strategi komunikasi dalam pembinaan kader...
TRANSCRIPT
STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PEMBINAAN
KADER DAKWAH DI YAYASAN DAKWAH
MUALAF
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)
Oleh:
Gilang Adhitya Putra
NIM 1113051000071
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1441 H / 2020 M
ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
Strategi Komunikasi Dalam Pembinaan Kader Dakwah Di
Yayasan Dakwah Mualaf
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi untuk
Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Gilang Adhitya Putra
NIM: 1113051000071
Dosen Pembimbing
Ade Rina Farida, M. Si
NIP 19770513 200701 2 018
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA
1441 H/ 2020 M
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi ini yang berjudul STRATEGI KOMUNIKASI DALAM
PEMBINAAN KADER DAKWAH DI YAYASAN
DAKWAH MUALAF telah diajukan dalam sidang munaqosah
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta pada tanggal 5 Juni 2020. Skripsi ini telah
diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
sarjana program strata (S1) sarjana Ilmu Sosial pada Jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam.
Jakarta, 10 Juni 2020
Panitia Sidang Munaqosah Tanggal Tanda Tangan
Ketua
Dr. Edi Amin, MA
NIP.19760908 200901 1 010 17 Juni 2020 ______________
Sekretaris
Miftachur Rosyidah, M.Pd.I
NIP. 19720720 199903 2 002 17 Juni 2020 ______________
Penguji I
Umi Musyarrofah, MA
NIP. 1971081 6199703 2 002 12 Juni 2020 ______________
Penguji II
Fita Faturokhmah, M.Si
NIP: 1983061 0200912 2 001 16 Juni 2020 ______________
Mengetahui:
Dekan
Suparto, M.Ed, Ph.D
NIP. 19710330 199803 1 004
iv
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan
untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar
strata 1 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah
saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil
karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya
orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang
berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta, 30 Mei 2020
Gilang Adhitya Putra
v
ABSTRAK
GILANG ADHITYA PUTRA
Strategi Komunikasi dalam Pembinaan Kader Dakwah di
Yayasan Dakwah Mualaf
Agama Islam merupakan agama dakwah yang baik secara
teoritis maupun praktik. Mualaf adalah seseorang yang baru
masuk islam dan membutuhkan bimbingan, kehadiran seorang
Da‟i sangat diperlukan dalam menuntun para mualaf. Para mualaf
ini juga diharapkan dapat menjadi seorang Da‟i untuk menjadi
penerus kader dakwah. Maka dari itu dibutuhkan strategi dalam
berdakwah kepada mualaf serta bagaimana proses pengkaderan
dakwah bagi para mualaf.
Berdasarkan konteks di atas, penelitian ini bertujuan
untuk menjawab rumusan masalah, bagaimana strategi
komunikasi yayasan Dakwah Mualaf dalam membina mualaf?
Teori yang digunakan peneliti adalah teori Fred R. David bahwa terdapat tiga tahapan, yaitu: Perumusan/Formulasi
Strategi, Implementasi strategi dan Evaluasi strategi.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan
metode deskriptif analisis. Bertujuan untuk menjelaskan dengan
sedalam-dalamnya melalui teknik pengumpulan data seperti
wawancara, observasi dan dokumentasi.
Dari hasil penelitian diatas, dapat disimpulkan bahwa
perumusan strategi komunikasi, meliputi pembinaan ilmiah,
mental dan mengetahui karakter dari objek dakwah, setelah itu
mengenai Implementasi, meliputi bagaimana proses pembinaan
ilmiah, mental dan proses mengenal karakter dari objek dakwah.
Evaluasi meliputi, penyelesaian masalah di dalam proses
pembinaan ilmiah, mental dan proses pengenalan karakter serta
masalah berasal dari faktor Internal dan Eksternal.beberapa
kendala dan dapat diatasi dengan menambahkan visualisasi dalam
penyampaian materi, meningkatkan kepercayaan diri dengan
melakukan simulasi secara terus-menerus kepada calon Da‟i,
melakukan riset dan melakukan sosialisasi.
Kata Kunci: Da‟i, Mualaf, Strategi, Pembinaan, Dakwah
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirrabbil‟alamiin, segala puji dan syukur
kehadirat Allah Subhanahu wa Ta‟ala yang telah melimpahkan
rahmat, ridho dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “Strategi Komunikasi
dalam Pembinaan Kader Dakwah di Yayasan Dakwah
Mualaf”. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada
baginda Nabi Muhammad Sholallahu „alaihi wassalam, semoga
kita semua mendapat syafaatnya kelak.
Adapun dalam proses penyelesaian skripsi sebagai syarat
kelulusan studi strata I (S1) tentunya masih jauh dari kata
sempurna. Penulis menyadari skripsi ini tidak dapat terselesaikan
tanpa bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang turut berperan memotivasi dan
mendukung penulis dalam penulisan skripsi ini, di antaranya:
1. Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Bapak Suparto, M.Ed, Ph.D, beserta
Ibu Dr. Siti Napsiyah, S. Ag, selaku Wakil Dekan I Bidang
Akademik, Bapak Dr. Sihabudin Noor, MA selaku Dekan
Bidang Administrasi Umum, serta Bapak Cecep Sastra
Wijaya, MA selaku Dekan Bidang Kemahasiswaan.
vii
2. Dr. Armawati Arbi, M.Si selaku Ketua Jurusan serta Dr. H.
Edi Amin, M.A. selaku Sekretaris Jurusan Program Studi
Komunikasi Penyiaran Islam.
3. Ade Rina Farida, M.Si selaku dosen pembimbing penulis
yang telah meluangkan waktunya dan membimbing penulis
dari awal hingga akhir penyelesaian skripsi.
4. Kepada seluruh Dosen, staf dan karyawan Fakuktas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, terima kasih telah memberikan ilmu yang bermanfaat
kepada penulis selama perkuliahan dan membantu penulis
dalam urusan administrasi perkuliahan.
5. Seluruh staf Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi dan Perpustakaan Utama Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah melayani
peminjaman buku-buku kepada penulis.
6. Ustad Insan Latief Syaukoni Mokoginta selaku narasumber
penulis yang telah memberikan izin kepada penulis dan
meluangkan waktunya untuk penulis. Terimakasih atas
waktunya, semoga Yayasan Dakwah Mualaf sukses
kedepannya.
7. Kedua orang tua penulis, Hadiyansah dan Yanti Yulianti
terima kasih atas do‟a, kasih sayang dan motivasinya kepada
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik.
8. Kepada sahabat penulis yang tidak dapat disebutkan satu
persatu namanya yang selalu memberikan dukungan dan
bimbingan kepada penulis.
viii
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam
penulisan skripsi ini. Semoga apa yang telah dihasilkan dalam
penulisan skripsi ini dapat bermanfaat kedepannya. Aamiin.
Jakarta, 30 Mei 2020
Gilang Adhitya Putra
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN ..................................................... ivv
ABSTRAK ................................................................................... v
KATA PENGANTAR ............................................................... vii
DAFTAR ISI ............................................................................... ix
BAB I
PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................... 1
B. Batasan Masalah ........................................................... 5
C. Rumusan Masalah......................................................... 6
D. Tujuan Penelitian .......................................................... 6
E. Manfaat Penelitian ........................................................ 6
F. Metodologi Penelitian................................................... 7
G. Tinjauan Pustaka........................................................... 9
H. Sistematika Penulisan ................................................. 11
BAB II
KAJIAN TEORI DAN KONSEPTUAL ................................. 13
A. Strategi .......................................................................... 13
B. Komunikasi ................................................................... 18
C. Strategi Komunikasi ..................................................... 19
D. Pembinaan Kader Dakwah ........................................... 20
E. Yayasan Mualaf ............................................................ 28
BAB III
GAMBARAN UMUM YAYASAN DAKWAH MUALAF ... 31
A. Sejarah Yayasan Dakwah Mualaf............................... 31
B. Program Yayasan Dakwah Mualaf ............................. 33
C. Struktur Organisasi Yayasan Dakwah Mualaf ........... 34
x
BAB IV
DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ................................... 35
A. Formulasi Strategi (Strategy Formulation) ................ 35
B. Implementasi Strategi (Strategy Implementation) ...... 39
C. Evaluasi Strategi (Strategy Evaluating) ..................... 43
BAB V
PENUTUP .................................................................................. 48
A. Kesimpulan ................................................................. 48
B. Saran ........................................................................... 51
DAFTAR PUSTAKA ................................................................ 52
LAMPIRAN-LAMPIRAN ....................................................... 56
LEMBAR PERNYATAAN ....................................................... iv
ABSTRAK ................................................................................... v
KATA PENGANTAR ................................................................ vi
DAFTAR ISI ............................................................................... ix
BAB I
PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................... 1
B. Batasan Masalah ........................................................... 5
C. Rumusan Masalah......................................................... 6
D. Tujuan Penelitian .......................................................... 6
E. Manfaat Penelitian ........................................................ 6
F. Metodologi Penelitian................................................... 7
G. Tinjauan Pustaka........................................................... 9
H. Sistematika Penulisan ................................................. 11
BAB II
KAJIAN TEORI DAN KONSEPTUAL ................................. 13
A. Strategi .......................................................................... 13
B. Komunikasi ................................................................... 18
C. Strategi Komunikasi ..................................................... 19
xi
D. Pembinaan Kader Dakwah ........................................... 20
E. Yayasan Mualaf ............................................................ 28
BAB III
GAMBARAN UMUM YAYASAN DAKWAH MUALAF ... 31
A. Sejarah Yayasan Dakwah Mualaf............................... 31
B. Program Yayasan Dakwah Mualaf ............................. 33
C. Struktur Organisasi Yayasan Dakwah Mualaf ........... 34
BAB IV
DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ................................... 35
A. Formulasi Strategi (Strategy Formulation) ................ 35
B. Implementasi Strategi (Strategy Implementation) ...... 39
C. Evaluasi Strategi (Strategy Evaluating) ..................... 43
BAB V
PENUTUP .................................................................................. 48
A. Kesimpulan ................................................................. 48
B. Saran ........................................................................... 51
DAFTAR PUSTAKA ................................................................ 52
LAMPIRAN-LAMPIRAN ....................................................... 56
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Agama Islam merupakan agama dakwah baik secara
toeritis maupun praktis. Menurut Ismail Raji al-Faruqi
dakwah bukan saja merupakan keharusan, melainkan tugas
terbesar kaum muslim yang mesti ditunaikan. Oleh sebab itu,
dapat dimengerti jika semangat untuk menyampaikan dan
memperjuangkan kebenaran Islam harus membara dalam
jiwa kaum muslim.1 Pada dasarnya setiap orang dapat
berdakwah dan menyeru ke jalan Allah, tetapi dalam
perjuangan dakwah identik dengan kehadiran seorang da‟i.
Seorang da‟i memiliki tuntutan lebih daripada kaum
muslimin pada umumnya. Hal ini karena da‟i adalah orang
yang bukan hanya berusaha mewujudkan sistem Islam pada
dirinya tetapi juga kepada orang lain. Oleh karena itu, perlu
didukung dengan bekal ilmu pengetahuan, mental serta
akhlak yang baik.
Di era globalisasi seperti saat ini, problematika
kehidupan umat semakin pelik dan tantangan dakwah pun
semakin kompleks. Manusia membutuhkan tuntunan agama
dalam menghadapi persoalan kehidupan. Kehadiran seorang
da‟i tentu sangat diperlukan. Namun kesiapan dan
kepercayaan diri sesorang untuk berdakwah masih jauh dari
harapan. Oleh karena itu perlu adanya upaya pembinaan
1 Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub (Jakarta:
Penamadani, 2008), h. 3.
2
kader dakwah dalam rangka mencetak generasi penerus
estafet dakwah.
Agama islam mewajibkan umatnya untuk berdakwah,
kewajiban tersebut merupakan perintah langsung dari Allah
Ta‟ala. Bentuk dakwah antara orang yang satu dengan
lainnya berbeda-beda, sesuai dengan kemampuan dan potensi
masing-masing.2 Salah satu upaya pembinaan kader dakwah
dapat dilakukan melalui lembaga pendidikan seperti
organisasi atau yayasan-yayasan yang begerak dalam bidang
pengkaderan. Upaya pembinaan kader dakwah dalam era
globalisasi ini merupakan hal yang penting. Bahkan dapat
dikatakan salah satu benteng terpenting dalam menangkal
dampak negatif dari globalisasi itu sendiri. Globalisasi yang
menyebabkan perubahan gaya hidup masyarat ditambah
dengan terpaan derasnya arus informasi lewat media sosial
membuat gerakan dakwah semakin termarginalkan.
Peneliti berasumsi jika sebagian besar masyarakat
enggan menjadi kader dakwah karena merasa dirinya belum
pantas dari sisi keilmuan atau kecakapan berbicara. Selain
itu, terdapat anggapan jika kader dakwah umunya adalah
seseorang yang menempuh pendidikan agama di pesantren
maupun perguruan tinggi. Tentu angapaan itu tidaklah salah.
Namun setiap orang berhak menjadi kader dakwah selama ia
mau belajar dan berusaha memperbaiki diri, mencari ilmu
2 Al-Qaradhawi Yusuf, Retorika Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,
2007), h.17.
3
agama dan mengaplikasikan serta mengajarkannya kepada
orang lain. Salah satu upaya pengkaderan dakwah yang telah
dilakukan adalah pembinaan kader dakwah di Yayasan
Dakwah Mualaf.
Yayasan Dakwah Mualaf sendiri adalah sebuah
Yayasan yang didirikan pada tanggal 31 maret 2003, pada
mulanya yayasan tersebut bernama “birrul walidain” yang
berlokasi di Kelapa dua, Depok. Yayasan ini didirikan oleh
ustad Insan LS Mokoginta, Yayasan ini bergerak di bidang
dakwah yang menggunakan pendekatan islamologi dan
kristologi. Tujuan dari Ustad Insan LS Mokoginta
mendirikan yayasan Dakwah Mualaf adalah dikarenakan
beliau merasa bahwa misionaris kristenisasi semakin marak
dan sulit untuk dibendung, dan beliau juga merasa bahwa
perlu adanya penerus berupa kader-kader dari yayasan
tersebut untuk terus berjuang dalam membentengi islam dari
kristenisasi dan pemurtadan. Selain itu juga yayasan ini
diharapkan dapat menjadi terobosan dalam rangka
memberikan khazanah keilmuan, kepercayaan diri serta
sama-sama memperbaiki akhlak sehingga dapat menjadi
kader dakwah yang siap terjun menyampaikan nilai-nilai
Islam ke masyarakat.3
Perbedaan Yayasan Dakwah Mualaf dengan yayasan-
yayasan pengkaderan lainnya salah satunya yaitu ada pada
bagaimana proses pembinaan kader di Yayasan Dakwah
3 Wawancara pribadi Ustad Insan LS Mokoginta di Kelapa Dua,
Depok, September 2019.
4
Mualaf ini yang lebih berfokus kepada pembinaan para
mualaf yang sasaran dakwahnya juga tidak hanya masyarakat
muslim namun lebih kepada masyarakat non-muslim.
Pembinaan yang diberikan kepada mualaf berbeda
dengan pembinaan yang diberikan kepada nonmualaf, karena
pembinaan ini dimulai dari dasar-dasarnya dulu dan proses
pembinaannya lebih panjang dan tidaklah mudah serta
dibutuhkan kesungguhan dari dalam diri para mualaf
tersebut. Para mualaf yang sudah melalui pembinaan dan
dirasa sudah cukup dalam segi keilmuan dan segi mental
nantinya akan terjun untuk berdakwah di lingkungan yang
mayoritas non-muslim, Kelebihan dari para Da‟i mualaf ini
adalah mereka sudah lebih dulu memahami lingkungan non
muslim sehingga mudah melakukan pendekatan, hal ini
dianggap memiliki poin tinggi, karena yang menjadi prioritas
awal dalam melakukan dakwah adalah pendekatan kepada
sasaran dakwahnya.
Dalam upaya pengkaderan tersebut Yayasan Dakwah
Mualaf memiliki beberapa strategi pembinaan dalam upaya
mencapai tujuannya tersebut. Pembinaan untuk memberikan
kepercayaan diri serta keyakinan kepada kader dakwah yang
diberikan agar para da‟i siap terjun kemasyarakat tentu bukan
perkara mudah. Dibutuhkan komunikasi yang efektif antara
pengajar dan kader dakwah dalam rangka mendorong
tumbuhnya motivasi serta kepercayaan diri dalam
berdakwah.
5
Keefektifan komunikasi tersebut didukung oleh
strategi komunikasi yang tepat. Strategi komunikasi
merupakan panduan dari perencanaan komunikasi serta
manajemen komunikasi untuk mencapai tujuan tertentu.4
Setiap komunikator tentu memiliki startegi yang berbeda
dalam menyampaikan tujuan yang diharapkan, tetapi
walaupun berbeda pada dasarnya mempunyai tujuan yang
sama yaitu adanya perubahan pada diri komunikan agar siap
terjun ke masyarakat menjadi kader dakwah yang
berkualitas.
Berdasarkan masalah yang dipaparkan di atas,
peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian lebih
mendalam yang dituangkan dalam bentuk penelitian berjudul
“STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PEMBINAAN
KADER DAKWAH DI YAYASAN DAKWAH
MUALAF”
B. Batasan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, untuk menghindari
terjadinya perluasan materi yang akan dibahas, maka peneliti
memfokuskan penelitian untuk mengkaji strategi komunikasi
para pengajar dalam pelaksanaan pengkaderan Da‟i di
Yayasan Dakwah Mualaf. Penelitian Strategi komunikasi
dalam pengkaderan yang di maksud dalam hal ini adalah
pembekalan para calon kader dakwah dengan materi dan
teknis penyampaian materi meliputi pembinaan mental, nilai
4 Onong Uchjana Effendi, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi
(Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003), h. 300.
6
spiritual kader dakwah di Yayasan Dakwah Mualaf agar siap
terjun ke masyarakat.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah
dipaparkan diatas maka secara umum penelitian ini berusaha
menjawab pertanyaan: “Bagaimana strategi komunikasi
Yayasan Dakwah Mualaf berdasarkan konsep Fred R. David
dalam pembinaan kader ?”
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini sesuai dengan latar
belakang dan pembatasan masalah penelitian adalah untuk
mengetahui strategi komunikasi dalam pembinaan kader
dakwah di Yayasan Dakwah Mualaf.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Akademis
Secara akademis penelitian ini diharapkan dapat
memberikan sumbangan dalam aspek teoritis (keilmuan)
yaitu bagi perkembangan ilmu komunikasi. Di samping
itu, diharapkan dapat menjadi acuan (referensi) dan
perbandingan bagi peneliti yang melakukan penelitian
dengan objek yang sama
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
pengajar lembaga kader dakwah Yayasan Dakwah Mualaf
Depok, penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan
masukan tentang strategi komunikasi dalam upaya
7
pembinaan kader dakwah dan bagi yayasan yang juga
memiliki lembaga kader dakwah diharapkan dapat
menjadi masukan tentang strategi komunikasi yang
diterapkan, serta bagi yayasan yang belum memiliki kader
dakwah diharapakan dapat menjadi motivasi untuk segera
membentuk lembaga kader dakwah sehingga estafet
dakwah tidak terhenti.
F. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian yang digunakan menggunakan pendekatan
penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah prosedur
penelitian yang menghasilkan data dekriptif berupa kata-
kata yang tertulis atau lisan dari orang-orang atau prilaku
yang diamati. Penelitian kualitatif berusaha mencari apa
yang ada dibalik tindakan, bukan fenomena luar tetapi
fenomena dalam dan lebih menekankan pada makna dan
proses daripada hasil dari suatu aktifitas.5
Penelitian ini mencoba menggunakan paradigma
konstruktivisme. Paradigma konstruktivisme bersifat
subjektif. Data adalah sesuatu yang menjadi perasaan dan
keinginan pihak yang diteliti untuk menyatakannya
dengan penafsiran atau konstruksi makna.
2. Subjek dan Objek Penelitian
a. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah pengurus
Yayasan Dakwah Mualaf.
5 Lexy, J. Moeloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2001), h. 3.
8
b. Objek Penelitian
Objek dalam penelitian kali ini ialah strategi
komunikasi dalam pembinaan kader dakwah.
3. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksankan di Yayasan
Dakwah Mualaf yang beralamat di Jalan Tugu Raya no. 5,
Cimanggis, Depok.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yaitu dengan cara
penelitian lapangan, sedangkan alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data adalah :
a. Wawancara
Teknik ini dilakukan dengan cara melakukan
dialog atau tanya jawab secara langsung dengan
sejumlah responden, yaitu pengajar dan anggota
lembaga kader dakwah Yayasan Dakwah Mualaf.
Wawancara yang peneliti lakukan bersifat mendalam
demi mendapatkan data yang dibutuhkan.
b. Observasi
Metode observasi adalah metode pengumpulan
data yang digunakan untuk menghimpun data
penelitian melalui pengamatan dan pengindraan.6
Penelitian ini menggunakan metode observasi dengan
terjun langsung ke lapangan dan mengamati fenomena-
fenomena yang terjadi di lapangan. Alasan peneliti
6 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif (Jakarta: KENCANA
PRENADA MEDIA GROUP, 2010), h. 115.
9
menggunakan observasi karena dengan pengamatan,
dimungkinkan melihat dan mengamati sendiri,
kemudian mencatat prilaku dan kejadian sebagaimana
yang sebenarnya dan menghindari kerancuan yang
mungkin dapat terjadi.
c. Telaah Pustaka
Teknik ini digunakan dengan cara melakukan
penyelidikan bahan-bahan atau materi penunjang untuk
keberhasilan penelitian melalui laporan-laporan ilmiah,
buku, majalah, koran, dan sebagainya.
d. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan pelengkap dari
penggunaan wawancara dan observasi dalam penelitian
kualitatif. Dokumen yang peneliti peroleh bisa didapat
dari foto-foto, internet, kepustakaan, artikel dan buku-
buku.
5. Teknik Analisis Data
Setelah mengamati dan mendapatkan berbagai data
yang dibutuhkan, selanjutnya peneliti melakukan analisis
data dimana penulis melakukan tiga tahapan yakni data
reduction, data display dan conclusion. Analisis data
kualitatif ini dilakukan secara bersamaan dengan proses
pengumpulan data berlangsung, artinya kegiatan tersebut
dapat dilakukan selama dan sesudah pengumpulan data.
G. Tinjauan Pustaka
Dalam penelitian ini penulis meneliti strategi
komunikasi pembinaan kader dakwah dimana penelitian ini
10
ingin mengetahui dan menjelaskan bagiamana startegi
komunikasi yang baik dalam pembinaan kader dakwah.
Selanjutnya, untuk menghindari unsur plagiat, maka dari
pengamatan literatur yang ada, peneliti menemukan beberapa
penelitian yang sedikit memiliki kesamaan yaitu:
1. Skripsi Mahasiswa Jurusan Komunikasi dan Penyiaran
Islam UIN Jakarta, Tri Prasetyo Aprianto yang berjudul
“Strategi Komunikasi Penyuluhan Pada Pembinaan
Mu‟alaf Di Yayasan An-Naba‟ Center Sawah Baru
Ciputat”. Dalam penelitian tersebut terdapat perbedaan
Pada subjek penelitiannya dan Persamaan pada objek
penelitiannya.
2. Skripsi Mahasiswa Jurusan Komunikasi dan Penyiaran
Islam UIN Jakarta, Abu Rizal Hasan yang berjudul
“Strategi Komunikasi Yayasan Irena Center Dalam
Membina Muallaf”. Dalam penelitian tersebut terdapat
perbedaan pada subjek peneltiannya dan Persamaan pada
objek penelitiannya.
3. Skripsi Mahasiswa Jurusan Komunikasi dan Penyiaran
Islam UIN Jakarta, Sinta Sulistyoningrum yang berjudul
“Strategi Komunikasi Yayasan Hijab Indonesia Cinere
Depok Dalam Merekrut Anggota”. Dalam penelitian
tersebut terdapat perbedaan pada subjek peneltiannya dan
Persamaan pada objek penelitiannya.
11
H. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan ditujukan untuk memudahkan
pemahaman tentang penelitian ini, maka penelitimembagi
skripsi ini menjadi lima bagian yang terdiri dari bab per bab,
yang berkaitan dan merupakan satu kesatuan yang utuh dari
skripsi ini. Adapun sistematika penelitiannya sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab pendahuluan yang meliputi latar
belakang masalah, batasan masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan
sistematika penulisan.
BAB II KAJIAN TEORI DAN KONSEPTUAL
Dalam bab ini dibahas tinjauan teoritis yang
meliputi penjelasan tentang teori-teori yang
mendasari permasalahan pada penelitian untuk
digunakan dalam penulisan skripsi yang bertujuan
untuk menganalisa dan merancang sistem yang
diperoleh dari berbagai sumber referensi seperti
buku-buku yang bersangkutan, jurnal, artikel dan
data-data dari internet yang jelas sumbernya.
Landasan fokus pada skripsi ini yaitu pengertian
strategi komunikasi, pengertian mualaf, konsep
pengkaderan mualaf
BAB III GAMBARAN UMUM
Dalam bab ini dibahas tentang latar belakang
berdirinya Yayasan Dakwah Mualaf dan
12
perkembangannya hingga saat ini, struktur
organisasi Yayasan Dakwah Mualaf dan program-
program Yayasan Dakwah Mualaf.
BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
Dalam bab ini dijelaskan tentang hasil temuan dan
analisis data yang diperoleh dari Yayasan Dakwah
Mualaf tentang penerapan strategi komunikasi
Yayasan Dakwah Mualaf dalam pembinaan kader.
BAB V PENUTUP
Dalam bab ini ditarik kesimpulan dari pembahasan
dan hasil penelitian, serta memberikan saran
sebagai bahan pertimbangan.
13
BAB II
KAJIAN TEORI DAN KONSEPTUAL
A. Strategi
1. Pengertian Strategi
Menurut bahasa yunani, yaitu strogos strategi
diartikan sebagai “seni berperang”. Strategi dalam
mencapai tujuannya memiliki skema-skema. Yang mana
dapat diartikan bahwa alat yang digunakan untuk
memenuhi suatu tujuan adalah strategi. Selain itu strogos
juga dapat diartikan sebagai memimpin, maksudnya alat
dalam membuat rencana-rencana untuk menaklukan
musuh atau memenangkan peperangan yang digunakan
oleh para jenderal.
Selain itu strategi di dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia mempunyai arti (1)ilmu dan seni menggunakan
semua sumber daya bangsa(-bangsa) untuk melaksanakan
kebijaksanaan tertentu dalam perang dan damai; (2) ilmu
dan seni memimpin bala tentara untuk menghadapi musuh
dalam perang , dalam kondisi yang menguntungkan:
sebagai komandan ia memang menguasai betul seorang
perwira di medan perang; (3) rencana yang cermat
mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus; (4)
tempat yang baik menurut siasat perang.1
“pada hakikatnya strategi merupakan perencanaan
dan manajemen untuk mencapai suatu tujuan, tatapi
1 KBBI Online, diakses pada 27 mei 2020
http://kamusbahasaindonesia.org/strategi
14
strategi tidak sebagai hanya penunjuk arah saja tetapi
harus menunjukan bagaimana taktik oprasionalnya dalam
mencapai tujuan.”2 Dari pendapat tersebut dapat diartikan
bahwa di dalam strategi perencanaan konseplah yang
benar-benar ia fokuskan, bukan berarti statemen tersebut
bias diartikan strategi adalah sebagai alat, tetapi dalam
mencapai tujuan, rumusan perencanaan strategi haruslah
menggunakan taktik.
Dalam focus strategi, yang harus kita perhatikan
adalah focus kepada masalah-masalah yang ditemukan
dari peristiwa yang di tafsir berdasarkan konteks
kekuatan, yang selanjutnya memperhitungkan pilihan,
menganalisa berbagai kemungkinannya, dan untuk
mencapai tujuanya harus dapat menentukan langkah apa
yang akan diambil.
2. Tahapan-tahapan Strategi
Menurut Fred R. David strategi tidak hanya
membutuhkan perumusan konsep dan implementasi saja
tetapi juga membutuhkan evaluasi dari strategi tersebut
untuk menentukan berhasil tidaknya strategi yang telah
dijalankan tersebut.
Ada tiga tahapan strategi, yaitu:
a. Formulasi strategi (strategy formulation)
Langkah pertama yaitu merumuskan strategi yang
akan dilakukan, termasuk didalamnya adalah
2 Onong Uchjana Effendyn, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999), h.32
15
pengembangan tujuan, mengidentifikasi peluang dan
ancaman eksternal, menentukan kekuatan dan
kelemahan secara internal, menetapkan suatu
objektifitas, memulai strategi alternatif dan memilih
strategi untuk dilaksanakan.
Di dalam perumusan strategi juga di tentukan
suatu sikap untuk memutuskan, memperluas,
menghindari atau melakukan suatu proses kegiatan.
perencanaan (plan) adalah tindakan yang akan di
ambil setelah memperoleh hasil penelitian (diagnose).
Perencanaan yang dimaksud adalah perencanaan
komunikasi. Dengan demikian, diperlukan strategi
tentang pemilihan atau penentuan sumber
(komunikator), pesan, media, sasaran (segmen), dan
efek yang diharapkan.
Perumusan strategi adalah proses memilih
tindakan utama (strategi) untuk mewujudkan misi
organisasi. Proses untuk mengambil keputusan untuk
menetapkan strategi seolah-olah merupakan
konsekuensi mulai dari penetapan visi-misi, sampai
terealisasinya program. Dalam rumusan strategi
termasuk di dalamnya adalah pengembangan tujuan,
mengenali peluang dan ancaman eksternal,
menetapkan kekuatan dan kelemahan secara internal,
menetapkan suatu objektifitas, menghasilkan strategi
alternatif dan memilih strategi untuk dilaksanakan.
16
Dalam merumuskan strategi, langkah yang perlu
diambil pertamakali adalah menentukan
pengembangan tujuan, menghitung peluang dan
ancaman eksternal dan taklupa menentukan
objektifitas. Selain itu juga di tentukan bagaimana
sikap kita dalam memutuskan,
memperluas,menghindari, ataupun melakukan
keputusan pada saat kegiatan berlangsung.3
b. Implementasi Strategy (Strategy Implementation)
Tahap kedua adalah melaksanakan strategi yang
telah di rumuskan sebelumnya.di tahap ini sangat
dibutuhkan komitmen-komitmen dan kerjasama
semua anggota yang tergabung didalam organisasi
yang bersangkutan.
Implementasi strategi adalah sebuah proses yang
manan strategi dan kebijakan diarahkan kedalam
tindakan melalui pengembangan program, anggaran,
dan prosedur. Proses ini memerlukan perubahan
dalam budaya, struktur, dan system manajemen pada
seluruh organisai atau perusahaan .4
Menurut Kaplan dan Norton (2001), terdapat
factor-faktor yang mempengaruhi efektifitas
implementasi strategi, diantaranya: Visi dan strategi
tidak Actiontable, Strategi tidak terhubung kealokasi
3 Fred David, Manajemen Strategi Konsep Pemasaran, (Jakarta, PT.
Prehalindo, 1998), h.5-6 4 Ridwan, “Formulasi, implementasi dan evaluasi strategi dalam
penyusun Business plan pada PT. Bosowa Propertindo: h. 158
17
sumberdaya perusahaan dan strategi tidak tehubung
kealokasi sumber daya perusahaan dan strategi tidak
terhubung dengan tim departemen dan individu,
selain itu, factor yang mempengaruhi efektifitas
implementasu strategi yaitu, budaya organisasi,
struktur organisasi, kesiapan sumber daya manusia
dan aplikasi system informasi dan teknologi.5
c. Evaluasi Strategi (Strategy Evaluating)
Setelah Perencanaan dan implementasi strategi,
maka tiba di tahap akhir, yaitu tahap evaluasi
implementasi strategi. Tahap ini mempunyai tujuan
untuk mengukur seberapa besar keberhasilan tersebut
dalam mencapai tujuan, yang nantinya akan menjadi
sebuah tolak ukur untuk strategi yang akan dilakukan
di masa depan dalam suatu organisasi. Di tahap ini
maka dapat di tentukan sasaran-sasaran yang mana
dinyatakan “tercapai”.
Terdapat 3 langkah evaluasi strategi, diantaranya:
1. Memperhatikan faktor baik itu eksternal maupun
internal yang menjadi dasar dari strategi.
2. Mengukur prestasi (mengukur realita dari
ekspektasi yang sebelumnya diharapkan). Dalam
mengukur prestasi, dapat dilakukan dengan cara,
emnganalisis rencana-rencana, melakukan
evaluasi prestasi pada tiap individual, dan
5 Ridwan, “Formulasi, implementasi dan evaluasi strategi dalam
penyusun Business plan pada PT. Bosowa Propertindo: h. 246
18
membaca kemajuan –kemajuan yang telah
disusun menuju pencapaian sasaran yang ada.
Kriteria harus disertai dengan data yang dapat
diukur dan dapat dibuktikan dan mengungkapkan
apa yang terjadi sebenarnya.
3. Mengambil tindakan korektif aktifitas perumusan
strategi, implementasi dan evaluasi terjadi di tiga
tingkat hirarki dalam organisasi yang besar,
korporasi, divisi atau unit bisnis dan fungsional.6
B. Komunikasi
1. Pengertian Komunikasi
Secara etimologi kata atau istilah komunikasi belajar
dari bahasa latin yaitu communicate yang memiliki arti
memberitahukan, kemudian kata itu berkembang ke dalam
bahasa inggris yaitu communication yang berarti proses
pertukaran informasi, konsep, ide, gagasan, perasaan dan
lain-lain antara dua orang atau lebih. Sederhananya
komunikasi adalah proses pengiriman pesan atau simbol-
simbol yang mengandung arti dari seorang sumber
(komunikator) kepada seorang penerima (komunikan)
dengan tujuan tertentu.7
Sedangkan secara terminologi, komunikasi adalah
proses penyampaian pesan dari seseorang kepada orang
6 Ridwan, “Formulasi, implementasi dan evaluasi strategi dalam
penyusun Business plan pada PT. Bosowa Propertindo: h. 246 7 Santoso Aw, komunikasi Sosial Budaya, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2010) h. 2.
19
lain, dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa
komunikasi adalah proses penyampaian pesan yang
melibatkan sejumlah orang, di mana seseorang
menyampaikan pesan kepada orang lain.8
C. Strategi Komunikasi
1. Pengertian Strategi Komunikasi
Menurut Onong Uchjana Effendy menyebutkan bahwa
strategi komunikasi pada hakekatnya adalah panduan dari
perencanaan komunikasi (communication planning) dan
manajemen komunikasi (management communication) untuk
mencapai suatu tujuan. Namun untuk mencapai tujuan
tersebut strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya
menunjukan bagaimana teknik operasionalnya dalam arti
bahwa pendekatan dapat berbeda sewaktu-waktu bergantung
pada situasi dan kondisi.9
Menurut Alo Liliweri strategi komunikasi adalah
strategi yang mengartikulasikan, menjelaskan, dan
mempromosikan suatu visi komunikasi dan satuan tujuan
komunikasi dalam suatu rumusan yang baik.10
Unsur terpenting yang harus diperhatikan oleh suatu
organisasi agar strategi komunikasi dapat berjalan dengan
lancar yaitu peran antara komunikator, komunikan dan pesan,
ketiga unsur tersebut dapat membantu jalannya strategi
8 Onong Uchjana Effendyn, Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2004), h.8 9 Onong Uchjana Effendyn, Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2004), h. 29. 10
Alo Liliweri, komunikasi: serba ada serba makna, (Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2011), h.240
20
komunikasi agar terciptanya komunikasi yang efektif.
Apabila dalam proses komunikasi muncul faktor penghambat
dan perubahan, maka komunikator harus dapat mengambil
langkah dan tindakan secara tepat, agar strategi yang sudah
direncanakan dapat tercapai. Pemilihan strategi merupakan
langkah yang krusial dan memerlukan penanganan secara
hati-hati dalam perencanaan komunikasi. Karena jika
pemilihan strategi keliru maka hasil yang diperoleh tidak akan
sesuai dan akan menghambat serta menimbulkan kerugian
baik dari segi waktu, materi dan juga tenaga.11
D. Pembinaan Kader Dakwah
1. Pembinaan
Menurut kamus besar bahasa indonesia, pembinaan
adalah pembahuruan usaha dan tindakan yang dilakukan
secara berdaya guna demi mendapatkan hasil yang baik.
Sedangkan pembinaan menurutZakiah Darajat adalah
upaya baik formal maupun nonformal yang dilaksanakan
secara sadar, berencana dan terarah, dalam rangka
memperkenalkan, menumbuhkan yang seimbang dan
selaras. Menambah dan meningkatkan pengetahuan
kearah peningkatan martabat dan mutu serta kemampuan
manusia yang optimal.12
2. Kader
11
Hafied Cangara, perencanaan dan strategi komunikasi (Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, 2003), h. 34 12
Zakiah Darajat, Ilmu Jiwa dan Agama (Jakarta: Bulan Bintang,
1979), h. 38
21
Kader pada mulanya adalalh suatu istilah militer atau
perjuangan yang berasal dari kata carde yang artinya
adalah pembinaan yang tetap pada sebuah pasukan inti
yang dapat dipercaya dan sewaktu-waktu diperlukan.13
Kader dalam kamus ilmiah populer merupakan orang
yang dididik untuk menjadi pelanjut dari tongkat estafet
suatu partai atau organisasi: tunas muda.14
Dalam kamus
induk istilah ilmiah dikatakan bahwa kader adalah
generasi penerus atau pewaris di masa depan.15
Dalam kata lain kader adalah orang yang diharapkan
akan memegang pekerjaan penting dalam organisasi.
Dalam perjuangan umat islam diperlukan kader inti, kader
inti ini adalah yang setia pada cita-citanya dan tidak mau
tergoda dengan urusan dunia apapun.16
3. Dakwah
Dilihat dari segi bahasa, kata dakwah berasal dari kata
Arab da‟wah, merupakan bentuk mashdar dari kata kerja
da‟a(madli), yad‟u(mudlari‟), berati seruan, ajakan atau
panggilan. Sedangkan menurut istilah dakwah dapat
13
Nanang Fattah, landasan manajemen pendidikan, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2000), h. 54-56 14
Pius A. Partanto, M.Dahlan Al-Barry, kamus ilmiah
populer,(Surabaya: Arloka, 1994), h.293-294 15
M. Dahlan Al-Barry, L. Lya Sofyan Yacub, Kamus Induk Istilah
Ilmiah; Seri Intelektual, (Surabaya: Target Press, 2003), h. 349 16
M. Dahlan Al-Barry, L. Lya Sofyan Yacub, Kamus Induk Istilah
Ilmiah; Seri Intelektual, (Surabaya: Target Press, 2003), h. 33
22
diartikan ajakan kepada jalan kebenaran yaitu jalan
Tuhan.17
Setelah kita mengetahui makna dakwah menurut
bahasa, maka di dalam bahasan penelitian ini yang
menjadi fokus adalah dalam arti mengajak dan menyeru.
Dalam pengertiannya, dakwah merupakan suatu
proses yang berkesinambungan yang ditangani oleh para
pengemban dakwah untuk mengubah sasaran dakwah agar
bersedia masuk ke jalan Allah, dan secara bertahap
menuju peri kehidupan yang Islami. Suatu proses yang
berkesinambungan adalah suatu proses yang bukan
insidental atau kebetulan, melainkan benar-benar
direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi secara terus
menerus oleh para pengemban dakwah dalam rangka
mengubah perilaku sasaran dakwah sesuai dengn tujuan-
tujuan yang telah dirumuskan.18
a. Unsur-Unsur Dakwah
Dalam berdakwah selalu terdapat unsur-unsur dakwah
yang selalu melekat didalam kegiatan dakwah itu sendiri,
sehingga tujuan dakwah dapat tercapai. Unsur-unsur
dakwah diantaranya adalah:
17
Ismail. Op.Cit. hlm: 144-146 18
M. Munir, Metode Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2006), h. Ix
23
1. Da‟i
Dai adalah penyeru dakwah, sebagai penyambung
dakwah yang dilakukan Rasul, seorang da‟i memiliki
tugas dan amanah untuk mengajak umat kepada
kebaikan dan mencegah kemungkaran.
Pelaku dakwah dibagi menjadi dua yaitu
Wajib‟ain dan Wajib Kifayah. Wajib ain adalah
aktifitas dakwah yang tidak memerlukan persyaratan
ilmu. Dakwah dalam bentuk demikian dapat dilakukan
oleh setiap muslim, misalnya amar ma‟ruf nahi
munkar. Wajib Kifayah adalah dakwah yang
memenuhi syarat untuk dilaksanakan secara
profesional, oleh karena itu sebaiknya dibekali dengan
syarat ilmu dan iman yang baik.
2. Mad‟u
Mad‟u adalah Isim Ma‟ful (objek penderita) dari
kata da‟a – yad‟u. ada-pun artinya dalam istilah adalah
orang yang dIsampaikan kepadanya dakwah orang
yang didakwahi), Mad‟u ini mungkin juga diartikan
“manusia” secara mutlak, dekat atau jauh, muslim
atau non muslim, laki-laki atau perempuan, dan
sebagainya.19
3. Maddah (materi dakwah)
Maddah merupakan pesan dakwah, yaitu isi yang
disampaikan oleh da‟i sebagai orang yang
19
Syekh Muhammad Abu Al-Fatah Al-Bayanuniy, Ilmu Dakwah
(Jakarta: Akademia, 2010), h. 37.
24
menyampaikan kepada mad‟u. secara umum
sebenarnya materi dakwah tercakup dalam Al-Quran
dan Al-Hadits. Dengan demikian ajaran islam yang
termuat di dalam kedua kiitab tersebut sebagau
rumusan secara Kaffah tentang materi dakwah.20
Moh. Ali Aziz berpendapat bahwa materi dakwah
dapat dikelompokan menjadi:
a) Aqidah
b) Syariah
c) Muamalah
d) Akhlaq
b. Macam-macam Metode Dakwah
Ada beberapa metode yang dapat dilakukan oleh
seorang Da‟i dalam berdakwah, antaralain yaitu
dengan dakwah bi Al-Hikmah, dakwah Al-Mauidzatil
Hasanah, dan dakwah bi Al-Mujadalah.
ادع إلى سبيل ربك بالحكمة والمىعظة الحسنة وجادلهم بالتي هي
:أحسه إن ربك هى أعلم بمه ضل عه سبيله وهى أعلم بالمهتديه النحل
125
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu
dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan
bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-
20
Sjahroni A.j, Teknik Pidato Dalam Pendekatan Dakwah, (Surabaya:
Dakwah Digital Press, 2008), h. 3.
25
Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang
yang mendapat petunjuk”.
Dari ayat diatas dapat diketahui bahwa terdapat
tiga metode dakwah antara lain:
1) Al-hikmah
Metode dakwah Al-hikmah adalah metode
dakwah yang dilakukan dengan perkataan yang
tegas dan benar (membedakan antara mana yang
hak dan mana yang bathil). Kata hikmah jika
diartikan secara makna aslinya adalah mencegah.
Jika dikaitkan dengan hukum berarti mencegah
dari kezaliman, dan jika dikaitkan dengan dakwah
maka diartikan menghindari hal-hal yang kurang
relevan dalam melakukan tugas dakwah.
Menurut al-Kasysyaf syekh Zamarkhsyari,
al-hikmah adalah perkataan yang pasti benar. Ia
adalah dalil yang menjelaskan kebenaran dan
menghilangkan keraguan atau kesamaran. Lalu
syekh Zamarkhsyari juga mengatakan bahwa
hikmah diartikan sebagai Al-Quran akni ajaklah
mereka (manusia) mengikuti kitab yang memuat
hikmah.
Al-hikmah merupakan kemampuan da‟i
dalam menjelaskan doktrin-doktrin Islam serta
realitas yang ada dengan argumentasi logis dan
bahasa komunikatif.
26
Ditinjau dari kajian usul fiqh istilah
hikmah dibahas ketika ulama usul membicarakan
sifat-sifat yang dijadikan ilat hukum. Dan pada
kalangan terekat hikmah diartikan sebagai
pengetahuan tentang rahasia Allah SWT. 21
2) Al-Mau‟izhatil al-Hasanah
Secara bahasa Mau‟idzat berasal dari kata
wa‟adzaya‟idzu-wa‟dzan-„idzatan yang berarti
nasihat, bimbingan, pendidikan dan peringatan.22
Sementara hasanah merupakan kebalikan dari
sayyi‟ah yang artinya kebalikan dari sayyi‟ah yang
artinya kebaikan lewannya kejelekan.
Apabila kita telusuri arti dari Mau‟adzatul
hasanah, akan kita dapatkan artinya yaitu kata-kata
yang masuk ke dalam kalbu dengan penuh kasih
sayang dan kedalam perasaan dengan penuh
kelembutan, tidak membongkar atau memberikan
kesalahan orang lain sebab kelemah-lembutan
dalam menasehati sering kali dapat meluluhkan
hati yang keras.lebih mudah melahirkan kebaikan
dari pada larangan dan ancaman
3) Al-Mujadalah Bi-al-Lati Hiya Ahsan
Dari segi bahasa kata mujadalah terambil
dari kata “Jadalah” yang bermakna memintal,
21
Munzier Supatra, Harjani hefni, Metode Dakwah, (Jakarta: kencana
, 2003), h. 8 22
Lois Ma‟ruf, Munjid fi al-Lughah wa A‟lam (Beirut: Dar Fikr,
1986), h. 907.
27
melilit. Apabila ditambahkan alif pada huruf jim
yang mengikuti faa ala, “jaa dala” dapat bermakna
berdebat, dan “mujadalah” perdebatan.23
Pengertian Al-mujadalah (al-Hiwar) dari
segi istilah, berarti upaya tukar pendapat yang
dilakukan oleh dua pihak secara sinergis, tanpa
adanya suasana yang mengharuskan lahirnya
permusuhan di antara keduanya.24
Menurut Sayyid Muhammad Thantawi
adalah, suatu upaya yang bertujuan untuk
mengalahkan pendapat lawan dengan menyajikan
argumentasi dan bukti yang kuat.
Menurut tafsir an-Nasafi, kata tersebut
mengandung arti sebagai berikut:
“Berbantahlah dengan baik yaitu dengan
jalan yang sebaik-baiknya dalam bermujadalah,
antara lain dengan perkataan yang lunak, lemah
lembut, tidak dengan ucapan yang kasar atau
dengan menggunakan sesuatu (perkataan) yang
bIsa menyadarkan hati, membangunkan jiwa dan
menerangi akal pikiran, ini merupakan penolakan
bagi orang yang enggan melakukan perdebatan
dalam agama.”
23
Ahmad Warson Al-Munawwir, Al-Munawwir, Cetakan Ke-14.
(Jakarta: Pustaka Progresif, 1997), h. 175 24
Munir M, Metode Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2006) h. 18
28
Dari paparan di atas maka dapat kita ambil
kesimpulan bahwa Al-Mujadalah merupakan tukar
menukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak
secara sinergi, yang tidak melahirkan permusuhan
dengan tujuan agar lawan menerima pendapat
yang diajukan dengan memberikan argumentasi
dan bukti yang kuat.
Dari uraian tersebut pembinaan kader
dakwah dapat diartikan sebagai usaha yang
dilakukan dalam rangka mendidik, membina untuk
meningkatkan pengetahuan seseorang untuk
melanjutkan estafet dakwah yang bertujuan untuk
mengajak seseorang menuju jalan kebenaran.
Unsur Pembinaan dalam kader dakwah:
a. Materi
b. Pembina/Pembimbing
c. Peserta, yaitu calon kader dakwah
d. Metode
E. Yayasan Mualaf
1. Yayasan
Yayasan adalah suatu badan hukum yang didirikan
dengan memperhatikan persyaratan formal yang
ditentukan dalam undang-undang yang mempunyai
29
maksud dan tujuan bersama yang bergerak dibidang
sosial, keagamaan dan kemanusiaan. 25
2. Mualaf
Dari segi bahasa kata mualaf berasal dari bahasa
Arab allafa yang berarti jinak, takluk dan luluh. Kata ini
dapat diartikan bahwa mualaf adalah orang yang
dilunakkan hatinya oleh Allah.26
Sedangkan dalam
pengertian Islam, mualaf digunakan untuk menunjuk
seseorang yang mulanya kafir dan baru masuk agama
Islam.27
Dalam fikih sunnah juga dapat dikatakan bahwa
mualaf adalah orang yang membutuhkan rangkulan dan
bimbingan serta diteguhkan hatinya dalam keislaman
dikarenakan mereka belum memiliki kemantapan dalam
hal keimanan.28
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas mualaf
dapat disimpulkan sebagai seseorang yang dikatakan
lemah hatinya dalam keyakinan terhadap agama Islam,
pengertian umumnya adalah orang yang baru masuk
Islam. Mualaf membutuhkan bimbingan khusus dari umat
Islam dalam pemenuhan agama Islam bagi diri mualaf itu
25
Wikipedia Online, “yayasan” artikel diakses pada 20 mei 2020 dari
https://id.wikipedia.org/wiki/Yayasan 26
Harun Nasution dkk, Ensiklopedi Islam Indonesia (Jakarta:
Djambatan, 1992), h. 130. 27
Achmad Roestandi, Ensiklopedi Dasar Islam (Jakarta: PT.
Pradaya Paramita, 1993), h. 173 28
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah (Bandung: Al-Ma‟arif, 1996), h. 96.
30
sendiri agar semakin memahami dan mendalami agaran-
ajaran islam untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari
dan bimbingan itu juga sangat dibutuhkan guna
memantapkan keyakinannya sehingga tidak kembali
goyah keimanannya.
31
BAB III
GAMBARAN UMUM YAYASAN DAKWAH MUALAF
A. Sejarah Yayasan Dakwah Mualaf
Yayasan dakwah mualaf di dirikan pada tanggal 31 maret
2003, pada mulanya yayasan tersebut bernama “birrul
walidain” yang berlokasi di kelapa dua Depok. Yayasan ini
didirikan oleh ustad Insan LS Mokoginta, Yayasan ini
bergerak di bidang dakwah yang menggunakan pendekatan
islamologi dan kristologi. Yayasan ini berpusat di jakarta dan
memliki cabang di Sulawesi Utara yang mana mayoritas
penduduknya adalah non muslim.
Pada bulan mei 2016 yayasan birrul walidain mengganti
namanya menjadi yayasan dakwah mualaf, alasan mengapa
yayasan tersebut berganti nama adalah antara lain karena
ingin mengganti kepengurusan yang lama dengan yang baru
karena pengurus yang lama banyak yang sudah meninggal
dunia, alasan yang lain adalah karena kurangnya kegiatan dari
yayasan birrul walidain tersebut serta yayasan tersebut belum
memiliki npwp, meskipun yayasan tersebut sudah terdaftar
namun dianggap belum resmi karena yayasan tersebut tidak
melapor untuk menghindari membayar pajak. Oleh karena itu
yayasan birrul walidain akhirnya secara resmi mengganti
nama menjadi yayasan dakwah mualaf dengan SK.
MENKUMHAM : Nomor AHU-0039302.AH.01.04. Tahun
2016.
32
Ustad Insan LS Mokoginta selaku pendiri dari Yayasan
Dakwah Mualaf sendiri adalah seorang mualaf, pada tahun
1949 beliau terlahir dengan agama islam, namun beliau tidak
mendapatkan syariat islam sedari kecil dari orang tuanya,
Kedua Orang tua beliau beranggapan bahwa semua agama itu
benar dan sama maka menurut mereka agama bukanlah hal
yang penting, oleh karena itu anak-anaknya dibebaskan untuk
memilih sendiri agamanya saat sudah dewasa nanti. Beliau
resmi memeluk agama katolik setelah di baptis pada tahun
1963. Pada tahun 1976 beliau hijrah ke jakarta dan bertemu
dengan keluarga islam yang taat, saat itulah beliau mulai
mendapatkan syariat islam, beliau pun merasa agama islam
sangat berpengaruh dan jauh lebih baik dari agama katolik
yang selama ini ia yakini. Lalu beliau mulai mempelajari
lebih dalam tentang Al-Quran dan membandingkannya
dengan alkitab. Pada akhirnya beliau mengucapkan dua
kalimat syahadat dan resmi memeluk agama islam.
Sebelum menjadi juru dakwah ustad Insan LS Mokoginta
sempat menulis buku tentang kristologi yang mana dinilai
bermanfaat untuk orang-orang yang sedang mencari
kebenaran, khususnya umat kristiani. Setelah itu barulah
beliau mulai tampil di depan umum dan semakin
meningkatkan aktifitas dakwahnya.
Tujuan dari Ustad Insan LS Mokoginta mendirikan
yayasan Dakwah Mualaf adalah dikarenakan ia merasa bahwa
misionaris kristenisasi semakin marak dan sulit untuk
dibendung, dan beliau juga merasa bahwa perlu adanya
33
penerus berupa kader-kader dari yayasan tersebut untuk terus
berjuang dalam membentengi islam dari kristenisasi dan
pemurtadan.
B. Program Yayasan Dakwah Mualaf
1. Program Pembinaan Mualaf
Program pembinaan mualaf ini lebih dikhususkan
untuk para mualaf-mualaf yang baru saja masuk Islam,
kegiatan yang dilakukan antara lain seperti sholat,
mengaji, berpuasa dan lain-lain. Tujuan dari program ini
adalah untuk membuat para mualaf yang baru saja masuk
islam agar mereka dapat mengenal dan mempelajari islam
lebih dalam lagi, serta untuk lebih mendekatkan diri
kepada Allah SWT. Ekonomi dan juga bantuan
pendidikan yang seperti beasiswa.
2. Memberi Bantuan Kepada Mualaf
Program ini merupakan program bantuan yang
diberikan kepada para mualaf yang kurang mampu,
bantuan yang diberikan berupa bantuan
3. Pengkaderan Dai Dakwah
Program ini dilakukan dengan cara menyeleksi
mualaf-mualaf yang telah dibina yang dianggap telah
memiliki potensial yang mana untuk dijadikan Da‟i untuk
berdakwa kepada non muslim, karena setelah melewati
tahap pengkaderan lalu saat mereka nantinya bertemu
34
dengan non muslim, mereka akan terbiasa dan tidak perlu
melakukan penyesuaian dengan lingkungannya.
Walaupun begitu, pihak yayasan juga tetap akan
menerima non mualaf untuk dijadikan kader, namun tetap
di proritaskan kepada mualaf. Selama Yayasan Dakwah
Mualaf ini berdiri sudah ada lima puluh sampai enam
puluh orang yang telah mengikuti pelatihan kader setiap
bulannya dengan diantaranya Mualaf dan Non Mualaf.
Tidak ada syarat khusus untuk mengikuti program ini
yang terpenting adalah mualaf atau nonmualaf(muslim),
bersungguh-sungguh dalam mengikuti ajaran islam dan
bersedia mengikuti program-program Yayasan Dakwah
Mualaf.
C. Struktur Organisasi Yayasan Dakwah Mualaf
Struktur organisasi dalam suatu lembaga atau
organisasi mempunyai peran yang sentral. Adapun struktur
organisasi Yayasan Dakwah Mualaf seperti di bawah ini :
35
BAB IV
DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Formulasi Strategi (Strategy Formulation)
Seperti yang penulis telah bahas sebelumnya, bahwa
saat merumuskan strategi kita harus mengetahui
pengembangan tujuan, mengidentifikasi peluang-peluang
yang ada, dan dapat memperkirakan ancaman-ancaman
eksternal yang akan di hadapi, menentukan kekuatan dan
kelemahan secara internal, menetapkan objektif yang harus di
capai, membuat strategi alternative dan memilih strategi yang
akan dilaksanakan.
Formulasi strategi yang digunakan oleh Yayasan
Dakwah Mualaf menggunakan pendalaman kitab. “Belajar
Kristologi itu adalah bagian dari memahami islam itu sendiri,
karena dalam Islam itu kita mengenal Rukun Iman, termasuk
Iman kepada kitab-kitab Allah, terus iman kepada Nabi-Nabi
Allah”.1
Dalam penyampaiannya Para Da‟I diajarkan bertindak
dengan menyentuh dan menyejukan hati agar pesan dakwah
dapat diterima sasaran, sehingga dampak perubahannya akan
terasa.
Da‟I memiliki perencanaan-perencanaan yang harus
dilakukan sebelum turun kelapangan. Da‟I nantinya akan
1 Ratna Sari, ”Peran Ustad Abu Deedat Syihab Dalam Mengantisipasi
Gerakan Pemuradan Melalui FAKTA (Forum Gerakan Pemurtadan),” (Skripsi
S1 Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta,
2008), h, 42
36
dihadapkan dengan 2 hal yaitu wajib dakwah yang mana itu
harus dilakukan dan kemerdekaan beri‟tiqad yang harus
dihormati.2 Dalam persiapan tersebut Yayasan Dakwah
Mualaf Menekankan 3 formulasi yaitu mempersiapkan mental
Da‟I, formulasi ilmiah serta cara dan adab dalam
berdakwah.3
”untuk para mualaf yang disiapkan untuk menjadi
generasi penerus dalam dakwahnya perlu adanya
kesiapan-kesiapan seperti dalam segi mentalnya
dahulu baru dalam hal keilmuan yang memadai nah
kalo sudah terbentuk barulah bisa memahami
bagaimana adab dan cara berdakwah yang baik itu
bagaimana”
Dalam mempersiapkan mental Da‟I disini maksudnya
adalah, da‟I mampu menjaga ketenangan dan keseimbangan
jiwanya. Formulasi tersebut dilakukan dengan berbagai
macam cara, yaitu bisa dengan mengatur pola hidup sehat,
yang mana sangat berpengaruh terhadap kinerja nanti di
lapangan. Bagaimanapun kesehatan tersebut juga dapat
mempengaruhi seseorang dalam berfikir bahkan emosi pun
mungkin akan tidak stabil apabila kondisi badan sedang
memburuk, dan itu mempunyai dampak kepada sasaran
2 M. Natsir, Fiqhud Dakwah Jejak RIsalah dan Dasar-Dasar
Da‟wah, Cetakan ke-4. (Jakarta: Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, 1978),
h. 132 3 Wawancara Pribadi dengan Ustad Insan Liatief Syaukani Mokoginta
di Kelapa Dua, Depok, 5 September 2019
37
dakwah apakah dakwahnya akan diterima atau tidak. Sangat
berbahaya sekali apabila da‟I bersikap tidak focus
dilapangan.4
Mental dibangun dengan tujuan agar da‟I tidak
bersikap tegang saat mendakwahkan ajaran-ajaran islam.
Karena da‟I dilapangan akan dihadapkan dengan pertanyaan-
pertanyaan yang mungkin akan membingungkan da‟I dalam
menjawabnya. Sangat berbahaya sekali apabila sampai
memberikan informasi yang salah dan bahkan mungkin akan
bersikap lebih memaksakan kehendaknya kepada sasaran
dakwah, dan jelas itu kesalahan yang sangat fatal, karena
akan berdampak mempersulit pesan yang masuk ke mad‟u.
maka da‟I sangat ditekankan untuk bersikap lebih tenang
dalam melakukan dakwahnya dilapangan, hal tersebut dapat
dilakukan dengan usaha terus menerus atau berlatih, karena
dengan berlati penda‟I akan menemukan kemungkinan-
kemungkinan yang akan datang dari proses dakwahnya
dilapangan baik internal maupun eksternal, dan mau tidak
mau sang da‟I harus bisa menyelesaikan permasalahan
tersebut dengan baik dan tenang.
Perasaan sedih dan cemas yang dialami saat
mensyiarkan ajaran-ajaran islam harus dapat diterima dengan
ikhlas, agar dapat menjauhkan diri dari sikap takabur. Jiwa
ikhlas dan merdeka itu yang mempunyai ketenangan dan
4Wawancara Pribadi dengan Ustad Insan Liatief Syaukani Mokoginta
di Kelapa Dua, Depok, 5 September 2019
38
keseimbangan, tempat berkembangnya akhlaq yang bersih
dan sifat-sifat yang positif adalah perbekalan yang tidak boleh
tidak bagi seorang muballigh untuk melakukan tugasnya.5
Selanjutnya, persiapan ilmiah. Disini da‟I dituntut
untuk memahami apa yang akan di dakwahkannya secara
kompleks. Di Yayasan Dakwah Mualaf dilakukan kajian
kristologi rutin tiap rabu secara berkala, yang mana di kajian
tersebut mengkaji kitab injil dan dibuktikan kebenarannya di
al-qur‟an. selain itu da‟I juga dianjurkan untuk mempelajari
Alkitab dan Al-Qur‟an dengan memahami makna yang
terkandung di dalam ayat Alkitab yang dianggap memiliki
banyak sekali kesalahan dan sangat bersifat kontradiktif.
“Pemahaman tentang ajaran ajaran islam tentu saja
sangat dibutuhkan, selain itu juga di haruskan
memahami Al-Qur‟an sebagai pedoman selain itu pula
kami berikan pemahaman tentang ilmu kristologi
dengan menggunakan Al-Qur‟an dan Alkitab.”
Selanjutnya da‟I diharuskan untuk memahami karakter
dari sasaran dakwahnya, contohnya adalah memahami
tingkah laku dan sifat serta latar belakang atau bangsanya.
Selain itu da‟I juga haris memahami corak, kecerdasan,
kepercayaan dan aliran-aliran dari luar yang sedang
mempengaruhi masyarakat tersebut. Contohnya adalah latar
5 M. Natsir, Fiqhud Dakwah Jejak RIsalah dan Dasar-Dasar
Da‟wah, Cetakan ke-4. (Jakarta: Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, 1978),
h. 147
39
belakang dari suku batak yang mempunyai keyakinan yang
tinggi terhadap agama yang dianutnya yaitu Kristen dan
memiliki sifat tempramen sehingga akan lebih sulit menerima
ajaran-ajaran baru.
B. Implementasi Strategi (Strategy Implementation)
Seperti yang penulis telah bahas sebelumnya bahwa
ada tiga program kerja di Yayasan Dakwah Mualaf, yaitu:
Program Pembinaan Mualaf, program bantuan kepada mualaf
dan pengkaderan da‟I dakwah. Di dalam program pembinaan
mualaf dilakukan kegiatan-kegiatan diantaranya adalah
sholat, baca tulis al-Quran yang biasanya dilaksanakan setiap
hari pada pukul 16.00 sampai menjelang maghrib, hal ini
dilakukan karena mualaf belum pernah mempelajari Al-Quran
yang merupakan suatu pedoman dalam islam, serta agar dapat
dengan mudah nantinya memahami program rutin yayasan
dakwah mualaf yaitu kajian kristologi. Selanjutnya disertai
dengan pendalaman akidah islam seperti belajar fiqih dan
tauhid, agar dapat membantu para mualaf dalam menjalankan
ibadahnya.
Selanjutnya ada program kristologi yang dilakukan di
hari rabu. Kajian kristologi merupakan kajian perbandingan
tentang agama islam dan Kristen dengan melalui kitab suci
Al-Quran dan Al-kitab. Program ini dilakukan dengan tujuan
agar para mualaf tidak terjerumus kembali kepada ajaran-
ajaran kristen, karena tidak sedikit mualaf yang kembali ke
ajaran Kristen dikarenakan kurangnya pemahaman-
40
pemahaman dan pengetahuan yang bersifat kontradiktif di
dalam Al-kitab dan sangat mungkin para mualaf akan
dihadapkan dengan pertanyaan-pertanyaan yang berupa
perbandingan-perbandingan antara islam dan Kristen, maka
dari itu Yayasan Dakwah Mualaf sangat perlu memperkuat
keimanan dan akidah para mualaf, untuk melawan kelompok
misionaris yang sedang marak saat ini. Selain para mualaf
kegiatan ini juga diikuti oleh masyarakat umum, seperti
mahasiswa yang membutuhkan kajian kristologi untuk
digunakan sebagai bahan di dalam kegiatan dakwah
kampusnya.
Yang kedua adalah program memberi bantuan kepada
mualaf, beberapa mualaf ada yang sangat membutuhkan
bantuan dikarenakan sebagian dari mereka tidak mendapatkan
bantuan dari sanak saudaranya karena dianggap telah menjadi
minoritas dan memiliki keyakinan yang berbeda, oleh karena
itu dibuatlah program bantuan kepada mualaf ini agar dapat
membantu meringankan para mualaf yang memiliki latar
belakang tersebut. Selain bantuan kepada mualaf Yayasan
Dakwah Mualaf juga membantu masyarakat non mualaf yang
membutuhkan bantuan materi, berupa sembako dan uang.
Selain bantuan berupa materi ada pula bantuan pendidikan
berupa beasiswa yang diberikan kepada para mualaf yang
kurang mampu dan ingin menyelesaikan pendidikannya.
Dana bantuan di dapatkan dari para donatur yang bekerja
sama dengan Yayasan Dawkah Mualaf.
41
“Bantuan di berikan kepada orang-orang terdekat
dulu yang lebih membutuhkan, selain itu juga
bantuannya tidak hanya kepada mulaf saja tetapi
seluruh masyarakat, tetapi lebih di khususkan kepada
mualaf dulu, karna banyak kasus para mualaf ini
dikucilkan dan di asingkan dari keluarga dan
lingkungan jadi kita bantu support.”
Yang ketiga adalah program pengkaderan da‟I dakwah,
meskipun peserta dari program ini dikhususkan untuk para
mualaf namun tidak menutup kemungkinan untuk para non-
mualaf untuk bisa mengikuti program ini, tetapi tetap
memprioritaskan mualaf untuk menjadi kadernya,
dikarenakan para mualaf memiliki latar belakang yang berasal
dari lingkungan yang memiliki mayoritas beragama Kristen
sehingga akan lebih mudah bagi mereka untuk
menyampaikan dakwahnya karena mereka telah mengetahui
bagaimana cara untuk melakukan pendekatan kepada para
non-muslim.
Program ini dilakukan dengan cara menyeleksi
mualaf-mualaf yang telah dibina yang dianggap telah
memiliki potensi yang dianggap cukup untuk dijadikan Da‟i
untuk berdakwa kepada non muslim, karena setelah melewati
tahap pengkaderan lalu saat mereka nantinya bertemu dengan
non muslim, mereka akan terbiasa dan tidak perlu melakukan
42
penyesuaian dengan lingkungannya. Selama Yayasan
Dakwah Mualaf ini berdiri sudah ada lima puluh sampai
enam puluh orang yang telah mengikuti pelatihan kader setiap
bulannya dengan diantaranya mualaf dan non mualaf.
Pada saat pengkaderan calon da‟I juga dilatih untuk
menghadapi non-muslim dengan cara berdebat. Di dalam
debat tersebut terdapat etika berdialog, diantaranya adalah:
kejujuran, thematic dan objektif, argumentatif dan logis. Etika
berdialog ini mempunyai tujuan untuk mencapai kebenaran,
tawadhu dan memberi kesempatan kepada lawan debatnya,
hal tersebut diterapkan berdasarkan pengalaman ustad Insan
Latief Syaukoni Mokoginta selaku ketua yayasan.
“Saya ajarkan ilmu yang saya punya, tentang
bagaimana etika dan cara berdebat, bagaimana cara
berdialog dengan kejujuran, tematik dan objektif,
argumentatif dan logis, Tujuannya supaya mencapai
kebenaran.”
Calon da‟I juga diajarkan bagaimana caranya
berdialog, penguasaan materi di dalam dialog merupakan
suatu hal yang sangat penting dalam menjawab pertanyaan
dari pihak lawan debatnya. Sama seperti yang dilakukan oleh
ustad Insan Latief Syaukoni Mokoginta, beliau selalu
menyampaikan materi yang wajib dikuasai untuk dapat
menjawab segala pertanyaan yang dilemparkan oleh lawan
43
debatnya. Materi-materi tersebut berupa kajian dari empat
Alkitab yaitu Markus, Matius, Lucas dan Yohanes. Para da‟I
diberikan hal-hal yang menjadi kontradiktif didalam keempat
bible tersebut, lalu setelah itu akan dibandingkan dengan Al-
Quran. Oleh karena itu di dalam materi berdialog ini, sangat
penting sekali para da‟I untuk mempersiapkan dan memahami
materi dakwah sehingga dapat bertindak secara professional,
ilmiah dan dapat dipertanggung jawabkan, sehingga
argumennya menjadi sangat kuat dan dapat diterima oleh
mad‟u dan lawan debatnya.
C. Evaluasi Strategi (Strategy Evaluating)
Setelah melalui proses implementasi hal yang
selanjutnya perlu dilakukan adalah proses evaluasi strategi,
proses ini merupakan tahapan akhir dari tahapan strategi
komunikasi. Tahap ini mempunyai tujuan untuk mengukur
seberapa besar keberhasilan tersebut dalam mencapai tujuan,
yang nantinya akan menjadi sebuah tolak ukur untuk strategi
yang akan dilakukan di masa depan dalam suatu organisasi.
Di tahap ini maka dapat di tentukan sasaran-sasaran yang
mana dinyatakan “tercapai”.6
Menurut Fred R. David ada tiga langkah dalam tahapan
evaluasi strategi, yaitu:
1. Memperhatikan faktor baik itu eksternal maupun internal
yang menjadi dasar dari strategi.
6 Fred R David, Manajemen Strategi dan Konsep, (Jakarta:
Perhelindo, 2002), h.3
44
Didalam faktor eksternal dan internal ini memiliki
sifat yang berubah-ubah dikarenakan lingkungan
organisasi terus berkembang dan berubah maka dari itu
hal ini yang perlu diperhatikan secara berkelanjutan,
karena tentu saja sangat berhubungan dengan strategi
yang telah direncanakan, maka perlu dilakukan
identifikasi secara terus menerus apabila terlihat
perubahan dan apakah sudah sesuai dengan strategi yang
digunakan atau memerlukan beberapa penyesuaian di
dalamnya.
Pada tahapan ini ditinjau dari tahapan eksternal
dan internal bahwa di Yayasan Dakwah Mualaf
ditemukan beberapa kendala, yaitu:
Kendala dari faktor internal adalah minimnya
sumber daya manusia dikarenakan tidak semua dari
calon da‟i yang memiliki potensi yang memadai. Para
calon da‟i yang dianggap kurang berpotensi diantaranya
adalah mereka yang kurang mendalami dari materi yang
telah di ajarkan serta ada pula calon da‟i yang belum
memiliki kesiapan mental yang cukup serta minimnya
pengalaman untuk melakukan dakwahnya kepada
madd‟u. karena apabila para calon dai yang masih dirasa
kurang berpotensi dalam segi keilmuan akan sangat
berbahaya apabila mereka (madd‟u) mengalami
kesalahpahaman penafsiran dari materi dakwah yang
disampaikan oleh da‟i. kesiapan mental yang minim
45
dapat menimbulkan kurangnya kepercayaan diri
sehingga dapat mengurangi minat dari madd‟unya.
Kendala selanjutnya dari faktor internal adalah
kurangnya dana yang dimiliki dari yayasan, minimnya
donatur yang membantu Yayasan Dakwah Mualaf ini
menjadi alasan utamanya, dikarenakan kurangnya
sosialisasi tentang program dari Yayasan Dakwah
mualaf ini sehingga belum banyak orang yang
mengetahui terkait program tersebut. Oleh karena itu
sebagian besar dana diperoleh dari pendapatan ustad
Insan selaku ketua yayasan.
Kendala dari faktor eksternal yang terdapat di
lapangan adalah ditemukannya strategi misionaris
berupa pemberian bantuan kepada sasaran dakwah
sehingga banyak sasaran dakwah yang tergoda untuk
bergabung dengan pihak misionaris yang mengakibatkan
sulitnya para da‟i untuk melakukan pendekatan.
2. Mengukur prestasi (mengukur realita dari ekspektasi
yang sebelumnya diharapkan). Dalam mengukur
prestasi, dapat dilakukan dengan cara, emnganalisis
rencana-rencana, melakukan evaluasi prestasi pada tiap
individual, dan membaca kemajuan –kemajuan yang
telah disusun menuju pencapaian sasaran yang ada.
Kriteria harus disertai dengan data yang dapat diukur
dan dapat dibuktikan dan mengungkapkan apa yang
terjadi sebenarnya.
46
Dalam penyampaian materi ilmiah dilakukan
dengan cara mentor mempresentasikan materi ilmiah
kepada para calon da‟i menggunkan media berupa slide
show powerpoint. Metode ini digunakan dalam kajian-
kajian yang ada di yayasan tersebut.
Pembinaan mental dilakukan dengan melakukan
simulasi dakwah dihadapan sesama para dai
menggunakan metode dialog dan tanya jawab. Tujuan
dari pembinaan ini adalah agar para da‟i menjadi
terbiasa dengan pertanyaan-pertanyaan yang
disampaikan oleh audiens, sehingga ketika terjun untuk
berdakwah di hadapan sasaran dakwahnya mental dari
para calon da‟i akan menjadi lebih kuat seiring dengan
berjalannya waktu.
“mental mualaf yang kurang kuat maka kita juga
harus sering mengadakan simulasi-simulasi
dalam berdakwah, semakin sering di latih,
mentalnya akan semakin kuat.”
Yayasan Dakwah Mualaf memperoleh dana
dengan cara mencari donatur melalui sosialisasi pada
majelis ta‟lim yang di adakan yayasan tersebut dan juga
melalui media sosial seperti facebook, whatsapp, dll.
3. Mengambil tindakan korektif aktifitas perumusan
strategi, implementasi dan evaluasi terjadi di tiga tingkat
47
hirarki dalam organisasi yang besar, korporasi, divisi
atau unit bisnis dan fungsional.7
Tahapan terakhir dari evaluasi strategi adalah
membuat tindakan korektif, yang pertama adalah
melakukan koreksi terhadap kegiatan pembinaan ilmiah,
di latar belakangi oleh sulitnya para calon dai memahami
materi yang disampaikan oleh para mentor, dalam
melakukan proses presentasi kedepannya akan
menyertakan visualisasi berupa video yang akan dapat
memudahkan para calon da‟i agar lebih dapat memahami
materi yang disampaikan oleh para mentor. Sehingga
akan sangat memudahkan para calon da‟i dalam
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan
oleh objek dakwahnya. Selain itu dengan lebih
memahami materi yang disampaikan maka akan sangat
berpengaruh terhadap pembentukan mental para calon
da‟i.
Selain dari segi ilmiah mental juga dapat dibangun
dengan melalui pelatihan public speaking dan juga
melalui riset budaya, sehingga para calon da‟i dapat
memperoleh kepercayaan dan dapat diterima oleh
masyarakat setempat.
Dari perencanaan pendanaan ditemukan
kekurangan pada implementasinya sehingga perlu
7 Jurnal berjudul Formulasi, implementasi dan evaluasi strategi dalam
penyusun Business plan pada PT. Bosowa Propertindo, H, 246 oleh ridwan
dan yuli
48
dilakukannya suatu peningkatan pada proses
sosialisasinya. Yayasan Dakwah Mualaf juga akan
mencoba untuk mengikuti perkembangan melalui sosial
media yang saat ini sedang menarik perhatian
masyarakat luas, sehingga proses sosialisasinya dapat
berjalan secara lebih maksimal.
48
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari uraian hasil penelitian yang telah
dilakukan penulis tentang bagaimana strategi komunikasi
pembinaan kader dalam Yayasan Dakwah Mualaf, maka
dapat disimpulkan bahwa di dalam proses perumusan
strategi, Yayasan Dakwah Mualaf menggunakan tiga
formulasi utama, yang pertama adalah bagaimana proses
dalam pembentukan mental dari calon da‟i agar mampu
menjaga keseimbangan dan ketenangan jiwanya dalam
menjalankan dakwahnya dihadapan masyarakat sehingga
tidak terpengaruh oleh hal-hal yang dapat mengurangi tujuan
dari dakwahnya, yang kedua adalah bagaimana Yayasan
Dakwah Mualaf membina para calon dai dengan cara
memberikan pengajaran berupa materi-materi ilmiah
diantaranya adalah materi tentang kajian kristologi dan juga
dengan memahami dan mendalami Al-Quran dan Alkitab
serta berbagai macam pengajaran lainnya sehingga dapat
membantu para calon Da‟i dalam dakwahnya agar dapat
memaksimalkan potensi mereka dalam berdakwah baik
kepada non-muslim maupun sesama muslim dan yang
terakhir adalah dengan memberikan pemahaman tentang cara
dan adab dalam berdakwah kepada sasaran dakwahnya
diantaranya dengan melakukan riset untuk mencari tau latar
belakang dari sasaran dakwahnya, seperti kecerdasan, sifat,
49
tingkah laku, budaya, kepercayaan serta aliran aliran yang
dimiliki.
Kemudian di dalam implementasi strategi pembinaan
mualaf, dilakukan beberapa kegiatan diantaranya adalah
melakukan ibadah shalat dan baca tulis Al-Quran. Selain itu
dilakukan pendalaman materi islam seperti Fiqih dan Tauhid.
Yayasan Dakwah Mualaf juga melakukan kajian rutin
Kristologi, dengan tujuan untuk memperkuat iman dari para
mualaf, sehingga tidak akan mudah terbujuk untuk kembali
ke ajaran sebelumnya. Kajian ini juga dibuka untuk umum
agar masyarakat dapat memahami makna dari ayat Al-Kitab
yang bersifat kontradiktif, sehingga diharapkan dapat
membantu melawan para Misionaris.
Di dalam menjalankan program-program kerjanya,
Yayasan Dakwah Mualaf menggungakan dana yang
didapatkan dari para donatur, yang sosialisasinya dilakukan
dengan melalui sosial media, dan sosialisasi di dalam majelis
ta‟lim. Dana digunakan untuk memberi bantuan kepada para
mualaf dan non mualaf yang membutuhkan.
Terdapat program pengkaderan yang mana berisikan
orang-orang yang berpotensi untuk menjadi Da‟i. calon Da‟i
memiliki latar belakang mualaf dan non-mualaf, tetapi lebih
di prioritaskan mualaf, dikarenakan mereka lebih banyak
memahami seluk beluk agama mereka sebelumnya, sehingga
akan mudah bagi mereka untuk melakukan pendekatan. Para
calon Da‟i juga diajarkan bagaimana cara berdebat dengan
50
menggunakan etika berdialog, diantaranya: kejujuran,
thematik dan objektif, argumentatif dan logis.
Di dalam evaluasi strategi Terdapat 3 tahapan di dalam
evaluasi strategi, yang pertama, yaitu memperhatikan faktor
eksternal dan internal yang menjadi dasar strategi. Kendala
dari faktor internal yaitu, minimnya SDM dikarenakan para
calon da‟i tidak semua memiliki potensi. Kendala lainnya
adalah kurangnya dana dikarenakan kurangkuatnya sosialisasi
program kerja ke masyarakat.
Yang ke dua, mengukur realita dari ekspektasi yang
diharapkan. Pada pembinaan calon dai, proses penyampaian
materi dengan bentuk presentasi slide show, serta simulasi
dakwah dengan menggunakan metode dialog dan tanya
jawab. Selanjutnya dalam pencarian dana dengan melalui
sosialisasi dengan sosial media dan melalui Majelis Ta‟lim
yang diadakan yayasan Dakwah Mualaf.
Tahap ketiga, mengambil tindakan korektif aktifitas
perumusan strategi, implementasi dan evaluasi. Di dalam
kegiatan pembinaan ilmiah, dikarenakan banyak audience
yang kurang faham, maka dilakukan penambahan visual,
sehingga lebih menarik dan lebih mudah di pahami.
Berikutnya mental juga dapat dibangun dengan melalui public
speaking dan riset budaya. Selanjutnya dalam pendanaan,
Yayasan Dakwah Mualaf mencoba mengikuti perkembangan
sosial media yang saat ini sedang menarik minat masyarakat,
sehingga sosialisasi dapat lebih maksimal.
51
B. Saran
Kegiatan pembinaan ilmiah cukup menarik karena
sudah menggunakan visual, tetapi terkesan kurang efektif
karena membutuhkan usaha yang lebih besar dalam membuat
presentasi, dan fokus audience menjadi hanya ke arah
visualnya saja.
Didalam pendanaan dan publikasi, sebaiknya proses
sosialisasi dilakukan secara lebih luas, dikarenakan saat ini
masyarakat telah beralih ke area digital. Dan seharusnya
dibuat branding yang lebih kuat agar dapat menarik perhatian
masyarakat, dan seharusnya dapat lebih konsisten aktif di
media sosial dengan tujuan memperkenalkan program kerja
yang dimiliki Yayasan Dakwah Mualaf ini.
Dalam melakukan perencanaan strategi program kerja
lebih baik kedepannya menggunakan draft strategi dengan
tujuan agar semua yang akan di kerjakan terstruktur dengan
baik, sehingga nantinya akan memudahkan dalam proses
evaluasi dengan melihat poin-poin dari draft tersebut.
52
DAFTAR PUSTAKA
A.J, Sjahroni. Teknik Pidato Dalam Pendekatan Dakwah.
Surabaya: Dakwah Digital Press, 2008.
Al-Bayanuniy, Syekh Muhammad Abu Al-Fallah. Ilmu Dakwah.
Jakarta: Akademia, 2010.
Aw, Santoso. Komunikasi Sosial Budaya. Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2010.
Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif. Jakarta: KENCANA
PRENADA MEDIA GROUP, 2010.
Cangara, Hafied. Perencanaan dan Strategi Komunikasi. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada, 2003.
Dahlan,Al-Barry dan Lya Sofyan Yacub. Kamus Induk Istilah
Ilmiah; Seri Intelektual. Surabaya: Target Press, 2003.
Darajat, Zakiah. Ilmu Jiwa dan Agama. Jakarta: Bulan Bintang,
1979.
David R. Fred. Manajemen strategi konsep. Jakarta: Prenhalindo,
2002.
Effendi, Onong Uchjana. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi.
Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003.
Effendi, Onong Uchjana. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek.
Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999.
53
Effendi, Onong Uchjana. Dinamika Komunikasi. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2004.
Fajar, Mahaeni. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek.
Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009.
Fattah, Nanang. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2000.
Ismail, Ilyas. Paradigma Dakwah Sayyid Quthub. Jakarta:
Penamadani, 2008.
Liliweri, Alo. Komunikasi: Serba Ada Serba Makna. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2010.
Ma‟ruf, Lois. Munjid Fi Al-Lughah Wa A‟lam. Beirut: Dar Fikr,
1986.
Maulana, Ahmad. Kamus Ilmiah Populer. Yogyakarta: Absolut,
2004.
M.Munir. Metode Dakwah. Jakarta: Kencana, 2006.
M.Natsir. Fiqhud Dakwah Jejak Risalah dan Dasar-Dasar
Dakwah, Cetakan Ke-4. Jakarta: Dewan Dakwah
Islamiyah Indonesia, 1978.
Moeloeng, Lexy, J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2001.
Munawwir, Ahmad Warson. Al-Munawwir. Jakarta: Pustaka
Progresif, 1997.
54
Nasution, Harun dkk. Ensiklopedia Islam Indonesia. Jakarta:
Djambatan, 1992.
Partanto, Pius dan M. Dahlan Al-Barry. Kamus Ilmiah Populer.
Surabaya: Arloka, 1994.
Roestandi, Achmad. Ensiklopedia Dasar Islam. Jakarta: PT.
Pradaya Paramita, 1993
Sabiw, Sayyid. Fikih Sunnah. Bandung: Al-Ma‟arif, 1996.
Supatra, Munzier dan Harjani Hefni. Metode Dakwah. Jakarta:
Kencana, 2003.
Sugiono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta,
2010.
Yusuf, Al-Qaradhawi. Retorika Islam. Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar, 2007.
Wawacara pribadi dengan Ustad Insan Latief Syaukani
Mokoginta di Cimanggis, Kelapa Dua, Depok, pada 5
September 2019, Pukul 21.00 WIB.
Ratna Sari, ”Peran Ustad Abu Deedat Syihab Dalam
Mengantisipasi Gerakan Pemuradan Melalui FAKTA
(Forum Gerakan Pemurtadan)”, Skripsi S1 Fakultas
Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri
Jakarta, 2008.
55
Jurnal Berjudul Formulasi, Implementasi dan Evaluasi Strategi
Dalam Penyusun Business Plan Pada PT. Bosowa
Propertindo, Ridwan dan Yuli
Wikipedia Online, “Yayasan” artikel diakses pada 20 mei 2020
dari https://id.wikipedia.org/wiki/Yayasan
56
LAMPIRAN-LAMPIRAN
57
A. Transkip Wawancara
Tanggal Wawancara : 5 September 2019
Tempat Wawancara : Yayasan Dakwah Mualaf
Informan : Ust. Insan Latief Syaukani
Mokoginta
Hasil Wawancara
1. Program apa saja yang ada di dalam yayasan dakwah
mualaf?
Kalo bicara tentang program yang sudah ada
yang pertama itu bagaimana kita membina mualaf,
karena mualaf yang baru masuk islam itu bisa dibilang
masih sangat rapuh, haruslah dibimbing dan diberikan
pemahaman-pemahaman tentang ajaran ajaran islam
karena para mualaf ini masih sangat awam, supaya dapat
mengenal lebih dalam tentang islam dan meningkatkan
keimanan mereka sehingga tidak mudah untuk terjerumus
kembali kedalam pemurtadan, lalu kita bantu juga para
mualaf yang memiliki kekurangan dalam hal materi, tidak
jarang mereka di asingkan oleh keluarga karena memiliki
kepercayaan yang berbeda dari situ mereka akan kita
coba bantu, apabila mereka mau belajar juga kita coba
fasilitasi, kalo para mualafnya sudah dirasa cukup
berpotensi maka akan kita bina untuk menjadi kader
dakwah melalui pengajaran pengajaran yang lebih
mendalam lagi, paling tidak para mualaf ini saya
harapkan bisa melakukan dakwahnya dilingkungan
mereka dulu dan menjadi semakin berkembang, ada juga
58
yang sudah sangat baik dan berpotensi menjadi juru
dakwah yang cakap.
2. Bagaimana strategi yang digunakan dalam yayasan
dakwah mualaf dalam membina para mualaf?
Para mualaf yang baru masuk islam awalnya itu
akan dibina contohnya seperti melalui pemberian materi
mengenai kajian-kajian keislaman untuk meningkatkan
keimanan mereka, kita ajarkan pengenalan dasar
dasarnya dulu, seperti kita ajarkan bagaimana cara
sholat, mengaji, akidah supaya mereka dapat
mengaplikasikannya di kehidupan sehari-harinya.
utamanya bagi para mualaf yang baru saja masuk islam
dapat memantapkan diri mereka dan tidak kembali
kedalam pemurtadan. Yang utamanya adalah
menghindari pemurtadan.
3. Apa saja persiapan yang dilakukan dalam
pengkaderan dai dakwah?
untuk para mualaf yang disiapkan untuk menjadi
generasi penerus dalam dakwahnya perlu adanya
kesiapan-kesiapan seperti dalam segi mentalnya dahulu
baru dalam hal keilmuan yang memadai nah kalo sudah
terbentuk barulah bisa memahami bagaimana adab dan
cara berdakwah yang baik itu bagaimana. sasaran
dakwah juga adalah seluruh umat manusia bukan Cuma
yang islam saja. Sebetulnya Mendakwahi orang kristen
untuk masuk islam itu sungguh amat mudah selama kita
59
mau belajar, ternyata mengajak org untuk memeluk
agama islam itu mudah.
4. Berapa banyak yang sudah mengikuti pengkaderan
dai dakwah ini?
Ya kurang lebih sekitar lima puluh sampai enam
puluh oranglah setiap bulannya.
5. Bagaimana cara untuk membangun mental para
mualaf untuk berdakwah?
Biasanya ini berjalan sendirinya kalo sudah
terbiasa dengan seiringnya berjalan waktu para mualaf
juga akan mendapatkan keteguhan mental dengan
seberapa seringnya mereka melakukan dakwah di tempat
umum juga melatih kepercayaan diri agar dapat bersikap
tenang saat menghadapi berbagai masalah yang di temui
di lapangan. Jadi akan terasah dengan latihan terus
menerus.
6. Jika dari bidang ilmiah dan keilmuan apa saja yang
perlu dipersiapkan?
Pemahaman tentang ajaran ajaran islam tentu
saja sangat dibutuhkan, selain itu juga di haruskan
memahami Al-Quran sebagai pedoman selain itu pula
kami berikan pemahaman tentang ilmu kristologi dengan
menggunakan Al_quran dan Alkitab. Saya ajarkan ilmu
yang saya punya, tentang bagaimana etika dan cara
berdebat, gimana cara berdialog dengan kejujuran,
tematik dan objektif, argumentatif logis. Tujuannya
supaya mencapai kebenaran.
60
7. Apa saja faktor penghambatnya?
Kalo dari program kita banyak sekali para mualaf
kita yang kurang berpotensi karena kajian kristologi itu
merupakan kajian yang bisa dikatakan cukup berat dan
mungkin cara penyampaiannya yang masih sulit dipahami
dari segini pendanaan juga sebetulnya kita masih agak
kurang karena memang kita masihkurang sosialisasinya
jadi masih banyak yang belum tau tentang program
yayasan ini terkadang juga di lapangan kita mendapatkan
kesulitan. Banyak sekali mualaf kita yang kembali ke
ajaran kristen karena para mualaf ini menjadi sasaran
bagi para misionaris, mereka mengajak melalui bantuan,
seperti mereka butuh sembako,lalu diberikan mereka
butuh uang, diberikan juga.
8. Apa saja kegiatan rutin yang dilakukan?
Ya kita biasanya sholat berjamaah, baca tulis Al-
Quran tersu juga kita ada kajian kristologi setiap hari
rabu, membantu para mualaf maupun yang bukan mualaf.
9. Kajian kristologi itu seperti apa?
Kajian kristologi yang saya ajarkan adalh ilmu
yang membicarakan tentang kekristenan tetapi tidak
terlepas dari Al-Quran. Baik itu islam maupun kristen.
Dengan kristologi ada juga lebih kepada pembuktian ayat
ayat alquran supaya menambah keimanan kita, setelah
ayat itu kita baca kita pahami maksudnya terus kita
bandingi dengan alkitab misalnya, jadi orang bisa lihat
ternyata islam itu hebat. Cara dakwah saya seperti itu.
61
10. Bagaimana bentuk bantuan yang di berikan kepada
mualaf?
Bantuannya itu ada di berupa semabako juga ada
beasiswa bagi pendidikan para mualaf.
11. Siapa saja yang mendapatkan bantuan?
Bantuan di berikan kepada orang-orang terdekat
dulu yang lebih membutuhkan, selain itu juga bantuannya
tidak hanya kepada mulaf saja tetapi seluruh masyarakat,
tetapi lebih di khususkan kepada mualaf dulu, karna
banyak kasus para mualaf ini dikucilkan dan di asingkan
dari keluarga dan lingkungan jadi kita bantu support.
12. Dana bantuan tersebut dari mana?
Kita mencari donatur melalui media sosial seperti
facebook atau menyebarkan di whatsapp, lalu juga kalo
ada kajian majelis talim kita share juga siapa tau ada
yang mau ikut bantu, ya alhamdulillah sudah cukup
banyak yang membanatu.
13. Apakah penting untuk mempelajari alquran dan
alkitab
Sangat penting terutama bagi mualaf karena
sangat banyak pertanyaan yang datang baik dari saudara
maupunpara misionaris yang pertanyaannya untuk
melemahkan mental keyakinan mereka supaya kembali ke
ajaran kristen.
62
14. Adakah proses evaluasi dari program yang sudah
ada?
Seperti yang sebelumnya saya bilang kita punya
hambatan-hambatan contohnya dalam kajian kristologi
kan banyak yang kurang paham kita akan coba untuk
memberikan visualisasi dari kisah kisah nabi dll,
dikarenakan banyak juga mental mualaf yang kurang kuat
maka kita juga harus sering mengadakan simulasi-
simulasi dalam berdakwah, semakin sering di latih
mentalnya semakin kuat.
Dokumentasi Foto Penulis dengan Ustadz Insan Latief
Syaukani Mokoginta