam (Pembina Utama Muda Pusat Penelitian Ekonomi Lembaga Ilmu

Pengetahuan Indonesia - LIPI), Syarkawi Rauf (Ketua Komisi Pengawas Persaingan

Usaha—KPPU), Chandra Setiawan (Komisioner KPPU), Andreas Maryoto (perwakilan

wartawan), KH. Maswar (Ketua PWNU Sumatera Barat), Shofwan Karim Elhussein

(Ketua PW Muhammadiyah Sumatera Barat), Rahmadhaniati (Direktur LP2M Sumatera

Barat), Endy Tjahja Wijaya (Kepala KPw Bank Indonesia Sumatera Barat), Darwisman

(Kepala KPw OJK Sumatera Barat), Rais (perwakilan Koperasi Syariah Sumatera Barat),

Sukri Alhamda dan Mustafa Kemal (perwakilan pedagang Kota Padang), Heri Faishal

(Jurnalis Bisnis Indonesia), Rosiadi Sayuti (Pengurus Besar Nahdlatul Wathan),

Falahuddin (perwakilan Muhammadiyah NTB), TGH. Achmad Taqiuddin Mansyur

(perwakilan PWNU NTB), Lalu Ari Irawan dan Suyono (LSM NTB), Syawaluddin

(perwakilan HIPMI NTB), Sumarlan (perwakilan pedagang NTB), Zainul Wardi (Dinas

Koperasi Provinsi NTB), Zulkipli dan Nasir Jaelani (pengurus koperasi), Zakaria (Serikat

Petani Indonesia NTB), Farid Faletehan (Kepala KPw OJK NTB), Wahyu Yuwana

(perwakilan BI NTB), Ahmad Mansyur Suyanto (Ketua Lembaga Perekonomian PWNU

Jawa Barat), Latif Awaludin (Ketua Bidang Ekonomi Persatuan Islam - Persis), Jodi

Janitra (Ketua HIPMI Jawa Barat), Dwi Purnomo (Founder the Local Enablers), Iim dan

Endang (perwakilan Asosiasi Pedagang Jawa Barat), perwakilan Institut Koperasi

Indonesia, perwakilan ISEI Jabar, perwakilan Bank Indonesia Bandung, perwakilan OJK

Bandung, Budiyanto EP (Kepala Biro Perekonomian Provinsi Jawa Tengah), H. Tafsir

(Ketua PW Muhammadiyah Jawa Tengah), Khoiridin (perwakilan Koperasi Syariah),

Purwanto (perwakilan Gapoktan), Billya Dahlan (Ketua HIPMI Jawa Tengah), Pratomo

Page 10: STRATEGI NASIONAL MEWUJUDKAN SISTEM EKONOMI …

viii

(Yayasan Obor Tani), Gunawan Permadi (Pimred Suara Merdeka), Hamid Ponco

Wibowo (Kepala KPw Bank Indonesia Jateng), Bambang Kiswono (Kepala KPw OJK

Jawa Tengah), Fretdy Purba (Bank Indonesia) serta Sulistyanto Soejoso sebagai

budayawan dan pegiat pendidikan.

Pada urun rembug, secara aktif terlibat pula Dewan Pengarah BPIP Sudhamek, Kepala

BPIP Yudi Latief (hingga Juni 2018), Wakil Kepala BPIP Haryono dan Deputi BPIP

Silverius Yoseph Soeharso, Penasihat Khusus BPIP Benny Susetyo, serta Ketua KEIN

Soetrisno Bachir, Wakil Ketua KEIN Arif Budimanta, Sekretaris KEIN Putri Wardhani

dan anggota KEIN Aries Mufti.

Pada akhirnya tentu saja kami mengucapkan terima kasih kepada Herry Gunawan, Ade

Holis, Marhamah Muthohharoh, Awalil Rizky, Hardy Hermawan, Nadia Rayhanna,

Dimas Novita Sari, Reno Ranggi Koconegoro, Faishal Rahman, Firdha Anisa Najiya,

Muhammad Islam, Arif Amin, Muhammad Nalar, Andi Fitriana Saudi, Viranny Mutiara,

Vita Fatimatuzzahra yang telah membantu proses penyusunan naskah ini sampai dengan

akhir.

Segala yang kami lakukan ini merupakan sebuah ikhtiar untuk mengukuhkan kembali

fondasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara seperti diamanatkan pendiri bangsa,

Bung Karno dan Bung Hatta. Sebuah upaya mengingatkan dan terus berupaya

mewujudkan nilai-nilai luhur yang tercantum dalam Pancasila sebagai jalan lurus yang

mengatur kehidupan antara negara dengan warga negara, maupun antarwarga negara.

Jakarta, September 2018

Page 11: STRATEGI NASIONAL MEWUJUDKAN SISTEM EKONOMI …

ix

DAFTAR ISI

IKHTISAR ........................................................................................................................................ i

PENGANTAR ................................................................................................................................. v

DAFTAR ISI ................................................................................................................................... ix

I. LATAR BELAKANG .................................................................................................................. 1

1.1 Refleksi Atas Realitas ......................................................................................................... 1

1.2 Pancasila Sebagai Jalan Lurus ........................................................................................... 4

1.3 Indonesia Kini dan Kelak ................................................................................................... 9

II. KERANGKA KONSEPTUAL ................................................................................................ 11

2.1 Definisi ............................................................................................................................... 11

2.2 Nilai-nilai Dasar ................................................................................................................ 11

2.3 Prinsip Dasar dan Pemandu ............................................................................................ 17

2.3.1 Prinsip Dasar ........................................................................................................... 17

2.3.2 Prinsip Pemandu..................................................................................................... 19

III. VISI, MISI DAN TUJUAN ..................................................................................................... 24

3.1 Visi ...................................................................................................................................... 24

3.2 Misi ..................................................................................................................................... 24

3.3 Tujuan ................................................................................................................................. 24

IV. SASARAN, INDIKATOR DAN INISIATIF STRATEGIS ................................................. 25

4.1 Tujuan 1: Terciptanya Kehidupan Perekonomian yang Berasaskan

Kekeluargaan dan Gotong Royong ............................................................................... 26

4.1.1 Sasaran ..................................................................................................................... 26

4.1.2 Indikator ................................................................................................................... 27

4.1.3 Inisiatif Strategis...................................................................................................... 28

4.2 Tujuan 2: Semakin Menguatnya Posisi Usaha Rakyat dalam Kehidupan

Perekonomian .................................................................................................................. 29

4.2.1 Sasaran ..................................................................................................................... 29

4.2.2 Indikator ................................................................................................................... 30

4.2.3 Inisiatif Strategis...................................................................................................... 31

4.3 Tujuan 3: Terciptanya Ekosistem Usaha yang Adil ..................................................... 32

Page 12: STRATEGI NASIONAL MEWUJUDKAN SISTEM EKONOMI …

x

4.3.1 Sasaran ..................................................................................................................... 33

4.3.2 Indikator ................................................................................................................... 34

4.3.3 Inisiatif Strategis...................................................................................................... 35

4.4 Tujuan 4: Pemanfaatan Sumber Daya Alam Sebagai Pokok-Pokok

Kemakmuran Rakyat ...................................................................................................... 37

4.4.1 Sasaran ..................................................................................................................... 37

4.4.2 Indikator ................................................................................................................... 38

4.4.3 Inisiatif Strategis...................................................................................................... 39

4.5 Tujuan 5: Terpenuhinya Hak Setiap Warga Negara Atas Pekerjaan dan

Penghidupan yang Layak Bagi Kemanusiaan ............................................................. 41

4.5.1 Sasaran ..................................................................................................................... 42

4.5.2 Indikator ................................................................................................................... 43

4.5.3 Inisiatif Strategis...................................................................................................... 44

V. STRATEGI NASIONAL ......................................................................................................... 47

5.1 Strategi Regulasi ................................................................................................................ 47

5.2 Strategi Pengawasan dan Evaluasi ................................................................................. 48

VI. ROADMAP SISTEM EKONOMI PANCASILA ................................................................. 50

LAMPIRAN .................................................................................................................................. 52

Kronologis Penyusunan Buku Putih .................................................................................... 52

Rangkuman Sasaran, Indikator, dan Inisiatif Strategis ..................................................... 56

Page 13: STRATEGI NASIONAL MEWUJUDKAN SISTEM EKONOMI …

1

I. LATAR BELAKANG

Inti dari kedaulatan rakyat sesungguhnya adalah dari rakyat, oleh rakyat dan untuk

rakyat. Mohammad Hatta, Wakil Presiden Pertama RI bahkan telah menyampaikan hal

ini sejak Indonesia belum merdeka.

“Bagi kita rakyat itu yang utama, rakyat umum yang mempunya kedaulatan, kekuasaan.

Karena rakyat itu jantung-hati bangsa. Dan rakyat itulah menjadi ukuran tinggi rendah

derajat kita. Dengan rakyat itu kita akan naik dan dengan rakyat kita akan turun. Hidup

atau matinya Indonesia Merdeka, semuanya itu bergantung kepada semangat rakyat.”

(Mohammad Hatta, 20 September 1931)

Melalui pernyataan tersebut, Hatta ingin mengingatkan bahwa kedaulatan rakyat

merupakan prasyarat penting dalam upaya mewujudkan keadilan sosial. Rakyat harus

berdaya sekaligus saling memberdayakan dalam memenuhi kebutuhan hidup.

Inilah yang sejatinya menjadi fondasi dalam tatanan kehidupan bernegara. Semangat

persatuan demi menciptakan masyarakat adil dan makmur, yang hanya tercipta melalui

keadilan sosial.

Namun ada kalanya, cita-cita mulia yang telah ditetapkan tidak berjalan beriringan

dengan realitasnya. Banyak hal yang menyebabkan kemungkinan tersebut dapat terjadi.

Dari negara yang alpa terhadap kontrol, bergesernya kehendak akibat intervensi

dinamika sosial termasuk di tingkat global, hingga menguatnya interes pribadi.

Karena itulah nilai dasar Pancasila adalah tempat berpulang. Kepadanya kita berkaca, ke

mana arah bangsa ini bergerak?

1.1 Refleksi Atas Realitas

Keadilan Bagi Rakyat

Harus diakui, secara fisik Indonesia kini telah mengalami perubahan sangat besar

dibandingkan awal kemerdekaan. Pendapatan nasional yang diukur melalui Produk

Domestik Bruto (PDB) tumbuh melesat. Hal serupa juga terjadi pada besaran PDB per

kapita yang telah tumbuh sekitar hampir lima kali lipat sejak 1960. Tentu hal ini

merupakan keniscayaan dalam setiap negara yang sedang membangun.

Page 14: STRATEGI NASIONAL MEWUJUDKAN SISTEM EKONOMI …

2

Begitu pun dengan pembangunan infrastruktur, fasilitas publik makin modern, serta

kualitas sumber daya manusia yang kian baik. Bahkan oleh dunia internasional,

Indonesia kerap dipandang sebagai negara dengan potensi ekonomi yang sangat besar

dan diperkirakan untuk dapat tumbuh lebih pesat lagi (fast growing emerging economy).

Keberhasilan ini, tentu saja tidak dapat dinegasikan. Namun tetap menyisakan

pertanyaan mendasar: Masih tersisakah semangat kebersamaan, kekeluargaan, dan

persatuan dalam kehidupan berbangsa?

Meningkatnya pertumbuhan pendapatan, pembangunan infrastruktur dan sarana

penopang perekonomian dalam negeri adalah sebuah fakta. Secara umum, aspek-aspek

penunjang seperti transportasi, telekomunikasi, energi, keuangan dan lain sebagainya

telah berkembang dengan baik, terutama di wilayah perkotaan yang menjadi sentra

aktivitas ekonomi. Tentunya hal ini menjadi modal yang penting untuk terus

menggerakkan roda perekonomian.

Pembangunan yang baik tentunya akan memberikan dampak positif terhadap kondisi

sosial dan ekonomi masyarakat Indonesia pada umumnya. Walaupun demikian, kita

perlu bersikap kritis dalam melihat upaya-upaya pembangunan nasional. Dalam hal ini,

aspek-aspek kesenjangan dan pemerataan pembangunan perlu menjadi perhatian.

Pembangunan yang timpang dapat berakibat buruk terhadap perwujudan keadilan

sosial di negeri ini.

Kenyataannya, pertumbuhan ekonomi yang umumnya positif dari tahun ke tahun belum

dapat menjadi alat yang efektif dalam menanggulangi persoalan kesenjangan di

Indonesia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) koefisien Gini pendapatan di

perkotaan dan perdesaan adalah 0,39 di tahun 2017. Secara kasar, angka tersebut

menunjukkan bahwa pendapatan total di tahun 2017 hanya didistribusikan (dengan

merata) kepada 61 persen dari seluruh rumah tangga yang ada di Indonesia, sementara

39 persen sisanya tidak mendapatkan apa-apa. Walaupun kenyataannya tidak demikian,

ilustrasi tersebut menunjukkan adanya ketidakadilan yang cukup mengkhawatirkan.

Distribusi pendapatan yang tidak merata serta arena permainan yang tidak imbang sejak

awal pada akhirnya terakumulasi menjadi distribusi kekayaan yang cenderung lebih

timpang dibandingkan dengan distribusi pendapatan. Menurut Credit Suisse dalam

Global Wealth Databook 2017, di tahun 2014 sebanyak 20 persen rumah tangga terkaya di

Indonesia menguasai 64 persen total kekayaan saat itu sementara 20 persen rumah

tangga termiskin hanya menguasai 0,3 persen.

Memang benar terdapat aspek-aspek lain di samping kekayaan dan pendapatan yang

dapat digunakan sebagai indikator kesejahteraan seseorang atau sebuah keluarga,

misalnya tingkat kesehatan dan pendidikan. Walaupun demikian, pendapatan yang

Page 15: STRATEGI NASIONAL MEWUJUDKAN SISTEM EKONOMI …

3

layak dan kepemilikan aset kekayaan akan memberikan ruang gerak bagi individu dan

keluarga dalam menentukan pilihan-pilihan hidup, mulai dari pilihan untuk bersekolah

hingga pilihan untuk mendapatkan pekerjaan yang bermartabat.

Bagi kaum yang lemah, ruang gerak tersebut menjadi kecil. Akibatnya, menjadi sulit bagi

mereka untuk menjadi manusia Indonesia yang merdeka, yakni merdeka dari rasa takut

dan bebas dari kesengsaraan hidup seperti yang disampaikan oleh Bung Hatta.

Ketimpangan tidak hanya dilihat dalam konteks pendapatan dan kekayaan. Di sisi lain,

masih terdapat isu pemerataan pembangunan yang mengakibatkan ketimpangan

antardaerah dan antarwilayah. Kenyataannya, kegiatan ekonomi masih banyak yang

terpusat di Pulau Jawa. Sesuai data BPS, kontribusi seluruh provinsi di Jawa terhadap

total PDB nasional adalah sekitar 58,5 persen di tahun 2017.

Pembangunan yang tidak merata juga dapat dilihat dari kondisi infrastruktur.

Berdasarkan data dalam RUPTL 2018-2027, kapasitas listrik terpasang di Pulau Jawa dan

Bali adalah sekitar 67 persen dari total kapasitas terpasang di seluruh Indonesia.

Sementara di Nusa Tenggara, Papua, dan Maluku hanya memiliki kapasitas sekitar 3

persen.

Ketimpangan aktivitas ekonomi berdampak langsung terhadap kondisi pertumbuhan

perekonomian masyarakat, misalnya yang tercermin pada tingkat pengeluaran atau

konsumsi. Berdasarkan SUSENAS 2012 dan 2017, pertumbuhan tahunan atas rata-rata

pengeluaran per kapita di Jawa adalah 3,17 persen, sementara di luar Jawa hanya 1,12

persen.

Hal yang serupa juga terjadi pada pertumbuhan ekonomi yang cenderung timpang

antara wilayah perdesaan dan perkotaan. Tentunya, aktivitas ekonomi berjalan dengan

skala yang lebih besar dan lebih dinamis di wilayah perkotaan. Walaupun demikian,

kelumrahan ini tidak seharusnya dibiarkan sehingga pertumbuhan di desa menjadi

sangat lamban, mengakibatkan ketertinggalan yang semakin jauh dari waktu ke waktu.

Inilah fakta yang masih terjadi, realitas yang harus dibayar dari pembangunan yang

cenderung terserabut akarnya dari nilai-nilai Pancasila.

Kesenjangan dan Dampak Sosialnya

Refleksi pembangunan bangsa tidak cukup hanya dengan penyajian data-data statistik

seperti tingkat kemiskinan dan kesenjangan. Kita perlu melihat bagaimana kondisi

perekonomian saat ini berdampak pada kehidupan masyarakat dalam aspek-aspek

lainnya, misalnya politik.

Page 16: STRATEGI NASIONAL MEWUJUDKAN SISTEM EKONOMI …

4

Indonesia adalah sebuah negara demokrasi. Salah satu manifestasi demokrasi bagi

Indonesia diwujudkan dalam demokrasi politik yang berlandaskan pada musyawarah

dalam mencapai mufakat. Saat ini, demokrasi politik di Indonesia diwujudkan dalam

bentuk kebebasan untuk berpartisipasi dalam berbagai hajatan demokrasi dan kebebasan

berpendapat bagi setiap warga negara.

Namun bagi Bung Hatta, demokrasi politik saja tidak cukup. Begini argumennya:

“Demokrasi politik saja tidak dapat melaksanakan persamaan dan persaudaraan. Di

sebelah demokrasi politik, harus pula berlaku demokrasi ekonomi. Kalau tidak manusia

belum merdeka, persamaan dan persaudaraan belum ada. Sebab itu cita-cita demokrasi

ekonomi Indonesia ialah demokrasi sosial, melingkupi seluruh lingkungan hidup yang

menentukan nasib manusia.” (Mohammad Hatta, “Demokrasi Kita”, 1960)

Ketika masih banyak rakyat Indonesia di bawah garis kemiskinan atau dalam keadaan

rentan miskin, sulit dikatakan bahwa kedaulatan ekonomi bagi rakyat telah terwujud.

Dengan lain kata, demokrasi ekonomi di Indonesia yang dijiwai oleh semangat

persatuan, kebersamaan dan kekeluargaan belum terwujud seperti yang diharapkan.

Dalam kondisi yang tidak ideal ini, tanpa kemerdekaan ekonomi, dalam memenuhi

kebutuhan hidup, dependensi terhadap sumber-sumber pendapatan di luar pekerjaan

utama dapat menjadi begitu tinggi. Di sinilah persinggungan antara uang dan politik

menjadi nyata. Preferensi politik bisa jadi dibiaskan oleh kekuatan uang.

Demokrasi politik dan demokrasi ekonomi saling memengaruhi satu sama lain. Oleh

karena itu, pembenahan demokrasi ekonomi harus dilaksanakan seiring dengan

perkembangan demokrasi politik yang ada saat ini. Integrasi di antara keduanya menjadi

sangat penting.

1.2 Pancasila Sebagai Jalan Lurus

Ketidakadilan yang terwujud dalam kesenjangan atau ketimpangan ekonomi merupakan

sebuah fenomena global. Dalam laporan yang dikeluarkan oleh World Inequality Lab

pada tahun 2018, dikatakan bahwa ketimpangan pendapatan telah meningkat pada

hampir seluruh negara, tetapi dalam kecepatan yang berbeda-beda. Hal ini menunjukkan

bahwa institusi dan kebijakan memiliki peran yang signifikan dalam membentuk

ketimpangan di sebuah negara.

Berbagai inisiatif kebijakan telah dicetuskan sebagai bagian dari upaya pemerataan

ekonomi. Contoh-contoh kebijakan dapat berupa redistribusi pendapatan melalui

Page 17: STRATEGI NASIONAL MEWUJUDKAN SISTEM EKONOMI …

5

peraturan upah minimum, transformasi perpajakan, penyediaan bantuan sosial bagi

orang-orang yang menganggur, pengaturan jaminan sosial yang lebih baik, dan lain

sebagainya.

Dengan penyesuaian yang tepat, Indonesia mungkin dapat mentransplantasi setidaknya

satu dari contoh-contoh kebijakan tersebut dalam rangka menanggulangi masalah

kesenjangan ekonomi. Walaupun demikian, kebijakan ekonomi kerap kali berubah,

sesuai dengan kondisi sosial dan politik yang berkembang. Kejadian yang tidak

diinginkan adalah ketika pembuat kebijakan membuat keputusan berdasarkan tujuan

politik (political whim) masing-masing. Konsekuensinya adalah inkonsistensi kebijakan

yang justru dapat memperkeruh keadaan.

Untuk mengatasi masalah inkonsistensi tersebut, dibutuhkan sistem ekonomi yang ajek

sebagai landasan atau acuan bersama (common platform) dalam pembuatan seluruh

kebijakan ekonomi ke depannya. Sistem ini hendaknya mengacu pada norma-norma dan

prinsip-prinsip Pancasila sebagai dasar negara serta Undang-Undang Dasar 1945 sebagai

landasan konstitusionalnya. Sistem inilah yang disebut sebagai Sistem Ekonomi

Pancasila. Seperti apa wujud dari sistem ekonomi tersebut?

Mubyarto menceritakan (2004), ekonomi Pancasila kerap ditasbihkan sebagai ekonomi

yang “bukan-bukan”: bukan kapitalis dan bukan sosialis.

Sistem Ekonomi Pancasila dikatakan sebagai sistem ekonomi campuran yang mengambil

kelebihan-kelebihan dari sistem ekonomi kapitalis dan sosialis, yang kemudian disebut

sebagai sistem ekonomi jalan ketiga (Rahardjo, 2004). Walaupun demikian, perlu diingat

bahwa Dawam Rahardjo memberi catatan tambahan bahwa tidak ada satu negara pun

yang secara murni menganut sistem kapitalis ataupun sosialis.

Jika seluruh negara menganut sistem ekonomi campuran, apa kelebihan Sistem Ekonomi

Pancasila dan mengapa kita harus menggunakan sistem ini?

Sebuah sistem ekonomi tentu saja tidak lahir dari ruang kosong. Ia terlahir sebagai

bentuk reaksi atas fenomena yang tumbuh di masyarakat serta nilai dan norma yang

mendasari tatanan sosial kehidupan masyarakat. Begitu halnya dengan konsep ekonomi

Pancasila.

Ekonomi Pancasila dijiwai oleh asas kekeluargaan, kegotongroyongan dan kerja sama

(Rahardjo, 2004). Di sinilah nilai-nilai tradisional yang terjelma melalui berbagai budaya

di seluruh Indonesia tercermin dalam ekonomi Pancasila. Dalam hal ini, budaya gotong

royong, dengan berbagai nama dan sebutannya di seluruh penjuru negeri, merupakan

modal sosial atau kekuatan bangsa yang harus dipertahankan.

Page 18: STRATEGI NASIONAL MEWUJUDKAN SISTEM EKONOMI …

6

Walaupun begitu, masih ada pandangan yang cenderung tidak bersahabat dengan

ekonomi Pancasila dengan alasan tidak sejalan dengan perkembangan zaman. Ekonomi

pasar yang bergerak secara individual dinilai sebagai keniscayaan zaman. Tentu saja

pandangan ini bertentangan dengan Sistem Ekonomi Pancasila yang memiliki

kepentingan menjaga harmoni.

Sementara itu, sistem ekonomi pasar bebas memiliki kecenderungan menciptakan

ketidakharmonisan. Pihak yang kuat, baik dari sisi modal maupun akses produksi

menjadi ancaman serius bagi dunia usaha kecil maupun menengah, termasuk kegiatan

usaha koperasi.

Kondisi inilah, seperti ditegaskan Bung Hatta yang dikoreksi oleh ekonomi berbasis

nilai-nilai Pancasila. Kendati demikian, tidak tepat jika harus memahami bahwa Sistem

Ekonomi Pancasila adalah antipasar. Kemerdekaan dalam pergaulan ekonomi, termasuk

di pasar, merupakan fitrah yang dijaga, namun tetap tidak terlepas dari kontrol negara,

dalam hal ini pemerintah.

Harus diakui bahwa sistem yang berlangsung melalui mekanisme pasar dibentuk untuk

mencapai efisiensi ekonomi melalui konsep persaingan pasar yang sempurna. Namun

demikian, telah diketahui bahwa pasar yang sempurna tidak akan pernah terbentuk.

Dalam kondisi ini, tanpa pengaturan yang baik, efisiensi justru tidak akan terwujud.

Dengan demikian, konsep pengaturan merupakan kata kunci dalam Sistem Ekonomi

Pancasila. Dalam hal ini, pemerintah yang harus berperan sebagai pengatur. Sejalan

dengan yang dikemukakan oleh Amartya Sen, pemenang Nobel Ekonomi pada 1998

dalam “Development as Freedom”, peran yang dipegang oleh pasar seharusnya tidak

hanya bergantung pada hal-hal yang dapat mereka lakukan, tetapi juga bergantung pada

ranah-ranah yang diizinkan bagi mereka (pasar). Diperlukan pembatasan atas kebebasan

pelaku-pelaku pasar dalam mengambil keputusan agar tidak terjadi inefisiensi ekonomi,

terutama dari perspektif masyarakat secara umum.

Pengaturan menjadi semakin krusial ketika mekanisme pasar yang ada justru

memfasilitasi kepentingan segelintir orang atau kelompok, tetapi mengorbankan

kepentingan rakyat banyak.

Keadilan sosial tidak akan tercipta tanpa intervensi yang tepat sasaran oleh pemerintah.

Intervensi yang dimaksud tidak hanya dalam bentuk pengaturan mekanisme pasar.

Peran pemerintah dalam mewujudkan demokrasi ekonomi di Indonesia jauh lebih besar,

terutama dalam konteks pemenuhan hak-hak sosial yang mendasar, seperti pendidikan,

kesehatan dan keamanan. Harapannya, keadilan sosial akan terwujud seiring dengan

pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.

Page 19: STRATEGI NASIONAL MEWUJUDKAN SISTEM EKONOMI …

7

Pengamalan Nilai Pancasila dalam Sistem Ekonomi

Perwujudan keadilan sosial, yang saat ini jauh dari kondisi ideal, merupakan titik tolak

yang menciptakan sebuah urgensi untuk melandaskan nilai-nilai Pancasila dalam

pengambilan berbagai jenis kebijakan oleh pemerintah. Dalam konteks ekonomi,

keadilan dapat terwujud melalui sistem distribusi yang baik.

Operasionalisasi asas kekeluargaan dan gotong royong yang menjadi ruh Sistem

Ekonomi Pancasila dilaksanakan melalui pengaturan kembali distribusi terhadap faktor

produksi dan hasil produksi. Praktiknya saat ini, dari sisi faktor produksi, misalnya,

terdapat ketimpangan yang begitu signifikan antara segelintir pemilik modal (atas modal

material seperti tanah, uang dan mesin) dengan mayoritas masyarakat pada umumnya.

Sistem Ekonomi Pancasila mengatur bagaimana redistribusi aset material sebagai salah

satu faktor produksi menjadi lebih adil demi menyokong pertumbuhan ekonomi yang

merata dan berkeadilan. Sejatinya, pertumbuhan ekonomi nasional didorong oleh

kekuatan ekonomi lokal, sehingga tidak tercipta sentralisasi dalam pembangunan.

Sedangkan dari sisi hasil produksi, ada fenomena terjadinya kesenjangan dalam

pemanfaatan nilai tambah yang dihasilkan di sepanjang rantai ekonomi. Kondisinya

tidak terdistribusi secara adil. Kerap kali, kenaikan harga di tingkat konsumen tidak

memberikan manfaat kepada produsen semacam petani (produsen) yang tingkat

harganya cenderung stagnan atau turun.

Kebijakan yang berdasar pada nilai-nilai Pancasila tentunya akan mengatur bagaimana

hasil produksi dinikmati lebih adil oleh aktor-aktor ekonomi, dari tingkat hulu

(produsen), antara (distribusi), hingga hilir (pedagang eceran). Dengan demikian,

kesenjangan/ketimpangan pendapatan dapat diatasi dengan lebih baik.

Dokumen ini disusun sebagai langkah awal dalam mewujudkan sebuah tatanan untuk

kembali kepada kesepakatan bersama yang telah menjadi konsensus bangsa, yaitu

Pancasila yang prinsip dan normanya menjadi nilai-nilai dalam penerapan Sistem

Ekonomi Pancasila. Dengan demikian, Sistem Ekonomi Pancasila dapat menjadi (1)

acuan nilai dalam merumuskan kebijakan di bidang ekonomi, (2) landasan dalam

merumuskan rencana kerja nasional untuk mewujudkan nilai-nilai Pancasila dalam

kehidupan berwarga negara, dan (3) standar ukuran dalam menilai kualitas serta arah

kebijakan Indonesia.

Page 20: STRATEGI NASIONAL MEWUJUDKAN SISTEM EKONOMI …

8

Tantangan dalam Mewujudkan Sistem Ekonomi Pancasila

Pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam sistem ekonomi Indonesia tentunya, tidak

semudah membalikkan tangan. Ada tantangan yang harus dihadapi, sehingga perlu

diatasi agar dampak negatifnya dapat diminimalkan. Beberapa tantangan yang telah

teridentifikasi adalah sebagai berikut:

1. Semangat Pancasila yang meredup dalam kehidupan berbangsa

Kehidupan berekonomi yang berlandaskan nilai-nilai Pancasila memerlukan

kesadaran dari seluruh warga Indonesia untuk bergotong royong dalam

menciptakan kesejahteraan dan keadilan sosial di negeri ini. Semangat gotong

royong ini akan sulit terwujudkan dalam lingkungan masyarakat yang

cenderung konsumtif dan individualistis. Akibatnya, upaya-upaya perbaikan

terhadap fenomena sosial, seperti kemiskinan dan kesenjangan, cenderung

terabaikan.

2. Tidak adanya peraturan acuan yang mengikat sebagai panduan dalam

kebijakan di bidang perekonomian untuk kembali pada nilai-nilai Pancasila

Kehadiran negara untuk mewujudkan cita-cita Ekonomi Pancasila merupakan

suatu keniscayaan. Oleh karena itu, peran aktif negara dalam mengarahkan

perekonomian dalam mencapai cita-cita luhur Pancasila menjadi sangat

penting. Hal ini diperlukan agar berbagai kebijakan, khususnya dalam bidang

ekonomi, menjadi sesuai dengan peraturan acuan tersebut.

3. Penguasaan pasar oleh sekelompok pemodal

Pada kenyataannya, kondisi pasar kita berjalan dengan tidak sempurna.

Terdapat kecenderungan pasar kita dikuasai oleh pemilik sumber daya yang

berlebih, baik dari modal maupun pengaruh, yang menjadi hambatan dalam

implementasi Sistem Ekonomi Pancasila. Penerapan Sistem Ekonomi Pancasila

tentunya akan berpotensi mengubah tatanan yang sudah dikuasai oleh

segelintir kelompok tersebut.

4. Kualitas sumber daya manusia masih tertinggal

Sistem Ekonomi Pancasila membuka kesempatan yang berkeadilan bagi

seluruh elemen masyarakat untuk berpartisipasi dalam perekonomian bangsa.

Dengan demikian, demokrasi ekonomi dapat dicapai. Namun, keberhasilan

demokrasi bergantung pada kualitas manusianya. Kualitas sumber daya

manusia, terutama dari segi pendidikan, menjadi sangat krusial untuk

mendukung pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam perekonomian bangsa.

Dengan demikian, semangat gotong royong di mana setiap orang dapat

Page 21: STRATEGI NASIONAL MEWUJUDKAN SISTEM EKONOMI …

9

berdaya dan saling memberdayakan akan terwujud dalam kehidupan

berbangsa dan bernegara.

5. Sinkronisasi antarkementerian dan lembaga

Setiap Kementerian dan Lembaga (K/L) memiliki fokus kebijakan sesuai sektor

yang ditanganinya. Oleh karena itu, tampak beralasan seandainya masing-

masing K/L memiliki interes sektoral. Kondisi tersebut berdampak pada

peluang terjadinya kebijakan yang tumpang-tindih, sehingga menyebabkan

terganggunya ketidakselarasan dan harmoni dalam kehidupan perekonomian.

Selain itu, tidak adanya satu kesamaan visi merupakan alasan lainnya.

Kesamaan visi inilah yang seharusnya dilandaskan pada semangat Pancasila

dalam mewujudkan masyarakat yang adil dan sejahtera.

6. Literasi nilai-nilai Pancasila

Banyaknya paham yang berkembang di dalam kehidupan berbangsa dan

bernegara menciptakan keberagaman cara pandang dan berpikir. Kondisi ini

juga membuat literasi soal Pancasila mulai menurun di masyarakat, terutama

kalangan muda. Rendahnya antusiasme menyebabkan proses internalisasi

nilai-nilai Pancasila mengalami hambatan serius. Sejatinya, pemerintah, dunia

usaha, serta individu memiliki kesadaran yang sama mengenai pentingnya

Pancasila, tujuan dan cita-cita bangsa, serta terwujudnya keadilan sosial yang

berlandaskan kebersamaan.

7. Tidak ada lembaga khusus yang mengupayakan dan menjaga pengamalan

prinsip-prinsip Pancasila dalam pembuatan kebijakan ekonomi

Meskipun Pancasila merupakan ideologi bangsa, penerapannya dalam

perekonomian masih sangat terbatas. Masih banyak kebijakan yang tidak

sejalan dengan nafas dan ruh Pancasila itu sendiri. Oleh karena itu,

dibutuhkan lembaga khusus yang mampu mewujudkan dan melaksanakan

kebijakan yang mengadopsi nilai-nilai Pancasila dalam perekonomian.

1.3 Indonesia Kini dan Kelak

Pemerintahan di bawah pimpinan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla

telah menginisiasi berbagai kebijakan dalam rangka mewujudkan keadilan sosial. Hal ini

tercermin dalam janji politik Presiden Joko Widodo yang tertuang dalam Nawa Cita.

Pemerintah fokus dalam melakukan pemerataan ekonomi, sehingga rakyat Indonesia

yang berada di pinggiran, kawasan perbatasan, pulau-pulau terluar, kawasan terisolir

merasakan hadirnya negara melalui pembangunan. Mereka merasa bangga menjadi

Page 22: STRATEGI NASIONAL MEWUJUDKAN SISTEM EKONOMI …

10

warga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Di samping itu, pemerintah juga

berupaya meningkatkan keadilan sosial melalui program-program redistribusi, seperti

halnya kebijakan reforma agraria, yang terdiri atas reforma aset dan akses, bagi mereka

yang selama ini termarjinalkan.

Namun, kita menyadari bahwa keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia belum

sepenuhnya bisa diwujudkan. Padahal, keadilan sosial harus mampu diwujudkan secara

nyata dalam kehidupan segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia. Karena

dengan pemerataan ekonomi yang berkeadilan, maka persatuan Indonesia dapat

terwujud.

Berkeadilan tidak hanya dalam pemerataan ekonomi, akan tetapi juga dalam

pembangunan ideologi, politik, sosial dan budaya. Dalam bidang ideologi, bangsa ini

harus terus memperkuat konsensus kebangsaan untuk menjaga Pancasila, UUD 1945,

NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika.

Kendati demikian, harus diakui bahwa tantangan dalam mewujudkan Sistem Ekonomi

Pancasila adalah sebuah keniscayaan. Perwujudannya hanya dapat terealisasi dengan

baik jika ada rencana yang komprehensif dari pemerintah.

Sebab tak mudah bagi Sistem Ekonomi Pancasila dalam mempertemukan antara norma

yang ingin dicapai dengan fakta. Selalu ada jarak antara kondisi ideal dengan realita.

Namun, seperti yang dipesankan oleh Mohammad Hatta (1960), tugas kita sebagai

manusia yang memiliki idealisme dan mampu berpikir praktis adalah mencari jalan yang

sebaik-baiknya untuk mendekatkan jarak antara realita yang ada dengan kondisi ideal.

Oleh karena itu, perwujudan Sistem Ekonomi Pancasila merupakan ikhtiar bersama yang

patut didukung dan dijaga keberlanjutannya.

Page 23: STRATEGI NASIONAL MEWUJUDKAN SISTEM EKONOMI …

11

II. KERANGKA KONSEPTUAL

2.1 Definisi

Sistem Ekonomi Pancasila adalah suatu tatanan hubungan antara negara dan warga

negara serta antarwarga negara dalam rangka mewujudkan cita-cita masyarakat adil dan

makmur yang disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan melalui

kebijakan yang sejalan dengan nilai dan prinsip Pancasila.

2.2 Nilai-Nilai Dasar

(1) Ketuhanan

Indonesia didirikan sebagai sebuah negara merdeka dan merupakan satu negara semua

untuk semua. Bukan untuk satu orang, satu kelompok atau pun satu golongan saja.

Negara Indonesia adalah negara yang tiap-tiap orangnya dapat menyembah Tuhannya

dengan leluasa.

Segenap rakyatnya, oleh Bung Karno ditegaskan sebagai warga yang bertuhan tanpa

egoisme dalam beragama. Tanpa egoisme dalam beragama adalah bertuhan secara

kebudayaan yang saling hormat menghormati, sehingga tercipta satu bangsa yang kuat

dan bersatu. Bangunan ini ada di dalam kerangka negara yang bertuhan melalui

kehidupan beragama yang tulus dan autentik, karena ia adalah satu hal yang telah

berakar dalam kehidupan masyarakat.

Ketuhanan ini merupakan fondasi yang penting dalam kehidupan bangsa Indonesia.

Inilah nilai, yang disebut oleh Bung Hatta sebagai nilai yang memimpin menuju jalan

kebenaran, keadilan, kebaikan, kejujuran dan persaudaraan.

Para pendiri bangsa pun menyandarkan perekonomian nasional yang berdasarkan

Pancasila merupakan sistem perekonomian yang berlandaskan ketuhanan dan agama.

Dengan demikian, kepemilikan terhadap harta dalam perekonomian memiliki dimensi

ketuhanan. Artinya perolehan, penguasaan dan pemanfaatan atas harta atau pendapatan,

harus dilakukan dengan cara yang tidak bertentangan dengan agama.

Untuk itulah, Sistem Ekonomi Pancasila merupakan perekonomian yang memiliki

landasan etis dan pertanggungjawaban kepada Tuhan. Sehingga, perwujudan dari

Sistem Ekonomi Pancasila meniscayakan adanya kebaikan dan kedermawanan dalam

setiap relasi yang tercipta.

Page 24: STRATEGI NASIONAL MEWUJUDKAN SISTEM EKONOMI …

12

(2) Kemandirian (Kepentingan Nasional)

Pancasila adalah ideologi sekaligus identitas bangsa Indonesia yang merupakan

manifestasi dari sikap kemandirian. Ia terlahir dari kearifan lokal masyarakat Indonesia,

yang pada masa awal kemerdekaan menjadi identitas perlawanan terhadap ideologi dari

Barat maupun Timur yang ingin dilekatkan dan menjadi warna dalam perjalanan bangsa

ini.

Walaupun begitu, Pancasila bukanlah satu ideologi yang tertutup. Ia membuka ruang

untuk beradaptasi dengan perkembangan zaman. Bahkan Bung Karno meyakini bahwa

Pancasila merupakan sumbangan Indonesia untuk dunia dalam rangka menyelesaikan

berbagai persoalan sosial, politik, ekonomi dan kemanusiaan.

Identitas Pancasila ini mewujud menjadi kemandirian, yaitu sikap berdikari untuk tegak

berdiri di atas kaki sendiri. Kepentingan nasional menjadi hal yang dikedepankan di

setiap gerak bangsa. Sebab kemandirian adalah pola pikir dan sikap tidak tunduk,

karena mampu memutuskan sendiri arah nasib bangsa. Sikap mandiri merupakan harga

diri, mengubah sikap menghamba (servile) dan minderwaardig menjadi kegagahan dan

kedigdayaan.

Tidak berlebihan jika para pendiri bangsa mentasbihkan kemandirian sebagai doktrin

nasional untuk merdeka dan berdaulat. Oleh karena itu, perekonomian nasional yang

mandiri harus dipahami sebagai wujud memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Segala

tindakan dan kebijakan, sejatinya memiliki warna kemandirian, bukan aroma

ketergantungan apalagi sikap menyerahkan diri kepada realitas global. Hal ini sekaligus

menegaskan bahwa dalam Sistem Ekonomi Pancasila, sikap subordinasi atau inferior

tidak memiliki tempat karena tidak sesuai dengan jiwa dari Pancasila, yaitu ideologi

yang justru menjadi sumbangan dari Indonesia untuk dunia.

(3) Keterbukaan dan Dinamis

Keterbukaan merujuk pada sikap yang terbuka atau tidak menutup diri dalam

kehidupan bernegara, baik di bidang sosial, politik maupun ekonomi. Pancasila adalah

dasar yang terbuka, tidak menutup diri dari pergaulan dunia, tidak anti terhadap

kenyataan sosial serta tidak anti terhadap perkembangan zaman.

Ia merupakan dasar statis yang mempersatukan dan dinamis dalam dinamika pergaulan

dunia yang kemudian menjadi bagian dalam perjalanan bangsa Indonesia. Pancasila juga

merupakan dasar yang terbuka bagi seluruh golongan di Indonesia yang beragam.

Atas nilai ini, maka Sistem Ekonomi Pancasila tidak antipasar. Ia bukan sistem yang

menolak kenyataan sosial, ekonomi Pancasila justru menekankan bahwa pasar harus

Page 25: STRATEGI NASIONAL MEWUJUDKAN SISTEM EKONOMI …

13

diatur agar tercipta lingkungan kegiatan ekonomi yang adil dan harmoni. Dengan

demikian, kemerdekaan dalam pasar menghajatkan keterlibatan pemerintah untuk

menjaga keseimbangan demi terciptanya kesejahteraan bagi semua warga.

Sebagai dasar satu bangsa yang merdeka, Pancasila juga hadir di tengah semangat

kemerdekaan yang kuat. Bung Karno menamsilkan, jika kemerdekaan adalah sebuah

jembatan emas yang di seberangnya terdapat segala urusan dan persoalan yang belum

selesai dapat diselesaikan secara bersama dan bergotong royong. Semangatnya terletak

pada kemauan untuk bergerak dahulu, merdeka dahulu, barulah kemudian membangun

dan berjuang. Dari sini dapat disarikan makna jika Pancasila adalah kemajuan, satu

semangat untuk maju ke depan dan siap menghadapi segala tantangan yang muncul.

(4) Keadilan

Tujuan bernegara Indonesia adalah menciptakan masyarakat yang adil dan makmur. Hal

ini bermakna bahwa adil merupakan syarat mutlak untuk mencapai kemakmuran. Tanpa

keadilan, kemakmuran tidak akan tercapai. Sebagaimana para pendiri bangsa nyatakan

bahwa demokrasi di lapangan politik dan ekonomi harus berisikan keadilan agar tercipta

kemakmuran, kesejahteraan dan kebahagiaan bersama.

Bung Karno pun telah menegaskan, cita-cita keadilan sosial dalam Pancasila adalah

terciptanya suatu masyarakat yang adil dan makmur. Artinya, tiap-tiap insan Indonesia

haruslah hidup dalam keadilan dan kemakmuran. Dalam keadilan sosial, industrialisme

sekadar alat, bukan tujuan. Sebab keadilan sosial bukan mengenai kembali ke masa

lampau, hidup hanya dari ternak atau pertanian saja dan bukan pula soal kembali ke

masa sekadar membuat yang kecil-kecil di rumah. Keadilan sosial adalah

mempergunakan alat-alat industri, alat-alat teknologi modern untuk cita-cita bersama.

Keadilan sosial bukanlah penolakan terhadap industrialisme, bukan penolakan terhadap

mesin. Keadilan sosial adalah penolakan terhadap industrialisme yang penguasaannya

berdasar sistem kapitalisme dan hanya membawa keuntungan bagi segolongan kecil saja.

Maka, segala usaha dan daya yang dilakukan adalah demi kepentingan umum.

Keadilan merupakan nilai universal kemanusiaan, sehingga Sistem Ekonomi Pancasila

harus memberikan rasa adil dalam setiap hati rakyat Indonesia. Setiap warga harus

mendapatkan kesempatan yang adil untuk menuju kesejahteraan bersama. Artinya, tidak

ada kecemburuan yang muncul di antara sesama rakyat Indonesia. Hal ini dapat

terwujud jika penggunaan terhadap kepemilikan tidak bertentangan dengan

kepentingan umum.

Page 26: STRATEGI NASIONAL MEWUJUDKAN SISTEM EKONOMI …

14

Selain itu, keadilan juga meniscayakan satu pembagian yang merata. Maka, pemerataan

setidaknya merujuk pada dua hal: distribusi sumber daya dan pembagian hasil yang

merata. Sedangkan, tujuannya adalah menciptakan kesejahteraan di setiap jengkal bumi

Indonesia, tanpa terkecuali.

Karena itulah, pembangunan, sebagaimana Bung Hatta jelaskan, harus menyeluruh. Ia

harus menyentuh seluruh wilayah Indonesia yang luas. Ketidakseimbangan

antarwilayah di Indonesia harus diatasi sehingga terjadi pemerataan kesejahteraan bagi

tiap-tiap daerah di bumi Indonesia. Pemerataan kesejahteraan adalah soal yang akan

menentukan kuat lemahnya tali persatuan nasional. Jika kesejahteraan tidak terbagi

secara merata, kecemburuan akan muncul sehingga persatuan nasional akan melemah.

(5) Gotong Royong dan Kekeluargaan

Gotong royong adalah paham kebersamaan yang dinamis. Istilah ini menggambarkan

tentang usaha, pekerjaan, atau karya yang diselesaikan bersama. Kegiatan yang

dilaksanakan secara bahu-membahu demi menciptakan kebahagiaan bersama. Tidak ada

lagi perbedaan, baik warna maupun skala, karena melebur dalam wujud kekeluargaan.

Inilah yang menjadi dasar prinsip kolektivisme dalam Sistem Ekonomi Pancasila. Sikap

tersebut merupakan antitesis dari individualisme yang meletakkan baik maupun

buruknya nasib masyarakat dalam genggaman tangan orang per orang di dalam

aktivitas ekonomi. Semangat kolektivisme adalah semangat yang mengutamakan kerja

sama dalam suasana kekeluargaan antarmanusia yang bebas dari penindasan dan

paksaan. Sehingga, kolektivisme mendahulukan kepentingan masyarakat daripada

orang per orang.

Adapun di dalam masyarakat yang kolektivis, tiap orang atau individu merasa bahwa

dalam segala tindakannya ke luar, ia merupakan bagian dari suatu golongan yang besar.

Di situlah dirinya berkedudukan. Dengan demikian, dalam setiap perbuatan,

pemanfaatan sumber daya ekonomi, ia merasa perlu mendapat persetujuan dari

kaumnya.

(6) Kerakyatan dan Perwakilan

Bung Karno menyatakan bahwa kita tidak bisa menciptakan sebuah masyarakat yang

adil dan makmur hanya dengan demokrasi parlementer, namun kita juga harus

menciptakan demokrasi ekonomi. Tidak hanya persamaan di bidang politik, tetapi juga

persamaan di bidang ekonomi.

Demokrasi ekonomi politik adalah demokrasi politik dan demokrasi ekonomi yang

berjalan seiring. Menurut Bung Hatta, jika demokrasi politik saja tidak dapat

Page 27: STRATEGI NASIONAL MEWUJUDKAN SISTEM EKONOMI …

15

melaksanakan persamaan dan persaudaraan. Di sebelah demokrasi politik harus pula

berlaku demokrasi ekonomi. Jika tidak, manusia belum merdeka. Persamaan dan

persaudaraan pun belum terlahir.

Oleh karena itu, badan perwakilan haruslah berisikan seluruh elemen bangsa, tidak

terbatas pada golongan atau kelompok tertentu saja. Asas kerakyatan mengandung

makna bahwa kedaulatan ada pada rakyat. Segala hukum (perundang-undangan)

haruslah bersandar pada rasa keadilan dan kebenaran yang hidup dalam hati rakyat

banyak.

Dengan demikian, tidak ada alasan membiarkan demokrasi politik dan demokrasi

ekonomi berjalan pada dua alur yang berbeda. Keduanya mesti beriringan, tidak dapat

dipisahkan satu sama lain. Hanya dengan jalan itulah maka masyarakat yang adil dan

makmur dapat tercipta.

(7) Persatuan

Persatuan dan kehendak bersatu merupakan nilai yang menyertai kemerdekaan. Tidak

ada kemerdekaan tanpa persatuan. Persatuan adalah juga mengenai le desir d’etre

ensemble atau kehendak untuk bersatu dalam jiwa, sifat, corak yang sama dan hidup di

atas wilayah yang nyata-nyata satu unit atau satu kesatuan. Ia merupakan satu akibat

objektif dari keadaan.

Persatuan merupakan keniscayaan bagi bangsa Indonesia, mengingat Indonesia terdiri

dari banyak suku bangsa beserta etnis, ras, bahasa dan agama. Kemerdekaan Indonesia

yang diproklamasikan pada 17 Agustus 1945 pun tidak akan tercapai tanpa persatuan

antarsemua kekuatan bangsa dan golongan yang hidup di bumi Indonesia.

Proklamator kemerdekaan, yaitu Bung Karno dan Bung Hatta, menyatakan dengan tegas

jika persatuan adalah hal pokok dalam perjuangan kemerdekaan. Bung Karno

menulisnya dalam “Indonesia Menggugat” sebagai bentuk penentangan pengadilan

Belanda di Bandung. Sedangkan Bung Hatta menyatakannya dalam manifesto politik

dari Perhimpunan Indonesia yang merupakan perkumpulan pelajar Indonesia di

Belanda.

Karena itulah, Sistem Ekonomi Pancasila harus diselenggarakan dalam rangka untuk

menjaga dan memperkuat persatuan nasional dari Sabang hingga Merauke. Indonesia

yang terdiri dari pulau-pulau ini bukan dipisahkan oleh laut, melainkan disatukan oleh

laut. Pembangunan ekonomi harus memberikan ruang agar seluruh rakyat dapat

berpartisipasi, sekaligus menikmati hasil pembangunan secara adil dan merata bagi

seluruh wilayah Indonesia.

Page 28: STRATEGI NASIONAL MEWUJUDKAN SISTEM EKONOMI …

16

Tentu saja persatuan juga tidak terbatas pada demografi wilayah, tetapi juga antarkelas

sosial di dalam masyarakat. Bung Hatta menjelaskan, jika dalam usaha mencapai cita-cita

bersama, perlu ada persatuan antarkelas sosial di Indonesia. Perlu ada tolong-menolong,

saudagar yang besar menolong yang kecil. Jadi, saudagar di dalam Sistem Ekonomi

Pancasila bukanlah satu saudagar yang memiliki mental kapitalis.

Indonesia sebagai sebuah bangsa juga terdiri dari berbagai macam suku: Minangkabau,

Batak, Jawa, Sunda, Bugis dan yang lainnya. Inilah yang menjadi kenyataan sosial bahwa

bangsa Indonesia bersifat multikultur dan multietnis.

Masing-masing suku bangsa ini telah memiliki sistem sosial, politik dan ekonomi

masing-masing yang telah berlangsung turun-temurun. Oleh karena itu, kehidupan

bernegara harus bersendikan atas kenyataan sosial tersebut. Indonesia sebagai negara

kesatuan harus dilihat sebagai resultante kehidupan dari daerah-daerah yang bersatu.

Selamatnya Indonesia tergantung dari bagaimana keadaan di daerah. Dengan demikian,

pembangunan yang dijalankan harus memiliki paradigma pembangunan wilayah

dengan rujukan perencanaan tata ruang yang multisektoral, sehingga ekonomi lokal

memegang peranan penting.

Pola pembangunan yang sentralistik harus diubah menjadi pola pembangunan yang

bersumber dari kekuatan lokal. Keunggulan-keunggulan yang khas dari masing-masing

daerah di Indonesia perlu didorong dan didukung agar maju, sehingga derap dari

daerah ini akan menjadi paduan pembangunan yang membangun Indonesia secara

nasional.

(8) Perikemanusiaan

Sila kedua dari Pancasila adalah kemanusiaan yang adil dan beradab. Sila ini

dilambangkan dengan rantai yang terdiri dari gelang persegi dan bundar serta

bersambung satu sama lain dengan sambungan yang tidak terputus.

Simbol tersebut bermakna bahwa bangsa Indonesia bukanlah bangsa yang terdiri sendiri,

tetapi suatu bangsa dalam keluarga bangsa-bangsa. Artinya, suatu bangsa tidak dapat

hidup tanpa hubungan dengan bangsa-bangsa lain. Karena itu, pergaulan atau interaksi

sosial merupakan keniscayaan yang tidak dapat ditolak.

Bagi bangsa Indonesia, dalam pergaulan tersebut, unsur perikemanusiaan merupakan

norma yang harus dijaga. Tidak boleh ada ruang saling eksploitasi antarmanusia,

begitupun antarbangsa. Dengan demikian, nasionalisme yang hidup dalam suasana

perikemanusiaan, selalu mencari usaha agar seluruh umat manusia akhirnya hidup

dalam satu keluarga besar yang sama bahagianya.

Page 29: STRATEGI NASIONAL MEWUJUDKAN SISTEM EKONOMI …

17

Perikemanusiaan bersifat universal, termasuk dalam ajaran agama-agama yang memiliki

norma mencintai sesama manusia. Selain itu, Bung Karno juga mengingatkan bahwa

perikemanusiaan bukan sekadar hubungan antarmanusia, tetapi juga antara manusia

dengan alam semesta.

Karena itulah, dalam Sistem Ekonomi Pancasila, manusia diperlakukan sesuai dengan

harkat dan martabatnya sebagai makhluk terbaik ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.

Selanjutnya, dalam relasi produksi, manusia harus ditempatkan tidak sebatas sebagai

faktor produksi, melainkan juga sebagai tujuan akhir yang harus disejahterakan. Selain

itu, ekonomi Pancasila dibangun dengan berperikemanusiaan yang berarti ia

memperhatikan relasinya dengan alam semesta, bukan sekadar antarmanusia.

2.3 Prinsip Dasar dan Pemandu

2.3.1 Prinsip Dasar

Penetapan visi, misi serta sasaran dalam Sistem Ekonomi Pancasila didasarkan pada

tujuan untuk mencapai keadilan sosial di tengah masyarakat, sehingga memberikan

dampak positif terhadap kemakmuran. Hal ini sejalan nilai-nilai dasar Pancasila dan

amanat konstitusi seperti tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD)

1945.

Isi Pembukaan UUD 1945 menyatakan bahwa, salah satu tujuan negara Indonesia adalah

untuk memajukan kesejahteraan umum yang berorientasi atau berwawasan pada sila-

sila Pancasila yakni:

(1) Ketuhanan Yang Maha Esa; (2) kemanusiaan yang adil dan beradab; (3) persatuan Indonesia;

(4) kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan; dan

(5) keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Dalam batang tubuhnya, UUD 1945 juga memberikan corak dan tolok ukur yang

menyata terkait dengan tujuan penerapan kebijakan perekonomian dalam kehidupan

berbangsa. Sejatinya, inilah yang menjadi panduan dalam menentukan arah kebijakan,

khususnya di bidang ekonomi.

Pasal 33 ayat 1, 2, 3 dan 4 menyebutkan bahwa:

(1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.

(2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup

orang banyak dikuasai oleh negara.

Page 30: STRATEGI NASIONAL MEWUJUDKAN SISTEM EKONOMI …

18

(3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara

dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

(4) Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan

prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan,

kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi

nasional

Kandungan yang terdapat pada Pasal 33 UUD 1945 yang disebutkan di atas menjelaskan

bahwa susunan perekonomian Indonesia harus merupakan “usaha bersama” berdasar

atas asas “kekeluargaan”. Hal ini mengindikasikan adanya nilai kebersamaan dalam

kehidupan ekonomi nasional.

Nilai kebersamaan ini menjadi norma dalam relasi antarindividu maupun individu

dengan lingkungan dalam kegiatan perekonomian. Kegiatan kolektif dibangun dengan

asas kekeluargaan untuk tujuan dan manfaat bersama. Dengan konteks kenegaraan,

dapat dipahami bahwa kemakmuran masyarakatlah yang diutamakan, bukan

kemakmuran orang seorang.

Pada pasal tersebut juga dijelaskan bahwa bumi, air dan kekayaan alam yang

terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya

kemakmuran rakyat. Di sini lah ditekankan asas ekonomi kerakyatan, yang mengandung

arti bahwa kedaulatan ada pada rakyat.

Kekuatan rakyat menjadi modal utama dalam mengelola sumber daya ekonomi. Hal ini

bertujuan sebagai upaya memindahkan kedaulatan ekonomi dari para pemilik modal ke

seluruh anggota masyarakat (people driven).

Pasal 27 ayat 2 menetapkan bahwa:

“Setiap warga negara (WNI) berhak atas pekerjaan serta penghidupan yang layak.”

Pasal 34 menetapkan bahwa:

“Kaum masyarakat miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara negara.”

Dari uraian norma-norma konstitusi di atas menunjukkan bahwa keadilan sosial dan

kesejahteraan bagi masyarakat Indonesia adalah tujuan yang mendasar dalam penerapan

Sistem Ekonomi Pancasila. Tujuan ini, sejatinya diupayakan secara aktif oleh negara.

Berdasarkan landasan UUD 1945 serta Pancasila, setidaknya ada empat tujuan utama

Sistem Ekonomi Pancasila, yakni tercapainya kebahagiaan, kesejahteraan, perdamaian

dan kemerdekaan. Manfaat tersebut dicapai melalui penerapan sistem ekonomi yang

mendukung, terpenuhinya hak sosial warga negara serta keterlibatan aktif dari

Page 31: STRATEGI NASIONAL MEWUJUDKAN SISTEM EKONOMI …

19

pemerintah/negara dalam setiap sisi kehidupan perekonomian demi menciptakan

harmoni.

Pancasila pada hakikatnya adalah alat pemersatu dalam perjuangan melawan

imperialisme dan perjuangan kemerdekaan untuk selanjutnya menciptakan masyarakat

yang adil dan makmur. Pancasila sekaligus merupakan panduan untuk mencapai cita-

cita yang belum selesai diwujudkan. Pancasila sebagaimana dinyatakan oleh Bung Karno

juga merupakan ideologi asli Indonesia yang digali dari bumi Indonesia.

Di dalam Pancasila, terdapat nilai-nilai yang mendalam serta melekat dan menjadi

panduan dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara. Nilai dalam Sistem

Ekonomi Pancasila dirumuskan dari nilai-nilai dasar Pancasila tersebut.

2.3.2 Prinsip Pemandu

Mewujudkan nilai mulia dari ideologi Pancasila ini tentu bukan tanpa syarat. Perlu ada

sejumlah pengondisian yang mesti diciptakan agar upaya melahirkan masyarakat yang

adil dan makmur seperti tertuang dalam amanat Pancasila terlaksana dengan baik.

Sejumlah prasyarat yang dapat dijadikan rujukan dalam upaya mewujudkan prinsip

Pancasila adalah sebagai berikut:

(1) Pemerintah yang aktif

Pemerintah harus terlibat secara aktif dalam kehidupan perekonomian guna

menciptakan pasar yang adil dan harmoni. Maksud tersebut dilaksanakan melalui

keberpihakan: melindungi dan menopang masyarakat yang lemah dan terlemahkan.

Sebagaimana Bung Hatta nyatakan bahwa kemerdekaan pasar hanya akan menghasilkan

kebebasan bagi segolongan kecil, yang beruntung dalam kedudukannya, tidak kepada

rakyat yang banyak.

Akibat dari kondisi pasar yang bebas dan merdeka, dominasi ekonomi golongan tertentu

terhadap ekonomi golongan lainnya merupakan ekses negatif yang ada di depan mata.

Korporasi besar bergerak cepat untuk maju, sambil meninggalkan korporasi kecil yang

tertatih bahkan pelan-pelan ada yang lunglai akibat tak kuasa terhadap modal dan akses

terhadap input produksi.

Padahal fakta yang tidak dapat ditolak dalam perjalanan perekonomian nasional, bahwa

korporasi kecil justru menjadi penyokong yang loyal, terutama terkait dengan dominasi

penyerapan tenaga kerja. Karena itulah, tidak ada alasan bagi negara untuk tidak hadir

Page 32: STRATEGI NASIONAL MEWUJUDKAN SISTEM EKONOMI …

20

dan mendukung mereka yang kecil yang telah memberikan sumbangan banyak terhadap

cita-cita besar untuk menyejahterakan warga.

(2) Pemenuhan hak sosial

Pasal 27 Ayat 2 UUD 1945 menyatakan bahwa “Tiap-tiap warga negara berhak atas

pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Pasal ini bermakna bahwa

seluruh warga negara, tidak peduli suku, ras maupun agamanya tanpa terkecuali berhak

mendapatkan pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Artinya, kerja

bukan sekadar kerja, melainkan juga harus mendapat penghidupan yang layak

Prinsip tersebut juga berarti bahwa Indonesia bukan saja negara hukum, melainkan juga

negara sosial. Karena itulah, negara harus mampu memenuhi hak sosial masyarakat,

terutama yang lemah. Termasuk, negara harus hadir di tengah situasi sulit yang

dihadapi oleh rakyat.

Sebab pada dasarnya, kehadiran negara adalah untuk melayani dan membawa cita-cita

kesejahteraan masyarakat sebagai arah perjalanannya. Sungguh menjadi ironi, ketika

negara sekadar menjadi saksi di tengah kesulitan rakyat.

(3) Pembangunan yang berorientasi kemandirian bangsa

Posisi politik yang kuat dalam negosiasi, baik di dunia internasional maupun di dalam

negeri (domestik – relasi dengan dunia usaha), harus mengedepankan kepentingan

nasional. Setiap perundingan yang diselenggarakan oleh negara dengan pihak lain harus

mengutamakan kepentingan nasional.

Untuk mewujudkan hal itu, daya tawar yang dimiliki oleh negara harus berada dalam

posisi yang kuat. Posisi yang kuat dalam negosiasi akan menghasilkan kesepakatan-

kesepakatan yang baik bagi usaha mencapai cita-cita nasional.

Tanpa prinsip bahwa negara hadir untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat, hanya

menciptakan pemerintahan yang berjalan tanpa orientasi. Hal itu menyebabkan

kemandirian menjadi barang yang sangat mahal, sementara para pendiri bangsa maupun

konstitusi mengamanatkan agar pembangunan termasuk di bidang ekonomi bertujuan

menjadikan bangsa Indonesia kuat.

Bangsa yang semakin kuat akan melahirkan kemandirian yang semakin kokoh. Dari

sinilah, upaya mewujudkan cita-cita bangsa semakin memiliki peluang untuk terwujud.

Page 33: STRATEGI NASIONAL MEWUJUDKAN SISTEM EKONOMI …

21

(4) Pembangunan yang berorientasi keadilan atas prinsip kebersamaan

Sesuai dengan Pasal 33 UUD 1945 sebelum amandemen bahwa:

a. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.

b. Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup

orang banyak dikuasai oleh negara.

c. Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan

dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Berdasarkan amanat konstitusi tersebut, kelompok usaha harus dibangun dan dikelola

berlandaskan asas kekeluargaan, yaitu berupa koperasi. Prinsip kekeluargaan memiliki

makna egaliter, yang tidak hanya terbatas pada soal material semata, tetapi juga ilmu

dan pengetahuan.

Maka dalam Sistem Ekonomi Pancasila, asas kekeluargaan adalah mengenai knowledge

sharing, skill sharing dan learning society, atau dalam bahasa Bung Karno, kembali lagi

pada gotong royong yang tidak selalu mengenai materi. Oleh karena itu, usaha bersama

yang berasas kekeluargaan adalah usaha bersama antar makhluk yang setara, tidak

seperti dalam kapitalisme yang tersusun atas relasi yang tidak setara, yaitu antara

majikan dan buruh.

(5) Koperasi yang kuat dan bermartabat

Koperasi adalah perkumpulan otonom dari orang-orang yang bergabung secara sukarela

untuk memenuhi kebutuhan ekonomi, sosial dan kultural mereka melalui badan usaha

milik bersama yang dikendalikan secara demokratis. Kelebihan koperasi dibandingkan

badan usaha lain terletak pada soal perpisahan antara majikan dan buruh.

Dalam struktur koperasi tidak ada majikan dan buruh. Semuanya bekerja sama untuk

menyelenggarakan keperluan bersama, sehingga menimbulkan tanggung jawab

bersama. Koperasi sebagai badan usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan,

didamaikan dalam keadaan harmonis antara kepentingan orang seorang dengan

kepentingan umum.

Kehadiran koperasi juga secara fundamental menentang individualisme dan kapitalisme.

Melalui koperasi, sejatinya Indonesia ingin menciptakan masyarakat yang kolektif,

berakar pada adat istiadat, tetapi ditumbuhkan pada tingkat yang lebih tinggi, sesuai

dengan tuntutan zaman modern.

Mengingat koperasi sebagai pembela kepentingan umum, ia harus mempunyai rasa

tanggung jawab moril dan sosial. Jika dua tanggung jawab yang pokok ini tidak ada,

Page 34: STRATEGI NASIONAL MEWUJUDKAN SISTEM EKONOMI …

22

sesungguhnya koperasi tidak akan dapat tumbuh sesuai kodratnya: kebersamaan dalam

kepemilikan, pengelolaan, serta hasil produksi.

(6) Hukum yang tegak dan kuat

Regulasi yang detail dan menyeluruh diperlukan sebagai prinsip yang harus dan wajib

untuk dilaksanakan dengan baik. Hukum harus mengatur bagaimana mekanisme

ekonomi berjalan agar sesuai dengan cita-cita Indonesia yang berdasarkan Pancasila

untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur.

Untuk mewujudkannya, hukum harus mengatur hal-hal yang memang secara hakikat

mesti dikelola dalam sebuah kerangka kebijakan yang terlembaga. Selanjutnya, di saat

hukum telah terlembaga atau diundangkan, maka setiap pelanggaran yang muncul

harus ditindak secara tegas. Terutama jika dalam jangka panjang semakin menjauhkan

Indonesia dari cita-cita memberikan keadilan dan kesejahteraan bagi warganya.

Ekonomi yang adil tidak akan dapat tercipta dan berjalan jika hukum yang berlaku tidak

dapat berdiri tegak dan kuat. Oleh karena itu, dalam Sistem Ekonomi Pancasila

diperlukan juga sistem hukum yang tegak dan kuat.

(7) Sektor usaha yang menyangkut hajat hidup orang banyak 100 persen

dikuasai oleh negara

Sesuai amanat Undang-Undang Dasar 1945, cabang-cabang yang penting bagi negara

dan menguasai hajat hidup orang banyak harus dikuasai negara. Jika tidak, tampuk

produksi jatuh ke tangan orang per orang atau kelompok, sehingga daya jangkau

masyarakat terhadap komoditas dasar yang sangat penting tersebut makin terbatas.

Pemerintah membangun yang besar-besar, seperti tenaga listrik, produksi air, serta

komoditas dasar lainnya yang penting bagi kehidupan masyarakat, mesti memiliki

kontrol penuh terhadap pengelolaannya. Tidak boleh terjadi keterbatasan masyarakat

dalam mengakses komoditas tersebut, sehingga mengarah pada kemiskinan dan

kesenjangan yang semakin dalam.

Penting untuk diingat bahwa pemerintah adalah pemegang mandat kedaulatan rakyat.

Pada intinya, rakyat adalah awal dan akhir dalam kehidupan bernegara, sehingga

melayani kebutuhan dasarnya merupakan keniscayaan yang terlahir sejak Indonesia

merdeka.

Manakala bidang usaha yang vital bagi kebutuhan hajat hidup rakyat dikuasai oleh

swasta, kemampuan kontrol pemerintah terhadap pengelolaan dan produksi tidak

Page 35: STRATEGI NASIONAL MEWUJUDKAN SISTEM EKONOMI …

23

maksimal. Pada akhirnya, rakyat akan menjadi korban, padahal kedaulatan seharusnya

ada di tangannya.

Page 36: STRATEGI NASIONAL MEWUJUDKAN SISTEM EKONOMI …

24

III. VISI, MISI DAN TUJUAN

3.1 Visi

Terwujudnya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia melalui penerapan Sistem

Ekonomi Pancasila.

3.2 Misi

Mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia melalui penerapan Sistem

Ekonomi Pancasila.

3.3 Tujuan

Mengacu pada landasan pikir serta visi dan misi, sasaran atau tujuan dalam penerapan

Sistem Ekonomi Pancasila dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Terciptanya kehidupan perekonomian yang berasaskan kekeluargaan dan

gotong royong.

2. Semakin menguatnya posisi usaha rakyat dalam kehidupan perekonomian.

3. Terciptanya ekosistem usaha yang adil.

4. Pemanfaatan sumber daya alam dan energi sebagai pokok-pokok kemakmuran

rakyat.

5. Terpenuhinya hak setiap warga negara atas pekerjaan dan penghidupan yang

layak bagi kemanusiaan.

Page 37: STRATEGI NASIONAL MEWUJUDKAN SISTEM EKONOMI …

25

IV. SASARAN, INDIKATOR DAN INISIATIF STRATEGIS

Penentuan sasaran dan indikator serta inisiatif strategis dalam pelaksanaan Sistem

Ekonomi Pancasila didasarkan pada tujuan yang telah ditetapkan (pada bab

sebelumnya), baik jangka pendek, menengah maupun panjang yang bermuara pada

upaya mencapai visi dari penerapan Sistem Ekonomi Pancasila, yaitu “Terwujudnya

keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Apabila keadilan sosial dapat

diwujudkan, niscaya masyarakat yang makmur, sejahtera, bahagia, damai, dan merdeka

juga dapat tercipta.

Untuk mengukur pencapaian dari tujuan penerapan Sistem Ekonomi Pancasila, perlu

ditetapkan indikator pencapaian Sistem Ekonomi Pancasila sebagai pedoman untuk:

1. Menetapkan tolok ukur pencapaian dari pengejawantahan prinsip-prinsip

Pancasila dalam sistem ekonomi nasional.

2. Mengidentifikasi hambatan dan merumuskan solusi yang efisien dan efektif

terkait implementasi Sistem Ekonomi Pancasila dalam perekonomian.

3. Melakukan pengawasan dan evaluasi pencapaian dari pengejawantahan prinsip-

prinsip Pancasila dalam sistem perekonomian secara berkelanjutan.

Adapun indikator pencapaian tersebut diselaraskan dengan tujuan yang ingin dicapai

oleh Sistem Ekonomi Pancasila sebagai berikut:

1. Tujuan 1: Terciptanya kehidupan perekonomian yang berasaskan kekeluargaan dan

gotong royong.

2. Tujuan 2: Semakin menguatnya posisi usaha rakyat dalam kehidupan

perekonomian.

3. Tujuan 3: Terciptanya ekosistem usaha yang adil.

4. Tujuan 4: Pemanfaatan sumber daya alam dan energi sebagai pokok-pokok

kemakmuran rakyat.

5. Tujuan 5: Terpenuhinya hak setiap warga negara atas pekerjaan dan penghidupan

yang layak bagi kemanusiaan.

Page 38: STRATEGI NASIONAL MEWUJUDKAN SISTEM EKONOMI …

26

4.1 Tujuan 1: Terciptanya Kehidupan Perekonomian yang Berasaskan

Kekeluargaan dan Gotong Royong

Sistem perekonomian yang berasaskan kekeluargaan dan gotong royong merupakan

suatu prinsip kebersamaan seperti yang diamanatkan oleh UUD 1945 Pasal 33 Ayat 1

yang berbunyi “Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas

kekeluargaan”. Kekeluargaan dan gotong royong merupakan prinsip kebersamaan yang

dinamis. Istilah kekeluargaan lebih menggambarkan tentang bagaimana hasil produksi

dinikmati secara bersama-sama dengan mengedepankan prinsip keadilan. Adapun

gotong royong lebih menekankan pada suatu proses usaha, pekerjaan, atau karya yang

diselesaikan bersama. Kegiatan yang dilaksanakan secara bahu-membahu demi

menciptakan kebahagiaan bersama.

Penjelasan UUD 1945 sebelum amandemen menyatakan bahwa, “Dalam pasal 33

tercantum dasar demokrasi ekonomi, produksi dikerjakan oleh semua, untuk semua di

bawah pimpinan atau penilikan anggauta-anggauta masyarakat. Kemakmuran

masyarakatlah yang diutamakan bukan kemakmuran orang seorang. Sebab itu

perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas usaha kekeluargaan.

Bangun perusahaan yang sesuai dengan itu ialah koperasi.” Hal ini menunjukkan bahwa

dalam Sistem Ekonomi Pancasila, sasaran utama dari kegiatan ekonomi adalah

menciptakan kemakmuran masyarakat secara keseluruhan yang dilandasi oleh asas

kekeluargaan dan gotong royong.

4.1.1 Sasaran

Berdasarkan penjelasan di atas, sasaran strategis dari tujuan ini dapat dijabarkan sebagai

berikut:

1. Asas kekeluargaan dan gotong royong diterapkan oleh setiap bentuk badan

usaha

Penerapan asas kekeluargaan dan gotong royong oleh setiap bentuk badan usaha

merupakan prasyarat untuk dapat mewujudkan kemakmuran masyarakat.

Badan usaha yang dimaksud bisa berupa badan usaha milik negara/daerah,

badan usaha milik swasta yang bersifat korporasi ataupun badan usaha yang

dimiliki oleh rakyat kecil. Dengan diterapkannya prinsip ini, tidak akan ada lagi

eksploitasi terhadap pekerja. Setiap yang terlibat dalam proses produksi akan

menikmati hasil sesuai proporsinya dengan memperhatikan prinsip keadilan.

Page 39: STRATEGI NASIONAL MEWUJUDKAN SISTEM EKONOMI …

27

2. Tersedianya regulasi yang mendorong penerapan asas kekeluargaan dan

gotong royong

Untuk bisa menerapkan asas kekeluargaan dan gotong royong dalam sistem

perekonomian, diperlukan suatu pengaturan yang bersifat memaksa bagi setiap

badan usaha yang ada di Indonesia. Regulasi yang dibuat setidaknya harus

mencantumkan beberapa hal di antaranya: kewajiban dari setiap badan usaha

dalam menerapkan prinsip kekeluargaan dan gotong royong; pengaturan jika

terjadi pelanggaran terhadap penerapan asas kekeluargaan dan gotong royong.

3. Terciptanya pemahaman dan kesadaran bersama akan pentingnya penerapan

Sistem Ekonomi Pancasila yang berasaskan kekeluargaan dan gotong royong

Perwujudan Sistem Ekonomi Pancasila yang berasaskan kekeluargaan dan

gotong royong dapat dicapai apabila seluruh lapisan masyarakat Indonesia

paham dan sadar akan pentingnya hal tersebut. Kondisi masyarakat yang

individualistis dan mengagungkan konsep kapitalisme dan materialisme akan

menjadi tantangan terbesar. Diperlukan suatu upaya yang sistematik dan

komprehensif untuk membangun pola pikir seluruh elemen bangsa akan

pentingnya perwujudan Sistem Ekonomi Pancasila.

4.1.2 Indikator

Tercapainya sasaran dimaksud dapat diukur dengan melihat beberapa indikator strategis

yang dijabarkan sebagai berikut:

1. Tingkat kepemilikan pekerja dalam badan usaha

Prinsip kekeluargaan dan gotong royong dalam suatu badan usaha salah satunya

diindikasikan dengan adanya kebersamaan dalam hal kepemilikan yang bersifat

proporsional. Adanya keterlibatan kepemilikan dari semua pihak (termasuk di

dalamnya pekerja) yang ada di dalam suatu badan usaha akan menciptakan rasa

memiliki. Mereka tidak akan melakukan suatu kegiatan yang abai dan

merugikan perusahaannya. Selain itu, adanya keterlibatan kepemilikan akan

meningkatkan posisi tawar dari para pekerja dalam menentukan kebijakan

dalam internal perusahaan.

2. Pembagian hasil yang adil terhadap seluruh pihak yang terlibat dalam suatu

badan usaha

Tujuan utama dari adanya asas gotong royong dan kekeluargaan adalah

menciptakan kemakmuran masyarakat, bukan kemakmuran orang per orang.

Page 40: STRATEGI NASIONAL MEWUJUDKAN SISTEM EKONOMI …

28

Prinsip kekeluargaan mengisyaratkan bahwa setiap yang terlibat dalam suatu

badan usaha harus menikmati hasil sesuai dengan porsi dan kontribusinya.

Tidak boleh ada eksploitasi, dan tidak pula ada pihak yang menikmati

keuntungan yang berlebihan.

3. Setiap regulasi harus mencerminkan dan sesuai dengan asas kekeluargaan dan

gotong royong

Adanya pengaturan yang mengikat dan menyeluruh merupakan prasyarat

terciptanya prinsip kekeluargaan dan gotong royong dalam perekonomian.

Untuk itu, setiap peraturan tidak boleh bertentangan dengan prinsip

kekeluargaan dan gotong royong. Ketidakkonsistenan antarperaturan menjadi

pemicu tidak tercapainya tujuan dan cita-cita yang sudah ditetapkan.

4. Seluruh lapisan masyarakat Indonesia paham dan sadar akan pentingnya

pelaksanaan Sistem Ekonomi Pancasila

Pemahaman dan kesadaran seluruh elemen bangsa akan pentingnya perwujudan

Sistem Ekonomi Pancasila yang berasaskan kekeluargaan dan gotong royong

menjadi modal utama untuk menciptakan keadilan sosial bagi seluruh rakyat

Indonesia. Apabila ada sebagian masyarakat yang masih mementingkan

keuntungan pribadi, maka praktik-praktik usaha yang mengeksploitasi dan

mendominasi suatu golongan masyarakat akan terjadi. Praktik-praktik seperti ini

akan menciptakan kemakmuran orang seorang, bukan masyarakat secara

keseluruhan.

4.1.3 Inisiatif Strategis

Sasaran dan indikator strategis dapat dicapai melalui inisiatif strategis yang akan

menjadi program untuk mencapai visi, misi dan tujuan yang telah ditetapkan. Inisiatif

strategis untuk tujuan ini di antaranya terdiri dari:

1. Melakukan inisiasi redistribusi kepemilikan perusahaan kepada karyawan oleh

perusahaan-perusahaan BUMN/BUMD yang tidak menyangkut hajat hidup

rakyat banyak.

2. Menumbuhkembangkan berbagai badan usaha yang mencerminkan asas

kekeluargaan dan gotong royong.

3. Mewajibkan setiap badan usaha untuk melepaskan sebagian hak kepemilikan

badan usahanya kepada karyawan.

4. Melakukan evaluasi secara komprehensif terhadap seluruh peraturan yang ada

terkait kesesuaiannya dengan asas kekeluargaan dan gotong royong.

Page 41: STRATEGI NASIONAL MEWUJUDKAN SISTEM EKONOMI …

29

5. Memasukkan unsur kekeluargaan dan gotong royong ke dalam setiap

peraturan yang akan disusun oleh pemerintah atau badan usaha.

6. Mengembangkan indeks kekeluargaan dan gotong royong sebagai suatu alat

monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaannya.

7. Strategi komunikasi untuk membudayakan Sistem Ekonomi Pancasila.

8. Memasukkan konsep Sistem Ekonomi Pancasila ke dalam kurikulum

pendidikan Indonesia dari mulai tingkat pendidikan dasar sampai pendidikan

tinggi.

4.2 Tujuan 2: Semakin Menguatnya Posisi Usaha Rakyat dalam

Kehidupan Perekonomian

Pancasila memiliki tujuan untuk menciptakan keadilan sosial. Sayangnya, keadilan sosial

masih belum dapat tercipta, yang mana salah satunya dapat diukur dari seberapa besar

keterlibatan usaha rakyat. Keterlibatan usaha rakyat dalam rantai ekonomi masih minim

karena adanya penguasaan pasar oleh orang per orang. Usaha rakyat cenderung kalah

dalam bersaing karena minimnya aset dan akses yang dimiliki oleh mereka, sehingga

dalam perekonomian, usaha rakyat cenderung kalah dan menjadi pihak yang lemah dan

terlemahkan.

Berasaskan kekeluargaan dan gotong royong, Sistem Ekonomi Pancasila diharapkan

mampu mendorong posisi usaha rakyat dalam perekonomian. Tidak hanya semakin

banyak, akan tetapi juga kuat dan berkelanjutan. Rakyat perlu memiliki posisi yang besar

dalam perekonomian. Usahanya harus menjadi bagian penting dalam siklus ekonomi.

Rakyat berpartisipasi dalam perekonomian dan terus menguat dan tumbuh menjadi

besar, tidak hanya sebagai pelengkap ataupun bagian kecil, sisa dari ceruk pasar yang

telah diambil oleh para pemodal besar.

Untuk mewujudkan hal tersebut, maka dibutuhkan peran pemerintah yang aktif untuk

menciptakan mekanisme pasar yang melahirkan kebersamaan terhadap akses barang

produksi. Dengan demikian, pasar yang adil sebagai salah satu tujuan dari Sistem

Ekonomi Pancasila dapat tercapai dengan semakin menguatnya posisi usaha rakyat

dalam kehidupan perekonomian.

4.2.1 Sasaran

Untuk dapat mewujudkan tujuan memperkuat posisi usaha rakyat dalam kehidupan

perekonomian diperlukan strategi yang jelas dan terukur. Strategi tersebut dituangkan

Page 42: STRATEGI NASIONAL MEWUJUDKAN SISTEM EKONOMI …

30

dalam sasaran strategis yang merupakan manifestasi dari apa saja yang dibutuhkan

usaha rakyat untuk menjadikannya kuat dalam perekonomian.

1. Peningkatan akses usaha rakyat terhadap sumber daya ekonomi

Akses merupakan hal paling esensial untuk memperkuat suatu usaha. Jika akses

terbatas, maka tentunya jalan masuk untuk bisa berkembang akan semakin

sempit. Begitu pun dalam penguatan usaha rakyat. Peningkatan akses usaha

rakyat terhadap sumber daya ekonomi harus diwujudkan. Diharapkan, dengan

semakin tingginya akses tersebut maka usaha rakyat dapat berkembang

layaknya usaha para pemodal besar yang memiliki aksesibilitas lebih besar.

2. Peningkatan daya saing usaha rakyat yang berkelanjutan

Setelah meningkatnya akses, daya saing usaha rakyat diharapkan terdorong

sehingga mampu bertahan di pasar secara berkelanjutan. Usaha rakyat tidak

mati di tengah jalan akan tetapi mampu berekspansi dan naik kelas dengan

kemampuan dan kualitas yang semakin baik.

3. Peningkatan akses pasar usaha rakyat

Meningkatnya daya saing tentunya harus didukung dengan akses pasar yang

luas. Peningkatan kualitas yang semakin baik tentunya membuat usaha rakyat

memiliki kemampuan untuk masuk ke pasar yang lebih luas.

4.2.2 Indikator

Setelah ditentukannya sasaran strategis, maka diperlukan suatu acuan untuk mengukur

implementasi strategi tersebut yang disebut dengan indikator strategis. Adapun

indikator strategis untuk sasaran strategis yang sudah disebutkan di atas, yakni:

1. Indeks aksesibilitas sumber daya ekonomi

Indeks ini akan mengukur sejauh mana usaha rakyat dapat mengakses sumber

daya ekonomi dalam rangka memperkuat posisinya dalam perekonomian.

2. Indeks daya saing usaha rakyat

Terjadinya peningkatan daya saing usaha rakyat akan terlihat dari indikator-

indikator yang ada dalam indeks daya saing usaha rakyat.

3. Indeks akses pasar

Indeksasi akses pasar akan memberikan acuan sejauh mana akses pasar terbuka

bagi usaha rakyat sehingga aksesibilitas dan daya saing yang telah dimiliki

mampu mendongkrak akses pasar bagi usaha-usaha tersebut.

Page 43: STRATEGI NASIONAL MEWUJUDKAN SISTEM EKONOMI …

31

4.2.3 Inisiatif Strategis

Untuk dapat mencapai sasaran strategis yang telah disusun, diperlukan inisiatif strategis.

Inisiatif strategis ini diharapkan mampu mewujudkan sasaran-sasaran untuk dapat

memperkuat usaha rakyat dalam kehidupan perekonomian. Adapun inisiatif

strategisnya antara lain sebagai berikut:

1. Redistribusi aset produktif

Redistribusi aset menjadi sangat penting bagi rakyat, terutama untuk dapat

memperkuat posisinya dalam perekonomian. Aset produktif menjadi modal

utama bagi rakyat untuk bisa mengembangkan usahanya. Dengan adanya

penguasaan aset yang terkonsentrasi oleh beberapa individu/kelompok, maka

redistribusi aset produktif, seperti tanah, menjadi penting untuk mencapai

keadilan sosial. Pemerintah juga perlu mendorong pembangunan infrastruktur

untuk mengoptimalkan pemanfaatan redistribusi aset.

2. Pengadaan akses finansial yang mudah dan terjangkau

Selain kepemilikan aset produktif, usaha rakyat juga harus didukung oleh

aksesibilitas terhadap akses finansial. Ketersediaan modal finansial yang dapat

diperoleh dengan mudah menjadi sangat penting bagi masyarakat, baik untuk

memulai usaha baru atau meningkatkan skala usaha yang ada. Akses finansial

yang baik dapat terwujud ketika sarana yang tersedia dapat mencakup seluruh

lapisan masyarakat secara merata. Keterbukaan dan ketersebaran informasi akan

sarana dan fasilitas tersebut juga penting untuk menjamin iklim usaha yang adil

dan inklusif.

3. Pendampingan pengembangan usaha

Pengembangan usaha sangat penting agar usaha rakyat dapat berkelanjutan.

Dikarenakan minimnya pengetahuan dan informasi mengenai hal tersebut, maka

pendampingan pengembangan usaha merupakan kewajiban yang harus

dilakukan oleh pemerintah tentunya dibantu oleh pemangku kepentingan

lainnya. Usaha rakyat perlu diarahkan dan didampingi untuk bisa meningkatkan

posisinya dalam perekonomian. Dalam hal ini, usaha rakyat harus mampu

mengadopsi potensi lokal.

4. Insentif pajak rendah

Untuk meningkatkan posisi dalam perekonomian, insentif fiskal berupa pajak

yang rendah bagi usaha rakyat juga merupakan cara yang ampuh. Dengan pajak

rendah yang dikenakan, maka ada peluang bagi usaha rakyat untuk bisa

berkembang dan naik kelas karena alokasi biaya untuk pajak dapat digunakan

Page 44: STRATEGI NASIONAL MEWUJUDKAN SISTEM EKONOMI …

32

untuk kegiatan-kegiatan yang mampu mendongkrak kapabilitas dan kualitas

usahanya. Hal ini menjadi salah satu bentuk keberpihakan pemerintah kepada

usaha rakyat sekaligus usaha menciptakan keadilan sosial.

5. Adopsi teknologi untuk menciptakan efisiensi

Penggunaan teknologi tidak dapat dikesampingkan di era modern seperti saat

ini. Masifnya inovasi teknologi membawa kegiatan ekonomi menjadi lebih

efisien bagi mereka yang mampu memanfaatkan kemajuan teknologi. Dengan

demikian, usaha rakyat tidak boleh tertinggal dalam mengadopsi teknologi yang

relevan. Hal ini perlu menjadi perhatian pemerintah dan dapat dilakukan baik

melalui pendampingan, sosialisasi, maupun kemitraan.

6. Pengupayaan penyediaan pasar bagi usaha rakyat

Pemasaran merupakan salah satu tantangan terbesar bagi banyak UMKM di

Indonesia. Dalam hal ini, ketersediaan pasar di mana produk-produk usaha

rakyat dapat termanfaatkan dengan baik. Salah satu masalah terbesar dalam

kegiatan usaha rakyat adalah offtaker. Produk yang dihasilkan usaha rakyat

kadang tidak terserap oleh pasar sehingga rakyat tidak memiliki kepastian

dalam usahanya. Oleh karena itu, dibutuhkan penyediaan offtaker bagi usaha

rakyat sehingga tercipta rantai pasok yang kokoh, yang melibatkan usaha rakyat

di dalamnya. Offtaker tersebut dapat berupa kemitraan yang berasas

kekeluargaan antara perusahan-perusahaan besar dengan usaha rakyat.

4.3 Tujuan 3: Terciptanya Ekosistem Usaha yang Adil

Ekosistem usaha dapat diartikan sebagai sebuah komunitas ekonomi yang dibangun atas

interaksi antarorganisasi dan individu. Organisasi dan individu tersebut memegang

peran-peran tertentu di dalam komunitas, sebagai produsen, penyalur, dan konsumen.

Tindakan dan keputusan yang dibuat dalam komunitas ini diatur sesuai dengan tatanan

institusional yang berlaku di dalamnya. Secara ringkas, ekosistem usaha terdiri atas

pelaku, interaksi antarpelaku yang ada di dalam sistem, serta peraturan yang mengatur

interaksi tersebut. Dalam hal ini, peran pengaturan dipegang oleh pemerintah.

Dalam sebuah arena perekonomian di mana setiap pelaku yang berperan sebagai

penyedia barang dan jasa bertemu, persaingan di antara pelaku-pelaku ini merupakan

sebuah kelumrahan. Efisiensi di pasar tercipta akibat dorongan untuk menjadi yang

terbaik dalam rangka menciptakan keuntungan yang lebih besar. Ketika arena

persaingan tidak lagi dikuasai oleh para pelaku secara adil, ketimpangan akan terjadi

dengan porsi yang semakin besar dari waktu ke waktu. Akibatnya, pasar dikuasai oleh

Page 45: STRATEGI NASIONAL MEWUJUDKAN SISTEM EKONOMI …

33

segelintir kelompok dengan berbagai macam implikasi yang dapat menghalangi atau

bahkan merugikan pelaku-pelaku lain di dalam ekosistem tersebut.

Ekosistem usaha yang adil dapat tercipta apabila setiap orang memiliki kesempatan yang

sama untuk berkembang. Dalam hal ini, keberpihakan terhadap usaha-usaha mikro,

kecil, dan menengah (UMKM) dalam sektor produksi menjadi sangat krusial. Masing-

masing harus didorong untuk tumbuh agar roda perekonomian bergerak untuk

meningkatkan kemakmuran rakyat banyak.

Di sisi lain, penguasaan suatu industri oleh sedikit badan usaha juga perlu menjadi

perhatian bersama. Konsentrasi dan konsolidasi industri tidak hanya mempersulit entri

pasar bagi usaha-usaha baru, tetapi meletakkan masyarakat sebagai konsumen, dalam

posisi yang rentan dan tidak terlindungi. Oleh karena itu, pemerintah perlu meninjau

kembali koridor-koridor institusional yang mengatur iklim persaingan usaha, agar

menjadi terhindar dari pemusatan ekonomi pada perorangan atau kelompok.

4.3.1 Sasaran

Dalam rangka perwujudan ekosistem yang usaha yang adil, terdapat beberapa sasaran

strategis yang perlu dicapai, seperti yang dijabarkan sebagai berikut.

1. Terciptanya iklim usaha yang memberdayakan kemandirian ekonomi rakyat

sehingga ikut berperan dalam pembangunan nasional

Pemberdayaan kemandirian ekonomi rakyat berarti menjadikan usaha-usaha

yang dibentuk oleh rakyat menjadi kuat sehingga dapat bertahan dan tumbuh

dalam arena perekonomian. Untuk itu, usaha-usaha rakyat perlu diberikan

kekuatan dan ruang untuk berkembang. Hal yang tidak dikehendaki adalah

apabila kelompok-kelompok usaha yang lebih besar justru mematikan kelompok

yang lebih kecil. Kondisi tersebut dapat terjadi baik ketika kelompok usaha yang

lebih kecil tidak dapat bertahan karena iklim persaingan yang tidak sehat,

maupun ketika terdapat tindakan sengaja untuk menghentikan keberjalanan

usaha-usaha kecil dalam rangka mengendalikan produksi dan/atau pemasaran.

2. Terciptanya iklim usaha yang mengutamakan potensi lokal

Usaha-usaha oleh masyarakat dapat tumbuh melalui kerjasama antara satu sama

lain. Pasar perlu dijadikan arena di mana para pelaku usaha dapat bersama-sama

mengambil manfaat atau keuntungan sewajarnya di dalamnya. Maka, perlu ada

upaya nyata dari pemerintah dalam mendorong usaha-usaha besar agar

bekerjasama yang berasas kekeluargaan dengan usaha-usaha lokal yang lebih

kecil sesuai dengan kebutuhannya masing-masing. Dengan demikian,

Page 46: STRATEGI NASIONAL MEWUJUDKAN SISTEM EKONOMI …

34

keberadaan badan usaha di suatu wilayah dapat memberikan manfaat ekonomi

yang lebih besar.

3. Terciptanya iklim usaha yang terhindar dari pemusatan sumber daya oleh

perseorangan/kelompok

Pasar yang dikuasai oleh satu atau sedikit pelaku (monopoli/oligopoli), baik dari

sisi produksi maupun pemasaran, dapat mengakibatkan ketidaksimetrisan

informasi yang dapat merugikan masyarakat luas. Kekuatan yang diakumulasi

oleh kelompok-kelompok yang sedikit tersebut dapat disalahgunakan, terutama

untuk mempertahankan posisinya sebagai penguasa pasar. Keadaan tersebut

dapat diperparah melalui berbagai tindakan konglomerasi bisnis yang tidak

didukung oleh semangat kewirausahaan yang baik. Dengan demikian,

pemerataan kepemilikan sumber daya dapat mendorong peran setiap

masyarakat dalam proses pembangunan perekonomian.

Pada akhirnya, pemusataan pendapatan dan kekayaan tidak hanya

mengakibatkan ketidakseimbangan dalam konteks ekonomi, tetapi juga sosial

dan politik. Luasnya hajat hidup masyarakat yang dikuasai oleh segelintir

pelaku usaha dan konglomerat ini juga dapat menempatkan masyarakat pada

posisi yang rentan. Untuk itu, diperlukan upaya yang lebih kuat dalam aspek

ekonomi maupun politik untuk mengendalikan pemusatan kekuasaan yang

dimaksud. Salah satunya, fungsi-fungsi pengawasan atas persaingan usaha yang

sehat juga perlu dipertegas.

4.3.2 Indikator

Setelah ditentukannya sasaran strategis, maka diperlukan suatu acuan untuk mengukur

implementasi strategi tersebut yang disebut dengan indikator strategis. Adapun

indikator strategis untuk sasaran strategis yang sudah disebutkan di atas, yakni:

1. Indeks kemandirian usaha rakyat

Indeks ini mengukur daya tahan dan daya saing usaha rakyat, yang terdiri atas

koperasi serta usaha mikro, kecil, dan menengah. Dengan adanya indeks ini,

dapat dilihat seberapa baik iklim usaha yang telah diciptakan dalam mendorong

pertumbuhan usaha baru di masyarakat serta bagaimana usaha tersebut dapat

tumbuh dan memberikan kontribusi yang lebih besar bagi perekonomian

nasional. Beberapa indikator yang dapat digunakan misalnya tingkat

produktivitas dan efisiensi, kualitas sumber daya manusia, serta ukuran pasar

usaha-usaha rakyat tersebut.

Page 47: STRATEGI NASIONAL MEWUJUDKAN SISTEM EKONOMI …

35

2. Tingkat inklusi usaha lokal

Indikator ini mengukur seberapa besar keterlibatan usaha lokal dalam

penyediaan barang dan jasa bagi usaha lain yang lebih besar. Oleh karena itu,

pengadaan barang dan jasa setiap badan usaha, terutama yang termasuk dalam

kategori usaha besar, harus diatur sedemikian sehingga terdapat kontribusi oleh

usaha lokal. Besaran kontribusi ini harus tumbuh dari waktu ke waktu.

3. Rasio konsentrasi pasar

Rasio konsentrasi pasar merupakan ukuran paling sederhana untuk melihat

seberapa besar penguasaan pangsa pasar oleh setiap produsen di dalam suatu

pasar. Semakin besar rasio konsentrasi pada satu atau dua produsen, maka

semakin tidak sehat pasar tersebut. Ada beberapa parameter untuk mengukur

apakah konsentrasi pasar terpusat pada sekelompok produsen, yakni dengan

mengukur pangsa pasar empat produsen terbesar dan indeks Herfindahl-

Hirschman.

4.3.3 Inisiatif Strategis

Adapun inisiatif strategis yang harus dilakukan dalam rangka mencapai tujuan Sistem

Ekonomi Pancasila dimaksud dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Pemberian bantuan/insentif ekspansi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

(UMKM) – UMKM naik kelas

Pertumbuhan usaha menjadi lebih besar dapat memberikan dampak yang positif

tidak hanya bagi badan usaha tersebut, tetapi juga bagi masyarakat secara

umum, misalnya melalui peningkatan penyerapan tenaga kerja. Oleh karena itu,

setiap badan usaha perlu didorong untuk dapat naik ke jenjang yang lebih tinggi.

Bantuan dapat berupa akses yang lebih mudah terhadap aset-aset produktif yang

diperuntukkan bagi badan usaha yang mampu menunjukkan kebermanfaatan

ekspansi usahanya bagi perekonomian secara luas.

2. Pendampingan dan pengembangan local champion

Tidak semua lapisan masyarakat dengan semangat wirausaha memiliki

kapabilitas yang dibutuhkan untuk dapat bersaing di pasar. Oleh karena itu,

semangat kekeluargaan dan gotong royong Pancasila harus tercermin dalam

upaya-upaya pendampingan usaha lokal dengan potensi yang besar. Peran

pendampingan dan pengembangan local champion harus dilakukan oleh badan

usaha besar, baik milik swasta maupun milik negara. Pendampingan dan

pengembangan dapat dilakukan dengan mengarahkan berbagai inisiatif

Page 48: STRATEGI NASIONAL MEWUJUDKAN SISTEM EKONOMI …

36

tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility) ke bentuk-

bentuk yang lebih produktif sehingga mampu mendorong terciptanya

pertumbuhan yang lebih pesat bagi usaha-usaha lokal. Hal ini dapat terwujud

dengan adanya spillover pengetahuan, khususnya terkait pengembangan bisnis,

serta bantuan modal yang diberikan kepada usaha-usaha kecil tersebut.

3. Kemitraan UMKM lokal dengan usaha besar dan pengaturan penyerapan

konten lokal

Berbeda dengan konsep pendampingan dan pengembangan local champion,

kemitraan UMKM lokal dengan usaha besar berada pada domain operasional

perusahaan. Kemitraan ini harus menjunjung tinggi asas kekeluargaan dan

gotong royong pada setiap prosesnya yang berlandaskan pada nilai-nilai lokal.

Sebagai contoh, pemenuhan kebutuhan barang dan jasa usaha besar harus

dilakukan dengan cara-cara yang adil dan terbuka bagi UMKM lokal agar

seluruh pelaku dapat berkontribusi sesuai dengan kapasitas dan kapabilitasnya

masing-masing.

Sebagai dorongan tambahan bagi badan usaha besar dalam melaksanakan

inisiatif kemitraan ini, diperlukan pengaturan terhadap tingkat penyerapan

konten lokal atas barang dan jasa. Dalam kemitraan yang terbentuk, usaha besar

harus mendorong mitra UMKM untuk memenuhi standar-standar kinerja yang

lebih baik dari waktu ke waktu. Dengan demikian, kualitas usaha lokal yang

lebih kecil dapat ditingkatkan melalui pengalaman kerja sama dengan usaha

besar yang memiliki tata kelola perusahaan yang lebih baik.

4. Pengawasan terhadap penguasaan pasar

Ekosistem usaha yang ada harus bersifat adil. Dalam hal ini, upaya-upaya

penetrasi pasar yang dilakukan oleh badan usaha, terutama yang baru, harus

dapat dilakukan dengan baik, yakni melalui pasar yang terbebas dari berbagai

bentuk manipulasi oleh satu atau segelintir badan usaha. Berbagai badan usaha

yang muncul harus memiliki keleluasaan dalam mengembangkan usahanya. Hal

ini dapat dicapai melalui pengawasan yang terukur terhadap penguasaan pasar.

Dominasi oleh perusahaan-perusahaan besar yang memberikan dampak negatif

bagi pasar perlu ditangani melalui kerangka institusional yang komprehensif,

dimulai dari pengaturan hingga penegakan hukum atas praktik-praktik

pelebaran kekuasaan yang tidak menimbulkan efek positif bagi masyarakat.

Page 49: STRATEGI NASIONAL MEWUJUDKAN SISTEM EKONOMI …

37

4.4 Tujuan 4: Pemanfaatan Sumber Daya Alam Sebagai Pokok-Pokok

Kemakmuran Rakyat

Tujuan ini merupakan perwujudan dari Pasal 33 Ayat 3 UUD 1945 yang menyatakan

bahwa “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh

negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. Bahkan pasal

ini sebelumnya telah dijelaskan sebagaimana dapat ditemukan melalui penjelasan Pasal

33 UUD 1945 sebelum amandemen yang menyatakan bahwa ”Bumi dan air dan

kekayaan alam yang terkandung dalam bumi adalah pokok-pokok kemakmuran rakyat.

Sebab itu harus dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya

kemakmuran rakyat”.

Pada penjelasan Pasal 33 UUD 1945, terdapat tiga penekanan yang maknanya dalam.

Penekanan pertama ada pada kata “harus” sebagai kata imperatif bahwa negara harus

menguasai bumi, air dan kekayaan yang terkandung di dalamnya. Selanjutnya, kata

“dikuasai”. Ini bermakna jika negara harus menjadi penguasa, yang artinya negara

bukan sekadar menjadi pemilik mayoritas. Penekanan ketiga ada pada kata-kata “pokok-

pokok kemakmuran rakyat” yang berarti segala kekayaan tadi adalah pokok-pokok

kemakmuran rakyat. Kemakmuran rakyat akan sulit tercapai jika pokok-pokoknya

(sumber daya alam) tidak dikelola dan dikuasai dengan baik.

4.4.1 Sasaran

Berdasarkan penjelasan di atas, sasaran strategis dari tujuan ini dapat dijabarkan sebagai

berikut:

1. Penguasaan sumber daya alam oleh negara dan tidak boleh dialihkan

Hal ini menegaskan jika sumber daya alam yang dikuasai oleh negara sama

sekali tidak diperkenankan untuk dialihkan ke pihak lain, baik kepada orang

seorang di dalam negeri, terlebih kepada orang seorang di luar negeri. Larangan

untuk pengalihan ini merupakan konsekuensi logis dari kata imperatif “harus”

yang terkandung dalam UUD 1945.

2. Peningkatan akses rakyat dalam pemanfaatan sumber daya alam

Indonesia didirikan oleh semua dan untuk semua. Perjuangan pergerakan

kemerdekaan, khususnya digerakkan oleh semangat rakyat, oleh perjuangan

rakyat melalui kehendak untuk merdeka. Rakyat lah yang berjuang dan

bergotong royong untuk mendirikan bangunan Indonesia merdeka yang kuat

dan kokoh. Oleh karena itu, Indonesia merdeka memberikan kedaulatan kepada

Page 50: STRATEGI NASIONAL MEWUJUDKAN SISTEM EKONOMI …

38

rakyat, bukan kepada pihak-pihak lain. Maka segala proses kehidupan

berbangsa dan bernegara harus berlandaskan atas kehendak rakyat. Begitu pula

dengan pengelolaan sumber daya alam yang merupakan kekayaan bangsa

Indonesia harus bermanfaat bagi rakyat. Akses rakyat kepada kekayaan

bangsanya harus dibuka selebar mungkin agar dapat memberikan keadilan dan

kemakmuran sebagaimana tujuan daripada didirikannya Indonesia merdeka.

3. Pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan dan berwawasan

lingkungan

Bung Karno menjelaskan bahwa Pancasila adalah peri kemanusiaan yang berarti

mengatur tidak hanya sekadar relasi manusia antarmanusia saja, tetapi juga

relasi manusia dengan alam semesta. Oleh karena itu, pembangunan yang

berdasarkan Pancasila adalah pembangunan yang memperhatikan alam semesta,

yaitu suatu pembangunan yang berkelanjutan dan memiliki komitmen yang kuat

bagi terpeliharanya lingkungan. Ini menjadi penting mengingat Indonesia

didirikan bukan hanya untuk sementara waktu saja, Indonesia didirikan sebagai

sebuah negara merdeka untuk seribu tahun lamanya, untuk selama-lamanya.

4.4.2 Indikator

Tercapainya sasaran dimaksud dapat diukur dengan melihat beberapa indikator strategis

yang dijabarkan sebagai berikut:

1. Tingkat kepemilikan negara atas usaha yang menyangkut hajat hidup orang

banyak sebesar 100 persen

Negara harus memiliki tingkat kepemilikan 100 persen sebagai makna dari

“penguasa” terhadap kekayaan sumber daya alam Indonesia. Penguasaan

kepemilikan 100 persen terhadap usaha yang menyangkut hajat hidup orang

banyak telah sesuai dengan cita-cita para pendiri bangsa. Pendiri bangsa juga

telah menjelaskan masalah ini dalam penjelasan UUD 1945 sebelum amandemen

bahwa negara harus menguasai usaha yang menyangkut hajat hidup orang

banyak agar tidak jatuh ke tangan orang seorang

2. Tingkat penerimaan negara dari sektor sumber daya alam dan terdapat

kepemilikan rakyat dalam usaha pengelolaan sumber daya alam

Akses rakyat terhadap kekayaan sumber daya alam dapat dilihat dari tingkat

penerimaan negara pada sektor sumber daya alam. Seberapa besar negara

mampu menghasilkan penerimaan dari operasinya dalam mengelola kekayaan

negara. Akses rakyat yang meningkat juga dapat dilihat melalui tingkat

Page 51: STRATEGI NASIONAL MEWUJUDKAN SISTEM EKONOMI …

39

kepemilikan rakyat dalam usaha tersebut. Seberapa besar rakyat diberikan porsi

kepemilikan dalam bisnis yang mengelola kekayaan yang sejatinya milik rakyat

itu.

3. Tingkat kerusakan lingkungan

Pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan

dapat dilihat melalui tingkat kerusakan lingkungan yang ada di Indonesia.

Seberapa jauh kerusakan yang muncul di bumi Indonesia akan menjadi indikator

sejauh mana negara memiliki komitmen dalam melaksanakan pembangunan,

yang sebagaimana Bung Karno nyatakan, berperikemanusiaan.

4.4.3 Inisiatif Strategis

Sasaran dan indikator strategis dapat dicapai melalui inisiatif strategis yang akan

menjadi program untuk mencapai visi, misi dan tujuan yang telah ditetapkan. Inisiatif

strategis dari tujuan ini di antaranya terdiri dari:

1. Lobi politik, kajian dan naskah akademik untuk menyusun UU BUMN dan

UU Kekayaan Negara

UU BUMN dan UU Kekayaan Negara menjadi aturan yang paling strategis

dalam mendukung adanya 100 persen penguasaan negara atas sektor usaha yang

menyangkut hajat hidup orang banyak. Oleh karena itu, diperlukan lobi politik

di eksekutif dan legislatif dalam rangka revisi serta penyusunan UU BUMN dan

UU Kekayaan Negara yang lebih komprehensif sehingga sesuai dengan UUD

1945 sebagai konstitusi Republik Indonesia. Ketika proses ini dapat berjalan,

maka kajian dan naskah akademik juga harus berjalan untuk dapat menjadi

dasar yang kuat mengenai urgensi dari penyusunan UU BUMN dan UU

Kekayaan Negara yang mengutamakan penguasaan negara.

2. Menyusun daftar badan usaha yang harus dikuasai oleh negara

Penyusunan daftar badan usaha yang harus dikuasai oleh negara akan menjadi

peta dasar untuk upaya melakukan 100 persen penguasaan oleh negara. Daftar

ini akan memandu badan usaha mana saja yang harus dikuasai oleh negara dan

jangka waktu pelaksanaannya.

3. Menyiapkan tim negosiasi yang fokus menangani hukum arbitrase

Upaya menguasai badan usaha yang menyangkut hajat hidup orang banyak

bukanlah satu pekerjaan sederhana. Usaha ini tentu akan melewati proses

negosiasi yang panjang dan rumit. Oleh karena itu, diperlukan tim khusus yang

kuat dan fokus untuk menjalankan proses negosiasi dan proses arbitrase dengan

Page 52: STRATEGI NASIONAL MEWUJUDKAN SISTEM EKONOMI …

40

pihak-pihak yang tidak menginginkan negara menguasai badan-badan usaha

strategis.

4. Membentuk koperasi yang anggotanya berasal dari masyarakat sekitar dan

koperasi tersebut memiliki porsi kepemilikan

Pengelolaan sumber daya alam sering menghasilkan kecemburuan dari

masyarakat sekitar akibat tidak adanya manfaat yang diperoleh oleh mereka

sebagai rakyat yang menerima ekses negatif dari pengelolaan tersebut. Oleh

karena itu, diperlukan koperasi yang ikut memiliki porsi kepemilikan dalam

usaha pengelolaan sumber daya alam. Anggota koperasi ini juga harus berasal

dari masyarakat sekitar sehingga akses mereka terhadap sumber daya alam di

sekitarnya dapat terwujud dan memberikan manfaat secara nyata.

5. Menyebarluaskan laporan terbuka yang sederhana mengenai pengelolaan

sumber daya alam kepada publik

Rakyat sebagai pemegang kedaulatan harus menjadi tuan di negerinya sendiri.

Oleh karena itu, rakyat sudah seharusnya mengetahui segala proses dalam

pengelolaan sumber daya alam. Maka, seluruh badan usaha yang mengelola

sumber daya alam harus memberikan laporan sederhana kepada publik agar

rakyat mengetahui bagaimana status (pendapatan, kerugian, dst.) pengelolaan

kekayaan miliknya. Laporan sederhana ini menjadi penting karena akan

memudahkan publik dalam membaca data yang tersaji.

6. Penyempurnaan regulasi terkait K3L

Regulasi yang terkait dengan K3L perlu disempurnakan agar lebih berkelanjutan

dan memiliki komitmen yang kuat dalam memelihara lingkungan.

Penyempurnaan regulasi ini menjadi penting karena ia akan menghasilkan

regulasi-regulasi yang dapat lebih tegas dalam mengatur pihak-pihak yang

berurusan dengan potensi kerusakan lingkungan.

7. Sistem informasi kondisi lingkungan yang terpadu dan andal

Sistem informasi kondisi lingkungan yang terpadu dan andal diperlukan sebagai

data terpadu dalam mengetahui status kerusakan lingkungan yang ada di

Indonesia. Sistem informasi ini juga dapat menjadi sistem peringatan dini untuk

upaya konservasi terhadap lingkungan.

8. Peningkatan peran masyarakat adat sekitar dalam setiap pengambilan

keputusan terkait pengelolaan sumber daya alam

Pengelolaan sumber daya alam sering meghasilkan konflik dengan masyarakat

adat sekitar di berbagai tempat di Indonesia. Untuk mencegah ini, harus ada

pelibatan masyarakat adat sekitar dalam setiap pengambilan keputusan penting

Page 53: STRATEGI NASIONAL MEWUJUDKAN SISTEM EKONOMI …

41

dalam pengelolaan sumber daya alam. Dengan ini, keputusan-keputusan

strategis akan muncul sebagai kesepakatan yang harmonis bersama dengan

masyarakat adat.

9. Penegakan hukum secara tegas terhadap pelanggar aturan lingkungan

Setiap pelanggaran hukum terhadap aturan lingkungan harus ditindak secara

tegas tanpa pandang bulu sesuai dengan hukum dan peraturan perundang-

undangan yang berlaku. Merosotnya wibawa hukum akan membawa bencana

lingkungan yang artinya mengancam kekayaan negara yang seharusnya dapat

dimanfaatkan dan dapat mengancam keselamatan rakyat sebagai pemegang

kedaulatan.

10. Pengklasifikasian wilayah yang memiliki tingkat kerusakan lingkungan

menengah ke atas

Pengklasifikasian ini menjadi penting karena akan menentukan langkah apa

yang harus diambil dalam menangani kerusakan lingkungan. Klasifikasi ini juga

menjadi skala prioritas bagi negara untuk memetakan wilayah mana yang harus

menjadi perhatian utama. Status tingkat kerusakan menengah ke atas adalah

kerusakan yang harus segera mendapat perhatian yang besar dari negara.

4.5 Tujuan 5: Terpenuhinya Hak Setiap Warga Negara atas Pekerjaan

dan Penghidupan yang Layak Bagi Kemanusiaan

Tujuan ini selaras dengan Pasal 27 ayat (2) UUD 1945 yang menyebutkan bahwa:

“Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”.

Ayat tersebut memuat pengakuan dan jaminan bagi semua orang untuk mendapatkan

pekerjaan dan mencapai tingkat kehidupan yang layak bagi kemanusiaan. Yang perlu

ditekankan dari ayat ini adalah pernyataan ‘layak bagi kemanusiaan’.

Hak untuk mendapatkan pekerjaan dan penghidupan yang layak penting untuk dijamin

pemenuhannya disebabkan setiap individu berhak untuk menjadi sejahtera. Dengan

mendapat suatu pekerjaan, maka setiap individu dapat memiliki sumber penghidupan

untuk memenuhi kebutuhannya. Dengan terpenuhinya semua kebutuhan, baik

kebutuhan lahir maupun batin, maka kesejahteraan dapat tercapai. Oleh karena itu,

pemenuhan terkait hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak menjadi tujuan

strategis dari Sistem Ekonomi Pancasila sehingga tujuan untuk mewujudkan manusia

Indonesia yang mandiri dan berkeadilan sosial dapat diwujudkan demi kesejahteraan

bersama seluruh warga negara Indonesia.

Page 54: STRATEGI NASIONAL MEWUJUDKAN SISTEM EKONOMI …

42

4.5.1 Sasaran

Berkaitan dengan tujuan dimaksud, maka sasaran strategis yang harus dicapai, yaitu:

1. Peningkatan kesempatan lapangan kerja yang layak dan berkelanjutan

Kerja merupakan perwujudan diri manusia. Melalui kerja, manusia

merealisasikan dirinya sebagai manusia sekaligus membangun hidup dan

lingkungannya yang lebih manusiawi. Melalui bekerja manusia juga dapat

menentukan hidupnya sendiri sebagai manusia yang mandiri. Oleh karena itu,

hak atas kerja juga merupakan salah satu hak asasi manusia karena kerja

berkaitan dengan hak atas hidup yang layak.

Tidak berhenti sampai pada pemenuhan kesempatan bekerja, setiap pekerja juga

berhak mendapatkan upah, artinya setiap pekerja berhak untuk dibayar. Tidak

hanya berhak memperoleh upah, setiap pekerja berhak memperoleh upah yang

adil, yaitu upah yang sebanding dengan tenaga yang telah disumbangkannya;

dan upah yang layak, yaitu upah yang dapat mencukupi tidak hanya

kebutuhannya, tetapi juga menjamin kehidupannya bersama dengan keluarga,

sepadan dengan martabat manusia disertai dengan jaminan perlindungan sosial

lainnya. Namun demikian, jumlah upah demi penghidupan yang layak itu juga

harus memperhatikan dampak terhadap keberlangsungan pemberi kerja.

Pemerintah juga harus terus memantau standar Kebutuhan Hidup Layak (KHL)

di dalam penentuan kebijakan upah minimum melalui mekanisme tripartit,

antara pemerintah, pengusaha, dan pekerja yang diwakili oleh serikat pekerja.

2. Peningkatan jaminan sosial yang layak

Setiap pekerja berhak mendapatkan perlindungan atas keamanan, keselamatan

dan kesehatan melalui program jaminan atau asuransi keamanan dan kesehatan

yang diadakan oleh suatu perusahaan. Setiap pekerja berhak mengetahui

kemungkinan risiko yang akan dihadapinya dalam menjalankan pekerjaannya

dalam bidang tertentu dalam perusahaan tersebut.

Manfaat jaminan kesejahteraan sosial yang ada saat ini dirasakan belum optimal

dalam menjamin kesejahteraan masyarakat, terutama dalam hal kualitas layanan.

Selain itu, jaminan kesejahteraan sosial juga belum dirasakan menyeluruh oleh

tenaga kerja Indonesia, terutama mereka yang bekerja di sektor informal.

3. Peningkatan tingkat pendidikan dan kesehatan

Tentunya, untuk dapat mencapai tujuan pemenuhan hak atas pekerjaan dan

penghidupan yang layak, kebutuhan dasar atas pendidikan dan kesehatan harus

terlebih dahulu terpenuhi. Lemahnya kemampuan pekerja Indonesia dirasakan

Page 55: STRATEGI NASIONAL MEWUJUDKAN SISTEM EKONOMI …

43

sebagai kendala utama bagi pemberi kerja. Belum optimalnya penyerapan tenaga

kerja juga ditengarai disebabkan adanya ketidaksinkronan antara penawaran

tenaga kerja yang ada, terutama dari aspek pendidikan, dengan adopsi industri

yang tidak relevan.

Kualitas tenaga kerja Indonesia yang masih rendah ditambah dengan adopsi

industri yang terlalu cepat menyebabkan terjadinya mismatch antara kemampuan

tenaga kerja yang dibutuhkan dengan yang tersedia di pasar tenaga kerja.

Akibatnya, mereka tidak mampu terserap di sektor formal dan terkonsentrasi di

sektor informal. Oleh karena itu, kualitas tenaga kerja Indonesia perlu

ditingkatkan, baik melalui peningkatan aspek kesehatan maupun pendidikan.

4.5.2 Indikator

Indikator strategis berikut dapat digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan pencapaian

dari tujuan SEP dimaksud, antara lain yaitu:

1. Penyerapan jumlah angkatan kerja yang tersedia

Terpenuhinya hak setiap warga negara atas kesempatan lapangan kerja yang

layak dan berkelanjutan dapat diukur dengan melihat seberapa banyak angkatan

kerja yang terserap oleh lapangan pekerjaan yang tersedia, baik lapangan

pekerjaan baru maupun yang sudah tersedia sebelumnya.

2. Perbaikan tingkat upah yang selaras dengan pemenuhan kebutuhan hidup

yang layak (KHL)

Tingkat upah yang sudah selaras dengan hasil kesepakatan tripartit terkait

kebutuhan hidup yang layak dapat menjadi indikator untuk mengukur

pemenuhan hak setiap warga negara atas penghidupan yang layak bagi

kemanusiaan.

3. Persentase jumlah pekerja yang tercakup dalam sistem jaminan sosial nasional

Banyaknya jumlah pekerja yang tercakup dalam sistem jaminan sosial nasional

dibandingkan dengan total jumlah pekerja yang ada dapat menjadi indikator

keberhasilan dari program jaminan sosial yang dilakukan.

4. Indeks kualitas jaminan sosial

Indeks kualitas jaminan sosial dapat digunakan untuk mengukur kualitas

program jaminan sosial yang dirasakan oleh masyarakat, salah satu indikatornya

dapat berupa tingkat kemudahan dan kepuasan masyarakat terhadap program

jaminan sosial yang tersedia.

Page 56: STRATEGI NASIONAL MEWUJUDKAN SISTEM EKONOMI …

44

5. Kuantitas dan kualitas diklat yang diikuti pekerja dan calon pekerja

Peningkatan kualitas tenaga kerja Indonesia juga dapat diukur dari seberapa

banyak pendidikan dan pelatihan (diklat) yang diikuti, baik yang diadakan oleh

perusahaan tempatnya bekerja ataupun pihak lain. Selain itu, bisa juga diukur

melalui biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan atau pemberi kerja untuk

mengadakan diklat dan dari jumlah peserta magang di perusahaan dimaksud.

6. Indikator tingkat pendidikan dan kesehatan

Peningkatan kualitas dan kuantitas pendidikan dapat dilihat dari beberapa

indikator pendidikan, seperti (i) angka melek aksara dan melek huruf; (ii) angka

partisipasi sekolah, baik kasar maupun murni; (iii) angka rata-rata lama sekolah;

dan (iv) jumlah fasilitas pendidikan. Di era kemajuan teknologi, adopsi teknologi

juga dapat dilihat dari angka proporsi remaja dan dewasa usia 15-24 tahun

dengan keterampilan teknologi informasi dan komputer (TIK).

Sementara, indikator tingkat kesehatan dapat dilihat dari seberapa besar angka

harapan hidup masyarakat, angka kematian ibu dan anak, angka stunting pada

anak, angka kepemilikan atau partisipasi dalam asuransi kesehatan, banyaknya

rumah sakit atau fasilitas kesehatan di suatu wilayah, banyaknya tenaga

kesehatan dibandingkan dengan jumlah penduduk yang ada, dan lain

sebagainya.

4.5.3 Inisiatif Strategis

Adapun inisiatif strategis yang harus dilakukan dalam rangka mencapai tujuan Sistem

Ekonomi Pancasila yang dimaksud dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Penyediaan lapangan pekerjaan yang dapat menyerap angkatan kerja

Indonesia yang tersedia

Target pencapaian pertumbuhan ekonomi di Indonesia harus difokuskan pada

sektor-sektor yang menyerap tenaga kerja terbanyak, yang pro terhadap

masyarakat miskin serta mampu membantu proses konvergensi ekonomi, baik

antarpenduduk maupun antarwilayah. Selain itu, peran UMKM juga sangat

penting dalam menyerap tenaga kerja informal yang tak tertampung di bursa

kerja formal, mengingat masih tingginya tenaga kerja Indonesia yang

berpendidikan rendah. Apalagi, sebagian besar angkatan kerja yang ada terserap

di sektor usaha kecil dan menengah. Menginstitusionalisasi sektor-sektor yang

informal tersebut sehingga menjadi lapangan pekerjaan formal perlu dilakukan

Page 57: STRATEGI NASIONAL MEWUJUDKAN SISTEM EKONOMI …

45

dengan harapan, kondisi tersebut mampu mendorong penyerapan tenaga kerja

dan perbaikan kualitas hidup masyarakat Indonesia.

2. Reforma program jaminan kesejahteraan sosial

Reforma dalam program jaminan sosial perlu dilakukan untuk menjamin

kesejahteraan, tidak hanya bagi pekerja itu sendiri, tetapi juga keluarganya, dan

tentunya masyarakat secara umum. Perlu adanya penyusunan indeks jaminan

sosial sebagai ukuran kualitas dan keberhasilan dari suatu program jaminan

sosial.

3. Review terkait peraturan ketenagakerjaan untuk mencari formulasi kebijakan

yang tepat dan berimbang yang dapat meningkatkan martabat tenaga kerja

Indonesia

Menyelesaikan pelaksanaan perundang-undangan tenaga kerja dan

berkonsentrasi pada dua isu utama yang mendapat perhatian para pemberi

kerja, yaitu: i) keleluasaan dalam mempekerjakan pekerja kontrak; dan ii)

keleluasaan dalam melakukan outsourcing, dengan menekankan para sub-

kontraktor atau penyedia jasa tenaga kerja untuk memenuhi hak-hak pekerja

mereka.

4. Pengawasan dan penegakan hukum yang tegas terhadap pelanggaran

peraturan ketenagakerjaan

Pengawasan dan penegakan hukum yang tegas terhadap pelanggaran peraturan

ketenagakerjaan perlu dilakukan, yaitu dengan penyediaan peradilan tenaga

kerja. Kualitas dan kuantitas petugas pengawas ketenagakerjaan juga perlu

ditingkatkan. Banyak kasus pelanggaran hukum ketenagakerjaan yang sifatnya

normatif yang tidak dapat diselesaikan disebabkan petugas pengawas yang tidak

tegas dan adil.

Selain itu, pemerintah juga perlu meningkatkan mutu dan pengawasan terhadap

tenaga kerja asing, terutama dalam hal perpanjangan izin, baik izin kerja

maupun tinggal, dan jenis pekerjaan yang dilakukan. Pekerjaan-pekerjaan yang

dapat dijalankan oleh tenaga kerja asing dengan pembatasan-pembatasannya

juga penyediaan kesempatan kerja tersebut bagi warga negara Indonesia (WNI)

sendiri perlu diatur. Selain itu, pengaturan jabatan-jabatan tertentu yang dapat

dan yang dilarang diduduki oleh tenaga kerja asing juga perlu ditetapkan. Hal

tersebut ditujukan agar pasar tenaga kerja domestik tidak mengalami ancaman

dari serbuan tenaga kerja asing.

Page 58: STRATEGI NASIONAL MEWUJUDKAN SISTEM EKONOMI …

46

Kemudian, pengawasan terhadap PJTKI/PPTKIS juga harus dilakukan, termasuk

pengawasan terhadap buruh migran Indonesia, seperti rekrutmen, pelatihan,

dokumen, asuransi dan biaya untuk penempatan.

5. Peningkatan akses dan kualitas aspek kesehatan dan pendidikan

Peningkatan aspek kesehatan dapat dilakukan dengan penyediaan sistem

jaminan kesehatan yang murah dan menyeluruh bagi seluruh masyarakat.

Infrastruktur atau fasilitas kesehatan serta tenaga kesehatan juga perlu

ditingkatkan dan tersebar hingga ke pelosok terpencil sekalipun.

Pemerintah perlu mereformasi sistem pendidikan sehingga berorientasi pada

kesesuaian dengan permintaan industri, terutama pada era di mana kemajuan

teknologi merupakan suatu keniscayaan. Di sisi lain, pemerintah perlu

mewajibkan pengadaan diklat oleh pemberi kerja, tidak hanya bagi pekerjanya,

tetapi juga calon pekerja (magang) dalam rangka meningkatkan kualitas pekerja

tersebut.

Upaya peningkatan kompetensi bagi pendidik dan tenaga kependidikan yang

juga harus dilaksanakan secara terencana dan terprogram dengan sistem yang

jelas dan disesuaikan dengan kebutuhan anak didik.

Page 59: STRATEGI NASIONAL MEWUJUDKAN SISTEM EKONOMI …

47

V. STRATEGI NASIONAL

Mewujudkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bernegara membutuhkan strategi

yang komprehensif secara nasional dan terintegrasi. Ideologi Pancasila harus

menginternalisasi dalam setiap kehidupan bangsa, khususnya lingkungan pemerintah.

Dengan demikian, setiap kebijakan yang dilahirkan memiliki warna yang jelas, yaitu

semangat dari nilai-nilai Pancasila.

Karena itulah perlu dibangun strategi nasional yang terukur dan tidak hanya berdimensi

jangka pendek. Sebab pada prinsipnya, cita-cita yang terkandung dalam Pancasila yang

menjadi ideologi negara bersifat tak lekang oleh ruang dan waktu. Menciptakan

keadilan, kesejahteraan serta kebahagiaan harus menjadi cita-cita abadi.

Penyusunan strategi nasional ini bertujuan agar upaya mewujudkan cita-cita mulia

Pancasila berjalan secara berkesinambungan dan tepat sasaran. Untuk mewujudkan hal

itu, landasan yang digunakan dalam merealisasikan pelaksanaan Sistem Ekonomi

Pancasila adalah sebagai berikut:

5.1 Strategi Regulasi

Untuk menjadikan Sistem Ekonomi Pancasila sebagai pedoman pemerintah dalam

mewujudkan ekonomi yang berkeadilan maka perlu dibentuk suatu aturan yang

mengikat. Aturan tersebut dapat berbentuk Peraturan Presiden (Perpres), Keputusan

Presiden (Keppres), dan Instruksi Presiden (Inpres) atau bisa juga dalam bentuk undang-

undang serta aturan lainnya.

Mengingat urgensi penerapan Sistem Ekonomi Pancasila, maka dibutuhkan peraturan

yang mengikat dan dapat segera diimplementasikan. Dari berbagai macam alternatif

bentuk peraturan, maka yang paling mungkin adalah Peraturan Presiden, Keputusan

Presiden, dan Instruksi Presiden.

Ketiga aturan tersebut dibedakan melalui pendefinisian norma hukum. Tap MPRS No.

XX Tahun 1966 menjelaskan bahwa ”Keputusan Presiden berisi keputusan yang bersifat

khusus (einmalig) adalah untuk melaksanakan ketentuan Undang-Undang Dasar yang

bersangkutan, Ketetapan MPR dalam bidang eksekutif atau peraturan pemerintah.”

Mengenai terminologi einmalig yang tercantum pada Tap MPRS No. XX Tahun 1966, sifat

dari Keputusan Presiden mempunyai arti khusus. Dari beberapa definisi hukum, einmalig

adalah tindakan yang dilakukan hanya sekali saja oleh pihak berwenang atau organ-

Page 60: STRATEGI NASIONAL MEWUJUDKAN SISTEM EKONOMI …

48

organ pusat berdasarkan konstitusi (pemerintah atau parlemen). Dalam konteks ini

adalah Presiden.

Oleh karena itu, Keputusan Presiden dapat dikatakan sebagai norma hukum yang

bersifat konkret, individual dan sekali selesai. Namun, ada pula Keputusan Presiden

yang bersifat umum dan masih berlaku hingga sekarang. Di sisi lain, Peraturan Presiden

bersifat umum, abstrak dan terus-menerus.

Sedangkan, Instruksi Presiden (Inpres) adalah perintah atasan kepada bawahan yang

bersifat individual, konkret dan sekali selesai. Inpres hanya dapat mengikat menteri,

pejabat-pejabat pemerintah yang berkedudukan di bawah Presiden yang berisi petunjuk

yang diberikan Presiden kepada bawahannya dengan memerintahkan sesuai tugas

pokok dan fungsi masing-masing.

Menimbang urgensi implementasi Sistem Ekonomi Pancasila, maka Peraturan Presiden

merupakan instrumen yang cocok untuk menginstitusionalisasi Sistem Ekonomi

Pancasila.

Matriks Perbedaan Peraturan Presiden, Keputusan Presiden, Instruksi Presiden

Keputusan Presiden Peraturan Presiden Instruksi Presiden

Sifat dan isi Konkret, individual

(beschikking), dan sekali

selesai (einmalig).

Namun, Keputusan

Presiden bisa bersifat

sebagai pengaturan

(regelling).

Pengaturan, umum,

dan abstrak (regelling).

Petunjuk yang

diberikan (Presiden)

kepada bawahannya.

Memerintahkan

sesuai tupoksi

masing-masing.

5.2 Strategi Pengawasan dan Evaluasi

Sebuah konsep kebijakan hanya dapat berjalan dengan baik apabila adanya mekanisme

yang terencana dan teratur. Mekanisme diperlukan dalam menciptakan sistem untuk

mengatur pelaksanaan dan tata kelola konsep kebijakan atau standar acuan yang selaras,

yang diarahkan untuk mewujudkan cita-cita yang termuat dalam nilai-nilai Pancasila.

Dua hal penting yang dibutuhkan dalam mekanisme kerja tersebut, yakni pengawasan

dan evaluasi terhadap implementasi Sistem Ekonomi Pancasila, karena bagaimana pun,

suatu sistem dapat dipastikan berjalan dengan baik apabila terdapat kontrol di

dalamnya. Oleh karena itu, dalam perjalanannya, Sistem Ekonomi Pancasila memerlukan

kedua fungsi tersebut. Terlebih, banyaknya pemangku kepentingan yang terlibat dalam

Page 61: STRATEGI NASIONAL MEWUJUDKAN SISTEM EKONOMI …

49

sistem tersebut. Selain itu, Sistem Ekonomi Pancasila juga diharapkan mampu menjadi

kesadaran bersama, di setiap elemen bangsa.

Page 62: STRATEGI NASIONAL MEWUJUDKAN SISTEM EKONOMI …

50

VI. ROADMAP SISTEM EKONOMI PANCASILA

Dalam menjalankan suatu sistem, diperlukan landasan acuan yang menjadi dasar dalam

menerapkan sistem tersebut. Landasan acuan yang menjadi strategi nasional dalam

implementasi Sistem Ekonomi Pancasila berupa “cetak biru” bermuatkan visi, misi,

tujuan, sasaran serta rencana kerja yang terpapar secara detail dan jelas. Rencana kerja

yang diterjemahkan dalam sebuah peta jalan (roadmap) akan dilaksanakan dalam

beberapa tahap, antara lain jangka pendek hingga tahun 2024, jangka menengah hingga

tahun 2045 dan jangka panjang hingga 100 tahun kemerdekaan Indonesia.

Dalam peta jalan Sistem Ekonomi Pancasila tergambarkan empat dimensi strategi

nasional yang menjadi acuan. Yang pertama adalah strategi regulasi di mana

perwujudan awal dari Sistem Ekonomi Pancasila akan lahir dalam bentuk Peraturan

Presiden (Perpres). Yang kedua adalah strategi kelembagaan, dimana setelah

terumuskannya Peraturan Presiden, akan dibentuk kelembagaan yang bertanggung

jawab atas terlaksananya Sistem Ekonomi Pancasila dan bertanggung jawab langsung

kepada Presiden.

Yang ketiga, strategi sistem dan tata kelola pelaksanaan yang merupakan kunci dan

landasan dalam implementasi Sistem Ekonomi Pancasila berupa “cetak biru”. Dalam

cetak biru akan terperinci secara detail terkait program dan rencana kerja Sistem

Ekonomi Pancasila. Sejalan dengan program dan rencana kerja tersebut, maka kemudian

sinkronisasi dan harmonisasi akan dilaksanakan dengan Kementerian/Lembaga terkait

kebijakan-kebijakan yang berlandaskan pada semangat dan nilai-nilai Pancasila.

Yang keempat, strategi internalisasi dengan tujuan menjadikan Sistem Ekonomi

Pancasila sebagai kesadaran dan tujuan utama bagi seluruh komponen bangsa, baik itu

para pemangku kepentingan maupun masyarakat luas demi tercapainya keadilan sosial

bagi seluruh lapisan masyarakat sehingga mampu memberikan pengaruh yang positif

terhadap kemakmuran bangsa.

Berbagai strategi yang tergambar dalam Peta Jalan Sistem Ekonomi Pancasila berikut

diharapkan dapat mewujudkan tujuan dari Sistem Ekonomi Pancasila, yakni tercapainya

kebahagiaan, kesejahteraan, perdamaian dan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.

Page 63: STRATEGI NASIONAL MEWUJUDKAN SISTEM EKONOMI …

51

Page 64: STRATEGI NASIONAL MEWUJUDKAN SISTEM EKONOMI …

52

LAMPIRAN

Kronologis Penyusunan Buku Putih

Penyusunan buku putih ini didahului oleh serangkaian proses panjang yang telah

melibatkan banyak pihak di luar Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN). Berikut

ini adalah penjabaran rangkaian kegiatan yang telah dilalui.

Pertemuan awal (kick-off meeting)

Lokasi : Gedung Kemenko Perekonomian, Jl. Medan Merdeka Barat No. 7, Jakarta Pusat

Waktu : 13 Februari 2018

Pertemuan awal yang menginisiasi penyusunan buku putih ini dilakukan di Jakarta,

pada 13 Februari 2018. Pihak-pihak yang hadir untuk menyampaikan pandangan terkait

ekonomi berbasis Pancasila adalah, sebagai berikut:

1. Badan Pembinaan Ideologi Pancasila—BPIP (sebelumnya Unit Kerja Presiden

Pembinaan Ideologi Pancasila—UKP-PIP)

a. Anggota Dewan Pengarah (Ahmad Syafii Maarif)

b. Kepala UKP-PIP (Yudi Latif)

c. Deputi Pengendalian dan Evaluasi (Silverius Yoseph Soeharso)

d. Penasihat Khusus (Benny Susetyo)

2. Lembaga Ketahanan Nasional—Lemhanas

a. Tenaga Ahli Pengajar Bidang Ekonomi (Didin S. Damanhuri)

b. Tenaga Pengkaji Bidang Ekonomi (Miyasto)

3. Pembina Utama Muda Pusat Penelitian Ekonomi Lembaga Ilmu Pengetahuan

Indonesia—LIPI (Latif Adam)

4. Komisi Pengawas Persaingan Usaha—KPPU

a. Ketua KPPU (Syarkawi Rauf)

b. Komisioner (Chandra Setiawan)

5. Akademisi (Revrisond Baswir)

6. Wartawan Senior Kompas (Andreas Maryoto).

Hasil dari kick-off meeting ini adalah sebuah rencana untuk menyusun buku putih yang

akan menjadi strategi nasional perwujudan Sistem Ekonomi Pancasila di Indonesia.

Page 65: STRATEGI NASIONAL MEWUJUDKAN SISTEM EKONOMI …

53

Rangkaian Focus Group Discussions (FGD)

Bagi Indonesia, sistem ekonomi yang berbasis Pancasila masih merupakan sebuah

konsep yang lebih bersifat normatif. Terkadang, konsep dan praktik kebijakan ekonomi

yang diklaim berdasar Pancasila justru tidak sesuai dengan nilai normatif yang

dimaksud.

Atas dasar itu, serangkaian diskusi dilakukan di beberapa wilayah di Indonesia dengan

tujuan untuk mengetahui lebih dalam mengenai kondisi sosial dan ekonomi masyarakat

di daerah, terutama masyarakat lapisan bawah. Dalam hal ini, berbagai isu dan

tantangan yang ditemui di tingkat masyarakat digali langsung dari berbagai jenis pelaku

ekonomi di dalamnya.

Pemilihan lokasi yang terdiri atas wilayah barat, tengah dan timur Indonesia diharapkan

dapat meningkatkan keterwakilan informasi-informasi krusial terkait kondisi masyarakat

Indonesia secara umum. Beberapa wilayah yang menjadi tempat pelaksanaan FGD

adalah sebagai berikut:

1. Padang, Sumatera Barat: 17 Mei 2018

2. Mataram, Nusa Tenggara Barat: 24 Mei 2018

3. Bandung, Jawa Barat: 31 Mei 2018

4. Semarang, Jawa Tengah: 12 Juli 2018

5. Surabaya, Jawa Timur: 19-21 Agustus 2018

Dalam setiap FGD tersebut, berbagai pemangku kepentingan yang dilibatkan terdiri atas:

1. Akademisi: bidang ekonomi, kebudayaan, sosiologi, dan antropologi

2. Organisasi Kemasyarakatan (Ormas): Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah,

Nahdlatul Wathan (NTB), Persatuan Islam (Jawa Barat)

3. Koperasi

4. Pedagang

5. Petani

6. Jurnalis

7. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM): Lembaga Penelitian dan Pengabdian

kepada Masyarakat (LP2M) Sumatera Barat, Transform Nusa Tenggara Barat,

The Local Enablers Jawa Barat, Yayasan Obor Tani Jawa Tengah

8. Himpunan Pengusaha Muda Indonesia

9. Bank Indonesia

10. Otoritas Jasa Keuangan

Hasil dari serangkaian kegiatan FGD tersebut telah mampu memberikan gambaran yang

baik mengenai kondisi perekonomian rakyat, khususnya terkait usaha rakyat (terutama

dalam bidang perdagangan dan pertanian) dan tantangan yang dihadapi untuk dapat

bertahan dan berkembang di tengah-tengah masyarakat.

Page 66: STRATEGI NASIONAL MEWUJUDKAN SISTEM EKONOMI …

54

Di samping itu, pandangan peserta diskusi mengenai implementasi nilai-nilai Pancasila

dalam berbagai kebijakan ekonomi turut diungkapkan dalam rangkaian FGD ini. Dalam

hal ini, sistem ekonomi yang berdasarkan pada Pancasila hendaknya mengedepankan

keadilan sosial sehingga dampak pembangunan dapat dirasakan secara adil oleh seluruh

lapisan masyarakat. Hasil diskusi menunjukkan bahwa kondisi perekonomian saat ini

belum sepenuhnya mampu untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan sosial

masyarakat sehingga dapat menjadi lebih kuat dan mandiri.

Ide-ide pengembangan masyarakat yang dirasa relevan dan sesuai dengan nilai-nilai

Pancasila juga menjadi pembahasan dalam diskusi-diskusi tersebut. Tidak hanya

tantangan, berbagai potensi perbaikan dan pemberdayaan menjadi hal yang penting

untuk menguatkan posisi usaha rakyat dalam perekonomian nasional.

Penyusunan Buku Strategi Nasional Pelembagaan Ekonomi Pancasila

Lokasi : Ancol, Jakarta

Waktu : 18-21 Juli 2018

Menindaklanjuti pertemuan awal (kick-off) dan diskusi-diskusi yang telah dilakukan di

berbagai wilayah di Indonesia, kegiatan loka karya Penyusunan Buku Strategi Nasional

Pelembagaan Sistem Ekonomi Pancasila dilaksanakan pada pekan ketiga Juli 2018.

Kegiatan ini mengundang narasumber dan peserta, sebagai berikut:

1. Anggota Dewan Pengarah BPIP: Try Sutrisno

2. Ketua Mahkamah Konstitusi 2003-2008: Jimly Asshiddiqie

3. Ketua PP Muhammadiyah: Muhammadiyah Haedar Nashir

4. Dosen Universitas Airlangga: Kasturi Sukiadi

5. Guru Besar FEB Universitas Brawijaya: Munawar

6. Guru Besar FE Universitas Andalas: Syafruddin Karimi

7. Guru Besar Institut Pertanian Bogor: Didin S. Damanhuri

8. Kepala Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan UGM: Revrisond Baswir

9. Staf Khusus Menko Bidang PMK: Prasetijono Widjojo Malang Joedo

10. Direktur Center for Industry, SME and Business Competition Studies Universitas

Trisakti: Tulus H. Tambunan

11. Ketua STIE Ahmad Dahlan Jakarta: Mukhaer Pakkana

12. Lektor Kepala Sekolah Bisnis dan Manajemen ITB: Bambang Rudito

13. Deputi Direktur Akademisi Leadership dan General Management Bank Indonesia

Institute: Fretdy Purba

14. Anggota Dewan Badan Sertifikasi Manajemen Risiko & Chief Researcher Strategic

Development Group: Jerry Marmen

Page 67: STRATEGI NASIONAL MEWUJUDKAN SISTEM EKONOMI …

55

Beberapa hal yang menjadi catatan penting dalam loka karya ini, di antaranya adalah

nilai-nilai Pancasila yang harus diterapkan dalam sistem ekonomi di Indonesia,

perwujudan Sistem Ekonomi Pancasila dalam contoh kebijakan-kebijakan ekonomi,

permasalahan yang ditemui dalam sistem ekonomi saat ini (kesesuaian kebijakan dengan

Pancasila dan Undang-Undang Dasar), upaya-upaya penguatan usaha rakyat yang

mengedepankan nilai gotong royong dan kekeluargaan, dan lain sebagainya.

Loka karya ini menghasilkan sebuah keputusan untuk menyusun buku putih yang harus

dilembagakan agar memiliki kekuatan hukum. Tujuannya adalah agar buku putih

tersebut dapat berperan sebagai pemandu yang berkekuatan hukum atas berbagai

kebijakan ekonomi yang akan dibuat.

Penyusunan Buku Putih Sistem Ekonomi Pancasila oleh KEIN

Lokasi : Bogor, Jawa Barat

Waktu : 24-27 Juli 2018

Sebagai tindak lanjut dari rangkaian kegiatan yang telah dilalui, penyusunan buku putih

yang bersifat intensif dilaksanakan selama empat hari. Buku putih ini disusun

berdasarkan kerangka awal yang didiskusikan pada kegiatan loka karya sebelumnya (18-

21 Juli 2018). Penyusunan buku putih dikawal oleh Senior Researcher & Consultant pada

Strategic Development Group, Jerry Marmen. Hasil dari kegiatan ini adalah draf awal

buku putih Sistem Ekonomi Pancasila yang kemudian disampaikan kepada beberapa

pihak terkait guna memperoleh masukan terhadap konten buku putih tersebut.

Review dan Evaluasi Hasil Penyusunan Buku Putih oleh KEIN

Lokasi : Surabaya, Jawa Timur

Waktu : 19-21 Agustus 2018

Pada kegiatan ini, dilakukan reviu dan evaluasi buku putih Sistem Ekonomi Pancasila

yang telah disusun oleh KEIN dengan mengundang kembali narasumber yang pernah

hadir pada FGD sebelumnya, yaitu Dr. Kasturi Sukiadi, dosen Universitas Airlangga;

Prof. Munawar, dosen Universitas Brawijaya; dan Sulistijanto Soejoso dari Dewan

Pendidikan Jawa Timur. Harapannya, buku putih yang telah disusun sudah sesuai

dengan apa yang telah didiskusikan pada rangkaian acara sebelumnya dan dapat

dipertanggungjawabkan.

Page 68: STRATEGI NASIONAL MEWUJUDKAN SISTEM EKONOMI …

56

Rangkuman Sasaran, Indikator, dan Inisiatif Strategis

TUJUAN SASARAN INDIKATOR INISIATIF STRATEGIS

Tujuan 1:

Terciptanya

kehidupan

perekonomian yang

berasaskan

kekeluargaan dan

gotong royong

1. Asas kekeluargaan dan

gotong royong diterapkan

oleh setiap bentuk badan

usaha

2. Tersedianya regulasi yang

mendorong penerapan asas

kekeluargaan dan gotong

royong

3. Terciptanya pemahaman

dan kesadaran bersama akan

pentingnya penerapan

Sistem Ekonomi Pancasila

yang berasaskan

kekeluargaan dan gotong

royong

1. Tingkat kepemilikan pekerja

dalam badan usaha

2. Pembagian hasil yang adil

terhadap seluruh pihak yang

terlibat dalam suatu badan

usaha

3. Setiap regulasi harus

mencerminkan dan sesuai

dengan asas kekeluargaan dan

gotong royong

4. Seluruh lapisan masyarakat

Indonesia paham dan sadar

akan pentingnya pelaksanaan

Sistem Ekonomi Pancasila

1. Melakukan inisiasi redistribusi kepemilikan

perusahaan kepada karyawan oleh

perusahaan-perusahaan BUMN/BUMD yang

tidak menyangkut hajat hidup rakyat banyak

2. Menumbuhkembangkan berbagai badan usaha

yang mencerminkan asas kekeluargaan dan

gotong royong

3. Mewajibkan setiap badan usaha untuk

melepaskan sebagian hak kepemilikan badan

usahanya kepada karyawan

4. Melakukan evaluasi secara komprehensif

terhadap seluruh peraturan yang ada terkait

kesesuaiannya dengan asas kekeluargaan dan

gotong royong

5. Memasukkan unsur kekeluargaan dan gotong

royong kedalam setiap peraturan yang akan

disusun oleh pemerintah/badan usaha.

6. Mengembangkan indeks kekeluargaan dan

gotong royong sebagai suatu alat monitoring

dan evaluasi terhadap pelaksanaannya

7. Strategi komunikasi untuk membudayakan

Sistem Ekonomi Pancasila

8. Memasukkan konsep Sistem Ekonomi

Pancasila ke dalam kurikulum pendidikan

Indonesia mulai dari tingkat pendidikan dasar

Page 69: STRATEGI NASIONAL MEWUJUDKAN SISTEM EKONOMI …

57

sampai pendidikan tinggi.

Tujuan 2:

Semakin menguatnya

posisi usaha rakyat

dalam kehidupan

perekonomian

1. Peningkatan akses usaha

rakyat terhadap sumber

daya ekonomi

2. Peningkatan daya saing

usaha rakyat yang

berkelanjutan

3. Peningkatan akses pasar

usaha rakyat

1. Indeks aksesibilitas sumber

daya ekonomi

2. Indeks daya saing usaha

rakyat

3. Indeks akses pasar

1. Redistribusi aset produktif

2. Pengadaan akses finansial yang mudah dan

terjangkau

3. Pendampingan pengembangan usaha

4. Insentif pajak yang rendah

5. Adopsi teknologi untuk menciptakan efisiensi

6. Pengupayaan penyediaan pasar bagi usaha

rakyat

Tujuan 3:

Terciptanya

ekosistem usaha yang

adil

1. Terciptanya iklim usaha

yang memberdayakan

kemandirian ekonomi

rakyat sehingga ikut

berperan dalam

pembangunan nasional

2. Terciptanya iklim usaha

yang mengutamakan

potensi lokal

3. Terciptanya iklim usaha

yang terhindar dari

pemusatan sumber daya

oleh perseorangan/

kelompok

1. Indeks kemandirian usaha

rakyat

2. Tingkat inklusi usaha lokal

3. Rasio konsentrasi pasar

1. Pemberian bantuan/insentif ekspansi Usaha

Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) –

UMKM naik kelas

2. Pendampingan dan pengembangan Local

Champion

3. Kemitraan UMKM lokal dengan usaha besar

dan pengaturan penyerapan konten lokal

4. Pengawasan terhadap penguasaan pasar

Page 70: STRATEGI NASIONAL MEWUJUDKAN SISTEM EKONOMI …

58

Tujuan 4:

Pemanfaatan sumber

daya alam sebagai

pokok-pokok

kemakmuran rakyat

1. Penguasaan sumber daya

alam oleh negara dan tidak

boleh dialihkan

2. Peningkatan akses rakyat

dalam pemanfaatan sumber

daya alam

3. Pengelolaan sumber daya

alam yang berkelanjutan

dan berwawasan

lingkungan

1. Tingkat kepemilikan negara

atas usaha yang menyangkut

hajat hidup orang banyak

sebesar 100 persen

2. Tingkat penerimaan negara

dari sektor sumber daya alam

dan terdapat kepemilikan

rakyat dalam usaha yang

mengelola sumber daya alam

3. Tingkat kerusakan lingkungan

1. Lobi politik, kajian dan naskah akademik

untuk menyusun UU BUMN dan UU

Kekayaan Negara

2. Menyusun daftar badan usaha yang harus

dikuasai oleh negara

3. Menyiapkan tim negosiasi yang fokus

menangani hukum arbitrase

4. Membentuk koperasi yang anggotanya berasal

dari masyarakat sekitar dan koperasi tersebut

memiliki porsi kepemilikan

5. Menyebarluaskan laporan terbuka yang

sederhana mengenai pengelolaan sumber daya

alam kepada publik

6. Penyempurnaan regulasi terkait K3L

7. Sistem informasi kondisi lingkungan yang

terpadu dan andal

8. Peningkatan peran masyarakat adat sekitar

dalam setiap pengambilan keputusan terkait

pengelolaan sumber daya alam

9. Penegakkan hukum secara tegas terhadap

pelanggar aturan lingkungan

10. Pengklasifikasian wilayah yang memiliki

tingkat kerusakan lingkungan menengah ke

atas

Page 71: STRATEGI NASIONAL MEWUJUDKAN SISTEM EKONOMI …

59

Tujuan 5:

Terpenuhinya hak

setiap warga negara

atas pekerjaan dan

penghidupan yang

layak bagi

kemanusiaan

1. Peningkatan kesempatan

lapangan kerja yang layak

dan berkelanjutan

2. Peningkatan jaminan sosial

yang layak

3. Peningkatan tingkat

pendidikan dan kesehatan

1. Penyerapan jumlah angkatan

kerja yang tersedia

2. Perbaikan tingkat upah yang

selaras dengan pemenuhan

kebutuhan hidup yang layak

(KHL)

3. Persentase jumlah pekerja

yang tercakup dalam sistem

jaminan sosial nasional

4. Indeks kualitas jaminan sosial

5. Kuantitas dan kualitas diklat

yang diikuti pekerja dan calon

pekerja

6. Indikator tingkat pendidikan

dan kesehatan

1. Penyediaan lapangan pekerjaan yang dapat

menyerap angkatan kerja Indonesia yang

tersedia

2. Reforma program jaminan kesejahteraan sosial

3. Review terkait peraturan ketenagakerjaan untuk

mencari formulasi kebijakan yang tepat dan

berimbang yang dapat meningkatkan martabat

tenaga kerja Indonesia

4. Pengawasan dan penegakan hukum yang tegas

terhadap pelanggaran peraturan

ketenagakerjaan

5. Peningkatan akses dan kualitas aspek

kesehatan dan pendidikan

Page 72: STRATEGI NASIONAL MEWUJUDKAN SISTEM EKONOMI …

60

DRAFT