strategi marketing zakat

22
Marketing Organisasi Nirlaba 31 July 2009 by Ir. Nana Mintarti, MP | 13 views Seni membangun dukungan komprehensif bagi sebuah organisasi nirlaba, adalah aktivitas penyadaran berbasis kesadaran akan multi-benefit dari adanya suatu dukungan terhadapnya. Dengan ini, keberlanjutan organisasi bisa terus terpelihara Pengabaian paradigma marketing dalam pengelolaan organisasi nirlaba, sering menjadi kendala sukses. Para fungsionarisnya kurang tajam (atau malah tidak) berhitung perspektif strategik, analisis potensi, dan “pasar yang dibidik”. Item pemikiran mengenai stakeholder, brand image, core competence, kurang (atau malah tidak) menjadi perhatian penting dalam mengelola organisasi. Padahal, organisasi nirlaba memiliki sumberdaya yang harus diolah dan dikembangkan, baik berupa dana program maupun sumberdaya manusia. Saatnya, fungsionaris organisasi nirlaba berparadigma marketing. Ia harus meningkatkan kapasitas semua sumberdaya manusia di dalamnya, agar piawai menjalankan organisasinya, solid dalam mengkoordinasi operasi, serta menguasai teknologi pengembangan produk. Agar sumberdaya organisasi nirlaba “bernilai jual”, mereka benar-benar dipoles sehingga sanggup memberi value kepada stakeholder-nya. Wajah organisasi nirlaba, terlihat dari program yang “dijual” dan “seni menjual” yang diekspresikan oleh para pengelolanya. Organisasi nirlaba pun, perlu menjalankan prinsip marketing. Berikut ini, sembilan prinsipnya – tertinspirasi dari pandangan Hermawan Kartajaya. Prinsip (1) Segmentation : view your market creatively. Segmentasi adalah view your market creatively, artinya organisasi nirlaba harus melihat “pasar”nya secara kreatif, jangan hanya menjadi follower. Siapa sesungguhnya pasar organisasi nirlaba? Pasar organisasi nirlaba secara

Upload: huriyatul-akmal

Post on 23-Jun-2015

847 views

Category:

Documents


27 download

TRANSCRIPT

Page 1: Strategi Marketing Zakat

Marketing Organisasi Nirlaba

31 July 2009 by Ir. Nana Mintarti, MP | 13 views

Seni membangun dukungan komprehensif bagi sebuah organisasi nirlaba, adalah aktivitas penyadaran berbasis kesadaran akan multi-benefit dari adanya suatu dukungan terhadapnya. Dengan ini, keberlanjutan organisasi bisa terus terpelihara

          Pengabaian paradigma marketing dalam pengelolaan organisasi nirlaba, sering menjadi kendala sukses. Para fungsionarisnya kurang tajam (atau malah tidak) berhitung perspektif strategik, analisis potensi, dan “pasar yang dibidik”. Item pemikiran mengenai stakeholder, brand image, core competence,  kurang (atau malah tidak) menjadi perhatian penting dalam mengelola organisasi.

            Padahal, organisasi nirlaba memiliki sumberdaya yang harus diolah dan dikembangkan, baik berupa dana program maupun sumberdaya manusia. Saatnya, fungsionaris organisasi nirlaba berparadigma marketing. Ia harus meningkatkan kapasitas semua sumberdaya manusia di dalamnya, agar piawai menjalankan organisasinya, solid dalam mengkoordinasi operasi, serta menguasai teknologi pengembangan produk.

            Agar sumberdaya organisasi nirlaba “bernilai jual”, mereka benar-benar dipoles sehingga sanggup memberi value kepada stakeholder-nya. Wajah organisasi nirlaba, terlihat dari program yang “dijual” dan “seni menjual” yang diekspresikan oleh para pengelolanya. Organisasi nirlaba pun, perlu menjalankan prinsip marketing.  Berikut ini, sembilan prinsipnya – tertinspirasi dari pandangan Hermawan Kartajaya.

            Prinsip (1) Segmentation : view your market creatively. Segmentasi adalah view your market creatively, artinya organisasi nirlaba harus melihat “pasar”nya secara kreatif, jangan hanya menjadi follower. Siapa sesungguhnya pasar organisasi nirlaba? Pasar organisasi nirlaba secara garis besar adalah konstituennya, salah satunya adalah pihak-pihak donor.

            Organisasi nirlaba harus melihat pasarnya secara kreatif, karena tiap donor, berbeda karakter. Karakter individual donor beragam, begitu juga karakter  donor perusahaan. Cermati lebih detail pasar besar donor Anda, jangan melihatnya sebagai hutan, tetapi masukilah hutan, maka Anda akan melihat di dalamnya ada berbagai jenis pohon.

            Lakukan segmentasi, yaitu pengelompokan berdasarkan kesamaan karakter. Fahamilah karakteristik kelompok dan ambillah sikap dan perilaku yang khas terhadap tiap segmen donor yang mirip tadi sehingga bisa meraih manfaat maksimal.

            Prinsip (2) Targetting: allocate your resources effectively. Alokasikan sumberdaya yang ada pada “target pasar” donor yang sesuai dengan karakteristik lembaga. Jangan mati-matian menyasar donor yang kurang pas dengan karakteristik organisasi. Luangkan waktu dan penyasaran sumberdaya  seefektif mungkin, karena

Page 2: Strategi Marketing Zakat

sumberdaya kita terbatas (waktu, tenaga, atau pikiran). Sesuaikan, organisasi Anda paling pas menyasar pasar donor yang mana. Pusatkanlah perhatian Anda ke sana, agar tidak perlu ada sumberdaya yang tersia-sia. Jangan ibarat Rambo yang mengobral banyak peluru, tetapi jadilah sniper yang fokus dan hanya menyasar peluru pada sasaran yang jelas, memilih sasaran target pasar utama. Pilih sasaran dengan possibility yang besar untuk menerima proposal Anda.

Prinsip (3) Positioning: lead your customer credibly. Bahwa organisasi nirlaba harus sanggup meyakinkan stake holder. Ini terkait pada positioning apa yang dipilih sebuah organisasi nirlaba. Ia harus mampu menunjukkan positioning-nya. Pimpinlah konstituen/stake holder sampai mereka percaya pada organisasi Anda.  Untuk unggul, organisasi nirlaba tidak perlu sama dengan lainnya. Justru ia harus mampu menunjukkan keunikannya, pada hal yang sudah menjadi pilihan positioning-nya sampai hal ini merasuki benak stakeholder. Siapapun stakeholder/konstituen organisasi nirlaba itu, tunjukkan bahwa organisasi Anda punya positioning berbeda dibanding yang lain.

Untuk meraih kredibilitas, sebuah organisasi nirlaba perlu: (1) sadar kemampuan dan potensi diri; (2) membuat stakeholder percaya oprganisasi Anda unik dan buktikan keunikan itu sampai mereka percaya; (3) tunjanglah itu dengan bukti track record selama ini

Prinsip (4) Differentiation: integrate your content and context. Content, adalah apa yang menjadi isi (aktivitas) organisasi; sedangkan context adalah bungkusnya. Content adalah about what to offer, program apa yang ditawarkan sebuah organisasi nirlaba;  sedangkan context, how to offer, bagaimana cara menyampaikan isi kepada khalayak. Tak ada organisasi nirlaba yang bermaksud jelak. Semua mengusung nilai-nilai luhur untuk kebaikan, tapi hanya karena salah menyampaikan, buruknya cara mengkomunikasikan gagasan, memberi kesan sangar, arogan, emosional, maka maksud baik tadi akan gagal memperoleh dukungan konkret. Malah, cenderung dihindari orang. Orang menjadi enggan berhubungan dengan organisasi yang cara berkomunikasinya buruk.

Tips mengintegrasikan content dan context: (1) tentukan kekuatan lembaga Anda, diferensiasi pada content ataukah context. Kalau belum mampu melakukan differensiasi content, minimal lakukan differensiasi context, misalnya pada gaya penyampaiannya, meski lebih baik jika diferensiasi itu bisa dilakukan pada keduanya (baik content maupun context). 

(2) Cocokkan diferensiasi yang Anda pilih dengan positioning organisasi yang telah Anda tetapkan. Positining, sejatinya adalah strategi. Segmentation, targeting dan positioning (prinsip pertama-kedua, ketiga), adalah strategi marketing (sosial), sedangkan diferensiasi adalah unsur taktik.

(3) Yakinkan bahwa content dan context telah terintegrasi dengan baik. Kalau sebuah organisasi memutuskan menjadi organisasi community development, jangan sampai pencitraannya lebih menonjolkan kesan karitatifnya.

Page 3: Strategi Marketing Zakat

            Prinsip (5) Marketing Mixed:  integrate your offer and access. Marketing mix meliputi 4P, product, price, place and promotion. Produk pada organisasi nirlaba, adalah program dan layanannya pada stakeholder/konstituen. Produk ini harus konkret. Jika sebuah organisasi nirlaba menyatakan, ia menempatkan diri pada posisi tertentu, ini belum konkret. Tetapi kalau ia mampu mengkomunikasikan kemampuannya (programnya), dan berapa dana yang diperlukan untuk mewujudkan itu, dan apa indikator keberhasilannya (apa yang mau diraih), itu baru konkret. Gabungan antara product dan price disebut “offer” (apa yang ditawarkan organisasi nrilaba kepada konstituen/stakeholder). Ia harus menawarkan diri dalam arti apa service yang dimilkikinya dan untuk itu ia harus menatapkan berapa dana dibutuhkan (price).

            Organisasi nrilaba, juga harus diakses melalui place and promotion. Bagaimana publik bisa mengakses, melalui jalur apa untuk mengakses organisasi Anda? Apa jasa yang ditawarkan organisasi Anda? Apakah ditawarkan langsung/direct channel semisal permintaan sumbangan langsung: (direct mail) ataukah menggunakan channel, misalnya melalui media massa, social marketer, iklan layanan sosial di televisi, atau website.  

Dalam merancang marketing mix, organisasi nirlaba harus kembali pada differensiasi; ia mau different di bidang apa. Lakukanlah sesuatu secara berkesinambungan, agar sanggup membuat khalayak mengingat differensiasi organisasi nirlaba Anda. Jangan lupa, lakukan marketing mix organisasi nirlaba anda sedemikian rupa sehingga mudah diterima khalayak.

            Prinsip (6) Selling: build long-term relationship with your customer. Lakukanlah hubungan jangka panjang dengan customer atau konstituen organisasi anda. Prinsip ini, how to sell. Orang kerap menyamakan selling dengan marketing. Padahal, selling adalah bagaimana mengintegrasikan antara organisasi anda, pelanggan (konstituen) dan hubungan yang terbangun tersebut. Kalau mau menjual organisasi nirlaba, bangun dulu relationship antara Anda dan customer (konstituen), integrasikanlah lebih dulu baru melakukan penawaran. Jangan lakukan hard selling! Gaya “tembak langsung“ biasanya gagal. Menjual barang di supermarket, memang bisa dengan hard selling, mencantumkan harga dan membiarkan orang datang mengambil barang. Berbeda dengan menjual organisasi nirlaba. Organisasi nirlaba memerlukan soft selling, Mantapkanlah interaksi anda dengan market Anda, sehingga dari interaksi itu muncul kesempatan melakukan penjualan. Kalau segmentation, targeting dan positioning termasuk strategi marketing, selling, termasuk taktik (selain differentiation dan marketing mix).

            Hal yang perlu diwaspadai: (1) Diferensiasinya yang oke bukan jaminan sukses organisasi nirlaba. Biasanya karena gagal dalam selling, program organisasi Anda sepi dukungan. (2) Kalaupun bisa meyakinkan orang sehingga mendonasikan dananya untuk program Anda, tetapi jika organisasi Anda gagal merawat relationship, program Anda menjadi short-term, tak bakal ada sokongan lanjutan. Relationship harus berlangsung terus-menerus, sampai tercipta customer bonding, ikatan dengan pelanggan. Maka akhirnya ikatan ini bukan lagi sekadar merupakan financial bonding berparadigma untung-rugi, melainkan emotional bonding, bahkan pada saatnya mencapai spiritual

Page 4: Strategi Marketing Zakat

bonding. Artinya, seluruh rangkaian hubungan itu, membuat organisasi Anda masuk dalam batin stakeholder. Ini secara nyata menguatkan organisasi.

            Selling sendiri ada beberapa jenis. Pertama, feature selling. Di sini, sebuah organisasi menawarkan layanan-layanan lebih dibanding organisasi lainnya. Pada contoh kasus Dompet Dhuafa, misalnya, bagi donatur, organisasi memberi kemudahan berdonasi (melalui counter/gerai di pusat-2 keramaian, perbelanjaan; SMS Charity, Phone-banking/ATM, penjemputan donasi). Bagi lembaga mitra, organisasi membuka kesempatan magang atau serangkaian pelatihan.

            Kedua, benefit selling, yaitu apa yang akan didapatkan stakeholder  ketika mempercayakan amanahnya pada organisasi kita. Bagi donatur, mereka mendapat kartu diskon, kiriman bahan-bahan informasi, ID Number, laporan “rekening koran” per-triwulan, atau kesempatan melakukan wisata sosial, dan sebagainya. Bagi lembaga mitra atau jejaring, bisa melakukan co-branding dan penguatan citra. Bagi beneficiaries, mereka tentu mendapatkan layanan sosial lewat berbagai program, misalnya untuk isu kesehatan, pendidikan, pemberdayaan masyarakat, relief ataupun layanan karitatif. 

Ketiga, solution selling, yang menawarkan diri untuk mengatasi problem yang dialami oleh “customer”. Misalnya, donatur lembaga zakat memperoleh layanan konsultasi zakat, konsultasi keagamaan dan  penghitungan zakat. Bagi lembaga mitra/jejaring, ada kesempatan memperoleh technical assistance untuk manajemen organisasi, fundraising, dll.

Prinsip (7)  Brand: Avoid the Commodity-Like Trap. Branding, adalah langkah menghindarkan organisasi nirlaba yang Anda kelola dari pencitraan seperti kebanyakan organisasi nirlaba. Untuk itu, mulailah mengatur langkah untuk dikenal, khususnya di tengah sasaran utama Anda. Setelah dikenal, upayakan orang mengasosiasikan organisasi Anda sebagaimana yang Anda maksudkan. Jangan sampai stakeholder/konstituen  keliru mempersepsikan organisasi Anda.  Segenap aktivitas membangun brand, lakukan sekomunikatif mungkin, hindari cara-cara yang menyulitkan orang memahami organisasi Anda. Jika organisasi Anda belum seberapa dikenal, salah satu taktiknya, Anda bisa melakukan co-branding, bergandengan dengan organisasi yang lebih kuat dalam sejumlah event secara intensif.

Tips membangun merk (branding):  Pertama, jangan pandang remeh nama organisasi Anda. Jadikan nama organisasi nirlaba Anda diketahui orang banyak, sekaligus bangun asosiasi apa yang diharapkan akan lekat dengan nama organisasi nirlaba tempat anda berkiprah. Kedua, setiap orang dalam organisasi nirlaba, wajib membangun brand organisasi. Walau awalnya dari lingkungan kecil, secara bertahap perluas itu, misalnya dnegan rajin memuat organisasi Anda di media massa. Publikasi, adalah salah satu usaha branding. Ketiga, jaga nama baik organisasi, sekalipun dalam usaha menjaga nama baik, kadang memerlukan biaya. Rugi materi sejenak, tidak apa-apa, asal jangan kehilangan nama baik. Tercemarnya nama baik organisasi, bisa lebih besar kerugiannya daripada yang Anda duga. 

Page 5: Strategi Marketing Zakat

            Prinsip (8). Service: make service as your way of life. Jadikan servis sebagai way of life setiap aktivitas organisasi nirlaba. Servis, bukan layanan biasa, ia ada tiga tingkat: intelektual, emosional, dan spiritual. Servis intelektual, bagaimana Anda belajar memberi servis yang baik, bisa mengacu pada service quality (ServQual). Bagi sebuah organisasi, aktivisnya hadir sebagai pribadi yang bisa diandalkan (reliable); buatlah orang yang Anda layani merasa diprioritaskan; yakinkan stakeholder, mereka dilayani sebaik-baiknya. Buatlah sedemikian rupa, sehingga apapun yang dilakukan organisasi Anda, itu dilakukan karena organisasi faham benar pekerjaannya. Jangan lupa, setiap personal organisasi menjalankan prinsip terakhir servis: selalu tampil rapi sebagai sesuatu yang kasat mata/tangible.            

            Tingkatan servis yang emosional: layanan dilakukan dengan penghayatan. Setiap personalnya sanggup bekerja dengan suka hati, they like to do it. Tanpa itu layanan akan hambar. Selamatkan personal organisasi nirlaba dari perasaan minder karena harus melayani. Perasaan rendah saat melayani, sulit menghasilkan layanan yang baik. Pesankan dalam diri setiap personal organisasi nirlaba, dalam pelayanan, selalu feel good. Setiap orang dilatih good mood, selalu. Jika layanan dilakukan dalam mood jelek, yang dihadapi juga sedang jelek, hasilnya: kerap salah faham, salah mengerti, memicu hal yang tak diinginkan.

            Tingkatan servis tertinggi, servis yang bersifat spiritual. Setiap servis yang dijalankan personal organisasi diyakini sebagai ibadah. Setiap personal yang bekerja di dalam organisasi nirlaba, melihat apa yang dikerjakannya sudah menjadi permintaan Tuhan. Kalau risih dipandang setinggi itu, minimal, tugas personil organisasi nirlaba di dunia ini untuk melayani orang lain dalam wujud yang berbeda-beda. Dalam level spiritual, manajer marketing organisasi nirlaba melakukan pekerjaannya bukan sekadar karena tugas intelektual atau karena ia menyukai pekerjaannya, tetapi juga karena ia merasa harus melakukan itu, I have to do something. Karena kehadirannya di dunia ini, untuk berbuat sesuatu. Jika dalam diri personal organisasi nirlaba ada spirit yang bersih, bahwa itu adalah kekuatan yang diridhoi Tuhan, output berupa layanan biasanya merupakan layanan terbaik yang bisa dilakukan organisasi Anda.

            Tips Melayani Stakeholder sebagai Way Of Life: Pertama, kuasai teknik servis. Itu baru pada intelektual level; Kedua, personal organisasi nirlaba wajib berkesanggupan mengontrol mood maupun mengidentifikasi mood orang lain. Ini berguna dalam memberi empati secara benar terhadap stakeholder yang dilayaninya. Ketiga, kemantapan layanan, bisa diberikan dengan kesadaran bahwa servis organisasi nirlaba adalah tugasnya di dunia. Sebagai manusia, aktivis organisasi nirlaba meyakini apa yang dilakukannya adalah tugas, amanah Tuhan. Layanan yang tulus, insyaAllah mendongkrak value dan brand organisasi nirlaba yang Anda kelola.

            Prinsip (9). Process: improve your quality, cost, and delivery. Proses, tak lebih dari QCD – quality, cost, delivery. Selalulah berpikir memberi layanan berkualitas, hemat biaya, dan tepat waktu. Proses yang wajib dijalani: Pertama, delivery order regular, apa yang dikerjakan sebuah organisasi nirlaba, lakukan dengan benar, dengan kualitas layanan terbaik, efisien dan on time sehingga orang akan percaya pada organisasi Anda.

Page 6: Strategi Marketing Zakat

Kedua,  memproses customer complaint atau customer handling sebaik-baiknya. Kritik, saran, permintaan informasi, layani dengan baik, tempatkan personil yang benar-benar sesuai untuk tugas ini. Ketiga, selalu memproses hal baru, ragam layanan baru, inovatif, kreatif. Saat berinovasi, tetap dalam koridor kesadaran akan kualitas, efisiensi dan delivery. Jangan selalu menjadi mengekor, siagalah untuk selalu menjadi pioner, sehingga Anda akan selalu diingat stakeholder. 

Penulis:

Ir. Nana Mintarti, MP

Direktur Utama IMZ

Mengentaskan Kemiskinan Melalui Filantropi Islam Berbasis Pemberdayaan Komunitas

22 July 2009 by admin | 60 views

Khusus untuk filantropi Islam, lembaga-lembaga Filantropi Islam selama hampir tiga dekade terakhir, hadir untuk menjawab masalah kemiskinan. Namun demikian, hanya sedikit yang mencoba mengatasi masalah ini dari akarnya.

       Diskursus mengenai peran filantropi Islam (kedermawanan dalam Islam) kian hari semakin menarik untuk dikaji. Lebih lagi, di saat krisis ekonomi global yang terus menghantui perekonomian nasional kita. Apalagi, stagnasi atau bahkan bertambahnya jumlah angka kemiskinan dari tahun ketahun menunjukkan ketidakmampuan negara mensejahterakan rakyatnya.

             Lebih lagi, terpaan krisis ekonomi yang ditandai naiknya harga barang-barang kebutuhan pokok, dan tidak berimbangnya jumlah pendapatan dengan pengeluaran yang seharusnya, menjadikan masyarakat semakin sengsara dan terjepit. Akhirnya kadangkala tak peduli nyawa sebagai taruhannya, mereka tetap berjuang demi sesuap nasi hari ini. Pada kondisi seperti ini, seharusnya negaralah yang paling bertanggungjawab.

            Namun kita memahami sepenuhnya dengan apa yang telah terjadi dengan kemampuan negara ini. Belum lagi kompleksitas persoalan yang mengitarinya. Pada intinya, negara telah gagal membawa warganya terbebas dari kemiskinan yang permanen. Di titik inilah, negara sangat membutuhkan ”aktor” lain yang bisa membantunya. Disinilah peran vital lembaga-lembaga filantropi Islam sangat dibutuhkan.

             Beberapa pihak menilai bahwa krisis ekonomi Indonesia telah banyak menjadikan warganya ”kaum pengemis” di negeri sendiri. Tudingan ini dilatarbelakangi oleh semakin meningkatnya jumlah angka kemiskinan dan pengangguran sebagai akibat

Page 7: Strategi Marketing Zakat

ketidakmampuan pemerintah dalam menangani negeri gemah ripah loh jinawi ini. Jeritan dan ratapan derita rakyat kecil tak pernah menyentuh hati nurani para pemimpin untuk terus memperbaiki nasib mereka. Belum lagi, spiral krisis kini semakin tak berujung dan belum ada titik terang untuk keluar darinya.

              Keterpurukan ini dilengkapi lagi dengan keserakahan, dimana semakin banyak orang-orang yang mendapatkan harta dari cara-cara tak halal dan menghalalkan segala cara. Meluasnya tindak kejahatan korupsi tanpa mempertimbangkan dampak yang ditimbulkannya juga menambah krisis ini menjadi semakin kompleks. Dalam situasi inilah filantropi Islam, lagi-lagi bisa mengambil peran yang cukup signifikan.

            Di Indonesia, praktek filantropi Islam telah berakar kuat dalam tradisi masyarakat Indonesia yakni dalam bentuk zakat, infaq, dan sedekah. Apalagi dengan situasi krisis moneter yang sampai kini masih terasa dan berbagai bencana alam yang datang silih berganti telah menggairahkan dunia filantropi di Indonesia. Aktifitas lembaga-lembaga sosial marak luar biasa, aliran bantuan uang dan barang pun tercatat mencapai triliunan rupiah. Khusus untuk filantropi Islam, lembaga-lembaga Filantropi Islam selama hampir tiga dekade terakhir, hadir untuk menjawab masalah kemiskinan. Namun demikian, hanya sedikit yang mencoba mengatasi masalah ini dari akarnya.

             Berdasarkan hasil riset yang dilakukan oleh CSRC UIN Jakarta, dana filantropi yang disumbangkan oleh masyarakat Muslim Indonesia mencapai angka 19,3 Trilyun/tahun. Namun, dana itu ternyata tidak mampu digunakan untuk mengentaskan kemiskinan. Alih-alih, justru menciptakan ketergantungan dan melestarikan kemiskinan itu sendiri. Bahkan asset wakaf yang bernilai 590 trilyun ternyata 80% hanya digunakan untuk masjid dan pekuburan.

             Akar masalahnya ada dua. Pertama, pemahaman masyarakat terhadap filantropi islam masih tradisional dan berorientasi karitatif. Penelitian CSRC telah mengkonfirmasi bahwa 90% lebih dana zakat dan sedekah dberikan secara langsung kepada penerima (mustahik). Dimana sebagian besar diperuntukkan bagi tujuan-tujuan konsumtif dan berjangka pendek.

             Kedua, lembaga filantropi yang ada (Lembaga Amil Zakat atau LAZ/Badan Amil Zakat atau BAZ) tidak bersinergi dengan baik dan kurang menekankan pemberdayaan komunitas yang terintegrasi dan berkelanjutan. Kita bisa bayangkan jika seluruh lembaga filantropi di tanah air ini bersatu dan bersinergi dalam bentuk program pengumpulan dan penyaluran dengan menetapkan skala prioritas bersama. Sungguh akan prestisius dan menakjubkan dampak yang akan diterima masyarakat.

             Praktek filantropi islam seperti ini, selain karena faktor sosio-ekonomi, dimana banyak masyarakat yang tidak mampu di sekitar lingkungan tempat tinggal mereka, juga karena memiliki dasar dalam ajaran agama yang menekankan pentingnya memberi sumbangan kepada kerabat dekat terlebih dahulu. Hal ini mengakibatkan upaya mempromosikan lembaga-lembaga perantara seperti lembaga amil zakat permanen, belum mendapat  sambutan dan kepercayaan luas dari masyarakat.

Page 8: Strategi Marketing Zakat

                Namun demikian, Dalam kurun waktu dua dekade belakangan ini, aktifitas Filantropi islam di Indonesia patut dibanggakan karena mengalami perkembangan yang signifikan. Perkembangan ini ditandai dengan beberapa hal:

                  Pertama, meningkatnya antusiasme ummat dalam berfilantropi. Indikator utamanya adalah lahirnya sejumlah organisasi filantropi, bila dulu kita hanya mengenal Badan Amil Zakat, kini aktivitas itu menajdi terstruktur dalam banyak lembaga intermediari baru yang profesional. Misal Dompet Dhuafa (DD), Pos Keadilan peduli Umat (PKPU), Rumah Zakat, Tabung Wakaf, dan sebagainya.

Kedua, indikasi filantropisasi juga tampak jelas dalam meningkatnya kualitas dan kapasitas lembaga-lembaga yang mengelola dana ZIS. Dengan tenaga muda terampil dan terdidik sebagai pengelola dana ZIS, disertai dengan pemanfaatan teknologi maka dapat meningkatkan kemampuan penggalangan maupun distribusi dana kepada para penerima. Belum lagi, belakangan ini pula, filantropi Islam juga disokong oleh dana sosial perusahaan atau corporate social responsibility. Dimana perusahaan itu tidak hanya bertanggung jawab pada pemegang saham perusahaan saja atau shareholder tetapi juga bertanggungjawab juga pada masyarakat sekelilingnya melalui kegiatan-kegiatan sosial yang dilakukannya.

             Aktifitas filantropi ini secara perlahan namun pasti mulai menemui momentumnya untuk bergerak menuju filantropi yang berkeadilan sosial. Yang dimaksud dengan keadilan sosial disini adalah pemberian sumbangan kepada organisasi-organisasi non profit yang bekerja untuk melakukan perubahan-perubahan struktural meningkatkan peluang bagi semua orang, terutama bagi mereka yang kurang beruntung secara ekonomi, sosial dan politik (Brenda Hanzl dan John Hunsaker, Understanding Social Justice Philanthropy).

            Ke depan, seluruh aktivitas filantropi Islam harus lebih diarahkan kepada pengarusutamaan filantropi untuk pemberdayaan komunitas yang integral dan berkelanjutan dalam rangka upaya pengentasan kemiskinan. Filantropi untuk karitas seyogyanya mulai dikurangi porsinya, walau sama sekali tidak bisa ditinggalkan. Hal ini disebabkan karena manfaat yang dihasilkannya jauh lebih besar dan berorientasi jangka panjang. Istilahnya Filantropi Islam harus memberikan kail dan bukan ikannya.

Sebagai modal dasar mencapai keadilan sosial, maka lembaga-lembaga filantropi harus memiliki citra dan positioning yang tepat dan dapat dipertangungjwabkan kredibilitasnya. Untuk itu diperlukan beberapa langkah sebagai berikut:

 Pertama, perlunya membangun community Awareness  melalui berbagai media komunikasi dengan memberikan beberapa contoh best practice filantropy yang telah mengubah kehidupan seseorang atau kelompok masyarakat dari kondisi yang memprihatinkan kearah yang hidup lebih baik. Cara ini dipandang cukup efektif dalam mengugah dan menyadarkan masyarakat yang memiliki kemampuan untuk berderma.

Page 9: Strategi Marketing Zakat

            Kedua, membangun citra lembaga melalui peningkatan sumber daya manusia dan pengelolaan dana yang dapat dipertanggunjawaban, transparan dan accountable serta dana filantropi berdaya guna bagi penerima manfaat (beneficiaries). Masyarakat yang sudah berderma akan merasa puas dan berkesan bahwa niat untuk membantu masyarakat yang kurang beruntung sudah tercapai. 

            Ketiga, membangun Konsistensi sebagai lembaga yang indenpenden, objektif dan netralitas serta profesional dalam menjalankan program-programnya. Biasanya si penderma atau masyarakat akan melihat lembaga konsistensi dalam menjalankan visi dan misi, lembaga dianggap opportunies akan ditingalkan.

            Untuk merealisasikan seluruh agenda Filantropi untuk keadilan sosial di atas maka perlu diambil langkah-langkah strategis, diantaranya: Pertama, menyatukan dan memantapkan persepsi, visi, misi dan model pemberdayaan komunitas yang terintegrasi dan berkelanjutan di antara stakeholder filantropi seperti pengurus LAZ/BAZ dan CSR yang sudah memiliki kegiatan pemberdayaan.

Kedua, meningkatkan wawasan dan skill para pengurus LAZ/BAZ dan CSR dalam menjalankan program pemberdayaan komunitas yang terintegrasi dan berkelanjutan.

            Ketiga, membangun kemitraan antara LAZ/BAZ dan CSR dalam rangka menjalankan program bersama pemberdayaan komunitas yang terintegrasi dan berkelanjutan.

 Keempat, mentransfer model pemberdayaan komunitas yang terintegrasi dan berkelanjutan kepada LAZ/BAZ dan CSR yang belum memiliki kegiatan pemberdayaan.

            Jika beberapa point diatas dapat direalisasikan dengan baik, diyakini betul filantropi untuk keadilan sosial melalui pemberdayaan komunitas akan berjalan dengan baik dan menghasilkan manfaat yang berlipat ganda bagi masyarakat. Akhirnya kemiskinan dan keterpurukan akan mulai meninggalkan kita menuju kesejahteraan dan kemakmuran. Amien.

—the end—

Data Penulis:

Nama              : Sholehudin A. Aziz, MA

Lembaga        : Peneliti CSRC UIN Jakarta

Alamat           : JL. Kertamukti No. 5, Pisangan, Ciputat

Telp/Hp         : 081310758534

Email              : [email protected]

Page 10: Strategi Marketing Zakat

Foto: Kampoeng Ternak- Dompet Dhuafa

PEMASARAN NIRLABA

Direct marketing nirlaba merupakan urusan yang sangat pelik, karena meminta sumbangan benar-benar merupakan tindakan yang tidak alami. Surat permintaan sumbangan harus mampu membujuk penerima surat agar mengambil tindakan yang oleh kebanyakan umat manusia dianggap sebagai sesuatu yang aneh: memberikan uang kepada orang lain.

Apa yang Memotivasi Orang Sehingga Mau Menyumbang?Permohonan penggalangan dana perlu dibangun berdasarkan psikologi memberi. Pusatkan perhatian pada kebutuhan, keinginan, dan urusan mereka yang kita kirimi surat. Tugas kita adalah memotivasi mereka. Lima ”motivator besar” yang menjelaskan timbulnya tanggapan: ketakutan, eksklusivitas, rasa bersalah, keserakahan, dan kemarahan. Paling tidak ada terdapat belasan alasan mengapa orang mau menanggapi surat permintaan sumbangan. Salah satu alasannya mungkin tema atau pancingan. Sepertinya beberapa dari alasan ini bisa membantu dalam mendorong setiap pemberian:

Anda Meminta Mereka Menyumbang.Penelitian menegaskan bahwa para pendonor ingin diminta untuk memberi sumbangan. Ketika kita menulis suatu permintaan sumbangan, ingatlah realitas-realitas tersebut. Jangan biarkan sikap malu-malu kita dalam meminta sumbangan membuat surat kita terasa menyesal.

Mereka Mampu Menyumbang.Sebagian besar sumbangan individu yang diberikan kepada lembaga-lembaga dan organisasi-organisasi nirlaba merupakan sumbangan kecil yang dikeluarkan dari pendapatan berlebih yang boleh dikeluarkan sesukanya. Bagi kebanyakan keluarga uang yang bergantung pada pendapatan gaji atau upah sepanjang tahun, jumlah pendapatan yang dikeluarkan bisa terisi lagi setiap bulan. Maka yang kita bidik adalah uang yang tidak begitu besar ini. Jika permohonan kita bersifat persuasif, organisasi kita bisa masuk dalam kelompok lembaga amal terpilih yang menerima sumbangan dari keluarga donor dalam bulan tertentu.

Mereka Donor yang Teruji.Derma adalah kebiasaan yang terbentuk karena kebiasaan. Direct Marketing Association (DMA), sebuah asosiasi perdagangan industri terkemuka, secara periodik melakukan survei pada masyarakat Amerika, dan 50 persen masyarakat Amerika ternyata adalah masyarakat ”tanggap pos”. Survei-survei juga mencerminkan semakin pentingnya permintaan sumbangan lewat pos langsung dalam proses penggalangan dana. Penelitian menunjukkan kalau surat-surat permintaan sumbangan merupakan sumber pemberian derma nomor satu di Amerika Serikat.

Mereka Mendukung Organisasi Seperti Organisasi Anda.

Page 11: Strategi Marketing Zakat

Pendonor kita bukanlah milik kita sendiri, karena para pendonor tersebut memiliki minat khusus, hobi, atau keyakinan-keyakinan tersendiri. Misalnya, seorang yang memandang dirinya sebagai pecinta lingkungan mungkin menjadi anggota di lima kelompok terkait dengan ekologi: keanggotaan yang mencurahkan kegiatannya pada konservasi tanah, melindungi satwa, hutan hujan, dsb. Ada banyak pola hidup dalam manusia. Surat permintaan sumbangan kita sangat mungkin membuahkan hasil jika memang benar-benar cocok dengan salah satu pola tersebut.

Mereka Ingin Membuat Perbedaan.Para pendonor ingin diyakinkan apakah investasi mereka dalam organisasi kita akan mencapai sebagian tujuan yang mulia. Seperti setiap orang lain yang ada di planet ini, pendonor kita berusaha menjadi manusia yang efektif. Kita bisa membantu mereka dengan cara memperlihatkan benar-benar betapa efektifnya mereka itu.

Mereka Ingin Melihat Hasil Segera.Keadaan mendesak merupakan unsur penting dalam surat permintaan dana. Jika uang yang diberikan pendonor kepada kita minggu ini tidak akan segera menghasilkan perbedaan, maka para pendonor akan berpikir sebaiknya mengirimkan uangnya ke beberapa yayasan lain yang telah meminta bantuan dan benar-benar memerlukannya.

Mereka Ingin Diakui Akan Perbuatan Baikanya.Kita menyentuh ego para pendonor – atau keinginan mereka untuk meningkatkan citra publik mereka – ketika kita menawarkan diri akan mengakui pemberian mereka dengan cara kasatmata dan terbuka. Penyebutan nama donor dalam buletin, beri mereka piagam, sertifikat, lencana, atau gelang lengan yang bisa mereka perlihatkan, cantumkan namanya dalam video, sebuah rilis pers. Jika program penggalangan dana kita bisa memberi pengakuan yang tepat dan penuh cita rasa, kita kemungkinan bisa meningkatkan tanggapan atas permohonan sumbangan dengan cara menjelaskan peluang pencantuman nama dalam surat atau buletin. Biarpun para pendonor memilih untuk tidak dimasukkan dalam surat cetakan atau disebutkan secara umum, mereka mungkin sangat puas melihat kita sangat menghargai kontribusi yang mereka berikan.

Mereka Menginginkan Hadiah yang Anda Tawarkan.Alasan lain mengapa orang-orang mengirimkan uang adalah karena memberi mereka sesuatu yang nyata sebagai imbalannya. Kadang, hadiah-hadiah disertakan dalam surat permohonan sumbangan itu. Hadian di depan ini sering bisa mendongkrak tanggapan dan sering bisa menghemat biaya, paling tidak dalam jangka pendek. Dalam kasus lain, dijanjikan hadian yang akan diberikan kemudian pada suatu surat permohonan sumbangan dana sebagai ”tanda penghargaan yang tulus dari kami” ketika pendonor menanggapi dengan mengirim sumbangan dalam jumlah tertentu. Apa pun yang digunakan, hadiah menggugah hati sanubari yang ada pada umat manusia.

Mereka Ingin Didengar.Lembaga amal memberi kita cara untuk merespons semuanya itu dengan membantu menyembuhkan si sakit atau jiwa-jiwa yang dirundung duka, mengajarkan cara-cara baru kepada generasi muda atau memberi makan mereka yang kelaparan. Permintaan kita akan

Page 12: Strategi Marketing Zakat

memicu pemberian sumbangan jika memang bisa menghadirkan perasaan-perasaan yang mampu menggerakkan kita untuk bertindak, kendati mengetahui tindakan itu saja tidak pernah cukup. Jika kita memberikan harapan tertentu dalam dunia yang sedang dirundung duka ini, para pendonor akan segera merengkuhnya seperti merengkuh pelampung penyelamat yang dilemparkan ke depan mereka.

Tujuan Mulia Anda Didukung oleh Selebriti.Banyak cara yang mungkin bisa ditempuh untuk menonjolkan identitas, kepribadian atau prestasi-prestasi seseorang dalam permohonan dana. Jika prestasi atau sifat penanda tangan surat itu menimbulkan kekaguman atau bahkan sekadar hubungan pribadi di masa lalu, sebagai tanggapannya para pendonor mungkin tergerak hatinya untuk mengirimkan sumbangan. Peluang untuk menjalin hubungan dengan seseorang yang dikenal atau dihormati bisa memberi pendonor cara untuk menguatkan kecenderungan-kecenderungan mulia mereka, atau mengimbangi apa yang menurut keyakinan mereka merupakan kekurangan mereka.

Anda Membantu Mereka dalam Memberi Perlawanan.Bagi kebanyakan orang, memberi derma merupakan cara yang bisa diterima secara sosial untuk melawan semuanya itu. Apakah organisasi kita adalah organisasi kepentingan publik yang ditujukan untuk memerangi korupsi di pemerintahan atau lembaga amal yang ditujukan untuk menyatakan keadilan tuhan, organisasi kita bisa membantu para pendonor menyalurkan perasaan-perasaan kotor mereka ke dalam upaya memperlihatkan naluri-naluri terbaik mereka.

Mereka Ingin Menjadi Bagian Lingkaran dalam Anda.Tugas utama kita sebagai pengumpul dana adalah membangun hubungan dengan para pendonor. Oleh karena itulah, mengapa begitu banyak organisasi yang menggunakan program-program keanggotaan, klub-klub pemberi dan masyarakat-masyarakat penderma bulanan.

Anda Memberi Mereka Forum untuk Menampung Opini Mereka.Tindak mengirimkan amal ke beberapa organisasi nirlaba mungkin merupakan cara untuk menyuarakan opini mereka. Tetapi kebanyakan pendonor mungkin mengabaikan kesempatan untuk memberikan saran, mereka mungkin menganggap permintaan untuk memberikan saran seperti itu sebagai tanda rasa hormat dan perhatian kita kepada mereka.

Anda Memberi Mereka Akses Ke Informasi Dalam.Setiap organisasi nirlaba mengolah informasi yang tidak banyak dikenal publik dan yang oleh para pendonor mungkin dipandang sangat berharga. Pemberian informasi dalam yang secara intrinsik sangat berharga dan dengan begitu berarti pemberian dari kita juga membantu membangun hubungan penggalangan dana yang kuat dengan cara melibatkan para pendonor kita dalam kegiatan yang terinci di organisasi kita.

Apa yang Membuat Penggalangan Dana Berbeda?

Page 13: Strategi Marketing Zakat

Anda Tidak Memiliki Produk Komersial.Dalam pemasaran biasa, Anda memiliki produk atau jasa yang ingin Anda jual yang sekiranya akan menguntukan calon prospek Anda. Anda tinggal membawa apa yang Anda miliki, menjelaskan keunggulan, menguraikan ciri-cirinya kemudian langsung menuliskan naskah surat pemasaran atau iklan yang menyentuh hati. Meskipun demikian, pada penggalangan dana, anda tidak mempunyai produk atau jasa seperti itu, namun anda memiliki tujuan. Kebutuhan yang muncul dari hati sanubari. Anda tidak merangsang ketamakan seseorang, tapi meminta uang kepada mereka, menggugah ketulusan hati, keyakinan dan martabat mereka dan kadang rasa haru mereka pada orang lain. Para penggalang dana merupakan futuris yang menjual ide, peluang, prestise, dan bahkan semacam keabadian.

Renungkan hal ini, jauh lebih mudah menerima uang dari seseorang untuk membayar jasa atau produk yang mereka terima. Tapi berusahalah meminta – tanpa imbalan apa-apa, dan anda akan tahu mengapa penggalan dana bukan bagi mereka yang malu-malu.

Anda Tidak Memberi Solusi bagi Calon Prospek Individu.Pada pemasaran antarbisnis, umunya Anda menawarkan suatu produk atau jasa yang sekiranya akan mampu memecahkan beberapa jenis persoalan yang dihadapi oleh prospek Anda. Akan tetapi dalam penggalangan dana, Anda melibatkan prospek tapi tujuan Anda adalah membujuknya agar mau membantu Anda dalam memecahkan masalah orang lain. Idealnya orang lain tersebut adalah seseorang yang bisa berhubungan dengan prospek Anda atau seseorang yang diperhatikan prospek Anda. Bukan memberikan solusi bagi prospek Anda demi kebaikan mereka, Anda bisa merekrutnya untuk menjadi solusi bagi orang lain.

Anda Memiliki Tujuan Tunggal – Bukan ”Lini Produk” Penuh.Seperti pada direct marketers lainnya, kelompok nirlaba perlu “mengulangi bisnis”nya yakni kontribusi dari para pendonor sebelumnya agar bisa bertahan hidup. Tapi, bila para pemasar komersial bisa kembali ke para pelanggannya yang dahulu dengan membawa produk-produk baru, kelompok-kelompok nirlaba tentu sering kembali ke orang-orang yang sama dengan maksud tunggal yang sama.

Oleh karena itu, Anda tahu penggalangan dana tidaklah sama dengan menjual produk dengan menjual produk atau jasa di mana Anda memiliki sesuatu yang lebih untuk ditawarkan kepada prospek Anda. Memang benar, kalau pencari dana harus bersikap kreatif untuk memberikan alasan “baru” dalam memberi, tapi pemberian itu pada dasarnya ditujukan untuk maksud yang sama.

Anda Membidik Khalayak Ganda.Pada direct marketing pelanggan, Anda mengirim surat ke pasar-pasar sasaran khusus. Tapi pada penggalangan dana, Anda harus menentukan maksud tunggal dan membuat agar maksud itu bisa menarik bagi berbagai prospek, yang meliputi individu ataupun korporasi. Penggalang dana harus kreatif dan lincah, mampu menjangkau siapa pun yang

Page 14: Strategi Marketing Zakat

ada di satu tingkat – sesuai dengan kebutuhannya.

Pendekatan Anda Agak Terbatas.Sekali lagi tergantung pada hakikat peristiwa atau tujuannya, tapi yang paling bagus adalah mempertahankan nada kejujuran yang konsisten dalam komunikasi Anda. Hal seperti itu terutama berlaku pada direct mail dimana prospek tidak bisa bertemu muka dengan Anda. Posted by Fiba Fitrisia at 20:37

1 dari 1 Kompasianer menilai Menarik.

Jumlah Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) di Indonesia dapatlah dijadikan indikator dari tingkat perhatian masyarakat dalam menjadikan zakat sebagai salah satu instrument sosial keagamaan dalam mengurai masalah kemiskinan di negeri ini. “Saat ini, terdapat 429 BAZ (Badan Amil Zakat) tingkat Kota/Kabupaten, 33 BAZ Tingkat Provinsi, 4771 BAZ Tingkat Kecamatan serta 18 LAZ (Lembaga Amil Zakat) Tingkat Nasional” sebut Prof. Dr. Didin Hafidhuddin, MSc pada Seminar Pengelolaan Zakat yang diselenggarakan di gedung DPR, 4 Maret 2010 silam.

Namun jumlah yang begitu besar ternyata tidak diiringi dengan jumlah penghimpunan dana zakat yang diperoleh. Salah satu penyebabnya ialah tidak meratanya tingkat profesionalitas dalam menghimpun dana zakat oleh mereka. Fidhia Fitriani (23 tahun) Mahasiswi SEBI Program Konsentrasi Studi Akuntansi dan Manajemen Zakat, merekam dengan baik apa yang sebenarnya menjadi akar permasalahan hal di atas, bahwa “Telah terjadi gap dalam tingkat pemahaman dan teknik bagaimana strategi menghimpun dana zakat yang kerap dilakukan oleh BAZ dan LAZ”. Hal senada juga telah ia tuangkan dalam Skripsinya yang berjudul “Analisis Strategi Pemasaran pada Penghimpunan Dana Zakat di BAZ Kota Depok 2010”.

Sebagai lembaga publik yang bermodalkan kepercayaan masyarakat agar dalam menjalankan aktivitas perannya, maka strategi yang sepatutnya dimainkan oleh OPZ adalah mengelola dana zakat masyarakat secara professional seperti layaknya sebuah perusahaan. Sebuah system dapat berjalan optimal, salah satunya pasti akan membutuhkan asupan gagasan dari staff yang professional.Tapi sayangnya, masih banyak OPZ yang belum menerapkan strategi pemasaran secara jitu, khususnya yang terjadi pada OPZ berbasis pemerintah atau BAZ. Karena hingga saat ini terdapat banyak BAZ yang justru melulu terjebak hanya pada permasalah SDMnya yang sebagian besar berasal dari pensiunan PNS atau merangkap jabatan lain pada instansi pemerintahan yang ia pegang. Akibatnya, potensi dana zakat yang tersedia ternyata hanya dikelola dengan cara paruh waktu.Fidhia menambahkan, pada tahun 2007 seperti yang ia telah baca pada laporan Indonesia Zakat Development Report (IZDR) 2010 bahwa pengumpulan dana ZISWAF nasional tercatat sedikitnya 340 milyar, dimana jumlah 200 milyarnya berasal dari jumlah yang dihimpun oleh LAZ. “Seandainya saja BAZ-BAZ bisa mengikuti ‘irama’ LAZ yang ada, pasti BAZ juga akan mampu memperoleh jumlah yang sama” tegasnya.

Page 15: Strategi Marketing Zakat

Menjadi bagian dalam barisan yang memajukan zakat di Indonesia adalah ‘bintang terang’ yang kini ia ingin raih. Bermula dari kesempatan beasiswa untuk melanjutkan perguruan tinggi yang Fidhia peroleh dari BAZNAS telah menjadi momentumnya untuk terjun ke dunia zakat. “Pokoknya sekarang, saya itu kepingin sekali menjadi amil zakat yang serius mendesain program pendayagunaan dana zakat, karena semakin bagus program pendayagunaan sebuah lembaga zakat pasti akan berpengaruh juga pada jumlah penghimpunan dana yang masuk”

Sejak tahun 2005, Indonesia Magnificence of Zakat (IMZ), sebagai lembaga yang fokus dalam riset, advokasi dan peningkatan kapasitas pengelolaan zakat dan dana masyarakat telah menggulirkan sebuah pendidikan formal zakat. Sebuah instrument pendidikan formal yang khusus didekasikan demi mencetak lulusan yang ahli di bidang zakat.Dalam perjalanannya, tidak sedikit lembaga zakat baik BAZ maupun LAZ telah memberikan dukungan konkrit terhadap program ini melalui guliran dana beasiswa. Kini program ini telah disinergikan bersama SEBI, menjadi salah satu pilihan program konsentrasi studi untuk para mahasiswa/i nya.