strategi komunikasi massa

9
POKOK BAHASAN 2 Strategi Membangun Komunikasi Massa 2.1 Tujuan Instruksional Umum (TIU) Peserta mampu memahami konsep komunikasi massa, media massa, menyusun strategi komunikasi organisasi, dan mengembangkan media massa untuk penyebarluasan informasi organisasi. 2.2 Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Setelah mempelajari pokok bahasan ini, peserta diharapkan dapat: 1. Menjelaskan pengertian, fungsi, dan strategi komunikasi massa di organisasi gerakan sosial. 2. Menjelaskan media massa, cara kerja media massa, dan mengukur pengaruh media massa. 3. Menyusun strategi komunikasi organisasi untuk pengarusutamaan isu dan opini publik. 4. Mengembangkan media massa untuk penyebarluasan informasi organisasi gerakan sosial. 2.3 Waktu 2 jam pelajaran (90 menit) 2.4 Metode Pemaparan, Curah Pendapat, Lembar Kerja 2.5 Media Media Tayang Lembar Kerja 2 Lembar Informasi 2 2.6 Alat Bantu Flipt chart, Kartu Meta, Spidol, laptop, Lembar kerja,

Upload: yossy-suparyo

Post on 12-Feb-2017

102 views

Category:

Government & Nonprofit


1 download

TRANSCRIPT

POKOK BAHASAN 2Strategi Membangun Komunikasi Massa

2.1 Tujuan Instruksional Umum (TIU)

Peserta mampu memahami konsep komunikasi massa, media massa, menyusun strategi komunikasi organisasi, dan mengembangkan media massa untuk penyebarluasan informasi organisasi.

2.2 Tujuan Instruksional Khusus (TIK)

Setelah mempelajari pokok bahasan ini, peserta diharapkan dapat:1.  Menjelaskan pengertian, fungsi, dan strategi komunikasi massa di 

organisasi gerakan sosial.2.  Menjelaskan media massa, cara kerja media massa, dan mengukur 

pengaruh media massa.3.  Menyusun strategi komunikasi organisasi untuk pengarusutamaan isu

dan opini publik.4. Mengembangkan media massa untuk penyebarluasan informasi 

organisasi gerakan sosial. 

2.3 Waktu

2 jam pelajaran (90 menit)

2.4 Metode • Pemaparan, • Curah Pendapat, • Lembar Kerja

2.5 Media • Media Tayang• Lembar Kerja 2• Lembar Informasi 2 

2.6 Alat Bantu • Flipt chart, • Kartu Meta, • Spidol, laptop, • Lembar kerja,

• Notebook dan Proyektor

2.7 Proses Penyajian

Untuk menyajikan materi dalam pokok bahasan ini, maka disusun proses penyajian berikut ini:

Waktu Tahapan Fasilitasi

5 Menit Fasilitator menjelaskan tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari pokok bahasan Strategi Komunikasi Masa. 

20 menit Fasilitator mempresentasikan materi dengan bantuan media tayang atau ceramah. 

5 menit Fasilitator membagi peserta menjadi dua kelompok mengerjakan Lembar Kerja

30 menit Fasilitator mengajak peserta untuk merumuskan strategi komunikasi massa dengan Lembar Kerja

20 menit Fasilitator mengajak peserta untuk presentasi dan mengapresiasi hasil kerja kelompok

10 Menit Fasilitator mengucapkan penghargaan atas keterlibatan peserta dalam pokok bahasan ini. Lalu, fasilitator menutup sesiini.

Apa situasinyaSudah tepat

Lembar Kerja 2: Strategi Komunikasi Massa

Tahapan Pihak Terkait Diagram Alir

Mulai

Identifikasi isu penting dalam organisasi Anda

Apa media yang tepat untuk menyebarluaskan isu Anda?

Bagaimana Anda mengukur efektivitas sebaran informasi?

Apa dampak perubahan yang Anda harapkan

Selesai

START

1. Apa isu yang Anda tawarkan ke publik?2. Mengapa isu tsb penting dipahami publik?3. Siapa target sasarannya?

SELESAI

Tidak

Ya

1. Identifikasikan media yang Anda gunakan?2. Alasan Anda memanfaatkan media itu?3. Bagaimana Anda mengemas informasi sesuai dengan target khalayak media

Isu siap diluncurkan?

Tidak

Ya

1. Cara menghitung jumlah khalayak media?2. Bagaimana tanggapan mereka atas isu?

Informasi sampai pada khalayak ?

1. Apa perubahan pandangan, sikap, perilaku khalayak media?2. Adakah perubahan regulasi?

Ada perubahan?

 Lembar Informasi 2

Strategi Membangun Komunikasi Massa

“Sejatinya kita ini sedang tenggelam dalam pusaran informasi, tapi kita tetap merasa haus dan lapar pengetahuan,”

(John Neisbitt) 

Pendahuluan

Information is the most dangerous weapon of all! Informasi diyakini sebagai senjatayang paling berbahaya yang pernah ada di sepanjang peradaban manusia. Ribuan perang dan cinta antarmanusia tidak akan terjadi tanpa diawali oleh pertukaran dan penyebaran informasi. Mengutip kata Sun Tzu, setiap peperangan selalu didasarkan pada bualan demi bualan.

Saat ini informasi tidak lagi menjadi kebutuhan sekunder, informasi telah bergeser sebagai komoditas primer. Tak heran, publik selalu memburu teknologi baru—gadget dan smartphone—yang mampu memudahkan mereka untuk mengakses dan memproduksi infomasi. Sejumlah perubahan sosial dan politik sangat dipengaruhi informasi yang diproduksi dan dikonsumsi oleh publik. Ada adagium, mereka yang menguasai informasi adalah pihak yang memiliki kekuatan. 

Pakar komunikasi James Lull telah mengingatkan publik atas situasi di atas (1998: 68). Menurutnya, studio radio dan televisi telah menjadi bagian dari fasilitas teknis yang paling berharga dan dilindungi di belahan dunia manapun. Rezim penguasa selalu berusaha keras untuk memiliki hubungan baik dengan media massa karena bila itu gagal maka akan menjadi tantangan paling serius terhadap otoritas publik. Kepemilikan dan kontrol terhadap media massa, khususnya elektronik, merupakan kekuatan sosial yang patut diperhitungkan meski dalam situasi yang stabil sekalipun.

Media massa merupakan bagian dari komunikasi massa yang memegang posisi penting dalam percepatan menyampaikan informasi terkini kepada masyarakat. Media massa sebagai saluran penyampaian informasi memiliki peran untuk (1) Pengawasan atau pencarian informasi; (2) mengembangkan konsep diri; (3) fasilitas dalam hubungan sosial; (4) subtitusi dalam hubungan sosial; (5) membantu melegakan emosi; (6) sarana pelarian dari ketegangan dan keterasingan; (7) sebagai bagian dari kehidupan rutin atau ritualisasi.

Pasca Reformasi 1998, perkembangan industri media massa berlangsung cepat.    Perkembangan itu menyebabkan media massa tidak lagi sebagai institusi yang 

ideal dalam menyampaikan informasi yang akurat dan berimbang. Media massa juga menjelma berubah menjadi institusi kapitalisasi ekonomi bagi para pengusaha media.

Namun, keberadaan informasi tak serta merta menjadi pemicu perubahan. Tak ada jaminan, informasi secara otomatis menggerakkan pikiran dan raga seseoranguntuk bertindak. Organisasi gerakan sosial harus memiliki kemampuan dalam membangun strategi komunikasi massa agar isu yang diusung mampu menjelma menjadi gagasan kolektif publik. Meminjam pendapat Zuniga (2008) informasi harus berjumpa dengan konten dan konteks yang tepat. Informasi harus menjadi pengetahuan agar berdaya dan mampu memberdayakan. Scienta potential est, knowledge is power. 

Komunikasi Massa 

Liliweri (2001:19) mendefinisikan komunikasi massa sebagai proses komunikasi dengan massa melalui media yang disebut media massa. Sesuaidengan sifatnya, proses komunikasi massa selalu bersasaran pada massa (baca: masyarakat) yang berbeda dan berada dalam struktur geografis, demografis, dan psikografis.

Dari pengertian di atas, kita dapat mengidentifikasi bentuk komunikasi massa bersifat tidak langsung karena memanfaatkan media (channel) untuk menghubungkan komunikator dan komunikan. Akibatnya, pesan yang disampaikan bersifat terbuka dan mencapai khalayak secara serentak.Media memiliki hubungan erat dengan masyarakat (khalayak media). Bagan dibawah ini melukiskan hubungan media dengan komunikator dan komunikan.

Komunikator Pesan Media Komunikan

Tujuan Komunikasi perubahan sosial, sikap, opini, perilaku

Bentuk komunikasi antarpribadi/kelompok

Sifat komunikasi verbal-nonverbal

KredibilitasEthosPathosLogos

Disesuaikan dengan segmen sasaran geografis, demografis, psikografis, gaya hidup

Metode

Informasi membujuk instruktif

Teknis

Dialogis kewartawanan periklanan pemaparan propaganda kampanye

Dalam komunikasi massa, media massa memerankan posisi penting. Liliweri (2010: 19­20) menjelaskan peran media massa sebagai berikut:

1. Jendela. Media massa senantiasa berusaha menjadi jendela. Dari jendela itu para komunikan bisa memandang dunia luar, melihat sejumlah peristiwa di luar jendela.

2. Juru Bahasa. Media massa ibarat juru bahasa yang berperan menerjemahkan suatu peristiwa dalam suatu makna tertentu.

3. Pembawa/Pengantar. Media massa ibarat tukang pos atau telegram.Dia membawa informasi yang berbentuk pendapat orang­perorangan, organisasi, dan pemerintah, kepada komunikan.

4. Jaringan interaksi. Media massa dapat menjadi sarana atau jaringan yang menghubungkan interaksi antarmanusia. 

5. Papan petunjuk jalan. Media massa ibarat tanda lalu­lintas. Dia memerintah, melarang, memberikan informasi tentang arah yang boleh dan tidak boleh ditempuh oleh khalayak.

6. Cermin. Media massa ibarat cermin, dari media massa kita dapat melihat wajah masyarakat.

7. Tirai penutup. Media massa menangkal informas buruk yang datangdari luar demi tujuan tertentu.

Media Massa

Perkembangan media massa sangat dipengaruhi oleh kemajuan ilmu dan teknologi. Literatur media sebelum 2000­an didominasi oleh jenis dan cara produksi media, yaitu media cetak, audio, dan audio visual. Media cetak berupa suratkabar, majalah, buletin, dan jurnal. Media audio didominasi oleh radio, sementara, media audiovisual merujuk pada televisi. Organisasimedia berkembang berdasarkan jenis media yang dikelola.

Perkembangan internet membuat organisasi media tidak dapat dibedakan berdasarkan jenis media lagi. Teknologi internet mampu menjembatani perkawinan media (media convergence) sehingga perusahaan suratkabar bukan semata­mata menerbitkan koran, tapi juga mengelola layanan portalonline serta audio dan video podcast. Satu liputan harus menghasilkan berita cetak (foto dan tulisan) dan berita online (foto, tulisan, audio, dan video). Para jurnalisnya harus mampu bekerja multitalenta karena 

Peran Komunikator Massa

Organisasi Media Massa

Masyarakat/Massa

Institusi/Media

tuntutan konvergensi media semakin besar.

Selain konvergensi media, topik konglomerasi media menjadi isu penting dalam kajian media. Konglomerasi media ditandai oleh penggabungan sejumlah perusahaan media menjadi satu perusahaan yang lebih besar yang membawahi banyak media. Konglomerasi ini dilakukan dengan join korporasi dengan perusahaan media lain yang dianggap mempunyai visi yang sama. Pembentukan konglomerasi ini dengan cara kepemilikan saham, joint venture/merger, atau pendirian kartel komunikasi dalam skalabesar baik intergrasi vertikal, intergasi horisontal maupun kepemilikan silang. 

Akibatnya kepemilikan media yang berpusat pada segelintir orang. Contoh,Trans7 dan Trans TV berada pada payung bisnis yang sama yakni Trans Corp yang dikuasai oleh Chairul Tanjung. Global TV, RCTI, dan TPI bergabung dalam Group MNC dan bertindak selaku pemilik di Indonesia adalah Hary Tanoesoedibyo. TV One dan ANTV bernaung di bawah bendera Bakrie Group dengan boss utama Abu Rizal bakrie. SCTV dan Indosiar yang sebagian besar sahamnya dimiliki oleh Eddy Sariatmadja, dan terakhir Metro TV dengan Surya Paloh. Intinya adalah kepemilikan media pada hanya segelintir orang saja, membentuk sebuah gurita media karena satu orang menguasai berbagai media. 

Secara bisnis, konglomerasi media sah­sah saja. Setiap pebisnis selalu berusaha untuk mengembangkan usahanya. Namun, konglomerasi memiliki dampak yang luar biasa, bahkan berbahaya bagi masyarakat, karena dapat membentuk opini tertentu yang tidak sehat, sterotipe pada suatu hal tertentu dan lain­lain. Konglomerasi di Indonesia menyebabkan satu orang dapat menguasai banyak media muncul, sehingga orang tersebut dapat mengendalikan berbagai media dalam satu waktu, dari kebijakan yang harus dianut, berita mana yang layak di publikasikan, nilai­nilai yang dianut dan sebagainya. Akibatnya jika media yang tergabung dalam satu group tertentu maka berita dan informasi yang disampaikan akan homogen. 

Selain itu berita yang disampaikah hanya berita yang dianggap menguntungan secara ekonomi. Akhirnya pers tidak lagi dinilai dari seberapa besar nilai berita yang ada, tetapi berapa banyak keuntungan yang akan didapatkan dari pemuatan berita tersebut. Konglomerasi media berbahaya dan ancaman kebebasan pers. Ambil contoh, ANTV karena saham terbesarnya milik keluarga Bakri, maka bagaimana pun tidak akan pernah ada berita yang akan mengangkat lumpur lapindo dan penderitaan masyarakat yang ada di sana. MNC group yang sering kali menyiarkan pemberitaan, bahkan mars Partai Perindo yang tidak memiliki nilai berita yang tinggi. Kepentingan pemilik media acapkali mendominasi ruang publik akibat penguasaan media massa.   

Internet: Generasi Media 2.0

Dalam komunikasi massa, internet mampu menggelorakan ruang publik dengan munculnya jurnalisme warga. Jurnalisme warga merupakan kegiatan warga untuk membuat, menggunakan, dan menyebarluaskaninformasi tentang beragam peristiwa maupun isu di daerahnya. Penyebaran informasi tak lagi terpusat di tangan media massa atau perusahaan media komersial, tapi warga juga mampu melakukan hal serupa. Akibatnya, warga dapat menjadi anjing penjaga (watchdog) saat media arus utama tidak berfungsi secara maksimal.

Jurnalisme warga merupakan salah satu bentuk dari desentralisasi informasi (Suparyo, 2011:4). Jurnalisme warga merupakan alih bahasa dari citizen journalism. Jurnalisme warga adalah partisipasi warga dalam kegiatan pengumpulan, pelaporan, analisis, serta penyampaian informasi dan berita. Jurnalisme warga merupakan bentuk baru dalam penyebaran informasi, di mana batas antara produsen dan konsumen informasi sulit dipisahkan. 

Kegiatan jurnalisme warga memiliki dampak positif. Pertama, memberikan ruang bagi peran serta warga dalam pengelolaan informasi. Keterlibatan warga dalam dunia jurnalistik membuktikan adanya hubungan dinamis antara pelaku media dan pembacanya. Kedua, mampu memberikan ruang bagi warga untuk menegakkan hak­hak informasinya. 

Masyarakat sebagai konsumen media cenderung memiliki informasi global dibanding informasi lokal. Sebagian besar masyarakat mulai acuh dengan lingkungannya. Jurnalisme warga mengajak masyarakat menengok kembali pengetahuan­pengetahuan yang dekat dengan lingkungan mereka.Melalui Jurnalisme warga banyak khasanah lokal muncul ke ruang publik, mulai dari makanan tradisional, kesenian, budaya, dan gagasan­gagasan baru. Pewarta warga mampu mendorong keragaman isi dalam dunia mediamassa. Jurnalisme warga dapat menjadi alat untuk menggali segala potensiyang ada di sekeliling warga sehingga melatih masyarakat untuk memberi perhatian pada pengembangan pengetahuan lokal.

Daftar Pustaka

Liliweri, Alo. 2001. Gatra­Gatra Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Lull, James. 1998. Media Komunikasi Kebudayaan: Suatu Pendekatan Global. Jakarta: YOI

Suparyo, Yossy. 2011. Pewarta Warga. Yogyakarta: CombineZuniga, Markos Maultsas. 2008. Taking on the System: Rules for Radical 

Change in a Digital Era. New York: CelebraJurnal Perempuan Edisi 67, Apa Kabar Media Kita, Jakarta. 

Biografi Penulis

Yossy Suparyo. Lahir di desa kecil Rawaapu, di tepi Pulau Nusakambangan. Menempuh pendidikan dasar dan lanjutan pertama di Patimuan. Hijrah ke Kota Gudeg Yogyakarta untuk mendalami dunia teknik mesin di STMN Wates, Kulonprogo. Di sana, dia mengikuti program Petra kerjasama Indonesia­Jerman untuk pendidikan kejuruan. Menempuh pendidikan tinggi di Jurusan Teknik Mesin di Fakultas Teknik, Univeritas Negeri Yogyakarta. Pada waktu yang sama, dia mengambil Jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi di Fakultas Adab, Universitas Islam Negeri Yogyakarta.

Pada waktu mahasiswa aktif di dunia gerakan mahasiswa melalui Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Komisariat Hasyim Asy''ari, Universitas Negeri Yogyakarta. Aktif sebagai pengurus rayon, komisariat, cabang, hingga pengurus besar di organisasi tersebut. Mengembangkan sejumlah kajian dan inovasi di dunia pengembangan media alternatif, teknologi tepat guna, pendidikan populer, dan penelitian.

Sekarang menjabat sebagai Direktur Eksekutif Gedhe Foundation dan Anggota Pokja Masyarakat Sipil Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.

Phone: +62 81328933355E­mail : [email protected]: http://twitter.com/yossysuparyoFacebook: http://fb.com/yossysuparyo Blog: http://pelosokdesa.wordpress.com