kisah para mualaf

97
AMINAH ASSILMI : DIANCAM DIBUNUH SETELAH BERSYAHADAT PENGANTAR. Semenjak memeluk Islam, ibunya sudah tak mengakui lagi ia sebagai anak. Ayahnya bahkan hendak menembaknya pula. Sang kakak menganggap ia sudah gila. Lalu suami menceraikannya. Oleh pengadilan dia divonis tak punya hak mengasuh kedua anaknya, kecuali meninggalkan Islam. Belum selesai sampai disitu, setelah mengenakan jilbab ia malah dikeluarkan dari tempat kerjanya. Begitulah ujian demi ujian datang menerpa Aminah Assilmi setelah memeluk Islam. Namun perempuan Amerika ini tetap tegar. Alhasil, dengan kuasa Allah, beberapa tahun kemudian neneknya yang telah berusia 100 tahun masuk Islam. Lalu bapaknya, diikuti ibu, kakak, anak lelakinya yang telah berusia 21 pun kemudian memeluk Islam. Bahkan, enam belas tahun setelah bercerai, mantan suaminya juga masuk Islam. Kini ia banyak diundang memberikan ceramah di berbagai tempat di Amerika. Satu kalimatnya yang terkenal: “Bagi saya, profesi terbaik adalah menjadi seorang ibu.Berikut kisah lengkapnya seperti dituangkan dalam www.islamfortoday.com . Aminah Assilmi dulunya seorang juru baptis, penganut feminis yang radikal dan juga seorang jurnalis radio. Tapi kini, selepas memeluk Islam, dia bagaikan seorang duta besar bagi agama Islam. Sebagai Direktur International Union of Muslim Women atau Persatuan Wanita Muslim Internasional dia benarbenar menyuarakan kebenaran Islam. Aminah kerap mengadakan perjalanan, berceramah di kampuskampus, menyeru pentingnya kepedulian terhadap masyarakat banyak serta berbagi pemahaman atas keyakinan yang dianutnya kini. Aminah sendiri, jauh sebelum mengenal Islam, awalnya berada di garda terdepan kelompok pembenci Islam. Dalam buku yang dikarangnya Choosing Islam, Aminah menceritakan perjumpaannya dengan Islam. Berawal dari kesalahan computer Aminah dikenal sebagai gadis yang cerdas hingga memperoleh beasiswa selama kuliah. Disamping itu ia juga mengembangkan bisnis sendiri, berkompetisi secara professional hingga akhirnya memperoleh

Upload: rahmanhadiq

Post on 25-Jun-2015

1.033 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

rahmanhadiq membagi cerita para mualaf

TRANSCRIPT

Page 1: KIsah Para Mualaf

AMINAH ASSILMI : DIANCAM DIBUNUH SETELAH BERSYAHADAT 

 

PENGANTAR.  Semenjak  memeluk  Islam,  ibunya  sudah  tak  mengakui  lagi  ia  sebagai  anak.  Ayahnya 

bahkan hendak menembaknya pula. Sang kakak menganggap ia sudah gila. Lalu suami menceraikannya. 

Oleh  pengadilan  dia  divonis  tak  punya  hak mengasuh  kedua  anaknya,  kecuali meninggalkan  Islam. 

Belum  selesai  sampai  disitu,  setelah mengenakan  jilbab  ia malah  dikeluarkan  dari  tempat  kerjanya. 

Begitulah ujian demi ujian datang menerpa Aminah Assilmi setelah memeluk Islam. Namun perempuan 

Amerika  ini  tetap  tegar. Alhasil, dengan  kuasa Allah, beberapa  tahun  kemudian neneknya  yang  telah 

berusia 100 tahun masuk  Islam. Lalu bapaknya, diikuti  ibu, kakak, anak  lelakinya yang telah berusia 21 

pun  kemudian memeluk  Islam.  Bahkan,  enam  belas  tahun  setelah  bercerai, mantan  suaminya  juga 

masuk  Islam.  Kini  ia  banyak  diundang  memberikan  ceramah  di  berbagai  tempat  di  Amerika.  Satu 

kalimatnya yang terkenal: “Bagi saya, profesi terbaik adalah menjadi seorang ibu.”  

Berikut kisah lengkapnya seperti dituangkan dalam www.islamfortoday.com  .  

 

Aminah Assilmi dulunya  seorang  juru baptis, penganut  feminis yang  radikal dan  juga  seorang  jurnalis 

radio.  Tapi  kini,  selepas memeluk  Islam, dia  bagaikan  seorang  duta  besar bagi  agama  Islam.  Sebagai 

Direktur International Union of Muslim Women atau Persatuan Wanita Muslim Internasional dia benar‐

benar menyuarakan kebenaran  Islam. Aminah kerap mengadakan perjalanan, berceramah di kampus‐

kampus, menyeru pentingnya kepedulian terhadap masyarakat banyak serta berbagi pemahaman atas 

keyakinan yang dianutnya kini. 

Aminah sendiri,  jauh sebelum mengenal  Islam, awalnya berada di garda terdepan kelompok pembenci 

Islam.  Dalam  buku  yang  dikarangnya  �Choosing  Islam�,  Aminah  menceritakan  perjumpaannya 

dengan Islam. 

 

Berawal dari kesalahan computer 

Aminah dikenal sebagai gadis yang cerdas hingga memperoleh beasiswa selama kuliah. Disamping itu ia 

juga mengembangkan  bisnis  sendiri,  berkompetisi  secara  professional  hingga  akhirnya memperoleh 

Page 2: KIsah Para Mualaf

penghargaan  (awards). Semua  itu berlangsung  semasa masih kuliah di perguruan  tinggi. Ada kejadian 

menarik  tatkala  ia memasukkan data  registrasi mata  kuliah  ke  komputer di  kampusnya. Berawal dari 

sinilah ia mengenal Islam hingga di kemudian hari kehidupannya berubah secara total. 

“Kejadian  itu  pada  tahun  1975  ketika  pertama  kali  pendaftaran  mata  kuliah  menggunakan  sistem 

komputer.  Waktu  itu  saya  melakukan  registrasi  sebuah  mata  kuliah.  Setelah  mendaftar  saya  pun 

berangkat  ke  Oklahoma  untuk  urusan  bisnis,”  kisahnya mengenang.  Urusan  bisnisnya  sedikit  lama, 

membuatnya  tertunda  kembali  ke  kampus.  Dan  baru muncul  di  kampus  dua minggu  setelah  kuliah 

dimulai.  Bagi  dia  ketinggalan  pelajaran  dan  tugas‐tugas  mata  kuliah  tidak  masalah.  Namun  yang 

membuatnya  sangat  terkejut  adalah  ketika  diketahui  komputer  salah  dalam melakukan  registrasi. Di 

komputer namanya tertera sebagai peserta kelas Theatre, sebuah kelas dimana para mahasiswa musti 

unjuk kebolehan di depan peserta lainnya. 

“Saya  ini gadis pendiam. Bagi  saya berdiri di depan kelas adalah hal yang  sangat menakutkan. Tentu 

saja membatalkan mata  kuliah  tidak mungkin  lagi.  Sudah  sangat  terlambat.  Tidak  hadir  sama  sekali 

selama kuliah, juga bukan pilihan yang tepat. Sebabnya saya menerima beasiswa. Bila nilai saya jatuh, 

beasiswa bisa dicabut,” tambahnya. 

Suami Aminah menyarankan agar  ia menemui dosennya guna mencari solusi alternatif  lain. Oleh sang 

dosen  ia dianjurkan untuk masuk ke kelas  lain. Namun alangkah terkejutnya Aminah tatkala masuk ke 

kelas alternatif itu.  

“Saya tak menduga di kelas  itu banyak sekali wanita Arab berjilbab. Waktu  itu saya menyebut mereka 

dengan “para penunggang unta”. Kontan gairah saya hilang,” kenangnya. 

Aminah  tidak  jadi  ikut kelas  tersebut dan pulang ke  rumah.”Saya  tidak mau berada di  tengah‐tengah 

orang‐orang Arab.  Saya  tidak mau  duduk  bareng  dengan  orang‐orang  kafir  kotor  itu!,”  tulis Aminah 

dalam bukunya. Suaminya, seperti biasa, tetap tenang menghadapinya. 

Dengan kalem sang suami menyebut bahwa Tuhan punya maksud tertentu atas segala apa yang terjadi. 

Ia  lalu meminta Aminah untuk berpikir masak‐masak sebelum memutuskan berhenti kuliah. Konon  lagi 

pemberi beasiswa telah mengeluarkan dana untuk studinya  itu. Selama dua hari Aminah mendekam di 

kamarnya guna mengambil keputusan. Akhirnya dia memutuskan kembali ke kampus. Kala itu, menurut 

Aminah, dia seperti merasakan seolah‐olah Tuhan memberinya tugas untuk mengkristenkan mahasiswi 

Arab itu. Ia rasakan seperti ada sebuah misi yang musti dituntaskan segera. 

 

Misi Kristenisasi 

Kala kembali ke kampus, Aminah pun mulai menjalankan misi Kristenisasi kepada mahasiswi Arab  itu.  

“Saya  terangkan  tentang  neraka.  Bagaimana mereka  akan  dibakar  dan  disiksa  jika  tak  ikut  ajaran 

Page 3: KIsah Para Mualaf

Kristen.  Lalu  saya  terangkan  Yesus  cinta mereka  dan  Yesus mati  disalib  untuk menebus  dosa‐dosa 

pengikutnya.  Jadi  kita  musti  ikuti  dia.”  terang  Aminah  yang  mengaku  heran  dengan  kesopanan 

mahasiswi  Arab  tersebut.  Mereka  tidak  membantah  sedikitpun  dengan  apa  yang  diterangkannya. 

 

“Anak‐anak Arab  itu kok belum  tertarik  juga dengan Kristen. Saya putuskan untuk mencoba cara  lain. 

Yakni saya coba pelajari kitab mereka untuk membuktikan bahwa Islam agama salah dan Muhammad 

bukan Nabi,” tukasnya lagi. 

Atas permintaan Aminah, seorang mahasiswi Arab memberinya sebuah mushaf Al‐Quran dan beberapa 

buku tentang Islam. Aminah mulai mempelajari Al‐Quran berikut dengan bantuan 15 buah buku tentang 

Islam  secara  intensif. Al‐Quran  dibaca  berulang‐ulang,  dikajinya  berdasarkan  referensi‐referensi  yang 

ada,  lalu  dibacanya  lagi.  Begitu  seterusnya.  Selama  observasi  dia  selalu  mencatat  hal‐hal  yang  tak 

disetujuinya  guna membuktikan pendapatnya  Islam  agama  salah. Kajian berjalan  selama hampir  satu 

setengah tahun. 

 

Cari kelemahan Islam 

Begitulah,  setelah  berjalan  hampir  dua  tahun,  alih‐alih  berupaya mengganti  paham mahasiswi  Islam 

tersebut dengan ajaran Kristen, malah Aminah yang akhirnya belajar Al‐Quran. Awalnya dia mempelajari 

Quran  untuk mencari  kesalahan‐kesalahan  Islam,  untuk membuktikan Nabi Muhammad  bukan Nabi. 

Akan tetapi semakin dibaca, semakin tertarik ia dengan Islam. 

Tanpa disadari, perilakunya mulai sedikit berubah. Rupanya perubahan itu menarik perhatian suaminya. 

“Sungguh,  tanpa  saya  sadari  ada  perubahan  kecil  dalam  keseharian  saya.  Tapi  itu  sudah  cukup 

mengganggu pikiran suami. Biasanya saban Jumat dan Sabtu kami sering pergi ke bar atau menghadiri 

pesta.  Tapi  saya  tidak  begitu  suka  lagi.  Bahkan  berhenti makan  babi  dan minum‐minuman  keras,” kisahnya. 

 

Lama‐  kelamaan  suaminya mulai menaruh  curiga dengan perubahan  itu.  Suaminya menduga Aminah 

ada hubungan gelap dengan  lelaki  lain. Puncaknya, mereka pisah ranjang, dan bahkan kemudian pisah 

apartemen. Namun Aminah masih terus mengkaji Al‐Quran. 

Secara khusus dia mengaku  sangat  tertarik dengan apa yang dikatakan Al‐Quran  tentang  laki‐laki dan 

perempuan.  Wanita  Islam,  sebelum  dia  mempelajari  Al‐Quran,  dia  pikir  berada  dalam  penindasan 

suaminya. “Waktu itu dalam sangkaan saya suamilah yang memaksa istri, misal untuk memakai jilbab,” ujar Aminah. 

Melalui kajian intensif, dia dapati bahwa wanita Islam punya kesamaan hak dalam pekerjaan, pendidikan 

tanpa memperhatikan gender mereka. Yang menarik baginya, pada saat seorang wanita Islam menikah, 

maka dia tidak harus mengganti nama belakang (nama keluarga‐red) menjadi nama keluarga suami, tapi 

Page 4: KIsah Para Mualaf

tetap menjaga nama  ayahnya. Dan banyak  lagi perkara‐perkara  lainnya. Dari  situ Aminah mengambil 

kesimpulan bahwa Islam atau dengan kata lain Nabi Muhammad telah mengangkat harkat dan martabat 

kaum wanita. 

 

Didatangi lelaki berjubah 

Akhirnya,  satu  malam  seseorang  mengetuk  pintu  rumahnya.  Ternyata  seorang  lelaki  berjubah  dan 

mengaku bernama Abdul Aziz Al‐Shekh.  Ia ditemani  tiga orang  temannya dengan pakaian yang  sama. 

Aminah sangat terkejut dengan kedatangan pria tak diundang itu. Apalagi tatkala pria berjubah tersebut 

mengatakan  bahwa  hanya  masalah  waktu  saja  bagi  Aminah  untuk  menjadi  seorang  muslim. 

 

“Dia  berujar  saya  sudah  siap  jadi  seorang  Islam.  Saya  kontan menangkal  pernyataannya  itu  dengan 

menyebut  saya orang Kristen. Selama  ini  saya hanya coba mengkaji, bukan mau masuk  Islam. Begitu 

kata  saya malam  itu,”  tukas Aminah mengenang. Begitupun Aminah mempersilahkan mereka masuk 

karena  ia  ingin mengajukan beberapa pertanyaan  tentang  Islam yang masih menyelubungi pikirannya. 

 

Aminah menumpahkan  semua  pertanyaannya,  hasil  observasi  selama  hampir  dua  tahun.  Abdul  Azis 

mendengarkan  dengan  seksama.  Tiap  pertanyaan  dijawabnya  dengan  sangat  tenang  dan  teratur. 

Aminah mengaku  sangat puas dengan  jawaban‐jawaban yang diberikan.  “Akhirnya, keesokan harinya, dengan  disaksikan  Abdul‐Aziz  dan  tiga  temannya  sayapun  bersyahadah.  Saat  itu  21  Mei  1977,” 

kenangnya. 

 

Dikucilkan Keluarga 

Segera setelah Islamnya Aminah, perlahan ujian demi ujian pun datang. Dia dikucilkan oleh keluarga dan 

teman‐temannya. Ibunya tak mengakui lagi ia sebagai anak. Yang lebih parah, sang ayah bahkan hendak 

menembaknya pula. Kakak Aminah menganggap  ia  sudah  gila dan perlu dirawat di  rumah  sakit  jiwa. 

Belum berhenti disitu, suami pun menceraikannya. Yang membuat hati Aminah sangat pedih adalah kala 

pengadilan memutuskan  dia  tak  punya  hak mengasuh  kedua  anakNYA,  kecuali meninggalkan  Islam. 

“Saya  meninggalkan  pengadilan  dengan  hati  yang  hancur.  Anda  bisa  bayangkan  bagaimana  hati 

seorang ibu dipisahkan dari anak‐anaknya,” ujar Aminah sedih. 

 

Belum  selesai  sampai  disitu,  setelah mengenakan  jilbab  ia malah  dikeluarkan  dari  tempat  kerjanya. 

Namun karena kecintaannya pada  Islam, penderitaan‐penderitaan  itu tidak membuat  imannya runtuh. 

Aminah menyitir sebuah ayat suci Al‐Quran (Ayat Kursi‐red) yang bikin hatinya tenang: 

Tidak ada Tuhan yang patut disembah melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang ada di

langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa�at di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah

Page 5: KIsah Para Mualaf

mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah

meliputi langit dan bumi dan Allah tidak merasa berat memelihara kedua-duanya, dan Allah Maha Tinggi Lagi Maha Besar. (Q.S. 2;255).

 

Anggota keluarga masuk Islam 

Meskipun  keluarga mengucilkannya,  Aminah  tetap menjaga  hubungan  dengan mereka. Misalnya,  ia 

sering berkirim surat dan selalu menulis beberapa terjemahan ayat Quran dan hadis yang berhubungan 

dengan masalah  sosial  kemanusiaan. Namun Aminah  tak menyebut petuah‐petuah  itu dari Al‐Quran. 

Rupanya strategi itu lumayan manjur. Lama‐kelamaan ada respon positif dari anggota keluarga. Aminah 

pun terus berkirim surat plus kutipan‐kutipan berisi ayat Quran dan hadis Nabi. 

Begitulah,  dengan  sabar  dan  doa,  satu  demi  satu  anggota  keluarganya masuk  Islam.  Pertama,  sang 

nenek  yang  sudah  uzur.  “Nenek  berusia  100  tahun  ketika  menerima  Islam.  Persis  setelah  itu  dia 

meninggal dunia. Masya Allah nenek meninggal dengan membawa buku amalan yang penuh kebajikan 

ke akhirat,” kisah Aminah. 

Tak  lama, ayah yang dulu hendak membunuhnya  juga memeluk  Islam. Dua  tahun kemudian, sang  ibu 

diikuti oleh kakak Aminah juga bersyahadah. Dan yang membuat Aminah sangat gembira, anaknya yang 

telah beranjak dewasa (umur 21 tahun) juga mengikuti jejaknya. Yang paling mengharukan, enam belas 

tahun  selepas  Islamnya  Aminah,  mantan  suaminya  juga  mengucap  dua  kalimah  syahadah. Mantan 

pasangan hidupnya itu bahkan meminta maaf atas segala kekhilafannya. 

Aminah  sendiri kala  itu  telah menikah dengan pria  lain. Dia  sempat didiagnosa oleh dokter mengidap 

penyakit  kanker  dan  divonis  tidak  bisa memiliki  anak  lagi.  Namun  Allah  punya  kuasa.  Ia  tetap  bisa 

mengandung dan diamanahi seorang anak laki‐laki yang diberi nama “Barakah”. 

“Saya sangat gembira menjadi seorang Muslim. Islam adalah hidupku. Islam adalah irama hatiku. Islam 

adalah darah yang mengalir di sekujur tubuhku. Islam adalah kekuatanku. Islam telah membuat hidupku 

sangat menyenangkan. Tanpa  Islam aku tak berarti apa‐apanya. Andai Allah memalingkan wajah‐Nya 

dariku, sungguh aku tak bisa bertahan hidup,” senandung Aminah Assilmi yang telah dua kali berhaji ke 

Mekkah. 

 

Tak malu tunjukkan identitas Islam 

Aminah dalam beraktifitas  tak malu‐malu menunjukkan keislamannya. Misal, dia mengenakan busana 

muslimah  secara  sempurna.  Jilbab  menutupi  sekujur  kepala  dan  rambutnya,  serta  busana  panjang 

menutupi  seluruh  anggota  tubuhnya.  Sesuatu  yang  tidak  lazim  sebenarnya  bagi  warga  di  Amerika, 

dimana wanita umumnya gemar mempertontonkan aurat mereka. 

Page 6: KIsah Para Mualaf

Satu  ketika  Aminah  memberikan  kuliah  di  hadapan  mahasiswa  yang  memenuhi  ruang  kuliah  di 

Universitas Tennesse  tentang status wanita dalam  Islam berjudul “Wanita Muslim berbicara dari balik 

hijabnya.” 

“Wanita muslim  tidak  dibatasi  dalam  berkarir  oleh  agamanya.  Begitupun,  bagi  saya,  profesi  terbaik 

adalah menjadi seorang  ibu. Karena para  ibulah yang membentuk generasi masa depan,” ujar Aminah 

diplomatis. Wanita  Islam,  lanjutnya, saat  ini banyak mendapat diskriminasi di  lapangan hanya karena 

mereka  berjilbab.  Ia  menekankan,  terutama  di  negerinya  Amerika,  muslimah  sangat  sulit 

mengaktualisasikan dirinya. Pernah  satu  saat  ketika Aminah hendak mencairkan  cek di  sebuah bank. 

Satuan  pengaman  bank  serta  merta  menghardiknya  seraya  mengarahkan  moncong  senapan  ke 

wajahnya. “Itu hanya karena saya berjilbab,” katanya. 

Aminah mengingatkan  para  pengeritik  Islam  yang  kerap menyebut  bahwa  wanita‐wanita  di  negeri‐

negeri  Islam  tertindas  di  bawah  kekuasaan  lelaki.  Ia  menjelaskan  bahwa  yang  menindas  mereka 

bukanlah  Islam,  tapi  budaya  setempat.  Dalam  Islam wanita  begitu  dihormati  dan  tinggi  derajatnya. 

“Jangan anggap (ajaran Islam) seperti itu. Sangat bodoh,” ujarnya. Ia sangat tidak setuju Islam dijadikan 

kambing hitam. 

Itulah  Aminah  Assilmi.  Dulunya memojokkan  Islam  dan  bahkan  bermaksud meng‐Kristen‐kan  kawan 

sekelasnya.  Berbagai  ujian  dan  penderitaan  yang  datang  selepas  ia memeluk  Islam  tak membuatnya 

bergeming. Allah berikan ganjaran atas kesabarannya  itu dengan mengirimkan hidayah kepada seluruh 

anggota  keluarganya.  Kini  ia  bersama  organisasinya  memperjuangkan  agar  umat  Islam  di  Amerika 

mendapatkan  libur  di  kala merayakan  lebaran.  Salah  satu  sukses  yang  telah mereka  rengkuh  adalah 

beredarnya perangko  Idul Fitri, hasil kerjasama dengan kantor pos Amerika. Wallahu “alam bisshawab. 

[Zulkarnain Jalil/www.hidayatullah.com] 

 

==== 

 

 

PASCA 11 SEPTEMBER, BANYAK WARGA KULIT HITAM AS  

YANG MEMELUK ISLAM 

 

Pasca  peristiwa  11  September,  Islamofobia merebak  diseluruh  dunia. Warga Muslim  kerap menjadi 

sasaran  kecurigaan  dan  diawasi  dengan  ketat.  Namun  itu  semua malah mendorong  sebagian  orang 

untuk lebih mengenal Islam. 

Page 7: KIsah Para Mualaf

Dan  akhirnya  banyak  di  antara mereka  yang memilih masuk  Islam,  seperti  yang  dialami masyarakat 

keturunan Afrika di AS. 

Sejumlah pakar dan imam Muslim di negara Paman Sam itu mengungkapkan, jumlah warga kulit hitam 

AS yang masuk Islam pasca serangan 11 September, justru meningkat drastis. 

Mereka mengaku terkesan dengan disiplin umat Islam seperti yang tercermin dalam pelaksanaan sholat 

lima waktu, ajaran untuk berserah diri dan  taat pada Allah swt serta ajaran untuk menunjukkan sikap 

empati bagi mereka yang tertindas. 

Beberapa warga AS keturunan Afrika  itu bahkan mulai curiga pada pernyataan‐pernyataan pemerintah 

AS tentang musuh‐musuh baru AS pasca serangan 11 September. Kampanye‐kampanye pemerintah itu 

mengingatkan mereka pada pengalaman sejarah bagaimana pemerintah AS menyingkirkan tokoh‐tokoh 

pembela hak asasi manusia dari kalangan warga kulit hitam, seperti Marthin Luther King dan Malcolm X. 

 

Kenyataan  itu membuat mereka melihat  Islam sebagai pilihan alternatif setelah Kristen, yang dominan 

dipeluk kalangan masyarakat keturunan Afrika di AS. 

Profesor bidang agama di Vassar College  Lawrence Mamiya mengakui bahwa  Islam adalah  salah  satu 

agama yang berkembang pesat di AS. Menurutnya, meski tidak ada data yang akurat, dipekirakan ada 

dua juta pemeluk Islam dari kalangan warga kulit hitam. 

"Perkembangan  ini  tidak  dianggap  sebagai  ancaman  karena  jumlahnya  dianggap  tidak  banyak,  tapi 

ketika perang melawan terorisme dan pencitraan negatif makin surut, Islam akan terus berkembang dan 

menyebar, " ujar Mamiya. 

Aminah Mc  Cloud,  profesor  studi  keagamaan  di  DePaul  University,  Chicago mengungkapkan, warga 

Muslim kulit hitam di AS biasanya punya masjid sendiri dan tidak berbaur dengan warga Muslim imigran 

lainnya. 

 

Menurut seorang imam di Atlanta, pengawasan terhadap warga Muslim kulit hitam biasanya juga lebih 

longgar, dibandingkan terhadap warga Muslim dari Timur Tengah atau dari negara‐negara sub‐kontinen 

India. 

 

Padatnya masjid di kawasan kumuh distrik West End di Atlanta saat Sholat Jumat, bisa menjadi contoh 

dinamisnya kehidupan warga Muslim kulit hitam di AS. Laki‐laki dan perempuan duduk terpisah, mereka 

semua  mengenakan  penutup  kepala,  mendengarkan  Ustdaz  Nadim  Ali  yang  mengisahkan  tentang 

sejarah  para  budak Muslim  yang  dibawa  dari  Afrika,  berjuang  untuk menghadapi  penindasan  para 

majikannya. 

 

Ali mengatakan,  jika  para  budak  itu  tetap  teguh  keimanannya meski  di  bawah  tekanan  perbudakan, 

selayaknya pada jamaah yang datang hari itu mencontoh sikap mereka. 

Page 8: KIsah Para Mualaf

Masjid  berperan  besar  dalam memberikan  pemahaman  tentang  Islam  pada  para  jamaahnya.  Dalam 

ceramah‐ceramahnya, para ustdaz di masjid  yang  ada di Atlanta,  senantiasa menghimbau  agar umat 

Islam  bekerja  untuk  mencari  nafkah,  tidak  melakukan  tindak  kejahatan  dan  menjauhi  obat‐obatan 

terlarang serta membangun kehidupan keluarga yang harmonis dan kuat. 

Bagi Ustadz Ali, bukan hal yang aneh jika masjidnya banyak disusupi para informan, karena para pemuka 

Muslim di kawasan itu bersikap skeptis atas kebijakan pemerintahan AS pasca serangan 11 September. 

 

Masjid  lainnya yang cukup besar di Atlanta adalah Masjid al‐Islam. Masjid  inilah yang kerap dikunjungi 

Mark  King‐salah  satu  warga  kulit  hitam  AS  yang  baru  masuk  Islam‐untuk  mendengarkan  khutbah‐

khutbah Jumat. Mark King masuk Islam setelah berkunjung ke Afrika dan membaca kitab suci al‐Quran 

untuk  yang  pertama  kalinya  di Gambia. Dari  pengalamannya  itu  ia  sadar  bahwa  ajaran  Islam  sesuai 

dengan  apa  yang  diyakininya  selama  ini  untuk  melawan  segala  bentuk  ketidakadilan. 

 

"Bagi  generasi muda  keturunan Afrika di AS,  ada  ketertarikan untuk mempelajari  tradisi  yang  terkait 

dengan perlawanan terhadap  imperialisme Eropa, " kata Mark King yang setelah masuk  Islam berganti 

nama menjadi Bilal Mansa. (ln/iol/eramuslim) 

======= 

 

 

FENOMENA BARU DI AMERIKA SERIKAT :  

WANITA HISPANIK MENCARI ISLAM 

 

Berbeda  dengan warga  Amerika  Latin  yang  kental  dengan  nuansa  kekristenannya, wanita  keturunan 

Hispanik di Amerika Serikat justru berlomba‐lomba mencari Islam. Tak ada yang menyangka keputusan 

Melissa  Matos  untuk  bermukim  di  Amerika  Serikat  membawanya  kepada  sebuah  pengembaraan 

spiritual baru. Berada di  tempat yang  jauh dari negeri asalnya, Republik Dominika, hatinya  tertambat 

pada agama yang semula asing baginya, Islam.  

Agama  ini ditemukannya melalui pencarian yang panjang. Dari kecil hingga dewasanya dalam keluarga 

Kristen Advent yang taat. Namun  ia  justru menemukan kedamaian dalam  Islam. Tak perlu waktu  lama 

untuk berpikir ulang,  ia memutuskan menjadi Muslimah. Hal yang sama  juga  terjadi pada  Jameela Ali. 

Wanita asal Peru  ini memutuskan menjadi Muslimah setelah bermimpi berdoa di sebuah masjid yang 

diterangi oleh cahaya lilin. Di negeri barunya, Amerika serikat, ia bersyahadat.  

 

Page 9: KIsah Para Mualaf

Fenomena baru di Amerika Serikat  

Kini, jumlah wanita Hispanik di AS yang memeluk Islam semakin banyak. Seiring waktu, jumlah mereka  kini mencapai  ribuan  hanya  dalam  hitungan  bulan. Meski  tidak mudah  dan  banyak mendapat  tentangan  dari  keluarga,  para muslimah  asal  Amerika  Latin  yang  kini menetap  di Amerika Serikat ini tetap bertahan dengan keyakinannya. 

Menurut mereka, kesulitan  terbesar adalah meyakinkan keluarga bahwa pilihan yang mereka ambil merupakan sesuatu yang benar. Matoz misalnya,  ia mengaku merasa terasing di tengah keluarga  dan  teman‐temannya.  ''Saya merasa  sangat  jauh  dengan mereka,''ujarnya.  Namun Matoz  yang menemukan  keindahan dalam  Islam mengaku pengorbanannya  sepadan dengan kedamaian dan kebahagiaan yang ia temukan dalam Islam. ''Mereka berpikir aku telah menolak jalan keselamatan karena tidak mempercayai Yesus Kristus sebagai putera Tuhan,''ujar Matos.  Sementara  Roraima  Aisha  Kanar  yang  berasal  dari  Kuba  mengaku  kesulitan  meyakinkan orangtuanya dengan apa yang ia pilih sebagai kepercayaannya. ''Sangat sulit mengetahui bahwa ibuku sendiri tidak menghargai apa yang aku percayai,''ujarnya. Bahkan orangtuanya meminta Kanar dan sang suami tidak membesarkan anak‐anaknya sebagai seorang Muslim.  Ia menolak mentah‐mentah permintaan itu.  

Cristina Martino, yang berasal dari Venezuela menyebut dirinya acap kali disangka berasal dari Iran dengan pakaian menutup aurat yang kini dikenakannya.  ''Banyak orang menyangka  saya berasal  dari  Iran  setelah  mereka  melihat  pakaian  saya,''jelasnya.  Keanehan  orang  dengan pemeluk  Islam  dari  Amerika  Latin  memang  biasa  terjadi  di  Amerika  Serikat.  Pasalnya, masyarakat hispanik memang biasanya  identik  sebagai pemeluk  kristen  yang  taat. Tak heran banyak  orang  yang  tidak  percaya  jika  beberapa  di  antaranya  adalah  seorang  Muslim.  Mereka yang beralih ini biasanya orang yang ragu pada kepercayaan mereka selama ini. Felipe Ayala, misalnya,  selalu mempertanyakan  konsep  trinitas  yang  ada  dalam  agamanya.  ''Saya selalu percaya Yesus bukanlah Tuhan melainkan seorang pembawa pesan,''ujarnya. 

Jumlah penduduk Amerika Latin yang berubah keyakinan mereka di Amerika Serikat memang semakin  lama  semakin  berkembang.  Menurut  data  dari  Islamic  Society  of  North  America, diperkirakan saat ini ada sekitar 40 ribu muslim hispanik di Amerika Serikat. Sebagian besar dari mereka menetap di New York, Texas,  Los Angeles, Chicago, dan Miami. Di kawasan Amerika Utara  sendiri,  Islam menjadi  agama  dengan  perkembangan  jumlah  pemeluknya  yang  paling cepat.   Menurut  Sofian  Abdul  Aziz,  direktur  The  American Muslim  Association  of North  America  di Miami,  komunitas  yang  dipimpinnya  seringkali mendapat  permintaan Alquran  dalam  bahasa Spanyol.  Beberapa  tahun  belakangan,  jelasnya,  ia  sudah memberikan  lima  ribu  terjemahan Alquran berbahasa  Spanyol  ke masjid‐masjid dan penjara di  selatan  Florida. Uniknya,  jumlah terbesar  pemeluk Muslim  di  kalangan masyarakat  latin  justru  didominasi  oleh  kaum  hawa. 

Page 10: KIsah Para Mualaf

Meski  tidak  ada  catatan  pastinya,  namun  diperkirakan  dari  40  ribu  muslim  hispanik,  60 persennya merupakan wanita.  

Menurut  Juan Galvan, Direktur  LADO  (Latino American Dawah Organization)  kawasan  Texas, Islam berkembang pesat di kalangan masyarakat Amerika Latin melalui berbagai cara. Ada yang mengenal  Islam  karena mereka  berkenalan  atau menikah  dengan  seorang Muslim,  ada  juga yang melalui  proses  pencarian  panjang  dan  akhirnya menemukan  kedamaian  dalam  Islam.   Sebagian  lagi mempelajari  Islam pasca peristiwa 11 September yang kemudian menyudutkan para pemeluk Islam. Dari keingintahuan tentang Islam, mereka kemudian tertarik dan akhirnya menjadi  seorang Muslim. Tak  sedikit pula yang merasakan kehampaan dalam agama mereka sebelumnya, dan menemukan apa yang mereka cari dalam  Islam.  ''Agama Katolik Roma tidak pernah berhasil dengan  saya.  Setiap beribadah  saya merasa  tengah berdoa  kepada malaikat dan  patung.  Sekarang  saya  benar‐benar  beribadah  kepada  Tuhan,''ujar Missy  Sandoval.  Ada raut bahagia di wajahnya.  

Muslim Hispanik di Amerika Serikat 

Tidak jelas diketahui bagaimana awalnya para pendatang asal Amerika Latin menganut Islam di Amerika Serikat. Namun Islam berkembang pesat sejak lima tahun sejak keberadaan organisasi dakwah  Amerika  Latin  yang  bernama  Latino  American  Dawah  Organization  (LADO),  sebuah komunitas  muslim  di  New  York  City  yang  dimulai  oleh  Samantha  Sanchez  bersama  lima kawannya.  Sanchez, yang saat itu tengah mengambil studi doktoral di bidang antropologi budaya, menjadi seorang Muslim dan tertarik untuk mencari data tentang komunitas Muslim hispanik di negara adidaya  tersebut.  Dengan  cepat,  organisasinya  berkembang  dan melakukan  promosi  untuk memperkenalkan  Islam  lewat pembagian Alquran dan pamflet  tentang  Islam. Sekarang LADO telah memiliki cabang di Austin, Illinois, Massachusets, dan Arizona. 

Seiring dengan perkembangan organisasai tersebut, semakin lama penganut Islam asal Amerika Latin ini terus berkembang, terutama sejak lima tahun belakangan. ''Fenomena ini sebenarnya sudah  cukup  lama  terjadi  di  seluruh  Amerika  Serikat,''ujar  Sheikh  Zoubir  Bouchikhi,  imam Masjid Raya Houston. 

Sebuah  studi  tentang masjid  yang  dilakukan  di  tahun  2001  oleh  Ihsan  Bagby,  professor  di University  of  Kentucky,  menyebutkan  enam  persen  dari  seluruh  penduduk  Amerika  yang berpindah keyakinan berasal dari komunitas Amerika Latin. Sedang 27 persennya berasal dari masyarakat kulit putih, dan angka terbesar yaitu 64 persen, berasal dari kalangan kulit hitam.  Namun  meski  jumlahnya  terbilang  sedikit,  keberadaan  Muslim  hispanik  ini  memberikan pengaruh tersendiri, terutama di dalam komunitasnya. Pasalnya, bukan hanya memeluk agama Islam, mereka  juga  aktif melakukan  kegiatan  untuk memperkenalkan  Islam,  dan menggelar 

Page 11: KIsah Para Mualaf

pengajian  serta belajar bahasa Arab.  ''Angka  stastistik  sulit diterka, namun  yang pasti,  kaum hispanik menjadi minoritas yang cukup membawa  

= = = = = 

 

 

MESKIPUN PAUS VATIKAN LECEHKAN ISLAM,  

3220 UMAT KRISTIANI KENYA NYATAKAN MASUK ISLAM 

 

Sekalipun  berbagai  pelecehan  diarahkan  pemimpin  spitual  Vatikan,  Benediktus  XVI  baru‐baru  ini 

terhadap  Islam,  namun  realitasnya,  umatnya  sendiri  menganggap  kosong  ucapannya  tersebut  dan 

mereka dengan berbondong‐bondong malah memeluk agama Islam.!! 

Kenyatan pahit bagi sang paus tersebut terjadi di KENYA di mana sekitar 3220 penganut Kristen masuk 

Islam  di  tangan  para Da’i  jebolan  fakultas  Syari’ah  dan Dirasat  Islamiah  yang  dikelola  oleh  Lembaga 

Muslim Afrika. 

Seperti  yang  dilansir  kantor  berita  Islam,  para  “muallaf”  tersebut  sebelumnya  mengikuti  training 

pengajaran agama  Islam yang diadakan di kawasan  timur Kenya, kawasan pantai dan kawasan  tengah 

dan barat. 

Sementara  itu di  tempat  lain,  tepatnya di kota Rafha,  sebelah utara Kerajaan Arab Saudi,  sekitar 143 

orang menyatakan masuk Islam. Keislaman para muallaf yang terdiri dari berbagai kewarganegaraan itu 

dimeriahkan dengan  sebuah pesta  kehormatan untuk mereka. Mereka masuk  Islam  sepanjang  tahun 

lalu. Di kota  itu sendiri, sepanjang 4 tahun yang  lalu telah masuk Islam sekitar 413 orang dari berbagai 

kewarganegaraan. 

 

Yang lebih pantastis lagi adalah realitas yang terjadi di Mesir di mana disebutkan, perguruan tinggi Islam 

tertua, al‐Azhar asy‐Syarif setiap harinya menerima puluhan orang yang menyatakan masuk  Islam dari 

berbagai kewarganegaraan. Mereka telah rela menjadikan Allah sebagai Rabb, Islam sebagai agama dan 

Muhammad SAW sebagai Rasul. 

Para  pemeluk  Islam  baru  tersebut menegaskan,  di  bawah  naungan  Islam mereka  baru menemukan 

agama  yang  sesuai  dengan  tuntutan  fitrah  yang  suci  dan  akal  sehat.  Islam‐lah  sesungguhnya  agama 

perdamaian itu.!! 

 

 

Page 12: KIsah Para Mualaf

Seperti diketahui, pemimpin Vatikan telah menukil ucapan‐ucapan pemimpin imperium Byzantium yang 

menyebut Nabi Muhammad  SAW  sebagai  orang  yang  tidak  datang  ke  dunia  ini  selain  sebagai  orang 

“jahat” dan tidak manusiawi. Statement yang disampaikan di hadapan jema’at ini tak ayal menimbulkan 

ketersinggungan umat  Islam di  seantero dunia. Mereka menuntut paus untuk meminta ma’af  secara 

terang‐terangan sebelum mengajak berdialog. Hingga kini, polemik ini masih terus terjadi di mana sang 

paus kembali menunjukkan kesombongannya untuk  tidak mau meminta ma’af bahkan menuding ada 

pihak yang telah memelintir ucapannya. 

Sumber; 

http://www.alsofwah.or.id/?pilih=lihatakhbar&id=509 

http://www.islamicnews.org.sa/en/search1.php?misc=search&subaction=showfull&id=1159119998&ar

chive=&cnshow=news&start_from  

= = =  = 

 

10 GEREJA COPENHAGEN DITUTUP AKIBAT PENGUNJUNG SEPI 

 

Di Denmark, jumlah pengunjung gereja semakin hari semakin sedikit pada hari Minggu. Kondisi ini yang sangat terasa khususnya di Copenhagen, lalu membuat sejumlah pengurus gereja lebih memilih untuk menutup gerejanya. Mereka membolehkan masyarakat untuk menggunakan ruang gereja untuk kegiatan apa saja, kecuali bila dijadikan masjid. Menurut Sekretaris Umum Dewan Gereja Denmark, keputusan untuk menutup gereja memang disebabkan oleh berkurangnya para pengunjung gereja, termasuk pada hari Minggu. Ada lebih dari 10 gereja di ibukota Denmark, Copenhagen, yang sudah ditutup karena alasan itu. Nama-nama gereja tersebut antara lain: Gethsemane, Elias, Banehj, St. Andreas, Fredens, St. Paul's, Samuel's, Blagards, Frederiksholms, Gereja Lutheran dan Gereja David. Dewan Gereja Denmark mengajukan saran kepada Menteri Gereja, setelah hari paskah untuk menutup gereja-gereja itu, karena gereja juga mengalami penurunan pendapatan untuk biaya

Page 13: KIsah Para Mualaf

operasionalnya. Asal diketahui, seharusnya seorang anggota gereja mempunyai kewajiban untuk memberi sebagian pendapatannya untuk gereja.

Ada banyak alasan yang membuat warga Kristen Denmark mulai menyusut kunjungannya ke gereja. Antara lain, orang-orang Denmark lebih suka menggunakan gereja untuk tujuan lain yang bukan untuk kegiatan keagamaan. Salah satu dari gereja yang sudah ditutup adalah Gereja Blagards yang pada tahun 1991 pernah menjadi tempat pemukiman sementara sejumlah warga Palestina selama enam bulan. Warga Palestina itu meminta perlindungan diplomatik atau dipulangkan saja ke Palestina.

Namun demikian undang-undang Denmark tidak memuat poin apapun terkait penggunaan gereja yang sudah ditutup itu untuk kegiatan lain. Gereja Lutheran misalnya, yang pengikutnya adalah para penganut ajaran Martin Luther, tidak melarang penggunaan gereja untuk kegiatan lain. Tapi Dewan Gereja mengatakan, sejumlah orang sudah melontarkan niatnya untuk membeli gereja dan dijadikan tempat aktifitas lain. Dan Kay Polman mengaku, meskipun tidak ada undang-undang yang melarang, tapi dirinya tidak mau bila gereja dibeli dan diganti fungsinya menjadi masjid. Belakangan, majalah Christy Dobeldeit, yang dimiliki agamawan Kristen, mengatakan adanya penolakan kuat di antara penduduk Denmark untuk mengubah gereja menjadi masjid. Di Copenhagen, melalui sebuah polling pendapat hanya 28% responden saja yang setuju dengan hal itu, selebihnya menolak. (na-str/aljzr/eramuslim)

===== 

 

 

 

PAUS LECEHKAN ISLAM KERENA 30 PENDETA VATIKAN MASUK ISLAM 

 

Meski  Paus  VATIKAN  Lecehkan  Islam,  3220  Umat  Kristiani  KENYA  Nyatakan  Masuk  Islam!! 

 Seorang jurnalis terkenal Arab Saudi, Isham Mudir yang dikenal memiliki hubungan yang sangat kental 

dengan  mendiang  da’i  Islam  terkenal,  Ahmad  Deedat,  seorang  Kristolog  terkemuka  menegaskan, 

statement‐statement Paus VATIKAN, Benediktus XVI yang melecehkan  Islam baru‐baru  ini dikeluarkan 

karena  sejumlah  besar  pendeta  di  dalam  VATIKAN  yang mencapai  30  orang  telah masuk  Islam.!!?? 

 

Jurnalis Arab Saudi itu menjelaskan, para pendeta tersebut sekarang ini tengah disidang dan diinterogasi 

secara  ketat  guna  diberikan  sanksi  dan  pengusiran  dari  gereja. Demikian  seperti  yang  dilansir Badan 

Penerangan  Islam  Internasional.  Isham  Mudir  saat  ini  mengepalai  sebuah  Media  Center  yang 

membidangi manejemen  dialog  dengan  barat  dan  pengenalan  Islam.  Lembaga  ini  didirikannya  pada 

Page 14: KIsah Para Mualaf

bulan  Desember  tahun  2005  pasca  kasus  pemuatan  karikatur  pelecehan  terhadap  Nabi  SAW  oleh 

sebuah media massa Denmark. Lembaga ini ia beri nama “Dar el‐Bayyinah”. 

Seperti  diketahui,  Paus  VATIKAN  telah menukil  ucapan‐ucapan  pemimpin  imperium  Byzantium  yang 

menyebut  Nabi  SAW  sebagai  orang  yang  datang  ke  dunia  dengan  kejahatan  dan  bertindak  tidak 

manusiawi. 

 

Isham  juga menyingkap, pasca kasus karikatur Denmark yang melecehkan Nabi SAW  itu, dirinya  telah 

meminta pemerintah Denmark untuk mempertemukannya dengan para redaktur surat‐surat kabar dan 

pemimpin  media  massa  di  sana  guna  berdialog  seputar  karikatur  tersebut  namun  permintaannya 

tersebut ditolak mentah‐mentah.  

Sumber; 

http://www.alsofwah.or.id/?pilih=lihatakhbar&id=510 

= = = = 

 

 

 

PELAYAN TUHAN YESUS MASUK ISLAM 

(Paulus F. Tengker ‐ Rachmat Hidayat)  

Saya seorang pria, dilahirkan di Manado 27 tahun yang lalu, nama saya Paulus F. Tengker, saya dilahirkan  dalam  tradisi  keluarga  penganut  Kristen  yang  fanatik. Ayah  saya  seorang  Pendeta Gereja  Pantekosta,  kakak  wanita  saya  tertua  menikah  dengan  seorang  penginjil  Nehemia terkenal. Saya dididik untuk menjadi taat dalam beragama & direncanakan papa untuk menjadi penerus  tradisi  keluarga,  menjadi  Gembala  Tuhan.  Itulah  sebabnya  setamat  SMA  saya melanjutkan  kuliah  ke  sebuah  Sekolah Misi  Alkitab  yang  berlokasi  di  kawasan  Jl.  Arjuno  ‐ Surabaya. Kota  Surabaya dipilih  karena  selain  lebih dekat  ke Manado,  juga merupakan  salah satu kota dengan umat Kristiani yang terkemuka, banyak Gereja megah berdiri ditengah kota & pekabaran  gembira  Cinta  Kasih  Tuhan  Yesus  mendapat  respon  yang  sangat  baik  dari masyarakat Jawa Timur yang mayoritas beragama Islam fanatik. 

Selama kuliah saya  juga bekerja part‐time sebagai pelayan Tuhan di Gereja Nehemia & Gereja Pantekosta  di  Indonesia  Timur  cabang  Surabaya.  Saya  bekerja  sebagai  “penyusun  kisah kesaksian dari hamba‐hamba Islam yang bertobat masuk Kristen”. Karena kebanyakan orang‐orang  itu  adalah  orang  dari  desa,  atau  orang  yang  awam,  beberapa  diantaranya  bahkan sepertinya  sakit  jiwa,  atau  para  pemakai  Narkoba  yang masih  kecanduan  berat, maka  saya harus menuliskan kisah kesaksian yang hebat untuk mereka. Saya biasa menulis cerita dengan tajuk: “Hamba Tuhan yang kembali, mantan seorang Kyai masuk Kristen, Mantan Dosen IAIN 

Page 15: KIsah Para Mualaf

masuk  Kristen”  dsb.  Kisah‐kisah  kesaksian  palsu  karangan  saya  itu  sangat  sempurna  sekali, bahkan  hampir  tak  bercela,  saya  ahli mengutip  Al‐Qur’an  dan Hadis,  saya  juga  tahu  urutan pendidikan  Islam  dari mulai  sekolah  Islam,  pondok  Pesantren  hingga  IAIN.  Saya  juga  sering ditugaskan untuk membuatkan dokumen asli tapi palsu, ijazah palsu dan foto‐foto palsu, untuk memberi  kesan  bahwa  mereka  itu  dulunya  benar‐benar  bekas  tokoh  Islam  walaupun sebenarnya bukan. Bahkan saya juga mengajari mereka membaca Al‐Qur’an yang akan dipakai untuk menohok  orang‐orang  Islam  yang  sedang  kami  injili  dan  berusaha membantah  kami. Beberapa  kisah  kesaksian  yang  sudah  dibukukan,  beberapa  diantaranya  merupakan  hasil karangan saya. Memang betul orang Islam yang murtad itu ada, tetapi mereka tidaklah sehebat kisah  kesaksiannya,  jika  disebut mantan Ulama  atau Mahasiswa  IAIN,  atau Guru Ngaji  yang sekolah di Mesir, maka yang sebenarnya mereka itu adalah para pengemis, gelandangan, bekas pecandu Narkoba, wanita nakal & para preman  tak beragama, orang desa yang berKTP  Islam tapi  berbudaya  animisme  di  desa‐desa  pesisir  selatan  Jawa  (misalnya  Sukabumi  &  Blitar). Bahkan  saya  sering berjumpa orang‐orang  Islam  yang dibaptis  itu  ternyata  seumur‐hidupnya hampir  tak  pernah  shalat  dan mengetahui  ajaran  Islam  yang  paling  dasar.  Tapi  kami  harus melaporkan  keberhasilan  ini  dengan  cara  yang  gemilang  kepada  para  jemaat  yang  telah berderma.maka kami rekayasa kisah kesaksian orang‐orang lugu ini menjadi hebat dan canggih. Tentu  para  domba  di  Gereja  akan  senang  kalau mendengar mantan  Ulama masuk  Kristen, walaupun yang bersangkutan sebenarnya Cuma bekas gelandangan buta huruf misalnya. 

Saya  jalani  terus  pekerjaan  ini  hingga  tamat  kuliah  dan  akhirnya  saya  dinobatkan  sebagai pendeta muda. Karena keahlian saya  ini terhitung  langka, maka tugas  ini tetap dipertahankan. Saya juga rajin membeli tafsir Al‐Qur’an, Hadis dan buku‐buku Islam untuk mencari kelemahan‐ kelemahannya, Gereja mendanai setiap apapun yang berhubungan dengan kerjaan saya. Saya menemukan  bahwa  sikap  saling  berbeda  pendapat  namun  saling  menghargai  sebagai kelemahan  Islam  yang  paling  utama  dalam  pandangan  Kristen.  Bahkan  saya  juga  pernah berpura‐pura belajar mengaji dan mengaku sebagai  Islam dengan mengundang seorang Guru Ngaji ke rumah dinas saya, saya belajar mengaji hingga 1 tahun lebih dan Ustad itu tak pernah menyadari  sampai  saya  tamat  belajar,  bahwa  saya  sebenarnya  seorang  Kristen.  Berkat pengajaran  dia  itu  saya  bahkan  bisa mengaji  dan  hal  ini  ternyata  berguna  sekali  untuk  saya sekarang  ini,  ketika  kali  ini  saya dengan  sesungguhnya belajar agama  Islam.  Saya pun  secara part time terkadang ikut misi penginjilan malam yang bertajuk Tuhan Berkabar di Malam Hari. Kami  mendatangi  tempat‐tempat  keremangan  malam  di  seantero  kota  Surabaya,  kami wartakan  injil  kepada para pekerja  seks, ABG, wanita nakal dan  kaum  gay. Yang  kami  target untuk dikristenkan biasanya adalah para pekerja seks  independent, para pengunjung diskotek dan kafe yang menyambi, baik itu gadis belia maupun para lelaki muda penjaja seks untuk kaum gay.  Setiap  orang  yang  terpilih  biasanya  hasil  seleksi  &  pengamatan  yang  teliti,  tidak sembarangan orang kami target, biasanya kami telah mengawasi mereka selama kurang lebih 1 hingga 3 bulan.  

Para penginjil yang aktif disini  tidak aktif dalam kegiatan Gereja apalagi memimpin kebaktian dan  lain  acara  rohani.  Sebab  kami  tak mau  citra Gereja  rusak di mata umat  yang  kebetulan bertemu dengan para penginjil di tempat keremangan malam tersebut. Juga para penginjil  itu tidak mengunakan seragam resmi, mereka berdandan seperti umumnya pengunjung diskotik & 

Page 16: KIsah Para Mualaf

kafe.  Selain  itu  juga  para  penginjil Gembala  Tuhan  di Malam Hari  juga  aktif  dalam  jaringan pengedaran narkoba, sebab inilah cara termudah menjerumuskan seorang umat beragama lain dalam kesesatan hidup  lalu  setelah mereka  tersesat & butuh pertolongan kamilah yang akan merangkul mereka.  Apabila  tidak  terangkulpun,  kami  sudah  berhasil merusak  sebagian  dari generasi muda Islam yang sering ke diskotik atau kafe.  

Mungkin para pembaca posting ini sudah membaca artikel panjang tentang Jaringan Narkoba di Jakarta  di  harian  Kompas  edisi  hari Minggu  tgl.  11 Maret  2001,  di  sana  diceritakan  dengan gamblang betapa penyebaran dan mafia narkoba sudah menyebar sangat pesat di Jakarta dan sulit  diberantas.  Betapa  aparat  kepolisian,  TNI,  pengelola  tempat  hiburan  malam,  para pengunjung dan mafianya bekerja sama begitu rapi. Tapi ada yang kurang dari cerita itu dan ini sangat  sulit  mereka  telusuri,  yaitu  keterlibatan  Gereja  dalam  jaringan  &  sindikat  narkoba! Berbeda  dengan  para  mafia  dan  Bandar  yang  ingin  mengeruk  keuntungan  materi,  Gereja terlibat semata untuk menjaring domba Kristus baru dan menyesatkan generasi muda Islam! Jujur saja, kisah kesaksian bahwa para gembala Tuhanpun banyak yang memakai narkoba untuk menunjang performance mereka  itu benar adanya. Narkoba  itu digunakan agar para Gembala Tuhan  bisa  tampil  percaya  diri  dan  kami  sangat  yakin,  bahwa  kondisi  fly &  sakauw  adalah kondisi dimana kami bisa kontak langsung dengan Roh Kudus!  

Kisah  Kesaksian  yang  dituturkan  4 mantan  gembala  itu  benar  adanya,  saya  pun  tahu  persis karena selaku anggota  tidak  tetap penginjilan malam hari, sayalah yang memasok kebutuhan mereka, saya kenal banyak dengan para Bandar Besar Narkoba di Surabaya. Bahkan beberapa Bandar Besar  itu  adalah  jemaat Gereja  yang  taat, donasinya bahkan  ada  yang melebihi nilai persepuluhan  mereka.  Selain  menyumbang  uang  untuk  penginjilan,  mereka  juga  menjual Narkoba dengan harga khusus kepada Gereja untuk memasok kebutuhan para Gembala yang membutuhkan dan untuk diedarkan guna merusak generasi muda  Islam. saya  juga  terkadang memakai ecstasy/inneks, hanya saja saya pakai ketika menjamu para tamu Gembala Tuhan dari luar kota. Kami pun biasa ketemu dan ngobrol‐ngobrol di beberapa pub malam terkenal yang pasti  dikunjungi  para  Pelayan  &  Gembala  Tuhan  bila  berkunjung  ke  Surabaya.  Kita  punya private member di Kowloon, Club Deluxe & Top Ten. Saya pernah menemani pendeta terkenal seperti; KAM  Jusuf Roni  (yang mantan Mubaligh & tokoh  Islam terkenal), Gilbert Lumoindang dan  Suradi Ben Abraham di pub‐pub  tersebut. Kami bahkan pernah melakukan pembaptisan beberapa pekerja seks di private room salah satu pub terkenal  itu sambil tripping! Setelah  itu kami  “dating”  dengan mereka,  “mandi  suci  bersama”  istilahnya.  Kalau masalah  skandal  seks antara  jemaat dan pendeta atau penyanyi Gereja dan Gembalanya, saya  tak  tahu persis,  tapi yang  saya  tahu memang  sewaktu menemani para Gembala  Tuhan mengunjungi pub malam, pernah mereka diantaranya ditemani beberapa wanita yang dikatakannya sebagai jemaat yang minta diurapi secara khusus. 

Selain  itu saya  juga aktif dalam pembinaan domba‐domba baru yang kebanyakan berasal dari pedesaan dan para pekerja malam. Seperti diuraikan di awal kisah nyata ini. Sayalah terkadang mengajari mereka tentang Islam, tetapi tentunya yang telah kami sortir bahwa ajaran Islam itu mengakui ketuhanan Yesus misalnya. Saya juga mengajari mereka berakting untuk menunjang penampilan mereka di acara KKR atau kesaksian di Gereja. Jangan sampai mereka tidak hapal 

Page 17: KIsah Para Mualaf

kisah nyata hasil rekaan saya sendiri lalu melenceng ke kisah nyata mereka sendiri, yang kalau ketahuan bisa berakibat  fatal bagi Gereja. Khusus untuk KKR kami melatih orang‐orang untuk berpura‐pura lumpuh, buta, bisu & berbagai penyakit lainnya, lalu pura‐pura disembuhkan para pengkhotbah & jemaatpun akan histeris dan percaya itu mukjizat. Kami pun harus menyiapkan upacara pemanggilan Roh Kudus di  tempat‐tempat keramat dan angker di Surabaya sebelum acara penyembuhan Ilahi dimulai. Terkadang ada jemaat yang diluar kendali dan skenario betul‐betul  minta  diurapi,  biasanya  kami  akan  segera  menahan  dia  dengan  mengatakan:  maaf pendeta sibuk, dengan kedatangan umat yang luar biasa, lain kali saja?! Biasanya para penginjil malamlah yang bertugas untuk menahan orang‐ orang yang diluar skrenario acara, kami tidak pernah  melibatkan  pemuda  Gereja  karena  mereka  diluar  gugus  kendali  komando  kami. Memang pengakuan 4 orang mantan Gembala  itu  terdengar spektakuler dan sulit dipercayai, tetapi saya beritahukan kepada anda semua: SEMUA PENGAKUAN MEREKA ITU JUJUR & BENAR ADANYA,  SEMUA  PRAKTEK  TERCELA  ITU  MEMANG  DIJALANKAN  TERUTAMA  OLEH:  GEREJA BETHEL; GEREJA BETHANY; GEREJA NEHEMIA; GEREJA SIDANG  JEMAAT PANTEKOSTA; GEREJA ABDIEL. Bagi umat Kristiani atau para Gembala dan pelayan Tuhan pun yang tidak pernah  ikut kegiatan  ini akan  terkejut dan sulit mempercayai kenyataan  ini,  tetapi saya beitahukan sekali lagi: SEMUA ITU BENAR‐BENAR TERJADI! Selain 4 mantan gemabala itu, sayalah juga saksi hidup lainnya. 

Mengapa saya masuk  Islam? Ketertarikan saya kepada  Islam bukan dari buku‐buku yang saya baca, karena buku‐buku itu tak pernah saya baca dengan sepenuh hati dan sampai tuntas, saya hanya mencari point  tertentu  saja. Saya masuk  Islam bukan  setelah bertemu atau berdiskusi dengan orang  Islam, karena saya selalu menganggap dan diajarkan oleh Gereja bahwa orang‐orang  Islam  itu  sebagai orang‐orang yang hina, kotor, bodoh,  terbelakang, kasar, keji, penuh tipu muslihat dan penuh dosa. Ajaran Islam dinyatakan sebagai ajaran sesat dan umatnya kalau tidak  kita hinakan harus  kita  insyafkan, hal‐hal  inilah  yang  tertanam dalam benak  saya  sejak kecil  hingga  dewasa  ini.  Perlu  semuanya  ketahui  ajaran  kebencian  kepada  ajaran  Islam  dan umatnya  ini merupakan  pelajaran  pokok  yang  diberikan  kepada  kader‐kader  umat  Kristiani sejak  kecil, materi  ini mulai  disampaikan  di  pengajaran  sekolah minggu  dan  jika  kita  akan menjadi  berminat  menjadi  penginjil  atau  Gembala  Tuhan,  pelajaran  ini  akan  semakin diperdalam  kembali.  Saya  akhirnya masuk  Islam  justru  setelah mengalami  suatu mimpi  luar biasa  dan  beberapa  kejadian  dikeesokan  harinya,  yang  akhirnya merubah  jalan  hidup  saya menuju kebenaran sejati. 

Bermula dari suatu Kamis malam, malam Jum’at tanggal 11 Januari 2001, saya bermimpi sedang berdoa  di  hadapan  gambar  Tuhan  Yesus  di  suatu  gereja  yang  sangat megah,  lalu  datanglah Tuhan Yesus menemui saya, dengan senyuman‐Nya yang agung. Saya bahagia sekali, ini adalah mukjizat  bagi  saya!  Saya  pun  lalu  memandangi  Tuhan  Yesus  dari  ujung  kaki  hingga  ujung rambut, sungguh mirip sekali bahkan lebih agung dibanding foto dan gambar Tuhan Yesus yang saya miliki.  

Tetapi sesaat kemudian datang menghampiri kami seorang pria berwajah Arab Palestina mirip orang Yahudi atau Israel,  

Page 18: KIsah Para Mualaf

dia berkata: “Kalian ini siapa?”  

Saya menjawab: “Saya seorang domba yang sedang bertemu Tuhannya!”  

Dia bertanya lagi : “Mana Tuhannya?”   

Tuhan Yesus menyela : “Akulah Tuhan Yesus, Juru Selamat Umat Manusia dan Dunia!  Siapakah engkau wahai pria asing?”  

Pria Yahudi itu berkata: “Akulah “ Isa Al‐Masih dan engkau bukanlah diriku!’  

Saya menyela: “Wahai engkau orang Yahudi ataukah Arab,  janganlah kamu berbuat begitu di hadapan Tuhanku!”  

Pria Yahudi itu berkata : “Kalau begitu buktikanlah bahwa kamu adalah Yesus atau Isa Al‐Masih sebenarnya!”  

Tuhan Yesus berkata : “Engkau akan kujadikan domba hina karena telah menghina Tuhanmu!” 

 Lalu Tuhan Yesus memejamkan mata dan sungguh ajaib! Dari tangannya keluar mukjizat sinar api dan dia menyemburkannya kepada pria Yahudi  itu, pikir  saya pria Yahudi  itu akan binasa karena berani menghina Tuhan Yesus! 

 Keajaiban kedua pun  terjadi, pria Yahudi yang mengaku sebagai “Isa Al‐Masih  itu  tak kurang apa pun dan dia  lalu  tersenyum, kemudian api  itu kembali menyembur kepada Tuhan Yesus, lalu  Tuhan  Yesus  menjerit  kesakitan  dan  wujudnya  tiba‐tiba  berubah!  Kedua  telinganya memanjang,  dari  mulutnya  keluar  gigi  taring  dan  dari  belakang  tubuhnya  keluar  ekor, wajahnyapun berubah mengerikan!  Lalu  salah  satu  tangannya mendadak memegang  sebuah tombak seperti garpu”TUHAN YESUS YANG SAYA LIHAT DALAM MIMPI INI BERUBAH MENJADI IBLIS!!! Sementara pria Yahudi itu lalu berdoa dalam bahasa seperti bahasa orang Israel, Tuhan Yesus yang telah berubah wujud menjadi Iblis itu lalu lari terbirit‐birit!  

Kemudian  ada  kejadian  ajaib  lainnya  terjadi,  gereja  megah  tempat  saya  berdoa  tiba‐tiba menghilang,  lalu  berganti  dengan  pemandangan  seperti  disebuah  padang  pasir  yang  sangat tandus.  Saya  yang  kaget  dan  tak  percaya melihat  kejadian  ini  lalu  dengan  terbata‐bata  saya bertanya pada pria Yahudi ini: “Siapakah engkau sebenarnya?”  

Pria  itu menjawab  :  “Akulah  “  Isa  Al‐Masih,  hamba  Allah,  Rasul‐Nya  yang  ke‐24,  yang  oleh engkau berserta umat‐umat lainnya dinyatakan sebagai Tuhan Yesus”.  

Saya berkata  : “Bukankah engkau telah mati di kayu salib dan telah berkorban demi menebus dosa umat manusia?”  

Page 19: KIsah Para Mualaf

Nabi ‘Isa Al‐Masih menjawab: “Bukan seperti itu kejadiannya, engkau telah diperdaya oleh Iblis dan para pengikutnya yang telah berusaha mencelakakanku tadi dan sekarang dia telah terlihat wujud aslinya”..  

Saya berkata : “Maksud tuan, Iblis tadi itu ?” jadi selama ini? “  

Nabi ‘Isa Al‐Masih menukas : “Sudahlah, maukah engkau tahu kebenaran Ilahi sejati?”  

Saya menjawab : “Jika itu ada saya bersedia”  

Nabi  ‘Isa Al‐Masih menjawab  :  “Tetapi untuk menemukan  kebenaran  sejati  itu engkau harus berkorban  banyak,  engkau  akan  kehilangan  pekerjaanmu,  hidup miskin,  kehilangan  teman‐temanmu, serta dibenci banyak orang?”  

Saya menjawab : “..emmmmm” (tak bisa berkata‐kata)  

Nabi  ‘Isa Al‐Masih berkata  :  ‘Ketahuilah akulah Nabi  Isa Al‐Masih sebagaimana yang telah aku katakan  tadi,  suatu  saat  nanti  aku  akan  turun  kembali  ke  muka  bumi  untuk  meluruskan segalanya yang salah tentang aku. Janganlah engkau termasuk dalam golongan yang keliru itu, jika  engkau  ingin menemukan  kebenaran  sejati,  engkau  sebenarnya  telah memiliki  catatan‐catatan kebenaran itu, tapi engkau tak membacanya dengan pikiran dan hatimu. Otakmu telah beku  karena  telah  disesatkan  orang‐orang  yang  diilhami  Iblis  dan  para  pengikutnya.  Kalau engkau mau mencari kebenaran, engkau akan menemukannya di suatu tempat, tepat esok hari dimana kamu ditempat itu mendapatkan suatu kesulitan!”  

Lalu pria yang mengaku dirinya sebagai Nabi ‘Isa Al‐Masih itu mengucap salamnya orang Islam, kemudian pergi. 

Saya pun lalu terbangun, hari telah pagi, saya merenung mimpi apa itu tadi? Kesulitan apa yang akan  saya  alami hari  ini? Hari  telah  tiba  kembali,  rupanya  ini hari  Jum’at  tanggal  12  Januari 2001, saya pikir  itu cuma sebuah mimpi saja, saya  lalu  ingat cerita takhayul orang Jawa, kalau Malam Jum’at pasti setan‐setan itu gentayangan, mungkin saya mengalami itu barangkali.  

Kemudian  saya  buka‐buka  buku‐buku  Islam  yang  saya  miliki,  tiba‐tiba  saja  saya  merasa menemukan  banyak  hal  yang  selama  ini  tidak  pernah  saya  baca  ‘betapa  pikiran  saya  telah dibukakan  tapi  saya  belum  yakin  betul.  Ketika  perjalanan menuju  kantor  saya  di  sekretariat Gereja,  mendadak  mobil  saya  mogok  tepat  di  depan  sebuah  Mesjid  di  kawasan  Jl.  HR Muhammad  ‐  Jl.  Mayjend  Sungkono,  Surabaya,  sayapun  kaget,  kok  bisa‐bisanya  mogok  di depan sebuah Mesjid yang saya benci? Jangan‐jangan mimpi itu betul?! Akh saya pikir ini cuma kebetulan saja jangan percaya takhayul! Namanya mogok itu bisa terjadi kapan saja pikir saya, belum  hilang  kaget  saya,  tiba‐  tiba  ada  seorang  pria menghardik  saya  dan meminta  dengan kasar dompet dan HP saya! Saya kaget, panik campur takut,  lalu saya berlari ke arah masjid & masuk ke sana, minta tolong sama orang‐orang di situ. Orang yang mau menodong sayapun lalu berlari menghindari massa, rupanya waktu itu jam 11.30, mendekati jamnya shalat Jum’at, saya 

Page 20: KIsah Para Mualaf

perhatikan sekitar saya  ‘orang‐orang berpeci, bersarung hendak shalat  Jum’at..saya  ini ada di mesjid  “mimpi  saya”  pesan  orang  Yahudi  yang mengaku  sebagai  Nabi  “Isa  Al‐Masih  dalam mimpi itu”. 

Saya bingung lalu saya tak sadarkan diri. Ketika tersadar..saya berada di sebuah ruangan mesjid rupanya dan ada seorang Bapak tua berpeci yang mengatakan saya tadi  itu pingsan. Saya  lalu berdiri, tiba‐tiba hati ini ingin menangis “menjerit “ Ya Tuhan! Engkau telah menunjukkan jalan bagiku!  

“ Pak Tua  itu kaget dan bertanya: “ada apa nak?”,  lalu saya ceritakan semua mimpi saya tadi malam dan kejadian yang saya alami, juga siapa saya dan apa pekerjaan saya..serta perbuatan‐ perbuatan saya dalam usaha memerangi dan memperdaya agama Islam beserta umatnya.  

Bapak Tua  itu berkata: “Itu suatu petunjuk dari Tuhan bagimu, boleh percaya apa  tidak, saya bukanlah seorang ahli agama yang baik”.sekarang kamu teruskan perjalanan atau pulang” 

Sayapun lalu pulang, menelpon Gereja bahwa saya hari ini tidak enak badan, jadi nggak masuk kerja,  tapi 3  jam  kemudian,  sekitar  jam 16.00  sore  saya  kembali  lagi  ke Mesjid  itu,  lalu  saya melihat  ada  pengajian,  Pak  Tua  berpeci  itu memimpinnya,  saya  beranikan  diri  masuk  dan berkata: “pak tolong yakinkan saya”.saya ingin mengetahui tentang agama Islam sebenarnya!”. 

 Disaksikan para jamaah mesjid itu, kemudian kami berdiskusi panjang lebar hingga malam hari, saya  lalu pamitan pulang dan menyatakan pada pak  tua bahwa diskusi  ini belum  selesai dan akan kami sambung esok pagi.  

Proses  diskusi  ini memakan waktu  seminggu  lamanya,  setiap  pagi  sebelum  berangkat  kerja sekitar  jam 06.00 hingga  jam 08.00 pagi saya mampir ke mesjid tersebut dan kami berdiskusi Islam ‐ Kristen. Akhirnya setelah yakin dengan seyakin‐yakinnya, setelah mendapat penjelasan panjang  lebar dari Pak Tua, dimana  setiap penjelasan balik dari  saya yang  sangat  Ilahiah dan Alkitabiah menurut saya, ternyata dinyatakan tidak berargumen dan berdasar oleh Pak Tua dan beberapa  jemaatnya  yang  ikut  hadir  dalam  diskusi  pagi  kami,  terutama  setelah  saya mengetahui bahwa Pak Tua ternyata fasih dan hapal beberapa bagian dari Alkitab, mengetahui sejarah Gereja dan penulisan Alkitab, yang beliau tunjukkan dengan dokumen‐dokumen Kristen asli yang dia miliki yang menurut beliau pernah diberikan beberapa penginjil sekitar 30 tahun yang lalu, yang ketika saya baca, saya terkejut karena pemaparan dibuku‐buku para misionaris 30  tahun  lalu  itu  ternyata berbeda sekali dengan dokumen yang ada di Gereja sekarang yang pernah saya pelajari.  

Saya jadi ragu dan bimbang, kenapa literatur agama yang dianggap sakral oleh umat Kristiani ini bisa berubah setelah 30 tahun? Terlebih setelah Pak Tua menunjukkan dan memperbandingkan versi Alkitab cetakan tahun 1960‐an dengan versi Alkitab yang saya miliki (cetakan tahun 1990‐an), yang mana diterbitkan oleh Lembaga yang sama, kok bisa memiliki perbedaan dan revisi di sana‐sini  tanpa  penjelasan  di  edisi  baru  bahwa  telah  dilakukan  revisi?  Yang mana  revisi  itu 

Page 21: KIsah Para Mualaf

ternyata bukan sekedar perubahan EYD atau tatabahasa saja, akan tetapi juga merubah makna dan arti ayat Alkitab itu sendiri?  

Akhirnya  saya  yakin  bahwa  agama  lama  saya  ini,  Kristen  memiliki  banyak  kelemahan  dan merupakan  suatu  kesalahan  sejarah,  Islamlah  agama  penutup  dan  penggenap  itu.  Yang menggembirakan  saya  adalah  agama  Islam  itu  ternyata  juga menghargai  dan menghormati Tuhan  Yesus  sebagai  Nabi  Allah  yang  dimuliakan,  mengakui  keberadaan  agama‐agama terdahulu dan kitab‐kitab sucinya.  

Persamaan  kisah  dan  sejarah  agama  dalam  Alkitab  dan  Al‐Qur’an,  yang  lalu  disempurnakan oleh wahyu  Allah  kepada Muhammad  dalam  Al‐Qur’an,  dimana  semua  ajaran  Kristen  yang dinyatakan menyimpang  itu  dijelaskan  dengan  baik  dimana menyimpangnya  dan  direposisi kembali ajaran wahyu Ilahi itu secara benar dalam Islam. 

Penjelasan Pak Tua dan jemaatnya ini tentu tidak saya percaya begitu saja, saya juga mencoba mengajak  berdiskusi  teman‐teman  sesama Gembala  selama masa  diskusi  ini,  tetapi  jawaban rekan Gembala lain sungguh sangat menyakitkan dan ketus sekali, bahkan ada yang bilang saya ini  kena  guna‐guna  dari  bekas  Guru  Ngaji  saya  berikut  pembantu  rumah  dinas  saya,  juga pengaruh kekuatan sihir yang tersembunyi dalam buku‐buku  Islam yang saya miliki. Beberapa rekan dari Gereja Pantekosta bahkan menawarkan  jasa untuk melakukan upacara pengusiran roh  jahat  Islam di  rumah  saya dan akan mengurapi  serta mensucikan buku‐ buku  Islam yang saya miliki agar kekuatan sihirnya hilang!  

Sikap  rekan‐  rekan Gembala  ini  terasa  kontras dan  tidak  sepadan dengan  sikap Pak Tua dan jemaatnya di mesjid yang sederhana itu. Saya merasa bersalah karena telah ikut dibesarkan dan dibina  oleh  lingkungan  agama  yang  sesat,  saya  harus  segera mengambil  keputusan.  Setelah melalui  berbagai  pertimbangan  yang matang, menimbang  segala  resikonya.  Akhirnya  sudah mantap dan sudah bulat tekad saya, saya akan masuk Islam. 

Di hari Minggu  tgl. 21  Januari 2001,  jam 10.00 pagi,  saya berikrar DUA KALIMAT SYAHADAT: ASYHADU  ALLA  ILAHA  ILALLAH  WA  ASYHADU  ALLA  MUHAMMADARRASULULLAH  ‐  SAYA BERSAKSI TIADA TUHAN  SELAIN ALLAH DAN  SAYA BERSAKSI PULA BAHWA MUHAMMAD  ITU UTUSAN ALLAH.  

Saya telah menjadi Islam, saya mengganti nama menjadi Rachmat Hidayat, saya tidak memakai nama  keluarga  Tengker  lagi,  karena  ketika mengabarkan  kepada  keluarga  saya  di Manado bahwa  saya masuk  Islam, mereka murka  sekali, papa menyatakan  tidak  akan mengakui  saya sebagai  anaknya,  Oma  bahkan  mengutuk  saya  melarat  bersama  para  pendosa  Islam  dan menyatakan  bahwa  saya  telah  disihir  orang  Islam.  Lalu  saya  juga  memperoleh  surat  dari keluarga  yang  diberikan  oleh mantan  pembantu  saya  di  rumah  dinas,  bahwa  keluarga  saya sekarang tidak mengakui saya lagi dan menyatakan mencabut hak waris dalam marga saya dan saya  tidak diperkenankan menyandang nama  keluarga  Tengker  lagi. Bahkan dalam  surat  itu, papa  menyatakan  jikalau  saya  akhirnya  dianiaya  atau  dibunuh  oleh  pihak  Gereja,  mereka gembira karena  itu merupakan sarana penebus dosa saya kepada Tuhan Yesus. Naudzubillah! 

Page 22: KIsah Para Mualaf

Ya  Allah, maafkan  keluarga  saya  ini. Mereka  berkata  begini  karena mereka  tidak mengerti hakekat ketuhanan‐Mu yang sesungguhnya. 

 

= = = = 

 

 

 

KAUM MUDANYA "KEPINCUT" ISLAM,  

PEMERINTAH BELANDA KEBAKARAN JENGGOT 

Simak wawancara dgn Yassin Hartog koordinator Islam en burgerschap Belanda 

 

Pemerintah Belanda memperingatkan akan perkembangan Islam yang demikian cepat di kalangan kaum 

muda Belanda. Bahkan pandangan‐pandangan Islam mereka berkembang sangat cepat dalam beberapa 

bulan terakhir ini. 

Tajebe Gostra, koordinator nasional untuk pemberantasan terorisme di Belanda menyatakan, sekali pun 

undang‐undang  pemberantasan  terorisme  seharusnya memiliki  efek  jera  namun  situs‐situs  Islam  di 

Belanda terus berkembang dan menyebar di kalangan kaum intelektual muda Muslim. Demikian seperti 

yang dilansir kantor berita REUTERS. 

Dalam  konferensi persnya dengan  kantor berita  “REUTERS”, Gostra menambahkan,  “Di  sini, Belanda, 

kami menyaksikan  kecenderungan  yang  semakin  kuat  terhadap  fundamentalisme  di  kalangan  kaum 

muda. Kaum muda nampaknya begitu cepat dapat menganutnya. Fenomena ini juga terjadi di sekolah‐

sekolah. Sangat sulit sekali membatasi jumlah kelompok yang aktif di Belanda.” 

Kami tidak tahu seberapa besar taksiran yang telah terjadi tanpa sepengetahuan kami. Akan tetapi kami 

berkeyakinan bahwa terdapat antara 10 hingga 20 jaringan yang sangat aktif. 

Ia menyiratkan, hendaknya pemerintah Belanda bekerja lebih ekstra dalam memberantas tindakan rasis 

dan mengurangi  peluang  yang  kiranya  dirasakan  kaum muda Muslim  bahwa  tidak  ada  tempat  bagi 

mereka di tengah masyarakat barat. Ia menambahkan, hal itu terutama dirasakan setelah pembunuhan 

yang dilakukan Muhammad Buyeri, warga Muslim Belanda asal Maroko atas sutradara Theo Van Coch 

pada November 2004 lalu. 

Page 23: KIsah Para Mualaf

Upaya memberantas  terorisme  yang  dilakukan  pemerintah  selama beberapa waktu  telah menggiring 

terjadinya kekacauan dan kecemasan di kalangan penduduk. Hal yang belum pernah terjadi di Belanda 

yang berpenduduk mencapai 16 juta jiwa di mana 1 juta di antaranya adalah umat Islam. 

Aparat  keamanan  Belanda  bertekad  melancarkan  sejumlah  operasi  tahun  depan  yang  membidik 

kalangan pelajar sekolah, khususnya guna memperingatkan mereka akan bahaya latin fundamentalisme 

Islam. Demikian menurut klaim mereka. Di  samping  itu,  juga memperingatkan kaum muda agar  tidak 

membuka situs‐situs kelompok ekstrem di internet. 

Aparat  juga  berupaya memisahkan  para  tersangka  kasus  terorisme  dengan  para  napi  lainnya  guna 

mencegah penyebaran Islam di penjara.!!?? (ismo/AS/alsofwah.or.id) 

 

Integrasi Islam : Benarkah sekolah Islam di Belanda hambat integrasi? 

Inspeksi  pendidikan  Belanda  menyatakan  bahwa  sekolah‐sekolah  Islam  di  Belanda  ternyata  tidak  

menentang  integrasi  dan  juga  tidak mengajarkan  kebencian  seperti  dituduhkan  selama  ini. Demikan 

tertera  dalam  laporannya  sebagai  hasil  dari  penyelidikan  yang  dilakukan  di  sekolah‐sekolah  Islam 

Belanda. 

 

 Sudah 15 Tahun 

Sejak  hampir  15  tahun  di  Belanda  bermunculan  sekolah‐sekolah  dasar  Islam.  Sekolah‐sekolah  ini 

sebenarnya tidak berbeda dengan sekolah‐sekolah Belanda lainnya dari segi kurikulum dan kualitas guru 

mata  pelajaran  umum.  Guru‐gurunya  juga  harus  berkualitas  yang  sama  dengan  guru‐guru  sekolah 

Belanda  lainnya. Bedanya hanya pada pelajaran agama dan  suasananya. Kalau di  sekolah‐sekolah  lain 

pada pelajaran agama diajarkan tentang agama‐agama  lain, tentu di sekolah  Islam diajarkan pelajaran 

agama  Islam.  Selain  itu  suasanya  Islami.  Guru  dan  murid  perempuan  berbusana  Islam.  Juga 

diselenggarakan sholat berjamaah serta hari‐hari besar dirayakan bersama. 

 

Menebar Kebencian? 

Namun dalam hal  ini ada perbedaan antara sekolah yang satu dengan yang  lainnya. Ada yang moderat 

dan  ada  pula  yang  sangat  fundamentalis  dan malah  ekstrem.  Gara‐gara  inilah maka muncul  berita 

belakangan  bahwa  sekolah  Islam  itu  mengajarkan  kebencian  terhadap  Belanda  dan  Barat  pada 

umumnya. Ini berarti bertentangan dengan kebijakaan pemerintah Belanda yang menginginkan integrasi 

kelompok  imigran di Belanda. Oleh  karena  itu  inspeksi pendidikan di bawah departemen pendidikan 

Belanda mengadakan  penyelidikan  tadi.  Inspeksi  itu  bertujuan  untuk menjawab  pertanyaan  berikut. 

Benarkah  sekolah‐sekolah  Islam menghalangi  proses  integrasi? Dan  laporan  inspeksi  ternyata  positif. 

Sekolah Islam tidak menghalangi proses integrasi. 

Page 24: KIsah Para Mualaf

Mengenai hasil penyelidikan dinas  inspeksi pendidikan Belanda  ini,  fokus  akhir pekan mewawancarai 

Yassin  Hartog,  seorang  warga  Belanda  yang  masuk  Islam,  dari  Islam  en  Burgerschap  (Islam  dan 

kewargaan). Terlebih dahulu ditanyakan apa itu Islam en burgerschap.  

Yassin  Hartog(YH):  Islam  en  burgerschap  (Islam  dan  kewargaan)  adalah  organisasi  yang  berusaha 

meningkatkan keterlibatan muslim sebagai anggota masyarakat di Belanda. Titik tolak kami bahwa Islam 

itu sumber yang kaya norma dan nilai yang juga bisa dijadikan bahan pendekatan terhadap orang Islam. 

Kami ingin menggunakan norma dan nilai Islam untuk menggalakkan partisipasi muslim sebagai warga di 

Belanda.  

Bukan Corong Den Haag 

Radio  Nederland(RN):  "Tapi  ada  orang  bilang  organisasi  anda  ini  merupakan  corong  pemerintah 

Belanda. Jadi ini tidak benar ya? " 

YH:  "Tidak  benar.  Memang  pemerintah  Belanda  menyumbang  dana,  karena  pemerintah  menilai 

pentingnya keterlibatan semua warga di Belanda dan pentingnya perdebatan publik mengenai norma‐

norma yang dimiliki bersama. Banyak orang Belanda menduga norma‐norma  Islam  itu sangat berbeda 

dengan norma‐norma Belanda. Islam en Burgerschap justru ingin menekankan bahwa banyak kesamaan 

nilai dan norma antara Belanda dan Islam. Dan juga ingin memperlihatkan bahwa muslim bisa diaproach 

melalui itu. Sehingga orang Islam bisa lebih mudah tumbuh menjadi warga yang berpartisipasi penuh di 

Belanda.  " 

 

RN: "Ya itu kedengarannya ideal sekali, tapi apa saja kegiatan Islam en Burgerschap? " 

YH: "Pertama‐tama kami menggelar konferensi perdana pada tahun 2000. Ketika itu kami mengundang 

250 orang tokoh masyarakat Islam. Dalam kesempatan itu kami meminta mereka untuk mendiskusikan 

masalah partisipasi muslim di Belanda dengan  jemaah mereka masing‐masing. Dan diskusi  ini memang 

sudah berhasil dilaksanakan di pelbagai tempat di Belanda. Selain  itu kami  juga menggelar sayembara 

menulis essay untuk kelompok  remaja. Kami  juga menyelenggarakan pelbagai konferensi perempuan. 

Kami  juga memiliki website: www.islamenburgerschap.nl  Ya  kegiatan‐kegiatan  semacam  itulah.  Kami 

juga  pernah mencoba mengalakkan  debat  publik  di  kalangan muslim,  dan  juga  jika  perlu  berdiskusi 

dengan masyarakat Belanda lainnya. " 

  

Sekolah Islam Bukan Halangan Integrasi 

RN: "Sekarang saya mau kembali ke topik aktual yaitu tentang laporan kementerian pendidikan Belanda 

mengenai  sekolah‐sekolah  Islam di Belanda. Antara  lain  tertera di  laporan  itu bahwa  sekolah‐sekolah 

Islam tidak menghalangi integrasi warga muslim di Belanda, seperti diduga orang selama ini. Bagaimana 

komentar anda? " 

Page 25: KIsah Para Mualaf

YH:  "Islam  en  burgerschap  dengan  senang  hati mendengar  hasil  penelitian  yang  dilaksanakan  oleh 

inspeksi  pendidikan  Belanda.  Tahun  lalu  juga  ada  laporan  dari  dinas  intelijen  Belanda  AIVD  yang 

mengesankan bahwa sekolah‐sekolah Islam di Belanda menghalangi proses integrasi dan malah dituduh 

mengajarkan  kebencian  terhadap  kelompok  non  muslim  dan  terhadap  nilai‐nilai  Barat.  "  

 

"Dari  penyelidikan  inspeksi  pendidikan  ternyata  pendidikan  yang  diberikan  di  sekolah‐sekolah  Islam 

tidak bertentangan dengan nilai‐nilai dasar demokrasi negara hukum. Ternyata pula sekolah‐sekolah itu 

menggalakkan integrasi. Malah kadang lebih aktif dari sekolah‐sekolah Belanda biasa. Selain itu prestasi 

anak‐anak tamatan sekolah Islam tidak ketinggalan dibandingkan dengan sekolah‐sekolah Belanda yang 

lain. Malah ada yang  lebih baik. Jadi, dapat disimpulkan,  laporan  itu positif bagi sekolah‐sekolah Islam. 

Dan kami harap dengan demikian semoga citra sekolah Islam membaik. " 

 

RN:  "Tapi  ada  catatan  pinggir  dari  laporan  itu,  yaitu  bahwa  tenaga  pengajar mata  pelajaran  agama 

konon keterampilannya kurang. " 

YH: "Ya itu benar. ISBO, gabungan pengurus sekolah Islam di Bealnda, menyadari itu. Makanya sekarang 

orang  sedang  sibuk menyusun metode pengajaran agama  Islam yang  cocok dengan konteks Belanda, 

bersama dengan lembaga penyusun kurikulum. Pada 2004 diharapkan akan tersusun metode pelajaran 

agama  Islam yang berbobot. Selain  itu  juga akan diadakan perbaikan kualitas didaktik pedagogik bagi 

para tenaga pengajar. Hal ini juga akan digarap oleh ISBO tadi. " 

 Diskriminasi Pasca 11 September 

RN:  "Saya mau  berpindah  kepada  pertanyaan  umum  lagi.  Banyak  orang menduga warga muslim  di 

Belanda  didiskriminasi  terutama  sejak  11  September.  Bagaiman  sebenarnya  duduk  perkaranya?  Apa 

memang benar demikian? " 

YH: "Di Belanda ada sekitar 800.000 sampai sejuta muslim. Setelah peristiwa September kondisi mereka 

memang  lebih  sulit.  Suasana  politik  bertambah  keras.  Perdebatan  juga memanas.  Tapi  hasil  positif 

penyelidikan mengenai sekolah‐sekolah Islam tadi menunjukkan bahwa kekhawatiran terhadap Islam itu 

ternyata dugaan belaka. Inspeksi pendidikan sudah memeriksa secara mendalam sekolah‐sekolah Islam. 

Semuanya  diperiksa.  Tegel‐tegel  di  pekarangan  sekolah  pun  ibaratnya  ikut  dibongkar.  " 

 

"Akhirnya hasil pemeriksaan  itu positif. Untuk menghilangkan duga‐dugaan negatif warga Belanda  itu, 

masih banyak yang harus dilakukan oleh muslim di Belanda. Tapi muslim di Belanda  lambat  laun  juga 

semakin mampu mengorganisir diri. Saat  ini sedang giat membentuk badan kontak antara muslim dan 

pemerintah  Belanda.  Sehingga  memiliki  badan  yang  mewakili  warga  muslim  untuk  memberi  advis 

kepada pemerintah tentang hal ini. " 

Demikian Yassin Hartog koordinator Islam en burgerschap. (Radio Nederland) 

 

Page 26: KIsah Para Mualaf

IBU DEWI : TAK SANGGUP KUTOLAK KEBENARAN ISLAM 

 

Alhamdulillah, atas sumbangan pakdenono streaming ceramah mualaf muslimah Dewi Purnamawati  telah kami 

tambahkan, artike  lengkapnya pernah ditampilkan dengan  jutul Dewi Purnamawati  :  Isi Bibel Mengantarkannya 

untuk memeluk Islam. 

Kami 3 bersaudara  ‐saya dan 2 adik saya‐ dididik dengan ketat dalam kehidupan kristen yang taat dan 

sangat kuat. Sejak kecil sudah dicekoki doktrin‐doktrin kristen. Merendahkan & apriori terhadap  Islam. 

Harus mampu menampakkan bahwa kristen adalah KASIH. Digembleng menjadi militan untuk mampu 

memasuki dan mempengaruhi kehidupan masyarakat P. Lombok yang mayoritas beragama Islam, kami 

semua aktif dalam penginjilan/pemurtadan. Contoh keberhasilan didikan  ibu adalah adik saya  laki‐laki, 

sejak  kira‐kira  Th. 1997  ia menjadi pendeta di daerah Cimahi  setelah menamatkan  S2 nya di  Institut 

Agama Kristen TIRANUS Cimahi Bandung.  

 

Dewi Purnamawati : Isi Bibel Mengantarkannya untuk memeluk Islam 

Dewi Purnamawati nama saya, kelahiran Solo Th. 1962. Tahun 1971, Mase (panggilan saya kepada ayah) 

yang pegawai AURI pindah tugas ke P. Lombok sehingga saya besar di P. Lombok sampai lulus SLTA Th. 

1981. Kemudian kuliah di  IKIP Negeri Yogyakarta  sampai  lulus Th. 1985.  Sejak Th. 1986  saya kembali 

menetap di Solo dan mengabdikan diri sebagai guru listrik di STM Negeri 2 Surakarta yang saat ini nama‐

nya SMKN V Surakarta. 

Pengaruh  kekristenan  ibu  yang  aktifis  gereja  sangat  kuat,  Th.  1971 Mase  yang  semula  Islam  tidak 

sekedar dikristenkan ibu tetapi bahkan berhasil dibina menjadi aktifis penginjilan yang militan & handal. 

Mase dianggap punya kelebihan  talenta. Mampu berinteraksi dan mengusir kuasa kegelapan, padahal 

kemampuan metafisik/paranormal  semacam  itu yang mereka anggap kelebihan dan anugerah Tuhan, 

dalam kacamata  Islam  justru  indikasi  lemahnya Tauhid, karena menurut ajaran  Islam talenta semacam 

itu sebenarnya berasal dari setan. 

Kami 3 bersaudara  ‐saya dan 2 adik saya‐ dididik dengan ketat dalam kehidupan kristen yang taat dan 

sangat kuat. Sejak kecil sudah dicekoki doktrin‐doktrin kristen. Merendahkan & apriori terhadap  Islam. 

Harus mampu menampakkan bahwa kristen adalah KASIH. Digembleng menjadi militan untuk mampu 

memasuki dan mempengaruhi kehidupan masyarakat P. Lombok yang mayoritas beragama Islam, kami 

semua aktif dalam penginjilan/pemurtadan. Contoh keberhasilan didikan  ibu adalah adik saya  laki‐laki, 

sejak  kira‐kira  Th. 1997  ia menjadi pendeta di daerah Cimahi  setelah menamatkan  S2 nya di  Institut 

Agama Kristen TIRANUS Cimahi Bandung. 

Dia  telah  sukses  mengkristenkan  orang  satu  kampung  melalui  cara  mengajarkan  dan  membantu 

masyarakat berusaha dengan mengelola  tanaman hidrophonik, sementara adik saya perempuan, aktif 

penginjilan di  P. Madura. Obsesinya mengkris‐tenkan para  kiai.  Sebab peluang  itu  ada!  Kalau malam 

minggu dia menga‐mati kiai nyebrang ke Surabaya, pakaian kiai‐nya ditanggalkan dan ganti pakai celana 

jeans dan T.Shirt lalu asyik dalam dunia hiburan!. 

Page 27: KIsah Para Mualaf

Saya  sendiri,  suami pertama adalah aktifis HMI  sekaligus pengurus pengajian yang  telah berhasil  saya 

kristenkan,  tetapi  akhirnya  kami  bercerai  juga.  Memang  kristen  mengajarkan  “Apa  yang  telah 

dipersatukan  Tuhan  tidak  boleh  diceraikan  manusia. ”  tetapi  pendeta  akhirnya  mengijinkan  kami 

bercerai, ia tidak punya solusi. 

Anak  saya  sejak perceraian  itu dipelihara  ibu di  Lombok,  ia dididik  ibu menjadi  kristen militan. Tidak 

boleh  saya ambil untuk  saya didik di Solo, kecuali kalau  saya balik ke kristen. Anak  saya yang  semata 

wayang  itu,  untuk  mendapatkannya  ibarat  “toh  nyowo”  hampir  keguguran  sampai  3  kali. 

 

Tepatnya malam 27 Ramadhan th. 2004, dengan sadar & tanpa beban telah memutuskan hubungan ibu‐

anak  dengan  saya,  karena meski‐pun  diiming‐imingi,  diancam  dan menanggung  resiko  apapun  saya 

tetap  Islam  tidak mau balik Kristen. Dengar‐dengar  sekarang  ini  ia kuliah di  Jawa mengambil Pastoral 

Konseling  di  sekolah  theologi,  dalam  rangka  menjadi  seorang  pendeta  “  wallaahu  a’lam. 

 

Sejak  itu pula saya di PHK keluarga saya. sama nenek saya  , Pakde Bud, Bapak‐ibu dan adik‐adik yang 

sejak kecil  saya yang mengasuh, membiayai pendidikan & pernikahan mereka. Sebenarnya  sejak kecil 

saya sudah sering merasa sangsi, bimbang, bingung, galau dan ragu dengan ajaran Kristen. Banyak sekali 

kejanggalan,  banyak  hal  tidak  sesuai  dengan  akal  sehat,  tetapi  saya  tetap  mencoba  setia  dengan 

kekristenan saya. Tetap melakukan penginjilan walau kegalauan semakin hari semakin membengkak dan 

terasa menyiksa. Pindah agama Islam? Wow”..sorry! secuilpun tak ada minat, image Islam tidak menarik 

sama sekali! kalau benci “ memandang rendah “. Ya!. 

Namun  yang  namanya  hidayah,  kalau  Allah menghendaki maka  tidak  ada  seorangpun  yang mampu 

menolaknya meskipun semula ia sangat membencinya. 

Saya meragukan  kesempurnaan  Bible,  pikir  saya  “Kalau  buku  sudah  benar  dan  sempurna  tidak  usah 

direvisi, kalau kitab  Injil  sudah  sempurna mengapa Allah masih menurunkan Al‐Qur’an ?”  Itulah yang 

mengusik logika saya dan meluluhkan ke‐Kristen‐an saya. 

Saya mulai meragukan Kristen, NATAL! Perayaan paling meriah dan ibadah paling sakral di dalam Kristen 

dan dirayakan setiap 25 Desember., tetapi tidak satupun ayat alkitab yang membahasnya atau minimal 

menyinggungnya,  bahkan  terbukti  perayaan Natal  pada  tanggal  25  Desember  adalah  perayaan  yang 

merayakan  kelahiran berhala‐berhala pra  Kristen,  yaitu dewa Mithra  yang dianggap putra  tuhan dan 

cahaya dunia  (dewa matahari), Osiris, Adonis, Dionysus, Khrisna.  Jadi  jelas bahwa perayaan Natal  itu 

mengadopsi  dan  melestarikan  perayaan  tuhan‐tuhan  para  penyembah  berhala.  Bahkan  hari  suci 

mingguan Kristen yang semula menghormati hari Sabat Yahudi yaitu hari Sabtu, oleh Kaisar Konstantin 

digeser dan disesuaikan dengan hari  suci mingguan para penyembah berhala yang memuliakan dewa 

matahari yaitu Hari Matahari (SUN DAY) / hari Minggu. 

Saya  juga  mulai  meragukan  isi  Alkitab  sendiri,  misalnya  : 

Janganlah engkau minum anggur atau minuman keras, engkau serta anak‐anakmu, bila kamu masuk ke 

dalam Kemah Pertemuan, supaya jangan kamu mati. Itulah suatu ketetapan untuk selamanya bagi kamu 

turun‐temurun. Imamat 10:9 

Page 28: KIsah Para Mualaf

 

Dalam  ayat  tersebut  Allah melarang minum  anggur  dan mabuk  tetapi  kenapa  dalam  Injil  karangan 

Yohanes  2:7‐10  dikisahkan  Mukjizat  Yesus  malah  mengubah  enam  drum  air  menjadi  anggur  yang 

memabukkan ? 

Kenapa  kisah porno dan  cabul bertebaran di  “Kitab  Suci Bible” misalnya di dalam  kitab  Kitab  Kidung 

Agung misalnya : 

 

Kiranya ia mencium aku dengan kecupan! Karena cintamu lebih nikmat dari pada anggur KA 1:2 

 

Tangan kirinya ada di bawah kepalaku, Tangan kanannya memeluk aku. KA 2:6 

 

Bagaikan seutas pita kirmizi bibirmu  Seperti dua anak rusa buah dadamu,  Seperti anak kembar kijang 

yang tengah makan rumput  Di tengah‐tengah bunga bakung. KA 4:3,5 

 

Pusarmu seperti cawan yang bulat, Yang tak kekurangan anggur campur. Perutmu timbunan gandum, 

berpagar bunga‐bunga bakung. Seperti dua anak rusa buah dadamu, 

Seperti anak kembar kijang. KA 7:2‐3 

 

Sosok tubuhmu seumpama pohon korma dan Buah dadamu gugusannya.7 

Aku ingin memanjat pohon korma itu dan Memegang gugusan‐gugusannya. 

Kiranya buah dadamu seperti gugusan anggur dan Nafas hidungmu seperti buah apel KA 7:7‐8 

 

 

Kenapa Allah Yang Maha Esa diakui terdiri dari 3 unsur tuhan tetapi dipaksakan dikatakan satu (trinitas/‐ 

tritunggal)?  Seabreg  kemusykilan  dan  seabreg masalah  yang  jauh  dari  akal  sehat  dan  tidak  selaras 

dengan nalar. 

Saya  jadi malas  pergi  ke  gereja  dan  enggan membuka  injil  karena  ada  revisinya  yaitu Al‐Qur’an  dan 

ketika teman meminjami buku berjudul “Akhlahk Islam” masya Allah saya begitu ta’jub karena hal yang 

kecil diperhatikan dan ada tuntunan didalam Islam. Misal sehabis bersenggama wajib mandi besar, yang 

lewat lebih dulu memberi salam, istri pergi tidak cukup minta ijin tetapi suaminya harus ridho. Tentu hal 

yang  besar  lebih  diperhatikan  lagi!  Setelah  bertahun‐tahun  dalam  kebimbangan,  perenungan  dan 

pergulatan  batin  serta  berdoa memohon  petunjuk  kebenaran  kepada  Tuhan  yang  sebenar‐benarnya 

Tuhan, maka saya memutuskan memeluk agama Islam pada Februari 1999. 

Beberapa bulan berikutnya saya menikah untuk kedua kalinya dan yang mengantarkan saya pada Islam. 

Tetapi teman‐teman saya yang mayoritas Islam tidak berusaha mendakwahi saya, entah karena tidak PD 

Page 29: KIsah Para Mualaf

atau  tidak  paham  bahwa  Islam  itu  agama  luar  biasa,  sempurna!.  Tetapi  justru  saya  yang  getol 

menyampaikan Kristen kepada mereka. 

Setelah  keislaman  saya,  beberapa  ujian  datang  dari  teman‐teman/tetangga  yang  Kristen  atau  orang 

Islam yang mencurigai ke‐Islam‐an  saya, usaha  saya bangkrut ditipu kyai yang berkedok membimbing 

saya, saya sempat terperosok ke dalam aliran Islam sesat, suami saya yang staf manajer mengundurkan 

diri karena diskriminatif. Ketika semangat Islam saya baru bersemi suami meninggal dan saya sakit keras 

dan sedihnya uang di dompet tinggal Rp.10.000,‐. 

Seminggu kemudian Ibu saya mengultimatum saya bila memilih Islam biaya hidup mulai kecil dianggap 

sebagai  hutang.  Saat  ini  saya  bergabung  di  Forum  Arimatea  Solo  dan  turut  berdakwah  bahayanya 

kristenisasi  dan  membentengi  umat  Islam  dari  bahaya  pemurtadan.  Untuk  ini  saya  sudah  6  kali 

menerima ancaman, baik akan dilaporkan di kelurahan, kepolisian dan akan dibunuh, tetapi saya tidak 

gentar  karena  Allah  yang  Maha  Kuasa  dan  Maha  menepati  janji  telah  menjanjikan  “Barang  siapa menolong agama Allah maka Allah akan menolongnya” Dan siapapun tidak akan mampu mendatangkan 

kemudharatan jika Allah tidak menghendaki. 

Inilah  sekelumit  perkenalan  saya  dan  liku‐liku  hidup  saya  dalam  menerima  dan  mempertahankan 

hidayah Al‐Islam (al‐islahonline) 

 

===== 

 

 

KABAR DARI NEW YORK : KEKAGUMAN KATHERINA WESLEY 

KDNY (Kabar Dari New York) 

 

Awalnya,  ia  hanya  ingin  meneliti  Islam,  khususnya  fikih  dan  perbandingan  hukum  Islam.  Tapi,  ia 

mengaku  "jatuh  cinta"  pada  Islam.  Sejak  dua  bulan  terakhir  ini,  the  Forum  for  non/new  Muslims 

membahas  tafsir S. Al‐Hujurat Al‐Quran. Rupanya metode pembahasan dengan menjelaskan kata per 

kata  cukup  menarik  bagi  banyak  peserta.  Memang  di  antara  peserta  itu  sudah  ada  yang  pernah 

Page 30: KIsah Para Mualaf

mengambil kursus bahasa Arab. Sehingga pembahasan ayat‐ayat Al‐Quran dengan pendekatan "kata per 

kata" dan mendalami makna ayat‐ayatnya dengan mendalami makna dari setiap kata menjadi daya tarik 

tersendiri.  

 

Hari pertama saja, ketika saya menjelaskan kata 'aamanuu' pada ayat "yaa aayuhalladzina aamanuu laa 

tuqaddimuu”,  “dst", mengambil  waktu  yang  cukup  panjang  untuk  menjelaskan  semua makna  yang 

terkait dengan kata itu.  

Dimulai dari kata "amina‐ya'manu‐amnun" yang berarti "aman", hingga "aamana‐yuuminu‐I'maan wa 

amaanah" yang berarti "amanah" atau kepercayaan. 

Duduk di salah satu sudut ruangan yang tidak terlalu luas itu, seorang gadis bule. Wajahnya putih bersih 

dan  penuh  senyum,  tapi  menampakkan  sikap  pemalu.  Sesekali  gadis  itu  menyelah  seolah‐olah 

membenarkan  penjelasan  saya,  atau  menguatkan  argumentasi‐argumentasi  yang  saya  berikan. 

 

Saya memang agak terkejut. Apalagi gadis  ini belum saya kenal dengan baik. Maka, dalam sebuah sesi 

hari Sabtu itu saya Tanya, "may I ask you?" 

 

"Yes sir!" jawabnya sopan. 

 

"Do you speak Arabic?", tanyaku. 

 

 

"Oh no!", katanya malu‐malu. "But I took some course on Arabic", lanjutnya. 

"Di  mana  anda  mengambil  kursus  Arab,  dan  bagaimana  tingkat  bahasa  Arab  mu?"  tanyaku. 

 

Dengan  sedikit  tertawa  dia  mengatakan,  "Jujur  saya  malu  mengatakannya.  Saya  baru  pemula."  

 

"Saya juga pemula! Jawab saya sambil bercanda. 

Menjelang  akhir  kelas, dua  Sabtu  lalu,  Katherine,  demikian dia mengenalkan diri,  seperti  ingin  sekali 

mengatakan  sesuatu  tapi  sepertinya  sangat malu,  atau  sepertinya  berat  untuk  disampaikan.  Sesekali 

ingin mengatakan  sesuatu,  namun  setiap  kali  saya  pancing  untuk  berbicara,  jawabannya  "am..amm 

never mind!", seperti gaya anak remaja yang cuwek. 

Setelah  kelas  bubar,  barulah  Katherine mendekat  dan meminta waktu  untuk  berbicara. Oleh  karena 

waktu saya singkat, saya katakan, apakah dia perlu waktu panjang? 

"Tidak, hanya perlu waktu anda beberapa menit saja," katanya. 

Page 31: KIsah Para Mualaf

Saya kemudian meminta  izin untuk menyelesaikan beberapa hal yang perlu saya selesaikan. Beberapa 

saat  kemudian  saya  memintanya  untuk  masuk  ke  'conference  room'.  Katherine  masuk  ke  ruang 

conference dan berencana menutup pintu, tapi saya memintanya untuk tetap pintu terbuka. "It's fine, 

don't close it", kata saya. 

"Alright Katherine! Adakah hal yang bisa aku bantu?", saya memulai percakapan siang itu. 

"Iman (maksudnya Imam), are you familiar with Imam Latif?", tanyanya. 

"Latif  yang mana  yang  anda maksudkan? Aku mempunyai  beberapa  nama  Latif  dalam memori  ku", 

kataku merujuk kepada kenyataan bahwa saya mengenal beberapa teman yang kebetulan bernama Latif 

atau Abdul Latif. 

"I think he is the Imam at the NYU", jawabnya. 

"Oh yeah, he is the Muslim Chaplain at the NYU and as well the Muslim Chaplain for the NYPD", jelasku. 

Saya kemudian bertanya, ada apa dengan Imam Khalid Latif (nama lengkap Chaplain yang dimaksud) itu. 

Barulah  kemudian  saya  tahu  kalau Katherine  itu  adalah mahasiswa  S3 di NYU,  yang  ternyata  sedang 

menulis disertasinya dalam perbandingan madzhab Maliki dan Syafi'i. 

"Aku telah menghadiri sebagian dari ceramah kuliah dan kutbahnya."  (maksudnya Khutbah)", katanya 

mengenai Imam Latif. 

Saya  kemudian  bertanya,  kenapa  ingin  berbicara  ke  saya  siang  itu?  Dari  percakapan  itu  ternyata 

Katherine sudah meneliti Islam, khususnya fikih dan perbandingan fikih dalam hukum Islam. "For me, it's 

simply  amazing!"  (bagiku  itu  benar‐benar  mengagumkan),  katanya  mengenai  diskusi‐diskusi  atau 

perdebatan‐perdebatan  yang  terjadi  di  antara  pada  ulama  Islam.  Menurutnya,  semakin  dia  dalam 

perberdaan pendapat para ulama itu, semakin sadar bahwa Islam itu begitu menjunjung tinggi ilmu dan 

semangat  pencarian  (inquiries).  Dia  bahkan mengetahui  betul  bahwa  semangat  inilah  yang  pernah 

menjadikan Islam jaya dalam segala lini kehidupan manusia. 

"And so, what I can do for you?", tanya saya. Maksud saya, barangkali ingin mendiskusikan sesuatu yang 

berhubungan dengan disertasinya. Atau mungkin ingin mengklarifikasi tentang sesuatu dalam penelitian 

yang dilakukannya. 

Katherine terdiam dan bahkan menunduk beberapa saat. "Saya berfikir untuk memeluk Islam," katanya 

seraya meneteskan airmata. 

Tanpa  terasa saya hanya  langsung mengucapkan "alhamdulillah!". Bagi Katherine  tentu kata  ini bukan 

sesuatu  yang  asing  lagi.  Mendengar  itu  dia  hanya  tersenyum  seraya  mengusap  airmatanya. 

 

"Are you sure, Katherine?". 

"Yes,  I  am  sure.  Pada  dasarnya,  saya  telah  memikirkan  tentang  dalam  waktu  yang  cukup  lama," 

katanya. 

Page 32: KIsah Para Mualaf

 

Saya  kemudian  mencoba  menjelaskan  kembali  makna  berislam.  Bahwa  beislam  itu  bukan  sekedar 

mengetahui  kebenaran  ini,  tapi  dari  itu  merupakan  komitmen  hidup  untuk  melakukan  perubahan 

internal maupun eksternal untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. 

Saya memang tidak berpanjang  lebar  lagi berbicara kepada Katherine. Saya tahu Katherine sebenarnya 

tahu banyak tentang Islam, dan bahkan mungkin lebih banyak tahu dari 'average Muslims' yang terlahir 

dari  orang  tua Muslim.  Apalagi memang  dia  telah meneliti  hukum  Islam,  khususnya mengenai  fikih 

Islam. 

 

"Are you ready?", kembali saya tanya. 

"Yes!", jawabnya tegas. 

Saya meminta ke resepsionis untuk mencarikan dua orang saksi. Setelah saksi hadir di ruang pertemuan 

itu, saya memulai menuntun Katherine mengikrarkan: 

"Laa ilaaha illa Allah‐Muhammadan Rasul Allah". 

Diikuti pekik Allahu Akbar, saya mendoakan semoga Katherine dikuatkan dan bahkan menjadi da'iyah di 

jalanNya. Alhamdulillah! [www.hidayatullah.com] 

New York, April 18, 2008 

==== 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 33: KIsah Para Mualaf

WAHYU SOEPARNO PUTRO (DALE ANDREW) :  

HIDAYAH ADZAN SUBUH 

 

Awalnya, suara adzan Subuh adalah "musuh" bebuyutan Wahyu Soeparno Putro.  Ia merasa, suara  itu 

sangat terganggu  tidurnya. Namun siapa nyana, suara adzan Subuh  itu pula yang  justru membawanya 

menemukan jalan menjadi seorang mualaf ‐‐ seorang pemeluk Islam. 

Sepenggal  kesaksian  spiritual  itu  seperti  tak  pernah  bisa  dilupakan  pada  ingatan  lelaki  kelahiran 

Skotlandia, 28 Juli 1963. Termasuk ketika berbincang santai kepada Republika yang menemuinya di sela‐

sela kesibukannya melakoni  syuting  sebuah program  televisi di  Jakarta, Senin  (4/6)  lalu. Kenangan  itu 

ibaratnya  telah menjelma menjadi  semacam  sebuah  napak  tilas  spiritual  tertinggi  bagi  pemilik  nama 

lahir Dale Andrew Collins‐Smith. Ia antusias ‐‐ walau kadang dengan berkaca‐kaca ‐‐ menceritakan kisah 

yang  dilaluinya  sekitar  12  tahun  silam.  Tepatnya,  sekitar  pada  1999  atau  lima  tahun  setelah 

pengelanaannya ke Yogyakarta. 

Dale saat itu datang ke Yogyakarta dari Australia untuk mencari nafkah dari perusahaan kerajinan yang 

memekerjakan sedikitnya 700 karyawan. 

Di Kota Gudeg itu, dia tinggal mengontrak bersama teman. Namun seiring waktu berjalan, dia kemudian 

bertemu  dengan  Soeparno.  Soeparno  ini  adalah  ayah  beranak  lima  yang  bekerja  sebagai  seorang 

satpam.  Singkat  cerita Dale  ini  kemudian diajak menetap bersama di  rumah  Soeparno  sekaligus  juga 

diangkat sebagai anak dari keluarga besar Soeparno. 

Rumah Soeparno ini letaknya hanya sepelemparan batu saja ke arah masjid. Karena tak jauh dari masjid, 

tak  mengherankan  kalau  setiap  pagi  suara  adzan  Subuh  itu  seperti  meraung‐raung  di  dekat  daun 

telinganya. Rutinitas itu akhirnya membuat Dale selalu terbangun di pagi hari. 

Bahkan setelah menetap cukup lama di rumah Soeparno itu, dia selalu terbangun 5‐10 menit lebih awal 

dari adzan Subuh.  ''Ini yang membuat saya heran,'' katanya.  ''Padahal sejak kecil saya  tak pernah bisa 

bangun  pagi,  tapi  di  sana  (Yogyakarta)  saya mampu merubah  pola  hidup  saya  untuk  bangun  pagi.'' 

 

Di  tengah proses menemukan  'hidayah', Dale  yang  telah menjadi  yatim‐piatu  sejak usia 20  tahun  itu 

kemudian mulai banyak bertanya‐tanya  tentang  Islam. Hal‐hal  sederhana  tentang  Islam  seperti  sholat 

Page 34: KIsah Para Mualaf

sampai  puasa  menjadi  pertanyaan  yang  mengusik  batinnya.  Terkadang  ia  pun  tak  sungkan  untuk 

bertanya kepada rekan‐rekannya yang menganut Islam. 

Pergaulan yang kian terjalin akrab dengan  lingkungan Yogya  itu ternyata melahirkan pula sebuah sikap 

toleransi  beragama  pada  diri  Dale.  Ketika  Ramadhan  tiba  dan  rekan‐rekannya  berpuasa,  dia  seakan 

terpanggil  untuk  'ikut‐ikutan'  berpuasa.  ''Awalnya  saya  cuma  ingin mengetahui  saja  seperti  apa  sih 

rasanya puasa,'' kata dia.  ''Tetapi setelah tahun ke dua atau ketiga di sana, puasa saya ternyata sudah 

full hingga puasa tahun kemarin,'' sambungnya dengan penuh bangga. 

Eksperimentasi dalam menjalani ibadah puasa maupun rutinitas bangun pagi menjelang adzan Subuh itu 

kemudian memberikan pula semacam perasaan tenang yang menjalar di dalam diri Dale. ''Saat itu saya 

merasa seperti sudah sangat dekat saja dengan orang‐orang di sekitar saya,'' katanya sambil mengaku 

pada fase tersebut dia sudah semakin fasih berbicara Indonesia. 

Tak merasa cukup  terjawab tentang  Islam pada rekan sepergaulan, Dale kemudian memberanikan diri 

untuk bertanya kepada ketua pengurus masjid dekat tempatnya tinggal. Tapi sekali lagi, hasratnya untuk 

mengetahui  Islam masih belum  terpuaskan. Maka pada  suatu ketika, bertemulah dia dengan  seorang 

ustad  bernama  Sigit.  Ustad  ini masih  berada  satu  kampung  dengan  tempat  tinggalnya  di  kediaman 

Soeparno. 

 

''Waktu saya ceritakan tentang pengalaman saya, dia malah berkata kepada saya,''Sepertinya malaikat 

mulai dekat dengan kamu','' kata Dale menirukan ucapan Pak Sigit. 

Mendengar ucapan  itu, Dale merasakan seperti ada yang meledak‐ledak di dalam dirinya.  ''Semuanya 

seperti jatuh ke tempatnya,'' kata dia menggambarkan situasi emosional dirinya ketika itu. ''Saat itu saya 

juga sudah bisa menangkap secara akal sehat tentang  Islam,'' ujarnya  lagi. Ledakan yang ada di dalam 

diri  itu kemudian membawa Dale  terus menjalin hubungan dengan Pak Sigit. Dari sosok ustad  itu, dia 

mengaku mendapatkan sebuah buku tentang  Islam dan muallaf. Dan pada saat  itu pula, niatnya untuk 

mempelajari sholat kian menggelora. 

Di  saat  hasrat  di  dalam  diri  semakin  'merasa'  Islam, Dale  kemudian  bertanya  pada  Soeparno.  ''Saya 

merasa  lucu  karena  sudah  seperti merasa Muslim,''  kata  dia  kepada  Soeparno.  ''Tetapi  bagaimana 

caranya,'' sambung dia kembali. Mendengar ucapan pria bule, Soeparno sangat terkejut. Lantas lelaki ini 

menyarankan agar Dale masuk Islam saja melalui bantuan Pak Sigit. 

Lantas tidak membutuhkan waktu  lama  lagi, sekitar medio 1999, Dale Andrew Collins‐Smith kemudian 

berpindah  agama  sekaligus  berganti  nama menjadi Wahyu  Soeparno  Putro.  Dan,  prosesi  'hijrah'  itu 

dilakukannya  di masjid  yang mengumandangkan  adzan  Subuh  dekat  rumahnya.  Yang  dulu  dianggap 

"mengganggu" tidurnya.... (RioL) 

 

Dale Andrew Collins Smith 

Nama sekarang: Wahyu Soeparno Putro 

Lahir : Skotlandia, 28 Juli 1963 

Page 35: KIsah Para Mualaf

Pendidikan: 

Centre for the Performing Arts (Adelaide Australia) 

Victorian College of the Arts (Melbourne Australia) 

Profesi : Pemain Sinetron dan Presenter . 

= = = = 

 

 

MANTAN PENDETA MASUK ISLAM :  

YAHYA YOPIE DAN KELUARGANYA 

  

Warga di kota Tolitoli di penghujung bulan Ramadan 1427 Hijriah belum  lama  ini, dihebohkan dengan 

salah seorang pendeta bersama seluruh keluarganya memeluk Islam. Di mana‐mana santer dibicarakan 

soal  Pendeta  Yahya  Yopie Waloni  dan  keluarganya masuk  Islam.  Bahkan media  internet  pun  sudah 

mengakses kabar ini. Bagaimana aktivitas eks pendeta itu setelah memeluk Islam. Berikut kisahnya:  

PAGI menjelang  siang  hari  itu,  nuansa  Idul  Fitri  1427  Hijriah masih  terasa  di  Tolitoli.  Hari  itu  baru 

memasuki hari ke‐9 lebaran. Kendati terik panas matahari masih mengitari Tolitoli dan sekitarnya, tetapi 

denyut aktivitas warga tetap seperti biasa.  

 Begitupun  di  sekitar  Jalan  Bangau,  Kelurahan  Tuweley,  Kelurahan  Baru,  Kabupaten  Tolitoli. Aktivitas 

sehari‐hari warga berjalan seperti biasa. Kecuali di salah satu rumah kost di  jalan  itu, pintunya tampak 

masih tertutup rapat. Di rumah kost  inilah, Yahya Yopie Waloni (36), bersama  istrinya Lusiana (33) dan 

tiga orang anaknya tinggal sementara.  

“Pak  Yahya  bersama  istrinya  baru  saja  keluar.  Sebaiknya  bapak  tunggu  saja  di  sini,  sebelum  banyak 

orang. Karena kalau pak Yahya ada di sini banyak sekali tamunya. Nanti bapak sulit ketemu beliau,”  jelas 

ibu Ani, tetangga depan rumah Yahya kepada Radar Sulteng.  

 Yahya bersama  istrinya memeluk  Islam secara sah pada hari Rabu, 11 Oktober 2006 pukul 12.00 Wita 

melalui tuntunan Komarudin Sofa, Sekretaris Pimpinan Cabang Nahdlatul Ulama (NU) Tolitoli. Hari itulah 

Yahya dengan tulus mengucapkan dua kalimat syahadat.  

 Setelah memeluk  Islam,  nama  Yahya  Yopie Waloni  diganti  dengan Muhammad  Yahya,  dan  istrinya 

Lusiana diganti dengan Mutmainnah. Begitupun ketiga anaknya. Putri tertuanya Silvana (8 tahun) diganti 

dengan nama Nur Hidayah, Sarah (7 tahun) menjadi Siti Sarah, dan putra bungsunya Zakaria (4 tahun) 

tetap menggunakan nama itu.  

  

Page 36: KIsah Para Mualaf

Mohammad Yahya sebelum memeluk Islam, pernah menjabat Ketua Sekolah Tinggi Theologia Calvinis di 

Sorong  tahun 2000‐2004. Saat  itu  juga  ia  sebagai pendeta dengan  status  sebagai pelayan umum dan 

terdaftar pada Badan Pengelola Am Sinode GKI di tanah Papua, Wilayah VI Sorong‐Kaimana. Ia menetap 

di Sorong sejak tahun 1997. Tahun 2004 ia kemudian pindah ke Balikpapan. Di sana ia menjadi dosen di 

Universitas Balikpapan  (Uniba) sampai  tahun 2006. Yahya menginjakkan kaki di kota Cengkeh, Tolitoli, 

tanggal 16 Agustus 2006.  

 Sambil  menunggu  kedatangan  Yahya,  ibu  Ani  mempersilakan  Radar  Sulteng  masuk  ke  rumahnya. 

Sebagai tetangga, Ibu Ani tahu banyak aktivitas yang terjadi rumah kontrakan Yahya. “Pak Yahya pindah 

di sini kira‐kira baru tiga minggu  lalu. Sejak pindah, di sini rame terus. Orang‐orang bergantian datang. 

Ada  yang  datang  dengan  keluarganya. Malah  ada  yang  rombongan  dengan  truk  dan  Kijang  pickup. 

Karena rame sekali terpaksa dibuat sabua (tenda, red) dan drop kursi dari kantor Lurah Tuweley,” cerita 

ibu Ani.  

 Hari  pertama  Yahya  pindah  di  Jalan  Bangau  itu,  orang‐orang  berdatangan  sambil  membawa 

sumbangan.  Ada menyumbang  belanga,  kompor,  kasur,  televisi,  Alquran,  gorden  dan  kursi. Mereka 

bersimpati  karena  Yahya  sekeluarga  saat  pindah  dari  tempat  tinggal  pertamanya  hanya  pakaian  di 

badan. Rumah yang mereka tempati sebelumnya di Tanah Abang, Kelurahan Panasakan adalah fasilitas 

yang diperoleh atas bantuan gereja. Sehingga barang yang bukan miliknya ia tanggalkan semuanya.  

 Tidak  lama menunggu  di  rumah  Ibu  Ani,  datang  dua  orang  ibu‐ibu  yang  berpakaian  dinas  pegawai 

negeri  sipil.  Keduanya  juga mampir  di  rumah  Ibu  Ani.  Salah  satu  dari mereka  adalah  Hj  Nurdiana, 

pegawai di Balitbang Diklat, Pemkab Tolitoli.  Ibu berjilbab  ini  ternyata guru mengaji. Dia adalah guru 

mengaji yang khusus membimbing istri Yahya.  

 “Saya baru tiga kali pertemuan dengan ibu Yahya. Supaya ibu Yahya mudah memahami huruf hijjaiyah, 

saya menggunakan metode albarqy. Alhamdulillah sekarang sedikit sudah bisa,” kata Nurdiana.  

Menurutnya, dia tidak kesulitan mengajari ibu Yahya. Malah, katanya, ibu Yahya cepat sekali memahami 

huruf‐huruf  hijaiyah  yang  diajarkan.  Karena  itu  dia memperkirakan  kemungkinan  dalam waktu  tidak 

lama ibu Yahya sudah bisa lancar mengaji.  

 Hanya sekitar 20 menit menunggu di rumah ibu Ani, bunyi kendaraan sepeda motor butut milik Yahya 

terdengar memasuki  halaman  rumah  kontrakannya. Radar  Sulteng  diterima  dengan  senang  hati,  lalu 

dipersilakan duduk di sofa. Sementara Yahya memilih duduk di lantai alas karpet. Badannya disandarkan 

ke kursi sofa. “Kita lebih senang duduk di bawah sini,” tuturnya dengan logat kental Manado.  

 Cara duduk Yahya,  tampak  tidak  tenang. Sesekali  ia membuka kedua selangkangnya. Ternyata karena 

baru beberapa hari selesai disunat. “Setelah tiga hari saya masuk Islam, saya langsung minta disunat di 

rumah ini,” cerita Yahya, sesekali disertai canda.  

  

Penataan  interior rumah kost Yahya tampak apik. Di dinding ruang tamu tampak  terpampang kaligrafi 

ayat  kursi  yang  dibingkai  dengan  warna  keemasan.  Di  sisi  lain,  kaligrafi  Allah‐Muhammad  juga 

Page 37: KIsah Para Mualaf

terpampang. Di meja  ruang  tamu  terdapat dua buah Alquran  lengkap  terjemahannya. Di  tengah meja 

itu, juga masih ada tiga toples kue lebaran. “Rumah ini saya kontrak sementara. Saya sudah bayar Rp2,5 

juta,” rinci Yahya.  

 Di  tengah  asiknya  bercerita,  istri  Yahya,  Mutmainnah  menyuguhkan  beberapa  cangkir  teh  panas. 

“Silakan diminum air panasnya,” kata ibu tiga anak ini yang saat itu mengenakan jilbab cokelat.  

 Tidak lama kemudian, dia masuk di salah satu kamar dan mengajak guru mengajinya Hj Nurdiana 

bersama rekannya. Dari balik kamar itulah terdengar suara Mutmainnah yang sedang mengeja satu per 

satu huruf hijaiyah. Terdengar memang masih kaku, tetapi berulang‐ulang satu per satu huruf‐huruf 

Alquran itu dilafalkannya.  

 Lain  halnya  dengan  suaminya,  Yahya.  Pria  kelahiran  Manado  ini  mengaku  sudah  bisa  melafalkan 

beberapa ayat setelah beberapa kali diajarkan mengaji oleh Komarudin Sofa. Selain Komarudin, selama 

ini ia juga mendapat bimbingan dari ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Tolitoli, Yusuf Yamani. “Hanya 

lima menit saya diajarkan. Saya langsung paham. Surat Fatihah saya sudah hafal,” ujar Yahya.  

 Selain  belajar  mengaji  dan  menerima  tamu,  aktivitas  Yahya  juga  kerap  menghadiri  undangan  di 

beberapa masjid.  Tidak  hanya  dalam  kota,  tetapi  sampai  ke  desa‐desa  di  Kabupaten  Tolitoli.  “Saya 

ditemani beberapa orang. Ada juga dari Departemen Agama,” katanya.  

 Yahya bersama  istrinya memeluk  Islam secara sah pada hari Rabu, 11 Oktober 2006 pukul 12.00 Wita 

melalui tuntunan Komarudin Sofa, sekretaris Pimpinan Cabang Nahdlatul Ulama (NU) Tolitoli. “Hari  itu 

saya sudah mengucapkan dua kalimat syahadat yang dituntun Pak Komarudin, “ cerita Yahya. Apa yang 

melatari sampai Yahya dan keluarganya memeluk Islam.  

 PAK Yahya, begitu sapaan akrabnya. Pria kelahiran Manado tahun 1970  ini  lahir dari kalangan terdidik 

dan  disiplin.  Ayahnya  seorang  pensiunan  tentara.  Sekarang  menjabat  anggota  DPRD  di  salah  satu 

kabupaten  baru  di  Sulawesi  Utara.  Sebagai  putra  bungsu  dari  tujuh  bersaudara,  Yahya  saat  bujang 

termasuk salah seorang generasi yang nakal. “Saya tidak perlu cerita masa lalu saya. Yang pasti saya juga 

dulu pernah nakal,” tukasnya.  

 Lantaran  kenakalannya  itulah mungkin,  sehingga  beberapa  bagian badannya  terdapat  bekas  tato. Di 

lengannya  terdapat bekas  luka setrika untuk menghilangkan tatonya. “Ini dulu bekas tato. Tapi semua 

sudah saya setrika, ”  katanya sambil menunjuk bekas‐bekas tatonya itu.  

  

Postur  tubuhnya  memang  tampak  mendukung.  Tinggi  dan  tegap.  Meski  ia  pernah  nakal,  tetapi 

pendidikan  formalnya  sampai  ke  tingkat  doktor.  Ia menyandang  gelar  doktor  teologi  jurusan  filsafat. 

Saat ditemui, Yahya memperlihatkan  ijazah asli yang dikeluarkan  Institut Theologia Oikumene  Imanuel 

Manado  tertanggal 10  Januari 2004. Sehingga  titel yang didapatnya pun akhirnya  lengkap menjadi Dr 

Yahya Yopie Waloni, S.TH, M.TH.  

Page 38: KIsah Para Mualaf

 Sebelum menyatakan dirinya masuk Islam, beberapa hari sebelumnya Yahya mengaku sempat bertemu 

dengan seorang penjual ikan, di rumah lamanya, kompleks Tanah Abang, Kelurahan Panasakan, Tolitoli. 

Pertemuannya  dengan  si  penjual  ikan  berlangsung  tiga  kali  berturut‐turut.  Dan  anehnya  lagi,  jam 

pertemuannya dengan si penjual ikan itu, tidak pernah meleset dari pukul 09.45 Wita.  

 “Kepada  saya  si penjual  ikan  itu mengaku namanya Sappo  (dalam bahasa Bugis artinya  sepupu). Dia 

juga panggil saya Sappo. Tapi dia baik sekali dengan saya, “ cerita Yahya.  

 Setiap kali ketemu dengan si penjual ikan itu, Yahya mengaku berdialog panjang soal Islam. Tapi Yahya 

mengaku aneh, karena si penjual ikan yang mengaku tidak lulus Sekolah Dasar (SD) tetapi begitu mahir 

dalam menceritakan soal Islam.  

 Pertemuan ketiga kalinya, lanjut Yahya, si penjual ikan itu sudah tampak lelah. “Karena saya lihat sudah 

lelah,  saya bilang, buka puasa  saja. Tapi  si penjual  ikan  itu  tetap ngotot  tidak mau buka puasanya,  ” 

cerita Yahya, yang ditemui di rumah kontrakannya.  

 Sampai  saat  ini  Yahya mengaku  tidak  pernah  lagi  bertemu  dengan  penjual  ikan  itu.  Si  penjual  ikan 

mengaku dari dusun Doyan, desa Sandana (salah satu desa di sebelah utara kota Tolitoli). Meski sudah 

beberapa orang yang mencarinya hingga ke Doyan, dengan ciri‐ciri yang dijelaskan Yahya, tapi si penjual 

ikan itu tetap tidak ditemukan.  

 Sejak  pertemuannya  dengan  si  penjual  ikan  itulah  katanya,  konflik  internal  keluarga  Yahya  dengan 

istrinya meruncing.  Istrinya,  Lusiana  (sekarang Mutmainnah,  red),  tetap ngotot untuk  tidak memeluk 

Islam.  Ia  tetap  bertahan  pada  agama  yang  dianut  sebelumnya.  “Malah  saya  dianggap  sudah  gila,  “ 

katanya.  

 Tidak lama setelah itu, kata Yahya, tepatnya 17 Ramadan 1427 Hijriah atau tanggal 10 Oktober sekitar 

pukul  23.00  Wita.  Ia  antara  sadar  dengan  tidak  mengaku  mimpi  bertemu  dengan  seseorang  yang 

berpakaian serba putih, duduk di atas kursi. Sementara Yahya di lantai dengan posisi duduk bersila dan 

berhadap‐hadapan dengan seseorang yang berpakaian serba putih  itu.   “Saya dialog dengan bapak  itu. 

Namanya, katanya Lailatulkadar, “ ujar Yahya mengisahkan.  

 Setelah dari  itu, Yahya kemudian berada di satu tempat yang dia sendiri tidak pernah melihat tempat 

itu sebelumnya. Di tempat  itulah, Yahya menengadah ke atas dan melihat ada pintu buka‐tutup. Tidak 

lama berselang, dua perempuan masuk ke dalam. Perempuan yang pertama masuk,  tanpa hambatan 

apa‐apa. Namun perempuan yang kedua, tersengat api panas.  

  

“Setelah saya sadar dari mimpi itu, seluruh badan saya, mulai dari ujung kaki sampai kepala berkeringat. 

Saya  seperti orang yang kena malaria. Saya  sudah minum obat,  tapi  tidak ada perubahan. Tetap  saja 

begitu, ” cerita Yahya.  

Page 39: KIsah Para Mualaf

 Sekitar dua jam dari peristiwa itu, di sebelah kamar, dia mendengar suara tangisan. Orang itu menangis 

terus  seperti  layaknya  anak  kecil.  Yahya  yang masih  dalam  kondisi  panas‐dingin, menghampiri  suara 

tangisan itu. Ternyata, yang menangis itu adalah istrinya, Mutmainnah.  

 “Saya kaget. Kenapa  istri  saya  tiba‐tiba menangis. Saya  tanya kenapa menangis. Dia  tidak menjawab, 

malah langsung memeluk saya, ” tutur Yahya.  

 Ternyata  tangisan  istri  Yahya  itu mengandung  arti  yang  luar  biasa.  Ia menangis  karena mimpi  yang 

diceritakan suaminya kepadanya, sama dengan apa yang dimimpikan Mutmainnah.  “Tadinya saya sudah 

hampir cerai dengan istri, karena dia tetap bertahan pada agama yang ia anut. Tapi karena mimpi itulah, 

malah akhirnya istri saya yang mengajak, “ tandasnya. 

Masuknya  Yahya  ke  agama  Islam,  menimbulkan  banyak  interpretasi.  Menurut  Yahya,  ada  yang 

menyebut dirinya orang gila. Ada juga yang meragukannya, dan mungkin masih banyak interpretasi lain 

lagi  tentang  dirinya.    “Tapi  cukup  saja  sampai  pada  interpretasi,  jangan  lagi melebar  ke  yang  lain,  “ 

pungkasnya.  

sumber: http://www.radarsulteng.com/berita/index.asp?Berita=Utama&id=40935 

 

= = = = = 

 

 

 

14.200 WARGA KULIT PUTIH INGGRIS MASUK ISLAM 

 

14.200  Warga  Kulit  Putih  Inggris  Masuk  Islam,  Kebanyakan  Para  Elit Journey to Islam Oleh : Redaksi 27 Feb 2004 ‐ 2:38 pm.  

Image  Jonathan  Birt  putra  Lord  Birt,  dan  Emma  Clark,  cucu  perempuan  bekas  PM  Herbert Asquith,  hanyalah  dua  di  antara  hampir  14.000  elit  Britania  (Inggris)  yang menyatakan  diri masuk  Islam.  Inilah hasil  studi  yang  jarang dipublikasikan, bahwa  Islam  telah menjadi agama paling diminati dan paling cepat berkembang (the fastest growing religion) di negeri Tony Blair itu.  Sebuah studi cukup kompeten pertama kalinya tentang fenomena orang‐orang baru  Islam  itu, dilakukan oleh harian Sunday Times pada 22 Februari lalu. Koran itu mencatat sederetan nama‐

Page 40: KIsah Para Mualaf

nama beken elit  terkenal  Inggris, mulai dari konglomerat,  selebritis, hingga keturunan  tokoh‐tokoh establish senior  Inggris, menyatakan diri masuk  Islam setelah mereka mengaku kecewa dengan nilai‐nilai Barat yang menjemukan. 

Studi baru yang dilakukan Yahya (sebelumnya bernama Jonathan) Birt, putra Lord Birt  ‘ bekas Direktur  Jenderal  BBC,  dia menyusun  data‐data  valid  yang  pertama  kali  tentang  fenomena sensitif itu. Bahwa telah terjadi gerakan orang‐orang Kristen masuk Islam yang cukup signifikan. Yahya merujuk pada angka sesus terbaru  Inggris,  lalu merincinya. Akhirnya dia menyimpulkan temuannya, bahwa tak kurang 14.200 warga kulit putih Inggris masuk Islam. 

Berbicara untuk pertama kali di hadapan publik tentang keyakinan barunya  itu pekan  ini, Birt menyebutkan alasannya masuk  Islam. Bahwa dia terinspirasi dengan kejadian yang mirip figur Muslim hitam AS  terkenal Malcolm X. Menurut Birt, seperti kejadian di AS, demikianlah yang terjadi di Inggris, dimana orang‐orang Inggris berbondong‐bondong masuk Islam. 

“Anda perlu figur‐figur transisi yang besar untuk memindahkan Islam ke dalam kehidupan lokal kita, “  ujar Birt. Birt meraih gelar doktor dari Oxford University dengan tesisnya soal kehidupan kaum Muda Muslim Inggris, seperti dikutip Sunday Times (ST). 

“Gambaran  Islam  yang  diproyeksikan  oleh  gerakan  politik  Islam  sangat  tidak  menarik,  “ tukasnya mengenai alasan pemilihan objek tesis doktornya. 

Sebelumnya  Birt  pernah  mengatakan,  dia  tidak  memiliki  alasan  kenapa  dia  masuk  Islam. “Namun dalam perenungan  lebih  lama, saya pikir  Islam merupakan ajaran  lengkap, seimbang, dan integral seluruh aspek ajarannya. Kehidupan spiritual orang‐orang Islam juga menarik saya masuk Islam, “ akunya. 

 Sementara  itu, pekan  ini  juga  seorang  tokoh  Inggris  terkenal masuk  Islam. Dia adalah Emma Clark, cucu perempuan bekas PM Inggris, Herbert Asquith. 

Kakek Emma, PM Herbert Asquith, yang  ikut melibatkan  Inggris dalam perang dunia pertama mengatakan;   “Kita semua adalah satu ras. Saya berharap  fenomena  ini bukan seperti musim yang segera berlalu. “ 

ST menyebutkan, Emma Clark adalah seorang arsitek taman yang ikut membantu desain sebuah taman  Islam bagi Prince of Wales, Highgrove, di  rumahnya di Gloucestershire. Saat  ini Emma juga  ikut  membantu  membuat  taman  serupa  bagi  sebuah  masjid  di  Woking,  Surrey. (stn/iol/eramuslim)  

sumber;http://swaramuslim.net/ISLAM/more.php?id=1554_0_4_0_m http://fay‐ahmed.blogspot.com/2007/02/senengnya‐baca2‐berita2‐islam‐di‐great.html 

Page 41: KIsah Para Mualaf

PENDETA YANG MENDAPAT HIDAYAH DARI ALLAH :  

ABRAHAM DAVID MANDEY 

Barangkali  tidak  berlebihan  kalau  dikatakan  bahwa  perjalanan  hidupnya  merupakan  suatu kasus  yang  langka  dan  unik.  Betapa  tidak,  Abraham  David Mandey  yang  selama  12  tahun mengabdi di gereja sebagai "Pelayan Firman Tuhan ", istilah lain untuk sebutan pendeta, telah memilih Islam sebagai "jalan hidup" akhir dengan segala risiko dan konsekuensinya. Di samping itu,  ia yang  juga pernah menjadi perwira TNI‐AD dengan pangkat mayor, harus mengikhlaskan diri melepas  jabatan, dan memulai karir dari bawah  lagi sebagai kepala keamanan (satpam) di sebuah perusahaan swasta di Jakarta.  

Cerita  Beliau  ini,  ‐ mohon maaf  ‐  tidak  bermaksud  untuk menjelek‐jelekan  Institusi  tertentu karena  apa  yang  telah  terjadi  Beliau  terima  dengan  ikhlas  dan  tawakal,  Beliau  hanya  ingin menceritakan proses bagaimana Beliau mendapat hidayah dan tantangannya sebagai mualaf ‐ red. 

Saya terlahir dengan nama Abraham David di Manado, 12 Februari 1942. Sedangkan, Mandey adalah nama  fam  (keluarga) kami sebagai orang Minahasa, Sulawesi Utara. Saya anak bungsu dan  tiga bersaudara  yang  seluruhnya  laki‐laki. Keluarga  kami  termasuk  keluarga  terpandang, baik di lingkungan masyarakat maupun gereja. Maklum, ayah saya yang biasa kami panggil papi, adalah seorang pejabat Direktorat Agraria yang merangkap sebagai Bupati Sulawesi pada awal revolusi kemerdekaan Republik Indonesia yang berkedudukan di Makasar. Sedangkan, ibu yang biasa  kami  panggil  mami,  adalah  seorang  guru  SMA  di  lingkungan  sekolah  milik  gereja Minahasa.  Sejak  kecil  saya  kagum  dengan  pahlawan‐pahlawan  Perang  Salib  seperti  Richard  Lion  Heart yang  legendaris. Saya  juga kagum kepada  Jenderal Napoleon Bonaparte yang gagah perwira. Semua cerita tentang kepahlawanan, begitu membekas dalam batin saya sehingga saya sering berkhayal  menjadi  seorang  tentara  yang  bertempur  dengan  gagah  berani  di  medan  laga.  Singkatnya, saya berangkat ke Jakarta dan mendaftar ke Mabes ABRI. Tanpa menemui banyak kesulitan, saya dinyatakan lulus tes. Setelah itu, saya resmi mengikuti pendidikan dan tinggal di asrama. Tidak banyak yang dapat saya ceritakan dari pendidikan militer yang saya ikuti selama 2 tahun  itu, kecuali bahwa disiplin ABRI dengan doktrin "Sapta Marga"‐nya telah menempa  jiwa saya  sebagai perwira  remaja  yang  tangguh, berdisiplin, dan  siap melaksanakan  tugas negara yang dibebankan kepada saya. 

Meskipun dipersiapkan sebagai perwira pada bagian pembinaan mental, tetapi dalam beberapa operasi tempur saya selalu dilibatkan. Pada saat‐saat operasi pembersihan G‐30S/PKI di Jakarta, saya  ikut  bergabung  dalam  komando  yang  dipimpin  Kol.  Sarwo  Edhie Wibowo  (almarhum).  Setelah situasinegara pulih yang ditandai dengan lahirnya Orde Baru tahun 1966, oleh kesatuan saya ditugaskan belajar ke STT (Sekolah Tinggi Teologi) milik gereja Katolik yang terletak di Jalan 

Page 42: KIsah Para Mualaf

Proklamasi,  Jakarta  Pusat.  Di  STI  ini,  selama  5  tahun  (1966‐1972)  saya  belajar, mendalami, mengkaji,  dan  diskusi  tentang  berbagai  hal  yang  diperlukan  sebagai  seorang  pendeta.  Di samping belajar sejarah dan filsafat agama Kristen. STT juga memberikan kajian tentang sejarah dan filsafat agama‐agama di dumia, termasuk studi tentang Islam. 

 Menjadi Pendeta. 

 Sambil tetap aktif d TNI‐AD, oleh Gereja Protestan Indonesia saya ditugaskan menjadi Pendeta II di Gereja “P”  (edited) di  Jakarta Pusat, bertetangga dengan Masjid Sunda Kelapa. Di gereja inilah,  selama  kurang  lebih  12  tahun  (1972‐1984)  saya memimpin  sekitar  8000  jemaat  yang hampir 80 persen adalah kaum intelektual atau masyarakat elit. 

Di Gereja P  (edited)  ini,  saya  tumpahkan  seluruh pengabdian untuk pelayanan  firman Tuhan. Tugas  saya  sebagai  Pendeta  II,  selama memberikan  khutbah, menyantuni  jemaat  yang  perlu bantuan atau mendapat musibah,  juga menikahkan pasangan muda‐mudi yang akan berumah tangga.  Kendati sebagai pendeta, saya juga anggota ABRI yang harus selalu siap ditugaskan di mana saja di wilayah Nusantara. Sebagai perwira ABRI saya sering bertugas ke seluruh pelosok tanah air Bahkan, ke  luar negeri dalam  rangka  tugas belajar dari markas,  seperti mengikuti kursus  staf Royal Netherland Armed Forces di Negeri Belanda. Kemudian, pada tahun 1969 saya ditugaskan untuk  mengikuti  Orientasi  Pendidikan  Negara‐negara  Berkembang  yang  disponsoni  oleh UNESCO di Paris, Prancis. 

Dilema Rumah Tangga 

Kesibukkan saya sebagai anggota ABRI ditambah tugas tugas gereja, membuat saya sibuk  luar biasa. Sebagai pendeta, saya  lebih banyak memberikan perhatian kepada  jemaat. Sementara, kepentingan pribadi dan keluarga nyaris tergeser. Istri saya, yang putri mantan Duta Besar RI di salah satu negara Eropa, sering mengeluh dan menuntut agar saya memberikan perhatian yang lebih banyak buat rumah tangga.] 

Tetapi  yang namanya wanita, umumnya  lebih banyak berbicara  atas dasar perasaan. Karena melihat kesibukan saya yang tidak juga berkurang, ia bahkan meminta agar saya mengundurkan diri dan  tugas‐tugas gereja, dengan alasan  supaya  lebih banyak waktu untuk keluarga. Tentu saja saya  tidak dapat menerima usulannya  itu. Sebagai seorang "Pelayan Firman Tuhan" saya telah bersumpah bahwa kepentingan umat di atas segalanya. 

Problem keluarga yang  terjadi  sekitar  tahun 1980  ini kian memanas,  sehingga bak api dalam sekam.  Kehidupan  rumah  tangga  saya,  tidak  lagi  harmonis. Masalah‐masalah  yang  kecil  dan sepele  dapat  memicu  pertengkaran.  Tidak  ada  lagi  kedamaian  di  rumah.  Saya  sangat mengkhawatirkan  Angelique,  putri  saya  satu‐satunya.  Saya  khawatir  perkembangan  jiwanya 

Page 43: KIsah Para Mualaf

akan  terganggu dengan masalah yang ditimbulkan kedua orang  tuanya. Oleh karenanya, saya bertekad harus merangkul anak saya  itu agar  ia mau mengerti dengan posisi ayahnya sebagai pendeta  yang  bertugas melayani  umat.  Syukur,  ia mau mengerti.  Hanya  Angeliquelah  satu‐satunya orang di rumah yang menyambut hangat setiap kepulangan saya. 

Dalam  kesunyian  malam  saat  bebas  dan  tugas‐tugas  gereja,  saya  sering  merenungkan kehidupan  ramah  tangga  saya  sendiri.  Saya  sering  berpikir,  buat  apa  saya menjadi  pendeta kalau  tidak mampu memberikan  kedamaian dan  kebahagiaan buat  rumah  tangganya  sendiri. Saya  sering memberikan  khutbah  pada  setiap  kebaktian  dan menekankan  hendaknya  setiap umat  Kristen  mampu  memberikan  kasih  kepada  sesama  umat  manusia.  Lalu,  bagaimana dengan saya? 

Pertanyaan‐pertanyaan  seperti  itu  semakin membuat batin  saya  resah.  Saya mencoba untuk memperbaiki keadaan. Tetapi,  semuanya  sudah  terlambat.  Istri  saya bahkan  terang  terangan tidak mendukung tugas‐tugas saya sebagai pendeta. Saya benar‐benar dilecehkan. Saya sudah sampal pada kesimpulan bahwa antara kami berdua sudah tidak sejalan lagi. 

Lalu, untuk  apa mempertahankan  rumah  tangga  yang  sudah  tidak  saling  sejalan? Ketika niat saya  untuk  "melepas"  istri,  saya  sampaikan  kepada  sahabat‐sahabat  dekat  saya  sesama pendeta,  mereka  umumnya  menyarankan  agar  saya  bertindak  lebih  bijak.  Mereka mengingatkan saya, bagaimana mungkin seorang pendeta yang sering menikahkan seseorang, tetapi  ia sendiri  justru menceraikan  istrinya? Bagaimana dengan citra pendeta di mata umat? Begitu mereka mengingatkan. 

Apa  yang  mereka  katakan  semuanya  benar.  Tetapi,  saya  sudah  tidak  mampu  lagi mempertahankan  bahtera  rumah  tangga.  Bagi  saya  yang  terpenting  saat  itu  bukan  lagi persoalan menjaga citra pendeta. Tetapi, bagaimana agar batin saya dapat damai. Singkatnya, dengan berat hati saya terpaksa menceraikan istri saya. Dan, Angelique, putri saya satu‐satunya memilih ikut bersama saya. 

Mencari Kedamaian 

Setelah  kejadian  itu,  saya menjadi  lebih  banyak melakukan  introspeksi.  Saya menjadi  lebih banyak membaca  literatur  tentang  filsafat dan agama. Termasuk kajian  tentang  filsafat  Islam, menjadi  bahan  yang  paling  saya  sukai.  Juga mengkaji  pemikiran  beberapa  tokoh  Islam  yang banyak dilansir media massa. 

Salah satunya tentang komentar K.H. E.Z. Muttaqin (almarhum) terhadap krisis perang saudara di Timur Tengah, seperti diYerusalem dan Libanon. Waktu  itu (tahun 1983), K.H.E.Z. Muttaqin mempertanyakan  dalam  khutbah  Idul  Fitrinya, mengapa  Timur  Tengah  selalu menjadi  ajang mesiu dan amarah, padahal di tempat  itu diturunkan para nabi yang membawa agama wahyu dengan pesan kedamaian? 

Page 44: KIsah Para Mualaf

Saya begitu  tersentuh dengan ungkapan puitis kiai dan  Jawa Barat  itu. Sehingga, dalam salah satu khutbah saya di gereja, khutbah  Idul Fitni K.H. E.Z. Muttaqin  itu saya sampaikan kepada para  jemaat  kebaktian.  Saya merasakan  ada  kekagetan  di mata  para  jemaat.  Saya maklum mereka  terkejut karena baru pertama kali mereka mendengar khutbah dari  seorang pendeta dengan  menggunakan  referensi  seorang  kiai  Tetapi,  bagi  saya  itu  penting,  karena  pesan perdamaian yang disampaikan beliau amat manusiawi dan universal. 

Sejak khutbah yang kontroversial  itu, saya banyak mendapat sorotan. Secara selentingan saya pemah mendengar  "Pendeta Mandey  telah miring." Maksudnya,  saya  dinilai  telah memihak kepada salah satu pihak. Tetapi, saya tidak peduli karena yang saya sampaikan adalah nilai‐nilai kebenaran.  Kekaguman saya pada konsep perdamaian Islam yang diangkat oleh KH. E.Z. Muttaqin, semakin menarik  saya  lebih  kuat  untuk  mendalami  konsepsi‐konsepsi  Islam  lainnya.  Saya  ibarat membuka pintu,  lalu masuk ke dalamnya, dan  setelah masuk,  saya  ingin masuk  lagi ke pintu yang  lebih  dalam.  Begitulah  perumpamaannya.  Saya  semakin  "terseret"  untuk  mendalami, konsepsi Islam tentang ketuhanan dan peribadahan. 

Saya begitu tertarik dengan konsepsi ketuhanan Islam yang disebut "tauhid". Konsep itu begitu sederhana,  lugas,  dan  tuntas  dalam  menjelaskan  eksistensi  Tuhan  yang  oleh  orang  Islam disebut Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Sehingga, orang yang paling awam sekalipun akan mampu mencemanya. Berbeda dengan konsepsi ketuhanan Kristen yang disebut Trinitas. Konsepsi  ini begitu rumit, sehingga diperlukan argumentasi ilmiah untuk memahaminya. 

Akan halnya konsepsi peribadatan  Islam yang disebut  syariat,  saya melihatnya begitu  teratur dan  sistematis.  Saya  berpikir  seandainya  sistemper  ibadatan  yang  seperti  ini  benar  benar diterapkan, maka dunia yang sedang kacau ini akan mampu di selamatkan. 

Pada  tahun  1982  itulah  saya  benar‐benar mencoba mendekati  Islam.  Selama  satu  setengah tahun  saya  melakukan  konsultasi  dengan  K.H.  Kosim  Nurzeha  yang  juga  aktif  di  Bintal (Pembinaan Mental)  TNI‐AD.  Saya memang  tidak  ingin  gegabah  dan  tergesa‐gesa,  karena  di samping saya seorang pendeta, saya  juga seorang perwira Bintal Kristen dilingkungan TNI‐AD. Saya sudah dapat menduga apa yang akan terjadi seandainya saya masuk Islam. 

Tetapi,  suara  batin  saya  yang  sedang mencari  kebenaran  dan  kedamaian  tidak  dapat  diajak berlama‐lama  dalam  kebimbangan.  Batin  saya  mendesak  kuat  agar  saya  segera  meraih kebenaran yang sudah saya temukan itu. 

Oh, ya, di  samping Pak Kosim Nurzeha,  saya  juga  sering berkonsultasi dengan kolega  saya di TNI‐AD. Yaitu, Dra. Nasikhah M., seorang perwira Kowad (Korps.Wanita Angkatan Darat) yang bertugas pada BAIS (Badan Intelijen dan Strategi) ABRI. 

Ia  seorang  muslimah  lulusan  UGM  (Universilas  Gajah  Mada)  Yogyakarta,  jurusan  filsafat. Kepadanya saya sering berkonsultasi tentang masalah‐masalah pribadi dan keluarga.  Ia sering 

Page 45: KIsah Para Mualaf

memberi  saya buku‐buku bacaan  tentang pembinaan pribadi dan keluarga dalam  Islam. Saya seperti menemukan  pegangan  dalam  kegundahan  sebagai  duda  yang  gagal  dalam membina rumah tangganya. 

Akhirnya, saya semakin yakin akan hikmah dibalik drama rumah tangga saya. Saya yakin bahwa dengani jalan itu, Tuhan ingin membimbing saya ke jalan yang lurus dan benar. Saya bertekad, apa  pun  yang  terjadi  saya  tidak  akan  melepas  kebenaran  yang  telah  saya  raih  ini.  Akhimya,  dengan  kepasrahan  yang  total  kepada  Tuhan,  pada  tanggal  4  Mei  1984  saya mengucapkan  ikrar  dua  kalimat  syahadat  dengan  bimbingan  Bapak  K.H.  Kosim Nurzeha  dan saksi  Drs.  Farouq  Nasution  di Masjid  Istiqial.  Allahu  Akbar.  Hari  itu  adalah  hari  yang  amat bersejarah  dalam  hidup  saya.  Han  saat  saya  menemukan  diri  saya  yang  sejati.   Menghadapi Teror 

Berita tentang keislaman saya ternyata amat mengejutkan kalangan gereja, termasuk di tempat kerja saya di TNI‐AD. Wajar, karena saya adalah Kepala Bintal (Pembinaan Mental)Kristen TNI‐AD dan di gereja, saya adalah pentolan. 

Sejak  itu saya mulai memasuki pengalaman baru, yaitu menghadapi tenor dan berbagai pihak. Telepon yang bernada ancaman  terus berdening. Bahkan, ada  sekelompok pemuda gereja di Tanjung Priok  yang bertekad menghabisi nyawa  saya,  karena dianggapnya  telah murtad dan mempermalukan gereja. 

Akan halnya saya, di samping menghadapi teror, juga menghadapi persoalan yang menyangkut tugas saya di TNI AD. DGI (Dewan Gereja Indonesia), bahkan mengirim surat ke Bintal TNT‐AD, meminta  agar  saya  dipecat  dan  kedinasan  dijajaran  ABRl  dan  agar  saya mempertanggungjawabkan perbuatan saya itu di hadapan majelis gereja. 

Saya  tidak  perlu  menjelaskan  secara  detail  bagaimana  proses  selanjutnya,  karena  itu menyangkut  rahasia Mabes ABRI. Yang  jelas  setelah  itu,  saya menerima  surat ucapan  tenima kasih  atas  tugas‐tugas  saya  kepada  negara,  sekaligus  pembebastugasan  dan  jabatan  saya  di jajaran TNT‐AD dengan pangkat akhir Mayor. 

Tidak ada yang dapat saya ucapkan, kecuali tawakal dan menerima dengan  ikhlas semua yang tenjadi pada diri saya. Saya yakin ini ujian iman. 

Saya  yang  terlahir  dengan  nama  Abraham  David Mandey,  setelah muslim  menjadi  Ahmad Dzulkiffi Mandey, mengalami  ujian  hidup  yang  cukup  berat.  Alhamdulillah,  berkat  kegigihan saya, akhirnya  saya diterima bekerja di  sebuah perusahaan  swasta. Sedikit demi  sedikit karir saya terus menanjak. Setelah  itu, beberapa kali saya pindah kerja dan menempati posisi yang cukup penting. Saya pennah menjadi Manajer Divisi Utama FT Putera Dharma. Pernah menjadi Personel/General  Affairs Manager  Hotel  Horison,  tahun  1986‐1989,  Dan,  sejak  tahun  1990 

Page 46: KIsah Para Mualaf

sampai  sekarang  saya  bekerja  di  sebuah  bank  terama  di  Jakarta  sebagai  Safety  &  Security Coordinator.  Kini, keadaan saya sudah relatif baik, dan saya sudah meraih semua kebahagiaan yang selama sekian  tahun  saya  rindukan.  Saya  sudah  tidak  lagi  sendiri,  sebab  Dra.  Nasikhah M,  perwira Kowad itu, kini menjadi pendamping saya yang setia, insya Allah selama hayat masih di kandung badan.  Saya menikahinya  tahun 1986. Dan, dan perikahan  itu  telah  lahir  seorarig gadis  kedil yang manis dan  lucu, namariya Achnasya. Sementara, Angelique, putri saya dari  istri pertama, sampai hari  ini tetap  ikut bersama saya, meskipun  ia masih tetap sebagai penganut Protestan yang taat. 

Kebahagiaan  saya  semakin  bertambah  lengkap,  tatkala  saya  mendapat  kesempatan menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci bersama istri tercinta pada tahun 1989. 

Sumber  ;  http://www.mualaf.com/index.php/kisah‐a‐pengalaman/muallaf‐rohaniawan/16‐kisah‐rohaniawanbudayawan/111 

= = = = 

 

 

WILLIBRORDUS SOMANUS LASIMAN :  

APA AGAMA YESUS ? 

  Ketika  beragama  Katolik,  Lasiman  bernama  baptis  Willibrordus,  ditambah  nama  baptis penguatan (kader) Romanus. Jadilah ia dikenal sebagai Willibrordus Romanus Lasiman. Lasiman atau  akrab  dipanggil  Pak  Willi.  Kegelisahan  demi  kegelisahan  menyerang  keyakinannya. Akhirnya  ia  pun  berkelana  dari  Katolik  ke  Kristen  Baptis,  lalu  pindah  ke  Kebatinan  Pangestu (Ngestu Tunggil), mendalami kitab Sasongko  Jati, Sabdo Kudus, dan  lainnya.  Ia  juga  terjun ke perdukunan  dan menguasai  berbagai  kitab  primbon  dan  ajian.  Tujuannya  satu, mencari  dan menemukan kebenaran hakiki.   Ketika bertugas sebagai misionaris di Garut, Allah mempertemukannya dengan prof Dr Anwar Musaddad,  berdiskusi  tentang  agama.  Diskusi  inilah  yang  menuntunnya  pada  Islam.  Allah memberikan  hidayah  ketika  ia  berusia  25  tahun.  Lalu, Willi  pulang  ke  Yogya  dan  berdiskusi dengan Drs Muhammad Daim dari UGM. Akhirnya,  15 April  1980, Willi berikrar dua  kalimat syahadat, masuk  dalam  dekapan  Islam  dengan  nama Wahid  Rasyid  Lasiman.  Sejak  itu, Willi tekun  mengkaji  Islam  di  pesantren.  Dari  pesantren  inilah,  Ia  menjadi  ustadz  yang  rajin 

Page 47: KIsah Para Mualaf

berdakwah dari kampung ke kampung di Sleman, Yogyakarta, hingga pelosok kampung di kaki Gunung Merapi.  Untuk memenuhi  nafkah  keluarganya, Willi mengajar  di  sebuah  SMP Negeri  di  kota Gudeg. Sedangkan  ilmu Kristologi yang dimilikinya sejak jadi misionaris, membuatnya menjadi rujukan jamaah untuk bertanya tentang perbandingan  Islam dan Kristen. Ustadz Wahid alias pak Willi, adalah mubaligh tangguh yang mahir dalam Kristologi.  Untuk memuluskan dakwahnya, Willi menyusun buku‐buku dan VCD untuk  kalangan  sendiri, berisi kisah nyata perjalanan rohaninya. Hal ini membuat agama lain cemburu pada dakwahnya yang  agresif.  Tabloid  Sabda, media milik  Katolik  di  Jakarta,  pernah menyorot Willi  di  rubrik utama dengan  judul  cover  "Gereja katolik Kembali Difitnah Mantan Misionaris Willibrordus Romanus Lasiman (Ustadz Drs Wachid Rasyid Lasiman)".  Yang  dimaksud  Sabda  adalah  uraian  Pak  Willi  dalam  buku  Yesus  Beragama  Islam.  Dalam bukunya  itu,  Willi  menyatakan,  Yesus  sebenarnya  bukan  beragama  Kristen  atau  katolik, melainkan seorang Muslim. Pemred Tabloid Sabda, Peter, menulis artikel berjudul "Kok berani‐beraninya Ustadz Wachid Rasyid Lasiman Meng‐Islamkan Yesus".  Kemarahan Peter dalam tulisannya ini, tampak nyata. Sang Pemred ini menggunakan kata‐kata kasar  dengan menyebut Willi  sebagai  orang  "ngawur,  konyol,  naif, melancarkan  fitnah  dan lainnya.  Sementara,  di  akhir  tulisan,  Peter  mengimbau  pembacanya,  "Bagi  umat  Kristian, menghadapi  fenomena  seperti  ini  sebaiknya  dengan  kepala  dingin  saja.  Tidak  usah  emosi karena tidak ada manfaatnya sama sekali."  Sementara  itu,  dalam menghakimi  pendapat Willi,  peter menulis,  "Kalaupun  diperbolehkan menyebutkan  Yesus  itu  agamanya  Apa?  Maka  tentu  lebih  masuk  akal  mengatakan  Yesus beragama  Katolik  atau  Kristen  daripada  mengatakan  Yesus  beragama  Islam.  Tapi,  Yesus sesungguhnya  bukan  pengikut  atau  penganut  agama  Kristen  Katolik  atau  Kristen  Protestan, melainkan dialah Kristus sang juru selamat manusia dan dunia. Itulah iman orang Kristen," (hlm 4).  Jadi, apa agama Yesus? pertanyaan ini sering menjadi bahan diskusi yang hangat dan menarik. Jika dijawab Yesus adalah Tuhan dan Juru Selamat manusia, maka dia tak perlu agama dan tak beragama. Maka, pernyataan  ini bisa dipahami bahwa Yesus  tak beragama, artinya Yesus  itu ateis. Menurut Yossy Rorimpadel, dari Sekolah Tinggi Teologi "Apostolos", Yesus itu beragama Yahudi. Lalu, mengapa pengikutnya tak beragama Yahudi?  Jika Yesus beragama Katolik, mana dalilnya? kapan Yesus memproklamirkan dirinya beragama Katolik? Jika dinyatakan, Yesus beragama Kristen Protestan, lebih tidak masuk akal lagi, Sebab, Protestan  lahir pada abad ke‐16, saat bergulirnya pergerakan Reformasi gereja yang dimotori oleh Martin Luther dan John Calvin.  Pendeta Yosias  Leindert  Lengkong dalam buku Bila Mereka Mengatakan Yesus Bukan Tuhan 

Page 48: KIsah Para Mualaf

menyebutkan,  istilah "Kristen" muncul di Antiokhia pada 41 Masehi. Dan, yang mengucapkan kata  "Kristen" atau  "Kristianos" bukan murid Yesus atau orang  terpercaya,  tapi  justru orang‐orang  luar  (hlm.77).  Pendapat  ini  cukup  beralasan,  karena  dalam  Alkitab,  Yesus  tak  pernah bersinggungan dengan kata "Kristen".  Kata  ini, muncul  pertama  kali  di  Antiokhia  setelah  Yesus  tidak  ada.  (Lihat  Kisah  Para  Rasul 11:26).  Jelaslah,  Yesus  tak  beragama  Kristen,  baik  Katolik  maupun  Protestan.  Riwayat penyebutan  "Kristen"  tidak  mempunyai  asal‐usul  dan  persetujuan  dari  Yesus.  Label  dan penamaan Kristen diberikan pada pengikut (agama) Yesus, setelah bertahun‐tahun Yesus tidak ada.  Tudingan Peter bahwa Willi "meng‐Islamkan" Yesus pun tidak tepat. Karena, yang menyatakan Nabi Isa beragama Islam itu bukan Pak Willi alias Ustadz Wachid, melainkan Allah SWT sendiri. Dalam  al‐Qur'an  disebutkan,  satu‐satunya  agama  yang  diridhai  Allah  hanyalah  Islam  (QS  Ali Imran:  19,85,102). Karenanya,  semua Nabi beragama  Islam dan pengikutnya disebut muslim (QS Ali  Imran:84).  Islam  telah diajarkan oleh paran Nabi  terdahulu  (QS al‐Hajj:78). karena  Isa Almasih adalah Nabi Allah, maka dia dan pengikutnya (Hawariyyun) pun beragama Islam (QS al‐Maidah:111, Ali Imran :52).  Semua  Nabi  beragama  dan  berakidah  sama,  yakni  Islam.  Perbedaan  mereka  hanya  pada syariatnya  (QS  al‐Hajj:67‐68). Rasulullah  saw bersabda:  "Aku  adalah orang  yang paling dekat dengan  Isa  putra  Maryam  di  dunia  dan  akhirat.  Dan  semua  Nabi  itu  bersaudara  karena seketurunan,  ibunya  berlainan  sedang  agamanya  satu  (ummahatuhum  syattaa wa  dinuhum wahid)," (HR Bukhari dari Abu Hurairah ra).  Islam  tak mengklaim  sebagai  agama  baru  yang  dibawa  Nabi muhammad  ke  Jazirah  Arabia, melainkan  sebagai  pengungkapan  kembali  dalam  bentuknya  yang  terakhir  dari  agama  Allah SWT  yang  sesungguhnya,  sebagaimana  ia  telah  diturunkan  pada  Adam  dan  Nabi‐nabi berikutnya.  Satu‐satunya kitab suci di dunia yang mengungkapkan agama Yesus, hanya al‐Qur'an. Al‐Qur'an menyebutkan, Nabi  Isa sebagai Muslim, sedangkan Bibel  tidak menyebutkan Yesus beragama Kristen  atau  Yahudi.  Kok,  berani‐beraninya  Peter menuduh Willi  ngawur.  Lalu, mengatakan lebih masuk  akal,  jika  Yesus  beragama  katolik  atau  Kristen  daripada  Yesus  beragama  Islam. (sabili/al‐islahonline.com) 

 

= = = = 

 

 

Page 49: KIsah Para Mualaf

 

GEREJA ITU AKHIRNYA BERALIH MENJADI MASJID 

Di tengah dinginnya malam musim dingin tahun  ini, sebuah kota kecil yang sangat terpencil di pedalaman  Inggris  sepakat untuk mengizinkan beralih  fungsinya  sebuah bekas  gereja Kristen menjadi sebuah masjid.  Pemungutan  suara  terbatas,  yang diadakan oleh pemerintah daerah  setempat  ini, menandai akhir  perjuangan  sengit  komunitas  kecil  umat  Islam  untuk  mendapatkan  tempat  ibadah. Dengan mengubah sebuah gereja Metodis menjadi sebuah masjid. Gereja ini sebelumnya sudah beralih fungsi menjadi pabrik, sejak ditinggal kabur jemaahnya 40 tahun lalu.  Pertarungan  ini  menandai  kegelisahan  warga  Inggris  terhadap  minoritas  Islam,  khususnya mengenai akan masuknya  kelompok  teroris. Ketaatan umat  Islam pada agama  telah memicu meningkatnya sikap sekuler orang Inggris.   Inggris boleh saja terus mengaku sebagai negara Kristen. Tapi kenyataannya, jumlah umat Islam yang  taat beragama mengungguli  jumlah umat  kristen  yang  sudi datang  ke gereja. Demikian survei  yang  dilakukan  Chirstian  Research,  lembaga  yang  khusus  mendokumentasikan  umat Kristiani di Inggris.  Jumlah  umat  Islam  di  Inggris  sekitar  1.6  juta  jiwa,  atau  sekitar  2.7  persen  dari  jumlah  total penduduk. Sedang populasi di Clitheroe 14.500 jiwa.  Di Clitheroe, kota kecil di utara Manchester, pergulatan  ini melibatkan para profesional muda keturunan Pakistan  yang penuh  gairah berhadapan  tradisi  ketat warga  setempat. Di  kota  ini istana Norman dan gereja Anglikan sudah berdiri sejak 1122.  "Kami sudah 30 tahun berusaha untuk mendapatkan tempat ibadah," kata Sheraz Arshad (31), pemimpin  komunitas Muslim  setempat.  Arshad  adalah  warga  keturunan  Pakistan.  Ayahnya bernama Muhammad Arshad, imigran dari Rawalpndi yang datang pada 1965 untuk bekerja di pabrik  semen  di  pinggir  kota.  Arshad  sendiri  bekerja  sebagai  manejer  proyek  di  British Aerospace.  Masyarakat di sini menganggap diri mereka sebagai penghalang terakhir berdirinya masjid yang menjadi fenomena tersendiri di kota industri ini. Tekad kuat Arshad untuk membangun masjid di Clitheroe jelas tidak mulus.  Ayahnya yang wafat pada 2000 lalu, mewarisi perjuangan untuk mendirikan masjid bagi sekitar 300 warga muslim di sana, dan Arshad siap melanjutkan perjuangan. 

Page 50: KIsah Para Mualaf

 "Saya pikir, kenapa saya diperlakukan tidak adil. Seperempat gaji saya untuk membayar pajak. Dari sini saya tergerak untuk berjuang mendirikan masjid," kata Arshad.  Hingga kini, Arshad dan ayahnya telah delapan kali mengajukan permohonan pendirian masjid, bahkan  pernah  berencana  membeli  sebuah  rumah  di  pinggir  kota  untuk  dijadikan  masjid. Bahkan  katanya  dia  pernah  berusaha membeli  tanah  dari  dewan  kota,  tapi  ditolak mentah‐mentah.  Arshad sering mendapati cemoohan pada pertemuan dengan dewan kota. "Pulang kau, Paki!," kenang Arshad sedih.  Pemda setempat beralasan, pendirian masjid ini dikhawatirkan akan menarik para pendatang ‐ khususnya muslim ‐ untuk pindah ke Clitheroe. Sebuah surat pembaca di suratkabar lokal, The Clitheroe Advertiser  dan  Times mengatakan, meningkatnya  populasi  umat  Islam  di  dua  kota tetangga Blackburn dan Preston juga akan terjadi di Clitheroe.  Menanggapi hal ini, Arshad tergerak untuk membuktikan dirinya seorang muslim moderat, yang bersedia  ambil  bagian  di  setiap  kegiatan  kota  tersebut. Dia membentuk  kelompok  pramuka antaragama,  bernama Beaver  Scouts,  yang menghargai  berbagai  acara  keagamaan  termasuk acara agama Tao dan tahun baru Yahudi.  Arshad  juga mendirikan  Pusat  Pendidikan  Islam Madina,  sebuah  kelompok  antaragama  bagi orang dewasa.  Dia  juga melakukan persuasi kepada Pemda  setempat untuk mendirikan  sebuah komite, dan mengadakan sejumlah kuliah berseri tentang konflik global yang menarik para tokoh akademisi penting.  Pada malam pemungutan suara 21 Desember lalu, gedung dewan disesaki 150 orang. Polisi siap siaga di  luar  gedung.  Suara untuk Masjid unggul  7 banding  5, dan  tidak  ada  aksi  kekerasan.  "Saya berpikir akan mengundurkan diri, jika faktanya kita akan kalah," kata Arshad. "Tapi hasil akhirnya sangat mengharukan".  Menurut  rencana  tata  kota,  gereja  hanya  boleh  difungsikan  sebagai  tempat  ibadah.  Itulah sebabnya  dewan  kota menginzinkan  untuk mengalihkan  fungsi  gereja  tua  tersebut menjadi masjid. Demikian dikatakan Geoffrey Jackson, Ketua Eksekutif LSM Trinity Parnership, seorang Metodis yang turut mendukung perjuangan Arshad.   Jackson  juga  memuji  sikap/kelakuan  Arshad.  "Dia  seorang  pria  yang  unggul,  punya  aksen Lancashire (logat  Inggris pedalaman yang kental‐red),  lahir dan besar di sini, dan mengenyam pendidikan di Clitheroe," ungkap Jackson. 

Page 51: KIsah Para Mualaf

 Tapi perjuangan belum berakhir. Di balik kesepakatan tadi, masih tersimpan dendam di antara mereka yang kontra. Buktinya adanya hal  itu, adalah perusakan beberapa kaca  jendela gereja (masjid) tersebut.  Di jalan utama Clitheroe, meskipun Pemda setempat mengizinkan berdirinya masjid, pengaruh perkembangan Islam masih dikhawatirkan warga setempat.  "Terdapat  begitu  banyak  perlawanan,"  kata  Robert  Kay,  seorang  sopir  bayaran.  Tapi  Kay mengatakan,  orang‐orang  yang  berjuang  atas  masjid  adalah  orang  yang  gigih,  yang  tidak menyerah begitu saja.  Pada  1960an  Gereja Metodis  Gunung  Zion  berubah  fungsi menjadi  pabrik  (ukiran/kerajinan kayu) yang diekspor ke timur tengah. Masa mulai menurunnya jumlah umat kristiani yang pergi ke gereja.    Saat  ini, Kristen Metodis  Inggris yang taat beragama kurang dari 500,000 orang. Sedang umat Kristen, hanya sekitar 6 persen saja yang masih rutin datang ke gereja. Demikian diungkapkan Peter Brierly, Direktur Eksekutif Christian Research. Meski belum didapat angka pasti, banyak kalangan  sepakat,  bahwa  umat  Islam  Inggris  lebih  sering  datang  ke masjid  dibanding  umat Krisrten yang datang ke gereja.  Gangguan  simbolik  terhadap  Islam  di  puncak  kekuasaan  Inggris  sudah  selesai. Di  universitas Oxford, warga kota baru‐baru ini, menentang pembangunan Pusat Studi Islam, tapi aksi mereka tidak sukses. Sebelumnya umat  Islam tidak mempunyai wakil di Majelis Pewakilan Tinggi, tapi sekarang ada 7 orang wakil umat Islam di sana. Ini terjadi sejak satu dekade berkuasanya Partai Buruh di Inggris.  Di  deaerah  pemukiman  buruh,  kesenjangan  terlihat  jelas  antara  pribumi  kulit  putih  dengan imigran muslim Asia, dari bekas negara  jajahan  Inggris, Pakistan dan Banglades pada 1970an. Warga  kulit  putih  tidak  begitu  suka menikah,  anak‐anak  yang  lahir  lebih  banyak  dari  hasil hubungan  luar  nikah.  Berbeda  dengan  umat  Islam,  hal  demikian  jelas  bertentangan.  Tingginya konsumsi alkolhol oleh warga kulit putih memperlebar jarak kedua komunitas  ini. Di Blackburn  dan  Preston  meningkatnya  jumlah  umat  Islam  membuatnya  jadi  eksklusif. Berkembangnya pengaruh sekolah  Islam "Wahhabi"  jelas terlihat pada wanita‐wanita pakaian hitam lebar yang menutupi seluruh tubuh mereka kecuali mata saja.  Di  Blackburn  terdapat  sekitar  30,000 muslim  dari  80,000  total  populasi.  Terdapat  sekitar  40 masjid yang berdiri berdampingan dengan gereja kuno. Hal inilah yang ditakutkan para oposisi pembangunan masjid di Clitheroe.  Arshad  kini  berencana  untuk merenovasi  gereja  tersebut,  di  sisi  lain  umat  Kristen  Clitheroe 

Page 52: KIsah Para Mualaf

kekurangan  pengunjung  gereja.  Di  gereja  Maria  Magdalena  yang  didirikan  pada  abad  12, jemaah yang hadir turun drastis jadi sekitar 90 orang saja pada tiap Minggu.  "Para pengunjungnya  rata‐rata berusia 75  tahun"kata Pederi  (pendeta wakil paus) Anglikan, Philip  Dearden.  Kata  Philip,  upacara  pembabtisan  atau  pemberian  nama  sudah  jarang dilakukan. Bahkan Philip hanya mencatat 7 pernikahan tahun ini.  "Lancashire adalah tempat terakhir untuk melihat sekularisasi di  Inggris," cetus Dearden, pria berusia 64 tahun.  "Sangat drastis  kita melihatnya. Orang‐orang  tidak peduli  lagi dengan agama, mereka  tidak datang lagi."  Di Kendal, kota kecil tetangga Clitheroe, seorang paderi Anglikan bernama Alan Billings menulis sebuah buku berjudul, "Secular Lives, Sacred Hearts: The Role of the Church  in a Time of No Religion"  (Kehidupan  Sekuler,  Hati  yang  Suci:  Peran  Gereja  di  Saat  Tidak  Adanya  Agama).  Katanya meningkatnya aksi oposisi terhadap masjid di antara warga kulit putih adalah refleksi kegelisahan warga Inggris yang semakin menjadi‐jadi sejak aksi bom bunuh diri pada Juli 2005 lalu.  "Sering  kali  diekspresikan  dalam  penolakan  yang  samar  seperti,  akan  bertambahnya mobil, bertambahnya penduduk," jelas Billings yang juga kontributor tetap program keagamaan di BBC ini.  "Tapi  itu  benar‐benar  kegelisahan mendalam  terhadap  apa  yang  terjadi  di masyarakat. Rasa takut tentang apa yang akan terjadi terhadap kebudayaan dan rasa kecintaan terhadap Inggris.  Pada pertemuan  tiap hari  Sabtu, hanya  terkumpul  sekitar 50  jemaah  saja, hampir  semuanya beruban (usia senja). Billings menegaskan bahwa gereja sedang dalam tekanan. Islam sekarang telah menjadi alternatif selain Kristen.  Pada Minggu belakangan ini, hanya ada satu anak saja yang hadir sekolah minggu. Buku cerita, kertas, dan pensil tergeletak begitu saja, hanya ada seorang guru dengan seorang murid usia 6 tahun. Ruangan lainnya kosong melompong.  Kontras sekali dengan Shamim Ahmad Miah (26) ustad keturunan Pakistan di Accrington, kota sebelah Clitheroe. Di sini Miah mengajar bahasa Arab dan al‐Qur'an pada 30 orang murid, usia 5‐15 tahun, tiga kali sehari.  Di  sini Miah mengajar  10 murid  sekolah  dasar,  duduk  di  kursi  dengan meja  terang  gedung pertemuan  setempat,  dia mengajar  baca  tulis  Arab.  Dia membagikan  sejumlah  kertas  pada setiap murid untuk menulis beberapa huruf. "Pelan‐pelan,  ini adalah sebuah seni,"kata Miah.  

Page 53: KIsah Para Mualaf

Arshad  berencana  untuk  mengundang  Miah  menjadi  imam  di  Clitheroe.  "Dia  seorang progresif," puji Arshad.  Tidak  akan  ada  perombakan  besar‐besaran  terhadap  bangunan  gereja,  sekedar menurunkan salib yang masih terpampang di atas.  Para  wanita  dibolehkan  untuk  shalat  di  ruang  utama,  "tidak  di  pojokan,"  kata  Arshad.  "Kita tidak memasang kubah. Itu (kubah) akan terlihat cantik di Mesir dan Turki, tapi di Inggris malah akan terlihat seperti bawang raksasa. Adzan juga tidak akan dikeraskan ke luar masjid. Yang  terpenting  adalah  apa  yang  kita  lakukan  di  dalam,"  katanya. [nytimes.com/Surya/cha/hidayatullah] 

 

= = = = 

 

 

PERJALANAN IBU DEWI KE ISLAM :  

AKHIRNYA KUTEMUKAN KEBENARAN 

 

Saya terlahir dari keluarga Nasrani. Ayah saya yang tadinya muslim pun menjadi nasrani ketika menikah dengan seorang wanita kristen  ibu saya. Keluarga saya termasuk kristen militan yang menuntut anak‐anaknya untuk turut dalam misi penginjilan. Misi yang pertama dilakukan saat kita pindah di Lombok, itu sekitar tahun 1997.  Hidup  itu  tiada henti bertanya  akan  segala  sesuatu.  Tapi  dalam Kristen,  ketika benak penuh pertanyaan  hal  janggal,  tak  satupun  terjawab  kecuali  dengan  jawaban,  “Ya”  lalu  kemudian “Amen”, kemudian “Amen” dan “Amen”.  Saya mengalaminya pertama kali saat saya SMP. Pada saat  itu, hati kecil saya bertanya‐tanya dan mulut  saya  pun melontarkannya.    “Yesus  itu  Tuhan,  kan?  Sedangkan  Tuhan  itu Maha Segalanya, tapi kenapa mata manusia mampu menangkapnya? “, tanya saya ke guru di sekolah Katolik tempat saya belajar.  Pertanyaan‐pertanyaan tak berhenti begitu saja. Saya  juga menanyakan tentang kenapa Yesus muncul  dalam  berbagai  versi  dan wajah.  Ada  versi  yang  berwajah  Barat, Nigeria,  Indonesia bahkan  India.  Tapi  tetap  saja  tak  ada  jawaban  yang memuaskan.  Bahkan  bisa  dibilang  tak pernah ada jawaban. 

Page 54: KIsah Para Mualaf

 Sementara, hati kecil  tetap  tak mau berhenti berontak. Hingga  saya menginjak dewasa,  saya tetap  tak bisa memasukkan dalam  kotak nalar benak  saya,  tentang apa  yang namanya misi penginjilan yang mengajak orang‐orang beragama di luar Kristen agar masuk Kristen. Bahkan, saya pernah menolak untuk  jadi penginjil. Di dalam Kristen, ada ajaran,  “Jadilah kau pengail orang,  kalau  turutku  (Tuhan  Yesus)”.  Saya  lalu  berdalih,  bukan menentang  ajaran  ini,  tapi menentang tafsiran bahwa mengailnya  juga di kolam yang sudah terbentuk sementara  lautan luas  masih  belum  tunduk.  Debat  saya  akan  verse  ini  pun  sia‐sia.  Saya  masih  harus  tetap menjalankan ini semua mengkristenkan orang yang sudah beragama. Menjadi misionaris.  Saat hati bergejolak penuh pertanyaan, saat  itu juga hati kagum dengan ketaatan orang‐orang Islam  yang  berbondong‐bondong  ke masjid  ketika  ada  panggilan  Adzan.  Ketika  kita  terlelap dalam  tidur, mereka  sudah  bangun  untuk mendirikan  shalat menemui  Tuhannya.  Kemudian saya mulai bertanya‐tanya tentang apa itu Tuhan?, Apa itu roh kudus?.  Masalah Trinitas pun tak luput saya tanyakan kepada seorang pendeta. Bahwa 3 dalam satu itu tidak mungkin. Bahwa sangat aneh ketika Tuhan menjelma dalam bentuk manusia, tapi masih ada  lagi Tuhan di atas sana.  Ini sama halnya ada 3 Tuhan. Meskipun Pendeta  itu mengajariku beranalog bahwa Trinitas  itu seperti menggambarkan seorang ayah. Bisa  jadi, ayah  itu adalah seorang ayah, seorang pekerja kantoran sekaligus ketua RT. Jika seorang ayah berada di tempat dan waktu  yang  berbeda maka  ia  akan menjadi  orang  yang  berbeda.  Padahal  Tuhan  tidak terikat waktu  dan  tempat.  Itu  semua  tidak masuk  akal,  bentakku  pada  diri  sendiri.  “Kamu memang  keras  kepala!  ”,  kata  orang  tua  saya  ketika  saya  mulai  berdalih  macam‐macam tentang Trinitas. Sejak saat itu pula saya merasa bahwa saya memang beda.  Saya tertarik pada  Islam sekitar tahun 1997. Saat  itu saya bertemu seseorang yang mengubah imej  saya  tentang  Islam  dan  pengikutnya.  Bahwa  tidak  semua  orang  Islam  itu  manusia rendahan  dan  bodoh  yang  Tuhannya  tuli  karena  butuh  Adzan  yang  teriak‐teriak  untuk  bisa mendengar. Bukan  secara  kebetulan  saya bertemu dengannya.  Ia menjelaskan  Islam dengan alasan  yang  lebih  masuk  akal  dari  seorang  pendeta  yang  tidak  bisa  menjelaskan  masalah Trinitas hal paling mendasar dan utama dalam Kristen.  Dia menjelaskan bahwa kita sekarang hidup di era Muhammad, yang mana era Yesus  (era  Isa dalam  Islam‐red)  sudah  selesai  dan  diperbarui  agar  bisa  relevan  sepanjang  masa  hingga sekarang  ini.  Ia mengatakan  bahwa  akan  sangat  lucu  karena  kita  tidak  akan  diterima  dalam segala  hal  jika  hidup  dalam  era  yang  salah.  Perkataannya  itu  membuatku  berpikir  dan merenung setelah ia pula membuat saya tertegun dengan ajakan untuk menikahinya.  Bahkan Natal tahun 1998 saya sudah tidak lagi fokus dengan agama Kristen saya. Benak selalu menjerit,  “Tuhan...,  dimana  engkau?  Kemana  ketentraman  saya  sekarang  ini?  Kenapa  saya  jadi bimbang? ” 

Page 55: KIsah Para Mualaf

 Bahkan  ketika  saya mendapat  insiden  kecil  saat mobil  yang  saya  kendarai  tidak  beres,  saya sempat berpikir,   “Kalau  saya  tadi mati,  saya  akan  pergi  kemana?  Saya  sudah  bukan  lagi  Kristen  karena  tidak pernah ke Gereja, tidak baca doa, tidak pula baca Injil. Di Islam? Padahal saya belum Islam. Saya belum percaya dengan Islam. Saya mati akan kemana? “ Saat itu pula, Adzan maghrib terdengar mengiringi pertanyaan dalam hati kecil.   Saya ingat, saat itu bulan Januari, saya berdoa dengan sungguh‐sungguh. Mohon petunjuk agar mampu menyingkap kebenaran dengan doa dan kesungguhan. Kemudian, di malam ketiga saya melihat  sosok  wicaksana  duduk  dengan  baju  putih  bersih  di  depan  saya.  Bayangan ini terlihat beberapa kali hingga saya mengkonsultasikan kepada seorang kawan HMI tentang  hal  ini.  Awalnya  dia  tidak  percaya  dan  sempat  curiga  jangan‐jangan  ini  sekedar permainan. Tapi ketika melihat kesungguhan diri saya, dia malah menganjurkan saya ke Masjid Nur  Hidayah  untuk menceritakan  lagi  hidayah  yang  saya  dapat  ke  seorang  ustadzah.  Saya masuk  Islam di Februari, dan  Juni 1999 adalah bulan dimana saya menikah dengan pria yang mengenalkan saya dengan Islam.  Beberapa tahun berselang, suami saya mendadak sakit dan akhirnya pergi menemui Allah SWT, tepatnya  tanggal  18  Agustus  2003.  Ketika  itu,  saya  sangat  pilu,  sedih  dan  sendirian  dalam menghadapi  itu  semua.  Sejak  perceraian  dengan  suami  saya  yang  pertama,  anak  saya  ikut dengan orang  tua  saya di Lombok. Saya  ingin agar dia balik ke Solo dan hidup bersama  saya dalam  Islam.  Tapi  yang  saya dapat hanyalah,  “Kalau  kamu  tidak mau balik  ke Kristen, maka segala yang  telah  saya berikan padamu adalah hutang, dan kamu harus mengembalikannya segera!” Anak  saya disandera, dan  saya dibebani dengan hutang yang  seharusnya  tidak  saya bayar.  Alhamdulillah, saya bisa membayar sejumlah uang yang diminta orang tua saya, berkat bantuan seorang  Ustadz  ‐  dosen  perguruan  tinggi  Islam  ternama  di  Solo  dan  beberapa  rekan  yang tergabung  dalam  Forum  Arimatea.  Tapi,  anak  saya  tidak  dikembalikan  kepada  saya.    Anak saya malah datang lewat telepon, di suatu malam bulan Ramadhan dan bertanya, “Mama berat  ke  Islam  atau  berat  anak?”  Saya  terperanjat  kaget.  Saya  katakan  kalau  saya memilih Islam. Dan  ia menjawabnya  lagi dengan  jawaban yang menyayat, “Ohh,  jadi Mama  itu orang yang  tega  terhadap  anaknya,  dan  memilih  Islam  daripada  anak.”  Setelah  mengulangi pertanyaan  yang  sama  dan  mendapat  jawaban  yang  sama  pula  dari  diri  saya,  maka  ia memutuskan hubungan anak dan ibu diantara kami berdua. Telepon ditutup dengan kata‐kata terakhirnya, “Semoga  Ibu Dewi  (bukan panggilan “Mama” yang selama  ini  ia memanggil ke saya) bahagia dengan agamanya yang baru itu! ”  

Malam  itu  saya menangis.  Kesedihan  bercampur  dengan  rasa  lega  dan  gelo.  Kenapa  anak 

Page 56: KIsah Para Mualaf

semata wayang yang tadinya  ingin saya kembalikan ke  Islam, kini  lepas dari tangan saya. Saya 

malam itu hanya bisa berkata, “Jangankan lepas dari kamu, Nak. Kehilangan nyawa pun mama 

siap. Kamu, harta benda, buat mama itu tidak ada apa‐apanya.” Saya masuk Islam karena saya 

melihat kebenaran di dalamnya. 

Ibu Dewi mengatakan bahwa keimanan  itu seperti emas yang membutuhkan proses dan ujian 

yang akan ditempa sebelum menjadi perhiasan berharga. Semoga kita semua bisa mengambil 

hikmah  dari  perjalanan  rohani  Ibu  Dewi  dan  perjuangannya  menegakkan  Islam  yang 

mengingatkan kita akan perjuangan orang‐orang terdahulu. [Na/fosmil ] 

 

= = = = 

 

 

KEPALA BIARAWATI MASUK ISLAM 

 

 

Dilahirkan di Surabaya, tanggal 30  Juli 1954, dengan nama kecil Han Hoo Lie, kemudian menjadi  Irena 

Handono.  Hidup  dilingkungan  keluarga  berada  yang  taat  beragama  Katolik  di  Surabaya  Jawa  Timur. 

Aktifitasnya  di  Gereja mendorongnya  terpilih  sebagai  Ketua  Legio Maria.  Lembaga  Katolik  lain  yang 

pernah digelutinya adalah Biarawati, Seminari Agung ( Institut Filsafat Teologia Katolik ) dan Universitas 

Katolik  Atmajaya  Jakarta.  Ketertarikan  dan  keterlibatanya  secara  sungguh  sungguh  dalam  dunia 

pemikiran khususnya perbandingan agama membuatnya dapat menerima cahaya Kebenaran Islam. 

 Tahun  1983  Masjid  Al‐Falah,  Surabaya  menjadi  saksi  sejarah.  Dihadapan  KH  Misbach  ,  seorang 

pahlawan  dan  Ketua MUI  Jawa  Timur  saat  itu  dan  di  saksikan  oleh  seluruh  Jama'ah,  Irena Handono 

berikrar memasuki  Agama  Islam  dengan mengucapkan  dua  kalimaty  syahadat.  Sejak  saat  itu  semua 

atribut dan segala sesuatu yang berhubungan dengan agama sebelumnya ditanggalkan dan dihilangkan.  

 Jika sebelumnya adalah taat di atas nilai Katolik, kini taat di atas nilai Islam. Hidupnya dipersembahkan 

dalam jalan dakwah, mengajak umat agar bangga menjadi Muslim dengan menjalankan semua perintah 

Page 57: KIsah Para Mualaf

dan meninggalkan  larangan Allah SWT. Sempurnanya  rukun  Islam ditaati ketika pergi haji pada  tahun 

1992, kemudian menjadi pembimbing haji enam tahun kemudian. 

Kesungguhanya dalam dakwah diwujudkan melalui beberapa  lembaga yang bisa menyalurkan visi dan 

misi hidupnya, diantaranya ICMI,PITI, AL‐Ma'wa (Pembina Muallaf ) Surabaya, Pengasuh Majlis Ta'lim Al‐

Muhtadin  Jakarta,Forum  Komunikasi  Lembaga  Pembina  Muallaf  (  FKLPM  ),  Forum  Gerakan  Anti 

Pornografi  dan  Pornoaksi  (FORGAPP),  Lembaga  Advokasi Muslim  (LAM),Gerakan Muslimat  Indonesia 

(GMI) dan (MAAI) Majlis Ilmuwan Muslimah se Dunia Cabang Indonesia. 

Irena  Center melengkapi  semua  lembaga  yang  pernah  didukungnya,  secara  formal  di  daftarkan  ke 

Notaris Syarif Tanujaya, SH dan diproklamirkan di Jakarta pada tanggal 3 Oktober 2004. Dari lembaga ini 

diharapkan agar Islam bisa lebih di membumi dan menjadi rahmat bagi manusia dan seluruh alam. 

Lihat aktivitasnya di : 

http://www.irenahandono.or.id/ 

 

PENDETA ROMA MASUK ISLAM 

 

Segala puji bagi Allah. Semoga shalawat serta salam  tetap  terlimpahkan atas Rasulullah, keluarga dan 

para  sahabatnya,  serta  siapa  saja  yang  mengikuti  sunnahnya  dan  menjadikan  ajarannya  sebagai 

petunjuk sampai hari kiamat. 

Sejarah  Islam, baik  yang dulu maupun  sekarang  senantiasa menceritakan  kepada  kita,  contoh‐contoh 

indah  dari  orang‐orang  yang mendapatkan  petunjuk, mereka memiliki  semangat  yang  begitu  tinggi 

dalam mencari agama yang benar. Untuk itulah, mereka mencurahkan segenap jiwa dan mengorbankan 

milik mereka yang berharga,  sehingga mereka dijadikan permisalan, dan  sebagai bukti bagi Allah atas 

makhluk‐Nya. 

 

Sesungguhnya  siapa  saja  yang  bersegera mencari  kebenaran,  berlandaskan  keikhlasan  karena  Allah 

Ta’ala, pasti Dia Azza wa Jalla akan menunjukinya kepada kebenaran tersebut, dan dapat dianugerahkan 

kepadanya nikmat  terbesar di  alam nyata  ini,  yaitu  kenikmati  Islam.  Semoga Allah merahmati  Syaikh 

kami Al‐Albani yang sering mengulang‐ngulangi perkataan. 

“Segala puji bagi Allah atas nikmat Islam dan As‐Sunnah”. 

Diantara kalimat mutiara ulama salaf adalah.: 

“Sesungguhnya  diantara  nikmat  Allah  atas  orang  ‘ajam  dan  pemuda  adalah,  ketika  dia  beribadah 

bertemu  dengan  pengibar  sunnah,  kemudian  dia  membimbingnya  kepada  sunnah  Rasulullah. 

 

Page 58: KIsah Para Mualaf

Saya bersaksi bahwa  tiada  sesembahan  yang berhak disembah dengan benar  kecuali Allah, dan  saya 

bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan‐Nya”. 

Inilah  kalimat  tauhid,  kalimat  yang  baik  dan  kunci  surga.  Kalimat  inilah  stasiun  pertama  dari  jalan 

panjang yang penuh dengan onak dan duri, kalimat taqwa bukanlah kalimat yang mudah bagi seseorang 

insan  yang  ingin  menggerakkan  lisannya  untuk  mengucapkannya,  demikian  juga  ketika  dia  ingin 

mengeluarkannya dari hatinya yang paling dalam. Karena, ketika seorang  insan  ingin mengeluarkannya 

dari hatinya yang paling dalam, maka dia harus mengetahui  terlebih dahulu, bahwa kalimat  itu keluar 

dengan seizin Allah Ta’ala. 

Demikianlah  yang  dialami  oleh  Ibrahim  (dulu  bernama  Danial)  “semoga  Allah  memeliharanya, 

meluruskannya  diatas  jalan  keistiqomahan,  serta  menutup  lembaran  hidupnya  diatas  Islam‐ 

 

Inilah dia yang akan menceritakan kepada kita, bagaimana dia meninggalkan agama kaumnya (Nasrani) 

menuju Islam, dan bagaimana dia telah mengorbankan kekayaan ayahnya serta kemewahan hidupnya, 

di suatu jalan (hakekat terbesar), demi mencari kebebasan akal dan jiwa. 

Ibrahim  (dulu  bernama  Danial)  “semoga  Allah  memeliharanya,  dan  mengokohkannya  diatas  jalan 

keistiqomahan‐ menceritakan : 

Saya  adalah  seorang  lelaki  dari  keluarga  Roma,  seorang  anak  dari  keluarga  kaya,  semasa  kecil,  saya 

hidup dengan kemewahan dan kemakmuran. Demikianlah, kulalui masa kecilku. Ketika masa remajapun, 

saya  banyak  menghabiskan  waktu  dengan  kemewahan  bersama  teman‐temanku,  ketika  itu  saya 

memiliki sebuah mobil mewah dan uang, sehingga saya bisa memiliki segala sesuatu dan tidak pernah 

kekurangan. 

 

Akan tetapi sejak kecil, saya senantiasa merasa bahwa dalam kehidupan  ini ada yang kurang, dan saya 

yakin bahwa ada  sesuatu yang  salah di dalam hidupku,  serta  suatu kekosongan yang harus kupenuhi, 

karena semua sarana kehidupan ini bukanlah tujuanku. 

Saya mulai  tertarik dengan agama, dan mulailah kubaca  Injil, pergi ke gereja,  serta kusibukkan diriku 

dengan membaca buku‐buku agama Kristen. Dari buku‐buku yang kubaca  tersebut, mulai kudapatkan 

sebagian  jawaban  atas  berbagai  pertanyaannku,  akan  tetapi  tetap  saja  belum  sempurna 

 

Dahulu saya bangun pagi setiap hari dan pergi ke pantai, saya merenungi  laut sambil membaca buku‐

buku.  Setelah dua bulan dari permulaan hidupku  ini,  saya merasa mantap bahwa  saya  tidak mampu 

terus  menerus  menjalani  hidupku  seperti  biasanya  setelah  beragama.  Ketika  itu,  saya  mendatangi 

ayahku dan  kukabarkan  kepadanya bahwa  saya  tidak bisa melanjutkan bekerja dengannya,  saya  juga 

pergi  mendatangi  ibu  dan  saudara‐saudariku  dan  kukabarkan  kepada  mereka  bahwa  saya  telah 

mengambil keputusan untuk meninggalkan mereka 

Kemudian kusiapkan tasku lalu naik kereta tanpa kuketahui ke mana saya hendak pergi, hingga saya tiba 

di kota Polon, kemudian saya masuk ke Ad‐Dir [1] disana, lalu naik gunung yang tinggi. Saya menetap di 

gunung  selama  kira‐kira  sebulan,  saya  tidak  berbicara  dengan  siapapun,  saya  hanya membaca  dan 

Page 59: KIsah Para Mualaf

beribadah. 

 

Sekitar tiga tahun, saya senantiasa berpindah‐pindah dari satu Ad‐Dir ke Ad‐Dir yang lain, saya membaca 

dan beribadah, kebalikannya para pendeta yang  tidak bisa meninggalkan Ad‐Dir mereka, karena  saya 

tidak  pernah memberikan  janji  untuk menjadi  seorang  pendeta  di  suatu  Ad‐Dir  tertentu,  dan  janji 

tersebut akan menghalangiku untuk keluar masuk darinya. 

Setelah  itu,  saya memutuskan  untuk  berkelilng  ke  berbagai  negeri, maka  saya memulai  perjalanan 

panjangku dari  Italia melalui  Slovania, Hungaria, Nimsa, Romania, Bulgaria,  Turki,  Iran,  Pakistan, dari 

sana menuju India. Semua perjalanan ini saya tempuh melalui jalur darat. Saya mendengar suara adzan 

di Turki, dan  saya  sudah pernah mendengarnya di Kairo  (Mesir) pada perjalananku  sebelumnya, akan 

tetapi kali ini sangat terkesan, sehingga saya mencintai. 

Dalam perjalanan pulang, saya bertemu dengan seorang muslim Syi’ah di perbatasan Iran dan Pakistan, 

dia dan  temannya menjamuku dan mulai menjelaskan kepadaku  tentang  Islam versi Syi’ah. Keduanya 

menyebutkan  Imam  Duabelas  dan  mereka  tidak  menjelaskan  kepadaku  tentang  Islam  dengan 

sebenarnya, bahkan mereka memfokuskan pada ajaran Syi’ah dan  Imam Ali Radhiyallahu  ‘anhu, serta 

tentang penantian mereka terhadap seorang Imam yang ikhlas, yang akan datang untuk membebaskan 

manusia. 

 

Semua diskusi tersebut sama sekali tidak menarik perhatianku, dan saya belum mendapatkan  jawaban 

atas berbagai pertanyaanku dalam  rangka mencari hakekat  kebenaran. Orang  Syi’ah  itu menawarkan 

kepadaku untuk mempelajari  Islam di  kota Qum,  Iran,  selama  tiga bulan  tanpa dipungut biaya,  akan 

tetapi saya memilih untuk melanjutkan perjalananku dan kutinggalkan mereka. 

Kemudian saya menuju  India, dan ketika saya turun dari kereta, pertama yang kulihat adalah manusia 

yang membawa  kendi‐kendi  di  pagi  hari  sekali  dengan  berlari‐lari  kecil menuju  kedalam  kota, maka 

kuikuti mereka  dan  saya melihat mereka  berthowaf mengelilingi  sapi  betina  yang  tebuat  dari  emas, 

ketika itu saya sadar bahwa India bukanlah tempat yang kucari. 

Setelah  itu, saya kembali ke  Italia dan dirawat di rumah sakit selama sebulan penuh, hampir saja saya 

meninggal  dikarenakan  penyakit  yang  saya  derita  ketika  di  India,  akan  tetapi  Allah  telah 

menyelamatkanku, Alhamdulillah. 

Saya keluar dari  rumah  sakit menuju  rumah, dan mulailah  saya berfikir  tentang  langkah‐langkah yang 

akan  saya  ambil  setelah  perjalanan  panjang  ini, maka  saya memutuskan  untuk  terus  dalam  jalanku 

mencari hakekat kebenaran. Saya kembali ke Ad‐Dir dan mulailah kujalani kehidupan seorang pendeta 

di sebuah Ad‐Dir di Roma. Pada waktu itu saya telah diminta oleh para pembesar pendeta disana untuk 

memberikan  kalimat  dan  janji.  Pada  malam  itu,  saya  berfikir  panjang,  dan  keesokan  harinya  saya 

memutuskan  untuk  tidak  memberikan  janji  kepada  mereka  lalu  kutinggalkan  Ad‐Dir  tersebut. 

 

Saya merasa ada sesuatu yang mendorongku untuk keluar dari Ad‐Dir, setelah itu saya menuju Al‐Quds 

karena  saya beriman akan kesuciannya. Maka mulailah  saya berpergian menuju Al‐Quds melalui  jalur 

Page 60: KIsah Para Mualaf

darat melewati berbagai negeri, sampai akhirnya saya  tiba di Siria, Lebanon, Oman dan Al‐Quds, saya 

tinggal  disana  seminggu,  kemudian  saya  kembali  ke  Italia,  maka  bertambahlah  pertanyaan‐

pertanyaanku, saya kembali ke rumah lalu kubuka Injil. 

Pada  kesempatan  ini,  saya merasa berkewajiban untuk membaca  Injil dari permulaannya, maka  saya 

memulai dari Taurat, menelusuri kisah‐kisah para nabi bani Israel. Pada tahap ini mulai nampak jelas di 

dalam  diriku  makna‐makna  kerasulan  hakiki  yang  Allah  mengutus  kepadanya,  mulailah  saya 

merasakannya, sehingga muncullah berbagai pertanyaan yang belum saya dapatkan  jawabannya, saya 

berusaha menemukan  jawaban  atas  berbagai  pertanyaan  tersebut  dari  perpustakaanku  yang  penuh 

dengan buku‐buku tentang Injil dan Taurat. 

Pada saat itu, saya teringat suara adzan yang pernah kudengar ketika berkeliling ke berbagai negeri serta 

pengetahuanku  bahwa  kaum muslimin  beriman  terhadap  Tuhan  yang  satu,  tiada  sesembahan  yang 

berhak  disembah  selain Dia. Dan  inilah  yang  dulu  saya  yakini, maka  saya  berkomitmen  :  Saya  harus 

berkenalan  dengan  Islam,  kemudian mulailah  ku‐kumpulkan  buku‐buku  tentang  Islam,  diantara  yang 

saya miliki adalah terjemahan Al‐Qur’an dalam bahasa Italia, yang pernah saya beli ketika berkeliling ke 

berbagai negeri. 

Setelah kutelaah buku‐buku tersebut, saya berkesimpulan bahwa Islam tidak seperti yang dipahami oleh 

mayoritas orang‐orang barat, yaitu sebagai agama pembunuh, perampok dan teroris. Akan tetapi yang 

saya dapati adalah Islam itu agama kasih sayang dan petunjuk, serta sangat dekat dengan makna hakiki 

dari Taurat dan Injil. 

Kemudian  saya putuskan untuk kembali ke Al‐Quds, karena  saya yakin bahwa Al‐Quds adalah  tempat 

turunnya kerasulan terdahulu, akan  tetapi kali  ini saya menaiki pesawat terbang dari  Italia menuju Al‐

Quds. Saya turun di tempat turunnya para pendeta dan peziarah dibawah panduan hause bus Armenia 

di daerah negeri kuno. Di dalam tasku, saya tidak membawa sesuatu kecuali sedikit pakaian, terjemahan 

Al‐Qur’an, Injil dan Taurat, kemudian saya mulai membaca lebih banyak lagi dan lebih banyak lagi, saya 

membandingkan kandungan Al‐Qur’an dengan  isi Taurat dan  Injil, sehingga saya berkesimpulan bahwa 

kandungan  Al‐Qur’an  sangat  dekat  dengan  ajaran  Musa  dan  Isa  ‘Alaihis  salam  yang  asli 

 

Selanjutnya  saya mulai berdialog dengan  kaum muslimin untuk menanyakan  kepada mereka  tentang 

Islam,  sampai  akhirnya  saya bertemu dengan  sahabatku  yang mulia Wasiim Hujair,  kami berbincang‐

bincang  tentang  Islam. Saya  juga banyak bertemu dengan  teman‐teman, mereka menjelaskan kepada 

saya  tentang  Islam.  Setelah  itu,  saudara Wasiim mengatakan  kepadaku bahwa dia  akan mengadakan 

suatu  pertemuan  antara  saya  dengan  salah  seorang  da’i  dari  teman‐temannya  para  da’i. 

 

Pertemuan  itu  berlangsung  dengan  saudara  yang  mulia  Amjad  Salhub,  kemudian  terjadilan 

perbincangan yang bagus tentang agama  Islam. Diantara perkara yang paling mempengaruhiku adalah 

kisah  sahabat  yang  mulia,  Salman  Al‐Farisi  Radhiyallahu  ‘anhu,  karena  didalamnya  ada  kemiripan 

dengan ceritaku tentang pencarian hakekat kebenaran 

Page 61: KIsah Para Mualaf

Kami  berkumpul  lagi  dalam  pertemuan  yang  lain  dengan  saudara  Amjad  beserta  teman‐temannya, 

diantaranya Fadhilatusy Syaikh Hisyam Al‐Arif Hafidhohullah, maka berlangsunglah dialog tentang Islam 

dan  keagungannya,  kebetulan  ketika  itu  saya memiliki  beberapa  pertanyaan  yang  kemudian  dijawab 

oleh Syaikh. 

Setalah  itu, saya terus menerus berkomunikasi dengan saudara Amjad yang dengan sabar menjelaskan 

jawaban atas mayoritas pertanyaan‐pertanyaannku. Pada saat seperti itu di depan saya ada dua pilihan, 

antara  saya  mengikuti  kebenaran  atau  menolaknya,  dan  saya  sama  sekali  tidak  sanggup  menolak 

kebenaran tersebut setelah saya meyakini bahwa Islam adalah jalan yang benar. 

Pada saat itu juga, saya merasakan bahwa waktu untuk mengucapkan kalimat tauhid dan syahadat telah 

tiba.  Ternyata  tiba‐tiba  saudara Amjad mendatangiku bertepatan dengan waktu  dikumandangkannya 

adzan untuk shalat dhuhur. Waktu itu benar‐benar telah tiba, sehingga tiada pilihan bagiku kecuali saya 

mengucapkan. 

 

“Asyhadu An Laa Ilaha Illallahu Wa Anna Muhammadan Rasulullah”. 

Saya bersaksi bahwa  tiada  sesembahan  yang berhak disembah dengan benar  kecuali Allah, dan  saya 

bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan‐Nya. 

Maka serta merta saudara Amjad memeluku dengan pelukan yang ramah, seraya memberikan ucapan 

selamat atas  ke‐Islamanku,  kemudian  kami  sujud  syukur  sebagaimana ungkapan  terima  kasih  kepada 

Allah  atas  anugerah nikmat  ini. Kemudian  saya diminta mandi  [2] dan berangkat  ke Masjid Al‐Aqsho 

untuk menunaikan shalat dhuhur. 

Di  tempat  tersebut  setelah  shalat,  saya menemui  jama’ah  shalat  dengan  syahadat,  yaitu  persaksian 

kebenaran dan  tauhid yang  telah Allah anugerahkan kepadaku. Setelah saya mengetahui bahwa siapa 

saja yang masuk Islam wajib baginya berkhitan, maka segala puji dan anugerah milik Allah, saya tunaikan 

kewajiban  berkhitan  tersebut  sebagai  bentuk meneladani  bepaknya  para  nabi,  yaitu  Ibrahim  Alaihis 

sallam yang melakukan khitan pada usia 80 tahun.[3] 

Itulah diriku,  saya  telah memulai hidup baru dibawah naungan agama kebenaran, agama yang penuh 

dengan  kasih  sayang  dan  cahaya.  Saya  senantiasa menuntut  ilmu  agama  dari  kitab  Allah  Ta’ala  dan 

sunnah Rasulullah Shallallahu  ‘alaihi wa sallam sesuai dengan manhaj salaf  (pendahulu) umat  ini, dari 

kalangan  para  sahabat  Radhiyallahu  ‘anhum  beserta  siapa  saja  yang mengikuti mereka  dengan  baik 

sampai hari kiamat. 

Segala puji bagi Allah atas anugerah Islam dan As‐Sunnah. 

[Dialihbahasakan  oleh Abu  Zahro  Imam Wahyudi  Lc  dari majalah Ad‐Da’wah As‐Salafiyah  “  Palestina 

edisi Perdana, Muharram 1427H halaman 21‐24] 

 

[Disalin dari majalah Adz‐Dzakhiirah Al‐Islamiyyah Vol 5 No 3 Edisi 27 ‐ Shafar 1428H. Penerbit Ma’had 

Ali Al‐Irsyad Surabaya, Alamat Jl Sidotopo Kidul No. 51 Surabaya] 

Page 62: KIsah Para Mualaf

__________ 

Foote Note 

[1]. Ad‐Dir = Istilah untuk gereja yang terpencil di pedalaman. 

[2]. Sebagaimana hadits Qoish bin Ashim, beliau menceritakan : “ Ketika beliau masuk Islam. Rasulullah 

memerintahkannya untuk mandi dengan  air  yang dicampur bidara”  [HR An‐Nasari, At‐Tummudzi dan 

Abu  Daud.  Dishahihkan  oleh  Al‐Albani  dalam  Al‐Irwa  no.  128] 

[3]. Sebagaimana Rasulullah Shalallahu  ‘alaihi wa sallam bersabda  : “Ibrahim berkhitan ketika umur 80 

tahun dengan “Al‐Qoduum” (nama alat atau tempat)” [HR Al‐Bukhari 3356 dan Muslim 2370] 

==== 

 

 

 

RAHMAT PURNOMO MANTAN PENDETA :  

UJUNG PENCARIAN MEMPEROLEH RAHMAT ISLAM 

Ia  adalah  seorang  laki‐laki  keturunan,  sang  ayah  Holandia  dan  ibu  Indonesia  dari  Kota  Ambon  yang 

terletak  di  pulau  kecil  di  ujung  timur  kepulauan  Indonesia.  Kristen  adalah  agama  yang  diwariskan 

keluarganya  dari  bapak  dan  kakeknya.  Kakeknya  adalah  seorang  yang  punya  kedudukan  tinggi  pada 

agama  kristen  yang  bersekte  protestan,  bapaknya  juga  demikian,  namun  ia  bersekte  Pantikosta. 

Sedangkan  ibunya sebagai pengajar  injil untuk kaum wanita, adapun dia sendiri  juga punya kedudukan 

dan sebagai ketua bidang dakwah di sebuah Gereja Bethel Injil Sabino. 

Tidak  terbetik  dalam  hatiku walau  sedikit  pun  untuk menjadi  seorang muslim,  sebab  sejak  kecil  aku 

mendapatkan pelajaran dari orang  tuaku  yang  selalu mengatakan padaku bahwa Muhammad  adalah 

seorang laki‐laki badui, tidak punya ilmu, tak dapat membaca dan menulis. 

Bahkan  lebih dari  itu, aku telah membaca buku Profesor Doktor Ricolady, seorang nasrani dari Prancis 

bahwa Muhammad  itu  seorang  dajjal  yang  tinggal  di  tempat  kesembilan  dari  neraka.  Demikianlah 

kedustaan  itu  dibuat  untuk  menjatuhkan  pribadi  Rasul  shallallahu  ‘alaihi  wa  sallam,  sejak  itulah 

tertanam  pada  diriku  pemikiran  salah  yang mendorongku  untuk menolak  Islam  dan menjadikannya 

sebagai agama. 

Pada  suatu  hari  pimpinan  gereja  mengutusku  untuk  berdakwah  selama  tiga  hari  tiga  malam  di 

Kecamatan  Dairi,  letaknya  cukup  jauh  dari  ibu  kota Medan  yang  terletak  di  sebelah  selatan  pulau 

Sumatra Indonesia. Setelah selesai, aku hendak menemui penanggung jawab gereja di tempat itu. Tiba‐

tiba  seorang  laki‐laki  muncul  di  hadapanku,  lalu  bertanya  dengan  pertanyaan  aneh,  “Engkau  telah 

mengatakan bahwa Isa Al‐Masih adalah tuhan, mana dalilmu tentang ketuhanannya? “  Aku menjawab, 

Page 63: KIsah Para Mualaf

“Baik ada dalil ataupun tidak, perkara ini tidak penting bagimu, jika kamu mau beriman berimanlah, jika 

tidak kufurlah.” 

Namun,  ketika  aku  pulang  ke  rumah,  suara  laki‐laki  itu mengganggu  pikiranku  dan  selalu  terngiang‐

ngiang  di  telingaku,  mendorongku  untuk  melihat  Kitab  Injil  mencari  jawaban  yang  benar  dari 

pertanyaannya. Telah diketahui bahwa di sana ada empat kitab  Injil yang berbeda‐beda, salah satunya 

MATHIUS, yang  lainnya MARKUS, yang ketiga LUKAS, dan yang keempat YOHANNES, semuanya buatan 

manusia.  Ini  aneh  sekali,  aku  bertanya‐tanya  pada  diriku,  “Apakah  Al Qur’an  dengan  nuskhoh  yang 

berbeda‐beda juga buatan manusia?” Aku mendapatkan jawaban yang tak bisa lari darinya yakni dengan 

pasti, “Bukan!” 

Aku mempelajari keempat Injil tersebut, lalu apa yang kudapatkan? Injil MATHIUS berbicara apa tentang 

Al‐Masih Isa ‘alaihis salam? Kami membaca di dalamnya sebagai berikut,  

“Sesungguhnya Isa Al‐Masih bernasab kepada Ibrohim dan kepada Daud’” (1‐1), 

lalu kalau begitu siapa Isa? Bukankah ia anak manusia? Ya, kalau begitu dia manusia. Injil LUKAS berkata, 

  

“Dialah yang merajai atas rumah Ya’kub untuk selama‐lamanya. Kerajaannya tidak akan berakhir.” 

(1‐33). 

 Dan Injil MARKUS berkata, 

“Inilah silsilah yang menasabkan Isa Al Masih anak Allah.” (1). 

Dan yang terakhir injil YOHANNES berbicara apa tentang Isa Al Masih? Ia berkata,  

“Pada awalnya ia adalah kalimat, dan kalimat itu di sisi Allah, maka kalimat itu adalah Allah.” (1:1). 

  

Makna dari nash ini dia pada awalnya adalah Al‐Masih dan Al‐Masih di sisi Allah, maka Al‐Masih adalah 

Allah. 

 

Aku bertanya pada diriku, “Berarti di sana ada perbedaan yang  jelas pada empat kitab  ini seputar dzat 

Isa  ‘alaihis  salam,  apakah  ia manusia  ataukah  anak  Allah  ataukah  Raja  ataukah  Allah?  Hal  itu  telah 

menyulitkanku  dan  aku  belum menemukan  jawabannya.  Di  sini  aku  ingin  bertanya  kepada  teman‐

temanku  orang‐orang  kristen,  “Apakah  didapatkan  dalam  Al‐Qur’an  pertentangan  antara  satu  ayat 

dengan yang lainnya?’ Pasti tidak! Kenapa? Karena Al‐Qur’an datang dari sisi Allah subhanahu wa ta’ala, 

adapun  Injil‐injil  ini  hanyalah  buatan  manusia.  Kalian  tahu  dan  tidak  ragu  kalau  Isa  ‘alaihis  salam 

sepanjang hidupnya berdakwah kepada Allah di sana‐sini, kita patut bertanya: apa  landasan awal yang 

dida‘wahkan oleh Isa ‘alaihis salam? 

Ini Injil MARKUS berkata,  

Page 64: KIsah Para Mualaf

“Seseorang datang dari Al Katbah, ia mendengar mereka berbincang‐bincang, ketika terlihat bahwa 

ia adalah (Al‐Masih) mereka menerimanya dengan baik, menanyainya tentang ayat wasiat pertama? 

Ia menjawab sambil berjalan: Sesungguhnya wasiat yang pertama ialah “Dengarkan wahai Bani 

Israil! Rabb Tuhan kita adalah Rabb yang Esa.” (12: 28‐29). 

Inilah  pengakuan  yang  jelas  dari  Isa  ‘alaihis  salam,  jadi  kalau  Isa  telah mengaku  bahwa Allah  adalah 

Tuhan yang Esa/Satu, maka siapakah  Isa kalau begitu?  Jika  Isa adalah Allah  juga, maka  takkan pernah 

ada keesaan bagi Allah. Bukankah begitu? 

Kemudian,  aku  lanjutkan  pencarianku  dan  aku  temukan  pada  Injil  YOHANNES  nash‐nash  yang 

menunjukkan doa dan ketundukan  Isa Al‐Masih  ‘alaihis salam kepada Allah subhanahu wa  ta’ala. Aku 

bertanya pada diriku: Jika sekiranya Isa adalah Allah Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu, lalu apakah ia 

membutuhkan kepada ketundukan dan doa? Tentu  tidak! Oleh karena  itu,  Isa bukan  tuhan  tetapi dia 

adalah makhluk seperti kita. Simaklah bersamaku doa yang terdapat dalam injil YOHANNES, inilah nash 

doanya:  

“Inilah kehidupan yang abadi agar mengetahui bahwa Engkaulah Tuhan yang hakiki, dan berjalanlah 

Al‐Masih yang Engkau telah mengutusnya, aku pekerjamu di bumi, amal yang Engkau telah berikan 

padaku ialah amalan yang aku telah menyempurnakannya.” (17‐3‐4). 

Ini do’a yang panjang, yang akhirnya berkata,  

“Wahai Rabbul Baar, sesungguhnya alam tidak mengenalMu, adapun aku mengenalMu dan mereka 

telah mengetahui bahwa Engkau telah mengutusku dan Engkau telah mengenalkan mereka akan 

namaMu dan aku akan mengenalkan mereka agar pada mereka ada kecintaan seperti Engkau telah 

mencintaiku.” (17‐25‐26). 

 

Doa ini menggambarkan pengakuan Isa ‘alaihis salam bahwa Allah Dialah Yang Maha Esa dan Isa adalah 

utusan Allah yang diutus pada kaum tertentu, bukan pada seluruh manusia, siapakah kaumnya itu? Kita 

baca dalam Injil MATHIUS (15:24) di mana ia berkata,  

“Aku tidak diutus, melainkan pada kaum di rumah Isra’il yang sasar.” 

 

Kalau demikian, jika kita gabungkan pengakuan‐pengakuannya ini dengan yang lainnya, sangat mungkin 

untuk kita  katakan bahwa,    “Allah adalah Tuhan Yang Esa dan  Isa adalah utusan Allah kepada Bani 

Isroil. “  

Kemudian  kulanjutkan  pencarianku, maka  aku  teringat  saat  aku  sholat  aku  selalu membaca  kalimat 

berikut: (Allah Bapak, Allah Anak, Allah Roh Qudus, tiga dalam satu). Aku berkata pada diriku: Perkara 

yang sangat aneh! Kalau kita bertanya pada siswa kelas satu sekolah dasar “1 + 1 + 1 = 3 ?” Pasti akan 

menjawab  “ya”.  Kemudian,  jika  kita  katakan  padanya,  “Akan  tetapi  3  juga  =  1?”.  Tentu  dia  takkan 

menyepakati  hal  itu,  sebab  di  sana  terdapat  pertentangan  yang  jelas  pada  apa  yang  kami  ucapkan, 

Page 65: KIsah Para Mualaf

karena  Isa  ‘alaihis  salam berkata dalam  Injil  seperti yang kami  lihat bahwa Allah Esa  tidak ada  serikat 

baginya. 

 

Telah  terjadi pertentangan kuat antara aqidah yang menancap di  jiwaku sejak kecil, yakni:  tiga dalam 

satu, dengan apa yang diakui Isa Al‐Masih sendiri dalam kitab‐kitab injil yang ada di tengah‐tengah kita 

sekarang bahwa sesungguhnya Allah itu satu tidak ada serikat baginya. Mana dari keduanya yang paling 

benar?  Belum  ada  usahaku  untuk mengikrarkannya waktu  itu,  namun  yang  benar  dikatakan  bahwa 

sesungguhnya  Allah  itu  Esa/satu.  Kemudian,  aku  cari  lagi  dari  kitab  injil  dari  awal,  barangkali  aku 

temukan apa yang kuinginkan. Sungguh telah kutemukan dalam pencarianku nash berikut ini:  

“Ingatlah wali‐wali sejak dulu, karena sesungguhnya Aku adalah Allah, sedang yang lainnya bukan tuhan dan tak ada yang menyerupaiku.” (46: 9). 

 

 

Sungguh perkara yang menakjubkan saat aku berpegang teguh dengan Islam, aku mendapatkan dalam 

surat Al‐Ikhlash firman Allah Ta’ala,  

“ Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Katakanlah Dialah Allah Yang Maha 

Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung padaNya segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tiada pula 

diperanakkan. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.”  

Ya,  selama kalam  itu adalah kalam Allah, maka  tidak akan berbeda di manapun didapatkannya.  Inilah 

pelajaran pertama pada agamaku masihiyyah yang dulu, dengan demikian “tiga dalam satu”  tidak ada 

keberadaannya dalam jiwaku. 

Adapun pelajaran kedua dalam agama masihiyyah bahwa di sana ada yang disebut dengan warisan dosa 

atau kesalahan awal, maksudnya ialah bahwa dosa yang diperbuat Adam ‘alaihis salam ketika memakan 

buah yang diharamkan dari pohon yang berada di surga, pasti seluruh anak manusia akan mewarisi dosa 

ini.  Sekalipun  janin  yang  berada  dalam  rahim  ibu  akan menanggung  dosa  ini  dan  akan  lahir  dalam 

keadaan berdosa. Apakah  ini benar atau salah? Aku cari tentang kebenaran hal tersebut. Aku merujuk 

pada Perjanjian Lama, di tengah pencarianku, aku menemukan pada hizqiyal sebagai berikut,  

“Seorang anak tidak menanggung dari dosa seorang bapak. Seorang bapak tidak menanggung dari 

dosa seorang anak ‘ ” (hizqiyal: 18: 20‐21). 

 

Barangkali yang cocok untuk kami sebutkan di sini apa yang dikatakan Al‐Qur’anul Karim pada masalah 

ini, 

 “Dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain “ 

 Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Anak Adam dilahirkan dalam keadaan fitroh, 

kedua orang tuanyalah yang akan menjadikannya Yahudi atau menjadikannya Nashrani atau 

menjadikannya Majusi.” 

Page 66: KIsah Para Mualaf

 Inilah dia kaidah dalam Islam dan menyepakatinya apa yang ada/datang dalam injil, lalu bagaimana bisa 

dikatakan bahwa  kesalahan Adam akan berpindah dari  satu generasi  ke generasi  lainnya, dan bahwa 

manusia dilahirkan dalam keadaan berdosa? 

Aku melanjutkan pencarianku tentang beberapa hal yang berkaitan dengan keyakinan, pada suatu hari 

kuletakkan  Injil dan Al‐Quran di depanku, kutujukan pertanyaan pada  Injil, “Apa yang engkau ketahui 

tentang Muhammad?”  Jawabannya:  tidak  ada,  karena  nama Muhammad  tidak  terdapat  dalam  Injil. 

Kemudian kutujukan pertanyaan berikutnya pada Isa seperti Al‐Quran telah bercerita tentangnya,  

“Wahai Isa ibnu Maryam, apa yang engkau ketahui tentang Muhammad?” 

Jawabannya:  ““sungguh Al Quran  telah menyebutkan perkara  yang  tidak  ada  keraguan  sedikit pun 

bahwa seorang Rasul yang pasti akan datang setelahku namanya adalah Ahmad. Allah berfirman atas 

lisan Isa ‘alaihis salam,  

“Dan ingatlah ketika Isa putra Maryam berkata: Hai bani Isroil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah 

kepadamu, membenarkan kitab (yang turun) sebelumku yaitu Taurot dan memberi kabar gembira 

dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku yang namanya Ahmad (Muhammad), 

maka tatkala Rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti‐bukti yang nyata, mereka 

berkata: Ini adalah sihir yang nyata.” (QS Ash Shaff: 6). 

 

 Lihatlah! Mana yang benar?! 

 

Di  sana  ada  satu  Injil,  yakni  Injil  BARNABAS,  berbeda  dengan  empat  Injil  yang  telah  kusebutkan 

sebelumnya,  namun  sayang  para  pemuka‐pemuka  agamanya  (Nashrani) mengharamkan  pengikutnya 

untuk mentelaahnya.  Tahukah  kenapa?  Yang  paling  benar  ialah  karena  inilah  satu‐satunya  Injil  yang 

memuat  kabar  gembira  tentang  Muhammad,  di  dalamnya  terdapat  beberapa  tambahan  dan 

penyimpangan yang  sangat,  seperti halnya  tedapat pula kenyataan yang  sesuai dengan apa yang ada 

dalam Al Quran Al Karim.  

Dalam Injil Barnabas (Ishaah: 163),  

“Waktu itu para murid bertanya kepada Al Masih: Wahai guru! Siapa yang akan datang sesudahmu? 

Al Masih menjawab dengan senang dan gembira: Muhammad utusan Allah pasti akan datang 

sesudahku bagaikan awan putih akan menaungi orang‐orang yang beriman seluruhnya.” 

 

 

Kemudian, kubaca lagi ayat lainnya dari Injil Barnabas yakni ucapannya pada (Ishaah: 72), 

“Waktu itu seorang murid bertanya kepada Al‐Masih: Wahai guru! Saat Muhammad datang apa 

tanda‐tandanya hingga kami mengenalnya? Al‐Masih menjawab: Muhammad tidak akan datang 

Page 67: KIsah Para Mualaf

pada masa kita, tetapi akan datang setelah seratus tahun kemudian ketika Injil diubah (direkayasa) 

dan orang‐orang yang beriman kala itu jumlah mereka tidak sampai tiga puluh orang, maka ketika 

itu Allah subhanahu wa ta’ala akan mengutus penutup para Nabi dan Rasul‐rasul, yaitu Muhammad 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” 

 

Telah disebutkan berulang‐ulang yang demikian  itu dalam Injil Barnabas, aku telah menghitungnya dan 

kudapatkan sebanyak empat puluh lima ayat menyebutkan tentang Muhammad. Aku sebutkan dua ayat 

di atas di antaranya sebagai satu bukti. 

Setelah ini semua, aku berazzam untuk keluar dari gereja dan tidak akan pernah pergi lagi padanya, saat 

ini tidak ada di hadapanku, kecuali Islam. (Lihat kitab ‘Uluwul Himmah, karya Muhammad Ahmad Ismail 

Al‐Muqoddim). 

 

Para pembaca  rahimakumullah demikianlah  Islam yang dibawa oleh Nabi shallallahu “alaihi wa sallam 

sebagai  rahmat  bagi  semesta  alam, menuntut  kita  selaku  para  pemeluknya  untuk  bersyukur.  Allah 

berfirman,  

“Jika kamu kafir maka sesungguhnya Allah tidak memerlukan (iman)mu, dan Dia tidak meridhoi 

kekafiran bagi hamba‐Nya, dan jika kamu bersyukur niscaya Dia meridhoi kesyukuranmu itu, dan 

seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Kemudian kepada tuhanmulah kembalimu 

lalu Dia memberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan sesungguhnya Dia Maha 

Mengetahui apa yang tersimpan di (dada)mu.” (QS Az Zumar: 7). 

 

 

Di sini ada beberapa hal yang perlu untuk kita perhatikan, wallahul haadi ila sabilir rosyad. 

Pertama: manusia itu satu umat, memeluk agama yang satu. Allah berfirman,  

“Manusia dahulunya hanyalah satu umat kemudian mereka berselisih, kalau tidaklah karena suatu 

ketetapan yang telah ada dari Tuhanmu dahulu, pastilah telah diberi keputusan di antara mereka 

tentang apa yang mereka perselisihkan itu.” (QS Yunus: 19). 

 

Kedua: Islam adalah agama tauhid. Allah berfirman, ; 

“Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang 

menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang‐orang yang berilmu (juga menyatakan yang 

demikian itu) tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Maha Perkasa lagi Maha 

Bijaksana. Sesungguhnya agama (yang diridhoi) di sisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang‐

orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka karena 

kedengkian (yang ada) di antara mereka, barangsiapa yang kafir terhadap ayat‐ayat Allah maka 

sesungguhnya Allah sangat cepat hisabnya. Kemudian jika mereka mendebat kamu (tentang 

kebenaran Islam) maka katakanlah: Aku menyerahkan diriku kepada Allah dan (demikian pula) 

Page 68: KIsah Para Mualaf

orang‐orang yang mengikutiku. Dan katakanlah kepada orang‐orang yang telah diberi Al Kitab dan 

kepada orang‐orang yang ummi, “Apakah kamu (mau) masuk Islam? “ Jika mereka masuk Islam, 

sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk, dan jika mereka berpaling maka kewajiban kamu 

hanyalah menyampaikan (ayat‐ayat Allah) dan Allah Maha Melihat akan hamba‐hamba‐Nya.” (QS Ali 

Imron: 18‐20). 

 

 

Ketiga: Aqidah tauhid adalah fitroh manusia. Allah berfirman, 

“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak‐anak Adam dari sulbi mereka dan 

Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): Bukankah Aku ini Tuhanmu? 

Mereka menjawab: Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi. (Kami lakukan yang demikian itu) 

agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang‐orang 

yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan). Atau agar kamu tidak mengatakan: Sesungguhnya orang‐

orang tua kami telah mempersekutukan Tuhan sejak dahulu, sedang kami ini adalah anak‐anak 

keturunan yang (datang) sesudah mereka. Maka apakah Engkau akan membinasakan kami karena 

perbuatan orang‐orang yang sesat dahulu.” (QS Al A’raaf: 172‐173). 

 

 

Keempat: Petunjuk Allah mutlak harus diikuti. Allah berfirman,  

“ Katakanlah sesungguhnya petunjuk (yang harus diikuti) ialah petunjuk Allah, dan (janganlah kamu 

percaya) bahwa akan diberikan kepada seseorang seperti apa yang diberikan kepadamu, dan (jangan 

pula kamu percaya) bahwa mereka akan mengalahkan hujjahmu di sisi Tuhanmu. Katakanlah 

sesungguhnya karunia itu di tangan Allah, Allah memberikan karunianya kepada siapa yang 

dikehendakinya. Dan Allah maha luas karunianya lagi maha mengetahui.” (QS Ali Imron: 73). 

 

 

Kelima: Isa ‘alaihis salam adalah Nabi dan Rasul Allah. Allah berfirman,  

“Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu 

mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih Isa putra Maryam itu adalah 

utusan Allah dan (yang diciptakan dengan kalimat‐Nya) yang disampaikan‐Nya kepada Maryam dan 

dengan (tiupan roh) dari‐Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul‐rasul‐Nya dan 

janganlah kamu mengatakan, “(Tuhan itu) tiga”. Berhentilah (dari ucapan itu). Itu lebih baik bagimu. 

Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak. Segala yang di 

langit dan di bumi adalah kepunyaan‐Nya, cukuplah Allah sebagai pemelihara.” (QS An Nisaa: 171). 

 

Page 69: KIsah Para Mualaf

Walhamdulillahi robbil alamin. 

 

Ditulis oleh Al Ustadz Abu Hamzah Al Atsari. Diambil dari Buletin Al‐Wala’ wal‐Bara’ 

= = = = = 

 

 

SITUA OJEK HUTAGAOL (H ABD. RAZAK H) :  

MENEMUKAN KEBENARAN DALAM ISLAM 

 

Saya,  ketika  itu,  begitu  bangga menjadi  umat  kristiani.  Bahkan,  saya  sering mengejek  umat Islam dengan  kata‐kata  kotor. Bagi  saya waktu  itu,  Islam  tak  lebih  sebagai  agamanya orang‐orang miskin  yang  kotor  dan menjijikkan.  Tapi,  setelah  saya mengenal  Islam  lebih  jauh  dan mulai bersahabat dengan orang Islam, baru saya mengerti bahwa Islam adalah agama yang suci. 

ISLAM adalah agama hakiki yang dapat dikaji dan didiskusikan.  Islam  juga  tak berseberangan dengan alam rasional sehingga kebenaran dapat ditemukan dalam  Islam. Nama saya sekarang H.  Abdul  Razak  Hutagaol  (43),  tapi  sebelum  Islam  saya  dikenal  dengan  nama  Situa  Oak Hutagaol.  Saya  seorang  aktivis  Gereja  HKBP  (Huria  Kristen  Batak  Protestan)  Tanjung  Priok, Jakarta  Utara.  Saya  menjadi  muslim  pada  tanggal  16  September  1997  di  Masjid  Syuhada, Yogyakarta. Alhamdulillah, sebulan kemudian saya menunaikan ibadah umrah. Bahkan, setahun kemudian saya menunaikan ibadah haji.  

Keluarga kami sangat taat beragama. Papi saya adalah seorang akhvis gereja sehingga saya dan seluruh keluarga selalu mempelajari agama. Teringat ketika masih kecil, papi sering menyuruh saya untuk datang ke gereja. Bahkan kalau tak mau, ia sering memarahi saya. 

Proses awal  saya masuk  Islam, melalui pengkajian pendalaman  terhadap Alkitab  (Bibel)  yang saya bandingkan dengan kitab  suci Al‐Qur'an. Temyata Al‐Qur'an  lebih konsisten, baik dalam redaksi maupun ajarannya. 

Di antara perintah (ayat) Injil yang tidak dipatuhi umat Kristen adalah soal keharusan memakal kerudung  bagi  kaum wanitanya,  termasuk  perintah  tak  boleh memakan  daging  babi,  seperti tertuang dalam  Injil Matius 5:17 dan  Imamat 11: 7. Umat Kristen tak mempedulikan  larangan ini. Lain halnya dengan Islam yang selalu menaati perintah tersebut. 

Page 70: KIsah Para Mualaf

Lalu masalah teologi, yakni konsep ketuhanan yang sangat membingungkan dan tak masuk akal, yaitu mengenai masalah trinitas (Tuhan Bapa, Tuhan Anak, dan Roh Kudus). Jadi, menurut saya, falsafah Kristen itu sudah tak dapat dipercaya. 

Saya juga memperhatikan munculnya aliran (sekte) yang ada di dalam agama Kristen Misalnya, ada  pendeta  di  Guyana,  Amerika  Latin,  yang  memerintahkan  jemaatnya  untuk  melakukan bunuh diri massal, dengan tujuan  ingin bertemu Tuhan  Ini menurut saya tak masuk akal. Tapi dalam  Islam, seperti di pesantren‐pesantren atau di majelis‐majelis taklim, tak pernah ada hal semacam itu. 

Sebab  itu, saya bertekad untuk mendalami  Islam  lebih  jauh. Dan,  ternyata  Islam memberikan cakrawala  berpikir  lebih  rasional.  Sehingga  Islam  itu  bisa  dikaji  dan  didiskusikan  seperti mengenai masalah  haram, makruh,  halal,  dan  lainnya.  Islam  itu  juga  tak mengenal  dogma‐dogma.  Saya juga teringat pada awal masuk Islam, ada kejadian aneh yang saya alami ‐‐ mungkin tidak ada orang  yang percaya. Ceritanya  terjadi  ketika  saya  sedang mengalami  kesulitan ekonomi. Ada  suara  aneh dan  sangat  kasar menyuruh  saya untuk membaca Al‐Qur'an dan melakukan shalat. Perintah ini jelas sekali terdengar sampai tiga kali berturut‐turut. 

Saya waktu  itu dalam keadaan sadar. Saya  tak mengerti, apakah suara  itu suara  jin atau apa. Tapi, saya berpikir keras. Setelah proses mengkaji  itu, mungkin  ini perintah Allah kepada saya. Kejadian ini seringkali muncul ketika saya sedang dalam keadaan susah. 

Saya mengibaratkan kejadian yang selalu mendadak  ini  sebagai  ilham kepada  saya. Apa yang selama  ini saya anggap gaib, ternyata dapat saya rasakan. Hingga akhirnya saya memilih Islam sebagai pegangan hidup. 

Sebulan kemudian, saya menjalankan  ibadah umrah yang dibiayai oleh Haji Darmanto. Selesai umrah, saya banyak belajar mendalami  Islam dengan bimbingan Ustadz Drs. H. Syamsul Arifin Nababan, pimpinan Yayasan Pendidikan Muallaf. Saya  juga  terus mendalami  Islam di yayasan pendidikan Islam serta pesantren‐pesantren lainnya. 

Cobaan Iman 

Setelah masuk Islam, banyak pula cobaan yang menimpa saya. Di antaranya waktu kembali dari ibadah umrah,  saya ditangkap polisi  atas  tuduhan perbuatan  yang  tidak menyenangkan  atas pengaduan orang tua saya. Dan ternyata, penangkapan itu dipimpin oleh ipar saya sendiri. Tapi akhirnya persoalan selesai dan semuanya telah saya maafkan. 

Sedangkan orang tua saya sekarang  ini masih belum bisa memaafkan saya.  la belum juga mau menjumpai  saya, walaupun  saya  sudah melakukan  kompromi  dengan  berbagai  pihak  untuk mengadakan pertemuan  itu. Tapi, sampai saat  ini belum berhasil. Mudah‐mudahan Allah bisa memberikan hidayah kepadanya. 

Page 71: KIsah Para Mualaf

Saya  juga mengalami  cobaan dalam hal ekonomi. Dulu,  saya  seorang kontraktor yang  sukses dan hidup sangat kecukupan. Tapi, sekarang  ini saya diuji Allah, dengan dihilangkan sebagian dari harta yang saya miliki. Sekarang saya hidup sederhana. 

Saya  cukup  pusing  dengan  sikap  anak‐anak  saya  yang  tidak mau menerima  kenyataan  ini. Mereka selalu bertanya, "Mengapa dulu sebelum ayah masuk  Islam hidup kita berkecukupan, bisa  punya mobil mewah,  bisa  beli  apa  yang  diinginkan.  Tapi  sekarang,  setelah  ayah masuk Islam hidup kita menjadi susah?" 

Pertanyaan‐pertanyaan  inilah yang membuat saya sedih. Bagaimana saya harus menerangkan kepada  anak‐anak  saya  itu?  Saya  hanya  bisa  meneteskan  air  mata.  Hanya  bisa  memohon kepada  Allah  dan  selalu  berzikir  dan  terus  berusaha.  Karena  anak‐anak  saya  belum  bisa menerima Islam, sedangkan istri saya sudah dapat menerima dan sudah saya islamkan. 

Saya  terus berusaha membuktikan kepada anak‐anak kami bahwa  sebenarnya  Islam  itu  tidak membuat orang  jadi melarat. Allah  juga membuktikannya kepada saya melalui rezeki yang tak diduga‐duga.  Ini  saya  yakini  sebagai  anugerah  Allah  kepada  saya.  (dari  Buku  "Saya memilih Islam"  Penyusun  Abdul  Baqir  Zein,  Penerbit  Gema  Insani  Press  website  : http://www.gemainsani.co.id/). 

 

= = = = 

 

HANDOKO MATAN AKTIVIS GEREJA :  

HIDAYAH ITU DATANG LEWAT MIMPI 

 

Sesungguhnya  Allah  tidak  akan  mengubah  keadaan  suatu  kaum  hingga  ia  mengubah keadaannya  sendiri.  Itulah  yang  dialami  Handoko.  Karena  kegigihannya  yang  kuat  untuk mencari  kebenaran  sejati,  akhirnya  Allah  membukakan  pintu  hidayah  Islam.  Berikut penuturannya. 

AKU  lahir di Surabaya  tahun 1974 dengan nama Handoko  (34). Meski bukan  remaja  lagi, aku merasa masih berusia 16 tahun. Baru 16 tahun aku merasa hidup, tepatnya tahun 1991 ketika kalimat  syahadat mengalun merdu  dari  kedua  bibirku. Masa‐masa mencari  kebenaran  sejati sangatlah  berarti.  Terlalu  dalam  untuk  dikisahkan,  terlalu  indah  untuk  dikenangkan.  Aku tumbuh di  lingkungan Nasrani. Aku diangkat  sebagai anak oleh donatur gereja.  Semasa  kecil aku begitu penurut,  rajin ke gereja dan mengkaji  Injil. Seiring berjalannya waktu aku  tumbuh 

Page 72: KIsah Para Mualaf

menjadi  remaja  yang  kritis.  Kecerdasan  otakku membuatku mengugat  agama  turunan  yang telah diwariskan kepadaku. 

Kisah ini bermula ketika aku mendapati segerombolan waria. Dalam pandangan umum mereka adalah makhluk yang berdosa karena menyalahi kodrat Tuhan. Padahal, kalau waria itu bawaan sejak  lahir  siapa  yang  salah?  Apakah  ia  tidak  bisa  masuk  surga?  Bukankah  Tuhan  telah menciptakan makhluknya seperti  itu? Kenapa Tuhan tidak  jadikan semua makhluk di dunia  ini baik? Mengapa Tuhan yang Mahapencipta telah menciptakan manusia dengan kelainan genetik sementara ada banyak manusia  sempurna? Benarkah Tuhan  itu adil? Di mana  letak keadilan itu?  MIMPI ANEH 

Pertanyaan  itu  selalu  berlalu‐lalang  di  benakku  manakala  senyap  malam  rembulan  pasi mengantar  tidurku.  “Tuhan  jika  benar  Kau  Mahapenyayang,  sayangilah  aku  yang  ragu. Tunjukkanlah kebenaran kepadaku! Pintaku dengan penuh pengharapan.” 

Lama aku merenung dan berdoa namun hidayah belum  juga  tiba. Aku percaya Tuhan  itu ada tapi aku tak percaya dengan semua ajaranNya. Aku pun mulai putus asa. Akhirnya kuputuskan untuk  tidak  menganut  ajaran  agama  apapun.  Setelah  6  bulan  hidup  dengan  kehampaan, kutemukan jawaban segala keraguan. Aku atheis, tidak bertuhan. 

Tatkala aku tertidur nyenyak. aku bermimpi diangkat dari tanah kemudian di bawa ke langit dan dijatuhkan ke bumi entah oleh siapa aku tak mengenalnya. Di hadapanku muncul dua  jenazah yang  dimasukkan  ke  dalam  kubur.  Suasana  senja,  serba  oranye,  aku  mengigil  ketakuatan. Perasaanku bercampur tidak karuan. Di padang mahsyar  itu, aku melihat bumi dan  langit. Aku melihat  2  jenazah.  Sebuah  simbol  suami  istri  kelak  akan  mempertanggungjawabkan  amal‐perbuatannya.  Aku  melihat  neraka.  Aku  lari  ketakutan.  Muncullah  sosok  pria  sepuh memberhentikan lariku. “Nak kau takut, maukah kau tidak takut?” tanyanya. 

“Aku ingin tidak takut” jawabku. 

“Kalau  kau  ingin  tidak  takut maka  pelajarilah  Alquran”.  Tiba‐tiba  aku  terbangun  dari  tidur. Nafasku  belum  teratur.  Aku masih mengigil  ketakutan.  Larut malam  dan  deras  hujan Maret yang menusuk  keheningan menjadi  saksi  bahwa  aku mendapatkan  hidayah Allah  yang  telah lama  kunanti‐nanti.  Sejak  saat  itu  aku  bertekat  memeluk  Islam  dan  memperdalam  Islam.  BANTUAN DIHENTIKAN 

Sebagai  anak  gereja  aku  wajib menunaikan  ibadah  layaknya  orang  Kristen.  Namun,  karena keyakinanku  telah  berpindah,  otomatis  takkan  kuinjakkan  kaki  lagi  ke  gereja.  Akibatnya, pengurus gereja menghentikan semua beaya hidupku, termasuk beasiswa. Aku pun keluar dari STM  PGRI  2. Aku melanglang  buana mencari  ketenangan  hati. Aku  sadar  akan  datang  suatu hari,  ketika  semua mulut  dikunci  dan  kesempatan  untuk memperbaiki  diri  takkan  ada  lagi. 

Page 73: KIsah Para Mualaf

Selagi  nyawanya masih  bersemayam  diraga,  aku  berjanji  akan mengapai  rida‐Nya.  Aku  tak peduli meski harus hidup terlunta. 

Sebagai  permulaan,  aku  belajar  mengeja  huruf‐huruf  hijaiyah  dari  teman  lama  di  SMP  10 Surabaya  yang  bernama  Rahmat.  Setelah  Fasih,  aku  rajin mengikuti  pengajian‐pengajian  di masjid.  Aku  bahkan  sering  mengadakan  kunjungan  ke  pesantren‐pesantren  untuk memperdalam  Islam.  Aku mengunjungi salah satu pondok pesantren di Pasuruan untuk memperkokoh agamaku yang masih tergolong rapuh. Selain itu, aku juga belajar di Pondok Pesantren Miftahul Huda 3 bulan. Tak  lupa aku mengikuti pengajian yang ada di masjid‐masjid  terdekat, belajar agama melalui buku yang kupinjam dari  teman‐teman  remaja masjid, membaca  tabloid  Islam, dan buku apa saja sampai sekarang. Tentunya, sambil bekerja serabutan. 

AL QU’RAN VS INJIL 

Datanglah  seorang  wanita  aktivis  gereja  untuk mengembalikan  aku  kepada  agama  nasrani. Kubiarkan saja ia memaparkan apa dan bagaimana Injil itu. Lambat‐laun aku justu menawarkan tafsir  Alquran  sebagai  bandingan  untuk  diskusi. Wanita  itu  pun menyetujui.  Lama‐kelamaan kami  terbiasa  berdiskusi.  Dalam  kondisi  seperti  itu,  aku  mengatakan  bahwa  aku  seorang muslim. Alangkah kagetnya wanita penginjil yang bernama Puji Utami. 

Setelah membandingkan dan mengkaji  Islam  lebih dalam, wanita  yang  kritis  itu menemukan bahwa Yesus bukan Tuhan, Yesus manusia. Puji utami akhirnya mangakui  Islam  sebagai  satu‐satunya agama yang paling benar. Tepat 17 Januari 2007, ia bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah. Islam adalah rahmat bagi seluruh alam. 

Alhamdulillah,  setelah berjuang untuk mendapatkan  cinta  sejati,  cinta  kepada Rabb,  kini aku telah mendaptakan bingkisan dari‐Nya sebuah kado yang istimewa, wanita muslimah telah siap menjadi pasangan tulang rusukku. Akhirnya, aku menyunting Puji. 

Sesungguhnya di balik kesusahan, akan ada kemudahan. Sekian  lama kuarungi hidup dengan kesabaran dan ketabahan. Akhirnya, anugerah dari Allah bertubi‐tubi menghampiri kami. Usai menunaikan Sholat Jum’at, HP‐ku berbunyi. Aku tak menyangka yang menelpon adalah Bapak Teguh Wibowo, SH, direktur PT. Cahaya Addin Abadi. Aku diminta kerja di tempatnya. Sepontan aku mengucapkan syukur kapada Allah Yang Maha Pemurah atas  limpahaan anugerah. Kini, di usia  yang  semakin matang  aku  ingin  terus mematangkan  ketauhitan.  Bahkan  aku  tak  lupa mengemis kepada Allah agar selamat dunia dan akhirat. 04/mg/tabloidnurani.com  

= = = = 

 

 

Page 74: KIsah Para Mualaf

ANAKKU DIRAMPAS KARENA "AKU MEMILIH ISLAM" 

 

Kalau  bukan  karena  kemurahan Allah,  sudah  gila  aku menghadapi  liku‐liku  perjalanan  nasib. Murka keluarga, cacian sanak kerabat, cemoohan teman, memberondongku tanpa ampun. Bak anjing  kurapan  pembuat  onar,  ali  disiksa  sadis.  Bahkan  selembar  selembar  nyawa  ini  nyaris hilang. Muaranya satu, karena aku masuk Islam. 

Mulanya  memang  aku  seorang  Katolik  taat.  Orangtuaku  pimpinan  dewan  gereja.  Mereka terpandang dan sangat dosegani. Bukan status sosialnya saja yg membuat pamor tersohor, tapi juga  kekayaan  yang  kami  miliki.  Banyak  orang  menjuluki  kami  tuan  tanah.  Gemilang kemewahan membuat  pribadiku  keras  hati. Apa  saja mauku  selalu  ingin  dituruti.  Tapi,  lama lama  hatiku meradang.  Tanpa  tahu  penyebabnya,  aku  kerap  dilanda  perasaan  resah.  Bosan. Tidak bersemangat. 

Persaan  tak  karuan  itu  kontan  berpengaruh  pada  seluruh  kegiatanku.  AKu  jadi  suka  bolos sekolah  dan malas  kegereja,  Sampai  guru  dan  teman  teman mencapku  anak  nakal.  Padahal sebenarnya aku sering menyendiri. Ingin mencari jati diri. 

Hingga  suatu  saat,  aku  disadarkan  pada  sebuah  takdir  yang  harus  kuterima.  Aku  seringkali didatangi mimpi mimpi aneh. Keanehan mimpi itulah yang akhirnya membuat perubahan besar dalam hidupku. 

HIDAYAH LEWAT MIMPI 

Lelaki paruh baya berbaju dan bersorban putih dengan selendang hijau tiba tiba muncul dalam mimpiku. Dia menanti dipertigaan  jalan yang biasa kulewati menuju gereja. "Nak,  jalan kamu bukan kesitu!" tegurnya. Lalu dia tunjukkan sebuah jalan lurus yang bercahaya. Setiap kali mau melangkah, ada telapak tangan bertuliskan Lafaz Allah. 

Ugh..  untung  cuma mimpi.  Sebagai  orang  Katolik,  aku  khawatir  dengan mimpi  ini.  Namun ternyata malam malam berikutnya, mimpi yang sama terulang lagi. Sejak saat itulah aku dilanda perasaan aneh. Semacam dis‐orientasi. Aku enggan bersekolah. Ke gereja pun tidak sama sekali. Anehnya aku malah penasaran terus mengenal Islam. 

Page 75: KIsah Para Mualaf

Mimpi senada terus mendatangi selama setahun  lebih. Bahkan suatu ketika, setiap mau tidur, di dalam kamarku sering kudengar orang sholawatan, qasidahan, serta segala ritual  lain yang biasa  dikerjakan  umat  Islam.  Penasaran,  lalu  kutanyakan  pada  orang  seisi  rumah,  apakah mereka mendengar  seperti  yang  kudengar.  Ternyata  tidak. Malah  ketika  kuceritakan mimpi‐mimpi  anehku, mereka mengatakan  bahwa mungkin  leluhurku  yang  beragama  Islam  sedang kangen padaku. 

Aku  tak digubris. Sementara mimpi anehku datang  lagi. Kali  ini aku dikasih  jubah putih. "Pak, saya  kan  Katolik,  bagaimana  mungkin  saya  Shalat?"  tanyaku.  Lelaki  itu  lalu  mengajakku ketanah lapang. Disana banyak sekali orang berpakaian serba putih. Oleh lelaki itu aku diajarkan membaca Al‐Qur'an, dituntun mengucapkan Dua Kalimat Syahadat. Herannya dengan pasrah kurelakan diriku melakukan semua itu. 

"Pegang  tongkat  ini  nak,  bimbing  orang‐orang  itu  pergi  Haji!",  pesanya.  Hatiku  dilanda ketakutan luar biasa. Tak lama kudengar azan. Badanku bergetar menggigil. Setelah azan, dalam mimpi itu kubaca surah Yaasin. 

Apa  sebenarnya  maka  mimpi  itu?  Dalam  mimpi  aku  diajarkan  membaca  Al‐Qur'an,  begitu terjaga benar benar bisa kubuktikan bahwa aku bisa. Subhanallah... Hatiku yang  lusuh kontan terang.  Ada perasaan pedih jika aku meninggalkan shalat. Sementara kalau tidak kegereja, hati ini biasa biasa  saja. Perasaanku kini gampang melunak, mudah  tersentuh, padahal  sebelumnya  sangat egois.  Hati  jadi  lembut.  Mengapa  bisa  hanya  dengan  mempelajari  buku‐buku  Islam  aku berubah seperti ini? Sekonyong konyong aku menjadi pribadi penuh santun dan menghormati orang lain. 

 BABAK AWAL PENYIKSAAN ITU 

Sejak  itu  kudalami  Islam.  Kubeli  buku  buku  tuntunan  ibadah,  beberapa  kaset  ceramah  K.H. Zainudin MZ  yang waktu  itu  jadi  trend,  serta  sebuah  jilbab.  Tentu  saja  kegiatan  baru  itu  ini kulakukan  tanpa  sepengetahuan  keluarga.  Aku  sangat menikmatinya. Maka  lama‐kelamaan sudah bisa kulaksanakan sholat, puasa, bahkan berjilbab. 

Syahdan  aku menjadi muslim  sebelum  aku  benar‐benar  sah  sebagai  seorang muslim.  Inikah hidayah itu?  Interesku akan  jilbab  ini memicu tindakan yang  lumayan ekstrim. Alu sering datang ke mesjid layaknya  seorang muslimah.  Aku  ingin  bertanya  pada  orang‐orang  disana  tentang  tata  cara gerakan sholat. Aku tahu tindakan ku bakal menuai resiko besar. Kalau sampai penyemaranku sampai terbongkar, aku pasti dibunuh.     

Page 76: KIsah Para Mualaf

Tapi kawan, tidak bisa kugambarkan perasaan  ini ketika aku telah mengenal  Islam. Ketika aku membawa AL‐Qur'an, Tasbih, Yaasin, hatiku tenang. Relung hatiku syahdu.  

Untuk mempelajari  Islam  lebih  lanjut,  kudatangi  sanak  kerabat  yang muslim.  "Bisa  gila  aku 

kalau sampai tidak bisa masuk  Islam, kak!" kataku kepada mereka. Malangnya, reaksi mereka 

diluar  dugaanku.  Tak  satupun  yang  percaya  bahwa  aku  ingin masuk  Islam. Mungkin  karena 

keluargaku  termasuk  keluarga  Katolik  berpengaruh, mereka  tak mau  ambil  resiko  jika  harus 

menampungku. 

 

Serapat rapat bangkai ditutup pasti akan tercium juga. Saat pembagian raport, 'aktivitas baruku' 

akhirnya  terbongkar.  Pasalnya  pihak  sekolah memberitahu  orangtuaku  bahwa  aku  nunggak 

bayar  SPP  berbulan‐bulan.  Belum  lagi  aku  sering  bolos  sekolah.  Aku  di  interogasi.  Aku 

bersikukuh tidak menceritakan aktivitasku yang sedang mendalami Islam. 

Hingga  suatu ketika aku berpapasan dengan  teman kakakku dijalan. Dia mengamatiku penuh 

selidik. Sebab waktu itu aku sedang berjilbab. Jujur aku gugup. Takut ketahuan. Ternyata benar 

firasatku. Saat tiba dirumah, aku  langsung babak belur dihantam oleh kakakku yang kebetulan 

seorang tentara. 

Masya Allah.  Inilah awal petaka  itu. Seperti orang kesurupan  ,  tubuhku dihujani pukulan dan 

tendangan.  Aku  roboh.  Sepatu  laras  dengan  tubuh  besarnya  menginjak  tubuhku  yang  tak 

berdaya. Dari ujung rambut sampai kaki. Oh Tuhan. Sakit sekali. Darah bereceran. Aku pingsan. 

Bibirku robek. Badanku biru lebam. 

Celakanya  tidak  satupun  yang  mau  melindungiku.  Malah  mereka  menggeledah  kamarku. 

Mereka temukan semua "simpananku", Al‐Qur'an, buku‐buku tuntunan ibadah, tasbih, sajadah. 

Mendapatkan itu semua, kakakku yang kejam makin blingsatan menyiksaku. 

Allahui Akbar. Tubuhku tak kuat lagi. Tapi hei, anehnya nyaliku ini sama sekali tak ciut. Semakin 

keras sikasaan menimpaku, semakin aku merasa punya kekuatan. 

"Ananda  ingin masuk  Isam..." pintaku  lirih dengan  suara parau."Gila kamu! Sinting!! Otakmu 

sudah  tidak waras!!  teriak  saudara  saudaraku.  Bak  pencuri  yang  tertangkap  basah,  aku  jadi 

bulan bulanan. Yaa Allah! Tolong aku! 

MALAIKAT PENOLONG 

Mereka menduga aku dipengaruhi oleh  seseorang. Untuk anak  sebayaku yang  sedang  ranum 

begini,  jejaka mudalah yang  jadi  sasaran  curiga mereka. Dikiranya aku  sedang menjalin kasih 

dengan seorang pemuda muslim. Padahal pacaranpun aku tidak pernah. 

Page 77: KIsah Para Mualaf

Sejak  peristiwa  itu  aku  dikurung.  Setiap  hari,  setiap  jam,  setiap menit, mereka menegorku, 

Pukulan  bak  suguhan  makanan.  Dalam  satu  minggu,  kadang  lebih  dari  20  kali  kakakku 

menyiksaku.  Tapi masya  Allah,  semakin  aku  ditekan  begitu,  keinginanku masuk  Islam malah 

semakin  kuat. Ketenangan dan  kedamaian  yang  kutemukan dalam  Islam membuatku mudah 

berbesar hati. 

Satu  satunya  cara  agar  aku  lepas  dari  cengkeraman  keluarga  adalah  keluar  dari  rumah. 

Kuutarakan pada keluarga bahwa aku ingin melamar kerja disebuah perusahaan besar. Padahal 

yang  terpikir olehku  adalah melamar  jadi pembantu. Entah  kenapa mereka membiarkan  aku 

melenggang. 

 

Jauh dari rumah kurasakan kebebasan nyata. Tapi aku belum  juga melaksanakan niatku untuk 

masuk  Islam. Sampai akhirnya aku bertemu dengan seorang pria. Dia seorang  Intel. Kayaknya 

bertemu kawan lama, kuceritakan keinginanku masuk Islam dan penyiksaan keluarga. 

Dia sangat terkejut. Sadar akan bahaya yang mengintaiku setiap saat, dia menawarkanku untuk 

pergi kekapmpung halamannya. Disana aku ditempatkan disebuah pondok pesantren. Dan atas 

bombingan  tokoh  agama  setempat  akhirnya  aku  dibimbing  mengucapkan  Dua  Kalimat 

Syahadat. 

 MEREKA MERAMPAS ANAKKU 

Rupanya  lelaki  yang  menolong  itu  ditakdirkan  Allah  menjadi  suamiku.  Beberapa  bulan 

kemudian kami menikah. Dan tak  lama kami dikaruniai anak. Aku hamil. Melihat kebahagiaan 

ini, menyarankan agar aku silaturahmi mengunjungi orang tua dan sanak keluargaku. Mungkin 

dengan kehadiran anakku nanti hati mereka lunak. 

Aku pulang seorang diri karena suami sedang ditugaskan keluar daerah. Begitu sampai dirumah, 

ternyata  drama  penyiksaan  itu  kembali  disuguhkan. Aku  dikurung  hingga waktu melahirkan. 

Kondisiku  yang  berbadan  dua  ternyata  tidak  mengibakan  hati  mereka.  Bahkan  ketika  aku 

berhasil melahirkan, anakku langsung direbut. 

Kawan, hati  ibu mana  yang  rela dipisahkan dari  anaknya.  Tak boleh  aku berdekatan dengan 

anakku.  Bahkan  untuk menyusui  sekalipun.  Selama  aku  tidak mau  ke  gereja  tak  akan  ada 

kesempatan menimang anakku. 

"Apa kamu bisa besarkan anak padahal kamu kere!" Begitu jawaban saudara saudaraku jika aku 

meminta anakku. Hatiku remuk redam. 

Mereka kembali mengejekku, menertawakanku. "Rasain, siapa suruh masuk Islam!" Kesalahan 

sedikit yang kubuat selalu dijadikan senjata oleh mereka untuk mengintimidasiku. Bahkan saat 

Page 78: KIsah Para Mualaf

anggota  keluarga  yang  lain  yang melakukan  kesalahan,  tetap  kesalahan  dituduhkan  padaku. 

Mereka  ciptakan  jarak,  sepertinya  aku  ini  tak  pantas  berada  ditengah  tengah  mereka. 

 

Sampai suatu ketika ada kesempatan untuk kali kedua, aku kembali berhasil kabur. Walau harus 

kutinggalkan anakku. Kelak jika Allah mengizinkan aku akan menjemputnya. 

Saat  itu  sedang  ramai  ramainya  orang mendaftarkan  diri  sebagai  TKW.  AKu  ikut mendaftar 

dengan harapan bisa dibawa pihak perusahaan pergi jauh. 

SUAMI SELINGKUH 

Aku kembali ke kampung halaman suamiku. Namun mertuaku kecewa karena tak bisa melihat 

cucunya. Sementara suami yang sedang tugas di rantau tak juga kembali. Malah kudengar kabar 

suamiku  selingkuh. Aku berusaha  sabar. Apapun  yang  terjadi. Alhamdulillah,  akhirnya  rumah 

tangga kami selamat. Bahkan tak berapa lama kami dikarunai beberapa anak. 

Namun  itu  tak  lama.  Suamiku  kambuh  lagi.  Bahkan  lebih  parah.  Dia  jarang  pulang.  Sering 

menginap dirumah kos wanita simpanannya. Padahal aku sedang hamil  lagi. Ya Allah, semoga 

ujian ini menjadi jalan agar kau tambah sayang padaku!. 

Aku  jalani kehidupan rumah tangga seperti biasa. Aku berusaha tak mau tahu walaupun tahu. 

Namun  aku  tak  mau  dibuat  bimbang,  apakah  suami  menceraikanku  atau  tidak.  Akhirnya, 

kutemui suami ditempat simpanannya.  Innalillahi wa  inna  ilaihi rojiun. Kudapati suami sedang 

tidak berbaju dengan perempuan  itu. Dan  teganya dia mengusirku sambil menjatuhkan  talak. 

 

Sempat  kupikir,  mungkin  suami  begini  karena  aku  tak  kerja  (lantaran  hamil).  Memang 

penghasilanku  cukup  lumayan.  Bahkan  dari  hasil  kerja  kerasku  bisa  kubangun  rumah,  beli 

kendaraan, tanah, ternak sampai menyekolahkan saudara‐saudara iparku. 

Aku  tetap  ingin  mempertahankan  rumah  tanggaku.  Subhanallah.  Allah  Maha  Mendengar. 

Suamiku  sadar  kembali.  Tapi  inipun  tak  lama.  Suamiku  selingkuh  lagi.  Parahnya  kini  dia  jadi 

tukang pukul. Tidak ada ujung pangkalnya, dia sering memukuliku. Dia tidak mau menyentuhku. 

Bahkan  dengan  tegas  dia mau  tinggal  dengan  simpanannya.  Yang  sangat menyakitkan,  dia 

membawa anak anak kerumah kontrakan itu. 

Dihadapkan  pada  persoalan  sebesar  in,  beruntung  kepalaku  tetap  dingin.  Perasaanku  tetap 

tenang.  Tidak  mudah  tersulut  emosi.  Aku  sendiri  heran,  mengapa  aku  bisa  sekuat  ini. 

Ketika kuputuskan mendatangi suamiku,  rasa cemburu dan amarah bisa kutekan. Malangnya, 

dia malah menjatuhkan talak, memaki dan menempelengku. 

Yang kusesalkan, ulah suamiku kali ini didukung bapak mertua dan saudara‐saudaranya. bahkan 

bapak mertua rela menceraikan ibu mertuaku gara‐gara ibu mmebelaku. 

Page 79: KIsah Para Mualaf

Suamiku semakin gila. Kini dia berani membawa simpannnya kerumah. Bahkan berbuat mesum 

dikamar. Kutemukan suami sedang berzinah. Seketika  itu juga aku pingsan. Dan disaat aku tak 

sadar, mereka sedang siap‐siap kabur. Menyadari situasi yang membahayakan anaknya, bapak 

mertua  membantu  kabur  sambil  membawa  anak‐anakku.  Aku  heran,  kenapa  mertua 

mendukung anaknya dalam kemaksiatan? 

Begitu siuman muka dan badanku dihantam ketembok. Sampai bibirku sobek. Saat itu juga dia 

jatuhkan  talak  tiga.  Aku  berusaha  mengiba  agar  dia  jangan  menceraikanku.  Namun  ia 

menjawabnya  dengan  tendangan.  Ya  Allah,  kuabdikan  diri  ini  untuk  mereka,  suami  dan 

keluarganya.  Karena  kuanggap  orangtuaku  telah  tiada.  Namun  tak  satupun  peghargaan 

diberikan atas pengorbananku. 

Tak kusangka tanpa sepengetahuanku rumah dan harta bendaku telah dibalik nama atasnama 

suami dan nama saudara saudaranya. Aku diusir. Setelah sebelumnya mereka mengeroyokku. 

Semua pintu  rumah ditutup. AKu dicekik. Aku megap megap  teriak minta  tolong. Oh  teganya 

mereka  melakukan  ini,  padahal  aku  sedang  hamil  lagi.  Mirisnya  mertuaku  tak  percaya.  Ia 

menuduhku bahwa itu bukan janin cucunya. 

Aku bingung mau kemana. Untuk beberapa saat aku hidup dari belas kasihan orang lain. Hingga 

akhirnya aku lari kepondok pesantren. 

Tak berapa  lama kudengar kabar suami meninggal.  Ia tewas tertembak saat sedang bertugas. 

Allah  memisahkan  kami  saat  kami  belum  berbaikan.  Tapi  sudah  kuikhlaskan  semua 

kelakuannya. Tidak ada kebencian sedikitpun terhadap dia. Kuanggap dia sedang tersesat dan 

harus dibimbing. Akupun berusaha berpikir positif. Kalau dia hidup hanya akan terus menerus 

berbuat dosa, lebih baik dia diambil Allah. 

Masa  melahirkan  semakin  dekat.  Aku  tak  ingin  merepotkan  orang  lain.  Termasuk  pihak 

pesantren. Dengan berbagai pertimbangan, kucoba telpon kerumah. Tak diduga respon mereka 

baik. Bukan seperti yang kubayangkan. Mereka berjanji tidak akan menyiksaku jika aku pulang. 

 LEPAS DARI MULUT HARIMAU, KEMBALI KE MULUT BUAYA 

Sambutan hangat benar‐benar kurasakan saat kakiku kembali menginjak rumah. Terima kasih, 

ya Allah, mereka tulus menerimaku. Tidak ada yang mencurigakan. Tapi belum genap sebulan, 

penyiksaan gila itu terulang lagi. Bahkan kini lebih sadis. 

Aku  tidak  diberi makan,  Kalaupun  dusuguhi makanan, makanan  itu makanan  haram,  seperti 

daging  babi  atau  anjing.  Dua  anakku  telah  berhasil  dibaptis.  Sementara  yang  belum  terus 

dibiasakan ke gereja. 

Page 80: KIsah Para Mualaf

Aku  berusaha mencuri  kesempatan  bercengkrama  dengan  anak  anak.  "Kakak  dan  adik  saya 

nggak, sama mama?"  tanyaku. Mereka mengangguk. AKu mewanti wanti. "Ingat ya nak, apa 

yang sedang kita lakukan disini adalah pura‐pura. Pura pura kristen. Inga ya nak, kita ini orang 

Islam, sayang. Insya Allah, Allah selamatkan kita". 

Pilu  tak  tertahankan.  Aku merasa  sebatangkara.  Tiada  teman  curhat.  Aku  ingin  tumpahkan 

semua  beban  ini  pada Allah.  "Ya Allah...  ingin  sekali  kugenggam  tanganMU..".  "Kenapa  aku 

tidak dilahirkan dalam keadaan Islam saja!" 

 

YA ALLAH TOLONG KAMI 

Kabur sedari dulu kurencanakan. Tapi penjagaan ketat membuatku tak berkutik. Lagi pula aku 

bingung mau kabur kemana? Tetapi kalau tidak lari mereka akan membaptis anak anakku. Aku 

khawatir akidah anak anak akan terkikis. 

"Allahu Akbar.. Dia yang Maha Mendengar dan Melihat" membukakan  jalan. Sehari  sebelum 

dibaptis,  hujan  besar  terus menerus.  Dari  pagi  kemalam,  hingga  pagi  lagi.  Semua  penghuni 

rumah  terlelap. Biasanya mereka  tidur diruang  tengah  sambil mengelilingi anak anakku. Tapi 

malam itu mereka masuk kamar masing masing. 

Kuajak  anakku  tiga  orang.  Sementara  yang  dua  tidak  bisa.  Tak mungkin mereka  kubawa  lari 

semua, berjalan  selama berkilo‐kilo menuju  kerumah  saudaraku  yang  Islam.  Sayangnya  tidak 

satupun  yang  mau  menerima  kami,  karena  mereka  tahu  kondisi  pengawasan  terhadapku 

semakin  gawat.  Mereka  takut  keluargaku  yang  terpandang  dan  punya  pengaruh  besar  itu 

mengamuk. 

 

Yang bisa mereka  lakukan hanya memberi  sumbangan ala kadarnya. Saat  itu  juga  terkumpul 

dana  300  ribu  rupiah.  Aku  disuruh  kerumah  saudara  yang  ada  di  pulau  seberang. 

 

Maka malam  itu  juga kami ke dermaga. Malangnya kapal baru berlayar dua hari  lagi. Oh  jadi 

selama itu kami harus bermalam di dermaga. 

Perasaan haru dan bersalah tak bisa kututupi melihat ketiga buah hatiku. Yang kelas kelas 3 & 1 

SD, serta yang berumur 1.5  tahun. Kami bertahan hidup dengan makan seadanya. Beruntung 

kedua  anakku  yang  bersekolah  sudah  biasa  puasa,  sehingga  dua  bungkus  nasi  sudah  cukup 

untuk makan sehari. 

Pelarianku  kepulau  seberang  ini  ternyata  tak  bisa  bertahan  lama.  Kabar  tentang  keluargaku 

yang tahu akan keberadaanku membuat saudaraku dipulau  itu panik. Mereka tahu dari daftar 

nama penumpang. Apa  susahnya bagi  kakakku  tang  tentara  itu menyelidiki  keberadaanku?? 

Page 81: KIsah Para Mualaf

 

Akhirnya  kuputuskan  untuk  kembali  kerumah  mertua.  Apapun  resikonya.  Yang  terpenting 

bagiku  saat  itu  adalah menyelamatkan  aqidah  anak‐anakku. Meski mertua  kejam  kepadaku, 

tapi tidak kepada cucu‐cucunya. 

Adapun pekerjaanku disebuah LSM Internasional kini sudah berakhir. Rupanya atasanku dekat 

dengan  tanteku yang Katolik. Bosku membujuk agar aku kembali  lagi ke Katolik. Aku ditawari 

rumah mewah  dengan wilayah  domisili  dibeberapa  negara  hebat  didunia.  Bahkan  dia  akan 

membuat asuransi pendidikan buat anak‐anakku agar dapat bersekolah sampai  level tertinggi. 

 

Biarlah kesengsaraan menggelayutiku. Toh kedua tangan dan kakiku masih berfungsi. AKu akan 

cari kerja lagi. Aku ingin dapat tempat tinggal agar cepat bisa berkumpul dengan anak‐anakku. 

 

Nun jauh dilubuk dasar hatiku terselip perasaan rindu dapa orang tuaku. Demi Allah, aku masih 

menyayangi  mereka  meski  aku  disisihkan  dan  dicampakkan.  Yang  aku  inginkan  hanyalah 

pengertian mereka akan keputusanku memilih islam. 

Pernah kucuci kaki kedua orangtuaku dan kuminum air basuhannya. Tapi mereka bergeming. 

Dan akupun sama. Tak sejengkalpum kuubah pendirianku dan kembali keagama  lama. Walau 

harus  kehilangan  segala‐galanya,  aku  rela. Aku  tak  rela  jika  Islam  tercerabut  dariku  lalu  aku 

meninggal  dalam  keadaan murtad,  tanpa menyebut  nama  Allah,  tanpa  zikir  Laa  Ilaaha  Illa 

Allah... Aku tidak rela. 

 

= = = = 

 

 

PENDETA YAHUDI ITUPUN BERSYAHADAT 

 

Awalnya, kedatangan Shimon,  seorang Rabbi Yahudi di  Islamic  Forum membuat  curiga.  Siapa  sangka, 

Shimon justru tertarik Islam dan mengucapkan syahadat. 

Seminggu menjelang Ramadan lalu, kelas the Islamic Forum nampak lebih ramai dari biasanya. Mungkin 

karena banyak di  antara muallaf  itu  ingin  lebih mendalami  puasa, baik dari  segi hukum‐hukum  yang 

terkait maupun makna‐makna hakikat dari puasa  itu. Hampir semuanya wajah  lama atau murid‐murid 

lama, baik muallaf maupun non Muslims, yang telah mengikuti diskusi Islam di forum tersebut lebih dari 

Page 82: KIsah Para Mualaf

3 bulan. Tapi nampak juga beberapa wajah yang belum aku kenali sama sekali. Salah satu wajah baru itu 

adalah seorang pria putih dengan  janggut pendek yang terurus rapih. Duduk di pinggiran ruangan, dan 

nampak memperhatikan dengan seksama tapi terlihat cuwek. 

Aku  sangka  bahwa  orang  ini  adalah  seorang Muslim  karena wajahnya mengekspresikan  persetujuan 

dengan setiap poin yang kusebutkan siang itu. Tapi, nampak dingin dan sepertinya tidak nampak bahwa 

dia tertarik dengan penjelasan saya itu. 

Saya memang memulai  penjelasan  saya  dengan  sejarah  puasa  kaum‐kaum  terdahulu. Merujuk  pada 

kata‐kata  “kamaa  kutiba  ‘alalladzina min  qablikum”  (sebagaimana  telah  diwajibkan  atas  kaum‐kaum 

sebelum  kamu),  saya kemudian merujuk kepada beberapa  fakta  sejarah puasa umat‐umat  terdahulu, 

termasuk  kaum  yahudi.  Di  saat  saya  intens  menjelaskan  ayat  ini,  tiba‐tiba  dia  tersenyum  dan 

mengangkat tangan. 

“Yes Brother!” sapa saya. “Can I say something?” tanyanya. Tentu dengan senang saya menyetujuinya. 

Dia kemudian meminta maaf karena tiba‐tiba masuk ke kelas  ini tanpa permisi. “I feel I did some thing 

impolite”, katanya. “Oh no, this forum is open for every person, and doesn’t require any registration. You 

are in the right place on the right time”, jawabku. 

“What did you want to say Brother? But let me ask you first, what is your name?”, tanyaku. “Sorry, I am 

Shimon!”, jawabnya. 

Dia kemudian menjelaskan puasa dari perspektif Yahudi. Dengan sangat  lancar dan seolah berceramah 

dia  bersungguh‐sungguh  menjelaskan  sejarah  dan  makna  puasa  dari  pandangan  ajaran  Yahudi. 

Mendengarkan penjelasan itu, hampir semua yang hadir terkejut. Melihat situasi itu, sayapun bertanya: 

“Sorry  Brother,  are  you  a  Muslim  or  not?  And  why  do  you  know  a  lot  about  Judaism?”. 

Sedikit gugup dia kemudian mengatakan: “Imam, actually I am a Rabbi. I was ordained Rabbi two years 

ago”. Mendengarkan penjelasannya itu rupanya membuat banyak peserta ternganga. Baru pertama kali 

kelas  the  Forum  for  non  Muslims  ini  ditangani  seorang  Rabbi  (pendeta  Yahudi).  Apalagi  dalam 

penjelasannya  tentang  puasa  itu  seperti mendakwahkan  ajarannya.  Sehingga  wajar  kalau  ada  yang 

curiga kalau‐kalau dia datang untuk sebuah misi. 

Saya  kemudian menyapah  dengan  ramah  dan mengatakan:  “Welcome  to  our  class  sir!”.  Tapi  untuk 

menenangkan para peserta saya menyampaikan kepadanya bahwa saya sudah seringkali terlibat dialog 

dengan  pendeta‐pendeta  Yahudi,  seraya  menyebutkan  beberapa  Rabbi  senior  di  kota  New  York  . 

Mendengarkan  nama‐nama  itu,  rupanya  cukup mengagetkan  bagi  dia.  “All  those  are  very  respectful 

Rabbis!” katanya. “Yes, I am fortunate to have known them and be known by them!” kataku. 

Saya kemudian menyampaikan  terima kasih atas penjelasan‐penjelasannya mengenai puasa di agama 

Yahudi.  “It’s  almost  similar  to  ours.  The  only  thing  that  you  guys  keep  changing  it  throughout  the 

history”. Mendengar itu, nampaknya dia setuju dan hanya mengangguk. 

Saya kemudian melanjutkan penjelasan saya mengenai hukum‐hukum puasa. Murid‐murid muallaf, dan 

bahkan non Muslim yang hadir hari itu memang ingin tahu bagaimana menjalankan ibadah puasa. Tanpa 

Page 83: KIsah Para Mualaf

terasa,  penjelasan mengenai  puasa  itu memakan waktu  lebih  2  jam. Akhirnya  tiba  sesi  tanya  jawab. 

 

Rupanya tidak terlalu banyak hal yang ditanyakan oleh peserta dan waktu masih ada sekitar 45 menit. 

Maka kesempatan itu saya pergunakan untuk menjelaskan agama dan umat Yahudi dalam perspektif Al‐

Quran dan sejarah. Bahwa memang Al‐Quran menyinggung secara gamblang sikap orang‐orang Yahudi 

terdahulu, mulai sejak nabi Ya’kub hingga nabi‐nabi kaum Israil  lainnya, termasuk umat nabi Musa A.S. 

 

Sejarah  pergulatan  politik,  agama,  kultur  dan  budaya  antara  kaum  Muslimin  dan  kaum  Yahudi  di 

Madinah,  termasuk  bagaimana  awal  terbentuknya  Piagam  Madinah.  Saya  kemudian  menjelaskan 

bagaimana  toleransi Rasulullah S.A.W di Madinah dengan  fakta‐fakta  sejarah yang akurat. Bagaimana 

Umar bin Khattab memberikan keluasan bagi kaum Yahudi untuk kembali menetap di Jerusalem setelah 

diusir  oleh  kaum  Kristen.  Bagaimana  penguasa  Islam  di  Spanyol memberikan  “kesetaraan”  (equality) 

kepada seluruh rakyatnya, termasuk kaum Yahudi. Bahkan bagaimana penguasa kaum Muslim di bawah 

Khilafah Utsmaniyah menerima pelarian Yahudi dari pengusiran dan “inquisasi Spanyol” kaum Kristen di 

Spanyol. 

 

Penjelasan‐penjelasan  saya  itu  rupanya  tidak  bisa  diingkari  oleh  Shimon.  Rupanya mereka  juga  tahu 

fakta‐fakta sejarah itu. Bahkan sebenarnya kebanyakan buku‐buku sejarah toleransi Islam kepada umat 

Yahudi  itu  justeru  ditulis  oleh mereka  yang  non Muslim  dan  bahkan mereka  yang  beragama  Yahudi 

sendiri.  Saya  bahkan  mengutip  pernyataan  Kofi  Annan,  mantan  Sekjen  PBB,  dalam  sebuah  acara 

interfaith di PBB tahun lalu. 

Tanpa terasa 30 menit berlalu. Di akhir‐akhir pertemuan itu, tiba‐tiba Shimon sekali lagi dengan tatapan 

mata yang nampak acuh, mengangkat  tangan.  “Yes Brother, any  comment?”, pancingku.  “Yes,  I  think 

what  you  just  said,  for  us  Jews,  are  well  known”,  katanya.  Dia  kemudian  berbicara  panjang  lebar 

mengenai upaya penyembunyian  fakta‐fakta sejarah  itu. Dan pada akhirnya dia mengakui bahwa bagi 

mereka  yang murni masih mengikuti  ajaran  Yahudi  seharusnya  percaya  kepada  risalah  terakhir  dan 

nabinya. 

 

Saya  kemudian memotong pembicaraan  Shimom,  seraya bercanda:  “If  so, do  you  consider  yourself a 

genuine  Jew  or  not”. Dia  sepertinya  tertawa,  tapi  nampaknya  karena  kepribadian  dia  yang memang 

kurang tersenyum dan nampak seperti cuwek, dia menjawab: “To be honest with you, I believe that this 

is the religion of Moses”. He came with the same mission that Mohamed brought around 15 centuries 

ago”, tegasnya. 

Tanpa menyia‐nyiakan kesempatan itu, saya tanya lagi: “So you believe that Mohammed is a messenger 

and  prophet  of God  and  his  teaching  is  the  true  teaching  of God?”,  tanya  saya. Dengan  tenang  dia 

menjawab: “I am sure about that. But I really don’t know what to do”. 

“Brother Shimon”, basically you are a Muslim. What you need to do is simply you need to formalize your 

faith with the presence of witnesses”, jelasku. 

Page 84: KIsah Para Mualaf

Mendengarkan itu, dia nampak tersenyum tapi melihat raut wajahnya dia sepertinya cuwek. Tapi karena 

sejak  awal memang  demikian,  saya  yakin  bahwa  cuwek  itu  bukan  berarti  tidak  serius,  tapi memang 

itulah  kepribadiannya.  Tiba‐tiba  dia  bertanya:  “And  how  to  do  that?”.  Saya menengok  pada  peserta 

lainnya yang  juga  ikut  senang mendengarkan percakapan  itu,  lalu menjawab:  “Brother,  it’s very easy. 

What you need  to do  right know  is  that you must confess  that  there  is no god worthy of worship but 

Allah, and that Muhammad is His Prophet and Messenger. Are you ready?” tanyaku. 

Setelah  dengan mantap menjawab  “yes”,  saya  kemudian mengatakan  kepada  peserta  lainnya  yang 

hampir  semuanya  muallaf,  “be  witnesses  for  Allah!”.  Maka,  dengan  suaranya  yang  lantang,  Rabbi 

Shimon  resmi mengucapkan “Syahadaaten”, diikuti kemudian oleh pekikan  takbir para peserta Forum 

Islam yang kebanyakan wanita itu. Dan Ramadan kemarin adalah awal Ramadan baginya dengan puasa 

penuh secara Islam. 

Kemarin siang, Sabtu 27 Oktober, setelah kelas selesai, Shimon mendekati dan berbisik: “I don’t know if 

this is an appropriate question to ask”, katanya. “What is that?”, tanyaku. “Who was that lady sitting to 

your right side, and is she married?”, tanyanya. “Why is the question?” tanyaku lagi. “I think it is the time 

for me to be serious in my life. I need a wife”, katanya serius. 

“Ok  Brother  Shimon.  I  really  forgot whom  that  you  are  talking  about.  But  let me  know  next week”, 

jawabku. “Sorry Imam if that is considered inappropriate to ask”. “Oh not at all. It is in fact an important 

thing  to ask. And believe me,  it  is also my  responsibility  to help  you  in  this  regard. We will  talk next 

Saturday about it”, kataku sambil meninggalkan kelas. 

Alhamdulillah, semoga mantan pendeta Yahudi  ini dikuatkan dan dan dijadikan da’I yang tangguh bagi 

kebenaran di masa depan. Amin! 

New York , 29 Oktober 2007 

Penulis adalah  imam Masjid  Islamic Cultural Center of New York. Syamsi adalah penulis  rubrik "Kabar 

Dari New York" di www.hidayatullah.com 

 

= = = = 

 

 

 

 

 

Page 85: KIsah Para Mualaf

PENDETA KRISTEN :  

MENGAPA SAYA MASUK ISLAM ? 

M. ZULKARNAIN (Eddy Crayn Hendrik) 

http://swaramuslim.com/ebook/more.php?id=2526_0_11_0_M  

 

BAGAIMANA SAYA MENGENAL ISLAM 

Sejarah  ibarat  roda,  selalu berputar dan berputar. Demikian pula dengan manusia. Apa yang baru  dihari  ini,  akan  usang  dikeesokannya,  apa  yang  baik  hari  ini,  belum  tentulah  baik kemudiannya.  Dunia  penuh  dinamika  dan  romantika.  Sayapun  penuh  dengan  dinamika  dan romantika.  Pada  tahun  1964  saya  naik  kereta  api  dari  Jakarta  ke  Surabaya,  entah  suatu kesengajaan  yang  sudah  diatur  oleh  Tuhan  ataukah  bagaimana,  tetapi  yang  jelas  saya  telah duduk berdampingan dengan seorang yang mengaku bernama Haji Mahmud, yang tertarik oleh ketekunan saya membaca injil. 

Akibatnya  berdialog,  dan  dalam  dialog  itu  ia memberikan  pada  saya  “Sebuah  ajaran  Islam,” yang bunyinya:  “Kul huallahu Ahad, Allahus samad, Lam yalid walam yulad, Walam yakun lahu kufuwan  Ahad,  “  yang  artinya:  Katakanlah  wahai  Muhammad,  sesungguhnva  Allah  itu  Esa tempatmu  bergantung.  Ia  (Allah)  tidak  beranak  dan  tidak  diperanakkan,  dan  Ia  tiadalah mempunyai tandingan.” 

Haji tersebut menerangkan, bahwa Islam bukan hanya sekedar Agama, tetapi juga suatu risalah, suatu  ideologie dan suatu falsafah, yang cocok untuk sega]a bangsa dan golongan. Islam tidak mengenal diskriminasi, dan jabatan, dan pangkat,  itulah sebabnya dalam mesjid hanya dipakai tikar, dan dalam sambahyang semua ummatnya harus tunduk hingga mukanya ke bumi tanpa memandang dia itu apa dan siapa. 

DORONGAN SAYA UNTUK MENYELIDIKI INJIL 

Kalimat‐kalimat Lam yalid Qalam yulad, benar‐benar merupakan kalimat pendorong pada saya untuk menyelidiki  apa  sebenarnya  Islam  itu.  Itulah  sebabnya  saya  lalu  dihinggapi  penyakit “memborong” buku‐buku  Islam, baik  itu karangan Prof. Dr. Hamka, Sallaby, Ashiddiqy,  Imam Ghozali,  Rosyidi,  maupun  kepada  Al‐Qur’annya  sendiri,  yaitu  tafsirannya,  dan  kitab  hadits‐hadits. Iman saya kepada Kristen makin lama makin luntur. Satu persatu dogma dogma Kristen tidak  dapat  saya  terima  lagi.  Pertanyaan  hati  saya  tentang  Tuhan  itu  tiga  tetapi  satu;  juga tentang Yesus  itu manusia dan Yesus  itu  juga Allah, tentang dosa keturunan. Salib dstnya satu persatu terjawab dalam Al‐Qur’an secara jelas. Dan untuk ini saya kira karena saya mengadakan penyelidikan  pengulangan  terhadap  Injil.  Sudah  tentu  bukan  penyelidikan  secara  dahulu  lagi yang  mendasarkan  pembacaan  kepada  sola  fide,  tetapi  penyelidikan  baru,  yaitu  dengan menggunakan  ratio, dan menggunakan  kitab  suci  yang  lain  (Taurat & Qur’an)  sebagai bahan pembanding. 

Page 86: KIsah Para Mualaf

MENGAPA SAYA MENGAKUI MUHAMMAD SEBAGAI RASUL DAN NABI ALLAH 

Tidak  dapat  disangkal  lagi,  bahwa  Yesus  disamping  mengajarkan  tentang  keesaan  Tuhan, Hukum  Taurat,  Cinta  kasih  dan  Kebenaran,  maka  jangan  lupa  pula  bahwa  Yesus  juga mengajarkan  tentang  “Akan  datangnya  Dia,  sesudah  aku.”  .    Didalam  Perjanjian  Baru pemberitaan ini sangat jelas kalimat‐kalimatnya dan bahkan didalam Perjanjian Lamapun tiada ketinggalan. Baiklah, kita baca sekarang didalam Perjanjian Baru dahulu, yaitu dalam Injil Yahya 14: 16‐17: 

“Aku, Yesus akan memintakan kepada Allah, supaya kamu diberinya Paraclet yang lain, supaya tinggal  diantara  kamu  selama‐lamanya.  Yaitu  Rokh  Kebenaran,  maka  isi  dunia  ini  tiada mengenalnya, adapun kamu  ini kenal akan dia, karena dia ada  tinggal bersama‐sama dengan kamu selamanya.” 

Jelas saya kira, bahwa nabi Isa akan mengirimkan Dia, Rokh Kebenaran, yang akan dikenal oleh murid‐muridnya.  Didalam  kata‐katanya  yang  asli,  maka  yang  dipakai  Isa  bukannya  Rokh Kebenaran ataupun Rokhulkudus,  tetapi  ia menggunakan  istilah Paraclet. Paraclet atau Para‐Cletos  artinya  ialah  Yang  Ikhlas  atau  Yang  Terpuji. Kata‐kata  atau  ayat  inilah  yang  kemudian ditafsirkan  oleh  orang‐orang  Kristen  dengan  istilah  Rokhulkudus,  sebagai  penggenap  bagi oknum Allah yang ketiga. 

Benarkah  Paraclet  berarti  Rokhulkudus?  Untuk  mengkaji  persoalan  tersebut,  baiklah  kita lanjutkan pembacaan kita pada Injil Yahya 16:5‐14 yang bunyinya: 

5. Tetapi  sekarang  itu Aku pergi kepada Dia yang menyuruh Aku. Tiada  seorangpun diantara kamu yang bertanya kepadaku: Hendak kemana? 

6. Oleh sebab Aku mengatakan kepadamu perkara itu, penuhilah hatimu dengan duka‐cita. 

7. Tetapi Aku ini mengatakan yang sebenarnya kepadamu, bahwa berfaedahlah bagi kamu jika Aku  undur  daripadamu,  karena  jika  Aku  tiada  undur,  tiada  juga  penghibur  itu  akan  datang kepadamu, tetapi jikaIau aku pergi kelak, Aku akan menyuruhkan Dia kepadamu. 

8.  Setelah  Dia  datang  akan  menerangkan  isi  dunia  ini  dari  hal  dosa,  dan  kebenaran  dan hukuman. 

9. Dari hal dosa, sebab tiada orang percaya akan Daku. 10. Dari hal keadilan, sebab Aku pergi kepada Bapa dan tiada kamu melihat Aku lagi. 

11. Dan dari hal hukuman, sebab penghulu dunia ini sudah dihukumkan. 

12. Maka banyak perkara bagi yang hendak kukatakan kepadamu, tetapi sekarang tiada kamu boleh menanggung akan dia. 

Page 87: KIsah Para Mualaf

13. Melainkan apabila ia datang, yaitu Rokh Kebenaran, maka ia akan membawa kepada segala jalan  kebenaran,  karena  tiadalah  Dia  berkata‐kata  daripadaku  atas  dari  Yesus  ini  sehingga olehnya  bolehlah  kami mengetahui  rahasia‐rahasia  yang  sebenarnya. Dengan  perkataan  lain yang  susunannya  lebih  sederhana  tetapi  tidak  pula menyimpang  dari  isinya maka  dapatlah disusun sebagai berikut: 

a. Kalau Isa tidak pergi maka dia tidak datang (ayat 5) 

b. Nabi itu amat penting, sehingga olehnya Isa akan pergi (ayat 7) 

c. Nabi itu datang membersihkan dunia ini dari dosa (ayat   

d. Nabi itu datang menempelak dunia sebab manusia tidak percaya Isa lagi (ayat 9) 

e. Nabi itu menghukumkan seluruh dunia (ayat 11) 

f. Nabi itu berkata‐kata karena diperintah (ayat 12) 

g. Ia mengabarkan perkara‐perkara yang akan datang dan kebenaran kebenaran (ayat 13) 

h. Ia memuliakan Yesus (ayat 14) 

i. Dia mengambil apa yang dipunyai Isa yaitu kerasulan dan kenabiannya (ayat 14) 

 

==== 

 

MARIA CHRISTIN MAMAHIT :  

DISIKSA KARENA MASUK ISLAM 

 

Saya  terlahir  di  Tana  Toraja,  Sulawesi  Selatan.  Sejak  kecil  saya  dididik  dan  dibesarkan  di  lingkungan 

masyarakat dan keluarga kristiani yang taat, khususnya Kristen Protestan. Apalagi papi saya, Drs. Edward 

Mamahit,  seorang  pendeta  dan  pensiunan  ABRI.  Sebagai  seorang  pendeta,  papi  sering memberikan 

siraman  rohani di  gereja.  Sebagai  anaknya,  tentu  saja  saya dituntut untuk mengikuti papi  setiap  kali 

diadakan kebaktian. 

Semula  nama  saya Maria  Christin Mamahit.  Saya  adalah  alumnus Universitas Hasanuddin Makassar, 

Sulawesi Selatan, mengambil Jurusan Teknik Sipil. Saya  lulus dengan meraih gelar  insinyur. Pada tahun 

Page 88: KIsah Para Mualaf

1984, saya hijrah ke Jakarta. Di kota  ini saya menikah dengan seorang Aria bernama Albert Pepa, yang 

juga penganut Kristen. Sejak menikah saya tinggal di daerah Kemayoran, Jakarta Pusat. Dari perkawinan 

itu, saya memiliki empat orang anak yang masih kecil‐kecil. 

Sebetulnya  saya mengenal  Islam  cukup  lama.  Sebelum menikah,  diam‐diam  saya  telah mempelajari 

Islam dengan membandingkan kitab  suci Al‐Qur'an dan  terjemahannya dengan Kitab Perjanjian  Lama 

serta Perjanjian Baru, tanpa sepengetahuan suami dan keluarga. 

Rupanya  ayat  suci  AlQur'an  yang  saya  baca  telah  mengguncangkan  iman  kristiani  saya.  Sungguh, 

ketertarikan saya pada Islam kian menggebu‐gebu, hingga saya mencoba urttuk mendalami ajaran Islam 

lebih luas lagi. 

Setelah saya banding‐bandingkan, saya  lantas menarik kesimpulan bahwa ajaran  Islam ternyata agama 

yang mulia  dan  diridhai  Tuhan.  Tidak  hanya  itu,  Kitab  Injil  Perjanjian  Baru  yang  selama  ini menjadi 

pegangan umat kristiani, ternyata telah direkayasa dan banyak kebohongannya. Yang  jelas, saya sudah 

mendalami  kristologi  selama  empat  tahun.  Sedangkan  Kitab  Perjanjian  Lama,  menurut  saya,  ada 

sebagian ayatnya yang hampir sama dengan Al‐Qur'an, seperti pernyataan bahwa agama terakhir adalah 

agama Islam. 

Masuk Islam dan Disiksa 

Karena bersemangat, secara spontan saya mengungkapkan keinginan untuk masuk Islam di depan suami 

saya. Mendengar kata‐kata saya  itu, saya  lihat wajah suami saya seperti mendengar halilintar di siang 

bolong. Betul saja dugaan saya itu. Suami saya murka besar. 

Tanpa belas kasih sedikit pun,  ia menghujamkan pisau dapur ke tubuh saya sebanyak  lima tusukan. Di 

depan anak‐anak  saya yang masih kecil,  suami  saya  seperti orang kerasukan  setan.  Ia mencabik‐cabik 

tubuh saya. Ya Allah..., seketika tubuh saya roboh dan berlumuran darah. Sementara masyarakat yang 

menyaksikan kejadian itu hanya diam terpaku. 

Singkat cerita, saya  tetap meneguhkan  tekad untuk masuk  Islam, walaupun saya  tahu suami dan papi 

saya akan membenci. Pada tanggal 30 Mei 2000, di Masjid Jami Al Makmur, Klender, Jakarta Timur, saya 

bersama. kedua anak saya yang ketiga dan keempat resmi masuk Islam. Nama saya yang semula Maria 

Christin diganti menjadi Siti Khadijah. 

Apa yang terjadi setelah saya masuk Islam? Sepulang ke rumah, suami lagi‐lagi menganiaya saya. Badan 

saya disiram air panas, hingga kulit sekujur badan melepuh kesakitan. Sedangkan telinga putri saya yang 

masih kecil, usia enam tahun dicengkeramnya keras‐keras. 

Sejak  itu saya pisah dengan suami. Saat  itu, saya tak tahu ke mana harus berteduh, hingga saya harus 

singgah  dari masjid  ke masjid.  Terakhir  di  sebuah masjid  bersejarah  di  daerah  Tanah Abang,  Jakarta 

Pusat.  Papi  yang  mendengar  kabar  saya  masuk  Islam,  sudah  tak  lagi  menganggap  saya  sebagai 

anaknya.Tetapi, saya tetap menganggap beliau sebagai papi saya. 

Page 89: KIsah Para Mualaf

Setelah  dua  kali  percobaan  pembunuhan  yang  dilakukan  oleh  suami  terhadap  saya,  maka  saya 

menuntut keadilan ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Hingga akhirnya suami saya dinyatakan bersalah 

oleh hakim dan dikenai sanksi hukuman dua bulan penjara. Tapi, sebelumnya saya pernah diancam oleh 

pengacara suami agar saya mencabut tuntutan saya ke pengadilan. 

Meski saya disiksa oleh suami dan tidak diakui lagi oleh keluarga sendiri, demi Allah, saya tak gentar dan 

takut mati. Apa pun rintangan, ujian, dan cobaan yang saya hadapi, saya tetap menjadi muslim sebagai 

jalan hidup saya sampai mati. Sebab, agama yang paling mulia dan diridhai Allah adalah agama  Islam. 

Sungguh, saya tak ingin tersesat selamanya. 

Akhirnya,  saya dengan  kedua putri  saya bergabung di Yayasan Anastasia Yogyakarta,  sebuah  yayasan 

yang didirikan para mualaf untuk mendapatkan pembinaan dan pendalaman  Islam  labih  jauh  lagi. Pak 

Kudiran,  adalah  seorang  mantan  pendeta  yang  mengajak  saya  untuk  bergabung  di  Yayasan  ini.  Di 

Yayasan  ini,  saya  ingin menjadi  seorang mubalighah,  insya  Allah.  Saya  hanya mohon  doa  dan  para 

pembaca.  (Adhes/Albaz  ‐ dari Buku  "Saya memilih  Islam" Penyusun Abdul Baqir Zein, Penerbit Gema 

Insani Press website : http://www.gemainsani.co.id/) 

 

==== 

 

 

GEREJA PAROKI ITU SELALU PENUH JAMAAH SETIAP HARI JUM'A 

Sebuah gereja Paroki Our Lady of Assumption di Ponzano, setiap hari hari Jumat dipenuhi para jamaah, 

tapi  bukan  jamaah  Kristiani  yang menghadiri misa,  tapi  jamaah Muslim  yang  akan menunaikan  salat 

Jumat. 

 

Gereja itu memang berubah menjadi "masjid" setiap hari Jumat, karena digunakan warga Muslim di kota 

Ponzano‐kota  yang  terletak  dekat  Venice,  Italia‐untuk  salah  Jumat  berjamaah.  Di  Ponzano  terdapat 

sekitar 11. 500 orang dari 232 keluarga  imigran yang kebanyakan berasal dari Afrika Utara dan Eropa 

Timur. 

 

Pastur Keparokian, Don Aldo, 69,  sudah  sejak dua  tahun  lalu memeberikan  sebagian  ruang gerejanya 

untuk digunakan sebagai tempat salat Jumat bagi warga  imigran muslim. Setiap hari Jumat, tempat  itu 

dipenuhi  sekitar  200 warga Muslim.  Tapi  di  bulan  Ramadhan,  jumlah warga Muslim  yang  datang  ke 

tempat itu untuk beribadah bisa mencapai 1.000 ‐ 1.200 orang. 

"Mereka  (warga Muslim) meminta  izin  pada  Saya  untuk menggunakan  ruangan  itu,  dan  saya  bilang 

boleh saja, " kata Pastur Don Aldo. 

Page 90: KIsah Para Mualaf

"Tidak  ada  gunanya  bicara  soal  dialog  keagamaan,  tapi membanting  pintu  di  depan muka mereka. 

Bagaimana mungkin kami menutup pintu buat mereka, " sambungnya. 

Sikap  Pastur Don Aldo, bukan  tidak menuai protes dan  kritik dari para  jamaahnya, bahkan dari para 

uskup dan pendeta di  lingkungannya. Namun Pastur Aldo beralasan  ia  tidak perlu meminta  izin pada 

keuskupan untuk berbuat baik pada orang lain. 

"Lagipula saya lebih tua dari para uskup itu dan saya adalah profesor yang mengajar mereka di seminari. 

Bahkan  jika  saya  dilarang,  saya  tidak  mematuhi  mereka,  "  kata  Pastur  Aldo  mempertahankan 

keputusannya. 

 

Bahkan  ia mengatakan,  "Umat  Islam  yang  salat  lebih  baik  daripada  umat  Kristen  yang  tidak  pernah 

berdoa. Kalau Anda bilang saya seorang rasis, Anda salah. " 

 

Sejak Pastur Aldo memberikan izin sebagian ruang gereja paroki digunakan sebagai tempat salat Jumat 

warga Muslim,  ia mengaku banyak menerima surat dan email yang mendesak agar Pastur Aldo "tetap 

berkumpul dengan komunitasnya." Di antara surat yang diterimanya ada yang berbunyi, "Orang‐orang 

ini adalah para imigran, kemudian mereka meminta tempat dan mengusir kita. " 

Suara protes juga dilontarkan publik. Wakil Presiden federasi para politisi sayap kiri, Luca Zaia meminta 

keuskupan  untuk menjelaskan  posisi  gereja  dalam masalah  ini,  agar  tidak menjadi  preseden  buruk 

dalam  sejarah Venice. Zaia beralasan, di beberapa negara Muslim, umat Kristen  tidak dizinkan untuk 

beribadah dengan bebas. 

Komentar  juga  dilontarkan  oleh  seorang  warga  seperti  dikutip  harian  La  Reppublica.  "Yang  paling 

menyedihkan, gereja Our  Lady of Assumption  jamaahnya  lebih banyak pada hari  Jumat dibandingkan 

hari Minggu. Mudah‐mudahan pastor Aldo tidak ikut masuk Islam, " tukasnya. 

Meski  demikian, mayoritas warga masyarakat  Ponzano menyatakan mendukung  apa  yang  dilakukan 

Pastor  nya,  satu  hal  yang  unik  di  tengah  gencarnya  penolakan  kalangan  anti‐Islam  di  Italia  terhadap 

warga Muslim. (ln/Islamicity/eramuslim). 

YAHYA SCHROEDER : DIANGGAP GILA SETELAH MENEMUKAN ISLAM

Sebelumnya, ia menikmati hidup dengan hura-hura. Pesta, minum alkohol, mabuk-mabukkan. Pokoknya “happy." Tapi ia dianggap "gila" setelah menemukan Islam

Namanya Yahya Schroeder. Ia muallaf baru asli Jerman. Memeluk Islam setahun lalu atau tepatnya Nopember 2006. Saat itu ia berusia 17 tahun. Saat remaja lain sibuk mereguk nikmatnya puncak masa remaja, Yahya justru sedang berada di puncak pencarian spiritualnya. Melalui situs www.readingislam.com (11/9) ia menorehkan kisah perjalanan spiritualnya itu kepada publik, semata-mata untuk berbagi pengalaman dengan sesama saudara se-Islam, terutama yang berdomisili di negara non-Muslim.

Page 91: KIsah Para Mualaf

Sebagai seorang muallaf, Yahya mengaku lebih mudah mengikuti dan mengamalkan Islam ketimbang muslim tradisonal yang lahir dan dibesarkan di Jerman.

Ada sebagian pemuda muslim yang lahir disana, sepengetahuan Yahya, justru ingin dikenal

sebagai orang Jerman. “Mereka tidak bangga dengan Islamnya. Bagi mereka Islam hanyalah

sebuah tradisi. Malah ada yang berani menggadaikan keislamannya hanya agar bisa berganti

kewarganegaraan,” ungkap pemuda murah senyum itu. Na’uzubillah!.

Memang, seperti diakui Yahya, hidup sebagai seorang Muslim di Jerman tidaklah mudah.

“Jika orang Jerman ditanya apa yang mereka ketahui tentang Islam, maka mereka akan jawab

Islam identik dengan yang berbau Arab. Jadi persis seperti sebuah simbol operasi dalam

matematika, Islam=Arab. Mereka belum tahu kebesaran Islam yang sebenarnya,” imbuhnya.

Masa remaja penuh ceria

Yahya dibesarkan di sebuah desa kecil di pinggiran Potsdam. Ia tergolong anak keluarga berada. “Aku tinggal di sebuah rumah mewah dengan ibu dan ayah tiriku. Rumah kami memiliki halaman yang cukup luas dan ada kolam renangnya. Sebagai seorang remaja aku sangat menikmati hidup ini. Punya banyak teman, kami sering bikin pesta, minum alkohol, mabuk-mabukkan, dan acara gila-gilaan lainnya. Ya seperti kebanyakan pemuda Jerman umumnya, Pokoknya happy, “ ujar Yahya mengenang.

“Kala itu aku punya segalanya; rumah mewah, mobil, uang, dan berbagai macam jenis mainan

canggih. Aku tidak pernah kekurangan uang, tapi entahlah, aku merasa hidup tidak tenang, selalu

gelisah. Kala itu pun aku berpikir untuk mencari “sesuatu” yang lain,’ sambungnya.

Memasuki umur 16 tahun ia bersua dengan komunitas Muslim di kota Potsdam melalui perantaraan ayah kandungnya. Ayahnya memang telah duluan memeluk Islam tahun 2001. Ya kendati telah bercerai dengan sang ibu, namun Yahya senantiasa menjenguk ayahnya sekali dalam sebulan dan sering pula menghadiri pengajian warga muslim disana.

Secara perlahan, Yahya mulai tertarik dengan Islam. Rupanya sang ayah memerhatikan gejala itu. Sang Ayah ingin ia belajar lebih jauh tentang Islam dari orang yang memiliki ilmu yang lebih tinggi. Sejak saat itu Yahya mulai serius belajar Islam dan menghadiri forum pengajian rutin setiap bulannya.

Satu ketika, terjadilah sesuatu yang tak diinginkan, yang nantinya merubah semua jalan

hidupnya. “Ceritanya, satu hari aku ikut kawan-kawan pergi berenang. Nah saat melompat ke

kolam, aku terpeleset dan jatuh tidak sempurna. Akibatnya, punggungku mengalami retak berat

Page 92: KIsah Para Mualaf

dan kepala berbenturan hebat dengan dasar kolam. Cederaku cukup parah hingga ayah segera

melarikanku ke rumah sakit.”

“Di rumah sakit, dokter menyarankan agar jangan banyak bergerak. Cedera punggungku cukup

parah yang mengakibatkan engsel tangan kanan bergeser. Katanya: “Nak, janganlah banyak

bergerak. Sedikit saja salah bergerak bisa menyebabkan cacat nantinya.” Kalimat dokter itu

sungguh sangat tidak membantu. Malah membuatku tertekan luar biasa.”

Sejurus kemudian, sebelum dibawa ke ruang operasi, Ahmir salah seorang sahabatnya

berujar.”Yahya, hidupmu kini ada di tangan Allah. Ini mirip seperti sebuah perjudian, antara

hidup dan mati. Kini kamu berada di puncak kenikmatan dari sebuah pencarian. Bertahanlah,

sabarlah sahabat. Allah pasti bantu.” Kalimat Ahmir dirasakan Yahya sangat luar biasa. Ia sangat

termotivasi dan semangat hidupnya muncul kembali.

“Operasi berjalan selama lima jam dan aku siuman selepas 3 hari. Saat terjaga tangan kananku

sulit digerakkan. Namun, entah mengapa, aku merasa orang yang paling bahagia di muka bumi ini. Bahkan kepada dokter kuberitahukan bahwa aku tidak peduli dengan cedera yang kualami. Aku justru bahagia Allah masih mengizinkanku hidup,” kenang Yahya.

“Dokter mengatakan aku harus tinggal di rumah sakit selama beberapa bulan. Tapi tahukah

kawan, aku dirawat cuma dua pekan saja! Itu karena aku latihan rutin dan penuh disiplin. Satu hari dokter datang dan bilang: “Hari ini kita coba latihan naik tangga ya.” Padahal tanpa sepengetahuan mereka sebenarnya aku telah melakukan latihan atas inisiatif sendiri, dua hari sebelum dokter datang,” sambungnya. Begitulah, akhirnya ia dapat menggerakkan kembali tangan kanannya seperti sediakala dan cuma dua pekan di rumah sakit.

“Kecelakaan itu telah mengubah jalan hidupku. Aku jadi suka merenung. Jika Allah inginkan

sesuatu, maka kehidupan seorang individu bisa berubah hanya dalam hitungan detik. Aku pun mulai serius berpikir tentang hidup ini dan Islam tentunya. Keinginan untuk memeluk Islam makin menjadi-jadi, yang berarti harus meninggalkan rumah, keluarga yang kucintai dan semua

kemewahan hidup disana,”ungkapnya. Akhirnya ia memutuskan pindah ke Potsdam.

Kala pindah ke Potsdam Yahya cuma membawa beberapa lembar pakaian, buku sekolah dan beberapa CD kesayangannya. Ia tinggal sementara di apartemen ayahnya.

“Kecil memang tempatnya, hingga aku musti tidur di dapur. Tapi itu tidak masalah bagiku. Aku

merasa bahagia. Sangat bahagia, persis seperti kala terjaga dari siuman di rumah sakit selepas kecelakaan hebat itu.”

Page 93: KIsah Para Mualaf

Mengucap dua kalimah syahadah

Tak berapa lama ia mulai menjalani hari pertama di sekolah. Mendadak semua serba baru baginya. Apartemen baru, sekolah baru, teman baru dan pertamakali tanpa keluarga lengkap. Persis sehari selepas hari pertama di sekolah, ia pun bersyahadah. Begitu teman-teman sekolahnya tahu ia beragama Islam mulailah mereka mengejek dengan kalimat-kalimat usil.

“Ada teroris”, “Usamah bin Laden datang,” “Islam itu kotor”. Begitu mereka mengejek Yahya.

Sebagiannya malah ada yang menganggapnya gila. Lebih parahnya lagi, bahkan ada yang tidak percaya ia orang Jerman asli.

“Aku bisa maklumi, karena mereka hanya tahu Islam dari media yang cenderung memojokkan

Islam,” tukasnya

Akan tetapi setelah 10 bulan berjalan situasinya benar-benar berubah. Sikap teman-temannya berubah drastis. Rekan-rekan sekelasnya berhenti bersikap usil. Malah mereka sering bertanya tentang Islam. Pandangan mereka tentang Islam pun berubah. Menurut mereka, ternyata Islam itu cool! Indah! Subhanallah!

“Perubahan itu tentu saja tidak serta merta. Secara halus dan perlahan aku melakukan dakwah di

kelas. Tentu saja bukan dengan ceramah agama. Sikap dan tingkah lakulah yang banyak membantu mereka mengenal Islam. Percaya tidak, kini aku bahkan punya ruang shalat khusus. Padahal akukah satu-satunya siswa Muslim di sekolah itu,” ujar Yahya senang.

“Mereka baru tahu ternyata Islam punya adab atau tata tertib dalam hidup. Yang menarik bagi

mereka, Islam tidak ekslusif, tidak mengelompokkan diri dalam kelompok-kelompok khusus. Seperti di sekolahku ini,” imbuhnya.

Dikatakannya, di sekolah itu ada tiga kelompok utama yakni kelompok yang suka hura-hura. kongkow-kongkow; lalu ada kelompok punk; dan satunya lagi kelompok yang suka pesta-pestaan. Setiap orang selalu mencoba untuk jadi anggota kelompok dari salah satu grup, semata-mata supaya diterima oleh yang lainnya.

“Kecuali aku! Aku tidak masuk kelompok manapun, namun diterima oleh semua mereka. Aku

bisa menjadi teman bagi setiap orang. Tidak perlu menggunakan pakaian tertentu supaya

dibilang “cool. ” Bahkan mereka selalu mengundangku, demikian juga teman-temanku yang

Islam pada acara-acara mereka,” kisah Yahya.

Mereka menaruh respek pada Yahya sebagai seorang muslim. Bahkan lebih dari itu, jika ada acara mereka secara khusus menyiapkan makanan halal untuknya. Misalnya acara bakar sate, maka mereka siapkan dua alat pembakar. Satunya untuk mereka dan satunya lagi khusus untuk Yahya dan rekan-rekan Muslimnya.

Page 94: KIsah Para Mualaf

“Bukan main! Kini mereka benar-benar terbuka dengan Islam. Aku hanya berdoa agar Allah beri

mereka hidayah. Amiin,” harapnya sembari berdoa.

Selepas memeluk Islam, kesibukan Yahya kini bertambah. Ia menjadi produser film. YaYa Productions nama perusahaannya yang berlokasi di Potsdam. Produksinya terutama film-film dokumenter yang kebanyakan mengisahkan perjalanan hidup seorang muallaf dan kebanyakan dalam bahasa Jerman dengan terjemahan bahasa Inggris.

“Tujuan aku buat film adalah untuk menunjukkan kepada kalangan non-Muslim bagaimana

Islam yang sebenarnya. Jauh dari apa yang ditampilkan media selama ini. Mudah-mudahan film-film itu bisa mencerahkan pandangan mereka,” ujar Yahya yang meyakini pekerjaannya itu sebagai bagian dari dakwah. [zulkarnain jalil (Aceh)/www.hidayatullah.com]

sumber Photo : http://www.friendster.com/photos/45098069/1/933401031

==== 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 95: KIsah Para Mualaf

TAUBAT KUMPUL KEBO, STEVE EMMANUEL MASUK ISLAM 

 

 

Jakarta  Sabtu  (24/5/2008)  Steve  Emmanuel  resmi memeluk  agama  Islam.  Setelah menjadi mualaf, 

Steve mengubah namanya menjadi Yusuf Iman. 

Dibimbing pentolan FPI, Habib Riziq, Steve Emmanuel membaca dua kalimat syahadat dan ikrar mualaf. 

Prosesi  tersebut  disaksikan  oleh  puluhan  orang  dari  wartawan,  anggota  FPI,  dan  pengacaranya. 

 

"Senang, bahagia, merasa excited.Sebentar lagi mau bulan puasa, mungkin ini jadi awal yang baik untuk 

saya," ujarnya usai resmi menjadi Yusuf Iman. 

Soal  nama  yang  dipilihnya  Steve mengaku  terinspirasi  penyanyi  terkenal  Cat  Steven.  Ketika  Steven 

menjadi mualaf,  ia mengubah  namanya menjadi  Yusuf  Islam.  Sebelum mantap mengucap  syahadat 

menurut  Steve  ia  sudah  berkonsultasi  dengan  sang  ibu.  Selain  itu  berbagai  buku  tentang  Islam  dan 

agama lainnya.  

"Godaannya banyak banget. Seperti ketika teman‐teman saya sampai dengan kemarin, masih menelpon 

saya,  menanyakan,  Steve  loe  yakin  loe  mau  pindah  agama,"  celoteh  Steve  menirukan  pertanyaan 

temannya. 

 

Usai prosesi berlangsung, Andi Soraya, kekasih Steve datang ke tempat tersebut. Andi terlihat bahagia 

melihat pria yang pernah dekat dihatinya itu kini telah menjadi mualaf.  

(fta/rac/detikhot) 

 

  

Page 96: KIsah Para Mualaf

Niat Jadi Mualaf, Steve Emmanuel Izin Ibu 

Steve Emmanuel rupanya tak main‐main saat menyatakan ingin jadi mualaf. Sebelum akhirnya memeluk 

Islam  melalui  bantuan  pimpinan  FPI,  Habib  Rizieq,  Steve  pun  minta  izin  dulu  pada  ibundanya. 

 

"Steve  sudah minta  izin  sama orangtuanya dan  ibunya  juga paham,  ibunya mengerti  lah,"  jelas kuasa 

hukum  bintang  sinetron  'Siapa  Takut  Jatuh  Cinta'  itu, Milano  Lubis,  saat  dihubungi  detikhot melalui 

telepon, Jumat (23/5/2008). 

Menurut Milano saat ini Steve masih memeluk agama Kristen. Ibunya juga menganut agama yang sama, 

malah seorang misionaris. 

Steve  yang  keinginannya  jadi mualaf  tak  direspons  teman  hidupnya  Andi  Soraya,  akhirnya meminta 

bantuan pihak lain. Ia kemudian dibimbing pengacara Indra Shanun Lubis. 

Indra menyarankan Steve menjadi mualaf  lewat bimbingan Pimpinan FPI Habib Rizieq. Mengapa Habib 

Rizieq? 

 

"Kita  mencari  orang  yang  besar,  biar  ada  pengaruhnya  ke  Steve,  biar  Steve  tergugah,"  jelas 

Milano.(eny/eny/detikhot) 

 

 Steve Emmanuel Tobat Kumpul Kebo 

 

Jakarta Memeluk agama Islam, Steve Emmanuel membacakan ikrar. Salah satu janjinya, tak  lagi tinggal 

dengan wanita yang bukan istrinya. 

"Mulai saat ini, tidak akan minum‐minuman keras, tidak pakai narkoba, tidak akan tinggal dengan orang 

yang bukan muhrim saya, kecuali dalam ikatan pernikahan," ucap Steve yang kini berubah nama menjadi 

Yusuf  Iman  dalam  ikrar  yang  diucapkannya  di  Markas  FPI  Jl.  Petamburan  3,  Jakarta  Barat. 

 

Habib Riziq pentolan FPI membimbing Steve membacakan  ikrar  tersebut. Setelah Steve  resmi beralih 

kepercayaan, Habib Riziq meminta masyarakat agar  tak  lagi melihat dosa‐dosa masa  lalu kekasih Andi 

Soraya itu. 

"Saya  tidak  akan  mau  mengungkit  masa  lalu  Yusuf.  Biarkanlah  itu  berlalu,"  tukas  Habib  Riziq. 

 

Soal  status anak yang  lahir dari hubungannya dengan Andy Soraya, menurut Habib Steve  tetap harus 

Page 97: KIsah Para Mualaf

bertanggungjawab  terhadap  anak  tersebut. Walau  secara  status  anak  tersebut  adalah  anak  ibunya, 

tetapi Steve alias Yusuf tetap punya kewajiban secara moral. 

Setelah membacakan ikrar, rencananya Steve akan dikhitan. Proses tersebut akan dijalaninya di sebuah 

klinik di kawasan Menteng. 

"Deg‐degan pasti ada. Takut dan sakit pasti ada, sekarang kan udah ada  laser. Jadi nggak terlalu sakit. 

Kalau anak kecil bisa masa orang gede nggak," cetus Steve eh Yusuf sambil tersenyum.(fta/rac/detikhot)